PERJUANGAN TOKOH SEJARAH LETNAN KOLONEL MOH. MOEFFRENI MOE’MIEN DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1945-1949

SKRIPSI

Ditulis untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)

Disusun Oleh:

Muhammad Hamdani Wahid 1112022000032

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M LEMBARAN PERNYATAAN

Derigan ini sa1'a menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli say'a yang diajukan uutttk memenuhi salah satu persl,aratan rnemperoleh gelar Strata I Universitas Negeri Islanr

S-varif I'Ii da1'atul I ah Jakarta saya 2. Semua sumbcr )'ang sa.ya -etinakati dalam penulisan ini telah cantumkan sesuai clengan ketentuan yang berlaku di Universitas Negeri

Islam S,vari f Hida-vatul lah .Takarta 3. Jika dikentudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil harva asli sa,va atau merupakan irasil plagiat dari kar1,a orang lain, maka sava bersedia melerima sanksi yang berlaku di Universitas Negeri Islanr Syarif FIidayatullah Jakarta

Jak¨ a, 14ヽIci 2019 rl

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakirltas Adab dan Humaniora

Untuk Vlemenuhi Syarat Menclapat Gelar Sarjana (Sl) Humaniora

C)leh: Muhammad Hamdani Wahid NIPII:1112022000032 1

Di bawah bimbingan:

Pemtrimbing

Drs,Ho Nurhasan.M.A NIP。 196907241997031001

PROGRAⅣISTUDISEJARAH DAN PERADABAN ISLAⅣ I FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAⅣ I NEGERI SYARIF HIDAYATULLAⅡ JAKARTA

14401-1/2019 Ⅳl PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Perjuangan Tokoh sejarah Letnan Kolonel Moh Moeffreni Mo'mien Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1945-1949. telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Mei 20i9. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syaral memperoleh gelar

Sarjana Humaniora (S.Hunr) pada program studi Sejarah dan Peradaban lslam.

」akarta,14N/1ci 2019

Panitia Sidang Ⅳlllnaqasyah

kap Anggota,

H.Nurhasan,MA NIP:196907241997031001 504172005012007

Anggota,

Penguji I Pcng町 l II

ヤ Dro H.Abdo Chair,ⅣIA l NIP:195412311983031030 1001

Ho Nurhasan,MA NIP:196907241997031001

iV ABSTRAK

Letnan Kolonel Mohammad Moefreni Moe’min. Dari periode sebelum kemerdekaan Republik Bangsa Indosenia dikenal sebagai Perwira PETA Daidan 1Jakarta, waktu Prakemerdeka’an Republik Indonesia, sebagai pelatih dasar – dasar kemiliteran kepada tokoh pergerakan dan tokoh politik Chuo sang in, para pemuda tokoh pergerakan , Barisan Pelopor, para Mahasiswa Ika daigaku dan Sekolah Tinggi Islam, dan pelajar sekolah menengah guna mempersiapkan suaru barisan bersenjata dan menyongsong kemerdekaan Republik Indonesia (1944 – 1945). Tidak Banyak Sarjana, Sejarawan atau Cendekiawan yang selama ini menganggap bahwasanya “Letnan Kolonel Moh. Moefreni Moe’mien” adalah seorang tokoh sejarah nasionalis sekular yang memisahkan soal – soal kebangsaan dan keagamaan yang berlandaskan Pancasila serta UUD 1945, namun jika kita melihat dari latar belakangnya baik dari lingkungan keluarga, budaya, adat dan agama, pada nilai - nilai tertentu akan menemukan segala tindak - tanduknya bahkan pemikirannya yang senantiasa di semangati oleh nilai nilai ajaran Islam.

Kata Kunci : IKADA, Letnan Kolonel Moh. Moeffreni Moe’mien.

vi KATA PENGANTAR

Alhamdulilah tiada kata yang paling indah yang dapat penulis ungkapkan selain rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah Melimpahkan rahmat dan karunia Nya serta kekuatan dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam penulis haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW berserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Rasa syukur serta tekad yang kuat akhirnya penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul Perjuangan Tokoh Sejarah Letnan Kolonel Moeffreni Moe’mien Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia 1945-1949. Semoga karya ini dapat menjadi sumbangsih bagi siapa saja yang ingin bergelut pada dunia penelitian, khususnya bagi yang memfokuskan kajian pada Perjuangan Kemerdekaan.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa semua ini tidaklah semata berhasil dengan tenaga dan upaya sendiri, namun banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, baik yang bersifat moril maupun materil, maka dengan ini sepatutnya penulis menyampaikan banyak terima kasih atas kerjasama dan dorongannya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada:

1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A.

2. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Drs. Saiful Umam, M.A. Ph.D.

3. Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam dan selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan masukan, H. Nurhasan, MA, serta Sekretaris Jurusan Sholikatus Sa’diyah M.Pd. yang terus memotivasi dan mengingatkan penulis untuk menyelesaikan studi ini.

4. Bapak dan ibu dosen Prodi Sejarah dan Peradaban Islam serta bapak dan ibu dosen Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis selama ini.

vii 5. Pimpinan dan seluruh Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta seluruh civitas akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kedua orang tua saya yaitu Ibu Faridah dan Ayah Chamdi yang mendukung baik secara materil ataupun non materil sehingga saya bisa sampai di titik ini.

7. Serta adik saya yaitu Zilin dan Lisa yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan studi saya.

8. Teman-teman seperjuangan di Prodi Sejarah dan Peradaban Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta seluruh angkatan, juga teman-teman seperjuangan di kampus tercinta ini.

9. Terima kasih juga buat Abangda Ridwan Darmansyah, Syauqi, Fajri adul, Ricky, Aziz, Syafurrahman, Yordan, Juansyah, Ilham Broth, Kasohi dan semua yang selama ini memberi semangat, membantu, dan menemani serta memberi masukan kepada penulis.

Demikian ucapan terimakasih penulis, semoga amal baik semua pihak yang telah berkenan memberikan informasi yang penulis butuhkan untuk penulisan skripsi ini, mendapatkan imbalan dan pahala sebesar-besarnya dari Allah SWT. Jika ada kesalahan dan kekurangan, penulis mohon masukan yang kontruktif, sehingga skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya.

Jakarta, 14 juni 2019

Penulis

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ...... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...... iii

LEMBAR PENGESAHAN ...... iv

ABSTRAK ...... v

KATA PENGANTAR ...... vi

DAFTAR ISI ...... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ...... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 7 D. Kerangka Teori ...... 6 E. Metode Penelitian ...... 8 F. Tinjauan Pustaka ...... 10 G. Sistemaktika Penulisan ...... 11

BAB II INDONESIA KEMERDEKAAN INDONESIA DI JAKARTA A. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ...... 13 B. Jakarta Masa Kemerdekaan 1945-1949 ...... 15 C. Perjuangan Rakyat Jakarta dalam Mempertahankan Ke- merdekaan ...... 16

vii BAB III SOSOK LETNAN KOLONEL MOH. MOEFFRENI MOE’MIN

A. Masa Kecil Moh. Moeffreni Mo’mien ...... 20 B. Latar Belakang Pendidikan ...... 22 C. Sepak Terjang Letnan Kolonel Moh. Moeffreni Moe’min ...... 25

BAB IV PERJUANGAN LETNAN KOLONEL MOH. MOEFFRENI MOE’MIN DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA 1945-1949

A. Landasan Pergerakan Moeffreni Moe’min ...... 30 B. Peran Letnan Kolonel Moh. Moeffreni Moe’min dalam Perang di Front Timur Jakarta ...... 34 C. Nilai Ke-Islaman Moeffren...... 44

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...... 46 B. Saran-saran ...... 48

DAFTAR PUSTAKA ...... 49

LAMPIRAN ...... 52

vii BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara Etimologi kata perjuangan berasal dari kata dasar, juang yang mendapat awalan –per, dan mendapat akhiran, -an. Kata juang memiliki definisi “memperebutkan sesuatu dengan mengadu tenaga, berperang, berkelahi, segenap rakyat ikut serta dalam mencapai kemerdekaan.1 Seperti kita ketahui dalam sejarah, dengan menyerahnya Jepang terhadap sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 terdiri dari, generasi muda dari sipil yang telah mendapat pendidikan semi militer maupun Militer (PETA), serentak mengambil senjata yang ada dalam gudang-gudang senjata Jepang untuk mempersenjatai diri agar tidak terulang kejadian seperti tahun 1942. Karena tidak adanya persiapan maka perlawanan Bangsa Indonesia seperti Inventaris saja diberikan oleh belanda yang kalah perang terhadap Jepang. Dengan pengalaman itu generasi muda segera bertindak mendorong dua tokoh yaitu Soekarno dan Hatta Untuk memproklamirkan kemerdekaan atas kekuatan sendiri bukan atas pemberian Jepang seperti yang telah dijanjikan. Karena kedua tokoh ini tidak segera mengambil keputusan, lalu oleh generasai muda yang terdiri dari golongan sipil dan militer dibawa ke Rengasdengklok. Terpilihnya Rengasdengklok ini sebagai tempat pengamanan Dwi tunggal tidak lain karena daerah ini sejak tangal 16 agustus 1945 telah sepenuhnya menjaddi milik bangsa Indonesia. sehingga ada jaminan kemanan bagi kedua tokoh ini. Disana kemudian dicapai konsensus untuk menyatakan proklamasi Kemerdekaan Indonesia esok pagi di Jakarta.2

Selanjutnya Pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta Soekarno dan Hatta memproklamirkan Kemerdekaan Republik Indonesia. tetapi kemerdekaan itu tidak berjalan dengan mulus, keutuhan bangsa dan negara mendapat gangguan

1 https://kbbi.web.id/gelanggang 2 Dien Madjid dan Darmiati, Jakarta Karawang Bekasi Dalam Gejolak Revolusi: Perjuangan Moeffreni Moe‟mien. (jakarta: Keluarga Moeffreni Moe’mien,1999), h. 8.

1

2

hambatan dan tantangan baik itu dari masyarakat Indonesia sendiri maupun rongrongan yang datang dari pihak luar terutama Jepang dan Belanda. Oleh karena itu Bangsa Indonesia harus berjuang lebih sungguh-sungguh agar dapat mempertahankan serta menegakkan kemerdekaaan yang baru diraihnya. Cara berjuang yang ditempuh oleh para pemuka masyarakat pada saat itu bermacam- macam dan cara perjuangan tersebut secara kategorikal dalam ketahanan Nasional dapat dikategorilan dalam aspek yaitu, aspek politik, aspek sosial dan budaya, aspek ideologi, dan aspek Militer atau Hankam.3

Sedangkan jalur yang paling menonjol dan paling banyak direkam orang adalah dari jalur perjuangan yang termasuk pada aspek politik, sedangkan jalur militer dan sipil pun sangat menentukan (penting). Karena pada saat itu perjuangan bersenjata memalui jalur peperangan dan diplomasi adalah suatu hal yang tidak adapat dihindari dan memegang peranan penting, karena sudah menjadi kecendrungan dunia pada masa itu (menjelang akhir perang dunia ke II) segala macam bentuk pertikaian diselesaikan melalui peperangan dan diplomasi secara bersamaan.

Pada awal masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 sampai dengan tahun 1949, juga tidak lepas dari Peristiwa besar dan bersejarah yang sangat Krusial dan sangan penting, tentunya bagi Sejarah Indonesia itu sendiri, peristiwa besar, (penting) itu salah satunya adalah diadakannya Rapat Raksasa IKADA (ikatan Atletik Djakarta) pada 19 September 1945 di Jakarta raya.4 guna meminta dukungandimana peristiwa tersebut telah melibatkan melibatkan ratusan ribu orang untuk membulatkan tekat dan memperlihatkan pada dunia Internasional bahwa Republik Indonesia telah berdiri dan merdeka. Sehingga pemuda dan msyarakat sipil memimta dukungan penuh kepada rakyat Indonesia dan rakyat di Jakarta pada khusunya. pada saat itu juga baru dibentuknya organisasi pertahanan keamanana Rakyat Indonesia yaitu, BKR

3 Lembaga Pertahanan Nasional, ketahan Nasional (Lenhamnas, Jakarta, 1974), h.11. 4 https://www.kompasiana.com /dirgantarakusuma /moeffreni-moe-min -perjuangan- revolusi- indonesia

3

(Badan Keamana Rakyat) dan orang yang sangat berperan di Jakarta, baik di BKR (Badan Keamanan Rakyat) serta didalam penangung jawab keamanan secara umum adalah Letnan Kolonel Moh. Moeffreni Moe’mien. sebagai Kepala BKR Jakarta dan orang yang secara langsung bertanggung jawab umum atas keamanan penyelenggaraan Rapat Raksasa dilapangan IKADA (Ikatan Atletik Djakarta) di Jakarta Raya.5

Pada pukul 15:00 sore, Bung Karno diikuti oleh kabinetnya tiba di lapangan IKADA (Ikatan Akademik Djakarta). Selama beberapa menit saja bungkarno berpidato, untuk memberitahukan bahwa Indonesia sudah merdeka. Akhirnya ia meminta agar rakyat pulang dengan tertib. Rakyat mengikuti permintaan Presiden, dengan tertib meninggalkan meninggalkan lapangan setelah mendengar pidato Bung Karno. Tidak terjadi insiden apa-apa dilapangan Ikada, Walau masa yang terkumpul mencapai 200.000 orang.6

Dan peristiwa itu adalah peristiwa sejarah yang sangat penting, serta adanya ketokohan Mohammad Moeffreni Moe’mien itu ada ditengah Ranah- kancah peristiwa itu, juga berperan penting dalam penanggung jawab umum kemanan pada saat itu.

Menurut kuntowidjoyo, tidak terlepas dari struktur sosial, tipologi nasionalisme pra-kemerdekaan. Dengan adanya sentimen yang dibangun berdasarkan ras dan kondisi sosial oleh Mahasiswa, para tokoh pergerakan, Barisan Pelopor dan menyangkut semua golongan ketika itu, menunjukkan bahwa mereka mempunyai semangat nasionalisme dan mengesampingkan kepentingan pribadi Individualistik termasuk Moeffreni.7

Dengan melihat adanya peran seorang tokoh sejarah perjuangan yaitu. Mohammad Moeffreni Moe’mien yang lahir di Rangkasbitung pada tanggal 12

5 http://www.republika.co.id/berita/koran/kesra/16/09/19/odqosa1-sejarah-dinomorduakan 6 R.H.A. Saleh, Mari Bung Rebut Kembali (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), h,115. 7 Kuntowidjoyo, Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 1991), h.347.

4

Februari 1921, merupakan putra pertama dari pasangan Mohammad Moe’mien dan Siti Aisyah. Ayahandanya bekerja sebagai Pangreh-Praja yang dikemudian hari pada zaman revolusi berubah nama menjadi Residen Jakarta, memasuki pada masa remaja Moeffreni telah mengikuti beberapa kegiatan kepanduan sehingga kemudian ia dipercaya sebagai Hoofd Redactuer Madjallah Pandoe Djakarta terbitan Kepandoean Bangsa Indonesia (KBI) pada tahun 1941-1943. Kemudian hari menjadi Instruktur Pembantu Pada Lembaga Pendidikan Tingkat Bintara dan Perwira Magelang Resentai (Satuan Latihan) pada tahun 1943-1944. Pada zaman penjajah Jepang, Seinen-Dojo suatu program awal pendidikan dari cikal bakal kemiliteran sebelum terbentuknya tentara Pembela Tanah Air (PETA). Menjabat sebagai Perwira PETA Daidan 1 Jakarta pada tahun 1944-1945. Pada zaman itu, ia sempat juga melatih dasar - dasar kemiliteran kepada para tokoh pergerakan, Barisan Pelopor, Para Mahasiwa Ika Daigaku dan Sekolah Tinggi Islam, dan pelajar menengah guna mempersiapkan suatu barisan bersenjata dan menyongsong kemerdekaan Indonesia.8

Moeffreni Moe‟mien menyimpulkan, dari pengalamannya bertempur di Jakarta bahwasanya kebutuhan yang paling mendesak dallam perjuangan kemerdekaan ialah Persatuaan.9

Setelah BKR berubah, menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat), Moeffreni Moe’mien yang berpangkat Letnan Kolonel Memimpin TKR Resimen V, di Jakarta Raya.10 Setelah itu Moeffreni Moe’mien bertugas sebagai Kepala Staff Teriterium Brigade Cirebon. Pada suatu hari tertangkap oleh NICA di Desa Jati Tujuh dan ditahan di Pulau Nusakambangan Krijgsgevangenen (Sebagai Tawanan Perang Kelas Berat). Sampai dengan bulan desember tahun 1949.11

8 Seminar Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional. 9 Robert Cribb: Para Jago dan Kaum Revolusioner Jakarta 1945-1949 (Jakarta: Masup Jakarta,2010) , h.141. 10 R.H.A. Saleh: Mari Bung, Rebut Kembali (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Jakarta, 2000), h. 142 11 Dien Majid, Darmiati: Jakarta –Karawang-Bekasi Dalam gejolak Revolusi: Perjuangan Moeffreni Moe‟mien (Jakarta: Keluarga Moeffreni Moe’mien, 1999), h.439.

5

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Penulisan ini bermaksut mengkaji dan mendeskripsikan tentang semangat perjuangan semua lapisan masyarakat, dan semangat nasionalisme dalam mencapai suatu kemerdekaan, yang termanifestasi pada pemikiran sosok Mohammad Moeffreni Moe’mien yang toleransi dalam bernegara dan beragama, dalam merangkul semua elemen masyarakat, khusunya sejarawan secara khusus. Maka dari paparan di atas untuk menjaga efektifitas pemaparannya. Penulis membatasi pada perjuangan tokoh sejarah Moeffreni dalam mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1945 - 1949.

Pembatasan tahun tersebut mengingat riwayat perjuangan kemerdekaan sebagai Perwira PETA Daidan 1 Jakarta, pada tahun 1945, yang notabennya sebagai pelatih dasar-dasar kemiliteran serta menanamkan nilai-nilai nasionalis, dan kemudian Moeffreni terlibat dan berperan total dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada masa itu, yang di buktikan dengan beberapa indikator seperti, menjadi ketua BKR Karesidenan Jakarta Raya, dan juga sebagai tokoh perjuangan yang membentuk sistim pertahanan di kampung-kampung di Jakarta, guna mempertahankan provokasi sekutu dan Nica pada zaman itu.

Oleh karena itu, agar tulisan itu lebih terfokus dan terarah maka penulis membuat rumusan masalah pada proposal skripsi ini sebagai berikut:

1. Bagaimana peran ketika dalam Rapat Raksasa IKADA dan memobilisasi secara langsung dalam perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia secara umum 1945 - 1949? 2. Bagaimana kiprahnya Letnan Kolonel Mohammad Moeffreni Moe’mien dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia 1945-1949? 3. Bagaimana hubungan antara kenegaraan dan nilai-nilai ke Islaman Mohammad Moeffreni Moe’mien.

6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun beberapa tujuan penulisan peran perjuangan tokoh sejarah dan riwayat Perjuangan tokoh sejarah Letnan Kolonel Moh. Moeffreni Moe’mien sebagai badan keamanan central. Berdasarkan rumusan dan batasan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menjelaskan dan memahami latar belakang, pemikiran, peran Central dan kiprah dalam peran perjuangan sebagai Ketua Badan Keamanan umum rapat Raksasa IKADA oleh Letnan Kolonel Mohammad Moeffreni Moe’mien dalam Merebut, Mengisi dan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia secara Diplomasi. 2. Untuk mengetahui keberhasilan karir militer Moh. Moeffreni Moe’mien di dunia Militer yang terbilang sukses sebagai peran tokoh sejarah dan 3. Untuk mendalami pengetahuan tentang peranan yang dilakukan Letnan Kolonel Moh. Moeffreni Moe’mien dalam menghadirkan landasan ke- Islaman yang berlandaskan nilai-nilai pancasila.

Adapun manfaat dalam penelitian ini secara teoritis adalah:

1. Memberikan pemahaman dan Informasi secara Khusus tentang kebenaran dan keyakinan dalam perjuangan yang dirihoi Tuhan YME 2. Motivasi mempertahankan integritas Bangsa dan Negara kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila. 3. Menambah khazanah dan wawasan Keilmuan serta kualitas kelmuan dalam bidang sejarah Indonesia.

7

D. Kerangka Teori

Sejarah adalah proses pengujian dan penganalisaan secara kritis terhadap rekaman peninggalan pada masa lampau melalui tahapan-tahapannya.12 Maka dalam penelitian ini penulis berpedoman untuk mengupas karya tulis ini sesuai dengan disiplin ilmu yang sudah ditentukan, maka, penulis akan menggunakan pendekatan sejarah dan antropologi dalam mengupas rekam jejak perjuangan tokoh sejarah Letnan Kolonel Mohammad Moefreini Moe’mien. Pendekatan sejarah yang di maksud ialah segala peristiwa yang dialami Letnan Kolonel Mohammad Moeffreni Moe’mien pada waktu gejolak revolusi, ketika menjadi penanggung jawab Rapat Raksasa IKADA dan Pemimpin Front Timur Jakarta, periode perang kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945-1949. Dimana peristiwa- peristiwa tersebut akan diuraikan secara sistematis berdasarkan urutan waktu. Sedangkan pendekatan Antropologi yang di maksud ialah pendekatan pendekatan melalui pengaruh kebudayaan terhadap seseorang yang dalam hal ini ialah Mohammad Moeffreini Moe’mien.

Urgensi pendekatan kebudayaan ini sesuai dengan kehidupan Letnan Kolnel Mohammad Moeffreni Moe’mien yang merupakan bagian dari kalangan berpendidikan, dan ulama serta saudagar kelas menengah, dalam pengaruh budaya berbangsa dan bernegara pada waktu gejolak perjuangan Revolusi, menjadikan Mohammad Moeffreni Moe’mien, sebagai sosok pejuang naionalis religius, dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia, dirasa perlu untuk mengaitkan fakta-fakta tersebut dengan pendekatan kebudayaan atau Antropologi.

12 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI Press, 1986), h. 12.

8

E. Metode penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat aturan atau prosedur kerja dan langkah-langkah yang harus oleh sejarawan atau akademisi sejarah dalam melaksanakan penelitiannya. Menurut kuntowijoyo penelitian sejarah mempunyai lima tahapan, yaitu: pemilihan topik, pengumpulan sumber, interpretasi, verifikasi dan penulis.13

Sedangkan menurut Basri MS, metode penelitian sejarah adalah: seperangkat aturan atau prinsip - prinsip dasar sistematis, yang digunakan dalam proses pengumpulan data (Heuristik), sumber-sumber, mengerti serta menafsirkan (interpretasi), serta menyajikan secara sistematis dan bentuk sebuah ceita sejarah (Hitoriografi).14

Sedangkan tehnik pengumpulan data yang di lakukan adalah dengan kajian pustaka seperti, buku - buku dan dokumen - dokumen seperti arsip, naskah atau manuskrip, surat kabar yang ditemukan di-beberapara institusi di antaranya ialah:

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Pusat Sejarah TNI, Arsip Nasional Republik Indonesia, Dinas Sejarah Angkatan Darat, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta. sedangkan buku-buku utama yang menjadi rujukan adalah buku yang dikarang oleh:

1. Dien Majid dan Darmiati yang berjudul Jakarta - Karawang - Bekasi Dalam Gejolak Revolusi: Perjuangan Moeffreni Moe‟mien terbitan Keluarga Moeffreni Moe’mien, 1999. 2. R.H.A. Saleh yang berjudul Mari Bung Rebut Kembali! terbitan Pustaka Sinar Harapan Jakarta 2000. 3. Robert Cribb yang berjudul Para Jago Dan kaum Revolusioner Jakarta 1945-1949. terbitan Masup Jakarta 2010. dan

13 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (yogyakarta tiara wacana,t.t) h.10. 14 Basri MS, Metodologi Penelitian Sejarah (Jakarta: Restu Agung, 2006), h.6.

9

4. Ahmad Mansur Suryanegara yang berjudul Api Sejarah (Mahakarya Perjuangan Ulama Dan Santri Dalam Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia), Jilid ke-dua terbitan Surya Dinasti 2016.

Buku yang berasal dari tugas ilmiahnya yaitu skripsi ketika menjadi mahawiswa sejarah di Fakultas Adab Dan Humaniora. Maka penelitian ini menggunakan pendekata penelitian kualitatif.

Langkah berikutnya dalam penelitian sejarah adalah kritik sumber, (Verifikasi),yaitu dengan menguji tulisan yang mengkaji bahan untuk kajian. Proses ini dilakukan dengan cara proses intern dan ekstern. berguna untuk bagi peneliti untuk menguji valid tidaknya suatu sumber-sumber atau data. Hal tersebut diuji, apakah bahan dan data yang disajikan akan sesuai dengan kebutuhan informasi penulis. Pengujian tersebut dapata dilakukan dengan cara membandingkan antara bahan - bahan yang telah dikumpulkan dan dengan kritik terhadap kredibilitas pengarang.

Tahap selanjutnya interpretasi adalah tahapan merekonstruksi atau menafsirkan fakta fakta yang telah terkumpul dengan mengolah fakta yang telah di kritisi dengan merujuk beberapa referensi dengan melakukan analisis dan sintesis terhadap masalah yang didapat dari data. Berdasarkan aspek faktual (apa,siapa,dimana), aspek deskriptif (bagaimana), dan aspek kausalitas (mengapa). Tahap selanjutnya Historiografi adalah bertujuan melengkapi dari tiga tahapan kerja yang sebelumnya, kemudian bertujuan untuk mengaitkan fakta-fakta tersebut menjadi sebuah tulisan sejarah (historiografi) adalah proses terahir dari penulisan penelitian ini.

10

F. Tinjauan Pustaka

Karya tulis sejarawan tentang tokoh pejuang nasionalisme bangsa Indonesia sangatlah banyak dan beragam menggunakan pendekatan seperti pendekatan Antropologi, Sosiologi, Budaya Agama dan Politik. Pembahasannya bersifat komplek, yang artinya subjek yang di kaji sangat beraneka ragam dari berbagai kalangan. Dan bahkan latar belakangnya ada yang terpaku pada satu atau bahkan lebih dari satu tokoh. Seperti karya yang di tulis oleh: 1. Dien Majid dan Darmiati yang berjudul Jakarta-Karawang-Bekasi Dalam Gejolak Revolusi: Perjuangan Moeffreni Moe‟mien buku ini yang mengisahkan riwayat perjuangan sejarah Moeffremi Moe’mien, semula hanya ingin mengumpulkan sejumlah photo baik dari IPPHOS maupun Arsip Nasional yang berhubungan dengan perjuangan Letnan Kolonel Moh. Moeffreni Moe’mien masa menjelang dan sesudah proklamasi kemerdekaan Indonesia untuk untuk koleksi pribadi. dibawah koordinasi Arsip Nasional Republik Indonesia pada tahun 1984. Melalui suatu kegiatan wawancara penuis buku terhadap para pelaku sejarah sezaman, khusunya seperjuangan dengan Bapak Moefffreni selama dua tahun 1997-1998. 2. Buku yang ditulis oleh R.H.A. Saleh yang berjudul Mari Bung Rebut Kembali! Yang menceritakan, perjanan dan perjuangan peran Nasionalis tokoh atau pelaku pejuang sejarah Indonesia dari berbagai kalangan dan Organisasi untuk mencapai suatu gerakan melawan kaum penjajah pada tahun1945-1946. Dominasi dari substansi buku ini tidak terlepas dari kelompok pejuang yang dibentuk oleh orang Indonesia, seperti Pembentukan organisasi Militer RI, cikal bakal TNI. 3. Buku yang di tulis Robert Cribb yang berjudul Para Jago Dan Kaum Revolusioner Jakarta 1945 – 1949. yang menceritakan peran utama yang dimainkan oleh gerombolan-gerombolan Bandit Jakarta dalam Pemberontakan antikolonial melawan belanda di Indonesia pada tahun1945

11

G. Sistematika Penulisan

Secara umum, penyajian tulisan ini dibagi dalam lima Bab yang merupakan suatu rangkian penulisan dan saling berhubungan dengan beberapa sub-bab, dengan uraian sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan yang membahas tentang.

A. Latar Belakang Masalah,

B. Batasan dan Rumusan Masalah,

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian,

D. Kerangka Teori,

E. Tinjauan Pustaka, dan

G. Sistem Penulisan.

BAB II Membahas tentang Perjuangan Kemerdekaa di Jakarta, yang terdiri dari beberapa sub,

A. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

B. Rapat Raksasa IKADA 19 September 1945

C. Perjuangan Masyarakat Jakarta salam Mempertahankan Kemerdekaan.

BAB III Membahas Sosok Letnan Kolonel Moh. Moeffreni Moe’min terdiri dari beberapa sub,

A. Masa Kecil Moh moeffreni Moe’mien

B. Latar Belakang Pendidikan, dan

12

C. Karir Moeffreni Moe’min.

BAB IV Membahas mengenai Perjuangan Moeffreni Moe’miin Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia 1945-1949 yang teridi dari dua subs,

A. Peranan Letnan Kolonel Moeffreni Moe’min dalam mendirikan BKR/TKR Jakarta Raya B. Peranan Letnan Kolonel Moh. Moeffreni Moe’min dalam Rapat Raksasa IKADA. C. Peranan Letnan Kolonel Moh. Moeffreni Moe’min dalam Perang di Front Timur Jakarta. D. Peranan Letnan Kolonel Moh. Moeffreni Moe’min dalam peristiwa Linggarjati. E. Peranan Letnan Kolonel dalam Aksi Militer I dan II.

BAB V Berisikan Kesimpulan dari seluruh proses penelitian ini, di dalamnya berisi tentang analisa dan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan proses penelitian ini. Bagian inilah yang menjadi akhir dari seluruh rangkaian penelitian tentang pembatasan tema dari sebuah peristiwa suatu sejarah.

BAB II

INDONESIA MASA KEMERDEKAAN DI KOTA JAKARTA

A. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Kemerdekaan Bangsa Indonesia diproklamirkan oleh bapak proklamator kita Soekarno - Hatta yang bertepatan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan Sejarah kemerdakaan bangsa tidak berhenti pada proklamasi kemerdekaan saja, mempertahankan deklarasi kemerdekaan cukup panjang dan banyak membutuhkan pengorbanan dari segala aspek kehidupan bangsa saat itu. Peristiwa yang cukup besar dan penting salah satunya adalah Rapat Raksasa IKADA (Ikatan Atletik Djakarta) pada tanggal 19 September 1945. Dimana peristiwa tersebut telah melibatkan ratusan ribu orang untuk membulatkan tekad dan mem- perlihatkan pada dunia Internasional bahwa Republik Indonesia telah berdiri dan merdeka.

Peristiwa Rapat Raksasa IKADA adalah agenda kebangsaan yang dikonsepkan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), dengan tujuan Agar Presiden Soekarno dapat menyampaikan penjelasan kepada rakyat mengenai berdirinya Negara Republik Indonesia. Namun Agenda besar tersebut mendapatkan reaksi keras dari pemerintahan Jepang dengan melakukan pelarangan dan pihak militer Jepang siap mengambil tindakan kekerasan apabila Republik Indonesia tetap melaksanakan Rapat tersebut. Walaupun peristiwa tersebut berjalan tidak sesuai dengan agenda, namun ternyata berlangsung dengan tertib dan aman tanpa ada korban dari pihak manapun.

Bahwa perlu diketahui peristiwa tersebut, tidak terlepas dengan peran tokoh Letkol. Moeffreni Moe’min yang turut mengamankan Dwi Tungal dan Masa pada umumnya. Beliau adalah Komandan Pertama Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jakarta Raya, yang paling bertanggung jawab atas pelaksanaan Rapat Raksasa Ikada tersebut, tentu bersama-sama dengan tokoh lain Seperti Soewiryo Walikota Jakarta, dan Mohhamad Roem Komite Nasional Indonesia Jakarta serta dengan

13

14

bantuan elemen masyarakat lainnya. Letnan kolonel Moeffreni Moe’Min Sebagai Komandan Badan keamanan Rakyat Jakarta Raya juga turut mengkoordinir dan membina para laskar pejuang di Jakarta untuk turut mempertahankan Republik Indonesia dari Sekutu.

Sejarah Peran Perjuangan Letnan Kolonel Moh. Moeffreni Moe’min juga berlanjut pada perjuangan angkat senjata, upaya mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia dari Nederlands Indies Civil Affair Officier (NICA). Dimana pertempuran besar di Front Timur Jakarta adalah serangkaian perang dalam memperkuat posisi Indonesia untuk tetap mempertahankan Kemerdekaan Indonesia yang dikomandoi langsung oleh Moeffreni Moe’min.

Kepiawaian Moeffreni dalam mengorganisir laskar-laskar pejuang Jakarta yang turut serta dalam pertempuran di Front Timur Jakarta (Jakarta-Bekasi- Kerawang), sering membuat repot pihak NICA. Bahkan tidak sedikit kerugian dan kekelahan pertempuran yang dialami oleh pihak sekutu ketika berhadapan langsung dengan pasukan Moeffreni Moe’min. Taktik perang konvensional Hit and Run dalam serangan gerilya terbukti efektif dan memaksa NICA harus menelan pil pahit. Dengan sengitnya pertempuran di Front Timur Jakarta pihak Sekutu meminta pihak Republik Indonesia untuk berdiplomasi dan melakukan Gencatan Senjata.

Banyak orang yang mengenal puisi “Karawang Bekasi” karya Chairil Anwar, akan tetapi hanya sedikit dari banyak orang yang mengetahui peristiwa yang melatar belakangi Chairil Anwar menciptakan puisi yang melegenda dengan tema patriotik nasionalisme. Bahwa peristiwa itu tidak lain adalah Pertempuran Besar di Front Timur Jakarta yang sengat mengerikan dengan banyaknya pertumpahan darah dari kedua belah pihak baik itu NICA maupun Republik Indonesia.15

15https://www.kompasiana.com/dirgantarakusuma/ 58a5bfb04423bdb1 3a080fd0/ moeffreni- moe-min-perjuangan-revolusi-indonesia

15

B. Jakarta Masa Kemerdekaan 1945-1949

Seiring dengan kesepakan bersama antara sekutu dengan pemerintah Indonesia, maka kota Jakarta dijadikan sebagai kota Diplomasi . pada tanggal 19 November 1945 seluruh kesatuan bersenjata TKR dan laskar rakyat yang ada di Jakarta harus meninggalkan kota Jakarta.16 Ketika harus meninggalkan kota Jakarta, komandan resimen V letnan Kolonel Moh. Moeffreni Moe’mien menyadari bahwa pwerintah pengosongan kota Jakarta itu hanya strategi politik dari pemerintah Indonesia . bagi Moeffreni , itu berarti bahwa kota Jakarta tidak dilepaskan begitu saja secara mentah-mentah kepada sekutu . bagaimanapun juga Jakarta adalah milik Republik Indonesia. Suatu saat Jakarta Harus direbut kembali . untuk itu tetap harus ada pijakan yang kuat di Jakarta. Alasannya, karena Jakarta akan menjadi basis utama tentara sekutu dan Belanda . sehingga TKR harus memiliki basis intelijen di Jakarta , dari Jakarta pula diharapkan akan dapat di peroleh suplai barang –barang perlengkapn bagi pasukan TKR di luar kota.17

Periode Oktober-November 1946, Letkol Moeffreni kena mutasi dari jabatan Komandan Resimen V Cikampek, ke Resimen XII Cirebon menggantikan Kolonel Soesalit Djojoadhiningrat. Sementara Resimen V diisi Letkol Soeroto Koento.

Tugas besar pertamanya adalah pengamanan Perjanjian Linggarjati (10-15 November 1946). Tugas besar setelah sebelumnya pada 21 Juni 1946 di Cirebon, Moeffreni melepas masa lajang di usia 26 tahun dengan menikahi Elly Koesmaningsih, seorang putri Wedana Cirebon Moehammad Sidik.

Selain itu Moeffreni juga bertanggung jawab atas pengamanan wilayah Bandung Timur. Tugas baru lagi juga diemban Letkol Moeffreni untuk jadi Direktur Pendidikan Perwira Divisi Siliwangi di Garut, medio April 194

16 Dien Majid, Darmiati: Jakarta –Karawang-Bekasi Dalam gejolak Revolusi: Perjuangan Moeffreni Moe‟mien (Jakarta: Keluarga Moeffreni Moe’mien, 1999), h.89. 17 R.H.A. Saleh: Mari Bung, Rebut Kembali (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Jakarta, 2000), h. 218.

16

C. Perjuangan Rakyat Jakarta Dalam Mempertahankan Kemerdekaan

Gambar 1

Letnan Kolonel Moh. Moeffreni Moe’min (x) sedang memberikan instruksi dengan para Komandan-Komandan Batalyon di Resimen Jakarta Raya, tampak wartawan angkatan 45 Rosihan Anwar (xx)18

18 Inventaris Arsip IPPHOS 1945-1950 Koleksi ANRI

17

Wartawan Rosihan Anwar dalam kesaksiannya di artikel “Suasana Lapangan Ikada” oleh D. Hasan Pulungan mengatakan, “secara berduyun- duyun…merasa situasi semakin serius sambil menunjuk adanya penjagaan ketat dari kesatuan - kesatuan tentara Jepang, diperkuat tank-tank raksasa, ada yang ditempatkan di tengah-tengah jalan raya, ada yang mengambil tempat dalam jarak yang tidak begitu jauh dari Medan Merdeka Utara, dan tidak jauh dari Istana, dari jurusan Merdeka Barat ada pula kelihatan dipersiapkan…”

Dari wajah-wajah mereka, tampaklah di dada mereka berkobar semangat “Merdeka atau Mati” dalam jiwa masing-masing. Disana-sini terdengar lagu-lagu perjuangan dinyanyikan. Rakyat berduyun-duyun datang ingin mendengar kebenaran langsung dari mulut Bung Karno dan Bung Hatta. Saat itulah Moeffreni membentuk pasukan pengamanan untuk menjemput Presiden dan Wakil Presiden yang masih berada di Pejambon untuk melakukan sidang kabinet.

Moeffreni membentuk dua peleton menjemput yang terdiri atas unsur BKR Jakarta, kelompok Pemuda Menteng 31, mahasiswa Prapatan 10, serta mahasiswa Islam di bawah pimpinan Bagja. Peleton ini bertugas menjemput sekaligus mengamankan para wakil rakyat itu. Moefreni sendiri selalu setia mengawal Bung Karno di sampingnya. Ia memakai setelan jas, celana panjang, dan peci. Di saku kanannya berisi pistol, sementara saku kirinya berisi granat. Ia mengatakan, “Bila Jepang keterlaluan, kita hadapi dengan apa yang ada pada kita.”

Moeffreni lantas menjemput Bung Karno dan Bung Hatta yang datang melalui batas Jalan Merdeka Timur. Kemudian, bersama Ali Sastroamidjodo, Moeffreni mengawal Presiden dan Wakil Presiden yang berjalan menyusuri tepi lapangan sambil dielu-elukan seluruh rakyat Indonesia yang hadir berkumpul di sana.

Moeffreni memberi kesaksian saat berjalan itulah seorang jenderal yang sudah dikenal di Jawa Hookokai bertanya kepada Bung Karno, “Apa maksud Tuan mengadakan rapat ini?” Oleh Presiden dijawab, “Tuan tentu sudah

18

mengetahui bahwa Negara Indonesia telah merdeka dan baru diproklamirkan pada 17 Agustus. Itu akan diproklamirkan kepada rakyat bahwa Indonesia sudah diproklamirkan.” menerjemahkan semua jawaban Presiden dan tak ada larangan dari pihak Jepang, sehingga meneruskan perjalanannya ke podium.

Moeffreni mengantarkan Bung Karno dan Bung Hatta naik ke mimbar yang sangat sederhana, terbuka, dibikin dari kayu dan bambu. Waktu rakyat melihat kedua pemimpin yang mereka cintai itu, rakyat bersorak gemuruh. “Hidup Bung Karno, Hidup Bung Hatta, Merdeka!” Bendera Merah-Putih yang telah dibawa namun disembunyikan lantas dikobarkan seketika.

Sejarah telah mencatat pidato Sukarno yang fenomenal di Lapangan Ikada pada 19 September 1945. Moeffreni sendiri menekankan singkatnya pidato Presiden bukan lantaran adanya larangan dari pihak Jepang, melainkan memang situasi yang sedemikian panas. Jikalau Presiden berpidato lebih lama, dikhawatirkan bisa memicu semangat yang membara. Apalagi saat itu rakyat sudah bergelora, bersemangat, dan membawa bambu runcing.

Jasa Moeffreni sendiri jelas, bahwa rapat bisa berjalan lancar di tengah berbagai penjagaan. Selain itu, ini juga menjadi momentum bahwa kemerdekaan yang diproklamasikan merupakan keinginan dan didukung penuh seluruh rakyat Indonesia.19

Namun menurut Rushdy Hoesein, peran sebagai pengawal Sukarno-Hatta dalam Peristiwa IKADA 1945 itu hanyalah sebagian kecil jasa Moeffreni. Sesungguhnya peran signifikan Moeffreni dalam sejarah adalah saat dia memimpin Resimen V Cikampek. Di sini bisa dikatakan, Moeffreni berhasil membangun koordinasi yang kompak antara tentara dengan lasykar di front Jakarta Timur.

19 https://www.mpokiyah.com/2017/08/19/moeffreni-moemin-dan-kisah-kisah-di-seputar-peristiwa- ikada/

19

Keberhasilan tersebut tak lepas dari peran Moeffreni saat aktif memimpin para pemuda Jakarta menjelang terjadinya Proklamasi 1945. Bersama koleganya di Prapatan 10, lelaki Betawi kelahiran 12 Februari 1921 itu lantas mendirikan BKR (Badan Keamanan Rakyat) Jakarta Raya yang bermarkas di Jalan Cilacap.

Menurut sejarawan Robert Briston Cribb dalam Gangsters and Revolutionaries, Moeffreni pun memiliki jaringan yang cukup luas di luar PETA. Dia tergolong akrab dengan para jagoan dan jawara Jakarta seperti Haji Darip, Panji dan tokoh-tokoh terkemuka lainnya. Jadi bisa dikatakan, sosok Moefreni cukup disegani oleh semua kalangan hingga saat Resimen V Cikampek ada di bawah kendalinya, situasi front Jakarta Timur (termasuk Karawang-Bekasi), perlawanan terhadap militer Inggris dan Belanda berlangsung kompaki. “Dia bisa menciptakan situasi harmonis antara tentara dan lasykar, hingga dianggap komandan oleh seluruh pejuang” kata Rushdy Hoesein.20

Justru itulah yang tidak bisa dilakukan oleh Mayor Soeroto Kunto, penerus Moefreni di Resimen V Cikampek. Kendati penunjukan Mayor Soeroto Kunto sendiri dilakukan atas pilihan Moeffreni, nyatanya situasi di front Jakarta Timur sepeninggal Moeffreni menjadi kacau. Alih-alih terkendali, bentrok antara lasykar dengan tentara kerap berlangsung. Puncaknya terjadi ketika Mayor Soeroto Kunto sendiri hilang bersama empat prajurit Resimen V Cikampek lainnya di wilayah Warung Bambu (antara Karawang-Cikampek) pada 27 November 1946.21

20 Dien Majid, Darmiati: Jakarta –Karawang-Bekasi Dalam gejolak Revolusi: Perjuangan Moeffreni Moe‟mien (Jakarta: Keluarga Moeffreni Moe’mien, 1999), h.88 21 https://historia.id/militer/articles/moeffreni-moe-min-komandan-para-pejuang-P3q74

BAB III

SOSOK LETNAN KOLONEL MOEFFRENI MOE’MIEN

A. Masa Kecil Moh. Moefreni Moe’mien

Mohammad Moeffreni terlahir dengan nama asli Mochamad Moeffreni Moe’mien di Rangkasbitung (yang sekarang masuk dalam Provinsi Banten) Yang lahir pada tanggal 12 Februari 1921 seorang yang berasal dari suku (betawi) beragama Islam, yang lahir dari Rahim seorang ibu yang bernama Siti Aisyah yang berasal dari suku Sunda.22 Sedangkan Ayahnya bernama Mohammad Moe’mien yang berasal Dari suku (Betawi) sebagai Residen Jakarta. yang mempunyai kedudukan penting dikantor tersebut, sebagai buktinya, ia berhasil menyelamatkan sisa-sisa administrasi karesidenan saat terjadi kekacauan di tubuh pemerintah saat itu. Karesidenan Jakarta yang beribukota di Subang itu dimekarkan menjadi dua bagian. Bagian timur itu tetap berpusat di Subang, Sementara bagian barat Beribukota di Purwakarta. Dimana Mohammad Moe’mien ini Memimpin bagian barat ini.23

Dalam teori Antropologi karakter seseorang akan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia tinggal dan menetap diri, baik lingkungan dalam letak geogrrafis ia tinggal maupun lingkungan budaya yang diperkenalkan. Bagaikan Buah jatuh tidak jauh dari pohonya, jiwa Nasionalis yang di miliki ayahnya Mohammad Moeffreni Moe’mien mengalir dalam darah Moeffreni kecil, sifat disiplin, tegas, pemberani dan patriot oleh ayahnya kala itu. Dibuktikan dalam sikap ayahnya yang selalu membantu membiayai perjuangan putranya serta memberi dorongan dan motivasinya dalam berjuang pada saat itu.

22 Seminar Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional: Peran Moeffreni Moe’mien Dalam Mempertahan Kemerdekaan Indonesia 23 Dien Majid, Darmiati: Jakarta –Karawang-Bekasi Dalam gejolak Revolusi: Perjuangan Moeffreni Moe‟mien (Jakarta: Keluarga Moeffreni Moe’mien, 1999), h.22

20

21

Dengan beristrikan Eli Koeminingsih yang berasal dari suku(sunda) dan hasil pernikahannya Letnan Kolonel Moeffreni Mo’mien dengan sang isrti Elie Koeminingsih pada saat itu, di anugrahi tujuh orang anak antara lain.

1. Anak pertamanya (Alm) Susila Budi Moeffreni 2. Anak Ke duanya (Aim) Indirwan Moeffreni 3. Anak ke tiganya (Alm) Wisaksana Moeffreni 4. Anak ke empatnya Harry Noer Moeffreni 5. Anak ke limanya Damayanti Moeffreni 6. Anak ke enamnya Amalsyah Moeffreni 7. Anak ke tujuhnya Iman Moeffreni

Yang beralamat tinggal di Jalan pamulang Permai Barat A-12/1 Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Meninggal dunia di usia 75 tahun pada 27 Juni 1996 dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LETNAN KOLONEL MOCHAMAD MOEFFRENI MOE’MIN

Nama : Mochamad Moeffreni Moe’min

Tempat Lahir : Rangkasbitung

Tanggal Lahir : 12 Februari 1921

Agama : Islam

Tempat Pemakaman : TPU Tanah Kusir Jakarta Selatan

Tanggal Wafat : 27 Juni 1996

22

Latar Belakang Pendidikan

Pendidikan Umum :  Hollandsche Inlandsche School (HIS) Jakarta.  Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Arjuna Jakarta.  Seinen Dojo (Pusat Pelatihan Pemuda) di Batu Ceper, Tangerang.  Boei Gyugun Kanbu Renseitai Pendidikan Tingkat Perwira di Bogor.24

B. Latar Belakang Pendidikan

Menurut Arif Subhan.Secara definitif, Istilah pendidikan formal mengacu pada program pendiri yang di canangkan oleh pemerintah pusat dengan regulasi yang sudah di tentukan. Pendidikan formal memiliki beberapa jenjang mulai dar tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi.25 Pendidika pada masa itu Merupakan proyek pendidikan kolonial yang dimulai sejak pertengahan Abad ke 19. Tentunya beberapa anak Indonesia dari kalangan yang sangat terbatas memeperoleh kesempatan untuk belajar di sekolah, untuk anak anak Eropa yang berdiri sejak tahun 1816. Tiga dekade kemudian, pemerintah Hindia belanda membuka sekolah tinggi dikalangan pribumi.26

Sebagaimana sudah diketahui bahwa pemerintah Hindia Belanda telah menerapkan kebijakan dalam pendidikan berdasarkan stratifikasi sosisal masyarakat Hindia Belanda pada waktu itu, terdiri dari pribumi, Orang-orang

24 Inventaris Arsip IPPHOS 1945-1950 Koleksi ANRI 25 Arif Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20 (ciputat: UIN Jakarta Press, 2009), h. 86 26 .ibid.86.

23

Cina, Arab, dan Eropa. Stratifikasi itu mengenal jenjang tinggi rendahnya pembagian warga masyarakat sejak dari yang paling atas yang terdiri dari, penduduk Eropa, disusul Timur Asing (Arab dam Cina), kemudian Aristokrat priyai (pribumi) dan akhiernya rakyat umum.27

Adapunn jenjang - jenjang pendidikan itu dari mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pada tingkat pendidikan dasar untuk golongan ELS (europese Lagere Schoo- Sekolah Dasar Eropa). Untuk golongan timur asing tersedia HAS (Hollands Arabische school- sekolah Belanda Arab), untuk golongan Aristokrat atau Pribumi tersedia HIS (Hollands-Inlandse School- Sekolah Belanda Pribumi. Terakhir, untuk rakyat umum tersedia Volkschool, Sekolah Rakyat lanjutan, di- tingkat kecamatan dengan program belajar selamna Lima tahun.28

Mohammad Moeffreni Moe’mien sebagai anak pribumi dari kalangan saederhana pun mengenyam pendidikan formal ini secara bertahap dan berjenjang sampai ke perguruan tinggi. Pada mulanya Moeffreni mengenyam pendidikan.

1. Aristokrat Pribumi (HIS) Jakarta pada tahun 1928-1935 di Jakarta. 2. pada selanjutnya pendidikan sekolah menengahnya di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) Jaakarta dari tahun 1935-1938. 3. Kemudian melanjutkan pendidikan di AMS (Algemene Middlebare School) Jakarta pada tahun 1938-1941, 4. kemudian selanjutnya (Seinen Dojo) Pusat Pelatihan Pemuda, Batu Ceper, Tangerang pada tahun 1943. 5. Kemudian melanjutkan pendidikannya (Boie Gyugun Kanbu Reseitai) Pendidikan Tingkat Perwira di Bogor pada tahun 1943-1944 juga diangkat sebagi Instruktur pembantu pada lembaga pendidikan tingkat Bintara dan Perwira Magelang (Resentai) satuan latihan pada tahun 1943-1944.

27 Nurcholis Madjid, Indonesia Kita (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 28 28 Ibid.,H.

24

6. Selanjutnya diangkat oleh Pemerintah menjadi, Perwira PETA Daidan 1 Jakarta ditugaskan untuk melatih dasar-dasar kemiliteran kepada paraa tokoh pergerakan dan tokoh-tokoh Politik Chuo sang in, para mahasiswa Ika Daigaku dan sekolah tinggi Islam, dan pelajar sekolah menengah guna mempersiapkan suatu barisan bersenjata dan menyongsong Kemerdekaan Indonesia. 7. Moefffreni melanjutkan pendidikannya perguruan tinggi di Sekolah Staff dan Komando Angkatan Darat Angkatan Pertama pada tahun 1951-1952.29

Mengenai pendidikan yang ditempuh moeffreni yang bertahap itu secara formal, ada hal yang unik, dimana Pemerintah Hindia Belanda sebelumnya te;lah menetapkan bahwa bagi kalangan peibumi baik dari kalangan rendah maupun dari kalangan menengah (Aristikrat) mereka diberi jatah pengajaran di sekolah-sekolah khusus pribumi (inlander School), semacam sekolah rakyat (Volkschool), di tingkat desa dengan belajar selama tiga tahun, dan Vervolgschool, sekolah rakyat lanjutan, di tingkat kecamatan dengan program belajar selama lima tahun.

Namun berbeda dengan pendidikan belajar yang ditempuh Moeffreni hanya mengenyam pendidikan selama beberapa tahun. dan selanjutnya di sekolah non-pribumi. Dalam hal ini di duga kuat bahwa alasan utama jalur pendidikan yang di tempuh Letnan Kolonel Moeffreni adalah kualitas pendidikan yang bermutu. Hal ini juga menjadi alasan utama keluarganya khususnya dari pihak Ayahnya yang selalu mendukung hatta untuk menruskan pendidikannya ke tingkat perguruan tinggi yang digaris bawahi, bahwasanya tidak semua bangsa pribumi dapat merasakan pendidikan yang dikhususkan bagi kalangan menengah ke atas (Kalangan Asia timur – Arab dan cina serta kalangan Eropa).

Di sisi lain dikatakan bahwa kalangan Pribumi yang bisa bersekolah dengan kalangan elit itu disinyalir harus ada kedekatan dengan para pejabat hindia

29 Seminar Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional

25

Belanda dan darei Kalangan Bangsawan.30 Nampaknya Dalam Kontek keilmuan lebih beruntung dari kawan-kawan sebayanya nyang pada waktu itu bisa meraskan belajar mengkaji sekolah. Sedangkan kehidupan kawan-kawannya diwarnai dengan dunia bermain adalah suatu ironi yang dialami Letnan Kolonel Moeffreni pada waktu itu. Namun karenalatar belakang keluarga Letnan Kolonel Moeffreni yang disiplin dan tegas dan lebih mengutamakan pendidikan, maka pandangan yang demikian itu tidak dianggap suatu beban oleh Moeffreni.

C. Sepak Terjang Letnan Kolonel Moh. Moeffreni Moe’mien

Setelah beberapa hari sebelum dikeluarkan pernyatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, menjadi rahasia umum dari mulut ke mulut media seperti berita akan adanya proklamasi yang telah di dengar bangsa Indonesia di Jakarta pada saaat itu. Sehari setelah pernyataan proklamasi Pemerintah Republik Indonesia segera menyiapkan segala kelemkapan pemerintahan bagi suatu bangsa yang merdeka dan berdaulat. Secara berturut-turut mulai dari tanggal 18 Agustus 1945 Undang-undang Dasar Republik Indonesia di sahkan, Kabinet dibentuk pada tanggal 19 Agustus 1945 dan disahkan berdirinya KNI, partai PNI dan BKR(Badan Keamanan Rakyat).31

Bahwasanya BKR pada awal dibentuknya ini bukan tenteara akan tetapi sebuah badan atau korps pejuang bersenjata, dengan tujuan untuk menjamin ketentraman umum. Sebenarnya BKR ini merupakan bagian dari badan penolong keluarga korban perang yang di di dirikan di Jakarta pada tanggal 20 agustus 1945. Pada saat itu juga BKR bekerja secara sukarelawan bersama sama dengan rakyat dan pemerintah pada saaat itu, dan BKR dapat dikatakan mempunyai kedudukan yang sama sejajar dengan peranan suatu badan kesosialan.32

30 Suradi Hp, dkk., Sejarah pemikiran Pendidikan Dan Kebudayaan (Jakarta: Ditjarahnitra Ditjen Kebudayaan Depdikbud, 1986), h. 4. 31 Dien Majid, Darmiati: Jakarta –Karawang-Bekasi Dalam gejolak Revolusi: Perjuangan Moeffreni Moe‟mien (Jakarta: Keluarga Moeffreni Moe’mien, 1999), h. 17. 32 Dien Majid, Darmiati: Jakarta –Karawang-Bekasi Dalam gejolak Revolusi: Perjuangan Moeffreni Moe‟mien (Jakarta: Keluarga Moeffreni Moe’mien, 1999), h. 18.

26

Khusus di Jakarta BKR di bentuk pada Tanggal 27 Agustus 1945 dalam rapat yang diselenggarakan pada tanggal 1 september 1945 di markas BKR, Jakarta Jalan Cilacap Nomor 5 Terpilih Moeffreni Moe’mien , yang berpostur tubuh ramping saat itu, dengan pembawaaan yang periang, sebagai Ketua BKR Jakarta Raya. Kasman Singodimejo. Ketua BKR pusat. Bekas (Daidancho) komandan batalyon PETA Jaga Monyet yang menunjuk Moeffreni Mo’mien menjadi ketua BKR Jakarta Raya. Yang semula berpangkat sebagai ajudan ketika di Daidan 1 PETA Jakarta. pada waktu itu Usia Moeffreni Moe’mien yaitu 22 tahunb, yang meliputi wilayah Jatinegara, Pasar senen, Mangga Bersar Panjaringan, Tanjung Priok.33

Dalam penjelasan Moeffreni mengemban tugas BKR Jakarta Raya dalam jangka pendek yaiitu:

1. Menempati gedung-gedung pemerintahan Jepang untuk dijadikan milik republik, mengamankan inventarisasinya, mengibarkaan bendera Merah Putih di gedung-gedung itu. 2. Mempersiapkan BKR sebagai organisasi-organisasi tentara. Walau tidak mendapat instruksi yang jelas , tapi pidato presiden yang berbunyi:

“Percayananti akan tiba saatnya menjadi prajurit tentara kebangsaaan” sudah harus dapat diintrepetasikan sendiri., mempersiapkan sedini mungkin tentara kebangsaan”. Itu suatu konsekuensi dalam perjuangan, kita sudah mempersiapkan adanya satu bentuk tentara . karena itulah lalau mencoba merekrut orang-orang, pemuda-pemuda untuk dilatih sebagi tentara.”34

33 Dien Majid, Darmiati: Jakarta –Karawang-Bekasi Dalam gejolak Revolusi: Perjuangan Moeffreni Moe‟mien (Jakarta: Keluarga Moeffreni Moe’mien, 1999), h. 21.

34 Dien Majid, Darmiati: Jakarta –Karawang-Bekasi Dalam gejolak Revolusi: Perjuangan Moeffreni Moe‟mien (Jakarta: Keluarga Moeffreni Moe’mien, 1999), h. 21.

27

Adapun komposisi Organisasi BKR Jakarta Raya yaitu:

Komandan : Moeffreni Moe’mien

Seksi I : Bagian Intel dipegang oleh Adel Sofyan dan Supangat

Seksi II : Operasional dipegang oleh saleh Tejakoesoemah dan Banoe Mahdi

Seksi III : Personalia atau Administrasi di pegang oleh Abdul Salam Mohammad Abu Thayib, Melani Abu Thayib

Seksi IV : Logistik dipegang pleh Sofyar dan Sukandar

Seksi V :Perhubungan dipegang oleh Sugirman, Abdurrachman, Darmawan, Drachman dan Sewoyo.

Seksi VI :Bendahara dipegang Haji Uni Junaedi

Seksi VII :Pengangkutan dipegang oleh Suheimi.

Tugas khusus :Dipegang Oleh Kharis Shuhud, Roelyaman, Priyatna dan sisman.

Bukanhanya itu saja , selain melaukan komunikasi antar sektor tapi juga turut menggugah semangatb perjuangan rakyat melalui aksi corat corettembok di seluruh kota Jakarta dengan kata-kata “Merdeka atau Mati” . “Sekali Merdeka Tetap Merdeka”. Dan lain-lain. Mreka ahli dalam menulliskan kalimat–kalimat yang dapat menggugah semangat perjuangan seperti ini. 35

35 Dien Majid, Darmiati: Jakarta –Karawang-Bekasi Dalam gejolak Revolusi: Perjuangan Moeffreni Moe‟mien (Jakarta: Keluarga Moeffreni Moe’mien, 1999), h.

28

Aktifitas/Pengalaman

: Hoofd Redacteur Majalah Pandu Jakarta

Periode Tahun terbitan Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI)

1942 s/d 1943 : Instruktur Pembantu Resentai Pendidikan tingkat Bintara dan Perwira di Magelang

: Daidan I PETA Jakarta

: Ketua BKR Jakarta Raya

Periode Tahun : Komandan TKR Jakarta Raya

1945 s/d 1950 : Komandan TKR Resimen V/Cikampek

: Komandan TRI Resimen XII/Cirebon

: Direktur Pendidikan Perwira Divisi Siliwangi

: Komandan PST IV Brigade “D” Divisi

Siliwangi

: Kepala Staff Resimen Bogor

Periode Tahun : Wakil Asisten KSAD

1950 s/d 1977 : Anggota DPRD Gotong Royong DKI Jakarta 1961 s/d 1966

: Ketua Komisi C DPRD Gotong Royong DKI Jakarta 1966 s/d 1971

: Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta 1971 s/d 1977

Piagam Penghargaan dan Tanda Kehormatan

1 Piagam No. 49/M Kepala Staff “A” Angkatan Darat pada tanggal 1

29

Oktober 1951 oleh Kolonel Inf R. Suhud Prawiroadmodjo

2 Mendali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia, Surat Tanda Kehormatan Presiden RI pada tanggal 5 oktober 1954 oleh Ali Sastroamidjodjo

3 Satyalencana Peristiwa Aksi Militer Kesatu, Surat Tanda Penghargaan Menteri Pertahanan RI No. 01586 pada pada tanggal 17 Agustus 1958 oleh Ir. H. Djuanda

4 Satyalencana Peristiwa Aksi Militer Kedua, Surat Tanda Penghargaan Menteri Pertahanan RI No. 01850 pada tanggal 17 Agustus 1958 oleh Ir. H. Djuanda

5 Satyalencana Kesetiaan, Tamtama Setia VIII Surat Tanda Penghargaan Menteri Pertahanan RI No. 00828 pada tanggal 17 Agustus 1958 oleh Ir. H. Djuanda

6 Ikatan Kekeluargaan Korps Siliwangi No. 0062/P/62. Pada tanggal 20 Mei 1962 Panglima Kodam VI/Siliwangi Kolonel Ibrahiem Adjie

7 Piagam Penghargaan Pimpinan Pusat Legiun Veteran Republik Indonesia No. 01.00007 pada tanggal 2 Januari 1982 oleh Ketua Umum PP LVRI Letnan Jenderal (Purn) Achmad Tahir

8 Lencana Cikal Bakal TNI, Piagam Penghargaan Presiden RI No. 000079 pada tanggal 7 Agustus1995 oleh H.M Soeharto

9 Lencana Cikal Bakal TNI, Piagam Penghargaan Presiden RI No. 004192 pada 29 April 1997 oleh Presiden RI H.M Soeharto36

36 Inventaris Arsip IPPHOS 1945-1950 Koleksi ANRI

BAB IV

PERJUANGAN LETNAN KOLONEL MOEFFRENI MOE’MIN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA 1945-1949

A. Landasan Pergerakan Moeffreni Moe’min

Mohammad Moeffreni Moe’min merupakan seorang pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia yang dalam masa revolusi fisik telah berperan dalam perjuangan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia di dalam kesatuan bersenjata resmi BKR/TKR/TRI. Terdapat dua sarana monumental yang dibangun guna mengenang jasa dan pengorbanannya yang luar biasa yakni, Pertama Monumen BKR/TKR Jakarta Raya yang terletak di Jalan Cilacap No. 5 Menteng Jakarta Pusat. Pada monumen tersebut tertulis prasasti nama pemimpin BKR/TKR Jakarta Raya Letnan Kolonel Moh. Moeffreni Moe’min dan Kepala Kantor Penghubung Tentara Letnan Kolonel MT Harjono yang menggunakan bangunan tersebut sebagai markasnya, Monumen tersebut diresmikan pada tanggal 1 September 1985 oleh Letnan Jenderal TNI Try Soetrisno selaku Wakil Kepala Staff Angkatan Darat. Kedua Monumen Resimen Cikampek yang terletak di Jalan Cikampek. Dahulu terdapat bangunan bekas hotel yang sejak 19 November 1945 digunakan sebagai markas TKR Resimen Jakarta Raya, Monumen tersebut berbentuk tiga buah patung pimpinan resimen Letnan Kolonel Moh. Moeffreni Moe’min, Letnan Kolonel Soeroto Koento, dan Letnan Kolonel Sadikin yang diresmikan pada 11 Oktober 1997 oleh Jenderal TNI Wiranto selaku Kepala Staff Angkatan Darat.

1. Pada perang kemerdekaan Indonesia sosok Moeffreni selalu berada digaris depan memimpin berbagai pertempuran di kota Jakarta, front timur Jakarta, dan sektor front Bandung timur serta Cirebon. Baginya perjuangan di front timur Jakarta berbeda dengan front pertempuran lainnya, berbagai kisah heroik dan patriotisme tentang perjuangan di front timur Jakarta diungkapkan melalui karya seni dan sastra seniman angkatan’45 diantaranya Chairil Anwar melalui sajak puisi berjudul “Karawang-

30

31

Bekasi”, Pramoedya Ananta Toer melalui dua novel sejarahnya yang berjudul “Di Tepi Kali Bekasi” dan “Krandji Bekasi Djatoeh” serta melalui syair lagu “Melati Tapal Batas”. Moeffreni yang terbiasa keluar masuk hutan untuk bergerilya lalu kemudian dimasa tertib sipil menjadi pimpinan parlemen karakternya mencerminkan sikap keberanian, bersahaja, dan kerja keras serta rela berkorban. Jenderal Ahmad Yani begitu terkesan dengan sosok Moeffreni yang dikenalnya sejak mengikuti pendidikan kemiliteran di zaman Jepang hingga meminta izin sebagai seorang sahabat kepada Moeffreni untuk menamakan salah satu putranya dengan nama Untung Mufreni Yani.

2. Perjuangan dan pengabdian Letnan Kolonen Moh.Moeffreni bagi bangsa dan negara juga tercatat dalam kumpulan arsip statis berupa tanda kehormatan dan penghargaan yang diterimanya diantaranya Mendali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia pada tahun 1956. Satyalencana Peristiwa Aksi Militer Pertama, Satyalencana Peristiwa Aksi Militer Kedua dan Satyalencana Kesetiaan yang terima secara sekaligus pada tahun 1958, Piagam Penghargaan Ikatan Kekeluargaan Korps Siliwangi pada tahun 1962, Piagam Penghargaan Pimpinan Pusat Legiun Veteran Indonesia pada tahun 1982 dan Lencana Cikal Bakal TNI pada tahun 1995. Sudah sewajarnya penganugerahan gelar pahlawan nasional disematkan padanya yang telah mendharmabaktikan seluruh hidupnya untuk Bangsa dan Negara sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- undangan yang berlaku di Indonesia.

kemerdekaan Bangsa Indonesia diproklamirkan oleh bapak proklamator kita Soekarno - Hatta tepat pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah kemerdakaan bangsa tidak berhenti pada proklamasi kemerdekaan saja, mempertahankan deklarasi kemerdekaan cukup panjang dan banyak membutuhkan pengorbanan dari segala aspek kehidupan bangsa saat itu. Peristiwa yang cukup besar dan penting salah satunya adalah Rapat raksasa Ikada pada tanggal 19 September 1945. Dimana peristiwa tersebut telah melibatkan ratusan ribu orang untuk

32

membulatkan tekad dan memperlihatkan pada dunia internasional bahwa Republik Indonesia telah berdiri dan merdeka.

Mengenai aksi militer yang pertama di Jakarta sabagi Ibukota, Kepala BKR Jakarta Raya Letkol Moeffreni Mo’mien mencatat seperti yang di tulis kembali oleh Nasution.

“ Maka Jepang dewasa itu, dilihat dari sudut moril adalah suatu alat yang mati. Biarpun semua bangsa dan rakyat Indonesi mengerti bahwa yang primer harus kita hadapi Belanda dan tentaranya yang ingin menjajah kembali tanah air ini , namun Jepang merupakan suatu penghalang di dalam kita hendak mewujudkan pernyataan Indonesia . Tanda-tanda sebelum pengumuman proklamasi sebum dan sesudahnya membuktukan benar, bahwa Jepang pada waktu itu menjadi rintangan yang kejang untuk cita-cita kita. Alangrintangan itu harus di singkirkan dan kita berusaha untuk melucuti senjata-senjata mereka, supaya jangan sampai jatuh pada tangan Belanda, pula supaya jangan sampai tentara Jepang membabibuta membunuh rakyat. Tindakan yang akan kita ambil itu adalah justru untuk kepentingan , ketertiban dan ketentraman bagi seluruh penduduk di tanah air Indonesia yang telah merdeka itu. Usaha - usaha itu tidk semudah seperti kita gambarkan diatas, karena kita ketahui tentara Jepang, yang mempuyai disiplin yang kejang dan kaku, tidak berani untuk mau dilucuti begitu saja senjataya oleh kita37.

Dalam hal ini pihak pemuda – pemuda pada saat terdesak menghadapi suatu keharusan untuk bertindak. Sepanjang keterangan yang didapat pada BKR di Jakarta kota sendiri kekuatan Butai Jepang tidak begitu banyak senjatanya dan kekuatan perorangan kira-kira sebanyak 2

37 Dien Majid, Darmiati: Jakarta –Karawang-Bekasi Dalam gejolak Revolusi: Perjuangan Moeffreni Moe‟mien (Jakarta: Keluarga Moeffreni Moe’mien, 1999), h.32

33

atau 3 batalyon dengan 2 kompi kempei. Persediaan-persediaan mereka berada di luar Jakarta Raya. Gudang-gudang penimbunan mesiu dan senjata-senjata dan persediaan lainnya itu berada di polonia, Pesing, Kebayoran dan Cililitan. Pemuda-pemuda dan rakyat hendak memulai untuk bertindak pada mata rantai yang terlemah memacah memutuskan rangkaian kekuatan yang ada pada Jepang pada waktu itu. Obyek yang memenuhi syarat di atas ialah pos-pos yang kecil yang berada didalam kota mengingat kekuatan mengenai persenjataan kita sangat kecil skali dibanding dengan pihak lawan, tetapi di samping itu rakyat Indonesia sendiri memeiliki semangat dan tekad yang besar, maka tindakan-tindakan untuk melucuti senjata Jepang penjagaan yang terkecil dahulu.”

Sebenarnya, adu baku hantam terberat dengan pihak Jepang itu terletak pada perebutan senjata. Karna untuk membeli senjata Pemerintah Indonesia belum mampu dan belumada jalur belinya, kepada siapa harus dibeli . maka senjatayang ada ditangan jepang inilah yang harus direbut agar dapat mempertahankan Republik Indonesia.

“ Bukan Kita mau membunuh orang , tapi untuk mempertahankan (Indonesia) perlu senjata”.

Jepang sudah kalah. Karena itu selayaknyalah senjata yang ada pada mereka menjadi milik kita. “kalau mereka baik-baik, senjata itu kita ambil baik- baik. Kalau mereka tidak baik, terpaksa kita rampas” tukas Moeffreni saat itu.38

38 Dien Majid, Darmiati: Jakarta –Karawang-Bekasi Dalam gejolak Revolusi: Perjuangan Moeffreni Moe‟mien (Jakarta: Keluarga Moeffreni Moe’mien, 1999), h.32.

34

B. Peran Letnan Kolonel Moh. Moeffreni Moe’min Dalam Perang Di- Front Timur Jakarta

Selama kurun waktu tujuh dekade lalu kemerdekaan Bangsa Indonesia diproklamsikan oleh bapak proklamator Soekarno-Hatta tepat pada tanggal 17 Agustus 1945. Perjalanan sejarah kemerdekaan bangsa tidak berhenti pada saat selesainya dibacakan Proklamasi saja, mempertahankan deklarasi cukup panjang dan banyak membutuhkan pengorbanan dari segala macam aspek kehidupan bangsa saat ini. Peristiwa yang cukup besar dan sangat penting salah satunya adalah Rapat Raksasa Ikada pada tanggal 19 September 1945. Dimana peristiwa tersebut telah melibatkan ratusan ribu orang dalam membulatkan tekad dan memperlihatkan pada dunia Internasional bahwa Republik Indonesia telah berdiri dan merdeka.39

Peristiwa Rapat Raksasa IKADA adalah suatu agenda kebangsaan yang dikomsepkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusan (KNPI), dengan tujuan agar Presiden Soekarno dapat menyampaikan Penjelasan kepada rakyat Indonesia menegenai berdirinya Negara Republik Indonesia. Namun agenda besar tersebut mendapat reaksi keras dari pemerintah Jepang pada saat itu dengan melakukan perlarangan dan pihak militer Jepang juga siap mengambil tindakan kekerasaan apabila Republik Indonesia tetap melaksanakan rapat tersebut. Walaupun peristiwa tersebut berjalan tidak sesuai dengan agenda, namun ternyata berlangsung dengan tertib dan aman tanpa adanya korban dari pihak manapun.

Perlu juga diketahui dalam peristiwa tersebut, tidak terlepas peran tokoh Letkol Moeffreni Moe’min yang turut mengamankan Dwi Tunggal dan Masa pada saat itu. Beliau adalah Komandan Pertama Badan Keamanan Rakyat (BKR)

39 http://www. Kompasiana.com/dirgantarakusuma/moeffreni-moe-min-perjuangan-revolusi- indonesia 58a5bfb04423bdb13a080fd0#gid=1&pid=1. Lihat Juga Usulan Penagruhan Gelar Pahlawan Nasional Letnal Kolonel Moh. Moeffreni Moe’min,Jakrta.

35

Jakarta Raya, yang paling bertanggung jawab atas pelakasaan Rapat Raksasa Ikada. Moeffreni Moe’min sebagai Komandan Pertama Badan Keamanan Rakyat Jakarta Raya, juga turut mengkordinir dan membiina laskar pejuang di Jakarta untuk turut mempertahankan Republik Indonesia dari serangan Sekutu.

Peran pejuangan Moh. Moeffreni Moe’min juga berlanjut pada perjuangan angkatan senjata, supaya mempertahankan kemerdekaan di Front Timur Jakarta (Jakarta-Bekasi-Karawang), seiring membuat repot pihak NICA. Dengan taktik perang konvesional Hit and Run yang dilakukan Moeffreni Moe’min serangan tersebut efektif dan memaksa NICA harus menelan pil pahit peperangan yang berlangsung.

„saya merasa tidak berjasa, saya hanya membawa batu-batu kecil untuk membangun Republik yang besar ini. Sebab itu, Republik Indonesia masih tegak berdiri perjuangan mengisi kemerdekaan masih berlanjut tentu dalam corak berbeda”

-Kutipan kalimat Letkol Moeffreni Moe’min-40

1. Sejak remaja Moeffreni aktif dalam organisasi Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang dipimpin oleh dr. , didalam organisasi tersebut Moeffreni bertugas sebagai Hoofd Redacteur Majalah Pandu Jakarta terbitan KBI. Pada tahun 1943 dimana Jepang telah berkuasa di Indonesia, melalui organisasi kepanduan tersebut Moeffreni diutus untuk mengikuti pendidikan semi militer Seinen Dojo (Pusat Pelatihan Pemuda) angkatan pertama di Batu Ceper Tangerang. Para siswa angkatan pertama diantaranya , Kemal Idris, Zulkifli Loebis dan Daan Mogot (yang kemudian hari gugur dalam pertempuran Lengkong), dan beberapa nama lainnya yang kelak juga tercatat dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

40 https://www.kompasiana.com/dirgantarakusuma/58a5bfb04423bdb13a080fd0/moeffreni-moe- min-perjuangan-revolusi-indonesia

36

2. Setelah lulus dari pendidikan Seinen Dojo di Tangerang Moeffreni mendapat tugas sebagai instruktur pembantu pada Renseitai Magelang untuk melatih para calon perwira dan bintara, Ahmad Yani dan Sarwo Edhie yang kemudian hari menjadi tokoh militer di Indonesia adalah siswa yang mendapat pendidikan kemiliteran pada saat itu. Kemudian Moeffreni melanjutkan pendidikan perwira Pembela Tanah Air (PETA) di Boei Gyugun Kanbu Renseitai Bogor. Pada saat bertugas sebagai perwira PETA Daidan I Jakarta, dibawah kepemimpinan Mr. Kasman Singgodimedjo menunjuk Moeffreni sebagai Kepala Bagian Pendidikan PETA Daidan I Jakarta bersama dengan para instruktur diantaranya Latief Hendradiningrat, Singgih, Sanusi dan Hamdani guna mendidik dan melatih dasar-dasar kemiliteran kepada tokoh-tokoh politik Chuo sang in, para pemuda tokoh pergerakan, Mahasiswa (Ika Daigaku dan Sekolah Tinggi Islam), Siswa SMT Djakarta, dan Barisan Pelopor yang setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi suatu embrio lahirnya Tentara Nasional Indonesia. 3. Pada tanggal 1 September 1945 Mohammad Moeffreni Moe’min didapuk sebagai pemimpin Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jakarta Raya yang bermarkas di Jalan Cilacap No. 5. Moeffreni membentuk satuan BKR secara mandiri tanpa dukungan logistik, keuangan, dan administrasi dari pemerintah yang baru saja berdiri. Dibawah kepemimpinannya BKR menjelma menjadi wadah pemuda bersenjata yang melaksanakan isi proklamasi, berikut serangkaian aksi heroik perjuangan Moeffreni selama memimpin BKR Jakarta Raya :  Merebut dan mengambil alih gedung-gedung jawatan publik guna dijadikan milik republik serta menurunkan bendera Hinomaru dan mengibarkan bendera merah putih sebagai tindaklanjut dari pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia.  Membangun kekuatan militer dengan merekrut pemuda-pemuda sebagai anggota BKR dan memimpin parade bersenjata di kota

37

Jakarta serta memimpin perebutan senjata amunisi ditangsi militer Jepang di Cilandak dan Kebayoran.  Pada tanggal 19 September 1945 diselenggarakan Rapat Raksasa di lapangan Ikada, Pihak Jepang melarang rapat tersebut dengan mencegah dan menempatkan balatentaranya disekitar lokasi lengkap dengan persenjataan militer yang siap diarahkan kekerumunan masa rakyat. Kebulatan tekad rakyat yang mendukung kemerdekaan Indonesia tak terbendung, ratus ribu rakyat memenuhi lapangan Ikada guna mendengar pidato para pemimpin bangsa. Pada peristiwa bersejarah tersebut Moeffreni berperan memobilisasi rakyat dan bertanggungjawab atas keamanan kota serta keselamatan dwitunggal (Soekarno - Hatta). Setelah mendengar arahan dari pidato singkat Ir. Soekarno masa rakyat membubarkan diri dengan tertib dan aman. Peristiwa bersejarah tersebut telah ditetapkan pada 30 Oktober 1976 melalui Keputusan Dewan Nomor 7/P/DPRD/1976 tentang Penetapan Tanggal 19 September 1945 sebagai Hari Kebulatan Tekad Rakyat dalam Mempertahankan dan Membela Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.  Pada akhir September 1945 tentara sekutu (AFNEI) dan NICA tiba di Tanjung Priok guna mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang yang telah menyerah kepada sekutu. Terjadi pergolakan di sudut-sudut kota, Moeffreni membentuk sistem pertahanan di kampung-kampung di Jakarta guna mempertahankan dari provokasi orang-orang Belanda yang baru saja terbebas dari intenir Jepang dan kekacauan yang dibuat oleh tentara sekutu dan Belanda.  Memimpin dan melakukan perlawanan bersenjata dalam pertempuran di dalam kota Jakarta (kawasan Tanah Abang, Dukuh Sawah sekarang Jalan M.H. Thamrin, Karet Kubur dan Salemba) dengan tentara sekutu dan Belanda.

38

4. Pada 5 Oktober 1945 Pemerintah Indonesia mengumumkan berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR) secara otomatis BKR bertransformasi menjadi TKR. Demi kepentingan diplomasi pada 19 November 1945 Pemerintah menginstruksikan mengosongan kota Jakarta dari barisan bersenjata untuk ditempatkan diluar kota Jakarta. Letnan Kolonel Mohammad Moeffreni Moe’min sebagai seorang Komandan TKR Resimen Jakarta Raya memindahkan markas perjuangannya ke Cikampek. Moeffreni memimpin perjuangan bersenjata, menjaga tapal batas atau garis demarkasi, mengkoordinir dan membina para laskar pejuang untuk turut mempertahankan kemerdekaan Indonesia di front timur Jakarta (Jakarta, Bekasi, Karawang), berikut serangkaian aksi heroik dan patriotismenya ketika memimpin TKR Resimen Jakarta Raya :  Membentuk satuan tugas intelejen yang disebar didalam kota Jakarta guna melaksanakan tugas-tugas intelejen yang dipimpin oleh Kapten Soepangkat. Satuan tugas tersebut berperan memberikan bahan informasi dan keterangan tentang apa yang terjadi di Jakarta dan sepanjang perjalanan antara Jakarta dan Cikampek kepada Moeffreni sehingga dapat dilakukan cegah tangkal atas intervensi tentara lawan.  Pada tanggal 21 November 1945 Moeffreni menginstruksikan penghadangan dan penyergapan kereta api di daerah Dawuan Cikampek yang hendak menuju ke Bandung untuk mengirim perbekalan logistik dan amunisi yang dikawal oleh satu pleton tentara sekutu (Gurkha) dan Belanda. Baku tembak terjadi, korban jiwa berjatuhan dari tentara sekutu yang mengalami kekalahan. Penyergapan berakhir dengan menyisakan empat orang tentara Gurkha yang menyerahkan diri dan kemudian dijadikan tawanan untuk ditukar dengan orang-orang dari pihak republik yang juga ditawan oleh pihak sekutu salah satunya Chairil Anwar (Pemuda Angkatan’45).

39

 Membentuk Sekolah Pendidikan Kader Militer yang dilatih kemiliteran di Desa Kamojing Cikampek guna keperluan mengatasi kekurangan dan keterampilan personil di front pertempuran. Siswa-siswa yang mendapat pendidikan tersebut diantaranya Bajuri Dasaad (Putra seorang pengusaha terkenal A.M. Dasaad), Atmodjo (Kemudian menjadi perwira tinggi di Angkatan Laut dengan Pangkat Terakhir Laksamana), Marathon Wiria Mihardja (Eks. Wakil Ketua BPK RI) dan Rachman Marso. Moeffreni sebagai seorang pemimpin di front timur Jakarta juga memiliki hubungan yang baik dengan para pemimpin laskar rakyat yang berjuang bersama di front pertempuran diantaranya KH. Noer Alie (Laskar Hizbullah) dan Haji Darip (Barisan Rakyat BARA), Madmuin Hasiboean (Marunda), Ama Puradiredja (Kelompok Pencak Silat dari Subang) dan Laskar Rakyat Djakarta Raya (LRDR).  Pada 13 Februari 1946 Moeffreni memimpin operasi penumpasan pemberontakkan bersenjata Laskar Merah (Komunis) di Cirebon, operasi penyerbuan ke Hotel Ribrink berhasil melumpuhkan kekuatan Laskar Merah dan menangkap pemimpinnya Mr. M. Joesoeph dan Mr. Suprapto untuk kemudian diadili.  Membantu rakyat Jakarta yang sedang mengalami krisis pangan karena situasi yang tidak menentu dengan mengamankan jalur transportasi suplai beras dari Karawang menuju Jakarta untuk kemudian diatur dan didstribusikan melalui Pemerintah Kota Jakarta kepada rakyat Jakarta.  Selain perjuangan bersenjata di front pertempuran, perjuangan diplomasi adalah salah satu langkah yang diambil pemerintah Indonesia guna mewujudkan kemerdekaan Indonesia yang berdaulat. Moeffreni juga berperan aktif mendukung dan membantu pemerintah dalam melaksanakan operasi POPDA dan

40

APWI serta pengiriman bantuan beras ke India yang berdampak pada simpati dan citra positif Indonesia dalam dunia internasional.  Tentara bersama rakyat kuat dalam perang gerilya dukungan rakyat menjadi salah faktor kekuatan. Pada saat pertempuran sedang berhenti para personil TKR Resimen Jakarta Raya dibawah kepemimpinan Moeffreni melakukan berbagai kegiatan sehari-hari bersama rakyat antara lain: Membangun kembali jalur kereta api kecil yang telah rusak sepanjang 30 Km dari Lemah Abang sampai Cibarusah, Menjadi tenaga pengajar disaat sekolah-sekolah telah tutup, membantu rakyat menanam dan menuai bertani bersama rakyat serta membantu rakyat di Purwakarta yang sedang terjangkit wabah kolera.

5. Pada Juli 1946 Letnan Kolonel Mohammad Moeffreni Moe’min dipindah tugaskan ke Resimen XII/Cirebon. Pada awal tugas di Cirebon Moeffreni menjaga dan melakukan perjuangan bersenjata di front Bandung Timur. Kemudian pada November 1946 pihak Inggris menginginkan terjadinya perundingan dan gencatan senjata antara Indonesia dengan Belanda yang kemudian dikenal dengan Perundingan Linggarjati. Moeffreni mendapat tanggungjawab memimpin pengamanan tersebut dengan melibatkan unsur militer empat angkatan (Darat, Laut Udara dan Kepolisian). Pada saat perundingan berjalan tiba-tiba laskar rakyat berdatangan dari Karawang menuju Cirebon, mereka mengira Cirebon telah diduduki oleh tentara Belanda yang didukung Inggris dan bermaksud membantu perjuangan TKR Resimen XII. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan merugikan perjuangan diplomasi, Moeffreni melakukan tindakan persuasif dan menjelaskan kepada para laskar rakyat yang sebelumnya telah mengenal Moeffreni sebagai seorang sosok komandan perang di front timur Jakarta tentang garis politik yang sedang ditempuh Pemerintah Republik Indonesia.

41

Tugas pengamanan tersebut berakhir dengan baik, walaupun dikemudian Belanda melanggar isi perjanjian Linggarjati. 6. Pada Mei 1947 Moeffreni bertugas sebagai Direktur Latihan Perwira Divisi Siliwangi di Ngamplang Garut dengan pangkat Mayor karena ada penerapan reorganisasi didalam organisasi angkatan bersenjata, seluruh perwira Divisi Siliwangi diturunkan pangkat satu tingkat dibawahnya. Sejak meletusnya agresi militer pertama pada 21 Juli 1947 situasi Cirebon mencekam oleh berbagai serangan tentara Belanda dari laut, udara dan darat yang mendadak, tak lama kemudian Panglima Divisi Siliwangi yang dijabat oleh A.H. Nasution segera menugaskan Mayor Moeffreni untuk membantu pertahanan di wilayah Cirebon sebagai Kepala Staff Territorium Brigade V Cirebon. pada suatu hari dalam suatu perjalanan dari Tasikmalaya menuju Kuningan, Moeffreni disergap dan ditangkap oleh tentara Belanda di desa Jatitujuh. Selanjutnya di tahanan di Pulau Nusakambangan sebagai tawanan perang kelas berat Krijgsgevangenen. 7. Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda di akhir Desember 1949, Moeffreni dibebaskan dan selanjutnya kembali berdinas pada kesatuan asalnya Divisi Siliwangi sebagai Kepala Staff Komando Militer Daerah (KMD) IV Brigade XV di Bogor merangkap Perwira Sub Territorium (PST). Kemudian Moeffreni ditugaskan untuk mengikuti pendidikan Sekolah Staff dan Komando Angkatan Darat (SSKAD) angkatan pertama sebagaimana Surat Keputusan Kepala Staff Angkatan Darat Nomor 184/KSAD/Kpts/51.Tak lama kemudian Moeffreni dipindahkan untuk bertugas pada Staff Umum Angkatan Darat V (SUAD V) sebagai Pamen Subsistensi di Jakarta. 8. Pada 29 September 1955 diselenggarakannya pemilu pertama untuk memilih anggota DPR dan anggota Konstituante. Moeffreni dicalonkan sebagai anggota Konstituante melalui Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) mewakili wilayah Provinsi Jawa Barat, hasil pemilu tersebut menempatkan IPKI masuk dalam 10 besar perolehan suara nasional. Moefreni pun terpilih sebagai anggota Konstituante. Pada sidang-

42

sidang konstituante Moeffreni menyuarakan penggantian konstitusi negara dari UUD Sementara 1950 kembali ke UUD 1945. Pada 3 November 1958 Moeffreni mendapat kenaikan pangkat dari Mayor menjadi Letnan Kolonel sebagaimana Keputusan Presiden RI Nomor 662/M Tahun 1958, sebulan kemudian pada Desember Moeffreni mengajukan pengunduran diri (Pensiun Dini) dari dinas ketentaraan dengan alasan kesehatan sebagaimana tertera dalam Keputusan Presiden RI Nomor 757/M Tahun 1958. 9. Perjalanan hidup Moeffreni setelah pensiun dari dinas ketentaraan banyak dihabiskan dengan mendedikasi diri ikut serta mengisi kemerdekaan Indonesia. Moeffreni dipilih dan diangkat mewakili Golongan Karya Veteran sebagai anggota DPRD-GR DKI Jakarta. Pada 12 Maret 1968 Moeffreni diangkat menjadi anggota MPRS mewakili utusan Golongan Karya Veteran dalam Sidang Umum MPRS Ke-V di Jakarta. Kemudian pada tahun 1971 dirinya kembali dipilih dan diangkat sebagai anggota legislatif dengan jabatan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta (1971-1977) dan terakhir pada melalui Keputusan Presiden RI Nomor 105/ M Tahun 1977 Moeffreni diangkat sebagai anggota MPR RI Periode 1977 s/d 1982.

Banyak orang yang mengenal puisi “Karawang Bekasi” karya Chairil Anwar, akan tetapi hanya sedikit dari banyak orang yang mengetahui peristiwa yang melatarbelakangi Chairil Anwar menciptakan puisi yang melegenda dengan tema patriotik nasionalisme. Bahwa peristiwa itu tidak lain adalah Pertempuran Besar di Front Timur Jakarta yang sengat mengerikan dengan banyaknya pertumpahan darah dari kedua belah pihak baik itu NICA maupun Republik Indonesia.

KARAWANG BEKASI

Kami yang kini terbaring antara Karawang – Bekasi Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami Terbayang kami maju dan berdegap hati ?

43

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu Kenang, kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa

Kami sudah beri kami punya jiwa Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa

Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan

Atau tidak untuk apa-apa Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang-kenanglah kami Menjaga Bung Karno Menjaga Bung Hatta Menjaga Bung Syahrir Kami sekarang mayat

Berilah kami arti Berjagalah terus di garsi batas pernyataan dan impian

44

Kenang-kenanglah kami Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Karawang – Bekasi41

C. Nilai Ke-Islaman Moeffreni

Tentara Nasional Indonesia Lahir (TNI) lahir pada tanggal 5 oktober 1945. Krtika Bangsa Indonesia tengah menghadapi ancaman Belanda kembali menjajah tanah air tanah air Indonesia. TNI terlahir sebagai kelanjutan dari Tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang dibangun pada masa pendudukan Jepang (3 oktober 1943). Dari 68 batalion tentara PETA di Jawa dan Bali yang meleburkan diri pada TNI, setelah Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Mayoritas di pimpin oleh Daidanco – Dan yon yang terdiri dari para ulama. Dengan demikian secara Historis TNI terlahir dari ulama , sebaliknya. Dalam sejarah perjalanan Ulama tidak dapat di pisahkan dengan TNI. Untuk itu perlu ditumbuh kembangkan Sense of belonging dari Ulama terhadap TNI dan sebaliknya.42

salah satunya, para Ulama dilatih sebagai calon Daicanco atau Komandan Batalyon. Bala Tentara Jepang sangat yakin terhadap kebijakannya mangangkat Ulama sebagai Daidanco komandan Batalyon karena Ulama adalah sebagai Intelektual Muslim. Karena perang yang penuh tantangan yaitu memerlukan pimpinan yang cerdas. Karena itu telah dipertimbangkan akan muncul loyalitas Ulama dan Jepang tebina atas dasar mutual trust and confidence (saling mempercayai dan meyakini) dan diharapkan loyalitas saling meyakini akan menimbullkan kepercayaan dan keyakinan bersama akan membentuknya kekuatan moral yang mernjadi penyebab utama terjadinya batle winninbg (kemenangan peperangan).

41 https://www.faktajabar.co.id/2018/05/14/di-karawang-meja-ini-saksi-puisi-karawang-bekasi- chairil-anwar/ 42 K.H. Achmad Mursyidi, Ulama, Pejuang Dan Politisi Dari Betawi (Jakarta, Pustaka Darul Hikmah,2003), h. 106.

45

Semuanya itu perlu disiapkan dalam teori perang Tentara Pembela Tanah Air (PETA) akan menghadapi iklim peperangan yang penuh bahaya, tidak adanya kepastian dan perubahan mendadak. Oleh karena itu, perang sangatlah perlu pribadi yang memeiliki jiwa kemiliteran yang (setia dan karakter yang kukuh) dalam hal ini yang menjadi alasan kenapa Mr. Kasman Singodimedjo(Komandan Batalyon III Daidan Kroya ) dari keluarga Perserikatan Moehammadijah.43 Menunjuk Moehammad Moeffreni Moe’mien sebagai (Kastaf atau Sodancho) PETA karesidenan Jakarta.

43 Ahmad Mansyur Suryanegara, Api Sejarah, Jilid II (Bandung: Surya Dinasti, 2016), h. 68.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peristiwa Rapat Raksasa IKADA adalah agenda kebangsaan yang dikonsepkan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), dengan tujuan Agar Presiden Soekarno dapat menyampaikan penjelasan kepada rakyat mengenai berdirinya Negara Republik Indonesia. Namun Agenda besar tersebut mendapatkan reaksi keras dari pemerintahan Jepang dengan melakukan pelarangan dan pihak militer Jepang siap mengambil tindakan kekerasan apabila Republik Indonesia tetap melaksanakan Rapat tersebut. Walaupun peristiwa tersebut berjalan tidak sesuai dengan agenda, namun ternyata berlangsung dengan tertib dan aman tanpa ada korban dari pihak manapun.

Bahwa perlu diketahui peristiwa tersebut, tidak terlepas dengan peran tokoh Letkol. Moeffreni Moe’min yang turut mengamankan Dwi Tungal dan Massa pada umumnya. Beliau adalah Komandan Pertama Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jakarta Raya, yang paling bertanggung jawab atas pelaksanaan Rapat Raksasa Ikada tersebut, tentu bersama-sama dengan tokoh lain Seperti Soewiryo Walikota Jakarta, dan Mohhamad Roem Komite Nasional Indonesia Jakarta serta dengan bantuan elemen masyarakat lainnya.

Moeffreni Moe’Min Sebagai Komandan Badan keamanan Rakyat Jakarta Raya juga turut mengkoordinir dan membina para laskar pejuangdi Jakarta untuk turut mempertahankan Republik Indonesia dari Sekutu.Peran Perjuangan Moeffreni Moe’min juga berlanjut pada perjuangan angkat senjata, upaya mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia dari Nederlands Indies Civil Affair Officier (NICA). Dimana pertempuran besar di Front Timur Jakarta adalah serangkaian perang dalam memperkuat posisi Indonesia untuk tetap mempertahankan Kemerdekaan Indonesia yang dikomandoi langsung oleh Moeffreni Moe’min.

46

47

Kepiawaian Moeffreni dalam mengorganisir laskar-laskar pejuang Jakarta yang turut serta dalam pertempuran di Front Timur Jakarta (Jakarta-Bekasi- Kerawang), sering membuat repot pihak NICA. Bahkan tidak sedikit kerugian dan kekelahan pertempuran yang dialami oleh pihak sekutu ketika berhadapan langsung dengan pasukan Moeffreni Moe’min. Taktik perang konvensional Hit andRundalam serangan geriliya terbukti efektif dan memaksa NICA harus menelan pil pahit. Dengan sengitnya pertempuran di Front Timur Jakarta pihak Sekutu meminta pihak Republik Indonesia untuk berdiplomasi dan melakukan Gencatan Senjata. Banyak orang yang mengenal puisi “Karawang Bekasi” karya Chairil Anwar, akan tetapi hanya sedikit dari banyak orang yang mengetahui peristiwa yang melatarbelakangi Chairil Anwar menciptakan puisi yang melegenda dengan tema patriotik nasionalisme. Bahwa peristiwa itu tidak lain adalah Pertempuran Besar di Front Timur Jakarta yang sengat mengerikan dengan banyaknya pertumpahan darah dari kedua belah pihak baik itu NICA maupun Republik Indonesia.

Moeffreni yang ditakuti oleh banyak tentara sekutu di era itu, ternyata namanya bak ditelan zaman, bagaikan debu yang tertiup angin lalu berlalu begitu saja. Sampai saat ini tidak banyak orang tau dan mengenal beliau, Sosok pejuang dari tanah Betawi dengan semangat patriotisme, demi mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia telah terlupakan. Bahkan gelar Pahlawaan pun tidak kunjung disandangnya. Sudah saatnya Pemerintah memperhatikan jasa-jasa para pejuang kemerdekaan seperti Moeffreni Moe’min dan pejuang-pejuang lainnya. Karena Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.

“Saya merasa tidak berjasa. saya hanya membawa batu-batu kecil untuk membangun Republik yang besar ini. Sebab Itu, selama Republik Indonesia masih tegak berdiri perjuangan mengisi kemerdekaan masih berlanjut, tentu dalam corak yang berbeda”

-Moeffreni Moe’min-

48

3. Saran-saran  Diharapakan ada penelitian yang lebiah lanjut dan terkait dengan perjuangan tokoh-tokoh Nasional sejarah yang lebih meneruskan pe- nelitian ini.  Diharapakan dengan adanya peneliatian ini secara tertulis bisa memeberikan informasi Tentang Perjuangan tokoh sejarah Letnan Kolonel Moh. Moeffreni Mo’mien dalam mempertahankan kemerdekaan.

Daftar pustaka

ARSIP

Arsip Nasional Republik Indonesia 10 Kaset dalam Bentuk CD Arsip Sejarah Lisan Rekaman Suara Wawancara M. Dien Madjid dengan Moh. Moeffreni Moe’min Pada Tahun 1984 Daftar Arsip Foto IPPHOS 1945-1950 Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia Dokumen pengusulan Gelar Pahlawan Nasional Letnan Kolonel Moh. Moeffreni Moe’mien, 2018

BUKU

Anwar, Ali. 2016. Revolusi Bekasi Patriot Mempertahankan Kemerdekaan di Timur Jakarta, Komunitas Baca 2016 Anwar, Rosihan. 2015. Sejarah Kecil Petite Indonesia Jilid 7 Kisah-Kisah Zaman Revolusi Kemerdekaan. Jakarta: Buku Kompas. Bakar Loebis, Aboe. 1992. Kilas Balik Revolusi kenangan Pelaku dan saksi. Jakarta: UI Press. Cribb, Robbert. 2010. Para Jago Dan Kaum Revolusi Jakarta 1945-1949, Masup Jakarta Cribb, Robert. 2010. Para Jago dan Kaum Revolusi Jakarta 1945-1949. Jakarta: Masup Jakarta Disejarah Kodam V/Jaya. 1975. Sejarah Perjuangan Rakyat Jakarta Tangerang dan Bekasi dalam Menegakkan Kemerdekaan RI. Jakarta: PT. Virgo Sari. Dinas Sejarah Kodam Jaya/Jayakarta. 1985. Monumen Perjuangan BKR/TKR Jakarta Raya. Hardi, Lasmidjah. 1983. Samoedera Merah Putih; Latar Belakang Peristiwa Ikada dan Dampaknya. Jakarta: Yayasan 19 September 1945. Hartati,Tien Hartati. 1992 Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI); Sayap Politik Tentara di Indonesia. Skripsi Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Tidak diterbitkan. Husein, Rusdhy. 2010. Terobosan Sukarno dalam Perjuangan Linggarjati. Jakarta: Buku Kompas.

49

50

Koesdianawati, Nendah. 1987. Hubungan Tentara PETA Daidan Jakarta dengan Tokoh Pergerakan Nasional dan Pemuda Menjelang Proklamasi Kemerdekaan. Skripsi pada Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Tidak diterbitkan. Madjid, dien Darmiati. 1999. Jakarta Karawang Bekasi Dalam Gejolak Revolusi: Perjuangan Moeffreni. Keluarga Besar Moeffreni Moe’mien Jakarta Majiah, Matia. 1993. Dokter Gerilya. Jakarta: Balai Pustaka. Martosewojo, Soejono. 1984. Mahasiswa '45 Prapatan-10: Pengabdian 1. Bandung: Patma. Muhaimin, Yahya A. 1982. Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia 1945 – 1966. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. MS. Basri. Metodology Penelitian Sejarah, Jakarta : Restu Agung , 2006. Seminar pengusulan Gelar Pahlawan Nasional : peran Moeffreni Moe’mien dalam mempertahakan kemerdekaan Indonesia Nasution, AH. 1977. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 2. Bandung: Disjarahad dan Angkasa Nitimihardjo, Hadidjojo. 2009. Ayahku Maroeto Nitimihardjo Mengungkap Rahasia Gerakan Kemerdekaan. Jakarta: Kata Hasta Pustaka. Notosusanto, Nugroho. 1979. Tentara Peta Pada Jaman Pendudukan Jepang di Indonesia. Jakarta: PT.Gramedia.. Perjuangan Mempertahankan Jakarta Masa Awal Proklamasi Kesaksian Para Pelaku Peristiwa Naskah Sumber. Arsip Nasional Republik Indonesia. Suhud, Kharis. 2004. Kharis Suhud Catatan Seorang Prajurit. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Sandjojo, Nidjo. 2011. Abdul Latief Hendraningrat Sang Pengibar Bendera Pusaka 17 Agustus 1945. Jakarta: Sinar Harapan Saleh, RHA. 1992 Dari Jakarta kembali ke Jakarta Perjuangan Bersenjata 1945- 49. Dinas Museum dan Sejarah Pemda DKI Jakarta. Saleh, R.H.A, 2000. Mari Bung Rebut Kembali, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Susanto, Ferkin. 1996. Tangerang Seinen Dojo; Uji Coba Militer Jepang Terhadap Pemuda Indonesia 1943. Skripsi Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Tidak diterbitkan.

51

JURNAL

Artikel SHENAKATHA edisi 43 Detik News (Selasa 28 November 2017, 16:49 Wib) Histori, majalah sejarah populer pertama di Indonesia, 10 November 2018

Kompasiana.com

Tempo.com (Minggu, 16 September 2018 09:01 WIB)

Lampiran

Gambar 2

Letnan Kolonel Moeffreni Moe'min (kiri), Komandan Resimen V Jakarta Raya/Cikampek & Kepala Staf-nya Soeroto Koento (Foto: Repro Buku Jakarta- Karawang-Bekasi dalam Gejolak Revolusi)

52

53

Gambar 3

Moeffreni Moemin, sumber okezonenews.com.

54

Gambar 4

onesearch.perpusnas.go.id

55

Gambar 6

Rapat para perwira TKR Resimen V Jakarta Raya di dekat tapal batas tampak Komandan Resimen Letnan Kolonel Moeffreni Moe‟mien

56

Gambar 7

Dukungan Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional untuk Moh. Moeffreni Moe'min

57

Gambar 8

Letnan Kolonel Moh. Moeffreni Moe‟min (x) sedang berfoto bersama didepan blokade yang berguna untuk merintangi lajunya tentara Sekutu dan Belanda

Sumber : Inventaris Arsip IPPHOS 1945-1950 Koleksi ANRI

58

Gambar 9

Moeffreni Moe'min, ketua BKR Jakarta (ditandai merah), mengawal Presiden Sukarno di Rapat Raksasa Ikada.

59

Gambar 10

Meski terpaksa tinggalkan Jakarta yang disepakati kota diplomasi Moeffreni Moemin tetap tempatkan intel sebagai telinga tentara republik - Megapolitan - Okezone News

60

Gambar 11

Satu unit pasukan Gurkha Rifles yang mengawal logistik dan amunisi nyaris mengalami kehancuran di sepanjang jalur kereta api Cikampek-Bandung.

61

Gambar 12

Kasman Singodimedjo: Islam dan Jurang Intelektual Rakyat

62

Gambar 13

63

Gambar 14

Bang Ali menerima tanda kenangan dari wakil rakyat ibukota dalam sidang paripurna istimewa DPRD DKI di Balai Sidang Senayan Selasa kemarin. Diserahkan oleh Ketua DPRD A Wiratno Puspoatmodjo SH (tengah), sementara Moeffreni Moe‟min (kanan) salah seorang Wakil Ketua menyaksikan. Sumber : http://www.kompasdata.id/Search/PhotoDetail/213509