THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD,

TELAAH TERHADAP PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA TENTANG PENDIDIKAN PONDOK ASRAMA TAMANSISWA

Oleh : Waharjani Program Studi Tafsir Hadis FAI Universitas Ahmad Dahlan

ABSTRAK

Pembahasan dalam makalah seminar ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang munculnya gagasan Ki Hadjar Dewantara dalam melahirkan pemikiran Pondok Asrama Tamansiswa; wujud konkrit sistem penyelenggaraan pendidikan Pondok Asrama Tamansiswa; dan untuk mengetahui sosialisasi pemikiran tersebut di saat Ki Hadjar Dewantara masih hidup. Pembahasan yang perolehan datanya berupa dokumen/manuskrip itu dilakukan penggalian datanya dengan metode dokumenter dan metode analisis deskriptif sebagai analisa data, dengan pendekatan historis. Adapun pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa pemikiran itu lahir karena subyektivitas Ki Hadjar Dewantara yaitu (1) bahwa pondok sistem adalah sistem nasional yang ideal; (2) perlu adanya peningkatan kualitas para pamong muda tamansiswa melalui pendidikan khusus dengan peserta didik yang diasramakan dan lengkap dengan kurikulum yang memadai, berorientasi dalam semangat dan budaya bangsanya. Di antara wujud konkrit pendidikan Pondok Asrama Tamansiswa adalah pendidikan model asrama yang di dalamnya terdapat ruang belajar bagi para cantrik dan pamong, rumah-rumah guru, rumah cantrik dan kelengkapan lainnya yang berada dalam satu lokasi. Bersama-sama seluruh penghuni menciptakan suasana tertib damai sehingga kopel-kopel itu disebut pondok merdeka.

Kata kunci: Pendidikan Pondok. Pondok Asrama, Padepokan, Tamansiswa.

itu ingin belajar dari apa yang sedang ia 1. LATAR BELAKANG lakukan untuk mendidik kaum marhein Ki Hadjar Dewantara pernah dalam pertanian modern dengan cara mencita-citakan model pesantren bagi nyantri. sistem pendidikan yang ingin Pada tahun 1960-an pemikiran dikembangkannya, karena model itu Ki Hadjar Dewantara tentang pondok dinilainya sebagai kreasi budaya asrama Tamansiswa tersebut nampaknya , setidak-tidaknya Jawa.Cita- belum seutuhnya dapat diwujudkan. cita tersebut diwujudkan dengan nama Sebab di antara kendalanya adalah Pondok Asrama Tamansiswa yang kurangnya dana pendukung (baik tanah dibuka pendiriannya di Bandung dan untuk lokasi / asrama maupun biaya Yogyakarta. Setelah berjalan dengan penyelenggaraan pendidikan baik maka model pendidikan itu oleh Ki pondok).Disamping itu dalam masalah Sarino Mangunpranoto, salah satu murid spiritual tidak secara eskplisit Ki Hadjar, dikembangkan dengan mendasarkan pada ajaran Islam akan Sekolah Farming di . Ki Sarino tetapi dengan konsep budi pekerti Mangunpranoto, mantan Menteri P dan sebagai ruh agama.Dalam K, yang sampai akhir hayatnya menekuni pelaksanaannya pengertian budi pekerti proyeknya itu, merasa begitu berbahagia menjelma menjadi kebatinan sebagai memperoleh kunjungan dari para santri refleksi pemahaman Ki Hadjar yang sedang menjalani latihan Dewantara terhadap ajaran Ki Ageng pengembangan masyarakat di pondoknya Suryo Mentaram (tokoh kebatinan) pada di kaki bukit Sewakul, karena para santri pengajian “Seloso Kliwonan”terutama

THE 5TH URECOL 989 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

pembahasan yang panjang tentang 2. Wujud konkrit sistem sangkan paraning dumadi. Juga prinsip penyelenggaraan Pendidikan toleransi terhadap semua agama yang Pondok Asrama Tamansiswa. ada, cenderung membawa pemahaman 3. Untuk mengetahui sosialiasi “semua agama sama saja”. pemikiran Pendidikan Pondok Kini telah berdiri, bahkan Asrama Tamansiswa meluluskan alumninya yang pertama (1993) SMA Taruna Nusantara yang 4. KAJIAN PUSTAKA diharapkan dapat sebagai wadah Menurut Nurcholish Madjid, sekaligus ajang pencetak kader bangsa. pesantren atau pondok adalah lembaga SMA plus yang dibidani oleh L.B. yang mewujudkan proses wajar Moerdani dan Ki Soeratman (Ketua perkembangan sistem pendidikan Yayasan Majelis Luhur Tamansiswa) itu nasional. Dari segi historis, pesantren konon kabarnya pengejowantahan tidak hanya mengandung makna Pondok Asrama Tamansiswa, pemikiran keislaman, tetapi juga keaslian Ki Hadjar Dewantara seperti yang (indigenous) Indonesia; sebab lembaga dimaksud penulis di atas yang yang serupa, sudah terdapat pada masa disesuaikan dengan “model” pendidikan, kekuasaan Hindu-Budha, sedangkan sistem sekarang. Islam meneruskan dan Namun benarkah itu ? mengislamkannya.1) Pembahasan ini tidak sejauh Sedangkan asal-usul pendidikan permasalahan SMA plus itu akan tetapi pondok pesantren seperti dikutip Jasa pembahasan ini berusaha mengungkap Ungguh Muliawan, menurut Prof. John pemikiran dasar pendirian pondok sistem berasal dari bahasa Tamil, - santri yang melalui pembahasan pustaka. berarti guru mengaji. C.C. Berg juga berpendapat bahwa istilah santri berasal 2. RUMUSAN MASALAH dari kata shastri (bahasa India) yang Berdasarkan keterangan di atas, berarti orang yang tahu buku-buku suci maka rumusan masalah yang muncul dan agama Hindu atau sarjana ahli kitab suci hendak dikaji dengan metode analisis agama Hindu. Kata shastri berasal dari deskriptif adalah sebagai berikut : kata shastra, yang berarti buku-buku 1. Apa latar belakang Ki Hadjar suci, buku-buku agama, atau buku-buku Dewantara melahirkan pemikiran tentang ilmu pengetahuan. Pesantren tentang Pendidikan Pondok Asrama dapat dianggap sebagai lembaga yang Tamansiswa? khas Indonesia (indegenous).Pondok 2. Bagaimana wujud konkrit sistem berasal dari kata Arab funduq yang Pendidikan Pondok Asrama berarti hotel atau asrama. Pondok Tamansiswa? berfungsi sebagai asrama bagi santri. 3. Bagaimanakah pemikiran Pondok merupakan cirri khas tradisi Pendidikan Pondok Asrama pesantren yang membedakan dengan Tamansiswa itu dalam sistem pendidikan tradisional di masjid- sosialisasinya? masjid yang berkembang di kebanyakan wilayah Islam negara-negara lain.2) 3. TUJUAN PEMBAHASAN Menurut Karel A. Steenbrink Pembahasanini bertujuan untuk bahwa kehidupan sehari-hari dalam mengetahui : pesantren hampir seluruhnya diatur oleh 1. Latar belakang Ki Hadjar para santri sendiri. Kyai tidak terlibat Dewantara melahirkan pemikiran langsung dalam kehidupan para santri. pendidikan Pondok Asrama Dia hanya mengajar membaca kitab, Tamansiswa. menjadi imam dan khatib shalat Jum’at, menghibur kalau ada orang sakit yang

THE 5TH URECOL 990 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

dating kepadanya sambil mencoba dengan memanggil ulama untuk menasehati dan mengobati dengan do’a- mengajar mengaji di rumah. do’a. Peraturan sehari-hari di pesantren Tahun 1905 Suwardi masuk seluruhnya diurus para santri dan Sekolah Dokter Jawa (STOVIA = keterlibatan kyai terbatas pada School Tot Opleiding Voor pengawasan yang diam. Sesudah Inlandsche Artsen) di dengan mendapat persetujuan dari kyai, paa mendapat beasiswa. santri memilih seorang lurah pondok Selama menjadi mahasiswa yang akan bertanggung jawab pada STOVIA, Suwardi banyak berkenalan kehidupan bersama para santri. Bersama dengan tokoh-tokoh Budi Oetomo, kyai, lurah pondok menyusun peraturan antara lain dr. Wahidin Sudirohusada untuk persoalan-persoalan praktis, yang danSutomo. Bergaul dengan tokoh- pelaksanaannya diserahkan pada lurah tokoh tadi Suwardi memperoleh pondok.3) banyak pengalaman berorganisasi. Dari pembahasan pustaka Sesudah Suwardi keluar dari tersebut nampaknya pemikiran Ki Hadjar STOVIA, lalu bekerja pada pabrik Dewantara tentang pendidikan Pondok gula Kalibagor di Banyumas untuk Asrama Tamansiswa dapat dikatakan mencukupi beban keluarga. Beliau mirip dengan pondok pesantren yang gantung nikah dengan Raden Ajeng selama ini telah berkembang di Sutartinah, saudara sepupunya pada Indonesia. Benarkah hipotesa tersebut, tanggal 4 Nopember 1907. Raden maka makalah ini hendak mengkaji Ajeng Sutartinah adalah putri pemikiran pendidikan dimaksud. Pangeran Sasraningrat, adik Pangeran Suryaningrat. Tahun 1911 Suwardi 5. RIWAYAT HIDUP KI HADJAR pindah ke Yogyakarta dan bekerja DEWANTARA pada apotik Rathkamp, sebagai 1. Riwayat Hidup Ki Hadjar Dewantara pembantu apoteker. Raden Mas Suwardi Pada tanggal 23 Februari Suryaningat adalah putra keempat 1928 Suwardi Suryaningrat dengan Pangeran Suryaningrat. Raden Mas usia 8 windu (40 tahun) mengganti Suwardi Suryaningrat (nama namanya menjadi Ki Hadjar singkatan Raden Mas Suwardi) lahir Dewantara. Melalui nama inilah pada tanggal 2 Mei 1898 di kemudian tertulis dengan tinta emas Yogyakarta. la adalah keluarga Paku dalam khasanah kebudayaan bangsa Alam III, dan Paku Alam III adalah Indonesia karena jasa-jasanya yang keturunan Sultan Hamengkubuwono tidak ternilai harganya bagi kejayaan II. Jadi Raden Mas Suwardi adalah nusa dan bangsa. cucu Paku Alam III, dan buyut Sultan Suwardi kembali berjuang Hamengkubuwono II. Dengan dalam pergerakan nasional (dalam memperhatikan jalur keturunan Nasional Indische Partij), dan tersebut di atas, jadi Raden Mas berkumpul dalam “Kelompok Selasa Suwardi itu seorang bangsawan. Kliwon” yang dipimpin oleh Ki 2. Pendidikan dan Kerjanya Ageng Surya Mentaram. Kelompok Tahun 1904 Suwardi ini membahas (mendiskusikan) Suryaningrat tamat pendidikan keadaan perjuangan politik melawan Sekolah Dasar Belanda, Europeesche penjajah Belanda. Akhirnya Lagere School (ELS) dan meneruskan disimpulkan, bahwa untuk pelajaran ke Sekolah Guru melanjutkan perjuangan (Kweekschool) di Yogyakarta selama kemerdekaan, tidak cukup hanya satu tahun. Pendidikan agama Islam dengan kekuatan politik dan fisik banyak diperoleh dalam keluarga saja, tetapi harus ditunjang gerakan

THE 5TH URECOL 991 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

pendidikan rakyat yang menyebar tuladho, ing madyo mangun karso, benih hidup (jiwa) merdeka di tutwuri handayani). Maka kiat untuk kalangan rakyat. Dengan jiwa melaksanakan segala konsepsinya, merdeka perjuangan politik dapat beliau mempunyai pula teori “Tri lebih ditingkatkan dengan dukungan Ngo” ialah ngerti (mengerti = rakyat yang telah memiliki semangat kognitif), ngroso (merasakan = kemerdekaan melalui pendidikan. afektif) dan nglakoni (menjalankan Atas dasar pertimbangan proses = psikomotorik). tersebut maka diputuskan oleh Sedangkan untuk setiap tugas “Kelompok Selasa Kliwon” untuk kepemimpinan, ia mempunyai ajaran melaksanakan pendidikan rakyat tentang tri pantangan yaitu : mulai dari kanak-kanak sampai orang a. larangan untuk menyalahgunakan dewasa. Tugas diserahkan pada kekuasaan; Suwardi Suryaningnat untuk b. larangan untuk menyalahgunakan mengurusi pendidikan anak-anak dan keuangan; pendidikan orang-orang dewasa c. larangan untuk menyalahgunakan diserahkan kepada Ki Ageng Surya kesusilaan. Mentaram. Di samping pemikiran Tokoh-tokoh “Kelompok tersebut di atas, figur Ki Hadjar Selasa Kliwonan”, ialah: (1) Ki sebagai seringmuslim telah Ageng Surya Mentaram; (2) Ki melahirkan konsep pendidikan Sutatno Suryokusumo; (3) Ki pondok yang diberi nama “Pondok Pronowidigdo; (4) KiPrawiro Asrama Tamansiswa”4) Wibowo; (5) Ki Subono; (6) Ki Suryo 4. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Putro; (7) Ki Suwardi Suryaningrat; tentang Pendidikan Pondok Asrama (8) Ki Sutopo Wonoboyo; (9) Ki Tamansiswa Gondoatmojo. a. AsalMuasal Pemikiran Mereka berasal dari berbagai Pemikiran tentang kalangan pergerakan nasional dan pendirian pendidikan pondok para pejuang bangsa. asrama tersebutmuncul karena 3. Beberapa PemikiranKi Hadjar visi Ki Hadjar tentang alam Dewantara pecantrikan zaman kabudan Figur Ki Hadjar Dewantara dengan pedepokan- sebagai pendidik telah melahirkan padepokannyasebagai wahana konsep pendidikan sistem among dan menuntut ilmu kanuragan dan sistem tri pusat pendidikan, yang kebatinan (kasampurnan). keduanya sangat berperan dalam Namunjuga pesantren yang telah membidani lahirnya konsep berkembang pada kalangan Islam. pendidikan nasional dan Undang- Menurut Ki Hadjar, padazaman undang nomor 4 tahun 1950 Jo No. kabudan belum memiliki Undang-undang nomor 12 tahun penjejangan baik menurut usia 1954, sebagai undang-undang yang maupun penguasaan ilmu para mengatur tentang perihal pendidikan cantrik atau santri. Batas kapan (UU Pendidikan RI No. 1). berakhirnya pendidikan juga tidak Sedangkan sebagai Budayawan dan jelas, bahkan pendidikan tersebut pemimpin rakyat telah melahirkan hanya memberikan ilmu kebatinan konsep Trikon (kontinuitas, atau agama un sich. Sehingga para konsentrisitas, dan konvergensi) alumninya buta terhadap ilmu sebagai sarana pembinaan kadonyan (keduniaan), hal itu kebudayaan nasional, dan trilogi berakibat semakin kokohnya kepemimpinan (Ing ngarso sung penjajah dalam berkuasa, karena

THE 5TH URECOL 992 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

kelompok elit pribumi mudah (c) jikalau kamu dalam diperdaya, sekalipun tidak kegelapan fikiran, mintalah semuanya. Namun pesantren dan nasehat kepada saudara- paguron dalam masalah budi saudaramu yang lebih tua pekerti mereka tetap menjadi (senior) dalam pengetahuan panutan.5) dan pengalaman; Melihat kelemahan 2) Sendipendidikan pondok tersebut Ki Hadjar Dewantara asrama : (a) pendidikan Pondok berusaha memunculkan pemikiran Asrama Tamansiswa, yaitu yang bersifat sintesa dari sistem rumah-rumah pendidikan untuk pondok di atas dengan sistem murid-murid dan guru-guru pendidikan Pondok Asrama tamansiswa yang diatur Tamansiswa. Pemaduan tersebut menurut azas-azas tamansiswa; tidak hanya pada tutorialnya, (b) pendidikan Pondok Asrama pengelolaannya dan dasar usia Tamansiswa dipergunakan santri, namun juga tentang sistem untuk kediaman anak penjenjangannya, tingkat dan tamansiswa yang memerlukan nama-nama kesiswaan serta jenis pendidikan sehari-harinya atas dan macamnya ilmu yang harus permintaan orangtuanya; juga diterima oleh murid dan disajikan dimaksud untuk menyokong oleh hadjar (guru). sekedarnya dan meringankan Tetapi konsep pendidikan hidupnya tamansiswa tersebut nampaknya belum teristimewa yang sudah beristri terealisir secara optimal di antara dan beranak; (c) urusan kendalanya adalah : tidak adanya pelaksanaannya dipandang oleh dana pendukung (baik tanah untuk orang-orang dan badan-badan lokasi pondok dan uang), serta di bawah pimpinan majelis pengertian budi pekerti sebagai guru sebagai pengurus dan ruh agama menjelma menjadi sokongan uang atau barang- kebatinan sebagai refleksi barang dari atas cabang yang pemahaman Ki Hadjar terhadap jumlahnyaditetapkan dengan ajaran Ki Ageng Suryo Mentaram mengingat keperluan lain- pada pengajian “Seloso lainnya dari para siswa. Kliwon”diantaranya tentang 3) Peraturan tertib damai : (a) sangkan paraning dumadi. Juga dalam tiap-tiap pondok asrama prinsip toleransi terhadap semua harus diadakan peraturan agama yang ada, cenderung ketertiban dan kedamaian, jika membawa pemahaman “semua perlu peraturan-peraturan bisa agama sama”. ditulis sebagai peraturan; (b) di b. Dasar-dasar Pendidikan Pondok dalam tiap-tiap pondok asrama Asrama Tamansiswa harus ada orang atau badan 1) Azas kemerdekaan diri : (a) pemimpin murid dan atau guru- segala kehendak dan perbuatan guru dan atau guru-guru yang haruslah kamu fikir-fikirkan memegang pimpinan umum dan rasa-rasakan yang masak, atas nama pengurus; (c) buat karena fikiran dan rasa itu pondok merdeka badan pemimpinmu yang sejati; (b) pemimpin ialah pengurus yang segala tenagamu haruslah tiap-tiap tahun tengah tahun sesuai dengan maksud dan pengajaran dipilih oleh dan dari tujuan adat istiadat itulah penduduk pondok merdeka itu; petunjuk jalan yang sempurna; (d) dalam tiap-tiap pondok

THE 5TH URECOL 993 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

asrama harus ditetapkan waktu orang-orang dari luar ke dalam mengaso sesuai dengan maksud pondok asrama kalau pendidikan pada umumnya; (e) dipandang perlu. Segenap guru di dalam pondok asrama dari dan anggota perguruan anak-anak murid dewasa ke Tamansiswa dianggap wajib atas harus diadakan pembagian dan berhak turut mengamat- pekerjaan untuk murid-murid amati ketertiban dalam Pondok dalam waktu-waktu yang Asrama Tamansiswa, dengan ditetapkan (mingguan, bulanan mempunyai seorang penasehat. dan kwartalan); (f) peraturan Segenap murid harus ketertiban harus sesuai dengan menganggap sebagai anggapan umum tentang pengetahuannya; (g) anak-anak keadaan dan kesopanan, yang melanggar peraturan yang teristimewa menurut rasa sah boleh dikeluarkan dari kebangsaan, tiap-tiap pondok pondok asrama oleh atau atas asrama anak-anak harus nama pengurus boleh dibiasakan menjaga dan mengeluarkan anak itu dari mengatur diri sendiri. sekolah.6) Pemimpin pondok asrama 4) Susunan nama-nama boleh menolak datangmya kesiswaan7) Nama-nama kesiswaan dan susunannya dapat diurutkan sebagai berikut: 1) Indung-indung, perempuan Indung-indung setingkat TK 2) Ulu guntung, perempuan ubon-ubon setingkat SD 3) Cekel, perempuan dedunyik setingkat SMP 4) Cantrik, perempuan mentrik setingkat SPG 5) Manguyu, perempuan sontrang guru muda 6) Jenjanggan, perempuan bidang pemimpin/ pengajar 7) Putut, perempuan endang guru madya 8) Wewasi, perempuan dahyang guru madya 9) Hajar, pendeta (dengan sebutan dwijawara, wiku, begawan, reshi, dsb.) guru senior

6. PEMBAHASAN kepentingan penjajah agar lancar dan kokoh 1. Tentang Latar Belakang Lahirnya kedudukannya. Maka tidak pelak jika materi Pemikiran pendidikannya berorientasi pada Dengan lahirnya gagasan tentang pembentukan intelek semata, sehingga sikap pendirian Pondok Asrama Tamansiswa itu sekuler terlihat pada alumni-alumninya. sebenarnya menunjukkan ketidakpuasan Ki Sedangkan sekolah-sekolah partikelir di Hadjar terhadap pendidikan yang ada, baik samping ditekan kebebasannya, juga yang diselenggarakan oleh pemerintah Hindia kekurangan dana dan fasilitas, maka sekolah- Belanda maupun pribumi (partikelir) sekolah itu sulit untuk meningkatkan kualitas termasuk pedepokan-padepokan/paguron, dan mutu alumninya, termasuk sekolah- pondok-pondok pesantren,sekolah-sekolah sekolah tamansiswa yang bersikap Muhammadiyah dan sekolah-sekolah Kristen nonkooperasi terhadap pemerintah. yang mendapat subsidi dari pemerintah Dalam situasi seperti itulah beliau Hindia Belanda. Bagi sekolah-sekolah memunculkan pemikiran tentang pendirian pemerintah, mereka mendidik siswa atau pendidikan Pondok Asrama Tamansiswa murid pribumi hanya terbatas untuk laki-laki dan Wasita Rini untuk siswa kepentingannya, yakni dalam rangka perempuan. Pemikiran yang berorientasi pada menyediakan tenaga-tenaga untuk

THE 5TH URECOL 994 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

peningkatan rasa nasional yang berbudi Di samping, dua hal di atas, untuk pekerti luhur itu tidak lepas dari dua hal. mengetahui secara utuh pemikiran tersebut Pertama, visi Ki Hadjar tentang juga harus menyimak pemikiran-pemikiran Ki sistem pendidikan pondok adalah sistem Hadjar yang lain. Sebab pemikiran pendirian nasional (pandangannya ini ditegaskan dan pendidikan Pondok Asrama Tamansiswa diulang-ulang setelah ia menjabat Menteri merupakan muaradari pemikiran yang Pendidikan pertama Negara RI dengan menyangkut masalah kependidikan, politik, kalimat Pondok sistem adalah (sistem kebudayaan, seni dan lain-lain. nasional yang ideal). Pandangan itu Diantara para tokoh yang sebenarnya bermula dari keta’jubannya berpengaruh pada pemikiran Ki Hadjar sebagai seorang muslim terhadap Dewantara adalah: perkembangannya pondok-pondok pesatren di a. Dr. Rabindranat Tagore (1861 – 1941) kalangan umat Islam yang tetap tegar tentang cita-citanya : (a) pendidikan untuk menghadapi tekanan-tekanan dari Pemerintah seluruh rakyat (untuk menimbulkan rasa Hindia Belanda. Juga visi beliau terhadap harga diri); (b) pendidikan oleh rakyat (untuk ngelmu kasampurnan (kebatinan) yang membangkitkan semangat nasional); (c) diajarkan di padepokan-padepokan / paguron, estetika dalam pendidikan (untuk perasaan yang berdampak luhurnya budi pekerti bagi kebangsaan seperti musik, lagu, kesenian para cantrik atau mentriknya. Hal itu juga sebagai alat pendidikan yang paling baik); beliau rasakan ketika mengikuti pengajian (d) Pendidikan ketuhanan sangat penting Seloso Kliwon yang mengajarkan ngelmu untuk membentuk kata hati. Tak perlu kasampurnan (kebatinan) sebagai wewarah perbedaan agama satu dengan agama yang jati yang diampu oteh Ki Ageng lain dalam masalah sumber ketuhanan; (d) Suryomentaram, dan kelompok inilah yang pelaksanaan ajaran agama, anak diberikan kelak menjadi embriolahirnya Perguruan kebebasan sepenuhnya; (e) pendidikan sosial Tamansiswa. Namun sistem pacantrikan / dan pengajaran bahasa mempunyai peranan padepokan yang telah berkembang sejak penting. Pendidikan sebaiknya zaman kabudan dan pondok-pondok diselenggarakan dalam asrama. pesantren yang dikelola oieh umat Islam itu b. Dr. Maria Montessori (1870 - 1952) memiliki kelemahan-kelemahan, di antaranya didaktikus dari Roma, menurutnya, adalah keduanya tidak jelas dalam pendidikan harus berdasarkan prinsip : (a) penjenjangan siswa, bersifat kebangsaan tidak semua pendidikan adalah mendidik diri beraviliasi pada salah satu agama, materi sendiri; (b) kodrat alam; (c) kemerdekaan. pelajarannya meliputi ngelmu kadonyan (ilmu c. Johann Heinrich Pestalozzi (1746 - 1827) dan keduniaan) ngelmu kasampurnan / kebatinan Friedrich Wilhelm August Frobel, keduanya (budi pekerti), kanuragan (pendidikan jasmani adalah ahli didik Kristen. Di antara dan ketrampilan) serta seni dan budaya pendapatnya (Pestalozzi: seni seorang (estetika). pendidik adalah seni seorang tukang kebun). Kedua, perlunya pendidikan khusus Kebun adalah taman tempat bermain anak- bagi pamong tamansiswa di masa mendatang anak, maka semua tingkat jenjang pendidikan di samping sekolah-sekolah tamansiswa yang tamansiswa diberi nama dengantaman, telah ada dan sedang berkembang. Dari sisi termasuk tempat peristirahatan Ki Hadjar ini maka calon penghuni pondok di samping bernama Taman Wijayabrata. calon yang dikirim oleh orang-orang tua, juga d. John Lock dengan teorinya Tabularasa dan diprioritaskan bagi pamong-pamong muda W. Stern dengan teorinya Convergentive tamansiswa yang memiliki kemauan kuat; (pendidikan itu proses bakat dan ajar) dan prestasi intelek dan pengabdian pada lain-lain tokoh. perguruan yang cukup untuk dididik agar 2. Tentang Wujud Konkrit Pondok Asrama kelak jadi kader-kader yang handal dan Tamansiswa sekaligus sebagai kader bangsa yang dapat Sangat sulit rupanya untuk jadi panutan bagi segenap rakyat. menjelaskan wujud konkrit pemikiran

THE 5TH URECOL 995 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

pendidikan Pondok Asrama Tamansiswa. terasa bahwa manfaat hidup di asrama adalah Sebab manuskrip-manuskripnya yang ada :(1)membuat murahnya belanja / biaya;( 2) tidak menjelaskan secara rinci. Akan tetapi dengan cara pondok, pawiyatan dapat jika dibandingkan dengan tipe-tipe dan model mengadakan pendidikan dengan sebaik- pondok pesantren yang telah dijelaskan di baiknya.”8) depan secara fisik tidak jauh berbeda. Yaitu Komentar salah satu mantan santri adanya asrama tempat mukim siswa/cantrik, pendidikan Pondok Asrama Tamansiswa di rumah tempat tinggal guru (hadjar), ruang atas menunjukkan bahwa pemikiran belajar mengajar, ruang ibadah, ruang pendidikan tersebut dapat diwujudnyatakan pembinaan kanuragan dan dapur (patehan). dan telah terlihat manfaatnya khususnya bagi Seluruhnya dalam satu lokasi. Sedangkan cantrik-cantriknya, yang akhirnya mereka dalam segi akademik, jika ditinjau dari segi mampu menjadi kader Tamansiswa yang maksud pesantren tempat menimba ilmu dan handal. memupuk luhurnya budi pekerti, hanya pendidikan Pondok Asrama Tamansiswa 7. KESIMPULAN dalam norma keseharian bagi cantrik dan Berdasarkan pembahasan di atas penghuni asrama lainnya tidak didasarkan dapatlah diambil beberapa kesimpulan pada salah satu agama tertentu. Hal itu sebagai berikut : agaknya menjadi berbeda dalam hal ciri-ciri 1. Di antara latar belakang lahirnya pemikiran pendidikannya bila dibandingkan dengan ciri- Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan ciri pendidikan pondok pesantren yang ada di Pondok Asrama Tamansiswa adalah visinya kalangan Islam. bahwa sistem pondok adalah sistem nasional 3. Tentang Sosialisasi Pemikiran Pendidikan yang ideal, maka di antara cara menyiapkan Pondok Asrama Tamansiswa kader tamansiswa dan kader bangsa yang Berikut ini penuturan salah satu handal dan kelak dapat jadi alumni penghuni pondok asrama tamansiswa, panutanbangsanya adalah dengan mendirikan tahun 1926-1937 sebagai berikut: lembaga pendidikan khusus, yakni pendidikan “Saya terkesan dengan pemikiran Ki Hadjar Pondok Asrama Tamansiswa. Pendidikan dewantara yang diwujudkan dalam bentuk Pondok tersebut merupakan konvergensi tersedianya pondok. Suasana hidup berjalan antara pendidikan pondok pesantren yang seperti dirumah sendiri berlangsung selama berkembang dan dikelola oleh umat Islam 24 jam setiap harinya dengan pengawasan dan dengan sistem pecantrikan/padepokan yang pembinaan dari pamong. Suasanannya terasa telah ada sejak zaman kabudan, yang gembira bebas merdeka, tetapi penuh disiplin keduanya memiliki kelemahan. Oleh karena ; timbul spirit untuk giat belajar dan itu dalam aplikasinya tidak beraviliasi pada berprestasi.Semua siswa mematuhi peraturan salah satu agama tertentu merupakan ciri khas tata-tertib dengan sebaik-baiknya. Jadwal pendidikan Pondok Asrama Tamansiswa. pelajaran setiap hari (termasuk pelajaran- 2. Wujud konkrit pemikiran pendidikan Pondok pelajaran ekstra kurikuler, seperti : bercocok Pesantren Tamansiswa dari segi fisik adalah tanam, menukang kayu/triplex, melukis, ektra adanya asrama tempat mukim siswa/cantrik, keagamaan kepanduan, mendalami tari- rumah tempat tinggal guru (hadjar), ruang tarian/seni budaya, menabuh gamelan) kami belajar mengajar, ruang ibadah, ruang ikuti dengan penuh semangat dan penuh pembinaan kanuragan dan dapur (patehan). perhatian. Seluruhnya dalam satu lokasi. Sedangkan Terasa sekali, bahwa bapak dan ibu pamong dalam segi tujuan, pendidik (pamong), mendidik kami dengan sikap :tut wuri siswa/cantrik, ngelmu kadonyan (ilmu handayani dalam mareka mengamalkan keduniaan);ngelmuseni dan budaya/estetika); sistim among. Bagi siswa yang melanggar serta kanuragan (pendidikan jasmani dan tatatertib pamong melakukan tindakan ketrampilan); dan suasana lingkungan yang disiplin kepadanya, yang biasanya sudah tertib damai yang sengaja diciptakan oleh cukup dengan teguran yang tegas. Sehingga penghuni pondok dengan sistem keluarga.

THE 5TH URECOL 996 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

3. Ketika Ki Hadjar masih hidup, pemikiran Ki Soeratman, Tutwuri Handayani, yang cemerlang dapat disosialisasikan Yogyakarta Majelis Luhur Persatuan sekalipun belum optimal. Di antara Tamansiswa, 1991. kendalanya adalah kurangnya dana dan lokasi yang memadai untuk pendirian satu ------Sistem Among dalam asrama. Namun mungkin juga karena Kepramukaan, Majelis Luhur pemikiran pendidikan pondok ini dalam Persatuan Tamansiswa, 1991. sosialisasinya tidak beraviliasi pada salah satu agama tertentu dan bersifat------Candra Manusia, t.th. kedaerahan,maka dua faktor terakhir itulah ------Ketamansiswaan I, Pemahaman mungkin yang menjadikan masyarakat dan Penghayatan Azas-Azas enggan untuk menjadi sumber dana. Tamansiswa, 1922, 1987.

8. CATATAN AKHIR Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Ki 1) Nurcholish Madjid, Merumuskan Hadjar Dewantara dalam Pandangan Kembali Tujuan Pendidikan Pesantren para Cantrik dan Mentriknya, MLPT, dalam Dawam Raharjo, Pergulatan Yogyakarta, 1989 Dunia Pesantren, LP3ES, 1985:3. 2) Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Muhammad Jazman Al-Kindi, Pondok Islam Integratif, 2005:155-156. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 3) Karel A. Steenbrink, Pesantren Lampiran Makalah Seminar Madrasah Sekolah, 1986:20. Kependidikan di Medan, 1990. 4) Ki Hadjar Dewantara, bagian pertama PendidikanIa, 1977:369. Muliawan, Jasa Ungguh, Pendidikan Islam 5) Ki Hadjar, Pendidikan I a :1977:370- Integratif, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 371. 2005 6) Ki Hadjar Dewantara, 1977: 369-373; Rahardjo, M. Dawam (ed), Pergulatan Dunia Wasita - Pusara, Ad. II No. 3-6 Pesantren, Jakarta, P3M, 1985. Agustus 1931. 7) Ki Hadjar Dewantara, 1977: 371; Waharjani, Gagasan Pendidikan Pondok Wusita Jld. I No. 2 November 1928 Menurut Ki Hadjar Dewantara, 8) Ki Hadjar Dewantara dalam pandangan Makalah disampaikan dalam diskusi para cantrik dan mentriknya, Majelis Pembina Pondok Hajjah Noriyah Luhur Persatuan Tamansiswa Shabian UMS, 1991. Jogjakarta 1989, hlm 72. ------Reaktualisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara, Resesi makalah dalam diskusi dosen UMS, FA-UMS, 1990. 9. DAFTAR PUSTAKA Kafrawi, H., Pembaharuan Sistem Y.B. Suparlan, Aliran Guru dalam Pendidikan Pondok Pesantren, Jakarta, Pendidikan, Yogyakarta, Andi Offset, Cemara Indah, 1978. 1981.

Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, Jakarta, LP3S, 1986.

Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan dan Kebudayaan (Ia dan Ib), Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, 1977.

THE 5TH URECOL 997 ISBN 978-979-3812-42-7