Makna Simbol Komunikasi Dalam Upacara Adat Keboan Di Desa Aliyan Kabupaten Banyuwangi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Makna Simbol Komunikasi Dalam Upacara Adat Keboan Di Desa Aliyan Kabupaten Banyuwangi Tanty Dwi Lestari1), I Dewa Ayu Sugiarica Joni2), Ni Luh Ramaswati Purnawan3) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Email: [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRACT Traditional ceremonies Keboan is one of the traditional ceremonies conducted by the community tribe Osing, precisely in the village of Aliyan, District Rogojampi, Banyuwangi. Traditional ceremonies Keboan which is very closely linked to agriculture. Ceremonies Keboan is usually carried out once a year on the Month Suro (According to the Javanese calendar). This study aims to determine the meaning of the symbols communication contained in the overall ceremonies Keboan. This type of research is descriptive qualitative method, with the theory semiotic and interactionism symbolic, where researchers will provide an overview of the procession and the symbolic meaning of the message contained in the traditional ceremonies Keboan. The data is obtained by interview, direct observation and documentation study. The technique of analyzing the data that used in this research through several steps that was data reduction, data presentation and conclution. Based on the results of research in traditional ceremonies Keboan, each of the stages in this event contains many symbols of communication. In the research the symbols in this event is more prevalent in tribute provided, including there is a beras kuning, tumpeng panca warna, kinangan, kembang setaman, peras, miniature hewan-hewan sawah, and dawet. Meaning of tributes are largely represented a hope society Aliyan to God. The conclusion of this research is ceremonies Keboan is one of the legacy ancestral cultural which until now still be preserved. The traditional ceremony Keboan still kept until today is none other than as a form of reverence to ancestral Aliyan village, and as a form of preservation of culture who want to keep running. Keywords: Meaning Symbols, Semiotics, Interactionism Symbolic, Ceremonies Keboan 1. PENDAHULUAN Kepercayaan pada dasarnya bertujuan dapat membentuk sikap dan perilaku manusia. sebagai pedoman tingkah laku bagi seluruh Dengan demikian mengetahui dan melestarikan masyarakat yang memahami serta meyakini tradisi dan budaya adalah hal penting bagi kepercayaan tersebut, di Indonesia sendiri kaya masyarakat Indonesia, agar masyarakat akan beribu-ribu pulau dengan beranekaragam Indonesia memiliki identitas diri dan tidak mudah suku, budaya, agama maupun ras. Memahami terombang ambing dalam mengahadapi sistem kepercayaan suatu kelompok tantangan globalisasi yang penuh dengan nilai- masyarakat merupakan hal penting, baik itu nilai baru dan budaya asing. untuk pengembangan ilmu pengetahauan Di antara keberagaman suku di Indonesia, maupun pengembangan secara menyeluruh, masih banyak masyarakat yang khususnya padangan komunikasi. Di mana mempertahankan keaslian adat istiadatnya. dalam sebuah sistem kepercayaan tersebut Salah satunya adalah Banyuwangi, Banyuwangi 1 merupakan kabupaten terluas di daerah Jawa jaman dahulu, saat menghadapi musim Timur. Di Banyuwangi sendiri terdapat etnis kekeringan. Bentuk doa masyarakat Aliyan yang bernama Suku Osing, Suku Osing juga dituangkan dalam acara Keboan tersebut biasa dikenal dengan sebutan “Wong Osing”. dengan segala bentuk tahapannya sebelum Pada awalnya kepercayaan Suku Osing adalah agama Islam masuk ke Banyuwangi. Dalam Hindu, namun dikarenakan perkembangan Islam Upacara Adat Keboan akan ada beberapa di daerah Pantai Utara Jawa menyebabkan masyarakat yang menjadi Keboan atau kerbau Islam masuk dan menyebar dengan pesat di jadi-jadian. Masyarakat yang menjadi keboan masyarakat Banyuwangi. Suku Osing akan mengalami kesurupan dan selama mendominasi sejumlah kecamatan di Kabupaten pelaksanaan acara akan bertingkah seperti Banyuwangi terutama bagian Tengah dan Utara. kerbau dan memakai peralatan membajak Kecamatan-kecamatan tersebut mencakup sawah. Upacara adat Keboan dilaksanakan kecamatan Glagah, Kecamatan Kalipuro, secara bertahap. Tahapan-tahapan yang Kecamatan Sempu, Kecamatan Rogojampi, dan dilakukan harus diikuti oleh masyarakat desa Kecamatan Banyuwangi sendiri. atau bagi mereka yang berkepentingan dalam pelaksanaan upacara adat tersebut. Adat istiadat yang masih dilestarikan dan Keboan merupakan salah satu simbol dijalankan masyarakat Banyuwangi khususnya kultural yang digunakan untuk mengungkapkan daerah yang didominasi suku Osing diantaranya rasa syukur hasil panen masyarakat Desa adalah upacara adat Keboan, upacara adat selama satu tahun. Di mana dalam upacara adat kesenian tradisional Seblang, upacara adat Keboan ini banyak terkandung simbol-simbol Petik Laut, upacara adat Tumpeng Sewu, yang ingin disampaikan kepada masyarakat, upacara adat Endog-endogan, dan kesenian tari setiap tahapan-tahapannya sangat erat tradisonal Jejer Gandrung yang sampai saat ini hubungannya dengan bidang pertanian yang menjadi ikon Kabupaten Banyuwangi. Tradisi memiliki simbol dan makna tersendiri. yang masih rutin dilakukan setiap tahunnya Kepercayaan masyarakat terhadap manfaat adalah tradisi upacara adat Keboan. Upacara yang dihasilkan dari upacara tersebut membuat Adat Keboan merupakan upacara adat Desa upacara adat Keboan masih dilakukan setiap Aliyan, Kecamatan Rogojampi yang berkaitan tahunnya. Pada dasarnya simbol merupakan erat dengan bidang pertanian. Mayoritas salah satu unsur komunikasi seperti halnya penduduk Desa Aliyan beragama Islam dan komunikasi, simbol tidak muncul dalam suatu bekerja sebagai Petani dan Buruh. Walaupun ruang hampa sosial, melainkan dalam suatu mayoritas masyarakat Desa Aliyan beragama konteks (fisik, waktu, sosial dan budaya) atau Islam, tetapi mereka masih sangat menjunjung situasi tertentu. Ketika suatu kelompok terbentuk tinggi Upacara Adat Keboan yang diwarisi oleh maka simbol dan aturan muncul yang kemudian nenek moyang mereka. Upacara adat Keboan diterapkan melalui interaksi, di mana dari merupakan bentuk doa masyarakat Desa Aliyan interaksi itu simbol-simbol tersebut digunakan 2 dan dimaknai oleh anggota-anggota mengacu pada objek tertentu di luar tanda itu kelompoknya. sendiri. Kurangnya keingintahuan masyarakat Digunakannya simbol dalam setiap tentunya akan mengancam ketahanan tradisi kehidupan masyarakat termasuk dalam upacara tersebut, di mana masyarakat hanya adat dapat menimbulkan rangsangan pemikiran, mengetahui secara garis besar tentang makna dan simbol-simbol yang muncul akan saling tradisi itu. Kemungkinan keadaan tersebut berkaitan satu sama lain sehingga dapat terjadi karena kurangnya tindakan-tindakan menghasilkan pemaknaan yang baru. Pada pewarisan budaya dari generasi ke generasi. dasarnya simbol merupakan akumulasi yang Permasalahan ini yang melatarbelakangi dihasilkan dari gambaran pemikiran manusia, ketertarikan penulis untuk meneliti mengenai dan dituangkan dalam interaksi antar manusia makna-makna simbol komunikasi dalam maupun interaksi dengan alam dan sosial upacara adat Keboan di Desa Aliyan. budayanya. 2. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Kebudayaan Simbol Kebudayaan atau culture berasal dari Menurut Geertz (dalam Triyanto 2001:20), bahasa latin colore yang artinya pemeliharaan, Simbol merupakan segala bentuk benda pengolahan tanah menjadi tanah pertanian. material, peristiwa, tindakan, ucapan, dan Sedangkan kebudayaan, akar katanya berasal gerakan manusia yang menandai atau mewakili dari bahasa Sansekerta yaitu buddayah dari sesuatu yang lain atau segala sesuatu yang budhi atau akal. Dengan kata lain kebudayaan telah diberikan makna tertentu. Simbol adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia melibatkan tiga unsur, yakni: 1. simbol itu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, 2. satu rujukan atau lebih, 3. hubungan (Soekanto, 2012:150). antara simbol dengan rujukan. Dalam Sobur, Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman 2009 secara etimologi, simbol (simbol) berasal Soenardi mendefinisikan Kebudayaan sebagai dari kata Yunani “symballein” yang berarti semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. melemparkan bersama suatu (benda, Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan perbuatan) dikaitkan dengan ide. kepercayaan atau kebudayaan jasmaniah Banyak yang selalu mengartikan simbol (material culture) yang diperlukan oleh manusia sama dengan tanda. Sebetulnya, tanda untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan berkaitan langsung dengan objek, sedangkan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan simbol memerlukan proses pemaknaan yang masyarakat (Soekanto, 2012:151). lebih intensif setelah dihubungkan dengan Dapat disimpulkan bahwa kebudayaan objek. Dengan kata lain, simbol lebih subtantif dapat mencakup semuanya yang didapat dan dari pada tanda. Dalam konsep Peirce, simbol dipelajari manusia setiap harinya, baik dalam merupakan salah satu kategori tanda (sign), bentuk tingkah laku, kepercayaan, pola pikir, sehingga simbol diartikan sebagai tanda yang 3 maupun seni. Sehingga dalam kehidupan itu banyak masyarakat kelaparan dan meninggal sehari-hari kebudayaan tersebut bersifat akibat penyakit misterius tersebut. abstrak. Dalam Upacara Adat Keboan akan ada beberapa masyarakat yang menjadi Keboan Semiotika Dalam Kebudayaan atau kerbau jadi-jadian. Masyarakat yang Definisi Semiotika menurut Roland Barthes menjadi keboan akan mengalami kesurupan dan bahwa “semiotika adalah suatu ilmu atau selama pelaksanaan acara akan bertingkah metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda- seperti kerbau dan memakai peralatan tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam membajak sawah. Masyarakat