Makna Simbol Komunikasi Dalam Upacara Adat Keboan Di Desa Aliyan Kabupaten Banyuwangi

Tanty Dwi Lestari1), I Dewa Ayu Sugiarica Joni2), Ni Luh Ramaswati Purnawan3) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Email: [email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRACT

Traditional ceremonies Keboan is one of the traditional ceremonies conducted by the community tribe Osing, precisely in the village of Aliyan, District Rogojampi, Banyuwangi. Traditional ceremonies Keboan which is very closely linked to agriculture. Ceremonies Keboan is usually carried out once a year on the Month Suro (According to the Javanese calendar). This study aims to determine the meaning of the symbols communication contained in the overall ceremonies Keboan. This type of research is descriptive qualitative method, with the theory semiotic and interactionism symbolic, where researchers will provide an overview of the procession and the symbolic meaning of the message contained in the traditional ceremonies Keboan. The data is obtained by interview, direct observation and documentation study. The technique of analyzing the data that used in this research through several steps that was data reduction, data presentation and conclution. Based on the results of research in traditional ceremonies Keboan, each of the stages in this event contains many symbols of communication. In the research the symbols in this event is more prevalent in tribute provided, including there is a beras kuning, tumpeng panca warna, kinangan, kembang setaman, peras, miniature hewan-hewan sawah, and dawet. Meaning of tributes are largely represented a hope society Aliyan to God. The conclusion of this research is ceremonies Keboan is one of the legacy ancestral cultural which until now still be preserved. The traditional ceremony Keboan still kept until today is none other than as a form of reverence to ancestral Aliyan village, and as a form of preservation of culture who want to keep running.

Keywords: Meaning Symbols, Semiotics, Interactionism Symbolic, Ceremonies Keboan

1. PENDAHULUAN Kepercayaan pada dasarnya bertujuan dapat membentuk sikap dan perilaku manusia. sebagai pedoman tingkah laku bagi seluruh Dengan demikian mengetahui dan melestarikan masyarakat yang memahami serta meyakini tradisi dan budaya adalah hal penting bagi kepercayaan tersebut, di sendiri kaya masyarakat Indonesia, agar masyarakat akan beribu-ribu pulau dengan beranekaragam Indonesia memiliki identitas diri dan tidak mudah suku, budaya, agama maupun ras. Memahami terombang ambing dalam mengahadapi sistem kepercayaan suatu kelompok tantangan globalisasi yang penuh dengan nilai- masyarakat merupakan hal penting, baik itu nilai baru dan budaya asing. untuk pengembangan ilmu pengetahauan Di antara keberagaman suku di Indonesia, maupun pengembangan secara menyeluruh, masih banyak masyarakat yang khususnya padangan komunikasi. Di mana mempertahankan keaslian adat istiadatnya. dalam sebuah sistem kepercayaan tersebut Salah satunya adalah Banyuwangi, Banyuwangi 1

merupakan kabupaten terluas di daerah Jawa jaman dahulu, saat menghadapi musim Timur. Di Banyuwangi sendiri terdapat etnis kekeringan. Bentuk doa masyarakat Aliyan yang bernama Suku Osing, Suku Osing juga dituangkan dalam acara Keboan tersebut biasa dikenal dengan sebutan “Wong Osing”. dengan segala bentuk tahapannya sebelum Pada awalnya kepercayaan Suku Osing adalah agama Islam masuk ke Banyuwangi. Dalam Hindu, namun dikarenakan perkembangan Islam Upacara Adat Keboan akan ada beberapa di daerah Pantai Utara Jawa menyebabkan masyarakat yang menjadi Keboan atau kerbau Islam masuk dan menyebar dengan pesat di jadi-jadian. Masyarakat yang menjadi keboan masyarakat Banyuwangi. Suku Osing akan mengalami kesurupan dan selama mendominasi sejumlah kecamatan di Kabupaten pelaksanaan acara akan bertingkah seperti Banyuwangi terutama bagian Tengah dan Utara. kerbau dan memakai peralatan membajak Kecamatan-kecamatan tersebut mencakup sawah. Upacara adat Keboan dilaksanakan kecamatan Glagah, Kecamatan Kalipuro, secara bertahap. Tahapan-tahapan yang Kecamatan Sempu, Kecamatan Rogojampi, dan dilakukan harus diikuti oleh masyarakat desa Kecamatan Banyuwangi sendiri. atau bagi mereka yang berkepentingan dalam pelaksanaan upacara adat tersebut. Adat istiadat yang masih dilestarikan dan Keboan merupakan salah satu simbol dijalankan masyarakat Banyuwangi khususnya kultural yang digunakan untuk mengungkapkan daerah yang didominasi suku Osing diantaranya rasa syukur hasil panen masyarakat Desa adalah upacara adat Keboan, upacara adat selama satu tahun. Di mana dalam upacara adat kesenian tradisional Seblang, upacara adat Keboan ini banyak terkandung simbol-simbol Petik Laut, upacara adat Tumpeng Sewu, yang ingin disampaikan kepada masyarakat, upacara adat Endog-endogan, dan kesenian tari setiap tahapan-tahapannya sangat erat tradisonal Jejer Gandrung yang sampai saat ini hubungannya dengan bidang pertanian yang menjadi ikon Kabupaten Banyuwangi. Tradisi memiliki simbol dan makna tersendiri. yang masih rutin dilakukan setiap tahunnya Kepercayaan masyarakat terhadap manfaat adalah tradisi upacara adat Keboan. Upacara yang dihasilkan dari upacara tersebut membuat Adat Keboan merupakan upacara adat Desa upacara adat Keboan masih dilakukan setiap Aliyan, Kecamatan Rogojampi yang berkaitan tahunnya. Pada dasarnya simbol merupakan erat dengan bidang pertanian. Mayoritas salah satu unsur komunikasi seperti halnya penduduk Desa Aliyan beragama Islam dan komunikasi, simbol tidak muncul dalam suatu bekerja sebagai Petani dan Buruh. Walaupun ruang hampa sosial, melainkan dalam suatu mayoritas masyarakat Desa Aliyan beragama konteks (fisik, waktu, sosial dan budaya) atau Islam, tetapi mereka masih sangat menjunjung situasi tertentu. Ketika suatu kelompok terbentuk tinggi Upacara Adat Keboan yang diwarisi oleh maka simbol dan aturan muncul yang kemudian nenek moyang mereka. Upacara adat Keboan diterapkan melalui interaksi, di mana dari merupakan bentuk doa masyarakat Desa Aliyan interaksi itu simbol-simbol tersebut digunakan 2

dan dimaknai oleh anggota-anggota mengacu pada objek tertentu di luar tanda itu kelompoknya. sendiri. Kurangnya keingintahuan masyarakat Digunakannya simbol dalam setiap tentunya akan mengancam ketahanan tradisi kehidupan masyarakat termasuk dalam upacara tersebut, di mana masyarakat hanya adat dapat menimbulkan rangsangan pemikiran, mengetahui secara garis besar tentang makna dan simbol-simbol yang muncul akan saling tradisi itu. Kemungkinan keadaan tersebut berkaitan satu sama lain sehingga dapat terjadi karena kurangnya tindakan-tindakan menghasilkan pemaknaan yang baru. Pada pewarisan budaya dari generasi ke generasi. dasarnya simbol merupakan akumulasi yang Permasalahan ini yang melatarbelakangi dihasilkan dari gambaran pemikiran manusia, ketertarikan penulis untuk meneliti mengenai dan dituangkan dalam interaksi antar manusia makna-makna simbol komunikasi dalam maupun interaksi dengan alam dan sosial upacara adat Keboan di Desa Aliyan. budayanya.

2. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Kebudayaan Simbol Kebudayaan atau culture berasal dari Menurut Geertz (dalam Triyanto 2001:20), bahasa latin colore yang artinya pemeliharaan, Simbol merupakan segala bentuk benda pengolahan tanah menjadi tanah pertanian. material, peristiwa, tindakan, ucapan, dan Sedangkan kebudayaan, akar katanya berasal gerakan manusia yang menandai atau mewakili dari bahasa Sansekerta yaitu buddayah dari sesuatu yang lain atau segala sesuatu yang budhi atau akal. Dengan kata lain kebudayaan telah diberikan makna tertentu. Simbol adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia melibatkan tiga unsur, yakni: 1. simbol itu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, 2. satu rujukan atau lebih, 3. hubungan (Soekanto, 2012:150). antara simbol dengan rujukan. Dalam Sobur, Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman 2009 secara etimologi, simbol (simbol) berasal Soenardi mendefinisikan Kebudayaan sebagai dari kata Yunani “symballein” yang berarti semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. melemparkan bersama suatu (benda, Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan perbuatan) dikaitkan dengan ide. kepercayaan atau kebudayaan jasmaniah Banyak yang selalu mengartikan simbol (material culture) yang diperlukan oleh manusia sama dengan tanda. Sebetulnya, tanda untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan berkaitan langsung dengan objek, sedangkan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan simbol memerlukan proses pemaknaan yang masyarakat (Soekanto, 2012:151). lebih intensif setelah dihubungkan dengan Dapat disimpulkan bahwa kebudayaan objek. Dengan kata lain, simbol lebih subtantif dapat mencakup semuanya yang didapat dan dari pada tanda. Dalam konsep Peirce, simbol dipelajari manusia setiap harinya, baik dalam merupakan salah satu kategori tanda (sign), bentuk tingkah laku, kepercayaan, pola pikir, sehingga simbol diartikan sebagai tanda yang 3

maupun seni. Sehingga dalam kehidupan itu banyak masyarakat kelaparan dan meninggal sehari-hari kebudayaan tersebut bersifat akibat penyakit misterius tersebut. abstrak. Dalam Upacara Adat Keboan akan ada beberapa masyarakat yang menjadi Keboan Semiotika Dalam Kebudayaan atau kerbau jadi-jadian. Masyarakat yang Definisi Semiotika menurut Roland Barthes menjadi keboan akan mengalami kesurupan dan bahwa “semiotika adalah suatu ilmu atau selama pelaksanaan acara akan bertingkah metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda- seperti kerbau dan memakai peralatan tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam membajak sawah. Masyarakat Desa Aliyan upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, masih menjalankan upacara adat Keboan ditengah-tengah manusia dan bersama-sama sampai saat ini, hal tersebut dikarenakan manusia”. Semiotika, atau istilah Barthes masyarakat Desa Aliyan takut akan semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari mendapatkan musibah jika tidak bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai melaksanakannya. Upacara Adat Keboan hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal sebenarnya bertujuan sebagai bentuk rasa ini tidak dapat dicampuradukkan dengan syukur atas hasil panen yang melimpah selama mengkomunikasikan (to communicate). satu tahun, dan bentuk permohonan untuk Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak kesuburan tanah dan keinginan mendapatkan hanya membawa informasi, dalam hal mana panen melimpah di tahun berikutnya. objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda Interaksionisme Simbolik (Sobur, 2009:15). Dalam penelitian kebudayaan, Persfektif teori Interaksionisme Simbolik semiotika juga sering kali digunakan karena merupakan salah satu pendekatan yang dapat semiotika berusaha memahami makna-makna digunakan apabila seseorang ingin meneliti yang ada di dalam simbol-simbol kebudayaan. mengenai fenomena-fenomena interaksi simbolik yang terjadi di dalam suatu masyarakat. Upacara Adat Keboan Herbert Blumer mengatakan bahwa “bagi Upacara Adat Keboan merupakan salah seseorang makna dari sesuatu berasal dari satu upacara adat yang ada di Banyuwangi, cara-cara orang lain bertindak terhadapnya tepatnya upacara tersebut dilaksanakan di Desa dalam kaitannya dengan sesuatu itu”. Dengan Aliyan, Kecamatan Rogojampi yang berkaitan kata lain, makna menurut Blumer dapat erat dengan bidang pertanian. Ritual adat terbentuk dari hasil interaksi-interaksi dengan Keboan biasa dilakukan setahun sekali pada orang lain, terutama dengan orang yang Bulan Suro (Menurut kalender Jawa). Ritual ini dianggap dekat dengan orang yang memberikan muncul berawal dari terjadinya musibah paceklik makna. (Kekeringan). Pada musibah tersebut seluruh masyarakat terserang penyakit, dan hama juga menyerang tanaman pertanian mereka. Ketika 4

Teori interaksionisme simbolik yang 3. METODE PENELITIAN dimaksud Blumer bertumpu pada tiga premis Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan utama (Sobur,2009:199): metode deskriptif kualitatif, di mana peneliti akan 1. Pemaknaan (meaning) memberikan gambaran tentang prosesi dan Manusia bertindak terhadap sesuatu makna pesan simbolik yang terkandung dalam berdasarkan makna-makna yang ada pada proses upacara adat Keboan. Penelitian sesuatu itu bagi mereka. Maksudnya, kualitatif merupakan suatu penelitian yang manusia bertindak atau bersikap terhadap bermaksud memahami fenomena tentang apa manusia yang lainnya pada dasarnya yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya dilandasi atas pemaknaan yang mereka perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan kenakan kepada pihak lain tersebut. secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam 2. Bahasa (language) bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu Makna itu diperoleh dari hasil interaksi konteks khusus yang alamiah serta dengan sosial yang diilakukan dengan orang lain. memanfaatkan berbagai metode alamiah Artinya, pemaknaan muncul dari interaksi (Tohirin, 2012:3). sosial yang dipertukarkan atau suatu objek Sumber data yang digunakan dalam secaa alamiah. Makna berasal dari hasil penelitian ini adalah sumber data primer yang proses negosiasi melalui penggunaan diperoleh berdasarkan hasil wawancara di bahasa (language) dalam persfektif lapangan dan sumber data sekunder hasil dari interksionisme simbolik. Di sini, Blumer data-data atau dokumentasi yang diperoleh. menegaskan tentang pentingnya penamaan Adapun unit analisis dari penelitian ini adalah dalam proses pemaknaan. upacara adat Keboan itu sendiri, kemudian 3. Pikiran (thought) untuk teknik penentuan informan menggunakan Makna-makna tersebut disempurnakan di teknik purposive sampling di mana hanya orang- saat proses interaki sosial sedang orang yang dianggap memahami dan memiliki berlangsung. Interaksionisme simbolik informasi terkait penelitian ini. Untuk menggambarkan proses berfikir sebagai pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti perbincangan dengan diri sendiri. Prosses melakukan wawancara dengan narasumber, berfikir ini sendiri bersifat refleksi. observasi dengan turun langsung kelapangan Interaksionisme simbolik juga dimanfaatkan dan dokumentasi dengan mencatat, merekam, dalam meneliti suatu kebudayaan karena atau menyimpan berkas-berkas penting. perspektif interaksi simbolik berusaha memahami budaya lewat perilaku manusia yang 4. HASIL DAN PEMBAHASAN terpantul dalam komunikasi. Interaksionisme Upacara Adat Keboan merupakan warisan simbolik lebih menekankan pada interksi budaya nenek moyang secara turun temurun sejak abad sebuah komunitas. ke 18 hingga sekarang, dan merupakan suatu keharusan untuk tetap melaksanakannya setiap 5

satu tahun sekali pada bulan Suro antara masalah kebudayaan. Tindakan-tindakan tanggal 1-10 kalender Jawa, upacara adat simbolis yang masyarakat lakukan dapat terlihat Keboan biasa dilaksanakan hanya dengan dalam tradisi atau budaya mereka. Bentuk waktu sehari mulai pukul 05.30 WIB yang kebudayaan sering diwujudkan berupa simbol- diawali dengan prosesi selametan bersama simbol, salah satunya adalah masyarakat Jawa, hingga ditutup oleh prosesi terakhir yaitu prosesi yang juga kaya akan sistem simbol tersebut. ngurit. Oleh karena itu untuk hari pelaksanaan Sampai saat ini, simbol telah mewarnai tingkah upacara sudah tidak dapat diubah, ketetapan laku, bahasa, ilmu pengetahuan, dan religiusitas tersebut sudah diberlakukan sejak zaman masyarakat. leluhur Desa Aliyan karena tanggal tersebut Begitu melekatnya antara simbol dan dianggap merupakan hari baik. sebuah kebudayaan masyarakat, semakin Kegiatan upacara adat Keboan juga pernah menjelaskan bahwa setiap simbol-simbol yang menjadi polemik mengenai penyelenggaraan ada dalam upacara adat pasti memiliki makna- upacara adat tersebut. Di mana sebagian makna tertentu yang telah dirangkai oleh para sekelompok masyarakat dibawah naungan leluhur atau nenek moyang atas dasar tujuan Ormas Nahdlatul Ulama’, menginginkan agar yang baik bagi masyarakat. pelaksanaan upacara adat Keboan dihentikan, Upacara adat Keboan pada dasarnya dikarenakan mereka menganggap bahwa merupakan salah satu bentuk simbolis yang kegiatan upacara adat tersebut melenceng dari memang memiliki makna dan tujuan yang ajaran agama Islam. Namun, selama Keboan sangat mendalam bagi kehidupan masyarakat tidak dilaksanakan, para masyarakat yang Aliyan dan kehidupan pertanian mereka. Segala bermata pencaharian sebagai seorang petani benda-benda dalam acara ini juga memiliki atau buruh tani sangat jelas menerima makna tertentu, misalkan saja buah kelapa yang imbasnya. Di mana persediaan sumber perairan selalu ada di Lawang Kori (Gapura buah- lahan pertanian masyarakat Desa Aliyan buahan) biasanya ada dua warna kelapa warna menipis sehingga banyak masyarakat yang kuning dan hijau, dimana buah kelapa tersebut mengalami gagal panen. Setelah kejadian bagi masyarakat Aliyan mewakili pemikiran yang tersebut, barulah musyawarah antara kelompok ada dalam tubuh manusia. Sehingga buah tani dan Ormas NU terjadi dan menghasilkan kelapa selalu ada dan di Lawang Kori pada saat sebuah kesepakatan bahwa upacara adat acara Keboan. Upacara adat Keboan ini keboan boleh dilakukan sebelum acara diciptakan untuk mewakili bentuk doa pengajian tahunan dalam memperingati tahun masyarakat Aliyan ketika itu, karenanya segala baru Islam. Pada akhirnya kesepakatan tersebut bentuk atribut dan prosesinya disesuaikan masih dijalankan dengan baik hingga saat ini. dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat Dalam kehidupan sehari- hari, manusia zaman dahulu. selalu bersentuhan dengan simbol dan tidak Adapun simbol-simbol komunikasi yang jarang bersinggungan dengan masalah- terdapat dalam acara ini adalah : 6

1. Beras Kuning sebagai jalan atau pintu keluarnya segala Simbol kemakmuran dan rejeki. Dalam macam keburukan, serta masuknya acara selametan petahunan beras kuning kebaikan kepada masyarakat. Lawang Kori disajikan dengan dilengkapi uang logam sebagai salah satu bentuk tolak bala yang yang kemudian akan ditaburkan kepada mereka ciptakan orang-orang yang mengikuti selametan 6. Goyangan atau Kubangan petahunan setelah doa bersama selesai Goyangan atau kubangan yang disiapkan dilakukan. Penaburan beras kuning tersebut untuk upacara Keboan ini merupakan simbol bermakna agar masyarakat selalu diberikan tempat persemaian padi tumbuh menjadi kelimpahan rezeki dan kemakmuran dari tanaman padi dan menghasilkan bulir padi acara Keboan. sebagai tanaman pangan yang penting bagi 2. Peras (Kelapa dan Pisang) masyarakat. Dalam ritual ini goyangan atau Kelapa sebagai simbol kekuatan pikiran kubangan diyakini menjadi tempat yang manusia, sedangkan pisang sebagai memiliki kekuatan tidak kasap mata, sampai kekuatan tekad dan cita-cita. Peras saat ini masih banyak masyarakat yang bermakna sebagaimana manusia yang mempercayai jika kubangan bekas keboan memiliki keinginan dan cita-cita harus tetap berkubang dapat dijadikan salah satu media dicapai dengan segala pemikiran yang penyembuhan penyakit. bersih dan jernih yang disertai dengan 7. Prosesi Selametan Latar perasaan yang baik agar terhindar dari Duduk sejajar di sepanjang jalan yang perbuatan yang hanya mengandalkan hawa mengelilingi Aliyan, menyimbolkan nafsu. kedamaian masyarakat aliyan. Tanpa 3. Kembang Setaman adanya batasan sosial antar warga. Acara kembang setaman dianggap sebagai simbol makan bersama di sepanjang jalan ini kehidupan sosial. menjelaskan bahwa acara upacara adat 4. Tumpeng Panca Warna Keboan ini memiliki daya untuk menyatukan, Keseimbangan elemen-elemen alam yaitu dan merepresentasikan adanya air, api, udara, tanah, dan angkasa dan juga pemahaman kolektif bahwa selamatan Desa sebagai keseimbangan kehidupan manusia. penting sebagai media permohonan untuk 5. Lawang Kori mendapatkan keselamatan, kesejahteraan, Gapura yang terbuat dari susunan bambu dan kedamaian warga masyarakat Desa yang diisi dengan janur dan segala macam Aliyan. hasil bumi. Lawang Kori merupakan sebuah 8. Prosesi Gelar Songo simbol kemakmuran dan kesuburan tanah Ritual Gelar songo menyimbolkan penawar Aliyan. Pemasangan Lawang Kori di setiap tujuh balak-bilai, srakat atau sengkala sudut jalan Aliyan ternyata memiliki makna (menurut istilah mereka) terhadap bencana tertentu. Di mana Lawang Kori bermakna yang dapat menyengsarakan manusia yaitu: 7

1. jadinya gempa bumi, 2. angin besar atau Gunungan ini merupakan anyaman bambu kencang, 3. api yang mengakibatkan yang dibentuk segitiga dan diisi susunan kebakaran, 4. air atau kebanjiran, 5. wabah buah-buahan dan sayur-sayuran. Gunungan penyakit, 6. paceklik, dan 7. perang perwujudan kesejahteraan. Gunungan juga antarmanusia atau antarsaudara. Gelar sebagai simbol keberhasilan petani dalam songo juga sarana untuk mengundang bertani. Bentuk gunung yang berisi sayuran pelaku Keboan untuk melakukan ritual di hasil bumi merupakan simbol perwujudan depan rumah jaga tirta. yang menyatu dari petani dalam 9. Miniature Hewan menghasilkan tanaman pangan. Aneka miniatur hewan yang terbuat dari 15. Prosesi Ngurit tepung, dan miniature hewan tersebut Kata “Ngurit” sendiri dalam acara ini di merupakan simbol keseimbangan ekosistem artikan sebagai tabor benih yang yang terdapat di sawah yang berfungsi menyimbolkan kesuburan, dan dianggap sebagai penyubur tanah. sebagai salah satu bentuk tolak bala. 10. Dawet Dalam upacara adat Keboan ini dawet ANALISIS TEMUAN PENELITIAN menyimbolkan sumber mata air. Bentuk Interaksionisme Simbolik dalam 11. Keboan Upacara Adat Keboan Keboan itu sendiri menyimbolkan sebuah Menurut pandangan Herbert Blumer, makna kesejahteraan, makmuran, dan kesuburan. merupakan suatu persepsi yang timbul akibat 12. Prosesi Idher Bumi interaksi satu sama lain. Makna tersebut berasal Idher Bumi menyimbolkan Doa (ritual) untuk dari cara-cara orang lain bertindak terhadap memohon diberikan kesejahteraan dan orang yang memberikan makna. Pada akhirnya keselamatan hidup masyarakat Aliyan. makna akan terbentuk dari hasil interaksi Terutama dalam kehidupan masyarakat dengan orang lain, terutama dengan orang yang agraris yang memiliki harapan diantaranya dianggap dekat dengan orang yang memberikan pada kesuburan tanah, terhindar dari hama, makna. Hal ini dapat diartikan bahwa makna menghasilkan panen yang melimpah, dan muncul karena adanya suatu pengalaman. terhindar dari segala macam malapetaka. Demikian halnya dengan upacara adat 13. Keboan di Desa Aliyan ini, dimana upacara adat Dewi Sri dalam bidang pertanian merupakan Keboan terbentuk berdasarkan dari pemikiran simbol kemakmuran. Para petani sangat dan interaksi masyarakat Aliyan itu sendiri, di mengenalnya dengan akrab, bahkan tak mana hasil dari pertukaran informasi tersebut jarang diantara mereka menganggap bahwa dapat membentuk sebuah pemahaman dan Dewi Sri adalah padi itu sendiri. sebuah kesepakatan. Sebuah kesepakatan 14. Gunungan Hasil Bumi yang terbentuk berdasarkan adanya musibah paceklik (kekeringan), upacara adat Keboan 8

merupakan hasil dari pemikiran dan interaksi makna denotasi tersebut akan menjadi mitos. mereka sehingga menghasilkan jalan keluar dari Sehingga makna yang terus diulang-ulang akan musibah tersebut, yang pada akhirnya menjadi mitos dalam masyarakat. kesepakatan tersebut mereka tuangkan dalam Dalam upacara adat Keboan ini, mitos yang upacara adat Keboan ini. Sebuah kesepakatan muncul adalah upacara adat keboan sebagai tersebut menghasilkan tahapan-tahapan yang bentuk permohonan kesuburan lahan pertanian berupa tahapan selametan latar, idher bumi, dan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dimana dalam ngurit. Yang mana dalam tahapan tersebut pemaknaan tersebut permohonan kesuburan terdapat simbol-simbol memiliki makna lahan juga harus diimbangin dengan segala tersendiri bagi masyarakat desa Aliyan. keselarasan kehidupan manusia, dan hal Dalam interaksi sosial yang terjadi pada tersebut terlihat pada beberapa simbol yang ada masyarakat Aliyan ketika itu juga menghasilkan dalam acara ini. Seperti simbol tumpeng panca simbol-simbol komunikasi yang mereka warna, yang bermakna sebagai bentuk tuangkan pada masing-masing prosesi. Adapun keseimbangan elemen alam. Yang mana simbol-simbol yang terdapat dalam upacara adanya simbol tersebut diartikan bahwa adat keboan ini di antaranya adalah sesaji-sesaji permohonan kesuburan lahan juga harus yang berupa tumpeng panca warna, kembang disertai dengan menjaga lingkungan agar setaman, kinangan, beras Kuning, peras elemen-elemen alam tetap terjaga dengan baik (Kelapa dan Pisang). dan seimbangan. Selain itu juga dengan adanya pala Selain itu, Adanya Kembang setaman gemantung, pala kesimpar, dan pala kependem sebagai salah satu sesaji juga menjawab bahwa yang ada di lawang Kori dan gunungan. Pada permohonan kesuburan lahan dan kemakmuran dasarnya dalam upacara adat Keboan di Desa harus disertai dengan keseimbangan kehidupan. Aliyan bersifat kompleks. Kompleksitas dalam Seperti pada kembang setaman, empat macam upacara adat Keboan mengandung berbagai bunga dalam bagian kembang setaman memiliki unsur nilai-nilai seperti nilai keagamaan, moral, makna bahwa kita sebagai manusia juga harus sosial maupun budaya. selalu waspada dalam bertindak dan mengambil keputusan, serta sebagai manusia juga harus Mitos dalam pandangan Roland Barthes saling menghormati terutama kepada orang “Mitos” menurut Barthes terletak pada yang lebih tua maupun para leluhur. tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk Bentuk-bentuk penghormatan kepada sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut leluhur juga banyak dituangkan dalam beberapa akan menjadi penanda baru yang kemudian sesaji yang digambarkan pada penyediaan memiliki petanda kedua dan membentuk tanda jajanan pasar, kopi, teh, ayam peteteng, dan baru (Sobur, 2009:69). Jadi, ketika suatu tanda kembang setaman. Serta penghormatan yang memiliki makna konotasi kemudian tersebut digambarkan melalui simbol tindakan berkembang menjadi makna denotasi, maka 9

yaitu prosesi selametan petahunan yang Lawang Kori, Goyangan, dan juga saat prosesi dilakukan di selametan latar. makam mbah buyut Wongso Kenongo. Karena Sampai saat ini tidak bisa dipungkiri jika kesuburan dan kemakmuran yang diinginkan masyarakat muslim di jawa masih erat di latar juga harus disertai dengan tingkah laku yang belakangi tradisi-tradisi nenek moyang mereka. baik. Dalam upacara adat Keboan terdapat Masyarakat Aliyan beranggapan jika simbol-simbol komunikasi yang berupa pelaksanaan dari acara ini juga sebagai bentuk tindakan-tindakan, lambang, warna dan lain penghormatan mereka kepada mbah buyut sebagainya. Dalam hal ini, tindakan-tindakan Wongso Kenongo, sekaligus sebagai bentuk simbolis terwujud dalam prosesi gelar songo, pelestarian budaya. sembur otek-otek (menebar beras kuning), dan ngurit (tabur benih). 6. DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Edisi 5. KESIMPULAN Kedua. :Prenada Media Group Berdasarkan hasil penelitian mengenai Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu simbol komunikasi pada proses atau tahapan Komunikasi. Cetakan Keenam. upacara adat Keboan di Desa Aliyan Kecamatan Jakarta:PT RajaGrafindo Persada Rogojampi Kabupaten Banyuwangi, maka Guba, Egon G dan Yvonna S. Lincoln. 1994. peneliti menarik kesimpulan bahwa: Pada Berbagai Paradigma Yang Bersaing upacara adat Keboan merupakan hasil dari Dalam Penelitian Kualitatif. Handbook pemikiran dan interaksi mereka dalam mencari Qualitative Research. jalan keluar dari musibah paceklik (kekeringan), Hamidi. 2005. Metode Penelitian dan Teori pada akhirnya upacara ini terbentuk dan Komunikasi Pendekatan Praktis dimaknai sebagai salah satu bentuk rasa syukur Penulisan Proposal dan Laporan masyarakat Desa Aliyan kepada Tuhan Yang Penelitian. Malang:UMM Press Maha Esa. Liliweri, Alo. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Simbol-simbol yang ada dalam acara ini Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka mencerimkan bahwa ada keterkaitan antara Pelajar pengharapan manusia kepada Tuhan Yang Littlejohn, Stephen W. 1996. Theories of Human Maha Esa. Di mana dalam simbol-simbol Communication, Fifth Edition. Belmont, tersebut mencerimkan jika sebuah pengharapan CA:Thomson Wadsworth harus disertai dengan keseimbangan kehidupan Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian manusia. Masyarakat Desa Aliyan juga Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu menganggap jika melalui upacara adat Keboan Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. ini mereka dapat membangun kekompakan dan Cetakan VI. Bandung:PT Remaja mempererat tali kekeluargaan antar masyarakat. Rosda karya Hal ini tercermin saat persiapan pembuatan 10

Patton, Michael Q. 2002. Qualitatif Reaserch Pada Masyarakat Desa and evaluation Methods.Thousand Tambakmekar Di Kabupaten Subang. Oask, California:Sage Publications Depok:Skripsi Universitas Komputer Indonesia Prastowo, A. 2012. Metode penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Sumber Internet Penelitian. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media Bram. 2015. Sejarah Kebudayaan dan asal Sobur, Alex. 2009. Semotika Komunikasi. muasal Suku Osing Banyuwangi. Cetakan Keempat. Bandung:PT Diakses tanggal 26 Desember 2015, Remaja Rosdakarya Pukul 19.15. Melalui website Soekanto, Soejono. 2012. Sosiologi Suatu (www.banyuwangibahagia.com/lain- Pengantar. Jakarta:PT RajaGrafindo lain/sejarah-kebudayaan-dan-asal- Persada muasal-suku-osing-banyuwangi.html) Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Radar Nusantara. 2014. Sumber Budaya Adat Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Keboan Desa Aliyan. diakses tanggal Tanjung, Bahdin Nur dan Ardial. 2005. Pedoman 25 maret 2015, pukul 17.40 melalui Penulisan Karya Ilmiah(Proposal, Website Skripsi, dan Tesis). Jakarta:Kencana (www.radarnusantara.com/2014/11/su Prenadamedia Group mber-budaya-adat-keboan- Tohirin. 2012. Metode Penelitian Kualitatif desaaliyan.html) Dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling. Jakarta:Rajawali Pers

Sumber Jurnal dan Skripsi Jumiaty. 2013. Makna Simbolik Tradisi To Ma’Badong Dalam Upacara Rambu Solo’ Di Kabupaten Tanah Toraja. Makassar:Skripsi Universitas Hasanuddin Langan, Novialti Naomi. 2014. Makna Pesan Tari Ma’rading Dalam Upacara Adat Rambu Solo’ Di Tana Toraja. Makassar:Skripsi Universitas Hasanuddin Suwarno, Azshar Afriansyah. 2013. Makna Komunikasi Nonverbal Dalam Upacara Adat Gusaran Jelang Pagelaran 11