BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Televisi merupakan teknologi canggih yang sudah di kenal akrab oleh
Masyarakat luas. Televisi juga dikenal sebagai media hiburan, informasi dan
juga media edukasi. Perangkat keras ini dianggap sebagai salah satu media
yang mempunyai banyak kelebihan dalam penyampaian informasi dan pesan
yang disampaikan melalui gambar dan suara yang di tampilkan secara
bersamaan. Acara televisi disajikan dengan program yang universal, tetapi
fungsi utama dari acara televisi tetap sebagai hiburan. Kalaupun ada program
acara yang lebih mengarah pada segi informasi dan pendidikan, hanya sebagai
pelengkap saja dalam rangka memenuhi kebutuhan alamiah manusia. Banyak
sekali orang menghabiskan waktu luangnya untuk menikmati acara televisi.
Benda ini menyuguhkan berbagai macam acara yang beragam dan menarik
tanpa kompromi, artinya televisi hadir ditengah-tengah kita dengan sukarela,
kapanpun kita ingin menikmatinya kita hanya menekan sebuah tombol.
Dangan adanya televisi yang dapat menyuguhkan bervariasi informasi dan
hiburan baik didalam maupun diluar negri, maka dengan cepat kita akan
mengetahui bagaimana keadaan yang sedang terjadi.
Dewasa ini televisi sudah memasyarakat artinya sebagian besar
masyarakat sudah banyak yang memiliki televisi, televisi bukan barang
mewah lagi yang sulit untuk dimiliki setiap orang. Dampak televisi bagi
1 masyarakat dapat digolongkan menjadi dampak sosial dan dampak budaya.
Dampak sosial dan budaya dari media televisi dapat membentuk informasi
yang berkaitan di sekitar lingkungan kita, dapat mempengaruhi opini
masyarakat, menciptakan agenda isu-isu yang dapat terjadi pada masyarakat
sosial dan sebagai hiburan (Littlejohn,1996:277). Dampak yang dihasilkan
dapat berpengaruh positif atau bahkan dapat berpengaruh negatif bagi diri
pemirsa. Dampak positif dari acara televisi merupakan suatu alat yang
menarik dalam upaya-upaya yang sadar atau tidak bagi pemenuhan akan
informasi yang akan diterima, tergantung pada penerimaan informasinya.
Sedangkan dampak negatif yang dapat mempengaruhi dari acara televisi
berupa adegan kekerasan, sex bebas, pembunuhan dan lain-lain.
Dalam kaitanya dengan hal tersebut diatas, kita dapat melihat bahwa
media telivisi sangat penting bagi kehidupan yang dapat menggambarkan
kenyataan hidup sosial sehingga realitasnya tampil di televisi telah menjelma
menjadi “Dunia Citra” yang tidak dengan sendirinya akan mengambarkan
secara jernih. Namun semakin menjamurnya media televisi sebagai produk
teknologi komunikasi yang dapat dijangkau oleh masyarakat dari hampir
semua lapisan kota sampai pelosok desa, maka menonton acara televisi telah
menjadi semacam ritualisme.
Semakin menjamurnya stasiun televisi di Indonesia saat ini menunjukkan
perkembangan yang sangat pesat. Hal ini terbukti dengan adanya 10 stasiun
televisi nasional, yaitu : RCTI, SCTV, INDOSIAR, TRANS TV, TRANS 7,
TPI, GLOBAL TV, METRO TV, TV ONE dan ANTEVE. Banyaknya stasiun
2 televisi yang menyajikan acara dengan format yang berbeda-beda, maka
semakin terasa televisi sudah menjadi suatu kebutuhan masyarakat. Hadirnya
banyak stasiun televisi di Indonesia dengan berbagai macam acara yang
bervariasi telah membawa wahana baru dalam dunia hiburan. Banyak sekali
acara televisi dengan format yang lebih bagus dan dapat menarik perhatian
masyarakat, tidak hanya sekedar musik, olahraga, masak memasak, film,
bahkan sinetron yang semakin mendominasi hampir semua stasiun televisi di
Indonesia. Dengan begitu penulis menitik beratkan pada media televisi yang
merupakan alat utama dimana para penonton televisi itu belajar tentang
masyarakat dan kultur di lingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang
terbangun di benak kita tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh
televisi.
Selain program acara yang diberikan melalui media televisi perilaku
masyarakat juga dapat diperoleh dari pergaulan mereka di sekitar
lingkunganya. Banyaknya waktu luang yang mereka habiskan dengan orang
lain, kebersamaan itu lebih banyak mereka gunakan untuk berbagi informasi
tentang kehidupan dan hal-hal lain yang mereka anggap sebagai aktivitas yang
dapat menarik perhatian mereka. Keseharian mereka akan mendorong perilaku
positif atau negatif sesuai dengan apa yang mereka pahami setelah
berkomunikasi dengan orang lain. Perilaku positif yang dapat mereka terima,
yaitu : suka menolong sesama tetangga ,tidak mengunjing satu dengan yang
lain, menyampaikan informasi yang baik dan benar, dan selalu berkata jujur.
Sedangkan perilaku negatif yang dapat mereka peroleh, yaitu : tidak mau
3 menolong sesama tetangga, selalu berkata bohong dengan orang lain, suka
mengunjing antar tetangga. Komunikasi di masyarakat akan menjadi perhatian
penting untuk memperoleh informasi baru, yang akan mereka gunakan baik
yang positif maupun negatif.
Media televisi memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku masyarakat,
dimana setiap hari kita tidak bisa lepas dari televisi. Televisi sebagai media
hiburan, informasi dan juga media edukasi. Tapi kenyataanya tayangan dalam
televisi dapat mempengaruhi perilaku negatif karena mempertontonkan
adegan kekerasan, mistis dan pelecehan dengan frekuensi sangat tinggi.
Adegan-adegan dalam tayangan sinetron tersebut dapat ditiru oleh ibu-ibu
rumah tangga. Dengan banyaknya ibu-ibu rumah tangga yang menyediakan
waktu luang untuk menonton televisi maka pemilihan acara televisi juga
menjadi perhatian bagi mereka, seperti : acara masak-memasak, gosip, dan
menonton sinetron yang lebih menceritakan kehidupan nyata.
Dengan banyaknya acara televisi yang bertemakan kehidupan keluarga,
seperti: Cinta Fitri di SCTV, Yasmin di RCTI, Sekar di RCTI,dan Cucu
menantu di SCTV, maka acara menonton televisi pun nyaris menyita waktu
seluruh anggota keluarga. Namun sinetron menjadi pilihan bagi sebagian
masyarakat. Sinetron merupakan gambaran nyata dalam kehidupan sehari-
hari, semua aktivitas pemeran sinetron di buat semirip mungkin dengan
kehidupan manusia. Sinetron di televisi merupakan salah satu bentuk untuk
mendidik masyarakat dalam bersikap, berperilaku sesuai dengan norma dan
nilai-nilai yang ada (//www.tv.com/sinetron/index.htm,7 Agustus 2008).
4 Sinetron Indonesia memang selalu identik dengan adegan-adegan kekerasan
maupun pelecehan. Seperti dalam sinetron “Cinta Fitri” yang ditayangkan
setiap hari jam 20.00 di SCTV, dimana tayangan sinetron tersebut adalah salah
satu sinetron di SCTV yang mendapatkan penghargaan pada Panasonic Aword
kategori sinetron keluarga terfaforit pilihan pemirsa. Sinetron ”Cinta Fitri”juga
mendapatkan rating yang tinggi sehingga sinetron ini diperpanjang sampai
seoson tiga dan memecahkan record sinetron terpanjang hingga akan berakhir
di episode 777. Ratingnya semakin memuncak dari minggu ke minggu
mencapai 75 dan berada diurutan ke 4. Waktu penayangan sinetron juga
menarik perhatian ibu-ibu rumah tangga, dan ada juga yang percaya sukses
Cinta Fitri karena tayang malam, setelah ibu-ibu selesai mengurus anak dan
suami (http://www.bintang-indonesia.com,tanggal 22 desember 2008). Akan
tetapai didalam sinetron ini banyak sekali menayangkan adegan kekerasan,
kata-kata kasar dan tidak mencantumkan klasifikasi program. Sinetron ini
seharusnya memberikan gambaran baik, namun sinetron ini lebih
menampilkan kekerasan fisik berupa kekerasan terhadap keluarga (terjadi
pemukulan antara Farel dan Bramantyo), menampilkan kekerasan verbal
(memaki dan menggunakan kata-kata kasar)seperti yang dilakukan antara
neneknya Farel dengan miska (dasar Miska si hantu perut palsu atau Miska si
cecurut). Jika hal-hal yang identik dengan kekerasan tidak ada pada sinetron
yang bertema keluarga barang kali tidak terlalu menjadi masalah karena
pemirsa akan menempatkannya dalam kerangka fisik semata. Namun jika
5 adegan kekerasan itu ada pada sinetron keluarga, maka kebiasaan untuk
menyakiti anggota keluarga akan sering terjadi.
Alasan dipilihnya masyarakat di Padukuhan Selokambang Tamantirto
Kasihan Bantul ( tgl 11 Desember 2008,pukul 10.00) berdasarkan kuesioner
yang disebarkan kepada 10 (sepuluh orang) warga masyarakat, berdasarkan
realita yang terjadi di masyarakat Padukuhan Selokambang menunjukkan
bahwa ibu-ibu di wilayah tersebut merupakan pemerhati televisi,dan sinetron
yang bertema kehidupan keluarga menjadi acara faforitnya,bahkan mereka
menjawab bahwa salah satu acara faforit di televisi adalah sinetron Cinta Fitri
di SCTV. Pemilihan lokasi di Padukuhan Selokambang Tamantirto, Kasihan
Bantul didukung oleh adanya kriminalitas antara anggota keluarga (seperti
:saling ancam mengamcam dan tonjok menonjok yang disebabkan oleh
perebutan harta warisan) dibandingkan dengan Pedukuhan lain disekitar
lokasi. Selain menonton acara televisi, masyarakat khsusnya pada ibu-ibu
rumah tangga mengisi waktu luangnya dengan berinteraksi dengan ibu-ibu
rumah tangga yang lain . Hal ini berkaitan dengan banyaknya keluarga seperti
ibu-ibu rumah tangga yang sering menonton sinetron yang bertema kehidupan
keluarga. Dengan adanya sinetron Cinta Fiitri di SCTV dengan rating yang
tinggi penontonya adalah ibu-ibu rumah tangga maka peneliti mengambil
responden dikalangan ibu-ibu rumah tangga. Fenomena seperti ini dapat kita
ketahui bahwa media televisi telah berperan penting dalam realitas sosial
masyarakat. Media televisi juga mendisfungsikan sebagai informasi,
memberikan hiburan dan dapat mempengaruhi. Gambaran seperti ini
6 menunjukkan bahwa sinetron yang bertema kehidupan keluarga diharapkan
dapat memberikan pengaruh positif kepada masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini yang mendorong peneliti untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh intensitas menonton sinetron Cinta Fitri di SCTV dan intensitas
komunikasi terhadap perilaku kekerasan dalam kehidupan keluarga di
Padukuhan Selokambang Tamantirto Kasihan Bantul.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diambil hal yang menjadi pokok
permasalahan sebagai berikut : Seberapa besar pengaruh intensitas menonton
sinetron “Cinta Fitri”dan intensitas komunikasi terhadap perilaku kekerasan
dikalangan ibu-ibu rumah tangga di Padukuhan Selokambang Tamantirto
kasihan Bantul?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diambil kesimpulan
tujuan penelitian yaitu, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
intensitas menonton sinetron “Cinta Fitri” di SCTV dan intensitas
komunikasi terhadap perilaku kekerasan dikalangan ibu-ibu rumah tangga
di Padukuhan Selokambang Tamantirto ,Kasihan Bantul.
7 b. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini pada umumnya diharapkan dapat dijadikan
sebagai informasi dasar lagi bagi peneliti lebih lanjut yang lebih luas
dan spesifik untuk penulis skripsi khususnya pada bidang Ilmu
Komunikasi.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pemahaman tentang pengaruh Intensitas menonton sinetron dan
Intensitas berkomunikasi dikalangan ibu-ibu rumah tangga terhadap
perilaku kekerasan.
D. Kerangka teori
1. Teori Komunikasi dan Komunikasi Massa
Komunikasi sangat penting sekali dalam kehidupan sehari-hari
sebagai sarana untuk menerima dan memberi pesan kepada orang lain,
sehingga tanpa adanya komunikasi akan menyebabkan terhentinya segala
kegiatan manusia itu sendiri. Sebelum menganalisis lebih jauh mengenai
efek komunikasi terhadap Audiens, terlebih dahulu kita harus mengetahui
pengertian komunikasi itu sendiri.
Istilah komunikasi dalam bahasa inggris Communication yang
berasal dari kata Latin Communicatio, dan bersumber dari kata communis
yang berarti sama, maksudnya adalah sama makna atau sama arti. Jadi
8 komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu
peran yang di sampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan
(Effendy, 2001 : 09)
Carl I. Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana
seseorang (komunikator)menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya
lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku
orang lain (komunikan). Definisi tersebut menunjukkan bahwa ilmu
komunikasi mempelajari dan meneliti perubahan sikap dan pendapat
akibat informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Carl
Hovland secara terpisah menyebutkan bahwa efek atau dampak yang
ditimbulkan oleh komunikasi massa dapat dilihat dari perubahan pada apa
yang diketahui, dipahami atau dipersepsioleh khalayak, efek ini berkaitan
dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi,
sedangkan efek efektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,
disenangi, atau dibenci khalayak, efek ini ada hubunganya dengan emosi,
sikap atau nilai dan efek behavioral berhubungan dengan perilaku nyata
yang berhubungan dengan perilaku nyata yang dapat diamati, yang
meliputi pola-pola, tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku
(Effendy, 1986 : 12)
Definisi Hovland mengenai proses dan fungsi komunikasi
diperkuat dan dikembangkan oleh Harold D Laswell. Menurut Laswell,
cara terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab
pertanyaan : “Who say what in which channel to whom whit what Effect
9 ?”. Kesamaan dengan definisi Hovland ialah selain unsur-unsur
komunikasi, juga keharusan adanya efek, yakni perubahan tingkah laku
(Effendy,1986 : 12)
Paradigma Laswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi
meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang di ajukan
tersebut,yaitu (Effendy, 1984 : 10)
Paradigma Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu :
a. Komunikator (Communicator, Source)
b. Pesan (Massage)
c. Media (Channel)
d. Komunikan (Communican, receivere)
e. Effek (Effect,Impact, Influence)
Jadi komunikasi paradigma Laswell (Effendy, 2001 : 10)
komunikasi adalah “Proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Komunikasi massa bisa dimengerti sebagai komunikasi yang
menggunakan media massa untuk pesan-pesan yang disampaikan Istilah
“komunikasi massa” berasal dari bahasa Inggris “Mass Communication”
yakni komunikasi yang menggunakan alat mekanis khusus. Apa yang
dikenal sebagai media massa, dikatakan demikian sebab “Mass
Communication” merupakan singkatan dari “Mass Media
Communication” oleh karena itu komunikasi massa dijabarkan sebagai
10 komunikasi dengan menggunakan media massa (Susanto, 1986 : 3) Media
massa terdiri dari surat kabar, majalah, radio dan televisi.
Media massa digunakan sebagai saluran komunikasi karena suatu
alat yang memungkinkan dapat menjangkau audiens dalam jumlah besar
dan tersebar luas.
Adapun ciri-ciri komunikasi massa meliputi antara lain :
1. Komunikasi berlangsung satu arah
2. Komunikator merupakan lembaga yakni kelompok yang
terorganisir yang nampak dengan pembagian tugas dan
pemberian wewenang.
3. Pesan yang bersifat umum
4. Menyebar pesanya bersifat serempak
Komunikasi bersifat hiterogen ialah kelompok komunikasi harus
mempunyai minat yang sama terhadap media massa terutama jenis khusus
dari isi penyiaran serta mempunyai kesamaan pengertian budaya dan nilai
(Effendy, 1984 : 28). Secara teknis terdapat empat tanda pokok dari
komunikasi massa (menurut Ellizabeth-Noelle Neuman, 1973 :73 ) yaitu :
1. Bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media teknis.
2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta
komunikasi (para komunikan).
3. Bersifat terbuka, artinya ditunjukan pada publik yang tidak terbatas
dan anonym.
4. Mempunyai publik yang secara geografis tersebar.
11 Pada umumnya setiap penelitian mengenai komunikasi massa
selalu didasarkan kepada asumsi bahwa media massa memiliki efek.
Menurut Steve H. Chaffee menyebutkan dua efek akibat kehadiran media
massa sebagai obyek fisik yaitu hilangnya perasaan tidak enak dan
tumbuhnya perasaan tertentu terhadap media massa. Selama bertahun-
tahun, focus kajian dari teori komunikasi adalah investigasi efek dari
proses komunikasi massa telah menjadi salah satu kekuatan yang besar
dalam masyarakat, hal ini dapat dilihat dari model penelitian :
1). Cultivation Theory
Melihat televisi sebagai sebuah kekuatan dominan yang bentuk
pandangan masyarakat tentang dunia. Dimana televisi memberikan
gambaran gambaran nyata tentang apa yang terjadi dalam masyarakat,
apa yang penting dan apa yang benar serta bagaimana pengaruhnya
pada penonton televisi, khususnya pandangan mereka tentang dunia.
Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari
kita. Dramanya, iklanya, beritanya, dan acara lain membawa dunia
yang relatif koheren dari kesan umum dan mengirimkan pesan kesetiap
rumah. Teori kultivasi sangat menonjol dalam kajian mengenai
dampak media televisi terhadap khalayak, dibandingkan media massa
yang lain televisi mendapatkan tempat yang sedemikian signifikan
dalam kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi lingkungan
simbolik kita, dengan cara menggantikan pesanya tentang realitas bagi
12 pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainya (McQuail
,1996 : 254)
2). Social Learning Theori
Teori ini mengkaji tentang proses belajar melalui media massa.
Media massa diyakini sebagai agen sosialisasi yang utama disamping
keluarga, sekolah dan teman. Proses belajar bisa dilakukan melalui
pengamatan dan pengalaman. Dimana orang juga bisa belajar melalui
media massa. Ia bisa mengamati perilaku orang lain yang ditayangkan
di media massa dan kemudian mempraktekkanya dalam kehidupan
sehari-hari.
Harus diakui bahwa peranan televisi sangat besar dalam
membentuk pola dan pendapat umum betapa besar pengaruh telivisi
yang menayangkan berbagai macam iklan dapat berpengaruh kedalam
pribadi-pribadi khalayak penonton, sehingga cepat atau lambat akan
mampu membentuk sikap, perilaku dan cara berfikir tertentu kepada
khalayak, (Walgito, 1990 :20).
2. Teori Media dan Khalayak
Tidak ada dalam teori media yang telah menyajikan dilemma dan
perdebatan yang pelik dalam kajian komunikasi selain studi khalayak
media atau khalayak (audiens). Para membuat media berada pada
posisi yang saling berjauhan mengenai consensus tentang bagaimana
untuk mengkonseptualkan khalayak dan pengaruh khalayak.
13 Komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang
menyatakan sesuatu kepada orang lain, yang penting dalam
komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang
disampaikan komunikator itu menimbulkan efek tertentu pada
komunikan, adapun dampak yang ditimbulkan oleh komunikasi massa
dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada diri khalayak :
a. perubahan Kognitif adalah perubahan pada apa yang diketahui,
dipahami, atau di percaya oleh khalayak. Dampak ini berkaitan dengan
transmisi pengetahuan, kepercayaan, atau informasi.
b. Perubahan Afektif adalah perubahan apa yang dirasakan, disenangi
atau dibenci khalayak. Dampak ini ada hubunganya dengan emosi,
sikap atau nilai.
c. Perubahan Konatif adalan perubahan perilaku. Dampak ini merujuk
pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola
tindakan, kegiatan atau kebiasaan yang berlaku.
3. Televisi
Televisi berasal dari dua kata yaitu “tele”(Yunani) yang berarti
jauh dan “Visi”(Latin) yang berarti penglihatan. Dalam bahasa
Inggrisnya Television berarti dengan melihat jauh, yang diartikan
dengan melalui sebuah perangkat penerima. Televisi merupakan
paduan dari radio (Broadcast) dan film (Moving Picture).
Televisi berkembang menjadi sala satu media massa yang audio
visual yaitu pesan yang disampaikan melalui gambar dan suara yang
14 bersamaan secara hidup. Ciri inilah yang membedakan dengan media
massa yang lain. Munculnya televisi sebagai salah satu alat
komunikasi manusia jarak jauh, menandakan bahwa dunia teknologi
komunikasi massa yang telah diciptakan oleh para ahli, memberikan
satu fenomena sosial dalam kehidupan manusia dalam tinjauan
interaksi harmoni sosial. Keunggulan media televisi yaitu dalam
menyampaikan pesan, pesan-pesan yang akan disampaikan melalui
gambar dan suara secara bersamaan dan memberikan suasana hidup
dan sangat mudah diterima oleh pemirsa. Televisi dapat menjangkau
ruang yang sangat luas dan mencapai massa pemirsa yang sangat
banyak dalam waktu yang relatif singkat.Selain mempunyai kelebihan,
televisi juga mempunyai kekurangan. Kekurangan tersebut diantaranya
komunikator dan komunikan tidak dapat bertatap muka secara
langsung dalam komunikasi tatap muka antara pemberi dan penerima
pesan,sehingga tidak dapat terjadi dialog atau Tanya jawab secara
langsung apabila terjadi suatu permasalahan.
Pemerintah Indonesia menempatkan media massa televisi, sebagai
media informasi yang efektif. Dalam hal in Departemen penerangan
menggariskan isi siaran televise harus mengandung unsur pendidikan,
penerangan atau berita dan hiburan. (JB. Wahyudi, 1998 : 9).
Sebagai produk teknologi modrn wajar bila televisi telah menjadi
situs atau tempat baru bagi banyak keluarga di negri ini. Acara televisi
telah menyita waktu seluruh anggota keluarga, anak-anak pun
15 menghabiskan waktunya dalam sehari di depan pesawat televisi. Selain
itu seolah menjadi pelayan setia bagi pemirsanya, televisi juga
mempunyai kekuatan besar untuk merubah pendapat dan perilaku
seseorang dan dapat mempengaruhi khalayak pemirsa yang tidak
mampu memilih tayangan televisi.
4. Perilaku Manusia
Perilaku dalam kamus bahasa Indonesia adalah tingkah laku atau
perbuatan individu atau tanggapan individu yang terwujud dalam
gerakan atau sikap (Walgito,1990 :15). Dalam pembahasan psikologi,
perilaku dipandang sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana atau
kompleks. Perilaku atau aktivitas-aktivitas dalam pengertian yang luas
yaitu, perilaku yang nampak (overt behavior) dan atau perilaku yang
tidak nampak (inert behavior). Bundara (1997) mengemukakan suatu
formulasi mengenai perilaku, sekaligus dapat memberikan informasi
bagaimana peran perilaku itu terhadap individu atau organisme yang
bersangkutan. Dalam hal ini Bundura menggunakan pengertian person,
bukan organisme. Perilaku, lingkungan dan individu itu sendiri saling
berinteraksi satu sama yang lain. Ini berarti bahwa perilaku juga
berpengaruh pada lingkungan, demikian pula lingkungan dapat
mempengaruhi individu, demikian sebaliknya (Walgito, 1990 : 15)
Aliran kognitif memandang bahwa perilaku individu merupakan
respon dari stimulus. Ini berarti dalam keadaan aktif dalam
16 menentukan perilaku yang diambilnya. Jenis perilaku menurut Skinner
(1976) yaitu :
a. perilaku yang alami (innate behavior), yaitu perilaku yang
dibawa organisme atau individu dilahirkan, yaitu yang berupa
refleks-refleks atau insting-insting.
b. Perilaku operan (operant behavior), yaitu perilaku yang
dibentuk melalui proses belajar (Walgito, 1990 : 17). Pada
manusia perilaku psikologis inilah yang dominant, sebagian
besar perilaku yang dibentuk, perilaku yang diperoleh, perilaku
yang dipelajari melalui proses belajar.
Telah dipaparkan bahwa perilaku manusia tidak dapat lepas dari
keadaan individu itu sendiri dan dimana individu itu berada. Perilaku
manusia didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku.
Dalam hal ini ada beberapa teori (Walgito, 1990 : 20) diantara teori-teori
tersebut dapat dikemukakan :
1). TeoriInsting
Menurut Mc. Dougall perilaku itu disebabkan karena insting.
Insting merupakan perilaku yang innate, perilaku yang bawaan dan insting
akan mengalami perubahan karena pengalaman. Pendapat ini mendapat
tanggapan dari F. Allport yang menerbitkan buku psikologi sosial pada
tahun 1924, yang berpendapat bahwa perilaku manusia ini disebabkan
karena banyak factor termasuk orang-orang yang berada disekitarnya
dengan perilakunya.
17 2.) Teori Insetif
Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu
disebabkan karena adanya insentif. Insentif atau disebut sebagai
reinforcement ada yang positif dan ada pula yang negatif. Reinforcement
yang positif akan mendorong organisme dalam berbuat, sedangkan
reinforcement yang negatif akan menghambat dalam organisme
berperilaku. Reinforcement yang positif adalah berkaitan dengan hadiah
yang akan mendorong organisme dalam berbuat sedangkan reinforcement
yang negative berkaitan dengan hukuman yang akan menghambat dalam
organisme dalam berperilaku.
3). teori Atribusi
Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang, apakah
itu disebabkan oleh diposisi internal (missal : motif, sikap) ataukah oleh
keadaan eksternal (Walgito, 1978 : 21). Dalam hubungan dengan televisi
dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku audiencenya.
E. Definisi konsepsional
Defisi konsep adalah definisi yang digunakan untuk
mengambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu
yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Masri Singarimbun, Sofian
Effendi. 1986 : 33)
Adapun konsep dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Intensitas menonton sinetron cinta fitri (X1)
18 Dengan menguraikan definisi sebagai berikut :
Intensitas yaitu keadaan dari tingkatan, ukuran, kedalaman (Dep.
Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1998 : 335). Menonton yaitu
memperhatikan, mengawasi, meresapi lambang-lambang pesan dengan
menggunakan indera mata (Kurniawan Junaidi 1991 :26). Didalam
penyampaian pesan terdapat dua kode yang dapat membedakan, yakni
kode verbal (bahasa) dan kode non verbal (isyarat). Kode verbal
(Bahasa) dapat didefinisikan sebagai seperangkat kata yang telah
disusun secara berstruktur sehingga menjadi kalimat yang
mengandung arti,bahasa juga menjadi peralatan yang sangat penting
dalam memahami lingkungan. Melalui bahasa kita dapat mengetahui
sikap,perilaku dan pandangan antar manusia. Sedangkan kode non
verbal (isyarat) sangat dipengaruhi oleh sistem sosial budaya
masyarakat yang menggunakanya. Didalam kode non verbal terdapat
suatu bentuk kode kinesics yang ditunjukkan oleh gerakan-gerakan
badan. Adanya dua kode tersebut kita dapat membedakan arti dari
pesan yang akan disampaikan (Canggara hafied,1998 : 101)
Jadi yang dimaksud dengan intensitas menonton adalah sejauh mana
tingkat memperhatikan tayangan sinetron yang diangkat berdasarkan
kisah dan pesan (verbal dan non verbal) yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari sehingga mampu mempengaruhi perilaku mereka untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
2. Variabel intensitas komunikasi dikalangan ibu-ibu rumah tangga (X2)
19 Intensitas komunikasi dikalangan ibu-ibu rumah tangga adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi
tau atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik lansung secara
lisan maupun perilaku (Onong Uchjana Effendy. 1986 : 3)
3. Variabel Perilaku Kekerasan (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku kekerasan
dengan menguraikan definisi sebagai berikut :
Perilaku yaitu tingkah laku atau perbuatan individu atau tanggapan
individu yang terwujud dalam gerakan atau sikap. Perilaku manusia
sebagian besar ialah perilaku yang dibentuk, perilaku yang dipelajari.
Dengan begitu harus diketahui cara membentuk perilaku agar sesuai
dengan yang diharapkan. Pembentukan perilaku terdapat tiga cara
yaitu :
a. pembentukan perilaku dengan kebiasaan yaitu membiasakan diri
untuk berperilaku seperti yang diharapkan.
b. Pembentukan perilaku dengan pengertian cara ini berdasarkan
atas belajar teori kognitif, yaitu belajar dengan disertai adanya
pengertian.
c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model atau contoh
yaitu perilaku yang dibentuk berdasarkan contoh perilaku dari
seseorang contohnya seorang pemimpin.(Walgito, 1990 : 15)
Kekerasan dalam kamus bahasa Indonesia yaitu, perbuatan seseorang
atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang
20 lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Dari
pengertian diatas, kekerasan tidak hanya menyebabkan luka atau
penderitaan pada orang saja, tetapi juga menyebabkan kerusakan pada
benda orang lain.
Soerjono Soekanto mendefinisikan kekerasan sebagai :
“Kejahatan kekerasan yaitu suatu istilah yang dipergunakan bagi
terjadinya cedera mental atau physik. Kejahatan kekerasan sebenarnya
merupakan bagian dari kekerasan yang kadang-kadang diperbolehkan
sehingga jarang disebut kekerasan.
E. Definisi Operasional
Defisi Operasional adalah unsur penelitian yang diberitahukan
bagaimana caranya mengukur suatu variable.
1. Variabel Independen
a. Intensitas menonton sinetron Cinta Fitri di SCTV
Intensitas menonton sinetron Cinta Fitri merupakan variabel
Independen diukur dari :
1) Frekuensi menonton sinetron “Cinta Fitri” di SCTV
Yaitu jumlah seringnya menonton sinetron Cinta Fitri di SCTV
selama 1 bulan, diukur dengan seberapa sering menonton sinetron
Cinta Fitri di televisi.
a. Sangat sering ( selama satu bulan selalu menonton sinetron
Cinta Fitri tanpa ketinggalan)
21 b. Sering (menonton sinetron Cinta Fitri 6-9 kali dalam satu
bulan)
c. Cukup sering (menonton Cinta Fitri 5 kali dalam satu
bulan)
d. Kadang-kadang ( menonton Cinta Fitri 2 kali dalam satu
bulan)
2) Lamanya menonton sinetron Cinta Fitri di SCTV, diukur dengan
Satuan jamdalam 1 kali menonton :
a. Sangat sering (menonton selama 2 jam)
b. Sering (menonton lebh dari 1 jam)
c. Cukup sering (menonton sinetron Cinta Fitri 40 menit)
d. Kadang-kadang (menonton Cinta Fitri kurang dari 20
menit)
3) Tingkat seringnya memperhatikan sinetron Cinta Fitri di SCTV,
yaitu diukur dengan tingkat kebiasaan saat menonton sinetron
Cinta Fitri di televisi.
a. Sangat sering (menonton keseluruhan acara tanpa ada
aktivitas lain )
b. Sering (diselingi aktivitas berbicara saja dengan orang lain )
c. Cukup sering (diselingi dua aktivitas lain)
d. Kadang-kadang (menonton sinetron Cinta Fitr diselingi
banyak aktivitas lain)
22 4) Tingkat seringnya menyediaan waktu khusus atau tidak dalam
menonton sinetron Cinta Fitri di SCTV diukur dari:
a. Sangat sering (selalu menyediakan waktu luang untuk
menonton sinetron Cinta Fitri)
b. Sering (menyediakan waktu apabila sudah menyelesaikan
aktivitas yang lain)
c Cukup sering (menyadiakan waktu menonton sambil
menyelesaikan aktivitas yang lain)
d. Kadang-kadang (menonton bila mau)
5) Tingakat ketertarikan dalam menonton sinetron Cinta Fitri di
SCTV, diukur dengan seringnya tertarik dengan perilaku tokoh
sinetron:
a. Sangat sering (ketika semua perilaku tokoh baik dan sopan)
b. Sering (ketika perilaku Fitri dan Farel pintar)
c. Cukup sering (ketika perilaku Fitri cerdik)
d. Kadang-kadang (ketika perilaku Miska menyebalkan)
6) Tingkat pemahaman menonton sinetron Cinta Fitri di televisi yaitu
untuk mengetahui pemahaman mereka mengenai sinetron Cinta
Fitri di SCTV diukur dengan seberapa sering mereka mengerti
perilaku dan alur cerita yang disampaikan.
a. Sangat sering (memahami semua perilaku dan alur cerita)
b. Sering (ada beberapa alur cerita yang tidak paham)
c. Cukup sering (hanya memahami perilaku pemain sinetron)
23 d. Kadang-kadang (hanya memahami perilaku tokoh Fitri)
b. Variabel Intensitas Komunikasi dikalangan ibu-ibu rumah tangga.
Komunikasi dikalangan ibu-ibu rumah tangga merupakan variable
independent, diukur dari :
1) Frekuensi komunikasi dikalangan ibu-ibu rumah tangga yaitu
untuk mengetahui seberapa seringnya berkomunikasi dengan ibu-
ibu rumah tangga lain selama 1 bulan diukur dengan, seberapa
sering berinteraksi dengan ibu-ibu tetangga.
a. Sangat sering (lebih dari 9 kali dalam seminggu)
b. Sering (6 sampai 8 kali dalam seminggu)
c. Cukup sering (3 sampai 5 kali dalam seminggu)
d. Kadang-kadang (hanya 1 kali dalam seminggu)
2) Tingkat lamanya komunikasi dikalangan ibu-ibu rumah tangga
Diukur dengan seberapa lama seringnya berkomunikasi ibu-ibu
rumah tangga yang lain selama 1 hari :
a. sangat sering (lebih dari 3 jam dalam sehari)
b. Sering (1 sampai 2 jam dalam sehari)
c. Cukup sering (kurang dari 1jam dalam sehari)
d. Kadang-kadang (hanya 15 menit dalam sehari)
3) Tingkat seringnya membicarakan perilaku dan isi cerita dalam
sinetron “Cinta Fitri” yang diterima dari ibu-ibu tetangga, yaitu
diukur dari seberapa sering membicarakan perilaku dan isi cerita
dalam menerima pesan atau informasi dari ibu-ibu tetangga :
24 a. Sangat sering (lebih dari 7 kali dalam seminggu)
b. Sering (4 sampai 6 kali dalam seminngu)
c. Cukup sering (2 sampai 3 kali dalam seminggu)
d. Kadang-kadang (hanya 1 kali dalam seminggu)
2) Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang diduga sebagai akibat
atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 1995
: 12). Perilaku kekerasan merupakan variabel dependen, yaitu dengan
adanya tindakan. Dalam hal ini, akan diketahui apakah responden akan
melakukan perilaku kekerasan setelah menonton sinetron “Cinta Fitri”.
indikatornya untuk mengukur variabel ini adalah:
1). Tingkat seringnya melakukan perkelahian dengan anggota keluarga
ketika berselisih.
a. Sangat sering( selalu menyelesaikan perselisihan dengan
berkelahi)
b. Sering (selalu berkelahi bila emosi memuncak)
c. Cukup sering(berkelahi bila kalah dalam berselisih)
d. Kadang-kadang (lebih banyak menyelesaikan perselisihan
dengan sikap tenang)
2). Tingkat seringnya melakukan pemukulan dengan anggota keluarga
ketika berselisih.
a. Sangat sering (selalu menyelesaikan perselisihan dengan
memukul)
25 b. Sering (selalu memukul bila emosi memuncak)
c. Cukup sering (memukul bila kalah dalam berselisih)
d. Kadang-kadang (lebih banyak menyelesaikan perselisihan
dengan sikap tenang)
3). Tingkat seringnya menampar dengan anggota keluarga ketika berselisih. a. Sangat sering (selalu menampar ketika berselisih)
b. Sering ( menampar bila emosi memuncak)
c. Cukup sering (menampar bila kalah dalam berselisih)
d. Kadang-kadang (lebih banyak menyelesaikan perselisihan
dengan sikap tenang)
4). Tingkat seringnya menjambak rambut dengan anggota keluarga ketika
berselisih.
a. Sangat sering(selalu menjambak rambut ketika berselisih)
b. Sering (menjambak rambut bila emosi memuncak)
c. Cukup sering (menjambak rambut bila kalah dalam berselisih)
d. Kadang-kadang (lebih banyak menyelesaikan perselisihan
dengan sikap tenang)
5). Tingkat seringnya melakukan kebohongan dengan anggota keluarga
ketika berselisih.
a. Sangat sering (selalu membohongi ketika berselisih)
b. Sering (membohongi ketika emosi memuncak)
c. Cukup sering(membohongi bila kalah dalam berselisih)
d. Kadang-kadang (lebih banyak bersikap jujur ketika berselisih)
26 6). Tingkat seringnya memfitnah anggota keluarga ketika berselisih.
a. Sangat sering (selalu memfitnah ketika berselisih)
b. Sering (memfitnah bila emosi sudah memuncak)
c. Cukup sering (memfitnah bila kalah dalam berselisih)
d. Kadang-kadang (lebih banyak bersikap jujur)
7). Tingkat seringnya melakukan penghinaan dengan anggota keluarga
ketika berselisih.
a. Sangat sering (selalu menghina ketika berselisih)
b. Sering (menghina bila emosi sedang memuncak)
c. Cukup sering (menghina bila kalah dalam berselisih)
d. Kadang-kadang (lebih banyak bersikap tenang)
8). Tingkat seringnya melakukan pengancaman dengan anggota keluarga
ketika berselisih.
a. Sangat sering(selalu mengancam ketika berselisih)
b. Sering (mengancam bila emosi memuncak)
c. Cukup sering (mengancam bila kalah dalam berselisih)
d. Kadang-kadang (lebih banyak bersikap tenang)
9). Tingkat seringnya membentak anggota keluarga ketika berselisih
ketika berselisih.
a. Sangat sering (selalu membentak ketika berselisih)
b. Sering (membentak bila emosi memuncak)
c. Cukup sering (membentak bila kalah dalam berselisih)
d. Kadang-kadang (lebih banyak bersikap tenang)
27 F. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian ini menunjukkan bahwa dalam
penelitian ini menggunakan dua variabel Independen (X) yang terdiri dari
variabel Intensitas menonton sinetron Cinta Fitri di televisi dan Intensitas
komunikasi dikalangan ibu-ibu rumah tangga, serta satu variabel
dependent (Y) yaitu variabel Perilaku kekerasan. Dari penelitian ini dapat
dilihat bahwa masing-masing variabel independen berpengaruh secara
serempak terhadap variabel dependen.
Tujuan penelitian, seperti halnya tujuan teori,adalah menjelaskan
dan memprediksikan fenomena. Penjelasan dan prediksi fenomena secara
sistematis digambarkan dengan variabelitas variabel-variabel dependen
yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel-variabel independen.
Bentuk hubungan antara variabel-variabel Independen dengan variabel-
variabel dependen, dapat berupa hubungan korelasional dan hubungan
sebab- akibat. Sesuai dengan fenomena sosial yang dijelaskan, bentuk
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dapat
bersifat positif atau negatif (Indrianto dan Supomo 1999 : 63)
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti menggunakan
paradigma ganda dengan dua variabel independent yang mana paradigma
tersebut menunjukkan hubungan antara dua variabel independent (X)
dengan satu variabel dependent (Y).
28 Bagan I.I
Sketsa Hubungan antar Variabel
Variabel Independen (X1)
Intensitas menonton sinetron
“Cinta Fitri”di SCTV Variabel Dependen(Y)
Perilaku
Kekerasan
Variabel Independen (X2)
Intesitas komunikasi
Di kalangan ibu-ibu rumah tangga
Keterangan :
Variabel Independen :
a. Pengaruh intensitas menonton sinetron “Cinta Fitri” merupakan variabel
Independen (X1) yang mempengaruhi variabel dependen (Y)
b. Pengaruh intensitas komunikasi dikalangan ibu-ibu rumah tangga
merupakan veriabel Independen (X2) yang mempengaruhi variabel
dependen (Y)
Variabel Dependen :
c. Perilaku kekerasan merupakan variabel dependen (Y) yang terjadi
akibat variabel independen (X1 dan X2)
29 Tabel 1.1 Matrik Variabel Penelitian
Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)
1. Intensitas menonton (X1), Perilaku kekerasan (Y), indikatornya
indikatornya yaitu: yaitu:
a. Frekuensi menonton a. Tingkat melakukan perkelahian
sinetron Cinta Fitri di b. Tingkat melakukan pemukulan
SCTV c. Tingkat melakukan penamparan
b. Tingkat lamanya menonton d. Tingkat melakukan penjambakan
sinetron Cinta Fitri di rambut
SCTV e. Tingkat melakukan penghinaan
c. Tingkat memperhatikan f. Tingkat melakukan kebohongan
menonton sinetron Cinta g. Tingkat melakukan pemfitnahan
Fitri di SCTV h. Tingkat melakukan
d. Tingkat seringnya pengancaman
menyediakan i. Tingkat melakukan pembentakan
waktumenonton sinetron
Cinta Fitri di SCTV
e. Tingkat seringnya
ketertarikan menonton
sinetron Cinta Fitri
f. Tingkat pemahaman
menonton sinetron Cinta
Fitri di SCTV
30 2. Intensitas komunikasi (X2),
indikatornya yaitu:
a. Frekuensi berkomunikasi di
kalangan ibu-ibu rumah
tangga
b. Tingkat lamanya
berkomunikasi
c. Tingkat seringnya
membicarakan perilaku dan
isi cerita sinetron Cinta Fitri
di SCTV
H. Hipotesis
Hipotesis menurut Drs. NasutionM.A. adalah sarana penelitian
ilmiah yang penting dan tidak bisa di tinggalkan, karena instrument kerja
dari teori. Hipotesis berasal dari dua kata, yaitu “hypo” yang artinya “di
bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Jadi hipotesa, yang
kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia
menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.
Untuk mengetahui lebih lanjut yang dimaksud dengan hipotesis
menurut Sutrisno hadi bahwa :
“Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar,atau mungkin juga salah.
Dia akan ditolak jika salah atau palsu dan akan benar jika fakta-fakta
membenarkanya”
31 Jadi hipotesis disini berupa dugaan-dugaan sementara yang
mengarahkan jalanya penelitian dan disebut sebagia sebuah kesimpulan
yang belum final dan masih memerlukan pembuktian akan kebenaranya.
Dalam penelitian ini, hipotesis dirumuskan sebagai berikut :
Ho : Tidak ada pengaruh antara intensitas menonton sinetron “Cinta Fitri”
di SCTV dan intensitas komunikasi terhadap perilaku kekerasan
dikalangan ibu-ibu rumah tangga di Padukuhan Selokambang
Tamantirto Kasihan Bantul.
Ha : Ada pengaruh antara intensitas menonton sinetron “Cinta Fitri”
di SCTV dan intensitas komunikasi terhadap perilaku kekerasan
dikalangan ibu-ibu rumah tangga di Padukuhan Selokambang
Tamantirto Kasihan Bantul
“Semakin tinggi intensitas menonton sinetron “Cinta Fitri”di SCTV dan
intensitas komunikasi semakin tinggi pula perilaku kekerasan dikalangan
ibu-ibu rumah tangga di Padukuhan Selokambang Tamantirto,Kasihan
Bntul”.
H. Metodelogi Penelitian
1. Jenis Penelitian
32 Bila dilihat dari hasil yang akan dicapai maka penelitian ini dikategorikan
dalam tipe penjelasan atau menerangkan (Explanatory Research). Dalam
penelitian penjelasan, focus utamanya adalah meneliti hubungan diantara
variabel-variabel dengan menguji hipotesa yang diajukan. Untuk metode
penelitianya, peneliti menggunakan metode survey dimana informasi
dikumpulkan dari responden dengan menggunakan koesioner.
Menurut Masri Singarimbun (1995 : 3 ):
“Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sample dari suatu
populasi dan menggunakan koesioner sebagai pengumpulan data pokok”.
2. Waktu penelitian
Peninjauan lokasi hingga pencarian data-data yang dibutuhkan,peneliti
lakukan mulai tanggal 10 desember 2008 sampai pada tanggal 17 desember
2008. Sedangkan penyebaran kuesioner peneliti membutuhkan waktu selama
dua minggu dimulai tanggal 16 januari 2009 sampai 31 januari 2009.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Padukuhan Selokambang Tamantirto
Kasihan Bantul. Berdasarkan dari hasil pengamatan bahwa masyarakat yang
berdomisili di Padukuhan Selokambang Tamantirto Kasihan Bantul
mempunyai kecenderungan sebagai penonton tayangan sinetron Cinta Fitri
berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari sebagai hiburan. Selain itu
berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian, terdapat ibu-ibu rumah
tangga yang menghabiskan waktu senggangnya dengan berinteraksi dengan
ibu-ibu rumah tangga yang lain.
33 4. Populasi
Populasi adalah keseluruhan atau jumlah penduduk atau individu yang di
maksud untuk diselidiki (Hadi, 2000) Populasi dalam penelitian ini adalah
dikalangan ibu-ibu rumah tangga di Padukuhan Selokambang Tamantirto
Kasihan Bantul yang berjumlah 192 orang yang terdiri dari ibu-ibu rumah
tangga (sumber data penduduk 2008).
5. Sampel
Sampel merupakan himpunan bagian dari populasi yang diambil sebagai
subyek/target dalam penelitian. Didalam penelitian ini, teknik pengambilan
sampel yaitu dengan menggunakan purposive sampling dengan judgement
sampling (pengambilan sampel dengan berdasarkan pertimbangan) yaitu
pengambilan sampel dimana sampel dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang
terkait dengan topik penelitian, jumlah responden yang diambil bisa mewakili
sampel penelitian bila lebih dari 30 responden atau setengah dari jumlah
populasi (Indrantoro dan Supomo,2002:131). Dalam penelitian ini kriteria
yang diambil yaitu ibu-ibu rumah tangga Selokambang Tamantirto Kasihan
Bantul yang mempunyai kebiasaan menonton sinetron Cinta Fitri dan ibu-ibu
rumah tangga yang menyediakan waktu senggang untuk berkomunikasi
dengan sesama ibu-ibu rumah tangga yang lebih membicarakan tentang
sinetron di Televisi, dengan jumlah responden yang diambil sebanyak 100
orang.
6. Teknik Pengumpulan Data
34 Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan yaitu dengan cara
menyebar kuesioner. Sedangkan kuesioner Adalah seperangkat dafatar
pertanyaan yang disusun secara sistematis dan lengkap yang diajukan kepada
responden (Masri Singarimbun, 1989 : 175). Dalam penelitian ini peneliti
menyebarkan kuesioner kepada 100 responden kepada ibu-ibu rumah tangga
yang mempunyai kriteria menonton sinetron Cinta Fitri dan kebiasaan
berinteraksi dengan ibu-ibu rumah tangga yang lain di waktu senggang.
Selain dengan cara menyebar kuesioner peneliti juga menggunakan
metode wawancara yaitu, menyampaikan pertanyaan kepada responden dan
merangsang responden untuk menjawabnyamenggalai jawaban lebih jauh bila
dikehendaki dan mencatatnya (Effendi 2001 :192). Dalam penelitian ini
peneliti melakukan wawancara kepada responden disaat menyebarkan
kuesioner sebagai pendukung jawaban kuesioner yang disebarkan.
7. Teknik Skala Pengukuran
Skala pengukuran yang digunakan untuk menghitung skor Jawaban
Responden, peneliti menggunakan skala pengukuran yang berpedoman pada
skala pengukuran ordinal yaitu bilangan yang menunjukkan tingkat ukuran
yang yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi menurut suatu
atribut tertentu (Masri Singarimbun,1989: 102). Adapun jenis data dalam
variable ini jenis data ordinal dan untuk mempermudah dalam menganalisis
data maka jawaban responden dari koesioner diubah dalam bentuk angka
dalam menggunakan skala linkert, antara lain sebagai berikut :
35 Setiap jawaban Responden kedua variabel independen, yaitu Intensitas
menonton sinetron Cinta Fitri dan intensitas komunikasi sesama ibu-ibu,
diberi nilai 4-1 (dari yang tertinggi hingga yang terrendah) yaitu :
1. Untuk tiap pertanyaan dengan jawaban a, diberi nilai 4 (untuk
kategori sangat tinggi).
2. Untuk tiap pertanyaan dengan jawaban b, diberi nilai 3 (untuk
kategori tinggi).
3. Untuk tiap pertanyaan dengan jawaban c, diberi nilai 2 (untuk
kategori sedang)
4. Untuk tiap pertanyaan dengan jawaban d, diberi nilai 1 (untuk
kategori rendah).
Sedangkan untu setiap jawaban responden pada variabel
dependen,yaitu Perilaku kekerasan, diberi nilai 1-4 (dari yang terendah
hingga yang tertinggi) yaitu :
1. Untuk tiap pertanyaan dengan jawaban a, diberi nilai 1 (untuk
kategori rendah).
2. Untuk tiap pertanyaan dengan jawaban b, diberi nilai 2 (untuk
kategori sedang).
3. Untuk tiap pertanyaan dengan jawaban c, diberi nilai 3 (untuk
kategori tinggi).
4. Untuk tiap pertanyaan dengan jawaban d, diberi nilai 4 (untuk
kategori sangat tinggi).
36 8. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis kuantitatif,
yaitu analisa yang didasarkan pada angka-angka dan perhitungan, dimana
dari hasil perhitungan tersebut diperoleh suatu kesimpulan. Alasan
menggunakan penelitian kuantitatif sebab tujuan dalam penelitian ini
untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian melalui proses
analisis data,yaitu dalam penelitian ini dengan menyebarkan kuesioner
kepada responden yang kemudian kuesioner tersebut di proses melalui
teknik analisis data. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana pengaruh intensitas menonton sinetron “Cinta Fitri” di SCTV
dan intensitas komunikasi terhadap perilaku kekerasan dikalangan ibu-ibu
rumah tangga di Padukuhan Selokambang Tamantirto,Kasihan Bantul.
Adapun alat uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Regresi berganda yang digunakan jika peneliti bermaksud meramalkan
bagaimana keadaan (naik turunya) variabel dependen (kriterium),bila dua
atau lebih variabel independent sebagai faktor prediktor dimanipulasi
(dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan
bila jumlah variabel independentnya minimal dua. Regresi berganda dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Y = a + b1 X1 + b2 X2
Untuk menghitung harga-harga a, b1, b2 dapat menggunakan persamaan
berikut :
37 Y an b X b X ` ¦¦¦ 1 1 2 2
X Y a X b X b X X ¦¦¦1 1 1 1 2 ¦ 1 2
X Y a X b X b X ¦ 2 ¦¦1 1 1 2 ¦ 2
Keterangan :
Y : nilai suatu variabel Y yang diprediksikan berdasarkan variabel X
a : nilai perpotongan antara garis linier dengan sumbu vertical Y
b1 : kemiringan (slope) yang berhubungan dengan variabel X1
b2 : kemiringan (slope) yang berhubungan dengan variabel X2
X1 : nilai variabel X1
X2 : nilai variabel X2
9. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Validitas
Validitas yaitu keabsahan data, tujuanya adalah untuk membangun
derajat kepercayaan kepada informasi yang telah diperoleh. Hasil
untuk mengetahui apakah variabel yang akan diuji valid atau tidak,
hasil korelasi dibandingkan dengan angka kritik tabel dengan taraf
signifikan 1% atau 5% (Ancok, 1993), jika angka korelasi hasil
perhitungan lebih besar dibandingkan angka kritik maka butir
pertanyaan tersebut dinyatakan valid atau signifikan dan sebaliknya
jika angka korelasi hasil perhitungan lebih kecil dibanding angka kritik
tabel korelasi, maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid
38 atau tidak signifikan dan tidak dapat digunakan dalam analisis. Untuk
menguji validitas koesioner, digunakan rumus korelasi Product
Moment dari pearson, dengan rumus :
xy rxy ¦ n 1 ¦ x 2 ¦ y 2 n 1 n 1
Keterangan :
r : Koefisien korelasi antara x dan y
x : Variabel independent
y : Nilai variabel
Ȉxy : Jumlah nilai x dan y
Ȉx2 : Jumlah kuadrat pada variabel x
Ȉy2 : Jumlah kuadrat pada variabel y
n : Jumlah sampel
b.Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas menunjukkan pada tingkat kemapanan atau
konsistensi suatu alat ukur (koesioner). Pengujian reliabilitas dilakukan
untuk menguji kestabilan dan konsistensi instrument dari waktu ke
waktu. Kuesioner dikatakan reliable apabila koesioner tersebut
memberikan hasil yang konsisten jika digunakan secara berulang kali
dengan asumsi kondisi pada saat pengukuran tidak berubah. Untuk
39 mengetahui tingkat reliabilitas adalah dengan mengetahui besarnya
cronbach alpha semakin mendekati angka 1 berarti semakin tinggi
konsistensi internal reliabilitas. Nilai cronbach alpha diatas 0,6
dikatakan reliabelitas diterima (sekaran, 1992), dengan menggunakan
rumus :
n § vi · D ¨1¦ ¸ ¨ ¸ n 1© vt ¹
Keterangan :
n : Jumlah butir
Vi : Varians butir
Į : Jumlah
Vt : Varians nilai total
40