ANALISIS NARASI SINETRON TUKANG OJEK PENGKOLAN DI RCTI DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DAN NILAI-NILAI KEISLAMAN

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: Singgih Egananto NIM: 11140510000229

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 1440 H/ 2018 M

PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Singgih Egananto NIM : 11140510000229

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ANALISIS NARASI SINETRON TUKANG OJEK PENGKOLAN DI RCTI DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DAN NILAI-NILAI KEISLAMAN adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 07 Agustus 2018

Singgih Egananto NIM 11140510000229

ANALISIS NARASI SINETRON TUKANG OJEK PENGKOLAN DI RCTI DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DAN NILAI-NILAI KEISLAMAN

SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Singgih Egananto NIM : 11140510000229

Di bawah Bimbingan :

Dra. Rochimah Imawati, M,Psi. NIP. 196612032014112001

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/ 1440 H

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Analisis Narasi Sinetron Tukang Ojek Pengkolan di RCTI dalam Perspektif Komunikasi Antarbudaya dan Nilai-nilai Ke-Islaman” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 September 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 24 September 2018

Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Suhaimi, M.Si Thalita S. Rosyidiani, M.I. Kom NIP. 196709061994031002 NIP. 199102172018012004

Anggota : Penguji I Penguji II

Nurul Hidayati, S.Ag, M.Pd Kalsum Minangsih, MA NIP. 196903221996032001 NIP. 197704242007102002

Pembimbing,

Dra. Rochimah Imawati, M,Psi. NIP. 196612032014112001

ABSTRAK

Nama : Singgih Egananto (11140510000229) Judul : ANALISIS NARASI SINETERON “TUKANG OJEK PENGKOLAN” DI RCTI DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN NILAI-NILAI KEISLAMAN

Sinetron merupakan produk komunikasi massa yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Sinetron Tukang Ojek Pengkolan merepresentasikan berbagai bentuk pesan di setiap episodenya. Dalam narasi sebuah dialog, pesan yang disampaikan dalam sinetron memiliki makna tersirat dan tersurat. Di satu sisi, televisi menjadi agen sosialisasi, (penyebaran, nilai-nilai) memainkan peranan penting dalam transmisi sikap, persepsi dan kepercayaan. Di sisi lain, sinetron sebagai program televisi, dituntut memiliki kekuatan cerita tanpa mengesampingkan nilai-nilai akhlak yang terkandung. Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan mayor. Adapun pertanyaan mayornya adalah, bagaimanakah Analisis Narasi Sinetron Tukang Ojek Pengkolan di RCTI dalam Perspektif Komunikasi Antarbudaya dan Nilai-nilai Ke-Islaman? Narasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah narasi menurut Claude Levi- Strauss, yang menemukan oposisi biner dalam sebuah narasi. Oposisi biner adalah struktur yang mengatur system pemaknaan, terhadap budaya dan dunia tempat kita hidup. Oposisi biner digunakan untuk mencari tahu pola pikir penulis skenario melalui susunan mitheme yang ditemukan. (Levi-Strauss, 1972: 135) Sedangkan, variabel yang akan diteliti dalam sinetron ini ada dua. Pertama, dalam perspektif komunikasi antar budaya dan yang kedua dalam perspektif nilai- nilai ke-Islaman. Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan metodologi kualitatif dengan analisis naratif Claude Levi-Strauss. Kemudian sumber data yang diperoleh melalui wawancara secara mendalam dengan penulis skenario sinetron Tukang Ojek Pengkolan. Selain itu, penulis juga melakukan observasi secara langsung untuk mendapatkan data yang akurat seputar improvisasi yang dilakukan oleh para pemain di lokasi syuting. Serta mengambil dokumentasi yang terkait. Dari hasil penelitian ini ditemukan pola pikir penulis yang ingin mengangkat persoalan yang terjadi pada kehidupan nyata, terutama persoalan yang terjadi pada moda transportasi yang sedang berkembang pada saat ini. Tukang Ojek Pengkolan mengangkat topik utamanya tentang kehidupan pengemudi tukang ojek konvensional dan tukang ojek online. Komunikasi dialog antar tokoh yang digunakan dalam sinetron ini menggunakan interaksi masyarakat di sebuah perkotaan yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Sinetron ini juga mengangkat nilai-nilai ke-Islaman yang sifatnya lebih kepada membangun akhlak, tanpa sepenuhnya menyajikan tanyangan yang bernuansa religi. Kata kunci : Sinetron, Tukang Ojek Pengkolan, Narasi, Komunikasi Antarbudaya, dan Nilai-nilai Ke-Islaman

i

ABSTRACT

Name: Singgih Egananto (11140510000229) Title: NARATION ANALYSIS OF SINETERON "TUKANG OJEK PENGKOLAN" IN RCTI IN A CULTURAL COMMUNICATION PERSPECTIVE AND ISLAMIC VALUES

Soap operas are mass communication products that are very influential for human life. Soap operas Tukang Ojek Pengkolan represents various forms of messages in each episode. In the narration of a dialogue, the message conveyed in soap operas has an implicit and explicit meaning. On the one hand, television becomes an agent of socialization, (dissemination, values) plays an important role in the transmission of attitudes, perceptions and beliefs. On the other hand, soap operas as television programs, are required to have the power of stories without putting aside the moral values contained. Based on the above context, the purpose of this research is to answer the major questions. As for the major question, how is the Narrative Analysis of the Dirt Ojek Riders on RCTI in the Perspective of Intercultural Communication and Islamic Values? The narrative used in this study is narrative according to Claude Levi- Strauss, who finds binary opposition in a narrative. Binary opposition is the structure that governs the meaning system, the culture and world in which we live. Binary opposition is used to find out the mindset of the screenwriter through the mitheme arrangement found. (Levi-Strauss, 1972: 135) Meanwhile, there are two variables that will be examined in this soap opera. First, in the perspective of intercultural communication and the second in the perspective of Islamic values. The research method in writing this thesis uses qualitative methodology with narrative analysis Claude Levi-Strauss. Then the source of data obtained through in-depth interviews with screenwriters of the soap opera Tukang Ojek Pengkolan. In addition, the author also made direct observations to obtain accurate data about improvisation carried out by the players on the set. As well as taking related documentation. From the results of this study found the mindset of writers who want to raise the problems that occur in real life, especially the problems that occur in the mode of transportation that is developing at this time. Motorcycle taxi drivers, raises the main topic about the lives of conventional motorcycle taxi drivers and online motorcycle taxi drivers. Communication dialogue between characters used in this soap opera uses community interaction in an urban area with different backgrounds. This soap opera also promotes Islamic values that are more to build morals, without fully presenting religious nuances.

Keywords: Soap operas, motorcycle taxi drivers, narratives, intercultural communication, and Islamic values.

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan spirit rohaniah, kesabaran, ketabahan, dan konsistensi dalam mengerjakan tugas Skripsi ini, Dia-lah alasan utama untuk tidak pernah mengenal kata putus asa, membangun optimisme, dan percaya bahwa setiap doa, harapan dan cita-cita akan dikabulkan oleh Allah SWT. Sholawat dan salam tak lupa saya haturkan kepada junjungan semesta alam, manusia yang sempurna dan paripurna, dialah sang revolusioner sejati Nabi Muhammad SAW, semoga kita selalu dapat menempatkan beliau sebagai satu satunya idola dimuka bumi ini dan meneladani beliau sebagai seorang utusan dan juru penyelamat ummat di akherat. Berkat rahmat ilahi, Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Narasi Sinetron Tukang Ojek Pengkolan di RCTI dalam Perspektif Komunikasi Antarbudaya dan Nilai-nilai Ke-Islaman”. Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Selanjutnya, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu rasa terima kasih ini penulis sampaikan kepada : 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi , Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik. Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan II bidang Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

iii

3. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 4. Dra. Rochimah Imawati, M,Psi, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan senantiasa membimbing saya untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 5. Zakaria, M.A, selaku penasihat akademik yang selalu memberikan pemikiran serta saran terbaik untuk perkuliahan dan skripsi ini. 6. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta pengalamnya kepada peneliti. Peneliti berharap semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat bagi peneliti dan masyarakat luas. 7. Segenap staff perpustakaan dan staff akademik yang telah memberikan pelayanan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan. 8. Keluarga peneliti. Terutama kepada Mama dan Papa, yang karenamu telah mengalir deras darah juang untuk senantiasa teguh, kuat, Pantang menyerah dalam berikhtiar menjalani setiap proses indah dalam kehidupan yang fana ini. Terima kasih telah menjadi orang tua yang tak pernah henti-hentinya mendoakan seorang anak untuk menggapai puncak kesuksesan. 9. Bapak Sokat Rachman, selaku penulis skenario sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang telah banyak mambantu penulis dalam menyelesaikan tugas skrispsi. Terima kasih atas motivasi, cerita, pengalaman, yang berharga selama penulis melakukan wawancara penelitian. 10. Keluarga besar KPI 2014, terutama teman-teman KPI E 2014, terimakasih untuk setiap waktu, cerita, ilmu, dan pengalamannya yang memberikan warna tersendiri dalam kehidupan penulis selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 11. Keluarga-keluarga kecil KPI 2014 yang terbagi dalam sebuah gank yaitu : Vario Single Fighter, The Mosque, Kuat Iman Project, Gondangling, Futsal KPI, Fantastic Four, dan Warla Squad. Terima kasih telah memberikan

iv

kesempatan untuk belajar bersama mendalami arti kehidupan selama bergaul di lingkungan kampus. 12. Salam hormat dan terima kasih saya kepada pejuang-pejuang skripsi, dialah Adil Asasyahid dan Muhammad Kindi Akasya yang telah banyak memberikan masukan, motivasi, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini. 13. Syahrina Rahmaniah, S.Pd. Wanita hebat, motivator penulis, yang tanpa henti selalu memberikan dukungan dan semangat. Nasihat dan saran yang ia berikan adalah hal yang menolong dan membuat penulis tersadar untuk berusaha lebih baik. 14. Keluarga besar RAINFIST 2014. Terima kasih atas dorongan dan motivasinya sehingga penulis bersemangat menyelesaikan skripsi ini. 15. Keluarga KKN Qalbu dan Desa Sipak. Terima kasih telah memberikan kesempatan untuk belajar bersama mendalami arti kehidupan yang sesungguhnya. 16. Keluarga besar AnKel dan Karang Taruna Unit 012 Kelurahan Rawa Buaya. Terimakasih telah menjadi bagian pengalaman hidup penulis dari kecil hingga saat ini. 17. Pengurus dan pengelola RPTRA kelurahan Rawa Buaya, terutama kepada pengelola RPTRA Cempaka, yang telah mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk penulis tetapi juga untuk pembaca serta segenap keluarga besar civitas akademika Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jakarta, 28 Agustus 2018

Singgih Egananto

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... i ABSTRACT ...... ii KATA PENGANTAR ...... iii DAFTAR ISI ...... vi DAFTAR TABEL ...... viii DAFTAR GAMBAR ...... ix DAFTAR LAMPIRAN ...... x BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...... 9 C. Tujuan Penelitian ...... 10 D. Manfaat Penelitian ...... 10 E. Review Kajian Terdahulu ...... 11 F. Metodologi Penelitian ...... 14 BAB II LANDASAN TEORITIK ...... 20 A. Komunikasi Antarbudaya ...... 20 1. Pengertian Komunikasi Antarbudaya ...... 20 2. Negosiasi Wajah/ Face Negotiation ...... 22 3. Aspek Komunikasi Antarbudaya ...... 24 B. Nilai-nilai Ke-Islaman ...... 27 1. Pengertian Nilai-nilai Ke-Islaman ...... 27 2. Sumber Nilai-nilai Ke-Islaman ...... 28 3. Aspek Nilai-nilai Ke-Islaman ...... 29 C. Sinetron ...... 36 D. Teori Narasi ...... 42 1. Teori Narasi Menurut Claude Levi-Strauss ...... 42 2. Sekilas Tentang Claude Levi-Strauss ...... 46 E. Kerangka Berpikir ...... 49

vi

BAB III GAMBARAN UMUM...... 53 A. Gambaran Umum Sinetron TOP ...... 53 1. Karakteristik Tokoh Utama dan Tokoh Pendukung ...... 54 2. Daftar Nama Pemain Sinetron TOP ...... 63 3. Tim Produksi Sinetron TOP ...... 66 B. Penghargaan Sinetron TOP ...... 67 C. Profil Penulis Skenario Sinetron TOP ...... 68 BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISA ...... 73 A. Temuan Penelitian ...... 73 B. Analisis Sinetron TOP ...... 76 BAB V PEMBAHASAN ...... 130 A. Ojek Konvensional (Pangkalan) – Ojek Online ...... 131 B. Akhlak Baik – Akhlak Buruk ...... 133 C. Komedi – Dramatik ...... 135 BAB VI PENUTUP ...... 137 A. Simpulan ...... 137 B. Saran ...... 139 DAFTAR PUSTAKA ...... 141 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...... 146

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Pemain Sinetron TOP ...... 63 Tabel 3.2 Tim Produksi Sinetron TOP ...... 66 Tabel 3.3 Penghargaan Sinetron TOP ...... 67 Tabel 4.1 Analisa Scene 1 ...... 79 Tabel 4.2 Analisa Scene 2 ...... 81 Tabel 4.3 Analisa Scene 7 ...... 84 Tabel 4.4 Analisa Scene 8 ...... 86 Tabel 4.5 Analisa Scene 19 ...... 89 Tabel 4.6 Analisa Scene 21 ...... 91 Tabel 4.7 Analisa Scene 23 ...... 94 Tabel 4.8 Analisa Scene 30 ...... 96 Tabel 4.9 Analisa Scene 31 ...... 99 Tabel 4.10 Analisa Scene 36 ...... 102 Tabel 4.11 Analisa Scene 45 ...... 105 Tabel 4.12 Analisa Scene 46 ...... 107 Tabel 4.13 Analisa Scene 49 ...... 109 Tabel 4.14 Analisa Scene 50 ...... 111 Tabel 4.15 Analisa Scene 57 ...... 114 Tabel 4.16 Analisa Scene 61 ...... 116 Tabel 4.17 Analisa Scene 62 ...... 119 Tabel 4.18 Analisa Scene 63 ...... 121 Tabel 4.19 Analisa Scene 65 ...... 124 Tabel 4.20 Analisa Scene 71 ...... 127 Tabel 4.21 Analisa Scene 76 ...... 129

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Claude Levi-Strauss ...... 47 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ...... 52 Gambar 3.1 Sokat Rachman ...... 68 Gambar 4.1 Nana kembali duduk setelah menerima telepon ...... 77 Gambar 4.2 Jono mengambil pake untuk dikirim ...... 80 Gambar 4.3 Ojak baru tiba di pangkalan ojek ...... 82 Gambar 4.4 Purnomo sedang telepon Novita ...... 85 Gambar 4.5 Jono bertemu Ibu Hani (Penerima Paket) ...... 87 Gambar 4.6 Faiz bermain HP ...... 90 Gambar 4.7 Faiz Kesal ...... 90 Gambar 4.8 Ojak dan Denok di dalam kontrakan ...... 92 Gambar 4.9 Tisna dan Purnomo di pangkalan ojek ...... 95 Gambar 4.10 Pak Sofyan membangunkan Bunga ...... 97 Gambar 4.11 Ojak tiba di warung nasi milik Eko ...... 100 Gambar 4.12 Ojak di pergoki Denok sedang melihat baju-baju Denok ...... 104 Gambar 4.13 Sari meminta Husna agar membantunya di dapur ...... 106 Gambar 4.14 Ojak dan Denok selesai memotong buah-buahan ...... 108 Gambar 4.15 Beben menawarkan tumpangan kepada Karina ...... 110 Gambar 4.16 Auliani berpura-pura tidur di depan Aisyah ...... 113 Gambar 4.17 Keluarga Pak Sofyan merencanakan menu berbuka puasa ...... 115 Gambar 4.18 Yuli kecewa atas respon Tisna ...... 118 Gambar 4.19 Sapri dan Deden sedang berdiskusi menu berbuka puasa ...... 120 Gambar 4.20 Ojak menitipkan dagangan Es Buah di Warung Nasi milik Eko ... 122 Gambar 4.21 Aliya, Fadhil, dan Melati mengajak Bagas untuk ikut mengaji ..... 125 Gambar 4.22 Kegiatan Mengaji di Masjid ...... 128

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara dengan Sokat Rachman ...... 147 Lampiran 2 Foto Kebersamaan Sokat Rachman dengan Pemain dan Tim Produksi

Sinetron Tukang Ojek Pengkolan ...... 152 Lampiran 2 Lokasi Syuting Sinetron TOP ...... 154 Lampiran 3 Surat Bimbingan Skripsi ...... 155 Lampiran 4 Surat Izin Penelitian (Skripsi) ...... 156 Lampiran 5 Dokumentasi Sidang Munaqasyah ...... 157 Lampiran 6 Biodata Penulis ...... 158

x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Di , televisi telah menjamur dan menjadi media massa elektronik paling dekat dengan masyarakat1. Menurut Mursito, ada empat fungsi yang dapat kita peroleh dengan adanya televisi, yakni fungsi informasi, pendidikan, kontrol sosial dan hiburan2. Pada perkembangannya, fungsi hiburan dari televisi justru lebih menonjol daripada fungsi lainnya. Perkembangan ini dirasakan semakin cepat dan bila dicermati maka hal ini dapat dijadikan sebagai media dakwah. Namun, hal ini tidak lantas membuat media komunikasi konvensional yang sebelumnya tidak berfungsi dan tidak bisa dimanfaatkan lagi. Bahkan mungkin kehadiran media massa dapat mempengaruhi cara hidup dan perilaku seseorang.

ي ٍ ي ي ي ي ي َوي َ ْومَ ن َبْ عَ ُث ِف كُ يل أُمَّة َشه ًيدا عَلَيْه ْم م ْن أَن ْفُسه ْم ۖ ي ي ي ي ي َوجئْ نَا ب َك َشه ًيدا عَلَ ٰى َٰه ُؤََلء ۚ َ ون ََّزلْنَا عَلَيْ َك الْكت َ َاب ي ي ي ٍ ي ي ي تبْ يَ ًاًن لكُل َش ْيء َوهُ ًدى َوَر ْْحَةً َوبُ ْش َر ٰى للْمُ ْسلم َي

1 Nurudin, Televisi Agama Baru Masyarakat Modern, (Malang: UMM Press, 1997), hal. 12. 2 Mursito BM, Memahami Institusi Media, (Surakarta: Lindu Pustaka dan SPIKOM Surakarta, 2006), hal. 19.

1

2

Artinya : “(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami

bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl : 89)

Dari ayat ini secara tidak langsung Allah mengajarkan kepada manusia untuk menggunakan sebuah alat/ benda sebagai suatu media dalam menjelaskan segala sesuatu yang baik. Sebagaimana Allah Swt menurunkan Al Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw untuk menjelaskan segala sesuatu, maka sudah sepatutnya jika seorang menggunakan suatu media tertentu dalam menjelaskan kpd khalayak tentang solusi dari masalah yg sedang di masyarakat. Ini sejalan dengan esensitas sebuah konten media sebagai alat penyampaian pesan moral dalam narasi Urgensi dakwah sangat diperlukan tatkala manusia modern semakin lupa tujuan hidupnya. Mereka hanya menjadikan dunia sebagai orientasi hiburan dan tujuan sesuatu yang sangat terbatas. Jauh dari yang dipesankan agama, kehidupan dikemudian hari yang kekal abadi3.

3 M. Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana, 2006), h.30.

3

Sebagai salah satu media komunikasi yang bersifat massa, berkomunikasi menggunakan media massa ini memiliki kelebihan atau keuntungan sekaligus kekurangan. Keuntungan berkomunikasi dengan menggunakan media massa sebagai alat atau saluran, baik berbentuk media cetak maupun media elektronik, (seperti saluran stasiun televisi atau radio, dan surat kabar harian, majalah berita atau hiburan lainnya yakni melalui pemberitaan atau pesan-pesan dan informasi yang disampaikan itu) dapat menimbulkan pengaruh “efek keserempakkan” dan “efek wah” yang luar biasa bagi masyarakat4. Media massa, terutama televisi biasa dilihat sebagai media yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi khalayak. Pandangan ini dapat terjerumus menjadi dasar bagi komunikasi yang bersifat top down, baik yang diselenggarakan oleh institusi negara maupun oleh masyarakat. Di sini, komunikasi merupakan upaya mengubah sasaran bertujuan untuk menanamkan nilai, ideologi, atau gagasan yang dipandang penting dan luhur oleh komunikator. “Pengubahan” itu dapat berupa pendidikan, propaganda, dan sosialisasi, yang semuanya bersifat satu arah. Televisi, yang menjadi agen sosialisasi (penyebaran, nilai-nilai) memainkan peranan penting dalam transmisi sikap, persepsi dan kepercayaan.5 Televisi merupakan salah satu

4 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relation dan Media Penyiaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, h. 202 5 Elvinaro Ardianto, dkk, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004) h.58-59.

4

media massa elektronik yang paling banyak dinikmati oleh masyarakat. Media televisi dianggap media yang paling efektif dalam penggunaannya sebagai media hiburan. Dari sekian banyak program acara hiburan yang ditayangkan oleh televisi salah satunya adalah sinetron. Dan hampir setiap stasiun televisi berlomba-lomba untuk menayangkan sinetron karena dinilai lebih menguntungkan dan mampu mencuri perhatian pemirsa, sehingga berhasil mendapatkan rating yang tinggi pula. Terkait genre sebuah sinetron, Zafer Yoruk dan Pantelis Vatikiotis menuliskan bahwa kebanyakan tema yang diangkat adalah mengenai perbedaan tradisi antar generasi. Hal ini berkaitan dengan semakin berkembangnya zaman atau disebut “modernisasi” sehingga norma-norma dan tradisi tertentu juga mengikuti perkembangan tersebut sehingga muncul perbedaan-perbedaan antar generasi6. Sinetron dengan urgensi dakwah sebenarnya tidak harus banyak menampilkan simbol-simbol keagamaan secara vulgar. Mulai dari alur cerita, adegan, setting, kostum dan lain sebagainya tidak harus menampakan formalitas keagamaan. Namun demikian, film atau sinetron dakwah juga bisa mengangkat tema-tema atau nilai universal, seperti keadilan, penentangan terhadap penindasan, concern terhadap masalah- masalah sosial dan lain sebagainya, yang terpenting dari film

6 Zafer Yoruk dan Pantelis Vatikiotis, Soft Power or Illusion of Hegemony: The Case of the Turkish Soap Opera “Colonialism”, International Journal of Communication 7, 2013, hal.2361-2385, http://ijoc.org diakses 12 Oktober 2015.

5

maupun sinetron adalah mampu membangun akhlaq masyarakat menuju akhlaq yang islami. Sinetron juga telah digunakan sebagai media penyampaian pesan dakwah, keagamaan, dan juga kritik sosial. Dalam beberapa kasus, sinetron juga dapat menjadi media propaganda. Sinetron juga sebagai sarana penyampaian pesan kultural, bila di dalam sinetron tersebut disisipkan materi pesan dan nasihat kultural yang terkandung di dalamnya. Biasanya nasihat itu, divisualisasikan dalam alur cerita berupa kejadian dalam sebuah scene ataupun dialog tokoh kultural. Namun, terkadang makna yang terkandung dalam sebuah adegan cerita kurang disadari oleh para penonton pada umumnya. Mengenai makna, Devito mengatakan “Isyarat mempunyai kebebasan makna (arbitrary); mereka tidak memiliki karakteristik atau sifat dari benda atau hal yang mereka gambarkan, karena kitalah yang secara bebas menentukan arti atau maknanya.”7 Dengan terjadinya persaingan program siaran, tentu saja sebuah program televisi harus mendapat perhatian khusus bagi mereka yang berkecimpung dalam media penyiaran, dalam arti untuk terus menerus berupaya meningkatkan program siarannya, kalau tidak ingin ditinggalkan penontonnya.8 Acara televisi yang berhubungan dengan misi pembangunan adalah

7 Joseph A. Devito, Komunikasi AntarManusia , (Tangerang Selatan: KARISMA Publishing Group, 2011), h.131. 8 Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi, (: Duta Wacana University Press, 1994), h.14.

6

paket sinetron. Tampilan sinetron televisi mempunyai beberapa unsur yaitu cerita sinetron umumnya sesuai dengan realitas kehidupan masyarakat dan isi sinetron harus mampu menyampaikan soal pembangunan fisik maupun mental. Ada beberapa faktor yang membuat sinetron disukai yaitu isi pesannya sesuai dengan realitas sosial, isi pesannya mengandung cerminan tradisi nilai luhur dan budaya, dan isi pesannya lebih banyak mengangkat permasalahan atau persoalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.9 Memiliki alur cerita yang menarik dan dikemas sesuai realita yang terjadi dimasyarakat, sinetron-sinetron Indonesia masih mempunyai tempat yang eksklusif di hati para penggemar sinetron. Meskipun cerita sudah bisa ditebak, tapi dengan adanya sinetron yang ada di televisi, masyarakat Indonesia merasa cukup terhibur. Jadi sebenarnya dunia persinetronan di Indonesia tidak telalu buruk juga, buktinya masih banyak kelompok masyarakat yang menanti kehadiran sinetron-sinetron dilayar televisi mereka. Perkembangan teknologi tidak hanya dibidang media massa saja, tetapi juga dibidang transportasi. Empat tahun terakhir ini sarana transportasi darat memiliki inovasi baru dalam pelayanannya, yaitu sistem yang berbasis online. Melihat perkembangan ini, sinetron serial Tukang Ojek Pengkolan yang mengangkat kehidupan tukang ojek dari kampung Rawa Bebek tayang di RCTI, hadir di tengah-tengah

9 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Isi Media Televisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), H. 77

7

masyarakat untuk mengingatkan kita bahwa ojek konvensional juga masih ada perannya di lingkungan masyarakat Indonesia khususnya di wilayah perkotaan yang sekarang sudah didominasi oleh ojek yang berbasis online. Permasalahan yang muncul dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan seringkali dilatar belakangi oleh antarbudaya yang berbeda-beda. Ketika orang-orang dari budaya yang berlainan berkomunikasi, penafsiran keliru atas sandi merupakan pengalaman yang lazim. Komunikasi antarbudaya dapat terjadi dalam konteks komunikasi manapun. Setiap kali komunikasi antarbudaya terjadi, perbedaan kerangka rujukan (frame of reference) peserta komunikasi membuat komunikasi lebih rumit dan sulit dilakukan, terutama karena pemain mungkin tidak menyadari semua aspek budaya individu lainnya.10 Dan dari perbedaan tersebut akan berpengaruh dalam indivdu menyelesaikan setiap masalah yang diperankan oleh masing-masing pemain/ aktor. Meskipun berbagai kelompok budaya sudah sering berinteraksi, bahkan dengan bahasa yang sama sekalipun, tidak berarti komunikasi akan berjalan mulus atau bahwa dengan sendirinya akan tercipta saling pengertian.11

10 Stewart Tubbs dan Sylvia Moss. Human Communication. Konteks- konteks komunikasi. Penerjemah: Dedi Mulyana dan Gembirasari, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996), h.236 11 Jalaludin Rakhmat, Komunikasi Antar Budaya, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), h.9.

8

Sinetron Tukang Ojek Pengkolan ini memang tidak murni bernuansa Islam. Tetapi dalam realitanya, secara tidak langsung sinetron ini banyak menyampaikan pesan-pesan moral yang dapat membangun akhlak kepada penontonnya. Seperti, istri menghormati suami, menghormati orang tua, ikhtiar dalam mencari rezeki untuk keluarga dan silaturahmi antar tetangga. Sejak awal kemunculan sinetron Tukang Ojek Pengkolan ini hanya direncanakan untuk dibuat sebanyak 60 episode saja. Namun, sejalan dengan perkembangan dan semakin bagusnya respon dari pemirsa yang menyaksikan tayangan sinetron ini membuat rating tayangan ini terus meningkat. Hingga sampai saat ini, sinetron Tukang Ojek Pengkolan sudah mencapai lebih dari 1.000 episode. Setelah menembus 1.000 episode pada januari 2018, sekarang sinetron Tukang Ojek Pengkolan mengejar target lebih tinggi, yakni mengalahkan sinetron Tukang Bubur Naik Haji, yang masih menyandang rekor sebagai sinetron dengan jumlah episode terpanjang di Indonesia, yakni mencapai 2.185 episode. Berdasarkan fakta di atas, terlihat bagaimana besar minat penonton dalam mengikuti alur cerita yang disajikan oleh penulis skenario sinetron Tukang Ojek Pengkolan dalam membuat narasi yang sesuai dengan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata dan diperankan oleh aktor- aktor dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan. Sinetron ini pada umumnya memuat cerita tentang keadaan lingkungan,

9

kebudayaan suatu daerah dan kejadian tentang tingkah laku manusia termasuk ke dalam sebuah karya sastra.12 Fakta mengenai keadaan seperti ini, mengunggah keingintahuan penulis mengenai masalah yang diangkat bisa menjadi kekuatan sebuah cerita dalam menghubungkan pola- pola budaya yang diekspresikan melalui adegan yang dikemas secara komedi tanpa mengenakan nuansa Islam sehingga sinetron ini terus mendapatkan rating yang tinggi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan Analisis Narasi Sinetron Tukang Ojek Pengkolan di RCTI dalam Perspektif Komunikasi Antarbudaya dan Nilai-nilai Ke- Islaman.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka penulis membatasi masalah agar ruang lingkup pada penelitian kali ini fokus, terarah dan tidak meluas. Adapun batasan masalahnya adalah sebagai berikut: a. Bagaimana narasi pada sinetron Tukang Ojek Pengkolan berdasarkan perspektif Komunikasi antar Budaya?

12 Alam Tahruddin, Analisis Pendekatan Struktur dan Nilai Budaya dalam Kumpulan Cerita Pendek Jodoh karya A. A Navis (Tesis Program Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2011).

10

b. Bagaimana narasi pada sinetron Tukang Ojek Pengkolan berdasarkan perspektif nilai-nilai ke- Islaman? 2. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka perumusan masalahnya adalah bagaimanakah Analisis Narasi Sinetron Tukang Ojek Pengkolan di RCTI dalam Perspektif Komunikasi Antarbudaya dan Nilai-nilai Ke- Islaman?

C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dari Analisis Narasi Sinetron Tukang Ojek Pengkolan di RCTI dalam Perspektif Komunikasi Antarbudaya dan Nilai-nilai Ke-Islaman.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik Dengan penelitian ini dapat diharapkan dapat memperbanyak teori-teori yang ada dalam ilmu komunikasi terutama studi analisis narasi dan dapat digunakan sebagai acuan ilmiah maupun referensi dalam pengembangan ilmu komunikasi, khususnya pada tataran kajian komunikasi antarbudaya. Dan juga untuk merepresentasikan nilai-nilai ke-Islaman yang tersirat kepada khalayak. Sehingga dapat memberikan manfaat dan

11

kontribusi bagi kajian Ilmu Dakwah dan Komunikasi khususnya Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi para praktis dan aktivis dalam penyampaian pesan- pesan komunikasi antarbudaya dan nilai-nilai ke-Islaman dengan kemasan yang menarik disetiap karya yang diciptakan. Selanjutnya diharapkan agar penelitian ini memiliki kesan positif bagi pembaca, agar dapat memilah tayangan berkualitas yang tidak hanya menghibur tetapi juga memiliki nilai positif agar dapat di terapkan dalam kehidupan nyata.

E. Review Kajian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Berdasarkan penelitian terdahulu yang penulis tinjau dari beberapa judul penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang akan dilakukan penulis. 1. Skripsi oleh Dini Indriani dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Komunikasi Penyiaran

12

Islam dengan judul “Analisis Narasi Pesan Moral dalam Novel Bumi Cinta” pada tahun 2013. Hasil dari penelitian ini adalah menggali pesan moral yang ada dalam novel bumi cinta. Persamaan dengan judul yang akan penulis teliti adalah sama-sama menggunakan jenis metode penelitian analisis narasi yang sama-sama menggali isi pesan dari sebuah karya sastra. Sedangkan perbedaannya terletak pada karya sastra sebagai objek yang diteliti adalah sebuah novel bukan film/ sinetron seperti yang akan penulis teliti. 2. Tesis oleh Indra Dita Puspito, S, Sos. I dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Program Studi Magister Komunikasi Penyiaran Islam dengan judul “Analisis semiotika makna cinta dalam komunikasi antarbudaya pada film Assalamualaikum Beijing” pada tahun 2017 Hasil dari penelitian ini adalah menggali makna cinta dalam film. Assalamualaikum Beijing. Persamaan dengan judul yang akan penulis teliti adalah sama-sama menggali sebuah pesan dalam perspektif komunikasi antarbudaya. Sedangkan perbedaannya terletak pada metode penelitian yang telah digunakan oleh peneliti adalah analisis semiotika. 3. Skripsi oleh Abdu Rahman dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Komunikasi Penyiaran Islam dengan judul “Pesan Dakwah Dalam Sinetron Emak Ijah Pengen Ke Mekkah (Analisis Isi)” pada tahun 2015.

13

Hasil dari penelitian ini adalah menggali pesan dakwah yang ada dalam Sinetron Emak Ijah Pengen Ke Mekkah. Persamaan dengan judul yang akan penulis teliti adalah sama-sama meneliti sebuah sinetron yang bersifat kejar tayang dan sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan perbedaannya terletak pada metode penelitian yang telah digunakan oleh peneliti adalah analisis isi. 4. Skripsi oleh Shifa Maharani dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Komunikasi Penyiaran Islam dengan judul “Analisis Naratif Komunikasi Antarbudaya Dalam Film La Tahzan” pada tahun 2016. Hasil dari penelitian ini adalah menggali pesan Komunikasi Antarbudaya yang ada dalam film La Tahzan. Persamaan dengan judul yang akan penulis teliti adalah sama-sama menggunakan jenis metode penelitian analisis narasi yang sama-sama menggali isi pesan dari sebuah karya sastra visual. Sedangkan perbedaannya terletak pada judul film/ sinetron dan variabel yang akan penulis teliti.

14

F. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah salah satu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.13 Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukan apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa melakukan pertimbangan eksistensial atau epitimologis yang panjang.14 Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut Paatton, para peneliti konstruktivis mempelajari beragam realita yang terkonstruksi oleh individu dan implikasi dari konstruksi tersebut bagi kehidupan mereka dengan yang lain15. Artinya, paradigma tersebut menyatakan bahwa para tokoh/ pemain dalam sinetron tersebut dapat menginterpretasikan dan bereaksi menurut kategori konseptual dari pikiran. 2. Metode Penelitian Penelitian yang digunakan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis narasi, yaitu studi

13 Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 6. 14 Dedi Mulyana, op.cit, h. 9. 15 Michael Quinn Patton, Qualitative Research and Evaluation Methods, 3rd Edition. (Thousand Oaks, California: Sage Publications, Inc., 2002), h. 96-97

15

tentang struktur pesan atau telah mengenai aneka fungsi bahasa (pragmatic)16. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati. Penelitian kualitatif berusaha mencari apa yang ada dibalik tindakan, bukan fenomena luar tetapi fenomena dalam dan lebih menekankan pada makna dan proses daripada hasil dari suatu aktifitas17. Metode analisis narasi berbeda dengan metode kuantitatif yang menekankan pada pertanyaan “Apa” (What), analisis narasi lebih melihat “Bagaimana” (how) dari suatu pesan atau teks komunikasi. Dengan metode ini, tidak hanya diketahui pesan apa saja yang terkandung dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan, tetapi bagaimana pesan itu dikemas dan diatur sedemikian rupa dalam bentuk cerita. 3. Pendekatan Penelitian Penelitian kualitatif adalah wujud metodologis yang menggunakan pendekatan subjektif. Dimana data-data yang dikumpulkan untuk diteliti berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka seperti penelitian kuantitatif. Pendekatan penelitian subjektif berusaha menjelaskan

16 Alex Sobur, Analisis Teks Media – Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotic, dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001). h.18. 17 Lexy, J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 3.

16

fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang kerangka pemikiran atau subjek penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang tayang di RCTI. Sedangkan objek penelitiannya adalah narasi dialog skenario dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang berkaitan dengan komunikasi antar budaya dan nilai-nilai ke-Islaman yang disampaikan di dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan. 4. Lokasi dan Situs Penelitian Lokasi penelitian ini akan dilakukan di kediaman penulis skenario sinetron Tukang Ojek Pengkolan, Sokat Rachman yang berlokasi di Jalan Nusa Indah RT007/ RW012 Jakarta 11740 dan situs penelitiannya di lokasi syuting sinetron Tukang Ojek Pengkolan yaitu, Jl. Karang Tengah Raya, Lebak Bulus, Cilandak, Kota Jakarta Selatan. 5. Teknik Pengumpulan data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut: a. Dokumentasi Dokumentasi adalah penelitian yang mengumpulkan dan menggunakan catatan arsip berupa data yang diperoleh dari rekaman visual sinetron Tukang Ojek Pengkolan. Rekaman tersebut dibagi menjadi per-scene kemudian dipilih adegan mana yang mempunyai keterkaitan dengan rumusan masalah yang akan digunakan dalam penelitian. Selain rekaman

17

visual, penulis juga akan menggunakan skenario yang di tulis oleh Sokat Rachman. Setelah itu, penelitian ini mempelajari data tertulis seperti buku yang terdapat diperpustakaan dan internet terkait dengan analisis narasi. b. Observasi Observasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengawasan, peninjauan, penyelidikan dan riset.18 Penulis akan melakukan observasi langsung yaitu dengan pengamatan langsung ke lokasi syuting untuk mengamati fenomena-fenoma yang ada. Selain itu, kegiatan observasi ini bertujuan untuk melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.19 Alasan peneliti menggunakan metode observasi karena dapat mengamati secara jelas, teliti dan mencatat kejadian yang sebenarnya terjadi yang tidak terungkap dalam wawancara. c. Telaah Pustaka Teknik ini digunakan dengan cara melakukan penyelidikan bahan-bahan materi melalui buku-buku referensi yang tersedia di perpustakaan seperti buku Analisis Narasi Karya Eriyanto pada halaman 161, buku The Structural Study of Myth karya Claude Levi-Strauss,

18 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offset, 1989) h. 92 19 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2013) h. 76

18

buku Komunikasi Antar Budaya karya Jalaludin Rakhmat dan buku-buku lainnya yang membantu menunjang keberhasilan dalam penelitian ini. d. Wawancara Wawancara merupakan bentuk komunikasi yang terjadi antara dua orang, dalam hal ini melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang berlandaskan atas tujuan tertentu.20 Dalam hal ini wawancara sebagai suatu alat pengumpulan informasi yang langsung tentang beberapa jenis data. Penulis menggunakan teknik wawancara terpimpin dan mendalam (dept interview), yaitu penulis mengajukan beberapa pertanyaan yang telah penulis persiapkan, kemudian dijawab oleh pemberi sumber data dengan jelas dan terbuka, dengan menggunakan alat panduan wawancara yaitu, recorder. Narasumber yang diwawancarai yaitu, penulis naskah skenario dialog dan Tim Produksi Sinetron Tukang Ojek Pengkolan, Bapak Sokat Rachman. 6. Teknik Analisis Data Setelah mengamati dan mendapatkan berbagai data yang dibutuhkan, selanjutnya peneliti melakukan analisis data. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

20 Deddy Mulyana, op.cit, h. 180.

19

catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data yang kedalam kategori, menjabarkan unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan di olah dalam tabel analisis serta membuat kesimpulan agar mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.21 Oleh karena itu secara ringkas dalam menganalisa data, penulis akan melakukan tiga tahapan analisa menurut Miles dan Huberman yakni reduksi data (data reduction), paparan data (data display) dan penarikan kesimpulan (conclusion). Analisis data kualitatif ini dilakukan secara bersamaan dengan proses pengumpulan data berlangsung, artinya kegiatan tersebut dapat dilakukan selama dan sesudah pengumpulan data. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi maupun catatan di lapangan akan diorganisasikan kedalam konsep teori yang digunakan.

21 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Alfabeta, 2010), h. 89.

BAB II LANDASAN TEORITIK

A. Komunikasi Antarbudaya 1. Pengertian Komunikasi Antarbudaya Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang- orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.22 Budaya dalam komunikasi tidak dapat dipisahkan, karena budaya tidak hanya menentukan siapa berbicara dengan siapa, tentang apa dan bagaimana manusia menyandikan pesan, namun makna yang dimiliki untuk pesan dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan.23 Ada 3 hal yang harus di perhatikan dalam komunikasi antarbudaya, yaitu: Pertama, orang dari budaya yang berbeda akan berkomunikasi secara berbeda; Kedua, melihat cara perilaku masing-masing budaya yang bersifat arbiter; ketiga, cara kita berpikir tentang perbedaan budaya mungkin tidak ada kaitannya dengan cara kita

22 Stewart Tubbs dan Sylvia Moss. op.cit, h. 236. 23 Lusiana Andriani Lubis. Pengantar Komunikasi Lintas Budaya. (Medan: Seri Diktat, 2012), h. 1.

20

21

berperilaku.24 Karena Secara umum komunikasi sendiri dapat diartikan sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan atau diartikan pula saling tukar-menukar pendapat atau komunikasi dapat juga diartikan hubungan kontak antar manusia baik individu maupun kelompok.25 Komunikasi membangun kontak-kontak manusia dengan menunjukkan keberadaan dirinya dan berusaha memahami kehendak diantara keberagaman, sikap dan perilaku orang lain. Komunikasi membuat cakrawala seseorang menjadi makin luas.26 Keberagaman budaya sangat mempengaruhi cara seseorang berinteraksi. Ketika berinteraksi dengan berbeda budaya, seseorang tentu saja mempunyai gambaran diri dan karakteristik masing- masing. Kebiasaan yang sudah membudaya dalam proses interaksi, tanpa sengaja ikut terbawa dalam kehidupan sehari-hari, dimana hal ini dapat dilihat dari pola berbicara dan mimik wajah seseorang terhadap lainnya. Penelitian ini menggunakan teori negosiasi Wajah yang dikewajahkan oleh Stella Ting Toomey. Sebelum membahas terkait dengan teori tersebut, perlu dijelaskan konsep negosiasi

24 Joseph Devito. Komunikasi Antarmanusia, Kuliah Dasar. Penerjemah: Agus Maulana. (Jakarta: Profesional Books, 1997), h. 473. 25 H.A.W.Widjaja, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Jakarta, Rieneka Cipta, 2000), h. 13. 26 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persad, 2005), h. 32

22

wajah untuk membantu memberikan pemahaman dalam penelitian ini. 2. Negosiasi Wajah/ Face-negotiation Negosiasi wajah adalah teori yang mengakui bahwa orang dari budaya berbeda memiliki bermacam pemikiran mengenai “wajah” orang lain. Pemikiran tersebut menyebabkan mereka menghadapi konflik dengan cara yang berbeda.27 Teori negosiasi wajah dikembangkan oleh Stella Ting Toomey. Dalam teori ini memberikan sebuah dasar untuk memperkirakan bagaimana karya wajah dalam sebuah kebudayaan yang berbeda. Teori Negosiasi Wajah merupakan teori yang multisisi, menggabungkan penelitian dari komunikasi lintas budaya, konflik, kesantunan, dan facework. Seperti pernyataan Ting-Toomey dalam West & Turner, “Budaya memberikan bingkai interpretasi yang lebih besar di mana ‘wajah’ dan ‘gaya konflik’ dapat diekspresikan dan dipertahankan secara bermakna”. Ting-Toomey mendasarkan teorinya pada wajah dan facework, selanjutnya akan dibahas apa itu wajah dan facework. Teori negosiasi wajah adalah satu dari sedikit teori yang secara eksplisit mengakui bahwa orang dari budaya yang berbeda memiliki bermacam pemikiran mengenai “wajah” orang

27 Stella Ting Toomey, “Teori Negosiasi Muka”, dalam Richard West dan Lyn H.Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi: Introducing Communication Theory: Analysis and Aplication, terj. Maria Natalia (Jakarta: Salemba Humanika, 2007), h. 161

23

lain. Pemikiran ini menyebabkan mereka menghadapi konflik dengan cara yang berbeda28 Wajah merupakan fitur yang penting dalam kehidupan, dan sebuah metafora bagi dirinya yang diyakini. Ting Toomey dan koleganya mengamati bahwa wajah berkaitan dengan nilai diri yang positif atau memproyesikan nilai lain dalam situasi interpersonal. Wajah dikonseptualisasikan seperti bagaimana seseorang ingin orang lain melihat dirinya dan memperlakukan dirinya serta bagaimana seseorang memperlakukan orang lain bersamaan dengan harapan konsepsi sosial mereka sendiri.29 Wajah melibatkan penampilan dari bagian depan yang beradab kepada individu lain. Ting Toomey dan koleganya menyimpulkan bahwa wajah sebagai fenomena lintas budaya, yang artinya ialah semua individu dalam semua budaya memiliki dan mengelola wajah, wajah melampaui semua budaya. Menurut Ting Toomey wajah dapat diintepretasikan dalam dua cara, yakni: kepedulian akan wajah (face concern) dan kebutuhan akan wajah. Kepedulian akan wajah berkaitan dengan wajah seseorang maupun orang lain, dengan kata lain tedapat kepentingan diri sendiri

28 Stella Ting Toomey, “Teori Negosiasi Muka”, dalam Richard West dan Lyn H.Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi: Introducing Communication Theory: Analysis and Aplication, terj. Maria Natalia, h. 162 29 Stella Ting Toomey, Facework/ Face Negotation Theory, 1. Diakses 1 Maret 2018. https://www.researchgate.net/publication/248925162 diakses pada tanggal 2 Maret 2018.

24

dengan kepentingan orang lain. Adapun kebutuhan akan wajah merujuk pada keinginan otonomi dan tidak dikekang.30 3. Aspek Komunikasi Antarbudaya Berapa aspek komunikasi antarbudaya dalam teori negosiasi wajah mencakup komponen-komponen penting dalam teori ini, yaitu: wajah, konflik, dan budaya. Adapun aspek yang menuntun pemikiran dari teori Stella Ting Toomey diantaranya:31 a. Identitas diri penting dalam interaksi interpersonal, dan individu-individu menegosiasikan identitas mereka secara berbeda dalam budaya yang berbeda. b. Manajemen konflik dimediasi oleh wajah dan budaya. c. Tindakan-tindakan tertentu mengancam/ memperbaiki citra diri seseorang yang ditampilkan (wajah). Aspek pertama menekankan pada identitas diri atau ciri pribadi. William Cupach dan Sandra Metts ketika dalam diskusi mengenai wajah, mengamati bahwa ketika orang bertemu, mereka mempresentasikan citra diri mereka dalam sebuah interaksi. Citra tersebut adalah identitas yang diharapkan dan diinginkan agar diterima orang lain. Identitas diri mencakup pengalaman kolektif seseorang, pemikiran, ide, memori, dan rencana. Identitas diri tidak bersifat stagnan, akan tetapi dinegosiasikan dalam interaksi

30 Stella Ting Toomey, “Teori Negosiasi Muka”, dalam Richard West dan Lyn H.Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi: Introducing Communication Theory: Analysis and Aplication, h. 163. 31 Ibid.

25

dengan orang lain. Aspek pertama negosiasi wajah adalah keyakinan bahwa para individu di dalam semua budaya memilki beberapa citra diri yang berbeda dan mereka menegosiasikan citra diri secara terus menerus. Ting Toomey berpendapat bahwa rasa akan diri seseorang merupakan hal yang sadar atau tidak sadar. Dalam arti, banyak budaya yang berbeda, orang-orang membawa citra yang mereka presentasikan kepada orang lain secara kebiasaan atau strategis. Ting Toomey percaya bahwa bagaimana seseorang mempersepsikan diri sendiri dan bagaimana seseorang ingin orang lain untuk memersepsikan mereka merupakan hal yang sangat penting dalam komunikasi. Aspek kedua dari teori negosiasi wajah berkaitan dengan konflik bahwa konflik dapat merusak wajah sosial seseorang dan dapat mengurangi kedekatan hubungan antara dua orang. Sebagaimana yang dinyatakan Ting Toomey konflik adalah forum kehilangan wajah dan penghinaan terhadap wajah, konflik mengancam wajah kedua pihak dan ketika terdapat negosiasi yang tidak bersesuaian dalam menyelesaikan konflik (seperti menghina orang lain, memaksakan kehendak, dan lainlain), konflik dapat mempengaruhi situasi. Cara manusia diasosiasikan ke dalam budaya mereka mempengaruhi bagaimana mereka mengelola konflik. Dalam mengelola konflik, ada beberapa gaya diantaranya: menghindar, menurut/ mengikuti,

26

berkompromi, mendominasi, dan mengintegrasikan.32 Gaya menghindar, orang akan berusaha menjauhi kesepakatan dan menghindari pertukaran dengan orang lain. Gaya menurut (obliging) yakni mencakup akomodasi pasif yang berusaha memuaskan kebutuhan orang lain. Gaya berkompromi, individu-individu berusaha untuk menjelaskan jalan tengah untuk mengatasi jalan buntu dan menggunakan pendekatan memberi-menerima sehingga kompromi dapat dicapai. Adapun gaya mengintegrasikan digunakan untuk menemukan solusi dari masalah. Aspek ketiga teori negosiasi berkaitan dengan dampak yang diakibatkan oleh suatu tindakan terhadap wajah. Ting Toomey dan Mark Cole menyusun proses ancaman maupun mencari daya tarik atau pemulihan citra diri terhadap wajah: penyelamatan wajah dan pemulihan wajah. Penyelamatan wajah mencakup usaha-usaha untuk mencegah peristiwa yang dapat menimbulkan kerentanan atau merusak citra seseorang. Adapun, pemulihan wajah terjadi setelah kehilangan wajah. Berdasarkan pengamatan Ting Toomey dan Cole bahwa orang berusaha untuk memulihkan wajah dalam respon akan suatu peristiwa.

32 Stella Ting Toomey, “Face-Negotiation Theory” dalam A First Look at Communication Theory, Sixth Edition (New York: McGraw Hill Higher Education, 2003), h. 445

27

B. Nilai-nilai Ke-Islaman 1. Pengertian Nilai-nilai Ke-Islaman Pada dasarnya konsep umum yang ada dalam masyarakat kita tentang istilah nilai merupakan konsep ekonomi. Hubungan suatu komoditi atau jasa dengan barang yang mau dibayarkan seseorang untuk memunculkan konsep nilai. Sedangkan makna spesifikasi nilai dalam ekonomi adalah segala sesuatu yang di inginkan dan diminta oleh manusia yang dapat memenuhi kebutuhan, maka barang itu mengandung nilai.33 Akan tetapi makna nilai dalam pembahasan ini berbeda dengan konsep nilai dalam bidang ekonomi dan karena pembahasan ini berobjek pada manusia dan prilakunya, maka kita akan berbicara mengenai hal-hal yang dapat membantu manusia agar dapat lebih bernilai dari sudut pandang Islam. Menurut Zakiah Darajat, mendefinisikan nilai adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran dan perasaan, keterikatan maupun perilaku.34 Kalau definisi nilai merupakan suatu keyakinan atau identitas secara umum, maka penjabarannya dalam bentuk formula, peraturan atau ketentuan pelakasanaannya disebut dengan norma. Dengan

33 M. Taqi Mishbah, Monoteisme Sebagai Sistem Nilai dan Aqidah Islam, (Jakarta : Lentera, 1984), h. 111 34 Zakiah Darajat, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1984), h. 260

28

kata lain, norma merupakan penjabaran dari Nilai sesuai dengan sifat dan tata nilai. 2. Sumber Nilai-nilai Ke-Islaman Adapun nilai-nilai Islam apabila ditinjau dari sumbernya, maka dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu: a. Ilahi Ilahi adalah nilai yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Nilai ilahi dalam aspek teologi (kaidah keimanan) tidak akan pernah mengalami perubahan, dan tidak berkecenderungan untuk berubah atau mengikuti selera hawa nafsu manusia. Sedangkan aspek alamiahnya dapat mengalami perubahan sesuai dengan zaman dan lingkungannnya. Al-qur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung didalam Al-Qur’an itu terdiri terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut syari’ah35 As-sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasulullah SAW. Yang dimaksud dengfan

35 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), h. 31

29

pengakuan itu adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan b. Insani Insani adalah nilai yang tumbuh dan berkembang atas kesepakatan manusia. Nilai insani ini akan terus berkembang ke arah yang lebih maju dan lebih tinggi. Nilai ini bersumber dari ra’yu, adat istiadat, budaya dan kenyataan alam.36 Urf adalah suatu perbuatan dan perkataan yang menjadikan jiwa merasa tenang mengerjakan suatu perbuatan, karena sejalan dengan akal sehat yang diterima oleh tabiat yang sejahtera, namun tidak semua budaya yang menjadi dapat dijelaskan dasar ideal pendidikan Islam, melainkan setelah melalui seleksi terlebih dahulu. Mas’ud Zuhdi mengemukakan bahwa urf yang dijadikan dasar pendidikan Islam itu tidak bertentangan dengan ketentuan nash, baik itu Al-Qur’an maupun Hadits dan tradisi yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan akal sehat dan tabiah sejahtera, serta tidak mengakibatkan kedurhakaan, kerusakan, dan kemudharatan. 3. Aspek Nilai-nilai Keislaman Nilai-nilai Ke-Islaman yang utama adalah yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Nilai-nilai

36 Muhaimin, Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung : Bumi Aksara, 1991), h. 111

30

Islam itu menyangkut berbagai aspek kehidupan manusia, yaitu nilai Aqidah, Syariat dan Akhlak. a. Aqidah Aqidah dalam bahasa Arab ialah ikatan atau sangkutan. Disebut demikian karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Sedangkan dalam pengertian tekhnis adalah iman atau keyakinan. Aqidah etimologis berarti ikatan sangkutan; secara teknis berarti kepercayaan, keyakinan, iman.37 Implementasi aqidah dalam individu dapat berupa perwujudan enam rukun iman dalam kehidupan manusia. Dalam berkeluarga aqidah mengajarkan kita untuk saling menghormati dan saling menyayangi sesuai dengan ajaran islam, Aqidah juga sangat penting dalam hidup bermasyarakat, karena dapat menjaga hubungan dengan manusia lain. Hal ini bisa diwujudkan dengan berbagai cara, antara lain dengan saling menghargai satu sama lain sehingga tercipta suatu masyarakat yang tentram dan harmonis. b. Syariat Secara etimologi syariat berarti memberi peraturan atau ketetapan yang Allah perintahkan kepada hamba- hambanya, seperti puasa, shalat, haji zakat dan seluruh kebijakan. Syariat Islam ialah suatu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,

37 Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-Pokok Fikiran tentang Islam dan Ummatnya (Jakarta: CV. Rajawali, 1969), h. 27.

31

hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan alam lainnya.38 Syariat Islamiyyah adalah hukum atau peraturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Islam. Selain berisi hukum, aturan dan panduan peri kehidupan, syariat Islam juga berisi kunci penyelesaian seluruh masalah kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat, yang diwahyukan kepada nabi besar Muhammad SAW, yaitu berupa kitab suci Al-Qur’an, sunnah atau hadist nabi. Syariah Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini. Penerapa syari’at Islam di kehidupan sehari-hari tentu saja menyangkut aspek kehidupan individual. Sebagai contoh, dalam hubungan seorang individu dengan Allah, penerapan syari’at Islam dapat dilaksanakan dengan cara melalukan perintah-Nya dan menjauhkan larangan-Nya. c. Akhlak Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak adalah jamak dari khulk. Khulk didalam kamus al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Pada hakikatnya khulk atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situlah timbul

38 Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-Pokok Fikiran tentang Islam dan Ummatnya, h.28

32

berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.39 Akhlak adalah suatu sifat yang sudah tertanam dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan, tanpa melalui proses berpikir yang lama. Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan terpuji menurut ketentuan rasio dan norma agama, dinamakan akhlak baik. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan buruk, maka dinamakan akhlak buruk.40 Ruang lingkup ajaran akhlak adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu sendiri, khususnya berkaitan dengan pola hubungan. 1) Akhlak sebagai Makhluk Sosial Akhlak kepada masyarakat mempelajari tentang bagaimana cara kita bertingkah laku di masyarakat. Tujuan dari kehidupan bermasyarakat diantaranya ialah menumbuhkan rasa cinta, perdamaian, tolong- menolong, yang merupakan fondasi dasar dalam masyarakat Islam. Kita harus memperhatikan saudara (kaum muslim semuanya) dan juga tetangga kita. Tetangga selalu ada ketika kita membutuhkan bantuan. Seperti

39 Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), cet. Ke-3, h.1 40 Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumi al-Din, Juz III, (Bayrut, Dar al-Fikr, tt), h.52

33

yang diriwayatkan dari Anas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah beriman seoarang dari kalian hingga

ia menyukai saudaranya sebagaimana ia menyukai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari)

Kehidupan di masyarakat pastilah akan menjumpai kegiatan silaturahim. Orang yang berakhlak baik biasanya senang dengan bertamu atau silaturahim karena ini dapat menguatkan hubungan sesama muslim. 2) Akhlak Bergaul dengan Lawan Jenis Yang harus di perhatikan dalam bergaul dengan lawan jenis adalah agar kita senantiasa menjaga hijab, artinya tidak terlalu bercampur baur dengan lawan jenis agar kita senantiasa menjaga dijauhkan dari fitnah. Selain itu, kita dilarang untuk berkhalwat atau berduan dengan lawan jenis. Rasulullah pun mengabarkan kepada umat manusia agar senantiasa berhati-hati dalam bergaul dengan lawan jenis karena dapat membuka pintu fitnah. “Tidaklah ku tinggalkan setelahku suatu fitnah yang lebih berbahaya laki-laki melainkan fitnah yang datang dari wanita”. (HR. Muttafaqun Alaih)

34

3) Akhlak dalam Keluarga Dalam suatu keluarga keutuhan sangat

diharapkan oleh seorang anak, saling membutuhkan, saling membantu dan lain-lain, dapat mengembangkan potensi diri dan kepercayaan pada diri anak. Dengan demikian diharapkan upaya orang tua untuk membantu anak menginternalisasi nilai- nilai moral dapat terwujud dengan baik. Keluarga yang seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh adanya keharmonisan hubungan atau relasi antara ayah dan ibu serta anak-anak dengan saling menghormati dan saling memberi tanpa harus diminta. Pada saat ini orang tua berprilaku proaktif dan sebagai pengawas tertinggi yang lebih menekankan pada tugas dan saling menyadari perasaan satu sama lainnya. Sikap orang tua lebih banyak pada upaya memberi dukungan, perhatian, dan garis-garis pedoman sebagai rujukan setiap kegiatan anak dengan diiringi contoh teladan, secara praktis anak harus mendapatkan bimbingan, asuhan, arahan serta pendidikan dari orang tuanya, sehingga dapat mengantarkan seorang anak menjadi berkepribadian yang sejati sesuai dengan ajaran agama yang diberikan kepadanya.

35

Begitupun sebaliknya, anak terhadap orang tua. Taat dan patuh terhadap perintah kedua orang tua dalam nasihat, dan perintahnya selama tidak menyuruh berbuat maksiat atau berbuat musyrik, bila kita disuruhnya berbuat maksiat atau kemusyrikan, tolak dengan cara yang halus dan kita tetap menjalin hubungan dengan baik. Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik pada keduanya juga menempati posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya menempati posisi yang sangat hina. Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat besar sekali dalam proses reproduksi dan regenerasi umat manusia. Selain itu, akhlak dalam keluarga antara suami dan istri selanjutnya adalah saling mengetahui peran masing-masing. Mengetahui hak dan kewajiban suami istri juga perlu agar antara suami dan istri dapat berjalan beriringan dalam menjalankan rumah tangga. Selain itu, hal itu juga agar semua pihak dapat mengetahui tanggung jawab masing-masing sehingga dapat saling menghormati. Pola rumah tangga dengan kondisi salah satu pihak mendominasi tidak bisa dibenarkan karena dapat menggerus

36

kemauan antara suami dan istri sehingga dapat meruntuhkan keluarga yang sudah dibangun. 4) Akhlak dalam Pekerjaan Islam memandang bahwa bekerja merupakan satu kewajiban bagi setiap insan. Karena dengan bekerja, seseorang akan memperoleh penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan juga keluarganya serta dapat memberikan maslahat bagi masyarakat di sekitarnya. Dalam mewujudkan nilai-nilai ibadah dalam bekerja yang dilakukan oleh setiap insan, diperlukan akhlak yang membingkainya, sehingga nilai-nilai luhur tersebut tidak hilang sirna sia-sia. Bekerja dengan ikhlas karena Allah SWT, itqon/ tekun dan sungguh-sungguh dalam bekerja, jujur dan amanah. Dari penjabaran sumber dan aspek dalam Islam di atas, kita dapat mengetahui bentuk konkrit dari nilai-nilai itu, maka kita harus melihat nilai dari sudut pandang mana kita bisa meninjaunya sebagai tolak ukur. Karena hal ini mempermudah bagi kita semua untuk mengetahui apakah sesuatu yang kita lakukan sudah mengandung nilai-nilai Islam atau belum.

C. Sinetron Istilah sinetron atau Telesinema, secara gramatikal yang dimaksud kata Tele dalam istilah Telesinema adalah televisi. Istilah Telesinema merupakan terjemahan bahasa indonesia

37

dari bahasa inggris: tele (vision) sinema. Dengan demikian istilah telesinema berarti “Sinema Televisi” atau dipendekan menjadi sinetron41. Sinetron adalah sebuah sinema eletronik tentang sebuah cerita yang ada di dalamnya membawa misi tertentu kepada pemirsa. Misi ini dapat berbentuk pesan moral untuk pemirsa atau realitas moral yang ada di kehidupan masyarakat sehari- hari42. Sedangkan definisi lainnya tentang sinetron yaitu, sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh secara bersamaan. Masing-masing tokoh memiliki alur cerita mereka sendiri-sendiri tanpa harus dirangkum menjadi suatu kesimpulan. Akhir certita sinetron cenderung selalu terbuka dan sering kali tanpa penyelesaian (open ended). Cerita dibuat berpanjang-panjang selama masih ada audien yang menyukainya. Penayangan sinetron biasanya terbagi dalam bebgerapa episode. Sinetron yang memiliki episode terbatas disebut dengan miniseri. Episode dalam suatu miniseri merupakan bagian dari cerita keseluruhan. Adapun pengertian sinetron sendiri menurut Undang- undang perfilman ayat 1 pasal 1 adalah: “Pengertian sinetron sama dengan pengertian film, yaitu karya cipta seni dan budaya yang merupakan media

41 Muh.Labib. Potret Sinetron Indonesia (Jakarta: PT. Mandar Utama Tiga Books Division, 2002), h. 66 42 Wawan Kuswandi. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Isi Media Televisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 120

38

komunikasi pandang dengan yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada seluloid, pita video, piringan video, dan bahkan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya dengan atau tanpa suara, dapat dipertunjukkan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik atau yang lainnya.”43

Drama/ sinetron memiliki berbagai jenis genre cerita, setiap genre tentunya memiliki cirinya masing-masing. Beberapa jenis itu antara lain: 1. Drama Tragedi Cerita drama yang termasuk jenis ini adalah cerita yang berakhir dengan duka lara atau kematian/ sad ending. 2. Drama Komedi Komedi merupakan salah satu jenis sinetron yang paling digemari oleh penonton. Komedi menyajikan cerita lucu, semua konflik untuk menimbulkan kesan lucu. Jenis drama ini dapat digolongkan menjadi beberapa jenis lagi: a. Komedi Situasi, cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal dari para pemainnya, melainkan karena situasinya. Antara lain, Ronaldowati. b. Komedi Slapstik, cerita lucu yang diciptakan dengan adegan menyakiti para pemainnya, atau dengan gerakan vulgar dan kasar. Antara lain, Di Sini ada Tuyul.

43 Draft Naskah Akademis Rancangan Revisi UU Perfilman. Departemen Kebudayaan Pariwisata. Direktorat Jenderal Nilai Budaya Seni dan Film. Direktorat Perfilman. 2006. h.7

39

c. Komedi Satire, cerita lucu yang penuh sindiran tajam. Antara lain, Preman Pensiun. d. Komedi Farce, cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja menciptakan kelucuan-kelucuan dengan dialog dan gerak laku lucu.44 3. Drama Horor Jenis ini menampilkan cerita dan pengadeganan dengan tujuan menimbulkan rasa takut melalui hal-hal yang menyeramkan. Misalnya sinetron Si Manis Jembatan Ancol, Jadi Pocong dan Misteri Gunung Merapi. 4. Laga Cerita laga berisi tentang kisah yang menampilkan banyak adegan perkelahian atau pertempuran/peperangan. Sinetron dengan cerita laga, misalnya Wiro Sableng dan Tutur Tinular. 5. Drama Sejarah Drama sejarah adalah cerita jenis drama yang menampilkan kisah sejarah masa lalu, baik tokoh maupun peristiwanya. 6. Melodrama Jenis ini bersifat sentimental dan melankolis. Ceritanya cenderung terkesan mendayu-dayu dan mendramatisir kesedihan. Tokoh protagonis dibuat semenderita mungkin. Sinetron jenis ini antara lain, Putri yang Tertukar, Tersanjung dan Orang Ketiga.

44 Elizabeth Lutters, Kunci Sukses Menulis Skenario, (Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2004), h.35

40

Selain jenis yang telah disebutkan di atas, sinetron di Indonesia memiliki tema-tema yang bisa dikatakan hampir semuanya sama. Tema itu sendiri adalah pokok pikiran yang melatar belakangi sebuah karangan yang meliputi latar waktu, latar tempat, dan ruang lingkup. Atau dalam sinetron, tema juga dapat dikatakan sebagai dasar cerita yang ingin disampaikan oleh pemilik ide atau penulis skenario. Berikut adalah tema-tema sinetron yang sering muncul di televisi Indonesia: 1. Percintaan Tema seperti ini banyak menghiasi sinetron atau film di Indonesia. Tema ini ditandai dengan pembubuhan kata “cinta” itu sendiri pada judul sebuah sinetron. Seperti: Cinta Fitri dan Orang Ketiga. 2. Rumah Tangga Tema ini biasanya bercerita tentang problematika rumah tangga atau keluarga. Seperti: Inayah, dan Keluarga Cemara. 3. Persahabatan Tema ini biasanya bercerita tentang kehidupan anak atau remaja yang bersekolah dalam sekolah yang sama lalu membentuk geng. Cerita yang selalu ditonjolkan seputar kehidupan tokoh utama dengan teman-teman satu geng-nya. Seperti, Kepompong, Arti Sahabat, Get Merried The Series.

41

4. Kepahlawanan Tema ini biasanya digunakan dalam sinetro yang ditujukan untuk anak-anak. Tokoh utama digambarkan sebagai seseorang yang hebat serta memiliki kelebihan dibandingkan tokoh yang lainnya. Seperti, Panji Manusia Milenium dan Super Dede. 5. Religius Sinetron jenis ini berorientasi pada tema-tema keagamaan dan tidak melulu berpihak pada agama mayoritas saja. Konflik-konflik dan plot banyak disisipi pemikiran-pemikiran keagamaan, demikian pula dengan tokoh-tokohnya. Seperti: Kiamat Sudah Dekat dan Para Pencari Tuhan. Dalam penelitian ini, sinetron yang akan dianalisa termasuk ke dalam tema sinetron drama komedi karena menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang melibatkan konflik atau emosi yang dikemas secara lucu khusus untuk ditayangkan di televisi, dan termasuk pula dalam tema sinetron Rumah Tangga/ Keluarga karena para pemeran dan ide cerita yang disampaikan sebagian besar mengenai kehidupan rumah tangga sehari- sehari. Sedangkan untuk kategori jenis sinetron termasuk kedalam kategori serial karena dalam setiap episodenya menampilkan sebab akibat dari masing-masing episodenya.

42

D. Teori Narasi Menurut Branston and Stafford, narasi terdiri atas empat macam, yaitu: Pertama, narasi menurut Todorov, memiliki alur awal, tengah, dan akhir. Sedangkan menurut Propp, suatu cerita pasti memiliki karakter tokoh. Sementara menurut Levis-Strauss, suatu cerita memiliki sifat-sifat yang berlawanan. Dan yang terakhir narasi menurut Joseph Campbell, yang kaitannya membahas narasi dengan mitos.45 Namun, Peneliti hanya menggunakan teori narasi menurut Claude Levi-Strauss, karena sinetron ini temasuk dalam kategori drama komedi dengan tema hidup berumah tangga. 1. Teori Narasi Menurut Claude Levi-Strauss Dalam pemahamannya tentang narasi, Levi-Strauss berpendapat bahwa struktur pembuatan makna tidak hanya mitos, alur dan peran, melainkan terikat dengan oposisi biner. Oposisi biner adalah kumpulan nilai-nilai yang berlawanan, misalnya barat-timur, atas bawah, kaya- miskin, langit-bumi, dan air-api. Bagi Levi-Strauss, oposisi biner adalah the essense of sense making atau struktur yang mengatur system pemaknaan, terhadap budaya dan dunia tempat kita hidup.46 Levi-Strauss menggunakan gagasan Ferdinand de Saussure dan Sigmund Freud untuk menemukan makna dari suatu narasi. Makna itu menurut Levi-Strauss bisa

45 Gill Branston and Roy Stafford. The Media Student’s Book (London and New York: Routledg, 2003), h. 56-57. 46 Claude Levi-Strauss, The Structural Study of Myth (New York: Doubleday Anchor 1972), h. 135.

43

ditemukan dari oposisi biner yang terdapat dalam suatu narasi. Oposisi biner adalah kunci dimana kita bisa memahami jalan pikiran, nalar atau logika dari si pembuat narasi.47 Jika dibandingkan konsepsi mengenai fungsi karakter (Propp) dan struktur narasi (Todorov) dengan konsepsi Levi strauss, Menurut Berger, Propp dan Todorov mengambil sisi sintagmatik dalam suatu narasi, sementara Levi-Strauss mengambil sisi paradigmatik dari suatu teks. Jika sintagmatik memberikan informasi mengenai apa yang terjadi dalam teks, maka sisi paradigmatik memperlihatkan struktur dalam atau makna dari suatu teks kepada kita.48 Konsep tentang sintagmatik dan paradigmatik berarti bahwa kata-kata mempunyai relasi dengan kata lain sehingga membentuk suatu pengertian melalui hubungan asosiatif (paradigmatik) dan hubungan sintagmatik. Secara definitif hubungan sintagatik adalah hubungan antara satu tanda dengan tanda lain (satu kata dengan kata lain) dalam suatu kesatuan (linear). Sementara hubungan paradigmatik adalah relasi antara tanda-tanda dalam suatu paradigma (kesamaan umum); unit-unit yang memiliki kesamaan

47 Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h. 169. 48 Arthur Asa Berger, Media and Society: A Critical Perspektive, Boulder: Rowman & Littlefield, 2003, h. 46.

44

karakteristik yang menentukan keanggotaannya dalam paradigama tersebut.49 Pandangan Levi-Strauss ini berpegangan pada pandangan linguistic structural yang mengungkapkan bahwa inti dari fenomena pada dasarnya adalah relasi- relasi yang membuat relasi tersebut menjadi focus utama. Kendati kajian tersebut tidak secara eksplisit mengiring pada pemahaman makna karya, namun melalui oposisi biner atau konflik antara dua sifat yang berlawanan, makna sebuah karya sastra juga akan tergambar.50 Sebuah narasi apapun bentuknya, baik fiksi ataupun nonfiksi selalu mempunyai oposisi biner. Oposisi biner itu bisa dilihat dari rangkaian dan relasi diantara kata, kalimat, gambar, dan adegan dari suatu narasi. Jika suatu narasi mempunyai makna, maka makna tersebut tidaklah terdapat pada unsur-unsurnya yang berdiri secara sendiri-sendiri yang terpisah satu sama lain, tetapi dari relasi diantara unsur-unsur tersebut.51 Artinya makna dari suatu cerita dapat dilihat dan diketahui dengan cara membuat relasi diantara unsur-unsur dari suatu cerita. Oposisi biner merupakan struktrur dalam, dalam sebuah narasi. Dapat dikatakan seperti itu karena struktur ini tidak terlihat secara nyata. Karena struktur dalam baru dapat ditemukan oleh peneliti setelah peneliti membongkar

49 Eriyanto, op.cit, h. 163. 50 Heldy S & Hri Ahimsa Putra, Strukturalisme Levi-Strauss: Mitos dan Karya Sastra (Yogyakarta: Galang Press, 2001), h. 107. 51 Eriyanto, op.cit., h. 171.

45

dan meneliti relasi dan rangkaian dari sebuah cerita dalam film. Jika struktur luar sudah direncanakan oleh si pembuat narasi atau film, semisal pembuat film kemungkinan telah merencanakan bagian apa yang ditempatkan di awal, di tengah dan bagian mana yang ditempatkan di akhir. Sementara dalam struktur dalam, umumnya tidak disadari oleh pembuat narasi atau film. Struktur dalam tersebut baru dapat ditemukan setelah dibedah dan dianalisis. Salah satu cara untuk mengetahui struktur dalam dari suatu narasi yaitu dengan menggunakan Oposisi biner (binary opposition) sebagaimana yang telah diperkenalkan oleh Claude Levi Strausss.52 Oposisi biner selalu muncul di dalam setiap narasi. Hal itu adalah selain karena secara sifat alamiah dasar manusia yang melihat dunia dari dua sisi, ini juga berkaitan dengan fungsi suatu narasi dalam masyarakat. Narasi sering berguna dalam memberikan panduan kepada masyarakat, memberikan arahan moral, menjaga tradisi dan sebagainya. Dan hal tersebut dilakukan dengan memberikan garis yang tegas antara apa yang benar dan tidak benar, apa yang baik dan tidak baik. Maka, lewat narasi masyarakat dapat mencoba untuk meneguhkan identitas dirinya.53 Oposisi biner adalah bagian yang tak terpisahkan dalam setiap narasi, karena khalayak memang lebih mudah

52 Ibid, h. 161. 53 Eriyanto, op.cit., h. 171

46

memahami suatu cerita dengan jalan membuat oposisi atau perbandingan berpasangan. Menurut Levi Strauss, sisi paradigmatik dari suatu bahasa adalah sebagai hal yang paling penting. Suatu teks narasi, dapat digambarkan sebagai suatu garis, yang terdiri atas sisi ordinal (x) dan sisi vertikal. Sisi ordinal adalah sintagmatik, sementara sisi vertikal adalah paradigmatik.54 Dan dengan menggunakan oposisi biner dari sisi paradigmatik dari suatu narasi, kita dapat menemukan makna dalam dari suatu narasi.55 2. Sekilas Tentang Claude Levi-Strauss Claude Lévi-Strauss (1908-2009) adalah seorang ahli antropologi dan etnografi terkewajah Prancis yang dikenal sebagai - bapak antropologi modern. Pandangannya yang utama adalah struktur pemikiran manusia purba (savage mind) sama dengan struktur pemikiran manusia modern (civilized mind) karena sifat dasar manusia sebenarnya sama. Lahir di Brussels, Belgia, pada 28 Nopember 1905. Dia seorang keturunan Yahudi yang pindah ke Paris, Perancis, pada 1909. Ayahnya, Raymond Lévi-Strauss, adalah seorang pelukis yang di kemudian hari, dari pengaruh dunia seni ini sangat tampak dalam cara Lévi- Strauss memandang fenomena sosial-budaya.

54 Jonathan Culler, Structuralist poetics : Strukturalism, Linguistics and the study of literature, New York: Cornell University Press, 1976, hlm. 15. 55 Eriyanto, op.cit., h. 169

47

Di masa mudanya, dia lebih berminat membaca buku- buku hukum dan filsafat, sehingga pada 1927 dia kuliah fakultas hukum di Paris dan sekaligus kuliah filsafat di Universitas Sorbonne. Perhatiannya beralih ke antropologi ketika pada 1932 dia sangat terkesan setelah membaca buku Primitive Society karya Robert Lowie, antropolog Amerika.

Gambar 2.1 Claude Lévi-Strauss

Sumber: www.britannica.com/biography/Claude-Levi-Strauss

Karirnya di dunia antropogi dimulai pada 1934 ketika dia disarankan Oleh Celestin Bougle, mantan pembimbing tesisnya dalam filsafat, digunakan untuk melamar sebagai pengajar sosiologi di Universitas Sao Paulo, Brazil. Dia mulai mengajar di sana sejak 1935 sampai 1938. Selama mengajar di Brazil, dia mengadakan ekspedisi ke daerah- daerah pedalaman Brazil, serta mengunjungi berbagai suku Indian yang belum terjamah peradaban Barat, yaitu Caduveo dan Bororo. Ekspedisi berikutnya pada 1938 di daerah Amazone, dia bertemu dan menulis tentang Indian Nambikwara.

48

Pada 1940, dia pindah ke New York berkat bantuan Yayasan Rockefeller, yang menyelamatkan para ilmuwan dan pemikir Yahudi, serta rekomendasi dari beberapa antropolog, seperti Robert Lowie, Max Ascoli dan Alfred Metraux, yang berhasil meminta kepada New School for Social Research di New York untuk mengundang Lévi- Strauss. Di New York inilah, kecenderungan strukturalnya semakin matang setelah bertemu dengan Roman Jakobson, ahli bahasa ternama berkebangsaan Rusia. Pada 1947, dia melaksanakan ujian disertasinya, Les Structures Elementaries de la parente (The Elementary Structures of Kinship), di Universitas Sorbonne yang merupakan hasil riset kepustakaan di New York Public Library sejak 1943. Pada 1949, disertasinya diterbitkan dan berhasil menjadi tonggak terpenting dalam kajian antropologi tentang sistem kekerabatan dengan menerapkan analisis struktural. Semenjak itu, jabatan-jabatan akademis yang prestisius di Perancis berhasil digenggamnya. Kedudukannya semakin kokoh setelah dia menerbitkan tetraloginya, The Raw and the Cooked, From Honey to Ashes, The Origin of Table Manners dan The Naked Man. Kedudukannya sebagai tokoh strukturalisme sejati dipekuat lagi dengan terbitnya karya-karya lainya, misalnya The Way of the Mask, Myth and Meaning, The

49

View from Afar, Anthropology and Myth, The Jealos Potter dan The Story of Lynx.56

E. Kerangka Berpikir 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan di teliti, yaitu Komunikasi Antarbudaya dan Nilai-nilai Ke-Islaman. Dalam perspektif komunikasi antarbudaya, penulis menggunakan teori face-negotiation. Teori yang dipublikasikan oleh Stella Ting-Toomey ini akan membantu menjelaskan perbedaan-perbedaan setiap budaya dalam merespon konflik. Ia berasumsi bahwa orang-orang dalam setiap budaya akan selalu negotiating face. Postulat teori ini adalah face work orang-orang dari budaya individu akan berbeda dengan budaya kolektivis. Sedangkan dalam perspektif nilai-nilai Ke-Islaman, peneliti akan melihat dari Nilai-nilai Ke-Islaman yang utama adalah yang bersumber dari Al-Qur’an dan As- Sunnah. Nilai-nilai Islam itu menyangkut berbagai aspek kehidupan manusia, yaitu nilai Aqidah, Syariat dan Akhlak. Religiusitas sebagai wujud keberagaman yang berarti meliputi berbagai macam sisi atau dimensi Islam yang tidak hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah) dan berpakaian muslim saja,

56 Ahimsa-Putra, op.cit. h. 8-19

50

tapi juga ketika melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kita sadari dapat membangun akhlak. 2. Analisis Narasi Sinetron Tukang Ojek Pengkolan Episode 1172 (Claude Levi-Strauss) Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis narasi dalam teori narasi menurut Claude Levi-Strauss. Penulis memilih teori ini karena sinetron ini temasuk dalam kategori drama komedi dengan tema hidup berumah tangga sesuai dengan data etnografi yang penulis butuhkan. Ada tiga tahapan penting bagaimana cara kita dapat menemukan oposisi biner dari suatu narasi.57 diantaranya sebagai berikut : a. Mencari miteme (mytheme)58. Sama halnya seperti bahasa, menurut levi-strauss, suatu narasi atau cerita juga mempunyai unsur terkecil yang disebut dengan miteme. Miteme bisa berupa kalimat, adegan, rangkaian kalimat, dan sebagainya. Miteme itu

57 Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h. 171-172 58 Istilah miteme (dalam analisis mitos) diadaptasi oleh Ahimsa-Putra (2006: 263) untuk dapat digunakan dalam melakukan analisis karya sastra dengan istilah “ceriteme”. Ahimsa-Putra mendefinisikan “ceriteme” sebagai kata-kata, frase, kalimat, bagian dari alinea atau alinea yang dapat ditempatkan dalam relasi tertentu dengan ceriteme yang lain sehingga dapat menampakkan makna-makna tertentu. Ceriteme dapat mendeskripsikan suatu pengalaman, sifat-sifat, latar belakang kehidupan, interaksi, atau hubungan sosial, status sosial ataupun hal-hal lain dari tokoh-tokoh cerita yang penting artinya bagi analisis cerita.

51

misalnya “A menikah dengan B” atau “A membunuh B” dan seterusnya. b. Mencari relasi di antara miteme-miteme yang telah ditemukan. Misalnya miteme dengan kata “menikah” dicari relasi dengan miteme yang lain seperti “memelihara”, dan sebagainya. Suatu cerita tidak pernah memberikan makna tertentu yang sudah pasti dan mapan, melainkan hanya memberikan sebuah grid (kisi). Kisi ini tidak memberikan makna cerita tetapi menunjukkan sesuatu yang lain, yaitu pandangan- pandangan mengenai dunia, masyarakat dan sejarahnya yang sedikit banyak diketahui oleh pembuat cerita atau dimana masyarakat tersebut dihadirkan. Menyusun miteme-miteme tersebut secara sintagmatik dan paradigmatik. Menyusun miteme seacara sintagmatik yaitu, menyusun kata, kalimat, gambar secara sekuen. Sebaliknya, menyusun miteme secara paradigmatik adalah menempatkan miteme itu sesuai dengan posisi dan paradigmanya dalam suatu kesatuan makna. Rangkaian antara kedua unsur tersebut membentuk kumpulan relasi- relasi (bundles of relations).

52

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Tukang Ojek Pengkolan

NARASI NARASI Komunikasi Nilai-nilai Antarbudaya Ke-Islaman

1. Identitas Diri 1. Aqidah

2. Manajemen 2. Syariat

Konflik 3. Akhlak

3. Tindakan

Berdasarkan

Budaya

Analisis Narasi (Claude Levi-Strauss)

Oposisi Biner Sinetron

TUKANG OJEK PENGKOLAN

Sumber : Landasan Pemahaman Dasar Penelitian

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Sinetron Tukang Ojek Pengkolan Sinetron Tukang Ojek Pengkolan merupakan sinetron yang berasal dari Indonesia dengan aliran/ gaya drama dan komedi. Tayang di stasiun televisi RCTI setiap sore pukul 17.00 sampai pukul 18.00 WIB, pada hari senin sampai jumat. Sinetron Tukang Ojek Pengkolan ini di produksi oleh MNC Pictures yang dirilis pada tanggal 27 April 2015. Sinetron ini awalnya di kontrak hanya untuk 60 episode saja. Namun, sejalan dengan perkembangan, makin bagusnya respon penonton dan meningkatnya rating tayangan, serial ini berkembang menjadi 100, 200, 300, 500 bahkan sampai sekarang sudah berjalan 1000 episode lebih. Tukang Ojek Pengkolan bercerita tentang kehidupan rumah tangga dalam lingkungan masyarakat yang berlatar di sebuah kampung yang bernama Rawa Bebek di daerah Tanah Abang tepat di belakang gedung-gedung tinggi pencakar langit. Utamanya pada sinetron ini mengangkat kehidupan tiga orang tukang ojek pangkalan yang tetap setia mangkal di pengkolan jalan raya sebagai tukang ojek konvensional, di tengah maraknya kemajuan tekhnologi yang menjadikan bisnis antar jemput penumpang ini sudah banyak yang berbasis online.

53

54

Selain tiga tokoh utama yang berperan sebagai tukang ojek konvensional, masih banyak lagi tokoh yang berprofesi lain dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan ini. dan masing- masing dari tokoh tersebut juga memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Kejadian yang dialami tokoh di tiap episode pun bukanlah kisah yang fantastis, hanya kisah biasa yang dialami oleh setiap orang di rumah, seperti motor bodong, sakit gigi, mencari kerja, korslet, pompa rusak, sakit pinggang, dll.59 Sehingga dalam sinetron ini dapat digambarkan sebagai para perantau yang sedang mengadu nasib di kota Jakarta, menggeluti bidang yang berbeda-beda dan dengan permasalahan kehidupan yang berbeda-beda pula. Dari permasalahan kehidupan yang dialami oleh para pemeran tokoh inilah dapat dilihat perbedaan cara yang digunakan dalam memecahkan masalah yang dialami oleh satu tokoh dengan tokoh yang lainnya. 1. Karakteristik Tokoh Utama dan Tokoh Pendukung Tokoh utama dalam sinetron ini adalah Rojak/ Ojak. Pada awal mulanya sepasang suami istri bernama Rojak dan Tati. Rojak berprofesi sebagai tukang ojek pangkalan yang masuk ke kampung-kampung bersama dua temannya bernama purnomo dan Sutisna. Rojak pun sebenarnya bukan warga lokal kampung Rawa Bebek. Dia adalah warga Depok yang menikahi Tati, warga asli

59 http://www.sokatandlife.com/2017/02/inilah-rahasia-sukses-serial- tukang. Diakses pada tanggal 05 Mei 2018 pukul 09.15

55

kampung Rawa Bebek. Ternyata pernikahan Tati dengan Ojak tidak direstui oleh Ibu Tati, yang biasa dipanggil “Emak Mae” oleh warga kampung Rawa Bebek. Emak tadinya menginginkan Tati menikah dengan pria yang lebih mapan pilihan almarhum suami Emak, yaitu ayah dari Tati. Tati selama berumah tangga dengan Ojak sering sekali mengalami sakit-sakitan, sehingga di dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan ini pada akhirnya Tati di ceritakan meninggal karena sakit ketika sinetron Tukang Ojek Pengkolan menginjak episode ke 467. Setelah setahun di tinggal kan istrinya, Ojak memutuskan untuk kembali menikah dengan Denok, perempuan lugu yang selalu berbicara dengan intonasi yang datar. Lalu mereka hidup berdua sampai episode sekarang di kontrakan kecil milik Babeh Na’im. Dua sahabat Ojak yang juga mangkal di pengkolan, yaitu Purnomo dan Sutisna. Kedua sahabatnya ini juga memiliki permasalahan yang berbeda-beda. Purnomo yang tidak suka dipanggil Purno ini merupakan tukang ojek yang sok keren. Setiap ada perempuan cantik yang menjadi pendatang di kampung Rawa Bebek, Purnomo selalu berusaha mendekati si perempuan dengan menawarkan jasa antar-jemput, tetapi ia tidak mau dibayar. Tapi selalu gagal mendapatkan hati si perempuan tersebut. Lalu sahabat Ojak selanjutnya adalah Sutisna. Sutisna yang biasa dipanggil Tisna merupakan perantau

56

dari daerah sukabumi yang selalu dituntut kiriman uang untuk menafkahi mantan istri dan anaknya di kampung halaman, tetapi mantan istri di kampungnya selalu merasa kurang sehingga Tisna di gugat cerai. Di atas episode 800, tepatnya episode 830 Tisna menikahi Yuli yang merupakan keponakan Mak Mae dan membangun rumah tangga baru di Jakarta. a) Emak Mae Emak Mae dikenal dengan ucapan “Oh seperti itu”-nya. Mak Mae adalah ibu dari Mpok Tati, isteri Bang Ojak. Mak Mae sering mengunjungi rumah kontrakan Bang Ojak-Mpok Tati. Pada awal cerita, ada dua porsi cerita untuk Mak Mae yaitu cerita ‘anak menantu’ Mak Mae, Mpok Tati, Bang Ojak dan cerita kedua, Mak Mae dan Babe Naim. Khusus yang terakhir, Mak Mae sering pergi mengaji dan “dikejar- kejar” oleh Babe Naim untuk berjalan bareng menuju ke tempat pengajian. Dikatakan “dikejar-kejar” karena gerakan Babe Naim seperti berlari. Maklum, langkah Babe Naim kalah daripada langkah Mak Mae. Poin komedi pada adegan adalah berlarinya babe Naim itulah yang lucu. Dalam perkembangannya, Mpok Tati dalam cerita, sakit, dan di-mati-kan. Mau tidak mau, Bang Ojak pun “meninggalkan” rumah Mak Mae dan memutuskan untuk menempati rumah orang tua kandungnya di Depok. (Di Jakarta, Ojak kembali

57

mengontrak rumah). Dalam masa yang bersamaan, Mak Mae menghentikan bisnis kuenya. Begitu pun bisnis Bu Nurmala karena Bu Nurmala hendak membuka warung nasi Padang. Cerita berkembang pula ketika di rumah Mak Mae tampak beberapa anak kos, antara lain Laras dan Desi. Lalu, muncullah Mbak Yuli, keponakannya Mak Mae, yang kelak menjadi isteri Kang Tisna. Sementara Novita pindah ke kosan Bang Simin karena konflik dengan Laras dan Desi. Sampai terakhir kemunculan Mak Mae dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan, Mak Mae diceritakan menikah dengan Bang Simin. b) Keluarga Babe Naim Bang Dedy, Mbak Surti, Boby. Satu keluarga kecil Bang Dedy, anak Babe Naim yang tinggal di rumah Babe Naim. Bang Dedy dan Mbak Surti bersama Bobby, anaknya. Dalam cerita, Bang Dedy dan Mbak Surti menghilang untuk sementara dari sinetron ini. Diceritakan, Bang Dedy dan Mbak Surti menjenguk orang tuanya Mbak Surti yang sakit di Yogya. Diceritakan pula, setelah sembuh, Bang Dedy dan Mbak Surti tidak atau belum bisa pulang ke Jakarta karena akan meneruskan bisnis gudeg milik mbahnya di Yogya. Babe Naim itu orang kaya. Ia memiliki beberapa rumah untuk dikontrakkan. Babe Naim pun pernah

58

membeli mobil. (Pada masa ini, Pak Harun yang beristerikan Mbak Isa, mengontrak rumah Babe Naim dan membuka bisnis biro jasa, termasuk jasa pembelian mobil. Kelak, Pak Harun dan Mbak Isa bersama anaknya pindah ke Bandung dan menghilang dari sinetron ini). Meskipun kaya, Babe Naim ini tampak seperti orang susah. Selain itu, ada juga pergantian suasana ketika Babe Naim dan Babe Murod mulai mancing ikan, termasuk kehadiran Pak Odih, bapaknya Tisna. Terakhir, ketika Mak Mae menikah dengan Bang Simin, Babe Naim memutuskan untuk memfokuskan diri membantu biaya kuliah Bobby, cucunya. “Gua sudah tidak mau mengingat Mae. Mungkin gua ingin fokus untuk membiayai kuliah si Bobby saja,” ujar Babe Naim kepada Babe Murod pasca pernikahan Mak Mae dan Bang Simin. c) Jono atau Mas Jono Lebih suka dipanggil Mas Jon. Awalnya, Mas Jon berprofesi sebagai penjual es dawet yang senantiasa mangkal bersama pemeran utama Tukang Ojek Pengkolan. Ciri khas Mas Jon yaitu update status wk wk wk ckakak-nya. Untuk menggantikan suasana, Mas Jon pun mulai berkeliling mencari pembeli. Mas Jon tidak meneruskan menjadi penjual es dawet. “Posisinya” digantikan oleh Bang Kasman

59

(penjual es cendol), Mas Indro (ketoprak), dan Bang Dedy (bubur kacang ijo). Ketiganya bisa dikatakan sebagai pemain baru. Mas Jon sendiri kemudian berperan sebagai pengemudi ojek online Gober bersama Ramdhan dan Mimin. Namun, update statusnya tetap menjadi ciri khas hingga kini. Sebagaimana Mas Purnomo, Mas Jon selalu gagal mendapatkan jodoh. Soal jodoh, jalan ceritanya lebih lucu daripada Mas Purnomo. d) Keluarga Babe Murod Mpok Uyuy, dan Aliya. Babe Murod adalah bapaknya Mpok Uyuy, kakek atau engkongnya Aliya. Suaminya Mpok Uyuy bekerja sebagai sopir taksi di Singapura, tetapi tidak pernah ditampilkan. Di rumah Babe Murod pernah ada adiknya Mpok Uyuy bersama suaminya yang menumpang di rumah Babe Murod. Namun, hanya tampil sebentar dan akhirnya menghilang dari sinetron ini. e) Keluarga Pak Sofyan Keluarga Pak Sofyan terdiri dari Pak Sofyan, Bu Nurmala, dan Bunga. Pak Sofyan berprofesi sebagai dosen, sedangkan Bu Nurmala bertindak sebagai ibu rumah tangga. Sementara Bunga adalah siswa SMA. Dalam perkembangannya, Bu Nurmala membuka bisnis rendang yang dibantu oleh Mbak Surti dan Mbak Isa.

60

Lalu, setelah sukses berbisnis rendang, Bu Nurmala membuka warung nasi Padang. Warung nasi Padang-nya dinyatakan bangkrut. Dalam hal ini, keluarga Pak Sofyan kembali dimunculkan. Dalam perkembangannya, Pak Sofyan membuka bisnis cuci motor yang memiliki karyawan bernama Bang Sapri dan Cimot. Cimot kemudian digantikan oleh Deden. Di dunia nyata, pemeran Bu Nurmala (Renita Sukardi) meninggal dunia. Karenanya, Bu Nurmala pun diceritakan meninggal dunia. Kelak, Pak Sofyan menikah dengan Bu Rahma, sesama dosen, yang memiliki anak bernama Karina. Awalnya, Bunga dan Karina tidak menyetujui pernikahan itu. Akhirnya, Bunga dan Karina setuju. Khusus Karina, ia memberi syarat yaitu ia akan nge-kos. (Bu Rahma kan menempati rumah Pak Sofyan di Kampung Rawa Bebek. Meskipun demikian, Karina menempati rumah Bu Rahma bersama Windy, teman kampusnya, yang juga sempat nge-kos di rumah kos kepunyaan Bang Simin). Sejak dibonceng Bobby, Karina merasa betah di Kampung Rawa Bebek. f) Keluarga Ferdi dan Keluarga Firman. Keluarga Bang Ferdi terdiri dari Pak Ferdi, Bu Amira, serta ketiga anaknya, Faiz, Farhanah, dan Fadhil. Ketiga anaknya memanggil Pak Firman dengan sebutan abi dan Bu Amira dengan sebutan umi. Faiz merupakan anak pertama, Farhanah

61

(kedua), dan Fadhil (ketiga). Tidak ada panggilan khusus untuk ketiga anaknya. Hanya Faiz, sebagai kakaknya dipanggil kakak. Sementara kepada adiknya langsung menyebut nama. Kehadiran keluarga Ferdi di sinetron Tukang Ojek Pengkolan ini hampir bersamaan dengan kehadiran keluarga Firman. Farhanah, salah seorang dari tiga anak Ferdi, berinteraksi dengan Husna, teman sekolahnya. Kelak, dalam keluarga Ferdi kehadiran Zahra, keponakannya. Zahra memanggil Ferdi dan Bu Amira dengan sebutan uwak. Ketiga anak Ferdi memanggil Zahra dengan sebutan Kak Zahra, sedangkan Zahra memanggil ketiga anak Ferdi dengan langsung menyebut nama. Setelah Zahra menghilang dari sinetron ini, dimunculkanlah cerita Faiz dengan Shely, keponakannya keluarga Firman. Ferdi adalah pekerja kantoran. Namun, diceritakan, ketika pindah dan menempati rumah kontrakan, ia sudah tidak bekerja. Ferdi pun menjadi pengendara ojek online Gober. (Ramdhan sebagai pengendara Gober menghilang, sedangkan Bobby kelak menjadi pengendara Gober. Seiring dengan hilangnya Mimin yang juga sebagai pengendara Gober (diceritakan dijodohkan di kampungnya), Ferdi pun menghilang karena diceritakan bekerja

62

kantoran lagi. Ternyata, Ferdi dimunculkan lagi seiring dengan tampilnya lagi keluarga Firman). Hampir sama dengan Firman, keluarga Ferdi pun ditunjukkan bagaimana pendekatan keluarga kepada putra-putrinya. Jika di keluarga Bang Firman jarang ditunjukkan dengan kata-kata (tetapi dengan sikap) maka di keluarga Bang Ferdi lebih menunjukkan pada kata-kata. Coba perhatikan bagaimana keterusterangan Faiz kepada abi-uminya yang ingin melakukan sesuatu. Perhatikan pula ketika Farhanah bercerita masa pubertasnya kepada Bu Amira. Tampak ada dialog, bukan tindakan. Selain mengangkat kisah utamanya dari tukang ojek konvensional, kisah lainnya juga datang dari profesi lain yang terdapat dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan, Seperti pedagang bubur kacang ijo milik Dedi, pedagang es cendol milik Kasman, pedagang ketoprak milik Indro, warung kopi dan gorengan milik H. Sodik, pengusaha kontrakan milik H. Murod dan Babeh Na’im, ada juga dari kalangan intelektual yaitu Pak Sofyan, berasal dari Padang yang berprofesi sebagai dosen sekaligus pengusaha cuci motor yang di jalankan oleh Deden dan Cimot. Dan selain ojek konvensional ada juga tokoh yang berperan sebagai pengemudi ojek online Gober yaitu Jon, Mimin, Ferdi, Ramdan dan Bobby anak bang Dedi yang baru tamat SMA.

63

2. Daftar Nama Pemain Sinetron Tukang Ojek Pengkolan Pemain yang terlibat dalam Sinetron Tukang Ojek Pengkolan dapat dilihat dalam table berikut:

Tabel 3.1 Daftar Pemain Sinetron Tukang Ojek Pengkolan

No. Nama Tokoh dalam Cerita Diperankan Oleh 1. Rojak/ Ojak Eza Yayang

2. Tati Fitri Rachmadhina

3. Emak Mae Ranty Purnama Sari

4. Denok Tika Bravani

5. Nana Nabila Sudiro

6. Bang Simin Jaja Mihardja

7. Purnomo/ Pur Furry Setya

8. Sutisna/ Tisna Andri Sulistiandri

9. Jono Jhony

10. Babeh Na’im Otong Lalo

11. Sofyan Sopyan Dado

12. Dedi/ Tajudin Fahmi Ibo

13. Udin Asep Sunarya

14. Enyak Enting (Ibunya Udin) Indrayana

15. Kakak Bro Tora Sudiro

16. Sapri Syahrudin Firdaus

64

17. Chimot Alfin Kurnia

18. Surti Febri Khey

19. Haji Murod Kong Maman

20. Haji Sodik Mat Licin

21. Boby Henry Chan

22. Alya Fairuz Alia

23. Yanti Echa Yasmin

24. Kasman Cang Rusli

25. Indro Bogel Alkatiri

26. Laras Dewi Oktaviany

27. Mpok Uyuy Adhe Nurul

28. Mimin Faradina

29. Yuni Anastasya

30. Bagas Arjuna Danis

31. Faiz Johfi Syazeli

32. Yuli Fitri Ayu

33. Ramdan Indra Brotolaras

34. Butet Pamela Bowie

35. Anisa/ Nisa Tengku Syaira

36. Ayah Anisa Ponco Buwono

37. Sari/ Ibu Anisa Lulu Karina

38. Husna Nayla Sandova

39. Nurmala Renita Sukardi

65

40. Bunga Clara Kaizer

41. Karina Arifah Lubai

42. Windy Adhista Pujiama

43. Dinda Tissa Biani

44. Ferdi Tengku Firmansyah

45. Amira Cindy Fatika Sari

46. Beben Arbani Yazis

47. Auliani Shareefa Daanish

48. Sekar Ayya Renita

48. Cipto Stephanus Tjieproet 49. Aisyah Vira Savira 50. Deden Ade Herman 51. Novita Putri Anne 52. Farhana Nadya Ulya 53. Yudetra Fadhil

Sumber : www.mncpictures.com/series/14/Tukang-Ojek-Pengkolan

Pemain di atas merupakan pemain yang selalu hadir setiap harinya dan mendapatkan scene pada setiap episode, namun adapula nama-nama pemain di atas yang tampil sebagai bintang tamu dan hanya ada pada episode- episode tertentu saja, yaitu: Tora Sudiro, Tengku

66

Firmansyah, Cindy Fatika Sari, Tisa Biani, Adhista Pujiama, Arifah Lubai, Indra Brotolaras, serta pemain dari beberapa agency yang telah menyepakati kontrak kerja sama dalam produksi sinetron Tukang Ojek Pengkolan.

3. Tim Produksi Sinetron Tukang Ojek Pengkolan Setiap produksi, selain para artis, yang paling penting adalah kerabat kerja produksi. Orang-orang yang terlibat dalam kerabat kerja produksi dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.2 Tim Produksi Sinetron Tukang Ojek Pengkolan

Job Description Penanggung Jawab Rumah Produksi MNC Pictures Produser Hengky Irawan Produser Eksekutif Didi Ardiansyah Produser Pelaksana Regi Djundjunan, Iwan S. Manan Sutradara Dodi Sanjaya Pimpinan Produksi Ichfan Bahar, Riza Putri Angelia Design Opening Nanang Sahudi Penata Musik : Dhany Supit, Joseph S Djafar

67

Penata Artistik Ade Syafrizal Perekam Suara Semmy Firmansyah Penata Kamera Donny Firdaus Casting Bakti Adhitama, Priyo Aris Nugroho Ide Cerita & Skenario ANP Editor Giyono, Ci_one, Bustomi, Joksin Supervisi Editing Andy Irawan, Eriz Deerizly Distributor

Sumber : www.mncpictures.com/series/14/Tukang-Ojek-Pengkolan

B. Penghargaan Sinetron Sinetron Tukang Ojek Pengkolan masuk ke dalam beberapa nominasi ajang penghargaan dan berhasil memperoleh penghargaan. Berikut adalah tabel penghargaan yang diperoleh sinetron Tukang Ojek Pengkolan :

Tabel 3.3 Penghargaan Sinetron Tukang Ojek Pengkolan

Tahun Penghargaan Kategori Program Prime Indonesian Television 2016 Time Drama Awards Terpopuler Drama Seri 2017 Panasonic Gobel Awards Terfavorit

Sumber : www.mncpictures.com/series/14/Tukang-Ojek-Pengkolan

68

C. Profil Penulis Skenario Sinetron Tukan Ojek Pengkolan 1. Sokat Rachman

Gambar 3.1 Sokat Rachman

Sumber : www.instagram.com/sokat.rachman

Saokat lahir di Jakarta, 18 Agustus 1975 dan memiliki nama pena Sokat Rachman. Beragama Islam. Tinggal bersama istri, dua putri, dan seorang putranya di Jl. Nusa Indah No. 9, RT 007/ 012, Rawa Buaya, Jakarta 11740.60 Sokat Rachman merupakan lulusan SMAN 96 Jakarta tahun 1994, S1 Bina Sarana Informatika, Program Studi Bahasa Inggris tahun 2015 dan S2 STIBA Nusa Mandiri, Program Studi Sastra Inggris tahun 2016. Sebelumnya Sokat Rachman juga pernah mengikuti Kursus Pengetahuan Umum (KPU) Sinematografi Plus

60 CV Saokat. h. 1

69

dan Penulisan Skenario Film di Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, Jakarta, angkatan 49 pada tahun 2007.61 Sudah tiga tahun Sokat di bawah payung Aris Nugraha Production menggarap naskah skenario sinetron Tukang Ojek Pengkolan. “Saya setiap hari bisa membuat cerita seperti ini berasa kayak punya tangan Tuhan,”62

Tak salah jika Sokat mengibaratkan profesinya bak punya tangan Tuhan. Sebab, hidup-mati karakter berada di tangan Sokat. Meski wajahnya tak muncul di layar kaca, dan dia sangat jarang datang ke lokasi pengambilan gambar, setiap kali berkunjung ke lokasi syuting di Jalan Karang Tengah Raya, Jakarta Selatan, Sokat selalu mendapat sambutan hangat. Mulai kru produksi hingga pemain menyalami tangannya satu per satu. Kunjungan itu hanya ia lakukan jika ada pertemuan penting dengan produser dan sutradara. Sebab, pekerjaan menulis biasa Sokat lakukan di rumah. Kesempatan langka tak disia-siakan para pemain untuk lebih akrab dengan si empunya cerita. “Penulis punya beban untuk membagi adegan secara adil dan tersebar. Kalau kami nggak mainin satu atau dua orang nih, berarti kami tidak menafkahi mereka, dong,” 63

61 CV Saokat.op.cit. 62 Wawancara langsung dengan Sokat Rachman pada 15 Juli 2018 63 Ibid.

70

Bapak tiga anak ini menuturkan. Tak sedikit orang tua merayu Sokat agar anaknya mendapat lebih banyak kesempatan dalam adegan Tukang Ojek Pengkolan. “Tapi, masalahnya sekarang, setiap pemain punya rating, siapa yang rating-nya bagus akan tayang terus. Kalau ratingnya berkurang, bisa nggak dimunculkan dulu atau bahkan dihilangkan sama sekali.”64

Meski berangkat dari kisah-kisah sepele sehari-hari, proses pengerjaan skenario Tukang Ojek Pengkolan tidak semudah yang dikira. Terutama karena Tukang Ojek Pengkolan harus kejar tayang, harus muncul dilayar televisi setiap petang hampir setiap hari. Walhasil, Sokat harus benar-benar memeras otak agar bisa menulis naskah berbeda setiap kali tayang. Mereka harus pintar-pintar mengatur waktu dan berbagi tugas. Biasanya Sokat diberi waktu 48 jam untuk mengerjakan satu episode, yang mencakup sinopsis, story line, scene plot, dan skrip. Ritme kerja semacam ini bisa mendadak berubah lebih ekstrem jika jam tayang TOP dimajukan. “Konsekuensinya ya terkadang saya harus kerja begadang walaupun nggak setiap hari. Soalnya, kami bikin cerita harus lucu. Kalau lagi mentok, saya tinggal tidur dulu. Itu pun tidur nggak tenang. Soalnya, tidur berasa sambil mikir,” 65

64 Wawancara langsung dengan Sokat Rachman , Op.cit. 65 Ibid.

71

Sokat menuturkan suka-duka menulis naskah sinetron kejar tayang. Meski hampir setiap saat dikejar tenggat, dia mengerjakannya dengan hati enteng. Apalagi dia sudah lumayan berpengalaman jungkir balik memenuhi tenggat ala TOP. “Saya mah santai saja dikejar deadline karena saya mendedikasikan hal itu sebagai bagian dari pekerjaan saya.”66

Sebagai penulis naskah sinetron, salah satu tantangan besar yang dihadapi Sokat adalah menyajikan ide segar dan lucu setiap hari. Jika tak ada ide di kepala, dia tak jauh-jauh mencari sumber inspirasi. Tinggal nongkrong di warung kopi atau warung Tegal. Ditemani secangkir kopi atau sepiring gorengan, Sokat bisa menggali cerita lewat obrolan santai ngalor-ngidul. “Saya aslinya lebih serius. Kalau nggak ngobrol begini, saya pasti lebih banyak diam. Bukannya pendiam, tapi saya lagi mikirin naskah ini mesti bagaimana, Sebagai penulis ‘jaman now’, kami yang harus cari ide. Penulis itu setiap hari harus membuka mata hatinya. Apa yang terlewat dan dianggap orang biasa, bagi penulis bisa jadi nggak biasa.”67

Sokat bergabung dengan Aris Nugraha sejak 2005. Sebelum ikut tim Tukang Ojek Pengkolan, Sokat terlibat

66 Wawancara langsung dengan Sokat Rachman , Op.cit. 67 Ibid.

72

dalam pengerjaan naskah sinetron The Coffee Bean Show, yang tayang di TransTV. Cerpen dan tulisan lainnya pernah dimuat di majalah KaWanku, Annida, Girls, Kreatif, Bobo, Bravo dan Sigma. Satu tulisannya meraih juara harapan untuk lomba menulis dongeng HUT ke-33 majalah Bobo tahun 2006. Bukunya yang telah terbit adalah kupu-kupu kering (cerpen anak, MU:3 Books, Jakarta, 2005), berkontribusi pada buku Kupu-kupu dan Tambuli (Sastra Senja DKJ, Jakarta, 2006), Suparman Pulang Kampung (Antologi Kasih FLP, LPPH, Jakarta, 2007), Kaos Kaki Koki Komi (Antologi dongeng anak, Human Books, Jakarta, 2010).68 2. Penghargaan Penulis Adapun penghargaan yang sudah diterima oleh Sokat diantaranya sebagai berikut: a. Cerpen anak – Ronin Pemain Violin (Pemenang harapan lomba dongeng Bobo, 2006); b. Sitkoms – The Coffee Bean Show (Trans TV – nominasi panasonic award 2009); c. Sitkoms – Cagur Naik Bajaj (Anteve – nominasi sinetron komedi terpuji Festival Film Bandung 2009); d. Sitcoms – Lajang (Anteve – nominasi sinetron komedi terpuji Festival Film Bandung 2009)69

68 CV Saokat. h. 2 69 Ibid.

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISA

Analisis narasi yang akan digunakan untuk menganalisis sinetron Tukang Ojek Pengkolan adalah analisis narasi menurut Claude Levi-Strauss. Pada analisis ini, skenario Tukang Ojek Pengkolan pada episode ke- 1172 yang tayang pada tanggal 31 mei 2018 terdapat 80 scene, namun penulis hanya menganalisis beberapa scene yang mengandung perspektif komunikasi antarbudaya dan nilai-nilai ke-Islamannya saja, sesuai variable yang akan diteliti. Naskah skenario yang di gunakan adalah naskah skenario yang di berikan langsung oleh penulis skenario sinetron Tukang Ojek Pengkolan, Sokat Rachman.

A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif, analisis data merupakan tahap yang bermanfaat untuk menelaah data yang telah di peroleh dari informan yang telah di pilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk menjelaskan dan memastikan kebenaran temuan penelitian. Analisis data ini dilakukan setelah proses pengumpulan data di lapangan selesai. Adapun dari penelitian yang telah di lakukan, peneliti mendapatkan beberapa temuan yang dapat mengambarkan proses penulisan skenario yang dilakukan oleh Sokat

73

74

Rachman yang berlokasi di Jalan Nusa Indah RT007/ RW012 Jakarta Barat. Secara teknis, proses penulisan skenario oleh dilakukan Sokat Rachman dikerjakan di ruang kerja pribadinya, dan tempat-tempat yang menurutnya banyak memberikan inspirasi, seperti di café atau rumah makan. Untuk waktu penulisan, Ia biasanya melakukan pada pagi ketika subuh dan malam hari. Menurutnya, menulis skenario pada saat-saat tersebut dapat menghasilkan imajinasi tinggi yang diperoleh pada siang dan sore harinya. Karena pada sinetron Tukang Ojek Pengkolan sendiri selalu menampilkan scene-scene yang terjadi pada puncak aktivitas masyarakat pada umumnya yang dilakukan ketika matahari terbit. “Saya kalau menulis disini (sambil menunjukan ruang kerjanya). Yaa terkadang juga saya kerjakan luar, di café atau warung-warung makan yang ada di pinggir jalan. Suasana ramai gak masalah buat saya, justru dari situ saya banyak dapat inspirasi.”70

Sebelum membuat skenario, Sokat Rachman harus menyesuaikan dengan ratting pemain yang dirillis oleh pihak MNC terlebuh dahulu sebelum membuat skenario pada episode selanjutnya. Karena pemain yang berperan dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan setiap episodenya selalu berbeda berdasarkan ratting pemain itu sendiri. Ketika sudah memperoleh daftar pemain yang akan berperan, Ia harus

70 Wawancara langsung dengan Sokat Rachman pada 15 Juli 2018

75

menyesuaikan watak tokoh dan kelanjutan masalah yang di perankan oleh setiap pemain. “Hambatan, pasti ada. Sebelum nulis, kita harus nunggu list

ratting pemain dulu dari pihak MNC nya. Kalo dari sananya terlambat, saya tetap harus on time setor naskah (skenario) untuk segera di garap. Belom lagi kalo ada situasi yang urgent, kayak dulu harus bikin ending meninggalnya Tati, karna udah gak ada kontrak. Terus, meninggalnya alm. kak Reni yang jadi ibu nurmala. Sama yang terakhir nih, kasusnya mas Tora. Padahal udah saya buat naskahnya. Yaa mau gak mau kita revisi ceritanya biar tetep nyambung”71

Ada beberapa hambatan yang Ia hadapi ketika menulis skenario sinetron Tukang Ojek Pengkolan, seperti putusnya kontrak Fitrie Rachmadhina pemeran Tati istri pertama Bang Ojak yang pertama, karna lebih memilih dunia modeling. Lalu ada Renita Sukardi pemeran Ibu Nurmala yang meninggal dunia saat ratingnya sedang cukup tinggi memerankan istri dari bapak Sofyan yang terbaring sakit dirumah dalam cerita. Meskipun hanya berakting sakit, namun itu memang kondisi fisik yang sebenarnya. Dan yang terakhir adalah Tora Sudiro pemeran Opik/Kaka Bro yang tersandung kasus narkoba juga sempat vakum ketika memiliki ratting yang cukup tinggi. Tapi ketika masalah tersebut selesai, Tora Sudiro sekarang kembali bermain dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan lagi.

71 Wawancara langsung dengan Sokat Rachman pada 15 Juli 2018

76

Peneliti memperoleh data etnografi berupa skenario episode 1172. Lakon yang diperankan setiap pemain meliputi keanekaragaman masyarakat multikultural yang tinggal di sebuah pekampungan dibelakang aktivitas perkotaan. Terdapat banyak sekali macam-macam karakter pemain, perbedaan profesi, perbedaan asal daerah dan lain-lain, yang diperankan dalam skenario sinetron Tukang Ojek Pengkolan. Tapi sebenarnya hal-hal itulah yang menjadikan sinetron Tukang Ojek Pengkolan memiliki kekuatan cerita. Data yang akan diteliti adalah Sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada episode 1172 tayang pada tanggal 31 Mei 2018 pada pukul 16.50 WIB. Peneliti sengaja mengajukan permohonan data penetilian berupa skenario pada episode 1172 karena pada waktu tersebut bertepatan dengan Bulan Suci Ramadhan 1439H. Menurut peneliti, segmen khusus pada bulan suci Ramadhan lebih banyak mengandung nilai-nilai ke Islaman yang disajikan. Segmen pada bulan suci Ramadhan, banyak menampilkan nilai-nilai ke Islaman yang mengandung unsur- unsur dakwah di dalamnya, walaupun sebetulnya sinetron Tukang Ojek Pengkolan bukan sinetron yang murni bernuansa islami.

B. Analisis Sinetron Tukang Ojek Pengkolan Setelah menghimpun beberapa scene yang mengandung perspektif komunikasi antarbudaya dan nilai-nilai ke-Islaman. Selanjutnya penulis akan menganalisa narasi sinetron Tukang

77

Ojek Pengkolan menggunakan analisis narasi menurut Claude Levi-Strauss. 1. Scene 1 Scene ini merupakan sebuah prolog di episode 1172 yang menggambarkan latar tempat di dalam kontrakan Ojak pada siang hari terjadi sebuah percakapan antara Denok dan Nana, setelah Nana menerima telepon dari Ibu kandungnya.72 Nana di telepon ibu kandungnya yang sedang membuat kue lebaran di rumahnya dan membutuhkan bantuan dari Nana. Ketika Denok mendengar penjelasan dari Nana, sebetulnya Denok sedih karena akan di tinggal Nana pulang kerumahnya. Tetapi Denok berusaha untuk tidak menunjukan kesedihannya di depan Nana. Gambar 4.1 Nana kembali duduk setelah menerima telepon.

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

Nana kembali duduk di dalam rumah Denok selesai menerima telepon dari Ibu kandungnya.

72 Nana adalah keponakan Ojak yang merupakan anak dari kakaknya Ojak yang bernama Opik.

78

Nana : Iya, Bu.

Nana menutup teleponnya dan melanjutkan memotong buah sambil di perhatikan Denok.

Denok : Habis nelpon siapa? Nana : Bukan habis nelpon, saya ditelpon. Denok : Habis ditelpon siapa? Nana : Ibu. Denok : Ibu kan nggak nelpon kamu.73 Nana : Maksud Nana Ibu yang di rumah Nana, Ibu nyuruh Nana pulang. Denok : Ooh, Ada apa? Nana : Ibu bilang dia lagi repot bikin kue buat lebaran di rumah, jadi nyuruh Nana pulang dulu. Denok : Oke.

Denok tersenyum masam, lalu kembali memotong buah sambil bergumam di dalam hati

(Denok : Yahh, bakalan sepi nih di rumah kalo gak ada Nana di rumah)

73 Oleh Nana, Denok juga di panggil Ibu karena permintaan Denok sendiri.

79

Tabel 4.1 Analisa Scene 1 Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman

Denok menunjukan bahwa face Allah memerintahkan negotiation melakukan kepada kita untuk bersikap manajemen terhadap suatu birrul walidain. Birrul konflik di dalam hatinya, ketika walidain (berbakti kepada Denok sebetulnya merasa sedih kedua orang tua). Di dalam karena mengetahui Nana di Al-Quran, setelah telepon ibu kandungnya untuk memerintahkan manusia diminta pulang kerumahnya. untuk bertauhid, Allah Maka ekspresi senyum Denok memerintahkan untuk kepada Nana dilakukan agar berbakti kepada orang suasana tetap tenang. tuanya. Sikap Nana di atas merupakan wujud berbakti pada orang tua, terutama orang tua kandung. Dan menunjukan akhlak dalam keluarga.

Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada scene ke-1, bahwa untuk melihat miteme akhlak digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh yang sering muncul dan konflik yang membantu cerita tokoh utama. Dan ini menunjukan oposisi biner dalam akhlak baik. Sumber : Hasil Analisa Penelitian

2. Scene 2 Pada siang hari Jono mendapatkan pesanan untuk mengirimkan sebuah paket. Lalu Jono bergegas datang

80

kerumah Marjana selaku pengirim paket tersebut untuk mengambil paket yang akan di antarkan ke penerima. Setelah paket diterima oleh Jono, Jono ingin segera berangkat untuk mengirim paket tersebut, padahal Marjana belum membayar biaya pesanannya. Ketika diingatkan Marjana, Jono hanya tersenyum dan mengakui bahwa dirinya lupa akan pembayaran ongkos kirimnya.

Gambar 4.2 Jono mengambil paket untuk dikirim

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

Jono sampai di depan rumah pengirim paket Gober yang memesannya. Dia berpaling ke pintu.

Jono : Gober...!

Tak lama, seorang lelaki Marjana (25 th) keluar membawa tas, dia berpaling ke Jono.

Marjana : Mas Jono, kan? Jono : Iya. Marjana : Anterin ini, ya, Mas, ke alamat sesuai di aplikasi buat sodara saya. Jono : Oke.

81

Jono memutar motornya. Bermaksud langsung ingin berangkat.

Marjana : Heh, mau kemana? Memangnya nggak mau dibayar? Jono : Oh, iya, aku lupa, kalo situ belum bayar.

Jono tersenyum masam.

Tabel 4.2 Analisa Scene 2 Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman Jono tersenyum masam dan Marjana mengingatkan Jono mengakui bahwa ia lupa, mengenai tarif yang harus ketika diingatkan soal dibayarnya, ketika Jono lupa. pembayaran order pengiriman Sikap marjana adalah bentuk paket tersebut dari Marjana. kejujuran pelanggan terhadap Sikap Jono merupakan cara pelayan jasa yang terjadi manusia mengasosiasikan ke karena human error. Karena dalam budaya dalam pada hakekatnya pelayanan mempengaruhi bagaimana yang diterimanya tersebut Jono mengelola konflik. merupakan kewajiban untuk Dalam mengelola konflik, ada membayarnya. Implementasi beberapa gaya diantaranya jujur dalam bekerja mengakui keteledoran seperti diantaranya adalah dengan yang dilakukan Jono tidak mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya, tidak curang, obyektif dalam menilai, dan sebagainya. Dan hal tersebut termasuk kedalam aspek akhlak dalam pekerjaan.

82

Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada scene ke-2, bahwa untuk melihat miteme ojek digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah figuran yang berperan sebagai costumer dan memiliki konflik yang membantu cerita tokoh pendukung sebagai ojek online. Dan ini menunjukan oposisi biner dalam ojek online. Sumber : Hasil Analisa Penelitian

3. Scene 7 Dalam scene ini menggambarkan latar tempat yang berada di pangkalan ojek pada siang hari. Terjadi percakapan setelah kehadiran Ojak yang langsung bertanya nomor telepon sekar kepada Purnomo dan Tisna yang lebih dulu berada di pangkalan Ojek. Tetapi diantara Purnomo dan Tisna, tidak ada yang mengetahui nomor telepon sekar. Akhirnya Tisna memberi saran agar Purnomo yang menghubungi Novita untuk meminta nomor telepon Sekar melalui Auliani.74

Gambar 4.3 Ojak baru tiba di pangkalan ojek

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

74 Novita adalah kekasih Purnomo yang tinggal satu kost dengan Auliani.

83

Tisna dan Purnomo duduk mangkal, lalu Ojak datang. Dia memarkir motor, melepas helm, lalu turun dari motor

menghampiri Purnomo dan Tisna yang sedang asyik bermain teka-teki.

Ojak : Ada yang tau nomer teleponnya Sekar, kaga? Tisna : Buat apa kamu nanyain nomer teleponnya Sekar, Jak? Ojak : Gua mau liat baju dagangan dia. Purnomo : Lu tanya aja si Aul, dia pasti tau nomer Sekar. Ojak : Lu punya nomernya Aul, Pur? Purnomo : Ghue nggak tau! Tisna : kamu tanya ke Novita aja Pur, minta tolong dia Tanya ke Aul, berapa nomor telepon si Sekar! Purnomo : Lhu aja yang nelpon, Jak! Ojak : Lu tolongin gua, Pur, ini penting, entar gua doain abis lebaran lu nikah sama Novita! Tisna : Lebaran kapan, Jak? Ojak : Terserah si Pur aja maunya lebaran kapan!

Ojak dan Tisna tertawa, sedangkan Purnomo cemberut. Lalu, Purnomo mengambil handphonenya, memencet nomor, lalu mengangkatnya.

84

Tabel 4.3 Analisa Scene 7 Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman komunikasi berbeda budaya yang Solusi yang diberikan Purnomo melahirkan Culture Problem dan Tisna merupakan wujud dari Solving, yaitu pemecahan masalah Ukhuwah Islamiyah. Saling dengan beberapa solusi tanpa memberi pertolongan dan bantuan menimbulkan masalah baru. Ini dalam memenuhi segala termasuk kedalam aspek identitas kebutuhan. Dan hal tersebut diri dalam interaksi interpersonal, termasuk kedalam aspek akhlak dan masing-masing individu sebagai makhluk sosial dalam menegosiasikan identitas mereka. nilai-nilai ke-Islaman. Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada scene ke-7, bahwa untuk melihat miteme ojek digunakan plot karakter dan alur tempat di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh yang sering muncul dan memiliki konflik yang membantu cerita tokoh utama dan latar tempat yang digunakan juga mendukung cerita yang di sajikan dalam scene. . Dan ini menunjukan oposisi biner dalam ojek konvensional. Sumber : Hasil Analisa Penelitian

4. Scene 8 Scene ini adalah kelanjutan dari scene 7, yang mana Purnomo langsung menelpon Novita untuk meminta nomor telepon Sekar melalui Auliani, teman satu kos Novita. Uniknya, mereka berkomunikasi lewat telepon sambil berbalas gombal yang di utarakan Purnomo terlebih dahulu dengan maksud merayu Novita.

85

Gambar 4.4 Purnomo sedang telepon Novita

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

Novita yang duduk dekat Aisyah yang menulis, menjawab telepon Purnomo.

Novita : Waalaikum salam...! Purnomo : Bunga Mawarku, boleh minta tolong? Novita : Ada apa Ulat Buluku? Purnomo : Si Ojak mau liat baju dagangannya si Sekar, tolong mintain nomor teleponnya ke Aul dong. Novita : Oke, Ulat buluku. Purnomo : Terima kasih, Melatiku. Novita : Sebenernya Melati apa Mawar sih? Purnomo : eeh, taman bungaku...! Novita : Baik, tukang kebunku…!

Novita tertawa, lalu menutup telepon.

86

Tabel 4.4 Analisa Scene 8 Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman

Dalam scene 8 percakapan Nilai-nilai ke-Islaman dalam antara Purnomo dan Novita scene ini termasuk bertolak lewat telepon termasuk ke belakang dengan akhlak dalam aspek ke-tiga dari bergaul dengan lawan jenis. komunikasi antarbudaya. Karena, salah satu godaan Yang mana dalam yang amat besar pada usia memulihkan citra diri, remaja adalah “rasa Purnomo membuka ketertarikan terhadap lawan percakapan dengan jenis” seperti yang dilakukan mengucapkan salam lalu Purnomo kepada Novita. diiringi dengan rayuan kepada Memang, rasa tertarik Novita sebelum Purnomo terhadap lawan jenis adalah meminta tolong. Lalu Novita fitrah manusia, baik wanita memberikan feedback dengan atau lelaki. Namun kalau kita membalas rayuan Purnomo. tidak bisa mengelola perasaan tersebut, maka akan menjadi mala petaka yang amat besar, baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang yang di sukai. Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada scene ke-8, bahwa untuk melihat miteme genre digunakan unsur romantis yang bergaya komedi, karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh pendukung dan memiliki konflik yang membantu cerita tokoh utama. Dan ini menunjukan oposisi biner dalam jenis sinetron komedi Sumber : Hasil Analisa Penelitian

87

5. Scene 19 Dalam scene ini menggambarkan latar tempat yang berada dirumah tujuan paket Gober pada siang hari. Ibu Hani sebagai penerima paket akhirnya datang untuk mengambil paket, setelah ditunggu oleh Jono sebagai ojek online Gober. Setelah paket diterima, ibu Hani berinisiatif untuk memberikan imbalan kepada Jono karena telah bersedia menunggu. Awalnya Jono menolak, tapi pada akhirnya Jono menerima uang tip yang di berikan oleh ibu Hani.

Gambar 4.5 Jono bertemu Ibu Hani (Penerima Paket)

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

Jono masih duduk menunggu di atas motornya, dia ketiduran. Lalu, Hani datang. Dia menghampiri Jono, lalu membangunkannya.

Hani : Mas...!

Jono kaget dan terbangun dari tidur di atas motornya, lalu dia berpaling ke Ibu Hani yang membangunkannya.

Jono : Ada apa, Bu? Hani : Mana paket saya?

88

Jono : ooh, ini Bu Hani, ya? Wah, katanya Cuma sebentar, taunya lama. Hani : Maaf, tadi urusannya agak lama. Jono : Ini barangnya.

Jono menyerahkan kardus yang dibawanya.

Hani : Terima kasih, Mas, ini ada sedikit uang sekedar buat ongkos nunggu aja. Jono : Jangan gitu, Bu, saya jadi nggak enak. Hani : Mau nggak? Jono : Yaa mau, Bu.

Jono tersenyum sambil perlahan mengambil uang tip yang diberikan dari tangan Ibu Hani.

89

Tabel 4.5 Analisa Scene 19 Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman

Tindakan yang dilakukan oleh Ada dua nilai ke-Islaman dalam Ibu Hani adalah sebagai scene ini. Pertama, kesabaran bentuk melindungi citra diri Jono ketika bersedia menunggu dari pandangan negatif lawan ibu Hani yang sedang ada bicara. Ketika Jono telah keperluan lain. Dan kedua bersedia menunggu, maka Ibu adalah hukum memberikan uang Hani berinisiatif untuk tip sebagai imbalan tanda memberikan Imbalan atau gift terimakasih setelah Jono berupa uang tip sesuai waktu menunggu Ibu Hani. Hal yang digunakan Jono selama tersebut diperbolehkan dalam menunggu. Perilaku tersebut islam karna ini murni bentuk dilakukan atas inisiatif Ibu berbagi rezeki dari costumer ke Hani agar jono tidak merasa driver secara ikhlas/ suka rela, kecewa. setelah Ibu Hani membayarkan tarif sesuai aplikasi yang merupakan kewajibannya. Hal ini sesuai dengan QS: Al-Hadiid ayat ke-7 yang merupakan implementasi dari akhlak sebagai makhluk sosial. Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada scene ke-19, bahwa untuk melihat miteme ojek ditunjukan dengan adanya transaksi antara pengemudi dengan penerima jasa, karakter tokoh yang dipilih adalah figuran sebagai penerima jasa ojek online dan memiliki konflik yang membantu cerita tokoh pendukung sebagai pengemudi. Dan ini menunjukan oposisi biner dalam ojek online. Sumber : Hasil Analisa Penelitian

90

6. Scene 21 Scene ini terjadi di dalam rumah Ferdi ketika siang hari. Di ruang tamu Farhana memergoki kakaknya, Faiz sedang senyum-senyum sendiri sambil melihat handphone. Lalu datang Amira yang menanyakan kejadian sebelumnya kepada kedua anaknya. Akan tetapi Faiz malah mengusir adiknya agar tidak menceritakan keadaan sesungguhnya yang terjadi. setelah itu Amira menegur Faiz agar tidak belaku kasar kepada adiknya. Lalu Amira menyuruh Faiz untuk membeli santan instan di minimarket.

Gambar 4.6 Gambar 4.7 Faiz bermain HP Faiz kesal

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

Faiz duduk di ruang tamu, sambil tersenyum membaca SMS dari Seli di handphonenya, lalu Farhana keluar dari ruang dari ruang dalam.

Farhana : Kenapa senyum sendiri? Faiz : Seli SMS Kakak, katanya dia mau nelpon.

Faiz tersenyum. Amira keluar, berpaling ke Faiz. Farhana berpaling.

91

Amira : Kamu kayaknya seneng bener, Iz? Farhana : Kak Faiz....

Sebelum Farhana tuntas bicara, Faiz menggusur Farhana keluar rumah. Amira heran.

Amira : Kamu kok gitu sama Adikmu? Faiz : Becanda, Mi, nggak diapa-apain kok. Amira : Ya, sudah kamu ke mini market dulu sana, beli beli santan instant untuk bikin kolak. Faiz : Oke, Mi.

Faiz tersenyum, lalu pergi. Tidak lama, dia kembali masuk rumah, menghampiri Amira.

Faiz : Uangnya mana, Mi? Amira : Kirain Umi mau pakai uang kamu. Faiz tersenyum masam.

Tabel 4.6 Analisa Scene 21 Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman Ketika Farhana akan menjawab Allah memerintahkan kepada pertanyaan Umi-nya yang kita untuk bersikap birrul ditujukan kepada Faiz, Faiz walidain. Birrul walidain segera memaksa adiknya untuk (berbakti kepada kedua orang keluar rumah agar Amira tidak tua). Di dalam Al-Quran, setelah mengetahui apa yang dilakukan memerintahkan manusia untuk Faiz sebelumnya. Tindakan Faiz bertauhid, Allah memerintahkan merupakan bentuk dari self- untuk berbakti kepada orang defense ketika merasa citra tuanya. Sikap Faiz di atas dirinya terancam jika Ibunya merupakan wujud berbakti pada sampai mengetahui apa yang orang tua, ketika diperintah dilakukan Faiz. untuk membeli santan instan ke minimarket.

92

Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada scene ke-21, bahwa untuk melihat miteme akhlak digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh yang sering muncul dan memiliki konflik yang membantu cerita tokoh pendukung. Dan ini menunjukan oposisi biner akhlak buruk dalam perlakuan Faiz terhadap adiknya, dan langsung di tegur oleh Ibunya. Sumber : Hasil Analisa Penelitian

7. Scene 23 Setelah Nana di jemput oleh ayahnya, Ojak dan Denok kembali masuk ke dalam rumah. Lalu Ojak merasa bebas, dan tidak risih lagi ketika berada di kontrakan, karena sudah tidak ada orang lain lagi selain mereka berdua. Denok tetap saja sedih, karena tidak ada yang membantunya membuat es buah untuk di jual. Tetapi Ojak sebagai suami, bersedia membantu denok membuat es buah untuk dijual, di sela kesibukannya menarik ojek.

Gambar 4.8 Ojak dan Denok di dalam kontrakan

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

93

Ojak dan Denok masuk ke rumah, lalu duduk. Ojak berpaling.

Ojak : Sekarang kita bebas, Abang jadi kagak risih lagi di rumah. Denok : Tapi sekarang sepi, Bang, Denok nggak ada temennya.

Denok bicara dengan wajah sedih.

Ojak : Kan ada Abang. Denok : Abang kan ngojek, nggak bisa bantuin nyiapin buat es buah. Ojak : Bukannya udah kagak mau jualan lagi? Denok : Sekarang kan nitip jual di warung nasi, biar orang-orang nggak godain Nana lagi, tapi godain Mas Eko. Ojak : Kok godain Eko? Denok : Nana kemarin digodain waktu dagang, sekarang yang dagang kan Mas Eko. Ojak : Ya, udah, entar Abang bantuin, tapi Abang mau ngojek dulu. Denok : Oke.

Denok menjawab datar.

94

Tabel 4.7 Analisa Scene 23 Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman

Ojak merasa bebas dan tidak Ojak sebagai seorang suami, risih lagi setelah Nana pulang menunjukan kasih sayangnya kerumahnya. Namun, lain terhadap istri dengan halnya dengan Denok yang akan memberikan ketenangan, dan kembali merasakan kesepian solusi agar Denok tidak ketika kembali ditinggal merasa kesepian selama di suaminya pergi ke pangkalan tinggal Nana. Karena ojek. Mendengar hal tersebut Rasulullah SAW bersabda dari Denok, hati Ojak langsung yang artinya: “Tidak ada timbul kepedulian akan sikap seseorang yang menjumpai yang harus ia ambil sebagai Allah SWT dengan membawa seorang suami, dengan kata lain dosa yang lebih besar tedapat kepentingan dirinya daripada seorang suami yang sendiri dengan kepentingan tidak sanggup mendidik istrinya yang harus di penuhi keluarganya”.

Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada scene ke-23, bahwa untuk melihat miteme Genre digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh yang sering muncul dan memiliki konflik yang membantu cerita tokoh utama. Dan ini menunjukan oposisi biner jenis sinetron dramatik. Sumber : Hasil Analisa Penelitian

8. Scene 30 Pada scene ini Tisna dan Purnomo duduk berdua di pangkalan Ojek sambil menunggu penumpang. Lalu Tisna membuka obrolan dengan Purnomo, yang bertanya soal buka puasa bersama yang dilakukan Purnomo, Novita dan

95

orang tua Novita kemarin sore di kediaman orang tua Novita. Lalu purnomo menjawab dengan rasa penuh kecewa, karena kemarin ia terlambat sampai rumah orang tua Novita dan membuat orang tua Novita kecewa. Namun Tisna tetap memberi semangat dan motivasi seperti ketika orang tua Tisna memberi semangat, kepada Purnomo agar terus berjuang untuk mendapatkan hati orang tua Novita, dan tidak mudah menyerah.

Gambar 4.9 Tisna dan Purnomo di pangkalan ojek

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

Purnomo tiba di pangkalan ojek, yang sebelumnya sudah ada Tisana.

Tisna : Kamu nggak nganterin Novita, Pur? Purnomo : Belum. Tisna : Ohh iya Pur, kemarin kamu jadi buka puasa sama calon mertua? Purnomo : Nggak jadi, Tis. Tisna : Kata Bapak saya mah, itu hal yang biasa, anggep aja halangan, jangan patah semangat, Pur. Purnomo : Ghue tetep semangat, sampai titik darah penghabisan, Tis!

96

Tisna : Sampai mati? Rugi dong kamu, Pur, kalau kamu tetep ditolak, tapi sudah nggak ada, Novita bisa diambil orang. Purnomo : Nggak jadi deh, pokoknya ghue pantang mundur! Tisna : Nah, gitu atuh.

Tisna tersenyum.

Tabel 4.8 Analisa Scene 30 Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman Tisna memberikan semangat Tisna menyampaikan pesan kepada Purnomo, seperti ketika bapaknya di kampung, yang bapaknya Tisna memberikan selalu memberi motivasi Tisna semangat kepada Tisna. Hal yang juga disampaikan kepada dilakukan Tisna merupakan bentuk Purnomo. Artinya, Purnomo dan budaya memberikan bingkai Tisna merupakan contoh interpretasi yang lebih besar di persaudaraan dalam islam yang mana ‘wajah’ dan ‘gaya konflik’ saling menasehati dalam dapat diekspresikan dan kebenaran. Ini menunjukan dipertahankan secara bermakna. aspek akhlak sesama saudara muslim dalam nilai-nilai ke- Islaman Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada scene ke-23, bahwa untuk melihat miteme genre, digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh yang sering muncul dan memiliki konflik yang membantu cerita tokoh utama. Dan ini menunjukan oposisi biner ke dalam jenis sinetron dramatik Sumber : Hasil Analisa Penelitian

97

9. Scene 31 Pada scene ini terjadi di keluarga Bapak Sofyan. Ketika Pak Sofyan dan Ibu Rahmawati75 pulang mengajar dari kampus dan melihat bunga tertidur pulas di ruang tamu. Tapi Ibu Rahma menyarankan agar tidak di bangunkan terlebih dahulu. Namun, setelah Pak Sofyan dan Ibu Rahma mengganti pakaian hendak menyiapkan menu berbuka puasa, Bunga belum juga terbangun dari tidurnya. Ketika dibangunkan, Pak Sofyan menegur Bunga, agar tidak tidur terlalu sering di bulan Ramadhan.

Gambar 4.10 Pak Sofyan membangunkan Bunga

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

Bunga masih tidur, Sopyan dan Rahmawati yang sudah berganti pakaian datang.

75 Setelah Ibu Nurmala yang diperankan oleh Renita Sukardi meninggal di kehidupan nyata dan di dalam cerita, Pak Sofyan menikah lagi dengan Ibu Rahma pada Episode ke 1000 yang tayang pada 12 Januari 2018.

98

Sopyan : Bunga... bangun...!

Bunga mengejapkan mata, terbangun dan duduk, melihat Sopyan dan Rahmawati.

Bunga : Bapak sama Ibu sudah pulang? Rahmawati : Belum lama kok. Sopyan : Kamu tidurnya nyenyak, sampe nggak denger apa-apa. Rahmawati : Lain kali, kalau mau tidur pintu depan jangan lupa dikunci. Bunga : Iya, Bu.

Bunga berdiri, beranjak.

Sopyan : Kamu mau kemana? Bunga : Pindah tidurnya ke dalam. Sopyan : Sudah tidurnya, jangan diterusin! Puasa kok tidur terus! Pantesan aja puasanya menang.

99

Tabel 4.9 Analisa Scene 31 Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman Ketika Bunga ditegur oleh Pak Sofyan menunjukan bahwa Bapaknya, karena disaat puasa sebagai kepala rumah tangga Bunga terlalu banyak harus bisa mendidik anaknya. menghabiskan waktu dengan Seperti dalam surah Luqman tidur saja, di tambah lagi dengan ayat ke- 13, yang artinya : teguran Ibunya kepada Bunga “Dan (ingatlah) ketika Luqman yang lupa mengunci pintu depan berkata kepada anaknya, ketika saat ia terlelap tidur. Bunga ia memberi pelajaran hanya diam dan mengakui kepadanya, ‘Wahai anakku! kesalahannya dengan self- Janganlah engkau deffense untuk memulihkan citra memperskutukan Allah, dirinya. sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” Pak Sofyan sebagai kepala rumah tangga menunjukan bentuk akhlak dalam hubungan keluarga. Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada scene ke-31, bahwa untuk melihat miteme akhlak, digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah keluarga tokoh yang sering muncul dan memiliki konflik yang membantu cerita tokoh utama. Ini menunjukan oposisi biner ke dalam akhlak baik dalam hubungan keluarga saling mengingatkan. Sumber : Hasil Analisa Penelitian

100

10. Scene 36 Ojak berkunjung ke “Warung Nasi, Pelipur Lapar” pada siang hari di Ramadhan, mengundang kecurigaan Eko dan Yanti pemilik warung yang mengira bang Ojak sedang tidak berpuasa. Lalu Ojak menjelaskan kepada Eko dan Yanti, bahwa kedatangannya ke warung milik mereka bukan untuk makan siang, tetapi untuk menemui Sekar yang akan membawakan baju pesanan bang Ojak.

Gambar 4.11 Ojak tiba di warung nasi milik Eko

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

Yanti dan Eko sedang menyiapkan bahan masakan, lalu Ojak datang, Yanti berpaling, heran.

Yanti : Bang Ojak nggak puasa? Ojak : Gua bukan mau makan, tapi mau ketemu orang. Eko : Muna?

101

Ojak : Bukan, Sekar! Yanti : Kok Mbak Denok nggak diajak? Ojak : Ini rahasia. Eko : Sama istri aja pake rahasia-rahasiaan! Ojak : Eh, Ko, gua kagak punya rahasia, gua cuma pengen beli baju ke Sekar, terus gua mau ngasih ke istri gua. Yanti : Oh, gitu. Ojak : Lu berdua jangan bilang siapa siapa, ya! Eko : Beres, asal ada uang tutup mulutnya! Ojak : Entar gua kasih uang. Tapi uang monopoli! Ha ha ha…

Ojak tertawa.

102

Tabel 4.10 Analisa Scene 36

Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman Kedatangan Ojak ke warung milik Eko berprasangka buruk Eko untuk bertemu Sekar, dan kepada Ojak yang datang ke memilih baju dagangan Sekar warung makannya pada siang tanpa mengajak Denok membuat hari di bulan puasa dan Eko penasaran. Lalu Ojak meminta imbalan kepada menjelaskan, bahwa baju yang Ojak sebagai jasa akan di beli dari Sekar untuk merahasiakan sesuatu (uang memberikan kejutan kepada tutup mulut). Sikap Eko Denok. Dan Ojak meminta agar termasuk ke dalam aspek Eko dan Yanti tidak menceritakan akhlak buruk sebagai hal ini kepada Denok. Tetapi, Eko makhluk sosial dalam meminta imbalan sebagai upah memperlakukan tetangganya tutup mulut. Bukannya Imbalan sendiri yang berkunjung yang di terima, Eko malah di sebagai tamu, bukan pembeli. ledek oleh Ojak yang akan memberi uang monopoli. Dampak yang diterima Eko diakibatkan oleh suatu tindakan terhadap maksud negosiasi Eko yang memanfaatkan kesempatan. Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada scene ke-36, bahwa untuk melihat miteme akhlak digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh pendukung yang sering muncul dan konflik yang membantu cerita tokoh utama. Dan ini menunjukan oposisi biner dalam akhlak buruk sesama makhluk sosial.

Sumber : Hasil Analisa Penelitian

103

11. Scene 45 Ojak tiba di rumah setelah bertemu Sekar di Warung

Nasi milik Eko. Lalu Ojak langsung membantu Denok yang sedang memotong buah di ruang depan. Tiba-tiba Ojak teringat pertanyaan sekar tentang ukuran baju yang akan di beli Ojak untuk Denok. Lalu Ojak meminta izin kepada Denok untuk ke kamar sebentar. Diam-diam Ojak mencari baju Denok di dalam lemari untuk melihat ukurannya. Ketika sedang melihat baju Denok di lemari. Tiba-tiba Denok juga datang ke kamar dan memergoki Ojak sedang memegang baju Denok. Lalu Ojak berdalih bahwa, ia sedang mencari kaosnya di tumpukan baju Denok.

Gambar 4.12 Ojak di pergoki Denok sedang melihat baju-baju Denok.

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

Ojak memeriksa lemari, dia mengambil baju Denok dan melihat label yang ada ukurannya. Lalu, Denok masuk dan bertanya kepada Ojak. Denok : Baju Denok mau diapain, Bang?

104

Ojak terkejut, dan berpaling.

Ojak : Abang lagi nyari kaos. Denok : Abang nyari kaos kok yang diambil baju Denok? Ojak : Abang takut kaosnya keselip di tumpukan baju Denok. Denok : Ada? Ojak : Nggak. Ojak tersenyum masam.

Denok : Biasanya di situ, Bang, Denok taroh kaos-kaos Abang. Ojak : Oh iya, ini dia kaos abang

Ojak bersyukur, karena rencana memberikan kejutan kepada Denok tidak ketahuan.

Tabel 4.11 Analisa Scene 45 Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman Cara Ojak berdalih sedang Dalam scene ini, Ojak ingin mencari kaos-kaos pribadinya mencari tahu ukuran baju dapat diasosiasikan ke dalam yang di gunakan istrinya. budaya dalam mempengaruhi Tapi ketika kepergok, oleh bagaimana mereka mengelola Denok, Ojak terpaksa konflik. Ojak berusaha agar berbohong agar rencananya tidak membuat Denok semakin membelikan baju Denok curiga, dengan merasa terbantu sebagai bentuk kejutan, agar ketika Denok menunjukan Denok senang. Hal ini tempat kaos-kaos Ojak berada. menunjukan bahwa akhlak dalam keluarga juga meliputi untuk membangun hubungan baik antara suami dan istri.

105

Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada scene ke-45, bahwa untuk melihat miteme

Genre digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh yang sering muncul dan memiliki konflik yang membantu cerita tokoh utama. Dan ini menunjukan oposisi biner jenis sinetron dramatik. Sumber : Hasil Analisa Penelitian

12. Scene 46 Pada Scene ini terjadi di rumah keluarga Firman pada siang hari. Husna yang sedang asyik membaca buku, tiba- tiba, Sari, Ibunya Husna datang untuk meminta tolong kepada husna untuk membantunya masak di dapur. Lalu Husna meng-iyakan perintah Ibunya dengan senang hati.

Gambar 4.13 Sari meminta Husna agar membantunya di dapur

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

Husna duduk di ruang depan sendiri, dia membawa buku cerita. Lalu, Sari datang, melihat Husna.

106

Sari : Kamu bantuin Bunda, yuk! Husna : Aku lagi baca buku, Bun. Sari : Baca buku kan bisa disambung nanti, sekarang bantuin Bunda dulu. Husna : Bunda masak? Sari : Iya, masak opor ayam. Husna : Iyadeh, aku bantuin masak apa? Sari : Kamu bantuin ngupas kentang aja. Nggak berat kok, mau kan? Husna : Siap, bun!

Husna tersenyum masam.

107

Tabel 4.12 Analisa Scene 46 Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman

Sikap Husna awalnya malas, Allah memerintahkan kepada ketika mendengar perintah kita untuk bersikap birrul Ibunya untuk membantunya walidain. Birrul walidain memasak. Tetapi Husna (berbakti kepada kedua orang melakukan aspek komunikasi tua). Di dalam Al-Quran, antarbudaya yaitu, manajemen setelah memerintahkan konflik yang di mediasi oleh manusia untuk bertauhid, wajah dan budaya. Dengan Allah memerintahkan untuk menerima perintah Ibunya berbakti kepada orang tuanya. dengan senang hati, walaupun Sikap Husna di atas dirinya sedang asyik membaca. merupakan wujud berbakti pada orang tua, ketika diperintah untuk membantu Ibunya memasak di dapur.

Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada scene ke-46, bahwa untuk melihat miteme akhlak digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh yang sering muncul dan konflik yang membantu cerita tokoh utama. Dan ini menunjukan oposisi biner dalam akhlak baik dalam kesediaannya untuk membantu orang tua. Sumber : Hasil Analisa Penelitian

13. Scene 49 Setelah Ojak dan Denok selesai memotong buah- buahan, Denok langsung mengingat kebiasaan- kebiasaan yang di lakukan Nana setelah membuat es buah. Mendengar hal seperti itu, Ojak pun menyanggupi

108

apa yang biasanya di kerjakan Nana setelah memotong buah.

Gambar 4.14 Ojak dan Denok selesai memotong buah-buahan

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

Denok dan Ojak sudah selesai memotong buah. Denok berpaling.

Denok : Kalo Nana, abis motong, pisaunya langsung dicuci. Ojak : Abang juga mau nyuci pisau. Denok : Kalo Nana, abis itu dia nyapu karpet. Ojak : Iya, Nok, entar, abang sapuin juga. Denok : Jangan, Bang. Ojak : Kenapa? Denok : Soalnya, Abang bukan Nana. Ojak : ???

Ojak merengutkan dahi.

109

Tabel 4.13 Analisa Scene 49 Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman

Usaha Ojak membuat Denok Ojak sebagai seorang suami, terhibur karena sedang ditinggal menunjukan kasih sayangnya oleh Nana, membuat Ojak terhadap istri dengan mengabaikan budaya sendiri dan memberikan ketenangan, dan menerima budaya istrinya. Ojak hiburan agar Denok tidak memberikan kesempatan atau merasa kesepian selama di porsi yang sama kepada satu tinggal Nana. Karena sama lain terkait dengan Rasulullah SAW bersabda kepercayaan dan kebiasaan yang artinya: “Tidak ada budaya guna meminimalisir seseorang yang menjumpai perbedaan lintas budaya; Allah SWT dengan membawa menghilangkan budaya sendiri dosa yang lebih besar akibat perbedaan budaya; dan daripada seorang suami yang pasangan suami istri tidak sanggup mendidik menegosiasikan hubungan keluarganya”. mereka karena adanya perbedaan budaya76. Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada scene ke-49, bahwa untuk melihat miteme Genre digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh pendukung dan memiliki konflik yang membantu cerita tokoh utama kebingungan. Dan ini menunjukan oposisi biner jenis sinetron komedi. Sumber : Hasil Analisa Penelitian

76 Dalam pernikahan antarbudaya, terdapat beberapa permasalahan yang harus dihadapi oleh pasangan suami istri terkait dengan teman, pandangan politik, keuangan, seks, anak-anak, nilai-nilai, sikap terhadap waktu, agama, dan lain-lain.

110

14. Scene 50 Pada siang hari, Beben bertemu Karina yang sedang jalan kaki sepulangnya dari kampus. Lalu Beben menawarkan tumpangan kepada Karina yang hendak pulang kerumah. Awalnya Karina menolak, karena Karina menganggap dirinya harus membayar seperti orang yang memesan lewat aplikasi sedangkan Karina sendiri tidak memiliki uang. Namun Beben meyakinkan Karina, bahwa dirinya ikhlas memberikan tumpangan karena memang arah rumah Karina dan tempat Beben akan mangkal satu arah. Jadi, Karina tidak perlu pesan lewat aplikasi dan membayar tarif lagi kepada Beben.

Gambar 4.15 Beben menawarkan tumpangan kepada Karina

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

Beben ketemu Karina yang pulang jalan kaki. Beben berhenti dekat Karina, berpaling.

Beben : Nggak naik gober? Karina : Nggak. Beben : Kenapa?

111

Karina : Saya lagi jalan kaki. Beben : Kamu mau bareng? Karina : Kemana? Beben : Ke rumah kamu. Karina : Uang aku nggak cukup buat order kamu. Beben : Nggak usah order, kan aku yang ngajak bareng, sekalian mau mangkal. Karina : Aku kan nggak mangkal? Beben : Iya, kamu turun di rumah kamu aja, nanti aku terus mangkal, mau? Karina : Boleh.

Karina tersenyum, lalu ikut naik motor Beben, setelah memakai helm, mereka pergi.

Tabel 4.14 Analisa Scene 50 Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman Penolakan tawaran yang Melihat Karina yang berjalan diberikan Beben kepada Karina. kaki sepulangnya dari kampus Menunjukan bahwa Karina pada siang hari di bulan puasa, khawatir terjadi kesalahpahaman Beben berniat memberikan sehingga menimbulkan konflik tumpangan gratis kepada Karina yang dapat merusak wajah sosial sampai rumah. Sikap Beben seseorang. Namun ketika Beben murni membantu meringankan menjelaskan maksudnya adalah pekerjaan sesama muslim murni memberi tumpangan sebagaimana dijelaskan hadits kepada Karina karna memang oleh Abu Hurairah dia berkata: rumahnya searah dengan tempat Rasulullah bersabda: Beben mangkal. maka “Barangsiapa yang membantu kesepakatan diperoleh keduanya seorang muslim (dalam) suatu melalui face negotiation. kesusahan di dunia maka Allah akan menolongnya dalam kesusahan pada hari kiamat,

112

dan barangsiapa yang meringankan (beban) seorang muslim yang sedang kesulitan maka Allah akan meringankan (bebannya) di dunia dan akhirat” Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada scene ke-50, bahwa untuk melihat miteme Genre digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh yang sering muncul dan memiliki solusi yang membantu cerita tokoh pendukung. Dan ini menunjukan oposisi biner jenis sinetron dramatic, yang mana di dalam scene ini Denok menampilkan kepolosannya ketika membanding-bandingkan Ojak dengan keponakannya, Nana. Sumber : Hasil Analisa Penelitian

15. Scene 57 Babeh Na’im dan Haji Murod yang mencari Auliani untuk bertanya kejelasan calon pembeli rumah Babeh Na’im yang juga merupakan teman Auliani berhenti di depan pagar kost simin. Lalu datang Sekar, yang sama- sama sedang mencari Auliani. Di dalam Kost terdapat Auliani dan Aisyah yang sedang duduk di ruang tamu. Mendengar teriakan Sekar dan Babeh Na’im Auliani ketakutan akan di tanya-tanya kabar temannya yang ingin membeli rumah Babeh Na’im.

113

Gambar 4.16 Auliani berpura-pura tidur di depan Aisyah

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

Auliani dan Aisyah duduk di ruang depan, Aisyah berpaling.

Aisyah : Kayak suara Sekar manggil kamu. Auliani : Bukan kayaknya, emang itu Sekar? Aisyah : Kedengerannya dia sama Babe. Auliani : Waduh gawat, Babe pasti nanyain temen gua yang kemaren nawar rumah kontrakannya. Aisyah : Kamu telpon aja temen kamu. Auliani: Udah, tapi nggak nyambung. Aisyah : Kamu ke rumahnya aja. Auliani : Gua nggak tau rumahnya! Aisyah : Ya, udah bilang gitu aja ke Babe. Auliani : Takut ah, Mbak Aisyah aja yang keluar, bilang aku tidur. Aisyah : Ini bulan puasa, kalo kamu bohong, kamu nggak dapet berkah, trus puasanya sia-sia, mau? Auliani : Aku nggak bohong kok, nih aku tidur.

Auliani merebahkan tubuh ke sofa, lalu memejamkan mata. Aisyah menghela napas.

114

Tabel 4.15 Analisa Scene 57 Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman

Yang di lakukan Auliani Ketika Auliani meminta tolong merupakan usaha penyelamatan ke Aisyah untuk melindunginya citra diri dan pemulihan wajah dengan berkata bohong kepada terhadap dirinya. Hal ini Babeh Na'im dan Sekar, Aisyah termasuk ke dalam aspek ketiga, langsung menasihati Auliani, karena penyelamatan citra diri bahwa berkata bohong itu tidak yang dilakukan Auliani baik. Lebih baik berkata jujur/ mencakup usaha-usaha untuk apa adanya. Hal tersebut mencegah peristiwa yang dapat merupakan bahwa Aisyah telah menimbulkan kerentanan atau mengajak Auliani ke jalan yang bahkan merusak citra dirinya benar sesuai firman Allah pada sendiri. surah Ali Imron ayat ke 110 yang artinya : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”

Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada scene ke-36, bahwa untuk melihat miteme akhlak digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh pendukung yang sering muncul dan konflik yang membantu cerita tokoh pendukung juga. Dan ini menunjukan oposisi biner dalam akhlak buruk sesama makhluk sosial, karena Auliani berusaha untuk berbohong demi menyelamatkan dirinya sendiri. Sumber : Hasil Analisa Penelitian

115

16. Scene 61 Menjelang sore hari, Ibu Rahma menawarkan menu untuk berbuka puasa kepada Pak Sofyan yang sedang duduk di ruang depan. Bunga yang mendengar pembicaraan Ibu dan Bapaknya dari kamar langsung ikut ke ruang depan untuk ikut memesan makanan menu berbuka puasa. Namun, Pak Sofyan malah menyuruh bunga untuk menengok ke tempat cuci motor, usaha milik keluarganya. Bunga yang sedikit kecewa oleh perintah Bapaknya lantas memesan makanan kepada Ibunya. Namun, ketika mendengar pesanan Bunga yang terlalu banyak membuat Bapaknya sedikit kesal dan menasehati Bunga.

Gambar 4.17 Keluarga Pak Sofyan sedang merencanakan menu berbuka puasa

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

Sopyan duduk di ruang depan, lalu Rahmawati datang.

Rahmawati : Bapak mau buka puasa pakai apa? Sopyan : Beli bihun goreng, sama gorengan aja Bu. Rahmawati : Ya, sudah, ibu beli dulu.

116

Bunga datang. Bunga : Ibu mau beli apa? Sopyan : Kamu kalau soal makanan cepet bener dengernya. Bunga : Tadi pas lagi kedengeran aja, Pak. Sopyan : Ya, sudah,mending kamu sekarang liat tempat cucian motor dulu sana. Bunga : Aku kan mau beli makanan. Rahmawati : Nanti ibu aja yang beliin makanan kamu. Bunga : Ya, sudah, aku beliin mie goreng, pakai bakwan dua, sama kolek, dan jangan lupa risolnya tiga, ya, Bu. Sopyan : Bunga, kamu itu mau buka puasa apa bales dendam?! Jangan berlebihan! Nggak baik! Bunga tersenyum masam.

Tabel 4.16 Analisa Scene 61 Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman Ekspresi yang ditunjukan Bunga Mendengar pesanan menu ketika diperintah dan dinasehati oleh berbuka puasa Bunga, Bapak Bapaknya sebetulnya kecewa, lantas menasehati Bunga agar namun Bunga tetap menerima dan tidak makan berlebihan. Hal ini menjalankan perintah Bapaknya. Hal dijelaskan dalam Al-Qur'an ini menunjukan Bunga melakukan surat Al-A'raf ayat ke 31 yang aspek dalam komunikasi artinya : “Makan dan minumlah antarbudaya yaitu, manajemen dan jangan berlebih-lebihan. konflik yang di mediasi oleh Sesungguhnya Allah tidak ekspresi wajah yang ditunjukan dan menyukai orang-orang yang budaya dalam sebuah keluarga. berlebih-lebihan.”

117

Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada

scene ke-61, bahwa untuk melihat miteme akhlak digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh yang sering muncul dan konflik yang membantu cerita tokoh utama. Dan ini menunjukan oposisi biner dalam akhlak baik dalam kesediaannya untuk membantu dan mendengarkan nasihat dari orang tua. Sumber : Hasil Analisa Penelitian

17. Scene 62 Yuli berinisiatif untuk membelikan Tisna sebuah baju untuk dipakai saat lebaran nanti. Akan tetapi, sebetulnya Tisna merasa tidak enak kepada Yuli, karena seharusnya sebagai suami, Tisna lah yang membelikan Yuli baju untuk lebaran, seperti Ojak yang akan membelikan baju untuk Denok. Mendengar jawaban Tisna, Yuli merasa kecewa. Karena maksud Yuli, tulus, ingin membahagiakan suaminya dengan cara membelikan baju baru. Ia lantas pergi ke kamar meninggalkan Tisna sendiri di ruang depan.

118

Gambar 4.18 Yuli kecewa atas respon Tisna

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

Tisna sedang duduk di dalam rumahnya, melihat baju yang dibeli Yuli untuknya. Yuli berpaling.

Yuli : Gimana, bagus kan, Bab? Tisna : Bagus. Yuli : Babab suka, kan? Tisna : Gimana, ya? Yuli : Kok gimana, ya? Tisna : Babab ngerasa nggak pantes aja nerimanya. Yuli : Kenapa, Babab? Tisna : Mustinya Babab yang ngebeleiin Yuli, bukan kebalik. Yuli : Ih, Babab ngeselin banget deh, mau dibikin seneng aja susah banget!

Kemudian, Yuli yang kecewa, segara masuk ke kamar. Tisna menghela nafas.

119

Tabel 4.17 Analisa Scene 62 Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman Usaha Yuli membuat Tisna Tisna dan Yuli tidak bahagia, dengan cara Mengedepankan aspek syariah, membelikan Tisna Baju baru, yang mengatur hubungan membuat Tisna mengabaikan manusia dengan manusia, budaya istrinya. Tisana sebagai khususnya hubungan dalam suami merasa tidak enak suami – istri. Bukan keinginan karena kurang memberikan dan kepentingan pribadi. kesempatan atau porsi yang Ketundukan terhadap hukum sama kepada satu sama lain syariah akan meringankan kita terkait dengan kepercayaan untuk menerima kebenaran dan kebiasaan budaya guna yang disampaikan suami/istri meminimalisir perbedaan sekalipun bertentangan dengan lintas budaya; menghilangkan keinginan individu. Sesuai budaya sendiri akibat dengan hadits Rasulullah perbedaan budaya; dan SAW: “Orang yang paling pasangan suami istri baik di antara kalian adalah menegosiasikan hubungan yang paling baik kepada mereka karena adanya keluarganya. Aku adalah perbedaan budaya orang yang paling baik kepada keluargaku”. (HR Tirmidzi dan Ibn Majah). Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada scene ke-62, bahwa untuk melihat miteme genre digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh yang sering muncul dan konflik yang membantu cerita tokoh utama. Dan ini menunjukan oposisi biner dalam genre dramatik, karena dalam scene ini menampilkan konflik dalam rumah tangga tokoh utama dalam hubungan suami-isteri. Sumber : Hasil Analisa Penelitian

120

18. Scene 63 Sore hari menjelang berbuka puasa, di tempat

pencucian motor yang merupakan tempat kerja Sapri dan Deden. Sapri dan Deden berdiskusi menu apa yang akan disantap untuk berbuka puasa. Jika Deden yang harus melihat langsung makanan apa saja yang tersedia di tempat penjual takjil. Sedangkan Bang Sapri tinggal menyesuaikan uang yang ia miliki dapat membeli takjil apa saja.

Gambar 4.19 Sapri dan Deden sedang berdiskusi menu berbuka puasa

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

Sapri dan Deden sedang duduk menunggu orang yang mau mencuci motor. Sapri berpaling ke Deden.

Sapri : Kalau nanti berbuka puasa, Deden mau makan sama apa? Deden : Belum tau. Sapri : Kenapa? Deden : Kan belum liat, di tempat yang dagang ada takjil apa aja yang tersedia. Sapri : Oh, iya, ya, kalau Sapri sih,

121

terserah saja. Deden : Terserah gimana, Kang Bang? Sapri : Terserah yang dagang mau jualan apa, nanti Sapri pilih yang sesuai. Deden : Sesuai selera, Kang Bang? Sapri : Bukan, tapi sesuai dengan jumlah uang yang Sapri punya dapat membeli apa saja. Sapri tersenyum

Tabel 4.18 Analisa Scene 63 Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman Deden adalah anak rantau dari kota Dalam scene ini terdapat Bandung yang juga merupakan aspek akhlak dalam Keponakan H. Sodik. Sedangkan berkomunikasi sesama Sapri adalah orang asli kampung makhluk sosial. Rawa Bebek yang memiliki gaya Pembicaraan Deden dan bicara yang khas, dan terkesan Sapri di sela waktu bekerja kaku. Panggilan Deden Kepada mengandung Qaulan Sarpri adalah "Kang Bang". Kang Ma’rufa, artinya perkataan merupakan bahasa sunda halus yang baik, ungkapan yang yang artinya Kakak, Sedangkan pantas, santun, panggilan bang kepada Sapri juga menggunakan sindiran sama memiliki arti yang sama (tidak kasar), dan tidak yaitu, Kakak. Panggilan Deden menyakitkan atau merupakan tanda, orang dari menyinggung perasaan. budaya yang berbeda memiliki Qaulan Ma’rufa juga bermacam pemikiran mengenai bermakna pembicaraan makna kata dari suku yang yang bermanfaat dan berlainan. Pemikiran ini menimbulkan kebaikan menyebabkan mereka menghadapi (maslahat). konflik dengan cara yang berbeda.

122

Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada scene ke-63, bahwa untuk melihat miteme genre digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh pendukung dan bahasan yang membantu lawan bicaranya. Dan ini menunjukan oposisi biner dalam genre komedi, karena dalam scene ini menampilkan pembicaraan menggunakan ciri khas karakter masing-masing yang unik. Sumber : Hasil Analisa Penelitian

19. Scene 65 Semenjak Nana digoda oleh Anyun, ketika berjualan es buah, Denok menitipkan penjualan es buahnya ke “Warung Nasi Pelipur Lapar” milik Eko. Dari kerja sama ini, Denok dan Mas Eko menerapkan system bagi hasil. Menjelang Berbuka Puasa, Ojak mengantarkan dagangan es buah dagangannya ke warung Eko. Ketika sampai di “Warung Nasi Pelipur Lapar” milik Eko, datang pula Deden yang sangat suka dengan es buah, buatan Denok.

Gambar 4.20 Ojak menitipkan dagangan Es Buah di Warung Nasi milik Eko

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

123

Eko sedang mengelap meja, lalu Ojak datang mengantarkan es buah.

Ojak : Ini ditaro di mana, Kok? Eko : Di situ aja, entar gua yang ngatur.

Deden datang sendiri, dia melihat es buah yang dibawa Ojak.

Deden : Kenapa es buahnya di sini? Ojak : Iya, sekarang, istri gua nitip esnya di sini. Deden : Jadi, di rumah nggak jualan lagi. Ojak : Nggak. Deden : Nggak apa-apa, dijual di mana aja, saya beli, Bang! Eko : Belinya sama gua, bukan sama si Ojak! Ibaratnya mah Tom and Jerry. Ojak : Delivery, Ko yang bener.

Eko berpaling ke Deden. Deden tersenyum masam.

124

Tabel 4.19 Analisa Scene 65

Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman Saat Deden ingin membeli es Kerja sama yang dilakukan buah Denok, Eko mengira Denok dan “Warung Nasi Deden akan membeli langsung Pelipur Lapar” milik Eko dari Ojak. Tapi Ojak mengakui adalah bentuk syirkah wujûh bahwa dirinya hanya yang dilakukan oleh seorang mengantar saja, tidak akan biasa-biasa saja, tetapi oleh menjualnya langsung. Hal para pedagang dia dianggap yang dilakukan Ojak memiliki kepercayaan finansial merupakan Penyelamatan (tsiqah mâliyah) yang tinggi, wajah mencakup usaha-usaha misalnya dikenal jujur dan untuk mencegah peristiwa tepat janji dalam urusan yang dapat menimbulkan keuangan.77 kerentanan atau merusak citra seseorang atau hubungan dalam kerja sama. Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada scene ke-65, bahwa untuk melihat miteme genre digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh pendukung dan bahasan yang membantu lawan bicaranya dengan tokoh utama. Dan ini menunjukan oposisi biner dalam genre komedi, karena dalam scene ini menampilkan pembicaraan menggunakan ciri khas karakter masing-masing yang unik. Sumber : Hasil Analisa Penelitian

77 Taqiyuddin An Nabhani. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif. (Surabaya: Risalah Gusti, 1990). h. 154

125

20. Scene 71 Ketika ba’da sholat Ashar Aliya, Fadhil, dan Melati yang memakai pakaian muslim hendak mengaji. Tapi sebelumnya mereka ingin memanggil Bagas dirumahnya. Sampai dirumah Bagas, mereka menemui Indro yang merupakan Ayah dari Bagas. Indro mengira kedatangan Aliya, Fadhil, dan Melati adalah untuk mengajak Bagas main keluar rumah. Lalu Melati menjelaskan kepada Indro maksud dan tujuannya adalah mengajak Bagas ke Masjid untuk mengaji sambil menunggu waktu berbuka puasa. Mendengar penjelasan Melati, Indro jadi bersemangat untuk menyuruh anaknya cepat bersiap-siap untuk segera berangkat bersama Aliya, Fadhil, dan Melati.

Gambar 4.21 Aliya, Fadhil, dan Melati mengajak Bagas untuk ikut mengaji

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

Aliya, Fadhil, dan Melati yang memakai pakaian mau mengaji jalan kaki sampai di rumah Indro.

Fadhil : Assalamualaikum...!

126

Tak lama, Indro yang masih di rumah membuka pintu, keluar, dan melihat anak-anak.

Indro : Waalaikum salam...! Aliya : Bagas mana, Om Indro? Indro : Bagas nggak boleh main, sebentar lagi kan buka puasa! Melati : Saya sama temen-temen, bukan mau ngajak Bagas main, tapi mau ngaji! Indro : Ngaji? Melati : Iya, ngaji!

Indro berpaling ke dalam rumah.

Indro : Bagas... ke sini!

Tak lama, Bagas dan Wahyuni keluar rumah, Indro melihatnya.

Bagas : Ada apa, Pak? Indro : Cepet ganti baju, ikut temen-temenmu ngaji! Bagas : Iya, Pak! Wahyuni : Pada mau ngaji di mana, to? Aliya : Di mesjid, sama Pak Ustad! Bagas : Tunggu aku, ya!

Bagas bergegas masuk ke rumah lagi, Aliya, Fadhil, dan Melati tersenyum.

127

Tabel 4.20 Analisa Scene 71 Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman

Indro kerap kesal, jika anaknya Sikap Indro yang terlalu banyak waktu bermain di berprasangka buruk terhadap luar rumah dengan teman- teman-teman anaknya temannya. Sehingga, ketika merupakan sikap suudzon teman-teman anaknya datang yang termasuk ke dalam kerumah Indro selalu punya aspek akhlak buruk. Karena pandangan anaknya akan di ajak Indro tidak mencari tahu bermain. Tapi ketika Melati terlebih dahulu maksud dan menjelaskan kepada Indro tujuan teman-teman Bagas tentang maksud dan tujuannya yang mengajak Bagas keluar adalah mengajak Bagas mengaji rumah. di Masjid, Indro senang dan antusias menyuruh anaknya untuk bersiap-siap. Sikap Indro merupakan bentuk stereotipe negatif terhadap teman sebaya anaknya. Tapi negosiasi wajah yang dilakukan Melati dengan penjelasannya berusaha meyakinkan Indro.

Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada scene ke-71, bahwa untuk melihat miteme akhlak digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh pendukung yang sering muncul dan konflik yang membantu cerita adalah para tokoh pendukung juga. Ini menunjukan oposisi biner dalam akhlak buruk yang dilakukan Indro karena berprasangka buruk terhadap teman anaknya. Sumber : Hasil Analisa Penelitian

128

21. Scene 76 Di dalam Masjid terdapat Utadz Usman, Babeh Na’im, H. Murod, Cipto dan anak-anak. Ketika Pak Ustadz Usman meminta tolong kepada Cipto untuk membantunya mengajar anak-anak, Cipto malah berkelit, bahwa dirinya belum bisa membaca dan maksud kedatangannya ke Masjid karena ingin ikut belajar bersama anak-anak yang lain. Setelah semua anak-anak membaca Al-Qur’an, gantian Cipto yang meminta untuk di ajarkan membaca oleh ustadz Usman.

Gambar 4.22 Kegiatan Mengaji di Masjid

Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

Aliya duduk di depan Ustadz Usman membaca surah Al- Kautsar, sedangkan Bagas, Melati dan Fadhil mendengarkan. Cipto duduk dekat Murod dan Babe. Aliya : Bismillahirrohmanirrohim... Innaa a’thainaakal kau-tsar... fashalli li-rabbika wanhar... inna syanni-aka huwal abtar.... shadaqallahul ‘azhim.... Lalu, Ustadz Usman berpaling ke yang lain. Ustadz Usman : Siapa yang belum lancar baca quran? Cipto dengan semangat menunjuk, tapi lalu malu sebab tidak ada orang lain yang mengangkat tangan selain dia.

129

Tabel 4.21 Analisa Scene 76 Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman

Keseriusan Cipto untuk belajar Semangat Cipto untuk membaca Al-Qur’an ditunjukan mempelajari Al-Quran di usia di muka umum termasuk di yang sudah dewasa depan anak-anak. Ini menunjukan sikap membangun menunjukan aspek pertama akhlaq. Karna Aisyah komunikasi antarbudaya adalah radhiyallahu ‘anha keyakinan bahwa individu di meriwayatkan bahwa dalam semua budaya yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi berbeda dan Cipto wa sallam bersabda, “Seorang menegosiasikan citra diri secara yang lancar membaca Al- terus terang tekad dan niatnya Quran akan bersama para untuk belajar membaca Al- malaikat yang mulia dan Qur’an. senantiasa selalu taat kepada Allah, adapun yang membaca Al-Quran dan terbata-bata di dalamnya dan sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala” Analisis Narasi Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada scene ke-76, bahwa untuk melihat miteme akhlak digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh pendukung yang sering muncul dan konflik yang membantu cerita tokoh pendukung khusus segmen bulan Ramadhan. Dan ini menunjukan oposisi biner dalam akhlak baik untuk mempelajari bacaan Al-Qur’an di usia yang sudah tergolong dewasa. Sumber : Hasil Analisa Penelitian

BAB V PEMBAHASAN

Sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang tayang perdana pada pertengahan tahun 2015 seolah menjawab keadaan yang sedang memanas kala itu. Persaingan antara ojek online dan ojek konvensional (pangkalan). Perkembangan era digital juga memiliki banyak dampak positif bagi masyarakat yang mengerti cara menggunakannya. Salah satunya adalah jasa ojek online yang beberapa tahun belakangan menjadi tren, karena dirasa fleksibel dan efisien bagi pelanggannya. Namun, di balik kemudahan akses bagi pelanggannya, jasa ojek yang di digitalisasi dianggap berdampak negatif bagi masyarakat lokal, terutama yang berprofesi sebagai tukang ojek pangkalan. Sehingga, hal inilah yang kerap menimbulkan konflik di berbagai daerah yang mayoritas masih berprofesi sebagai ojek konvensional, yang belum bisa menerima kehadiran ojek berbasis online. Tetapi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan, kedua jenis model ojek tersebut menampilkan banyak tayangan yang menunjukan bentuk kesolidaritasan antar sesama pengemudi ojek. Selain mengangkat masalah soal transportasi ojek, pada umumnya, banyak terdapat masalah yang diangkat dalam Sinetron Tukang Ojek Pengkolan.hal tersebut meliputi masalah yang dialami oleh setiap pemain di dalam cerita. Mulai dari masalah keluarga, asmara, solidaritas, bisnis, pertemanan, dan masalah dalam

130

131

kehidupan lainnya. Semua itu tertuang dalam sinopsis, storyline, scene plot, dan skrip. Pengamatan terhadap narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada episode ke-1172 akan memperlihatkan beberapa oposisi biner dalam perspektif komunikasi antarbudaya dan nilai- nilai ke-Islaman. Adapun mitheme dalam oposisi biner (sifat-sifat berlawanan) yang ditemukan peneliti dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan adalah sebagai berikut :

A. Ojek Konvensional (Pangkalan) – Ojek Online Oposisi biner ini dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan digambarkan oleh pertemanan tiga orang tokoh utama yang menggunakan motor-motor tua sebagai tukang ojek konvensional, dengan orang-orang yang menjadi pengemudi ojek online yang menggunakan motor-motor modis keluaran terbaru. Yaitu Ojak, Purnomo, dan Tisna sebagai tokoh utama dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang berprofesi sebagai tukang ojek konvensional yang mangkal di pengkolan. Sedangkan sejak awal kemunculan sinetron Tukang Ojek Pengkolan, yang berperan sebagai tukang ojek online dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan, aktornya selalu diperankan oleh pemain yang berbeda-beda, sesuai dengan rating pemain yang akan berperan. Sampai tahun 2016 akhir, ada tokoh Ramdhan, Mimin, dan Jono yang berperan sebagai pengemudi ojek online Gober. Sampai pada awal tahun 2017 sampai sekarang, yang berperan sebagai tukang ojek online adalah Jono, Anyun, Beben, Bobby, Ferdi dan banyak lagi pemeran

132

ojek online Gober yang terdapat dalam frame, tapi hanya sebagai figuran saja. Jenis layanan tukang ojek konvensional dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan hanya dapat membawa penumpang saja. Tetapi pernah juga Ojak diminta menjadi ojek regular untuk antar-jemput anak sekolah. Berbeda dengan Gober, Ojek berbasis online dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan, yang dalam cerita memiliki layanan jasa pengantar paket dan juga penumpang. Sama seperti ojek online pada kehidupan nyata, layanan Gober sebagai ojek online hanya dapat di pesan melalui aplikasi yang ada di smartphone saja. Nilai-nilai ke-Islaman yang terkandung dalam narasi sinetron Tukang Ojek Pengkolan sesuai dengan oposisi biner di atas diimplementasikan dengan kerukunan antar pengemudi ojek online dan pengemudi ojek konvensional yang mangkal. Ketika selama ini dalam kehidupan nyata banyak oknum pengemudi ojek konvensional yang tidak menerima kehadiran ojek online, karena dianggap telah mengurangi pendapatan mereka, maka dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan ini menunjukan bahwa rezeki sudah ada yang mengatur, sesuai dengan Al-Quran surat Al-An’kabut ayat 60 :

َ َ َ ْ ْ َ َّ َ َ ْ ُ ْ َ َ َّ ُ َ ْ ُ ُ َ َ َّ ُ ْ َ ُ َ َّ ُ وكأِّين ِّمن داب ٍة َل تح ِّمل ِّرزق ا هاَّلل يرزقها وِّإياكم ۚ وهو الس ِّميع ْ َ ُ العِّليم

133

Artinya : ”Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah- lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al- An’kabut : 60)

Sedangkan untuk Komunikasi antarbudaya juga dibutuhkan dalam kedua jenis model transportasi umum ini. Contoh Komunikasi Antarbudaya dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan dapat dilihat pada scene 19, episode 1172 di atas, seorang ibu penerima paket layanan Gober memberikan uang tip kepada Jono, karena telah bersedia menunggu. Sedangkan komunikasi antarbudaya pada ojek konvensional relatif sering terjadi karena tarif dalam ojek konvensional harus disepakati oleh pengemudi dengan calon penumpang yang sebelumnya melakukan negosiasi terlebih dahulu.

B. Akhlak Baik – Akhlak Buruk Akhlak dalam konteks kehidupan sehari-hari menjadi indikator pada penelitian ini, khususnya mengenai variable nilai-nilai ke-Islaman. Narasi mengenai nilai-nilai ke-Islaman disampaikan melalui para tokoh dalam perilaku, dialog, karakter dan kejadian dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan. Dalam sinetron tersebut, ditemukan oposisi biner tentang akhlak yang terbagi menjadi akhlak baik dan akhlak buruk. Oposisi biner ini dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan banyak disajikan dalam bentuk makna tersirat. Artinya,

134

banyak adegan-adegan dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang lumrah terjadi pada kehidupan nyata namun tidak sepenuhnya di bingkai dengan nuansa islam, tetapi banyak mengandung nilai-nilai kehidupan yang sifatnya dapat membangun akhlak. Nilai kehidupan yang disajikan juga tidak hanya akhlak baik saja, tetapi juga terkadang ada juga nilai- nilai kehidupan yang termasuk ke dalam akhlak buruk. Nilai-nilai ke-Islaman dalam oposisi biner ini sangat menonjolkan akhlak tentang toleransi dalam berbagai jenis usaha, khususnya jenis usaha Ojek, konvensional maupun online. Selain itu, banyak juga di tampilkan akhlak baik dalam bentuk hubungan antara manusia dengan manusia, yaitu hormatnya istri terhadap suami, anak terhadap orang tua dan kerukunan dalam hidup bertetangga. Sedangkan akhlak buruk yang ditampilkan pada sinetron ini hanya tersaji dalam komedi yang candaanya terkesan sedikit ‘konyol’, seperti saat Auliani berusaha menghindari Babeh Na’im dengan cara menyuruh Aisyah berbohong kepada Babeh Na’im, namun ia mempergakan adegan tersebut sangat lucu yaitu, ia berpura- pura tidur di depan Aisyah. Selain nilai-nilai ke-Islaman, komunikasi antarbudaya dalam oposisi biner ini juga menjadi salah satu kekuatan cerita yang menunjang sinetron ini tetap menjadi favorit penonton dirumah. Pesan-pesan akhlak dalam komunikasi antarbudaya yang di sampaikan dalam sinetron ini meliputi komunikasi yang terjadi antara hubungan manusia dengan manusia yang berbeda suku, pekerjaan, dan kepentingan, seperti yang terjadi

135

ketika Tisna memberi semangat pada Purnomo untuk berjuang mendapatkan hati calon mertuanya seperti apa yang dikatakan orang tua Tisna, tetapi Purnomo malah menghiraukan nasihat Tisna dengan meledek Tisna, sebagai bentuk manajemen konflik yang di hadapi Purnomo saat itu.

C. Komedi – Dramatik Genre atau jenis gaya sinetron yang digunakan dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan adalah drama komedi. Dalam oposisi biner ini, tiap scene memiliki sub genre yang berbeda-beda. Dari sisi pemeran, komunikasi yang terjalin dalam dialog antar pemain sangat menunjukan ciri khas dari karakter masing-masing tokoh. Oleh karenanya, penempatan sub genre dalam alur cerita scene sinetron Tukang Ojek Pengkolan ini di kemas secara acak agar penonton tidak merasa jenuh ketika menyaksikan tayangan sinetron tersebut. Hubungan rumah tangga Ojak sebagai tokoh utama yang memiliki istri yang terkesan kaku dan memiliki ekspresi yang datar menjadi salah satu ciri khas dalam sinetron ini memiliki kekuatan cerita. Sebagaimana oposisi biner ini, sub genre dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan tidak hanya menampilkan komedi saja, tetapi juga mengangkat sub genre dramatik juga mengangkat problematika rumah tangga dalam memecahkan suatu masalah bersama. Nilai-nilai Ke-Islaman dalam oposisi biner ini banyak digambarkan dalam narasi yang termasuk ke dalam kategori sub genre dramatik. Karena pada umumnya pesan-pesan

136

akhlak disampaikan ketika keadaan atau situasi sedikit serius, dan minim candaan. Seperti pada scene 62, yang mana komunikasi yang terjalin antara sepasang suami isteri Tisna dan Yuli mengalami kesalahpahaman yang disebabkan oleh egoism masing-masing. Sedangkan untuk narasi dalam komunikasi antarbudaya yang terjadi pada sinetron Tukang Ojek Pengkolan ini lebih sering ditempatkan pada sub genre komedi. Karena dialog antar tokoh yang terjadi rata-rata dilatarbelakangi oleh kepentingan yang berbeda. Maka berbeda pula makna yang diterima oleh lawan bicara. Penyelesaian konflik inilah yang lebih sering menghasilkan nilai komedi yang membuat penonton dirumah tertawa.

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan terhadap sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang tayang di RCTI setiap hari pukul lima petang, menceritakan tentang kehidupan masyarakat sosial sebuah kampung, di belakang gedung- gedung tinggi perkotaan. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah pada bab pendahuluan dengan menggunakan teori analisis naratif, atau lebih khususnya peneliti menggunakan teori menurut kajian Claude Levi- Strauss. Dari hasil analisis per adegan yang telah dilakukan sebelumnya, muncul beberapa sifat berlawanan yang mewakili semua sifat berlawanan yang ada. Diharapkan oposisi biner berikut ini dapat menarasikan keseluruhan maksud dan tujuan penulis skenario, sehingga sinetron ini memiliki kekuatan cerita dan layak untuk disaksikan oleh masyarakat luas, di antaranya:

Ojek Konvensional – Ojek Online Akhlak Baik – Akhlak Buruk Komedi – Dramatik

137

138

Oposisi biner tersebut menunjukan bahwa, sifat-sifat yang berlawanan dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan merupakan representasi dari komunikasi antarbudaya dan nilai-nilai ke-Islaman yang dikemas dalam cerita yang dimaksudkan untuk menjawab masalah sosial yang sedang terjadi pada kehidupan sesungguhnya dalam masyarakat sosial. Oposisi biner yang utama adalah kehadiran ojek online di sebuah kampung ditengah-tengah aktifitas perkotaan, namun dapat diterima oleh para pengemudi ojek konvensional yang biasa mangkal di pengkolan perkampungan tersebut. Ini dapat di buktikan dengan beberapa scene yang menampilkan komunikasi antarbudaya yang terjalin cukup baik. Oleh karenanya, ini menjadi nilai positif tersendiri, bahwa cerita dalam sinetron ini memilki kekuatan dalam menyampaikan nilai-nilai ke-Islaman, khususnya yang dapat membangun akhlak para penontonnya. Akhlak baik dan akhlak buruk yang terdapat dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan ini dikemas ke dalam sajian komedi dan drama agar terlihat tidak membosankan bagi penonton. Unsur komedi dan drama dalam sinetron ini di tampilkan secara acak mengikuti plot yang sedang berlangsung dan dengan porsi yang sama.

139

B. Saran Berdasarkan dari penelitian analisis narasi terhadap sinetron Tukang Ojek Pengkolan di RCTI dalam perspektif komunikasi antarbudaya dan nilai-nilai ke-Islaman yang telah peneliti lakukan. Maka penulis ingin memberikan saran kepada pembaca, khususnya penonton sinetron Tukang Ojek Pengkolan, yaitu: 1. Secara umum sinetron Tukang Ojek Pengkolan ini adalah upaya untuk memberikan solusi yang komprehensif secara nyata tentang dampak kahadiran ojek online terhadap ojek konvensional. Keberadaanya dinilai penting untuk memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Dan ojek konvensional tidak perlu merasa dirugikan karena pada hakikatnya rezeki sudah ada yang mengatur, dan kembali kepada diri kita masing-masing. Narasi dalam sebuah budaya itu dapat dimaknai bagaimana Islam sebagai agama yang “rahmatan lil’alamin” sangat fleksibel, lugas dan adaptif dengan semangat perubahan dan demokrasi yang dicitrakan dalam kontradiksi komodifikasi Islam ditelevisi. Pada satu sisi, Islam adalah ajaran yang cinta damai, harmonis, humanis, modis, dan sekaligus formalis. 2. Sinetron yang tidak bernuansa Islami bukan berarti bisa seenaknya menyajikan segmentasi yang keluar dari norma- norma yang berlaku. Produksi sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang mengankat cerita berdasarkan kehidupan sehari-hari ini juga harus lebih fokus lagi dalam menyortir segmen-segmen yang akan disajikan kepada khalayak.

140

Dalam posisi demikian, sangat diharapkan media menjadi bagian dari pembentuk karakter bangsa yang sehat. 3. Kepada civitas akademik program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, agar penelitian tentang sinetron menjadi sesuatu yang lebih dipertimbangkan. Hal ini mengingat, tayangan sinetron dapat dikonsumsi oleh banyak penonton padahal proses produksinya tidak jarang sangat singkat. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengawalan terhadap sinetron-sinetron yang tayang ditelevisi melalui penelitian

141

DAFTAR PUSTAKA

A. Devito, Joseph. 2011. Komunikasi AntarManusia. Tangerang Selatan: KARISMA Publishing Group. An Nabhani, Taqiyuddin. 1990. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif. Surabaya: Risalah Gusti. Ardianto, Elvinaro dan Erdijaya, Lukiati Komala. 2004. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. As, Asmaran. 2000. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Berger, Arthur. 2003. Media and Society: A Critical Perspektive. Boulder: Rowman & Littlefield. Branston, Gill and Stafford, Roy. 2003. The Media Student’s Book (London and New York: Routledg. Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persad. Culler, Jonathan. 1976. Structuralist poetics : Strukturalism, Linguistics and the study of literature. New York: Cornell University Press, Darajat, Zakiah. 1984. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta : Bulan Bintang. ______. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara

142

Departemen Kebudayaan Pariwisata, Direktorat Jenderal Nilai Budaya Seni dan Film. 2006. Draft Naskah Akademis Rancangan Revisi UU Perfilman. Direktorat Perfilman. Eriyanto. 2013. Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media .Jakarta : Kencana Predana Media Group. Hadi, Sutrisno. 1989. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset, Hegemony: The Case of the Turkish Soap Opera “Colonialism”, International Journal of Communication 7, 2013, hal.2361-2385, http://ijoc.org diakses 12 Oktober 2015. Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Isi Media Televisi. Jakarta: Rineka Cipta. Labib, Muh. 2002. Potret Sinetron Indonesia. Jakarta: PT. Mandar Utama Tiga Books Division. Levi-Strauss, Claude. 1972. The Structural Study of Myth. New York: Doubleday Anchor. Lexy, J. Moeloeng. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Lubis, Lusiana Andriani. 2012. Pengantar Komunikasi Lintas Budaya. Medan: Seri Diktat. Lutters, Elizabeth. 2004. Kunci Sukses Menulis Skenario, (Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia. M. Munir. 2006. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana. Mishbah, M. Taqi. 1984. Monoteisme Sebagai Sistem Nilai dan Aqidah Islam. Jakarta : Lentera.

143

Muhaimin, Abd. Mujib. 1991. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung : Bumi Aksara. Mulyana, Dedy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mursito. BM. 2006. Memahami Institusi Media. Surakarta: Lindu Pustaka dan SPIKOM Surakarta. Nurudin. 1997. Televisi Agama Baru Masyarakat Modern. Malang : UMM Press. Putra, Heddy Shri Ahimsa. 2001. Strukturalisme Levi-Strauss: Mitos dan Karya Sastra .Yogyakarta: Galang Press. Quinn Patton, Michael. 2002. Qualitative Research and Evaluation Methods, 3rd Edition. Thousand Oaks, California: Sage Publications, Inc. Rachman, Saokat. 2018. Curriculum Vitae. ______. 2018. Dialog Skenario Sinetron Tukang Ojek Pengkolan episode 1172. Rakhmat, Jalaludin. 2009. Komunikasi Antar Budaya, (Bandung: Remaja Rosda Karya. Riduwan. 2013. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Ruslan, Rosady. 2008. Manajemen Public Relation dan Media Penyiaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Saifuddin Anshari, Endang. 1969. Wawasan Islam Pokok-Pokok Fikiran tentang Islam dan Ummatnya.Jakarta: CV. Rajawali. Sastro, Darwanto, Subroto. 1994. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

144

Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media – Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotic, dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Alfabeta. Tahruddin, Alam. 2011. Analisis Pendekatan Struktur dan Nilai Budaya dalam Kumpulan Cerita Pendek Jodoh karya A. A Navis. Tesis Program Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Ting Toomey, Stella. 2003. “Face-Negotiation Theory” dalam A First Look at Communication Theory, Sixth Edition. New York: McGraw Hill Higher Education. ______. 2007. “Teori Negosiasi Muka”, dalam Richard West dan Lyn H.Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi: Introducing Communication Theory: Analysis and Aplication, terj. Maria Natalia. Jakarta: Salemba Humanika. Tubbs, Stewart dan Moss, Sylvia. 1996. Human Communication. Konteks-konteks komunikasi. Penerjemah: Dedi Mulyana dan Gembirasari. Bandung: Remaja Rosda Karya. Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta, Rieneka Cipta. Yoruk, Zafer dan Vatikiotis, Pantelis. Soft Power or Illusion of

145

Web : Hermansyah, Abirahma & Purnadi, Sad. Sinetron Tukang Ojek Pengkolan. www.mncpictures.com/series/14/Tukang-Ojek- Pengkolan. Di akses pada 05 Mei 2018 Kuiper, kathlen. 2012. Claude Lévi-Strauss (biography). www.britannica.com/biography/Claude-Levi-Strauss. Di akses pada 27 April 2018 Layar Drama Indonesia, RCTI. 2018. TUKANG OJEK PENGKOLAN [31 MEI 2018]. Youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q. Di akses pada 25 Juni 2018 Rachman, Sokat. 2016. Rahasia Sukses Tukang Ojek Pengkolan. www.sokatandlife.com/2017/02/inilah-rahasia-sukses- serial-tukang. Diakses pada tanggal 05 Mei 2018 Toomey, Stella Ting, Facework/ Face Negotation Theory, 1. www.researchgate.net/publication/248925162. Diakses pada 1 Maret 2018

LAMPIRAN-LAMPIRAN

146

Lampiran 1

HASIL WAWANCARA

Nama Narasumber : Sokat Rachman (Penulis Skenario Sinetron Tukang Ojek Pengkolan) Profesi : Penulis Tempat : Kediaman Sokat Rachman di Jalan Nusa Indah RT007 RW012, Rawa Buaya, Cengkareng, 11740. Hari/Tanggal : Minggu, 15 Juli 2018

1. Bagaimana awal mula mas sokat di percaya menulis skenario sinetron Tukang Ojek Pengkolan?

Awalnya itu saya nggak sendiri ya dalam penggarapan skenario ini. Kita tergabung dalam Aris Nugraha Production (ANP) itu ada empat orang, Saya, Melvi, mbak Ilma, sama bang Rizki. Seiring berjalannya waktu, mbak Ilma sama bang Rizky di tarik untuk project baru, tapi masih di stasiun tv yang sama. Kalo nggak salah itu di episode 700-an deh kayaknya. Tapi yang pasti sih nggak jauh setelah masuk episode 700. Setelah itu tinggal saya sama Melvi, sampe sekarang saya menjadi penulis utama, karna Melvi khusus untuk beberapa bintang tamu yang sifatnya keluar masuk tergantung ratting pemain. Nah, tapi masalahnya sekarang, setiap pemain itu punya rating, siapa yang rating-nya bagus akan tayang terus. Kalau ratingnya berkurang, bisa nggak dimunculkan dulu atau bahkan dihilangkan sama sekali

147

2. Ratting pemain, bagaimana maksudnya mas?

Iya ratting pemain jadi maksudnya gini, kalo dulu kan ratting itu berdasarkan sinetron tersebut. Nah, kalo sekarang beda. Jadi masing-masing pemain itu juga punya ratting, yang akan membawa sinetron yang sedang ia mainkan. Misalnya gini, pemeran Purnomo itu si mas Furry ratting dia paling tinggi di antara artis-artis lainnya selain sinetron TOP. Jadi, sinetron TOP lah yang sedang berada di ratting tertinggi saat itu.

3. Apakah ada kriteria khusus untuk setiap pemain, agar bisa terus tampil di setiap episodenya?

Kalo kriteria khusus sih nggak ada. Tapi kita dituntut untuk membuat cerita ini menarik terus setiap harinya. Karna kan, Penulis juga punya beban untuk membagi adegan secara adil dan tersebar. Kalau kami nggak mainin satu atau dua orang nih, berarti kami tidak menafkahi mereka, dong. Jadi, kuncinya yaa balik lagi ke ratting itu tadi.

4. Lalu, ada latar belakang apasih di balik judul Tukang Ojek Pengkolan Ini?

Nah, itu awalnya dari kemunculan Ojek-ojek yang berbasis online pada waktu itu. Kita ambil tema di fokus utamanya itu ojek konvensional atau ojek pangkalan yang mangkalnya

148

dipengkolan jalanan. Awal banget sinetron ini muncul, belum kita munculkan Gober. Padahal, saat itu ojek online sedang naik daun. Kalo denger cerita mereka waktu itu, dari ojek online bisa berpenghasilan 300-500 ribu per harinya. Nah, dari situ orang-orang berbondong-bondong mendaftar untuk menjadi driver ojol. Tapi karna pihak perusahaan ojol tersebut mereka punya syarat khusus untuk bergabung. Maka mulailah muncul masalah baru di dunia transportasi kita, yang cukup parah ya waktu itu. Perselisihan antara ojek online dan ojek konvensional. Kita lihat di beberapa titik pangkalan ojek konvensional ada tulisan, “Ojek Online dilarang keras mengambil penumpang diwilayah ini!!!”. Kasus pembakaran sepeda motor, dan pemukulan oleh oknum ojek pangkalan kepada pengemudi ojek online menjadi marak saat itu. Nahh, dari situlah kita munculkan GOBER sebagai ojek online dalam sinetron TOP ini. Dalam cerita, kita menampilkan banyak pesan-pesan moral di dalamnya antara kedua jenis ojek tersebut yang dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang muncul saat itu. Itulah yang menjadi khas dalam sinetron TOP ini.

5. Kapan sih waktu-waktu mas Sokat menyerahkan skenario yang sudah di kerjakan?

Setiap hari! Setiap hari, sampai saat ini kita wajib menyetorkan skrip-skrip ini ke pihak produksi. Konsekuensinya ya terkadang saya harus kerja begadang

149

walaupun nggak setiap hari. Soalnya, kami bikin cerita harus lucu. Kalau lagi mentok, saya tinggal tidur dulu. Itu pun tidur nggak tenang. Soalnya, tidur berasa sambil mikir. Saya mah santai saja dikejar deadline, karena saya mendedikasikan hal itu sebagai bagian dari pekerjaan saya. Saya aslinya lebih serius. Kalau nggak ngobrol begini, saya pasti lebih banyak diam. Bukannya pendiam, tapi saya lagi mikirin naskah ini mesti bagaimana, Sebagai penulis ‘jaman now’, kami yang harus cari ide. Penulis itu setiap hari harus membuka mata hatinya. Apa yang terlewat dan dianggap orang biasa, bagi penulis bisa jadi nggak biasa.

6. Dimana biasanya mas Sokat melakukan pekerjaan menulis skenario ini?

Saya kalau menulis disini (sambil menunjukan ruang kerjanya). Yaa terkadang juga saya kerjakan luar, di café atau warung-warung makan yang ada di pinggir jalan. Suasana ramai gak masalah buat saya, justru dari situ saya banyak dapat inspirasi.

7. Adakah hambatan yang mas Sokat alami selama melakukan pekerjaan ini?

Hambatan, pasti ada. Sebelum nulis, kita harus nunggu list ratting pemain dulu dari pihak MNC nya. Kalo dari sananya terlambat, saya tetap harus on time setor naskah (skenario)

150

untuk segera di garap sama tim produksi. Belom lagi kalo ada situasi yang urgent, kayak dulu kita harus bikin ending meninggalnya Tati, karena memang pihak terkait sudah gak ada kontrak. Terus, meninggalnya alm. kak Reni yang jadi ibu nurmala. Sama yang terakhir nih, kasusnya mas Tora. Padahal udah saya buat naskahnya. Yaa mau gak mau kita revisi ceritanya biar tetep nyambung.

Foto dan Wawancara bersama Sokat Rachman (Penulis Skenario Sinetron Tukang Ojek Pengkolan)

151

Lampiran 2

Foto kebersamaan Sokat Rachman dengan Pemain dan Tim Produksi Sinetron Tukang Ojek Pengkolan

152

153

Lampiran 3 Lokasi Syuting Sinetron TOP

154

Lampiran 3 Surat Bimbingan Skripsi

155

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian (Skripsi)

156

Lampiran 5 Dokumentasi Sidang Munaqasyah

157

Lampiran 6 Biodata Penulis

Singgih Egananto, lahir di Jakarta

03 Juli 1996. Putra dari pasangan Bapak Sutrisno dan Ibu Marsini. Penulis merupakan putra sulung dari empat bersaudara. Alamat email penulis yaitu: [email protected] Penulis menempuh pendidikan diantaranya di SDN 09 Pagi Rawa Buaya tahun 2003-2008, SMPN 264 Jakarta tahun 2008- 2011, SMAN 57 Jakarta tahun 2011-2014 dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014-2018, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan lulus dengan menyandang gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada tanggal 24 september 2018. Penulis bercita-cita untuk melanjutkan studi dibidang komunikasi dan turut berkontribusi dalam membangun kemajuan dunia Informasi di Indonesia melalui peran sebagai Jurnalis. Penulis aktif dalam organisasi intra kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Komunikasi Penyiaran Islam. Dengan ketekunan dan motivasi tinggi untuk terus belajar, berusaha dan memperbaiki diri, penulis telah menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga dengan adanya karya ini mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan. Motto: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah ayat 5-6)

158