1

STUDI PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE) DI KECAMATAN SINGKOHOR KABUPATEN SINGKIL TAHUN 2015 (Research of Land Use (Land Use) in Singkohor Sub District of Aceh Singkil 2015)

Chandra Pangihutan Simamora1), Afifuddin Dalimunthe2) dan Budi Utomo2)

1)Mahasiswa Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Jl. Tridharma Ujung No.1 Kampus USU Medan 20155 (Penulis Korespondensi, Email: [email protected]) 2)Staf Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT This study aimed to analyze the function of land uses contained in Singkohor Sub District 2015. This research was located in Singkohor Sub District,of Aceh Singkil Regency by using satellite images of landsat 8. The research method was a supervised classification. Analysis of the data for the image interpretation by using monogram of Sumatera and ground check. The results showed that land cover in the District Singkohor include forests, plantations, open land, settlements, water bodies, bush, and farm. The largest land use at the location of the research is the type of open land area of 5491.57 Ha and forest area of 4046.67 Ha was expected to be on the wane due to the conversion of land use into other uses such as plantations. In addition, 14 species of plants obtained MPTS (Multi Purpose Tree Species) among the sites that have the advantage among others, have been tested and able to adapt to the environment so that these types of MPTS plants are more prospective in rehabilitation activities.

Key Word: Land use, interpretation, Landsat imagery, plant of MPTS.

PENDAHULUAN karena itu kajian faktor fisik lingkungan terhadap perubahan penggunaa lahan cukup menarik Lahan adalah suatu lingkungan fisik untuk dilakukan. yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi, dan Kota Aceh Singkil merupakan kota vegetasi dimana faktor- faktor tersebut tujuan program tranmigrasi yang cukup luas. mempengaruhi potensi penggunaannya. Badan Pusat Statistik (2014) menyatakan bahwa Termasuk didalamnya adalah akibat-akibat Kabupaten Aceh Singkil ini mempunyai luas kegiatan manusia, baik pada masa lalu maupun daerah sekitar 1.857,88 Km. Kota Aceh Singkil sekarang, seperti reklamasi daerah-daerah berbatasan langsung dengan Kota pantai, penebangan hutan, dan akibat-akibat pada bagian utara, pada bagian selatan merugikan seperti erosi dan akumumulasi garam berbatasan Samudera , sebelah timur (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001). berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara, Kebutuhan manusia akan dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten kelangsungan produktivitas hidupnya Aceh Selatan. Ditinjau dari aspek topografi kota menyebabkan manusia sebagai faktor utama Aceh Singkil berada pada ketinggian 6 s/d 74 dibalik terjadinya perubahan penutupan lahan. mdpl yang terdiri dari 11 Kecamatan. (Lillesand dan Kiefer, 1990). Dengan memperhatikan hal-hal Dalam mengambil keputusan tentang tersebut maka diperlukan data-data spasial memilih jenis tanaman apa yang tepat bagi suatu Kecamatan Singkohor yang berguna dalam lahan maka diperlukan perencanaan yang tepat. pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya dan Perencanaan dan pengambilan keputusan yang ruang di Kecamatan Singkohor yang tepat harus dilandasi oleh data dan informasi direncanakan secara berkelanjutan. Maka dari yang akurat tentang kondisi lahan. Jenis itu, perlu diadakan penelitian tentang fungsi penggunaa lahan dilokasi penelitian sampai saat penggunaan lahan di Kecamatan Singkohor, ini lebih didominasi oleh penggunaan lahan Kabupaten Aceh Singkil. Tujuan dari penelitian ini pertanian atau perkebunan. Hal ini tentu saja adalah untuk menganalisis fungsi penggunaan dikarenakan oleh berbagai sebab dan salah lahan di Kecamatan Singkohor pada tahun 2015. satunya adalah faktor fisik lingkungan. Oleh 2

METODE PENELITIAN topografi dan data lain yang dapat diperoleh dari Dinas Kehutanan dan Lokasi dan Waktu Penelitian Perkebunan, Dinas Kehutanan, Lokasi penelitian ini berada di Bappeda Kabupaten dan Biro Pusat kecamatan Singkohor, Kabupaten Aceh Singkil, Statistik. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Penelitian 2. Pengumpulan data primer ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2015. Data primer yaitu data yang diambil langsung dari lapangan berupa Alat dan Bahan ground chek penutupan lahan hasil Alat yang digunakan dalam penelitian ini dari analisis citra satelit. Data lain antara lain: yang diambil untuk keperluan a. Komputer (Personal Computer) beserta mendukung analisis kesesuaian perlengkapannya. lahan berupa data fisik lapangan. b. Perangkat lunak, pengolahan citra,dan Analisis dan Interpretasi Data GIS (Envi 4.7 dan ARC GIS 10.0) Data-data yang berhasil dikumpulkan c. GPS (Global Positioning System) akan dianalisis dengan menggunakan beberapa d. Kamera digital. software (perangkat lunak) yaitu Microsoft Excel e. Alat tulis. (pengolah data numerik), Software ArcGis 10 f. Manual Monogram Sumatera (pengolah peta dan citra) dan Software ENVI 4.7 Bahan yang digunakan dalam (pengolah citra). penelitian ini adalah data-data spasial penutupan lahan Kota Administatif Aceh Singkil antara lain: Metode Analisis Citra a. Citra Landsat 8 OLI tahun 2015 sumber Analisis citra Landsat TM dengan (http://www.glovis.usgs.gov) menggunakan software ENVI 4.7 dilakukan untuk b. Peta Dasar: peta Batas administratif, mendapatkan gambaran penutupan lahan peta kawasan hutan SK 941/Menhut- seluruh wilayah kabupaten Aceh Singkil. Analisis II/2013, peta badan air, dan peta jalan. ini dilakukan dengan mengelompokkan nilai-nilai c. Data-data kependudukan Kota pixel dalam kisaran tertentu ke dalam beberapa Administratif Aceh Singkil. kelas penutupan lahan. Metode klasifikasi yang digunakan adalah metode klasifikasi terbimbing Metode Penelitian dengan metode Maximum Likehood Classifier Metode penelitian yang dipakai dalam yaitu mengelompokkan citra ke dalam beberapa penelitian ini adalah pendekatan secara kelas penutupan lahan dengan mengacu pada deskriptif. Pendekatan ini memanfaatkan data peta dasar, dan kemudian melakukan verifikasi dan peta yang sudah dikumpulkan sesuai dengan lapangan untuk masing-masing penutupan lahan tujuan untuk di analisis. Data-data seperti peta tersebut. Hasil dari verifikasi lapangan ini kependudukan, peta batas administratif, dan lain digunakan untuk membuat klasifikasi ulang, guna sebagainya ditabulasikan dalam bentuk basis mendapatkan peta penutupan lahan. data kemudian dideskripsikan. Survei Tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Prosedur penelitian Species) Prosedur kerja dalam penelitian ini Dilakukan kegiatan survei tanaman terdiri dari beberapa tahapan yaitu: MPTS berdasarkan jenis di lokasi penelitian. Pengumpulan Data Survei ini bertujuan mendapatkan jenis tanaman 1. Pengumpulan data sekunder yang mampu beradaptasi dan unggul dalam Sebelum dilaksanakan survey kegiatan rehabilitasi pada lahan kritis dan juga lapangan, terlebih dulu dilakukan mempunyai nilai ekonomi sehingga disukai analisis citra satelit untuk masyarakat. mendapatkan peta penutupan lahan misalnya hutan, perkebunan, sawah, ladang, semak belukar, pemukiman dan lahan kosong. Kemudian HASIL DAN PEMBAHASAN dilakukan cek lapangan untuk menentukan penutupan lahan yang Karakteristik kependudukan Kecamatan sebenarnya. Selain data dari citra Singkohor satelit, diperlukan juga data-data Pertambahan penduduk kota di pendukung lain seperti peta Indonesia mendorong meningkatnya kegiatan administrasi, peta land system, peta kehidupan sosial dan ekonomi di kota yang 3

selanjutnya menyebabkan kenaikan kebutuhan pertambahan jumlah penduduk di Kecamatan akan lahan. Hal ini juga terjadi di Kecamatan Singkohor berdasarkan Badan Pusat Statistik Singkohor yang setiap tahun mengalami Kabupaten Aceh Singkil tahun 2014: pertambahan penduduk. Berikut adalah tabel

Tabel 1. Pertambahan jumlah penduduk Kecamatan Singkohor. Tahun Jumlah Penduduk 2011 5.431 2012 5.582 2013 5.734

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat perkotaan memberikan pengaruh yang besar bahwa jumlah penduduk pada Kecamatan pada perubahan penggunaan lahan Singkohor setiap tahunnya selalu mengalami ( Harahap, 2010). peningkatan. Pertambahan jumlah penduduk, baik yang bersifat alami maupun migrasi Hasil Analisis Citra merupakan salah satu penyebab meningkatnya Citra komposit 654-RGB dari landsat 8 jumlah penduduk membawa pengaruh terhadap pada perekaman tahun 2015 telah dipotong meningkatnya kebutuhan ruang. sesuai dengan daerah batas kecamatan Perubahan penggunaan lahan adalah Singkohor. Selanjutnya dikonversi dalam bentuk peralihan fungsi lahan dari fungsi tertentu data layer, kemudian diolah pada program menjadi fungsi lainnya, misalnya dari sawah ArcGis. Citra Landsat 8 OLI hasil dari kombinasi berubah menjadi pemukiman atau tempat usaha, band diklasifikasi berdasarkan hasil interpretasi dari sawah kering berubah menjadi sawah irigasi citra melalui rona, bentuk dan tekstur citra. Pada atau yang lainnya. Faktor utama yang citra Landsat 8 OLI selanjutnya dilakukan mendorong perubahan penggunaan lahan adalah analisis dengan klasifikasi terbimbing dan setelah jumlah penduduk yang semakin meningkat itu dapat dihitung akurasi dari hasil klasifikasi sehingga mendorong mereka untuk merubah yang telah dilakukan. lahan. Tingginya angka kelahiran dan Peta klasifikasi penggunaan lahan perpindahan penduduk dari desa maupun dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 3. Peta Tutupan Lahan Kecamatan Singkohor Tahun 2015.

4

Setelah dilakukan analisis citra maka dapat tutupan lahan di kecamatan Singkohor tahun dilihat hasil akhir berupa peta penutupan lahan di 2015 adalah 93,37%. kecamatan Singkohor pada tahun 2015. Berdasarkan pengujian hasil klasifikasi Hasil Klasifikasi Tutupan Lahan spektral citra satelit terhadap uji lapangan Hasil interpretasi citra Landsat 8 OLI digunakan uji akurasi dengan confusion matrix / berformat RGB (band 654) dengan klasifikasi matriks kesalahan yaitu matriks bujur sangkar terbimbing (supervisied classification) yang memuat jumlah piksel yang telah menggunakan metode (maximum likelihood diklasifikasi. Akurasi yang digunakan adalah classifier) atau metode peluang maksimum Kappa Accuracy. Akurasi ini menggunakan mampu membedakan penggunaan lahan yang semua elemen dalam matriks untuk menguji ada di kecamatan Singkohor menjadi 7 tipe ketelitian dari interpretasi citra yang sudah penggunaan lahan. Luas penutupan lahan di dilakukan. Nilai Kappa Accuracy dari klasifikasi kecamatan Singkohor dapat dilihat lebih jelas pada tabel berikut.

Tabel 2. Penggunaan Lahan di Kecamatan Singkohor tahun 2015

Penggunaan Lahan Luas (ha) Persen (%) Lahan Terbuka 5.491,57 31,06 Perkebunan 4.585,41 25,93 Hutan 4.046,67 22,89 Badan Air 3.040,29 17,19 Semak Belukar 427,90 2,42 Pemukiman 83,70 0,47 Sawah 2,61 0,014 Total 17.678.15 100

Kecamatan Singkohor merupakan sawah. Selain itu, badan air juga pada dasarnya salah satu kecamatan yang berada dalam daerah menjadi elemen pendukung dalam suatu administrasi kabupaten Aceh Singkil. penggunaan lahan. Berdasarkan citra Landsat 8 OLI penggunaan Kebanyakan penggunaan lahan seperti lahan yang paling luas adalah lahan terbuka. lahan terbuka dikhususkan untuk diubah menjadi Lahan terbuka memiliki luas mencapai 5.491,57 fungsi penggunaan lain menjadi perkebunan Ha atau menempati sekitar 31,06% dari luas total (sawit). Luas lahan kosong diusahakan untuk kecamatan Singkohor. Selain itu tipe penggunaan lahan lain yang semakin luas. penggunaan lahan dengan wilayah luas kedua Berdasarkan hasil survei yang dilakukan dapat adalah perkebunan. Umumnya masyarakat dimungkinkan jika daerah kawasan hutan setempat menggunakan tanaman Sawit sebagai mendukung untuk tempat tumbuh tanaman komoditi utama dari lahan perkebunan mereka. kelapa sawit sehingga perubahan penggunaan Tipe penggunaan lahan perkebunan memiliki lahan banyak menjadi perkebunan (sawit). Hal ini luasan sekitar 4.585,41 Ha atau sekitar 25,93% sesuai dengan literatur Hardjowigeno (1993) dari luas total kecamatan Singkohor. Selanjutnya yang menyatakan bahwa tanah merupakan salah tipe penggunaan lahan berupa kawasan hutan satu faktor penentu yang mempengaruhi menempati urutan ketiga dengan luas 4.046,67 penyebaran penggunaan lahan. Sehubungan Ha atau sekitar 22,89% dari luas total kecamatan dengan fungsinya sebagai sumber hara, tanah Singkohor. merupakan faktor fisik lahan yang paling sering Badan air menempati urutan keempat dimodifikasi agar penggunaan lahan yang dengan luas 3.040,29 Ha atau sekitar 17,19% diterapkan mendapatkan hasil yang maksimal. dari luas total kecamatan Singkohor. Selain itu tipe penggunaan lahan yang lain adalah sawah Pengaruh Aksesibilitas dalam Perubahan dengan luas 2,61 Ha, pemukiman dengan luas Penggunaan Lahan 83,7 Ha, dan semak belukar dengan luas 427,9 Tingginya tingkat kepadatan penduduk Ha. Keberadaan badan air di kecamatan di suatu wilayah telah mendorong penduduk Singkohor menjadi faktor yang sangat penting membuka lahan baru dan selain itu juga dikarenakan keberadaan badan air dapat menjadi penduduk membangun jalan sehingga bahan pertimbangan dalam mengubah fungsi memudahkan aksesibilitas. Berikut peta jalan penggunaan lahan seperti pemukiman dan kecamatan Singkohor: 5

Gambar 4. Peta Akses Jalan Kecamatan Singkohor .

Berdasarkan peta di atas dapat Fungsi Penggunaan Lahan berdasarkan disimpulkan bahwa akses jalan melewati SK.941/Menhut-II/2013 kecamatan Singkohor cukup baik sehingga Hutan primer yang berada di aksesibilitas menuju atau keluar dari kecamatan kecamatan Singkohor merupakan tutupan lahan Singkohor cukup mudah. Hal ini sesuai dengan yang saat ini banyak mengalami tekanan literatur Wijaya (2004) yang menyatakan bahwa dibandingkan dengan tipe tutupan lahan yang salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan lainnya. Hal ini dikarenakan perubahan penutupan lahan di suatu wilayah aksesibilitas. peruntukan kawasan hutan di kecamatan Dengan membangun jaringan jalan maka akan Singkohor. SK 941/Menhut-II/2013 yang telah lebih memudahkan dalam proses perubahan dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan Aceh Singkil penggunaan lahan. berisi tentang perubahan fungsi kawasan hutan Sukojo dan Susilowati (2003) dalam seluas 130.542 Ha, perubahan peruntukan Sirait (2014) menyatakan bahwa bebebrapa kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan kajian dan penelitian telah dilakukan untuk seluas 42.616 Ha, dan perubahan peruntukan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya kawasan bukan hutan menjadi kawasan hutan perubahan penggunaan lahan. Beberapa hal seluas 26.461 Ha. Berdasarkan SK 941/Menhut- yang diduga sebagai penyebab proses II/2013 terdapat dua fungsi kawasan yang ada di perubahan penggunaan lahan antara lain: (1) kecamatan Singkohor yaitu Hutan Produksi Besarnya tingkat urbanisasi dan lambatnya Konversi (HPK) dan Areal Penggunaan Lain proses pembangunan di pedesaan, (2) (APL). Berikut peta penggunaan lahan di Meningkatnya jumlah kelompok golongan kecamatan Singkohor berdasarkan berpendapatan menengah hingga atas di wilayah SK.941/Menhut-II/2013 yang telah ditimpa perkotaan yang berakibat tingginya permintaan (overlay) dengan peta tutupan lahan hutan: terhadap pemukiman (komplek-komplek perumahan), (3) Terjadinya transformasi di dalam struktur perekonomian yang pada gilirannya akan menggeser kegiatan pertanian / lahan hijau khususnya di perkotaan, (4) Terjadinya fragmentasi pemilikan lahan menjadi satuan- satuan usaha dengan ukuran yang secara ekonomi tidak efisien. 6

Gambar 5. Peta Overlay fungsi kawasan dengan peta tutupan lahan hutan Kecamatan Singkohor.

Berikut adalah tabel luas masing-masing fungsi kawasan yang ada di kecamatan Singkohor:

Tabel 3. Luas Fungsi Kawasan Kecamatan Singkohor Fungsi Kawasan Luas (Ha) HPK 6.022,665 APL 11.655,485

Berdasarkan tabel diatas Hutan lahan, faktor ekonomi, dan faktor kelembagaan. Produksi Konversi (HPK) menempati sekitar Selain itu, faktor kondisi sosial budaya juga akan 34,07% dari luas total kecamatan Singkohor dan mempengaruhi pola penggunaan lahan. Areal Penggunaan Lain (APL) sebesar 65,93%. Berdasarkan faktor tersebut, Areal Penggunaan Pada fungsi kawasan Areal Penggunaan Lain Lain sebagian besar dikonversi dan dikelola (APL) perubahan penggunaan lahan dapat menjadi areal budidaya seperti perkebunan berubah berdasarkan beberapa faktor. Faktor masyarakat. yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan Berdasarkan peta yang telah ditimpa tersebut kemungkinan dapat disebabkan seperti (overlay) diatas didapat data berupa luas tutupan dalam kutipan Wulangsari dan Pradoto (2013) lahan yang berada masing-masing pada kedua yang menyatakan bahwa dalam menentukan fungsi kawasan di Kecamatan Singkohor. penggunaan lahan terdapat empat faktor penting Berikut adalah luas tutupan lahan pada masing- yang perlu dipertimbangkan yaitu: faktor fisik masing fungsi kawasan:

Tabel 4. Luas tutupan lahan pada masing-masing fungsi kawasan. Tutupan Lahan Fungsi Kawasan APL (Ha) HPK (Ha) Lahan Terbuka 3.575,449 1.916,121 Perkebunan 3.684,726 900,684 Hutan 1.269,140 2.777,530 Badan Air 2.628,890 411,400 Semak Belukar 416,100 11,800 Pemukiman 78,570 5,130 Sawah 2,610 - 7

Berdasarkan Tabel diatas luas tutupan sebesar 12,73 ton/ha. Monokultur merupakan lahan yang mendominasi pada fungsi kawasan suatu pengolahan tanah pada suatu lahan Areal Penggunaan Lain (APL) adalah pertanian dengan tujuan membudidayakan satu Perkebunan seluas 3.684,726 Ha dan luas jenis tanaman dalam waktu satu tahun (Hidayat, tutupan lahan yang mendominasi pada fungsi 2013). kawasan Hutan Produksi Konversi (HPK) adalah Pola tanam monokultur merupakan Hutan dengan luas 2.777,53 Ha. Dalam fungsi suatu pola tanam yang bertentangan dengan kawasan Areal Penggunaan Lain (APL) terdapat aspek ekologis yang tidak memperhatikan tutupan lahan hutan seluas 1.269,14 Ha dan keadaan lingkungan dan pengawetan tanah. pada fungsi kawasan Hutan Produksi Konversi Sehingga dalam jangka waktu yang lama dapat (HPK) terdapat tutupan lahan hutan seluas membuat lingkungan pertanian yang tidak 2.777,53 Ha. Hutan Produksi Konversi (HPK) mantap. Dalam meminimal kerusakan lingkungan menurut P.50/Menhut-II/2009 mempunyai karena terlalu besarnya jumlah luasan lahan pengertian sebagai kawasan hutan yang secara terbuka dan meminimalisir dampak negatif dari ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pola tanam monokultur maka sangat disarankan pembangunan diluar kehutanan. untuk melakukan sistem tanam agroforestri agar Dari pengertian tersebut, keberadaan keadaan tanah dapat terjaga dan meminimalisir hutan mendapat penekanan perubahan tanah yang terdegradasi akibat pola tanam penggunaan lahan karena sebagian besar luasan monokultur. Hal ini sesuai sesuai dengan hutan berada pada fungsi kawasan Hutan pernyataan Hairiah, et al., (2004) yang Produksi Konversi. Menurut Nasoetion dan menyatakan bahwa agroforestri merupakan salah Winoto (1996) proses alih fungsi lahan secara satu pengolahan lahan hutan dengan tujuan langsung dan tidak langsung ditentukan oleh dua untuk mengurangi kegiatan faktor, yaitu: (i) sistem kelembagaan yang perusakan/perambahan hutan sekaligus dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah, meningkatkan penghasilan petani secara dan (ii) sistem non-kelembagaan yang berkelanjutan. berkembang secara alamiah dalam masyarakat. Program penggunaan lahan dengan Sistem kelembagaan yang dikembangkan oleh sistem agroforestri harus mengacu pada tiga masyarakat dan pemerintah antara lain kriteria dasar yaitu sustainabilitas, produksi, dan direpresentasikan dalam bentuk terbitnya kesesuaian. Berdasarkan hasil survey yang telah beberapa peraturan mengenai konversi lahan. dilakukan terdapat 14 jenis tanaman MPTS yang terdapat di lokasi penelitian dan banyaknya Inventarisasi Tanaman MPTS (Multi purpose kesamaan yang diterima antara Kecamatan Tree Species) Singkohor dan Kota Medan seperti persamaan Hasil dari ground check didapatkan kisaran ketinggian, kontur dan curah hujan. hasil bahwa komoditi utama yang dihasilkan di Berdasarkan kesamaan tersebut maka dapat lokasi penelitian merupakan jenis tanaman disarankan beberapa tanaman MPTS yang telah monokultur dimana sebagian besar jenis disurvey yang terdapat di lokasi penelitian saat tanaman yang diusahakan adalah jenis tanaman melakukan ground check. Jenis-jenis tanaman kelapa sawit. Berdasarkan Badan Pusat Statistik MPTS yang telah disurvey dapat dilihat pada (2014), kelapa sawit memberikan kontribusi yang Tabel 5: cukup signifikan di Kabupaten Aceh Singkil. Pada tahun 2013 produktivitas hasil kelapa sawit

Tabel 5. Jenis-jenis tanaman MPTS. No. Jenis MPTS Nama Latin 1 Cempedak Arthocarpus champeden 2 Durian Durio zibethinus 3 Jambu air Syzygium aqueum 4 Jambu biji Psidium guajava 5 Jambu bol Syzygium malaccense 6 Jengkol Pithecellobium jiringa 7 Kakao Theobroma cacao 8 Kedondong Spondias dulcis 9 Kelengkeng Dimocarpus longan 10 Mangga Mangifera indica 11 Melinjo Gnetum gnemon 12 Nangka Artocarpus heterophyllus 13 Rambutan Nepheium lappaccium 14 Sawo Manilkara zapota 8

Tipe penggunaan lahan yang paling yang Sehat. World Agroforestry Centre. besar luasannya adalah lahan terbuka yang Bogor seluas 5.491,57 Ha. Cukup luasnya lahan terbuka ini kemungkinan terjadi karena konversi Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan lahan menjadi areal budidaya seperti perkebunan Pedogenesis. Akapres. Jakarta. masyarakat. Keterlambatan pengelolaan lahan terbuka dapat menyebabkan tumbuhnya semak Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2001. dan mengeringnya lahan sehingga menyebabkan Kesesuaian Lahan dan Perencanaan lahan menjadi kritis. Tata Guna Tanah. Jurusan Tanah Berdasarkan tiga kriteria tersebut, Fakultas Pertanian œ IPB. Bogor dapat diasumsikan bahwa jenis-jenis tanaman yang didapat (survey) memiliki keunggulan dalam Hidayat, A. M. 2013. Pola Tanam Monokultur beberapa hal antara lain berasal dari habitat diakses dari aslinya, telah teruji dan mampu beradaptasi http://www.anakagronomy.com/2013/01 dengan lingkungan, bernilai melestarikan /pola-tanam-monokultur.html [18 keanekaragaman hayati, dan memiliki nilai Agustus 2015] ekonomis yang tinggi serta disukai oleh masyarakat. Suyanto, et al (2009) menyatakan Lillesand, T.M. dan R.W. Kiefer. 1990. bahwa jenis-jenis tanaman MPTS akan lebih Penginderaan Jauh dan Interpretasi prospektif memberikan peluang bagi Citra (Di Indonesia-kan oleh Dulbahri, keberhasilan kegiatan rehabilitasi lahan kritis jika P. Suharsono, Hartono). UGM Press. ditawarkan sebagai jenis-jenis pohon yang Yogyakarta. digunakan untuk rehabilitasi. Sehingga tanaman tersebut dinilai mampu dalam kegiatan Nasoetion, L. dan J. Winoto. 1996. Masalah Alih rehabilitasi lahan yang kritis. Fungsi Lahan Pertanian dan Dampaknya terhadap Keberlangsungan Swasembada Pangan. Dalam Prosiding Kesimpulan Lokakarya — Persaingan Dalam 1. Berdasarkan hasil analisis citra Landsat 8 Pemanfaatan Sumberdaya Lahan dan OLI tahun 2015 terdapat 7 tipe penggunaan Air“: Dampaknya terhadap lahan di Kecamatan Singkohor antara lain : Keberlanjutan Swasembada Beras: 64 - lahan terbuka, perkebunan, hutan, badan 82. Hasil Kerja sama Pusat Penelitian air, semak belukar, pemukiman dan Sosial Ekonomi Pertanian dengan Ford pertanian lahan kering (sawah). Foundation. Bogor. 2. Penggunaan lahan terbesar lahan terbesar pada lokasi penelitian yaitu pada tipe lahan Sirait, R. M. 2014. Analisis Perubahan Penutupan terbuka dengan total luasan 5.491,57 Ha Kawasan Hutan Mangrove di atau sekitar 31,06% dari total luasan, Kecamatan Percut Sei Tuan Antara sedangkan hutan hanya sekitar 4.046,67 Tahun 2011 Dengan 2014. [Skripsi]. atau sekitar 22,89% dari total luasan. Fakultas Kehutanan Universitas Dimana kawasan hutan di lokasi penelitian Sumatera Utara. Medan. diperkirakan akan semakin berkurang dikarenakan konversi penggunaan lahan Sukojo, B. M. dan D. Susilowati. 2003 Penerapan menjadi tipe penggunaan lahan lain seperti Metode Pengindreaan Jauh dan Sistem perkebunan. Informasi Geografis untuk Analisa Perubahan Penggunaan Lahan (Studi Kasus: Wilayah Kali Surabaya). Jurnal Makara Teknologi Vol 7: No 1. DAFTAR PUSTAKA Suyanto, Yusanto, dan N. Hafizianor. 2009.

Inventarisasi Jenis-Jenis Pohon Bermanfaat Ganda Unggulan Lokal Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Singkil. (Multi Purpose Tree Species) 2014. Kecamatan Singkohor Dalam Berdasarkan Kondisi Ekologisnya Angka Tahun 2014. Dalam Rangka Upaya Rehabilitasi

Lahan Kritis di Kabupaten Banjar. Hairiah, K.D.,Suprayogo, dan M.V. Noordwijk. Jurnal Hutan Tropis Borneo. Fakultas 2004. Ketebalan Serasah Sebagai Indikator Daerah Aliran Sungai(DAS) 9

Kehutanan Unlam Banjarbaru. Banjarmasin.

Wijaya, C.I. 2004. Analisis Perubahan Penutupan Lahan Kabupaten Cianjur Jawa Barat Menggunakan Sistem Informasi. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wulangsari, A. dan W. Pradoto. 2013. Faktor œ Faktor yang Mempengaruhi Pola Penggunaan Lahan Akibat Keberadaan Kawasan Pendidikan UNNES. Jurnal Teknik PWK. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang.