FKIP UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI SEMINAR NASIONAL Pendidikan Budaya dan Sejarah “Dibalik Revitalisasi Budaya” ISBN: 978-602-72362-7-1

EKSISTENSI PURA AGUNG BLAMBANGAN DI BANYUWANGI Sofyan Kriswantoni1, Dhalia Soetopo2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Banyuwangi Email: [email protected] Email: [email protected] Abstrak Pura Agung Blambangan merupakan pura yang paling sering dikunjungi oleh umat Hindu yang ada di Banyuwangi maupun luar wilayah Kabupaten Banyuwangi. Dikarenakan Pura tersebut mempunyai kaitan sejarah dengan Kerajaan Hindu terakhir (Kerajaan Blambangan). Pura Agung Blambangan selain sebagai tempat peribadatan juga digunakan sebagai wisata religi bagi umat Hindu khususnya. Penulis mencoba untuk meneliti dan mengeksplorasi dengan mengacu pada rumusan masalah antara lain: 1) Bagaimana sejarah Pura Agung Blambangan. 2) Bagaimana eksistensi Pura Agung Blambangan. 3) Bagaimana dampak-dampak yang ditimbulkan dari eksistensi Pura Agung Blambangan. Dan 4) Bagaimana relevansi terhadap pendidikan. Penggalian data yang digunakan adalah metode deskriptif kualiatatif dengan sumber utama yang terdiri dari pemangku adat, pengurus pura, pedagang di sekitar pura dan masyarakat sekitar pura. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Keywords : Eksistensi, Sosial, Ekonomi, Pura.

Abstrak Pura Agung Blambangan is the most frequently visited temple by Hindus in Banyuwangi and outside the Banyuwangi Regency. Because the Temple has historical links with the last Hindu Kingdom (). Pura Agung Blambangan apart from being a place of worship is also used as a religious tour for Hindus in particular. The author tries to research and explore by referring to the formulation of the problem, among others: 1) What is the history of Pura Agung Blambangan. 2) How is the existence of Pura Agung Blambangan. 3) What are the impacts of the existence of Pura Agung Blambangan. And 4) How is relevance to education. Data extraction used is descriptive qualitative method with the main source consisting of traditional stakeholders, temple administrators, traders around the temple and the community around the temple. While secondary data is obtained through interviews, observation and documentation.

Keywords: Existence, Social, Economy, Temple.

112 | P a g e FKIP UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI SEMINAR NASIONAL Pendidikan Budaya dan Sejarah “Dibalik Revitalisasi Budaya” ISBN: 978-602-72362-7-1

1. PENDAHULUAN abad pertama. Ada beberapa teori tentang Indonesia dikenal sebagai negara bagaimana hindu mencapai Nusantara, salah majemuk dimana banyak sekali peninggalan- satunya Mookerjeemenyatakan bahwa peningalan nenek moyang bangsa ini yang tak masuknya pengaruh hindu dari India ke lekang dimakan waktu dan tetap terjaga Indonesia dibawa oleh para pedagang India hingga saat ini. Kita dapat menjumpai banyak dengan armada yang besar. Setelah sampai di peninggalan hindu yang dapat Pulau Jawa (Indonesia) mereka mendirikan digunakansebagai wahana sejarah dan koloni dan membangun kota-kota sebagai pariwisata,salah satu diantaranya adalah tempat untuk memajukan usahanya (ahli – tempat-tempat suci dan dikeramatkan yang India tahun 1912). Dari tempat inilah mereka masih bernuansa agama hindu dan biasanya sering mengadakan hubungan dengan India. tempat-tempat suci tersebut ialah sisa-sisa Kontak yang berlangsung sangat lama ini, peninggalan kerajaan yang dahulunya maka terjadi penyebaran agama hindu di dipercayai sebagai pusat atau tempat-tempat Indonesia. Teori lain yaitu menyatakan bahwa raja untuk bersemedi dan bermeditasi hingga peranan kaum Ksatrya sangat besar digunakan sebagai tempat upacarakeagamaan. pengaruhnya terhadap penyebaran agama Salah satu agama di Indonesia yang tetap hindu dari India ke Indonesia. Demikian pula dianut oleh sebagian masyarakatnya hingga pengaruh kebudayaan hindu yang dibawa oleh sekarang adalah agama hindu. Awal masuknya para rohaniawan hindu India ke Indonesia. agama hindu di Kepulauan Nusantara sejak Pada abad ke 4 Kerajaan di Masuknya agama hindu di Jawa Timur Timur, Tarumanegara di Jawa Barat, dan tidak lepas dari Kerajaan . Pada saat kalingga di Jawa Tengah ialah termasuk pemerintahan raja beliau kerajaan hindu awal yang didirikan di wilayah memiliki putra yang bernama Bhre Wirabumi Nusantara. Beberapa kerajaan hindu kuno yang berasal dari selirnya. Untuk menghindari yang menonjol adalah kerajaan Mataram yang pertikaian raja Hayam Wuruk memberikan membangun Candi Prambanan yang megah, kekuasaan kepada Bhre Wirabumi untuk kemudian diikuti oleh kerajaan Singasari dan memerintah di daerah Blambangan ujung Kediri. Sejak saat itu agama hindu menyebar pulau Jawa. Setelah Hayam Wuruk meninggal, di seluruh Nusantara dan mencapai puncak terjadi perang saudara antara kedua anak pengaruhnya pada abad ke 14, kerajaan yang Hayam Wuruk ini. Pengangkatan terakhir dan terbesar diantara kerajaan hindu Kusumawardhani sebagai penguasa Majapahit di Jawa adalah kerajaan Majapahit yang tidak disenangi Bhre Wirabhumi. Rasa tidak menyebarkan pengaruhnya di Nusantara. senang ini kemudian berkembang menjadi perang saudara yang dikenal dengan Perang

113 | P a g e FKIP UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI SEMINAR NASIONAL Pendidikan Budaya dan Sejarah “Dibalik Revitalisasi Budaya” ISBN: 978-602-72362-7-1

Paregreg (1401-1406). Dalam Perang Paregreg Wasa dengan segala manifestasinya dan roh ini, Bhre Wirabhumi terbunuh. Perang suci leluhur (2003:21). Terdapat banyak pura berkepanjangan ini membuat Majapahit yang digunakan oleh umat Hindu. Di Jawa menjadi semakin lemah. Biaya perang serta Timur sendiri terdapat 443 pura yang masih jumlah korban yang demikian besar membuat aktif dan digunakan. Candi atau pura di Jawa Majapahit tidak bisa mempertahankan Timur mempunyai ciri yang berbeda dengan keutuhan wilayah. Akhirnya yang ada di Jawa tengah dan Yogyakarta. setelahWikramawardhana meninggal, kerajaan Di Jawa Timur tidak didapati candi Majapahit pecah menjadi beberapa kerajaan berukuran besar atau luas, seperti Prambanan kecil. Dengan adanya persoalaan tersebut, atau Sewu di Jawa Tengah (Arifyudi, 2006). kerajaan hindu mulai berkurang eksistensinya Satu-satunya candi yang menempati kompleks dikarenakan bermunculan kerajaan-kerajaan yang agak luas adalah Candi Panataran di islam yang berada di pesisir pulau Jawa. Dan Blitar. Akan tetapi, candi di Jawa Timur sisa-sisa kerajaan Majapahit banyak yang umumnya lebih artistik. Tatakan atau kaki berpindah ke pulau dan ada juga yang candi umumnya lebih tinggi dan berbentuk sebagian bertahan tetap tinggal di Blambangan selasar bertingkat. Untuk sampai ke bangunan atau yang sekarang menjadi Banyuwangi. utama candi, orang harus melintasi selasar- Dalam agama hindu, sarana untuk tempat selasar bertingkat yang dihubungkan dengan peribadatannya disebut pura. Kata pura berasal tangga. dari kata Sanskerta yang berarti kota atau Tubuh bangunan candi atau pura di Jawa benteng, artinya tempat yang dibuat khusus Timur umumnya ramping dengan atap dengan dipagari tembok untuk mengadakan bertingkat mengecil ke atas dan puncak atap kontak dengan kekuatan suci. Tempat khusus berbentuk kubus. Penggunaan makara di sisi ini yang berfungsi sebagai tempat suci untuk pintu masuk digantikan dengan patung atau pemujaan Hyang Widi beserta manifestasinya ukiran naga. Perbedaan yang menco-lok juga dan roh suci leluhur. Suratmini terlihat pada reliefnya. Relief pada candi-candi dalamskripsinya Puspaningsih, I Ketut (2009) Jawa Timur dipahat dengan teknik pahatan menyatakan bahwa Pura atau disebut juga yang dangkal (tipis) dan bergaya simbolis. kahyangan adalah replika ataubentuk Objek digambarkan tampak samping dan tiruandarikahyangansecana sejati Tuhan Yang tokoh yang digambarkan umumnya diambil Maha Esa dengan berbagai manifestasinya di dari cerita . Candi-candi Hindu di Jawa Sorga Loka (Titib, 2003). Di Bali pura Timur umumnya dihiasi dengan relief atau diartikan sebagai tempat khusus yang patung yang berkaitan dengan Trimurti, tiga disucikan yang berfungsi sebagai tempat dewa dalam ajaran Hindu, atau yang berkaitan pemujaan terhadap Ida Sanghyang Widhi dengan Syiwa, misalnya: Durga, Ganesha, dan

114 | P a g e FKIP UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI SEMINAR NASIONAL Pendidikan Budaya dan Sejarah “Dibalik Revitalisasi Budaya” ISBN: 978-602-72362-7-1

Agastya (Soekmono, 1997:86). Dan setiap masyarakat muslim. Melihat tempat Pura Kota atau Kabupaten yang ada di Jawa Timur Agung Blambangan juga berdekatan dengan memiliki peninggalan sejarah kerajaan hindu Masjid dan letak bangunan pura tersebut salah satunya yang terdapat di Banyuwangi. berada dalam kawasan masyarakat muslim. Banyuwangi adalah Kabupaten yang Dengan adanya latar belakang tersebut peneliti terletak di ujung pulau Jawa. Banyuwangi bermaksut untuk meneliti dampak-dampak dulunya ialah letak dari kerajaan Blambangan yang diberikan di balik eksistensi Pura Agung yang dipimpin oleh Bhre Wirabumi. Kerajaan Blambangan yang berada dalam kawasan Blambangan adalah kerajaan yang berpusat di masyarakat muslim menjadi mayoritas namun Ujung paling timur pulau Jawa. Blambangan tetap saling menjaga keharmonisan umat dianggap sebagai kerajaan bercorak Hindu beragama. terakhir di Pulau Jawa (Ningtyas, 2010). Kita bisa melihat dari peninggalan-peninggalan dari 2. METODE PENELITIAN kerajaan Blambangan, candi alas purwo, pura Metode penentuan daerah pene-litian ini luhur giri saloka, pura agung blambangan dan adalah metode yang digunakan untuk pura macan putih. Dari peninggalan- menentukan daerah atau lokasi yang akan peninggalan tersebut masih memberikan dijadikan tempat penelitian. Dalam hal ini eksistensi sebagai sarana peribadatan atau metode yang digunakan adalah Purporsiv tempat suci khususnya bagi umat hindu Area. Penelitian ini dilakukan di Desa walaupun masyarakat hindu di Banyuwangi Tembokrejo, Kecamatan Muncar Kabupaten pada saat ini menjadi penganut minoritas. Banyuwangi. Salah satu desa yang memiliki Pemerintah memberikan perlin-dungan tempat peribadatan pura dan tetap menjaga akan tempat ibadah ini sebagai wujud nyata eksistensinya hingga saat ini. dari UUD 1945 tentang kebebasan beragama. Penentuan informan/responden dilakukan Begitu pula dengan tempat peribadatan yang secara purposive. Nugraha Dalam skripsi Diah ada di Banyuwangi, salah satunya Pura Agung Lutviatul Karimah yaitu informan yang di Blambangan. Pura Agung Blambangan sendiri wawancarai dalam penelitian ini adalah orang- merupakan pura terbesar diantara 92 buah pura orang yang memiliki wawasan dan yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Pura pengetahuan mengenai topik penelitian yang terletak di Kecamatan Muncar Desa sehingga dapat memberikan informasi yang Tembokrejo tersebut merupakan pura yang selengkap-lengkapnya, disam-ping informasi sering dikunjungi oleh umat hindu untuk yang diggunakan sebagai subjek penelitian melakukan peribadatan dan wisata religi. dapat di pertanggung jawabkan. Informan juga Letak dari pura agung sendiri berdampingan ditentukan dengan teknik snowball yaitu dengan msjid dan berada dalam kawasan mewawancarai informan sesuai yang telah

115 | P a g e FKIP UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI SEMINAR NASIONAL Pendidikan Budaya dan Sejarah “Dibalik Revitalisasi Budaya” ISBN: 978-602-72362-7-1 ditentukan atau responden sebelum tanpa Blambangan yang dulunya disebut dengan menentukan jumlah respondennya secara pasti istilah umpak songo. umpak songo adalah dengan menggali informasi terkait topik tumpukan batu berlubang mirip penyangga penelitian. Pencarian informan akan tiang bangunan yang berjumlah sembilan. dihentikan apabila penelitian dianggap sudah Umpak berarti tangga dan songo berarti memadai (2005:3).Menurut Moleong sembilan. Umpak Songo merupakan situs sisa mendeskripsikan subjek penelitian sebagai Kerajaan Blambangan ketika ibukota kerajaan informan, yang artinya orang pada latar pindah ke Ulupampang (kini dikenal sebagai penelitian yang dimanfaatkan untuk kota Muncar) setelah Blambangan dipecah memberikan informasi tentang situasi dan menjadi dua yakni Blambangan barat dan kondisi latar penelitian (2010:132). Blambangan timur pasca pemberontakan Menurut Bagong Suyanto informan Jagapati terhadap VOC pada Oktober 1772. penelitian meliputi beberapa macam, yaitu: Situs umpak Songo adalah runtuhan 1. Informan Kunci (Key Informan) bangunan yang menyisakan 49 batu besar merupakan mereka yang mengetahui dengan sembilan batu diantaranya memiliki dan memiliki berbagai informasi pokok lubang pada bagian tengah yang diduga yang diperlukan dalam penelitian. berfungsi sebagai penyangga atau umpak. 2. Informan Utama merupakan mereka Situs ini dulunya digunakan sebagai balai yang terlibat langsung dalam interaksi pertemuan antara Bupati Blambangan, Raden sosial yang diteliti. Tumenggung Wiraguna dengan bawahannya. 3. Informan Tambahan merupakan Umpak Songo ini merupakan bagian penting mereka yang dapat memberikan dari Kerajaan Blambangan. Umpak Songo ini informasi walaupun tidak langsung terbengkalai sejak Raden Tumenggung terlibat dalam interaksi sosial yang Wiraguna memindahkan ibukota Blambangan diteliti. ke lokasi yang sekarang menjadi pendopo Beberapa pendapat diatas dapat Kab. Banyuwangi pada tahun 1774. Dengan disimpulkan penentuan informan juga sangat tidak terawatnya umpak songo, akhirnya berpengaruh terhadap kualitas data yang kita umpak songo mengalami kerusakan dan dapatkan saatmelakukan penelitian agar apa menyebabkan ruhtuhnya umpak songo. yng ditulis dan disajikan peniliti benar-benar Reruntuhan itu ditemukan kembali oleh mbah akurat (2005:172). Nadi Gede, warga Bantul pada tahun 1916-an 3. HASIL PENELITIAN DAN saat membabat hutan dalam kondisi tertimbun. PEMBAHASAN Ketika tanah digali bentuk reruntuhan ini lebih Asal mula Pura Agung Blambangan menyerupai sebuah candi. Dan itu diakui oleh yakni berawal dari sejarah kerajaan Raja Mangkubumi IX pada tahun 1928 bahwa

116 | P a g e FKIP UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI SEMINAR NASIONAL Pendidikan Budaya dan Sejarah “Dibalik Revitalisasi Budaya” ISBN: 978-602-72362-7-1 reruntuhan tersebut merupakan peninggalan kemudian saat para umat hindu akan dari Kerajaan Blambanagn. Umpak songo melakukan perluasan jeroan dan pelataran memiliki daya tarik tersendiri bagi pemeluk pura, sumber lainnya kembali muncul. Air Hindu yang melakukan ritual atau doa, puncak menyembur dari tanah saat warga melakukan ramainya Umpak Songo pada saat hari raya penggalian untuk bangunan kori agung atau kuningan dimana pemeluk hindu di Bali dan pintu utama pura. Di sini sebenarnya ada dua, kota-kota lain berdatangan ke situs Umpak tapi yang satu tertutup karena tepat dibangun Songo tersebut. kori agung, katanya. Sementara, satu sumber Sejarah pura agung Blambangan dimulai lainnya juga muncul berada di jaba pura atau pada saat dilakukan pemindahan tempat bagian luar pura ini. Lima sumber yang peribadatan umat hindu di umpak songo. muncul di dalam kawasan Pura Agung Pemindahan tersebut dilakukan kerena umpak Blambangan ini diyakini memiliki aura suci. songo dirasa kurang memadahi umat yang Bahkan, tak hanya sebagai pelengkap ritual begita banyak pada saat peribadatan. Maka, tapi juga memiliki kekuatan karena berkhasiat keluarga umat hindu pada tahun 1967 keluar menyembuhkan penyakit dan hal-hal lainnya mencari tempat pengganti tidak jauh dari situs bagi mereka yang mempercayainya. Namun umpak songo. Dilahan kosong tersebut para salah satu unsur dari pengurus pura tidak umat hindu melakukan penggalian, pada saat semuanya tahu mengenai asal-usul dari Pura penggalian dilakukan oleh orang-orang Agung Blambngan. tersebut, mereka menemukan sumber mata air Pura ini diresmikan pada 28 juni 1980, atau sumur yang dipercaya ada kaitannya tepatnya hari sabtu wuku kuningan yang dengan umpak songo. Dan warga umat hindu bertepatan dengan hari raya Kuningan. Pura mempercayai bahwa sumur tersebut adalah ini memiliki hubungan erat dengan kerajaan peninggalan kerajaan Blambangan. Blambangan yang bercorak Hindu di Pada saat menggali lagi tanah untuk Banyuwangi. Kerajaan Blambangan pondasi padmasana justru muncul tirta suci merupakan kerajaan yang berpusat di kawasan tiga lainnya yang jaraknya berdekatan. Kini, di Blambangan, yaitu di sebelah selatan bawah bangunan Padmasana tersebut tetap Banyuwangi atau Alas Purwo. Pada akhir mengucur tiga sumber yang tak pernah surut. jaman kerajaan Majapahit, kerajaan Air ini biasanya dijadikan bagian dari ritual Blambangan sudah ada. Dan pada saat itu, raja suci umat hindu saat datang ke pura ini. terakhir yang berkuasa adalah Prabu Minak Airnya tidak pernah kering, walaupun musim jinggo. kemarau. Air biasa dijadikan tirta suci untuk Pada saat piodalan atau hari jadi pura acara persembahyangan atau ritual suci di sini. Blambangan, banyak umat hindu asal Bali Ajaibnya lagi, berselang beberapa tahun yang datang untuk berdoa. Piodalan memiliki

117 | P a g e FKIP UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI SEMINAR NASIONAL Pendidikan Budaya dan Sejarah “Dibalik Revitalisasi Budaya” ISBN: 978-602-72362-7-1 kaitan sejarah dengan masyarakat Bali, karena Dalam menjalani kehidupan sosialnya nenek moyang masyarakat Bali sebagian dari tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan- kerajaan Blambangan yang berada di gesekan yang akan dapat terjadi antar Banyuwangi. Pura Agung Blam-bangan, kelompok masyarakat, baik yang berkaitan awalnya merupakan situs umpak songo yang dengan ras maupun agama. Dalam rangka berada di sebelah timur pura ini. Karena situs menjaga keutuhan dan persatuan dalam ompak songo memiliki lahan yang sempit dan masyarakat maka diperlukan sikap saling berada tepat di tengah pemukiman warga. menghormati dan saling menghargai, sehingga Maka perlu adanya perluasan lahan, pada saat gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan perluasan lahan inilah cikal bakal dari pura pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga agung Blambangan, dimina pura ini dianggap dituntut untuk saling menjaga hak dan sebagai peninggalan kerajaan Blambangan. kewajiban diantara mereka antara yang satu Peninggalan kerajaan Blambangan yang dengan yang lainnya. dimaksut ialah sumur yang ditemukan pada Menurut Soekadijo dalam Purnamawati saat pengerukan lahan pura agung ini pariwisata adalah segala kegiatan dalam Dampak yang ditimbulkan dari masyarakat yang berhubungan dengan eksistensi pura tersebut. Ialah dampak yang wisatawan. Berdasarkan pengertian ini dapat mereka rasakan seperti meningkatnya taraf dinyatakan bahwa adanya wisatawan yang ekonomi keluarga dengan berjualan tanpa ada berkunjung membuat aktivitas pemerintah pungutan sepersenpun dari pihak pura dan daerah, swasta dan anggota masyarakat di menyediakan jasa (sewa rumah untuk daerah tujuan wisata menjadi bertambah. penginapan, sewa kamar mandi dan juga lahan Pemerintah melalui jalur birokrasinya parkir). mengatur kedatangan dan kepulangan Selain itu warga yang berjualan wisatawan. Swasta berperan dalam mayoritas muslim dan mereka berjualan menyediakan tempat penginapan (hotel), ditempat peribadatan untuk umat hindu, hiburan (diskotik dan karaoke), dan tempat merasa terbantu dengan adanya pura Agung makan minum (restoran). Sementara itu Blambangan, mereka dapat mengangkat masyarakat setempat berperan sebagai derajat dan status sosial seperti dapat penunjuk jalan (guide) dan menyediakan menyekolahkan anak cucunya hingga di barang-barang cenderamata(2001: 50). perguruan tinggi berkat dampak yang Sedangkan Dalam pembukaaan UUD ditimbulkan oleh pura. Mereka dapat 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa memanfaatkan keberadaan pura dengan “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap berbagai hal demi mengais rejeki dan juga penduduk untuk memeluk agamanya masing- mengangkat derajat dan status sosialnya.

118 | P a g e FKIP UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI SEMINAR NASIONAL Pendidikan Budaya dan Sejarah “Dibalik Revitalisasi Budaya” ISBN: 978-602-72362-7-1 masing dan untuk beribadat menurut yang memang adalah arti dasar demokrasi itu agamanya dan kepercayaannya itu. (2006:55) Begitu pula yang terjadi pada Pura Menurut Bahari, Dalam Bahasa Arab Agung Blambangan melihat dari konteks kata toleransi (mengutip kamus Al-munawir saling menghargai antara umat beragama. disebut dengan istilah tasamuh yang berarti Menurut Bpk Sarmidi Nilai-nilai religi sikap membiarkan atau lapang dada) Badawi sangatlah terlihat dipura ini, dimana para mengatakan, tasamuh (toleransi) adalah pengunjung pura (umat Hindu) dan warga pendirian atau sikap yang termanifestasikan sekitar pura (non-Hindu) berbaur menjadi satu. pada kesediaan untuk menerimaberbagai Warga sekitar pura menyambut para pandangan dan pendirian yang beraneka ragam pengunjung pura dengan ramah tamah, dan meskipun tidak sependapat dengannya begitupun dengan pengunjung pura. Menurut (2010:51). beliau kerukunan agama sangat kental Sedangkan menurut Tillman toleransi didaerah sini bisa dilihat dari orang yang adalah saling menghargai, melalui pengertian berjualan di sekitar pura adalah warga muslim dengan tujuan kedamaian. Toleransi adalah semua, selain itu petugas keamanan yang metode menuju kedamian. Toleransi disebut biyasah disebut dengan pecalang yang ada di sebagai faktor esensi untuk perdamaian pura juga ikut mengamankan hari besar umat (2004:95). beragama yang lain. Mereka saling Menurut Joachim Wach dalam menghormati dan menghargai satu sama lain Casram,Toleransi beragama merupakan tanpa melihat latar belakang agamanya dan realisasi dari ekspresi pengalaman keagamaan para warga yang ada di sekitar pura juga bisa dalam bentuk komunitas Ekspresi pengalaman menghargai dengab membantu keamanan pada keagamaan dalam bentuk kelompok ini, saat pura mempunyai hajat atau hari besar menurut Joachim Wach, merupakan tanggapan umat hindu yang dilaksanakan di Pura Agung manusia beragama terhadap realitas mutlak Blambangan. yang diwujudkan dalam bentuk jalinan sosial (Bpk.Sarmidi/20/06/2017). antar umat seagama ataupun berbeda agama, Menurut Margaret Sutton Toleransi: guna membuktikan bahwa bagi mereka realitas Nilai dalam Pelaksanaan Demokrasi adalah mutlak merupakan peran vital keberagamaan ”toleransi” adalah kemampuan dan kemauan manusia dalam pergaulan sosial, dan ini orang itu sendiri dan masyarakat umum untuk terdapat dalam setiap agama, baik yang masih berhati-hati terhadap hak-hak orang golongan hidup bahkan yang sudah punah (2016:188). kecil/minoritas dimana mereka hidup dalam peraturan yang dirumuskan oleh mayoritas KESIMPULAN

119 | P a g e FKIP UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI SEMINAR NASIONAL Pendidikan Budaya dan Sejarah “Dibalik Revitalisasi Budaya” ISBN: 978-602-72362-7-1

Berdasarkan hasil penelitian yang telah Andayani, S., Anwar, M., Antariksa. (2012). Pengembangan Kawasan Wisata diuraikan pada bab sebelumnya maka peneliti Balekambang Kabupaten . Jurnal dapat menyimpulkan bahwa sejarah pura Rekayasa Sipil. Vol. 6. No. 2.

Agung Blambangan berawal dari kisah Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Kerajaan Blambangan atau umpak songo (ibu Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. kota). Pura ini dulunya digunakan sebagai balai pertemuan antara bupati Blambangan, Arikunto, Suharsimi. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Raden Tumenggung Wiraguna dan bawahannya. Sejak tahun 1774 situs ini tidak Asyari, Agung. (2011). Membangun Aktif Peran Generasi Muda dan Mahasiswa terawat sehingga lambat laun mengalami dalam Penegakan Kepemimpinan yang kerusakan dan runtuh. Pada akhirnya tahun Ideal (Skripsi Teknik Informatika AMIKOM Yogyakarta). 1928 sisa-sisa bangunan yang runtuh diakui Budiarta, I. (2013). Eksistensi Pura Tumpa oleh raja Mangkubumi IX sebagai peninggalan Desa Tangkas Kecamatan Klungkung kerajaan Blambangan. Dikarenakan sebuah Kabupaten Klungkung (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) (Skripsi peninggalan Kerajaan Blambangan atau Fakultas Dharma Acarya di Institut umpak songo sebagai peninggalan sejarah Hindu Dharma Negeri Denpasar). yang tidak boleh dikurangi dan ditambah, Casram. (2016). “Membangun Sikap Toleransi maka pihak pengurus memindahkan tempat Beragama dalam Masyarakat Plural”. Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya peribadatan pura ke tempat lain yang sekarang dikenal dengan Pura Agung Blambangan. Darmadi, Hamid. (2011). “Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial”. Bandung: Keberadaan pura Agung Blambangan ini Alfabeta. memberikan dampak-dampak yang positif Dibia, I Made. (1985). ”Acara Agama Hindu”. bagi warga sekitar pura Agung Blambangan, Singaraja : STKIP Agama Hindu diantaranya meningkatnya taraf Erich. (2004). “Konsep Manusia Menurut ekonomi warga sekitar dan solidaritas yang Marx Trjm Agung Prihantono”. Yogyakarta: Pusataka Pelajar. tinggi. Nilai-nilai yang dapat diambil dari Pura Agung Blambangan ialah toleransi atau Finantoko dan Nurcahyo. (2015). “Pengaruh Candi Cetho Sebagai Obyek Wisata kerukunan antar umat beragama yang sangat Sejarah Terhadap Kehidupan Sosial kuat. Ekonomi Masyarakat Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar”. Jurnal Agastya. Vol. 5. 4. DAFTAR PUSTAKA No. 2.

Gulo, W. (2003). “Metodologi Penelitian”. Abdullah, T., Suryomihardjo, A. (1985). “Ilmu Jakarta: Gramedia Sejarah dan Historiografi Arah dan Perspektif”. Jakarta: Gramedia. Gunawan, A., Hamid, J., Endang, M. (2016). “Analisis Pengembangan Pariwisata terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat”.

120 | P a g e FKIP UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI SEMINAR NASIONAL Pendidikan Budaya dan Sejarah “Dibalik Revitalisasi Budaya” ISBN: 978-602-72362-7-1

Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 32. No. 1.

Hadiwijiono,H., & Sari.(2002). “Sejarah Filsafat”.Yogyakarta :Pusataka Pelajar.

Imron, Ali. (2002). “Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia”. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Joachim, Wach. (1958). “The Comparative Study of Religion”. New York: Colombia University Press.

Kartono.(1980). “Pengantar Metodologi Research Sosial”. Alumni Bandung.

Luthfi, R. (2013). “Peran Pariwisata Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Sektor Lapangan Pekerjaan dan Perekonomian Tahun 2009-2013”.Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya.

Munawar, S.A. (2003). “Fiqih Hubungan Antar Agama”. Jakarta: Ciputat Press.

Mustopo, dkk. “Sejarah 2”. Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan, Yudhistira. 2011

Muzairi.( 2002). “Eksistensialisme Jean Paul Sartre”. Yogyakarta: Pusataka Pelajar.

Nazir, M .(2005). “Metode Penelitian”. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Poerwadarminto, W. J. S. (1986). “Kamus Umum Bahasa Indonesia”. Jakarta: Balai Pustaka.

Sugiyono. 2013. “Metode Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D)”. Bandung: Alfabeta

Sutton, Margaret. (2006). Toleransi Nilai dalam Pelaksanaan Demokrasi. Jurnal Demokrasi. Vol. V. No.1.

Tafsir, A. (2006). “Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra”. Bandung: Rosda Karya.

121 | P a g e