Sikap Duniawi” Isyana Sarasvati Antibullying Perspective in the Song “Sikap Duniawi” by Isyana Sarasvati
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Perspektif Antiperundungan... PERSPEKTIF ANTIPERUNDUNGAN DALAM LAGU “SIKAP DUNIAWI” ISYANA SARASVATI ANTIBULLYING PERSPECTIVE IN THE SONG “SIKAP DUNIAWI” BY ISYANA SARASVATI Ni Nyoman Suciartini ITB Stikom Bali Jalan Puputan Renon, Denpasar Bali Pos-el: [email protected] Naskah Diterima 18 Juni 2020—Direvisi Akhir 6 November 2020—Diterima 6 November 2020 Abstrak Dalam penciptaannya, sebuah lirik lagu berasal atau terbentuk dari bahasa yang dihasilkan sebagai akibat komunikasi antara pencipta lagu dengan masyarakat penikmat lagu. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perspektif antiperundungan atau anti-bullying dalam lirik lagu “Sikap Duniawi” Isyana Sarasvati. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan makna perspektif antiperundungan atau anti-bullying dalam lirik lagu “Sikap Duniawi” Isyana Sarasvati. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deksriptif kualitatif dengan perspektif semiotika model Roland Barthes. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa di setiap lirik, baik pilihan kata maupun pilihan kalimat yang digunakan pengarang dalam lagu “Sikap Duniawi” ini kaya akan motivasi dan inspirasi untuk bangkit dari cemooh, dari hinaan, dan rasa rendah diri akibat perilaku perundungan atau bullying. Kata kunci: antiperundungan, lagu sastra, Sikap Duniawi ABSTRACT In its creation, a song’s lyrics originate or are formed from the language produced as a result of communication between the songwriter and the song-loving community. The formulation of the problem in this research is how the perspective of anti-harassment or antibullying in the lyrics of the song “Sikap Duniawi” Isyana Sarasvati. The purpose of this study is to describe the meaning of the perspective of anti-harassment or antibullying in the lyrics of the song “Sikap Duniawi” Isyana Sarasvati. The method used in this research is descriptive qualitative research method with the semiotic perspective of the Roland Barthes model. The results of this study reveal that in every lyric, the choice of words and choice of sentences used by the author in the song “Sikap Duniawi” is rich in motivation and inspiration to rise from ridicule, humiliation, and low self-esteem due to harassment or bullying behavior. Keywords: bullying, literary songs, Sikap Duniawi 210 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 ) Ni Nyoman Suciartini 1. PENDAHULUAN Lirik lagu dapat digolongkan dalam jenis puisi. Siswantoro (2010) menyatakan bahwa karya sastra puisi merupakan karya sastra dalam bentuk yang terpadat dan memiliki kosenstrasi penuh terhadap pemaknaan di dalamnya. Kepadatan tersebut tercermin dari pilihan kata yang rapat dan lebih sedikit dibandingkan karya sastra lainnya, seperti novel, cerpen, bahkan roman. Puisi adalah jenis bahasa yang mengatakan lebih banyak dan lebih intensif dari bahasa keseharian yang digunakan oleh manusia. Selayaknya puisi, lirik lagu merupakan ekspresi personal yang diungkapkan pengarangnya sebagai bentuk cerminan perasaan, pandangan, dan ideologi yang hendak ditawarkan oleh pengarang. Lirik lagu ini ditulis untuk mewakili perasaan pengarang yang diterjemahkan dalam musik-musik yang indah. Siswantoro (2010) menyatakan lagu dapat dikategorikan dalam tipe puisi lirik yang mengungkapkan perasaan mendalam, sehingga wajar jika puisi lirik ini banyak bertemakan kematian, kehidupan, cinta, pengorbanan, agama, filsafat, dan hal lain dari perasaan mendalam yang dimiliki manusia. Kesamaan bentuk dan unsur yang membangun baik dari puisi maupun lirik membuat keduanya dapat dianalisis dengan metode dan kajian teori yang sama dengan analisis dan kajian teori seperti membedah pemaknaan dalam puisi. Sebuah lirik lagu dapat disamakan dengan karya sastra puisi dengan alasan kedua karya seni ini, mempunyai ciri yang sama yaitu terdapat struktur bentuk dan struktur makna. Dalam penciptaannya, sebuah lirik lagu berasal atau terbentuk dari bahasa yang dihasilkan sebagai akibat komunikasi antara pencipta lagu dengan masyarakat penikmat lagu. Hal ini dapat digolongkan dalam wacana tulis, sedangkan dalam wacana lisan dapat dilihat dari proses rekaman lagu, baik melalui kaset, CD, DVD, maupun media digital kekinian, seperti diunggah di Youtube dan media rekam musik lainnya. Lirik lagu merupakan ekspresi seseorang dari dalam batinnya tentang suatu hal baik yang sudah dilihat, didengar, dan dialami. Lirik lagu memiliki kesamaan dengan sajak tetapi hanya dalam lirik lagu juga mempunyai kekhususan tersendiri karena penuangan ide lewat lirik lagu diperkuat dengan melodi dan jenis irama yang disesuaikan dengan lirik lagu dan warna suara penyanyinya. Karya seni, salah satunya lirik lagu dapat dikategorikan dalam jenis karya sastra. Lirik lagu biasanya dituliskan dengan bahasa yang indah atau bahasa kiasan yang mengandung makna tersirat di dalamnya. Lirik lagu yang puitis ini mengandung makna-makna di dalamnya yang harus dikaji lebih dalam berdasarkan kajian semantik atau pun kajian sastra lainnya. Lirik lagu identik sebagai ciri khas penyanyinya. Lirik lagu dan puisi sama-sama merupakan salah satu bentuk kesenian yang di dalamnya terdapat penggambaran perasaan pengarang dan penyanyinya. Melalui lagu dan puisi, manusia mengekpresikan keadaan zamannya yang berisi tentang isu-isu nasional, tentang kisah perlawanan, cinta kasih, pengorbanan, yang tentu 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2) 211 Perspektif Antiperundungan... berbeda dengan lagu-lagu di zaman yang lain. Sederhananya, lagu dan puisi yang diciptakan dapat mewakili keadaan zamannya saat puisi dan lagu tersebut dituliskan. Keindahan dan kepadatan bahasa dalam puisi dan lirik lagu dapat mewakili hal-hal yang dirasakan, diamati, didengar, dan terjadi. Oleh karena itu, melalui kesenian dalam bentuk puisi dan lirik lagu salah satunya, pendengar atau penikmat kesenian ini diharapkan dapat menangkap ide-ide dan semangat yang mewarnai pergulatan zaman bersangkutan. Moeliono (2007:624) mengungkapkan definisi lagu sebagai ragam suara yang berirama. Lagu atau nyanyian merupakan hasil karya seni, khususnya pertalian harmonisasi dari seni suara dan seni berbahasa (mengungkapkan perasaan dalam bentuk lirik atau syair lagu). Lirik lagu mempunyai kesamaan dengan sajak atau puisi, dan dalam lirik lagu juga mempunyai keunikan lain yang menyebabkan lirik lagu dirasakan lebih hidup dari puisi atau sajak itu sendiri. Keunikan tersebut disebabkan oleh kekuatan melodi dan jenis irama yang disesuaikan dengan lirik lagu dan warna suara penyanyinya. Karena kesamaam puisi dan lirik lagu ini, puisi sering digubah menjadi lagu dalam bentuk musikalisasi puisi. Tidak ada kesulitan dalam penggubahannya. Namun, memerlukan kepiawaian seorang penyanyi dalam menyampaikan makna puisi sama baiknya dengan menyampaikan makna dalam sebuah musikalisasi puisi. Musikalisasi puisi dalam pandangan sastrawan atau aktor teater adalah pembacaan puisi yang diiringi oleh permainan alat-alat musik. Jelas bahwa fokus utama musikalisasi puisi versi ini adalah keahlian olah vokal pembacaan puisi. Penyair selalu berurusan dengan kata dan harus dapat memilih kata yang tepat untuk mewakili perasaan dan kegelisahan yang sedang dialami. Pemilihan kata itu disebut diksi. Jadi, diksi untuk mendapatkan kepuitisan dan mendapatkan nilai estetik. Kata memiliki dua aspek arti, yakni a) denotasi dan b) konotasi. Arti denotatif ialah arti yang tersurat, atau istilah lainnya arti yang ditemukan dalam kamus. Arti denotatif akan menunjuk pada satu benda atau satu hal yang memiliki makna tambahan selain makna aslinya. Misalnya kata bunga. Jika ditinjau dari segi makna atau arti denotatifnya, bunga berarti kembang seperti mawar, melati, kembang sepatu, dan lain-lain. Merujuk pada benda yang berbau harum dan digunakan sebagai tanda keindahan. Arti konotatif bunga dalam kalimat “Rani menjadi bunga di keluarganya” yaitu Rani menjadi anak yang dikasihi atau menjadi anak perempuan yang selalu mendapatkan keistimewaan di dalam keluarganya. Dalam puisi, penyair selalu mencari kata dan menemukan bahasa untuk menggambarkan angan-angan (pikiran) dengan setepat-tepatnya. Bahasa yang melukiskan gambar-gambar pikiran dan penggambaran angan-angan atau pikiran itu disebut citraan. Citraan yang dihasilkan oleh indra penglihatan disebut citra penglihatan yang ditimbulkan oleh pendengaran disebut citra pendengaran). Ada 212 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 ) Ni Nyoman Suciartini pula jenis citraan lainnya, seperti citraan penciuman, citraan pengecapan, dan citraan perabaan. Kelima citraan ini sangat bermanfaat dan digunakan sebagai inspirasi dalam berkarya dan mencipta, baik puisi maupun mencipta lagu. Citraan ini merupakan cikal bakal yang paling utama dalam menciptakan karya sastra terutama dalam menyampaikan perasaannya melalui apa yang dilihat, dirasakan, dicium, diraba, dicecap, dan lainnya. Dengan citraan, karya sastra (puisi) mencapai sifat-sifat konkret, khusus, mengharukan, dan sugestif. Sarana puitik yang lain, yang tak dapat diabaikan dalam puisi ialah simbol (lambang) simbol adalah sesuatu yang mengandung arti lebih dibanding apa yang terdapat dalam fakta. Indonesia memiliki banyak pencipta lagu yang sekaligus menjadi penyanyinya. Dari jutaan pencipta lagu Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesia, tidak banyak yang liriknya mengandung puisi, mengandung makna yang mendalam. Kecenderungan lirik lagu dalam musik Indonesia masih bertemakan tentang cinta dan kegalauan pasangan muda. Penggunaan diksi dalam bermusik juga dapat langsung ditangkap karena tidak mengandung makna kiasan di dalamnya. Namun, kehadiran musisi muda dan bertalenta seperti Tulus, Isyana Sarasvati, Yura