PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN EDISI IV 2018 “ Merajut Pengabdian IPTEK Dan Seni Untuk Tanah

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG SOWEK DISTRIK KEPULAUAN ARURI (SEA LIFE OF SOWEK VILLAGE ARURI ISLANDS DISTRICT)

ALBERT RUMBEKWAN1 DAN ESTER YAMBE YABDI2 1,2 Program Studi Sejarah, Jurusan PIPS, FKIP Universitas Cenderawasih

ABSTRACT

This study aims to answer the problem of how the social life, culture and economy of the community in the village of Sowek which menjangs life above the sea on residential homes anchored in the Aruri Islands. To answer the problem is used historical method consisting of; heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The results show, Orang in the village of Sowek has long lived living on a shady sea in the archipelago Aruri, Supiori Island. Biak tribe in the village of Sowek, prefer Sowek people, geographical and topographic village of Sowek more dominated by the sea and maggrof forest almost 75% and only has 25% of dry land, causing people Sowek livelihood on natural resources oceans. As sea people, all the activities of the Sowek people take place on the surface of the ocean, except when they want to travel to the mainland for the purposes of gardening, labor and so forth. The initial contact of the Sowek community to the outside world has been going on since the eighteenth centuries, through voyages and head-trawls to the Maluku, Ternate- region through the Raja Ampat archipelago. The Sowek people have also established trade contacts with other tribes in Papua that inhabit the northern coast of Papua, towards the east and south of Papua. The process of sailing the Sowek people in the past only uses traditional boat technology called Wairon and Waimansusu and Karures, with astronomical knowledge reading the constellations Sawakoi and Romanggwandi. To know the traces of the Sowek people, we can trace them through the distribution of clans from the village of Sowek, namely: Marga Mansawan, Rumbekwan, Manufandu, Mandosir, Kawer, Sawen-Fansienem, Sawor, Kurni, Kafiar, Arwakon and Wambrauw-Sarawan. The clans are the ulayat owners of the village of Sowek in Aruri Islands. The development of marine life in the village of Sowek has now menglami progress is very large, with the presence of formal government, the village of Sowek has now experienced the expansion of the village so that some people who live on the sea Sowek has a new settlement on the mainland. In social, cultural and economic life, the village of Sowek and its people is quite progressing, where there are now social facilities such as puskesmas, educational facilities from elementary, junior and senior high schools. In the economic sector, currently Sowek people still rely on seafood but some people Sowek work as Civil Servants, teachers and nurses and some even occupy important positions in government agencies. Sowek village itself has some potential ecotourism that can be developed as a source of local revenue, such as; ecological, marine, culinary and cultural-historical tours

Keywords: “Sea people, Sowek people, Social life, Culture and Economics in the district of Aruri Islands Supiori district.

LPPM UNCEN 25 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI

PENDAHULUAN menguraikan. Dari data yang bervariasi dapat dianalisis setelah ditarik secara Tulisan ini membahas tentang induktif sehingga dapat disimpulkan. sejarah, sosial dan Ekonomi, orang Biak Sintesis berarti sama dengan penyatuan. yang mendiami Kampung Sowek Distrik Data-data yang dikelompokkan menjadi Kepulauan Aruri Kabupaten Supiori. satu kemudian disimpulkan. Proses Orang Biak di Kampung ini membangun penafsiran fakta-fakta sejarah serta proses rumah-rumahnya di atas laut dangkal dan penyusunanya menjadi suatu kisah sejarah menggantungkan hidupnya pada hasil laut yang integral. Fase terakhir dalam metode sebagai nelayan sehingga mereka di kenal sejarah adalah historiografi. Historigrafi sebagai Orang Laut. Orang Biak di merupakan cara penulisan, pemaparan kampung ini lebih suka di panggil orang atau laporan hasil penelitian sejarah yang Sowek, dan telah terkenal dengan telah dilakukan. Layaknya laporan pelayaran dagang dan menempah besi penelitian ilmiah, penulisan hasil “Kamasan”. Sehingga tulisan akan penelitian sejarah ini dapat memberikan bembahas tentang; “Kehidupan Orang gambaran yang jelas mengenai proses Laut di Kampung Sowek” penelitian dari awal (Fase perencanaan) sampai akhir (penarikan kesimpulan). METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian Sejarah. Penelitian Sejarah 1) Lingkungan Alam Pulau Biak, diawali dengan proses Heuristik, dimana Supiori dan Kepulauan Aruri penulis melakukan proses pencarian data a. Letak Geografis dan Topografis melalui observasi lapangan dan Wilayah Biak-Numfor merupakan wawancara mendalam dengan para tokoh. pulau yang terletak dipermukaan laut Selanjutnya penulis melakukan kroscek bagian Utara Geelvink Baai Pulau Papua. sumber untuk melihat kesahian informasi Pulau ini dikenal dengan nama Schouten- lisan dan tertulis, peneliti melakukan Eilanden. De Bruyn menyebut pulau ini, Kritik Sumber. Didalam proses ini penulis Schouten en Padaido Eilanden, disebut melakukan kritik ekstern dan intern. juga; Kepulauan Naik Maju Supiori-Byak- Proses ekstern dengan melihat apakah Numfoor-Padaido, Papua “Er mambo be sumber-sumber yang diperoleh memang farander. Atau terjemahan harafianya; sumber yang dibutuhkan dan berkaitan Sup-ori-byak berarti, Tanah Matahari dengan penulisan. Aspek intern berkaitan Naik-Maju, oleh orang Biak. Kepulaun dengan persoalan apakah sumber itu dapat Biak-Numfor terdiri dari tiga pulau besar memberikan yang dibutuhkan, dilihat dari dan puluhan pulau-pulau kecil.1 Letak isi informasinya, dan latar belakang Kepulauan Biak-Numfor (Schouten) penuturannya. Untuk menghasilkan cerita antara 37˚ dan 20˚ Lintang Selatan, 135˚ sejarah, fakta yang sudah dikumpulkan 18˚ dan 136º-26˚ Bujur Timur, sedangkan harus dinterpretasikan. Interpretasi sejarah ujung Timur gugusan Kepulauan Padaido sering disebut juga dengan analisis pada posisi 136º 48˚ Bujur Timur dan sejarah. Dalam hal ini ada dua metode Pulau Ayawi 20º Lintang Selatan dan 135º yang digunakan yaitu, Analisis dan Sintesis. Analisis berarti sama dengan 1Andrian B, Lapian, Ibid, Hal.12 LPPM UNCEN 26 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI

1˚Bujur Timur.2 Kabupaten Biak-Numfor (the ocean of the future) berkat dan dan Kabupaten Supiori merupakan memiliki potensi ekologi dan ekonominya wilayah administratif di Propinsi Papua yang melimpah ruah dan sangat yang luasnya wilayahnya kecil serta menunjang kesejahteraan penduduknya.5 jumlah penduduk sedikit. Luas wilayah Kabupaten Biak- Numfor dan Supiori Kabupaten Biak, 21.572 km2 atau sekitar terdiri dari 3 pulau besar dan 63 pulau- 5,11%, dan penduduknya berjumlah pulau kecil. Pulau-pulau tersebut antara 115.134 jiwa atau sekitar 5%. Kabupaten lain: Pulau Biak, Pulau Supiori, dan pulau Supiori memiliki luas wilayah 119,77 km2 Numfor, sedangkan pulau-pulau kecil itu dan penduduknya berjumlah 5.034 jiwa adalah gugusan kepulauan Padaido, yang dari luas wilayah Propinsi Papua yang terletak disebelah timur dan tenggara berukuran 421.981 km2 dengan jumlah Pulau Biak, Pulau-pulau Rani dan penduduk Provinsi Papua, 2. 112. 756 Insumbabi yang terletak disebelah Selatan jiwa.34 Kedua Kabupaten ini memiliki Pulau Supiori, Pulau-Pulau Meosbefundi luas perairan laut 18,442 km atau sekitar dan Ayau yang terletak disebelah Utara 85,5% dari luas wilayahnya. Luas Pulau Supiori, dan kepulauan Mapia yang daratanya hanya 3.130 km atau hanya letaknya jauh disebelah Utara Pulau 14,5% dari total luas wilayahnya. Maka Ayau.6 nampak bahwa wilayah Kabupaten Biak Bagian Barat, Pulau Biak-Numfor Numfor dan Supiori di dominasi oleh berbatasan dengan Kabupaten Manokwari kawasan perairan laut. Kawasan ini juga dan Teluk Wondama, di bagian Selatan sangat kaya dengan potensi pesisir dan berbatasan dengan Pantai Timur Sarmi, biota laut, antara lain ekosistem hutan Mamberamo dan Jayapura, serta di Utara

bakau (mangrove), padang lamun (seahed berbatasan dengan Samudera Pasifik. grass) dan terumbu karang (coral reefst). Secara geografis kawasan Kepulauan Biak Kedua Kabupaten ini berhadapan terpisah dari jajaran Kepulauan lain, yang langsung dengan Samudra Pasifik yang masing-masing wilayah memiliki ciri khas dijuluki sebagai samudera masa depan tersendiri, baik bentuk dan kontur tanah serta penamaan yang masing simpangsiur, 2Albert Rumbekwan., 2015, Pelayaran namun penamaan atas Pulau-Pulau Orang Biak di Teluk Cenderawasih Abad XIX, (Tesis), Universitas , Hal. 29 tersebut tidak banyak berubah hingga kini. 3Supiori dalam Angka 2016,. Hal.17 4Siradjuddin Azis. Michael Manufandu, et.al, 2002, Biak Tanah Damai, (Biak Numfor: 5Ibid., Hal.4 Dinas Pariwisata Final Draf), Hal. 3-6 6Ibid., Hal. 5 LPPM UNCEN 27 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI

Wilayah Pulau-Pulau ini terdiri dari dua Pulau Aruri, Pulau Nifadudi, Pulau Ineki, Pulau besar yang disebut “Sup Byaki” dan Pulau Ramesi, Pulau Insumandudi, Pulau Sup-Ori” (Sup-ori: daerah matahari naik), Sawori, Pulau Arfui, Pulau Insomni, Pulau keduanya dipisahkan oleh selat Injefi, Pulau Manisi, Pulau Krei, Pulau “Sorendidori” (laut yang di dalam) yang Ingindi, Pulau Anyandi, Pulau Mioskandi, lebarnya 2 meter dan dalamnya 1 meter.7 Pulau Miosebai, Pulau Yusemberi, Pulau Lingkungan Geografis dan Topografis Yerumi, Pulau Mahani, Mioskapapu, Kampung Sowek Distrik Kepulauan Aruri Miosmawa, Mangkaperba, Musakfandu, terdiri atas pulau-pulau dan kampung- Munsaki, Soi, Sendi, Pulau Meosekar, kampung yang tersebar di wilayah Pulau Meosingawer, Pulau Supiori, bagian Selatan adalah Korido, Miosidodanfarfiai, dan terdapat dua Selat Soek (Sowek), Sawendi, Nyambarai, besar yakni; Selat Pariori dan Selat Kasoni Kunef, Pulau Insumbrei, Pulau Rani, serta gunung-gunung seperti Gunung Pulau Insumbabi, Nukori, Nufaduai dan Rayori, Gunung Pariari, Gunung Aburambondi di Tenggara Supiori. Pulau- Nyawone, Gunung Paduari dan Gunung pulau di Selatan Supiori ini disebut Onambai.9 Secara geografis Distrik gugusan Kepulauan Aruri. Di Supiori Kepulauan Aruri, terletak pada, 00,81913o bagian Utara terletak Kampung-Kampung LS dan 135o,50314 Bujur Timut. Wilayah dan pulau-pulau antara lain; Napido, bagian Timur dibatasi oleh Distrik Supiori Napisndi, Maudori, Kiamdori, Selatan, bagian Barat berbatasan dengan Urumboridori, Pamdi, Sabarmiokre, Laut Aruri, dan di bagian Utara berbatasan Yenggarbun Kpudori, Nyeundi, Paryem, dengan Distrik Supiori Utara, sedangkan Sawias, Mansoben, Aminweri, di bagian Selatan yaitu Laut Aruri.10 Sorendiweri, dan Meos Fandu Fanda, Distrik Kepulauan Aruri terdiri atas Meos Pondi, Meos Waen, serta Meos Puri. Ke arah Timur terletak Meos Korwar (Meos Befondi/Pulau Tengkorak) dan Meos Ayawi dan Pulau Mapia.8 Wilayah- wilayah daratan dan pulau-pulau yang terletak di 9 kampung administratif, yakni; Kampung sekitar kampung Rayori (Sowek) berjumlah 32 pulau yakni; Pulau Rani, 9Wawancara Keret Rumbekwan, Pulau Insumbabi, Pulau Aibonrambondi, Manufandu dan Mandosir, Kampung Sowek Kamis 25 Agustus 2016 10Amir, Hamzah.,”Kecamatan Kepulauan 7Ibid Aruri Dalam Angka, PBS Kepulauan Aruri 2016”. 8Albert Rumbekwan, Op.Cit, Hal. 30 Sorendiweri: 2016, Hal.3 LPPM UNCEN 28 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI

Aruri, Kampung Yamnaisu, Kampung suatu bangunan yang berbentuk segi Ineki, Kampung Rayori, Kampung empat panjang dengan ukuran kurang Mbrurwandi, Kampung Manggonswam, lebih 30-40m panjang dan 15m lebar Kampung Wongkeina, Imbirsbari, dan Rumah keret itu dibangun di atas tiang Insumbrei, dengan total luas wilayah dan dan dibagi-bagi ke dalam sejumlah kamar luas lahan kering 119,77 km2. Untuk lebih atau sim yang letaknya di sisi kiri-kanan jelasnya, dapat dilihat pada tabel 1, dan dipisahkan oleh suatu ruang kosong di tentang luas Kampung-Kampung di bagian tengah rumah yang memanjang Distrik Kepulauan Aruri, lihat tabel 2, mulai dari depan sampai ke belakang. tentang luas area lahan kering pada Dalam rumah besar tersebut didiami tiap masing-masing Kampung di Distrik keluarga batih dan menempati kamar atau Kepulauan Aruri. Secara khusus Kampung bilik tertentu yang disebut sim, maka yang menjadi objek penelitian adalah keluarga batih disebut juga sim. Satu Kampung Sowek, yang dulunya rumah keret seperti itu disebut aberdado merupakan 1 (satu) Kampung besar yaitu dan dapat menampung semua anggota Kampung Sowek, namun kini telah terbagi klen, jika jumlahnya kecil dan dengan menjadi 3 (tiga) Kampung yakni; demikian dalam satu rumah keret terdapat Kampung Rayori, Kampung Brurwandi, anggota-anggota keluarga yang berasal dan Kampung Manggonswam. Penduduk dari tiga bahkan sampai empat generasi, di Kampung Brurwandi dan yaitu ayah bersama keluarganya dan Manggonswam adalah berasal dari keluarga-keluarga dari anak-anaknya Kampung Sowek yang berpindah akibat sendiri maupun keluarga-keluarga dari musibah gempa bumi dan gelombang anak-anak mereka11. tsunami pada tahun 1996 yang Apabila jumlah anggota keluarga menghancurkan Kampung Sowek. demikian banyaknya sehingga tidak dapat termuat dalam satu rumah keret lagi maka b. Struktur Sosial dan Kependudukan sebagian dari anggotanya, biasanya adik Kesatuan sosial dan tempat tinggal dari kepala rumah keret bersama isterinya baik pada waktu lampau maupun masa dan anak-anaknya yang sudah kawin kini, kesatuan sosial yang paling penting dengan anggota-anggota keluarganya, dalam kehidupan bermasyarakat orang Biak adalah keret, atau klen kecil. Suatu keret terdiri dari sejumlah keluarga batih yang disebut sim. Wujud nyata dari kesatuan sosial tersebut pada waktu lalu adalah rumah besar yang disebut rumah keret. Rumah keret merupakan 11Johszua R. Mansoben. Ibid, Hal.279-280 LPPM UNCEN 29 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI memisahkan diri dan membangun rumah Mansawan, keret Rumbekwan, keret keret baru di samping rumah keret yang Kafiar, keret Mandosir, keret Manufandu, lama. Bentuk rumah keret seperti tersebut keret Kawer, keret Sawor, keret Sawen, di atas tidak dibangun lagi sejak keret Kurni- keret Fainsienem, keret pemerintah Belanda berkuasa di daerah Arwakon, dan keret Wambrauw-Sarawan. Kepuluan Biak-Numfor akhir abad lalu. Selain itu terdapat pula keret lain seperti Pada masa sekarang masing-masing Asaribab, dan beberapa marga dan suku keluarga batih, sim, mempunyai rumah lain yang saat ini tinggal bersama dalam sendiri, tetapi biasanya berkelompok satu Kampung. Orang Biak di Kampung menurut keret. Apabila tempat Sowek pada umumnya lebih suka tinggal/rumah keret semakin bertambah dipanggil orang Sowek. Kelompok suku atau lebih tempat disebut mnu. Pada ini suka berdiaspora ke seluruh wilayah dasarnya tiap mnu hanya didiami oleh Papua, keberadaan mereka dapat kita anggota-anggota masyarakat yang berasal lacak melalui perkampungan Biak- dari satu keret saja, (misalnya Keret Numfor dan Supiori di wilayah Rumbekwan atau Keret Wambrauw), Mamberamo-Tabi, sampai ke kepulauan namun dalam perkembangan selanjutnya, Raja Ampat. Orang Sowek di perantauan melalui hubungan perkawinan dan selalu membentuk suatu ikatan keluarga perdagangan atau juga karena oleh bahaya berdasarkan Kampungnya dan juga ikatan perang yang sering terjadi antar penduduk, berdasarkan keret atau marga. Misalnya maka keret-keret dari tempat-tempat ikatan keluarga Sowek (IKS) di Kota pemukiman, mnu, yang berlainan tempat Jayapura, Nabire, Sorong-Raja Ampat dan letaknya bergabung menetap pada tempat sebagainya. Serta ikatan keluarga pemukiman dari keret tertentu. Dengan Wambrauw atau ikatan keluarga demikian jumlah keret dalam satu tempat Rumbekwan dan marga lainnya yang pemukiman yang bertambah oleh tersebar di daerah-daerah diaspora. sebabnya jumlah keret bervariasi antara Persekutuan atau ikatan kekeluargaan ini satu mnu dengan mnu yang lainnya. Tiap dimaksudkan untuk mempersatu tali kesatuan pemukiman yang disebut mnu itu persaudaraan dan keluarga/marga serta mempunyai wilayah atau teritorium menumbuhkan rasa kecintaan terhadap tertentu dengan batas-batas alam yang Kampung Sowek, walaupun mereka jelas seperti bukit, gunung, sungai, berada jauh dari Kampung halamannya.13 tanjung, pohon besar atau batas alam lainnya12. Kampung Sowek yang dibangun di atas laut atau perkampungan berlabu pada masa lalu hingga saat ini struktur sosial masyarakatnya tersusun berdasarkan keret-keret, dan berada dalam satu mnu

(Kampung), dan sebagai pembatas keret adalah garis pantai/laut. Keret-keret atau marga-marga yang mendiami Kampung (mnu) Sowek antara lain; Keret/Marga

12Ibid, Hal. 281 13Data Observasi Lapangan, 2016 LPPM UNCEN 30 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI

Tabel 3 : Jumlah Kepala Kelurga dengan karateker Bupati dan Bupati 14 berdasarkan Keret pertama adalah Drs. Yules Warikar, Nama Jumlah No Keterangan memimpin dalam kurung waktu 2003- Keret/Marga KK 1. Wambrauw 70 2007, periode kedua 2007-2012, dipimpin 2. Mansawan 36 oleh Pdt. Bupati Mnusefer. S.Th, dan 3. Rumbekwan 68 1 kk di kampung Periode ketiga tahun 2012-2015, dipimpin Bruwandi oleh Bupati Drs. Fredrick Manufandu, SH. 4. Manufandu 47 5. Mandosir 30 20 kk di kampung MM, MH dan saat ini melalui pemilihan Bruwandi kepala daerah tahun 2016 lalu, bapak Drs. 6. Kawer 7 Yules Warikar, kembali terpilih menjadi 7. Sawor 5 Bupati di Kabupaten Supiori. Secara 8. Sawen 5 Administrasi Kabupaten Supiori, memiliki 9. Kurni 3 10. Fansienem 3 5 (tiga) Distrik yaitu : Distrik Supiori 11. Arwakon 3 Utara, Distrik Supiori Timur, Distrik Sumber : Data Observasi 2016 Supiori Barat, Distrik Supiori Selatan dan Jumlah mata rumah/marga di Sowek Distrik Kepulauan Aruri. yang terbagi dalam 9 keret atau marga, Kampung Sowek dan beberapa keret Wambrauw-Sarawan merupakan kampung di Distrik Kepulauan Aruri juga marga dengan jumlah paling kepala memiliki struktur Kepala Kampung dan keluarga dan jiwa yang banyak ± 70 KK. Bamuskam, yang diangkat untuk Marga atau keret besar kedua adalah menjalankan amanat pemerintahan yang marga Rumbekwan terdiri dari 68 kepala diberikan oleh pemerintah Kabupaten keluarga, Keret Mansawan terdiri dari 36 Supiori. kepala keluarga, Keret Manufandu; 47 kepala keluarga, Keret Mandosir 30 d. Mata Pencarian kepala keluarga di laut dan di darat 20 Pemukiman masyarakat di Kampung kepala keluarga, dan Keret Kawer 7 Sowek dibangun di atas permukaan air kepala keluarga.15 Sedangkan keret-keret laut atau pemukiman rumah berlabuh. kecil seperti: Sawor, Sawen, Kurni- Secara geografis telah dikemukan bahwa Fansienem, Arwakon, memiliki jumlah wilayah paling luas adalah lautan, kepala keluarga ± 3-5 KK. Sebagian besar sehingga orang Sowek ± 85 % dari keret-keret tersebut berada dan masyarakatnya menggantungkan hidupnya mendiami beberapa daerah di pulau sebagai nelayan tangkap. Dan lautan Papua. menjadi arena utama sumber kehidupan ekonomi keluarganya, dibanding sumber- c. Pemerintahan sumber kehidupan lainnya seperti Kabupaten Supiori dimekarkan dari pertanian, perkebunan, pegawai negeri dan Kabupaten Biak-Numfor berdasarkan swasta. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2003, Berdasarkan pengamatan di lapangan, masyarakat Kampung Sowek 14Data penduduk kampung Sowek yang memiliki beberapa usaha sampingan ditampilkan belum secara lengkap karena saat penelitian aparat kampung belum menghimpun sebagai sumber pendapatan lain untuk semua data penduduk. memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, 15 Wawancara (interview) Fredi atau dapat kita sebut sebagai usaha mikro Rumbekwan., Nelayan, Sowek, Rabu 31 Agustus 2016 ekonimi masyarakat. Maka akan diuraikan LPPM UNCEN 31 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI perkembangan sumber-sumber mata bagaimana mengelola anugerah pencaharian orang Sowek berdasarkan kekayaan Tuhan bagi kehidupan orang data dan hasil observasi lapangan di Sowek”. Lebih lanjut dikatakan bahwa; Kampung Sowek. “oleh sebab itu setiap keret memiliki 1) Sektor Perikanan/Nelayan keahlian masing-masing dalam Secara nasional keseluruhan pulau menangkap ikan”. Misalnya, pada keret di Indonesia berjumlah kurang-lebih Rumbekwan-Mansawan, teknik 17.500 pulau, dan hampir tujuh puluh lima penangkapan ikan sejak dahulu persen dari wilayah Indonesia (5,8 juta menggunakan jaring tarik maupun jaring km²) merupakan laut. Sementara itu, berlabuh. Pada masa lalu orang tua/ tete panjang garis pantai Indonesia adalah moyang kami membuat jaring dari tebuh 95.181 km. Letak Indonesia juga sangat laut, jenis rumput laut ini di ambil lalu di strategis yakni berada di sekitar garis tumbuk dan di keringkan setelah itu Katulistiwa dan di antara dua Samudera dipintal untuk mengambil serat yaitu Samudera Hindia dan Samudera benangnya dan dianyam menjadi jaring. Pasifik. Keadaan tersebut menjadikan Ukuran jaring ini bias mencapai 5-10 sebagian masyarakat Indonesia meter dengan ukuran mata yang cukup menggantungkan hidup pada sumber daya besar, di ikat pemberat dari besi atau alam yang terdapat di dalam lautan dan batu dan ditenggelamkan. Jenis jaring ini berprofesi sebagai nelayan.16 Kampung hanya untuk menangkap ikan yang Sowek merupakan salah Kampung berukuran besar. Salah satu jenis ikan berlabuh yang cukup luas di Papua yang yang selalu di tangkap oleh keret hampir mencapai 100 meter. Kampung Rumbekwan adalan inowes, jenis ikan dengan penataan masyarakat berdasarkan bolana yang memiliki sisik silver. Ikan keret dari marga Mansawan di ujung ini, konon dahulu menjadi salah satu alat Timur sampai Wambrauw di unjung pembayaran maskawin. Menurut cerita Barat, berada di dalam Teluk Odori dan bapak Pontikus Rumbekwan18, “inowes ditaburi pulau-pulau yang disebut sebagai ini selalu menjadi idola pada masa lalu, gugusan Kepulauan Aruri dan berhadapan saat acara perkawinan atau peminangan langsung dengan lautan Pasifik, menjadi ikan ini ditambahkan sebagai lahan penghidupan yang mempekerjakan emaskawin, dan sering keret-keret lain setiap orang Sowek secara individu (Manufandu-Wambrauw), mengatakan maupun dalam kekerabatan masing- kepada saudara/anak perempuan mereka masing keret/marga sebagai nelayan. di kawinkan dengan keret Rumbekwan Saat melakukan diskusi bersama agar bisa makan ikan inowes”. kelompok keret Rumbekwan- Masalah dan tantangan yang Mansawan17, diceritakan bahwa;”laut dihadapi orang Sowek dalam mencari ikan merupakan arena kehidupan yang adalah; pertama: keadaan alam, jika memberi hidup bagi mereka dan masa musim angin dan gelombang para nelayan depan mereka. Lautan juga merupakan tidak mendapat hasil yang banyak dan guru yang mengajarkan mereka juga para nelayan tidak dapat melaut. Kedua; untuk mendapat kualitas ikan yang 16Rilus A. Kinseng, “Konflik Nelayan”, baik, para nelayan Sowek harus (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia), Hal. 3 17Wawancara (Interview), pada hari Sabtu, 20 Agustus 2016 18Ibid LPPM UNCEN 32 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI menempuh pelayaran yang jauh untuk Kampung Sowek dan beberapa Kampung mencari ikan sampai ke lautan pasifik dan lain seperti; Kampung Kunef, Brurwandi, membutuhkan waktu berhari-hari di Insumbabi, Manggonswam, Nyambarai, lautan. Ketiga; masalah pengawetan ikan, dll. Dan mayoritas penjual di pasar para nelayan Sowek hanya menggunakan tersebut adalah kaum ibu atau para mama- es batu dalam kolboks, sehingga mama Biak. pengawetan ikan tidak maksimal. Jenis-jenis barang yang diperjual Keempat; pasar atau pembeli, kurangnya belikan di pasar ini bermacam-macam pasar di Supiori dan di Kampung Sowek antara lain adalah; berbagai makanan kue, yang bertransaksi dengan para nelayan ubi rebus, ikan goreng, sagu kering, Sowek, sehingga para nelayan Sowek sayur-sayuran : sayur ubi jalar, daun harus melakukan perjalanan kurang lebih singkong, bunga pepaya, cabe, tomat: 2-3 jam ke Biak, dengan ongkos taksi ikan dan buah-buahan: durian, pisang dan yang cukup tinggi dan harga perkulbox pepaya. Masyarakat juga menjual pinang, dipatok tarif, Rp. 20.000/kulbox. gula, rokok dan hasil pandai besi seperti Sedangkan ongkos taksi perorang Rp. parang. Letak pasar ini sangat strategis, 50.000,. Dengan situasi dan permasalahan karena berada tepat di dekat pemukiman tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat sehingga sangat memudahkan secara kualitas hasil penangkapan ikan masyarakat lokal untuk membawah cukup baik namun kendala pasar dan barang-barang dagangan mereka, baik itu fasilitas pendukung lainnya, membuat dari darat maupun yang ada di laut dan rendahnya pendapatan dan semangat Pulau-pulau terdekat. Kondisi pasar ini melaut dari para nelayan Sowek. sudah terbilang modern melihat dari bangunan dan fasilitas yang ada di pasar 2) Ekonomi Mikro Di Kampung Kampung Sowek ini terbuat dari beton Sowek dan berdiri kokoh. Tempat jualan sudah di 2.1. Pasar petak-petak sehingga masyarakat datang Kampung Sowek kini memiliki ke pasar ini, mereka langsung menyusun sebuah Pasar yang terletak di tepi sebuah barang mereka di atas meja tersebut. pulau yang berfungsi sebagai pusat Selain aktivitas mereka di pasar, ada transaksi jual beli. Dahulu kala hasil sebagian dari masyarakat yang kebun dan hasil laut masyarakat Sowek mempunyai usaha lain seperti membuka dijual di lokasi yang disebut Aidoram19, kios, dari hasil observasi lapang kita semua hasil jualan dibuka di atas tanah, dijumpai bahwa hampir setiap Keret nanti pada awal 2000-an, barulah aktivitas memiliki kios. Dahulu Kampung ini hanya pasar dipindahkan. Aktivitas di pasar ini memiliki sebuah kios dan keret yang tidak berlangsung setiap hari, hanya memilikinya adalah keret Rumbekwan, beroperasi pada hari-hari tertentu saja bernama Utreck Rumbekwan (almarhum). yakni, hari selasa, kamis dan sabtu. Para Keret-keret lain baru membuka kios penjual di pasar ini adalah berasal dari sekitar tahun 2000-an. Saat ini terdapat juga 2-3 kios kelompok orang pendatang

19Aidoram, adalah lokasi lautan yang berasal dari Batak, Bugis dan Buton yang ditimbun dengan karang dan pasir hingga menjadi diberi ijin untuk berdagang diKampung daratan untuk digunakan sebagai tempat Sowek, jumlah kios yang ada di Kampung musyawarah kampung dan lokasi upacara atau pesta rakyat. Sowek khususnya di laut sekitar 8 kios. LPPM UNCEN 33 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI

boros waktu dan energy BBM serta 2.2. Taksi Laut bergelombang. Permasalahan yang Usaha mikro lainnya yang dihadapi adalah mahalnya bahan bakar dijalankan oleh orang Sowek adalah minyak jenis bensin karena tidak tersedia transportasi laut, yakni melayani angkutan depot pertamina serta jarak jauhnya penyebrangan dari dermaga Korido ke perjalanan dari Biak-Supiori dan Distrik Kampung Sowek, Pulau Rani, Insumbabi Korido membuat para pengejer bahan dan ke Kampung-Kampung lain pergi- bakar menaikkan harga BBM jenis bensin pulang. Walaupun hampir sebagian dengan harga 15.000-20.000 ribu perliter. penduduk di Kampung Sowek memiliki perahu dan motor jhonson, tetap saja 2.3. Pandai Besi angkutan penyeberangan ini tetap laris. Salah satu sektor mikro ekonomi Transportasi penyebrangan ini yang dijalankan oleh orang Sowek di berlangsung setiap hari dari jam 7 pagi Kampung Sowek dan merupakan warisan sampai dengan jam 18.00 WIT. Terminal leluhur adalah Pandai Besi atau labuhan taksi laut ini adalah di pelabuhan “Kamasan”. Kelompok Kamasan ini Korido, operasional taksi laut di Kampung sangat terkenal di Kampung Sowek dan Sowek dijalankan secara pribadi oleh para seluruh Papua dengan parang Sowek, anak muda yang keluarganya memiliki artinya jenis parang tumbuk yang dibuat motor jhonson dan perahu. oleh orang Sowek. F.C.Kamma, Jenis perahu yang digunakan adalah melaporkan bahwa keahlian menempa perahu bercadik atau memiliki semang besi orang Biak (Orang Sowek) ini sudah dan perahu fiber yang diberikan oleh berlangsung sejak Abad 18-19. Saat itu Pemerintah kepada setiap penduduk di para orang Biak ini telah berlayar jauh Kampung Sowek. Tipe motor tempel atau sampai ke Ternate-Tidore, Halmahera, dan jhonson yang digunakan adalah merek Seram untuk berdagang dan mengayau. Yamaha Enduro berkapasitas 15-40 cc. Sampai di negeri-negeri tersebut, orang Biaya taksi laut per-penumpang Rp. Biak mempelajari teknik menempa Besi di 20.000-Rp.40.000 rupiah, untuk rute Halmahera, Gebe dan Seram20, kemudian Kampung Sowek, sedang untuk rute membawa pulang hasilnya dan ilmu Kampung yang lebih jauh biasanya menempa besi serta melanjutkannya beriksar antara 50.000-100.000,- rupiah sebagai pengetahuan baru dan produk baru per-penumpang. Operasional transportasi khsusnya di Kampung Sowek dan laut ini ada tiga jalur yakni melalui Selat umumnya di Papua. Odori dan Selat Pariori serta Selat Saruri. Parang Sowek sangat terkenal di Untuk rute Odori dan Pariori ini hanya seluruh Papua, pada tahun 2012, saat dapat dilalui pada waktu air pasang, melakukan penelitian di wilayah Teluk karena pada waktu air turun, lautnya dangkal dan kering sehingga tidak dapat dilalui. Sehingga para motores/pengemudi taksi laut selalu memperhitungkan waktu 20F.Ch. Kamma, Koreri, “De Mesiaanse pasang-surut air laut. Kedua rute tersebut Koreri” Bewegingen in Het Biaks-Numfoorse selalu digunakan karena lebih hemat Cultuurgebied”” Gerakan Mesianis di Daerah waktu dan bahan bakar minyak, dibanding Berbudaya Biak Numfor, (di terjemahkan oleh. Ir. Kaleb Mnubepium), Penerbit. The Hague-Martinus melalui selat Saruri, cukup panjang dan Nijhoff-1972, Hal. 9. LPPM UNCEN 34 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI

Wondama, dan gugusan kepulauan Roon, Di Kampung Sowek, saat ini penulis mendapat informasi bahwa21,; terdapat 6 (enam) kelompok “Pada waktu itu (sekitar Abad 18-19), Kamasan/Pandai Besi. Setiap kelompok orang-orang dari Biak (penduduk di Kamasan ini mendapat bantuan dari Kampung Sowek, Numfor dan Biak, Pemerintah. Salah Kamasan yang melakukan pelayaran kesini (Teluk dijumpai dan diwawancarai adalah bapak Wondama), menggunakan perahu Eli Wambrauw. Ia bercerita bahwa profesi karures atau mansusu, membawa kamasan atau pandai besi telah barang-barang dagang seperti; parang, ditekuninya sejak tahun 1985 sampai mata tombak, dan porselin cina, dan sekarang, karena merupakan warisan lainnya untuk ditukar dengan sagu turun-temurun dari ayahnya. Bahan-bahan tuman, kulit kayu massoi, burung pandai besi antara lain: Alat-alat yang cenderawasih, dan lainnya, mereka digunakan antara lain; martil 20 Kg, tinggal disini berbulan-bulan dan Martil 2 dan 5 Kg, Betel 2 Kg, Batu Asah, dilayani oleh para manibobnya, Besi Landasan, Hembusan, Batu Api, kemudian orang Biak membangun Arang Kayu Besi, Penggaruk Arang saat kamasan, menempah parang, ini panda besi mengguna alat-alat modern memperbaiki perahu-perahu, mengisi seperti mesin pompa untuk hembusan api. semua kebutuhan sampai perahunya Sedangkan materi lain sebagai pembakar penuh, lalu mereka berlayar balik ke adalah arang kayu besi, pompa yang daerah Biak. Selain itu orang Biak juga terbuat dari 2 buah paralon dan pompa membawa atau mengawini perempuan- yang terbuat dari Karen dan tangkau kayu. perempuan dari daerah Teluk Wondama, Proses kerja pandai besi orang-orang Biak ini memberikan nama- membutuhkan minimal 2-5 orang tenaga, nama dalam bahasa Biak kepada yang terdiri dari seorang pandai besi, dua Kampung dan pulau di Teluk ini orang sebagai penumbuk, dan seorang misalnya: Kampung Wasior, Yop pemompa. lebih lanjut Bapak Eli Panggar, Oribori (Yende-Roon-(dalam Wambrau menjelaskan bahwa pandai besi bhs Roon; Mandauw: tempat keramat), merupakan pekerjaan yang menggunakan Syabes, Waar, Ruswer (mioswar), tenaga dan fisik yang kuat serta waktu, Dusner, Yop Mios, Anggarmios22. F.C. karena baja besi harus dipanaskan dalam Kamma, melaporkan bahwa; orang Biak bara api, lalu dijepit dan ditempah di atas dari daerah kepulauan Padaido, Samber, bajah tebal hingga tipis dan dibentuk Biak Barat, Numfor dan Supiori, menjadi parang, mata tombak, kemudian membangun kontak dagang ke pulau diasah sampai tajam, lalu membuat Yapen-Waropen (pulau Arwa-Arami) tangkai/pegangan, lalu hasilnya membawa hasil anyaman tikar, ukiran diperdagangkan. Jumlah yang dihasilkan mangkuk-mangkuk kayu dan penggayu, bisa mencapai 20-50 buah parang dalam serta pandai besi untuk di barter dengan satu bulan, itupun pekerjaannya dilakukan Sagu dan Burung Cenderawasih.23 secara rutin. Sedangkan proses penjualan biasa dibawah ke pasar, atau langsung ke Kampung-Kampung di Biak Utara, 21Albert Rumbekwan, Op.Cit, Hal.100 Supiori Utara dan keluar kota seperti ke 22 Ibid. Hal. 103 Wamena, Mamberamo, Sarmi, Jayapura, 23F.Ch. Kamma, “Koreri…”, Op.Cit. Hal. 41 Manokwari, Timika, ke bagian Selatan LPPM UNCEN 35 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI

Papua hingga ke Surabaya. Harga parang oleh Zendeling Geissler dalam laporan- yang ditetapkan disesuaikan dengan laporannya bahwa; besaran dan jenis parangnya, untuk jenis “Setiap keturunan klan Biak- parang berukuran 1 meter/parang panjang Numfor mempunyai perahunya bermotif buaya, dipatok harga 1.000.000- sendiri, dan dengan perahu itu mereka 2000.000,- juta rupiah, parang berukuran membuat perjalanan-perjalanan laut sedang seharga 300.000-500.000,- yang jauh, yang menaikkan wibawa sedangkan parang jenis kecil/pendek, masing-masing. Orang Biak dan harganya bervaryasi 50.000-250.000,- ada Numfor dahulu melakukan pelayaran- pula jenis pisau dan mata tombak, yang pelayaran sampai jauh ke pulau-pulau harganya paling rendah 25.000-50.000,- Maluku, bahkan Gorontalo (Sulawesi rupiah. Hasil penjual dari pandai besi Utara) danTimor disebut-sebut pula. digunakan untuk biaya studi/sekolah anak- Juga Seram, Nusa Laut, Buru dan anak, biaya kebutuhan ekonomi dan lain- Salayar dikunjungi. Ke Timur lain dalam kehidupan sehari-hari24. pelayaran ini mula-mula membentang sampai ke pulau-pulau Arimoa dan e. Asal-usul Kampung Sowek di Kumamba, kemudian hari sampai ke Kepulauan Aruri teluk Humboldt. Dapat dipastikan Posisi strategis pulau Biak, Supiori bahwa sudah pada pertengahan Abad dan Numfor di bagian Utara Papua, ke-15 orang-orang Biak dan Numfor membuat orang Biak dapat menjangkau sampai ke Barat (kepulauan Maluku), semua wilayah di pesisir pantai Utara sedangkan orang-orang Biak telah Papua melalui aktivitas pelayaran dengan mengunjungi Tidore. Mungkin salah dukungan teknologi perahu tradisional dan satu klan mereka inilah, yaitu orang pengetahuan astronomis yang baik, Sawai, yang menetap di Halmahera dengan berlayar ke arah mana saja, yang dan kemudian di Seram Utara26. Hal menjadi tujuan pelayaran. Penyebaran yang sama pun diceritakn oleh van orang Biak-Numfor ke berbagai pulau dan Hasselt, (1899) ketika mengunjungi persisir pantai Utara Papua, disebabkan pulau Biak-Numfor, berjumpa dengan oleh beberapa faktor antara lain: Keadaan orang-orang dari kepulauan ini, Ia pun geografis, Mite Koreri dan Pergerakan menulis bahwa; “orang Papua” (orang Koreri yang disebarkan oleh para Konor Biak) suka bepergian, dalam tahun- dan peristiwa perang antar suku di tahun yang sudah lama berlalu, kepulauan Biak maupun di Teluk mereka berangkat dengan perahu- Cenderawasih. Orang Biak-Numfor, perahu besar keluar ke tempat-tempat dalam dunia pandangnya; “melihat laut yang jauh dari Papua, sampai ke sebagai jembatan”, yang dapat Seram, Timor dan Sulawesi. Mereka mempertemukan mereka dengan sanak bepergian bisa berminggu-minggu, keluarganya25. Persebaran suku bangsa bahkan berbulan-bulan, mereka suka Biak-Numfor ke berbagai kampung dan berangkat dari satu tempat ke tempat pulau di pesisir Utara Papua, disampaikan

24Wawancara ( Interview) Eli Mambrauw, Pandai Besi, Sowek, Senin 29 Agustus 2016. 25Wawancara Mikha Ronsumbre, Sabtu, 23 26F.Ch. Kamma, Ajaib dimata Kita, jilid 1, Juni 2016, Kab. Biak Numfor Op.Cit, Hal. 60 LPPM UNCEN 36 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI yang lain dan tinggal sementara waktu nenek moyang menggunakan bambu dimana-mana27. tersebut, dan janji tersebut sudah turun temurun hingga saat ini sudah turunan ke- Peristiwa-peristiwa pengayauan dan 7.28 Sedangkan menurut versi Keret perang suku antar kampung di wilayah Kurni, Sowek berasal dari kata I Soweek Biak, Supiori dan Numfor, memiliki (naik cepat) makna dari arti kata tersebut pengaruh yang kuat terhadap persebaran adalah berfikir cepat, bergerak cepat, orang-orang Biak sampai ke kampung berkembang cepat. Pendapat lain juga Sowek. Orang Biak, melakukan pelayaran mengatakan bahwa kata Sowek berasal keluar dari kampung-kampungnya dari kata Sowuk, bahasa yang digunakan disebabkan oleh masalah geografis dan masyarakat di salah satu Selat, yakni Selat ekonomi, keadaan alam dan lingkungan Kasoni. Karena sering diucapkan dalam wilayah pulau Biak, Supiori dan Numfor, bahasa keseharian masyarakat setempat, kurang menjamin ketersediaan ketahanan maka lama-kelamaan diganti nama pangan bagi kehidupan ekonomi orang- menjadi Sowek29. orang Biak-Numfor. Kampung Sowek, menurut versi Sejarah asal-usul kampung Sowek marga Wambrauw adalah wilayah belum dapat diungkapkan secara pasti, pelayaran yang menjadi tempat tinggal kapan, siapa dan bagaimana orang-orang terakhir leluhurnya Foos dan Baboi Biak yang terdiri dari berbagai (Insawamber), diceritakan bahwa pada keret/marga ini datang dan mendiami masa pengayauan, marga Indaf bersatu kampung Sowek. Hal ini disebab oleh membangun sebuah rumah tinggal adanya berbagai versi cerita dan klaim berlapis dinding dua sebagai tempat dari masing-masing keret tentang pertahanan terhadap musuh (raak). Suatu kampung Sowek. Namun pada saat ketika angin Selatan (angin Wambrauw) peneliti melakukan observasi dan mengamuk dan merobohkan rumah wawancara dengan beberapa tokoh dari tersebut. Sejak itu marga Indaf diberi berbagai marga di Kampung Sowek, nama panggilan Wambrauw hingga terhimpun beberapa versi cerita. sampai sekarang. Nama lain dari Indaf, Menurut versi Keret Rumbekwan, diberikan oleh raja Tidore dengan Kbur, Mandosir, Manufandu dan Keret Kawer Samfar, dan Karirin. Moyang Foos dan kampung Sowek ini merupakan tanah istrinya dahulu tinggal di Napido perjanjian nenek moyang mereka sebagai kemudian berlayar ke arah Timur, tempat tanda atau lambang dari janji nenek yang bernama Urdori. Di Urdori, mereka moyang mereka dahulu disumpah dengan menemukan Aibon (buah Lolaro/Bakau) di menggunakan bambu panjang maka itu Mnggasaina serta berjumpalah mereka sebabnya keret-keret tersebut di atas tidak dengan marga Kawer yang saat itu sedang bermukim di darat sampai selama- membuat api di kebunnya di pinggir teluk. lamanya. Alasan mengapa bambu Percakapan pun berlangsung dan dijadikan sebagai lambang perjanjian karena dahulu belum ada injil masuk maka 28Wawancara (Interview), Keret Rumbekwan. dkk, Kelompok nelayan, Sowek, 27F.J.F. van Hasselt, In Het Land van Op Kamis 03 September 2016 Papoea, (Di Tanah Orang Papua), di Termahkan 29Wawancara (Interview) Jubal Fainsenem., oleh Zet Rumere dan Ot Loupatti, Penebit Yayasan Kepala Kampung pertama,), Manggonswan, Kamis Timotius Papua, 2003, Hal. 33 01 September 2016 LPPM UNCEN 37 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI terjalinlah. Saat itu Foos dan istirinya Meos Kurni, Sawor di Parwa dan Kawer sedang membawa buah Manggrof (Aibon) di Meos Kawer. Marga-marga tersebut di nokennya, merekapun bertanya memiliki kebudayaan dan kemampuan bagaimana cara memasak buah tersebut. yang cukup baik dan sedikit lebih Lalu mereka mencoba berbagai cara untuk maju/tinggi sehingga mereka sudah dapat memasak Aibon (buah Lolaro), agar dapat mempergunakan perahu untuk pergi di makan, mulai dari merebusnya dalam bertemu di Aidirwu lewat Souk. Daerah kulit bia (kerang), dibakar, dan di bakar Aidirwu sangat sempit sehingga memaksa batu (barapen) semuanya tidak berhasil, moyang Foos, keluar ke arah sebelah sehingga Aibon itu dapat di makan. timur dan menempati daerah bakau yang Kemudian di suatu hari turunan Foos dan diberi nama Kondam. Lingkungan daerah turunan Kawer berusaha dan menemui ini lebih tenang karena dilindungi oleh cara mengolah Aibon untuk di makan, pulau-pulau seperti Meos Mawa, Meos dengan cara merendamnya, kemudian Beba, Meos Kondi, Meos Kapapu32 dan direbus, lalu menggunakan kulit bia yang lain-lain. Pelabuhannya tenang sehingga halus untuk mengurat isinya. Hingga diberi nama Ibrindami, (Ibrin artinya sekarang ini Aibon menjadi makanan teduh/tenang), dari nama tersebut pokok masyarakat Kondam/Sowek30. mengalami perubahan dari akar katanya, Garis batas wilayah Sowek, sebelah sehingga sampai sekarang ini ada istilah Selatan melalui Adirwai Napido, Urdori31, nama Indami33. lalu masuk ke Mnggasaina, membelok ke Berbagai versi cerita tersebut di atas Yensiner masuk ke Yenbekwanyadori. Di sesungguhnya perlu dikaji dan ditelusuri Sauwendi/Sauyabruri moyang Foos hidup lebih lanjut melalui cerita lisan dari lama mencari makan sebagaiman biasa. beberapa marga/keret yang saat ini Puteri Yensiner semakin hari makin mendiami kampung Sowek, karena pada bertambah besar selama di Sauwendi saat penulis melakukan observasi dan karena lingkungannya lebih teduh dan mewawancarai beberapa orang tua dari aman, bila dibandingkan dengan Adirwai kelompok keret-keret tersebut terdapat Napido dan lainnya. Moyang Foos dan perdebatan dan klaim masing-masing. Baboi berpindah dari Sauyendi ke Melihat perbedaan versi cerita tentang Aidirwu, di samping kiri Aidirwu ada asal-usul marga mana yang dahulu berada lintasan Souk (sebuah selat sempit yang di kampung Sowek, penulis berpendapat terlindung oleh pepohonan bakau), dimana bahwa, penduduk kampung sowek yang marga Kurni, Sawor dan Kawer selalu terdiri berbagai keret itu merupakan melewati daerah itu dengan mengangkat perantau dari kampung-kampung di pulau peruhu-perahunya, bila hendak bertemu Biak-Numfor dan Supiori dan bahkan dari dengan moyang Foos. Marga Kurni, pesisir Teluk Cenderawasih, yang berlayar Sawor dan Kawer saat itu bertempat menyusuri daerah lain, maka sampailah tinggal di Teluk Odori. Marga Kurni di mereka di teluk Ibrindami, Kampung Sowek yang terletak diantara gugusan kepulauan Aruri, Supiori Selatan. 30Yoel Mambrauw/Indaf, “Hikayat Kondam pada masanya”, (cerita lisan orang-orang dari Berbagai cerita tentang asal-usul kampung Keret Wambrauw), Biak, 4 Agustus 1982 31Adirwai Napido, Urdori, Mnggasaina, 32Nama Pulau-pulau dan tempat di Yensiner adalah nama tempat, teluk dan Kampung Sowek. tanjung di wilayah Kampung Sowek. 33Ibid LPPM UNCEN 38 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI

Sowek yang diceritakan oleh masing- bahwa golongan pertama disebut masing keret itu merupakan kekayaan manseren mnu, artinya golongan pendiri pengetahuan yang menandai kecintaan dan pemilik kampung, sedangkan mereka terhadap kampung Sowek yang golongan kedua hanya disebut golongan telah menjadi tempat tinggal dan arena manseren saja. Golongan masyarakat yang kehidupan mereka. disebut budak atau women berasal dari Daerah hulayat orang Sowek: tawanan-tawanan perang. Mereka ini tidak Orang Sowek tinggal dan menempati berhak untuk membentuk rumah keret kampung-kampungnya di wilayah sendiri seperti yang sudah dijelaskan di kepulauan Aruri berabad-abad lamanya, atas, tetapi mendapat kamar atau bilik jauh sebelum para Zending datang ke tertentu di rumah keret.35 Papua. Kehidupan mereka di atas laut, Manseren Mnu sebagai tuan tanah bukanlah berarti orang Sowek tidak berkuasa atas tiap kesatuan pemukiman memiliki lahan kering sebagai daerah yang disebut mnu itu mempunyai wilayah bercocok tanam atau dusun. Setiap keret atau teritorium tertentu dengan batas-batas di kampung Sowek telah membagi alam yang jelas seperti bukit, gunung, beberapa pulau dan tanah sebagai milik sungai, tanjung, pohon besar atau batas mereka yang ditetapkan secara adat. alam lainnya. Tanah dan hutan dalam Tanah adat atau Tanah Suku adalah tanah wilayah kekuasaan mnu yang belum yang menjadi milik bersama suatu suku, diolah tetapi merupakan tempat dikuasai suatu suku, yaitu suatu kelompok mengumpulkan hasil-hasil hutan berupa manusia yang antara sesamanya ada atau rotan dan kayu untuk keperluan dibayangkan ada dan terjalin atau pernah membangun ramah, perahu atau keperluan terjalin suatu hubungan genealogis. semua peralatan lainnya serta tempat berburu, anggota kelompok genealogis itu disebut karmggu, bekas tanah yang mempunya atau diberikan hak yang sama digunakan untuk berkebun, disebut yapur untuk mengolah tanah setelah kepala suku dan marires, daerah hutan sagu, disebut diberitahu dan diminta persetujuannya34. ser dan tempat-tempat yang sedang dibuka Stratifikasi Sosial masyarakat Biak menjadi kebun, yaf. Di samping itu terbagi dalam golongan masyarakat bebas termasuk wilayah kekuasaan satu mnu dengan golongan masyarakat budak. juga daerah perairan yang menjadi tempat Golongan masyarakat bebas disebut mencari dan menangkap ikan, meliputi manseren, artinya yang dipertuan, daerah pesisir pantai yang menjadi kering pemilik, yang membuat keputusan dan pada waktu pasang surut, serta tempat- yang berkuasa, tetapi bukan dalam arti tempat laut yang dangkal, disebut bosen bangsawan atau ningrat. Golongan raswan. Batas-batas antara satu bosen masyarakat bebas atau manseren itu terdiri raswan milik satu mnu dengan bosen dari golongan masyarakat yang berasal rawan milik mnu lainnya ditandai dengan dari keret pendiri kampung dan golongan suatu tanjung atau batu besar yang masyarakat yang berasal dari keret-keret terdapat di antara dua mnu tersebut. lain yang bergabung kemudian. Perbedaan Berbeda dengan hak pemilikan tanah yang antara kedua golongan manseren itu ialah terdapat di dalam suatu wilayah kekuasaan mnu, yang akan dibicarakan segera di 34Dr. Hans J. Daeng, Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan, Tinjauan Antropologi, Penerbit Pustaka Pelajar, 2000, Hal. 58-59 35Johszua R. Mansoben, Ibid, Hal. 283 LPPM UNCEN 39 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI bawah ini, bosen raswan merupakan milik yang dikeluarkan untuk membuka suatu bersama semua keret dalam suatu mnu. hutan primer menjadi lahan37. Dengan demikian tiap anggota warga mnu Demikianlah hak milik atas satu berhak untuk menangkap ikan atau wilayah atau teritorium tertentu yang pada mengumpulkan berbagai hasil laut berupa mulanya bersifat tunggal kemudian kerang dan rumput laut di bosen milik berubah menjadi hak milik dari banyak mnu tanpa dibatasi pada tempat-tempat golongan. Masing-masing golongan atau tertentu36. keret berhak mencari nafkah hidupnya di Pada prinsipnya tanah di tempat satu tempat yang menjadi hak miliknya saja, pemukiman atau mnu adalah milik keret bukan di tempat hak milik pihak lain. pertama yang membuka tempat tersebut Perlu ditegaskan pula di sini bahwa hak menjadi pemukiman. Demikian pula pemilikan tersebut di atas biasanya tanah, hutan dan sumber-sumber daya lain diberikan kepada keret-keret pertama yang yang bermanfaat bagi kehidupan yang datang bergabung dengan keret pendiri, terdapat di sekitar tempat pemukiman itu sedangkan keret-keret lain yang datang adalah milik keret pendiri mnu dan berada kemudian biasanya mendapat hak pakai di bawah kekuasaan kepala keret pendiri saja, bukan hak milik. Apabila seseorang mnu yang disebut manseren mnu. Pada individu dari keret tertentu hendak mulanya keret-keret yang datang mencari hasil hutan atau membuka kebun bergabung kemudian mendapat hak pakai di lokasi yang merupakan hak milik keret saja, bukan hak milik, dari keret pendiri lain, maka ia harus meminta izin pada kampung untuk memanfaatkan sumber- kepala keret pemilik dengan persetujuan sumber daya yang ada pada tempat-tempat dari individu yang menggunakan lokasi tertentu dalam wilayah kekuasaan mnu tersebut terlebih dahulu38. bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya. Hak Berdasarkan penjelasan tersebut di pakai tersebut dalam perkembangan waktu atas, orang Biak yang mendiami kampung dapat berubah menjadi hak milik. Hal ini Sowek, di Distrik Kepulauan Aruri, disebabkan oleh beberapa faktor seperti memiliki hak ulayat atas tanah, pulau dan misalnya ikatan keluarga (biasanya karena laut sebagai tempat mereka bermukim, hubungan perkawinan) yang kuat antara berkebun dan melaut. berdasarkan surat keret pendatang dengan keret pendiri serta pemerintahan Kabupaten Supiori Distrik masih luasnya tanah-tanah kosong Supiori Selatan, menetapkan wilayah sedangkan jumlah penduduknya masih tanah Adat Suku Bemuda atau Sowek sedikit, sehingga keret pendiri rela adalah mulai dari Tandjung Ineki / melepaskan sebagian tanah di tempat Prambos sampai dengan Tanjung pemukimannya untuk digunakan dan Imbirsba. dimiliki oleh keret-keret pendatang. Penduduk asli yang mendiami Pertimbangan pelepasan hak milik lahan Wilayah Tanah Adat ini adalah penduduk kepada keret lain karena faktor-faktor Bemuda/Sowek yang terdiri dari 10 tersebut di atas biasanya pelepasan keret/Marga yaitu: Keret/Marga tersebut diperkuat oleh faktor kerugian Mansawan, Keret/Marga Rumbekwan, berupa tenaga kerja dan ongkos-ongkos Keret/Marga Kafiar, Keret/Marga

37Ibid 36Ibid, Hal 281-282 38Johszua R. Mansoben, Ibid, Hal 282 LPPM UNCEN 40 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI

Mandosir, Keret/Marga Manufandu, yang disaksikan oleh; Fandirus Keret/Marga Kawer, Keret/Marga Mansawan, Sanadi Rumbekwan, Sandi Kurni/Fainsenem, Keret/Marga Sawor, Kafiar dan Mayor Mandosir. Status Keret/Marga Sawen, Keret/Marga penyerahan wilayah adat ini sebagai Wambrauw-Sarawan. Keret/Marga-marga tempat tinggal. Bukan milik penyerahan ini terdiri pula dari sub-sub Keret/Marga ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang masing-masing mempunyai kisah yaitu Yakob Mansawan/Suruan kawin asal usul sendiri-sendiri dan memiliki pula dengan saudara perempuan Markus Hak Ulayat atas tanah dan lingkungan Korwa. Daerah Tanah Adat Inseri s/d tertentu. Perkembangan kehidupan Ineki/Prameos adala milik keluarga; bermasyarakat dan hubungan Mansawan, Rumbekwan, dan Kafiar. kekeluargaan (Perkawinan Campur) maka Perpindahan marga/keluarga Korwa daerah-daerah ini, ditempati pula oleh (Orang Tua Markus Korwa) dari Biak orang-orang pindahan dari kampung- Selatan (Samau dan Baryarisba) ke Sowek kampung luar Sowek seperti: Biak Selatan sebagai penduduk sementara/tidak tetap. yaitu Sorido, Samber, Biak Barat yaitu Hak gerapan laut, darat bebas dilakukan Sopen/Swandiwe/Warbyak, Biak Utara bersama orang Sowek. Hak waris/pemilik yaitu Manwor. Kelompok suku pindahan tanah adat marga-marga tersebut di atas. ini, menetap tinggal didaerah tertentu Kemajuan dan perkembangan wilayah dan sampai sekarang (menjadi penduduk hak-hak adat menuntut masyarakat adat tetap). Perkembangan waktu dan tuntutan untuk segera ditinjau kembali dan adat atas hak milik/hak ulayat tanah adat ditertibkan demi menjaga tindakan- kini berkipra dimana kelompok menuntut tindakan yang membayakan masyarakat hak waris kepemilikannya/pusaka pemilik/orang Sowek. moyangnya. Perkembangan ini mengajak Kampung Insumbrei : Kampung masyarakat Bemuda/Sowek, selaku Insumbrei adalah tanah ulayat milik pemegang hak ulayat adat atas tanah keluarga Bpk. Yakob Suruan Mansawan, pusakanya untuk ditinjau dan segera Bapak Sanadi Rumbekwan, Bapak. Sanadi diselesaikan sesuai dengan ketentuan- Kafiar dan Bapak. Mayor Mandosir. ketentuan adat dan proses prosedur awal, Tanah ini diserahkan kepada keluarga (kesepakan awal sejak daerah-daerah ini bapak. Arwakon/ Bp. Urbanus Arwakon, diduduki)39. Kehadiran kelompok keret sebagai hak menempati bukan memiliki. baru atau penduduk luar dari berbagai Keluarga/Marga Arwakon menempati kampung tersebut di atas saat ini telah kampung Insumbre, kemudian datang pula mendiami wilayah-wilayah tanah adat keluarga Mgarik dari Womboda- masyarakat Bemuda/Sowek, antara lain; Aminweri dan minta kepada Bapak Kampung Nyambarai: Di Arwakon untuk diijinkan mereka tinggal Kampung Nyambarai saat ini berdiam bersama keluarga Mgarik diijinkan tinggal keret Korwa, orang tua dari Markus dimuara kali dan lama kelamaan Korwa, mendiami kampung Nyambarai bergabung di darat. Hak-hak yang atas ijin tinggal yang diberikan oleh Bapak diberikan kepada keluarga-keluarga Yakob Mansawan (Suruan Mansawan) tersebut aalah hak garapan laut, darat bebas dilakukan bersama orang Sowek.

Hak waris/pemilik tanah adat, adalah 39Arsip Surat tanah Adat orang Sowek, Hal. 1 marga-marga tersebut di atas. LPPM UNCEN 41 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI

Perkembangan dan kemajuan wilayah dan Kikro, maka ia pun pergi tinggalkan hak-hak adat menuntut masyarakat adat kampung Samber Biak Selatan untuk segera ditinjau kembali dan menyebrang ke Supiori dan tiba di Teluk ditertibkan demi menjaga tindakan- Napido/Urdori. Di tempat ini dia bertemu tindakan yang membahayakan masyarakat Sanadi Wambrauw dan Sanadi Sawor lalu pemilik yaitu orang Sowek. minta ijin untuk tinggal di daerah ini, dan Kampung Aidiru: Marga atau keret atas kesepakatan bersama dari Marga yang saat ini mendiami kampung Aidiru Inswonem/Suruan Sarawan/Kabo dan adalah Marga Awom, keluarga Sanadi Marga Indaf/Jaumuda yang disaksikan Awom pindah dari kampung Sopen-Biak oleh Sanadi Wambraw/Kapitaraw Barat. Keberaan mereka atas ijin tinggal menyerahkan dan memberi ijin tinggal yang diberikan oleh Marga Sarawan kepada Insambras Rumbewas. Pemilik diwakili Kapisa Sarawan, Marga hak adat/hak ulayat daerah ini adalah : Arwakon, dan Marga Wambraw-Sanadi, Marga Sanadi/Wambrauw, Marga penyerahak tinggal saat itu kepada marga Indaf/Wambrauw/Joumuda, Marga Awon yang diwakili Sanadi Awom. Saat Inswonem/Wambrauw, Marga ini daerah Samabri-Insubendi/Dowebri Sarawan/Wambrauw/Rumbonde, Marga dapat ditempati oleh keluarga Sanadi Kabo/Wambrauw, Marga Sawor Awom karena hubungan Insambras Rumbewan kemudian keluarga/perkawinan. Perempuan Awom- kawin dengan anak perempuan dari Adamina kawin dengan Ruben Sarawan. Kapitarau Susanakudi (sekarang Daerah ini boleh digarap, laut, dan Wawatma). Saudara dari Sanadi daratnya. Namun hak milik/adat dan hak Wambraw. Hubungan antara keluarga ulayat adalah milik orang Sowek yang menjadi erat dimana saling kawin marganya telah disebut di atas. Kemajuan mengawini antara orang Sowek dan orang dan perkembangan wilayah dari hak-hak Manswor. Penyerahan ini juga terjadi ada menuntut masyarakat adat untuk karena hubungan keluarga yaitu segera ditinjau kembali dan ditertibkan perempuan Samber-Rumbewas kawin demi menjaga tindakan-tindakan yang dengan laki-laki Sowek Wambrauw. membayakan dikemudian hari bagi Hubungan ini menjadi erat dan banyak masyarakat pemilik orang Sowek. keluarga dari Samber Biak selatan datang Kampung Sawendi: Di kampung dan tinggal menetap di Sawendi sampai Sawendi telah berdiam keluarga sekarang. hak-hak yang diberikan adalah Insambras Rumbewas, marga ini berasal menempati dan penggarapan laut dan darat dari Kampung Wansra/Pakreki Numfor di dapat dilakukan bersama dengan keluarga tanjung Inaryor keberadaan Insambras pemilik Wambrauw-Sowek. Daerah yang Rumbewas di kampungnya selalu diserahkan mulai dari Inyambeba s/d membuat masyarakat tidak aman, karena Snebai/Sombresi sebagai batas wilayah suka menimbulkan kekacauan. Maka Napido/Porisa. Kampung masyarakat di kampung Pakreki, sepakat Napido/Porisa: Kampung Napido/Porisa mengusir dia keluar dari tempat adalah milik marga Wambrauw/. Keret tinggalnya di Inaryor. Kemudian Sanadi Wambrauw ini memberi ijin Insambras Rumbewas pindah ke Kampung tinggal kepada keluarga Mangkok Mnu Samber, namun terlibat perselisihan Kabin/Rumainum yang disaksikan Sanadi dengan keluarga Mansnembra dan marga Sawor. Kampung Manggonswam dan LPPM UNCEN 42 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI

Kampung Brurwandi: Kedua kampung sehingga mereka dikenal sebagai ini merupakan pemekaran dari kampung pengembara laut, (sea nomads, atau sea besar Sowek/Saruri akibat bencana gypsies). Di antara golongan penduduk ini tsunami tahun 1996 lalu. Kampung Inbrufi ada yang sudah bertempat tinggal tetap di saat ini telah dibuka menjadi area rumah, akan tetapi rumah tersebut pemukiman sebagai Marga Kawer, didirikan di atas tiang-tiang yang Mandosir dan Rumbekwan. Sedangkan menancap di bagian dangkal di tengah laut kampung Manggonswan, menjadi atau ditepi pantai yang selalu digenangi air pemukiman dari marga Sawor, Kurni- laut walaupun air sedang surut.41 Jan Fainsenem dan Sawen. Kedua kampung Boelaars, menjelaskan bahwa dalam kurun ini dahulu hanyalah dusun dari masyarakat waktu antara abad ke-14 dan abad ke-18 Sowek yang bermukin di laut. Kehidupan sesudah Masehi suku-suku “Melayu” telah yang berlangsung di atas wilayah-wilayah memperlihatkan aktivitas luar biasa tersebut hingga hari ini telah menunjukan melalui perdagangan (khususnya rempah- hubungan kekerabatan yang harmonis, rempah) yang membawa mereka dari baik diantara marga-marga pemilik ulayat pulau ke pulau, menduduki pantai-pantai maupun marga-marga pendatang yang dan muara-muara sungai42. telah diberi ijin tinggal dan pakai di atas Orang Sowek43 di pantai Selatan ulayat Bermuda/Sowek. Interaksi sosial Supiori, merupakan salah satu suku di serta hubungan baik terlihat dalam Papua yang membangun rumah di atas berbagai aktivitas sosial dan budaya yang tiang-tiang kayu yang menancap di laut berlangsung di Kampung Sowek. dangkal dalam sebuah teluk yang disebut Teluk Aruri. Topografi Kampung Sowek f. Pelayaran-Pelayaran Orang yang didominasi oleh air laut dengan Sowek sarana transportasi utamanya adalah Lingkungan hidup yang dekat perahu, membuat kelompok Orang Sowek dengan laut telah mendorong penduduk mampu menjangkau daerah-daerah baru pantai untuk mengembangkan suatu cara serta berinteraksi dengan suku bangsa lain hidup yang sedikit banyak bersifat di kepulauan dan pesisir utara Papua. Jan maritim. Namun tidak selalu daerah Boelars menyebutkan bahwa suku-suku pesisir mendorong penghuninya untuk yang hidup di pesisir pantai Barat sampai memanfaatkan laut bagi kelangsungan Utara Teluk Cenderawasih, Papua, sebagai hidupnya40. Dalam kategori Orang Laut di penduduk ras daripada Papua44. masukan semua kelompok masyarakat G. J. Held, dalam tulisannya membagi yang belum atau tidak mengenal bentuk penyebaran budaya di pesisir utara Papua organisasi kerajaan atau Negara. Orang kedalam 3 (tiga) bagian yaitu pertama; Laut selalu berkelompok dalam kebudayaan kelompok Numfor-Biak, perkampungan perahu yang berhimpun dalam satu lokasi tertentu, biasanya di satu 41Ibid. Hal. 14 teluk atau muara sungai yang terlindung 42Jan. Boelaars, Manusia Irian, Dahulu, dari ombak besar dan angin ribut. Mereka Sekarang, Masa Depan, Penerbit. PT. Gramedia Jakarta, 1986, Hal.58 selalu mobile dari rumah perahu dan 43Orang Sowek adalah kelompok etnis Biak, berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang mendiami sebuah kampung berlabuh di Supiori Selatan dan lebih suka disapa dengan sebutan Orang Sowek. 40A.B. Lapian, Op.Cit, Hal. 77 44Jan Boelaars, Op.Cit, Hal. 160. LPPM UNCEN 43 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI menghuni tempat-tempat strategis Teluk pesisir dan kepulauan di Teluk Cenderawasih yang mencakup bagian Cenderawasih, sampai ke wilayah Timur, paling ujung Barat Daya dekat Manokwari Utara dan Barat Papua. Sehingga F.Ch. (Mansinam dan Teluk Doreh), Kepulauan Kamma, menjuluki suku bangsa Biak, Numfoor, Biak, jauh ke Selatan pulau sebagai “Orang Viking dari Teluk Rumberpon dan bagian dari Roon dan Cenderawasih”48. pantai Barat Daya Geelvink Baai. Kedua Sebutan orang Viking dari Teluk terdapat pusat kelompok Wandamen- Cenderawasih yang melekat pada suku Windesi di Teluk Wondama. Dan ketiga Biak, menurut penulis bukan secara adalah pantai Timur, pusat kebudayaan general semua suku Biak yang mendiami Waropen.45 pulau Biak, Supiori dan Numfar, karena Penduduk Biak biasa dinamakan julukan tersebut diberikan kepada suku “Biaksi” oleh suku-suku disekitar Teluk Biak yang mendiami daerah-daerah Cenderawasih. Istilah Biaksi kepulauan, pesisir, teluk dan tanjung, mencerminkan watak orang Biak yang seperti; orang Biak di kampung Sowek, di keras, dalam berlayar dan berdagang yang kepulauan Padaido, Pulau Numfor, Pesisir dibarengi dengan aktivitas mengayau dan Biak Barat, Biak Timur, Samber dan Biak merompak setiap suku, di wilayah Biak, Selatan. Alasan mengapa kelompok Supiori dan Numfor maupun daerah- orang-orang Biak yang mendiami daerah- daerah lainnya di Teluk Cenderawasih. daerah tersebut, karena merekalah yang Sehingga Jacob Weyland membaptiskan selalu melakukan aktivitas pelayaran dan gugusan pulau-Pulau Biak-Numfor dan perdagangan serta pengayauan ke seluruh Supiori dengan nama “kepulauan pesisir pantai Utara, Timur dan Barat penghianat”46. H. J. Agter dan Ten Kate, Pulau Papua. Orang Sowek sebagai orang memberikan keterangan bahwa istilah laut selalu melakukan aktivitas “Viking” “Biaksi” adalah sebuah kata yang ke wilayah-wilayah di pesisir Utara, mengejutkan memenuhi pantai Utara Timur dan Barat pulau Papua, sebagai Nieuw Guinea. Sebuah asosiasi untuk pedagang dan bajak laut, sehingga pada pembunuhan dan perburuan budak. Sebab saat penulis melakukan observasi dan sangat sedikit penduduk disepanjang wawancara dengar beberapa marga di pantai Utara dari pulau hitam ini yang kampung Sowek, seperti; Rumbekwan, cakap melakukan pembunuhan berat Mandosir, Mahufandu, Sawor, seperti orang-orang Biak47. Watak dan Wambrauw, mereka memberikan karakter yang keras dari orang Biak- penjelasan bahwa sudah sejak dulu orang- Numfor ini, selalu menjadi momok yang orang Biak dari kampung Sowek telah menakutkan bagi sukunya sendiri dan juga melakukan pelayaran dagang menjual suku-suku lain yang mendiami daerah hasil “kamasan” hampir keseluruh tanah Papua. Sebagai contoh, ada marga

45G.J.Held, 2006. The Papuas Of Waropen Rumbekwan di kampung Sowek, namun bahasakan: Dr. Dharmojo, M.Pd, dengan judul“Waropen Dalam Khasana Budaya Papua”, 48 F.C. Kamma, Dit Wonderlijke Werk” di dialih., Penerbit Pedati, , Hal. 1 sadur dan diterjemahkan oleh Th. Van den End dan 46W.K.H. Feulletau de Bruyn,Op.Cit, Koesalah Soebagiyo Toer, dengan judul; Ajaib Di Hal.19. Mata Kita, Masalah komunikasi antara Timur dan 47F.Ch. Kamma, “Kruis en Korwar”Een Barat, Dilihat Dari Sudut Pandang Pengalaman honderdjarig vraagstuk op Nieuw Guinea, J. N. Selama Seabad Pekabaran Injil di Irian Jaya, Jilid Voorhoeve - Den Haag, 1953, Hal. 90 1, BPK. Gunung Mulia, Jakarta, 1981. Hal 304. LPPM UNCEN 44 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI ada pula marga Rumbekwan bersama mulai redah pada malam hari, orang Biak beberapa marga suku Biak dari Pulau menyebutnya “Wam Andai”50. Numfor dan pesisir pulau Biak yang sejak Pergantian musim berikutnya Abad VIII hingga Abad XVI telah berlangsung bulan Oktober-November dan menempati wilayah pulau Mansinam dan April sampai Mei, yang ditandai dengan pesisir Teluk Doreh, pesisir Teluk berhembusnya musim angin Barat ke Cenderawasih, pesisir Amberbaken, Timur. Pada awal hingga akhir muson ini Sausapor, Sorong-Doom hingga jajaran tidak terdapat angin atau terjadi musim kepualauan Raja Ampat49. teduh, yang disebut “Wam-pasis”. Pengetahuan astronomi di masa lalu Kesempatan musim inilah, orang Biak- sangat penting bagi para penduduk Numfor melangsungkan aktivitas kepulauan dan pesisir, yang pelayaran dagang dan melaut. Pada kedua menggantungkan hidupnya pada sumber muson (Wampasis dan Wambarau/Wam daya alam laut dengan menggunakan Andai) ini, langit umumnya berawan, perahu atau kapal. Ketika terjadi masa angin Timur berlangsung berbulan-bulan pancaroba atau pergantian musim, orang lamanya, tergantung awan tebal di atas Biak-Numfor harus memperhatikan laut. Angin Darat-Laut umumnya kemunculan rasi bintang tertentu pada berhembus selama 3 (tiga) jam sesudah malam hari dan menghitung masa waktu matahari terlihat jelas pada masa angin datangnya angin dalam pergantian musim. Darat Laut tidak berhembus51. Proses ini penting, agar orang Biak- Secara tradisional orang Biak- Numfor dapat melakukan pelayaran Numfor mengenal lima musim angin, dagang, melaut dan bercocok tanam. kelima musim angin ini bertiup secara Beberapa muson yang penting dalam bergantian dan tidak menentu, sehingga pengetahuan astronomi orang Biak- ikut mempengaruhi turunnya hujan Numfor, antara lain: Muson Tenggara atau disetiap bagian pulau Biak. Nama kelima musim angin Barat-Daya yang musim angin tersebut adalah: Wambarek ; berlangsung dari bulan Juni-Oktober. Pada angin yang bertiup dari arah Barat kearah masa ini akan turun musim angin panas Timur pulau Biak. Wamurem, angin yang kering dan akan berhembus angin bertiup dari Timur kearah Barat pulau Wambrau (angin Tenggara) yang sangat Biak. Wambrauw, angin yang bertiup dari kencang, sehingga pukulan ombak di arah Selatan ke arah Utara pulau Biak. pantai menghalangi pelayaran, karena Wambrur, angin yang bertiup dari arah disertai curah hujan lebat, dari arah Barat Utara ke arah Selatan pulau Biak. ke pantai Selatan, dan Barat Selatan Daya, Wamires, angin yang bertiup dari arah menuju ke pantai Utara, dan di musim ini Tenggara ke arah Barat Laut pulau orang Biak-Numfor tidak dapat Biak52.Jenis-jenis angin tersebut sangat melakukan aktivitas berlayar maupun berpengaruhi terhadap hasil penangkapan melaut. Musim angin wambrau ini ikan para nelayan tradisional Biak dan berhembus selama 4 hingga 8 hari, dan juga rencana pelayaran dagang. Sehinnga

50Feulletau de Bruyn,Op.Cit, Hal. 6, Lihat juga, Anis Budjang, Hal. 113. 51Ibid. 52Siradjuddin Azir, Michael Menufandu, 49Johszua R.Mansoben, Op.Cit. Hal. 235 Op.Cit, Hal.34 LPPM UNCEN 45 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI pengetahuan tentang musim angin sangat (Romangguandi/Romanggwandi), dan penting dan bermanfaat bagi kepentingan beberapa bintang lain seperti; Mahkota navigator pelayaran. Perhitungan kalender Selatan (Southern Crouwn) yang dikenal tahunan, masyarakat Biak, dimulai tanggal orang Biak sebagai “ekor naga langit”, 31 Maret, pada hari dimana matahari terbit pada masa angin Barat selalu membuat pada satu titik, tepatnya antara titik paling keadan laut bergelora. Dan begitu bintang Utara dan paling Selatan, yang ditentukan Dragon (naga) muncul di kaki langit, sebagai titik Timur. Misalnya, orang Biak maka musim teduh tiba. Ketika bintang di daerah Bosnik, menentukan tanggal Dragon mulai naik dan bintang Orion tersebut melalui air pasang terendah yang menghilang ke dalam laut (ke bawah kaki terjadi pada saat itu dan meninggalkan langit), maka jantan-jantan yang sedang batu-batu karang tertentu dalam keadaan mencari betina (Pleides dan Taurus) dapat kering. Hari ini sangat penting karena menangkap betina-betina di laut, dan terjadi pergantian musim, angin pun secara umum tibalah musim kawin55. menghilang, lautan menjadi teduh maka Selain pengetahuan tradisional tentang pelayaran dagang dapat dilangsungkan53. ilmu falak atau astronomi, proses Hitungan kalender tahunan yang pelayaran yang menggunakan perahu layar dimulai pada bulan Maret, dalam sebutan adalah bagian keterampilan atau keahlian bahasa Biak adalah: Marweri (Maret), yang dimiliki orang Biak. Kemampuan Airami (April), Ayuni/Wampasi (Mei), teknologi tradisional membuat perahu ini Sarmuri (Juni), Saremibeba (Juli), Saremi- menjadi keahlian yang dimiliki oleh wedari (Agustus), Romanggwan-beba beberapa suku yang mendiami kepulauan (September), Romanggwan-wedari dan pesisir di Teluk Cenderawasih. Hal (Oktober), Wambarus-beba (November), tersebut dapat dijumpai pada jenis-jenis Wambarus-wedari (Desember), Inseri perahu tradisional di wilayah Teluk (Januari), dan Sarwir (Februari)54. Cenderawasih, umumnya memiliki Perhitungan musim dalam masyarakat kesamaan; jenis bahan, bentuk badan Biak, didasarkan pada perbintangan. perahu, kardam atau cadik, layar, rumah Misalnya orang Biak di Pulau Numfor perahu dan bentuk penggayu, hanya cara membagi masa kedua belas bulan tersebut penyebutan jenis asesoris dan ukiran berdasarkan anggota badan bintang penghias bagian-bagian perahu tersebut Scorpion (Kalajengking;-bhs. Biak; yang berbeda. Romangguandi:Naga). Dan, malam dibagi dalam empat waktu : Mandira (pukul 6-9 KESIMPULAN malam), Rob (pukul 9-12 malam), Robdi fandu (pukul 0-3), dan Meser Muryas, Suku Biak yang mendiami (pukul 3-6 pagi). Musim-musim yang Kampung Sowek Distrik Kepulauan ditetapkan oleh bintang Orion (Sawakoi) Aruri, Kabupaten Supiori, lebih senang dan Scorpio disapa Orang Sowek. Sebagai orang laut, Orang Sowek memiliki sejarah 53F.Ch. Kamma, “Koreri, …”, Op.Cit., Hal. kemaritiman yang membawa 7. Lihat juga Anis Budjang, Orang Biak Numfor, kehidupannya dari peradaban primitive dalam Koentjaraningrat dan Harja W. Bachtiar, Penduduk Irian Barat, 1963, Penerbit PT (peradaban kuno) kepada peradaban baru Penerbitan Universitas, Hal.115. 54Johszua R Mansoben, Log. Cit, Hal. 278- 279 55F.Ch. Kamma, “Koreri,….” Ibid. LPPM UNCEN 46 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI yang ditandai dengan perkembangan namun memasuki tahun 2015 hingga kini teknologi dari alat-alat perunggu dan besi, tiang-tiang rumah dari kayu itu telah serta benda-benda antik berupa porselin diganti dengan konstruksi beton semen cina, manik-manik dan kain, diperolehnya bertulang besi, serta pembangungan jalan melalui pelayaran-pelayaran dagang dan dan menara telkomsel serta bantuan ekspansi pengayauan di pesisir pantai fasilitas nelayan dan usaha mikro Utara laut Pasifik menuju arah Timur, ekonomi, dan lainnya, melalui kucuran Selatan, dan Barat pulau Papua hingga dana pembangunan kampung/dana Desa, memasuki gugusan kepulauan Maluku, dana Prospek dan PNPN Mandiri serta Ternate dan Tidore pada abad XVIII-XIX Dana Alokasi Pembangunan Kampung silam. dari pemerintah Kabupaten Supiori dan Hasilnya, orang Sowek mengalami Pemerintah Provinsi dan Pemerintah akulturasi budaya dan memiliki sikap Pusat. keterbukaan terhadap berbagai perubahan Prospek ekonomi masyarakat sosial, sehingga orang Sowek masa kini Kampung Sowek dan sekitarnya yang (Abad XX-XXI), turut andil dalam menjadi andalan ialah potensi sumber pembangunan peradaban manusia Papua daya alam yang berada di laut dan di diberbagai aspek, mulai dari aspek daratan, sangat menjanjikan masa depan keagamaan, aspek pendidikan dan aspek orang Sowek dan masyarakat luar yang sosial serta aspek pembangunan di seluruh hidup berdampingan di Supiori, tentunya Tanah Papua. Hal-hal tersebut nampak potensi-potensi sumber daya alam di dalam lintasan sejarah orang Sowek, sektor perikanan, pariwisata dan industri walaupun kelompok orang Biak ini ekonomi mikro perlu dikembangkan, berasal dari satu kampung berlabuh di atas maka seyogyanya pemerintah, tokoh laut di pesisir Teluk Odori, yang ditaburi masyarakat dan tokoh agama serta tokoh pulau-pulau yang dinamakan “Gugusan adat harus bersatu, mensinergikan Kepulauan Aruri. program kerjanya demi pembangunan Di atas laut Aruri, bangunan-bangun Kampung-Kampung, Distrik dan rumah berlabuh tertata menurut marga- Kabupaten Supiori ke arah yang lebih baik marga antara lain; Mansawan, dan berkeadilan sosial.Adapun saran dan Rumbekwan, Kafiar, Manufandu, rekomendasi yang perlu menjadi perhatian Mandosir, Kawer, Sawor, Kurni- seluruh stakeholder dalam membangun Fansienem, Sawen-Arwakon, dan kampung dan masyarakat di Distrik Wambrauw-Sarawan, berjejer di sisi kiri Kepualau Aruri, adalah sebagai berikut: dan kanan jembatan karang berukuran 100 Pemerintahan Kampung di Distrik meter di atas laut yang telah di bangun Kepulauan Aruri berserta jajarannya, para sejak tahun 1996 lalu atas peristiwa Kepala Kampung, para Bamuskam dan tsunami yang menerpa kampung-kampung Tokoh Adat serta Tokoh Agama, perlu di pesisir Utara Papua, tata letak mensinergikan program kerjanya masing- perumahan tersebut ibarat sebuah rumah masing untuk membangunan dan melayani panjang yang dibagi dalam bilik-bilik masyarakat Kampung Sowek, Kampung kamar yang diisi oleh marga-marga Brurwandi dan Kampung Manggonswam. tersebut. Bangunan-bangunan rumah Pemerintah, Tokoh Adat dan Tokoh berlabuh tersebut dahulu terbuat dari Agama, bersama-sama masyarakat tiang-tiang kayu bakau dan kayu besi, menjaga dan merawat fasilitas-fasilitas LPPM UNCEN 47 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI public yang ada di kampung Sowek, demi Boelaars, Jan 1986. Manusia Irian, kesejahteraan masyarakat itu Dahulu, Sekarang, Masa Depan, sendiri.Kepada seluruh masyarakat Penerbit. PT. Gramedia Jakarta. pemilik hak ulayat perlu menjaga lahan, Boelaars, Y., 1984, “Kepribadian dusun dan lautnya sebagai arena Indonesia Modern Suatu Penelitian kehidupan masyarakat Sowek dan suku- Antropologi Budaya”, (Jakarta: suku lain yang hidup bersama-bersama Penerbit PT Gramedia). mereka di wilayah Distrik Kepulauan Bruyn, W.K.H.Feulletau de, Aruri.Bagi generasi muda Sowek, Mededeelingen Encyclopaedische belajarlah dari sejarah kejayaan Bureau Afdevering XXI Schouten en leluhurmu, mempersiap diri melalui Padaido Eilanden, Batavia, proses pendidikan yang berkualitas Javaasche boekhandel & drukkeriij, sehingga ilmu pengetahuan dan keahlian 1920. yang dimiliki itu, dapat memampukan diri Budjang, Anis, Orang Biak Numfor, anda untuk menciptakan sejarah anda dalam Koentjaraningrat dan Harja untuk anak cucu anda kelak.Hasil kajian W. Bachtiar, Penduduk Irian Barat, ini bukanlah kesimpulan atau bagian 1963, Penerbit PT Penerbitan penutup dari kejian tentang orang laut di Universitas. kampung Sowek, oleh karenanya kajian Daeng, Dr. Hans J., Manusia, Kebudayaan ini perlu mendapat saran dan kritik dari dan Lingkungan, Tinjauan para pembaca, secara khusus orang Sowek Antropologi, Penerbit Pustaka yang berada di Kampung Sowek, Distrik Pelajar, 2000. Kepulauan Aruri maupun di perantauan Clerq, F.S.A.D., De West – en Noorkust guna penyempurnaan data dan dokumen van Nederlandsch Nieuw Guinea, ini sehingga kelak menjadi sebuah buku Tijdschrift van Nederlandsche tentang sejarah kehidupan orang Biak di Aardrijkskundig Genootschap, X, Kampung Sowek, di Kabupaten Supiori- 1893 Provinsi Papua. Hasselt, F.J.F. van, In Het Land Van Op Papoea, (Di Tanah Orang Papua), DAFTAR PUSTAKA diterjemahkan oleh. Zet Rumere dan Ot. Loupati, Penerbit Yayasan Abdulrahman, Dudung., 2007, Timotius Papua, 2003. “Metodologi Penelitian Sejarah”, Held, G.J., The Papuas Of Waropen, (Jogjakarta: Penerbit Ar-Ruzz “Waropen Dalam Khasana Budaya Media). Papua”, dialih bahasakan: Dr. Azir, Siradjuddin. Michael Manufandu, Dharmojo, M.Pd., Penerbit Pedati, et.al, 2002, Biak Tanah Damai, 2006. (Biak Numfor: Dinas Pariwisata Kamma, F.Ch., 1981."Ajaib Di Mata Final Draf). Kita" Masalah komunikasi antara Baal, J. van, Sejarah dan Pertumbuhan Timur dan Barat, dilihat dari sudut Teori Antropologi Budaya hingga Pengalaman Selama Seabad decade 1970, Penerbit. PT. Pekabaran Injil di Irian Jaya, (Jilid Gramedia, Jakarta, 1987. 1), Diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia untuk Perhimpunan Sekolah-

LPPM UNCEN 48 ISBN 978-602-7905-39-9

KEHIDUPAN ORANG LAUT DI KAMPUNG …. ALBERT RUMBEKWAN DAN ESTER YAMBE YABDI

Sekolah Theologia Di Indonesia Kinseng, Rilus A., “Konflik Nelayan”, (PERSETIA). (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor ______1953, “Kruis en Indonesia). Korwar”Een honderdjarig Lapian, A.B., 2009, “Orang Laut Bajak vraagstuk op Nieuw Guinea, J. N. Laut Raja Laut Sejarah Kawasan Voorhoeve - Den Haag. Laut Sulawesi Abad XIX”, (Jakarta: ______1972. Koreri, “De Penerbit Komunitas Bambu). Mesiaanse Koreri” Bewegingen in Mansoben, Johszua R.. 1984, “System Het Biaks-Numfoorse Politik Tradisional Di Irian Cultuurgebied”” Gerakan Mesianis Jaya”(Jakarta: Terbitan LIPI-RUL). di Daerah Berbudaya Biak Numfor, (di terjemahkan oleh. Ir. Kaleb Mnubepium), Penerbit. The Hague- Martinus Nijhoff.

Lampiran

DAFTAR NARASUMBER WAWANCARA

Nama Narasumber & Status & Tempat/ Tanggal Umur Pekerjaan Wawancara Keret Rumbekwan- Sowek, Kamis 25 Agustus, Nelayan Mansawan & 1 Sept 2016 Sowek, Senin 29 Agustus Eli Mambrauw 58th Pandai Besi 2016. Sowek, Rabu 31 Agustus Fredi Rumbekwan 50th Nelayan 2016 Manggonswan, Kamis 01 Jubal Fainsenem 65th Mantan Kepala Kampung September 2016 Biak Numfor, Sabtu, 23 Juni Mikha Ronsumbre 70th Tokoh Adat 2012 Sowek, Kamis 1 September Markus Wambrauw Kepala Distrik 2016

LPPM UNCEN 49 ISBN 978-602-7905-39-9