UNIVERSITAS DIPONEGORO

REKONSTRUKSI STRUKTUR GEOLOGI DAERAH SUPIORI TIMUR – SELATAN, KABUPATEN SUPIORI,

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

Fadlillah Rumanda L2L009081

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

SEMARANG SEPTEMBER 2014

REKONSTRUKSI STRUKTUR GEOLOGI DAERAH SUPIORI TIMUR – SELATAN, KABUPATEN SUPIORI, PULAU , PAPUA

Fadlillah Rumanda*, Wahju Krisna Hidajat*, Fahrudin*, Joko Wahyudiono** (corresponding email: [email protected])

*Program Studi Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang **Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Bandung

ABSTRACT Papua and Papua New Guinea are had geology condition are very complex involving interaction between two plates, the Australian Plate and the Pacific Plate. New Guinea formed the result of the movement of oblique convergence (convergence oblique). The products of convergence are shrinkage and formed strike-slip structures and subduction which occur in Papua on 10 Ma. Sorendiweri Strait seen horizontal and vertical fault motion that separated the Biak Island and Supiori Island thar can be identified with the alignment on the satellite image. The purpose of this study was to determine the geological conditions in the study area, the pattern of structures, the main stress that formed the geological structure and reconstruct of geological structures in the study area. The Field research methods are field observation on Supiori track. Record the characteristics of the rock on each formation, measurement of geological structures such as bedding plane, joint and fault plane. Analysis methods such as analysis of alignment manually and visually interpreted on a satellite image DSM (Digital Surface Map). Stereographic analysis of geological structures, combining field data and analysis of alignment to determine the type of structure zone with rotated stress analysis and subsidiary structures method. Geological conditions consist of Oligocene clastic limestone Wainukendi Formation. and Miocene non-clastic limestones Wafordori Formation. Pattern geological structure on Wainukendi Formation., NE-SW normal faults, WSW-ENE strike-slip faults and NE-SW thrust fault. Wafordori Formation., NE-SW normal faults, NE-SW thrust fault. N-S trending major stress is the main primary stress, NE-SW and NW-SE sharpness trending are local stress. Reconstruction of geological structures of the study area began with N-S primary stress that formed E-W Maru reverse fault, NE-SW Soren sinisral fault and NW-SE Maruu, Yondonkir, Maryadori, Biniki dextral fault. The NE-SW trending secondary stress formed NW-SE Kepudari thrust fault, Yon reverse fault and Donkir reverse fault at south of the study area.

Keywords : Sorendiweri Strait, rotated stress analysis, wainukendi formation, wafordori formation, reconstruction of geological structures

I. PENDAHULUAN

Gambaran regional pada lembar Biak Dow dkk., 1988; dalam Darman & Sidi, 2000) yang telah dibuat PPPG oleh Masria dkk. kondisi tektonik di Pulau Papua memberikan (1981), pada Selat Sorendiweri menunjukkan asumsi bahwa terdapat struktur aktif hingga gerak sesar mendatar dan tegak sehingga Pulau masa sekarang. Umur pembentukannnya yang Biak terlihat terpisahkan dengan Pulau relatif muda yaitu Miosen, menjelaskan bahwa Supiori. Dapat dikenali dengan kelurusan pada pergerakan lempeng Pasifik terhadap lempeng citra satelit pada daerah tersebut. Berdasarkan Australia masih terus aktif hingga saat ini dari penelitian terdahulu (Hamilton, 1979; sehingga membentuk fisiografi Papua seperti

2 sekarang. Dari sejarah kondisi tektonik Hasil dari konvergensi ini membuat fisiografi tersebut dapat diperkirakan rekonstruksi Papua dikondisi masa sekarang. Pada bagian struktur geologi di daerah penelitian timur membentuk struktur New Guinea Mobile dihubungkan dengan sejarah tektonik yang Belt (Dow, 1977; dalam Dow, dkk, 2005). terjadi di Pulau Papua. Pada bagian barat, membentuk struktur Lengguru Fold Belt, Weyland Overthrust, II. LOKASI PENELITIAN Sorong-Yapen Fault Zone, Membramo Thrust Belt. Sorong-Yapen Fault Zone pergerakan Secara administratif daerah penelitian sesar mendatar mengiri yang terbentuk pada berada di daerah Waryey, Masram, awal Orogenesa (Dow & Sukamto, Sorendiweri, Kepudari, Maruru, Biniki, 1977; dalam Dow, dkk., 2005). Zona sesar Marayaidori pada Kecamatan Supiori Timur menyebabkan dislokasi sedimen muda pada dan Supiori Selatan, Kabupaten Supiori, Delta Membramo di Timur dari Pulau Yapen Provinsi Papua. Posisi geografis daerah ini dan Pulau Biak, diduga zona sesar tersebut adalah 0° 43' 35" LS – 0° 53' 10.5" LS dan bisa diketahui panjang arah struktur hingga ke 135° 45' 17.1" BT - 135° 41' 30.2" BT. timur Pulau Papua di tandai dengan indikasi adanya Lumpur Vulkanik Aktif. III. GEOLOGI REGIONAL Selama Oligosen Akhir sampai Miosen Awal seluruh daerah ini mengalami Pulau Papua merupakan daerah yang penurunan. Gerak menurun ini berlangsung sangat kompleks secara geologi yang terus sampai Miosen Tengah, pada saat melibatkan interaksi antara 2 lempeng, yaitu dimana mulai terjadi gerak yang berlawanan. Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik Gerak ini disertai penyesaran. Sesar yang (Hamilton, 1979; Dow dkk., 1988; dalam membentuk Selat Sorendidori misalnya, Darman & Sidi 2000). Struktur tertua di Papua menunjukkan gerak mendatar dan tegak berasal dari pergerakan bumi pada masa sehingga Pulau Biak kelihatannya seperti Paleozoikum dan hanya terdapat sedikit data tertinggal oleh Pulau Supiori yang berada di yang terekam yang dapat menjelaskan fasa seberang selat. Sesar tidak selalu harus nyata, tektonik pulau tersebut. Geologi Papua tetap hanya dapat dikenali sebagai kelurusan dipengaruhi oleh dua elemen tektonik yang pada potret udara. saling bertumbukan dan serentak aktif pada masa Kenozoikum. IV. METODOLOGI PENELITIAN Pada kala Oligosen pengendapan di sepanjang margin utara lempeng Australia Metode peneletian meliputi dari metode terhenti di Pulau Papua dan New Guinea survei lapangan dan metode analisis. Metode (APC, 1961; Viewer & Hermes, 1962; dalam survei lapangandengan melaksanakan Dow dkk., 2005). Kejadian tektonik mayor pemetaan geologi permukaan (surface pada kala Oligosen ini menyebabkan sedimen mapping) yang mencakup pengamatan sepanjang margin utara lempeng australia keadaan geologi secara umum. Sedangkan mengalami metamorfisme (Dow dkk, 1967, metode analisis meliputi analisis struktur 1972; dalam Dow dkk., 2005). Jaques dan geologi berupa analisis kelurusan, analisis arah Robinson (1977 ; dalam Dow dkk., 2005), orientasi bidang perlapisan, arah orientasi kejadian tektonik pada orogenesa ini pada sesar, dan analisis tegasan utama. waktu kala Oligosen Akhir hingga Miosen Awal, terjadinya kolisi Kraton Australia dan V. HIPOTESIS PENELITIAN Busur Kepulauan (Island-arc Volcanic) yang menghasilkan pengangkatan ophiolite di Irian a. Berdasakan Peta Geologi Lembar Biak Jaya dan Papua New Guinea pada oleh Masria, dkk., 1981., Diperkirakan pengunungan tengah (central range) yang litologi yang terdapat pada daerah bearah barat-timur. Kejadian kolisi tersebut penelitian, berupa batugamping klastik menyebabkan arah tunjaman subduksi berarah Formasi Wainukendi dan batugamping selatan (McAdoo dan Haebig, 1999). non-klastik Formasi Wafordori. Pada Orogenesa Melanesia menghasilkan b. Berdasarkana Peta Geologi Lembar Biak konvergen antara Lempeng Pasifik Caroline oleh Masria, dkk., 1981 dan dan Lempeng Australia berarah baratdaya. kenampakkan citra DSM, pola struktur

3

geologi yang ada pada daerah penelitian normal. Pada pola kelurusan kelompok E berupa sesar naik berarah barat-timur (W- dengan frekuensi 9,1% berarah N 0250 E – N E), sesar normal berarah utara-selatan (N- 2050 E, kelurusan ini memiliki arah yang S), sesar mendatar berarah timurlaut- cenderung sama dengan sesar mendatar tegak baratdaya (NE-SW) dan berarah yang ada pada daerah penelitian yang berarah baratlaut-tenggara (NW-SE). relatif NE-SW oleh Masria dkk., (1981). c. Berdasarkan interpretasi pola struktur Sedangkan pola kelurusan kelompok B dengan pada Peta Geologi Lembar Biak oleh frekuensi 16,9% berarah N 850 E – N 2650 E Masria, dkk., 1981 dan kenampakkan dan Pada pola kelurusan kelompok D dengan citra DSM, arah tegasan utama frekuensi 11,9% berarah N 1700 E – N 3500 E pembentuk struktur geologi pada daerah tidak dapat diidentifikasi jenis sesarnya. penelitian adalah utara – selatan (N-S). Hasil diagram rossette arah umum yang d. Berdasarkan interpretasi pola struktur diperkirakan sebagai sesar mayor daerah pada Peta Geologi Lembar Biak oleh penelitian dan rekapitulasi jumlah arah Masria, dkk., 1981 dan kenampakkan kelurusan (Tabel 4.2) dapat menjelaskan citra DSM, rekonstruksi struktur geologi kemungkinan hubungan pola tegasan mayor dengan tegasan utama berarah utara- dengan struktur geologi yang terbentuk pada selatan (N-S) menghasilkan sesar mayor daerah penelitian. Pada gambar 4.2 pada Selat Sorendiweri sesar mengiri menunjukan bahwa arah umum kelurusan pada (sinistral), sehingga terekam sesar pola kelurusan kelompok A dengan frekuensi menganan (dextral) berarah baratlaut- maksimal 39,3,4% berarah N 140o E – N 320o tenggara (NW-SE) dan sesar naik berarah E. Pada kelurusan kelompok A secara umum barat-timur (W-E). berorientasi NW-SE, kelurusan ini memiliki arah yang cenderung sama dengan sesar VI. HASIL DAN PEMBAHASAN normal yang ada pada daerah penelitian Masria dkk., (1981) pola kelurusan tersebut 4.1 Analisis Kelurusan diinterpretasikan sebagai sesar Kelurusan geologi adalah sebuah garis normal.Kelompok D dengan frekuensi 4% yang menunjukkan raut muka yang dikenali berarah N 0450 E – N 2250 E, kelurusan ini pada foto udara, citra atau peta topografi. memiliki arah yang cenderung sama dengan Umumnya kelurusan dikenali pada skala sesar mendatar tegak yang ada pada daerah regional, dalam penafsirannya kelurusan penelitian yang berarah relatif NE-SW oleh tersebut diamati dalam bentuk punggungan Masria dkk., (1981). Sedangkan pada pola bukit dan lembah. Kelurusan tersebut kelurusan kelompok C dengan frekuensi terbentuk dan dikontrol oleh struktur geologi 22,2% yang berarah N 0050 E – N 1850 E dan berupa patahan, lipatan, kekar, intrusi ataupun pola kelurusan kelompok B dengan frekuensi kontak batuan (Pluijm dan Marshak, 2004). 25,2% berarah N 0900 E – N 2700 E tidak Hasil diagram rossette arah kelrusan yang dapat diidentifikasi jenis sesarnya. diperkirakan sebagai sesar mayor daerah 4.1 Kondisi Geologi Daerah Penelitian penelitian dan rekapitulasi jumlah arah Kondisi geologi daerah penelitian berupa kelurusan dapat menjelaskan kemungkinan satuan batuan beserta struktur geologi pada hubungan pola tegasan mayor dengan struktur stasiun pengamatan. Data dikelompokkan geologi yang terbentuk pada daerah penelitian. sesuai nama formasi dari geologi regional Pada Gambar 4.1 menunjukan bahwa arah sumber PPPG, Masria, M dkk., (1981) yaitu umum kelurusan pada pola kelurusan Formasi Wainukendi dan Formasi Wafordori. kelompok A dengan frekuensi maksimal Pemerian data penelitian sebagai berikut ; 46,4% berarah N 120o E – N 300o E, kemudian 4.1.1 Formasi Wainukendi pola kelurusan kelompok C dengan frekuensi Satuan litologi yang tersingkap pada 15,4% yang berarah N 1500 E – N 3300 E. formasi ini secara umum digolongkan Pada kelurusan kelompok A dan C secara menjadi batugamping klastik yang terdiri umum berorientasi NW-SE, kelurusan ini satuan wackstone dan packstone dengan ciri memiliki arah yang cenderung sama dengan antara lain : sesar normal yang ada pada daerah penelitian Wackstone, berwarna merah Masria dkk., (1981), pola kelurusan A dan C kecoklatan, abu-abu gelap, berukuran butir tersebut diinterpretasikan sebagai sesar

4

halus - kasar, mud-supported, terdapat a. Formasi Wainukendi foraminifera. Hasil pengukuran bidang perlapisan pada Packstone umumnya memiliki warna Formasi Wainukendi yang berumur coklat cerah, berukuran butir kasar-sangat Oligosen.Penentuan tegasan utama kasar, berkomposisi mikrofosil, beberapa pembentuk lipatan tersebut dilihat dari arah menunjukkan adanya re-placement sparry sumbu lipatan yang berarah relatif E–W, calcite. berdasarkan model simple shear (Harding Umur dari unit satuan batugamping dkk., 1973) untuk mendapatkan arah tegasan formasi ini ditentukan berdasarkan utama diambil 900 dari sumbu lipatan. maka foraminifera besar yaitu berkisar Oligosen, didapatkan arah tegasan utama yang berarah kemudian dilakukan kesebandingan N–S. stratigrafi dengan peta geologi regional 4.2.2 Analisis Orientasi Sesar lembar Biak, termasuk ke dalam Formasi Arah orientasi sesar ini berdasarkan Wainukendi. Pada lokasi ini struktur geologi kedudukan bidang sesar ditemukan yang berkembang adalah sesar normaldan dilapangan yang dikelompokkan berdasarkan sesar mendatar. Struktur geologi didominasi Formasi Wainukendi dan Formasi oleh sesar normal dengan orientasi NE-SW Wafordori. Analisis ini menggunakan dan sesar mendatar dengan arah orientasi metode jejaringstereonet dan diagram mawar ENE-WSW (rossete)untuk melihat arah umum dari 4.1.2 Formasi Wafordori sesar.dengan hasil analisis berikut ; Satuan litologi yang tersingkap pada a. Formasi Wainukendi formasi ini secara umum digolongkan Hasil analisis didapatkan pada Formasi menjadi satuan batugamping non-klastik Wainukendidengan arah orientasi umum yang diterdiri satuan batugamping sesar normal berarah NE-SWdan sesar boundstone dan batulempung karbonatan mendatar berarah W - E. Arah orientasi sesar dengan ciri berikut. ini dapat diinterpretasikan dengan Batugamping boundstone, memiliki menggunakanmodel simple shear Harding warna putih keabuan, build up, ukuran butir dkk. (1973), untuk mendapatkan arah pasir kasar , ukuran fosil rata – rata > 2 mm, tegasan utama. tersusun atas fosil planar koral, domal coral. Orientasi sesar normal pada Formasi Di beberapa tempat batuan telah Wainukendi setelah dianalisis pada stereonet terkristalisasi terutama pada fosil koral. terdapat beberapa arah yang berbeda, secara Batulempung karbonatan memiliki keseluruhan memusat pada kisaran arah NE- warna abu – abu, well sorted, well rounded, SW. Sesar normal yang berarah NE-SW porositas dan permeabilitas sedang – buruk, dengan menggunakan model simple shear dan terlihat kenampakan fosil foraminifera. (Harding dkk., 1973). Arah tegasan utama Umur dari unit satuan batugamping pembentuk sesar normal tersebut adalah NE- formasi ini ditentukan berdasarkan SWpada arah 33o,N031oE, yang searah foraminifera besar, yaitu berkisar Miosen terhadap struktur sesar normal(normal fault). dilakukan kesebandingan stratigrafi dengan Sesar mendatar berdasarkan data yang peta geologi regional lembar Biak, termasuk diplotkan pada stereonet terdapat beberapa ke dalam Formasi Wafordori. arah yang berbeda tetapi memusat pada arah Pada lokasi ini struktur geologi yang E-W. Sesar mendatar yang berarah W-E berkembang adalahsesar naik dan sesar berdasarkan model simple shear didapatkan normal.Struktur geologi didominasi oleh arah tegasan utama yaitu NE – SW pada arah sesar normal dengan orientasi SE-NW. Sesar 11o,N251oE, diambil 300-350 dari arah sesar naik dengan arah orientasi SW-NE. mendatar berdasarkan model simple shear 4.2 Analisis Struktur Geologi (Harding dkk., 1973). 4.2.1 Analisis Bidang Perlapisan b. Formasi Wafordori Analisis jejaring stereonet yang telah Hasil analisis didapatkan pada dilakukan meliputi arah kedudukan bidang Formasi Wafordori mempunyai arah perlapisan yang diukur dilapangan. Data orientasi umum sesar normal berarahNE- bidang perlapisandikelompokkan SWdan arah orientasi umum sesar naik berdasarkan formasi batuan dengan hasil berarah NE-SW. analisissebagai berikut;

5

Orientasi sesar normal pada Formasi N125oE/45o, N110oE/45o, N115oE/49o, Wafordori setelah diplotkan pada N235oE/78o, N208oE/78o, N125oE/47o, stereonet ada beberapa arah yang berbeda, N215oE/75o, N115oE/52o, N235oE/65o, secara keseluruhan memusat pada kisaran N115oE/62o, N216oE/73o, N270oE/55o arah NE-SW. Sesar normal yang berarah menghasilkan sesar mendatar dengan bidang NE-SW dengan menggunakan model N162oE/53o berdasarkan klasifikasi Anderson simple shear (Harding dkk., 1973). Arah (1951), dengan nilai tegasan σ1 = 35o, N354oE, tegasan utama pembentuk sesar normal tegasan σ2 = 43o, N225oE, tegasan σ3 = 28o, tersebut adalah NE-SWpada arah N105oE. Dengan pergeresan bidang rake/pitch 70o,N229oE, yang searah terhadap sebesar 19o dan orientasi σ1 terhadap bidang struktur sesar normal(normal fault). sesar diklasifikasi sesar menganan (dextral). Arah orientasi sesar naik (reverse d. Kelurusan Maru fault) pada Formasi Wafordori, Pada kelurusan ini berarah N99oE – berdasarkan data yang diplotkan pada N279oE, dilakukan analisis stereonet dengan stereonet terdapat arah ENE- WSW. data kekar (shear joint) N127oE/69o, berdasarkan model simple shear N150oE/58o, N085oE/40o, N174oE/70o, didapatkan arah tegasan utama yaitu NW– N169oE/72o, N183oE/55o, N055oE/45o, SE pada arah 18o,N159oE,yang diambil N120oE/40o, N040oE/46o, N115oE/35o, 900 dari struktur sesar naik berdasarkan N043oE/44o, N148oE/63o, menghasilkan sesar model simple shear (Harding dkk., 1973). naik (thrust fault) dengan bidang N99oE/34o 4.2.3 Analisis Stereografis Kelurusan berdasarkan klasifikasi Anderson (1951), Kelurusan pada daerah penelitian dengan nilai tegasan σ1 = 28o, N294oE, ditafsirkan menjadi sebuah zona struktur tegasan σ2 = 35o, N184oE, tegasan σ3 = geologi. Kelurusan tersebut melewati stasiun 43o,N054oE. lapangan untuk mendukung dalam pentafsiran e. Kelurusan Yondonkir dengan menggunakan metode tegasan terputar Pada kelurusan ini berarah N162oE – dan pembentukan struktur penyerta (Suryono, N342oE, dilakukan analisis stereonet dengan 1986). data sesar normal N321oE/71o, N105oE/65o, a. Kelurusan Kepudari N058oE/61o menghasilkan sesar mendatar Kelurusan ini berarah N330oE – N150oE, dengan bidang N316oE/73o berdasarkan dilakukan analisis stereonet dengan data sesar klasifikasi Anderson (1951), dengan nilai normal N241oE/78o, N051oE/70o, N055oE/78o, tegasan σ1 = 30o, N256oE, tegasan σ2 = 56o, N045oE/79o menghasilkan sesar naik (reverse N112oE, tegasan σ3 = 17o,N356oE. Dengan fault) dengan bidang sesar N330oE/18o pergeresan bidang rake/pitch sebesar 31o dan berdasarkan klasifikasi Anderson (1951), orientasi σ1 terhadap bidang sesar diklasifikasi dengan nilai tegasan σ1 = 29o, N158oE, sesar menganan (dextral). tegasan σ2 = 20o, N056oE, tegasan σ3 = f. Kelurusan Yon 55o,N295oE. Pada kelurusan ini berarah N126oE – b. Kelurusan Soren N306oE, dilakukan analisis stereonet dengan Kelurusan ini berarah N049oE – N229oE, data kekar (shear joint) N258oE/63o, dilakukan analisis stereonet dengan data sesar N250oE/70o, N304oE/64o, N200oE/40o, normal N025oE/76o dan N045oE/73o N247oE/75o, N267oE/69o menghasilkan sesar menghasilkan sesar mendatar dengan bidang naik (reverse fault) dengan bidang N126oE/47o N049oE/72o berdasarkan klasifikasi Anderson berdasarkan klasifikasi Anderson (1951), (1951), dengan nilai tegasan σ1 = 13o, N021oE, dengan nilai tegasan σ1 = 03o, N171oE, tegasan σ2 = 73o, N153oE, tegasan σ3 = tegasan σ2 = 37o, N263oE, tegasan σ3 = 13o,N288oE. Nilai rake/pitch sebesar 5o dan 53o,N078oE. orientasi σ1 terhadap bidang sesar diklasifikasi g. Kelurusan Donkir sesar mengiri (sinistral). Pada kelurusan ini berarah N116oE – c. Kelurusan Maruru N296oE, dilakukan analisis stereonet dengan Pada kelurusan ini berarah N162oE – data kekar (shear joint) N281oE/45o, N342oE, dilakukan analisis stereonet dengan N300oE/60o, N315oE/50o, N310oE/65o, data kekar (shear joint) N234oE/76o, N316oE/86o, N284oE/49o menghasilkan sesar N235oE/67o, N205oE/75o, N125oE/45o, naik (reverse fault) dengan bidang N296oE/56o N122oE/45o, N122oE/30o, N210oE/67o, berdasarkan klasifikasi Anderson (1951),

6 dengan nilai tegasan σ1 = 12o, N066oE, Wainukendi mempunyai 2 arah yaitu berarah tegasan σ2 = 38o, N327oE, tegasan σ3 = N-S dan berarah NE-SW. 51o,N170oE. Hasil analisis struktur geologi terdapat h. Kelurusan Biniki adanya perbedaan arah tegasan pada daerah Pada kelurusan ini berarah N088oE – penelitian, perbedaan arah tegasan tersebut N268oE, dilakukan analisis stereonet dengan dihubungkan dengan kejadian tektonik data sesar mendatar N286oE/75o, N264oE/73o, regional Pulau Papua sehingga dapat N260oE/85o, N245oE/84o menghasilkan sesar diinterpretasikan perbedaan arah tegasan yang mendatar dengan bidang N268oE/77o bekerja terhadap urutan kejadian berdasarkan klasifikasi Anderson (1951), pembentukkannya dengan konsep pemodelan dengan nilai tegasan σ1 = 03o, N300oE, struktur geologi. Berikut pembahasan analisis tegasan σ2 = 74o, N039oE, tegasan σ3 = struktur geologi dan tegasan yang bekerja ; 17o,N210oE. Nilai rake/pitch sebesar 10o dan a. Tegasan berarah N-S terekam pada orientasi σ1 terhadap bidang sesar diklasifikasi Formasi Wainukendi dari data bidang sesar menganan (dextral). perlapisan dan analisis tegasan utama i. Kelurusan Maryadori terputar. Pada tegasan berarah N-S Pada kelurusan ini berarah N146oE – disimpulkan sebagai tegasan primer pada N326oE, dilakukan analisis stereonet dengan daerah penelitian. Bidang perlapisan akan data kekar (shear joint) N290oE/67o, mengalami perubahan bentuk ataupun N215oE/33o, N215oE/26o, N265oE/64o, posisi (deformasi) bila terkena tegasan, N200oE/62o, N230oE/40o, N340oE/88o, sehingga ini menjadi indikasi awal N100oE/80o, N095oE/88o, N355oE/89o, dengan analisis bidang perlapisan yang N130oE/88o, N215oE/87o, N180oE/88o, mempunyai tegasan berarah N-S. Pada N240oE/88o, N085oE/88o, N190oE/88o, analisis tegasan utama terputar didapatkan N35oE/88o, N280oE/88o menghasilkan sesar arah tegasan lain yaitu berarah NE-SW, mendatar dengan bidang N268oE/84o tegasan didapat dari analisis orientasi berdasarkan klasifikasi Anderson (1951), sesar pada lokasi stasiun lapangan dengan dengan nilai tegasan σ1 = 02o, N296oE, sebuah kelurusan yang diasumsikan tegasan σ2 = 84o, N194oE, tegasan σ3 = sebagai zona struktur mayor. 07o,N027oE. Dengan pergeresan bidang Diinterpretasikan pada tegasan berarah rake/pitch sebesar 4o dan orientasi σ1 terhadap NE-SW tersebut bekerja pada umur lebih bidang sesar diklasifikasi sesar menganan muda pada event tektonik orogenesa (dextral). melanesia, sehingga terekam pada 4.2.4 Analisis Tegasan Utama Formasi Wainukendi. Analasis arah tegasan utama b. Tegasan berarah NE-SW terekam pada denganmenggunakan metode stereografis Formasi Wainukendi berupa sesar normal, dengan konsep tegasan terputar (Suryono, sesar mendatar dan Formasi Wafordori 1986).Dengan konsep ini diharapkan berupa sesar normal. Pada tegasan mendapatkan tegasan utama yang primer pada berarah NE-SW disimpulkan sebagai daerah penelitian.Arah Tegasan utama yang tegasan lokal pada daerah penelitian. diperoleh berdasarkan hasil analisis sesar pada Tegasan lokal diartikan sebagai tegasan kelurusan daerah penelititan dengan yang membentuk struktur geologi pada menggunakan konsep tegasan terputar skala stasiun lapangan di daerah (Suryono, 1986), kemudian arah tegasan penelitian. utama tersebut diplotkan pada stereonet c. Tegasan berarah NW-SE terekam pada sehingga didapatkan hasil sebagai berikut ; Formasi Wainukendi berupa sesar naik. Kesimpulan dari analisis struktur Pada tegasan berarah NE-SW geologi digambarkan pada tabel 4.8. Tegasan disimpulkan sebagai tegasan lokal pada utama pada Formasi Wainukendi dari analisis daerah penelitian. Tegasan lokal diartikan bidang perlapisan (S0) berarah N–S, sesar sebagai tegasan yang membentuk struktur normal dan mendatar bearah NE-SW. Tegasan geologi pada skala stasiun lapangan di utama yang ada pada Formasi Wafordori daerah penelitian. dengan sesar normal bearah NE-SW, sesar Diinterpretasikan tegasan yang ada pada naik dengan arah NW-SE. Pada Tegasan daerah penelitian dipengaruhi oleh kejadian utama terputar (σ1) didapatkan pada Formasi tektonik regional Pulau Papuapada saat 7 kejadian Orogenesa Oligosen yaitu pada saat sampai Miosen Awal seluruh daerah ini proses konvergensi yang bersifat kolisi antara mengalami penurunan. Gerak menurun ini Busur Kepulauan (island-arc) dan Lempeng berlangsung terus sampai Miosen Tengah, Benua Australia pada kala Oligosen dengan pada saat dimana mulai terjadi gerak yang arah tunjaman subduksi kerarah selatan berlawanan. Gerak ini disertai sesar yang (McAdoo dan Haebig, 1999). membentuk Selat Sorendidori, menunjukkan Tegasan pada daerah penelitian berarah gerak mendatar dan tegak (Masria dkk., 1981). N-S sebagai tegasan primer, adanya hasil Sejarah geologi daerah penelitian dimulai pada tegasan yang berarah NE-SW dan NW-SE umur Oligosen, diendapkan satuan sebagai tegasan lokal. Tegasan lokal dibentuk batugamping klastik pada Formasi dari tegasan primer dengan perpindahan arah Wainukendi. Kemudian pada umur Miosen tegasan utama. Pada daerah penelitian terjadi pengendapan satuan batugamping non- terbentuk orintasi sesar skala mesoskopis yang klastik pada Formasi Wafordori. Struktur terbentuk dari tegasan lokal tersebut. geologi pada daerah penelitian terdapat sesar Penggambaran hubungan tegasan utama naik (thrust dan reverse fault), sesar geser dengan tegasan lokal. mengiri (sinistral) dan sesar geser menganan Tegasan primer dengan arah N-S (dextral). mengahasilkan struktur sesar mendatar sebagai Penentuan urutan kejadian struktur sesar mendatar orde 1 berupa sesar mengiri geologi tersebut berdasar analisis struktur Soren, sesar menganan orde 1 Maruru, geologi beserta kenampakkan pada citra. Yondonkir, Maryadori, Biniki dan sesar naik Tegasan utama primer pada daerah penelitian orde 1 pada sesar Maru. Kemudian sesar mempunyai 2 arah yaitu berarah N-S dan NE- mendatar tersebut memberikan pengaruh untuk SW didapatkan dari bidang perlapisan dan membentuk sturktur baru dengan orientasi analisis tegasan utama terputar pada struktur yang berbeda sesuai dengan arah orientasi geologi mayor yang terekam pada Formasi sesar mendatar tersebut sebagai arah tegasan Wainukendi. lokal yang membentuk struktur geologi Pada kejadian dengan tegasan utama N-S sebagai orde 2 pada daerah berarah NW-SE pada Lampiran 5(a), menghasilkan sesar naik dan NE-SW. Maru (reverse fault) terbentuk pada arah 4.3 Rekonstruksi Struktur Geologi orientasi relatif barat-timur yang terletak Data geologi yang diperoleh di lapangan disebelah selatan daerah penelitian, sesar geser beserta analisisnya akan membantu mengiri Soren pada utara daerah penelitian menginterpretasi sejarah beserta struktur berarah timurlaut-baratdaya menerus geologi dalam suatu kerangka ruang dan sepanjang Selat Sorendiweri dan sesar geser waktu. Penentuan sejarah geologi daerah menganan Maruru, Yondonkir, Maryadori, penelitian ini juga mengacu pada sejarah Biniki yang terbentuk pada selatan daerah geologi regional yang dikemukakan peneliti- penelitian berarah relatif baratlaut-tenggara. peneliti terdahulu. Pada kejadian dengan tegasan utama NE- Aktivitas tektonik secara regional berupa SW pada Lampiran 5(b), menghasilkan sesar tumbukan (collision) antara busur kepulauan naik kepudari (thrust fault), sesar naik Yon vulkanik (island-arc vulcanic) dengan (reverse fault) dan sesar naik Donkir (reverse kontinen Australia yang disebut Orogenesa fault) terbentuk pada arah orientasi relatif Oligosen pada umur Oligosen hingga Miosen baratlaut-tenggara yang terletak disebelah Awal (Jaques dan Robinson, 1977; dalam selatan daerah penelitian. Dow, dkk., 2005). Pulau Biak dan Supiori Diinterpretasikan pada tegasan berarah kegiatan gunungapi selama Eosen dan NE-SW tersebut bekerja pada umur lebih Oligosen kemudian menghasilkan bahan yang muda pada event tektonik orogenesa diendapkan pada permukaan hasil pengikisan melanesia, sehingga tegasan utama dengan tersebut. Setidaknya ada bagian daerah ini arah N-S mengalami perubahan arah searah yang mengalami pelekukan, sehingga jarumjam (clockwise) menjadi NE-SW diberbagai tempat tertentu menimbulkan terekam pada Formasi Wainukendi. keadaan yang menguntungkan bagi Pada kenampakkan citra sesar menganan pengendapan batuan karbonat, misalnya di tersebut memotong sesar naik dan sesar bagian selatan Pulau Supiori dan di bagian mengiri sebelumnya yang telah terbentuk, utara Pulau Biak. Selama Oligosen Akhir sehingga morfologi permukaan tampak

8 bergerak kearah tenggara atau kearah Selat SW disimpulkan sebagai tegasan Sorendiweri pada bagian selatan daerah lokal pada daerah penelitian. penelitian. Tegasan lokal diartikan sebagai tegasan yang membentuk struktur VII. KESIMPULAN geologi pada skala stasiun lapangan 5.1.1 Kondisi geologi pada daerah penelitian di daerah penelitian. dibagi menjadi 2 satuan batuan berupa ; 5.1.4 Rekonstruksi struktur geologi a. Satuan batugamping klastik Formasi Sejarah geologi daerah penelitian Wainukendiberumur Oligosen yang dimulai pada umur Oligosen, diendapkan terdiri batugamping wackestone dan satuan batugamping klastik pada Formasi packstone. Wainukendi. Kemudian pada umur Miosen b. Satuan batugamping non-klastik terjadi pengendapan satuan batugamping non- Formasi Wafordori berumur Miosen klastik pada Formasi Wafordori. Struktur yang terdiri batugampingboundstone geologi pada daerah penelitian terdapat sesar dan batulempung karbonatan. naik (thrust dan reverse fault), sesar geser 5.1.2 Pola struktur geologi mengiri (sinistral) dan sesar geser menganan a. Formasi Wainukendi, dari hasil (dextral). analisis didapatkan pada arah Penentuan urutan kejadian struktur orientasi umum sesar normal berarah geologi tersebut berdasar analisis struktur NE-SW dan sesar mendatar berarah geologi beserta kenampakkan pada citra. WSW-ENE. Tegasan utama primer pada daerah penelitian b. Formasi Wafordori, dari hasil mempunyai 2 arah yaitu berarah N-S dan NE- analisis didapatkan pada arah SW didapatkan dari bidang perlapisan dan orientasi umumsesar normal analisis tegasan utama terputar pada struktur berarahNE-SW dan sesar naik geologi mayor yang terekam pada Formasi berarah NE-SW. Wainukendi. 5.1.3 Tegasan utama struktur geologi Pada kejadian dengan tegasan utama N- a. Tegasan berarah N-S terekam pada S, menghasilkan sesar naik Maru (reverse Formasi Wainukendi dari data fault) terbentuk pada arah orientasi relatif bidang perlapisan dan analisis barat-timur yang terletak disebelah selatan tegasan utama terputar disimpulkan daerah penelitian, sesar geser mengiri Soren sebagai tegasan primer pada daerah pada utara daerah penelitian berarah timurlaut- penelitian. Pada analisis tegasan baratdaya menerus sepanjang Selat utama terputar didapatkan arah Sorendiweri dan sesar geser menganan tegasan lain yaitu NE-SW. Maruru, Yondonkir, Maryadori, Biniki yang Diinterpretasikan pada tegasan terbentuk pada selatan daerah penelitian berarah NE-SW tersebut bekerja berarah relatif baratlaut-tenggara. pada umur lebih muda pada event Pada kejadian dengan tegasan utama tektonik orogenesa melanesia, NE-SW, menghasilkan sesar naik kepudari sehingga terekam pada Formasi (thrust fault), sesar naik Yon (reverse fault) Wainukendi. dan sesar naik Donkir (reverse fault) terbentuk b. Tegasan berarah NE-SW terekam pada arah orientasi relatif baratlaut-tenggara pada Formasi Wainukendi berupa yang terletak disebelah selatan daerah sesar normal, sesar mendatar dan penelitian. Formasi Wafordori berupa sesar Diinterpretasikan pada tegasan berarah normal. Pada tegasan berarah NE- NE-SW tersebut bekerja pada umur lebih SW disimpulkan sebagai tegasan muda pada event tektonik orogenesa lokal pada daerah penelitian. melanesia, sehingga tegasan utama dengan Tegasan lokal diartikan sebagai arah N-S mengalami perubahan arah searah tegasan yang membentuk struktur jarumjam (clockwise) menjadi NE-SW geologi pada skala stasiun lapangan terekam pada Formasi Wainukendi. di daerah penelitian. Pada kenampakkan citra sesar c. Tegasan berarah NW-SE terekam menganan tersebut memotong sesar naik dan pada Formasi Wainukendi berupa sesar mengiri sebelumnya yang telah sesar naik. Pada tegasan berarah NE- terbentuk, sehingga morfologi permukaan

9 tampak bergerak kearah tenggara atau kearah McAdoo, R.L. & Haebig, J.C. 1999. Tectonic Selat Sorendiweri pada bagian selatan daerah Elements of The North Irian Basin. penelitian. Proceedings Indonesian Petroleum Association 27th. Jakarta. DAFTAR PUSTAKA McClay, K.R. 1987.The Mapping of Geological Structures.Departement of Anderson, E.M, 1951. The Dynamics of Geology Royal Bedford New College Faulting. Edinburgh: Oliver & Bo. University of London. Berkshire: Open Bemmelen, V.R.W. 1949. The Geology of University Press. , Vol. IA: General Geology of Moody, J.D., and M.J. Hill. 1956. Wrench Indonesia and Adjacent Archipelagoes, Fault Tectonics, Geological Society of The Hague. America Bulletin, v. 67, p.1207 – 1246 Charlton, T.R. 2000. Tertiary evolution of the Permana,A.K. 2013.Laporan Akhir Penelitian Eastern Indonesia Collision Complex. Stratrigrafi Cekungan Biak-Yapen, Jurnal of Asia Earth Sciences 18, p603- Papua. Pusat Survei Geologi. Bandung. 631. (Tidak dipublikasikan) Darman, H., dan Sidi, F.Hasan. 2000. An Pluijm, V.D dan Marshak, S. 2004. Earth Outline of The Geology of Indonesia. structure : an introduction to structural Ikatan Ahli Geologi Indonesia. Jakarta, geology and tectonics.W. W. Norton & hal 169 – 172. Company Ltd.London. Dow, D.B., Robinson, G.P., Hartono, U., & Purbo-Hadiwidjoyo, M.M. 1994. Kamus Ratman, N. 2005. Geology of Irian Kebumian : Indonesia-Inggris dan Jaya. Pusat Penelitian dan Inggris-Indonesia = A Glosary of Pengembangan Geologi. Bandung. Geosciences and Geotechnology. Dunham, R. J. 1962. Classification Of Jakarta : Grasindo. Carbonate Rocks According To Their Raghavan, Venkatesh, Masljmoto, S., Koike, Depositional Texture. Classification of K., dan Nagano, S. 1995. Automatic Carbonate Rocks symposium: Tulsa, Lineament Extraction from Digital OK, American Association of Petroleum Images Using a Segment Tracing and Geologists Memoir 1, p. 108-121. Rotation Transformation Approach. Davis, G.H. & Reynolds, S.J. 1996. Structural Great Britain: Elsevier Science, Ltd. Geology of Rocks and Regions ; Second Sapiie, B.,Naryanto, W., Adyagharini, A.C Edition. United States of America. P. dan Pamumpuni, A. 2012. Geology and 293-294. Tectonic Evolution of Bird Head Region Hall, R. 2002. Cenozoic Geological and Plate Papua, Indonesia: Implication for Tectonic Evolution of SE Asia and the Hydrocarbon Exploration in the Eastern SW Pasific: computer-based Indonesia.AAPG International reconstructions, model and animations. Convention and Exhibition, Article Jurnal of Asia Earth Sciences 20, p353- #30260. Singapore. 431. Satyana, A.H., Tarigan, R.L., Armandita, C. Harding, T.P., Wilcox, R.E., Seely, D.R. 1973. 2007. Collisional Orogens in Indonesia Basic Wrench Tectonics, American : Origin, Anatomy, and Nature of Association of Petroleum Geologist Deformation. Bali. Bulletin, v.57, p. 97-116 Suryono, N., 1986. Tegasan Terputar dan Koike, K., Nagano, S., dan Kawaba, K. 1998. Pembentukan Struktur Penyerta.Buletin Construction and Analysis of Teknologi Mineral V.68 h.44-49. Interpreted Fracture Planes Through Bandung. Combination of Satellite-Image Tucker, M. E. 2003. Sedimentary Rocks in the Derived Lineaments and Digital Field (Third Edition). Department of Elevation Model Data. Great Britain: Geological SciencesUniversity of Elsevier Science, Ltd. Durham, UK. p.40-49 Masria, M., Ratman, N., dan Suwitodirdjo, K. 1981. Peta Geologi Regional Lembar Biak, Irian Jaya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung.

10

N = 142

B2

B1

B1

N = 99

C A

B D

D B

A C

A B2

Lampiran 1. (a) Peta kelurusan dengan citra DSM (b1&b2) Diagramrossette kelurusan

11

a b

Lampiran 2. Orientasi tegasan utama pada daerah penelitian. (a) Tegasan utama relatif berarah N-S, (b) Tegasan utama relatif berarah NE-SW

Lampiran 3. Tabel 4.8Hasil rangkuman analisis sturktur geologi daerah penelitian

12

Lampiran 4. Hubungan arah tegasan primer N-S dengan arah tegasan lokal NW-SE dan NE- SW daerah penelitian.

a b

Lampiran 5. Pembentukkan struktur geologi berdasarkan arah tegasan N-S dan arah tegasan NW-SE daerah penelitian

13