Antalogi Esai
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI BAHASA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2017 Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia i Yogyakarta dalam Perubahan Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Siswa SLTA Kota Yogyakarta Penyunting Tirto Suwondo Pracetak Tarti Khusnul Khotimah W. Ari Widyawan Dini Citra Hayati Agung Tamtama Pargiyono Penerbit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI BAHASA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224 Telepon: (0274) 562070, Faksimile: (0274) 580667 Katalog Dalam Terbitan (KDT) Yogyakarta dalam Perubahan: Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Siswa SLTA Kota Yogyakarta, Tirto Suwondo. Yogyakarta: Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, 2017 xiv + 212 hlm., 14,5 x 21 cm. ISBN: 978-602-6284-69-3 Cetakan pertama, Juni 2017 Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi buku ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit. Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis. ii Yogyakarta dalam Perubahan PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Masih dalam kerangka mendukung program literasi yang sedang digalakkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebuda- yaan yang beberapa ketentuannya telah dituangkan dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015, pada tahun ini (2017) Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kembali menyusun, menerbitkan, dan menyebarluaskan buku- buku kebahasaan dan kesastraan. Sebagaimana dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, buku-buku yang diterbitkan dan di- sebarluaskan itu tidak hanya berupa karya ilmiah hasil penelitian dan/atau pengembangan, tetapi juga karya-karya kreatif yang berupa puisi, cerpen, cerita anak, dan esai baik itu berasal dari kegiatan penulisan oleh para sastrawan DIY maupun melalui kegiatan Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia bagi siswa. Hal ini dilakukan tidak lain sebagai realisasi program pembinaan dan/ atau pemasyarakatan kebahasaan dan kesastraan kepada para pengguna bahasa dan apresiator sastra, terutama kepada anak- anak, remaja, dan generasi muda. Sebagaimana diketahui bahwa isu utama yang berkembang belakangan adalah kemampuan baca (literasi) anak-anak kita (pelajar kita) tertinggal selama 4 tahun dibandingkan dengan kemampuan baca anak-anak di negara maju. Hal itu terjadi selain disebabkan oleh berbagai faktor yang memang tidak terelakkan (sosial, ekonomi, geografi, jumlah penduduk, dan sebagainya), Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia iii juga disebabkan oleh fakta bahwa di Indonesia memang tradisi (budaya) baca-tulis (literasi) dan berpikir kritis serta kreatif be- lum ter(di)bangun secara masif dan sistemik. Itulah sebabnya, sebagai lembaga pemerintah yang memang bertugas melaksana- kan pembangunan nasional di bidang kebahasaan dan kesastra- an, Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta turut serta dan senan- tiasa menyumbangkan peranannya dalam upaya mengembangkan kemampuan literatif dan kecerdasan anak-anak bangsa. Salah satu dari sekian banyak upaya itu ialah menyediakan bahan (materi) literasi berupa buku-buku kebahasaan dan kesastraan. Buku berjudul Yogyakarta dalam Perubahan ini tidak lain juga dimaksudkan sebagai upaya mendukung program pengembang- an kemampuan literatif sebagaimana dimaksudkan di atas. Buku ini memuat 33 karya esai yang ditulis oleh para siswa SLTA (SMA, MA, dan SMK) Kota Yogyakarta, baik negeri maupun swasta, pada saat mereka mengikuti kegiatan Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia bagi siswa SLTA yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 26 Maret—11 Juni 2017. Selain itu, di dalam buku ini juga dimuat tulisan dua orang tutor (Tirto Suwondo dan Budi Sardjono) sebagai sekadar petunjuk atau pedoman bagaimana cara atau teknis menulis (mengarang) esai. Diharapkan tulisan (karya-karya esai) yang dimuat dalam buku ini menjadi pemantik dan sekaligus penyulut api kreatif pembaca, terutama anak-anak, remaja, dan generasi muda. Akhirnya, dengan terbitnya buku ini, Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada para penulis, penyunting, panitia, dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam menghantarkan buku ini ke hadapan pembaca. Selamat membaca dan salam kreatif. Yogyakarta, Juni 2017 Dr. Tirto Suwondo, M.Hum. iv Yogyakarta dalam Perubahan CATATAN PENYUNTING Mengarang (menulis) itu gampang. Begitulah kata (ungkapan) sastrawan (dan jurnalis) kondang Arswendo Atmowiloto. Ung- kapan itu boleh jadi benar, boleh jadi tidak benar. Sebab, fakta- nya, mengarang itu tidak segampang seperti yang diucapkan atau dipikirkan. Bahkan, diyakini, kalau mau jujur, tidak ada seorang pun yang mengaku bahwa mengarang itu benar-benar gampang. Kalaupun kemudian ada seseorang menjadi terkenal karena karangan-karangan atau buku-bukunya, orang itu pasti tidak akan mengatakan bahwa mengarang itu benar-benar gam- pang. Kalaupun Arswendo Atmowiloto berani mengatakan itu, sebenarnya ia hanyalah bermaksud memberi semangat kepada siapa pun agar dunia karang-mengarang tetap hidup dan terus berkembang. Dan kita yakin, ketika dulu Arswendo Atmowiloto masih dalam tahapan belajar, ia pun pasti banyak mengalami kesulitan. Hanya saja, karena dalam hidupnya ia konsisten dalam memegang prinsip bahwa mengarang harus dilandasi banyak mem- baca dan tekun berlatih, jadilah ia seperti sekarang ini. Begitulah kiranya suatu hal yang selalu ditekankan dalam sebuah kegiatan pelatihan mengarang atau menulis. Demikian juga dengan kegiatan pelatihan mengarang (menulis) esai bagi siswa SLTA Kota Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta tahun ini (2017). Karena terbukti bahwa seluruh peserta pelatihan pada akhirnya mampu menghasilkan sebuah karangan (esai) dan terbit dalam buku ini, Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia v hal itu berarti bahwa mengarang itu memang gampang. Hanya saja, persoalannya tidaklah sesederhana itu. Sebab, walaupun mereka telah dilatih sedemikian rupa dan mereka telah pula me- lakukan proses kreatif (10 kali pertemuan) dengan mengerahkan tenaga dan pikiran yang ada, tetap saja hasilnya belum sampai kepada wujud karya yang matang. Namun, semua itu wajib diang- gap wajar karena memang mereka masih dalam tahapan belajar dan esai-esai yang pada akhirnya dimuat dalam buku ini pun hanya merupakan sebagian dari wujud hasil belajar. Karena pada awalnya esai-esai ini hanya merupakan sebagian dari wujud hasil belajar, wajar pula kalau kemudian diperlukan keterlibatan penyunting lebih dalam. Hanya saja, keterlibatan penyunting lebih dalam ini bersifat sangat relatif karena sebenar- nya fungsi penyunting tidak lebih dari sekedar “membetulkan” dari sisi penggunaan bahasa dan/atau “meluruskan” dari sisi logika yang dibangun penulis. Yang jelas, penyunting tidak me- miliki hak untuk mengubah apa yang dimaksudkan penulis. Itu- lah sebabnya, seperti dapat dibaca pada karangan-karangan dalam buku ini, masih ada sebagian karangan yang tidak termasuk ke dalam kategori (jenis) esai. Padahal, pelatihan yang diseleng- garakan ini adalah pelatihan penulisan esai dan buku ini dimak- sudkan sebagai buku antologi esai. Hal ini menunjukkan bahwa mengarang memang tidak gampang, dan itu terbukti sebagian penulis dalam buku ini belum memahami benar apa itu esai. Karenanya, wajarlah kalau dalam buku yang berlabel antologi esai ini masih ada karangan yang bukan berbentuk esai. Bisa dimaklumi kalau esai-esai dalam buku ini mirip dengan artikel karena memang perbedaan esai dan artikel demikian tipis. Akan tetapi, kalau sudah sampai pada bentuk karangan feature, hal itu jelas bukan yang dimaksudkan oleh kegiatan dan juga buku ini. Kendati demikian, ada hal menarik yang perlu dikemukakan dalam catatan ini. Meskipun para penulis (siswa-siswa SLTA Kota Yogyakarta) dalam buku ini masih dalam tahapan belajar, ada beberapa yang memang memiliki kemampuan menulis (menga- vi Yogyakarta dalam Perubahan rang). Hal itu tampak pada kekayaan perbendaharaan kata dan logika atau cara berpikirnya. Kekayaan perbendaharaan kata me- nyebabkan karangannya tidak terkesan monoton dan mengulang- ulang kata dan kalimat yang sama, sedangkan cara berpikir yang logis membuat karangan mudah dipahami maksudnya. Walau- pun masih tampak khas sebagai hasil pelatihan dan/atau pem- belajaran, setidaknya esai “Smartphone dan Kita” karya Khoirun- nisak, “Penjajahan Toponimi Asing di Kota Yogyakarta” karya Muhammad Galang Ramadhan Al Tumus, “Menyikapi Kemero- sotan Karya Sastra” karya Han Revanda Aditya Putra, dan bebe- rapa lagi telah menunjukkan hal itu. Sebagai catatan akhir penyunting, permasalahan terbesar yang dihadapi oleh remaja (siswa-siswa SLTA Kota Yogyakarta) yang karangannya dimuat dalam buku ini adalah permasalahan kemampuan berbahasa. Masalah kemampuan berbahasa ini tidak berarti mereka tidak mampu menggunakan bahasa, tetapi yang terjadi ialah ketidaksadaran bahwa mereka harus berbahasa ragam tulis. Bahasa ragam tulis adalah bahasa yang digunakan tanpa kehadiran (pertemuan) penulis (pembicara) dan pembaca (pendengar) sehingga dituntut lengkap dan jelas agar komunikasi terjadi mendekati sempurna. Dan, yang terjadi, seperti tampak pada karangan-karangannya semula, sebagian besar penulis dalam buku ini cenderung menulis dengan konsep bahasa lisan. Karena- nya, mereka masih harus belajar dan belajar lagi. Banyak-banyaklah membaca dan terus berlatih. *** (Tirto Suwondo) Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia vii viii Yogyakarta dalam Perubahan PENGANTAR PANITIA Balai