EKO-REGIONAL, Vol.11, No.1, Maret 2016

PENGARUH BELANJA MODAL DAN INVESTASI TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH Oleh: Hendri Panggayuh1)

1) SMA Negeri 1 Teweh Timur, Barito Utara Email: [email protected]

ABSTRACT Economic development is currently influenced by the internal policies of local governments, such as the large proportion of government expenditure allocated. In order to compensate for the performance of economic development, hence the need for the role of government and the private sector need to be improved, where investment as one of the alternatives in order to achieve the economic development. How big is the minimal requirements and the extent of correlation with indicators of successful economic development as the human development index, the economic growth rate, per capita income, poverty, and the open unemployment rate. The aims of this research are to determine the development of the human development index, the rate of population growth, per capita income, poverty, and the open unemployment rate, determine the effect of capital expenditure and investment towards human development index, the economic growth rate, income per capita, the poor, and the open unemployment rate. The analytical method used to test the hypothesis is boxplot analysis, cluster analysis and regression analysis. Based on the research, it is known that there are three classes in the economic development in Central province, of which the first class to have a common index of human development, and the growth rate of economics are in Cilacap district, City, , and City . Grades two to have similar levels of percentage of the poor and the jobless rate was in Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, , Purworejo, , Magelang, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Grobogan, Blora, Rembang, Pati, Jepara, Demak, Semarang, Temanggung, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, , Brebes, Salatiga, Tegal. Grades three to have a high per capita income only in Kudus. Based on the results of multiple linear regression analysis can be concluded capex and investment affect the human development index together, but if only partially affect the human development index. Capex will affect the rate of economic growth partially, while investment did not affect the rate of economic growth. The allocation of capital expenditures and investments affect the income per capita together and partially. The allocation of capital expenditures and investment affect poor people together, if partially obtained that the investment variables that negatively affect the percentage of poor people, while the variable capital expenditure does not affect the percentage of poor people. The allocation of capital expenditures and investments do not affect the level of unemployment together and partially.

Keywords: Capital Expenditure, Investments, Economic Development

PENDAHULUAN dan persediaan barang yang menjadi tanggungjawab pemerintah. Pihak yang mendapat Pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah keuntungan langsung adalah para suplier digalakkan oleh pemerintah daerah dengan cara pemerintah sebagai pemenang lelang pengadaan meningkatkan belanja modal. Belanja modal ini barang. Dengan demikian, apabila proporsi memiliki tingkat efektifitas yang besar dalam anggaran belanja modal rendah akan dapat pembangunan yang hasilnya dapat dinikmati secara memperlambat proses pembangunan ekonomi, langsung oleh masyarakat umum seperti pada sehingga perekonomian daerah dimungkinkan pembangunan infrastruktur penting seperti jalan akan tergantung pada belanja rutin pemerintah raya. Adapun belanja pegawai merupakan belanja yang memiliki tingkat efektifitas yang rendah. barang, gaji pegawai negeri dan pembayaran utang Proses pembangunan ekonomi seharusnya yang dikategorikan sebagai belanja rutin karena didasarkan atas kemampuan daerah itu sendiri, di sebagian besar dialokasikan untuk keperluan mana mengoptimalkan seluruh potensi sumber operasional di mana belanja rutin memiliki tingkat daya yang dimiliki. Namun dalam kenyataanya efektifitas relatif rendah terhadap pembangunan masih banyak daerah yang mengalami hambatan ekonomi daerah. Hal tersebut karena belanja untuk dalam membangun perekonomiannya, karena gaji sebagian masuk ke rekening tabungan pegawai keterbatasan sumber daya, teknologi, dan modal. serta sebagian besar dibelanjakan oleh yang Belanja modal yang seharusnya dapat bersangkutan untuk konsumsi rumah tangga. berkontribusi lebih dalam kenyataannya masih Sedangkan belanja barang dan jasa pemerintah sangat jauh dari yang diharapkan, di mana belanja sebagian besar ditujukan untuk operasional kantor pegawai masih menjadi belanja dominan dalam

27 Pengaruh Belanja Modal..... (Panggayuh) setiap realisasi APBD. Dengan demikian, peran daerah, karena peningkatan aggregat demand swasta memiliki kontribusi yang cukup penting akan mendorong kenaikan investasi dan pada dalam percepatan tercapainya pembangunan akhirnya menyebabkan kenaikan produksi. ekonomi, di mana peran swasta melalui Penanaman Investasi merupakan suatu faktor krusial bagi Modal atau Investasi, baik yang berasal dari dalam kelangsungan proses pembangunan ekonomi negeri maupun luar negeri. Investasi dengan (sustainable development) jangka panjang. mendirikan perusahaan baru atau meningkatkan Pembangunan ekonomi melibatkan kegiatan- kemampuan produksi akan mampu memberikan kegiatan produksi barang dan jasa di semua sektor multiplier effect yang besar terhadap peningkatan ekonomi. Dengan adanya kegiatan produksi, maka pembangunan ekonomi, salah satunya adalah dapat terciptalah kesempatan kerja dan pendapatan membantu mengurangi angka pengangguran masyarakat meningkat, yang selanjutnya dengan terbukanya berbagai kesempatan kerja, menciptakan dan meningkatkan permintaan di sehingga mendorong berkurangnya angka pasar. Pasar berkembang dan berarti juga volume kemiskinan. kegiatan produksi, kesempatan kerja dan pendapatan di dalam negeri meningkat dan seterusnya, maka terciptalah pembangunan TINJAUAN PUSTAKA ekonomi (Tambunan, 2001: 132). Secara lebih spesifik, untuk melihat Teori ekonomi telah menunjukkan hubungan belanja modal, investasi dan bagaimana pengeluaran pemerintah bisa pembangunan ekonomi dapat didekati dengan menguntungkan atau merugikan pada model pertumbuhan ekonomi modern yaitu model pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. pertumbuhan endogen (endogenous growth Menurut Keynesian, banyak macam pembelanjaan model-EGM) yang memasuki aspek-aspek pemerintah, yang secara alami, dapat mendukung endogenitas dan eksternalitas di dalam proses secara positif menuju ekonomi pertumbuhan, pertumbuhan ekonomi. Sifat keberadaan melalui multiplier effect pada permintaan agregat. teknologi tidak lagi given, tetapi merupakan salah Pada sisi lain, konsumsi pemerintah bisa mendesak satu faktor produksi yang dinamis. Demikian juga investasi rumah tangga melicinkan stimulus halnya dengan faktor manusia, tenaga kerja di ekonomi dalam jangka pendek dan mengurangi dalam fungsi produksi tidak lagi merupakan suatu akumulasi modal dalam jangka panjang. faktor yang eksogen, tetapi bisa berkembang Sebenarnya, pendesakan ada kaitannya dengan mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu defisit fiskal dan yang dihubungkan dengan efek pengetahuan. Kemajuan teknologi dan tingkat bunga (Sukirno, 2004: 201). perkembangan ilmu pengetahuan serta Pengeluaran pemerintah merupakan pendidikan menjadi faktor-faktor pertumbuhan seperangkat produk yang dihasilkan oleh yang penting. EGM juga sangat relevan untuk pemerintah untuk menyediakan barang-barang menganalisis laju serta pola pertumbuhan ekonomi publik dan pelayanan kepada masyarakat. Total di . Terutama karena dampak dari pengeluaran pemerintah merupakan penjumlahan progres teknologi dan kemajuan ilmu keseluruhan dari keputusan anggaran pada pengetahuan serta peningkatan kualitas sumber tingkatan pemerintah baik pusat, provinsi maupun daya manusia terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah. Pada masing-masing tingkatan dalam dalam negeri semakin tampak jelas saat ini pemerintahan ini mempunyai keputusan akhir yang dibandingkan misalnya 30 tahun yang lalu. berbeda dan hanya beberapa hal pemerintah yang di bawahnya dapat dipengaruhi oleh pemerintah yang lebih tinggi. Oleh karena itu, dalam memahami berbagai pengaturan pendanaan bagi METODE PENELITIAN pemerintah pusat maupun daerah, maka harus mengetahui keragaman fungsi yang 1. Analisis Boxplot dibebankannya. Fungsi tersebut adalah fungsi Kelebihan dari penggunaan boxplot yaitu penyediaan pelayanan yang berorientasi pada ringkasan dari data ditampilkan dalam bentuk 1 lingkungan dan kemasyarakatan, fungsi pengaturan grafik yang mengandung informasi mengenai yakni merumuskan dan menegakkan pusat location, spread, skewness, dan long tailedness perundangan, fungsi pembangunan, keterlibatan yang dapat terlihat dengan cepat. Boxplot langsung maupun tidak langsung dalam bentuk- menunjukkan informasi detail tentang observasi bentuk kegiatan ekonomi dan penyediaan pada bagian akhir. Jika terdapat suatu angka yang prasarana, fungsi perwakilan yaitu menyatakan menarik dari observasi, angka tersebut biasanya pendapat daerah di luar bidang tanggungjawab akan terlihat pada bagian akhir boxplot. Distribusi eksekutif, dan fungsi koordinasi yakni dari kumpulan data-data dapat dibandingkan melaksanakan koordinasi dan perencanaan investasi dengan mudah dengan cara memperlihatkan dan tata guna tanah regional (Sodik, 2007: 44) boxplot data-data tersebut secara berdampingan. Peningkatan pengeluaran pemerintah akan Boxplot didesain dengan metode grafik back-of- menyebabkan semakin meningkatkan pendapatan

28 EKO-REGIONAL, Vol.11, No.1, Maret 2016 the-envelope, sehingga mudah dihitung dan x1 = data ke-i diimplementasikan pada komputer. x = rata-rata data  = simpangan baku 2. Analisis Cluster c. Melakukan proses clustering, Setelah data Cluster dapat diartikan kelompok dengan yang dianggap mempunyai satuan yang demikian pada dasarnya analisis cluster akan sangat berbeda diseragamkan dan metode menghasilkan sejumlah cluster atau kelompok. cluster ditentukan, langkah selanjutnya Proses pengolahan data sehingga sekumpulan data adalah membuat cluster. Proses clustering mentah dapat dikelompokkan menjadi satu atau adalah pengelompokkan data, terdapat dua beberapa cluster adalah sebagai berikut: metode, diantaranya : a. Menetapkan ukuran jarak antar-data 1) Hierarchical method, metode ini Mengukur kesamaan antar-objek (similarity). memulai pengelompokkan dengan dua Sesuai prinsip dasar cluster yang atau lebih objek yang mempunyai mengelompokkan objek yang mempunyai kesamaan paling dekat. Kemudian kemiripan, maka proses pertama adalah proses diteruskan ke objek lain yang mengukur seberapa jauh ada kesamaan antar- mempunyai kedekatan kedua. Demikian objek. Ada tiga metode yang digunakan seterusnya sehingga cluster akan diantaranya : membentuk semacam pohon di mana 1) Mengukur korelasi sepasang objek ada hierarki (tingkatan) yang jelas antar- pada beberapa variabel, di mana jika objek, dari paling mirip sampai paling beberapa data memang akan tergabung tidak mirip. Secara logika semua objek menjadi satu cluster, tentulah di antara pada akhirnya hanya akan membentuk data tersebut terdapat hubungan yang sebuah cluster. Dendogram biasanya erat. Metode ini mendasarkan besaran digunakan untuk membantu korelasi antara data untuk mengetahui memperjelas proses hierarki tersebut. kemiripan data satu dengan yang lain, jika Secara teori, beberapa metode untuk ukuran menggunakan nilai mutlak dari proses clustering diantaranya Single korelasinya di mana ukuran kemiripan Lingkage, metode ini akan dari objek ke i terhadap objek ke j mengelompokkan dua objek yang dinotasikan dij dapat dirumuskan sebagai mempunyai jarak terdekat terlebih berikut : dahulu. Jika objek A dan B mempunyai dij = 1 - | rij | jarak terdekat (misal 4,2)(1) dibandingkan di mana, rij merupakan nilai koefisien jarak A dan C (misal 8) atau B dan C korelasi antara objek ke-i dan objek ke-j (misal 5,6), maka proses hierarki pertama dan merupakan nilai mutlaknya. adalah mengelompokkan A – B. 2) Mengukur jarak (distance) antara dua selanjutnya cluster A – B akan objek, pengukuran menggunakan metode menambah anggotanya dengan mencari Euclidean distance, di mana cara ini akan variabel dengan jarak terdekatnya. memasukkan sebuah data ke dalam Complete Lingkage, metode ini justru cluster tertentu dengan mengukur jarak akan mengelompokkan dua objek yang data tersebut dengan pusat cluster. Jika mempunyai jarak terjauh terlebih data ada dalam jarak yang masih ada dahulu, kemudian proses diteruskan dalam batas tertentu, data tersebut dapat untuk jarak antar-variabel yang semakin dimasukkan pada cluster tersebut. dekat. Average Linkage, metode ini akan 3) Mengukur asosiasi antar-objek, pada mengelompokkan objek berdasarkan dasarnya mengasosiasikan sebuah data jarak rata-rata yang didapat dengan dengan cluster tertentu. melakukan rata-rata semua jarak antar b. Melakukan proses standarisasi data jika objek terlebih dahulu. Ward’s Method, diperlukan, Setelah cara mengukur jarak metode ini jarak dua cluster yang ditetapkan, hal yang perlu diperhatikan adalah terbentuk dalam sum of squares di apakah satuan data mempunyai perbedaan antara dua cluster tersebut. Centroid yang besar, jika hal ini terjadi maka membuat Method, metode ini jarak antara dua perhitungan jarak (distance) menjadi tidak cluster adalah jarak di antara dua valid. Dengan demikian dilakukan proses centroid cluster tersebut. Centroid standarisasi dengan mengubah data yang ada adalah rata-rata jarak yang ada pada ke Z-Score. Proses standarisasi menjadi dua cluster, yang didapat dengan melakukan data dengan perbedaan satuan yang lebar rata-rata pada semua anggota suatu akan otomatis menjadi menyempit. Rumus cluster tertentu. Dengan metode ini, yang digunakan adalah sebagai berikut: setiap terjadi cluster baru, segera terjadi x  x z  i perhitungan ulang centroid, sampai  terbentuk cluster tetap.(2) di mana,

29 Pengaruh Belanja Modal..... (Panggayuh)

2) Non-hierarchical method, berbeda 4) Model Indikator Pengangguran Terbuka dengan metode hierarki, metode ini justru (U) dimulai dengan menentukan terlebih U    BM  I  u it i 1 i,t1 2 i,t1 i,t 1 dahulu jumlah cluster yang diinginkan. (7) Setelah jumlah cluster diketahui, baru di mana: proses cluster dilakukan tanpa mengikuti U : Pengangguran proses hierarki. Metode ini biasa disebut  : konstanta dengan K-Means Cluster. 1 & 2 : koefisien d. Melakukan interpretasi (penamaan) terhadap cluster yang telah terbentuk, yang pada intinya memberi nama spesifik untuk menggambarkan isi cluster tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN e. Melakukan validasi dan profiling cluster, cluster yang terbentuk kemudian diuji apakah hasil 1. Pengelompokan Kabupaten/Kota Provinsi tersebut valid. Kemudian dilakukan proses Jawa Tengah dengan Menggunakan profiling untuk menjelaskan karakteristik setiap Analisis Cluster cluster berdasar profil tertentu. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui 3. Spesifikasi Model Ekonometrika terdapat tiga cluster (tiga kelompok). Model matematik yang digunakan untuk Kabupaten/kota yang tergabung dalam kelompok mengidentifikasi hubungan belanja modal dan satu cenderung memiliki kesamaan atau identitas Investasi terhadap pembangunan ekonomi pada variabel indeks pembangunan manusia dan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah terdiri dari laju pertumbuhan ekonomi. Pada kelompok dua lima persamaan dengan mengacu indikator cenderung ada kemiripan dalam dan persentase pembangunan ekonomi. Adapun model persamaan penduduk miskin, dan tingkat pengangguran pembangunan ekonominya adalah sebagai berikut. terbuka. Kelompok tiga cenderung pada a. Model Indikator Indeks Pembangunan Manusia pendapatan perkapita. Kabupaten/kota yang (IPM) terbagi dalam tiga kelompok tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. IPM it   i   1BM i,t   2 I i,t1   i,t1 1 Kabupaten/Kota yang tergabung(3) dalam di mana: kelompok satu adalah Kabupaten Cilacap, Kota IPM : Indeks Pembangunan Manusia Magelang, Kota Surakarta, Kota Semarang dan BM : Belanja Modal Kota Pekalongan. Kelompok satu tersebut I : Investasi merupakan kumpulan kabupaten/kota yang α : konstanta cenderung memiliki kesamaan dalam α1&α4 : koefisien pembangunan manusia dan laju pertumbuhan i : daerah ekonomi. Kelompok dua terdiri atas Kabupaten t : tahun Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, 1) Model Indikator Pertumbuhan Ekonomi (g) Purworejo, Wonosobo, Magelang, Boyolali, Klaten, g     BM   I  u Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, it i 1 i,t1 2 i,t 1 i,t 1 (4) di mana: Grobogan, Blora, Rembang, Pati, Jepara, Demak, g : Pertumbuhan Ekonomi Semarang, Temanggung, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Kota β : konstanta Salatiga, Kota Tegal. Pada kelompok ini β & β : koefisien 1 2 cenderung memiliki kesamaan dalam persentase 2) Model Indikator Pendapatan Per Kapita (y) penduduk miskin, dan tingkat pengangguran y     BM   I  v it i 1 i,t1 2 i,t 1 i,t1 terbuka. Kelompok ketiga hanya(5) ada satu yaitu di mana: Kabupaten Kudus. y : Pendapatan Per Kapita Memisahnya Kabupaten Kudus dari  : konstanta kabupaten/kota yang lain karena ada perbedaan dalam pendapatan perkapita. Hal ini disebabkan 1 & 2 : koefisien 3) Model Indikator Penduduk Miskin (Pov) pendapatan perkapita Kabupaten Kudus dari Pov     BM   I  w tahun 2005 sampai dengan tahun 2013 selalu it i 1 i,t1 2 i,t 1 i,t 1 bernilai paling besar. Pendapatan(6) perkapita di mana: Kabupaten Kudus pada tahun 2005 sebesar 26,54 Pov : Kemiskinan juta rupiah, sedangkan pada tahun 2013  : konstanta meningkat menjadi 50,80 juta rupiah.

1 & 2 : koefisien

30 EKO-REGIONAL, Vol.11, No.1, Maret 2016

Tabel 1 Hasil Analisis Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2013

Cluster 1 2 3 Indeks Pembangunan Manusia 72,3257 – 75,1451 00,000 – 71,3407 71,3408 – 72,3256 Laju Pertumbuhan Ekonomi 0,0479 – 0,0534 0,0395 – 0,0478 0,0000 – 0,0394 Pendapatan per kapita 16535146,0439 6482184,3450 33360803,0934 Persentase Penduduk Miskin 0,1021 – 0,1154 0,1153 – 0,1816 0,0000 – 0,1020 Tingkat Pengangguran Terbuka 0,0681 – 0,1135 0,665 – 0,0680 0,000 – 0,0664

Sumber: Data diolah, 2015

Pengelompokan tersebut didasarkan atas berperan penting dalam meningkatkan indeks kemiripan variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini pembangunan manusia di kabupaten/kota yang terdapat beberapa kabupaten/kota di Provinsi Jawa ada di Provinsi Jawa Tengah, sedangkan belanja Tengah dengan tingkat pembangunan ekonomi modal tidak berperan penting dalam mewujudkan tinggi yaitu Kabupaten Kudus dan Kota Semarang indeks pembangunan manusia. Meskipun secara yang berada dalam satu kelompok. Hal ini parsial tidak berpengaruh, akan tetapi secara menunjukkan Kabupaten Kudus dan Kota bersama-sama keberadaan belanja modal dan Semarang memiliki tingkat pembangunan yang investasi berpengaruh signifikan terhadap indeks lebih baik dibandingkan dengan kabupaten/kota pembangunan manusia. Hal ini menunjukkan lain di Provinsi Jawa Tengah. interaksi keberadaan belanja modal dan investasi secara bersama-sama menentukan terhadap 2. Pengaruh Belanja Modal dan Investasi indeks pembangunan manusia. Berdasarkan hasil Terhadap Indeks Pembangunan Manusia pengujian ini maka hipotesis kedua yang (IPM) menyatakan alokasi belanja modal dan investasi mempengaruhi indeks pembangunan manusia Berdasarkan hasil regresi diketahui nilai t (IPM) pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa hitung variabel belanja modal sebesar 0,918. Tengah diterima Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95 persen atau alpha 5 persen dan derajat kebebasan (n-k-1) 3. Pengaruh Belanja Modal dan Investasi diperoleh nilai t tabel yaitu sebesar 1,9785. Nilai t Terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi hitung < nilai tabel (0,918 < 1,9785), sehingga t hitung berada di daerah penerimaan H0. H0 diterima Berdasarkan hasil perhitungan analisis artinya belanja modal tidak mempunyai pengaruh regresi diketahui nilai t hitung variabel belanja yang signifikan terhadap indeks pembangunan modal sebesar 0,000. Dengan menggunakan manusia. Variabel belanja modal tidak memiliki tingkat keyakinan 95 persen atau alpha 5 persen pengaruh terhadap indeks pembangunan manusia dan derajat kebebasan (n-k-1) diperoleh nilai t juga ditunjukkan oleh nilai signifikansinya yang tabel yaitu sebesar 1,9785. Nilai t hitung > nilai lebih besar dari nilai alpha yaitu 0,360 > 0,05. Nilai t tabel (4,485 >1,9785), sehingga t hitung berada hitung variabel investasi sebesar 4,201. Dengan di daerah penolakan H0. H0 ditolak berarti belanja menggunakan tingkat keyakinan 95 persen atau modal mempunyai pengaruh yang signifikan alpha 5 persen dan derajat kebebasan (n-k-1) terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel belanja diperoleh nilai t tabel yaitu sebesar 1,9785. Karena modal memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan nilai t hitung variabel investasi lebih kecil daripada t ekonomi juga ditunjukkan oleh nilai signifikansinya tabel (4,201 > 1,9785) sehingga t hitung berada di yang lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0,000 < 0,05. daerah penolakan H0. H0 ditolak artinya variabel Nilai t hitung variabel investasi sebesar 1,183. investasi mempunyai pengaruh yang signifikan Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95 terhadap indeks pembangunan manusia. Hal persen atau alpha 5 persen dan derajat kebebasan tersebut juga didukung oleh nilai signifikansi (n-k-1) diperoleh nilai t tabel yaitu sebesar 1,9785. variabel investasi yang lebih kecil dari nilai alphanya Karena nilai -t hitung variabel investasi lebih besar (0,04 < 0,05). daripada -t tabel (1,183 > -1,9785) sehingga –t Pengujian Pengaruh alokasi belanja modal hitung variabel investasi berada di daerah dan investasi terhadap indeks pembangunan penerimaan H0. H0 diterima artinya variabel manusia (IPM) dilakukan dengan analisis regresi investasi tidak mempunyai pengaruh yang berganda. Hasil analisis menunjukkan adanya signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal pengaruh investasi terhadap indeks pembangunan tersebut juga didukung oleh nilai signifikansi manusia (IPM) secara parsial. Akan tetapi alokasi variabel investasi yang lebih besar dari nilai belanja modal tidak berpengaruh terhadap indeks alphanya (0,239 > 0,05). Berdasarkan hasil pembangunan manusia. Hal ini berarti investasi pengujian ini maka hipotesis ketiga yang

31 Pengaruh Belanja Modal..... (Panggayuh) menyatakan alokasi belanja modal dan investasi signifikansinya yang lebih besar dari nilai alpha mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi pada yaitu 0,230 > 0,05. Nilai t hitung variabel investasi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah ditolak sebesar -2,655. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95 persen atau alpha 5 persen dan 4. Pengaruh Belanja Modal dan Investasi derajat kebebasan (n-k-1) diperoleh nilai t tabel Terhadap Pendapatan per Kapita yaitu sebesar -1,9676. Karena nilai -t hitung variabel investasi lebih kecil daripada -t tabel (- Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi 2,655 < -1,9774) sehingga nilai –t hitung variabel diketahui nilai t hitung variabel belanja modal investasi berada di daerah penolakan H0. H0 ditolak sebesar 4,073. Dengan menggunakan tingkat artinya variabel investasi mempunyai pengaruh keyakinan 95 persen atau alpha 5 persen dan yang signifikan terhadap persentase penduduk derajat kebebasan (n-k-1) diperoleh nilai t tabel miskin. Hal ini menunjukkan bahwa jika yaitu sebesar 1,9785. Karena nilai t hitung > nilai pemerintah kabupaten/kota meningkatkan tabel (4,073 > 1,9785), sehingga t hitung berada di investasinya maka persentase penduduk miskin daerah penolakan H0. H0 ditolak artinya bahwa akan mengalami penurunan. Pengaruh variabel belanja modal mempunyai pengaruh yang signifikan investasi terhadap persentase penduduk miskin terhadap pendapatan per kapita. Hal tersebut juga didukung oleh nilai signifikansi variabel menunjukkan bahwa jika pemerintah Kab/Kota investasi yang lebih kecil dari nilai alphanya (0,008 menaikkan belanja modal nya akan berdampak < 0,05). pada peningkatan pendapatan per kapita Dengan demikian hipotesis kelima yang masyarakat. Pengaruh variabel belanja modal menyatakan alokasi belanja modal dan investasi terhadap pendapatan per kapita juga ditunjukkan mempengaruhi penduduk miskin pada oleh nilai signifikansinya yang lebih kecil dari nilai kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah diterima. alpha yaitu 0,000 < 0,05. Nilai t hitung variabel investasi sebesar 4,060. Dengan menggunakan 6. Pengaruh Belanja Modal dan Investasi tingkat keyakinan 95 persen atau alpha 5 persen Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka dan derajat kebebasan (n-k-1) diperoleh nilai t tabel (TPT) yaitu sebesar 1,9785. Karena nilai t hitung variabel investasi lebih besar daripada t tabel (4,060 < Berdasarkan hasil perhitungan analisis 1,9785) sehingga nilai t hitung variabel investasi regresi diketahui nilai t hitung variabel belanja berada di daerah penolakan H0. H0 ditolak modal sebesar -0,971. Dengan menggunakan mempunyai arti bahwa variabel investasi tingkat keyakinan 95 persen atau alpha 5 persen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dan derajat kebebasan (n-k-1) diperoleh nilai t pendapatan per kapita. Hal ini menunjukkan bahwa tabel yaitu sebesar -1,9785. Karena nilai -t hitung Jika Pemerintah Kab/Kota meningkatkan < nilai –t tabel (-0,971 < 1,9785), sehingga nilai –t investasinya akan memberikan dampak pada hitung variabel belanja modal berada di daerah peningkatan pendapatan per kapita masyarakat. penolakan H0. H0 ditolak artinya belanja modal Pengaruh variabel investasi terhadap pendapatan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap per kapita juga didukung oleh nilai signifikansi tingkat pengangguran terbuka. Pengaruh tersebut variabel investasi yang lebih besar dari nilai alphanya menunjukkan bahwa jika Pemerintah Kab/Kota (0,000 > 0,05). meningkatkan belanja modalnya maka akan Dengan demikian hipotesis keempat yang menurunkan tingkat pengangguran terbuka. menyatakan alokasi belanja modal dan investasi Pengaruh yang signifikan variabel belanja modal mempengaruhi pendapatan per kapita pada terhadap tingkat pengangguran terbuka juga kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah diterima. ditunjukkan oleh nilai signifikansinya yang lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0,552 < 0,05. Nilai t 5. Pengaruh Belanja Modal dan Investasi hitung variabel investasi sebesar 0,597. Dengan Terhadap Persentase Penduduk Miskin menggunakan tingkat keyakinan 95 persen atau alpha 5 persen dan derajat kebebasan (n-k-1) Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi diperoleh nilai t tabel yaitu sebesar 1,9785. Karena diketahui nilai t hitung variabel belanja modal nilai t hitung variabel investasi lebih kecil daripada sebesar -1,202. Dengan menggunakan tingkat t tabel (0,597 < 1,9785) sehingga variabel investasi keyakinan 95 persen atau alpha 5 persen dan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan derajat kebebasan (n-k-1) diperoleh nilai t tabel terhadap persentase penduduk miskin. Hal yaitu sebesar 1,9676. Karena nilai -t hitung > nilai – tersebut juga didukung oleh nilai signifikansi t tabel (-1,202 > -1,9676), sehingga nilai –t hitung variabel investasi yang lebih besar dari nilai berada di daerah penerimaan H0. H0 diterima artinya alphanya (0,545 > 0,05). belanja modal tidak mempunyai pengaruh yang Berdasarkan hasil penelitian bahwa signifikan terhadap persentase penduduk miskin. Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dengan Variabel belanja modal tidak mempunyai pengaruh tingkat pengangguran terbuka rendah berada di yang signifikan terhadap variabel persentase Kabupaten Cilacap, Kota Surakarta, Kota penduduk miskin juga ditunjukkan oleh nilai Semarang, Kota Pekalongan dan Kabupaten

32 EKO-REGIONAL, Vol.11, No.1, Maret 2016

Kudus. Kabupaten/Kota yang memiliki tingkat Tengah, sedangkan belanja modal tidak pengangguran terbuka rendah di mana peran berperan penting dalam mewujudkan indeks alokasi belanja modal dan investasi jangka panjang pembangunan manusia. Meskipun secara dapat dirasakan, diimbangi dengan adanya parsial tidak berpengaruh, akan tetapi secara pelabuhan, bandara, dan industri pengolahan serta bersama-sama keberadaan belanja modal dan bahan baku yang tersedia. Kabupaten/kota di investasi berpengaruh signifikan terhadap Provinsi Jawa Tengah yang memiliki tingkat indeks pembangunan manusia. Hal ini pengangguran terbuka tinggi masih pada sektor menunjukkan interaksi keberadaan belanja pertanian dan sektor informal di mana modal dan investasi secara bersama-sama pengelolaanya masih secara mandiri. Disamping menentukan terhadap indeks pembangunan masih berada di sektor pertanian dan informal, manusia. tingginya tingkat pengangguran terbuka 3. Alokasi belanja modal menunjukkan pengaruh disebabkan oleh kurang adanya pengembangan secara parsial terhadap laju pertumbuhan dan perluasan kesempatan kerja seperti kegiatan ekonomi. Adapun variabel investasi tidak fasilitas penempatan kerja, pengembangan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan kewirausahaan, dan pemberian fasilitas guna ekonomi secara parsial. Hal ini berarti laju mendorong sistem pendanaan, pelatihan berbasis pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota masyarakat, serta kegiatan yang fokus pada yang ada di Provinsi Jawa Tengah ditentukan penyiapan tenaga kerja yang kompeten, produktif oleh belanja modal yang ada di tiap dan berdaya saing. Dengan demikian hipotesis kabupaten/kota, sedangkan investasi tidak keenam yang menyatakan alokasi belanja modal dijadikan sebagai variabel prediktor terhadap dan investasi mempengaruhi tingkat pengangguran laju pertumbuhan ekonomi. Secara bersama- terbuka pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa sama variabel belanja modal dan investasi Tengah ditolak. dapat dijadikan sebagai variabel untuk memprediksi laju pertumbuhan ekonomi. 4. Terdapat pengaruh alokasi belanja modal dan KESIMPULAN investasi terhadap pendapatan per kapita baik secara bersama-sama maupun secara parsial. Dari hasil penelitian dan pengolahan data, Hal ini berarti pendapatan per kapita di penelitian ini memperoleh beberapa kesimpulan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa antara lain: Tengah ditentukan oleh belanja modal dan 1. Terdapat beberapa kabupaten/kota di Provinsi investasi yang ada di tiap kabupaten/kota Jawa Tengah dengan tingkat pembangunan 5. Tidak adanya pengaruh alokasi belanja modal ekonomi tinggi. Tingkat perekonomian secara parsial. Hal ini menunjukkan persentase dieklompokan dalam tiga kelompok, yaitu penduduk miskin yang ada di kabupaten/kota Kabupaten/Kota yang tergabung dalam di Provinsi Jawa Tengah tidak ditentukan oleh kelompok satu adalah Kabupaten Cilacap, Kota perubahan belanja modal yang dikeluarkan Magelang, Kota Surakarta, Kota Semarang dan oleh pemerintah setiap tahun. Hasil analisis Kota Pekalongan. Kelompok satu tersebut menunjukkan adanya pengaruh investasi merupakan kumpulan kabupaten/kota yang terhadap penduduk miskin secara parsial. cenderung memiliki kesamaan dalam Pengaruh yang terjadi adalah pengaruh pembangunan manusia dan laju pertumbuhan negatif, artinya peningkatan investasi mampu ekonomi. Kelompok dua terdiri atas Kabupaten menurunkan persentase penduduk miskin. Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Hasil pengujian pengaruh secara bersama- Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Magelang, sama diketahui alokasi belanja modal dan Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, investasi mempengaruhi penduduk miskin Karanganyar, Sragen, Grobogan, Blora, pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Rembang, Pati, Jepara, Demak, Semarang, Hal ini dapat diketahui dari angka kemiskinan Temanggung, Kendal, Batang, Pekalongan, semakin menurun, jika dibandingkan dengan Pemalang, Tegal, Brebes, Kota Salatiga, Kota wilayah perkotaan dan pedesaan bahwa di Tegal. Kelompok ketiga hanya ada satu yaitu wilayah perkotaan lebih rendah dibanding di Kabupaten Kudus. pedesaan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa, 2. Alokasi belanja modal dan investasi pengeluaran rata-rata penduduk miskin di menunjukkan adanya pengaruh terhadap kota lebih tinggi daripada penduduk miskin di indeks pembangunan manusia (IPM), di mana desa atau kabupaten. investasi mempengaruhi indeks pembangunan 6. Pengujian pengaruh alokasi belanja modal dan manusia (IPM) secara parsial sedangkan alokasi investasi terhadap tingkat pengangguran belanja modal tidak berpengaruh terhadap terbuka menunjukkan tidak adanya baik indeks pembangunan manusia. Hal ini berarti secara bersama-sama maupun secara parsial. investasi berperan penting dalam meningkatkan Hal ini dikarenakan dalam penenlitian ini indeks pembangunan manusia di belanja modal berdasarkan laporan realisasi kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa APBD yang dipublikasikan oleh BPS dan

33 Pengaruh Belanja Modal..... (Panggayuh)

Kementrian Keuangan sedangkan investasi pengaruhnya terhadap kebijakan pemerintah berasal dari penjumlahan antara realisasi yang relevan terhadap realisasi belanja modal. investasi asing (penanam modal asing) dan investasi dalam negeri (penanam modal dalam negeri) Kabupaten/Kota di provinsi Jawa DAFTAR PUSTAKA Tengah yang hanya di publikasikan oleh Badan Penanaman Modal Provinsi. Hal ini berarti Anwar A. dan Hadi S. 1996. Perencanaan tingkat pengangguran terbuka di Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Majalah Kajian Ekonomi dan Sosial. Prisma Tengah tidak ditentukan oleh belanja modal Nomor Khusus 25 Tahun Prisma 1971- dan investasi yang ada di tiap kabupaten/kota, 1996. dikarenakan alokasi belaja modal dan investasi Arsyad, L. 2010. Ekonomi Pembangunan. Edisi yang memiliki manfaat jangka panjang belum Kelima. UPP STIM YKPN, Yogyakarta. dapat memberikan pengaruh dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, sedangkan Badan Pusat Statistik. 2006-2014. Jawa Tengah belanja pemerintah dan investasi jangka pendek dalam Angka. dan menengah yang dapat memberikan Badan Pusat Statistik. 2010. Ketenagakerjaan pengaruh. Penduduk Indonesia. Saran Badan Pusat Statistik. 2011-2014. Indeks 1. Belanja modal merupakan instrumen penting Pembangunan Manusia. untuk meningkatkan pembangunan ekonomi, dengan minimnya belanja modal diharapkan Barro, R.J. dan Xavier, S. M. 1999. Economic setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Growth. McGraw Hill Inc., New York. dapat memberikan kebijakan akan Baroroh, A. 2013. Analisis Multivariat dan Time penambahan belanja modal guna mempercepat Series dengan SPSS 21. PT Elex Media tujuan akan pembangunan ekonomi. Hal ini Komputindo, Jakarta. terutama di 29 Kabupaten/Kota yang termasuk Boediono, 1988, Teori Pertumbuhan Ekonomi: Seri dalam cluster dua, diantaranya Kabupaten Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.4. Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, BPFE, Yogyakarta. Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Magelang, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Karanganyar, Sragen, Grobogan, Blora, dengan Program IBM SPSS 19. Badan Rembang, Pati, Jepara, Demak, Semarang, Penerbit Undip, Semarang Temanggung, Kendal,Batang, Pekalongan, Jhingan, M.L. 1999. Ekonomi Pembangunan dan Pemalang, Tegal, Brebes, Kota Salatiga, Kota Perencanaan. PT Raja Grafindo Persada, Tegal. Disamping itu Guna mempercepat tujuan Jakarta. akan pembangunan ekonomi pemerintah Kabupaten/Kota dapat meningkatkan kegiatan Juanda, B. 2007. Metode Penelitian Ekonomi dan pelatihan kepada angkatan kerja yang telah Bisnis. IPB PRESS, Bogor tersedia sehingga hal ini dapat membantu Nachrowi dan Hardius, U. 2006. Pendekatan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan Populer dan Praktis; Ekonometrika untuk serta kesehatan dan pendidikan sebagai upaya Analisis Ekonomi dan Keuangan. LPFEUI, peningkatan dan penyediaan tenaga kerja yang Jakarta. berkualitas di masa akan datang. Bagaimana Nanga, M. 2005. Makroekonomi: Teori, Masalah agar hasil pembangunan ekonomi tidak hanya dan Kebijakan. Edisi Kedua. PT. Raja Grafika mengejar pertumbuhan semata, namun Persada, Jakarta. peningkatan kualitas hidup manusia. Perlu dilakukan peningkatan kinerja pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Kabupaten/Kota untuk mampu bersikap tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. terbuka dan mampu mengurangi masalah lebih Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor sederhana sekaligus tanpa mengorbankan nilai 24 tahun 2005 tentang Pengelolaan dasar pembangunan. Keuangan Daerah. 2. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor mengidentifikasi variabel bebas serta 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan penambahan penggunaan dan penggabungan Keuangan Daerah. variabel independen yang bersifat kuantitatif dan kualitatif yang lebih banyak dalam Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 25 memprediksi variabel indeks pembangunan tahun 2007 tentang Penanaman Modal. manusia, laju Pertumbuhan Ekonomi, Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor pendapatan perkapita, persentase penduduk 71 tahun 2010 tentang Pengelolaan miskin dan tingkat pengangguran terbuka serta Keuangan Daerah.

34 EKO-REGIONAL, Vol.11, No.1, Maret 2016

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Rahardja, P. dan Manurung, M. 2004. Teori Ekonomi Makro: Suatu Pengantar. LPFE-UI, Jakarta. Santoso, S. 2008. Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS versi 11.5. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

35