perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. longifolia (Burm. f.) Wedd.

Debregeasia longifolia atau dalam bahasa lokal disebut Tongo (Jawa)

atau Totongan (Sunda) (Ridwan, 2013), merupakan tumbuhan yang tersebar di

wilayah Indomalaysia dan dapat ditemukan di hutan sekunder pegunungan sampai

ketinggian 1800 m dpl (Sasidharan, 2014). Di Gunung Lawu, tumbuhan ini dapat

ditemukan pada ketinggian 2200 – 2400 m dpl melalui jalur pendakian Cemoro

Sewu (Ridwan, 2013).

a. Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliophyta

Ordo :

Famili :

Genus : Debregeasia

Spesies : Debregeasia longifolia (Burm. f.) Wedd. (Steenis, 2008)

b. Morfologi Tumbuhan

Merupakan tumbuhan perdu, tingginya dapat mencapai 3-5 m

(Gambar 1.a.), merupakan tumbuhan evergreen dan merupakan penyusun

lapisan kedua hutan pegunungan (Sasidharan, 2004). Permukaan daun bagian commit to user atas kasar dan berwarna hijau, sedangkan permukaan bagian bawah berwarna

4 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5

putih-kelabu menggimbal, panjang daun 6-25 cm dan lebar 2-8 cm. Karangan

bunga tumbuh dari bagian ketiak daun. Bongkol bunga membulat, kecil,

dalam fase berbunga berwarna merah cerah (Gambar 1.b.) karena tenda daun

mendaging berkanjang. Buah yang sudah masak berwarna merah, dan dapat

dimakan memiliki rasa asam (Jiarui et al., 2003).

a. b.

Gambar 1. Debregeasia longifolia. a. Habitus tumbuhan; b. Buah dan daun (Dokumentasi pribadi, 2015)

c. Manfaat Tumbuhan

Ekstrak D. longifolia memiliki aktivitas antioksidan dan

antiproliferatif (Sameer et al., 2014), di Nagaland- buah dan kulit batang

D. longifolia dimanfaatkan sebagai shampo dan obat pencernaan (Jamir et al.,

2015), buah tumbuhan D. longifolia dapat dimakan dan memiliki kandungan

nutrisi yang cukup bagus, memiliki kandungan protein yang lebih tinggi

daripada apel, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan dengan

harga yang murah (Seal and Chaudhuri, 2014).

2. Ekstraksi metode Maserasi

Ekstraksi adalah proses atau metode penarikan komponen/zat aktif suatu

simplisia dengan menggunakan pelarut tertentu yang dapat melarutkan salah satu

commit to user komponennya saja dengan menggunakan prinsip like dissolve like (Ansel, 1989;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6

Markham, 1988). Kaidah like dissolve like berarti suatu senyawa akan larut pada

pelarut yang sama derajat kepolarannya, senyawa polar larut pada pelarut polar

dan senyawa non polar larut pada senyawa non polar (Ansel, 1989).

Ekstraksi suatu senyawa dalam tumbuhan dapat dilakukan dengan

maserasi, perkolasi, sokhletasi dan destilasi uap. Metode maserasi secara umum

digunakan untuk ekstraksi bagian-bagian tumbuhan seperti buah, bunga, daun,

kulit batang, dan akar (Lenny, 2006). Dalam penelitian ini menggunakan metode

maserasi, yaitu metode dengan proses perendaman sampel dengan pelarut organik

yang digunakan pada temperatur ruangan (Darwis, 2000). Waktu maserasi

umumnya adalah 3 hari, setelah tercapainya keseimbangan antara bahan yang

diekstraksi pada bagian dalam sel dengan luar sel (Voight, 1994). Metode

maserasi dapat menghasilkan ekstrak dalam jumlah banyak serta terhindar dari

perubahan kimia senyawa-senyawa tertentu karena pemanasan, sehingga aman

dugunakan untuk mendapatkan senyawa yang tidak tahan panas (Pratiwi, 2009).

3. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode pemisahan komponen

kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang ditentukan oleh perbedaan

kecepatan migrasi dari fase gerak dan fase diam. Fase diam berfungsi sebagai

penyerap, sedangkan fase gerak berfungsi untuk melarutkan senyawa yang akan

dipisahkan berupa larutan pengembang yang sesuai (Rohman, 2007). Fase diam

yang digunakan dalam KLT adalah zat padat silika atau alumina, sedangkan fase

gerak yang digunakan adalah pelarut tunggal atau campuran pelarut dengan

perbandingan tertentu (Stahl, 1985).commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7

Kecepatan rambat suatu senyawa pada KLT merupakan Rf (Retardation

factor) yang ditentukan oleh jarak rambat senyawa dari titik awal dan jarak

rambat fase gerak dari titik awal. Harga Rf ini dapat digunakan untuk identifikasi

senyawa yang dianalisa dan merupakan parameter karakteristik dari metode KLT.

Perhitungan harga Rf menggunakan rumus sebagai berikut :

4. Artemia salina Leach.

Artemia salina merupakan jenis udang primitif yang hanya hidup di danau

dan kolam dengan salinitas tinggi (Panggabean, 1984). Selain digunakan sebagai

hewan uji toksisitas suatu bahan dalam metode BSLT, A. salina Leach. juga

merupakan sumber pakan untuk budidaya udang dan ikan yang kaya akan protein.

a. Klasifikasi Ilmiah

Artemia salina Leach. termasuk dalam Kelas Crustacea, yaitu

anggota dari kelas besar hewan dengan tubuh bersegmen (beruas-ruas)

dengan klasifikasi ilmiah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Crustacea

Sub Kelas : Branchiopoda

Ordo : Anostraca

Familia : Artemiidae

Genus : Artemia

Spesies : Artemiacommit salina to user Leach.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8

b. Deskripsi Morfologi

Artemia salina Leach. dewasa memiliki panjang tubuh sekitar 8-10

mm (Gambar 2) bahkan mencapai 15 mm tergantung lingkungan,

memiliki mulut serta sepasang mata pada antenanya. Tubuhnya terdiri dari

20 segmen yang dilengkapi dengan kira-kira 10 phyllopodia pipih yaitu

bagian yang menyerupai daun dan bergerak dengan ritme teratur. Artemia

salina Leach. dewasa berwarna putih pucat, merah muda, hijau atau

transparan dan dapat hidup hingga enam bulan. Artemia salina Leach.

diperdagangkan dalam bentuk telur istirahat yang dinamakan kista, yang

berbentuk bulatan-bulatan kecil berwarna kelabu kecoklatan dengan

diameter berkisar antara 200-300 µm (Mudjiman, 1995).

Gambar 2. Artemia salina Leach. (Dumitrascu, 2011)

c. Habitat dan Siklus Hidup

Artemia salina Leach. hidup planktonik di perairan berkadar garam

tinggi pada variasi salinitas air yang luas dari konsentrasi 2,9–3,5% hingga

25–35%. Variasi temperatur air yang dibutuhkan antara –370C, dengan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

9

0 temperatur optimum untuk reproduksi 25–30 C (suhu kamar), kadar

oksigen terlarut 3 mg/L dan pH antara 7,3–8,4 (Mudjiman, 1995).

Telur Artemia salina Leach. memiliki daya tahan hidup selama

beberapa tahun dalam keadaan kering. Telur udang dalam air laut akan

menetas menjadi larva (nauplii) dalam waktu 24-28 jam setelah induk

bertelur. Setiap 4-5 hari sekali dihasilkan 50-300 telur atau nauplius

(Mudjiman, 1995). Artemia salina Leach. yang baru menetas punya

perilaku geotaksis positif, terjadi ketika nauplius tenggelam ke bawah

setelah menetas akibat efek gravitasi. Nauplius akan dewasa setelah

berumur 14 hari, dan siap untuk berkembang biak (Mudjiman, 1995).

5. Uji Toksisitas Metode BSLT

Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) merupakan suatu metode uji yang

dapat digunakan untuk skrining awal terhadap senyawa aktif yang berpotensi

sebagai tanaman berkhasiat atau diduga berkhasiat sebagai antitumor (Parwati dan

Simanjuntak, 1998) pada suatu senyawa bahan alam menggunakan hewan uji A.

salina Leach. sebagai bioindikator. Uji toksisitas ini dapat diketahui dari jumlah

kematian larva A. salina Leach. karena pengaruh ekstrak atau senyawa bahan

alam dengan konsentrasi yang telah ditentukan. Nilai LC50 merupakan angka yang

menunjukkan konsentrasi suatu bahan sampel yang dapat menyebabkan kematian

50% larva A. salina Leach. kurang dari 1000 µg/mL setelah waktu kontak 24 jam

perlakuan (Cutler and Cutler, 2000; Meyer et al., 1982; McLaughlin et al., 1998;

Parwati and Simanjuntak, 1998; Sukardiman dkk., 2004).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

Kelebihan metode BSLT adalah biaya yang relatif murah, sederhana dan

membutuhkan sampel yang relatif sedikit untuk uji serta cepat terhadap

standarisasi bioaktivitas pada produksi tumbuhan heterogen (Dwiatmaka, 2001;

McLaughin et al., 1998). Penggunaan metode BSLT dalam pelaksanaan skrining

akan berlangsung relatif cepat dan murah dibanding dengan biakan sel kanker

yang memerlukan waktu yang lama, penanganan yang lebih rumit dan biaya yang

relatif mahal (Dwiatmaka, 2001).

Metode BSLT memiliki korelasi positif dengan potensinya sebagai

antikanker terhadap ekstrak yang bersifat bioaktif (Anderson et al., 1991; Meyer

et al., 1982). Dalam uji BSLT ada hubungan antara letalitas larva A. salina Leach.

dengan sifat toksik suatu senyawa dari ekstrak tanaman (Carballo et al., 2002).

Hasil positif uji BSLT yaitu adanya sifat toksik dari ekstrak suatu tanaman

merupakan langkah awal untuk pengembangan obat alternatif antikanker dari

isolasi senyawa tumbuhan.

6. Senyawa Alakaloid dan Toksisitasnya terhadap Artemia salina Leach.

Alkaloid adalah senyawa yang mengandung substansi dasar nitrogen basa,

biasanya dalam bentuk cincin heterosiklik. Alkaloid terdistribusi secara luas pada

tanaman dan merupakan suatu golongan senyawa organik yang terbanyak

ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan

tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar

alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil

dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit. Alkaloid

biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan tumbuhan menggunakan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

pelarut organik seperti kloroform, eter dan sebagainya. Alkaloid telah sejak lama

dikenal manfaatnya dalam dunia kesehatan. Contohnya adalah saponin, vinblastin,

dan vinkrisin yang mempunyai efek antibakteri dan antikanker. Senyawa alkaloid

dengan efek antibakteri dan antikanker memiliki sifat toksik terhadap bakteri dan

sel kanker. Senyawa ini juga bersifat toksik terhadap hewan uji seperti Artemia

salina Leach., sehingga dapat membunuh dalam konsentrasi tertentu. Kematian

hewan uji Artemia salina Leach. disebabkan adanya senyawa alkaloid yang masuk

ke dalam tubuh hewan uji melalui difusi dan transport aktif. Kemudian senyawa

tersebut akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada permeabilitas membran

sehingga dapat mengacaukan transport ion dan menyebabkan penurunan produksi

ATP. Dalam hal ini, senyawa alkaloid tersebut menghambat daya makan dengan

cara bertindak sebagai racun perut atau stomach poisoning, yaitu sebuah interaksi

penyerangan yang dapat membunuh suatu hewan uji dengan menyerang sistem

pencernaan (Krisyuninda dkk., 2012).

B. Kerangka Pemikiran

Di Gunung Lawu terdapat beberapa tumbuhan yang berpotensi sebagai

obat (Mianingsih, 2003) diantaranya ada sembilan jenis tanaman yang berpotensi

sebagai antikanker yaitu Debregeasia longifolia (Burm. f.) Wedd., Rubus

chrysophyllus Miq., Rubus lineatus Bl., Rubus fraxinifolius Poir., Rubus niveus

Thunb., Hypericum leschenaultii Choisy, Polygonum chinense L., Bryonia sp.,

and Plantago major L.. (Purnomo, 2013). Tumbuhan tersebut dapat ditemukan di

sepanjang jalur pendakian Gunung Lawu. Debregeasia longifolia (Burm.f.)

Wedd. mengandung senyawa fenolikcommit dan to user flavonoid yang berpotensi sebagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

sumber bahan antioksidan dan antiproliferatif atau antikanker (Sameer et al.,

2014). Ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. diuji aktivitas senyawa

bioaktifnya sebagai skrining awal tanaman antikanker. Pemisahan komponen

bioaktif dilakukan dengan ekstraksi menggunakan metode maserasi dilanjutkan

dengan pengujian toksisitas menggunakan metode BSLT sehingga diketahui nilai

LC50. Selain itu, dilakukan pengujian fitokimia senyawa bioaktif dengan

Kromatografi Lapis Tipis untuk mengetahui profil KLT-nya. Gambaran kerangka

pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Buah Debregeasia longifolia (Burm. f.) Wedd. berpotensi sebagai bahan antioksidan (Seal and Chauduri, 2015)

Pemisahan komponen bioaktif dengan ekstraksi menggunakan metode maserasi

Pengujian toksisitas dengan Pengujian fitokimia senyawa

metode BSLT bioaktif dengan KLT

Penentuan LC50 Profil KLT (nilai Rf)

Informasi potensi buah D. Longifolia (Burm. f.) Wedd.

sebagai bahan antikanker

Gambar 3. Gambaran kerangka pemikiran penelitian commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

C. Hipotesis

1. Ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. dari Gunung Lawu

mengandung senyawa alkaloid yang berpotensi sebagai antikanker.

2. Nilai LC50 ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. terhadap larva A.

salina Leach.. mempunyai nilai dibawah 1000 µg/mL (berpotensi sebagai

antikanker)

commit to user