Seni Budaya

Buku ini menyajikan pembelajaran aktivitas berapresiasi, berkarya, (berekspresi, bereksperimen) dengan pendekatan saintifik. Di bidang seni rupa menyajikan aspek konseptual, visual, dan operasional dalam pemberdayaan unsur rupa (noktah, garis, warna, tekstur, volume, dan ruang) dengan memperhatikan Seni Budaya prinsip estetik seperti keselarasan, keseimbangan, proporsi, irama, penekanan dalam penciptaan seni rupa murni, dan desain sesuai dengan potensi kreatif dimiliki masing-masing peserta didik. Pendekatan saintifik di bidang tari menyajikan ragam gerak tari tradisional, analisis, dan pengembangan ragam gerak berdasarkan unsur tenaga (lemah, sedang, kuat), ruang (sempit, sedang, luas), dan waktu (lambat, sedang, cepat) untuk aktivitas upacara, tari untuk penyajian estetis, maupun tari untuk hiburan. Pendekatan saintifik teater mengacu pada lintasan sejarah teater barat (tragedi, komedi, dan satyr) teater tradisional Asia (Cina, India, Jepang) teater tradisional Nusantara (Lenong, Longser, Ketoprak, Ludruk, Arja, Kemidi, Rudat, Kondobuleng, Dulmuluk, Randai, dan Makyong). Persiapan pementasan teater menyajikan masalah aktor, ● SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 1 menentukan karakter, bloking, tata rias, tata busana, tata pentas, tata cahaya, tata usaha, dan lain-lain. Pendekatan saintifik bidang musik menyajikan pembelajaran dan latihan kemampuan apresiasif (mendengar, membaca, dan menulis musik) untuk pencapaian Seni Budaya kemampuan kreatif ditempuh melalui menggubah musik dan mencipta kembali (rekreatif) melalui aktivitas pementasan musik.

ZONA 1 ZONA 2 ZONA 3 ZONA 4 ZONA 5 HET SMA/MA/ Rp14.600 Rp15.200 Rp15.800 Rp17.000 Rp21.800 SMK/MAK KELAS ISBN: 978-602-427-142-8 (Jilid Lengkap) 978-602-427-145-9 (Jilid 2a) XI Semester 1 Seni Budaya

SMA/MA/ SMK/MAK KELAS XI Semester 1 Hak Cipta © 2017 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang

Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi Kurikulum 2013. Buku siswa ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis dan laman http://buku. kemdikbud.go.id atau melalui email [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Seni Budaya / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- . Edisi Revisi : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017. vi, 202 hlm. : ilus. ; 25 cm.

Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 1 ISBN 978-602-427-142-8 (jilid lengkap) ISBN 978-602-427-145-9 (jilid 2a)

1. Seni Budaya -- Studi dan Pengajaran I. Judul II. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

600

Penulis : Sem Cornelyoes Bangun, Siswandi, Tati Narawati, dan Jose Rizal Manua. Penelaah : M. Yoesoef, Bintang Hanggoro Putra, Eko Santoso, Nur Sahid, Rita Milyartini, Dinny Devi Triana, Djohan, Muksin, Widia Pekerti, dan Fortunata Tyasrinestu. Pereview Guru : Drs. Yusminarto Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Cetakan Ke-1, 2014 ISBN 978-602-282-459-6 (jilid 2a) Cetakan Ke-2, 2017 (Edisi Revisi) Disusun dengan huruf Minion Pro, 10 pt. Kata Pengantar

Proses globalisasi yang sedang dan sudah berlangsung dewasa ini secara faktual telah menjangkau kawasan budaya di seluruh dunia sebagai satu kesatuan wilayah hunian manusia dengan kriteria dan ukuran yang relatif sama dan satu. Budaya global yang relatif telah menjadi ukuran dan menandai konstelasi dunia dewasa ini, yaitu karakteristik budaya yang berorientasi pada nilai-nilai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang bersumber dari pemikiran rasional silogistis Barat. Proses tersebut mengakibatkan terjadinya tarik menarik antara kekuatan global disatu sisi dan pertahanan lokal di sisi lainnya. Dalam hal ini antara proses globalisasi yang berorientasi dan tunduk pada sistem dan semangat ilmu pengetahuan dan teknologi Barat versus pelokalan yang pada umumnya justru sebaliknya. Batas antara keduanya memang tidak pernah dapat diambil secara tegas hitam-putih. Roberston (1990) menggambarkannya sebagai the global instituationalization of life-world and the localization of globality. Berbagai upaya kompromistis dilakukan agar masyarakat memiliki kekuatan untuk berada di kedua posisi sekaligus untuk berada pada titik keseimbangan antara kedua posisi tersebut. Berbagai upaya dilakukan untuk membangkitkan dan memberdayakan system indigenous knowledge, indigenous technology, indigenous art, indigenous wisdom, yang biasanya kurang atau tidak ilmiah tetapi justru kaya atau kental kandungan nilai etika dan estetika yang berakar pada budaya masyarakat pendukungnya. Pengkajian terhadap pengetahuan lokal secara ilmiah akan memperkaya pengetahuan dengan derajat kandungan nilai-nilai humanitas yang relatif tinggi. Di tengah pusaran pengaruh hegemoni global tersebut, fenomena di bidang pendidikan yang terjadi juga telah membuat lembaga pendidikan serasa kehilangan ruang gerak. Selain itu, juga membuat semakin menipisnya pemahaman peserta didik tentang sejarah lokal serta tradisi budaya di lingkungannya. Padahal, dari perspektif kultural tidak dapat disangkal memiliki kekayaan kebudayaan lokal yang luar biasa. Junus Melalatoa (1995) telah mencatat, sekurang-kurangnya 540 suku bangsa di Indonesia yang masing-masing memiliki dan mengembangkan tradisi atau pola kebudayaan lokal yang berbeda. Dalam pola-pola kebudayaan tersebut juga berubah sebagai reaksi terhadap dominannya pengaruh budaya global. Reaksi balik tersebut bukan untuk melawan tetapi mencari titik temu dalam rangka menjaga eksistensi dan identitas kelompok dan kebudayaan lokal mereka. Salah satu upaya untuk menjaga eksistensi dan penguatan budaya, dilaksanakan melalui pendidikan seni yang syarat dengan muatan nilai kearifan lokal dan penguatan karakter bangsa. Sudah tentu sebagai suatu proses pendidikan dilaksanakan secara sistemik yang berlangsung secara bertahap berkesinambungan dalam situasi dan kondisi di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh sebab itu, tidaklah salah jika pendidikan merupakan salah satu arah dari Millennium Development Goals (MDGs). (www.unmillenniumproject.org/goals & https://id.wikipedia.org/wiki/Tujuan_Pembangunan) Pendidikan sebagai wahana untuk memanusiakan manusia muda pada dasarnya merupakan aktivitas menyiapkan kehidupan baik perorangan, masyarakat, maupun suatu bangsa menuju kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang lebih baik di era globalisasi dan menyiapkan generasi emas Indonesia di tahun 2040, pendidikan karakter yang berbasis kearifan lokal sebagai penanaman nilai dan ketahanan budaya bangsa sangat diperlukan. Penanaman nilai di kalangan generasi muda saat ini dipandang penting mengingat tantangan yang dihadapi mereka di masa depan sangat berat. Terutama berkaitan dengan pergeseran nilai yang akan, sedang, dan sudah terjadi baik dalam keluarga maupun masyarakat. Terkait hal tersebut, kiranya diperlukan materi bahan ajar yang dapat mengakomodasi kebutuhan pendidikan bagi generasi muda yang sedang mengarungi masa globalisasi, agar memiliki pegangan hidup dalam bermasyarakat dan bernegara dalam lingkungan lokal maupun global. Buku ini menawarkan berbagai contoh metode dan pendekatan pendidikan seni (rupa, musik, tari, teater) Indonesia berbasis Kurtilas. Memang belum sempurna, harapan kami semoga buku ini menjadi pelita di tengah gulita.

Penulis Tati Narawati Sem Cornelyoes Bangun Siswandi Jose Rizal Manua

Seni Budaya iii Daftar Isi

KATA PENGANTAR ...... iii DAFTAR ISI ...... iv

BAB 1 Berapresiasi Seni Rupa, seni musik, seni tari, seni teater ...... 1

A . Pengembangan Sikap Apresiatif Seni Rupa, Musik, Tari, Teater ...... 2 B. Pengembangan Sikap Empati kepada Profesi Seniman dan Budayawan ...... 3 C. Mengamalkan Perilaku Manusia Berbudaya dalam Kehidupan Bermasyarakat ...... 4 D. Interaksi dan Komunikasi Efektif dengan Lingkungan Seni Budaya ...... 5 E. Rangkuman ...... 5 F. Refleksi ...... 5 G. Uji Kompetensi ...... 6

BAB 2 MENGANALISIS, KONSEP, UNSUR, PRINSIP, BAHAN DAN TEKNIK BERKARYA SENI RUPA dua dimensi...... 7

A. Konsep ...... 8 B. Unsur ...... 8 C. Prinsip ...... 8 D. Bahan ...... 9 E. Teknik ...... 9

BAB 3 MENGANALISIS JENIS, TEMA, FUNGSI, DAN NILAI ESTETIS Karya seni rupa tiga dimensi ...... 10

A. Jenis ...... 10 B. Tema ...... 11 C. Fungsi ...... 11 D. Nilai Estetis ...... 11

BAB 4 BERKARYA SENI RUPA DUA DIMENSI DENGAN MEMODIFIKASI OBJEK ...... 12

A . Pengertian Seni Rupa Dua Dimensi ...... 12 B. Tujuan Penciptaan ...... 12 C. Proses Kreatif ...... 12

iv Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 BAB 5 BERKARYA SENI RUPA TIGA DIMENSI DENGAN MEMODIFIKASI OBJEK ...... 15

A . Pengertian Seni Rupa Tiga Dimensi ...... 15 B. Fungsi Seni Rupa Tiga Dimensi ...... 15 C. Memodifikasi Objek ...... 15 D. Tugas Berkarya Tiga Dimensi ...... 16

BAB 6 BEREKSPRESI DALAM SENI RUPA ...... 20

A. Berekspresi ...... 20 B. Rangkuman ...... 21 C. Refleksi ...... 21 D. Uji Kompetensi ...... 21 E. Penilaian Diri ...... 23

BAB 7 BEREKSPERIMEN DALAM SENI RUPA ...... 24

A. Seni Rupa Murni ...... 24 B. Pengertian Seni Lukis ...... 27 C. Penciptaan Desain ...... 35 D. Prinsip Desain ...... 36

BAB 8 MEMAHAMI KONSEP MUSIK BARAT ...... 38

A . Konsep Musik Barat ...... 41 B. Pengertian Musik ...... 42 C. Menganalisis Musik Barat ...... 44 D. Uji Kompetensi ...... 63

BAB 9 PERTUNJUKAN MUSIK BARAT ...... 67

A . Jenis Pertunjukan Musik Barat ...... 70 B. Sejarah Musik Barat ...... 88 C. Uji Kompetensi ...... 102

Seni Budaya v BAB 10 Menerapkan: Konsep, Teknik, dan Prosedur dalam Berkarya Tari Kreasi ...... 104

A . Konsep Karya Tari Kreasi ...... 105 B. Teknik Berkarya Tari Kreasi ...... 108 C. Prosedur: Merangkai Gerak Tari Kreasi ...... 112 D. Uji Kompetensi ...... 115

BAB 11 Menerapkan Gerak Tari Kreasi (FUNGSI, TEKNIK, BENTUK, JENIS DAN NILAI ESTETIS SESUAI IRINGAN) ...... 118

A. Fungsi Tari ...... 119 B. Bentuk dan Jenis Tari ...... 121 C. Nilai Estetis Tari ...... 121 D. Tari Kreasi Berdasarkan Iringan ...... 128 E. Uji Kompetensi ...... 134

BAB 12 KONSEP TEATER MODERN ...... 136

A . Pemeranan Seni Teater Modern ...... 137 1. Latihan Teknik Pemeranan ...... 138 2. Improvisasi ...... 143 3. Karakter Tokoh ...... 144

BAB 13 NASKAH LAKON TEATER MODERN ...... 147

A. Naskah Lakon Teater Modern Indonesia ...... 147 1. Penyusunan Naskah Lakon ...... 148 2. Menginterpretasi Naskah Lakon ...... 149 3. Mendiskripsikan Naskah Lakon ...... 150

GLOSARIUM ...... 180 DAFTAR PUSTAKA ...... 182 PROFIL PENULIS ...... 186 PROFIL PENELAAH ...... 190 PROFIL EDITOR ...... 200

vi Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 BAB Berapresiasi Seni Rupa, seni musik, seni tari, seni teater 1

Apresiasi seni rupa adalah aktivitas mengindra karya seni rupa, merasakan, menikmati, menghayati dan menghargai nilai-nilai keindahan dalam karya seni serta menghormati keberagaman konsep dan variasi konvensi artistik eksistensi dunia seni rupa. Secara teoretik menurut Brent G. Wilson dalam bukunya Evaluation of Learning in Art Education; apresiasi seni memiliki tiga domain, yakni: perasaan (feeling), dalam konteks ini terkait dengan perasaan keindahan, penilaian (valuing) terkait dengan nilai seni, dan empati (emphatizing), terkait dengan sikap hormat kepada dunia seni rupa, termasuk kepada profesi seniman, yaitu perupa (pelukis, pematung, penggrafis, pengeramik, pendesain, pengriya, dan lain-lain). Pengalaman personal mengamati karya seni dilakukan dengan melihat lukisan yang dipajang di depan kelas. Siswa diminta untuk mengamati yang dilanjutkan dengan menceritakan hasil pengindraan, respons pribadi, reaksi, analisis, penafsiran, serta evaluasinya secara lisan. Hasil pengamatan didiskusikan di kelas yang dipandu oleh guru yang berperan sebagai moderator. Kemudian, hasil notulis atau rekaman atas kemampuan berapresiasi seni rupa secara lisan dan hasil diskusi itu, disempurnakan oleh siswa dalam bentuk karya tulis dengan bahasa Indonesia yang sistematis, lugas dan komunikatif.

Sumber: Buku Apresiasi Seni (lihat Daftar Pustaka) Gambar 1.1 A.D. Pirous, Maka Bertasbihlah dengan Menyebut Nama Tuhanmu Yang Maha Besar. 120 x 145 cm, mod. Paste, acrylic, emas pada kanvas.

Guru bersama dengan para siswa mempersiapkan dan melaksanakan aktivitas berapresiasi karya seni rupa murni (seni lukis) sehingga para siswa memiliki sikap merasakan keindahan dan makna seni. Kemudian, menerapkan dan mengamalkan rasa keindahan itu dalam kehidupan kesehariannya.

Seni Budaya 1 A. Pengembangan Sikap Apresiatif Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, Seni Teater Pada hakikatnya semua manusia dianugerahi oleh Tuhan apa yang disebut “sense of beauty”, rasa keindahan. Meskipun ukurannya tidak sama pada setiap orang, jelas setiap manusia sadar atau tidak menerapkan rasa keindahan ini dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika kita memantas diri dalam berpakaian, memilih dasi, memilih sepatu, dan berdandan (sekedar contoh). Senantiasa rasa keindahan berperan memandu perilaku kita untuk memilih apa yang kita anggap menampilkan citra harmonis yang pada umumnya kita sebut tampan, gagah, cantik, ayu, rapi. Dalam bahasa sehari-hari, yaitu penggunaan kata “lain” menyebut fenomena keindahan. Demikian pula dalam melengkapi kebutuhan hidup, kita selalu dipandu oleh rasa keindahan. Katakanlah dalam menata arsitektur rumah tinggal, memilih perabotan rumah tangga, televisi, kulkas, otomotif, sampai kepada pembelian piring, sendok, garpu, dan segala macam barang yang kita gunakan di kota. Demikian pula pada kehidupan di desa, hampir semua benda yang dibutuhkan memiliki kaitan dengan rasa keindahan dan seni, seperti kain tenun, keris, batik, ornamen, busana, keramik, perhiasan, alat musik, dan banyak lagi.

Sumber: Buku Art of Indonesia Gambar 1.2 Desain Tekstil, dengan motif kapal, stilasi manusia, hewan, burung, dan pohon kehidupan, Sumatera Selatan.

2 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Hal yang sama terdapat pula di daerah pedalaman, betapapun sederhana tingkat kehidupan manusia, dalam perlengkapan dan peralatan hidupnya, seperti busana, tata rias, motif ornamen, tari-tarian, musik, dan banyak sekali karya-karya seni etnik yang sangat indah dan mengagumkan. Dengan uraian ini, menjadi jelas bahwa seni terdapat di mana-mana. Itulah sebabnya kesenian secara antropologis ditempatkan sebagai unsur kebudayaan yang universal, sama seperti rasa keindahan yang juga bersifat universal. Tingkat kepekaan perasaan keindahan akan berkembang lewat kegiatan menerima (sikap terbuka) kepada semua manifestasi seni rupa, mengapresiasi aspek keindahan dan maknanya (seni lukis, seni patung, seni grafis, desain, dan kriya) menghargai aspek keindahan dan kegunaannya (desain produk atau industri, desain interior, desain komunikasi visual, desain tekstil, dan berbagai karya kriya (kriya keramik, tekstil, kulit, kayu, logam dan lain-lain). Melalui proses penginderaan, kita mendapatkan pengalaman estetis. Dari proses penghayatan yang intens, kita akan mengamalkan rasa keindahan yang dianugerahkan Tuhan itu dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan mengamati karya seni rupa murni dan seni rupa terapan, dalam arti praksis adalah kemampuan mengklasifikasi, mendeskripsi, menjelaskan, menganalisis, menafsirkan dan mengevaluasi serta menyimpulkan makna karya seni. Aktivitas ini dapat dilatih sebagai kemampuan apresiatif secara lisan maupun tulisan. Aktivitas pendukung, seperti membaca teori seni, termasuk sejarah seni dan reputasi seniman, dialog dengan tokoh seniman serta budayawan, merupakan pelengkap kemampuan berapresiasi, sehingga para siswa dapat menyertakan argumentasi yang logis dalam menyimpulkan makna seni. Secara psikologis pengalaman pengindraan karya seni itu berurutan dari sensasi (reaksi panca indra kita mengamati seni), emosi (rasa keindahan), impresi (kesan pencerapan), interpretasi (penafsiran makna seni), apresiasi (menerima dan menghargai makna seni, dan evaluasi (menyimpulkan nilai seni). Aktivitas ini berlangsung ketika seseorang mengindra karya seni, biasanya sensasi tersebut diikuti dengan aktivitas berasosiasi, melakukan komparasi, analogi, diferensiasi, dan sintesis. Pada umumnya karya seni yang dinilai baik akan memberikan kepuasan spiritual dan intelektual bagi pengamatnya.

B. Pengembangan Sikap Empati kepada Profesi Seniman dan Budayawan Apresiasi seni budaya, termasuk seni rupa, sebagai bagian dari estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas kemampuan mengapresiasi keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan Sumber: Apresiasi Seni kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang Gambar 1.3 Dua tokoh harmonis. Seni Lukis Indonesia. Pengenalan tokoh-tokoh seni budaya, reputasinya, dan Atas: S. Sudjojono, kontribusi mereka bagi masyarakat dan bangsa, atau bagi Bawah: Hendra Gunawan

Seni Budaya 3 kemanusiaan pada umumnya, adalah upaya nyata mengembangkan perasaan simpati, yang jika dilakukan berulang-ulang akan meningkat menjadi perasaan empati. Dengan demikian, peserta didik menjadi kagum akan prestasi dan jasa-jasa para seniman atau budayawan berdasarkan kualitas karya seni dan pengakuan serta penghargaan yang diperolehnya, baik dalam tingkat lokal, nasional, dan internasional.

C. Mengamalkan Perilaku Manusia Berbudaya dalam Kehidupan Bermasyarakat Sebelum membahas perilaku manusia berbudaya dalam kehidupan bermasyarakat, perlu dipahami terlebih dahulu hakikat dan pengertian kebudayaan. Kata budaya berasal dari bahasa sansekerta, buddayah bentuk jamak dari kata budhi yang berarti akal dan nalar. Jadi kata kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang berhubungan dengan budi, akal, dan nalar. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Kebudayaan memiliki tiga wujud, (1) kebudayaan sebagai konsep, (2) kebudayaan sebagai aktivitas, dan (3) kebudayaan sebagai artefak. Dengan klasifikasi seperti ini seluruh aktivitas interaksi manusia dengan Tuhan, interaksi dengan masyarakat, dan interaksi dengan alam, semuanya adalah kebudayaan. Kata budaya sering juga dipadankan dengan kata adab, yang menunjukkan unsur-unsur budi luhur dan indah. Misalnya, kesenian, sopan santun, dan ilmu pengetahuan, adalah peradaban atau kebudayaan. Namun menurut Van Peursen, dewasa ini filsafat kebudayaan modern akan meninjau kebudayaan terutama dari sudut policy tertentu, sebagai satu strategi atau master plan bagi hari depan. Kebudayaan diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan setiap kelompok orang. Berlainan dengan hewan-hewan, maka manusia tidak hidup begitu saja ditengah-tengah alam, melainkan selalu mengubah alam itu. Dengan mengenal, memahami, dan menghargai budayanya sendiri, orang dapat mengembangkan potensi perilaku yang baik bergaul dengan masyarakat seni dan lingkungan sosial sebagai insan yang berbudaya. Mengembangkan sikap ramah, dan rendah hati dalam berinteraksi secara efektif dengan para seniman dan budayawan, lingkungan sosial serta dalam menempatkan dirinya sebagai cerminan bangsa yang berbudaya dalam pergaulan dunia.

Sumber: ... Gambar 1.4 Contoh karya seni rupa tiga dimensi, secara antropologis adalah hasil kebudayaan yang disebut artefak.

4 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 D. Interaksi dan Komunikasi Efektif dengan Lingkungan Seni Budaya Dari pengalaman belajar apresiasi seni, di harapkan berkembang sikap demokratis, etis, toleransi, dan sikap positif lainnya. Sikap demokratis misalnya akan tercermin ketika siswa mengacu kepada prinsip diferensiasi dan tidak diskriminatif. Hal ini akan terjadi bila ia memberi peluang yang sama kepada semua anggota panitia mengemukakan pendapat untuk menentukan, misalnya, tema pameran. Contoh sikap demokratis lain adalah perilaku yang tidak bias gender. Siswa akan memperlihatkan penerapan prinsip kesetaraan gender sesama teman dan pergaulan dengan masyarakat seni dan lingkungan pergaulan sosial pada umumnya. Sikap toleran akan tercermin ketika siswa dapat menerima perbedaan pendapat dalam aktivitas mengapresiasi seni, karena dari kajian yang dilakukannya dalam menafsirkan data pengamatan perbedaan respons estetik adalah sesuatu yang wajar. Sebab dia tahu pada dasarnya seni dapat dipersepsikan secara berbeda. Sikap etis akan tercermin bila siswa dalam kegiatan diskusi yang hangat, tidak mengucapkan kata-kata atau menunjukkan perilaku yang bernada melecehkan, menertawakan, merendahkan, menghina, atau kata lain yang setara dengan itu. Dari perolehan kehidupan berbudaya dalam proses pembelajaran di sekolah, dan dari interaksi siswa dengan dunia seni (kunjungan pameran, museum, galeri, sanggar, atau pergaulan langsung, misalnya, dalam kegiatan diskusi dalam kegiatan pameran di sekolah dan lain-lain). Diharapkan para siswa dapat berinteraksi dengan santun dan efektif dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas, termasuk lingkungan seni budaya, di mana ia bermukim. Dengan sikap berbudaya seperti itu, maka para siswa dapat mengamalkan perilaku positif dan optimistik dalam berinteraksi dengan masyarakat seni rupa, seni pertunjukan, dan masyarakat dalam konteks lokal, nasional, dan internasional.

E. Rangkuman Apresiasi seni rupa adalah aktivitas mengindra karya seni rupa, menghargai nilai-nilai keindahan, keberagaman, dan kaidah artistik eksistensi karya seni rupa. Sikap apresiatif ini terbentuk, atas kesadaran akan kontribusi para seniman bagi bangsa dan negara, atau bagi nilai-nilai kemanusiaan pada umumnya. Pengenalan akan tokoh-tokoh budaya, perupa murni, pendesain, dan pengriya, dan reputasinya, adalah upaya nyata mengembangkan perasaan simpati, yang jika dilakukan berulang-ulang akan meningkat menjadi perasaan empati.

F. Refleksi Setiap manusia dianugerahi oleh Tuhan perasaan keindahan, sadar atau tidak manusia menerapkan rasa keindahan ini dalam kehidupan sehari-hari. Dalam aktivitas kesenirupaan, baik dalam proses penciptaan, pengkajian, dan penyajiannya senantiasa dipandu oleh rasa keindahan yang sifatnya esensial dalam seni. Pada hakikatnya, pengalaman menikmati rasa keindahan itu memberikan kebahagiaan spiritual bagi manusia. Oleh sebab itu, sudah selayaknya manusia mensyukuri anugerah Tuhan itu dan memuliakan nama-Nya.

Seni Budaya 5 G. Uji Kompetensi

1. Sikap Berapresiasi • Cari dan buatlah kliping reproduksi karya seni lukis, yang dipilih berdasarkan lukisan yang kamu senangi. • Tulis biografi ringkas tokoh pelukis yang karya-karyanya kamu kliping. 2. Keterampilan Berapresiasi • Pilih satu di antara tiga lukisan yang dipajang di depan kelas. • Kemudian kemukakan hasil apresiasi kamu dengan tahapan yang benar untuk menyimpulkan makna lukisan. 3. Pengetahuan Apresiasi a. Uraikan dengan ringkas pemahaman kamu tentang tiga domain apresiasi seni. b. Jelaskan proses kegiatan apresiasi seni dengan pendekatan saintifik. c. Tulis latar belakang mengapa kamu memilih lukisan-lukisan yang kamu kliping. Kemukakan alasan-alasan logis mengapa kamu mengapresiasinya dengan baik. Kemudian, uraikan manfaat aktivitas berapresiasi seni bagi kehidupan kamu pribadi. Pengetahuan Metakognitif Manfaat Latar Belakang Alasan Pemilihan Keterangan Apresiasi Seni

4. Penilaian Diri Jawaban No. Deskripsi Pernyataan Ya Tidak Apakah kamu telah dapat membedakan lukisan yang indah 1 dengan lukisan yang tidak indah? Apakah kamu telah dapat menemukan tema dan makna lukisan 2 yang kamu apresiasi? Apakah penafsiran makna seni yang kamu buat dapat 3 dipertanggungjawabkan?

6 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 MENGANALISIS, KONSEP, UNSUR, BAB PRINSIP, BAHAN DAN TEKNIK BERKARYA SENI RUPA dua dimensi 2

Pengertian analisis dalam konteks apresiasi adalah pengkajian yang cermat terhadap karya seni rupa untuk mengetahui keberadaan karya yang sebenarnya. Penelaahan secara mendalam dilakukan dengan cara menguraikan masalah pokok dengan bagian-bagian karya seni, termasuk hubungan antar bagian dengan keseluruhan, sehinggga kita memperoleh kesimpulan yang tepat ketika mengkaji karya seni rupa. Mari kita amati dengan saksama karya seni patung pada Gambar 2.1, kemudian kita tulis hasil pengamatan tersebut pada lembar observasi yang telah disediakan.

Sumber: With Henry Moore, The Artist at Work, Times Books. Gambar 2.1 Henry Moore, Oval with Points, in Bronze.

Seni Budaya 7 FORMAT ANALISIS KARYA SENI RUPA Komponen No. Deskripsi Analisis Pengamatan 1 Konsep

2 Unsur

3 Prinsip

4 Bahan

5 Teknik

A. Konsep Dalam menganalisis karya seni rupa aspek konsep berkaitan dengan aktivitas pengamatan karya seni untuk menemukan sumber inspirasi, interes seni, interes bentuk, penerapan prinsip estetik, dan pengkajian aspek visual, seperti struktur rupa, komposisi, dan gaya pribadi.

B. Unsur Sementara, ketika menganalisis unsur rupa kita mengkaji kualitas penggunaan garis, warna, ruang, tekstur dan penyajian bentuk dalam karya seni rupa murni, desain dan kriya.

C. Prinsip Selanjutnya prinsip estetik kita analisis dengan mengkaji aspek: 1) keselarasan (harmony), 2) kesebandingan (proportion), 3) irama (rythme), 4) keseimbangan (balance), dan 5) penekanan (emphasis) dalam karya seni rupa. Termasuk kaitannya dengan prinsip estetik yang dianut perupa, misalnya kita perlu menetapkan apakah perupa menggunakan pendekatan estetika pramodern, estetika modern, atau estetika posmodern.

8 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 D. Bahan Gagasan seni memerlukan penggunaan bahan baku seni tertentu. Setiap bahan memerlukan pengolahan dan penggunaan alat dan teknik yang sesuai dan serasi. Misalnya patung yang dipersiapkan sebagai elemen estetik sebuah taman, tidak akan menggunakan bahan kayu dengan teknik pahat, tetapi menggunakan bahan perunggu dengan teknik cor, karena bahan inilah yang tahan terhadap perubahan cuaca.

E. Teknik Analisis teknik adalah tahapan penting dalam penilaian seni, karena informasi tersebut merupakan bukti proses pembuatan karya seni untuk menafsirkan nilainya.

Sumber: Tinjauan Seni Rupa Indonesia Gambar 2.2 Karya seni murni dengan konsep seni rupa posmodernisme.

Seni Budaya 9 BAB MENGANALISIS JENIS, TEMA, FUNGSI, DAN NILAI ESTETIS 3 KARYA SENI RUPA tiga dimensi

Pada bab ini, kita mengamati dengan saksama karya seni rupa dua dimensi (seni lukis), kemudian menulis deskripsi dan analisis pada lembar observasi yang telah disediakan.

A. Jenis Pengklasifikasian seni rupa dapat dibuat berdasarkan jenisnya, kita mengenal (1) seni rupa murni seperti lukisan, patung dan grafis, (2) Seni Rupa terapan seperti desain dan kriya. Sedangkan dari segi bentuk dapat dibedakan menjadi tiga kategori; (1) seni rupa dua dimensi, (2) seni rupa tiga dimensi, (3) seni rupa multi dimensi seperti seni rupa pertunjukan (performance art), environment art, happening art, video art, dan banyak lagi, termasuk seni- seni yang dikategorikan menggunakan media baru.

Sumber: Buku Apresiasi Seni Gambar 3.1 Lukisan Potret, Karya Raden Saleh.

10 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 FORMAT ANALISIS KARYA SENI RUPA Komponen No. Deskripsi Analisis Pengamatan 1 Jenis

2 Tema

3 Fungsi

4 Nilai Estetis

B. Tema Masalah pokok atau tema dikenal sebagai subject matter seni. Misalnya tema dapat bersumber dari realitas internal dan realitas eksternal. Realitas internal seperti harapan, cita-cita, emosi, nalar, intuisi, gairah, khayal, kepribadian seorang perupa ruang diekspresikan melalui karya seni. Sedangkan realitas eksternal adalah ekspresi interaksi perupa dengan kepercayaan (tema religius: lihat gambar 1.1 halaman 1), kemiskinan, ketidak-adilan, nasionalisme, politik (tema sosial), hubungan perupa dengan alam (tema lingkungan) dan lain sebagainya.

C. Fungsi Fungsi seni bagi perupa murni adalah media ekspresi, sementara bagi apresiator adalah sarana untuk mendapatkan pengalaman estetis. Fungsi seni bagi perupa terapan adalah menciptakan benda fungsional yang estetis. Sedangkan bagi masyarakat berfungsi memenuhi kebutuhan benda fungsional yang indah.

D. Nilai Estetis Nilai estetis secara teoretis dibedakan menjadi (1) objektif/intrinsik dan (2) subjektif/ ekstrinsik. Nilai objektif khusus mengkaji gejala visual karya seni. Aktivitas ini mendasarkan kriteria ekselensi seni pada kualitas integratif tatanan formal karya seni yang mengutamakan relasi antar unsur visual yang terjalin padu dalam sebuah karya seni (pendekatan formalis). Nilai subjektif menelusuri nilai estetis dengan menjawab pertanyaan; Apakah lukisan ini memukau dan hadir dalam kehidupan pribadi saya? Efek apakah yang diberikannya pada saya? Jika demikian sejauh mana? Pengalaman mengamati dan menikmati karya seni demikian biasanya melukiskan pengembaraan imaji, emosi, suasana kejiwaan yang hidup dalam diri pengamat (pendekatan impresionis). Nilai estetis dikaji berdasarkan upaya menelusuri aspek sosial, psikologis dan historis karya seni. Pengkajian dilakukan dengan mempelajari asal-usul karya seni dan pengaruh yang menimpanya (pendekatan kontekstualis). Bila seni dipandang sebagai sarana memajukan dan mengembangkan tujuan moral, agama, politik dan lain-lain, maka seni adalah alat untuk mencapai tujuan tertentu. Nilai seni terletak pada manfaaat dan kegunaannya (pendekatan instrumentalis).

Seni Budaya 11 BAB BERKARYA SENI RUPA DUA DIMENSI DENGAN 4 MEMODIFIKASI OBJEK

A. Pengertian Seni Rupa Dua Dimensi Seni rupa dua dimensi adalah karya yang memiliki dimensi panjang dan dimensi lebar. Keluasan bidang datar dari panjang dan lebar itu oleh perupa digunakan untuk membuat lukisan, gambar, desain dan karya-karya grafis yang hanya dapat diamati secara sempurna dari arah depan. Sedangkan untuk memberi kesan jauh dekat, besar kecil, atau panjang pendek, dibuat dengan pertimbangan perspektif.

B. Tujuan Penciptaan Penciptaan desain batik, karya desain dua dimensi, sebagai aktivitas perancangan reka bentuk, letak, warna, dibuat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan benda tekstil yang indah dan fungsional.

C. Proses Kreatif Untuk itu, kita sebagai pendesain perlu mengikuti tahapan proses kreatif sebagai berikut. 1. Tahap persiapan Sekarang, mari kita membaca teks tentang awan dan desain batik dari berbagai sumber belajar, dan mengamati bentuk awan pada Gambar 4.1 (dari kliping gambar awan dan desain batik yang telah kita buat). Misalnya, kita amati gambar awan mendung (Gambar 4.1) dengan secermat mungkin. Perhatikan wujud awan, baik bentuk, warna, maupun kombinasinya. Bandingkan dengan motif batik Mega Mendung (Gambar 4.2). Amati dan pahamilah bahwa perubahan wujud itu adalah kerja memodifikasi fenomena alam menjadi desain batik yang indah. Sekarang kita coba membuat sketsa pola bentuk sebagaimana aslinya. Kemudian, tanyakan apakah ide dasar bentuk desain ini? Menggunakan bahan dan peralatan apa? Bagaimanakah teknik penggambaran bentuk atau teknik pewarnaannya? Atas dasar itu, kembangkan imajinasi kita untuk menafsirkan apa gerangan makna batik ini? Selanjutnya, kita coba bereksperimen mereka-reka motif batik baru dengan jalan memodifikasi (memindahkan, membalik, memiringkan, mengubah ukuran, memutar, menghapus, menggabung, memecah, mendistorsi) motif tersebut dengan tujuan untuk menghasilkan desain yang lebih artistik, estetis dan fungsional. Jadi hendaknya jangan sampai desain batik yang kita buat lebih jelek dari pada desain motif aslinya. Lebih artistik berarti lebih menonjolkan kadar seninya. Lebih estetis artinya lebih indah dari motif yang telah ada. Sedangkan lebih fungsional berarti motif atau corak dalam pemanfaatannya di tengah masyarakat lebih terkonsep. Motif itu diciptakan untuk pakaian formal, pakaian santai, pakaian malam dan lain sebagainya.

12 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Sumber: kameradroid.com Gambar 4.1 Perwujudan objek Awan di atas menunjukkan fenomena alam dalam kondisi alamiahnya, memperlihatkan suasana mendung, biasanya sebagai pertanda bakal turunnya hujan. Para perupa atau pendesain sering sekali memperoleh gagasannya dengan mengamati fenomena alam seperti itu.

Sumber: Buku Apresisasi Seni Gambar 4.2 Salah satu motif yang menjadi ciri khas kota Cirebon adalah motif batik Mega Mendung. Wujudnya berupa modifikasi bentuk awan yang berkesinambungan dengan gradasi warna dari biru gelap ke biru terang.

2. Tahap Elaborasi Tahap Elaborasi adalah tahap ketika kita menghadapi situasi yang sulit, yaitu mengomunikasikan dan mentransformasikan pengalaman yang implisit ke dalam bentuk yang eksplisit. Dengan demikian, diperlukan keterampilan ekstra untuk memvisualisasikan unsur-unsur subjektif gagasan desain menjadi bentuk objektif karya desain yang diciptakan. Selanjutnya, berdasarkan sketsa awal (tahap persiapan) kita kembangkan dengan membuat sketsa-sketsa alternatif sebagai karya eksplorasi (minimal 3 karya sketsa).

Seni Budaya 13 3. Tahap Iluminasi Tahap Iluminasi adalah tahap ketika kita menemukan inspirasi baru dari aktivitas kedua tahap sebelumnya. Ini adalah hasil perpaduan antara kekuatan intelektual, intuisi, dan kepekaan batin dalam mewujudkan desain batik baru dan inovatif. Proses kreasi memodifikasi ini datang bagaikan cahaya yang tiba-tiba (sering disebut ilham) yang memberikan pencerahan pemahaman atau pengertian atas desain batik yang diciptakan. Kemudian, pilihlah satu sketsa yang terbaik, kerjakan di atas kertas gambar menggunakan pensil (sketsa) dan cat air atau akrilik. Kamu juga dapat menggunakan bahan lain yang tersedia di lingkungan belajar atau lingkungan tempat tinggalmu.

Sumber: http://www. fibre2fashion.com/ industry-lotus Gambar 4.3 Motif bunga teratai, contoh desain tekstil hasil modifikasi yang kreatif, dengan menstilasi bentuk.

4. Tahap Verifikasi Tahap Verifikasi yakni pengujian proses penjabaran ide desain menjadi karya desain secara terperinci. Kita bekerja berdasarkan rujukan-rujukan pendapat pakar, petikan-petikan teks dari para ahli yang kita baca, atau referensi motif batik yang kita kliping dan amati. Perhatikan desain batik hasil modifikasi pada Gambar 4.1, 4.2 dan Gambar 4.3 pada buku ini. Semua aktivitas ini adalah pengalaman kreatif yang mengasyikkan dan mengesankan. Jelasnya: Kita menguji dan meninjau kembali apakah penciptaan desain dengan memodifikasi motif tertentu itu (atau motif lain yang kita pilih) sangat memuaskan, memuaskan, atau kurang memuaskan. Inilah kriteria yang menunjukkan apakah kita berhasil atau kurang berhasil sebagai pendesain yang handal.

14 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 BERKARYA SENI RUPA BAB TIGA DIMENSI DENGAN MEMODIFIKASI OBJEK 5

A. Pengertian Seni Rupa Tiga Dimensi Seni rupa tiga dimensi adalah karya yang memiliki dimensi panjang, dimensi lebar dan dimensi tinggi. Misalnya, patung, relief, keramik, wayang golek yang bebas mengisi ruang, sehingga dapat diamati secara sempurna dari berbagai arah (berkeliling, 360°). Meskipun banyak juga karya-karya yang tidak memperhitungkan daya pandang demikian, misalnya patung-patung yang sifatnya frontal (hanya bagus dilihat dari arah depan) saja.

B. Fungsi Seni Rupa Tiga Dimensi Karya seni rupa tiga dimensi pada umumnya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan karya-karya seni rupa murni (patung, relief, monumen) serta seni rupa terapan (desain dan kriya) seperti desain industri, desain interior, kriya rotan, kriya logam, kriya kayu dan lain sebagainya.

C. Memodifikasi Objek Berkarya dengan memodifikasi objek berarti mencipta berdasarkan bentuk objek tertentu, baik yang sifatnya objek alamiah (ciptaan Tuhan) maupun yang sifatnya objek buatan (ciptaan manusia), baik objek makhluk hidup maupun objek benda mati. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, di sini memodifikasi berarti (memindahkan, membalik, memiringkan, mengubah ukuran, memutar, menghapus, menggabung, memecah, mendistorsi, menyederhanakan) dan lain sebagainya. Sekarang, mari kita amati Gambar 5.1. Catat dan perhatikan dengan saksama bentuk figur. Kemudian, kita tanyakan apakah bentuknya figuratif? Semi figuratif atau nonfiguratif? Bagaimanakah perwujudan patung? Apakah vertikal atau horisontal? Lalu penggambaran sosok patung; Apakah berdiri, duduk, jongkok? Perhatikan bagaimana bentuk tangan menyatu dengan tubuh, karena pematung berkarya dengan menggunakan bahan baku kayu yang bentuknya memanjang, sehingga posisi tangan harus mengikuti bahan baku patung. Selanjutnya coba cermati kostum atau atribut yang dikenakan patung: Apakah hal-hal itu mengandung makna melambangkan sesuatu? Cobalah tafsirkan secara logis dan argumentatif. Jika demikian, apakah gagasan penciptaan patung? Untuk apa patung dibuat? Dan menggunakan teknik apa? Patung yang manakah yang paling artistik dan indah? Dan mengapa? Apakah patung-patung ini termasuk primitif, modern, atau posmodern?

Seni Budaya 15 Sumber: niasonline.net/ patung-patung-nias-kuno Gambar 5.1 Objek Karya Seni: Patung Nias, Sumatera Utara.

D. Tugas Berkarya Tiga Dimensi Berdasarkan hasil pengamatan yang kita lakukan kepada patung-patung pada Gambar 5.1 itu, hanya sekedar model pembelajaran, kita bisa memilih objek patung, baik dari alam maupun objek seni seperti patung-patung warisan budaya bangsa Indonesia di tiap daerah di mana sekolah berada. Semua itu dapat dijadikan objek pembuatan patung dengan memodifikasi, baik gagasan, bentuk, bahan baku, maupun teknik artistik proses kreasinya. Buatlah sebuah patung dengan memilih objek tertentu sebagai model yang akan dimodifikasi. Misalnya, Gambar 5.1 (objek buatan manusia); Gambar 5.2 (objek ciptaan Tuhan); Gambar 5.3 (patung kontemporer); Gambar 5.4 (patung modern); Gambar 5.5 (patung tradisional) dengan ketentuan sebagai berikut: Ukuran patung: tinggi 20cm, lebar 7,5 cm, tebal 6-8 cm. Media: bebas (kesepakatan siswa dengan guru, dan disesuaikan dengan kondisi di mana sekolah berada). Dalam proses kreasi usahakan mengikuti tahapan proses kreasi (pendekatan saintifik) seperti yang telah dipelajari sebelumnya. Menyadari beragamnya kondisi sekolah di Indonesia, maka pembelajaran seni budaya, khususnya untuk seni rupa diperlukan pendekatan yang bijaksana. Jika sarana dan prasarana telah tersedia (misalnya sanggar seni rupa) teknik-teknik pematungan seperti yang menggunakan gips, kayu, semen, fiberglass, resin, bisa diterapkan. Akan tetapi jika kondisi sekolah masih terbatas, pembelajaran mematung bisa menggunakan bahan plastisilin, tanah liat, bubur kertas, atau menggunakan bahan baku barang bekas. Proses pembelajaran mematung juga bisa dilakukan di luar kelas, sepanjang peserta didik dan guru bekerja sama menjaga kebersihan sekolah.

16 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Sumber: www.google.co.id/search Gambar 5.2 Objek hewan, sejumlah rusa dapat digunakan sebagai objek penciptaan karya seni patung. Siswa dapat memilih salah seekor rusa sebagai objek modifikasi menghasilkan karya seni patung. Oleh karena makhluk hidup selalu bergerak, untuk mendapatkan adegan yang paling baik atau artistik bisa dilakukan dengan cara pembuatan sketsa yang sangat cepat secara manual. Dengan demikian, diperoleh sosok hewan untuk dimodifikasi. Cara lain adalah menggunakan kamera, dapat dibuat sejumlah foto yang menarik, kemudian memilih foto terbaik untuk di modifikasi.

Sumber: Galeri Nasional Indonesia Gambar 5.3 Arsono, Lingkaran, besi cor, 40 x 63 cm salah satu contoh seni patung kontemporer Indonesia, yang bisa juga dijadikan pemicu timbulnya inspirasi baru penciptaan seni rupa tiga dimensi.

Seni Budaya 17 Sumber: Apresiasi Seni Gambar 5.4 Contoh hasil modifikasi objek hewan.

Sumber: www.bluffton.edu Gambar 5.5 Reclining Figure, plaster, karya pematung Henry Moore.

18 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Sumber: Buku Apresiasi Seni Gambar 5.6 Kiri: Patung Cyladic, hasil modifikasi bentuk manusia dengan penerapan garis yang esensial. Kanan: Patung kontemporer karya G. Sidharta, modifikasi bentuk ornamentik dan menyajikan bahasa rupa simbolik dengan pewarnaan yang populer.

Seni Budaya 19 BAB BEREKSPRESI DALAM 6 SENI RUPA

Pelaksanaan aktivitas kreasi seni lukis adalah kegiatan merealisasikan konsep seni sebagai ekspresi. Konsep yang mendasarkan sumber inspirasi seni dipetik dari kehidupan psikologis pelaku kreatif. Jenis seni ini lebih bersifat subjektif, namun sangat penting dalam membentuk keseimbangan antara kehidupan rohani dan jasmani seseorang (katarsis).

A. Berekspresi Proses kreatif berekspresi ini antara lain, memerlukan persiapan: kanvas ukuran 60 x 60 cm, palet, cat minyak atau cat acrylic, kuas, cucian kuas, kain lap, dan perlengkapan lain yang dipandang perlu. 1. Mengamati Siswa melaksanakan pengamatan terhadap realitas internal kehidupan spiritualnya. Misalnya, memusatkan perhatian pada kehidupan rohaninya, mungkin hal itu berkenaan dengan cita-cita, emosi, nalar, intuisi, gairah, kepribadian dan pengalaman-pengalaman kejiwaan lain yang sekarang, saat ini, dialami. 2. Menanyakan Tanyakan kepada diri sendiri, gejala kejiwaan mana yang paling menjadi masalah, yang paling penting untuk diekspresikan lewat kegiatan penciptaan lukisan. Dengan demikian, kehidupan batin kita menjadi lebih tenang, sehat, dan seimbang. Kemudian, tetapkanlah itu sebagai sumber inspirasi atau gagasan kreativitas kamu (penentuan subject matter atau tema). 3. Mencoba Cobalah mereka-reka wujud visual gagasan tersebut dalam imajinasimu, lalu buatlah sketsa-sketsa alternatif bagaimana rupa karya lukisan yang kamu inginkan, apakah figuratif menyerupai bentuk-bentuk alamiah, semi figuratif karena telah mengalami distorsi dari bentuk alamiahnya. Nonfiguratif yang sama sekali tidak melukiskan gejala alamiah lagi, melainkan bentuk-bentuk abstrak. Tidak ada batasan yang perlu mengekang kebebasan kreatif kamu dalam memilih gambaran wujud lukisan. Batasannya adalah pencapaian kepuasan berekspresi, sama dengan terealisasinya gagasan menjadi lukisan. 4. Menalar Dari sejumlah sketsa yang telah kamu buat itu, analisis kekuatan dan kelemahan setiap sketsa. Baik dari aspek konseptual, visual, dan kemungkinan penggunaan media (bahan baku seni) teknik berkarya yang sesuai, dan tetapkan salah satu sketsa yang paling representatif memenuhi harapan kamu. Kemudian, berekspresilah dengan penuh rasa percaya diri. Tolok ukur lukisan telah selesai atau belum adalah kepuasan yang kamu alami. Jika rasa puas itu

20 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 telah hadir, kepuasan mempersepsi wujud lukisan yang diciptakan, maka lukisan itu dapat dibubuhi dengan tanda tangan atau inisial kamu. Sebagai bukti kamulah penciptanya, dan kamu bertanggung jawab penuh atas ciptaan tersebut. 5. Menyajikan Pengertian penyajian sebuah lukisan, tidak sama dengan penyajian makalah dalam kegiatan diskusi. Jadi, dalam konteks ini siswa mengerjakan pemberian bingkai yang sesuai dengan ukuran, warna, maupun kesesuaian dengan aliran lukisan. Selanjutnya, menulis ringkasan konsep, deskripsi visual, pembuatan label (judul, tahun penciptaan, media yang digunakan, ukuran, dan nama pencipta, serta foto karya lukisan). Semua keterangan ini diprint dan dilekatkan di bagian belakang lukisan. Lukisan itu dikatakan “siap dipamerkan”. Kemudian, lukisan tersebut untuk sementara akan di simpan di ruang koleksi. Penyajian seni lukis yang sesungguhnya akan diselenggarakan dalam bentuk pameran awal tahun berjalan. Pameran diselenggarakan dengan pembentukan panitia pameran yang bekerja-sama dengan pihak-pihak lain, misalnya galeri, kurator, sponsor, donatur, pers, dan lain-lain. Penyajian lukisan akan dibahas secara tersendiri dalam bab Pameran Seni Rupa.

B. Rangkuman Berekspresi adalah salah satu kebutuhan hidup manusia. Realitas internal kehidupan spiritual siswa membutuhkan penyaluran, agar dapat mencapai keseimbangan kehidupan rohaniah yang sehat. Proses mengamati, menanyakan, mencoba, menalar, dan menyaji adalah aktivitas proses kreasi yang lebih bersifat objektif, dengan memadukan realitas internal yang subjektif melalui pendekatan objektif. Siswa diharapkan mendapatkan pengalaman yang berharga, yakni keharmonisan antar kehidupan batiniah dan kehidupan lahiriah. Dari proses kegiatan berekspresi ini, potensi artistik para siswa akan berkembang. Karya-karya siswa adalah objek-objek real tentang apa yang mereka harapkan, inginkan, dan sudah pasti merupakan dokumen penting bagi kehidupan psikologis mereka. C. Refleksi Aktivitas berekspresi dalam penciptaan lukisan menghasilkan karya seni lukis, sebagai benda seni yang mengandung nilai keindahan dan makna seni. Selain itu juga berfungsi sebagai katarsis atau terapi bagi pelaku kreatifnya sendiri. Sedangkan, bagi para psikolog, karya lukisan yang diciptakan para siswa merupakan data kehidupan psikologis yang dapat dipakai sebagai objek penelitian. Misalnya, mengetahui realitas kehidupan emosional, intelektual, imajinasi para siswa kita.

D. Uji Kompetensi

1. Sikap Berekspresi • Uraikan antusiasmu ketika berekspresi menciptakan suatu lukisan. • Tulis deskripsi dan fungsi seni lukis yang kamu ciptakan.

Seni Budaya 21 Sumber: Indonesian Art and Beyond Gambar 6.1 Lucia Hartini, Breaking through The Limits, 1991, cat minyak pada kanvas, 95 x 100 cm. Contoh lukisan ekspresi dari kehidupan alam bawah sadar seorang pelukis, dikenal sebagai aliran surealis.

2. Keterampilan Berekspresi • Diamati melalui lembar observasi ketika siswa berkarya (fluensi, fleksibilitas, elaborasi). • Diamati pada lukisan yang dihasilkan siswa (teknik artistik: realisasi gagasan menjadi lukisan, komposisi dan gaya pribadi). 3. Pengetahuan Berkreasi a. Uraikan dengan ringkas aspek konseptual, aspek visual, dan aspek prosedural kegiatan berekspresi melalui seni lukis, seperti yang sudah kamu lakukan. b. Jelaskan bagaimana proses kegiatan berekspresi dengan pendekatan saintifik, dapat merealisasi gagasan menjadi lukisan. c. Tulis aspek konseptual lukisan yang kamu ciptakan. Kemukakan alasan-alasan logis mengapa kamu memilih bentuk visual seperti itu. Kemudian, uraikan manfaat seni lukis yang kamu ciptakan bagi orang lain (konsumen seni), dan apa pula manfaat aktivitas berekspresi melalui lukisan bagi kehidupan kamu pribadi.

22 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 E. Penilaian Diri

Jawaban No. Deskripsi Pernyataan Alasan Ya Tidak Apakah kamu merasa puas dengan lukisan yang 1 dihasilkan? Jika ya, tuliskan alasannya. Jika tidak puas, tuliskan pula alasannya. Apakah lukisan kamu termasuk lukisan figuratif, semi figuratif, atau nonfiguratif. Jawablah dengan 2 menunjukkan bukti dan fakta visualnya pada lukisan yang kamu ciptakan. Apakah lukisan kamu telah sesuai dengan “makna” 3 yang ingin diekspresikan.

Seni Budaya 23 BAB BEREKSPERIMEN 7 DALAM SENI RUPA

Aktivitas penciptaan seni rupa (murni, desain, dan kriya) yang mementingkan kreativitas, sangat memerlukan keberanian bereksperimen. Ada perupa yang bereksperimen dalam penyajian bentuk seni (menciptakan bentuk baru), sementara perupa lain bereksperimen dalam memilih dan mengkombinasikan aspek konseptual penciptaan seni. Ada pula perupa yang melakukan eksperimen dengan memodifikasi konvensi seni, desain, dan kriya dan yang terakhir ada perupa yang benar-benar bereksperimen menciptakan karya seni yang benar-benar baru. Dalam konteks proses kreatif, Guilford dalam Semiawan, Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu menyebutkan; sifat fluensi, fleksibilitas, orisinalitas, elaborasi, dan redefinisi adalah kemampuan yang perlu dikembangkan melalui aktivitas eksperimen. Fluensi terkait langsung dengan kesigapan, kelancaran, dan kemampuan melahirkan banyak gagasan. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam memecahkan masalah. Sedangkan orisinalitas adalah kemampuan mencetuskan gagasan-gagasan asli. Redefinisi adalah kemampuan merumuskan batasan-batasan dari sudut pandang lain dari pada cara-cara yang sudah lazim. Misalnya lukisan secara konvensional didefinisikan sebaga karya seni dua dimensional. Batasan ini dianggap oleh sebagian pelukis kreatif mengekang kreativitas dengan sengaja mereka membuat lukisan dalam wujud tiga dimensional (bentuk piramid tiga dimensi). Ini adalah redefinisi bentuk seni.

A. Seni Rupa Murni Penciptaan seni rupa murni merupakan kegiatan berkarya seperti: seni lukis, seni patung, seni grafis, seni serat, dan lain-lain. Itu dilakukan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pengalaman kehidupan menjadi perwujudan visual dilandasi kepekaan artistik. Kepekaan artistik mengandung arti, memerlukan kemampuan mengelola atau mengorganisir elemen- elemen visual untuk mewujudkan gagasan menjadi karya nyata. 1. Aspek Konseptual a. Penemuan Sumber Inspirasi Titik tolak penciptaan karya seni rupa murni adalah penemuan gagasan. Kita harus memiliki gagasan yang jelas dalam mengekspresikan pengalaman artistik. Sumbernya; 1) berasal dari realitas internal, perambahan kehidupan spiritual (psikologis) kita sendiri. Misalnya harapan, cita-cita, emosi, nalar, intuisi, gairah, kepribadian dan pengalaman- pengalaman kejiwaan lain yang kadangkala belum teridentifikasi dengan bahasa. Dengan kata lain, gagasan seni timbul dari kebutuhan kita sebagai manusia untuk berekspresi. 2) berasal dari realitas eksternal, yaitu hubungan pribadi kita dengan Tuhan (tema religius), hubungan pribadi kita dengan sesama (tema sosial: keadilan, kemiskinan, nasionalisme), hubungan pribadi kita dengan alam (tema: lingkungan, keindahan alam) dan lain sebagainya.

24 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 b. Penetapan Interes Seni Dalam aktivitas penciptaan kita harus dapat menentukan interes seni kita sendiri, sehingga dapat berkreasi secara optimal. Pada dasarnya terdapat tiga interes seni: 1) interes pragmatis, menempatkan seni sebagai instrumen pencapaian tujuan tertentu. Misalnya, tujuan nasional, moral, politik, dakwah, dan lain-lain; 2) interes reflektif, menempatkan seni sebagai pencerminan realitas aktual (fakta dan kenyataan kehidupan) dan realitas khayali (realitas yang kita bayangkan sebagai sesuatu yang ideal); dan 3) interes estetis, berupaya melepaskan seni dari nilai-nilai pragmatis dan instrumentalis. Jadi, interes estetis mengeksplorasi nilai-nilai estetik secara mandiri (seni untuk seni). Dengan menetapkan interes seni, kita akan lebih memahami tujuan kita menciptakan karya. c. Penetapan Interes Bentuk Untuk mengekspresikan penghayatan nilai-nilai internal atau eksternal dengan tuntas, kita perlu mempertimbangkan kecenderungan umum minat dan selera seni kita sendiri. Misalnya, kita dapat mencermati karya-karya yang telah kita buat selama studi. Kecenderungan yang dapat kita pilih yaitu: 1) bentuk figuratif, yakni karya seni rupa yang menggambarkan figur yang kita kenal sebagai objek-objek alami, manusia, hewan, tumbuhan, gunung, laut dan lain-lain yang digambarkan dengan cara meniru rupa dan warna benda-benda tersebut. 2) bentuk semi figuratif, yakni karya seni rupa yang “setengah figuratif”, masih menggambarkan figur atau kenyataan alamiah, tetapi bentuk dan warnanya telah mengalami distorsi, deformasi, stilasi, oleh perupa. Jadi bentuk tidak meniru rupa sesungguhnya, tetapi dirubah untuk kepentingan pemaknaan, misalnya, bentuk tubuh manusia diperpanjang, atau patung dewa yang bertangan banyak, bentuk gunung atau arsitektur yang disederhanakan atau digayakan untuk mencapai efek estetis dan artistik. 3) bentuk nonfiguratif, adalah karya-karya seni rupa yang sama sekali tidak menggambarkan bentuk-bentuk alamiah. Jadi, tanpa figur atau tanpa objek (karenanya disebut pula seni rupa nonobjektif). Karya seni rupa nonfiguratif merupakan susunan unsur-unsur visual yang ditata sedemikian rupa untuk menghasilkan satu karya yang indah. Istilah lain menyebut karya seni rupa nonfiguratif adalah karya seni abstrak. Pada umumya karya abstrak yang berhasil adalah karya yang memiliki “bentuk bermakna”. Artinya, sebuah karya seni yang memiliki kapasitas membangkitkan pengalaman estetis bagi orang yang mengamatinya. Dengan kata lain karya seni yang dapat membangkitkan perasaan yang menyenangkan, yaitu rasa keindahan. d. Penetapan Prinsip estetik Pada umumnya karya seni rupa murni menganut prinsip estetika tertentu. Kita harus dapat mengidentifikasi cita rasa keindahan yang melekat pada karya-karya yang pernah kita ciptakan. Pada tahap ini, kita perlu menetapkan prinsip estetika yang paling sesuai untuk mengungkapkan pengalaman kita. Alternatif prinsip estetika yang dapat dipilih yaitu: 1) pramodern, prinsip estetika yang memandang seni sebagai aktivitas merepresentasi bentuk-bentuk alam, atau aktivitas pelestarian kaidah estetik tradisional; 2) modern, prinsip estetika yang memandang seni sebagai aktivitas kreatif, yang mengutamakan aspek penemuan, orisinalitas, dan gaya pribadi atau personalitas; dan

Seni Budaya 25 3) posmodern, prinsip estetika yang memandang seni sebagai aktivitas permainan tanda yang hiperriil dan ironik, sifatnya eklektik (meminjam dan memadu gaya seni lama) dan menyajikannya sebagai pencerminan budaya konsumerisme masa kini.

Sumber: Affandi, Suatu Jalan Baru dalam Ekspresionisme Gambar 7.1 Affandi, Potret Diri dengan Matahari, 1977, cat minyak pada kanvas, 99 x 125 cm.

2. Aspek Visual a. Struktur Visual. Mewujudkan aspek konseptual menjadi karya visual, perlu ditegaskan lebih spesifik dalamsubject matter, masalah pokok atau tema seni yang akan diciptakan. Misalnya tema sosial: kemiskinan, dengan pilihan objek pengemis. Tema perjuangan: dengan pilihan objek Pangeran Diponegoro, tema religius: lukisan kaligrafi dengan objek ayat tertentu, dan lain sebagainya. Objek-objek tersebut dapat divisualisasikan dengan berbagai cara, pilihlah unsur-unsur rupa (garis, warna, tekstur, bidang, volume, ruang), sesuai dengan kebutuhan interes seni, interes bentuk, dan prinsip estetika yang telah ditetapkan dalam aspek konseptual. b. Komposisi. Hasil seleksi unsur-unsur rupa dikelola, ditata, dengan prinsip-prinsip tertentu, baik terhadap setiap unsur secara tersendiri maupun dalam hubungannya dengan bentuk atau warna. Dengan memperhatikan empat prinsip pokok komposisi, yaitu: proporsi, keseimbangan, irama, dan kesatuan untuk memperlihatkan karakteristik keunikan pribadi kita. c. Gaya pribadi, sering disebut gaya perseorangan, ciri khas, kepribadian, sebagai faktor bawaan yang menandai sifat unik karya yang diciptakan seorang perupa.

3. Aspek Operasional Langkah-langkah kerja dalam keseluruhan proses perwujudan karya dimulai dari penetapan bahan, peralatan utama dan pendukung, serta teknik-teknik dalam memperlakukan bahan dengan peralatannya. Seluruh proses dikelompokkan ke dalam tiga tahap: a. Tahap persiapan, berkenaan dengan pengadaan dan pengolahan bahan utama, bahan pendukung, dan pengadaan peralatan.

26 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 b. Tahap Pelaksanaan, berkenaan dengan pengalaman artistik, aktivitas proses kreasi dari awal hingga selesai. c. Tahap akhir, karya seni rupa yang sudah diciptakan, masih membutuhkan tindakan- tindakan khusus supaya siap dipamerkan. Jenis karya seni rupa tertentu memerlukan pembersihan menyeluruh, lapisan pengawet (coating), atau lembaran kaca dan bingkai. Jenis lain membutuhkan kemasan. Semuanya harus digarap dengan baik, sampai sebuah karya seni rupa dikatakan siap pamer.

B. Pengertian Seni Lukis Penciptaan sebuah karya seni lukis, menuntut pengetahuan dan spesialisasi bidang keahlian, karena itu diperlukan pengetahuan dasar seni lukis sebagai fondasi proses kreatif yang dilakukan. 1. Ruang lingkup seni lukis Sebenarnya banyak pengertian seni lukis yang didefinisikan oleh para pakar seni, namun pada umumnya tidak ada satupun definisi yang dapat memuaskan semua orang. Sesungguhnya seni lukis itu beragam dan memiliki banyak aliran. Satu sama lain di samping mempunyai persamaan, juga tidak jarang saling bertentangan secara diametral. Dari sekian banyak definisi itu, dipilih satu definisi sebagai bekal dasar yang cukup relevan memahami pengertian seni lukis. Secara teknis lukisan adalah pembubuhan pigmen atau warna dengan bahan pelarut di atas permukaan bidang dasar, seperti pada kanvas, panel untuk menghasilkan sensasi atau ilusi ruang, gerakan, tekstur, untuk mengekspresikan berbagai makna atau nilai subjektif, baik yang sifatnya intelektual, emosi, simbolik, relegius, dan lain-lain. Herbert Read mengatakan, seni lukis adalah penggunaan garis, warna, tekstur, ruang dan bentuk pada suatu permukaan yang bertujuan untuk menciptakan berbagai image. Image-image tersebut bisa merupakan pengekspresian ide-ide, emosi, dan pengalaman-pengalaman, yang dibentuk sedemikian rupa sehingga mencapai harmoni. Adapun pengalaman yang diekspresikan itu adalah pengalaman yang berisi keindahan atau pengalaman estetik. Menurut Edmund Burke Feldman pengekspresian itu menggunakan: a. Unsur-unsur visual, yang terdiri dari garis, warna, bentuk, tekstur dan ruang atau gelap terang. b. Organisasi dari unsur-unsur tersebut, yang meliputi kesatuan, keseimbangan, irama dan perbandingan ukuran. Dari sisi lain, kritikus seni rupa Dan Suwaryono mengemukakan bahwa seni lukis memiliki dua faktor. a. Faktor Ideoplastis: ide, pendapat, pengalaman, emosi, fantasi, dan lain-lain. Faktor ini lebih bersifat rohaniah yang mendasari penciptaan seni lukis. b. Faktor Fisioplastis: yang meliputi hal-hal yang menyangkut masalah teknis, termasuk organisasi elemen-elemen visual seperti garis, warna tekstur, ruang, bentuk (shape) dengan prinsip-prinsipnya. Dengan demikian, faktor ini lebih bersifat fisik dalam arti seni lukisnya itu sendiri. Seni lukis adalah wujud ekspresi yang harus dipandang secara utuh. Keutuhan wujud itu, terdiri dari ide dan organisasi elemen-elemen visual. Elemen-elemen visual tersebut disusun sedemikian rupa oleh seorang pelukis dalam bidang dua dimensional. Pengertian seni lukis sesungguhnya mencakup ruang lingkup yang lebih luas dari sebuah definisi, karena seni lukis

Seni Budaya 27 juga mengenal istilah lukisan dinding, lukisan miniatur, lukisan pottery, lukisan manuskrip, lukisan jambangan, lukisan mosaik, lukisan potret, dan lukisan kaca. Lukisan enamel, lukisan teknologis yang dibuat dengan menggunakan media elektronik, seperti komputer. Perhatikan lukisan Gambar 7.3, dikenal sebagai vector art, dikerjakan dengan komputer, hasilnya cukup realistis. Bandingkan dengan Gambar 7.4, Di Depan Kelambu Terbuka karya Soedjojono, dikerjakan secara manual dan menampilkan gaya pelukisan ekspresionisme. Seni lukis yang lebih populer di tengah masyarakat dan diajarkan di lembaga pendidikan kesenian pada dasarnya adalah easel painting seperti Gambar 7.2. Jenis lukisan ini berukuran lebih kecil dari lukisan dinding atau mural. Seni lukis ini lebih fleksibel, karena para pelukis dapat membawa easel yang praktis itu keberbagai lokasi untuk melukis di alam bebas, dapat pula digunakan untuk berkarya di studio seni lukis. Berikut ini disajikan beberapa contoh hasil karya seni lukis.

Sumber: Dok. Museum Basoeki Abdullah Gambar 7.2 Contoh easel painting yang melukiskan dua ekor harimau (kiri) dan Potret diri Pelukis Basoeki Abdullah (kanan).

Sumber: media. smashing magazine Gambar 7.3 Lukisan yang menggunakan komputer, dikenal sebagai vector art.

Sumber: Buku Kritik Seni Rupa Gambar 7.4 S. Soedjojono, Di depan Kelambu Terbuka, cat minyak pada kanvas.

28 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 2. Unsur Visual a. Garis Titik tunggal dalam ukuran kecil memiliki tenaga yang cukup untuk merangsang mata kita dan dapat berperan sebagai awalan. Apabila titik digerakkan maka dimensi panjangnya akan tampak menonjol dan sosok yang ditimbulkannya disebut `garis’. Garis dapat berupa goresan yang kita buat di atas sebuah bidang, tetapi garis dapat pula mewakili bekas roda, tiang bambu, kawat, pancaran cahaya, ruang antara dua bangunan atau dinding, jalan yang melintasi kota, sungai, kontur tanah yang berkelok-kelok, kontur pegunungan, bangunan, batas dinding dengan lantai, dan seterusnya. Garis dapat memberikan kesan gerak, ide, atau simbol. Pada karya seni lukis garis dapat mengekspresikan suasana emosi tertentu, seperti perasaan bahagia, sedih, marah, teratur, kacau, bingung, dan lain sebagainya. Secara fisik garis dapat dibuat tebal, tipis, kasar, halus, lurus, lengkung, berombak, memanjang, pendek, putus-putus, patah-patah dan banyak lagi. Unsur garis juga dapat membangun asosiasi kita kepada kesan tertentu, misalnya garis horisontal kesannya tenang, tidak bergerak, diam, dan lebar. Sementara garis vertikal kesannya agung, stabil, tinggi, sedangkan garis diagonal kesannya, jatuh, bergerak. Garis adalah salah satu elemen yang penting dalam seni lukis. Pedoman seni yang penting dan ampuh sebagaimana juga yang terdapat dalam hidup, adalah makin nyata, tajam dan kuat garisnya, makin sempurna hasil seninya. Garis dapat diciptakan melalui 1) kontur, garis paling luar dari benda yang dilukis; 2) batas pemisah antara dua warna atau cahaya terang dan gelap; 3) lekukan pada bidang melingkar atau memanjang lurus; dan 4) batas antara dua tekstur yang berlainan. Dalam Kebudayaan Timur, para pelukis sangat terpesona oleh kekuatan garis, baik di Cina, Jepang, India, maupun Indonesia. Guna memahami kekuatan garis dalam seni lukis, pengkritik seni rupa Sudarmaji mengatakan: “Lukisan Cina klasik yang bersifat grafis memberikan kesan puitis, lembut, penuh irama yang terkendali, serta menimbulkan efek perasaan tenteram. Sebaliknya pelukis Vincent van Gogh yang menggunakan garis pendek, patah-patah menimbulkan efek yang keras tegar. Ada kesan ledakan dan pemberontakan. Jika garis begitu ditunjang juga oleh warna keras menyala, sempurnalah kesan kekerasan dan pemberontakan itu. Di dunia Barat, Henry Matisse, Pablo Picasso, Paul Klee, Roul Dufi sebagian dari tokoh yang kuat dalam garis. Jika garis digoreskan dengan jujur mengikut kata batin, akan ditemukan identifikasi seseorang. la menjadi personal. Dengan garis dapat lahir bentuk, tapi juga bisa mengesankan tekstur, nada dan nuansa, ruang dan volume yang kesemuanya melahirkan suatu perwatakan.” Dari penjelasan di atas kiranya dapat dimengerti, bahwa unsur garis dalam seni lukis dapat dipergunakan sesuai dengan kebutuhan. Teknik penguasaan dan pengendalian garis dalam seni lukis memang memerlukan latihan yang intensif, tanpa latihan yang kontinue maka bakat tidak akan berkembang optimal. b. Warna Secara fisika warna ditimbulkan oleh sinar matahari. Apabila kita sorotkan sinar matahari ke sebuah kaca prisma, maka sinar tersebut akan terurai menjadi beberapa sinar warna yang disebut spektrum warna. Setiap spektrum mempunyai kekuatan gelombang yang kemudian sampai pada mata kita, sehingga kita dapat melihat warna tertentu.

Seni Budaya 29 Pada alam terdapat dua jenis penerima cahaya, yakni sebagai pemantul dan sebagai penyerap cahaya. Secara fisiologi stimulasi cahaya memantulkan warna suatu objek sehingga merangsang mekanisme mata kita. Kemudian, rangsangan tersebut disalurkan melalui syaraf optik ke otak, sehingga kita dapat mengenali warna itu. Secara psikologis telah terbukti bahwa warna dapat memengaruhi kegiatan fisik maupun mental kita. Reaksi kita terhadap warna bersifat instingtif dan perseorangan, karenanya sensitivitas setiap orang juga berbeda. Pada berbagai aliran seni lukis dalam sejarah seni rupa telah dikenal manifestasi tatawarna tertentu, seperti skema warna klasik, skema warna Rembrandt, dan lain sebagainya. Peran warna dalam kegiatan seni lukis sangat esensial, baik pada masa pramodern, masa modern, maupun masa posmodern. Pada umumnya para pelukis memanfaatkan warna untuk menyatakan gerak, jarak, tegangan, deskripsi rupa alam, naturalis, ruang, bentuk, ekspresi atau makna simbolik. Guna memahami lebih komprehensif peran warna dalam seni lukis, berikut ini akan disajikan sifat optis warna, notasi warna, warna objek, dan pigmen, yang semuanya sangat menentukan kualitas penciptaan sebuah lukisan. c. Sifat Warna Dalam teori warna dikenal ada tiga sifat optis, optical property, yaitu: hue, value, dan saturation. Hue adalah tingkat kepekatan warna, misalnya merah, oranye, atau hijau, biru, biru keunguan dan seterusnya. Value adalah fenomena kecemerlangan dan kesuraman warna. Nilai rendah adalah warna yang cenderung suram atau kegelapan, sementara nilai tinggi adalah kecenderungan warna yang terang dan cemerlang. Misalnya, gejala demikian dapat kita lihat pada skala gradasi warna abu-abu dari hitam ke putih. Saturation adalah intensitas nada warna untuk menunjukkan warna-warna menyala, dan warna-warna yang suram. Semakin murni penggunaan warna semakin tinggi intensitasnya, sebaliknya semakin tidak murni penggunaan warna semakin rendah intensitasnya. Pada tahun 1940-an seni lukis Affandi dominan menggunakan warna-warna suram atau kusam, kemudian lukisannya berkembang ke penggunaan warna-warna yang cerah. Lihat Gambar 2.2 (halaman 9), Karya Affandi Potret Diri dan Matahari, 1977, yang menggunakan warna- warna merah, oranye, kuning dengan warna latar belakang yang terang abu-abu keputihan. d. Notasi Warna Notasi warna (color notation) adalah sistem klasifikasi atau identifikasi warna menurut sifat optisnya. Dalam konteks ini dikenal Sistem Munsell, Sistem Ostwald, Sistem Plochere, dan Sistem Maxwell. Tatanan warna dalam the hues of the spectrum terdapat pada warna pelangi di alam. Sedangkan, dalam lingkaran warna (color circle) dapat dilihat warna primer, merah, biru, dan kuning. Warna sekunder yaitu hijau, ungu, dan oranye. Ketiganya merupakan hasil Sumber: Apresiasi Seni pencampuran warna primer. Warna komplementer Gambar 7.5 LingkaranWarna, memperlihatkan warna primer merah, kuning, biru. Warna letaknya bertolak belakang pada lingkaran warna, sekunder hijau, oranye dan ungu. Warna tertier misalnya, merah dengan hijau, biru dengan oranye, hijau tua, hijau muda, orange kekuningan, ungu dan kuning dengan ungu. Terang dan gelap tua dan ungu muda.

30 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 diungkapkan dengan warna putih dan hitam. Sedangkan warna netral adalah warna abu- abu. Bila hue adalah nama suatu warna, value kecerahan dan kecemerlangan warna, maka chroma adalah sifat kualitas, intensitas, dan kejernihan warna. e. Warna-Warna Antara Setelah warna primer, warna sekunder, dan warna komplementer, dikenal pula warna- warna antara, (intermediate color), seperti merah oranye, merah ungu, biru ungu, hijau biru, kuning hijau, dan oranye kuning. Sebenarnya dalam teori warna, jumlah warna ada delapan puluh warna. f. Warna Hangat dan Warna Sejuk Dari lingkaran warna dapat pula ditentukan warna hangat-panas (the warm color) dan warna sejuk-dingin (the cool color). Warna yang memberi efek kehangatan adalah merah, oranye dan kuning, sementara warna hijau dan biru memberikan efek yang menyejukkan. Pengertian ini, kita terjemahkan dari pengalaman keseharian, pada saat kita mendekati warna api yang merah, kita tentu merasa kehangatan, atau jika terlalu dekat bisa kepanasan. Sementara bila kita berada di daerah pegunungan yang hijau atau gunung yang kebiruan kita merasakan iklim yang sejuk. Asosiasi kita mengenai pengalaman real seperti itu menyebabkan kita mengartikan sifat warna menjadi hangat-panas bagi warna merah, oranye dan kuning, sementara warna hijau dan biru memberikan efek menyejukkan atau dingin. g. Warna Kromatik dan Akromatik Warna kromatik (chromatic color), terdiri dari warna hitam, putih, dan abu-abu, selebihnya termasuk warna akromatik (achromatic color), seperti merah, biru, kuning, hijau, oranye dan seterusnya. Dalam seni lukis penggunaan warna tunggal sering diartikan sebagai warna kromatik, sementara penggunaan warna yang meriah, menggunakan banyak warna, disebut polychromatic. h. Warna Objek dan Warna Pigmen Warna objek adalah warna yang terkena sinar warna spektrum, yang mengenai mekanisme mata pengamat. Warna spektrum tersebut memiliki panjang gelombang tertentu yang dipantulkan oleh objek pengamatan. Jika objeknya biru, maka warna spektrum biru panjang gelombang birulah yang diserap mata pengamat. Ini berarti pantulan warna tersebut adalah pantulan warna biru, sedangkan sisanya diserap oleh permukaan objek tersebut.

Sumber: Tobatik Singa Gorga (TBK) Gambar 7.6 Penggunaan warna pada batik kreasi baru menjadi lebih bebas. Artinya pengkriya batik tidak terikat lagi kepada warna tradisi Etnik Batak Toba (hitam, merah dan putih). Melainkan menggunakan warna kuning yang biasa dipakai di Tanah Karo. Fenomena pengaruh-mempengaruhi ini merupakan gejala umum seni rupa etnik di Indonesia.

Seni Budaya 31 Sumber: Apresiasi Seni Gambar 7.7 Gradasi warna merah sampai kuning disebut warna panas, sedangkan dari wana biru sampai hijau muda disebut warna dingin.

Warna pigment atau coloring material berupa bubuk halus yang disatukan dengan zat pengikat atau paint vehicle merupakan warna cat yang dikenal luas, seperti cat air, cat poster, cat gouache, cat tempera, cat minyak, cat akrilik, dan lain sebagainya. 3. Ruang Ruang, space, extens or area of ground, surface etc. Artinya, ruang adalah keluasan dari suatu bidang atau permukaan. Dalam Design Elementer disebutkan ruang bisa dikatakan bentuk dua atau tiga dimensional, bidang atau keluasan. Keluasan positif atau negatif yang dibatasi oleh limit. Berbeda dengan pengertian garis, ruang mempunyai dua dimensi tambahan yaitu lebar dan dalam. Ruang mempunyai gerakan arah dan ciri umum seperti halnya: diagonal, horisontal, bergelombang, lurus, melengkung dan lain-lainnya. Guna memperjelas ini, maka batasan utama adalah yang paling sesuai, yaitu ruang adalah keleluasaan dari satu bidang atau permukaan yang mempunyai bentuk dua dimensional. 4. Tekstur Pada umumnya para pelukis memanfaatkan tekstur, texture is quality of surface: smooth, rough, slick, grainy, soft, or hard. Kualitas taktil dari suatu permukaan, nilai kesan raba atau berkaitan dengan indra peraba. Suatu struktur penggambaran permukaan objek, seperti. buah-buahan, kulit, rambut, batu, kain, barang elektronik, dan lain sebagainya. Tekstur bisa kasar, halus, keras, lunak, berbutir, bisa juga kasar atau licin, teratur, atau tidak beraturan, sesuai dengan kualitas yang ingin diekspresikan. Tekstur dibuat di atas kanvas, bisa dengan cat yang dicampur dengan bahan-bahan lain, seperti modeling paste, pasir, bubuk marmar, dan lain-lain. Pada umumnya tekstur digunakan tidak semata-mata dari segi teknis, tetapi mengacu kepada substansi lukisan, atau ekspresi lukisan. Jika nilai ekspresi merupakan unsur pokok lukisan, maka pemanfaatan tekstur merupakan pendukung pengejawantahan nilai ekspresi itu sendiri. Para pelukis memanfaatkan unsur tekstur untuk variasi, fokus atau kesatuan. Kesemuanya itu dapat terjadi dengan kesengajaan pelukisnya, maupun karena sifat dari media yang dipakai ketika melukis. Dalam kaitannya dengan para pelukis formalis, maka fungsi teksur dapat berubah sebagai unsur yang berdiri sendiri, artinya tidak ada kaitannya dengan tujuan eksternal tertentu. Bagi mereka, penggarapan tekstur semata-mata untuk mencapai efek estetis dalam kesatuan lukisan. Lihat pada lukisan Ahmad Sadali (Gambar 7.8), yang menggunakan tekstur nyata dengan latar

32 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 pewarnaan yang kelam, kemudian diberi aksentuasi warna-warna emas. Sedangkan pada Gambar 7.9, Fajar Sidik menyajikan latar warna cerah merah dengan menyajikan bentuk- bentuk lingkaran, segitiga, trapesium dan lain-lain. Bentuk-bentuk itu diisi dengan warna merah, hijau tua, biru laut, hijau muda, merah jambu, oranye dan kuning gading. Fajar Sidik berusaha menggabungkan peralihan bentuk dengan warna komplementer merah-hijau dalam intensitas warna yang berlainan. Efek pengisian warna pada motif berwarna gelap menghasilkan garis yang tegas di sekeliling motif tadi. Hal ini menimbulkan efek ritmis yang dinamis nyaris di seluruh bidang kanvas. Bentuk dan warna bulan sabit tampil sebagai keunikan lukisan (singular sign). Jika seseorang mengamati permukaan lukisan dan mendapat kesan kasar, kemudian meraba lukisan tersebut benar-benar juga kasar. Sebaliknya, kesan pengamatan memberi kesan halus, ketika diraba juga halus, maka jenis tekstur seperti itu disebut tekstur nyata, actual texture, karena antara hasil pengamatan dengan kenyataan memiliki kualitas yang sama. Jika seseorang mendapat kesan kasar pada pengamatan permukaan objek lukisan, sementara hasil perabaannya sesungguhnya halus, atau kesan pengamatan halus dan kesan raba kasar, maka jenis tekstur seperti ini disebut tekstur semu, simulated texture or synthetic texture, karena antara hasil pengamatan dengan kenyataan sesungguhnya tidak sama melainkan berbeda alias tidak nyata. Biasanya tekstur seperti ini dihasilkan dari efek permainan warna, pola, nada, dan garis.

Sumber: Tokoh-Tokoh Pelukis Indonesia Gambar 7.8 Ahmad Sadali, contoh lukisan yang memanfaatkan tekstur nyata.

Sumber: Kritik Seni Rupa Gambar 7.9 Fajar Sidik, contoh lukisan non figuratif, menampilkan kesan ritmis yang dinamis.

Bagaimana pemanfaatan unsur tekstur ini dalam lukisan, dapat disimak pada uraian berikut, The expressionist type of picture (see van Gogh: Night Café); gives a violent’ and spasmodic sensation of movement through its texture, in accord with the more powerful emotion the artist wishes to express (Meyers, 2004: 161). Dengan demikian maka pemanfaatan tekstur seiring dengan keinginan mengekspresikan sesuatu, pada kasus van Gogh terlihat kaitan antara tekstur dengan emosi pelukisnya.

Seni Budaya 33 5. Bentuk Karya seni rupa mempunyai bentuk, realistik atau abstrak, representasional atau nonrepresentasional, dirancang dengan cermat dan hati-hati yang dihasilkan dengan spontan. Seni lukis, apapun jenis dan alirannya merupakan pengorganisasian elemen rupa menjadi bentuk seni. Dalam teori seni pemakaian istilah bentuk merupakan terjemahan dari shape, sedangkan istilah wujud merupakan terjemahan dari form. Bentuk biasanya diartikan sebagai aspek visual, bagian-bagian yang tergabung menjadi satu yang disebut rupa atau wujud. Dalam konteks seni rupa, wujud mengandung pengertian yang khas, yaitu yang memberikan tatanan khusus sehingga mampu memengaruhi persepsi pengamat. Artinya wujud atau perupaan yang mampu merangsang pengalaman psikologis tertentu bagi pengamat. Dalam praktiknya istilah ini sering dipertukarkan pemakaiannya. Di Indonesia pada umumnya hanya dipergunakan istilah bentuk untuk mengartikan rupa atau wujud karya seni. Bentuk dalam pengertian seni lukis, memiliki banyak segi, ada bentuk figuratif, bentuk semi figuratif dan bentuk nonfiguratif. Bentuk figuratif bisa menghasilkan bentuk imitatif yakni berupaya meniru segala bentuk perwujudan benda-benda alam (keindahan pegunungan, pantai, daerah pertanian, fauna, flora, potret, dalam setting alamiahnya) atau bentuk ciptaan manusia seperti pabrik, kota, pelabuhan, cafe, dan lain-lain.

Sumber: melbournneblogger.blogspot.com Gambar 7.10 Pablo Picasso, Guernica, satu lukisan yang menggambarkan perang saudara di Spanyol, salah satu karya masterpiece kubisme. Perhatikan distorsi penggambaran figur manusia atau hewan yang atraktif, contoh karya seni dengan interes bentuk semi figuratif.

34 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Bentuk semi figuratif antara lain bentuk distorsif, bentuk yang telah dirubah dari bentuk asal menjadi bentuk yang lebih estetis sesuai dengan cita rasa penciptanya. Dengan gaya perseorangan yang khas bisa dihasilkan dengan teknik pemanjangan, pemendekan, peninggian, pemiringan, dan perubahan-perubahan lain dari objek yang dilukis, semuanya ditujukan untuk maksud-maksud tertentu sebagai pengungkapan pengalaman seni perseorangan. Juga dikenal bentuk geometris, teknik pelukisan yang menghadirkan bentuk-bentuk yang tertib, teratur, dengan pengulangan objek atau motif tertentu sesuai dengan kebutuhan. Bentuk dalam konteks ini bisa dihasilkan dari analisis bentuk alam menjadi bentuk dasar dengan kebebasan yang bervariasi, seperti lukisan kubisme, optical art dan sejenisnya. Karya yang dihasilkan bisa semi figuratif, dan bisa pula menjadi abstrak geometris, apabila bentuk lukisan tidak lagi menggambarkan bentuk-bentuk yang bisa diamati dalam kehidupan keseharian. Jika pelukisan menjadi bidang warna yang datar dalam karya maka bentuk-bentuk yang dihasilkan menjadi neoplastisisme, seperti karya Piet Mondrian, atau color field painting, atau karya Ellswort Kelly. Sebaliknya jika pelukisannya disertai unsur emosi maka akan menjadi abstrak ekspresionisme seperti karya Jackson Pollock. Atau jika bentuk itu tidak berupaya mencapai efek tiga dimensional disebut bentuk dekoratif, seperti lukisan-lukisan tradisional Bali, atau karya-karya Kartono Yudhokusumo, Mulyadi W. Batara Lubis dan lain-lain.

C. Penciptaan Desain Desain sebagai kata kerja berarti proses penciptaan objek baru, sedangkan sebagai kata benda desain berarti hasil akhir sebuah proses kreatif baik dalam wujud rencana, proposal, atau karya desain sebagai objek nyata. Sebagai aktivitas reka letak atau perancangan, desain dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan benda-benda fungsional yang estetis. Proses kreasi desain mencakup: 1. studi pendahuluan; 2. profil pasar dan segmen konsumen; 3. alternatif desain; 4. uji coba; dan 5. standar prosedur produksi. Penciptaan desain bisa atas dasar pesanan pihak tertentu, dan bisa pula berupa ciptaan pendesain yang ditawarkan kepada masyarakat yang menjadi segmen pasar. Pada tahap studi pendahuluan pendesain mengkaji tren produk sejenis, aspek bahan baku, teknik dan proses kreasi, susunan rupa, gaya, fungsi, harga, dari jenis desain yang akan diciptakan. Penciptaan alternatif desain pada umumnya mempertimbangkan faktor kebutuhan fungsional, faktor estetis, faktor lingkungan, faktor kenyamanan dan keamanan masyarakat pengguna desain, baik dalam arti fisik maupun mental. Sedangkan uji coba merupakan upaya mendeteksi sejauh mana alternatif desain awal telah memenuhi kriteria standar desain. Kesimpulan dari hasil analisis dan evaluasi yang dilakukan digunakan untuk memperbaiki desain awal, sehingga diperoleh karya desain yang representatif dan memuaskan.

Seni Budaya 35 D. Prinsip Desain Dalam proses kreasi seorang pendesain biasanya memerlukan pengetahuan dasar tentang keselarasan, kesebandingan, irama, keseimbangan, dan penekanan.

Sumber: Art of Indonesia Gambar 7.11 Keris dengan Figur Semar

Sumber: Collection J. and L. Langewis Gambar 7.12 Desain tekstil, motif manusia, pohon hayat, burung, dalam aneka pewarnaan.

1. Keselarasan (harmony) Keselarasan dalam suatu desain adalah keteraturan tatanan di antara bagian-bagian desain, yaitu susunan yang seimbang, menjadi satu kesatuan yang padu dan utuh, masing-masing saling mengisi sehingga mencapai kualitas yang disebut harmoni. Faktor keselarasan merupakan hal utama dan penting dalam penciptaan sebuah karya desain. 2. Kesebandingan (proportion) Kesebandingan merupakan perbandingan antar satu bagian dengan bagian lain, atau antara bagian-bagian dengan unsur keseluruhan secara visual memberikan efek menyenangkan. Artinya, tidak timpang atau janggal baik dari segi bentuk maupun warna. 3. Irama (rythme) Irama dalam pengertian visual dapat dirasakan karena ada faktor pengulangan di atas bidang atau dalam ruang, yang menyebabkan timbulnya efek optik seperti gerakan, getaran, atau perpindahan dari unsur yang satu ke unsur yang lain. Faktor irama ini kerap kali memandu mata kita mengikuti arah gerakan dalam karya desain.

36 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Sumber: www.griya-asri.com Gambar 7.13 Desain Interior Modern, menerapkan konsep bentuk mengikuti fungsi. 4. Keseimbangan (balance) Keseimbangan dalam penciptaan desain adalah upaya penciptaan karya yang memiliki daya tarik visual. Kesimbangan pada unsur dan bagian desain, maupun pada keindahan dan fungsi desain. Keseimbangan dapat memberikan efek formal (simetri), informal (asimetri), atau efek statik (piramid) dan dinamik (bola) efek memusat, memencar, dan lain sebagainya. Jadi faktor keseimbangan bertalian dengan penempatan unsur visual, keterpaduan unsur, ukuran, atau kehadiran unsur pada keluasan bidang ruang terjaga bila struktur rupa serasi dan sepadan, dengan kata lain bobot tatanan rupa memberi kesan mantap dan kukuh. 5. Penekanan (emphasis) Penekanan dalam merealisasi gagasan desain, adalah penentuan faktor utama yang ditonjolkan karena kepentingannya. Ada faktor pendukung gagasan yang penyajiannya tidak perlu mengundang perhatian meski kehadirannya dalam keseluruhan desain tetap penting. Prinsip penekanan dapat dilakukan dengan distorsi ukuran, bentuk, irama, arah, warna kontras, dan lain-lain.

Seni Budaya 37 BAB MEMAHAMI KONSEP 8 MUSIK BARAT

Sumber: wikipedia.org Gambar 8.1 Permainan Instrumen Musik Tradisional Skotlandia

Musik modal

Pengertian Musik tonal Musik

Musik atonal Konsep Musik Barat Nada

Unsur Musik Dinamik

Tempo

38 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Dalam bab ini kita akan mempelajari konsep musik barat. Namun, sebelum mempelajari konsep musik barat, mainkan penggalan partitur lagu “Edelweiss” berikut dengan instrumen seperti yang diminta. Jika di sekolahmu tidak tersedia instrumen tersebut, dapat pula dimainkan dengan recorder, pianika, atau sejenis alat musik tiup lainnya dengan iringan gitar.

Sumber: www. lospiritodelpianeta.it Gambar 8.2 Permainan Musik Tradisional Italia

Seni Budaya 39 Pada Bab 8, peserta didik diharapkan dapat: Tujuan Pembelajaran 1. menjelaskan pengertian seni musik, 2. mengidentifikasi unsur musik, 3. menjelaskan pengertian nada, dinamik, dan tempo, 4. membaca dan menulis partitur dalam not angka dan not balok.

1. Mengamati Pendekatan Pembelajaran 2. Menanyakan 3. Mengasosiasi 4. Membuat Karya 5. Mengomunikasikan

Bagaimana rasanya memainkan lagu tersebut? Apakah kamu menikmatinya dengan penuh perasaan? Tahukah kamu, dari manakah komposisi musik tersebut? • Dengarkan komposisi yang dimainkan secara langsung melalui media elektronik. • Melihat partitur komposisi musik barat.

40 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 1. Memperhatikan partitur komposisi musik di atas, bernada dasar apakah komposisi tersebut? 2. Apakah kamu dapat memainkan komposisi tersebut dengan nada dasar yang sama? 3. Sebaiknya dimainkan dengan tempo bagaimanakah komposisi tersebut? 4. Bisakah kamu membaca partitur di atas? 5. Apakah partitur di atas dapat dimainkan dengan vokal manusia? 6. Mampukah suara manusia menyanyikan seluruh jenis partitur lagu?

A. Konsep Musik Barat Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam “The classical theory of concepts” menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam karakteristik. Konsep juga diartikan sebagai sesuatu yang memilki komponen, unsur, ciri-ciri yang dapat diberi nama. Jadi, konsep adalah ide atau gagasan yang mendasari terbentuknya sesuatu. The Concise Oxford Dictionary mendefinisikan musik sebagai seni menggabungkan suara vokal atau instrumental (atau keduanya) untuk menghasilkan keindahan bentuk, harmoni, dan ekspresi emosi. Dalam konteks musik barat, konsep diartikan sebagai ide atau gagasan yang mendasari dihasilkannya keindahan bentuk, harmoni, dan ekspresi emosi musikal dari masyarakat barat. Mengapa perlu ada pembedaan konsep musik barat dengan konsep musik lainnya? Pembedaan sebagai upaya mengategorikan atau memberikan ciri-ciri pembeda antara tradisi musik barat dan lainnya. Tradisi musik barat berawal untuk tujuan spiritual, yaitu untuk memuji keagungan para dewa. Pada zaman itu, masyarakat Yunani menggunakan musik sebagai sarana pemujaan terhadap dewi kesenian bangsa Yunani bernama Musae (cikal bakal nama musik). Hal itulah yang membuat musik tidak bisa lepas dari ritual keagamaan. Alat-alat musik seperti Lyra dan Aulos menjadi alat musik yang digunakan aliran pemuja Apollo dan Dionysus. Oleh karena itu, awalnya musik tersusun dari rangkaian suara (vokal dan instrumental) yang membentuk melodi dan harmoni yang terdengar seperti mantra. Sesuai dengan kemajuan peradaban, kepercayaan dan pemujaan terhadap para dewa digantikan oleh kepercayaan kepada Tuhan yang diajarkan oleh agama. Akhirnya, musik pun diciptakan sebagai sarana peribadahan agama, dalam hal ini agama Kristen. Musik pun berkembang di gereja-geraja dan istana secara sakral sebagai doa. Musik dalam masa ini biasanya bersifat monofoni dan sakral. Lama kelamaan, karena seni musik juga menyajikan keindahan musikal yang menyentuh rasa keindahan secara umum, terutama setelah aspek harmoni digarap dengan baik, maka musik pun berkembang menjadi sarana hiburan yang menyenangkan.

Seni Budaya 41 Susunan nada dalam konsep musik barat menggunakan skala diatonik yang memiliki tujuh not yang berbeda dalam satu oktaf. Dalam notasi solmisasi, not-not tersebut adalah “Do-Re- Mi-Fa-Sol-La-Si”.

Sumber: ralphseminogalan.blogspot.co.id/ Gambar 8.3 Nine Muses

B. Pengertian Musik Sebagai karya budaya, seni musik juga dipengaruhi budaya tempat seni musik itu tumbuh. Oleh sebab itu, ada istilah musik barat, musik timur, musik modern, musik tradisi, musik kontemporer, musik etis, bahkan terdapat pula musik religius karena pengaruh pandangan hidup para penganut agama tertentu. Dalam bab ini kamu akan mempelajari konsep musik barat. Dalam tradisi budaya barat, musik diartikan sebagaimana pernyataan berikut. Music is the art of arranging and combining sounds able to be produce by human voice or by instruments. Bunyi-bunyian atau suara, baik yang berasal dari manusia maupun dari benda-benda atau alat merupakan garapan utama dalam seni musik. Dalam hal ini arranging and combining diartikan sebagai penataan dan pengombinasian bunyi atau suara. Bunyi atau suara yang tertata dalam pola urutan tertentu, misalnya dari suara rendah hingga tinggi atau sebaliknya, dikenal dengan sebutan nada. Di antara cabang seni yang lain, musik merupakan cabang seni yang paling akrab bagi kita. Bahkan musik sudah dikenal manusia sejak zaman purba yang menurut peninggalan arkeologis sudah ada sejak zaman Sumeria (5000 SM). Berbeda dengan seni rupa, seni tari, dan seni drama yang kita nikmati wujud nyatanya secara kasat mata dengan alat indera visual (penglihatan), musik harus dinikmati dengan indera audial, yaitu indera pendengaran. Yang kita nikmati dari seni musik adalah keindahan suara dan bunyi. Maka, kalau dirunut peninggalan seni musik zaman purba hanya dapat ditunjukkan dengan penemuan alat-alat musiknya saja. Adapun karya-karya musiknya sulit ditemukan karena karya musik yang memang berupa lagu tidak dapat ditemukan jejaknya jika tidak ada usaha pencatatan. Namun, dipercaya bahwa sejak zaman prasejarah manusia sudah memanfaatkan seni musik untuk berbagai keperluan. Yang paling lazim adalah pemanfaatan musik untuk ritual penyembahan kepada para dewa. Banyak ahli yang berusaha mendefinisikan pengertian musik. Karena begitu indah dan menggugah rasa, dan juga biasa digunakan untuk mengiringi upacara-upacara persembahan kepada para dewa, ada yang menganggap musik sebagai “bahasa para dewa”.

42 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Berikut adalah pendapat beberapa ahli tentang musik: Schopenhauer, Filsuf Jerman abad ke-19, menyatakan bahwa musik adalah melodi yang syairnya adalah alam semesta. Sementara itu, David Ewen berpendapat bahwa musik adalah ilmu pengetahuan dan seni tentang kombinasi ritmik dari nada-nada, baik vokal maupun instrumental yang meliputi melodi dan harmoni sebagai ekspresi dari segala sesuatu yang ingin diungkapkan, terutama aspek emosional. Ahli lain, Dello Joio dari Amerika Serikat, berprinsip bahwa mengenal musik dapat memperluas pengetahuan dan pandangan selain juga mengenal banyak hal lain di luar musik. Pengenalan terhadap musik akan menumbuhkan rasa penghargaan akan nilai seni, selain menyadari akan dimensi lain di luar suatu kenyataan yang selama ini tersembunyi. Oleh karena bentuk musik itu terbentang di ruang yang sifatnya spasial, maka ia dapat disejajarkan dengan bentuk-bentuk dalam seni sastra. Jika bentuk-bentuk sastra ditulis secara horizontal, bentuk-bentuk musik ditulis secara horizontal dan vertikal. Arah horizontal menunjukkan dimensi waktu yang menunjukkan awal dan akhir, sedangkan arah vertikal menunjukkan dimensi akustik musikal yang menunjukkan harmoni (keselarasan). Pendapat-pendapat di atas menyoroti musik dari sisi yang berbeda-beda. David Ewen menyoroti musik dari pengertian teknisnya. Schopenhauer memandang musik dari segi filosofinya. Dello Joio lebih menyoroti aspek manfaat dari kegiatan bermusik. Berdasarkan definisi-definisi dari para ahli di atas dapat dirumuskan secara singkat bahwa musik adalah seni tentang kombinasi ritmik dari nada-nada, baik vokal maupun instrumental yang meliputi melodi dan harmoni sebagai ekspresi dari segala rasa indah manusia yang ingin diungkapkan, terutama aspek emosional. Musik dapat memperluas pengetahuan dan pandangan selain juga mengenal banyak hal lain di luar musik. Pengenalan terhadap musik akan menumbuhkan rasa penghargaan akan nilai seni, selain menyadari akan dimensi lain di luar suatu kenyataan yang selama ini tersembunyi.

Latihan 1. Jelaskan pendapat Schopenhauer, Filsuf Jerman abad ke-19, tentang seni musik menurut pemahamanmu sendiri! 2. Jelaskan hubungan antara seni musik dan ilmu pengetahuan seperti disebutkan oleh David Ewen! 3. Carilah pendapat ahli-ahli lain tentang seni musik di internet! Catat di bukumu!

1. Bentuk kelompok yang masing-masing terdiri dari lima orang. Diskusikanlah pendapat- pendapat para ahli seni musik yang telah kamu dapatkan dari internet! 2. Laporkanlah hasil diskusi kelompokmu di depan kelas!

Seni Budaya 43 C. Menganalisis Musik Barat

1. Unsur-unsur Musik Sebagaimana karya seni yang lain, seni musik juga memiliki unsur-unsur pembentuk. Unsur-unsur musik diantaranya nada, dinamik, tempo, dan irama. a. Nada Seperti telah diuraikan di atas bahwa musik adalah seni yang berhubungan dengan bunyi, maka bunyi menjadi unsur paling penting dalam seni musik. Sebenarnya bunyi tidak hanya identik dengan musik. Komunikasi manusia pun pada awalnya menggunakan bunyi sebagai medianya. Oleh karena itu, bunyi sangat akrab bagi manusia. Setiap hari manusia mendengar bunyi aneka rupa. Bunyi-bunyian dari yang paling halus seperti bunyi angin yang menyentuh dedaunan sampai bunyi yang paling menggelegar seperti bunyi guntur pasti sering kita dengar dan dengannya kita dapat mengenali lingkungan. Berarti melalui bunyi kita berkomunikasi dengan lingkungan. Bunyi beraneka rupa. Ada bunyi yang enak didengar karena indah. Bunyi seperti ini membuat kita nyaman. Namun, ada pula bunyi yang teramat mengerikan. Tentu bunyi seperti ini membuat kita merasa tidak nyaman, bahkan seperti berada di bawah ancaman. Beruntunglah bahwa indera pendengaran manusia dapat memilah-milah dan memusatkan perhatian hanya pada bunyi-bunyi tertentu yang menarik minat saja. Sedangkan bunyi-bunyi lain yang tidak berarti, kita abaikan. Seni musik berusaha merangkai bunyi-bunyian dengan struktur nada tertentu sehingga membentuk sistem tertentu. Struktur nada itu didasarkan pada tinggi rendahnya nada (pitch), kuat lemahnya nada (dinamik), dan warna nada (timbre). Seperti kita ketahui, bunyi dihasilkan oleh getaran suatu benda. Ilmu fisika menjelaskan bahwa bunyi berupa gelombang yang dihasilkan oleh getaran suatu benda. Bunyi yang kita dengar dari sumbernya sebenarnya berupa gelombang yang merambat menuju indera pendengar. Bahkan pada kasus-kasus tertentu bunyi yang merambat itu bila menabrak suatu pembatas atau dinding akan memantul dan kita dengar sebagai gema. Ilmu fisika juga menjelaskan bahwa tinggi rendahnya nada ditentukan oleh jumlah getar tiap detik (frekuensi) dari benda yang bergetar. Semakin rendah frekuensi getarnya semakin rendah pula nadanya. Sebaliknya, semakin tinggi frekuensinya, semakin tinggi pula nadanya. Dua buah nada yang berbeda tingginya akan terdengar berbeda bila dibunyikan secara bersama- sama. Jarak antara satu nada dengan yang lainnya disebut interval nada. Namun, jika nada rendah dan tinggi yang dibunyikan bersama-sama tetapi kedengaran sama nadanya kedua nada itu berarti dipisahkan oleh interval sejauh satu oktaf. Demikian seterusnya. Frekuensi untuk tiap nada bersifat tetap dan berlaku di seluruh dunia. Masing-masing nada dalam tangga nada memiliki jarak ketinggian yang teratur. Manusia normal hanya dapat mendengarkan bunyi yang berfrekuensi anatar 20 Hz sampai dengan 20.000 Hz. Bunyi dalam batas frekuensi tersebut disebut bunyi audiosonik. Yang berfrekuensi di bawah 20 Hz disebut infrasonik dan di atas 20.000 Hz disebut ultra sonik. Bunyi infrasonik dan ultrasonik tidak dapat ditangkap oleh pendengaran manusia. Sebenarnya jumlah nada yang dapat didengar manusia sangat banyak. Akan tetapi, musik hanya mengambil sebagiannya saja untuk diolah menjadi sajian musik yang indah. Sebuah nada yang berfrekuensi 440 Hz dipakai dalam musik, tetapi nada-nada lain yang berfrekuensi 441 Hz, 442 Hz, 443 Hz ... sampai dengan 465 Hz tidak dipakai. Baru pada nada yang berfrekuensi 466 Hz kita pakai sebagai nada terdekat dengan nada sebelumnya.

44 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Oktaf sangat penting dalam musik karena merupakan interval nada pertama dan terakhir dari suatu tangga nada yang paling banyak digunakan saat ini dalam sistem tangga nada diatonis. Tangga nada tersebut terdiri atas 7 (tujuh) nada sebagai basis musik dari kebudayaan Barat sejak berabad-abad yang lalu. Namun dalam perkembangannya, 7 (tujuh) nada tadi ditambah dengan 5 (lima) nada sehingga keseluruhannya menjadi 12 (dua belas) nada dalam satu oktaf. Pada musik non-Barat atau disebut tangga nada nondiatonis lazim pula disebut tangga nada pentatonis satu oktaf dapat mengandung lebih banyak nada, sampai mencapai 25 (dua puluh lima) nada. Interval nada terendah dan tertinggi yang mungkin dicapai oleh suara manusia atau alat musik disebut jangkauan nada. Piano, misalnya, memiliki jangkauan lebih dari tujuh oktaf. Suara laki-laki dan wanita sebenarnya memiliki jangkauan yang berbeda satu oktaf. Jika disusun sebuah pola, susunan nada dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi akan membentuk tangga nada. Tangga nada itu secara berjenjang membentuk oktaf. Frekuensi masing-masing nada ditetapkan dengan aturan tertentu untuk memudahkan sistem tangga nada. Nada a natural yang dalam notasi angka diberi lambang 6 (la) memiliki frekuensi 440 Hz. Sebagai patokan, kita dapat menggunakan alat pembidik nada yang dinamai garpu tala. Garpu tala memiliki frekuensi tetap yang setinggi dengan nada a (la) natural. Jika nada a adalah 440 Hz, berapakah frekuensi nada-nada lainnya? Cara menentukannya adalah dengan patokan perbandingan interval sebagai berikut. c d e f g a b c1 24 27 30 32 36 40 45 48

Dengan model perbandingan seperti ini dapat diketahui frekuensi nada-nada yang lain. Sebagai contoh, mari kita cari berapa frekuensi nada c! Ikuti cara berikut! Diketahui frekuensi nada a = 440 Hz, perbandingan interval nada c dan nada a = 24 : 40 maka, c : a = 24 : 40 c : 440 = 24 : 40 40c = 440 x 24 c = (440 x 24) : 40 = 264 Hz Jadi, nada c berfrekuensi 264 Hz.

Sebagai contoh, nada tertinggi pada instrumen musik piano mempunyai frekuensi 4.186 Hz dan nada terendahnya berfrekuensi 27 Hz. Pada manusia, suara laki-laki memiliki nada yang lebih rendah daripada suara perempuan dan anak-anak memiliki ketinggian yang berbeda.

Seni Budaya 45 Latihan 1. Sangat erat hubungan seni musik dan ilmu pengetahuan. Bidang ilmu pengetahuan apakah yang erat hubungannya dengan seni musik? 2. Disebut apakah suara yang terlalu rendah sehingga tidak dapat didengar oleh telinga manusia? Disebut apa pula nada yang terlalu tinggi? 3. Disebut apakah suara yang dapat didengarkan oleh pendengaran manusia normal! 4. Apakah yang menyebabkan terjadinya perbedaan tinggi rendahnya nada? 5. Perhatikan perbandingan interval nada pada model di atas, silakan kamu tentukan frekuensi nada-nada c, d, e, f, g, a, b, c’!

Latihan Kelompok Percobaan interval nada. Bahan dan alat yang harus disiapkan. 1. Bentuklah kelompok yang masing-masing beranggotakan 7 orang. 2. Tiap anggota kelompok membawa sebuah botol ukuran 650 ml. 3. Siapkan pula ember dan air. 4. Siapkan sebuah drum stick. Langkah-langkah percobaan: 1. Jajarkanlah ketujuh botol yang dibawa teman-temanmu. 2. Tuangkan air ke dalam botol dengan ukuran yang berbeda-beda (dari paling sedikit sampai paling penuh). 3. Bunyikanlah botol-botol itu. 4. Dengarkanlah suara botol-botol tersebut. 5. Tuliskanlah perbedaan nada yang dihasilkan dari percobaan tersebut dalam laporan percobaan. Setelah itu laporkanlah di depan kelas semua yang telah kalian lakukan dalam percobaan itu.

b. Penulisan Nada Lagu dapat dikenali lewat tulisan setelah manusia mulai mengenal tulisan. Berbeda dengan bentuk komunikasi bahasa biasa yang penulisannya dengan huruf, musik dikenali dengan notasi musik. Notasi musik adalah sistem penulisan nada lagu, sedangkan satuan nada dalam penulisan musik disebut not. Dengan notasi kita dapat mengenal, membaca, dan menyanyikan sebuah komposisi musik. Bahkan, kita dapat menuliskan kembali komposisi musik yang telah kita kenal. Dengan demikian, notasi merupakan perwujudan dari sebuah komposisi musik, sedangkan not merupakan perwujudan dari nada. Jika nada dapat didengar, not dapat dilihat. Jadi, tidak mengherankan bila not disebut pula sebagai lambang nada.

46 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 2. Mari Belajar Menulis Not a. Not Angka Ada dua cara menuliskan not, yaitu dengan not angka dan not balok. Penulisan nada atau notasi musik dengan not angka adalah cara melambangkan nada dengan lambang angka. Angka yang digunakan adalah angka 1 sampai dengan 7. Untuk nada yang lebih rendah atau yang lebih tinggi tinggal mengulang simbol yang sama. Hanya untuk yang lebih rendah diberi titik di bawahnya dan untuk nada yang lebih tinggi diberi titik di atasnya. Jadi, urutannya sebagai berikut: dst. dst. Lambang ke 1 2 3 4 5 6 7 ke nada bawah atas dibaca do re mi fa sol la si

Pelambangan nada dengan not angka sering disebut dengan solmisasi. Perhatikan contoh teks lagu berikut!

Partitur “Hymne Yohanes” karya Giudo de Arezo di atas merupakan lagu yang kemudian dianggap sebagai dasar solmisasi. Notasi musik dengan not angka cukup mudah, terutama untuk menuliskan komposisi musik yang sederhana. Komposisi lagu yang hanya berupa melodi dan syair pokok saja masih dapat disajikan dalam notasi not angka. Namun, kalau notasi musik itu sudah berupa komposisi arasemen untuk penyajian yang besar seperti orkestra, akan terlalu rumit bila dituliskan dengan not angka.

Seni Budaya 47 Tinggi rendahnya nada dalam notasi angka sangat relatif. Artinya suatu simbol tertentu, misalnya not 1 (do) dapat benar-benar mewakili nada setinggi nada 1 (do) atau C murni (natural), tetapi juga dapat pula mewakili nada yang lebih rendah atau lebih tinggi. Oleh karena itu, dalam notasi musik dengan not angka selalu harus dilengkapi dengan penulisan nada dasar. Penulisan nada dasar itu dimaksudkan untuk mengetahui bahwa nada 1 (do) tersebut seberapa tingginya bila dinyanyikan. Sebagai contoh, lagu yang ditulis dengan nada dasar 1 = C berarti tiap nada 1 harus dinyanyikan setinggi nada C (natural). Demikian pula lagu yang ditulis dengan nada dasar 1 = G berarti tiap nada 1 (do) harus dinyanyikan dengan nada setinggi dengan nada G. Oleh karena itu, dalam buku ini akan lebih banyak dibahas penulisan nada dengan notasi not balok. b. Not Balok Dalam notasi musik, not-not balok ditempatkan di dalam balok not yang lazim disebut sebagai paranada. Paranada berupa 5 garis mendatar dengan jarak yang sama yang mengapit 4 spasi. Perhatikan gambar. 5 4 4 3 3 garis spasi 2 2 1 1

Kegunaan paranada ialah untuk menempatkan not-not balok sesuai dengan sifat-sifat nada yang dilambangkannya. Not yang rendah ditempatkan dalam paranada yang rendah, sedangkan nada yang semakin tinggi ditempatkan di paranada yang semakin tinggi. Membaca paranada harus dari bawah. Bila kalian menempatkan not di garis ketiga, maksudnya adalah garis ketiga dari bawah. Demikian pula bila kalian menempatkan not dalam spasi keempat maksudnya adalah spasi keempat dari bawah. Garis dan spasi dalam paranada sama-sama dipergunakan untuk menulis not. Not yang ditempatkan di garis paranada disebut sebagai not garis, sedangkan not yang ditempatkan di dalam spasi paranada disebut sebagai not spasi. Setiap paranada terbagi-bagi oleh garis tegak lurus menjadi ruas-ruas yang lebih sempit. Ruas seperti itu disebut sebagai ruas birama atau cukup disebut sebagai birama. Garis tegak lurus yang membatasi birama disebut garis birama. Garis birama tingginya harus sama dengan tinggi paranada. Selain ditempatkan dalam paranada, garis birama juga ditempatkan akhir notasi musik sebagai penutup. Birama penutup berupa garis ganda tipis dan tebal. Perhatikan gambar di bawah ini.

48 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Not balok merupakan simbol nada yang berupa gambar bulatan, bulatan berekor, bulatan berbendera, seperti bentuk kecambah. Di antaranya seperti berikut ini.

Marilah kita amati not-not di atas. Ada not yang hanya berupa bulatan. Tetapi ada pula not yang berupa bulatan dan bertangkai. Yang jelas, sebuah not terdiri atas kepala not, tangkai not dan bendera not. Jika sebuah not dituliskan pada paranada, bulatan atau kepala not besarnya kira-kira sama dengan lebar spasi paranada. Sedangkan panjang tangkainya kira-kira dua setengah kali lebar spasi paranada. Ada yang tangkainya mengarah ke atas. Mengenai arah tangkai not, berlaku ketentuan sebagai berikut. 1. Jika kepala not terletak di atas garis ketiga, tangkai not harus mengarah ke bawah. 2. Jika kepala not terletak di bawah garis ketiga, tangkai not harus mengarah ke atas. 3. Jika kepala not terletak pada garis ketiga, tangkai not dapat mengarah ke atas atau ke bawah. 4. Jika kepala not berderet pada tingkat yang sama, tangkai notnya harus searah.

3. Nilai Not Dilihat dari nilainya, ada beberapa macam not. Harga not memengaruhi panjang-pendeknya nada (durasi). Perbedaan harga not ditandai dengan perbedaan bentuk not. Perhatikan tabel berikut! Harga not juga memengaruhi ketukan dalam sebuah birama. Bentuk Not Harga/nilai Jumlah ketukan 1 4

1/2 2

1/4 1

1/8 1/2

1/16 1/4

Dalam notasi angka, tanda titik (.) memiliki nilai yang sama dengan not yang lain. Tetapi dalam not balok tanda titik (.) di belakang not bernilai setengah dari not tersebut. Sehingga jika ada not . berarti not tersebut bernilai 2 + 1 = 3 ketuk.

Seni Budaya 49 4. Bendera Not dan Garis Bendera Seperti terlihat di dalam tabel di atas, not yang bernilai kurang dari 1 ketuk seperti not 1/8, 1/16, dan yang lebih kecil lagi, dilambangkan dengan not yang berbendera. Makin kecil nilai not makin banyak benderanya. Namun, beberapa not berbendera, khususnya dalam notasi musik instrumentalia, seringkali dihubungkan menjadi satu dengan menggunakan garis lurus. Garis tersebut mewakili bendera not. Oleh karena itu, disebut juga sebagai garis bendera. Jumlah garis bendera pun sama dengan jumlah bendera not. Jika yang dihubungkan adalah not-not yang berbendera satu, garis benderanya pun satu. Tetapi, jika yang dihubungkan adalah not-not yang berbendera dua, garis benderanya pun dua.

Ketentuan pemakaian garis bendera sebagai berikut. 1. Garis bendera ditarik dari tangkai not pertama sampai not terakhir yang dihubungkan dengan garis bendera. 2. Jika ada not yang berlawanan arah tangkainya, harus ada not yang mengalah. Yang dimenangkan adalah arah tangkai not yang terjauh dari garis ketiga. 3. Pada not yang sama jaraknya dengan garis ketiga, kita bebas menetapkannya. Bisa sama- sama ke atas atau sama-sama ke bawah. 4. Dengan alasan teknis pada notasi musik instrumentalia dapat diterapkan aturan yang berbeda. Perhatikan contoh di bawah ini!

Namun demikian, pemakaian garis bendera tergantung dari ada atau tidak adanya teks lagu. Pada notasi melodi yang memakai teks lagu, ditetapkan ketentuan sebagai berikut. a. Jika teks lagu ditulis dalam bentuk silabis, yakni tiap not hanya mewakili atau suku kata, not-not bendera dibiarkan tetap. b. Jika teks lagu ditulis dalam bentuk melismatis, yakni jika dua not atau lebih dituliskan hanya untuk satu suku kata, maka bendera diganti dengan garis bendera.

5. Garis Lengkung Seperti diuraikan di atas, kadangkala beberapa not disatukan untuk berbagai keperluan. Ada kalanya beberapa not disatukan karena memiliki nilai yang sama. Ada pula yang disatukan karena hanya mewakili satu suku kata lagu tertentu. Namun, ada pula yang disatukan untuk memperpanjang nada tertentu. Penyatuan not tersebut dilakukan dengan menambahkan garis lengkung terhadap not-not yang disatukan tersebut. Ada 3 macam garis lengkung, yaitu:

50 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 a. Garis Lengkung Melismatis, yaitu garis lengkung yang menyatukan not-not karena beberapa not tersebut hanya memiliki satu suku kata dalam teks lagu. Garis lengkung ini hanya dipakai dalam notasi musik yang memakai teks lagu.

Ku - dengar su - a – ra berseru b. Garis Lengkung Legato. Istilah legato berasal dari kata legare yang berarti mengikat. Maksudnya adalah garis lengkung lagato ini berfungsi untuk mengikat dua atau lebih not yang berbeda-beda dalam penyajian yang sambung-menyambung. Jika dinyanyikan secara vokal maka not-not dalam garis lengkung legato ini harus disajikan dalam satu hembusan napas. Garis lengkung legato ditarik dari not pertama sampai not terakhir dari not-not yang diikat dalam satu kesatuan.

c. Garis Lengkung Legatura. Garis lengkung legatura dipakai oleh sebuah not dan not berikutnya yang merupakan not perpanjangannya. Jadi, yang dihubungkan dengan garis lengkung legatura hanyalah not-not yang sama tinggi, terutama not-not perpanjangan yang melewati garis birama karena tiap awal birama harus dimulai dengan not tidak boleh dengan titik perpanjangan not sebelumnya.

d. Garis Lengkung Portato. Garis lengkung portato digunakan untuk penyajian lagu secara portato, yakni melompat-lompat seperti kanguru. Penyajian portato jarang digunakan. Oleh karena itu, tanda garis lengkung portato jarang digunakan pula. Yang lebih sering digunakan adalah penyajian staccato atau staccatisimo, yaitu penyajian lagu secara berjingkat-jingkat dan putus-putus. Lebih lanjut penyajian staccato dan staccatisimo akan diuraikan dalam bagian lain.

Seni Budaya 51 6. Tanda Diam Dalam notasi musik, tanda diam dimaksudkan sebagai tanda tidak terjadinya nyanyian. Pada saat tersebut penyanyi disarankan untuk mengambil napas sebagai persediaan menyanyi untuk nada-nada selanjutnya. Pada notasi angka, tanda diam berupa angka 0 (nol). Jika dalam sebuah baris lagu terdapat empat tanda 0 berturut-turut, itu berarti harus diam selama empat ketuk. Pada notasi balok, tanda diam disimbolkan secara berbeda-beda sesuai panjang-pendeknya yang sebanding dengan not.

1 ½ ¼ ⅛ 4 ketuk 2 ketuk 1 ketuk ½ ketuk Perhatikan letak tanda diam dalam paranada. a. Tanda diam penuh (empat ketuk) dituliskan menempel di bawah garis keempat paranada. b. Tanda diam setengah (dua ketuk) dituliskan menempel di atas garis ketiga paranada. c. Tanda diam seperempat (satu ketuk) dituliskan tegak di tempat yang selaras dengan jalur melodi. d. Tanda diam seperdelapan (setengah ketuk) dituliskan di tempat yang selaras dengan jalur melodi. Not-not balok juga diberi nama dengan huruf abjad A sampai G. Di atas not G dan di bawah not A, tujuh nama pokok tersebut diulang. Sebenarnya not balok tidak menunjukkan tinggi rendahnya nada. Bentuk not balok hanya menunjukkan harga yang berhubungan dengan durasi nada (ketukan). Yang menunjukkan tinggi rendahnya nada adalah paranada. Dengan demikian, letak not-not balok pada paranada yang akan menentukan nama not-not tersebut. Adapun untuk menaikkan, menurunkan, atau mengembalikan nada setinggi ½ nada digunakan tanda kromatis. Ada 3 (tiga) tanda kromatis yang kita kenal, yaitu tanda kres (#) berfungsi untuk menaikan ½ nada. Untuk menurunkan nada setinggi ½ nada digunakan tanda mol (b). Sedangkan untuk mengambalikan nada ke tinggi semula digunakan tanda pugar ( ). Di samping untuk menaikkan dan menurunkan nada, tanda kres dan mol juga dimanfaatkan untuk menuliskan tanda mula yang menentukan nada dasar sebuah notasi komposisi lagu. Untuk masalah ini akan dibahas tersendiri dalam uraian selanjutnya. Tinggi rendahnya nada dalam musik dapat menimbulkan suasana yang berbeda. Penggunaan nada-nada rendah akan menimbulkan suasana haru, sedangkan penggunaan nada-nada tinggi akan menimbulkan suasana gembira dan lincah.

52 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Latihan 1. Buatlah not balok dengan nilai 1, ½, ¼, dan ⅛! 2. Buatlah pula not balok dengan nilai ¾, ⅜! 3. Buatlah tanda diam yang bernilai ½, ¼! 4. Ubahlah petikan lagu berikut ini ke dalam not balok! 5. Ubahlah petikan lagu berikut ini ke dalam not angka!

7. Tangga Nada Seperti sudah dijelaskan di atas, untuk mengetahui tinggi not (nama not) kita harus tahu letak not tersebut dalam paranada. Oleh karena itu, pengetahuan tentang nama garis-garis dan spasi-spasi paranada juga penting. Selain itu, kita juga harus mengenal kunci paranada dalam notasi musik. Dikenal 3 macam kunci paranada, yakni kunci G, kunci F, dan kunci C. Kunci paranada akan menjadi penentu bagi nada-nada yang terdapat pada paranada. Kunci G

Not yang terletak pada garis kedua dinamai not g. g

Kunci F

Not yang terletak pada garis keempat dinamai not f. f

Kunci C

Not yang terletak pada garis ketiga dinamai not c. c

Marilah kita bahas tangga nada dengan menggunakan kunci G lebih dahulu. Kunci F dan Kunci C kita bicarakan kemudian karena sebenarnya Kunci F yang menampung nada-nada rendah yang oleh karenanya disebut juga kunci bas, sebenarnya hanya kelanjutan ke bawah dari paranada kunci G. Di antara keduanya terletak paranada kunci C yang juga disebut kunci celo atau alto. Kunci G sendiri disebut juga kunci biola atau treble.

c

Seni Budaya 53 Jadi, letak not pada para nada kunci G adalah sebagai berikut. Not G terdapat pada baris kedua, maka not yang terletak di bawah not G atau pada spasi pertama adalah not F. Di bawahnya lagi, pada baris pertama adalah not E. Demikian berturut-turut sampai yang paling bawah. Demikian pula not yang terletak di atas not G atau di spasi kedua paranada adalah not A. Di atasnya lagi, pada baris ketiga adalah not B. Di spasi ketiga not C. Pada baris keempat terletak not D. Di atasnya lagi, pada spasi keempat terletak not E. Dan yang terletak pada baris kelima adalah not F. Secara berurutan . . . C, D, E, F, G, A, B, C . . . Nada yang disusun bertingkat-tingkat dari yang paling rendah ke yang paling tinggi dalam sistem tertentu disebut sebagai tangga nada. Penyusunan nada dalam tangga nada didasarkan atas jarak nada tertentu. Antara nada yang satu dengan nada yang lain ada yang berjarak 1 nada, ada pula yang berjarak ½ nada. Jarak, yang dalam hal ini lazim disebut sebagai interval, inilah yang akan menentukan kemungkinan variasi nada dan jenis tangga nada. Deretan nada dari C sampai dengan B disebut oktaf. Demikian pula urutan nada-nada yang lebih rendah atau lebih tinggi. Maka, sebagai batasan, perlu dijelaskan di sini tentang adanya nama mutlak dari suatu nada. Perhatikan susunan nada dengan nama mutlak menurut tingkat oktafnya. Susunan Nada Menurut Tingkat Oktafnya Oktaf Nama Mutlak Nada

Oktaf 4 c4 – d4 – e4 – f4 – g4 – a4 – b4 Oktaf 3 c3 – d3 – e3 – f3 – g3 – a3 – b3 Oktaf 2 c2 – d2 – e2 – f2 – g2 – a2 – b2 Oktaf 1 c1 – d1 – e1 – f1 – g1 – a1 – b1 Oktaf Kecil c – d – e – f – g – a – b Oktaf Besar C – D – E – F – G – A – B Oktaf Contra C1 – D1 – E1 – F1 – G1 – A1 – B1 Oktaf Sub Contra C2 – D2 – E2 – F2 – G2 – A2 – B2

8. Tangga Nada Diatonis Istilah diatonis berasal dari kata dia yang berarti dua dan tonis yang berarti hal yang berhubungan dengan nada. Disebut demikian karena dalam sistem tangga nada diatonis terdapat 7 nada yang bila dirinci terdapat 5 nada berjarak sama dan 2 nada berjarak setengahnya. Dengan demikian, tiap nada utuhnya masih dapat dibagi lagi menjadi 2 semi tone (setengah nada). Tangga nada diatonis terdiri atas tujuh nada yang berinterval satu dan setengah nada. Musik modern dari Eropa umumnya menggunakan tangga nada diatonis ini. Tangga nada diatonis terbagi menjadi dua, yaitu tangga nada mayor dan tangga nada minor. Tangga Nada Mayor

54 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Tangga Nada Minor

Sekilas tidak jauh berbeda susunan tangga nada diatonis mayor dan minor. Seolah-olah hanya dibedakan oleh awal dan akhir nada pada susunan tangga nada tersebut. Untuk tangga nada mayor diawali dengan nada c atau do, sedangkan tangga nada diatonis minor diawali dan diakhiri dengan a atau la. Tetapi sebenarnya jika dimainkan pola tangga nada keduanya, akan terasa berbeda. Susunan tangga nada mayor akan menimbulkan kesan riang, bahagia, dan bersemangat. Sedangkan susunan tangga nada minor akan menimbulkan kesan sedih dan suasana sendu dan haru. Tangga nada diatonis minor masih memiliki dua variasi lagi, yaitu tangga nada minor melodis dan tangga nada minor harmonis. Susunan tangga nada minor melodis adalah sebagai berikut. Nada 6 7 1 2 3 4 5/ 6 Interval 1 ½ 1 1 ½ 1½ ½ Nada ke tujuh, yaitu 5 (sol) dinaikkan ½ nada menjadi /5 (sil). Sedangkan susunan tangga nada minor harmonis adalah sebagai berikut. Nada 6 7 1 2 3 4/ 5/ 6 Interval 1 ½ 1 1 1 1 ½ Agar lebih mudah dipahami, coba bandingkan susunan tangga nada diatonik di atas dengan susunan nada dalam piano, organ, atau pianika. cis dis fis gis ais

c d e f g a b c’

Susunan nada dalam piano, organ, atau pianika jelas menggambarkan susunan tangga nada diatonis yang menggunakan susunan interval 1 – 1 – ½ - 1 – 1 – 1 – ½. Akan tetapi, jika seorang komponis menggubah lagu baik untuk suara manusia (vokal) maupun untuk instrumental, namun jangkauan nada dalam komposisi lagu tersebut mungkin terlalu rendah atau terlalu tinggi, maka lagu tersebut dapat disajikan dengan mengubah nada dasar. Marilah kita mempelajari cara mengubah nada dasar dalam tangga nada mayor dan minor.

Seni Budaya 55 Nada dasar dalam tangga nada diatonis mayor yang natural adalah c. Nada dasar natural ini lazim disebut dengan do = c. Perhatikan susunan tangga nada berikut!

Nada pertama dari tangga nada di atas adalah nada do (1). Nada atau not tersebut kita sebut sebagai nada dasar. Ada 2 (dua) cara mengubah nada dasar, yaitu dengan menaikkan ½ nada pada nada yang berinterval ½ pada tangga nada natural. Sering juga disebut dengan memberikan 1 (satu) tanda kres (#) dan dengan menurunkan nada dengan memakai tanda mol (b). Nada pertama dari tangga nada di atas adalah nada do (1). Nada atau not tersebut kita sebut sebagai nada dasar. Ada 2 (dua) cara mengubah nada dasar, yaitu dengan menaikkan ½ nada pada nada yang berinterval ½ pada tangga nada natural. Sering juga disebut dengan memberikan 1 (satu) tanda kres (#) dan dengan menurunkan nada dengan memakai tanda mol (b).

9. Tanda Mula dengan kres Tanda mula berkaitan dengan nada dasar. Cara menentukannya adalah dengan berdasarkan urutan tangga nada natural. Urutan tangga nada natural dianggap sebagai bernada dasar 1 = C (do sama dengan C) tidak ada kresnya. Untuk nada dasar selanjutnya dipakai patokan nada kelima dari urutan nada tersebut. Maka nada dasar berikutnya adalah 1 = G dengan satu kres, dan seterusnya. Perhatikan tabel berikut! Nada Jumlah Susunan Nada Notasi Dasar Kres

c – d – e – f – g – a – b – c’ 1 = C 0 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 1 1 1 ½ 1 1 1 ½

g – a – b – c – d – e – fis – g’ 1 = G 1 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 1 1 1 ½ 1 1 1 ½

d – e – fis – g – a – b – cis – d’ 1 = D 2 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 1 1 1 ½ 1 1 1 ½

56 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Nada Jumlah Susunan Nada Notasi Dasar Kres a – b – cis – d – e – fis – gis – a 1 = A 3 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 1 1 1 ½ 1 1 1 ½ e – fis – gis – a – b – cis– dis – e 1 = E 4 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 1 1 1 ½ 1 1 1 ½ b – cis – dis – e – fis – gis – ais – b 1 = B 5 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 1 1 1 ½ 1 1 1 ½ fis – gis – ais – b – cis – dis – f – fis 1 = Fis 6 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 1 1 1 ½ 1 1 1 ½ cis – dis – f – fis – gis – ais – c – cis 1 = Cis 7 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 1 1 1 ½ 1 1 1 ½

10. Tanda Mula dengan Mol Hampir sama dengan tanda mula dengan kres, cara menentukan urutan tangga nada dengan mol juga dengan berdasarkan urutan tangga nada natural. Urutan tangga nada natural dianggap sebagai bernada dasar 1 = C (do sama dengan C) tidak ada molnya. Untuk nada dasar selanjutnya dipakai patokan nada keempat dari urutan nada tersebut. Maka nada dasar berikutnya adalah 1 = F dengan satu mol, dan seterusnya. Perhatikan tabel berikut! Nada Jml Susunan nada Notasi Dasar Mol

c – d – e – f – g – a – b – c’ 1 = C 0 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 1 1 1 ½ 1 1 1 ½

f – g – a – bes – c – d – e – f’ 1 = G 1 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 1 1 1 ½ 1 1 1 ½

bes – c – d – es – f – g – a – bes’ 1 = D 2 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 1 1 1 ½ 1 1 1 ½

es – f – g – as – bes – c – d – es 1 = A 3 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 1 1 1 ½ 1 1 1 ½

as – bes – c – des – es – f – g – as 1 = E 4 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 1 1 1 ½ 1 1 1 ½

des – es – f – ges – as – bes – c – des 1 = B 5 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 1 1 1 ½ 1 1 1 ½

Seni Budaya 57 Nada Jml Susunan nada Notasi Dasar Mol

ges – as – bes – ces – des – es – f – ges 1 = Fis 6 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 1 1 1 ½ 1 1 1 ½

ces – des – es – e – ges – as – bes – ces 1 = Cis 7 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 1 1 1 ½ 1 1 1 ½

Tugas Mandiri 1. Perhatikan susunan nada pada alat musik keyboard, pianika, gitar, atau piano. Menggunakan tangga nada apakah alat-alat musik tersebut! 2. Perhatikan pula alat musik tradisional yang ada di sekolahmu, misalnya siter, gamelan (saron, bonang, gambang), sape, kolintang, talempong, atau yang lain. Bunyikanlah secara berurutan dari nada paling rendah hingga nada paling tinggi. Bandingkan nadanya dengan alat musik barat di atas! Samakah susunan nadanya? Ada yang sama ada pula yang berbeda. Mengapa?

11. Dinamik Dinamik berarti kekuatan, yaitu keras lemahnya atau kuat lembutnya nada dinyanyikan. Dinamik lagu akan memengaruhi suasana lagu tersebut. Ada dua istilah pokok dinamik lagu, yaitu forte yang berarti kuat dan piano yang berarti lembut. Dalam notasi musik forte disingkat f dan piano disingkat p. Karena kuat lemahnya lagu itu bervariasi, masih ada pula variasi dinamik lagu. Berikut adalah tanda-tanda dinamik lagu beserta maksudnya. Tanda Dibaca Maksudnya f forte kuat ff fortissimo lebih kuat daripada f fff forte fortissimo lebih kuat daripada ff mf mezzo forte agak kuat/kurang kuat daripada f p piano lembut pp pianissimo lebih lembut daripada p ppp piano pianissimo lebih lembut daripada pp mp mezzo piano agak lembut < crescendo makin lama makin kuat > decrescendo makin lama makin lembut

58 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Tanda dinamik dituliskan di atas bagian lagu yang memerlukan. Pengaruhnya hanya berlaku bagi not-not yang berada di dekatnya. Namun demikian, dalam praktik, penafsiran seseorang terhadap dinamik lagu tergantung pada yang bersangkutan. Lebih banyak orang memainkan nada-nada rendah dengan lembut sedangkan nada-nada tinggi dengan kuat meskipun tidak terdapat tanda-tanda dinamik lagu. Namun demikian, untuk kepentingan berlatih, lebih baik kalian mematuhi notasi musik secara lebih total karena pencipta lagu atau komposer pasti mempunyai maksud tertentu dalam menuliskan lagunya. 12. Tempo Sering kita dengar lagu yang biasanya dinyanyikan dengan lambat tiba-tiba diubah dengan cara dinyanyikan dengan cepat. Mendengar lagu yang diubah kecepatannya, sekejap kita akan merasa janggal. Coba saja nyanyikan lagu “Mengheningkan Cipta” dengan kecepatan seperti ketika kita menyanyikan lagu “Halo-Halo Bandung”. Bagaimana rasanya? Kita merasa aneh karena cita rasa lagu tersebut akan ikut berubah pula. Oleh karena itu, kecepatan menyanyikan lagu sebaiknya mengikuti petunjuk yang telah dibuat oleh penciptanya. Dalam hal ini kita perlu mengenal istilah tempo. Tempo adalah istilah untuk menentukan cepat lambatnya lagu dinyanyikan. Ada lagu yang bertempo cepat, sedang, dan ada pula lagu yang bertempo lambat. Istilah-istilah sebagai tanda tempo biasanya menggunakan Bahasa Italia. Akan tetapi, dapat juga kita menggunakan istilah dalam bahasa sendiri untuk memberikan tanda tempo tersebut. Pencipta lagu biasanya telah menentukan tempo lagu ciptaannya. Penetapannya dilakukan dengan menuliskan tanda tempo di kiri atas notasi lagu. Tanda tempo sebuah lagu berlaku untuk keseluruhan teks lagu tersebut. a. Istilah Tempo Utama Istilah Keterangan Largo Lambat sekali Lento Lebih lambat Adagio Lambat Andante Sedang Moderato Sedang agak cepat Allegro Cepat Vivace Lebih cepat Presto Cepat sekali

b. Variasai Pemakaian Tanda Tempo Istilah-istilah tempo di atas dapat berdiri sendiri. Namun, pencipta lagu kadang-kadang masih menambahkan istilah lain bagi lagunya. Penambahan istilah ini tentu ada maksudnya karena ungkapan cita rasa lagu lewat kecepatan lagu tersebut memang harus tergambarkan dengan lebih tepat. Oleh karena itu, sering kita jumpai sebuah lagu diberi tanda tempo berupa gabungan dua istilah, atau berupa penambahan akhiran tertentu, dan sebagainya. Berikut ini disajikan beberapa variasi pemakaian tanda tempo.

Seni Budaya 59 1) Menggabungkan dua istilah Biasanya dilakukan untuk dua istilah yang berdekatan, misalnya: Allegro Vicave, yang berarti lebih cepat dari allegro tetapi kurang dari vivace. 2) Menambahkan istilah lain Biasanya dilakukan untuk menambahkan sifat tertentu dari sebuah lagu. ____ con amore : dengan penuh cinta ____ con brio : dengan hidup ____ con fiesto : dengan meriah ____ con espressione : dengan penuh perasaan ____ con dolore : dengan sedih ____ con maestoso : dengan agung Penerapannya misalnya, Adagio con maestoso : lambat dengan agung Allegro con fiesto : cepat dengan meriah. Untuk praktisnya, istilah con sering dihilangkan, sehingga menjadi: Adagio maestoso, allegro fiesto, dan sebagainya. 3) Menambahkan akhiran tertentu. Biasanya akhiran tersebut adalah etto yang berarti agak dan issimo yang berarti sangat. Allegro → allegretto : agak cepat Allegro → allegrissimo : sangat cepat Largo → largetto : agak lambat Largo → largissimo : sangat cepat c. Perubahan Tempo Seperti disinggung di atas, bahwa tanda tempo sebuah lagu berlaku untuk keseluruhan teksnya, kadang kala pencipta masih menginginkan variasi tempo tertentu di bagian-bagian tertentu lagunya. Untuk itu pencipta dapat menggunakan istilah-istilah perubahan tempo. Istilah-istilah tersebut di antaranya adalah: ritenuto sering disingkat rit, artinya diperlambat. accelerando sering disingkat accel, artinya dipercepat. a tempo atau tempo primo, artinya kembali ke tempo semula. Istilah untuk perubahan tempo ini dituliskan di atas paranada pada bagian yang dikehendaki perubahan temponya. d. Mengukur Tempo Sudah dijelaskan di atas bahwa tanda tempo menunjukkan cepat lambatnya lagu dinyanyikan. Tetapi, seberapa tepat kecepatan sebuah tempo harus diterapkan dalam menyanyikan lagu? Bagaimana pula mengukurnya? Johann Nepomuk Malzel (1770 – 1838) menolong kita dengan alat temuannya yang diberi nama Metronome Malzel. Alat ini dapat memberi tanda berupa ketukan teratur yang dapat disetel sesuai dengan tempo lagu. Jika disejajarkan dengan tempo lagu, metronome akan memberi tanda kecepatan sebagai berikut: 1) Largo : 40 – 60 ketuk per menit 2) Lento : 60 – 66 ketuk per menit 3) Adagio : 66 – 76 ketuk per menit

60 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 4) Andante : 76 – 108 ketuk per menit 5) Moderato : 108 – 120 ketuk per menit 6) Allegro : 120 – 160 ketuk per menit 7) Vivace : 160 – 184 ketuk per menit 8) Presto : 184 – 208 ketuk per menit

13. Tanda Ulang Dalam sajian lagu, kita sering mendengar sebuah lagu yang dinyanyikan secara berulang. Kadang diulang secara keseluruhan, kadang yang diulang hanya sebagian. Kadang diulang dari awal, kadang yang diulang hanya bagian tertentu saja. Yang paling sering kita dengar adalah pengulangan lagu hanya bagian refreinnya saja. Dalam notasinya tentu tidak seluruh lagu beserta pengulangannya ditulis. Akan banyak menghabiskan halaman kertas jika demikian. Oleh karena itu, untuk keperluan pengulangan bagian-bagian lagu disini juga dikenalkan cara-cara pengulangan lagu dengan pemakaian tanda ulang. Tanda ulang bermacam-macam tergantung bagian mana yang akan diulang dalam sebuah notasi lagu. Berikut ini disajikan macam-macam tanda ulang. a. Berupa garis penutup yang bertitik dua (:). Dua titik tersebut diletakkan di sebelah kanan garis birama awal pengulangan dan di kiri dua garis penutup.

a b c d Bila terdapat tanda ulang seperti itu, berarti seluruh penulisan lagu dalam apitan tanda titik dua (:) itu harus diulang dua kali, menjadi a – b – c – d – a – b – c – d

a b c d Bila terdapat tanda ulang seperti di atas, dinyanyikan a – b – c – d – c – d. b. Pengulangan yang berbeda di bagian akhir. Cara ini dilakukan bila bagian yang diulang tidak tepat sama dengan ulangannya. Perhatikan contoh!

a b c d 1 2

e f g h Penulisan lagu di atas harus dinyanyikan dengan urutan sebagai berikut: a – b – c – d – e – f – g – a – b – c – d – f – h. Pada pengulangannya ruas g tidak dinyanyikan lagi. Dari ruas f langsung melompat ke ruas h. Ruas g yang diberi tanda angka 1 disebut sebagai prima volta (bait pertama) dan ruas h yang diberi tanda angka

Seni Budaya 61 2 deisebut secunda volta (bait kedua). Jadi maksudnya untuk bait pertama lagu tersebut dari a sampai g dan untuk bait kedua dari a sampai f lalu melompat ke h. c. Pengulangan dengan bantuan istilah. Ada dua istilah untuk pengulangan lagu. Keduanya dalam bahasa Italia, yaitu: D.C. al Fine (Da Capo al Fine): diulang dari awal dan berakhir pada tanda Fine. D.S. al Fine (Da Segno al Fine): diulang dari tanda Segno

a b c

d e f Contoh di atas harus dinyanyikan a – b – c – d – e – f – a – b

a b c

d e f Contoh di atas dinyanyikan dengan urutan a – b – c – d – e – f – c – d. d. Tanda untuk mengulang ruas birama pada ruas-ruas berikutnya.

Contoh di atas harus dinyanyikan

Aktivitas Mengomunikasikan Setelah mempelajari uraian di atas, lakukanlah beberapa hal sebagai berikut. 1. Mengakses informasi tentang konsep musik barat dari internet atau sumber lain. 2. Membuat presentasi sederhana tentang konsep musik barat dan perbedaannya dengan musik tradisional Indonesia.

62 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Rangkuman 1. Musik adalah seni tentang kombinasi ritmik dari nada-nada, baik vokal maupun instrumental yang meliputi melodi dan harmoni sebagai ekspresi dari segala rasa indah manusia yang ingin diungkapkan, terutama aspek emosional. 2. Sebagai karya budaya, seni musik juga dipengaruhi budaya tempat seni musik itu tumbuh. Maka, ada istilah musik barat, musik timur, musik modern, musik tradisi, musik kontemporer, musik etnis, bahkan terdapat pula musik religius karena pengaruh pandangan hidup para penganut agama tertentu. 3. Seni musik memiliki unsur-unsur pembentuk. Unsur-unsur musik adalah nada, dinamik, tempo, dan irama. 4. Dalam seni musik, nada adalah bunyi yang memiliki frekuensi tertentu, sehingga masing-masing memiliki ketinggian dan kerendahan tertentu pula. Struktur nada itu didasarkan pada tinggi rendahnya nada (pitch), kuat lemahnya nada (dinamik), dan warna nada (timbre). 5. Nada yang tersusun dalam struktur interval tertentu disebut tangga nada. 6. Tangga nada yang lazim digunakan dalam kultur seni musik barat adalah tangga nada diatonis, sedangkan dalam budaya seni musik tradisional di negara-negara tertentu digunakan tangga nada pentatonis. 7. Tempo adalah cepat lambatnya lagu 8. Dinamik adalah keras lemahnya suara saat menyanyikan bagian-bagian lagu.

Uji Kompetensi

Penilaian Sikap 1. Penilaian Diri a. Setelah mempelajari konsep musik barat, apakah kamu dapat merasakan bahwa keindahan musikal bersifat universal? b. Sebutkan hal-hal apa yang dapat kamu tingkatkan, dan sebutkan pula hal-hal yang sudah kamu nilai baik dalam pemahaman dan apresiasimu terhadap musik barat! 2. Penilaian yang Berhubungan dengan Perilaku a. Bagaimana tanggapanmu tentang orang yang kurang peduli terhadap seni budaya bangsa lain? b. Bagaimana pendapatmu, apakah dengan mempelajari seni dari bangsa lain akan melunturkan identitas bangsa sendiri? Jelaskan alasanmu! 3. Penilaian Unjuk Kerja Kamu sudah menilai kemampuanmu sendiri. Kini kamu juga diminta menilai temanmu dalam presentasi tentang konsep musik barat dengan kriteria berikut.

No. Aspek yang dinilai Skor Maksimal 1 Penguasaan Materi 50 2 Teknik Penyajian 30

Seni Budaya 63 No. Aspek yang dinilai Skor Maksimal 3 Komunikasi/Interaksi dengan audience 10 4 Gaya dan Sikap 10 Jumlah Skor 100

4. Penilaian Pengetahuan Pilihlah jawaban yang paling benar! 1. Gambar di samping merupakan tanda kunci .... a. Kunci G d. Kunci A b. Kunci F e. Kunci B c. Kunci C 2. Nada berikut bernilai .... a. satu d. seperdelapan b. setengah e. seperenambelas c. seperempat 3. Lama ketukan untuk nada berikut adalah .... a. setengah d. tiga b. satu e. empat c. dua 4. Tempat untuk menuliskan not balok dinamakan .... a. sangkar nada d. notasi b. partitur e. paranada c. tangga nada 5. Tanda diam berikut bernilai .... a. satu d. seperdelapan b. setengah e. seperenambelas c. seperempat 6. Tanda diam yang bernilai seperdelapan adalah .... a. d.

b. e. 0

c.

64 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 7. Tanda mula berikut menunjukkan .... a. 1 = C d. 1 = F b. 1 = D e. 1 = G c. 1 = E 8. Tanda berikut berfungsi untuk .... a. menaikkan setengah nada b. menurunkan setengah nada c. menaikkan satu nada d. mengembalikan ke nada semula e. mengurangi setengah ketukan 9. Tanda berikut berfungsi untuk .... a. menaikkan setengah nada b. menurunkan setengah nada c. menurunkan satu nada d. mengembalikan ke nada semula e. mengurangi setengah ketukan 10. Nilai not berikut adalah .... a. satu d. seperdelapan b. setengah e. seperenambelas c. seperempat 11. Perhatikan kutipan berikut! 1 2

e f g h Kutipan lagu di atas harus dinyanyikan dengan urutan .... a. e – f – g – h – e – f – g b. e – f – g – e – f – g – h c. e – f – g – e – f – g d. e – f – g – e – f – h e. e – f – h – e – f – g 12. Di atas bar g dan h pada kutipan soal nomor 11 terdapat tanda garis yang di atasnya terdapat angka 1 dan 2. Tanda yang bernomor 1 dinamakan .... a. prima volta d. kuartina volta b. secunda volta e. kuinta volta c. tersina volta 13. Jika kamu mencipta lagu dan menginginkan lagumu dinyanyikan dengan penuh perasaan. Tanda yang harus kamu cantumkan adalah .... a. con amore d. con espressione b. con brio e. con maestoso c. con fiesto

Seni Budaya 65 14. Pada bagian akhir sebuah lagu temponya diperlambat. Tanda tempo yang perlu dicantumkan adalah .... a. ritenuto d. a tempo b. accelerando e. decressendo c. largetto 15. Notasi Sekarang biasa Dulu biasa dibaca Kepatihan dibaca 1 Panunggul/Manis ji 2 Gulu/Jangga ro 3 Dhadha lu 4 Pelog pat 5 Lima ma 6 Enem nem 7 Barang pi

Tabel di atas merupakan sistem nada gamelan Jawa laras .... a. slendro d. manyuro b. pelog e. pathet c. barang

Jawablah dengan cermat! 1. Jelaskan pengertian seni musik menurut David Ewen! 2. Perhatikan partitur lagu berikut!

a. Bernada dasar apakah kutipan lagu tersebut! b. Tulis kembali lagu tersebut dengan nada dasar 1 = G! 3. Apakah maksud tanda ¾ di awal partitur lagu di atas? 4. Jelaskanlah perbedaan tangga nada diatonis dan pentatonis! Jelaskanlah pula perbedaan tangga nada mayor dan minor!

66 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 BAB PERTUNJUKAN MUSIK BARAT 9

Sumber: youtube.com Gambar 9.1 London Philharmony Orcestra

P arTITUR

Seni Budaya 67 Pada Bab 9, siswa diharapkan dapat: Tujuan Pembelajaran 1. menganalisis seni pertunjukan musik barat, 2. mengidentifikasi jenis pertunjukan musik barat, dan 3. menjelaskan sejarah perkembangan musik barat.

1. Mengamati Pendekatan Pembelajaran 2. Menanyakan 3. Mengasosiasi 4. Mengomunikasikan

Peta Solo Konsep Seni Vokal Koor

Resital

Pertunjukan Seni Musik Ansambel Musik Barat Instrumental

Orkestra Konsep Musik Barat Seni Musik Band Campuran

Perkembangan Musik Barat

68 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 • Dengarkan lagu yang dinyanyikan di bawah ini secara langsung melalui media elektronik. • Melihat partitur lagu.

1. Pernakah kamu menonton pertunjukan konser musik di sekitar tempat tinggalmu? 2. Alat musik apa sajakah yang dimainkan? 3. Apakah kamu dapat memainkan lagu di atas dengan alat musik seperti yang dimainkan dalam konser? 4. Sebaiknya dinyanyikan dengan tempo apakah lagu tersebut? 5. Bisakah kamu membaca partitur di atas? 6. Apakah partitur di atas dapat dinyanyikan dengan alat musik gitar? 7. Mampukah semua alat musik untuk memainkan seluruh jenis partitur lagu?

Seni Budaya 69 A. Jenis Pertunjukan Musik Barat Ditinjau dari sarananya, ada tiga jenis pertunjukan musik barat, yaitu pertunjukan vokal, pertunjungan musik instrumental, dan pertunjukan musik gabungan vokal dan instrumental.

1. Seni Vokal Seni vokal adalah seni musik yang mengutamakan dan mengeksploitasi suara manusia. Seni vokal biasa disebut bernyanyi. Seniman-seniman vokal sangat mengandalkan kualitas suaranya dalam berkarya. Dalam bidang seni vokal ini kita mengenal penyanyi-penyanyi Barat legendaris, seperti Frank Sinatra, Natking Cole, Elvis Presley, Pavaroti, Julio Iglesias, Witney Huston, Celine Dion, Michel Jackson, Britney Spear, Adele, Katty Perry, Justin Beiber, sampai Lady Gaga. Lagu-lagu mereka sangat digemari Sumber: www.zimbio.com di seluruh dunia. Gambar 9.2 Jose Carreras dan Placido Domingo a. Teknik Vokal Organ tubuh manakah yang paling berperan ketika kamu bernyanyi? Mulut. Benar, Mulut beserta organ bagian-bagiannya, seperti bibir dan lidah, memang sangat vital untuk bernyanyi. Akan tetapi, sebenarnya masih banyak organ tubuh yang berperan untuk bernyanyi. Di sini akan kamu telusuri, organ-organ tubuh mana sajakah yang berguna untuk bernyanyi. Dengan pengetahuan ini diharapkan kamu dapat melatih organ-organ tubuh tersebut untuk menghasilkan teknik bernyanyi yang andal dan dapat menghasilkan nyanyian merdu. Coba kelompokkan organ-organ tubuh tersebut menurut perannya dalam bernyanyi. 1) Organ Penggerak Suara manusia dihasilkan oleh organ penggerak. Organ ini berfungsi menggerakkan pita suara dengan cara mendorong udara mengenainya. Yang termasuk organ penggerak adalah sebagai berikut. a) Paru-paru Dalam kegiatan bernyanyi, paru-paru berfungsi untuk menghirup dan meniup udara. Udara tersebut, setelah dimanfaatkan untuk mendapatkan O2 bagi tubuh dalam aktivitas pernapasan, sisanya diembuskan keluar melalui tenggorokan dan hidung. Embusan udara inilah yang dimanfaatkan untuk menggetarkan pita suara sehingga menghasilkan suara. Kapasitas (daya tampung) paru-paru dalam menampung udara akan berpengaruh terhadap panjang-pendeknya suara kamu. Oleh karena itu, bila kamu ingin memiliki kemampuan bernyanyi dengan jangkauan suara yang panjang, kamu harus melatih organ paru-paru agar memiliki kapasitas yang semakin besar. Teknik melatih paru-paru dalam kegiatan bernyanyi disebut sebagai latihan pernapasan.

70 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 b) Larynx (pangkal tenggorok) Larynx merupakan organ tubuh tempat pita suara berada. Dari luar larynx dapat dilihat di dekat jakun. Pita suara inilah yang mula-mula menghasilkan suara. Bila terkena sentuhan udara yang diembuskan oleh paru-paru, pita suara akan bergetar membuka, menutup, merentang, atau mengkerut untuk membentuk suara dan menghasilkan nada setelah dikoordinasikan dengan alat-alat artikulasi di rongga mulut dan hidung. Oleh karena itu, larynx sangat penting fungsinya untuk melindungi pita suara. c) Pharynx (batang tenggorok) Organ ini menghubungkan larynx dan rongga mulut dan rongga hidung. Organ ini sangat rentan dengan gangguan udara. Bila organ tubuh ini terganggu akan menimbulkan radang dan di dalamnya akan terproduksi banyak lendir yang menimbulkan rasa gatal. Kamu tidak akan dapat bernyanyi dengan maksimal bila organ ini terganggu. Oleh karena itu, kebersihan organ tubuh ini dari lendir akan menghasilkan suara yang merdu. Pernahkah kalian dengar orang melakukan ghurah? Ghurah adalah salah satu cara membersihkan pharynx dari lendir yang dapat mengganggu aliran udara ketika bernyanyi. Di ujung atas dari pharynx terdapat organ tubuh yang disebut tonsil (anak tekak). Di tempat itulah manusia menghasilkan nada-nada tinggi. d) Diafragma (sekat rongga dada) Diafragma adalah otot besar yang melintang di antara rongga dada dan rongga perut. Fungsinya mengatur kerja paru-paru secara otomatis. Gerakan diafragma memberi kesempatan rongga dada untuk mengembang dan mengempis. Dalam kaitannya dengan teknik bernyanyi, diafragma sangat bermanfaat untuk memperbesar kapasitas paru-paru. 2) Organ Penggetar Organ tubuh yang tergolong sebagai alat penggetar dalam menghasilkan suara adalah pita suara. Pita suara berbentuk jaringan tenunan otot yang tipis dan elastis berwarna kekuningan. Bila disentuh udara yang diembuskan paru-paru, pita suara akan bergetar dan menghasilkan suara. Pita suara milik anak laki-laki lebih panjang daripada milik anak perempuan. Inilah yang menyebabkan suara laki-laki lebih rendah daripada suara perempuan. Baik pada laki-laki maupun perempuan pada fase tertentu pita suara akan mengalami perubahan sehingga suara pun akan mengalami perubahan. Biasanya perubahan ini mengikuti usia.

Seni Budaya 71 Posisi pita suara yang berbeda-beda akan menghasilkan suara yang berbeda-beda pula. a) Terbuka lebar Apabila pita suara terbuka lebar udara akan keluar dari paru-paru tanpa hambatan. Dalam posisi seperti itu akan dihasilkan suara h. b) Tertutup rapat Bila pita suata tertutup rapat larynx juga ikut tertutup. Maka, udara dari paru-paru akan terhambat dan akan menghasilkan suara hamzah (hambat glotal). c) Bagian atas terbuka sedikit Bila pita suara bagian atas terbuka sedikit akan menyebabkan udara dari paru-paru akan menggetarkan pita suara. Dalam posisi seperti itu akan dihasilkan suara yang jika diolah oleh alat ucap (artikulasi) akan menghasilkan aneka macam suara. d) Bagian bawah terbuka sedikit Pada posisi pita suara demikian, akan dihasilkan suara-suara lemah karena udara yang berembus dari paru-paru akan keluar begitu saja tanpa kekuatan. Suara demikian cocok untuk berbisik dan bernyanyi dengan teknik bersenandung.

TIPS MERAWAT PITA SUARA Pita suara sangat vital untuk bernyanyi. Oleh karena itu, pita suara perlu dijaga dan dirawat kesehatannya. Berikut adalah tips untuk merawat pita suara 1. Bernyanyilah dengan nada yang pas sesuai rentang nada suaramu. Bila sering menyanyikan nada-nada tinggi yang belum kamu kuasai, pita suara bisa aus. 2. Tidak dianjurkan minum minuman yang terlalu dingin atau terlalu panas. 3. Bila sedang sakit, batuk, pilek baiknya jangan menyanyi. 4. Hindari makanan berminyak dan pedas sebelum menyanyi. 5. Jangan menyanyi dalam keadaan perut kosong atau terlalu kenyang. Ini mempengaruhi rongga perut, diafragma, dan kualitas pernapasan 6. Untuk menjaga pernapasan agar tetap prima, hindari minum kopi, alkohol, dan merokok. 7. Ketika bangun tidur biasakan minum segelas air putih dan senam pagi sambil menghirup udara bersih sebanyak-banyaknya.

72 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 3) Alat Ucap (artikulasi) Alat ucap manusia adalah mulut, yang terdiri atas dua bagian, yaitu artikulator dan titik artikulasi. Artikulator adalah alat ucap yang dapat digerakkan atau digeserkan untuk menimbulkan berbagai macam bunyi. Alat artikulator adalah lidah. Titik artikulasi adalah bagian alat ucap yang menjadi tumpuan atau titik sentuh artikulator. Yang termasuk titik-titik artikulasi adalah bibir, gigi, gusi, langit-langit keras, langit-langit lunak, anak tekak Penempatan artikulator pada titik-titik artikulasi secara tepat akan menghasilkan kejelasan lafal dalam bernyanyi karena dalam bernyanyi yang diucapkan bukan hanya nadanya tetapi liriknya. Lirik adalah teks lagu yang akan dikomunikasikan kepada pendengar lewat nyanyian. Lafal yang benar dan tepat akan sanggup memberikan pengertian untuk diresapi pendengar. Bahkan ada semboyan bahwa lirik adalah mahkota lagu. Agar dihasilkan pelafalan lagu dengan baik, kamu harus melatih alat ucap dengan baik pula. Yang perlu dilatih adalah: a) rahang bawah, dengan latihan gerakan membuka menutup, gerakan ke kiri ke kanan, dan gerakan ke depan dan ke belakang agar diperoleh kelenturan gerak rahang, b) lidah, dengan latihan gerakan memutar, gerakan ke kiri dan ke kanan, gerakan keluar masuk. Latihan ini akan menghasilkan kelincahan gerak lidah, dan c) bibir, dengan latihan membuka menutup, dan menahan hembusan udara. Latihan ini ditujukan untuk mendapatkan kelenturan bibir. 4) Resonantor Resonantor adalah oragan tubuh yang berfungsi memantulkan getaran suara yang ditimbulkan oleh pita suara. Pantulan di dalam rongga organ resonantor ini akan semakin menguatkan suara. Bandingkan dengan rongga pada badan gitar. Tanpa rongga tersebut tentu getaran suara dari senar tidak akan kuat. Yang termasuk organ resonantor adalah rongga mulut, rongga dada, dan rongga hidung. Untuk mendapatkan suara yang merdu dalam bernyanyi dibutuhkan organ-organ tubuh yang prima. Untuk itu organ tubuh yang berkaitan langsung dengan pembentukan suara tersebut harus dilatih dengan baik. Latihan-latihan itu meliputi: a) Latihan intonasi yang meliput: 1) latihan aksentuasi (memberikan tekanan pada bagian tertentu dari sebuah lagu), 2) latihan dinamik (menambah atau mengurangi kuat lemahnya suara). b) Latihan artikulasi, yaitu latihan ketepatan pelafalan bunyi dengan alat ucap. yang meliputi: 1) latihan vokalisasi (latihan pelafalan bunyi-bunyi vokal) 2) latihan pembetukan bunyi-bunyi konsonan. c) Latihan pernapasan, yaitu latihan untuk menghasilkan peningkatan kapasitas paru- paru agar dalam bernyanyi tidak kehabisan napas. Latihan ini meliputi: 1) latihan pernapasan dada Melakukan latihan pernapasan dengan membusungkan dada ketika menarik napas. Latihan ini sekaligus dapat memperkuat otot-otot di sekitar dada agar menjadi lentur. Meskipun demikian, pernapasan dada menghasilkan pernapasan yang kurang stabil sehingga teknik pernapasan ini kurang baik untuk bernyanyi.

Seni Budaya 73 2) latihan pernapasan bahu Melakukan pernapasan dengan menarik napas mengangkat bahu untuk mengisi paru-paru. Cara seperti ini tidak baik karena napas yang dihasilkan dangkal atau udara yang terhirup minim sehingga kalimat yang diucapkan seringkali terputus-putus. 3) latihan pernapasan diafragma Pernapasan diafragma lazim disebut pernapasan rongga perut. Latihannya dengan melakukan pernapasan mengembangkan rongga perut atau diafragma. Cara ini merupakan pernapasan yang optimal untuk bernyanyi karena akan menghasilkan napas yang panjang, ringan, santai sehingga produksi suara lebih bermutu. Pengambilan napas pada saat memulai lagu atau awal kalimat lagu dapat dilakukan dengan menarik napas melalui hidung dengan santai. Namun, jika pada saat bernyanyi atau di tengah lagu, sebaiknya pengambilan napas dilakukan dengan singkat atau dengan mendengkus, seperti kamu mencium aroma yang harum atau aroma makanan yang sedap. 4) Latihan Frasering Frasering adalah aturan pemenggalan kalimat yang baik dan benar dalam bernyanyi. Dengan frasering yang benar, pesan dan maksud lagu akan mudah dimengerti oleh pendengar. Frasering dalam bernyanyi disesuaikan dengan kaidah komunikasi yang berlaku. Latihan frasering ini hendaknya mengikuti ketentuan praktis sebagai berikut: • Bila napas kita cukup untuk menyanyikan satu kalimat penuh, nyanyikanlah satu kalimat itu tanpa disela pengambilan napas. Contoh: Engkau dinamakan Srikandi (benar) • Bila napas kita tidak cukup untuk menyanyikan satu kalimat penuh, penggallah kalimat itu menjadi klausa. Contoh: Gugur bungaku di taman bakti / di haribaan pertiwi (benar) Gugur bungaku di / taman bakti / di hari ba / an pertiwi (salah) • Bila napas kita tidak cukup untuk menyanyikan satu kalimat, penggallah kalimat tersebut menjadi frase. Lebih baik jangan memenggal kalimat lagu berdasarkan kata, apalagi yang lebih kecil dari kata. Contoh: Engkau / dinamakan / Srikandi (benar) Engkau dina / makan Srikandi (salah)

74 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 b. Ayo Berlatih Bernyanyi Latihan-latihan di atas baru latihan untuk menghasilkan suara yang merdu. Namun, bernyanyi yang baik tidak hanya bernyanyi dengan suara merdu saja. Bernyanyi yang baik, di samping harus dengan suara merdu juga harus dengan pembawaan lagu yang benar pula. Coba bayangkan, betapa lucunya bila kita menyanyikan lagu “My Heart must go on” atau “Unchained Melody” dengan corak nyanyian yang gembira. Atau lagu “Pretty Woman” dengan corak nyanyian yang lemah gemulai. Menyanyi yang baik tentu tidak demikian. Lalu, apa lagi yang harus kita perhatikan agar kita dapat membawakan lagu dengan merdu sekaligus benar? Kita masih harus memiliki beberapa keterampilan, di antaranya sebagai berikut. 1) Ketepatan Membidik Nada (Pitch) Memiliki suara yang merdu belum tentu mampu bernyanyi dengan indah. Masih dibutuhkan kemampuan membidik nada untuk dapat menyanyikan lagu dengan tepat sehingga nyanyian terdengar indah. Kemampuan membidik nada dengan tepat ini disebut pitch control. Ketidakmampuan membidik nada akan menyebabkan suara kita menjadi fals (sumbang). Agar kalian memmiliki kemampuan membidik nada dengan baik dan tepat, lakukanlah latihan pitching dengan benar.

1 2 3 4 5 6 7 1

Untuk membidik nada yang berinterval dekat masih mudah. Akan semakin sulit bila kita membidik nada dengan interval (jarak) yang jauh dan bervariasi. Berlatihlah dengan nada-nada berinterval seconde sampai mahir, kemudian untuk nada-nada berinterval terts, kemudian kwart, baru kwint, dan seterusnya. Contoh: 1 3 2 4 3 5 4 6 5 7 6 1_ dst. (seconde) 1 4 2 5 3 6 4 7 5 1_ 6 2_ dst. (tert) 1 5 2 6 3 7 4 1_ 5 2_ dst. (kwart) 2) Interpretasi Lagu. Kemampuan interpretasi lagu akan menghasilkan dua hal pokok dalam membawakan lagu, yaitu: a) kemampuan menafsirkan maksud dan tujuan lagu sesuai nilai rasa yang dimaksud komponisnya. Sebagai contoh, lagu “My Heart Will Go on” oleh komponisnya dimaksudkan dan ditujukan untuk mengungkapkan rasa sedih atas kepergian seorang kekasih. Oleh karena itu, jika kita menyanyikan lagu itu juga harus mampu memunculkan rasa sedih tersebut. Kalau perlu sampai pendengar pun ikut merasakan kesedihan tersebut.

Seni Budaya 75 b) pengetahuan yang luas tentang musik sehingga dalam membawakan lagu sesuai dengan tuntutan jenis musik yang diinginkan oleh komponisnya. Sebagai contoh, lagu “When the Smoke is Going Down” tidak akan tepat dinyanyikan dengan gaya country karena segala unsur lagu tersebut, baik melodi, ritme, maupun harmoninya lebih cocok untuk jenis lagu slow rock. 3) Penjiwaan Lagu Selain untuk menyampaikan pesan, lagu juga diciptakan untuk mengungkapkan rasa. Perasaan positif, seperti rasa syukur, gembira, semangat, rasa hormat, rasa sayang dapat diungkapkan dengan lagu. Sebaliknya, rasa sedih, marah, benci, atau kecewa juga dapat diungkapkan melalui lagu. Nah, kamu harus dapat menangkap nilai rasa dalam lagu saat kamu nyanyikan. Kemampuan mengungkapkan nilai rasa saat bernyanyi itu disebut penjiwaan. Agar dapat menjiwai sebuah lagu kamu harus dapat merasakan perasaan pencipta lagu tersebut. Caranya adalah melalui pemahaman terhadap lirik, ritme, tempo, dinamik, dan lain-lain sebuah lagu. c. Koor Selain disajikan secara unisono, lagu juga dapat dibawakan secara bersama-sama dengan lebih dari satu suara. Penyajian demikian disebut sebagai vokal grup dan paduan suara. Kita mengenal paduan suara dengan jenis vokal yang sama (vokal anak-anak semua, vokal perempuan semua, atau vokal laki-laki semua), dan ada pula paduan suara dengan jenis vokal campuran (anak-anak dan dewasa, laki-laki dan perempuan). Dalam mengaranisir lagu untuk keperluan paduan suara ini, jenis vokal sangat perlu mendapat perhatian. Tujuannya adalah supaya nada-nada yang digunakan sesuai dengan jangkauan (ambitus) nada penyanyinya. Agar dihasilkan paduan suara yang harmonis, juga tidak kalah pentingnya adalah penerapan prinsip-prinsip akor. Vokal grup biasanya terdiri atas 3 sampai dengan 8 orang yang menyanyikan lebih dari satu suara. Kemudian ada paduan suara kecil yang anggotanya 12 sampai dengan 24 orang dan paduan suara lebih dari 24 orang. Bernyanyi dengan banyak suara atau vokal group harus memperhatikan harmoni atau keselarasan. Sebagai latihan bernyanyi dengan banyak suara dapat dilakukan dengan berbagai teknik, di antaranya akapela, canon, dan vokal grup atau paduan suara. Teknik Bernyanyi Banyak Suara 1) Bernyanyi dengan teknik akapela Akapela adalah bernyanyi dengan banyak suara tanpa iringan instrumen musik. Meskipun demikian, di antara para vokalis itu ada yang bertugas menyuarakan nada- nada melodis dan ada yang menyuarakan nada-nada ritmis dan harmonis. Vokal melodis adalah vokal yang memainkan melodi lagu dan mengucapkan liriknya, sedangkan vokal ritmis dan harmonis adalah vokal yang memainkan irama. Vokal yang memainkan nada-nada ritmis misalnya mengucapkan bunyi-bunyi seperti suara drum, tamborin, atau kendang. Ada sebutan lain untuk bernyanyi akapela, yaitu nasyid. Nasyid biasanya membawakan lagu-lagu islami.

76 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 2) Bernyanyi dengan teknik kanon Agar terbiasa dan dapat berkonsentrasi dalam bernyanyi vokal grup atau paduan suara, kamu dapat berlatih bernyanyi dengan teknik kanon. Bernyanyi kanon adalah bernyanyi susul-menyusul. Caranya bagilah kelas menjadi dua kelompok, kemudian bawakanlah lagu “Burung Hantu” dengan teknik berikut ini Kelompok I : Matahari terbenam hari mulai malam Kelompok II : Matahari terbenam hari mulai malam Kelompok I : terdengar burung hantu suaranya merdu Kelompok II : terdengar burung hantu suaranya merdu Kelompok I : ku ku ku ku ku ku ku ku ku ku Kelompok II : ku ku ku ku ku ku ku ku ku ku Jika sudah lancar, jumlah kelompok dapat ditambah menjadi empat kelompok dan seterusnya. 3) Bernyanyi dengan vokal grup dan paduan suara Jika disajikan dalam bentuk solo dan unisono, sebuah lagu tinggal dibawakan dengan satu suara dengan diiringi instrumen tanpa perlu penggarapan lebih lanjut. Akan tetapi jika lagu tersebut akan disajikan dalam bentuk yang lain seperti duet, trio, kuartet, vokal grup, atau paduan suara, tentu diperlukan penggarapan berupa aranisir untuk menciptakan harmoni yang indah. Untuk itu, diperlukan pengetahuan tentang Sumber: www.jsonline.com interval dan akor. Gambar 9.3 Pentatonic Accapella Group Kita mengenal paduan suara dengan jenis vokal yang sama (vokal anak-anak semua, vokal perempuan dewasa semua, atau vokal laki-laki dewasa semua), dan ada pula paduan suara dengan jenis vokal campuran (anak-anak dan dewasa, laki-laki, dan perempuan). Dalam mengaranisir lagu untuk keperluan paduan suara ini, jenis vokal sangat perlu mendapat perhatian. Tujuannya adalah supaya nada-nada yang digunakan sesuai dengan jangkauan nada penyanyinya. d. Jenis Suara Manusia Pembagian jenis suara manusia ditentukan berdasarkan jangkauan nada yang mampu dicapai. Ada orang yang dapat mencapai nada-nada tinggi, tetapi ada pula yang hanya mampu menjangkau nada- nada rendah sampai sedang. Kemampuan manusia menjangkau nada-nada itu disebut sebagai ambitus. Sumber: www.daytondailynews.com Ambitus anak-anak dan orang dewasa berbeda Gambar 9.4 Forte (Cantervile High School sehingga suara anak-anak juga berbeda dengan suara Accapella Group) orang dewasa. Berikut pembagian jenis suara manusia

Seni Budaya 77 berdasarkan ambitusnya. 1) Anak-anak Suara anak-anak dibedakan menjadi dua, yaitu suara tinggi dan suara rendah. 2) Dewasa Suara orang dewasa dibedakan menurut jenis kelaminnya. Suara perempuan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu a. Sopran (tinggi) Suara sopran adalah jenis suara wanita dengan ambitus tinggi. Suara sopran mampu menjangkau antara nada C4 sampai C5. b. Mezosopran (sedang) Suara mezosopran adalah jenis suara wanita dengan ambitus sedang. Jangkauan nada suara mezosopran berada antara suara alto dan sopran, yaitu antara A3 sampai A5. c. Alto (rendah) Suara alto merupakan jenis suara wanita dengan ambitus rendah. Jenis suara ini hanya mampu menjangkau nada f sampai d2. Suara orang dewasa pria dibedakan menjadi tiga macam juga, yaitu a. Tenor (tinggi) Suara tenor adalah suara pria dewasa dengan rentang ambitus yang paling tinggi. Nada yang mampu dicapai oleh penyanyi tenor adalah B sampai g1. b. Bariton (sedang) Suara bariton adalah jenis suara pria dewasa yang rentang ambitusnya antara nada A hingga f1. c. Bas (rendah) Suara bas adalah suara pria dewasa dengan rentang ambitus rendah. Suara bas mampu menjangkau rentang nada antara E dan c1.

Sumber: www.stmaryspdx.org Gambar 9.5 Paduan Suara St. Mary’s

78 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Dalam paduan suara, susunan suara ditentukan dengan memperhatikan harmoni yang diharapkan. Perhatikan partitur berikut!

Bagaimanakah cara menyanyikan lagu di atas? Ya, benar. Lagu di atas harus dinyanyikan dengan paduan suara. Coba bagi kelasmu menjadi tiga kelompok untuk menyanyikan lagu di atas dengan teknik paduan suara. Berikutnya, perhatikan susunan vertikal nada-nadanya. Lagu di atas tersusun dalam tiga nada, bukan? Susunan vertikal tiga nada itulah yang lazim disebut akor. Apakah susunan nada- nada tersebut boleh sembarangan? Boleh saja, tetapi bila disusun sembarangan tidak akan menghasilkan nada yang selaras atau tidak harmonis. Kalau tidak selaras, lagu akan terdengar sumbang atau fals. Agar menghasilkan nada yang harmonis, susunan akor ada aturannya. Coba perhatikan susunan nada-nadanya. 1. Terdapat susunan nada 5-3-1, 6-3-1, 4-2-2 pada baris pertama. 2. Terdapat susunan nada 2-7-5 pada baris ketiga.

Seni Budaya 79 3. Terdapat susunan nada 2-6-4 pada baris keempat. 4. Terdapat susunan nada 4-2-7 pada baris kelima. Susunan nada-nada tersebut bila dinyanyikan serentak akan menghasilkan suara yang selaras dan indah. Itulah yang dinamakan akor. Di bawah ini akan dibahas tentang akor secara sederhana. e. Gerak Harmoni dan Gerak Akor Gerak akor adalah perpindahan rangkaian akor yang digunakan untuk mengiringi musik sesuai dengan pertimbangang harmoni. Dengan memperhatikan gerak akor dalam harmoni, lagu akan terdengar indah. Harmoni berarti selaras. Keselarasan dalam lagu dihasilkan oleh hubungan yang serasi antara nada satu dengan nada lain secara vertikal. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan vertikal di sini coba perhatikan skema nada berikut:

c d e f g a b c1 disebut hubungan horizontal e f g a b c1 d1 e1 dinyanyikan berurutan g a b c1 d1 e1 f1 g1 (disebut melodi)

disebut hubungan vertikal dinyanyikan bersamaan (disebut harmoni)

Konsep susunan vertikal ini merupakan dasar musik barat yang berprinsip pergerakan bunyi menuju tonika. Sedangkan harmoni pada musik gamelan lebih bersifat horizontal yang lebih menekankan pada sistem nada tertentu (pelog dan slendro) dengan mood tertentu yang ditentukan oleh pathet. Untuk mendapatkan harmoni yang baik, kita harus memperhatikan dua unsur, yaitu interval dan akor. 1) Interval Interval adalah jarak antara dua nada. Setiap interval dalam tangga nada dengan jarak yang berbeda diberi nama yang berbeda pula. Ada dua macam interval, yaitu interval melodik dan interval harmonik. Interval melodik berfungsi membentuk melodi dan interval harmonik berfungsi membentuk harmoni. Interval melodik tersusun membentuk tangga nada dari yang paling rendah ke nada lebih tinggi atau sebaliknya. Perhatikan susunan interval nada dalam tangga nada C mayor berikut!

80 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 c – c interval 0 disebut prime murni c – d interval 1 disebut sekonde besar c – e interval 2 disebut terts besar c – f interval 2½ disebut kwart murni c – g interval 3½ disebut kwint murni c – a interval 4½ disebut sekt besar c – b interval 5½ disebut septime besar c – c1 interval 6 disebut oktaf murni

Keterangan B : besar k : kecil M : murni L : lebih kur : kurang Birama 1: Pasangan not diatonik mi-fa berisi satu setengah nada dan, karena itu, membentuk interval ke-2 kecil (minor). Birama 2: Pasangan not diatonik mi-sol berisi empat setengah nada dan, karena itu, membentuk interval ke-3 kecil. Birama 3: Pasangan not diatonik sol-do berisi enam setengah nada, membentuk interval ke-5 murni. Birama 4: Pasangan not do-ri dibentuk dari pasangan not diatonik do-re, suatu interval ke-2 besar yang berisi tiga setengah nada. Perluasan re setinggi satu setengah nada menjadi ri mengakibatkan do-ri membentuk interval kedua lebih. Birama 5: Pasangan si-ru berasal dari pasangan not diatonik si-re yang berisi empat setengah nada. Ini menjadikannya interval ke-3 kecil. Not re yang diturunkan satu setengah nada mengakibatkan pasangan si-ru membentuk interval ke-3 kurang (diminished).

Seni Budaya 81 Untuk pelatihan mandiri, coba tentukan intaterval melodik dari kutipan lagu berikut!

2) Akor Akor adalah susunan tiga nada atau lebih secara vertikal yang bila dinyanyikan secara serentak akan menghasilkan nada yang harmonis. Karena tersusun dari tiga nada utama, akor juga sering disebut sebagai trinada. Nada-nada yang dijadikan sebuah akor dimulai dari nada utama sebagai dasar akor, kemudian nada kedua berupa nada terts (nada ketiga dari nada dasar), dan nada ketiga adalah nada kwint (nada kelima dari nada dasar). Akor terbentuk dengan memperhatikan interval harmonik.

Dalam nada dasar natural akan terlihat susunan akor sebagai berikut: Tingkat I : c – e – g disebut tonika diberi nama C mayor Tingkat II : d – f – a disebut supertonika diberi nama D minor Tingkat III : e – g – b disebut median diberi nama E minor Tingkat IV : f – a – c1 disebut subdominan diberi nama F mayor Tingkat V : g – b – d1 disebut dominan diberi nama G mayor Tingkat VI : a – c1 – e1 disebut submedian diberi nama A minor Tingkat VII : b – d1 – f1 disebut introduktor diberi nama B dim

Akor tingkat I, IV, dan V memiliki jarak interval antara nada dasar dengan nada terts-nya adalah 2 yang disebut sebagai terts besar (mayor). Misal dari nada c ke e berjarak 2. Maka, akor tersebut disebut sebagai akor mayor. Akor ini digunakan dalam gerak akor utma. Oleh karena itu disebut juga sebagai akor utama atau mayor. Nada dasar pada akor-akor II, III, dan VI memiliki interval terts kecil (minor) terhadap nada kedua. Misalnya nada d ke f berjarak 1½. Maka akor-akor tersebut disebut sebagai akor minor. Akor VII disebut juga akor diminished karena jarak antara nada dasar dengan nada ketiganya hanya 3 atau berupa interval kuint kurang (diminished). Akor II, III, VI, dan VII (akor minor dan akor diminished) dikelompokkan sebagai akor tambahan karena berfungsi sebagai pemanis gerak akor. Untuk pelatihan mandiri, coba tentukan interval harmonik kutipan lagu berikut!

82 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 2. Seni Pertunjukan Musik Selain pertunjukan seni vokal, musik dapat pula dipertunjukkan dengan hanya menggunakan instrumen musik. Pertunjukan resital, ansambel, orkestra, adalah contoh pertunjukan seni musik instrumental. a. Resital Resital dari bahasa Inggris recital yang dapat berarti deklamasi atau pertunjukan piano secara solo membawakan lagu-lagu karya sendiri yang menggambarkan atau menceritakan perjalanan proses kreatif sang pianis. Biasanya yang dimainkan adalah portofolio karya sang seniman.

Sumber: google.co.id Gambar 9.6 Resital Piano Jaya Suprana b. Ansambel Ansambel adalah sajian kelompok musik baik dengan instrumen yang sejenis atau campuran. Ansambel yang memainkan alat musik gesek semuanya disebut sebagai ansambel gesek. Alat musik yang dimainkan tentu saja berupa alat musik gesek sejenis violin, biola, celo, dan contra bas. Sedangkan ansambel campuran memainkan aneka alat musik mulai dari alat musik ritmis, melodis, maupun harmonis. Ditinjau dari instrumen yang digunakan, ada bermacam-macam ansambel, seperti ansambel gesek, ansambel tiup, ansambel perkusi, ansambel petik, dan ansambel campuran.

Sumber: google.co.id Gambar 9.10 Ansambel Tiup

Seni Budaya 83 c. Orkestra Orkestra dimaksudkan sebagai kelompok musisi yang memainkan alat musik bersama. Kelompok orkestra memiliki 30-40 pemain hingga 100-an pemain. Yang beranggotakan 30- 40 pemain disebut orkestra kecil. Yang memiliki 100-an pemain disebut orkestra besar (Symphony orchestra atau philharmonic orchestra). Symphonic orchestra atau philharmonic orchestra merupakan sebuah orkestra yang beranggotakan sekitar 100 orang. Sebuah Sumber: www.centralohiosymphony.org orkestra kamar (orkestra yang lebih kecil) bisa Gambar 9.11 Central Ohio Symphony beranggotakan 50 orang, dan ada juga yang lebih sedikit daripada jumlah tersebut. Namun, jumlah anggota pasti yang digunakan di orkestra berbeda-beda, tergantung pada karya yang dimainkan dan juga luas tempat konser. Biasanya mereka memainkan musik-musik klasik d. Band Band merupakan pertunjukan musik barat yang paling populer. Semua negara di dunia ini pasti pernah menyelenggarakan pertunjukan band. Bahkan, tiap negara juga pasti memiliki grup band yang legendaris. Band sering disamakan dengan grup musik atau ansambel musik. Karena kemajuan teknologi di bidang akustik, alat musik pun mendapat sentuhan teknologi. Akhirnya, pertunjukan musik pun tidak lagi membutuhkan instrumen yang banyak. Lama-kelamaan instrumen dapat menghasilkan suara yang makin bervariasi dan cukup dimainkan sedikit orang. Maka, band merupakan kumpulan musik yang hanya terdiri atas dua atau lebih musisi yang memainkan alat musik ataupun bernyanyi. Tiap-tiap ragam jenis musik memiliki aturan yang berbeda atas jumlah dan komposisi atas sebuah penampilannya, begitu pula halnya dengan lagu-lagu atau musik yang dibawakan pada permainan ansembel tersebut. Pada bentuk penampilan band jazz, instrumen yang digunakan biasanya terdiri atas instrumen musik tiup (satu atau beberapa saksofon, trompet, dan lain-lain) satu atau dua instrumen yang bermain ritmis, seperti gitar elektrik, piano, atau organ, sebuah instrumen bas, dan seorang drummer atau pemain perkusi.

Sumber: google.co.id Sumber: google.co.id Sumber: google.co.id Gambar 9.12 The Beatles Gambar 9.13 Band Scorpion Gambar 9.14 Koes Plus

84 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Pada bentuk penampilan band rock, umumnya terdiri atas beberapa gitar (satu atau dua gitar elektrik, gitar bas, dan pada beberapa kasus, satu atau beberapa gitar akustik), seorang pemain keyboard, sebuah piano, sebuah piano elektrik, atau syntesizer elektronik, dan seorang drummer. Pertunjukan musik band sangat populer kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya jumlah instrumen yang tidak terlalu banyak sehingga tidak perlu terlalu banyak pemain, teknologi akustik yang mendukung, dan kini bahkan didukungan teknologi multimedia. Oleh karena itu, sekarang cukup dengan 4 atau 5 orang pemain yang terdiri atas satu pemain gitar melodi, satu pemain gitar ritem, satu pemain gitar bas, satu pemain keyboard, dan satu pemain drum, serta mereka merangkap sebagai vokalis, sudah cukup untuk bermain band. Grup band seperti ini cukup banyak, misalnya The Beatles, The Rolling Stones, atau Koes Plus.

3. Jenis Irama Dasar Musik Barat a. Mars Irama mars adalah komposisi musik dengan irama teratur dan kuat. Musik jenis ini secara khusus diciptakan untuk meningkatkan keteraturan dalam berbaris sebuah kelompok besar, terutama barisan tentara. Irama mars paling sering dimainkan oleh korps musik militer. Lagu mars biasanya ditulis dalam birama genap 2/4, 4/4, tetapi kadang-kadang dalam birama 6/8. Mars militer dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu: • mars pemakaman, • mars lambat (75 langkah per menit), 2 langkah per birama, • mars cepat (109 hingga 128 ketukan per menit), • mars cepat ganda (140 hingga 150 ketukan per menit). Musik mars modern mulai berkembang di kalangan korps musik militer Eropa pada awal tahun 1500-an. Instrumen musik drum, simbal, terompet yang ditinggalkan tentara Kerajaan Ottoman Turki segera diadopsi ke dalam musik militer Eropa. Kemajuan tersebut berperan besar dalam perkembangan awal korps musik militer modern. Korps musik militer telah menjadi sesuatu yang umum pada masa Perang Revolusi Amerika (1775–1783). Musik mars juga telah dibakukan menjadi tiga bentuk, yaitu mars lambat/parade, mars cepat, dan mars serangan atau cepat ganda. Lagu mars populer di kalangan masyarakat umum, sejak paruh kedua abad ke-19, dan mencapai puncaknya pada pertengahan tahun 1900-an. Pada awal abad ke-20. Setelah lagu dipakai sebagai pengiring standar untuk dansa two-step, lagu mars berkembang sebagai musik untuk hiburan luar ruang dan berdansa.

Seni Budaya 85 b. Waltz Irama waltz yang dalam tradisi musik Jerman disebut Walzer, di Perancis disebut Valse, di Italia dinamakan Valzer, di Spanyol disebut Vals, dan di Polandia disebut Walc, kemungkinan berasal dari Jerman. Waltz dikenal sebagai musik pengiring dansa tiga langkah atau tiga ketukan (dalam tradisi Sunda disebut Ketuk Tilu), sering ditulis dalam tanda birama 3/4. Irama waltz mencapai popularitas sejak berakhirnya perang dunia I. Ketika itu kiblat musik ringan Eropa bergeser dari Wina ke Berlin. Maka komposisi oleh komposer seperti Gustav Mahler, Igor Stravinsky, dan William Walton yang bergenre waltz diperlakukan sebagai pengiring tarian nostalgia yang aneh sebagai sesuatu dari masa lalu. Akhirnya musik waltz tetap terus ditulis oleh komposer musik ringan, seperti Eric Coates, Robert Stolz, Ivor Novello, Richard Rodgers, Cole Porter, Oscar Straus, dan Stephen Sondheim. Di abad ini musik waltz lambat cukup dominan sebagai musik iringan tari waltz dalam bentuk ballroom.

c. Balada Balada atau ballad adalah jenis irama musik barat yang biasanya berisi narasi atau kisah hidup. Balada secara khusus merupakan karakteristik dari puisi dan lagu populer dari Kepulauan Inggris dari periode abad pertengahan sampai abad ke-19 dan digunakan secara luas di seluruh Eropa dan kemudian Amerika, Australia dan Afrika Utara. Bentuk ini sering digunakan oleh penyair dan komponis dari abad ke-18 untuk menghasilkan balada liris. Pada abad ke-19, musik ini membutuhkan makna dari lagu cinta populer. Sekarang balada sering digunakan sebagai nama lain lagu cinta, khususnya power ballad pop atau rock. Lagu-lagu balada biasanya ditulis dalam birama yang bervariasi, misalnya 4/4 atau 6/8. Jika tidak jeli memperhatikan tema lagunya, lagu berirama balada nyaris sama dengan lagu-lagu pop atau slow rock biasa.

86 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 d. Rock Musik rock adalah genre musik populer yang mulai diketahui secara umum pada pertengahan tahun ‘50-an. Musik ini berakar dari musik rhythm and blues, musik country, serta berbagai pengaruh lainnya. Musik rock juga meniru gaya dari berbagai genre musik lainnya, termasuk musik rakyat (folk music), jazz dan musik klasik. Instrumen khas dari musik rock berkisar sekitar gitar listrik atau gitar akustik, dan penggunaan back beat yang sangat kentara pada rhythm section dengan gitar bass dan drum. Keyboard seperti organ, piano atau synthesizer, saksofon dan harmonika juga turut melengkapi musik rock ini. Dalam bentuk murninya, musik rock bercirikan beat yang kuat. Dalam perkembangannya, musik rock beradaptasi dan berkolaborasi dengan berbagai genre musik lainnya. Yang berkolaborasi dengan musik folk menjadi folk rock. Dengan blues menjadi blues-rock. Yang dengan jazz, menjadi jazz-rock fusion. Rock juga terpengaruh musik soul, funk, dan musik latin. Heavy metal, hard rock, progressive rock, dan punk rock juga muncul dengan kolaborasi tersebut. Sub kategori rock yang mencuat di antaranya yang dikenal New Wave, hardcore punk, dan alternative rock. Juga terdapat grunge, britpop, indie rock dan nu metal. Grup band beraliran rock biasanya terdiri atas pemain gitar, penyanyi utama (lead singer), pemain gitar bass, dan drummer (pemain drum).

Seni Budaya 87 e. Country Musik country adalah campuran dari sejumlah unsur musik Amerika yang berasal dari Amerika Serikat Bagian Selatan. Musik ini berakar dari lagu rakyat Amerika Utara, musik kelt, musik gospel, dan berkembang sejak tahun 1920-an. Istilah musik country mulai dipakai untuk menggantikan istilah musik hillbilly yang terkesan merendahkan. Istilah musik country telah menjadi istilah populer sejak tahun 1970-an. di Inggris dan Irlandia genre musik ini dikenal dengan sebutan country and western. Penyanyi pop Elvis Presley mengawali kariernya dengan memainkan musik berirama country. Tetapi kemudian beralih ke musik rock and roll. Kini penyanyi dan pemusik Taylor Swift merupakan musisi country yang paling dikenal di dunia.

B. Sejarah Musik Barat Musik itu bersifat universal. Setiap orang, dari mana pun asalnya, akan mampu mencerna, memahami, dan menikmati musik tanpa harus mengenal, mengerti, dan memahami bahasa lirik yang digunakan penciptanya. Musik adalah melodi, ritme, dan harmoni yang untuk memahaminya cukup dengan bahasa rasa. Maka, jangan heran bila bayi yang masih dalam buaian yang secara teknis belum mengerti bahasa, sudah dapat menikmati nyanyian yang didendangkan oleh ibunya. Dalam bab ini kita akan mempelajari perkembangan musik di mancanegara, khususnya Eropa, dengan maksud agar kita lebih mengenal akar perkembangan musik, yang hingga saat ini kita nikmati. Tentu bukan hanya karya-karya musiknya saja yang kita pelajari, tetapi ilmu pengetahuan tentangnya juga akan kita pelajari. Kita cari hubungannya dengan karya-karya seni kita. Dengan cara demikian kita mengenal dan memahami budaya orang lain sekaligus mengenal dan memahami diri kita sendiri. Sejarah Musik Barat Beserta Budaya yang Mempengaruhinya Boleh dikatakan, usia musik hampir sama dengan usia keberadaan manusia. Hal ini dapat dianalogikan dengan bayi yang baru lahir pun dapat menikmati musik. Tentu musik pada awal keberadaan manusia, jauh berbeda tingkat kecanggihannya dengan musik masa kini. Meskipun demikian, sesederhana apa pun, pada prinsipnya musik itu sama, yakni hal-hal yang berhubungan dengan melodi, ritme, dan harmoni. Namun, keberadaan musik purba yang tidak dapat dilacak bekasnya juga tidak gampang dijadikan sebagai bahan penulisan sejarah karena penulisan sejarah memerlukan bukti-bukti historis yang meyakinkan secara ilmiah.

88 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Menyadari hal itu, para sejarawan musik cenderung memulai karyanya dengan menyajikan fakta-fakta sejarah yang memiliki data-data yang cukup. Dalam hal ini, menurut Dieter Mack dan Roderick J Mc Neil (2002) sejarah musik barat dapat disajikan dengan periodisasi sebagai berikut. 1. Musik Zaman Yunani Kuno (mulai tahun 1100 SM) Meskipun dalam sejarah Yunani takluk kepada Kesaisaran Roma, tetapi kekuatan kebudayaannya masih tetap eksis. Hal ini terbukti dari tetap digunakannya Bahasa Yunani sebagai bahasa pengantar di wilayah Laut Tengah sampai abad ke-2. Para filosof, teolog, sastrawan, arsitek, dan pemusik sering menoleh ke masa Yunani kuno untuk mencari inspirasi bagi karya-karyanya. Masa keemasan kebudayaan Yunani Kuno terjadi pada tahun 546 – 323 SM. Pada waktu itu filsafat, kesusastraan, seni patung, arsitektur, drama, sains, dan musik berkembang sangat pesat. Menurut mitos Yunani Kuno, musik dianggap sebagai ciptaan dewa-dewi atau setengah dewa, seperti Appolo, Amphion, dan Orpheus. Mereka menganggap bahwa musik memiliki kekuasaan ajaib yang dapat menyempurnakan tubuh dan jiwa manusia serta membut mukjizat dalam dunia alamiah. Oleh karena itu, musik tidak dapat dipisahkan dari upacara-upacara keagamaan. Dikenal 9 Dewi Musik, yaitu: Nama Keterangan 1. Kalliope Dewi seni sastra syair 2. Klio Dewi Sejarah 3. Erato Dewi sastra erotis 4. Euterpe Dewi sastra liris 5. Thalia Dewi ria jenaka 6. Melpomene Dewi drama sedih 7. Terpsichore Dewi tari 8. Polyhymnia Dewi seni musik (olah nada) 9. Urania Dewi ilmu bintang Musik lyra (alat musik petik sejenis harpa kecil) dan kithara (alat musik petik berdawai lima sampai tujuh) terkait erat dengan keberadaan aliran agama Apollo. Sedangkan aulos (sejenis alat musik tiup terbuat dari kayu yang terdiri dari dua batang yang memiliki lubang jari) berkaitan dengan aliran Dionysus. Lyra dan kithara biasa digunakan untuk mengiringi puisi epik (sejenis Illiad, ciptaan Homer dari abad ke-8 SM) dan juga sebagai alat musik solo. Aulos biasa dipakai untuk mengiringi sajian dithyramb (suatau jenis puisi yang khusus diperdengarkan dalam ibadah Dionysus). Aulos juga dipakai untuk mengiringi sekelompok paduan suara dan musik bagian-bagian lain yang dibutuhkan dalam drama-drama agung ciptaan Sophocles dan Euripides. Bukti-bukti keberadaan alat musik lyra dan aulos dalam kebudayaan Yunani Kuno dapat dilihat dari ditemukannya gambar-gambar alat musik itu dalam periuk-periuk keramik kuno yang masih dipertahankan hingga masa kini. Lyra dan aulos juga dimainkan secara solo dalam acara-acara pekan olahraga. Ada catatan tentang permainan aulos oleh Sakadas pada Pekan Olahraga di Pythia pada tahun 596 SM. Ia memainkan sebuah lagu yang menceritakan pertempuran antara Apollo dengan naga. Lagu ini merupaka deskripsi musik pertama yang terdapat dalam sejarah musik. Selanjutnya, perlombaan permainan aulos dan kithara dalam pekan musik instrumental dan vokal menjadi semakin populer setelah abad ke-5 SM. Hal ini menyebabkan lahirnya virtuoso-virtuoso (orang yang

Seni Budaya 89 luar biasa mahir dalam memainkan alat musik dan membawakan lagu). Penggarapan musik dan lagu pun otomatis semakin kompleks dan rumit. Dalam kaitannya dengan pendidikan musik, kompleksitas dan kerumitan yang menjadi kecenderungan para virtuoso ini kemudian dikritik oleh filosof kenamaan, yaitu Aristoles (sekitar abad ke-4 SM). Setelah kejayaan masa Yunani Kuno, mulailah muncul reaksi terhadap kompleksitas teknik dalam musik, baik secara teoretis maupun secara praktis. Reaksi penyederhanaan atas kompleksitas musik Yunani Kuno dilakukan sejak awal zaman Kristen. Contoh-contoh notasi musik zaman Yunani Kuno memang tidak banyak. Namun ada yang masih hingga masa kini, yaitu: 1. dua lagu pujian kepada Apollo (sekitar tahun 150 SM), 2. sebuah lagu untuk acara minum (sekitar tahun 150 SM), dan 3. tiga lagu dari Mesomede, Kreta, (sekitar abad ke-2 M). Dari lagu-lagu yang ditemukan dapat diketahui bahwa musik Yunani Kuno umumnya memiliki sifat: 1. monofonis (satu suara) dengan heterofoni pada waktu alat-alat musik mengikuti suara. Sumber: google.co.id 2. Sudah dipraktikkannya improvisasi, namun Gambar 9.15 Alat Musik Yunani Kuno diatur melalui konvensi-konvensi bentuk dan gaya dengan pola melodi yang mendasar. 3. Musik dan teks berhubungan sangat erat serta melodi dan irama, teks dalam hal ini puisi, sangat menentukan cara penyusunannya dalam musik. Meskipun demikian, dalam hal teori musik, zaman Yunani Kuno menghasilkan karya-karya yang cukup banyak dan monumental. Bahkan, teori musik yang lahir pada zaman itu masih berpengaruh dan menjadi acuan hingga masa kini. Ukuran interval-interval musik, termasuk pembagian oktaf ke dalam delapan nada yang dibuat oleh Pythagoras pada abad ke-6 SM masih digunakan hingga kini. Rumusan ide Harmoni dari Alam Semesta (Music of the Spheres)-nya juga menjadi ide yang sangat populer di kalangan ahli teori musik dari Abad Pertengahan. Ide-ide teori musik Yunani Kuno yang lahir dari para filosof di antaranya: 1. Harmonics (risalah teori musik tertua) yang menguraikan tetrakord (kumpulan empat nada berjarak satu kuart) karya Aristoxemus (tahun 330 SM) teori ini kemudian disederhanakan oleh Ptolomeus, ahli atematika abad ke-2 M. 2. Ethos, teori tentang efek musik terhadap moral, karya Plato (tahun 427-347 SM) dan Aristoteles (tahun 384-322 SM). Dalam teori ini mereka menyatakan bahwa musik dapat berpengaruh terhadap emosi pendengarnya. Musik yang baik akan berpengaruh baik terhadap moral pendengarnya, musik yang buruk juga akan berpengaruh buruk kepada pendengarnya.

90 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Sumber: www.mfiles.com.uk Gambar 9.16 Lukisan tentang Permainan Musik Zaman Yunani Kuno

Dalam periode Yunani Kuno muncul dua aliran musik, yaitu musik untuk ibadah Dionysius dan musik untuk persembahan dewa Apollo. Musik aliran Dionysian berkecenderungan membangkitkan semangat, kegemparan, dan sfat-sifat lain yang kurang baik. Sedangkan musik Apollonian berkecenderungan menimbulkan ketenangan dan dorongan spiritual. Berdasarkan kecenderungan ini musik aliran Klasik disebut Apollonian dan aliran Romantik disebut Dionysian. Meskipun demikian, dalam hal teori musik, zaman Yunani Kuno menghasilkan karya-karya yang cukup banyak dan monumental. Bahkan, teori musik yang lahir pada zaman itu masih berpengaruh dan menjadi acuan hingga masa kini. Ukuran interval-interval musik, termasuk pembagian oktaf ke dalam delapan nada yang dibuat oleh Pythagoras pada abad ke-6 SM masih digunakan hingga kini. Rumusan ide Harmoni dari Alam Semesta (Music of the Spheres)-nya juga menjadi ide yang sangat populer di kalangan ahli teori musik dari Abad Pertengahan. Tangga nada diatonis asli dari Yunani disebut tangga nada doris, yaitu sebagai berikut.

Tokoh-tokoh seni musik yang dikenal pada zaman Yunani Kuno adalah Plato (427 – 247 SM), Aristoteles (384 – 322 SM), Aristexemos (350 – 300 SM).

2. Musik Zaman Romawi (mulai tahun 753 SM) Kekuasan kekaisaran Roma sangat luas dan kuat sehingga stabilitasnya mampu membantu perkembangan kesenian. Alat-alat musik yang diciptakan dan dikembangkan oleh pemusik Roma pun semakin banyak dan bervariasi. Alat-alat musik yang lahir pada masa Romawi di antaranya: • Beberapa jenis musik tiup dari logam seperti trompet dan horn. • Sejenis organ hidrolis dengan papan tuts yang memanfaatkan tekanan air sebagai peniupnya. Alat-alat musik ini dipakai dalam teater-teater terbuka untuk mengiringi pertarungan para gladiator. Popularitas musik pada zaman Romawi Kuno ini semakin meningkat karena Kaisar Nero pun dikenal sebagai pemusik andal.

Seni Budaya 91 Sumber: en.wikipedia.org Gambar 9.17 Musik Romawi

3. Musik Abad Pertengahan (500-1350 M) Abad pertengahan diawali dengan runtuhnya kekaisaran Romawi. Pada awalnya musik abad pertengahan masih bersifat monofonik. Monofonik berasal dari kata Yunani monos, berarti tunggal, dan phooneoo berarti berbunyi. Monofonik berarti jenis musik yang hanya terdiri dari satu suara saja tanpa iringan apa pun. Seni musik abad pertengahan juga didonminasi oleh musik gereja yang bersumber pada seni musik Yahudi dalam hal ini adalah madah (nyanyian yang bersumber dari ayat-ayat suci). Seni musik pada masa ini didominasi oleh musik gereja. Pada masa ini seni musik monofonik mencapai puncak kesempurnaan artistik, terutama pada masa Paus Gregorius Agung (540-604). Oleh sebab itu, musik pada Abad Pertengahan juga disebut musik Gregorian. Pada masa ini teori musik juga berkembang. Guido de Arezzo, teoritikus musik asal Itali pada tahun 1050 menciptakan metode menghafal nada. Ia berpangkal pada tangga nada hexachord, yaitu deretan 6 nada dengan interval ½ di tengah.

Guido de Arezo memberi nama nada-nada yang sekarang dikenal sebagai solmisasi berdasarkan Himne Yohanes. Ia mengambil suku awal lirik lagu tersebut untuk memberi nama nada. Berikut adalah lagunya:

92 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Nama nada diambil dari suku kata yang dilingkari pada lagu di atas. Nada Nama Solmisasi C UT (do) D RE E MI F FA G SOL A LA

Pada abad pertengahan juga mulai dibedakan antara birama dan irama. Birama adalah sistem tekanan yang tetap, sedangkan irama adalah sistem gerak melodis yang penuh kehidupan, dinamika, dan variasi. Bentuk-bentuk nyanyian pada masa ini, terutama nyanyian-nyanyian untuk gereja umumnya bersifat resitatif. Atas jasa para penyanyi keliling troubadour (Prancis = menemukan), trouvere (Prancis = menemukan/mengarang syair dan melodi), dan minesanger (Jerman = penyanyi lagu asmara) musik profan (keduniawian) mulailah berkembang lagu-lagu kepahlawanan, percintaan, dan lagu-lagu untuk menyemarakkan pesta. Selain menyanyikan lagu, mereka juga menciptakan komposisi, dan menampilkan karyanya dengan diiringi pertunjukan akrobatik. Namun dalam tradisi ini pun musik masih bersifat monofonik. Jenis-jenis dan bentuk lagu pada masa itu di antaranya. Jenis/Bentuk Lagu Keterangan • Litani Lagu cerita kepahlawanan dalam ayat-ayat panjang • Sekwensi • Kanzone Himne tipe ab ab cd (ab pertanyaan, cd jawaban) • Rondo Nyanyian berbait dengan refren

Diketahui ada 450 troubadour pada masa itu yang menghasilkan 2.500 syair dan kira- kira 300 lagu. Troubadour yang sangat terkenal di antaranya adalah:

Nama Pemusik Keliling Karyanya Masa Troubadour (Prancis) • Guillaume de Poitiers (1071-1126) 11 syair • Jaufre Rudel (wafat 1150) 3 lagu dengan tema asmara akan kekasih yang jauh • Marcabru (wafat 1140) 4 lagu • Bernart de Ventadorn (1130-1195) 19 lagu (paling masyhur) • Peire Vedal (wafat 1205) • Guorant Riquire (wafat 1298) troubadour terakhir Masa Trouvere (Prancis) • Chretier de Troyes (1120-1180) mengarang drama “Miracle de la Sainte Vierge” • Abas Gautier de Coinci (wafat 1236) 16 Rondo dengan 3 suara, drama “Jeu de Robin et de Marion” dengan dialog dan 18 lagu • Adam de la Halle (1237-1287) Masa Minesanger (Jerman) • Heinrich von Mainz (wafat 1197) • Frederich von Hansen (wafat 1190) • Rudolf von Fenis Neurenberg

Seni Budaya 93 Tidak ditemukan naskah berisi contoh-contoh lagu instrumental sampai sekitar tahun 1300. Namun lukisan dan banyak gambar dari naskah-naskah Al Kitab dari zaman itu dan gambar- gambar di jendela-jendela gereja memperlihatkan beberapa jenis alat musik yang dimainkan. Alat-alat musik itu di antaranya harpa, vielle, organistrum, kecapi, lut, suling, shawm, dan organ. Dengan adanya bukti-bukti alat musik itu berarti musik polifoni (musik beberapa suara, termasuk lagu dengan iringan alat musik) sudah mulai dikenal. Pada abad pertengahan ini juga mulai diperkenalkan sistem notasi musik mensural, yakni notasi nada yang memperhitungkan panjang nada sesuai dengan proporsi. Notasi mensural inilah yang kemudian menjadi dasar notasi balok seperti yang kita kenal sekarang. Notasi mensural dipakai sampai tahun 1600 dan kemudian diganti dengan notasi modern (not balok) dengan garis birama. Seiring dengan perkembangan musik polifoni berkembang pula jenis- jenis penyajian musik. Terdapat penyajian musik secara kolosal, yaitu · Discantus : Penyajian lagu dengan 1 sampai 3 suara dengan iringan instrumen. · Motet : Nyanyian bersama-sama yang menyajikan berbagai macam Sumber: www. en.wikipedia.org naskah. Gambar 9.18 Seorang · Kanon : Hampir sama dengan motet, tetapi terdapat dua kelompok Musisi Abad Pertengahan yang berlainan saat menyanyikan. · Madrigal : Penyajian nyanyian secara bersama-sama dengan 4 sampai 5 macam suara yang sekarang dikenal dengan paduan suara. · Balatta : Penyajian nyanyian dengan 2 atau 3 suara dengan berbagai variasi.

4. Musik Zaman Renaisans (1350-1600) Kata renaisans berasal dari Bahasa Prancis renaissance yang berarti “lahir baru” menemukan kembali jati diri manusia. Artinya, manusia dengan akal budi dan dan aspirasi, cipta, karya, karsanya berhak untuk menentukan hal-hal yang berkaitan dengan individunya. Inilah awal aliran humanisme. Sebelum zaman renaisans, teologi terlalu mendapat perhatian yang dominan sehingga segala hal berkaitan dengan akal budi manusia harus dikembalikan kepada ketuhanan. Sebagai sebuah sejarah, zaman renaisans merupakan masa peralihan dari abad pertengahan ke abad modern di Eropa yang ditandai oleh perhatian kembali kepada karya seni klasik, berkembangnya seni baru, dan tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Tahap awal perkembangan gerakan renaisans dalam kesenian dan kesusastraan terasa di Italia, kemudian menyebar ke Eropa Utara. Di Italia muncul tokoh-tokoh seni dan sastra, antara lain Botticelli, Leonardo da Vinci, Raphael, Michelangelo, Cellini, Ariosto, dan Machiavelli. Peristiwa-peristiwa bersejarah selama masa renaisans di antaranya: • Penemuan percetakan sekitar tahun 1450 oleh Johann Gutenberg yang mengakibatkan suatu revolusi dalam penyebaran informasi dan ide-ide di seluruh Eropa. • Runtuhnya kota Contantinople atau Buzantium karena serangan Turki pada tahun 1453. Banyak sarjana yang melarikan diri ke Italia kemudian mengembangkan bahasa Yunani Kuno, kesenian, dan filsafat Yunani Kuno.

94 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 • Reformasi Protestan yang dipelopori Martin Luther King pada tahun 1517 yang mulai memasukkan musik polifonik untuk ibadah di gereja. Musik banyak dikembangkan selama masa renaisans. Oleh karena itu, lebih banyak musik diciptakan dan diperdengarkan daripada masa-masa sebelumnya. Dua faktor terpenting dalam perkembangan ini adalah pencetakan musik polifonik yang mulai ada pada tahun 1501 dan dukungan bangsawan yang berpendidikan dan membutuhkan hiburan berkualitas tinggi. Selain itu, risalah-risalah tentang bagaimana memainkan berbagai jenis alat musik mulai diterbitkan sehingga jumlah pemusik amatir meningkat dengan pesat. Sebagai buah perkembangan ini, instrumen musik yang dulunya hanya digunakan sebagai pengiring lagu, mulai dibuat komposisinya. Instrumen orgel mendapat perhatian di Italia dan Jerman, sedangkan Inggris lebih memperhatikan instrumen pendahulu piano, yaitu virginal. Dengan perhatian terhadap seni musik yang demikian, Sumber: id.wikibooks.org musik duniawi semakin berkembang dan musik gerejawi Gambar 9.19 Notasi otomatis merosot. Namun, pendukung musik terbesar dan Kidung Gregorian terpenting tetap gereja. Pada masa ini juga muncul pertama kali ide tentang komponis agung dengan para pemusik dan komponis dari Belanda dan Prancis Timur seperti Dufay, Johannes Ockeghem (1410-1497), Josquin Desprez (1440-1521), Henricus Isaac (1450-1517), dan Jacob Obrecht (1450-1505) yang mendapat prstasi internasional. Mereka mendominasi gaya musik Eropa waktu itu sehingga awal masa renaisans juga disebut sebagai masa aliran musik Netherlands. Norma-norma musik mereka kemudian menjadi aliran utama dalam musik polifonik selama abad ke-16. Tradisi mereka dilanjutkan oleh Nicolas Gombert (1495-1556), Jacobus Clemens (1510-1557), Adrian Willaert (1490-1562), dan Orlande de Lassus (15532-1594) juga komponis-komponis Italia seperti Giovanni Pierluigi da Palestrina (1525-1580-an). Palestrina mendapat penghargaan sebagai komponis yang paling agung di seluruh dunia. Namanya mewakili semua jenis musik abad ke-16 yang mengikuti gaya polifonik imitatif. Bentuk musik sakral yang terpenting selama masa renaisans adalah misa dan motet. Dalam musik duniawi beberapa jenis musik baru dalam bahasa nasional muncul di berbagai negara, misalnya frottola dan madrigal di Italia, part-song dan mudrigal di Inggris, chanson di Prancis. Pada masa ini juga mulai dikenal teknik komposisi SATB yang menjadi patokan standar paduan suara hingga kini. S (sopran) berfungsi sebagai suara pokok, A (alto) berfungsi sebagai pelengkap harmonis, T (tenor) berfungsi sebagai cantus primusnya, dan B (bas) sebagai dasar harmoni. Perkembangan baru dalam musik selama masa renaisans adalah perkembangan musik instrumental, baik solo maupun ansambel. Dengan demikian, musik dibebaskan dari ikatan kata-kata. Musik mulai berfungsi sebagai bunyi sempurna dengan suatu arti tersendiri.

Seni Budaya 95 Alat-alat musik terkenal dan berkembang dengan pesat pada zaman renaisans adalah: Jenis Nama instrumen Keterangan Gesek Viol (enam senar) Memakai fret interval seperti gitar. Biola (empat senar) Polos. Tiup (kayu) Recorder Populer hingga sekarang. Krumhorn Mirip recorder. Shawm atau Pommer Seperti obo, bunyi keras. Dulcian Kornetto Berbentuk seperti tanduk, bunyi dihasilkan oleh getar bibir pemain seperti terompet. Kornetto bas. Serpent Tiup (logam) Terompet Belum memiliki klep-klep Trombon Mirip trombon modern Petik Lut Mirip gitar dipetik dengan ujung jari, bukan kuku. Vilhuela Sejenis lut dipakai di Spanyol. Keybord Organ Seperti organ sekarang. Harpsikord Senar-senar dipetik oleh plektrum dari kulit atau bulu burung. Spinet (virginals) Harpsikord kecil di Inggris.

Ada enam variasi bentuk lagu-lagu instrumental pada masa renaisans, yaitu: a. Musik vokal yang dimainkan dengan alat musik. b. Ansambel berdasarkan melodi-melodi yang sudah ada. c. Bentuk variasi dengan penambahan nada-nada hias untuk mengiringi tarian. d. Bentuk ricercar, fantasia, dan chanzona yaitu komposisi berdasarkan tema dan variasi, bukan berdasarkan irama tarian. Ketiga bentuk ini biasanya berupa ansambel. e. Toccata dan Prelude, karya bentuk bebas yang memakai banyak figurasi. f. Musik tarian, yaitu musik untuk iringan tari

Sumber: www.en.wikipedia.org Gambar 9.20 Lukisan yang menggambarkan Permainan Musik di Zaman Renaisance.

96 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 5. Musik Zaman Barok (1600-1750) Istilah barok diambil dari bahasa Portugis barocco yang berarti mutiara. Istilah ini sebenarnya tidak digunakan pada waktu itu. Istilah barok hanya digunakan untuk memberi identitas bagi sebuah masa perkembangan seni musik pada masa tahun 1600-an hingga tahun 1750-an yang tidak ada ciri-ciri dramatis dibandingkan dengan masa sebelumnya. Namun, seperti halnya bidang seni lain, suatu masa baru muncul setelah terjadi tarik-menarik gaya antara kaum konservatif yang ingin mempertahankan estetika musik lama dengan kaum pembaharu yang inovatif. Awalnya gaya musik zaman Barok dikritik sebagai musik yang harmoninya kurang jelas, kehilangan bentuk normal, eksentrik (berlebihan), kurang bermutu, bahkan dekaden (merosot). Namun, karena perkembangan dasar-dasar estetika yang baru, gaya musik barok semakin dinilai secara positif. Gaya musik zaman Barok memang tidak jelas, berbelit-belit, dan bombastis. Namun hidup, lancar, lincah, dan penuh perasaan sehingga sangat cocok untuk penyajian opera yang saat itu mulai populer. Nada-nada penghias dimanfaatkan secara optimal sehingga menghasilkan sajian yang dinamis. Keras lemahnya nada disajikan dengan jelas. Selain bertambah jumlahnya, alat-alat musik juga semakin tinggi mutu suaranya. Selain alat- alat musik yang sama dengan masa Renaisans yang berkembang di lingkungan istana, alat-alat musik rakyat juga mulai berkembang. Oktavgeige (biola sederhana), drehleier (alat musik gesek dengan dawai bordun), gitar, hackbrett (sejenis Sumber: www.baroquecd.com sitar), maultrommel, pikolo, recorder, schalmei Gambar 9.21 Para Musisi Zaman Baroque (mirip klarinet), genderang, castagnet, xilophon, lonceng kecil. Berkembang pula alat-alat musik tiup baru prommer, fagot, dan raket yang kemudian lenyap kecuali obo dan klarinet. Pada masa Barok juga mulai diperkenalkan sistem tangga nada mayor dan minor. Bentuk- bentuk sajian musik yang tumbuh pada masa itu adalah lagu-lagu instrumentalia dengan cerita sejenis opera (suita), permainan instrumentalia (sonata), hidangan musik yang sifatnya agung (kantata), dan sajian musik orkes simfoni yang diselingi permainan solo (concerto). Komponis besar pada zaman ini adalah Johann Sebastian Bach (1685-1750) dan George Friederich Handel (1685-1759).

6. Zaman Musik Klasik (1750-1800) Menurut Frederich Blume (1958) musik klasik adalah karya seni musik yang sempat mengintikan daya ekspresi dan bentuk bersejarah sedemikian rupa hingga tercipta suatu ekspresi yang meyakinkan dan dapat bertahan terus. Zaman klasik ditandai dengan kembalinya gaya seni yang memperhatikan kaidah-kaidah formal. Pada masa ini seniman kembali menengok kepada gaya seni zaman Yunani Kuno. Struktur bentuk dan komposisi musik kembali mengikuti kaidah-kaidah formal dalam mencapai kesempurnaan. Seperti halnya pada awal zaman Barok yang merupakan suatu reaksi terhadap Zaman

Seni Budaya 97 Renaisans, musik Zaman Klasik juga merupakan reaksi atas zaman barok. Hal ini tampak dari timbulnya dua gaya, yaitu gaya galan dan gaya sensitif. Gaya galan berciri: 1. lebih bebas, 2. lebih mudah untuk dimengerti, 3. enak melodinya, 4. ornamentasi yang lebih halus, 5. iringan tanpa keterikatan jumlah suara, 6. ditujukan terutama kepada penggemar musik, 7. bertujuan untuk menghibur secara lebih bermutu, dan 8. bukan ditujukan untuk menciptakan komposisi yang berat. Gaya sensitif berciri: 1. menentang gaya Barok yang terlalu kaku dan terlalu emosional, 2. musik lebih sebagai ungkapan pribadi yeng diungkapkan dalam penerapan dinamika (crescendo), dan 3. ungkapan rasa suka dan duka. Zaman Klasik bermula sepeninggal Johann Sebastian Bach dan George Friederich Handel. Ciri-ciri utama musik klasik adalah sebagai berikut. 1. Pemakaian crescendo dan decrescendo 2. Pemakaian accelerando (mempercepat tempo) dan ritartando (memperlambat tempo) dalam penyajian musik. 3. Pembatasan pemakaian nada-nada penghias (ornament). 4. Pemakaian akor trinada (akor tiga nada). Bentuk-bentuk musik yang populer pada waktu itu adalah bentuk-bentuk komposisi sonata, simfoni, concerto, dan karya-karya lepas. Komposisi-komposisi itu bahkan semakin diperdalam, disempurnakan, dan dikembangkan. Komponis-komponis penting di zaman klasik ini di antaranya adalah John Stamitz (1717-1757), Franz Joseph Haydn (1732-1809) yang dikenal sebagai Bapak Orkes Simfoni dengan lebih dari 100 karya dan Bapak Kwartet dengan lebih dari 80 karya. Kemudia Wolfgang Sumber: www.taringa.net Gambar 9.22 Beethoven, Mozart, dan Bach (Tokoh Musik Amadeus Mozart (1765-1791). Para komponis Klasik) ini dianggap sebagai tokoh yang membuat musik gaya klasik tingkat tinggi.

7. Musik Zaman Romantik (1800-1890) Istilah romantik dalam sejarah perkembangan musik Eropa berhubungan dengan perasaan, sikap batin, dan jiwa manusia. Pada zaman ini karya seni musik dianggap lebih mengikuti gerak hati penciptanya. Oleh karena itu gaya musik pada zaman ini begitu bebas dan tak terbatas. Karya seni apa pun selalu terpengaruh oleh keadaan zamannya. Musik romantik yang muncul

98 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 pada abad ke-19 tentu juga terpengaruh oleh keadaan masyarakat pada abad ke-19. Kita tahu pada awal abad tersebut kehidupan masyarakat mengalami perubahan dalam kehidupan politik dari yang semula bersifat absolut, dipimpin raja-raja atau kaisar-kaisar, menjadi demokratis, dengan pemimpin dipilih rakyat. Di banyak negara perubahan ke arah demokratis ini bahkan ada yang melalui revolusi dan perang. Kehidupan menjadi penuh konflik. Keadaan ekonomi juga sulit. Dalam keadaan seperti itu, manusia tidak dapat melarikan dari untuk menghindari kenyataan yang penuh konflik. Oleh karena itu, mereka mulai melarikan diri dari kenyataan yang sulit ke hal-hal yang bersifat mudah, ekonomis, dan menghibur. Perkembangan musik Romantik dapat dilihat dari fase-fase romantik berikut. a. Romantik Awal (1800-1830) Pada era ini musik diwarnai dengan usaha manusia melarikan diri ke dunia irasional. Komponis menimba bahan dari dunia dongeng yang ajaib dan misterius tidak hanya untuk karya-karya operanya, tetapi juga untuk musik instrumentalia (Beethoven) dan musik kamar (nyanyian Schubert). b. Romantik Tinggi (1830-1850) Gaya romantik berkembang ke seluruh Eropa. Komponis-komponis menciptakan karya- karya dengan semangat baru yang romantis. H. Berlioz (Prancis) menciptakan Symphonie Fantastique. Chopin (Prancis) memikat para pencinta musik piano. Paganini (Italia) menunjukkan kemahirannya dalam permainan biola. Liszt (Jerman) menumpahkan emosinya dalam permainan piano Mendelssohn (Jerman) menemukan kembali dan mementaskan musik Bach secara romantis. Wagner (Jerman) dan Verdi (Italia) menciptakan opera gaya baru yang mempesona. c. Romantik Akhir (1850-1890) Pada masa ini muncul generasi baru, yaitu C. Franck, Bruckner, Brahms, dan lain-lain dengan estetika dan bentuk baru yang bergaya naturalisme dan nasionalisme. Ciri khas musik zaman romantik adalah sebagai berikut. a. Segi bentuk Musik romantik masih mempertahankan bentuk musik klasik tetapi dengan perluasan dan perubahan. Bentuk-bentuk baru yang populer adalah lagu piano singkat, lagu sastra simfoni, drama musik. b. Segi harmoni Musik romantik mengembangkan musik klasik dengan penambahan nada-nada kromatis. c. Segi ritmik Ritmik musik klasik dikembangkan. Unsur-unsur ritmik seperti tempo mendapat perhatian secara cermat karena ritmik dianggap sebagai bagian dari ungkapan rasa dalam musik. Partitur- partitur musik secara cermat diberi catatan-catan yang berkaitan dengan ritmik. Ada pemakaian tempo sampai mendetail seperti Andante molto cantabile e non troppo mosso. Tempo-tempo ekstrim juga mulai dipraktikkan, misalnya ekstrim cepat atau ekstrim lambat. Ikatan pada metronom manzel (penanda tempo, lihat pelajaran kelas VII) d. Segi warna suara Instrumen yang menghasilkan suara alamiah seperti flute (suling), klarinet, tuba, dan trombon lebih diutamakan karena dapat menimbulkan suasana sakral dan khidmat.

Seni Budaya 99 Pada zaman romantik karya musik jenis nyanyian sangat berkembang. Bahkan, nyanyian rakyat berperan sangat penting. Dalam nyanyian rakyat sikap asli, wajar, sederhana, dan khas nasional mendapat ungkapan yang semestinya. Beberapa seniman mulai mengumpulkan nyanyian rakyat yang diturunkan dari generasi ke generasi selanjutnya secara lisan. Lagu-lagu rakyat inilah yang kemudian menjadi sumber inspirasi bagi para komponis. Lagu-lagu pada zaman itu mulai dinyanyikan di rumah dan pesta-pesta. Tokoh-tokoh musik jenis nyanyian yang terkenal pada zaman romantik adalah Franz Peter Schubert (1797-1828), Robert Schumann (1810-1856), Robert Franz (1815-1892), Johannes Brahms (1833-1897), dan Wilhelm Richard Wagner (1813-1883) yang juga mendapat sebutan sebagai Bapak Opera. Nyanyian untuk paduan suara campuran (pria dan wanita) juga sangat populer pada zaman romantik. Selain nyanyian, musik piano juga sangat populer pada waktu itu.

8. Musik Zaman Peralihan (1890-awal abad XX) Sepeninggal Wagner, musik zaman romantik berakhir. Setelah itu musik memiliki ciri yang lebih tegas warna nasionalnya karena pada saat itu mulai muncul kesadaran nasionalisme. Komponis zaman peralihan di antaranya adalah Cesar Auguste Franck (1822-1890), Gustav Mahler (1860-1911), Peter Ilych Tschaikovsky (1840-1893), dan Sergei Rachmaninoff (1873-1943).

9. Musik Abad Modern (1900-sekarang) Seiring dengan munculnya kesadaraan kebangsaan dan pembebasan dari belenggu kolonialime di abad XX, seni musik juga mengalami revolusi bentuk dan gaya. Ciri paling penting dalam gerakan musik modern adalah sikap emansipatif, yaitu sikap yang ingin membebaskan diri dari segala belenggu aturan yang mengekang kebebasan berekspresi. Maka, mulailah gejala munculnya aliran musik impresionistis, ekspresionisme, dan eksperimental. Gaya ini berciri tidak teratur. Bagi komponis masa modern, ketidakteraturan ini menimbulkan misteri dan ketegangan yang tidak terduga. Gaya impresionisme mulai merasuk ke dunia musik. Gaya musik ini menekankan pada timbulnya kesan yang kuat bagi pendengar. Claude Achille Debussy (1862-1918) merupakan pelopor aliran musik impresionisme. Musik Debussy mulai memasukkan sistem tonal yang tidak hanya dari nada-nada diatonis saja, tetapi juga memasukkan nada-nada pentaonis. Salah satunya adalah nada pentatonis gamelan Jawa. Orkes-orkes mengalami perubahan ke arah ekonomis, yaitu dengan memilih bentuk-bentuk ansambel kecil. Karena memasukkan nada-nada pentatonis yang tidak lazim dalam eksperimen musiknya, musik zaman ini mulai memberikan suasana yang tersendiri, menarik, eksotis, aneh, tetapi memaksa orang untuk mendengarkan. Komponis masyhur di era modern di antaranya adalah Richard Strauss (1864-1947), Arnold Schoenberg (1874-1951), Bela Bartok (1881-1945), dan Igor Stravinsky (1882-1971). Ciri lain dari zaman modern adalah industrialisasi dalam segala bidang. Musik pun dipengaruhi industrialisasi ini. Bunyi-bunyian yang bersumber dari suara-suara mesin industri dicoba digali untuk memberi sentuhan warna musik modern. Teknologi audio visual yang berkembang pesat juga mendorong perkembangan musik modern untuk selalu berdampingan dengan industrialisasi. Maka, babak baru dunia musik lahir dengan ditandai mulainya musik elektronik. Di sini peranan radio dan studio rekaman sangat penting.

100 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Ketika pertama kali Pierre Schaeffer, teknisi Radio-diffusion Television Francaise (RTF) membuat rekaman dan menyiarkan musik elektronik (5 Oktober 1948) dalam acara konser bunyi, sambutan luar biasa diberikan oleh masyarakat. Sejak saat itu musik elektronik berkembang dengan sangat pesat. Setelah tahun 1960 teknologi menemukan alat rekam audio visual multijalur (multitrack), alat musik synthesizer, multimedia elektronik, dan komputer, musik kontemporer semakin menemukan bentuknya. Dengan teknologi yang semakin canggih, paham-paham musik modern yang dapat memenuhi kebutuhan apresiasi musik masyarakat modern yang berciri gerak cepat dapat dipenuhi. Musik jenis ini memang tidak bertahan lama. Begitu muncul langsung populer, tidak lama kemudian dilupakan, ganti yang baru lagi. Musik kontemporer yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi audio visual modern adalah musik jazz, musik rakyat, teater musik, musik film, rock, blues, musik populer, musik hiburan, dan musik-musik lainnya. Kini, musik berkembang lebih jauh. Dengan dukungan teknologi informasi yang membuat antarnegara serasa tidak lagi berbatas, musik satu etnis dengan etnis yang lain sudah saling memengaruhi. Perhatikan musik populer yang tidak lagi mengenal batas negara. Dari Afrika sampai Amerika, dari Australia sampai Canada warna musik berbaur begitu rupa. Dengan musik kita dapat menyaksikan seorang anak muda Jepang menyanyikan lagu bergaya jazz dari Amerika. Di lain pihak, anak muda Amerika memainkan warna lokal Afrika dalam musiknya. Anak muda Afrika kita saksikan menyanyikan lagu Hawaian, sementara anak muda Cina menyanyikan lagu Hindustan. Lihatlah grup musik Debu dari Amerika Serikat yang menyanyikan lagu-lagu bergaya Timur Tengah. Maka tak perlu risau jika gamelan Jawa, Sunda, dan Bali juga mulai digemari anak-anak muda dari mancanegara. Juga penyanyi gendhing-gendhing Jawa (sinden) ternyata berkulit putih. Sementara anak-anak muda kita tergila-gila musik R&B. Itulah globalisasi di bidang musik.

Sumber: www. en.wikipedia.org Gambar 9.23 Electronic Music di Era Modern

Aktivitas Mengomunikasikan Setelah mempelajari uraian di atas, kamu diminta: 1. Mengakses informasi tentang seni pertunjukan musik barat dari internet atau sumber lain. 2. Ulaslah informasi yang kamu dapatkan dari berbagai sumber tersebut! 3. Membuat presentasi sederhana tentang pertunjukan dan perkembangan musik barat dan kaitannya dengan perkembangan musik modern di Indonesia. 4. Sajikanlah dalam presentasi sederhana tentang perkembangan musik barat tersebut di depan kelas!

Seni Budaya 101 Rangkuman 1. Seni pertunjukan musik barat sangat pesat perkembangannya. 2. Berbagai bentuk pertunjukan musik di antaranya adalah seni vokal (solo maupun koor), seni musik instrumentalia (resital, solo, ansambel, orkestra, band). 3. Seni musik barat yang berkembang pesat tersebut sebenarnya masih memiliki akar yang kuat pada dasar irama dan genre musik klasik dan tradisional. Irama atau genre musik tersebut di antaranya irama mars, waltz, balada, country, rock 4. Sejarah musik barat sangat panjang dan dapat dirunut sejak zaman Yunani Kuno, Zaman Romawi, Abad Pertengahan, Zaman Renaisans, hingga Zaman Modern ini. Semua memiliki ciri dan memberi warna perkembangan musik Eropa dan Barat pada umumnya.

Uji Kompetensi

Penilaian Sikap 1. Penilaian Diri a. Setelah mempelajari seni pertunjukan musik barat, apakah kamu dapat merasakan bahwa keindahan musikal bersifat universal? b. Sebutkan hal-hal apa yang dapat kamu tingkatkan, dan sebutkan pula hal-hal yang sudah kamu nilai baik dalam pemahaman dan apresiasimu terhadap musik barat! c. Coba mainkan salah satu contoh partitur yang tersaji dalam uraian di atas. Rasakanlah dengan sejujurnya, apakah seni musik barat berbeda dengan musik Indonesia? 2. Penilaian yang Berhubungan dengan Perilaku a. Bagaimana tanggapanmu tentang kesalingterpengaruhan dalam seni musik? Jelaskan! b. Apakah dengan mempelajari seni musik dari bangsa lain kamu juga tergerak untuk mempelajari dan berusaha memainkan seni musik bangsa sendiri? c. Apakah mempelajari dan memainkan musik barat mesti harus menirukan segala sikap budaya barat? Jelaskan jawabanmu! d. Coba ingat irama musik barat apa yang ternyata kamu gemari. Apakah itu salah? jelaskan! 3. Penilaian Unjuk Kerja Kamu sudah menilai kemampuanmu sendiri. Kini kamu juga diminta menilai temanmu dalam presentasi tentang seni pertunjukan dan perkembangan musik barat dengan kriteria berikut.

No. Aspek yang dinilai Skor Maksimal 1 Penguasaan Materi 50 2 Teknik Penyajian 30 3 Komunikasi/Interaksi dengan audience 10 4 Gaya dan Sikap 10 Jumlah Skor 100

102 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Bentuklah tim untuk memainkan lagu barat dalam sebuat ansambel sederhana (gitar, pianika, rekorder, ketipung) Ketika salah satu kelompok memainkan musiknya, nilailah dengan kriteria: No. Aspek yang dinilai Skor Maksimal 1 Penguasaan Lagu 40 2 Teknik Penyajian 50 a. Keterampilan bermain musik/vokal b. Harmoni c. Improvisasi 3 Gaya/Penampilan 10 Jumlah Skor 100

4. Penilaian Pengetahuan Jawabalah dengan singkat tetapi benar! 1. Jelaskan teknik olah vokal agar kita dapat bernyanyi dengan baik! 2. Jika akan bernyanyi paduan suara dengan 4 jenis suara campuran pria dan wanita, tentukan pembagian suaranya! 3. Jelaskan masing-masing jenis pertunjukan instrumentalia! 4. Sebutkan lima jenis irama dasar musik barat! Jelaskan ciri-cirinya! 5. Bandingkan ciri musik pada zaman Yunani Kuno, Romawi, Pertengahan, Renaisans, Romantik, Klasik, dan Modern. Carilah perbedaannya dan apabila ada persamaannya, tulislah dalam tabel berikut! Zaman Persamaan Perbedaan Yunani Kuno Romawi Pertengahan Renaisans Romantik Klasik Modern

6. Mendapat pengaruh dari mana sajakah musik barat tersebut? Jelaskan, dalam hal apa saja pengaruh tersebut!

Seni Budaya 103 BAB Menerapkan: Konsep, Teknik, dan Prosedur 10 dalam Berkarya Tari Kreasi

Pada Bab 10 ini, siswa diharapkan: 1. Mengamati tari kreasi berdasarkan konsep, teknik, dan prosedur 2. Melakukan observasi ke beberapa nara sumber yang telah ditentukan oleh guru untuk menggali informasi mengenai teknik gerak tari kreasi dengan sumber gerak kepala, badan, tangan dan kaki. 3. Mencari contoh tari berdasarkan konsep, teknik, dan prosedur 4. Menanyakan, melalui diskusi kepada masing-masing nara sumber tentang teknik gerak tari kreasi dengan unsur pendukungnya (busana, iringan, properti tari, dll). 5. Merangkai dan menerapkan berbagai gerak tari kreasi sesuai dengan konsep, teknik, dan prosedur.

A. Konsep Karya Tari Kreasi Karya tari adalah sebuah produk dari masyarakat. Dalam karya tari akan tercermin budaya masyarakat penyangganya. Berbagai tari tentunya sudah kita tonton, ada tari nelayan, tari tani, tari berburu, dan tari metik teh. Dari pengamatan itu kita sudah bisa menduga, bahwa tari nelayan terlahir dari masyarakat pelaut dan tari tani lahir dari masyarakat petani. Tari tersebut tercipta oleh para seniman dengan stimulus lingkungan sekitarnya, sehingga mendorong untuk meniru gerak-gerak alami, selanjutnya diolah dengan ‘digayakan’ untuk menjadi sebuah tari. Proses pengolahan gerak itu dilakukan dengan cara penggayaan untuk memperindah (stilatif) atau bisa juga dengan merombak gerak sehingga berbeda dari gerak asalnya (distortif). Dari contoh tari tani dan tari nelayan, kita bisa manarik simpulan bahwa tari ternyata bisa terlahir dari peniruan atau imitatif, sama halnya dengan tari merak dari Sunda dan tari Cendrawasih dari Bali, yang tercipta oleh seniman karena ketertarikannya pada keindahan dan perilaku binatang-binatang tersebut serta menjadi sumber inspirasi dalam berkarya tari. Dari dua contoh tersebut terdapat dua sumber penciptaan berkarya tari yaitu: peniruan terhadap perilaku manusia dan peniruan perilaku binatang yang selanjutnya ‘digayakan’ atau diperindah untuk keperluan tari. Selain dari tari-tari yang bersifat imitatif, terdapat pula tari yang menggambarkan tokoh- tokoh yang terdapat dalam cerita, seperti Gatotkaca tokoh pahlawan dalam cerita wayang Mahabarata, atau Hanoman tokoh pahlawan dalam cerita Ramayana. Penggambaran tokoh- tokoh tersebut dalam tari Sunda, Jawa, dan Bali memiliki persamaan dalam busana dan gerak tari dengan karakternya yang gagah. Apabila disandingkan busana tari Gatotkaca Jawa dan tari Gatotkaca Sunda, tidak terlihat perbedaannya. Begitu pula busana tari Hanoman Jawa dan busana tari Hanoman Bali, busananya memiliki kemiripan. Akan tetapi, apabila sudah bergerak

104 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 akan terlihat perbedaannya. Perbedaannya bukan hanya dari iringannya saja, tetapi perpaduan komposisi geraknya juga berbeda. Dalam hal ini, terjadi perbedaan cita rasa seniman dalam mengekspresikan tokoh-tokoh pahlawan tersebut dan menerjemahkannya dalam karya tari. Dari sisi ini kita bisa memperoleh pembelajaran bahwa sebuah karya tari bisa bersumber dari cerita dan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita bisa diwujudkan menjadi karya tari. Tentu saja mewujudkan tokoh ke dalam karya tari memerlukan pemahaman pada sifat tokoh berdasarkan pada ceriera, lalu diolah menjadi gerak yang ‘digayakan’ berdasarkan persepsi penciptanya. Ternyata, dari sumber yang sama menghasilkan tari yang berbeda gaya. Dari pengamatan terhadap tari di atas, kita bisa memahami bahwa tari tercipta karena berbagai asal stimulus (penglihatan, pendengaran, perasaan) yang tercurahkan dalam bentuk tari dengan konsep: 1) peniruan terhadap perilaku alam, manusia, dan binatang; 2) perwujudan tokoh cerita; dan 3) mengacu lagu atau guru lagu. Adakah sumber penciptaan lainnya? Silahkan kamu diskusikan dengan teman mengenai sumber penciptaan yang terdapat di lingkungan sekitarmu. Tentunya, kamu telah mengamati gerak tari dari berbagai sumber belajar dan juga telah mendiskusikan hasil pengamatan tersebut. Terdapat hal umum mengenai tari yang medianya gerak yaitu memiliki tenaga, ruang, dan waktu. Masih ingatkah konsep tenaga, ruang, dan waktu dalam tari? Komposisi/perpaduan ruang, tenaga, dan waktu yang dikelola pencipta dalam berkarya tari akan menumbuhkan tata tari yang unik. Penafsiran yang berbeda terhadap peristiwa alam dan tokoh dalam sebuah cerita, melahirkan gaya tari yang berlainan. Hal tersebut dipengaruhi salah satunya pengalaman berkarya senimannya, sesuai dengan pepatah dimana bumi dipijak di situ langit di junjung. Nilai sebagai acuan baik-buruk bagi sebuah masyarakat akan mewarnai produknya termasuk tari. Dengan demikian, sangat tidak mungkin kita menilai keindahan tari Bali dengan konsep keindahan tari Jawa atau konsep keindahan yang dimiliki etnis lainnya. Di bawah ini terdapat foto tari karya kawan kalian yang mengembangkan unsur tenaga, ruang, dan waktu dari tema lingkungan. Dari gambar di samping, tampak tampilan teknik gerak tari yang menggabungkan ciri khas tari beragam etnis. Teknik gerak kaki dari tari Papua mewarnai karya tari ini. Memang sangat membanggakan Indonesia memiliki teknik gerak tari yang berbeda antar etnis satu sama lainnya. Ada yang bergerak selalu bertepatan dengan ketukan (on beat), ada yang dilakukan dengan gerak yang mendahului ketukan atau malahan sebaliknya, ada pula gerak yang dilakukan dengan tenaga yang sedang atau kuat. Perbedaan tersebut diakibatkan oleh tenaga yang digerakkan, ruang gerak, dan Sumber: Dok. Pribadi waktu melakukannya yang berbeda-beda. Gambar 10.1 Gerak dengan unsur tenaga kuat Gerak tari pada Gambar 10.1 menunjukkan

Seni Budaya 105 gerak tari memiliki unsur tenaga yang kuat, gerak dilakukan secara rampak oleh para penari, seorang penari yang diangkat oleh penari lainnya seperti mengangkat sebuah benda berat, yang memiliki arti tenaganya kuat. Tenaga yang digunakan oleh penari untuk menyangga temannya tentu lebih besar dibandingkan dengan tenaga penari yang berada di atas. Kekuatan tenaga menahan temannya tertumpu pada kedua tangan. Begitu pula dalam setiap melakukan gerak, tentunya diperlukan sebuah tenaga. Penggunaan tenaga memiliki intensitas kuat, sedang, dan lemah tergantung cara penggunaan atau penyaluran tenaga.

Sumber: Dok. Pribadi Gambar 10.2 Pose gerak tangan membuka lebar

Gerak tari pada Gambar 10.2 pose gerak menunjukkan ruang gerak luas yang terlihat antara badan dan lengan yang dilakukan penari secara berkelompok. Masing-masing penari melakukan ruang gerak yang sama. Gerak di dalam ruang dapat dilakukan sendiri, berpasangan, atau kelompok. Selain gerak memerlukan tenaga dan ruang, gerak juga memerlukan waktu. Setiap gerakan yang dilakukan membutuhkan waktu. Perbedaan cepat, lambat gerak berhubungan dengan tempo. Jadi, tempo merupakan cepat atau lambat gerak yang dilakukan. Fungsi tempo pada gerak tari untuk memberikan kesan dinamis sehingga tarian enak untuk dinikmati.

106 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Lihat pada Gambar 10.3 pose gerak hormat diantara penari yang satu dengan penari yang lainnya berbeda. Penari yang satu dilakukan dengan tempo yang cepat, sementara penari berikutnya dilakukan dengan tempo yang lambat, sehingga menghasilkan tempo yang berbeda dengan melakukan gerakan yang sama.

Sumber: Dok. Pribadi Gambar 10.3 Gerak hormat yang ditampilkan dengan tempo dan level yang berbeda

B. Teknik Berkarya Tari Kreasi Teknik dan proses gerak tari tradisional bermacam-macam. Beruntunglah Indonesia memiliki keteknikan tari yang berbeda-beda setiap daerahnya. Boleh jadi teknik gerak dan prosesnya sama tetapi memiliki istilah berbeda, tetapi mungkin juga ada yang sama dalam teknik dan prosesnya serta memiliki istilah yang sama. Pemahaman dan pengalaman terhadap teknik gerak tari kreasi adalah dasar untuk mengeksplorasi macam teknik gerak yang dapat dirangkai menjadi sebuah tarian. Penguasaan teknik gerak dasar tari tertentu sekaligus menjadi tolak ukur mengenai nilai keindahannya. Sebagai contoh teknik tari Bali berbeda dengan teknik tari Jawa, nilai keindahannya pun berbeda. Tidak mungkin seseorang menilai tari Bali dengan teknik keindahan tari Jawa atau sebaliknya. Teknik gerak dasar ini terdiri dari: gerak kepala, gerak badan, gerak tangan, dan gerak kaki. Dari keempat teknik ini, kalian dapat mengembangkan dan menerapkan menjadi sebuah kesatuan tarian yang utuh. Nah, untuk lebih jelasnya kalian perhatikan gambar-gambar gerak tari di bawah ini.

Seni Budaya 107 1. Teknik gerak kepala

Gerak kepala menunduk, lalu gerakan dan bayangkan kamu membuat angka 8 dengan dahi

Sumber: Dok. Pribadi Gambar 10.4 Gerak kepala gedheg (Jawa) atau godeg (Sunda)

Bayangkan kamu menggerakan dagu dengan arah seperti membuat angka 8

Sumber: Dok. Pribadi Gambar 10.5 Gerak kepala gilek (Sunda)

2. Teknik gerak badan

Coba perhatikan posisi penari ini dengan badan yang lurus ke depan

Sumber: Dok. Pribadi Gambar 10.6 Pose penari dengan badan yang lurus ke depan, tangan dan kaki yang terbuka lebar

108 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Posisi seperti ini (Gambar 10.6) badan tegak arah hadap ke depan, menurut kamu ini kemana saja badan ini dapat digerakkan? Nah betul, badan ini dapat digerakkan diputar ke kiri, dan diputar ke kanan. Apabila diputar ke ke kanan badan menjadi serong kanan, apabila ke kiri menjadi serong kiri. Gerak badan juga dapat dilakukan ke atas, dan ke bawah. Hampir disetiap tari di Indonesia menggunakan arah hadap yang bervariasi. Gerak badan yang berputar 180o terdapat pada Topeng Cirebon Gaya Losari yang disebut ngelier.

Sumber: www.youtube.com Gambar 10.7 Gerak ngelier pada tari Topeng Klana Bandopati gaya Losari Cirebon

3. Teknik gerak tangan

Coba perhatikan kedua telapak tangannya, membuka ke depan

Sumber: Dok. Pribadi Gambar 10.8 Gerak lontang kembar (Sunda)

Coba perhatikan pergelangan dan tangan silang dengan jari-jari menghadap ke bawah

Sumber: Dok. Pribadi Gambar 10.9 Gerak tumpang tali (Sunda)

Seni Budaya 109 4. Teknik gerak kaki

Coba perhatikan kedua kakinya, membuka ke depan berat badan berada di kaki kiri

Sumber: Dok. Pribadi Gambar 10.10 Adeg-adeg (Sunda), atau tanjak (Jawa)

Coba perhatikan kaki kanan diangkat ke atas setinggi betis, tumpuan badan berada di kaki kiri

Sumber: Dok. Pribadi Gambar 10.11 Gerak engke gigir (Sunda)

Coba perhatikan kedua gambar yang berasal dari tari Jawa ini, yang merupakan pose awal untuk melakukan gerak selanjutnya

Sumber: watymenari.blogspot.com Gambar 10.12 Gerak tanjak kanan-kiri untuk tari putri (Jawa)

110 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Lakukanlah gerakan seperti pada gambar di samping kemudian: 1. Amati gerak tari kreasi dari narasumber yang ada di lingkungan dan menonton pertunjukan tari secara langsung. 2. Amati teknik gerak kepala, badan, tangan dan kaki yang menjadi ciri khas narasumber yang kamu amati. 3. Cobalah lakukan gerak kepala, badan, tangan, dan kaki yang menjadi ciri khas narasumber yang kamu amati. 4. Menurut kamu apakah yang menyebabkan terjadinya perbedaan gaya?

Format Diskusi Hasil Pengamatan Gerak Tari Nama anggota : Hari/tanggal pengamatan :

No. Aspek yang Diamati Uraian Hasil Pengamatan 1 Ragam gerak (Kepala, Badan, Tangan, dan Kaki)

2 Teknik gerak (Kepala, Badan, Tangan, dan Kaki)

Setelah mengamati pertunjukan tari dari sumber lain seperti internet, menonton pertunjukan tari langsung atau melalui VCD, dan sumber belajar lainnya, kamu dapat melakukan diskusi dengan teman. 1. Bentuklah kelompok diskusi 2 sampai 4 orang. 2. Pilihlah seorang moderator dan seorang sekretaris untuk mencatat hasil diskusi. 3. Untuk memudahkan mencatat hasil diskusi, gunakanlah tabel yang tersedia dan kamu dapat menambahkan kolom sesuai dengan kebutuhan.

Seni Budaya 111 C. Prosedur Merangkai Gerak Tari Kreasi Dari pengalaman sebelumnya yang telah kamu lakukan secara naluriah, sebenarnya kamu telah membuat sebuah karya tari yang secara teoritis mengikuti langkah dan kaidah proses penciptaan tari, seperti yang telah diungkapkan oleh Hawkins (2003) dalam bukunya yang berjudul Creating through the Dance. Adapun langkahnya sebagai berikut. 1. Eksplorasi yaitu pengalaman melakukan penjajakan gerak, untuk menghasilkan teknik gerak. Pada kegiatan ini kamu dipersilahkan untuk berimajinasi dan melakukan penafsiran gerak terhadap apa yang telah dilihat dan didengar. Kamu dapat bebas bergerak mengikuti kata hati, mengikuti imajinasi/daya hayal, dan menafsirkannya ke dalam bentuk gerak. 2. Improvisasi yaitu pengalaman secara spontanitas mencoba atau mencari kemungkinan teknik gerak yang telah diperoleh pada waktu eksplorasi. Dari setiap teknik gerak yang dihasilkan pada waktu eksplorasi/pencarian gerak, selanjutnya dikembangkan dari aspek tenaga, ruang, dan waktu sehingga menghasilkan teknik gerak yang sangat banyak. 3. Evaluasi yaitu pengalaman untuk menilai dan menyeleksi teknik gerak yang telah dihasilkan pada tahap improvisasi. Dalam kegiatan ini kalian mulai menyeleksi dengan cara membuat teknik gerak yang tidak sesuai dan memilih teknik gerak yang sesuai dengan gagasannya. Hasil inilah yang akan digarap oleh kalian pada tahap komposisi tari. 4. Komposisi yaitu tujuan akhir mencari gerak untuk selanjutnya membentuk tari dari gerak yang kamu temukan.

Setelah mengetahui prosedur diatas, lakukan: 1. Gerak kepala, badan, tangan, dan kaki dari hasil pengamatanmu menjadi satu rangkaian gerak. 2. Lakukan pemilihan gerak menurut kata hatimu. 3. Rangkaikan gerak yang telah terpilih sehingga menjadi komposisi tari. 4. Tampilkan komposisi tari kreasi yang dibuat di lingkungan sekolahmu.

112 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Latihan Eksplorasi Ragam Gerak Coba kamu gabungkan teknik gerak tangan dengan teknik gerak kaki berdasarkan gambar yang kalian pilih! Coba kamu rangkaikan dan kreasikan gerak dasar (kepala, badan, tangan, kaki) yang kamu pelajari dari empu tari atau sumber belajar lainnya.

Gambar 4.14 Gerak tangan Gambar 4.15 Gerak tangan proses ukel (Sunda) proses ukel (Sunda)

Gambar 4.16 Gerak tangan Gambar 4.17 Gerak tangan proses akhir ukel proses ukel menjadi lontang kembar (Sunda)

Gambar 4.18 Gerak tangan lontang Gambar 4.19 Gerak lontang kembar kanan (Sunda) (Sunda)

Gambar 4.20 Gerak sembada kanan (Sunda) Gambar 4.21 Gerak tumpang tali (Sunda)

Seni Budaya 113 Gambar 4.22 Gerak engke gigir Sumber: Melayu online.com (Sunda) Gambar 4.23 Gerak kaki dalam tari Melayu

Sumber: Arini, 2012. Gambar 4.24 Rangkaian gerak miles, angkat, nyogok, taruh pada tari Bali.

Sumber: cabiklunik blogspot.com Sumber: blog jarumbeasiswaplus.org Gambar 4.25 Gerak gabungan dengan properti Gambar 4.26 Gerak gabungan dengan properti dalam tari Danshare karya Gianti

114 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 1. Bentuklah kelompok kecil yang terdiri atas 5 orang! 2. Setelah kamu mengamati konsep tari kreasi, teknik menari, proses merangkai gerak kreasi dari berbagai sumber. Peragakanlah konsep, teknik, dan prosedur merangkai menjadi sebuah tarian yang utuh! 3. Rangkaikan dan gabungkan berdasarkan pilihanmu gerak kepala, tangan, badan, dan kaki dalam 8 hitungan bersama kelompokmu!

1. Kamu telah melakukan aktivitas pembelajaran gerak tari dengan mengeksplorasi gerak dasar tari dari pakar tari yang ada di lingkungan sekolahmu. 2. Tampilkan komposisi tari hasil eksplorasi gerak di lingkungan sekolahmu! 3. Tuliskan komentarmu mengenai tampilan salah satu kelompok temanmu maksimum dalam 50 kata! 4. Berikan komentar yang membangun sehingga kamu dan temanmu mengetahui keunggulan dan kelemahan masing-masing!

D. Uji Kompetensi

1. Uji Kompetensi Penampilan Kamu telah memahami, mengetahui, dan menerapkan teknik gerak dasar tari. Lakukan gerak secara berkelompok, secara rampak dengan teknik gerak bervariasi dari kepala, badan, tangan, dan kaki. Berikan penilaian secara bergantian dengan menggunakan tabel berikut ini! (penilaian menari secara berkelompok).

Skor Penilaian Aspek No. ABCD yang dinilai 86 - 100 76 - 85 66 - 75 56 - 65 1. Menerapkan teknik gerak kepala dengan variasi ruang, tenaga, dan waktu 2. Menerapkan teknik gerak badan dengan variasi ruang, tenaga, dan waktu

Seni Budaya 115 Skor Penilaian Aspek No. ABCD yang dinilai 86 - 100 76 - 85 66 - 75 56 - 65 3. Menerapkan teknik gerak tangan dengan variasi ruang, tenaga, dan waktu 4. Menerapkan teknik gerak kaki dengan variasi ruang, tenaga, dan waktu 5. Menerapkan dan menggabungkan gerak kepala, badan, tangan, dan kaki dengan variasi ruang, tenaga, dan waktu A. Jika gerakan yang dilakukan > 5 gerakan B. Jika gerakan yang dilakukan 3 – 4 gerakan C. Jika gerakan yang dilakukan 2 gerakan D. Jika gerakan yang dilakukan 1 gerakan 2. Uji Kompetensi Sikap Uraikan pendapatmu secara singkat dan jelas pada butir pertanyaan berikut! a. Bagaimana caranya melestarikan ragam gerak tari tradisional di Indonesia? b. Setuju atau tidak setujukah kamu dengan berkembangnya ragam gerak tari yang berasal dari luar negeri di kota-kota besar Indonesia? 3. Uji Konsepsi Jawablah dengan singkat soal berikut ini! a. Bagaimana cara mengeksplorasi ragam gerak dasar tari tradisional? b. Tulislah empat gerakan teknik gerak dasar yang ada di daerah, dan di luar daerah kamu.

Rangkuman Karya tari adalah produk budaya suatu masyarakat yang di dalamnya tersimpan konsep nilai keindahan lokal. Untuk berkarya tari kreasi, stimulus bisa diperoleh dari: 1. pengamatan terhadap perilaku alam, manusia, dan binatang; 2. mewujudkan tokoh yang berasal dari cerita; dan 3. mengacu pada lagu atau guru lagu. Proses berkarya tari mengikuti langkah: eksplorasi, improvisasi, evaluasi, dan komposisi.

116 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Refleksi Berkarya tari memberikan pengetahuan dan pemahanan tentang macam teknik gerak tari yang bersumber pada kearifan lokal tentang kehidupan masyarakat penggunanya serta menunjukkan pada kita bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang tak ternilai harganya. Kegiatan berkarya ini dapat memupuk sikap menghargai, menghayati, dan sekaligus menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kelestarian teknik tari Indonesia. Kegiatan analisis gerak ini dapat mengkaji karakteristik tari etnis nusantara sehingga dapat memupuk sikap menghargai, menghayati, dan sekaligus menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kelestarian teknik tari budaya Indonesia.

Seni Budaya 117 BAB Menerapkan Gerak Tari Kreasi (FUNGSI, TEKNIK, BENTUK, JENIS, 11 DAN NILAI ESTETIS SESUAI IRINGAN)

Alur Pembelajaran

Pada Bab 11 ini, siswa diharapkan: 1. Mendeskripsikan gerak tari kreasi berdasarkan fungsi tari, teknik, bentuk, jenis, dan nilai estetis sesuai iringan. 2. Mengidentifikasikan gerak tari kreasi berdasarkan fungsi tari, teknik, bentuk, jenis, dan nilai estetis sesuai iringan. 3. Melakukan eksplorasi karya tari kreasi berdasarkan fungsi tari, teknik, bentuk, jenis, dan nilai estetis sesuai iringan. 4. Melakukan asosiasi karya tari kreasi berdasarkan fungsi tari, teknik, bentuk, jenis, dan nilai estetis sesuai iringan. 5. Mengomunikasikan karya tari kreasi berdasarkan fungsi tari, teknik, bentuk, jenis, dan nilai estetis sesuai iringan.

118 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 A. Fungsi Tari Ada beberapa cara untuk mengamati tari-tarian di Indonesia, salah satunya dipandang dari fungsinya. Soedarsono (1998), membagi fungsi tari atas dasar: 1. Pengamatan terhadap tari yang berfungsi sebagai upacara Tari yang berfungsi sebagai upacara, apabila tari tersebut memiliki ciri: dipertunjukan pada waktu terpilih, tempat terpilih, penari terpilih, dan disertai sesajian. Dalam hal ini kamu bisa mengamati tari-tari yang ada di daerah sekitarmu atau daerah lainnya. Bagi siswa yang berada di Bali, tentunya tidak akan sulit menemukan tari-tari tersebut, bukan? Hampir semua tari yang digunakan untuk acara keagamaan memiliki fungsi upacara. Bagi siswa yang berada Yogyakarta atau Surakarta, kamu tentu mengenal tari Bedhaya dan tari Serimpi yang digelar di keraton saat upacara penting. Tarian tersebut digelar pada waktu, tempat, dan penari terpilih. Gambar di bawah ini adalah salah satu contoh tari yang berfungsi sebagai upacara.

Sumber: http://chrevie.wordpress.com Gambar 11.1 Tari Hudoq dari Kalimantan pada upacara untuk kematian

2. Pengamatan terhadap tari yang berfungsi sebagai hiburan hasil dari ekspresi diri Tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi memiliki ciri gerak yang spontan. Pernahkah kamu menyaksikan orang menari dengan gerak spontan seperti itu? Betul sekali jika kamu menyatakan orang yang sedang ramai-ramai menari diiringi musik dangdut sebagai tari untuk hiburan pribadi. Dari pengamatan kamu, mengapa mereka menari secara spontan? Sekali lagi kamu benar, bahwa pada intinya tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi ini dilakukan untuk kesenangan sendiri atau kegembiraan yang sesaat.

Seni Budaya 119 Gambar 11.2 adalah salah satu contoh tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi.

Sumber: http://www.inspirasinusantara.com Gambar 11.2 Tari Tayub di Blora

3. Pengamatan terhadap tari yang berfungsi sebagai penyajian estetis Tari yang berfungsi sebagai penyajian estetis adalah tari yang disiapkan untuk dipertunjukan. Apakah kamu pernah menonton pertunjukan tari di gedung pertunjukan atau televisi? Sudah tentu sering sekali menonton pertunjukan seperti itu, ya. Banyak sekali contoh pementasan tarian sebagai penyajian estetis itu. Menurut kamu, bagaimana cara penari agar terlihat kompak, serempak, hafal gerakan, dan sesuai dengan iringannya? Tentu saja latihan yang intens dengan sesama penari dan juga menyesuaikannya dengan musik pengiringnya. Seperti gambar di bawah ini yang terlihat rapih adalah hasil dari latihan yang berulang untuk menghasilkan gerak tari yang kompak sesuai dengan iringan.

Sumber: www.youtube.com Gambar 11.3 Tari Piring dari Sumatera

120 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 B. Bentuk dan Jenis Tari Menurut jenisnya tari digolongkan menjadi 3 yaitu: 1. Tari Rakyat Tari yang berkembang di lingkungan masyarakat lokal, hidup dan berkembang secara turun temurun. 2. Tari Klasik Tari yang berkembang di keraton. Tari ini memiliki pakem-pakem tertentu dan nilai-nilai estetis yang tinggi. 3. Tari Kreasi Baru Tari yang dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman, namun pada dasarnya tidak menghilangkan nilai-nilai tradisi itu sendiri.

Pada garis besarnya tari kreasi dibedakan menjadi 2 golongan yaitu: 1. Tari kreasi berpolakan tradisi Merupakan tari kreasi yang garapannya dilandasi oleh kaidan-kaidah tari tradisi, baik dalam koreografi, musik, tata busana dan rias, maupun tata teknik pentasnya. Ada sebagian pengembangan yang dilakukan, namun tidak menghilangkan unsur utama dari tradisi.

2. Tari kreasi non tradisi Merupakan tari yang garapannya melepaskan diri dari pola-pola tradisi, baik dalam hal koreografi, musik, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya.

C. Nilai Estetis Tari Estetis atau estetika adalah nilai keindahan yang terdapat dalam karya seni. Seni tari sebagai bagian dari seni, umumnya sudah tentu memiliki nilai estetis sebagai kriteria untuk menilai keindahan gerak. seperti bagan di bawah ini.

Wiraga

Menilai Wirama Karya Tari

Wirasa

Seni Budaya 121 • Wiraga digunakan untuk menilai: Kompetensi menari, meliputi keterampilan menari, hafal terhadap gerakan, ketuntasan gerak, dan keindahan gerak. • Wirama untuk menilai: Kesesuaian dan keserasian gerak dengan irama (iringan), kesesuaian dan keserasian gerak dengan tempo. • Wirasa untuk menilai: Kesesuaian gerak dengan tema tari yang terlihat dalam cara kamu memberikan penjiwaan terhadap tari.

Pertanyaannya, apakah kamu bisa menilai tari Bali, tari Jawa, tari Sumatera dan tari etnis lainnya dengan kriteria yang sama seperti wiraga, wirama, wirasa? Untuk menjawab pertanyaan ini memerlukan pemahaman yang menyeluruh, bukan? Kalau kamu perhatikan, setiap etnis memiliki penampilan tari yang berbeda dilihat dari cara menarikannya (wiraga), iringan tarinya (wirama) dan cara menjiwai isi tari (wirasa). Marilah kita coba untuk mengurai mengenai wiraga, wirasa dan wirama. Dimulai dengan pertanyaan apa yang kamu bisa amati dalam mengidentifikasi tari? Betul, yang pertama terlihat adalah gerak, selanjutnya busananya, kemudian mendengar iringannya. Dengan memperhatikan ciri khas geraknya dan ciri khas iringannya, akan mengantarkan pemahaman kepada ciri tari etnis tertentu. Itulah alasan kita bisa mengindentifikasi tari etnis karena secara wiraga (tampilan gerak), wirama (tampilan iringan), dan wirasa (tampilan penjiwaan) masing- masing berbeda. Marilah kita perhatikan contoh tari di bawah ini.

Tari Bali

Wiraga: Sikap tangan dan lengan dengan ruang yang terbuka lebar. Posisi badan cenderung condong disertai ekspresi mata yang lincah diiringi wirama yang dinamis dan wirasa yang energik.

Sumber: www.pbase.com Gambar 11.4 Tari Trunajaya dari Bali ciptaan I Mario

122 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Sikap tangan dan lengan dengan ruang yang terbuka lebar dan posisi sikut yang senantiasa sejajar dengan dada. Posisi badan cenderung condong disertai ekspresi mata yang lincah. Antara badan dan kepala membentuk garis diagonal. Diiringi gending yang dinamis dan ditarikan dengan wirasa yang energik.

Sumber: zeigon.blogspot.com Gambar 11.5 Tari Legong dari Bali

Di dalam tari Bali, penilaian wiraga, wirama, dan wirasa memiliki identitas khusus yang tertuang dalam istilah: 1. Agem Sikap badan, tangan, dan kaki yang harus dipertahankan. 2. Tandang Cara berpindah tempat. 3. Tangkep Eskpresi mimik wajah yang memberikan penguatan pada penjiwaan tari.

Wiraga tari Bali dibangun dari kekokohan agem dengan posisi badan diagonal dalam tiga bagian yaitu kepala, badan, dan kaki; tandang dan tangkep yang ditampilkan dengan baik dan benar menurut kaidah tradisi Bali. Kesan keseluruhan dari wiraga, wirama, dan wirasa yang ditumbuhkan dari penampilan tari Bali adalah dinamis, ekspresif, dan energik.

Seni Budaya 123 Tari Jawa

Wiraga: sikap kaki dan tangan dengan ruang yang sedang. Wirama: iringan tari gending tempo sedang berirama mengalun. Wirasa: tenang.

Sumber: blvckshadow.blogspot.com Gambar 11.6 Tari Arjuna dari Jawa

Wiraga: sikap kaki dan tangan dengan ruang yang luas. Wirama: iringan gending dalam tempo sedang. Wirasa: ditarikan dengan gagah.

Sumber: makailajasmine.blogspot.co.id/2014_02_01_archive.html Gambar 11.7 Tari Gatot Kaca dari Jawa

Penampilan tari atau wiraga dalam tari Jawa harus sesuai dengan karakter tokoh tari yang ditampilkan. Ruang dan tenaga menjadi tuntutan dalam memerankan tokoh yang memiliki karakter. Ruang gerak sempit untuk karakter halus. Ruang gerak luas untuk memerankan tokoh sesuai dengan karakter gagah. Keseluruhan wiraga, wirama, dan wirasa yang tersusun memberikan kesan seimbang, tenang, dan mengalun.

124 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Tari Sumatera

Wiraga: geraknya ringan melayang. Wirama: pergerakan kaki cepat mengikut rentak pukulan gendang. Wirasa: dinamis.

Sumber: kumpulan-budaya.blogspot.com Gambar 11.8 Tari Zapin dari Sumatera

Wiraga: gerak ringan melayang. Wiraga: pergerakan kaki cepat mengikut rentak pukulan gendang. Wirasa: dinamis.

Sumber: www.wisatamelayu.com Gambar 11.9 Tari Serampang Dua Belas dari Sumatera

Ciri khas gerak tari Melayu tampak dari wiraga yang dilakukan penari yang bergerak melayang ringan bagaikan berselancar meniti aliran air, kadang-kadang meloncat ringan bagaikan riak gelombang yang memecah membentur karang-karang kecil. Wirama berkembang dari tempo yang perlahan, merambat cepat, dan mencapai klimaks kecepatan di bagian akhir. Wirasa tari ditampilkan dalam keriangan. Dari pengamatan kamu pada wiraga, wirama, dan wirasa tari dari berbagai etnis dan daerah, kesimpulan apa yang kamu peroleh? Tentu beragam jawabannya, tetapi ada satu jawaban yang bisa kita ambil bahwa dari istilah yang sama ditampilkan dalam bentuk tari yang berbeda. Mengenai hal itu Claire Holt (1967) menyatakan: “perlihatkan tarimu, maka akan terlihat budayamu”. Pernyataan tersebut memberi penguatan pemahaman bahwa tari sebagai produk budaya masyarakat berlandaskan pada nilai-nilai yang dianut masyarakat penyangga budayanya. Dengan demikian, keindahan tari (estetis) tergambar dalam penampilannya, sedangkan nilai kebenaran (etis) yang menjadi alasan hakiki dapat digali dari isi tari. Nah, sebagai contoh mari kita perhatikan tari Bali, Jawa, dan Sumatera untuk memahami isi tari dari bentuk tarinya.

Seni Budaya 125 1. Nilai Etis pada Tari Bali

Sumber: badungtourism.com Gambar 11.10 Tari Barong dari Bali

Barong (Gb. 11.10) dan Rangda (Gb. 11.11) adalah perwujudan simbolis dari kekuatan baik dan kekuatan jahat dalam mitologi Bali. Rwa Bhineda atau dua yang berbeda adalah dua kekuatan yang senantiasa bersaing di dunia dan manusia berada di tengah dua kekuatan besar tersebut. Oleh karena itu, manusia senantiasa dituntut dinamis dalam menghadapi dan mengantisipasi dua kekuatan yang berbeda dan bertentangan. Konsep budaya rwa bhineda tercermin dalam nilai estetis tari Bali yang senantiasa dinamis, dan energik dalam gerak yang cenderung tidak seimbang.

Sumber: badungtourism.com Gambar 11.11 Tari Rangda dari Bali 2. Nilai Etis pada Tari Jawa

Konsep estetis tari Jawa yang tenang mengalun memiliki korelasi positif dengan konsep etis Jawa yang senantiasa mengutamakan ketenangan, keseimbangan, keselarasan, dan harmonis dengan alam.

Sumber: legenda-daerah.blogspot.com Gambar 11.12 Tari Serimpi dari Jawa

126 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 3. Nilai Etika Tari Sumatera

Selaras dengan konsep budaya Melayu yang terekam dalam folklore Minang ‘alam takambang jadi guru, adat basandi sara, sara basandi kitabullah‘ artinya alam yang berkembang menjadi guru, adat yang bersedi pada hukum, hukum yang bersendi pada kitab ALLAH. Tidak mengherankan, apabila budaya Melayu itu identik dengan Islami. yang tampak pada busana para penari yang selalu menutup tubuh.

Sumber: daulagiri.wordpress.com Gambar 11.13 Atas: Tari Rantak dari Sumatera Gambar 11.14 Bawah: Tari Payung dari Sumatera

Seni Budaya 127 D. Tari Kreasi Berdasarkan Iringan Seperti kita ketahui bahwa musik dan tari selalu bersatu. Bagaimanapun juga, apabila musik diperdengarkan maka besar kemungkinan ide gerak tari akan dipengaruhi oleh musik. Masuknya iringan musik akan menambah semangat baru bagi sebuah pertunjukan.

Musik Internal Musik internal adalah musik atau bunyi-bunyian yang berasal dari anggota tubuh, yaitu tepukan tangan atau tepukan ke anggota tubuh, jentikan jari, dan hentakan kaki ke tanah. Contoh: Tari Saman (Aceh), Kecak (Bali)

Musik Iringan Tari Musik Eksternal Musik eksternal adalah bunyi-bunyian atau suara yang berasal dari alat musik atau instrumen, yaitu gamelan. Keyboard, kendang, dan angklung. Contoh: Tari Kandagan (Jabar), dan Gandrung (Banyuwangi).

Iringan pada tari memiliki fungsi sebagai berikut: • Sebagai iringan penyajian tari • Menambah semarak dan dinamisnya tari • Mengatur dan memberi tanda efektif gerak tari • Pengendali dan pemberi tanda perubahan bentuk gerak • Penuntun dan pemberi tanda awal dan akhir tari

Kamu bisa memanfaatkan lagu-lagu daerah kamu sendiri atau daerah lainnya untuk membuat iringan tari. Indonesia memiliki beragam etnis dan setiap etnis memiliki lagu-lagu rakyat. Tentunya kamu ingat lagu “Yamko Rambe Yamko” dari Papua, “Manuk Dadali” dari Jawa Barat, “Bungong Jeumpa” dari Aceh, “Ampar-ampar Pisang” dari Kalimantan Selatan. Lagu-lagu tersebut bisa dijadikan sebagai musik untuk mengiringi tari. Pertama, perhatikan irama dan tempo lagu serta lirik lagu untuk menentukan tema tarian. Kedua, buat gerakan sesuai dengan iringan. Sebagai contoh lagu “Manuk Dadali” mengisahkan tentang kegagahan burung garuda, dengan tempo sedang, irama riang dan gagah. Kamu bisa gabungkan lagu tersebut dengan iringan gitar, tam-tam, perkusi, atau instrumen lainnya. Sudah tentu gerak tarinya harus menyesuaikan dengan tema kegagahan seekor burung. Tatkala kamu membuat gerak, jangan ragu. Kembangkan daya hayal dan imajinasi. Kalau perlu tambah properti tari yang bisa menguatkan tema kegagahan tersebut.

128 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Di bawah ini notasi lagu “Manuk Dadali” Ciptaan Sambas Mangundikarta, untuk kamu buatkan geraknya.

Sumber: tunas63.wordpress.com Gambar 11.15 Notasi “Manuk Dadali”

Ada pula tari yang diciptakan berdasarkan lagu pengiringnya, seperti: tari Gawil dari Sunda diiringi lagu Gawil, dan tari Poco-Poco diiringi lagu Poco-poco pula. Dalam hal ini antara tari dan iringannya menjadi sebuah kesatuan, identitas, tari menyatu dengan iringannya. Dari pengamatan, kita bisa menduga kemungkinan besar awal penciptaan tarinya terstimulus dari lagunya. Dalam tradisi Sunda dan Jawa hal tersebut diterjemahkan dalam istilah guru lagu, artinya lagu yang menjadi patokan untuk menciptakan tarian. Contoh yang aktual bisa diamati pada tari Jaipong, misalnya tari Entog Mulang diiringi lagu “Entog Mulang”. Lagu “Entog Mulang” (itik pulang) tidak diketahui penciptanya dan kapan diciptakannya, malahan sudah hampir punah karena cara mendendangkannya yang sulit. Akan tetapi, lagu tersebut berhasil direvitalisasi dengan menambahkan unsur tabuhan gendang jaipong, lalu tariannya disusun pula. Alhasil, tari Entog Mulang mengacu pada lagunya atau guru lagu, dan koreografinya juga menirukan gerak itik yang berjalan pulang.

Seni Budaya 129 Setelah kamu berdiskusi dan berdasarkan hasil pengamatan karya tari yang berada di lingkunganmu, kamu dapat memodifikasi gerakan tari. Salah satu contoh tari di Jawa Barat adalah tari Kandagan yang diciptakan oleh R. Tjetje Somantri. Kandagan berasal dari kata ‘kandaga’ dalam bahasa Sunda, yaitu tempat perhiasan atau barang berharga dan indah. Dengan demikian, tari Kandagan adalah kumpulan gerak-gerak indah dan berharga. Terdapat beberapa tokoh tari di Indonesia yang terkenal karena kepakarannya dalam mencipta tarian yang melegenda. Apakah kamu pernah mendengar nama I Mario dari Bali? Gusmiati Suid dari Sumatera Barat? Bagong Kusudiardjo dari Yogya? I Mario adalah pencipta tari Kekebyaran dengan tarinya yang terkenal Tari Terompong. Gusmiati Suid pencipta tari Rantak yang dinamis dari Sumatera Barat. Bagong Kusudiardjo dari Yogyakarta mencipta tari Yapong. Coba kamu telusuri nama tokoh-tokoh tari di daerahmu atau di luar lingkunganmu untuk memperkaya pengetahuanmu! Berikut ini, coba kamu peragakan salah satu tari kreasi yang ada di daerahmu, atau dari internet yang bisa diunduh! Dalam contoh buku ini adalah tari Kandagan dari Jawa Barat yang diciptakan oleh R. Tjetje Somantri, berikut dengan hitungan yang dapat dilihat di web: Pusat Olah Tari Setialuyu www.youtube.com.

GERAK 1 Gerak ini dimulai dari gilek, lontang kembar, ukel, sembah. Dilakukan dengan hitungan 1 sampai 8. Lihat di www.youtube.com pada menit ke 00.46

Sumber: Pusat Olah Tari Setialuyu Gambar 11.16 Gerak Calik Ningkat dalam tari Kandagan (Sunda)

130 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 GERAK 2 Gerak ini dimulai dari mengambil soder panjang, disampirkan di atas pergelangan tangan kiri. Lakukan dengan hitungan 1 sampai 4. Lanjutkan dengan gerak 3. Lihat www.youtube.com pada menit ke 1.36

Sumber: Pusat Olah Tari Setialuyu Gambar 11.17 Gerak alung soder dalam tari Kandagan (Sunda)

GERAK 3 Gerak ini dilakukan dengan engke gigir ke kanan sambil mengayunkan soder sesuai dengan hitungan 5 sampai 8. Ulangi dengan arah yang sebaliknya dengan hitungan 1 sampai 4. Lihat www.youtube. com pada menit 2.31

Sumber: Pusat Olah Tari Setialuyu Gambar 11.18 Gerak engke gigir dalam tari Kandagan (Sunda)

Seni Budaya 131 GERAK 4 Gerak ini dilakukan dengan gerak kaki melangkah ditempat sambil mengayunkan soder di tangan. Dilakukan dengan hitungan 1 sampai 8. Lihat www.youtube.com pada menit ke 2.52

Sumber: Pusat Olah Tari Setialuyu Gambar 11.19 Gerak Mincid radea dalam tari Kandagan (Sunda)

Sumber: Pusat Olah Tari Setialuyu Gambar 11.20 Kiri: Gerak Jangkung Ilo Bata Rubuh dalam tari Kandagan (Sunda) Gambar 11.21 Kanan: Gerak Jangkung Ilo Bata Rubuh dalam tari Kandagan (Sunda)

GERAK 5 DAN 6 Dilakukan mulai mengayunkan pergelangan tangan kanan dengan hitungan 1 sampai 4 dan gerak obah bahu kanan kiri dengan hitungan 5 sampai 8. Dilakukan dengan arah sebaliknya. Lihat www.youtube.com pada menit ke 2.00

132 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Sumber: Pusat Olah Tari Setialuyu Gambar 11.22 Kiri: Gerak Waliwis Mandi dalam tari Kandagan (Sunda) Gambar 11.23 Kanan: Gerak Waliwis Mandi dalam tari Kandagan (Sunda)

GERAK 7 DAN 8 Dinamakan waliwis mandi merupakan gerak meniru burung belibis yang sedang mandi. Dilakukan seperti contoh di dalam www.youtube.com pada menit ke 4.25

Nah, kamu sudah mengamati gerak-gerak dalam tari Kandagan. Sekarang diskusikan dengan temanmu gerak-gerak mana yang kamu pilih kemudian modifikasikan geraknya dengan mengubah arah hadap, ruang, dan tenaga yang digunakan. Gerak kepala, badan, tangan, dan kakinya dapat kamu rangkaikan dan susun kembali menjadi sebuah tarian hasil ciptaanmu.

Amatilah gambar-gambar di atas, kemudian kamu terapkan! 1. Gerak apa saja yang terdapat dalam tari yang kamu amati? 2. Manfaat apa yang diperoleh dalam mengamati gerak/sumber belajar tersebut?

1. Amati satu tarian kemudian kamu lakukan berdasarkan fungsi tari, bentuk, jenis, dan nilai estetis yang ada di daerahmu dan lingkungan sekitarmu! 2. Selanjutnya, kamu kembangkan dan rangkaikan gerak-gerak dalam tari tersebut menurut kreasimu! 3. Bentuklah kelompok kemudian diskusikan!

Seni Budaya 133 1. Kamu telah melakukan aktivitas penerapan dengan mengamati, mengidentifikasi fungsi, bentuk, jenis, dan nilai estetis tari kreasi. 2. Buat tulisan tentang ciri tari klasik, ciri tari rakyat dan ciri tari kreasi di daerahmu! 3. Tulisan maksimum 50 kata berdasarkan hasil pengamatan satu tari klasik, rakyat dan tari kreasi dari daerah lain!

E. Uji Kompetensi

1. Uji Kompetensi Penampilan Kamu telah mengetahui dan memahami cara mengeksplorasi karya tari kreasi. Lakukan gerak tari secara berkelompok, secara rampak berdasarkan gerak yang kamu pilih. Berikan penilaian secara bergantian dengan menggunakan tabel berikut ini! (penilaian bermain secara berkelompok).

Skor Penilaian No. Aspek yang dinilai ABCD 86 – 100 76 - 85 66 - 75 56 – 65 1. Penerapan gerak tari yang berfungsi sebagai upacara 2. Penerapan gerak tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi 3. Penerapan gerak tari yang berfungsi sebagai penyajian estetis 4. Penerapan gerak tari yang memiliki konsep klasik, rakyat, dan kreasi 5. Penerapan gerak tari yang menggunakan iringan

Keterangan: A. Jika gerakan yang dilakukan > 5 gerakan B. Jika gerakan yang dilakukan 3 – 4 gerakan C. Jika gerakan yang dilakukan 2 gerakan D. Jika gerakan yang dilakukan 1 gerakan

134 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 2. Uji Kompetensi Sikap Uraikan pendapatmu secara singkat dan jelas pada butir pertanyaan berikut! a. Membandingkan jenis tari kreasi dari daerah lingkungan kamu dengan daerah lain. b. Menjelaskan fungsi tari. c. Mengenal tari kreasi dari daerah lingkungan kamu dengan daerah lain. d. Membandingkan nilai estetis dalam gerak dan busana tari kreasi dari daerah lingkungan kamu dengan daerah lain.

Rangkuman • Fungsi tari di Indonesia: sebagai upacara, hiburan pribadi, dan penyajian estetis. • Jenis tari di Indonesia: klasik, rakyat, dan kreasi. • Musik Iringan: Internal dan Eksternal.

Refleksi Keindahan dan keberagaman tari kreasi Indonesia tiada tandingannya, sangat membanggakan dan mengagumkan yang senantiasa harus dijaga sebagai pemersatu bangsa Indonesia.

Seni Budaya 135 BAB 12 KONSEP TEATER MODERN

Setelah mempelajari bab ini, siswa diharapkan mampu: 1. mengidentifikasi konsep teknik dan prosedur pemeranan seni teater sesuai kaidah seni teater modern, 2. melakukan latihan teknik dan prosedur pemeranan seni teater sesuai kaidah seni teater modern, 3. menerapkan teknik pemeranan seni teater sesuai kaidah seni teater modern, dan 4. mendeskripsikan karakter tokoh pemeranan seni teater sesuai kaidah seni teater modern.

Amatilah gambar berikut dengan seksama! 1. Apakah kamu pernah melihat pementasan teater modern? 2. Apakah kamu pernah melihat bentuk pentasnya? 3. Bagaimana perbedaannya, dengan teater yang kamu kenal? 4. Bagaimana pendapatmu setelah melihat gambar berikut ini?

136 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 A. Pemeranan Seni Teater Modern Teori tentang pemeranan atau akting telah banyak ditulis. Tetapi secara keseluruhan, pada intinya akting adalah peri pelakuan yang dilakukan oleh seseorang (aktor) untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain itu yakin pada apa yang dilakukannya. Jadi, jelaslah bahwa akting bukanlah peri pelakuan biasa yang secara wajar dilakukan oleh setiap orang dalam peri pelakuan sehari-hari. Akting adalah peri pelakuan yang secara sadar dilakukan oleh seseorang (pemeran) untuk bisa meyakinkan orang lain. Di dalam kehidupan sehari-hari, apa yang dilakukan oleh seorang penipu terhadap korbannya dengan cara yang meyakinkan, sehingga korbannya tertipu, pada hakikatnya, itu juga akting. Tetapi akting semacam itu tidak disukai. Sedangkan akting di dalam sebuah kegiatan kesenian tidak hanya dituntut untuk bisa meyakinkan orang saja, tetapi orang yang diyakinkan itu menyukainya. Di sinilah letak peranan akting di dalam kesenian. Seorang pelukis bekerja dengan kanvas, cat dan kuas. Seorang pematung bekerja dengan kayu, batu, gips dan besi. Seorang sastrawan bekerja dengan pena dan kertas. Sedangkan aktor melalui peragaan alat-alat tubuhnya, mencakup roh dan jiwa yang diekspresikan dalam tindak perbuatan dan peri perlakuan yang aktif. Oleh karena itu, agar alat-alat tubuhnya mampu berekspresi dengan baik, maka aktor harus menjalani jenjang-jenjang pemahiran, pelenturan, pemekaan, dan penangkasan atas alat-alat akting tersebut. Jenjang-jenjang itu adalah latihan-latihan dasar yang merupakan tahap perdana sebelum latihan-latihan dengan naskah yang mengurai peran dengan berbagai sifat, tabiat karakter, perangai dan perilaku. Pada hakikatnya ada dua macam akting, yaitu akting presentasional dan akting representasional. Yang dimaksud dengan presentasional adalah akting di mana pemeran memadukan tubuh-roh-jiwa dari karakter yang ada di dalam naskah, ke dalam dirinya. Sehingga menghasilkan mutu akting yang wajar-indah-tepat. Sebagaimana yang diacu oleh metode realisme Konstantin Stanislavski. Sedangkan akting representasional adalah lawan dari presentasional, yaitu bentuk sajian teater yang paling tua, dan bertahan hingga kini dalam sejumlah sajian teater tradisional yang menitik beratkan pada gerakan-gerakan lahiriah tanpa merinci detail gerakan-gerakan batin. Di dalam pertunjukan teater, seorang pemeran tidak hanya dituntut untuk menjadi karakter peran yang dia mainkan, tetapi juga suaranya harus terdengar oleh seluruh penonton. Semua itu harus wajar dan meyakinkan. Karena itulah, seorang pemeran harus melatih suara dan tubuhnya, termasuk pikiran dan perasaannya. Melalui suara dan tubuhnyalah seorang pemeran berkomunikasi. Dengan suara dan tubuhnya, yang terdiri dari bagian-bagian, pemeran harus mampu bercerita. Ceritanya ini harus dapat meyakinkan penonton. Banyak yang dituntut dari segi suara dan tubuh. Sebanyak tuntutan yang ada dari segi kejiwaannya. Bagi seorang pemeran teater, kondisi suara dan tubuh yang lentur menjadi syarat utama. Pemeran tidak perlu bersuara merdu bagai biduan dan berbadan bagai seorang binaragawan, atau ratu kecantikan. Tidak perlu baginya untuk bersuara alto atau sopran, atau berpotongan tubuh bagaikan seorang pesenam. Suara boleh biasa-biasa saja dan tubuhnya boleh berbentuk bagaimana saja, sesuai kebutuhan watak yang diperankan. Pemeran bisa bersuara cempreng, bertubuh kurus tinggi, pendek gemuk, besar tegap atau sedang-sedang saja dan berbagai bentuk suara dan tubuh yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Seni Budaya 137 Akan tetapi dari dirinya dibutuhkan kesiapan yang mutlak. Sebaiknya suara dan tubuhnya siap pakai dalam kondisi seperti apa pun juga. Kelenturan suara dan tubuh, keluwesan gerak, kemampuan untuk berpartisipasi dengan seluruh tubuhnya, atau kesanggupan untuk bersikap tidak melawan, dan berbagai sikap serta perbuatan lainnya harus mampu dilahirkannya. Ini semua harus wajar, jelas dan tegas. Untuk itulah pemeran dituntut untuk senantiasa melatih suara dan tubuhnya.

1. Latihan Teknik Pemeranan Salah satu usaha untuk itu ialah latihan olah suara dan latihan olah tubuh. Kemudian kita bertanya, dapatkah suara dan tubuh diolah? Kalau seorang aktor mau melihat pada suara dan tubuhnya sebagaimana seorang seniman keramik melihat tanah liat. Maka dapatlah ia mengolah suara dan tubuhnya. Sebagaimana si seniman keramik, menyiapkan adonan tanah liat yang diaduk- aduknya dan diremas-remas sebelum membentuk benda yang ingin dibuatnya. Demikian pula sikap pemeran terhadap suaranya dan tubuhnya. a. Olah Suara Suara pemeran teater menempuh jarak yang lebih jauh dibanding dengan suara pemeran di film atau di sinetron. Karena suara pemeran teater tidak hanya dituntut terdengar oleh lawan main saja, tetapi juga harus terdengar oleh seluruh penonton. Pertunjukan yang secara visual baik, kalau suara pemerannya tidak cukup terdengar, maka penonton tidak dapat menangkap jalan ceritanya. Pertunjukan yang secara visual buruk, kalau ucapan pemerannya cukup terdengar oleh penonton, maka penonton masih bisa menikmati jalan cerita dari pertunjukan tersebut. Ini menunjukkan bahwa, suara mempunyai peranan yang cukup penting. Agar tujuannya tercapai, pemeran teater harus melatih; 1) Kejelasan ucapan. Agar setiap sukukata yang ia ucapkan cukup terdengar. 2) Tekanan ucapan. Agar isi pikiran dan isi perasaan dari kalimat yang ia ucapkan bisa ditonjolkan. 3) Kerasnya ucapan. Agar kalimat yang ia ucapkan cukup terdengar oleh seluruh penonton. Melatih Kejelasan Ucapan

1. Latihan berbisik: Dua orang berhadapan, membaca naskah dalam jarak dua atau tiga meter, dengan cara berbisik. 2. Latihan mengucapkan kata atau kalimat dengan variasi tempo, cepat dan lambat: “sengseng tengtes sresep brebeeet … maka para tukang sulap mengeluarkan kertas warna-warni dari mulut dowernya yang kebanyakan mengunyah popcorn, pizza, kentucky, humberger di rumah-rumah makan eropa-amerika dan membuat jamur dari air-liurnya pada kertas panjang yang menjulur bagai lidah sungai menuju jalan layang bebas hambatan, kemudian melilit bangunan-mangunan mewah di sekitar pondok indah cinere bumi serpong damai pantai indah kapuk pluit pulomas sunter hijau kelapa gading permai dan tugu monas …”

138 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Melatih Tekanan Ucapan Tekanan ucapan ada tiga macam: 1. Tekanan Dinamik Tekanan Dinamik ialah keras-pelannya ucapan. Gunanya untuk menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan dari kalimat. Contohnya: “Hari minggu saya ke toko buku” (artinya, bukan hari senin atau hari selasa). “Hari minggu saya ke toko buku” (artinya, bukan adik saya atau kakak saya). “Hari minggu saya ke toko buku” (artinya bukan ke toko pakaian atau ke toko makanan). 2. Tekanan Tempo Tekanan Tempo ialah cepat-lambatnya ucapan, gunanya sama dengan tekanan dinamik. Untuk menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan dari kalimat. Contohnya: “Ha-ri ming-gu saya ke toko buku” “Hari minggu sa-ya ke toko buku” “Hari minggu saya ke to-ko bu-ku” 3. Tekanan Nada Tekanan nada merupakan lagu daripada ucapan, contohnya: “Wah, kamu pandai sekali!” “Gila, ternyata dia bisa menjawab pertanyaan yang sesulit itu!”

Melatih Kerasnya Ucapan Teknik ucapan pemeran teater lebih rumit dibanding dengan teknik ucapan bagi pemeran film atau sinetron. Ucapan pemeran teater tidak hanya dituntut jelas dan menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan saja, tetapi juga harus keras, karena ucapan pemeran di dalam pertunjukan menempuh jarak yang lebih jauh. Untuk itu kerasnya ucapan harus dilatih. Adapun cara melatihnya bisa dengan berbagai macam cara. Di antaranya: 1. Mengucapkan kata atau kalimat tertentu dalam jarak 10 meter atau 20 meter. Dalam latihan ini, yang harus selalu dipertanyakan ialah: a. Sudah jelaskah? b. Sudahkah menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan? c. Dan pertanyaan yang terpenting, sudah wajarkah? 2. Latihan menggumam. Gumaman harus stabil dan konstan. Kemudian gunakan imajinasi dengan mengirim gumaman ke cakrawala. Bayangkan “gumaman” yang dikeluarkan lenyap di cakrawala.

Seni Budaya 139 Ketiga teknik ucapan di atas (kejelasan ucapan, tekanan ucapan, dan kerasnya ucapan), pada dasarnya adalah satu kesatuan yang utuh ketika pemeran sedang berbicara atau berdialog. Ketiganya saling mengisi dan melengkapi. Sebelum melatih ketiga teknik ucapan di atas, sebaiknya dilakukan pemanasan terlebih dahulu. Misalnya, dengan mengendurkan urat-urat pembentuk suara, urat-urat leher, dan membuat rileks seluruh anggota tubuh.

b. Olah Tubuh Bentuk tubuh kita, dan cara-cara kita berdiri, duduk dan jalan memperlihatkan kepribadian kita. Motivasi-motivasi kita untuk melakukan gerak lahir dari sumber-sumber fisikal (badaniah), emosional (perasaan), dan mental (pikiran), dan setiap tindakan (action) kita berasal dari satu, dua atau tiga macam desakan hati (impuls). Banyak sekali interaksi atau pengaruh timbal- balik dan perubahan urutan yang tak habis-habisnya. Tubuh kita kedinginan dan bergetar, kita merasakan dingin dan sengsara, maka kita berkata “dingin”. Pengalaman badaniah kita memberi petunjuk bagi perasaan dan pikiran kita. Kita diliputi kegembiraan, maka kita melompat, menari dan menyanyi. Aliran perasaan yang meluap meledak ke dalam bentuk aktivitas badaniah. Seorang pemeran tidak akan bergerak demi gerak itu sendiri dan tidak membuat gerak indah demi keindahan. Bila dari diri pemeran diminta agar menari, maka ia akan melakukannya sebagai karakter peran tertentu, pada waktu, tempat dan situasi tertentu. Latihan olah tubuh bagi seorang pemeran adalah suatu proses pemerdekaan. Tulang punggung dapat menyampaikan pada para penonton berbagai kondisi yang kita alami, apakah lagi tegang atau tenang, letih atau segar, panas atau dingin, tua atau muda, dan ia juga membantu keberlangsungan perubahan sikap tubuh dan bunyi suara kita. Secara anatomis bagian-bagian tulang punggung terdiri dari: a. 7 buah ruas tulang tengkuk, b. 12 buah ruas tulang belakang, c. 5 buah ruas tulang pinggang, d. 5 buah ruas tulang kelangkang bersatu dan 4 ruas tulang ekor. Atau rinciannya sebagai berikut. a. Leher. b. Bagian bahu dan dada tulang punggung. c. Tulang punggung bagian tengah. d. Bagian akar, dasar atau ekor tulang punggung.

Sumber: Dok. Teater Tanah Air Gambar 12.3 Latihan Olah Tubuh, (Menjatuhkan kepala ke belakang).

140 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Latihan kepala dan leher 1. Jatuhkan kepala ke depan dengan seluruh bobotnya dan ayunkan dari sisi ke sisi. 2. Jatuhkan kepala ke kanan, ayunkan ke arah kiri melalui bagian depan, ayunkan ke arah kanan melalui punggung. 3. Lakukan latihan yang sama untuk “bahu”. 4. Untuk tangan dan kaki, gunakan variasi rentangan.

Latihan tubuh bagian atas Berdiri dengan kedua kaki sedikit direnggangkan dengan jarak antara 60 sentimeter. Tekukkan lutut sedikit saja. Benamkan seluruh tubuh bagian atas ke depan di antara kedua kaki. Biarkan tubuh bagian atas bergantung seperti ini dan berjuntai-juntai beberapa saat. Tegakkan kembali seluruh tubuh melalui kerakan tuas demi ruas, sehingga kepalalah yang paling akhir mencapai ketinggiannya dan seluruh tulang punggung melurus. Dengan cara yang sama, coba membongkokkan tubuh ke kiri, ke kanan, dan ke belakang. Latihan pinggul, lutut dan kaki 1. Berdiri tegak dan rapatkan kaki. Turunkan badan dengan menekuk lutut dan kembali tegak. 2. Berdiri tegak dengan satu kaki, kaki yang lain julurkan ke depan. Turunkan badan dengan menekuk lutut dan kembali tegak. Ganti dengan kaki yang lain. 3. Putar lutut ke kiri dan ke kanan. Buat berbagai variasi dengan konsentrasi pada lutut.

Seluruh batang tubuh 1. Berdiri dan angkat tangan kita ke atas setinggi-tingginya, regangkan diri bagaikan sedang menguap keras merasuki seluruh tubuh. Ketika kita mengendurkan regangan tubuh berdesahlah dan lemaskan diri sehingga secara lemah lunglai mendarat di lantai. Jangan mendadak, tetapi biarkanlah bobot tubuh kita sedikit demi sedikit luruh ke bawah/ke lantai. 2. Pantulkan diri dan goyangkan lengan-lengan, tangan-tangan, lutut, kaki dan telapak kaki ketika berada di udara. Keluarkan teriakan singkat ketika kita memantul.

Seni Budaya 141 Berjalan 1. Mengakukan tulang punggung dan rasakan betapa langkah yang satu terpisah dari langkah lainnya. 2. Mendorong leher ke depan. 3. Mengangkat dagu. 4. Menunduk/menjatuhkan kepala ke depan. 5. Mengangkat bahu tinggi-tinggi. 6. Menarik bahu ke belakang. 7. Menjatuhkan atau membungkukkan bahu ke depan. 8. Sambil menggerak-gerakkan tangan pada siku-sikunya. 9. Memantul-mantulkan diri dari kaki ke kaki. 10. Dengan membengkokkan telapak kaki ke atas dan bertumpu pada tumit-tumit kaki. 11. Mencondongkan seluruh tubuh ke belakang dan perhatikan betapa ini meninggalkan berat bobot tubuh di belakang ketika kita melangkah maju.

142 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Berlari Berlari dan tarik napas. Hembuskan napas ke depan sambil mengeluarkan suara “haaaa” sepanjang kemampuan napas yang dikeluarkan. Kemudian, berbalik ke tempat ketika berhenti, lalu tarik napas dan ulangi gerak lari yang sama. Gerakan dan suara akan membentuk ungkapan atau ucapan yang selaras. Tarik napas dalam-dalam, ketika mengeluarkan napas larilah mundur sambil membungkukkan tubuh bagian atas ke depan.

Melompat 1. Berlari menuju ke suatu lompatan. Rasakan betapa sifat memantulnya berat tubuh mengangkat kita. 2. Ayunkan kedua kaki sebebas-bebasnya dan lompatlah lebih tinggi lagi.

Seluruh rangkaian latihan olah tubuh ini dilakukan dengan menggunakan imajinasi (pikir dan rasa), dan bisa diberi variasi dengan membunyikan musik instrumentalia.

2. Improvisasi Improvisasi adalah penciptaan spontan atau pertunjukan yang dilakukan tanpa persiapan/ dirancang terlebih dahulu. Adegan-adegan berlangsung tanpa direncanakan sebelumnya. Latihan improvisasi ini penting bagi pemeran untuk melatih daya inisiatif, daya inovatif, dan daya kreatif. atau setidak-tidaknya dapat membantu menghilangkan rasa malu dan keraguan terhadap diri pemeran. Dengan melaksanakan latihan-latihan improvisasi, pemeran nantinya juga dapat mengatasi berbagai persoalan yang terjadi saat pertunjukan berlangsung. Misalnya, ketika pemeran atau lawan main lupa dialog, pemeran dapat mengatasinya, sehingga penonton tidak tahu, bahwa

Seni Budaya 143 telah terjadi kesalahan. Latihan improvisasi ada bermacam-macam. Ada improvisasi perorangan, ada improvisasi dengan pasangan, ada improvisasi dengan rangka cerita, dengan benda-benda/ perabotan, dan lain-lain. a. Improvisasi solo Di dalam latihan improvisasi pemeran tidak mempunyai naskah, dan tidak ada yang menyutradarai. Pemeran benar-benar sendiri. Tidak ada persiapan. Improvisasi sendiri ini disebut improvisasi solo: “Bayangkan, Pemeran sedang berada di sebuah pemberhentian bus, sendirian, di tengah hujan lebat, angin bertiup kencang.” Informasi ini tidak lengkap. Tidak dikatakan karakter yang harus diperankan, waktunya jam berapa?, tempat pemberhentian busnya di tempat yang rawan atau yang aman? Apakah pemeran ketakutan, kebingungan atau patah semangat? Apakah pemeran akan menggumamkan doa? Dan berbagai informasi lainnya. Ya, di dalam improvisasi, informasi yang diberikan memang minim. Daya khayal atau imajinasi pemeranlah yang akan mengisi kekurangan itu. b. Improvisasi dengan pasangan Mainkan adegan, “Dua orang pelajar yang berbeda sekolah, bertemu di sebuah taman”. c. Improvisasi dengan perabotan Mainkan adegan, “Seorang pelajar merapikan kamarnya yang berantakan”.

3. Karakter Tokoh Karakter tokoh ialah manusia atau watak dalam cerita yang berbentuk naratif atau drama yang diberi sifat-sifat tertentu termasuk perangai dan pemikiran yang dikenal melalui percakapannya, yaitu dialog dan apa yang mereka lakukan dalam bentuk aksi. Berdasarkan perangai dan nilai moral suatu watak yang lahir melalui percakapan dan aksi itu membentuk sebagian dari motivasi watak. Suatu watak pada dasarnya mungkin tidak berubah atau tidak bertukar dari segi rupa dan sifat-sifat bawaan dan juga pemikiran, dari awal hingga ke akhir cerita. Watak juga mungkin menempuh atau mengalami perubahan yang radikal atau cepat atau sebaliknya melalui perkembangan secara sedikit demi sedikit, atau sebagai akibat dari krisis yang meruncing. Apakah watak itu berubah atau tidak, kita memerlukan kepastian pada suatu watak, dia tidak boleh berlaku dengan cara yang tidak sesuai dengan dengan tabiat yang ditentukan. Karakter tokoh adalah tokoh hidup bukan tokoh mati yang hanya merupakan boneka di tangan pengarang. Tokoh hidup dalam lakon adalah watak, pribadi yang memiliki ciri-ciri yang khas, punya perangai dan tabiat yang tertentu, yang karakteristik. Tokoh yang hidup di dalam lakon adalah tokoh yang memiliki 3 dimensi, yaitu: a. Dimensi physiologis, ialah ciri-ciri badani. b. Dimensi sosiologis, ialah ciri-ciri kehidupan masyarakat. c. Dimensi psychologis, ialah ciri-ciri kejiwaannya.

144 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Tiap dimensi itu terdiri dari beberapa unsur-unsur penting. a. Ciri-ciri badani (physiologis) 1. Usia (tingkat kedewasaan). 2. Jenis kelamin. 3. Keadaan tubuhnya. 4. Ciri-ciri tubuh, wajah. b. Latar belakang kemasyarakatan (sosiologis) 1. Status sosial. 2. Pekerjaan, jabatan, peranan dalam masyarakat. 3. Pendidikan. 4. Kehidupan pribadi maupun keluarga. 5. Agama, kepercayaan, pandangan hidup, ideologi. 6. Aktivitas sosial (dalam organisasi), kegemaran (hobi). 7. Kewarganegaraan, keturunan, suku, bangsa. c. Latar belakang kejiwaan (psychologi) 1. Ukuran-ukuran moral untuk mengatakan yang baik dan yang tidak baik, mentalitas. 2. Temperamen, keinginan-keinginan pribadi, perasaan-perasaan pribadi, serta sikap dan kelakuan. 3. Kecerdasan, keahlian, kecakapan khusus dalam bidang tertentu.

Apabila kita mengabaikan salah satu dari ketiga ciri-ciri tersebut, baik yang berupa watak, pribadi maupun lingkungan serta keadaan tubuhnya, maka sudah pasti bahwa tokoh ini akan menjadi tokoh yang timpang, yang cenderung menjadi tokoh yang mati. Hanya dengan memberi isi pada tokoh-tokoh itu dan melengkapinya dengan ketiga unsur-unsur ketiga dimensi itu, maka dapat dijamin bahwa tokoh-tokoh yang kita tampilkan adalah tokoh-tokoh yang hidup. Misalnya, tokoh yang paling penting dalam lakon kita adalah seorang dokter. Maka tentulah harus dijelaskan siapa dan bagaimana dokter kita itu. Apakah ia seorang dokter hewan, dokter spesialis, dokter umum; berapa usianya; pria atau wanita; sudah mempunyai keluarga atau belum; mempunyai anak atau tidak; bagaimana kehidupannya di dalam rumah tangga, kehidupan pribadinya, bagaimana kariernya, perasaan-perasaan apa yang selalu digumulinya, ukuran moral dan mentalitasnya bagaimana, ber-Tuhan-kah ia atau tidak; apa ideologinya, bagaimana sikap hidupnya, pandangan hidupnya; keadaan sosialnya bagaimana, seorang kaya atau miskin; tingkatnya dalam masyarakat, golongan elite atau menengah; temperamennya bagaimana, apakah ada ciri-ciri khusus pada wajah atau anggota tubuhnya, gemuk atau kurus, cantik atau gagah, atau berwajah buruk; kecerdasannya bagaimana.

Zaman Persamaan Perbedaan Ciri-ciri badani Latar belakang kemasyarakatan Latar belakang kejiwaan

Seni Budaya 145 Kalau kita menampilkan seorang politikus sebagai tokoh yang terpenting dalam lakon kita, maka tentulah harus dijelaskan siapakah dia itu; apakah dia seorang nasionalis, komunis; menjadi anggota partai mana dan menganut golongan politik mana; apakah ia seorang non-partisan; bagaimana kariernya sebagai politikus; apakah jabatannya dalam lembaga negara; bagaimana pula pahamnya, termasuk orang keras dan fanatik atau seorang yang mudah kompromi; seorang demokrat atau seorang yang mencari-cari keuntungan dalam saat-saat yang mujur; bagaimana ukuran moralnya, mentalitasnya, temperamennya, ambisinya, sifat-sifat pribadinya; pengalaman- pengalamannya, pendidikannya, kecerdasannya, usia, jenis kelaminnya. Marilah kita ambil sebagai contoh seorang tokoh yang terpenting dalam lakon “Api”, yakni R. Hendrapati. Perhatikan bagaimana pengarang dengan seksama mengisikan unsur-unsur ketiga dimensi itu ke dalam diri R. Hendrapati sehingga ia menjadi seorang tokoh yang hidup. Kita mengetahui tentang R. Hendrapati itu jelas sebagai berikut. 1. Usianya 48 tahun. Keadaan tubuhnya kurus tinggi. 2. Ia seorang apoteker. Pendidikannya di sekolah tinggi di Rotterdam, Nederland, meskipun tidak lulus. Kariernya; sebagai apoteker, pemilik rumah obat dan laboratorium “Hendrapati”. 3. Tingkat hidupnya dalam masyarakat termasuk orang kaya. Kehidupan pribadi dan kehidupannya dalam keluarga penuh dengan pertentangan-pertentangan. R. Hendrapati bukan kaum keturunan bangsawan, ia lahir dari keturunan orang biasa. Sudah punya istri, dan anaknya dua orang yang sudah dewasa. 4. Watak dan ukuran-ukuran moralnya rendah. Sifatnya angkuh, kepala batu dan sombong. Perasaan rendah diri selalu terbawa-bawa dalam setiap tingkah-lakunya. Dia termasuk seorang yang berkepandaian tanggung, kecakapannya setengah-setengah, tetapi kemauannya sangat keras. Ia ingin menjadi seorang manusia yang termasyhur, terhormat di seluruh dunia. Tingkah lakunya mencerminkan budinya yang buruk. Sikapnya terhadap orang lain ingin menang sendiri, tak kenal belas kasihan. Pandangan hidupnya sangat mementingkan kebendaan, kekayaan yang akan ia kumpulkan untuk dirinya sendiri.

Dari contoh di atas maka kita tahu bahwa pengarang lakon berhasil menjadikan tokohnya seorang tokoh hidup karena dalam pribadinya telah diisikan sebagian besar dari unsur-unsur tiga pokok tadi.

146 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 BAB NASKAH LAKON TEATER MODERN 13

Pada pelajaran Bab 13 siswa peduli dan melakukan aktifitas berkesenian, yaitu: 1. Mengamati dan mengidentifikasi naskah lakon seni teater berdasarkan jenis, bentuk, dan makna sesuai kaidah seni teater modern 2. Melakukan eksplorasi tehnik dan prosedur penyusunan naskah sesuai kaidah seni teater modern 3. Menginterpretasi lakon seni teater modern dalam bentuk naskah 4. Mendiskripsikan naskah lakon yang sudah diinterpretasi secara kelompok

A. Naskah Lakon Teater Modern Indonesia

Naskah lakon pertama yang menggunakan bahasa Indonesia adalah Bebasari karya Rustam Effendi, seorang sastrawan, tokoh politik, yang terbit tahun 1926. Naskah lakon sebelumnya ditulis dalam bahasa Melayu-Tionghoa, bahasa Belanda, dan bahasa Daerah. Kemudian, muncul naskah- naskah drama berikutnya yang ditulis sastrawan Sanusi Pane, Airlangga tahun 1928, Kertadjaja tahun 1932, dan Sandyakalaning Madjapahit tahun 1933. Muhammad Yamin menulis drama Kalau Dewi Tara Sudah Berkata tahun 1932, dan Ken Arok tahun 1934. A.A. Pandji Tisna menulis dalam bentuk roman, Swasta Setahun di Bedahulu. Bung Karno menulis drama Rainbow, Krukut Bikutbi, Dr. Setan, dan lain-lain. Tampak di sini, bahwa naskah drama awal ini tidak hanya ditulis oleh sastrawan, tetapi juga oleh tokoh-tokoh pergerakan. Sumpah Pemuda di Jakarta, yang memproklamirkan kesatuan bangsa, bahasa dan tanah air Indonesia pada 28 Oktober 1928, telah menginspirasi lahirnya Poedjangga Baroe, tahun 1933, majalah yang banyak melahirkan sastrawan dan kegiatan sastra, baik roman, puisi, cerita pendek, naskah lakon, maupun esai. Kehidupan Teater Modern Indonesia baru menampakkan wujudnya setelah Usmar Ismail menulis naskah lakon yang berjudul Citra tahun 1943. Naskah lakon yang ditulis oleh Usmar Ismail bukan bertema tentang pahlawan-pahlawan epik atau tentang para bangsawan, melainkan tentang kehidupan sehari-hari atau tentang manusia Indonesia yang sedang menggalang kekuatan menuju pecahnya revolusi. Grup Sandiwara Penggemar Maya yang didirikan oleh Usmar Ismail bersama D. Djajakoesoema, Surjo Sumanto, Rosihan Anwar, dan Abu Hanifah pada tanggal 24 Mei 1944, sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan Teater Modern Indonesia di tahun 1950. Terlebih setelah

Seni Budaya 147 Usmar Ismail dan Asrul Sani berhasil membentuk ATNI (Akademi Teater Nasional Indonesia) pada tahun 1955. ATNI banyak melahirkan tokoh-tokoh teater, di antaranya: Wahyu Sihombing, , Tatiek Malyati, Pramana Padmodarmaja, Kasim Achmad, Slamet Rahardjo, N. Riantiarno, dan banyak lagi. Kemudian, sebagian menjadi penulis naskah lakon Indonesia. Setelah ATNI berdiri, perkembangan teater dan naskah lakon di tanah air terus meningkat, baik dalam jumlah grup maupun dalam ragam bentuk pementasan. Grup-grup yang aktif menyelenggarakan pementasan di tahun 1958-1964 adalah Teater Bogor, STB (Bandung), Studi Grup Drama Djogja, Seni Teater Kristen (Jakarta), dan banyak lagi, di samping ATNI sendiri yang banyak mementaskan naskah-naskah asing seperti Cakar Monyet karya W.W. Jacobs, Burung Camar karya Anton Chekov, Sang Ayah karya August Strinberg, Pintu Tertutup karya Jean Paul Sartre, Yerma karya Garcia Federico Lorca, Mak Comblang karya Nikolai Gogol, Monserat karya E. Robles, Si Bachil karya Moliere, dan lain-lain. Naskah Indonesia yang pernah dipentaskan ATNI, antara lain: Malam Jahanam karya Motinggo Busye, Titik-titik Hitam karya Nasjah Djamin, Domba-domba Revolusi karya B. Sularto, Mutiara dari Nusa Laut karya Usmar Ismail dan Pagar Kawat Berduri karya Trisnoyuwono. Teater Modern Indonesia semakin semarak dengan berdirinya Pusat Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki, yang diresmikan pada 10 November 1968. Geliat teater di beberapa provinsi juga berlangsung semarak. Terlebih setelah kepulangan Rendra dari Amerika dengan eksperimen- eksperimennya yang monumental, sehingga mendapat liputan secara nasional, seperti Bib Bob, Rambate Rate Rata, Dunia Azwar, dan banyak lagi. Kemudian, Arifin C. Noer mendirikan Teater Ketjil; Teguh Karya mendirikan Teater Populer; Wahyu Sihombing, Djadoek Djajakoesoema, dan Pramana Padmodarmaja mendirikan Teater Lembaga; Putu Wijaya Mendirikan Teater Mandiri; dan N. Riantiarno mendirikan Teater Koma. Bentuk naskah lakonnya tidak hanya untuk pertunjukan presentasional, tetapi juga representasional. Semaraknya pertumbuhan Teater Modern Indonesia dilengkapi dengan Sayembara Penulisan Naskah Drama dan Festival Teater Jakarta, sehingga keberagaman bentuk pementasan dapat kita saksikan hingga hari ini. Kemudian, kita mengenal Teater Payung Hitam dari Bandung, Teater Garasi dari Yogyakarta, Teater Kubur dan Teater Tanah Air dari Jakarta, dan banyak lagi. Grup- grup teater tersebut mempunyai bentuk-bentuk penyajian yang berbeda satu sama lain yang tidak hanya mengadopsi naskah lakon dari Barat, tetapi dengan menggali akar-akar teater tradisi kita dalam penulisan naskah lakonnya.

1. Penyusunan Naskah Lakon Pertama yang harus kita lakukan adalah memilih dan menentukan tema, yaitu pokok pikiran atau dasar cerita yang akan ditulis. Saat memilih dan menentukan tema, harus mengingat kejadian/ peristiwa yang dalam pertunjukan dinyatakan sebagai laku atau action dan motif, yaitu alasan bagi timbulnya suatu laku atau kejadian/peristiwa. Kejadian/peristiwa dari laku harus diterangkan melalui rangkaian dan totalitas sebab-akibat. Timbulnya motif sebagai dasar laku merupakan keseluruhan dari rangsang dinamis yang menjadi lantaran seseorang mengadakan tanggapan. Dasar timbulnya motif, adalah kecenderungan- kecenderungan dasar yang dimiliki manusia, kecenderungan untuk dikenal, untuk mengejar kedudukan, dan lain-lain, yang disebabkan oleh keadaan fisik dan status sosialnya. Juga disebabkan oleh sifat-sifat intelektual dan emosionalnya.

148 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Setelah memilih dan menentukan jalan cerita yang akan ditulis, langkah selanjutnya adalah merumuskan intisari cerita yang disebut premise. Apabila premise digunakan sebagai dasar ide/ gagasan, kita akan mendapat pola cerita, ke arah mana tujuan cerita yang kita tuangkan dalam bentuk naskah lakon. Apabila kita menyeleweng dari arah yang telah ditentukan, maka kita tidak akan sampai pada tujuan. Sebagaimana yang tersurat dan tersirat di dalam premise. Premise yang kita tentukan akan teruji dan terbukti kebenarannya jika kita sampai pada titik tujuan, titik akhir lakon. Oleh karena itu, kita harus benar-benar yakin akan premise yang telah ditentukan. Jangan menulis sebuah lakon yang premisenya masih kita sangsikan sendiri! Misalnya kita menentukan premise, siapa yang menggali lubang akan terperosok sendiri ke dalamnya. Bagaimana dengan kebenaran premise itu? Yakinkah kita? Nah, kalau kita yakin, kita harus berpegang pada premise itu, sehingga kita akan terhindar dari bahaya kerja yang meraba-raba. Kalau premise yang kita tulis ternyata sama dengan premise naskah lakon tertentu, kita jangan kecil hati karena hasil tulisannya akan berbeda. Pengolahannya pasti akan berbeda dengan naskah lakon yang sudah ada. Misalnya, naskah lakon “Jayaprana dan Layonsari” dari Bali, premisenya sama dengan naskah lakon tragedi “Romeo & Juliet karya Williams Shakespeare, tetapi kedua naskah lakon tersebut berbeda. Sebagai akhir uraian tentang premise, baiklah kita kemukakan kenyataan bahwa tidak ada lakon yang baik tanpa premise. Oleh karena itu, kita sebutkan beberapa contoh: • “MACBETH” karya Williams Shakerpeare Premise: “Nafsu angkara murka membinasakan diri sendiri”. • “TARTUFFE” karya Moliere Premise: “Siapa menggali lubang untuk orang lain, akan terjerumus sendiri ke dalamnya”. • “RUMAH BONEKA” karya Hendrik Ibsen Premise: “Tiada keserasian dalam pernikahan akan mendorong perceraian”. • “DEAD END” karya Sidney Kingsley Premise: “Kemiskinan mendorong kejahatan”. • “API” karya Usmar Ismail. Premise: “Ambisi angkara membinasakan diri sendiri”

2. Menginterpretasi Naskah Lakon Bila kita akan mempertunjukan naskah lakon tertentu, maka kita harus mengupayakan agar naskah lakon yang kita pertunjukan tidak berjarak dengan penonton. Artinya, penonton dapat menangkap arti dan makna, baik yang tersurat maupun yang tersirat yang kita visualisasikan di dalam pertunjukan. Mengupayakan agar naskah lakon yang akan kita pertunjukan tidak berjarak dengan penonton, berarti kita harus mengenal naskah lakon tersebut terlebih dahulu, kemudian menginterpretasikannya. Misalnya, naskah lakon Mentang-mentang dari New York karya Marcelino Acana Jr (dramawan Filipina), terjemahan Tjetje Yusuf yang disadur oleh Noorca Marendra. Naskah lakon tersebut bercerita tentang Bi Atang (seorang janda) dan anak gadisnya, Ikah, yang berlagak seperti orang kaya, padahal hidupnya pas-pasan. Setting sosial dari cerita Filipina ini sangat mirip dengan setting sosial masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu, Noorca Marendra menyadurnya, memindahkan setting peristiwanya ke kampung Jelambar, di wilayah Jakarta Barat. Bahkan, naskah lakon ini

Seni Budaya 149 setting peristiwanya bisa dipindahkan ke setting peristiwa di Aceh, Batak, Minang, Sunda, Jawa, Madura, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Timor, Dayak, Banjar, Minahasa, Toraja, Bugis, Makassar, Ternate, Ambon, bahkan di Papua.

Sumber: Dokumentasi Teater Ketupat

3. Mendeskripsikan Naskah Lakon Mentang-mentang dari New York merupakan naskah lakon realis yang menyajikan kewajaran dan bahkan kejadian/peristiwa yang dihadirkan merupakan kenyataan dari hidup sehari-hari. Seluruh kejadian/peristiwa dalam naskah lakon ini berlangsung di rumah Bi Atang yang digambarkan sebagai berikut. “Ruang tamu di rumah keluarga Bi Atang di kampung Jelambar. Pintu depannya di sebelah kanan dan jendela sebelah kiri. Pada bagian kiri pentas ini, ada seperangkat kursi rotan, di sebelah kanan ada radio yang merapat ke dinding belakang. Pada bagian tengah dinding itu ada sebuah pintu yang menghubungkan ruang tamu dengan bagian dalam rumah itu. Pagi hari ketika layar terbuka, terdengar pintu depan diketuk orang. Bi Atang muncul dari pintu tengah sambil melepaskan apronnya dan bersungut-sungut. Bi Atang ini orangnya agak gemuk, jiwanya kuno, tetapi tunduk terhadap kemauan anak perempuannya yang sok modern. Oleh karena itu, maklum kalau baju rumahnya gaya baru. Apronnya berlipat-lipat dan potongan rambutnya yang di “modern”-kan itu tampak lebih tidak patut lagi.” Naskah lakon satu babak ini, bercerita tentang Bi Atang dan anak gadisnya, Ikah, yang sok modern. Gaya Ikah membuat kekasih dan teman-teman sepermainannya heran dan tidak lagi mengenalnya sebagai anak Jelambar. Di penghujung cerita, Ikah akhirnya menyadari kekeliruannya. Ceritanya pun berakhir dengan kebahagiaan.

150 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Karakter yang ada di dalam naskah lakon ini sebagai berikut. Ikah Anak gadis Bi Atang yang sok modern karena pernah menetap selama 10 bulan, 4 hari, 7 jam, dan 20 menit untuk belajar sebagai penata rambut dan kecantikan di Amerika. Ia mengganti namanya menjadi Francesca. Gaya bicaranya dibuat-buat seperti lafal orang Barat. Di rumah ia mengenakan gaun yang mengesankan dihiasi kulit binatang berbulu pada lehernya. Sebelah tangannya mengayun-ayunkan sehelai sapu tangan sutra yang selalu dilambai-lambaikan apabila berjalan atau bicara. Meskipun sudah pulang ke Jelambar, Ikah masih merasa berada di Amerika. BI Atang Agak gemuk. Janda yang menurut saja apa yang dikehendaki anak gadisnya, Ikah. Bi Atang didandani dengan dandanan yang norak dan aneh oleh Ikah. Rambutnya dipotong pendek, alis matanya dicukur, kuku dicat, berbedak, dan bergincu, seperti tante girang, sehingga menjadi bahan tertawaan tetangga. Akan tetapi, sebenarnya dia orang baik dan sangat mencintai anak gadisnya, Ikah. Oleh karena itu, dia menurut saja semua yang dikatakan Ikah. Dia tidak mau berselisih dengan Ikah. Bahkan, Ikah menyuruh setiap orang untuk memanggil ibunya dengan sebutan Nyonya Aldilla. Anen Kekasih/tunangan Ikah. Seorang insinyur yang cukup perlente, tetetapi dia sudah bertunangan dengan Fatimah. Fatimah Anak gadis dari keluarga yang cukup kaya di kampung Jelambar. Ia telah bertunangan dengan Anen. Otong Pemuda kampung Jelambar. Teman sepermainan Ikah, Anen, dan Fatimah yang diam-diam mencintai Fatimah.

Sumber: Teater Tanah Air, dalam lakon “Pengembara dari Surga”

Seni Budaya 151 KOMEDI SATU BABAK MENTANG-MENTANG DARI NEW YORK KARYA MARCELINO ACANA JR TERJEMAHAN TJETJE YUSUF SADURAN NOORCA MARENDRA

SETTING RUANG TAMU DI RUMAH KELUARGA BI ATANG DI KAMPUNG JELAMBAR. PINTU DEPANNYA DI SEBELAH KANAN DAN JENDELA SEBELAH KIRI. PADA BAGIAN KIRI PENTAS INI, ADA SEPERANGKAT KURSI ROTAN, DI SEBELAH KANAN ADA RADIO BESAR YANG MERAPAT KE DINDING BELAKANG. DI TENGAH DINDING ITU ADA SEBUAH PINTU YANG MENGHUBUNGKAN RUANG TAMU DENGAN BAGIAN DALAM RUMAH ITU. PAGI HARI, KETIKA LAYAR TERBUKA, TERDENGAR PINTU DEPAN DIKETUK ORANG, BI ATANG MUNCUL DARI PINRU TENGAH SAMBIL MELEPASKAN CELEMEKNYA, DAN BERSUNGUT-SUNGUT. BI ATANG INI ORANGNYA AGAK GEMUK, JIWANYA KUNO. TAPI TUNDUK TERHADAP KEMAUAN ANAK PEREMPUANNYA YANG SOK MODERN. OLEH KARENA ITU, MAKLUM KALAU BAJU RUMAHNYA GAYA BARU. CELEMEKNYA BERLIPAT-LIPAT DAN POTONGAN RAMBUTNYA YANG DI “MODERN”KAN ITU TAMPAK LEBIH TIDAK PATUT LAGI. BI ATANG (SAMBIL MENUJU PINTU) Tamu lagi, tamu lagi, tamu lagi! Selalu ada tamu yang datang. Setiap hari ada tamu, sial kaya orang gedongan saja. (MEMBUKA PINTU DAN ANEN MASUK DENGAN BUKET DI TANGANNYA, PAKAIANNYA PERLENTE, DAN IA TERTEGUN DI PINTU MENATAP BI ATANG DENGAN DAN GUGUP MEMPERHATIKAN BI ATANG KE BAWAH) Eh … Anen! Bibi kira siapa? Ayo masuk! ANEN Tapi … ini Bi Atang bukan?! BI ATANG (TERTAWA) Anen! Anen! Kalau bukan Bibi, siapa lagi? Dasar anak bloon. Kamu kira aku ini siapa, hah? Nyonya Menir? ANEN (TERSIPU) Habis kelihatannya kayak nyonya besar sih. BI ATANG (TERSIPU SAMBIL MEMEGANG RAMBUTNYA YANG PENDEK) Kemarin rambut ini Bibi potong di kap salon, biar kelihatan modern, kata si Ikah, apa kelihatannya sudah cukup mengerikan?

152 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 ANEN Oh … tidak, tidak. Malah kelihatannya gagah sekali. Tadi saya kira Bibi ini Ikah, jadi saya agak gugup tadi. Maklum sudah lama tidak ketemu. BI ATANG Ah dasar! Kamu dari dulu nggak berubah juga. Nakal (MENCUBIT PIPINYA) Ayo duduk! (ANEN DUDUK) Bagaimana kabar ibu? ANEN Wah kasihan Bi, ibu sudah kangen sama Bibi. Katanya ia tidak tahan lama-lama meninggalkan Jelambar. Malah ia ingin cepat-cepat pulang. BI ATANG (MENDEKAT) O ya, sudah berapa lama ya, kalian pergi dari sini? ANEN Belum lama Bi, baru tiga bulan. BI ATANG Baru tiga bulan? Tapi tiga bulan itu cukup lama buat penduduk asal Jelambar yang pergi dari kampung ini. Kasihan juga ya, rupanya ibumu sudah bosan tinggal di karawang. ANEN Iya, tapi maklum Bi, buat insinyur-insinyur macam saya ini, kerja di sana cukup repot. Dan kalau jembatan Karawang itu sudah kelar, kami pasti akan segera kembali ke sini. Jelambarkan tanah tumpah darah kami. Begitu kan Bi? BI ATANG Orang kata Nen, biar jelek-jelek juga lebih enak tinggal di kapung sendiri. Makanya kamu harus cepat-cepat bawa ibumu, Bibi nggak ada teman lagi buat main caki. ANEN Benar Bi, ibu memang sudah kangen sekali main ceki. BI ATANG Makanya, Bibi bilang ibumu tidak mungkin jadi penduduk kampung lain. Apalagi di luar kota, sekali dia pernah jadi gadis Jelambar tetap saja gadis Jelambar. Ingat saja kata-kataku ini. (TIBA-TIBA IA TERINGAT SESUATU) Tapi ini betul atau tidak entahlah. Kalau melihat anak Bibi si Ikah yang telah pergi ke Amerika dan tinggal setahun di sana, katanya bahkan ia tidak pernah rindu kampung halaman. ANEN (MULAI GUGUP LAGI) Ka … ka… kapan Ikah datang ke sini, Bi? BI ATANG Dari Senin kemarin, kenapa?

Seni Budaya 153 ANEN O … pantas, saya baru tahu waktu saya baca di koran, katanya Ikah sudah pulang dari New York, jadi … jadi … BI ATANG (PENUH ARTI) Jadi kamu datang ke sini bukan? ANEN (TERSIPU) Ah … Bibi bisa saja! BI ATANG (MENGELUH) Anak itu baru datang Senin kemarin, tapi coba lihat sudah berapa banyak badan Bibi dipermaknya. Lihat! Waktu pertama kali ia datang dan melihat Bibi, ia marah- marah, katanya, Bibi harus segera bersalin rupa. Bibi yang sudah tua bangka ini harus dipermak, biar jangan kampungan. Bibi pagi-pagi sekali sudah diseret ke kap salon, dan kamu bisa lihat hasilnya. Saksikan perubahan apa yang telah menimpa diriku secara revolusioner ini! Rambutku dibabat habis, alis dicukur, kuku dicat, dan kalau Bibi pergi ke pasar harus memakai gincu pipi dan lipstick. Bayangkan, apa nggak persis kodok goreng? Semua teman-teman Bibi di pasar, di jalanan pada menertawakan Bibi. Mereka pikir Bibi sudah agak saraf, masa tua Bangka begini di coreng moreng. Kaya tante girang saja. Tapi apa musti Bibi perbuat? Kamu tahu sendiri adatnya si Ikah, Bibi nggak bisa berselisih paham dengan dia. Katanya Bibi harus belajar bersikap dan bertingkah laku seperti seorang wanita Amerika. Seperti first lady! Seperti seorang metropolitan, karena Bibi punya anak yang pernah tinggal di Amerika. Busyet deh, apa Bibi ini kelihatan kayak orang Amerika. ANEN (GELISAH MENANTIKAN IKAH) Iya … iya. Bibi kelihatan hebat sekali. Dan … di mana dia sekarang? BI ATANG Siapa? ANEN Ikah! Apa Ikah ada di rumah? BI ATANG (MENDENGUS) Oooo … ada! Tentu saja dia ada di rumah. Ia sedang tidur! ANEN (SAMBIL MELIHAT JAM TANGANNYA) Masih tidur?! BI ATANG Ia, masih tidur! Kenapa? Heran? Kata dia orang-orang New York itu baru bangun setelah jam dua belas siang. ANEN (SAMBIL MELIHAT JAM TANGANNYA) Sekarang masih jam sepuluh.

154 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 BI ATANG Di samping itu, ia juga sangat sibuk, sibuk sekali, anak itu sibuk bukan main sejak ia pulang. Ia berpuluh kali mengadakan pesta selamat datang. Di mana-mana, dan tamu-tamu tiada hentinya ke luar masuk, anak itu betul-betul bikin pusing orang tua! ANEN (BERTAMBAH SEDIH) Kalau begitu … tolong katakan saja kepadanya, bahwa saya telah datang ke mari, … untuk … untuk … mengucapkan selamat datang. Oh ya, tolong juga berikan bunga ini kepadanya. BI ATANG Di samping itu, ia juga sangat sibuk, sibuk sekali, anak itu sibuk bukan main sejak ia pulang. Ia berpuluh kali mengadakan pesta selamat datang. Di mana-mana, dan tamu-tamu tiada hentinya ke luar masuk, anak itu betul-betul bikin pusing orang tua! ANEN (BERTAMBAH SEDIH) Kalau begitu … tolong katakan saja kepadanya, bahwa saya telah datang ke mari, … untuk … untuk … mengucapkan selamat datang. Oh ya, tolong juga berikan bunga ini kepadanya. BI ATANG (MENERIMA BUNGA) Tapi kau jangan pergi dulu, Nen. Tunggu sebentar! ANEN (MANGGUT) Begini Bi, tadinya saya ingin ketemu sama Ikah, tapi kalau ia baru bangun setelah jam dua belas siang, yah … BI ATANG (BERGEGAS-GEGAS) Ia akan bangun sekarang juga dan akan bertemu dengan kamu Nen! Kenapa ia mesti belagu betul? Kamu sama dia kan sama-sama dibesarkan di kampung ini! Duduklah Bibi mau membangunkan dia! ANEN Wah jangan Bi, jangan diganggu, biar saja. Lagi pula saya datang ke sini lain hari. BI ATANG Sudah! Kamu tunggu saja di sini. Ia malah akan senang sekali bisa ketemu teman lama waktu kecil., dan ia ingin sekali secara pribadi mengucapkan terimakasih atas pemberian bungamu ini. (MEMPERHATIKAN DAN MECIUM BUNGA ITU) Ah … alangkah indahnya buket bunga ini Nen, pasti mahal sekali harganya! (MENGERILIKKAN MATANYA DAN MASUK KE DALAM) ANEN (SAMBIL DUDUK) Ah itu bukan apa-apa, Bi Atang! BI ATANG (TERTAWA DAN TIBA-TIBA BERHENTI DI PINTU) Oh, ya Nen … ANEN Ada apa, Bi?

Seni Budaya 155 BI ATANG Di depan dia nanti, kamu jangan manggil aku Bi Atang, ya! ANEN Lho, memangnya kenapa, Bi? BI ATANG Si Ikah tidak suka aku dipanggil Bi Atang, kampungan! Katanya, aku harus mengatakan kepada setiap orang supaya mereka memanggilku Nyonya Aldilla, dan katanya lagi, panggilan itu lebih beradab daripada Bi Atang. Maka dari itu, khususnya kalau di muka si Ikah kamu harus memanggilku Nyonya Aldilla, paham? ANEN Baik Bi Atang … eh maksud saya Nyonya Aldilla! BI ATANG Tunggu sebentar saja yah, aku mau memanggil Ikah. (MASUK) ANEN (MENARIK NAFAS) Hhhhhhhh! Ada-ada saja. Dasar orang kampung …! BI ATANG (TIBA-TIBA MUNCUL KEMBALI) Oh ya, Anen aku hampir lupa. ANEN Astaga. Ada apa lagi Bi Atang? Eh Nyonya … Nyonya siapa tadi? BI ATANG Nyonya Al – dil – lla. ANEN Oh ya, ada apa Nyonya Aldilla? BI ATANG Kamu jangan memanggil Ikah itu dengan “Ikah”. ANEN (BINGUNG) Lalu harus memanggil si Ikah dengan apa saya? BI ATANG Kamu harus memanggilnya dengan Francesca. ANEN Fransisca. BI ATANG Bukan, bukan Fransisca, tapi Fran – ces – ca. ANEN Tapi … kenapa mesti Francesca, Nyonya?

156 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 BI ATANG Sebab, katanya, semua orang-orang di New York memanggilnya Francesca, begitulah cara semua orang Amerika mengucapkan namanya, dan ia menginginkan semua agar orang sini pun mengucapkannya demikian. Katanya nama itu kedengarannya begitu “ci –ci”, seperti orang Italia. Oh ya kamu tahu, bahwa di New York banyak orang menyangkanya berasal dari Italia? … Seorang Italia dari California, katanya, oleh karena itu, hati-hatilah dan ingat jangan memanggilnya Ikah, ia benci nama itu. Panggilah dia Francesca, biar dia girang. ANEN (MENJATUHKAN DIRINYA DI KURSI) Baiklah Nyonya Al – dil – llaaaaaaaaaa BI ATANG (HENDAK MASUK) Sekarang tunggulah di sini selagi aku memanggil Francesca. (TIBA- TIBA PINTU DEPAN DIKETUK ORANG) Eh … busyet deh tamu lagi! ANEN (BANGUN MENUJU KE PINTU) Biarlah saya yang membukanya Nyonya Aldilla. BI ATANG Katakan saja kepada mereka supaya menunggu! (KETIKA PINTU DIBUKA, OTONG MASUK DAN MATANYA MELIHAT ANEN, IA SEGERA MEMELUK ANEN. DAN MEREKA BERPELIKKAN SAMBIL KETAWA BERDERAI) ANEN Elu Tong, gue kira siapa? (MEREKA SALING MEMUKUL PERUT) Wah … menyenangkan betul kita bisa ketemu lagi ya? OTONG Aku kira kau masih di Karawang, Nen! ANEN Memang masih di sana Tong, aku ke sini cuma mau ngasih selamat sama si Ikah, dia kan baru pulang dari luar negeri. OTONG Tapi aku dengar ada sesuatu yang tidak baik menimpa anak itu. ANEN (DUDUK) Akupun begitu juga, agak gawat katanya. OTONG (DUDUK) Kata orang-orang dia agak saraf, apa betul ya? ANEN (GELISAH) Ah enggak, itu sih omongan sentimen saja, yang betul sih dia baru pulang dari New York.

Seni Budaya 157 OTONG Lalu ngapain dia jauh-jauh pergi ke sana? ANEN Anu, belajar, katanya. OTONG Belajar apa? Kuliah? ANEN Bukan, anu, belajar menata rambut dan kecantikan. Ia malah sudah dapat ijazah. OTONG Wah … hebat dong si Ikah sahabat kita yang tersayang itu. ANEN Tapi, maaf-maaf nih ya. Namanya sekarang bukan Ikah lagi, tapi Francesca. OTONG Fran – ces – ca? ANEN Nona Jelambar itu sekarang sudah jadi seorang nona New York, teman lama kita Ikah sekarang telah jadi seorang gadis Amerika yang modern. OTONG Si Ikah? (ANEN MENGANGGUK) Seorang Amerika? (ANEN MENGANGGUK) Yang bener lu! Jangan bikin aku ketawa, aku kan tahu sejak dia masih suka jualan kue apem di kampung ini. (BERDIRI MENIRUKAN ANAK PEREMPUAN JUAL APEM) Apem…! Apeeemm! Apemmmm! Apemmm! Ayo siapa mau jangan bungkam!!! ANEN (TERTAWA) Kau ingat waktu dia didorong ke selokan? OTONG (TERTAWA) Ia mengejar-ngejar kita sepanjang jalan bukan? ANEN Dan roknya basah kuyup kena lumpur! OTONG Anak itu pandai sekali, berantem! (TERDENGAR PINTU DEPAN DIKETUK ORANG, OTONG SEGERA MEMBUKANYA DAN DARI LUAR FATIMAH MASUK, DIA ANAK GADIS SEORANG YANG CUKUP KAYA). FATIMAH Lho! Kok kamu ada di sini, Tong?

158 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 OTONG (SAMBIL MERENTANGKAN TANGANNYA) O … Fatimah, gadisku semata wayang. FATIMAH (MASUK) Lho! Anen juga! Apa-apaan ini? Memangnya sekarang ada reuni anak-anak berandalan dari Jelambar? OTONG Kami kumpul di sini untuk menyambut seorang wanita terhormat yang baru datang dari New York. FATIMAH Oh ya? Aku juga, apa dia ada di rumah? ANEN Bi Atang sedang mencoba membangunkannya. FATIMAH Membangunkannya? Busyet! Apa tengah hari begini dia masih bermimpi? BI ATANG (MUNCUL DARI DALAM) Tidak, dia sudah bangun dan sekarang sedang berpakaian, oh ya selamat pagi Fatimah, selamat pagi Otong. (OTONG DAN FATIMAH SALING BERPANDANGAN. DENGAN MUKA LESU IA MENATAP BI ATANG YANG MEMBAWA VAS BUNGA KIRIMAN ANEN TADI. DAN BI ATANG DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH BERJALAN MELINTASI RUANGAN ITU YANG SEKETIKA MENJADI SUNYI DAN TIBA-TIBA OTONG BERSIUL DENGAN KURANG AJAR MENGGODA BI ATANG) BI ATANG Bagaimana Otong, Fatimah? Dibilang selamat pagi kok pada bengong, dan mengapa melihat aku dengan pandangan seperti itu? FATIMAH Ini Bi Atang atau siapa? BI ATANG Astagfirullah! Siapa lagi kalau bukan? Apa kalian sudah tidak bisa mengenal makhluk ini lagi? Ini kan Bi Atang, penduduk asli Jelambar yang terkenal itu! (MENJATUHKAN DIRI DI KURSI). ANEN Oh ya Tong, sekarang Bi Atang tidak boleh dipanggil Bi Atang, dia mau supaya kita memanggilnya Nyonya Aldilla. OTONG + FATIMAH Nyonya Aldilla?

Seni Budaya 159 BI ATANG (MALU) Ah … kamu kan tahu sendiri, Nen. Bukan Bibi yang menginginkan panggilan itu. Tapi si Ikah, oh Francesca, oh ya ia senang sekali dengan bunga-bunga ini Nen, dan katanya ia mengucapkan banyak terimakasih atas kirimanmu ini. (MELIHAT FATIMAH). Dan kamu Fatimah, kalau tidak berhenti menganga begitu, aku cubit. BI ATANG Aku minta tolong sesuatu. FATIMAH Eh … Bi Atang, jangan repot-repot kami kan bukan tamu, dan belum lapar. BI ATANG Jangan kuatir, Bibi mana mau ngasih makan kalian. Cuma sekedar air jeruk saja. Aku menyediakan buat Ikah, sebab kalau pagi-pagi ia tidak makan apa-apa. Katanya, di New York tidak ada seorang pun yang sarapan pagi-pagi, mari ikut Otong! (BI ATANG DAN OTONG MASUK, TINGGAL ANEN DAN FATIMAH YANG TERDIAM BEBERAPA SAAT. ANEN DUDUK, FATIMAH BERDIRI DI BELAKANG SOFA) FATIMAH Bagaimana Anen? ANEN Seharusnya kau jangan datang hari ini Fat. FATIMAH Kenapa tidak boleh? ANEN Aku masih belum bicara dengan Ikah. FATIMAH Kau belum bicara sama Ikah? Aku kira tadi malam kau sudah bicara di sini! ANEN Aku kehilangan keberanian dan tadi malam aku tidak ke sini. FATIMAH Oh … Anen … Anen! ANEN (TERSINGGUNG DAN MENIRUKAN GAYA FATIMAH) Oh … Fatimah … Fatimah! Pakai otak Fatimah! Setiap orang akan mengalami kesulitan memutuskan pertunangannya, itu bukan sebuah hal yang biasa, dan … ya Tuhan … itu bukan soal gampang. FATIMAH (MENYERANG) Kamu mencintai si Ikah atau aku? ANEN Tentu saja aku mencintaimu, Fatimah, kitakan sudah bertunangan.

160 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 FATIMAH (GETIR) Iya, dan kamu pun bertunangan pula dengan si Ikah! ANEN Tapi itukan setahun yang lalu! FATIMAH (MARAH) Dasar laki-laki! (PERGI). ANEN (BANGKIT DAN MENGIKUTI) Fatimah! Kamu kan tahu kalau hanya engkau yang tercinta! FATIMAH (BERBALIK) Lalu kenapa kamu berani-beraninya meminangku padahal kau sudah bertunangan dengan si Ikah?! ANEN (MENYESAL) Ah … seharusnya aku tidak usah mengatakannya kepadamu dan inilah akibat aku terlalu jujur kepadamu! FATIMAH Apa? Jujur? Kamu menganggap dirimu jujur heh? Jujurkah kamu yang memancing-mancing aku jatuh cinta kepadamu sedang kamu masih menjadi milik si Ikah?! ANEN Aku … aku kira, aku sudah bukan menjadi milik Ikah lagi pula pertunangan kami itu hanyalah pertunangan pribadi yang rahasia saja sifatnya, aku meminangnya tepat sebelum dia pergi ke New York, dan dia sendiri bilang bahwa pertunangan itu harus bersifat rahasia sampai sekembalinya ia dari Amerika. Tetapi, setelah beberapa bulan ia berada di sana, surat-suratpun tak pernah dibalasnya lagi, oleh karena itu kuanggap diriku telah bebas. FATIMAH (MENGGERUTU) Lalu kau meminang aku? ANEN (MEMBELA) Lalu aku meminang kau …! FATIMAH Dan kemudian menyuruhku merahasiakan pertunangan kita ini bukan? ANEN Karena segera sesudah pertunangan kita, aku mendengar kabar bahwa Ikah telah pulang dari Amerika. FATIMAH Aku tidak tahan bertunangan dengan kau kalau caranya begini, lalu apa gunanya bertunangan kalau tidak boleh diumumkan kepada orang lain.

Seni Budaya 161 ANEN Berilah aku kesempatan sekali saja berbicara dengan Ikah, untuk menjelaskan duduk perkara sebenarnya. Sesudah itu kita akan mengumumkan pertunangan kita. FATIMAH Tetapi lekaslah, aku sudah tidak sabar lagi. ANEN Tapi, sulit, bagaimana aku bisa membicarakannya dengan dia sekarang ini? FATIMAH Kenapa? ANEN Sebab kau dan Otong ada di sini, dan tentunya kau tidak mengharapkan agar aku menampik Ikah di muka umum bukan? FATIMAH Kau ingin aku dan Otong pergi? ANEN Tidak … tidak usah, hanya berilah aku kesempatan untuk bicara dengan Ikah barang sebentar saja. FATIMAH Baiklah, tentang Otong serahkan saja kepadaku. ANEN Baiklah. (OTONG MUNCUL DARI DALAM DENGAN BAKI YANG BERISI BEBERAPA GELAS DAN TEMPAT AIR DI ATAS KEPALANYA) OTONG (BERPUTAR-PUTAR MENIRUKAN IKAH JUAL KUE) Appeeemmm … apemmm … apemmmnya siapa mau …jangan bungkemmmmmmm … !!! (BI ATANG MUNCUL MEMBAWA ROTI-ROTI KECIL) BI ATANG Para tamu sekalian, mohon perhatian … Ikah akan segera tiba kehadapan kalian, tetapi ia lebih suka dipanggil Francesca! (IA MENYISIH KE SAMPING, IKAH MUNCUL, IA MENGENAKAN GAUN YANG MENGESANKAN DIHIASI KULIT BINATANG BERBULU PADA LEHERNYA. SEBELAH TANGANNYA MENGAYUN-AYUNKAN SEHELAI SAPU TANGAN SUTRA YANG SELALU DILAMBAI-LAMBAIKAN APABILA BERJALAN ATAU BICARA DAN INILAH GAYA HOLLYWOOD YANG GILA ITU)

162 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 IKAH (SETELAH BERHENTI CUKUP LAMA DI MUKA PINTU, IA LALU MENGANGKAT TANGANNYA DENGAN SIKAP TERCENGANG DAN GIRANG HATI) Oh … halloo, halloo teman-temanku sayang …! (IA MELUNCUR KE TENGAH DAN SEMUA TERBELALAK KEHERANAN MENYAKSIKAN PEMANDANGAN INI) Hallooo … Fatimahku sayang, betapa jelitanya kau sekarang ini! (MENCIUM FATIMAH) Dan Anen, teman kecilku yang manis, bagaimana kabarmu sekarang ini? (MENGULURKAN TANGANNYA TAPI ANEN DIAM SAJA) Dan kau Otong, aduuh, aduuuuh betapa menariknya engkau sekarang ini anak nakal! (MENCUBIT OTONG DAN IA MENGELILINGI OTONG NAMPAK KETAKUTAN) Ci – ci … ! Kau dengan pakaian begini ini sungguh-sungguh laksana produser super dari Jelambar dalam tata warna yang indah dari warna aslinya! Ayo teman-temanku tersayang, silahkan duduk … duduklah kalian dengan baik, biar aku bisa melihat kalian dengan sejelas-jelasnya. (KETIKA KETIGA TAMU ITU DUDUK, DILIHATNYA BAKI DENGAN GELAS-GELAS DI ATAS MEJA, LALU IA MENGAYUNKAN TANGANNYA MENGERIKAN TETAPI NAMPAK MENYERAMKAN) Oh … Mamie, Mamie!! BI ATANG Ada apa sayang? IKAH Berapa kalikah harus aku katakan, Mamieku malang, bahwa sekali-kali jangan menghidangkan air buah-buahan dengan gelas air biasa? BI ATANG Tapi … aku tidak bisa menemukan gelas-gelas tinggi pesananmu itu. IKAH (MENGHAMPIRI BI ATANG DAN MENCIUMNYA) Oh Mamieku malang … (KEPADA BI ATANG) Ia begitu canggung bukan? Tapi tak apalah sayang, jangan bersedih hati, mari, duduklah bersama kami. BI ATANG Oh tidak usah, tidak usah, terimakasih anak Mamie, aku harus pergi ke pasar. IKAH Oh ya? Jangan lupa daun seledriku itu ya Mam? (KEPADA BI TETAMU) Terus terang, aku tak dapat hidup tanpa seledri, maklum baru datang dari Amerika. Aku ini bagai kelinci saja, memamah terus sepanjang hari. BI ATANG Nah, anak-anakku, maafkan aku harus meninggalkan kalian sebentar, dan Anen, jangan lupa salamku buat ibumu! (MASUK)

Seni Budaya 163 IKAH Dan jangan lupa Mamie, dengan sedikit olesan pada bibir, sedikit olesan pada pipi. BI ATANG (BERBALIK) Aduh Ikah, haruskah aku … ? IKAH Apa? Ulangi lagi Mamieku malang … ! BI ATANG Haruskah aku yang sudah keriput ini memakai gincu, Francesca? IKAH (TERTAWA LALU MENGALIHKAN PANDANGAN KEPADA TETAMU) Tetapi … betapa mengerikannya ia memberikan gambaran tentang make up itu. Oh Mamieku malang, lalu apa yang harus aku perbuat kepadamu sekarang? BI ATANG (KE LUAR) Baiklah … baiklah aku menyerah, lihat mengerikan bukan? IKAH (SETELAH BI ATANG PERGI) Mamieku malang, ia ternyata menjadi masalah yang agak pelik juga bagiku. IKAH DUDUK DI LENGAN SOFA, IA MENGAMBIL GELAS DAN MEMINUM DENGAN GAYANYA) FATIMAH Ceritakanlah kepada kami tentang New Yorkmu itu Francesca. Kami ingin sekali mendengarnya. IKAH (PENUH SUKA CITA) Ah … New York, New York impianku … ! ANEN Berapa lama kau tinggal di sana Francesca? IKAH (SEPERTI KESURUPAN) 10 bulan, 4 hari, 7 jam, dan 20 menit. OTONG (KEPADA TETAMU) Dan ia masih berada di sana juga hingga sekarang, juga mimpi- mimpinya!

164 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 IKAH (PENUH EMOSI) Benar, aku merasa seolah-olah diriku ini masih berada di sana. Seakan- akan aku tak pernah pergi meninggalkannya, seakan-akan aku telah hidup di sana seumur hidupku, oh New Yorkku tapi kalau aku melihat kesekitarku ini (IA MELIHAT KESEKITAR DENGAN GETIR) aku baru sadar, bahwa bukan, bukan aku masih di sana, aku tidak lagi berada di New York, tapi di sebuah kampung yang kotor dan udik, Jelambar … ! (TIBA- TIBA IA BANGUN DAN PERGI KE JENDELA DAN MEMANDANG KE LUAR) Aku berada di rumahku yang dulu, kata orang-orang di rumah, tapi yang manakah sesungguhnya rumah itu bagiku? Yang manakah tempat tinggal pantas untukku? Karena di sini aku senantiasa dirundung malang terus menerus. Aku rindu senantiasa rindu kepada rumahku yang sungguh-sungguh rumah yang pantas bagiku, New York! Aku di sini merasa terasing, bahkan diasingkan oleh kelompok orang yang pernah mengerti aku yang sesungguhnya dan inilah pengasingan rohaniah itu, jiwaku sakit setiap kali aku merindukan rumahku nun di seberang lautan sana, oh … New Yorkku tersayang … ! (IA TERDIAM DAN MEMANDANG KAKI LANGIT DENGAN KEDUA TANGANNYA BERPANDANGAN TAK MENGERTI). FATIMAH (KEPADA TEMAN-TEMANNYA) Ah … kukira kita ini tak seharusnya berada di tempat ini, kawan-kawan, kita ini asing bagi nona New York yang luar biasa ini. ANEN Benar katamu, seharusnya kita tidak mengganggu mimpinya yang amat edan ini. OTONG Kalau begitu, mari kita ke luar saja dari sini, tapi secara diam-diam. FATIMAH Dan biarkanlah dia terus mengoceh dengan segala macam impian-impiannya. ANEN (SAMBIL MEMPERHATIKAN IKAH) Apa anak gadis ini sungguh-sungguh Ikah yang dulu jualan apem itu? Aku pikir dia ini Ikah jadi-jadian. OTONG (MENIRUKAN GAYA IKAH) Oh New Yorkku sayang … ! oh New Yorkku tersayang … ! IKAH (SAMBIL JALAN PUTAR-PUTAR) Dengar … dengarlah kata-kataku ini sahabat-sahabatku yang udikan … ! sekarang ini New York musim semi … musim semi jatuh di New York! Bunga-bungaan baru saja bermunculan aneka warna di Central Park. Di Staten Island, rumput-rumputan menghijau bak permadani. (TERTAWA KECIL) Oh … kami mempunyai kebiasaan lucu di New York, aduuh lucunya! Suatu kebiasaan yang sudah sangat tua sekali dan menyenangkan. Apabila musim semi tiba setiap tahun, kami orang-orang New York yang terkenal itu pergi kesebuah pohon tua yang tumbuh dekat meriam, semacam ziarah, katakanlah begitu, dan itulah satu-satunya pohon yang tumbuh sejak New York itu bernama New York, dan kami orang-orang New York yang menyebut pohon terkenal itu “pohon kita”.

Seni Budaya 165 Setiap kali musim semi tiba, kami pergi ke tempat itu untuk mengucapkan selamat kepada pohon kita itu, sambil berjaga-jaga menantikan bertunasnya helaian daun hijau yang pertama kali, dengan begitu, pohon itu telah menjadi lambang bagi kami, tentang New York yang terkenal itu. Ia tak pernah mati. Ia senantiasa abadi tumbuh dan tumbuh dengan setianya (IA TERSADAR DAN TIBA-TIBA TERSADAR DARI MIMPINYA) Tetapi maaf, maafkan aku kawan-kawan, aku telah menuruti perasaanku saja. Dan pikiranku terlalu jauh menerawang kepada hal-hal yang tak mungkin bisa kalian bayangkan sebagai orang Jelambar. Tidak pasti kalian tidak akan bisa merasakan bagaimana perasaanku terhadap pohon kita yang kini berada nun jauh di sana, di seberang lautan. FATIMAH O … tidak, aku pasti dapat merasakan perasaanmu itu. Bahkan aku bisa memahami emosi itu dengan sepenuh hati. Aku juga punya perasaan yang sama terhadap “pohon kita” mu itu. IKAH (TAK MENGERTI) Pohon apa? FATIMAH Pohon mangga kita Ikah, apakah kau telah melupakannya? Dan bukankah engkau dan aku yang senantiasa memanjatnya setiap hari dan mengerogoti mangga muda itu seperti kalong? Dan yang sesudahnya senantiasa perut kita menjadi sakit? Lalu kedua anak badung yang jahat ini datang mengganggu kita dengan mengguncang-guncangkan dahan itu sehingga kita jatuh bergulingan di rumputan? OTONG Benar! (TERTAWA). ANEN Iya, benar Ikah! Pada waktu itu aku pun berada di atas pohon dan saking kerasnya aku tertawa, sampai-sampai akupun terjatuh ke bawah pula. FATIMAH Betul, dan ketika itupun Bi Atang mengejar-ngejar kamu berkeliling kebun sampai kamu tertangkap dan kamu menjerit-jerit kesakitan. FATIMAH Dan aku serta Ikah berguling-guling di rumputan. IKAH Tetapi … tunggu, pohon apa yang sedang kalian bicarakan ini? FATIMAH Pohon mangga kita, Ikah. Pohon mangga ibumu yang tumbuh di halaman belakang rumah ini. IKAH (DATAR) O … pohon itu. ANEN Kenapa Ikah? Apakah perasaanmu itu tidak sama dengan perasaanmu terhadap pohon yang yang tumbuh di New York yang terkenal itu?

166 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 IKAH (SENGIT) Tentu saja tidak! FATIMAH Lho! Kenapa tidak? IKAH Kedua pohon itu jelas berbeda! Beda sama sekali. Seperti langit dan bumi bedanya. Perasaanku tak tergerak sedikitpun oleh pohon mangga kalian yang tua dan pandir itu. Ia sama sekali tak membangkitkan ingatan apapun dalam kenang-kenanganku! FATIMAH Justru sebaliknya. Bagiku, pohon itu telah begitu banyak membangkitkan kenangan-kenangan masa kecil yang mengharukan, dan kenangan-kenangan itu begitu membahagiakan dan begitu mengesankan dalam kehidupanku kini. Setelah kita masing-masing dewasa dan mampu berdiri sendiri! Sungguh! Aku sungguh-sungguh tak bisa melupakan pohon mangga itu. Oleh karenanya, mari kita segera menjumpai pohon tua itu untuk mengucapkan selamat kepadanya. (DENGAN MENIRU GAYA IKAH) Kau tahu Ikah, di sini, di Jelambar, kami mempunyai sebuah kebiasaan lucu. Aduuuuuuh … lucunya! Suatu kebiasaan yang sudah sangat, bahkan sangat tua sekali dan menyenangkan. Kami, orang-orang Jelambar yang kampungan ini, seringkali pergi mengunjungi pohon mangga yang tua dan pandir di belakang rumah ini. Semacam ziarah, katakanlah begitu. Dan itulah satu-satunya pohon mangga yang tumbuh di rumah ini, sejak Jelambar bernama Jelambar. Dan kami orang- orang Jelambar yang terkenal itu, menyebut pohon mangga tua dan pandir itu sebagai “pohon kita”. Dengan begitu, pohon itu telah menjadi lambang bagi kami, tentang Bibi Atang yang terkenal itu … IKAH (MENYELA) Jangan sebodoh itu Fatimah! Kamu jangan menyama-nyamakan pohon kitamu itu dengan pohon kitaku! OTONG Perhatikan, siapa yang sedang bicara ini! IKAH (PUTUS ASA) Oh … kalian sungguh-sungguh bebal. Kalian tak bisa mengerti sama sekali. Dan kalian tidak bisa menghargai perasaanku terhadap pohon itu … ANEN Tentu saja tidak bisa Neng! Kami kan belum pernah ke New York! IKAH (SUNGGUH-SUNGGUH) Tepat! Justru itu sebabnya! Selama kalian belum pernah menginjakkan kaki-kaki kalian yang buruk itu ke bumi New York yang suci murni itu, selama itu pula kalian tidak akan, tidak akan mengerti nostalgia semacam itu. Sungguh … ! percayalah padaku, kalian tidak akan pernah mengerti! Sebab, bagiku, tidak pernah menginjak persada New York, sama saja dengan tidak pernah hidup di dunia ini! Pohon kami yang di New York itu … bukanlah sebuah permainan anak-anak, atau untuk olok- olok kekanak-kanakan!

Seni Budaya 167 Pohon itu telah ditakdirkan bagi segala hal yang tinggi-tinggi dan indah. Bagi cara dan gaya hidup yang lebih bersemangat dan lebih modern, yang lebih metropolitan dan lebih berani. Pohon itu ditakdirkan bagi kemerdekaan umat manusia, dan bagi pencakar-pencakar langit di Manhattan, bagi Copacabana dan bagi Coney Island dimusim panas. Bagi makam Grant di Riverside Drive dan bagi Selasa-Selasa malam di Eddie Condons bersama Will Bill Davidson yang asyik masuk dengan terompet mautnya. Dan bagi malam minggu di Madison Square Garden bersama berjubelnya orang-orang yang melimpah ruah di kiri- kanan jalan. Dan bagi kebun binatang Bronx, serta bagi Macys, dan bagi perahu tambang yang murah ke Staten Island. Dan bagi pawai Hari st. Patrick di Fith Avenue. Dan bagi semua rumah-rumah tinggal elite di Greenxch Village. Dan bagi teater-teater urakan Peter Brook dan Sehechner di off Broadway dan off-off Broadeay! Dan bagi … (IA BERHENTI DENGAN GETARAN DAN KENANGAN) Oh … bagi segalanya yang tak mungkinlah bagi kalian untuk bisa membayangkan dan membandingkannya dengan kehidupan kalian di Jelambar yang jorok ini! ANEN Tetapi aku tetap lebih suka kepada, pohon mangga di sini. IKAH (DENGAN TOLERANSI SEORANG FIRST LADY) Oh, kalian ini anak-anak kampung yang lucu dan nakal-nakal! FATIMAH Tapi aku harus sungguh-sugguh pergi dan mengucapkan selamat kepada pohon kami itu Ikah. Kau tak keberatan bukan? IKAH O … tentu saja tidak, pergilah! FATIMAH Otong, kau mau ikut? OTONG (PENUH SEMANGAT) O … tentu saja, tentu saja aku harus memberikan selamat kepadanya. Bahkan sampai ke ujung duniapun aku akan ikut ke mana engkau pergi … ! FATIMAH (MENIRU GAYA IKAH) Ow … ! tidak akan sejauh itu sayang … ! Hanya ke belakang saja. Itulah tempat kita yang begitu menakjubkan dan penuh kenangan. Tidak usah pergi keseberang lautan, karena di sini … aduuuuuh … lucunya ! OTONG (MENIRU GAYA IKAH) Oh … halaman belakang rumah Jelambar! Bagiku, tak pernah menginjakkan kaki di Jelambar ini, sama saja dengan tidak pernah hidup di dunia ini! FATIMAH Heh! Mau ikut enggak lu?

168 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 OTONG Ke mana pun engkau pergi juwitaku, gadis impianku! (MEREKA MASUK) IKAH (SAMBIL DUDUK) Kelihatanya si Otong kita itu masih juga begitu meluapnya mencurahkan rasa cintanya kepada si Fatimah. (ANEN DIAM) Bangunlah Anen! Jangan seperti patung Rodin begitu. Dan amboi … kenapa wajahmu begitu tampak menyedihkan? ANEN (SETELAH BERHASIL MENGUMPULKAN KEBERANIANNYA) Ikah … justru aku tak tahu bagaimana aku harus memulainya … IKAH Panggil saja aku Francesca, itu sudah merupakan langkah pertama yang baik. ANEN Ada sesuatu yang harus aku sampaikan kepadamu Francesca. Sesuatu yang sangat penting dan urgent. IKAH O … itu Nen. Tetapi tidakah akan lebih baik apabila kita lupakan saja persoalan kita dulu? ANEN Melupakannya? IKAH Ya, itulah gaya New York, Anen. Lupakanlah! Tidak ada sesuatu pun yang harus dihadapi dengan berkerut-kerut dahi. Tidak ada sesutupun yang harus kita selesaikan secara berlebih- lebihan. Kita jangan terlalu banyak membuang-buang waktu, karena di Amerika bahkan hampir seluruh bagian muka bumi, kita telah dilanda krisis dan energy. Oleh karenanya, malam ini, berikanlah seluruh hatimu kepadaku, besok lupakanlah! Dan apabila kita berjumpa lagi, senyumlah, berjabatan tangan dan anggaplah semua itu sebagai sebuah permainan yang amat menyenangkan. Itulah gaya New York. ANEN Kau ini lagi ngomong apa Fra-ces-ca? IKAH Anen, pada waktu itu kau masih kekanak-kanakan. Aku belum dewasa, karena aku belum ditempa oleh udara New York. ANEN Kapan? IKAH Ketika kau dan aku bertunangan dulu. Sebab, sejak saat itu, sudah banyak sekali yang berubah pada diriku, Anen. ANEN Tapi … itukan baru saja setahun yang lalu?

Seni Budaya 169 IKAH Bagiku satu tahun seolah-olah sudah seabad, Anen, telah begitu banyak yang berubah dalam diriku dan gaya hidupku. Lagipula, apalah artinya setahun? Atau apakah artinya seseorang? Itu hanya istilah-istilah tentang waktu yang nisbi belaka. Dan akan lebih banyak lagi yang akan menimpa dirimu yang akan merubah pribadimu apabila kamu setahun saja tinggal di New York, dibanding dengan hidup kamu seumur-umur di tempat lain, kau tahu kekasihku yang cupet, bahwa aku merasa seakan-akan aku telah hidup lama sekali di New York, dan secara rohaniah, aku masih tetap merasa sebagai penduduk Manhattan, hingga sekarang. Dan kau tahu, ketika pertama kalinya menginjak Manhattan, aku merasa seakan-akan aku pulang ke tanah air sendiri, karena di situlah kandangku yang sebenarnya, ow! Dengarlah musim panas yang lalu itu, sungguh-sungguh panas … rasanya. Itulah salah satu musim panas yang pernah kami alami, yang paling panas lalu aku pergi naik sebuah bis kota bertingkat dua, hanya sekedar untuk mencari angin. Dan semua orang dari Kalamazoo dan People dengan tempat-tempat lainnya yang semacam itu, pergi berkeliaran di jalanan. Pelesiran, kau tahu, dan di situ, aku duduk di puncak bis kota memandangi mereka ke bawah dan amat menyenangkan menyaksikan etalase-etalase toko yang gemerlapan. Dan akupun merasa amat bangga pula, karena tokokulah yang mereka kagumi itu. Tapi aku merasa amat kasihan juga kepada mereka, karena tempat tinggal mereka di pinggiran kota yang jorok seperti di sini. ANEN Sudahlah, stop saja omonganmu itu. Aku tak ingin bicara tentang New York atau Manhattan. Aku mau bicara tentang hubungan kita selanjutnya. IKAH Dan itulah yang tak bisa kita lakukan. Anenku malang, karena kita tidak perlu lagi bicara soal masa kecil yang tolol seperti itu. ANEN Kenapa tidak? IKAH Anen, kau telah bertunangan dengan seorang gadis yang bernama Ikah. Nah, kau tahu gadis itu kini telah tiada lagi. Dia sudah lama mati. Sedang yang kau hadapi sekarang ini bukan Ikah, tapi Francesca! Mengerti?! Dan tahukah kau Anenku yang udik, bahwa engkau kini adalah orang asing bagiku? Dan tahukah engkau jejaka Jelambar bahwa aku merasa jauh … jauh lebih tua dari kamu?! Aku sesungguhnya adalah wanita dunia dan kau? Kau hanyalah seorang anak ingusan dari Jelambar yang tak tahu kebersihan! (PAUSE) Tapi, aku tidak bermaksud untuk melukai hatimu, Anen, dan kuharap kau bisa mengerti akan maksudku, bahwa kini tak ada lagi yang bisa kita bicarakan tentang sebuah pertunangan antara kita dulu. Dan kau tahu, bahwa bahwa kita tak akan bisa melangsungkan pernikahan kita, karena itu hanyalah merupakan pemblesteran belaka. Bayangkan, bagaimana mungkin seorang penduduk New York bisa menikah dengan seorang laki-laki dari Jelambar! Itu akan menjadi sebuah lelucon dunia saja!

170 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 ANEN (MARAH) Tapi, coba kau lihat, sekelilingmu ini nona New York?! IKAH (SANGAT TOLERAN) Ow! Maafkan jika aku telah melukai hatimu, Anen. Ucapan-ucapan tadi, hanyalah didorong oleh keinginan baik dari lubuk hatiku, agar anda tidak mempunyai pikiran yang bukan-bukan tentang bahwa aku masih tetap bertunangan dengan anda. ANEN (BANGKIT) Aku duduk di sini bukannya untuk dihina dicaci maki seperti itu nona gatal! IKAH Excuse me mister Anen! Maaf janganlah berteriak-teriak begitu, janganlah menjadi orang yang lekas naik darah, karena itu sama sekali tidak beradab bagi seorang modern. Setidak- tidaknya bagi mereka yang tergolong high society, bagi orang-orang intelektual, tindakan semacm itu adalah tindakan barbar. ANEN (KERAS) Lalu apa yang kau harapkan dariku ini?! Tersenyum dan mengucapkan terimakasih atas penghinaanmu yang kelewatan itu IKAH Tersenyum? Memang begitu seharusnya mister Anen, jadikanlah itu senda guraumu. Tersenyumlah dan mari berjabat tangan sebagai seorang kamerat setia, bukanlah demikian seharusnya?! (ANEN DIAM DENGAN GERAM) Tabahlah, Anen … lupakanlah itulah gaya New York, dan carilah gadis lain yang sesuai dengan peradaban kamu. Sebagaimana kata-kata orang Brooklyn, masih banyak pacar-pacar lain, kau akan segera menemukan gadis lain … ANEN (SAMBIL MENGEPALKAN TINJUNYA) Seandainya kau bukan perempuan ... ! (OTONG DAN FATIMAH MUNCUL) OTONG Jangan Anen, jangan sekali-kali memukul perempuan! FATIMAH Apa artinya semua ini? IKAH Oh … never mind, never mind, tak apa-apa sama sekali dia hanya mengulang pengalaman masa kecil. OTONG Lalu apa yang sedang kalian pertengkarkan barusan? IKAH (TERSENYUM) O … kami tidak bertengkar, Anen dan aku baru saja memutuskan untuk berteman baik saja, tidak lebih dari itu.

Seni Budaya 171 FATIMAH Benar, Anen? ANEN (GEMAS) Benar! FATIMAH (GIRANG) Wah, bagus! Sekarang sudah tiba saatnya kita umumkan kepada mereka, Anen! IKAH Pengumuman apa Fat? OTONG (BINGUNG) Lho … lho … lho, apa-apaan ini? FATIMAH (MENGGANDENG ANEN) Anen dan aku sudah bertunangan! IKAH (BANGKIT SERENTAK) Apa? Bertunangan? OTONG Ber-tu-na-ngan?! FATIMAH Benar, kami telah melangsungkan pertunangan kami secara diam-diam sejak sebulan yang lalu. IKAH Sebulan? (MARAH KEPADA ANEN) Sialan! Kenapa kau … kenapa kau … ! ANEN (MUNDUR) Tapi … aku telah berusaha menjelaskan semuanya kepadamu Ikah, dan kau sendiri … kau sendiri … IKAH (MENJERIT) kau! FATIMAH Hah! Awas! Jaga mulutmu Ikah! Kau bicara dengan tunanganku! IKAH Dia bukan tunanganmu! FATIMAH Lho … kenapa bukan? IKAH Dia bukan tunanganmu! Bukan karena dia masih bertunangan denganku waktu kalian bertunangan! FATIMAH Tidak! Dia sudah tidak bertunangan lagi dengan kau! Baru saja kau sendiri yang mengatakannya kepada kami!

172 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 IKAH (MENYESAL) Iya … tapi itu karena kau belum tahu duduk perkaranya. Aku tidak tahu tentang penghianatan ini! Ci! Tidak tahu mana bertunangan dengan kau padahal dia masih bertunangan dengan aku! Perempuan tidak tahu diri! Perempuan murahan! Apa aku tak boleh menolak apabila seorang lelaki yang aku cintai mencintai temannya pula?! (MENDEKATI ANEN) Dan kau! ANEN (MUNDUR LAGI, LALU MENIRUKAN GAYA IKAH) Excuse miss Francesca, maaf janganlah berteriak-teriak begitu, janganlah menjadi orang yang lekas naik darah, karena itu sama sekali tidak beradab bagi seorang modern, setidaknya bagi mereka yang tergolong high society, bagi orang-orang intelektual, tindakan itu semacam tindakan barbar! IKAH (MENANGIS) Oh … aku tak pernah merasa terhina seperti ini selama hidupku! Aku hajar kamu yang berani-beraninya menghina aku! FATIMAH (MEMANDANGI IKAH) Ikah! Aku peringatkan kepadamu! Jangan ganggu dia! Dia adalah tunanganku! IKAH Dan aku peringatkan kepadamu! Dia adalah tunanganku sebelum aku putuskan hubunganku dengannya! Dan aku belum memutuskannya! Mengerti?! FATIMAH Seharusnya kau malu kepada dirimu sendiri Ikah! Kenapa kau tak rela menyerahkan orang lain yang tak berguna bagi dirimu sendiri dengan baik-baik? IKAH Seharusnya kaulah yang harus malu kepada dirimu sendiri, merebut tunangan orang di belakang punggungnya! FATIMAH (MAJU) Apa? Apa katamu?! ANEN (DARI JAUH) Otong! Tolonglah! Pisahkan mereka itu! IKAH (KETIKA ORANG MENDEKAT) Diam kau! Kau jangan ikut campur urusan ini! OTONG Dasar anak-anak Jelambar! Main kemplang aja bisanya! FATIMAH Cewek nggak tahu malu! IKAH Elu yang nggak tahu malu! Ngerebut gacoan orang!

Seni Budaya 173 FATIMAH Apa loe bilang?! Gue jambak loe! (MERKA BERGULAT SALING JAMBAK, OTONG DAN ANEN BERSUSAH PAYAH MEMISAHKAN MEREKA. DAN AKHIRNYA MEREKA TERLEPAS SETELAH IKAH BERHASIL MENAMPAR FATIMAH, LALU DENGAN MARAH FATIMAH MERONTA DARI GENGGAMAN ANEN IA BERHASIL MENCAKAR IKAH YANG DIPEGANG OTONG FATIMAH TERLEPAS DAN MEMUKUL IKAH SAMPAI ROBOH, ANEN MEMBURU TETAPI TERLAMBAT, LALU ANEN DENGAN MARAH MERENGGUT FATIMAH DENGAN KERAS) FATIMAH Habis dia yang memukul duluan! ANEN Lihat tuh! Apa yang telah kau perbuat padanya itu?! (OTONG MEREBAHKAN IKAH DI KURSI) FATIMAH Pasti membela dia! Selalu membela dia! Tak pernah bela aku laki-laki macam apa itu! ANEN Diam! Tutup mulutmu! FATIMAH Aku benci! Aku benci kau! Aku benciiiiii … !!! ANEN Tutup mulut kataku! Atau kuremas-remas mulutmu nanti! OTONG (MELIHAT FATIMAH LALU MENINGGALKAN IKAH DAN MEMBURU ANEN) Kau jangan gila! Jangan seenaknya saja sama Fatimah! ANEN Diam! Kau jangan turut campur! Ini urusan pribadi! FATIMAH Lihat! Otong lebih ksatria dari pada kau! Dia mau membelaku. OTONG (KEPADA ANEN) kau jangan coba-coba sentuh Fatimah, yah! ANEN Aku bilang kau jangan ikut campur! OTONG Apa? Rasain nih! (MEMUKUL ANEN SAMPAI RUBUH) FATIMAH (BANGKIT DAN MEMELUK OTONG) Otong … ! kau telah menyelamatkan aku. Kau baik sekali! Kau … (MENANGIS)

174 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 (SEMENTARA ANEN JATUH IKAH LALU BANGKIT DAN BERLUTUT DI SAMPING ANEN) IKAH (MENANGIS) Anen! Anen! Kamu tidak apa-apa bukan? Bukalah matamu! Aku cinta padamu … ! ANEN (BANGKIT LALU MENYINGKARKAN TANGAN IKAH) Pergi! Pergi! Jangan sentuh aku lagi! (IKAH DENGAN ANGKUHNYA BANGKIT DAN PERGI KE JENDELA, ANEN DUDUK DI LANTAI DAN TERMANGU) OTONG Tapi kau masih bertunangan dengan Anen bukan? FATIMAH Tidak! Aku benci padanya! Aku tak ingin melihat lagi seumur hidupku! (MEMBUKA RINGNYA DAN MELEMPARKAN KEPADA ANEN) Ini! Aku kembalikan barangmu! OTONG Bagus! Mari kita pergi! (MEREKA PERGI DAN KETIKA MEREKA SAMPAI DI PINTU ANEN TERSENTAK DAN MEMANGIL) ANEN Hai! Tunggu dulu! FATIMAH Kau jangan bicara dengan aku lagi! ANEN Aku tak bicara dengan kau! OTONG Kau pun tak usah bicara lagi dengan aku! Kau telah menghina gadis yang amat kucintai! FATIMAH (GEMBIRA MENATAP OTONG) Jadi … jadi kau mencintai aku, Otong? OTONG Benar sayang, aku sungguh-sungguh mencintaimu! FATIMAH (MEMELUK OTONG) Oh! Kenapa tidak kau ucapkan dari dulu-dulu cintamu itu, Tong? OTONG (MALU-MALU) Habis … habis, aku takut, tapi sekarang kau sudah tahu aku cinta padamu?

Seni Budaya 175 ANEN (MASIH DI LANTAI) Wah … hebat! Kalau begitu aku bisa ucapkan selamat pada kalian! FATIMAH (DINGIN) Mari kita segera pergi, sayang … di sini suasananya sangat memuakkan. OTONG Mari (MEREKA PERGI SAMBIL BERPELUKAN). (ANEN BANGKIT DAN MEMBERSIHKAN PAKAIANNYA DARI DEBU DAN IKAH TETAP BERDIRI DENGAN ANGKUHNYA MEMBELAKANGI ANEN. ANEN Nah, kau sekarang telah betul-betul menghancurkan hidupku, semoga kau puas nona New York! IKAH (MEMBALIK) Aku? Aku menghancurkan hidupmu?! Justru sebaliknya kau yang telah menghancurkan hidupku! ANEN (MENDEKAT) Kau betul-betul harus dihajar! IKAH (MUNDUR) Jangan dekat-dekat aku! Kau anak berandalan! ANEN Jangan kuatir, aku tak akan menyentuhmu sama sekali bahkan dengan tongkat sepanjang tiga meter pun aku tak akan sudi menyentuhmu! IKAH Dan aku tak akan sudi menyentuh kulitmu sekalipun dengan tongkat sepanjang tiga meter setengah! ANEN Baru satu tahun saja tinggal di New York sudah belagu! Mentang-mentang dari Amerika, tidak mau kenal lagi sama teman sekampung norak loe! IKAH Baru satu tahun saja aku meninggalkanmu, kau sudah serong! Lelaki macam apa kau ini?! Coba ingat, waktu kau mengikrarkan pertunangan kita, kau bersumpah mati kepadaku. Kau berjanji akan menantikan aku, dan aku percaya sekali kepadamu! Tapi buktinya? Apa kau yang belagu! Banyak tingkah! Sok jadi play boy. ANEN Lalu apa yang kau tangisi sekarang? (MENIRU GAYA IKAH) Lupakanlah! Itulah gaya New York. Tak ada sesuatu pun yang harus dihadapi dengan berkerut dahi, tak ada sesuatupun yang harus kita selesaikan secara berlebihan kita jangan terlalu banyak membuang waktu dan energi.

176 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 IKAH Oh … Anen sudahlah … aku menyesal …! ANEN Dan kuharap kau bisa mengerti akan maksudku, bahwa kini, tak ada lagi yang bisa kita bicarakan tentang sebuah pertunangan antara kita dulu, dan kau tahu, bahwa kita tidak akan bisa melangsungkan pernikahan kita, karena itu hanyalah akan merupakan pemblasteran belaka. Bayangkan bagaimana mungkin seorang penduduk New York menikah dengan seorang laki-laki dari Jelambar! Itu hanya akan menjadi sebuah lelucon dunia saja! IKAH Anen … sudahlah! Hentikan lelucon ini! Aku menyesal! Betul-betul itu hanyalah ketololan saja! Kau mau memaafkanku bukan? ANEN Tidak! Tidak segampang itu kau meminta maaf! Aku senang, senang sekali melihat makhluk macam apa sebenarnya kau ini! IKAH (MENDEKAT TAKUT) Oh, Anen! Kau keliru! Kau salah! Aku sesekali bukanlah orang yang semacam itu! Aku tak seburuk apa yang kau kira barusan. ANEN Apalah artinya orang, bagiku? Itu hanya istilah yang nisbi belaka, bah! IKAH Benar, Anen. Begitulah hal-hal yang telah diucapkan Francesca, hal-hal yang bodoh dan pandir, tetapi Francesca sudah tak ada lagi sekarang, dan gadis yang sekarang ada dihadapanmu ini adalah Ikah, tunanganmu yang dulu! ANEN Dan dengan pakaian yang amat menggelikan ini? IKAH (MEMPERHATIKAN DAN MELURUSKAN BAJUNYA) Oh … inikan hanya bungkusnya doang, Anen, tetapi dalam lubuk hatiku yang paling dalam, aku ini hanyalah seorang gadis Jelambar saja yang mencintai setengah mati kekasihnya, seorang pemuda dari Jelambar. ANEN Wah … wah … wah …! IKAH Betul, Anen! Aku ini Ikah yang sungguh-sungguh, bukan Ikah yang jadi-jadian! Kau masih ingat padaku bukan? Ketika kita sama-sama berenang di empang waktu anak-anak? Dan kini aku telah kembali untukmu Anenku sayang! ANEN Dan kalau aku tidak salah ingat, aku dulu pernah bertunangan dengan seorang gadis Jelambar bernama Ikah.

Seni Budaya 177 IKAH Benar, dan hingga kini pun aku masih bertunangan dengan dia. ANEN (BERUBAH SEPERTI WAKTU LALU) Selamat datang, Ikah! Wah, bagaimana dengan perjalananmu yang jauh dari seberang lautan? IKAH Wah! Sungguh-sungguh memuakkan, kekasihku! Dan aku tak bisa tenang sebelum menginjak tanah Jelambar. ANEN Menyenangkankah tinggal di New York selama setahun? IKAH Kampung ini selalu lebih menyenangkan dari pada di Amerika! ANEN Lalu kenapa surat-suratku tidak pernah kau balas? IKAH (SETELAH BERPIKIR SEJENAK) Ah … si Francesca menyuruhku selalu tak pernah mengijinkan aku untuk membalasnya. ANEN Sungguh gadis itu! Untung sekarang sudah … (DARI LUAR BI ATANG MEMANGGIL MANGGIL! “FRANCESCA”! “FRANCESCA”! MEREKA DIAM, BERPANDANGAN, LALU BERHAMBURLAH TAWA MEREKA) BI ATANG (MUNCUL DARI DALAM) Frances … eh Anen, kau masih di sini, oh ya Francesca, jangan marah, aku tak dapat menemukan seledri kesukaanmu. IKAH Ah nggak apa-apa Nyak! Aku memang nggak suka seledri! BI ATANG Lho! Katamu kau tidak akan bisa hidup tanpa seledri! ANEN (BANGKIT) Iya, itu kan Francesca. Francesca sekarang sudah mati, sedang yang ada di muka Bibi sekarang ini adalah Ikah, gadis Jelambar yang denok. BI ATANG Tapi … Francesca itu kan Ikah juga … IKAH Oh … Bukan Nyak, aku ini Ikah! Bukan Francesca!

178 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 BI ATANG (MENATAP KEDUA ANAK ITU YANG TERSENYUM-SENYUM LALU MENGANGKAT TANGAN DAN MASUK KE DALAM) Yah … apa boleh buat tapi aku menyerah! (DARI TETANGGA TIBA-TIBA TERDENGAR SEBUAH LAGU BARAT, KEMUDIAN IKAH TERTAWA DAN MENGIKUTI ALUNAN LAGU ITU). IKAH (KUMAT LAGI) Lagu ini! Amboi! Betapa indahnya kengan-kenangan yang merasuki pembuluh-pembuluh nadiku ini … kudengar lagu ini untuk pertama kalinya di New York pada pertunjukkan Eddie Condens … ! ANEN (MEMPERINGATKAN DENGAN TELUNJUKNYA) Nah, nah nah ya, kambuh lagi! Kesurupan lagi kan?! IKAH (SUNGGUH MENYESALI) Oh … ! Maafkan aku, sayang ! (MEMELUK ANEN) Aku tidak sadar barusan. ANEN Tak apa-apa, maklum baru datang dari Amerika (MEREKA TERTAWA). IKAH (MERAJUK) Sayang …! ANEN Ada apa manisku … ? IKAH Maukah Tuan aku masakkan urab jengkol? ANEN Wow! Dengan segala senang hati nona!

(MEREKA TERTAWA DAN MENARI LALU LAYAR PUN TURUN).

- SELESAI -

(DISADUR OLEH NOORCA MARENDRA DARI KARYA MARCELINO ACANA JR TERJEMAHAN TJETJE JUSUF)

Seni Budaya 179 Glosarium

Pameran Seni Rupa Pameran adalah salah satu bentuk penyajian karya seni rupa murni, desain, dan kria agar dapat berkomunikasi dengan pengunjung. Makna komunikasi berarti, karya-karya seni rupa yang dipajang tersaji dengan baik, sehingga para pemirsa dapat mengamatinya dengan nyaman untuk mendapatkan pengalaman estetis dan pemahaman nilai-nilai seni. Proposal Pameran Proposal adalah rencana sistematis, teliti, dan rasional penyelenggaraan pameran seni rupa yang dibuat oleh panitia untuk pedoman kerja bagi kepentingannya, termasuk bagi sekolah, sponsor, perizinan dan lain-lain. Materi pameran Materia pameran adalah koleksi terbaik karya seni rupa murni, desain, dan seni kria, terdiri dari karya-karya tugas harian, karya mandiri, maupun karya-karya para pemenang berbagai lomba seni rupa dari para siswa-siswi sekolah menengah atas tertentu. Kurasi Pameran Informasi tentang koleksi materi pameran seni lukis, seni grafis, desain, dan kria, agar mudah dipahami oleh pengunjung pameran. Baik dari aspek konseptual, aspek visual, aspek teknik artistik, aspek estetik, aspek fungsional, maupun aspek nilai seni, desain, atau kria yang dipamerkan. Kurator Pameran Orang yang kompeten bekerja mengkurasi kegiatan pameran seni rupa. Dia adalah penulis informasi tentang keunggulan dan permasalahan materi pameran untuk kepentingan apresiasi dan penilaian. Tulisan kurasi yang dibuatnya biasanya di muat di katalogus pameran, yang dipakai sebagai acuan utama dalam kegiatan diskusi seni rupa, sebagai bagian dari kegiatan pameran. Perupa Istilah profesi orang yang bekerja menciptakan, memamerkan, dan menghidupi diri dan keluarganya dari hasil ciptaannya di bidang seni rupa, sesuai dengan aliran yang dianutnya. Fungsi Seni Ada tiga fungsi seni, fungsi seni secara personal, fungsi seni secara sosial, dan fungsi seni secara fisikal. Seni bagi perupa murni adalah media ekspresi, sementara bagi apresiator adalah sarana untuk mendapatkan pengalaman estetis dan nilai seni. Sedangkan fungsi seni bagi perupa terapan adalah penciptaan benda pakai yang estetis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan bagi masyarakat desain atau kria berfungsi memenuhi kebutuhan fisikal yang sifatnya praktis dan sekaligus indah.

180 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Makna Pameran Makna pameran adalah melatih kemampuan siswa bekerja sama, berorganisasi, berpikir logis, bekerja efesien dan efektif dalam penyelenggaraan pameran seni rupa. Sehingga nilai pameran, tujuan, sasaran, dan tema pameran tercapai dengan baik. Konsep Seni Aspek konsep berkaitan dengan sumber inspirasi, interes seni, interes bentuk, penerapan prinsip estetik, dan pengkajian aspek visual, seperti struktur rupa, komposisi, dan gaya pribadi. Nilai Estetis Nilai estetis secara teoretis dibedakan menjadi (1) objektif/intrinsik dan (2) subjektif/ekstrinsik. Nilai objektif khusus mengkaji gejala visual karya seni, aktivitas ini mendasarkan kriteria ekselensi seni pada kualitas integratif tatanan formal karya seni. Sedangkan nilai subjektif kita peroleh dari pengalaman mengamati karya seni, misalnya tentang kesan kita atas “pesan seni” dan nilai keindahan berdasarkan reaksi dan respons pribadi kita sebagai pengamat. Tema Seni Tema seni bersumber dari realitas internal dan realitas eksternal. Realitas internal seperti hara-pan, cita-cita, emosi, nalar, intuisi, gairah, khayal, kepribadian seorang perupa diekspresikan melalui karya seni. Sedangkan realitas eksternal adalah ekspresi interaksi perupa dengan kepercayaan; religius, kemiskinan, ketidakadilan, nasionalisme, politik (tema sosial), hubungan perupa dengan alam; (tema lingkungan) dan lain sebagainya. Pop Art Pop art adalah produk sistem perekonomian kapitalis, di mana segala hal dalam kehidupan ini, termasuk hal-hal yang berada dalam wilayah realitas simbolisme diusahakan menjadi komoditi yang bisa dijual ke pasar bebas. Oleh karena itu logika produk kesenian yang lahir dari sistem perekonomian ini adalah logika pasar, bukan logika artistik. Seni Optik Seni optik pada kemunculannya meliputi seni dua dimensi dan tiga dimensi, yang mendasarkan diri pada limo optik, limo cahaya, dan limo warna untuk mengolah bentuk-bentuk tertentu yang digunakan untuk mengeksploitasi fallibilitas mata. Seni optik pada umumnya berbentuk abstrak, formal, dan konstruktivis melalui bentuk yang khas geometrik dan perulangan yang teratur, rapi, teliti, sehingga dapat menimbulkan efek-efek yang mengecoh mata dengan ilusi ruang. Warna- warna yang digunakan kebanyakan warna cerah atau ligthnes tinggi dengan memberikan batas pada atau saturation yang tajam dan tegas.

Seni Budaya 181 Daftar Pustaka

SENI RUPA Achmad, Katherina. 2012. Raden Saleh. Yogyakarta: Penerbit Narasi. Bangun, Sem C. 2011. Apresiasi Seni. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta. ______, 2011. Kritik Seni Rupa. Cetakan ketiga. Bandung: Penerbit ITB. ______, 2007. Kompetensi Pendidik dalam Pembelajaran Apresiasi Seni Budaya. Jurnal Pendidikan Seni, Kagunan, Tahun II No. 01. Agustus 2007. 74-81. Carrol, Noell. 2005. Theories of Art Today. The University of Wisconsin Press. Feldman, Edmund Burke. 1967. Art as Image and Idea. New Jersey: Prentice Hall. Iskandar, Popo. 1977. Affandi, Suatu Jalan Baru dalam Ekspresionisme. Jakarta: Akademi Jakarta bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Kurikulum 2013, Penulisan Buku Kurikulum 2013. Jakarta, 3-5 September 2013. ______, 2013. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013. Jakarta, 15 Agustus 2013. ______, 2015. Kompetensi Isi dan Kompetensi Dasar SMA/MA/SMK/MAK Mata Pelajaran Seni Budaya. Jakarta: Kemdikbud. Koentjaraningrat, Prof. Dr. 1971. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan. ______, 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Levine, Gemma. 1978. With Henry Moore, The Artist at Work. New York: Times Books. Lovejoy, Margot. 2004. Digital Current: Art in The Electronic Age. New York and London: Roudlege. Mustika, 1992. Tokoh-Tokoh Pelukis Indonesia. Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI. Peursen, C.A. van, Prof. Dr.,1976. Strategi Kebudayaan. Diindonesiakan oleh Dick Hartoko. Yogyakarta: Kanisius. Semiawan, Conny R., 1999. Dimensi Kreatif Dalam Filsafat Ilmu. Bandung: Remaja Rosda-karya. Supangkat, Jim. 1995. Indonesian Modern Art and Beyond. Jakarta: Indonesian Fine Art Foundation. Wardhani, Cut Kamaril, dkk. 2011. Penciptaan Karya Seni Rupa. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta. Wagner, Fritz A. 1988. Art of Indonesia. Singapore: Graham Brash. Wentinck, Charles, 1974. Masterpiece of Art. New York: Park Lane. Wilson, Brent G. 1971. Evaluation of Learning in Art Education. Dalam B.S. Bloom, Hand Book Formative and Sumative Evaluation of Student Learning. New York: McGraw Hill. http: media. Smashing magazine. Diakses 9 Agustus 2013. http: melbourneblogger.blogspot.com. Diakses 19 September 2013. http:www.griya-asri.com. Diakses 25 Oktober 2013 http://www.kompasiana.com/ Diakses 29 Januari 2016 http://flpjaya.com/2014/07/09/seni-kreativitas-dan-proses-kreatif-23-betulkah-tak-ada-ide-yang-benar-benar- orisinal/ Diakses 30 Januari 2016

182 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 SENI MUSIK Arnold, J. 1980. 12.000 Keyboard Cord for Piano and Organ. Tanpa Kota: Charles Hansen Educational Music. Booth, Victor dan Dungga, J.A. 1979. Bermain Piano dengan Baik. Jakarta: Yasaguna. Clifton, Thomas. 1983. Music as Heard: A Study in Applied Phenomenology. New Haven and London: Yale University Press. ISBN 0-300-02091-0. Dodd, Julian. 2013. “Is John Cage’s 4’33 Music?”. You Tube/Tedx (accessed 14 July 2014). Jeff, Hammer. 1999. Absolute beginner’s Keyboard. NC: Wise. Gann, Kyle. 2010. No Such Thing as Silence: John Cage’s 4’33’’. New Haven and London: Yale University Press. ISBN 0300136994. Goldman, Richard Franko. 1961. “Varèse: Ionisation; Density 21.5; Intégrales; Octandre; Hyperprism; Poème Electronique. Instrumentalists, cond. Robert Craft. Columbia MS 6146 (stereo)” (in Reviews of Records). Musical Quarterly 47, no. 1. (January):133–34. Gutmann, P. (2015). John Cage and the Avant-Garde: The Sounds of Silence. Classicalnotes.net. Retrieved 2 December 2015, from http://www.classicalnotes. net/columns/silence.html Hartoko, Dick. 1984. Manusia dan Seni. Yogyakarta: Yayasan Kanisius. Hartoyo, Jimmy. 1996. Musik Konvensional dengan “Do Tetap”. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara – Institut Seni Indonesia. Hegarty, Paul, 2007. Noise/Music: A History. Continuum International Publishing Group. London: 3-19 Kania, Andrew. 2014. “The Philosophy of Music”, The Stanford Encyclopedia of Philosophy, Spring 2014 edition, edited by Edward N. Zalta. Kennedy, Michael. 1985. The Oxford Dictionary of Music, revised and enlarged edition of The Concise Oxford Dictionary of Music, third edition, 1980. Oxford and New York: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-311333-6; ISBN 978-0-19-869162-4. Kodijat, Latifah dan Marzoeki. 2002. Istilah-Istilah Musik. Jakarta: Djambatan Laksanadjaja, J.K. 1977. Kamus Musik. Bandung: Alumni. Last, Joan. 1989. Pianis Remaja, Buku Pegangan untuk Guru dan Murid. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Little, William, and C. T. Onions, eds. 1965. The Oxford Universal Dictionary Illustrated: An illustrated Edition of the Shorter Oxford Dictionary, third edition, revised, 2 vols. London: The Caxton Publishing Co. Max, Dieter. Sejarah Musik 1, 2, 3. Mc Neil, Roderick J. 2002. Sejarah Musik 1 dan 2. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Nickol, Peter. 2002. Panduan Praktis Membaca Notasi Balok. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Rahardjo, Slamet. 1990. Teori Seni Vokal untuk SMA, Guru, dan Umum. Semarang: Media Karya. Rahmawati, Yeni. 2005. Musik Sebagai Pembentuk Budi Pekerti, Sebuah panduan untuk Pendidikan. Yogyakarta: Panduan. Santos, Ramon P. 1995. The Music of ASEAN. Jakarta: Asean Commitee on Culture and Information. Soeharto, M. 1993. Belajar Notasi balok. Jakarta: Gramedia. The Associated Board of The Royal Schools of Music. 1985. Rudiments and Theory of Music. London: Tanpa Penerbit. Allen, R.E., ed. 1992. The Concise Oxford Dictionary. Clarendon Press. Oxford: 781. Thompson, Oscar. 1985. How to Understand Music – and Enjoy It, A Premier Book. New York: Tanpa Penerbit. www.en.wikipedia.org www.id.wikipedia.org

Seni Budaya 183 SENI TARI Brandon, James, R. 1967. Theatre in South East Asia. Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press. Hawkins, Alma. Moving from Within: A New Method for Dance Making. Terjemahan Prof. Dr. I Wayan Dibia. 2003. Bergerak Menurut Kata Hati. Jakarta: MSPI Holt, Claire. 1967. Art in Indonesia: Continuities and Change. Ithaca, New York: Cornell University Press. juga terjemahannya oleh R.M. Soedarsono. 2000. Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia. Bandung: MSPI. Humprey, Dorris. 1959. The Art of Making Dancers. New York: in the United States of Amerika. Morris, Desmond. 1977. Man watching: A Field Guide to Human Behaviour. New York: Harry N Abrams, Inc. Publisher. Murgianto, Sal. 2004. Tradisi dan Inovasi Beberapa Masalah Tari di Indonesia. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Kurikulum 2013. Panduan Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 tahun 2014. Pusat Pengembangan profesi pendidik. Jakarta: Penjaminan mutu pendidikan. Soedarsono, R.M. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. ------2003. Jejak-Jejak Seni Pertunjukan di Asia Tenggara. Bandung: MSPI. Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tindakan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara. https://allkpopblog.wordpress.com/page/7/[10 Desember 2015] http://badungtourism.com/arts-Barong_and_Rangda_Dance.html?lang=id[19 Desember 2015] http://bali.panduanwisata.id/blog/tari-barong-dan-tari-kecak[10 Desember 2015] http://balikuu.blogspot.co.id/2014/11/tari-tarian-di-bali.html[22 desember 2015] http://bloggbebass.blogspot.co.id/2013/11/tari-tarian-daerah-riau.html[10 Desember 2015] http://blogjarumbeakalanplus.org.jpg[13 Desember 2014] http://cabiklunik.blogspot.com/tari danshare.jpg [12 Desember 2014] https://chrevie.wordpress.com/2010/10/19/tarian-khas-dayak[10 Desember 2015] https://daulagiri.wordpress.com/2009/04/27/minang-dance[15 Desember 2015] http://elvinachristina.blogspot.co.id/2009_04_01_archive.html[2 Februari 2016] http://greatindnesia.blogspot.co.id/2014/02/gambar-dan-nama-tari-tradisional-daerah.html[10 Desember 2015] https://imaginationphoto.wordpress.com/2011/01/06/seni-tari-konteporer[2 Februari 2016] http://indrianieriza.blogspot.co.id/2011/07/tari-melayu-antara-tradisi-dan.html[11 Desember 2015] http://indonesiaexplorer.net/tarian-bali-simbol-kebudayaan-bangsa-indonesia.html[20 Desember 2015] http://www.inspirasinusantara.com/tari tayub blora/jpg [10 Desember 2014] http://www.kompasiana.com/290465tantepaku/menyamar-menjadi banci_55003565813311a119fa72bf [22 Desember 2015] http://www.kompasiana.com/akbarisation/tari-piring-hidup-itu-sebuah-pertemuan-dan-perpisahan_5528809 8f17e61f5578b4580[2 Januari 2016] http://makailajasmine.blogspot.co.id/2014_02_01_archive.html[10 Desember 2015] http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2621/tari-jepin-lembut-tari-tradisional-kalimantan-barat [10 Desember 2015] https://tunas63.wordpress.com/2008/12/26/not-angka-lagu-daerah-manuk-dadali-jawa-barat/not-angka- manuk-dadali[19 Desember 2015]

184 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 http://watymenari.blogspot.com/gerak tanjak/jpg [15 Desember 2014] http://yulsiapraharis.blogspot.com http://youtu.be/ukozchdn4u[28 Januari 2016] http://youtube/lvxryzxm7lq?t=23[28 Januari 2016] https://www.youtube.com/watch?v=8c3Kp1rrUGw/[11 Desember 2015] http://benhur-kaka.blogspot.co.id/2011/12/seni-tarian-tangan-dari-china-yang.html[10 Desember 2015] https://www.youtube.com/watch?v=LVxRyzXM7LQ[28 Januari 2016] https://www.youtube.com/watch?v=t4ozElmjDGc[28 Januari 2016] http://www.tribunnews.com/video/2015/11/15/mengikuti-ritual-tapa-ngali-di-kali-boyong-sleman[2 Februari 2016]

SENI TEATER Achmad, A. Kasim. 2006. Mengenal Teater Tradisional Indonesia. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta. Bandem, I Made & Sal Murgiyanto. 1996. Teater Daerah Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Boleslavsky, Richard. 1960. Enam Pelajaran Pertama bagi Calon Aktor. Penerjemah: Asrul Sani. Jakarta: Djaja Sakti. Brahim. 1968. Drama dalam Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. Brockett, Oscar G. 1969. The Theatre, an Introduction, USA. Holt, Rinehart and Winston, Inc. Cave, Peter L. 1985. 500 Ragam Permainan. Jakarta: Dharma Pustaka. Cohen, Robert. 1981. Theatre, United States of America. Publishing Company 1240 Villa Street Mountain View, California 940441. Dahana, Radar Pancha. 2001. Homo Theatrikus. Magelang: Indonesia Tera. Haji Salleh, Muhammad. 1987. Kumpulan Kritikan Sastera: Timur dan Barat. Ampang/Hulu Kelang, Selangor: Dewan Bahasa dan Pustaka- Malaysia. Hamzah, Adjib A. 1971. Pengantar Bermain Drama. Bandung: CV Rosda. Langer, Suzanne. 1988. Problematika Seni. Penerjemah: Widaryanto. Bandung: ASTI. Oemarjati, Boen S. 1971. Bentuk Lakon dalam Sastra Indonesia. Jakarta: P.T. Gunung Agung. Padmodarmaya, Pramana. 1988. Tata dan Tehnik Pentas. Jakarta: Balai Pustaka. Patty, Albertus M. 1992. Permainan untuk Segala Usia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Pisk, Litz. The Actor and His Body. Rendra. 1976. Tentang Bermain Drama. Jakarta: Pustaka Jaya. Riantiarno, N. 2003. Menyentuh Teater. Jakarta: MU:3 Books. Sulaiman, Wahyu. 1982. Seni Drama. Jakarta: PT. Karya Uni Press. Sumardjo, Jakob. 1992. Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia. Bandung: P.T. Citra Aditya Bakti. Waluyo, Herman J. 2001. Drama, Teori dan Pengajarannya. Yogyakarya: PT Hanindita Graha. Wijaya, Putu. 2007. Teater. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara. WS, Hasanuddin dkk. 2007. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu.

Seni Budaya 185 Profil Penulis

Nama Lengkap : Sem Cornelyoes Bangun Telp. Kantor/HP : 021-4895124 / 081289639812 E-mail : [email protected] Akun Facebook : - Alamat Kantor : Jl. Rawamangun Muka Kampus UNJ Jakarta Timur Bidang Keahlian : Seni Rupa Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Penulis buku 2. Kurator 3. Pemakalah Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S2: Fakultas Seni Rupa dan Desain/Seni Murni/ITB (1998-2000) 2. S1: Fakultas Keguruan Sastra dan Seni/Jurusan Seni Rupa/UNY (1977-1980) Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Tim Penulis Buku Guru Seni Budaya SMA, Kelas 11, 2014. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. ISBN 978-602-282-454-1 2. Tim Penulis Buku Siswa Seni Budaya SMA, Kelas 11, 2014. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. ISBN 978602-282457-2 3. Tim Penulis Peningkatan Kompetensi Kebudayaan Bagi Guru Seni Budaya, 2013. Modul, Pusat Pengembangan SDM Kebudayaan, Kemdikbud Republik Indonesia. ISBN 978-602-14477-0-3 4. Apresiasi Seni, 2011. Proyek Penulisan Buku Universitas Negeri Jakarta. 5. Eksistensi Pendidikan Tinggi Seni Rupa Indonesia-Permasalahan dan Alternatif Pengembangannya. 2011. Dalam Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc.Ed.et. al. Pedagogik Kritis Perkembangan Substansi, dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. ISBN 978-979-098-013-6 6. Tim Penulis Pedoman Tugas Akhir Penciptaan Karya Seni Rupa. 2011. Edisi ketiga. Jurusan Seni Rupa FBS-UNJ. 7. Kontributor Apresiasi dan Kreasi Seni Rupa, 2009. Modul PPG Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta. Jakarta: UNJ Press. ISBN 978-602-96153-4-0 8. Kritik Seni Rupa, Cetakan 3, 2011. Penerbit ITB Bandung. ISBN 979-9299-24-1 9. Estetika Bahasa dan Seni, Tim Penulis. 2008. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta. ISBN 978-979-26-3411-2 10. Eksistensi Dadaisme Dalam Gerakan Seni Rupa. 2008. Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB. Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Basoeki Abdullah dan Karya Lukisannya, Museum Basoeki Abdullah, Jakarta: 2012. 2. Warna Lokal Kaligrafi Etnik Indonesia. Bandung: Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung: 2011. 3. Perkembangan Seni Lukis Potret di Indonesia. Museum Basoeki Abdullah Jakarta: 2011. 4. Hak Kekayaan Intelektual: Hak Cipta Seni Rupa dan Desain, Permasalahan dan Solusinya. Kreativitas Seni Kampus, Kressek # 3. Universitas Negeri Jakarta: 2010. 5. Kompetensi Pendidik dalam Pembelajaran Apresiasi Seni Budaya, Jurnal Pendidikan Seni, Kagunan, Tahun II No. 01. Agustus 2007. 74-81.

186 Profil Penulis

Nama Lengkap : Drs. Siswandi, M.Pd. Telp. Kantor/HP : 0291-685241 E-mail : [email protected] Akun Facebook : Siswandi Sis Alamat Kantor : Jl. Sultan Fatah 85 Demak Bidang Keahlian : Guru dan Seni Musik Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Guru di SMA Negeri 2 Demak sampai dengan 2007 2. Kepala SMA Negeri 1 Karangtengah, Demak (2007 s.d. 2013) 3. Kepala SMA Negeri 2 Mranggen, Demak (2013 s.d. 2014) 4. Kepala SMA Negeri 1 Demak (2014 s.d. sekarang) Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S2: Fakultas Pascasarjana/Pendidikan Bahasa Indonesia/UNNES Semarang (2009-2012) 2. S1: FPBS (Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni)/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia/IKIP Semarang (1982-1988) Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Buku Seni Budaya SMP Kurikulum 2006 jilid 1, 2, dan 3 (bersama Rasjoyo, penerbit Yudhistira, 2007) 2. Buku Seni Budaya SMP Kurikulum 2013 jilid 1, 2, dan 3 (bersama Setyobudi, Giyanto, Dyah Purwani S, penerbit Erlangga, 2014) Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi Melalui Penggunaan Metode Copy the Master Varian Teknik Anakronisme pada Siswa Kelas X-4 SMA Negeri 2 Demak Tahun Pelajaran 2006/2007, (tahun 2006).

187 Profil Penulis

Nama Lengkap : Dr. Tati Narawati, S. Sen., M.Hum Telp. Kantor/HP : 08156014546 E-mail : [email protected] Akun Facebook : Tati Narawati Alamat Kantor : Jl. Dr. Setiabudhi 229 Bandung Bidang Keahlian : Seni Tari Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Ka. Prodi Pendidikan Seni Sekolah Pascasarjana UPI 2. Kepala UPT Kebudayaan UPI 3. Anggota Senat Akademik dan Majelis Wali Amanah UPI Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S3: Fakultas Ilmu Budaya, Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Universitas Gadjah Mada (1999-2002) 2. S2: Fakultas Ilmu Budaya, Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Universitas Gadjah Mada (1995-1998) 3. S1: Seni Pertunjukan, Jurusan Tari, Akademi Seni Karawaitan Indonesia (ASKI) (1983-1986) Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Wajah Tari Sunda dari Masa ke Masa 2. Tari Sunda: Dulu, Kini dan Esok 3. Drama Tari Indonesia Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Peneliti Seni Tradisional Nusantara sejak tahun 2000 sampai saat ini.

188 Profil Penulis

Nama Lengkap : Jose Rizal Manua Telp. Kantor/HP : 021-31923603 / 0811833161 E-mail : [email protected] Akun Facebook : - Alamat Kantor : IKJ-TIM Cikini Raya no 73 - Jakarta Pusat Bidang Keahlian : Seni Teater dan Film Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Mengajar di Institut Kesenian Jakarta 2. Memberikan Pelatihan di berbagai tempat Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S2: Fakultas Film - Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta 2. S1: Fakultas Teater - Institut Kesenian Jakarta 1998 Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Tidak ada Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): Tidak ada

189 Profil Penelaah

Nama Lengkap : Dr. M. Yoesoef, M.Hum. Telp. Kantor/HP : 021-7863528; 7863529 / 0817775973 E-mail : [email protected] Akun Facebook : https://www.facebook.com/yoesoev Alamat Kantor : Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Kampus Universitas Indonesia, Depok 16424 Bidang Keahlian : Sastra Modern, Seni Pertunjukan (Drama) Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. 2008-2014: Manajer SDM Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI 2. 2015-sekarang: Ketua Departemen Ilmu Susastra Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI 3. 2015 (Mei-Oktober): Tim Ahli dalam Perancangan RUU Bahasa Daerah (Inisiatif DPD RI) Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S3: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia/Program Studi Ilmu Susastra (2009- 2014) 2. S2: Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia/Program Studi Ilmu Susastra (1990-1994) 3. S1: Fakultas Sastra Universitas Indonesia/Jurusan Sastra Indonesia (1981-1988) Judul Buku yang pernah ditelaah (10 Tahun Terakhir): 1. Buku Pelajaran Seni Drama (SMP) 2. Buku Pelajaran Seni Drama (SMA) Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Anggota peneliti dalam “Internasionalisasi Universitas Indonesia melalui Pengembangan Kajian Indonesia,” Hibah Program Hibah Kompetisi Berbasis Institusi (PHK-I) Tema D, Dikti Kemendiknas Tahun 2010-2012 2. Anggota Peneliti dalam Penelitian “Nilai-nilai Budaya Pesisir sebagai Fondasi Ketahanan Budaya,” Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT) BOPTN UI 2013-2014 3. Ketua Peneliti dalam Penelitian “Identitas Budaya Masyarakat Banyuwangi Sebagaimana Terepresentasikan di dalam Karya Sastra,” Penelitian Madya FIB UI Tahun 2014, BOPTN FIB UI

190 Profil Penelaah

Nama Lengkap : Drs. Bintang Hanggoro Putra, M.Hum Telp. Kantor/HP : 024850810 / 08157627237 E-mail : [email protected] Akun Facebook : Bintang Hanggoro Putra Alamat Kantor : Kampus Unnes, Sekaran, Gunung Pati, Semarang Bidang Keahlian : Seni Tari Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Dosen Pendidikan Sendratasik, Prodi Seni Tari, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S2: Fakultas Ilmu Budaya/Pengkajian Seni Pertunjukan/Universitas Gajah Mada Yogyakarta (2000-2004) 2. S1: Fakultas Seni Pertunjukan/Seni Tari/Komposisi Tari (1979-1985) Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Tidak ada. Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Pengembangan Model Pembelajaran Tari Tradisional untuk Mahasiswa Asing di Universitas Negeri Semarang (2015). 2. Penerapan Model Pembelajaran Seni Tari Terpadu pada Siswa Sekolah Dasar (2012) 3. Upaya Pengembangan Seni Pertunjukan Wisata Di Hotel Patra Jasa Semarang (2010) 4. Pengembangan Materi Mata Kuliah Pergelaran Tari dan Musik pada Jurusan Pendidikan Sendratasik UNNES dengan Model Pembelajaran Tutorial Analitik Demokratik (2008). 5. Fungsi dan Makna Kesenian Barongsai Bagi Masyarakat Etnis Cina Semarang (2007).

191 Profil Penelaah

Nama Lengkap : Eko Santoso, S.Sn Telp. Kantor/HP : 0274-895805 / 08175418966 E-mail : [email protected] Akun Facebook : - Alamat Kantor : Jl. Kaliurang Km 12,5 Yogyakarta 55581 Bidang Keahlian : Seni Teater Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. 2000-2003: seniman teater freelance 2. 2003-2011: instruktur teater PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta 3. 2011-sekarang: Widyaiswara seni teater PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S1: Jurusan Teater, Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta (1991-2000) Judul Buku/Modul yang pernah ditelaah (10 Tahun Terakhir): 1. Dasar Pemeranan untuk SMK (2013) 2. Dasar Artistik 1 untuk SMK (2014) 3. Modul Pengetahuan Teater untuk Guru SMP dan SMA (2015) 4. Modul Dasar Pemeranan untuk Guru SMP dan SMA (2015) 5. Modul Teknik Pemeranan untuk Guru SMP dan SMA (2015) Buku yang pernah ditulis: 1. Seni Teater 1 untuk SMK. 2008. Jakarta: Direktorat PSMK Depdiknas. 2. Seni Teater 2 untuk SMK. 2008. Jakarta: Direktorat PSMK Depdiknas. 3. Pengetahuan Teater 1 - Sejarah dan Unsur Teater. 2013. Jakarta: Direktorat PSMK 4. Pengetahuan Teater 2 - Pementasan Teater dan Formula Dramaturgi. 2013. Jakarta: Direktorat PSMK 5. Teknik Pemeranan 1 - Teknik Muncul, Irama, dan Pengulangan. 2013. Jakarta: Direktorat PSMK 6. Teknik Pemeranan 2 - Teknik Jeda, Timing, dan Penonjolan. 2013. Jakarta: Direktorat PSMK 7. Dasar Tata Artistik - Tata Cahaya dan Tata Panggung. 2013. Jakarta: Direktorat PSMK 8. Yang Melintas - Kumpulan Tulisan. 2014. Yogyakarta: Penerbit Elmatera 9. Bermain Peran 1 - Motivasi, Jenis Karakter dan Adegan. 2014. Jakarta: Direktorat PSMK

192 Profil Penelaah

Nama Lengkap : Dr. Nur Sahid M. Hum. Telp. Kantor/HP : 0274-379133 / 087739496828 E-mail : [email protected] Akun Facebook : - Alamat Kantor : Jur Teater, Fak Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta Jl. Parangtritis Km 6 Yogyakarta Bidang Keahlian : Seni Teater Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Dosen Jur. Teater Fak. Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta 2. Dosen Pasca Sarjana ISI Yogyakarta 3. Dosen Sekolah Pasca Sarjana UGM Yogyakarta Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S3: Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Sekolah Pasca Sarjana UGM Yogyakarta (2008- 2012) 2. S2: Ilmu Humaniora, Program Pasca Sarjana UGM Yogyakarta (1994-1998) 3. S1: Sastra Indonesia, Fak. Ilmu Budaya UGM Yogyakarta (1980-1986) Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Metode Pembelajaran Seni Teater untuk Anak-anak Usia Sekolah Dasar (Program Penelitian Hibah Bersaing, Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Dirjen Pendidikan Tinggi, Depdikbud, Jakarta), 2006. 2. Metode Penulisan Skenario Film bagi Remaja (Program Penelitian BOPTN, Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Dirjen Pendidikan Tinggi, Depdikbud, Jakarta), 2013. 3. Penciptaan Drama Radio Perjuangan Pangeran Diponegoro sebagai Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Karakter bagi Generasi Muda (2016-2018) Menjadi Penelaaah Buku Ajar: 1. Penelaah buku untuk SMK Seni berjudul Seni Teater (2008), 2. Penelaah buku untuk SMP berjudul Seni Budaya (2016), P4TK Yogyakarta. Penulisan Buku Teks: 1. Semiotika Teater diterbitkan Lembaga Penelitian ISI Yogyakarta 2012. 2. Sosiologi Teater diterbitkan Pratista Yogyakarta 2008

193 Profil Penelaah

Nama Lengkap : Dr. Rita Milyartini, M.Si. Telp. Kantor/HP : 0222013163 / 081809363381 E-mail : [email protected] Akun Facebook : - Alamat Kantor : Jl. Dr. Setiabudi 229 Bandung 40151 Bidang Keahlian : Pendidikan Musik Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Dosen di Departemen Pendidikan Musik FPSD UPI 2. Dosen di Program Studi Pendidikan Seni Sekolah Pascasarjana UPI 3. Peneliti Pendidikan Seni khususnya pendidikan Musik Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S3: Pendidikan Umum/Nilai/Universitas Pendidikan Indonesia (2007-2012) 2. S2: Kajian Wilayah Amerika/Universitas Indonesia (1998-2001) 3. S1: FPBS/Pendidikan Musik/IKIP jakarta (1983-1987) Judul Buku yang pernah ditelaah (10 Tahun Terakhir): 1. Buku teks tematik SD (thn 2013) 2. Buku non teks ( Tahun 2011, 2012, 2015) 3. Buku teks SD, SMP dan SMA (2015) Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. 2008: Model Pendidikan Life Skill Belajar Mandiri untuk Meningkatkan Penguasaan Teknik Vokal Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Vokal 3 di Prodi Musik UPI. 2. 2010: Pengembangan Model Pendidikan Seni Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus (tahun 1) 3. 2011: Pengembangan Model Pendidikan Seni Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus (tahun 2) 4. 2011: Kombinasi Active Learning dan Self Training, untuk Memperbaiki Audiasi Tonal Minor Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Vokal 2 Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI 5. 2012: Pengembangan Model Pendidikan Seni Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus (tahun 2) 6. 2012: Model Transformasi Nilai Budaya Melalui Pendidikan Seni di Saung Angklung Udjo untuk Ketahanan Budaya (disertasi) 7. 2013: Pemanfaatan Angklung untuk Pengembangan Bahan Pembelajaran Tematik Jenjang Sekolah Dasar Berbasis Komputer 8. 2015: Model Pembelajaran Teknik Vokal Berbasis Ornamen Vokal Nusantara (tahun pertama) 9. 2016: Model Pembelajaran Teknik Vokal Berbasis Ornamen Vokal Nusantara (tahun kedua) 10. 2016: Pengembangan Usaha Bidang Seni dan Budaya di Kota Bandung

194 Profil Penelaah

Nama Lengkap : Dr. Dinny Devi Triana, S.Sn, M.Pd Telp. Kantor/HP : 08161670533 E-mail : [email protected] Akun Facebook : dinny devi triana Alamat Kantor : Universitas Negeri Jakarta Jln. Rawamangun Muka, Jakarta Timur Bidang Keahlian : Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Seni Tari Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Staf pengajar pendidikan sendratasik UNJ (1993-sekarang) 2. Tutor Univeristas Terbuka (2012-2014) 3. Instruktur Pelatihan Guru Kesenian SD di Balai Latihan Kesenian Jakarta Utara (2008-2011) 4. Instruktur Pelatihan Tari Guru Taman Kanak-kanak di Jakarta Barat (2009-2015) 5. Instruktur PLPG Rayon 9 (2008-2015) 6. Instruktur PPG SM3T Seni Budaya (2013-2014) Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S3: Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (2006-2012) 2. S2: Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (2000-2003) 3. S1: Institut Seni Indonesi Yogyakarta (1991-1993) 4. D3: Akademi Seni Tari Indonesia (1987-1991) Judul Buku yang pernah ditelaah (10 Tahun Terakhir): 1. Seni dan Budaya Untuk SMK (Penerbit: Inti Prima, 2007) 2. Seni Tari Nasional dan Internasional (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2009) 3. Modul: Peningkatan Kompetensi Kebudayaan Bagi Guru Mata Pelajaran Seni Budaya (Badan Pengembangan SDM Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013) 4. Praktik Tari Betawi (untuk kalangan sendiri, 2014) 5. Evaluasi Pembelajaran Seni Tari (Penerbit: Inti Prima, 2015) Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Minat Kesenian Pelajar SLTA se-DKI Jakarta (2006) 2. Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Tari Hasil Karya Mahasiswa LPTK (2006) 3. Kompetensi Koreografer : Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kreatif, Penguasaan Pengetahuan Komposisi Tari, dan Tari Hasil Karya Mahasiswa (2007) 4. Kecerdasan Kinestetik dalam Menata Tari (Eksperimen Metode Penilaian Kinerja dan Penguasaan Pengetahuan Komposisi Tari pada Mahasiswa Jurusan Seni Tari UNJ & UPI Bandung) (2011) 5. Hibah Bersaing: Model Penilaian Kinestetik dalam Menilai Tari I-Pop (Modern Dance) (2013-2014) 6. Strategi Penilaian sebagai Evaluasi Formatif untuk Meningkatkan Keterampilan Menari pada Pembelajaran Praktik Tari (2014) 7. Model Pengukuran Cerdas Kinestetik dalam Menata Tari pada Mahasiswa Seni Tari (2015) Jurnal (10 tahun terakhir): 1. Skala Pengukuran Sebagai Alat Evaluasi Dalam Menilai Tari Karya Mahasiswa (Jurnal Harmonia terakreditasi, 2006) 2. Kompetensi Koreografer Pendidikan Berbasis IMTAK dan IPTEK (Jurnal Harmonia terakreditasi, 2006) 3. Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Tari Hasil Karya Mahasiswa Jurusan Seni Tari Universitas Negeri Jakarta (Jurnal UNAS-Ilmu Budaya, 2009) 4. Nation Character Building by Implementing Educational Values as a Response to the Influence of Contemporary Culture Toward Kinestethetic Artistic Intelligence (Fine Arts International Journal: Srinakharinwirot University, 2012) 5. Penilaian Kinstetik dalam Seni Tari (Jurnal Evaluasi Pendidikan UNJ, 2012) 6. Model Penilaian Kinestetik dalam Menilai Tari I-Pop (Modern Dance) (Jurnal Panggung, 2014) 7. The Ability of Choreography Creative Thinking on Dance Performance (Harmonia terakreditasi, 2015) 195 Profil Penelaah

Nama Lengkap : Prof. Dr. Djohan Telp. Kantor/HP : 0274-419791 / 08175412530 E-mail : [email protected] Akun Facebook : Salim Djohan Alamat Kantor : Jl. Suryodiningratan 8 Yogyakarta Bidang Keahlian : Psikologi Musik Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Narasumber Pusat Kurikulum Pendidikan Seni (2004-2006) 2. Representative South East Asian Youth Orchestra (2004-2011) 3. Wakil Direktur Pascasarjana ISI Yogyakarta (2008-2011) 4. Kaprodi Magister Manajemen Seni ISI Yogyakarta (2010-2012) 5. Dewan Etik Asosiasi Pendidik Seni (2005-2012) 6. Narasumber BSNP Pengembang Bidang Seni Budaya (2006-2012) 7. Editor KBM Journal of Cognitive Science-ISSn 2152-1530 (2009-) 8. Direktur Pascasarjana ISI Yogyakarta (2012-) 9. Dosen tamu Pasca Sarjana Psikologi UKSW (2012-) 10. Reviuwer The Journal of Asean Research in Art and Design (2012-) 11. Dosen tamu Pascasarjana UGM (2014-) 12. Dosen tamu Pascasarjana UNY (2014-) 13. Anggota Yayasan Dinamika Edukasi Dasar (2015-) Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S3: Fakultas Psikologi/Psikologi/Universitas Gadjah Mada (2002-2005) 2. S2: Fakultas Psikologi/Psikologi Perkembangan/Universitas Gadjah Mada (1996-1999) 3. S1: Fakultas Seni Pertunjukan/Musik/Musik Sekolah/Institut Seni Indonesia Yogyakarta (1989- 1993) Judul Buku yang pernah ditelaah (10 Tahun Terakhir): 1. Seni Budaya SD-SMP-SMA Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. 2005: Pengaruh Tempo dan Timbre dalam Gamelan Jawa terhadap Respons Emosi Musikal. BPPS (Dikti) 2. 2006-2007: Pengembangan Aspek Musikal Sebagai Media Penigkatan Keterampilan Sosial. PEKERTI (DP2M) 3. 2008: Potret Manajemen Seni di Bali: Dari Etos Jegog ke Mitos Jazz. Pusat Studi Asia Pasifik 4. 2009-2010: Upaya Pengembangan Kreativitas SDM melalui Rekontekstualisasi Seni. FUNDAMENTAL (DP2M) 5. 2015: Metode “Practice Base Research” dalam Penciptaan/Penyajian Seni. Dyson Foundation, Melbourne University

196 Profil Penelaah

Nama Lengkap : Muksin Md., S.Sn., M.Sn. Telp. Kantor/HP : 022-2534104 / 08156221159 E-mail : [email protected] Akun Facebook : Muksin Madih Alamat Kantor : FSRD-ITB, Jl. Ganesha 10 bandung (40132) Bidang Keahlian : Seni Rupa Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Ketua Program Studi Seni Rupa FSRD-ITB (2013-2015) 2. Koordinator TPB FSRD-ITB (2008-2013) 3. Ketua Lap/Studio Seni Lukis FSRD-ITB (2005-2006) Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S2: Fakultas Seni Rupa dan Desain/Seni Rupa/Seni Murni/Institut Tekhnologi Bandung (1996- 1998) 2. S1: Fakultas Seni Rupa dan Desain/Seni Murni/Seni Lukis/Institut Tekhnologi Bandung (1989- 1994) Judul Buku yang pernah ditelaah (10 Tahun Terakhir): 1. Buku teks pelajaran kurikulum 2013 (edisi revisi) mata pelajaran wajib untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA Seni Budaya bidang Seni (2015) 2. Buku teks Seni Budaya (Seni Rupa) kelas IX dan XII (2014) 3. Buku Pendidikan Dasar dan Menengah Berdasarkan Kurikulum 2013 kelas VIII, X, dan XI, Seni Budaya (Seni Rupa). (2013) Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Penerapan Teknik Etcha Ke Dalam Produk Elemen Estetik Sebagai Upaya Meningkatkan Potensi Kreativitas Masyarakat. Riset KK (Kelompok Keahlian Seni Rupa) ITB. (2014) 2. Metode Pembelajaran Menggambar Bagi Anak Autis dengan Bakat Seni Rupa. Riset KK (Kelompok Keahlian Seni Rupa) ITB. (2014) 3. Aplikasi Pengembangan Barongan sebagai Cinderamata Khas Blora dengan Sentuhan Teknik Potong, Tempel, Pahat dan Lukis, Riset KK (Kelompok Keahlian Seni Rupa). (2013) 4. Pengembangan Produk Identitas Budaya Masyarakat Blora untuk menunjang Sentra Masyarakat Kreatif, Program Pengabdian kepada masyarakat Mono dan Multi. (2013) 5. Aplikasi Barongan dalam Pengembangan Cinderamata Khas Kota Blora (LPPM-ITB) (2012) 6. Barongan dalam Pengembangan Cinderamata Khas Kota Blora (LPPM-ITB) (2011) 7. Aplikasi Medium Lokal (Indigenus Material) dalam Karya Seni Rupa sebagai Upaya Mewujudkan Ciri Khas Indonesia [Program Riset Peningkatan Kapasitas ITB (2011) 8. Medium Lokal (indigenus material) dalam Karya seni rupa sebagai upaya mewujudkan ciri khas Indonesia Program Riset Peningkatan Kapasitas ITB (2010) 9. Pengolahan Serat Alami Menggunakan Sistem Enzim Mikrobiologi sebagai Media Ekspresi Seni Dua Dimensi. Riset ITB [Riset Fakultas] (Jurnal Visual Art ITB 2007) 10. Muatan Spiritualitas pada Seni Rupa Tradisional Dwimatra-Ilustrasi Nusantara Upaya Menggali Seni Rupa Tradisi untuk Memperkaya Konsep Seni Ilustrasi Indonesia Masa Kini dan Masa Depan. Riset ITB [Riset Fakultas] (2006) 11. Daur Ulang Sampah Menjadi Kertas Seni. ”GELAR” Jurnal Ilmu dan Seni – STSI Surakarta. Vol. 3 No. 2 Desember 2005, ISSN 1410-9700. (2005)

197 Profil Penelaah

Nama Lengkap : Dra. Widia Pekerti, M.Pd. Telp. Kantor/HP : - E-mail : - Akun Facebook : - Alamat Kantor : Jl. Suryodiningratan 8 Yogyakarta Bidang Keahlian : Seni Musik Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Dosen luar biasa di Universitas Negeri Jakarta jurusan seni musik 2009 hingga kini. 2. Konsultan pendidikan. 3. Pengurus Anggota Dewan Etik Asosiasi Pendidik Seni Indonesia (APSI) dan anggota IPTP (Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan). 4. Anggota Pengurus Kroncong Centre Of Indonesia. Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S2: Teknologi Pendidikan UNJ Jakarta, 1997. Kursus Penunjang antara lain : bahasa Inggris, Perancis dan kecantikan. 2. S1: Pendidikan Seni Musik IKIP Jakarta, 1971. Akta Mengajar V Universitas Terbuka, 1983 Judul Buku yang pernah ditelaah (10 Tahun Terakhir): 1. Penelaah buku Pusat Kurikullum Dikdasmen, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengmbangan Pusat Kurikullum dan Perbukuan November 2014 , SMP-SMA Seni Budaya 2. 2-4 Desember 2015, SMP-SMA Seni Budaya 3. 11-13 Desember 2015, Tematik (Seni Budaya) 4. 29-31 Januari 2016, Tematik (Seni Budaya) Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Studi Lagu-lagu bernafaskan kedaerahan dan perjuangan untuk pendidikan keluarga, Direktorat PAUD dan Keluarga, Dikdasmen, 2016 2. Studi banding pendidikan di Indonesia; Suny at Albany University, NY, 1995 dan 1996, Otago University 2004 dan Nanyang University, 2006. 3. Penelitian mandiri, antara lain: Musik Balita di TK Ora Et Labora 2004 - 2006; Kursus Musik untuk Balita di Eduart 2002-2004 dan di Yamuger 2010 – sekarang; serta penelitian pada bayi, 2009 hingga kini. 4. Penelitian-penelitian seni dan budaya tahun di Indonesia yang kondusif dalam pembudayaan P4 (1982-1990). 5. Penelitian Pengaruh Hasil Pembelajaran Terpadu Matematik dan Musik terhadap Hasil Belajar Matematik Murid Kelas 1 SD. Thesis, IKIP, Jakarta. 1997. 6. Penelitian Pengaruh Pembelajaran Folk Song terhadap Minat Seni Musik di SMP Regina Pacis Jakarta, Skripsi: IKIP Jakarta, 1971.

198 Profil Penelaah

Nama Lengkap : Dr. Fortunata Tyasrinestu, M.Si. Telp. Kantor/HP : 0271-384108 / 08122748284 E-mail : [email protected] Akun Facebook : - Alamat Kantor : FSP ISI Yogyakarta, Jl. Parangtritis Km. 6.5 Sewon Yogyakarta Bidang Keahlian : Musik Pendidikan, Bahasa Indonesia, Psikologi Musik Pendidikan Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Dosen FSP ISI Yogyakarta 2003 - sekarang 2. Kepala UPT MPK ISI Yogyakarta 2008-2012 3. Pengelola Program S3 Program Pascasarjana ISI Yogyakarta 2014 - sekarang Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S3: Fakultas Ilmu Budaya/Ilmu-Ilmu Humaniora/Linguistik - UGM Yogyakarta (2010-2013) 2. S2: Fakultas Psikologi/Psikologi Pendidikan - UGM Yogyakarta (2002-2004) 3. S1: Fakultas Seni Pertunjukan/Jurusan Musik/Musik Pendidikan - ISI Yogyakarta (1992-1997) 4. S1: Fakultas Sastra/Sastra Indonesia/Linguistik - UGM Yogyakarta (1992-1998) Judul Buku yang pernah ditelaah (10 Tahun Terakhir): 1. Buku Teks Pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan SD-SLTP-SMU 2. Buku Non Teks Pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan SD-SLTP-SMU Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Lirik Musikal pada Lagu Anak Berbahasa Indonesia (2014) 2. Pengaruh Kreativitas Musikal terhadap Kreativitas Verbal dan Figural (2010) 3. Pengembangan Kreativitas melalui Rekontekstualisasi Seni Tradisi (2010) 4. Model Pembelajaran Musik Kreatif bagi Pengembangan Kreativitas Anak di Wilayah DIY (2010)

199 Profil Editor

Nama Lengkap : Dyah Tri Palupi Telp. Kantor/HP : 021-3804248/0812-812-67-678 E-mail : [email protected] Akun Facebook : - Alamat Kantor : Jl. Gunung Sahari Raya No 7 Senen, Jakarta Pusat Bidang Keahlian : Seni Budaya dan Tematik Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. 2009 – 2017: Staf bidang kurikulum di Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud. 2. 2007 – 2009: Guru Seni Budaya di SMAN 8 Banten. Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S1: Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni/Sendratasik/Seni Tari/IKIP Semarang (1994 – 1998) Judul Buku yang pernah diedit (10 Tahun Terakhir): 1. Buku Pengenalan Seri Budaya untuk SD 2. Buku Muatan Lokal SD, SMP, SMA Kutai Timur 3. Buku Muatan Lokal SMK Bangka Belitung 4. Buku Pendalaman Materi IPS dalam kurikulum untuk Sekolah Dasar 5. Buku Pemuda dan Peranan di Masyarakat 6. Buku Pembelajaran PAUD Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Implementasi Kurikulum dan Kebutuhan Guru dalam Pembelajaran (Cara Mudah Memahami Kurikulum). Tahun terbit 2016 2. Penyusunan Standar dan Kompetensi Karawitan dan Teri Betawi. Tahun terbit 2012

200 Gunakan

Jangan Gunakan narkoba!

201 Catatan Seni Budaya

Buku ini menyajikan pembelajaran aktivitas berapresiasi, berkarya, (berekspresi, bereksperimen) dengan pendekatan saintifik. Di bidang seni rupa menyajikan aspek konseptual, visual, dan operasional dalam pemberdayaan unsur rupa (noktah, garis, warna, tekstur, volume, dan ruang) dengan memperhatikan Seni Budaya prinsip estetik seperti keselarasan, keseimbangan, proporsi, irama, penekanan dalam penciptaan seni rupa murni, dan desain sesuai dengan potensi kreatif yang dimiliki masing-masing peserta didik. Pendekatan saintifik di bidang tari menyajikan ragam gerak tari tradisional, analisis, dan pengembangan ragam gerak berdasarkan unsur tenaga (lemah, sedang, kuat), ruang (sempit, sedang, luas), dan waktu (lambat, sedang, cepat) untuk aktivitas upacara, tari untuk penyajian estetis, maupun tari untuk hiburan. Pendekatan saintifik teater mengacu pada lintasan sejarah teater barat (tragedi, komedi, dan satyr) teater tradisional Asia (Cina, India, Jepang) teater tradisional Nusantara (Lenong, Longser, Ketoprak, Ludruk, Arja, Kemidi, Rudat, Kondobuleng, Dulmuluk, Randai, dan Makyong). Persiapan pementasan teater menyajikan masalah aktor, ● SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 1 menentukan karakter, bloking, tata rias, tata busana, tata pentas, tata cahaya, tata usaha, dan lain-lain. Pendekatan saintifik bidang musik menyajikan pembelajaran dan latihan kemampuan apresiasif (mendengar, membaca, dan menulis musik) untuk pencapaian Seni Budaya kemampuan kreatif ditempuh melalui menggubah musik dan mencipta kembali (rekreatif) melalui aktivitas pementasan musik.

ZONA 1 ZONA 2 ZONA 3 ZONA 4 ZONA 5 HET SMA/MA/ Rp14.600 Rp15.200 Rp15.800 Rp17.000 Rp21.800 SMK/MAK KELAS ISBN: 978-602-427-142-8 (Jilid Lengkap) 978-602-427-145-9 (Jilid 2a) XI Semester 1 Seni Budaya

Buku ini menyajikan pembelajaran aktivitas berapresiasi, berkarya, (berekspresi, bereksperimen) dengan pendekatan saintifik. Di bidang seni rupa menyajikan aspek konseptual, visual, dan operasional dalam pemberdayaan unsur rupa (noktah, garis, warna, tekstur, volume, dan ruang) dengan memperhatikan Seni Budaya prinsip estetik seperti keselarasan, keseimbangan, proporsi, irama, penekanan dalam penciptaan seni rupa murni, dan desain sesuai dengan potensi kreatif yang dimiliki masing-masing peserta didik. Pendekatan saintifik di bidang tari menyajikan ragam gerak tari tradisional, analisis, dan pengembangan ragam gerak berdasarkan unsur tenaga (lemah, sedang, kuat), ruang (sempit, sedang, luas), dan waktu (lambat, sedang, cepat) untuk aktivitas upacara, tari untuk penyajian estetis, maupun tari untuk hiburan. Pendekatan saintifik teater mengacu pada lintasan sejarah teater barat (tragedi, komedi, dan satyr) teater tradisional Asia (Cina, India, Jepang) teater tradisional Nusantara (Lenong, Longser, Ketoprak, Ludruk, Arja, Kemidi, Rudat, Kondobuleng, Dulmuluk, Randai, dan Makyong). Persiapan pementasan teater menyajikan masalah aktor, ● SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 2 menentukan karakter, bloking, tata rias, tata busana, tata pentas, tata cahaya, tata usaha, dan lain-lain. Pendekatan saintifik bidang musik menyajikan pembelajaran dan latihan kemampuan apresiasif (mendengar, membaca, dan menulis musik) untuk pencapaian Seni Budaya kemampuan kreatif ditempuh melalui menggubah musik dan mencipta kembali (rekreatif) melalui aktivitas pementasan musik.

ZONA 1 ZONA 2 ZONA 3 ZONA 4 ZONA 5 HET SMA/MA/ Rp9.400 Rp9.800 Rp10.200 Rp11.000 Rp14.100 SMK/MAK KELAS ISBN: 978-602-427-142-8 (Jilid Lengkap) 978-602-427-146-6 (Jilid 2b) XI Semester 2 Seni Budaya

SMA/MA/ SMK/MAK KELAS XI Semester 2 Hak Cipta © 2017 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang

Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi Kurikulum 2013. Buku siswa ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis dan laman http://buku. kemdikbud.go.id atau melalui email [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Seni Budaya / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- . Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017. vi, 122 hlm. : ilus. ; 25 cm.

Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 2 ISBN 978-602-427-142-8 (jilid lengkap) ISBN 978-602-427-146-6 (jilid 2b)

1. Seni Budaya -- Studi dan Pengajaran I. Judul II. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

600

Penulis : Sem Cornelyoes Bangun, Siswandi, Tati Narawati, dan Jose Rizal Manua. Penelaah : M. Yoesoef, Bintang Hanggoro Putra, Eko Santoso, Nur Sahid, Rita Milyartini, Dinny Devi Triana, Djohan, Muksin, Widia Pekerti, dan Fortunata Tyasrinestu. Pereview Guru : Drs. Yusminarto Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Cetakan Ke-1, 2014 ISBN 978-602-282-460-2 (jilid 2) Cetakan Ke-2, 2017 (Edisi Revisi) Disusun dengan huruf Minion Pro, 10 pt. Kata Pengantar

Proses globalisasi yang sedang dan sudah berlangsung dewasa ini secara faktual telah menjangkau kawasan budaya di seluruh dunia sebagai satu kesatuan wilayah hunian manusia dengan kriteria dan ukuran yang relatif sama dan satu. Budaya global yang relatif telah menjadi ukuran dan menandai konstelasi dunia dewasa ini, yaitu karakteristik budaya yang berorientasi pada nilai-nilai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang bersumber dari pemikiran rasional silogistis Barat. Proses tersebut mengakibatkan terjadinya tarik menarik antara kekuatan global disatu sisi dan pertahanan lokal di sisi lainnya. Dalam hal ini antara proses globalisasi yang berorientasi dan tunduk pada sistem dan semangat ilmu pengetahuan dan teknologi Barat versus pelokalan yang pada umumnya justru sebaliknya. Batas antara keduanya memang tidak pernah dapat diambil secara tegas hitam-putih. Roberston (1990) menggambarkannya sebagai the global instutuationalization of life-world and the lokalization of globality. Berbagai upaya kompromistis dilakukan agar masyarakat memiliki kekuatan untuk berada di kedua posisi sekaligus untuk berada pada titik keseimbangan antara kedua posisi tersebut. Berbagai upaya dilakukan untuk membangkitkan dan memberdayakan system indigenous knowledge, indigenous technology, indigenous art, indigenous wisdom, yang biasanya kurang atau tidak ilmiah tetapi justru kaya atau kental kandungan nilai etika dan estetika yang berakar pada budaya masyarakat pendukungnya. Pengkajian terhadap pengetahuan lokal secara ilmiah akan memperkaya pengetahuan dengan derajat kandungan nilai-nilai humanitas yang relatif tinggi. Di tengah pusaran pengaruh hegemoni global tersebut, fenomena di bidang pendidikan yang terjadi juga telah membuat lembaga pendidikan serasa kehilangan ruang gerak. Selain itu, juga membuat semakin menipisnya pemahaman siswa tentang sejarah lokal serta tradisi budaya di lingkungannya. Padahal, dari perspektif kultural tidak dapat disangkal Indonesia memiliki kekayaan kebudayaan lokal yang luar biasa. Junus Melalatoa (1995) telah mencatat, sekurang-kurangnya 540 suku bangsa di Indonesia yang masing- masing memiliki dan mengembangkan tradisi atau pola kebudayaan lokal yang saling berbeda. Dalam pada itu pola-pola kebudayaan tersebut juga berubah sebagai reaksi terhadap dominannya pengaruh budaya global. Reaksi balik tersebut bukan untuk melawan tetapi mencari titik temu dalam rangka menjaga eksistensi dan identitas kelompok dan kebudayaan lokal mereka. Salah satu upaya untuk menjaga eksistensi dan penguatan budaya, dilaksanakan melalui pendidikan seni yang syarat dengan muatan nilai kearifan lokal dan penguatan karakter bangsa. Sudah tentu sebagai suatu proses pendidikan dilaksanakan secara sistemik yang berlangsung secara bertahap berkesinambungan dalam situasi dan kondisi di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh sebab itu, tidaklah salah jika pendidikan merupakan salah satu arah dari Millennium Development Goals (MDGs). (www.unmillenniumproject.org/goals & https://id.wikipedia.org/wiki/Tujuan_Pembangunan) Pendidikan sebagai wahana untuk memanusiakan manusia muda pada dasarnya merupakan aktivitas menyiapkan kehidupan baik perorangan, masyarakat, maupun suatu bangsa menuju kehidupan yang lebih baik. Untuk menuju kehidupan yang lebih baik di era globalisasi dan menyiapkan generasi emas Indonesia di tahun 2040, pendidikan karakter yang berbasis kearifan lokal sebagai penanaman nilai dan ketahanan budaya bangsa sangat diperlukan. Penanaman nilai di kalangan generasi muda saat ini dipandang penting mengingat tantangan yang dihadapi mereka di masa depan sangat berat, terutama berkaitan dengan pergeseran nilai yang akan, sedang, dan sudah terjadi baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Terkait hal tersebut, kiranya diperlukan materi bahan ajar yang dapat mengakomodasi kebutuhan pendidikan bagi generasi muda yang sedang mengarungi masa globalisasi, agar memiliki pegangan hidup dalam bermasyarakat dan bernegara dalam lingkungan lokal maupun global. Buku ini menawarkan berbagai contoh metode dan pendekatan pendidikan seni (rupa, musik, tari, teater) Indonesia berbasis Kurtilas. Walaupun belum sempurna, harapan kami semoga buku ini menjadi pelita di tengah gulita.

Penulis Tati Narawati Sem Cornelius Siswandi Jose Rizal Manua

Seni Budaya iii Daftar Isi

KATA PENGANTAR ...... iii DAFTAR ISI ...... iv

BAB 1 Pameran Seni Rupa ...... 1

A . Panitia Pameran ...... 1 B. Proposal Pameran ...... 2 C. Materi Pameran ...... 2 D. Kurasi Pameran ...... 3 E. Aktivitas Diskusi ...... 4 F. Nilai Pameran ...... 4

BAB 2 MENGANALISIS PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN PELAPORAN PAMERAN KARYA SENI RUPA ...... 5

A . Perencanaan ...... 5 B. Pelaksanaan ...... 5 C. Pasca Pameran ...... 6 D. Rangkuman ...... 6 E. Refleksi ...... 6 F. Uji Kompetensi ...... 6

BAB 3 MENGANALISIS KONSEP, PROSEDUR, FUNGSI, TOKOH, DAN NILAI ESTETIS KARYA SENI RUPA ...... 8

A . Konsep ...... 8 B. Prosedur ...... 8 C. Fungsi ...... 9 D. Tokoh ...... 9 E. Nilai Estetis ...... 10

iv Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 BAB 4 MEMAMERKAN KARYA SENI RUPA DUA DAN TIGA DIMENSI HASIL MODIFIKASI ...... 11

A. Klasifikasi Materi Pameran ...... 11 B. Seleksi Materi Pameran ...... 12 C. Kurasi Pameran ...... 13 D. Pemajangan ...... 14 E. Pembukaan Pameran ...... 15

BAB 5 MENGANALISIS KARYA SENI RUPA BERDASARKAN JENIS, FUNGSI, TEMA DAN TOKOH DALAM BENTUK LISAN DAN TULISAN ...... 16

A. Jenis ...... 16 B. Fungsi ...... 16 C. Tema ...... 17 D. Tokoh ...... 17 E. Tugas Pengkajian Karya Seni Rupa ...... 18

BAB 6 FENOMENA SENI RUPA ...... 21

A. Seni Rupa Pramodern ...... 21 B. Seni Rupa Modern ...... 25 C. Seni Rupa Posmodern ...... 32

BAB 7 MEMAINKAN ALAT MUSIK BARAT ...... 34

A. Memainkan Alat Musik Barat ...... 34 B. Menampilkan Beberapa Lagu dalam Pagelaran Musik Barat ...... 52

BAB 8 MEMBUAT TULISAN TENTANG MUSIK BARAT ...... 56

A . Membuat Tulisan Tentang Musik Barat ...... 57 B. Mempresentasikan Hasil Analisis Musik Barat ...... 69 C. Mengkomunikasikan ...... 69

Seni Budaya v BAB 9 EVALUASI GERAK TARI KREASI BERDASARKAN TEKNIK TATA PENTAS ...... 71

A . Teknik Tata Pentas Tari Kreasi ...... 71 B. Mendeskripsikan Karya Tari Kreasi Baru Berdasarkan Teknik Tata Pentas ...... 72 C. Uji Kompetensi ...... 76

BAB 10 Mengevaluasi bentuk, jenis, nilai estetis, fungsi dan tata pentas dalam karya tari kreasi ...... 77

A . Konsep Evaluasi Tari ...... 77 B. Cara Menulis Evaluasi ...... 78 C. Uji Kompetensi ...... 83

BAB 11 MERANCANG PEMENTASAN ...... 84

A . Pengertian Teater ...... 86 B. Pengertian Drama ...... 86 C. Sejarah Teater Dunia ...... 87 D. Teater Modern ...... 89 E. Uji Kompetensi ...... 93

BAB 12 PEMENTASAN ...... 94

A . Konsep Pementasan ...... 96 B. Teknik Pementasan ...... 97 C. Prosedur Pementasan ...... 98 D. Uji Kompetensi ...... 98

GLOSARIUM ...... 100 DAFTAR PUSTAKA ...... 101 PROFIL PENULIS ...... 105 PROFIL PENELAAH ...... 109 PROFIL EDITOR ...... 119

vi Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 BAB Pameran Seni Rupa 1

Pameran adalah salah satu bentuk penyajian karya seni rupa agar dapat berkomunikasi dengan pengunjung. Makna komunikasi di sini, berarti, karya-karya seni rupa yang dipajang tersaji dengan baik, sehingga para pemirsa dapat mengamatinya dengan nyaman untuk mendapatkan pengalaman estetis dan pemahaman nilai-nilai seni. Untuk itu, diperlukan pengetahuan manajemen tata pameran. Mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. untuk mencapai penyelenggaraan pameran yang baik. Pameran untuk tingkat sekolah dapat diselenggarakan setiap semester, atau paling tidak pada setiap awal tahun ajaran. Sebab diperkirakan, pada awal tahun ajaran, orang tua dan siswa baru akan menjadi pengunjung pameran, di samping warga tetap sekolah dan tamu undangan lainnya. Hal yang perlu dihindari adalah penyelenggaraan pameran seni rupa pada waktu libur, karena pengunjungnya akan relatif sedikit. Sedangkan pameran yang pengunjungnya sedikit tentu bukanlah pameran yang baik.

A. Panitia Pameran Untuk mencapai tujuan pameran kita perlu bekerjasama dan membagi tugas sesuai kebutuhan (sangat tergantung dari apa yang dipamerkan, di mana pameran diselenggarakan, dan siapa yang akan menyaksikan pameran tersebut).

Sumber: Art Fair Tokyo Gambar 1.1 Panitia pameran dibentuk dengan sikap demokratis, profesional, dan penuh tanggung jawab. Perlu ditetapkan kelompok-kelompok kerja, dengan memilih orang-orang yang tepat untuk menangani berbagai masalah dalam perencanaan dan pelaksanaan pameran.

Seni Budaya 1 Dengan demikian, volume pekerjaanlah yang akan menentukan jumlah dan susunan panitia. Biasanya, untuk tingkat sekolah, struktur panitia yang sederhana sudah memadai. Terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan sejumlah seksi-seksi: ada yang mengurusi materi pameran (misalnya, lukisan, karya desain, kria), display atau kelompok kerja pemajangan karya, penata cahaya (mengurusi pencahayaan karya dan ruang pameran). Pembuatan katalog (kelompok kerja yang mengurusi data karya, biografi penyelenggara, desain dan layout, pencetakan) kuratorial (penulisan naskah yang memberikan informasi tentang karya-karya yang dipamerkan dan dimuat di katalog). Pembuatan label (informasi singkat mengenai materi pameran: judul, tahun penciptaan, media, ukuran, pencipta). Di samping itu ada juga seksi sponsor atau pencarian dana, sekaligus bertugas mencari pembicara dari kalangan perupa pada kegiatan diskusi (diskusi biasanya dilaksanakan satu hari menjelang hari penutupan pameran), termasuk memilih “tokoh” yang meresmikan pembukaan pameran. Seksi dokumentasi, publikasi (pembuatan poster, spanduk), konsumsi, perlengkapan, keamanan, dan seksi acara, baik dalam pembukaan pameran, pelaksanaan diskusi, dan penutupan pameran. Seksi lain yang diperlukan dapat ditambahkan pada struktur panitia pameran sesuai kebutuhan. Untuk menjalankan tugas-tugas kepanitiaan, administrasi, rapat, dan kegiatan lainnya, diperlukan ruangan khusus sebagai kantor atau ruang kerja panitia pameran.

B. Proposal Pameran Banyak format penulisan proposal yang dapat digunakan, namun pada hakikatnya, inti dari proposal ialah latar belakang pameran, dasar acuan kegiatan pameran, tujuan pameran, hasil dan dampak pameran yang diharapkan, tema pameran, waktu dan tempat, tata tertib dan lain-lain. Biasanya proposal dibuat untuk kepentingan mendapatkan izin kegiatan, dari pihak sekolah/ keamanan, pencarian sponsor, informasi bagi orang tua siswa, informasi bagi pers, dan pihak- pihak lain yang menjadi mitra kerja penyelenggaraan pameran. Oleh karena itu kualitas penulisan dan tampilan suatu proposal pameran usahakan seoptimal mungkin, untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari berbagai kalangan.

C. Materi Pameran Materi pameran seni rupa di sekolah terdiri dari tiga sumber. Pertama, koleksi karya tugas-tugas siswa terbaik. Karya seni rupa dua dan tiga dimensi hasil modifikasi (seni lukis, desain, dan kria atau karya yang lain) yang dipilih oleh guru dan dikoleksi selama 1 semester. Kedua, karya-karya hasil modifikasi yang dibuat siswa atas kehendak sendiri, di luar tugas yang diberikan oleh guru di sekolah. Dan yang ketiga, karya-karya siswa yang memenangkan lomba kesenirupaan (seni lukis, desain, kria, logo, animasi, dan lain-lain) baik dalam tingkat lokal, nasional, maupun internasional, yang pernah diraih oleh siswa yang sedang belajar efektif di sekolah yang mengadakan pameran. Hendaknya materi pameran mencerminkan juga perkembangan kebudayaan masa kini, dimana karya-karya seni rupa telah menggunakan media dan teknologi baru, yang telah dipraktikkan oleh sebagian siswa (khususnya para siswa yang bersekolah di kota-kota besar Indonesia), yakni seni di zaman elektronik, (mungkin belum diajarkan di sekolah). Seperti computer art, video art, web art, vector art, digital painting, dan lain-lain, sehingga pengunjung pameran mendapatkan sajian yang baru dengan wawasan seni masa kini.

2 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Sumber: Art 12 Jog, 2012 Gambar 1.2 Krisna Murti feat, Katerina Valdivia Bruch, Lotus Story, 2012, video 00:03’: 12”.

D. Kurasi Pameran Kurasi pameran biasanya ditulis kurator seni rupa, guru seni budaya (seni rupa), dan dapat pula ditulis oleh siswa yang berbakat menulis kritik seni. Penulisan informatif tentang koleksi materi pameran (seni lukis, seni grafis, desain, kria, dan lain-lain) agar mudah dipahami oleh pengunjung pameran. Baik dari aspek konseptual, aspek visual, aspek teknik artistik, aspek estetik, aspek fungsional, maupun aspek nilai seni, desain, atau kria yang dipamerkan. Ketika menyaksikan dan mengamati karya seni di ruang pameran, adakalanya para pengunjung tidak mengerti atau bingung melihat objek seni tertentu. Nah, pada saat yang demikian dia dapat membuka katalog pameran, untuk mendapatkan informasi tentang karya seni tertentu (seperti yang dijelaskan oleh seorang kurator pameran).

Sumber: Venice Art Biennalle 2015 Gambar 1.3 Perupa Heri Dono berdiri (kiri) dengan pengunjung pamerannya di depan “Voyage” (globalisasi- kuda trojan) di Venice Biennale, Itali. Pameran Seni Internasional yang diselenggarakan setiap dua tahunan.

Seni Budaya 3 Sumber: http://m.kaskus. co.id/ Gambar 1.4 Eko Nugroho, Multicrisis-is-Delicious. Visualisasi gaya komik yang kreatif, unik, kritis, artistik dan fantastik. Karya seperti ini, juga karya Heri Dono di atas, perlu dijelaskan oleh seorang kurator, sehingga para pengunjung pameran dapat mengapresiasinya dengan baik

Fungsi seorang kurator antara lain menganalisis berbagai faktor keunggulan seni yang dipamerkan, di samping menunjukkan pula kecenderungan kreatif peserta pameran, baik untuk bidang seni lukis, desain, atau kria. Sehingga pengunjung mendapatkan bahan banding untuk mengapresiasi karya yang diamatinya. Artikel kurasi pameran dimuat dalam katalog pameran, sehingga isinya menjadi topik bahasan yang menarik dalam aktivitas diskusi yang bakal dilaksanakan.

E. Aktivitas Diskusi Kegiatan diskusi diselenggarakan sebagai rangkaian kegiatan pameran. Tujuannya adalah pengembangan wawasan dan sikap apresiatif. Bagi penyelenggara adalah ajang evaluatif (mendapatkan masukan dari peserta diskusi) dan sekaligus sebagai peluang menjelaskan gagasan dan tujuan seni yang diciptakannya, alias pertanggunggjawaban karya. Sebagai pembicara utama, biasanya dipilih pengkritik seni rupa, atau tokoh lain yang dipandang layak karena keahliannya telah diakui di tengah masyarakat. Pembicara menyampaikan makalah sebagai topik kajian diskusi (makalah dibagikan kepada semua peserta). Diskusi dipandu oleh moderator (yang berwawasan seni baik), bisa oleh siswa, perupa, atau guru seni budaya. Kegiatan diskusi dikelola oleh panitia pameran, dan didokumentasikan dalam bentuk cacatan tertulis, audio, foto, video, atau film, sesuai kemampuan panitia pameran.

F. Nilai Pameran Aktivitas pameran seni rupa murni, desain, dan kria adalah bagian akhir dari suatu kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pameran terdeteksi potensi kesenirupaan setiap sekolah. Mungkin sekolah tertentu kuat dalam hal seni lukis, sementara sekolah lain menonjol dalam aktivitas desain, dan yang lain lagi menghasilkan karya-karya kria yang mengagumkan. Atau prestasi bisa jadi variasi dari ketiga bidang seni rupa itu. Namun yang lebih penting dipahami dalam arti pembelajaran seni budaya, pameran adalah melatih kemampuan siswa bekerja sama, berorganisasi, berpikir logis, bekerja efesien dan efektif dalam penyelenggaraan pameran seni rupa. Sehingga nilai pameran, tujuan, sasaran, dan tema pameran tercapai dengan baik. Bila hal ini terjadi, guru seni budaya dengan sendirinya memberikan nilai “sangat memuaskan” atau nilai A.

4 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 MENGANALISIS PERENCANAAN, BAB PELAKSANAAN, DAN PELAPORAN PAMERAN KARYA SENI RUPA 2

A. Perencanaan Sebelum menyelenggarakan pameran seni rupa, kita perlu membuat perencanaan yang baik. Pertama, kita harus membentuk panitia pameran seni rupa, yang diwakili oleh siswa-siswi kelas 11, (bisa satu kelas atau lebih, tergantung jumlah kelas 11 di sekolah ini).

Sumber: google.co.id Gambar 2.1 Kiri: Seni Kontemporer. Tengah: Gambar Potret. Kanan: Seni Keramik Dalam pembentukan panitia kita perlu menerapkan sikap profesional, teman yang mempunyai minat dan bakat seni lukis didudukkan sebagai orang yang tepat mengelola seksi seni lukis. Demikian juga untuk bidang desain dan seni kria, harus dipilih siswa-siswi yang menonjol dalam cabang seni tersebut. Jadi, sudah menjadi keharusan setiap orang menempati posisi yang tepat dalam struktur kepanitiaan. Dengan demikian pameran seni rupa yang diselenggarakan akan terkelola dan terlaksana dengan baik. Misalnya kedudukan ketua, sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi dipilih sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan setiap orang menduduki jabatan tersebut. Jadi, sebaiknya dibentuk kelompok- kelompok sebagai tim kerja untuk pembuatan proposal pameran, tema pameran, tujuan pameran kurator pameran, dan lain-lain (semakin rinci dan lengkap perencanaan yang dibuat semakin baik).

B. Pelaksanaan Komitmen dan kerjasama kepanitiaan adalah kata kunci keberhasilan penyelenggaraan pameran seni rupa. Penataan ruang pameran, sirkulasi pengunjung, pemajangan karya, pengaturan tata lampu sorot, pengelompokan karya, pengaturan suhu tata ruang, sound system, buku tamu, buku kesan dan pesan, susunan acara peresmian pembukaan pameran, dan lan-lain. Proses pembelajaran kolaboratif berbasis proyek ini memerlukan penerapan pendekatan saintifik. Setiap anggota dan pengurus diberi motivasi dan fasilitas penyelenggaraan pameran oleh guru seni budaya dan kepala

Seni Budaya 5 sekolah. Selama pameran berlangsung, secara bergilir diatur siswa yang bertugas sebagai penerima tamu, operator musik ruang pameran, pemandu pengunjung, seksi konsumsi, seksi keamanan, dan seksi-seksi lain yang dipandang perlu.

C. Pasca Pameran Usai aktivitas pameran (biasanya setelah acara penutupan resmi oleh kepala atau wakil kepala sekolah). Masih ada pekerjaan panitia pameran, misalnya pemberian tanda penghargaan, pengembalian materi pameran, pembubaran panitia, dan lain-lain.

D. Rangkuman Pameran karya seni rupa di sekolah merupakan proses pembelajaran untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan berapresiasi, berorganisasi, dan memotivasi keinginan berkarya kreatif di bidang seni rupa murni, desain, dan kria. Dengan kegiatan pameran diharapkan siswa mampu menghargai keberagaman kaidah artistik dan nilai-nilai keindahan karya seni.

E. Refleksi Pameran adalah salah satu bentuk penyajian karya seni rupa agar dapat berkomunikasi dengan pengunjung. Makna komunikasi di sini adalah karya-karya seni rupa yang dipajang tersaji dengan baik, sehingga pengunjung dapat mengamatinya dengan nyaman untuk mendapatkan pengalaman estetis dan pemahaman nilai-nilai seni.

F. Uji Kompetensi 1. Pengetahuan pameran a. Uraikan dengan ringkas pemahamanmu tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pameran seni rupa. b. Jelaskan proses kegiatan pameran seni rupa dengan pendekatan saintifik. c. Tulis latar belakang mengapa tema pameran ditetapkan dan disepakati, kemukakan alasan-alasan logis mengapa kamu menyetujui tema tersebut dengan baik. Kemudian uraikan manfaat aktivitas pameran seni bagi kehidupan kamu pribadi. 2. Sikap pameran Panitia pameran mengembangkan sikap terbuka, kerja sama, dan menyeleksi materi pameran secara objektif. 3. Ketrampilan pameran a. Amati dan catat bagaimana bentuk kerja sama pelaksanaan pameran seni rupa. b. Kemudian kemukakan hasil apresiasimu dengan tahapan yang benar untuk menyimpulkan hal-hal positif dan negatif selama pelaksanaan proyek pameran seni rupa. c. Tulis kesimpulan yang objektif manfaat pelaksanaan kegiatan diskusi secara umum. Kemudian, tulis manfaat nyata bagi saudara pribadi dan kemukakan kekurangan yang ada untuk perbaikan kegiatan pameran yang akan datang.

6 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 FORMAT ANALISIS KARYA SENI RUPA Komponen No Deskripsi Analisis Pengamatan 1 Perencanaan

2 Pelaksanaan

3 Pelaporan

Seni Budaya 7 BAB MENGANALISIS KONSEP, PROSEDUR, FUNGSI, TOKOH, DAN 3 NILAI ESTETIS KARYA SENI RUPA

Pengertian analisis dalam konteks apresiasi adalah pengkajian yang cermat terhadap karya seni rupa untuk mengetahui keberadaan karya yang sebenarnya. Penelaahan secara mendalam dilakukan dengan cara menguraikan masalah pokok dengan bagian-bagian karya seni, termasuk hubungan antar bagian dengan keseluruhan, sehinggga kita memperoleh kesimpulan yang tepat ketika mengkaji karya seni rupa.

A. Konsep Dalam menganalisis karya seni rupa aspek konsep berkaitan dengan aktivitas pengamatan karya seni untuk menemukan sumber inspirasi, interes seni, interes bentuk, penerapan prinsip estetik, dan pengkajian aspek visual, seperti struktur rupa, komposisi, dan gaya pribadi.

Sumber: http://archive.ivaa- online.org Gambar 3.1 Sarnadi Adam, Pohon Merah dan Bakul, cat minyak pada kanvas. Menunjukkan struktur visual, komposisi dan gaya pribadi yang khas. B. Prosedur Aspek teknis berhubungan dengan proses kreasi, langkah-langkah kerja kreatif yang ditempuh seorang perupa untuk menghasilkan suatu karya. Baik untuk seni rupa murni, desain dan kria. Dalam pembuatan desain logo misalnya, tahapan kerja dari penemuan gagasan, alternatif skets, gambar, simbol, teks, komposisi, warna, teknis, proses kreasi, sampai tercipta sebuah logo (inilah yang kita sebut prosedur kerja kreatif).

8 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Sumber: google.co.id Gambar 3.2 Contoh Desain Logo dan Pakaian Olah Raga. Para siswa SMA dapat menciptakan desain logo untuk keperluan olah raga, desain logo untuk aktivitas pameren seni rupa, desain logo untuk bakti sosial dan lain sebagainya.

Sumber: google.co.id Gambar 3.3 Tablet Grafis. Pada saat ini, banyak para pelukis menggunakan tablet grafis untuk menciptakan digital painting, pada umumnya mereka tidak menggunakan mouse lagi ketika berkarya.

C. Fungsi Fungsi seni pada hakikatnya adalah manfaat seni pada konteks tertentu. Misalnya, seni bagi perupa murni adalah media ekspresi, sementara bagi apresiator adalah sarana untuk mendapatkan pengalaman estetis dan nilai seni. Sedangkan fungsi seni bagi perupa terapan adalah penciptakan benda guna yang estetis. Dalam konteks masyarakat seni terapan berfungsi memenuhi kebutuhan benda fungsional yang indah.

D. Tokoh Pengenalan akan tokoh-tokoh perupa murni (pelukis, pepatung, pegrafis) dalam lingkup lokal, nasional, dan internasional adalah penting dalam meningkatkan kemampuan berapresiasi seni. Siswa diminta membuat kliping atas tokoh yang dipilih dan disepakati bersama oleh siswa dan guru. Tujuannya untuk mendapatkan informasi tentang ketokohan, reputasi, dan kontribusi tokoh bagi masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan pada umumnya. Hal ini dimaksudkan untuk

Seni Budaya 9 mengembangkan rasa empati, sehingga kepekaan dan pengetahuannya dapat memicu rasa kagum akan prestasi dan jasa-jasa para seniman (dan budayawan) berdasarkan bukti-bukti kualitas karya seni dan pengakuan yang diberikan tokoh tertentu.

E. Nilai Estetis Nilai estetis secara teoretis dibedakan menjadi (1) objektif/intrinsik dan (2) subjektif/ekstrinsik. Nilai objektif khusus mengkaji gejala visual karya seni, aktivitas ini mendasarkan kriteria ekselensi seni pada kualitas integratif tatanan formal karya seni. Sedangkan nilai subjektif kita peroleh dari pengalaman mengamati karya seni, misal-nya tentang “pesan seni” dan nilai keindahan berdasarkan reaksi dan respons pribadi kita sebagai pengamat.

Sumber: Apresiasi Seni Gambar 3.4 Nilai estetis objektif/arau intrinsik, diamati pada kualitas integraf tatanan formal karya seni.

10 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 MEMAMERKAN KARYA SENI BAB RUPA DUA DAN TIGA DIMENSI HASIL MODIFIKASI 4

A. Klasifikasi Materi Pameran Aktivitas pengklasifikasian materi seni rupa secara sistematis menurut aturan atau kaidah jenis seni rupa yang akan dipamerkan. Misalnya, pengelompokan berdasarkan seni lukis, seni patung, seni grafis, desain tekstil, keramik, dan lain-lain dilaksanakan dengan pertimbangan kriteria yang telah disepakati. Pada gambar di bawah ini diperlihatkan kelompok karya seni lukis yang sealiran, sehinga suasananya tampak harmonis.

Sumber: Apresiasi Seni Gambar 4.1 Karya seni lukis sejenis dan sealiran dipajang berdampingan mengisi ruang pameran. Tingkat ketinggian pemasangan karya disesuaikan dengan rata-rata tinggi pengunjung pameran. Sehingga mereka dapat menikmati karya seni lukis dengan nyaman.

Seni Budaya 11 B. Seleksi Materi Pameran Tim penyeleksi materi pameran terdiri dari guru seni budaya, seksi seni rupa murni, seksi desain, seksi kria, akan menetapkan kriteria dan melakukan seleksi berdasarkan kriteria tersebut, sehingga akan terkumpul materi pameran yang benar-benar layak dipamerkan. Selanjutnya semua karya yang telah dikelompokkan harus dicatat dokumennya: nama perupa, judul, tahun penciptaan, media, ukuran, untuk kepentingan informasi di katalog dan pelabelan karya di ruang pameran.

Sumber: Apresiasi Seni Gambar 4.2 Karya keramik memerlukan pemajangan yang estetis, teknik penyajiannya membutuhkan latar belakang yang memberi kesan rapi dan bersih.

Penilaian ketrampilan teknis adalah mengukur seberapa jauh peserta didik memperlihatkan kemampuan untuk menangani dengan terampil ciri-ciri teknis materi yang digunakan.Apakah bentuk-bentuk dan warna-warnanya terolah secara tepat sehingga berfungsi sebagai media ekspresi. Penilaian estetik dinilai berdasarkan apakah peserta didik telah menyadari adanya pengorganisasian bentuk dan warna secara estetis. Sampai di mana imajinasi kreatif anak yang tampak pada karyanya. Apakah peserta didik telah menggunakan materi secara baru dan segar. Apakah karyanya mencerminkan pandangan yang asli dan mendalam. Apakah karya itu secara tepat dan kreatif merupakan visualisasi dari imajinasi subjektifnya, terutama untuk peserta didik yang bergaya non realistis.

12 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Seleksi materi pameran dapat diklasifikan berdasarkan pengelompokan karya-karya yang firuratif dan non figuratif. Selanjutnya dikelompokkan berdasarkan konsep dan aliran karya seni lukis. Misalnya karya realis, naturalis, surealis, dekortif, abstak, dan seterusnya. Pada gambar di bawah ini dapat dilihat contoh pengelompokkan karya yang beraliran surealis.

Sumber: Apresiasi Seni Gambar 4.3 Contoh pengelompokan karya seni lukis yang beraliran surealisme. Pemajangannya di ruang pameran diupayakan berdekatan atau berdampingan.

C. Kurasi Pameran Kurasi pameran ditulis oleh kurator (guru seni budaya, kurator tamu, atau siswa yang berbakat dan kompeten dalam kritik seni). Pada umumnya inti sebuah kurasi adalah menjelaskan karya seni, baik konsep, jenis, bentuk, kategori, dan kualitas materi pameran yang diselenggarakan. Hasil kurasi biasanya berupa tulisan yang dimuat di katalogus pameran. Kurator disarankan menggunakan bahasa indonesia yang komunikatif, sehingga para pengunjung dapat memahami materi pameran dan mengapresiasinya dengan baik.

Seni Budaya 13 Sumber: Oprical Art Gambar 4.4 Karya-karya Optical Art, dipajang berdam pingan dengan karya non figuratif laninnya, agar para penonton pameran dapat menikmati lukisan dengan nyaman (hindarkan pemajangan karya optical art berdampingan dengan karya-karya figuratif).

D. Pemajangan Kegiatan pemajangan karya seni rupa dilaksanakan oleh tim kerja yang telah ditentukan dan dipilih berdasarkan klasifikasi dan seleksi materi pameran. Tim kerja pemajangan karya seni rupa dibagi menjadi dua kelompok, yakni Tim kerja pemajangan karya seni rupa dua dimensi dan tim kerja pemajangan karya tiga dimensi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemajangan karya dua dimensi adalah antara faktor keluasan ruang dengan jumlah karya yang dipamerkan harus sesuai. Untuk itu pengaturan penataan panel dan penggunaan luas dinding terkait juga dengan faktor sirkulasi pengunjung dan pencahayan karya. Semuanya ditata dengan baik dan estetis. Tingkat ketinggian penggantungan lukisan, misalnya, harus disesuaikan dengan rata-rata tinggi pengunjung pameran, artinya seorang pengunjung tidak perlu “mendongak” atau “menunduk” ketika mengamati lukisan. Demikian pula faktor pencahayaan karya, tidak boleh merusak keberadaan karya, jadi fungsi pencahayaan harus mendukung kehadian karya, pencayaan jangan sampai menyilaukan bagi pengunjung pameran. Untuk tim kerja pemajangan karya tiga dimensi perlu memikirkan faktor dimensi itu, artinya sebuah patung, misalnya, tidak dipajang di pojok ruangan, melainkan pemajangannya yang memungkinkan pengunjung pameran dapat melihatnya dari segala arah (360°), jadi sifat keindahan karya tiga dimensi dapat diamati dengan seoptimal mungkin.

14 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Sumber: Apresiasi Seni Gambar 4.5 Contoh pemajangan karya tiga dimensi, karya seni patung. Diupayakan agar para pengunjung pameran dapat mengamatinya dari berbagai sisi.

E. Pembukaan Pameran Pada pelaksanaan pembukaan pameran kita perlu mempersiapkan susunan acara dan tokoh yang meresmikan pembukaan pameran. Dalam kegiatan ini diperlukan buku tamu, penerima tamu, buku kesan, katalogus pameran, konsumsi, pemandu pameran, keamanan, dokumentasi, dan lain-lain yang dipandang perlu. Pada acara pembukaan pameran ada laporan ketua panitia, sambutan kepala sekolah, sambutan guru seni budaya, penanda tanganan prasasti atau pengguntingan pita sebagai tanda peresmian pembukaan pameran. Biasanya pameran dinyatakan resmi dibuka oleh tokoh tertentu, bisa dari Kanwil kemdikbud setempat, kepala sekolah, atau tokoh lain yang memberi kesan baik dan dipandang layak membuka pameran seni rupa.

Seni Budaya 15 BAB MENGANALISIS KARYA SENI RUPA BERDASARKAN JENIS, FUNGSI, TEMA DAN 5 TOKOH DALAM BENTUK LISAN DAN TULISAN

A. Jenis Pengklasifikasian seni rupa dapat dibuat berdasarkan jenisnya, kita mengenal: 1. Seni Rupa Murni seperti lukisan, patung, dan grafis, 2. Seni Rupa Terapan seperti desain dan kriya. Sedangkan dari segi bentuk dapat dibedakan menjadi tiga kategori: 1. Seni Rupa Dua Dimensi, 2. Seni Rupa Tiga Dimensi, 3. Seni Rupa Multi Dimensi seperti Seni Rupa Pertunjukan (performance art), environment art, happening art, video art, dan banyak lagi, termasuk seni-seni yang dikatagorikan menggunakan media baru.

B. Fungsi Edmund Burke Feldman membagi fungsi seni menjadi tiga bagian, yakni: fungsi seni secara personal, fungsi seni secara sosial, dan fungsi seni secara fisikal. Seni bagi perupa murni adalah media ekspresi, sementara bagi apresiator adalah sarana untuk mendapatkan pengalaman estetis dan nilai seni. Sedangkan fungsi seni bagi perupa terapan adalah penciptaan benda fungsional yang estetis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan bagi masyarakat desain atau kriya berfungsi memenuhi kebutuhan fisik yang sifatnya praktis dan sekaligus indah.

Sumber: Apresiasi Seni Gambar 5.1 Contoh karya Seni Kriya. Memenuhi fungsi seni secara sosial dan fisikal (kita gunakan untuk keperluan sehari-hari).

16 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Sumber: Art Fair Tokyo Gambar 5.2 Contoh lukisan sebagai media ekspresi. Pemajangannya di ruang pameran, harus mempertimbangkan pengelompokan karya yang sejenis.

C. Tema Masalah pokok atau tema dikenal sebagai subject matter seni. Misalnya tema dapat bersumber dari realitas internal dan realitas eksternal. Realitas internal seperti harapan, cita-cita, emosi, nalar, intuisi, gairah, khayal, dan kepribadian seorang perupa diekspresikan melalui karya seni. Sedangkan realitas eksternal adalah ekspresi interaksi perupa dengan kepercayaan, religius, kemiskinan, ketidakadilan, nasionalisme, politik (tema sosial), hubungan perupa dengan alam, (tema lingkungan), dan lain sebagainya.

D. Tokoh Pengenalan akan tokoh-tokoh perupa terapan (pedesain, pekriya) dalam lingkup lokal, nasional, dan internasional adalah penting dalam meningkatkan kemampuan berapresiasi seni. Siswa diminta membuat kliping atas tokoh yang dipilih dan disepakati bersama oleh siswa dan guru. Tujuannya untuk mendapatkan informasi tentang ketokohan, reputasi, dan kon-tribusi tokoh bagi masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan pada umumnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan rasa empati, sehingga kepekaan dan pengetahuannya dapat memicu rasa kagum akan prestasi dan jasa-jasa para seniman (dan budayawan) berdasarkan bukti-bukti kualitas karya seni dan pengakuan yang diberikan tokoh tertentu.

Seni Budaya 17 E. Tugas Pengkajian Karya Seni Rupa Proses pengkajian seni rupa dengan pendekatan saintifik (mengamati, menanyakan, mencoba, menalar, dan menyajikan) mencakup aspek visual (menguraikan keberadaan rupa dengan kata- kata), aspek proses kreasi seni (menguraikan tahapan teknis penciptaan, skill atau keterampilan), aspek konseptual (menemukan inspirasi dan gagasan seni) dan aspek kreativitas (menetapkan tingkat pencapaian kreativitas). Pada Gambar 5.1, 5.3, dan 5.5 disajikan 3 reproduksi karya seni rupa, sebagai objek pengamatan dan latihan mengapresiasi seni.

Sumber: Katalog Pameran Gambar 5.3 Ketut Nurija, Seni Keramik: Konfigurasi 1, Keprihatinan, 1998. Fire Clay, tinggi 50 cm.

Yang dimaksud dengan keramik ialah berbagai macam benda yang dibuat dari bahan-bahan anorganik yang berasal dari bumi, seperti tanah liat, dan melalui proses pembakaran dengan suhu cukup tinggi akhirnya menjadi keras dan awet. Ada tiga kualitas keramik, yang dihasilkan dari perbedaan komposisi unsur-unsur bahan dan suhu pembakaran yang lebih rendah atau tinggi, yaitu gerabah lunak yang juga disebut earthenware atau aardewerk, benda batu atau stoneware, dan porselen.

18 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Keramik modern seperti yang diciptakan oleh Ketur Nurija, merupakan perkembangan lebih lanjut seni keramik Indonesia. Ada kecenderungan pergeseran konsep berkarya keramik dari yang tradisional fungsional kepada sikap kreatif modern, ketika keramik seni dipandang setara dengan hasil-hasil seni murni yang lain, seperti karya-karya seni lukis, seni patung, seni serat, dan lain-lain.

Sumber: Katalog Pameran Gambar 5.4 Karya seni instalasi, bukan saja mengekspresikan makna denotatif, melainkan juga makna konotatif.

Secara garis besar konsep perupa instalasi ditunjukkan dalam sikap berkesenian. Mereka menawarkan suatu sikap yang paling ekstrim dan nyata-nyata “keberatan” dengan media konvensional. Misalnya, secara umum mereka menolak kecenderungan berkarya dalam konsep pictural dan sculptural dalam seni rupa. Ketika berkarya mereka mencari alternatif yang paling radikal dan anti konvensi, dan keinginginan ini sungguh-sungguh diperjuangkan dalam karya-karyanya.

Seni Budaya 19 Sumber: Apresiasi Seni Gambar 5.5 But Muchtar, Sitting Girl, cat minyak pada kanvas, 75 x 90 cm.

Pada seni kubisme seniman lebih banyak mengungkapkan tema alam benda, manusia, dan lingkungan. Selain itu banyak yang mengungkapkan tentang warna, garis, bentuk dan komposisi, yang memperlihatkan visi yang berbeda-beda dari setiap seniman. Tema yang mempunyai pengaruh besar pada kubisme adalah lingkungan sosial, baik sebelum maupun sesudah perang dunia. Kubisme cukup konsisten dalam penggarapan objek dan latar belakangnya, penggunaan warna dipikirkan secara rasional, dengan menyelaraskan objek dengan latar belakangnya. Pada karya But Muchtar kehadiran objek sudah demikian tersamar dalam kesatuan kepingan komposisi bidang-bidang warna.

20 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 BAB FENOMENA SENI RUPA 6

A. Seni Rupa Pramodern Istilah seni rupa pramodern menunjukkan babakan sejarah di mana manifestasi karya seni rupa hadir sebelum zaman industri. Perkembangan seni rupa dilihat dari aspek kesejarahan merupakan rangkaian perubahan, baik dari aspek konseptual maupun aspek kebentukan. Berikut akan disampaikan aliran-aliran seni rupa hingga saat ini. 1. Primitivisme Primitivisme adalah corak karya seni rupa yang memiliki sifat bersahaja, naif, sederhana, spontan, jujur, baik dari segi penggarapan bentuk maupun pewarnaan. Senimannya bebas dari belenggu profesionalisme, tradisi, teknik, dan latihan formal proses kreasi seni. Perhatikan contoh patung primitif dari Afrika di halaman 19. Patung primitif tersebut merupakan karya tiga dimensi yang perwujudannya mengekspresikan makna seni dengan bahasa bentuk simbolik. Sementara patung Dewi Kecantikan Yunani klasik mengekspresikan makna seni dengan idealisasi bentuk mimesis (mengimitasi atau meniru) rupa manusia dalam wujud yang indah dan sempurna. 2. Naturalisme Naturalisme adalah corak karya seni rupa yang teknik pelukisannya berpedoman pada peniruan alam untuk menghasilkan karya seni sehingga seniman terikat sekali pada hukum proporsi, anatomi, perspektif, dan teknik pewarnaan untuk mencapai kemiripan sesuai dengan perwujudan objek yang dilihat oleh mata. Tokoh-tokohnya antara lain, Abdullah SR, Wakidi, Pirngadi, Basoeki Abdullah, Trubus, Dullah, Rustamadji, Wahdi, dan lain-lain.

Sumber: R. Basoeki Abdullah, Sebuah Biografi. Gambar 6.1 Basoeki Abdullah, Gunung Sumbing, cat minyak pada kanvas, 125 x 200 cm

Seni Budaya 21 3. Realisme Aliran seni rupa realisme merupakan perkembangan lebih lanjut dari naturalisme. Aliran ini muncul di belahan dunia barat sekitar pertengahan abad ke-17. Intisari filosofinya menunjukkan keyakinan seniman terhadap realitas duniawi yang kasat mata sebagai objek penciptaan karya seni. Pada umumnya realisme dibedakan menjadi beberapa kategori. Misalnya, realisme sosialis (yang cenderung mengungkapkan adegan-adegan kehidupan manusia yang serba sengsara, getir, dan pahit). Herbert Read antara lain menyatakan, “Jenis seni rupa yang sepenuhnya dapat kita sebut sebagai realistis adalah yang berusaha dengan segala daya untuk menyatakan perwujudan objek dengan tepat, dan seni seperti ini, sebagaimana halnya filsafat realisme, selalu berdasar atas keyakinan atas keberadaan objektif dari sesuatu”. Jadi dalam pengertian murni, aliran realis berusaha melukiskan keadaan secara nyata, seniman realis memandang dunia ini tanpa ilusi, mereka menciptakan karya seni rupa yang nyata menggambarkan apa-apa yang nyata dan benar-benar ada di dunia ini. Dengan perkataan lain seniman realis mendasarkan seninya pada penerapan panca inderanya tanpa mengikutsertakan fantasi dan imajinasinya. Tokoh-tokoh realisme di Indonesia antara lain, Raden Saleh (realisme romantis), S. Soedjojono, Dullah, Rustamadji (realisme fotografis), Dede Eri Supria, dan Ronald Manullang (Realisme Baru).

Sumber: Indonesian Art and Beyond Gambar 6.2 Raden Saleh, Antara Hidup dan Mati.

22 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Sumber: Masterpieces of Art & Africa Art Gambar 6.3 Kiri: Patung Dewi Kecantikan, idealisasi keindahan Yunani Klasik. Kanan: Fertillity Figur, Akua Mma or Akua Ba. Ashanti, Ghana Afrika (Gold Coast).

4. Dekoratif Karya seni rupa dekoratif senantiasa berhubungan dengan hasrat menyederhanakan bentuk dengan jalan mengadakan distorsi, ciri-cirinya bersifat kegarisan, berpola, ritmis, pewarnaan yang rata, dan secara umum mempunyai kecenderungan kuat untuk menghias. Tujuan dan sifat hias ini menyebabkan keindahan rupa dekoratif termasuk kategori seni yang mudah dicerna oleh masyarakat. Pada karya dua dimensi sering mengabaikan unsur perspektif dan anatomi, sedangkan pada karya tiga dimensi mengabaikan plastisitas bentuk (naturalistis). Karya seni rupa dekoratif dapat diklasifikasi menjadi dua bagian utama, yakni dekoratif figuratif dan dekoratif geometris. Dekoratif figuratif biasanya ditandai dengan penggambaran wujud figur atau bentuk-bentuk di alam yang kita kenali. Seperti misalnya, pemandangan, pasar, kota, hewan-hewan di tengah rimba, lukisan kehidupan sehari-hari, dan lain sebagainya. Namun teknik pelukisannya tidak berupaya untuk meniru rupa secara realistis, melainkan dikerjakan dengan bentuk yang datar tanpa memperhitungkan aspek volume dalam penggarapan bentuk visual. Dekoratif geometris adalah karya-karya seni rupa yang bebas dari peniruan alam, perwujudannya merupakan susunan motif, bentuk, atau pola tertentu di tata sedemikian rupa sehingga memiliki kapasitas untuk membangkitkan perasaan keindahan dalam diri pengamatnya. Lukisan-lukisan geometris cenderung rasional karena terikat pada pola, motif, bentuk-bentuk, dan teknik pelukisan yang menuntut keterampilan dan kesabaran dalam proses kreasinya. Seni rupa dekoratif geometris dapat dilihat pada ragam hias di daerah-daerah seluruh kepulauan Indonesia. Misalnya motif pilin berganda, lingkaran, elips, setengah lingkaran, segi tiga, prisma, empat persegi, dan lain-lain. Motif tersebut biasanya tersusun rapi dengan teknik pengulangan,

Seni Budaya 23 sehingga tercipta suatu harmoni, karena penempatannya mementingkan keteraturan dan kerapian, maka dalam bentuk tradisional komposisinya simetris. Namun kerap pula kita jumpai dalam era modern komposisi yang bebas, seperti pada karya Sapto Hudoyo dan Hatta Hambali.

Sumber: Apresiasi Seni Gambar 6.4 Irsam, The Pet Bird, 1995, Oil on canvas, 80 x 81 cm. Merupakan contoh lukisan dekoratif figuratif.

Tokoh-tokoh pelukis dekoratif di Indonesia adalah Kartono Yudokusumo, Widayat, Suparto, Ratmoyo, Batara Lubis, Amrus Natalsya, Irsam, Sarnadi Adam, Ahmad Sopandi, Boyke Aditya, A.Y. Kuncana, I Gusti Nyoman Lempad, I Gusti Ketut Kobot, I Gusti Made Deblog, dan masih banyak lagi.

Sumber: Katalog Pameran Gambar 6.5 Suparto, Tiger, 1980. Cat minyak pada kanvas.

24 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 B. Seni Rupa Modern Dasar filosofis dan gejala seni rupa modern pada hakikatnya merupakan kelanjutan perkembangan seni rupa sebelumnya, satu aspek dari perkembangan budaya secara menyeluruh. Perkembangan filsafat memunculkan tokoh-tokoh seperti Imanuel Kant, Hegel, Schopen-hauer, Nietze, Comte, Charles Darwin, dan lain-lain. Sementara di bidang Mikrobiologi tampil nama-nama Antoni van Leeuwenhoek, Pasteur, Robert Koch, Paul Ehrilch, dan lain-lain. Sedangkan di sektor sosial ekomomi tampil Adam Smith, seorang pelopor sistem persaingan bebas, dengan lawannya Karl Marx, Thomas Maltus, Le Bon, Montesque, dan Rousseu. Selanjutnya di bidang ilmu jiwa muncul Sigmund Freud dengan psikoanalisis yang menelurkan teori takbir mimpi-mimpi dan metode katarsis. Carel Gustave Jung, Alferd Adler, dan Kunkel bersaudara. Kesemua ini bersamaan dengan perkembangan disektor fisika dan astronomi, sehingga jadilah abad modern yang dikuasai oleh ilmu dan teknologi. Perkembangan “kemajuan” ini tentu bukan saja membahagiakan hidup manusia, tetapi juga menimbulkan efek samping, yakni eksploitasi industrialisasi, kolonialisme, imperialisme, kemiskinan di pihak lain, sehingga terjadi dua kali perang dunia di abad ke-20 dan beratus kali perang lokal dan perang dingin. Faktor lain yang menjadi dominan esensi seni rupa modern ialah kesadaran akan nilai individu sebagai karakter aktivitas manusia. Hal ini berakar dari budaya Renaisans, humanisme universal yang akhirnya tampil sebagai abad pencerahan di Eropa. Mengkaji fenomena seni rupa modern, tentu bermula dari jasa kaum impresionisme Perancis, yang menyelenggarakan pameran-pameran mereka pada tahun-tahun 1874, 1877, 1879, 1880, 1881, 1882, dan 1886. Meskipun dalam tubuh impresionisme terjelma beberapa keunikan individu, tapi secara keseluruhan kelompok ini menunjukkan kesatuan sikap, yakni pemberontakan terhadap kaum akademis, seperti Jaques Louis David dan Jean Augustie Dominique Ingres. Dalam tahun 1876 kritikus Duranty menulis “Dari intuisi ke intuisi, secara bertahap mereka tiba pada dekomposisi sinar matahari menjadi lapisan spektrum dan elemennya, kemudian mengkonstruksikannya menjadi kesatuan dengan keselarasan baru, bagaikan warna pelangi yang bertaburan di atas kanvas mereka.” Dengan kemunculan impresionisme membuka peluang perkembangan seni lukis secara lebih terbuka, sehingga melahirkan beberapa kecenderungan. Dari Seurat dan Signac yang pointilis, eksploitasi anasir cahaya dan warna muncul ekspresionisme Vincent van Gogh, kemudian melahirkan fauvisme dan abstrak ekspresionisme. Respons Paul Cezanne terhadap impresionisme, mengakibatkan lahirnya kubisme, dan perkembangannya kemudian sampai kepada konstruksivisme, minimal art, dan seterusnya. 1. Seni Pop Budaya pop tumbuh dari pertemuan beberapa kecenderungan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat pada pertengahan tahun 1950-an. Budaya ini ditandai oleh ketiadaan penggangguran, konsumerisme, makin meningkatnya kesejahteraan, mobilitas sosial ke atas, melonggarnya struktur kelas dalam masyarakat, berubahnya pandangan sosial, dan kesejahteraan kaum muda, beserta budaya protesnya, pengalaman dan kepekaan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Seni Budaya 25 Gerakan ini membentuk diri di sekitar identifikasi persoalan Amerika dan pengingkaran berbagai kaidah Eropa. Dimulai dengan para pelukis seperti Larry Rivers, Jasper John, dan Robert Raus-chenberg, bisa dijumpai selebritas yang bersifat Amerika. Di bawah pengaruh pelukis, kritik awal terhadap budaya massa diabaikan demi merangkul penuh semangat teknologi reproduksi dan berbagai citra serta objek kehidupan industri Amerika Serikat yang direproduksi secara komersial. Pop Art adalah produk sistem perekonomian kapitalis, di mana segala hal dalam kehidupan ini, termasuk hal-hal yang berada dalam wilayah realitas simbolisme diusahakan menjadi komoditi yang bisa dijual ke pasar luas. Oleh karena itu logika produk kesenian yang lahir dari sistem perekonomian ini adalah logika pasar, bukan logika artistik.

Sumber: Masterpieces of Art. Sumber: Apresiasi Seni Gambar 6.6 Andy Warhol, Marlyn 1962. Gambar 6.7 Ronald Mannullang MM-BK. 2009.

Dengan demikian, dalam dunia pop art, eksistensi sang pencipta juga tidak terlalu penting, yang lebih diperlukan adalah produknya yang bisa dikemas sebagai komoditi dan dijual ke pasar luas. Kecuali sosok seniman itu juga merupakan komoditi yang bisa dijual. Dengan kata lain rekayasa citra tentang dirinya lebih penting ketimbang pribadi seniman, karena semakin besar liputan media yang dia peroleh semakin laris karya-karyanya di pasar luas. Dalam bidang seni rupa, tampil seniman pop art seperti, Andy Warhol, Roy Lichtenstein, Tom Wesselmann, dan kawan-kawan. Dalam seni musik pop menunjukkan pada berbagai jenis musik yang populer dalam masyarakat. Pop art juga tampil dalam seni patung, poster, desain, seni grafiti, fashion, dan sebagainya. Pop art dipandang pula sebagai salah satu manifestasi subkultur, gerakan kultural generasi muda. Pop art identik dengan gaya hidup generasi muda dengan karakteristik perlawanan kepada kemapanan norma-norma masyarakat yang berlaku. Artikulasinya oleh para peneliti media massa dan budaya telah dibangun sebuah segitiga yang diberi “triple M theory” masyarakat massal, media massa, dan budaya massa. Pop art merupakan suatu aktivitas seniman yang menggunakan cara pemberian kesan populer sebagai hasil dari revolusi industri dan sekaligus penggunaan dari hasil-hasil revolusi tersebut.

26 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 2. Seni Optik Sebelum ditemukan seni optik seperti yang ada sekarang ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi, khususnya setelah munculnya berbagai ilmu, seperti ilmu fisika, anatomi manusia, teristimewa pada sistem optik dan beberapa teori warna, baik untuk warna sinar maupun warna pigmen. Ilmu optik pertama kali dipelajari selama bertahun-tahun di laboratorium oleh seorang ahli filsafat dan juga ahli ilmu fisika Inggris yang bernama Bacon (1220-1292), yang mempelajari struktur cahaya dan kaitannya dengan bagaimana mata manusia bisa menangkap warna. Pada tahun 1642-1727 Sir Isac Newton mengadakan percobaan tentang cahaya menggunakan prisma yang dipantulkan menggunakan sinar matahari yang menimbulkan spektrum warna. Dari eksperimen ini lahir teori yang mengatakan bahwa cahaya matahari dapat diuraikan menjadi beberapa warna, yaitu; merah, jingga, kuning, biru, dan ungu. Brewster mengajukan teori warna dengan membagi campuran warna-warna pigmen menjadi warna primer, sekunder, tertier, sedangkan Munsell (Amerika) tahun 1958 mengadakan penelitian tentang warna yang didasarkan standarisasi untuk aspek fisik yang dikelompokkan menjadi hue, ligthness, saturation. Kelahiran seni optik juga tidak lepas dari beberapa peranan termasuk dari Bauhaus, konsep konstruktivisme, dan abstrak geometris yang dasar pemikirannya, eksak, matematis, geometrik, serta bentuk-bentuk tiga dimensional melalui penggarapan ilmu cahaya dan ilmu warna untuk menampilkan efek kedalaman dan presisi tinggi. Seni optik pada kemunculannya meliputi seni dua dimensi dan tiga dimensi, yang mendasarkan diri pada ilmu optik, ilmu cahaya, dan ilmu warna untuk mengolah bentuk-bentuk tertentu yang digunakan untuk mengeksploitasi fisibilitas mata. Seni optik pada umumnya berbentuk abstrak, formal, dan konstruktivis melalui bentuk yang khas geometrik dan perulangan yang teratur, rapi, teliti, sehingga dapat menimbulkan efek-efek yang mengecoh mata dengan ilusi ruang. Warna- warna yang digunakan kebanyakan warna cerah atau ligthnes tinggi dengan memberikan batas pada hue atau saturation yang tajam dan tegas. Berbeda dengan seni kinetik, seni optik lebih menitikberatkan pada representasi gerakan atau bagaimana menggambarkan sesuatu sehingga seakan-akan bergerak dengan memanfaatkan efek ilusi pada mata. Seni optik sengaja mengeksploitasi elemen-elemen visual seperti garis, bidang, dan warna untuk mendapatkan efek optis, sehingga mata manusia terkecoh karenanya. M.C. Escher, dapat dikatakan sebagai bapak seni optik, ia adalah seorang seniman grafik dari Belanda, dengan karya litografi pada tahun 1930-an menghasilkan karya-karya awalnya di Itali. Karya-karya Escher merupakan pengolahan mendasar akan ruang dan perspektif yang sangat unik dengan bentuk-bentuk yang mendetail. Dengan mengolah bentuk figur dan latar melalui perubahan bentuk ground dan langit menjadi bentuk burung dengan tepat dan sempurna sekali. Bila pengolahan perspektif escher sangat menarik dan mengecoh mata kita yang tidak bisa membedakan mana yang di atas atau di bawah, mana yang jauh atau dekat, seperti yang terdapat pada karyanya “Jendela Burung”. Pada karya ini mata kita dikecoh sedemikian rupa melalui perspektif yang jungkir balik melalui objek yang bidangnya diisi oleh garis-garis yang sengaja dimasukkan untuk mengganggu dengan ketepatan yang tinggi sehingga menimbulkan efek optik.

Seni Budaya 27 Sumber: Optical Art Sumber: Optical Art Gambar 6.8 Britget Relay, Black and White. Gambar 6.9 Contoh Seni Optik dalam wujud Patung. Perkembangan selanjutnya banyak diadakan pameran-pameran baik di Prancis maupun negara Eropa antara lain yang terkenal pameran “Responsive Eye” yang di koordinasi oleh William G. Seitz di New York tahun 1965. Para pelukis yang terlibat dalam seni optik selain Vasarely dan Josepf Albers, ada juga pelukis-pelukis muda lainnya Richard Anuskie-wiecz, Almir Mavigner, Larry Poons, Agam, de Soto, Bridget Riley, Jeffrey Steele, Tadasky, dan Yvaral. Richard Anuskiewiez melakukan eksplorasi berdasarkan ilmu warna, ia menyusun paduan warna dan garis secara teratur dan sistematis yang menimbulkan efek optik sebagai akibat bayangan warna-warna yang tembus pandang dari keteraturan garis yang diciptakan. Melalui eksperimen yang terus-menerus diperoleh berbagai bentuk dan efek optik yang beragam. Dia menyebut dirinya sebagai abstraksionis geometrik. Anuskiewiecz dengan karyanya yang berjudul All things do live in the three lebih banyak mengolah warna komplemen yang memberikan efek visual yang menakjubkan. Berbeda dengan karya Agam yang berjudul Double Methamorphosis II, lebih jeli memanfaatkan jaring-jaring almunium yang mempunyai keteraturan garis yang presisi. Dengan memanipulasi keteraturan garis yang berpotongan melalui perbedaan warna menghasilkan efek optik yang tak terduga. Banyak persepsi dan prinsip dalam pop art, yang mengambil teori psikologi fenomena imajinasi kontras, pancaran cahaya, warna menyolok yang mengagetkan dan membuat ilusi yang mengagumkan. Pop art kebanyakan menggunakan warna-warna kontras yang terkadang menyilaukan mata, misalnya warna merah didekatkan dengan warna biru bersamaan dengan penggunaan garis atau bentuk yang teratur seperti yang dilakukan oleh Vasarely dalam karyanya yang berjudul lega. Prosesnya dia menyusun elemen garis yang dipertentangkan dengan arah vertikal dan horizontal dengan mengolah bidang menyempit dan melebar dengan mengisi warna yang berselang-seling menghasilkan efek dimensi ruang, pantulan cahaya, dalam ruang yang bergetar. Sedangkan karya pelukis Briget Riley, Yvaral, dan Reginal Neal lebih banyak mengolah garis yang memberikan efek after image sebagai vibrasi kilauan pada mata karena adanya oscilation yang cepat pada sel retina.

28 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Sumber: Masterpiece of Art Gambar 6.10 Victor Vasarely, Cheyt-G, 1970.

3. Seni Konseptual Istilah konseptual pertama kali dikemukakan oleh Edward Keinholz dan Herru Flint yang berasal dari California, tahun 1960. Istilah konseptual adalah sinonim dari idea art. Conseptus dalam bahasa Latin berarti: pikiran, gagasan, atau ide. Jadi konseptual adalah sesuatu yang berkaitan dengan konsep. Konsep atau ide adalah hal yang penting dalam penciptaan seni. Seni konseptual disatukan oleh satu sikap penggunaan bahasa verbal dan non verbal, analogi atau ilmu bahasa menjadi esensi dan seni. Seni konseptual sangat kontroversial, menjungkirbalikkan segala kemapanan seni (nilai-nilai, gaya, galeri, pasar seni, dan sebagainya). Para seniman konseptual menggunakan semiotika, feminisme dan budaya populer dalam berkarya, sehingga berlainan sekali dengan karya-karya seni konvensional. Karena itu konseptualisme akhirnya menjadi paham pemikiran yang memayungi bentuk-bentuk seni yang tidak berwujud piktorial dan skulptural seperti body art, eart art, video art, performance art, process art, instalation art, dan lain-lain. Seni konseptual menemukan spektrum baru dalam seni rupa, sebagai pengganti kiasan atau pantun dalam bahasa, surat kabar, majalah, periklanan, pos, telegram, buku-buku, katalogus, foto kopi, film, video, anggota badan, bahkan dunia ini bisa dijadikan medium atau objek seni. Sejak kehadiran seni konseptual batas-batas antara seni secara fisik mulai kabur, sebab seni konseptual mengakses hampir semua bentuk seni dan non seni.

Seni Budaya 29 Sumber: refkypoetra.blogspot.com Gambar 6.11 Refky Poetra, salah satu manifestasi seni konseptual, memanfaatkan anggota tubuh (tangan kiri, yang dilukis menjadi kepala seekor anjing).

4. Seni Kontemporer Pada Encyclopedia The World Art estetika kontemporer disebutkan, bahwa estetika yang baru ini bertujuan untuk memfilsafatkan dalam pengertian anti metafisik, dan kemudian membedakannya dari estetika-estetika sebelumnya. Namun dia tidak akan membuang prinsip kategori-kategori, dan sebagai akibatnya menciptakan konsep mendua dan ragu tentang pengertian filsafat. Sementara Klaus Honnef mengidentifikasi seni rupa kontemporer sebagai perubahan paradoksal dari avant garde ke post avant garde, sedangkan John Grifith dan Endrew Benyamin menganggap seni rupa kontemporer bertentangan secara diametral dengan modernisme yang percaya pada universalisme. Seni rupa kontemporer tidak percaya lagi pada pusat-pusat perkembangan di mana pun, sebaliknya percaya pada perkembangan seni rupa dalam batas-batas kenegaraan.

30 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Sumber: Art in the Electronic Age Sumber: liveworldegg.blogspot.com Gambar 6.12 Ben Rubin and Mark Gambar 6.13 Contoh karya seni yang menggunakan teknik digital.

Menurut teoretikus Jerman Udo Kulterman pengertian kontemporer dekat dengan paham posmodern dalam arsitektur, paham baru ini menentang kerasionalan modernisme yang dingin dan berpihak pada simbolisme instingtif. Dalam teori yang lebih baru tercatat prinsip pluralisme yang terbanyak mendasari pengertian kontemporer sekarang ini. Dari berbagai keterangan di atas dapat ditentukan adanya dua paradigma aktivitas seni kontemporer. Pertama, kelompok yang mementingkan aktivitas seni sebagai aktivitas mental senimannya. Kedua, kelompok yang mementingkan aktivitas seni ditujukan bagi kepentingan masyarakat. Scruton melihat kecenderungan persepsi seperti itu sebagai sesuatu yang menyulitkan dalam penilaian estetik.

Seni Budaya 31 C. Seni Rupa Posmodern Istilah posmodernisme muncul pertama kali di wilayah seni, yakni seni musik, seni rupa, fiksi, film, fotografi, arsitektur, kritik sastra, dan sebagainya. Di sisi lain istilah posmodern juga muncul di wilayah keilmuan yakni ilmu sosiologi, antropologi, geografi, filsafat, dan sebagainya. Peristilahan ini didefinisikan sesuai dengan konteksnya, istilah posmodern diartikan untuk menunjukkan reaksi yang muncul dari dalam modernisme, sebuah gerakan yang menolak modernisme yang mandek dalam birokrasi museum dan akademi, menjelaskan siklus sejarah baru yang dimulai sejak berakhirnya dominasi barat, surutnya individualisme, kapitalisme, dan kristianitas, serta kebangkitan budaya non barat, hilangnya batas antara seni dan kehidupan sehari-hari. Tumbangnya batas antara budaya tinggi dan budaya pop, pencampuradukan gaya yang bersifat eklektik, parodi, pastiche, ironi, kebermainan, dan merayakan budaya “permukaan” tanpa peduli pada “kedalaman”. (Sugiharto, 1996: 24-26). Dalam perkembangan selanjutnya, seni, khususnya seni rupa telah terjadi pemilahan antara seni murni (pure art) dengan seni pakai (applied art/useful art). Dalam konteks ini, posmodernisme dengan konsep pluralismenya telah menghapus pemilahan atau hirarki antara seni dan desain. Prinsip modernisme telah diubah menjadi ‘Form Follow Fun’. Kedudukan fungsi yang selama ini diagung-agungkan oleh kalangan modernisme mengalami pergeseran pada era posmodernisme. 1. Karya-Karya Seni Rupa Era Posmodernisme Kebudayaan posmodern tidak dapat dipisahkan dari perkembangan konsumerisme. Perkembangan masyarakat konsumer telah mempengaruhi cara-cara pengungkapan seni. Dalam masyarakat konsumer terjadi perubahan-perubahan mendasar yang berkaitan dengan cara objek- objek seni secara umum dikonotasi, dan cara model konsumsi ini direkayasa oleh para produser. Masyarakat konsumer memiliki tiga bentuk “kekuasaan” yang beroperasi di belakang produser dan kekuasaan media massa. Ketiga bentuk kekuasaan ini menentukan bentuk dan gaya seni. Di dalam masyarakat konsumer relasi antara subjek dan objek lebih tepat dijelaskan melalui peran subjek sebagai ‘konsumer’. Maksudnya melalui perkembangan mutakhir dalam teknologi produksi, yaitu; otomatisasi dan komputerisasi, peran pekerja dapat diminimalisasi sedemikian rupa, sehingga relasi produksi semakin kehilangan maknanya. 2. Bahasa Estetik Posmodernisme Wacana estetik posmodern mencerminkan bahwa tanda dan makna pada estetika posmodern bersifat tidak stabil, mendua, dan plural (polysemy). Dalam wacana ini, lebih ditekankan pada permainan tanda, keterpesonaan pada permukaan dan diferensi, ketimbang makna-makna ideologis yang bersifat stabil dan abadi. Bahasa estetik posmodern bersifat hiperriil dan ironik yang meliputi: a. Pastiche adalah karya sastra, seni atau arsitektur yang disusun dari elemen-elemen yang dipinjam dari berbagai pengarang, seniman atau arsitek dari masa lalu. Dalam mengimitasi karya masa lalu dalam rangka menghargai dan mengapresiasi seni. Sebagai karya yang mengandung unsur pinjaman pastiche mempunyai konotasi negatif sebagai miskin orisinalitas. Di samping itu pastiche adalah satu bentuk imitasi yang tanpa beban kritik dan perang menentang kemajuan serta sejarah, sebab sejarah tak dapaat diulangi. Pastiche juga dikatakan sebagai penggunaan topeng bahasa pengungkapan yang telah mati.

32 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 b. Parodi adalah sebuah komposisi dalam karya sastra, seni atau arsitektur yang di dalamnya kecenderungan pemikiran dan ungkapan khas dalam diri seorang pengarang, seniman, arsitek, atau gaya tertentu diimitasi (imitasi yang ditandai oleh kecenderungan ironik) sedemikian rupa untuk membuatnya humoristik atau absurd. Efek-efek kelucuan dan absurditas biasanya dihasilkan dari distorsi atau plesetan ungkapan yang ada. Melalui konteks ini penggunaan kembali karya masa lalu yang dimuati dengan ruang kritik yang menekankan perbedaan ketimbang persamaan. Titik berangkat parodi bukanlah penghargaan, akan tetapi kritik, sindiran, kecaman, sebagai ungkapan rasa tidak puas atau sekedar menggali rasa humor dari karya rujukan yang bersifat serius. c. Kitch berakar dari bahasa Jerman verkitchen (membuat murahan) dan kistchen berarti memungut sampah dari jalanan. Kitch dalam bahasa estetik posmodern sering ditafsirkan sebagai sampah aristik atau sering pula didefinisikan sebagai selera rendah karena lemahnya ukuran atau kriteria estetik. Strategi Kitch adalah, mengkopi elemen-elemen gaya dari seni tinggi atau objek sehari-hari untuk kepentingan sendiri, yang produksinya didasari pada semangat memassakan atau mendemitosasi seni tinggi. d. Camp adalah satu bentuk dandysme (tanpa identitas seks), dan karenanya menyanjung tinggi kevulgaran. Camp sering menekankan dekorasi, tekstur, permukaan sensual, dan gaya, dengan mengorbankan isi. Camp juga anti antagonisme seksual: maskulin/feminin. e. Skizophrenia didefinisikan sebagai putusnya rantai pertandaan, yaitu rangkaian sintagmatis penanda yang bertautan dan membentuk satu ungkapan atau makna. Dalam konteksnya semua kata atau penanda, gambar, teks, atau objeknya dapat digunakan untuk menyatakan suatu konsep atau petanda (Piliang, 1995: 39-41).

Seni Budaya 33 BAB 7 MEMAINKAN ALAT MUSIK BARAT

Sumber: www.music. virginia.edu Gambar 7.1 Ansambel Tiup

Setelah mempelajari Bab 7 ini siswa diharapkan dapat: Tujuan Pembelajaran 1. mengidentifikasi macam-macam instrumen musik; 2. memainkan macam-macam instrumen musik menurut kategorinya; 3. mempertunjukkan kemahiran memainkan instrumen dalam ansambel; 4. mempersiapkan pagelaran musik barat; dan 5. menampilkan pagelaran musik barat dengan kelompok band, ansambel, dan paduan suara.

1. Mengamati Pendekatan Pembelajaran 2. Menanyakan 3. Mengasosiasi 4. Membuat Karya 5. Mengomunikasikan

34 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Peta Ritmis Konsep

Jenis Alat Melodis Musik

Memainkan Harmonis Alat Musik Barat

Ansambel Pertunjukan Musik Band

• Dengarkan lagu yang dinyanyikan secara langsung Kegiatan Pengamatan melalui media elektronik • Melihat partitur lagu.

Seni Budaya 35 1. Memperhatikan partitur lagu di atas, bernada dasar apakah lagu Kegiatan Menanya tersebut? 2. Apakah kamu dapat menyanyikan lagu tersebut dengan nada dasar yang sama? 3. Sebaiknya dinyanyikan dengan tempo bagaimanakah lagu tersebut? 4. Bisakah kamu membaca partitur di atas? 5. Apakah partitur di atas dapat dinyanyikan dengan vokal manusia? 6. Mampukah suara manusia menyanyikan seluruh jenis partitur lagu?

Kegiatan Mengeksplorasi

A. Memainkan Alat Musik Barat

1. Dasar-dasar Bermain Alat Musik Barat Dalam sebuah konser pasti ditemukan aneka alat musik. Ada gitar melodi, gitar ritm, gitar bas, keyboard, organ, piano, biola, flute, saksofon, trompet, trombon, drum, tamborin, triangle, marakas, dan mungkin masih banyak lagi yang lain. Tentu masing-masing alat musik tersebut dimainkan secara bersama-sama untuk mengiringi lagu. Apakah cara memainkan alat-alat musik tersebut sama? Apakah alat-alat musik tersebut menghasilkan bunyi dan nada yang sama? Tentu tidak. Masing-masing alat musik dimainkan dengan cara berbeda-beda dan untuk menghasilkan bunyi yang berbeda pula. Justru perbedaan bunyi dan nada inilah yang menghasilkan komposisi yang indah bila didengar telinga, bahkan dapat menimbulkan rasa musikan yang indah pula. Alat musik gitar dimainkan dengan cara dipetik. Keyboard, organ, dan piano dimainkan dengan cara ditekan tutsnya. Flute dan biola dimainkan dengan cara menggesek dawainya. Saksofon, trompet, trombon dimainkan dengan cara ditiup. Drum, triangle, marakas, bongo, kendang, tamborin dimainkan dengan cara dipukul. Bunyi yang dihasilkan dari alat-alat musik tersebut juga berbeda satu sama lainnya. Demikian pula fungsinya. Gitar, keyboard, organ, dan piano menghasilkan bunyi aneka nada yang berfungsi untuk memainkan melodi dan irama. Flute, biola, saksofon, trompet, trombon menghasilkan berbagai nada yang berfungsi untuk memainkan melodi. Drum, triangle, marakas, bongo, gendang, tamborin menghasilkan bunyi-bunyian satu nada yang berfungsi sebagai pengiring melodi utama. a. Memainkan Alat Musik Ritmis Alat musik ritmis adalah alat musik yang berfungsi sebagai pengiring melodi pokok. Alat musik ini ada yang bernada dan ada yang tidak bernada. Kamu sudah mengenal alat musik ritmis sejak di SMP. Contohnya drum, ringbell, beduk, triangle, marakas, gendang, bongo, dan lain sebagainya. Musik ritmis adalah musik pengatur irama. Biasanya alat musik ritmis tidak memiliki nada dan berfungsi sebagai pengiring lagu. Yang termasuk alat musik ritmis Sumber: www.tribunnews.com di antaranya drum set, tamborin, gendang, tifa, bongo, Gambar 7.2 Titi Rajo Bintang Bermain Drum kongo, triangle, kastanyet, dan marakas.

36 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Sebagai pengatur irama, alat musik ritmis haruslah dimainkan secara konsisten, terutama untuk menghidupkan suasana dan menjaga ritme dan tempo. Karena tidak perlu mengikuti melodi lagu, memainkan alat musik ritmis sangat mudah. Hanya saja, dibutuhkan konsistensi agar lagu tetap terjaga ritmenya. Bila pada bagian-bagian tertentu aransemen lagu terdapat break atau jeda, pemain alat musik ritmis harus tahu karena merekalah yang harus memberi isyarat dan tanda. Kamu cukup mengetuk-ngetuk meja atau benda-benda lain untuk membentuk irama tertentu dalam berlatih memainkan alat musik ritmis. Misalnya, untuk drum set dimainkan seperti contoh berikut: • irama mars dengan ketukan x – o, x – o, x – o (tak, dung), • irama walz x – x – o, x – x – o (tak, tak, dung), dan • irama bosanova x – o – o – x – o (tak, dung, dung, tak, dung).

Seni Budaya 37 b. Memainkan Alat Musik Melodis Memainkan alat musik melodis sama dengan membawakan lagu karena alat musik melodis memang berfungsi untuk memainkan melodi utama lagu. Pemegang alat musik ini harus mampu dan terampil membawakan lagu sebagaimana penyanyi membawakan lagu itu dengan vokalnya. Akan tetapi, tentu masih ditambah pula untuk memainkan intro, interlude, dan fungsi-fungsi tambahan lainnya. Sumber: google.co.id Dalam ansambel modern, alat musik melodis Gambar 7.3 Bermain Clarinet di antaranya saksofon, trompet, trombon, biola, flute, pianika, xylophone, klarinet, oboe, dan lain-lain. Ada dua teknik permainan alat musik melodis, yaitu: 1) Teknik Legato Teknik legato adalah permainan alat musik melodi yang panjang-panjang sesuai harga atau ketukan not. Pemain membunyikan nada tanpa jeda sampai pada permainan nada berikutnya. Perhatikan contoh berikut.

Perhatikan baris pertama yang hampir semua notnya diberi tanda titik (.) di atasnya. Perhatikan pula baris kedua mulai bar kedua yang tidak menggunakan tanda titik (.). Yang menggunakan titik dimainkan dengan teknik stacatto dan yang tidak menggunakan tanda titik dimainkan dengan teknik legato.

38 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 2) Teknik Stacatto Teknik stacatto adalah permainan alat musik dengan teknik terputus-putus. Tiap not dimainkan dengan durasi pendek-pendek. Permainan teknik stacato biasanya dimaksudkan untuk menimbulkan kesan semangat, bergairah, dan meledak-ledak. Perhatikan pemakaian tanda titik (.) di atas atau di bawah not.

Sumber: google.co.id Gambar 7.4 Berbagai Macam Alat Musik Tiup

Seni Budaya 39 c. Memainkan Alat Musik Harmonis Alat musik harmonis adalah alat musik yang berfungsi sebagai melodis dan sekaligus ritmis. Alat musik ini mampu menghasilkan nada dan juga dapat dimainkan sebagai pengiring dalam paduan nada atau yang lazim disebut akor. Termasuk jenis alat musik harmonis adalah piano, organ, keyboard, gitar, siter, dan sasando

Piano Gitar Keyboard Sumber: google.co.id Gambar 7.5 Contoh Alat Musik Harmonis

Alat musik harmonis, selain dapat dimainkan secara solo, karena sifatnya yang sekaligus dapat untuk mengiringi irama lagu, dapat pula dimainkan untuk mengiringi permainan alat musik yang lain dalam sebuah orkestra. Teknik dan gaya bermain musik harmonis hampir sama dengan teknik dan gaya bermain alat musik melodis. Alat musik ini juga dapat dimanfaatkan untuk memainkan akor yang biasanya berfungsi untuk ritem (iringan). Ketika alat musik harmonis digunakan untuk memainkan akor, pastikan teknik penjarian (fingering) benar.

40 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Seni Budaya 41 42 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 2. Memainkan Alat Musik dalam Grup Memainkan musik dalam grup sering disebut sebagai ansambel. Ditinajau dari ragam jenis alat musik yang dimainkannya, ada ansambel sejenis, ansambel campuran, dan orkestra. a. Ansambel Sejenis Ansambel sejenis adalah ansambel yang memainkan alat musik dari jenis yang sama, misalnya ansambel perkusi, ansambel tiup, ansambel gesek, dan sebagainya. 1) Ansambel Perkusi Ansambel perkusi dimainkan dengan alat-alat musik perkusi. Di Indonesia cukup banyak ansambel perkusi, misalnya rampak gendang, rebana, drumband, marching band, gandang, dan lain-lain.

Seni Budaya 43 2) Drumband/Marching Band Dalam drumband/marching band instrumen musik perkusi dibawa oleh pemain dan dimainkan dalam barisan. Kelompok yang memainkan instrumen musik perkusi sambil berjalan disebut juga sebagai drumline atau battery. Ragam instrumen musik perkusi yang digunakan alat drumband umumnya lebih sedikit daripada yang digunakan pada permainan alat marching band. Contoh instrumen ini antara lain snare drum, drum tenor/quint, drum bass, dan simbal. Pukulan-pukulan dasar pada permainan drum disebut basic sticking. Setiap pola pukulan di bawah ini sangat penting untuk dikuasai karena sangat berpengaruh pada permainan drum dan sangat banyak digunakan.

Sumber: www.stickypc.com Gambar 7.6 Drumband the Cohasset High School Jenis-jenis pukulan dalam drumband Keterangan: R = Pukulan tangan kanan L = Pukulan tangan kiri

Single Stroke - R L R L R L R L Latihan diawali dengan teknik single stroke ini pada snare drum. Latihan dimulai dengan tempo lambat, lalu perlahan percepat tempo sampai secepat mungkin. Untuk pemula yang baru belajar drum harap memukul dengan mengangkat ujung stick drum setinggi bahu, untuk melatih pergelangan tangan. Setelah pukulanmu cukup bagus dan mendapatkan tempo yang konstan, mulailah mengaplikasikan teknik single stroke pada bagian drum yang lain. Pukul bagian snare drum (RL RL), lalu tom 1/mounted tom (RL RL), tom 2/mounted tom (RL RL ), dan terakhir floor tom (RL RL). Lakukan pukulan dengan tempo lambat, kemudian sedikit demi sedikit naikkan tempo. Teknik ini fungsinya untuk fill in pada permainan drum, contoh setelah kita memainkan untuk ketukan irama rock beat, beat 1/8, beat 1/4, dan beat 1/2. Bisa juga variasi dilakukan pada snare drum saja.

Double Stroke - R R L L R R L L Teknik double stroke sebenarnya sama dengan single stroke yang diulang dua kali. Dalam teknik double stroke lebih dibutuhkan kecepatan gerakan dan kelenturan lengan. Jika sudah lancar dengan teknik single stroke, teknik double stroke tinggal melanjutkan.

44 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Cara melatih double stroke (RR LL); gunakan bagian snare drum untuk melancarkan permainan. Bisa juga menggunakan rumus LL RR (dibalik sama saja). Agar suara yang dihasilkan lebih teratur dan menarik, pukulan tangan kanan dan kiri harus seimbang. Berikutnya dapat diteruskan dengan latihan-latihan lanjutan. Penerapan dalam kelompok drumband tentu sesuai dengan kebutuhan.

Triple Stroke - R R R L L L R R R L L L Paradiddle - R L R R L R L L Paradiddle-diddle - R L R R L L Triplet/rough - R R L R R L atau L L R L L R

3) Ansambel Tiup Ansambel tiup adalah ansambel yang seluruh instrumen musiknya terdiri atas alat- alat musik tiup. Termasuk alat musik tiup adalah recorder, flute, trompet, saksofon, trombon, klarinet, oboe, dan french horn.

Sumber: google.co.id Gambar 7.7 Contoh alat musik tiup

Trompet Ada bermacam-macam jenis trompet. Di antaranya jenis C, D, Eb, E, F, G, A, dan Bb. Akan tetapi, yang paling lazim dan sering dipakai adalah trompet Bb. Trompet C paling umum dipakai dalam orkestra Amerika, dengan bentuknya yang lebih kecil memberikan suara yang lebih cerah, dan lebih hidup dibandingkan dengan trompet Bb Trompet dapat dimainkan oleh semua orang. Syaratnya memiliki napas yang panjang dan kuat. Oleh karena itu, perokok agak sulit memainkan trompet karena perokok napasnya lebih pendek daripada orang yang bukan perokok. Jadi, jika seseorang menyukai alat musik tiup seperti trompet ini, disarankan tidak merokok atau mempunyai aktivitas atau kebiasaan. Untuk seseorang yang mempunyai penyakit pernapasan sehingga menjadikannya bernapas pendek tidak disarankan memainkan alat musik tiup.

Seni Budaya 45 French Horn French horn merupakan keluarga alat musik tiup logam. Biasanya dimainkan dalam ansambel atau orkestra musik klasik. Juga sering dimainkan sebagai seksi tiup dalam marching band. French horn memiliki tiga katup pengatur yang dimainkan dengan tangan kiri dengan tata cara dalam memainkan yang identik dengan trompet. French horn pada umumnya menggunakan kunci F meski instrumen musik lainnya biasanya menggunakan kunci Bb.

Klarinet Klarinet adalah instrumen musik dari keluarga alat musik tiup. Namanya diambil dari clarino (Italia) yang berati trompet dan akhiran -et yang berarti kecil. Sama seperti saksofon, klarinet dimainkan dengan menggunakan satu reed. Klarinet merupakan keluarga instrumen terbesar, dengan ukuran dan pitch yang berbeda-beda. Klarinet umumnya merujuk pada soprano klarinet yang bernada Bb, Pemain clarinet disebut clarinetis. Ada banyak jenis clarinet, beberapa di antaranya sangat langka. 1. Piccolo clarinet dalam Ab. 2. Soprano clarinet dalam Eb, D, C, Bb, A, dan G. 3. Basset clarinet dalam A. 4. Alto clarinet dalam Eb. 5. Bass clarinet dalam Bb. 6. Contra-alto clarinet dalam EEb. 7. Contrabass clarinet dalam BBb.

Saksofon Saksofon tergolong dalam keluarga alat musik tiup, terbuat dari logam dan dimainkan seperti cara memainkan clarinet. Saksofon umumnya berkaitan dengan musik pop, big band, dan jazz, meskipun awalnya merupakan instrumen dalam orkestra dan band militer. Nama saksofon (aslinya saxophone) diambil dari nama penciptanya, yaitu seorang pemain clarinet dan pembuat alat musik bernama Adolphe Sax dari Belgia pada tahun 1846. Sax memiliki hak paten atas alat musik ini berupa dua keluarga saxophone yaitu keluarga orkestra (C dan F) dan keluarga band (Bb dan Eb). Saat ini saksofon yang paling umum digunakan adalah soprano (Bb), alto (Eb), tenor (Bb), dan baritone (Eb).

46 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Berikut adalah contoh partitur ansambel tiup sederhana.

Seni Budaya 47 8) Ansambel Gesek Ansambel gesek merupakan ansambel dengan kelompok alat musik gesek, seperti violin, biola, cello, dan contra bass.

Sumber: google.co.id Gambar 7.8 Posisi Penjarian Biola

Biola Biola adalah alat musik berdawai yang dimainkan dengan cara digesek. Biola memiliki empat senar (G-D-A-E) yang disetel berbeda satu sama lain dengan interval sempurna kelima. Nada yang paling rendah adalah G.

48 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Alat musik yang termasuk keluarga biola adalah biola alto, cello dan double bass atau contra bass. Di antara keluarga biola di atas, biolalah memiliki nada yang tertinggi. Alat musik dawai yang lainnya, bas, secara teknis masuk ke dalam keluarga viol. Notasi musik untuk biola hampir selalu ditulis pada kunci G. Terdapat berbagai ukuran biola. Dimulai dari yang terkecil 1/16, 1/10, 1/8, 1/4, 2/4 (1/2), 3/4, dan biola untuk dewasa 4/4 (penuh). Kadang-kadang biola berukuran 1/32 juga digunakan (ukurannya sangat kecil). Ada juga biola 7/8 yang biasanya digunakan oleh wanita. Panjang badan (tidak termasuk leher) biola “penuh” atau ukuran 4/4 adalah sekitar 36 cm. Biola 3/4 sepanjang 33 cm, 1/2 sepanjang 30 cm. Sebagai perbandingannya, biola “penuh” berukuran sekitar 40 cm. Untuk menentukan ukuran biola yang cocok digunakan oleh seorang anak, biasanya anak disuruh memegang sebuah biola dan tangannya harus sampai menjangkau hingga ke gulungan kepala biola. Beberapa guru juga menganjurkan ukuran yang lebih kecil semakin baik. Pemain pemula biasanya menggunakan penanda di papan jari untuk menandai posisi jari tangan kiri. Namun, setelah pemain hafal posisi jari tangan kiri, penanda tidak digunakan lagi. Biola biasanya dimainkan dengan cara tangan kanan memegang busur dan tangan kiri menekan senar. Bagi orang kidal, biola dapat dimainkan secara kebalikan.

Cello Cello adalah sebutan singkat dari violoncello, merupakan sebuah alat musik gesek dan anggota dari keluarga biola. Orang yang memainkan cello disebut cellis. Cello adalah alat musik yang populer dalam banyak segi di antaranya sebagai instrumen tunggal, dalam musik kamar, dan juga sebagai instrumen pokok dalam orkestra modern. Cello memberikan suara yang megah karena nadanya yang rendah. Ukuran cello lebih besar daripada biola atau viola, namun lebih kecil daripada bass. Seperti anggota-anggota lainnya dari keluarga biola, cello mempunyai empat dawai. Dawai-dawainya biasanya berurutan dari nada rendah ke tinggi C, G, D dan A. Cello hampir sama seperti viola tetapi satu oktaf lebih rendah dan satu seperlima oktaf lebih rendah daripada Sumber: google.co.id biola. Berbeda dengan biola, cello dimainkan dengan cara ditaruh di antara Gambar 7.9 Cello dagu dan bahu kiri. Posisi cello berdiri di antara kedua kaki pemain yang duduk, dan ditegakkan pada sepotong metal yang disebut endpin. Pemain menggesekkan penggeseknya dalam posisi horizontal melintang di dawai.

Kuartet Gesek Dalam ansambel gesek, terdapat kelompok yang populer, yaitu kuartet gesek. Kuartet gesek merujuk pada sebuah kelompok yang terdiri atas 2 (dua) biola, 1 (satu) viola, dan 1 (satu) cello. Biola pertama biasanya memainkan melodi dalam nada yang lebih tinggi. Biola kedua biasanya memainkan nada-nada yang lebih rendah dalam harmoni. Viola menjadi pengiring yang memberikan warna seperti suara tenor dalam paduan suara. Cello berfungsi seperti viola tetapi dalam nada yang lebih rendah seperti bass dalam

Seni Budaya 49 paduan suara. Kuartet gesek yang standar pada umumnya dianggap sebagai salah satu dari bentuk terpenting dari musik kamar, dan kebanyakan komponis yang penting, sejak akhir abad ke-18, menulis kuartet gesek. Sebuah komposisi untuk empat pemain alat musik petik dapat dibuat dalam bentuk apapun, tetapi bila hanya disebutkan sebuah kuartet gesek.

Sumber: https://roythaniago.wordpress.com Gambar 7.10 Kuartet Gesek “Iuventus String Quartet”

9) Ansambel Petik (Gitar) Ansambel petik (gitar) tentu yang dimainkan adalah gitar semua. Sebagaimana namanya, ansambel gitar menggunakan instrumen utama gitar. Banyak versi tentang sejarah gitar. Ada yang menyebutkan bahwa gitar berasal dari Timur Tengah dan Arab. Ada pula yang menyatakan bahwa gitar berasal dari Afrika. Silakan pelajari Sumber: www.smmyk.sch.id sejarah gitar melalui sumber-sumber yang baik Gambar 7.11 Ansambel Gitar dari internet atau buku-buku perpustakaan. Lebih jelasnya, gitar yang kita kenal sekarang, disebut sebagai gitar modern, terdari atas gitar akustik dan gitar elektrik. Gitar akustik sering pula disebut sebagai gitar Spanyol karena dalam sejarahnya di Spanyollah gitar bertransformasi menjadi: a) Guitarra Morisca yang berfungsi sebagai pembawa melodi, b) Guitarra Latina untuk memainkan akor. Mengenai cara memainkan gitar sudah pernah dibahas di buku kelas VII Bab 8.

50 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Berikut contoh partitur ansambel gitar. Silakan berlatih untuk menyajikan ansambel berikut. Jika dipandang baik, dapat dimainkan dalam acara perpisahan.

Seni Budaya 51 B. Menampilkan Beberapa Lagu dalam Pagelaran Musik Barat Tahap yang paling penting dalam merencanakan pagelaran musik adalah pelatihan. Pelatihan merupakan wahana untuk mengasah keterampilan sekaligus sebagai alat untuk mengukur kemajuan yang dicapai dalam tiap-tiap tahapnya. Tahap pelatihan ini bisa memakan waktu berhari-hari, bahkan berbulan-bulan hanya untuk menyajikan karya musik yang hanya beberapa jam saja. Ibarat seorang pelari cepat yang hanya akan berlomba lari 100 meter tetapi ia berlatih lari berhari-hari sampai sejauh beribu-ribu meter. Oleh karena itu, jangan bosan untuk berlatih. Pemusik yang ahli pun harus tetap berlatih jika akan mementaskan karya-karyanya. Dalam pagelaran musik yang melibatkan banyak pendukung, yang perlu diperhatikan adalah bahwa pagelaran musik itu merupakan kerja tim sehingga suasana satu kesatuan harus diciptakan. Dalam kerja tim tidak boleh ada yang merasa paling menonjol. Oleh karena itu, cobalah bentuk kelompok untuk menyajikan hasil aransemen yang sudah kamu buat. Untuk tahap awal, tampilkan karyamu di kelas terlebih dahulu. Jangan lupa, setelah selesai penampilanmu, mintalah kritik dan saran dari teman-teman dan guru. Kritik dan saran akan semakin menambah kemampuanmu dalam berkarya musik. Membuat Perencanaan Pagelaran Untuk menghasilkan pagelaran yang sukses, kamu harus merancangnya dengan cermat dan hati-hati. Kamu harus bisa menyusun proposal kegiatan pagelaran dengan baik. Dengan mengetahui proposalmu, pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengerti pentingnya pagelaran yang kamu adakan. Penyusunan proposal ini tidak hanya diperlukan untuk mengatur persiapan dan pelaksanaan pagelaran saja tetapi juga diperlukan untuk mencari sponsor. Meskipun hanya pagelaran musik amatir tingkat siswa kelas XI, tetap saja membutuhkan biaya. Nah, proposal ini dapat dipakai untuk mengajukan anggaran kepada pihak sekolah. Beberapa rumusan penting dalam penyusunan proposal kegiatan pagelaran musik seperti diuraikan sebagai berikut. a. Rumuskan nama dan tema pagelaran Nama dan tema pagelaran sangat penting dirumuskan dalam proposal karena akan berkaitan langsung dengan jenis musik dan lagu yang akan ditampilkan juga bermanfaat untuk publikasi. Penentuan tema hendaknya dilakukan dengan musyawarah panitia atau perwakilan kelas. Perumusan tema ini penting karena dengan tema tertentu, pagelaran yang diselenggarakan menjadi terarah. b. Rumuskan latar belakang, tujuan, dan manfaat diadakannya pagelaran Pihak-pihak yang berkepentingan secara tidak langsung pasti akan menanyakan, mengapa pagelaran musik ini diadakan. Untuk menjawab pertanyaan seperti ini, kamu harus merumuskan latar belakang diselenggarakannya pagelaran. Latar belakang adalah alasan diadakannya suatu kegiatan. Dalam latar belakang ini juga harus dinyatakan bahwa pagelaran yang kamu adakan itu memang penting. Setelah itu, tujuan dan manfaat diadakannya pagelaran itu pun harus dirumuskan supaya pihak-pihak yang berkepentingan maklum.

52 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 c. Rumuskan bentuk pagelaran Ada bermacam bentuk pagelaran musik di antaranya, bentuk orkestra, paduan suara, ansambel, dan band. Dalam pagelaran-pagelaran tertentu, ditampilkan bentuk-bentuk tertentu saja. Akan tetapi, dalam pagelaran sering pula ditampilkan bermacam-macam bentuk sekaligus. Nah, dalam menyusun proposal, kamu tentukan bentuk mana yang akan kamu tampilkan. d. Rumuskan pihak mana saja yang akan mendukung acara pagelaran Baik hanya menampilkan grup-grup musik di sekolah kamu maupun menampilkan grup musik dari luar, pihak-pihak pendukung acara tetap harus dicantumkan dalam proposal. Perncantuman pendukung acara pagelaran perlu karena untuk mempermudah pemantauan. Bahkan, untuk pagelaran musik yang berskala besar, kamu juga harus menyampaikan proposal ini kepada pihak berwenang untuk keperluan izin keramaian. e. Tentukan karya-karya musik dan lagu yang akan ditampilkan Judul-judul karya musik dan lagu yang akan ditampilkan dalam pagelaran juga harus dirumuskan dalam proposal. f. Tentukan tempat dan perkiraan jumlah penonton termasuk setting tempat Penentuan tempat pagelaran musik sangat penting karena berkaitan langsung dengan masalah keamanan. Jika pagelaran yang kamu rencanakan diadakan di tempat umum dan terbuka, kamu harus meminta izin kepada aparat keamanan karena mereka berkepentingan menjaga keamanan dan ketertiban. Bahkan, perencanaan pagelaran dalam skala kecil dan diadakan di halaman atau gedung sekolah pun tetap harus mencantumkan sekolahmu untuk meminta izin pihak sekolah dalam pemakaian fasilitas sekolah tersebut. g. Rumuskan rincian jadwal kegiatan Tahap-tahap kegiatan sejak penyusunan proposal sampai pelaksanaan kegiatan hendaknya kamu rumuskan dengan sistematis. Kalender akademik sekolah dapat kamu pakai sebagai acuan penyusunan jadwal pagelaran. h. Rumuskan anggaran biaya Betapapun kecilnya pagelaran musik, pasti memerlukan biaya. Oleh karena itu, rumuskan secara rinci anggaran yang dibutuhkan. i. Tentukan penanggung jawab dan susunan panitia Sebagai sebuah kerja tim, pagelaran perlu pengorganisasian yang jelas. Oleh karena itu, susunan panitia tetap harus dibentuk dan dicantumkan dalam proposal. j. Sertakan lampiran yang diperlukan 1) Teks karya-karya musik dan lagu yang akan ditampilkan. 2) Skema desain tempat pagelaran.

Seni Budaya 53 Rangkuman 1. Ansambel adalah permainan musik kelompok yang memainkan lagu dengan memperhatikan harmoni yang indah dan padu. 2. Agar dapat memainkan ansambel dengan baik, permainan alat musik harus dikuasai dengan baik pula. 3. Alat musik yang biasa dimainkan dalam ansambel adalah alat musik melodis, ritmis, dan harmonis. 4. Alat musik melodis adalah alat musik yang memiliki nada dan biasa dimanfaatkan untuk memainkan melodi lagu. 5. Alat musik ritmis adalah alat musik yang tidak memiliki atau hanya memiliki satu nada yang biasa dimanfaatkan untuk mengiringi dan mengatur ritme atau irama lagu. 6. Alat musik harmonis adalah alat musik yang memiliki nada dan nada-nada itu dapat dimainkan secara bersamaan sekaligus sebagai akor untuk mengiringi melodi. 7. Ditinjau dari kategori alat musiknya, ansambel dibedakan menjadi ansambel sejenis dan ansambel campuran. 8. Ansambel sejenis adalah ansambel dengan alat musik yang sama. 9. Ansambel sejenis ada bermacam-macam, misalnya ansambel perkusi, tiup, gesek, dan gitar. 10. Ansambel perkusi memanfaatkan alat-alat musik pukul ritmis seperti rampak kendang, drum band, rebana, hadrah, gandang, dan lain-lain. 11. Ansambel tiup adalah ansambel yang memainkan alat-alat musik tiup, seperti saksofon, trompet, trombon, flute, saluang, french horn. 12. Ansambel gesek adalah ansambel yang memainkan alat-alat musik gesek seperti biola, viola, cello, contra bass. Di kalangan pemusik klasik dikenal ansambel gesek yang sangat populer sebagai musik kamar, seperti kuartet gesek. 13. Ansambel petik juga disebut ansambel gitar memainkan alat musik gitar dalam kelompoknya. Ansambel gitar cukup populer di kalangan pelajar karena di samping mudah didapat alatnya, bermain gitar juga populer di kalangan siswa.

Penilaian Sikap 1. Penilaian Diri a. Setelah memainkan alat musik barat, apakah kamu dapat merasakan bahwa keindahan musikal bersifat universal? b. Sebutkan hal-hal apa yang dapat kamu tingkatkan dan sebutkan pula hal-hal yang sudah kamu nilai baik dalam pemahaman serta apresiasimu terhadap musik barat! c. Setelah melaksanakan pagelaran musik barat, bagaimana perasaanmu? Apakah seniman musik kita dapat menghasilkan karya yang sama bagusnya? d. Samakah rasanya memainkan lagu barat dan lagu Indonesia?

54 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 2. Penilaian yang Berhubungan dengan Perilaku a. Bagaimana tanggapanmu terhadap permainan musik teman-temanmu? Berilah penilaian! b. Bagaimana pendapatmu, apakah dengan menampilkan karya seni dari bangsa lain akan melunturkan identitas bangsa sendiri? Jelaskan alasanmu! 3. Penilaian Unjuk Kerja Kamu sudah menilai kemampuanmu sendiri. Kini kamu juga diminta menilai temanmu dalam pementasan pagelaran musik barat. No Aspek yang Dinilai Skor Maksimal 1 Penguasaan materi lagu 25 2 Teknik penyajian 50 a. harmoni b. keterampilan permainan masing-masing instrumen c. vokalis 3 Ekspresi/Interpretasi 15 4 Gaya dan sikap 10 Jumlah Skor 100

4. Penilaian Pengetahuan Jawablah dengan cermat! 1. Jelaskan kategori alat musik menurut fungsinya! 2. Jelaskan teknik permainan alat musik melodis! 3. Sebutkan masing-masing lima contoh alat musik ritmis, melodis, dan harmonis! 4. Alat musik manakah yang berfungsi untuk memainkan lagu? 5. Prinsip memainkan alat musik harmonis adalah penguasaan akor. Jelaskan apa yang dimaksud akor!

Seni Budaya 55 BAB MEMBUAT TULISAN 8 TENTANG MUSIK BARAT

Sumber: sites.google.com Gambar 8.1 Pelajaran Seni Musik SMAN 42 Jakarta

Pada Bab 8, siswa diharapkan dapat: Tujuan Pembelajaran 1. menjelaskan macam-macam jenis tulisan ulasan seni musik, 2. mengidentifikasi sistematika tulisan ulasan seni musik untuk berbagai keperluan, 3. menganalisis karya seni musik barat dengan kriteria tertentu untuk menyusun karya tulis, dan 4. menyusun karya tulis tentang seni musik untuk berbagai keperluan.

1. Mengamati Pendekatan Pembelajaran 2. Menanyakan 3. Mengasosiasi 4. Membuat Karya 5. Mengomunikasikan

56 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Peta Pendidikan Konsep

Sejarah Karya Tulis tentang Musik Barat Jurnalistik

Kritik

1. Apakah ulasan tentang karya seni musik diperlukan? Kegiatan Menanya 2. Bagaimanakah menyajikan gagasan dalam penyusunan karya tulis tentang seni musik? 3. Untuk keperluan apa saja karya tulis ulasan dan kritik seni musik tersebut? 4. Kriteria apa saja yang dipakai untuk menganalisis karya seni musik? 5. Dalam bentuk apa karya tulis tentang seni musik disajikan? 6. Apa gunanya bagi penulis maupun bagi khalayak dalam menyajikan karya tulis tentang seni musik.

Kegiatan Mengeksplorasi

A. Membuat Tulisan tentang Musik Barat Ditinjau dari fungsinya, tulisan tentang seni musik dapat dibedakan menjadi tulisan untuk tujuan pendidikan dan pembelajaran, sejarah musik, jurnalistik, dan kritik musik. 1. Tulisan untuk Pendidikan dan Pembelajaran Musik Buku yang sedang kamu pelajari ini merupakan contoh tulisan tentang musik untuk tujuan pendidikan dan pembelajaran. Tulisan tentang musik dapat berupa tulisan tentang keseluruhan keilmuan seni musik atau bagian-bagian dari keseluruhan tersebut. Misalnya ada tulisan tentang teknik bermain gitar, teknik bermain piano, teknik bermain drum, dan sebagainya. Tulisan tersebut juga merupakan tulisan tentang musik yang bertujuan untuk pendidikan dan pembelajaran. Begitu pula tulisan tentang unsur-unsur seni musik, tentang harmoni dalam seni musik, tempo dan dinamik, dan sebagainya juga merupakan tulisan teoritis tentang seni musik. Jadi, sejak seni musik dianggap sebagai cabang keilmuan tersendiri, tulisan teoritis tentang seni musik mengalir ke tengah-tengah masyarakat. Tulisan untuk pendidikan dan pembelajaran ini sangat berguna bagi yang gemar mempelajari seni musik tidak hanya dari sisi keterampilan berseninya. Orang yang berminat menelaah seni musik dari sisi ilmu pengetahuannya sangat tertolong membaca tulisan tentang seni musik ini.

Seni Budaya 57 Sistematika tulisan tentang seni musik untuk tujuan pendidikan dan pembelajaran adalah sebagai berikut. a. Definisi seni musik. b. Unsur-unsur seni musik. c. Alat dan sarana seni musik. d. Penyajian seni musik. 2. Tulisan tentang Sejarah Musik Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sejarah musik diartikan sebagai pengetahuan yang mencakupi uraian deskriptif tentang musik dalam masyarakat, riwayat seniman, riwayat pendidikan musik, sejarah notasi, kritik, perbandingan gaya, dan perkembangan musik. Tidak hanya dari sisi perkembangan seni musik saja, tulisan sejarah seni musik juga memuat peristiwa pengaruh- mempengaruhi antara seni musik dari satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Pada semester yang lalu dalam buku ini juga sudah dibahas perkembangan seni musik barat. Tulisan tersebut juga tergolong sejarah seni musik. Berikut disajikan contoh tulisan sejaran seni musik terutama yang menyangkut kiprah tokoh seniman musik bosanova dari Brazil, Antonio Carlos Jobim.

Mengenal Antonio Carlos Jobim: Arsitek Musik Bossanova dan Musik Brazil Modern oleh: Anc (http://www.kompasiana.com)

Tokoh dibalik kejayaan Bossanova menurut para sejarawan, jurnalis musik, hingga musisi, baik dari Brazil maupun dunia internasional, ada tiga orang yaitu Joao Gilberto, Vinicius de Moraes, dan Antonio Carlos Jobim. Joao Gilberto (1937) berhasil menunjukkan kepada dunia betapa indahnya musik Bossanova melalui gaya menyanyinya yang datar namun lembut didukung oleh petikan gitar yang tak kalah menyejukkan sehingga menjadikan musik Bossanova ini indah dan nikmat untuk didengar. Vinicius de Moraes (1914-1980) merupakan sosok yang bertanggung jawab di balik keindahan lirik pada lagu-lagu Bossanova. Vinicius sebelumnya adalah seorang diplomat Brazil yang juga aktif sebagai dramawan, sastrawan, dan juga penyanyi. Kecintaannya kepada sastra dan musik membuatnya rela meninggalkan karir Diplomatnya. Jobim adalah tokoh utama yang berhasil membawa musik Bossanova hingga level dunia internasional. Tidak hanya itu saja, Jobim juga sukses membangun sebuah konsep dasar bagi berkembangnya musik Brazil modern atau yang dikenal dengan nama Musica Populeira Brasileira (MPB). Jobim dilahirkan di Tijuca, RIO DE JANEIRO pada 25 januari 1927. Jobim lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang berada. Ayahnya, Jorge de Oliviera Jobim adalah seorang Diplomat, Professor sekaligus Jurnalis dan ibunya Nilza Almeyda de Brasileiro adalah seorang kepala sekolah. Kedua orang tuanya bercerai saat Jobim masih kanak-kanak. Ibunya kemudian membawa Jobim dan adiknya, Helena, ke distrik Ipanema sebuah distrik di dekat pesisir barat kota RIO DE JANEIRO dan menikah kembali dengan Celso Passoa, sosok yang mendukung passion Jobim terhadap musik bahkan membelikan sebuah piano klasik sebagai wujud dukungannya.

58 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Reputasi Jobim mulai bersinar pada tahun 1956, ketika dia diminta oleh Vinicius de Moraes sebagai komposer Musik untuk sebuah film yang berjudul Orfeu de Conceicao. Salah satu lagu soundtrack dalam film ini akhirnya menjadi salah satu trademark bagi Jobim yaitu Se Todos Fossem Iguais A Voce. Tiga tahun kemudian Vinicius dan Tom kembali dipanggil untuk membuat sebuah soundtrack untuk film selanjutnya yaitu Black Orpheus (1959). Lagu-lagu tersebut dikerjakan Tom dan Vinicius melalui telepon karena Vinicius saat itu sedang dinas di Montevideo, Uruguay. Popularitas Tom Jobim dengan konsep musik Bossanovanya akhirnya semakin mendapat apresiasi hingga memasuki Amerika Serikat. Semua berawal dari kunjungan misi kebudayaan Amerika Serikat ke Brazil yang di dalamnya terlibat seorang gitaris Jazz legendaris Amerika Serikat, Charlie Byrd. Byrd yang kemudian menemukan genre musik ini di sebuah kelab malam di Rio di mana Tom Jobim, Sergio Mendes, dan Joao Gilberto sering tampil di sana, akhirnya bergegas menemui rekannya yang merupakan seorang saksofonis legendaris Amerika Serikat, Stan Getz sepulang dari Brazil. Proyek kolaborasi Charlie Byrd dan Stan Getz yang bereksperimen dengan aliran musik ini ternyata sukses besar. Album hasil proyek mereka yang berjudul Jazz Samba (1961) berhasil mencapai peringkat pertama dalam Chart album di Amerika Serikat selama kurang lebih 70 minggu dan menjadi awal Bossanova Crazes merajalela di seluruh Amerika Serikat hingga akhir 1960-an. Tom Jobim akhirnya mendapat undangan khusus dari Konsulat Jenderal Brazil untuk tampil bersama musisi Jazz Amerika Serikat di Carnegie Hall, New York pada tahun 1961. Bersama Jobim turut serta legiun Bossanova lainnya seperti Carlos Lyra dan Joao Gilberto. Sumber: Anc, http://www.kompasiana.com

3. Tulisan Jurnalisme Musik Tulisan jurnalisme musik adalah tulisan yang berisi ulasan seni musik, khususnya pertunjukan musik atau peristiwa musik yang lain. Sebagaimana tulisan jurnalisme pada umumnya, tulisan jurnalisme musik juga dimaksudkan untuk penyampaian informasi kepada khalayak tentang suatu berita. Jadi, tulisan jurnalisme musik juga menonjolkan tersampaikannya informasi tentang pertunjukan musik kepada khalayak. Prinsip-prinsip tulisan jurnalisme musik sama dengan tulisan jurnalisme pada umumnya. Tulisan haruslah aktual dan faktual, bukan fiktif. Tulisan juga harus objektif. Tulisan dibangun dengan gaya deduktif atau piramida terbalik. Yang penting didahulukan dan rinciannya dikemudiankan. Isi tulisan juga harus memuat 5 W + 1 H, yakni what, who, when, where, why, dan how. Dalam contoh tulisan jurnalisme musik di bawah ini dapat dianalisan unsur-unsur pokoknya. What pada tulisan tersebut adalah konser tunggal perdana penyanyi Andien yang bertajuk “Metamorfosa Andien: Liar Penuh Cerita Mengejutkan”. Who-nya adalah Andien, seorang penyanyi pop wanita Indonesia yang populer di kalangan penggemarnya. When-nya adalah Rabu (15/8/2015) malam. Where-nya di JCC (Jakarta Convention Cetre) Plenary Hall, Jakarta. Why-nya adalah konser tersebut menandai 15 tahun Andien berkarya musik dalam blantika musik pop Indonesia. How-nya adalah gambaran tentang aksi Andien yang liar dan penuh kejutan di atas panggung konser yang megah dan mewah. Juga deskripsi tentang aksi Andien beserta para bintang tamu dalam membawakan lagu-lagu hit di dalam 6 album yang dihasilkan selama karier bermusiknya.

Seni Budaya 59 Tulisan jurnalisme umumnya memberikan ulasan yang objektif dan faktual. Ada dua jenis tulisan jurnalisme tentang seni musik, yakni: a. Resensi Resensi adalah tulisan yang berisi ulasan karya seni musik yang siap dilepas ke masyarakat. Biasanya berisi pertimbangan tentang perlunya masyarakat menikmati karya seni musik tersebut tetapi berbeda dengan kritik, resensi lebih kepada melontarkan ajakan kepada khalayak untuk menikmati karya seni musik tersebut. Langkah-langkah resensi sebagai berikut. 1. Pahami dasar-dasar teori musik sebagai landasan memberikan pertimbangan. 2. Amati dan pelajari karya seni musik yang akan diresensi. 3. Temukan keunggulan dan kelemahan karya seni musik tersebut berdasarkan kajian teori musik. 4. Berikan pertimbangan kepada khalayak. 5. Susun tulisan resensi dengan sistematika: a) identitas karya seni (pencipta, penyaji, genre, dan tahun release), b) deskripsi singkat tentang karya seni musik tersebut, penciptanya, penyajinya, garapan musiknya, dan sebagainya, c) pertimbangan bagi khalayak (mengapa khalayak perlu menikmati karya tersebut), dan d) simpulan berupa rekomendasi kepada khalayak untuk menikmati karya seni musik tersebut. b. Review Review adalah tulisan jurnalisme yang berisi ulasan tentang unsur-unsur seni musik, penciptanya, penyajinya, garapannya, dan penampilannya. Biasanya review disajikan setelah sebuah pergelaran musik dilaksanakan. Berikut adalah contoh tulisan jurnalisme musik.

REVIEW KONSER Metamorfosa Andien: Liar Penuh Cerita Mengejutkan oleh: Firli Athiah Nabila, (http://showbiz.liputan6.com)

Andien Aisyah atau yang lebih akrab disapa Andien sukses menggelar konser tunggal perdananya di JCC Plenary Hall, Rabu (15/8/2015) malam. Konser bertajuk “Metamorfosa” ini berhasil membius penonton dengan aksi liar Andien serta visual yang memanjakan mata. Konser yang digelar dalam rangka 15 tahun Andien berkarya bekerja sama dengan 5 musisi, 5 desainer, dan juga 5 penata musik di Tanah Air. Dengan panggung sederhana, sorotan lampu tajam, Andien membuka konser dengan muncul di tengah bersama lima penarinya dibalut busana serba biru karya Didi Budiarjo.

60 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Seluruh sisi panggung yang didominasi kayu terjamah oleh Andien. “Pulang” menjadi lagu ke-10 Andien di konser Metamorfosa. Penyanyi yang sudah menelurkan enam album ini kemudian mengajak penonton bernostalgia melihat video masa kecil Andien sampai menikah. Tidak berhenti di situ, Andien berturut-turut menyanyikan single “Teristimewa” dan “Gemintang”. Di dua lagu itu, ia bergaya seperti Cat Woman dengan jumpsuit hitam kulit nan seksi. Kemudian Andien berganti baju dress hitam dengan aksesoris unik. Ia memanggil guest star selanjutnya, Yovie Widianto untuk diajak duet lagu “Kasih Putih”. Suasana semakin seru saat Andien menyanyikan “Satu yang Tak Bisa Lepas” dari album terbarunya. Di lagu ini, Andien memakai baju yang dipenuhi cat. Ia lalu memanggil guest star selanjutnya, Jevin Llyod memadukan unsur beatbox dan EDM menyanyikan medley lagu “Ipanema”, “Valentine”, dan “Menjelma”. Wanita berusia 30 tahun ini mengajak penonton berjoget dengan single “Jadikan Aku Pacarmu”. Belum habis di lagu tersebut, Andien medley dua lagunya berjudul “Bisikan Hati” dan “Detik Tak Bertepi” dari album pertama Andien berjudul Bisikan Hati yang rilis pada tahun 2000. Tak lupa Andien memberikan tribute kepada mendiang Elfa Secoria menyanyikan “Selamat Jalan Kekasihku”. Lalu, konser mendadak “pecah” di lagu berikutnya, “Let It Be My Way” yang ia nyanyikan bersama guest star terakhir The Cash. Sepanjang lagu ini Andien dan The Cash membuat penonton terbahak-bahak dengan ulah mereka di atas panggung. Sejak awal, penonton terus di buat penasaran dengan aksi serta kostum panggung Andien. Penyanyi yang memulai kariernya di usia belia ini membawakan 24 lagu dengan berganti baju lebih dari 10 busana dari karya lima desainer, yakni Mel Ahyar, Todjo, Tri Handoko, Didi Budiarjo, dan Danjyo Hiyoji. Secara keseluruhan Andien sukses bermetamorfosa di 15 tahun berkarya. Ia tidak hanya memperdengarkan suara emasnya, tetapi juga menyuguhkan aksi panggung serta visual yang sulit dilupakan. Andien pun tampak puas dengan konser Metamorfosa miliknya. “Terima kasih semuanya untuk malam ini. Metamorfosa ini memaknai 15 tahun saya berkarya yang merangkum titik saya dari bawah, perlahan naik, berada di puncak, kemudian ada di fase jatuh sampai akhirnya sahabat-sahabat saya di lima desainer, komposer, dan lainnya mau membantu saya tanpa melihat satu mata untuk kembali bangkit sampai saya bisa menggelar konser ini. Terima kasih,” tutupnya usai konser. Firli Athiah Nabila, (http://showbiz.liputan6.com

4. Tulisan tentang Kritik Musik Musik merupakan seni pertunjukan. Keindahan musik dapat dinikmati baik secara langsung maupun melalui hasil rekaman. Oleh penyajinya, musik diharapkan dapat memenuhi rasa keindahan bagi pendengarnya. Oleh karena itu, sebelum pertunjukan berlangsung, mereka berlatih intensif. Tujuannya adalah agar musik tersajikan dengan baik dan indah. Namun demikian, tujuan tersebut tidak dapat tercapai, keindahan dan respon dari penonton yang diharapkan tidak didapatkan. Jika hal ini tentu dapat menimbulkan kekecewaan baik bagi sang seniman maupun bagi pendengar atau penonton. Pada acara kontes pencarian bakat menyanyi yang sering tampil di media televisi, seperti AFI, Indonesia Idol, X Factor, KDI, penampilan seorang penyanyi selalu dikomentari oleh para juri. Komentar yang disampaikan juri ada yang bersifat pujian dan bersifat celaan. Ada pula

Seni Budaya 61 komentar yang bersifat teknis, seperti pitch control, tempo, dinamik, penghayatan (interpretasi), atau pembawaan (ekspresi), bahkan penampilan. Pernyataan-pernyataan tersebut pada hakikatnya juga merupakan penilaian atas performa sang penyanyi. Tentu pengetahuan, pengalaman dan penguasaan keterampilan, serta perasaan musikal yang dimiliki para juri mendasari penilaian tersebut. Dengan kata lain, pernyataan-pernyataan tersebut merupakan bagian dari kritik. Akan tetapi, sebenarnya kritik musik bukan hanya komentar sesaat seusai pertunjukan tetapi suatu ulasan mendalam dan luas guna memberi pemahaman atas karya. Tujuannya menjembatani karya musik dan pelakunya dengan masyarakat pendengar sehingga terbangun suatu pemahaman atas nilai-nilai keindahan (estetika). Dalam seni musik minimal terdapat tiga komponen penunjang kegiatan, yaitu penciptaan atau kekaryaan (seniman), apresiasi atas penikmatan/penghargaan (khalayak penonton dan kritikus), dan karya seni (sebagai produk dan proses).

Sumber: http://infounik- pintar.blogspot.co.id/ Gambar 8.2 Tim Page Tim Page adalah penulis, editor, kritikus musik, produser dan profesor. Tim adalah kritikus musik yang berhasil memenangkan hadiah nobel, editor dan sekaligus penulis biografi Dawn Powell.

a. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Kritik Musik Istilah kritik yang dalam bahasa Inggris critic berasal dari kata kritikos yang berarti able to discuss. Kata “kritikos” dapat dikaitkan dengan kata Yunani krenein, yang berarti memisahkan, mengamati, menimbang, dan membandingkan. Kritik merupakan penilaian terhadap kenyataan yang kita hadapi dalam sorotan norma (Kwant, 1975:19). Dalam pengertian itu berarti di dalam kritik harus ada norma-norma tertentu yang berfungsi sebagai dasar penilaian atau pembahasan terhadap sesuatu yang kita hadapi. Dengan persyaratan normatif semacam itu, maka sesungguhnya istilah “kritik” berkaitan dengan istilah “kriteria” sebagai ukuran penilaian. Artinya, kritik harus berdasarkan kriteria tertentu. Objek yang dikritik dalam musik tentu saja karya musik yang sedang dicermati. Karya musik itu umumnya memiliki gagasan keindahan dan bunyi atau pesan yang ingin disampaikan oleh penciptanya. Oleh karena itu, di dalam karya tersebut ada orang yang menciptakannya, maka gagasan dari penciptanya yang paling utama dianalisis. Agar sampai ke pendengarnya, karya musik memerlukan penyaji. Penyaji ini juga mendapat perhatian dalam kritik musik. Bagaimana penyaji membawakan karya musik kepada pendengar? Sudah sesuaikah dengan jiwa musik dari penciptanya? Di sini, hubungan timbal balik berupa pemahaman antara pencipta, penyaji musik, dan pendengar dapat terjembatani. Kegiatan kritik hendaknya melibatkan metode penelitian dan evaluasi yang bisa menjadi dasar bagi seseorang untuk mengkritik dalam upaya mengangkat karya seni ke jenjang yang tinggi. Seorang kritikus hendaknya mampu menyajikan suatu nilai mengenai karya seni yang

62 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 sedang ditulisnya, dan mampu menjelaskan (menyampaikan) kelebihan dan kekurangan serta membandingkannya dengan karya seni lainnya. Dengan sasaran penilaian kualitas dan manfaat bagi isi suatu karya seni, maka kehebatan yang khas bisa dihargai. Pemahaman yang dimaksud di atas adalah pemahaman akan nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam karya musik. Karena berkisar pada nilai-nilai, maka kepekaan terhadap nilai harus memegang peranan pokok dalam kritik. Kalau kepekaan terhadap nilai itu tidak ada, kritik menjadi tanpa respek (Kwant, 1975: 19). Dengan kata lain, kritik berfungsi sebagai penilaian atas nilai. Nilai-nilai yang diungkap melalui kritik itu pula yang berguna bagi masyarakat. Sem C. Bangun mengatakan, bagi masyarakat kritik seni berfungsi sebagai memperluas wawasan. Bagi seniman kritik tampil sebagai ‘cambuk’ kreativitas (Bangun 2011:3). Melalui pernyataan tersebut jelaslah bagi kita, bahwa kritik memiliki dampak yang baik bagi perkembangan musik itu sendiri dan bagi masyarakatnya. Jadi, ada hubungan yang erat suatu kritik musik dengan orang-orang yang terlibat dalam dunia keindahan musik itu. b. Pemanfaatan Kritik Seni Musik Kritik seni musik disusun atas pemikiran untuk menjembatani interaksi antara pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi penciptaan, penyajian, dan penikmatan karya seni musik tersebut. Ditinjau dari jenis pemanfaatannya, kritik seni musik terdiri atas: 1) Kritik Jurnalistik Kritik jurnalistik merupakan kritik yang disusun untuk kepentingan pemberitaan. Biasanya bersifat informatif. Kritik ini menonjolkan keaktualan sehingga biasanya berisi ulasan singkat. 2) Kritik Pedagogik Kritik pedagogik bertujuan untuk pengajaran kesenian dalam lembaga pendidikan. Tujuan kritik ini adalah untuk mengembangkan bakat dan dan potensi siswa. Ini dilakukan dalam proses belajar mengajar dengan objek kajian adalah karya siswanya sendiri. Dengan kritik ini pembelajar semakin meningkatkan kualitas karyanya. 3) Kritik Ilmiah Kritik ilmiah biasanya dilakukan oleh kalangan akademisi dengan metodologi penelitian ilmiah, dilakukan dengan pengkajian secara luas, mendalam, dan sistematis, baik dalam menganalisis maupun membandingkan kualitas dan karakter musikalnya dengan karya seniman lain atau karya lain dari seniman yang sama. Kritik ilmiah harus dipertanggungjawabkan secara akademis dan estetis. Kualitas dan karakter musikal sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh cara penggunaan, pemanfaatan, serta sistem pengolahan elemen-elemen. Adapun elemen-elemen musikal yang dimaksud antara lain: a) Organ (alat) Organ dalam musik tidak terbatas pada organ-organ konvensional yang dikenal tetapi apa saja yang digunakan dalam rangka mengeluarkan bunyi. Alat atau instrumen atau media yang digunakan sebagai sumber bunyi. b) Ritme Ritme adalah interaksi durasi (nilai waktu) dari setiap bunyi termasuk dalam hal ini durasi antara bunyi dengan saat diam.

Seni Budaya 63 c) Tempo Tempo adalah kecepatan bergerak, dalam hal ini berhubungan dengan nilai nada atau lamanya waktu bunyi berbunyi, termasuk lamanya waktu diam berlangsung. Tempo juga berarti kecepatan atau lamanya satu musik berlangsung. d) Bunyi Bunyi adalah sesuatu yang didengar, yang keluar dari satu atau lebih organ yang digetarkan. Bunyi yang dimaksud baik yang bersifat nada maupun non nada, baik yang bersifat frekuensif maupun amplitudis. e) Style Style dalam musik adalah gaya dari satu atau lebih (satu bunyi hasil kombinasi beberapa bunyi) bunyi yang termasuk karakter atau sifat bunyi tersebut. Dalam hal ini amat banyak dipengaruhi oleh teknik membunyikannya. Hal ini sangat berhubungan juga dengan dinamika. f) Teknik Teknik adalah cara mengekspresikan sebuah bunyi. Hal ini sangat terkait dengan dinamika dan style. g) Dinamika Dinamika sebenarnya atau pada hakikatnya segala hal yang dibuat untuk memberi jiwa pada satu bunyi, namun kenyataan secara umum pengertian dinamika lebih banyak diasosiasikan pada kuat lemahnya atau keras lembutnya satu bunyi. Yang termasuk dalam objek penelitian elemen ini antara lain hal-hal yang menyangkut volume atau dinamika proses tetapi juga dinamika register termasuk ekspresi-ekspresi lain yang dengan jelas memberikan bentuk/karakter pada satu bunyi. h) Interval Interval adalah jarak antara bunyi satu dengan bunyi yang lain. Dalam hal ini dimaksudkan untuk interval antarbunyi vertikal maupun antarbunyi secara horizontal. i) Aksentuasi Aksentuasi adalah penekanan yang memiliki kaitan dengan intensitas, bahkan kualitas dari satu bunyi termasuk style, dinamika, teknik, dan ritme. j) Harmoni Harmoni adalah keselarasan yang ditimbulkan akibat interaksi bunyi-bunyi termasuk antara bunyi dengan yang bukan bunyi. Biasanya kriteria keselarasan tergantung dari sistem yang digunakan dan konsep musik apa yang dibuat. k) Tekstur Tekstur adalah interaksi gerakan-gerakan bunyi yang secara fisik dapat dilihat dalam interaksi melodi atau bunyi musikal. Dalam hal tertentu bisa juga dikatakan sebagai bentuk fisiknya harmoni. l) Figur Figur adalah kelompok nada terkecil (minimal dua bunyi yang sudah mengandungi unsur karakter bunyi dan karakter waktu).

64 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 m) Motif Motif adalah sekelompok nada (bisa juga bunyi) yang telah memiliki karakter tertentu serta membawa ide atau kesan tertentu. Pengertian umum adalah sekelompok nada atau bunyi yang menjadi penggerak dari sebuah lagu atau rangkaian nada yang telah menjadi tema. Apabila figur telah berperan sebagai tema, maka disebut motif. n) Form Form adalah kesatuan bentuk musikal yang terdiri atas struktur-struktur. Dalam musik dikenal dengan form of music dan form in music. Yang dimaksud dengan form of music adalah bentuk fisik dari karya musik yang dapat dilihat secara fisik dalam partitur, sedangkan form in music adalah kesatuan bentuk musikal yang ditangkap dari pendengaran. Sering bentuk ini disebut bentuk psikis atau bentuk batin dari satu karya musik. o) Ornamen Ornamen adalah hiasan-hiasan yang diberikan pada satu bunyi atau kelompok nada atau bunyi yang merupakan hiasan dari satu nada. Ornamen ini sangat berhubungan dengan style, figur, motif dan teks serta status-status nada. Dalam buku-buku analisis musik Barat, elemen ornamen ini terkadang dianggap sebagai elemen tambahan, namun dalam penelitian musik-musik Etnik, elemen ornamen mendapat perhatian yang cukup besar, sebab ornamen bagi musik-musik Etnik sering bukan sekadar hiasan tetapi juga merupakan elemen penunjuk identitas, baik identitas pribadi seniman, identitas masa, maupun identitas wilayah atau daerah, bahkan identitas budaya. p) Modus atau Tangga Nada Yang dimaksud dengan tangga nada adalah nada-nada atau susunan nada yang terdiri dari nada terendah hingga nada yang tertinggi yang disusun secara bertahap, yang membentuk satu kesatuan nada-nada yang digunakan dalam satu komposisi. Biasanya, rangkaian nada-nada ini membawa karakter atau sifat bunyi tertentu. Aspek-aspek elemen musikal yang disebutkan di atas dapat dijadikan sebagai pisau bedah sekaligus teori untuk mengkaji dan membedah struktur musikal suatu komposisi musik c. Penyajian Kritik Seni Musik Penyajian kritik musik dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Penyajian secara tulisan disusun seperti urutan penyaian di atas. Pada awal tulisan perlu kiranya ditambahkan bagian pendahuluan. Dengan demikian penyajian kritik dalam bentuk tulisan meliputi: 1) Pendahuluan 2) Deskripsi 3) Analsis 4) Interpretasi 5) Evaluasi 6) Simpulan/Rekomendasi

Seni Budaya 65 Berikut contoh kritik karya seni musik:

Kritikan Terhadap Lagu ST 12 oleh Bina Syifa

Membicarakan lagu ST 12 seolah tidak ada habisnya. Baru 3 album diluncurkan, plus satu album repackage, hampir semua lagu band yang pernah digawangi Charly Van Houten ini selalu menjadi hits. Padahal, dahulu banyak yang meremehkan lagu ST 12, band asal Bandung ini. ST 12 awalnya terdiri atas empat personel. Mereka ialah Charly Van Houten atau Charly (vokalis), Pepeng atau Dedy Sudrajat (gitaris), Pepep atau Ilham Febry (drummer), dan Iman Rush (gitaris). Nama band ini terinspirasi dari nama sebuah jalan, Stasiun Timur No. 12 yang disingkat menjadi ST 12. Dalam perjalanan waktu, Iman Rush meninggal dan ST 12 bertahan dengan tiga personel saja. Hal ini tidak mengurangi kemungkinan lagu ST 12 menjadi lagu paling sering dinyanyikan remaja Indonesia.

Lagu ST 12 Awalnya Sempat Dikira Lagu Band Malaysia Gebrakan pertama ST 12 ialah album berjudul Jalan Terbaik (2005). Ketika video klip “Aku Masih Sayang” sebagai lagu andalan di album ini ditampilkan, barangkali akan ada orang yang menyangka band ini berasal dari Malaysia. Ada pula yang beranggapan ST 12 hanya akan mengekor Kangen Band, band asal Lampung yang menancapkan kembali unsur Melayu di lagu-lagu pop Indonesia pada pertengahan 2000-an. Demikian pula dengan lagu kedua, “Aku Tak Sanggup Lagi” atau yang sering disingkat menjadi “ATSL”. Kebanyakan orang belum terlalu memerhatikan lagu ST 12 di album pertamanya. Hampir tiga tahun setelah album pertama, ST 12 merilis album kedua, “P.U.S.P.A” (2008). Album ini lebih populer dari album pertama mereka. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan Charly sebagai pencipta lagu dalam menciptakan musik yang lebih mudah didengar telinga dan pemilihan lirik yang mudah dihafal. Sebagai contoh, single pertama album ini, PUSPA (Putuskan Saja Pacarmu). Didukung video klip setengah konyol dan model Luna Maya, lagu ini menjadi hits. Lagu ini cocok dengan mentalitas remaja pada umumnya, yang berprinsip, “sebelum janur kuning melengkung, masih ada harapan”. Alhasil, lagu ST 12 ini menjadi lagu “kebangsaan” para remaja saat itu yang ingin menaklukkan kekasih hati. Lagu hits kedua, Selingkuh (Cari Pacar Lagi) juga tidak kalah unik. Lirik lagu ini cukup nakal, “Ku jadi selingkuh, sebab kau selingkuh. Biar sama-sama kita selingkuh.” Lagi-lagi, dengan konsep video klip lucu plus model Wulan Guritno, lagi-lagi lagu ST 12 yang catchy ini langsung merasuk ke telinga kaum ABG. ST 12 semakin populer berkat single ketiga dan keempat dari album P.U.S.P.A, Saat Kau Jauh (SKJ) dan Saat Terakhir. Lagu yang disebut terakhir, dipersembahkan kepada Iman Rush. Kedua lagu ini kemudian disusul lagu-lagu lain, seperti Biarkan Aku Jatuh Cinta (dalam album P.U.S.P.A repackaged), dan dua lagu ST 12 yang paling fenomenal Aku Padamu plus Aku Terjatuh (dalam album Pangeran Cinta ). Kehebatan Charly sebagai pencetak lagu hits, kemudian membuat banyak orang memanfaatkan jasanya. Sebagai contoh, Olga Syahputra. Seniman yang susah menghafal lagu dan bersuara pas-pasan ini diberikan lagu Hancur Hatiku yang nyaris cuma berisi satu kalimat.

66 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Charly belakangan juga menjadi bidan bagi band-band baru di Indonesia yang bersifat parodi, seperti Peter Band (plesetan Peterpan) dan Nirwana Indonesia (plesetan band Nirvana). Charly juga membuka Pangeran Cinta Management, yang berisi para musisi muda Indonesia, seperti Sinta & Jojo, Putri Penelope, Sembilan Band, 86, dan Iniaku. Charly mengaku terinspirasi dari RCM (Republik Cinta Management) yang dibentuk Ahmad Dhani sebagai satu-satunya manajemen musisi paling baik di Indonesia. Sama seperti sistem di RCM, Charly membuatkan lagu buat beberapa seniman manajemennya. Uniknya, lagu Charly buat penyanyi atau seniman lain, tidak kalah menjadi hits seperti lagu ST 12.

Lagu ST 12 Menjiplak? Dari segi lirik, ada beberapa indikasi bahwa lagu ST 12 sangat terinspirasi lagu musisi lain. Misalnya, lagu hits ketiga album pertama mereka, Rasa yang Tertinggal. Dalam baris lagu ini, terdapat penggalan lirik refrain “menjadikan bintang di surga, memberikan rona yang dapat menjadikan indah”. Terdapat kemiripan lirik ini dengan lirik lagu Peterpan yang berjudul Bintang di Surga. Reffrain lirik lagu ini sendiri berbunyi “bagai bintang di surga dan seluruh warna”. Mengingat lagu Peterpan lebih dahulu beredar, dan sangat sulit menemukan orang yang dapat membentuk frasa “Bintang di Surga”, kemungkinan Charly terinspirasi sekali dengan lagu ini dan sedikit memodifikasi lirik tadi buat lagu ST 12. Lagu berbeda yang mungkin terinspirasi dari lagu band lain, ialah lagu Pangeran Cinta. Lagu ini terdapat dalam album terakhir ST 12, Pangeran Cinta (2010). Mudah sekali mencari surat keterangan lagu tersebut, yaitu lagu dengan judul serupa yang dibawakan oleh Dewa 19. Dalam hal ini, terdapat disparitas mencolok tentang liriknya. Lagu Pangeran Cinta Dewa 19 sekilas memang seolah mengisahkan seorang lelaki yang cintanya akan kekal abadi. Namun, sebenarnya lagu ini merupakan citra seorang sufi yang jatuh cinta kepada Tuhan. Sang sufi ingin membuktikan cintanya kekal, seperti Tuhan Yang Maha Kekal. Sementara itu, lirik lagu Pangeran Cinta -nya ST 12 hanya mengisahkan seorang lelaki yang ingin membuat sang wanita mabuk kepayang oleh cintanya. Dalam hal ini, tentunya lagu ST 12 berjudul Pangeran Cinta kurang layak dibandingkan dengan lagu Dewa 19 berjudul sama.

Kritikan Terhadap Lagu ST 12 Meskipun diterima banyak kalangan, bukan berarti ST 12 lolos dari kritik. Gaya mereka yang kemelayu-melayuan sempat disindir oleh musisi papan atas, Yovie Widianto. Pentolan grup Kahitna dan Yovie & The Nuno itu menganggap musik melayu yang menyebar sejak tahun 2003-an sebagai titik balik kemunduran musik Indonesia. Ibaratnya, remaja Indonesia yang sempat terpukau dengan musikalitas tinggi yang dibangun pada era 1990-an dengan munculnya Dewa 19, Slank, dan Kahitna, sekarang memiliki selera musik yang lebih rendah. Kebetulan, lagu-lagu ST 12 dan band melayu lain memang tidak glamor dan liriknya tidak dalam. Dikritik tentang lagu ST 12, Charly mengaku bahwa semua musisi memiliki idealisme masing-masing sehingga seseorang tidak berhak buat memaksakan idealisme musiknya kepada orang lain. Charly juga menegaskan bahwa musik, seni, dan budaya sifatnya universal. Artinya, tidak ada batasan musik yang bagus haruslah musik jazz; yang bagi kebanyakan kaum elite menjadi baku lagu bagus.

Seni Budaya 67 Sebaliknya, ada musisi yang cuma mengandalkan tiga kunci dalam membuat lagu. Ia pun asal membuat lirik lagu, yang krusial penyampaiannya ringan dan mewakili perasaan kebanyakan orang. Dengan kualitas yang pas-pasan, nyatanya lagu model ini lebih diterima bagi publik musik Indonesia. Lagu ST 12 mungkin ada di jenis lagu kedua; namun dengan segala kelemahannya, lagu ST 12 ini toh berhasil membuat histeria massa; sinkron dengan amanat industri musik saat ini. Sumber: http://www.binasyifa.com

Berikut contoh kritik terhadap album:

Critic of Music: Adele – 25 http://www.criticofmusic.com/

After largely disappearing from the public eye from the past three years, the (arguably) biggest star of the millennium is back. Coming off the unfathomable success of Adele’s sophomore album “21” - 30 million albums, 3 #1 hits, over half a dozen Grammy’s - 25 is tearing records down on its own. 21 was largely pulled by four fantastic songs: The epic “Rolling in the Deep,” the masterful “Someone Like You,” the dramatic “Set Fire to the Rain” and the underrated magnum opus “Turning Tables.” The rest of the album was largely uneventful, but the four aforementioned tracks were so damn good that it didn’t matter. 25 doesn’t have a blatant standout group of songs; while lead single “Hello” largely triumphs over its neighbors in a similar manner to Rolling in the Deep, no song is bold enough to warrant any comparisons to the Big Four of 21. What is perhaps 25’s biggest fault is that it feels ironically rushed. After four years, one would think that 25 would be fully developed in every foreseeable direction. Yet the tracklisting is on Beyoncé’s “4” level of horrendous: “Hello” is the only understandable choice as it’s a clear album opener, but the terrifyingly poppy “Send My Love (To Your New Lover)” as track number 2 while songs like “Love in the Dark” and “All I Ask” are stuffed in the albums latter half? A clear mistake on the part of team Adele. Then there’s lyrical clunkiness: “Sometimes I feel lonely in the arms of your touch.” Just say “arms” Adele, it’s understood that when you’re in someone’s arms they’re touching you. “It feels like we’re oceans apart / There is so much space between us,” when you say “oceans apart” it’s also understood that there’s “space” between the two parties. Simple mistakes and redundancies like this are almost unacceptable for an album that’s largely expected to be perfect.

Critic of Adeles Vocal Vocal Range: C3 - E5 - G#5 (D6), Voice Type: Dark Mezzo-Soprano (2 octaves, 4 notes), Vocal Rating: A-List, Recommended Listenings: Hometown Glory, I Can’t Make You Love Me, Someone Like You, Rolling In The Deep Positives: Adele is known for two things: Power, and Emotion. Though her belts don’t stretch incredibly high range wise, they tower over most competitors in terms of sheer force (see Rolling In The Deep). Her emotions conversely, are just as moving. She plays scornful ex-girlfriend, wallowing-in-heartbreak ex-lover, and sweet-wife with gut wrenching ability.

68 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Her lower register is weighty and full, (see Hometown Glory). The mid-range and belting register loses weight as it ascends, meaning that lower belts are more powerful than upper ones. Though not often used, Her falsetto is airy and used with great expression (Someone Like You), while the head voice is fuller, though not quite operatic. Excellent, natural vibrato. Negatives: Adele uses improper, damaging technique to achieve the resonance of her upper belts. She also opts not to use her falsetto/head voice very often live, though this could be an artistic decision.

B. Mempresentasikan Hasil Analisis Musik Barat Setelah mempelajari uraian di atas, kamu pasti bisa menyusun tulisan berdasarkan hasil analisis lagu, album, atau karya seni musik pada umumnya. Silakan lakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menghasilkan karya tulis hasil analisis musik barat. Kamu dapat pula menentukan jenis tulisan yang akan dibuat. Ada beberapa pilihan jenis tulisan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kamu dapat menulis dalam bentuk resensi, review, atau kritik. Juga dapat memilih untuk keperluan pembelajaran, pemberitaan, atau kritik ilmiah. Untuk itu, kamu dapat memulai pelatihan penyajian karya tulis dengan mengadakan diskusi kelompok kecil. Hasilnya disusun dengan mengikuti kaidah-kaidah penulisan karya tulis ilmiah yang baik. Perhatikan langkah-langkah dan sistematika yang dicontohkan di atas. Kamu dapat memulai dengan presentasi sederhana terhadap objek karya seni musik yang akan dijadikan pembahasan. Minta tolong teman-temanmu untuk memberi masukan atas hasil ulasanmu sebelum dijadikan dasar penyusunan karya tulis ilmiah. C. Mengkomunikasikan 1. Bentuklah kelompok terdiri atas 4-6 orang. 2. Tentukan lagu atau album musik barat yang mudah didapat di sekitarmu. 3. Analisislah berdasarkan kriteria teori musik pada umumnya. 4. Diskusikan hasilnya. 5. Susun tulisan yang mendalam tentang karya lagu atau album yang telah dianalisis tersebut. Susun dengan sistematika yang sudah dijelaskan. Setelah tersusun, sajikan secara ringkas di depan kelas. Nilailah karya tulis kelompok lain dengan kriteria sebagai berikut: No Kriteria Skor 1 Isi 50 2 Teknik Penulisan 30 3 Kelengkapan Unsur Sistematika 10 4 Kebahasaan 10 Jumlah 100

Seni Budaya 69 Rangkuman 1. Tulisan tentang seni musik dapat dibedakan menjadi tulisan yang bersifat teori, sejarah musik, jurnalistik, dan kritik musik. 2. Tulisan teori musik adalah tulisan keilmuan tentang musik. 3. Tulisan teori musik biasanya dimanfaatkan untuk bahan pembelajaran seni musik. 4. Tulisan sejarah biasanya berisi deskripsi tentang perkembangan musik, kiprah para seniman musik, dan pengaruh musik dalam kehidupan seni budaya masyarakat. 5. Melalui tulisan sejarah musik, kita dapat mengetahui juga ciri-ciri musik di suatu tempat ternyata berkaitan dalam perkembangannya dengan seni musik di tempat lain. 6. Tulisan jurnalistik seni musik terdiri atas dua jenis, yakni resensi dan review. 7. Resensi merupakan tulisan tentang karya seni musik yang berisi ulasan tentang keunggulan dan kelemahannya untuk direkomendasikan kepada masyarakat penikmat seni musik melalui media masa. 8. Review merupakan tulisan pemberitaan yang berisi ulasan tentang karya seni musik tanpa pretensi yang disajikan demi informasi yang objektif kepada khalayak melalui media masa. 9. Kritik ulasan tentang keunggulan dan kelemahan suatu karya seni musik berdasarkan kriteria tertentu yang bersifat ilmiah dan objektif. 10. Kritik disajikan demi peningkatan kualitas karya seni musik selanjutnya.

Uji Kompetensi

Penilaian Sikap 1. Setelah mempelajari uraian di atas dan melihat contoh-contoh tulisan, bagaimana perasaanmu ketika harus menilai dan mempertimbangkan suatu karya seni musik? 2. Dengan kritik seni berkembang. Setujukah kamu dengan pernyataan tersebut? Mengapa demikian? 3. Mungkinkah mengkritik suatu karya tanpa melibatkan subjektivitas pribadi? Jelaskan pendapatmu! Penilaian Pengetahuan 1. Berisi hal apa sajakah tulisan tentang teori musik? Bagaimana sistematikanya? 2. Dimanfaatkan untuk apakah tulisan tentang teori musik? 3. Berisi apakah tulisan sejarah musik? 4. Termasuk tulisan jenis apakah kiprah para seniman musik? 5. Di dalam tulisan manakah pengaruh musik dalam kehidupan seni budaya masyarakat? 6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan resensi dan review! Jelaskan pula sistematikanya! 7. Jelaskan apa yang dimaksud tulisan kritik dalam seni musik! Jelaskan langkah-langkah kritik seni musik! 8. Sebutkan jenis-jenis kritik seni musik berdasarkan manfaatnya! 9. Jelaskan sistematika kritik seni musik! 10. Buatlah karya tulis kritik seni musik terhadap lagu “Firework“ karya Katy Perry!

70 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 EVALUASI GERAK TARI BAB KREASI BERDASARKAN TEKNIK TATA PENTAS 9

Pada Bab 9 ini, siswa diharapkan: 1. Mendeskripsikan karya tari kreasi berdasarkan teknik tata pentas. 2. Mengidentifikasikan karya tari kreasi berdasarkan teknik tata pentas. 3. Melakukan asosiasi karya tari kreasi berdasarkan teknik tata pentas. 4. Mengomunikasikan karya tari kreasi berdasarkan teknik tata pentas.

A. TEKNIK TATA PENTAS TARI KREASI Tata pentas tari adalah teknik merancang untuk mementaskan tari yang baik, sehingga tampak jelas tampilan keindahan geraknya. Apabila tari akan dipentaskan di kelas atau di luar kelas, mungkin kamu akan membuat panggung yang sesuai dengan kebutuhan tari. Mungkin perlu peninggian untuk membedakan posisi pemain dan penonton, mungkin pula perlu peninggian di panggung untuk tempat tokoh. Mungkin juga perlu sekat di pinggir panggung untuk jalan keluar masuknya penonton. Bentuk tata pentas tari seperti itu adalah peniruan dari panggung prosenium dan auditorium pada pertunjukan professional yang menempatkan penonton dan pemain pada posisi berbeda yang saling berhadapan. Akan tetapi, manakala kamu memerlukan pertunjukan tari yang bisa ditonton dari berbagai arah, maka bentuk arena adalah pilihan yang tepat. Bisa saja bentuknya seperti huruf U, mirip tapal kuda atau meniru huruf L dengan peninggian atau bahkan berbentuk lingkaran tanpa peninggian. Panggung arena bisa didirikan di areal halaman sekolah. Tetapi tentu saja dengan memperhatikan lingkungan. Jangan sampai keperluan tata pentas membuat rugi hal lainnya, seperti rusaknya tanaman atau menghalangi jalan sebagai fasilitas umum. Ada pengalaman kawan dari Bali, kadangkala mereka mengadakan pertunjukan tanpa panggung alias beralas tanah. Sementara, penonton dan pemain dibatasi oleh garis di tanah sebagai penghalang. Nah, sebagai siswa yang kreatif tentunya ketiadaan panggung permanen bukan menjadi penghalang untuk berkarya. Tidak adanya panggung justru bisa dijadikan sumber untuk berkreasi membuat tata pentas baru dengan alam atau lingkungan sekitar sebagai latar pertunjukan. Pernahkah terpikirkan oleh kamu berkreasi tari Tani atau berkreasi tari Nelayan dengan latar alam sebenarnya? Patut dicoba! Kamu bisa mencoba menata pentas pertunjukan tari kreasi yang bersumber dari alam dengan panggung alamiah yang ada di sekitar daerahmu. Dari uraian di atas bisakah kamu menyebutkan kegunaan teknik tata pentas? Nah, selanjutnya dibahas mengenai kegunaan teknik tata pentas yaitu: untuk mampu mengemas sebuah karya tari, dan untuk menata sebuah pertunjukan supaya terlihat lebih indah.

Seni Budaya 71 B. Mendeskripsikan Karya Tari Kreasi Baru Berdasarkan Teknik Tata Pentas Contoh teknik tata pentas tari kreasi di panggung prosenium.

Sumber: www.taringa.net Gambar 9.1 Tari Seribu Tangan Gambar 9.1 di atas adalah tari kreasi dengan tata pentas yang dilaksanakan di atas panggung prosenium. Tari Seribu Tangan ini, geraknya mengandalkan variasi gerak tangan yang dilakukan oleh sekelompok penari dalam beragam ruang gerak (dari ruang gerak sempit yang dilakukan oleh penari terdepan sampai kepada ruang gerak terluas yang dilakukan oleh penari paling belakang). Tata pentas dilaksanakan pada pola lantai bergaris lurus dengan level dari rendah sampai tinggi. Pergelaran tari kelompok ini sangat cocok dilaksanakan di atas panggung prosenium, karena dilakukan dengan gerak tari yang mengandalkan gerak tangan saja dan dalam posisi tetap. Akan tetapi, apabila ditampilkan di panggung arena berbentuk lingkaran, maka idealnya penari kelompoknya ditambah tiga atau empat kelompok agar penonton yang melingkari panggung bisa menonton dengan leluasa. Contoh teknik tata pentas arena, dengan panggung di luar (outdoor).

Sumber: bali.panduanwisata.com Gambar 9.2 Tari Kreasi dengan menggunakan tata pentas arena di luar

72 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Gambar di atas telah kamu amati yaitu gambar tari Kecak dari Bali. Bagaimana tanggapan kamu atas gambar tersebut? Tari Kecak pada gambar ditampilkan di ruang terbuka (outdoor) beralas tanah dengan posisi pemain melingkar dalam tata pentas arena. Tata pentas menggunakan panggung arena, memungkinkan penonton melihat pertunjukan dari berbagai arah. Tari Kecak awalnya dipertunjukan di pura untuk keperluan upacara dengan waktu pertunjukan yang sangat lama karena menampilkan cerita Ramayana dari awal sampai akhir. Akan tetapi saat ini, tari kecak sudah terbarukan dan bisa ditampilkan dalam beberapa menit dengan cerita sudah disingkat untuk keperluan para wisatawan yang mengunjungi Bali. Adakah hal lain yang menarik dari tata pentas tari Kecak ini? Terdapat tiga lapis lingkaran orang yang mengelilingi 3 orang penari. Lingkaran orang ini memiliki fungsi sebagai: 1. batas/kalang pertunjukan dalam tata pentas arena; 2. pengiring musik internal, karena tari ini hanya diiringi dengan suara dari mulut (semacam akapela dalam musik); 3. peran yang berganti-ganti (sebagai sekumpulan kera pasukan Rama, sebagai gelombang air ketika pasukan Rama menyeberang lautan ke Alengka, sebagai api ketika Hanoman membakar Alengka). Contoh tari kreasi dengan panggung di ruang terbuka (outdoor) berlatar lingkungan.

Sumber: https://youtu.be/ UKozEChdn4U Gambar 9.3 tari Pohaci karya Ine Arini

Gambar 9.3 menampilkan seorang penari yang berpentas di ruangan terbuka diantara puing-puing reruntuhan bangunan. Dari rekaman video terlihat ada alat berat yang sedang bekerja meratakan tanah, pekerja bangunan dan juga pemulung. Dihadapan penari terletak tempat air dari tanah dan tetumbuhan. Judul tari ini adalah Pohaci, yaitu tokoh seorang dewi pelindung bumi dalam cerita rakyat Sunda. Apa yang kamu pikirkan kalau melihat pentas seperti ini? Tentu saja sesuai dengan yang kita diskusikan sebelumnya, bahwa tari ini menggunakan teknik tata pentas berlatar lingkungan alam sekitar. Coba amati sekali lagi! Apa kaitannya tari Pohaci dengan lingkungan yang berantakan? Tari Pohaci memiliki simbol Dewi Pohaci yang merasa sedih atas kerusakan lingkungan dan Dewi Pohaci turun ke bumi untuk melindungi dan menyuburkan bumi. Andai saja kamu mengamati pertunjukan ini di internet, tentu akan melihat dan mendengar gemuruhnya suara alat berat yang sedang meratakan tanah dan suara pukulan palu para pekerja. Kesimpulan apa yang kamu peroleh dari mengamati tari kreasi ini? Silahkan diskusikan dengan teman-teman.

Seni Budaya 73 Deskripsikanlah contoh-contoh tari di bawah ini! Deskripsikanlah teknik tata pentas tari kreasi ini! Diskusikan bersama teman sekelompokmu!

Sumber: sianiadiveka.wordpress.com Sumber: https://youtu.be/LVxRyzXM7LQ?t=23 Gambar 9.4 Tari Kreasi Kipas dari Korea Gambar 9.5 Tari Kreasi dari Bali

Identifikasikanlah pada tari karya Toto Sugiarto dengan judul Tari Dogdog Lojor di Taman Budaya Bandung. (video dapat didownload pada http://youtube/https://youtu.be/ t4ozElmjDGc?t=101), atau tari daerah lainnya yang ada disekitarmu!

Berikut ini disajikan contoh foto-foto tarian Dogdog Lojor.

Sumber: https://youtu.be/t4ozElmjDGc?t=101 Sumber: https://youtu.be/t4ozElmjDGc?t=101 Gambar 9.6 Cuplikan Tari Kreasi Dogdog Lojor karya Gambar 9.7 Cuplikan Tari Kreasi Dogdog Lojor karya Toto Sugiarto Toto Sugiarto

74 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Selanjutnya kamu identifikasikan tari kreasi yang ada di daerah kamu dan jawablah pertanyaan berikut ini. 1. Bagaimana teknik tata pentas tari kreasi yang ada di dalam video atau teknik tata pentas tari kreasi yang ada disekitarmu? 2. Jelaskan ciri-ciri tari kreasi yang ada di dalam video atau tari kreasi yang ada disekitarmu!

Amati gambar tari Pohaci di bawah ini dan diskusikan dengan kelompokmu untuk memilih jawaban atas pertanyaan!

Sumber: https://youtu.be/ UKozEChdn4U Gambar 9.8 tari pohaci karya Ine Arini

Pilih jawaban yang dianggap paling benar dan diskusikan alasan jawaban tersebut!

No. Asosiasi tari Pohaci dengan: Simbol/lambang 1. Air dalam kendi Tumbuh-tumbuhan a. Pelestarian b. Kesuburan c. Kesucian d. Kehausan 2. Alat penimbangan Besi rongsokan a. Aktivitas jual beli barang bekas b. Terciptanya lapangan pekerjaan c. Perwujudan protes pada kerusakan lingkungan d. Perwujudan rasa syukur terhadap adanya pembangunan gedung baru

Seni Budaya 75 C. Uji Kompetensi

1. Uji Kompetensi Penampilan Rancanglah teknik tata pentas tari kreasi yang berasal dari daerah sekitarmu bersama kelompokmu. Kemudian, presentasikanlah rancangan kelompokmu di dalam kelas. Berikan penilaian secara bergantian dengan menggunakan tabel berikut ini! (penilaian rancangan tata pentas secara berkelompok). No. Aspek yang dinilai Uraian hasil penilaian 1. Pemilihan tari kreasi dengan teknik tata pentas yang dipilih

2. Kesesuaian simbol/lambang yang terdapat dalam tari kreasi dengan teknik tata pentas

2. Uji Kompetensi Pengetahuan Uraikan pendapatmu secara singkat dan jelas pada butir pertanyaan berikut! a. Apa gunanya teknik tata pentas pada tari kreasi baru? b. Jelaskan bentuk-bentuk panggung yang kamu ketahui!

Rangkuman Menentukan teknik tata pentas dalam tari kreasi bisa dilaksanakan di dalam panggung tertutup dalam ruangan (in door) dan panggung terbuka di luar ruangan (outdoor).

Refleksi Menata tari kreasi menciptakan individu yang mandiri, aktif, dan kreatif.

76 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Mengevaluasi bentuk, jenis, BAB nilai estetis, fungsi dan tata pentas dalam karya tari kreasi 10

Pada Bab 10 ini, siswa diharapkan: 1. Mendeskripsikan tari kreasi berdasarkan bentuk, jenis, nilai estetis, fungsi dan tata pentas dalam karya tari. 2. Melakukan asosiasi tari kreasi berdasarkan bentuk, jenis, nilai estetis, fungsi dan tata pentas dalam karya tari. 3. Melakukan evaluasi tari kreasi berdasarkan bentuk, jenis, nilai estetis, fungsi dan tata pentas dalam karya tari. 4. Mengomunikasikan evaluasi tari kreasi berdasarkan bentuk, jenis, nilai estetis, fungsi dan tata pentas dalam karya tari.

A. KONSEP EVALUASI TARI Evaluasi tari secara umum sepanjang sejarahnya menjadi sebuah wacana yang kurang menyenangkan untuk seseorang yang terkena, karena tidak jarang pengertian evaluasi selalu dikaitkan dengan anggapan mengenai celaan, makian, gugatan, atau koreksi. Akibatnya orang yang terkena evaluasi menjadi kesal, merasa direndahkan, dilecehkan, tidak dihargai, atau dibantai. Tetapi benarkah demikian? Masalahnya adalah bagaimana cara mengemukakan evaluasi itu sendiri. Seyogyanya mengevaluasi dilakukan dengan santun, alasan yang jelas, seimbang dan adil dalam memaparkan kelebihan maupun kekurangan seni yang diamatinya. Posisi seorang evaluator yang juga seorang kritikus menjadi penengah antara penata tari dan penonton/audiens, yang juga memiliki peran seperti pendidik seni. Dengan demikian melalui tulisan seorang evaluator, seorang seniman serta masyarakat umum memahami kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada sebuah karya seni serta memiliki arahan cara untuk memperbaikinya. Seorang evaluator tari adalah juga seorang kritikus, dengan demikian untuk selanjutnya istilah evaluator diganti dengan kritikus. Istilah kritik itu berasal dari bahasa Yunani, yaitu berasal dari kata krites (kata benda) yang bersumber dari kata “kriterion” yaitu kriteria, sehingga kata itu diartikan sebagai kriteria atau dasar penilaian. Dengan demikian kita memberikan evaluasi itu harus memiliki dasar kriteria sebagai acuan. Apakah evaluasi tari itu diperlukan? Bagaimana menurut pendapat kamu? Evaluasi tari diperlukan oleh penata tari sebagai bagian dari sebuah evaluasi untuk meningkatkan kualitas tari, karena evaluasi adalah tanda penghargaan penonton terhadap karya tarinya. Seorang kritikus tari akan memberikan pandangan yang rinci disertai alasan cerdas dalam mengevaluasi karya tari. Seorang kritikus juga akan memberikan pemahaman kepada masyarakat umum mengenai nilai-nilai estetis yang ada pada sebuah karya. Dengan demikian evaluasi yang baik itu bersifat membangun, memberi evaluasi sekaligus memberi motivasi. Apa yang harus

Seni Budaya 77 dimiliki seorang kritikus jika batasan dan peran kritikus yang seperti itu? Kritikus harus memiliki pengetahuan luas mengenai tari dilihat dari misalnya geraknya, fungsinya, jenisnya, pola lantainya, dan teknik tata pentas. Pengetahuan mengenai tari sudah kamu pelajari teori maupun praktiknya. Artinya, kamu pun bisa menjadi seorang kritikus bagi karya tari temanmu, hanya menambah sedikit pengetahuan mengenai nilai keindahan (estetis) yang terdapat pada sebuah tari. Kamu sudah belajar berkarya tari artinya sudah memiliki pengalaman berkarya. Pengalaman berkarya itu adalah modal dasar untuk melakukan evaluasi terhadap karya kamu sendiri yang disebut oto kritik serta melakukan evaluasi terhadap karya tari temanmu. Dengan melakukan hal tersebut, kamu melakukan hal yang bermanfaat untuk saling mengasah ide, membagi ilmu dan membangun kemampuan berargumentasi secara lisan juga cara menuliskannya.

B. CARA MENULIS EVALUASI Pada bagian ini, kamu akan dibiasakan menuliskan pendapat kamu atas hasil pengamatan pada beragam tari etnis di Indonesia. Tahap pertama adalah menuliskan/mendeskripsikan bagian dari tari yang paling mengesankan. Untuk itu mulailah dengan urutan 5W - 1H, yaitu what (apa judul tari), where (dimana dipentaskan), when (kapan dipentaskan), who (siapa yang menari), why (alasan ditarikan), dan how (bagaimana menarikannya). Pada bagian menerangkan how, sangat tidak mungkin menerangkan seluruh gerak dari awal sampai akhir, sebaiknya kamu memilih gerak yang paling kamu sukai dan paling istimewa. Tahap kedua adalah menganalisis gerakannya dengan memberikan argumen yang jernih mengenai keunggulan maupun kelemahan tari atas dasar konsep estetis (wiraga, wirama, wirasa) serta konsep etis dari budaya penyangga tarinya. Tahap ketiga, adalah mengevaluasi tarinya, berarti mengemukakan sikap kamu mengenai tari tersebut. Apabila menurut versi kamu ada yang perlu diperbaiki tunjukkan saranmu kepada temanmu bagian gerak yang mana yang perlu diperbaiki. Dalam hal ini, kamu selalu harus ingat bahwa, saran adalah saran, artinya terserah pada yang dievaluasi akan dilaksanakan atau tidaknya. Yang penting dalam kegiatan ini adalah meningkatnya kemampuan kamu dalam mengapresiasi karya tari, menemukan kekurangan dan solusinya, serta mengemukakan pendapat secara lisan yang disampaikan dengan santun. Inilah panduan dalam mengevaluasi, pada kolom berikut ini!

No. Unsur Evaluasi 1. Wiraga a. Keterampilan menari b. Hafal gerakan c. Ketuntasan bergerak d. Keindahan gerak 2. Wirama a. Kesesuaian dan keserasian gerak dengan irama (iringan) b. Kesesuian dan keserasian gerak dengan tempo

78 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 No. Unsur Evaluasi 3. Wirasa a. Kesesuaian dan keserasian gerak dengan isi tari b. Kesesuaian dengan busana c. Kesesuaian dengan ekspresi

Amati salah satu tarian yang berada di lingkunganmu! Kemudian, carilah tokoh tari di sekitar lingkunganmu, amatilah tariannya, evaluasilah berdasarkan bentuk, jenis, nilai estetis, fungsi, dan tata pentas dalam karya tari, berdasarkan 5 W – 1 H.

Setelah mengamati pertunjukan tari dari sumber lain di lingkungan sekitarmu, kamu dapat melakukan diskusi dengan teman. 1. Bentuklah kelompok diskusi 2 sampai 4 orang. 2. Pilihlah seorang moderator dan seorang sekretaris untuk mencatat hasil diskusi. 3. Untuk memudahkan mencatat hasil diskusi, gunakanlah tabel yang tersedia dan kamu dapat menambahkan kolom sesuai dengan kebutuhan.

Format Diskusi Hasil Pengamatan Evaluasi Karya Tari

Nama anggota : Hari/tanggal pengamatan :

No. Aspek yang Diamati Uraian Hasil Pengamatan 1. Evaluasi tari berdasarkan fungsi tari

2. Evaluasi tari berdasarkan bentuk tari

3. Evaluasi tari berdasarkan jenis tari

4. Evaluasi tari berdasarkan nilai estetis

5. Evaluasi tari berdasarkan teknik tata pentas

Seni Budaya 79 Setelah kamu berdiskusi berdasarkan hasil evaluasi tari mengenai nilai estetis, bacalah konsep evaluasi tari secara umum. Kamu dapat memperkaya dengan mencari materi dari sumber belajar lainnya. Di bawah ini terdapat karya tari dari beberapa orang koreografi terkemuka Indonesia. Pada gambar pertama tertera nama tari dan penata tarinya (koreografer). Dari foto dan nama tarinya saja, kamu tentu sudah bisa menjelaskan mengenai sumber penciptaan karya tari tersebut. Karya Didik yang diberi judul ‘Bedhaya Hagoromo’ ditarikan oleh sembilan penari dengan busana Jawa, bersanggul khas dengan hiasan tusuk konde layaknya putri keraton dan diberi tambahan bulu hias. Busana dan semua hiasan yang digunakan memiliki acuan pada tari Bedhaya, dan ikon- ikon tersebut menjadi alasan pemilihan nama tari dengan menggunakan nama bedhaya. Apabila kamu lebih cermat, bisa dilihat bahwa pada tari ‘Bedhaya Hagoromo’ terdapat seorang tokoh yang berbusana beda dari kelompoknya. Apakah kamu memperhatikan perbedaan busana tokoh tersebut? Tokoh dalam tari tersebut adalah koreografernya sendiri, yang menggunakan busana lengkap dengan hiasan yang biasa dipakai oleh perempuan Jepang dari kalangan keraton. Unsur Jepang ini pula kiranya yang menentukan pemilihan nama tari menjadi ‘Bedhaya Hagoromo’. Dari bahasan ini kamu sudah bisa mengkorelasikan adanya persamaan asal tari, yaitu mengacu pada budaya tari klasik yang ada di keraton Jawa dan keraton Jepang. Tentunya kamu tidak melupakan, bahwa Jepang itu sebuah kekaisaran. Selanjutnya perbedaan tersebut disatukan dengan penggunaan topeng dalam garis wajah yang sama. Dengan demikian karya tari tersebut bersumber pada tari tradisi klasik termasuk ke dalam jenis tari kelompok. Tari kreasi berdasarkan pada tari tradisi klasik Karya Didi Ninik Thowok.

Sumber: http://yulsiapraharis.blogspot.com Gambar 10.1 Tari Bedhaya Hagaromo

Sumber: http://yulsiapraharis.blogspot.com Gambar 10.2 Tari BedhayaHagaromo

80 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Evaluasi 1 EVALUASI KARYA TARI Kesan kamu terhadap Judul tari Nilai Tata Bentuk Jenis tari ini Estetis Pentas Bedhaya Hagoromo

Seorang penari melakukan atraksi tari di dalam air saat wayang sedang berlangsung sambil mengikuti musik yang di mainkan oleh dalang Ki Bima di Sungai Boyong, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta, Minggu (15/11/2015). Acara kirab budaya Merti Kali Boyong ini diberi tema Topo Ngali.

Sumber: mulpix.com Gambar 10.3 Topo Ngali

Apakah ini tari? Itulah pertanyaan dasar yang akan timbul dari pengamatan Gambar 12.3. Untuk menjawab pertanyaan tersebut tentu saja kita kembali kepada unsur-unsur dasar tari. Apakah ada geraknya, ada ruang geraknya, ada tenaganya? Menurut kamu tentu semua ada. Gerak tangan dan lengan adalah gerak yang digayakan, dan membentuk ruang yang bukan gerak sehari-hari. Sikap duduknya pun bukan duduk biasa. Dengan demikian kesimpulannya jelas gambar di atas adalah tari dengan menggunakan teknik tata pentas panggung alam. Kesan apa yang kamu rasakan tatkala mengamati tari ini? Tenangnya air yang menyatu dengan sikap tenang penari yang terlihat dari pandangan mata menunduk setengah tertutup, memiliki hubungan erat dengan judul tari Topo Ngali ‘bertapa di sungai’. Untuk selanjutnya, teruskanlah pengamatan pada tari ini dan isilah kolom pengamatan di bawah ini. EVALUASI KARYA TARI Kesan kamu Judul tari Nilai Tata Bentuk Jenis terhadap tari ini Estetis Pentas Topo Ngali

Seni Budaya 81 No. Gambar Unsur Alasan 1. Fungsi: 1. Upacara 2. Hiburan 3. Penyajian Estetis Jenis: 1. Tari Rakyat 2. Tari Klasik Sumber: http://unistangerang.ac.id 3. Tari Kreasi Baru Gambar 10.4 Kreasi tari non tradisi menggunakan properti Bentuk: 1. Kelompok 2. Berpasangan 3. Tunggal Sumber ide tari: 1. Non tradisi 2. Tradisi 2. Fungsi: 1. Upacara 2. Hiburan 3. Penyajian Estetis Jenis: 1. Tari Rakyat 2. Tari Klasik Sumber: http://unistangerang.ac.id 3. Tari Kreasi Baru Gambar 10.5 Kreasi tari Bentuk: 1. Kelompok 2. Berpasangan 3. Tunggal Sumber ide tari: 1. Non tradisi 2. Tradisi

82 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 No. Gambar Unsur Alasan 3. Fungsi: 1. Upacara 2. Hiburan 3. Penyajian Estetis Jenis: 1. Tari Rakyat 2. Tari Klasik Sumber: http://kompasmuda.com 3. Tari Kreasi Baru

Gambar 10.6 Kreasi Tari Sang Hawa karya Efry Murfi Bentuk: 1. Kelompok 2. Berpasangan 3. Tunggal Sumber ide tari: 1. Non tradisi 2. Tradisi

C. Uji Kompetensi

Uji Kompetensi Sikap Uraikan pendapatmu secara singkat dan jelas pada butir pertanyaan berikut! 1. Bagaimana caranya melestarikan tari tradisi? 2. Bagaimana caranya menata tari kreasi? 3. Bagaimana caranya menumbuhkan rasa kebersamaan, rasa saling menghargai, dan rasa solidaritas antar etnis, antar ras, antar agama?

Rangkuman Mengevaluasi karya tari dengan kriteria: 1. Mulailah dengan urutan what, who, when, where, why, dan how. 2. Menganalisis dengan konsep estetis (wiraga, wirahma, wirasa). 3. Tuliskan saran bagian tari mana yang perlu diperbaiki.

Refleksi Tak kenal maka tak sayang. Kenali dan sayangilah tari Nusantara. Pemahaman terhadap tari nusantara menumbuhkan sikap saling menghargai dan solidaritas.

Seni Budaya 83 BAB 11 MERANCANG PEMENTASAN

Peta Konsep Merancang Pementasan Teater Modern

Merancang Teknik Merancang Prosedur Pementasan Teater Modern Pementasan Teater Modern

Merancang Konsep Pementasan

Setelah mempelajari Bab 11 diharapkan siswa mampu: 1. mengenal jenis-jenis panggung pementasan; 2. mengidentifikasi kebutuhan pementasan; 3. mengidentifikasi peran dan fungsi anggota kepanitiaan dalam pementasan; 4. mengidentifikasi teknik pementasan teater; dan 5. mengidentifikasi prosedur pementasan teater.

84 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Perhatikan gambar berikut ini!

Sumber: penulis Sumber: penulis Gambar 11.1 Bentuk pentas dengan tata panggung Gambar 11.2 Bentuk pentas dengan tata pentas unsur Tiongkok. unsur tiongkok atau buddha.

Sumber: penulis Sumber: penulis Gambar 11.3 Tata panggung dengan barang- Gambar 11.4 Tata panggung dengan menggunakan barang bekas. tangga untuk memberi kesan rendah dan tinggi.

Setelah mencermati gambar panggung, deskripsikan tentang tema panggung yang digunakan isilah kolom di bawah ini. No Deskripsi Tema 1

2

3

4

Seni Budaya 85 A. Pengertian Teater Kata “teater” berasal dari kata Yunani kuno, theatron, yang dalam bahasa Inggris disebut seeing place, dan dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai “tempat untuk menonton”. Akan tetapi, pada perkembangan selanjutnya kata teater dipakai untuk menyebut nama aliran dalam teater (teater Klasik, teater Romantik, teater Ekspresionis, teater Realis, teater Absurd, dst). Kata “teater” juga dipakai untuk nama kelompok (Bengkel Teater, teater Mandiri, teater Koma, teater Tanah Air, dst). Pada akhirnya berbagai bentuk pertunjukan (drama, tari, musikal) disebut sebagai teater. Richard schechner, sutradara dan professor di Universitas Sumber: penulis New York (NYU) memperluas batasan teater sedemikian Gambar 11.5 Tata panggung dengan bentuk tapal kuda. rupa sehingga segala macam upacara, termasuk upacara penaikan bendera, bisa dimasukkan sebagai peristiwa teater. Peter Brook melalui bukunya “Empty Spece” berpendapat lebih ekstrem tentang teater, bahwa “sebuah panggung kosong, lalu ada orang lewat”, itu adalah teater. Berbagai pendapat di atas melukiskan betapa luasnya pengertian teater. Jadi, teater adalah karya seni yang dipertunjukkan dengan menggunakan tubuh untuk menyatakan rasa dan karsa aktor, yang ditunjang oleh unsur gerak, unsur, suara, unsur bunyi, serta unsur rupa. B. Pengertian Drama Kata “drama”, juga berasal dari kata Yunani draomai yang artinya berbuat, berlaku atau beraksi. Pengertian yang lebih luas adalah sebuah cerita atau lakon tentang pergulatan “lahir atau batin” manusia dengan manusia lain, manusia dengan alam, manusia dengan Tuhannya, dan sebagainya. Kata drama dalam bahasa Belanda disebut toneel, yang kemudian diterjemahkan sebagai sandiwara. Sandiwara dibentuk dari kata Jawa “sandi” (rahasia) dan “wara/warah” (pengajaran). Menurut Ki Hadjar Dewantara, sandiwara adalah pengajaran yang dilakukan dengan rahasia/ perlambang. Menurut Moulton, drama adalah “hidup yang dilukiskan dengan gerak” (life presented in action). Menurut Ferdinand Verhagen: drama haruslah merupakan kehendak manusia dengan action. Menurut Baltazar Verhagen: drama adalah kesenian yang melukiskan sikap manusia dengan gerak. Berdasarkan pendapat di atas, bisa disimpulkan, bahwa pengertian drama lebih mengacu pada naskah atau teks, yang melukiskan konflik manusia dalam bentuk dialog, yang dipresentasikan melalui pertunjukan dengan menggunakan percakapan dan action di hadapan penonton. Jadi jelas, kalau kita bicara tentang teater, sebenarnya kita berbicara soal proses kegiatan dari lahirnya, pengolahannya sampai ke pementasannya. Dari pemilihan naskah, proses latihan, hingga dipertunjukkan di hadapan penonton.

86 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 C. Sejarah Teater Dunia

Sumber: penulis Gambar 11.6 Tata rias dan busana dengan tema cerita fabel.

Teater seperti yang kita kenal sekarang ini, berasal dari zaman Yunani purba. Pengetahuan kita tentang teater bisa dikaji melalui peninggalan arkeologi dan catatan-catatan sejarah pada zaman itu yang berasal dari lukisan dinding, dekorasi, artefak, dan hieroglif. Dari peninggalan- peninggalan itu tergambar adegan perburuan, perubahan musim, siklus hidup, dan cerita tentang persembahan kepada para dewa. Sekitar tahun 600 SM, bangsa Yunani purba melangsungkan upacara-upacara agama, mengadakan festival tari dan nyanyi untuk menghormati dewa Dionysius yakni dewa anggur dan kesuburan. Kemudian, mereka menyelenggarakan sayembara drama untuk menghormati dewa Dionysius itu. Menurut berita tertua, sayembara semacam itu diadakan pada tahun 534 SM di Athena. Pemenangnya yang pertama kali bernama Thespis, seorang aktor dan pengarang tragedi. Nama Thespis dilegendakan oleh bangsa Yunani sehingga sampai sekarang orang menyebut aktor sebagai Thespian. Di zaman Yunani kuno, sekitar tahun 534 SM, terdapat tiga bentuk drama, yaitu drama tragedi (drama yang menggambarkan kejatuhan sang pahlawan, dikarenakan oleh nasib dan kehendak dewa, sehingga menimbulkan belas dan ngeri), drama komedi (drama yang mengejek atau menyindir orang-orang yang berkuasa, tentang kesombongan dan kebodohan mereka), dan satyr (drama yang menggambarkan tindakan tragedi dan mengolok-olok nasib karakter tragedi). Tokoh drama tragedi yang sangat terkenal adalah Aeschylus (525-456 SM), Sophocles (496-406 SM), dan Euripides (480-406 SM). Tokoh drama komedi bernama Aristophanes (446-386 SM). Beberapa naskah dari karya mereka masih tersimpan hingga sekarang. Beberapa naskah sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

Seni Budaya 87 Sumber: penulis Gambar 11.7 Tata panggung dengan tempat duduk penonton berundak. Di antaranya Oedipus Sang Raja, Oedipus di Colonus, Antigone karya Sophocles, dan Lysistrata karya Aristophanes. Naskah-naskah drama tersebut diterjemahan dan dipentaskan oleh Rendra bersama Bengkel Teater Yogya. Drama-drama tersebut dibahas oleh Aristoteles dalam karyanya yang berjudul Poetic. Sejarah teater di dunia Barat berkembang secara berkesinambungan, seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman. Setelah era klasik di Yunani, teater berkembang di Roma. Teater Roma mengadaptasi teater Yunani. Tokoh- tokohnya yang penting adalah Terence, Plautus, dan Seneca. Setelah teater Roma memudar, di abad pertengahan (th 900-1500 M) naskah-naskah Terence, Plautus, dan Seneca diselamatkan oleh para Paderi untuk dipelajari. Di abad pertengahan bentuk auditorium teater Yunani mengalami perubahan. Perkembangan teater berlanjut di zaman Renaissance, yang dianggap sebagai jembatan antara abad ke-14 menuju abad ke-17, atau dari abad pertengahan Sumber: penulis menuju sejarah modern. Ini di mulai sebagai sebuah Gambar 11.8 Tata panggung dengan bentuk tapal kuda dengan latar gedung-gedung. gerakan budaya di Italia, lalu menyebar ke seluruh Eropa, menandai awal zaman modern. Di abad tersebut banyak bermunculan tokoh-tokoh teater hebat, di antaranya Williams Shakespeare di Inggris, Moliere di Perancis, dan Johann Wolfgang von Goethe di Jerman. Bentuk auditorium turut berkembang.

88 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Pada pertengahan abad XIX, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka teater berkembang dari romantik ke realisme. Dua tokoh yang mempengaruhi timbulnya realisme di Barat adalah Auguste Comte dan Teori Evolusi dari Charles Darwin. Ternyata realisme yang merajai di abad XIX, tidak sepenuhnya diterima di abad XX. Di abad XX banyak pemberontakan terhadap teater Realisme, maka timbullah aliran simbolisme, ekspresionisme dan teater epik. Dengan demikian auditoriumnya pun berubah dengan penutup di bagian atas, karena listrik sudah ditemukan. Pertunjukan tidak lagi mengandalkan cahaya matahari, tetapi dengan menggunakan lampu. D. Teater Modern Sumber: penulis Gambar 11.9 Tata panggung dengan bentuk tapal Sejarah dan perkembangan kuda di dalam ruang terbuka. teater modern di Indonesia berbeda dengan sejarah dan perkembangan teater modern di Eropa. Sejarah dan perkembangan teater modern di Eropa dipelopori oleh Hendrik Ibsen, yang lahir pada 20 Maret 1828, di Norwegia. Dramawan terbesar dan paling berpengaruh pada zamannya ini dikenal sebagai “bapak teater realisme”. Melalui karya-karyanya, Ibsen tidak lagi bercerita tentang dewa-dewa, raja-raja atau kehidupan para bangsawan di masa lalu, tetapi Sumber: penulis tentang manusia-manusia dalam Gambar 11.10 Tata panggung dengan bentuk kehidupan sehari-hari. Ini terlukis proscenium di dalam ruangan. dalam naskah-naskah dramanya yang berjudul Rumah Boneka (1879), Musuh Masyarakat (1882), Bebek Liar (1884), dan lain-lain. Munculnya teater realisme bersamaan dengan revolusi industri-teknologi, revolusi demokratik, dan revolusi intelektual, yang mengubah konsepsi waktu, ruang, ilahi, psikologi manusia, dan tatanan sosial. Awal dari gagasan realisme adalah keinginan untuk menciptakan illusion of reality di atas pentas sehingga untuk membuat kamar atau ruang tamu tidak cukup hanya dengan gambar di layar. Akan tetapi, perlu diciptakan kamar dengan empat dinding seperti ruang tamu atau kamar yang sebenarnya. Inilah yang mengawali timbulnya realisme Convention of the fourth wall. Kesadaran akan dinding keempatnya adalah tempat duduk penonton yang digelapkan agar seolah-olah penonton mengintip peristiwa dari hidup dan kehidupan.

Seni Budaya 89 Di Indonesia, sejarah perkembangan teater modern bermula dari sastra atau naskah tertulis. Naskah Indonesia pertama adalah Bebasari (1926) karya Rustam Effendi, seorang sastrawan dan tokoh politik. Kemudian, muncul naskah-naskah drama berikutnya yang ditulis sastrawan Sanusi Pane antara lain, Airlangga (1928), Kertadjaja (1932), dan Sandyakalaning Madjapahit (1933). Drama karya Muhammad Yamin antara lain, Kalau Dewi Tara Sudah Berkata (1932) dan Ken Arok (1934). A.A. Pandji Tisna menulis dalam bentuk roman, Swasta: Setahun di Bedahulu. Bung Karno menulis drama Reinbow, Krukut Bikutbi, Dr. Setan, dan lain-lain.

Tampak di sini, bahwa naskah drama awal ini tidak Sumber: penulis hanya ditulis oleh sastrawan, tetapi juga oleh tokoh- Gambar 11.11 Tata rias dan busana tokoh pergerakan. dengan konsep modern. Setahun sebelum Rustam Effendi menulis Bebasari (1925), T.D. Tio Jr atau Tio Tik Djien, seorang lulusan sekolah dagang Batavia mendirikan rombongan Orion. Rombongan Orion ini menjadi tenar setelah mementaskan lakon Barat Juanita de Vega, yang dibintangi oleh Miss Riboet, berperan sebagai perampok. Melalui lakon Juanita de Vega, Miss Riboet menjadi terkenal karena perannya sebagai wanita perampok yang pandai bermain pedang. Rombongan ini pun kemudian bernama Miss Riboet’s Orion. Sumber: penulis Meskipun masih mengacu pada hiburan yang Gambar 11.12 Tata rias dan busana dengan konsep sensasional dan cenderung komersial, bentuk modern dan tradisional. pementasan rombongan Miss Riboet’s Orion sudah mengarah pada bentuk realisme Barat. Ini berbeda dengan teater sebelumnya, yang berbentuk stambul dan opera. Cerita pada stambul dan opera berasal dari hikayat-hikayat lama atau dari film-film terkenal, sedangkan rombongan Miss Riboet’s Orion ceritanya berasal dari kehidupan sehari-hari. Adegan dan babak diperingkas, adegan memperkenalkan diri tokoh-tokohnya dihapus, nyanyian dan tarian di tengah babak dihilangkan. Sumber: penulis Rombongan Miss Riboet’s Orion menjadi Gambar 11.13 Tata panggung dengan semakin terkenal setelah Nyoo Cheng Seng, konsep modern. seorang wartawan peranakan Cina bergabung dan mengabdikan diri sepenuhnya untuk menjadi penulis naskah. Naskah-naskah yang pernah mereka pentaskan, antara lain Black Sheep, Singapore After Midnight, Saidjah, Barisan Tengkorak, R.A. Soemiatie (Tio Jr), Gagak Solo, dan sebagainya.

90 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Di tengah masa kejayaan rombongan Miss Riboet’s Orion, di kota Sidoardjo berdiri rombongan Dardanella. Pendirinya bernama Willy Klimanoff alias A. Piedro, orang Rusia kelahiran . Bintang-bintangnya, antara lain Tan Tjeng Bok, Dewi Dja, Riboet II, dan Astaman. Naskah yang mereka mainkan pada awalnya adalah cerita-cerita Barat, baik yang berasal dari film maupun roman, seperti The Thief of Bagdad, Mask of Zorro, Don Q, dan The Corurt of Monte Christo. Kemudian, pada tahun 1930, Andjar Asmara bergabung ke dalam rombongan Dardanella, khusus menulis naskah yang diperankan oleh Dewi Dja, seperti Dr. Samsi, Si Bongkok, Haida dan Tjang. A. Sumber: penulis Piedro sendiri juga menulis beberapa naskah, di Gambar 11.14 Tata rias dan busana antaranya Fatima, Maharani, dan . dengan konsep modern dan tradisional. Dengan bergabungnya Andjar Asmara rombongan Dardanella semakin berjaya. Rombongan Miss Riboet’s Orion kalah dalam persaingan ini. Apalagi kemudian penulis naskah andalan rombongan Miss Riboet’s Orion, Nyoo Cheng Seng, bersama istrinya Fifi Young alias Tan Kim Nio, bergabung dengan rombongan Dardanella. Tahun 1934, zaman kejayaan Dardanella mencapai puncak kejayaannya. Pada perkembangannya rombongan Dardanella melakukan pembaharuan dari apa yang telah dicapai Sumber: penulis oleh rombongan Miss Riboet’s Orion. Naskah yang Gambar 11.15 Tata panggung dengan menampilkan bendera. dipentaskan berupa cerita asli yang lebih serius, padat dan agak berat dengan problematik yang lebih kompleks sehingga digemari oleh kaum terpelajar seperti Boenga Roos dari Tjikembang, Drama dari Krakatau, Annie van Mendoet, Roos van Serang, Perantean no. 99, dan sebagainya. Naskah-naskah realistis yang menuntut permainan watak ini dapat diperankan dengan baik oleh pemain-pemain Dardanella yang memang mempunyai pemain-pemain handal, seperti Bachtiar Effendi (saudara sastrawan Rustam Effendi), Dewi Dja, Fifi Young, Ratna Asmara, Koesna (saudara Dewi Dja), Ferry Kok, Astaman, Gadog, Oedjang, dan Henry L. Duart orang Amerika. Kehidupan teater modern Indonesia baru menampakkan wujudnya setelah Usmar Ismail bersama D. Djajakoesoema, Surjo Sumanto, Rosihan Anwar, dan Abu Hanifah mendirikan Sandiwara Penggemar Maya pada tanggal 24 Mei 1944. Kemudian, mereka mementaskan naskah karya Usmar Ismail yang berjudul Citra, dan dibuat film pada tahun 1949. Ilustrasi musiknya dibuat oleh Cornelius Simanjuntak. Naskah yang ditulis oleh Rustam Effendi, Sanusi Pane, Muhammad Yamin, maupun A.A. Pandji Tisna yang diterbitkan oleh Balai Pustaka di tahun 1930-an lebih berorientasi pada sastra, hampir tidak pernah dipentaskan.

Seni Budaya 91 Grup Sandiwara Penggemar Maya ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan teater modern Indonesia di tahun 1950. Terlebih setelah Usmar Ismail dan Asrul Sani berhasil membentuk ATNI (Akademi Teater Nasional Indonesia) pada tahun 1955. ATNI banyak melahirkan tokoh- tokoh teater, di antaranya Wahyu Sihombing, Teguh Karya, Tatiek Malyati, Pramana Padmodarmaja, Kasim Achmad, Slamet Rahardjo, N. Riantiarno, dan banyak lagi. Setelah ATNI berdiri, perkembangan teater di tanah air terus meningkat, baik dalam jumlah grup maupun dalam ragam bentuk pementasan. Grup- grup yang aktif menyelenggarakan pementasan di tahun 1958-1964 adalah ATNI, Teater Bogor, STB (Bandung), Studi Grup Drama Djogja, Seni Teater Kristen (Jakarta), dan banyak lagi. ATNI banyak mementaskan naskah-naskah asing seperti Cakar Monyet karya W.W. Jacobs, Burung Camar karya Anton Chekov, Sang Ayah karya August Strinberg, Sumber: penulis Pintu Tertutup karya Jean Paul Sartre, Yerma karya Gambar 11.16 Tata rias dan busana Garcia Federico Lorca, Mak Comlang karya Nikolai dengan konsep modern. Gogol, Monserat karya E. Robles, Si Bachil karya Moliere, dan lain-lain. Naskah Indonesia yang pernah dipentaskan ATNI antara lain Malam Jahanam karya Motinggo Busye, Titik-Titik Hitam karya Nasjah Djamin, Domba-domba Revolusi karya B. Sularto, Mutiara Dari Nusa Laut karya Usmar Ismail dan Pagar Kawat Berduri karya Trisnoyuwono. Teater modern Indonesia semakin semarak dengan berdirinya Pusat Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki, yang diresmikan pada 10 November 1968. Geliat teater di beberapa provinsi juga Sumber: penulis berlangsung semarak. Terlebih setelah kepulangan Gambar 11.17 Tata rias dan busana dengan konsep modern. Rendra dari Amerika, dengan eksperimen- eksperimennya yang monumental sehingga mendapat liputan secara nasional, seperti Bib Bob, Rambate Rate Rata, Dunia Azwar, dan banyak lagi. Kemudian, Arifin C. Noer mendirikan Teater Ketjil, Teguh Karya mendirikan Teater Populer. Wahyu Sihombing, Djadoek Djajakoesoema, dan Pramana Padmodarmaja mendirikan Teater Lembaga. Putu Wjaya Mendirikan Teater Mandiri. N. Riantiarno mendirikan Teater Koma. Semaraknya pertumbuhan teater modern Indonesia dilengkapi dengan Sayembara Penulisan Naskah Drama dan Festival Teater Jakarta, sehingga keberagaman bentuk pementasan dapat kita saksikan hingga hari ini. Kita mengenal Teater Payung Hitam dari Bandung, Teater Garasi dari Yogyakarta, Teater Kubur dan Teater Tanah Air dari Jakarta, dan banyak lagi. Grup-grup teater tersebut mempunyai bentuk-bentuk penyajian yang berbeda satu sama lain, yang tidak hanya mengadopsi teater Barat, tetapi menggali akar-akar teater tradisi kita.

92 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 E. Uji Kompetensi

1. Uji Kompetensi Pengetahuan Setelah mempelajari materi, kerjakan soal-soal di bawah ini! 1. Identifikasikan tugas dan tanggung jawab bagian humas atau promosi dalam pergelaran teater! 2. Identifikasikan tugas dan tanggung jawab bagian tata panggung! 3. Identifikasikan tugas dan fungsi bagian pencahayaan! 2. Uji Kompetensi Keterampilan Buatlah kelompok terdiri dari 8-10 siswa. Kemudian, susunlah cerita dan tampilkan dalam bentuk dialog!

Rangkuman Perencanaan dalam pementasan memiliki peran penting. Keberhasilan pementasan teater banyak ditentukan oleh kematangan dari perencanaan. Di dalam pementasan teater idealnya para pemain tidak merangkap sebagai bagian dari kerja manajemen, misalnya menjadi anggota bagian humas atau promosi. Pemain sebaiknya fokus pada acting, sehingga tokoh dan karakter yang ditampilkan dapat optimal. Setiap unit dalam organisasi kepanitiaan dapat menjalankan tugas dan fungsi secara baik dan optimal. Totalitas dalam menyiapkan pementasan teater dapat memberi efek disiplin dan bertanggung jawab.

Refleksi Ada efek secara positif dalam menyiapkan pementasan teater. Setiap individu dituntut untuk dapat bekerja sama dengan individu lain. Setiap individu juga dapat belajar untuk memahami karakter individu lain. Merencanakan pementasan teater dapat berhasil baik jika setiap individu memiliki motivasi kuat untuk mendapatkan hasil terbaik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mendalami teater membantu individu untuk dapat tumbuh sebagai pribadi-pribadi mandiri, suka menolong, memiliki empati, dan mampu melestarikan budaya daerah sendiri.

Seni Budaya 93 BAB 12 PEMENTASAN TEATER

Peta Konsep Merancang Pementasan Teater Modern

Merancang Teknik Merancang Prosedur Pementasan Teater Modern Pementasan Teater Modern

Merancang Konsep Pementasan

Setelah mempelajari Bab 12 diharapkan siswa mampu: 1. mengidentifikasi kebutuhan dalam pementasan, 2. mengidentifikasi tugas dan tanggung jawab setiap anggota kepanitiaan, 3. mengidentifikasi jenis-jenis teater yang akan dipentaskan, 4. melakukan latihan pementasan, dan 5. melakukan pementasan teater.

94 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Pementasan teater merupakan puncak dari kerja yang panjang, yaitu dimulai dari proses latihan peran, latihan membaca naskah, merancang tata panggung, tata rias dan busana serta faktor pendukung lainnya. Pementasan dapat berhasil jika didukung oleh tim yang handal dan saling melengkapi. Pementasan yang baik haruslah dimulai dari menuliskan konsep pementasan, teknik yang digunakan dalam pementasan, dan prosedur yang harus dilakukan dalam pementasan. Sebelum mempelajari materi pembelajaran, perhatikan beberapa gambar pementasan di bawah ini.

Sumber: penulis Sumber: penulis Gambar 12.1 Diperlukan tata rias busana sesuai Gambar 12.2 Untuk mengetahui karakter tokoh dengan karakter tokoh yang diinginkan. dapat dilihat dari tata rias busana yang digunakan.

Sumber: penulis Sumber: penulis Gambar 12.3 Tata panggung dapat menjadi Gambar 12.4 Permainan pencahayaan dapat petunjuk tentang cerita yang dimainkan. membantu desain dramatik teater.

Setelah kamu mengamati gambar tentang teater, deskripsikan tentang beberapa hal pada kolom di bawah ini. No Deskripsi Tata Panggung Deskripsi Rias Busana Tokoh 1

2

3

4

Seni Budaya 95 Setelah kamu mengisi kolom tersebut langkah selanjutnya dapat mendiskusikan dengan teman lainnya. Melalui diskusi dapat diperoleh lebih banyak lagi informasi tentang pementasan teater.

A. Konsep Pementasan Pada setiap pementasan teater memerlukan konsep. Isi konsep mencerminkan apa yang hendak disampaikan kepada penonton. Sebuah konsep biasanya telah dirancang jauh hari sehingga pada saat pementasan semua dapat berjalan sesuai dengan rencana. Konsep haruslah dirancang secara kuat sehingga dapat menampilkan cerita secara baik. Konsep pementasan teater dapat dimulai dari merancang panggung. Kesesuaian antara panggung dengan cerita yang akan dibawakan dapat menambah Sumber: penulis desain dramatik teater lebih baik. Seorang manajer Gambar 12.5 Konsep pementasan dengan menggunakan layar sebagai pendukung cerita. panggung tidak hanya pandai dalam mengatur kerja krunya tetapi dapat menerjemahkan makna dan isi pesan yang hendak disampaikan pada cerita tersebut. Panggung mencerminkan cerita itu sendiri. Panggung merupakan latar tempat cerita itu berada. Konsep tata panggung akan semakin kuat dengan dukungan konsep tata rias dan busana. Karakter dan tokoh selain dapat dilihat dari akting yang dilakukan, juga dapat dilihat dari tata rias dan busana yang dikenakan. Setiap rias dan busana yang dikenakan oleh pemain dapat menunjukkan karakter dan tokoh Sumber: penulis yang sedang diperankan. Kostum membantu seorang Gambar 12.6 Konsep tata rias dan busana sesuai pemain teater untuk dapat menjiwai tokoh yang dengan cerita yang dipentaskan. diperankan. Konsep tata iringan memegang peran penting di dalam pertunjukan teater. Suasana dapat dibangun melalui tata iringan. Suasana riang, suasana haru, suasana sedih, suasana hening, dapat ditampilkan melalui tata iringan. Konsep ini disesuaikan dengan isi dan makna yang ingin disampaikan sehingga ada kesatuan utuh antara konsep panggung, konsep rias busana, dan konsep iringan. Ketiga harus menjadi kesatuan utuh tidak berdiri sendiri-sendiri. Pemilihan alat musik memiliki efek terhadap suasana yang ingin dibangun.

96 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 B. Teknik Pementasan Pementasan sebuah lakon teater dapat berhasil jika memperhatikan teknik pementasan secara detail. Pementasan satu lakon dengan lakon lainnya memerlukan teknik pementasan yang berbeda. Kemungkinan ada yang sama. Beberapa teknik pementasan yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut. Teknik tata panggung perlu dirancang untuk keluar masuk pemain. Keluar dan masuk pemain ke dalam panggung pertunjukan memiliki peran Sumber: penulis penting. Teknik ini dapat membantu pertunjukan Gambar 12.7 Perlu teknik tersendiri teater menjadi lebih cair dan tampil sesuai dengan ketika membawa sebuah tempat tidur kayu dalam ruang pentas. cerita yang ingin dibangun. Pada pertunjukan teater pemain keluar dan masuk ke arena panggung dapat berasal dari sayap kiri atau kanan panggung, tetapi dapat juga masuk ke dalam panggung melalui bawah. Ada beberapa pertunjukan menampilkan pemain ke dalam panggung dari atas. Saat ini teknik keluar dan ke dalam panggung dapat menggunakan teknologi. Properti yang digunakan dalam teknik keluar dan ke dalam panggung perlu dirancang secara matang. Beberapa properti panggung dapat menggunakan roda sehingga memudahkan untuk Sumber: penulis memindahkan atau mengeluarkan dari atas panggung. Gambar 12.8 Konsep teknik tata lampu yang Teknik iringan pada pementasan teater perlu baik hanya menyorot pada sekelompok pemain dirancang secara matang. Jika iringan dengan sebagai pendukung cerita. menggunakan musik hidup tentu penanganannya berbeda ketika menggunakan tape recorder maupun sejenisnya. Saat ini teknik iringan pada pementasan teater dimungkinkan dengan menggunakan bantuan komputer. Teknik ini dapat lebih praktis dan menghemat biaya. Musik dengan bantuan komputer dapat lebih beragam bunyi alat musik sehingga suasana yang ingin dibangun dapat terpenuhi secara maksimal dengan biaya seminimal mungkin. Teknik tata lampu diperlukan jika pertunjukan dilaksanakan pada malam hari. Spot atau titik lampu Sumber: penulis perlu dirancang sesuai dengan bloking pemain di Gambar 12.9 Konsep pementasan dengan pencahayaan fokus pada aktor sehingga atas pentas. Suasana cerita dapat dibangun melalui menimbulkan kesan kuat. permainan pencahayaan yang baik. Kapan lampu menyala secara general dan kapan lampu hanya menyorot pada satu titik tertentu untuk menambah karakter lebih kuat terhadap tokoh yang ditampilkan. Teknik pada tata lampu juga perlu mempelajari kostum yang dipakai pemain sehingga karakter yang ingin ditampilkan tetap sesuai dengan warna yang dikehendaki.

Seni Budaya 97 C. Prosedur Pementasan Setiap pementasan teater memerlukan prosedur sehingga semua berjalan dengan baik dan tanpa halangan. Langkah pertama dalam prosedur pementasan adalah bekerjanya organisasi kepanitiaan sesuai dan tugas dan fungsinya. Pimpinan organisasi pementasan dapat mengatur setiap bidang bekerja sesuai dengan tugasnya. Pada prosedur pementasan perlu dibuat Standar Operasional Prosedur (SOP), baik sebelum pementasan dimulai maupun pada saat pementasan. Sumber: penulis Setiap unit kerja atau seksi dapat mematuhi Gambar 12.10 Konsep pementasan dengan SOP yang telah disepakati. Pada bagian ticketing menggunakan dua setting panggung rendah dan tinggi diperlukan pengaturan keluar dan masuk misalnya, perlu merancang tempat untuk penonton. pemain ke arena panggung. Apakah penonton akan duduk dengan kursi, duduk di lantai, atau berdiri dalam menyaksikan pementasan teater. Pengaturan ini penting agar semua dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Demikian juga pada bagian peralatan properti perlu menyiapkan alur keluar dan masuk properti ke atas panggung sesuai dengan urutan kebutuhannya. Unit tata rias busana perlu juga menerapkan prosedur secara baik sehingga semua pemain menggunakan rias dan busana sesuai dengan karakter dan tokoh yang diperankan. Pada bagian ini perlu menghitung setiap pemain waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan rias dan busana. Perias perlu memahami setiap tokoh dan karakter sehingga dapat menafsirkan dalam bentuk visual secara baik.

D. Uji Kompetensi Setelah mengikuti pembelajaran tentang pementassan teater, jawab pertanyaan di bawah ini. 1. Uji kompetensi Pengetahuan 1. Jelaskan fungsi tata rias dalam pementasan teater! 2. Jelaskan fungsi tata panggung dalam pementasan teater! 3. Jelaskan fungsi sutradara dalam pementasan teater!

98 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Rangkuman Pementasan teater dapat dikatakan berhasil jika memenuhi beberapa syarat, yaitu tata panggung sesuai dengan isi cerita yang ingin disampaikan. Karakter dan tokoh tidak hanya dapat ditampilkan dalam bentuk bahasa tubuh dan bahasa verbal, tetapi juga melalui kostum rias yang digunakan. Durasi waktu pementasan sebuah teater dapat disesuaikan dengan tema cerita, tetapi sebaiknya tidak lebih dari 90 menit sehingga tidak membosankan penonton yang melihatnya. Lakon pada teater dapat diadaptasi dari cerita rakyat, lalu dikembangkan menjadi cerita teater modern. Tata iringan mempunyai pengaruhi kuat terhadap pementasan teater. Suasana dapat dibangun melalui musik. Keriangan tidak hanya dapat dibangun melalui akting para pemain, tetapi juga musik yang mengiringinya. Pada beberapa teater dalam bentuk opera, musik, dan nyanyian merupakan dua sisi yang saling melengkapi.

Refleksi Pada materi pementasan kita dapat belajar gotong royong, kerja sama, disiplin, empati, serta saling memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing. Kita juga dituntut untuk mematuhi segala aturan yang telah dibuat bersama. Pementasan teater merupakan gambaran dari kehidupan nyata. Karakter maupun tokoh yang ditampilkan terkadang memiliki kesamaan dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga dengan cerita yang ditampilkan terkadang merupakan representasi dari masalah yang dijumpai dalam keseharian. Jadi, bermain teater dapat memahami karakter dan watak setiap individu yang berbeda-beda.

Seni Budaya 99 Glosarium

Pameran Seni Rupa Pameran adalah salah satu bentuk penyajian karya seni rupa murni, desain, dan kria agar dapat berkomunikasi dengan pengunjung. Makna komunikasi berarti, karya-karya seni rupa yang dipajang tersaji dengan baik, sehingga para pemirsa dapat mengamatinya dengan nyaman untuk mendapatkan pengalaman estetis dan pemahaman nilai-nilai seni. Proposal Pameran Proposal adalah rencana sistematis, teliti, dan rasional penyelenggaraan pameran seni rupa yang dibuat oleh panitia untuk pedoman kerja bagi kepentingannya, termasuk bagi sekolah, sponsor, perizinan dan lain-lain. Materi pameran Materia pameran adalah koleksi terbaik karya seni rupa murni, desain, dan seni kria, terdiri dari karya-karya tugas harian, karya mandiri, maupun karya-karya para pemenang berbagai lomba seni rupa dari para siswa-siswi sekolah menengah atas tertentu. Kurasi Pameran Informasi tentang koleksi materi pameran seni lukis, seni grafis, desain, dan kria, agar mudah dipahami oleh pengunjung pameran. Baik dari aspek konseptual, aspek visual, aspek teknik artistik, aspek estetik, aspek fungsional, maupun aspek nilai seni, desain, atau kria yang dipamerkan. Kurator Pameran Orang yang kompeten bekerja mengkurasi kegiatan pameran seni rupa. Dia adalah penulis informasi tentang keunggulan dan permasalahan materi pameran untuk kepentingan apresiasi dan penilaian. Tulisan kurasi yang dibuatnya biasanya di muat di katalogus pameran, yang dipakai sebagai acuan utama dalam kegiatan diskusi seni rupa, sebagai bagian dari kegiatan pameran. Perupa Istilah profesi orang yang bekerja menciptakan, memamerkan, dan menghidupi diri dan keluarganya dari hasil ciptaannya di bidang seni rupa, sesuai dengan aliran yang dianutnya. Fungsi Seni Ada tiga fungsi seni, fungsi seni secara personal, fungsi seni secara sosial, dan fungsi seni secara fisikal. Seni bagi perupa murni adalah media ekspresi, sementara bagi apresiator adalah sarana untuk mendapatkan pengalaman estetis dan nilai seni. Sedangkan fungsi seni bagi perupa terapan adalah penciptaan benda pakai yang estetis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan bagi masyarakat desain atau kria berfungsi memenuhi kebutuhan fisikal yang sifatnya praktis dan sekaligus indah.

100 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Makna Pameran Makna pameran adalah melatih kemampuan siswa bekerja sama, berorganisasi, berpikir logis, bekerja efesien dan efektif dalam penyelenggaraan pameran seni rupa. Sehingga nilai pameran, tujuan, sasaran, dan tema pameran tercapai dengan baik. Konsep Seni Aspek konsep berkaitan dengan sumber inspirasi, interes seni, interes bentuk, penerapan prinsip estetik, dan pengkajian aspek visual, seperti struktur rupa, komposisi, dan gaya pribadi. Nilai Estetis Nilai estetis secara teoretis dibedakan menjadi (1) objektif/intrinsik dan (2) subjektif/ekstrinsik. Nilai objektif khusus mengkaji gejala visual karya seni, aktivitas ini mendasarkan kriteria ekselensi seni pada kualitas integratif tatanan formal karya seni. Sedangkan nilai subjektif kita peroleh dari pengalaman mengamati karya seni, misalnya tentang kesan kita atas “pesan seni” dan nilai keindahan berdasarkan reaksi dan respons pribadi kita sebagai pengamat. Tema Seni Tema seni bersumber dari realitas internal dan realitas eksternal. Realitas internal seperti hara- pan, cita-cita, emosi, nalar, intuisi, gairah, khayal, kepribadian seorang perupa diekspresikan melalui karya seni. Sedangkan realitas eksternal adalah ekspresi interaksi perupa dengan kepercayaan; religius, kemiskinan, ketidakadilan, nasionalisme, politik (tema sosial), hubungan perupa dengan alam; (tema lingkungan) dan lain sebagainya. Pop Art Pop Art adalah produk sistem perekonomian kapitalis, di mana segala hal dalam kehidupan ini, termasuk hal-hal yang berada dalam wilayah realitas simbolisme diusahakan menjadi komoditi yang bisa dijual ke pasar bebas. Oleh karena itu logika produk kesenian yang lahir dari sistem perekonomian ini adalah logika pasar, bukan logika artistik. Seni Optik Seni optik pada kemunculannya meliputi seni dua dimensi dan tiga dimensi, yang mendasarkan diri pada limo optik, limo cahaya, dan limo warna untuk mengolah bentuk-bentuk tertentu yang digunakan untuk mengeksploitasi fallibilitas mata. Seni optik pada umumnya berbentuk abstrak, formal, dan konstruktivis melalui bentuk yang khas geometrik dan perulangan yang teratur, rapi, teliti, sehingga dapat menimbulkan efek-efek yang mengecoh mata dengan ilusi ruang. Warna- warna yang digunakan kebanyakan warna cerah atau ligthnes tinggi dengan memberikan batas pada hue atau saturation yang tajam dan tegas.

Seni Budaya 101 Daftar Pustaka

SENI RUPA Achmad, Katherina. 2012. Raden Saleh. Yogyakarta: Penerbit Narasi. Bangun, Sem C. 2011. Apresiasi Seni. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta. ______, 2011. Kritik Seni Rupa. Cetakan ketiga. Bandung: Penerbit ITB. ______, 2007. Kompetensi Pendidik dalam Pembelajaran Apresiasi Seni Budaya. Jurnal Pendidikan Seni, Kagunan, Tahun II No. 01. Agustus 2007. 74-81. Carrol, Noell. 2005. Theories of Art Today. The University of Wisconsin Press. Feldman, Edmund Burke. 1967. Art as Image and Idea. New Jersey: Prentice Hall. Iskandar, Popo. 1977. Affandi, Suatu Jalan Baru Dalam Ekspresionisme. Jakarta: Akademi Jakarta bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Kurikulum 2013. Penulisan Buku Kurikulum 2013. Jakarta, 3-5 September 2013. ______, 2013. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013. Jakarta, 15 Agustus 2013. ______, 2015. Kompetensi Isi dan Kompetensi Dasar SMA/MA/SMK/MAK Mata Pelajaran Seni Budaya. Jakarta: Kemdikbud. Koentjaraningrat, Prof. Dr. 1971. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan. ______, 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Levine, Gemma. 1978. With Henry Moore, The Artist at Work. New York: Times Books. Lovejoy, Margot. 2004. Digital Current: Art in The Electronic Age. New York and London: Roudlege. Mustika, 1992. Tokoh-Tokoh Pelukis Indonesia. Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI. Peursen, C.A. van, Prof. Dr.,1976. Strategi Kebudayaan. Diindonesiakan oleh Dick Hartoko. Yogyakarta: Kanisius. Semiawan, Conny R., 1999. Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu. Bandung: Remaja Rosda-karya. Supangkat, Jim. 1995. Indonesian Modern Art and Beyond. Jakarta: Indonesian Fine Art Foundation. Wardhani, Cut Kamaril, dkk. 2011. Penciptaan Karya Seni Rupa. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta. Wagner, Fritz A. 1988. Art of Indonesia. Singapore: Graham Brash. Wentinck, Charles, 1974. Masterpiece of Art. New York: Park Lane. Wilson, Brent G. 1971. Evaluation of Learning in Art Education. Dalam B.S. Bloom, Hand Book Formative and Sumative Evaluation of Student Learning. New York: McGraw Hill. http: media. Smashing magazine. Diakses 9 Agustus 2013. http: melbourneblogger.blogspot.com. Diakses 19 September 2013. http:www.griya-asri.com. Diakses 25 Oktober 2013. http://www.kompasiana.com/ Diakses 29 Januari 2016. http://flpjaya.com/2014/07/09/seni-kreativitas-dan-proses-kreatif-23-betulkah-tak-ada-ide-yang- benar-benar-orisinal/ Diakses 30 Januari 2016.

102 SENI TARI Brandon, James, R. 1967. Theatre in South East Asia. Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press. Hawkins, Alma. Moving from Within: A New Method for Dance Making. Terjemahan Prof. Dr. I Wayan Dibia. 2003. Bergerak Menurut Kata Hati. Jakarta: MSPI Holt, Claire. 1967. Art in Indonesia: Continuities and Change. Ithaca, New York: Cornell University Press juga terjemahannya oleh R.M. Soedarsono. 2000. Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia. Bandung: MSPI. Humprey, Dorris. 1959. The Art of Making Dancers. New York: in the United States of Amerika. Morris, Desmond. 1977. Man watching: A Field Guide to Human Behaviour. New York: Harry N Abrams, Inc. Publisher. Murgianto, Sal. 2004. Tradisi dan Inovasi Beberapa Masalah Tari di Indonesia. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Kurikulum 2013. Panduan Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 tahun 2014. Pusat Pengembangan profesi pendidik. Jakarta: Penjaminan mutu pendidikan. Soedarsono, R.M. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. ------2003. Jejak-Jejak Seni Pertunjukan di Asia Tenggara. Bandung: MSPI. Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tindakan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara. https://allkpopblog.wordpress.com/page/7/[10 Desember 2015] http://badungtourism.com/arts-Barong_and_Rangda_Dance.html?lang=id[19 Desember 2015] http://bali.panduanwisata.id/blog/tari-barong-dan-tari-kecak[10 Desember 2015] http://balikuu.blogspot.co.id/2014/11/tari-tarian-di-bali.html[22 desember 2015] http://bloggbebass.blogspot.co.id/2013/11/tari-tarian-daerah-riau.html[10 Desember 2015] http://blogjarumbeakalanplus.org.jpg[13 Desember 2014] http://cabiklunik.blogspot.com/tari danshare.jpg [12 Desember 2014] https://chrevie.wordpress.com/2010/10/19/tarian-khas-dayak[10 Desember 2015] https://daulagiri.wordpress.com/2009/04/27/minang-dance[15 Desember 2015] http://elvinachristina.blogspot.co.id/2009_04_01_archive.html[2 Februari 2016] http://greatindnesia.blogspot.co.id/2014/02/gambar-dan-nama-tari-tradisional-daerah.html[10 Desember 2015] https://imaginationphoto.wordpress.com/2011/01/06/seni-tari-konteporer[2 Februari 2016] http://indrianieriza.blogspot.co.id/2011/07/tari-melayu-antara-tradisi-dan.html[11 Desember 2015] http://indonesiaexplorer.net/tarian-bali-simbol-kebudayaan-bangsa-indonesia.html[20 Desember 2015] http://www.inspirasinusantara.com/tari tayub blora/jpg [10 Desember 2014] http://www.kompasiana.com/290465tantepaku/menyamar-menjadi banci_55003565813311a119fa72bf [22 Desember 2015]

103 http://www.kompasiana.com/akbarisation/tari-piring-hidup-itu-sebuah-pertemuan-dan-perpisaha n_55288098f17e61f5578b4580[2 Januari 2016] http://makailajasmine.blogspot.co.id/2014_02_01_archive.html[10 Desember 2015] http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2621/tari-jepin-lembut-tari-tradisional-kalimantan-barat [10 Desember 2015] https://tunas63.wordpress.com/2008/12/26/not-angka-lagu-daerah-manuk-dadali-jawa-barat/not- angka-manuk-dadali[19 Desember 2015] http://watymenari.blogspot.com/gerak tanjak/jpg [15 Desember 2014] http://yulsiapraharis.blogspot.com http://youtu.be/ukozchdn4u[28 Januari 2016] http://youtube/lvxryzxm7lq?t=23[28 Januari 2016] https://www.youtube.com/watch?v=8c3Kp1rrUGw/[11 Desember 2015] http://benhur-kaka.blogspot.co.id/2011/12/seni-tarian-tangan-dari-china-yang.html[10 Desember 2015] https://www.youtube.com/watch?v=LVxRyzXM7LQ[28 Januari 2016] https://www.youtube.com/watch?v=t4ozElmjDGc[28 Januari 2016] http://www.tribunnews.com/video/2015/11/15/mengikuti-ritual-tapa-ngali-di-kali-boyong- sleman[2 Februari 2016]

SENI MUSIK Arnold, J. 1980. 12.000 Keyboard Chord for Piano and Organ. Tanpa Kota: Charles Hansen Educational Music. Booth, Victor dan Dungga, J.A. 1979. Bermain Piano dengan Baik. Jakarta: Yasaguna. Clifton, Thomas. 1983. Music as Heard: A Study in Applied Phenomenology. New Haven and London: Yale University Press. ISBN 0-300-02091-0. Dodd, Julian. 2013. “Is John Cage’s 4’33 Music?”. You Tube/Tedx (accessed 14 July 2014). Jeff, Hammer. 1999. Absolute beginner’s Keyboard. NC: Wise. Gann, Kyle. 2010. No Such Thing as Silence: John Cage’s 4’33’’. New Haven and London: Yale University Press. ISBN 0300136994. Goldman, Richard Franko. 1961. “Varèse: Ionisation; Density 21.5; Intégrales; Octandre; Hyperprism; Poème Electronique. Instrumentalists, cond. Robert Craft. Columbia MS 6146 (stereo)” (in Reviews of Records). Musical Quarterly 47, no. 1. (January):133–34. Gutmann, P. (2015). John Cage and the Avant-Garde: The Sounds of Silence. Classicalnotes.net. Retrieved 2 December 2015, from http://www.classicalnotes. net/columns/silence.html Hartoko, Dick. 1984. Manusia dan Seni. Yogyakarta: Yayasan Kanisius. Hartoyo, Jimmy. 1996. Musik Konvensional dengan “Do Tetap”. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara – Institut Seni Indonesia. Hegarty, Paul, 2007. Noise/Music: A History. Continuum International Publishing Group. London: 3-19

104 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Kania, Andrew. 2014. “The Philosophy of Music”, The Stanford Encyclopedia of Philosophy, Spring 2014 edition, edited by Edward N. Zalta. Kennedy, Michael. 1985. The Oxford Dictionary of Music. revised and enlarged edition of The Concise Oxford Dictionary of Music, third edition, 1980. Oxford and New York: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-311333-6; ISBN 978-0-19-869162-4. Kodijat, Latifah dan Marzoeki. 2002. Istilah-Istilah Musik. Jakarta: Djambatan Laksanadjaja, J.K. 1977. Kamus Musik. Bandung: Alumni. Last, Joan. 1989. Pianis Remaja, Buku Pegangan untuk Guru dan Murid. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Little, William, and C. T. Onions, eds. 1965. The Oxford Universal Dictionary Illustrated: An illustrated Edition of the Shorter Oxford Dictionary. Third edition, revised, 2 vols. London: The Caxton Publishing Co. Max, Dieter. Sejarah Musik 1, 2, 3. Mc Neil, Roderick J. 2002. Sejarah Musik 1 dan 2. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Nickol, Peter. 2002. Panduan Praktis Membaca Notasi Balok. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Rahardjo, Slamet. 1990. Teori Seni Vokal untuk SMA, Guru, dan Umum. Semarang: Media Karya. Rahmawati, Yeni. 2005. Musik Sebagai Pembentuk Budi Pekerti, Sebuah panduan untuk Pendidikan. Yogyakarta: Panduan. Santos, Ramon P. 1995. The Music of ASEAN. Jakarta: Asean Commitee on Culture and Information. Soeharto, M. 1993. Belajar Notasi balok. Jakarta: Gramedia. The Associated Board of The Royal Schools of Music. 1985. Rudiments and Theory of Music. London: Tanpa Penerbit. The Concise Oxford Dictionary. Allen, R.E., ed. 1992. Clarendon Press. Oxford: 781 Thompson, Oscar. 1985. How to Understand Music – and Enjoy It, A Premier Book. New York: Tanpa Penerbit. www.en.wikipedia.org www.id.wikipedia.org

SENI TEATER Achmad, A. Kasim, 2006. Mengenal Teater Tradisional Indonesia. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta. Bandem, I Made & Sal Murgiyanto, 1996. Teater Daerah Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Boleslavsky, Richard, 1960. Enam Pelajaran Pertama bagi Calon Aktor. Terjemahan Asrul Sani. Jakarta: Djaja Sakti. Brahim, 1968. Drama dalam Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. Brockett, Oscar G, 1969. The Theatre, an Introduction, USA. Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Seni Budaya 105 Cave, Peter L, 1985. 500 Ragam Permainan. Jakarta: Dharma Pustaka. Cohen, Robert, 1981. Theatre, United States of America. Publishing Company 1240 Villa Street Mountain View, California 940441. Dahana, Radar Pancha. 2001. Homo Theatrikus. Magelang: Indonesia Tera. Haji Salleh, Muhammad, 1987. Kumpulan Kritikan Sastera: Timur dan Barat. Ampang/Hulu Kelang, Selangor: Dewan Bahasa dan Pustaka- Malaysia. Hamzah, Adjib A, 1971. Pengantar Bermain Drama. Bandung: CV Rosda. Langer, Suzanne. Problematika Seni. Terjemahan Widaryanto. Bandung: ASTI, 1988. Oemarjati, Boen S, 1971. Bentuk Lakon dalam Sastra Indonesia. Jakarta: P.T. Gunung Agung. Padmodarmaya, Pramana, 1988. Tata dan Teknik Pentas. Jakarta: Balai Pustaka. Patty, Albertus M, 1992. Permainan Untuk Segala Usia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Pisk, Litz, The Actor and His Body Rendra, 1976. Tentang Bermain Drama. Jakarta: Pustaka Jaya. Riantiarno, N, 2003. Menyentuh Teater. Jakarta: MU:3 Books. Sulaiman, Wahyu, 1982. Seni Drama. Jakarta: PT. Karya Uni Press. Sumardjo, Jakob, 1992. Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia. Bandung: P.T. Citra Aditya Bakti. Waluyo, Herman J, 2001. Drama, Teori, dan Pengajarannya. Yogyakarya: PTHanindita Graha. Wijaya, Putu, 2007. Teater. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara. WS, Hasanuddin dkk, 2007. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu.

106 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Profil Penulis

Nama Lengkap : Sem Cornelyoes Bangun Telp. Kantor/HP : 021-4895124 / 081289639812 E-mail : [email protected] Akun Facebook : - Alamat Kantor : Jl. Rawamangun Muka Kampus UNJ Jakarta Timur Bidang Keahlian : Seni Rupa Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Penulis buku 2. Kurator 3. Pemakalah Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S2: Fakultas Seni Rupa dan Desain/Seni Murni/ITB (1998-2000) 2. S1: Fakultas Keguruan Sastra dan Seni/Jurusan Seni Rupa/UNY (1977-1980) Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Tim Penulis Buku Guru Seni Budaya SMA, Kelas 11, 2014. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. ISBN 978-602-282-454-1 2. Tim Penulis Buku Siswa Seni Budaya SMA, Kelas 11, 2014. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. ISBN 978602-282457-2 3. Tim Penulis Peningkatan Kompetensi Kebudayaan Bagi Guru Seni Budaya, 2013. Modul, Pusat Pengembangan SDM Kebudayaan, Kemdikbud Republik Indonesia. ISBN 978-602-14477-0-3 4. Apresiasi Seni, 2011. Proyek Penulisan Buku Universitas Negeri Jakarta. 5. Eksistensi Pendidikan Tinggi Seni Rupa Indonesia-Permasalahan dan Alternatif Pengembangannya. 2011. Dalam Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc.Ed.et. al. Pedagogik Kritis Perkembangan Substansi, dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. ISBN 978-979-098-013-6 6. Tim Penulis Pedoman Tugas Akhir Penciptaan Karya Seni Rupa. 2011. Edisi ketiga. Jurusan Seni Rupa FBS-UNJ. 7. Kontributor Apresiasi dan Kreasi Seni Rupa, 2009. Modul PPG Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta. Jakarta: UNJ Press. ISBN 978-602-96153-4-0 8. Kritik Seni Rupa, Cetakan 3, 2011. Penerbit ITB Bandung. ISBN 979-9299-24-1 9. Estetika Bahasa dan Seni, Tim Penulis. 2008. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta. ISBN 978-979-26-3411-2 10. Eksistensi Dadaisme Dalam Gerakan Seni Rupa. 2008. Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB. Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Basoeki Abdullah dan Karya Lukisannya, Museum Basoeki Abdullah, Jakarta: 2012. 2. Warna Lokal Kaligrafi Etnik Indonesia. Bandung: Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung: 2011. 3. Perkembangan Seni Lukis Potret di Indonesia. Museum Basoeki Abdullah Jakarta: 2011. 4. Hak Kekayaan Intelektual: Hak Cipta Seni Rupa dan Desain, Permasalahan dan Solusinya. Kreativitas Seni Kampus, Kressek # 3. Universitas Negeri Jakarta: 2010. 5. Kompetensi Pendidik dalam Pembelajaran Apresiasi Seni Budaya, Jurnal Pendidikan Seni, Kagunan, Tahun II No. 01. Agustus 2007. 74-81.

107 Profil Penulis

Nama Lengkap : Drs. Siswandi, M.Pd. Telp. Kantor/HP : 0291-685241 E-mail : [email protected] Akun Facebook : Siswandi Sis Alamat Kantor : Jl. Sultan Fatah 85 Demak Bidang Keahlian : Guru dan Seni Musik Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Guru di SMA Negeri 2 Demak sampai dengan 2007 2. Kepala SMA Negeri 1 Karangtengah, Demak (2007 s.d. 2013) 3. Kepala SMA Negeri 2 Mranggen, Demak (2013 s.d. 2014) 4. Kepala SMA Negeri 1 Demak (2014 s.d. sekarang) Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S2: Fakultas Pascasarjana/Pendidikan Bahasa Indonesia/UNNES Semarang (2009-2012) 2. S1: FPBS (Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni)/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia/IKIP Semarang (1982-1988) Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Buku Seni Budaya SMP Kurikulum 2006 jilid 1, 2, dan 3 (bersama Rasjoyo, penerbit Yudhistira, 2007) 2. Buku Seni Budaya SMP Kurikulum 2013 jilid 1, 2, dan 3 (bersama Setyobudi, Giyanto, Dyah Purwani S, penerbit Erlangga, 2014) Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi Melalui Penggunaan Metode Copy the Master Varian Teknik Anakronisme pada Siswa Kelas X-4 SMA Negeri 2 Demak Tahun Pelajaran 2006/2007, (tahun 2006).

108 Profil Penulis

Nama Lengkap : Dr. Tati Narawati, S. Sen., M.Hum Telp. Kantor/HP : 08156014546 E-mail : [email protected] Akun Facebook : Tati Narawati Alamat Kantor : Jl. Dr. Setiabudhi 229 Bandung Bidang Keahlian : Seni Tari Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Ka. Prodi Pendidikan Seni Sekolah Pascasarjana UPI 2. Kepala UPT Kebudayaan UPI 3. Anggota Senat Akademik dan Majelis Wali Amanah UPI Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S3: Fakultas Ilmu Budaya, Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Universitas Gadjah Mada (1999-2002) 2. S2: Fakultas Ilmu Budaya, Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Universitas Gadjah Mada (1995-1998) 3. S1: Seni Pertunjukan, Jurusan Tari, Akademi Seni Karawaitan Indonesia (ASKI) (1983-1986) Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Wajah Tari Sunda dari Masa ke Masa 2. Tari Sunda: Dulu, Kini dan Esok 3. Drama Tari Indonesia Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Peneliti Seni Tradisional Nusantara sejak tahun 2000 sampai saat ini.

109 Profil Penulis

Nama Lengkap : Jose Rizal Manua Telp. Kantor/HP : 021-31923603 / 0811833161 E-mail : [email protected] Akun Facebook : - Alamat Kantor : IKJ-TIM Cikini Raya no 73 - Jakarta Pusat Bidang Keahlian : Seni Teater dan Film Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Mengajar di Institut Kesenian Jakarta 2. Memberikan Pelatihan di berbagai tempat Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S2: Fakultas Film - Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta 2. S1: Fakultas Teater - Institut Kesenian Jakarta 1998 Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Tidak ada Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): Tidak ada

110 Profil Penelaah

Nama Lengkap : Dr. M. Yoesoef, M.Hum. Telp. Kantor/HP : 021-7863528; 7863529 / 0817775973 E-mail : [email protected] Akun Facebook : https://www.facebook.com/yoesoev Alamat Kantor : Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Kampus Universitas Indonesia, Depok 16424 Bidang Keahlian : Sastra Modern, Seni Pertunjukan (Drama) Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. 2008-2014: Manajer SDM Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI 2. 2015-sekarang: Ketua Departemen Ilmu Susastra Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI 3. 2015 (Mei-Oktober): Tim Ahli dalam Perancangan RUU Bahasa Daerah (Inisiatif DPD RI) Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S3: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia/Program Studi Ilmu Susastra (2009- 2014) 2. S2: Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia/Program Studi Ilmu Susastra (1990-1994) 3. S1: Fakultas Sastra Universitas Indonesia/Jurusan Sastra Indonesia (1981-1988) Judul Buku yang pernah ditelaah (10 Tahun Terakhir): 1. Buku Pelajaran Seni Drama (SMP) 2. Buku Pelajaran Seni Drama (SMA) Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Anggota peneliti dalam “Internasionalisasi Universitas Indonesia melalui Pengembangan Kajian Indonesia,” Hibah Program Hibah Kompetisi Berbasis Institusi (PHK-I) Tema D, Dikti Kemendiknas Tahun 2010-2012 2. Anggota Peneliti dalam Penelitian “Nilai-nilai Budaya Pesisir sebagai Fondasi Ketahanan Budaya,” Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT) BOPTN UI 2013-2014 3. Ketua Peneliti dalam Penelitian “Identitas Budaya Masyarakat Banyuwangi Sebagaimana Terepresentasikan di dalam Karya Sastra,” Penelitian Madya FIB UI Tahun 2014, BOPTN FIB UI

111 Profil Penelaah

Nama Lengkap : Drs. Bintang Hanggoro Putra, M.Hum Telp. Kantor/HP : 024850810 / 08157627237 E-mail : [email protected] Akun Facebook : Bintang Hanggoro Putra Alamat Kantor : Kampus Unnes, Sekaran, Gunung Pati, Semarang Bidang Keahlian : Seni Tari Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Dosen Pendidikan Sendratasik, Prodi Seni Tari, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S2: Fakultas Ilmu Budaya/Pengkajian Seni Pertunjukan/Universitas Gajah Mada Yogyakarta (2000-2004) 2. S1: Fakultas Seni Pertunjukan/Seni Tari/Komposisi Tari (1979-1985) Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Tidak ada. Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Pengembangan Model Pembelajaran Tari Tradisional untuk Mahasiswa Asing di Universitas Negeri Semarang (2015). 2. Penerapan Model Pembelajaran Seni Tari Terpadu pada Siswa Sekolah Dasar (2012) 3. Upaya Pengembangan Seni Pertunjukan Wisata Di Hotel Patra Jasa Semarang (2010) 4. Pengembangan Materi Mata Kuliah Pergelaran Tari dan Musik pada Jurusan Pendidikan Sendratasik UNNES dengan Model Pembelajaran Tutorial Analitik Demokratik (2008). 5. Fungsi dan Makna Kesenian Barongsai Bagi Masyarakat Etnis Cina Semarang (2007).

112 Profil Penelaah

Nama Lengkap : Eko Santoso, S.Sn Telp. Kantor/HP : 0274-895805 / 08175418966 E-mail : [email protected] Akun Facebook : - Alamat Kantor : Jl. Kaliurang Km 12,5 Yogyakarta 55581 Bidang Keahlian : Seni Teater Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. 2000-2003: seniman teater freelance 2. 2003-2011: instruktur teater PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta 3. 2011-sekarang: Widyaiswara seni teater PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S1: Jurusan Teater, Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta (1991-2000) Judul Buku/Modul yang pernah ditelaah (10 Tahun Terakhir): 1. Dasar Pemeranan untuk SMK (2013) 2. Dasar Artistik 1 untuk SMK (2014) 3. Modul Pengetahuan Teater untuk Guru SMP dan SMA (2015) 4. Modul Dasar Pemeranan untuk Guru SMP dan SMA (2015) 5. Modul Teknik Pemeranan untuk Guru SMP dan SMA (2015) Buku yang pernah ditulis: 1. Seni Teater 1 untuk SMK. 2008. Jakarta: Direktorat PSMK Depdiknas. 2. Seni Teater 2 untuk SMK. 2008. Jakarta: Direktorat PSMK Depdiknas. 3. Pengetahuan Teater 1 - Sejarah dan Unsur Teater. 2013. Jakarta: Direktorat PSMK 4. Pengetahuan Teater 2 - Pementasan Teater dan Formula Dramaturgi. 2013. Jakarta: Direktorat PSMK 5. Teknik Pemeranan 1 - Teknik Muncul, Irama, dan Pengulangan. 2013. Jakarta: Direktorat PSMK 6. Teknik Pemeranan 2 - Teknik Jeda, Timing, dan Penonjolan. 2013. Jakarta: Direktorat PSMK 7. Dasar Tata Artistik - Tata Cahaya dan Tata Panggung. 2013. Jakarta: Direktorat PSMK 8. Yang Melintas - Kumpulan Tulisan. 2014. Yogyakarta: Penerbit Elmatera 9. Bermain Peran 1 - Motivasi, Jenis Karakter dan Adegan. 2014. Jakarta: Direktorat PSMK

113 Profil Penelaah

Nama Lengkap : Dr. Nur Sahid M. Hum. Telp. Kantor/HP : 0274-379133 / 087739496828 E-mail : [email protected] Akun Facebook : - Alamat Kantor : Jur Teater, Fak Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta Jl. Parangtritis Km 6 Yogyakarta Bidang Keahlian : Seni Teater Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Dosen Jur. Teater Fak. Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta 2. Dosen Pasca Sarjana ISI Yogyakarta 3. Dosen Sekolah Pasca Sarjana UGM Yogyakarta Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S3: Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Sekolah Pasca Sarjana UGM Yogyakarta (2008- 2012) 2. S2: Ilmu Humaniora, Program Pasca Sarjana UGM Yogyakarta (1994-1998) 3. S1: Sastra Indonesia, Fak. Ilmu Budaya UGM Yogyakarta (1980-1986) Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Metode Pembelajaran Seni Teater untuk Anak-anak Usia Sekolah Dasar (Program Penelitian Hibah Bersaing, Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Dirjen Pendidikan Tinggi, Depdikbud, Jakarta), 2006. 2. Metode Penulisan Skenario Film bagi Remaja (Program Penelitian BOPTN, Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Dirjen Pendidikan Tinggi, Depdikbud, Jakarta), 2013. 3. Penciptaan Drama Radio Perjuangan Pangeran Diponegoro sebagai Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Karakter bagi Generasi Muda (2016-2018) Menjadi Penelaaah Buku Ajar: 1. Penelaah buku untuk SMK Seni berjudul Seni Teater (2008), 2. Penelaah buku untuk SMP berjudul Seni Budaya (2016), P4TK Yogyakarta. Penulisan Buku Teks: 1. Semiotika Teater diterbitkan Lembaga Penelitian ISI Yogyakarta 2012. 2. Sosiologi Teater diterbitkan Pratista Yogyakarta 2008

114 Profil Penelaah

Nama Lengkap : Dr. Rita Milyartini, M.Si. Telp. Kantor/HP : 0222013163 / 081809363381 E-mail : [email protected] Akun Facebook : - Alamat Kantor : Jl. Dr. Setiabudi 229 Bandung 40151 Bidang Keahlian : Pendidikan Musik Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Dosen di Departemen Pendidikan Musik FPSD UPI 2. Dosen di Program Studi Pendidikan Seni Sekolah Pascasarjana UPI 3. Peneliti Pendidikan Seni khususnya pendidikan Musik Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S3: Pendidikan Umum/Nilai/Universitas Pendidikan Indonesia (2007-2012) 2. S2: Kajian Wilayah Amerika/Universitas Indonesia (1998-2001) 3. S1: FPBS/Pendidikan Musik/IKIP jakarta (1983-1987) Judul Buku yang pernah ditelaah (10 Tahun Terakhir): 1. Buku teks tematik SD (thn 2013) 2. Buku non teks ( Tahun 2011, 2012, 2015) 3. Buku teks SD, SMP dan SMA (2015) Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. 2008: Model Pendidikan Life Skill Belajar Mandiri untuk Meningkatkan Penguasaan Teknik Vokal Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Vokal 3 di Prodi Musik UPI. 2. 2010: Pengembangan Model Pendidikan Seni Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus (tahun 1) 3. 2011: Pengembangan Model Pendidikan Seni Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus (tahun 2) 4. 2011: Kombinasi Active Learning dan Self Training, untuk Memperbaiki Audiasi Tonal Minor Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Vokal 2 Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI 5. 2012: Pengembangan Model Pendidikan Seni Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus (tahun 2) 6. 2012: Model Transformasi Nilai Budaya Melalui Pendidikan Seni di Saung Angklung Udjo untuk Ketahanan Budaya (disertasi) 7. 2013: Pemanfaatan Angklung untuk Pengembangan Bahan Pembelajaran Tematik Jenjang Sekolah Dasar Berbasis Komputer 8. 2015: Model Pembelajaran Teknik Vokal Berbasis Ornamen Vokal Nusantara (tahun pertama) 9. 2016: Model Pembelajaran Teknik Vokal Berbasis Ornamen Vokal Nusantara (tahun kedua) 10. 2016: Pengembangan Usaha Bidang Seni dan Budaya di Kota Bandung

115 Profil Penelaah

Nama Lengkap : Dr. Dinny Devi Triana, S.Sn, M.Pd Telp. Kantor/HP : 08161670533 E-mail : [email protected] Akun Facebook : dinny devi triana Alamat Kantor : Universitas Negeri Jakarta Jln. Rawamangun Muka, Jakarta Timur Bidang Keahlian : Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Seni Tari Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Staf pengajar pendidikan sendratasik UNJ (1993-sekarang) 2. Tutor Univeristas Terbuka (2012-2014) 3. Instruktur Pelatihan Guru Kesenian SD di Balai Latihan Kesenian Jakarta Utara (2008-2011) 4. Instruktur Pelatihan Tari Guru Taman Kanak-kanak di Jakarta Barat (2009-2015) 5. Instruktur PLPG Rayon 9 (2008-2015) 6. Instruktur PPG SM3T Seni Budaya (2013-2014) Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S3: Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (2006-2012) 2. S2: Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (2000-2003) 3. S1: Institut Seni Indonesi Yogyakarta (1991-1993) 4. D3: Akademi Seni Tari Indonesia (1987-1991) Judul Buku yang pernah ditelaah (10 Tahun Terakhir): 1. Seni dan Budaya Untuk SMK (Penerbit: Inti Prima, 2007) 2. Seni Tari Nasional dan Internasional (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2009) 3. Modul: Peningkatan Kompetensi Kebudayaan Bagi Guru Mata Pelajaran Seni Budaya (Badan Pengembangan SDM Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013) 4. Praktik Tari Betawi (untuk kalangan sendiri, 2014) 5. Evaluasi Pembelajaran Seni Tari (Penerbit: Inti Prima, 2015) Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Minat Kesenian Pelajar SLTA se-DKI Jakarta (2006) 2. Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Tari Hasil Karya Mahasiswa LPTK (2006) 3. Kompetensi Koreografer : Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kreatif, Penguasaan Pengetahuan Komposisi Tari, dan Tari Hasil Karya Mahasiswa (2007) 4. Kecerdasan Kinestetik dalam Menata Tari (Eksperimen Metode Penilaian Kinerja dan Penguasaan Pengetahuan Komposisi Tari pada Mahasiswa Jurusan Seni Tari UNJ & UPI Bandung) (2011) 5. Hibah Bersaing: Model Penilaian Kinestetik dalam Menilai Tari I-Pop (Modern Dance) (2013-2014) 6. Strategi Penilaian sebagai Evaluasi Formatif untuk Meningkatkan Keterampilan Menari pada Pembelajaran Praktik Tari (2014) 7. Model Pengukuran Cerdas Kinestetik dalam Menata Tari pada Mahasiswa Seni Tari (2015) Jurnal (10 tahun terakhir): 1. Skala Pengukuran Sebagai Alat Evaluasi Dalam Menilai Tari Karya Mahasiswa (Jurnal Harmonia terakreditasi, 2006) 2. Kompetensi Koreografer Pendidikan Berbasis IMTAK dan IPTEK (Jurnal Harmonia terakreditasi, 2006) 3. Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Tari Hasil Karya Mahasiswa Jurusan Seni Tari Universitas Negeri Jakarta (Jurnal UNAS-Ilmu Budaya, 2009) 4. Nation Character Building by Implementing Educational Values as a Response to the Influence of Contemporary Culture Toward Kinestethetic Artistic Intelligence (Fine Arts International Journal: Srinakharinwirot University, 2012) 5. Penilaian Kinstetik dalam Seni Tari (Jurnal Evaluasi Pendidikan UNJ, 2012) 6. Model Penilaian Kinestetik dalam Menilai Tari I-Pop (Modern Dance) (Jurnal Panggung, 2014) 7. The Ability of Choreography Creative Thinking on Dance Performance (Harmonia terakreditasi, 2015) 116 Profil Penelaah

Nama Lengkap : Prof. Dr. Djohan Telp. Kantor/HP : 0274-419791 / 08175412530 E-mail : [email protected] Akun Facebook : Salim Djohan Alamat Kantor : Jl. Suryodiningratan 8 Yogyakarta Bidang Keahlian : Psikologi Musik Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Narasumber Pusat Kurikulum Pendidikan Seni (2004-2006) 2. Representative South East Asian Youth Orchestra (2004-2011) 3. Wakil Direktur Pascasarjana ISI Yogyakarta (2008-2011) 4. Kaprodi Magister Manajemen Seni ISI Yogyakarta (2010-2012) 5. Dewan Etik Asosiasi Pendidik Seni (2005-2012) 6. Narasumber BSNP Pengembang Bidang Seni Budaya (2006-2012) 7. Editor KBM Journal of Cognitive Science-ISSn 2152-1530 (2009-) 8. Direktur Pascasarjana ISI Yogyakarta (2012-) 9. Dosen tamu Pasca Sarjana Psikologi UKSW (2012-) 10. Reviuwer The Journal of Asean Research in Art and Design (2012-) 11. Dosen tamu Pascasarjana UGM (2014-) 12. Dosen tamu Pascasarjana UNY (2014-) 13. Anggota Yayasan Dinamika Edukasi Dasar (2015-) Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S3: Fakultas Psikologi/Psikologi/Universitas Gadjah Mada (2002-2005) 2. S2: Fakultas Psikologi/Psikologi Perkembangan/Universitas Gadjah Mada (1996-1999) 3. S1: Fakultas Seni Pertunjukan/Musik/Musik Sekolah/Institut Seni Indonesia Yogyakarta (1989- 1993) Judul Buku yang pernah ditelaah (10 Tahun Terakhir): 1. Seni Budaya SD-SMP-SMA Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. 2005: Pengaruh Tempo dan Timbre dalam Gamelan Jawa terhadap Respons Emosi Musikal. BPPS (Dikti) 2. 2006-2007: Pengembangan Aspek Musikal Sebagai Media Penigkatan Keterampilan Sosial. PEKERTI (DP2M) 3. 2008: Potret Manajemen Seni di Bali: Dari Etos Jegog ke Mitos Jazz. Pusat Studi Asia Pasifik 4. 2009-2010: Upaya Pengembangan Kreativitas SDM melalui Rekontekstualisasi Seni. FUNDAMENTAL (DP2M) 5. 2015: Metode “Practice Base Research” dalam Penciptaan/Penyajian Seni. Dyson Foundation, Melbourne University

117 Profil Penelaah

Nama Lengkap : Muksin Md., S.Sn., M.Sn. Telp. Kantor/HP : 022-2534104 / 08156221159 E-mail : [email protected] Akun Facebook : Muksin Madih Alamat Kantor : FSRD-ITB, Jl. Ganesha 10 bandung (40132) Bidang Keahlian : Seni Rupa Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Ketua Program Studi Seni Rupa FSRD-ITB (2013-2015) 2. Koordinator TPB FSRD-ITB (2008-2013) 3. Ketua Lap/Studio Seni Lukis FSRD-ITB (2005-2006) Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S2: Fakultas Seni Rupa dan Desain/Seni Rupa/Seni Murni/Institut Tekhnologi Bandung (1996- 1998) 2. S1: Fakultas Seni Rupa dan Desain/Seni Murni/Seni Lukis/Institut Tekhnologi Bandung (1989- 1994) Judul Buku yang pernah ditelaah (10 Tahun Terakhir): 1. Buku teks pelajaran kurikulum 2013 (edisi revisi) mata pelajaran wajib untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA Seni Budaya bidang Seni (2015) 2. Buku teks Seni Budaya (Seni Rupa) kelas IX dan XII (2014) 3. Buku Pendidikan Dasar dan Menengah Berdasarkan Kurikulum 2013 kelas VIII, X, dan XI, Seni Budaya (Seni Rupa). (2013) Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Penerapan Teknik Etcha Ke Dalam Produk Elemen Estetik Sebagai Upaya Meningkatkan Potensi Kreativitas Masyarakat. Riset KK (Kelompok Keahlian Seni Rupa) ITB. (2014) 2. Metode Pembelajaran Menggambar Bagi Anak Autis dengan Bakat Seni Rupa. Riset KK (Kelompok Keahlian Seni Rupa) ITB. (2014) 3. Aplikasi Pengembangan Barongan sebagai Cinderamata Khas Blora dengan Sentuhan Teknik Potong, Tempel, Pahat dan Lukis, Riset KK (Kelompok Keahlian Seni Rupa). (2013) 4. Pengembangan Produk Identitas Budaya Masyarakat Blora untuk menunjang Sentra Masyarakat Kreatif, Program Pengabdian kepada masyarakat Mono dan Multi. (2013) 5. Aplikasi Barongan dalam Pengembangan Cinderamata Khas Kota Blora (LPPM-ITB) (2012) 6. Barongan dalam Pengembangan Cinderamata Khas Kota Blora (LPPM-ITB) (2011) 7. Aplikasi Medium Lokal (Indigenus Material) dalam Karya Seni Rupa sebagai Upaya Mewujudkan Ciri Khas Indonesia [Program Riset Peningkatan Kapasitas ITB (2011) 8. Medium Lokal (indigenus material) dalam Karya seni rupa sebagai upaya mewujudkan ciri khas Indonesia Program Riset Peningkatan Kapasitas ITB (2010) 9. Pengolahan Serat Alami Menggunakan Sistem Enzim Mikrobiologi sebagai Media Ekspresi Seni Dua Dimensi. Riset ITB [Riset Fakultas] (Jurnal Visual Art ITB 2007) 10. Muatan Spiritualitas pada Seni Rupa Tradisional Dwimatra-Ilustrasi Nusantara Upaya Menggali Seni Rupa Tradisi untuk Memperkaya Konsep Seni Ilustrasi Indonesia Masa Kini dan Masa Depan. Riset ITB [Riset Fakultas] (2006) 11. Daur Ulang Sampah Menjadi Kertas Seni. ”GELAR” Jurnal Ilmu dan Seni – STSI Surakarta. Vol. 3 No. 2 Desember 2005, ISSN 1410-9700. (2005)

118 Profil Penelaah

Nama Lengkap : Dra. Widia Pekerti, M.Pd. Telp. Kantor/HP : - E-mail : - Akun Facebook : - Alamat Kantor : Jl. Suryodiningratan 8 Yogyakarta Bidang Keahlian : Seni Musik Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Dosen luar biasa di Universitas Negeri Jakarta jurusan seni musik 2009 hingga kini. 2. Konsultan pendidikan. 3. Pengurus Anggota Dewan Etik Asosiasi Pendidik Seni Indonesia (APSI) dan anggota IPTP (Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan). 4. Anggota Pengurus Kroncong Centre Of Indonesia. Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S2: Teknologi Pendidikan UNJ Jakarta, 1997. Kursus Penunjang antara lain : bahasa Inggris, Perancis dan kecantikan. 2. S1: Pendidikan Seni Musik IKIP Jakarta, 1971. Akta Mengajar V Universitas Terbuka, 1983 Judul Buku yang pernah ditelaah (10 Tahun Terakhir): 1. Penelaah buku Pusat Kurikullum Dikdasmen, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengmbangan Pusat Kurikullum dan Perbukuan November 2014 , SMP-SMA Seni Budaya 2. 2-4 Desember 2015, SMP-SMA Seni Budaya 3. 11-13 Desember 2015, Tematik (Seni Budaya) 4. 29-31 Januari 2016, Tematik (Seni Budaya) Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Studi Lagu-lagu bernafaskan kedaerahan dan perjuangan untuk pendidikan keluarga, Direktorat PAUD dan Keluarga, Dikdasmen, 2016 2. Studi banding pendidikan di Indonesia; Suny at Albany University, NY, 1995 dan 1996, Otago University 2004 dan Nanyang University, 2006. 3. Penelitian mandiri, antara lain: Musik Balita di TK Ora Et Labora 2004 - 2006; Kursus Musik untuk Balita di Eduart 2002-2004 dan di Yamuger 2010 – sekarang; serta penelitian pada bayi, 2009 hingga kini. 4. Penelitian-penelitian seni dan budaya tahun di Indonesia yang kondusif dalam pembudayaan P4 (1982-1990). 5. Penelitian Pengaruh Hasil Pembelajaran Terpadu Matematik dan Musik terhadap Hasil Belajar Matematik Murid Kelas 1 SD. Thesis, IKIP, Jakarta. 1997. 6. Penelitian Pengaruh Pembelajaran Folk Song terhadap Minat Seni Musik di SMP Regina Pacis Jakarta, Skripsi: IKIP Jakarta, 1971.

119 Profil Penelaah

Nama Lengkap : Dr. Fortunata Tyasrinestu, M.Si. Telp. Kantor/HP : 0271-384108 / 08122748284 E-mail : [email protected] Akun Facebook : - Alamat Kantor : FSP ISI Yogyakarta, Jl. Parangtritis Km. 6.5 Sewon Yogyakarta Bidang Keahlian : Musik Pendidikan, Bahasa Indonesia, Psikologi Musik Pendidikan Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. Dosen FSP ISI Yogyakarta 2003 - sekarang 2. Kepala UPT MPK ISI Yogyakarta 2008-2012 3. Pengelola Program S3 Program Pascasarjana ISI Yogyakarta 2014 - sekarang Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S3: Fakultas Ilmu Budaya/Ilmu-Ilmu Humaniora/Linguistik - UGM Yogyakarta (2010-2013) 2. S2: Fakultas Psikologi/Psikologi Pendidikan - UGM Yogyakarta (2002-2004) 3. S1: Fakultas Seni Pertunjukan/Jurusan Musik/Musik Pendidikan - ISI Yogyakarta (1992-1997) 4. S1: Fakultas Sastra/Sastra Indonesia/Linguistik - UGM Yogyakarta (1992-1998) Judul Buku yang pernah ditelaah (10 Tahun Terakhir): 1. Buku Teks Pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan SD-SLTP-SMU 2. Buku Non Teks Pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan SD-SLTP-SMU Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Lirik Musikal pada Lagu Anak Berbahasa Indonesia (2014) 2. Pengaruh Kreativitas Musikal terhadap Kreativitas Verbal dan Figural (2010) 3. Pengembangan Kreativitas melalui Rekontekstualisasi Seni Tradisi (2010) 4. Model Pembelajaran Musik Kreatif bagi Pengembangan Kreativitas Anak di Wilayah DIY (2010)

120 Profil Editor

Nama Lengkap : Dyah Tri Palupi Telp. Kantor/HP : 021-3804248/0812-812-67-678 E-mail : [email protected] Akun Facebook : - Alamat Kantor : Jl. Gunung Sahari Raya No 7 Senen, Jakarta Pusat Bidang Keahlian : Seni Budaya dan Tematik Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir: 1. 2009 – 2017: Staf bidang kurikulum di Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud. 2. 2007 – 2009: Guru Seni Budaya di SMAN 8 Banten. Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1. S1: Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni/Sendratasik/Seni Tari/IKIP Semarang (1994 – 1998) Judul Buku yang pernah diedit (10 Tahun Terakhir): 1. Buku Pengenalan Seri Budaya untuk SD 2. Buku Muatan Lokal SD, SMP, SMA Kutai Timur 3. Buku Muatan Lokal SMK Bangka Belitung 4. Buku Pendalaman Materi IPS dalam kurikulum untuk Sekolah Dasar 5. Buku Pemuda dan Peranan di Masyarakat 6. Buku Pembelajaran PAUD Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1. Implementasi Kurikulum dan Kebutuhan Guru dalam Pembelajaran (Cara Mudah Memahami Kurikulum). Tahun terbit 2016 2. Penyusunan Standar dan Kompetensi Karawitan dan Teri Betawi. Tahun terbit 2012

121 Gunakan

Jangan Gunakan narkoba! Seni Budaya

Buku ini menyajikan pembelajaran aktivitas berapresiasi, berkarya, (berekspresi, bereksperimen) dengan pendekatan saintifik. Di bidang seni rupa menyajikan aspek konseptual, visual, dan operasional dalam pemberdayaan unsur rupa (noktah, garis, warna, tekstur, volume, dan ruang) dengan memperhatikan Seni Budaya prinsip estetik seperti keselarasan, keseimbangan, proporsi, irama, penekanan dalam penciptaan seni rupa murni, dan desain sesuai dengan potensi kreatif yang dimiliki masing-masing peserta didik. Pendekatan saintifik di bidang tari menyajikan ragam gerak tari tradisional, analisis, dan pengembangan ragam gerak berdasarkan unsur tenaga (lemah, sedang, kuat), ruang (sempit, sedang, luas), dan waktu (lambat, sedang, cepat) untuk aktivitas upacara, tari untuk penyajian estetis, maupun tari untuk hiburan. Pendekatan saintifik teater mengacu pada lintasan sejarah teater barat (tragedi, komedi, dan satyr) teater tradisional Asia (Cina, India, Jepang) teater tradisional Nusantara (Lenong, Longser, Ketoprak, Ludruk, Arja, Kemidi, Rudat, Kondobuleng, Dulmuluk, Randai, dan Makyong). Persiapan pementasan teater menyajikan masalah aktor, ● SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 2 menentukan karakter, bloking, tata rias, tata busana, tata pentas, tata cahaya, tata usaha, dan lain-lain. Pendekatan saintifik bidang musik menyajikan pembelajaran dan latihan kemampuan apresiasif (mendengar, membaca, dan menulis musik) untuk pencapaian Seni Budaya kemampuan kreatif ditempuh melalui menggubah musik dan mencipta kembali (rekreatif) melalui aktivitas pementasan musik.

ZONA 1 ZONA 2 ZONA 3 ZONA 4 ZONA 5 HET SMA/MA/ Rp9.400 Rp9.800 Rp10.200 Rp11.000 Rp14.100 SMK/MAK KELAS ISBN: 978-602-427-142-8 (Jilid Lengkap) 978-602-427-146-6 (Jilid 2b) XI Semester 2