Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 2 (Maret 2017): 103-109

AGAMA DJAWA SUNDA (ADS)

Roro Sri Rejeki Waluyajati Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Jl. A.H. Nasution 105 Cibiru, Bandung 40614, . E-mail: [email protected] ______

Abstract The purpose of this article is to express the community about the existence of a indigenous whose existence nearly extinct. is in known in the name of ADS (Religion Djawa Sunda). In expressing existence ADS and the use writers’ research methodology kulaitatif by using data analysis is inductive. Location for research in doing in Cigugur Village, district Kuningan. The result showed that Religion Djawa Sunda (ADS) is a religion local trying to combine between the sunda wiwitan and Islamic teachings. Keywords: Indigenous religion; Cigugur; Sunda Wiwitan ______

Abstrak Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengungkapkan pada masyarakat tentang keberadaan sebuah agama asli yang keberadaannya hampir punah. Agama asli tersebut dikenal dengan nama ADS (Agama Djawa Sunda). Dalam mengungkapkan keberadaan ADS ini maka penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis data bersifat induktif. Adapun lokasi penelitian di desa Cigugur Kabupaten Kuningan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Agama Djawa Sunda (ADS) adalah sebuah agama lokal yang mencoba menggabungkan antara ajaran Sunda Wiwitan dan ajaran Agama . Kata Kunci: Agama asli; Cigugur; SundaWiwitan ______

Pada artikel kali ini penulis akan mengungkap secara gamblang tentang apa itu A. PENDAHULUAN ADS, mulai dari asal usul pemunculan, Agama Djawa Sunda (ADS) atau yang ajarannya hingga perkembangan ajaran biasa di kenal oleh masyarakat dengan ajaran tersebut saat ini. Madrais, merupakan salah satu ajaran agama lokal yang mempunyai pengaruh cukup besar B. HASIL DAN PEMBAHASAN di tanah Jawa Barat ini, bermula dari sebuah 1. Kondisi Geografis dan Sosial desa di Cigugur Kabupaten Kuningan hingga Keagamaan Masyarakat Cigugur 1 meluas ke daerah , Garut, Bandung dan Kuningan Jawa Barat Cirebon. Pengaruh ADS ini cukup penting Cigugur adalah sebuah kecamatan di bagi perkembangan agama lokal di Jawa Kabupaten Kuningan Jawa Barat, letak Barat, hal itu dibuktikan dengan berdirinya kecamatan secara geografis berada di bawah satu kampung di daerah Cireunde, Cimahi kaki Gunung Ceremai dengan ketinggian 700 Bandung yang menjadikan ADS sebagai m di atas permukaan laut dengan curah hujan rujukan dalam sistim kepercayaannya, walau- rata-rata 26,8 mm dan suhu udara rata-rata 26º pun pada pengaplikasiannya telah di - C. Adapun batas-batas wilayahnya sebagai difikasi dan terasimiliasi dengan budaya berikut : sebelah utara sebelah timur Keca- setempat. Ajaran ADS mungkin sekarang matan Kuningan, Kecamatan Kramatmulya, tinggal kenangan di sebagian tempat, tetapi sebelah selatan Kecamatan Kadugede, sebelah indikasi keberadaan pengikutnya masih barat Gunung Ciremai. Untuk jumlah pen- banyak terdapat di tempat asalnya Cigugur kuningan. 1 http://id.wikipedia.org/wiki/Cigugur,_Kuningan#Batas -batas_Wilayah

Roro Sri Rejeki Waluyajati Agama Djawa Sunda (ADS)

duduk kecamatan 7.084 jiwa, untuk mata Cirebon, disana ia tidak mendapat penceharian warga Cigugur kebanyakan keterangan yang memuaskan, tetapi ia sebagai petani. Tingkat pendidikan masyarakat dapat tinggal sebagai pelayan pada salah kampung ini masih tergolong rendah, karena seorang pangeran di Cirebon, karena itu pemahaman keagamaannyapun masih patuh dan rajin, Madrais di sayang oleh bersifat pasif. induk semangnya, sehingga diberi Tetapi untuk kondisi keagamaan pelajaran ngelmu Cirebon atau ngelmu masyarakat desa sebelah malah menganut sejati atau ngelmu hakikat.2 aliran Islam fanatik, hingga terhadap masya- Sejak waktu itu pandangan orang mulai rakat kampung Cigugur mereka kurang akur. berubah, menganggap seolah-olah Madrais Ketika mendakwahkan ajaran Islam mereka termasuk keluarga Sultan Cirebon, kemudian kurang sabar dan cepat menilai seseorang ia menikah dengan seorang perempuan yang kafir. Itulah yang mengakibatkan ketika se- berasal dari desa Cigugur kemudian iapun me- orang yang bernama Madrais menciptakan netap disana dan mengembangkan ajarannya. ajaran baru yaitu ADS banyak dari masyarakat Sudah menjadi rahasia umum bahwa orang- Cigugur Kuningan ini menyambutnya. orang yang mempelajari ngelmu Cirebon kalau tidak dibarengi dengan pengetahuan 2. Sejarah Kelahiran Agama Djawa Sunda agama Islam yang baik, hasilnya orang Di ceritakan pada tahun 1848 di desa tersebut akan melalaikan ajaran syariat Islam cigugur berdiri sebuah dan lebih mengutamakan ajaran ngelmu 3 yang dikenal dengan mana Agama Djawa Cirebon. Begitupun yang terjadi pada Sunda atau di singkat ADS, pendirinya adalah Madrais. Pada perkembangan selanjutnya Madrais menurut riwayat Madrais masih ke- Madrais mencoba mengkolaborasikan ajaran turunan Sultan-sultan Cirebon, hal itu di- Ngelmu sejati Cirebon dan menciptakan kisahkan sebagai berikut: ajaran baru yang disebut ADS (Agama Djawa Seorang Pangeran keturunan sultan di Sunda). Cirebon mempunyai selir (istri yang Mengapa di sebut Ajaran Djawa Sunda, dikawin sah tetapi di akui sebagai istri karena ajaran ini mencoba mengkolaborasikan tidak resmi) di salah satu desa Kecamatan antara ngelmu sejati Cirebon yang identik Losari Cirebon, ayah dari si selir tadi dengan tradisi kejawen dengan tasauf Islam termasuk guru ngaji (guru agama Islam) dan tradisi Sunda Wiwitan, hal ini bisa di dikampung. Dari selir itu lahir anak laki- pahami karena ADS muncul dan berkembang laki yang diberi nama oleh kakeknya (ayah di Cigugur Kuningan, dan seperti yang kita si selir) Muhammad Rais, yang akhirnya ketahui bahwa Kuningan secara geografis disebut orang-orang Madrais. Menurut terletak di daerah perbatasan Jawa Barat dan cerita sang pangeran tadi tidak pernah Jawa Tengah hingga budaya Jawa dan Sunda datang-datang lagi sehingga tidak tahu terasimilasi cukup kuat di daerah ini. kepada anaknya, juga sebaliknya. Yang di Sedangkan menurut versi lainnya Madrais kira oleh Madrais ayahnya adalah sering disebut sebagai Pangeran Madrais kakeknya. Karena selang beberapa lama Alibasa Widjaja Ningrat, yang di percaya setelah mempunyai anak si ibupun sebagai keturunan sultan Gebang Pangeran meninggal dunia. Sampai dewasa Madrais Alibasa I, sedangkan menurut cucunya yang memperoleh pendidikan agama dari masih hidup pangeran Djatikusuma, Nama kakeknya yang pengetahuan Islamnya tidak Madrais berasal dari Muhammad rais sebuah banyak. Semenjak dewasa Madrais sadar nama yang diberikan kakeknya. bahwa yang dianggap ayahnya adalah kakeknya selama ini, kemudian Madrais 2 Prof. Kamil Kartapraja, Aliran Kebatinan dan meminta izin pada kakeknya untuk menemui kepercayaan Di Indonesia, CV Haji Masagung, Jakarta, ayahnya atau saudara dari ayahnya di kota 1990. hlm 131. 3 Ibid. hlm 131

104 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 2 (Maret 2017): 103-109

Roro Sri Rejeki Waluyajati Agama Djawa Sunda (ADS)

Dikisahkan pada usia 10-13 tahun ia batin dan yakin. Dirumah Madrais selalu tinggal di pesantren, namun terpaksa menyalakan api unggun. ditunda karena menerima bisikan gaib yang 3. Wajib menyembah kepada guru, ratu memberi petunjuk agar ia pergi, menelusuri (pemerintah) dan kedua orang tua. Me- dusun-dusun baik besar ataupun kecil yang melihara tanah dengan bercocok tanam biasanya dituju adalah tempat-tempat yang dengan baik dan mengenai penghidupan, dikenal secara umum sebagai tempat- istilah menyembah tanah, mengkiblat ka tempat angker yang digunakan sebagai ratu (artinya mentaati pemerintah) tempat-tempat pemujaan, kemudian ditem- 4. Dilarang menentang adat desa, sedangkan pat itulah ia bertapa. Dengan maksud untuk agama Islam disebut agama yang baik mencari rahasia semesta alam baik lahir untuk orang Arab. maupun batin.4 5. Perkawinan, kematian dan sebagainya Dari pengembaraanya inilah Madrais mempunyai cara sendiri di luar cara yang mengembangkan ajaran ADS, untuk sebagaian biasa dilakukan oleh umat Islam, dasar orang ADS dianggap sebagai gabungan dari perkawinan suka-sama suka, pengikut ajaran tasawuf Islam dengan mistisme Jawa Madrais dilarang kawin di penghulu. yang dibingkai dengan unsur-unsur kebu- Untuk urusan cerai tidak ada, namun bila dayaan Sunda. Dari Cigugur, ADS ber- satu pasangan sudah tidak cocok satu kembang ke pelosok Jawa Barat seperti sama lain mereka boleh berpisah begitu Indramayu, Majalengka, Ciamis, Tasikmalaya, saja. Laki-laki kaum ADS dilarang untuk Garut, Bandung, Padalarang, Bogor, Pur- bersunat dan tidak boleh solat secara wakarta, bahkan sampai DKI Jakarta. Jumlah Islam, Soal warisan diatur berdasarkan penganut ADS dipercaya pernah mencapai hukum adat. lebih dari 100.000 orang, namun yang tercatat Untuk menghadapi kematian biasanya dalam buku cacah jiwa hanya sekitar 25.000 pengikut Madrais yang menghadapi sakarotul orang. maut oleh kawan-kawannya ditunggu sambil dikatakan: wajon lawan, artinya ayo lawan, 3. Istilah-istilah Keagamaan Dalam Ajaran dan bila ia meninggal mereka berkata: Hih Bet Agama Djawa Sunda5 olehan = Lo, tukang kalah, prosesi pemaka- 1. Syahadat agama Djawa Sunda dalam man mereka dimasukkan dalam peti kaki dan bahasa sunda yang artinya: tidak Ada tangan agak di lipat (mentongkrong), biasanya tuhan melainkan Allah dan Madrais ialah mayat akan di kuburkan terpisah dari kuburan Rosullah. Rosullah menurut ajaran kaum muslim. Madrais bukan berarti utusan Allah, tetapi 4. Istilah Keagamaan yang bermakna Rosulullah artinya rasa sejati. Madrais Filosofis dalam Ajaran Agama Djawa artinya bukan nama orang tetapi hakikat Sunda dari nama tersebut ialah cahaya sejati. Ajaran ADS menjadikan ajaran asli Sunda 2. Kupasan dari kejadian manusia berasal sebagai pegangan hidup, ada tiga pedoman dari api, air, angin dan tanah. Yang yang harus di pegang oleh penganut ADS dipandang sumber dari segala kejadian dalam menjalankan kehidupannya yang dike- menurut ajaran Madrais ialah api, oleh nal dengan istilah Pikukuh Tilu yang terdiri karena itu Madrais memuliakan api sejati, dari: yang tidak tampak dipandang oleh mata 1. Cara ciri manusia, cara ciri manusia ini dan tidak dapat diraba dengan indera yang teraplikasikan dalam dua hal yaitu : manapun hanya dapat diraba dengan raba a. Tatakrama: dimana setiap manusia harus tau bagaimana cara dia bersikap dan bertingkah laku yang baik menurut adat 4 Starthof, Sadjarah Ngadegna Agama Djawa (ADS), istiadatnya, ia menjelaskan kalau kami Garut, 1979. hlm 1 5 Prof. Kamil Kartapraja Op. cit. hlm 132

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 2 (Maret 2017): 103-109 105 Roro Sri Rejeki Waluyajati Agama Djawa Sunda (ADS)

orang sunda, maka tata karma yang di sebagai manusia melalui konsep ini, manusia pakai harus tata karma orang sunda. diberikan tuntutan untuk memahami dan b. Budi Pekerti: budi pekerti yang dimak- mempertanyakan diri sendiri, mulai dari asal sud adalah setiap perilaku harus diba- kemana akan tujuan hidup, oleh sebab itu tri rengi dengan amal perbuatan yang baik, tangtu dina raga mengingatkan kita pada hal- karena perbuatan yang baik akan meng- hal yang berkaitan dengan moralitas hidup hasilkan sikap dan penghargaan yang atau akhlak budaya dan tuntutan hidup baik dimasyarakat dan perbuatan jahat bermasyarakat. Aplikasi dari tri tangtu Dina akan berakibat pada sanksi sosial yang raga dalam kehidupan sehari-hari adalah: 7 akan mengakibatkan pengucilan dan 1. Saur kudu dibubut (bercerita/ berbicara penghinaan dari masyarakat. harus hati-hati dan harus pada tempat yang 2. Cara ciri bangsa adalah ketika kita lahir di sesuai). tanah Sunda maka kita harus teguh 2. Basa kedah dihampelas (berbicara dengan mempertahankan identitas kesundaan kita baik dan sopan). dengan berbahasa Sunda, berperilaku orang 3. Gotong royong. Sunda, rupa Sunda dengan slogan hidup 4. Toleransi agama “silih asah, silih asih dan silih asuh” yang Selain istilah diatas di kenal juga istilah di aplikasikan dalam bentuk cinta kasih, seperti Dzat, sifat, atma: sir, rasa, pikir: tekad, tata karma (aturan berperilaku), undak-usuk ucap, lampah: silih asah, silih asuh, silih asih: (etika bersikap), budi daya-daya budi nyawa, raga, pakean, naluri, nurani, nalar. (kreatifitas dan sopan santun berbahasa), Istilah-istilah diatas adalah Rucita (tuntunan) wiwaha yuda na raga (sikap bijak dan berkehidupan. penuh pertimbangan) seperti yang dianut dalam budaya masyarakat sunda. Tri Tangtu Di Buana Pikukuh tilu merupakan ajaran kuno suku Sedangkan untuk konsep tri tunggal buana sunda, istilah ini merupakan frase berbahasa adalah hukum yang mengatur kehidupan sunda di lihat dari segi bahasa pikukuh tilu masing-masing individu dan kelompok di berasal dari dua kata, pikukuh dan tilu, pikukuh dalam suatu wilayah kekuasaan baik yang berarti yang bermakna suatu hal yang harus bersifat lokal (adat masyarakat setempat) atau dipegang teguh karena sudah menjadi satu mewakili daerah secara nasional. Dalam kepastian. Sedangkan kata tilu merupakan kata masyarakat kampung adat Cireunde, Cimahi bilangan yang dalam bahasa Indonesia berarti yang mengadopsi spiritualitas ADS dikenal tiga, jadi secara sederhana pikukuh tilu, bisa dua pantangan dalam bermasyarakat yaitu: diartikan tiga hal yang harus senantiasa 1. Jangan memakan keringat orang lain, ini dipegang dalam kehidupan.6 berarti kita tidak boleh memakan hak Pikukuh tilu kalau diperluas maknanya orang lain seperti merampas, merampok, diambil dari frase tri tangtu atau tangtu tilu, mencuri atau menyakiti orang lain. tangtu tilu, adalah sebuah pakem atau kitab 2. Tidak boleh memaksa orang lain untuk ahlak budaya sebagai rujukan perilaku menganut aliran kepercayaan yang kehidupan baik secara pribadi ataupun sosial. mereka peluk. Di bawah ini akan penulis paparkan maksud Penulis berasumsi bahwa pada masyarakat dari pikukuh tilu tersebut: kampung Cigugur Kuningan juga menerapkan hal yang sama seperti pada masyarakat Kam- Tri Tangtu Dina Raga (Salira) pung Adat Cireunde karena salah satu pengi- Konsep Tri tangtu dina raga, adalah pakem kut setia Agama Djawa Sunda di Bandung atau tuntunan yang menyangkut pribadi (ego) terwakilkan pada Kampung Adat Cireunde, Cimahi, Bandung. 6 Yayasan Trimulya, Pikukuh Adat Karuhun Urang,pemaparan budaya spiritual, Cigugur Kuningan, 7 Wawancara bersama seorang pengikut ADS, bernama 2000. hlm 16 Budi pada tanggal 10 juni 2014.

106 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 2 (Maret 2017): 103-109

Roro Sri Rejeki Waluyajati Agama Djawa Sunda (ADS)

percaya diri dan tugas dapat dilaksanakan Tri Tangtu Di Nagara dengan sepenuh hati. Dalam dua wilayah kekuasaan yang mereka 7. Makpruk : Dengan sikap dan kata-kata anut yaitu wilayah adat dan wilayah nasio- yang lembut yang diperintah tidak merasa nal/luar adat itu terkadang menimbulkan hu- dipaksa atau terpaksa. bungan yang berbeda hingga membentuk satu 8. Ngulas : Mengomentari hasil sistim sendiri dengan tetap berpedoman pada pekerjaan, jika pelu dikoreksi tetapi makna yang baik, benar dan buruk. Dalam dengan cara bijaksana agar tidak ajaran ADS dikenal penggolangan staratifikasi menyinggung perasaan. kekuasaan terbagi pada tiga istilah Resi, Ratu 9. Ngecap : Menentramkan dengan cara dan Rama. menghargai hasil jeri payah orang lain. Resi adalah maha guru agama, adat dan Ngala angen: Yang memerintah harus dapat yang menciptakan ajaran-ajaran. Ia berwenang simpati dari yang memerintah sehingga yang sebagai pemilik kekuasaan tetapi tidak memerintah akan selalu disegani dan menjalankan kekuasaan. Sedangkan Ratu dihormati. adalah yang menjalankan pemerintahan yang 5. Cara Madrais Menyebarkan Ajarannya dikenal dengan raja, dan untuk Rama adalah menjadi media yang ampuh rakyat yang menjalankan apa yang di dipakai oleh Madrais dalam menyebarkan perintahkan Resi dan Ratu. Pada Penganut ajarannya. Biasanya muridnya menonton dan ADS di Cigugur Kuningan di kenal ungkapan Madrais menjadi dalangnya, selain wayang Rama Panyipta, Rama Pangwedar dan Rama Madrais juga mengajarkan ajarannya melalui panyusun. Tayuban atau tari-tarian.9 Nuansa hiburan Spiritualitas dalam tri tangtu di negara ini dalam penyebaran ajaran ADS sangat di sukai diaplikasikan dalam istilah sang seuweu oleh pengikutnya karena tingkat pendidikan karma (adab atau ahlak) yang mengajarkan dan pemahaman masyarakat Cigugur Kuni- bagaimana menata hubungan antapra ngan pada saat itu masih rendah, maka melalui pemimpin dan bawahannya, tata karma pertunjukan seni inti sari ajaran ADS mudah tersebut berpedomana pada dasa panta yang masuk dan diserap oleh pengikutnya ditambah terdiri dari: 8 pengetahuan dasar tentang ajaran Islam sangat 1. Guna : Mengajarkan sesuatu harus di lemah di antara mereka. Tiap bulan maulud jelaskan kegunaannya baik oleh yang murid-murid Madrais berkumpul di Cigugur, memerintah atau diperintah. mereka datang dari Cirebon, Sumedang, Garut 2. Ramah : Dalam memerintah harus jumlahnya hampir 2500 orang. Pada waktu itu disertai keramah tamahan. Madrais hanya dengan menggunakan cawat 3. Kagum : Perintah yang disampaikan saja tiarap di atas api unggun, yang dinyalakan harus sesuai dengan yang diperintah. di dalam suatu dapur, sehingga Madrais dan 4. Pesok, Reureus : Artinya yang api terhalang oleh tembok. Dari tubuh Madrais diperintah senang hati mengerjakan yang keluar keringat bercucuran yang ditampung diperintahkan. dalam satu tempat yang penuh air, air 5. Asih : Suatu perintah harus campuran dengan keringat Madrais ini di didasarkan pada perasaan kasih sayang, bagi-bagikan kepada pengikutnya yang sehingga suatu tugas akan dirasakan disambut sebagai berkah dari sang guru.10 sebagai tanggung jawab bersama. Pengikut Madrais sangat berani berkorban 6. Karunya, sayang : Dengan penuh rasa untuk kepentingan gurunya. Pada zaman saying perintah itu dapat dirasakan oleh Belanda kehidupan Madrais beserta keluarga yang melaksanakannya hingga timbul rasa sangat mewah seperti seorang bupati. Madrais

8 Masyarakat Adat Karuhun Urang Sunda, pemaparan singkat: Jejak Sejarah Komunitas ADS ke Komunitas 9 Prof.Kamil Kartapraja, Op. cit. hlm 133 AKUR, Cigugur, Kuningan Jawa Barat, 2008 10 Prof.Kamil Kartapraja, Ibid.hlm 133

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 2 (Maret 2017): 103-109 107 Roro Sri Rejeki Waluyajati Agama Djawa Sunda (ADS)

meninggal pada usia 65 tahun. Setelah Sebagai akibat larangan tersebut, secara kepergian pemimpin ADS digantikan oleh hukum status sekitar 2.000 orang penganut anaknya pangeran Teja Buana, tetapi pema- PACKU tersebut menjadi ilegal dan secara hamannya tentang ajaran ADS tidak sebaik politik menjadi tidak benar (legally and bapaknya dan cara dia menarik dana dari politically incorrect). Menghadapi situasi ter- pengikutnyapun tidak sehalus ayahnya hingga sebut, sebagian besar dari mereka segera banyak pengikutnya yang kecewa dan kembali menjadi Katolik yang diterima akhirnya berkurang. kembali dengan penuh curiga, sebagian kecil Selama kepemimpinan Tejabuana aliran masuk Islam, beberapa masuk Kristen Pasun- Madrais mengalami pasang surut, pada tahun dan, sisanya termasuk Pangeran Djatikusumah 1944, Tejabuana mengumumkan ADS telah di beserta keluarganya tetap menyatakan diri bubarkan karena tekanan dari pihak Jepang, secara resmi sebagai penghayat aliran tetapi ketika pertengahan tahun 1948 ADS kepercayaan. dihidupkan kembali oleh Tejabuana, karena yang berkuasa bukan Jepang lagi tetapi Belan- da sampai waktu pemberontakan Kartosuwiryo C. SIMPULAN menyerang kelompok ADS, maka Tejabuana Fenomena ADS ( Agama Djawa Sunda), pindah dari Cigugur dan tinggal di Cirebon. adalah sebuah potret kebeagamaan pada Pada tanggal 10 januari 1959 Tejabuana ber- masyarakat Indonesia Umumnya dan Jawa usaha mengadakan Kongres Agama-agama Barat. Khususnya yang menunjukkan bahwa Djawa dengan maksud untuk menghidupkan agama pada suatu masyarakat harus mampu kembali ajaran ini, tetapi perkembangan ADS menunjukkan sifatnya baik sifat agama tidak pesat seperti dulu dan semakin hari sebagai penjelas yang harus mampu membe- semakin melemah. rikan makna keteraturan sosial di masyarakat Tejabuana mendaftarkan ADS pada badan dan pada kasus ADS ini sifat agama sebagai koordinasi kebatinan Indonesia (BKKI), sete- penjelas keteraturan sosial di masyarakat telah lah himpunan kepercayaan terhadap tuhan di rusak, karena ADS merupakan ajaran yang yang maha esa (HPK) berdiri pada tahun 1981, ingin mereformasi ajaran agama yang sudah pada perkembangan selanjutnya ADS memani- mapan di masyarakat pada saat itu dengan festasikan diri menjadi Paguyuban Adat Cara menggabungkan antara ajaran Islam dan Karuhun Urang (PACKU) dibawah pimpinan Sunda Wiwitan. Sedangkan sifat ke dua dari Pangeran Djatikusuma dan terdaftar pada agama adalah sifat Normatif artinya agama Direktorat Bina Hayat sebagai lembaga formal harus mampu memberikan sistem makna yang 12 dengan No. 192/R.3/N.1/1982 yang bekerja di bersifat menjadi legitimasi . Dan dalam kasus wilayah Jawa Barat dan sekitarnya.11 ADS ini, Madrais sebagai satu sosok yang Akibat pendirian PACKU ini, mantan dianggap dapat memberikan legitimasi dan anggota dari ADS yang sudah bepindah ajaran harapan yang dibutuhkan oleh masyarakat menjadi Katolik sebanyak 2000 orang menya- pada waktu itu hingga ADS ini pengikutnya takan keluar dari keanggotaan gereja dan banyak dan menyebar di beberapa wilayah di berbalik arah menjadi anggota PACKU, bany- Jawa Jarat, tapi setelah kematian dari Madrais, ak terjadi pertengkaran antara sesama anggota ADS mulai surut dan tenggelam karena keluarga, bapak dengan anaknya, istri dengan penerus Madrais yaitu anaknya sendiri Teja- suaminya dsb, setahun setelah kejadian ter- buana, tidak mampu memberikan legitimasi sebut PACKU kemudian dilarang dengan yang baik pada pengikutnya. Surat Keputusan Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat Nomor: Kep. 44/K.2.3/8/82. 12 legitimasi adalah segala macam bentuk penjelasan yang diberikan untuk membenarkan sebuah tindakan 11 Pemaparan Budaya Spiritual, Paguyuban Adat Cara ,perilaku atau praktek-praktek yang ada dalam Karuhun Urang, 1995, Cigugur-Kuningan Jawa Barat, masyarakat. hlm 14.

108 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 2 (Maret 2017): 103-109

Roro Sri Rejeki Waluyajati Agama Djawa Sunda (ADS)

Munandar, Agus Aris, Tatar Sunda Masa DAFTAR PUSTAKA Silam, Wedata Tama Widyasastra, Jakarta, Djatikusuma, (pengantar), Pemaparan Budaya 2010. Spiritual Paguyuban Adat Cara Karuhun Rozak, Abdul, Teologi Kebatinan Sunda, Urang, Cigugur 1995. Kiblat, Bandung, 2005. Hamka, Perkembangan Kebatinan di Starthof, Sadjarah Ngadegna Agama Djawa Indonesia, Bulan bintang, Jakarta, 1976. (ADS), Garut, 1979. Kartapraja, Kamil, Aliran Kebatinan Dan Wikipedia, “Cigugur, Kuningan”, 2016, Kepercayaan Di Indonesia, CV Haji http://id.wikipedia.org/wiki/Cigugur,_Kuni Masagung, Jakarta, 1990. ngan#Batas-batas_Wilayah Majalah Tempo, Terbitan 29 Januari 1983. Yayasan Trimulya, Pikukuh Adat Karuhun Masyarakat Adat Karuhun Urang Sunda, Urang, Pemaparan Budaya Spiritual, pemaparan singkat: Jejak Sejarah Cigugur Kuningan, 2000. Komunitas ADS ke Komunitas AKUR, Cigugur, Kuningan Jawa Barat, 2008.

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 2 (Maret 2017): 103-109 109