TRANSFORMASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT CIREUNDEU

1Puji Nurharyanto, 2Dadan Wildan, 3Mirna Nur Alia 1Pesantren Manarul Huda 2Dosen Prodi Pendidikan Sosiologi FPIPS Universitas Pendidikan 3Dosen Prodi Pendidikan Sosiologi FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia E-mail: [email protected]

Abstrak Masyarakat adat merupakan masyarakat yang memiliki cara hidup tersendiri, cara hidup tersebut disebut kearifan lokal. Era informasi menjadikan masyarakat adat ikut terlibat dalam perubahan agar tidak tergusur oleh perubahan zaman dengan konsekuensi kearifan lokal yang mereka miliki mengalami proses transformasi seperti yang terjadi pada masyarakat adat Cireundeu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara mendalam yang didokumentasikan melalui video. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat adat Cireundeu bersikap terbuka dalam menerima perubahan karena kebutuhan zaman. Kesimpulan dalam penelitian ini berupa kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat adat Cireundeu mengalami transformasi dalam segi bentuk maupun makna.

Kata kunci: transformasi, masyarakat adat Cireundeu, kearifan lokal.

PENDAHULUAN deleted, changed, or modified Masyarakat dan budaya pasti some parts of the script. mengalami perubahan, seperti analogi Analogi berikut merupakan suatu yang dikemukakan oleh Perry (1980, pengantar untuk membahas mengenai hlm. 90) transformasi. Berdasarkan data Dinas For purpose of contrast, we can Pariwisata dan Budaya Kab./Kota Jawa view culture and society in a Barat pada tahun 2012 terdapat 27 theatrical context. Society can be kampung adat yang terdapat di Provinsi considered as a group of actors Jawa Barat, salah satunya terdapat satu who play roles befitting their kampung adat yang berada di Kota statuses. The script that the actors Cimahi yaitu Kampung Adat Cireundeu. use in playing their roles is culture. Kampung adat Cireundeu terkenal This script has been written for the dengan kearifan lokalnya yakni rasi. actors by generations of their Selain rasi, ciri khas yang dimiliki oleh predecessors. Each generation, masyarakat adat Cireundeu lainnya including the present, has added, adalah kepercayaan mereka yakni Sunda wiwitan. Kepopuleran kampung anak-anak penganut kepercayaan adat Cireundeu mengundang banyak Sunda wiwitan terhadap agama lain. pihak untuk memberdayakan dan Achdiani (2012) memberikan mengembangkan kampung adat kesimpulannya dalam penelitian Cireundeu. Konsekuensi dari bantuan terdahulu bahwa pewarisan proses yang diterima oleh kampung adat sosialisasi dan enkulturasi tradisi Cireundeu sebagai akibat dari leluhur telah ditanamkan sejak anak- keterbukaan masyarakat adat anak sampai dewasa, dengan tujuan Cireundeu terhadap perubahan. agar anak memiliki kemampuan hidup Perubahan (transformasi) yang dalam tataran era lebih luas atau global dimaksud dalam hal ini adalah tanpa harus meninggalkan jati dirinya. perubahan menuju ke arah yang yang Namun hasil penelitian tersebut baru baik berupa dalam bentuk maupun memunculkan suatu pertanyaan fungsi. Jika suatu masyarakat atau pun apakah kearifan lokal masyarakat adat budaya tidak terbuka dalam menerima Cireundeu mengalami transformasi perubahan maka masyarakat tersebut sebagai akibat dari keterbukaan akan statis. Kearifan lokal masyarakat masyarakat adat Cireundeu terhadap adat Cireundeu semakin rentan perubahan, apakah terjadi perubahan mengalami transformasi karena pola pewarisan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat adat Cireundeu masyarakat adat Cireundeu sebagai membutuhkan informasi atau pun perlu akibat dari meningkatnya partisipasi berinteraksi dengan pihak yang tertarik anak-anak penganut Sunda wiwitan dengan kampung adat Cireundeu untuk untuk bersekolah dan bagaimana memberdayakan dan mengembangkan proses internalisasi yang dilakukan kampung mereka. masyarakat adat Cireundeu sebagai Isu mengenai identitas akibat dari proses transformasi yang kepercayaan Sunda wiwitan yang mereka lakukan. masyarakat adat Cireundeu perjuangkan untuk diakui sebagai METODE agama oleh pemerintah merupakan Penelitian ini menggunakan suatu permasalahan lain yang harus pendekatan kualitatif. Alasan yang dihadapi dalam proses transformasi pertama dengan pendekatan kualitatif oleh masyarakat adat Cireundeu. adalah penelitian ini bertujuan untuk Selain itu, meningkatnya partisipasi memahami bagaimana proses anak-anak masyarakat adat Cireundeu transformasi yang dilakukan oleh untuk bersekolah merupakan resiko masyarakat adat Cireundeu. Kedua, lainnya bagi masyarakat adat pendekatan kualitatif digunakan untuk Cireundeu dalam mempertahankan memahami dan memaknai suatu kearifan lokalnya. Karena resiko yang masyarakat adat yang identik dengan mereka hadapi adalah anak-anak pola kehidupan statis namun setelah penganut Sunda wiwitan ikut serta mereka menerima proses transformasi dalam mempelajari mata pelajaran maka bagaimana cara masyarakat adat agama lain yang mengakibatkan dalam melakukan proses internalisasi kekhawatiran akan terpengaruhnya terhadap perubahan yang dialami. Alasan lain peneliti menggunakan Sedangkan uji keabsahan data yang pendekatan kualitatif karena penelitian dilakukan peneliti meliputi, triangulasi. mengenai transformasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat adat HASIL DAN PEMBAHASAN Cireundeu ini membutuhkan penelitian Cireundeu dalam pandangan yang sangat mendalam dan tidak masyarakat awam merupakan suatu berpatokan terhadap hasil melainkan Kampung Adat yang secara fisik proses yang menjadi patokan dalam nampak seperti desa yang seluruh penelitian ini. Alasan lainnya yakni masyarakatnya masih karena proses tranformasi tidak hanya mempertahankan tradisi leluhur. Pada dapat diukur dengan perhitungan kenyataannya temuan di lapangan statistik tetapi jauh dari itu setiap proses menunjukkan hal yang berbeda, transformasi memiliki makna dan faktor Cireundeu hanya berupa satu rukun yang melatarbelakanginya. Oleh karena warga (rukun warga 10) dari itu, semakin menguatkan peneliti keseluruhan 20 rukun warga yang menggunakan pendekatan kualitatif terdapat di Kelurahan Leuwigajah. untuk meneliti mengenai transformasi Cireundeu dan warga masyarakatnya nilai-nilai kearifan lokal masyarakat adat tak jauh berbeda dengan rukun warga Cireundeu. lainnya yang terdapat di kawasan Metode penelitian yang digunakan pinggiran kota. Yang membuat dalam penelitian ini yaitu metode studi Cireundeu menjadi terkenal seperti deskriptif. Karena metode deskriptif sekarang yakni beberapa kelompok merupakan metode yang digunakan masyarakatnya memilih rasi (beras untuk memberi gambaran yang lebih singkong) sebagai makanan pokoknya jelas tentang situasi-situasi sosial. Oleh dan menjadikan Sunda wiwitan sebagai karena itu dalam penelitian mengenai suatu kepercayaan. Cireundeu bukan transformasi nilai-nilai kearifan lokal merupakan Kampung Adat atau pun masyarakat adat Cireundeu ini Masyarakat Adat tetapi lebih tepatnya menggunakan metode deskriptif karena merupakan kelompok adat karena gambaran mengenai situasi-situasi hanya sebagian masyarakat saja yang sosial dapat diketahui berdasarkan masih mempertahankan dan keterangan yang terjadi di lapangan. menjalankan tradisi leluhurnya. Teknik pengumpulan data yang Transformasi yang terjadi pada dilakukan dalam penelitian ini, meliputi masyarakat adat Cireundeu dan nilai- wawancara mendalam, observasi dan nilai kearifan lokal masyarakat adat studi dokumentasi. Adapun teknik Cireundeu merupakan hal yang wajar analisis data yang digunakan melalui seperti yang tertuang dalam pepatah tiga tahap yakni reduksi data, display Sunda yang masyarakat adat data dan terakhir penarikan Cireundeu yakini yakni “orang sunda kesimpulan. Pada tahap reduksi peneliti kudu ngindung ka waktu, mibapa ka memilih data yang benar-benar jaman” yang berarti bahwa Orang diperlukan, selanjutnya membuat table Sunda harus menyesuaikan diri dengan kualitatif agar lebih mudah dipahami. perubahan zaman. Keyakinan Sunda wiwitan di Cireundeu masih terpengaruh oleh ajaran agama berasal dari sesepuh adat Cireundeu. dan Kristen meskipun sesepuh adat, Pengertian ibadah menurut tokoh pemuda dan warga masyarakat pemahaman masyarakat adat adat Cireundeu lainnya mengelak Cireundeu jika dibandingkan dengan bahwa kepercayaan Sunda wiwitan agama lain bahwa dalam agama Islam merupakan agama asli mereka (Orang terdapat ibadah sholat lima waktu Sunda). Banyak orang yang sedangkan pengertian ibadah menurut menyamakan kepercayaan Sunda penganut kepercayaan Sunda wiwitan wiwitan di Cireundeu dengan agama adalah waktu lima yaitu mata untuk samawi (Islam dan Kristen) bahkan tidak melihat apa yang seharusnya tidak sebagian masyarakat ada yang dilihat, hidung untuk tidak menghirup memusyrikan para penganut keyakinan apa yang seharusnya tidak dihirup, Sunda wiwitan di Cireundeu hanya telinga untuk tidak mendengarkan apa karena masih menjalankan tradisi yang seharusnya tidak didengar, mulut leluhur. untuk tidak berbicara apa yang Pandangan masyarakat adat seharusnya tidak diucapkan dan Cireundeu terhadap agama merupakan terakhir adalah siku untuk tidak saling pemaknaan budaya yang artinya ketika sikut dalam kehidupan. Namun terdapat seseorang beragama maka secara pengertian ibadah yang secara khusus tidak langsung dan tidak disadari ia mereka maknai yaitu surasa yang sedang menjalankan dan memaknai berarti bahwa mengingat kepada budaya yang melekat pada agama yang Tuhan, kini surasa pun beralih menjadi dianut berasal seperti yang tercantum suatu diskusi bagi anak-anak maupun dalam pepatah Sunda yang remaja. mengatakan bahwa “budaya batur Transformasi pada nilai-nilai dimumule, budaya sorangan kearifan lokal masyarakat adat dipohokeun” yang artinya budaya Cireundeu terjadi pada pandangan bangsa lain dipelihara sementara berkeyakinan mereka dan makanan budaya bangsa sendiri dilupakan. pokoknya yakni rasi. Rasi yang Konsep agama dalam merupakan makanan pokok kepercayaan masyarakat adat masyarakat adat Cireundeu kini sudah Cireundeu penganut Sunda wiwitan mulai diolah menjadi bahan makanan yakni Tuhan adalah pencipta mereka, lain untuk dijadikan sebagai setiap manusia akan kembali kepada cinderamata bagi para tamu yang Tuhan dan tidak mempercayai berkunjung ke Cireundeu. Perubahan kehidupan setelah kematian. rasi menjadi bahan makanan lain Kepercayaan Sunda wiwitan di merupakan suatu dampak positif bagi kampung adat Cireundeu tidak memiliki masyarakat adat Cireundeu karena hal kitab secara tertulis bahkan mereka tersebut membuat sebagian memaknai pengertian kitab secara masyarakat adat Cireundeu mendirikan harfiah yang diartikan secara terbalik industri rumahan untuk pengolahan yakni kitab adalah batik yang berarti makanan berbahan dasar singkong. kehidupan harus berwarna seperti Perubahan rasi menjadi bahan batik. Tetapi sumber ajaran mereka makanan olahan disebabkan banyaknya peneliti yang tertarik pada Cireundeu tetapi mereka merasa tidak kebiasaan makan masyarakat adat mendapatkan hak mereka sebagai Cireundeu dan banyaknya bantuan dari warga negara. Bahkan kebanyakan Pemerintah pusat maupun daerah pada penganut Sunda wiwitan di Cireundeu masyarakat adat Cireundeu bahkan tidak mempunyai surat nikah, hal Cireundeu dinobatkan sebagai Desa tersebut terjadi karena pernikahan Percontohan Ketahanan Pangan. mereka dicatatkan secara adat dengan Namun kemajuan tersebut menjadi bukti berita acara pernikahan secara sebuah ironi ketika peneliti diberikan adat. Imbasnya, ketika pembuatan akte data pada saat wawancara dengan kelahiran anak mereka maka dalam Petugas Kelurahan Leuwigajah bidang akte kelahiran tersebut tidak Pemberdayaan Masyarakat mengenai dicantumkan nama ayah karena tidak Kampung Cireundeu rukun warga 10 ada bukti surat nikah sebagai merupakan penerima bantuan raskin persyaratan dalam pembuatan akte terbanyak ketiga dari keseluruhan 20 kelahiran. Akibat lainnya, salah satu rukun warga yang terdapat di Kelurahan anak sesepuh adat Cireundeu Leuwigajah, dengan jumlah total menikahkan putrinya dengan seorang bantuan yakni 177 jiwa, harga muslim namun tetap memastikan perkarung berasnya Rp 24.000 dan putrinya untuk menjadi penganut berjumlah Rp 4.248.000. keyakinan Sunda wiwitan dan Proses transformasi dalam bentuk memakan rasi sebagai makanan lain yang dialami oleh masyarakat adat pokoknya, hal tersebut dilakukan Cireundeu yakni masalah pernikahan. dengan alasan karena jodoh, rezeki dan Tidak diakuinya Sunda wiwitan sebagai kematian merupakan takdir Tuhan dan agama oleh Pemerintah dan masyarakat adat Cireundeu tidak lagi menggolongkan Sunda wiwitan sebagai hidup di zaman Siti Nurbaya. membuat Alasan lain diungkapkan oleh istri masyarakat adat penganut keyakinan Ketua RW 10 yang merupakan Sunda wiwitan tidak membatasi diri penganut keyakinan Sunda wiwitan untuk menikah dengan penganut sedangkan suaminya Ketua RW 10 keyakinan agama lain. Hal tersebut merupakan muslim. Istri ketua RW 10 dilakukan karena permasalahan kolom sudah menikah dua kali, yang pertama agama mereka yang dicantumkan beliau menikah dengan sesama dalam KTP sebagai penganut agama penganut keyakinan Sunda wiwitan Islam atau dibiarkan kosong dan atau tetapi tidak mendapatkan surat nikah dicantumkan sebagai aliran dan yang kedua beliau menikah dengan kepercayaan/penghayat. Hal tersebut Ketua RW 10 yang merupakan bertentangan dengan keinginan penganut agama Islam maka beliau masyarakat adat Cireundeu yang mendapatkan surat nikah. Hal tersebut menginginkan identitas agama mereka menunjukkan bahwa tidak ada suatu pada kolom KTP dicantumkan sebagai jaminan ketika menikah dengan Sunda wiwitan. Meskipun sesama penganut keyakinan Sunda permasalahan KTP tidak dijadikan wiwitan bahkan beliau menikahkan masalah oleh masyarakat adat anaknya dengan seorang muslim dan membebaskan anaknya untuk keluarga saja namun kini tokoh pemuda mengikuti agama yang dianut oleh masyarakat adat Cireundeu berperan suaminya atau tetap menjadi seorang juga sebagai agen sosialisasi. Hal penganut keyakinan Sunda wiwitan, hal tersebut terjadi akibat meningkatnya tersebut dilakukan untuk menjamin partisipasi pendidikan yang dialami oleh masa depan anaknya dalam anak-anak penganut keyakinan Sunda mendapatkan hak sebagai warga wiwitan. Belum terdapatnya pengajar negara dan tidak mempersulitnya khusus untuk siswa penganut dalam pembuatan surat nikah atau keyakinan Sunda wiwitan di sekolah KTP. formal membuat siswa penganut Tata cara ibadah yang dilakukan keyakinan Sunda wiwitan harus ikut oleh penganut keyakinan Sunda mempelajari mata pelajaran agama wiwitan yakni dengan cara mengenal Islam. Para orang tua penganut diri untuk mengenal Tuhan. Ibadah keyakinan Sunda wiwitan tidak merasa tersebut dinamakan dengan surasa. khawatir akan hal tersebut karena Surasa merupakan media komunikasi mereka percaya bahwa anak-anak seorang penganut keyakinan Sunda mereka tidak akan terpengaruh oleh wiwitan dengan Tuhan. Surasa agama lain atau bahkan berpindah merupakan suatu ibadah yang tidak keyakinan, karena mempelajari mata terbatas ruang dan waktu atau pun pelajaran agama Islam di sekolah memiliki gerakan khusus. Surasa bisa bukanlah suatu masalah dan hal dilakukan kapan saja dan dimana saja tersebut hanya sebatas untuk karena ketika seorang penganut kebutuhan dalam mendapatkan nilai. kepercayaan Sunda wiwitan pada saat Kesadaran masyarakat adat itu juga mengingat Tuhan maka ia Cireundeu terhadap kelengkapan sedang beribadah (Surasa). Surasa administrasi kependudukan kini tidak sebenarnya merupakan ibadah yang lagi didasarkan oleh kebutuhan tetapi dilakukan secara pribadi, namun merupakan kewajiban. Mereka mulai masyarakat adat Cireundeu yang menyadari betapa pentingnya terbuka dalam menerima perubahan kelengkapan administrasi membuat surasa perlu dilakukan secara kependudukan dalam menjamin hak bersama-sama dengan sesama anak mereka kelak di masa depan. penganut keyakinan Sunda wiwitan Kebebasan dalam menikah merupakan lainnya. Bahkan surasa kini menjadi bentuk proses internalisasi lainnya suatu diskusi bagi anak-anak dan terhadap nilai-nilai baru yang dilakukan remaja penganut keyakinan Sunda oleh masyarakat adat Cireundeu dan wiwitan dengan bimbingan tokoh hal tersebut merupakan suatu hal yang pemuda masyarakat adat Cireundeu jarang terjadi pada masyarakat adat yang dilaksanakan setiap hari Sabtu karena karakteristik dari masyarakat pukul 17.00. adat yakni group thinking. Hal tersebut Agen sosialisasi pada masyarakat dilakukan karena didasari oleh suatu adat Cireundeu dalam menanamkan pandangan bahwa tidak semua orang nilai-nilai kearifan lokal saat ini tidak dapat dipaksakan kehendaknya dan hanya diperankan oleh lembaga setiap manusia mempunyai kehendak bebas yang mempengaruhi cara komunitas-komunitas yang hidup berpikirnya dan tindakannya yang berdasarkan asal-usul leluhur secara berpengaruh pada lingkungan di turun-temurun di atas suatu wilayah sekitarnya. geografis tertentu, yang memiliki Pemahaman masyarakat adat kedaulatan atas tanah dan kekayaan Cireundeu mengenai tidak adanya alam, memiliki nilai-nilai budaya sosial kehidupan setelah kematian yang khas, dan mengurus merupakan nilai baru yang dialami oleh berkelanjutan kehidupannya dengan masyarakat adat Cireundeu yang hukum dan kelembagaan adat. menganut keyakinan Sunda wiwitan Pemahaman masyarakat adat karena hal-hal atau pemikiran yang Cireundeu terhadap agama sebenarnya bersifat irasional akan dirasionalkan berada pada tahapan metafisis karena untuk menghindari diri dari pemikiran mereka tidak menginginkan berbicara khayalan atau berandai-andai karena hal-hal yang di luar nalar manusia dan sebelum seseorang beragama maka belum pernah dialami secara langsung orang tersebut harus eling terlebih oleh mereka. Pemahaman masyarakat dahulu. adat Cireundeu berada pada tahap Tata cara pemakaman yang metafisis karena masyarakat adat dilakukan oleh masyarakat adat Cireundeu menghendaki hal yang bisa Cireundeu masih terdapat pengaruh dijelaskan oleh logika bukan tata cara pemakaman agama Islam dan pengandaian. Hal tersebut terjadi agama Kristen yakni dengan sebagai akibat dari leluhur mereka dimasukannya jasad ke dalam peti terdahulu yang mendapatkan setelah dimandikan dan dikafankan. kebenaran spiritual melalui pencarian Pemaknaan bahwa jasad harus hancur kebenaran spititual melalui oleh cacing yang hidup di dalam jasad pengembaraan. Meskipun Sunda bukan oleh binatang yang hidup di wiwitan tidak diakui sebagai kelompok dalam tanah merupakan suatu nilai baru agama oleh Pemerintah namun yang diinternalisasi oleh masyarakat sebenarnya Sunda wiwitan merupakan adat Cireundeu. agama asli bangsa Indonesia. Oleh karena itu, aliran kepercayaan Sunda PEMBAHASAN wiwitan (Syafi’ie & Umiyati, 2012, hlm. Pemahaman masyarakat adat 6) termasuk ke dalam kelompok aliran Cireundeu terhadap agama yakni yang tergolong ke dalam kepercayaan pandangan mereka bahwa agama atau agama lokal (suku). Kepercayaan- merupakan pemaknaan budaya. Hal kepercayaan yang dikenal dengan tersebut membuat masyarakat adat sebutan animisme, dinamisme, Cireundeu memiliki the way of life panteisme adalah agama mula-mula tersendiri (Perry, 1980, hlm. 90). bangsa Indonesia. Meskipun tergolong Masyarakat Cireundeu merupakan ke dalam agama mula-mula bangsa kelompok adat namun kelompok adat Indonesia dan masyarakat adat tersebut menamakan diri dengan Cireundeu meyakini bahwa Sunda masyarakat adat (Direktorat Politik dan wiwitan merupakan suatu agama, hal Komunikasi, 2012, hlm, 7) sebagai tersebut belum memenuhi prasyarat kepercayaan Sunda wiwitan untuk pokoknya namun hal tersebut kini telah menjadi suatu agama karena prasyarat berubah karena salah satu informan ideologi atau kepercayaan untuk yang merupakan penganut keyakinan menjadi suatu agama maka ideologi Sunda wiwitan tidak mewajibkan atau kepercayaan tersebut harus anaknya untuk memakan rasi sebagai memiliki Tuhan, kitab dan nabi makanan pokoknya. Seperti yang berdasarkan prasyarat agama samawi sudah dijelaskan sebelumnya bahwa namun bila dilihat dari pandangan lain tidak semua warga masyarakat adat pun kepercayaan Sunda wiwitan belum Cireundeu memakan rasi sebagai memenuhi prasyarat untuk menjadi makanan pokoknya dan tidak semua suatu agama yakni assure, believe, dan warga masyarakat adat Cireundeu convert. Assure berarti ideologi atau merupakan penganut kepercayaan kepercayaan tersebut menjamin Sunda wiwitan. Dalam pembahasan ini adanya penyelamatan, believe artinya diberi tambahan lain bahwa tidak mempercayai teologi tertentu dan semua penganut kepercayaan Sunda convert artinya mengimankan mereka wiwitan memakan rasi sebagai yang tidak percaya. Kepercayaan makanan pokoknya. Hal tersebut terjadi Sunda wiwitan tidak menjamin karena pernikahan penganut penyelamatan karena mereka tidak kepercayaan Sunda wiwitan dengan percaya adanya kehidupan setelah penganut agama lain. Yang mana kematian, Sunda wiwitan mempercayai pernikahan menghendaki adanya teologi leluhur mereka yang kesepahaman pandangan dan mendapatkan pencerahan setelah pencarian kesamaan antar pasangan. pencarian pengalaman spiritual namun Jika pernikahan didasari dengan Sunda wiwitan tidak mengimankan perbedaan maka pasangan tersebut mereka yang tidak percaya pada menghendaki perbedaan. Hal tersebut kepercayaan Sunda wiwitan. Jadi, terjadi pada salah satu informan yang meskipun Sunda wiwitan tergolong merupakan penganut kepercayaan aliran kepercayaan yang merupakan Sunda wiwitan menikah dengan agama mula bangsa Indonesia namun penganut agama lain yang berdampak Sunda wiwitan tidak memenuhi pada kehendak bebas yang dimiliki oleh prasyarat untuk menjadi suatu agama. anak mereka. Salah satu anak mereka Proses transformasi (Kuntowijoyo, yang sejak kecil diberikan rasi sebagai 2006, hlm. 56) akan dipahami ketika makanan pokoknya tidak lagi memakan dapat mengetahui keadaan sebelum rasi melainkan memakan nasi sebagai terjadinya perubahan karena makanan pokoknya. Padahal bagi memahami tranformasi berarti penganut kepercayaan Sunda wiwitan memahami dua dunia yaitu keadaan memakan rasi merupakan puasa bagi sebelum perubahan dan keadaan mereka. Tidak adanya unsur setelah perubahan. Dalam hal ini pemaksaan yang dilakukan oleh orang seperti yang sudah dijelaskan dalam tua terhadap anaknya dalam memilih temuan penelitian bahwa setiap makanan pokok karena pernikahan penganut keyakinan Sunda wiwitan mereka pun tidak berdasarkan wajib memakan rasi sebagai makanan pemaksaan. Pemaksaan tersebut dalam artian bahwa mereka tidak surat nikah karena pernikahan secara dipaksa untuk menikah dengan orang adat tidak diakui secara administrasi yang memiliki keyakinan dan oleh Negara. (4) Situasi ini pada kepercayaan yang sama. gilirannya bisa dianalisis ke dalam dua Proses transformasi yang terjadi unsur : situasi yang tidak bisa pada nilai-nilai kearifan lokal dikendalikan oleh si pelaku atau dengan masyarakat adat Cireundeu sesuai kata lain “kondisi-kondisi” tindakan, dengan teori tindakan yang yaitu yang tidak bisa diubahnya, atau dikemukakan oleh Parson (dalam dijaganya supaya tidak berubah, dalam Hamilton, 1990, hlm. 74-75) (1) kaitannya dengan tujuan tersebut, dan tindakan mengisyaratkan adanya situasi yang bisa dikendalikannya atau seorang pelaku, seorang “aktor”, yang dengan kata lain “sarana”. Situasi yang menjadi aktor dalam hal ini adalah tidak bisa dikendalikan atau dijaga masyarakat adat Cireundeu. (2) Guna supaya tidak berubah yaitu masyarakat keperluan definisi tindakan harus ada adat Cireundeu menjadikan surasa “tujuannya”, suatu keadaan masa sebagai ibadah pribadi menjadi ibadah depan yang akan dikejar oleh tindakan yang dilakukan secara bersama-sama tersebut, dalam hal ini tujuan yang ingin dan ketika masyarakat adat Cireundeu dicapai oleh masyarakat adat mulai membuka diri atau tidak Cireundeu yakni pemaknaan agama membatasi diri untuk menikah dengan asli Sunda yaitu Sunda wiwitan sebagai penganut agama lain karena yang identitas budaya setelah leluhur mereka disebabkan oleh permasalahan yakni Haji Ali mendapatkan eksternal yaitu mendapatkan surat kebenaran spiritual dari hasil nikah dan mendapatkan akte kelahiran pengembaraannya. Selain pemaknaan karena dengan menikahi penganut agama yang dijadikan sebagai agama lain maka masa depan mereka pemaknaan budaya, “tujuan” akan terjamin dalam upaya melengkapi masyarakat adat Cireundeu yang ingin administrasi kependudukan dan dicapai adalah membuka diri untuk mendapatkan hak mereka sebagai menikah dengan penganut agama lain. warga negara. Selain itu, ketika seorang (3) Tindakan harus dimulai dalam suatu penganut keyakinan Sunda wiwitan “situasi” yang kecenderungan- menikah dengan penganut agama lain kecenderungan perkembangannya maka penghayat tersebut dapat berbeda dalam satu (atau lebih) aspek berpindah keyakinan atau tidak penting keadaan yang akan dikejar oleh memakan rasi lagi sebagai makanan tindakan itu, yaitu tujuan. “Situasi” pokoknya karena setelah menikah dalam hal ini adalah masyarakat adat bukan lagi tanggung jawab atau hak Cireundeu bersikap terbuka pada orang tua seperti yang terjadi pada perubahan namun perubahan tersebut keluarga salah satu informan, hal mengkondisikan mereka dalam situasi tersebut menunjukkan bahwa bahwa Sunda wiwitan tidak digolongkan perubahan tradisi telah terjadi secara sebagai suatu agama oleh Pemerintah kuantitatif dilihat dari jumlah penganut dan ketika mereka menikah secara adat yang menjalankan tradisinya. Situasi maka mereka tidak akan memperoleh yang bisa dikendalikan oleh masyarakat adat Cireundeu yaitu penganut setelah dimandikan dan dikafankan keyakinan Sunda wiwitan mayoritas sebelum dimakamkan yakni karena masih memakan rasi sebagai makanan menurut keyakinan masyarakat adat pokoknya. (5) Ujung akhir konsep itu Cireundeu penganut keyakinan Sunda selalu mengisyaratkan adanya rujukan wiwitan bahwa manusia merupakan bagi masa depan, yaitu rujukan kepada ciptaan Tuhan yang paling mulia maka suatu keadaan yang belum ada saat ini, ketika dikuburkan harus diperlakukan yaitu rujukan kepada suatu keadaan secara mulia. Menurut pandangan yang belum ada saat ini, dan yang tidak penganut keyakinan Sunda wiwitan di akan ada jika tidak dilakukan sesuatu Cireundeu, jenazah yang sudah oleh aktor, atau, sudah ada dan tidak dimandikan, dikafankan kemudian akan tetap berubah. Proses ini langsung dimakamkan maka jenazah dinamakan dengan “realisasi” atau tersebut tidak lagi bersih karena tujuan “pencapaian”. “Pencapaian” yang dari dimandikan dan dikafankannya dimaksud dalam hal ini adalah jenazah dimaksudkan agar jenazah walaupun terdapat masyarakat adat tetap bersih ketika kembali kepada Cireundeu yang menikahkan anaknya Sang Pencipta. Alasan lainnya adalah dengan penganut agama lain namun jasad harus hancur oleh cacing yang kepercayaan mereka masih tetap hidup di dalam tubuh jasad tersebut Sunda wiwitan meski terdapat karena pembusukan pada jasad dapat kemungkinan bahwa anak mereka akan terjadi oleh cacing yang hidup di dalam mengikuti keyakinan suaminya. tubuh jasad tersebut dan bukan Kekhawatiran atas terpengaruhnya dihancurkan oleh binatang yang hidup keyakinan anak-anak penganut di dalam tanah. Menurut mereka, tubuh kepercayaan Sunda wiwitan yang manusia bisa hancur dan mengalami bersekolah di sekolah formal dapat pembusukan tanpa bantuan dari diantisipasi dengan dilaksanakannya binatang yang hidup di tanah. surasa secara bersama-sama setiap Cara pandang tersebut yang hari Sabtu di Bale Adat. dilengkapi dengan pemberian peti mati Temuan di lapangan menunjukkan pada jenazah penganut keyakinan bahwa Kampung Cireundeu dahulu Sunda wiwitan yang meninggal hingga kini dihuni oleh mayoritas merupakan suatu nilai dan pola baru penduduk muslim dan hal tersebut yang diinternalisasi oleh masyarakat menandakan bahwa pengaruh agama adat Cireundeu penganut keyakinan Islam melekat dalam kepercayaan Sunda wiwitan karena nilai lama Sunda wiwitan. Tata cara pemakaman sebelumnya merupakan tata cara penganut keyakinan Sunda wiwitan pemakaman yang mendapatkan hampir sama dengan tata cara pengaruh dari tata cara pemakaman pemakaman yang dilakukan dalam dalam agama Islam. Bentuk agama Islam dan pemberian peti internalisasi ini merupakan relativisme merupakan pengaruh dari agama budaya, jika terdapat kesamaan maka Kristen. Alasan penganut keyakinan hal tersebut merupakan pengaruh dari Sunda wiwitan di Cireundeu jenazah budaya lain yang diadopsi dan disetujui yang harus dimasukan ke dalam peti oleh anggota masyarakat adat Cireundeu lainnya yang menganut Cireundeu yaitu para penganut keyakinan Sunda wiwitan. keyakinan Sunda wiwitan yang mulai Nilai (Fraenkel, 1997, hlm. 10) tidak membatasi diri untuk menikah merupakan sesuatu yang dihargai, dengan penganut agama lain, hal yang berhubungan dengan aspek tersebut dilakukan untuk menjamin afektif atau bagian dari diri seseorang masa depan mereka dalam yang terbentuk dengan sendirinya mendapatkan hak sebagai warga tanpa penjelasan atau sudah dijalankan negara. dan dianut oleh individu sebelumnya. Penjelasan tersebut memberikan DAFTAR PUSTAKA alasan kuat kepada proses internalisasi Buku: yang dilakukan oleh masyarakat adat Fraenkel, J.R. (1997). How to Teach Cireundeu setelah terjadinya proses about Values: An Analytic transfromasi bahwa perubahan cara Approach. New Jersey: Prentice- pandang mereka dalam memaknai Hall, Inc. pernikahan dan tata cara pemakaman Hamilton, Peter. (1990). Talcott memang sudah dikehendaki sejak Parsons dan Pemikirannya: dahulu namun dimodifikasi dengan Sebuah Pengantar. Yogyakarta: penjelasan rasional untuk menghindari Tiara Wacana. sikap blind accpeptance. Kuntowijoyo. (2006). Budaya dan Masyarakat. (Edisi Paripurna). SIMPULAN Yogyakarta: Tiara Wacana. Proses transformasi nilai-nilai Perry. (1980). Contemporary Society: kearifan lokal yang dilakukan oleh an Introduction to Sovial Scirence, masyarakat adat Cireundeu diawali Third Edition. Copyright by Harper oleh leluhur atau sesepuhnya terdahulu & Row, Publisher, Inc. yang mengembara untuk mencari Syafi’ie, M & Umiyati, Nova. (2012). To kebenaran spiritual. Perubahan agen Fulfill and To Protect: Membaca sosialisasi pada masyarakat adat Kasus-Kasus Aktual tentang Hak Cireundeu dalam upaya pewarisan Asasi Manusia. Yogyakarta: nilai-nilai kearifan lokal mengalami PUSHAM UII. proses transformasi juga secara alami Sumber Jurnal, Skripsi dan Tesis: karena meningkatnya partisipasi Achdiani, Yani. (2012). Sosialisai dan pendidikan anak-anak penganut Enkulturasi Tradisi Penganut kepercayaan Sunda wiwitan. Selain itu, Madraisme dalam Keluarga di mereka membutuhkan pendidikan dan Kampung Cireundeu, Kota informasi agar tidak tergusur oleh Cimahi. Indonesian Journal of zaman seperti dalam pepatah sunda Dialectics: UNPAD , 2 yang selalu mereka pegang “ngindung (3), hlm 153-158. ka waktu mibapa ka zaman” (harus Dokumen atau Laporan: selalu menyesuaikan diri dengan Direktorat Politik dan Komunikasi. perubahan zaman). Internalisasi yang (2012). Peran Masyarakat Adat dilakukan setelah proses transformasi Dalam Perumusan Kebijakan yang dialami oleh masyarakat adat Publik. Laporan Akhir Kajian Tahun 2012. Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas.