Bab Iv Kesimpulan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB IV KESIMPULAN Pemberian otonomi merupakan salah satu skema popular untuk menyelesaikan konflik etno-nasionalis dan pemisahan diri. Upaya ini dipraktikkan oleh Indonesia kepada Aceh, Rusia kepada Chechnya, dan Finlandia kepada Kepulauan Åland. Namun nampaknya hal ini tidak berlaku bagi Catalonia yang merupakan salah satu komunitas otonom di Spanyol. Meski sudah mendapatkan status otonomi, Catalonia masih menuntut untuk dapat menentukan nasibnya sendiri. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan penelitian "Mengapa Catalonia menuntut kemerdekaan dari Spanyol pada tahun 2017?". Untuk menjawab pertanyaan tersebut, digunakan teori resolusi konflik dari Peter Wallensteen dan konsepsi otonomi sebagai sumber konflik dari Svante E. Cornell. Penelitian ini menemukan bahwa tuntutan kemerdekaan Catalonia terjadi karena tidak terpenuhinya keinginan Catalonia untuk diakui sebagai sebuah bangsa di dalam negara Spanyol, baik melalui Konstitusi Spanyol tahun 1978 maupun SAC tahun 1979. Oleh karena itu, Catalonia melakukan amandemen SAC pada tahun 2006 untuk mendapatkan pengakuan nasional sebagai sebuah bangsa dan mendapatkan otonomi yang lebih luas. Namun amandemen itu ditolak oleh partai oposisi dan MK yang kemudian mendorong Catalonia untuk memisahkan diri dari Spanyol. 111 112 Selain itu, pemberian otonomi daerah kepada Catalonia justru mendorong untuk terjadinya upaya pemisahan diri dengan menimbulkan enam faktor, yaitu perbatasan, identitas kelompok, lembaga pemerintahan, kepemimpinan, media massa, dan dukungan eksternal. Terkait perbatasan, penelitian ini menemukan bahwa SAC memberikan batas wilayah yang jelas mengenai wilayah kekuasaan pemerintah Catalonia yang terdiri dari empat buah provinsi, yaitu Barcelona, Girona, Lleida, dan Tarragona. Batas wilayah yang jelas ini membantu Catalonia untuk melakukan klaim atas wilayah pemerintahannya dan memenuhi salah satu kriteria untuk menjadi sebuah negara, yaitu adanya wilayah yang tetap. Penelitian ini juga menemukan bahwa identitas kelompok akan terpengaruh dengan adanya pemberian otonomi karena adanya upaya untuk mempertahankan, mempromosikan dan meningkatkan identitas serta hubungan yang erat di dalam kelompok. Dalam kasus Catalonia Undang-undang (UU) Normalisasi Bahasa lah yang menjadi instrumen untuk memulihkan dan mempromosikan bahasa Catalan serta mengonstruksi identitas nasional Catalonia. UU ini berhasil meningkatkan pengguna bahasa Catalan hingga lebih dari 6 juta pengguna di Catalonia. Tak hanya itu, UU ini juga berusaha mendorong para imigran untuk menggunakan bahasa Catalan dan mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Catalan. Selanjutnya, otonomi memberikan Catalonia hak untuk membentuk pemerintahannya sendiri yang disebut dengan Generalitat yang bertugas sebagai perwakilan sah masyarakat Catalonia dan pembuat keputusan. Dengan adanya Generalitat, Catalonia dapat melakukan penentangan terhadap keputusan MK 113 yang menyatakan beberapa pasal SAC 2006 tidak konstitusional dan menuntut untuk diadakannya hak penentuan nasib sendiri melalui referendum kepada pemerintah Spanyol. Keberadaan Generalitat juga dapat meningkatkan rasa legitimasi dari tindakan yang diambil oleh wilayah otonom seperti membuat dan mengesahkan hukum terkait proses referendum dan akhirnya mendeklarasikan kemerdekaan Catalonia. Terkait kepemimpinan, otonomi berpengaruh dengan cara adanya individu yang memimpin berjalannya pemerintahan Catalonia dan para pemimpin ini memanfaatkan posisinya untuk mencapai kepentingan Catalonia serta dapat memobilisasi masyarakatnya. Josep Tarradellas berhasil mendapatkan kembali hak otonomi Catalonia melalui SAC 1979. Jordi Pujol memanfaatkan posisinya untuk membentuk identitas Catalonia melalui normalisasi bahasa dan berusaha mendapatkan otonomi yang lebih luas dengan berkoalisi dengan PP dan mendukung integrasi Uni Eropa. Pasqual Maragall sebagai presiden Catalonia berhasil mengamendemen SAC dan memberikan otonomi yang lebih luas untuk Catalonia. Pada masa kepemimpinannya, José Montilla berusaha menegosiasikan pasal-pasal yang dianggap tidak konstitusional dengan pemerintah Spanyol. Di bawah kepemimpinan Artur Mas, Catalonia dapat memulai proses kemerdekaannya dan melakukan 'proses partisipasi masyarakat' di tahun 2014. Dan Carles Puigdemont terus melanjutkan proses kemerdekaan Catalonia hingga referendum 1 Oktober 2017 dilaksanakan dan mendeklarasikan kemerdekaan Catalonia dari negara Spanyol. 114 Berikutnya, otonomi juga memengaruhi media massa di Catalonia karena pemerintah Catalonia memiliki kemampuan untuk mengontrol media massa di wilayahnya. Pada awalnya media digunakan untuk mempromosikan bahasa, kebudayaan, dan identitas Catalonia. Tapi kemudian media massa juga dimanfaatkan untuk memasukkan narasi pemerintah Catalonia mengenai kemerdekaan. Dengan preferensi dan kepercayaan yang cukup tinggi terhadap media massa ini, menyebabkan masyarakat mudah untuk menerima segala informasi dan mudah untuk dimobilisasi. Terakhir, dengan memiliki kompetensi yang lebih luas dalam kebijakan luar negeri dan terjadinya konflik dengan pemerintah Spanyol, Generalitat berusaha mempromosikan keinginannya untuk memerdekakan diri dari Spanyol. Upaya ini dilakukan dengan melakukan paradiplomasi, pembukaan sejumlah kantor regional di luar negeri, dan memanfaatkan DIPLOCAT untuk memengaruhi opini publik internasional. Dengan begitu, pemerintah Catalonia berhasil mendapatkan sejumlah dukungan dari beberapa tokoh, negara, dan pemerintah daerah. Dari keseluruhan paparan dapat disimpulkan bahwa tidak terpenuhinya tuntutan untuk diakui sebagai sebuah bangsa di dalam negara Spanyol mendorong Catalonia untuk memerdekakan diri. Selain itu, otonomi yang diperoleh Catalonia juga justru mendorong tuntutan kemerdekaan dari Spanyol karena menimbulkan enam buah faktor. Pertama, status otonomi memberikan batas wilayah yang jelas sehingga mudah bagi Catalonia untuk melakukan klaim atas wilayahnya. Kedua, status otonomi memberikan peluang untuk mempertahankan, mempromosikan 115 dan meningkatkan identitas budayanya. Ketiga, status otonomi membentuk Generalitat sebagai perwakilan sah masyarakat Catalonia yang dapat menentang keputusan pemerintah pusat dan meningkatkan tuntutan wilayahnya. Keempat, dengan adanya status otonomi maka ada pemimpin yang mengupayakan tercapainya kepentingan Catalonia dan memimpin mobilisasi masyarakatnya. Kelima, status otonomi memberikan kemampuan bagi Generalitat untuk mengontrol media massa di wilayahnya dan memasukkan narasi kemerdekaan. Terakhir, dengan adanya otonomi maka Generalitat dapat mempromosikan keinginannya untuk merdeka ditingkat internasional sehingga Catalonia berhasil mendapatkan sejumlah dukungan eksternal. 116 DAFTAR PUSTAKA Buku Bakry, Umar Suryadi. 2015. “Metode Pengumpulan Data dalam Penelitian Hubungan Internasional.” Dalam Metode Penelitian Hubungan Internasional, 171-173. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bakry, Umar Suryadi. 2015. “Pertanyaan dan Desain Penelitian Hubungan Internasional.” Dalam Metode Penelitian Hubungan Internasional, 107- 115. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Benedikter, Thomas. 2009. “What is political autonomy about? Fundamental features of political autonomy.” Dalam Solving Ethnic Conflict through Self-Government: A Short Guide to Autonomy in South Asia and Europe, 8. Bolzano: EURAC Research. Ghai, Yash. 2000. “Autonomy as a Strategy for Diffusing Conflict.” Dalam International Conflict Resolution After the Cold War. Washington, DC: The National Academic Press. doi:10.17226/9897. Henders, Susan J. 2010. “Catalonia as an Autonomous Community,” Dalam Territoriality, Asymmetry, and Autonomy, 49-73. New York: Palgrave MacMillan. Juberías, Carlos Flores. 2013. “The Autonomy of Catalonia.” Dalam Practising Self-Government: A Comparative Study of Autonomous Regions, 28–57. Cambridge: Cambridge University Press. doi:10.1017/CBO9781139088206.008. Kleiner-Liebau, Désirée. 2009. Migration and the Construction of National Identity in Spain. Madrid: Iberoamericana. Klotz, Audie. 2008 . “Introduction.” Dalam Qualitative Methods in International Relations: A Pluralist Guide, 3. New York: Palgrave McMillan. 117 Higueruela, José Luis Feito dan Ángel de la Fuente. 2014. The Political Economy of Catalan Independence, 11-22. Madrid: INSTITUTO DE ESTUDIOS ECONÓMICOS. Ponsati, Enriqueta Aragones dan Clara. 2016. “Negotiations and political strategies in the contest for Catalan independence.” Dalam Catalonia: A New Independent State in Europe? A Debate on Secession within the European Union, 63-65. Oxon: Routledge. Professor, Alfred C. Stepan dan Wallace Sayre. 2001. “Political Identities and Electoral Sequences: Spain, the Soviet Union, and Yugoslavia.” Dalam Arguing Comparative Politics, 204. Oxford: Oxford University Press. Rodon, Marc Guinjoan dan Toni. 2016. “Catalonia at the crossroads: Analysis of the increasing support for secession.” Dalam Catalonia: A New Independent State in Europe? A Debate on Secession within the European Viver Pi-Suñyer, Carles. 2010. The Transition to a Decentralized Political System in Spain, 4-8. Ottawa: Forum of Federations. Wallensteen, Peter. 2002. “Understanding Conflict Resolutio.” Dalam Understanding Conflict Resolution: War, Peace and the Global System, 8. London: Sage Publications. Wallensteen, Peter. 2002. “Approaching Conflict Resolution.” Dalam Understanding Conflict Resolution: War, Peace and the Global System, 54-57. London: Sage Publications. Wolinsky, Detlef F. Sprinz and Yael. 2002. “Introduction: Methodology in International Relations Research.” Dalam Cases, Numbers, Models: International