BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Klasifikasi Iklim Oldeman Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data curah hujan yang diperoleh dari pos-pos hujan yang tersebar disetiap kabupaten. Setiap kabupaten memiliki satu atau dua pos hujan utama. Data curah hujan di setiap pos hujan utama dapat mewakili data satu kabupaten. Penentuan pos hujan utama ditentukan oleh BMKG berdasarkan data curah hujan yang paling bagus. Data curah hujan yang paling bagus yaitu data yang tidak mengalami kerusakan dan tidak banyak kekosongan pada datanya. Setelah itu dilakukan interpolasi untuk menduga data yang kosong pada setiap titik pos hujan. Pada metode Oldeman, data yang digunakan yaitu data curah hujan bulanan yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengelompokkan sifat hujan menggunakan data hasil rata-rata jumlah curah hujan bulanan. Pengelompokkan sifat hujan berdasarkan Tabel 2.5. Pengelompokkan sifat hujan hanya menggunakan bulan basah dan bulan kering. Perhitungan banyaknya bulan basah dan bulan kering dapat dilihat pada Lampiran 2. Banyaknya bulan basah dan bulan kering digunakan untuk menentukan tipe iklim. Penentuan tipe iklim berdasarkan Tabel 2.6. Hasil pengelompokkan tipe iklim dapat dilihat pada Tabel 4.1. Peta tipe iklim Oldeman periode 10 tahun (2009-2018) di Provinsi dapat di lihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Peta Tipe Iklim Oldeman di Provinsi Riau periode 10 tahun (2009-2018) 1 Universitas Muhammadiyah Riau 2

Tabel 4.1. Hasil Pengelompokkan Tipe Iklim dengan Metode Oldeman Periode 10 tahun (2009-2018) di Provinsi Riau

No Nama Pos Hujan BB BK Tipe

1. Sedinginan 4 0 D1 2. Bangko 4 0 D1 3. Pasir Pangaraian 5 0 C1 4. 6 1 C1 5. Tembilahan 1 0 E1 6. Rengat 6 0 C1 7. Koto Kampar 9 0 B1 8. 4 2 D2 9. Kandis 5 0 C1 10. Siak 2 1 E1 11. 8 0 B1 12. Pelalawan 5 0 C1 13. Bengkalis 3 1 D1 14. Singingi 6 0 C1

Hasil pengelompokkan tipe iklim pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa beberapa pos hujan mengalami pergeseran tipe iklim, dimana jumlah bulan basah cenderung berkurang. Tipe iklim pada metode Oldeman periode 10 tahun (2009- 2018) cenderung memiliki tipe iklim C1. Pos hujan yang memiliki tipe iklim C1 berjumlah 6 pos hujan yaitu Pasir Pangaraian, Kandis, Rengat, Pelalawan, Dumai dan Singingi. Tipe iklim C1 memiliki 5-6 bulan basah dan kurang dari 2 bulan kering. Pos hujan yang memiliki tipe iklim D1 berjumlah 3 pos hujan yaitu Sedingin, Bangko dan Bengkalis. Tipe iklim D1 memiliki 3-4 bulan basah dan kurang dari 2 bulan kering. Pos hujan yang memiliki tipe iklim B1 berjumlah 2 pos hujan yaitu Koto Kampar dan Pekanbaru. Tipe iklim B1 memiliki tipe iklim 7-9 bulan basah dan kurang dari 2 bulan kering. Pos hujan yang memiliki tipe iklim E1 berjumlah 2 pos hujan yaitu Siak dan Tembilahan. Tipe iklim E1 memiliki 2 bulan basah dan kurang dari 2 bulan kering. Pos hujan yang memiliki

Universitas Muhammadiyah Riau 3

tipe iklim D2 hanya 1 pos hujan yaitu Bangkinang. Tipe iklim D2 memiliki3-4 bulan basah dan 2-3 bulan kering. Peta tipe iklim dengan metode Oldeman yang telah dibuat BMKG periode 30 tahun (1981-2010) dapat dilihat pada Gambar 4.2. Pos hujan yang memiliki tipe iklim B1 berjumlah 4 pos hujan yaitu Singingi, Kandis, Rengat, dan Pelalawan. Pada tipe iklim ini memiliki 7-9 bulan basah dan kurang dari 2 bulan kering. Pos hujan yang memiliki tipe iklim C1 berjumlah 4 pos hujan yaitu Pasir Pangaraian, Pekanbaru, Koto Kampar,dan Bangkinang. Pada tipe iklim ini memiliki 5-6 bulan basah dan kurang dari 2 bulan kering. Pos hujan yang memiliki tipe iklim C2 hanya 1 pos hujan yaitu Bengkalis. Pada tipe iklim ini memiliki 5-6 bulan basah dan 2-3 bulan kering. Pos hujan yang memiliki tipe iklim D1 berjumlah 4 pos hujan yaitu Sedinginan, Bangko, Dumai, dan Siak. Pada tipe iklim ini memiliki 3-4 bulan basah dan kurang dari 2 bulan kering. Pos hujan yang memiliki tipe iklim E1 hanya 1 pos hujan yaitu Tembilahan. Pada pos hujan ini memiliki kurang dari 2 bulan basah dan 0-2 bulan kering.

Gambar 4.2. Peta Tipe Iklim Oldeman di Provinsi Riau periode 30 tahun (1981-2010)

Universitas Muhammadiyah Riau 4

Tabel 4.2. Pergeseran Tipe Iklim Oldeman Periode 30 Tahun (1981-2010) dan Periode 10 Tahun (2009-2018) Tipe Iklim Tipe Iklim No. Nama Pos Hujan Oldeman Oldeman 10 30 Tahun Tahun 1. Sedinginan D1 D1 2. Bangko D1 D1 3. Pasir Pangaraian C1 C1 4. Dumai D1 C1 5. Tembilahan E1 E1 6. Rengat B1 C1 7. Koto Kampar C1 B1 8. Bangkinang C1 D2 9. Kandis B1 C1 10. Siak D1 E1 11. Pelalawan B1 C1 12. Pekanbaru C1 B1 13. Bengkalis C2 D1 14. Singingi B1 C1

Pada Tabel 4.2 beberapa pos hujan yang tidak mengalami pergeseran tipe iklim yaitu Sedinginan, Bangko, Pasir Pangaraian, dan Tembilahan. Pos hujan Sedinginan dan Bangko memiliki tipe iklim yang tetap yaitu D1. Pada tipe iklim D1 memiliki periode bulan basah 3-4 bulan dan periode bulan kering kurang dari 2 bulan. Pos hujan Pasir Pangaraian memiliki tipe iklim yang tetap yaitu C1. Pada tipe iklim C1 periode bulan basah 5-6 bulan dan bulan kering kurang dari 2 bulan. Pos hujan Tembilahan memiliki tipe iklim yang tetap yaitu E1. Pada tipe iklim E1 periode bulan basah kurang dari 3 bulan dan periode bulan kering kurang dari 2 bulan. Hasil pergeseran tipe iklim Metode Oldeman periode 30 tahun (1981- 2009) dan periode 10 tahun (2009-2018) terlihat perbedaan yang cukup signifikan. Pos hujan yang mengalami pergeseran tipe iklim yaitu 71,42%, dimana jumlah bulan basah cenderung berkurang. Perubahan tipe iklim cenderung menjadi agak basah yaitu pergeseran tipe iklim dari B1 menjadi C1. Tipe iklim dari B1 menjadi C1 yaitu pergeseran bulan basah dan kering menjadi 5-6 bulan basah dan kurang dari 2 bulan kering. Pos hujan yang mengalami pergeseran tipe iklim dari B1

Universitas Muhammadiyah Riau 5

menjadi C1 berjumlah 4 pos hujan yaitu Singingi, Kandis, Rengat dan Pelalawan. Pergeseran Tipe iklim yang mengalami pergeseran dari C1 menjadi D2 hanya 1 pos hujan yaitu Bangkinang. Pergeseran dari C1 menjadi D2 yaitu pergeseran bulan basah dan kering menjadi 3-4 bulan basah dan kurang dari 2-3 bulan kering. Tipe iklim yang mengalami pergeseran dari C2 menjadi D1 hanya 1 pos hujan yaitu Bengkalis. Pergeseran tipe iklim dari C2 menjadi D1 yaitu pergeseran bulan basah dan kering menjadi 3-4 bulan basah dan kurang dari 2 bulan kering. Tipe iklim yang mengalami pergeseran dari D1 menjadi E1 hanya 1 pos hujan yaitu Siak. Pergeseran tipe iklim D1 menjadi E1 yaitu pergeseran bulan basah dan kering menjadi kurang dari 0-2 bulan basah dan kurang dari 2 bulan kering. Pos hujan yang mengalami pergeseran dari tipe iklim C1 menjadi B1 berjumlah 2 pos hujan yaitu Pekanbaru dan Koto Kampar. Pergeseran tipe iklim dari C1 menjadi B1 yaitu pergeseran bulan basah dan kering menjadi 7-9 bulan basah dan kurang dari 2 bulan kering. Tipe iklim yang mengalami pergeseran dari tipe iklim D1 menjadi C1 hanya 1 pos hujan yaitu Dumai. Pergeseran tipe iklim dari D1 menjadi C1 yaitu pergeseran bulan basah dan kering menjadi 5-6 bulan basah dan kurang dari 2 bulan kering. Berdasarkan Metode Oldeman Tipe iklim Pada periode 30 tahun (1981- 2010) diketahui bahwa Provinsi Riau memiliki 5 tipe iklim yaitu B1, C1, C2, D1, dan E1, sedangkan hasil perhitungan updating klasifikasi iklim dengan Metode Oldeman 10 tahun (2009-2018) memiliki 5 tipe iklim B1, C1, D1, D2 dan E1. Pada periode 10 tahun terakhir adanya penambahan tipe iklim baru yaitu D2 dan adanya tipe iklim yang hilang dari periode 30 tahun (1981-2010) yaitu tipe iklim C2. Penambahan dan hilangnya tipe iklim merupakan akibat dari adanya perubahan iklim global terhadap persebaran tipe iklim di Provinsi Riau. Perubahan tipe iklim disebabkan oleh keragaman dan fluktuasi curah hujan yang tinggi sehingga curah hujan merupakan unsur iklim yang sangat dominan dalam menentukan klasifikasi iklim. Pengelompokkan bulan dan basah dan bulan kering dilihat berdasarkan unsur curah hujan. Selain itu Kecendrungan perubahan iklim disebabkan oleh aktivitas penduduk seperti urbanisasi, deforestasi dan industrialisasi. Seiring dengan peningkatan aktivitas penduduk menyebabkan

Universitas Muhammadiyah Riau 6

peningkatan pemanasan global, perubahan iklim juga bisa disebabkan oleh alam seperti Fenomena EL-Nino dan La-Nina. Fenomena EL-Nino dan La-Nina menyebabkan terjadinya perubahan dan peningkatan curah hujan. Perubahan pola hujan menyebabkan berubahnya awal dan panjang musim hujan.

4.2. Hasil Klasifikasi Iklim Metode Schmidt-Ferguson Pada Metode Schmidt-Ferguson, data yang digunakan untuk pengelompokkan sifat hujan yaitu data curah hujan bulanan yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengelompokkan sifat hujan berdasarkan Tabel 2.8. Pengelompokkan sifat hujan hanya menggunakan bulan kering dan basah. Perhitungan banyaknya bulan kering dan bulan basah dilakukan disetiap tahun dari Januari sampai Desember. Hasil perhitungan banyaknya bulan basah dan bulan kering disetiap pos hujan dapat dilihat pada Lampiran 3. Perhitungan rata-rata banyaknya bulan kering dan basah menggunakan persamaan 3.2 dan 3.3. Setelah itu membandingkan rata-rata bulan kering dan bulan basah. Perbandingan bulan kering dan bulan basah menggunakan Persamaan 3.4. Perbandingan ini untuk menentukan nilai Q. Penentuan nilai Q digunakan untuk menentukan tipe iklim. Pengelompokkan tipe iklim dapat dilihat pada Tabel 2.9. Hasil pengelompokkan tipe iklim dapat dilihat pada Tabel 4.3. Berdasarkan hasil pengelompokkan tipe iklim Schmidt-Ferguson bahwa Provinsi Riau memiliki 2 tipe iklim yaitu 64.29% termasuk tipe iklim sangat basah, dan 35.71% termasuk tipe iklim basah. Tipe iklim sangat basah memiliki nilai Q yaitu 0 - 0,143. Pos hujan yang memiliki tipe iklim sangat basah yaitu Bangko, Pasir Pangaraian, Tembilahan, Koto Kampar, Kandis, Pekanbaru, Pelalawan, Bengkalis, dan Singingi. Pada pos hujan Bangko memiliki nilai Q 0.083, pos hujan Pasir Pangaraian memiliki nilai Q 0.101, pos hujan Tembilahan memiliki nilai Q 0.129, pos hujan Koto Kampar memiliki nilai Q 0.121, pos hujan Kandis memiliki nilai Q 0.049, pos hujan Pekanbaru memiliki nilai Q 0.066, pos hujan Pelalawan memiliki nilai Q 0.050, pos hujan Bengkalis memiliki nilai Q 0.118 dan pos hujan Singingi memiliki nilai Q 0.077. Tipe iklim basah memiliki nilai Q yaitu 0,143 - 0,333. Pos hujan yang memiliki tipe iklim basah yaitu Sedinginan, Dumai, Rengat, Bangkinang, dan Siak. Pada pos hujan Sedinginan memiliki nilai Q 0.160, pos hujan Dumai memiliki nilai Q 0.153, pos hujan Universitas Muhammadiyah Riau 7

Rengat memiliki nilai Q 0.150, pos hujan Bangkinang memiliki nilai Q 0.223 dan pos hujan Siak memiliki nilai Q 0.256. Peta tipe iklim Schmidt-Ferguson periode 10 tahun (2009-2018) di Provinsi Riau dapat dilihat pada Gambar 4.3. Tabel 4.3. Hasil Pengelompokkan Tipe Iklim Schmidt-Ferguson Periode 10 Tahun (2009-2018)

No Nama Pos Hujan BK BB Nilai Q Tipe

1. Sedinginan 1.4 8.7 0.160 Basah 2. Bangko 0.8 9.6 0.083 Sangat Basah 3. Pasir Pangaraian 1 9.9 0.101 Sangat Basah 4. Dumai 1.4 9.1 0.153 Basah 5. Tembilahan 1.2 9.3 0.129 Sangat Basah 6. Rengat 1.4 9.3 0.150 Basah 7. Koto Kampar 1.2 9.9 0.121 Sangat Basah 8. Bangkinang 1.9 8.5 0.223 Basah 9. Kandis 0.5 10.1 0.049 Sangat Basah 10. Siak 2.1 8.2 0.256 Basah 11. Pekanbaru 0.7 10.5 0.066 Sangat Basah 12. Pelalawan 0.5 9.9 0.050 Sangat Basah 13. Bengkalis 1.1 9.3 0.118 Sangat Basah 14. Singingi 0.8 10.3 0.077 Sangat Basah

Gambar 4.3. Peta Tipe Iklim Schmidt-Ferguson di Provinsi Riau periode 10 tahun (2009-2018) Universitas Muhammadiyah Riau 8

Universitas Muhammadiyah Riau