Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 1, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)

PERAN DINAS PARIWISATA KOTA DALAM UPAYA MELESTARIKAN GEDUNG LAWANG SEWU SEBAGAI OBJEK WISATA PENINGGALAN BELANDA DI KOTA SEMARANG JAWA TENGAH TAHUN 2011 – 2014

Ria Ari Minarti Program StudI Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

Sumiyatun Program StudI Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro email: [email protected]

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dinas pariwisata kota Semarang dalam upaya melestarikan Gedung Lawang Sewu sebagai objek wisata peninggalan Belanda di kota Semarang Jawa Tengah. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, kepustakaan dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model dari James Spradley. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya pelestarian Gedung Lawang Sewu sebagai objek wisata peninggalan Belanda belum berjalan sebagaimana mestinya, hal ini dikarnakan upaya perlindungan cagar budaya Gedung Lawang Sewu sebagai cagar budaya belum dilakukan secara maksimal. Kata kunci: Pelestarian, Lawang Sewu, Wisata, Semarang Jawa Tengah.

Abstract This study aims to determine the role of the agency in Semarang in an effort to preserve the Building Lwang Sewu as a tourist attraction by the Netherlands in Semarang, . This type of research is qualitative by using the phenomenological approach. Data collection techniques used were interviviews, observation, literature and documentation. Data analysis technique used is the modal of James Spardley. The result of this research shows that Lawang Sewu Building preservation effort as the tourist attraction of Netherlands heritage is not running as it should, it is because the protection of cultural heritage Lawang Sewu Building as a cultural heritage has not done optimally. Keyword : Conservation, Lawang Sewu, Tourist, Semarang Central Java.

PENDAHULUAN tidak dapat dipisahkan dari Kota Semarang merupakan salah perkembangan bentuk-bentuk bangunan satu kota peninggalan zaman kolonial. Eropa pada masa lalu, meskipun dalam Terbukti masih terdapat sejumlah penerapan gayanya tidak sesempurna di bangunan kolonial yang tersisa. Eropa. Nama Lawang Sewu memang tak Bangunan tersebut ada yang berada di asing lagi bagi warga Kota Semarang. daerah utara Kota Semarang, yaitu Bangunan bersejarah Lawang kawasan Kota Lama, ada juga yang Sewu merupakan salah satu “tetenger“ berada di tengah-tengah kota, salah Kota Semarang yang sangat menonjol satunya Lawang Sewu. Dimana dalam pada daerah Tugu Muda dan berperan perkembangan bentuk bangunannya dalam membentuk citra lingkungan

29

Peran Dinas Pariwisata Kota Semarang..., Ria Ari Minarti dan Sumiyatun, 29-37

setempat. Dijuluki Lawang Sewu (pintu istilah pariwisata yang disebut istilah seribu) karena memiliki begitu banyak natural amenties, hasil ciptaan manusia pintu serta busur-busur yang kelompok ini dapat dibagi dalam empat mengesankan rongga. Juga merupakan bagian yaitu benda-benda yang salah satu saksi bisu dari sejarah Kota bersejarah, kebudayaan dan Semarang yang masih berdiri sampai keagamaan, dan tatacara hidup sekarang ini (Soerjonosoepomo, 1979: tradisional dari suatu tempat 24). merupakan salah satu sumber yang Tempat-tempat bersejarah amat penting untuk ditawarkan kepada tersebut harus tetap dilakukan para wisatawan (Marioti, 2002: 8-9). pelestarian guna melindungi dan Objek wisata yang terdapat di merawat tempat maupun benda-benda kota Semarang antara lain, Gedung bersejarah agar dapat terlihat utuh. Lawang Sewu, Masjid Agung Jawa Awal pelestarian melakukan konservasi, Tengah, Museum Ronggo Warsito yaitu upaya melestarikan dan Klenteng Sam Poo Kong dan masih melindungi sekaligus memanfaatkan banyak obyek wisata lain yang masih sumber daya suatu tempat dengan dalam taraf pengembangan. Faktor- adaptasi terhadap fungsi baru, tanpa faktor penunjang antara lain meliputi: menghilangkan makna kehidupan Bandara Ahmad Yani, jasa penginapan budaya (Nia Kurmasih Pontoh,1999:36- dan restoran, sarana transportasi jalur 37). lintas yang strategis yang Upaya pelestarian tersebut tidak menghubungkan kota-kota besar di terlepas dari peran Dinas Pariwisata Jawa seperti , Bandung, untuk selalu melakukan peninjauan Yogjakarta dan Surabaya, serta sarana terhadap objek-objek wisata bersejarah komunikasi yang memadai. yang berada di kota Semarang, karena Pengembangan terhadap sektor ini kota Semarang terdapat beberapa telah menyumbangkan sejumlah tempat bersejarah yang dapat penambahan bagi pendapatan daerah digunakan sebagai sumber belajar (Direktorat Bina Pemasaran Pariwisata, maupuan objek wisata. Segala sesuatu Dirjen Pariwisata, Data Base Dan yang terdapat di daerah tujuan wisata Produk Wisata). yang merupakan daya tarik orang-orang agar mau datang berkunjung kesuatu METODE PENELITIAN tempat dengan tujuan wisatanya adalah Penelitian ini dilaksanakan di benda-benda yang tersedia dan gedung Lawang Sewu yang bertempat di terdapat di alam semesta, yang dalam kota Semarang Jawa Tengah, dengan

30

Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 1, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)

menggunakan metode penelitian (Moleong 2008:302) dengan cara analisis kualitatif dengan menggunakan domain dilakukan terhadap data yang pendekatan fenomenologi. Pendekatan diperoleh dari pengamatan berperan fenomenologi menunda semua penilaian serta/wawancara pengamatan tentang sikap yang alami sampai deskriptif yang terdapat dalam catatan ditemukan dasar tertentu. Penundaan lapangan, analisis taksonomi yaitu ini biasa disebut epoche (jangka waktu) melakukan pengamatan dan wawancara konsep epoche adalah memebedakan terfokus berdasarkan fokus yang wilayah data (subjek) dengan sebelumnya telah dipilih oleh peneliti, interpretasi peneliti. Konsep epoche dan analisis tema kultural merupakan menjadi pusat dimana peneliti seperangkat prosedur untuk memahami menyusun dan mengelompokkan dugaan secara holistic pemandangan yang awal tentang fenomena untuk mengerti sedang diteliti. tentang apa yang dikatakan responden Tahap selanjutnya yaitu (Creswell, 1998:54-55). pengecekan keabsahan data melalui Teknik pengumpulan data teknik pemeriksaan keabsahan yang menggunakan wawancara dengan nara disarankan oleh Moleong (2008:324) sumber pengurus gedung Lawang Sewu, yang meliputi derajat kepercayaan pengunujung dan masyarakat yang ada (credibility), keteralihan di sekitar gedung Lawang Sewu, (transferability), kebergantungan melakukan observasi yang bertujuan (dependability), dan kepastian untuk mengamati langsung lokasi (confrimbility). penelitian dan mengadakan pencatatan-pencatatan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN memperoleh data tertentu. Selanjutnya Benda cagar budaya merupakan melakukan studi pustaka dengan cara kekayaan budaya bangsa, pemanfaatan pengumpulan data dan juga membaca adalah upaya pendayagunaan bagi berdasarkan buku-buku sumber tertulis kepentingan agama, sosial, pariwisata, yang berkaitan dengan masalah yang ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. diteliti, dan yang terakhir melalui Peninggalan banguanan bersejarah dokumen untuk sumber data. perlu dilindungi, dilestarikan, dan Setelah data diperoleh, data dikembangkan, serta adanya akan dideskripsikan dan dianalisis, pemanfaatan untuk memupuk jati diri Analisis data pada penelitian ini bangsa dan kepentingan nasional menggunakan tehnik analisis data lainnya serta kepetingan daerah pada kualitatif model dari James Spradley khususnya. Perlindungan dan

31

Peran Dinas Pariwisata Kota Semarang..., Ria Ari Minarti dan Sumiyatun, 29-37

pemeliharaan terhadap bangunan Lawang Sewu dilaksanakan oleh PT KAI sejarah tidak lain merupakan upaya Kota Semarang yang berkerajasam pelestarian terhadap keberadaan benda dengan Dinas Pariwisata Kota Semarang peninggalan sejarah dan budaya. Upaya dan Dinas Pariwisata Provinsi Jawa pelestarian benda peninggalan sejarah Tengah. Pemugaran dilakukan dengan serta budaya tersebut besar artinya melalui dua tahapan, yang pertama untuk menumbuhkan apresiasi bangunan dan yang kedua lingkungan. masyarakat untuk melestarikan benda Pemugaran dilakukan dengan cara cagar budaya disekitarnya. pengecetan ulang dinding yang sudah Semarang merupakan salah satu usang dan penggantian kaca serta daun daerah yang memiliki benda cagar pintu di ruang kantor gedung. budaya. berdasarkan surat keputusan Pelestarian suatu bangunan Walikota Madya kepala daerah tingkat II bersejarah tidak terpelas dari peran Semarang No: 646/50/1992 tentang masyarakat setempat maupun para konservasi bangunan-bangunan pengujung yang datang ke tempat kuno/bersejarah di kota Semarang objek tersebut. Di sekitar Gedung salah satunya adalah Gedung Lawang Lawang Sewu kesadaran masyarakat Sewu dan kawasan Kota Lama. Gedung atau pengunjung masih kurang terhadap ini merupakan bangunan tua yang kebersihan lingkungan, walaupun telah terletak di ujung jalan Pemuda Persisi disediakan tempat sampah, namun di sebelah kanan Tugu Muda yang pengunjung masih tetap membuang memiliki gaya arsitektur Belanda. sampah sembarangan. Keberadaan Gedung Lawang Dalam pembangunan Gedung Sewu ini merupakan peninggalan Lawang Sewu kedepanya agar bisa sejarah yang sangat penting, untuk dikombinasikan antara kepentingan menggali dan mengetahui kembali teknis dan kepentingan politis. Artinya sejarah dan budaya kota Semarang Gedung Lawang Sewu sebagai cagar dimasa lalu. berkaitan dengan upaya budaya atau gedung bersejarah, untuk pelestarian, maka pemerintah melalui kepentingan studi dan ilmiah dapat dinas tingkat Provinsi Kota Semarang dilestarikan dan tetap utuh, dan juga telah melakukan upaya pelestarian Gedung Lawang Sewu sebagai aset peninggalan sejarah dan budaya yang pariwisata dapat diandalkan sebagai ada di kota Semarang. khususnya aset budaya yang bernilai tinggi. Gedung Lawang Sewu, dengan cara Dinas pariwisata kota Semarang pemugaran dan pemeliharaan. melestarikan dan menjaga situs Pemugaran dan pemeliharaan Gedung bersejarah dapat dijadikan tempat

32

Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 1, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)

memperoleh ilmu pengetahuan area Gedung Lawang Sewu. Salah satu berkaitan dengan mata pelajaran jalan untuk mengenalkan Gedung sejarah, khususnya peninggalan- Lawang Sewu dimata masyarakat peninggalan bersejarah yang ada di , di Kota Semarang khususnya, kota Semarang. Menjadikan objek diselenggarakanlah beberapa event bersejarah di kota Semarang masuk yang berbudaya, seperti pegelaran seni. kedalam pelajaran muatan lokal, Pergelaran seni akan menampilkan sehingga para perserta didik tidak Pertunjukan Seni Musik Pelajar, Festival hanya mempelajari peninggalan Dolanan Anak dan Pergelaran Seni bersejarah di daerah lain saja, tetapi Tradisional dari berbagai dengan pelajaran mautan lokal yang kabupaten/kota di Jawa Tengah. berisis sejarah lokal dapat memberikan Sedangkan Atraksi Budaya akan diisi pengetahuan bahwa di daerah sendiri dengan kegiatan yang menarik terdapat peninggalan bersejarah yang partisipasi masyarakat seperti perlu dilestarikan keberadaannya. pembuatan wayang kertas dan wayang Selain itu juga, Sejalan dengan kulit, pembuatan permainan tradisional bergulirnya era otonomi daerah yang anak, pembuatan angklung, atraksi menuntut setiap daerah kabupaten kota egrang bergoyang, atraksi gathilan, dan untuk menggali, memanfaatkan dan atraksi gasing. mendayagunakan berbagai potensi yang Dalam upaya pelestarian Gedung terdapat di daerahnya untuk sebanyak- Lawang Sewu sebagai objek wisata di banyaknya mendapat sumber Kota Semarang, Dinas Pariwisata pendapatan Asli Daerah (PAD). Objek mengalami hambatan atau kendala wisata bangunan bersejarah sedikit dalam pelestarian gedung tersebut. banyaknya mengandung nilai ekonomis, Faktor penghambatnya antar lain: dapat menambah pendapatan daerah 1. Minimnya anggaran yang dimiliki dan meningkatkan ekonomi masyarakat oleh pemerintah Kota Semarang daerah sekitarnya. maupun PT.KAI DAOP IV Semarang Pemerintah dalam hal ini untuk pelestarian gedung Lawang berkerjasama dengan masyarakat dalam Sewu. upaya melestarikan Gedung Lawang 2. Kurangnya minat investor swasta Sewu, sehingga tercipta hubungan dan kontarktor dalam melakukan saling menguntungkan antara kedua konservasi bangunan Lawang Sewu belah pihak. Sebagai contoh banyaknya dengan berbagai alasan seperti masyarakat sekitar yang menjadi tidak menguntungkan dari segi pemandu wisata dan tukang parkir di

33

Peran Dinas Pariwisata Kota Semarang..., Ria Ari Minarti dan Sumiyatun, 29-37

bisnis, besarnya pajak, rumitnya Selain itu ada juga faktor-faktor birokrasi, dan APBN. yang menghambat kelestarian yang lain 3. Kurangnya kesadaran terhadap arti diantaranya adalah: penting keberadaan benda cagar a. Faktor alam dan manusia budaya, seperti ingin Kerusakan karena faktor alam melindunginya masih kurang, baik dapat disebabkan karena iklim dan para pemilik, pemerintah investor bencana alam. Sementara maupun masyarakat sendiri. kerusakan karena ulah manusia 4. Belum maksimalnya aplikasi adalah pencurian benda- benda kebijakan-kebijakan pemerintah cagar budaya, seperti merusak dalam upaya melakukan pelestarian gedung, dan mencoret-coret cagar budaya termasuk Gedung bangunan gedung untuk Lawang Sewu walaupun menjadi menunjukkan bahwa oknum telah bagian dari kebijakan yang penting mengunjungi tempat tertentu ini namun bukan kebijakan yang adalah salah satu kebiasaan yang prioritas. Selain itu, pengelola melanggar hukum. cagar budaya Lawang Sewu saat ini b. Kelemahan aturan menjadi monopoli pemerintah saja Minimnya upaya pelestarian tanpa melibatkan peran serta Gedung Lawang Sewu juga masyarakat. disebabkan oleh kebijakan yang 5. Masih lemahnya pengamanan dan lemah. Dalam UU Benda Cagar penindakan oleh aparat hukum Budaya, ada ketidakjelasan dalam perlindungan gedung dan kewenangan pelestarian gedung benda cagar budaya, yaitu dengan dan benda cagar budaya dan adanya tindakan kriminal seperti minimnya partisipasi swasta dan pencurian, sehingga ada bagian- masyarakat sekitar di Gedung bagian tertentu seperti keramik Lawang Sewu. Oleh karena itu atau pintu di Gedung Lawang Sewu harus ada peraturan daerah yang yang telah hilang dan sampai mengatur secara teknis tentang dengan sekarang tidak ada pelaku kualifikasi, konservasi, dan tata yang ditangkap, padahal dalam cara pengelolaan bangunan Undang-Undang No 5 Tahun 1992 bersejarah. tentang pelestarian gedung dan c. Konsep pembanguanan dan benda cagar budaya diatur dengan modernitas ketentuan pidana. Kepala daerah berorientasi pembangunan modern dengan

34

Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 1, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)

indikator keberhasilan dan Lorong-lorong gedung ini berdirinya gedung-gedung pencakar memberikan kesan yang sejuk dan langit, mall-mall, supermarket membuat kita membuang jauh disetiap sudut kota. Semua Ini kesan mistis tersebut dan hasil merupakan orientasi pembangunan penelitian justru mamatahkan yang salah, karena terbukti semua mitos tersebut. dibeberapa negara seperti Belanda, Upaya pelestarian Gedung Prancis, Yordania, Sinagpura, Dan Lawang Sewu dapat dilakukan dengan Mesir, tetap mempertahankan dan cara menumbuhkan kesadaran sejak melestarikan keberadaan bangunan dini akan pentingnya keberadaan benda kuno dikotanya. Jadi konsep cagar budaya sebagai warisan sejarah pembangunan yang harus digunakan dan kekayaan bangsa, serta adalah “penyatuan peradaban masa menggunakan konsep pelestarian yang lalu dengan masa kini, untuk masa tidak hanya berorientasi pada depan”. kepentingan budaya dan sejarah saja, d. Mitos yang keliru tetapi juga memiliki nilai sosial Mitos-mitos yang berhubungan ekonomi. Dengan demikian, diharapkan dengan keangkeran gedung Lawang Gedung Lawang Sewu tidak hanya Sewu memang sangat terasa karena dikenang sebagai kontor jawatan kereta ada acara televisi yang api pada masa penjajahan Belanda dan menayangkan sajian mistis dibalik saksi bisu pembantaian tentara keangkeran gedung Lawang Sewu. Belanda, Jepang maupun tentara Tidak dipungkiri lagi banyak saksi Indonesia, menjadi saksi pertempuran mata yang melihat penampakan pemuda AMKA di sekitaran Tugu Muda tentara Belanda, para pejuang dan gedung tersebut, akan tetapi Indonesia maupun nona-nona menjadi aset sejarah kota Semarang Belanda bergentayangan di area yang perlu dilestarikan keberadaannya, Gedung Lawang Sewu. Wajar saja sekaligus aset wisata kota Semarang karena gedung ini sudah berumur yang bernilai ekonomis yang dapat ratusan tahun, akan tetapi bila kita meningkatkan ekonomi masyarakat mengamati dan melakukan disekitar Gedung Lawang Sewu. perjalanan wisata di gedung tersebut keangkeran dan kemistisan PENUTUP gedung tersebut sangat tidak terasa Simpulan karena kita mengalami sebuah Berdasarkan hasil penelitian dapat perjalanan yang menyenangkan. disimpulkan sebagai berikut:

35

Peran Dinas Pariwisata Kota Semarang..., Ria Ari Minarti dan Sumiyatun, 29-37

1. Upaya pelestarian Gedung Lawang Semarang untuk melestarikan Sewu sebagai objek wisata Gedung Lawang Sewu, kurangnya peninggalan Belanda belum minat investor asing terhadap berjalan sebagaimana mestinya hal konsevasi bangunan tersebut, ini dikarnakan upaya perlindungan kurangnya kesadaran masyarakat cagar budaya Gedung Lawang Sewu sekitar akan pentingnya sebagai cagar budaya belum perlindungan bangunan Lawang dilakukan secara maksimal, baik Sewu dan belum maksimalnya oleh dinas pariwisata kota aplikasi-aplikasi kebijakan Semarang maupun PT KAI DAOP IV pemerintah, serta masih lemahnya Semarang sebagai pemilik sekaligus aturan-aturan yang berlaku. pengelola gedung ini. 2. Adanya tanggapan positif dari Saran pemerintah, pengelola gedung dan Berdasarkan hasil penelitian yang telah masyarakat disekitar Gedung dikemukakan di atas, maka dapat Lawang Sewu untuk diberikan saran antara lain: memeperkenalkan objek wisata 1. Kepada Dinas Pariwisata Kota Gedung Lawang Sewu kesetiap Semarang dan pengelola Gedung wisatawan asing maupun lokal yang Lawang Sewu agar tetap datang ke gedung ini dengan melestarikan bangunan ini, mengadakan berbagai pameran menjaganya sebagai warisan untuk menarik wisatawan. budaya Indis dan arsitektur 3. Gedung Lawang Sewu adalah bangunan Belanda. warisan budaya Indis yang harus 2. Kepada masyarakat agar lebih tetap dijaga bentuk aslinya agar menyadari akan pentingnya Gedung tetap cantik dan megah. Dalam Lawang Sewu Sebagai warisan cagar upaya ini pemerintah melakukan budaya yang harus tetap dilindungi, perawatan dan pemugaran serta tidak dikotori, bagian-bagian dalam mengecat ulang bagian-bagian harus dijaga seperti koleksi-koleksi Gedung Lawang Sewu yang sudah miniatur dan peralatan KAI yang nampak kusam. dulu dipakai pada zaman 4. Faktor penghambat pelestarian pemerintahan Kolonial Belanda Gedung Lawang Sewu antara lain agar tetap bisa dilihat oleh adalah minimnya anggaran yang masyarakat Indonesia serta dimiliki oleh pemerintah kota wisatawan asing maupun lokal yang Semarang maupun PT KAI DAOP IV

36

Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 1, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)

berkunjung ke gedung yang cantik Pontoh, Nia Kurniasih.1999. Konsep dan megah ini. Pelestarian Bangunan. 3. Kepada para pengunjung agar tidak Bandung: Angkasa. merusak gedung ini dan tidak Soerjonosoempomo.1979. Sejarah Kota mencoret-coret bangunan, menjaga Semarang. Pemerintahan koleksi-koleksi yang ada, serta Daerah Kota Madya Dati II merawat dan melidunginya agar Semarang. tetap asri seperti banguanan sebelumnya. 4. Kepada para pelajar agar tetap melestarikan gedung ini, menjaga, tidak mengotori, merusak miniatur dan koleksi–koleksi PT KAI yang ada di bangunan Gedung Lawang Sewu dan merawatnya agar tidak rusak dan bisa dilihat dari masa kemasa dan untuk menambah ilmu pengetahuhan khususnya Sejarah Lokal dan situs peninggalan bersejarah yang ada di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA Creswell.1998. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ombak...... 1993. Direktorat Bina Pemasaran Wisata, Dirjen Pariwisata, Data Base dan Produk Wisata. Jakarta. J. Moleong, Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Marioti. 2002. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Ombak.

37