LITERASI Volume 5 No. 2, Desember 2015 Halaman 216 – 232

KONFLIK POLITIK DALAM PERGERAKAN 1926

POLITICAL CONFLICT IN THE SAREKAT ISLAM MOVEMENT OF 1926

Retno Winarni dan Mrr. Ratna Endang Widuatie Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember Pos-el: [email protected]

Abstrak

Artikel ini mendiskusikan konflik politik dalam pergerakan Sarekat Islam 1926. Fokus kajian adalah bagaimana terjadinya konflik politik dalam pergerakan Sarekat Islam, faktor yang melatarbelakangi, dan dampaknya. Hasill kajian menunjukkan bahwa konflik disebabkan perbedaan ideologi perjuangan antara kelompok dengan kelompok Cokroaminoto. Kelompok Semaun membawa ideologi komunis yang kemudian dikenal dengan sebutan SI Merah dan mengambil jalan noncooperative, sedangkan kelompok Cokroaminoto dengan nama SI Putih dan memilih strategi cooperatif dengan pemerintah Hindia Belanda. Konflik ini menimbulkan perpecahan dalam tubuh organisasi Sarekat Islam dan akhirnya kelompok SI Merah memisahkan diri dan bergabung dengan Partai Komunis Hindia. Sementara itu, tokoh-tokoh SI Putih, antara lain Cokroaminoto mengumumkan kebijakan partai dengan melarang seseorang memasuki organisasi politik lebih dari satu.

Kata kunci: konflik, politik, Sarekat Islam Merah, Sarekat Islam Putih

Abstract

This article discusses the political conflict in the movement of 1926. The focus of research is how did the political conflict in the movement of the SI occur, what factors were behind the conflict, and what impact did it bring. This study revealed that the conflict was caused by ideological differences between Semaun group and Tjokroaminoto group. The Semaun group promoted a communist ideology which was later known as the Red Sarekat Islam and took a non-cooperative path, while the Tjokroaminoto group or White SI chose a cooperative strategy with the Dutch government. These conflicts caused a split in the organization of the SI and Red SI group finally seperated and joined the Netherland Indies Communist Party. Meanwhile, the figures of White SI, among others Tjokroaminoto, announced the party’s policy to prohibit a person entering more than one political organization.

Keywords: political conflict, red Sarekat Islam, white Sarekat Islam

216 Konflik Politik dalam Pergerakan Sarekat Islam 1926 Retno Winarni dan Mrr. Ratna Endang Widuatie

A. Pendahuluan pimpinan Sarekat Islam sebagai infiltrasi dari luar, atau subversi yang membawa kepentingan Pergolakan sosial politik dengan segala Belanda, entah dari partai komunis atau bentuknya, bukanlah suatu hal baru dalam mung ­kin malahan dari pemerintah Belanda sejarah perjuangan bangsa . Gejala ini sendiri yang tidak menghendaki terbentuknya semakin meningkat setelah permulaan abad ke persatuan berdasarkan kebangsaan, seperti XX meskipun dalam bentuk pergerakan yang yang dikehendaki dan diusahakan oleh Sarekat berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Hal Islam (Noer, 1982:137). Sarekat Islam ketika baru ini disebabkan adanya penetrasi kolonial secara berdiri adalah suatu gerakan sosial ekonomi yang intensif memasuki kehidupan sehari-hari rakyat didukung kelompok pedagang dan pengusaha melalui pajak yang berat, pengerahan tenaga pribumi yang bergabung dalam organisasi buruh yang berlebih-lebihan dan peraturan- Sarekat Dagang Islam, didirikan di Solo pada peraturan yang menindas, maka dirasakan tahun 1911 oleh Haji Samanhudi, seorang bahwa realitas kekuasaan kolonial tidaklah pengusaha dan pedagang batik yang berhasil cocok dengan realitas sosial dan stabilitas yang men­dirikan cabang-cabang perusahaannya di dicita-citakan oleh rakyat. Proses perubahan , Banyuwangi, Tulungagung, Bandung ekonomi yang cepat pada pemerintahan kolonial dan Tarakan bersama dengan partner dagang­ Belanda yang diiringi proses reorganisasi serta nya, seperti Mas Asmadiredjo, Mas Kertotaruno, disorientasi dan selanjutnya timbullah keresahan. Mas Soemowerdojo dan Mas Haji Abdul Hal ini membawa alam pikiran simbolis rakyat Radjak. Mereka meminta bantuan terutama mengalami krisis. Proses inilah yang merupakan da­lam merumuskan anggaran dasarnya dari faktor pendorong terjadinya pergolakan sosial se­orang terpelajar lulusan OSVIA bernama dalam masyarakat dengan segala manifestasi dan Tirtoadisurjo, yang telah meninggalkan dinas tindakannya (Schrieke, 1955:190). Perjuangan pemerintahan dan menjadi wartawan serta pergerakan bersifat religius yang dilakukan oleh menertbitkan majalah Medan Prijaji, pada tahun masyarakat Islam, ini merupakan suatu ciri yang 1909 mendirikan perkumpulan dagang bernama khas dari suatu pergerakan masyarakat Islam Sarekat Dagang Islam di Batavia dan pada tahun modern yaitu dengan membentuk organisasi- 1911, mendirikan juga Sarekat Dagang Islam di organisasi seperti Sarekat Dagang Islam, Sarekat Bogor. Kedua organisasi tersebut dimaksudkan Islam, dan Muhammadiyah. untuk membantu pedagang-pedagang bangsa Soekiman Wiryosandjojo, salah seorang tokoh Indonesia dalam menghadapi saingan orang- Sarekat Islam muda mengatakan bahwa, pada orang Cina. Pada tahun 1911 dia mendorong dasarnya Sarekat Islam adalah suatu organisasi seorang pedagang batik yang berasal dari pergerakan berdasarkan ajaran Islam, tetapi lebih Surakarta bernama Haji Samanhudi (1868‒1956) mengutamakan kebangsaan. Konsekuensinya untuk mendirikan Sarekat Dagang Islam sebagai Sarekat Islam sangat mementingkan persatuan suatu koperasi pedagang batik anti Cina. Cabang- untuk mewujudkan suatu natie (bangsa), karena cabang lainnya segera didirikan. Di Surabaya itulah, maka kegiatan orang-orang Indiche H.O.S Tjokroaminoto (1882‒1934) menjadi Sosialis­tisch Democratische Vereniging (ISDV) yang pimpinan organisasi tersebut. Dia juga seorang mem­propagandakan sosialisme dan prinsip lulusan OSVIA yang telah mengundurkan diri perjuangan ke dalam tubuh Sarekat Islam, dari dinas pemerintahan. Dia merupakan tokoh sebagaimana dilakukan terhadap perkumpulan yang mempunyai kharisma karena sikapnya Insulinde yang kemudian menjadi National yang memusuhi orang-orang yang memegang Indische Partij, Budi Utomo, dinilai oleh kekuasaan, (baik yang berkebangsaan Belanda

217 Vol. 5, No. 2, Desember 2015 maupun Indonesia), dan dengan cepat menjadi oleh markas besarnya Central Sarekat Islam pemimpin terkemuka dari gerakan rakyat yang (CSI) (Ricklef, 2005:253). pertama (Ricklef, 2005:252). Organisasi ini realitanya merupakan per­ Pada tahun 1912 Sarekat Dagang Islam kumpulan kaum pengusaha dan pedagang berubah namanya menjadi Sarekat Islam (SI). pribumi, berdasarkan koperasi, dengan tujuan Percekcokan terjadi antara Tirtoadisurjo dan abstraknya berikhtiar mengangkat derajat rakyat Samanhudi, sehingga Samanhudi yang sebagian agar menimbulkan kemakmuran, kesejahteraan besar waktunya tersita untuk urusan-urusan dan kebesaran negerinya. Bagi Raden Mas Tirto­ dagang, meminta bantuan Cokroaminoto untuk hadisurjo, perumus anggaran dasar itu, pendirian memimpin organisasi. Asal usul organisasi Sarekat Dagang Islam merupakan sambutan yang bersifat Islam dan dagang segera menjadi kaum muslimin untuk mencapai kemajuan kabur, dan istilah Islam pada namanya kini sesuai dengan semangat zaman. Sementara itu sedikit banyak lebih mencerminkan adanya Islam adalah simbul identitas kepribumian, kesadaran umum bahwa anggota-anggotanya mengingat sebagian besar penduduk Indonesia yang berkebangsaan Indonesia adalah kaum ber­agama Islam. Tujuan Sarekat Dagang Islam muslimin, sedangkan orang-orang Cina dan yang hakiki memang bukan berorientasi pada Belanda adalah bukan muslim. Cokroaminoto ideologi politik atau paham keagamaan, bahkan sendiri tampaknya tidak mempunyai pengeta­ bukan Islam sekalipun yang terutama hendak huan yang mendalam tentang Islam (Ricklef, dicapai adalah menambah jalan baru untuk 2005:252). perdagangan anak negeri. Artikel ini ditulis Sarekat Islam dengan dasar keagamaannya bertujuan menjawab pertanyaan “mengapa mempunyai potensi luar biasa untuk meng­ terjadi konflik dalam pergerakan Sarekat Islam”, himpun pengikut di antara rakyat kebanyakan. yang akan dikongkritkan pada pertanyaan Tujuannya memang sosial ekonomi, menertibkan sebagai berikut: (1) Faktor-faktor apa yang kehidupan keagamaan, mempertinggi taraf menyebabkan konflik, (2) Bagaimana proses kehi­dupan rakyat pada umumnya, dan meng­ terjadinya konflik tersebut (3) bagaimana akhir anjurkan kepatuhan kepada pemerintah. Peme­ dari konflik tersebut (dampak). rintah Hindia Belanda menyadari kekuatan organisasi massa tersebut, sehingga berkeberatan B. Sarekat Islam dan Pergerakan Kebangsaan untuk menyetujui pendirian Sarekat Islam selaku organisasi nasional (Kartodirdjo, dkk, Sebenarnya sebelum mendirikan Sarekat 1976:64). Sejak tahun 1912 SI berkembang pesat Islam, Haji Samanhudi bersama-sama dengan dan untuk yang pertama kalinya tampak adanya saudara-saudara, teman dan pengikut-pengikut­ dasar rakyat walaupun sukar dikendalikan dan nya yang terdiri atas pengusaha di kampung hanya berlangsung sebentar. Pada tahun 1919 SI batik Lawean dan pegawai rendah Kasunanan menyatakan mempunyai anggota 2 juta orang, Surakarta, telah membentuk perkumpulan tetapi jumlah yang sesungguhnya mungkin lokal bersama “Rekso Rumekso” (saling men­ tidak pernah lebih dari setengah juta orang jaga), suatu perkumpulan ronda untuk menjaga (Ricklef, 2005:252). Gubernur Jenderal Idenburg keamanan kampung. Mereka bukanlah secara hati-hati mendukung SI, dan pada tahun golongan terpelajar, sehingga tidak mengetahui 1913 dia memberi pengakuan resmi kepada SI, seluk-beluk pemerintah yang mengharuskan tetapi hanya mengakui organisasi-organisasi suatu organisasi memerlukan badan hukum, tersebut sebagai suatu perkumpulan cabang- karena itu maka Raden Ngabei Djojomargoso cabang yang otononom saja daripada sebagai seorang pegawai kepatihan yang dekat dengan suatu organisasi nasional yang dikendalikan Samanhudi, mengambil inisiatif untuk meminta

218 Konflik Politik dalam Pergerakan Sarekat Islam 1926 Retno Winarni dan Mrr. Ratna Endang Widuatie bantuan Raden Martodharsono, bekas redaktur dan kemudian diakui resmi sebagai tahun Medan priyayi dan temannya Tirtoadisoerjo, Kebangkitan Nasional (Poespoprodjo, 1984:44; untuk mengorganisasikan suatu koperasi dagang Soyomukti, 2012:139). dan sekaligus bisa memecahkan masalah badan Gerakan masyarakat Tionghoa dilatarbe­ hukum. Untuk menghindari masalah dalam lakangi oleh kedudukan sosial ekonomi mereka berhadapan dengan polisi, Martodharsono yang telah kuat. Sejak abad XVII di Nusantara mengatakan bahwa Rekso Rumekso adalah bentuk-bentuk organisasi perdagangan Inter­ cabang Sarekat Dagang Islam Bogor yang nasional Belanda yang praktis memerintah dibentuk oleh Tirtoadisoerjo. Kemudian ia pun Nusantara, melakukan kebijaksanaan untuk menghubungi Tirtoadisoerjo yang kemudian menyewakan desa-desa dalam jangka waktu yang datang sendiri ke Solo pada tahun 1912 untuk panjang kepada pedagang-pedagang Tionghoa membuat anggaran dasar bagi organisasi yang yang bertindak sebagai pengawas politis atau diberi nama Sarekat Islam. pengawasan resmi atas tanah dan tenaga buruh Sebagai perkumpulan ronda, awalnya Rekso perkebunan tebu, dimana mereka bertindak Rumekso bertujuan menjaga keamanan dari sebagai pemborong dan kelompok feodal penjahat yang banyak melakukan pencurian baru yang diberi kekuasaan untuk melakukan di Lawean dan kota Solo, tetapi sebenarnya tindakan kekerasan kepada penduduk (Winarni, Rekso Rumekso dibentuk untuk menandingi 2011:146‒150). Selain itu pemerintah Belanda perkumpulan Kong Sing. Kong Sing adalah kemudian juga mempergunakan klas menengah perkumpulan yang didirikan tahun 1911 ber­ Tionghoa sebagai perantara dalam perdagangan anggotakan orang Cina maupun Jawa, tetapi dan pemungutan pajak (Carey, 1984:65‒79). di­do­minasi oleh golongan orang-orang Jawa. Setelah sistem Tanam Paksa dihapus, pemerintah Pada awal abad XX, karena pengaruh gerakan Belanda juga menjual tanah-tanah luas kepada na­sionalisme untuk mendirikan Republik pengusaha-pengusaha Eropa dan Tionghoa. Tiongkok dan menggulingkan Kerajaan Di bawah pemerintah Belanda, etnis Tionghoa Manchu, di Indonesia telah timbul pula rasa ke­ yang pada tahun 1860 berjumlah sekitar 222.000, bangsaan dikalangan penduduk Cina, yang me­ dan meningkat menjadi 563.000 pada tahun nimbulkan kegiatan-kegiatan, sebagian untuk 1908 (Coppel, 1983:2), sedangkan dari jumlah membantu gerakan Hsung Chung Hui yang tersebut, dua pertiganya tinggal di Jawa, telah dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen di negeri leluhur tumbuh menjadi kelompok feodal baru, kapitalis mereka, sebagian kegiatannya merupakan usaha pedagang (merchant capital) yang menguasai melawan pemerintah Belanda yang menerapkan perdagangan eceran, bahkan juga perdagangan politik diskriminasi terhadap warga Cina besar yang memiliki hubungan dengan produsen sebaliknya Jepang diperlakukan sebagai bangsa dan konsumen di pedesaan maupun di luar Eropa. Pembatasan kemerdekaan bergerak desa, ke daerah-daerah lain. Tidak adanya hu­ ter­hadap warga Cina di Nusantara, sehingga bungan dengan dunia di luar desa, tidak me­ meng­hambat usaha perdagangan mereka dan mungkinkan berkembangnya pedagang- tidak memberi kesempatan kepada anak-anak pedagang pribumi yang sanggup melawan Cina untuk memasuki sekolah Belanda. Sebagai pedagang Tionghoa. Kesempatan akumulasi reaksi, mereka mendirikan perkumpulan sendiri kapital dagang itu membuka kesempatan pada bernama Tiong Hwa Hwee Koan, pada tahun golongan Tionghoa untuk mendirikan industri 1901. Usaha yang dijiwai Revolusi Tiongkok itu sehingga sejak abad XVIII, industri gula di Jawa, malahan mendahului berdirinya Budi Utomo, umpamanya terutama berada di tangan orang suatu organisasi kebudayaan yang bersifat Tionghoa (Susanto, 1996:18). kejawaan yang baru didirikan pada tahun 1908

219 Vol. 5, No. 2, Desember 2015

Bidang perbatikan, pedagang Tionghoa Sarekat Islam yang dinilainya menandakan me­­nguasai jaringan niaga, bahan baku impor bangkitnya kesadaran hukum pribumi, sebagai dan pemasaran produksinya (Wasino, 2006:26), yang dikehendaki politik etis. sehingga mampu mempermainkan harga Pendirian Sarekat Dagang Islam di Betawi dan pemogokan pasar, seperti yang terjadi di pada tahun 1909 telah diikuti kegiatan yang Surabaya pada bulan Pebruari 1912, dan men­ sama di banyak kota lainnya. Sarekat Dagang jadikan produsen kecil pribumi bergan­tung Islam di Surakarta didirikan pada tahun 1911 dan terpojok, tanpa kemampuan mengem­ dan yang kemudian menjadi gerakan kebang­ bangkan usaha mereka. Reaksi terhadap saan, khususnya setelah berganti nama menjadi mono­poli tersebut, maka Tirtoadisoerjo dan Sarekat Islam pada tahun 1913. Sarekat Islam Martodharsono, seseorang yang di samping membawa sukses luar biasa dalam mendirikan bekerja sebagai wartawan juga dikenal sebagai toko-toko di banyak kota. Toko-toko Sarekat “guru kebal”, memperkenalkan cara baru untuk Islam adalah cerminan dari keberhasilan organi­ menghadapi pedagang Tionghoa dengan boikot. sasi tersebut untuk menggalang permodalan Pertama-tama hal itu dilakukan terhadap toko dengan menjual saham kepada para anggotanya. “Sie Dhian Ho” dan beberapa toko Tionghoa SI juga merupakan sukses ekonomi karena lainnya, yang diikuti dengan perkelahian- keberhasilannya bersaing dengan perusahaan perkelahian, malah melibatkan 90 orang prajurit Cina, namun kemudian Sarekat Islam ber­ Mangkunegaran dalam penyerangan pasar kembang menjadi organisasi massa. Hanya di Gede. beberapa tempat saja pengurusnya terdiri atas Sebagai perkumpulan yang menggabungkan para pedagang, seperti yang ada di Jatinegara, ciri persekutuan Dagang Pribumi dan organisasi dimana ketujuh anggota pengurusnya semuanya keamanan Rekso Rumekso Sarekat Islam, pada pedagang. Sarekat Islam di tempat lain, biasanya awal pertumbuhannya tidak memperlihatkan mencakup semua kelompok pencari nafkah di corak sebagai organisasi keagamaan. Ia bukan masyarakat setempat, termasuk para priyayi semacam Muhammadiyah, umpamanya yang dan petani. Di Madura dan Surakarta, bahkan paham keislamannya kentara, Sarekat Islam serdadu pribumi memasuki organisasi Sarekat pada awal pertumbuhannya merupakan gerakan Islam. Apa yang menjadi daya tarik organisasi yang bermotifkan kepentingan sosial ekonomi tersebut bagi wong cilik ialah rasa kebersamaan dari golongan pengusaha dan pedagang kecil sosial yang ditekankan dalam Sarekat Islam, pribumi yang ingin mendapatkan kesempatan namun dalam perkembangan selanjutnya berkembang. Sementara itu, sejak tahun 1901 terdapat perpecahan dalam tubuh Sarekat Islam pemerintah Belanda, sebagai pelaksanaan politik yaitu menjadi Sarekat Islam Putih dan Sarekat etis, memang bermaksud untuk memajukan Islam Merah. usaha pribumi, baik di bidang agraria maupun industri, antara lain dengan mendirikan bank C. Pertumbuhan Sarekat Islam 1911–1926 kredit rakyat pada tahun 1904 yang sangat mendesak peranan pembunga uang yang Di samping penindasan yang ditimbulkan dikenal dengan istilah “Cina Mindring” yang oleh penjajah Belanda, di Indonesia tumbuh juga merupakan alasan kekecewaan orang-orang pula problema baru yaitu bagaimana rakyat Tionghoa terhadap pemerintah Belanda. Sarekat Indonesia menghadapi perkembangan ekonomi Islam sebenarnya lebih berhadapan dengan yang telah lama dikuasai oleh pedagang Cina golongan Tionghoa daripada dengan pe­merintah terutama atas monopolinya dalam perdagangan Belanda. Malahan Gubernur Jendral Idenburg batik di Surakarta. Pertumbuhan Sarekat Islam pernah memperlihatkan rasa simpatinya kepada memang pertama kali didahului oleh suatu

220 Konflik Politik dalam Pergerakan Sarekat Islam 1926 Retno Winarni dan Mrr. Ratna Endang Widuatie usaha untuk membendung monopoli. Oleh gerak seperti saudara, dan supaya timbul karena itu, dapat diutarakan di sini bahwa sebab kerukunan dan tolong-menolong satu dengan timbulnya organisasi ini adalah, (1) Perdagangan lainnya antara kaum muslimin. Dengan segala bangsa Cina adalah halangan buat perdagangan upaya yang halal dan tidak menyalahi wet-wet Indonesia (monopoli bahan batik), ditambah pula negeri (Surakarta) dan wet-wet Gubernement, dengan tingkah laku yang sombong sesudah berusaha mengangkat derajat rakyat agar revolusi Tiongkok; (2) Kemajuan gerak langkah menjadi makmur, sejahtera dan negara menjadi penyebaran agama Kristen dan juga ucapan besar (Noer, 1982:18). yang menghina dalam parlemen Belanda tentang Organisasi ini berkembang dengan pesat. kepercayaan agama bangsa Indonesia; (3) Cara Anggotanya berjumlah 360.000 orang, mulai adat lama yang terus dipakai di daerah-daerah melancarkan suatu gerakan politik menuntut kerajaan Jawa dirasakan sebagai penghinaan pemerintahan sendiri. Kegiatan Sarekat Islam ini (Pringgodigdo, 1980:4). Berdasarkan adanya sulit untuk diawasi, karena Residen Surakarta alasan tersebut dapatlah dipahami bahwa secara segera membekukannya (Kahin, 1952:82). struktural kehidupan sosial masyarakat harus Pen­cabutan itu yang dijadikan alasan karena mengalami perubahan, oleh karena itu sebelum seringnya terjadi perkelahian antara pribumi dan Sarekat Islam berdiri, telah didahului berdirinya Cina serta timbulnya pemogokan buruh kebun organi­sasi seperti Sarekat Dagang Islam, Budi di perkebunan Krapyak milik Mangkunegaran, Utomo, yang kesemuanya ini masih memiliki tetapi kemudian pembekuan itu dicabut kembali sifat dan ciri sendiri-sendiri yang dibentuk tanggal 26 Agustus 1912 dengan syarat agar oleh lingkungannya, pengaruh dari pemimpin- anggarannya diubah, hingga hanya terbatas pemimpinnya. Selain itu adanya tantangan yang pada daerah Surakarta saja. dihadapkan oleh berbagai pihak di dalam atau Dalam periode tersebut timbul perselisihan di luar lingkungan masyarakat Islam (Koch, paham antara Tirtoadisurjo dengan Haji 1951:24). Samanhudi, Sarekat Islam memperoleh seorang Sarekat Islam didirikan di Solo pada tanggal tokoh, Umar Said Cokroaminoto, yang diharapkan 11 Nopember 1912, tumbuh dari organisasi yang dapat mengemudikan organisasi tersebut dalam tumbuh lebih dahulu yaitu Sarekat Dagang tahun-tahun awal yang sulit ini. Cokroaminoto Islam. Berdirinya organisasi ini didorong ada­ masuk Sarekat Islam di Surabaya tahun 1912 nya kompetisi yang meningkat di sektor perda­ atas ajakan Haji Samanhudi. Ia dipilih karena gangan batik. Selain itu adanya tekanan dari memiliki sikap yang radikal terhadap Belanda kalangan bangsawan mereka sendiri. Sarekat dan pemerintah pada umumnya, berpendidikan Dagang Islam dimaksudkan untuk dijadikan tinggi serta berpengalaman berorganisasi. Tanpa benteng bagi orang-orang Indonesia yang pada memperhatikan persyaratan Residen Surakarta, umumnya terdiri atas para pedagang batik Cokroaminoto menyusun sebuah anggaran di Solo terhadap orang-orang Cina dan para dasar baru untuk organisasi itu bagi seluruh bangsawan tadi (Tirtoprodjo, 1977:26‒27). Indonesia dan minta pengakuan pemerintah. Permulaan berdirinya Sarekat Islam ditandai Maksudnya untuk menghindarkan diri dari dengan suatu perhatian khusus mencari pe­ apa yang disebut “pengawasan preventif” mimpin-pemimpin organisasi daerah maupun (secara administratif), tetapi permintaan itu mencari bentuk organisasi yang sesuai dengan tidak mendapat persetujuan pada 30 Juni 1912, situasi dan kondisi masyarakat Indonesia pada akan tetapi kemungkinan dalam permintaan saat itu. Anggaran dasar pertama menyebutkan dari organisasi daerah yang memiliki sifat yang bahwa Sarekat Islam akan berihtiar supaya sama akan dipertimbangkan sebaik-baiknya anggota-anggotanya satu dengan lainnya ber­ (Noer, 1982:18). Keputusan yang demikian itu

221 Vol. 5, No. 2, Desember 2015 sangat mengganggu pertumbuhan dan per­ Hal inilah yang menimbulkan keinginan untuk kembangan organisasi Sarekat Islam yang di berontak kaum tani yang selama ini bertahan dalam kongresnya telah memutuskan berusaha melawan perubahan zaman, jadi bukannya atas mengembangkan organisasinya sampai ke kesadaran untuk berjuang ke arah otonomi pelosok tanah air. Di dalam mencari jalan untuk perubahan sosial dan ekonomi pada keluar dari kegagalan usaha organisasi untuk umumnya. Pada situasi yang demikian ini mendapatkan pengakuan dari pemerintah, tidaklah memungkinkan untuk organisasi yang kemudian para pemimpin Sarekat Islam dari 50 bernafaskan Islam dapat mengembangkan daerah bersepakat dalam kongres di Surabaya kemurnian agama itu sendiri. Perkembangan 1915 untuk membentuk suatu pusat kegiatan dan pertumbuhan agama Islam pada awal organisasi atau dikenal dengan nama Central pertumbuhan Sarekat Islam tidak akan dapat Sarekat Islam (Niel, 1970:125). mengembangkan Islam secara kualitatif, akan Central Sarekat Islam ini dipimpin oleh tetapi Islam dapat berkembang secara pesat Haji Samanhudi sebagai ketua kehormatan, dalam masalah jumlah penganutnya saja. Cokroaminoto sebagai ketua, dan Dr. Gunawan Walaupun demikian tidak dapat dipungkiri sebagai wakil ketua, baru kemudian pengurus bahwa dengan adanya gerakan pembaharuan Central Sarekat Islam inilah yang diakui dan Islam yang dimulai pada saat yang demikian disetujui oleh pemerintah pada tanggal 18 itu nantinya akan menumbuhkan benih-benih Maret 1916 (Vey, 1961:56). Memang sebelum kebangkitan kesadaran nasional dan perjuangan ini terbentuk keputusan Belanda mengganggu bangsa Indonesia untuk membebaskan diri struktur organisasi dari Sarekat Islam. Karena dari belenggu penjajah. Di samping itu pula itu pada kongresnya tahun 1913 di Surabaya pemikiran-pemikiran baru yang dilahirkan ditekankan untuk membagi wilayah organisasi oleh tokoh-tokoh modernisasi Islam seperti menjadi tiga bagian, yaitu Jawa Barat (meliputi Cokroaminoto, , tampak berhasil Jawa Barat, Sumatra dan sekitarnya), Jawa memberikan persepsi baru yang segar tentang Tengah (meliputi Kalimantan), Jawa Timur Islam pada para pemeluknya. Munculnya (meliputi Sulawesi, Bali, Lombok, Sumbawa dan organi­sasi Islam seperti Sarekat Islam, pulau-pulau di daerah Indonesia Timur). Ketiga Muhammadiyah, memungkinkan meluasnya wilayah ini serta cabang-cabang Sarekat Islam pemi­kiran-pemikiran baru itu ke seluruh ka­ berada di bawah pengawasan pengurus pusat wasan Nusantara. Keberhasilan pemikiran di Surakarta yang diketuai oleh Haji Samanhudi. modernisasi Islam berhasil pula memengaruhi Dalam masa pertumbuhannya Sarekat Islam berbagai organisasi Islam. Bukan saja telah memang masih sangat memerlukan dorongan membangkitkan kesadaran umat Islam terhadap dari para pemimpinnya, mengingat bahwa agama mereka, tetapi juga membangkitkan masa-masa yang demikian itu masyarakat dapat perasaan nasionalisme. Dari sini jelas terlihat dikatakan masih buta organisasi. Mereka masuk bahwa pembaharuan Islam di Indonesia menjadi anggota organisasi hanyalah terdorong berkaitan erat dengan pergerakan nasional dari emosinya, mengingat dari situasi dan Indonesia (Alfian, 1981:70). kondisi pada masa penjajahan sangat menusuk Bersamaan dengan pertumbuhan Sarekat jiwa serta perasaan masyarakat. Islam, pada tanggal 25 Desember 1912 berdirilah Para pengikut atau anggota organisasi di suatu organisasi politik yang terkenal dengan pedesaan secara tidak sadar mengikuti jejak nama Indische Partij, yang dalam langkah- panji-panji organisasi hanya terdorong oleh langkahnya mengarah kepada gerakan menuju ketidakpuasan dan mengekspresikan kege­ nasionalisme modern. Organisasi ini juga ingin lisahan yang diderita (Poespoprodjo, 1984:44).

222 Konflik Politik dalam Pergerakan Sarekat Islam 1926 Retno Winarni dan Mrr. Ratna Endang Widuatie menggantikan Indische Bond yang anggotanya dengan jalan suatu kompromi dengan penjajah. terdiri atas kaum Indo dan Eropa di Indonesia. Kemerdekaan juga tidak akan diperoleh dengan Pendirian Indische Partij disponsori oleh menunggu hadiah dari pemerintah kolonial. EFE Douwes Dekker, walaupun mereka seorang Kemerdekaan harus direbut, seperti ucapan Indo tetapi memiliki suatu pemikiran bahwa Douwes Dekker bahwa “pengertian Hindia untuk meningkatkan kehidupan pribumi Indo­ Belanda harus dipandang sebagai salah satu dari nesia tidaklah mungkin apabila diiringi suatu pada partai yang bertentangan dengan cita-cita perbedaan pandangan baik cara pergaulan kemerdekaan”. Pemerintah yang berkuasa di berpolitik maupun cara hidup dari kaum Indo tanah jajahan, bukanlah pemerintah, melainkan dengan kekuatan yang progresif dari pribumi penindasan, dan penindasan itu adalah musuh Indonesia. Nasib para Indo tidak ditentukan oleh yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat, pemerintahan kolonial tetapi terletak di dalam lebih berbahaya daripada pemberontakan atau bentuk kerja sama dengan penduduk Indonesia gerakan yang meminta perubahan pemerintahan lainnya. Bahkan harus tidak mengenal supremasi (revolusi) (Koch, 1951:39). Indo atas penduduk bumi putera, malahan ia Usaha organisasi Sarekat Islam untuk men­ menghendaki hilangnya golongan Indo dengan capai tujuan tidak terhenti sampai di situ, bahkan jalan peleburan ke dalam masyarakat bumi kemudian rasa tidak puas dari pemimpinnya putera. Dengan demikian dapatlah dijalin suatu dilampiaskan kepada pemerintah pusat Belanda kekompakan dan persatuan bersama-sama yang mengakibatkan fatal bagi para pemimpin. meng­atasi segala kesulitan yang ditumbuhkan Pemerintah Belanda mengadakan penangkapan oleh sistem penjajahan. Oleh karena itu, per­ pemimpin-pemimpin yang dianggap berbahaya kem­bangan organisasi ini sangat mudah diteri­ dan menjatuhi hukuman buangan dan mereka ma oleh segenap lingkungan masyarakat di memilih ke negeri Belanda. Dengan dibuangnya seluruh Indonesia. Dalam waktu yang relatif para pemimpin ini, mengakibatkan organisasi sing­kat organisasi ini meluas di seluruh kawas­ Indische Partij menjadi mundur dalam gerak­ an Indonesia umumnya dan Jawa pada khusus­ annya. Sarekat Islam pada saat itu sangat kuat nya. Tujuan Indische Partij adalah untuk mem­ sehingga dapat menarik para anggota organisasi bangunkan patriotisme semua “Indies” terhadap lain terutama orang-orang Indonesia, untuk tanah air, yang telah memberi lapangan hidup menyalurkan tuntutannya mencapai suatu kepada mereka agar mereka mendapat dorongan pergerakan ke arah nasionalisme Indonesia. untuk bekerja sama atas dasar persamaan­ Politik etis degan demikian sudah mulai go­ ketatanegaraan untuk memajukan tanah air yah. Sarekat Islam pada mulanya tidak berpo­ ­ “Hindia” dan untuk mempersiapkan kehidupan litik. Dalam kongres 1913 Cokroaminoto me­ rakyat yang merdeka (Kartodirdjo, 1976:191). ngatakan bahwa “kami bersikap loyal ter­hadap Berdirinya organisasi ini bertujuan luhur, gubernement”. Kami senang berada di bawah yaitu menjadikan manusia Indonesia berjiwa pemerintahan Belanda,” namun di samping itu nasionalis yang luas untuk mencapai kemer­ ditentukan pula bahwa organisasi ini terbuka deka­an. Akibat dari gerakan-gerakan politis bagi semua orang Indonesia, tidak terbatas pada yang seratus persen, setelah organisasi ini ingin golongan terpelajar saja (Margono, 1971:35). mendapatkan pengakuan sebagai organisasi Kongres yang diadakan 1916 dinamakan yang berbadan hukum dengan tegas ditolak Kongres Nasional pertama, sehingga nampaklah pemerintah Hindia Belanda. Oleh karena itu, usaha menggalang persatuan penduduk Hindia para pemimpin organisasi yang memiliki Belanda. Pada saat itu tampak pula bahwa jiwa patriotis berpendapat bahwa, suatu ke­ Sarekat Islam telah mengambil sikap politik merdekaan tidak mungkin dapat diperoleh terhadap pemerintah. Tuntutan kongres pada

223 Vol. 5, No. 2, Desember 2015 pemerintah adalah agar pemerintah mengakui didahului atau bersamaan dengan pertumbuhan pula wakil-wakil rakyat dan adanya otonomi organisasi lain. Organisasi-organisasi tersebut yang lebih luas (Noer, 1982:132). Sebelum itu kesemuanya memiliki tujuan yang tidak ber­ dalam tahun 1915 Sarekat Islam telah menjadi beda dengan Sarekat Islam, yaitu ingin mem­ anggota Indie Weerbaar yang menuntut adanya bebaskan rakyat Indonesia dari belenggu parlemen milisi. Sarekat Islam kemudian terlihat penjajahan, namun demikian dalam prosesnya dalam gerakan radikal yang bersumber pada akan mengalami suatu perbedaan yang prinsipil Marxisme. maupun perbedaan lain yang tidak sedikit Paham komunisme atau marxisme ini diper­ pengaruhnya terhadap pertumbuhan organisasi. kenalkan oleh HJFM Sneevliet, seorang anggota Sosial Demokratis Arbeids Partij (berlandaskan 1. Pertentangan Ideologi Politik dalam marxisme) di Negara Belanda kepada kalangan Tubuh Sarekat Islam pergerakan nasional. Kemudian paham ini Pada tahun 1913 di saat Sarekat Islam nantinya meluas di daerah dan sedang melaksanakan gerak langkahnya yaitu Surabaya melalui perhimpunan Buruh Kereta berlangsungnya kongres Sarekat Islam pertama Api dan Treem pada tahun 1913. Pada mula­ di Surabaya, Hendricus Josephus Franciscus nya pemimpin organisasi ini dipegang oleh Marie Sneevliet (Seorang Belanda) datang ke orang-orang Belanda dan keturunannya, Jawa sebagai sekretaris dari suatu perkumpulan untuk mendapatkan pengikut dari kalangan dagang. Ia seorang anggota Social Demokratische orang Indonesia Sneevliet mencari jalan lain Arbeiders Partij (SDAP) atau Partai Buruh yaitu memengaruhi anggota-anggota Sarekat Sosialis Demokrasi di negeri Belanda. Sneevliet Islam cabang Semarang yang pada waktu itu bersama-sama temannya seperti Baars, Bergsma, sudah menjadi anggota Indische Social Demo­ Branstater, Dekker, C.Hartogh orang yang cratische Vereniging (ISDV). Pada masa itu pertama-tama membawa ke bumi Indonesia tidak ada larangan seseorang masuk menjadi ajaran sosialisme yang dilandasi oleh teori Marxis anggota beberapa organisasi (Amelz, 1952:115). dan Engels (Abdulgani, 1963:24). Langkah yang Dengan cara yang demikian itu kemudian pertama yang dilakukan Sneevliet di Semarang Darsono dan Semaun, anggota Sarekat Islam adalah menggabungkan diri dengan Sarekat Surabaya terpengaruh oleh organisasi tersebut. Buruh Kereta Api yang tertua di Indonesia yaitu Semaun kemudian pindah ke Semarang untuk Vereeniging van Spoor en Tremweg Personeel (VSTP) memperkuat organisasi dan menjadi pengurus yang organisasinya sudah tersusun secara rapi ISDV. Dari sinilah kemudian menimbulkan dan baik. Sebagai seorang pemimpin sosialis pertentangan di dalam Sarekat Islam, yaitu yang berpengalaman dalam waktu singkat telah pertentangan antara Sarekat Islam Semarang berhasil mempropagandakan ide sosialisme dan yang terpengaruh Marxisme dengan Central membawa VSTP ke arah yang lebih radikal. Sarekat Islam di Surabaya yang dipimpin oleh Hampir serentak beberapa agennya juga mulai Cokroaminoto. Pertentangan ini memuncak mencari jalan untuk masuk Sarekat Islam cabang pada tahun 1917 setelah Central Sarekat Islam Semarang. Aktivitas mereka mendapat fasilitas memutuskan hubungan dengan ISDV. karena diterimanya pemikiran-pemikiran sayap kiri di Semarang. Dalam beberapa tahun (kira- D. Perbenturan Ideologi Perjuangan dalam kira mendekati tahun 1916) beberapa orang Tubuh Sarekat Islam yang memegang posisi kunci mengawasi ketiga organisasi. Penjelasan sebelumnya telah meggambarkan Cabang Semarang menjadi kelompok yang bahwa pertumbuhan Sarekat Islam telah sukar diawasi oleh pimpinan pusat Sarekat Islam.

224 Konflik Politik dalam Pergerakan Sarekat Islam 1926 Retno Winarni dan Mrr. Ratna Endang Widuatie

Walaupun menurut tujuan utama Sarekat Islam Dalam kongres nasional Central Sarekat untuk meningkatkan standart rakyat Indonesia, Islam pertama di Bandung tanggal 17-24 Juni kelompok Semarang menolak penampilan Islam 1916 yang dihadiri oleh 20 wakil-wakil Sarekat dan menyerukan aksi revolusioner dan dengan Islam daerah. Istilah nasional di sini di­ provokatif menuduh anggota-anggota Sarekat maksudkan agar organisasi ini bertujuan ke arah Islam yang moderat sebagai borjuis. Penamaan persatuan semua golongan bangsa Indonesia borjuis pada umumnya dipakai oleh penulis dan berusaha meningkatkan derajat pribumi sosialis jika membicarakan Sarekat Islam. setaraf dengan bangsa-bangsa lain. Meskipun Sneevliet dan kelompoknya menyadari, bahwa selalu terlempar tuduhan bahwa Sarekat Islam pengawasan terhadap gerakan revolusioner akan menggunakan cara kekerasan namun jelas mereka akhirnya harus dilahirkan oleh orang dalam keputusan kongres ini Sarekat Islam Indonesia. Mereka mulai mendidik pengikut- dalam mewujudkan cita-citanya akan selalu pengikut yang akan membawa ajaran mereka. menempuh cara-cara konstitusional dan dengan Yang paling terkemuka diantara para pemuda jalan evolusi berusaha agar bangsa Indonesia Indonesia yang diindoktrinasi oleh Sneevliet dapat turut serta dalam pemerintahan (Mukayat, ialah Semaun, orang muda dari beberapa priyayi 1981:32). rendahan. Semaun mempunyai pikiran yang Pertumbuhan Sarekat Islam yang sangat terang dan membuktikan sebagai murid yang pesat ini menimbulkan rasa tidak senang dari mempunyai kesanggupan segera saja ia menjadi pemerintah kolonial, sedang di lain pihak salah seorang diantara pemimpin-pemimpin organisasi National Indische Partij (NIP) dan ISDV, sambil di tempat lain memegang jabatan ISDV berusaha untuk mendapatkan penga­ penting di Buruh Kereta Api tempat dimana ruhnya dalam tubuh Sarekat Islam. Kedua ia ditemukan sebelumnya. Menjelang tahun organisasi ini jelas berhaluan sama, yaitu 1916 ia berusaha keras mendapat posisi yang sosialisme kiri, sedang sasarannya adalah rakyat tinggi di Sarekat Islam cabang Semarang dan jelata, namun karena organisasi ini dipimpin menjelang tahun 1918 berhasil menjadi anggota oleh peranakan Indo Belanda, maka tidak badan sentral organisasi ini (Niel, 1958:169). mendapat tempat di hati rakyat. Inilah yang Sesudah mendapat pengesahan pada tahun menyebabkan bahwa kedua organisasi tersebut 1916, kejadian-kejadian di dalam dan mengenai mengarahkan tujuannya pada Sarekat Islam. Sarekat Islam dapat dengan mudah dilihat Di dalam usahanya ISDV lebih berhasil me­lalui analisa kongres nasional tahunan karena memiliki program yang hampir sama yang diadakan organisasi. Kongres ini yang dengan Sarekat Islam, yaitu menentang kapi­ terdiri atas wakil-wakil dari cabang setempat, talisme, sedangkan yang utama taktiknya dapat mendengarkan dan membahas berbagai ma­ memasukkan tenaga muda yang militan dalam salah dan rencana tahunan yang sedang tubuh Sarekat Islam. Yang menarik dari kongres berjalan. Di dalam tubuhnya sendiri hal seperti pertama Central Sarekat Islam (CSI) di Bandung, itu menunjukkan proses demokrasi yang cukup, bahwa Cokroamonoto dalam pidatonya dapat akan tetapi keputusan tentang hal-hal yang akan menempatkan posisi bangsa Indonesia terhadap diikuti biasanya hanya dibuat oleh beberapa Belanda terhadap bagaimana seharusnya, orang saja. Dari catatan rapat-rapat ini dapat sedangkan semua dalam kongres ini berpendapat dilihat sekarang bagaimana konflik-konflik secara terang-terangan menentang paham yang mengenai ide dan ambisi di dalam organisasi berdasarkan agama sebagai dasar pergerakan dan dengan cara ini terlihat bagaimana per­ (Amelz, 1952:117). gulatan terdapat di dalam elite baru yang sedang Kongres nasional Sarekat Islam yang berkembang tersebut. kedua diadakan di Jakarta pada tanggal 20–27

225 Vol. 5, No. 2, Desember 2015

Oktober 1917. Langkah-langkah yang diambil Buruh Hindia (PPKB) didirikan pada tanggal terutama ditujukan pada pemerintah jauh lebih 15 Desember 1919, pemimpinnya Semaun dan maju dan lebih berani daripada sebelumnya, wakilnya Suryopranoto, dan ia menghendaki namun sifat dari pergerakan masih tetap par­ PPKB ini berpusat di Yogyakarta. Oleh Semaun lemen evolusioner. Corak lain di dalam kongres ini dianggap suatu usaha untuk mengeluarkan diwarnai adanya perbedaan pendapat, Semaun orang-orang komunis. Kemudian Semaun yang pada waktu itu menjabat sebagai ketua keluar dari PPKB dan didirikan Federasi baru cabang Sarekat Islam Semarang dengan revolutionaire Vacentrale (Noer, 1982:135). Sarekat pemimpin Sarekat Islam lainnya. Semaun kerja pegadaian yang merupakan salah satu mengusulkan agar Sarekat Islam tidak perlu ikut anggota PPKB yang terpenting, yang pada campur dalam gerakan Indie Weerbaar, dimana waktu itu dipimpin oleh Cokroaminoto, Abdul duduk sebagai wakil Sarekat Islam. Muis dan Agus Salim dalam kongresnya bulan Selain Semaun menentang masuknya Sarekat Juli memutuskan untuk segala hubungannya Islam dalam Volksrand yang akan dibentuk. dengan pihak komunis. Usul ini ditolak oleh kongres dan Abdul Muis Keberhasilan revolusi Oktober di Rusia pada tetap dikirim ke negeri Belanda. Pada waktu itu tahun 1917 berpengaruh dalam pergerakan Haji Agus Salim menentang usul Semaun tentang nasional terutama organisasi yang berhaluan keanggotaan Sarekat Islam dalam Volksrand, Marxis. ISDV semakin jelas berpaham kiri dan ia berpendapat bahwa Volksrand merupakan menyatakan dirinya sebagai partai komunis forum untuk “aksi” dan dapat bertindak sebagai karena itu usahanya untuk merongrong Sarekat penasehat bagi parlemen yang konservatif. Islam dengan memengaruhi kebijaksanaan Akhirnya Sarekat Islam dan Sentral Sarekat pim­pinan serta menarik sebanyak-banyaknya Islam menyetujui pengangkatan Cokroaminoto anggota Sarekat Islam semakin gencar. Perpe­ dan Abdul Muis (Mukayat, 1981:33). Dengan cahan dari kedua kelompok dalam tubuh Sarekat demikian Sarekat Islam menjalankan politik Islam tidak dapat dihindarkan. Untung sekali kooperasi. Sarekat Islam berhasil diselamatkan dari kemelut Dalam kongres nasional Sarekat Islam itu terwujudnya dwi tungggal pimpinan Sarekat ketiga di Surabaya pada tanggal 29 September Islam, yaitu HOS. Cokroaminoto dan Haji Agus 1918 diputuskan untuk menentang pemerintah Salim (Mukayat, 1981:38). Belanda bila dalam tindakannya masih melin­ Sebenarnya dalam menghadapi propaganda dungi kapitalisme. Pegawai pemerintah dianggap kaum kiri dalam tubuh Sarekat Islam para sebagai alat penyokong kaum kapitalisme. Selain pemimpinnya bertindak sangat toleran. Hal itu itu menuntut supaya ditentukan upah minimum dapat dibaca dalam anggaran dasarnya bahwa dan jam maksimum bagi kaum buruh (Noer, Sarekat Islam pun menentang kapitalisme yang 1982:135). Perbedaan pendapat antara ISDV dan berdosa. Cokroaminoto tidak menghendaki per­ Sarekat Islam tak dapat dihindarkan, sedang pecahan dan selalu bertindak bijaksana. Dalam gerakan buruh semakin besar dan menjadi hubungan Islam dan sosialisme ia berpendapat perebutan dari kedua golongan tersebut, maka bahwa di dalam Islam senarnya sudah diputuskan untuk mengadakan pemogokan- terkandung unsur-unsur sosialisme. Agama pemogokan yang teratur untuk memperbaiki Islam menghendaki keadilan dan kemakmuran nasib, mencari keadilan dan melawan perbuatan rakyat melalui cara-cara yang legal dan diridhoi sewenang-wenang. Pada akhirnya gerakan oleh Tuhan (Poespoprodjo, 1984:38). Sosialisme buruh ini mendapat dukungan dari organisasi memang mengajarkan dua jalan, yaitu dengan pergerakan yang ada. Wadah dari organisasi jalan lunak yang berarti reformis dan bersedia buruh yaitu Persatuan Pergerakan Kaum kompromi dengan mudah, sedangkan yang

226 Konflik Politik dalam Pergerakan Sarekat Islam 1926 Retno Winarni dan Mrr. Ratna Endang Widuatie kedua tidak kenal kompromi dan dalam 2. Perubahan Arah dalam Perjuangan Sarekat memperjuangkan cita-citanya bersifat dinamis Islam dialektis. Aliran inilah yang kemudian menjelma Setelah terjadinya peristiwa perpecahan, menjadi komunis dan memang komunisme Sarekat Islam telah terpecah menjadi dua, yaitu diajarkan Hat doel heilinght de middelen (tujuan Sarekat Islam Putih dan Sarekat Islam Merah. menghalalkan cara). Jadi jelaslah di sini Fokus dari Sarekat Islam Putih adalah beralih sosialisme yang dikehendaki Sarekat Islam ialah dalam bidang pertahanan dan pembangunan sosialisme religius. Islam dan persatuan umat Islam. Haji Agus Kelompok Marxis yang semakin kuat ini Salim melancarkan gerakan Pan Islamisme terlihat pada perubahan nama yang tegas, yaitu (Brakman, 1963:9). Maksudnya untuk mencari ISDV menjadi Partai Komunis India (PKI) pada hubungan dan menghimpun segala kekuatan tanggal 23 Mei 1920 dengan susunan pengurus Islam yang ada di Indonesia. Dicari pula Semaun sebagai ketua dan Darsono sebagai hubungan dengan gerakan Islam di luar negeri, wakil. Dalam kongres PKI istimewa tanggal sehingga dengan demikian Sarekat Islam 24 Desember 1920 Semaun dengan berani mempunyai jiwa internasional. Massa rakyat menyerang Sarekat Islam. Ia mengatakan bahwa dengan adanya peninjauan kembali kegiatan Sarekat Islam sebenarnya dikendalikan oleh partai ini tidak merasakan perhatian lagi. Untuk kaum saudagar dan kaum industri, itu justru mewujudkan gerakan pan islamisme ini Sarekat malahan menyokong kapitalisme dan merugikan Islam mencari bantuan pada Muhammadiyah pergerakan rakyat (Mukayat, 1981:39). (Pringgodigdo, 1980:35). Untuk menjaga kelestarian dan perkem­ Untuk mewujudkan kerjasama yang baik bangan Islam Agus Salim menerapkan disiplin antara kaum muslimin, dilangsungkan kongres partai. Setiap anggota Sarekat Islam harus me­ Al Islam pertama di Cirebon pada tanggal 31 milih salah satu keanggotaan saja, tidak diper­ Oktober sampai 2 Nopember 1922. Dewan kenankan beranggotakan ganda. Dengan Islam didirikanlah untuk mengurusi soal-soal diterimanya ide disiplin partai maka Semaun Cs keagamaan Sarekat Islam. Tanpa diduga terjadi keluar dari Sarekat Islam. Inilah yang menjadi perpecahan di dalam kongres, yaitu antara penyebab langsung pecahnya cabang-cabang kaum reformis diwakili Muhammadiyah serta Sarekat Islam Putih, yaitu yang masih setia pada Al Irsyad, dan golongan tradisional yang nanti pimpinan dwi tunggal HOS. Cokroaminoto tahun 1926 mendirikan Nahdatul Ulama yang dan Haji Agus Salim, sedangkan Sarekat Islam mendapatkan pengikut terbesar dari muslim Merah mengikuti jejak Semaun dan Darsono Jawa. yang menggantikan nama organisasinya Sarekat Perpecahan total terjadi pada kongres Rakyat sebagai onderbouw (susunan bawah) dari Al Islam yang kedua yang tertunda hingga partai Komunis India. bulan Mei 1924 di Garut. Hanya unsur-unsur Penyelesaian perbedaan dalam Sarekat reformis yang muncul dalam kongres yang dibi­ Islam, tidak dapat terwujud, yang terjadi adalah carakan persoalan kekhalifahan yang dijadikan perpecahan total antara kelompok Semarang topik pembicaraan sampai beberapa bulan. dan Yogyakarta. Semarang dikuasai Semaun, Pimpinan Sarekat Islam menjadi dekat dengan Yogyakarta dikuasai Sarekat Islam Putih. Muhammadiyah (Pringgodigdo, 1980:35). Da­ Konflik terbuka tidak dapat dihindarkan lagi. lam kongres luar biasa Al Islam di Surabaya Agus Salim dan Abdul Muis bertekad tempur pada tahun 1924, Agus Salim menguraikan membersihkan Sarekat Islam dari orang-orang kekhalifahan dalam Islam. Dia juga menguraikan komunis sampai akar-akarnya. nasionalisme berdasar Islam, yakni memajukan

227 Vol. 5, No. 2, Desember 2015 nusa bangsa berdasarkan cita-cita Islam, kemu­ halnya dengan partai komunis Indonesia, para dian di Surabaya didirikan Central Committee Pemimpinnya Semaun, Darsono dibuang ke Chilafat. Tahun 1925 di Yogyakarta diadakan Rusia dan pada tahun 1924 Tan Malaka diusir kongres bersama Sarekat Islam dan Al Islam, oleh pemerintah Belanda, disebabkan karena ia Cokroaminoto melancarkan gerakan tandzimin melakukan aksi mogok. Hal ini mengakibatkan guna mengatur kehidupan rakyat di lapangan dilarangnya partai komunis Indonesia untuk ekonomi, sosial, dan budaya menurut asas-asas berdiri. Islam. Segala usaha yang dilancarkan oleh Sarekat 3. Sarekat Islam dan Sosialisme Islam setelah tahun 1921 kelihatan sekali adanya Politik etis sebenarnya dimaksudkan untuk gejala-gejala mengalami kemerosotannya. Pe­ mengimbangi perkembangan kapitalisme,­ nyebab utama adalah masuknya pemikiran dan sekaligus untuk memperkuat basis perkem­ cara-cara dari golongan komunis yang diper­ bangan modal dan pemerintah jajahan, dengan juangkan Semaun sehingga menjadi penyebab perbaikan administrasi.Tahun 1913-1914 tam­ perpecahannya. Perpecahan ini datangnya tidak paknya merupakan titik balik perkembangan tiba-tiba, tetapi masuk secara diam-diam dalam kapitalisme. Dalam masa 1913-1914 keadaan tubuh Sarekat Islam. perekonomian tidak banyak bertambah baik, Tahun 1921 merupakan tahun perubahan mungkin bertambah buruk. Perusahaan gula Sarekat Islam di dalam perkembangannya, mengalami krisis sejak tahun 1918 dan krisis pertama dijumpai adanya perubahan pada ekonomi timbul pada tahun 1920-1921. Dalam keterangan asas-asas partai dan kedua dicatat periode 1921-1925 ekspor menurun 8,3 persen suatu perpecahan dengan PKI. Kedua hal ini tidak dan turun lagi 15,5 persen dan turun seterusnya terjadi bersamaan, bukan pula keterangan asas hingga menjelang Perang Dunia II. Keadaan itu disusun sebagai akibat adanya perpecahan, kehidupan rakyat bertambah buruk. Di bawah sebaliknya bahwa keterangan asas diisusun Gubernur Jendral Fock, pajak eksport dicabut sebelum perpecahan terjadi, tetapi kedua dan pajak industri gula dikurangi, tetapi pajak kejadian itu tidak dapat dipisahkan satu dengan kepala rakyat di Jawa dan Madura, ditambah lainnya. Karena keterangan asas itu menekankan atau naik sebesar 40%. Kegelisahan rakyat sekali “kemerdekaan yang berasaskan ke­ itu dimanifestasikan oleh pemberontakan- islaman…, sesungguhnya melepaskan seluruh pemberontakan petani di Jambi (1916), Pasar rakyat daripada perhambaan macam apapun Rebo (1916), Tjimareme (1918), Toli-Toli (1920), (Noer, 1982:144). kemudian pemberontakan di Banten, Sumatera Dengan pandangan seperti itu, perpecahan Barat dan Prambanan sekitar tahun 1926 dan tadi tampaknya didorong oleh penegasan 1927. Pada tingkat dunia, kapitalisme imperial Sarekat Islam bahwa kebijaksanaan dan ke­ internasional mulai mengalami masa krisis sejak giatan-kegiatannya memang berdasarkan tahun 1914 dan masa itu ditandai oleh usah Islam. Perumusan prinsip ini berlaku sampai pengorganisasian kembali kapitalisme industrial tahun 1927. Faktor ketiga yang perlu diketahui yang mulai tumbuh sejak bagian pertiga terakhir adalah penahanan terhadap Cokroaminoto abad XVIII dan bagian pertiga dari abad XIX oleh pemerintah yang menyebabkan alasan serta mengalami konsolidasi ke dalam dan utama untuk mengambil “politik hijrah” pada ekspansi imperial keluar dalam periode 1825- tahun berikutnya. Bagi suatu partai yang ke­ 1870 (Kartodirdjo, 1976:81-84). bi­jaksanaan dan arahnya tergantung pada Sarekat Islam dan organisasi pergerakan pe­mimpin biasanya mempunyai pengaruh nasional lainnya di Indonesia, menyatakan besar bagi perkembangan partai. Begitu juga pe­rang terhadap kapitalisme dan melihat

228 Konflik Politik dalam Pergerakan Sarekat Islam 1926 Retno Winarni dan Mrr. Ratna Endang Widuatie sosialisme sebagai alternatif. Sarekat Islam juga tidak mudah dipahami dengan alasan historis- menengok ke sosialisme dalam konteks yang materialisme itu, mungkir kepada Allah dan mudah dipahami, tetapi Sarekat Islam menolak juga bertuhankan benda, tetapi menganggap marxisme, seperti yang dibawa oleh Semaun, segala sesuatu itu pada hakikatnya benda atau yang pada tahun 1932 diasingkan pemerintah berasal dari benda, termasuk akal dan perasaan Hindia Belanda, atau Tan Malaka yang juga (Tjokroaminoto, 1963:22). Cokroaminoto sebe­ lari keluar negeri setelah pemberontakan PKI narnya cukup paham untuk tidak mencam­ 1926. Tetapi rupanya bagi Sarekat Islam dan puradukkan pengertian materialisme dalam persepsi Cokroaminoto, Sarekat Islam pada bahasa pergaulan yang diartikan sebagai sikap awal dasawarsa 1920-an menghadapi tugas hidup yang dikuasai oleh keserakahan yang dan tuntutan untuk bisa mengembangkan justru ditentang oleh Marx dengan Materialisme dirinya yaitu pertama, mempelajari masyarakat sebagai paham filsafat yang serba benda, tetapi Indonesia sendiri secara lebih baik, kedua Cokroaminoto tak berhasil memahami arti memperdalam pengetahuan mengenai ajaran- metode materialisme historis sebagai alat analisa ajaran Islam dan mengalami proses Islamisasi untuk memahami hukum-hukum dan realitas lebih lanjut dan mengetahui lebih baik apa perkembangan masyarakat dari tahap komunal sebenarnya sosialisme itu, karena itu maka primitif hingga ke tahap sosialis berdasarkan Soerjopranoto dalam kursus-kursus Sarekat postulat bahwa bukanlah kesadaran masyarakat Islam di Yogyakarta diminta untuk mengajarkan yang berwujud paham metafisik, hukum, negara sosiologi sebagai alat analisa untuk memahami dan berbagai kelembagaan masyarakat, yang masyarakat Indonesia dan KH. Fachrudin diminta menentukan kondisi hidup, sebaliknya kondisi untuk mengajarkan agama Islam. Cokroaminoto masyarakatlah yang coraknya berintikan modal sendiri yang merasakan kekurangannya da­ produksi atau cara berproduksi yang ditandai lam hal keislaman berusaha memperdalam oleh hubungan sosial dari produksi dan tahap pengetahuannya dan membaca antara lain buku perkembangan organisasi ekonomilah yang The Spirit of Islam karya Sayed Ameer Ali, The pada dasarnya menentukan struktur kesadaran Ideal Propet dan juga Tafsir Al Quran karya masyarakat yang tercermin pada ideologi Maulana Muhammad Ali sehingga ia mampu mereka. Tujuan filsafat materialisme Marx menulis buku Tarekh Islam (Amelz, 1952:137- adalah menunjukkan bahwa kenyataan itu ada 138). Menjelang kongres Al Islam di Garut tahun secara objektif dan bukan hanya ada karena ide- 1922, Cokroaminoto merasa perlu untuk menulis ide dan kesadaran manusia. Materialisme Marx artikel berjudul “Apakah Sosialisme itu” dan akan lebih mudah dipahami jika diletakkan Sosialisme berdasar Islam, dalam Koran Sarekat dalam posisi dengan paham idealisme yang Islam. Usaha untuk mengetahui lebih jauh apa mengingkari kemungkinan adanya realitas di sosialisme itu dilanjutkan dengan hasil sebuah luar ide-ide dan kesadaran, tetapi yang terlebih buku Islam dan Sosialisme, terbit tahun 1924, penting untuk diketahui tentang buku Islam (Amin, 1980:35). Dalam kursus-kursus Sarekat dan Sosialisme adalah, apa yang menjadi tujuan Islam, Cokroaminoto mendapat tugas mengajar utama Cokroaminoto. Tujuan Cokroaminoto tentang sosialisme. tampaknya adalah untuk membuat perhitungan Cokroaminoto dalam buku Islam dan terhadap ideologi sosialisme. Cokroaminoto Sosialisme ternyata menolak filsafat Historis pertama-tama mengambil sikap terbuka. Ia selalu Materialisme Karl Marx walaupun sebenarnya berkata, “Seorang Islam sejati dengan sendirinya Cokroaminoto keliru dalam memahami me­ menjadi sosialis dan kita kaum muslimin, jadi tode ilmiah Marx itu, mungkin karena tak kita kaum sosialistern” (Amelz, 1952:115). sempat membaca langsung karya Marx yang Sosialisme sebagai cita-cita kemasyarakatan

229 Vol. 5, No. 2, Desember 2015 bagi dia sejalan dengan Islam, sepanjang bersifat keindonesiaan di Surabaya tahun 1931, ia bertujuan memperbaiki nasib kelompok Cokroaminoto diserahi menyusun program asas manusia termiskin dan terbanyak bilangannya, dan program tandhim. Di situlah ia memperoleh agar supaya mereka bisa mendapatkan nasib kesempatan untuk mengkonkritkan gagasannya. yang sesuai dengan derajat manusia, tetapi Ia menggali ajaran-ajaran Islam tentang dia menyadari juga bahwa sosialisme bukan persatuan umat, konsep tentang negara dan semata-mata stelsel ekonomi, melainkan me­ pemerintah, serta pembahasan tentang nilai-nilai ngandung ajaran filsafat tertentu. Selain itu dia kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan melihat bermacam-macam wujud stelsel yang menurut Islam. Di samping itu, dia mengupas diberi nama sosialisme. Oleh karena itu, dia pula masalah penghidupan ekonomi, termasuk ingin menjernihkan pengertian tentang apa mengupas realitas kapitalisme dengan mengutip sebenarnya sosialisme itu, sementara itu dia tahu analisa dari partai sosialis Jerman dalam bahwa pada umumnya masyarakat Indonesia, kongresnya di kota Erfurt tahun 1891. Pada khususnya golongan terbawah tidak tahu apa tahun 1932 ia juga ditugaskan untuk menyusun itu sosialisme, karena tidak adanya kepustakaan “Reglement Umum Bagi Islam” yang memberi yang cukup dalam bahasa Indonesia. Atas dasar pedoman umum bagi kehidupan sosial Islam, itulah dia ingin menyiarkan pengetahuan seluk- guna menciptakan apa yang disebutnya Islam beluk sosialisme kepada masyarakat. gemeente atau Islam gemeenschap atau “perikatan Soal penting lain lagi bagi Cokroaminoto hidup Islam”, sebab dengan rasa prihatin yang adalah bahwa umat Islam dan bangsa Indonesia, mendalam ia melihat umat Islam belum sekali- termasuk golongan dan pimpinan Sarekat kali menjadi suatu umat: tidak ada maksud dan Islam sendiri, ternyata kurang pengetahuannya tujuan bersama, tidak ada keperluan bersama, tentang Islam itu sendiri. Itupun dia rasakan tidak merasa hidup bersama di dalam satu roh. pada dirinya sendiri. Karena itu, orang harus Keprihatinan itu dirasakan juga oleh Haji susah payah memusatkan perhatiannya pada Agus Salim, pengikut Cokro yang kesetiaannya suatu ideologi dari Eropa. Sementara, tentang tidak tertara, yang melihat golongan pemuda agama yang sudah dipeluknya sendiri penge­ terpelajar sangat kurang dan bahkan picik tahuannya kurang luas atau mendalam. Dia pengetahuannya tentang Islam, sekalipun juga khawatir bahwa unsur-unsur kebajikan mereka mengaku beragama Islam. Usulnya agama pada lapisan-lapisan masyarakat ter­ untuk mengadakan kursus guna memajukan bawah tampak makin lemah dan secara pengetahuan tentang Islam pada Jong Java perlahan-lahan pergerakan rakyat yang bersifat ternyata di tolak, karena itu ia menggerakkan sosialis itu semakin bertambah teguh bersandar pemuda Jong Java dan Raden Syamsurijal, kepada kebendaan belaka. Atas dasar inilah dia bekas ketua Jong Java untuk membentuk Jong memutuskan untuk sekaligus membicarakan Islamieten Bond. Dalam kongres II di Solo tahun sosialisme dalam kerangka yang lebih luas dari 1926 diadakan seminar yang membicarakan ajaran-ajaran sosial Islam itu sendiri, sambil Islam dalam hubungannya dengan oandangan membantah perkataan orang yang menyatakan dunia, pikiran merdeka serta perkembangan agama Islam tidak cakap memajukan hal- Islam di luar negeri. Dalam kongres III tahun hal yang bertalian dengan politik, sosial dan 1927 di Yogyakarta dibicarakan konsep- ekonomi. konsep Islam secara khusus, yaitu tentang cita- Buku Islam dan Sosialisme, ternyata hanya cita persatuan, kebangsaan dan tak lupa juga merupakan kajian awal. Dalam kongres PSSI, dibicarakan tentang Islam dan sosialisme. yaitu Sarekat Islam yang sudah lebih tegas

230 Konflik Politik dalam Pergerakan Sarekat Islam 1926 Retno Winarni dan Mrr. Ratna Endang Widuatie

E. Simpulan Pemimpinnya Semaun, Darsono dibuang ke Rusia dan pada tahun 1924 Tan Malaka diusir Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan oleh pemerintah Belanda, disebabkan karena ia bahwa konflik yang terjadi dalam tubuh Sarekat melakukan aksi mogok. Hal ini mengakibatkan Islam disebabkan oleh perbedaan ideologi dilarangnya partai komunis Indonesia untuk perjuangan antara SI Putih dan SI Merah. berdiri. Sarekat Islam Putih, yaitu yang masih setia pada pimpinan dwitunggal HOS. Cokroaminoto dan Haji Agus Salim, sedangkan Sarekat Islam Daftar Pustaka Merah mengikuti jejak Semaun dan Darsono Alfian. 1981. Politik Kebudayaan dan Manusia yang menggantikan nama organisasinya Sarekat Indonesia. Jakarta: LP3ES. Rakyat sebagai onderbouw (susunan bawah) Amelz. 1952. HOS. Tjokroaminoto Hidup dan dari partai Komunis India. Cabang-cabang Perdjuangannya. Djakarta: Bulan Bintang. Sarekat Islam Merah memisahkan diri sebagai akibat penerapan disiplin partai yang melarang Amin, M. Mansyur. 1980. Salam HOS. seseorang menjadi anggota lebih dari satu partai Cokroaminoto dalam Kebangunan Islam dan Konflik dalam pergerakan Sarekat Islam Nasionalisme di Indonesia. Yogyakarta: berdampak pada terpecahnya Sarekat Islam Nur Cahaya. menjadi dua, yaitu Sarekat Islam Putih dan Brackman, Arnold C. 1963. Indonesia Communism Sarekat Islam Merah. Fokus dari Sarekat Islam A History. New York: Basic Books. Putih adalah beralih dalam bidang pertahanan Burger, DH. 1962. Sedjarah Ekonomis Sosiologis dan pembangunan Islam dan persatuan Umat Indonesia. Djakarta: PN. Pradnjaparamita. Islam. Dampak selanjutnya Haji Agus Salim Carey, Peter. 1986. Orang Jawa & Masyarakat Cina kemudian melancarkan gerakan Pan Islamisme. (1755-1825). Jakarta: Pustaka Azet. Maksudnya untuk mencari hubungan dan Coppel, Charles A. 1983. Indonesia Chinese in menghimpun segala kekuatan Islam yang ada di Crisis. Kuala Lumpur: Oxford University. Indonesia dan mencari juga hubungan dengan gerakan Islam di luar negeri, sehingga dengan Haq, Abdul. 1985. Gerakan Islam di Korea dan demikian Sarekat Islam mempunyai jiwa Indonesia. Yogyakarta: Dua Dimensi. internasional. Untuk mewujudkan gerakan Pan Kahin, George Mc. Turnan. 1952. Nasionalism and Islamisme ini Sarekat Islam mencari bantuan revolution in Indonesia. Ithaca: Cornell kepada Muhammadiyah. University Press. Selain itu perpecahan juga didorong oleh Kansil, CST. 1983. Sejarah Perjuangan Pergerakan penegasan Sarekat Islam bahwa kebijaksanaan Kebangsaan Indonesia. Jakarta: Erlangga. dan kegiatan-kegiatannya memang berdasarkan Kartodirdjo, Sartono. 1976. Sejarah Nasional Islam. Perumusan prinsip ini berlaku sampai Indonesia, Jilid V. Jakarta: Departemen tahun 1927. Faktor ketiga yang perlu diketahui Pendidikan dan Kebudayaan. adalah penahanan terhadap Cokroaminoto Koch, DMG. 1951. Menudju Kemerdekaan, oleh pemerintah yang menyebabkan alasan Sedjarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia utama untuk mengambil “politik hijrah” pada Sampai 1942. (Terjemahan Abdul Muis), tahun berikutnya. Bagi suatu partai yang Djakarta: Jajasan Pembangunan. kebijaksanaan dan arahnya tergantung pada pemimpin biasanya mempunyai pengaruh McVey, Ruth T. 1965. The Rise of Indonesian besar bagi perkembangan partai. Begitu juga Communism. Ithaca: Cornell University halnya dengan partai komunis Indonesia, para Press.

231 Vol. 5, No. 2, Desember 2015

Mukayat. 1981. Haji Agus Salim The Grand Old Indonesia, Soekarno dan Jakarta–Peking, Man of Indonesia. Jakarta: Departemen Sikap Bung Karno terhadap Etnis Tionghoa Pendidikan dan Kebudayaan. di Indonesia. Yogyakarta: Garasi. Niel, Robert van. 1970. The Emergence of The Susanto, Budi SJ. “Rekayasa Kekuasaan Modern Indonesia Elite. Chicago: The Ekonomi (Indonesia 1800-1950): Siasat Haque W. Van Hoeve Publisher. Pengusaha Tionghoa.” Dalam Lembaga Noer, Deliar. 1982. Gerakan Modern Islam di Studi Realino. Penguasa Ekonomi Dan Indonesia 1900, 1942. Jakarta: LP3ES. Siasat Pengusaha Tionghoa. Yogyakarta: Kanisius. Poespoprodjo, W. 1984. Jejak-jejak Sejarah 1908- 1926, Terbentuknya Suatu Pola. Bandung: Tirtoprodjo, Susanto. 1977. Sejarah Pergerakan Remaja Karya. Nasional Indonesia. Jakarta: PT. Pem­ bangunan. Pringgodigdo, AK. P. 1980. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat. Tjokroaminoto, HOS. 1963. Islam dan Sosialisme. Jakarta: Lembaga Penggali dan Peng­ Ricklefs, M.C. 2005. Sejarah Indonesia Modern. himpun Sejarah Revolusi Bersama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wasino. 2006. Wong Jawa Dan Wong Cina. Semarang: Unnes Press. Scherer, Savitri. 1985. Keselarasan dan Kejanggalan: Pemikiran-Pemikiran Priyayi Nasionalis Wertheim. 1959. Indonesian society in Trantition; Jawa Awal Abad XX. Jakarta: Sinar Study of Social Change. Bandung: The Harapan. Haque. Schrieke, B. 1955. Indonesian Sociological Studies. Winarni, Retno, dkk. 2011. ”Cina di Ujung Bandung: Sumur Bandung. Timur Jawa: Dari Pemegang Kontrak Sampai Bupati pada Akhir Abad XVIII Sosrodiharjo, Soedjito. 1972. Perubahan Struktur hingga Awal Abad XIX.” Dalam Literasi. Masyarakat di Jawa. Yogyakarta: Karya. Volume 1 Nomor 2 Desember 2011. Soyomukti, Nurani. 2012. Soekarno & Cina: Nasionalisme Tionghoa dalam Revolusi

232