Putri Citra Hati Islamic Comunication Journal Volume 3, Nomor 1

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Putri Citra Hati Islamic Comunication Journal Volume 3, Nomor 1 Putri Citra Hati DAKWAH PADA MASYARAKAT MINANGKABAU (STUDI KASUS PADA KAUM PADRI) Putri Citra Hati Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Walisongo Semarang Email : [email protected] ABSTRACT a‟wah is a part that must exist in the life of religious people. One of the teachings of Islam, da‟wah ia a duty that is charged to the adherents of religion. Padri movement oriented on D renewal of society‟s behavior and moral improvement of society in general and specially try to apply shariah which sourced from Al-Qur‟an and as sunnah. And of course this Padri movement of da‟wah thought that has philosophy value of da‟wah which is closely related to improvement, renewal, and development. all these aspects is anticipative, creative, dynamic and relevant in its time. Islam in Minangkabau is known as egalitarian society. It is an open advice to anyone through local value (dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung) and then expressed through a model of tolerance that is packaged in a cultural figure or more precisely the formula of social relationships naturally. Keywords: padri , method of da‟wah, minangkabau. ABSTRAK akwah adalah bagian yang pasti ada dalam kehidupan umat beragama. Salah satu ajaran Islam, dakwah merupakan kewajiban yang dibebankan agama kepada pemeluknya. Gerakan D kaum Padri tersebut, berorientasi pada pembaruan tingkah laku masyarakat dan perbaikan moral masyarakat secara umum dan secara khusus berupaya menerapkan syari`ah yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah. Dan tentu saja gerakan purifikasi kaum Padri mempunyai suatu langkah gerakan pemikiran dakwah yang memiliki nilai filosofi dakwah yang erat kaitannya dengan perbaikan (ishlah), pembaharuan (tajdid), dan pembangunan. Kesemua aspek tersebut merupakan metode pengembangan dakwah yang bersifat antisipatif, kreatif, dinamis dan relevan pada masanya. Islam di Minangkabau dikenal sebagai masyarakat yang egaliter. Untuk konteks anjuran terbuka kepada siapapun melalui nilai lokal (dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung) kemudian diekspresikan melalui model toleransi yang dikemas dalam sosok kultural atau lebih tepatnya formula hubungan – hubungan sosial secara natural. Kata Kunci : padri, metode dakwah, minangkabau. Islamic Comunication Journal Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2018 105 Dakwah Pada Masyarakat Minagkabau…Hal 105-120 PENDAHULUAN pengaruh budaya lokal yang dianggap Indonesia adalah salah satu negara mengontaminasi kemurnian ajaran Islam. kepulauan yang terdiri kurang lebih 17.800 Sehingga upaya kembali pada ajaran Al- pulau besar dan kecil, dengan beragam Qur‟an dan Hadist dipilih sebagai jawaban suku, bahasa, kebudayaan dan penganut solutif atas problem keberagamaan yang agama. Lebih dari 525 bahasa dan meluas di masyarakat. dialeknya digunakan ratusan kelompok Kedua, kuatnya semangat perlawanan suku bangsa yang hidup tersebar di ribuan terhadap kolonialis yang terus berusaha pulau tersebut.(Koentjaraningrat, 2002:3) menentang kebijakan penjajah Belanda, Dakwah adalah aktualisasi dan tetapi mereka juga enggan menerima realisasi salah satu fungsi kodrati seorang gerakan Pan-Islamisme. Ketiga, kuatnya muslim, yaitu fungsi kerisalahan berupa motivasi dari komunitas muslim untuk proses pengkondisian agar seseorang atau mendirikan organisasi dibidang sosial- masyarakat mengetahui, memahami, ekonomi yang diharapkan bermanfaat demi mengimani dan mengamalkan Islam kepentingan mereka sendiri, maupun sebagai ajaran dan pandangan hidup. kepentingan publik. Keempat, gencarnya Dengan ungkapan lain, hakekat dakwah upaya memperbaiki pendidikan Islam. adalah suatu upaya untuk merubah suatu Gerakan Padri sendiri berasal dari keadaan menjadi keadaan lain yang lebih sebuah gerakan untuk memperjuangkan baik menurut tolok ukur ajaran Islam nilai nilai keagamaan atau purifikasi Islam sehinga seseorang atau masyarakat yang sudah banyak dilanggar oleh sebagian mengamalkan Islam sebagai ajaran dan besar masyarakat Minangkabau yang pandangan hidup. Pengkondisian dalam didominasi oleh kaum adat. Pelanggaran kaitan perubahan tersebut, berarti upaya dan pelanggaran tersebut seperti meminum menumbuhkan kesadaran dan kekuatan minuman keras, berjudi, menyabung ayam pada diri objek, maka dakwah juga harus dan lain-lain. Akan tetapi pada mempunyai makna bagi pemecahan perjalanannya gerakan Padri tidak hanya masalahan kehidupan dan sekedar memperjuangkan dalam hal kebutuhannya.(Mulkan, 2005:205) keagamaan saja melainkan juga melawan Munculnya gerakan Modernisme Islam kolonialisme Belanda yang ingin di Indonesia pada awal ke-20 dipengaruhi menguasai daerah Minangkabau melalui oleh berbagai variabel penting yang melatar istilah politiknya yang terkenal, yakni belakanginya. Menurut Steenbrink, Devide at Impera atau politik adu domba. setidaknya terdapat empat faktor penting Islam, tradisi merantau, dan usaha yang mendorong “perubahan dan dagang, merupakan tiga unsur pembentuk pembaharuan Islam di Indonesia” pada saat keutuhan identitas Minangkabau. Tanpa itu. Islam, Minangkabau bukan lagi Pertama, adanya tekanan kuat untuk Minangkabau. Islam, merantau, kemudian kembali kepada ajaran Al-Qur‟an dan berdagang, memang sudah secara utuh Hadist, yang keduanya dijadikan sebagai membentuk “warna” khas Minangkabau. landasan berfikir untuk menilai pola Rangkaian dari ketiga elemen pembentuk keagamaan dan tradisi yang berkembang di citra ke-Minang-an ini memberi asumsi masyarakat. Tema sentral dari dasar bahwa agama membentuk, setidaknya kecenderungan ini adalah menolak setiap memberi kontribusi, pada perilaku. Perilaku Islamic Comunication Journal 106 Volume 03, nomor 1, Januari-Juni 2018 Putri Citra Hati bentukan itu sebagai etos, dan dialah yang berurat-berakar. Tidak hanya dai dan mad‟u di asumsikan merupakan napas kegiatan yang berbeda budaya bahkan perbedaan dagang mereka. (Sobary, 1996:163) budaya terjadi antara da‟i dengan da‟i, juga Dalam proses lalu lintas manusia mad‟u dengan mad‟u.(Sambas, & antarbudaya, dakwah merupakan nilai. Aripudin, 2007:4-5) Nilai dakwah yang dimaksud adalah Islam. Islam termasuk salah satu agama Islam, baik dimaknai sebagai sikap maupun dakwah seperti juga agama-agama lain, dipahami sebagai sistem nilai dan pesan yakni agama samawi (dari langit/Tuhan) yang menyertai transfer suatu dakwah, yang harus disebarkan dan di muka bumi. seperti dalam tabligh, menjadi sangat Keharusan menyebarkan agama kepada penting ketika bersentuhan dengan nilai- segenap manusia, terlebih pada masa nilai budaya yang dianut masyarakat. sekarang, telah menjadi keharusan Karena tidak sepenuhnya budaya-budaya kemanusiaan karena menjadi kebutuhan yang berkembang dalam masyarakat itu universal dan asasi. Kemajuan ilmu baik dan maslahat bagi manusia meskipun pengetahuan dan teknologi, menyuburnya budaya tersebut sudah ada dan berkembang mental materialis dan hedonis, kemiskinan, dalam masyarakat. pengangguran, dan goncangan banyaknya Terjadi tarik-menarik dan transaksi gangguan psikis manusia telah atau lebih tepatnya terjadi “transaksi memperkukuh eksistensi agama sebagai budaya”, sehingga tidak sepenuhnya nilai alternatif yang terlupakan dalam mengatasi Islam tersebut langsung mendominasi nilai persoalan-persoalan ini. budaya lainnya. Islam (dalam hal ini nilai- Untuk mengatasi persoalan-persoalan nilai yang termaktub dalam wahyu Tuhan) termaksud dalam teori dan prkatik Islam turun dengan cara berangsur-angsur hanya bisa dilakukan melalui dakwah, mengikuti konteks perkembangan sosial yakni upaya mengajak manusia kembali masyarakat saat itu. begitu juga dengan pada asas ketuhanannya sebagai nilai pembawa risalahnya Nabi Muhammad kemanusiaan dan mengembangkan potensi- SAW. juga menyampaikannya dengan potensi kemanusiaannya dalam dimensi cara-cara yang sangat „arif dan persuasif lain. (Aripudin,2012:124) memperhatikan kesiapan masyarakat guna Kajian kesejarahan terhadap perang menerima nilai kebenaran. Padri ini bukan hanya bermanfaat untuk Budaya yang berkembang dalam suatu sekedar mengetahui kebenaran fakta-fakta masyarakat memang terkadang berbentuk gagasan-gagasan atau ide-ide. Bahkan sejarah masa lampau, tetapi juga untuk terkadang sangat abstrak seperti terdapat memantapkan identitas masyarakat dari pada nilai budaya itu sendiri. Hubungan masyarakat terkait. Bagi masyarakat antara aktivitas dakwah Islam dengan nilai budaya masyarakat dalam prakteknya juga Minangkabau, kajian terhadap sejarah akan terjadi tarik-menarik dalam persepsi gerakan Padri ini bukan hanya menjelaskan mad‟u. Pada satu sisi. Islam merupakan tentang adanya tiga babak gerakan Padri budaya “baru”, sementara pada satu sisi lain Islam mesti disampaikan terhadap tersebut, tetapi juga kenyataan bahwa masyarakat yang telah memilki budaya adanya kesadaran pimpinan Padri bahwa yang turun temurun dilestarikan dan sudah Islamic Comunication Journal Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2018 107 Dakwah Pada Masyarakat Minagkabau…Hal 105-120 Islam adalah agama yang membawa Orang Minangkabau yang merupakan kedamaian dan keadilan. satu dari antara kelompok etnis utama bangsa Indonesia menempati bagian tengah PERMASALAHAN pulau Sumatera sebagai kampung Melihat persoalan yang ada di atas, halamannya, ini menjelaskan bahwa suku Minangkabau tidak ada hanya di Sumatera yang menjadi permasalahan pada Barat saja, tetapi mencakup Provinsi Riau, pembahasan dalam tulisan ini ialah Jambi, Bengkulu, Aceh, Medan dan bagaimana strategi dakwah yang digunakan sebagian lagi Negeri Sembilan Malaysia dan Johor. Sekalipun secara statistik orang oleh kaum Padri dalam berdakwah pada Minangkabau hanya berupa kira-kira 3% masyarakat Minangkabau. Dan juga
Recommended publications
  • National Heroes in Indonesian History Text Book
    Paramita:Paramita: Historical Historical Studies Studies Journal, Journal, 29(2) 29(2) 2019: 2019 119 -129 ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825 DOI: http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v29i2.16217 NATIONAL HEROES IN INDONESIAN HISTORY TEXT BOOK Suwito Eko Pramono, Tsabit Azinar Ahmad, Putri Agus Wijayati Department of History, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Semarang ABSTRACT ABSTRAK History education has an essential role in Pendidikan sejarah memiliki peran penting building the character of society. One of the dalam membangun karakter masyarakat. Sa- advantages of learning history in terms of val- lah satu keuntungan dari belajar sejarah dalam ue inculcation is the existence of a hero who is hal penanaman nilai adalah keberadaan pahla- made a role model. Historical figures become wan yang dijadikan panutan. Tokoh sejarah best practices in the internalization of values. menjadi praktik terbaik dalam internalisasi However, the study of heroism and efforts to nilai. Namun, studi tentang kepahlawanan instill it in history learning has not been done dan upaya menanamkannya dalam pembelaja- much. Therefore, researchers are interested in ran sejarah belum banyak dilakukan. Oleh reviewing the values of bravery and internali- karena itu, peneliti tertarik untuk meninjau zation in education. Through textbook studies nilai-nilai keberanian dan internalisasi dalam and curriculum analysis, researchers can col- pendidikan. Melalui studi buku teks dan ana- lect data about national heroes in the context lisis kurikulum, peneliti dapat mengumpulkan of learning. The results showed that not all data tentang pahlawan nasional dalam national heroes were included in textbooks. konteks pembelajaran. Hasil penelitian Besides, not all the heroes mentioned in the menunjukkan bahwa tidak semua pahlawan book are specifically reviewed.
    [Show full text]
  • Analysis of M. Natsir's Thoughts on Islamic
    Integral-Universal Education: Analysis of M. Natsir’s Thoughts on Islamic Education Kasmuri Selamat Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim, Riau, Indonesia [email protected] Abstract. This paper aimed at exploring M. Natsir's thoughts on Islamic education. Using a qualitative study with a historical approach, the writer found that M. Natsir was a rare figure. He was not only a scholar but also a thinker, a politician, and an educator. As an educator, he not only became a teacher, but also gave birth to various educational concepts known as an integral and universal education concept. He was an architect and an anti-dichotomous thinker of Islamic education. According to Natsir, Islam did not separate spiritual matters from worldly affairs. The spiritual aspect would be the basis of worldliness. The foregoing indicated that religious ethics emphasized by Islamic teachings must be the foundation of life. The conceptual basis of "educational modernism" with tauhid as its foundation demonstrated that he was a figure who really cared about Islamic education. Keywords: Integral-Universal Education, M. Natsir, Thought Introduction Minangkabau, West Sumatra, is one of the areas that cannot be underestimated because there are many great figures on the national and international scales in various fields of expertise from this area, such as scholars, politicians, and other strategic fields. Among these figures are Tuanku Imam Bonjol, Haji Agus Salim, Sutan Sjahrir, Hamka, M. Natsir, and others. Everybody knows these names and their works. These figures lived in the early 20th century when three ideological groups competed with one another to dominate in the struggle for independence.
    [Show full text]
  • The Genealogy of Muslim Radicalism in Indonesia A
    The Genealogy of Muslim Radicalism in Indonesia THE GENEALOGY OF MUSLIM RADICALISM IN INDONESIA A Study of the Roots and Characteristics of the Padri Movement Abd A’la IAIN Sunan Ampel Surabaya, Indonesia Abstract: This paper will trace the roots of religious radicalism in Indonesia with the Padri movement as the case in point. It argues that the history of the Padri movement is complex and multifaceted. Nevertheless, it seems to be clear that the Padri movement was in many ways a reincarnation of its counterpart in the Arabian Peninsula, the Wahhabi> > movement, even though it was not a perfect replica of the latter. While the two shared some similarities, they were also quite different in other respects. The historical passage of the Padris was therefore not the same as that of the Wahhabi> s.> Each movement had its own dimensions and peculiarities according to its particular context and setting. Despite these differences, both were united by the same objective; they were radical in their determination to establish what they considered the purest version of Islam, and both manipulated religious symbols in pursuit of their political agendas. Keywords: Padri movement, fundamentalism, radicalism, Minangkabau, Wahhabism.> Introduction Almost all historians agree that Islam in the Malay Archipelago – a large part of which subsequently became known as Indonesia – was disseminated in a peaceful process. The people of the archipelago accepted the religion of Islam wholeheartedly without any pressure or compulsion. To a certain extent, these people even treated Islam as belonging to their own culture, seeing striking similarities between the new religion and existing local traditions.
    [Show full text]
  • 93 PAHLAWAN MINANGKABAU DALAM SENI LUKIS Jasri Nova
    PAHLAWAN MINANGKABAU DALAM SENI LUKIS Jasri nova , Ismanadi Uska , Nurzal Zai Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negri Padang email : Jasri [email protected] Abstract This thesis aims to telling the story of the fighters who have fallen and aimed to revitalize the service to the present heroes who have forgotten history. in this case I think that the portrait depicts minangkabau hero, the next generation will remember kenbali about heroes struggle, because the current generation will not forget the history of both struggle and heroes. the struggle of the heroes who have risked their body and soul, from generation generation ker then finally on the date August 17, 1945 Ir.sukarno and Mohammad proclaimed the independence of Indonesia. This is the culmination of the freedom fighters during the previous centuries many nations fallen warriors and the goal of independence. Kata kunci : pahlawan, Minangkabau, seni, lukis A. Pendahuluan Pahlawan adalah seseorang yang berbakti kepada masyarakat, bangsa dan negara atau perbuatan yang berhasil bagi orang banyak tanpa menyerah dalam mencapai cita-citanya yang mulia, sehingga rela berkorban demi tercapainya tujuan, dengan dilandasi oleh sikap tanpa pamrih. Dengan pengertian lain pahlawan itu dapat dikatakan sesuatu perbuatan seseorang yang bermanfaat bagi orang banyak di dasari dengan perbuatan mulia dan terpuji. Menolong seseorang dalam hal apapun dan siapapun yang menolongnya serta di lakukan dengan ihklas, itu sudah merupakan suatu perbutan seseorang pahlawan. Jadi siapapun dapat dikatakan pahlawan jika seseorang tersebut melakukan perbuatan baik dan rela berkorban demi orang lain. Secara umum pahlawan mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasionl yang memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan dan nasionalisme yang tinggi, serta memiliki akhlak dan moral yang mulia.
    [Show full text]
  • Negosiasi Islam Kultur Dalam Gerakan Paderi Rao Di Sumatera Tengah (1820-1833)
    NEGOSIASI ISLAM KULTUR DALAM GERAKAN PADERI RAO DI SUMATERA TENGAH (1820-1833) Safwan Rozi STAIN Bukit Tinggi [email protected] Abstrak Gerakan Paderi di Sumatera Tengah adalah revolusi intelektual dan sebuah batas sejarah yang menentukan perkembangan Minangkabau. Di dalamnya ada elemen-elemen fanatisme, kesalehan, resistensi terhadap kolonialisme, dan juga negosiasi budaya. Tulisan ini mengkaji tipologi gerakan keagamaan dalam gerakan Paderi melalui pendekatan sejarah sosial. Pembahasan difokuskan pada sejarah gerakan Paderi, dialektika agama dan budaya lokal, serta negosiasi kaum adat dan kaum agama dalam gerakan Paderi di tanah Rao. Negosiasi adat dan Islam tersebut terjadi pada tahun 1833. Golongan adat dan golongan Paderi bersatu bahu-membahu melawan Belanda. Persatuan bukan hanya dalam bentuk kekuatan saja tapi juga dalam bentuk visi yang kemudian dikenal dengan konsensus Plakat Puncak Pato di Tabek Patah Tanah Datar yang berbunyi “Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah dan syarak mangato adat mamakai”. Ikrar ini mengikat golongan adat dan golongan Paderi yang mengakui eksistensi adat dan eksistensi agama Islam dalam pranata sosial. Kesepakatan tersebut kemudian memperkokoh posisi kelembagaan agama dalam masyarakat Minang. Abstract THE NEGOTIATIONS OF THE CULTURAL ISLAM IN THE PADERI RAO MOVEMENT IN CENTRAL SUMATRA (1820-1833). Padri movement is a revolution in Central Sumatra and intellectual history that determines a boundary for the Minangkabau. In it there is fanaticism, coloniality resistance, piety, heroic, history of a very gradual and cultural negotiation. With the use of social history through a heuristic approach, critic and sintetict method, this paper will examine some of the typology of religious Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 85 Safwan Rozi movements in Padri movement.
    [Show full text]
  • Aneka Makanan Khas Dalam Upacara Adat Dan Keagamaan Masyarakat Padang Pariaman Siti Aisyah Fakultas Adab Dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang E-Mail
    DOI: https://doi.org/10.15548/tabuah.v21i2.65 TRADISI KULINER MASYARAKAT MINANGKABAU: Aneka Makanan Khas Dalam Upacara Adat dan Keagamaan Masyarakat Padang Pariaman Siti Aisyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang e-mail: Abstrak Minangkabau daerah yang kaya dengan aneka kuliner terkenal kelezatannya. Di setiap daerahnya juga memiliki tradisi yang berbeda dalam menyajikan kuliner tersebut sehingga terbentuk sebuah tradisi tersendiri dalam masyarakat. Padang Pariaman bagian dari daerah rantau Minangkabau memiliki aneka ragam kuliner (makanan) khas yang menjadi budaya masyarakatnya. Ada makanan khas yang dibuat dalam upacara adat dan ada juga dalam upacara keagamaan masyarakat. Keberadaan makanan tersebut dianggap penting dalam upacara tersebut, karena apabila dalam pelaksanaan upacara tersebut tidak membuat makanan tradisi yang biasa dilakukan, maka pelaksanaan upacara dianggap kurang lengkap. Umumnya makanan khas tersebut berbahan dasar beras ketan (pulut) dan santan kelapa, karena Padang Pariaman dikenal dengan sebagai daerah penghasil kelapa yang kental santannya. Diantara makanan yang dihidangkan dalam upacara dalam pelaksanaan tradisi adat seperti rendang, lapek bugis, juadah. Makanan tersebut disajikan dalam upacara perkawinan, batagak penghulu dan batagak rumah. Sedangkan dalam upacara keagamaan, makanan yang disajikan adalah lemang dan sambareh. Penyajian kedua jenis makanan ini menjadi tradisi bagi masyarakat Padang Pariaman. Munculnya tradisi ini seiring dengan penyebaran agama Islam di Minangkabau yang dikembangkan oleh Syekh Burhanuddin. Makanan lemang disajikan dalam upacara maulid nabi setiap bulan Rabiul Awal dan bulan Sya’ban dalam rangka menyambut bulan Ramadhan, bahkan nama bulan sya’ban bagi masyarakat Padang Pariaman lebih dikenal dengan istilah bulan lamang. Demikian juga halnya dengan makanan sambareh disajikan setiap bulan Rajab sehingga bulan ini dikenal dengan sebutan bulan Sambareh.
    [Show full text]
  • Dari Islam Radikal Ke Islam Pluralis Genealogi Gerakan Paderi Dan Pengaruhnya Terhadap Islam Pluralis Di Perbatasan Minangkabau
    DARI ISLAM RADIKAL KE ISLAM PLURALIS GENEALOGI GERAKAN PADERI DAN PENGARUHNYA TERHADAP ISLAM PLURALIS DI PERBATASAN MINANGKABAU Syafwan Rozi IAIN Bukittinggi E-mail: [email protected] Diterima: 11-12-2014 Direvisi: 23-2-2015 Disetujui: 9-3-2015 ABSTRACT Dialectics of religion and social reality can be seen as one of the factors driving the emergence of religious movements. Social reality in the community can lead to the interpretation of typical social movements with basicly social implication. Thus, the radical religious movement grows as a backlash against perceived unjust structures and threatens its existence. Polemics about Padri movement in the Minangkabau as a radical movement must be thoroughly understood and not partially, through the study of history with genealogical approach, interpreting the history of this war will not merely in the sense of time, space, and actor. By tracing genealogy of this religious movement lead us to understand change of identity and historical facts that speak another. Allegations that the Padri movement is extreme and radical to be deeply reconsidered. In fact, the Padri movement has been instrumental in creating a religious understanding of Islamic societies tend Minangkabau northern frontier in the puritanical religious understanding, more pluralist because it is inhabited by several ethnic and even religious, and most importantly between customary and religious accommodation. Under this approach, especially genealogy post- modernism and identity, this paper will examine the history and influence of the Padri movement toward religious understanding Minangkabau society’s northern frontier. Keyword: Radical Islam, Pluralist Islam, Genealogy of Paderi Movement ABSTRAK Dialektika agama dan realitas sosial diyakini sebagai salah satu faktor penggerak munculnya gerakan sosial keagamaan.
    [Show full text]
  • Potret Pahlawan Dalam Karya Tapestri
    POTRET PAHLAWAN DALAM KARYA TAPESTRI ARTIKEL FITRIA ERVIANI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA JURUSAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode September 2017 Abstrak Berbahasa Indonesia Abstrak Tujuan pembuatan karya akhir ini adalah menciptakan tujuh potret pahlawan Indonesia teknik tapestry, dengan alasan karena pengorbanan, perjuangan, dan tindakan mereka yang sangat berarti dan bermanfaat bagi masyarakat. Alasan lain generasi muda sekarang kurang menghargai jasa para pahlawan, dan rasa nasionalismenya kian memudar. Oleh karena itu, penulis mengambil tema potret pahlawan sebagai subjek dalam berkarya. Metode proses penciptaan karya : pertama, persiapan dengan cara melakukan pengamatan. Kedua, elaborasi, ketiga, tahap sintesis, keempat, realisasi konsep yaitu membuat sketsa, persiapan alat dan bahan, memindahkan sketsa, proses berkarya, dan finishing. Kelima, penyelesaian yaitu pameran dan pembuatan katalog dan laporan. Hasil karya, potret pahlawan Indonesia yakni Raden Ajeng Kartini, Cut Nyak Meutia, Sultan Hasanudin, Jenderal Sudirman, Imam Bonjol, Ir. Soekarno, dan Teuku Umar. Diharapkan karya akhir bermanfaat bagi mahasiswa jurusan seni rupa, sebagai bahan apresiasi dan karya pembanding untuk menciptakan karya tapestri yang lebih baik di masa yang akan datang. Kata Kunci : Potret Pahlawan, Tapestri Abstrak Berbahasa Inggris Abstract The purpose of making this final work is for creating seven potraits Indonesian’s heroes of dashing tapestry techiques. With reason because of sacrifices, stuggles, and actions that giving meaning and benefits for society. Other reason, today the younger generations are less appreciative of the heroes and their sense of nationalism is fading away. Therefore, the author takes a theme about as a subject in this work. The method of creation processnof work : first, preparation bay way doing observatio.
    [Show full text]
  • BAGINDO TAN LABIH: Sumando Dan Dubalang Tuanku Imam Bonjol Yang Setia (1799- 1888)
    Bianglala Kehidupan BAGINDO TAN LABIH: Sumando Dan Dubalang Tuanku Imam Bonjol Yang Setia (1799- 1888) Oleh Sjafnir Aboe Nain Dt. Kando Marajo KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA SUMATERA BARAT 2016 ii BIANGLALA KEHIDUPAN Bagindo Tan Labih Bianglala Kehidupan BAGINDO TAN LABIH Sumando Dan Dubalang Tuanku Imam Bonjol Yang Setia (1799- 1888) Hak Cipta terpelihara dan Dilindungi Undang- Undang No 19 Tahun 2002. Tidak dibenarkan menerbitkan ulang atau keseluruhan Monografi Adat ini dalam bentuk apapun sebelum mendapai izin khusus dari Kerapatan Adat Nagari Koto Gadang VI Koto, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam Oleh Sjafnir Aboe Nain Dt. Kando Marajo Layout/Disain Cover: Rolly Fardinan ISBN : 978-602-8742-97-9 Percetakan: CV. Graphic Delapan Belas Komp. Puri Sumakencana Blok G No.18 Tabing Padang Diterbitkan oleh : Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat BIANGLALA KEHIDUPAN iii Bagindo Tan Labih KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulilah, buku berjudul “Bagindo Tan Labieh, Pejuang dan Pemersatu Budaya Minangkabau dan Manado” berhasil kami susun dan disajikan untuk para peminat sejarah di tanah air. Buku ini merekonstrusi satu episode sejarah mengenai peranan seorang pejuang, Bagindo Tan Labieh, dalam melawan kolonialisme Belanda. Sebagai pewaris Raja Ulakan/Kuraitaji, Bagindo Tan Labieh prihatin dengan politik pecah belah Belanda untuk menguasai Rantau Pariaman dan pelabuhan dagang di pantai barat Sumatera. Ia tinggalkan Ulakan dan Kuraitaji, sebagai pewaris raja dan bergabung
    [Show full text]
  • Tuanku Imam Bonjol
    Tuanku Imam Bonjol Tuanku Imam Bonjol (lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat, Indonesia 1 Januari 1772 - wafat dalam pengasingan dan dimakamkan Tuanku Imam Bonjol di Lotta, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864), adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang melawan Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri pada tahun 1803- 1838.[1] Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.[2] Nama asli dari Tuanku Imam Bonjol adalah Muhammad Shahab, yang lahir di Bonjol pada 1 Januari 1772. Dia merupakan putra dari pasangan Bayanuddin Shahab (ayah) dan Hamatun (ibu). Ayahnya, Khatib Bayanuddin Shahab, merupakan seorang alim ulama yang berasal dari Sungai Rimbang, Suliki, Lima Puluh Kota.[3] Sebagai ulama dan pemimpin masyarakat setempat, Muhammad Shahab memperoleh beberapa gelar, yaitu Peto Syarif, Malin Basa, dan Tuanku Imam. Tuanku nan Renceh dari Kamang, Agam sebagai salah seorang Gambar Tuanku Imam Bonjol oleh Hubert de pemimpin dari Harimau nan Salapan adalah yang menunjuknya Stuers (sekitar 1820) sebagai Imam (pemimpin) bagi kaum Padri di Bonjol. Ia akhirnya lebih ke-Pemimpin Perang Padri dikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol. Salah satu Naskah aslinya ada di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Masa jabatan Barat Jalan Diponegoro No.4 Padang Sumatera Barat. Naskah tersebut k.1821 – k.1837 dapat dibaca dan dipelajari di Dinas Kearsipan dan Perpustakàan Penguasa Pagaruyung Provinsi Sumatera Barat. monarki Informasi pribadi Perang Padri Lahir 1 Januari 1772 Bonjol, Luhak Agam Tak dapat dipungkiri, Perang Padri meninggalkan kenangan heroik Meninggal 6 November 1864 (umur 92) sekaligus traumatis dalam memori bangsa.
    [Show full text]
  • Data Makam Pahlawan Nasional Se Indonesia No Provinsi Jenis Kelamin Kepercayaan Nama Pahlawan Laki- Laki Perempuan Muslim Non M
    DATA MAKAM PAHLAWAN NASIONAL SE INDONESIA JENIS KELAMIN KEPERCAYAAN NO PROVINSI NAMA PAHLAWAN LAKI- NON LAKI PEREMPUAN MUSLIM MUSLIM Cut Meutia, Sultan IskandarMuda, TengkuTjikDitiro, 1 ACEH 4 1 5 - TeukuNyakArief, Teuku Umar SUMATERA Dr. Ferdinand LumbanTobing, KirasBangun 2 3 - 2 1 UTARA [Garamata], Tengku Amir Hamzah Raja Haji Fisabillillah, Sultan 3 R I A U 2 - 2 - AssyaidisSyarifKhasimSani Abdul DjalilSyarifuddin [Sultan SyarifKhasim II] 4 KEPULAUAM RIAU 1 - 1 - Raja Ali Haji SUMATERA Bagindo Aziz Chan, H. IlyasYacob, Prof. Moh. 5 BARAT 3 - 3 - Yamin, SH 6 J A M B I 1 - 1 - Sultan ThahaSyaifuddin, SUMATERA 7 SELATAN 1 - 1 - DR. Adnan KapauGani RadinInten II, Mayor Jenderal TKR H.R. Mohammad 8 LAMPUNG 2 - 2 - Mangoendiprojo 9 BANTEN 1 - 1 - Sultan AgungTirtayasa H. Abdul Malik KarimAmrullah [BuyaHamka], HajjahFatmawatiSoekarno, Ismail Marzuki, Dr. H. 10 DKI JAKARTA 8 1 8 1 Moh. Hatta, Mohammad Thamrin, DR. Mohammad Natsir, MR. SyafruddinPrawiranegara, Labertus Nicodemus Palaar, Dr. KoesoemahAtmaja, SH KH. Abdul Halim, Abdul Muis, Prof. Mr. Ahmad Subardjo, Cut NyakDien, DanuridjaSetiabudi [Douwes Dekker], GatotMangkoepradja, H.H. 11 JAWA BARAT 11 2 13 - IdhamChalid, Mayjen. TNI [Purn] Prof. Dr. Moestopo, Kiai Haji NoerAlie, Otto Iskandardinata, RadenDewiSartika, Raden Mas TirtoAdhiSoeryo, K.H. ZainalMoestafa MGR. A. Sugiyopranoto SJ, DokterCiptoMangunkusumo, Ny. Hj. Fatimah SitiHartinahSoeharto, JenderalGatotSubroto, 12 JAWA TENGAH 7 2 8 1 PangeranSambernyowo [K.G.P.A.A. Mangkunegoro I], RadenAjengKartini, Kyai Haji Samanhudi, Prof. Dr. R. Soeharso, Prof. Mr. Dr. Soepomo Marsda. TNI [Anm] Prof. Dr. AbdulrachmanSaleh, Kyai Haji Ahmad Dahlan, A.F. Lasut, Haji Fahruddin, KanjengGustiPangeranHarjo [KGPH] Djatikusumo, Prof. Dr. Ir. Herman Johannes, Brigjen. TNI [Anm] Katamso, Marsda.
    [Show full text]
  • Download This PDF File
    Radicalism and Intolerance in Padang City Muhammad Faisal Hamdani1, Eldin Zainal2 1,2Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Indonesia [email protected] Keywords Abstract Radicalism; intolerance; Padang is a unique city because its people have the principle of Padang city making their customs code syara 'and syara' coded as Kitabullah in everyday life. This principle has always been the motivation to act and it is not uncommon for some Padang people to be accused of radicalism and intolerance. This article explores the development of radicalism and violence in the city of Padang according to research figures, scientists, community leaders and also some students and the general public. This article is taken from the results of our interviews with several figures of Islamic mass organizations in Padang, scientists and the community, both in person (face to face) and via smartphone communication such as the Chairman of the MUI, Gus Rizal. I. Introduction The meaning of radicalism actually, in terms of language comes from the basic word radix which means tree roots or medasar thinking, to the principle. The meaning of the word, can be expanded, become a strong grip, belief, creator of peace and peace. Radical means more objective. So, people who think radically mean to have a more detailed and deep understanding, like a strong tree root, and determination to maintain their beliefs. This understanding, seemingly uncommon, creates a distorted impression in the community. Radicalism can be interpreted positively, namely renewal, improvement and a spirit of change towards goodness. It is hoped in the life of the nation and state of radical thinkers as a supporter of long-term reform.
    [Show full text]