JAHI7211-B5bb7d18e1fullabstract
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
1 / 3 Table of Contents No. Title Page 1 Alasan Indonesia, Malaysia, & Singapura Menjalin Kerjasama Trilateral Patroli 435 - 460 Terkoordinasi Malsindo di Tahun 2004 2 Kebijakan Luar Negeri Cina dalam Mengamankan Pasokan Energinya terkait 461 - 474 Penolakan Warga Arakan terhadap Kerangka Kerjasama Pembangunan Proyek Pipa Minyak dan Gas Trans-Cina-Myanmar 3 Strategi Represif Cina dalam Menghadapi Pengaruh Gelombang Arab Spring 475 - 489 Tahun 2011 terhadap Perkembangan Isu Demokratisasi di Cina 4 Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer Jepang di 491 - 510 Indonesia Tahun 2008-2013 5 Branding Nonprofit dalam Kerjasama UNICEF dengan FC Barcelona Tahun 2006 511 - 525 – 2011 6 Dukungan India terhadap Junta Militer Myanmar (2004-2009): Kerjasama Ekonomi 527 - 552 dan Rivalitas dengan Cina 7 Peran UCAV dalam Penerapan Strategi Clausewitz dan War On Terror: Kasus 553 - 573 Operasi AS di Wilayah FATA Tahun 2004-2012 8 Analisis Mengglobalnya Kegiatan Earth Hour Tahun 2007-2012 575 - 595 9 Implementasi Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement terhadap 597 - 613 Defisitnya Neraca Perdagangan Sektor Non-Migas Indonesia-Jepang 2008-2012 10 Pengaruh Karakter Personal Perdana Menteri Jose Zapatero Terhadap Kebijakan 615 - 638 Luar Negeri Spanyol pada Kasus Gibraltar tahun 2004-2008 11 Faktor Domestik Ethiopia Meratifikasi Nile Basin Cooperative Framework 639 - 657 Agreement (CFA) tentang Manajemen Redistribusi Aliran Sungai Nil Tahun 2013 12 Pengaruh Perusahaan Berlian Internasional De Beers terhadap Kegagalan Proses 659 - 678 Demiliterisasi, Demobilisasi, dan Reintegrasi UNITA dan MPLA Tahun 1992-2002 13 Faktor Sosial dan Ekonomi sebagai Penyebab Peningkatan Respon Anti-Imigran 707 - 720 di Norwegia Tahun 2008-2011 14 Strategi Skateistan dalam Mengatasi Kelemahan Program Sport for Development 721 - 737 and Peace (SDP) di Afghanistan 15 Dampak Pasokan Senjata pada SAF dan SPLA terhadap Perpanjangan Durasi 739 - 757 Konflik Sudan-Sudan Selatan 2011-2012 16 Analisa Faktor Suriah Di Balik Pemutusan Hubungan Diplomatik Kanada Terhadap 759 - 776 Iran Tahun 2012 17 Signifikansi Identitas Nasional dalam Globalisasi: Studi Kasus Olahraga Otomotif 777 - 794 Global 18 Faktor Pembeda Kemampuan Brazil dan Indonesia dalam Menanggulangi 795 - 816 Deforestasi pada Tahun 2001-2012 19 Kesepakatan Penyelesaian Sengketa Delimitasi Laut Barents Antara Norwegia 817 - 839 dan Rusia 2010 20 Analisa Kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid untuk Membuka Hubungan 841 - 856 Diplomatik dengan Israel dalam Upaya Peduli Perdamaian Palestina-Israel 2 / 3 Vol. 3 - No. 2 / 2014-07 TOC : 4, and page : 491 - 510 Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer Jepang di Indonesia Tahun 2008-2013 Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer Jepang di Indonesia Tahun 2008-2013 Author : Okky Gilang Matahari | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Abstract Although the economy sector is weakening, Japanese government still implements the pop culture diplomacy strategy towards Indonesia. That policy raises many questions, why should Japan do the pop culture diplomacy strategy in Indonesia since 2008? Does the policy indicate that Japan’s diplomatic strategy shifted recently, from economic-based to cultural-based strategy? Those questions tried to be answered through this research by doinganalysis from system theory and rational choice theory framework. Based from those frameworks, the hypothesis that could be a temporary answer is Japan’s policy towards pop culture diplomacy strategy indicates that something happenned and affected the Japanese political system. Thus the policy is a manifestation of rational choice choosen by Japanese government. Keyword : Japan, Indonesia, Public, , Diplomacy, Pop, Culture, , Daftar Pustaka : 1. Haryanto, (1982). Sistem Politik: Suatu Pengantar. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta 2. Sugimoto, Yoshio, (2002). An Introduction to Japanese Society. New York : Cambridge University Press 3. Thornton, Sarah, (1996). Club Culture: Music, Media, and Subcultural Capital. Middletown : Wesleyan University Press 4. Williams, Raymond, (1983). Keyword. London : Fontana 5. Hardt, M. dan A. Negri, (2009). Multitude: War and Democracy in the Age of Empire. Harmondsworth: Penguin, dalam Allison, Anne. “The Cool Brand, Affective Activism and Japanese Youth―. UK : Sage Publication Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 3 / 3 Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer Jepang di Indonesia Tahun 2008-2013 Okky Gilang Matahari – 070912008 Program Studi S1 Hubungan Internasional, Universitas Airlangga ABSTRACT Although the economy sector is weakening, Japanese government still implements the pop culture diplomacy strategy towards Indonesia. That policy raises many questions, why should Japan do the pop culture diplomacy strategy in Indonesia since 2008? Does the policy indicate that Japan’s diplomatic strategy shifted recently, from economic-based to cultural-based strategy? Those questions tried to be answered through this research by doinganalysis from system theory and rational choice theory framework. Based from those frameworks, the hypothesis that could be a temporary answer is Japan’s policy towards pop culture diplomacy strategy indicates that something happenned and affected the Japanese political system. Thus the policy is a manifestation of rational choice choosen by Japanese government. Keywords: Japan, Indonesia, Public Diplomacy, Pop Culture, Strategy, Political System Theory, Rational Choice Theory. Dengan kondisi ekonomi yang lemah, ternyata Jepang memilih untuk menerapkan diplomasi publik melalui budaya populernya terhadap Indonesia. Kebijakan tersebut kemudian memunculkan pertanyaan, mengapa Jepang menerapkan peningkatan strategi diplomasi budaya populer terhadap Indonesia sejak 2008? Apakah hal ini kemudian mengindikasi bahwa pola diplomasi Jepang berubah dari strategi klasik berbasis ekonomi menjadi strategi modern berbasis budaya? Pertanyaan tersebut kemudian dicari jawabannya melalui kerangka pemikiran ilmiah yang menggabungkan teori sistem politik Easton dan Teori Pilihan Rasional. Dengan berlandaskan teori tersebut, hipotesis yang bisa diajukan adalah bahwa Jepang sedang mengalami kondisi tertentu berkaitan dengan prosesi sistem politik di dalamnya, serta kebijakan untuk menerapkan strategi budaya populer di Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan oleh pemerintah Jepang pada saat itu sebagai upaya untuk mencapai kepentingan nasional negaranya. Kata-Kata Kunci: Jepang, Indonesia, Diplomasi Publik, Budaya Populer, Strategi, Teori Sistem Politik, Teori Pilihan Rasional. 491 Okky Gilang Matahari Publik Indonesia sekarang ini menikmati banyak produk Jepang dalam kehidupan sehari-harinya. Minuman isotonik, kosmetik, makanan ringan, hingga produk untuk bayi di Indonesia sebagian besar merupakan merk-merk dari Jepang. Tidak hanya berupa produk fisik, produk Jepang lain yang juga dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia misalnya film kartun atau anime, variety show, hingga artis Jepang yang akhir-akhir ini cukup sering muncul di televisi swasta nasional. Semua hal tersebut merupakan hasil dari penerapan strategi Cool japan yang diterapkan oleh pemerintah Jepang di Indonesia. Sebenarnya, istilah Cool japan sudah muncul sejak lama. Istilah Cool japan sendiri pada mulanya dikemukakan oleh seorang akademisi bernama Douglas McGray di tahun 2002. McGray mengatakan bahwa Jepang memiliki budaya sebagai instrumen yang sangat potensial. Popularitas budaya Jepang telah menapaki jalan untuk menjadikan negaranya superpower dalam bidang kebudayaan. Kepopuleran budaya Jepang di seluruh dunia menjadi salah satu pertimbangan McGray dalam mengembangkan konsep Japan’s Gross National Cool.1 Konsep tersebut menjelaskan bahwa popularitas kebudayaan Jepang yang begitu tinggi memberikan kontribusi yang besar dalam membangun citra negaranya menjadi lebih positif. Pada masa itu, sebenarnya segala hal yang berkaitan dengan produksi, distribusi, serta promosi dari produk kebudayaan Jepang tidak mendapatkan campur tangan dari pemerintah. Pemerintah Jepang sendiri masih berfokus pada permasalahan ekonomi yang diakibatkan oleh krisis bubble economy dan masa resesi ekonomi yang panjang. Popularitas tinggi yang dicapai oleh budaya populer Jepang ini sebenarnya hampir tidak mungkin untuk dijabarkan secara khusus dalam mengukur Gross National Cool Jepang, tetapi dengan melihat fakta bahwa dengan kepopuleran budaya tersebut ternyata memberikan keuntungan baik secara politik maupun ekonomi kepada Jepang, maka hal itu dapat dijadikan sebuah indikator bahwa Jepang memang berpotensi sebagai salah satu sumber soft power yang signifikan di samping ekonomi. Terinspirasi dari ide tersebut, pemerintah Jepang kemudian berupaya membangun sebuah citra yang unik dan dikenal dengan sebutan Cool japan.2 Jepang sebelumnya memang merupakan negara yang secara dominan mengedepankan isu-isu low politics pasca era Perang Dunia Kedua. Namun, kebijakan luar negeri Jepang didominasi oleh kebijakan- 1 Douglas McGray, Japan’s Gross National Cool. http://www.foreignpolicy.com/articles/2002/05/01/japans_gross_national_cool?page=0,3 (diakses tanggal 2 Maret 2012) 2 Kementerian Luar Negeri Jepang, Pop Culture Diplomacy, http://www.mofa.go.jp/policy/culture/exchange/pop/index.html (diakses tanggal 9 Maret 2012) 492 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1 Analisis Strategi Diplomasi Budaya Populer Jepang di Indonesia 2008-2013 kebijakan yang berkaitan dengan isu ekonomi. Sementara itu, Jepang belum memiliki kebijakan secara