CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

Provided by Hasanuddin University Repository

Kemampuan Memangsa annulata (Dermaptera: ) dan Preferensinya pada Berbagai Instar Larva Spodoptera litura

[Predatory Capability of Euborellia annulata (Dermaptera: Anisolabididae) and Its Preference to Different Instars of Spodeptera litura]

UL FITRIANI, MELINA, DAN AHDIN GASSA

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, 90245

J. Fitomedika. 7 (3): 182 – 185 (2011) ABSTRACT The research was conducted in the Laboratory of Plant Pest and Disease Department, Faculty of Agriculture, Hasanuddin University, Makassar. The aim of the study was to determine the predatory capability and the preference of E. annulata to different instars of Spodoptera litura. To determine feeding capability of the predator on different larval instars of S. litura, 20 individuals for each instar of the prey were placed in a Petri dish. To each dish an adult E. annulata that had been previously starved was put into the dish. Each instar was repeated three times. The number of preyed S. litura was recored every 12 h until all preys were killed or eaten. Preference E. annulata to different larval instars of S. litura was observed by placing five individuals of each instar (1,2, 3, 4, and 5) of the prey in a container. An adult E. annulata that had been previously starved was placed in the middle part of the container. Observations were made after the release of predator and then repeated every 12 hours until all preys were eaten. Our results indicated that an individual of E. annulata had a higher feeding capability on larval instars 1, 2, and 3 compared to 4 and 5. of S. litura . Likewise, the predator preferred larval instar 1, 2, and 3 to instars 4 and 5 of S. litura.

KEYWORDS predator, E. annulata, S. litura, preference

Ulat grayak, Spodoptera litura F., (, Noctuidae) Gejala tanaman terserang hama ulat grayak mirip merupakan salah satu hama yang penting karena mem- gejala akibat serangan hama belalang. Daun-daun di- punyai kisaran inang yang luas meliputi kedelai, kacang gerek ulat dari arah tepi daun menuju tulang daun. Pada tanah, kubis, ubi jalar, kentang, dan lain-lain. S. litura serangan berat, daun tebu tinggal tulang-tulang daunnya menyerang tanaman budidaya pada fase vegetatif dan saja (Pramono 2005). Kehilangan hasil yang diakibatkan generatif yaitu memakan daun tanaman yang muda oleh serangan hama ini dipertanaman kubis dapat men- sehingga tinggal tulang daun dan memakan polong- capai 40-60 % dengan intensitas serangan yang berat polong muda (Laoh 2003). S. litura sering meng- (Harahap 2009). Serangan hama pengganggu tanaman akibatkan penurunan produksi bahkan kegagalan panen yang tidak terkendali akan menyebabkan kerugian karena menyebabkan daun dan buah sayuran robek, yang cukup besar bagi para petani. Untuk menghindari terpotong-potong dan berlubang-lubang. Bila tidak kerugian tersebut, maka perlu dilakukan usaha segera diatasi maka daun atau buah tanaman di areal pengendalian. pertanian akan habis termakan (EPPO 2005). Sera- Pengendalian hama tanaman yang di kembangkan ngan hama pengganggu tanaman yang tidak terken- dewasa ini adalah menekan jumlah populasi hama dali akan menyebabkan kerugian yang cukup besar yang menyerang tanaman sampai pada tingkat populasi bagi para petani. yang tidak merugikan. Komponen pengendalian hama Salah satu kendala dalam peningkatan produksi yang dapat di terapkan untuk mencapai sasaran ter- kacang tanah ialah adanya serangan organisme sebut antara lain pengendalian hayati, pengendalian pengganggu tanaman (OPT). S. litura merupakan hama secara fisik dan mekanik, pengendalian secara kultur utama pada kacang tanah. Hama ini bersifat poli- teknis dan pengendalian secara kimiawi (EPPO 20005). fag dan mempunyai kemampuan reproduksi tinggi. Pengendalian hama pada tanaman diarahkan pada Pada kacang tanah, S. litura menyerang polong di dalam penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT tanah dan daun. Potensi kehilangan hasil dari sera- adalah suatu pendekatan atau cara pengendalian hama ngan S. litura lebih dari 71% (Mallikarjuna et al. 2004). yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi Kehilangan hasil akibat serangan ulat grayak pada ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang tanaman kedelai dapat mencapai 80%, dan serangan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Musuh berat menyebabkan puso atau gagal panen (Marwoto & alami (parasit, predator, dan patogen serangga) Suharso 2008). merupakan faktor pengendali hama penting yang perlu dilestarikan dan dikelola agar mampu berperan secara maksimum dalam pengaturan populasi hama di lapang (Nathan dan Kalaivani 2005). Email: [email protected] 183 JURNAL FITOMEDIKA Vol. 7, no. 3, APRIL 2011: 182 -185

Salah satu predator yang cukup potensial sebagai 2005). E. annulata yang baru menjadi dewasa dipilih agens hayati adalah cecopet (Ordo: Dermaptera). untuk digunakan dalam pengujian ini. Diketahui beberapa jenis cecopet yaitu, Anisolabis sp. Kemampuan Memangsa E. annulata pada Berba- (Annisolabididae), Euborellia annulata Fabricus gai Instar Larva S.litura (Annisolabididae), Euborellia annulipes Lucas Pengamatan kemampuan memangsa predator pada (Annisolabididae) Proreus simulans Stal. (Chelisochidae) larva instar satu dilakukan dengan cara memasukkan (Situmorang & Gabriel 1988). Berdasarkan hasil 20 ekor larva S. litura ke dalam wadah kemudian di- penelitian yang telah dilakukan oleh Nurindah dan lepaskan satu ekor imago betina E. annulata yang Bindra (1988) mengemukakan bahwa E. annulata dapat sebelumnya telah dilaparkan, diulang sebanyak tiga memangsa telur dan larva H. armigera pada pertanaman kali. Untuk pengamatan kemampuan memangsa E. kapas secara alami hingga 57%. Javier dan Morallo annulata terhadap larva instar 2, 3, 4, dan 5 dilakukan (1991) mengemukakan bahwa E. annulata merupakan dengan cara yang sama dengan larva instar 1. Pengamatan predator yang efektif karena dapat memangsa telur, dilakukan mulai saat predator dilepas dan dilanjutkan larva, dan pupa penggerak batang jagung O. furnacalis. setiap interval 12 jam sampai serangga habis dimangsa. Selanjutnya E. annulata juga dilaporkan banyak Preferensi E.annulata pada Berbagai Instar Lar- memangsa Bactrocera dorsalis pada tanaman cabai va S.litura (Annie et al. dalam Labiran, 2006). Penentuan preferensi pada berbagai instar dila- Hasil penelitian tersebut diatas menyebutkan bahwa kukan dengan memasukkan masing-masing lima ekor E. annulata banyak memangsa telur dan larva ber- larva instar 1, 2, 3, 4, dan 5 kemudian dilepaskan 1 ekor bagai jenis hama. Berdasarkan hal tersebut maka perlu betina E. annulata di tengah-tengah wadah, diulang dilakukan penelitian mengenai kemampuan memangsa sebanyak tiga kali. Pengamatan dilakukan setelah E. annulata dan preferensinya pada berbagai instar pelepasan predator kemudian diamati setiap interval larva S. Litura. 12 jam. Analisis Data Bahan Dan Metode Percobaan dilakukan dengan rancangan acak lengkap dengan masing-masing tiga kali ulangan untuk setiap per- Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama, lakuan. Data dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, yang dengan uji BNT. berlangsung dari bulan Oktober 2010 sampai Maret 2011. Perbanyakan S. litura Hasil dan Pembahasan Perbanyakan ulat grayak (S. litura) dilakukan dengan Kemampuan Memangsa Euborellia annulata cara pengumpulan larva dari pertanaman kubis. Se- Kemampuan memangsa E. annulata terhadap ber- lanjutnya larva yang terkumpul tersebut dipelihara bagai instar larva S.litura diamati dengan menghitung dalam wadah plastik yang berdiameter 7 cm dan tinggi banyaknya/jumlah stadia instar larva yang dimangsa 2 cm. Setiap wadah berisi satu ekor larva. Larva ini per waktu pengamatan. Kemampuan memangsa diberi pakan berupa daun kubis hingga larva ini berubah E. annulata dapat dilihat pada tabel 1. menjadi pupa. Pupa ini kemudian di kumpulkan dan Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa ke- dipindahkan ke wadah plastik yang baru. Setelah pupa mampuan memangsa larva instar 4 dan larva instar 5 menjadi imago, imago ini kemudian di pindahkan ke nyata lebih rendah dibandingkan pada larva instar 1, tempat peneluran berupa kurungan. Dalam kurungan 2, dan 3 (Tabel 1). Kemampuan memangsa predator kemudian di gantung kapas kecil yang terlebih dahulu telah dicelupkan ke larutan madu sebagai pakan untuk Tabel 1. Rata-rata kemampuan memangsa E. annulata imago, selain itu juga diberi tanaman kubis sebagai pada berbagai instar larva S. litura yang dimangsa per tempat bertelur imago. Setelah bertelur, telur tersebut waktu pengamatan dibiarkan pada tanaman kubis yang ada didalam kurungan sampai menetas atau muncul larva yang Rata-rata Larva Yang Dimansa per 20 Ekor Larva Instar (Jam) kemudian larva tersebut dipindahkan ke dalam wadah Larva plastik yang telah diberi daun kubis sebagai tempat per- 12 24 36 48 60 72 84 kembangbiakan larva. Perbanyakan dilakukan sampai Instar 1 4,00a 3,33a 3,00a 3,00a 3,00 2,33 2,00a tersedia serangga dalam jumlah yang cukup untuk Instar 2 3,67a 3,33a 3,33a 3,00a 2,67 2,33 2,33a keperluan pengujian. Perbanyakan E. annulata Instar 3 3,33a 3,00a 3,00a 3,00a 2,67 2,67 2,33a Imago cecopet E. annulata diperoleh dari Balai Instar 4 2,33b 2,00b 2,33b 2,00b 1,67 2,00 1,00b Penelitian Tanaman Serealia Maros, dimasukkan ke Instar 5 1,67b 1,67b 1,67b 1,33c 1,67 1,67 1,00b dalam wadah plastik yang berukuran 30x20 cm, yang telah diisi dengan tanah dan pasir setinggi 3 cm, dan Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada diberi pakan berupa biskuit anjing (pedigree) (Nonci kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%. MELINA ET AL.: Kemampuan E. annualata Memangsa Spodoptera litura 184

Tabel 2. Rata-rata kemampuan memangsa E. annulata pada berbagai instar larva S. litura yang dimangsa per waktu pengamatan

Rata-rata Larva S. litura Yang Dimansa E. annulata Dari Instar Masing-masing 5 Ekor Larva Yang Diberikan (Jam) Larva 12 24 36 48 60 72 84 96

Instar 1 2,67 2,33 ------

Instar 2 0 2,00 1,67 1,33 - - - -

Gambar 1. E. annulata sedang memangsa larva instar Instar 3 0 0 1,33 1,00 1,67 1,00 - - 1 (kiri) dan sisa tubuh larva instar 4 yang tidak dimakan Instar 4 0 0 0 0 1,00 1,00 1,00 1,00 oleh E. annulata (kanan). Instar 5 0 0 0 0 0 0 1,00 1,00 E. annulata tertingi pada pengamatan 12 jam sampai pengamatan 84 jam adalah larva instar 1 yang masing- jumlah stadia instar larva yang dimangsa per waktu masing pemangsaannya sebanyak 4 ekor, 3.33 ekor, pengamatan. Preferensi E. annulata dapat dilihat pada 3.00 ekor, 3.00 ekor, 3.00 ekor, 2.33 ekor, dan 2.00 ekor. tabel 2. Pada tabel 2 memperlihatkan bahwa pada Kemampuan memangsa predator E. annulata yang pengamatan 12 jam setelah pemberian mangsa, E. terendah adalah terhadap larva instar 5 S. litura. Hal annulata mampu menghabiskan 8 ekor larva instar 1, ini disebabkan karena larva instar 5 memiliki ukuran dan pada pengamatan 36 jam predator E. annulata tubuh yang lebih besar sehingga memiliki kemampuan mampu menghabiskan 11 ekor larva instar 2, selanjutnya yang lebih besar untuk melakukan perlawanan terhadap pada pengamatan 36 jam, larva instar 1 yang diberikan E. annulata yang merupakan predator. Sand dan Simpson telah habis dimangsa oleh predator, sedangkan larva (1972) dalam Widyaningsih (1985) menyatakan bahwa instar 2 habis dimangsa pada pengamatan 60 jam. Pada predator dalam mengkomsumsi mangsanya di- tabel diatas terlihat bahwa sampai pada pengamatan pengaruhi oleh ukuran mangsanya. Hal ini juga di- terakhir, larva instar 3 dan 4 yang dimangsa berturut- sebabkan karena tubuh larva instar 1 lebih lunak di- turut adalah 15 ekor dan 12 ekor, sedangkan larva instar bandingkan dengan tubuh larva instar 5 sehingga larva 5 pada pengamatan 84 dan 96 habis dimangsa adalah instar 1 lebih mudah dimangsa oleh predator E. annulata . 3 dan 6 ekor dan sebagian larva instar 5 tidak dimangsa Sesuai dengan pendapat Tanada dan Kaya (1993) oleh predator dapat melanjutkan perkembangannya menyatakan bahwa larva yang lebih muda lebih sensitif menjadi pupa. Preferensi E. annulata tertinggi adalah dibandingkan dengan larva yang lebih tua. terhadap larva instar 1, kemudian instar 2 dan instar 3 Proses orientasi mangsa oleh predator diawali yaitu masing-masing 15 ekor, sedangkan preferensi dengan perilaku predator dalam melakukan pengenalan yang terendah adalah larva instar 4 dan larva instar 5 terhadap mangsanya, pengenalan ini ditandai dengan yaitu masing-masing 12 dan 6 ekor. Hal ini disebabkan gerakan predator untuk berjalan mendekati mangsa karena larva instar 1 memiliki ukuran yang lebih kecil kemudian menjauhinya yang dilakukan beberapa kali, dan mudah dimangsa oleh predator E. annulata, di- E. annulata kemudian diam beberapa saat di dekat mangsa, bandingkan larva instar 4 dan larva instar 5 yang kemudian memutari mangsa beberapa kali sebelum memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan melakukan pemangsaan. Proses pemangsaan ditandai predator E. annulata. Hal ini sesuai dengan pendapat dengan posisi E. annulata yang berada disekitar mangsa Daud (2008) bahwa predator E. annulata memiliki kemudian melakukan pemangsaan dengan beberapa kelemahan pada saat ukuran tubuh dari mangsanya gerakan yaitu posisi caput yang menunduk kemudian lebih besar maka tingkat kekenyangannya akan cepat. mengangkat abdomen hingga lebih tinggi dibandingkan Hal ini juga sejalan dengan pendapat Yasin (1999) tubuhnya sambil menggerakkan antena secara aktif. bahwa semakin tinggi tingkatan instar larva, semakin Larva instar 1, 2, dan 3 habis dimakan oleh E. annulata menurun jumlah larva yang dapat dimangsa oleh karena tubuh larva instar 1, 2, dan 3 masih lunak predator Euborellia sp. sedangkan larva instar 4 dan 5 hanya sebagian yang dimakan yaitu bagian bawah (abdomen) larva S.litura Kesimpulan sedangkan bagian atas abdomen (caput dan thorax) Kemampuan memangsa E. annulata pada berbagai larva instar 4 dan 5 tidak dimakan oleh E. annulata instar larva S. litura yang lebih tinggi pada larva instar karena pada bagian tersebut lebih keras (Gambar 1). 1, 2, dan 3 sedangkan kemampuan memangsa yang Preferensi E. annulata pada berbagai instar larva terendah terhadap larva instar 4 dan 5. Begitu pula S. litura preferensi E. annulata pada berbagai instar larva S. Preferensi E. annulata pada berbagai instar larva litura yang lebih tinggi pada larva instar 1, 2, dan 3 S. litura diamati dengan menghitung banyaknya dibandingkan pada larva instar 4 dan larva instar 5. 185 JURNAL FITOMEDIKA Vol. 7, no. 3, APRIL 2011: 182 -185

Daftar Pustaka Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Jalan Raya Kendalpayak, Kotak Daud, I. D. 2008. Biologi dan tingkat pemangsaan Pos 66, Malang 65101. predator cecopet (Euborellia annulata Fabricus) Nathan, Sentil S. and K. Kalaivani. 2005. Efficacy (Dermaptera: Annisolabididae) terhadap hama of nucleopolyhedrosis virus and azadirachtin on penggerek batang jagung ( Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae). Guenee) (Lepidoptera; Pyralidae). Jurusan Hama Biol. Control 34: 93-98. dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Nonci, N. 2005. Biology and intrinsic growth rate of Universitas Hasanuddin, Makassar. (Euborella annulata). Indonesian J. Agric. EPPO. 2005. Data Sheets on Quarantine Pests: Sci. Vol. No. 2. Spodoptera littoralis and S. litura. Nurindah dan O. S. Bindra. 1988. Studies on biological Javier P. A and R. B. Morallo. 1991. Selective control of cotton pests. Industrial Crops Research toxicity of insecticide to the earwig Euborellia Journal 1: 59- 63. annulata Fabricus (Dermaptera: Anisolabididae) Pramono, D. 2005. Seri Pengelolaan Hama Tebu predatory to the Asian corn borer Ostrinia furnacalis Guenne. The Philipine Agriculturist, Vol. 24 (1): 23- 29. Secara Terpadu. Jilid 1 dan 2. PT. Dioma, Malang. Labiran, Y. 2006. Pengaruh pelepasan cecopet 219 dan 225 hal. (Euborellia annulata Fabricus) dalam usaha Situmorang, J. and B. P. Gabriel. 1988. Biology of pengendalian lalat buah Bactrocera dorsalis Hendel two spesies of predatory ear wigs Nala lividipes (Diptera: Tephritidae) pada tanaman cabai (Capsicum (Dufour) (Dormaptera:Labiduridae) and Euborellia annum L.). Skripsi S1. Jurusan Ilmu Hama dan annulata (Fabricius) (Dermaptera: Carconophoridae). Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian dan Philipp. Entomol. 7(3): 215-238. Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Tanada, Y. Dan Kaya, H.K. 1993. Patology. Laoh, J. H. 2003. Kerentanan larva Spodoptera litura Academicspress Inc. New York. TT 459-483. F terhadap virus nuklear polyhedrosis. Skripsi Widyaningsih, A., 1985. Pengaruh Beberapa Stadia S1 Jurusan Agronomi, Faperta, Universitas Riau. Myzus persicae Sulz (Homoptera:Aphididae) Pekanbaru. Terhadap Perkembangan Predator Menochilus Harapan, L. 2009. Pengamatan OPT pada tanaman kubis Sexmaculatus (Coleoptera:Coccinellidae). Jurusan di Saree Kecamatan Lembah Salawah Kabupaten Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Aceh Besar. Skripsi S1. Jurusan Agroteknologi, Brawijaya, Malang. Hal 16. Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Yassin, M. W. Akib, S. Masud dan Baco, 1999. Darussalam, Banda Aceh. Kemampuan Memangsa Beberapa Predator terhadap Mallikarjuna, N., K. R. Kranthi, D. R. Jadhav, S. Instar Larva Penggerek Batang Jagung (Ostrinia Kranthi, and S. Chandra. 2004. Influence of furnacalis Guenee). Hasil Penelitian Hama dan foliar chemical compounds on the development Penyakit pp 32-32. Balai Penelitian Tanaman of Spodoptera litura (Fab.) in interspecific derivatives Serealia, Maros, Sulawesi Selatan. of groundnut J. of Appl. Entomol. Vol 128 (5): 321-328. Marwoto dan Suharsono. 2008. Pengendalian dan Komponen Teknologi Pengendalian Ulat Grayak Diterima tanggal 5 November 2010; disetujui untuk dipublikasi (Spodoptera litura Fabricus) Pada Tanaman Kedelai. tanggal 2 Maret 2011