Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : 978-979-8940-29-3

Kemampuan Memangsa Cecopet ( annulata Fabricus) terhadap Penggerek Tongkol Jagung (Helicoverpa armigera Hubner)

A.M Adnan dan Handayani Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, Sulawesi Selatan Jl. Dr. Ratulangi no. 274. Telp 0411 371 529, Fax 0411 371961 email: [email protected]

Abstrak Kemampuan Memangsa Cecopet (Euborellia annulata Fabricus) (Dermaptera : Anisollabididae) Terhadap Penggerek Tongkol Jagung (Helicoverpa armigera Hubner) (: Noctuidae) Penelitian ini betujuan untuk melihat tingkat predasi E. annulata terhadap H. armigera. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama, Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) Maros yang dilaksanakan mulai dari April sampai September 2008. Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan E. annulata dan H. armigera di sekitar pertanaman jagung, Kebun Percobaan Maros, Balitsereal, kemudian dilakukan perbanyakan dengan menggunakan wadah plastik yang berisi tanah dan pasir dengan perbandingan 3 : 1 kemudian diberi pakan berupa biskuit anjing (pedigree), untuk perbanyakan E. annulata dan untuk perbanyakan H. armigera menggunakan pakan berupa baby corn. Untuk pengamatan predasi dilakukan dengan cara memberi mangsa E. annulata masing- masing berupa telur, larva instar I dan larva instar II H. armigera secara terpisah. Parameter yang diamati adalah tigkat predasi dari masing-masing predator yang di uji. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 kali ulangan dan di amati selama 4 hari. Hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa pada pengamatan predasi, stadia cecopet yang tingkat predasinya tertinggi terhadap telur, larva instar I dan instar II adalah cecopet imago betina. Stadia cecopet yang tingkat predasinya terendah terhadap larva instar I dan Larva instar II H. armigera adalah cecopet instar III, sedangkan tingkat predasi terendah terhadap telur H. armigera adalah cecopet instar IV.

Kata kunci : Cecopet, penggerek tongkol jagung

Pendahuluan an. Penggerek batang jagung Ostrinia furna- Jagung merupakan salah satu tanaman calis dan penggerek tongkol jagung Helico- pangan dunia yang terpenting setelah gandum verpa armigera merupakan hama utama pada dan padi, karena jagung merupakan sumber tanaman jagung. Sampai saat ini di Indonesia karbohidrat utama. Selain sebagai bahan ma- belum tersedia varietas jagung berproduksi kanan, permintaan industri pakan ternak te- tinggi yang tahan terhadap penggerek batang rus meningkat, begitu pula permintaan industi dan penggerek tongkol jagung. Jika terjadi lainnya yang menggunakan jagung sebagai serangan hama utama umumnya petani meng- bahan baku. Ketersediaan komoditas di dalam gunakan insektisida, Namun penggunaan in- negeri belum bisa mengimbangi kebutuhan sektisida menimbulkan dampak negatif seper- jagung secara nasional sehingga pemerintah ti timbulnya resurjensi dan resistensi serta masih harus mengimpor jagung dari beberapa barbagai dampak lingkungan lainnya. (Pab- negara produsen lain. (Sudjana, 1991) bage, 2000). Salah satu hambatan dalam mening- Sifat polifag yang dimiliki serangga ha- katkan produksi jagung di Indonesia adalah ma H. armigera dan belum tersedianya varie- adanya serangan hama dan penyakit tumbuh- tas yang tahan terhadap hama tersebut me-

380 Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : 978-979-8940-29-3 nyebabkan peraktek pengendalian yang dila- tuk dikembangkan. Berdasarkan hasil peneli- kukan sampai saat ini masih tergantung pada tian yang telah di lakukan oleh Yasin, et. al. penggunaan insektisida. Pengendalian peng- (1999) mengemukakan bahwa E. annulata gerek tongkol jagung dengan insektisida ten- memiliki kemampuan yang cukup tinggi untuk tunya membawa dampak lingkungan yang sa- memangsa larva . E. Annu- ngat merugikan disamping harganya yang lata juga dilaporkan banyak memangsa Ba- mahal. Untuk mengantisipasi dampak negatif ctrocera dorsalis pada tanaman cabai (Annie, insektisida terhadap lingkungan, maka perlu et al dalam Labiran, 2006). Kasma (2007) diusahakan pemanfaatan musuh alami serang- melakukan perbanyakan cecopet (E. annulata) ga hama yang tersedia di alam. (Pabbage, untuk mengamati biologi dan tingkat pemang- 2000). saannya terhadap penggerek batang jagung O. Salah satu metode pengendalian yang furnacalis dalam pengamatan ini diperoleh menjadi perhatian serius untuk pengendalian hasil bahwa tingkat pemangsaan tertinggi ter- hama adalah pengendalian hayati atau peng- dapat pada telur dan larva dari O. furnacalis. gunaan musuh alami. Penggunaan musuh Selanjutnya Nurindah dan Bindra (1988) me- alami untuk mengendalikan hama tidak mem- laporkan bahwa E. annulata juga dapat me- berikan dampak yang merugikan baik ter- mangsa telur dan larva H. armigera pada per- hadap manusia maupun lingkungan. Pengen- tanaman kapas. dalian hayati pada dasarnya adalah peman- Hasil penelitian tersebut diatas me- faatan dan penggunaan musuh alami untuk nyebutkan bahwa cecopet (E. annulata) ba- mengendalikan populasi hama yang merugi- nyak memangsa telur dan larva berbagai jenis kan. (Oka, 1995). Pengendalian hayati di latar hama. Berdasarkan hal tersebut maka di- belakangi oleh pengetahuan dasar ekologi anggap perlu dilakukan penelitian untuk me- terutama teori tentang pengaturan populasi lihat preferensi dan kemampuan memangsa E. oleh pengendali alami dan keseimbangan eko- annulata terhadap telur dan larva H. armigera. sistem. Musuh alami yang terdiri dari para- sitoid, entomopatogen dan predator merupa- Bahan dan Metode kan pengendali populasi serangga yang efektif Tempat dan Waktu karena sifat pengaturannya yang tergantung Penelitian ini dilaksanakan di Labora- kepadatan. (Untung, 1993). torium Hama, Balai Penelitian Tanaman Serea- Predator merupakan organisme yang lia (Balitsereal) Maros, yang berlangsung pada hidup bebas dengan memakan atau memangsa bulan April sampai Agustus 2008. binatang lainnya. Pada prinsipnya predator yang baik harus menunjukkan kemampuan Bahan dan Alat memangsanya, menahan dan mempertahan- Bahan yang digunakan adalah serang- kan kepadatan mangsanya pada tingkat yang ga predator E. annulata, hama penggerek tidak menyebabkan kerusakan ekonomis tongkol H. armigera, biskuit anjing (pedigree), (Arifin, 2004). Penggunaan predator terhadap kertas label, tanah, pasir, baby corn, jagung, beberapa spesies hama memjadi penting un- air.

381 Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : 978-979-8940-29-3

Alat yang digunakan adalah wadah bertelur dipindahkan ke wadah yang baru, pelastik, kain kasa, gunting, toples pelastik, kemudian setiap pergantian kulit, dipin- gelas pelastik, mortal, sprayer, kapas dan alat dahkan ke wadah yang berbeda untuk di- tulis menulis. gunakan dalam pengujian.

Metode Pelaksanaan Perbanyakan telur dan larva penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera) Persiapan Perbanyakan telur dan larva H. Ar- Pengumpulan E. annulata dan H. armigera migera pertama-tama dilakukan dengan cara E. annulata dan H. armigera dikum- mengumpulkan larva penggerek tongkol ja- pulkan dari lapangan yakni di pertanaman gung dari pertanaman jagung, kemudian larva Jagung, Kebun Percobaan Maros, Balitsereal yang terkumpul tersebut dipelihara dalam kemudian di bawa ke Laboratorium untuk di wadah plastik yang berdiameter 7 cm dan lakukan perbanyakan. tinggi 2 cm. Setiap wadah berisi 1 ekor larva. Larva ini diberi pakan berupa baby corn yang Persiapan pakan dipotong kecil hingga larva ini berubah Pakan yang digunakan untuk per- menjadi pupa. Pupa ini kemudian di kum- banyakan cecopet (E. annulata) adalah biskuit pulkan dan dipindahkan ke wadah pelastik anjing (pedigree). Bahan baku dari pakan ini yang baru. Setelah pupa menjadi ngengat, terdiri atas daging ayam, sapi dan domba, kemudian di pindahkan ke tempat peneluran semua vitamin dan mineral penting, serat berupa toples pelastik yang tingginya 27 cm sayuran, gandum, minyak sayur, pewarna, dan diameter 25 cm. Dalam wadah ini ke- protein nabati dan bumbu penyedap. Sebelum mudian di gantung kapas kecil yang terlebih digunakan sebagai pakan, pedigree terlebih dahulu telah dicelupkan ke larutan madu dahulu di haluskan dengan menggunakan sebagai pakan untuk ngengat, selain itu juga di mortal, sehingga lebih mudah di makan oleh E. beri potongan jambul jagung sebagai tempat annulata. Pakan yang digunakan untuk bertelur ngengat. perbanyakan H. armigera adalah baby corn yang dipotong-potong kecil (±5 cm) Pelaksanaan Kemampuan memangsa (Predasi) Perbanyakan Euborellia annulata E. annulata Imago cecopet E. annulata yang telah Tingkat pemangsaan Euborellia annulata diperoleh dari lapangan di masukkan ke terhadap telur Helicoverpa armigera dalam wadah plastik yang berukuran 27 x 34 x Tingkat pemangsaan E. annulata terhadap 7 cm yang terlebih dahulu telah diberikan telur H. armigera dilakukan dengan cara me- tanah dan pasir dengan perbandingan 3 : 1 masukkan masing-masing 1 ekor serangga uji setinggi 2 cm, kemudian di semprot air ke dalam wadah plastik kemudian di masuk- dengan menggunakan sprayer untuk menjaga kan pula telur H. armigera sebanyak 40 butir. kelembaban media. E. annulata di beri pakan Sebelum dilakukan pengamatan, serangga uji pedigree setiap hari. E. annulata yang baru

382 Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : 978-979-8940-29-3 terlebih dahulu dipuasakan selama 24 jam. mudian di masukkan pula larva instar II H. Perlakuannya yaitu: armigera sebanyak 40 ekor. Sebelum dilaku- A1 = E. annulata instar III + 40 telur kan pengamatan, serangga uji terlebih dahulu H. armigera dipuasakan selama 24 jam. Perlakuannya A2 = E. annulata instar IV + 40 telur yaitu: H. armigera C1 = E. annulata instar III + 40 larva instar II A3 = E. annulata instar V + 40 telur H. armigera H. armigera C2 = E. annulata instar IV + 40 larva instar II A4 = E. annulata Jantan + 40 telur H. armigera H. armigera A5 = E. annulata betina + 40 telur C3 = E. annulata instar V + 40 larva instar II H. H. Armigera armigera C4 = E. annulata Jantan + 40 larva instar II H. Tingkat pemangsaan E. annulata terhadap armigera larva instar I H. armigera C5 = E. annulata betina + 40 larva instar II H. Tingkat pemangsaan E. annulata terhadap armigera larva instar I H. armigera dilakukan dengan Pengamatan ini di susun dengan cara memasukkan masing-masing 1 ekor menggunakan Rancangan Acak Lengkap serangga uji ke dalam wadah pelastik (RAL), Analisis data menggunakan analisis kemudian di masukkan pula larva instar I H. ragam (ANOVA). Jika pada ANOVA terdapat armigera sebanyak 40 ekor. Sebelum perbedaan yang nyata, maka di lanjutkan dilakukan pengamatan, serangga uji terlebih dengan uji DMRT taraf 0,05. Dalam setiap hari dahulu dipuasakan selama 24 jam. pengamatan, jumlah mangsa yang diberikan Perlakuannya yaitu: kepada predator adalah 40 untuk masing – B1 = E. annulata instar III + 40 larva instar I H. masing telur, larva instar I dan II. Pengamatan armigera ini dilakukan selama 4 hari dimana setiap per- B2 = E. annulata instar IV + 40 larva instar I H. lakuan diulang sebanyak 4 kali. Pengamatan di armigera lakukan dengan menghitung tingkat pe- B3 = E. annulata instar V + 40 larva instar I H. mangsaan dengan menggunakan rumus seba- armigera gai berikut: B4 = E. annulata Jantan + 40 larva instar I H. armigera Jumlah mangsa keseluruhan – mangsa yang sisa B5 = E. annulata betina + 40 larva instar I H. Tingkat pemangsaan = ------——------x 100% armigera Jumlah mangsa keseluruhan Hasil dan Pembahasan Tingkat pemangsaan E. annulata terhadap larva instar II H. armigera Tingkat Pemangsaan Cecopet (E. annulata) terhadap Telur, Larva Instar I dan II Tingkat pemangsaan E. annulata ter- Penggerek Tongkol Jagung (H. armigera) hadap larva instar II H. armigera dilakukan Pengamatan tingkat predasi (kemam- dengan cara memasukkan masing-masing 1 puan memangsa) dari beberapa stadia Ceco- ekor serangga uji ke dalam wadah plastik ke- pet terhadap Telur, larva instar 1 dan 2 dari

383 Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : 978-979-8940-29-3

H. armigera selama hari ke- 1 hingga hari ke- 4 amatan. Persentase kamampuan memangsa pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1. terendah pada pengamatan hari ke- 1, 2, 3 dan Tabel 1 memperlihatkan tingkat pre- 4 adalah cecopet instar III yang persentase dasi cecopet terhadap telur H. armigera. Pada pemangsaannya masing-masing sebanyak pengamatan hari ke- 1, 3 dan 4, persentase 30,63%, 29,38%, 34,38% dan 33,13%. Per- pemangsaan tidak berbeda nyata untuk setiap sentase pemangsaan tertinggi pada peng- stadia cecopet. Pada hari ke- 2 persentase amatan hari ke- 1, 2 dan 4 adalah pada B5, pemangsaan telihat berbeda nyata pada stadia yang masing-masing pemangsaannya sebesar cecopet instar IV. Rerata persentase pemang- 59,38%, 57,5%., dan 57,50% sedangkan pada saan cecopet terhadap telur H.armigera dalam hari ke- 3, persentase pemangsaan tertinggi sehari antara 80.63% sampai dengan 92,34%. terhadap larva instar I adalah B4 dimana Hal ini disebabkan karena telur ini memiliki persentase pemangsaannya sebanyak 58,75%. ukuran yang kecil dan mudah ditemukan, Persentase pemangsaan Cecopet ter-hadap

Tabel 1 . Rerata Tingkat Pemangsaan Beberapa Stadia Cecopet terhadap Telur H. armigera

Tingkat Predasi (hari ke-) Rerata Perlakuan 1 2 3 4

A1 90.63 a 93.13 b 83.75 a 89.38 a 89.22 b

A2 85.63 a 68.13 a 81.25 a 87.50 a 80.63 a

A3 92.50 a 90.63 b 84.38 a 85 a 88.13 b

A4 90 a 94.38 b 94.38 a 88.13 a 91.72 b

A5 92.50 a 92.50 b 93.75 a 90.63 a 92.34 b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 0,05 sebab tidak memiliki alat untuk dapat larva instar I H. armigera dalam sehari yaitu bepindah dari satu tempat ke tempat yang sebanyak 31,88% untuk B1, 39,69% untuk lainnya sehingga dapat dengan mudah di te- B2, 42,97% untuk B3, 53,44% untuk B4 dan mukan oleh semua Stadia cecopet. Hal ini se- 57,34% untuk B5. Persentase pemang-saan suai dengan pendapat Javier P.A. and Morallo tertinggi adalah pada B5 yaitu 57,34% dan Rejesus B. (1991) bahwa seberapa cepat pre- yang terendah adalah pada B1 yaitu 31,88%. dator menangkap mangsanya, tergantung pa- Tabel 3 memperlihatkan tingkat pre- da bagaimana predator menemukan mang- dasi beberapa stadia cecopet terhadap larva sanya. instar II H. armigera. Persentase pemangsaan Tabel 2 memperlihatkan tingkat pre- cecopet terhadap larva instar II H. armigera dasi beberapa stadia cecopet terhadap larva tertinggi pada hari ke- 1, 2, 3 dan 4 adalah instar 1 H. armigera selama empat hari peng- pada C5 yang masing-masing sebesar 48,75%.,

384 Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : 978-979-8940-29-3

Tabel 2 . Rerata Tingkat Pemangsaan Beberapa Stadia Cecopet terhadap Larva Instar I H. armigera

Perlakuan Tingkat Predasi (Hari ke-) Rerata 1 2 3 4

B1 30.63 a 29.37 a 34.38 a 33.13 a 31.88 a

B2 45.63 bc 33.75 a 39.38 a 40.00a b 39.69 b

B3 37.5 ab 47.5 b 43.13 ab 43.75a b 42.97 b

B4 50 c 53.75 bc 58.75 c 51.25 bc 53.44 c

B5 59.38 d 57.5 c 55.00 bc 57.50 c 57.34 c

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 0,05

44,38%. 44,38% dan 46,25%. Sebaliknya yang (C5) dengan persentase pemangsaan 73,5% terendah adalah pada C1 yang masing-masing dalam sehari, dan yang terendah adalah C1 persentase pemangsaannya selama empat hari dengan persentase pemangsaan 29,25%. pengamatan adalah 23,13%., 18,75%., 13,75% Tabel 2 dan 3 memperlihatkan tingkat dan 17,5%. Rerata persentase pemangsaan predasi beberapa stadia Cecopet terhadap cecopet terhadap larva instar II H. armigera larva instar I dan II H. armigera, dari tabel adalah 29,25% untuk C1., 45,75% untuk C2, tersebut dapat dilihat bahwa cecopet yang 53,75% untuk C3, 67,5% untuk C4 dan 73,5% tingkat predasinya tertinggi terhadap Larva untuk C5. Rerata persentase pemangsaan instar I dan instar II H. arnigera adalah cecopet yang tertinggi terhadap larva instar II cecopet imago betina. Dan yang terendah dalam sehari adalah cecopet imago betina adalah cecopet instar III. Hal ini disebabkan

Tabel 3. Rerata Tingkat Pemangsaan Beberapa Stadia Cecopet terhadap Larva Instar II Helicoverpa armigera

Tingkat Predasi (Hari ke-) Rerata Perlakuan 1 2 3 4

C1 23.13 a 18.75 a 13.75 a 17.5 a 29.25 a C2 35.63 b 25.63 ab 26.25 b 26.88 b 45.75 b

C3 35.00 b 30.63 bc 30.63 b 38.13 c 53.75 b

C4 46.88 c 37.5 d 44.38 c 40 c 67.5 c

C5 48.75 c 44.38 d 44.38 c 46.25 c 73.5 c

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 0,05

385 Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : 978-979-8940-29-3 karena cecopet imago betina memiliki ukuran instar I dan instar II H. armigera adalah tubuh yang lebih besar dari stadia cecopet cecopet instar III. lainnya, sehingga memiliki kekuatan yang lebih besar dalam melumpuhkan mangsanya. Daftar Pustaka Sesuai dengan pendapat Untung (2001) Adiwarsono dan Yustina, 2002. Budidaya bahwa bahwa keunggulan sifat predator Tanaman Jagung. Direktorat Jendral antara lain terlihat pada kecepatan bergerak, Perkebunan, Jakarta kekuatan yang lebih besar dan ukuran tubuh Anonim. 2000. Pedoman Pengenalan Pengen- dalian Hama Tanaman Jagung. Direk- yang lebih besar dari mangsanya. Selain torat Jendral Pertanian Tanaman Pa- karena ukuran tubuhnya, cecopet imago ngan . Direktorat Bina Perlindungan. betina ini memiliki pengapit yang lebih besar Anonim 2001. Hama tanaman Jagung. www dibandingkan stadia cecopet lainnya sehingga Yahoo. Com (On line) 25 Mei 2008 lebih mudah untuk menjepit mangsanya. Anonim. 2008. Helicoverpa armigera. www. Sesuai dengan pendapat Putra (1994) bahwa Yahoo. Com (On line) 10 Mei 2008. cecopet memiliki penjepit yang lurus dan kuat Arifin. 2004. Identifikasi Beberapa Spesies yang digunakan untuk mempertahankan diri Predator Lalat Buah (Bactrocera dor- dan untuk memegang mangsanya. Hal ini juga salis) dan Uji Kemampuan Memang- sanya pada Pertanaman Cabai Besar sejalan dengan pendapat Untung (2001) (Capsicum annum). Jurusan Hama dan bahwa predator yang mempunyai kemam- Penyakit Tumbuhan, Fakultas Perta- puan memangsa yang baik harus memiliki nian dan Kehutanan, Universitas Hasa- kelebihan fisik yang memungkinkan predator nuddin, Makassar. tersebut mampu membunuh mangsanya Baco, D. Dan Tandiabang. 1988. Hama Utama dengan cepat. Selain itu serangga betina Jagung dan Pengendaliannya. Jagung Puslitbang. cecopet membutuhkan banyak makan untuk Bondarenko N. V. And B.P. Asyakin, 1981. Be- mempersiapkan diri dalam kelanjutan hidup- havior of Predatory Midge (Aphidio- nya berupa menghasilkan keturunan. lates Aphidimyza Road) and Other Aphidivorous in Relation to Kesimpulan Population Density of Prey in F.P. Pris- tavko (ed) Behavior as a Basis Berdasarkan hasil pengamatan yang to Developing Control Measures. dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: Against Pest of Field Crops and Forest, 1. Cecopet imago betina merupakan stadia Calcuta: Oxonian Press. Pp 6-14 cecopet yang memiliki tingkat predasi Boror D.J. Triplehorn ang C.A Johnson., 1992. yang tinggi terhadap telur larva instar I Pengenalan Pelajaran Serangga (Edisi ke-enam). Gadjah Mada University dan instar II H. Armigera. Press, Yogyakarta. 2. Stadia cecopet yang memiliki tingkat Effendi, 1980. Dasar-Dasar Ekologi Serangga. predasi yang terendah terhadap telur Bagian Hama Tanaman Pertanian. adalah cecopet instar IV sedangkan tingkat Institut Pertanian Bogor. predasi yang terendah terhadap larva

386 Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : 978-979-8940-29-3

Fachruddin, 1975 Biology, Ecology Control of dance. New York: Harper Collinscol- Heliothis spp. University of Wisconsin lage Publishers. Pp 230-242 Medison P.37 Labiran Y., 2006. Pengaruh Pelepasan Cecopet Farb, 1978. The Insect of Australia. Melbourne (Euborellia annulata Fabricus) Dalam University Press Camberra. 1029 Hal. Usaha Pengendalian Lalat Buah Bac- Gonzales B.A., P.A. Javier and Morallo Rejesus, trocera dorsalis Hendel (Diptera: Te- 1995. Dispersal of Euborellia annulata pritidae) Pada Tanaman Cabai (Cap- (Fabricus) (Dermaptera: sicum annum L.) Jurusan Hama dan ) in Corn Field. Penyakit Tumbuhan, Fakultas Perta- Philipphine Entomology. Pp 587-589 nian dan Kehutanan, Universitas Hasa- nuddin, Makassar. Hassel, MP., J. H. Lawton and J.R Beddington, 1976. The Compleks of Fruit Marwoto, 1997. Bertanam Tomat. Penerbit Arthropoda Predation. I. The Prey Kanisius Cetakan VII, Yogyakarta. Death Rate. Journal of Animal Ecology Nurindah and O.S. Bindra, 1988. Studics on (450, pp.135-164) Biological Control of Cotton Pest. In- Holling, C. S., 1961. Principles of Insect dust Crops R. Predation. Annual Review of Oka, I.N., 1995. Pengendalian Hama Terpadu Entomologi (6), pp. 163-183 dan Implementasinya di Indonesia. Jumar, 1997. Entomologi Pertanian. Rineka Gadjah Mada University Press, Yogya- Cipta, Jakarta. karta. Jayaraj, 1981 Biological and Ecological Studied Pabbage, M.S., N. Nonci, dan Baco. 2000. Kee- of Heliothis. Procceding of The Inter- fektifan Trichogrammatoidae bactrae national Workshop on Heliothis Man- fumata dalam Pengendalian Penggerek agement, INCRISANT Patancheru, In- Tongkol Jagung Helicoverpa armigera dia pp 17-21 di Lapangan. Laporan Hasil Penelitian Hama dan Penyakit Tahun 2000. Javier P.A and Morallo Rejesus B., 1991. Selec- Balitjas. tive Toxicity of Insecticide to the Ear- wig Euborellia annulata Fabricus Putra N. S., 1994. Serangga di Sekitar Kita. (Dermaptera: Anisolabididae) Preda- Kanisius, Yogyakarta. tory to the Asian Corn Borer Ostrinia Runa R. 2007. Pengaruh Empat Jenis Pakan furnacalis Guenne. Tha Philipine Agri- Terhadap perbanyakan dan Biologi culturist, Vol. 24 (1): 23-29 Euborellia annulata Fabricus (Dermap- Kalshoven, L,G.E., 1981. The Pest of Crops In tera: Annisolabididae). Jurusan Hama Indonesia. Translated by Van Deer dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Per- Laam P.A. PT. Ichtiar Baroe-Van Ho- tanian, Universitas Hasanuddin, Ma- eve, in Jakarta kassar. Kasma, 2007. Biologi dan Tingkat Pemangsaan Sudjana. 1991. Jagung. Badan Penelitian dan Predator Cecopet (Euborellia annulata Pengembangan Pertanian. Balai Pene- Fabricus) (Dermaptera: Anisolabidi- litian Tanaman Pangan Bogor, Bogor. dae) Terhadap Penggerek Batang Sunjaya, I.P. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Jagung (Ostrinia furnacalis Guenee). Serangga. Ilmu Hama Tanaman. Ins- Jurusan Hama dan Penyakit Tumbu- titut Pertanian Bogor. Bogor. 123 Hal han, Fakultas Pertanian, Universitas Situmorang J. And B.P. Gabriel, 1998. Biologi of Hasanuddin, Makassar. two Predatory , Nala lividipes Krebs J.R., 1994. Ecology: The Experimental (Dotous) (Dermaptera: Labiduridae) Analysis of Distribution and Abun- and Euborellian annulata (Fabricus)

387 Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : 978-979-8940-29-3

(Dermaptera: Anisolabididae). Philip- Yasin, M.W. Akib, S. Masud dan Baco. 1999. pine Entomol. 7 (3): 215-238 Kemampuan Memangsa Beberapa Pre- Untung., K., 2001. Pengantar Pengelolaan dator Terhadap Larva Penggerek Ba- Hama Terpadu, Gadjah Mada Univer- tang Jagung (Ostrinia furnacalis Gu- sity Press, Yogyakarta. enee). Hasil Penelitian Hama dan Pe- nyakit, Balai Penelitian Tanaman Sere- Untung., K., 1993. Konsep Pengelolaan Hama alia, Maros. Terpadu, Penerbit Andi Ofset, Yogya- karta.

388