PERAN MUBALIG DALAM MEMBINA KESADARAN BERAGAMA REMAJA DI KELURAHAN KATANGKA KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

ABDUL RIFAYT NIM : 105270004015

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020 M

ii

iii

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Abdul Rifayt NIM : 105270004015 Fakultas/Prodi : Agama Islam/Komunikasi dan Penyiaran Islam

Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun). 2. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi. 3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 16 Rabi‟ul Awwal 1442 H 02 November 2020 M

Yang Membuat Pernyataan,

Materai

6000,-

ABDUL RIFAYT NIM : 105270004015

v

ABSTRAK

Abdul Rifayt. 105270004015. Peran Mubalig Dalam Membina Kesadaran Beragama Remaja di Kelurahan Katangka Kecamamatan Somba Opu Kabupaten Gowa Provinsi Selatan. Dibimbing oleh Dr. Dahlan Lama Bawa, M. Ag dan Dr. Sudir Koadhi S.S., M.PdI Penelitian ini bertujuan antara lain untuk mengetahui tentang bagimana kesadaran beragama remaja di kelurahan katangka kecamatan Somba Opu kabupaten gowa dan bagaiamana peran mubalig dalam membina kesadaran beragama remaja di lokasi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan katangka yang berlangsung selama 1 bulan, Mulai dari tanggal 4 April sampai dengan tanggal 30 April 2019. Hasil penelitian menunjukan bahwa; kesadaran beragama remaja dikelurahan katangka masih sangat rendah dan sangat membutuhkan banyak pembenahan dan dakwah dari para mubalig. Peran mubalig dalam membina kesadaran bergama pada remaja di kelurahan katangka anatara lain adalah dengan melakukan kegiatan-kegiatan dakwah berupa ceramah-ceramah dalam setiap kegiatan keagamaan maupun khutbah jum‟at, yang mana dalam ceramh dan khutbah itu diselipkan nasehat- nasehat terhadap remaja agar lebih dekat dengan Allah SWT. Juga secara pertemuan langung dengan remaja itu sendiri. Mengarahkan mereka kepada hal-hal yang baik dimanapun dan kapanpun.

Penelitian Ini Berimplementasi Pada Peran Dakwah Muballig Di

Kelurahan Katangka Terkait Masalah Kesadaran Beragama Pada

Remaja

vi

KATA PENGANTAR

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita, dengan kudrah dan iradah Allah penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini. Selawat dan salam marilah kita sanjungkan kepada Rasulullah SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa perubahan dari alam Jahiliyah ke alam Islamiyah yang dapat mengantarkan umat manusia untuk memperoleh kebahagian dunia dan akhirat. Skripsi ini berjudul “Peran

Mubalig Dalam Membina Kesadaran Beragama Remaja di Kelurahan

Katangka Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi

Selatan.”, dibuat sebagai salahsatu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mengalami kesukaran karena keterbatasan ilmu, namun melalui bantuan dan dorongan dari semua pihak,penulis dapat menyelesaikan dengan baik, berkenaan dengan hal tersebut penulis mengucapkan terima kasih yang teristimewa kepada :

1. Ayahanda tercinta Baginda Lylu, dan untuk adik-adikku Nurmala

Cahyanti Dan Cah Yani serta keluarga besar lainnya yang telah

memberikan do‟a yang tulus, semangat, cinta dan kasih sayang yang

begitu hangat serta juga memberi motivasi sehingga penulis dapat

menyelesaikan pendidikan dan penyusunan skripsi ini.

vii

2. Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Dr. Dahlan Lama Bawa, M.

Ag. selaku dosen pembimbing pertama dan kepada Bapak Dr. Sudir

Koadhi.S.S., M.PdI. Selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan

waktu untuk membimbing dan mengarahkan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

3. Selanjutnya Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada ketua

Prodi Komonikasi Penyiaran Islam. Bapak Dr. Abbas Baco Miro Lc

yang telah memberi motivasi dan dukungan dari awal kuliah hingga

selesai, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

4. Penulis sangat berterima kasih kepada Dekan Fakultas Dakwah Bapak

Drs. H. Mawardi Pewangi, M.PdI yang telah memberikan dukungan

untuk tetap bisa melanjutka kuliah hingga selesai.

5. Ucapan Terima kasih penulis kepada Saudara Al-Ustaz Muhammad

Ansyar dan Saudara-saudara mubaligh lainnya di kelurahan Katangka

yang telah banyak membantu dalam proses pelaksanaan penelitian

sehingga dapat selesai dengan baik, juga kepada Adik-adik remaja di

kelurahan katangka yang telah bersedia menemani dan membantu dari

awal penelitian hingga selesai.

6. Terima kasih sebesar-besarnya juga kepada para imam masjid di

kelurahan katangka yang telah banyak membantu dalam hal

mendapatkan informasi dan data-data penelitian yang dibutuhkan.

viii

7. Rasa syukur dan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas semua

yang telah membuat kelancaran proses penulisan skripsi ini. Semoga

segala bimbingan danbantuan yang telah diberikan oleh semua pihak

mendapat ridha dan balasan dari Allah SWT.

Penulis sangat menyadari, karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, harapan dari pembaca agar memberikan kritik dan saran yang sifatnya mem bangun demi kesempurnaan dimasa akan datang. Akhirnya kepada Allah kita meminta petunjuk dan hidayahnya, mudah-mudahan semua dapat rahmat dan syafaatnya.

Amien ya Rabbal „Alamin.

Makassar 02, November, 2020

Abdul Rifayt

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...... i

HALAMAN JUDUL ...... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ...... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ...... iv

SURAT PERNYATAAN ...... v

ABSTRAK ...... vi

KATA PENGANTAR...... vii

DAFTAR ISI...... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...... 1

B. Rumusan Masalah ...... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penenelitian ...... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Mubalig ...... 8

1. Pengertian Mubalig ...... 8

2. Peran dan Fungsi Mubalig ...... 9

B. Kesadaran Beragama ...... 14

1. Pengertian Kesadaran Beragama ...... 14

C. Remaja ...... 17

x

1. Pengertian Remaja...... 17

2. adnKaKaKsrMdaKaKaKraKaKrBKnKradaKeK...... 19

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian...... 22

B. Lokasi Penelitian...... 24

C. Sumber Data...... 24

1. aKaK Primer...... 25

2. Data Sekunder ...... 26

D. Metode Pengumpulan Data ...... 26

1. isndaeKnO...... 27

2. Wawancara...... 27

3. Dokumentasi...... 28

E. Instrumen Penelitian ...... 28

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data...... 29

1. adaudnO Data (Data Reduction)...... 29

2. Penyajian Data...... 30

3. Penarikan Kesimpulan...... 30

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GambaranaauarendKnOradsd OaOKr ...... 11

B.Keasadaran Beragama Remaja Di Kelurahan Katangka..... 43

C. Peran Mubaligh Dalam Membina Kesadaran Beragama

xi

Remaja Di Kelurahan Katangka...... 47

BAB V : PENUTUP

A. adnOamu Ksr ...... 52

B. nKaKs ...... 53

DAFTAR aanTPaPr ...... 54

LAMPIRAN...... 56

Panduan Umum Pertanyaan Penelitian……………………………….. 60

RIWAYAT HIDUP...... 61

xii

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama mempunyai peranan yang sangat penting serta strategis, utamanya sebagai landasan spiritual, moral dan etika dalam hidup dan kehidupan umat manusia. Agama sebagai sistem nilai seharusnya dipahami, dihayati dan diamalkan oleh seluruh pemeluknya dalam tatanan kehidupan setiap individu, keluarga dan masyarakat serta menjiwai kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagaimana yang terdapat di dalam Q.S Ali-Imran / 3 : 103

َوا ْعتَ ِص ُموا بِ َح ْب ِل ا ه َِّلل َج ِميعًا َوال تَ َف هرقُوا َوا ْذ ُك ُروا نِ ْع َمةَ ا ه َِّلل َع َل ْي ُك ْم إِذْ ُك ْنتُ ْم أَ ْعدَا ًء َفأ َ هل َف بَ ْي َن قُلُوبِ ُك ْم َفأَ ْصبَ ْحتُ ْم

بِنِ ْع َمتِ ِه إِ ْخ َوا ًنا َو ُك ْنتُ ْم َع َلى َش َفا ُح ْف َرةٍ ِم َن ال هنا ِر َفأَ ْن َقذَ ُك ْم ِم ْن َه ا َكذَ ِل َك يُ َبيِِّ ُن ا هَّللُ َل ُك ْم آيَاتِ ِه َلعَ هل ُك ْم ت َ ْهتَدُو َن

Terjemahnya:

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”1

1KementerianAgamaRI,al-Qur’andanTerjemahnya, (Surabaya: Dana Karya. 2008), h. 104.

1 2

Berbicara tentang pentingnya pelaksanaan nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat, maka tidak bisa terlepas daripada peran mubalig sebagai pelaksana dakwah, menurut Mulkan, dalam aktivitas dakwah Islam, sangatlah dituntut suatu barisan mubalig dan mubaligah yang harus siap menyebarkan ajaran Islam ke tengah-tengah masyarakat yang pada kondisinya terus menerus mengalami banyak perubahan.2

Oleh karen itu, mubalig dengan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki, di harapkan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi masyarakat dan lngkungan di mana Ia berdakwa, masyarakat dan lingkungan yang di maksut dalam hal ini adalah para remaja di kelurahan katangka kecamatan somba Opu kabupaten gowa.

Dalam upaya membina kesadaran beragama kepada para remaja, perlu adanya ketenangan dan keseimbangan jiwa,terutama ketika seorang mubalig dihadapkan pada suatu gangguan dan hambatan dalam berdakwah.

Disebutkan dalam Q.S Al-A’râf / 7: 2-3 :

ِكتَا ٌب أُ ْن ِز َل إِ َل ْي َك َفال يَ ُك ْن فِي َصدْ ِر َك َح َر ٌج ِم ْنهُ ِلتُ ْن ِذ َر بِ ِه َو ِذ ْك َرى ِل ْل ُم ْؤ ِم ِني َن ٢اتهبِعُوا َما أُ ْن ِز َل إِ َل ْي ُك ْم ِم ْن َربِِّ ُك ْم َوال تَتهبِعُوا ِم ْن دُونِ ِه أَ ْو ِليَا َء َق ِليال َما تَذَ هك ُرو َن ٣

Terjemahnya:

2Mulkhan,Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam,(Surabaya: Al- Ikhlas.1996), h. 238.

3

“(1). Ini adalah sebuah Kitab yang diturunkan kepadamu, Maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan Kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.(2) Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Tuhan kalian dan janganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya. Amat sedikitlah kalian mengambil pelajaran (darinya).3

Mubalig selaku orang yang menyampaikan ajaran Islam harus mempunyai kredibilitas dan integrasi yang tinggi. Karena kredibilitas tidak tumbuh dengan sendirinya, keberadaannya tidak akan terlepas dari agent of change yang harus inovatif, dinamis dan kreatif. Ia harus tanggap, tegas dan bijaksana. Karena mubalig sering di jadikan sorotan masyarakat, ia akan selalu diikuti dan dinilai oleh umat. Secara langsung atau tidak, umat memandang mubalig sebagai guru atau pemimpin yang harus didengar dan dihormati, berarti akhlakul karimahmubaligh harus terpancar di dalam kehidupan bermasyarakat.4

Mubalig sebagai agent of change dalam melakukan misi dakwahnya, dalam hal ini dakwah dalam membina kesadaran beragama kepada para remaja, terkadang mengalami persoalan dan hambatan yang sulit untuk diatasi, hal ini tentu bukanlah tanpa alasan.

Fenomena remaja dalam beragama yang sering terjadi, ketika remaja menyaksikan masyarakat yang seringkali menunjukkan adanya perbedaan dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui, tidak heran mereka mulai meragukan tentang apa yang disebut baik atau buruk.

3KementerianAgamaRI,al-Qur’andanTerjemahnya, h. 260.

4Mulkhan,Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. h. 238.

4

Tanpa pembinaan, maka remaja akan dihinggapi “penyakit” sosial yang semakin hari semakin dalam menggejala dalam masyarakat, kurangnya pembinaan berarti kurang filter bagi remaja untuk menyeleksi dan memilah yang baik dan buruk dalam kehidupannya. Hal ini akan mengakibatkan kekeliruan memilih jalan hidup, akhirnya kegagalan dalam menentukan masa depan akan menggiring remaja berbuat tanpa kendali agama dan moralitas dan merugikan diri sendiri dan juga masyarakat secara umum. Oleh sebab itu, diperlukan pembinaan yang baik untuk mengarahkan mereka dalam mengambil keputusan atau membentuk nilai- nilai baru yang tentunya tidak menyalahi ajaran Islam.5

Menurut Jalaludin, kesadaran orang untuk beragama merupakan kemantapan jiwa seseorang untuk memberikan gambaran tentang bagaimana sikap keberagamaan mereka. Pada kondisi ini, sikap keberagamaan orang sulit untuk diubah, karena sudah berdasarkan pertimbangan dan pemikiran yang matang.6

Kesadaran beragama meliputi rasa keagamaan, pengalaman ketuhanan, keimanan, sikap, dan tingkah laku keagamaan, yang terorganisasi dalam sistem mental dari kepribadian. Keadaan ini dapat dilihat melalui sikap keberagamaan yang terdefernisasi yang baik, motivasi kehidupan beragama yang dinamis, pandangan hidup yang komprehansif, semangat pencarian dan pengabdiannya kepada tuhan,

5Fuazi Saleh dan Alimudiin, Pendidikan Islam Sosial Problematika Modern, (BandaAceh: Pena, 2007), h.112.

6Jalaludin, Psikologi Agama,(: Raja Grafindo Persada 2000), h.106.

5

juga melalui pelaksanaan ajaran agama yang konsisten, misalnya dalam melaksanakan shalat, puasa, dan sebagainya.7

Menurut Burhanuddin Salam dalam bukunya “Pengantar

Pedagogik” menyebutkan bahwa pada umur 12-18 tahun disebut fase The

Sense Of Identity, fase ini merupakan fase sadar akan keyakinan dan mencoba mengidentifikasikan dirinya untuk melakukan peran dan tokoh yang dianggap baik dan yang mendekati dirinya. Ia menilai dirinya dari segi norma, sifat- sifatnya maupun hubungan dengan orang lain agar merasa diperhatikan. Oleh karena itu, ia selalu berusaha menunjukkan identitas dirinya8

Para remaja di kelurahan katangka yang berada pada kisaran umur

12-18 tahun sedang berada pada fase tersebut. Dimana pada fase the sense of identity, remaja sedang mencari jati dirinya yang sebenarnya.

Segala sesuatu yang mereka anggap itu baik, akan mereka tunjukkan pada orang di sekitarnya agar mereka mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari orang yang di sekelilingnya. Hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar asalkan para remaja ini diajarkan dan ditanamkan akhlakul karimah, dalam hal ini, peran mubalig sangatlah diperlukan dalam membina kesadaran beragama para remaja agar dalam pelaksanaan suatu perbuatan atau kewajiban dapat dilaksanakan dengan

7Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama, (Bandung:Sinar Baru Al gensindo.1995), h. 37.

8BurhanudinSalam,PengantarPedagogik,(cet.1.Jakarta:RinekaCipta, 2002), h.70.

6

baik dan sesuai dengan tuntunan agama.

Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah terkait tentang bagaimana peran yang dilakukakn mubalig dalam membina kesadaran beragama remaja di

Kelurahan Katangka Kecamatan Sombaopu Kabupaten Gowa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dirumuskan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Kesadaran Beragama Remaja di Kelurahan Katangka

Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa?

2. Bagaimana Peran Mubalig Dalam Membina Kesadaran Beragama

Remaja diKelurahan Katangka Kecamatan Sombaopu Kabupaten

Gowa?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.TujuanPenelitian a. Untuk mengetahui tentang Bagimana Kesadaran Beragama Remaja di

Kelurahan Katangka Kecamatan Sombaopu Kabupaten Gowa b. Untuk Mengetahui Tentang Bagaiamana Peran Mubalig Dalam

Membina Kesadaran beragama Remaja di Kelurahan Katangka

Kecamatan Sombaopu Kabupaten Gowa

7

2. Manfaat Penelitan a. Manfaat Teoritis

Hasil daripada penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu keagamaan, dan sebagai dasar bagi studi-studi selanjutnya, terutama dalam rangka meningkatkan fungsi dan peranan mubalig dalam membina kesadaran beragama di kalangan remaja. b.Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi para mubalig dalam hal pembinaan kesadaran beragama para remaja.

Kematangan terhadap kesadaran beragama akan menunjukkan kematangan sikap seseorang.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mubalig

1. Pengertian Mubalig

Di dalam bahasa arab, kata tablig berasal dari kata kerja ballagha - yuballighu - tablighan yang berarti menyampaikan sesuatu pengertian kepada orang lain. Dalam hal ini tentu penyampaian ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits kepada segenap manusia. orang yang menyampaikan ajaran tersebut disebut dengan mubalig9

Secara gramatikal, kata mubalig merupakan isim fa'il, yang berarti orang yang menyampaikan ajaran Allah dan rasul kepada orang lain.

Subandi mengemukakan yang dimaksud tabligh adalah penyampaian dan pemberitaan ajaran Islam kepada umat manusia.10 Dengan penyampaian itu maka pemberita menjadi terbebas dari kewajibannya (menyampaikan) dan pihak penerima menjadi terikat.

Sedangkan dalam kamus besar bahasa disebutkan bahwa mubalig mempunyai dua arti “(1) pengantar dalam salat berjamaah, yaitu mengundangkan takbir agar kedengaran oleh makmum

(2) orang yang menyiarkan (menyampaikan) ajaran agama Islam”11

9Razzaq, Bekal Dakwah, (Surabaya: Karya Ilmu, 1993), h. 19.

10Subandi, Ilmu Dakwah Pengantar ke Arah Metodelogi, (Bandung: Syahida, 1994), h. 34.

11Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta, Pusat Bahasa, 2008), h.974.

8 9

Pemahaman mengenai mubalig pada dasarnya tidaklah asing bagi kita, selain kita pun terlebih dahulu banyak tahu mengenai definisi mubalig, kita pun merupakan seorang yang diperintahkan Allah SWT untuk menyampaikan ajaran Islam kepada segenap manusia lainnya. Jadi pada intinya kita adalah seorang mubalig. Mubalig dalam arti luas mempunyai pengertian setiap orang yang mampu menyampaikan ajaran kepada orang lain.

Diungkapkan dalam Q.S Al-Maidah / 5 : 67 :

يَاأَيُّ َها ال هر ُسو ُل بَ ِِّل ْغ َما أُ ْن ِز َل إِ َل ْي َك ِم ْن َربِِّ َك َوإِ ْن لَ ْم تَ ْفعَ ْل َف َما بَ هل ْغ َت ِر َسا َلتَهُ َوا هَّللُ يَ ْع ِص ُم َك ِم َن

ال هنا ِس إِ هن ا هَّللَ ال يَ ْه ِدي ا ْل َق ْو َم ا ْل َكافِ ِري َن

Terjemahnya:

“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.12

2. Peran dan Fungsi Mubalig

Peranan secara umum dapat diartikan bagian yang dimainkan seorang pemain atau tindakan yang dilakukan seorang dalam suatu peristiwa.13 Menurut Abu Ahmadi peranan adalah suatu kompleks

12KementerianAgamaRI, Al-Qur’an tafsir per kata tajwid kode angka (Tangerang Selatan: Kalim. 2008), h. 120. 13Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka. 1991), h. 751.

10

pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.14

Begitu pula bila dikaitkan dengan mubalig berdasarkan status dan fungsi sosialnya di masyarakat yaitu menyampaikan ajaran Islam kepada umat, agar umat mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Menurut Helmy, ada 3 faktor yang menjadi peranan mubalig, yaitu: a.Seorang mubalig ibarat seorang pedagang yang untuk mencapai

kesuksesannya harus; mengetahui dan menguasai keadaan dan sifat-

sifat masyarakat dan memiliki kecakapan dalam menyampaikan apa

yang akan ia sampaikan. b. Seorang mubalig harus berperan sebagai dokter dimana dia harus

mengetahui nama penyakit pasien, menentukan obat yang tepat, dan

mengerti cara menggunakan alat kedokteran. c. Mubalig di ibaratkan sebagai seorang petani, ia harus mengetahui

macam dan sifat tanah yang akan ditanami,

14Abu Ahmad, Psikologi Sosial,(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-2, h. 115.

11

memilih benih yang sesuai dengan tanah, dan mengetahui cara

menyebar, menanam dan memelihara. 15

Disamping adanya peranan mubalig yang harus dijalankan, ia pun mempunyai fungsi yang sangat menentukan. Menurut Yaqub fungsi mubalig itu antara lain: a. Meluruskan i'tikad. Tidak sedikit dalam kepercayaan masyarakat

adanya I'tikad yang menyalahi tuntunan Allah dan Rasul-Nya seperti

kepercayaan syirik atau menduakan Allah serta hal-hal lain yang

keluar dari ajaran Islam. dalam hal ini mubalig bertugas untuk

mengembalikan kepercayaan umat atau membersihkan syirik di hati

mereka. b. Mendorong dan merangsang untuk beramal. Seseorang akan terdorong

hatinya untuk melaksanakan shalat, zakat, puasa atau ibadah yang

lainnya. Jika ia menyadari betul betapa nikmatnya ibadah itu dan

nikmatnya melaksanakan perintah- perintah Allah itu. Dalam hal ini

mubalig harus mengemukakan argument yang mantap, ramah dan juga

terarah yang dapat menimbulkan gairah untuk beramal.

15Helmy, Dakwah dalam Alam Pembangunan,(Semarang: Toha Putra. 1973), h. 53.

12

c. Mencegah kemunkaran. Kemunkaran dan kemaksiatan adalah bentuk

perbuatan yang dilarang Allah. Dengan mencegah kemunkaran itu

dengan tangan, kalu tidak mampu maka cegahlah dengan lisan,

terakhir, jika mubalig tetap tidak mampu mencegah kemunkaran

dengan lisannya, maka rubahlah dengan hati, dan mencegah

kemunkaran dengan hati itulah selemah-lemahnya iman tapi

minimalnya ada pencegahan. d. Membersihkan jiwa. Tidak cukup manusia disebut baik dalam

lahiriahnya saja, sedangkan batinnya kotor. Karena itu mubalig

bertugas memberikan santapan rohani untuk kebersihan jiwa umat

dari berbagai penyakit, seperrti hasud, iri, dengki dan lain sebagainya

yang merupakan penyakit hati. e. Mengokohkan pribadi. Kepribadian adalah psychis yang

dimanifestasikan oleh individu dalam berhubungan dengan

lingkungannya. Tujuan mubalig mengokohkan kepribadian adalah

untuk mengisi atau mengisi kepribadiannya agar diwarnai dengan

nilai-nilai agama.

13

f.Membina persatuan dan persaudaraan. Membina persatuan dan

persaudaraan dalam masyarakat adalah kebutuhan primer bagi umat

untuk menjamin ketentraman dan mencapai kemajuan. g. Menolak kebudayaan yang datang dari luar Islam yang akan

mengakibatkan hancurnya etika umat Islam, karena sedikit budaya

yang mampu membuat budaya orang Islam lupa akan siapa dirinya.16

Disamping itu, Helmy menguraikan bahwa mubalig adalah sebagai juru penerang yang meliputi: a. Mubalig dengan tablighnya yang terarah merupakan alat yang ampuh

untuk menimbulkan partisifasi masyarakat dalam meyakinkan mereka. b. Sesungguhnya mubalig menghadapi masalah-masalah yang lebih sulit

sehingga bagi mereka diperlukan syarat-syarat khusus yang

disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi c. Mubalig sudah semestinya menjelaskan tentang hakikat Islam d. Mubalig sebagai pemimpin agama memegang peranan penting dalam

menghidupkan dan menumbuhkan partisifasi umat yang didasarkan

atas kesadaran dan keyakinan. 17

16Yaqub, Publisistik Islam,(Bandung: Diponegoro. 1992), h. 39 . 17 Helmy,Dakwah dalam Alam Pembangunan, h. 28.

14

Kemuliaaan seorang mubalig dijanjikan Allah dalam Q.S. An-Nahl /

16 : 97 sebagai berikut :

َم ْن َع ِم َل ََٰص ِل ًحا ِِّمن ذَ َك ٍر أَ ْو أُنثَ َٰى َو ُه َو ُم ْؤ ِم ٌن َف َلنُ ْحيِ َي هنهُۥ َحيَ َٰوةً َطيِِّبَةً ۖ َو َلنَ ْج ِزيَ هن ُه ْم أَ ْج َر ُهم بِأَ ْح َس ِن

َما َكانُو۟ا يَ ْع َملُو َن

Terjemahnya:

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan"18

B. Kesadaran Beragama

1. Pengertian Kesadaran Beragama

Kesadaran beragama merupakan bagian atau segi yang hadir

(terasa) dalam pikiran dan dapat di uji melalui intropeksi atau dapat dikatakan bahwa ia adalah aspek mental dan aktifitas agama19

Arti kesadara dalam kamus ilmiah adalah ingat akan dirinya; merasa dan insyaf akan dirinya; siuman; depan; permulaan. Berarti kesadaran adalah ingat akan dirinya untuk melakukan sesuatu berdasarkan dorongan yang ada di dalam jiwa.20

18KementerianAgamaRI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 488

19 Zakiyah Daradjat, Ilmu Juiwa Agama, (Jakarta:Bulan Bintang.1996). h. 4.

20Adi, Satrio, Kamus Ilimah Populer, Visi 7, 2005, h. 524.

15

Kesadaran umat tentunya nilai yang berlaku universal yang dapat terefleksi pada sistem tatanan sosial jenis manapun. Baik itu sistem sosialis,sesama, ke gotong-royongan, dan kepedulian adalah nilai-nilai universal danhumanism yang diakui baik oleh beragam masyarakat dengan Mode of Production21

Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadapkeyakinan adanya kekuatan ghaib, luar biasa atau supernatural yang berpengaruhterhadap kehidupan individu dan masyarakat bahkan terhadap segala gejala alam.

kepercayaan itu menimbulkan perilaku tertentu, seperti berdoa, memuja. Sertatelah sikap mental tertentu seperti rasa takut, rasa optimis, pasrah dan lainnya dari individu dan masyarakat yang mempercayainya.

Karenanya keinginan, petunjuk,dan ketentuan kekuatan gaib harus dipatuhi kalau manusia dan masyarakat ingin kehidupan ini berjalan dengan baik dan selamat.22

Manusia di ciptakan untuk menjadi abdi Allah, yang mana dalam hal ini akan tercermin gambaran menyeluruh tentang hubungan timbal balik antara pencipta, manusia dan lingkungan dalam konteks pembentukan insan kamil (yang berakhlak karimah) sebagai tujuan akhir pendidikan islam. Hubungan dan ketrekaitan tersebut sekaligus

21Daniel Djuned & dkk, Kerukunan Umat Beragama ;substansi dan realitas nilai- nilai universal keagamaan, h. 9

22 Bustanuddin agus, Agama Dalam kehidupan Manusia: Pengantar Antropologi Agama,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 1.

16

mencerminkan pola tingkah laku yang sejalan dengan penciptaan manusia, yaitu menjadi pengabdi Allah yang setia.23

Firman Allah dalam Q.S. Al-Araf/ 7 : 176 :

َو َل ْو ِشئْنَا َل َر َف ْعنَاهُ ِب َها َو َل ِك هنهُ أَ ْخ َلدَ إِ َلى األ ْر ِض َواتهبَ َع َه َواهُ َف َمثَلُهُ َك َمثَ ِل ا ْل َك ْل ِب إِ ْن ت َ ْح ِم ْل َع َل ْي ِه يَ ْل َه ْْ أَ ْو

تَتْ ُر ْكهُ يَ ْل َه ْْ ذَ ِل َك َمثَ ُل ا ْل َق ْو ِم ا هل ِذي َن َكذهبُوا بِآيَا ِتنَا َفا ْق ُص ِص ا ْل َق َص َص لَع َ هل ُه ْم يَتَ َف هك ُرو َن

Terjemahnya:

Dan (ingatlah) ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman). Bukankah Aku ini tuhanmu? Mereka menjawab (Engkau Tuhan kami)’ Kami menjadi saksi.24

Dengan demikian anak yang baru lahir sudah memiliki potensi untuk menjadi manusia yang bertuhan. Walau ada orang yang tidak mempercayai adanya tuhan bukanlah merupakan sifat dari asalnya, tetapi erat kaitannya dengan pengaruh lingkungan.

Jadi, pada dasarnya kesadaran untuk beragama dan mengabdikan diri sebagai hamba Allah itu sudah dimiliki oleh masing masing individu.

Karena pada dasarnyapun hakikat penciptaan manusia untuk menghabdikan dirinya kepada Allah agar selamat di dunia dan akhirat.

23Jalaluddin, Teologi Pendidikan, cet. 3. h. 9.

24KementerianAgamaRI, al-Qur’an danTerjemahnya, h. 300.

17

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan, seorang remaja bukan anak- anak lagi, tetapi ia belum bisa dikatakan sudah dewasa secara jasmani boleh jadi sudah dewasa tetapi emosi serta cara berfikirnya belum mentap dan mapan sebagaimana layaknya orang dewasa dalam perkembangan kepribadian seseorang, masa remaja mempunyai arti yang khusus ada yang mengatakan masa remaja adalah masa yang paling indah, sehingga tidaklah boleh dilewatkan begitu saja. Ada pula pendapat bahwa masa remaja adalah masa yang paling menentukan kelanjutan hidup seseorang dimasa tuanya. Remaja juga dikatakan generasi penerus perjuangan bangsa, baik buruk masa depan bangsa tergantung pada baik buruk moral dan akhlak remajanya.25

Pendapat lain juga dikatakan oleh Sarlito Wirawan Sarwono, dimana ia mendefinisikan remaja sebagai “masa peralihandari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologi tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam perubahan remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologi muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu.26 Mengenai batas usia, menurut Zakiyah Derajat menetapkan

25Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Cet. Ke-5: Jakarta: Rajawali Press, 2000), h. 9.

26Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, h.51.

18

batasan usia remaja mulai dari usia 13-21 tahun.27Akantetapi para ahli menegaskan bahwa yang dapat ditentukan masa remaja itu adalah masa permulaannya, yaitu ditandai dengan mimpi pertama bagi laki-laki, sedangkan wanita ditandai dengan menstruasi pertama. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan remaja adalah suatu masa dimana : a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-

tandaseksual sekunder sampai ia mencapai kematangan seksual. b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan perlu di identifikasi

dari anak-anak sampai dewasa. c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif mandiri.28

Berikut ini adalah kategori batas Umur Menurut Depkes RI (2009):

Masa balita = 0 – 5 tahun,

Masa kanak-kanak = 5 – 11 tahun.

Masa remaja Awal =12 – 1 6 tahun.

Masa remaja Akhir =17 – 25 tahun.

Masa dewasa Awal =26- 35 tahun.

Masa dewasa Akhir =36- 45 tahun.

Masa Lansia Awal = 46- 55 tahun.

Masa Lansia Akhir = 56 – 65 tahun.

27Zakiah Derajat, Problematika Remaja Indonesia, (Cet Ke-3: Jakarta: Bulan Bintang 1978), h. 114.

2846 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Cet Ke-2. Jakarta: Rajawali Press 1991), h. 67

19

Masa Manula = 65 – sampai atas29

2. Kesadaran Beragama Pada Masa Remaja

Kesadaran beragama pada masa remaja itu dimulai dengan cenderungnya remaja kepada meninjau dan meneliti kembali caranya beragama dimasa kecil dulu. Kepercayaan tanpa pengertian yang diterimanya waktu kecil itu tidak memuaskan lagi, patuh dan tunduk kepada ajaran tanpa komentar atau alasan tidak lagi menggembirakannya. Jika ia misalnya dilarang melakukan suatu karena agama, ia tidak puas kalau alasannya hanya dalil-dalil dan hukum-hukum mutlak yang diambil dari ayat-ayat kitab suci atau hadis-hadis nabi.

Mereka ingin menjadikan agama sebagai suatu lapangan baru untuk membuktikan pribadinya, karenanya ia tidak mau lagi beragama sekedar ikut-ikutan saja30

Menurut Ahyadi, Ciri-ciri kesadaran beragama yang menonjol pada masa remaja ialah:

a. Pengalaman ke-Tuhanannya makin bersifat individual.

Remaja makin mengenal dirinya. Ia menemukan “diri”nya bukan hanya sekadar badan jasmaniah, tetapi merupakan suatu kehidupan psikologis rohaniah berupa “pribadi”. Remaja bersifat kritis terhadap dirinya sendiri dan segala sesuatu yang menjadi milik pribadinya. Ia menemukan pribadinya terpisah dari pribadi-pribadi lain dan terpisah pula

29https://yhantiaritra.wordpress.com/2015/06/03/kategori-umur-menurut-depkes(9 april 2019) 30Zakiyah Daradjat.Ilmu Juiwa, h.93.

20

dari alam sekitarnya. Pemikiran, perasaan, keinginan, cita-cita dan kehidupan psikologis rohaniah lainnya adalah milik pribadinya.

Penghayatan penemuan diri pribadi ini dinamakan “individuasi”, yaitu adanya garis pemisah yang tegas antara diri sendiri dan bukan diri sendiri.

Penemuan diri pribadinya sebagai sesuatu yang berdiri sendiri menimbulkan rasa kesepian dan rasa terpisah dari pribadi lainnya. Secara formal dapat menambah kedalaman alam perasaan, akan tetapi sekaligus menjadi bertambah labil.

Keadaan labil yang menekan menyebabkan si remaja mencari ketentraman dan pegangan hidup. Penghayatan kesepian, perasaan tidak berdaya menjadikan si remaja berpaling kepada Tuhan sebagai satu- satunya pegangan hidup, pelindung dan penunjuk jalan dalam goncangan psikologis yang dialaminya. b.Keimananya makin menuju realitas yang sebenarnya.

Terarahnya perhatian ke dunia dalam menimbulkan kecenderungan yang besar untuk merenungkan, mengkritik, dan menilai diri sendiri.

Intropeksi diri ini dapat menimbulkan kesibukan untuk bertanya-tanya pada orang lain tentang dirinya tentang keimanan, dan kehidupan agamnya.

Dengan berkembangnya kemampuan berpikir secara abstrak,si remaja mampu pula menerima dan memahami ajaran agama yang berhubungan dengan masalah ghaib, abstrak dan rohaniah, seperti kehidupan alam kubur, hari kebangkitan dan lain-lain. Penggambaran

21

anthropomorphik atau memanusiakan Tuhan dan sifat-sifat-Nya,lambat laun di ganti dengan pemikiran yang lebih sesuai dengan realitas. c.Peribadatan mulai disertai penghayatan yang tulus.

Pada masa ini remaja mulai mendidik dirinya sendiri. Ia berusaha mendisiplinkan diri sesuai dengan norma dan ajaran yang dihayatinya sebagai ikatan dari dalam diri pribadinya, karena norma itu telah diakui dan dirasakan sebagai milik dan bagian pribadinya. Esensi agama adalah pengalaman kehadiran Tuhan, kekuatan yang tertinggi. Dalam usaha mengharmoniskan hidupnya dengan tuhan, manusia bertingkah lakusesuai dengan kehendak Tuhan dan tingkah laku ini adalah tingkah laku bermoral.31

31Abdul Aziz Ahyadi.Psikologi Agama.(Bandung:SinarBaru Al gensindo.1995). h. 43-48.

22

BAB III

METODEPENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam melakukan penelitian seorang peneliti dapat menggunakan berbagai jenisdan pendekatan penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian yang dilaksanakan di kelurahan katangka kecamatan

Somba Opu kabupaten Gowa ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, karena pada penelitian ini memfokuskan pengamatan dan hal-hal yang terjadi di lapangan. Menurut Bogdon & Taylor dalam buku Lexy J.

Moleong, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, penelitian ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik

(utuh).32Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya.33Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya;

32Lexy.J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012), h. 4.

33Lexy. J. Moleong, MetodologiPenelitian Kualitatif, h. 150.

22 23

disebut sebagaimetode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.34

Sedangkan tujuannya yaitu metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna.

Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak.35 Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat penelitian deskriptif.

Menurut Best dalam bukunya Sukardi, penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.36Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.37

Maka dari itu, dalam penelitian di Kelurahan katang kacamatan somba Opu kabupaten gowa ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan deskriptif. Hal ini bertujuan agar dapat memberikan penjelasan dan suatu gambaran secara utuh dan terorganisasi dengan baik tentang komponen-komponen tertentu, sehingga dapat memberikan kevalidan dari hasil penelitian. Serta dalam

34Sugiyono, Metode Penelitian KuantitatifKualitatifdan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009),h.8

35Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R&D, h.9

36Sukardi,MetodologiPenelitian PendidikanKompetensidanPraktiknya,(Jakarta:Bumi Aksara, 2008), h. 157

37 Sukardi,Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya ,h. 157.

24

penelitian kualitatif deskriptif ini akan menyajikan segala peristiwa dan kejadian secara menyeluruh.

B. Lokasi Penelitian

S. Nasution berpendapat bahwa ada tiga unsur penting yang perludi pertimbangkan dalam menetapkan lokasi penelitian yaitu: tempat, pelaku dan kegiatan.38 Adapun lokasi yang menjadi objek penelitian peneliti yakni di Kelurahan Katangka Kecamatan Somba Opu Kabupaten

Gowa. Tempat ini menjadi pilihan penulis karena penulis tertarik terhadap masalah peran mubaligh dalam membina kesadaran beragama pada remaja di Kelurahan Katangka Kecamatan Sombaopu Kabupaten Gowa.

C. Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif, yang telah menetapkan populasi dan sampel. Mengacu pada hal tersebut maka penulis dalam menetapkan sumber data yaitu menggunakan sistem snowball sampling, artinya sumber informasi yang diperlukan berkembang terus sampai mendapat jawaban yang memuaskan. Lexy J. Moleang mengatakan bahwa Rsponden dalam penelitian kualitatif berkembang terus (Snowball)secara proporsife (bertujuan) sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan, alat pengumpul data atau instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri atau peneliti

38S. Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif,(Bandung: Tarsitno, 1996), h. 43.

25

merupakan key instrumen.39

Sumber data penelitian terdiri dari dua sumber, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder

1.Sumber Data Primer

Adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dari lokasi penelitian atau objek yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh dari informasi. Secara teknis informan adalah orang yang dapat memberikan penjelasan yang lebih detail dan konferhensif mengenai apa, siapa, dimana, kapan, bagaimana,dan mengapa. Dalam penelitian ini yang termasuk sumber data primer adalah terdiri dari Ibu lurah katangka,

Alasannya adalah agar mempermudah mendapatkan data-data muballig di lokasi penelitian termasuk batas-batas wilayah dan kondisi keagamaan di lokasi penelitian, 5 orang mubalig, Alasannya adalah Muballig merupakan objek daripada judul penelitian ini sendiri. Ketua pengurus masjid tua katangka dan masjid Syekh Yusuf, alasannya adalah ketua pengurus masjid merupakan tokoh agama yang banyak mengetahui bagaimana kondisi masyarakat di sekitar masjid termasuk mubalig dan remajanya, Dijadikannya mereka sebagai informan sebab penulis menilai bahwa mereka inilah yang berkompoten memberikan keterangan atau data yang berhubungan erat dengan masalah yang diteliti.

2.Sumber Data Sekunder

Merupakan jenis data yang mendukung data primer dan dapat

39Husaini Usman dan Purnomo Detiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta, Bumi Aksara, 1995), h. 81

26

diperoleh di luar objek penelitian.40 Sumber data sekunder dapat dibagi kepada; pertama, kajian kepustakaan konseptual yaitu kajian terhadap artikel-artikel atau buku-buku yang ditulis oleh para ahli yang ada hubungannya dengan pembahasan judul penelitian ini.Kedua, kajian kepustakaan dari hasil penelitian terdahulu atau penelusuran hasil penelitian terdahulu yang ada relevansinya dengan pembahasan penelitian ini, baik yang telah diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dalam bentuk buku atau majalah ilmiah.

D. Metode Pengumpulan Data

DJ.Supranto berpendapat bahwa data yang baik dalam suatu penelitian adalah data yang dapat di percaya kebenarannya yang mencakup ruang yang luas dan dapat memberikan gambaran yang jelas untuk menarik kesimpulan.41

Data yang di butuhkan dalam penulisan skripsi secara umum terdiri dari data yang bersumber dari penelitian lapangan, wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan penelitian dan dokumentasi, dan masing-masing sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan

40Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Cet. 24; : Andi Offsed, 1993), h. 11.

41Supranto,MetodeRiset, Aplikasinya dalam Pemasaran,(Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 1998), h. 47.

27

dengan cara mengamati dan mencatat, menganalisa secara sistematis terhadap gejala / fenomena objek yang diteliti. Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang penting adalah proses pengamatan dan ingatan42. Observasi yang akan di lakukan peneliti yaitu, pengamatan terhadap objek penelitian yang berkaitan dengan fenomena-fenomena atau gejala-gejala yang terjadi di lapangan, dengan cara mengajukan pertanyaan penelitian, mendengarkan, mengamati serta membuat catatan untuk dianalisa.

2. Wawancara

Wawancara merupakan proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam dua orang atau lebih dengan cara bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan.43 Wawancaraatauinterview merupakan metode pengumpulan data untuk mendapatkan keterangan lisan melalui tanya jawab dan berhadapan langsung kepada orang yang dapat memberikan keterangan.

Teknik ini memberikan data sekunder dan data primer yang akan mendukung penelitian.44

Wawancara dilakukan secara mendalam dengan objek yang akan

42Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 145.

43Sugiyono, Memahami Penelitian kualitatif, h. 82. 44Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Cet. 4: Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2008), h. 23.

28

diteliti maupun dengan informan yang dianggap dapat memberikan informasi sesuai yang dibutuhkan yaitu para muballig beserta para remaja yang berda di daerah setempat. Bantuan untuk memudahkan pelaksanaan wawancara maka peneliti dapat menggunakan daftar pertanyaan yang disusun secara terpimpin atau melakukan wawancara secara bebas.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambaran, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita biografi, peraturan kebijakan, sedangkan yang dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.45 Jadi dokumentasi merupakan hal yang urgen dalam melakukan penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Faktor penunjang keberhasilan dalam sebuah penelitian adalah instrumen atau alat yang digunakan dalam pengumpulan data, yakni mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi lebih sistematis dan mudah untuk mencari data yang akurat.

Untuk pengumpulannya dibutuhkan beberapa alat untuk mendapat data yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian. Alat isntrumen yang

45Sugiyono,Memahami Penelitian kualitatif , h. 83.

29

digunakan adalah peneliti sendiri karena didukung oleh adanya potensi manusia yang memiliki sifat dan kemampuan untuk mengamati, menilai, memutuskan dan mengumpulkan hasil penelitian secara objektif .Alat yang juga digunakan yaitu pedoman wawancara dan telaah kepustakaan seperti buku, foto, dokumen serta alat penunjang seperti kamera, perekam suara, buku catatan, mencatat hasil observasi dan wawancara.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat penelitian kualitatif untuk menemukan yang di inginkan oleh peneliti. Pengolahan data yang ada selanjutnya diinterpretasikan dalam bentuk konsep yang dapat mendukung objek pembahasan. Analisis data dapat dilakukan sepanjang proses penelitian dengan menggunakan teknik analisis sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.46 Informasi dari lapangan sebagai bahan mentah diringkas, disusun lebih sistematis, dan ditonjolkan pokok-pokok yang penting sehingga lebih mudah dikendalikan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data yang diperoleh dari lapangan terkait dengan seluruh permasalahan penelitian dipilih antara yang dibutuhkan dan yang tidak

46Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif, h. 92

30

dibutuhkan, lalu dikelompokkan kemudian diberi batasan masalah.47

Bentuk penyajian data kualitatif dapat berupa teks naratif, maupun matrik, grafik, jaringan dan bagan.

3. Penarikan Kesimpulan

Upaya penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan peneliti secara terus menerus selama berada di lapangan. Dari permulaan pengumpulan data, mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan teori), penjelasan-penjelasan, konfigurasi- konfigurasi, alur sebab akibat, dan proposal.48

Berdasarkan penjelasan tentang penarikan kesimpulan di atas, dapat dipahami bahwa penarikan kesimpulana dalah menyederhanakan kalimat, arti benda-benda,alur sebab-akibat yang menjadi inti pembahasan dalam penelitian berdasarkan data yang diperoleh selama berada dilapangan.

47 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, h. 1.

48 Lihat Mile, M.B. dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, Penerjemah Tjetjep Rohendi (Cet. 3; Jakarta: UI Press, 1992), h. 32.

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Kabupaten Gowa a. Gambaran Geografis

Kabupaten Gowa berada pada 12°38.16' Bujur Timur dari Jakarta dan 5°33.6' Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkan letak wilayah administrasinya antara 12°33.19' hingga 13°15.17' Bujur Timur dan 5°5' hingga 5°34.7' Lintang Selatan dari Jakarta.

Kabupaten yang terletak pada bagian selatan dari Sulawesi Selatan ini merupakan daerah otonom, berbatasan dengan beberapa kabupaten lain di Sulsel. Di Bagian utara berbatasan dengan Kota Makassar dan

Kabupaten Maros. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai,

Bone, Bulukumba, dan Bantaeng. Di sebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten Takalar dan Jeneponto sedangkan di bagian baratnya dengan

Kota Makassar dan Takalar.

Wilayah administrasi kabupaten Gowa sampai tahun 2016 terdiri dari 18 kecamatan dan 167 desa dan kelurahan dengan luas sekitar

1.883,33 km² atau setara 3,01 persen dari luas wilayah propinsi Sulawesi

Selatan.

31 32

Wilayah kabupaten Gowa sebagian besar merupakan dataran tinggi yaitu sekitar 72,26 persen. Ada sembilan wilayah kecamatan yang merupakan dataran tinggi yaitu Parangloe, Manuju, Tinggimoncong,

Parigi, Tombolopao, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu, dan

Biringbulu. Dari total luas kabupaten Gowa 35,30 persen mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah kecamatan

Parangloe, Tinggimoncong, Parigi, Bungaya, dan Tompobulu. b. Pemerintahan

Sistem pemerintahan diatur dalam wilayah pemerintahan

Kecamatan yang terdiri atas:

1) Kecamatan Sombaopu

2) Kecamatan Bontonompo Selatan

3) Kecamatan Pattallassang

4) Kecamatan Manuju

5) Kecamatan Bungaya

6) Kecamatan Barombong

7) Kecamatan Bajeng

8) Kecamatan Bajeng Barat

9) Kecamatan Bontonompo

33

10) Kecamatan Bontomarannu

11) Kecamatan Parangloe

12) Kecamatan Tinggimoncong

13) Kecamatan Parigi

14) Kecamatan Tombolopao

15) Kecamatan Bontolempangan

16) Kecamatan Tompobulu

17) Kecamatan Biringbulu

18) Kecamatan Pallangga

Pemerintahan inilah yang mengatur berbagai sektor kegiatan

masyarakat seperti pendidikan, teknologi, ekonomi, politik, sosial

budaya, serta pertahanan dan keamanan.

Kabupaten Gowa dilalui 15 sungai yang cukup besar. Sungai

dengan luas daerah aliran yang terbesar adalah sungai Jeneberang

yaitu seluas 881 km² dengan panjang 90 km. Sehingga sebagaian

besar wilayah kabupaten Gowa menggunakan sumber air sungai

Jeneberang, baik sebagai bahan baku air minum maupun untuk irigasi

persawahan dan tanaman pangan lainnya. c. Penduduk

34

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk (SP) 2010, jumlah penduduk kabupaten Gowa sebanyak 652.329 orang, yang terdiri atas 320.568 laki-laki dan 331.761 perempuan. Dari hasil SP 2010 tersebut masih tampak bahwa penyebaran penduduk kabupaten Gowa masih bertumpu di kecamatan Sombaopu yakni sebesar 19,95 persen, kemudian diikuti oleh kecamatan Pallangga sebesar 15,08 persen, kecamatan Bajeng sebesar 9,55 persen, kecamatan Bontonompo sebesar

6,03 persen dan kecamatan lainnya di bawah lima persen. Parigi,

Bontolempangan, dan Manuju adalah tiga kecamatan dengan urutan terbawah yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit masing-masing berjumlah 13.100 orang, 13.212 orang, dan 14.074 orang. Sedangkan kecamatan Somba Opu dan kecamatan Pallangga merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya untuk wilayah di perkotaan, yakni masing-masing sebanyak 130.126 orang dan 98.372 orang.

Dengan luas wilayah kabupaten Gowa sekitar 1.883,33 kilo meter persegi yang didiami oleh 652.329 orang (2010) maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk kabupaten Gowa adalah sebanyak 1.223 orang per kilo meter persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Somba Opu yakni sebanyak 4.632 orang per kilo meter persegi sedangkan yang paling rendah adalah kecamatan

Parangloe yakni sebanyak 74 orang per kilo meter persegi.

35

Berikut jumlah penduduk Kabupaten Gowa lima tahun terakhir:

575.295 jiwa (2005), 586.069 jiwa (2006). Tahun 2015 (17/4) jumlah penduduk Gowa telah mencapai 747.257 dengan perincian laki-laki sebanyak 371.213 jiwa sedangkan perempuan sebesar 376.044 jiwa.

d. Sosial Budaya

Sebagian penduduk Kabupaten Gowa masih memengang nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong, budaya siri na pacce masih berlaku dan dipegang teguh masyarakat Gowa. Secara umum di pelosok-pelosok pedesaan, kegiatan pembangunan dilaksanakan dengan kerjasama dalam nuansa kekeluargaan. Partisipasi masyarakat masih terlihat dalam membuat jalan baru, saluran irigasi, pembangunan rumah penduduk, dan acara perkawinan49

2. Gambaran Umum Kecamatan Somba Opu a. Kependudukan

Data tahun 2010 menyebutkan Penyebaran penduduk Kabupaten

Gowa masih bertumpu di Kecamatan Somba Opu yakni sebesar 19,95 persen dari total jumlah penduduk kabupaten Gowa sebesar 652.329 orang.

49Darmawan Denassa. The Gowa Center http://thegowacenter.blogspot.com/2011/03/kabupaten-gowa.html (19 maret 2019)

36

a) Kecamatan Somba Opu juga merupakan kecamatan yang paling

banyak penduduknya untuk wilayah perkotaan, yakni sebanyak

130.126 orang dimana jumlah penduduk laki-laki sebesar 64.442

orang dan perempuan sebesar 65.684.

b) Kecamatan Somba Opu tercatat sebagai kecamatan yang paling

tinggi tingkat kepadatan penduduknya yakni sebanyak 4.632

orang/km2.

c) Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Somba Opu adalah yang

tertinggi dibandingkan Kecamatan lain di Kabupaten Gowa yakni

sebesar 4,07 persen

d) Kecamatan Somba Opu memiliki rata-rata anggota rumah tangga

terbesar sebanyak 4,65 orang dari total jumlah rumah tangga yakni

28.002 KK50 a. Keadaan Geografis

Batas Wilayah:

Utara : Kota Makassar

Timur : Kecamatan Bontomarannu

Selatan : Kecamatan Pallangga dan Kabupaten Takalar

Barat : Kecamatan Pallangga dan Kota Makassar

Luas wilayah 28.09 km2 atau 2.809 Ha (1,49 % dari luas wilayah kabupaten Gowa) dengan ketinggian daerah/altitude berada 25 meter di

50Anonim. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010, Data Agregat per Kecamatan, Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa,(26, maret ,2019)

37

atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah terletak pada dataran rendah dengan koordinat Geografis berada pada 5 derajat 12’5″ LS dan

119 derajat 27’15” BT. Batas alam dengan kecamatan Pallangga adalah

Sungai Jeneberang yaitu sungai dengan panjang 90 km dan luas Daerah

Aliran Sungai 881 km2 b. Pemerintahan

Terdiri dari 14 kelurahan, 28 lingkungan, 102 RK/RW, dan 327 RT.

Kelurahan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Kelurahan Sungguminasa

2) Kelurahan Bontobontoa

3) Kelurahan Batangkaluku

4) Kelurahan Tompobalang

5) Kelurahan Katangka

6) Kelurahan Pandang-pandang

7) Kelurahan Tombolo

8) Kelurahan Kalegowa

9) Kelurahan Samata

10) Kelurahan Romangpolong

11) Kelurahan Paccinongang

12) Kelurahan Tamarunang

13) Kelurahan Bontoramba

14) Kelurahan Mawang

38

Tingkat perkembangan kelurahan di kecamatan Somba Opu meliputi 3 kelurahan swakarya (self work) dan 11 kelurahan swasembada

(self supporting). Tingkat perkembangan LKMD dari 14 kelurahan ada 1

LKMD Tingkat II, dan 13 LKMD Tingkat III. Jumlah personel pertahanan sipil (Hansip) dengan kualifikasi Linmas sebanyak 306 orang. c. Pendidikan

a) Jumlah Sekolah Taman Kanak-Kanak pada tahun 2004-2006

sebanyak 58 sekolah dan pada tahun 2007-2009 sebanyak 41

sekolah, jumlah guru sebanyak 163 orang (perempuan), dengan

jumlah murid laki-laki sebanyak 1.124 orang dan murid perempuan

sebanyak 1.203 orang.

b) Jumlah Sekolah Dasar sebanyak 44 sekolah dengan perincian

berdasarkan status yaitu sekolah negeri sebanyak 14 buah, sekolah

Inpres 29 buah, dan sekolah swasta 1 buah.

c) Jumlah guru SD sebanyak 241 orang (laki-laki) dan 335 orang

(perempuan) dengan perincian berdasarkan status yaitu guru

sekolah negeri sebanyak 103 orang (laki-laki) dan 123 orang

(perempuan), guru sekolah Inpres sebanyak 135 orang (laki-laki) dan

207 (perempuan), sedangkan guru sekolah swasta sebanyak 3

orang (laki-laki) dan 5 orang (perempuan).

d) Jumlah murid SD yang laki-laki sebanyak 6.835 orang dan murid

perempuan sebanyak 7.935 orang dengan perincian berdasarkan

status yaitu murid sekolah negeri sebanyak 2.630 orang (laki-laki)

39

dan 3.320 orang (perempuan), murid sekolah Inpres sebanyak 4.126

orang (laki-laki) dan 4.520 orang (perempuan), sedangkan murid

sekolah swasta sebanyak 79 orang (laki-laki) dan 95 orang

(perempuan). e) Jumlah Sekolah Luar Biasa (SLB) sebanyak 1 sekolah, jumlah guru

sebanyak 8 orang (laki-laki) dan 10 orang (perempuan), dengan

jumlah murid laki-laki sebanyak 51 orang dan murid perempuan

sebanyak 52 orang. f) Jumlah Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebanyak 2 sekolah, jumlah guru

sebanyak 8 orang (laki-laki) dan 4 orang (perempuan), dengan

jumlah murid laki-laki sebanyak 92 orang dan murid perempuan

sebanyak 82 orang. g) Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 17

sekolah dengan perincian berdasarkan status yaitu sekolah negeri

sebanyak 6 buah, dan sekolah swasta 11 buah. h) Jumlah guru SLTP sebanyak 145 orang (laki-laki) dan 215 orang

(perempuan) dengan perincian berdasarkan status yaitu guru

sekolah negeri sebanyak 82 orang (laki-laki) dan 144 orang

(perempuan), guru sekolah swasta sebanyak 63 orang (laki-laki) dan

71 (perempuan). i) Jumlah murid SLTP yang laki-laki sebanyak 2.321 orang dan murid

perempuan sebanyak 2.567 orang dengan perincian berdasarkan

status yaitu murid sekolah negeri sebanyak 1.832 orang (laki-laki)

40

dan 2.814 orang (perempuan), murid sekolah swasta sebanyak 484

orang (laki-laki) dan 548 orang (perempuan). j) Jumlah Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebanyak 5 sekolah, jumlah

guru sebanyak 36 orang (laki-laki) dan 60 orang (perempuan),

dengan jumlah murid laki-laki sebanyak 437 orang dan murid

perempuan sebanyak 400 orang. k) Jumlah Sekolah Menengah Umum (SMU) sebanyak 10 sekolah

dengan perincian berdasarkan status yaitu sekolah negeri sebanyak

2 buah, dan sekolah swasta 8 buah. l) Jumlah guru SMU sebanyak 120 orang (laki-laki) dan 130 orang

(perempuan) dengan perincian berdasarkan status yaitu guru

sekolah negeri sebanyak 35 orang (laki-laki) dan 32 orang

(perempuan), guru sekolah swasta sebanyak 85 orang (laki-laki) dan

98 (perempuan). m) Jumlah murid SMU yang laki-laki sebanyak 1.213 orang dan murid

perempuan sebanyak 1.547 orang dengan perincian berdasarkan

status yaitu murid sekolah negeri sebanyak 622 orang (laki-laki) dan

892 orang (perempuan), murid sekolah swasta sebanyak 591 orang

(laki-laki) dan 655 orang (perempuan). n) Jumlah Madrasah Aliyah (MA) sebanyak 5 sekolah, jumlah guru

sebanyak 45 orang (laki-laki) dan 55 orang (perempuan), dengan

jumlah murid laki-laki sebanyak 286 orang dan murid perempuan

sebanyak 389 orang.

41

o) Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak 8 sekolah

dengan perincian berdasarkan status yaitu sekolah negeri sebanyak

2 buah, dan sekolah swasta 6 buah.

p) Jumlah guru SMK sebanyak 125 orang (laki-laki) dan 155 orang

(perempuan) dengan perincian berdasarkan status yaitu guru

sekolah negeri sebanyak 20 orang (laki-laki) dan 63 orang

(perempuan), guru sekolah swasta sebanyak 105 orang (laki-laki)

dan 92 (perempuan).

q) Jumlah murid SMK yang laki-laki sebanyak 900 orang dan murid

perempuan sebanyak 1.030 orang dengan perincian berdasarkan

status yaitu murid sekolah negeri sebanyak 433 orang (laki-laki) dan

342 orang (perempuan), murid sekolah swasta sebanyak 467 orang

(laki-laki) dan 688 orang (perempuan). d. Keagamaan

a) Jumlah tempat ibadah berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut :

Mesjid : 107 buah

Musholla : 16 buah

Langgar : 16 buah

Gereja : 7 buah

b) Jumlah Rohaniawan Islam adalah sebagai berikut :

Ulama : 6 orang

Khatib : 168 orang

Mubaligh : 93 orang

42

Penyuluh agama muda : 13 orang

Penyuluh agama madya : 7 orang51

3. Kelurahan Katangka

Kelurahan Katangka merupakan satu dari 14 desa dan kelurahan di kecamatan Sombaopu kabupaten Gowa, provinsi Sulawesi-Selatan.

Merupakan desa pemekaran dari Bontolangkasa, Ta'buakkang dan

Passalanggang dua dusun dari Bontolangkasa yang menjadi desa baru

Katangka.

Katangka berbatasan dengan beberapa desa dan kelurahan lain di

Bontonompo, sebelah barat berbatasan dengan Bontolangkasa dan

Bontolangkasa Selatan, pada bagian timur berbatasan dengan kelurahan

Kalase'rena dan Bategulung, pada bagian utara berbatasan dengan

Bontolangkasa dan kelurahan Kalase'rena, dan pada bagian selatan berbatasan dengan Bategulung.

Katangka terbagi atas dua dusun masing-masing Ta'buakkang dan

Passallanggang. Nama Katangka diabadikan dari nama sebuah pohon yang sejak empat tahun silam telah dikonservasi oleh Rumah Hijau

Denassa (RHD) untuk menyelamatkan tanaman ini. (TGC)

1. Kependudukan

Jumlah penduduk sebanyak 8524.000 jiwa

Laki-laki sebanyak 4263000

Perempuan sebanyak 4255000

51 dadu Skda uadatkats tdtS dasu nada 9unutpeaa k5ooknptdn Scnadoanta tskkognpodtnSa/n: pdtsa nonA)

43

2. Pemerintahan

Jumlah RW sebanyak 8

Jumlah RT sebanyak 23

3. Keadaan Geografis

Luas wilayah 50,7 HA

4. Keagamaan

Jumlah masjid di kelurahan katangka secara keseluuhan berjumlah 9

masjid dan 1 mushollah

Belum ada data yang resmi mengenai jumlah dan nama nama

mubaligh di kantor kelurahan katangka, Kebanyakan mubaligh yang

datang mengisi khutbah mauupun kegiatan-kegiatan keagama

lainnya adalah berasal dari luar katangka.52

B. Keasadaran Beragama Remaja Di Kelurahan Katangka

Bagaimanakah kesadaran beragama pada masa remaja?

Kesadaran beragama pada masa remaja itu dimulai dengan cenderungnya remaja kepada meninjau dan meneliti kembali caranya beragama di masa kecil dulu. Kepercayaan tanpa pengertian yang diterimanya waktu kecil itu tidak memuaskan lagi, patuh dan tunduk kepada ajaran tanpa komentar atau alasan tidak lagi menggembirakannya. Jika ia misalnya dilarang melakukan suatu karena agama, ia tidak puas kalau alasannya hanya dalil-dalil dan hukum-hukum

52Hasil wawancara dengan Perwakilan dari Ibu lurah katangka. Muh Nasir, pada tanggal (10 april 2019).

44

mutlak yang diambil dari ayat-ayat kitab suci atau hadis-hadis nabi.

Mereka ingin menjadikan agama sebagai suatu lapangan baru untuk membuktikan pribadinya, karenanya ia tidak mau lagi beragama sekedar ikut-ikutan saja53

Berkaitan dengan pendapat ahli di atas, Peneliti mencoba untuk

mengkaitkannya dengan realita kesadaran beragama remaja di lokasi

penelitian. Berikut ini adalah hasil wewancara dengan beberapa

narasumber di lokasi penelitian :

1. Kondisi kesadaran beragama remaja di kelurahan katangka

berdasarkan hasil wewancara dengan Perwakilan Ibu lurah katangka,

Muh Nasir, selaku kepala seksi pemerintahan di kelurahan katangka

“Untuk persoalan kesadaran beragama remaja di kelurahan katangka masih sangat rendah. Bisa di lihat pada saat sholat berjamaah di masjid maupun kalau ada agenda agenda taklim yang biasa di selanggarakan di masjid, masih sangat minim di hadiri oleh para remaja. Kecuali di hari-hari besar islam masih agak lumayan, bahkan masjid dan agenda-agenda taklim lebih banyak diramaikan oleh kalangan remaja”.

2. Wawancara dengan ustaz mujibur (Mantan ketua preman), selaku tokoh masyarakat sekaligus mubalig terkait mengenai tingkat kenakalan remaja di kelurahan katangka.

“Tingkat kenakalan remaja waktu sekarang dibandingkan dulu waktu kami masih nakal alhamdulilah agak menurun. Terutama dalam hal perkelahian. Kebanyakan yang membuat rusuh dulu itu adalah geng motor, baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Namun sekarang alhamdulillah sudah tidak ada lagi”54.

53Zakiyah Daradjat.Ilmu Juiwa, h.93.

54 adktr adadugdtda tstkdpd Ustaz Mujibur dad aduccdr o(8 MaretnonA )

45

3. Wawancara dengan Ketua pengurus Masjid Syekh Yusuf, Abdul

Azizi K. Daeng Taba mengenai tingkat kesadaran beragama remaja di kelurahan katangka.

“tingkat kesadaran beragama masih tergolong sangat rendah. Remaja di kelurahan katangka, khususnya yang berada tinggal di sekitar masjid syekh yusuf kalau di saat waktu sholat masih lebih banyak terlihat nongkrong dan tidak menghiraukan azan, di setiap ada kegiatan-kegiatan seperti taklim bulanan di masjid juga hanya terlihat satu atau dua orang saja yang hadir”55.

4. Wawancara dengan ustaz Arman Rauf. tokoh masyarakat sekaligus sebagai mubalig terkait mengenai tingkat kesadaran beragama remaja di kelurahan katangka.

“Remaja di sini sebagaian besar kurang perduli dengan hal-hal yang terkait keagamaan, kecuali di hari-hari besar islam, seperti bulan puasa, hari lebaran dll mereka banyak terlihat di masjid dan membantu apa yang mereka bisa seperti mempersiapkan makanan untuk berbuka puasa di masjid dll”56

5. Wawancara dengan ketua pengurus masjid tua katangka, Dr. H.

Hasan Abdullah Daeng buang terkait mengenai tingkat kesadaran beragama dan faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya kesadaran beragama pada remaja.

“kebanyakan remaja di sini lebih mementingkan kegiatan-kegiatan mereka di luar hal-hal tentang keagamaan. Kesibukan seperti sekolah, bermain dan bergaul lebih banyak terlihat dibandingkan kegiatan mereka dalam hal keagaman. Seperti masjid ini, yang mengisi saf dari anak-anak remaja bisa di hitung dengan jari, bahkan sering tak ada sama sekali, lebih banyak yang sholat

55to zdkAta ubsse uSkS a 9taSr 9MtM tsaSd sucStSk tstkdpd aadktr adadugdtd dad aduccdr oadsuc ndtd(8 MaretnonA )

56tstkdpd akada aadktr adadugdtd Arman Rauf o dad aduccdr(8 MaretnonA )

46

adalah orang dewasa dan anak anak usia dini yang kebetulan datang sekaligus untuk belajar mengaji di TPA yang terletak di halaman masjid Ada banyak faktor yang menyebabkan kurangnya kesadaran beragama pada mereka , tapi yang sangat mempengaruhi itu adalah faktor lingkungan atau pergaulan mereka, juga mungkin karena dasar-dasar ilmu agama mereka yang masih sangat kurang”57

C. Peran Mubaligh Dalam Membina Kesadaran Beragama Remaja di

Kelurahan Katangka.

Peranan secara umum dapat diartikan bagian yang dimainkan seorang pemain atau tindakan yang dilakukan seorang dalam suatu peristiwa.58 Menurut Abu Ahmadi peranan adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.59

Begitu pula bila dikaitkan dengan mubalig berdasarkan status dan fungsi sosialnya di masyarakat yaitu menyampaikan ajaran Islam kepada umat, agar umat mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Menurut Helmy, ada 3 faktor yang menjadi peranan mubalig, yaitu: a. Seorang mubalig ibarat seorang pedagang yang untuk mencapai

kesuksesannya harus; mengetahui dan menguasai keadaan dan sifat-

57tstkdpd aadktr adadugdtd pengurus masjid tua katangka, Dr. H. Hasan Abdullah Daeng buang dad aduccdr o(8 MaretnonA )

58Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka. 1991), h. 751.

59Abu Ahmad, Psikologi Sosial,(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-2, h. 115.

47

sifat masyarakat dan memiliki kecakapan dalam menyampaikan apa

yang akan ia sampaikan. b. Seorang mubalig harus berperan sebagai dokter dimana dia harus

mengetahui nama penyakit pasien, menentukan obat yang tepat, dan

mengerti cara menggunakan alat kedokteran. c. Mubalig diibaratkan sebagai seorang petani, ia harus mengetahui

macam dan sifat tanah yang akan ditanamimemilih benih yang sesuai

dengan tanah, dan mengetahui cara menyebar, menanam dan

memelihara. 60

Berdasarkan pemaparan di atas, yang ingin diketahui peneliti pada penelitian ini adalah “bagaimanaPeran Mubaligh Dalam Membina

Kesadaran beragama Remaja Di Kelurahan Katangka Kecamatan Somba

Opu Kabupaten Gowa”.

berikut ini adalah hasil wawancara bersamaresponden :

60Helmy, Dakwah dalam Alam Pembangunan,(Semarang: Toha Putra. 1973), h.53.

48

1. Hasil wawancara dengan Ibu Lurah Katangka yang di wakili oleh

Muh Nasir, selaku kepala seksi pemerintahan di kelurahan katangka terkait mengenai peran mubalig dalam mengajak dan memotivasi remaja agar lebih semangat mendekatkan diri pada Allah;

“Mubalig di sini mempunyai kegiatan-kegiatan seperti taklim bulanan di masjid-masjid, dan khutbah jum’at. Dalam cermah- ceramah dan khutbah itu sering juga di singgung terkait dengan permasalahan remaja untuk mengejak dan memberi motivasi agar lebih giat mendekatkan diri pada Allah SWT” 61

2. Hasil wawancara dengan Ketua pengurus Masjid Syekh Yusuf

(Abdul Azizi K. Daeng Taba) terkait peran mubalig terhadap peningkatan kesadaran beragama remaja di kelurahan katangka dan penyebab kurangnya perhatian remaja terhadap agama;

“Untuk kegiatan dakwah mubalig dalam hal peningkatan kesadaran beragama pada remaja secara khusus belum ada, namun sering di singgung di setiap ceramah maupun khutbah untuk mengajak agar para remaja lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mengenai hal-hal yang membuat kurangnya perhatian terhadap agama pada remaja di katangka antara lain adalah kurangnya bimbingan keagamaan yang kontinyu, Perkumpulan remaja masjid yang dibuat atas usul dari pengurus masjid pun tidak mempunyai pembimbing khusus dari kalangan mubaligh sehingga kesulitan dalam menjalankan setiap program akibat kurangnya ilmu dan semangat. Kebanyakan remaja di sini hanya aktif melaksanakan kegiatan- kegiatan keagamaan di hari-hari besar islam.”62

61Hasil wawancara dengan Perwakilan dari Ibu lurah katangka. Muh Nasir, selaku kepala seksi pemerintahan di kelurahan katangka pada tanggal (10 april 2019)

62Hasil wawancara degan Ketua pengurus Masjid Syekh Yusuf Abdul Azizi K. Daeng Taba pada tanggal (10 april 2019)

49

3. Hasil wawancara dengan mubalig, Ustaz Arman Rauf terkait mengenai pemberian informasi dan edukasi bagi remaja di kelurahan katangka

“Untuk dakwah yang dilakukan mubaligh terhadap remajadi kelurahan katangka khusunya dalam hal pembinaan kesadaran beragama, yaitu dilakukan secara lansung saat bertemu kapanpun dan dimanapun, juga pada setiap ceramah maupun khutbah jum’at sering juga di singgung terkait permasalahan remaja.”63

4. Adapun hasil wawancara dengan ketua pengurus masjid Tua

Katangka (Dr. H. Hasan Abdullah Daeng buang) terkait keberdaan dan jumlah keseluruhan mubaligh yang juga merupakan penduduk tetap di kelurahan katangka;

“Mengenai keberadaan dan jumlah mubaligh di kelurahan katangka khususnya yang juga merpakan penduduk, belum ada terdata secara resmi, yang terdata secara resmi adalah mubalig yang di datangkan dari luar atas kerja sama dengan IMMIM untuk kepentingan dakwah seperti khutbah jum’at dan ceramah-ceramah di masjid-masjid yang ada di keluranhan katangka”64

5. Hasil Wewancara dengan ketua seksi humas dan kepemudaan masjid tua katangka sekaligus sebagai tokoh mubalig (Dr. H. Meddatuang

Daeng Pabe SH. Mh.) terkait bagaimana peran mubalig sebagai motivator

(membangkitkan semangat) dan memberikan pemahaman agama pada remaja di kelurahan katangka;

63Hasil wawancara degan Ustaz Arman Rauf selaku mubaligh di katangka. pada tanggal (10 april 2019)

64 Hasil wawancara degan Ketua pengurus masjid Tua Katangka Dr. H. Hasan Abdullah Daeng buang pada tanggal (10 april 2019)

50

“Dalam memberikan motivasi, yang kami lakukakn adalah membuat kegiatan-kegiatan keagamaan yang menarik perhatian, seperti perlombaan dan olah raga. Hal ini dilakukan agar remaja bisa lebih dekat dengan masjid. Selain itu bekerja sama juga dengan mubaligh dari jamaah tabligh untu k melakukan bimbingan cecara lebih mendalam. Dalam setiap ceramah maupun khutbah yang di sampaikan mubalig, juga sering di singgung mengenai remaja agar bagaimana bisa lebih paham agama dan mendekatkan diri kepada Allah SWT”65

6. Hasil wawancara bersama Ustaz Ansyar selaku penduduk sekaligus tokoh mubalig terkait hambatan yang di alami mubalig dalam melakuakn dakwah di kalangan remaja di kelurahan katangka.

“Dalam melakukan pembinaan kesadaran beragama terhadap remaja, peran dan tanggung jawab mubaligh tidaklah mudah, ada banyak hambatan-hambatan yang di rasakan, banyak juga remaja yang keras kepala, nakal dan sulit di atur, juga mempengaruhi para remaja yang lain. Yang sy lakukan terkait persoalan seperti adalah dengan melakukan pertemuan pertemuan secara langsung untuk kemudian memberikan nasehat nasehat agama, mengajak bergaul dan berteman baik dengan mereka. Tidak jarang juga ada orang tua yang datang dengan keluhan kenakalan anak-anak mereka, maka kami berusaha untuk mendekati anak tersebut untuk mengarahkannya agar menjadi lebih baik.”66

7. Wawancara dengan ustatz Mujibur selaku tokoh masyarakat sekaligus mubaligh di kelurahan katangka (Mantan ketua preman) terkait dakwah mubalig di kalangan remaja.

Peneliti: Bagaimana peran mubaligh dalam :

65 Hasil wawancara deganSd ssaSd ksskt eSpdk adu ss spSaddu pdkAta a ozsaadaSduc adsuc dts uao ze oato a ssdrtcSk kstdcdt ansne pStdrtcsdaducsd kpada tanggal (20 maret 2019)

66Hasil wewnacara denga Ust Ansyar selaku penduduk sekaligus tokoh mubaligh di keluran katangka pada tanggal (8 April 2019)

51

“Yang kami lakukan adalah mendoakan, kami juga saat bertemu dengan orang tua mereka di minta agar anaknya di tuntun, kemi tidak memakai cara kekerasan karena anak-anak itu memang keras dan brutal jika dikasih kekerasan.”67

67Hasil wewancara dengan Ustadz Mujibur selaku tokoh masyarakat dan mubaligh di kelurahan katangka pada tanggal (7 april 2019)

52

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang peran mubaligh dalam membina kesadaran beragama remaja di kelurahan katangka, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi kesadaran beragama remaja di kelurahan katangka dapat dikatakan masih sangat rendah dan masih sangat membutuhkan bembingan khususnyan dari para mubalig, hal tersebut bisa di lihat dari kondisi masjid maupun kegiatan-kegiatan keagamaan di luar hari-hari besar islam yang masih sangat jarang di hadiri oleh kalangan remaja.

2. Peran yang di lakukan mubaligh terkait dalam hal pembinaan kesadaran beragama remaja di kelurahan katangka anatara lain: a. Mendoakan dan memberikan edukasi berupa nasehat-nasehat melalui

mimbar mimbar maupun cerah ceramah agama yang menyinggung

tentang sikap dan perilaku remaja agar lebih mendekatkan diri kepada

Alah SWT.. b. Memberikan nasehat secara face to face kapanpun dan dimanapun

saat bertemu. c. Melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menarik perhatian

remaja di sekitar masjid, seperti olah raga, perlombaan dan kegiatan

lainnya agar remaja lebih dekat dengan masjid sehingga mudah untuk

di ajak sholat dan ikut dalam program-program keagamaan lainnya.

52 53

d. Melakukan konsultasi dengan para orang tua terkait pembinaan remaja

agar supaya bisa dituntun ke jalan yang benar.

B. SARAN

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti ingin menyampaikan saran-saran dan masukan dengan tujuan dan harapan agar kedepannya dakwah para muballigh terkait pembinaan kesadaran beragama remaja di keluraha katangka bisa lebih baik lagi.

1. Perlu adanya program khusus yang di buat dan di kawal langsung

secara kontinyu oleh para mubaligh terkait masaslah kesadaran

beragama pada remaja.

2. Adakan kerja sama dengan pihak pemerintah setempat maupun

sekolah-sekolah terutama SMA dan dan tokoh-tokoh masyarakat

maupun pihak keamanan agar lebih mudah dan terkontrol dalam

melakukan pembinaan remaja.

54

DAFTAR PUSTAKA

Aziz Abdul Asy Syakhs.1987.Kelambanan dalam Pembinaan Remaja Masjid.Jakarta: GemaInsani

Burhanuddin Salam. 2002. Pengantar Pedagogik. Jakarta: PT RinekaCipta

Ahyadi, A.A. 1991. Psikologi Agama Kepribadian Pancasila. Bandung: Sinar Baru.

Ancok, D. 2001. Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Sosial,Jakarta: Rineka Cipta..

Ahsan, Marliyah.1985. Pengantar Ilmu Dakwah,Ujung Pandang, IAIN Alauddin.

Aziz, Moh. Ali, 2004.Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana

Ahmadi, 1999. Psikologi Sosial,Jakarta: Rineka Cipta.

Bugin, Burhan, 2005.Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta; Prenada Media Group.

Daradjat, Zakiah, 1977. Membina Nilai-Nilai Moral Di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.

Derajat, Zakiah, 1978. Problematika Remaja Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Daradjat, 1978. Ilmu Jiwa Agama,Jakarta: Bulan Bintang,

Daradjat,1973. Perawatan Jiwa Anak-Anak,Jakarta: Bulan Bintang,

Daradjat, 1985. Pembinaan Jiwa/Mental,Jakarta: Bulan Bintang,

Jalaluddin. 2001. Psikologi Agama (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Santrock,

John. W. 2003. Adolescence Perkembangan Manusia. Jakarta: Erlangga

55

Muss, R.E. 1968. Theory of Adolence,Random Hause N.Y.. Moleong, Lexy j. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Muss, 1968. Theory of Adolence,Random Hause N.Y.

Panuju, 1999. Panut.Psikologi Perkembangan,Yogyakarta: Tiara Wacana.

Panuju,1999. Psikologi Perkembangan,Yogyakarta: Tiara Wacana.

Santrock,J.W. 2003. Adolescence Perkembangan Manusia. Jakarta: Erlangga

Sarlito, W.S. 1994. Psikologi Remaja, Jakarta: Rajawali Pers..

Susant, 1985. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Jakarta: Bina Cipta.

Sarlito, 1994. Psikologi Remaja, Jakarta: Rajawali Pers.

Sarlito, 1994. Psikologi Remaja, Jakarta: Rajawali Pers.

56

LAMPIRAN

Kanan,ketua seksi humas dan kepemudaan masjid tua katangka sekaligus sebagai tokoh mubaligh (Dr. H. Meddatuang Daeng Pabe SH. Mh.)

Bersama ketua pengurus masjid syekh Yusuf (Abdul Aziz Daeng Taba)

57

Bersama ustatz Araman Rauf, Warga sekaligus tokoh mubaligh di

katangka

Muh Nasir, selaku kepala seksi pemerintahan di kelurahan katangk (mewakili ibu lurah)

58

Kegiatan remaja masjid di masjid syekh yusuf

Penduduk sekaligus mubaligh di kelurahan katangka (Mantan bos preman)

59

Bersama Ketua pengurus masjid tua katangka

60

Panduan Umum Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran tingkat kesadaran beragama remaja di

kelurahan katangka?

2. Bagaimana peran mubaligh dalam :

a. Memberikan penyuluhan agama (berkomunikasi, memberi

informasi, dan edukasi) bagi remaja yang berpedoman pada

Alquran dan Al-hadits ?

b. Sebagai fasilitator (memberikan informasi terbaru seperti

agama,sosial dan ekonomi)?

c. Sebagai motivator (membangkitkan semangat dan memberikan

pemahaman agama?

61

RIWAYAT HIDUP

Abdul Rifayt. Lahir di Bau-bau pada tanggal 16 july

1994 dari pasangan Bapak Lylu dan Wa Ica. Penulis

adalah anak pertama dari 4 orang besaudara. Memulai

pendidikan SDN di Sekolah SD tunas pakar tanjung

purkadi karas kabupaten fak-fak pada tahun 1999 sampai Tahun 2006 , penulis kemudia melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama di sekolah SMP tunas pakar tanjung purkadi karas kabupaten fak-fak pada tahun 2007 sampai pada tahun 2009, kemudian melanjutkan ke sekolah menengah atas pada tahun 2010 sampai pada tahun 2012 di SMA negeri karas tanjung malakuli kabupaten fak-fak. Pada tahun 2015 penulis melanjutkan perkuliahan di ma’had Al-birr universitas muhammadiyah makassar pada dua jurusan, yaitu bahasa arab dan komonikasi penyiaran islam (KPI)

Penulis pernah mengikuti pelatihan dakwah pada tahun 2018 dan di kirim ke desa Parangloe untuk melakukan tugas dakwah selama kurang lebih 6 bulan sebagai bentuk pengabdian masyarakat.