CANDI SIMANGAMBAT: CANDI HINDU BERLANGGAM ARSITEKTUR JAWA, DI MANDAILING NATAL, SUMATERA UTARA

CANDI SIMANGAMBAT: A HINDU TEMPLE WITH JAVANESE ARCHITECTURAL STYLE IN MANDAILING NATAL, NORTH SUMATRA

Naskah diterima: Revisi terakhir: Naskah disetujui terbit: 12-05-2018 08-07-2018 10-08-2018

Ery Soedewo dan Andri Restiyadi Balai Arkeologi Sumatera Utara Jl. Seroja Raya Gg. Arkeologi No. 1 Tanjung Selamat, Medan tuntungan, Medan [email protected] [email protected]

Abstract Simangambat Temple which is a Hindu temple is located in Simangambat Village, Siabu District, Mandailing Natal Regency. Based on the artifactual findings of the research conducted by the North Sumatra Archaeological Center during 2008-2012 indicate that this temple has a span of utilization around the 9-11 century AD. One of them is based on the comparison of glass bottles found in Simangambat temple research and the Old Lobu site. The problem in this article is what is the shape of the Simangambat temple in the past? Still related to the physical problems of the temple building, the next question that arises is where did the natural stones as the constituent material of Simangambat Temple come from? Based on the assumption of the time span of its use, this article tries to compare architectural data found in Simangambat Temple and temples in Java. It also tries to trace the source of raw stone material used in Simangambat Temple. The results of architectural comparison show that this temple has the same artistic style as the temples from the 9th-11th century AD on Java. As for the location of the stone raw material used, it is most likely located on the Kebun Baturosak Site not far from Simangambat Temple. Keywords: reconstruction; candi Simangambat; raw stone material; architectural style .Abstrak Candi Simangambat yang merupakan candi hindu terdapat di Kelurahan Simangambat, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal. Berdasarkan pada temuan artefaktual penelitian yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Sumatera Utara selama tahun 2008 2012 mengindikasikan bahwa candi ini memiliki rentang waktu pemanfaatan sekitar abad 9-11 Masehi. Salah satunya berdasarkan pada komparasi botol kaca yang ditemukan pada penelitian candi Simangambat dan situs Lobu Tua. Adapun permasalahan pada artikel ini adalah seperti apa ujud bangunan Candi Simangambat di masa lalu ? Masih terkait dengan masalah fisik bangunan candi, pertanyaan berikut yang muncul adalah darimana batu-batu alam sebagai material penyusun Candi Simangambat berasal ? Berdasarkan pada asumsi rentang waktu pemanfaatannya, maka artikel ini mencoba untuk mengkomparasikan data arsitektural yang dijumpai di Candi Simangambat dan candi-candi semasa yang terdapat di Jawa. Selain itu juga mencoba untuk menelusuri sumber bahan baku batu yang digunakan di Candi Simangambat. Hasil komparasi arsitektural menunjukkan bahwa candi ini memiliki gaya seni yang sama dengan candi-candi abad 9 11 Masehi di Jawa. Adapun berkaitan dengan lokasi bahan baku batu yang digunakan kemungkinan besar terletak di Situs Kebun Baturosak yang tidak jauh dari Candi Simangambat.

Kata Kunci: rekonstruksi; Candi Simangambat; bahan baku batu; gaya arsitektur

PENDAHULUAN bata. Penelitian yang dilakukan oleh Balai Secara administratif Situs Arkeologi Medan pada bulan Maret 2008 Simangambat berada dalam wilayah menghasilkan sejumlah temuan baik Lingkungan VI, Kelurahan Simangambat, artefaktual maupun non artefaktual dari Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing areal situs Candi Simangambat. Temuan Natal. Sedangkan secara secara geografis artefaktual yang sifatnya monumental berupa struktur bangunan candi berbahan bata dan batu pasir (sandstone) yang lahan situs Simangambat merupakan didapat setelah dilakukan penggalian pada daerah aluvial dengan ketinggian sekitar sejumlah kotak gali yakni, kotak S8T1, 200 m dari permukaan air laut. Bentang S7T12, S10T6, dan S11T6 (keempatnya aluvial di daerah ini terbentuk sebagai hasil berada di sektor C). Adapaun temuan sedimentasi DAS Batang Angkola yang artefaktual yang sifatnya dapat diapit oleh jajaran Pegunungan Bukit dipindahkan (moveable) berupa sekeping Barisan di sisi barat dan timurnya. fragmen keramik yang didapat di kotak Bentukan lembah di sepanjang DAS S7T12, adalah keramik dari masa akhir Batang Angkola yang tidak terlalu lebar ini dinaasti Ming atau awal dinasti Ching merupakan daerah yang subur, sehingga (abad ke-17 M). Sedangkan temuan non banyak masyarakat daerah ini yang artefaktualnya berupa kerangka kambing bercocoktanam padi sawah (Oryza sativa). yang didapat dari kotak gali U3T1 dan Saat ini sawah-sawah tersebut telah diairi U3T2 (keduanya berada di sektor B). oleh irigasi teknis yang memungkinkan Penelitian oleh Balai Arkeologi para petani menanam padi 3 kali dalam Medan tersebut kemudian diteruskan oleh setahun. Selain ditopang oleh irigasi Pusat Penelitian dan Pengembangan teknis, masih banyak juga sawah-sawah Arkeologi Nasional dalam bulan Agustus di yang diairi oleh sungai-sungai kecil di tahun yang sama (2008). Selain sejumlah sepanjang DAS Batang Angkola, antara kotak gali baru, tim Pusat Penelitian dan lain Sungai Aek Muara Sada yang Pengembangan Arkeologi Nasional juga mengalir di daerah Simangambat dan melanjutkan penggalian di sejumlah kotak Sungai Aek Siancing yang mengalir di gali yang telah dibuka oleh tim Balai daerah Siabu. Arkeologi Medan pada kesempatan Pada survei tahun 2003 tersebut sebelumnya. Secara keseluruhan kotak- terlihat adanya sisa-sisa aktivitas manusia kotak gali yang dibuka oleh tim Pusat di kedua situs dimaksud yang berujud Penelitian dan Pengembangan Arkeologi antara lain batu-batu candi baik polos Nasional adalah, kotak S10T6, S11T6, maupun berhias, serta pecahan-pecahan S7T6, S7T7, S7T2, S7T3, S9T4, S10T4,

S9T6, dan S9T7 (kesepuluh kotak potongan-potongan emas, potongan kaca, tersebut berada di sektor C). Hasil batuan kapur berbentuk silinder, batu penelitian oleh tim Pusat Penelitian dan berwarna hitam kecokelatan yang Pengembangan Arkeologi Nasional ini berfaset-faset; juga wadahnya yang berhasil menampakungkapkan sisa berupa periuk tembikar bermotif hias garis- struktur Candi Simangambat, yang garis vertikal dan horisontal. denahnya diperkirakan berbentuk Pada tahun 2010 ekskavasi bujursangkar, diperkirakan menghadap ke dilakukan oleh tim Balai Arkeologi Medan timur. Hal itu didasarkan atas di situs Candi Simangambat, Siabu dan ditemukannya susunan bata yang situs Saba Biara di Pidoli Lombang, menjorok ke arah timur dan diduga Panyabungan. Kotak-kotak gali di situs merupakan sebagian dari pipi tangga Candi Simangambat adalah B2U3, T2S8, tersisa. Kesimpulan itu didukung pula T3S11, T4S11, T5S11, T18S26, T18S27, dengan ditemukannya arca makara dan T18S28, T15S29, T12S30; sedangkan di kepala kala, yang ditemukan di kotak gali situs Saba Biara digali 3 kotak uji yakni sisi timur candi. TP1, TP2, dan TP3. Hal menarik yang Pada tahun 2009 kegiatan berhasil diungkapkan dari kegiatan penelitian oleh tim gabungan Balai penelitian tahun 2010 antara lain adalah Arkeologi Medan dan Pusat Penelitian dan keberadaan jejak aktivitas manusia masa Pengembangan Arkeologi Nasional lalu di areal sekitar Candi Simangambat membuka sejumlah kotak di areal situs yang berupa kepingan-kepingan gerabah Candi Simangambat, beberapa di di kotak T18S26 dan T18S27 yang antaranya adalah kotak yang telah digali letaknya berada di 30 m arah selatan dari tahun sebelumnya, dan 2 kotak uji (test pit) reruntuhan Candi Simangambat. di Bukit Adian Kotas yang terletak sekitar Pada tahun 2011 penggalian situs 200 meter arah timurlaut dari situs Candi Simangambat dilakukan di kuadran B yang Simangambat. Hal penting yang berhasil terdiri dari hanya 1 kotak yakni U17T26; diungkapkan dari kegiatan tahun 2009 sedangkan di kuadran C, kotak-kotak yang tersebut adalah diketahuinya latar digali terdiri dari kotak T1S9, T8S8, T9S8, belakang keagamaan situs ini yakni Hindu, T9S7, T10S7, T11S7, T11S8, dan T10S8 yang didasarkan pada temuan potongan yang berada di timur gundukan sisa arca sapi (v sabha) yang dalam ikonografi bangunan candi. Tujuan dibukanya kotak- dikenal sebagai tunggangan (wahana) kotak gali di sisi timur sisa gundukan dewa tertinggi Hindu yakni Siwa. Selain itu, bangunan candi adalah untuk mencari juga berhasil ditemukan material peripih keberadaan struktur candi perwara yang berupa manik-manik batu dan kaca, sebagaimana disebutkan oleh Schnitger

(1937:14). Selain di kuadran B dan C, juga menemukan beberapa bata berhias penggalian juga dilakukan di kuadran D yang ditinjau dari morfologinya tentu sebanyak 4 kotak gali, yakni di kotak dahulu berada di sisi luar.2 S11B2, S11B3, S13B2, dan S11B3. Untuk Saat ditemukan pertama kali oleh situs Saba Pulo dibuka 3 kotak uji yakni Schnitger (1937) kondisi Candi TP1, TP2, dan TP3 di suatu lahan kebun Simangambat boleh dikata bangunannya yang dikelilingi oleh persawahan. Di atas sudah runtuh dan komponen areal kebun yang posisinya lebih tinggi susunbangunnya terserak di areal situs. sekitar 70 80 cm dari persawahan di Ekskavasi intensif yang dilakukan oleh bawahnya, saat ini ditanami beberapa Balai Arkeologi Medan antara tahun 2008 jenis tanaman antara lain kakao, mangga, hingga 2012 telah menampakungkapkan dan kelapa. Di tahun 2012 situs sisa-sisa struktur bangunan berupa 1 candi Simangambat penggalian dilakukan di induk dan 1 bangunan perwara. Oleh kuadran C yang terdiri dari 17 kotak yakni karena saat ditemukan Percandian T7S7, T8S7, T8S9, T8S10, T8S11, T9S6, Simangambat sudah dalam kondisi runtuh, T9S7, T9S10, T9S11, T10S6, T10S10, untuk dapat melihatnya secara utuh T10S11, T11S6, T11S9, T11S10, T11S11, diperlukan langkah-langkah rekonstruksi. dan T12S6 yang berada di timur gundukan Dalam dunia arkeologi sisa bangunan candi utama. Tujuan mengemuka 2 pandangan berbeda terkait dibukanya kotak-kotak gali di sisi timur sisa upaya rekonstruksi suatu peninggalan gundukan bangunan candi adalah untuk purbakala. Satu pandangan diwakili oleh mencari keberadaan struktur candi N.J. Krom, yang memandang bahwa perwara sebagaimana disebutkan oleh upaya pemugaran hendaknya dihentikan Schnitger (1937:14). bilamana penelitian telah berhasil Hasil penelitian selama 5 tahun itu membuat rekonstruksi di atas kertas. diketahui bahwa Candi Simangambat Untuk ilmu pengetahuan gambar demikian disusun dari dua material berbeda yakni sudah cukup untuk menjadi landasan dan batu alam dan bata. Material batu alam bahan penelitian lebih lanjut dalam bidang merupakan unsur penyusun dominan arkeologi dan cabang-cabang ilmu terkait. konstruksi sisi luar (casing) dari Candi Bagi Krom, upaya membangun kembali Simangambat dengan ditemukannya batu- candi yang telah runtuh tidak saja penuh batu alam bermotif hias. Sedangkan kerawanan sehubungan dengan tidak komponen bangunan bagian dalam mungkinnya dihindari selera pribadi yang berbahan bata. Selain bata-bata penyusun tentu saja amat subjektif, melainkan juga bagian dalam candi yang berupa bata 2 Lebih lanjut tentang bata berhias lihat Soedewo tanpa motif hias (polos), hasil ekskavasi dkk. (2009: 35) dan Soedewo dkk. (2010: 25- 27) merupakan pemalsuan belaka dari sebuah Candi Simangambat berasal ? Masih dokumen sejarah. Satu sudut pandang terkait dengan masalah fisik bangunan yang lain diwakili oleh F.D.K. Bosch yang candi, pertanyaan berikut yang muncul menyatakan bahwa dua potong batu candi adalah darimana batu-batu alam sebagai yang telah terpisah oleh waktu perlu material penyusun Candi Simangambat dipersatukan kembali melalui pemugaran. berasal ? Baginya sangatlah tidak masuk akal untuk Untuk menggambarkan ujud Candi mempertanggungjawabkan hasil jerih Simangambat di masa kejayaannya dahulu payah itu melalui gambar di atas kertas digunakan sejumlah patokan berkenaan saja, dan kemudian menyimpan kedua dengan bangunan suci. Mengacu pada potong batu candi itu secara terpisah kitab manasara-Silpasastra, bangunan kuil dalam dua buah lemari (Soekmono 1995: dapat dibedakan atas rasio (perbandingan) 20). komponen bangunannya. Patokan-patokan Permasalahan utama dari reruntuk tersebut sebagai berikut (Acharya 1933: 9 Candi Simangambat adalah terbatasnya 100 dalam Munandar 2015: 133): batu-batu pembentuk susun bangun candi 1. Kuil santika (kuil terbesar), dengan yang berhasil ditemukan, hanya bagian perbandingan tinggi (T) / lebar (L) = kaki dan landasan candi saja yang berhasil 1 ditemukan. Untuk candi utama berhasil 2. Kuil pausthika (kuil besar), dengan ditampakungkapkan hingga sebagian perbandingan T/L = 1,25 kakinya, sedangkan candi perwaranya 3. Kuil jayada (kuil menengah), yang berhasil diungkap hanya batu-batu dengan perbandingan T/L = 1,5 bagian dasarnya saja yang membentuk 4. Kuil dhanada (kuil kecil), dengan denahnya. Selain itu juga ditemukan perbandingan T/L = 1,75 sejumlah batu candi berukiran yang diduga 5. Kuil adbhuta (kuil terkecil), dengan merupakan sisa-sisa komponen susun perbandingan T/L = 2,00 bangun dari tubuh, badan, dan atap candi. Mengacu pada kitab Mansara-Silpasastra Jika demikian kondisinya maka usaha (Acharya 1933), Munandar (2015: 140) rekonstruksi sebagaimana yang menyebutkan dalam pembangunan suatu disampaikan oleh F.D.K Bosch boleh bangunan keagamaan, seperti kuil, candi, dikata adalah mustahil. Oleh karena itu kuti, vihara, dan sejenisnya dibutuhkan 6 pertanyaannya adalah seperti apa ujud macam orang/kelompok orang dengan bangunan Candi Simangambat di masa fungsi masing-masing, yakni: lalu ? Pertanyaan lain masih berkenaan 1. Yajamana, adalah orang yang dengan ujud Candi Simangambat di masa mempunyai gagasan dan seorang lalu adalah, dari manakah gaya arsitektural

penaja (yang menyeponsori), Simangambat sendiri, sehingga bisa seperti raja atau tokoh lainnya. ditetapkan bahwa data pembanding yang 2. Sthapaka, adalah pendeta senior digunakan juga berasal dari masa yang yang menguasai ilmu tentang sama dengan Candi Simangambat. bangunan suci. 3. Sthapati, adalah arsitek-perencana. 4. Sutragrahin, adalah ahli perhitungan teknis. 5. Taksaka, adalah ahli pahat relief dan arca. 6. Wardhakin, adalah ahli hiasan arsitektural atau ornamental. Lebih lanjut Munandar (2015: 140) menyatakan bahwa secara hipotesis keenam golongan yang terlibat dalam pembangunan candi itu tentu dikenal juga di Jawa pada masa Hindu-Buddha, sebab secara fisik candi-candi yang mereka Gambar 1. Fragmen botol kaca abad ke-9 11 bangun tidak terlalu berbeda dibandingkan Masehi di Candi Simangambat (Dokumentasi Ery Sudewo) dengan kuil-kuil yang ada di India. Data pertanggalan yang dapat METODE dijadikan sebagai petunjuk relatif masa Mengacu pada dua pendapat tentang pemanfaatan Candi Simangambat adalah rekonstruksi candi oleh Krom dan Bosch, sekeping pecahan botol kaca dari halaman yang paling mungkin dilakukan saat ini candi ini, tepatnya di permukaan tanah sisi adalah penerapan yang disampaikan oleh timur sisa-sisa candi perwara. Bagian yang Krom yakni rekonstruksi di atas kertas. tersisa dari botol kaca berwarna hijau Mengingat komponen-komponen susun kebiruan tembus cahaya iniadalah bagian bangun Candi Simangambat yang berhasil mulut, leher, dan bagian bahunya. ditemukan belum cukup untuk dilakukan Bagian mulut diameternya lebih pemugaran, maka sementara ini guna lebar dibanding bagian pangkal leher yang mengetahui seperti apakah gambarannya berbatasan dengan bagian bahu, sehingga di masa lalu maka diperlukan data secara keseluruhan bentuknya menyerupai pembanding dengan objek sejenis. corong. Tinggi keseluruhan 3,3, cm; tinggi Sebelum ditentukan asal data leher hingga ke mulut 1,9 cm; sedangkan pembandingnya, terlebih dahulu harus bagian bahunya ke bawah setinggi 0,4 cm. ditentukan masa relatif dari Candi Lebar bagian bahu 2,3 cm; dengan ketebalan bagian mulut maupun bahu ditentukan batu-batu yang ditemukan di adalah 0,4 cm. Terlihat banyak gelembung areal Candi Simangambat itu bagian susun dan terdapat garis-garis bekas pembuatan bangun (konstruksi) yang mana, apakah yang tampak memanjang horisontal bagian dasar, bagian badan, ataukah cenderung turun ke arah bahu. Botol kaca bagian atap candi. yang ditemukan di situs Lobu Tua cukup HASIL DAN PEMBAHASAN beragam, salah satu dari sekian jenis botol Kepurbakalaan candi Simangambat kaca yang ditemukan di situs tersebut - Penelitian antara tahun 2008 baik- bentuk maupun warnanya hingga 2012 terhadap reruntuhan menyerupai dengan yang ditemukan di bangunan Candi Simangambat telah situs Candi Simangambat. Botol kaca menampakungkapkan denah bangunan dimaksud ciri-ciri utamanya antara lain utama Candi Simangambat yang adalah bentuk lehernya mendekati bentuk berukuran 7,5 m x 7,5 m, disusun dari 2 corong (bagian mulut lebih lebar dibanding bahan berbeda yakni bata dan batuan bagian pangkal), bagian bibir rata (tidak alam. Di depan reruntuhan bangunan bergelombang), bagian badan silinder utama, terdapat satu bangunan berbahan agak melebar di bagian atas menjelang batu alam kemungkinan adalah sisa bagian bahu, banyak gelembung dan bagian dasar candi perwara atau kotoran; warna beragam seperti hijau mandapa, yang denahnya berukuran 7,5 m muda transparan (dari Simangambat), x 5 m. Material utama pembentuk kedua warna biru keabu-abuan dan coklat runtuhan bangunan itu adalah batu alam kehijauan (dari Lobu Tua). Berdasarkan berwarna keabu-abuan dan cenderung sejumlah data pembanding sejenis, Guillot rapuh yang ketika terpecah terlihat ada (2008:233) menarikhkan data ini secara lapisan-lapisan pembentuknya. Dalam relatif dari abad ke-9 M hingga geologi jenis batuan ini disebut sebagai pertengahan pertama abad ke-11 M. batu sabak (slate stone), salah satu jenis Berdasarkan pertanggalan relatif itu batu malihan (metamorf) yang terbentuk maka data pembanding yang digunakan dari endapan lempung atau abu vulkanik adalah candi-candi di Jawa yang berasal yang termalihkan. Kedua hal tersebut dari abad ke-9 ke-11 M. Analisis (sedimen lempung dan abu vulkanik) yang dilakukan dengan cara membandingkan tersedia di sekitar Candi Simangambat komponen-komponen susunbangun/ yang berada di tepian Aek (sungai) Muara konstruksi Candi Simangambat dengan Sada yang membawa material endapan komponen-komponen susunbangun/ dari hulunya dan abu dari gunung berapi konstruksi candi-candi Jawa Tengah. Sorik Marapi yang terletak di Melalui perbandingan itu akan dapat baratdayanya.

Gambar 2. Candi Simangambat dan Kepurbakalaan masa Hindu-Buddha lainnya di Mandailing Natal dan Pasaman (Digambar oleh: Andri Restiyadi)

Gambar 3. Tebing batu di Situs Kebun Baturosak (kiri); salah satu tebing di situs Kebun Baturosak (kanan) (Dokumentasi Ery Soedewo 2009) Batu-batu alam penyusun konstruksi luar berasal dari suatu tempat yang oleh Candi Induk Simangambat diketahui masyarakat sekitar dikenal sebagai Kebun

Baturosak, yang berada pada titik 900 di beberapa bagian tebing. Bentuk koordinat 010 0 demikian mengesankan adanya BT. Hal tersebut didasarkan pada pemangkasan tebing oleh manusia untuk kesamaan jenis batu yang dipakai sebagai menambang batuan penyusun tebing ini. penyusun di Candi Simangambat dengan Sisa-sisa hasil pemahatan tebing ini oleh jenis batu di situs Kebun Baturosak. Batu manusia berupa balok-balok batu di tempat ini adalah salah satu jenis berukuran antara 45 cm x 40 cm x 18 cm batuan malihan (metamorf), yakni batu dan 80 cm x 22 cm x 28 cm yang sabak (slate stone). Hasil pengamatan ditemukan di sekitar tebing. Ditilik dari jenis terhadap situs Kebun Baturosak batu dan ukuran balok-balok batu yang menunjukkan bahwa tempat ini adalah tertinggal di tempat ini, mengingatkan pada tebing alam setinggi ± 5 m berukuran bahan dan balok-balok batu alam yang sepanjang sekitar 12 m melintang utara digunakan sebagai salah satu material timur pada jarak ± 250 m dari Sungai Aek susun bangun (konstruksi) Candi Muarasada yang berada di utaranya. Hal Simangambat yang terletak ± 2,3 km arah menarik terkait keberadaan tebing ini baratdaya dari situs Kebun Baturosak ini. adalah adanya bekas-bekas aktivitas Jika ditinjau dari bahan dan ukuran balok- budaya yang ditinggalkan pada permukaan balok batu tersebut besar kemungkinan formasi batuan ini, yang ditandai oleh situs Kebun Baturosak adalah sumber adanya bekas-bekas pangkasan yang bahan baku batu-batu penyusun Candi membentuk sudut-sudut nyaris sempurna Simangambat.

Gambar 4. Balok-balok batu di situs Kebon Batu Rosak (Dokumentasi Ery Soedewo 2009)

Komponen Konstruksi candi Simangambat maka sejumlah candi di Simangambat dalam Perbandingan Pulau Jawa akan digunakan sebagai Guna mengungkap asal bahan pembanding. Batu candi pertama gaya arsitektur dan masa relatif Candi dari situs Candi Simangambat yang

dibandingkan adalah batu berprofil sisi ekskavasi tahun 2009 letak batu berhias genta (ojief) yang morfologinya serupa floral-geometris dari Candi dengan batu candi dari berbagai Simangambat ini berada di bawah arca percandian di Pulau Jawa, salah makara, sehingga memperkuat asumsi satunya adalah yang terdapat di bagian bahwa batu candi ini posisinya memang kaki Candi Lor, di Kabupaten di bawah arca makara di ujung pipi Klaten, Jawa Tengah (lihat Gambar 5). tangga masuk candi (lihat Gambar 7). Bentuk lain yang masih merupakan Makara yang ditemukan di areal Candi bagian kaki candi adalah batu candi Simangambat pada ekskavasi tahun yang profilnya berbentuk belah rotan 2009 juga merupakan bagian konstruksi (halfround) yang salah satu bagian kaki candi, salah satu pembandingnya juga terdapat di bagian pembandingnya didapat dari bagian kaki kaki Candi Plaosan Lor (lihat Gambar Candi Sambisari, Kabupaten Sleman, 5). Komponen lain yang diperkirakan D.I. Yogyakarta (lihat Gambar 5). adalah bagian dari bagian kaki Candi Simangambat adalah fragmen batu yang berpahatkan motif hias geometris (belah ketupat) yang salah satu pembandingnya didapat dari bagian kaki Candi Plaosan Lor (lihat Gambar 6). Motif hias sejenis juga didapati di Percandian Dieng, Candi Umbul, Candi , dan Candi (Istari 2012: 804).

Bentuk batu lain dari Candi Simangambat yang letaknya diperkirakan berada di bagian kaki adalah satu batu berhias motif gabungan floral dan geometris yang bentuknya menyerupai gana distilir, pembandingnya berasal dari salah satu candi perwara di kompleks Candi Prambanan. Di Candi Prambanan Gambar 5. Batu berprofil sisi genta (atas) Candi bentuk demikian berada di bawah arca Simangambat dan Plaosan Lor (tengah), profil makara yang menjadi komponen ujung belah rotan (bawah) Candi Simangambat dan Candi Plaosan Lor (Dokumentasi Ery Soedewo) pipi tangga candi. Saat ditemukan pada

Gambar 4). Makara yang ditemukan di areal Candi Simangambat pada ekskavasi tahun 2009 juga merupakan bagian konstruksi bagian kaki candi, salah satu pembandingnya didapat dari bagian kaki Candi Sambisari, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta (lihat Gambar 5).

Gambar 6. Motif hias geometris Candi Simangambat (atas) dan Candi Plaosan Lor (Dokumentasi Ery Soedewo) Bentuk batu lain dari Candi Simangambat yang letaknya diperkirakan berada di bagian kaki adalah satu batu berhias motif gabungan floral dan geometris yang bentuknya menyerupai gana distilir, pembandingnya berasal dari salah satu candi perwara di kompleks Candi Gambar 7. Motif hias floral geometris Candi Prambanan. Di Candi Prambanan bentuk Simangambat (atas) dan Candi Prambanan demikian berada di bawah arca makara (Dokumentasi Ery Soedewo) yang menjadi komponen ujung pipi tangga Di atas bagian kaki candi adalah candi. Saat ditemukan pada ekskavasi bagian badan candi, yang ditandai oleh tahun 2009 letak batu berhias floral- beberapa batu yang diduga menjadi geometris dari Candi Simangambat ini bagian komponen susunbangunnya. Batu berada di bawah arca makara, sehingga Candi Simangambat pertama yang diduga memperkuat asumsi bahwa batu candi ini adalah bagian badan candi adalah batu posisinya memang di bawah arca makara di berpahatkan relief Gana, yang ujung pipi tangga masuk candi (lihat morfologinya serupa dengan batu candi

dari berbagai percandian di Pulau Jawa, Di atas bagian kaki candi adalah salah satunya adalah yang terdapat di bagian badan candi, yang ditandai oleh bagian ambang masuk bilik salah satu beberapa batu yang diduga menjadi Candi Apit di kompleks Candi Prambanan, bagian komponen susunbangunnya. Batu di Sleman, D.I. Yogyakarta (lihat Gambar Candi Simangambat pertama yang diduga 6). adalah bagian badan candi adalah batu berpahatkan relief Gana, yang morfologinya serupa dengan batu candi dari berbagai percandian di Pulau Jawa, salah satunya adalah yang terdapat di bagian ambang masuk bilik salah satu Candi Apit di kompleks Candi Prambanan, di Sleman, D.I. Yogyakarta (lihat Gambar 6).

Gambar 8. Makara Candi Simangambat (atas), fragmen belalai (tengah), dan makara Candi Gambar 9. Motif hias Gana Candi Simangambat Sambisari (bawah) (atas) dan motif hias Gana Candi Plaosan Lor (Dokumentasi Ery Soedewo) (Dokumentasi Ery Soedewo)

Batu dari Candi Simangambat Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (lihat berikut yang morfologinya diduga Gambar 10). Motif hias floral lain dari merupakan bagian badan candi adalah Candi Simangambat yang bentuknya batu berhias floral yang dipadu dengan menyerupai motif hias sejenis dari Candi juntaian seperti bentuk kain yang terkait Mendut, juga berada di bagian badan dengan motif floral di sisi-sisinya, yang candi (lihat Gambar 11). Motif hias ini morfologinya serupa dengan batu candi biasa disebut motif kertas tempel. Selain dari berbagai percandian di Pulau Jawa, didapati di Candi Mendut, motif ini juga salah satunya adalah yang terdapat di terdapat di Candi Plaosan, , dan bagian badan bawah Candi Mendut, Candi Asu (Istari 2012: 805).

Gambar 10. Motif hias geometris Candi Simangambat (atas) dan motif hias geometris Candi Mendut (Dokumentasi Ery Soedewo)

Gambar 11. Batu berelief floral Candi Simangambat (kiri) dan Candi Mendut (kanan) (Dokumentasi Ery Soedewo)

adalah yang terdapat di bagian ambang Morfologi batu Candi Simangambat masuk bilik Candi Prambanan (lihat selanjutnya yang diduga merupakan Gambar 12). Motif hias sejenis juga bagian dari badan candi adalah batu didapati di banyak candi di Jawa Tengah berhias motif lidah api yang morfologinya (Istari 2012: 806) serupa dengan batu candi dari berbagai percandian di Pulau Jawa, salah satunya

Gambar 12. Batu berelief lidah api Candi Simangambat (kiri) dan Candi Prambanan (kanan) (Dokumentasi Ery Soedewo)

Gambar 13. Fragmen tangan arca Candi Simangambat (kiri) dan relief figur Candi Plaosan Lor (kanan) (Dokumentasi Ery Soedewo) Komponen susunbangun selanjutnya yang kepala Kala diduga juga merupakan diduga masih bagian dari badan candi bagian dari badan candi, yang adalah fragmen batu berbentuk tangan morfologinya serupa dengan arca kepala yang memegang suatu benda. Ditinjau dari kala dari berbagai percandian di Pulau morfologinya, objek ini menyerupai Jawa, salah satunya adalah yang terdapat pahatan pada relief dewa yang mengisi di bagian atas ambang pintu masuk Candi relung-relung luar bagian badan candi, Plaosan Lor (lihat Gambar 14). salah satunya adalah yang terdapat di Motif hias lain yang terdapat di Candi Plaosan Lor (lihat Gambar 13). Batu bagian badan candi adalah bentuk fauna Candi Simangambat yang berbentuk berupa burung nuri. Di Candi

Simangambat batu candi berhias burung dibatasi oleh hiasan rangkaian bunga yang nuri ditemukan saat ekskavasi tahun 2009 menjuntai di kiri-kanan dan bawahnya. Di di kotak gali S8T1. Pembanding motif sisi atas relief burung nuri dipahatkan sejenis didapati di sisi dalam bagian hiasan floral, penggambaran demikian penampil Candi Mendut, digambarkan didapati baik di Candi Simangambat berdiri sejajar dengan motif sejenis yang maupun Candi Mendut (lihat Gambar 15).

Gambar 14. Fragmen kepala Kala Candi Simangambat (kiri) dan kepala kala pada ambang pintu gerbang Candi Plaosan Lor (kanan) (Dokumentasi Ery Soedewo)

Gambar 15. Motif hias burung nuri di Candi Mendut (kiri) dan Candi Simangambat (kanan) (Dokumentasi Ery Soedewo)

Gambar 16. Motif hias geometris Candi Simangambat (kiri) dan motif hias geometris Candi Plaosan Lor (kanan) (Dokumentasi Ery Soedewo) Simangambat dan Candi Sambisari juga Bentuk batu candi selanjutnya yang didapati di Candi Ngawen dan Candi ditinjau dari morfologinya berada di bagian Mendut, yang oleh Istari (2012: 805) badan candi adalah fragmen batu Candi disebut sebagai motif bunga matahari. Simangambat yang berpahatkan motif hias Di atas bagian badan candi adalah bebungaan dengan pembanding motif hias bagian atas/atap candi (sikhara) yang di serupa berasal dari bagian atas badan Candi Simangambat ditandai oleh Candi Sambisari (lihat Gambar 16). Motif keberadaan beberapa bentuk kemuncak. hias yang menyerupai temuan dari Candi Bentuk pertama adalah puncak atap yang

morfologinya menyerupai lingga, atap candi dari Pulau Jawa salah satunya sementara bentuk kedua diduga adalah adalah atap candi utama di kompleks bagian kemuncak dari menara-menara Candi Sambisari, Kabupaten Sleman, D.I. kecil di atap candi. Pembanding bagian Yogyakarta (lihat Gambar 17).

Gambar 17. Motif hias kemuncak Candi Simangambat (kiri atas dan bawah) dan motif hias kemuncak Candi Sambisari (kanan) (Dokumentasi Ery Soedewo) Mengacu pada salah satu gambar dari Candi Simangambat yang terdapat dalam karya Schnitger (1937: 14) yang menggambaran potongan batu candi berrelief mahluk kahyangan, ditinjau dari bentuknya mengingatkan pada objek serupa dari ambang pintu masuk bilik Gambar 18. Motif hias geometris Candi candi utama di kompleks Candi Merak, Plaosan Lor (Dokumentasi Ery Soedewo) Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (lihat Perkiraan Ukuran Candi Simangambat Gambar 18). Untuk mengetahui dimensi Candi Dilihat dari sejumlah kesamaan Simangambat di masa lalu digunakan morfologi antara batu-batu penyusun analogi yang didasarkan pada hasil kajian Candi Simangambat dengan beberapa Munandar (2015) tentang candi-candi candi dari Pulau Jawa, jelas secara masa Majapahit. Kajian Munandar (2015: arsitektur sisa-sisa bangunan candi di 141-152) tentang dimensi candi Desa Simangambat, Kecamatan Siabu, didasarkan pada data tertulis berupa kitab Kabupaten Mandailing Natal ini adalah Calon Arang. Hasil kajian Munandar candi bergaya arsitektur Jawa Tengah. terhadap kitab Calon Arang antara lain

membuat perkiraan jumlah pekerja untuk (dhanada) yang tinggi tersisanya sekitar 9 membangun satu candi. Menurut m. Diketahui bahwa Candi Kali Cilik Munandar (2015:141) kitab Calon Arang berdenah bujursangkar berukuran 6,80 m secara tersirat memuat jumlah orang yang x 6,80 m, sehingga diketahui L=6,80, maka terlibat dalam pembangunan satu candi, T/6,80=1,75, maka T= 1,75 x 6,80= 11,9; yakni di bagian ketika Calon Arang dengan demikian secara hipotesis tinggi bersama keenam muridnya (Woksirsa, keseluruhan Candi Kali Cilik jika dalam Mahisawadana, Lende, Guyang, Larung, kondisi utuh adalah 11,9 m, dan dibangun dan Gandi) membangun satu kuil di oleh 6 orang pekerja (silpin) dan 1 pendeta pasetran untuk memuja Dewi Bhagawati utama (sthapaka). Lebih lanjut Munandar (Durga). Lebih lanjut Munandar (2015: (2915: 143) menyatakan bahwa Candi Kali 141) menyatakan bahwa Calon Arang Cilik disusun dari material batu alam yang bertindak sebagai sthapaka, karena dia lebih keras dibanding bata, oleh sebab itu berlaku layaknya seorang pendeta pekerja yang dibutuhkan tentu lebih seniman yang tinggi ilmunya dan banyak dibanding candi berbahan bata. memahami pembangunan kuil pemujaan Setidaknya diperlukan 12 orang tenaga bagi dewa/dewi. Sementara keenam kerja (silpin) dan 1 pendeta utama muridnya bertindak sebagai silpin (tenaga (sthapaka) untuk membuat satu candi kecil kerja). Merujuk pada jenis-jenis candi (dhanada). menurut kitab Manasara-Silpasastra dan Berdasar hasil penelitian antara analogi dari kitab Calon Arang, Munandar tahun 2008 hingga 2012 terhadap (2015) kemudian menghitung jumlah reruntuhan bangunan Candi tenaga kerja yang dibutuhkan dalam Simangambat, diketahui denah bangunan pembangunan candi-candi periode utama Candi Simangambat berukuran 7,5 Kearajaan Majapahit. m x 7,5 m, disusun dari 2 bahan berbeda Untuk merekonstruksi tinggi satu yakni bata dan batuan tufaan. Di depan candi yang ditemukan dalam kondisi tidak reruntuhan bangunan utama, terdapat satu utuh lagi, seperti sudah hilang bagian atap bangunan berbahan batu alam maupun tubuhnya, berdasarkan kitab kemungkinan adalah sisa bagian dasar Mansara-Silpasastra (Acharya 1933) candi perwara atau mandapa, yang Munandar (2015: 142) menyatakan bahwa denahnya berukuran 7,5 m x 5 m.Mengacu rasio satu candi kecil (dhanada) adalah T/L pada Manasara-Silpasastra kedua sisa = 1,75. Sebagai contoh penerapan dalil bangunan percandian di Simangambat tersebut, Munandar (2015: 142) dapat dibedakan menjadi dua. Candi mencontohkan Candi Kali Cilik yang utama dimasukkan dalam kelompok candi dikategorikannya sebagai candi kecil kecil (dhanada), sedangkan candi

perwara/mandapa termasuk dalam Merujuk pada hasil kajian kelompok candi paling kecil (adbhuta). Munandar (2015) tentang jumlah pekerja Kuil jenis dhanada (kecil), untuk membangun satu candi kecil sebagaimana halnya Candi Simangambat (dhanada), maka jumlah pekerja untuk maka perbandingan T/L = 1,75, sehingga pembangunan Candi Simangambat adalah perkiraan ketinggian Candi Simangambat sebanyak 12 orang pekerja (silpin) dan 1 adalah sebagai berikut: pendeta utama (sthapaka). Jika candi T/L = 1,75 utama dan bangunan perwaranya T/7,5 = 1,75 dikerjakan dalam waktu bersamaan, maka T = 7,5 x 1,75 T = 13,125 m = 13,13 m pekerjanya diperkirakan setidaknya Berarti ketinggian candi utama di sebanyak 24 orang pekerja (silpin) dan 1 percandian Simangambat menurut dalil pendeta utama (sthapaka). dhanada adalah 13,125 (13,13 m). KESIMPULAN Adapun perkiraan ketinggian candi Berdasar hasil perbandingan perwara/mandapa di Percandian dengan sejumlah candi di Jawa antara lain Simangambat yang denahnya berukuran Candi Mendut, Candi Merak, Candi 7,5 m x 5 m. Mengingat candi perwara baik Plaosan Lor, Candi Prambanan, dan Candi besaran maupun ketinggiannya tentu lebih Sambisari dinyatakan bahwa Candi kecil dan lebih pendek dibanding candi Simangambat adalah satu candi bergaya utama, maka rasio yang dipilih adalah 2,00 arsitektur candi-candi Jawa di abad ke-9 (rasio untuk candi/kuil adbhuta ) sehingga M. Ketinggian candi utama Simangambat hasilnya adalah: diperkirakan mencapai 13,13 m; T/L = 2,00 sedangkan ketinggian bangunan T/5 = 2,00 perwaranya diperkirakan mencapai 10 m. T = 5 X 2,00 T = 10 m Material utama pembentuk bangunan Berarti ketinggian candi perwara di percandian Simangambat adalah batuan percandian Simangambat menurut dalil alam yang sumbernya didapati di areal adbhuta adalah 10 m. Hasil kalkulasi yang oleh masyarakat sekitar disebut terhadap sisa-sisa bangunan di sebagai Kebun Baturosak, yang terletak Percandian Simangambat memang belum sekitar 2,3 km arah baratdaya dari situs dipastikan keakuratannya, karena harus Candi Simangambat. dibuktikan lewat rekonstruksi nyata itu jika DAFTAR PUSTAKA batu-batu penyusunnya berhasil ditemukan Acharya, Prasanna Kumar, 1933. dalam jumlah yang representatif untuk Architecture of Manasara. London: dipugar. Oxford University Press

Candi- dalam

Arkeologi Untuk Publik. Jakarta: Natal. Medan: Balai Arkeologi Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, hlm: Medan. 793 807 _____., 2009. Laporan Penelitian Kramsrich, Stella, 1946. The Hindu Arkeologi Situs Simangambat, Temple. Calcutta: University of Kabupaten Mandailing Natal. Medan: Calcutta Balai Arkeologi Medan Munandar, Agus Aris, 2015. Keistimewaan _____., 2010. Laporan Penelitian Candi-Candi Zaman Majapahit. Arkeologi Jejak Peradaban Hindu- Jakarta: Wedatama Widya sastra Buddha di Daerah Aliran Sungai Batang Gadis, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Gaya Seni Relief di Ca i Utara. Medan: Balai Arkeologi Simangambat, Kabupaten Medan Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara _____. 2011. Laporan Penelitian Arkeologi Sangkhakala No. 25. Medan: Balai Situs Simangambat di Mandailing Arkeologi Medan. Natal. Medan: Balai Arkeologi Medan. _____ Gambaran Arsitektur Dan Teknik Konstruksi Ca i _____. 2012. Laporan Penelitian Arkeologi Simangambat, Kabupaten Situs Simangambat di Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Mandailing Natal. Medan: Balai Utara Arkeologi Medan Sangkhakala No. 26. Medan: Balai Arkeologi Medan. Schnitger, F.M., 1937. The Archaeology of Hariani Santiko dkk (eds.) Kirana Hindoo Sumatra. Leiden: E.J. Brill Persembahan untuk Prof. Dr. Haryati Soebadio. Jakarta: P.T. Intermasa, Soedewo, Ery dkk. 2008. Laporan hlm: 17 23 Penelitian Arkeologi Situs Simangambat Kabupaten Mandailing .

LAMPIRAN

Gambar 19. Denah Candi Simangambat (Digambar oleh Pesta Siahaan dan Andri Restiyadi)

Gambar 20. Rekonstruksi Candi Simangambat (Digambar Oleh Andri Restiyadi)

.