Analisis Arsitektur Pada Rumah Tradisional Batak Toba Di Kabupaten Toba Samosir, Balige

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Analisis Arsitektur Pada Rumah Tradisional Batak Toba Di Kabupaten Toba Samosir, Balige JAUR, 3 (1) Oktober 2019 ISSN 2085-6601 (Print) ISSN 2502-4590 (Online) DOI: 10.31289/jaur.v3i1.2912 JAUR (Journal of Architecture and Urbanism Research) Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jaur Analisis Arsitektur pada Rumah Tradisional Batak Toba di Kabupaten Toba Samosir, Balige Architectural Analysis of the Toba Batak Traditional House in Toba Samosir Regency, Balige Yunita Syafitri Rambe* Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Medan Area, Indonesia Diterima: September 2019; Disetujui: Oktober 2019; Dipublikasi: Oktober 2019 *Corresponding author: E-mail : [email protected] Abstrak Suku Batak adalah salah satu Kebudayan Arsitektur yang terdapat di daerah Sumatera Utara yang dalam perkembangannya telah mengalami perubahan dan pertumbuhan dalam hal kebudayaan dari masa kemasa dalam rentang waktu yang cukup lama. Keragaman agama, budaya dan bahasa yang terdapat di daerah tersebut merupakan salah satu yang biasa di jadikan referensi dari perkembangan kebudayaan tersebut. Ditinjau dari segi sejarahnya, suku Batak merupakan daerah yang sudah memiliki salah satu peradaban cukup tua di dunia.Suku Batak terdiri dari enam kelompok yang sebagian besar menempati daerah Sumatera Utara, terdiri dari Batak Karo, Simalungun, Pak-Pak, Toba, Angkola dan Mandailing. Suku Batak Toba adalah masyarakat Batak Toba yang bertempat tinggal sebagai penduduk asli disekitar Danau Toba di Tapanuli Utara, pola perkampungan pada umumnya berkelompok. Salah satu peninggalan arsitektur yang masih ada yang memiliki nilai sejarah adalah keberadaan rumah Tradisional Batak Toba yang terdapat di Kab.Toba Samosir, Balige. Dan ini merupakan lokasi penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan Survei lapangan ini dilakukan dengan cara Observasi, untuk mendapatkan data fisik tentang rumah tinggal tradisional batak toba. Kata Kunci : Kajian Arsitektur, Rumah Tradisional, Batak Toba Abstract The Batak tribe is one of the Architectural Cultures found in the North Sumatra area which in its development has experienced changes and growth in terms of culture from the time of time in a long period of time. The diversity of religions, cultures and languages found in the area is one that is commonly used as a reference for the development of that culture. In terms of history, the Batak tribe is an area that already has one of the world's oldest civilizations. The Batak tribe consists of six groups, which mostly occupy the North Sumatra area, consisting of Karo Batak, Simalungun, Pak-Pak, Toba, Angkola and Mandailing . The Toba Batak tribe is a Toba Batak community who live as native people around Lake Toba in North Tapanuli, a settlement pattern in general in groups. One of the architectural heritage that still has historical value is the existence of a Toba Batak Traditional house located in Toba Samosir Regency, Balige. And this is a research location. In this study using a field survey conducted by observation, to obtain physical data about the traditional Batak toba dwelling. Keywords: Architectural Studies, Traditional Houses, Toba Bataks How to Cite: R. S. Yunita, (2019), Arsitektur Rumah Tradisional Batak Toba di Kabupaten Toba Samosir, Balige ournal of Architecture and Urbanism Research, 3 (1): Hal 47-60. Journal of Architecture and Urbanism Research, 3 (1) Oktober 2019: 47-60 PENDAHULUAN memiliki salah satu peradaban cukup tua Pertumbuhan dan perkembangan di dunia.Suku Batak terdiri dari enam suatu suku bangsa selalu diikuti oleh kelompok Puak yang sebagian besar pertumbuhan dan perkembangan menempati daerah Sumatera Utara, terdiri penduduknya terutama dari tradisi dari Batak Karo, Simalungun, Pak-Pak, kebudayaan yang selalu mengalami Toba, Angkola dan Mandailing. Suku Batak pertumbuhan dan perkembangan sejalan Toba adalah masyarakat Batak Toba yang dengan pesatnya era informasi dan bertempat tinggal sebagai penduduk asli globalisasi, baik itu perubahan karena disekitar Danau Toba di Tapanuli Utara, pengaruh dari luar daerah tersebut, pola perkampungan pada umumnya sehingga kadang kala kebudayaan asli berkelompok. menjadi kehilangan jati dirinya atau Akibat dari berbaurnya atau bahkan hilang sama sekali karena akulturasi dari berbagai budaya yang pengaruh dari dalam maupun dari luar telah menciptakan sebuah bentukan daerah itu sendiri diantaranya arsitektur symbol –symbol bagi dunia arsitektur itu tradisional yang merupakan cermin sendiri khususnya di Pulau Samosir.Salah kebudayaan masyarakat untuk di satu peninggalan arsitektur yang masih Indonesia. ada yang memiliki nilai sejarah adalah Suku Batak adalah salah satu keberadaan rumah Tradisional Batak Toba Kebudayan Arsitektur yang terdapat di yang terdapat di Kab.Toba Samosir, Balige. daerah Sumatera Utara yang dalam Di mana pada bentukan dan tampilan perkembangannya telah mengalami Rumah Adat Batak ini terdapat struktur perubahan dan pertumbuhan dalam hal bangunan, ornamen atau pun simbol yang kebudayaan dari masa kemasa dalam menjadikannya pembeda jika ditinjau dari rentang waktu yang cukup lama. segi ilmu arsitekturnya, yang Keragaman agama, sukubangsa, budaya menggambarkan kewibawaan dan dan bahasa yang terdapat di daerah kharisma tersendiri. Ornamen-ornamen tersebut merupakan salah satu yang biasa tersebut berupa orang yang menarik di jadikan referensi dari perkembangan kerbau melambangkan kehidupan dan kebudayaan tersebut. semangat kerja orang Batak, ornamen- Ditinjau dari segi sejarahnya, suku ornamen perang dan sebagainya. Dimana Batak merupakan daerah yang sudah budaya dan arsitektur yang tampak lebih 48 Yunita Syafitri Rambe, Arsitektur Rumah Tradisional Batak Toba di Kabupaten Toba Samosir, Balige dominan dipengaruhi oleh bentuk teknik sudah sangat berkurang hanya dapat ragam hias terdiri dari dua cara, yaitu ditemukan didaerah tertentu saja. dengan teknik ukir teknik lukis. Untuk Tinggi dari tanah kelantai rumah adat mengukir digunakan pisau tajam dengan batak sampai 1,85m di atas tanah dan alat pemukulnya (pasak-pasak) dari kayu. bagian bawah dipergunakan untuk Sedang kan teknik lukis bahannya diolah memelihara hewan, seperti babi, ayam, sendiri dari batu-batuan atau pun tanaga dan sebagainya. Pintu masuk rumah adat yang keras dan arangkan. ini, dahulunya memiliki 2 macam daun pintu yaitu daun pintu yang horizontal dan Tinjauan Arsitektur Rumah Tradisional vertikal, tapi sekarang daun pintu yang Batak Toba di Kab.Toba Samosir horizontal tak dipakai lagi. Ruangan dalam Balige. rumah adat merupakan ruangan terbuka Rumah Batak mempunyai bentuk tanpa kamar - kamar, walaupun arsitektur bangunan yang menggunakan bersamaan disitu lebih dari satu keluarga, bahan kayu yang khas serta dihiasi tapi bukan berarti tidak ada pembagian ornamen indah yang punya makna ruangan. Karena dalam rumah adat ini tertentu berkaitan dengan kesejahteraan, pembagian ruangan dibatasi oleh adat keselamatan dan perlindungan mereka yang kuat. penghuninya dan desanya. Motif yang Ruangan di belakang sudut sebelah banyak ditemukan antara lain : gorga, kanan dinamakan jabu bong, yang singa singa dan gajah dumpak. Rumah ditempati oleh kepala rumah atau porjabu tradisional Batak Toba di Balige ada 2 jenis bong, dengan isteri dan anak-anak yang yaitu Ruma dan Sopo, Ruma adalah rumah masih kecil. Namun di sudut kiri tradisional Batak untuk tempat tinggal. berhadapan dengan Jabu bong dinamakan Sementara Sopo adalah rumah tradisional Jabu Soding, yang dikhususkan untuk anak Batak untuk menyimpan padi ( lumbung perempuan yang telah menikah tapi belum padi ) pada jaman dulu, tetapi sekarang mempunyai rumah sendiri. Sedangkan dijadikan tempat tinggal. Pada masa lalu untuk sudut kiri depan dinamakan Jabu atap rumah Batak dibuat dari ijuk, Suhat, diperuntukkan bagi anak laki - laki sekarang banyak yang menggunakan seng. tertua yang sudah nikah dan di Pada umumnya rumah dan desa Batak seberangnya disebut Tampar Piring diperuntukkan bagi tamu.Jika keluarga 49 Journal of Architecture and Urbanism Research, 3 (1) Oktober 2019: 47-60 besar maka diadakan tempat di antara dua Samosir (Balige). Rumah adat Kabupaten ruang atau jabu yang berdempetan, Toba Samosir (Balige), berbentuk sehingga ruangan bertambah dua lagi dan panggung dengan atap pelana yang ruangan ini disebut Jabu Tonga-ronga ni bubungannya melengkung. Bentuk jabu rona. Walaupun rumah tersebut lengkung ini didapatkan dari kelenturan berdempetan, tiap keluarga mempunyai dari bahan kayu yang dirangkai dengan dapur sendiri yang terletak di belakang konstruksi kuda - kuda atap secara tekan - rumah, berupa bangunan tambahan. Dan tarik. Stabilitas yang tercapai dengan di antara dua deretan ruangan yakni di bentuk struktur bertekanan ini disangga tengah - tengah rumah merupakan daerah oleh struktur rangka yang membingkai netral yang disebut telaga dan berfungsi dinding rumah. sebagai tempat bermusyawarah. Rumah Kolong rumah panggung biasanya adat Batak Toba berdasarkan fungsinya digunakan sebagai kandang ternak. dapat dibedakan ke dalam rumah yang Ketinggian lantai rumah bervariasi digunakan untuk tempat tinggal keluarga berdasarkan keinginan memelihara disebut Ruma, dan rumah yang digunakan ternak. Hewan kecil seperti kambing sebagai tempat penyimpanan (lumbung) menyebabkan ketinggian lantai sebuah disebut Sopo. Bahan-bahan bangunan rumah lebih rendah dari rumah lain yang terdiri dari kayu dengan tiang - tiang yang memelihara hewan besar seperti kerbau. besar dan kokoh. Dinding dari papan atau Karena dipergunakan sebagai kandang tepas, lantai juga dari papan sedangkan ternak, maka kolong ini selain diperkuat atap dari ijuk atau daun rumbiah. Tipe dengan struktur
Recommended publications
  • Be Bal Erkal Lai Ar La Ar Keolo Rkeo Ogi M Ologi Medan I
    Vol. XIII No. 25, MARET 2010 164/Akred-LIPI/P2MBI/07/2009 ISSN 1410 - 3974 BE RKAL A AR KEO LOGI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA BALAI ARKEOLOGI MEDAN Vol. XIII No. 25, MARET 2010 164/Akred-LIPI/P2MBI/07/2009 ISSN 1410 - 3974 BERKALA ARKEOLOGI Dewan Redaksi Penyunting Utama : Lucas Partanda Koestoro, DEA Penyunting Penyelia : Rita Margaretha Setianingsih, M. Hum Penyunting Tamu : Fitriaty Harahap, M. Hum Dra. Sri Hartini, M. Hum Penyunting Pelaksana : Drs. Ketut Wiradnyana, M.Si Dra. Nenggih Susilowati Ery Soedewo, S.S., M.Hum. Dra. Suriatanti Supriyadi Alamat Redaksi : Balai Arkeologi Medan Jl. Seroja Raya Gg. Arkeologi Medan Tuntungan, Medan 20134 Telp. (061) 8224363, 8224365 E-mail : [email protected] www.balai-arkeologi-medan.web.id Penerbitan Berkala Arkeologi “SANGKHAKALA” bertujuan memajukan kegiatan penelitian arkeologi maupun ilmu terkait, terutama di Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara, serta menyebar-luaskan hasil-hasilnya sehingga dapat dinikmati oleh kalangan ilmuwan khususnya dan masyarakat luas umumnya. Redaksi menerima sumbangan artikel dalam bahasa Indonesia maupun asing yang dianggap berguna bagi perkembangan ilmu arkeologi, maksimal 15 halaman A4 dengan jenis huruf Arial ukuran 11 dan spasi 1,5. Naskah yang dimuat tidak harus sejalan dengan pendapat redaksi. Redaksi berhak menyunting sejauh tidak merubah isi. Berkala Arkeologi ini diterbitkan 2 kali dalam satu tahun. Gambar sampul : Tugu Perjanjian di Bagansiapiapi yang bertuliskan "nan wu a mi to hut" dan berisikan tentang wujud perjanjian perdamaian yang terjadi antara roh jahat dengan bhiksu yang didatangkan dari Tiongkok agar roh jahat yang pernah bergentayangan dan mengganggu penduduk setempat tidak mengganggu lagi.(Dokomenasi Balai Arkeologi Medan, 2009) Vol.
    [Show full text]
  • LAPORAN PENELITIAN No : 09/Pen.Arsitektur/UKP/2011 STUDI STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL SUKU BATAK TOBA, MINANGKABAU
    LAPORAN PENELITIAN No : 09/Pen.Arsitektur/UKP/2011 STUDI STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL SUKU BATAK TOBA, MINANGKABAU DAN TORAJA Oleh: Esti Asih Nurdiah, ST., MT. JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA 2011 i HALAMAN PENGESAHAN 1. a. Judul : Studi Struktur dan Konstruksi Rumah Tradisional Suku Batak Toba, Minangkabau dan Toraja. b. Bidang Ilmu : Struktur Arsitektur c. Nomor Penelitian : 09/Pen.Arsitektur/UKP/2011 2. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap dan Gelar : Esti Asih Nurdiah, ST., MT. b. Jenis Kelamin : Perempuan c. Pangkat/Golongan/NIP : IIIB / 08-005 d. Jabatan Akademik : Asisten Ahli e. Fakultas/Jurusan : FTSP / Arsitektur f. Universitas : Universitas Kristen Petra 3. Jumlah Tim Peneliti : - 4. Lokasi Penelitian : Universitas Kristen Petra 5. Kerjasama dengan Instansi Lain : - 6. Jangka Waktu Penelitian : 1 tahun 7. Biaya : a. Sumber dari UK Petra : Rp. 1.640.650 b. Sumber Lainnya : - Total : Rp. 1.640.650 Surabaya, 12 September 2011 Mengetahui, Ketua Jurusan Arsitektur Ketua Peneliti Agus Dwi Hariyanto, ST., M.Sc. Esti Asih Nurdiah, ST., MT. NIP. : 99-033 NIP. : 08-005 Menyetujui, Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Ir. Handoko Sugiharto, MT. NIP: 84-028 ii ABSTRAK Keindahan arsitektur nusantara telah dikenal luas dan banyak dieksplorasi sejak masa Kolonial atau penjajahan bangsa asing di kepulauan nusantara. Arsitektur nusantara sebagian besar merupakan bangunan rumah tinggal yang dibangun berdasarkan adat dan tradisi setempat. Proses pendirian rumah tradisional sejak awal penentuan lokasi hingga didirikan dan dihuni, tidak pernah lepas dari pengaruh adat, kepercayaan dan tradisi. Oleh karena itu, arsitektur nusantara seringkali disebut juga sebagai Arsitektur Tradisional atau Rumah Tradisional.
    [Show full text]
  • Revealing the Stack Construction on Batak Simalungun and Kulawi Traditional House
    IACSIT International Journal of Engineering and Technology, Vol. 8, No. 3, June 2016 Bolon and Lobo: Revealing The Stack Construction on Batak Simalungun and Kulawi Traditional House Yusfan Adeputera Yusran and Noviani Suryasari custom house in Central Celebes, called lobo, have a Abstract—It has long been known, the ancestors of the similarity on its construction with the bolon of Simalungun. Indonesian have quite advanced knowledge of building This pairing is expected to show that this similarity is not technology in its day. Knowledge of the use of natural materials, merely limited in physically ways, but is also expected to as well as efforts to combine these materials into structural and open up another veil of knowledge related to these construction systems still can be encountered met standing sturdy in custom houses. Among the diversity of form of similarities, like how the pattern of people distribution at that construction that was built by different tribes, on the different time as to how this knowledge could be a mental map of geographical sites, identified several similarities which indicate building in the archipelago. Methodically, this allows the a common thread between traditional houses scattered in result of mixing internally and externally. At least, this archipelago to the Asia Pacific region and even Europe. This research helps us identify more about the process of study offers another perspective of common observations about constructing knowledge for later sought the principles to be a custom house. Identification on the similarities of construction leads us to an understanding of the phenomenon of the spread used in recent times.
    [Show full text]
  • Materials for a Rejang-Indonesian-English Dictionary
    PACIFIC LING U1STICS Series D - No. 58 MATERIALS FOR A REJANG - INDONESIAN - ENGLISH DICTIONARY collected by M.A. Jaspan With a fragmentary sketch of the . Rejang language by W. Aichele, and a preface and additional annotations by P. Voorhoeve (MATERIALS IN LANGUAGES OF INDONESIA, No. 27) W.A.L. Stokhof, Series Editor Department of Linguistics Research School of Pacific Studies THE AUSTRALIAN NATIONAL UNIVERSITY Jaspan, M.A. editor. Materials for a Rejang-Indonesian-English dictionary. D-58, x + 172 pages. Pacific Linguistics, The Australian National University, 1984. DOI:10.15144/PL-D58.cover ©1984 Pacific Linguistics and/or the author(s). Online edition licensed 2015 CC BY-SA 4.0, with permission of PL. A sealang.net/CRCL initiative. PACIFIC LINGUISTICS is issued through the Linguistic Circle of Canberra and consists of four series: SERIES A - Occasional Papers SERIES B - Monographs SERIES C - Books SERIES D - Special Publications EDITOR: S.A. Wurm ASSOCIATE EDITORS: D.C. Laycock, C.L. Voorhoeve, D.T. Tryon, T.E. Dutton EDITORIAL ADVISERS: B.W. Bender K.A. McElhanon University of Hawaii University of Texas David Bradley H.P. McKaughan La Trobe University University of Hawaii A. Capell P. MUhlhiiusler University of Sydney Linacre College, Oxford Michael G. Clyne G.N. O'Grady Monash University University of Victoria, B.C. S.H. Elbert A.K. Pawley University of Hawaii University of Auckland K.J. Franklin K.L. Pike University of Michigan; Summer Institute of Linguistics Summer Institute of Linguistics W.W. Glover E.C. Polome Summer Institute of Linguistics University of Texas G.W. Grace Malcolm Ross University of Hawaii University of Papua New Guinea M.A.K.
    [Show full text]
  • Jumlah Wilayah Kerja Statistik Provinsi Kabupaten Kota Kecamatan Desa
    JUMLAH WILAYAH KERJA STATISTIK BLOK PROVINSI KABUPATEN KOTA KECAMATAN DESA SENSUS 11 ACEH 18 5 287 6.491 16.119 12 SUMATERA UTARA 25 8 422 5.876 40.291 13 SUMATERA BARAT 12 7 176 1.033 15.182 14 RIAU 10 2 157 1.736 18.949 15 JAMBI 9 2 131 1.484 11.404 16 SUMATERA SELATAN 11 4 225 3.205 26.433 17 BENGKULU 9 1 124 1.508 6.588 18 LAMPUNG 12 2 214 2.511 27.867 KEPULAUAN BANGKA 19 BELITUNG 6 1 46 380 4.093 21 KEPULAUAN RIAU 5 2 59 371 5.955 31 DKI JAKARTA 1 5 44 267 31.748 32 JAWA BARAT 17 9 626 5.941 147.158 33 JAWA TENGAH 29 6 573 8.578 116.534 34 D I YOGYAKARTA 4 1 78 438 12.016 35 JAWA TIMUR 29 9 662 8.505 146.183 36 BANTEN 4 4 154 1.545 31.182 51 BALI 8 1 57 716 11.793 52 NUSA TENGGARA BARAT 8 2 116 1.122 18.126 53 NUSA TENGGARA TIMUR 20 1 293 3.052 14.147 61 KALIMANTAN BARAT 12 2 176 1.970 14.666 62 KALIMANTAN TENGAH 13 1 132 1.528 11.475 63 KALIMANTAN SELATAN 11 2 151 2.000 14.300 64 KALIMANTAN TIMUR 10 4 146 1.469 15.111 71 SULAWESI UTARA 11 4 159 1.733 10.446 72 SULAWESI TENGAH 10 1 166 1.903 10.391 73 SULAWESI SELATAN 21 3 304 3.015 23.788 74 SULAWESI TENGGARA 10 2 205 2.159 8.979 75 GORONTALO 5 1 75 732 3.555 76 SULAWESI BARAT 5 0 69 645 3.842 81 MALUKU 9 2 90 1.027 4.850 82 MALUKU UTARA 7 2 112 1.075 4.022 91 PAPUA BARAT 10 1 175 1.441 4.441 94 PAPUA 28 1 389 3.619 11.370 JUMLAH 399 98 6.793 79.075 843.
    [Show full text]
  • Rumah Adat Batak Toba, Arsitektur, Pola Pemukiman
    Abstract Many of Batak Toba traditional houses are still found in Pulau Samosir, and other areas in North Sumatra. When studying the techniques of this traditional house structure design, we have great admiration for the creativity our ancestors. All materials come from the natural environment where they lives, as well as building technique have been taking into account the various effects caused by the earthquake and fire has been well anticipated. Beside that, all the elements of building and decorative art which have been drawn by high philosophical meaning. As technology development, the building materials are easier to get so the building of tradisional house was increasingly abandoned. Kata kunci: Rumah Adat Batak Toba, Arsitektur, Pola Pemukiman 1. Pendahuluan Ilmu Arsitektur mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan bangunan ditinjau dari segi keindahan, sedangkan membangun dari segi konstruksi disebut ilmu bangunan. Kedua ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan tegas karena suatu bangunan akan mencakup unsur konstruksi maupun keindahan, dan konstruksi mempengaruhi keindahan bangunan secara keseluruhan (Maryono dkk.1985: 18). Dalam ilmu arsitektur secara garis besar dikenal arsitektur vernakular (tradisional) dan arsitektur modern. Rumah adat merupakan karya arsitektur tradisional, dan merupakan bagian kajian dari ilmu arsitektur. Arsitektur tradisional yang muncul lebih Foto 1. Deretan rumah pada sebuah huta di Pulau Samosir awal dari arsitektur modern, dalam pembangunannya dilandasi oleh kepercayaan setempat yang kuat sehingga bagian-bagian bangunan mempunyai makna filosofis tertentu. Hal ini berbeda dengan arsitektur modern yang merupakan pengaruh dari barat, konsepnya lebih berdasar kepada unsur praktis, logika, serta dengan perhitungan matematis. Sebagai bangsa yang multietnis, Indonesia memiliki beragam rumah adat, salah satunya adalah rumah adat Batak.
    [Show full text]
  • Kajian Ornamen Gorga Di Rumah Adat Batak Toba
    Jurnal Arsitektur ALUR - Vol.2 No.1 April 2019 KAJIAN ORNAMEN GORGA DI RUMAH ADAT BATAK TOBA (Studi Kasus : Di Kawasan Desa Wisata Tomok, Huta Siallagan dan Huta Bolon Di Kabupaten Samosir) Dearma A Saragih(1), Yulianto, ST,M.ENG(2), Ir. Raimundus Pakpahan ST.MT(3) (1)Mahasiswa, Prodi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara (2) Staff Pengajar, Prodi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara Email: [email protected] (3) Staff Pengajar, Prodi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara Email: [email protected] Abstract One of the interesting cultural potentials to be studied is traditional houses. This traditional house has its own uniqueness in every area. One of the uniqueness can be seen from the many ornaments in it. Diversity has its own meaning and function. Ornaments is one of the historical heritage of Indonesia where almost all the tribes in Indonesia can be found various kinds of ornaments that reflect the techniques of each region in Indonesia. Ornament Batak Toba is one of the many ornaments that exist in this country Indonesia. Toba Batak ornament can be found in North Sumatera Province precisely in Samosir regency which always apply Toba Batak ornament as decoration or as identity in important building for Batak Toba, for example in traditional house building in Huta Siallagan, Tomok Village and Huta Bolon.This research is classified in research using descriptive-comparative research method, doing the study by comparing the existing ornaments in these three villages with theories about Ornaments Gorga Rumah Adat Batak Toba, then do the analysis of the condition in accordance with the theory used as a reference Keywords: Culture, Traditional House, and Ornament Abstrak Salah satu potensi kebudayaan yang menarik untuk diteliti adalah rumah adat.
    [Show full text]
  • Guna Dan Citra Sebagai Wujud Kreativitas Dalam Arsitektur Nusantara Studi Kasus Arsitektur Tongkonan Toraja, Mamasa Dan Batak Toba
    ISSN 2460-7878 (print) - 2477-5975 (Online) jurnalsaintek.uinsby.ac.id/index.php/EIJA Vol 6, No 1, 2020 Guna dan citra sebagai wujud kreativitas dalam arsitektur nusantara Studi Kasus Arsitektur Tongkonan Toraja, Mamasa dan Batak Toba Josephine Roosandriantini Universitas Katolik Darma Cendika, Surabaya, Indonesia. [email protected] Abstrak Arsitektur nusantara yang merupakan hasil ide kreatif dari masyarakat Nusantara, yang cenderung diciptakan hanya dengan material dan peralatan sederhana. Akan tetapi arsitektur nusantara yang hadir dengan identitas kekunoannya, bukan berarti tidak memiliki nilai kreativitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi penerapan teori "Guna dan Citra" dari Mangunwijaya dalam memandang wujud kreativitas dalam arsitekur nusantara. Pengumpulan data dilakukan melalui berbagai kajian literatur untuk menarik kesimpulan tentang bagaimana Teori "Guna dan Citra" diterapkan di Arsitektur Nusantara. Dua objek arsitekur Tradisional, yakni bangunan Tongkonan di Toraja dan Mamasa, serta arsitektur Batak Toba dipilih sebagai objek kajian. Hasil kajian memperlihatkan bahwa penerapan aspek Guna terletak pada pada detail arsitektural konstruksi, tampilan atap dan material yang berkaitan dengan fungsi. Sedangkan penerapan Citra terletak pada penggambaran makna yang dikaitkan kepada penyelesaian bangunan. Selain itu kajian ini semakin menguatkan fakta bahwa Arsitektur Nusantara merupakan hasil ide kreatif masyarakatnya dalam beradaptasi dengan kondisi geogfrafis dan iklim. Kata kunci: arsitektur nusantara, guna, citra, kreativitas, Abstract Nusantara architecture, which is the result of creative ideas from the Nusantara people, tends to be created with simple materials and equipment. However, the Nusantara architecture, which comes with its ancient identity, does not mean that it has no creative value. This study explores the application of Mangunwijaya's "Use and Image" theory in seeing the form of creativity in Nusantara architecture.
    [Show full text]
  • Alteration of Traditional Batak Toba's Culture Consequence of the Time Development
    Journal of Engineering Research and Education Vol. 7 (2013) 1-11 Alteration of traditional Batak Toba's culture consequence of the time development Meyga Fitri Handayani, ST, MT and Ir. Dharma Widya, MT Dosen Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Medan. [email protected] ABSTRACT Traditional architecture is the expression of the human creation which is one of the element cultures grow and evolve along with the growth and development of the cultural community, ethnic, or nation that elements in form persist for a long time frame but accordance with the development and growth of a community or ethnic pertinent. Toba Batak society has known the residential area as they lived, called Huta (village). The district is a territorial form of Tobanese. In one Huta, there are several houses and barns. Currently Huta was much abandoned and some of them still stay to make alteration in shape of the buildings they occupied. Alteration times give occasion to good changes, whether it caused by internal factors as well as external factors and indirectly will fade and mixed completely as one. The movement culture process in Toba Batak has given occasion to the movement culture that contained in the traditional architecture as well, such as alteration of the building physical that began to change in accordance with current needs. It is necessary to anticipate of these alterations by doing some adjustments. To find out the alteration that happened in the Toba Batak Traditional Architecture then conducted observations in the field so that will obtained whatever that influence these alterations mentioned and is there any part of the culture that still maintained.
    [Show full text]
  • UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta 117
    BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setiap suku di Indonesia memiliki kekayaan adat, prinsip hidup dan seni budaya yang begitu khas dan tidak akan ditemukan di tempat lain seperti suku Batak, di mana masyarakatnya dengan bangga mengatakan bahwa mereka adalah suatu bangsa yang kaya, bangso namora bangso Batak. Batak masih terbagi atas beberapa sub suku yang diantaranya adalah Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing dan Batak Pakpak. Semuanya memiliki karakter masing- masing baik di bahasa, adat dan kebiasaan hidup, namun tetap satu dalam Batak. Salah satu kekayaan suku Batak adalah di bagian ornamennya. Setiap sub suku memiliki ornamen masing-masing, salah satunya adalah Batak Toba. Pada dasarnya ornamen Gorga Batak Toba adalah suatu kesenian asli dalam bentuk ukir dan lukis yang lahir karena adanya dorongan emosi dan kehidupan bathin yang murni dari dasar pandangan hidup (falsafah Dalihan Natolu) dan kepentingan pribadi masyarakat suku Batak khususnya Batak Toba. Gorga adalah ungkapan bathin dan gambaran kehidupan sehari-hari masyarakat Batak Toba yang dinyatakan dalam bentuk seni ornamen dengan berbagai macam bentuk visual dan makna simbol di dalam ornamen tersebut. Maka dari itu, nilai yang terkandung di dalam ornamen Gorga tersebut adalah nilai pandangan hidup dari masyarakat Batak Toba bahkan bisa disebut sebagai Kitab orang Batak Toba yang sesungguhnya. 116 UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta 117 Ornamen Gorga Batak Toba umumnya diaplikasikan pada rumah adat Batak Toba, Gorga memiliki tiga warna khas, ketiga warna tersebut merupakan warna pokok suku Batak Toba yang dipercaya sebagai pemberian dari Mula Jadi Nabolon (Tuhan) dan sering disebut dengan Tiga Bolit (putih, merah dan hitam). Masyarakat Batak Toba meyakini bahwa Gorga adalah Pusakko (warisan) yang diberikan kepada orang Batak yang harus tetap dijaga dan dilestarikan karena dianggap sebagai pelindung, pembawa berkat bagi siapa yang memilikinya.
    [Show full text]
  • An Analysis of Symbols in Toba Batak Traditional House A
    AN ANALYSIS OF SYMBOLS IN TOBA BATAK TRADITIONAL HOUSE A THESIS BY LILIS HANDAYANI NAPITUPULU REG. NO. 140721025 DEPARTMENT OF ENGLISH FACULTY OF CULTURAL STUDIES UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN 2016 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA AN ANALYSIS OF SYMBOLS IN TOBA BATAK TRADITIONAL HOUSE A THESIS BY LILIS HANDAYANI NAPITUPULU REG. NO. 140721025 SUPERVISOR CO-SUPERVISOR Dr. Ridwan Hanafiah, SH., MA Rahmadsyah Rangkuti, MA., Ph.D NIP. 19560705 198903 1 002 NIP. 19750209 200812 1 002 SUBMITTED TO FACULTY OF CULTURAL STUDIES UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA IN PARTIAL FULFILLMENT OF REQUIREMENT FOR DEGREE OF SARJANA SASTRA FROM DEPARTMENT OF ENGLISH. DEPARTMENT OF ENGLISH FACULTY OF CULTURAL STUDIES UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN 2016 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA APPROVED BY DEPARTMENT OF ENGLISH, FACULTY OF CULTURAL STUDIES UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA (USU) MEDAN AS A THESIS FOR THE SARJANA SASTRA EXAMINATION Head, Secretary, Dr. H. Muhizar Muchtar, MS Rahmadsyah Rangkuti, MA, Ph.D NIP. 19541117 1980031 002 NIP. 19750209 200812 002 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ACCEPTED BY THE BOARD OF EXAMINERS IN PARTIAL FULFILMENT OF REQUIREMENTS FOR THE DEGREE OF SARJANA SASTRA FROM DEPARTMENT OF ENGLISH, FACULTY OF CULTURAL STUDIES UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA THE EXAMINATION IS HELD IN DEPARTMENT OF ENGLISH FACULTY OF CULTURAL STUDIES UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA ON ……………… Dean Faculty of Cultural Studies Dr. Drs. Budi Agustono, M.S. NIP. 19600805198703 1 001 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA AUTHOR’S DECLARATION I, LILIS HANDAYANI NAPITUPULU DECLARE THAT I AM THE SOLE AUTHOR OF THIS THESIS EXCEPT WHERE REFERENCE IS MADE IN THE TEXT OF THIS THESIS. THIS THESIS CONTAINS NO MATERIAL PUBLISHED ELSEWHERE OR EXTRACTED IN WHOLE OR IN PART FROM A THESIS BY WHICH I HAVE QUALIFIED FOR OR AWARDED ANOTHER DEGREE.
    [Show full text]
  • Introduction
    CHAPTER I Introduction In the following chapters I will show how Indonesians, practice the religions. How they convert and practice it shows how local wisdom works as a way of life. In this introduction, I will draw every of works I compiled in this book. In Chapter II, with title of Marginal Hinduisms In Indonesia, I show how indigenous religions such as Kaharingan, Tengger, Baduy religions practiced by the people and how they negotiate for acknowledging them as religions. The governmental perspective is different from the religion owners perspective. Acknowledgment as Hinduism still emerges such confusion in practical ways of practicing these religions. This paper is my work in 2012 on the subject of World Religions offered by Inter-Religious Program Gadjah Mada University. Chapter III, with title of Indonesian Marine Rituals and Their Local Wisdom, consists of small explorative research to describe some marine rituals hold by Indonesians lie down along the archipelago and explore their local wisdom. Here, we can learn not only such values likely religious and social, but also environmental ethics to the nature. I have published this paper in Jurnal Jantra Vol. VII No. 1 Juni 2012 with Indonesia version. For compiling some related papers I have worked, I include this paper here. 1 Chapter IV, with title of Wonosadi Forest and the Environmental Ethics, talks about my research findings in the World Class Research University (WCRU) program hold in 2009 by Faculty of Philosophy Gadjah Mada University. This paper was already published in Jurnal Filsafat WISDOM years ago. This research explored such belief and rituals hold by the people around Wonosadi forest in Ngawen Gunung Kidul Yogyakarta.
    [Show full text]