0

1

PEMILIKAN DAN PENGUASAAN LAHAN PADA ORANG MENTAWAI: Studi Etnografi pada Masyarakat Dusun Madobag Kecamatan Selatan Kabupaten Mentawai1

Oleh: Adri Febrianto dan Erda Fitriani

Abstract This article was written based on the results of research on the ownership and domination of land in the Mentawai people in the hamlet Madobag South Siberut, which reveal that the land or communal land from the clan or uma used as residential areas and mone (fields) are still considered to belong to three clans Si bakkat laggai. Si toi and Si oi-akek as immigrants acquire land from the government that now controls the land. The desire to have the land in the nuclear family has been going on with the purchase, even though most of the land is communal property. This condition is not supported by the official land ownership, either by Si bakkat laggai and migrants since not been able to pay the taxes so as to create the conditions that have not been evident in land ownership.

1 Artikel ini ditulis berdasarkan hasil penelitian di Dusun Madobag Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Mentawai yang didanai DIPA APBN-P UNP tahun anggaran 2012. 2

Pendahuluan menggambarkan pola makan dan Mentawai sudah sangat terkenal di enkulturasi nilai berburu kepada anak, di antara para peneliti, mulai dari penelitian samping itu Person dan Schefold telah mengenai kandungan alam terutama isi mengumpulkan banyak tulisan yang hutannya dan penelitian sosial budaya diseminarkan dan dibukukan sebagai masyarakatnya. Kebudayaan Mentawai bentuk deskripsi masyarakat dan sampai kini terus menjadi perhatian ahli- kebudayaan Mentawai dari berbagai ahli antropologi di dunia. Beberapa studi aspek.10 Tak kalah menarik Spina11 etnografi terdahulu mengenai kebudayaan mendeskripsikan 67 mitos dan legenda orang Mentawai seperti oleh Sihombing,2 orang Mentawai tentang manusia dan Wagner3 dan Wallace.4 Oleh Danandjaja benda-benda serta berbagai binatang yang dan Rudito dengan banyak mengutip diceritakan pada berbagai kesempatan di bibliografi asing mengenai orang dalam masyarakat, dan Hermawati S,12 Mentawai telah melakukan studi etnografi yang difasilitasi oleh Yayasan Citra Mentawai yang dapat memberikan Mandiri (YCM) telah mendeskripsikan informasi mengenai masyarakat Uma dan kebudayaan Mentawai di Mentawai.5 Coronese menulis khusus berbagai wilayah yang berbeda, serta tentang kebudayaan Mentawai,6 dan tulisan Febrianto dan Fitriani mengenai Schefold7 mendalami agama atau religi Orang Mentawai sebagai peladang dengan menjelaskan bagaimana orang tradisional dan telah bersentuhan dengan Mentawai memandang roh yang tetap ekonomi pasar.13 hidup dan berada di sekitar mereka, serta Dari banyak tulisan tersebut bagaimana pengaruh modern terhadap beberapa telah menyinggung perubahan kehidupan orang Mentawai.8 Rudito dkk.,9 yang terjadi pada orang Mentawai. Bahkan di antaranya telah mengungkap mengenai

2 potensi konflik yang diakibatkan oleh Sihombing, H. 1979. Mentawai. Jakarta: Prdnya pemilikan dan penguasaan lahan.14 Ini Paramita. 3 menunjukkan dinamika atau perubahan Wagner, W (Hrsg). 1989. Mentawai Bremen:Universitat Bremen yang sedang berlangsung di dalam 4 Wallace AFC. 1951. “Mentawaian Social masyarakat Mentawai, tetapi masih kurang Organization.” Dalam American Anthropologist. tulisan yang mengulas mengenai pemilikan LIII:Hal.370-375. dan penguasaan lahan pada orang 5 James Danandjaja yang menulis etnografi Penduduk Kepulauan Sebelah Barat Sumatera di dalam Koentjaraningrat (ed.) Manusia dan 9 Bambang Rudito, dkk. 2002. Pola makan dan Kebudayaan yang cetakan pertamanya Enkulturasi Nilai Berburu pada Anak Mentawai. terbit tahun 1971. Bambang Rudito khusus 10 Gerard Person dan Reimar Schefold (ed.).1985. menulis “Masyarakat Mentawai di Sebelah Barat Pulau Siberut. Jakarta:Bhratara. Sumatera,” di dalam buku Koetjaraningrat (ed.) 11 Bruno Spina 1981. Mitos dan Legenda Suku 1985. Masyarakat Terasing di Indonesia. Mentawai. Jakarta: Balai Pustaka. 6 Stefano Coronese 1986. Kebudayaan Suku 12 Tarida Hermawati S. 2007. Uma Fenomena Mentawai. Jakarta:PT. Grafidian Jaya Keterkaitan Manusia dengan Alam. Padang:YCM. 7 Reimar Schefold 1991, Mainan Bagi Roh, Jakarta: 13 Adri Febrianto dan Erda Fitriani. 2008. Orang Balai Pustaka Mentawai Peladang Tradisional dan Ekonomi 8 Reimar Schefold 1985, “Keseimbangan Mentawai Pasar. YCM dan Jurusan Sejarah FIS UNP. Laporan dan Dunia Modern,” dalam Michael R. Dove, Penelitian. Artikel dari penelitian ini telah Peranan Kebudayaan Tradisional Indonesia dipublikasikan di Jurnal Humanus Volume XI dalam Modernisasi, Jakarta: Yayasan Obor Nomor 2 Tahun 2012. Indonesia. 14 Lihat Tarida Hermawati S. Saureinu’. Padang:YCM 3

Mentawai. Oleh karena itu artikel ini Kebudayaan sebagai pedoman mengungkap mengenai pemilikan dan dalam bertingkah laku atau yang disebut penguasaan lahan berdasarkan hasil sebagai blue print, maka kebudayaan penelitian yang dilakukan di Dusun haruslah operasional.16 Operasionalisasinya Madobag Siberut Selatan. dalam bentuk pranata-pranata sosial yang ada dalam masyarakat, yaitu perangkat- Permasalahan Penelitian perangkat aturan tentang hubungan- Penelitian ini difokuskan kepada hubungan sosial yang dianggap penting pemilikan dan penguasaan lahan dalam rangka pemenuhan kebutuhan- masyarakat Mentawai. Sistem pemilikan kebutuhan demi kelangsungan hidup itu. lahan secara tradisional, dan sistem Inti kebudayaan17 masyarakat Mentawai pewarisan lahan orang Mentawai adalah pranata ekonominya yang terkait dihadapkan dengan proses yang terjadi dengan sumber daya alam yaitu tanah, dan seperti kerentanan masalah tanah sebagai lahan/ladang (mone). properti utama di dalam masyarakat adat Pemilikan lahan terkait dengan menjadi persoalan yang panjang jika tidak organisasi sosial yang ada dalam ada jalan pemecahannya. Pada satu sisi masyarakat. Untuk menjelaskan organisasi jumlah penduduk yang terus bertambah sosial, lebih mengutamakan kepada dan kebutuhan lahan juga semakin penjelasan fungsi-fungsi sosial yaitu meningkat. Oleh karena itu menarik untuk tindakan-tindakan yang diperlukan atau mengetahui pemilikan dan penguasaan yang diinginkan untuk swapemeliharaan lahan oleh orang Mentawai, maka sistem sosial, yang dirumuskan dengan pertanyaan yang di dalam penelitian ini rujukan pada masalah-masalah yang bagaimana sistem pemilikan dan dihadapi setiap masyarakat manusia.18 penguasaan lahan pada orang Mentawai Orang Mentawai memiliki fungsi-fungsi saat ini? sosial tradisional yang mengatur sistem pemilikan lahan masyarakat.19 Mengacu Kerangka Teoritis kepada Fortes “domein-domein” organisasi Pemilikan dan penguasaan lahan sosial yang dipahami sebagai sektor-sektor pada masyarakat Mentawai dilihat sebagai ruang sosial dari organisasi sosial. Tiap hasil interpretasi mereka terhadap sektor itu, sebagaimana yang diutarakan lingkungannya. Merujuk kepada penjelasan Fortes, “terdiri dari serangkaian hubungan Suparlan bahwa interpretasi manusia terhadap lingkungannya untuk 16 memanfaatkan lingkungan tersebut demi ibid 17 Inti Kebudayaan, karakteristik kebudayaan yang memenuhi kebutuhan hidupnya, 15 berpengaruh atas hal-hal yang berhubungan berpedoman pada kebudayaan. Pemilikan dengan cara masyarakat mencari penghidupan. lahan secara komunal ataupun individual Haviland. 1985. Antropologi Jilid 2. Jakarta. pada orang Mentawai sebagai interpretasi Erlangga. Hlm 13. terhadap lingkungannya menghasilkan 18 Beckmann, Fronz von Benda, 2000. Properti dan Kesinambungan Sosial. Jakarta, Grasindo Hlm. 4. siasat-siasat untuk menghadapi lingkungan, 19 yang kemudian terwujud dalam tindakan. Lihat Achmad Fedyani Saifuddin,.2005. Antropologi Kontemporer.Jakarta:Kencana. Hlm 159. Fungsi adalah tugas sosial, suatu kegiatan yang harus dilaksanakan dengan tingkat 15 Suparlan,Parsudi.1986. “ Kebudayaan dan ketepatan tertentu apabila ada pengelompokan Pembangunan”, Media IKA No 11 Tahun XIV hlm sosial dan mempertahankan keanggotaan 106-135 kelompoknya. 4

sosial, adat kebiasaan, norma-norma, secara lisan akan tetapi juga tulisan, berbagai status, dan unsur-unsur mengantarkan „bayangan situasi‟ dalam pembedaan analitis lain, yang saling terkait masyarakat Mentawai ini ke arah bentuk di dalam satuan-satuan mandiri, dan „organisasi baru‟ yang akan membantu dipertalikan oleh ciri fungsional yang khas untuk menyelesaikan masalah-masalah dan dikenal secara umum oleh semua.”20 pemilikan lahan. Aturan pemilikan lahan secara Untuk menjelaskan pemilikan lahan komunal oleh clan (suku) menjadi dasar pada masyarakat Mentawai, merujuk dalam masyarakat Mentawai. Penguasaan kepada Maine, bahwa pemilikan lahan lahan atau tanah secara adat oleh Si bakkat merupakan serangkaian hak.23 Dua bentuk laggai menciptakan serangkaian hubungan dasar pemilikan menurut Goodenough sosial dalam masyarakat terkait status dan haruslah dibedakan dengan jelas. Satu di norma-norma dalam kebudayaan antaranya disebut degan pemilikan penuh, Mentawai. Begitu pula dengan adanya apakah pemilik itu perorangan atau adat-istiadat perkawinan, memberikan lembaga. Dalam konteks orang Mentawai lahan sebagai ala toga‟ atau mahar dapat lembaga ini adalah pemilikan komunal. memperkuat sistem yang telah ada dalam Bergantung pada sang pemiliknya apa yang masyarakat Mentawai. akan disebut sebagai hak penuh. Lainnya Memahami perilaku manusia dan membagi suatu hak penuh secara tidak kebudayaan, disadari bahwa pikiran simetris untuk dua kelompok, dapat manusia cenderung memberi makna pada perorangan dapat pula lembaga atau setiap bentuk peristiwa; atau agaknya pada keduanya. Ini akan disebut pemilikan setiap hal yang dirasakannya sebagai fakta terbagi. Kedua hak yang berbeda itu atau bayangan situasi.21 Bayangan situasi bergantung pada pemilik, yang masing- (situation-image) menurut Beckman akan masing dicirikan oleh hak dan kewajiban terbentuk melalui perilaku manusia atau yang berbeda. Pertama akan disebut peristiwa hidup manusia. Di dalam sebagai hak provisional dan lainnya hak sebagian masyarakat, terdapat residual.24 kecenderungan tertentu untuk mengkaitkan peristiwa-peristiwa pada perilaku manusia Metode Penelitian melalui konsep-konsep sebab akibat dan Penelitian dilaksanakan di Dusun pembagian tanggung jawab, yang dapat Madobag yang merupakan bagian dari saja sangat berbeda pada masing-masing Desa Madobag, Kecamatan Siberut Selatan kelompok masyarakat.22 Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat. Lahan milik komunal yang dalam Dusun Madobag terletak di tepi barat tindakan sehari-hari menjadi tempat sungai Rereiket yang mengalir dari arah mereka menanam tanaman untuk Timur ke Selatan, jaraknya sekitar 22 km kebutuhan hidup dikerjakan oleh keluarga- menjauhi laut atau ke arah hulu sungai. keluarga inti. Keinginan untuk tetap eksis Dusun Madobag tidak murni hasil dari dengan kehidupan ekonomi keluarganya, inisiatif masyarakat adat, merupakan dusun dan tantangan masyarakat modern untuk PKMT (Pemukiman Kembali Masyarakat memiliki lahan yang jelas tidak hanya Terasing) dari pemerintah. Namun „situasi

20 Beckmann, Fronz von Benda, 2000. Properti dan Kesinambungan Sosial. Jakarta, Grasindo. Hlm 7. 21 Ibid hlm 11 23 Ibid hlm 39 22 Ibid 24 Ibid. hlm 45 5

tradisional‟ masih dapat ditemui di lokasi Pemilikan dan Penguasaan Lahan pada ini.25 Orang Mentawai Dusun Madobag dipilih sebagai lokasi penelitian karena, pertama, Pemilikan dan penguasaan lahan penelitian sebelumnya pernah dilakukan pada banyak masyarakat, terutama yang pada tahun 2008 lalu, oleh karena itu secara umum telah dikaji para antropolog pembinaan hubungan baik dengan berhubungan dengan sistem pewarisan, masyarakat setempat tidak memerlukan sistem kekerabatan dan keturunan, dan waktu yang panjang. Kedua, letak dusun ke menjadi substansi ekonomi dan politik bagi arah pedalaman, namun masih cukup keberadaan kelompok masyarakat yang mudah untuk dikunjungi dengan alat berdasarkan kekerabatan dan keturunan. transportasi speedbout atau perahu Pada orang Mentawai kelompok pompong dari Muara Siberut, dan kekerabatan dan keturunan dihitung masyarakatnya masih hidup di dalam berdasarkan hubungan patrilineal situasi kebudayaan tradisional Mentawai. seseorang dengan kelompok uma tertentu. Pengumpulan data melalui Berikut ini digambarkan pemilikan dan wawancara mendalam di dalam penelitian penguasaan lahan pada orang Mentawai. etnografi ini dilakukan kepada informan yang pada awalnya didapatkan secara 1. Lahan Komunal : milik Uma atau snowball sampling, kepada Si bakkat Suku laggai, pendatang (Si oi akek dan Si toi), Daerah Mentawai merupakan kepala desa, kepala dusun dan sekretaris wilayah kepulauan, namun orang desa di Madobag. Kesulitan dalam Mentawai bukanlah masyarakat maritim. penelitian terutama yaitu bahasa Mentawai Orang Mentawai menetap di lembah- yang tidak dikuasai, namun penelitian lembah yang merupakan daerah aliran dibantu oleh dua orang pemandu sekaligus sungai dan di hulu sungai, jauh ke daerah penterjemah bahasa Mentawai ke bahasa pedalaman. Wilayah daratan sebagai Minang atau bahasa Indonesia. Orang tua sumber mata pencaharian yang utama. masih banyak yang tidak pandai berbahasa Lahan ditumbuhi berbagai jenis tanaman Indonesia, berbeda dengan kalangan muda yang berfungsi untuk pemenuhan yang dapat berbahasa Minang dan bahasa kebutuhan hidup seperti sagu, pisang, Indonesia dengan baik. Kemudahan keladi sebagai makanan pokok dan kebun dirasakan untuk mendapatkan data ditanami manau, nilam, kelapa, durian dan mengenai adat-istiadat ideal orang lain-lain. Lahan menjadi sangat penting Mentawai, akan tetapi cukup sulit dalam kebudayaan Mentawai. mendapatkan data mengenai pemilikan Secara tradisional orang Mentawai lahan. Observasi partisipasi terbatas tinggal di dalam uma. Uma terdiri atas 5- dilakukan untuk memperoleh data tentang 10 keluarga batih (30-60 individu). Uma keadaan lingkungan alam setempat, serta tidak saja merupakan tempat tinggal akan perilaku penduduk mulai dari tingkat tetapi juga kesatuan sosial. Di Dusun komuniti sampai ke tingkat individu. Madobag hanya terdapat satu uma, dan Pengamatan dilakukan di lahan milik selebihnya adalah lalep atau rumah yang masyarakat dan perilaku terhadap tanah dihuni oleh keluarga batih. Ada satu uma yang dikuasai dan dimanfaatkan. yang sedang dibangun, namun sejak lama belum juga selesai. Untuk membangun uma diperlukan biaya yang tinggi, karena 25 Schefold 1982:68 6

uma biasanya besar dan luas. Setelah uma saat nanti menjadi sumber konflik, apabila selesai maka suku pemilik uma juga harus diambil orang atau suku lain. melakukan upacara (punen), untuk Lahan suku atau uma ditandai melaksanakan punen dibutuhkan biaya pembatas (soknia) berupa tanaman sura’ yang besar. Bangunan rumah yang dimiliki dan irip. Tanaman ini dipilih sebagai oleh keluarga di Madobag rata-rata pembatas, karena mudah tumbuh dan kuat. bangunan kayu, terdiri dari 2 atau 3 kamar, Tanda soknia selain tanaman juga patahan dan dapur di bagian belakang. Biasanya atau goresan di batang pohon. Jadi dahulu terdapat beranda di depan rumah yang ketika nenek moyang mereka pergi ke digunakan untuk duduk atau menerima suatu pulau dan melihat ada tanda di tamu. Rumah ini pada awalnya dibangun pohon, ini berarti sudah ada orang yang oleh pemerintah melalui program PKMT lebih dahulu datang ke pulau itu dan tanah pada tahun 1985, selanjutnya rumah tersebut sudah ada pemiliknya. Pembatas tersebut karena sudah rusak dibangun tanah bisa juga batas alam seperti anak kembali oleh pemilik rumah dengan bentuk sungai atau punggung bukit. seperti rumah Mentawai tradisional. Tanah atau lahan merupakan milik 2. Struktur Masyarakat dan Pemilikan komunal, milik suatu suku atau milik uma. Lahan Pengetahuan terhadap pemilikan lahan Struktur masyarakat dalam diperoleh dari orang tua (teteu) atau dari kebudayaan Mentawai dapat dibedakan cerita lisan nenek moyang mereka dahulu. atas tiga, yaitu sibakatlaggai, Si toi dan Si Lahan yang dimiliki tidak hanya berada di oi-akek. Ketiganya dijelaskan dalam dalam atau dekat kampung saja, akan tetapi hubungannya dengan pemilikan lahan. juga berada di tempat-tempat lain, di Kata Si bakkat laggai terdiri atas dua unsur kampung yang jauh bahkan pulau-pulau kata yaitu si bakat dan laggai. Si bakat kecil yang ada di Mentawai. Penguasaan artinya dia yang punya, sedangkan laggai lahan dalam suatu uma berada pada orang artinya kampung. Si bakkat laggai dapat tua laki-laki. Apabila bapak atau si bajak diartikan orang yang memiliki tanah di sudah meninggal maka lahan berada di kampung. Si bakkat laggai dapat diartikan bawah penguasaan saudara laki-laki tertua juga keturunan dari orang yang memiliki dari bajak jika anak laki-laki belum tanah di kampung. Oleh karena sebagai dewasa. Oleh sebab itu biasanya si bajak pemilik tanah di kampung maka jika ada akan mengajak anak laki-lakinya ke lokasi- orang yang datang dan ingin tinggal atau lokasi tanah/ lahan dan tanaman sehingga berladang harus mendapatkan izin dari Si si anak mengetahui miliknya. bakkat laggai. Si bakkat laggai bagi Tanah dan lahan menjadi semakin sebagian masyarakat dikenal sebagai orang penting artinya ketika telah bersentuhan yang banyak harta, banyak mone, dan babi. dengan kehidupan modern. Banyak Si bakkat laggai dalam suatu kampung bisa kebutuhan yang harus dipenuhi seperti saja terdiri dari satu orang atau beberapa pendidikan anak atau untuk membeli orang yang dituakan dari suku tersebut. sepeda motor. Pengetahuan atas lokasi Temuan ini tidak jauh berbeda hasil lahan, tanah dan batas-batasnya penting penelitian lainnya tentang Si bakkat disampaikan kepada anak-anak mereka laggai.26 terutama anak laki-laki. Jika tidak jelas letak tanah uma mereka, maka tanah suatu 26 Sihombing (1979), Edi Brotoisworo, (1985), Hernawati, Tarida (2004) 7

Madobag pada awalnya merupakan Desa Madobag pada tahun 2013 nama sebuah sungai kecil yang disebut dimekarkan menjadi desa. dengan batmadobag. Orang Mentawai Kampung sebelumnya berbentuk biasanya menetap di pinggir sungai. Bat pemerintahan egaliter terpusat kepada uma. dalam bahasa Mentawai artinya kawasan Setiap uma memiliki sikebukat uma atau sepanjang aliran atau batang sungai. Pada orang yang dituakan dalam uma. Namun tahun 1965, beberapa dua suku mendiami semenjak dijadikan desa maka masyarakat wilayah sepanjang aliran sungai yaitu uma harus memilih kepala desa. Kepala desa Sateuleuru dan Samalaimming. Tahun yang pernah memimpin yaitu Dominikus 1968 datang suku Saloulosit, Teugurulepak Samongannuot dan Amateus Samongannuot, Samapoupou, Sabaggalet, Sabagalet. Sedangkan kepala desa yang dan Sagulu. lain untuk menetap dan memimpin sekarang (2012) yaitu membangun uma di kampung Madobag. Fransiscus Samapoupou. Fungsi sikebukat Sekitar 40 tahun yang lalu kampung uma dalam suatu uma masih tetap ada Madobag berada di sebelah utara Dusun dalam keluarga luas terutama untuk Madobag sekarang, arah ke Dusun Ugai menyelesaikan konflik, tempat bertanya, dekat sungai Batmadobag. Pernah terjadi dan memimpin punen, walaupun orang suatu peristiwa pembunuhan antara dua Mentawai di Madobag tidak lagi tinggal orang laki-laki yang berbeda suku/ uma, dalam satu uma. namun peristiwa ini berlanjut tidak hanya Dusun Madobag berada di tanah sampai ke dua orang saja akan tetapi dua milik 3 suku yaitu suku Sabagalet, suku yang bertikai yaitu suku Sakekle dan Sagorojou dan Sabulau. Sebelum dibuka Sobaisagu. Oleh karena konflik dan tidak menjadi kampung, wilayah ini merupakan dilakukan “pembersihan” akhirnya semua mone dari ketiga suku tersebut. Ketiga suku yang ada pada waktu itu pindah ke suku ini disebut oleh masyarakat sebagai Si tempat baru dan menyebut kampung baru bakkat laggai. Tanah Si bakkat laggai dengan nama yang sama yaitu Madobag. boleh digunakan oleh masyarakat untuk Pada tahun 1985 dibangun Desa tempat tinggal, namun tidak untuk dijual. Madobag oleh pemerintah melalui Masyarakat hanya memiliki hak pakai akan Departemen Sosial dengan melaksanakan tetapi tidak memiliki hak jual. Si bakkat Proyek Pemukiman Kembali Masyarakat laggai bersedia memberikan lahan mereka Terasing (PKMT). Kampung Madobag pada masa itu karena mereka ingin pertama kali memanjang dari Ugai ke masyarakat berubah karena pemerintah Rogdog.27 Selanjutnya terus diperluas mendirikan rumah, sekolah dan sarana sehingga memiliki tiga kampung yaitu kesehatan. Malabbaet, Maseppaket dan Kulukubuk. Agustinus Riokkerei Sabagalet Setelah adanya PKMT, masyarakat seorang tua (teteu) dari uma suku mendirikan rumah untuk masing-masing Sabagallet menyatakan bahwa sewaktu keluarga batih dan tidak lagi tinggal di uma lahan mone dibuka untuk dijadikan secara bersama atau dalam satu keluarga kampung, banyak batang sagu, kelapa dan luas. Dusun Madobag secara administratif durian ditebang. Orang tuanya mematuhi masuk ke dalam wilayah dan sekaligus pemerintah memberikan lahan menjadi pusat Desa Madobag. Menurut kepala desa kampung. Sebagai bukti penyerahan tanah sebagai kampung diberikan surat oleh 27 Wawancara dengan Dominikus Teugurulepak pemerintah dan sekarang dipegang oleh Samongannuot (80 th), orang yang paling tua di salah seorang dari suku Sabagalet. Tanah Dusun Madobag. 8

suku Sabagalet dari batas Dusun Si Oi Akek dalam bahasa Mentawai Masepaket dan bukit Teteisiemen, di berarti pendatang, orang atau suku lain sebelah selatan dengan sungai kecil yang yang datang dan menetap setelah Si bakkat membelah kampung Madobag. laggai. Orang Mentawai yang pindah dari Tokokkerei Sabulau merupakan Si Matotonan, Rogdog, atau Ugai bakkat laggai dari suku atau uma Sabulau. disebut si oi akek. Si Oi Akek memiliki Sewaktu pemerintah berencana membuat lahan namun tidak di Madobag. Mereka kampung masih berusia 40 tahun. Pada menetap di dalam kampung Madobag waktu itu orang tua dan dia sebagai anak setelah diizinkan Si bakkat laggai. Si oi laki-laki mengizinkan pemerintah akek ini memiliki mone seperti orang membuka kampung dan membangun 132 Mentawai pada umumnya. unit rumah. Alasan mereka mengizinkan Ada istilah lain untuk pendatang pemerintah membuka mone menjadi yang juga sering dipakai dalam masyarakat kampung adalah untuk kemajuan orang Mentawai yaitu sasareu. Areu berarti jauh, Mentawai, supaya anak-anak bisa sekolah maksudnya orang yang datang dari jauh. (agat sikolah). Tanah Sabulau memiliki Orang yang datang dari jauh sering pula batas dari jembatan arah ke Kulukubuk, disebut dengan orang tepi. Tepi dan pingang bukit Umangajeumak. Dari dimaksudkan bagi mereka yang berasal pernyataan Si bakkat laggai diketahui dari luar kepulauan Mentawai, seperti dari bahwa mereka bersedia memberikan tanah Minangkabau, , Jawa atau Nias. untuk menjadi kampung supaya Si toi dalam bahasa Mentawai masyarakat menjadi lebih maju. Mereka diartikan orang yang tidak memiliki lahan. juga menyatakan bahwa tidak ada paksaan Istilah Si toi diberikan kepada pendatang dari pemerintah, mereka ingin maju seperti yang tidak punya lahan. Tanah dan ladang masyarakat lainnya. Hal ini menunjukkan merupakan hal yang utama bagi orang keterbukaan akan perubahan, dengan Mentawai. Oleh sebab itu Si toi berusaha dibukanya perkampungan. mendapatkan mone untuk mendukung Si bakkat laggai tidak jauh berbeda kehidupannya. Begitu juga bagi pendatang dengan penduduk lainnya, bentuk rumah, yang berasal dari tepi atau sasareu, mereka makanan dan kehidupan sehari-hari mereka membutuhkan tanah untuk tempat tinggal sama dengan penduduk lainnya. Sedikit dan barangkali juga membuka lahan untuk perbedaan Si bakkat laggai bertato dan mone. Di Madobag, pendatang yang memakai kabit. Di Madobag dapat ditemui berasal dari tepi bekerja sebagai pedagang. orang tua laki-laki dan perempuan yang Usaha yang dilakukan oleh Si toi memakai tato (titi) dan kabit bagi laki-laki. untuk mendapatkan ladang yaitu membeli Pendatang yang akan membangun rumah lahan atau meminta izin kepada pemilik harus meminta izin kepada Si bakkat lahan menggunakan tanah untuk diolah. laggai. Begitu juga jika akan membuka Pada zaman dahulu tanah dapat diperoleh mone, maka mereka menemui Si bakkat Si toi dengan cara meminta kepada Si laggai untuk memperoleh izin untuk bakkat laggai. Si bakkat laggai dengan maksud tersebut. Pemerintah desa/ dusun sukarela memberikan sebidang tanah juga meminta izin dari Si bakkat laggai (sangamata) milikinya.28 Sekarang ketika akan membangun sarana dan umumnya Si toi di Madobag memperoleh prasarana kampung seperti gereja, sekolah, mone dengan membeli, mas kawin( alak masjid, lokasi olahraga, dan tanah lokasi toga) atau juga denda adat (tulou). kuburan. 28 Lihat Tarida Hernawati (2004). Hal. 27. 9

Koentjaraningrat mengatakan bahwa Madobag, dan sudah lama menetap bahkan hampir semua masyarakat di dunia, baik sudah memiliki anak cucu. Dengan yang sangat sederhana maupun yang sangat demikian ada kepastian pula bagi anak kompleks, ada perbedaan dalam hal cucu mereka. kedudukan dan status.29 Si bakkat laggai Sedangkan di pihak Si bakkat laggai, merupakan suatu status bercirikan tertutup tanah yang telah mereka berikan kepada yang dimiliki oleh suatu keluarga dan pemerintah untuk kampung merupakan hak keturunan yang memiliki kampung. pakai, bukan dihibahkan kepada Sebagai pemilik tanah perkampungan masyarakat. Dalam perjanjiannya dengan mereka pada umumnya memiliki lahan pemerintah tidak ada disebutkan sampai yang luas di dekat sekitar kampung. Si kapan tanah mereka digunakan oleh bakkat laggai dihargai dan dipandang masyarakat pendatang. Tanah yang tinggi kedudukannya dan dihormati karena digunakan oleh masyarakat untuk rumah, pemilik tanah kampung. Pendatang harus pekarangan dan berladang keladi di dekat mendapatkan izin mereka untuk bisa pekarangan saat ini tidak ada kejelasannya. menetap. Di Madobag sebagian besar tanah Masyarakat Mentawai telah banyak dan rumah yang ditempati merupakan mengalami perubahan, mereka beradaptasi milik Si bakkat laggai. Masyarakat dengan cepat dengan arus perubahan yang menempati rumah mereka sampai Si bakkat datang dari luar Mentawai. Pada masa laggai masih tetap memberi izin. Kondisi sebelumnya tanah atau ladang mereka ini mengharuskan masyarakat untuk selalu dapat diberikan kepada pendatang secara menjaga sikap agar tetap disenangi oleh Si cuma-cuma, atau diganti (barter) dengan bakkat laggai. parang, ayam, atau kuali. Namun sekarang Kondisi ini menimbulkan arus ekonomi uang, kebutuhan uang sangat kegamangan bagi pendatang (Si oi akek tinggi sehingga merubah pola pemikiran dan Si toi). Mereka sudah bertahun-tahun mereka terhadap lahan. Mereka kembali menetap di kampung, dan ingin menetap memikirkan tanah mereka yang telah selamanya di kampung tersebut. digunakan sebagai rumah atau ladang oleh Sedangkan rumah atau tempat tinggal penduduk kampung. Kondisi ini suatu saat bukanlah milik mereka. Sebagian dapat menimbulkan konflik. pendatang mengatakan jika Si bakkat Konflik tanah kampung sudah terjadi laggai mau menjual tanah dan rumah yang di beberapa desa di Mentawai. Hal ini telah ditempati, mereka akan membelinya. disebabkan karena tidak ada kejelasan Namun tentu tidak semua orang memiliki perjanjian antara Si bakkat laggai dengan kemampuan untuk membeli. Salah seorang pemerintah. Pemerintah banyak Si bakkat laggai sering mempermasalahkan menjanjikan pergantian kepada Si bakkat lahan yang ditempati sehingga kadang laggai namun tidak terealisasi secara membuat mereka tidak nyaman. Di penuh.30 Di Madobag belum ada konflik Madobag, Si bakkat laggai yang telah terbuka, 31 akan tetapi kondisi seperti ini menjual tanah terutama tanah perumahan seandainya dibiarkan akan dapat memicu kepada pendatang berasal dari suku konflik. Informasi yang didapatkan di Sabulao. Kepastian pemilikan lahan Madobag Si bakkat laggai menyerahkan menimbulkan rasa aman bagi pendatang, terutama karena mereka merasa betah di 30 Kasus di Mongan Poula dapat dilihat Tarida Hernawati. 2004. Mongan Poula: Nuasa 29 Koentjaraningrat, 1990. Beberapa Pokok Kebudayaan Samar-samar. Padang: YCM. Hal. 30. Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat. Hal. 158 31 Konflik tanah sudah terjadi di Puro. 10

tanah untuk kampung seluas 20 hektar karibnya (sipirok).32 Sebagai pemakai akan tetapi pada surat yang saat ini namun tidak menjadi hak milik pribadi. dipegang oleh suku Sabagalet dituliskan Dengan demikian lahan suatu saat bisa bahwa tanah kampung seluas 200 hektar. diminta kembali oleh Si bakkat laggai atau pemilik lahan karena masalah tertentu 3. Cara Pemilikan Lahan seperti karena mengganggu isteri atau Lahan komunal atau suku membunuh keluarga Si bakkat laggai. merupakan sumber kehidupan utama dalam Pembelian dan penjualan lahan masyarakat. Tanah suku bisa terdapat di telah ada sejak lama. Si toi membeli lahan banyak tempat bahkan di tempat-tempat kepada pemilik lahan atau kepada Si yang jauh di luar kampung. Oleh karena itu bakkat laggai. Pembelian lahan dilakukan ketika mereka pergi ke lahan yang jauh, dengan sistem barter. Walaupun di butuh waktu yang lama (satu atau dua hari Mentawai sudah mengenal uang sebagai perjalanan) dan bermalam di ladang selama alat tukar, namun sampai sekarang (tahun beberapa hari. Luas tanah suku yang 2012) masyarakat Mentawai masih dimiliki sering sangat luas, namun mereka menerima pembayaran dengan barang- tidak dapat mengatakan secara pasti berapa barang seperti parang, kuali, kain, kampak, luasnya. Satu suku bisa memilliki lahan dan hewan ternak (siumak) seperti babi ratusan hektar yang terletak di banyak (sakokok) dan ayam. Pembayaran dalam tempat. Kesulitan menentukan luas lahan bentuk uang saat ini lebih diutamakan, disebabkan tidak adanya pengukuran tanah karena dengan uang mereka dapat membeli berdasarkan ukuran yang umum seperti barang kebutuhan dan digunakan untuk meter atau hektar. Orang Mentawai biaya pendidikan anak-anak. Apabila tanah memiliki sistem pengukuran sendiri yang telah dibeli kepada pemilik lahan atau Si disebut dengan sangamata atau satu bakkat laggai, maka si pembeli harus juga bidang. Satu sangamata berisi 10 sampai mengetahui siapa yang menjadi pemilik 12 batang pohon sagu. Lahan milik suku tanaman yang ada di tanah yang dibeli. diolah oleh keluarga inti. Dalam satu suku Jika tanaman ditebang, maka mereka harus dapat berjumlah 20 sampai 40 keluarga. membayar harga tanaman kepada suku Keluarga inti mengurus lahan mereka yang menjadi pemilik tanaman. Penjualan masing-masing. lahan terjadi karena kebutuhan biaya Lahan dibedakan atas tanah dan sekolah, untuk membeli barang yang mahal tanaman. Suatu lahan bisa saja dimiliki seperti motor, dan karena lokasi lahan yang oleh satu suku, akan tetapi tanaman yang jauh sehingga sulit mengurusnya. ada di dalamnya bisa saja dimiliki Pembelian ataupun penjualan beberapa suku. Ini dapat terjadi karena tanaman memiliki aturan tertentu. denda (tuolo) dan mas kawin (alak toga). Pembelian sagu misalnya, ditentukan atas Cara perolehan atau pemilikan lahan oleh dasar pembelian batang, atau pembelian seseorang bisa melalui pemberian, pangkal. Harga pembelian pangkal sagu pembelian, pewarisan dan toulo. Melalui lebih mahal dari pada pembelian batang pemberian terjadi apabila suku yang sagu. Harga pangkal sagu diperkirakan Rp. memiliki tanah atau Si bakkat laggai 60,000,-70.000,- sedangkan harga satu memberikan tanah kepada pendatang (Si batang sagu dijual seharga Rp.50.000,-. toi dan Si oi akek) untuk mone. Pendatang Dengan demikian jika hanya membeli diberikan lahan karena sudah dianggap sebagai saudara angkat atau sahabat 32 Tarida Hernawati menyebutkan istilah ini dengan si Kauma di Saurenuk. 11

batang sagu, batang sagu suatu saat tumbuh (basirugeijat mone). Dengan ketentuan tidak menjadi hak pembeli. Penjualan adat ini si bajak (saudara laki-laki ayah) tanaman ditentukan dengan ukuran satu memiliki kekuasaan penuh dan pemilikan bidang (sangamata), dalam satu sangamata terhadap lahan sampai dia meninggal. terdapat 10-12 batang tanaman. Di Dusun Pada umumnya orang Mentawai Madobag, tanah suku Sabulau telah banyak dalam satu keluarga luas atau uma terdapat terjual, ini terjadi karena keturunan laki- kakek (teteu), dengan demikian yang laki dari suku Sabulau sudah banyak yang menguasai dan memiliki lahan adalah laki- meninggal. laki tertua dalam uma yaitu teteu, kecuali Perolehan melalui pewarisan terjadi kalau teteu sudah sangat tua dan tidak apabila harta pusaka atau harta bersama sanggup mengelola lahan maka yang diwarisi dari nenek moyang dan harta pengelolaan lahan diberikan kepada anak pribadi atau harta yang dikumpulkan atau laki-laki tertua. Anak-anak laki-laki dan dibeli oleh masing-masing sipauma (orang- keponakan laki-laki yang sudah menikah orang yang tinggal dalam uma yang sama). mengelola lahan di tanah milik bersama Mone merupakan salah satu harta yang (milik uma). Biasanya mereka mengelola diwariskan selain harta lainnya seperti lahan satu atau dua bidang (sangamata) ternak dan benda-benda yang ada di uma, tergantung kemampuan dalam mengolah seperti gong, dan kuali. Mone lahan untuk pemenuhan kebutuhan hidup dimaksudkan lahan yang belum diolah, keluarga batihnya. lahan yang sudah diolah dan ladang yang Dengan adanya mas kawin atau memiliki pohon yang bernilai tinggi seperti alak toga maka pemilikan tanaman akan durian, sagu, duku dan kelapa. Pewarisan berpindah ke pihak perempuan. Namun harta dari orang tua laki-laki kepada anak pemilikan tanah tetap menjadi milik suku laki-laki kandungnya, kemudian kelak pihak laki-laki. Pada masa lalu ada yang harta ini diturunkan lagi kepada anak laki- meminta tanah sebagai alak toga, namun lakinya. Anak perempuan tidak berhak sekarang tidak ada lagi, karena tidak semua menerima harta waris, namun saudara laki- suku mau memberikan tanah, karena laki memiliki kewajiban melibatkan jumlah anggota keluarga semakin banyak. saudara perempuan mereka ketika Berikutnya melalui denda (tuolo). menikmati hasil ladang. Dengan hubungan Tuolo merupakan proses penyelesaian sedarah atau sekandung menjadi ukuran sengketa, tindak kejahatan dengan yang utama. mengacu kepada tatanan sosial masyarakat Menurut ketentuan adat jika si ayah Mentawai. Sebagai sebuah pranata sosial (bajak) meninggal harta akan dikelola oleh tuolo merupakan aturan yang berfungsi saudara laki-laki ayah (paman juga disapa sebagai kontrol sosial di dalam bajak). Paman akan mengelola harta masyarakat.33 Perilaku yang dianggap sampai si anak dewasa. Setelah dewasa si melanggar aturan adat dalam masyarakat anak ikut bersama bajak mengelola harta yaitu membunuh atau menghilangkan bersama. Dengan demikian harta masih nyawa orang lain, mengganggu istri orang, menjadi milik bersama dan belum boleh selingkuh, memperkosa gadis, menghamili dibagi. Apabila seluruh paman (bajak) meninggal, maka harta dibagikan kepada 33 Lihat Jhondri Roza, Toulo cara penyelesaian seluruh anak laki-laki dan keponakan laki- sengkaeta dalam masyarakat Mentawai, Jurnal laki yang ada. Harta dibagi rata di antara Antropologi tahun IV, Nomor 6, Juli-Desember saudara laki-laki termasuk ladang 2002. Laboratorium Antropologi. Jurusan Antropologi FISIP Unand. Hal. 63 12

gadis, mencuri dan menfitnah. Toulo boleh ikut mengolah lahan atau pun merupakan denda yang harus diberikan mengambil hasil lahan milik orang tuanya. kepada pihak yang merasa dirugikan. Tanah yang dibeli seseorang menjadi milik Toulo masih dilaksanakan walaupun ada individu dan boleh diwariskan kepada aturan hukum nasional berkaitan kasus anak-anak. Dengan demikian tanah ini perdata dan pidana. Jika tidak dilaksanakan telah menjadi milik pribadi. Tanah dan maka kedua pihak yang bertikai tidak akan lahan bisa menjadi alak toga atau toulo pernah berdamai, bahkan akan bagi keluarga yang telah membeli lahan. menimbulkan masalah baru, yang mungkin Pada umumnya lahan merupakan akan lebih berat. hak pakai, artinya lahan yang mereka olah Tuolo sebagai aturan dan sanksi dan bukan di tanah milik keluarga ataupun sosial dalam masyarakat menggunakan suku maka mereka hanya memperoleh hak benda dan hasil ladang sebagai alat untuk menggunakan atau mengolah lahan, pengganti kepada korban. Dengan dan suatu saat bisa diambil oleh pemilik. demikian pemilikan lahan dan tanaman Anggota keluarga sipauma mengolah lahan akan berpindah kepada keluarga atau suku untuk anggota keluarga batihnya, mereka lain. Misalnya denda bagi pelaku dapat mengolah lahan sesuai dengan pembunuhan atau menghilangkan nyawa kemampuannya. Namun mereka tidak orang lain berupa, (1) satu gong; (2) satu dapat dikatakan sebagai pemilik lahan. ekor babi jantan yang besar; (3) satu tirekat Anggota satu suku tertentu bisa mengolah yaitu durian yang mempunyai gambar kaki lahan milik suku lain jika telah mendapat dan tangan dari anggota keluarga yang izin dari pemilik lahan. Tidak ada sistem telah meninggal, yang bernilai tinggi. sewa atau gadai dalam penguasaan lahan. Sedangkan tuolo bagi pelaku yang Hanya saja jika si pemilik lahan ingin menghamili anak gadis dan tidak mau mengambil tanah maka si pengolah lahan bertanggung jawab atau mengawini gadis harus memberikan. Contohnya tanah suku tersebut harus membayar tuolo berupa: : Sabulao diolah oleh suku Sakalio, (1) durian tirekat; (2) babi jantan 3 ekor Samapoupou, Saleleosit, dan Sagorojou. (jantan, induk dan anak babi); (3) satu bidang sagu (10-20 rumpun sagu); (4) satu Pemilikan, Penguasaan Lahan dan bidang durian; (5) satu batang kelapa; (6) Kondisi yang Berubah satu kuali besar nomor 30. Jika pelaku mau Masyarakat terus mengalami bertanggung jawab dan menikahi si gadis perkembangan sesuai perubahan yang harus tetap membayar tuolo yaitu: (1) satu terjadi di lingkungan alam, sosial dan bidang durian; (2) satu ekor babi; (3) dan budaya. Orang Mentawai bersifat adaptif satu kuali ukuran besar, yaitu ukuran 30. terhadap perubahan yang telah terjadi di dalam lingkungannya. Lahan sejak lama 4. Penguasaan Lahan merupakan milik dari suatu uma secara Tanah dan lahan merupakan milik komunal. Pada masa dahulu belum ada suku dan dikuasai oleh sibajak atau orang milik individual atau keluarga inti, laki-laki tertua dalam uma. Lahan dapat walaupun dalam pengelolaan dan dikuasai karena pewarisan, pembelian, dan pemanfaatan lahan dilakukan oleh keluarga hak pemakaian tanah. Anak laki-laki inti. Sekarang keluarga inti berusaha mendapatkan harta waris dari orang tua, memperoleh lahan sebagai milik sedangkan anak perempuan mendapatkan individual. Mereka ingin memiliki jaminan hak pakai dari orang tua. Anak perempuan dan kejelasan terhadap tanah yang telah

13

diolah, karena pemenuhan kebutuhan hidup Keluarga inti yang sehari-hari telah tidak lagi mengandalkan dari alam saja mengolah lahan komunal menjadi tempat seperti masa lalu. Lahan ditanam dengan untuk memenuhi kebutuhan hidup tetap tanaman produktif dan memiliki nilai jual. menginginkan memiliki lahan yang jelas, Tingginya kebutuhan akan uang sebagai tidak hanya secara lisan tetapi tulisan yang alat tukar, biaya pendidikan anak-anak, tegas. Bayangan situasi ini mengantarkan pakaian dan peralatan rumah tangga masyarakat Mentawai ke arah bentuk mengharuskan mereka merubah pola pikir. „organisasi baru‟ yang akan membantu Kesadaran atas pentingnya tanah untuk menyelesaikan masalah-masalah saat ini semakin tinggi. Keturunan Si pemilikan lahan. Sebagaimana dinyatakan bakkat laggai mulai mempermasalahkan Maine, bahwa pemilikan lahan merupakan tanah yang diberikan kepada pemerintah serangkaian hak.34 Pemilikan penuh sebagai daerah perkampungan. Bentuk menurut Goodenough harus jelas, apakah sindiran terhadap pemakai tanah mulai pemilik itu perorangan atau komunal. meresahkan dan menjadi tidak nyaman. Bergantung pada sang pemiliknya apa yang Keluarga Si bakkat laggai tidak mendapat akan disebut sebagai hak penuh. Lainnya kompensasi dari pemerintah ataupun membagi suatu hak penuh secara tidak masyarakat pendatang, atas tanah yang simetris untuk dua kelompok, dapat telah dipakai untuk rumah dan mone. perorangan dapat pula komunal atau Namun kesadaran atas pemilikan lahan keduanya. Ini akan disebut pemilikan tidak diikuti dengan keinginan untuk terbagi. Kedua hak yang berbeda itu akan mensertifikatkan tanah, karena belum mau bergantung pada pemilik, yang masing- membayar pajak tanah. Jika tanah mereka masing dicirikan oleh hak dan kewajiban disertifikatkan berarti mereka berkewajiban yang berbeda. Pertama akan disebut membayar pajak, sedangkan mereka hidup sebagai hak provisional dan lainnya hak miskin dan tidak sanggup membayar pajak. residual.35 Si Bakkatlaggai sebagai pemilik Usaha untuk memetakan pemilikan penuh memberikan kekuasaan kepada tanah sudah dilakukan oleh YCM, namun perorangan atau komunal, dan menjadi pemetaan ini tidak dilanjutkan karena pemilikan terbagi dengan memberikan dengan pemetaan yang jelas akan lahan kepada pendatang untuk memiliki memudahkan masyarakat untuk menjual lahan. tanah. Orang luar atau pihak luar juga akan lebih mudah untuk merayu masyarakat Penutup untuk menjual atau memberikan lahannya Tanah yang menjadi lahan untuk perkebunan oleh pihak swasta. merupakan properti yang paling penting Dengan akan masuknya perkebunan sawit bagi orang Mentawai. Tanah merupakan di Siberut mulai meresahkan masyarakat, milik komunal atau milik uma dan sejalan karena akan mengancam tanah suku dengan perubahan pola pikir masyarakat mereka. Seperti disampaikan oleh keluarga mulai memahami bahwa pentingnya Samongannuot yang memiliki lahan luas pemilikan individual. Walaupun untuk tetapi memiliki banyak anak laki-laki mendapatkan milik individu tersebut sebagai penerus keturunan dan penerus diperoleh dengan usaha seperti membeli harta dan merasa terancam jika pemerintah yang sampai kini masih sulit dilakukan memberi izin perusahaan swasta menanam sawit. 34 Ibid hlm 39 35 Ibid. hlm 45 14

karena adat milik komunal atas lahan Beckmann, Fronz von Benda, 2000. masih dipegang kuat. Properti dan Kesinambungan Tanah (polak) tempat mereka Sosial. (Terj.) Jakarta, Grasindo tinggal, dan mone bagi pendatang Hlm. merupakan aset utama yang harus jelas pemilikannya, untuk rasa aman dan Coronese, Stefano. 1986. Kebudayaan jaminan terhadap hidup orang Mentawai Suku Mentawai. Jakarta:PT. Grafidian Jaya sampai ke anak cucunya. Namun Si bakkat Danandjaja, James 1985. “Penduduk laggai belum memberikan hak milik Kepulauan Sebelah Barat dengan cara menjual kepada pendatang. Si Sumatera,” dalam Koentjaraningrat bakkat laggai pun belum mendapatkan hak (ed.) Manusia dan Kebudayaan yang jelas dari pemerintah atas tanah yang Indonesia telah dijadikan kampung. Si bakkat laggai hanya memberikan tanahnya sebagai hak Febrianto, Adri dan Erda Fitriani. 2012 pakai saja kepada penduduk kampung. “Orang Mentawai: Peladang Kondisi ini di masa mendatang dapat Tradisional dan Ekonomi Pasar,” menimbulkan konfik dalam masyarakat dalam Jurnal Humanus Volume XI Madobak, antara Si bakat laggai dengan Si Nomor 2 Tahun 2012. Hal. 119- toi atau Si oi akek, atau masyarakat dengan 133. pemerintah. Pemilikan dan penguasaan lahan Haviland, A William. 1985. Antropologi bagi orang Mentawai menjadi dua hal yang Jilid 2 (Terj.). Jakarta. Erlangga. berbeda. Seseorang bisa saja memiliki Hermawati S, Tarida. 2007. Uma beberapa pohon tertentu di lahan milik Fenomena Keterkaitan Manusia orang yang berbeda, dan dalam satu mone dengan Alam. Padang:Yayasan bisa saja beberapa tanaman atau pohon tua Citra Mandiri. yang dimiliki oleh beberapa orang yang berbeda. Ini terjadi karena pemberian, alak ------. 2004. Saureinu’ Sesuatu yang toga, dan toulo. Secara tradisional hal ini Hilang. Padang:YCM tidak menjadi persoalan, tetapi tidak untuk ------. 2004. Mongan Poula: Nuansa masa yang akan datang. Satu persoalan Kebudayaan Samar-samar. Padang: umum lainnya bagi orang Mentawai, Yayasan Citra Mandiri. pemilikan lahan yang jauh dari pemukiman Koentjaraningrat, 1990. Beberapa Pokok akan mengurangi produktivitas karena Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat tidak adanya prasarana dan sarana transportasi. Oleh karena itu perlu Nasution.1986.Metode Penelitian pemerintah mensosialisasikan mengenai Naturalistik Kualitatif. pentingnya hak milik tanah secara formal, Bandung:Tarsito. supaya dapat mengantisipasi konflik Person, Gerard dan Reimar Schefold mengenai pemilikan lahan, karena (ed.).1985. Pulau Siberut. masyarakat semakin terbuka seiring Jakarta:Bhratara. dengan pembangunan jalan yang sedang dilakukan. Roza, Jhondri, “Toulo Cara Penyelesaian Sengkaeta dalam Masyarakat Rujukan Mentawai,” Jurnal Antropologi tahun IV, Nomor 6, Juli-Desember

15

2002. Laboratorium Antropologi. Jurusan Antropologi FISIP UNAND.

Rudito, Bambang, dkk. 2002. Pola Makan dan Enkulturasi Nilai Berburu pada Anak Mentawai.

Rudito, Bambang. 1985. “Masyarakat Mentawai di Sebelah Barat Sumatera,” di dalam Koetjaraningrat (ed.). Masyarakat Terasing di Indonesia. Jakarta: Gramedia

Saifuddin, Achmad Fedyani.2005. Antropologi Kontemporer.Jakarta:Kencana. Schefold, Reimar 1991. Mainan Bagi Roh, Jakarta: Balai Pustaka ------1985, “Keseimbangan Mentawai dan Dunia Modern,” dalam Michael R. Dove. (ed.) Peranan Kebudayaan Tradisional Indonesia dalam Modernisasi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sihombing, H. 1979. Mentawai. Jakarta: Prdnya Paramita. Spina, Bruno 1981. Mitos dan Legenda Suku Mentawai. Jakarta: Balai Pustaka Suparlan,Parsudi.1986. “ Kebudayaan dan Pembangunan”, Media IKA No 11 Tahun XIV

Wagner, W (Hrsg). 1989. Mentawai Bremen:Universitat Bremen Wallace AFC. 1951. “Mentawaian Social Organization,” dalam American Anthropologist. LIII:Hal.370-375.

16