PERSEPSI NELAYAN TERHADAP KEBERADAAN ALAT TANGKAP BAGAN APUNG DI KANAGARIAN KACANG DANAU SINGKARAK

Oleh: Refoindra Thamrin [email protected] Dosen Pembimbing: Drs. Jonyanis, M.Si [email protected] Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Kampus Bina Widya Jalan H.R Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293 Telp/Fax. 0761-63277

ABSTRAK

Bagan apung termasuk salah satu alat tangkap yang baru beroperasi di Danau Singkarak. Bagan apung merupakan sejenis alat tangkap ikan yang terbuat dari rangkaian besi yang berukuran 4x4 meter hingga 15x15 meter. Kebanyakan yang menggunakan bagan apung ini adalah nelayan yang berada di tepian Danau Singkarak. Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah persepsi nelayan dan faktor yang mempengaruhi persepsi nelayan terhadap keberadaan alat tangkap bagan apung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis persepsi nelayan dan faktor yang mempengaruhi persepsi nelayan terhadap keberadaan alat tangkap bagan apung. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori persepsi menurut Kartono. Analisis data menggunakan cara deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, teknik pengambilan pada penelitian ini yaitu dengan cara simple random sampling pengambilan sampel yang di lakukan secara acak dimana semua populasi berpotensi untuk di jadikan sample. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus slovin, dan jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 64 orang. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persepsi nelayan terhadap keberadaan alat tangkap bagan apung dapat diterima dan disukai nelayan, serta nelayan menjamin hubungan sesama nelayan terjalin dengan baik. Faktor yang mempengaruhi persepsi nelayan terhadap keberadaan alat tangkap bagan apung yaitu faktor objek yang dinilai berdasarkan dari pengamatan pelaku pengguna bagan apung.

Kata kunci : Persepsi Nelayan, Bagan Apung, Danau Singkarak

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 1 COMMUNITY PERCEPTION OF THE EXISTENCE OF FLOATING CHART FISHING EQUIPMENT IN KACANG SINGKARAK LAKE

By: Refoindra Thamrin [email protected] Supervisor: Drs. Jonyanis, M.Si [email protected] Departement of Sociology

Faculty of Social and Political Sciences Universitas Riau Campus Bina Widya, Jalan H.R Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru 28293 Telp/Fax. 0761-63277

ABSTRACT

Bagan apung is one of the new fishing gear operating in Lake Singkarak. A bagan apung is a kind of fishing gear made of a series of iron measuring 4x4 meters to 15x15 meters. Most of those who use this bagan apung are fishermen who are on the shores of Singkarak Lake. The formulation of the problem discussed in this study is the public perception and the factors that influence people's perceptions of the existence of bagan apung fishing gear. The purpose of this study was to analyze public perceptions and the factors that influence people's perceptions of the existence of bagan apung fishing gear. The theory used in this research is the theory of perception according to Kartono. Data analysis used descriptive method with a quantitative approach, the technique of taking in this study is by simple random sampling, the sampling is done randomly where all the population has the potential to be sampled. The sampling technique used the Slovin formula, and the number of respondents in this study was 64 people. From the results of the study it can be concluded that the public perception of the existence of floating chart fishing gear can be accepted and liked by the community, and the community guarantees that the relationship between fishermen is well-established. Factors that influence public perceptions of the existence of bagan apung fishing gear are object factors that are assessed based on observations of bagan apungt users

Keywords : Fisherman’s Perception, Bagan Apung, Singkarak Lake

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 2 PENDAHULUAN Singkarak merupakan nelayan. Nelayan adalah orang yang bekerja LATAR BELAKANG atau mencari penghasilan di bidang Danau adalah cekungan besar perikanan. Banyak nya jenis ikan yang di permukaan bumi yang digenangi air, ada di danau Singkarak, berbanding dimana cekungan tersebut di kelilingi lurus dengan banyaknya alat tangkap daratan. Dengan ini masyarakat yang di gunakan oleh para nelayan. memanfaatkan danau sebagai mata pencaharian untuk menghidupi Bagan apung saat ini termasuk keluarga, tidak terkecuali dengan ke salah satu alat tangkap yang masyarakat di tepian danau Singkarak. dominan digunakan oleh nelayan di Danau Singkarak. Bagan apung adalah Danau Singkarak merupakan sejenis alat tangkap ikan yang terbuat salah satu danau di Barat dari rangkaian besi yang berukuran yang terletak antara dua Kabupaten, 4x4 meter hingga 15x15 meter, yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten umumnya bentuk bagan apung Tanah Datar. Danau Singkarak berbentuk segi empat di sekelilingnya terbentuk dari proses tektonik yang di terdapat jaring dengan ukuran mata pengaruhi oleh sesar Sumatera, danau jaring 3/4 inchi, jaring di kaitkan di Singkarak berpotensi sebagai tempat setiap sudut bagan apung tersebut. kunjungan wisata karena keindahan Agar bisa memperkuat tegaknya bagan alam yang dimilikinya, tidak hanya apung, besi di rangkai melintang di wisatawan daerah tetapi banyak juga setiap sudut, di tengah bagan tersebut pengunjung yang berasal dari luar ditambahkan penerangan untuk daerah. Wisatawan yang berkunjung menarik perhatian ikan agar tidak setiap harinya ramai berkumpul. Penerangan yang berdatangan, biasanya wisatawan dibutuhkan pada umumnya berasal datang saat hari-hari libur seperti dari energi matahari atau panel surya minggu, liburan akhir sekolah, hari tetapi, ada pula yang mengambil aliran raya, dan hari hari besar lainya. Karena listrik di rumah, di bagian bawah kondisi ramainya pengunjung di danau bagan apung terdapat drum yang Singkarak hanya pada saat-saat membuat bagan apung dapat tertentu, masyarakat memanfaatkan mengapung di atas air. Alat tangkap sumber mata pencaharian tidak hanya ini termasuk alat tangkap yang paling pada sektor wisata tetapi juga banyak di gunakan oleh nelayan memanfaatkan sektor perairan karena penggunaan alat tangkap ini (nelayan). sangat mudah, tetapi harga pembuatanya cukup mahal. Sebagian besar masyarakat yang berdomisili di tepian danau

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 3 Alat tangkap yang di gunakan apung yang ada di danau Singkarak. oleh nelayan di Danau Singkarak tidak Sistem upah buruh adalah borongan, hanya bagan apung saja, tetapi ada alat semakin banyak hasil tangkapan yang tangkap jenis lain seperti: didapat maka semakin banyak upah yang di dapat. Buruh yang di butuhkan 1. Jaring dibagan apung ini adalah buruh yang 2. Jala kerjaanya membantu mengangkat 3. Pancing jaring dan adapula buruh yang 4. Setrum pekerjaanya membuang kotoran ikan. Target penangkapan di Danau Berdasarkan tinjauan lapangan saat singkarak adalah ikan bilih. Ikan bilih musim banjir ikan gaji buruh yang merupakan ikan kecil yang ada di membuang kotoran ikan sebesar Rp. dalam danau Singkarak sekaligus 3.000 perkilo jika tidak musim ikan menjadi ciri khas dari danau bisa mencapai Rp.5.000 perkilo, Singkarak, jumlah ikan bilih di danau sedangkan gaji buruh yang membantu Singkarak sangat lah besar, karena mengangkat jaring sebesar Rp. 50.000 harga yang lumayan mahal dan rasa – Rp. 100.000 sehari. yang enak menjadikan para nelayan Rata - rata bagan adalah milik berlomba-lomba untuk mencari ikan pribadi tetapi ada juga yang bilih. Berdasarkan tinjauan lapangan, mempekerjakan buruh untuk harga ikan bilih saat musim ikan bisa mengurusi bagan apung, ada pula yang mencapai harga Rp.25.000 per kilo bagi hasil antara pemilik bagan dan gram, tetapi jika di goreng harga ikan pengurus bagan. Buruh bagan di bayar bilih bisa mencapai Rp.100.000 per setiap hari sesuai dengan pendapatan, kilo gram. Jika tidak musim ikan, buruh yang menjadi pengurus bagan harga ikan akan meningkat mencapai bekerja dari awal pemasangan jaring Rp.60.000 per kilogram di goreng bagan apung sampai pengangkatan Rp.200.000 per kilogram. Wisatawan jaring apung. Pengurus bagan apung tetap memburu ikan bilih walaupun yang bagi hasil, di bayar persenan dengan harga yang cukup mahal. sesuai kesepakatan antara pemilik Menurut UU No.13 Tahun dengan pengurus bagan, agar tidak ada 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 2, tenaga kerja pihak yang merasa dirugikan. adalah setiap orang yang mampu Rumusan masalah melakukan pekerjaan guna 1. Bagaimana Persepsi nelayan menghasilkan barang dan atau jasa terhadap keberadaan alat tangkap baik untuk memenuhi kebutuhan bagan apung? sendiri maupun untuk masyarakat. 2. Apa saja faktor yang Sama halnya dengan buruh bagan mempengaruhi persepsi nelayan

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 4 terhadap keberadaan alat selama menempuh tangkap bagan apung? pendidikan di Universitas Riau dengan membuat Tujuan penelitian laporan penelitian secara 1. Untuk menganalisis persepsi ilmiah dan sistematis. nelayan terhadap Keberadaan b. Penelitian ini di harapkan Alat Tangkap Bagan Apung. dapat menyumbang 2. Untuk menganalisis faktor yang pemikiran bagi pemerintah mempengaruhi persepsi nelayan khususnya pemerintah di terhadap keberadaan alat tangkap kabupaten Solok dalam bagan apung. melihat sejauh mana persepsi nelayan terhadap Manfaat penelitian keberadaan alat tangkap Penulis berharap penelitian ini bagan apung di Kanagarian dapat memberikan manfaat dan Kacang Danau Singkarak. infromasi bagi yang membutuhkan. Adapun manfaat penelitian yang ingin di capai penelitian ini terdiri TINJAUAN PUSTAKA dari: Persepsi Sosial 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini bermanfaat Teori persepsi sosial digunakan bagi para peneliti sejenis peneliti dalam penelitian ini untuk sebagai pijakan untuk menjelaskan bagaimana pandangan melakukan penelitian nelayan tepian danau Singkarak selanjutnya. mengenai pelarangan penggunaan alat b. Penelitian ini bermanfaat tangkap bagan apung ini. Seperti untuk jurusan sosiologi, halnya yang dapat saya tangkap dari fakultas ilmu sosial dan ilmu teori ini adalah bagaimana kemampuan politik, Universitas Riau untuk melihat dan menanggapi realitas dalam melengkapi ragam yang nyata. Teori ini sangat cocok penelitian yang telah di buat dengan penelitian yang akan saya oleh para mahasiswa dan kerjakan di danau Singkarak. dapat menambah bahan bacaan serta referensi bacaan dari suatu karya Pengertian Persepsi ilmiah. Secara etimologis persepsi 2. Manfaat Secara Praktis berasal dari bahasa latin “percipere” a. Sebagai pengaplikasikan yang artinya menerima atau ilmu yang telah diperoleh mengambil. Persepsi dalam arti sempit

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 5 adalah penglihatan, yaitu bagaimana Menurut Mar’af (1981) cara seseorang melihat sesuatu persepsi merupakan suatu proses sedangkan dalam, sedangkan dalam pengamatan seseorang yang berasal arti luas ialah pandangan atau dari komponen koknisi. Adanya pengertian, yaitu bagaimana seseorang perubahan pola terhadap tradisi yang memandang atau mengartikan sesuatu berlaku di tengah masyarakat, akan (Leavitt, 2003:445). menunjukan sikap yang mereka tampilkan. Sikap yang di tampilkan Kartono (1986:151) oleh seseorang atau sekelompok orang mengemukakan bahwa persepsi adalah yang mencerminkan persepsi yang kemampuan untuk melihat dan mereka miliki. Persepsi itu menanggapi realitas yang nyata. dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai Sebagai mahluk sosial manusia berikut menurut Mar’af (1981:22) sekaligus juga mahluk individual, yaitu: maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainya. 1. Pengalaman Adanya perbedaan inilah antar lain 2. Proses Belajar (Sosialisasi) menyebabkan mengapa seseorang 3. Cakrawala dan memiliki pandangan positif mengenai Pengetahuan. suatu objek, sedangkan orang lain Menurut (Salmani Yeli), tidak senang bahkan membenci objek persepsi yang berdasarkan pada tersebut. Hal ini sangat tergantung kemampuan indera dalam menangkap individu menanggapi objek tersebut objek yang di amati, bergantung pada dengan persepisinya. Pada kemampuan indera subjek yang kenyataanya sebagian besar sikap, mempersepsi. Kekurangan yang di tingkah laku dan penyesuaian di miliki seseorang dari segi fisiologis tentukan oleh persepsi. akan mempengaruhi persepsinya Jalalludin Rakhmad (1985:65) terhadap suatu objek. berpendapat bahwa persepsi adalah Dari pendapat para ahli di atas memberi makna pada stimulus indrawi bisa di simpulkan bahwa persepsi (sensory stimuli), selanjutnya persepsi adalah tanggapan terusan dari menurut Yusmar Yusuf (1991:108) rangsangan indra diri kita untuk adalah merupakan “pemaknaan hasil memberikan respon terhadap pengamatan”. Termasuk lingkung pernyataan atau penyampaian yang di yang menyeluruh, lingkungan dimana berikan oleh orang lain. individu berada dan di besarkan, dan kondisi merupakan untuk bersepsi. Proses Pembentukan Persepsi

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 6 Proses persepsi merupakan Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses kognitif yang dipengaruhi proses persepsi oleh pengalaman, cakrawala, dan individu. Pengalaman dan proses Beberapa faktor utama yang belajar akan memberikan bentuk dan memberi pengaruh terhadap struktur untuk objek yang di tangkap pembentukan persepsi seseorang individu, selanjutnya individu akan dalam bermasyarakat atau proses berperan dalam penentuan jawaban sosial. Faktor tersebut adalah faktor yang berupa sikap dan tingkah laku penerima (the perceiver), situasi (the terhadap objek yang ada (Anshori situation), dan objek sasaran 2013). (thetarget) (Fattah, 2012: 39-40). yaitu : Anshori 2013, menyatakan a. Faktor penerima, mengamati orang bahwa terjadinya persepsi merupakan lain menjadi objek sasaran persepsi sesuatu yang terjadi pada tahap-tahap dan mencoba memahaminya, berikut: pemahaman sebagai suatu proses kognitif akan sangat dipengaruhi a. Tahap pertama, ialah tahap yang di oleh karakteristik kepribadian kenal dengan nama proses pengamat. kealaman atau proses fisik, b. Faktor situasi, pengaruh faktor merupakan proses di tangkapnya situasi dalam proses persepsi sosial suatu stimulus oleh alat indra dapat dipilah menjadi tiga yaitu manusia. seleksi, kesamaan dan organisasi. b. Tahap kedua, ialah tahap yang di Secaraalamiah, seseorang akan kenal dengan proses fisiologis, lebih memusatkan perhatian pada merupakan proses di teruskanya objek-objek yang dianggap lebih stimulus yang di terima oleh alat disukai, ketimbang objek yang tidak indra melalui saraf sensoris. disukainya. Unsur kedua dalam c. Tahap ketiga, ialah tahap yang di faktor situasi adalah kesamaan kenal dengan tahap psikologik yang kecendrungan dalam proses untuk proses timbulnya kesadaran mengklasifikasikan dalam suatu individu tentang stimulus yang di kategori yang kurang lebih sama. terima reseptor. c. Faktor objek, selain kepribadian d. Tahap keempat, ialah hasil yang di penerima dan faktor situasi, proses peroleh dari proses persepsi yaitu pembentukan persepsi dapat juga berupa tanggapan dan perilaku. dipengaruhi oleh faktor objek. Objek yang diamati itu adalah orang lain, beberapa ciri yang terdapat dalam diri objek sangat

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 7 memungkinkan untuk dapat 1. Nelayan berdasarkan kepemilikan memberi pengaruh yang alat penangkapan, terbagi menjadi: menentukan terhadap terbentuknya a. Nelayan pemilik, yaitu nelayan persepsi. Ciri utama yang dapat yang mempunyai alat menimbulkan kesan pada diri penangkapan, baik yang penerima adalah keunikan (novelty) langsung turun ke air maupun suatu objek, Keunikan adalah salah yang langsung menyewakan alat satu unsur penting menyebabkan tangkapan kepada orang lain. orang lain merasa tertarik untuk b. Nelayan buruh atau nelayan memusatkan perhatiaannya.Ciri penggarap, ialah nelayan yang kedua adalah kekontrasan. tidak memiliki alat penangkap, Seseorang akan lebih mudah tetapi mereka menyewa alat dipersepsi oleh orang lain terutama tangkap dari orang lain atau apabila ia memiliki karakteristik mereka yang menjadi pekerja berbeda dibanding lingkungan fisik pada orang yang memiliki alat maupun lingkungan sosial. penangkapan. 2. Berdasarkan sifat kerjanya nelayan: Nelayan a. Nelayan asli, yaitu nelayan baik yang mempunyai alat tangkap Nelayan adalah sebutan bagi atau buruh yang berusaha hanya orang orang yang sehari-harinya pada sektor perikanan tanpa bekerja menangkap ikan atau biota adanya usaha yang lain. lainya yang hidup di dasar, kolam, b. Nelayan sambilan, ialah nelayan maupun permukaan perairan. Perairan yang memiliki alat tangkap juga yang menjadi tempat bekerja dibagi sebagai buruhpada saat tertentu dalam 3 jenis, yaitu : perairan tawar, melakukan kegiatan pada sektor payau dan lautan. Di negara perikanan disamping usaha laiya berkembang seperti bagian Asia (Zamzami, 2007). Tenggara atau di afrika, masih banyak penggunaan alat tangkap sederhana Bagan Apung dan tradisional, sedangkan di negara Bagan apung ialah sebuah alat maju sudah memakai alat tangkap tangkap ikan yang dioperasikan di modern dan kapal yang besar dan danau pada malam hari dengan dilengkapi teknologi cangggih menggunakan cahaya lampu sebagai (Kusnadi, 2002). penarik ikan, target penangkapanya Secara garis besar nelayan adalah ikan bilih. Pengoperasian bagan berdasarkan alat tangkapanya di apung bisa mencapai 2-3 kali dalam 1 bedakan atas 2 golongan yaitu: malam dengan jarak waktu pemasangan 3-4 jam. Bagan apung

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 8 memiliki variasi untuk ukuranya, dari alat tangkap bagan apung di ukuram 4x4 meter sampai dengan Kanagarian Kacang Danau 15x15 meter dengan mata waring Singkarak”. Lokasi ini di pilih karena sebesar 1 inchi. Bagan apung bisa di lebih banyaknya jumlah bagan apung operasikan mulai dari tepian danau yang beredar daripada di Nagari sampai ke tengah danau karena lainya. memiliki katrol untuk menarik dan mengulur bagan apung sehingga bisa Populasi dan Sampel memasang bagan apung di tempat Populasi dalam penelitian ini yang di inginkan. Bagan apung sangat merupakan seluruh nelayan yang mudah di buat dan relatif murah dalam berada di Nagari Kacang Kecamatan X pembuatan, sehingga alat tangkap Koto Singkarak dengan jumlah bagan apung ini memiliki populasi 210 orang yang terdiri dari perkembangan yang sangat pesat. 175 orang nelayan biasa dan 35 Bagan apung saat ini adalah alat nelayan bagan apung. tangkap ikan paling populer di Danau Singkarak yang digunakan oleh Sampel adalah sebagian dari masyarakat yang ada di Danau populasi yang karakteristik hendak di Singkarak. selidiki dan di anggap bisa mewakili keseluruhan dari sampel. Sampel Bagan apung saat ini termasuk adalah suatu bagian dari populasi yang ke dalam alat tangkap ikan yang tidak akan diteliti dan yang dianggap dapat ramah lingkungan karena bisa merusak menggambarkan populasinya ( Irawan, populasi ikan endemik dari Danau 2002 : 57 ). Teknik pengambilan Singkarak tersebut karena hasil sampel di lakukan dengan cara simple tangkapan tidak di filter random sampling pengambilan sampel mengakibatkan tertangkapnya anak yang di lakukan secara acak, dimana anak ikan sehingga mengakibatkan semua populasi berpotensi untuk di berhentinya pengembang-biakan ikan. jadikan sample. Jumlah perhitungan sample menggunakan rumus Slovin METODE PENELITIAN Umar (2000) dalam Sani Lokasi Penelitian Maharani(2013:78) yaitu sebagai berikut: Penelitian ini di lakukan di Danau 푁 Singkarak di Nagari Kacang n = 2 Kecamatan X Koto Singkarak. Di 1+푁푒 Nagari Kacang terdapat 6 jorong. Keterangan Peneliti memutuskan untuk meneliti n : Besarnya ukuran sample “Persepsi nelayan terhadap keberadaan N : Populasi

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 9 e : Presisi yang diinginkan untuk Kuesioner (angket) diambil (10%) Kuesioner adalah suatu teknik jawaban : pengumpulan data berupa pertanyaan

secara tertulis, bersifat terbuka guna 175 n = mendapatkan data mengenai masalah 1+ 175 (0,01) penelitian. Pertanyaan akan di 175 n = distribusikan kepada responden untuk 1+ 1,74 di isi dan di kembalikan atau di jawab 175 n = langsung di bawah pengawasan 2,75 peneliti. Kuesioner ini nantinya akan n = 63,6 di buat sesuai indikator penelitian

dengan sifat tertutup atau di sediakan Dari hitungan sample diatas, alternatif jawabanya. Kuesioner ini Maka sample minimal dari penelitian diperuntukan kepada responden ini minimal sebesar 64 orang. (pemilik bagan apung). Teknik Pengumpulan Data Dokumentasi Teknik pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh data Dokumentasi merupakan teknik dengan cara-cara yang sesuai dengan pengumpulan data yang di tujukan penelitian, sehingga peneliti akan kepada subjek penelitian. Dokumentasi memperoleh data yang lengkap. berupa catatan pribadi, buku harian, Penelitian ini menggunakan jenis laporan kerja, rekaman video, foto dan sumber data yang diperoleh secara lain sebagainya. Dalam penelitian ini lisan dan tertulis. Adapun teknik peneliti menggambarkan gambaran pengumpulan data yang digunakan umum lokasi penelitian dan bentuk dalam penelitian nantinya adalah bagan apung. sebagai berikut. Jenis dan Sumber Data Observasi Data Primer

Observasi adalah cara Data yang diperoleh melalui menghimpun data atau keterangan penelitian secara langsung dari yang di lakukan dengan menjadikan responden yaitu dari hasil angket yang pencatatan secara sistematis terhadap di berikan di lokasi penelitian, fenomena-fenomena yang terjadi di berkaitan langsung dengan lapangan mengenai persepsi nelayan permasalahan yang di teliti mengenai terhadap keberadaan alat tangkap Persepsi nelayan terhadap pelarangan bagan apung di Danau Singkarak. penggunaan alat tangkap bagan apung di Danau Singkarak.

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 10 Data Sekunder kemampuan untuk melihat dan menanggapi realitas yang nyata. Merupakan data yang di peoleh Sebagai makhluk sosial manusia dari buku dan instansi yang terkait, sekaligus juga makhluk individual, data sekunder seperti, data jumlah maka terdapat perbedaan antara bagan apung, catatan struktur individu yang satu dengan yang organisasi kelompok nelayan dan data lainnya. Adanya perbedaan inilah yang yang mendukung penelitian. Data ini antara lain menyebabkan mengapa di peroleh dari kelompok nelayan, seorang menyenangi suatu objek, Kenagarian masing-masing Nagari dan sedangkan orang lain tidak senang dinas kelautan dan perikanan bahkan membenci objek tersebut. Hal kabupaten Solok. ini sangat tergantung individu Analisis Data menanggapi objek tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya Dalam penelitian ini peneliti sebagian besar sikap, tingkah laku dan menggunakan metode penelitian penyesuaian ditentukan oleh persepsi. kuantitatif deskriptif yaitu peneliti Dalam penelitian ini peneliti memberikan analisa dan berusaha menemukan persepsi nelayan terhadap memberikan gambaran yang jelas dan keberadaan alat tangkap bagan apung terperinci berdasarkan data-data yang di Danau Singkarak. Berdasarkan di kumpulkan, kemudian di tanggapan responden terdapat 2 kelompokkan serta ditabulasikan persepsi, yaitu persepsi positif dan kedalam tabel, di uraikan dan di persepsi negatif. hubungkan dengan teori yang berkaitan dan ketentuan yang berlaku Persepsi nelayan terhadap dan berkaitan dengan kenyataan yang keberadaan alat tangkap bagan apung di temukan di lapangan mengenai Di Danau Singkarak Sebanyak 64 persepsi nelayan terhadap keberadaan orang yang ditetapkan menjadi alat tangkap bagan apung di responden dalam penelitian ini telah Kanagarian Kacang Danau Singkarak. memberikan tanggapannya. Sebanyak Penganalisisan data ini nantinya akan 39 orang atau 61% responden memiliki menggunakan aplikasi SPSS 23. persepsi positif terhadap keberadaan alat tangkap bagan apung di Danau Singkarak, dan 25 orang atau 39% HASIL DAN PEMBAHASAN responden lainnya memiliki persepsi negatif terhadap keberadaan alat Tingkat Persepsi Nelayan Terhadap tangkap bagan apung di Danau Keberadaan Bagan Apung Kartono (1986:151), Singkarak. Dari data tersebut terlihat mengemukakan bahwa persepsi adalah bahwa nelayan berpersepsi positif

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 11 terhadap alat tangkap bagan apung. dikatakan kurang mempengaruhi Dengan persepsi positif maka nelayan persepsi apabila memiliki skor 257 – lebih menerima keberadaan alat 320. tangkap bagan apung. Pengaruh Faktor Objek Terhadap Pengaruh Faktor Penerima Persepsi Nelayan Terhadap Terhadap Persepsi Nelayan Keberadaan Bagan Apung Terhadap Keberadaan Bagan Terkait pengaruh faktor objek Apung terhadap persepsi responden, terlihat Terkait pengaruh faktor bahwa total skor dari faktor objek penerima terhadap persepsi responden, yaitu sebanyak 250. Jika dilihat terlihat bahwa total skor dari faktor dengan rentang interval pengaruh penerima yaitu sebanyak 396. Jika faktor situasi dengan persepsi nelayan dilihat dengan rentang interval terhadap keberadaan bagan apung, pengaruh faktor penerima dengan dengan skor 250 tersebut faktor objek persepsi nelayan terhadap keberadaan dikatakan mempengaruhi terhadap bagan apung, dengan skor 396 tersebut persepsi nelayan tentang keberadaan faktor penerima dikatakan kurang bagan apung. hal ini dibuktikan mempengaruhi terhadap persepsi dengan faktor objek dikatakan nelayan terhadap keberadaan bagan mempengaruhi persepsi apabila apung. hal ini dibuktikan dengan memiliki skor 192 – 256 faktor penerima dikatakan kurang mempengaruhi persepsi apabila Kesimpulan memiliki skor 342-427. Penelitian ini dilakukan di Pengaruh Faktor Situasi Terhadap Danau Singkarak Kanagarian Kacang Persepsi Nelayan Terhadap Bagan Kecamatan X Koto Singkarak Apung Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Terkait pengaruh faktor situasi Barat terkait Persepsi Nelayan terhadap persepsi responden, terlihat Terhadap Keberadaan Alat Tangkap bahwa total skor dari faktor situasi Bagan Apung di Kanagarian Kacang yaitu sebanyak 261. Jika dilihat Danau Singkarak Persepsi, sudah dengan rentang interval pengaruh selesai dilaksanakan serta telah dapat faktor situasi dengan persepsi nelayan ditarik kesimpulan sebagai berikut : terhadap keberadan bagan apung, 1. Persepsi nelayan terhadap dengan skor 261 tersebut faktor situasi keberadaan alat tangkap bagan dikatakan kurang mempengaruhi apung di Danau Singkarak dalam terhadap persepsi nelayan tentang penelitian ini adalah: keberadaan bagan apung. hal ini  Persepsi positif, nelayan dibuktikan dengan faktor situasi menerima ataupun

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 12 menyukai keberadaan 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi bagan apung dan tidak persepsi nelayan terhadap tertekan dengan keberadaan alat tangkap bagan keberadaan bagan apung, yang mendasari timbulnya apung di Danau persepsi nelayan tersebut terhadap Singkarak, serta keberadaan alat tangkap bagan nelayan menjamin apung. Hal ini terbagi menjadi 3 hubungan sesama bagian : nelayan terjalin dengan  Faktor penerima, tindakan baik. Dari 64 responden nelayan dalam yang diteliti, sebanyak mengetahui, melihat dan 39 orang atau 61% mengamati keberadaan alat responden memiliki tangkap bagan apung dari persepsi positif terhadap pengetahuan nelayan keberadaan alat tangkap ataupun sering tidaknya bagan apung di Danau nelayan melihat atau Singkarak. mengamati keberadaan  Persepsi negatif, bagan apung di nelayan tidak menerima Kanagarian Kacang. ataupun tidak menyukai Dilihat dengan rentang keberadaan bagan interval pengaruh faktor apung sehingga penerima dengan persepsi mengakibatkan nelayan terhadap sebagian nelayan keberadaan bagan apung, beropini bahwa dengan skor 396 tersebut keberadaan bagan faktor penerima dikatakan apung dapat kurang mempengaruhi menurunkan terhadap persepsi nelayan pendapatan nelayan. tentang keberadaan bagan Dari 64 responden yang apung. Hal ini dibuktikan diteliti, sebanyak 25 dengan faktor penerima orang atau 39% dikatakan kurang responden memiliki mempengaruhi persepsi persepsi negatif apabila memiliki skor 342- terhadap keberadaan 427 dengan persentase alat tangkap bagan (77,34%). apung di Danau  Faktor situasi, dalam Singkarak. proses persepsi nelayan akan lebih memusatkan

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 13 perhatian pada keberadaan seperti masyarakat bagan apung karena mengamati pelaku yang dianggap lebih disukai dan menggunakan bagan mengakui bagan apung apung. sebagai alat tangkap yang Dilihat dengan rentang efektif, menginginkan interval pengaruh faktor bagan apung terus. situasi dengan persepsi Dilihat dengan rentang nelayan terhadap interval pengaruh faktor keberadaan bagan apung, situasi dengan persepsi dengan skor 250 tersebut nelayan terhadap faktor objek dikatakan keberadaan bagan apung, mempengaruhi terhadap dengan skor 261 tersebut persepsi nelayan tentang faktor situasi dikatakan keberadaan bagan apung. kurang mempengaruhi Hal ini dibuktikan dengan terhadap persepsi nelayan faktor objek dikatakan tentang keberadaan bagan mempengaruhi persepsi apung. Hal ini dibuktikan apabila memiliki skor 192 dengan faktor situasi – 256 dengan persentase dikatakan kurang (65,10%). mempengaruhi persepsi apabila memiliki skor 257 Saran – 320 dengan persentase Penelitian mengenai Persepsi (67,96%). Nelayan Terhadap Keberadaan Alat  Faktor objek, merupakan Tangkap Bagan Apung di Danau proses pembentukan Singkarak, yang telah dilakukan maka persepsi yang mengamati adapun saran peneliti adalah: sebuah objek. Objek yang 1. Untuk nelayan dan buruh diamati ini adalah orang nelayan yang ada di Danau lain, beberapa ciri yang Singkarak diharapkan agar terdapat dalam diri objek dapat lebih bijak dalam ini sangat memberikan memanfaatkan sumber daya pengaruh terhadap alam yang ada di Danau terbentuknya persepsi. Ciri Singkarak terkhususnya tersebut seperti keunikan nelayan yang berada disekitar dan kekontrasan. Dalam Danau. Dan diharapkan juga persepsi nelayan terhadap saling menjaga satu sama lain keberadaan bagan apung antara para nelayan terlepas faktor objek dapat dilihat

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 14 apapun alat yang di pergunakan Rahmad, Jalalludin,1985. Metode dalam menangkap ikan. Penelitian Komunikasi. 2. Untuk pemerintah daerah Rahmat, Jalaludin, 1999. Psikologi supaya lebih memperhatikan Komunikasi. Bandung: Remaja kesejahteraan nelayan, Rosdakarya. terkhususnya nelayan yang ada di Danau Singkarak. Karena Satria, Arif, 2002. Pengantar Sosiologi nelayan juga ingin kehidupan Masyarakat Pesisir. Jakarta. mereka lebih baik. Yayasan Pustaka Obor

Daftar Pustaka Soenarjo, 1983. Himpunan Istilah Alex, Sobur. 2003. Psikologi Umum. Komunikasi , Bandung: Pustaka Setia. Leberty. Arif Satria, 2002. Pengantar Sosiologi Soehartono, Irawan. 2002. Metode Masyarakat Pesisir. Jakarta Penelitian Sosial. PT Selatan (ID): PT Pustaka Remaja Rosdakarya: Cidesindo. Bandung: Remadja Bandung. Karya. Sani Achmad & Vivin Maharani, Drs. Kusnadi, M.A, 2002. Konflik 2013. Metodologi Sosial Nelayan, Kemiskinan Penelitian Managemen, dan Perebutan Sumber Daya Sumber daya Manusia. Uin Perikanan Jakarta: Grafindo : . Persada Teguh, Triyanto, 2014. Pengantar Kartono, Kartini. 1986. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi anak. Bandung: Alumni Aksara. Kusnadi, 2002. Konflik sosial nelayan: kemiskinan dan perebutan Yusuf, Yusmar, 1991. Psikologi Antar sumber daya perikanan. Budaya. Bandung: PT Remaja Yogyakarta. LkiS Rosdakarya.

Lucky Zamzami. 2007. Pemanfaatan Budaya Lokal Terhadap Teknologi Penangkapan Ikan pada Masyarakat Nelayan Miftah, Thoha, 2003.Perilaku Organisasi Dasar dan Aplikasinya.

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 15