Penerapan Begrip Dalam Pementasan Ludruk Karya Budaya Mojokerto
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Penerapan Begrip dalam Pementasan Ludruk Karya Budaya Mojokerto PENERAPAN BEGRIP DALAM PEMENTASAN LUDRUK KARYA BUDAYA MOJOKERTO Dwi Nisa’ Amanatillah Program Studi Pend. Sendratasik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya Email: [email protected] Dr. Autar Abdillah S.Sn., M.Si Program Studi Pend. Sendratasik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini menjelaskan mengenai proses penerapan begrip menjadi sebuah pementasan ludruk. Begrip adalah sebuah pengejawantahan cerita yang digunakan sebagai pedoman sebelum pementasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang tertulis dalam rumusan masalah diantaranya: 1) Bagaimana Sutradara dalam menerapkan begrip dalam sebuah pementasan ludruk?, 2) Apa kendala yang dihadapi oleh Sutradara ketika proses penerapan begrip menjadi sebuah pementasan ludruk? Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yang mana penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek Penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahan, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian ini pengumpulan datanya menggunakan studi pustaka, observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa sejarah lahirnya begrip sendiri belum ada yang mengetahui siapakah dan dimanakah pertama kali begrip ditemukan. Ada beberapa keunikan dari begrip yang tidak ditemukan pada naskah modern saat ini, baik dari segi bahasa, tujuan yang ingin disampaikan, sampai pada improvisasi aktor. Selanjutnya pembahasan mengenai bagian- bagian dari begrip yang secara terperinci dijelaskan mulai dari Remo, Bedhayan, lawakan dan lakon, barulah pembahasan selanjutnya pada proses kreativ Sutradara yakni dimulai dengan menentukan lakon, ngewosno cerita, persiapan pentas, spellan antar aktor, Sutradara sebagai korektor hingga akhirnya pentas. Kendala yang sering dihadapi adalah ketiadaan actor secara mendadak. Untuk yang terakhir yakni pada proses penerapan begrip dalam lakon “Sarip Tambak Oso”. Kata Kunci: Begrip, Ludruk, Lakon Sarip Tambak Oso Abstract This study describes the application process as a ludruk performance. Begrip is a manifestation of a story that is used as a guideline before staging. The purpose of this study was to answer the problems written in the formulation of the problem including: 1) How did the director apply in a ludruk performance? 2) What were the obstacles faced by the director when the application process became a ludruk performance? This study uses a qualitative descriptive approach, which this study intends to understand the phenomenon of what is 1 experienced by research subjects such as behavior, perception, motivation, actions and others, holistically and in a descriptive manner in the form of words and materials, a special natural context and by utilizing various natural methods. This research data collection uses literature study, observation, interview, and documentation with data analysis techniques using data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The results of the research and discussion show that the history of birth is like a person who does not know who and where was first found. There are some uniqueness of the features that are not found in modern manuscripts today, both in terms of language, the purpose to be conveyed, to the improvisation of actors. Furthermore, the discussion of the detailed parts of the text is explained starting from Remo, Bedhayan, jokes and plays, then the next discussion in the director's creative process which begins with determining the play, ngewosno stories, preparation for the stage, spellan between actors, Director as the corrector until finally stage. The obstacle that is often faced is the sudden absence of actors. For the last one, the application process appears in the play "Sarip Tambak Oso". Keywords: Begrip, Ludruk, Sarip Tambak Oso play Begrip sendiri memiliki banyak PENDAHULUAN pengucapan yang seringkali masyarakat Ludruk merupakan kesenian yang dengar, karena kebanyakan orang pada saat itu berasal dari Jawa Timur. Ludruk memiliki nilai pengucapan berdasarkan kenyamanan ketika pendidikan dan hiburan yang cukup besar diucapkan begitu saja, tetapi tidak mengetahui dalam lingkup kesenian Indonesia, meskipun apa yang mereka ucapkan menimbulkan mengalami pasang surut dalam pemaknaan yang berbeda. Terkait pengucapan perkembangannya. Melihat perkembangan orang-orang tentang begrip sendiri sering ludruk dari tahun ke tahun memanglah ada masyarakat mendengar istilah bedrip, gedrip dan perubahan baik yang sengaja di rubah untuk begrip. Memang ketiganya memiliki memperoleh perkembangan maupun pengucapan yang hampir sama, tetapi makna perubahan oleh jaman secara tidak langsung. dari ketiganya sangatlah berbeda. Berdasarkan Pada perkembangan tersebut tidak terlepas ketiga kata tersebut Peneliti melakukan dari tangan-tangan Seniman yang secara pencarian makna dari ketiganya, manakah konsisten dalam bidang yang digeluti, karena yang cocok dengan istilah dalam pertunjukan, tidak lain untuk selalu menghidupkan dan ketika pencarian kata tersebut begrip lah karyanya. Keberadaan ludruk telah yang paling mendekati dan cocok. Selanjutnya memberikan perannya dalam kehidupan, baik untuk memudahkan peneliti dalam itu berbangsa dan bernegara. Contohnya pada memfokuskan topik yang dibahas, maka ada masa televisi belum begitu marak dan alat salah satu lakon yang dipilih untuk dikaji yaitu komunikasi masih terbatas pada jaman dahulu lakon Sarip Tambak Oso yang gunanya untuk dan hanya bisa dimiliki oleh golongan tertentu memfokusan pembahasan penelitian ini. saja, disitu ludruk muncul sebagai alat Pemilihan Sarip Tambak Oso untuk dikaji penyambung lidah atau sebagai alat dikarenakan lakon inilah yang menjadi salah komunikasi secara langsung, bahkan sering satu unggulan dan seringkali dipentaskan, kali ludruk digunakan sebagai alat propaganda maka peneliti tertarik untuk memilih lakon ini oleh kelompok tertentu guna menyampaikan untuk dikaji dalam penerapan begrip nya. kepentingannya. Teater berasal Baik teater Tradisional dan Modern sama-sama membutuhkan proses 2 Penerapan Begrip dalam Pementasan Ludruk Karya Budaya Mojokerto yang sunguh-sunguh. Pada prinsipnya, kedua salah satu bagian yang penting dalam teater ini masih sangat mungkin berkembang, pertunjukan. dan keduanya tidak membangun perlawanan Begrip sendiri berasal dari bahasa satu sama lain (Autar, 2004). Belanda yang memiliki makna ide, konsep Drama dapat diartikan sebagai suatu atau gagasan, sedangkan Gedrip memiliki genre sastra yang lebih terfokus sebagai suatu makna dibuang, dan kalau Bedrip sendiri tidak karya yang lebih berorientasi kepada seni ditemukan kosa katanya dalam bahasa pertunjukan dibandingkan sebagai genre Belanda, dengan begitu Peneliti sastra (Hasanudin.1996:1). menyimpulkan kata yang paling cocok dalam Teater tradisional adalah teater yang hal ini adalah begrip. Begrip merupakan ide dilahirkan dari, oleh, dan untuk tradisi atau konsep cerita yang disampaikan oleh masyarakat tertentu, ia tumbuh dan diasuh Sutradara kepada para aktor melalui tulisan oleh tradisi masyarakat setempat. Teater maupun lisan. Jika melalui tulisan begrip tradisional adalah teater dalam masyarakat biasanya ditulis di papan tulis atau kalau tidak etnik tertentu yang mengikuti tata cara, ada cukup dengan selembar kertas, meskipun tingkah laku, dan cara berkesenian mengikuti tidak jarang juga dijumpai begrip yang tradisi, ajaran turun temurun dari nenek berlembar-lembar di mana biasa di sebut moyangnya sesuai dengan budaya lingkungan dengan naskah singkat (wawancara dilakukan yang dianutnya (Achmad, 2006:4). Teater langsung kepada pemilik sekaligus pemimpin bukan hanya suatu pertunjukan. Ia adalah LKBM Eko Edi Susanto, Canggu-Mojokerto, 7 kehidupan itu sendiri. Secara spesifik teater Februari 2018). bukanlah semata-mata peniruan ataupun Alih wahana yang dimaksud dalam cermin, tetapi ia adalah kehidupan yang penelitian ini adalah perubahan dari naskah dijalani umat manusiadalam memahami dan menjadi sebuah pementasan. Proses adaptasi menjalani segala perbuatan yang dilakukannya dari naskah drama menjadi tontonan jelas lebih di bumi (Autar, 2002:45). sederhana dibanding dengan alih wahana dari Ludruk adalah teater atau (sandiwara) novel, misalnya, menjadi tontonan, adaptasi rakyat yang mengandung unsur gerak, tari, naskah lakon menjadi pementasan cenderung nyanyi (kidungan), musik, dekor, cerita dan setia pada aslinya. Dalam naskah lakon dialog lain-lain (Hutomo, dalam Supriyanto, 1992:9). , yang diucapkan para aktor tinggal mengikuti kata ludruk berasal dari kata molo-molo dan dialog yang tertulis di naskah dan dialog gedrak-gedruk. Molo-molo berarti mulutnya cenderung tidak dirubah sebab merupakan inti penuh dengan tembakau sugi (dan kata-kata, dari naskah yang diangkat ke pementasan yang pada saat keluar tembakau sugi) tersebut (Damono,2012:127). hendak dimuntahkan dan keluarlah kata-kata yang membawakan kidung, dan dialog. Pada METODE kata selanjutnya yakni gedrak-gedruk berarti Metode merupakan strategi atau cara, kakinya menghentak-hentak pada saat menari sedangkan metode penelitian merupakan cara di pentas (Ahmadi, 1987:7). Selanjutnya pada ilmiah untuk mendapatkan