Pengabdian Majemuk Seorang Pejuang Revolusioner

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pengabdian Majemuk Seorang Pejuang Revolusioner saelan1 URL : http://www.kompas.com/kompas- cetak/0206/04/naper/peng12.htm Selasa, 4 Juni 2002 Pengabdian Majemuk Seorang Pejuang Revolusioner "KAMI ini sisa- sisa pengawal revolusi," kata H Maulwi Saelan dengan serius, sambil memeluk erat rekannya, sesama pejuang tua. Hadirin yang datang dan disambutnya mesra, raut tubuhnya sudah melapuk dimakan usia. Namun, mereka tetap memiliki sorot mata tajam. Kompas/yunas santhani azis Seolah-olah ingin H Maulwi Saelan menunjukkan, raut tubuh tua hanya sekadar tampak luar dan bukan lemah semangat dalam berjuang. Saelan, pensiunan kolonel korps polisi militer, melanjutkan kalimatnya, "Jumlahnya terus menyusut, tetapi kami prajurit yang terpanggil oleh revolusi kemerdekaan, bertekad memberikan segalanya demi tegaknya revolusi Indonesia." Rabu, 22 Mei 2002 sore hari, ballroom C Hotel Shangri-La Jakarta berubah menjadi tempat reuni antarpengawal revolusi. Acara saat itu peluncuran buku Dari Revolusi 45 sampai Kudeta 66. Buku setebal 410 halaman berupa kesaksian Kolonel Maulwi Saelan, Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa, pasukan pengawal Presiden Soekarno. Tidak mengherankan kalau sebagian besar undangan adalah para Soekarnois, loyalis Bung Karno, khususnya http://www.wirantaprawira.net/bk/saelan.htm (1 of 5)5/1/2006 3:30:40 PM saelan1 sisa-sisa anggota Resimen Tjakrabirawa. Saelan berkata, "Saya pibadi dan kami semua sangat bangga, acara ini dihadiri putri beliau yang kini menjadi Presiden Indonesia, Megawati Soekarnoputri." Dengan tersenyum, Presiden Megawati kemudian menulis pada halaman pertama buku, Untuk Oom Saelan, dengan salam, MERDEKA.... *** "SAYANG, Ali Ebram tidak bisa datang, dia masih di Solo," lapor Djunta Sukardi, mantan anggota Tentara Pelajar yang kemudian menjabat kepala pemberantasan penyelundupan di bea cukai. Ali Ebram yang disebut adalah asisten intelijen Resimen Tjakrabirawa. "Lho, Saminu juga di sana, katanya baru sembuh dari sakit?" Jabatan Kolonel KKO (kini marinir) Saminu Komandan Batalyon IV Tjakrabirawa. Tanpa menunggu jawaban atas pertanyaannya, Sidik Kardi yang pernah menjadi Ketua Mahmilti (Mahkamah Militer Tinggi) menyebutkan, "... itu posisi terakhir saya sebelum ditahan 14 tahun Orde Baru, gara-gara menolak keinginan Soeharto untuk memeriksa Bung Karno. Lha, apanya yang mau diperiksa? Saya tolak perintah tersebut, sebagai tumbal langsung di-ciduk...." Omar Dani, bekas Panglima Angkatan Udara mengungkapkan, "Wah kalau ngomong soal pengalaman di penjara, ini lurah paling jago ketika kami berada di sana." Yang disebut lurah adalah Mayjen Moersid, eks Deputy Operasi Panglima Angkatan Darat. Moersid mengatakan, "Meskipun di penjara, kita tidak pernah kehilangan harga diri. Kalau memang dianggap bersalah, mengapa Soeharto tak pernah berani mengadili kita? Kesalahan kita hanya satu, membela kebenaran dan mempertahankan Bung Karno...." *** HIDUP adalah pengabdian. Maulwi Saelan telah membuktikannya dengan menumpahkan pengabdian dalam beragam bidang. Dilahirkan di Makassar tanggal 8 Agustus 1936 tahun silam, sejak bocah, putra nomor dua dan anak lelaki satu-satunya dari Amin Saelan ini sudah punya impian http://www.wirantaprawira.net/bk/saelan.htm (2 of 5)5/1/2006 3:30:40 PM saelan1 menjadi pemain sepak bola yang bisa tampil di Olimpiade. "Ini gara-gara saya terpukau kejayaan pelari Jesse Owens yang berhasil memborong empat medali emas dalam Olimpiade Berlin tahun 1956." Impian Maulwi sewaktu kecil menjadi kenyataan tanggal 17 November 1956. "Saya ditunjuk mempertahankan gawang kesebelasan Indonesia pada pertandingan bola Olimpiade XVI di Melbourne, Australia." Diperkuat para pemain legendaris, Ramang, Djamiat, Him Tjiang, Liong Houw, Kiat Sek, dan Ramlan sebagai kapten, untuk pertama kalinya tim sepak bola Indonesia tampil di olimpiade. Mereka menahan kesebelasan Uni Soviet (nantinya juara Olimpiade Melbourne) dalam posisi 0-0, bahkan sampai perpanjangan waktu dua kali 15 menit. Saelan mengenang, "Saya jatuh bangun menahan gelombang serbuan beruang merah. Pokoknya, kami bertekad tidak menyerah. Waktu itu masih belum ada peraturan, kalau hasil pertandingan draw, harus dilakukan sudden death tendangan penalti." Persis 36 jam kemudian pertandingan diulang. Tim Indonesia yang sudah diremukkan (dua pemain cedera pada pertandingan pertama), kalah secara terhormat kepada Uni Soviet dengan angka 0-4 dalam pertandingan ulangan. *** PENGABDIAN Saelan yang kedua adalah memenuhi panggilan revolusi. Dalam usia di bawah 20 tahun, dia ikut berjuang melawan pasukan khusus NICA yang dipimpin Westerling. Emmy Saelan, kakak Maulwi, gugur ketika Belanda menyergap Robert Walter Monginsidi, yang nantinya dijatuhi hukuman mati. Seusai perjanjian Linggajati yang hanya mengakui Republik berkuasa di Madura, Jawa, dan sebagian Sumatera, "Memaksa saya dan rekan-rekan meneruskan perjuangan di Jawa, meninggalkan Sulawesi dengan perahu." Saelan bertempur di Malang selatan. Karier tersebut mengantarnya menjadi Wakil Komandan Yon VII/CPM Makassar dan tahun 1958 berjumpa Bung Karno di Pare-pare, Sulsel. http://www.wirantaprawira.net/bk/saelan.htm (3 of 5)5/1/2006 3:30:40 PM saelan1 "Bung Karno mengenal saya berkat Olimpiade Melbourne. Beliau tanya siapa ayah saya, Amin Saelan pendiri Taman Siswa Makassar...." Ketika tahun 1962, Resimen Tjakrabirawa dibentuk, Saelan dipanggil dan ditempatkan sebagai kepala staf, kemudian menjadi wakil komandan ketika Peristiwa G30S/PKI tahun 1966 meletus. "Saya tidak menulis otobiografi, tetapi bertekad meluruskan kesalahpahaman sejarah. Khususnya, tuduhan keterlibatan Bung Karno pada Peristiwa G30S yang pada dasarnya creeping coup d'etat, kudeta perlahan-lahan." Dalam bukunya, Saelan mengungkapkan kenyataan pada hari-hari panjang, sewaktu kekuasaan Presiden Soekarno di-preteli. Saelan bisa melakukannya, oleh karena setelah Surat Perintah 11 Maret keluar, dia bertugas sebagai ajudan Bung Karno. Dan dalam senja kehidupan Bung Karno yang semakin larut, dia masih tetap mendampingi. "Saya sangat kecewa dengan tersebarnya pengakuan Bambang Widjarnako yang mengatakan Bung Karno terlibat G30S/ PKI. Bambang, satu-satunya bekas ajudan Bapak yang bersedia tanda tangan pada surat pemeriksaan interogrator Orba dalam versi G30S/PKI sebagaimana sudah mereka arahkan sejak awal." *** KESAKSIAN Saelan membuka wacana baru sekitar latar belakang Peristiwa G30S/PKI yang sampai sekarang masih kelabu pada hari-hari terakhir penderitaan Bung Karno. Ketika sang proklamator dibiarkan sakit, mengenai proses pengusiran Bung Karno dan keluarganya dari Kompleks Istana dalam waktu empat jam. "Bung Karno meninggalkan Istana memakai kaus oblong, piyama, serta sandal usang. Bajunya disampirkan ke pundak...," paparnya. Sesudah dibebaskan dari tahanan empat tahun delapan bulan, pengabdian Maulwi Saelan tidak surut. Tahun 1979 dia mendirikan Yayasan Syifa Budi yang kini masih dipimpinnya, mengelola perguruan Al Azhar, lembaga pendidikan sangat prestisius. "Saya terkesan oleh Surat Al-Alaq ayat I-5, awal turunnya Al http://www.wirantaprawira.net/bk/saelan.htm (4 of 5)5/1/2006 3:30:40 PM saelan1 Quran yang diwahyukan melalui Nabi Muhammad SAW. Dengan ilmu pengetahuan, manusia akan bisa menjadi Khalifah Allah, itu saja yang ingin terus saya jalani sampai sekarang ini." (JULIUS POUR) http://www.wirantaprawira.net/bk/saelan.htm (5 of 5)5/1/2006 3:30:40 PM.
Recommended publications
  • Middleweight.—U.S.S.R. Contestants Won Their Third Gold Medal with Chatkov Defeating Tapia (Chile) on a Knock-Out. This Was Th
    Byrne (right) of Ireland avoids a glancing left from Kurschat of Germany during their Lightweight fight. Middleweight.—U.S.S.R. contestants won their third Gold Medal with Chatkov defeating Tapia (Chile) on a knock-out. This was the only final in which a medal was won by a knock-out. Third placings were Chapron (France) and Zalazar (Argentine). Light Heavyweight.—In his defeat of Negrea (Rumania) Boyd was the first U.S.A. competitor to win a Gold Medal. This was a very hard fought contest, both boys standing toe to toe, each trying for a knock-out. Boyd defeated the much-favoured Mouraouskas, (U.S.S.R.), in the semi-finals on points. Third placings were Mouraouskas and Lucas (Chile). Heavyweight.—This was the most surprising division of the series. It was the belief of many present that Moukhine (U.S.S.R.) would be the winner. His first bout was with Lozanov (Bulgaria); to whom he conceded nearly six stone. In the beginning of the first round Lozanov almost floored Moukhine with his terrific punching power, and it was not until half-way through the second round that Moukhine started to hurt his opponent with body blows. The third round showed Moukhine clearly the master, punching his oponent at will, and scoring with every blow ; with only 20 seconds to go Lozanov retired and Moukhine was declared the winner. Moukhine's next contest was against Ahsman (Sweden), whom he defeated on points. In the finals Moukhine met Rademacher (U.S.A.) in a sensational contest. Rademacher seemed to have his mind set on ending the bout as quickly as possible.
    [Show full text]
  • RELASI SOSIAL MAYORITAS DAN MINORITAS (STUDI KASUS KELOMPOK SUPORTER RED GANK DAN VIKING SUL-SEL DI KOTA MAKASSAR) SKRIPSI Diaju
    RELASI SOSIAL MAYORITAS DAN MINORITAS (STUDI KASUS KELOMPOK SUPORTER RED GANK DAN VIKING SUL-SEL DI KOTA MAKASSAR) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh Nursahyu 10538 3016 14 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI AGUSTUS 2018 ABSTRAK Nursahyu, 2018. Relasi Sosial Mayoritas Dan Minoritas Kelompok Suporter Red Gank Dan Viking Sul –Sel Di Kota Makassar (Studi Kasus Suporter Red Gank Dan Viking Sul-Sel Di Kota Makassar). Skripsi Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Muhammad Nawir dan pembimbing II Kaharuddin. Masalah utama dalam penelitian yaitu Bagaimana Relasi Sosial Mayoritas dan Minoritas Kelompok Suporter Red Gank dan Viking Sul-Sel di Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk dijadikan sebagai contoh cara mempersatukan suporter di Indonesia yang selalu terlibat konflik dalam mengawal tim kebanggaannya bertanding. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, meliputi rangkaian kegiatan yang sistematik untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang diajukan. Jika dilihat dari segi objek yang diteliti, maka penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian studi kasus dengan maksud memberikan gambaran tentang fenomena relasi kelompok suporter sepak bola khususnya di Kota Makassar Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa Relasi Sosial Mayoritas dan Minoritas Kelompok Suporter Red Gank dan Viking Sul-Sel di Kota Makassar terbentuk karena adanya hubungan baik antar kelompok suporter di dalam pertandingan maupun di luar pertandingan hubungan baik itu berjalan bukan tanpa sebab melainkan adanya silaturahmi dan komunikasi yang baik antar suporter dengan menjalin beberapa kegiatan diluar pertandingan.
    [Show full text]
  • Judul : Pemusatan Latihan Timnas Sepakbola Indonesia Di Sleman
    Pemusatan Latihan Timnas Sepakbola Indonesia di Sleman Gregorius Pramudya Anindita 07 01 12787 BAB II TINJAUAN PEMUSATAN LATIHAN SEPAKBOLA DAN SPORT SCIENCE II.1 Tinjauan Umum Olahraga Sepakbola II.1.1 Deskripsi Umum Olahraga Sepakbola Sepakbola adalah cabang olahraga yang menggunakan bola yang dimainkan oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan 11 (sebelas) orang. Memasuki abad ke-21, olahraga ini telah dimainkan oleh lebih dari 250 juta orang di 200 negara, yang menjadikannya olahraga paling populer di dunia. Sepak bola bertujuan untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya dengan memasukan bola ke gawang lawan. Sepak bola dimainkan dalam lapangan yang berbentuk persegi panjang, di atas rumput atau rumput sintetis. Lapangan sepakbola untuk pertandingan internasional usia 17 tahun sampai tingkat senior menggunakan , lapangan sepak bola berstandart internasional yang memiliki panjang yang berkisar antara 100-120 meter dan lebar 65-75 meter.Di bagian tengah kedua ujung lapangan, terdapat area gawang yang berupa persegi empat berukuran dengan lebar 7.32 meter dan tinggi 2.44 meter. Di bagian depan dari gawang terdapat area pinalti yang berjarak 16.5 meter dari gawang. Area ini merupakan batas kiper boleh menangkap bola dengan tangan dan menentukan kapan sebuah pelanggaran mendapatkan hadiah tendangan penalti atau tidak. Secara umum, hanya penjaga gawang saja yang berhak menyentuh bola dengan tangan atau lengan di dalam daerah gawangnya, sedangkan 10 (sepuluh) pemain lainnya diijinkan menggunakan seluruh tubuhnya selain tangan, biasanya dengan kaki untuk menendang, dada untuk mengontrol, dan kepala untuk menyundul bola. Tim yang mencetak gol paling banyak pada akhir pertandingan adalah pemenangnya. Jika hingga waktu berakhir masih berakhir imbang, maka dapat dilakukan undian, perpanjangan waktu maupun adu penalti, tergantung dari format penyelenggaraan kejuaraan.
    [Show full text]
  • The Government Intervention Towards Indonesia's
    THE GOVERNMENT INTERVENTION TOWARDS INDONESIA’S FOOTBALL ASSOCIATION (PSSI): THE IMPACT OF INDONESIA’S PARTICIPATION IN INTERNATIONAL FOOTBALL COMPETITION (2015-2016) By STEFAN CHRISTIAN ISKANDAR JURGENSEN 016201300143 A thesis presented to the Faculty of Humanities, International Relations Study Program President University In partial fulfillment of the requirements for Bachelor Degree in International Relations Major in Diplomacy Studies May 2017 THESIS ADVISER RECOMMENDATION LETTER This thesis entitled “THE GOVERNMENT INTERVENTION TOWARDS INDONESIA’S FOOTBALL ASSOCIATION (PSSI): THE IMPACT OF INDONESIA’S PARTICIPATION IN INTERNATIONAL FOOTBALL COMPETITION (2015-2016)” prepared and submitted by Stefan Christian Iskandar Jurgensen in partial fulfillment of the requirements for the degree of Bachelor of International Relations in the Faculty of Humanities has been reviewed and found to have satisfied the requirements for a thesis fit to be examined. I therefore recommend this thesis for Oral Defense. Cikarang, Indonesia, May 24th 2017 __________________________ Hendra Manurung, SIP., MA. i DECLARATION OF ORIGINALITY I declare that this thesis, entitled “THE GOVERNMENT INTERVENTION TOWARDS INDONESIA’S FOOTBALL ASSOCIATION (PSSI): THE IMPACT OF INDONESIA’S PARTICIPATION IN INTERNATIONAL FOOTBALL COMPETITION (2015-2016)” is, to the best of my knowledge and belief, an original piece of work that has not been submitted, either in whole or in part, to another university to obtain a degree. Cikarang, Indonesia, May 24th 2017 ________________________________ Stefan Christian Iskandar Jurgensen ii PANEL OF EXAMINER APPROVAL SHEET The Panel of Examiners declare that the thesis entitled “THE GOVERNMENT INTERVENTION TOWARDS INDONESIA’S FOOTBALL ASSOCIATION (PSSI): THE IMPACT OF INDONESIA’S PARTICIPATION IN INTERNATIONAL FOOTBALL COMPETITION (2015-2016)” that was submitted by Stefan Christian Iskandar Jurgensen majoring in International Relations from the Faculty of Humanities was assessed and approved to have passed the Oral Examinations on May 29th 2017.
    [Show full text]
  • TOURIST VILLAGE REJUVENATION and OVERTOURISM MANAGEMENT: the DESA WISATA NGLANGGERAN LIFECYCLE EXPERIENCE, YOGYAKARTA, INDONESIA Kadek Wiweka1*, Ramang H
    International Journal of Tourism & Hospitality Review eISSN: 2395-7654, Vol 8, No 1, 2021, pp 01-16 https://doi.org/10.18510/ijthr.2021.811 TOURIST VILLAGE REJUVENATION AND OVERTOURISM MANAGEMENT: THE DESA WISATA NGLANGGERAN LIFECYCLE EXPERIENCE, YOGYAKARTA, INDONESIA Kadek Wiweka1*, Ramang H. Demolingo2, Subur Karyatun3, Putu Pramania Adnyana4, Iffatunnisa Nurfikriyani5 1*Doctoral Student, École Doctorale Sociétés, Temps, Territoires (EDSTT) Tourisme, Université Angers, France and Sahid Polytechnic, Indonesia; 2Postgraduate Tourism Studies Program Universitas Udayana and Universitas Nasional, Indonesia; 3Universitas Nasional, Indonesia; 4Lecturer, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia; 5Sahid Polytechnic, Indonesia. Email: 1*[email protected]/[email protected], [email protected]/ [email protected], [email protected], [email protected] Article History: Received on 18th January 2021, Revised on 31st January 2021, Published on 08th February 2021 Abstract Purpose of the Study: Overtourism is an issue that is being experienced by many well-known destinations in the world, both in urban and rural areas. The purpose of this research is to find out how the experience of developing a Tourist village is seen from the tourism lifecycle approach. This study also explores the sensitivity of managers to the phenomenon of overtourism in their village, to design strategies for product rejuvenation. Methodology: This research adopts a historical qualitative research approach. This method is exercised through two data sources. Primary data was carried out through non-participant observation (for four months) in the Nglanggeran tourist village, Yogyakarta to observe and interview tourist village managers, tourism entrepreneurs, workers, and local communities. Meanwhile, Secondary data used include online media articles, scientific writings, and promotional media.
    [Show full text]
  • RAMANG Legenda Bola Indonesia
    Bacaan untuk Remaja Tingkat SMP MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN RAMANG Legenda Bola Indonesia Fitrawan Umar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa RAMANG: LEGENDA BOLA INDONESIA Penulis : Fitrawan Umar Penyunting : Djamari Ilustrator : Natalia Hartono Penata Letak : Fitrawan Umar Diterbitkan pada tahun 2018 oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinpati Barat IV Rawamangun Jakarta Timur Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Katalog Dalam Terbitan (KDT) PB 398.209 598 Umar, Fitrawan UMA Ramang: Legenda Bola Indonesia/Fitrawan r Umar; Penyunting: Djamari; Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018 viii; 52 hlm.; 21 cm. ISBN 978-602-437-501-0 1. CERITA RAKYAT-INDONESIA 2. KESUSASTRAAN ANAK INDONESIA SAMBUTAN Sikap hidup pragmatis pada sebagian besar masyarakat Indonesia dewasa ini mengakibatkan terkikisnya nilai-nilai luhur budaya bangsa. Demikian halnya dengan budaya kekerasan dan anarkisme sosial turut memperparah kondisi sosial budaya bangsa Indonesia. Nilai kearifan lokal yang santun, ramah, saling menghormati, arif, bijaksana, dan religius seakan terkikis dan tereduksi gaya hidup instan dan modern. Masyarakat sangat mudah tersulut emosinya, pemarah, brutal, dan kasar tanpa mampu mengendalikan diri. Fenomena itu dapat menjadi representasi melemahnya karakter bangsa yang terkenal ramah, santun, toleran, serta berbudi pekerti luhur dan mulia. Sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat, situasi yang demikian itu jelas tidak menguntungkan bagi masa depan bangsa, khususnya dalam melahirkan generasi masa depan bangsa yang cerdas cendekia, bijak bestari, terampil, berbudi pekerti luhur, berderajat mulia, berperadaban tinggi, dan senantiasa berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.
    [Show full text]
  • Nasionalisme Dalam Sepak Bola Indonesia Tahun 1950-1965
    Nasionalisme dalam Sepak Bola Indonesia Tahun 1950-1965 R.N. Bayu Aji Alumnus Program Studi S2 Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada Abstract In the modern history of the mankind, no type of sports has gained as a widespread popularity as football, or soccer, including in politics. This paper examines the policy of President Sukarno on the Indonesian football and the discourse of nation building during the 1950s. Sukarno was aware of the potentials of football and made it accordingly an inspiring source to bolster the Indonesian nationalism. However, this paper argues, the nationalism that spread out of the football was temporary in nature and euphoria in kind that it vaporized along the decline of the national team’s performances and achievements. Keywords: Football, nationalism, nation-building, early independence Abstrak Dalam sejarah manusia modern, tidak ada jenis olahraga yang menandingi kepopuleran sepakbola, termasuk dalam hal politik. Artikel ini mengulas kebijakan Presiden Sukarno dalam pengelolaan sepakbola nasional dalam kerangka pembentukan bangsa di tahun 1950an dan awal 1960an. Sukarno sadar tentang potensi politik sepakbola dan memanfaatkannya sebagai sumber untuk menggelorakan nasionalisme Indonesia. Namun, seperti tampak dalam artikel ini, nasionalisme yang muncul dan berkembang dari sepakbola adalah nasionalisme yang sifatnya sementara dan merupakan euforia. Nasionalisme sepakbola akan surut seiring memudarnya prestasi dan capaian tim nasional sepakbola. Kata kunci: Sepakbola, nasionalisme, pembentukan bangsa, awal kemerdekaan Latar Belakang Sepak bola adalah olahraga yang memiliki daya tarik global. Tidak ada bentuk budaya “Saja jakin PSSI akan tetap berada di depan populer lain yang dapat menimbulkan gairah dalam melaksanakan program revolusi, kebersamaan dalam perjalanan sejarah bekerdja bersama-sama ormas lainnja guna olahraga dunia kecuali sepak bola.
    [Show full text]
  • Sport, Modernity and Nation Building the Indonesian National Games of 1951 and 1953
    COLIN BROWN Sport, modernity and nation building The Indonesian National Games of 1951 and 1953 Sport, modernity and the nation The study of sport – its social, political, cultural and economic aspects – is a well-established academic field, scholars widely acknowledging its signifi- cance in understanding how a society is organized and understood.1 As Per- kin (1992:211) puts it: The history of societies is reflected more vividly in the way they spend their leisure than in their politics or their work […] the history of sport gives a unique insight into the way a society changes and impacts on other societies it comes into contact with and, conversely, the way those societies react back to it. Sport has a particular resonance in considerations of the emergence of modern nation-states out of colonialism, given the connections between the diffusion of modern sports around the world and the colonial experience. Although virtually all societies played games of various kinds, competitive, rule-based sports are essentially modern, western phenomena, dating back no further than the nineteenth century. Their spread through the world coincided with, and in many respects was an inherent part of, the expansion of western co- lonialism. In the British Empire in particular, sport was seen as reflecting the essential values and characteristics of the British race which justified the ex- istence of colonialism. Wherever the British went, they took their sports with them, together with the social mores they represented.2 1 An earlier version of this paper was presented at the Sixteenth Biennial Conference of the Asian Studies Association of Australia in Wollongong, 26-29 June 2006.
    [Show full text]
  • Sekolah Sepakbola Di Makassar
    SEKOLAH SEPAKBOLA DI MAKASSAR Muh. Irsan Amrullah1, Wasilah2, Marwati3 Fakultas Sains & Teknologi UIN Alauddin Makassar E-mail; [email protected] Abstract Football is a sport that uses a ball which is played by two teams, each team consists of 11 (eleven) persons. School football serves as a container or a place of education and training young players in which summarizes_ various educational activities, among others, the basic tools and techniques that supports football training program in this container. The soccer school students get grinding their talents. South Sulawesi as one of the national football business recognizable enough. Makassar city has a lot of young players with the potential to be developed in order to be able to become a professional player. Moreover Makassar city since Ramang era until modern era none who do not know the figure of the young talents of Makassar, both Indonesian National team in various competitions Internasional. Therefore, we need a way to increase the achievements in Makassar city, one of them is withsetting up a football school. With the football schools, each individuals can be nurtured from an early age so that talented young players can hone his talents by providing good guidance between theory and its application in the field Keywords: Ball, School, Makassar, Sports. 1 Alumni Jurusan Teknik Arsitektur UIN Alauddin Makassar Angkatan 2008 2 Dosen Jurusan Teknik Arsitektur UIN Alauddin Makassar 3 Dosen Jurusan Teknik Arsitektur UIN Alauddin Makassar 1 Halaman PENDAHULUAN Sejarah olahraga sepak bola dimulai sejak abad ke-2 dan -3 sebelum Masehi di Cina.Di masa Dinasti Han tersebut, masyarakat menggiring bola kulit dengan menendangnya ke jaring kecil.Permainan serupa juga dimainkan di Jepang dengan sebutan Kemari.
    [Show full text]
  • A Local History of Indonesian Football
    ǵ2006 ॷ 8 ೐ش ݖ቉ድǵፀ 6-1ܩ͹ˏ̶͠ˡˏ˻ˏ Asian and African Area Studies, 6 (1): 44-76, 2006 ˱̢ͦˏ͡ȴʰ᫦Ӊʍ ⏎ইᠦر౅ȴʰឿɛ˓Ͳ̝̦˹ˏ͹̶̜̒̓ͻ͡ܩ⏎ ෆǵᅒǵҫǵ߄* From Colonial to Refl ection: A Local History of Indonesian Football Kusuda Kenta* Indonesia was once one of the leading football countries in Asia. Even though the international status of Indonesian football has long been attenuated, football is still the most popular sport in the country. This article is an attempt to describe the relationship between society and sport in Indonesia through focusing on a local football club. PSM is a football club established in 1915 in Makassar, the provincial capital of South Sulawesi. At fi rst, the club was given the Dutch name of MVB (Makassar Voetbal Bond). During the Japanese occupation, it was given a new Indonesian name, PSM (Persatuan Sepakbola Makassar), by which it has been known ever since. The 1950s and mid-60s were the golden era of PSM, starring Ramang—considered to be the greatest Indonesian footballer. South Sulawesi was at that time the ground for the Kahar Muzakkar rebellion against the central government. This period is known as the era of Fanatisme Daerah (regional fanaticism). PSM served as a powerful tool to counterbalance outsiders, mainly from Jawa. In the late 60s the rebellion ended, Suharto’s New Order regime began, and South Sulawesi found itself more integrated into the central government than it had previously been. Concurrently, PSM’s achievements gradually declined. Ironically, however, PSM became a symbol of Makassar, receiving support from the mayor of Makassar and a local entrepreneur.
    [Show full text]
  • KOMUNITAS SUPORTER SEPAK BOLA MAKASSAR (Tinjauan Sosiologi)
    KOMUNITAS SUPORTER SEPAK BOLA MAKASSAR (Tinjauan Sosiologi) Makassar Football Supporters Community (Sociology Review) Muhammad Zhafran Fajri Mahdi Pendidikan Jasmani Dan Olahraga, Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Email: [email protected] ABSTRAK Hakikatnya manusia memiliki hasrat untuk bersatu dengan manusia lainnya, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk mempertahankan kehidupannya. Salah satu bentuk manusia membutuhkan manusia lainnya dengan cara berinteraksi dan membentuk kelompok sosial di dalam masyarakat. Salah satu kelompok sosial yang hadir di Masyarakat, yaitu Komunitas Suporter Sepak Bola Makassar. Kelompok yang hadir atas kecintaannya terhadap tim sepak bola di kota Makassar, Sulawesi Selatan yaitu PSM Makassar. Komunitas Suporter pecinta PSM hadir sejak era perserikatan telah berkembang seiring dengan perkembangan zaman sampai saat ini. Tujuan peneliti (i) menganalisis terbentuknya Komunitas Suporter Sepak Bola Makassar, (ii) mengetahui bentuk interaksi sosial anggota suatu Komunitas Suporter Sepak Bola Makassar maupun interaksi antar sesama Komunitas Suporter Sepak Bola di Makassar, (iii) mengetahui bentuk struktur Komunitas Suporter Sepak Bola Makassar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (i) terbentuknya Komunitas Suporter Sepak Bola Makassar didasari 4(empat) faktor, diantaranya faktor kesamaan tujuan,
    [Show full text]