Nasionalisme Dalam Sepak Bola Indonesia Tahun 1950-1965
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Nasionalisme dalam Sepak Bola Indonesia Tahun 1950-1965 R.N. Bayu Aji Alumnus Program Studi S2 Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada Abstract In the modern history of the mankind, no type of sports has gained as a widespread popularity as football, or soccer, including in politics. This paper examines the policy of President Sukarno on the Indonesian football and the discourse of nation building during the 1950s. Sukarno was aware of the potentials of football and made it accordingly an inspiring source to bolster the Indonesian nationalism. However, this paper argues, the nationalism that spread out of the football was temporary in nature and euphoria in kind that it vaporized along the decline of the national team’s performances and achievements. Keywords: Football, nationalism, nation-building, early independence Abstrak Dalam sejarah manusia modern, tidak ada jenis olahraga yang menandingi kepopuleran sepakbola, termasuk dalam hal politik. Artikel ini mengulas kebijakan Presiden Sukarno dalam pengelolaan sepakbola nasional dalam kerangka pembentukan bangsa di tahun 1950an dan awal 1960an. Sukarno sadar tentang potensi politik sepakbola dan memanfaatkannya sebagai sumber untuk menggelorakan nasionalisme Indonesia. Namun, seperti tampak dalam artikel ini, nasionalisme yang muncul dan berkembang dari sepakbola adalah nasionalisme yang sifatnya sementara dan merupakan euforia. Nasionalisme sepakbola akan surut seiring memudarnya prestasi dan capaian tim nasional sepakbola. Kata kunci: Sepakbola, nasionalisme, pembentukan bangsa, awal kemerdekaan Latar Belakang Sepak bola adalah olahraga yang memiliki daya tarik global. Tidak ada bentuk budaya “Saja jakin PSSI akan tetap berada di depan populer lain yang dapat menimbulkan gairah dalam melaksanakan program revolusi, kebersamaan dalam perjalanan sejarah bekerdja bersama-sama ormas lainnja guna olahraga dunia kecuali sepak bola. Daya tarik mewudjudkan tiga kerangka revolusi kita.” lintas budaya sepak bola meluas dari Eropa (Kompas, 6 Agustus 1965)1 dan Amerika Selatan ke Australia, Afrika, 1 “Derapkan Langkah PSSI”. Pesan Sukarno, Presiden Asia bahkan Amerika Serikat. Penyebaran Indonesia, Pemimpin Besar Revolusi, Pelindung PSSI dalam sepak bola yang melintas batas hingga ke amanat tertulisnya saat Lustrum ke-7 PSSI di Istana Negara. 136 Lembaran Sejarah, Vol. 10, No. 2, Oktober 2013 belahan penjuru dunia telah memungkinkan oleh Anthony D. Smith yakni sebagai doktrin suatu budaya di sebuah negara yang berbeda dan gerakan ideologis sehingga anggota bangsa untuk mengkonstruksikan bentuk identitas tersebut bertekad membentuk bangsa yang tertentu melalui praktik dan interpretasi atas aktual dan potensial (Smith, 2003: 6-11). Hal permainan (Guilianotti, 2006). ini sejalan dengan prinsip nasionalisme yang Sepak bola adalah wadah di mana diutarakan oleh Sartono Kartodirdjo bahwa orang dari berbagai latar-belakang etnis nasionalisme harus memiliki wujud prestasi bertemu. Terkadang pertandingan sepak bola yang sangat diperlukan untuk menjadi sumber berakhir dengan pertengkaran antar orang inspirasi dan kebanggaan bagi warga negara yang berbeda latar belakang dan suporter. bangsa. Dalam komunikasi politik, konsep Walaupun demikian, sepak bola tetap menjadi tentang nasionalisme perlu diterjemahkan meeting point yang mendapat perhatian oleh dengan simbol-simbol sehingga imaji yang lebih masyarakat (Colombijn, 2010: xix-xx). Sepak kongkrit akan lebih mudah dapat dipopulerkan bola menjadi kultur di berbagai negara dan ke masyarakat (Kartodirdjo, 1993: 4-5). Sepak mampu menyedot perhatian massa dan dapat bola yang merupakan simbol dari eksistensi menghadirkan suguhan olahraga yang tidak bangsa dalam kejuaraan maupun pertandingan hanya bernilai olahraga saja. internasional dapat dijadikan sebagai salah satu wujud dari nasionalisme sehingga Bagaimana dengan persepakbolaan di nasionalisme seperti kata Slamet Muljana Indonesia saat era Sukarno? Permasalahan tidak akan hilang begitu saja setelah negara pokok yang menjadi rumusan masalah dalam bangsa telah mencapai kemerdekaan dari tesis ini adalah wacana dan upaya negara yang kolonialisme (Mulyana, 2008: vii-viii). hendak menjadikan sepak bola sebagai sarana untuk menumbuhkan dan merepresentasikan nasionalisme. Situasi politik Indonesia yang Sisi Sosial dan Politik Sepak Bola baru saja memproklamirkan kemerdekaan Manusia pada hakekatnya telah melakukan membuat dunia sepak bola, baik pemain, olahraga semenjak awal peradaban dimulai. suporter, pengelola dan juga bagi para Olahraga dan masyarakat merupakan suatu pemimpin negara, menjadi sarana penguatan yang tidak terpisahkan. Olahraga dapat nasionalisme dan nilai-nilai kebangsaan. Sepak digambarkan sebagai sebuah representasi dari bola tidak hanya dipandang melalui semboyan dunia sosial yang melingkupinya. Begitupun “men sana in corpore sano” maupun sebatas sebaliknya, olahraga juga menyumbang olahraga untuk olahraga. Melalui sepak bola terbentuknya masyarakat karena olahraga pula, nama bangsa dan negara Indonesia dapat bukanlah semata-mata aktivitas fisik belaka. dikenang oleh dunia internasional dengan Olahraga mengandung nilai-nilai tertentu yang prestasi olahraganya. bisa menyumbangkan konstruksi nilai-nilai dan Kepopuleran sepak bola bisa membuat budaya dalam masyarakat. Secara fungsional orang menjadi fanatis. Bill Murray mengatakan olahraga memiliki peran untuk menyehatkan bahwa sepak bola selalu mengandung emosi dan tubuh, sementara pada sisi sosial berperan fanatisme. Sifat fanatisme sepak bola adalah dalam menanamkan nilai-nilai dan norma unik karena orang yang berada di dalamnya kehidupan yang patut untuk direnungkan dan rela untuk membela tim kesayangannya diterapkan. Lebih jauh lagi olahraga bahkan dengan pengorbanan yang tidak kecil, baik dapat menunjukkan karakter dan identitas tenaga dan dana (Iskandar, 2006: 41-43). sebuah bangsa (Malobulu, 2011: vi). Nasionalisme yang digunakan dalam penulisan Sepak bola merupakan sebuah bentuk tesis ini mengacu pada konsep yang diutarakan “institusi” besar yang dapat membentuk serta R.N. Bayu Aji Nasionalisme dalam Sepak Bola Indonesia Tahun 1950-1965 137 merekatkan identitas nasional di seluruh cabang olahraga ini. Wawasan kebangsaan dunia. Sepak bola selama abad ke-19 sampai kemudian digerakkan oleh PSSI seiring dengan abad ke-20 tersebar luas seiring dengan pembinaan sepak bola yang akhirnya turut perkembangan negara-negara di Eropa mendorong perkembangan olahraga yang dan Amerika Latin menegosiasikan batas- lainnya seperti tenis, atletik, bulutangkis (70 batas wilayah negaranya. Salah satu contoh Tahun PSSI, 2000: 21). sepak bola dilihat melalui sisi politik adalah Pada tahun 1947, Menteri Negara Pemuda bagaimana eksistensi sepak bola sebuah negara dan Olahraga Wikana menyampaikan pidato yang dapat diakui atau tidak sebagai bagian kenegaraan tentang gerakan olahraga. dari keanggotaan sebuah organisasi resmi Menurutnya, gerakan olahraga tidak bisa internasional berkaitan dengan kedaulatan dipisahkan dari gerakan kebangsaan dan negara itu sendiri. FIFA (Federation adalah kewajiban bagi masyarakat untuk Internationale de Football Association) sebagai memperhatikan gerakan olahraga sebagai organisasi tertinggi sepak bola internasional suatu bagian kebulatan tekad perjuangan pada awalnya mengakui keanggotaan sebuah (Tjakram, no. 10, 2 Februari 1947). Di saat organisasi sepak bola tiap negara berdasarkan Indonesia telah menjadi sebuah negara, apakah negara tersebut mendapat pengakuan tujuan perjuangan bangsa adalah menegakkan kedaulatan dari negara-negara lainnya atau negara Republik Indonesia menjadi negara telah diterima dalam pergaulan internasional yang besar. Olahraga menjadi perhatian dan dan bahkan melalui PBB. Sisi sosial sepak urusan negara sebagai representasi dari pihak bola berkaitan erat dengan muatan nilai-nilai negara. Keolahragaan yang menjadi tujuan kultural, sosial maupun identitas yang melekat para penggemar dan atlitnya dilihat dari sudut dalam sepak bola itu sendiri. kenegaraan adalah jalan untuk menegakkan negara. Menurut Wikana, hasil olahraga Wacana Negara Terhadap Olahraga di tidak bisa dilihat dari hasil pertandingan Indonesia Setelah Kemerdekaan saja; olahraga adalah pembangunan “op lange termijn” bagi perjalanan bangsa dan Induk organisasi olahraga untuk kalangan negara.Olahraga harus dikembangkan secara bumiputera yang berdiri pertama kali di merata dan menjadi kebiasaan (Tjakram, no. Indonesia saat era kolonial adalah PSSI. 11, 9 Februari 1947). Olahraga tidak hanya Induk organisasi tertinggi yang menaungi sebagai tontonan dan harus dialakukan sepak bola ini didirikan tanggal 29 April 1930 oleh masyarakat sebagai bentuk dukungan di Yogyakarta dengan ketuanya adalah Ir. terhadap negara dalam mengembangkan visi Suratin. Sepak bola saat itu telah mengakar dan olahraga yang menjadi perhatian negara. menjadi permainan yang merakyat, sehingga perkembangan sepak bola di berbagai daarah Olahraga merupakan salah satu sektor Indonesia juga berjalan pesat. Selain tujuh kota yang menjadi perhatian dari pemerintah (Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, Bandung, untuk dikembangkan secara serius di era Solo, Madiun dan Magelang) yang memiliki kemerdekaan. Olahraga memiliki potensi klub sepak bola sebagai pendiri, daerah- yang cukup besar untuk mengenalkan dan daerah lainnya di Indonesia juga tidak kalah membanggakan Indonesia sebagai bangsa dalam mengembangkan, membentuk klub dan yang masih baru. Keberhasilan dalam dunia memainkan sepak bola. Meningkatnya anggota olahraga akan membuat bangga sekaligus PSSI yang mencapai 40 kota yang tersebar