TIPOLOGI LANSKAP JAWA KUNO DARI ILUSTRASI RELIEF CANDI JAWI, JAGO DAN PANATARAN Chairul Maulidi , Wara Indira Rukmi Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono No. 167, Kota Malang, 65145 e - mail: [email protected]

ABSTRAK

Lanskap budaya di hasil kan dari reorganisasi bentang alam secara kontinyu oleh masyarakat asli dalam rangka mengadaptasikan penggunaan lahan dan struktur spasial untuk mencapai pemenuhan kebutuhan manusia yang senantiasa berubah dari masa ke masa. Ia disadari sebagai lanskap multif ungsi yang menyediakan beragam manfaat bagi manusia, menghasilkan barang dan produk, mendukung dan memberikan batasan dalam pengelolaan sumberdaya lokal, memperbaiki budaya, dan lain sebagainya. kaya akan lanskap yang bernilai sebagai lanskap bud aya yang unggul (outstanding cultural landscape heritage). Kawasan - kawasan tersebut mengandung nilai sejarah yang kuat, sebagai sumberdaya pusaka, geomorfologi yang khas, hasil dari sistem alamiah dan proses perubahan biogeofisik serta sosial - budaya terus berlangsung. Penelitian ini sebagai bagian dari upaya untuk mengkonstruksikan tipologi komposisi lanskap budaya Jawa Kuno yang terilustrasikan pada relief candi Jawi, Jago dan Panataran. Candi - candi tersebut berasal dari Abad ke - 1 2 Masehi . Penelitian ini d ilakukan dengan perspektif constructivism, yang ditujukan untuk membangun model hipotesa tentang tipologi lanskap budaya Jawa Kun . Penelitian bersifat deskriptif eksploratif dengan penggunaan metode Content Analysis dan Cluster Analysis. Analisis k l a ster m enghasilkan temuan bahwa lanskap Budaya Jawa Kuno terklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar berdasarkan keragaman fiturnya , yakni: Lanskap Alam dan Lanskap Terbangun . Pada lanskap alam terdapat tipe lanskap kediaman (candi bukur dan mandala) . Sedangka n pada Lanskap Buatan terklasifikasikan m e ejadi dua, tipe lanskap luar kadatwan (staphaka dan patapan; dan tipe lanskap sekitar kadatwan (hutan/taman dan lingkungan kadatwan sebagai kediaman raja/bangsawan). Masing - masing lanskap memiliki kekhasan pada kom posisi fitur vegetasi, hewan, struktur buatan, dan fitur bentang alamnya .

Kata Kunci : Relief , Candi , Lanskap , Jawa .

ABSTRACT

Cultural landscapes formed by continuous reorganization of landscapes by indigenous people in order to adjust land use and spatial structures to achieve the fulfillment of human needs . This process is constantly changing from time to time. Therefore a cultural landscape as a multifunc tional landscape that provides a variety of benefits for humans, in produc ing goods and products . It supports and provides limit ations for community in manag ing local resources, improving culture, and so forth. Indonesia is rich in valuable landscapes as a n outstanding cultural landscape for national heritag e . These areas contain strong historical values, as inheritance resources, distinctive geomorphology, from the changing of natural systems and biogeophysical and socio - cultural processes. This research c onstruct s a typology of the Old Javanese cultural landscape base on illustrat ed data at the reliefs on Jawi, Jago and Panataran . These date from the 12th century AD. This research was conducted with a constructivism perspective . The research is descriptive explorative , using Content Analysis and Cluster Analysis. Cluster analysis findin gs is that the landscape of Old Javanese Culture was classified into two large groups based on the diversity of features, namely: Natural Landscape and Built L andscapes. On N atural L andscapes classified into two types, residential landscape types (bukur temple and mandala) and worship landscape type . Whereas the Built Landscape is classified as two, Outside kadatwan (staphaka and patapan ) ; and the type of landsc ape around kadatwan (forest / park and cadastral environment as the residence for kings / aristocrats) , artificial, and landscape features. Each landscape has unique composition of features of vegetation, animals, artificial structures, and surrounding scenery .

Keywords: Relief , Candi , Lanskap , Jawa .

PENDAHULUAN dalam rangka penguatan karakter dan jati diri Rencana Pembangunan Nasional Tahun bangsa dan pelestarian nilai - nilai sejarah dan 2004 - 2019 mengamanatkan 9 program prioritas warisan budaya. Keragaman suku, budaya, dan pembangunan nasional (Nawacita) salah satunya kekakyaan sejarah menjadi sumber daya berharga adalah Pengembangan sumber daya kebudayaan dalam mencapai sasaran pembangunan nasional

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 10 , Nomor 2 , Desember 201 8 107

TIPOLOGI LANSKAP JAWA KUNO DARI ILUSTRASI RELIEF CANDI JAWI, JAGO DAN PANATARAN yang inklusif. Terdapat 1.128 suku di Indonesia Tinjauan Lanskap Budaya yang tersebar di seluruh kabupaten kota dan Lanskap budaya sebagai produk dari berpotensi bagi kekayaan warna wujud proses alami, interaksi antara manusia dan alam, pembangunan kota. dalam tempo waktu yang panjang (UNE SCO, Indonesia kaya akan lanskap yang bernilai 2015). Lanskap budaya terbentuk dari sebagai lanskap budaya yang unggul (outstanding reorganisasi bentang alam secara kontinyu oleh cultural landscape heritage) . Kawasan - kawasan masyarakat asli dalam rangka mengadaptasikan tersebut mengandung nilai sejarah yang kuat, penggunaan lahan dan struktur spasial dalam sebagai sumberdaya pusaka, geomorfologi yang rangka memenuhi kebutuhan manusia , yang khas, hasil dari sistem alamiah dan proses senantiasa berubah dari masa ke masa. Ia disadari perubahan biogeofisik serta sosial - budaya yang sebagai lanskap multifungsi yang menyediakan menerus . Untaian pusaka lanskap budaya beragam manfaat bagi manusia dalam terbentan g dari Sabang sampai menghasilkan barang dan produk . Ia Merauka , beberapa diantaranya pusaka saujana mengandung potensi dan limitasi bagi Minangkabau, Bau Bau Buton, Toraja, pengelolaan sumberdaya lokal, memperbaiki , Yogyakarta, dan Wae Rebo Flores. budaya, dan lain sebagainya. Oleh karena Beberapa lainnya, khususnnya di Pulau Jawa, prosesnya yang panjang dan kompleks, lanskap jejak tatanan lanskap budaya terkubur akibat budaya disadari menyimpan suatu value, model perkembangan kontesta si budaya , politik kearifan lokal dan sebagai model interaksi yang kekuasaan, dan / atau oleh bencana alam. Pada lebih harmonis antara manusia dan alam masa kerajaan Jawa kuno, perang perebutan (Campolo dkk, 2016). kekuasaan kerap berakhir dengan penghancuran Perspektif lanskap budaya di Indonesia kadatwan pihak yang kalah (Hidayat, 2012). dikenal pula dengan termino logi ‘saujana,’ yang Dapat dijumpai tebaran artefak kuno ( reruntuhan melihatnya sebagai hasil rekayasa manusia yang candi, arca, ba tu prasasti, reruntuhan dinding ragawi pada bentang lahan atau lanskap, antara kota, dan lain - lain) di tengah kawasan yang saat lain kelompok permukiman, jalan, rumah, sawah, ini sama sekali berbeda peruntukannya dengan dan ladang. Disamping itu, secara eksplisit tatanan lanskap budaya semula kala. Hal ini perspektif ini melingkupi sejarah dan tradisi mengakibatkan bentuk lanskap budaya Jawa buda ya kawasan sebagai pusaka tak - ragawi yang kuno menjadi tidak utuh dan tidak lagi dapat melekat pada lanskap. Budaya - budaya yang tervisualisasikan dengan jelas. Sementara itu dimaksud adalah tradisi dengan kedalaman, makin disadari akan perlunya menggali wujud kompleksitas, dan hubungan - hubungan yang luas local content untuk menjawab persoalan krisis dengan lingkungan, serta budaya yang identitas yang sedang dihadapi kota - kota di berhubungan dengan kepercayaan serta seluruh dunia saat ini (Young, 2008). kebiasaan - k ebiasaan tradisional dan artistik yang P eradaban Jawa Timur Kuno (abad ke - 1 1 ) mencerminkan hubungan spiritual khusus antara memiliki peran signifikan dalam sejarah manusia dan alam. peradaban di Indonesia, yakni sebagai titik awal Page Robert (1998) menguraikan ada 13 kehidupan meng - kota mulai ada. Hal ini komponen pembentuk karakter lanskap budaya, dibuktikan dengan mulai dipergunakannya kata - antara lain: tradisi budaya yang menjadi alasan kata Kutha dan Pura yang bermakna lingkungan terbentuknya ruang, sis tem dan ciri alam yang perkotaan pada parasasti yang berasa l dari disikapi oleh manusia, organisasi keruangan Periode Jawa T imur (Handinoto . 2011). sebagai konsep implementasi nilai budaya, Penelitian ini untuk mengkonstruksikan tipologi penggunaan lahan sebagai wujud pengelolaan dan tatanan komponen lanskap budaya Jawa lanskap, penataan klaster, topografi, sirkulasi, Kuno pada Periode Jawa Timur yang masih pemilihan tanaman, bangunan dan struktur yang tergambarkan pada relief candi - candi di Provinsi dibangun di atas lanskap, view dan vista, fitur air Jawa Timur. Meskipun belum bisa d ipahami buatan, fitur berskala kecil, dan kawasan dengan meyakinkan bahwa relief lanskap pada arkeologis. relief candi adalah gambaran lanskap di masanya, setidaknya dapat dikatakan bahwa ia sebagai Konteks Peradaban Periode Jawa Timur buah dari kognisi pemahat relief terhadap wujud Peradaban di Periode Awal Jawa Timur, lanskap kala itu . S ebagaimana yang diutarakan adalah masa di mana Peradaban Jawa Kuno oleh Sternberg (2006), bahwa kognisi muncul mulai mengenal kehidupan 'urban/kota’ dari pengenalan dan pemahaman terhadap (Rahardjo, 2011). Menurut Kulke penggunaan kondisi di mana seseorang berada. kata pura, nagara, atau kata - kata lain yang mempunyai arti ‘kota’ baru dikenal dalam

108 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 10, Nomor 2, Desember 201 8

Chairul Maulidi, Wara Indira Rukmi prasasti - pra sasti dari Masa Jawa Timur, dari Permukiman rakyat menyebar tinggal Abad ke - 10 hingga 15. Kota - kota dari masa mengelompok di desa - desa ( wenua ) dan adapula Janggala - Kadiri hingga Majapahit (105 - 1468M) yang bertapa mendalami ilmu agama. Sejak banyak menyebutkan nama tempat yang dapat Periode Jawa Tengah (abad <10M) telah dikenal diterjemahkan sebagai ‘kota.’ Istilah lain istilah Sima , desa yang menjadi pardikan bermakna serupa terdapat istilah Nagara untuk kerajaan. Sebuah s ima memiliki tatakelola pajak, selur uh wilayah kekuasaan, Kadatwan untuk utamanya pajak pertanian dan perdagangan. ibukota kerajaan, dan Pura untuk bangunan istana Disamping itu juga s ima menjadi tempat (Rahardjo, 2011). Catatan dari masa Dinasti Sung pemujaan, persajian, dan pemeliharaan bangunan (1279 M) menyebutkan bahwa ibukota kerajaan suci. Sima dipimpin oleh dua pimpinan seorang Jawa memiliki tembok - tembok kota, tempat harta raja bawahan dan pendeta pengelola bangunan dan lumbung - lumbung yang dijag a oleh sekitar suci. Selain desa sima , selama masa J awa T imur seribu pegawai rendahan. Berita Cina lainnya terdapat kumpulan komunitas yang dipimpin berasal dari Dinasti Yuan (1367M) menyebutkan kalangan pengr ajin yang disebut Staphaka Taha berupa kota bertembok atau berbenteng. sebagaimana yang disebutkan dalam kakawin Uraian paling rinci termuat dalam Nagarakrtagama. Peran pendeta tidak menonjol Kakawin Jawa Kuno dari masa Kadiri di komunitas ini. Pemimpin staphaka juga (Sedyawati, 1994). Ibukota kerajaan berperan sebagai pemimpin keagamaan. Setiap digambarkan dapat dicapai dari luar benteng komunitas memiliki keahlian berbeda - beda, melalui henu atau marga (jalan berukuran pembuat gerabah , pandai besi, peramu obat, dan sedang) dan hawan gong (jalan berukuran besar). lain - lain (Pigeud dalam Rahardjo, 2011). Berbagai bangunan berada di pinggir jalan dan di Komunitas pendeta tinggal di lingkungan berbeda sisi pintu masuk kadatwan ditempatkan arca dengan rakyat biasa. Sumber prasasti dari masa dwarapala yang menakutkan. Alun - alun Tamwlang - Kahuripan, Prasasti Baru (1030 M), disebutkan beriringan dengan komponen lain, menerangkan ada tiga jenis pendeta: mpungku yakni watangan berupa tanah terbuka di sebelah saiwa pendeta hindu dari Gurjarades India; luar dinding kedatwan . Komponen berikutnya Sogata pendeta budha, dan Rsi pendeta petapa adalah bapra (pagar) dan gopuro (gerbang). yang hidup sederhana di hutan. Dijumpai prasati Pagar ini berukuran tinggi dikiaskan seperti dari masa Jawa Timur yang menyebutkan adanya gunung yang berderet mengeli lingi kota. Gopuro lingkungan Patapan . Prasasti Pucangan (1041M) dihias dengan adegan pemutaran Gunung meceritakan kehidupan Raja Ai rlangga sebagai Mandara oleh para dewa. Kadang bapra dan petapa sebelum ia diangkat menjadi raja. Pada gopuro diukir dengan adegan penobatan masa Janggala - Kadiri dikenal beberapa istilah Ramabhadra. Bagian dalam istana terdiri dari yang menunjuk kepada lingkungan natar (halaman atau pelataran). Ditempat ini kedewaguruan bagi komunitas yang mendalami biasa dijumpai tanaman berbung a. Komponen ajaran agama di tempat terpencil. Soepomo berikutnya adalah pancabale, bangunan bersusun (1977) menggunakan istilah lain yakni P a tapan namun tidak diketahui fungsi sebenarnya. Juga sebagai tempat mengasingkan diri dan Mandala terdapat petirtan berupa telaga dan hutan buatan sebagai komplek perkampungan di sekitar yang penuh bunga. Pada tengah petirtan didirikan patapan untuk pemuda melakukan tapaswi sebuah bangunan tinggi disebut prasada. Posisi (belajar ilmu agama) dan juga sebagai tempat prasad a bagi telaga diibaratkan sebagai Gunung tinggal petapa wanita. Mandara. Di tempat ini danghyang purohita memimpin pemujaan. Jaladwara (pancuran air) METODE PENELITIAN dan gua buatan menjadi komponen petirtaan. Penelitian ini dilakukan dengan perspektif Keluarga raja tinggal di dalam kadatwan, dalam constructivism , yang ditujukan untuk ruang - ruang khusus kerabat raja. Keraba t wanita membangun model hipotesa tentang konstruksi tinggal di bagian yang disebut dengan istilah lanskap budaya Jawa Kuno dari relief di din ding puri , sedangkan kerabat pria tinggal di grha candi Jawi, Jagi dan Panataran . Penelitian kapamegatan . Bangunan kerabat raja berciri bersifat deskriptif eksploratif dengan metode istimewa, bertiang delapan, menggunakan Content Analysis dan Cluster Analysis . Analisis benanten kain tipis untuk tirai dan hiasan atap konten dilakukan secara sistematik untuk rumah, memiliki witana (p endopo) beratap menganalisa isi pesan dan mengolah pesan tembikar. Kerabat raja juga memiliki ijin untuk (Bungin, 2012). Pesan di sini be rupa gambar atau mendirikan komplek peristirahatan, candi bukur , ilustrasi bentuk lanskap yang terlihat p ada relief di per bukit an . candi. Data dalam penelitian ini data adalah relief candi tersebut dalam satuan gambar adegan. Satu

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 10, Nomor 2, Desember 201 8 109

TIPOLOGI LANSKAP JAWA KUNO DARI ILUSTRASI RELIEF CANDI JAWI, JAGO DAN PANATARAN panil relief jadi mengandung beberapa adegan, sehingga dipotong menjadi beberapa unit da ta . HASIL DAN PEMBAHASAN Informasi yang tergambar pada relief pada kondisi data alami (tanpa perlakuan), informasi Tiga Candi : Jawi, Jago dan Panataran pada relief dibaca sebagaimana adanya Salah satu penginggalan kebudayaan (Moleong, 1999). Prinsip - prinsip analisis konten Hindu - Budha adalah bangunan Candi. Candi anatara lain: 1. Sistematik, perlakuan prosedur berasal dari k ata Candika yang merupakan nama yang sama pada semua data relief; 2. Objektif, lain dari dewi Durga yang berhubungan dengan hasil kategorisasi apa adanya dikeluarkana oleh kematian. Candi merupakan bangunan suci bagi prosedur, bukan keinginan peneliti; 3. agama Hindu dan Budha. Candi merupakan Kuantitatif, mencatat nilai - nilai bilangan bentuk akulturasi antara kebudayaan asli frekuensi untuk melukiskan berbagai komponen Indonesia zaman Megalitikum yakni Punden yang didefinisikan; 4. Isi Yang Nyata, yang Berundak deng an kebudayaan baru dari India. dianalisis hanya lah isi yang tersurat pada relief, angunan candi di Indonesa memiliki perbedaan bukan makna yang dirasakan oleh peneliti fungsi dengan yang ada di India. Di Indonesia, (Subiakto, 1995). Analisis klaster dipergunakan candi selain digunakan untuk memuja para dewa, setelah analisis konten untuk mengklasifikasikan juga digunakan untuk pendharmaan raja . Relief relief, ke dalam kelompok - kelompok yang relatif dipahatkan pada dinding candi sebagai ga mbaran homogen (Supranto, 2010), hingga te rsusun kebajikan yang menganalogikan riwayat hidup kategorisasi tipologi lanskap. sosok yang didharmakan. a) Candi Jago Tahap Analisa Candi ini hanya tersisa sebagian. Pada Penelitian dilakukan dengan metode dinding luar kaki candi dipahatkan relief - relief mixed - methode , yakni memadukan proses cerita Khresnayana, Parthayana, Arjunawiwaha, pengolahan data secara kualitatif dan kuantitatif . Kunjarakharna, Anglingdharma, serta cerita Seluruh proses pengumpulan dan pengiolahan fabel. Pada sudut kiri (barat laut) Candi Jago data mempergunakan software N v ivo . S ecara terlukis awal cerita binatang seperti halnya cerita bertahap sebagai berikut: Tantri. Pada sudut timur laut terdapat rangkaian 1. Pelabelan: Memberikan label pada setiap cerita Buddha yang meriwayatkan Yaksa unsur lanskap, secara apa adanya yang Kunjarakarna. Pada teras ketiga terdapat tampak kasat mata, seperti pohon palem, c erita Arjunawiwaha yang meriwayatkan laki - laki, raja, teras, pelinggih, badan air , perkawinan Arjuna dengan Dewi Suprabha dan lain sebagainya; sebagai hadiah dari Bhatara Guru setelah Arjuna 2. Klasifikasi Label: seluruh label ya ng mengalahkan raksasa Niwatakawaca. tampak dan terkumpulkan dari seluruh adegan relief, diklasifikasikan ke dalam b) Candi Jawi kelompok label, sehingga didapatkan M erupakan peninggalan bersejarah Hindu - struktur komponen lanskap . Buddha . A danya relief di dindingnya belum bisa 3. Pengkategorian Adegan Relief: seluruh dibaca , beberapa karena pahatannya terlalu tipis adegan relief dikelompokkan berdasarkan juga karena kurangnya informasi pendukung . kesamaan komponen label yang dimi liki, Negarakertagama yang secara jelas menceritakan secara bertahap menurut kelompok candi ini tidak menyinggung sama sekali soal kategori, dimulai dari kategori yang paling relief tersebut. Salah satu fragmen yang ada pada dominan (kategorisasi paling kasar), dan dinding candi, me nggambarkan sendiri dilanjutkan klastering berdasarkan kategori keberadaan candi Jawi tersebut beserta beberapa yang dominan berikutnya. bangunan lain disekitar candi. 4. Perumusan Tipologi: menyusun klaster adegan relief berdasarkan kesamaan c) Candi Jago kategori, dan memberikan nama baru pada N ama aslinya adalah Candi Palah , tiap klaster dan sub - klaster yang terbentuk, gugusan candi Hindu Siwa . Sepanjang dinding sebagai struktur tipologi lanskap temuan Pendopo Teras terukir kisah Bubhuksah - Gagang hasil studi. Penamaan merujuk pada Aking dan kisah Sri Tanjung. Pada dinding candi terminologi yang dapat mewakili seluruh utama terukir relief Kresnayana dengan tokoh data relief yang terlingkup. Selain itu, juga Krisna dan Rukmini. Kisah ini menceritakan merujuk kepada terminologi yang tertuang Kresna yang menculik dan mempersunting di referensi peradaban Jawa Kuno masa Rukmini. awal periode Jawa Timur.

110 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 10, Nomor 2, Desember 201 8

Chairul Maulidi, Wara Indira Rukmi

K omponen L anskap Pada Relief semua unsur lanskap. Unsur Buatan didominasi Pelabelan sebagai proses untuk mencatat oleh bangun an dan pelinggih, disamping terdapat informasi y ang ditunjukkan oleh 189 data adegan pagar, gapura, dan perabot. Unsur Manusia pada relief. Label berupa kata benda, dan dengan label rakyat dan pelayan muncul lebih menghindari kosakata yang mengandung makna banyak daripada kelas peran lainnya, dan Pria kualitas hasil penilaian subjektif peneliti . tampak mendominasi dari pada wanita. Kelompok label ‘Manusia’ muncul dengan proporsi terbesar kedua, sebesar 36 % daru kemunculan unsur lanskap lainnya. Kelompok label paling sedikit adalah ‘ Alam ’ meliputi beragam jenis hewan seperti burung dan kuda dan badan air, pegunungan dan tebing . Kelompok label lainnya yakni v egetasi yang memiliki proporsi cukup besar.

Struktur Tipologi Lanskap Proses pengkategorian dilakukan secara kuantitatif, Jaccard Coefficient, yang telah terfasilitas i dalam Software Nvivo. Pada dasarnya k oefisien ini didap a tkan dengan menghitung berapa b anyak label yang sama Gambar 1. Pelabelan pada data relief dibagi dengan total label . Angka koefisien = 0 bermakna tidak ada kesamaan, makin mendekati Contoh pemberian label pada informasi ‘1’ data makin berkemiripan. Hasil klasterisasi relief sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1, data relief ditunjukkan pada G ambar 3 dan 4. pelabelan pada adegan relief dari Pendopo Teras panil ke - 4 adegan ke - 2, dan relief dari dinding Candi Induk lantai 2, panil ke - 19. Dari kedua adegan tersebut diperoleh labe l burung, bangunan panggung, sosok pria dan wanita, pakaian mereka menunjukkan perannya sebagai rakyat biasa dan bangsawan, pohon sejenis palem dengan batang meliuk, air, arca, dan tanaman semak.

Gambar 3 . Pengelompokan data relief menurut kes amaan komponen lanskap

Koefisien J accard sangat ketat dalam menilai kesamaan komponen data. Data yang Gambar 2. S truktur label komponen lanskap pada tidak memiliki kesamaan dengan data lain akan relief c a ndi tereliminir. Oleh karena itu, dari 189 data yang diolah hanya tersisa 80 data adegan yang sahih Teknik pelabelan dilakukan pada 1 8 9 berkimiripan dan masuk dalam struktur klaster adegan relief, dan terkumpul 19 komponen chart di tipologi lanskap berikut. lanskap yang tertunjukan dari relif Candi. Seluruh label distrukturkan, ke dalam kelompok - kelompok yang berkesesuaian satu sama lain, dan seluruh label dapat terkelompokkan ke dalam 3 struktur komponen lanskap, yakni Alam, Buatan, Manusia dan Vegetasi . Kelompok label ‘Buatan’ muncul p a ling banyak diantara lainnya, dengan proporsi kemunculan mencapai 46 % dari kemunculan

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 10, Nomor 2, Desember 201 8 111

TIPOLOGI LANSKAP JAWA KUNO DARI ILUSTRASI RELIEF CANDI JAWI, JAGO DAN PANATARAN

Struktur Tipologi Lanskap Dalam proses clustering terdapat 1 09 adegan relief yang yang memiliki konten tidak berkesusuaian dengan pola cluster terbentuk . Diantaranya karena relief tersebut hanya menggambarkan wujud tokoh tanpa latar lanska p , atau hanya latar lanskap tanpa keberadaan sosok dan bangunan, dan ada pula y ang dikarenakan relief dalam kondisi rusak tidak dapat terbaca. Pengelompokan pola menurut kemiripan komposisi elemen dan perbedaan tiap kategori, berdasarkan komposisi komponen lanskap . Kelompok ini dipergunakan untuk membangun model tipologi bahwa ada se kian tipologi lanskap permukiman jawa kuno yang terbaca dari relief Candi Jawi, Jagi dan Panataran. Terdapat 16 titik klasifikasi tipe, pada gambar kiri ditandai dengan kode angka dan arangkaian angka 1, 2, 1.1, sampai dengan 2.2.2.2b. Selanjutnya tiap tit ik klasisifikasi diberikan nama yang dapat mewakili karakter lanskap di dalamnya dan juga merujuk pada terminologi lingkungan tertentu yang disebutkan dalam kepustakaan tentang peradaban jawa kuno . Hasil dari keseluruhan proses analisa dapaat dirumuskan st ruktur tipologi lanskap sebagai berikut sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5. Lanskap Jawa Kuno terklasifiasi dalam dua tipe besar, yakni tipe Dominan Lingkungan Alami dan tipe Dominan Lingkungan Terbangun . Lanskap lingkungan alami terbagi dua, Tipe Lingk ungan Kediaman dan Tipe Lingkungan Peribadatan. Sedangkan Laingkungan Kediaman memiliki dua tipe Lanskap Candi bukur dan Lanskap Pemandian. Kemudian, Lanskap dengan Dominasi Lingkunga Terbangun terklasifikasi menjadi dua tie, yakni tipe lanksap di luar kad atwan dan tipe lanskap sekitar kadtwan. Untuk tipa lanskap di luar kadatwan terdiri atas tipe Lankap Patapan dan Lanskap Staphaka . Sedangkan lingkungan sekitar Kadatwan terbagi atas tipe lanskap hutan atau Gambar 4 . Struktur klaster data relief menurut tanam dan kelompok tipe lingkungan kadatwan kesamaan komponen lanskap yang d i dalamnya ada tipe lanskap watangan Pura Kadatwan .

112 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 10, Nomor 2, Desember 201 8

Chairul Maulidi, Wara Indira Rukmi

Gambar 5 . Struktur tipologi lanskap Jawa Kuno dari relief Candi Jawi, Jago & Panataran

Perbedaan menonjol di antara kedua kelompok besar lans k ap ( lanskap Dominasi Lingkungan Alami dan Dominasi Lingkungan Terbangun ) , ada pada penggambaran unsur alam. Pada kelompok yang pertama selalu muncul penggambaran sungai atau danai, gunung dan Gambar 6 . A degan Krisna dan Rukmini menemui tebing . Sedangkan pada kelompok yang kedua utusan tidak ada penggambaran unsur alam dan kemunculan bangunan, pagar, dan unsur buatan Tipe Lanskap Pemandian (1.1.2) atau lainnya lebih domina n . Karena gunung dan petirtan tergam ba rkan pada relief diantaranya tebing biasa dijumpai di daerah dataran tinggi, WI005, PA045, PA064 dan PA063. Komponen bisa jadi penamaan kelompok ‘1’ sebagai lanskap yang kerap muncul adalah pemandangan Lanskap dataran tinggi. Namun demikian belum gunung, unsur air baik berupa pancuran ada data r elief untuk menunjukkan bahwa jaladwara atau kolam, vegetasi semak berbunga , kelompok ‘2’ berlokasi di dataran rendah. palem, pohon bertajuk columnar dan pendeta Tipe Lanskap Candi Bukur (1.1.1) lelaki dan perempuan . Pemandian dengan karater tergambarkan dalam relief WI006, WI010, ttersebut salah statunya pada relief Candi Jawi PA042, WI007, PA005, WI008, PA035, PA036, yang menggambarkan sekelompok pendeta PA015 dan PA018 . Komponen yang kerap membersihkan diri di bawah pancuran air muncul pada lanskap tipe Candi Bukur antara dikelilingi semak rimbun dan bunga teratai lain tebing dengan sungai/ldanau di bawahnya, tumbuh di kolam . pesanggarahan berupa bangunan berornamen Tipe Lanskap Mandala (1.2) atau indah, plinggih, manusia kelas bangsawan, dan peribadatan digamb a rkan pada relief WI004, beragam jenis vegetasi seperti palem, pepohonan PA060 dan WI009 . Komponen yang kerap mucul perdu, semak berbunga , dan pohon kelapa antara lain bangunan candi dan sanggar di atas dengan batang me liuk. Keseluruhan komposisi dengan pondasi yang ditinggikan, plinggih, lanskap Candi Bukur tampak mengedapnkan pendeta laki - laki dan perempuan, vegetasi jenis pemandangan alam yang indah. Candi Bukur palem, pohon bertajuk columnar, dan pohon sendiri adalah lingkungan kediaman bagi b erlilit . Lokasi peribdatan di masa Jawa Kuno bangsawan di daerah pegunungan sebagai tempat beragam. Komplek percandian sebagian besar rekreasi dan peristirahatan. Salah satu adegan merupkan pendharmaan bagi raja raja. Ada pula dengan lanskap Candi Bukur yakni relief dari mandala yang lebih sebagai kedewaguruan Candi Panataran. Tampak Krisna dan Rukmini tempat mendalami ajaran agama . Pada k eduanya tingg al di lingkungan yang tenang dan indah. sama - sama kerap ditemukan bangunan at au bekas candi. Ilustrasi lanskap mandala tampak pada

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 10, Nomor 2, Desember 201 8 113

T IPOLOGI LANSKAP JAWA KUNO DARI ILUSTRASI RELIEF CANDI JAWI, JAGO DAN PANATARAN relif Candi Panataran tentang Sang Setyawan mendalami ajaran agama.

Gambar 7 . Adegan Setyawan mendatangi Gambar 9 . Adegan Sri Tanjung dan Sidapaksa kedewaguruan untuk mendalami agama Tipe Lanskap Hutan atau Taman (2.2.1) Tipe Lanksap Patapan (2.1.1) digambarkan pada relif PA026, PA006, PA010, digambarkan pada beberapa relief diantaranya PA024 dan PA002. Komponen lanskap yang PA041, PA043, PA040 dan PA052. Komponen mencolok adalah keberadaan gapura, pagar, lanskap yang seringkali dijumpai pada lanskap bangunan, plinggih dan beragam jenis vegetasi tipe ini antara lain meja sesjian, plinggih yang bertajuk lebat, columnar dan adapula phon tebuat dari susunan batu, hewan buru n g, vegetasi pisang. Pemberian nama hutan atau taman berupa pohon rimbun, semak belukar, dan poho n be rdasarkan relief tentang adega Shinta yang berlilit , dan sosok pendeta laki - laki . Patapan di sembunyikan oleh rahwana di dalam hutan kerap berlokasi di dalam hutan, tempat pendeta namun banyak bunga - bunga indah. laki - laki mengasingkan diri dan hidup sederhana T i pe Lanskap Watangan (2.2.2.1) dengan meramu, bermusik, dan memelihara digambarkan pada relief PA012, PA019, PA056 hewan. Salah satu ilustrasi lanskap lingkungan dan JA005 . Watangan adalah lapangan terbuka patapan adalah relief Can di Panataran adegan yang terltak tepat di sisi luar pagar istana. tentang Sang Setyawan tinggal bersama pendeta . Watangan biasa dimanfaatkan untuk pasar, upacara keagaam yang melibatkan warga umum, dan pasukan kerajaan berlatih. Komponen lanskap yang sering muncul adalah pagar dan gerbang kadatwan, pohon palem , sanggah , bastion dan tambatan kuda. Watangan diilustrasikan pada relief salah satunya adegan Kresna menjemput Rukmin i di luar gapura kadatwan. Gambar 8 . Adegan Setyawan tinggal bersama pendeta pe tapa

Tipe Lanskap Staphaka (2.1.2) digambarkan pada relief WI003, PA053, PA049, PA038, dan PA039 . Komponen lanskap yang Gambar 10. Adegan Kresna menjemput Rukmini kerap dijumpai pada lingkungan st a phaka antara lain sanggah tempat meletakkan arca de wa, Tipe Lanskap Halaman Kadatwan bangunan rumah pangging di atas pondasi batu, (2.2.2.2.a) diilustrasikan pada relief PA025, pagar dan gapuran (gerbang), plinggih dari PA031, JA00 1 dan PA028. Halaman Kadatwan tumpukan batu, hewan burung, anjing, kera, yang dimaksud adalah area terbuka yang terletak kolam lele, dan vegetasi pohon rimbun berbuahm di sisi dalam pagar kadatwan. Komponen lanskap semak, pandan, dan pohon berlilit. Sosok orang yang sering muncul antara lain hewan burung, laki - laki dan perempuan berpakaian jarit bangunan panggung tempat menyimpan pangan sederhana tanpa aksesoris. Staphaka merupakan dan harta berharga, sosok pelayan dan tentar a lingkungan tempat tinggal masyarakat biasa. kerajaan, vegetasi berupa palem, gapura dan Mereka hidup berkelompok menurut jenis mata pagar kadatwan. pencahariannya. Sebagian bercocok tanam, Tipe Lanskap Graha/Puri (2.2.2.2.b) beternak dan memproduksi ragam barang untuk diilustrasikan pada banyak relief, diantaranya diperdagangkan seperti tembikar dan pandai besi, PA016, PA013, PA029, dan JA002. Graha /Puri Komunitas ini dipimpin oleh seorang yang ahli di adalah tempat tinggal bangsawan . Komponen satu bidang dan diikuti oleh warga staphaka lanskap yang banyak dijumpai pada tipe lanskap lainnya. Salah satu ilustras i yang cukup detil ini adalah pagar dan gapura graha yang ditunjukkan pada relief adegan perjumpaan dilengkapi dengan bendera atau panjor, plinggih antara Sri Tanjung dan Sidapksa. dan bangunan berhias, vegetasi palem dan semak

114 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 10, Nomor 2, Desember 201 8

Chairul Maulidi, Wara Indira Rukmi berbunga. Perbedaan komposisi komponen pada pada gambar 11 . setiap tipe lanskap Jawa Kuno disederhanakan

Gambar 11 . Komposisi komponen lanskap pada setiap tipe lanskap Jawa Kuno

KE SIMPULAN C andi - candi di Provinsi Jawa Timur berasal dari rentang periode antara tahun 1196 –

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 10, Nomor 2, Desember 201 8 115

TIPOLOGI LANSKAP JAWA KUNO DARI ILUSTRASI RELIEF CANDI JAWI, JAGO DAN PANATARAN

1375 Masehi. L anggam pahat relief yang Ragam Varian Kontemporer . Depok: PT. menunjukkan gaya transisi antara relief di Candi RajaGrafindo Persada. Borobudur (masa Jawa Tengah, abad ke - 8 Campolo, D. et.al. (2016) Cultural Landscape masehi) dan Candi Sukuh (masa akhir Jawa and cultural routes: infrastructur role and Timur , abad ke - 15 masehi), dan serupa dengan indigenous knowledge for sustainable langgam relief yang ditemukan di Trowulan development of inland. Proceedia Social (Masa Majapahit). K onteks masa candi yang and Behavioral Sciences , 223:576 - 582. berasal dari Periode Awal Jawa Timur, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provpinsi bersamaan dengan masa ketika Peradaban Jawa Jawa Timur. (2003). Peninggalan Sejarah Kuno mulai mengenal kehidupan 'urban’ dan Kepurbakalaan Candi Panataran . (Rahardjo, 2 011). Menurut Kulke penggunaan Surabaya: Perintis Graphic Art. kata pura, nagara, atau kata - kata lain yang Hidayat, Mansur. (2012). Sejarah Lumajang: mempunyai arti ‘kota’ baru dikenal dalam Melacak Ketokohan Arya Wiraraja dan prasasti - prasasti dari Masa Jawa Timur. Zaman Keemasan Lamajang Tig ang Juru . Unsur lanskap yang terpahat di relief Bali: Cakrra Press. Candi terdiri atas empat kelompok label, yakni Jan Fontein, R. Soekmono, Edi Sedyawati unsur Manusia, Alam, Vegetasi dan unsur (1990), Sculptured of Indonesia, National Buatan. Kelompok label ‘Buatan’ muncul p a ling Gallery of Art, ISBN 0 - 89468 - 141 - 9 . banyak diantara lainnya, dengan proporsi Moleong, Lexi. (1999). Metode Penelitian kemunculan mencapai 46 % dari kemunculan Kualitatif . Bandung: Rosdakarya. semua unsur lanskap. Unsur Buatan didominasi Rahardjo, Supratikno. (2011). Peradaban Jawa oleh bangunan dan pelinggih, disamping terdapat Dari Mataram Kuno Sampai Majapahit pagar, gapu ra, dan perabot. Unsur Manusia Akhir . Jakarta: Komunitas Bambu. dengan label rakyat dan pelayan muncul lebih Robert, Page, dkk. (1998). A Guide to Cultural banyak daripada kelas peran lainnya, dan Pria Landscape Reports: Contents, Process, and tampak mendominasi dari pada wanita. Techniques . Washington: US Department of Kelompok label ‘Manusia’ muncul dengan the Interior National Parks Services. proporsi terbesar kedua, sebesar 36 % daru Sedyawati, Edi. (1994). Pengarcaan Ganes Masa kemunculan unsur lanskap lainnya. Kelompok Kadiri dan Singhasari . Jakarta, Leiden: label paling sedikit adalah ‘ Alam ’ meliputi EFEO - LIPI - Rijksuniversiteit te Leiden. beragam jenis hewan seperti burung dan kuda Sedyawati, Edi., dkk. (2013). Candi Indonesia: dan badan air, pegunungan dan tebing . Kelompok Seri Indonesia . Jakarta: Direktorat label lainnya yakni vegetasi yang memiliki Pelestarian Cagar Budaya dan proporsi cukup besar. Permuseuman. Model hipotesis bahwa ada sek ian tipologi Soepomo, S. (1977). Arjunawijaya, A Kakawin of lanskap permukiman jawa kuno yang terbaca dari Mpu Tantular. Bibliotheca Indonesica 14. relief Candi, Lanskap Jawa Kuno terklasifiasi Tha Hague. dalam dua tipe besar, yakni tipe Dominan Sternberg, R.J. (2006). Cognitive Psychology . Lingkungan Alami dan tipe Dominan Belmont, CA: Thomson Wadsworth. Lingkungan Terbangun. Lanskap lingkungan Subiakto, Henry. (1995). Metode Content alami terbagi dua, Tipe Lingkungan Kediaman Analysis , dalam Basis Susilo & Yanyan dan Tipe Lingkungan Peribadatan. Sedangkan Cahyana, eds., Metode Penelitian Sosial, Laingkungan Kediaman memiliki dua tipe Surabaya: Airlangga University Press. Lanskap Candi bukur dan Lanskap Pemandian. Supranto, Johanes. (2010). Analisis Multivariat, Kemudian, Lanskap dengan Dominasi Lingkunga Arti dan Interpretasi . Jakarta: PT. Rineka Terbangun terklasifikasi menjadi dua tie, yakni Cipta. tipe lanksap di luar kadatwan dan tipe lanskap UNESCO. (2015) Operational Guidelines for the sekitar kadtwan. Untuk tipa lanskap di luar Implementation of the World Heritage kadatwan terdiri atas tipe Lankap Patapan dan Convention. UNESCO World Heritage Lanskap Staphaka. Sedangkan lingkungan sekitar Centre . Paris. 8 July 2015. Kadatwan terbagi atas tipe lanskap hutan atau Young, Greg. (2008). Reshaping Planning With tanam dan kelompok tipe lingkungan kadatwan Culture. Hampshire: Ashgate Publishing yang di dal amnya ada tipe lanskap watangan Pura Limited. Kadatwan. DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis Ke Arah

116 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 10, Nomor 2, Desember 201 8