KONSEP JEJARING DESTINASI PARIWISATA METROPOLITAN KEPULAUAN DI BATAM, BINTAN, DAN KARIMUN Nurul Nadjmi, Wiendu Nuryanti, Budi Prayitno, Nindyo Soewarno Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2 Kampus UGM , Yogyakarta 55281 e-mail:
[email protected] Kondisi makro perairan Indonesia yang merupakan Negara kepulauan (Archipelagic State) yang terbesar di dunia. Dengan jumlah pulau yang mencapai 17.508 buah, serta garis pantai terpanjang kedua yaitu sepanjang 81.000 km. Berdasarkan paradigma perancangan, tata ruang berbasis kepulauan "archipelascape", maka model arsitektur penataan ruang publik tepian air diarahkan pada pemograman spasial dan kegiatan yang mendukung sistem jejaring lintas pulau (trans-island network) serta dalam keterkaitan hulu hilir perkotaan setempat (urban ecoscape linkages). Sehingga apapun kegiatan yang melingkupi serta yang akan dikembangkan dalam ruang publik tepian air perkotaan harus ditempatkan pada posisi dan sistem tersebut secara tepat. Kawasan ini memiliki potensi wisata terutama wisata metropolitan kepulauan. Gugusan kepulauan dalam hal ini Pulau Batam, Pulau Bintan dan Pulau Karimun (BBK) memiliki karakteristik yang berbeda-beda untuk dijadikan kawasan destinasi pariwisata, diantaranya wisata alam atau bahari, wisata religi, wisata belanja, wisata agro, wisata MICE, wisata kuliner, wisata olahraga,dan wisata sejarah. Penelitian ini difokuskan pada konsep jejaring yang tepat dalam pengembangan destinasi pariwisata metropolitan kepulauan dalam hal ini Batam, Bintan dan Karimun. Sebagai lokasi amatan adalah Kawasan BBK sebagai kawasan destinasi pariwisata metropolitan kepulauan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep jejaring yang tepat dalam pengembangan destinasi pariwisata metropolitan kepulauan dalam hal ini Batam, Bintan dan Karimun sehingga bisa menjadi pariwisata metropolitan kepulauan yang dapat di jadikan percontohan dalam pengembangan daerah kepulauan di Indonesia.