IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NO 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2011-2031 (STUDI KASUS SISTEM PENGENDALIAN BANJIR DI KEC. TAHUN 2015)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian sarjana strata-1

Pada Program Studi Ilmu Adminstrasi Negara

SEPTIAN PRASETIA MAHAGUNA

6661120216

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, Juni 2017

i

ii

iii

ABSTRAK

Septian Prasetia Mahaguna. 6661120216. 2017. Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031 (Studi Kasus Sistem Pengendalian Banjir Di Kec.Kresek Tahun 2015). Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I : Abdul Hamid, Ph.D dan Pembimbing II : Anis Fuad, S.Sos, M.Si.

Penelitian ini di dasari oleh bencana banjir yang terjadi di wilayah Kabupaten Tangerang dan khususnya di kecamatan kresek. Dengan disahkanya Perda RTRW sistem pengendalian banjir di harapkan bencana banjir yang terjadi dapat berkurang dengan pengendalian banjir yang di laksanakan oleh para stakeholder pelaksana sistem pengendalian banjir. Masalah penelitian ini terkait proses dan kerja sama diantara para stakeholder pelaksana. Pelaksanaan sistem pengendalian banjir melibatkan beberapa pihak terdiri dari Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang, BBWS Ciliwung-cisadane, BBWS Cidanun-ciujung-cidurian dan UPT III Dinas Bina Marga Kab.Tangerang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan sistem pengendalian banjir di kecamatan kresek. Teori yang di gunakan dalam penelitian ini teori implementasi kebijakan publik menurut Van Metter & Van Horn dalam buku Agustino (2016:124). Metode penelitian menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi & studi dokumentasi. Temuan di lapangan menunjukan bahwa pelaksanaan sistem pengendalian banjir di kecamatan kresek belum optimal terbukti dengan masih kurangnya anggaran yang tersedia dalam pengendalian banjir, kurangya sumberdaya manusia yang ada dan proses komunikasi dan koordinasi yang kurang efekif diantara para pelaksana serta usulan masyarakat yang mengajukan tidak semua dapat terealisasikan oleh para pelaksana sistem pengendalian banjir.

Kata Kunci : Implementasi, Perda Tata Ruang Wilayah, Sistem Pengendalian banjir.

i

ABSTRACT

Septian Prasetia Mahaguna. 6661120216. 2017. Implementation of Regional Regulation of No 13 Year 2011 About Tangerang Regional Spatial Plan Year 2011-2031 (Case Study Flood Control System in Kresek Subdistrict Year 2015). Public Administration Department Faculty of Social and Political Science University of Sultan Ageng Tirtayasa. Advisors I Abdul Hamid, Ph.D and Advisors II : Anis Fuad, S.Sos, M.Si.

This research is based on the flood disaster that occurred in Tangerang Regency and especially in Kresek Subdistrict. With the enactment of local regulations on the RTRW flood control system, it is expected that flood disasters can be reduced by flood controls implemented by the stakeholders of the flood control system. This research problem is related to the process and cooperation among stakeholders. The implementation of flood control system involves several parties consisting of Bina Marga Official & SDA Tangerang Regency, BBWS Ciliwung-Cisadane, BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian and UPT III Highway Official Tangerang Regency. The purpose of this research is to know how the applications of flood control system in Kresek Subdistrict. The theory used in this research is the implementation of public policy according to Van Metter & Van Horn in the book Agustino (2016: 124). The research method used is qualitative research with descriptive approach. Technique of collecting data using interview, observation & documentation study. Field findings indicate that the implementation of the flood control system in Kresek Subdistrict has not been proven optimally in the absence of the budget available in flood control, lack of human resources and existing communication processes and lack of effective coordination between implementers and the proposed community. The Proposals all can not be realized by the implementers of the flood control system.

Keywords: Implementation, Legal Regional Regulation, Flood Control Sistem

ii

KATA PENGANTAR

Saya ucapkan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah rahmat dan hidayah-NYA, beserta ijin-NYA, saya dapat menyelesaikan

Penelitian Skripsi dengan judul “Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten

Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Tangerang Tahun 2011-2031 (studi kasus system pengendalian banjir di kecamatan kresek tahun 2015)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Penelitian skripsi ini mungkin jauh dari kata sempurna. Sehingga penulis juga mengharapkan kritik dan saran untuk memotivasi penulis dalam penyempurnaan lebih lanjut, demikian penelitian skripsi ini saya ajukan.

Pada Kesempatan ini penyusun mengucapkan Terima kasih yang sebesar- besarnya Kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Listyaningsih, S.Sos.,M.Si., Kepala Program Studi Ilmu Administrasi Negara.

4. Bapak Dr. Riswanda, MPA., Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara.

5. Bapak Abdul Hamid, Ph.D., Selaku dosen pembimbing I yang mengarahkan dan

memberikan masukan dalam penelitian ini.

iii

6. Bapak Anis Fuad, S.Sos.,M.Si., Selaku pembimbing Akademik dan dosen

pembimbing II yang mengarahkan dan memberikan masukan dalam perkuliahan

maupun penelitian ini.

7. Para Dosen-Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik yang telah memberikan Ilmu-Ilmu serta Bimbingannya.

8. Staff Tata Usaha Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memberikan

pelayanan terbaiknya kepada Mahasiswa.

9. Seluruh Pegawai Dinas Bina Marga & SDA Kabupaten Tangerang Dan para

Stackholder yang terkait, Yang telah membantu proses observasi awal hingga

akhir penelitian.

10. Kepada Kedua Orang Tuaku yang telah memberikan dukungan dan doanya.

11. Serta kawan-kawan dan sahabat-sahabat yang telah membantu dan member

dukungan dalam penelitian ini.

Tangerang, Juni 2017 Penyusun

Septian Prasetia Mahaguna NIM. 6661120216

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

COVER

LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK……………………………………………………………...... i

ABSTRACT…………………………………………………………………………. ii

KATA PENGANTAR……………………………………………………………… iii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………v

DAFTAR TABEL……………………………………………………………..…...viii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………..ix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah ……………………...... 1

1.2.Identifikasi Masalah……………………………………………………..20

1.3.Pembatasan Masalah………………………………………...... 21

1.4.Perumusan Masalah…………………………………………………..... 22

1.5.Tujuan Penelitian………………………………………………………. 22

1.6.Manfaat Penelitian……………………………………………………... 23

1.7.Sistematika Penulisan Penelitian ……………………………………… 23

v

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka…………………………………………...... 27

2.1.1 Tinjauan Tentang Teori..……………………………………... 27

2.1.2 Pengertian Kebijakan Publik..……..…………………………. 28

2.1.3 Implementasi Kebijakan Publik..…………………………….. 30

2.1.4 Model-Model Implementasi Kebijakan Publik..……………... 32

2.1.5 Deskripsi Perda RTRW No 13 Thn 2011...……...... 46

2.1.6 Teori Perencanaan...…...………………………...... 47

2.1.7 Pengertian Ruang ……...…………………………………... 52

2.1.8 Pengertian Rencana Tata Ruang Wilayah.…………………… 53

2.2 Sistem Pengendali Banjir.……..……………………………………….. 58

2.2.1 Pengendali Banjir Metode Struktur…..……………………….60

2.2.2 Pengendali Banjir Metode Non Struktur……………………....67

2.3 Penelitian Terdahulu………………………………………………….... 70

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian………………………………………… 72

2.4 Asumsi Dasar Penelitian……………………………………………….. 75

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian………………………………..……………………...76

3.2 Fokus Penelitian…..……………...………………...... 77

3.3 Lokasi Penelitian………….…..………………………………………. 77

3.4 Variabel Penelitian…………………………………………………….. 78

vi

3.4.1 Definisi Konsep...…………..……………………………….. 78

3.4.2 Definisi Operasional……..………………………………….. 79

3.5 Instrumen Penelitian…..……………………………………………….. 80

3.6 Informan Penelitian…..…..……………………………………………. 81

3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data………………………… 83

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data…………………………………... 83

3.7.2 Teknik Analisis Data.……...………………………………….89

3.7.3 Uji Keabsahan Data…………………………………………...92

3.8 Jadwal Penelitian………………………………………………………. 93

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian…………………………………………….. 95

4.1.1 Gambaran Umum Kab.Tangerang…………………………... 95

4.1.2 Gambaran Umum Dinas Bina Marga..…………………….. 105

4.1.3 Gambaran umum Kec.Kresek………………………………. 115

4.2 Deskripsi Data………………………………………………………… 119

4.2.1 Deskripsi Informan Penelitian…………………………...…. 122

4.2.2 Analisis Data……………………………………………….. 124

4.3 Sistem Pengendalia Banjir di Kec.Kresek Kab.Tangerang………….. 126

4.4 Deskripsi Hasil Penelitian…………………………………………….. 136

4.4.1 Implementasi Perda Kab.Tangerang tentang RTRW

terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek……….. 138

4.4.2 Ukuran Dan Tujuan Kebijakan……………………………... 138

vii

4.4.3 Sumberdaya………………………………………………… 147

4.4.4 Karakteristik Agen Pelaksana………………………………. 155

4.4.5 Sikap Kecenderungan Para Pelaksana……………………… 163

4.4.6 Komunikasi Antara Organisai dan Aktivitas Pelaksana……. 172

4.4.7 Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik……………………180

4.4.8 Rekapitulasi Hasil Temuan Lapangan...... 183

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan…………………………………………………………….188

5.2 Saran………………………………………………………………….. 190

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Wilayah Rawan Banjir Provinsi Tahun 2015………………...4 Tabel 1.2 Bencana Banjir Kab.Tangerang Tahun 2012-2015………..………... 5 Tabel 1.3 Wilayah Banjir Perkecamatan Kab.Tangerang Tahun 2015..………..7 Tabel 1.4 Bencana Banjir Kec.Kresek Tahun 2012-2015………...... 9

Tabel 3.1 Daftar Informan Penelitian……………….………………………….82

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara………………………………………………..85

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian…………………………………………………… 93

Tabel 4.1 Informan Penelitian...... 123

Tabel 4.2 Tabel Banjir Kec.Kresek Tahun 2013-2017...... 145

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Temuan Lapangan...... 184

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Unsur Perencanaan…………………………………………………..50

Gambar 2.2 Alur Proses Perencanaan…...………………………………………..51

Gambar 2.3 Perencanaan Tata Ruang Daerah…………………………………....58

Gambar 2.4 Pengendali Banjir……………………………………………………59

Gambar 2.5 Kerangka Berpikir…………………………………………………...74

Gambar 3.1 Aktifitas Dalam Analisis Data………………………………………90

Gambar 4.1 Grafik Jumlah Penduduk Tahun 2008-2012 Kab.Tangerang………101

Gambar 4.2 Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk (LPE) Tahun 2008-2012

Kab.Tangerang……………………………………………………..102

Gambar 4.3 Grafik Peranan sektoral terhadap PDRB Kab.Tangerang Tahun

2011………………………………………………………………...103

Gambar 4.4 Gambar Peta Kec.Kresek Rawan banjir...... 116

x

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Bencana alam merupakan masalah utama yang dihadapi sebuah Negara maupun daerah yang ada dalam sebuah bangsa. Bencana alam dapat sangat merugikan bagi pemerintah maupun masyarakat sendiri karena dampak yang di timbulkan dapat merusak roda perekonomian, sosial dan lingkungan, kerusakan sarana prasana infrstuktur yang telah ada dapat mengganggu aktivitas sosial masyarakat,dapat menimbulkan korban jiwa seperti luka-luka, kematian, maupun hilangnya harta benda, rusaknya tempat tinggal dan dampak psikolgis yang sangat buruk bagi korban.bencana alam rutin datang pada setiap tahun yang di pengaruhi oleh alam. Seperti tingginya intensitas curah hujan yang mengakibatkan bencana alam seperti longsor maupun banjir.

Banjir merupakan bencana alam yang datang rutin setiap tahunnya pada sebuah bangsa atau daerah. Banjir dapat merugikan bagi pemerintah dan masyarakat seperti rusaknya sarana prasarana umum yang biasanya di gunakan oleh masyarakat seperti jalan, tempat ibadah dan fasilitas pendidikan.

Banjir juga dapat merusak lahan pertanian masyarakat dan sangat merugikan para petani serta mengganggu perekonomian Negara, hilangnya harta benda masyarakat akibat banjir yang cukup besar dapat menghanyutkan benda-

1

2

benda baik itu mobil, pakaian dan fasilitas yang berada didalam rumah masyarakat, dampak yang cukup tinggi karena bencana banjir menimbulkan korban jiwa karena arus yang cukup kuat dapat menghanyutkan seseorang dan menimbulkan jenis-jens penyakit.

Oleh karena itu masalah banjir adalah masalah besar bagi setiap bangsa.

Seharusnya masyarakat maupun para elit politik dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap masalah banjir agar dapat memperkecil jumlah bencana banjir yang ada di .

Kondisi banjir yang terjadi di Indonesia menuntut pemerintah untuk menanggulangi, mengurangi bahkan memberantas permasalahan yang sudah ada. Pemerintah harus mampu mengatasi permasalahan kebanjiran dengan memberikan kebijakan/program yang berorientasi kepada masyarakat agar angka masyarakat atau wilayah yang terkena banjir di Indonesia dapat berkurang karena pada hakikatnya masalah banjir ini menjadi masalah nasional bangsa yang setiap tahunnya mengakibatkan kerusakan lingkungan maupun infrastuktur yang ada dan mengakibatkan korban jiwa. Maka pemerintah mempunyai kewajiban dalam menanggulangi bencana banjir.

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 Yang Isinya :

Bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan

3

penghidupan termasuk perlindungan atas bencana, dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum yang berlandaskan Pancasila.

Tertanam jelas bahwa perlindungan atas bencana merupakan tanggung jawab dan wewenang pemerintah. Hal tersebut diperkuat oleh Undang-undang

No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, dimana dalam Pasal 8 diatur, bahwa Tanggung jawab pemerintah daerah dalam penyelanggaraan bencana meliputi : (a) Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi sesuai dengan standar pelayanan minimum, (b) Perlindungan masyarakat dari dampak bencana, (c) pengurangan resiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko dengan program pembangunan, (d) pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam anggaran pendapatan belanja daerah yang memadai.

Berdasarkan dasar hukum tersebut maka pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten/kota dituntut untuk melakukan tanggung jawab terhadap bencana yang ditimbulkan oleh daya rusak air atau banjir dengan memulihkan kembali fungsi lingkungan hidup dan sistem prasarana sumber daya air.

Adapun peraturaan lain yang mengatur pelaksanaan pengendali banjir ialah peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang

Sungai Pasal 39 ayat (1) Yang menyatakan bahwa:

Pembangunan prasarana yang berfungsi sebagai pengendali banjir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf d

4

dilaksanakan oleh Menteri, gubernur, dan/atau bupati/walikota sesuai kewenangannya.

Pemerintah memegang peranan penting dalam menanggulangi banjir untuk itu, pemerintah wajib memberikan pelayanan berupa kebijakan atau program yang mengutamakan masyarakat agar dapat mengurangi bencana banjir dan dampak negatif yang ditimbulkan dari bencana banjir. Untuk itu diperlukkan langkah-langkah dalam menangani permasalahan banjir dari pemerintah. Karena dalam pengendalian dan penanggulangan bencana banjir memerlukan keterlibatan berbagai pihak yang berkepentingan. Pemerintah pusat, pemerintah daerah serta masyarakat merupakan pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab yang sama terhadap pengendalian dan penanggulangan bencana banjir, dibawah ini adalah data yang peneliti dapatkan terkait wilayah rawan bencana banjir perkabupaten/kota di provinsi banten pada tahun 2015.

Tabel 1.1

Wilayah Rawan Banjir Provinsi Banten Tahun 2015

Kabupaten/kota Jumlah Perkecamatan

Kab. 16

Kota Serang 4

Kab. 8

Kab.Tangerang 19

5

Kota Tangerang 13

Tangerang Selatan 4

Kab.Pandegelang 12

Kab.Lebak 16

(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Prov.Banten 2015)

Bencana banjir Kabupaten Tangerang menjadi peringkat pertama di

provinsi Banten dengan wilayah rawan banjir sebanyak 19 Kecamatan,

menyusul Kab.Serang dan Kab.Lebak dengan 16 kecamatan, Kota Tangerang

13 kecamatan, Kab.Pandegelang dengan 12 Kecamatan,kab.cilegon 8

kecamatan serta Kota Serang dan Kota Tangerang Selatan Dengan jumlah 4

kecamatan daerah rawan banjir.Untuk wilayah Kabupaten Tangerang sendiri

bencana banjir sering terjadi pada musim penghujan dengan wilayah yang

tersebar di setiap kecamatan di Kabupaten Tangerang. Untuk lebih jelasnya,

hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini;

Tabel 1.2

Bencana Banjir Kabupaten Tangerang Tahun 2012-2015

No Tahun Kecamatan Desa Penyebab Jumlah

korban (KK)

1 2012 15 30 Luapan aliran sungai cidurian, 11.390 (KK)

cimanceuri & cisadane

2 2013 19 49 Luapan aliran sungai cidurian, 14.680 (KK)

cimanceuri & pendangkalan

6

irigasi

3 2014 15 29 Hujan deras, luapan sungai 7.646 (KK)

cisadane, sabi & penyempitan

saluran air

4 2015 10 44 Luapan sungai cimanceuri, 7.726 (KK)

cidurian,rob air laut &

pendangkalan saluran air

(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab.Tangerang 2015)

Tabel diatas menunjukan keseluruhan jumlah bencana banjir setiap tahun

dari tahun 2012-2015, dengan daerah yang luas dan jumlah korban yang

banyak pada setiap tahunnya yang dampaknya sangat merugikan masyarakat

yang terkena bencana banjir tersebut, mulai dari kesehatan yang menurun,

harta benda yang rusak maupun hilangnya korban jiwa. Tahun 2012 jumlah

korban kepala keluarga (KK) kecamatan kosambi mencapai 2.600 Kepala

Keluarga jumlah tersebut merupak jumlah paling besar dari kecamatan yang

lain yang terkena banjir hal tersebut di karenakan oleh air laut yang pasang.

Dan pada tahun 2013 kecamatan kosambi menjadi kecamatan yang terbanyak

dari kecamatan lain, karena banjir rob air laut ini jumlah kepala keluarga yang

terkena banjir sebanyak 6.622 kepala keluarga (KK).

Pada tahun 2014 kecamatan menjadi daerah yang paling besar

terkena dampak banjir 1.775 kepala kelurga yang diakibatkan luapan sungai

kali sabi dan penyempitan saluran air. Pada tahun 2015 kecamatan kresek

7

menjadi kecamatan terbesar dari kecamatan lainnya, jumlah korban kepala keluarga yang terkena banjir dikecamatan kresek 2.262 kepala keluarga (KK) diakibatkan sungai cidurian meluap ke pemukiman masyarakat.

Untuk bencana banjir terparah pada Tahun 2013 tersebar di 19 kecamatan dan 49 desa yang mengakibatkan 14.680 korban Kepala Keluarga

(KK) terkena bencana banjir. Hal tersebut sangat merugikan masyarakat, dan pada tahun 2016 ini jumlah yang terkena bencana banjir ini sebanyak 6

Kecamatan dan 9 Desa.

Peneliti memusatkan tempat penelitian di Kecamatan Kresek Kabupaten

Tangerang, dimana Kecamatan Kresek merupakan wilayah langganan terkena bencana banjir di wilayah Kabupaten Tangerang.

Tabel 1.3

Jumlah Wilayah Banjir Perkecamatan Kab.Tangerang Tahun 2015

No Kecamatan Jumlah Korban (KK)

1 1.132

2 373

3 226

4 Mauk 435

5 Gunung kaler 263

6 Sepatan 144

7 Kosambi 107

8

8 Kresek 2.262

9 1.213

10 Jayanti 212

11 Teluk Naga 712

12 542

13 Pasar Kemis 870

14 245

15 Kemiri 835

16 Sindang Jaya 342

17 249

(sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab.Tangerang 2015)

Kecamatan Kresek merupakan kecamatan yang paling banyak terdapat

Jumlah Korban Kepala Keluarga diantara kecamatan yang lainnya di

Kabupaten Tangerang, yaitu sebanyak 2.262 jumlah korban kepala keluarga

(KK) maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dikecamatan kresek, dalam peta rencana pola ruang kab.tangerang wilayah kecamatan kresek difokuskan sebagai kawasan pertanian jadi tidak terpengaruh oleh pembangunan-pembangunan yang menggunakan lahan yang cukup besar dan mengurangnya lahan resapan air.

Kecamatan Kresek adalah sebuah kecamatan di bagian utara Kabupaten

Tangerang dan secara administratif terdiri dari Sembilan desa dengan luas wilayah 29,970 Kilometer Persegi, luas kecamatan kresek hanya 2,91 persen

9

dari luas wilayah kabupaten tangerang. Desa-desa yang berada dalam wilayah kecamatan kresek meliputi desa koper, desa patrasana, desa pasirampo, desa renged, desa jengkol, desa kemuning, desa rancailat, desa talok dan desa kresek. Desa kemuning adalah desa yang terluas di kecamatan kresek dengan luas wilayah 4,480 kilometer persegi atau 16,02 persen dari luas wilayah kecamatan kresek. Sedangkan desa koper memiliki luas wilayah yang terkecil yaitu sebesar 2,290 kilometer persegi atau 8,19 persen dari wilayah kecamatan kresek.(sumber: Badan Pusat Statistik Kab.Tangerang 2015, 15 Mei 2016)

Bencana banjir kecamatan kresek ini sering datang setiap tahunnya dengan kondisi daerah banjir yang wilayahnya samadan jumlah kepala keluarga yang samapada setiap tahunnya, hal tersebut dapat di lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.4

Bencana Banjir Kecamatan Kresek Tahun 2012-2015

No Tahun Desa Penyebab Jumlah

korban

(KK)

1 2012 Ds.pasirampo, Ds. Koper, Luapan aliran sungai 1.081 Ds.Patrasana, Ds.Renged, cidurian dan tanggul (KK) Ds.Talok jebol 2 2013 Ds.Pasisampo, Ds.Renged, Tanggul sungai 1.210 Ds,Koper, Ds.Patrasana, cidurian jebol Ds.Talok (KK) 3 2014 Ds.Koper dan Ds.pasirampo Hujan deras, & 156 penyempitan saluran air (KK)

10

4 2015 Ds.pasir ampo, Ds.koper, Luapan sungai 2.262 Ds.Patrasana, Ds.Renged, cidurian Ds.Kresek, Ds.Talok (KK) (Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab.Tangerang 2015)

Banjir terparah di kecamatan kresek terjadi pada tahun 2015 dengan

jumlah korban kepala keluarga sebesar 2.262, walau pada tahun 2014 telah

mengalami penurunan akan tetapi pada tahun 2015 mengalami kenaikan

jumlah daerah maupun jumlah korban kepala keluarga hal tersebut di

akibatkan karena pada awal tahun 2014 prakiraan curah hujan untuk wilayah

Kab.Tangerang dan daerah perbatasan seperti kab.serang dan kab.lebak curah

hujan berada dilevel menengah antara 101-300 milimeter menurut

perhitungan rata-rata curah hujan, wilayah Kab.Tangerang sendiri curah hujan

berada di level menengah antara 201-300 milimeter dan untuk sifat hujannya

adalah normal 85%-115% .

Dan pada awal tahun 2015 prakiraan curah hujan untuk wilayah

Kab.Tangerang dan daerah perbatasan seperti kab.serang dan kab.lebak curah

hujan berada dilevel tinggi antara 301-400 milimeter menurut perhitungan

rata-rata curah hujan, wilayah Kab.Tangerang sendiri curah hujan berada di

level tinggi antara 301-400 milimeter dan untuk sifat hujannya adalah normal

85%-115%. terjadi peningkatan curah hujan pada tahun 2014 ke 2015 berada

di level menengah 201-300 milimeter dan pada tahun 2015 berada dilevel

11

tinggi antara 301-400 milimeter (Sumber:staklimpondokbetuk2015, dikutif pada 2 Desember 2017)

Dari informasi yang didapat tersebut maka terjadi peningkatan jumlah kepala keluarga dari 156 pada tahun 2014 yang merendam dua desa dikecamatan kresek meningkat menjadi 2.262 pada tahun 2015 yang merendam enam desa di kecamatan kresek terkena banjir, penyebab banjir yang menimbulkan jumlah Korban kepala keluarga yang banyak tersebut dikarenakan meluapnya sungai cidurian, karena memang wilayah pemukiman masyarakat sangat berdekatan dengan wilayah sungai cidurian sehingga jumlah kepala keluarga meningkat dari tahun 2014 ke tahun 2015.

Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang untuk mengatasi masalah banjir ini telah di buat dan di sahkan dalam bentuk peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah, hal tersebut tertulis jelasdalam Peraturan

Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031 pasal 35 sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 huruf f tersebut poin-poin yang tercantum dalam peraturan daerah tersebut kewenangannya berada di pemerintah daerah Kabupaten Tangerang dan ada pula kewenangan dari pemerintah pusat, kewenangan pemerintah daerah Kabupaten Tangerang itu meliputi poin berikut ini :

12

a. Rehabilitasi saluran drainase dengan memperbesar saluran drainase serta

membongkar dan / atau mengganti utilitas yang dapat mengganggu sistem

drainase; c. Operasi dan pemeliharaan yang optimal dan efesien; d. Memperluas daerah pelayanan yaitu dengan membuat dan memperbaiki

saluran drainase khususnya dilokasi banjir; f. Pembangunan kolam tandon air direncanakan di 16 wilayah kecamatan

rawan banjir; dan kewenangan pemerintah pusat meliputi poin b dan e

berikut ini: b. Normalisasi Sungai Cisadane, Sungai Cidurian dan Sungai Cimanceuri

berupa pengerukan, pelurusan, penyayatan bagian sungai yang sempit

serta pembuatan tebing penguat di tepi sungai, serta pengembangan fungsi

bantaran sungai; e. Penerapan manajemen daerah pengaliran sungai, situ dan pantai dengan

membentuk badan pengelola

Poin b dan e merupakan tanggung jawab dan wewenang pemerintah pusat melalui direktorat jenderal sumber daya kementerian pekerjaan umum melalui balai besar wilayah sungai cisadane-cimanceuri (D II), balai besar wilayah sungai cidanau-ciujung-cidurian (D III). Adapun peraturan lain yang mengatur pelaksanaan pengendalian banjir ialah Peraturan Daerah Kabupaten

Tangerang No.03 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sungai Dan Drainase dimana dalam pasal 5 Diatur bahwa : (1) Wewenang dan tanggung jawab

13

pengelolaan sungai dan drainase berdasarkankesatuan sungai di Daerah berada pada Pemerintahan Daerah yangpelaksanaannya dilakukan oleh

Dinas.(2) Selain wewenang dan tanggung jawab pengelolaan sungai dan drainasesebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah melakukan tugaspembantuan yang dilimpahkan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah

Provinsi.

Dalam pelasanaan terkait pengendalian banjir dinas bina marga dan sumber daya air Kab.Tangerang maupun balai besar wilayah sungai ciliwung- cisadanedan balai besar wilayah sungai cidanau-ciujung-cidurian maupun unit pelayanan teknis yang terkait dalam bidang sumber daya air mengacu kepada

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum : 09/PRT/M/2009 huruf (h) Pengendalian daya rusak air yaitu (1) Pengendalian banjir mengutamkan pendekatan non- struktur melalui konservasi sumber daya air dan pengelolaaan daerah aliran sungai dengan memperhatikan keterpaduan dengan ruang wilayah, (2)

Peningkatan partisipasi masyarakat dan kemitraan diantara pemangku kepentingan terus diupayakan tidak hanya pada saat kejadian banjir. (3)

Pengendalian banjir diutamakan pada wilayah berpenduduk padat dan strategis.Dan untuk pelaksanaan pembangunan kegiatan sendiri pembiayaannya di keluarkan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara

(APBN), Anggaran Pendapatan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat.

14

Berdasarkan dasar hukum tersebut, maka instansi yang memiliki wewenang dalam pengendalian banjir haruslah melaksanakan kewenangan yang telah ditugaskan oleh peraturan yang terkait sumber daya air untuk meminimalisir daya rusak air yang mengakibatkan banjir, namun didalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No 13 Tahun 2011

Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-

2031 terkait pengendalian banjir belum berjalan dengan baik dan masih terdapat persoalan-persoalan :

Pertama, Kurangnya respon para pelaksana dalam penanganan pengendalian banjir, baik dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, pemerintah daerah terkendala oleh kewenangan yang tidak bisa mereka lakukan di karenakan penyebab utama banjir di kec.kresek yaitu sungai cidurian yang merupakan tanggung jawab Balai Besar Wilayah Sungai

Cidanau-Ciujung-Cidurian di bawah Kementerian PUPR, karena usulan masyarakat yang di berikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang dalam hal ini Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang bukan kewenangan

Pemerintah Kabupaten Tangerang, maupun usulan yang di berikan kepada

Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian penanganan belum berjalan dengan baik karena pengendalian banjir yang di harapkan oleh masyarakat di wilayah Kec.Kresek kepada Dinas Bina Marga & SDA

Kab.Tangerang serta kepada Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-

15

Cidurian keinginan dan harapan dari masyarakat di Kec.Kresek tidak terselesaikan oleh para pelaksana. (Wawancara dengan Kepala Upt III Dinas

Bina Marga & SDA Kab.Tangerang. Edwin saidi. ST, selasa 29 November

2016, di Kantor UPT III).

Kedua, Lemahnya koordinasi antara instansi pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Padahal koordinasi adalah cara terbaik untuk menyelaraskan dari tujuan yang ingin dicapi bersama, akan tetapi koordinasi antar stakeholder terkait di dalam ini Dinas Bina Marga, Upt III maupun

BBWSCC II dan BBWSCC III belum berjalan maksimal di karenakan kewenangan dan tugas pokok dan fungsinya berbeda-beda maka koordinasi yang ingin dicapai untuk pengendalian dan penanganan daya rusak air sulit untuk dilakukan hal tersebut di pengaruhi oleh tidak intensifnya melakukan komunikasi kepada instansi diatas seperti BBWSCC II maupun BBWSCC III maupun UPT di bawah Dinas Bina Marga & Sumber Daya Air, dan bila ada kepentingan atau program yang harus dibahas bersama terkait penanganan yang memang perlu dan mendesak baru adanya koordinasi walaupun tidak berkesinambungan kordinasi diantara instansi dengan UPT dan instansi di atas

Bina Marga & Sumber Daya Air yang peranananya lebih luas dari dinas Bina

Marga & Sumber Daya Air(Wawancara dengan Bidang Perencanaan Dinas

Bina Marga dan Sumber Daya Air Kab.Tangerang,Nana Priyatna, Jumat 2

16

Desember 2016, di Kantor Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air

Kab.Tangerang)

Ketiga, Badan pengelola manajemen daerah aliran sungai, situ dan pantai belum berjalan secara optimal. Karena sungai seperti sungai cidurian wewenannya berada di balai besar wilayah sungai cidanau-ciujung-cidurian yang melewati kecamatan kresek dan ke empat situ yang berada di kecamatan kresek seperti situ patrasana, situ garukgak, situ gabus dan situ genggong wewenang pengelolaannya berada di Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-

Cisadane, Pemerintah Daerah melalui Dinas Bina Marga & SDA maupun

UPT III yang fungsi kewenangnya hanya lingkup yang paling kecil, maka dari itu penerapan manajemen pengelolaan daerah aliran sungai, situ dan pantai sulit diterapkan, sedangkan masalah banjir sering terjadi dikarenakan sungai cidurian yang meluap dan keempat situ yang tidak bisa menampung air hujan yang turun akibat fungsinya sendiri kurang baik dan akhirnya meluap kepemukiman masyarakat.(Wawancara dengan Bidang Perencanaan Dinas

Bina Marga dan Sumber Daya Air Kab.Tangerang, Nana Priyatna, Jumat, 25

April 2016, di Kantor Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air

Kab.Tangerang, dan wawancara dengan Kepala UPT III Dinas Bina Marga &

SDA Edwin, kamis 21 Juni 2016, di kantor UPT III).

Keempat, Partsipasi masyarakat sendiri dalam perawatan sungai- sungai linear ini masih kurang sekali. Padahal masyarakat sekitarpun dapat

17

berperan aktif dalam perawatan dan pembersihan areal aliran sungai baik bantaran sungai maupun sungainya sendiri.Kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan pun masih cukup rendah, banyak sekali drainase-drainase yang telah di bangun tetapi tidak terawat membuktikan bahwa masyarakat sendiri belum menyadari pentingnya perawatan drainase tersebut. (Observasi

Lapangan pada Jumat 20 Mei 2016 di wilayah Kec.Kresek)

Kelima, Sedimentasi terhadap sungai cidurian yang berada di dasar sungai maupun bantaran sungai cidurian, kondisi sungai cidurian bagian permukaan tepi sungai yang sudah di turap tetutupi oleh tanah yang cukup besar anatara 30-45 Cm dan tumbuh rumput di atas tanah yang menutupi turab di bantaran sungai cidurian, serta sampah-sampah seperti kayu-kayu yang hanyut terbawa air banyak sekali berada di tepian sungai.

Kondisi sungai turap sungai cidurian yang penuh dengan sedimentasi

18

(Wawancara dengan Sekertaris Kec.Kresek, Rabu 18 Mei, di kantor

Kec.Kresek dan Observasi Lapangan pada Jumat 20 Mei 2018 di wilayah sungai cidurian Kec.Kresek)

Keenam, Kondisi tanggul sungai cidurian yang telah rusak, menjadi penyebab utama banjir sering terjadi di wilayah desa di Kec.Kresek, tanggul yang kondisinya sudah terlalu lama mengakibatkan tanggul sudah tidak kuat menahan air luapan sungai cidurian yang kemudian meresap ke sela-sela tanggul maupun ke bawah tanggul cidurian yang lambat laun merusak infrastuktur pengendali banjir yang telah pemerintah pusat bangun yang kemudian mengancam terjadinya banjir yang akan merugikan masyarakat dan pemerintah sendiri.

Kondis tanggul cidurian yang telah rusak

19

(Wawancara dengan Kepala Desa Pasirampo, Jumat 10 Maret 2017, di kantor Desa Pasirampo Kec.Kresek dan Observasi Lapangan selama penelitian pada 20 Mei 2016-27 Maret 2017)

Ketujuh, situ yang ada di Kec.Kresek belum tersentuh revitaliasi, di

Kec.Kresek terdapat empat situ / rawa yang kondisinya mengalami pendangkalan dan penyempitan fungsinya belum di manfaatkan untuk kepentingan bersama, di samping situ / rawa terda[at sawah-sawah yang di buat oleh masyarakat yang mengakibatkan situ menjadi mengecil jumlah arealnya dan ketika musim hujan situ / rawa tidak dapat menampung air yang mengalir dari aliran-aliran sungai dan akhirnya membanjiri wilayah-wilayah yang datranya rendah, pemrintah pusat belum melakukan revitalisasi terhadap situ yang ada di Kec.Kresek. Padahal jika fungsi titu tersebut di manfaatkan akan bermanfaat ketika musim hujan sebagai penampung musim hujan dan musim kemarau sebagai pengakir utama persawahan masyarakat.

20

Situ / Rawa yang belum tersentuh revitalisasi di Kec.Kresek

(Wawancara dengan Sekdes Patrasana , Jumat 10 Maret 2017, di kantor Desa Patrasana Kec.Kresek dan Observasi Lapangan selama penelitian pada 20 Mei 2016-27 Maret 2017)

Berangkat dari permasalahan yang telah di paparkan di atas, maka peneliti tertarik meneliti sebagai bahan skripsi dengan judul “Implementasi

Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031 (Studi Kasus

Sistem Pengendalian Banjir Di Kecamatan Kresek).

1.2 Identifikasi Masalah

Bencana banjir sering terjadi karena curah hujan yang tinggi mengakibtkan meluapnya sungai dan situ ataupun daerah aliran sungai yang

21

melebihi kapasitas normal sungai dan situ sehingga menjadi meluap ke daerah yang lebih rendah.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya respon para pelaksana dalam penanganan pengendalian

banjir.

2. Lemahnya koordinasi antara instansi pemerintah daerah dengan

pemerintah pusat.

3. Badan pengelola manajemen daerah aliran sungai,situ dan pantai

belumberjalan secara optimal.

4. Kesadaran masyarakat dalam partisipasi kebersihan dan perawatan

sungai-sungai drainase masih kurang.

5. Sedimentasi terhadap sungai cidurian.

6. Kondisi tanggul sungai cidurian yang telah rusak.

7. Situ / rawa di Kec.Kresek yang belum tersentuh revitalisasi.

1.3 Batasan Masalah

Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas, maka peneliti

membatasi ruang lingkup permasalahan ini pada Implementasi Peraturan

Daerah Kabupaten Tangerang No.13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata

22

Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031 (Studi Kasus Sistem

Pengendalian Banjir Di Kecamatan Kresek Pada Tahun 2015).

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa permasalahan yang telah terangkum dalam identifikasi masalah, untuk itu penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No.13

Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Tangerang Tahun 2011-2031 (Studi Kasus Sistem Pengendalian Banjir Di

Kec.Kresek Pada Tahun 2015).?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah, maka dapat ditentukan tujuan penelitian yaitu, untuk mengetahui

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No.13 Tahun 2011

Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-

2031 (Studi Kasus Sistem Pengendalian Banjir Di Kec.Kresek Pada Tahun

2015).

23

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

a. Untuk dapat mengembangkan Ilmu Adminisitrasi Negara, khususnya

dalam implementasi kebijakan publik.

b. Untuk memperoleh tambahan pengetahuan mengenai Pelaksanaan

Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No.13 Tahun 2011 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031

(Studi Kasus Sistem Pengendalian Banjir Di Kec.Kresek Pada Tahun

201).

1.6.2 Manfaat Praktis

Untuk memberikan saran sebagai masukan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan seperti Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air,

Kementerian Direktorat Jendral Pekerjaan Umum Dan Perumahan

Rakyat, Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian

(BBWSC III), BPBD Kab.Tangerang dan Kec.Kresek.

1.7 Sistematika Penulisan Penelitian

Berikut merupakan sistematika penulisan dalam penelitian ini yang

terdiri dari beberapa Bab dan lengkap dengan penjelasannya adalah

sebegai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

24

Latar belakang masalah menjelaskan ruang lingkup dan kedudukan

masalah yang akan diteliti. Bentuk penjelasan diuraikan secara

deduktif, artinya dimulai dari penjelasan yang berbentuk umum hingga

menukik ke masalah yang spesifik dan relevan dengan judul

penelitian.

Sumber penjelasan latar belakang masalah dapat berasal dari hasil

penelitian sebelumnya, seminar ilmiah, pengamatan atau pengalaman

pribadi.Latar belakang masalah harus diuraikan secara jelas, faktual

dan logis dengan didukung oleh data-data lapangan.Data yang ditulis

dapat berbentuk data kuantitatif maupun data kualitatif.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang

akan diteliti dan dikaitkan dengan tema/judul atau variabel penelitian.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah bertujuan untuk membatasi masalah yang akan

diteliti oleh peneliti sesuai dengan judul penelitian.

1.4 Perumusan Masalah

Perumusan masalah bertujuan untuk menetapkan masalah yang paling

berkaitan dengan judul penelitian.Perumusan masalah adalah

mendefinisikan permasalahan yang telah diterapkan dalam bentuk

definisi konsep dan definisi operasional. Kalimat yang digunakan

dalam perumusan masalah adalah kalimat tanya.

25

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai

dalam penelitian.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian menjelaskan mengenai manfaat dari temuan

penelitian.

1.7 Sistematika Penulisan Penelitian

Sistematika penulisan penelitian menjelaskan beberapa poin penulisan

penelitian secara rinci.

2. BAB II STUDI KEPUSTAKAAN

Bab ini berisi tentang beberapa teori yang digunakan sebagai rujukan dan

studi kepustakaan, kerangka berpikir dan hipotesis guna menunjang dalam

kegiatan penelitian.

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metode penelitian yang akan digunakan dalam

penelitian.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi tentang paparan data-data dari penelitian yang telah

dilakukan oleh peneliti.

5. BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian serta saran dari peneliti.

6. DAFTAR PUSTAKA

26

Berisi daftar referensi yang digunakan dalam penelitianya

7. LAMPIRAN-LAMPIRAN

Berisi lampiran-lampiran yang menunjung dalam penelitian serta

dokumentasi yang telah dilakukan oleh peneliti maupun diambil dari

referensi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Tentang Teori

Sugiyono (2012: 43) mendefinisikan bahwa teori adalah seperangkat konsep, asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalan berbagai organisasi, baik organisasi formal maupun organisasi informal. Berdasarkan defenisi tersebut dapat dikemukakan ada empat kegunaan teori di dalam penelitian yaitu:

1. Teori berkenaan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis.

2. Teori berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi

perilaku yang memiliki keteraturan.

3. Teori sebagai stimulant dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan.

4. Teori sebagai pisau bedah untuk suatu penelitian.

Dalam penelitian mengenai implementasi Peraturan Daerah Kabupaten

Tangerang No.13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Tangerang Tahun 2011-2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir di Kec.Kresek tahun 2015), peneliti menggunakan beberapa istilah yang berkaitan dengan masalah dengan mengklasifikasikan kedalam teori. Adapun penjelasan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan masalah penelitian, yaitu sebagai berikut:

27

28

2.1.2 Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan publik pada dasarnya terdiri dari dua kata yaitu kebijakan dan publik. Secara etimologis istilah policy(kebijakan) berasal dari bahasa Yunani,

Sansakerta dan Latin. Akar kata policydalam Bahasa Yunani dan Sansakerta yaitu polis(Negara-kota) dan mur(kota), yang kemudian dikembangkan dalam Bahasa Latin menjadi politia(negara) dan pada akhirnya dalam bahasa Ingrris pertengahan policie, yang berarti menangani masalah-massalah publik atau administrasi (Dunn, 2005:51).

Lain dengan kebijakan publik menurut Richard Rose (dalam Agustino 2016:7) adalah sebagai berikut:

Kebijakan publik sebagai sebuah rangkaian panjang dan atau sedikit yang saling berhubungan dan memiliki konsentarsi bagi yang berkepentingan sebagai keputusan yang berlinan. Rose memberikan catatan yang berguna bagi kita bahwa kebijakan publik merupakan bagian mozaik atau pola kegiatan dari bukan hanya suatu kegiatan pola regulasi. Pengertian lain mengenai kebijakan dikemukakan oleh Carl Friedrech (dalam

Agustino 2016:7) yang menyatakan bahwa :

“Kebijakan adalah serangkaian tindakan kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan dan kemungkinan-kemungkinan dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud”.

Adapun pengertian publik dalam rangkaian kata publik policy memiliki tiga konotasi, yaitu pemerintah, masyarakat, dan umum (dalam Abidin 2012:7). Hal ini dapat dilihat dalam dimensi subjek, objek, dan lingkungan dari kebijakan. Dalam dimensi subjek, kebijakan publik adalah kebijakan dari pemerintah, sehingga salah

29

satu ciri kebijakan adalah “what government do or not to do”. Kebijakan dari pemerintahlah yang dapat dianggap sebagai kebijakan yang resmi, sehingga mempunyai kewenangan yang dapat memaksa masyarakat untuk mematuhinya.

Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan sementara bahwa kebijakan publik ialah serangkaian tindakan kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada untuk kepentingan orang banyak.

William N. Dunn menyebut istilah kebijakan publik dalam bukunya yang berjudul analisis kebijakan publik, pengertiannya sebagai berikut:

“Kebijakan publik (public policy) adalah pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling bergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah.” (Dunn, 2003:132).

Pengertian lain mengenai kebijakan public dikemukakan oleh Thomas R Dye.

Menurut Thomas R Dye (dalam Agustino 2016:7) mengatakan bahwa “kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau tidak di kerjakan.” Berdasarkan pengertian Tomas R Dye ini, apapun yang dipilih pemerintah untuk dikerjakan ataupun tidak dikerjakan itu adalah suatu kebijakan publik.

Selanjutnya James Anderson dalam bukunya publik policy making memberikan pengertian atas kebijakan publik, sebagai berikut: “Serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud / tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang

30

aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.” (Agustino, 2006:7)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah suatu keputusan, tindakan / kegiatan pemerintah dan lembaga Negara yang bertujuan untuk memecahkan masalah publik yang ada dan mempengaruhi sebagian besar masyarakat dalam kurun waktu tertentu.

2.1.3 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik

Dalam praktiknya sebuah kebijakan publik tidak akan ada manfaatnya jika tidak dilaksanakan dan diimplementasikan oleh badan-badan lembaga Negara yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh terhadap masalah bangsa yang dihadapi. Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu program harus diimplementasikan agar mempunyai dampak dan tujuan yang di inginkan (Winarno, 2014:146).

Beberapa pengertian implementasi menurut para ahli politik mendeskripsikan sebagai berikut:

Lester dan Steward (dalam Winarno 2014:147) yaitu:

Impelentasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan tahap dari proses kebijakan segera setelah penetapan Undang-Undang. Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan Undang-Undang dimana berbagai actor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja sama untuk menjalankan kegiatan dalam untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program.

31

Selain itu Rifley dan Franklin juga berpendapat sebagaiman dikutip (dalam

Winarno 2014:148) sebagi berikut:

Implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit) atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output). Istilah implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan magsud tentang tujuan-tujuan program dan hasil- hasil yang diinginkan oleh pejabat pemerintah. Implementasi mencangkup mencangkup tindakan-tindakan (tanpa tindakan-tindakan) oleh beberapa aktor, khusunya para birokrat, yang dimaksudkan untuk membuat program berjalan.

Sementara itu menurut Grindle (dalam Winarno 2014:149) sebagai berikut:

Tugas implementasi adalah membentuk suatu kaitan (linkage) yang memudahkan tujuan-tujuan kegiatan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak suatu kegiatan pemerintah. Oleh karena itu, tugas implementasi mencangkup terbentuknya “a policy delivery system,” dimana sarana-sarana tertentu dirancang dan dijalankan dengan harapan sampai pada tujuan-tujuan yang inginkan.

Selanjutnya Van Metter dan Van Horn yang dikutip (dalam Winarno

2014:149-150) memaparkan pendapatnya dalam implementasi sebagi berikut:

“Implementasi kebijakan adalah sebagai tindakan-tindakan oleh individu- individu (atau kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencangkup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan- perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan”.

32

Sedangkan menurut kamus Webster (Wahab,2012:139) meumuskan

bahwa :

“istilahto implement (mengimplementasikan) itu berarti to provide the means for carrying out (menydiakan sarana untuk melaksanakan sesuatu), to give practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu)”.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan

menyangkut 3 hal, yaitu (1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan: (2) adanya

aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan: (3) adanya hasil kegiatan.

Berdasarkan berbagai pengertian yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu tindakan pelaksanakan kebijakan guna memecahkan masalah yang dihadapi dan mendapatkan hasil yang ingin dicapai dalam peraturan atau program yang telah disahkan sebelumnya.

2.1.4 Model-Model Implementasi Kebijakan Publik

Dalam studi kebijakan publik terdapat, terdapat beberapa model implementasi kebijakan publik yang dikemukakan oleh ahli yang melihat variable-varabel apa saja yang dapat memepengaruhi kinerja implementasi suatu kebijakan publik. Adapun ahli tersebut ialah Van Meter dan Van Horn, Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier,

Goerge Edward III, ,Marilee S. Grindle dan Hoogwood beserta Gun.

Menurut Model Implementasi kebijakan yang diutarakan Van Meter dan Van

Horn (Agustino,2016:142) terdapat 6 variabel yang dapat mempengaruhi kinerja impelementasi kebijakan publik, yaitu:

1. Standard dan Sasaran Kebijakan/Ukuruan dan Tujuan Kebijakan.

33

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya

jika dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realiistis

dengan sosio-kultur yang mengada di level pelaksanaan kebijakan.

2. Sumberdaya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memenfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia, waktu dan

sumberadaya financial merupakan bentuk sumberdaya tersebut.

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan

informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini

sangat penting banyak dipengarahi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok

dengan para agen pelaksananya

4. Sikap/Kecendrungan (Disposition) para Pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana akan sangat

banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi

kebijakan publik.

5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Agen Pelakasana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi

kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak

yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-

kesalahanakan sangat kecil untuk terjadi.

34

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik.

Kondisi Ekonomi, sosial dan politik yang kondusif akan sangat

mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Begitupun

sebaliknya.

Sedangankan Menurut Model Implementasi Kebijakan yang di utarakan Mazmanian dan Paul Sabatier (Subarsono,2005:94) terdapat 3 variabel yangdapat mempengaruhi kinerja impelementasi kebijakan publik, yaitu :

8. Karakteristik dari Masalah

1. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan.

Di satu pihak ada beberapa masalah social secarateknis mudah

dipecahkan, seperti kekurangan air minum bagi penduduk atau harga

beras tiba-tiba naik. Di pihak lain terdapat masalah-masalah sosial yang

relatif sulit dipecahkan.

2. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran.

Ini berarti bahwa suatu program akan relative mudah

diimplementasikan apabila kelompok sasarannya adalah homogen.

3. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi.

Sebuah program akan sulit diimpelementasikan apabila sasarannya

mencakup semua populasi. Begitupun sebaliknya.

4. Cakupan perubahan perilak yang di harapkan.

35

Sebuah program yang bertujuan memberikan pengetahuan atau

bersifat kognitif akan relative lebih mudah diimplementasikan daripada

program yang bertujuan unutk mngubah sikap dan perilaku masyarakat.

9. Karakteristik Kebijakan

1. Kejelasan isi kebijakan

Ini berarti semakin jelas dan rinci sebuah kebijakan akan mudah

diiplementasikan karena implementor mudah memahami dan

menterjemahkan dalam tindakannya.

2. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis.

Kebijakan yang memiliki dasarteoritis memiliki sifat lebih mantao

karena sudah teruji, walaupun untuk beberapa lingkungan social tertentu

perlu ada modifikasi.

3. Besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap kebijakan tersebut.

Sumber daya keuangan adalahfaktor krusial untuk setiap program

sosial.

4. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi

pelaksana.

Kegagalan program sering disebabkan kurangnya koordinasi

vertical dan horizontal antara instansi yang terlibat dalam implementasi

program.

5. Kejelasan dan konsistensi aturan yangadapada badan pelaksana.

6. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan.

36

Rendahnya komitmen aparat untuk melaksanakan tugas dan

pekerjaan atau program dapat menyebabkan gagal suatu kebijakan

diimplementasikan.

7. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam

implementasi kebijakan.

Suatu program yang memberikan peluang luas bagi masyarakat

untuk terlibat akanrelatif mendapat dukungan daripada program yang

tidak melibatkan masyarakat.

10. Variabel Lingkungan

1. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi.

Masyarakat yang sudah terbuka dan terdidik akan relative mudah

menerima program-program pembaharuan disbanding dengan masyarakat

yang masih tertutup dan tradisional. Demikian juga, kemajuan teknologi

akan membantu dalam proses keberhasilan implementasi program.

2. Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan.

Kebijakan yang berpihakterhadap publik tentunya akanmendapat

dukungan yang lebih banyak di bandingkan kebijakan yang tidak

berpihak pada publik.

3. Sikap dari kelompok pemilih.

Kelompok pemilih yang ada dalam masyarakat dapat

mempengaruhi implementasi kebijakan melalui berbagai cara lain, (1)

kelompok pemilih dapat melakukan intervensi terhadap keputusan yang

37

dibuat badan-badan pelaksana melalui berbagai komentar dengan maksud

untukmengubah keputusan (2) kelompok pemilih dapat memiliki

kemampuan untuk mempengaruhi badan-badan pelaksana secara tidak

langsun melalui kritik yang dipublikasikan terhadap kinerja badan-badan

pelaksana.

4. Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor.

Aparat badan pelaksana harus memiliki keterampilan dalam

membuat prioritas tujuan dan selanjutnya merealisasikan prioritas tujuan

tersebut.

Adapun menurut Model Impelementasi Kebijakan yang diberikan oleh

George C. Edward III (Agustino, 2016:149) terdapat 4 variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan publik, yaitu ;

1. Komunikasi

Variabel pertama yang mempengaruhi keberhasilan implementasi

suatu kebijakan menurut George C. Eward III, adalah

komunikasi.Komunikasi menurutnya lebih lanjut sangat menentukan

keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik.

Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah

mengetahui apa yang akan mereka kerjakan.

Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai (atau digunakan) dalam

mengukur keberhasilan variabel komunikasi tersebut di atas, yaitu:

38

a. Transmisi; penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan

suatu implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi dalam

penyaluran komunikasi adalah adanya salah pengertian (miskomunikasi),

hal tersebut disebagiankan karena komunikasi telah melalui beberapa

tingkatan birokrasi, sehingga apa yang diharapkan terdistorsi di tengah

jalan.

b. Kejelasan; komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan

(street-level-bureuacrats) haruslah jelas dan tidak membingungkan (tidak

ambigu/mendua). Ketidakjelasan pesan kebijakan tidak selalu

menghalangi implementasi, pada tataran tertentu, para pelaksana

membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan. Tetapi pada

tataran yang lain hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang

hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan.

c. Konsistensi; perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu

komunikasi haruslah konsisten dan jelas (untuk diterapkan atau

dijalankan). Karena jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah,

maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.

2. Sumberdaya

Variabel atau faktor kedua yang mempengaruhi keberhasilan

implementasi suatu kebijakan adalah sumberdaya. Indikator sumber-

sumberdaya terdiri dari beberapa elemen, yaitu:

39

a. Staf; sumberdaya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf.

Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah

satunya disebagiankan oleh karena staf yang tidak mencukupi, memadai,

ataupun tidak kompeten dibidangnya. Penambahan jumlah staf dan

implementor saja tidak mencukupi, tetapi diperlukan pula kecukupan staf

dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan (kompeten dan

kapabel) dalam meng-implementasikan kebijakan atau melaksanakan

tugas yang diinginkan oleh kebijakan itu sendiri. b. Informasi; dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua

bentuk, yaitu pertama informasi yang berhubungan dengan cara

melaksanakan kebijakan. Implementor harus mengetahui apa yang harus

mereka lakukan disaat mereka diberi perintah untuk melakukan tindakan.

Kedua informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap

peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan. Implementor

harus mengetahui apakah orang lain yang terlibat di dalam pelaksanaan

kebijakan tersebut patuh terhadap hukum. c. Wewenang; pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar

perintah dapat dilaksanakan. Kewenangan merupakan otoritas atau

legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang

ditetapkan secara politik. Ketika wewenang itu nihil, maka kekuatan para

implementor dimata publik tidak terlegitimasi, sehingga dapat

menggagalkan proses implementasi kebijakan. Tetapi, dalam konteks

40

yang lain, ketika wewenang formal tersebut ada, maka sering terjadi

kesalahan dalam melihat efektivitas kewenangan. Di satu pihak,

efektivitas kewenangan diperlukan dalam pelaksanaan implementasi

kebijakan tetapi di sisi lain, efektivitas akan menyurut manakala

wewenang diselewengkan oleh para pelaksana demi kepentingannya

sendiri atau demi kepentingan ke-lompoknya.

d. Fasilitas; fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam

implementasi kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang

mencukupi, mengerti apa yang harus dilakukannya, dan memiliki

wewenang untuk melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya fasilitas

pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut

tidak akan berhasil.

3. Disposisi;

Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor penting

ketiga dalam pendekatan mengenai pelaksanaan suatu kebijakan publik. Jika

pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan

tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi juga harus

memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya

tidak terjadi bias. Hal-hal penting yang perlu dicermati pada variabel

disposisi ini adalah :

a. Pengangkatan birokrat; disposisi atau sikap para pelaksana akan

menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi

41

kebijakan bila personil yang ada tidak melaksanakan kebijakan-kebijakan

yang diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi. Karena itu, pemilihan dan

pengangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang

memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan; lebih khusus lagi

pada kepentingan warga.

b. Insentif; Edward menyatakan bahwa salah satu teknik yang disarankan

untuk mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adalah dengan

memanipulasi insentif. Oleh karena itu, pada umumnya orang bertindak

menurut kepentingan mereka sendiri, maka memanipulasi insentif oleh

para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana

kebijakan. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu

mungkin akan menjadi faktor pendukung yang membuat para pelaksana

kebijakan melaksanakan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai

upaya memenuhi kepentingan pribadi (self interest) atau organisasi.

4. Struktur Birokrasi

Variabel keempat yang mempengaruhi tingkat keberhasilan

implementasi kebijakan publik adalah struktur birokrasi. Kebijakan yang

begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang, ketika struktur

birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan

menyebagiankan sumberdaya-sumberdaya menjadi tidak efektif dan

menghambat jalannya kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah

42

kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara

politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik.

Dua karakteristik yang dapat mendongkrak kinerja struktur

birokrasi/organisasi ke arah yang lebih baik, adalah: melakukan Standar

Operating Prosedures (SOPs) dan melaksanakan Fragmentasi. SOPs adalah

suatu kegiatan rutin yang memungkinkan para pegawai (atau pelaksana

kebijakan/administratur/birokrat) untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya

pada tiap harinya sesuai dengan standar yang ditetapkan (atau standar

minimum yang dibutuhkan warga).Sedangkan pelaksanaan fragmentasi

adalah upaya peyebaran tanggungjawab kegiatan-kegiatan atau aktivitas-

aktiuvitas pegawai diantara beberapa unit kerja.

Dan menurut Model Impelemntasi Kebijakan yang di berikan oleh

Marielee S. Grindle (Agustino, 2016:154) terdapat 2 varibel besar yang mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan publik , yaitu :

7. Content of Policy, meliputi :

a. Interest Affected (kepentingan-kepentingan yang mem-pengaruhi)

Indikator ini berargumen bahwa suatu kebijakan dalam

pelaksanaanya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauh mana

kepentingan-kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap

implementasinya.

b. Type of benefit

43

Pada poin ini content of policy berupaya untuk menunjukkan atau

menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis

manfaat yang menunjukkan dampak positif yang dihasilkan oleh

pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan. c. Extent of change Envision (derajat perubahan yang ingin dicapai)

Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai.

Pada poin ini ingin dijelaskan bahwa seberapa berapa besar perubahan

yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan

harus mempunyai skala yang jelas ukuran yang jelas dalam penerapanya,

perubahan yang ingin dicapai harus melihat kondisi dilapangan. d. Site of Decision Making

Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan

penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus

dijelaskan dimana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang

akan diimplementasikan. e. Program Implementer

Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus di dukung

dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi

keberhasilan suatu kebijakan. f. Resource Commited

Pelaksanaan suatu kebijakan harus di dukung oleh sumberdaya-

sumberdaya yang mendukung agar pelaksanaan-nya berjalan dengan baik.

44

8. Context Of Policy, meliputi :

a. Power, Interest, and Strategy of Actor involved

Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau

keuaaan, kepentingan, serta strategi yang digunakan oleh para actor yang

terlibat guna memperlancar jalannya pelaksanaansuatu implementasi

kebijakan.

b. Institusion and Regime Charateristic

Lingkungan dimana suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga

berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin

dijelaskan karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut

mempengaruhi suatu kebijakan.

c. Compliance and Responsiveness

Hal lain yang diras pening dalam proses pelaksanaan suatu

kebijakan adalah kepatuhan dan respon dari parapelaksana, maka hendak

dijelaskan pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan dan respon

pelaksana dalam menangggapi suatu kebijakan.

Selanjutnya Implementasi kebijakan publik model Hoogwood dan Gun

(1978:20). Menurut kedua pakar ini, untuk melakukan implementasi

kebijakan diperlukan beberapa syarat:

1. Jaminan bahwa kondisi eksternal yang dihadapi oleh lembaga/ badan tidak akan menimbulkan masalah yang besar.

45

2. Apakah untuk melaksanakannya tersedia sumberdaya yang memadai, termasuk sumberdaya waktu. 3. Apakah keterpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar ada. 4. Apakah kebijakan yang diimplementasikan didasari hubungan kausal yang andal. 5. Seberapa banyak hubungan kausalitas yang terjadi 6. Apakah hubungan saling ketergantungan kecil. 7. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan. 8. Bahwa tugas-tugas telah dirinci dan diurutkan dalam urutan yang benar.

Berdasarkan beberapa teori dan model pendekatan implementasi kebijakan publik yang telah dipaparkan oleh beberapa tokoh di atas, maka peneliti menggunakan teori dan model pendekatan kebijakan publik yang diungkapkan oleh Van Metter dan Van

Horn (Agustino, 2016:142). Peneliti memilih model Van Metter dan Van Horn dengan alasan karena peneliti merasa cocok untuk membedah masalah penelitian dengan menggunakan teori Van Metter dan Van Horn karena variable yang ada dalam teori Van Metter dan Van Horn dapat menjawab masalah penelitian dan proses penelitian di lapangan dengan kategori informan stakeholder yang berbeda-beda, peneliti meyakini bahwa model teori Van Metter dan Van Horn dapat di gunakan sebagai alat bantu penelitian untuk menjawab masalah penelitian di lapangan - berdasarkan variable yang terdapat dalam model pendekatan ini yaitu standard dan sasaran program, sumberdaya, karakteristik agen pelaksana, sikap para pelaksana, komunikasi antar organisasi dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik.

Kelebihan teori Van Metter dan Van Horn dalam penelitian ini dari setiap variabel yang ada dan kemudian jadi pedoman wawancara yang peneliti yakini dapat

46

menjawab segala permasalahan yang ada dan dapat menjawab pertanyaan peneliti di lapangan terkait penelitian terhadap para informan dari stakeholder yang ada dalapm penelitian ini seperti pemerintah daerah dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan pemerintah pusat dengan masyarakat, kategorisasi informan dengan teori pun menurut peneliti saling berkaitan maka dari itu peneliti memilih dan meyakini bahwa teori Van Metter dan Van Horn dapat menjawab masalah yang ada yang berkaitan dengan pelaksanaan yang berhubungan dengan judul penelitian, yaitu

Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir dikecamatan kresek tahun 2015). Dandari model implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn dapat mengetahui tujuan dari suatu kebijakan maupun program tersebut, kemampuan sumberdaya yang ada, agen pelaksana yang terlibat, sikap dari para pelaksana program, komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam program dan kondisi eksternal yang dapat mempengaruhi jalannya suatu program.

2.1.5 Deskripsi Peraturan Daerah No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabuapeten Tangerang

Peraturan daerah merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah.

Peratuan daerah di tetapkan oleh kepala daerah yang mendapat persetujuan bersama

DPRD. Peraturan daerah dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah

47

provinsi/kabupaten/kota dan tugas pembantunya. Peraturan daerah dilarang beretentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Bertentangan dengan kepentingan umum maksudnya adalah yang berakibat terganggunya kerukunan antar warga masyarakat, terganggunya pelayanan umum dan ketentraman dan ketertiban umum serta kebijakan yang bersifat administrarif. Peraturan daerah berlaku setelah di undangkan dalam bentuk lembaran daerah.

2.1.6 Teori Perencanaan

Dalam setiap pembuatan kebijakan perlu adanya perencanaan, dengan perencanaan akan lebih akan lebih memudahkan dalam menyelesaikan setiap kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan jika tanpa adanya perecanaan tidak akan berjalan dengan baik, terutama dalam evaluasi perencanaan.

Perencanaan menurut Newman dama Manullang (2004:39) adalah “penentuan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan”. Menurut Louis A. Allen dalam Manullang

(2004:39) perencanaan adalah “penemuan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan”. Perencanaan menentukan apa yang harus dicapai (penentuan waktu secara kualitatif dan bila itu harus dicapai), dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai siapa yang bertanggung jawab dan mengapa hal itu harus dicapai.

Bagian lain perencanaan menurut Sujarto (2002:4) adalah sebagai berikut:

48

Perencanaan merupakan produk perumusan keinginan atau cita-cita masa datang yang lebih terbatas-mikro, yaitu yang merupakan hasil penguraian bagian- bagian dari produk perencanaan (planning) yaitu yang akan merupakan pedoman dan arahan untuk mencapai keinginan atau cita-cita yang sasaran jangkauannya telah digariskan terlebih dahulu. Rencana merupakan rumusan-rumusan keinginan atau cita-cita yang lingkupnya luas. Sedangkan perencanaan menurut Robinson (2006:1) adalah sebagai berikut: Perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah yang diperlukan untuk tujuan tersebut. Perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan yang dicapai setelah memperhatikan factor-faktor pembatas dan mencapai tujuan tersebut memilih serta menetapka langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Moekijat dalam Robinson (2006:4) perencanaan dapat didefenisikan sebagai berikut:

1. Perencanaan adalah hal memilih dan menghubungkan factor-faktor serta dan menggunakan dugaan-dugaan mengenai masa yang akan datang dalam hal menggambarkan dalam merumuskan kegiatan yang diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan. 2. Perencanaan adalah suatu usaha untuk membuat suatu rencana tindakan, artinya menentukan apa yang dilakukan, siapa yang melakukan, dan dimana hal itu dilakukan. 3. Perencanaan adalah penentuan suatu arah tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. 4. Perencanaan adalah suatu penentuan sebelumnya dari tujuan-tujuan yang diinginkan dan bagaimana tujuan tersebut harus dicapai. Dalam definisi perencanaan diatas terdapat empat elemen dasar perencanaan,

yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan berarti memilih 2. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya 3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan, dan 4. Perencanaan berorientasi ke masa depan.

a. Unsur-unsur dan sifat suatu rencana

49

Menurut Manullang (2002:42) suatu rencana terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

1. Tujuan ; unsur pertama dari suatu rencana adalah tujuan. Tujuan harus jelas pada setiap rencana apa yang menjadi tujuan. Tujuan itu dapat bersifat materiil, dapat pula bersifat moral. 2. Politik ; politik merupakan salah satu unsur yang ada dalam suatu unsur rencana. Politik itu merupakan peraturan atau pedoman yang harys digariskan bagi tindakan, untuk mencapai tujuan dengan hasil yang baik. 3. Prosedur ; suru rencana harus memuat prosedur, yakni urutan pelaksanaan yang harus dituruti oleh seseorang dalam melakukan sesuatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 4. Budget ; merupakan suatu anggaran, yakni ikhtiar dari hasil-hasil yang diharapkan untuk dicapai, dan pengeluaran yang diperlukan untuk mencapai hasil tersebut, yakni dinyatakan dalam angka. 5. Program ; program adalah campuran dari politik yang Budget, yang dimaksudkan untuk menetaptkan suatu rangkaian tindakan untuk waktu yang akan datang.

Menurut Sujarto (2002:5), perencanaan dapat mempunyai arti dan makna

mulai kehidupan individu, kehidupan keluarga, kehidupan kelompok

masyarakat sampai kepada lingkup masyarakat yang lebih luas seperti kota,

wlayah, negara dan bahkan antar Negara. Tetapi dari sudut manapun

planningatau perencanaan itu akandidefenisikan akan terdafat unsur-unsur

yang memberikan arti dan makna yang sama yaitu bahwa perencanaan

merupakan kegiatan merumuskan keinginan dan cita-cita yang lebih baik

atau lebih berkembang dimasa yang akan datang. Jadi dalam hal ini akan

selalu terkandung unsur-unsur yang terdiri dari : unsur kegiatan ; unsur

cita-cita ;unsur tujuan dan motivasi, unsur sumber daya (alam, manusia,

modal dan informasi), unsur upaya “hasil guna”dan “daya guna”, unsur

ruang dan waktu.

50

Jadi dari manapun akan mengartikan dan memaknakan perencanaan

maka seharusnya mengandung unsur-unsur tersebut :

Gambar 2.1 Unsur Perencanaan

Keinginan

Cita-Cita

Keadaaan Keadaan Masa Kini Masa Datang

Dimensi Waktu

Sumber: Sujarto (2002:6)

Menurut Sujarto (2002:9) dari uraian diatas dapat dikemukakan bahwa factor-faktor yang sangat menentukan dalam perencanaan dan perancangan akan meliputi:

1. Landasan filsafat dan teknologi, 2. Motivasi dan tujuan yang merupakan dasar kebijaksanaan, 3. Sumber daya alam, manusia, modal dan informasi, 4. Teknologi dan ilmu pengetahuan, 5. Personil trampil, dan 6. Ruang dan waktu. a. ...Proses suatu rencana proses untuk membuat rencana ada beberapa tindakan yang harus dilalui, tingkatan-tingkatan atau langkah-langkah tersebut sebagai berikut: 1. Menetapkan tugas dan tujuan,

51

2. Mengobservasi dan menganalisis, 3. Mengadakan kemungkinan-kemungkinan, 4. Membuat sitesis, dan 5. menyusun rencana. Sesunggunhya dalam penyusunan rencana itu dapat dikerjakan oleh berbagai pihak, namun karena suatu hal para ahli berpendapat bahwa supaya rencana benar- benar dapat diramalkan haruslah ada joint participationdalam pembuatan rencana tersebut.

Menurut Sujarto (2002:12) proses perencanaan akan berlangsung terus menuju upaya penyelesaian masalah selanjutnya sesuai dengan perkembangan permasalahan yang baru. Proses perencanaan akan selalu tanggap san menyesuaikan diri dengan perkembangan di dalam masyarakat maupun berbagai sumber daya yang menunjangnya. Jadi, suatu permasalahan secara sistematik dan berencana. Proses perencanaan dapat berkembang sesuai dengan kendala dan batasan yang ada sehingga rangkaian kegiatan itu dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien. Secara skematik suatu alur proses dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Alur Proses Perencanaan

Data Proses Analisa Rencana

Evaluasi

52

Sumber : Sujarto (2002:12)

Proses perencanaan hanya menyangkut satu macam kegiatan saja do dalam rangkaian kegiatan perencanaan tetapi juga kemudian akan berkembang mencangkup serbagai rangkaian proses seperti teknik penyusunan rencananya ; proses legalitas rencana ; proses pengembangan lanjut dari rencana menjadi rencana yang leboh rinci

; proses evaluasi alternative ; proses pemprograman implementasi dan proses evaluasi program dan proyek hasil pelaksanaan.

2.1.7 Pengertian Ruang

Menurut peraturan daerah Kabupaten Tangerang No 13 Tahun 2011 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang dan Undang-undang No 26

Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang lau, dan ruang udara, termasuk di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dn makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Sedangkan ruang menurut Robinson (2006:110) adalah sebagai berikut:

Ruang adalah suatu tempat untuk suatu kegiatan atau apabila kosong bias diisi dengan suatu benda atau kegiatan. Dalam hal ini kata “Tempat” adalah berdimensi tiga kata benda atau kegiatan dalam benda atau kegiatan apa saja tanpa batas. Kegunaan menjadi terbatas apabila ciri atau karakter tambahan.

53

Dan ruang menurut Random House dalam Robinson (2006:110) adalah sebagai tempat bedimensi tiga tanpa konotasi yang tegas atas batas dan lokasinya yang dapat menampung atau ditujukan untuk menampung benda apa saja.

2.1.8 Pengertian Rencana Tata Ruang Wilayah

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No 13 Tahun 2011, Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang adalah:

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang selanjutnya disebut RTRW Kabupaten adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang.

Dalam Peraturan Daerah No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Tangerang dan Undang-Undang No 26 Tahun 2007, Tentang

Penataan Ruang yang dimaksudkan dengan:

1. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. 2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. 3. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. 4. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. 5. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. 6. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang. 7. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. 8. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan pada tngkat wilayah.

54

Sedangkan tujuan tata ruang wilayah dalam peraturan daerah no 13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten tangerang, adalah sebagai berikut:

a. penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah; b. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang Kabupaten; c. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antarsektor; d..penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk lokasi investasi yangdilaksanakan pemerintah daerah dan/atau masyarakat; dan e. penyusunan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Bagian lain Rencana Tata Ruang Wilayah Menurut Sujarto (2002:21) adalah

sebagai berikut:

Rencana tata ruang wilayah merupakan suatu bagian dari serangkaian proses pembangunan yang berkesinambungan sesuai dengan perkembangan dan perubahan di dalam masyarakat. Rencana tata ruang wilayah tiyujukan untuk mencapai suatu pembangunan daerah yang sesuai dengan kebutuhan yang nyata maka perlu ada pola piker yang melandasi oleh suatu konsep yang rasional (Sudarjo,2002:21). Kemudia menurut Glasson dalam Robinson (2006:111), ada dua pandangan yang berbeda tentang wilayah, yaitu:

1. Cara pandang subjektif, yaitu wilayah adalah alat untuk mengidentifikasikan suatu lokasi yang didasarkan atas kriteria tertentu atau tujuan tertentu. Dengan demikian banyaknya wilayah tergantung kepada kriteria yang digunakan. Wilayah hanyalah suatu model agar kita dapat membedakan lokasi yang satu dari lokasi lainnya. 2. Cara pandang objektif, menyatakan wilayah itu benar-benar ada dan dapat dibedakan dari ciri-ciri atau gejala alam disetiap musim wilayaha. Wilayah dapat dibedakan berdasarkan musim atau temperature yang dimilikinya atau berdasarkan konfigurasi lahan, jenis tumbuh-tumbuhan, kepadatan penduduk.

Pandangan subjektif menyatakan bahwa pengelompokan ruang berdasarkan kriteria yang digunakan. Jadi mudah tidaknya menetapkan batas ruang itu sangat

55

dipengaruhi oleh kriteria yang digunakan. Batas ruang wilayah dilapangan seringkali bukan kasat mata, perhitungan, bantuan peralatan tertentu kita masih bisa menyatakan sesuatu lokasi itu masuk kedalam wilayah mana dari pengelompokan yang dibuat.

Sedangkan menurut Hanafiah dalam Robinson (2006:112), ruang terdapat unsur- unsur yang terpenting, yaitu: Jarak, Lokasi, Bentuk, Ukuran dan Skala.

Dan menurut Glasson dalam Robinson (2006:112), menyatakan bahwa wilayah dapat dibendakan berdasarkan kondisi atau berdasarkan fungsinya. Wilayah berdasarkan konisinya, dimaksudkan wilayah dapat dikelompokan atas keseragaman isinya (homogen), misalnya : wilayah perkebunan, wilayah peternakan, wilayah industry. Sedangkan wilayah berdasarkan fungsinya, wilayah dapat dibedakan seperti, kota dengan wilayah belakangnya tidak produksi dengan wilayah pemasarannya susunan orde perkotaan, hirarki jalur transportasi. Selain wilayah berdasarkan dari kondisi dan fungsi wilayah sendiri, wilayah juga terdapat jenis perwilayahan. Yang mana terdiri dari beberapa cara untuk menetapkan suatu perwilayahan dasar dari perwilayahan dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:

1. Berdasarkan wilayah administrasi pemerintah. 2. Berdasarkan kesamaan kondisi, yang paling umum adalah kesamaan kondisi fisik 3. Berdasarkan ruang lingkup pengaruh ekonomi, perlu ditetapkan terlebih dahulu beberapa pusat pertumbuhan yang kira-kira sama besarnya atau rangkingnya, kemudian ditetapkan batas-batas pengaruh dari pusat pertumbuhan. 4. Berdasarkan wilayah perencanaan atau program, dalam hal ini ditetapkan batas ataupun daerah yang terkena suatu program atau proyek dimana wilayah tersebut termasuk dalam suatu perencanaan untuk tujuan khusus.

56

Dalam hal ini perencanaan wilayah sangat penting, karena perencanaan dikuatkan oleh berbagai factor yang dikemukan sebagai berikut:

1. Banyak diantaranya potensi wilayah selain terbatasi juga tidak mungkin lagi diperbanyak atau dipengaruhi. 2. Kemampuan teknologi dan cepatnya perubahan dalam kehidupan manusia. 3. Kesalahan perencanaan yang sudah dieksekusi dilapangan sering tidak dapat diubah atau diperbaiki kembali. 4. Lahan dibutuhkan oleh setiap manusia untuk menopang kehidupannya pada sisi lain, kemampuan manusia untuk mendapatkan lahan tidak sama. 5. Tahapan wilayah sekaligus menggambarkan kepribadian atau masyarakat yang berdominan diwilayah tersebut, dimana kedua hal tersebut adalah saling mempengaruhi. 6. Potensi wilayah berupa pemberian alam taupun hasil kerja manusia dimasa lalu adalah asset yang harus dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dalam jangka panjang dan bersifat langgeng. Sifat perencanaan wilayah yang sekaligus menunjukan manfaatnya Antara

lain dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Perencanaan wilayah haruslah mampu menggambarkan proyeksi dari berbagai kegiatan ekonomi dan penggunaan lahan di wilayah tersebut dimasa yang akan datang. 2. Dapat membantu atau memandu para pelaku ekonomi untuk memilih kegiatan apa yang perlu dikembangkan dimasa yang akan datang dan dimana lokasi kegiatan seperti itu masih diizinkan. 3. Sebagai bahan acuan bagi pemerintah untuk mengenalkan atau mengawasi acuan pertumbuhan kegiatan ekomoni dan arah penggunaan lahan. 4. Sebagai landasan bagi rencana lainnya yang lebih sempit tetapi lebih detail, misalnya perencanaan sektoral dan prasarana. Dalam perencanaan wilayah terdapat bidang-bidag yang mencangkup di

dalam perencanaan wilayah tersebut. Perencanaan wilayah tersebut dibagi

terdiri dari beberapa sub bidang dalam perencanaan wilayah tersebut,

yaitu sebagai berikut:

57

1. Sub bidang perencanaan ekonomi-sosial wilayah dapat diperinci lagi

terdiri atas:

1. Ekonomi-sosial wilayah (mencangkup hal-hal berdasar dan berlaku umum) 2. Ekonomi-sosial perkotaan (mencangkup butir a plus masaah spesifik perkotaan) 3. Ekonomi-sosial pedesaan (mencangkup butir a plus masalah spesifik pedesaan) 2. Sub bidang tata ruang atau tata ruang lahan dapat diperinci atas:

1. Tata ruang tingkat Nasional 2. Tata ruang tingkat Provinsi 3. Tata ruang Kabupaten/Kota 4. Tata ruang Kecamatan/Desa. 3. Sub bidang perencanaan Khusus seperti:

a. Perencanaan lingkungan b. Perencanaan permukiman/perumahan c. Perencanaan transportasi. 4. Sub bidang perencaaan proyek seperti:

a. Perencanaan lokasi proyeksi pasar b. Perencanaan lokasi proyeksi pendidikan c. Perencanaan lokasi proyeksi rumak sakit d. Perencanaan lokasi proyeksi real estate e. Perencanaan lokasi proyeksi pertanian. Seperti yang tercantum pada Permendagri No 28 Tahun 2008 Tentang

Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah, Tentang Rencana Tata

Ruang Daerah.Bahwa dalam evaluasi perencanaan tersebut terlebih dahulu dievaluasi oleh Menteri Dalam Negeri untuk Raperda Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi, dan oleh Gubernur untuk Raperda Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten/Kota. Untuk itu perencanaan tata ruang daerah dapat digambarkan seperti dibawah ini.

58

Gambar 2.3 Perencanaan Tata Ruang Daerah

PERENCANAAN TATA RUANG

DAERAH

RENCANA UMUM RENCANA RINCI TATA RUANG (RUTR) TATA RUANG (RRTR)

RTRV Provinsi RTRW Kab/Kota RTR Kawasan RDTR Kab/Kota (Perda Provinsi) (Perda Kab/Kota) Strategi Prov (Perda Kab/Kota (Perda Prov)

RTR Kawasan Strategis Kab/Kota (Perda)

Sumber : Permendagri No 28 Tahun 2008 (Pasal 2 s/d 5)

2.2 Sistem Pengendalian Banjir (Flood Control System)

Sistem pengendalian banjir pada suatu daerah perlu dibuat dengan baik dan

efisien, memperhatikan kondisi yang ada dan pengembangan pemanfaatan sumber

air mendatang. Pada penyusunan sistem pengendalian banjir perlu adanya

evaluasi dan analisis atau memperhatikan hal-hal yang meliputi antara lain :

1).Analisis cara pengendalian banjir yang ada pada daerah tersebut yang

sedang berjalan.

59

2) Evaluasi dan analisis daerah genangan banjir, termasuk data kerugianaki

akibat banjir.

3) Evaluasi dan analisis tata guna tanah di daerah studi, terutama di daerah

bawah / dataran banjir.

4).Evaluasi dan analisis daerah pemukiman yang ada maupun

perkembanganyang akan datang.

5) Memperhatikan potensi & pengembangan sumber daya air mendatang.

6).Memperhatikan pemanfaatan sumber daya air yang ada termasukbangunan

yang ada.Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas dapat

direncanakan sistem pengendalian banjir dengan menyesuaikan kondisi

yang ada, dengan berbagai caramulai dari dari hulu sampai hilir yang

mungkin dapat dilaksanakan. Cara pengendalian banjir dapat dilakukan

secara struktur dan non struktur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Gambar 2.1. (Robert J.Kodoatie,”Banjir”, 2002).

Gambar 2.4

Pengendali Banjir

Pengendali Banjir

Metode Struktur Metode non Struktur

Perbaikan & Bangunan Pengendali

Pengaturan Banjir 1 Pengelolaan Das 2 Pengaturan Tata Guna Lahan Sistem Sungai 1 Bendungan 3 Pengembangan Daerah 1 Sistem jaringan 2 Kolam Retensi Banjir sungai 3 Pembuatan Check Dam 4 Penanganan Kondisi Darurat 2 Normalisasi (penangkap sedimen) 5 Peramalan Banjir sungai 3 Bangunan Pengurang Peringatan Bahaya Banjir 3 Tanggul banjir Kemiringan Sungai 7 Asuransi 4 Sudetan 4 Groundsill 8 Law Enforcement 5 Pembuatan alur 5 Retarding Basin pengendali Banjir 6 Pembuatan Polder

60

Gambar 2.1 Pengendalian banjir metode struktur dan non struktur. (Sumber : Robert J. Kodoatie, Sugiyanto, “Banjir”,2002)

2.2.1 Pengendalian Banjir Metode Struktur

Cara-cara pengendalian banjir dalam metode struktur dapat di bagi

menjadi 2 yaitu:

A.……Perbaikan dan Pengaturan Sistem Sungai

1. Sistem Jaringan Sungai

Apabila beberapa sungai yang berbeda baik ukuran maupun sifatnya

mengalir berdampingan dan akhirnya bertemu, maka pada titik pertemuannya,

dasarnya akan berubah dengan sangat intensif. Akibat perubahan tersebut,

maka aliran banjir pada salah satu atau semua sungai mungkin akan terhalang.

Sedangkan jika anak sungai yang arusnya deras dan membawa banyak

sedimen mengalir ke sungai utama, maka terjadi pengendapan berbentuk

kipas. Sungaiutama akan terdesak oleh anak sungai tersebut. Bentuk

pertemuannya akancenderung bergeser ke arah hulu.Karena itu arus anak

sungai dapat merusak tanggul sungai utama di seberang muara anak sungai

atau memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan bagi bangunan

sungai yang terdapat di sebelah hilir pertemuan yang tidak deras arusnya.

Lebar sungai utama pada pertemuan dengan anak sungai cenderung untuk

bertambah sehingga sering berbentuk gosong – gosong pasir dan berubah arah

61

arus sungai. Guna mencegah terjadinya hal – hal di atas, maka pada pertemuan sungai dilakukan penanganan sebagai berikut : a. Pada pertemuan 2 (dua) buah sungai yang resimnya berlainan, maka pada

kedua sungai tersebut diadakan perbaikan sedemikian, agar resimnya

menjadi hampir sama. Adapun perbaikannya adalah dengan pembuatan

tanggul pemisah diantara kedua sungai tersebut dan pertemuannya digeser

agak ke hilir apabila sebuah anak sungai yang kemiringannya curam

bertemu dengan sungai utamanya, maka dekatpertemuannya dapat

dibuatkan ambang bertangga. b. Pada lokasi pertemuan 2 (dua) buah sungai diusahakan supaya formasi

pertemuannya membentuk garis singgung.

2. Normalisasi alur sungai dan tanggul

Usaha pengendalian banjir dengan normalisasi alur sungai dimaksudkan untuk memperbesar kapasitas pengaliran saluran. Kegiatan tersebut meliputi : a. Normalisasi cross section b. Perbaikan kemiringan dasar saluran c. Memperkecil kekasaran dinding alur saluran d. Melakukan rekonstruksi bangunan di sepanjang saluran yang tidak sesuai

dan menggangu pengairan banjir. e. Menstabilkan alur saluran f. Pembuatan tanggul banjir

62

Faktor –faktor yang perlu diperhatikan pada cara ini adalah penggunaan penanmpang ganda dengan debit dominan untuk penampang bawah, perencanaan alur stabil terhadap proses erosi dan sedimentasi dasar saluran maupun erosi tebing dan elevasi muka air banjir. Pada pengendalian banjir dengan caraini dapat dilakukan pada hampir seluruh sungai-sungai di bagian hilir. Pada pekerjaan ini diharapkan dapat menambah kapasitas pengaliran dan memperbaiki alur sungai. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada cara ini adalah penggunaan penampang ganda dengan debit dominan untuk penampang bawah, perencanaan alur stabilterhadap proses erosi dan sedimentasi dasar sungai maupun erosi tebing dan elevasi muka banjir.

1. Pembuatan alur pengendali banjir (Floodway)

Apabila debit banjir terlalu besar dan tidak dimungkinkan peningkatan kapasitas tamping saluran diatas kapasitas yang sudah ada, maka penambahankapasitasnya dapat dilakukan dengan pembuatan saluran baru langsung kelaut, danau atau saluran lain. Saluran baru ini disebut saluran banjir(floodway). Saluran banjir adalah saluran baru yang dibuat untuk mengalirkan air secara terpisah dari saluran utamanya. Saluran banjir dapat mengalirkan sebagian atau bahkan seluruh debit banjir. Saluran banjir ini dibuat dengan berbagai tujuan antara lain menghindarkan pekerjaan saluran pada dareah pemukiman yang padat atau untuk memperpendek salah satu ruas

63

saluran. Biasanya saluran banjir dilengkapi dengan pintu atau bendung untuk membagi debit sesuai dengan rencana. Perencanaan floodway meliputi : pembagian jalur floodway, jalur floodway, normalisasi floodway, dan bangunan pembagi banjir.

Faktor – faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan suatu

saluran banjir (floodway) adalah : a. Normalisasi alur alam biasanya mengalami kesulitan lahan. b.Head alur lama tidak menguntungkan, alur jauh dan berkelok – kelok c. Terdapat alur alam untuk jalur floodway d. Floodway mempunyai head yang cukup e. Tidak menggangu pemanfaatan sumber daya alam f. Dampak negatif sosial ekonomi.

4. Pembuataan sudetan (shortcut)

Pada ruas sungai yang belok – belokanya (meander) tajam atau sangatkritis, maka tanggul yang akan dibangun biasanya akan lebih panjang.

Selain itu pada ruas sungai yang demikian terjadi peningkatan gerusan pada belokan luar dan menyebabakan kerusakan tebing sungai yang pada akhirnya mengancam kaki tanggul. Pada belokan bagian dalam terjadi pengendapan yang intensif pula. Alur sungai yang panjang dan menpunyai kondisi seperti di atas menyebabkan kelancaran air banjir menjadi terganggu. Untuk mengurangikeadaan yang kurang menguntungkan tersebut perlu dipertimbangkanpembuatan alur baru, agar pada ruas tersebut alur sungai

64

mendekati garislurus dan lebih pendek. Sungai baru seperti itu disebut sudetan. Sudetan ini akan menurunkan muka air di sebelah hulunya tetapi muka air di sebelah hilirnya biasanya naik sedikit. Tujuan dilakukannya sudetan ini antara lain : a. Perbaikan alur sungai yang pada mulanya panjang berbelok –belok dan

tidak stabil menjadi lebih pendek dan lebih lurus. b. Dengan adanya sudetan akan terjadi hidrograf banjir antara di bagianhulu

dan hilir sudetan, sehingga akan menguntungkan daerah dibagian hulunya.

5. Groyne (Tanggul Tangkis)

Tanggul tangkis sering juga disebut groyne atau krib. Krib adalahbangunan yang dibuat mulai dari tebing sampai ke arah tengah untukmengatur arus sungai dan tujuan utamanya adalah sebagai berikut : a. Mengatur arah arus sungai b..Mengurangi kecepatan arus sungai sepanjang tebing sungai,mempercepat

sedimentasi, dan menjamin keamanan tanggul / tebingterhadap gerusan. c. Mempertahankan lebar dan kedalaman air pada alur sungai. d.Mengkonsentrasikan arus sungai dan memudahkan penyadapan.

65

B. Bangunan Pengendali Banjir

1. Bendungan

Bendungan digunakan untuk menampung dan mengelola distribusi aliransungai. Pengendalian diarahkan untuk mengatur debit air sungai di sebelah hilir bendungan.

2. Pembuatan Check Dam ( Penangkap Sedimen )

Check Dam (Penangkap Sedimen) atau disebut juga bendung penahanberfungsi untuk memperlambat proses sedimentasi dengan mengendalikan gerakan sedimen menuju bagian sungai sebelah hilirnya.

Adapun fungsi chekdam antara lain : a. Menampung sebagian angkutan sedimen dalam suatu kolampenampung b. Mengatur jumlah sedimen yang bergerak secara fluvial dalam kepekaan

yang tinggi, sehingga jumlah sedimen yang meluap ke hilir tidak

berlebihan. Dengan demikian besarnya sedimen yang masuk akan

seimbang dengan daya angkut aliran air sungainya. Sehinggasedimentasi

pada lepas pengendapan terhindarkan. c. Membentuk suatu kemiringan dasar alur sungai baru pada alur sungai hulu.

Check dam baru akan nampak manfaatnya jika dibangun dalam jumlah

yang banyak di alur sungai yang sama.

3. Groundsill

Groundsill merupakan suatu konstruksi untuk perkuatan dasar sungaiuntuk mencegah erosi pada dasar sungai, dengan maksimal drop 2

66

meter.Groundsill diperlukan karena dengan dibangunnya saluran baru

(shortcut) maka panjang sungai lebih curam sehingga akan terjadi degradasi pada waktu yang akan datang.

4. Pembuatan Retarding Pond

Pengendalian banjir dengan cara ini adalah dengan membuat kolampenampungan air saluran atau saluran yang akan meluap. Retarding ponddibuat dengan cara menggali suatu daerah/area dengan tujuan menampung air limpasan dan pada saat banjir surut, air tersebut dapat dikeluarkan ke saluran pembuangan. Berkaitan dengan bangunan pengendali banjir ini maka diperlukan bangunan – bangunan air lainnya sebagai pelengkap antara lain :pintu air, pompa, saluran pengambilan, saluran pembuangan, dan lain sebagainya.

5. Pembuatan Polder

Drainase sistem polder adalah sistem penanganan drainase perkotaandengan cara mengisolasi daerah yang dilayani (catchment area) terhadap masuknya air dari luar sistem berupa limpasan (overflow) maupun aliran di bawah permukaan tanah (gorong-gorong dan rembesan), serta mengendalikan ketinggian muka air banjir di dalam sistem sesuai dengan rencana. Drainase sistem polder digunakan apabila penggunaan drainase sistem gravitasi sudah tidak memungkinkan lagi, walaupun biaya investasi dan operasinya lebih mahal.

67

2.2.2 Pengendalian Banjir Metode Non Struktur

Analisis pengendalian banjir dengan tidak menggunakan

bangunanpengendali akan memberikan pengaruh cukup baik terhadap regim

sungai.

Contoh aktivitas penanganan tanpa bangunan adalah sebagai berikut :

1. Pengelolaan DAS

Pengelolaan DAS berhubungan erat dengan peraturan, pelaksanaan

danpelatihan. Kegiatan penggunaan lahan dimaksudkan untuk menghemat dan

menyimpan air dan konservasi tanah. Pengelolaan DAS mencakup

aktifitasaktifitas berikut ini :

1) Pemeliharaan vegetasi di bagian hulu DAS

2) Penanaman vegetasi untuk mengendalikan kecepaatan aliran air dan erosi tanah.erosi tanah.

3) Pemeliharaan vegetasi alam, atau penanaman vegetasi tahan air yang tepat,

sepanjang tanggul drainasi, saluran-saluran dan daerah lain untuk

pengendalian aliran yang berlebihan atau erosi tanah.

4) Mengatur secara khusus bangunan-bangunan pengendali banjir (missal

chek dam) sepanjang dasar aliran yang mudah tererosi.

5) Pengelolaan khusus untuk mengatisipasi aliran sedimen yang

dihasilkandari kegiatan gunung berapi.

2. Pengaturan Tata Guna Lahan

68

Pengaturan tata guna tanah di daerah aliran sungai, ditujukan untukmengatur penggunaan lahan, sesuai dengan rencana pola tata ruang wilayah yang ada. Hal ini untuk menghindari penggunaan lahan yang tidak terkendali, sehingga mengakibatkan kerusakan daerah aliran sungai yang merupakan daerah tadah hujan. Pada dasarnya pengaturan penggunaan lahan di daerah aliran sungai dimaksudkan untuk : a. Untuk memperbaiki kondisi hidrologis DAS, sehingga tidakmenimbulkan

banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musimkemarau. b. Untuk menekan laju erosi DAS yang berlebihan, sehingga dapatmenekan

laju sedimentasi pada alur sungai di bagian hilir.

3. Pengendalian Erosi

Sedimen di suatu potongan melintang sungai merupakan hasil erosi di daerah aliran di hulu potongan tersebut dan sedimen tersebut terbawa oleh aliran dari tempat erosi terjadi menuju penampang melintang itu. Oleh karena itu kajian pengendalian erosi dan sedimen juga berdasarkan kedua hal tersebut di atas, yaitu berdasarkan kajian supply limited dari DAS atau kapasitas transport dari sungai. Faktor pengelolaan penanaman memberikan andil yang paling besar dalam mengurangi laju erosi. Jenis dan kondisi semak (bush) dan tanaman pelindung yang bisa memberikan peneduh (canopy) untuk tanaman di bawahnya cukup besar dampaknya terhadap laju erosi. Pengertian ini secara lebih spesifik menyatakan bahwa dengan pengelolaan tanaman yang benar sesuai kaidah teknis berarti dapat menekan laju erosi yang signifikan.

69

4. Pengembangan Daerah Banjir

Ada 4 strategi dasar untuk pengembangan daerah banjir yang meliputi

:

1)Modifikasi kerentanan dan kerugian banjir (penentuan zona atau pengaturan

tata guna lahan).

2) Pengaturan peningkatan kapasitas alam untuk dijaga kelestariannya seperti pesepereti penghijauan.

3) Modifikasi dampak banjir dengan penggunaan teknik mitigasi

sepertiasuransi, penghindaran banjir (flood proofing).

4) Modifikasi banjir yang terjadi (pengurangan) dengan bangunan pengontrol

(waduk) atau normalisasi sungai.

5. Pengaturan Daerah Banjir

Pada kegiatan ini dapat meliputi seluruh kegiatan dalam perencanaan

dantindakan yang diperlukan untuk menentukan kegiatan, implementasi,

revisi perbaikan rencana, pelaksanaan dan pengawasan secara keseluruhan

aktivitas di daerah dataran banjir yang diharapkan berguna dan bermanfaat

untuk masyarakat di daerah tersebut, dalam rangka menekan kerugian

akibat banjir. Kadang - kadang kita dikaburkan adanya istilah flood plain

management dan flood control, bahwa manajemen di sini dimaksudkan

hanya untuk pengaturan penggunaan lahan (land use) sehubungan dengan

banjir dan flood controluntuk pengendalian mengatasi secara keseluruhan.

Demikian pula antara floodplain zoning dan flood plain regulation, zoning

70

hanya merupakan salah satu cara pengaturan dan merupakan bagian dari

manajemen daerah dataran banjir. Manajemen daerah dataran banjir pada

dasarnya bertujuan untuk :

a. Meminimumkan korban jiwa, kerugian maupun kesulitan yang diakibatkan

oleh banjir yang akan terjadi.

b. Merupakan suatu usaha untuk mengoptimalkan penggunaan lahan di daerah

dataran banjir dimasa mendatang, yaitu memperhatikan

keuntunganindividu ataupun masyarakat sehubungan dengan biaya yang

dikeluarkan.(Robert J. Kodoatie,”Penanganan Bencana Terpadu”)

2.3 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, dicantumkan hasil

penelitian terdahulu yang pernah peneliti baca sebelumnya yang tentunya sejenis

dengan penelitian ini. Penelitian terdahulu ini bermanfaat dalam mengolah atau

memecahkan masalah yang timbul dalam Implementasi Peraturan Daerah

Kabupaten Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir

di kecamatan kresek tahun 2015). Walaupun lokusnya dan masalahnya tidak sama

persis tapi sangat membantu peneliti menemukan sumber-sumber pemecahan

masalah penelitian ini. Berikut ini adalah hasil penelitian yang peneliti baca:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Adhitia Listiawati Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa Tahun 2016. Skripsi berjudul Implementasi Peraturan Daerah

71

Kota Serang No. 6 Tahun 2011 Tentang RTRW Kota Serang Tahun 2010-2030

(studi kasus pasal 17 sistem prasarana drainase dan pedestarian). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan pemerintah mengenai penyediaan dan pemeliharaan drainase. Hasil dari penelitian ini adalah

Implementasi terhadap Perda No 6 tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah belum berjalan dengan baik. Pemeliharaan yang dilakukan oleh dinas terkait untuk drainase yang telah di bangun kurang optimal, bila hujan turun beberapa wilayah di kota serang tergenang hujan serta drainase yang terdapat sampah dapat menghambat air. Persamaan penelitian dengan Adhitia Listiawati dengan penelitian yang di teliti adalah penelitian ini terkait dengan implemetasi peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah Metodelogi Kualitatif deskriptif. Perbedaannya pada, lokus dan fokus dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Metodelogi yang digunakan dalam skripsi ini menggunakan

Metodelogi Kualitatif, Lokus dalam penelitian skripsi ini adalah di wilayah administratif kota serang dan fokusnya adalah tentangImplementasi Peraturan

Daerah Kota Serang No. 6 Tahun 2011 Tentang RTRW Kota Serang Tahun

2010-2030 (studi kasus pasal 17 sistem prasarana drainase dan pedestarian).Teori yang digunakan oleh Adhitia Listiawatisama dengan peneliti yaitu teori implementasi Van Metter dan Van Horn dengan enam indikator seperti ukuran dan tujuan kebijakan, sumberdaya, karakteristik agen pelaksana, sikap para pelaksana, aktifitas pelaksana dan lingkungan ekonomi sosial dan politik.

72

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Agung Tri Cahyono Institute

Teknologi Sepuluh November yang Berjudul Perencanaan Pengendalian Banjir

Kali Kemuning, Sampang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengadakan

normalisasi pada kali kemuning, sudetan dan cek sistem drainase daerah

genangan. Kekurangan dari penelitian ini adalah sangat sedikit sekali . Kelebihan

penelitian ini teori-teori dan data-data yang disajikan cukup detail dalam

membahas Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning, Sampang.Hasil dari

penelitian ini adalah Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning, sudah

berjalan dengan baik, Ini terlihat dari hitungan perencanaan yang dihasilkan dari

teori-teori yang digunakan. Tetapi masih terdapat beberapa masalah yang

ditemukan. Persamaan penelitian Tri Cahyo dengan penelitian yang peneliti teliti

adalah terkait sistem pengendalian banjir. menggunakan Metodelogi yang tidak

sama yaitu skripsi tri cahyo menggunakan Metodelogi kuantitatif sedangkan

peneliti menggunakan Metodelogi Kualitatif deskriptif. Perbedaannya lokus

penelitian tri cahyo di sampang, madura. Sedangkan fokus penelitiannya adalah

perencanaan pengendalian banjir kali kemuning, sampang yang dilakukan oleh

peneliti. Kemudian teori yang digunakan oleh peneliti tidak sama.

2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai lanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten

73

Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Tangerang Tahun 2011-2031 (Studi Kasus Sistem Pengengendalian Banjir Di

Kecamatan Kresek Tahun 2015). dengan menggunakan indikator pengukuran berdasarkan kriteria implementasi menurut Van Metter dan Van

Horn(Agustino,2006:142), yaitu:

1. Ukuran dan tujuan kebijakan 2. Sumberdaya 3. Karakteristik agen pelaksana 4. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana 5. Sikap atau kecenderungan (disposition) para pelaksana 6. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik.

74

Gambar 2.5 Kerangka Berpikir

Masalah Penelitian:  Kurangnya respon para pelaksana dalam penanganan pengendalian banjir.  Lemahnya koordinasi antara instansi pemerintah daerah dengan pemerintah pusat.  Badan pengelola manajemen daerah aliran sungai,situ dan pantai belumberjalan secara optimal.  Kesadaran masyarakat dalam partisipasi kebersihan dan perawatan sungai-sungai drainase masih kurang.  Sedimentasi terhadap sungai cidurian.  Kondisi tanggul sungai cidurian yang telah rusak.  Situ / rawa di Kec.Kresek yang belum tersentuh revitalisasi.

Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031 (Studi Kasus Sistem Pengendalian Banjir Di Kecamatan Kresek Tahun 2015).

Teori Van Metter dan Van Horn Mengenai Implementasi (Agustino,2016:142) : 1. Ukuran dan tujuan kebijakan 2. Sumberdaya 3. Karakteristik agen pelaksana 4. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana 5. Sikap atau kecenderungan (disposition) para pelaksana 6. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik

Teratasinya Banjir Di Kecamatan Kresek Kab.Tangerang. (Sumber:Peneliti, 2016)

75

2.4 Asumsi Dasar

Pada penelitian ini peneliti memiliki asumsi dasar sebagai bahan untuk

menilai Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No 13 Tahun 2011

Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031

(Studi Kasus Sistem Pengendalian Banjir Di Kecamatan Kresek Tahun

2015).Melalui tahap awal penelitian maka peneliti berasumsi bahwa sistem

pengendalian banjir di Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang tidak optimal.

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian ilmiah adalah suatu cara yang logis, sistematis, objektif, untuk menemukan kebenaran secara keilmuan. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Berdasarkan hal tersebutterdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis (Sugiyono 2012: 2).

Dalam penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten

Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Tangerang Tahun 2011-2031 (studi kasus sistem pengendalian Banjir Di Kecamatan

Kresek Tahun 2015) berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Bogdan dan

Taylor (dalam Moleong 2006:3) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

76

77

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).

3.2 Fokus Penelitian

Dengan memperhatikan identifikasi masalah yang sudah dikemukakan sebelumnya, maka fokus penelitian ini adalah Implementasi Peraturan Daerah

Kabupaten Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031 (Studi Kasus Sistem Pengendalian Banjir Di

Kecamatan Kresek Tahun 2015).

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang peneliti pilih yaitu Kecamatan Kresek Kabupaten

Tangerang. Dimana Kabupaten Tangerang merupakan wilayah dengan tingginya jumlah pembangunan industri dan pemukiman di provinsi Banten yang mengakibatkan menurunnya jumlah ruang resapan air hujan yang setiap tahunnya rutin terjadi banjir di wilayah Kabupaten Tangerang. Fokus lokasi penelitian peneliti

Memilih kecamatan kresek karena dalam peta rencana pola ruang Kab,Tangerang sendiri wilayah kecamatan kresek di fokuskan pada kawasan pertanian, namunKecamatan Kresek pun merupakan kecamatan yang paling banyak menimbulkan korban kepala keluarga pada tahun 2015 sebanyak 2.262 jumlah kepala keluarga di Antara kecamatan lainnya di Kabupaten Tangerang. Sehingga peneliti pun tertarik untuk melakukan penelitian di Kecamatan Kresek.

78

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini menurutModelDonald Van

Metter dan Carl Van Horn (Agustino, 2016: 142). Ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan publikyaitu:

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

2. Sumber Daya

3. Karakteristik Agen Pelaksana

4. Sikap/ Kecenderungan (Disposition) Para Pelaksana

5. Komunikasi Antar organisasi dan Aktivitas Pelaksana

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik

Dalam penelitian ini tidak dapat dilepaskan dari aturan yang menjadi

pedoman yaitu Peraturan Daerah Kab.Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kab.Tangerang tahun 2011-2031(studi kasus

sistem pengendalian banjir di kec.kresek tahun 2015). Isi dari Peraturan

tersebut merupakan pedoman yang harus diperhatikan dalam implementasi

peraturan daerah yang terkait dengan sistem pengendalian banjir pasal 35.

3.4.2 Definisi Operasional

79

Definisi operasional merupakan penjabaran dari konsep atau variable

penelitian dalam rincian yang terukur atau disebut juga indikator penelitian.

Dalam penjelasan definisi operasional akan dikemukakan fenomena-

fenomena penelitian yang tentunya dikaitkan dengan konsep teori yang

digunakan seperti yang telah dijelaskan didalam definisi konsep sebelumnya.

Donald Van Metter dan Carl Van Horn ( Agustino, 2016: 142). Ada enam

variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan publikyaitu:

1. Standard dan Sasaran Kebijakan/Ukuruan dan Tujuan Kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya

jika dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realiistis

dengan sosio-kultur yang mengada di level pelaksanaan kebijakan.

2. Sumberdaya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memenfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia, waktu dan

sumbera daya financial merupakan bentuk sumber daya tersebut.

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan

informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini

sangat penting banyak dipengarahi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok

dengan para agen pelaksananya

4. Sikap/Kecendrungan (Disposition) para Pelaksana

80

Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana akan sangat

banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi

kebijakan publik.

5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Agen Pelakasana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi

kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak

yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-

kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik

Kondisi Ekonomi, sosial dan politik yang kondusif akan sangat

mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Begitupun

sebaliknya.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian tentang Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten

Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Tangerang Tahun 2011-2031 (Studi Kasus Sistem Pengendalian Banjir Di Kecamatan

Kresek Tahun 2015) yang menjadi instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri.Menurut Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D hal 199, menjelaskan bahwa Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument penelitian adalah peneliti sendiri.

81

Nasution dalam Sugiyono (2005:60), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan

R&D menyatakan, bahwa dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen peneliti utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, bahan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu.

Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa, dalam penelitian kualitatif pada awalnya di mana permasalahan belum jelas dan fokus belum pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri. Tetapi, setelah masalah yang akan dipelajari itu jelas, maka dapat dikembangkan satu instrumen.

3.6 Informan Penelitian

Sugiyono (2012 :5 53) dalam penelitian kualitatif, pengambilan sampel sumber data berkaitan dengan siapa yang hendak dijadikan informan dalam penelitian. Teknik pengambilan sumber data yang sering digunakan pada peneliian kualitatif adalah purposive dan snowball adalah teknik pengambilan informan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Dalam menentukan data yang akurat, maka peneliti memilih informan dengan teknik purposive atau dipilih secara sengaja, dimana peneliti sudah menentukan siapa saja yangakan diwawancarai dengan pertimbangan tertentu. Dimana informan tersebut peneliti anggap sebagai pihak-pihak

82

yang paling mengetahui situasi dan kondisi objek penelitian. Dalam hal ini yang dijadikan informan oleh peneliti, antara lain sebagai berikut:

Tabel 3.1

Daftar Informan Penelitian

No Jenis Katagori Informan Spesifikasi Keterangan Informan Informan & Kode Informan

1 Pemerintah Kasie Pembangunan dan Selaku penanggung Key Pemeliharaan Sumber Daya jawab Informan Air Dinas Bina Marga & pembangunan dan SDA pemeliharaan I1-1 Sumber Daya Air

Kepala Bidang Selaku penanggung Key pembangunan Dinas Bina jawab pelaksanaan Informan Marga dan Sumber Daya pembangunan Air Kab.Tangerang. Sumber Daya Air I1-2

Kepala (UPT) III Unit Selaku penanggung Key Pelayanan Teknis Sumber jawab pelayanan Informan Daya Air Dinas Binamarga wilayah sungai dan Sumber Daya Air cidurian hilir I1-3 Kab.Tangerang.

Kepala Balai Besar Wilayah Selaku penanggung Key Sungai Cidanau-ciujung- jawab BBWSCC Informan cidurian. III Cidurian I1-4

Kepala Balai Besar Wilayah Selaku Key Sungai Ciliwung-cisadane Penanggung jawab Informan Situ/rawa wilayah Kab.Tangerang I1-5

83

2 Penerima kebijakan terkait Kelompok Key sistem pengendalian banjir sasaran/target Informan wilayah administratif Kec group Penerima Kresek (Ds.pasir ampo, I2,1 I2,2 I2,3 Ds.koper, Ds.Patrasana, I2,4 I3,1 I3,2 I3,3 Kebijakan Ds.Renged, Ds.Kresek, Ds.Talok dan masyarakat yang terkena banjir

(Sumber:Peneliti, 2016)

3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Analisi Data

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah :

1. Observasi

Menurut Hadi (Prastowo, 2011:22), pengamatan (observasi) diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara berperan serta (partisipan) dan yang tidak berperan serta (non partisipan). Pada pengamatan tanpa peran serta pengamat hanya melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan pengamatan saja, sedangkan pengamat berperan serta melakukan dua peranan sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang di amati (Moleong, 2006:176).

84

Pada penelitian ini, peneliti tidak terlibat untuk membantu pekerjaan dinas bina marga dan sumber daya air dalam melaksanakan Program pembangunan terkait sistem pengendalian banjir. Serta tidak terlibat dalam aktivitas pelaksanaan program pembangunan terkait sistem pengendalian banjir. Peneliti hanya melakukan observasi saja untuk mengetahui kondisi objek penelitian.

2. Wawancara

Menurut Sugiyono (2005:72) wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Wawancara dalam penelitian kualitatif bersifat mendalam (indepth interview).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semiterstuktur, dimana wawancara dilakukan secara bebas untuk menggali informasi lebih dalam dan bersifat dinamis, namun tetap terkait dengan pokok-pokok wawancara yang telah peneliti buat terlebih dahulu dan tidak menyimpang dari konteks yang akan dibahas dalam fokus penelitian.

Dalam sebuah wawancara tentu dibutuhkan suatu pedoman. Pedoman wawancara digunakan peneliti dalam mencari data dari para informan dan memudahkan peneliti dalam menggali sumber informan untuk mendapatkan informasi. Adapun pedoman wawancara yang telah disusun yaitu sebagai berikut.

85

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara No Dimensi Kisi-Kisi Pertanyaan Informan

1 1. Apa tujuan dari Perda RTRW tersebut terkait sistem pengendalian banjir I I I I di Kab.Tangerang 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, I khususnya di Kecamatan 1-5 Ukuran dan tujuan Kresek? 2. Apa standar keberhasilan kebijakan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang I1, I1-2, I1-3,I1-4, khususnya di kecamatan I kresek? 1-5

3. Sejauh mana tingkat keberhasilan Peda RTRW terkait sistem I I I I pengendalian banjir di 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, I Kab.Tangerang khususnya 1-5 di kecamatan kresek?

2 1. Bagaimana kesiapan aparatur dari Perda RTRW I1-1, I1-2, I1-3, I1-4, terkait sistem I1-5, I2,1 I2,2 I2,3 pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek? 2. Bagaimana sarana prasarana yang ada I1-1, I1-2, I1-3, I1-4,

sebagai penunjang I1-5, I2,1 I2,2 I2,3 pengendali banjir di Sumber Daya Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek? 3. Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW terkait sistem I I I I pengendalian banjir di 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, I I Kab.Tangerang khususnya 1-5, 2-1

86

di kecamatan kresek? 4. Bagaimana waktu yang diperlukan untuk mengatasi banjir di I I I I Kab.Tangerang khususnya 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, I1-5, I2,1, I2,3 di kecamatan kresek dimulai?

3 1. Apa saja peran aparatur dalam Perda RTRW terkait sistem I I I I pengendalian banjir di 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, I1-5,I2-1 Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek? 2. Sejauh ini bagaimana pelaksanaan dari Perda I1-1, I1-2, I1-3, I1-4, RTRW terkait sistem I1-5, I2,1 I2,2 I2,3 Karakteristik Agen pengendalian banjir di I2-4, I3-1, I3-3 Pelaksana Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek? 3. Bagaimana mekanisme sistem pengajuan dan penerimaan program dari I I I I Perda RTRW terkait 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, I I sistem pengendalian banjir 1-5, 2-1 di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek? 4 1. Bagaimana sikap Impementator terhadap Perda RTRW terkait I I I I sistem pengendalian banjir 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, I I I I di Kab.Tangerang 1-5, 2-1 , 2-2, 2-3

khususnya di kecamatan kresek? 2. Bagaimana respon implementator dalam Sikap/kencerungan menerima dan menolak I I I I perda RTRW terkait 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, (disposisi) para I I I I dengan sistem 1-5 2-1, 2-2 2-3 implementator pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya

87

pelaksana di kecamatan kresek? 3. Bagaimana bentuk dukungan dan persetujuan dari para pelaksana I I I I terhadap perda maupun 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, I I I I program sistem 1-5 2-1, 2-2 2-3 pengendalian banjir di kecamatan kresek? 5 1. Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap Implementasi Perda I I I I RTRW terkait sistem 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, I I I I Komunikasi Antar pengendalian banjir di 1-5, 2-1, 2-2, 2-3 Kab.Tangerang-Dinas Kab.Tangerang khusunya Bina Magra- di kecamatan kresek? Kecamatan Kresek- 2. Bagaimana proses BBWSCC-UPT III komunikasi yang di lakukan terhadap Sumber Daya Air- I I I I Implementasi Perda 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, I I I I Kepala Desa- RTRW terkait sistem 1-5, 2-2, 2-3 2-4 Masyarakat setempat- pengendalian banjir di Dan Aktivitas Kab.Tangerang khususnya Pelaksana di Kecamatan kresek? 3. Bagaimana pembagian tugas yang di lakukan dalam Implementasi Perda I I I I RTRW terkait sistem 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, I I I I pengendalian banjir di 1-5, 2, 3 4 Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan kresek?

6 1...Bagaimana kondisi ekonomi dari wilayah yang mendapatkan kebijakan I1-1, I1-2, I1-3, I1-4, I I I I I maupun program terkait 1-5, 2-1, 2-2, 2-3 2-

sistem pengendalian banjir 4

di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan Kresek?

2. Bagaimana kondisi sosial dari wilayah yang mendapatkan kebijakan I1-1, I1-2, I1-3, I1-4,

88

Lingkungan Ekonomi, maupun program terkait I1-5,I2-1, I2-2,I2-3I2- sistem pengendalian banjir 4 Sosial dan Politik di Kab.Tangerang

Khususnya di Kecamatan Kresek?.

3. Bagaimana kondisi politik dari wilayah yang mendapatkan kebijakan I I I I maupun program terkait 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, I I I I I sistem pengendalian banjir 1-5, 2-1, 2-2, 2-3 2- 4 di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan Kresek?

(Sumber: Peneliti, 2016)

4. Study kepustakaan

Istilah studi kepustakaan digunakan dalam ragam istilah oleh para ahli, diantaranya yang dikenal adalah: kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian teoritis, dan tinjauan teoritis. Penggunaan istilah-istilah tersebut, pada dasarnya merujuk pada upaya umum yang harus dilalui untuk mendapatkan teori-teori yang relevan dengan topik penelitian. Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum seperti: mengidentifikasi teori secara sistematis, penemuan pustaka, analis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan studi kepustakaan melalui hasil penelitian sejenis yang pernah dilakukan, buku-buku, maupun artikel atau yang memuat konsep atau teori yang dibutuhkan terkait dengan penelitian.

5. Study dokumentasi

89

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2005:240).

3.7.2 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah. Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesei dilapangan. Teknik analisis data yang digunakan dalan penelitian adalah dengan menggunakan teknik analisis data mengikuti konsep yang diberikan oleh Miles dan

Huberman. Menurut kedua tokoh tersebut, bahwa aktifitas dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya jenuh.

90

Gambar 3.1 Aktifitas Dalam Analisis Data

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi

Data

Penarikan Kesimpulan Sumber: Miles dan Huberman.

Berdasarkan gambar diatas, analisis data kualitatif merupakan upaya yang berkelanjutan, berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi menjadi gambaran dari keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegaiatan analisis yang saling susul menyusul. Namun dua hal lainnya itu senantiasa merupakan bagian dari lapangan.

Untuk lebih jelasnya, maka kegiatan analisis data dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstarakan, dan transformasi data „kasar‟ yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berarti merangkum, memilih

91

hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya kembali bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data, penyajian data, penyajian data yang paling sering dilakukan dalam penelitian kualitatif pada masa lalu adalah bentuk teks naratif. Tetapi ada beberapa bentuk penyajian data dengan menggunakan grafik, matriks, jaringan dan bagan.Maka dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam bentuk naratif.

Mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami

tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi

Langkah ini yaitu menyimpulkan dari temuan-temuan peneliti untuk dijadikan suatu kesimpulan penelitian yang dikemukakan diawal masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

92

Oleh karena itu, kesimpulan harus diverifikasi selama penelitian berlangsung.

3.7.3 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data atau bisaa juga disebut uji validitas dan realiabilitas data memiliki keterkaitan antara deskripsi dan eksplanasi. Tedapat dua macam validitas, yaitu validitas internal dan validitas eksternal.

Validitas internal adalah penelitian kualitatif disebut kredibilitas, yaitu hasil penelitian memiliki tingkat kepercayaan tinggi yang sesuai dengan fakta dilapangan.Kemudian validitas eksternal dalam penelitian kualitatif disebut transferabilitas.Hasil penelitian kualitatif memilikistandar transferabilitas tinggi bilamana pembaca memperoleh gambaran/ pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian.

Adapun untuk pengujian keabsahan datanya, penelitian ini menggunakan dua cara sebagai berikut : 1. Triangulasi a. Triangulasi Teknik Suatu teknik pengecekan kredibilitas dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yaitu melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. b. Triangulasi Sumber Suatu teknis pengecekan kredibelitas data yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan melalui beberapa sumber. Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek kembali tingkat kepercayaan atau informasi yang diperoleh. 2. member check

93

Peneliti juga menggunakan teknik pengujian reliabilitas data melalui member check, tujuannya untuk mengetahui sejauhmana kesesuaian data yang peneliti dapatkan dari pemberi data. Jika data yang diberikan kepada penellitimendapatkan kesepakatan bersama antara peneliti dengan pemberi data, maka data tersebut dianggap valid dan semakin kredibel (dapat dipercaya). 3.8 Jadwal Penelitian

Ada pun waktu pelaksanaan penelitian ditunjukkan pada tabel 3.3

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian Waktu Penelitian Nama Kegiatan 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 01 02 03 04 05 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘17 ‘17 ‘17 ‘17 ‘17

Pengajuan Judul

Acc Judul Penelitian

Observasi Awal

Penyusunan

Proposal Bimbingan dan Perbaikan

Proposal Penyerahan

Proposal Seminar

Proposal

Revisi Proposal

Wawancara Penyusunan Hasil

Penelitian

Sidang Skripsi

94

Revisi Skripsi

Wisuda (Sumber: Data diolah Peneliti, 2017)

95

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi objek penelitian merupakan penjelasan tentang objek penelitian yang meliputi penjelasan tentang lokasi penelitian yang diteliti dengan memberikan gambaran umum tentang lokasi penenlitian, gambaran umum Kabupaten Tangerang, gambaran umum Dinas Bina Marga & Sumber Daya Air Kab.Tangerang dan gambaran umum Kec.Kresek hal tersebut dijelaskan di bawah ini:

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Tangerang

Pemerintah Kabupaten Tangerang Berdasarkan Po No. 34/2604 yang

menyangkut pemindahan Ken Yaskusyo ke Tangerang, maka Panitia Hari

Jadi Kabupaten Tangerang menetapkan terbentuknya pemerintahan di Kabupaten

Tangerang. Sebab itu, kelahiran pemerintahan daerah ini adalah pada tanggal 27

Desember 1943. Selanjutnya penetapan ini dikukuhkan dengan Peraturan Daerah

Tingkat II Kabupaten Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal 25 Oktober

1984. Maka, secara resmi Kabupaten Tangerang terbentuk pada tanggal 27

Desember 1943.

Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Tangerang sebagai daerah lintasan

dan berdekatan dengan Ibukota Negara Jakarta melesat pesat. Apalagi setelah

96

diterbitkannya Inpres No.13 Tahun 1976 tentang pengembangan Jabotabek, di mana kabupaten Tangerang menjadi daerah penyangga DKI Jakarta.

Secara astronomis Kabupaten Tangerang terletak dibagian timur Provinsi

Banten pada koordinat 106º20‟-106º43‟ Bujur Timur dan 6º00‟-6º20‟ Lintang

Selatan. Tanggal 28 Pebruari 1993 terbit UU No. 2 Tahun 1993 tentang

Pembentukan Kota Tangerang. Berdasarkan UU ini wilayah Kota Administratif

Tangerang dibentuk menjadi daerah otonomi Kota Tangerang, yang lepas dari

Kabupaten Tangerang.

Berkaitan itu terbit pula Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1995 tentang pemindahan Ibu Kota Kabupaten Dati II Tangerang dari Wilayah Kotamadya Dati

II Tangerang ke Kecamatan Tigaraksa. Luas wilayah Kabupaten Tangerang setelah pemekaran dengan terbentuknya Kota Tangerang Selatan berdasarkan UU

Nomor 51 Tahun 2008 Tanggal 26 nopember 2008 menjadi 959,61 km².

Kabupaten Tangerang memiliki wilayah yang cukup luas secara Administratif

Kabupaten Tangerang mempunyai 29 Kecamatan, 28 Kelurahan dan 246 Desa dengan luas mencapai 95.961 Ha atau 959,61 Km². wilayah administrasi

Kabupaten Tangerang sendiri berbatasan dengan beberapa Kabupaten/Kota dan bentangan laut yang ada disekitarnya, yaitu:

 Sebelah utara berbatasan dengan laut jawa  Sebelah timur berbatasan dengan Kota Tangerang selatan, Kota Tangerang dan DKI Jakarta  Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Lebak  Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak.

97

Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik kecamatan dengan luas terbesar adalah

Kecamatan Rajeg yaitu sebesar 53,70 km² atau 5,60% dari luas wilayah Kabupaten

Tangerang, sedangkan luas Kecamatan Yang paling kecil, yaitu Kecamatan Sepatan dengan Luas wilayah 17,32 km² atau 1,80% dari luas wilayah Kabupaten Tangerang.

Berdasarkan suhu udara 24.2-28.4°C Dengan kelembapan udara 85-115% Data

BMKG Stasiun Klimatologi Pondok Betung tahun 2015 Menjelaskan bahwa curah hujan rata-rata di kondisi menengah 101-300 mm rata-rata 19 hari hujan dengan kecepatan angin 2.0-4.0 knot.

Melihat pada kondisi saat ini, dan tantangan yang dihadapi tahun2016 serta mempertimbangkan potensi dan harapan dari masyarakat Kabupaten Tangerang, maka “Visi pembangunan Kab.Tangerang tahun 2013-2018 “ adalah sebagai berikut :

“Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Tangerang Yang Cerdas, Makmur, Religius,

Dan Berwawasan Lingkungan”.

Visi diharapkan menjadi pijakan pencapain Visi pembangunan Kabupaten

Tangerang tahun 2005-2025 sebagaimana yang tertuang dalam Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kab.Tangerang tahun 2005-2025

98

yaitu: “ Menuju Masyarakat Kabupaten Tangerang yang Beriman , Sejahtera,

Berorientasi Industri dan Berwawasan Lingkungan”.

Makna dan harapan yang terkandung dalam visi pembangunan Kabupaten

Tangerang tahun 2013-2018 adalah tercapainya masyarakat yang Cerdas terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang didukung oleh terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan papan secara merata dan memiliki nilai-nilai agama dan perilaku yang baik dalam kehidupan bermasyarakat serta berwawasan lingkungan.

Untuk lebih jelas makna dari Visi Kab.Tangerang tahun 2013-2018 yaitu sebagai berikut :

1. Cerdas yang mengandung makna memiliki wawasan, kemampuan, dan keterampilan yang cukup terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pencapaian tingkat pendidikan formal sehingga mendukung kualitas sumber daya masyarakat sebagai subyek pembangunan. 2. Makmur mengandung makna memiliki tingkat kesejahteraan tertentu yang didukung oleh terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan papan secara merata serta memiliki daya beli yang memadai sehingga mampu mewujudkan kemandirian. 3. Religius mengandung bahwa nilai-nilai agama mendasari sikap dan perilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan prinsip-prinsip keagamaan yang di anut.

99

4. Berwawasan lingkungan mengandung makna bahwa kelestarian, daya dukung dan keseimbangan lingkungan mendasari setiap kebijakan pemerintah dan aktifitas masyarakat sehingga terciptanya lingkungan yang sinergi guna keberlanjutan pembangunan.

Dalam konteks keterpaduan provinsi dan nasional, visi pembangunan Kabupaten

Tangerang tahun 2013-2018 merupakan wujud komitmen seluruh masyarakat

Kabupaten Tangerang untuk mendukung terwujudnya visi Provinsi Banten Visi

Pembangunan Nasional.

Bertitik tolak dari pembangunan Kabupaten Tangerang 2013-2018 maka di rumuskan “Misi Pembangunan Kab.Tangerang tahun 2013-2018” yaitu sebagai berikut :

1. Peningkatan pemerataan akses dan fasilitas pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat. 2. Peningkatan pengembangan perekonomian daerah dan perekonomian masyarakat menju peningkatan daya saing derah dan daya saing masyarakat. 3. Peningkatan dan pengembangan nilai-nilai agama dalam penyelenggaraan pemerintahan serta kehidupan bermasyarakat menuju masyarakat yang relegius. 4. Penciptaan iklim investasi dan usaha yang kondusif yang didukung oleh peningkatan pembangunan infrastuktur dasar yang merujuk pada keseimbangan ruang dan lingkungan.

100

5. Peningkatan pelayanan publik yang didukung oleh birokrasi yang bersih, profesional,berwibawa,transfaran dan bertanggung jawab. Dalam kerangka keterpaduan kerangka pembangunan Provinsi dan Nasional misi pembangunan Kab.Tangerang tahun 2013-2018 merupakan wujud komitmen dari seluruh masyarakat Kab.Tangerang untuk mendukung pencapaian misi pembangunan

Provinsi Banten dan misi pembangunan Nasional. Untuk pendanaan pembangunan daerah berasal dari anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) serta anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) alokasi APBN untuk Kab.Tangerang melelaui dana perimbangan tahun 2013 mencapai Rp.2.534.721.860.350 Triliyun rupiah, alokasi Provinsi Banten untuk Kab.Tangerang melalui lain-lain pendapatan daerah yang sah sebesar Rp 535.128.973.604 Milyar rupiah.

Disisi lain tak luput juga terdapat beberapa potensi yang ada di Kabupaten

Tangerang yang harus dikelola dan dikembangkan sehingga menjadi potensi Daerah

Kabupaten Tangerang, yaitu sebagai beikut:

7. Tinjauan Segi Kependudukan

Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2011 menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Tangerang mencapai 2.960.474 orang

101

terdiri dari 1.516.873 laki-laki dan 1.443.601 orang perempuan. Jumlah penduduk pada tahun 2012 diperkirakan sebesar 3.113.179 orang. Laju pertumbuhan penduduk pertahun dalam kurun waktu satu tahun terakhir sebesar 3,03%. Perkembangan jumlah penduduk dari tahun 2008-2012 dapat dilihat sebagaimana grafik berikut:

Gambar 4.2 Grafik Jumlah Penduduk Kab. Tangerang Tahun 2008 –2012, Sumber Survey Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2011

Jika dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Tangerang yang luasnya

959,61 km2, maka kepadatan penduduk mencapai 3.085 jiwa/km. Hasil Susenas

Tahun 2011 menunjukkan rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kabupaten

Tangerang adalah 105,08 artinya komposisi penduduk laki-laki 5,08 persen lebih banyak dibanding penduduk perempuan. Kecenderungan sex rasio diatas 100 dimungkinkan dengan banyaknya pendatang yang terserap di lapangan pekerjaan

102

khususnya sektor industri dan perdagangan/jasa masih didominasi dari kalangan laki- laki, potensi tersebut dapat berdampak positif bagi laju pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Tangerang dengan adanya pendatang yang datang dari wilayah lain menandakan wilayah Kabupaten Tangerang dinilai dapat mengurani pengangguran yang ada.

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) adalah indikator yang menunjukkan naik tidaknya produk yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi pada suatu daerah.

Dengan demikian semakin meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Tangerang akan meningkatkan pula daya beli masyarakat yang tentunya akan berimbas kepada kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Laju Pertumbuhan Ekonomi

(LPE) Kabupaten Tangerang pada tahun 2008-2012, adalah sebagai berikut.

Gambar 4.3. Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Tahun 2008 – 2012, Sumber Badan Pusat Statistik Kab.Tangerang Tahun 2014.

103

Berdasarkan data di atas secara umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Tangerang mengalami kenaikan yang di pengaruhi oleh faktor-faktor seperti semakin terbukanya kesempatan kerja, adanya investasi masuk ke Kabupaten Tangerang, peningkatan kualitas sumber daya manusia serta naiknya produktifitas dari proses industri dan perdagangan yang dijalankan. Pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan PDRB Kabupaten Tangerang.

Gambar. 4.3. Grafik Persentase Peranan Sektoral Terhadap PembentukanPDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2011, Sumber Badan Pusat Statistik Kab.Tangerang Tahun 2014.

104

Berdasarkan Data Diatas Pembentukan PDRB Kabupaten Tangerang sendiri tetap didominasi oleh sektor industri pengolahan yaitu sebesar 54,81 % lebih dari setengah nilai PDRB Kabupaten Tangerang. Kemudian diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi yang mempunyai peranan sebesar 11,41 %. Sektor pertanian menduduki peringkat ketiga dalam memberikan kontribusinya terhadap PDRB

Kabupaten Tangerang yakni menyumbang 10,56 %. Lalu diperingkat ke empat adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 9,48 %. Dibawahnya ada sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 8,86 %. Sektor jasa-jasa ada di posisi ke enam yang pada tahun 2011 sebesar 3,55 %. Lalu setelah itu ada sektor bangunan sebesar 0,92 %. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan ada di urutan dua dari yang terkecil di sembilan sektor yaitu sebesar 0,33 %. Dan yang mempunyai peranan terkecil berada di sektor pertambangan dan penggalian hanya menyumbang sebesar 0,09 %.

2. Tinjauan Pengggunaan Lahan

Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Tangerang bermacam-macam, mulai dari pertanian, perternakan, perumahan dan industri. Lahan pertanian produktif seluas

70 hektar setiap tahun di kawasan pantai utara Kabupaten Tangerang lahan pertanian beralih fungsi karena dijadikan perumahan dan pabrik, dampak positif dari penggunaan lahan yang di jadikan perusahaan dan pemukiman menjadikan terciptanya lapangan pekerjaan yang luas di wilayah Kabupaten Tangerang serta

105

berputarnya roda perekomian di wilayah Kabupaten Tangerang, akan tetapi lahan yang pertanian tersebar di 29 kecamatan dengan luas 41.000 Ha luas lahan pertanian setiap tahun menyusut karena tidak adanya pengendalian alih fungsi lahan produktif menjadi bangunan perusahaan serta kawasan pemukiman, dari penggunaan lahan produktif yang ada berdampak negative yaitu berkurangnya resapan air hujan yang kemudian menjadikan banjir ketika musim penghujan di wilayah-wilayah kabupaten

Tangerang termasuk di wilayah Kecamatan Kresek.

4.1.2 Gambaran Umum Dinas Bina Marga

Bina Marga & SDA Kab.Tangerang dibentuk ketetapan Peraturan Daerah

Kab.Tangerang No. 08 Tahun 2010 Tentang Struktur Organisasi Perangkat Daerah

Kab.Tangerang dan Surat Keputusan Bupati Nomor 42 Tahun 2010 Tentang Tugas

Pokok Dan Fungsi Dari Tata Kerja Dinas Bina Marga Kab.Tangerang, sebagai tindak lanjut dari otonomi daerah telah membentuk Dinas Bina Marga dan Pengairan

Kabupaten Tangerang sebagai instansi teknis yang mempunyai tugas perencanaan, melaksanakan dan mengendalikan pembangunan, peningkatan, pemeliharaan jalan, jembatan dan pengairan.

Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang merupakan unsur pelaksana bidang pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan di pimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekertaris daerah. Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang tugas pokok melaksanakan urusan pemerintah daerah berdasarkan tugas otonomi dan tugas pembantuan di bidang Bina

106

Marga SDA Kab.Tangerang sesuai dengan kewenangan dan kebijakan pemerintah daerah. Tugas pokok dan fungsi Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang mengacu kepada Peraturan Bupati Tangerang No 43 Tahun 2010 Tentang Tugas Pokok dan

Fungsi Tata Kerja Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab.Tangerang mempunyai fungsi:

a. Perencanaan program pembangunan, peningkatan, pemeliharaan jalan,

jembatan dan pengairan.

b. Pelaksanaan survey, pengolahan data, penyusunan program, evaluasi dan

pemantauan standarisasi.

c. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pembangunan, pemeliharaan

jalan, jembatan dan pengairan.

d. Pelaksanaan kordinasi dengan isntansi / lembaga lain terkait program kerja

Dinas.

e. Pelaksanakan pengeolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas.

f. Pelayanan teknis administratif ketatausahaan yang meliputi kepegawaian,

keuangan dan urusan umum dan perencanaan.

g. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan program kegiatan dinas.

Visi Dinas Bina Marga & SDA Kabupaten Tangerang yaitu:

“Tersedianya Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air yang Andal untuk

Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tangerang”.

107

Pernyataan Visi diatas mempunyai makna mewujudkan pembanguanan jalan sebagai penghubung dan pembangunan pengairan yang baik dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Kab.Tangerang sejalan dengan arah dan tujuan Visi Dinas

Bina Marga & SDA Kab.Tangerang berupayan mewujudkan visinya untuk mencapai infrastuktur jalan dan pengairan yang baik sebagai dukunagan untuk pertumbuhan perekonomian Kabupaten Tangerang.

Dalam rangka mewujudkan Visi Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang

2013-2018 maka perlu ditetapkan misi sebagai upaya-upaya umum yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi, misinya yaitu:

1. Mewujudkan aksesibilitas dan mobilitas wilayah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan penyediaan jaringan jalan yang andal, terpadu dan berkelanjutan ;

2. Mewujudkan pengelolaan SDA secara efektif dan optimal untuk meningkatkan kelestarian fungsi dan keberlanjutan pemanfaatan SDA serta mengurangi resiko daya rusak air.

3. Mewujudkan dukungan manajemen sumber daya manusia serta sarana dan prasarana. Stuktur organisasi Dinas Bina Marga & SDA Kabupaten Tangerang berdasarkan Bupati Tangerang Nomor 43 Tahun 2010 tentang Uraian Tugad Fungsi dan Tata Kerja Dinas Bina Marga & SDA Kabupaten Tangerang terdiri dari :

108

1. Kepala Dinas Kepala Dinas bertugas membina, memipin, mengkoordinasikan dan mengendalikan dinas dalam melaksanakan tugas dan fungsi Dinas sebagaimana dimaksud dalam tugas pokok dan fungsi diatas, memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan staff, pelaksana dan kelompok jabatan fungsional.

2. Sekretariat Sekretariat dinas mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, pembinaan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian bidang perencanaan umum dan kepegawaian serta keuangan Dinas.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas Sekretariat mempunyai fungsi:

a. Perencanan dan Pengelolan Bahan Perumusan Kebijakan yang berkaitan dengan Perencanan, Umum dan Kepegawaian serta Keuangan Dinas. b. Pelaksanaan Pemberian Fasilitas dan Dukungan Pelayanan Teknis Administrasi dilingkungan Dinas. c. Pelaksanaan Penyusunan Program Kegiatan bidang Perencanaan, Umum dan Kepegawaian serta Keuangan Dinas. d. Pelaksanaan Pengelolaan surat menyurat, tata naskah dinas Kearsipan, Perlengkapan, Rumah Tangga dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Dinas. e. Pelaksanaan Tertib administrasi Pengelolaan Inventarisasi Barang, Pemeliharaan Sarana dan Prasarana, Perlengkapan dan Aset Dinas. f. Pelaksanaan dan Pengelolaan Administrasi dan Penatausahaan Keuangan. g. Pelaksanaan dan Pembinaan Organisasi dan Tatalaksana dilingkup Dinas. h. Pelaksanaan Koordinasi dengan Instansi/lembaga lainnya yang terkait Dinas. i. Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi serta Pelaporan Kegiatan Dinas. j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai bidang tugasnya.

109

A. Sub Bagian Perencanaan Umum Sub Bagian Perencanaan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan Koordinasi serta Pengawasan dan Pengendalian Kegiatan Dinas meliputi Inventarisasi data, Perumusan dan Penyusunan Program dan evaluasi Kegiatan Dinas. B. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyi tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan Koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegitn bidang umum dan kepegawaian meliputi Inventirasisasi dan identifikasi data, perumusan dan penyusunan program pengendalian surat menyurat, kearsipan dan urusan rumah tangga dan perlengkapan, penyusunan rencana kebutuhan serta pengelolaan Administrasi Kepegawaian dan evaluasi Kegiatan Dinas.

C. Sub Bagian Keuangan Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian penyusunan rencana anggaran dan belanja dinas, pembukuan, perhitungan anggaran dan verifikasi serta pengurusan keuangan dinas.

3. Bidang Perencanaan Teknis Bidang Perencanaan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi program bidang perencanaan jalan, jembatan dan SDA. Untuk melaksanakan tugas tersebut, bidang perencanaan mempunyai fungsi:

a. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan program bimbingan perencanaan teknis jalan dan jembatan, perencanaan peningkatan jalan, jembatan dan sumber daya air, analisis dan penentuan pengembangan jaringan jalan, jembatan dan sumber daya lain, penilaian, kinerja pelaksanaan pekerjaan, kegiatan studi kelayakan, penelitian dan pendataan lapangan

110

serta perencanaan teknis jalan, jembatan dan sumber daya air, leger standarisasi dan dokumentasi. b. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data program bimbingan perencanaan teknis jalan dan jembatan, analisis dan penentuan pengembangan jaringan jalan, jembatan dan sumber daya lain, penilaian kinerja pelaksanaan pekerjaan, kegiatan studi kelayakan, penelitian dan pendataan lapangan serta perencanaan teknis, jembatan dan sumber daya air, leger standarisasi dan dokumentasi. c. Pelaksanaan kegiatan program teknis jalan dan jembatan, analisis dan penentuan pengembangan jaringan jalan, jembatan dan sumber daya lain, penilaian kinerja pelaksanaan pekerjaan, kegiatan studi kelayakan, penelitian dan pendataan lapangan serta perencanaan teknis, jembatan dan sumber daya air, leger standarisasi dan dokumentasi. d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait program perencanaan teknis jalan dan jembatan perencanaan peningkatan jalan, jembatan sumberdaya air, analisis dan penentuan pengembangan jaringan jalan, jembatan dan sumber daya lain, penilaian kinerja pelaksanaan pekerjaan, kegiatan studi kelayakan, penelitian dan pendataan lapangan serta perencanaan teknis, jembatan dan sumber daya air, leger standarisasi dan dokumentasi. e. Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi serta Pelaporan Kegiatan Dinas. a. Seksi Perencanan Jalan dan Jembatan Seksi Perencanan Jalan dan Jembatan mempunyai tugas merencanakn, melaksankan pembinaan dan koordinasi kegiatan perencanaan Jalan dan jembatan. b. Seksi Perencanaan Sumber Day Air Seksi Perencanaan Sumber Day Air mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi kegiatan perencanaan SDA. c. Seksi Leger, Standarisasi dan Dokumentasi Seksi Leger, Standarisasi dan Dokumentasi mempunyai tugas, melaksanakan pembinaan, koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan perencanaan dan pemeliharaan jalan, jembatan

111

dan sumber daya air.

4. Bidang Pembangunan dan Pemeliharaan Bidang Pembangunan dan Pemeliharaan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinan dan koordinasi program pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembaran.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas bidang pembangunan dan pemeliharaan mempunyai fungsi:

a. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan program bimbingan teknis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan, analisis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan untuk dikoordinasikan ke bidang perencanaan. b. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, pengolahan penganalisisan data program bimbingan teknis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan, analisis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan dan jembatan untuk dikoordinasikan ke bidang perencanaan. c. Pelaksanaan kegiatn program bimbingan teknis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan, analisis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan dan jembatan untuk dikoordinasikan ke bidang perencanaan. d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait program bimbingan teknis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan, analisis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan dan jembatan untuk dikoordinasikan ke bidang perencanaan. e. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan dinas.

A. Seksi pembangunan dan pemeliharaan Jalan Seksi pembangunan dan pemeliharaan jalan mempunyai tugas pembinan dan koordinasi kegiatan pembngunan dan pemeliharaan jalan. B. Seksi pembangunan dan Pemeliharaan Jembatan Seksi pembangunan dan Pemeliharaan jembatan mempunyai tugas

112

pembinaan dan koordinasi kegiatan pembangunan dan pemeliharaan jembatan C. Seksi Pembangunan dan Pemeliharan Sumber Daya Air Seksi pembangunan dan pemeliharan SDA mempunyai tugas pembinaan dan koordinasi kegiatan pembangunan dan pemeliharaan SD.

5. Bidang Pengawasan dan Pengendalian Bidang Pengawasan dan Pengendalian mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan pengendalian perencanaan, pembangunan dan pemeliharaaan jalan dan jembatan.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Bidang Pengawasan dan Pengendalian mempunyai fungsi:

a. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan program dan petunjuk teknis pengawasan dan pemeliharaan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan pemanfaatan ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanaan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marg dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air. b. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data program dan petunjuk teknis pengawasan dan pemeliharaan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan pemanfaatan ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanaan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marg dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air. c. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pemeliharaan perencanaan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan pemanfaatan ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan

113

sumber daya air sebagai input perencanaan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marg dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air. d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait dengan kegiatan pengawasan dan pemeliharaan perencanaan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan pemanfaatan ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanaan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marg dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air. e. Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan dinas.

a. Seksi pengawasan dan pengendalian Jalan dan Jembatan Seksi pengawasan dan pengendalian jalan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan. b. Seksi Pengawasan dan Pengendalian SDA Seksi Pengawasan dan Pengendalian SDA mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan SDA.

6. Bidang Monitoring dan Evaluasi Bidang Monitoring dan Evaluasi mempunyai tugas merencankn, melaksanakan pengawasan dan evaluasi perencanaan, pembangunan/pemeliharaan dan pemanfaatan.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, bidang monitoring dan evaluasi dan evaluasi mempunyai fungsi:

a. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan program dan petunjuk teknis pengawasan dan pemeliharaan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan pemanfataan ruang milik jalan

114

(RUMIJ) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marga dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air. b. Pelaksanaan, pengumpulan, pengolahan, penganalisaan data program dan petunjuk teknis pengawasan dan pemeliharaan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan pemanfataan ruang milik jalan (RUMIJ) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marga dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air. c. Pelaksanaan program dan petunjuk teknis pengawasan dan pemeliharaan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan pemanfataan ruang milik jalan (RUMIJ) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marga dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air. d. Pelaksanaan Koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait program dan petunjuk teknis pengawasan dan pemeliharaan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan pemanfataan ruang milik jalan (RUMIJ) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marga dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air. e. Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi serta Pelaporan Kegiatan Dinas.

7. Unit Pelaksanaan Teknis UPT dibentuk berdasarkan kriteria adanya pekerjaan yang bersifat teknis, operasional dan pemeliharaan tertentu karena wilayah kerja dan

115

bersifat darurat.

4.1.3 Gambaran Umum Kecamatan Kresek

Kecamatan Kresek adalah sebuah kecamatan di bagian utara Kabupaten

Tangerang dan secara administratif terdiri dari Sembilan desa dengan luas

wilayah 29,970 Kilometer Persegi, luas kecamatan kresek hanya 2,91 persen dari

luas wilayah kabupaten tangerang. Desa-desa yang berada dalam wilayah

kecamatan kresek meliputi Desa Koper, Desa Patrasana, Desa Pasirampo, Desa

Renged, Desa Jengkol, Desa Kemuning, Desa Rancailat, Desa Talok Dan ,Desa

Kresek.

Desa Kemuning Adalah Desa Yang Terluas Di Kecamatan Kresek dengan

luas wilayah 4,480 kilometer persegi atau 16,02 persen dari luas wilayah

kecamatan kresek. Sedangkan desa koper memiliki luas wilayah yang terkecil

yaitu sebesar 2,290 kilometer persegi atau 8,19 persen dari wilayah kecamatan

kresek.(sumber: Badan Pusat Statistik Kab.Tangerang 2015, 15 Mei 2016).

Secara geografis, Kecamatan Kresek berada di ujung Barat sebelah utara dari

Kabupaten Tangerang. Wilayahnya berbatasan dengan kecamatan Sukamulya di

sebelah timur, Gunung Kaler (pemekaran kecamatan Kresek) sebelah Utara.

Sedangkan sungai Cidurian di sebelah barat menjadi batas antara Kresek dan

kecamatan Binuang yang masuk wilayah Kabupaten Serangdalam rencana Tata

Ruang Wilayah Kab.Tangerang Bahwa Kec.Kresek di fokuskan sebagi area

pertanian.

116

Gambar 4.4

Peta Daerah Kec.Kresek

Hilir sungai cidurian di Kec.Kresek

Rawan Banjir Ds.Renged

Rawan banjir Ds. Rawan Patrasana banjir Ds.Jengkol

Sungai cidurian

Rawan banjir Rawan banjir Ds.Koper Ds.Pasirampo

Hulu sungai Cidurian di Kec.Kresek

Dari peta diatas peneliti menunjukan sungai cidurian yang melewati

Kec.Kresek yang melewati empat desa yang pertama melewati Desa Koper, Desa

Pasirampo, Desa Patrasana dan Desa Renged. Ke empat daerah tersebut wilayah rawan banjir di Kec.Kresek yang di akibatkan meluapnya sungai cidurian tersebut, karena pemukiman masyarakat berdekatan dengan sungai cidurian menjadi daerah rawan banjir di setiap tahunya, untuk banjir pada tahun 2017 berada di Desa Koper dengan jumlah 200 kepala Keluarga, banjir tersebut di karenakan meluapnya sungai cidurian.

117

Pengaturan penyelenggaraan Kecamatan baik dari sisi pembentukan, kedudukan, tugas dan fungsinya secara legalistik diatur dengan Peraturan

Pemerintah. Kecamatan mengemban pula penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.

Kecamatan selain melaksanakan tugas diatas menyelenggarakan fungsi:

a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat,

b. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban

umum,

c. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-

undangan,

d. Mengkoordinasikan pemeliharaan sarana dan fasilitas pelayanan umum,

e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintah di tingkat

kecamatan,

f. Membina penyelenggaraan pemerintah desa dan / atau Kelurahan,

g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup

tugasnya dan / atau yang belum dapat dilaksanakan Pemerintah Desa atau

Kelurahan.

Kecamatan kresek, sebagai lembaga pada Pemerintahan Kab.Tangerang yang bertanggung jawab dan bertugas mengelola bidang pemerintahan umum, pembangunan dan kemasyarakatan serta mempunyai fungsi seperti diatas, dan akan

118

terus menjembatani setiap langkah dan kegiatan dalam rangka peningkatan

pelayanan pada masyarakat di Kecamatan Kresek.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kecamatan Kresek memiliki Visi

dan Misi sebagai berikut:

a) Visi Kecamatan Kresek

Melihat pada kondisi dan tantangan yang dihadapi tahun 2016 serta

mempertingbangkan potensi dan harapan dari masyarakat kecamatan

kresek maka visi kecamatan kresek adalah“Mewujudkan Masyarakat

Kresek Yang Cerdas, Makmur, Religius Berwawasan Lingkungan dan

Berorientasi pada Kualitas Pelayanan Publik”

b) Misi Kecamatan Kresek:

1. Mewujudkan Birokrasi Pemerintahan yang bersih, profesional, berwibawa, amanah, transparan, dan bertanggungjawab serta akuntabel 2. Meningkatkan Infrastruktur Dasar yang merujuk pada pengembangan tata ruang dan lingkungan pemukiman yang lestari, hijau, indah, nyaman dan sehat 3. Peningkatan kualitas SDM yang maju, cerdas, sehat, produktif, partisipatif dan kompetitip 4. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat Kemudian susunan organisasi Kecamatan Kresek menurut Peraturan Bupati

Kab.Tangerang Nomor 61 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja

Kecamatan Dilingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang. Organisasi Perangkat

Daerah Tugas Pokok Dan Fungsi Kecamatan dan Kelurahan Kab.Tangerang,terdiri dari:

119

a) Unsur pimpinan adalah Camat

b) Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat Kecamatan

1. Sub Bagian Keuangan

2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

3. Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan

c) Unsur pelaksana adalah Seksi, terdiri dari:

1. Seksi Kesejahteraan Sosial

2. Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Kelurahan

3. Seksi Pemerintahan

4. Seksi Ekonomi dan Pembangunan

5. Seksi Ketentraman dan Ketertiban

Hasil proyeksi penduduk pertengahan 2015 menunjukan peningkatan jumlah penduduk di Kec.Kresek. Jumlah penduduk Kec.Kresek 64.782 jiwa. Terdiri dari

32.833 jiwa laki-laki dan 31.899 jiwa perempuan. Persentase penduduk Kec.Kresek pada tahun 2014 mencapai 2.008 persen dari total penduduk Kab.Tangerang yang berjumlah 3.226.842 jiwa.

Dengan luas wilayah Kec.Kresek sekitar 27.290 Kilometer persegi yang didiami oleh 64.782 jiwa maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kec.Kresek sebanyak 2.316 kilometer persegi.

4.2 Deskripsi Data

Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah didapatkan dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, selama proses

120

penelitian berlangsung. Dalam penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah

Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah

Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir di kec.kresek). Menggunakan teori Implementasi Kebijakan Publik menurut Van Metter dan Van Horn, meliputi:

1. Ukuran dan tujuan kebijakan

2. Sumberdaya

3. Karakteristik agen pelaksana

4. Komunikasi antara organisasi dan aktivitas pelaksana

5. Sikap atau kecenderungan (disposition) para pelaksana

6. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik

Adapun data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata, kalimat dari kebijakan pemerintah Kab.Tangerang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kab.Tangerang terkait system pengendali banjir di Kec.Kresek, baik dari hasil wawancara dengan informan penelitian, hasil observasi lapangan, catatan lapangan penelitian, atau hasil dokumentasi lainnya, yang relevan dengan fokus penelitian ini.

Proses pencarian dan pengumpulan data yang dilakukan peneliti secara investigasi di mana peneliti melakukan wawancara dengan sejumlah informan yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini, sehingga peneliti mendapatkan informasi yang sesuai dengan yang diharapkan. Informan dalam penelitian ini, peneliti telah

121

menentukan informan dari awal dengan menggunakan teknik purposive.Teknik

Purposiveadalah teknik pengambilan sumber data langsung pada sasaran atau tujuan.

Data-data yang peneliti dapatkan adalah data yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah Kab.Tangerang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kab.Tangerang terkait system pengendali banjir di Kec.Kresekyang ada. Hasil yang diperoleh dari wawancara, observasi lapangan dan kajian pustaka kemudian dibentuk secara tertulis dengan dibentuk pola serta dibuat kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan kategorisasi. Dalam menyusun jawaban hasil wawancara, peneliti memberikan kode-kode sebagai berikut:

1. Kode Q1,2,3 dan seterusnya untuk menunjukan item pertanyaan 2. Kode A untuk menunjukan item jawaban

3. Kode I1.1 untuk menunjukanKasie Pembangunan dan Pemeliharaan Sumber Daya Air Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang

4. Kode I1.2 untuk menunjukanMantan Kepala UPT Pelayanan Terpadu III Kab.Tangerang (Cidurian Hilir) periode 2015-2017

5. Kode I1.3 untuk menunjukan Kepala UPT Pelayanan Terpadu III Kab.Tangerang (Cidurian Hilir)

6. Kode I1.4untuk menunjukan Kasie Perencanaan Umum Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian

7. Kode I1.5 untuk menunjukan Pelaksana Teknis PPK Perencanaan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane

8. Kode I2.1untuk menunjukan Sekretaris Kecamatan Kresek 9. Kode I2.2 untuk menunjukan Sekretaris Desa Patrasana 10. Kode I2.3 untuk menunjukan Kepala Desa Pasirampo 11. Kode I2.4 untuk menunjukan Sekertaris Desa Koper 12. Kode I3.1untuk menunjukan Tokoh Masyarakat/ Ketua RT 01 Ds.Pasirampo

13. Kode I3.2untuk menunjukan Masyarakat Ds.Pasirampo yang terkena dampak banjir

122

14. Kode I3.3untuk menunjukan Masyarakat Ds.Patrasana Kp. Asemuda Rt 013/005yang terkena dampak banjir

4.2.1. Deskripsi Informan Penelitian

Pada penelitian mengenai ImplementasiPeraturan Daerah Kab.Tangerang no

13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah Kab.Tangerang Tahun 2001-

2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir di kec.kresek), dalam menentukan informan peneliti menggunakan teknik purposive merupakan teknik penentuan informan dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu yang disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan. Adapun informan-informan yang peneliti tentukan, merupakan orang-orang yang menurut peneliti ahli atau mengetahui banyak mengenai pelaksanaan system pengendali banjir. Dalam penelitian mereka (informan) adalah orang-orang yang kesehariannya berurusan dengan permasalahan yang sedang peneliti teliti.

Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terikat dalam kebijakan Peraturan Daerah Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata

Ruang wilayah Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir di kec.kresek) diantaranya, sebagai objek penerima Kecamatan Kresek,Desa yang terdampak banjir dan subjek pelaksana Dinas Bina Marga & Sumber Daya Air

Kab.Tangerang, Balai Besar wilayah sungai Ciliwung-cisadane, Balai besar wilayah sungai cidanau-ciujung-cidurian dan Unit Pelayanan Terpadu III Dinas Bina Marga &

SDA Kab.Tangerang dan pihak-pihak lain yang terlibat. Untuk keabsahan data dan

123

untuk menggali secara mendalam mengenai penelitian ini, maka peneliti mengambil informan dari beberapa masyarakat yang terdampak banjir tokoh masyarakat terkait yang telah peneliti tentukan sebelumnya yang peneliti temui. Berikut informan yang telah bersedia diwawancarai adalah:

Tabel 4.1

Informan Penelitian

Kode NO Informan Penelitian Keterangan Informan Kasie Pembangunan dan Pemeliharaan Sumber

1 Agung Rumedi, ST I.1.1 Daya Air Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang Mantan Kepala UPT Pelayanan Terpadu III 2 Edwin Saidi, ST I.1.2 Kab.Tangerang (Cidurian Hilir) periode 2015-2017 Kepala UPT Pelayanan Terpadu III 3 Rasidi Evendi, ST I..1 3 Kab.Tangerang (Cidurian Hilir) Kasie Perencanaan Umum Balai Besar Wilayah 4 Santi Marhni, ST I.1 4 Sungai Cidanau-Ciujung- Cidurian

5 Vicie Puspasari, ST I.1 5 Pelaksana Teknis PPK

124

Perencanaan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-

Cisadane Sekretaris Kecamatan 6 Dadan Sudrajat I.2 1 Kresek

7 Nuryaman, SE I.2 2 Sekertaris Desa Patrasana

8 Janta I.2 3 Kepala Desa Pasirampo

9 Suhada I.2 4 Sekertaris Desa Koper

Ketua Rw 01 Desa 10 Samsuri I.3 1 Pasirampo

11 Ahmadi I.3 2 Masyarakat Pasirampo 12 Masyarakat Ds.Patrasana Risman I.3 3 Kp. Asemuda Rt 013/005

(Sumber: Peneliti, 2016)

4.2.2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian Implementasi Peraturan Daerah

Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah

Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir di kec.kresek) menggunakan Model analisis data menurut Miles dan Huberman, yang mana prosesnya mencakup beberapa langkah, yaitu yang pertama data collection

(pengumpulan data). Pada penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah

Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah

Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir di kec.kresek), dalam tahap pengumpulan data dilakukan dengan reviewkegiatan yang

125

ada, wawancara, observasi, pengumpulan data melalui kajian pustaka dan dokumentasi. Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan dalam penelitian ini valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

Langkah selanjutnya yaitu data reduction (reduksi data). Reduksi data artinya merangkum atau memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan hal yang sama penting. Dalam penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah Kab.Tangerang Tahun 2001-

2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir di kec.kresek), pada tahap reduksi data dilakukan dengan cara membaca ulang data-data yang didapatkan saat pengumpulan data, dan memilih data-data yang sesuai dengan fokus penelitian untuk kemudian disajikan.

Kemudian langkah selanjutnya adalah data display (penyajian data). Penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang

Rencana Tata Ruang wilayah Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir di kec.kresek), dalam tahap penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara sistematis dan dalam bentuk uraian singkat, bagan, kategori dan disajikan berupa teks naratif. Dengan mendisplay data dapat mudah memahami masalah apa yang terjadi.

Langkah keempat yakni melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Dalam penarikan kesimpulan didukung dengan bukti-bukti yang kuat berupa data yang valid dan temuan di lapangan. Dengan menghubungkan hasil observasi,

126

wawancara, studi dokumentasi dan data-data yang ada kemudian dapat ditarik sebuah kesimpulan yang dapat dipertangungjawabkan.

4.3 Sistem Pengendali Banjir di Kec.Kresek Kabupaten Tangerang

Dalam sistem pengendalian banjir Di Kec.Kresek Kab.Tangerang yang dilakukan oleh para stakeholder pelaksana mengacu kepada Peraturan Menteri PU no

9/PRT/M/2009 huruf h, yang disesuaikan dengan kondisi yang ada di Kec.Kresek khususnya di desa-desa yang sering terkena dampak banjir seperti Desa pasirampo,

Desa koper, Desa patrasana dan Desa renged. peneliti menyesuikan dengan isi Perda

Kab.Tangerang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah terkait sistem pengendalian banjir di Kec.Kresek upaya yang di lakukan Dinas Bina Marga & SDA

Kab.Tangerang selaku pemilik wilayah pemilik kewenangan terkait rehabilitasi sungai-sungai tersier dalam hal ini drainase dan pembuang dan (BBWSC-2) balai besar wilayah sungai ciliwung-cisadaneselaku pemilik kewenangan yang mengelola situ yang ada di Kab.Tangerang dan di wilayah Kec.Kresek sedangkan (BBWSC-3) balai besar wilayah sungai cidanau-ciujung-cidurian,selaku pemilik kewenangan pengelolaan sungai cidurian dan UPT III cidurian hilir memiliki wewenang sebagai pemelihara sungai cidurian hilir para stakeholder pelaksana tersebut melaksanakan

Peraturan Daerah Kab.Tangerang Tentang Rencana Tata Ruang wilayah terkait sistem pengendalian banjir mengacu kepada Peraturan Menteri PU no

09/PRT/M/2009 huruf h pengendalian daya rusak air.

127

1. Pengendalian banjir mengutamakan pendekatan non-struktur melalaui

konservasi sumber daya air dan pengelolaan daerah aliran sungai dengan

memperhatikan keterpaduan dengan ruang wilayah.

2. Peningkatan partisipasi masyarakat dan kemitraan di antara pemangku

kepentingan terus di upayakan tidak hanya pada saat banjir.

3. Pengendalian banjir di utamakan pada wilayah padat dan strategis.

Poin pertama peraturan menteri PU 09/PRT/M/2009 huruf h

pengendalian daya rusak air, dilakukan oleh pengelola sumber daya air sungai

cidurian yaitu (BBWSC-3) balai besar wilayah sungai cidanau-ciujung-

cidurian, dalam mengendalikan banjir BBWSC-3 menggunakan metode non-

struktur melalui konservasi sumber daya air di wilayah hulu hingga hilir

sungai cidurian. Metode non-struktur dilakukan di wilayah sungai cidurian

untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan dengan cara yaitu:Analisis

pengendalian banjir dengan tidak menggunakan bangunanpengendali akan

memberikan pengaruh cukup baik terhadap regim sungai.

Contoh aktivitas penanganan tanpa bangunan adalah sebagai berikut :

1. Pengelolaan DAS

Pengelolaan DAS berhubungan erat dengan peraturan, pelaksanaan

danpelatihan. Kegiatan penggunaan lahan dimaksudkan untuk menghemat dan

menyimpan air dan konservasi tanah. Pengelolaan DAS mencakup

aktifitasaktifitas berikut ini :

1) Pemeliharaan vegetasi di bagian hulu DAS

128

2) Penanganan vegetasi untuk mengendalikan kecepatan aliran air dan erosi

tanah.

3) Pemeliharaan vegetasi alam, atau penanaman vegetasi tahan air yang tepat,

sepanjang tanggul drainasi, saluran-saluran dan daerah lain untuk

pengendalian aliran yang berlebihan atau erosi tanah.

4) Mengatur secara khusus bangunan-bangunan pengendali banjir (missal

chek dam) sepanjang dasar aliran yang mudah tererosi.

5) Pengelolaan khusus untuk mengatisipasi aliran sedimen yang

dihasilkandari kegiatan gunung berapi.

2. Pengaturan Tata Guna Lahan

Pengaturan tata guna tanah di daerah aliran sungai, ditujukan untukmengatur penggunaan lahan, sesuai dengan rencana pola tata ruang wilayah yang ada. Hal ini untuk menghindari penggunaan lahan yang tidak terkendali, sehingga mengakibatkan kerusakan daerah aliran sungai yang merupakan daerah tadah hujan. Pada dasarnya pengaturan penggunaan lahan di daerah aliran sungai dimaksudkan untuk : a. Untuk memperbaiki kondisi hidrologis DAS, sehingga tidakmenimbulkan

banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musimkemarau. b. Untuk menekan laju erosi DAS yang berlebihan, sehingga dapatmenekan

laju sedimentasi pada alur sungai di bagian hilir.

3. Pengendalian Erosi

129

Sedimen di suatu potongan melintang sungai merupakan hasil erosi di

daerah aliran di hulu potongan tersebut dan sedimen tersebut terbawa oleh

aliran dari tempat erosi terjadi menuju penampang melintang itu. Oleh karena

itu kajian pengendalian erosi dan sedimen juga berdasarkan kedua hal tersebut

di atas, yaitu berdasarkan kajian supply limited dari DAS atau kapasitas

transport dari sungai. Faktor pengelolaan penanaman memberikan andil yang

paling besar dalam mengurangi laju erosi. Jenis dan kondisi semak (bush) dan

tanaman pelindung yang bisa memberikan peneduh (canopy) untuk tanaman

di bawahnya cukup besar dampaknya terhadap laju erosi. Pengertian ini secara

lebih spesifik menyatakan bahwa dengan pengelolaan tanaman yang benar

sesuai kaidah teknis berarti dapat menekan laju erosi yang signifikan.

4. Pengembangan Daerah Banjir

Ada 4 strategi dasar untuk pengembangan daerah banjir yang meliputi

:

1) Modifikasi kerentanan dan kerugian banjir (penentuan zona atau

pengaturan tata guna lahan).

2) Pengaturan peningkatan kapasitas alam untuk dijaga kelestariannyaeperti pe sepereti penghijauan.

3) Modifikasi dampak banjir dengan penggunaan teknik mitigasi

sepertiasuransi, penghindaran banjir (flood proofing).

4) Modifikasi banjir yang terjadi (pengurangan) dengan bangunan pengontrol

(waduk) atau normalisasi sungai.

130

5. Pengaturan Daerah Banjir

Pada kegiatan ini dapat meliputi seluruh kegiatan dalam perencanaan

dantindakan yang diperlukan untuk menentukan kegiatan, implementasi,

revisi perbaikan rencana, pelaksanaan dan pengawasan secara keseluruhan

aktivitas di daerah dataran banjir yang diharapkan berguna dan bermanfaat

untuk masyarakat di daerah tersebut, dalam rangka menekan kerugian

akibat banjir. Kadang - kadang kita dikaburkan adanya istilah flood plain

management dan flood control, bahwa manajemen di sini dimaksudkan

hanya untuk pengaturan penggunaan lahan (land use) sehubungan dengan

banjir dan flood controluntuk pengendalian mengatasi secara keseluruhan.

Demikian pula antara floodplain zoning dan flood plain regulation, zoning

hanya merupakan salah satu cara pengaturan dan merupakan bagian dari

manajemen daerah dataran banjir. Manajemen daerah dataran banjir pada

dasarnya bertujuan untuk :

a. Meminimumkan korban jiwa, kerugian maupun kesulitan yang diakibatkan

oleh banjir yang akan terjadi.

b. Merupakan suatu usaha untuk mengoptimalkan penggunaan lahan di daerah

dataran banjir dimasa mendatang, yaitu memperhatikan

keuntunganindividu ataupun masyarakat sehubungan dengan biaya yang

dikeluarkan.(Robert J. Kodoatie,”Penanganan Bencana Terpadu”)

Point kedua peraturan menteri PU 09/PRT/M/2009 huruf h pengendalian daya rusak air, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengurangi penyebab banjir

131

memang kesadaran masyarakat belum menyadari betapa pentingnya menjaga lingungan sungai dari sampah rumah tangga ataupun rumput yang ada di areal sungai, masih terlihat perilaku masyarakat di wilayah kec.kresek yang terken banjir masih membuang sampah ke sungai kecil dan sungai cidurian.

Tanggal 19 Mei 2017, Pukul 10:31 Tanggal 22 April 2017, Pukul 14:19 Wib, Kp.Gangsa Desa Pasirampo Wib, Kp .Sepang Desa Pasirampo

Tanggal 15 Mei 2017, Pukul 09:45 Tanggal 22 April 2017, Pukul 14:19 Wib Kp.Songgom Desa Koper Wib, Kp.Sepang Desa Pasirampo Sumber Peneliti 2017

132

Di lihat dari Kondisi di lapangan partisipasi masyarakat dalam membersihkan kondisi sungai adapun tidak terlihat karena peneliti melihat secara langsung dan kondisi yang ada bahwa tidak ada pembersihan dari rumput-rumput yang dapat mengganggu aliran air dan merawat kondisi sungai yang telah di rehabilitasi karena masyarakat tidak menyaari pentingnya menjaga kebersihan lingkunganya sendiri dan dari informasi yang di dapat seharusnya pemeliharaan drainase yang telah dibuat sebagaian besar mengandalkan pihak pemerintah untuk menjaga dan merawat drainase tersebut, serta adanya kerjabakti yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.

Seharusnya masyarakat sekitar yang harus menjaga dan merawat drainase yang telah diperbaiki, itu merupakan hal yang paling utama karena ketika kondisi drainase terawat dengan baik air hujan tidak tergenang terlalu lama dan langsung ke sungai besar itu yang diharapkan dari rehabilitasi drainase sebagai pengendali banjir, walau tidak semua masyarakat yang tidak menyadari pentingnya menjaga lingkungan kondisi sungai yang ada.

Terkait kemitraan diantara kepentingan terus di upayakan tidak hanya pada saat banjir, dalam pengendalian banjir di Kec.Kresek Kab.Tangerang ada empat stakeholder pelaksana pengendalian banjir yang pertama pihak Pemerintah

Kab.Tangerang selaku pemilik wilayah yang mempunyai kewenangan mengelola Das di bawah 1000 Ha dan sungai-sungai tersier yang kedua BBWSC-2 ciliwung- cisadane yang mempunyai kewenangan mengelola Das dan situ 3000 Ha keatas yang berada di wilayah administatif Kab.Tangerang selaku pemilik wilayah termasuk situ

133

yang berada di Kec.Kresek seperti situ patrasana, situ situ garukgak, situ gabus dan situ tamiang sedangkan BBWSC-3 cidanau-ciujung-cidurian yang mempunyai kewenangan mengelola sungai cidurian hulu hingga hilir yang melewati

Kab.Tangerang seperti Kec.Kresek Kec.Gunung Kaler, Kec.Kronjo dan UPT III

Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang bertugas memelihara kondisi sungai yang berada di cidurian hilir.

Tanggal 27 Maret 2017, Pukul 17:39 Tanggal 27 Maret 2017,Pukul 17:39

Tanggl 13 Februari 2017, Pukul 14:52 Tanggal 13 Februari 2017,Pukul 14:52

134

Sumber Peneliti 2017

Dokumentasi diambil pada tanggal 13 Februari 2017, pukul 14:52 wib di

Kp.asemuda Desa Patrasana Kec.Kresek. Gambar tersebut menunjukan bahwa air sungai cidurian telah mengakibatkan abrasi di samping sungai cidurian akibatnya jalan penghubung Desa tersebut runtuh karena tanah tidak dapat menahan air sungai cidurian yang meluap, dari informasi yang peneliti dapat dari Sekertaris Desa

Patrasana bahwa sepanjang 5 Km samping atau pinggiran sungai cidurian di wilayah

Desa Patrasana belum di tanggul. Pihak Desa Patrasana pun telah mengajukan perihal kondisi tersebut dalam musrenbang kecamatan yang di hadiri pihak pemerintah seperti badan perencanaan pembangunan daerah Kab.Tangerang dan para anggota

DPRD Kab.Tangerang, dari informasi yang peneliti dapatkan bahwa usulan dari pihak desa belum ada realisasi karena menurut Sekertaris Desa Patrasana kondisi tersebut kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-ciujung-cidurian.

Seharusnya keempat stakeholder pelaksana tersebut bekerja sama dan saling berkoordinasi untuk mengurangi daya rusak air yang mengakibatkan banjir di wilayah Kec.Kresek Kab.Tangerang,

Point ketiga peraturan menteri PU 09/PRT/M/2009 huruf h pengendalian daya rusak air, pengendalian banjir di utamakan pada wilayah padat dan stategis pengendalian banjir di wilayah yang padat di wilayah Kec.Kresek Khususnya Di

Desa-Desa Yang Sering Terkena Banjir Dilakukan Oleh Dinas Bina Marga& SDA

Kab.Tangerang dengan merehabilitasi saluran drainase di wilayah Desa yang padat

135

dan sering terkena banjir karena wilayah tersebut menjadi prioritas utama dalam pengendalian banjir di wilayah Kec.Kresek Kab.Tangerang bisa dilihat secara langsung oleh peneliti bahwa kondisi drainase yang ada sudah di rehabilitasi.

Tanggal 22 April 2017, Pukul 14:19 Wib, Kp.Sepang Desa Pasirampo

Sumber Peneliti 2017

Untuk wilayah strategis yang sering terdampak banjir adalah wilayah yang padat di sekitar wilayah sungai cidurian dan wilayah strategis kec.kresek seperti wilayah pusat perekonomian dan administrasi wilayah Desa Kresek tidak terkena banjir karena wilayah tersebut berada di dataran yang tinggi dan jauh dari sungai cidurian, untuk keseluruhan wilayah strategis wilayah Kecamatan Kresek di fokuskan pertanian bukan industri dan perumahan. para pelaksana sistem pengendalian banjir

136

di Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang mengacu kepada Peraturan Menteri PU

09/PRT/M/2009 huruf h pengendalian daya rusak air dan melaksanakan amanat yang telah di buat dalan Peraturan Daerah No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kab.Tangerang Tahun 2011-2031 Pasal 35 Sistem Pengendalian Banjir

Khususnya Di Kec.Kresek implementasi perda tersebut belum semuanya di laksanakan karena perbedaan kewenangan, kurangnya anggaran dan perlu adanya pengkajian ulang serta sulitnya realisasi program pembangunan yang diusulkan oleh masyarakat maupun pihak Desa dan Kecamatan Kresek sendiri.

Temuan lapangan yang peneliti temukan dalam penelitian, bahwa pelaksanaan pembangunan sarana prasarana infrastuktur pengendalian banjir di Kec.Kresek yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan salah satu informan, bahwa pelaksanaan pembangunan pengendalian banjir pembuatan tanggul cidurian terdapat hal yang menyimpang dari seharusnya, seperti pelaksaan pembagunan tanggul cidurian yang di tender kan oleh pihak pemerintah pusat untuk pembangunan tanggul cidurian pihak pemborong proyek yang menerima atau yang memenangkan tender perbaikan tanggul cidurian dari hasil wawancara dengan salah satu perangkat desa bahwa pemborong proyek pertama yang menerima perintah langsung dari pemerintah pusat/Balai besar wilayah sungai cidanau-ciujung-cidurian sering di limpahkan atau di jual kembali tender tersebut ke pemborong lain untuk pelaksanaan pembangunanya, sehingga kualitas dari bahan-bahan perbaikan tanggul cidurian pun berkurang, karena pihak ketiga atau pemborong tersebut meminimalisir bahan-bahan

137

pembangunan tersebut agar keuntungan yang di dapatkan pemborong lebih besar, sehingga kualitas kekuatan tanggul cidurian menjadi menurun daya tahanya pun di ragukan, mungkin hal tersebut yang menjadikan tanggul cidurian yang telah pemerintah anggarkan dengan cara tender tersebut di manfaatkan oleh pihak yang ingin mengambil keuntungan sehingga tanggul cidurian mudah rusak karena jumlah kualitas yang di inginkan pihak pemerintah tidak terlaksana, informan tersebut mengatakan bahwa jumlah dua sak semen digunakan untuk pasir satu mobil pick up untuk pembangunan perbaikan tanggul cidurian yang mengakibatkan daya tahan tanggul kurang baik dan mudah rusak, informan tersebut pun menambahkan bahwa pembangunan tanggul lebih baik ketika program ABRI masuk desa pada tahun 2000, tanggul yang di buat oleh ABRI pada saat ini daya tahan dan kualitasnya lebih kuat dan terjamin.

4.4 Deskripsi Hasil Penelitian

Pembahasan dan analisis dalam penelitian merupakan data dan fakta yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan dan disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan. Dalam pemaparan hasil penelitian, peneliti menuliskannya dalam bentuk deskriptif berupa uraian dan kutipan langsung dari narasumber. Untuk mengetahui bagaimana mengenai Implementasi Peraturan Daerah Kab.Tangerang no 13 Tahun

2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir di kec.kresek tahun 2015), dengan menggunakan

138

model teori Implementasi kebijakan Van Metter dan Van Horn dalam implementasi kebijakan meliputi enam (6) tahapan, yaitu:

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan 2. Sumberdaya 3. Karakteristik Agen Pelaksana 4. Sikap atau Kecenderungan (disposition) Para Pelaksana. 5. Komunikasi Antara Organsasi dan Aktivitas Pelaksana. 6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik

4.4.1 Implementasi Perda Kab.Tangerang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

terkait Sistem Pengendali Banjir Di Kec.Kresek

Analisis data dan temuan di lapangan yang peneliti lakukan dengan menggunakan model implementasi kebijakan menurut Van Metter dan Van Horn di mana untuk mengimplementasi kebijakan meliputi enam (6) indikator, yaitu Ukuran dan Tujuan Kebijakan, Sumberdaya, Krakteristik Agen Pelaksana, Sikap atau

Kecenderungan (disposition) para pelaksana, Komunikasi Antar Organisasi dan

Aktivitas Pelaksana, Lingkungan Ekonomis, Sosial dan Politik. Berikut penjabarannya yang telah peneliti paparkan:

4.4.2 Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Implementasi kebijakan dapat di ukuran dan tujuan kebijakan melalui sebuah program.Dimana ukuran keberhasilan dan tujuan kebijakan menurut Van Metter dan

Van Horn mengemukakan implementasi kebijakan kebijakan tentunyamenegaskan standar dan sasaran yang harus di capai oleh para pelaksana kebijakan program

139

Kab.Tangerang bebas banjir merupakan program pemerintah yangharus dilaksanakan demi mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalamperda Peraturan Daerah

Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah

Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir di kec.kresek).

Sebagaimana yang telah di ungkapkan oleh I.1.1

"Yang pertama menormalisasi sungai yang khususnya saluran-saluran pembuang yang adadi wilayah kecamatan kresek, khususnya di dinas bina marga & SDA kita membuat tandon air atau penampung air dimana disaat musim hujan dapat menampung air hujan dan disaat musim kemarau kita mempunyai kelebihan air untuk persediaan air pada saat

kekeringan"(wawancara dengan I.1.1, 09 januari 2017, pukul 10.00 wib, di Kantor Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang) Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat peneliti ketahui bahwa normalisasi sungai-sungai pembuang dan pembangunan kolam tandon halyang perlu dilakukan sebagi pengendali banjir dan untuk menyimpan airketika musim kemarau.

Hal serupa di ungkapkan oleh I.1.3

"Memperbaiki kondisi sungai yang ada sebagai penyebab banjir di kec.kresek, pemerintah kabupaten dan pusat di berikan tanggung jawab untuk mengurangi banjir dengan cara yang telah di atur oleh

perda tersebut.(Wawancara Dengani I.1.3, 18 Januari 2017,Pukul 11.00 Wib di Kantor UPT Sumber Daya AirWilayah III Dinas Bina Marga &SDA Kab.Tangerang). Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat peneliti ketahui bahwa memperbaiki sungai yang mengakibatkan banjir menjadi tanggung jawab pemerintah

Kabupaten dan Pemerintah pusat.

140

Hal serupa di ungkapkan secara umum oleh I.1.2

"Tujuannya untuk program selambat-lambatnya pada tahun 2019

kab.tangerang bebas banjir.(Wawancara DenganI.1.2, 30 Januari 2017,Pukul 10.30 Wib, Dikantor UPT Sumber Daya Air II Dinas Bina Marga &SDA Kab.Tangerang). Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa secara umum selambat-lambatnya

Kab.Tangerang bebas banjir pada tahun 2019.

Hal yang sama di ungkapkan oleh I.2.1

"Satu yang jelas kedepan wilayah kresek tidak banjir,ketika pun banjir disitu ada tingkat kesadaran masyarakat juga, bukan hanya karena meluap itu air, lewat sampah kebersihan ini yang kecilkan, ketika berhasil masyarakat menyadari betapa pentingnya infrastruktur di pelihara di rawat bukanhanya di bangun seperti pembuang rumah tangga kalau tidak di rawat dipelihara dan banyak sampah bisa menyumbat sedikit tapi bila banyakakan besar, ketika sarana prasarana yang kita bangun dapat dipelihara dengan baik,kita jago membangun

tetapi tidak jago memelihara.(Wawancara Dengan I.2.1, 17 Maret 2017, Pukul 09:00 Dikantor Kecamatan Kresek Kab.Tangerang).

Berdasarkan hasil dari wawancara dengan I.2.1 dapat peneliti ketahui yang pertama kec.kresek di waktu mendatang tidakbanjir lagi dan masyarakat di harapkan tidak membuang sampahsembarangan serta infrastuktur pengendali banjir telah di bangun dapadi pelihara.

Ukuran Keberhasilan dari Perda No 13 Tahun 2011 TentangRencana Tata

Ruang Wilayah Kab.Tangerang Tahun 2011-2031 Terkait Sistem Pengendalian

Banjir dapat dilihat dari yang diungkapkan oleh I.1.1

141

"Program Kab.tangerang tahun 2019 bebas banjir, berarti tidak adatarget khusus yang penting dimana ada saluran kita normalisasi kita perbaiki kita sempurnakan dan kita manfaatkan lagi sebagai penampung air, dimana masyarakat Kab.Tangerang prioritas bebas banjir dan mempunyai persediaan air di musim kemarau”"(wawancara

dengan I.1.1, 09 januari 2017, pukul 10.00 wib, di Kantor Dinas Binamarga & SDA Kab.Tangerang) Berdasarkan wawancara di atas, bahwa ukuran keberhasilan dari Peraturan

Daerah Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah

Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 Terkait Sistem Pengendalian Banjir Khususnya Di kec.kresek). Bahwa tidak ada target khusus yang terpenting pada tahun 2019 wilayah kab.tangerang bebasbanjir dan memperbaiki saluran pembuang yang rusak dan di manfaatkan fungsinya.

Hal yang sama di ungkapkan oleh I.1.3

"Dapat mengurangi jumlah ataupunarea banjir di kec.kresek dan lebih cepatnya air yang meluap langsungkembali ke sungai yang terdekat dari pemukiman masyarakat dengan dinormalisasinya sungai-sungai linear oleh bina marga dan kami sebagai unit pelayanan teknis merawat dan memelihara sungai yang telah dibangun atau di perbaiki

fungsinya".(Wawancara Dengan I.1.3, 18 Januari2017, Pukul 11.00 Wib Di Kantor Upt III Sumber Daya Air Dinas Binamarga &SDA Kab.Tangerang) Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat peneliti ketahuibahwa ukuran keberhasilan sistem pengendalian banjir ini adalah dapatmengurangi jumlah dan area banjir dengan menormalisasi sungai linearoleh Dinas Bina Marga dan UPT bertugas merawat dan memelihara sungai yang telah di rehabilitasi.

142

Tanggal 13 Februari 2017, Pukul 14:24 Wib diperbatasan Desa Koper dengan Desa Pasirampo Kec.Kresek.

Tanggal 27 Maret 2017, Pukul 14:24 Wib diperbatasan Desa Koper dengan Desa Pasirampo Kec.Kresek Sumber Peneliti 2017

Berdasarkan wawancara tersebut sangat jelas bahwa ukuran dan tujuan kebijakan sistem pengendalian banjir selambat-lambatnya pada tahun 2019

Kabupaten Tangerang bebas banjir dan saluran drainase yang telah rusak kondisinya dapat di rehabilitasi di wilayah Kecamatan Kresek.

143

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa tujuan dan ukuran kebijakanyang berkaitan dengan perda RTWR system pengendalian banjir di Kec.Kresek,peneliti dapat menyimpulkan bahwa tidak semua keberhasilan ukuran tujuan kebijakan sistem pengendalian banjir dapat terlaksana, seperti:

A. Rehabilitasi saluran drainase dengan memperbesar saluran drainase serta membongkar dan/atau mengganti utilitas yang dapat mengganggu sistem drainase.

Kondisi saluran drainase di wilayah kec kresek dan desa-desa rawan banjir di kec.kresek kondisinya dalam keadaan yang baik. Drainase-drainase telah di rehabilitasi oleh Pemerintah Kab.Tangerang Melalui Dinas Bina Marga & SDA

Kab.Tangerang.

B. Normalisasi sungai cisadane sungai cidurian dan sungai cimanceuri berupa pengerukan, Pelurusan, penyataan bagian sungai yang sempit serta pembuatan tebing penguat di tepi sungai, serta pengembangan fungsi bantaran sungai.

Di kec.kresek sungai yang melewati wilayah teresebut adalah sungai cidurian yang kewenangan menormalisasi pihak pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian

PUPR, kondisi sungai cidurian dari observasi dan wawancara peneliti dapat mengetahui bahwa sungai cidurian tidak sama sekali tersentuh pembangunan normalisasi sehingga sungai cidurian ketika musim penghujan menjadi penyebab utama banjir di wilayah kec.kresek seperti di desa koper, desa pasirampo, desa patrasana dan desa jengkol.

144

C. Operasi dan pemeliharaan yang optimal dan efisien.

Dalam pemeliharaan infrastuktur pengendali banjir di kec.kresek yang telah dibangun pemerintah, pemeliharaan tersebut di tugaskan kepada UPT III Dinas Bina

Marga & SDA Kab.Tangerang, dari hasil wawancara serta observasi, infrastuktur pengendali banjir ini tidak berjalan dengan baik karena para petugas yang di tugaskan tidak rutin melakukan pemeliharaan dengan baik.

D. Memperluas daerah pelayanan yaitu dengan membuat dan memperbaiki saluran drainase khususnya di lokasi banjir.

Dilakukan oleh Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang berdasarkan observasi dan wawancara, daerah yang rawan terkena banjir di kec.kresek, kondisi drainse sebagai pengalir aliran air agar cepat ke sungai besar, bentuk pelayanan yang di berikan kepada masyarakat yang terkena banjir sudah baik hal tersebut bisa di lihat dengan banyaknya drainase yang telah di bangun sebagai pengendali banjir di wilayah tersebut.

E. Penerapan manajemen daerah aliran sungai, situ dan pantai dengan membentuk badan pengelola.

Dari hasil wawancara badan pengelola das cidurian, situ hingga pantai yang ada dari para pelaksana seperti Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang, (BBWSC-

2)balai besar wilayah sungai ciliwung-cisadane (BBWSC-3) balai besar wilayah sungai cidanau-ciujung-cidurian tidak berjalan dengan baik karena para stakeholder tersebut bekerja dengan tugas masing-masing dan bentuk perintah atau komando tidak jelas.

145

F. Pembangunan kolam tandon air di rencanakan di wilayah kecamatan rawan banjir.

Kec.kresek termasuk daerah yang direncanakan membuat kolam tandon air oleh Pemerintah Daerah Kab.Tangerang dengan memanfaatkan situ atau rawa yang telah ada di wiliyah kec.kresek seperti situ gabus, situ genggong, situ garukgak dan situ patrasana ,namun bentuk realisasi dari revitalisasi situ tersebut tidak ada.

Dari ke enam point sub-pasal 35 sistem pengendalian banjir ukuran dan tujuan kebijakan, bahwa ukuran keberhasilan kebijkan tidak optimal karena dari ke enam point sub-pasal 35 sistem pengendalian banjir hanya dua point sub-pasal 35 sistem pengendalian banjir yang dapat terlaksana seperti saluran drainase dengan memperluas saluran drainase serta membongkar dan/atau mengganti utilitas yang dapat mengganggu sistem drainase dan memperluas daerah pelayanan yaitu dengan membuat dan memperbaiki drainase khususnya di lokasi banjir, akan tetapi hal tersebut tidak cukup untuk mengatasi banjir.

Tabel 4.2 Banjir Kec.Kresek Tahun 2013-2017 No Tahun Desa Penyebab Jumlah

korban

(KK)

1 2013 Ds.Pasisampo, Ds.Renged, Tanggul sungai 1.210 Ds,Koper, Ds.Patrasana, cidurian jebol Ds.Talok (KK) 2 2014 Ds.Koper dan Ds.pasirampo Hujan deras, & 156 penyempitan saluran air (KK)

3 2015 Ds.Pasirampo, Ds.Koper, Luapan sungai 2.262 Ds.Patrasana, Ds.Renged, cidurian

146

Ds.Kresek, Ds.Talok (KK)

4 2016 Ds.Jengkol Luapan anak sungai 68 (KK) situ patrasana 5 2017 Ds.Koper Luapan sungai 200 cidurian (KK)

Karena aktivitas pelaksanaan pembangunan sistem pengendalian banjir yang lain seperti : (b) Normalisasi sungai cisadane sungai cidurian dan sungai cimanceuri berupa pengerukan, Pelurusan, penyataan bagian sungai yang sempit serta pembuatan tebing penguat di tepi sungai, serta pengembangan fungsi bantaran sungai, (c)

Operasi dan pemeliharaan yang optimal dan efisien, (e) Penerapan manajemen daerah aliran sungai, situ dan pantai dengan membentuk badan pengelola, dan (f)

Pembangunan kolam tandon air di rencanakan di wilayah kecamatan rawan banjir, yang belum terlaksana sehingga aktivitas pelaksanaan pembangunan pengendalian banjir tidak berjalan secara simultan sehingga menyebabkan banjir masih saja terjadi sampai saat ini pada tahun 2016 & 2017 yang di akibatkan oleh meluapnya situ garukgak dan luapan sungai cidurian maka keberhasilan kebijakan belum tercapai.

Artinya jika sebuah kebijakan belum terlaksana apa yang telah di tetapkan sebelumnya maka pelaksanaan kebijakan tersebut tidak optimal, karena ukuran dan tujuan kebijkan terkait system pengendalian banjir ini masih belum jelas, bahwa ukuran keberhasilanya yaitu tidak adanya target khusus yang terpenting kondisi yang menjadi penyebab banjir dapat di perbaiki serta setiap tahun tidak banjir kembali.

147

4.4.3 Sumberdaya

Keberhasilan implementasi kebijakan publik sangat tergantung dari kemapuan memanfaatkan sumberdaya, sumber daya manusia merupakan yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi, tetapi di luar sumberdaya manusia, sumberdaya sumberdaya yang perlu diperhitungankan juga ialah sumberdaya finansial dan sumberdaya sarana prasarana menjadi perhitungan penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan.

Selain Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang Sebagai Pelaksana Peraturan

Daerah Kab.Tangerang No 13 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kab.Tangerang

Tahun 2011-2031 terkait sistem pengendalian banjir studi kasus sistem pengendalian banjir di Kecamatan Kresek ada juga pihak lainyang terlibat seperti Balai Besar

Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane,Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-

Cidurian dan Upt III Sebagai Unit Pelaksana Teknis Sungai Cidurian Hilir dikarenakan ada kewenangan pengelolaan oleh Pusat sebesar 3000 Ha keatas, 1000

Ha-3000 Ha Propinsi dan 1000 Ha kebawah Kewenangan Kabupaten/Kota yang tercantum dalam Keputusan Menteri PU no 12 tahun 2012 tentang wilayah sungai.

Untuk sumberdaya manusia sendiri yang ada sebagai pengendali banjir dirasa

kurang, sesuai apa yang di katakana oleh I.1.1 Kasie Pembangunan Dan Pemeliharaan

Sumber Daya Air Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang, beliau mengatakan sebagai berikut:

148

"Pada saat ini masih kebutuhan pekerja, karena hampir rata-rata baik irigasi, situ maupun sungai kita hanya kebagian dari lintas-lintas propinsi kabupaten dimana irigasi yang di bawah 1000 Ha masihkewenangan pusat, situ-situ masih kewenangan pusat, saluran- saluranyang kita tangani sekarang hanya saluran pembuang, jadi untuk sumberdaya manusia kita meminta ditambahkan aja".(Wawancara

Dengan I.1.1, 09 Januari 2017, Pukul 10.00 Wib, di Kantor Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang) Berdasarkan wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa untuk sumber daya manusia meminta untuk di tambahkan karena masih kekurangan pekerja.

Hal yang sama di ucapkan oleh I.1.3

“Aparatur yang ada sebetulnya masih kekurangan jumlahnya dan sulit melakukan pekerjaan karena wilayah pemeliharaanya luas

".(Wawancara Dengan I.1.3, 18 Januari2017, Pukul 11.00 Wib Di Kantor Upt III Sumber Daya Air Dinas Binamarga & SDA Kab.Tangerang) Berdasarkan wawancara di atas peneliti ketahui bahwa sebenarnya jumlah aparatur masih kekurangan karena wilayah pemeliharaan terlalu luas.

Hal yang berbeda di ucapkan oleh I.1.2

"Aparatur sebetulnya sudah siapcuma tinggal membiasakan saja danhanya perlu di stimultankan saja,aparatur sebetulnya

siap".(Wawancara DenganI.1.2, 30 Januari 2017,Pukul 10.30 Wib, Dikantor UPT Sumber Daya Air II Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang). Berdasarkan wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa aparatur sebenarnya sudah siap dan perlu di stimultankan saja.

Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial yang cukup juga sangat berpengaruh dalam menunjang kebijakan Peraturan Daerah Kab.Tangerang no 13

149

Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah Kab.Tangerang Tahun 2001-2031

Terkait Sistem Pengendalian Banjir Khususnya Di kec.kresek).

Seperti peneliti kutip dari media elektronik Koran Tempo

“Penundaan pencairan Dana Alokasi Umum (DAU) untuk pemerintah daerah oleh Kementerian Keuangan berdampak terhadap rencana pembangunan infrastruktur di Kabupaten Tangerang sebanyak 182 proyek infrastuktur dan pengendali banjir diwilayah Kab.Tangerang ditunda, penundaan DAU membuat dinas Bina Marga memangkas 60 persen usul dalam APBD Perubahan 2016."Dari Rp 178 miliar menjadi Rp 30 miliar, Pemangkasan usul anggaran meliputi anggaran untuk peningkatan jalan dan jembatan serta normalisasi sungai dan saluran irigasi. Sebagian besar program pengendalian banjir," 1. Pembangunan saluran drainase dan gorong-gorong sebanyak tujuh kegiatan dengan nilai Rp 7,7 miliar, 2. Pembangunan turab, talud, atau brojong sebanyak tujuh kegiatan dengan nilai Rp 808 juta, 3. Peningkatan sarana dan prasarana kebinaragaan tiga kegiatan Rp 2,2 Miliar, 4. Pengembangan dan pengelolaan irigasi, rawa, dan jaringan pengairan 17 kegiatan Rp 29,4 miliar, 5. Pengembangan pengelolaan konservasi sungai dan danau 14 kegiatan Rp 9,6 miliar JONIANSYAHHARDJON (Sumber:tempo.co, di kutip 2 Maret 2017) Berdasarkan berita diatas Penundaan DAU Dana Alokasi Umum dari kementerian keuangan tersebut mengakibatkan mengurangnya pembangunan pengendali banjir di Kab.Tangeang ternasuk Di Kec.Kresek seperti ;1. Pembangunan saluran drainase dangorong-gorong sebanyak tujuh kegiatan dengan nilai Rp 7,7 miliar, 2. Pembangunan turab, talud, atau brojong sebanyak tujuh kegiatan dengan nilai Rp 808 miliar, 3. Peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan tiga kegiatan, Rp 2,2 miliar;8. Pengembangan dan pengelolaanjaringan irigasi, rawa, dan jaringanpengairan, 17 kegiatan, Rp 29,4 miliar;9. Pengembangan pengelolaan konsevasi sungai dan danau, 14 kegiatan, Rp 9,6 miliar.

150

Diperkuat sebagaimana yang di ungkapkan oleh I.1.1

"Untuk anggaran kita masih sangat kurang dan terbentur olehpersoalan kewenangan, kita ada kegiatan tetapi tidak ada anggaran karena kewenangan, kita meminta tolong kepusat tetapi sulit".(Wawancara

Dengan I.1.1, 09 Januari 2017, Pukul 10.00 Wib, Di Kantor Dinas Bina Marga & SDAKab.Tangerang) Berdasarkan hasil dari wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa anggaran yang di perlukan masih kurang dan terbentur oleh kewenangan dan birokrasi yang sulit ketika meminta bantuan anggaran.

Hal yang serupa di ungkapkan oleh I.1.3

"Anggaran sebetulnya kurang tetapi kita menyiasati agar anggaran yang sedikit tersebut dapat kita gunakan dengan kebutuhan dilapangan

yang penting dan harus dilakukanoleh kita".(Wawancara Dengan I.1.3, 18 Januari2017, Pukul 11.00 Wib Di Kantor Upt III Sumber Daya Air Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang). Berdasarkan hasil wawancara di atas peneliti ketahui bahwaanggaran dirasa kurang akan tetapi di siasati agar kebutuhandilapangan berjalan.

Hal berbeda di ungkapkan oleh pelaksana Teknis PPK Perencanaan BBWSCC

ciliwung-cisadane I.1.5.

"Kita di sini menganggarkan berdasarkan renstra PU berdasarkan itu kalau misalkan ada yang urgent, mungkin bisa diubah ketahun yang urgent, misalnya di dalam anggaran tahun 2016 ada yang urgent pada tahun 2017 pelaksanaan tersebut bisa di ubah ketahun

2017".(Wawancara DenganI.1.5, 11 Januari 2017,Pukul 10.30 Di KantorBBWSCCCiliwung-Cisadane).

151

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa anggaran yang dikeluarkan berdasarkan rencana strategis Kementerian Pekerjaan Umum, dan apabila ada ugernt bisa di ubah ketahun yang akan dating.

Hal yang sama di ungkapkan oleh Kasie Perencanaan Umum Balai Besar

Wilayah Sungai Cidanau-Diujung-Cidurian Beliau mengungkapkan.

"Sesuai usulan dan pelaksanaan berdasarkan pola dan renstra tahun

2016".(Wawancara DenganI.1.4, 24 Februari 2017,Pukul 13.30 Wib, Dikantor Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa anggaran yang di kelurkan bedasarkan usulan dan rencana strategis tahun 2016.

Selain sumber daya manusia dan finansial dalam pelaksanaan perda rtrwterkait sistem pengendalian banjir di kec.kresek perlu adanya saranaprasarana yang dapat membantu pelaksaan pengendalian banjir yang harusmendukung.

Seperti yang di ungkapkan oleh I.1.2

"Sarana ada di Dinas Bina Margasudah menyiapkan eskapator baik yanglong'am, mini maupun yang ampibius, ampibius 2, long'am 2,mini 6 darisarana prasarana yang ada menurut saya memadai untuk

wilayahkab.tangerang".(Wawancara DenganI.1.2, 30 Januari 2017,Pukul 10.30 Wib, Dikantor UPT Sumber Daya Air II Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa sarana prasarana yang ada memadai untuk wilayah Kab.Tangerang bila dibutuhkan untuk pengendalian banjir di Kabupaten Tangerang umumnya dan bisa di gunakan di

152

Kec.Kresek khususnya, dan pihak Pemerintah Kab.Tangerang menerima Dana hibah sebesar Rp 17 Milyar dari pemerintah Provinsi Dki Jakarta sebagai penanggulangan sampah dan banjir yang di gunakan sebagai tambahan alat berat untuk mengatasi masalah banjir di Kabupaten Tangerang.

Seperti peneliti kutip dari media elektronik NERACA “Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang, Banten, menerima hibah sebesarRp17 miliar dari Pemerintah Provinsi DKIJakarta untuk penanggulangan masalah sampah dan banjir."Dana hibah tersebut berupa enam unit alat berat pengeruk dan delapan unit truk sampah, hibah tersebut merupakan anggaran tahun 2015 tapi dapat direalisasikan awal tahun 2016.Dia mengatakan, alat berat tersebut diserahkan kepada aparat Dinas BinaMarga dan Sumber Daya Air untuk mengeruk sampah disungai.(Sumber:Neraca.co.id, di kutip 2 Maret 2017)

Berdasarkan berita yang peneliti kutip dari NERACA, Pemerintah Kabupaten

Tangerang, Banten, menerima hibah sebesar Rp17 miliar dari Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta untuk penanggulangan masalah sampah dan banjir. Dana hibah tersebut berupa enam unit alat berat pengeruk dan delapan unit truk sampah, Hibah tersebut merupakan anggaran tahun 2015 tapi dapat direalisasikan awal tahun 2016. Alat berat tersebut diserahkan kepada aparat Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air

Kabupaten Tangerang untuk tambahan sarana prasarana pengendali banjir.

Hal tersebut diperkuat oleh Kasie Perencanaan dan Pemeliharaan Sumber Daya

Air Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang I.1.1,

"Sarana prasarana termasuk ke alat berat dua tahun kebelakang ini kitatelah membeli alat berat seperti ampibi resepator, memang kondisi

153

perbengkelan dan alat kita yang di worshop di bitung alat berat kitamasih kurang maka dua tahun ini kita belanja terus untuk alat berat, kalau kita kekurangan alat berat kita meminjam ke

balai(BBWSCC)".(Wawancara Dengan I.1.1, 09Januari 2017, Pukul 10.00 Wib, Di Kantor Dinas Bina Marga & SDAKab.Tangerang)

Berdasarkan wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa Dinas Bina Marga

&SDA Kab.Tangerang dua tahun ini telah membeli bebarapa alat berat untuk mendukung pelaksanaan pengendalian banjir karena alat berat yang berada di workshop masih kurang dan ketika kekurangan dapat meminjam ke balai

(BBWSCC).

Hal serupa di ungkapkan oleh I.1.4

"BBWSC-3 mempunyai beberapapersedian berupa pompa air, karung, perahu karet dan alat berat yang dapat di gunakan oleh dinas lain dengan cara meminjam kepada kami bila memang di perlukan kami

pasti membantu".(Wawancara DenganI.1.4, 24 Februari 2017,Pukul 13.30 Wib, Dikantor Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung- Cidurian) Berdasarkan wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa alat berat yang ada dapat di gunakan oleh dinas bila di perlukan dan pihak BBWSC-3 pasti membantu.

Berdasarkan hasil peryataan di atas dari beberapa informan yang peneliti wawancarai dan informasi tambahan dari media masa elektronik NERACA terkait dengan sarana prasarana dalam pelaksanaan pengendalian banjir di kec.kresek dapat ditarik kesimpulan sementera bahwa sarana prasarana pendukung dalam pelaksanaan peraturan daerah rencana tata ruang wilayah terkait sistem pengendalian banjir di kec.kresek sudah bisa dikatakan cukup memadai.Hal ini di karenakan sarana

154

prasarana yang ada di Dinas Bina Marga &SDA Kab.Tangerang sudah memadai dan bila kurangBalai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian dapat memberi pinjaman alat berat untuk di gunakan sebagai pengendali banjir.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi lapangan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa sumberdaya yang berkaitan dengan perda RTRW system pengendalian banjir di kec.kresek tidak semua sumberdaya yang ada dalam sistem pengendalian banjir di kec.kresek memperlancar proses pelaksanaan sistem pengedalian banjir di kec.kresek, seperti

A. Rehabilitasi saluran drainase dengan memperbesar saluran drainase serta membongkar dan/atau mengganti utilitas yang dapat mengganggu sistem drainase.

Sumberdaya finansial sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pembangunan drainase untuk memperluas jalanya air ketika musim penghujan, anggaran yang terbatas yang dimiliki Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang melakukan Pembangunan dengan cara bertahap, memilih yang paling mendesak dan paling prioritas untuk pengendalian banjir di kec.kresek.

B. Normalisasi sungai cisadane sungai cidurian dan sungai cimanceuri berupa pengerukan, Pelurusan, penyataan bagian sungai yang sempit serta pembuatan tebing penguat di tepi sungai, serta pengembangan fungsi bantaran sungai.

Di kec.kresek sungai yang melewati kec.kresek dan yang menjadi penyebab utama banjir di wilayah kec kresek. Sumberdaya finansial sangat berpengaruh dalam melakukan pelaksanaan normalisasi sungai cidurian. Pihak Pemerintah Daerah

155

Kab.Tangerang yang terkendala anggaran dan kewenangan tidak dapat melakukan normalisasi sungai cidurian, pihak Pemerintah Pusat dalam hal ini kementerian PUPR yang bertanggung jawab dalam menormalisasi sungai cidurian, namun pihak pemerintah pusat pun masih terkendala terkait anggaran yang di butuhkan. Terbukti dengan sulitnya realisasi yang telah di ajukan pihak Pemerintah Daerah

Kab.Tangerang ke Pemerintah Pusat melalui Kementerian PUPR.

C. Operasi dan pemeliharaan yang optimal dan efisien.

Pemerintah daerah dalam hal ini masih kekurangan sumberdaya manusia dalam operasi dan pemeliharaan aset-aset pemerintah pusat maupun aset pemerintah daerah Kab.Tangerang sendiri seperti sungai wilayah cidurian hilir, situ maupun drainase yang telah di bangun di kec.kresek karena luasnya jangkauan operasi pemeliharaan pihak Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang dan UPT III Dinas

Bina Marga & SDA Kab.Tangerang masih kekurangan jumlah sumberdaya manusia, maka dari itu pihak Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang dan UPT III Dinas

Bina Marga & SDA Kab.Tangerang merasa perlu adanya tambahan pegawai agar operasi dan pemeliharaan bisa berjalan dengan baik.

D. Memperluas daerah pelayanan yaitu dengan membuat dan memperbaiki saluran drainase khususnya di lokasi banjir.

Pihak pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Bina Marga & SDA

Kab.Tangerang bertanggung jawab memperluas daerah layanan dengan membuat dan memperbaiki drainase di lokasi banjir masih membutuhkan anggaran. Pihak

Pemerintah mensiasati hal tersebut dengan memilih wilayah rawan banjir yang paling

156

mendesak dan prioritas utama di wilayah Kec.Kresek dari tahun ketahun kondisi drainase di wilayah Kec.Kresek yang daerahnya rawan banjir kondisinya sudah baik.

E. Penerapan manajemen daerah aliran sungai, situ dan pantai dengan membentuk badan pengelola.

Dari hasil wawancara manajemen daerah aliran sungai cidurian situ hingga pantai sulit diterapkan karena luasnya jangkauan dan SDM yang tersedia tidak dapat melakukan operasi pemeliharaan sungai situ dan pantai karena luasnya jangkauan banyaknya aset yang perlu di pelihara sebagai pengendalian banjir di wilayah kec.kresek.

F. Pembangunan kolam tandon air di rencanakan di wilayah kecamatan rawan banjir.

Di kec.kresek terdapat empat situ atau rawa yang fungsinya sebagai penampung air ketika musim hujan untuk mengurangi dampak banjir dan penyalur air ketika musim kemarau, namun ke empat situ tersebut fungsinya belum di manfaatkan secara maksimal, belum di revitalisasi karena situ-situ tersebut kewenangan

Pemerintah Pusat dalam pengelolaan dan anggaran yang dibutuhkan untuk revitalisasi situ tersebut membutuhkan biaya yang besar, pihak pemerintah pusat dalam hal ini

Kementerian PUPR dan Pemerintah Kab.Tangerang masih membutuhkan anggaran yang besar untuk revitalisasi ke empat situ tersebut dan hasil wawancara serta berita yang peneliti dapat bahwa penundaan dana alokasi umum oleh Kementerian

Keuangan RI, sehingga pihak pemerintah pusat dan pemerintah daerah menunda pelaksanaan sistem pengendalian banjir termasuk penundaan pelaksanaan revitalisasi situ patrasana yang ada di Kec.Kresek agar fungsi dan luas situ yang ada tidak

157

menyusut dan ketika musim hujan dapat menampung air dan mengurangi banjir serta musim kemarau dapat menjadi penyalur utama irigasi dan persawahan masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa dari ke enam sub-pasal 35 sistem pengendalian banjir, sumberdaya yang ada untuk memperlancar pelaksanaan sistem pengendali banjir di Kec.Kresek tidak optimal karena dari ke enam point tersebut, indikator sumberdaya baik sumberdaya finansial, maupun sumberdaya manusia menjadi faktor penghambat pelaksanaan sistem pengendalian banjir di kec.kresek. Karena sumberdaya finansial yang ada masih kekurangan jumlahnya yang menjadikan terhambatnya pelaksanan sistem pengendalian banjir di

Kec.Kresek sehingga aktivitas pelaksanaan pengendalian banjir di Kec.Kresek tidak berjalan secara simultan dan jumlah sumberdaya manusia masih dibutuhkan dalam pemeliharaan infrastuktur pengendali banjir di Kec.Kresek, sehingga hambatan dari kurangnya jumlah anggaran dan kurangnya sumberdaya manusia yang tersedia menjadi penghambat pelaksanaan sistem pengendalian banjir di kec.kresek tidak optimal.

4.4.4 Karakteristik Agen Pelaksana

Dalam karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma- norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi implementasi program, selain itu cakupan atau luasan wilayah implementasi kebijakan perlu diperhitungkan manakala hendak menentukan agen pelaksana, semakin luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin

158

besar pula agen yang di libatkan. dalam hal ini selain dinas bina marga & SDA

Kab.Tangerang sebagai pelaksana pengendalian banjir, peran aparatur lain juga sangat penting dalam jalannya peraturan daerah rtrw terkait sistem pengendalian banjir.

Sebagaimana yang di ungkapkan oleh I.1.2

"Sesuai tugas pokok bersama pemprov dan pemkab Tangerang dan fungsi masing-masing baik BBWS-2 (ciliwung-cisadane),BBWS- 3(Cidanau-ciujung-cidurian) sampai saat ini sudah semakin solid dalam melakukan pengamanan area-area banjir".(Wawancara

DenganI.1.2, 30 Januari 2017,Pukul 10.30 Wib, Dikantor UPT Sumber Daya Air II Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang). Berdasarkan wawancara di atas peneliti ketahui bahwa peran pelaksana sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing ddengan sampai saat ini stakeholder pelaksana sudah semakin solid dalam penanganan banjir.

Hal serupa di ungkapkan oleh I.1.5

"Peran kita sesuai tupoksi mengacu itu pertama, ya kalau bina marga & SDA melihat RTRW juga terus di sesuaikan dan di

sinkronisasikan".(Wawancara DenganI.1.5, 11 Januari 2017,Pukul 10.30 Di KantorBBWSCCCiliwung-Cisadane). Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa peran BBWS

Ciliwung-Cisadane sesuai dengan tugas pokok dan fungsi kemudian di sesuaikan dan di sinkronisasikan dengan Dinas Bina Marga &SDA Kab Tangerang Dengan Melihat

Rencana Tata Ruang Wilayah.

Sebagaimana di ungkapkan oleh I.1.1

159

"Peran aparatur kalau kita lihat di dinas bina marga & SDA ini ada UPT unit pelayanan terpadu wilayah perwilayah, tindakan mereka memang sudah action, anggaran sudah di anggarkan, tetapi kembali lagi itu kebentur persoalan kewenangan kita tidak bisa menyentuh pekerjaan yang masih wewenang pusat, UPT hanya mengerjakan pekerjaan pemeliharaan seperti memberishkan gulma membersihkan saluran yang milik kita kewenangan kita, sementara yang bersentuhan

dengan kewenangan pusat kita tinggalkan".(Wawancara Dengan I.1.1, 09Januari 2017, Pukul 10.00 Wib, Di Kantor Dinas Bina Marga & SDAKab.Tangerang) Berdasarkan hasil wawancara di atas peneliti ketahui bahwa peran aparatur sudah ada unit pelayanan terpadu yang memelihara kondisi sungai yang wilayah kewenangan pemkab.tangerang saja, sementara kewenangan pusat di tinggalkan.

Hal serupa di ungkapkan oleh I.1.4

"BBWS-3 mempunyai peran sebagai pengelola SDA, tentunya sungai cidurian harus seimbang antara kuantitas dan kualitas sumber air

cidurian".(Wawancara DenganI.1.4, 24 Februari 2017,Pukul 13.30 Wib, Dikantor Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian) Berdasarkan pernyataan keempat narasumber tersebut, bisa diketahui bahwa para stakeholder pelaksana melakukan pelaksanaan pengendalian banjir berdasarkan tugas pokok dan fungsi masing-masing yang sesuai dengan rencana kerja dan rencana stategis masing-masing yang telah diatur dalam keputusan Menteri Pekerjaan Umum no 12 tentang wilayah sungai yang kemudian disesuaikan dan disinkronisasikan dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Tangerang.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi lapangan penelitian oleh peneliti yang berkaitan dengan perda RTRW sistem pengendalian banjir di kec.kresek peneliti

160

dapat menyimpulkan bahwa karakteristik agen pelaksana mendukung dan melakukan pengendali banjir berdasarkan tugas pokok dan fungsi masing-masing, Seperti:

A. Rehabilitasi saluran drainase dengan memperbesar saluran drainase serta membongkar dan/atau mengganti utilitas yang dapat mengganggu sistem drainase.

Peran pemerintah daerah melalui Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang dalam pelaksanaan rehabilitasi drainase yang ada sebagai pengendali banjir sudah baik, terbukti dari hasil wawancara dan observasi bahwa keseluruhan kondisi drainase sudah dalam pembangunan dan pelaksanaan sudah merata di wilayah rawan banjir di

Kec.Kresek.

B. Normalisasi sungai cisadane sungai cidurian dan sungai cimanceuri berupa pengerukan, Pelurusan, penyataan bagian sungai yang sempit serta pembuatan tebing penguat di tepi sungai, serta pengembangan fungsi bantaran sungai.

Dalam pelaksanaan ini kewenangan menormalisasi sungai cidurian adalah

Kementerian PUPR, peran Pemerintah Pusat dalam pelaksanaan normalisasi sungai cidurian tidak pernah dilakukan, kondisi sungai cidurian masih seperti semula dengan di tambah masalah-masalah seperti sedimentasi di bagian bantaran sungai maupun di dalam sungai cidurian, untuk pembuatan tebing penguat belum ada lagi, bahwa normalisasi sungai cidurian sebagai pengendali banjir di kec.kresek belum ada pelaksanaan normalisasi.

C. Operasi dan pemeliharaan yang optimal dan efisien.

Terkait pelaksanaan dan pemeliharaan yang optimal dan efisien peran UPT III

Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang selaku penanggung jawab tidak dapat

161

melakukan pelaksanaan pemeliharaan infrastuktur pengendalian banjir yang kewenangan pemerintah pusat dikarenakan kewenangan terkait pemeliharan pusat begitu luas jangkauanya jadi peran pihak pemerintah daerah dalam hal UPT III Dinas

Bina Marga & SDA Kab.Tangerang ini masih kurang maksimal.

D. Memperluas daerah pelayanan yaitu dengan membuat dan memperbaiki saluran drainase khususnya di lokasi banjir.

Peran pemerintah daerah dalam memperluas pelayanan dengan membentuk dan memperbaiki drainase di lokasi banjir sudah di lakukan dengan baik dan merata di wilayah Kec.Kresek yang rawan banjir hal tersebut bisa di dapat dari observasi dan wawancara.

E. Penerapan manajemen daerah aliran sungai, situ dan pantai dengan membentuk badan pengelola.

Peran manajemen daerah aliran sungai cidurian situ dan pantai peran para stakeholder pelaksana tersebut tidak berjalan dengan baik, karena penerapan manajemen das cidurian, situ dan pantai bentuk pelaksanaan sebagai pengendalian banjir di Kec.Kresek tidak ada karena kewenangan yang berbeda-beda antara Balai

Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane, Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-

Ciujung-Cidurian dan Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang serta UPT III Dinas

Bina Marga & SDA Kab.Tangerang setiap pelaksana bekerja bedasarkan tugas pokok dan fungsi.

F. Pembangunan kolam tandon air di rencanakan di wilayah kecamatan rawan banjir.

162

Peran Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang dalam perencanaan pembangunan kolam tandon air di Kec.Kresek dengan cara mengajukan kepada

Pemerintah Pusat yaitu Kementerian PUPR agar situ yang ada di Kec.Kresek dapat di revitalisasi, namun sampai sekarang pelaksanaan revitalisasi situ yang ada belum terealisaiskan oleh Pemerintah Pusat.

Dari ke enam sub-pasal 35 sistem pengendalian banjir di Kec.Kresek peran para pelaksana yang masih kurang adalah peran pihak UPT III Dinas Bina Marga

Kab.Tangerang dengan peran pihak Pemerintah Pusat. Peran pihak Dinas Bina Marga

& SDA Kab.Tangerang hanya dapat mengusulkan usulan yang kewenangan pusat agar aset Pemerintah Pusat yang ada di Kab.Tangerang khususnya di kec.kresek dapat dilakukan pelaksanaan pembangunan sistem pengendalian banjir, peran Pemerintah

Pusat dalam hal ini Kementerian PUPR yang lebih besar kewewenanganya dalam pembagunan pengendali banjir di Kec.Kresek karena mempunyai kewenangan yang lebih besar dari Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang, pihak pemerintah

Kabupaten Tangerang terkendala oleh kewenangan yang tidak bisa menyentuh pekerjaan yang masih wewenang Pemerintah Pusat, karena masalah banjir diakibatkan oleh kewenangan Pemerintah Pusat yang belum terlaksana sehingga sungai-sungai besar maupun situ yang ada di Kec.Kresek yang kewenangan berada di

Pemerintah Pusat menjadi penyebab utama banjir di Kec.Kresek.

163

4.4.5 Sikap/ Kecenderungan Para Pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak memperngaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik. hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang di laksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan.tetapi kebijakan yang akan implementator pelaksana adalah kebijakan dari atas (top down) yang sangat mungkin para pengambil keputusanya tidak pernah mengetahui (bahkan tidak menyentuh) kebutuhan, keinginan atau permasalah yang warga ingin selesaikan.

Dalam pelaksanaan kebijakan Peraturan Daerah Kab.Tangerang no 13 Tahun

2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 Terkait

Sistem Pengendalian Banjir Khususnya Di kec.kresek). Pemerintah di tuntut mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut.

Seperti yang di ungkapkan oleh I.1.1

"Harus mendukung karena itu bagian dari tugas yang diberikan kita sebagai pelaksana harus menjalankan tugas tersebut dengan di sesuikan dengan rencana strategis kita dalam mengurangi banjir ketika musim penghujan dan menyediakan air ketika musim kemarau, saya rasa sikap para pelaksana pasti menjalankan sesuai tugasnya masing-

masing".(Wawancara Dengan I.1.1, 09Januari 2017, Pukul 10.00 Wib, Di Kantor Dinas Bina Marga & SDAKab.Tangerang)

164

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa pelaksana harus mendukung karena hal tersebut sudah menjadi tugas dan tanggung jawab dengan menyesuaikan kepada rencana strategis dalam mengurangi dampak banjir.

Hal yang sama di ungkapkan oleh I.1.2

"Mendukung dan tugas mereka harus mendukung".(Wawancara

DenganI.1.2, 30 Januari 2017,Pukul 10.30 Wib, Dikantor UPT Sumber Daya Air II Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang). Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa harus saling mendukung.

Hal yang sama di ungkapkan oleh I.1.3

"Sikap pasti bagus itu karena tugas mereka sebagai pelaksana untuk

mengurangi banjir yang ada".(Wawancara Dengan I.1.3, 18 Januari2017, Pukul 11.00 Wib Di Kantor Upt III Sumber Daya Air Dinas Binamarga & SDA Kab.Tangerang). Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa sikap pelaksana pasti bagus karena tugas mereka sebagai pelaksana harus mendukung. Selain sikap yang harus mendukung dalam pelaksanan kebijakan Peraturan Daerah Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 Terkait Sistem Pengendalian Banjir Di kec.kresek hal yang terpenting adalah respon dari stakeholder yang terlibat dalam pelaksanaan. Seperti yang di ungkapkan oleh sekertaris kecamatan kresek beliau mengatakan "Untuk pengajuan yang di berikan kepada dinas yang terkait seperti dinas bina marga ataupun balai cidurian responnya baik karena kita pernah mengusulkan beberapa kali pengajuan pembangunan untuk mengurangi dampak banjir, usulan kita di terima dengan baik, tapi usulan yang di inginkan tidak langsung di dapat karena dinas-dinas tersebut mempunyai rencana-rencana pembangunan yang telah mereka buat dalam renja, paling bila mendesak dan sangat perlu paling ada jug

165

bentuknya sementara saja".(Wawancara Dengan I.2.117 Maret 2017, Pukul 09.30 Wib, Di Kantor Kecamatan Kresek). Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa untuk pengajuan program pembangunan pengendalian banjir pihak kecamatan memberikan usulan pembangunan Kepada Dinas Bina Marga &SDA Kab.Tangerang Dan Ke

Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian respon dari kedua stakeholder tersebut baik, tetapi usulan tidak langsung di dapat karena dinas-dinas tersebut mempunyai rencana kerja yang telah ada dalam perencanaan.

Hal yang sama di ungkapkan Oleh Kasie Pembangunan Dan Pemeliharaan

Sumber Daya Air Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang I.1.1,

"Respon sangat bagus, tetapi kembali lagi kewenangan kita mengusulkan kegiatan tetapi birokrasinya panjang dan tidak mungkin dengan cepat mendapatkan anggaran dari pusat, untuk respon dengan C II,C III maupun UPT yang ada sangat bagus,terkait perjanjian KSO kita pernah mengusulkan tapi sampai sekarang masih di godok dan sampai sekarang masih belum final MOU pemerintah daerah dengan balai C II sudah di tanda tangan, tindak lanjut dari MOU adalah (PKS) perjanjian kerja sama, memang sampai detik ini belum final dan kita telah beberapa kali membuat draf namun belum final antara pak bupati

dengam kepala balai C II".(Wawancara Dengan I.1.1, 09Januari 2017, Pukul 10.00 Wib, Di Kantor Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang) Berdasarkan wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa respon sangat baik tetapi kendala oleh kewenangan dan birokrasinya panjang dan tidak mungkin dengan cepat mendapatkan anggaran dari pusat dan perjanjian yang belum final sampai sekarang.

Diperkuat oleh media elektronik TANGERANGRAYAONLINE

166

“Pihak Pemerintah Kabupaten Tangerang sudah berkali- kali mengajukan anggaran normalisasi untuk DAS bagian hilir Kabupaten Tangerang. Pengajuan tersebut mendapat respons dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang menjanjikan Kabupaten Tangerang akan mendapat kucuran dana untuk menormalisasi Sungai yang kewenangan pemerintah pusat pada 2014. Namun, hingga kini tak kunjung terealisasi, tapi justru Kota Tangerang, yang tiap tahun mendapat prioritas anggaran, pihak Pemerintah Kabupaten Tangerang telah menagih dan dijanjikan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2015. Ketika Kami cek di APBN, ternyata anggaran itu tidak ada, Kementerian PU yang terkesan mengabaikan dan menganaktirikan Kabupaten Tangerang. Akibat pemerintah pusat yang belum memprioritaskan penanganan sungai- sungai di Kabupaten Tangerang yang kondisinya mengalami pendangkalan dan penyempitan yang parah, 22 dari 29 kecamatan di kabupaten tersebut kerap kebanjiran. usulan yang disampaikan Kabupaten Tangerang ini memang merupakan kewenangan dan tanggung jawab Balai Besar Sungai Ciliwung-Cisadane serta Balai Besar Sungai Ciujung, Cidanau, dan Cidurian Direktorat Sumber Daya Air Kementerian PU. (Sumber:tangerangrayaonline, dikutif 2 Maret 2017) Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan dari media elektronik tangerang raya online, pihak pemerintah daerah sudah berkali- kali mengajukan anggaran normalisasi untuk DAS bagian hilir Kabupaten Tangerang. Dari informasi yang di dapat dalam tangerang raya online, pengajuan tersebut mendapat respons dari

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Namun. Hingga kini tak kunjung terealisasi, tetapi justru Kota Tangerang, yang setiap tahun mendapat prioritas anggaran. Pihak Pemerintah Kabupaten Tangerang telah menagih dan dijanjikan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2015. Akan tetapi ketika di cek di APBN, ternyata anggaran itu tidak ada, Pemerintah Kabupaten Tangerang pun kecewa atas sikap Kementerian PU yang terkesan mengabaikan dan menganaktirikan

Kabupaten Tangerang. Akibat pemerintah pusat yang belum memprioritaskan

167

penanganan sungai- sungai yang kewenangan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Kementerian Pekerjaan Umum di Kabupaten Tangerang yang kondisinya mengalami pendangkalan dan penyempitan yang parah, 22 dari 29 kecamatan di kabupaten tersebut kerap kebanjiran.

Hal yang sama di ungkapkan oleh I.1.3

"Respon itu baik tetapi kewenangan itu sering jadi kendala pihak kabupaten untuk melakukan perbaikan, biasanya kalau pihak kabupaten ingin memperbaiki kondisi sungai yang perlu di perbaiki terbentur oleh kewenangan dan kerja sama prosesnya cukup lama karena harus menyesuaikan tugas-tugas yang perlu disetujui,terkecuali

memang mendesak".(Wawancara Dengan I.1.3, 18 Januari2017, Pukul 11.00 Wib Di Kantor Upt III Sumber Daya Air Dinas Binamarga & SDA Kab.Tangerang). Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa respon yang di dapat baik tetapi terkendala kewenangan dalam memperbaiki kondisi sungai yang kewenangannya berada Di Pemerintah Pusat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Kementerian Pekerjaan Umum dalam hal ini Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-

Ciujung-Cidurian.

Hal yang sama di ungkapkan oleh kepala desa pasirampo I.2.3,

"Setiap ada rapat di tigaraksa lalu di kecamatan sama orang kabupaten sama dewan kemarin juga musrenbang saya bahas masalah ini, tapi sampai sekarang belum di laksakan realisasinya ga ada itu kan, itu kan anggaran bukan dari kabupaten, anggaran dari provinsi tapi sekarang karena kemarin saya sudah usul ada satu orang kesini dari balai besar cidurian, kemarin saya sudah buat pernyataan minta bantuan untuk tanggul yang jebol,bantuannya sementara doang ada untuk pengurukan

tanggul".(wawancara dengan I.2.3, 10 Maret 2017, Pukul 10.30 Wib, Dikantor Desa Pasirampo).

168

Berdasarkan wawancara diatas dapat peneliti ketahui bahwa respon pasti baik karena itu usulan dari pihak desa yang merasakan dampak banjir dari tanggul yang selalu jebol dan pihak desa sudah meminta bantuan untuk perbaikan kepada balai besar wilayah sungai cidanau-ciujung-cidurian sebagai pengelola sungai cidurian, bantuan yang di dapat dari Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian bentuknya sementara menunggu tahun anggaran selanjutnya.

Dari semua yang peneliti wawancarai, sepenuhnya respon dari pihak desa maupun kecamatan kresek usulannya di tampung terlebih dahulu dan di godok oleh pihak Dinas Bina Marga &SDA Kab.Tangerang untuk dilakukan pembangunan pengendalian banjir, dari respon yang di dapat oleh Dinas Bina Marga & SDA

Kab.Tangerang kepada BBWS-2 ataupun BBWS-3 respon yang di dapat baik namun realisasi dari usulan pemerintah Kabupaten Tangerang tidak mudah mendapatkan anggaran untuk pelaksanaan pembangunan pengendali banjir karena BBWS-2

BBWS-3 dalam pelaksanaan pembangunan mengacu kepada rencana stategis yang telah di buat sebelumnya.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penelitian oleh peneliti yang berkaitan dengan perda RTRW system pengendalian banjir di Kec.Kresek peneliti dapat menyimpulkan bahwa sikap/kecenderungan para pelaksana merespon dengan baik akan tetapi program pengendali banjir yang sulit terealisasikan, seperti:

A. Rehabilitasi saluran drainase dengan memperbesar saluran drainase serta membongkar dan/atau mengganti utilitas yang dapat mengganggu sistem drainase.

169

Usulan masyarakat atau pihak desa maupun pihak kec.kresek yang menginkan rehabilitasi terhadap saluran drainase, mengusulkan kepada pihak Dinas Bina Marga

& SDA Kab.Tangerang, menurut hasil wawancara bahwa usulan yang di berikan kepada pihak Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang respon yang di dapat cukup baik akan tetapi untuk realisasi rehabilitasi drainase pihak Dinas Bina Marga dan

SDA Kab.Tangerang melihat skala prioritas terlebih dahulu apabila di rasa mendesak, pihak Pemerintah Kab.Tangerang dalam hal ini Dinas Bina Marga & SDA

Kab.Tangerang baru dapat merealisasikan segala usulan masyarakat di tahun tersebut ataupun tahun yang akan datang.

B. Normalisasi sungai cisadane sungai cidurian dan sungai cimanceuri berupa pengerukan, Pelurusan, penyataan bagian sungai yang sempit serta pembuatan tebing penguat di tepi sungai, serta pengembangan fungsi bantaran sungai.

Untuk usulan terkait normalisasi sungai cidurian pihak Dinas Bina Marga &

SDA Kab.Tangerang mendapat respon yang baik dari pemerintah pusat yaitu kementerian PUPR dalam usulan sungai yang ada di Kab.Tangerang termasuk sungai cidurian, akan tetapi usulan yang di berikan pihak Dinas Bina Marga & SDA

Kab.Tangerang kepada Kementerian PUPR sulit terealisasikan, begitu pun pihak desa dan Kec.Kresek sudah beberapa kali mengajukan usulan perbaikan tanggul atau tebing penguat dan normalisasi sungai cidurian respon dari pihak Balai Besar

Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian baik akan tetapi realisasi sulit di dapatkan pihak desa dan kec.kresek.

C. Operasi dan pemeliharaan yang optimal dan efisien.

170

Pihak UPT III Dinas Bina Marga & SDA Kab.Kangerang yang bertanggung jawab atas infrastuktur pengendali banjir di wilayah kec.kresek dan sungai cidurian hilir yang bertugas melakukan operasi dan pemeliharaan biasa mengusulkan pembiayaan untuk pemeliharaan infrastuktur pengendali banjir mendapat respon yang baik dari Dinas Bina Marga dan mendapat anggran yang di inginkan untuk pemeliharaan dan kegiatan operasional sarana prasarana pengendali banjir, biasa usulan tersebut di berikan ketika rencana kerja yang akan dilakukan pada tahun yang akan datang.

D. Memperluas daerah pelayanan yaitu dengan membuat dan memperbaiki saluran drainase khususnya di lokasi banjir.

Usulan masyarakat seperti desa yang terkena banjir dan pihak kec.kresek mengusulkan adanya pembangunan saluran drainase di wilayah yang rawan banjir di respon dengan baik oleh Dinas Bina Marga & SDA Kab.tangerang, badan perencanaan pembangunan daerah kab.tangerang usulan tersebut di terima dengan baik dan dapat di realisasikan oleh Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang karena hal tersebut termasuk hal yang mendesak dan prioritas utama untuk di lakukan.

E. Penerapan manajemen daerah aliran sungai, situ dan pantai dengan membentuk badan pengelola.

Badan pengelolaan das cidurian, situ dan pantai menerima usulan dari dinas yang berada pada wilayah administratif mereka seperti UPT III Dinas Bina Marga &

SDA Kab.Tangerang dan Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang yang mengharapkan das cidurian situ sampai pantai di kelola dengan baik dengan

171

perbaikan-perbaikan kondisi sungai cidurian seperti normalisasi dan revitalisasi situ sebagai pengendali banjir yang akhirnya ketika air hujan yang mengalir dari drainase- drainase yang mengalir ke sungai dan ke situ dan selanjutnya kepantai dapat mengalir dengan baik tanpa ada luapan-luapan ke pemukiman masyarakat. Dari hasil wawancara bahwa manajemen daerah aliran sungai cidurian situ hingga pantai respon yang di berikan pihak pemerintah Kab.Tangerang sulit terealisasikan karena sering terjadi tarik ulur kepentingan ataupun kewenangan, rencana strategis yang berbeda- beda antara pengelola das cidurian pengelola situ dan pengelola pesisir pantai.

F. Pembangunan kolam tandon air di rencanakan di wilayah kecamatan rawan banjir.

Terkait dalam pembangunan kolam tandon air di Kec.Kresek, pihak

Pemerintah Kab.Tangerang lebih memilih merevatilisasi situ yang ada di Kec.Kresek, dari hasil wawancara usulan untuk merevatilisasi situ yang ada di Kec.Kresek telah di usulkan dari tahun 2013 namun sampai sekarang tidak ada pelaksanaan, respon yang di terima baik akan tetapi realisasi untuk memperbaiki kondisi situ dari pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian PUPR belum terlaksana, akan tetapi data disain sudah ada tinggal menunggu pembangunan situ patrasana agar fungsinya dapat di manfaatkan ketika musim hujan dan musim kemarau.

Berdasarkan dari usulan yang di berikan oleh masyarakat, pihak desa dan

Kec.Kresek respon yang di dapat cukup baik oleh Dinas Bina Marga & SDA

Kab.Tangerang maupun Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-

Cidurian,begitu pula usulan pihak Pemerintah Daerah Kab.Tangerang ke Pemerintah

Pusat yaitu Kementerian PUPR selaku pengelola aset pemerintah yang ada di wilayah

172

Kab.Tangerang memang di terima denga baik akan tetapi realisasi usulan sulit di dapat.

4.4.6 Komunikasi Antar Organisasi Dan Aktivitas Agen Pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalaham akan sangat kecil untuk terjadi. Dan, begitu pula sebaliknya, dalam pelaksanan kebijakan Peraturan

Daerah Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah

Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 terkait sistem pengendalian banjir di kec.kresekini terdapat dinas-dinas terkait di antaranya Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang,

BBWS-2 dan BBWS-3 serta Unit Pelayana Terpadu III Dinas Bina Marga & SDA

Kab. Tangerang Wilayah Cidurian Hilir komunikasi yang di lakukan antara pelaksana sudah baik seperti yang di katakan Oleh Kasie Pembangunan Dan Pemeliharaan

Sumber Daya Air Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang beliau mengatakan.

"Terkait komunikasi stakeholder pelaksana antara Dinas Bina Marga & SDA dan balai C II, contohnya sungai cilongok yang sudah di keruk , apa yang di inginkan dinas bina marga dan SDA seperti pengerukan situ apa yang kurang kita kirimkan jadi kebutuham dinas bina marga akan di tutupi balai C II dan apa yang di butuhkan balai akan di tutupi dinas bina marga, sementara itu sampai dengan kebutuhan untuk normalisasi slauran pembuang dan lain-laib untuk saat ini proses komunikasi bagus tidak ada masalah itu, tetapi batasan kewenangan ada di masing-masing SKPD baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah".(Wawancara Dengan I.1.1,09Januari 2017, Pukul 10.00 Wib, Di Kantor Dinas Bina Marga & SDAKab.Tangerang)

173

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa komunikasi sudah bagus di antara stakeholder saling melengkapi dalam pelaksanaan pengendalian banjir atau menormalisasi sungai dan situ.

Hal yang sama di ungkapkan oleh I.1.5

"Proses komunikasi baik setiap tahun ada pemeliharaan terkait situ-

situ". (Wawancara DenganI.1.5, 11 Januari 2017,Pukul 10.30 Di KantorBBWSCC Ciliwung-Cisadane). Berdasarkan wawancara di atas proses komunikasi baik setiap tahun ada pemeliharaan situ.

Hal serupa juga di ungkapkan oleh I.1.3

"Ya prosesnya baik tidak ada kendala dari komunikasi paling kendalanya itu realisasi dari kerja sama atau usulan dari pemerintah kabupaten yang sulit terealisasi karena harus banyak yang di berikan dokumen-dokumen tertentu dan rencana strategisnya beda-beda itu

yang menjadi kendala".(Wawancara Dengan I.1.3, 18 Januari2017, Pukul 11.00 Wib Di Kantor Upt III Sumber Daya Air Dinas Binamarga & SDA Kab.Tangerang).

Berdasarkan hasil wawancara denganI.1.3 dapat di ketahui bahwa proses komunikasi baik tidak ada kendala yang menjadi kendala ialah realisasi dari kerja sama atau usulan dari pemerintah kab.tangerang yang sulit terealsiasi olehPemerintah pusat dan rencana strategis yang berbeda-beda itu menjadi kendala pemerintah daerah untuk menyamakan program terkait sistem pengendalian banjir.

Hal berbeda di ungkapkan oleh I.1.2

174

"Kita mengirim surat jawaban mereka bagaimana, kita sama-sama lembaga negara instansi negara harusnya komunikasi tidak

sulit".(Wawancara DenganI.1.2, 30 Januari 2017,Pukul 10.30 Wib, Dikantor UPT Sumber Daya Air II Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang). Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti ketahui bahwa proses komunikasi sulit.

Selain komunikasi koordinasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pelaksanan kebijakan Peraturan Daerah Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata

Ruang wilayah Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 Terkait Sistem Pengendalian Banjir

Di kec.kresekinidiharpakan dapat berjalan dengan baik.

Seperti yang di ungkapkan oleh I.1.1

"Sebetulnyakoordinasi sudah baik, ambil contoh apel hari senin tgl 09- 01-2017 yang biasa di pimpin pak bupati, pak bupati dengan tegas menyatakan bahwa dinas-dinas terkait masalah bencana seperti Dinas Bina Marga & SDA, BPBD sudah harus menindak Lanjuti perkiraan hujan yang meningkat di januari, disebutkan oleh pak bupati ketika apel tadi kerja sama dengan balai terkait kebijakan apabila posisi wilayah banjir sudah

didata maka harus segera disikapi".(Wawancara Dengan I.1.1, 09Januari 2017, Pukul 10.00 Wib, Di Kantor Dinas Bina Marga & SDAKab.Tangerang) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa koordinasi di antara stakeholder pemerintah Kabupaten Tangerang dalam masalah bencana sudah harus menindak lanjuti perkiraan hujan dan berkerja sama dengan Balai Besar

Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane maupun Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau- ciujung-cidurian apabila ada data-data posisi wilayah banjir harus segera di sikapi.

175

Hal yangsama di ungkapkan oleh I.1.4

"Saling koordinasi sesuai tupoksinya. Koordinasi untuk keterangan

debit dapat di dapat di BBWSC-3".(Wawancara DenganI.1.4, 24 Februari 2017,Pukul 13.30 Wib, Dikantor Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian). Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti ketahui bahwa saling koordinasi sesuai tupoksi dan untuk keterangan debit air dapat di dapat di balai

BBWSC-3.

Hal yang sama di ungkapkan oleh I.1.3

"Baik selalu ada komunikasi antar dinas yang terkait kalau ada

kerjasama yang perlu di lakukan".(Wawancara Dengan I.1.3, 18 Januari2017, Pukul 11.00 Wib Di Kantor Upt III Sumber Daya Air Dinas Binamarga & SDA Kab.Tangerang). Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa koordinasi baik selalu ada komunikasi antar dinas yang terkait.

Hal yang sama di ungkapkan olehI.1.2

"Jadi koordinasi sekarang sudah lebih mudah formatnya jadi sebelum PKS ada MOU dulu di refifikasi di teliti masing-masing bila memungkinkan baik pemda, C 2 ciliwung-cisadane, C 3 cidanau- ciujung-cidurian menguji coba namun untuk saat ini sulit, tetapi bila untuk menormalisasi sungai pembuang saja itu bisa yang di contohkan tadi itu formatnya meminta izin ke pemilik wewenang, seperti untuk menormalisasi sungai yang kewenangan pusat, kami selaku pemda kab.tangerang meminta izin untuk kita lakukan normalisasi dengan menggunakan APBD Kab.Tangerang dan setelah selesai pelaksanaan pembangunan kita kembalikan lagi asset mereka, karena pakai MOU nanti ke PKS itu sulit, makan waktu berbelit-belit dan belum tentu

jadi"(Wawancara DenganI.1.2, 30 Januari 2017,Pukul 10.30 Wib,

176

Dikantor UPT Sumber Daya Air II Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang). Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat peneliti ketahui jadi sekarang koordinasi sudah lebih mudah dengan di banding dengan menggunakan koordinasi

MOU dan menjadi PKS itu sulit memakan waktu yang panjang dan belum tentu jadi.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penelitian yang berkaitan dengan perda RTRW sistem pengendalian banjir di kec.kresek peneliti dapat menyimpulkan bahwa komunikasi antara organisasi dan aktivitas pelaksana yang ada dalam pelaksanaan sitem pengendali bajir di kec kresek proses komunikasi dan koordinasi tidak berjalan dengan baik, seperti:

A. Rehabilitasi saluran drainase dengan memperbesar saluran drainase serta membongkar dan/atau mengganti utilitas yang dapat mengganggu sistem drainase.

Untuk komunikasi dan koordinasi terkait rehabilitasi drainase di Kec. Kresek, pihak desa dan pihak kec.kresek biasa membawakan usulan mereka dalam musrenbang kecamata koordinasi antara desa dan kecamatan kepada Dinas Bina

Marga dan SDA Kab.Tangerang tidak ada masalah, pihak Dinas Bina Marga dan

SDA Kab.Tangerang akan menerima usulan yang telah di lakukan melaui koordinasi tersebut dengan melihat prioritas utama, apakah perlu atau sangat mendesak untuk di lakukan rehabilitasi drainase sebagai pengendalian banjir di Kec.Kresek.

B. Normalisasi sungai cisadane sungai cidurian dan sungai cimanceuri berupa pengerukan, Pelurusan, penyataan bagian sungai yang sempit serta pembuatan tebing penguat di tepi sungai, serta pengembangan fungsi bantaran sungai.

177

Dalam komunikasi dan koordinasi antara pemerintah Kab.Tangerang dengan

Kementerian PUPR terkait normalisasi sungai yang ada di Kab.Tangerang termasuk sungai cidurian proses komunikasi dan koordinasi sulit terjalin, membutuhkan proses yang panjang. Karena terjadi konflik kepentingan dan konflik kewenangan antara pihak Pemerintah Daerah Kab.Tangerang yang mendesak agar sungai-sungai besar yang tanggung jawab Pemerintah Pusat yang berada di wilayah administratif

Kab.Tangerang segara di normalisasi, namun pihak Pemerintah Pusat tidak menormalisasi sungai cidurian karena bukan prioritas utama dan bukan wilayah strategis yang padat seperti daerah perkotaan.

C. Operasi dan pemeliharaan yang optimal dan efisien.

Terkait operasi dan pemeliharaan infrastuktur pengendali banjir yang ada di

Kec.Kresek sangat baik karena masih dalam satu perintah atau komando kepala Dinas

Bina Marga & SDA Kab.Tangerang kepada kepala UPT III Dinas Bina Marga &

SDA Kab.Tangerang, operasi sarana prasarana pengendali banjir dilakukan dalam dua minggu sekali walau memang sarana prasarana pengendali banjir tidak semua tersentuh, akan tetapi proses komunikasi dan koordinasi di antara dua Dinas

Kab.Tangerang ini baik karena kepala Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang langsung memberikan perintah ke pada kepala UPT III Dinas Bina Marga & SDA

Kab.Tangerang para pegawai dan staff.

D. Memperluas daerah pelayanan yaitu dengan membuat dan memperbaiki saluran drainase khususnya di lokasi banjir.

178

Komunikasi dan koordinasi antara pihak desa dan kec.kresek dalam usulan pembangunan drainase di wilayah kec.kresek yang terkena banjir, koordinasi tersebut biasa dilakukan pada musrenbang kecamatan ke pihak DPRD Kab.Tangerang, Dinas

Bina Marga & SDA Kab.Tangerang dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kab.Tangerang menerima usulan pihak desa dan usulan pihak Kec.Kresek yang kemudian di tampung lalu di godok di pilih-pilih hal yang paling mendesak yang akan mendapatkan realisasi pembangunan drainase sebagai pengendali banjir di

Kec.Kresek

E. Penerapan manajemen daerah aliran sungai, situ dan pantai dengan membentuk badan pengelola.

Proses komunikasi dan koordinasi di antara Dinas Bina Marga & SDA

Kab.tangerang, UPT III Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang, balai besar wilayah sungai ciliwung-cisadane dan balai besar wilayah sungai cidanau-ciujung- cidurian terkait penerapan manajemen das cidurian situ hingga pantai sulit dilakukan karena setiap stakeholder pelaksana bertugas berdasarkan tugas pokok dan fungsi masing-masing, hirarki perintah sehingga perintah yang di dapatkan pun hanya dari kepala dinas kepala balai tanpa ada koordinasi di ke empat stakeholder tersebut.

F. Pembangunan kolam tandon air di rencanakan di wilayah kecamatan rawan banjir.

Untuk pembangunan kolam tandon air pemerintah daerah Kab.Tangerang berkoordinasi dengan pemerintah pusat yaitu Kementerian PUPR untuk segara melakukan revitalisasi situ yang ada di wilayah kec.kresek. Koordinasi yang panjang dari tahun 2013 sampai saat ini belum Terealisasikan karena Pemerintah Pusat

179

terkendala anggaran yang sangat besar dan skala prioritas utama dalam sistem pengendalian banjir di kec.kresek khususnya merevatilisasi situ di wilayah kec.kresek.

Proses komunikasi dan koordinasi di antara para stakeholder pelaksana sistem pengendalian banjir di kec.kresek membutuhkan waktu yang panjang baik pihak desa, pihak kec.kresek kepada Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang maupun kepada

Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian sebagai pengelola das cidurian maupun pihak Dinas Bina Marga kepada Pemerintah Pusat Kementerian

PUPR. Proses komunikasi dan koordinasi tersebut dilakukan dengan cara MOU

(Memorandum Of Understanding) sebuah ringkasan pernyataan tertulis yang menguraikan persyaratan sebuah perjanjian yang dilihat dan diteliti oleh masing- masing para stakeholder, dan bila MOU dirasa memenuhi persyaratan maka akan ditindak lanjuti menjadi PKS (Perjanjian Kerja Sama) anatara pemerintah Kabupaten

Tangerang dengan pemilik kewenangan terkait sungai besar yang ada di kabupaten

Tangerang akan tetapi perjanjian MOU (Memorandum Of Understanding) dan PKS

(Perjanjian Kerja Sama) itu sulit memakan waktu panjang dan belum tentu perjanjian yang telah disepakati terlaksana dan terealisasi usulan dari pemerintah Kabupaten

Tangerang oleh pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian PUPR. Dari hasil wawancara dan berita yang peneliti dapat bahwa proses komunikasi dan koordinasi tidak efektif karena adanya tarik ulur kewenangan dan tarik ulur kepentingan merupakan salah satu faktor tidak tertatanya sungai dan situ yang ada di

Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek, padahal pihak pemerintah daerah

180

Kab.Tangerang sudah lama dan sering melaporkan masalah tersebut kepada pemerintah pusat.

4.4.7 Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik.

Upaya implementasi kebijakan mensyaratkan kondisi lingkungan eksternal yang kondusif. Diantaranya lingkungan ekonomi,sosial dan politik.ketiga lingkungan tersebut haruslah mendukung sebuah program yang akan di keluarkan.

Sebagaimana yang di ungkapkan oleh I.1.4

"Sangat mendukung kegiatan yang di lakukan oleh BBWSC-

3".(Wawancara DenganI.1.4, 24 Februari 2017,Pukul 13.30 Wib, Dikantor Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian). Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti ketahui bahwa masyarakat kec.kresek mendukung kegiatan Balai besar wilayah sungai cidanau-ciujung-cidurian sebagai pengendali banjir.

Hal serupa diungkapkan olehI.1.3

"Kondisi masyarakat hanya bertani kalau di wilayah kec.kresek khususnya yang kena banjir kalau. Kalau banjir masyarakat tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa dan buruknya ketika padi akan di panen tetapi kena banjir itu biasa terjadi masyarakat yang kena rugi, bila ada pembangunan pengendali banjir masyarakat pasti mendukung karena

mereka juga ingin terbebas dari banjir".(Wawancara Dengan I.1.3, 18 Januari2017, Pukul 11.00 Wib Di Kantor Upt III Sumber Daya Air Dinas Binamarga & SDA Kab.Tangerang).

181

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti ketahui bahwa masyarakat hanya bertani dan apabila banjir masyarakat tidak bisa beraktivitas apabila ada pembangunan pengendali banjir masyarakat pasti mendukung.

Hal yang sama di ungkapkan oleh I.1.1,

"Sangat tertinggal, kita pernah survey di desa patrsana baik dari segi pendapatan dari SDM kita pikiriti masih sangat tertinggal seumpamanya ada program terkait mengurangi banjir kita pikir masyarakat sangat mendukung dan mengharapkan".(Wawancara

Dengan I.1.1, 09Januari 2017, Pukul 10.00 Wib, Di Kantor Dinas Bina Marga & SDAKab.Tangerang) Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti ketahui bahwa kondisi ekonomi masyarakat dan SDM masih tertinggal dan bila ada program terkait dalam mengurangi banjir masyarakat mendukung dan mengharapkan.

Hal serupa di ungkapkan oleh I.2.2

"Kondisi masyarakat yang terkena banjir warga tidak bisa beraktivitas seperti biasanya dan masyarakat hanya bisa menunggu bantuan ketika banjir, dan mengharapkan action dari pemerintah dan dinas-dinas yang tugasnya untuk mengurangi banjir kalau musim hujan datang

lagi”.(Wawancara Dengan I.2.2 ,16 Maret 2017, Pukul 09.30 Wib, Di Depan Sekolah Paud Melati Ds.Patrasana) Berdasarkan hasil wawancara dengan semua informan terkait lingkungan ekonomi, sosial dan politik, peneliti menarik kesimpulan bahwa implementasi

Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata

Ruang wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2001-2031 Terkait Sistem Pengendalian

Banjir, di Kecamatan Kresek kondisi ekonomi masyarakat yang terkena banjir

182

terganggu karena jalan penghubung desa terkena banjir mengakibatkan roda perekonomian masyarakat teranggu karena banjir akibatnya masyarakat tidak dapat beraktifitas seperti biasa, seperti pekerja yang tidak bisa bekerja, petani yang tidak bisa bertani Karena sawah mereka tergenang banjir hingga terputusnya roda perekonomian masyarakat.

Dampak kondisi social masyarakat Kecamatan Kresek yang terkena banjir, masyarakat tidak dapat beraktifitas secara normal terganggunya aktitas masyarakat seperti terganggunya pendidikan karena sekolah tergenang banjir, dan jumlah penyakit bertambah seperti diare dan gatal-gatal serta rusaknya fasilitas umum maupun rusak masyarakat itu sendiri. Serta dampak banjir secara politik di kecamatan kresek khususnya diwilayah yang sering terjadi banjir ini mendukung adanya pelaksanaan pembangunan pengendali banjir di kecamatan kresek, karena masyarakat tidak ingin banjir yang datang kondisinya lebih buruk dari banjir sebelumnya, dari segi politik kekondusifan masyarakat yang terkena banjir sangat mengharapkan dan mendukung adanya kebijakan peraturan daerah Kabupaten Tangerang tentang rencana tata ruang wilayah terkait sistem pengendalian banjir demi terlaksananya kebijakan ini dengan baik.

Secara keseluruhan pembangunan sistem pengendali banjir di kec.kresek seperti dalam isi perda RTRW sistem pengendalian banjir sangat di harapkan oleh masyarakat Kec.Kresek khususnya masyarakat yang terkena banjir, seperti:

183

 Rehabilitasi saluran drainase dengan memperbesar saluran drainase serta membongkar dan / atau mengganti utilitas yang dapat mengganggu sistem drainase;  Operasi dan pemeliharaan yang optimal dan efesien;  Memperluas daerah pelayanan yaitu dengan membuat dan memperbaiki saluran drainase khususnya dilokasi banjir;  Pembangunan kolam tandon air direncanakan di kecamatan rawan banjir;  Normalisasi Sungai Cisadane, Sungai Cidurian dan Sungai Cimanceuri berupa pengerukan, pelurusan, penyayatan bagian sungai yang sempit serta pembuatan tebing penguat di tepi sungai, serta pengembangan fungsi bantaran sungai;  Penerapan manajemen daerah pengaliran sungai, situ dan pantai dengan membentuk badan pengelola;

Sangat di perlukan bagi masyarakat kec.kresek, karena masyarakat kresek tidak ingin lagi terkena banjir, khususnya untuk normalisasi sungai cidurian dan revitalisasi situ yang ada sangat di harapkan masyarakat karena penyebab utama banjir di kec.kresek diakibatkan meluapnya das cidurian dan situ yang tidak bisa menampung das cidurian sehingga menyebabkan banjir setiap tahun di wilayah kec.kresek yang dampaknya sangat merugikan masyarakat maupun pemerintah sendiri.

4.1.8 Rekapitulasi Hasil Temuan Lapangan Sistem Pengendalian banjir di

Kec.Kresek Kab.Tangerang

Berdasarkan hasil dari wawancara serta observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan dapat disimpulkan mengenai pemaparan Peraturan Daerah

Kab.Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kab.Tangerang Tahun 2011-2031(Studi Kasus Sistem Pengendalian Banjir Di

Kec.Kresek tahun 2015)

184

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Temuan Lapangan

No Indikator Temuan Lapangan Hasil Optimal/Tidak Optimal 1 Ukuran dan Tujuan 1. Tidak adanya ukuran Tidak Optimal Kebijakan yang jelas terhadaap keberhasilan Perda RTRW sistem pengendalian banjir 2. Tujuan kebijikan masih rancu karena isi kebijkan terkait sistem pengendalian banjir tumpang tindih anata aturan dengan kewenangan di pemerintah daerah dengan pemerintah pusat 2 Sumberdaya 1. Jumlah SDM yang masih Tidak Optimal kurang terhadap pemeliharaan infrastuktur sistem pengendali banjir. 2. Jumlah anggaran pemerintah daerah &

185

pemerintah pusat masih kurang. 3. Jumlah anggaran tidak di informasikan pihak Dinas Bina Marga terkait besaran pembangunan sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang Khusunys di Kec.Kresek 4. Sarana prasarana alat bantu sistem pengendalian banjir dapat di andalkan 3 Karakteristik Agen 1. Pihak BBWS Cidanau- Tidak Optimal Pelaksana Ciujung-Cidurian Tidak memberikan informasi terhadap rencana strategis. 2. Kegiatan berdasarkan tugas pokok & fungsi masing-masing sehingga komando/perintah antar pelaksana tidak saling sinkron. 4 Sikap/Kecenderungan 1. Respon diterima Tidak Optimal

186

Para Pelaksana menurut skala prioritas utama 2. Usulan masyarakat/pihak desa kepada BBWS Cidanau-Ciujung- Cidurian Sulit di realisasikan. 3. Pihak pemerintah Daerah Kab.Tangerang terkendala kewenangan dan aturan. 4. Respon pelaksana menerima dengan baik usulan yang dierikan kepada mereka 5 Komunikasi Antara 1. Tarik ulur kepentingan Tidak Optimal Organisasi & antara pemda Aktivitas Pelaksana Kab.Tangerang dengan Pemerintah Pusat. 2. Koordinasi berjalan panjang tanpa realisasi. 3. Kesepakatan perjanjian kerjasama belum tentu mendapat hasil. 6 Lingkungan 1. Masyarakat mendukung Optimal Ekonomi, Sosial & dengan baik Politik pembangunan

187

infrastuktur pengendali banjir 2. Masyarakat berperang aktif mengajukan usulan kepada pemerintah daerah & pusat. 3. Masih ada masyarakat yang tidak menyadari pentingnya menjaga kebersihan lingkungan (Sumber:Peneliti 2017)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti paparkan sebelumnya mengenai implementasi kebijakan Peraturan Daerah Kab.Tangerang No 13 Tahun

2011 tentang Rencana Tata Tuang Wilayah Kab.Tangerang Tahun2011-2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir di kec.kresek). Pelaksanaan masih kurang maksimal, dikarenakan dari hasil peneliti temukan di lapangan bahwa belum mampu memenuhi enam indikator dari implementasi kebijakan publik menurut Van Metter dan Van Horn bahwa implementasi kebijakan dapat berjalan dengan baik jika ukuran dan tujuan kebijakan, sumberdaya, karakteristik agen pelaksana, sikap/kecenderungan para pelaksana, komunikasi antar organisasi dan aktifitas pelaksana, lingkungan ekonomi, sosial dan politik sudah di jalankan dengan baik oleh para implementator kebijakan.

Faktor penghambat yang peneliti temukan melalui wawancara dengan para informan dan observasi dilapangan terkait sistem pegendalian banjir di Kec.Krseek yaitu:

Pertama, bahwa ukuran dan tujuan kebijakan sistem pengendalian banjir di kec.kresek tidak optimal, karena pemerintah sendiri tidak mengetahui secara jelas dan pasti ukuran keberhasilan dari berhasilya perda RTRW sistem pengendalian banjir,

188

189

berkurangnya daerah banjir setiap tahun menjadi acuan keberhasilanya akan tetapi banjir di kec.kresek masih tetap ada walau jumlah kepala keluarga tidak terlalu banyak.

Kedua, bahwa sumberdaya sistem pengendalian banjir di kec.kresek tidak optimal, karena sumber daya manusia yang ada untuk pemeliharaan infrastuktur pengendali banjir masih ke kurangan sedangkan area pemeliharaan jangkaunya cukup luas, dan sumberdaya finansial yang ada di pemerintah daerah Kab.Tangerang & pemerintah Pusat masih kurang dan membutuhkan biaya yang cukup besar dalam pembangunan pengedalian banjir di kec.kresek, seperti normalisasi sungai cidurian dan revitalisasi situ yang ada di kec.kresek.

Ketiga, bahwa karakteristik agen pelaksana dalam pelaksanaan sistem pengendali banjir di kec.kresek tidak optimal, karena para pelaksana bekerja berdasarkan tugas pokok & fungsi masing-masing sehingga komando/perintah antar pelaksana yang terlibat tidak saling sinkron.

Keemapat, bahwa sikap/ kecenderungan para pelaksana kurang optimal karena usulan masyarakat/pihak desa yang diajukan kepada BBWS Cidanau-Ciujung-

Cidurian Sulit di realisasikan, terkait usulan normalisasi sungai cidurian, pihak pemerintah Daerah Kab.Tangerang terkendala kewenangan dan aturan sehingga menyulitkan pihak Dinas Bina Marga melakukan pembangunan pengendalian banjir yang kewenangan pusat dan respon yang akan diterima berdasarkan skala prioritas utama yang paling mendesak menurut para pelaksana sistem pengendalian banjir.

190

Kelima, bahwa komunikasi antara organisasi & aktivitas pelaksana tidak optimal, dikarenakan Tarik ulur kepentingan antara pemda Kab.Tangerang dengan

Pemerintah Pusat yang di karenakan kewenangan yang berada di pemerintah pusat menyulitkan pihak pemerintah daerah bertindak dalam penanganan banjir di kec.kresek, pihak pemerintah daerah hanya dapat mengajukan segala permasalahan dan keinginan dari pihak masyarakat dan pihak Dinas Bina Marga sendiri agar penyebab banjir di kab.Tangerang dan khususnya di Kec.Kresek dapat di lakukan pembangunan sistem pengendalian banjir akan tetapi Koordinasi yang berjalan panjang tanpa ada realisasi yang pasti.

Keenam, bahwa lingkungan ekonomi, sosial dan politik berjalan optimal karena masyarakat yang terkena banjir diwilayah Kecamatan Kresek mengharapkan adanya pembangunan pengendali banjir yang mengakibatkan mereka tidak dapat beraktifitas secara normal karena banjir yang terjadi memutus jalan penghubung antar desa dari segi ekonomi roda perekonomian masyarakat seperti terbengkalainya industri rumahan, walau memang peneliti menemukan peran masyarakat dalam pemeliharaan infrastuktur yang telah di bangun masih kurang dan tidak menjaga lingkungan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang di peroleh dari hasil penelitian di atas maka peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan masukan dalam

Implementasi Peraturan Daerah Kab.Tangerang No 13 Tahun 2011 tentang Rencana

191

Tata Tuang Wilayah Kab.Tangerang Tahun2011-2031 (Studi Kasus Sistem

Pengendalian Banjir Di Kec.Kresek tahun 2015) adapun saran-saran sebagai berikut:

1. Seharusnya, sumberdaya finansial lebih ditingkatkan lagi sehingga seluruh

masalah yang menjadi penyebab banjir di Kec.Kresek dapat di lakukan

pelaksanaan pembangunan sistem pengendalian banjir ini dapat berjalan

khususnya di Kec.Kresek, dan dapat terealisasi segala usulan masyarakat yang

terkena dampak banjir agar banjir bisa berkurang jumlah dan areanya di

Kab.Tangerang dan khususnya di Wilayah Kec.Kresek.

2. Seharusnya,komunikasi yang dilakulan di diantara para pelaksana sistem

pengendalian banjir tidak sulit dan koordinasi yang dilakukan lebih efektif

dan efisien prosesnya di permudah dengan kerjasama yang dapat

menghasilkan realiasi yang di inginkan karena hal tersebut dapat

memperlancar kerjasama yang telah dilakukan demi kepentingan bersama

3. Seharusnya, pihak kecamatan kresek dan pihak desa di kecamatan kresek

mengajukan usulan kepada Pemerintah Kab.Tangerang maupun pihak

pengelolaan Das cidurian melakukan komunikasi koordinasi secara terus

menerus agar segala usulan yang di inginkan dan di harapkan dapat di

realisasikan oleh para stakeholder pelaksana sistem pengendalian banjir di

Kec.Kresek Kab.Tangerang agar dampak dan area banjir bisa berkurang di

wilayah kec.kresek.

192

4. Seharusnya, masyarakat berperan aktif dalam partisipasi menjaga lingkungan,

merawat dan menjaga sarana prasarana pengendali banjir yang telah di

bangun oleh pihak Pemerintah Pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Sumber

Daya Air Kementrian Pekerjaan umum, maupun pihak Pemerintah Daerah

Kabupaten Tangerang melalui Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang,

agar sarana prasarana yang telah ada dapat tetap terjaga dan anggaran yang

dikeluarkan selanjutnya untuk sarana prasarana pengendali banjir yang belum

pemerintah perbaiki.

193

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku: Agustino, Leo. 2016. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Sujarto, Ir. 2002. Metode Pendekatan Penataan Ruang Kota. Bandung : Indo Kindo Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: FISIP UI. Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. ______. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nugroho D, Riant. 2003. KEBIJAKAN PUBLIK Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: Elex Media Komputindo Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA ______. 2012. Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Subarsono. 2005. ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK KONSEP, TEORI DAN APLIKASI. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Wahab. 2012. ANALISIS KEBIJAKAN dari Formulasi ke Penyusunan Model-model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Bumi Aksara. Winarno, Budi. 2014. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Center Of Academic Publishing Service. Sugiyanto, Ir. 2002. Pengendali banjir metode struktur non struktur. Yogyakarta: Pustaka Belajar Dokumen : Lembaran Negara. Undang-undang No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Lembaran Negara. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai

194

Lembaran Negara. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Penetapan Wilayah Sungai Lembaran Negara. Peraturan menteri pekerjaan umum Nomor 09/PRT/M/2009 tentang kebijakan pelaksanaan kegiatan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor03 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sungai Dan Drainase Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 5 Tahun 2013 Tentang Rencana Jangka Menengah Daearah Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018 Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 08 Tahun 2010 Tentang Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 61 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas dan Tata Kerja Kecamatan dilingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Peraturan BupatiKabupaten Tangerang Nomor 43 Tahun 2010 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Tata Kerja Dinas Bina Marga dan Pengairan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. SuratKeputusan Bupati Nomor 42 Tahun 2010 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dari Tata Kerja Dinas Bina Marga dan Pengairan

Sumber Lain : http://www.tangerangnews.com/kabupaten-tangerang/read/17048/8-Kecamatan-di- Kabupaten-Tangerang Diterjang-Banjir http://www.staklimpondokbetung.net/publikasi/App%20PRAK&ANAL-2014-01.pdf http://www.staklimpondokbetung.net/publikasi/App%20PRAK&ANAL-2015-02.pdf https://m.tempo.co/read/news/2016/09/05/083801646/182-proyek-infrastruktur- kabupaten-tangerang-tertunda www.neraca.co.id/article/64697/kabupaten-tangerang-pemkab-terima-hibah-rp17- miliar-dari-dk tangerangrayaonline.com/2015/11/24/dbmsda-kabupaten-tangerang-dianaktirikan/

195

Skripsi :

Listiawati, Adhitia. 2016. Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang No 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang Tahun 2010-2030 (Studi kasus pasal 17 sistem prasarana dranase dan pedestarian). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa :Skripsi

Tri Cahyo, Agung. Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning, Sampang. Fakultas Teknik. Institute Teknologi Sepuluh November :Skripsi

MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA

Keterangan : I1.1

Kasie Pembangunan dan Pemeliharaan Sumber Daya Air Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang

Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hariSenin, tanggal 09 Januari 2017 di kantor Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang

Q I I1

Apa tujuan dari Perda RTRW tersebut terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan Kresek? “yang pertama menormalisasi sungai yang khususnya saluran- Q saluran pembuang yang ada di wilayah kecamatan kresek, 1 khususnya di Dinas Bina Marga dan SDA kita membuat tandon air atau penampung air dimana disaat musim hujan dapat menampung air hujan dan disaat musim kemarau kita mempunyai kelebihan air untuk persediaan air pada saat kekeringan”

Apa standar keberhasilan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?

“program Kab.Tangerang tahun 2019 bebas banjir, berarti tidak ada target khusus yang penting dimana ada saluran kita normalisasi kita perbaiki kita sempurnakan dan kita Q2 manfaatkan lagi sebagai penampungan air, dimana Masyarakat Kab.Tangerang prioritas bebas banjir dan mempunyai persediaan air saat musim kemarau untuk tahun kemarin kita telah melakukan empat titik lokasi normalisasi yaitu pembuang lontar,pembuang cileles, pembuang cimane dan pembuang limbung”

Sejauh mana tingkat keberhasilan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek? “ada kemajuan karena lama banjir sekarang tidak lama karena air yang meluap langsung ke sungai besar, air tidak ada hambatan karena sungsi kecilnya sekrang sudah banyak yang Q3 di bangun dinormalisasi, memang belum signifikan tetapi ada hal fositifnya bisa dilihat sendiri sekarang areal wilayah desa yang sering kena banjir sungai pembuangnya kondisinya baik, tinggal dilakukan kerjasama dengan C3 untuk perbaikan tanggul yang sering jebol atau meminta ijin pada C3 sebagai pengelola sungai cidurian, tapi dilihat juga anggaran yang kita punya ,bisa atau tidak.

Bagaimana kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek? “pada saat ini masih kebutuhan pekerja, Karena hamper rata- rata baik irigasi, situ,rawa maupun sungai kita hanya kebagian Q 4 dari lintas-lintas provinsi kabupaten dimana irigasi yang di bawah 1000 Ha masih kewenangan pusat, situ-situ masih kewenangan pusat, saluran-saluran yang kita tangani sekarang hanya saluran pembuang, jadi untuk sumber daya manusia kita meminta ditambahkan aja”

Bagaimana sarana prasarana yang ada sebagai penunjang pengendali banjir di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek? “sarana prasarana termasuk ke alat berat dua tahun belakang Q5 ini kita telah membeli alat berat seperti ampibi resepator,

memang kondisi perbengkelan dan alat kita yang di workshop di bitung untuk alat berat kita masih kurang maka dua tahun ini kita belanja terus untuk alat berat, kalau kita kekurangan alat berat kita meminjam ke balai(bbwscc)”

Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek? Q 6 “untuk anggaran kita masih sangat kurang dan terbentur oleh persoalan kewenangan, kita ada kegiatan tetapi tidak ada anggaran karena kewenangan, kita meminta tolong kepusat akan tetapi birokrasinya yang sulit” Bagaimana waktu yang diperlukan untuk mengatasi banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?

“cukup, tetapi yang harus digaris bawahi itu masalah kerja sama pengelolaan kewenangan pusat di daerah, untuk masalah waktu antara 2011-2031 itu cukup 20 tahun untuk mengatasi banjir, artinya masalah perpisahan kewenangan jadi Kab.Tangerang ini ketempatan daerah, contoh situ yang Q7 berada di wilayah kabupaten Tangerang tetapi kewenangan masih di pusat sedangkan kita untuk ambil fisiknya kita ingin lestarikan masih terbentur kewenangan pusat, bila di limpahkan ke Kab.tangerang in sha Allah baik situ-situ dan irigasi di Kab.Tangerang kita akan perbaiki kita akan lestarikan fungsinya sebagaimana itu untuk saluran air demi kepentingan masyarakat”

Apa saja peran aparatur dalam Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?

“peran aparatur kalau kita lihat di Dinas Bina Marga dan SDA ini ada UPT Unit pelayanan Terpadu wilayah perwilayah, tindakan mereka memang sudah action, anggaran sudah di Q 8 anggarkan, tetapi kembali lagi itu kebentur persoalan kewenangan kita tidak bisa menyentuh pekerjaan yang masih wewenang pusat UPT hanya mengerjakan pekerjaan pemeliharaan seperti membersihkan gulma membersihkan saluran yang miliik kita di kewenangan kita, sementara yang bersentuhan dengan kewenangan pusat kita tinggalkan”

Sejauh ini bagaimana pelaksanaan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?

“rencana tahun iniada enam titik tambahan normalisasi

Q9 saluran pembuang mungkin kec.kresek masuk ke tahun anggaran 2017 Cuma data belum diperoleh, untuk dampak dari Perda ini rencana untuk mengadakan normalisasai sudah ada dalam perencanaan, untuk kecamatan kresek sendiri belum ada pergerakan terkait sistem pengendali banjir karena kecamatan kresek baru ada data desain situ patrasana yang akan di perbaiki, karena situ patrasana harapan wilayah kecamatan kresek dengan luas 160 Ha bila itu di tata dengan rapi mungkin itu dapat mengatasi masalah banjir di kecamatan kresek”

Bagaimana mekanisme sistem pengajuan dan penerimaan program dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek? Q 10 “itu ada di dalam musrenbang, tetapi kembali lagi warga tidak bisa mengusulkan lokasi yang kewenangan pusat, harga setempat hanya bisa mengusulkan yang wewenang kita yang masuk ke anggaran Kab.Tangerang” Bagaimana sikap Implementator terhadap Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?

“harus mendukung karena itu bagian dari tugas yang diberikan Q 11 kita sebagai pelaksana harus menjalamkan tugas tersebut dengan disesuikan dengan rencana strategi kita dalam mengurangi banjir ketika musim penghujan dan menyediakan air ketika musim kemarau, saya rasa sikap para pelaksana pasti menjalankan sesuai tugasnya masing-masing” Bagaimana respon implementator dalam menerima dan menolak perda RTRW terkait dengan sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?

“respon sangat bagus, tetapi kesulitan kita kembali lagi ke kewenangan kita mengusulkan kegiatan tetapi birokrasinya panjang dan tidak mungkin dengan cepat mendapatkan Q anggaran dari pusat, untuk respon dengan C II atau C III 12 maupun UPT yang ada sangat bagus, terkait perjanjian KSO kita pernah mengusulkan tapi sampai sekarang masih di godok dan sampai sekarang masih belum final, MOU pemerintah daerah dengan balai C II sudah di tanda tangan, tindak lanjut dari MOU adalah (PKS) perjanjian kerja sama, memang sampai detik ini belum final dan kita telah beberapa kali membuat draf namun belum final antara pak bupati dengan kepala balai C II” Bagaimana bentuk dukungan dan persetujuan dari para pelaksana terhadap perda maupun program sistem pengendalian banjir di kecamatan kresek? Q 13 “dukungan sangat baik terbukti dengan kita mengajukan peminjaman alat berat mereka dengan cepat mengirimkan alat berat yang dibutuhkan, kalau misalkan alat berat ada di tempat dan juga petugasnya saat kita butuh bantuan terkait data, sebagai contoh situ cilongok respon terkait dengan pengukuran ulang dan desain ulang”

Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek?

“sebetulnya koordinasi sudah baik, ambil contoh apel hari Q senin tgl 09-01-2017 yang biasa di pimpin pak bupati, pak 14 bupati dengan tegas meyatakan bahwa dinas-dinas terkait masalah bencana seperti Dinas Bina Marga & SDA, BPBD sudah harus menindaklanjuti perkiraan curah hujan yang meningkat di januari, disebutkan oleh pak bupati ketika apel tadi kerja sama dengan balai terkait kebijakan apabila posisi wilayah banjir sudah didata maka harus segera di sikapi” Bagaimana proses komunikasi yang di lakukan terhadap Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan kresek? “terkait komunikasi stakeholder pelaksana antara Dinas Bina Marga & SDA dan Balai C II, contohnya sungai cilongok yang sudah di keruk , apa yang di inginkan Dinas Bina Marga dan SDA seperti pengerukan situ apa yang kurang kita kirimkan Q 15 jadi kebutuhan Dinas Bina Marga akan ditutupi Balai C II dan apa yang dibutuhkan Balai akan ditutupi Dinas Bina Marga, sementara itu sampai dengan kebutuhan untuk normalisasi saluran pembuang dan lain-lain untuk saat ini proses komunikasi bagus tidak ada masalah Cuma itu, tetapi batasan kewenangan ada di masing-masing SKPD baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah”

Bagaimana pembagian tugas yang di lakukan dalam Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan kresek?

“untuk pembangian tugas, pembagian tugas daerah dengan pusat berbeda, misalkan kita ingin mengerjakan areal di atas

Q16 1000 Ha itu kewenangan propinsi, untuk kewenangan wilayah Kab.Tangerang kita menugaskan mantri-mantri unit pelaksana terpadu kita yang melaksanakan dari 1000 Ha kebawah kita yang mengurus baik pembabatan rumput, pengecetan pintu air, intinya yang di bawah 1000 Ha karena kita sudah mempunyai tugas masing2” Bagaimana kondisi ekonomi dari wilayah yang mendapatkan kebijakan maupun program terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan Kresek? Q 17 “sangat tertinggal, kita pernah survey di desa patrasana baik dari segi pendapatan dari SDM kita pikir itu masih sangat tertinggal”

Ba Bagaimana kondisi sosial dari wilayah yang mendapatkan kebijakan maupun program terkait system pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan Kresek?

“masih will be better, tadinya masyakat butuhkan sedangkan

Q18 air tidak ada karena air di kec.kresek masih langka dan air di kec.kresek masih payau karena dari segi social masyarakat masih sangat prihatin karena hamper satu rumah pun mereka tidak memiliki sanitasi, jadi kita sebagai pemerintah tidak hanya bagaimana pengendalian banjir bagaimana caranya kelayakan hidup mereka”

Baga Bagaimana respon masyarakat terhadap perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di kec.kresek?

“masyarakat pasti senang karena masyarakat tidak mau kesusahan dalm arti mereka kebanjiran, mereka ingin kehidupan yang layak anak istri mereka ingin memiliki tempat Q19 tinggal yang layak, memiliki sanitasi sendiri, bila memang pemerintah punya program pengendalian banjir saya pikir masyarakat akan mendukung kalau kebijakan dan arahannya benar” Secara umum, masalah system pengendalian banjir apa yang menjadi prioritas utama untuk mengatasi banjir di Kec.Kresek?

“yang pertama sungai cidurian karena sungai cidurian bila debit airnya besar karena curah hujan bisa meluap kemana- Q 20 mana, yang pertama sungai cidurianya kalau kita ingin menormalisasi kewenangannya berada di C III, terus saluran pembuang sungai ciduriannya sampai ke situ, intinya satu, koordinasi dengan baik dari pemerintah pusat pemerintah propinsi dan kabupaten itu harus bisa selaras”

Faktor apa saja di Kec.Kresek yang berpotensi menjadikan banjir dan mengurangi dampak banjir? Q 21 “pemeliharaan harus rutin”

Apa hambatan dalam implementasi Perda RTRW terkait system Pengendali banjir di Kec.Kresek?

“hambatanny selain kewenangan, masyarakat harus bisa saling jaga kebersihan, misalnya saluran yang sudah di Q 22 perbaiki pemerintah masyarakat harus menjaga, jadi masyarakat harus berpartisipasi menjaga saluran-saluran yang sudah di perbaiki seperti jangan membuang sampah sembarangan baik pemerintah di bantu masyarakat”

Bagaimana kondisi masyarakat sebelum adanya kebijakan perda RTRW terkait system pengendalian banjir di kec.Kresek? dan bagaimana kondisi setelah diadakannya perda RTRW terkait system pengendalian banjir di kec.Kresek? apakah jumlah korban dan area wilayah banjir menurun? Q23 “kondisi masyarakat terkait banjir ini mulai berkurang, karena pemerintah sudah melakukan sedikit normalisasi disungai- sungai pembuang yang ada biasanya terkena banjir, dampaknya sudah mulai terlihat berkurang daerah banjir”

MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA

Keterangan : I1.2

Mantan Kepala UPT III Kab.Tangerang (Cidurian Hilir) periode 2015- Januari 2017

Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Senin, tanggal 30 Januari 2017 di kantor UPT Sumber Daya Air II Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang

Q I I1.2

Apa tujuan dari Perda RTRW tersebut terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan Kresek?

Q1 “Tujuannya untuk program selambat-lambatnya pada tahun 2019 Kab.Tangerang bebas banjir”

Apa ukuran keberhasilan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?

Q2 “ukuran keberhasilannya adalah satu tercapainya koordinasi di keempat stakeholder yang lebih mudah, dua lebih terfokunya program kerja dan realisasinya di antara ke empat stakeholder, tiga berkurangnya titik banjir itu bisa dipastikan”

Sejauh mana tingkat keberhasilan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek? Q3 “sudah berjalan tapi belum maksima, ada progres keberhasilan tetapi belum maksimal” Bagaimana kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek? Q 4 “aparatur sebetulnya sudah cukup siap Cuma tinggal membiasakan saja dan hanya perlu di stimultankan saja, aparatur sebetulnya siap”

Bagaimana sarana prasarana yang ada sebagai penunjang pengendali banjir di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek? Q 5 “sarana ada Dinas Bina Marga sudah menyiapkan eskapator

baik yang longam,mini ataupun yang ampibius, ampibius 2,longam 2,mini 6, dari sarana prasarana yang ada menurut saya memadai untuk wilayah Kab.Tangerang”

Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek? Q6 “cukup di penuhi”

Bagaimana waktu yang diperlukan untuk mengatasi banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?

“antara iya dan tidak kalau menurut saya, kaalau dari segi usaha bisa dijamin pelaksanaanya, tetapi dari pelaksanaan

Q7 rekayasa teknis belum tahu untuk daerah pesisir bisa atau tidak jangkaun antara 2 sampai 3 km maksimal 5 km dari pantai, karena hambatan kita berada di drainase-drainase alam dan untuk wilayah kresek yang di akibatkan sungai cidurian yang belum”

Apa saja peran aparatur dalam Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?

Q8 “sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing baik CII Ciliwung-Cisadane CIII Cidanau-Ciujung-Cidurian sempai saat ini sudah semakin solid dalam melakukan pengamanan area-area banjir” Sejauh ini bagaimana pelaksanaan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?

“intinya itu mulai dari semenjak tahun 2016, artinya bukan pada tahun 2015 tidak ada pelaksanaan,namun mulai pada Q9 tahun 2016 kemarin komunikasi antar lini stakeholder ke empat itu makin jelas, makin nyata dan makin simple dan nantinya untuk masyarakat juga”

Bagaimana mekanisme sistem pengajuan dan penerimaan program dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek?

“langsung ke Dinas atau ke Kecamatan kemanapun yang Q 10 arahnya ke Kab.Tangerang nanti di arahkan dan akhirnya tetap ke Dinas Bina Marga & SDA, dan dapat langsung ke Dinas Bina Marga & SDA nanti di setujui tidaknya kita melihat kondisi yang ada”

Bagaimana sikap Implementator terhadap Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?

Q11 “mendukung dan tugas mereka harus mendukung”

Bagaimana respon implementator dalam menerima dan menolak perda RTRW terkait dengan sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?

“menerima dengan catatan, kalau ada yang perlu di Tanya, Q12 tanyakan tapi sementara ini menyetujui RTRW ini terkait pengendali banjir artinya meneria karena perda ini produk hokum yang legalitasnya kuat”

Bagaimana bentuk dukungan dan persetujuan dari para pelaksana terhadap perda maupun program sistem pengendalian banjir di kecamatan kresek?

“dukungan sangat baik terbukti dengan kita mengajukan peminjaman alat berat mereka dengan cepat mengirimkan alat Q13 berat yang dibutuhkan, kalau misalkan alat berat ada di tempat dan juga petugasnya saat kita butuh bantuan terkait data, sebagai contoh situ cilongok respon terkait dengan pengukuran ulang dan desain ulang”

Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek?

“jadi koordinasi sekarang sudah gampang formatnya jadi sebelum PKS kita ada MOU dulu di retifikasi di teliti masing- masing nanti meningkat jadi PKS bila memungkinkan ,baik pemda CII Ciliwug-Cisadane CIII Cidanau-Ciujung-Cidurian menuji coba namun untuk saat ini sulit, tetapi bila untuk menormalisasi sungai pembuang saja itu bisa yang dicontohkan Q14 tadi itu formatnya meminta ijin ke pemilik wewenang, seperti untuk menormalisasi sungai yang kewenangan pusat, kami selaku pemda Kab.Tangerangmeminta ijin untuk kita lakukan normalisasi dengan menggunakan APBD Kab.Tangerang dan setelah selesai pelaksanaan pembangunan kita kembalikan lagi asset mereka, karena pakai yang MOU nanti ke PKS itu sulit, makan waktu berbelit-belit panjang dan belum tentu jadi”

Bagaimana proses komunikasi yang di lakukan terhadap Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan kresek? Q 15 “kita mengirim surat jawaban mereka bagaimana, kita sama- sama lembaga Negara instansi Negara harusnya komunikasi tidak sulit” Bagaimana pembagian tugas yang di lakukan dalam Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan kresek?

"pembagian tugas tetap dengan masing-masing, pusat

Q16 mempunyai kewenangan yang harus di tangani akan tetapi mereka tangannya jauh untuk melakukan tugas kewilayah yang menjadi tanggung jawab pusat, UPT ikut membantu seharusnya pemerintah sebelah mana dan pemilik kewenangan sebelah mana”

Bagaimana kondisi ekonomi dari wilayah yang mendapatkan kebijakan maupun program terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di

Q17 Kecamatan Kresek? “pasti ada pengaruhnya tetapi belum signifikan, karena kaitanya kita tidak langsung”

MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA

Keterangan : I1.3

Kepala UPT III Kab.Tangerang (Cidurian Hilir)

Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 18 Januari 2017 di kantor UPT III Sumber Daya Air Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang

Q I I1.3

Apa tujuan dari Perda RTRW tersebut terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan Kresek?

Q1 “memperbaiki kondisi sungai yang ada sebagai penyebab banjir di kec.kresek, pemerintah kabupaten dan pusat di berikan tanggung jawab untuk mengurangi banjir dengan cara yang telah di atur Perda tersebut”

Apa ukuran keberhasilan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek? “dapat mengurangi jumlah atau pun area banjir di kec.kresek Q2 dan lebih cepatnya air yg meluap langsung kembali ke sungai yang terdekat dari pemukiman masyarakat dengan di normalisasinya sungai-sungai linier oleh bina marga dan kami sebagai unit pelayanan teknis merwat dan memelihara sungai yang telah di bangun atau di perbaiki fungsinya”

Sejauh mana tingkat keberhasilan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang

Q3 khususnya di kecamatan kresek? “tahun ini tidak terjadi banjir di kec.kresek”

Bagaimana kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan Kresek? Q4

“aparatur yang ada sebetulnya masih kekurangan jumlahnya dan sulit melakukan pekerjaan karena wilayah pemeliharaan terlalu luas”

Bagaimana sarana prasarana yang ada sebagai penunjang pengendali banjir di Kab.Tangerang khusunya di Q5 kecamatan kresek?

“sarana prasarana sudah ada tetapi masih kurang dari apa yang di harapkan termasuk alat berat kita tidak ada”

Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?

Q6 “jawaban:untuk anggaran sebenarnya kurang tetapi kita menyiasati agar anggaran yang sedikit tersebut dapat kita gunakan dengan kebutuhan di lapangan yg penting dan harus di lakukan oleh kita”

Apa saja peran aparatur dalam Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek? “peran kita sesuai tugas yang di beban kan pada kita sebagai, ya kita tugasnya membersihkan kondisi sungai yg Q 7 wewenangnya milik kabupaten dan wilayah tugas kita di pemerintah pusat, karena pusat itu wilayahnya luas dan jauh maka tugas pemeliharaan di serahkan kepada kita di wilayah- wilayah sungai yg kewenangan pusat”

Sejauh ini bagaimana pelaksanaan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek? “pelaksanaan bisa di lihat sendiri sekarang kondisinya yang wewenang kabupaten sungai-sungai ke sungai-sungai kecil di wilayah yang rawan banjir sudah banyak yg di bangun walau Q8 tidak semuanya, tapi prospek sudah terlihat, untuk wewenang pusat kita rasa belum cukup karena masalah di sini itu di kec.kresek khususnya di wilayah samping sungai cidurian kalau air hujan meluap ke tanggul, tanggul yg ada tidak bisa berfungsi dengan baik karena air masuk dalam bawah tanggul mungkin itu penyebab air selalu meluap, saya harap harus ada kerja sama antara kabupaten dengan pusat agar tanggul segera di perbaiki dan sungai di normalisasi.”

Bagaimana mekanisme sistem pengajuan dan penerimaan program dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek? Q9 “bisa di usulkan dalam musrenbang dan bisa juga langsung ke balai yang ada di serang”

Bagaimana sikap Implementator terhadap Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek? Q10 “sikap pasti bagus itu karena tugas mereka sebagai pelaksana untuk mengurangi banjir yg ada”

Bagaimana respon implementator dalam menerima dan menolak perda RTRW terkait dengan sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek? “respon itu baik tetapi kewenangan itu sering jadi kendala pihak kabupaten untuk melakukan perbaikan,biasanya kalau Q11 pihak kabupaten ingin memperbaiki kondisi sungai yang perlu di perbaiki terbentur oleh kewenangan dan kerjasama prosesnya cukup lama karena harus menyesuaikan tugas-tugas yang perlu di setujui, terkecuali kalau memang mendesak”

Bagaimana bentuk dukungan dan persetujuan dari para pelaksana terhadap perda maupun program sistem pengendalian banjir di kecamatan kresek? Q12 “baik selalu ada respon, ya paling kita sebagi upt kesulitannya kalau ingin memperbaiki sulit di peralatan alat berat”

Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek?

Q13 “koordinasi baik selalu ada komunikasi antar dinas yang terkait kalau ada kerjasama yang perlu di lakukan” Bagaimana proses komunikasi yang di lakukan terhadap Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan kresek? “ya prosesnya baik tidak ada kendala kalau dari komunikasi, Q 14 paling kendalanya itu realisasi dari kerja sama atau usulan dari pemerintah kabupaten yang sulit terealisasi karena harus banyak yang diberikan dokumen-dokumen tertentu dan rencana strategisnya berbeda-beda itu yg menjadi kendala”

Bagaimana pembagian tugas yang di lakukan dalam Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan kresek?

Q “untuk pembagian tugas ya terkait tupoksi, ya kalau tugas 15 kami membersihkan sungai-sungai yang banyak rumputnya terus mencat pintu air memperbaiki sungai yang rusak ga semuanya itu juga hanya yang luasnya luas milik kabupaten 1000 ha kebawah”

Bagaimana kondisi ekonomi dari wilayah yang mendapatkan kebijakan maupun program terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan Kresek? “kondisi masyarakat hanya bertani kalau di wilayaj Q16 kec.kresek khususnya yang sering banjir. kalau banjir masyarakat tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa dan buruknya ketika padi akan di panen keburu kena banjir itu biasa terjadi, masyarakat yang kena rugi, bila ada pembangunan pengendali banjir masyarakat pasti mendukung karena mereka juga ingin terbebas dari banjir”

Bagaimana kondisi sosial dari wilayah yang mendapatkan kebijakan maupun program terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang Khususnya di Kecamatan Kresek? “ya namanya hidup di desa, mungkin sebagian masyarakat Q desa juga sma kondisi sosialnya. tetapi di sini bedanya kan 17 sering kena banjir kalau musim hujan yang jelas mereka terganggu bukan hanya aktivitasnya tetapi sehabis banjir juga masyarakat sering kena sakit kaya diare dan gatel-gatel, dan masyarakat menginginkan keadaan yang lebih baik pastinya, karena pas musim penghujan pun mereka merasa terganggu karena takut banjir”

MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA

Keterangan : 11.4

Kasie Perencanaan Umum Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-ciujung-cidurian

Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Jumat, tanggal 24 Februari 2017 di kantor Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-ciujung-cidurian

Q I I1.4

Apa tujuan dari Perda RTRW tersebut terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan Kresek? Q 1 “secara fisik ditangani dengan pelaksanaan pekerjaan tanggul,atau pemasangan bronjong, secara non fisik sosialisasi, kerjasama denagan BPBD”

Bagaimana kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan Kresek? Q2 “Pengendalian banjir oleh BBWSC-3 dengan siap siaganya pas posco dan membantu evakuasi jika terjadi banjir”

Bagaimana sarana prasarana yang ada sebagai penunjang pengendali banjir di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek?

Q3 “BBWSC-3 mempunyai beberapa persediaan berupa pompa air, karung, perahu karet, alat berat, yang dapat digunakan oleh dinas lain dengan cara meminjam kepada kami bila memang diperlukan kami pasti membantu”

Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek? Q4 “sesuai usulan dan pelaksanaan berdasaran pola dan renstra tahun 2016” Apa saja peran BBWSC-3 dalam menjaga dan memperbaiki Das Cidurian? Q 5 “BBWSC-3 mempunyai peran sebagai pengelola SDA, tentunya

sungai cidurian harus sesuai seimbang antara kuantitas dan kualitas dari pada sumber air cidurian”

Bagaimana mekanisme pengajuan dari Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang untuk di adakanya normalisasi sungai ciduran di wilayah administrative Kab.Tangerang? Q6 “propinsi selalu mengajak koordnasi”

Bagaimana koordinasi yang dilalukan antara BBWSC-3, BBWSC-2, Dinas Bina Marga dan UPT Dinas Bina Marga SDA Kab.Tangerang dalam pengendalian banjir di kec.kresek? Q7 “saling kordinasi sesuai tupoksinya, koordinasi untuk keterangan debit dapat didapat di BBWSC-3”

Bagaimana proses komunikasi yang dilakukan antara BBWSC-3, BBWSC-2, Dinas Bina Marga dan UPT Dinas Bina Marga SDA Kab.Tangerang dalam pengendalian

Q8 banjir di kec.kresek? “BPBD mengundang stakeholder yang terkait dengan pengendalian banjir”

Bagaimana bentuk pembagian tugas yang dilakukan antar stakeholder yang terkait dalam pengendalian banjir di kec.kresek? Q9 “Tugas BBWSC-3 adalah membangun infrastuktur dan sosialisai pembangunan pengendalian banjir”

Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat kec.kresek yang mendapatkan program pengendali banjir dari BBWSC-3? Q10 “Sangat Mendukung kegiatan yang dilakukan BBWSC-3” Bagaimana kondisi sosial masyarakat kec.kresek yang mendapatkan program pengendali banjir dari BBWSC-3?

Q11 “kondisi sosial masyarakat harus lebih mendapat arahan, dan bimbingan mengenai bagaimana jika banjir tiba-tiba datang”

MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA

Keterangan : I1.5

Pelaksana Teknis PPK Perencanaan BBWSCC

Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Kamis, tanggal 11 Januari 2017 di kantor BBWS Ciliwung-cisadane

Q I I1.5

Bagaimana kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek? Q 1 “koordinasi dengan Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang

terkiat sungai kewenangan Balai BBWSCC, kalau terkait kewenangan Bina Marga & SDA kita support juga, kita bantu- bantu dalam bentuk peralatan untuk anggaran masing-masing”

Bagaimana sarana prasarana yang ada sebagai penunjang pengendali banjir di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek?

“saat ini masih terus disempurnakan, kan kalau sungai tidak

Q2 bias langsung di normalisasi harus dari huluke hilir ada anggaranya tiap tahun, jadi tiap tahun ada anggaranya, jadi tidak bias langsung setahun selesai bisa di normalisasi bisanya pertahun, karena normalisasi tidak hanya kontruksi tapi juga permasalahan pembebasan lahan dan social ekonomi masyarakat”

Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?

“kita disini menganggarkan berdasarkan renstra PU Q 3 berdasarkan itu kalau misalkan ada yang urgent, mungkin nanti bisa diubah ketahun yang urgent, misalnya di dalam anggaran di tahun 2019 ada yang urgent pada tahun 2017 pelaksanaan tersebut bisa di ubah ke tahun 2017”

Apa saja peran aparatur dalam Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek? Q4 “peran kita sesuai tupoksi mengacu itu pertama, ya kalau Bina Marga & SDA melihat RTRW juga terus di sesuaikan dan di sinkronisasikan”

Sejauh ini bagaimana pelaksanaan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?

“kita cisadane aja, kan cisadane tahun ini ada pekerjaan normalisasi wilayah hilir dari bendung pintu 10 ke hilir, untuk Q 5 yang cirarab sudah pernah di kontruksi juga, tetapi masih di bangun yang dekat dengan perumahan pasar kemis yang selalu kena banjir, yang lain masih desain, untuk situ patrasana dan garukgak tahun ini desain nya sudah selesai, kemungkinan untuk pelaksanaan tahun ini 2017”

Bagaimana mekanisme sistem pengajuan dan penerimaan program dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek?

“rencana keja, seperti raker setiap tahun untuk sinkronisasi pekerjaan, Kab.Tangerang juga mempunyai implementasi

Q6 program biasanya kita di undang, nanti pas raker di tanyakan terkait program misalkan program ini, nah terus dari Balai programnya seperti apa tahun ini dan tahun depan seperti apa, biasanya kita tampung terlebih dahulu program yang di ajukan Dinas Bina Marga dan dilihat dari roadmap kita dan bila urgent baru kita lakukan”

Bagaimana sikap Implementator terhadap Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek? Q7 “kita lihat maksud RTRW itu jadi pedoman pelaksanaan, misalkan di situ disekitarnya diperuntukan untuk apa dan kita juga meminta pertimbangan kepada pejabat daerah, RTRW ada peninjauan setiap berapa tahun sekali dan biasanya kita di undang oleh stakeholder terkait”

Bagaimana respon implementator dalam menerima dan menolak perda RTRW terkait dengan sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?

Q9 “cukup cepat, untuk situ biasa kita ke operasional pemeliharaan setiap tahun ada team, untuk kontruksi harus ada desain terlebih dulu, untuk pemeliharaan-pemeliharaan ada setiap tahun ada bagian-bagian bentuknya satuan kerja“

Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek?

“koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kab.Tangerang Balai Q10 BBWSCC terkait situ dan Dinas Bina Marga & SDA terkait pendekatan kepada masyarakat karena mereka yang mempunytai daerahnya, dan terkait pendekatan penentuan luas petak situ-situ kita bersama-sama berkoordinasi dengan Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang, BPN dan masyarakat”

Bagaimana proses komunikasi yang di lakukan terhadap Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan

Q11 kresek? “proses komunikasi baik setiap tahun ada pemeliharaan terkait situ-situ”

Bagaimana pembagian tugas yang di lakukan dalam Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan

Q12 kresek? “sesuai tupoksi masing-masing, sama kewenangan sesuai dengan peraturan”

Apa yang harus di optimalisasikan dalam pengelolaan situ Q13 agar fungsi situ lebih baik?

“sebenarnya melalui operasi pemeliharaan kita harus sudah bisa sedikit banyak memperbaiki seperti kita keruk, kita ambil gulmanya itu kan bisa buat situ lebih baik, tetapi ka nada masalah eskternal seperti lahankosong yang di bangun perumahan atau persawahan yang di buat oleh masyarakat dan kondisi situ jadi kecil dan mulai dari tahun kemarin bersama dengan Dias Bina Marga dan BPN mendata kondisi situ”

Apa hambatan dan kendala dalam merevalitalisasi situ yang rusak ?

“untuk dari segi anggaran kita cukup, permasalahannya di Q14 lapangan jalan menuju tempat sulit untuk membawa alat berat, seperti tahap desain saja dari sekitarnya banyak masalah social dari masyarakat, kalau terkait teknisnya bisa kalau terkait sosialnya memang sulit”

MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA

Keterangan : I2.1

Sekretaris Kecamatan Kresek Kab.Tangerang

Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Jumat, tanggal 17 Maret 2017 kantor Kecamatan Kresek

Q I I2.1

Apa ukuran keberhasilan dari Perda RTRW tersebut terkait system pengendalian banjir di kec.kresek? “satu yang jelas kedepan wilayah kresek tidak banjir lagi, tetapi ketika pun banjir disitu ada tingkat kesadaran masyarakat juga, bukan hanya meluap itu air, lewat sampah Q1 kebersihan ini yang kecil kan, ketika berhasil mayarakat menyadari betapa pentingnya infrastuktur dipelihara dirawat bukan hanya di bangun seperti pembuang rumah tangga kalau tidak di rawat dan banyak sampah bisa menyumbat sedikit tapi bila banyak akan besar, ketika sarana prasarana yang kita bangun dapat dipelihara dengan baik, kita jago membangun tetapi tidak jago memelihara”

Sejauhmana tingkat keberhasilan Perd RTRW tersebut terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek? “perda RTRW itu kan peraturan yang ditetapkan yang diusulkan seacara yuridis, yang penting membangun rasa memliki bersama, pemahaman masyarakat bukan ketika banjir yang disalahkan pemerintah, kemudian kesadaran masyarakat terhadap tata ruang harus dimiliki dan dipahami, dan Q2 kemudian peran pemerintah menstabilkan tujuan ketetapan antisipasi dengan dibuat regulasi baru jangan sampai aturan tata ruang ditabrak sehinga mengakbitkan ruang terbuka hijau menyempit dan terjadi kebanjiran, akan tetapi untuk wilayah kresek sendiri focus dan daerah sendiri pertanian untuk keberhasilan dari tahun ketahun banjir berkurang jumlah arealnya seperti tahun kemarin dan tahun ini Cuma terjadi banjir-banjir kecil”

Bagaimana kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek? Q3 “ya kalau didalam SKPD teknis oasti mereka juga tetap menjalankan dari regulasi itu, karena mereka juga mempunyai koordinator wilayah wilayah sebagai fungs pengawasnya disitu ada interaksi, harapanya bukan hanya memonitor tetapi ikut memalporkan dari tingkat desa, UPT-UPT pun melalukan kounikasi sehingga apa saja yang terjadi secara berjenjang akan terinformasikan dengan catatan, bagaimana penanganan yang dilakukan oleh orang-orang dinas terkait dalam pengendalian banjir di Tangerang maupun di Kec.Kresek sendiri”

Bagaimana sarana prasarana sebagai penunjang pengendalian banjir di Kec.Kreseek? “pasti untuk sarana-sarana tidak akan cukup, masih banyak tanggul yang harus di bangun di sepanjang sungai, sebagai Q4 contoh wilayah Desa Patrasana itu sebenarnya harus di buat tanggul karean pemakaman dan rumah warga sangat dekat sekali dengan bibir sungai, dan di Desa Pasirampo tanggul kalau air meluap pas musim hujan, air muncul dari bawah tanggul yang mulai rusak karena sudah lama sekali di bangunnya ketika abri masuk Desa”

Bagaimana peran aparatur dalam Perda RTRW terkait system pengendali banjir di Kec.Kresek? “ya mungkin sesuai tugas dan kewenangan mereka, seperti Balai Cidurian ya pasti menangani cidurian, UPT yang Q5 memelihara dan mengatur jalannya air dan Bina Marga paling yang skupnya kecil kaya bangun-bangun sungai pembuang maupun aliran rumah tangga, tidak bisa di ukur sudah baik atau belum karena yang terpenting banjir kalau musim penghujan bisa berkurang jumlahnya di wilayah kami”

Sejauh ini bagaimana pelaksanaan dari Perda RTRW terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek? “dari pelaksanaan seperti sudah mulai terlihat nyatanya, seperti yang saya bilang tasi seperti Balai Ciliwung yang dipusat ingin membuat tendon air situ Patrasana rapat- rapatnya sudah ada dan ada pemberitahuan kepada Q6 masyarakat sekitar, mungkin tahun ini akan di bangun soalnya pas pebruari alat berat sudah ada yang di datangkan ke wilayah situ patrasana, namun sekarang alat berat tersebut tidak ada, saya juga tidak mengetahui mungkin ada masalah yang diselesaikan terlebih dahulu, sungai-sungai pembuang kondisinya masih baru dan kendala hanya jebolnya tanggul cidurian” Bagimana sikap implementator pelaksana terhadap Perda RTRW terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek?

Q7 “pasti mendukung karena itu sudah jadi tanggung jawab mereka sebagai pelaksana yang diberi amanat oleh peraturan tersebut”

Bagaimana respon implementator pelaksana terhadap Perda RTRW terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek? “Untuk pengajuan yang diberikan kepada dinas yang terkait seperti Dinas Bina Marga atau pun Balai Cidurian responya Q baik karena kita pernah mengusulkan beberapa kali pengajuan 8 pembangunan umtuk mengurangi dampak banjir, usulan kita diterima dengan baik, tapi usulan yang diinginkan tiddak langsung di dapat karena Dinas-dinas tersebut mempunyai rencana-rencana pembangunan yang telah mereka buat dalam renja, paling bila mendesak dan sangat perlu paling ada juga bentuknya sementara saja”

Bagaimana koordinasi implementator pelaksana terhadap Perda RTRW terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek? “sebenarnya pemerintah tidak membantasi akses yang berjenjang saja, misalkan pihak desa ingin langsung memberikan usulanya, bisa langsung ke Dinas terkait, asalkan ada komunikasi terlebih dahulu ke kecamatan, seperti contoh ketika ada rapat bersama antara masyarakat dengan pegawai Balai ciliwung untuk pembangunan tandon patrasana, Q9 masyakarat dengan Dinas Bina Marga, Dinas Bina Marga memfasilitasi pertemuan tersebut untuk mengambil keputusan atau mendengar aspirasi masyarakat diwilayah situ patrasana, saya melihat bahwa koordinasi yang dilakukan tidak ada masalah yang dapat merugikan kedua belah pihak stakeholder pemerintah tersebut, itu dilakukan di ruang aulu kecamatan kresek sendiri kalau tidak salah pas bulan 10/11 tahun 2016”

Bagaiman proses komunikasi yang dilakukukan terhadap implementator pelaksana terhadap Perda RTRW terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek? Q10 “proses komunikasi baik karena dinas yang terkait sendiri memiliki tanggung jawab yang sama dalam skup kewenangan yang berbda-beda, ya karena saling mendukung tugasnya masing-masing seharusnya seperti itu yang kami harapkan karena intinya komunikasi, integrasi, koordinasi bisa berjaan dengan baik”

Bagimana kondisi sosial dan ekonomi masyaraat yang terkena banjir? “yang paling kerasa kalau pas banjir masyarakat tidak bisa beraktifitas seperti biasanya, biasanya ada yang kerja tau kesawah kalu pas banjir atau sesudah banjir masyarakat tidak Q 11 bisa apa-apa, sekolah pada libur dan pemasukan tidak ada hanya bisa menerima bantuan, tetapi alhamdulilahnya tahun- tahun sekarang banjir tidak terlalu parah, bisa dikatakan 20% saja yang terkena banjir itu pun kecil hanya RW 01 Desa Pasirampo”

Apa penyebab utama dari banjir di wilayah Kec.Kresek, berapa Desa yang sering terkena banjir setiap tahuya ? “kiriman air dari wilayah bogor jasinga terus di barengi oleh hujan deras yang berada di wilayah sungai cidurian sendiri ait tak tertapung dan meluas, mengikis dibawah tanggul, air biasanya masuk lewt bawah tanggul dan sedikit-sedikit keluar Q12 desa yang pertama karena Desa Pasirampo di RW 01 terus meluap esawah ke rawa dan kedaerah-daerah lain kaya Desa Patrasana, Desa Koper terus sampai, Desa Renged intinya kalau hujanya, ga kaya pas tahun 2013, 2014, 2015 yang lumayan sering intensitasnya ga bakalan banjir dan tanggul ga ikut jebol ke bawah air sungai cidurian bisa diliat sendiri ke wilayah tersebut”

Bagaimana peran dari Kec.Kresek dalam pengendalian banjir di Kec.Kresek? “peran kami yang jelas menguslkan ke pihak Dinas yang Q 13 terkait dari aspirasi desa dan masyarakat untuk segera memperbaiki infrastuktut pengendali banjir yang rusak kaya tanggul yang sering jebol”

Bagaiamana peran Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang terkait pengendalian banjir di Kec.Kresek?

Q14 “kalau bina marga skup kewenanganya kecil yang saya tahu, Bina Marga itu kewenanganya hanya sungai-sungai pembuang terus kalau utuk teknis sepertinya mereka pun melakukan komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah pusat maupun propinsi,pasti ada saling komunikasi”

Apakah pada tahun 2015 sistem pengendalian banjir yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dan Provinsi serta Pusat sudah ada kemajuan pelaksanaan? “diliat dari kabupaten alhamdulilah sebagian besar wilayah kresek yang rawan banjir sungai-sungai ataupun aliran rumah tangga sudah dibangun dan dihubungkan kesuangai cidurian walau memang sekarang kondisinya sudah mulai rusak dan tak Q15 terawatt, untuk provinsi kaya balai cidurian kendalanya tanggul yang sering jebol dan perlu dilakukan normalisasi serta tadi yang saya bilang perlu dibuat tanggul yang sungainya dekat sekali dengan pemukiman, kalau pusat yaitu Balai ciliwung cisadane aka nada pembangunan tendon air situ patrasana akan irevitalisasi di manfaatkan fungsinya, semoga tahun-tahun mendatang pemerintah lebih serius itu harapan kami”

Bagaimana cara dan proses pengajuan kepada pemerintah terkait perbaikan sungai pembuang, sungai cidurian situ yang ada di Kec.Kresek? “itu cara yang dijelaskan tadi, pemerinta sebenarnya Q16 menerima keinginan kita baik masyarakat atau desa asalkan keluhanya disertai dokumen keadaan dan kondisi sebenarnya, untuk pembangunan tidak langsung di bangun, biasanya menunggu dan menyesuikan agenda-agenda mereka sendiri pokoknya jangan cape-cape mengusulkan”

Apa kendala yang dihadapi pihak Kec.Kresek dalam pengajuan program terkait system pengendalian banjir? ”yang jelas kendala tidak ada, pasti kalau di bilang kendala selh-olah tidak ada aspirasi, artinya semua usulan di tamping, tetapi kan ada pembatasan biaya anggaran ada prioritas utama, kalau biaya mungkin bisa diantispasi banyak program Q 17 di provinsi, pusat. Tetapi ada fungsi kewenangan juga, kendalanya fungsi kewenangan, kalau pun itu ada di wilayah Kabupatenkalau kewenanganya ada dari provinsi atau pusat tidak bisa di bangun, kita yang kena hokum, yang lain kendalanya kita tidak terpadu jadi antara wilayah dan kewenangan yang dimiliki dan skala prioritas kan gak sama” Berapa persen jumlah realisasi dari program yang diajukan pihak Kec.Kresek kepada Pemerintah / Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang? “untuk perhitungan persen saya tidak bisa berikan jawaban Q 18 yang jelas, ketika banjir ait ridak terlalu lama dan langsung ke sungai cidurian, artinya sungai-sungai pembuang yang telah di bangun di normalisasi dampaknya sudah terasa, dengan catatan itu khusus desa-desa yang sering terkena banjir”

Apakah jumlah sungai pembuang yang di normalisasi sudah mengurangi jumlah banjir dan bagaimana kondisi sungai pembuang saat ini?

Q “yang saya bilang tadi tampaknya mulai terasa jadi pas banjir 19 air bisa langsung ke sungai tidak mengendap terlebih dahulu, utuk kondisinya sudah ada yang mulai rusak, sebaiknya masyarakat ikut andil bersama-sama merawat dan memlihara, jago membangun tak jago memelihara”

Bagaimana kondisi sungai cidurian dan situ yang ada di Kec.Kresek pada tahun-tahun sebelumnya dan pada saat kondisi sekarang?

Q20 “harus di normalisasi kayanya kan kalau diliat bronjong- bronjong yang pernah di pasang Balai cidurian, tahu kapan dan bagaimana mengelola sungai tersebut, agar fungsinya dapat di manfaatkan dan ketika musim hujan tidak merusak”

Apakah dari Desa dan Kecamatan ada koordinasi kepada Pemerintah Kabupaten dan Provinsi?

Q “yaitu dengan memberikan dokumen kepada pemerintah, kami 21 melalukan koordinasi, kami ingin mereka mengetahui kondisi yang terjadi sebenarnya diwilayah kita ini kalu pas banjir agar nanti kalau musim hujan lagi, ga kena banjir lagi”

Apa peran masyarakat agar lingkungan tempat tinggalnya tidak terkena banjir kembali? “yang tadi saya bilang masyarakat jangan membuang sampah Q 22 kesungai dan sebisa mungkin melakukan gotong royong membersihkan lingkunganya dan merawat apa yang telah di bangun pemerintah” Apa peran desa agar wilayahnya tidak terkena banjir kembali?

Q23 “bersama-sama dengan masyarakat merawat infrastuktur yang ada dan sebisa mungkin mengajak masyarakat membersihkan sungai-sungai pembuang apabila banyak sampah atau rumput”

Apakah pemeliharaan sungai pembuang, sunagi cidurian dan situ oleh pemerintah sudah maksimal?

Q24 “kalau pemeliharaan seharusnya masyarakat saja kan mereka yang berada di situ untuk pemeliharaan ada dua minggu sekali oleh UPT bersh-bersih rumput dan gulma”

Apakah system pengendalian banir yang dilakukan pemerintah sudah terasa dampak positifnya? “sama dengan yang saya biang tadi, ka untuk banjir yang sering terjadi di akibatkan meluapnya sungai cidurian seperti Q 25 tanggul jebol paling itu masalahnya, kalau tanggul tidak jebol atau air tidak masuk dari bawah tanggul banjir tidak aka nada, intinya sebenarnya tanggul itu di buat pancang kebawah di perkuat lagi tanggulnya”

Sejauhmana tingkat keberhasilan system pengendalian banjir dari tahun 2012-2015 di Kec.Kresek? “makin tidak besar berarti ada sebuah dampak fositif tentu saja dengan pengembangan-pengembangan tadi, tanggul di buat seharusnya di tata lagi itu akan mengurangi jadi air Q 26 langsung ke sungai cidurian, dampak fositif sudah kelihatan, walau banjir sekarang air tidak lama, langsung kering dan untuk wilayah yang kena banjir lahanya berada di bawah tidak diatas, jadi itu factor utamanya seperti rawa-rawanya harus lebih banyak perawatan”

MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA

Keterangan : I2.2

Sekretaris Desa Patrasana, Kecamatan Kresek

Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Kamis, tanggal 16 Maret 2017 di depan sekolah Paud Melati Ds.Patrasana

Q I I2.2

Apa ukuran keberhasilan dari Perda RTRW tersebut terkait system pengendalian banjir di kec.kresek? Q1 “wilayah desa saya tidak terkena banjir khususnya yang

berdekatan dengan sungai cidurian, sungai itukan yang meluap”

Sejauhmana tingkat keberhasilan Perd RTRW tersebut terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek?

Q2 “banjir ini kan musim-musiman kadang banjir parah kadang juga tidak, alhamdulilah, semoga saja pemerintah lebih berniat menghilangkan banjir dengan program-programnya”

Bagaimana peran aparatur dalam Perda RTRW terkait system pengendali banjir di Kec.Kresek?

Q3 Yang saya lihat peran dari dinas memang sudah baik, mereka memiliki tanggung jawab untuk mengurangi banjir ini yang sering terjadi di musim hujan”

Sejauh ini bagaimana pelaksanaan dari Perda RTRW terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek? “Untuk dinas kabupaten sudah terlihat dampak fositif Q4 pelaksanaanya kalau provinsi belum solanya sepanjang sungai

ciduran wilayah desa patrasana 5 Km belum ditanggul, itu yang menjadi keresahan saya soalnya daerah situ rawan luapan sungai cidurian”

Bagimana sikap implementator pelaksana terhadap Perda RTRW terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek? Q5 “”yang nanganin banjir biar ga terjadi baik, menerima usualan kami yang selalu kena banjir, namun yang diusulkan ga semuanya terlaksana di lapangan”

Bagimana kondisi sosial dan ekonomi masyaraat yang terkena banjir? “Kondisi masyarakat yang terkena banjir, warga tidak bisa Q6 beraktifitas seperti biasanya, dan masyarakat hanya bisa menungggu bantuan ketika banjir dan mengharapkan action dari pemerintah dan dinas-dinas yang tugasnya untuk mengurangi banjir, kalau musim hujan datang lagi”

Apa penyebab utama dari banjir di wilayah desa ini, berapa banyak wilayah yang sering terkena banjir di desa ini? “banjir di patrasana itu mulanya tanggul yang jebol dari desa Q 7 pasirampo masuk ke sawah dan terusnya air ke desa patrasana, dan sebagai besar di wilayah yang bersampingan dengan sungai cidurian kalau kiriman dari bogor dan wilayah hujan”

Bagaimana peran desa dalam pengendalian banjir di Kec.Kresek?

Q8 Kami sekarang dengan desa yang lain yang rawan banjir suka ada pembicaraan untuk usulan ke provinsi, supaya ada tindakan nyata buat sungai cidurian itu"

Apakah pada tahun 2015 sistem pengendalian banjir yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dan Provinsi serta Pusat sudah ada kemajuan pelaksanaan? Q9 “tidak ada karena di 2015 hujan dan menjadikan banir parah hampir sama dengan tahun 2012”

Bagaimana cara dan proses pengajuan kepada pemerintah terkait perbaikan sungai pembuang, sungai cidurian situ yang ada di Kec.Kresek? Q10 “saya dengan kepala desa biasanya membahas di musrenbang”

Apa kendala yang dihadapi pihak Kec.Kresek dalam pengajuan program terkait system pengendalian banjir? Q11 “baik-baik saja tidak ada kendala, tapi pelaksanaan dari usulan kita jarang terealisasikan, mungkin karena kekurangan anggaran dan bukan prioritas utama”

Apakah jumlah sungai pembuang yang di normalisasi sudah mengurangi jumlah banjir dan bagaimana kondisi sungai pembuang saat ini? Q 12 “sudah karena sekarang air langsung mengalir, ga kaya dulu lama dan banyak rumput-rumput airnya lama ke situ patrasana”

Bagaimana bentuk koordinasi pihak Desa dan Kecamatan kepada pemerintah terkait system pengendalian banjir? Q 13 “lewat musrenbang di kecamatan kita selalu bawa, mumpung ada para dewan, semoga dewan yang hadir bisa membantu”

Apa peran masyarakat agar lingkungan tempat tinggalnya tidak terkena banjir kembali? Q14 “tidak membuang sampah kesungai”

Apa peran pihak Kecamatn dalam pengendalian banjir?

Q15 “mengajukan usulan yang diusulkan pihak desa ke dinas kabupaten dan provinsi supaya tidak ada banjir lagi”

Apakah pemeliharaan sungai pembuang, sungai cidurian dan situ oleh pemerintah sudah maksimal?

Q16 “tidak ada pemeliharaan oleh pihak dinas sungai cidurian situ dan pembuang, masyarakat yangbharus menjagakarena berada di lingkunganya sendiri”

Apakah system pengendalian banir yang dilakukan pemerintah sudah terasa dampak positifnya? Q 17 “belum karena wilayah saya sering terkena banjir walau jumlahnya tidak banyak” MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA

Keterangan : I2.3

Kepala Desa Pasirampo Kec.Kresek

Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Jumat, tanggal 10 Maret 2017 di Kantor Desa Pasirampo.

Q I I2.3

Apa ukuran keberhasilan dari Perda RTRW tersebut terkait system pengendalian banjir di kec.kresek? “belum, belum dilaksanakan, banjir kan satu tahun sekali, dulu mah 5 tahun 3 tahun baru banjir, sekarang mah kalau musim hujn tiap tahun banjir karena apa,karena tanggul ini yang ga Q1 kuat, desa saya kan desa patrasana, tanggulkan, tanggul ini ga

baguslah, kurang kuat kalau air datang udah pada jebol, belum emang kemarin juga orang kecamatan sama orang kabupaten waktu musrenbang, dibahas sama saya, kemarin kan banjir sebelum pilkada, tanggulnya jebol sekitar 30 cm, tapi sekarang ada di timpah tanah sama balai”

Sejauhmana tingkat keberhasilan Perd RTRW tersebut terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek?

Q “dari keberhasilan disini belum, intinya di desa pasirampo 2 kalau banjir yang kena dampaknya itu semua, petani kena dampak orang baru nanam, baru panen kena air kan habis semua padi-padi pada kopong”

Bagaimana kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek? “soal aparatur buat banjir ya baik, intinya paling kalau orang- Q 3 orang dinas mah ga ada masalah, terus kompeten juga, ga akan jadi orang dinas kalau ga pinter mah dan ngerti masalah- masalah”

Bagaimana sarana prasarana sebagai penunjang pengendali banjir? Q4 “untuk sarana pasti punyalah pasti ada dan siap kalau dibutuhkan buat ngeruk lumpur mah, soalnya keamarin juga ada alat-alat berat yang di datangkan disitu patrasana, tapi sekarang udah ga ada lagi”

Sejauh ini bagaimana pelaksanaan dari Perda RTRW terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek? “ya kalau dari desa udah berapa kali, ya bukan dari saya saja sekdes dan kepala desa yang terdahukupun mengajukan tapi Q5 sampai sekarang itu tetep begitu-begitu aja, saya udah empat tahun menjabat, baru saya menjabat udah di usulkan sama kepala desa yang dulu, ada dilaksanakan Cuma tanggulnya ga sampai bawah ada yang jebol di perbaiki lagi, ada yang jebol di perbaiki lagi Cuma begitu-begitu doing”

Bagimana sikap implementator pelaksana terhadap Perda RTRW terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek? Sikap pasti baik ya namanya juga kita membutuhkn mereka Q 6 juga memaklumi ya kalu di kenyatanya memang perlu dilakukan perbaikan, walau usulan jarang semua di laksanakan, saya juga tau mungkin belum turun”

Bagaimana respon implementator pelaksana terhadap Perda RTRW terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek? Q 7 “yang saya tadi bilang respon, sikap orang Dinas selalu menerima usulan, tapi mereka juga terbentur anggaran, belum, belum ada pelaksanaan”

Bagimana kondisi sosial dan ekonomi masyaraat yang terkena banjir? “ya pasti terganggu udah jelas soal itu mah, banjir itu bikim masyarakat ga bisa beraktifitas, masyarakat rumahnya Q 8 kerendam, sawah-sawah petani banjir hampir tiap tahun, masyarakat susah lewat kalau mau kemana-mana, kan jalan nya kepotong sama air banjir itu yang di depan sawah kalau pas banjir sawah sama jalan udah kaya danau air semua”

Apa penyebab utama dari banjir di wilayah desa ini, berapa banyak wilayah yang sering terkena banjir di desa ini? “tanggul jebol kemarinada 30 kk yang kena saya juga sampai Q9 kesana laporan ke Bina Marga, ya alhamdulilah saya di kasih bantuan walau ga banyak dan udah di salurin, jadi intinya mah sekarang itu di desa pasirampo ini kalau tanggulnya jebol ga di perbaikin tetap aja banjir, dampaknya satu masyarakat rumahnya ke rendam dua masyarakat mau kerja susah lewatnya tiga sawah-sawah petani itu kena dampak hampir tiap tahun”

Bagaimana peran desa dalam pengendalian banjir di Kec.Kresek? “setiap ada rapat di kecamatan lalu di tigaraksa sama orang Q10 kabupaten sama dewan kemarin di musrenbang saya bahas masalah ini tapi sampai sekarang belum di laksanakan normalisasi ga ada itu kan, itu kan anggaran bukan daru kabupaten, anggaran dari provinsi”

Bagaimana peran Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang terkait pengendalian banjir di Kec.Krese? Q 11 “yang saya tau kalau dinas bina marga itu sungai-sungai kecil kaya pembuang aja dan buat-buat jalan”

Apakah pada tahun 2015 sistem pengendalian banjir yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dan Provinsi serta Pusat sudah ada kemajuan pelaksanaan?

Q12 “belum, tadi pas pertama saya udah bilang belum di laksanakan, belum ada perbaikan tanggul yang rusak, kalau kabupaten rata sungai-sungai pembuang di desa ini sama jalan sudah baik keadaanya”

Bagaimana cara dan proses pengajuan kepada pemerintah terkait perbaikan sungai pembuang, sungai cidurian situ yang ada di Kec.Kresek? Q 13 “biasanya kita lewat musrenbang, desa-desa yang lain juga sama pas di musrenbang mengajukan karena di situ ada dewan dan orang-orang dinas banyak yang datang”

Apa kendala yang dihadapi pihak Kec.Kresek dalam pengajuan program terkait system pengendalian banjir? Q14 “kalau di bilang kendala si tidak ada, paling ajuanya di

tamping dulu, tidak langsung ada pelaksanaan, kan nanti ada pas tahun yang akan datang”

Berapa persen jumlah realisasi dari program yang diajukan pihak desa kepada pemerintah / Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang? Q15 “saya tidak bisa bilang berapa persen, tetapi bila di lihat di desa saya saluran-saluran pembuang ataupun rumah tangga sudah di bangun, namun sudah ada yang rusak, karena masyarakat ga merawatnya”

Apakah jumlah sungai pembuang yang di normalisasi sudah mengurangi jumlah banjir dan bagaimana kondisi sungai pembuang saat ini? Q 16 “sudah soalnya sekarang saluran sudah bagus semua, tapi sayangnya masyarakat ga bisa memelihara atau membersihkan dari rumput-rumput”

Bagaimana kondisi sungai cidurian dan situ yang ada di Desa ini pada tahun-tahun sebelumnya dan pada saat kondisi sekarang? Q17 “situ begitu-gitu aja ga ada perubahan, kalau sungai makin dangkal sekarang”

Bagaimana bentuk koordinasi pihak Desa dan Kecamatan kepada pemerintah terkait system pengendalian banjir? Q18 “tadi itu lewat musrenbang kecamatan”

Apa peran masyarakat agar lingkungan tempat tinggalnya tidak terkena banjir kembali? Q 19 “warga harus sadar lingkunganya sendiri, kalau bisa yang sudah di bangun pemerintah bisa di jaga,biar ga cepat rusak”

Apakah pemeliharaan sungai pembuang, sungai cidurian dan situ oleh pemerintah suah maksimal?

Q20 “tidak ada pemeliharaan, saya kan sudah empat tahun menjabat jarang melihat ada orang dinas bersih-bersih sungai cidurian atau situ patrasana”

Apakah system pengendalian banir yang dilakukan pemerintah sudah terasa dampak positifnya? “sudah ada, tapi belum signifikan, semoga untuk tahun-tahun Q 21 nanti semua yang jadi keinginan desa dan warga segera ada pembangunan supaya pas musim hujan kami tidak was-was kena banjir”

MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA

Keterangan : I2.4

Sekertaris Desa Koper Kec.Kresek

Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Jumat, tanggal 10 Maret 2017 di Kantor Desa Koper Kec.Kresek.

Q I I2.4

Apa ukuran keberhasilan dari Perda RTRW tersebut terkait system pengendalian banjir di kec.kresek? Q1 “dapat berkuarangnya areal banjir di kecamatan kresek terus ditahun-tahun yang selanjutnya tidak banjir lagi”

Sejauhmana tingkat keberhasilan Perda RTRW tersebut terkait system pengendalian banjir di Kecamatan Kresek?

“biasa-biasa saja karena sekarang sudah jarang, paling kalau Q2 tanggulnya jebol atau meluapnya sungai cidurian, banyak rumah warga yang berdekatan dengan sungai, jadi pertama yang terkena banjir wilayah yang dekat dengan sungai, jumlah KK nya pun banyak karena padat”

Bagaimana kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait system pengendalian banjir di kecamatan kresek? “kesiapan aparatur dinas cukup baik karena kan pas banjir

Q3 tahun 2015 di desa kami, berkomunikasi dengan pihak dinas dan mereka membantu kami seperti bantuan perbaikan tanggul dengan di tutup tanah dan bantuan untuk warga yang terkena banjir”

Bagaimana sarana prasarana yang ada sebagai penunjang pengendalian banjir di kecamatan kresek? Q4 “saya belum melihat adanya sarana prasarana yang ada, tapi kayanya dinas mempunyai alat berat, karena sudah lama belum ada normalisasi sungai cidurian itu”

Bagaimana peran aparatur dalam Perda RTRW terkait system pengendalian banjir di Kec.kresek? Q5 “peran aparatur orang-orang dinas baik” Sejauh ini bagaimana pelaksanaan dari Perda RTRW terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek? “sama kaya yang ade wanwancara di desa-desa lainya” Q6

Bagaimana sikap implementator / para stakeholder pelaksana terhadap Perda RTRW terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek?

Q7 “orang dinas pasti menerima aspirasi kami,tapi jarang ada realisasi, kalau penyebab utama banjir kaya sungai cidurian itu sering meluap dan tanggul sudah ada yang jebol”

Bagaimana respon implementator / para stakeholder pelaksana terhadap Perda RTRW terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek?

“respon mereka baik kepada kami, usulan yang diberikan pun Q8 tidak jarang di tindak lanjuti oleh mereka, dan pelaksanaanya ada walau harus menunggu lama, mungkin karena anggaran baru bisa di anggarkan”

Bagimana kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang terkena banjir?

“kalau sekarang kan banjirnya jarang parah, ya kalau banjir Q 9 parah kaya 1012 sama 2015, warga tidak bisa beraktifitas,tapi sekarang alhamdulilah banjir sekarang tidak sebesar dulu- dulu”

Apa penyebab utama dari banjir di wilayah Desa ini, berapa banyak wilayah yang sering terkena banjir di Desa ini? Q10 “kalau di desa koper sendiri tidak banyak yang kena banjir paling di wilayah bibir-bibir sungai cidurian, soalnya air jarang meluap , kalau ada banjir itu perbatasan desa koper sama pasirampo di situ ada tanggul yang rusak lumayan parah, kalau air nya kuat pasti jebol, terus air baru menyebar ke desa koper, ke desa pasirampo terus ke desa patrasana”

Bagaimana peran Desa dalam pengendalian banjir di kec.kresek?

“kita kompak dengan desa lain di kec.kresek yang kena banjir Q11 kaya patrasana sama pasirampo, renged di bahasnya di musrenbang”

Bagaimana peran Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang terkait pengendalian banjir di kec.kresek?

“untuk teknis saya kurang paham, bisa jadi dengan balai Q12 cidurian berkoordinasi yang di serang itu kantornya, tapi untuk jelasnya peran bina marga itu bangun-bangun saluran sungai- sungai kecil”

Apakah pada tahun 2015 sistem pengendalian banjir yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten dan provinsi serta pusat sudah ada kemajuan pelaksanaanya?

Q13 “belum ada solanya pas 2015 malah banjir lumayan besar di dekat sungai cidurian yang meluap, kalau soal banjir sulit karena soal alam dan cuaca musim hujan”

Bagaimana cara dan proses pengajuan kepada pemerintah terkait perbaikan sungai pembuang di Desa ini ?

Q14 “bisa langsung ke dinas bina marga, bisa juga kecamatan, tapi kalau mau ke dinas langsung harus ada pemberitahuan ke pihak kecamatan, saya sekdes tahu karena sering komunikasi di kecamatan soal banjir itu harus bagaimana” Apa kendala yang dihadapi pihak Desa dalam pengajuan

program terkait system pengendalian banjir?

“untuk kendala tidak ada, soalnya kan kita juga butuh program buat desa kita, untuk realisasi sulit”

Apakah jumlah sungai pembuang yang di bangun / normalisasi sudah mengurangi jumlah banjir dan bagaimana kondisi sungai pembuang saat ini? Q 15 “sudah banyak sungai pembuang yang bagus di desa koper, hampir keseluruhan sudah baik” Bagaimana bentuk Kordinasi pihak Desa dan pihak Kecamatan kepada pemerintah terkait system pengendalian banjir?

Q16 “yaitu pas musrenbang saja koordinasikanya, karena kalau langsung ke dinas kami harus mengerti tahapanya, harus menyertakan dokumen-dokumen fhoto-fhoto kejadian supaya percaya pihak dinasnya kalau memang benar kenyataanya seperti itu” Apa peran masyarakat agar lingkungan tempat tinggalnya tidak terkena banjir kembali?

Q 17 “merawat saluran yang udah di buat pemerintah dan kalau bisa jangan buang sampahnya kesungai kalau bisa di bakar kalau tidak di daur ulang di buat pupuk” Apa peran pihak Kecamatan dalam pengendalian banjir?

“berkomunikasi dengan orang dinas yang bertugas Q 18 mengurangi banjir di wilayah kresek dan mensosialisasikan agar masyarakat menjaga lingkungan dan tidak membuang sampah ke sungai” Apakah pemeliharaan sungai pembuang, sungai cidurian dan situ oleh pemerintah sudah maksimal?

“tidak maksimal, karena tidak ada pemeliharaan oleh pihak Q19 dinas yang tugasnya memelihara, menurut saya yang harus menjaga, ya masyarakat yang dekat dengan itu, seperti kerja bakti” Apakah sistem pengendalian banjir yang dilakukan pemerintah sudah terasa dampak positifnya?

Q20 “sudah walaupun sedikit tetapi itu sudah mengurangi banjir sekarang khususnya di desa koper”

MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA

Keterangan : I3.1

Ketua Rw 01 Desa Pasirampo

Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Selasa, tanggal 14 Maret 2017 di Kediaman Bpk Samsuri

Q I I3.1

Apa penyebab utama dari banjir di Desa ini?

Q1 “kiriman air hujan dari bogor yang meluap, terus merusak tanggul dan akhirnya jebol, kan jebolnya tetapi air yang keluar dari bawah tanggul bisa buat banjir, dan wilayah sungai banyak rumah-rumah warga” Berapa banyak wilayah yang sering terkena banjir di Desa ini?

“ada emapat Rt untuk wilayah samping sungai, itu yang Q 2 terkena banjir dari air yang tanggul jebol di depan rumah saya, saya juga was-was kalau air sudah di wilayah tanggul, takut jebol kan air masuk dari bawah tanggul merembes terus banjir” Apakah sungai pembuang yang di bangun / normalisai sudah dapat mengurangi jumlah banjir? Q3 “membantu sekali kan aie bisa langsung ke rawa-rawa kalau itu kesawah”

Bagaimana peran Desa dan Kecamatan kresek serta pemerintah dalam mengurangi dampak banjir? Q4 “wah, bapak bingung kan bapak taunya yang di desa saja, kalau kecamatan sama pemerintah kurang tahun”

Apa hambatan bapak / ibu sebagai masyarakat terkait pengendalian banjir Q5 “tidak ada hambatan, malahan kita bersyukur dan senang ada kegiatan yang mengurangi banjir, soalnya saya sendiri bosan sama banjir dari tahun 2000,2001,2010,2012, sampai sekarang banjir terus tpi tak separah dulu, tanggul yang ada sekarang cukup mengurangi banjir kalau pas air meluap walau suka takut soalnya tanggulnya sudah mulai rusak”

Apa yang bapak / ibu rasakan setelah adanya pelaksanaan pembangunan terkait system pengendalian banjir? “lebih merasa aman banjir tidak datang lagi, suka repot kalau Q6 udah banjir, untuk sekarang saya rasain masih kurang, soalnya saya tahu daerah sini orang dari dulu ngerasain banjir terus,walau sekarang mah Cuma jalan doing depan rumah yang kena banjir”

Apa peran masyarakat dalam mengurangi dampak banjir?

Q7 “bersih-bersih lah itu yang baik, jangan buang sampahnya kesungai kerja bakti kalau bisa bareng-bareng warga gotong royong bersihkan sungai pembuang yang kecil-kecil“ Bagaimana kondisi sungai dan situ pada tahun-tahun sebelumnya dan tahun sekarang?

Q 8 “kalau as dulu itu sungai bersih bisa diambil pasirnya, tapi sekarang keadanya sudah banyak limbah dari pabrik-pabrik di cikande sama jayanti” Bagaimana kondisi soial ekonomi masyarakat yang terkena banjir? “susah banyak orang yang dirumah kalau pas banjir tak bisa kemana-mana saya juga kalau banjir bingung, mau beres-beres Q 9 rumah takut banjir ada lagi ga di beresin ga enak di litany de, kalau banjir sawah di belakang rumah saya kena banjir yang punya sawah mah udah pasti pusinf, ngeluh liat sawahnya kebanjiran” Bagaimana kondisi sungai cidurian dan situ yang ada pada tahun-tahun sebelunya dan tahun sekarang?

“sekarang air cidurian itu kotor banyak limbah pabrik dari Q 10 jayanti, gembong, cikande ga bisa di pake, terus kali itu sekarang sudah dangkal banyak lumpur samping-sampingnya sudah banyak yang abrasi ke bawa air kalau musim hujan, pohon bambu warga juga kalau musim hujan ke bawa air” Apakah system pengendalian banjir yang dilakukan pemerintah sudah terasa dampak positifnya bagi masyarakat? “ada tapi tidak benar-benar kerasa kalau sekarang-sekarang, Q 11 tuh contohnya tanggul depan rumah saya bisa di liat sendiri sudah rusak kalau air nya besar bisa-bisa rumah saya kena lagi, kaya pas tahun 2012, dapur ruah saya ambrul kebawa air, jalan yang coran juga kebawa putus”

MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA

Keterangan : I3.2

Masyarakat Desa Pasirampo

Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Selasa, tanggal 14 Maret 2017 di Kediaman Bpk Ahmadi

Q I I3.2

Apa penyebab utama dari banjir di Desa ini?

Q 1 “tanggul kan suka jebol air suka merembes dari celah-celah

tanggul tidak begitu parah kalau jumlah air di bantaran tanggul jumlahnya sedikit” Berapa banyak wilayah yang sering terkena banjir di Desa ini?

Q2 “wilayah sini sih tidak paling sawahnya saja yang terendam banjir, tapi di wilayah Kp.sepang SD Koper pasti banjir kalau tanggulnya retak, air masuknya lewat bawah tanggul, sedikit- sedikit itu bisa banjir” Apakah sungai pembuang yang di bangun / normalisai sudah dapat mengurangi jumlah banjir? Q3 “iya, air lebih cepat mengalir ke sunga yag lebih besar”

Bagaimana peran Desa dan Kecamatan kresek serta pemerintah dalam mengurangi dampak banjir? Q4 “saya kan masyarakat biasa ya de, jadi saya tidak tahu,

harapan saya sih semoga ada perbaikan buat yang masih- masih rusak itu”

Apa hambatan bapak / ibu sebagai masyarakat terkait pengendalian banjir Q 5 “tidak ada, say amah orang biasa warga biasa harapanya ada pembangunan pokoknya, biar tidak banjir terus” Apa yang bapak / ibu rasakan setelah adanya pelaksanaan pembangunan terkait system pengendalian banjir?

Q6 “ya alhamdulilah, artinya sekarang pemerintah mulai memperhatikan kami-kami ini yang wilayahnya rawan banjir, tiap tahun banjir”

Apa peran masyarakat dalam mengurangi dampak banjir?

Q7 “menjaga dan memelihara yang sudah pemerintah bangun, sayangkan kalau sudah di perbaiki tetapi rusak lagi, saying duitnya, tenagany“ Bagaimana kondisi sungai dan situ pada tahun-tahun sebelumnya dan tahun sekarang?

Q 8 “tadinya lebar sungai itu jauh, tetapi sekarang ga kaya dulu, kalau pas dulu lempar batu mau ke sebrang sungai pasti jatuhnya ke air” Bagaimana kondisi soial ekonomi masyarakat yang terkena banjir? “ya kaya yang di Jakarta kalau banjir mah susah ngapa- Q 9 ngapain, saya juga kalau banjir di wilayah bantaran sungai suka bantuin soalnya saya juga suka bantu-bantu di desa sudah lama tapi bukan pegawai desa” Apakah system pengendalian banjir yang dilakukan pemerintah sudah terasa dampak positifnya bagi

Q10 masyarakat? “sudah, buktinya tahun sekarang banjirnya Cuma 10 Centi meter itu juga rembesan air dari tanggul yang retak”

MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA

Keterangan : I3.3

Masyarakat Desa Patrasana Kp. Asemuda Rt 013/005

Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 15 Maret 2017 di Kediaman Bpk Risman Riswandi

Q I I3.1

Apa penyebab utama dari banjir di Desa ini?

“kalau disini luapan sungai cidurian soalnya dekat sekali Q 1 dengan bibir sungai cidurian, itu jalan yang rusak terus

pemakaman yang hiang gara-gara air yang banyak naik ke atas terus longsor, harusnya di tanggul kami takutnya kalau musm hujan air makin merusak makin besar” Berapa banyak wilayah yang sering terkena banjir di Desa ini? “di desa patrasana banyak pas 2013 aja ada 10 Rt yang kena

Q2 banjir, kalau pas tahun 2017 ini tidak banjir alhamdulilah air tidak naik ke atas, kalau sudah naik pasti kebanjiran apa lagi Kampung kita Cuma 5 meter dari sungai cidurian”

Apakah sungai pembuang yang di bangun / normalisai sudah dapat mengurangi jumlah banjir?

Q3 “iyh air sekarang cepat turun ke rawa patrasana dari aliran pembuang rumah tangga aja, soalnya sungai yang lumayan besar disini mah gak ada paling ke sawah terus kesungai lagi”

Bagaimana peran Desa dan Kecamatan kresek serta pemerintah dalam mengurangi dampak banjir? Q4 “belum ada kayanya, banjir banjir aja kalau musim penghujan tapi sekarang mah banjir tidak ada”

Apa hambatan bapak / ibu sebagai masyarakat terkait pengendalian banjir? Q5 “tidak ada hambatan, saya mengharapkan bahwa ada pembangunan infrastuktur untuk ngurangin banjir kalau musim penghujan, ya kalau ada saya dan masyarakat lain pun pasti mendukung”

Apa yang bapak / ibu rasakan setelah adanya pelaksanaan pembangunan terkait system pengendalian banjir? “di kampong ini kalau banjir paling air langsung ke rawa Q6 patrasana langsung ngalir, untuk pelaksanaan masih perlu soalnya kami kawatir kalau musim penghujan selalu was-was takut air yang di sungai naik ketas soalnya di kampong kami ga ada tanggul buat jaga air”

Apa peran masyarakat dalam mengurangi dampak banjir?

“seharusnya masyarakat tidak buang sampah ke sungai Q 7 cidurian terus rawan apa yang sudah di bangun kaya pembuang rumah tangga,seharusnya bisa masyarakat rawat dengan digali pakai cangkul,kan Cuma 30 Cm besarnya juga” Bagaimana kondisi sungai dan situ pada tahun-tahun sebelumnya dan tahun sekarang?

“kalau sungai kondisinya bak dari dulu juga, ya paling kalau Q 8 pas banyak air kawatir banjir, ya susah kalau banjir mah akrifitasnya, sawah rusak rumah juga rusak walau tidak parah- parah amat, kalau situ dia meluap kalau tanggul di desa pasirampo jebol terunya ke rawa itu” Bagaimana kondisi soial ekonomi masyarakat yang terkena banjir? “parah soalnya pas banjir kita tidak bisa bekerja dan Q 9 pemasukan untuk belanja tidak ada, paling menunggu bantuan, kalau bantuan pasti ada setiap banjir”

Bagaimana kondisi sungai cidurian dan situ yang ada pada tahun-tahun sebelunya dan tahun sekarang? “kondisinya baik tapi kalau pas airnya besar suka merusak, bikin tanah-tanah bantaran sungainya longsor, mending bukan Q 10 di wilayah pemukiman tidak masalah, ya kalau di kampong kita ini, kalau situ rawa kondisinya gitu-gitu aja tidak ada masalah”

Apakah system pengendalian banjir yang dilakukan pemerintah sudah terasa dampak positifnya bagi masyarakat?

Q11 “Ada sedikit, tapi belum benar-benar terasa dampaknya , soalnya di daerah ini kalau banjir bisa sampai se dada, mana di daerah sini gak ada sungai pembuang jadi lama banjir air paling ke sawah terus balik lagi ke kali cidurian”

MATRIKS HASIL WAWANCARA SESUDAH REDUKSI DATA

Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Q I PERTANYAAN/JAWABAN

Apa tujuan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang Khususnya di Kec.Kresek?

"Yang pertama menormalisasi sungai yang khususnya saluran- saluran pembuang yang ada di wilayah kecamatan kresek, khususnya di dinas bina marga & SDA kita membuat tandon air atau penampung air dimana disaat musim hujan dapat menampung air hujan dan disaat musim kemarau kita mempunyai kelebihan air untuk persediaan air pada saat

I1.1 kekeringan"

Apa standar keberhasilan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek? "Program Kab.tangerang tahun 2019 bebas banjir, berarti tidak ada target khusus yang penting dimana ada saluran kita normalisasi kita perbaiki kita sempurnakan dan kita manfaatkan lagi sebagai penampung air, dimana masyarakat kab.tangerang prioritas bebas banjir dan mempunyai persediaan air di musim kemarau"

Apa tujuan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang Khususnya di Kec.Kresek?

"Memperbaiki kondisi sungai yang ada sebagai penyebab banjir di kec.kresek, pemerintah kabupaten dan pusat di

I1.3 berikan tanggung jawab untuk mengurangi banjir dengan cara yang telah di atur oleh perda tersebut. Apa standar keberhasilan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek? "Dapat mengurangi jumlah atau punarea banjir di kec.kresek dan lebih cepatnya air yang meluap langsungkembali ke sungai yang terdekat dari pemukiman masyarakat dengan dinormalisasinya sungai-sungai linear oleh bina marga dan kami sebagai unit pelayanan teknis merawat dan memelihara sungai yang telah dibangun atau di perbaiki fungsinya". Apa tujuan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang Khususnya di Kec.Kresek?

I1.2 "Tujuannya untuk program selambat-lambatnya pada tahun 2019 kab.tangerang bebas banjir" Apa tujuan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang Khususnya di Kec.Kresek?

"Satu yang jelas kedepan wilayah kresek tidak banjir ,ketika pun banjir disitu ada tingkat kesadaran masyarakat juga, bukan hanya karena meluap itu air, lewat sampah kebersihan ini yang

I2.1 kecilkan, ketika berhasil masyarakat menyadari betapa pentingnya infrastruktur di pelihara di rawat bukan hanya di bangun seperti pembuang rumah tangga kalau tidak di rawat dipelihara dan banyak sampah bisa menyumbat sedikit tapi bila banyakakan besar, ketika sarana prasarana yang kita bangun dapat dipelihara dengan baik,kita jago membangun tetapi tidak jago memelihara"

Sumber Daya

Q I PERTANYAAN/JAWABAN

Bagaimana Kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?

"Pada saat ini masih kebutuhan pekerja, karena hampir rata-

I1.1 rata baik irigasi, situ maupun sungai kita hanya kebagian dari lintas-lintas propinsi kabupaten dimana irigasi yang di bawah 1000 Ha masih kewenangan pusat, situ-situ masih kewenangan pusat, saluran-saluranyang kita tangani sekarang hanya saluran pembuang, jadi untuk sumberdaya manusia kita meminta ditambahkan aja" Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek? "Untuk anggaran kita masih sangat kurang dan terbentur olehpersoalan kewenangan, kita ada kegiatan tetapi tidak ada anggaran karena kewenangan, kita meminta tolong kepusat tetapi sulit"

Bagaimana sarana prasarana yang ada sebagai penunjang pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek? "Sarana prasarana termasuk ke alat berat dua tahun kebelakang ini kita telah membeli alat berat seperti ampibi resepator, memang kondisi perbengkelan dan alat kita yang di workshop di bitung alat berat kita masih kurang maka dua tahun ini kita belanja terus untuk alat berat, kalau kita kekurangan alat berat kita meminjam ke balai (BBWSCC)"

Bagaimana Kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?

“Aparatur yang ada sebetulnya masih kekurangan jumlahnya dan sulit melakukan pekerjaan karena wilayah pemeliharaanya luas" Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW terkait I1.3 sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek? "Anggaran sebetulnya kurang tetapi kita menyiasati agar anggaran yang sedikit tersebut dapat kita gunakan dengan kebutuhan dilapangan yang penting dan harus dilakukan oleh kita"

Bagaimana Kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?

"Aparatur sebetulnya sudah siapcuma tinggal membiasakan saja da hanya perlu di stimultankan saja, aparatur sebetulnya siap" I1.2 Bagaimana sarana prasarana yang ada sebagai penunjang pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek? "Sarana ada di dinas bina marga sudah menyiapkan eskapator baik yanglong'am, mini maupun yang ampibius, ampibius 2, long'am 2,mini 6 darisarana prasarana yang ada menurut saya memadai untuk wilayah Kab.Tangerang"

Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek? "Kita di sini menganggarkan berdasarkan renstra PU I 1.5 berdasarkan itu kalau misalkan ada yang urgent, mungkin bisa diubah ketahun yang urgent, misalnya di dalam anggaran tahun 2016 ada yang urgent pada tahun 2017 pelaksanaan tersebut bisa di ubah ketahun 2017"

Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek? "Sesuai usulan dan pelaksanaan berdasarkan pola dan renstra tahun 2016"

Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW terkait I 1.4 sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek? "BBWSC-3 mempunyai beberapa persedian berupa pompa air, karung, perahu karet dan alat berat yang dapat di gunakan oleh dinas lain dengan cara meminjam kepada kami bila memang di perlukan kami pasti membantu"

Karakteristik Agen Pelaksana

Q I PERTANYAAN/JAWABAN

Apa saja peran aparatur dalam Perda RTRW terkait sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?

I1.2 "Sesuai tugas pokok bersama pemprov dan Pemkab Tangerang dan fungsi masing-masing baik BBWS-2 (ciliwung- cisadane),BBWS-3(Cidanau-ciujung-cidurian) sampai saat ini sudah semakin solid dalam melakukan pengamanan area-area banjir" Apa saja peran aparatur dalam Perda RTRW terkait sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?

I1.5 "Peran kita sesuai tupoksi mengacu itu pertama, ya kalau bina marga & SDA melihat RTRW juga terus di sesuaikan dan di sinkronisasikan"

Apa saja peran aparatur dalam Perda RTRW terkait sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek? "Peran aparatur kalau kita lihat di dinas bina marga & SDA ini ada UPT unit pelayanan terpadu wilayah perwilayah, tindakan mereka memang sudah action, anggaran sudah di anggarkan, I1.1 tetapi kembali lagi itu kebentur persoalan kewenangan kita tidak bisa menyentuh pekerjaan yang masih wewenang pusat, UPT hanya mengerjakan pekerjaan pemeliharaan seperti memberishkan gulma membersihkan saluran yang milik kita kewenangan kita, sementara yang bersentuhan dengan kewenangan pusat kita tinggalkan" Apa saja peran aparatur dalam Perda RTRW terkait sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?

I1.4 "BBWS-3 mempunyai peran sebagai pengelola SDA, tentunya sungai cidurian harus seimbang antara kuantitas dan kualitas sumber air cidurian"

Sikap/ Kecenderungan Para Pelaksana

Q I PERTANYAAN/JAWABAN

Bagaimana sikap Implementator terhadap Perda RTRW terkait sistem Pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?

"Harus mendukung karena itu bagian dari tugas yang diberikan kita sebagai pelaksana harus menjalankan tugas tersebut dengan di sesuikan dengan rencana strategis kita dalam I1.1 mengurangi banjir ketika musim penghujan dan menyediakan air ketika musim kemarau, saya rasa sikap para pelaksana pasti menjalankan sesuai tugasnya masing-masing" Bagimana respon implementator dalam menerima dan menolak Perda RTRW terakit sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek? "Respon sangat bagus, tetapi kembali lagi kewenangan kita mengusulkan kegiatan tetapi birokrasinya panjang dan tidak mungkin dengan cepat mendapatkan anggaran dari pusat, untuk respon dengan C II,C III maupun UPT yang ada sangat bagus,terkait perjanjian KSO kita pernah mengusulkan tapi sampai sekarang masih di godok dan sampai sekarang masih belum final MOU pemerintah daerah dengan balai C II sudah di tanda tangan, tindak lanjut dari MOU adalah (PKS) perjanjian kerja sama, memang sampai detik ini belum final dan kita telah beberapa kali membuat draf namun belum final antara pak bupati dengam kepala balai C II"

Bagaimana sikap Implementator terhadap Perda RTRW terkait sistem Pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di I1.2 Kec.Kresek?

"Mendukung dan tugas mereka harus mendukung" Bagaimana sikap Implementator terhadap Perda RTRW terkait sistem Pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?

"Sikap pasti bagus itu karena tugas mereka sebagai pelaksana untuk mengurangi banjir yang ada" Bagimana respon implementator dalam menerima dan menolak Perda RTRW terakit sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang

I1.3 khususnya di Kec.Kresek? "Respon itu baik tetapi kewenangan itu sering jadi kendala pihak kabupaten untuk melakukan perbaikan, biasanya kalau pihak kabupaten ingin memperbaiki kondisi sungai yang perlu di perbaiki terbentur oleh kewenangan dan kerja sama prosesnya cukup lama karena harus menyesuaikan tugas-tugas yang perlu disetujui,terkecuali memang mendesak"

Bagimana respon implementator dalam menerima dan menolak Perda RTRW terakit sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek? "Untuk pengajuan yang di berikan kepada dinas yang terkait seperti dinas bina marga ataupun balai cidurian responnya I2.1 baik karena kita pernah mengusulkan beberapa kali pengajuan pembangunan untuk mengurangi dampak banjir, usulan kita di terima dengan baik, tapi usulan yang di inginkan tidak langsung di dapat karena dinas-dinas tersebut mempunyai rencana-rencana pembangunan yang telah mereka buat dalam renja, paling bila mendesak dan sangat perlu paling ada juga bentuknya sementara saja"

Bagimana respon implementator dalam menerima dan menolak Perda RTRW terakit sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek? "Setiap ada rapat di tigaraksa lalu di kecamatan sama orang kabupaten sama dewan kemarin juga musrenbang saya bahas masalah ini, tapi sampai sekarang belum di laksakan I 2.3 realisasinya ga ada itu kan, itu kan anggaran bukan dari kabupaten, anggaran dari provinsi tapi sekarang karena kemarin saya sudah usul ada satu orang kesini dari balai besar cidurian, kemarin saya sudah buat pernyataan minta bantuan untuk tanggul yang jebol,bantuannya sementara doang ada untuk pengurukan tanggul"

Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana

Q I PERTANYAAN/JAWABAN

Bagaimana Proses komunikasi yang dilakukan terhadap implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?

"Terkait komunikasi stakeholder pelaksana antara dinas bina marga & SDA dan balai C II, contohnya sungai cilongok yang sudah di keruk , apa yang di inginkan dinas bina marga dan SDA seperti pengerukan situ apa yang kurang kita kirimkan jadi kebutuham dinas bina marga akan di tutupi balai C II dan apa yang di butuhkan balai akan di tutupi dinas bina marga, I1.1 sementara itu sampai dengan kebutuhan untuk normalisasi slauran pembuang dan lain-laib untuk saat ini proses komunikasi bagus tidak ada masalah itu, tetapi batasan kewenangan ada di masing-masing SKPD baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah" Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap implementator Perda RTRW terkait sistem pengendali banjir banjir di Kab.Tangerang Khususnya di Kec.Kresek? "Sebetulnya koordinasi sudah baik, ambil contoh apel hari senin tgl 09-01-2017 yang biasa di pimpin pak bupati, pak bupati dengan tegas menyatakan bahwa dinas-dinas terkait masalah bencana seperti dinas bina marga & SDA, BPBD sudah harus menindak lanjuti perkiraan hujan yang meningkat di januari, disebutkan oleh pak bupati ketika apel tadi kerja sama dengan balai terkait kebijakan apabila posisi wilayah banjir sudah didata maka harus segera disikapi"

Bagaimana Proses komunikasi yang dilakukan terhadap implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek? I 1.5 "Proses komunikasi baik setiap tahun ada pemeliharaan terkait situ-situ". Bagaimana Proses komunikasi yang dilakukan terhadap implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?

"Ya prosesnya baik tidak ada kendala dari komunikasi paling kendalanya itu realisasi dari kerja sama atau usulan dari pemerintah kabupaten yang sulit terealisasi karena harus I1.3 banyak yang di berikan dokumen-dokumen tertentu dan rencana strategisnya beda-beda itu yang menjadi kendala" Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap implementator Perda RTRW terkait sistem pengendali banjir banjir di Kab.Tangerang Khususnya di Kec.Kresek? "Baik selalu ada komunikasi antar dinas yang terkait kalau ada kerjasama yang perlu di lakukan" Bagaimana Proses komunikasi yang dilakukan terhadap implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?

"Kita mengirim surat jawaban mereka bagaimana, kita sama- sama lembaga negara instansi negara harusnya komunikasi tidak sulit" Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap implementator Perda RTRW terkait sistem pengendali I1.2 banjir banjir di Kab.Tangerang Khususnya di Kec.Kresek? "Jadi koordinasi sekarang sudah lebih mudah formatnya jadi sebelum PKS ada MOU dulu di refifikasi di teliti masing- masing bila memungkinkan baik pemda, C 2 ciliwung-cisadane, C 3 cidanau-ciujung-cidurian menguji coba namun untuk saat ini sulit, tetapi bila untuk menormalisasi sungai pembuang saja itu bisa yang di contohkan tadi itu formatnya meminta izin ke pemilik wewenang, seperti untuk menormalisasi sungai yang kewenangan pusat, kami selaku pemda kab.tangerang meminta izin untuk kita lakukan normalisasi dengan menggunakan APBD Kab.Tangerang dan setelah selesai pelaksanaan pembangunan kita kembalikan lagi asset mereka, karena pakai MOU nanti ke PKS itu sulit, makan waktu berbelit-belit dan belum tentu jadi" Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap implementator Perda RTRW terkait sistem pengendali banjir banjir di Kab.Tangerang Khususnya di Kec.Kresek? I1.4 "Saling koordinasi sesuai tupoksinya. Koordinasi untuk keterangan debit dapat di dapat di BBWSC-3

Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik

Q I PERTANYAAN/JAWABAN

Bagaimana Kodisi ekonomi masyarakat dari wilayah yang mendapatkan kebijakan maupun program terkait sistem I1.4 pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?

"Sangat mendukung kegiatan yang di lakukan oleh BBWSC-3"

Bagaimana Kodisi ekonomi masyarakat dari wilayah yang mendapatkan kebijakan maupun program terkait sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek? "Kondisi masyarakat hanya bertani kalau di wilayah kec.kresek

I1.3 khususnya yang kena banjir kalau. Kalau banjir masyarakat tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa dan buruknya ketika padi akan di panen tetapi kena banjir itu biasa terjadi masyarakat yang kena rugi, bila ada pembangunan pengendali banjir masyarakat pasti mendukung karena mereka juga ingin terbebas dari banjir"

Bagaimana Kodisi ekonomi masyarakat dari wilayah yang mendapatkan kebijakan maupun program terkait sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek? I1.1 "Sangat tertinggal, kita pernah survey di desa patrsana baik dari segi pendapatan dari SDM kita pikiriti masih sangat tertinggal seumpamanya ada program terkait mengurangi banjir kita pikir masyarakat sangat mendukung dan mengharapkan"

Bagimana Kondisi social dan eknomi masyarakat yang terkena banjir? "Kondisi masyarakat yang terkena banjir warga tidak bisa I 2.2 beraktivitas seperti biasanya dan masyarakat hanya bisa

menunggu bantuan ketika banjir, dan mengharapkan action dari pemerintah dan dinas-dinas yang tugasnya untuk mengurangi banjir kalau musim hujan datang lagi”

DOKUMENTASI

Irigasi Yang Sudah Rusak Kondisi Rawa Di Kec.Kresek

Pembangunan Tanggul Disungai Kondisi Sedimentasi Sungai Cidurian Cidurian

Kondisi Irigasi Yang telah Rusak Kondisi Turap Sungai Cidurian Yang Tertutup Sedimentasi

- 1 -

Kondisi SituGarukgak Kondisi Situ Patrasana

KondisiSaluranPembuang di Desa KondisiSaluranPembuang di Kampung Pasirampo Songgom Desa Koper

Kondisi Sungai Cidurian Kondisi drainase rusak

- 2 -

Kondisi Tanggul Cidurian Jalan yang terkena abrasi air sungai Cidurian

Drainase yang tidak di rawat masyarakat Drainase yang selesai di bangun

Kondisi sungai pembuang Jalan kena abrasi sungai Cidurian

- 3 -

I1.1 Kasie Pembangunan dan Pemeliharaan I1.2 Mantan Kepala UPT III Kab.Tangerang Sumber Daya Air Dinas Bina Marga & SDA (Cidurian Hilir) periode 2015- Januari 2017 Kab.Tangerang

I1.3 Kepala UPT III Kab.Tangerang (Cidurian 11.4 Kasie Perencanaan Umum Balai Besar Hilir) Wilayah Sungai Cidanau-ciujung-cidurian

I1.5 Pelaksana Teknis PPK Perencanaan I2.1 Sekretaris Kecamatan Kresek BBWSCC Kab.Tangerang

- 4 -

I2.2 Sekdes Desa Patrasana I2.3 Kepala Desa Pasirampo

I2.4 Sekdes Desa Koper I3.1 Ketua RW 05 Desa Pasirampo

- 5 -

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Septian Prasetia Mahaguna

Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 15 September 1993

Alamat : Kp.Kebon Kalapa RT 004 RW 003 Desa Parahu

Kecamatan Sukamulya Kab.Tangerang

No. HP : 0895322149246

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Mahasiswa

Email : [email protected]

Hoby : Sepakbola

PENDIDIKAN FORMAL

2001 – 2006 : SDN Merak 1 2006 – 2009 : SMP Negeri 2 2009 – 2012 : SMAN 19 Kab.Tangerang 2012 – 2017 : Program S1 Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa