Peranan H. Abdul Karim Amrullah Dalam Gerakan Pembaruan Islam Di Minangkabau Awal Abad XX Oleh

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Peranan H. Abdul Karim Amrullah Dalam Gerakan Pembaruan Islam Di Minangkabau Awal Abad XX Oleh Peranan H. Abdul Karim Amrullah dalam gerakan pembaruan Islam di Minangkabau awal abad XX Oleh : Rudi Sutrisna NIM K 4402514 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jika melihat gerakan Islam di Minangkabau pada khususnya dan di Indonesia pada umumya, selama abad XIX maupun abad XX kita akan menemukan kaitan tak terpisah yang menggabungkannya dengan gerakan-gerakan Muslim lain di dunia, khususnya di negara-negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Pada satu saat kaum reformis di Indonesia diilhami oleh gagasan-gagasan baru yang dikumandangkan di Timur Tengah dan yang masuk ke Indonesia melalui berbagai saluran. Mekah dan Kairo merupakan dua pusat yang memperkenalkan kaum Muslimin di Indonesia dengan gagasan-gagasan pembaruan. (Murni Djamal. 2002: 4) Walaupun Pemerintah Belanda mengeluarkan sejumlah peraturan dan kebijaksanaan untuk menghalangi gagasan-gagasan baru masuk ke Indonesia, tampaknya kendali tersebut tidak berfungsi sebagaimana diharapkan. Kaum Muslimin Indonesia tetap berhubungan dengan dunia Muslim di luar melalui ibadah yang dilakukan oleh sejumlah besar orang, di antaranya, mahasiswa yang kembali setelah menuntut ilmu di lembaga pendidikan tinggi di Mekah dan Kairo. Beberapa ilmuwan Arab yang datang ke Indonesia untuk kunjungan singkat atau untuk mengajar pada lembaga-lembaga pendidikan agama di Indonesia juga memberi sumbangan pada kebangkitan dan perkembangan gerakan agama. Benih pertama gerakan Islam yang masuk ke Indonesia lewat Minangkabau pada tahun 1803, dibawa oleh tiga orang haji yang kembalidari Mekah, yaitu Haji Miskin di Pandai Sikat (Luhak Agam), Haji Abdur Rahman di Piabang (Luhak 50), dan Haji Muhammad Arif di Sumanik (Luhak Tanah Datar), tampaknya dipengaruhi oleh gerakan Wahhabi di Arab Saudi (Hamka. 1982: 14). Mereka pulang ke Luhak masing-masing disemangati faham Wahhabi. Sasaran utama yang diserang kaum Padri adalah sejumlah tarekat sufi dan hukum waris matrilineal. Gerakan itu juga giat membersihkan ajaran-ajaran agama dari Sinkretisme dan menyadarkan kaum Muslimin yang hanya penganut Islam dalam nama saja . Gerakan Padri sendiri bertujuan membersihkan agama dari praktek- 1 praktek yang tidak tepat dan menyerukan kepada kaum muslimin untuk kembali ke ajaran-ajaran murni Islam, baik di pusatnya di Arab Saudi maupun di Minangkabau (Murni Djamal. 2002: 5). Di Minangkabau sendiri, gerakan Padri yang kemudian dikalahkan pada tahun 1838 oleh Intervensi Militer Belanda, tampaknya telah menanamkan sebagian benih gerakan-gerakan yang tumbuh kemudian. Pelopor gerakan pembaruan di daerah Minangkabau adalah Syekh Ahmad Khatib, yang telah menyebarkan gagasan-gagasannya dari Mekah pada masa dua puluh tahun terakhir dari abad yang lalu sampai 10 - 15 tahun pertama dari abad ini. Ia dilahirkan di Bukittinggi pada tahun 1855 di kalangan keluarga yang mempunyai latar belakang agama dan adat yang kuat (Deliar Noer. 1973: 38). Syekh Ahmad Khatib menekankan pengajarannya pada penerapan hukum agama dan menolak praktek-praktek aliran mistik. Karena itu, tidak mengherankan bahwa sasaran utama serangannya yang menyangkut praktek-praktek kehidupan Minangkabau ialah berbagai aliran Tariqah dan hukum waris adat. Menurut pendapatnya keduanya merupakan sisa-sisa sinkretik dan tidak sah dari suatu masyarakat yang belum mendapat penyuluhan, yang harus dibuang dari praktek sehari-hari kaum muslimin di Minangkabau sebelum mereka dapat mulai mempraktekkan ajaran murni Islam. (Murni Djamal. 2002: 12) Di Mekah, Syekh Ahmad Khatib mempunyai banyak murid. Empat di antaranya bahkan menjadi pencetus pertama gagasan-gagasannya dan sekaligus pengawal gerakan pembaharuan Islam. Keempatnya berasal dari daerah Minangkabau. Mereka adalah Syekh Tahir Jalaluddin al-Azhari (1869-1956), saudara sepupu Ahmad Khatib, Syekh Muhammad Jamil Jambek (1860-1947), Haji Abdul Karim Amrullah (1879-1945) dan Haji Abdullah Ahmad (1878-1933). Dari keempat tokoh pembaharu tersebut yang paling mempengaruhi gerakan pembaruan di Minangkabau awal abad XX ialah Syekh Muhammad Jamil Jambek, Haji Abdul karim Amrullah, dan Haji Abdullah Ahmad. Haji Abdul Karim Amrullah lahir pada hari Ahad 17 Safar tahun 1296 (10 Februari 1879), di suatu kampong kecil bernama kepala Kabun, Jorong Betung Panjang, Nagari Sungai Batang Maninjau dalam Luhak Agam, dikenal juga dengan nama Haji Rasul. Sebagai seorang anak ulama bernama Syekh Muhammad Amrullah gelar Tuanku Kisai. Haji Abdul Karim Amrullah memperoleh pendidikan elementer secara tradisional pada berbagai tempat di daerah Minangkabau dan pada tahun 1894 pergi ke Mekah untuk belajar selama tujuh (7) tahun. Sekembali ke kampung halamannya Haji Abdul Karim Amrullah telah disebut Tuanku Syekh Nan Mudo, sebagai pengakuan atas kepandaiannya (Deliar Noer. 1982: 45). Haji Abdul Karim Amrullah menikah dengan seorang gadis bernama Raihanah binti Haji Zakariah, kemenakan Raja Bulan, anak buah Datuk Rajo Endah, suku Tanjung. (Hamka. 1982: 59) Di samping melaksanakan kegiatan-kegiatan pembaharuan, para pembaharu di Minangkabau juga menentang penguasa-penguasa adat, mereka yang bertanggungjawab yang memegang kepemimpinan dalam masyarakat, khususnya dalam administrasi nagari (desa) dan suku mereka sendiri. Kaum muda tidak merasa orang-orang ini bisa mengubah banyak, karena penguasa adat berkewajiban mempertahankan kedudukan tradisionalnya di dalam suku dan mempertahankan tatanan masyarakat nagari (desa). Untuk mengubah kehidupan masyarakat Muslimin di Minangkabau, para pembaharu berpendapat hal itu harus berawal dengan pejabat yang berkedudukan penting di nagari, khususnya para penghulu (ketua adat). Haji Abdul Karim Amrullah misalnya, mempertahankan pendapatnya, karena Islam (agama dari Tuhan) lebih tinggi daripada hukum adat yaitu adat yang diciptakan manusia, maka kedudukan para ulama harus di atas orang-orang penghulu. Dengan kata lain, menurut Haji Abdul Karim Amrullah guru-guru agama bertanggungjawab untuk membimbing penguasa-penguasa sekuler, sehingga bisa menjalankan secara layak dan tetap setia pada agama dan bangsa mereka. (Murni Djamal. 2002: 25) Haji Abdul karim Amrullah dalam melukiskan usahanya di Minangkabau, menyerukan kaum Muslimin di daerah itu agar kembali ke sumber-sumber murni dari ajaran agama Islam, yaitu Qur’an dan Hadits. Imbauan untuk meninggalkan taklid (penerimaan buta), untuk membersihkan agama dari praktek-praktek sinkretis, dan untuk menggunakan akal dalam hal-hal yang berkaitan dengan hukum agama, menyebabkan perpecahan antara kaum guru agama di Minangkabau menjadi dua kelompok yang saling bertentangan, yaitu kaum reformis (kaum muda) dan kaum tradisionalis (kaum tua) (Murni Djamal. 2002: 7). Dalam usahanya untuk memperbaiki dan mengangkat tingkat ibadah muslim serta pemahaman agama, tampaknya di antara para pemuka adat dan para pemimpin agama terjadi suatu pertentangan dan ketegangan tanpa akhir yang belum diselesaikan dengan baik. Salah satu alat pendidikan agama yang penting ialah majalah Islam. Kemajuan yang pesat dalam pendidikan dan pengajaran di Minangkabau ialah karena tersiarnya majalah Islam di samping pendidikan dan pengajaran Islam di surau-surau/madrasah-madrasah. Majalah Islam yang mula-mula terbit di Minangkabau, bahkan di seluruh Indonesia ialah majalah Al-Munir, diterbitkan di Padang oleh almarhum Syekh Haji Abdullah Ahmad dan dibantu oleh Syekh Haji Abdul Karim Amrullah dan Syekh Haji Muhd Thaib Umar yaitu pada tahun 1911. Isi majalah Al-Munir diantaranya: 1) Tentang kebaikan agama Islam dan kelapangannya berdasarkan Qur’an dan Hadits; 2) Ilmu sejati, yang terus bersambung-sambung pada tiap-tiap juz mengupas soal keimanan; 3) Beberapa karangan yang berisi pelajaran dan pengatahuan seperti ilmu falak, dan sebagainya; 4) Soal-jawab tentang masalah agama; 5) Perkabaran tentang kejadian-kejadian dalam negeri dan luar negeri, terutama di negara-negara Islam; 6) Buah pikiran mengajak pembaca untuk mempergunakan akal dan pikirannya; 7) Adab dan akhlak yang bersambung-sambung tiap-tiap juz; dan 8) Memberantas dongeng-dongeng, khurafat dan bid’ah-bid’ah dalam agama. (Mahmud Yunus. 1992: 79) Karena kesulitan keuangan, majalah Al- Munir menghentikan kegiatannya di tahun 1916. Akan tetapi penerbitannya dilanjutkan di Padang Panjang oleh seorang pemimpin kaum muda lainnya yaitu Zainuddin Labai el-Yunusi. Tetapi dengan meninggalnya Labai pada tahun 1924, Al-Munir di Padang Panjang terpaksa menghentikan kegiatannya. Namun majalah ini mencapai banyak perubahan dibidang penyebaran pembaharuan Islam, melewati bidang pendidikan dan pertemuan-pertemuan agama( tablig). (Murni Djamal. 2002: 27) Dalam usahanya untuk menggantikan pengulangan pelajaran teologi dan program pembelajaran yang intelektual seperti Muhammad ‘Abduh dengan program pembaharuannya yang antara lain mencakup pembaharuan pendidikan tinggi Islam, Al-Azhar di kairo, dan Sir Sayyid Ahmad Kahn dengan Aligarh-nya di India, Haji Abdul Karim Amrullah sepenuhnya memperhatikan pembaharuan sistem sekolah tradisional, yaitu Surau Jembatan Besi di Padang Panjang. Pada tahun 1915 anak-anak Surau Jembatan Besi membentuk Studie Group atau kelompok belajar. Tahun berikutnya mereka bentuk Koperasi Persaiyoan atau perkumpulan sabun. Tahun 1918 cabang Sumatra Bond berdiri di padang dan di Bukittinggi. Terpengaruh oleh ini, kelompok Surau Jembatan Besi melebur Studie Group dan Koperasi Persaiyoan menjadi Sumatra Thawalib. (Burhanuddin Daya. 1990: 12) Sumatra Thawalib lahir di pusat Ranah Minang, Sumatra Thawalib mengawali dirinya sebagai perkumpulan pelajar-pelajar agama Sumatra, melengkapi diri dengan usaha koperasi anak-anak mengaji dan
Recommended publications
  • Perjuangan M Syekh Sulaiman Ar-Rasuli Dalam Mengembangkan Perti Di Minangkabau Tahun 1930-1970
    PERJUANGAN M SYEKH SULAIMAN AR-RASULI DALAM MENGEMBANGKAN PERTI DI MINANGKABAU TAHUN 1930-1970 SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) Pada Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Ushuludin Dakwah dan Adab Institut Agama Islam Negeri “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten Oleh : INDAH RUMAEZA NIM : 112400282 FAKULTAS USHULUDDIN DAKWAH DAN ADAB INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI “ SULTAN MAULANA HASANUDDIN” BANTEN 2016 M/ 1437 H BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi Islam di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk dipelajari, mengingat bahwa organisasi Islam merupakan sebagian Agama yang menjadi mayoritas di Indonesia. Hal ini menjadikan Organisasi Islam menjadi sebuah kekuatan sosial maupun politik yang diperhitungkan dalam pentas politik di Indonesia. Dari aspek kesejarahan, dapat ditangkap bahwa kehadiran organisasi-organisasi Islam baik itu yang bergerak dalam bidang politik maupun organisasi sosial membawa sebuah pembaruan bagi bangsa, seperti kelahiran Serikat Islam sebagai cikal bakal terbentuknya organisasi politik, Muhammadiyah, NU (Nahdlatul Ulama), Serikat Dagang, dan lain-lainnya pada masa prakemerdekaan membangkitkan sebuah semangat pembaruan yang begitu mendasar di tengah masyarakat.1 Organisasi keagamaan Islam merupakan kelompok organisasi yang terbesar jumlahnya, baik yang memiliki skala nasional maupun yang bersifat lokal saja. Tidak kurang dari 40 buah organisasi keagamaan Islam yang berskala nasional memiliki cabang-cabang organisasinya di ibukota propinsi maupun ibukota kabupaten /kotamadya, seperti : Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Sarikat Islam (SI), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam (GUPPI), Majelis Da’wah Islamiyah (MDI), Dewan Mesjid Indonesia (DMI), Ikatan Cendekiawan Muslim se Indonesia (ICMI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Aisyiah, Muslimat NU, dan sebagainya.
    [Show full text]
  • Oleh: MOH. AHSIN NIM: 21160435100021
    STUDI PEMIKIRAN SYEKH AHMAD KHATȊB AL-MINANGKABAWI TENTANG PEMBAGIAN HARTA WARISAN DI MINANGKABAU DALAM KITAB AL- DÂ`Ȋ AL-MASMȖ` TESIS Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Hukum (M.H.) Oleh: MOH. AHSIN NIM: 21160435100021 PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M/1441 H ABSTRAK Moh. Ahsin, NIM. 21160435100021, STUDI PEMIKIRAN SYEKH AHMAD KHATÎB AL-MINANGKABAWI TENTANG PEMBAGIAN HARTA WARISAN DI MINANGKABAU DALAM KITAB AL-DÂ`Î AL-MASMȖ`. Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H / 2020 M. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang pemikiran Syekh Ahmad Khatib tentang pembagian harta warisan di Minangkabau dalam kitabnya al-Dâ`i l-Masmȗ`. Baik itu dari segi fatwa Syekh Ahmad Khatȋb al-Minangkabawi tentang harta kewarisan, fatwa ulama Minangkabau lainnya, faktor yang melatarbelakangi pendapatnya dan metode istinbath yang digunakannya. Secara umum, dalam waris adat di Minangkabau terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama Minangkabau antara yang menentang keras praktek kewarisan tersebut dan yang memperbolehkannya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis yaitu dengan menulusuri dan menelaah sumber-sumber data yang berhubungan dengan pemikiran Syekh Ahmad Khatȋb tentang waris adat, kemudian mendeskripsikan atau memberi gambaran atas objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul dengan melakukan analisis yang kemudian membuat sebuah kesimpulan. Jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah penelitian kepustakaan (Library Reseach) dengan menganalisa dari beberapa sumber data yang ada. Adapun Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua karya Syekh Ahmad Khatȋb yaitu kitâb al-Dâ`i al-Masmȗ` dan kitâb al-Manhaj al- Masyrȗ`, sedangkan sumber sekunder menggunakan data-data berupa kitab-kitab fikih, usûl fikih, kaidah fiqhiyyah, artikel, jurnal dan buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan ini.
    [Show full text]
  • Pembaruan Pendidikan Islam Perspektif Hamka Shobahussurur Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Email: [email protected]
    Pembaruan Pendidikan Islam Perspektif Hamka Shobahussurur Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Email: [email protected] Abstract Modernization in every aspect of life is definitely needed. Modernization is a process to construct soul to be independent. Modernization from feudalism to democracy. Modernization from the traditional agrarian to advance state and industrialized. Modernization from ignorance to scientific discoveries. Scientific modernization to challenge the advanced countries, and so on. Based on this fact, Hamka has a view that modernization of education is definitely needed. That is because of serious problem in the world of education in Indonesia. Furthermore, the Western education results a sense of antipathy toward Islam and at the same time, Islamic boarding school education mostly against the western world. According to Hamka modernization of education can be actualized through the role of mosque. Mosque has effective educational role and enlightenment, but at some mosques rise educational institutions, for the level of schools as well as university. Keywords: al-madrasah, modernisasi, masjid, halaqah Pendahuluan slam memberikan penghargaan sangat tinggi kepada peran akal. Penghargaan itu begitu tinggi sehingga seorang tidak dibebani Iuntuk menjalankan ajaran-ajaran agama ketika akal itu rusak, dan tidak lagi berfungsi, gila umpamanya. Sebagaimana seorang mendapatkan dosa yang sangat berat ketika berusaha merusak fungsi akal atau bahkan meniadakannya, seperti bermabuk-mabukan. Islam memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya bagi siapa saja yang menumbuhkembangkan fungsi akal dengan melalui Vol. 5, No. 1, Jumadal Ula 1430 80 Shobahussurur berbagai proses belajar mengajar, mendidik dan mencerahkan.1 Dari generasi ke generasi semangat mengembangkan ilmu pengetahuan itu terjadi. Penelitian, eksperimentasi, penemuan, dan metodologi keilmuan terus menerus dilakukan dan diperbarui oleh kaum intelektual muslim.
    [Show full text]
  • A Review on Economic Verses in Tafsir Al-Azhar by Hamka (1908-1981)
    The Turkish Online Journal of Design, Art and Communication - TOJDAC ISSN: 2146-5193, September 2018 Special Edition, p.809-817 THE IJTIMA’I METHODOLOGICAL APPROACH: A REVIEW ON ECONOMIC VERSES IN TAFSIR AL-AZHAR BY HAMKA (1908-1981) A. H. Usman1*, M. Ibrahim2, M. N. A. Kadir2 1Faculty of Islamic Civilisation Studies, Kolej Universiti Islam Antarabangsa Selangor (KUIS), 43000, Malaysia 2Faculty of Islamic Studies, National University of Malaysia (UKM), Malaysia *[email protected] ABSTRACT Tafsir al-Azhar is one of the popular masterpieces of Indonesian exegete, Hamka. This paper discusses one of Hamka’s great exegetical works. The focus is on his discussion of economic affairs in particular, capitalism, usury and corruption, in the selected text in particular those related to. A qualitative method is adopted in this paper in which selected documents are analysed. This paper found that Hamka has unique approaches in this respect that are closely related to the socio-cultural aspects of Indonesia. Again, like other exegetes, Hamka applies al-ijtima’i in his work. This method seeks to understand the Qur’an by studying its expressions carefully and elaborating their meanings beautifully and interesting style of language in the context of existing cultural system. Keywords: Economic, Hamka, Society, Capitalism, Interest, Corruption INTRODUCTION Tafsir (exegesis) of the Qur’an is very important for Muslims. All matters concerning the Islamic way of life are connected to it as proper understanding of Islam guided by Allah is vital to live a Muslim way of life. Without tafsir, it would not be possible to have a right understanding of Qur’an (Von Denver, 1983).
    [Show full text]
  • 109 a Abdul Hamid Othman, 44–45 Abdul Karim Amrullah, 39 Abdul
    INDEX A curriculum, in, 71–74 Abdul Hamid Othman, 44–45 history of, 16–18 Abdul Karim Amrullah, 39 Indonesian graduates, 36–42 Abdul Malik Karim Amrullah Malaysian graduates, 42–47 (Hamka), 38–40, 45 methodology, 75–77 Abdul Nasser, Gamal, 25, 27, 29, 66 modernism, 22–25 Abdul Shukor Husin, 44, 46–47 nationalism, 25–28 Abdullah Ahmad, 39 religious authority, and, 9–10 Abdullah Badawi, 44 Singapore graduates, 47–52 Abdullah Sheikh Balfaqih, 49 student associations in, 80–82 Abdurrahman Wahid, 37 al-Banna, Hassan, 28–29 Abrurahman Shihab, 40 al-Hadi, Syed Shaikh, 34–35 Abu Bakar Hashim, 48, 50–51 Al-Halal Wal Haram Fil Islam (The Administration of Muslim Law Lawful and the Prohibited in Act (AMLA), 10, 48 Islam), 31 Ahmad’ Atta Allah Suhaimi, 35 “Al-I’jaz at-Tasryii li al-Quran Ahmed Fuad I, 25 al-Karim” (The Wonders of Ahmed Fuad II, 25 Al-Quran in accordance to Akademi Islam, 15 Law), thesis, 41 al-Afghani, Jamal al-Din, 20, 23–24 al-Imam, magazine, 34 Al-Azhar University, 5, 8, 11–13, Al-Jazeera, 31 15, 29, 34–35, 54–65, 93–100 al-Manar, magazine, 34 Al-Qaradawi, Yusuf, and, 30–33 Al-Mawdudi, Abu Ala, 28 colonialism, and, 18–22 Al-Muáyyad Shaykh, 17 culture shock in, 66–71 Al Qaeda, 6 109 18-J03388 07 Tradition and Islamic Learning.indd 109 1/3/18 11:20 AM 110 Index Al-Qaradawi, Yusuf, 13 C Al-Azhar University, and, 30–33 Cairo University, 37 al-Waqaí al-misriyya, publication, Caliphate system, 14, 16 24 Camp David Accords, 26 al-Zahir Baybars, al-Malik, 17 career guidance, 86 Ali Abu Talib, 2 Catholicism, 1 alim, 2, 4–5, 10, 14, 37–38,
    [Show full text]
  • The Development of Qur'anic Interpretation in the Era of Reformation in Indonesia
    IOSR Journal Of Humanities And Social Science (IOSR-JHSS) Volume 20, Issue 6, Ver. II (Jun. 2015), PP 08-16 e-ISSN: 2279-0837, p-ISSN: 2279-0845. www.iosrjournals.org The Development of Qur’anic Interpretation in the Era of Reformation in Indonesia Dr. Muhammad Sofyan, Lc, MA1, Dr. Muhammad Arifin, M.Hum2, Drs. Supardi, M.Ag3, Drs. Milhan,MA4 Faculty of Ushuluddin, State Institute for Islamic Studies of North Sumatera (IAIN/UIN), Medan, Indonesia Faculty of Law, Muhammadiyah University of North Sumatera (UMSU), Medan, Indonesia Faculty of Dakwah, State Institute for Islamic Studies of North Sumatera (IAIN/UIN), Medan, Indonesia Faculty of Syari’ah, State Institute for Islamic Studies of North Sumatera (IAIN/UIN), Medan, Indonesia Abstract: By exploring some works of Tafsir those were published in 2000s until the present, the writer concludes that the development of Qur’anic interpretation in the reformation era is a continuation of the paradigm in the 1990s. There are some features regarding of this, both method and technique that should be noted here: First, on the method, most of the works of Tafsir in that time can be regarded as a method of Tafsir al-Ijtima’I for the characteristic of interpretation is a contextualization of Qur’anic verses as a reading of the reality of what happened in Indonesia. There is also a work that written in the method of Tafsir ‘Ilm. Not only by employing general model of Tafsir that have been used by previous Moslem scholars, but also some works import the western method of hermeneutic, that in fact yields controversial conclusion.
    [Show full text]
  • 1 Surau Jembatan Besi
    SURAU JEMBATAN BESI: CIKAL BAKAL LAHIRNYA PENDIDIKAN ISLAM MODERN DI PADANGPANJANG Oleh Witrianto1 Pendidikan adalah usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan. Batasan ini berlaku baik untuk pendidikan formal maupun non formal. Kegiatan mendidik atau pendidikan bisa terjadi di tempat-tempat yang memang disediakan untuk itu, seperti sekolah dengan guru sebagai pendidiknya, atau di rumah dengan orangtua yang dengan kata, sikap, dan perilakunya berusaha untuk membentuk sikap, pandangan hidup anak-anaknya. Saudara atau teman dapat juga menjadi pendidik, karena penolakan atau penerimaan mereka terhadap perilaku seseorang menentukan seseorang itu untuk dapat mempertahankan sikap atau mengharuskan mengubah sikap atau perilaku. Dalam masyarakat sederhana, pada awalnya pendidikan dimaksudkan untuk mengajarkan budaya, yaitu mengajar anak untuk mengetahui dan mengamalkan nilai- nilai dan tatacara yang berlaku dalam masyarakat. Proses ini berjalan secara informal, anak belajar melalui pengamatan pada lingkungannya dan orang-orang yang terdekat dengan dia. Sikap yang harus dilakukan dalam menghadapi situasi tertentu diketahui dalam pengamatan atau pengalaman. Jadi dalam masyarakat sederhana, semua orang yang lebih tua dan berpengalaman adalah pendidik, begitu pula alam sekitarnya. Namun, dalam masyarakat yang lebih kompleks, makin banyak yang harus diketahui anak untuk bisa hidup dalam lingkungan masyarakatnya dengan baik, karena itu anak tidak dapat lagi belajar “dengan sendirinya”. Seseorang memerlukan cara yang lebih efisien untuk dapat menerima transmisi budaya dan pengetahuan yang begitu banyak. Untuk itu diperlukan adanya pendidikan yang formal dengan guru sebagai pendidik dan terbagi dalam berbagai jenjang dan kekhususan. 1 Penulis adalah staf pengajar Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Andalas, saat ini sedang menempuh pendidikan di Program S-3 Program Studi Pembangunan Pertanian Universitas Andalas Padang.
    [Show full text]
  • Islamic Law and Social Change
    ISLAMIC LAW AND SOCIAL CHANGE: A COMPARATIVE STUDY OF THE INSTITUTIONALIZATION AND CODIFICATION OF ISLAMIC FAMILY LAW IN THE NATION-STATES EGYPT AND INDONESIA (1950-1995) Dissertation zur Erlangung der Würde des Doktors der Philosophie der Universität Hamburg vorgelegt von Joko Mirwan Muslimin aus Bojonegoro (Indonesien) Hamburg 2005 1. Gutachter: Prof. Dr. Rainer Carle 2. Gutachter: Prof. Dr. Olaf Schumann Datum der Disputation: 2. Februar 2005 ii TABLE OF RESEARCH CONTENTS Title Islamic Law and Social Change: A Comparative Study of the Institutionalization and Codification of Islamic Family Law in the Nation-States Egypt and Indonesia (1950-1995) Introduction Concepts, Outline and Background (3) Chapter I Islam in the Egyptian Social Context A. State and Islamic Political Activism: Before and After Independence (p. 49) B. Social Challenge, Public Discourse and Islamic Intellectualism (p. 58) C. The History of Islamic Law in Egypt (p. 75) D. The Politics of Law in Egypt (p. 82) Chapter II Islam in the Indonesian Social Context A. Towards Islamization: Process of Syncretism and Acculturation (p. 97) B. The Roots of Modern Islamic Thought (p. 102) C. State and Islamic Political Activism: the Formation of the National Ideology (p. 110) D. The History of Islamic Law in Indonesia (p. 123) E. The Politics of Law in Indonesia (p. 126) Comparative Analysis on Islam in the Egyptian and Indonesian Social Context: Differences and Similarities (p. 132) iii Chapter III Institutionalization of Islamic Family Law: Egyptian Civil Court and Indonesian Islamic Court A. The History and Development of Egyptian Civil Court (p. 151) B. Basic Principles and Operational System of Egyptian Civil Court (p.
    [Show full text]
  • Muhammad Djamil Djambek: Ulama Pembaharu Minangkabau
    Muhammad Djamil Djambek: Ulama Pembaharu Minangkabau Novita Siswayanti Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI [email protected] Sheikh Muhammad Jamil Djambek is a scholar of Islamic reformer in Minangkabau . He plays and took part in da'wah and tablig , especially broadcast practice of Islamic values in life Minangkabau communities, which has a philosophy of adat basandi syara’ syara’ basandi Kitabullah. Beside that Sheikh Muhammad Djambil Djambek commonly known as Inyiak Djambek , also an expert Falak Sciences . Having Science Falak, he set the direction of Qibla prayer and has constructed schedule of Ramadan Imsakiah. This research seeks to examine the persona profiles, roles, and gait Inyiak Djambek in the development and renewal of Islam in Minangkabau . The study used qualitative methods with a historical approach in revealing all aspects of the character's life, ranging from social background, education, role in propaganda and education activities patterns of thought and religious works, books and figures influencing institutional heritage,, influence his thinking for the community, and so on. Keywords: Inyiak Djambek , Islamic reformer, Minangkabau Syekh Muhammad Djamil Djambek adalah ulama pembaharu Islam di Minangkabau. Ia berperan dan berkiprah dalam dakwah dan tablig, terutama menyiarkan pengamalan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, yang memiliki filsafat ‘adat basandi syara’ syara’basandi kitabullah. Selain itu, Syeh Muhammad Djambil Djambek yang biasa dikenal dengan nama Inyiak Djambek, juga seorang ahli Ilmu Falak. Berbekal Ilmu Falak, beliau berhasil menetapkan arah kiblat salat dan menyusun jadwal imsakiyah Ramadan. Penelitian ini berupaya mengkaji profil ketokohan, peran, dan kiprah Inyiak Djambek dalam perkembangan dan pembaharuan Islam di Minangkabau.
    [Show full text]
  • SKRIPSI Pengaruh Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi Terhadap
    SKRIPSI Pengaruh Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi Terhadap Dinamika Intelektual Islam Di Indonesia 1900-1947 M. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam Oleh: Anis Bahtiyar NIM: A02215002 Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019 viii ABSTRAK Skripsi yang ditulis dengan judul ―Pengaruh Syekh Ahmad Khatib al- Minangkabawi Terhadap Dinamika Intelektual Islam Di Indonesia 1900-1947 M.‖. ini berfokus kepada permasalahan 1. Apa yang membuktikan bahwa al- Minangkabawi punya andil besar terhadap dinamika Intelektual Islam di Indonesia. 2. Bagaimana pengaruh al-Minangkabawi terhadap dinamika Intelektual Islam di Indonesia khususnya yang disalurkan oleh Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy‘ari. Skripsi ini merupakan kajian literasi yang diteliti menggunakan pendekatan intelektual dan sejarah. Ditulis menggunakan teori pengaruh dari Louis Gottschalk. Menurut saya sejak akhir abad ke 19 M terdapat kecenderungan intelektual Islam di Indonesia untuk menuju pemikiran modern. Kebanyakan sarjana menyebut pengaruh modern itu berasal dari Muhammad Abduh di Mesir. Tetapi perlu diketahui bahwa orang-orang Indonesia tidak semuanya bertemu langsung dengan Abduh. Lalu bagaimana pemikiran Abduh tersebut dapat masuk dan terkenal di Indonesia, disamping tokoh-tokoh tradisionalis yang tetap bertahan di tengah arus modernisasi itu. Setelah melakukan penelitian literasi, saya dapat menyimpulkan jawaban dari permasalahan diatas. Pertama, meskipun tidak semua orang Indonesia bertemu Abduh, tetapi al-Minangkabawi telah berjasa besar menjadi perantara dari kedua belah pihak. al-Minangkabawi adalah ulama Jawi pertama yang mengajak ulama generasi setelahnya ke pemikiran modern Abduh. Namun di samping itu al-Minangkabawi juga menghimbau kepada para muridnya untuk tetap mempertahankan tradisi bermazhab fikih yang pada saat itu ditolak keberadaannya oleh Abduh.
    [Show full text]
  • LEMBAGA PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH (TELAAH PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN TENTANG PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA) Wahyu Leng
    Lembaga Pendidikan Muhammadiyah .................................................................. (Wahyu Lenggono) LEMBAGA PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH (TELAAH PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN TENTANG PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA) Wahyu Lenggono UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta e-mail: [email protected] ABSTRAK Pemikiran Pembaharuan Islam menjadi kajian yang sangat menarik dalam dalam perkembangan pemikiran di dunia Islam. Terlebih kemunculan dan gerakan pembaharuan yang terjadi di Indonesia memberikan suasana baru yang lebih maju dalam bidang Pendidikan Islam. Tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui pemikiran K.H. Ahmad Dahlan tentang Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia.Metode yang digunakan ialah kualitatif dengan pendekatan yang digunakan ialah library reseach dimana data-data diperoleh melalui berbagai literasi yang ada. Hasil penelitian menunjukan bahwa K.H. Ahmad Dahlan merupakan sosok pemikir pembaharuan di Indonesia yang bergerak pada bidang Pendidikan melalui organisasi yang dibentuknya yakni Muhammadiyah.K.H. Ahmad Dahlah sebagai sosok tokoh pembaharuan di Indonesia hadir dengan pemikirannya untuk merespon kondisi umat terutama dalam bidang Pendidikan Islam yang sangat buruk di Indonesia pada masa Pemerintah kolonial Belanda. Melihat hal tersebut dengan gerakan pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan berjuang untuk mengubah Pendidikan menjadi lebih baik dan maju. Kata-kata kunci : Pembaharuan, Pendidikan Islam, Muhammadiyah Volume 19, No. 1, Maret 2018 : 43-62 ABSTRACT EDUCATION INSTITUTE OF MUHAMMADIYAH (REVIEW OF THOUGHT K.H. AHMAD DAHLAN ABOUT ISLAMIC EDUCATION REFORM IN INDONESIA) The thought of Islamic Renewal became a very interesting study in the development of thought in the Islamic world. Moreover, the emergence and renewal movement that occurred in Indonesia provide a new atmosphere that is more advanced in the field of Islamic Education. The purpose of writing this paper is to know the thinking K.H.
    [Show full text]
  • Kritik Terhadap Tarekat
    KRITIK TERHADAP TAREKAT Kajian terhadap Pemikiran Sayyid Usman bin Yahya Siti Suniah, S.S.I., MA.Hum KRITIK TERHADAP TAREKAT:Kajian Terhadap Pemikiran Sayyid Usman bin Yahya PerpustakaanNasional: KatalogDalamTerbitan (KDT) ISBN :978-602-71900-2-3 16,5 x 23,5 cm xi, 149hlm cetakan Ke-1, Maret 2015 CintaBuku Media, Maret 2015 Penulis SitiSuniah, S.S.I., MA.Hum Editor Fair RohmatuSholeh, S.Pi Desain Cover Sri Asmita, MA.Hk Penerbit CintaBuku Media Jl. Musyawarah, KomplekPratama A1 No.8 Kp. Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan Hotline CBMedia 0858-1413-1928 Email: [email protected] © HakPengarangdanPenerbitdilindungioleh UU ii KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah atas segala nikmat dan karunia yang Allah swt limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dalam rangka memperoleh gelar magister dalam ilmu pengkajian Islam konsentrasi Pemikiran Islam pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam semoga dicurahkan untuk baginda Nabi Muhammad SAW, juga untuk keluarga, sahabat, dan umat yang setia menjalankan sunnah Rasul-Nya. Selama perjalanan menulis tesis ini, penulis telah didukung oleh berbagai pihak terutama yang telah membantu penulis baik dari segi materi maupun nonmateri. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta pembantu rektor dan staffnya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan program S1 dan S2 di kampus UIN Syarif Hidayatullah. 2. Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Suwito, MA., selaku ketua Program Doktor, dan Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku ketua Program Magister, yang telah memberikan arahan, saran, dan motivasi kepada penulis, segala bentuk kritik dan perbaikan tentunya beliau hanya berharap agar tesis ini berguna dan bermanfaat untuk umat.
    [Show full text]