Pelestarian Dan Pemanfaatan Lingkungan Hidup Dalam Menunjang Desa Wanagiri Sebagai Desa Wisata

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pelestarian Dan Pemanfaatan Lingkungan Hidup Dalam Menunjang Desa Wanagiri Sebagai Desa Wisata ISBN 978-623-7482-47-5 PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM MENUNJANG DESA WANAGIRI SEBAGAI DESA WISATA Sanusi Mulyadiharja 1, Nyoman Wijana 2, Ketut Srie Marhaeni Julyasih 3 1,2,3 Staf Pengajar pada Jurusan Biologi Perikanan dan Kelautan FMIPA Undiksha Email: [email protected] ABSTRACT The objectives of this community service are (1) increasing the knowledge and understanding of the community, especially the Wanagiri Village Tourism Awareness Group (PokDarwis) towards the environment; and (2) optimizing the use of the carrying capacity of the environment to be developed as an attraction for tourist villages in Wanagiri village. The number of participants was 10 from the tourism awareness group (Darwis) The approach used is the Total Ergonomic Approach (PET) with the methods of lectures, discussions, training (drill), and FGD. The conclusions of this community service activity are: (1) Dissemination of knowledge, understanding and skills about the concept of tourism villages and innovation in the use of the environment in developing tourist villages, these community service participants are able to increase knowledge about tourism concepts, management of tourist attractions, and the development plan of the existing Taman Gumi Banten forest and waterfall to support the development of a tourist village; (2) There are various efforts that can be made in the development of the Taman Gumi Banten forest as one of the support for the tourism village, namely a) Labeling each existing plant, b) making a vegetation map, c) creating a GPS point for vegetation, and d) providing description of existing plants. (3) For waterfall tourism objects, it is necessary to maintain the quality of the waterfall, the authenticity of the location of the waterfall, to give an explanation to visitors about the supernatural things in the waterfall area, so that visitors do not arbitrarily behave at the location of the tourist attraction. Keywords: Conservation, Utilization, Environment, Wanagiri Village ABSTRAK Tujuan pengabdian pada masyarakat ini adalah (1) meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat khususnya kelompok sadar wisata (PokDarwis) desa Wanagiri terhadap lingkungan hidup; dan (2) mengoptimalkan pemanfaatan daya dukung lingkungan hidup untuk dikembangkan menjadi daya tarik desa wisata di desa Wanagiri. Jumlah peserta ada sebanyak 10 orang dari kelompok Darwis. Pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Ergonomi Total (PET) dengan metode metode ceramah, diskusi, pelatihan (drill), dan FGD. Simpulan dari kegiatan P2M ini adalah: (1) Deseminasi pengetahuan, pemahaman dan keterampilan tentang konsep desa wisata dan inovasi dalam pemanfaatan lingkungan hidup dalam pengembangan desa wisata, para peserta P2M mampu menambah pengetahuan tentag konsep wisata, pengelolaan daya tarik wisata, dan rancangan pengembangan hutan Taman Gumi Banten dan Air terjun yang ada sebagai penunjang pengembangan desa wisata; (2) Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan dalam pengembangan hutan Taman Gumi Banten sebagai salah satu penunjang desa wisata yakni a) Memberikan label pada setiap tumbuhan yang ada, b) membuat peta vegetasi, c) membuat GPS titik tumbuh tumbuhan, dan d) memberikan deskripsi terhadap tumbuhan yang ada. (3) Pada onjek wisata Air terjun,perlu dilakukan untuk dijaga kualitas air terjun, keaslian lokasi air terjun, diberikan penjelasan kepada pengunjung hal-hal supernatural di kawasan air terjun, sehingga pengunjung tidak secara sembarangan berprilaku di lokasi objek wisata. Kata Kunci: Pelestarian, Pemanfaatan, Lingkungan Hidup, Desa Wanagiri memiliki luas Wilayah 15,75 km 2. Secara PENDAHULUAN topopografis terletak pada ketinggiaan 1.220 Secara Geografis dan secara meter di atas permukaan laut (dpl). Posisi administratif Desa Wanagiri merupakan salah desa Wanagiri adalah berbukit yang terletak satu dari 129 Desa di Kabupaten Buleleng, dan pada bagian selatan Kecamatan Sukasada, Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 966 ISBN 978-623-7482-47-5 Kabupaten Buleleng berbatasan langsung (HPHD) seluas 30.041 ha dikelola oleh Badan dengan sebelah barat Desa Gobleg Kecamatan Usaha Milik Desa (BUMDES) yaitu Desa Banjar, dan sebelah timur berbatasan dengan Tejakula (Kecamatan Tejakula) seluas 353 ha, Desa Pegayaman, sebelah Utara Desa Gitgit, desa Lemukih seluas 988 ha, Desa Galungan Sambangan dan Ambengan, serta sebelah 712 ha, dan Desa Sudaji 90 ha. Ketiga desa ini selatan Desa Pancasari. Lahan yang ada di desa berada di Kecmaatan Sawan. Sedangkan Desa seluruhnya merupakan tanah kering/kegalan. Wanagiri seluas 250 ha dan Desa Selat seluas Jumlah penduduk desa 522 ha kedua desa ini termasuk di wilayah Wanagiri berdasarkan profil desa tahun Kecamatan Sukasada. Dan di wilayah 2014 sebesar 3.811 jiwa yang terdiri dari Kecamatan Busungbiu hutan desa juga 1.927 laki-laki dan 1.884 perempua. ditetapkan berlokasi di Desa Telaga dengan luas Berdasarkan Keputusan Bupati Buleleng Nomor 96 ha. Saat ini di Kecamatan Sukasada ada enam 430/405/HK/2017, tentang Desa Wisata hutan desa yang sudah mengantongi ijin untuk Kabupaten Buleleng terdapat 31 desa yang dikelola oleh desa adat. Keenam hutan itu ditetapkan menjadi desa wisata, Salah satu di meliputi hutan desa Wanagiri, Selat, Ambengan, antaranya adalah desa Wanagiri sebagai desa Sambangan, Panji dan desa Panji Anom. wisata. Yang menarik atraksi yang ada di desa Diharapkan seluruh stakeholder mendukung Wanagiri, adalah adanya satwa liar yakni kera program pengelolaan hutan desa ini. ekor panjang yang cukup ramah ketika didekati Pengalihan pengelolaan hutan dari oleh wisatawan yang berkunjung. Desa ini di pemerintah kepada desa adat, dimaksudkan agar kelilingi oleh Danau Tamblingan, sehingga hutan itu dapat dimanfaatkan untuk memberikan nilai lebih terhadap view yang kesejahteraan masyarakat, yang salah satu di dimiliki oleh desa ini. Desa ini juga memiliki antaranya adalah sebagai penunjang desa wisata. wisata agro, wisata selfie . tempat kuliner seperti Ada beberapa desa adat merencanakan hutan itu warung kopi, warung bakso, warung sate, dan digunakan untuk obyek wisata, di sisi lain, ada restoran yang memberikan ragam pilihan bagi desa yang akan menggunakan hutan itu sebagai wisatawan yang berkunjung, hotel dan homestay hutan tumpangsari. Banyak program-program yang diperuntukkan bagi wisatawan yang ingin yang dirancang oleh desa adat setelah turunnya menginap. Dengan demikian Desa Wanagiri kebijakan pemerintah untuk pengelolaan hutan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kepada desa adat. Dengan adanya obyek wisata desa wisata. alternatif yang akan dikembangkan oleh desa Ahmad S. Fauzi selaku Balai adat, dimaksudkan untuk menambah kedatangan Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan wisatawan untuk mengunjungi desa itu sendiri. wilayah Jawa-Bali-Nusra menyatakan bahwa Dengan adanya pertambahan kunjungan pihaknya saat ini fokus melakukan pengelolaan wisatawan, berarti income akan bertambah, hutan desa di Kecamatan Sukasada. Pengelolaan sehingga ekonomi pedesaan akan berkembang kawasan hutan desa tahap pertama melibatkan dan diharapkan dapat menunjang kesejahteraan ratusan masyarakat pada 15 desa disekitar masyaraat. kawasan hutan yang ada di Kabupaten Salah satu di antara yang dapat Jembrana, Buleleng, Bangli dan Karangasem. diperkenalkan adalah jenis tumbuhan langka, Tapi pada kenyataannya hanya terrealisasi 7 tumbuhan berguna (baik sebagai tumbuhan (tujuh) desa di Kabupaten Buleleng dengan Sk untuk keperluan sandang, pangan, papan, obat- Gubernur Bali No. 2017/03-L/HK/2005 tanggal obatan, upacara, dan industri). Hal ini sesuai 30 Oktober 2015 Hak pengelolaan Hutan Desa dengan hasil penelitian yang telah banyak Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 967 ISBN 978-623-7482-47-5 dilakukan oleh Wijana dan Setiawan (2017 dan secara optimal dalam mempromosikan desa 2018a) dengan dihasilkannya peta pencaran wisata di desa Wanagiri. (4) Belum adanya spesies tumbuhan langka di Hutan Wisata strategi yang disusun secara detail dan tertulis Monkey Forest , Penglipuran, dan Alas Kedaton. untuk mengembangkan desa wisata di desa Hasil penelitian tahun kedua menunjukkan wanagiri. (5) Pemberdayaan sumber daya bahwa pola konservasi berbasis kearifan lokal manusia belum secara optimal dilakukan untuk berorientasi pada awig-awig , mitos, religius, menunjang pengembangan desa Wanagiri tenget (angker), tonya (mahluk penghuni), dan sebagai desa wisata. dan (6) Belum optimalnya kesadaran masyarakat setempat. Hasil penelitian pengelolaan lingkungan hidup untuk lain yang dilakukan oleh Wijana dan Setiawan dimanfaatkan sebagai objek wisata. Dari (2018b) tentang tumbuhan simbol tubuh identifikasi masalah tersebut, tujuan pengabdian menunjukkan bahwa secara tradisi pada desa masyarakat ini adalah (1) meningkatkan Bali Age Tenganan Pegringsingan tidak pengetahuan dan pemahaman masyarakat menggunakan tumbuhan simbol tubuh dalam khususnya kelompok sadar wisata (PokDarwis) upacara pengabenan (upacara kremasi jenazah). desa Wanagiri terhadap lingkungan hidup; dan Penggunaan spesies tumbuhan yang ada di desa (2) mengoptimalkan pemanfaatan daya dukung Bali Age Tenganan Pegringsingan ini, tidak lingkungan hidup untuk dikembangkan menjadi mempengaruhi atas rusaknya hutan adat yang daya tarik desa wisata di desa Wanagiri. ada di desa tersebut, hutan adat tetap lestari. Ada beberapa kawasan hutan yang ada METODE di daerah wewidangan desa adat Wanagiri, di Pendekatan yang digunakan dalam antaranya adalah (1) di hutan Pucak Wanagiri kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah (di sekitar kuliner Puncak/sebelah
Recommended publications
  • The One Hundred Tree Species Prioritized for Planting in the Tropics and Subtropics As Indicated by Database Mining
    The one hundred tree species prioritized for planting in the tropics and subtropics as indicated by database mining Roeland Kindt, Ian K Dawson, Jens-Peter B Lillesø, Alice Muchugi, Fabio Pedercini, James M Roshetko, Meine van Noordwijk, Lars Graudal, Ramni Jamnadass The one hundred tree species prioritized for planting in the tropics and subtropics as indicated by database mining Roeland Kindt, Ian K Dawson, Jens-Peter B Lillesø, Alice Muchugi, Fabio Pedercini, James M Roshetko, Meine van Noordwijk, Lars Graudal, Ramni Jamnadass LIMITED CIRCULATION Correct citation: Kindt R, Dawson IK, Lillesø J-PB, Muchugi A, Pedercini F, Roshetko JM, van Noordwijk M, Graudal L, Jamnadass R. 2021. The one hundred tree species prioritized for planting in the tropics and subtropics as indicated by database mining. Working Paper No. 312. World Agroforestry, Nairobi, Kenya. DOI http://dx.doi.org/10.5716/WP21001.PDF The titles of the Working Paper Series are intended to disseminate provisional results of agroforestry research and practices and to stimulate feedback from the scientific community. Other World Agroforestry publication series include Technical Manuals, Occasional Papers and the Trees for Change Series. Published by World Agroforestry (ICRAF) PO Box 30677, GPO 00100 Nairobi, Kenya Tel: +254(0)20 7224000, via USA +1 650 833 6645 Fax: +254(0)20 7224001, via USA +1 650 833 6646 Email: [email protected] Website: www.worldagroforestry.org © World Agroforestry 2021 Working Paper No. 312 The views expressed in this publication are those of the authors and not necessarily those of World Agroforestry. Articles appearing in this publication series may be quoted or reproduced without charge, provided the source is acknowledged.
    [Show full text]
  • United States Environmental Protection Agency Washington, D.C
    UNITED STATES ENVIRONMENTAL PROTECTION AGENCY WASHINGTON, D.C. 20460 OFFICE OF CHEMICAL SAFETY AND POLLUTION PREVENTION MEMORANDUM DATE: March 1, 2013 SUBJECT: Crop Grouping – Part X: Analysis of the USDA IR-4 Petition to Amend the Crop Group Regulation 40 CFR § 180.41 (c) (25) and Commodity Definitions [40 CFR 180.1 (g)] Related to the Proposed Crop Group 23 Tropical and Subtropical Fruit – Edible Peel. PC Code: NA DP Barcode: NA Decision No.: NA Registration No.: NA Petition No.: NA Regulatory Action: Crop Grouping Regulation Risk Assessment Type: None Case No.: NA TXR No.: NA CAS No.: NA MRID No.: 482971-01 40 CFR: 180.41 (c) (25) and 180.1 (g) FROM: Bernard A. Schneider, Ph.D., Senior Plant Physiologist Chemistry and Exposure Branch Health Effects Division (7509P) THROUGH: Donna Davis and Donald Wilbur, Ph.D., Chairpersons HED Chemistry Science Advisory Council (ChemSAC) Health Effects Division (7509P) TO: Barbara Madden, Minor Use Officer Risk Integration, Minor Use, and Emergency Response Branch (RIMUERB) Registration Division (7505P) cc: IR-4 Project, Bill Barney, Jerry Baron, Dan Kunkel, Debbie Carpenter, Van Starner 2 ACTION REQUESTED: William P. Barney, Crop Grouping Project Coordinator, and Kathryn Homa, Assistant Coordinator, USDA Interregional Research Project No. 4 (IR-4), State Agricultural Experiment Station, Rutgers University has submitted a petition (November 16, 2010) on behalf of the IR-4 Project, and the Tropical Fruits Workgroup of the International Crop Grouping Consulting Committee (ICGCC) to establish a new Crop Group (40 CFR § 180.41) Crop Group 23, Tropical and Subtropical Fruit – Edible Peel Group, and propose addition of Commodity Definitions 40 CFR 180.1 (g).
    [Show full text]
  • Belimbing Darah (Baccaurea Angulata Merr.), Buah Keluarga Menteng Endemik Kalimantan Dan Kerabatnya
    Warta Kebun Raya 16 (1), Mei 2018 Belimbing Darah (Baccaurea angulata Merr.), Buah Keluarga Menteng Endemik Kalimantan dan Kerabatnya Sudarmono Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya – LIPI email: [email protected] Foto: Wisnu H.A. ABSTRACT Baccaurea angulata Merr. Red angle tampoi or scientific name Baccaurea angulata Merr. (Phyllantaceae) is an endemic plant of Borneo island. The other potential is not only as an exotic fruit but also contains antocyanin and antioxidant compounds which are high. The results also reveal the potential of red angle tampoi as a source of natural ingredients for the treatment of cancer and also has antimicrobial activity. Their close relatives besides menteng (Baccaurea racemosa) and tampoi (B. macrocarpa) also have B. dulcis (kupa), B. motleyana (rambai). The types of plants are generally dioceous so sometimes there should be a tree with its own male flowers and also there is a tree that flowering female itself. Grown in lowland (less than 800 meters above sea level) also in riparian areas of river or close to swamp areas. Propagation is most easily by seeds, cuttings and graft. Experiments with cuttings can grow leaves up to 3 months in the hood as well as graft within 3 months. PENDAHULUAN Sambas, Kalimantan Barat. Alam Kalimantan menyimpan potensi buah alam yang dapat diolah Buah merupakan bagian penting dari tumbuhan menjadi bahan pangan dan obat-obatan. Salah yang menghasilkan bahan pangan. Jenis durian- satu diantaranya adalah belimbing darah, dari durianan (Durio spp.), menteng-mentengan Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat (Baccaurea spp.) dan nangka-nangkaan yang menjadi fokus dalam tulisan ini. Di (Artocarpus spp.) sebagaimana dilaporkan Kalimantan Barat, belimbing darah banyak Siregar dkk (2001) merupakan buah-buahan yang ditemukan di daerah Kabupaten Sanggau, banyak ditemukan di hutan Kalimantan.
    [Show full text]
  • Provisional List of Host Plants of Guava Fruit Fly, Bactrocera Correcta
    Animal and Plant Health Inspection Provisional List of Host Service Plants of Guava Fruit Fly, Plant Protection and Quarantine Bactrocera correcta (Bezzi) July 15, 2014 (Diptera: Tephritidae) Agency Contact: Plant Epidemiology and Risk Analysis Laboratory Center for Plant Health Science and Technology United States Department of Agriculture Animal and Plant Health Inspection Service Plant Protection and Quarantine 1730 Varsity Drive, Ste. 300 Raleigh, NC 27606 Executive Summary Bactrocera correcta (Bezzi), commonly known as guava fruit fly, is regulated through the Plant Protection Act of 2000 (7 U.S.C. 7701-7772) and relevant Parts of the Code of Federal Regulations (CFR). However, its host plants are not specifically listed under paragraphs (a), (b) or (c) of §301.32-2 Regulated articles. In accordance with §301.32-2(d), the fruit-bearing plant species summarized here together constitute the provisional list of federally regulated host plants of B. correcta until a more thorough host review is completed. Hosts plants included thus far in this provisional list have recorded natural field infestations. Unless proven otherwise, all cultivars, varieties, and hybrids of the listed plant species are considered suitable hosts of B. correcta. This document was developed as a component of the ongoing “Compendium of Fruit Fly Host Information” project. Bactrocera correcta: Provisional Host Plants RevOrig_15072014 i Table of Contents 1.0 Introduction..................................................................................................1
    [Show full text]
  • Traditional and Pharmacological Reports of the Genus Baccaurea. a Review
    American Journal of www.biomedgrid.com Biomedical Science & Research ISSN: 2642-1747 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Review Article Copy Right@ Nargis Sultana Chowdhury Traditional and Pharmacological Reports of The Genus Baccaurea. A Review Tasnia Khasru Charu, Nargis Sultana Chowdhury*, Ismat Benta Fatema, Farjana Islam Liya and Lubaba Salsabil Department of Pharmacy, Manarat International University, Bangladesh *Corresponding author: Nargis Sultana Chowdhury, Department of Pharmacy, Manarat International University, School of Engi- neering, Science and Technology, Ashulia Model Town, Bangladesh. To Cite This Article: Tasnia Khasru Charu, Nargis Sultana Chowdhury, Ismat Benta Fatema. Traditional and Pharmacological Reports of The Genus Baccaurea. A Review. Am J Biomed Sci & Res. 2021 - 11(6). AJBSR.MS.ID.001683. DOI: 10.34297/AJBSR.2021.11.001683. Received: December 8, 2020; Published: February 03, 2021 Abstract few of which have been recognized as popular healing plants in South-East Asia. (B. ramiflora), (B. angulata), (B. courtallensis), (B. macrophylla), (B. macrocarpaBaccaurea ),is (aB. genus lanceolata of flowering), (B. racemosa plant belongs) and (B. to motleyana the family) Phyllanthaceaeare underutilized categorically medicinal plantslarge genus of the withgenus members Baccaurea. of up The to literature 100 species review and revealed that Baccaurea species have been used traditionally in South-East Asian countries to treat various
    [Show full text]
  • The Ecology of Trees in the Tropical Rain Forest
    This page intentionally left blank The Ecology of Trees in the Tropical Rain Forest Current knowledge of the ecology of tropical rain-forest trees is limited, with detailed information available for perhaps only a few hundred of the many thousands of species that occur. Yet a good understanding of the trees is essential to unravelling the workings of the forest itself. This book aims to summarise contemporary understanding of the ecology of tropical rain-forest trees. The emphasis is on comparative ecology, an approach that can help to identify possible adaptive trends and evolutionary constraints and which may also lead to a workable ecological classification for tree species, conceptually simplifying the rain-forest community and making it more amenable to analysis. The organisation of the book follows the life cycle of a tree, starting with the mature tree, moving on to reproduction and then considering seed germi- nation and growth to maturity. Topics covered therefore include structure and physiology, population biology, reproductive biology and regeneration. The book concludes with a critical analysis of ecological classification systems for tree species in the tropical rain forest. IAN TURNERhas considerable first-hand experience of the tropical rain forests of South-East Asia, having lived and worked in the region for more than a decade. After graduating from Oxford University, he took up a lecturing post at the National University of Singapore and is currently Assistant Director of the Singapore Botanic Gardens. He has also spent time at Harvard University as Bullard Fellow, and at Kyoto University as Guest Professor in the Center for Ecological Research.
    [Show full text]
  • ISI BUKU GRUP 1 FINAL 29 JUNI OK.Cdr
    BISBUL CENDANA ALKESAH KECAPI KEPEL JAMBLANG KATA PENGANTAR enis buah-buahan tropis di Indonesia memiliki tingkat J keanekaragaman yang sangat tinggi baik dari segi rasa, bentuk, warna dan aroma, beberapa diantaranya sangatlah khas dan eksotik yang hanya ada di bumi Indonesia sehingga menjadi kekayaan keanekaragaman hayati tanaman buah Indonesia. Sayangnya kini beberapa buah-buahan tropis Indonesia tersebut mulai jarang ditemui atau langka. Buku ini disusun dalam upaya memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca akan keanekaragaman hayati tanaman buah- buahan lokal yang keberadaannya mulai mengkhawatirkan karena makin terpinggirkannya buah lokal dalam perdagangan buah-buahan bahkan dalam pasar lokal. Makin banyaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan hunian maupun kawasan industri juga menjadi alasan mengapa banyak buah-buahan lokal kita yang mulai langka. Upaya untuk melestarikan tanaman buah lokal yang beberapa diantaranya belum mempunyai nilai komersial, walaupun edible dan sudah dikonsumsi oleh masyarakat harus dilakukan agar tanaman buah-buah lokal ini tidak punah. Tanaman buah yang diangkat dalam buku ini hanya sebagian kecil dari banyak tanaman buah lokal yang ditemui pada waktu penulis melakukan inventarisasi di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Oleh karena itu perlu penelitian lebih lanjut lagi agar tanaman yang sudah mulai sulit dijumpai ini tidak punah dan justru dapat dilestarikan dan dikembangkan potensi manfaat yang dimilikinya. Dengan selesainya buku ini, penulis mengucapkan terima kasih disampaikan kepada : 1. Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) Kemenristek dan Dikti Tahun 2017 - 2019 yang memberikan Hibah Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi kepada penulis. 2. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Nasional yang telah memfasiltasi dan memberikan dukungan penuh.
    [Show full text]
  • Ethnobotanical Study of Plants Used As Food and for Maternal Health Care by the Malays Communities in Kampar Kiri Hulu, Riau, Indonesia
    BIODIVERSITAS ISSN: 1412-033X Volume 22, Number 6, June 2021 E-ISSN: 2085-4722 Pages: 3111-3120 DOI: 10.13057/biodiv/d220613 Ethnobotanical study of plants used as food and for maternal health care by the Malays communities in Kampar Kiri Hulu, Riau, Indonesia RATNA SUSANDARINI1,, USWATUN KHASANAH2, NURMA ROSALIA3 1Faculty of Biology, Universitas Gadjah Mada. Jl. Teknika Selatan, Sekip Utara, Sleman 55281, Yogyakarta, Indonesia. Tel./fax.: +62-274-580839, email: [email protected] 2Sekolah Alam Bintaro. Jl. Pondok Pucung Raya No. 88, Bintaro Sektor IX, Pondok Aren, Tangerang Selatan 15229, Banten, Indonesia. 3Nature Conservation Agency of North Sulawesi of Gorontalo Region, Ministry of Environments and Forestry. Jl. AK. Luneto, Limboto, Gorontalo 96271, Gorontalo Province, Indonesia Manuscript received: 27 April 2021. Revision accepted: 9 May 2021. Abstract. Susandarini R, Khasanah U, Rosalia N. 2021. Ethnobotanical study of plants used as food and for maternal health care by the Malays communities in Kampar Kiri Hulu, Riau, Indonesia. Biodiversitas 22: 3111-3120. Studies to reveal the diversity of food plants on communities living in remote areas with limited access to the market are important as an effort in documenting the traditional knowledge. The same applies to the diversity of medicinal plants used in maternal health care for communities that have limited access to public health facilities. The documentation of ethnobotanical knowledge is not only for the purpose of developing the potential of these plants, but also could have an impact on their conservation in nature. This study aims to document the traditional knowledge on the diversity of food plants and medicinal plants used in maternal health care by Malays tribes living within the Bukit Rimbang Bukit Baling Wildlife Reserve, Kampar Kiri Hulu Subdistrict, Kampar District, Riau Province, Indonesia.
    [Show full text]
  • Status KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA Kekayaan Jenis Tumbuhan Dan Jamur Indonesia Status Ebagai Sebuah Negara Yang Kaya Akan Keanekaragaman
    Status KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA Kekayaan Jenis Tumbuhan dan Jamur Indonesia Status ebagai sebuah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, diperkirakan terdapat puluhan ribu jenis tumbuhan dan dan Jamur Indonesia Tumbuhan Jenis Kekayaan jamur tumbuh di Indonesia. Salah satu upaya untuk S KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA mengungkap dan mengetahui kekayaan kehati tersebut adalah dengan mengompilasi dan menghitung data berbagai jenis tumbuhan Status dan jamur yang telah dideskripsikan dari berbagai sumber. Akan tetapi, jumlah jenis yang berhasil dikompilasi hingga saat ini belum menunjukkan kekayaan jenis secara keseluruhan. Oleh sebab itu, eksplorasi untuk melengkapi informasi keanekaragaman tumbuhan dan jamur tersebut masih sangat diperlukan, sebelum hilangnya hutan akibat perubahan iklim, konversi lahan, ataupun deforestasi HAYATI INDONESIA terutama di pulau-pulau wilayah Indonesia timur. Kekayaan Jenis Tumbuhan Sehubungan dengan itu, buku ini hadir untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan terkini mengenai jumlah jenis jamur, lumut, lumut dan Jamur Indonesia kerak, pteridofit, dan spermatofit yang tercatat di Pulau Jawa, Kalimantan, Maluku, Kepulauan Sunda Kecil, Papua, Sulawesi dan Editor: Sumatra. Pembahasan buku ini dilengkapi dengan informasi karakter, distribusi, habitat, dan kegunaan beberapa jenis tumbuhan Atik Retnowati Rugayah dan jamur Indonesia. Joeni S. Rahajoe Deby Arifiani Buku ini sangat tepat dipergunakan sebagai referensi bagi mahasiswa, akademisi, peneliti, pemerhati kehati, dan masyarakat umum untuk mengetahui secara lengkap jumlah jenis tumbuhan dan jamur di Indonesia. Dengan mengetahui jumlah jenis tumbuhan dan jamur, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih peduli terhadap kelestarian alam Indonesia. Editor: Atik Retnowati Rugayah Atik Retnowati Editor: Joeni S. Rahajoe Deby Arifiani Joeni S. Rahajoe Deby Diterbitkan oleh: ISBN 978-602-496-082-7 LIPI Press, anggota Ikapi Gedung PDDI LIPI Lt.
    [Show full text]
  • WP on Top 100 Tree Species FINAL
    The one hundred tree species prioritized for planting in the tropics and subtropics as indicated by database mining Kindt, Roeland; Dawson, Ian K.; Lillesø, Jens-Peter Barnekow; Muchugi, Alice; Pedercini, Fabio; Roshetko, James M.; van Noordwijk, Meine; Graudal, Lars; Jamnadass, Ramni DOI: 10.5716/WP21001.PDF Publication date: 2021 Document version Publisher's PDF, also known as Version of record Citation for published version (APA): Kindt, R., Dawson, I. K., Lillesø, J-P. B., Muchugi, A., Pedercini, F., Roshetko, J. M., van Noordwijk, M., Graudal, L., & Jamnadass, R. (2021). The one hundred tree species prioritized for planting in the tropics and subtropics as indicated by database mining. World Agroforestry Centre. ICRAF Working Paper No. 312 https://doi.org/10.5716/WP21001.PDF Download date: 28. Sep. 2021 The one hundred tree species prioritized for planting in the tropics and subtropics as indicated by database mining Roeland Kindt, Ian K Dawson, Jens-Peter B Lillesø, Alice Muchugi, Fabio Pedercini, James M Roshetko, Meine van Noordwijk, Lars Graudal, Ramni Jamnadass The one hundred tree species prioritized for planting in the tropics and subtropics as indicated by database mining Roeland Kindt, Ian K Dawson, Jens-Peter B Lillesø, Alice Muchugi, Fabio Pedercini, James M Roshetko, Meine van Noordwijk, Lars Graudal, Ramni Jamnadass LIMITED CIRCULATION Correct citation: Kindt R, Dawson IK, Lillesø J-PB, Muchugi A, Pedercini F, Roshetko JM, van Noordwijk M, Graudal L, Jamnadass R. 2021. The one hundred tree species prioritized for planting in the tropics and subtropics as indicated by database mining. Working Paper No. 312. World Agroforestry, Nairobi, Kenya.
    [Show full text]
  • Exploration of Rare Plant Species in the Sudaji Village of Sawan District, Regency of Buleleng, Bali and Implementation in Learning Model
    Exploration of Rare Plant Species in the Sudaji Village of Sawan District, Regency of Buleleng, Bali and Implementation in Learning Model Nyoman Wijana, I. Gusti Agung Nyoman Setiawan and Sanusi Mulyadiharja Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia Key words: Exploration, rare plants, Sudaji village, Abstract: The purpose of this research is to know the moor, species species of rare plants in Sudaji village, Sawan district, Buleleng regency, Bali. This research belongs to an explorative research type. The population of this research Corresponding Author: is all species of plants in Sudaji village. The research Nyoman Wijana sample is plant species spread in public road location, Tri Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia Mandala (housing) and in moor/community garden. The sampling method is a quadratic method with systematic Page No.: 1943-1950 sampling technique. To find out the rare types of plants Volume: 15, Issue 8, 2020 conducted interviews and document studies. The results ISSN: 1816-949X of this study indicate that there are 87 species of plants in Journal of Engineering and Applied Sciences the village of Sudaji, 14 of which fall into the category of Copy Right: Medwell Publications rare plants. INTRODUCTION by Wijana (2013, 2014) in customary forests in Tigawasa village and Cempaga village, Buleleng. Research related Indonesia’s location in the tropics is very supportive problems of species composition and others have been of the survival of an organism. Thus many organisms are done also in Lovina tourism area. Another study that has very suitable to live in it. Based on this, Indonesia is been done also by Wijana (2012) is in the forest of known as mega diversity.
    [Show full text]
  • Freshwater Swamp Forest in Singapore, with Particular Reference to That Found Around the Nee Soon Firing Ranges
    Freshwater Swamp Forest in Singapore, with Particular Reference to That Found Around the Nee Soon Firing Ranges I.M. Turner1,Boo Chih Min', Wong Yew Kwan2, Chew Ping Ting3 and Ali bin lbrahim3 ' School of Biological Sciences, National University of Singapore, Singapore 119260 ? 89 Soo Chow Garden Road, Singapore 575526 National Parka Board. Singapore Botanic Gardens. Singapore 250569 Abstract The fre<hwater swamp forest found around the firing ranges at Nee Soon is the last remaining area of this forest formation in Singapore. The vascular plant flora of freshwater swamp forest in Singapore is reviewed. wlth particular reference to the Nee Soon forest. Some prelimmary soil, water and foliar analyses indicate that the swamp forest at Nee Soon may have considerably higher aniounts of phosphorus available to the vegetation lhau the dryland forest of Bukit Timah Nature Reserve. Nitrosen and potassium availabilities appear to be similar at the two sites. The Nee Soon swamp forest is an extremely iiuportant site for Singapore's native biota and should receive the highest pr~orityfor conservation. Introduction One of the least well-known of the forest formations of West Malaysia is freshwater swamp forest. So named to distinguish it from the saltwater mangrove swamps, it is a forest type of wet. often seasonally flooded, lowland areas (Whitmore 1975). The only work of any note specifically concerning freshwater swamp in this region is Corner's (1978) account of his studies, which were mostly floristic in nature, of these forests in southeast Johore and Singapore. Corlett (1991) has estimated that approximately 5% of Singapore was covered in freshwater swamp before the major forest clearance of the nineteenth century began.
    [Show full text]