PENGELOLAAN PROGRAM SIARAN BERITA DI RADIO REPUBLIK (RRI) DALAM MENINGKATKAN DAYA TARIK PENDENGAR

Oleh:

ARHAM

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

i

PENGELOLAAN PROGRAM SIARAN BERITA DI RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) MAKASSAR DALAM MENINGKATKAN DAYA TARIK PENDENGAR

OLEH:

ARHAM E311 07 624

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Komunikasi Program Studi Jurnalistik

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

i

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengelolaan Program Siaran Berita di Radio Republik Indonesia

(RRI) Makassar Dalam Meningkatkan Daya Tarik Pendengar.

Nama Mahasiswa : Arham

Nomor Pokok : E311 07 624

Makassar, 2013

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Kahar, M.Hum., Muliadi Mau, S.Sos., M.Si. NIP. 195910101985031005 NIP. 197012311998021002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Hasanuddin

Dr. H. Muhammad Farid, M.Si. NIP. 196107161987021001

ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI

Telah diterima Tim Evaluasi Skripsi Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Hasanuddin untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan dalam

Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik pada tanggal 23 Agustus Tahun 2013.

Makassar, Agustus 2013

TIM EVALUASI

Ketua : Dr. Jeanny Maria Fatimah, M.Si. (……………………….)

Sekretaris : Andi Subhan Amir, S.Sos., M.Si. (……………………….)

Anggota : 1. Dr. H. Muhammad Farid, M.Si. (………………………)

2. Drs. Kahar, M.Hum. (……………………….)

3. Muliadi Mau, S.Sos., M.Si. (………………………)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Allah SWT, karena ridho-Nya dan Rahmat-Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya dengan baik tidak kurang satu apapun.

Dengan segera kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, banyak mengalami hambatan dan tantangan, namun berkat bantuan, bimbingan dan petunjuk serta dukungan dari berbagai pihak, hambatan dan halangan tersebut dapat dilalui dan diatasi. Melalui kesempatan ini, penulis ingin mengaturkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya pada:

1. Ayahanda dan Ibunda Tercinta.

2. Bapak Dr. H. Muhammad Farid, M.Si. sebagai Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

3. Bapak Drs. Kahar, M.Hum., M.Si. sebagai pembimbing I

4. Bapak Muliadi Mau, S.Sos., M.Si. sebagai pembimbing II

5. Bapak Drs. Wirdan selaku Kepala Sub. Bagian Sumber Daya Manusia RRI Makassar

6. Bapak Drs. I Nyoman Suasthawan selaku Kepala Bidang Pemberitaan RRI Makassar

7. Saudaraku, Keluarga besarku serta Sahabatku.

Akhirnya segala kritik dan saran yang diberikan kepada penulis akan diterima dengan keikhlasan demi penyempurnaan skripsi ini demi masa mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin… Amin… Amin… Ya Rabbal Alamin.

Makassar 2013

Arham

iv

ABSTRAK

ARHAM. Pengelolaan Prigram Siaran Berita di Radio Republik Indonesia (RRI) Makassar Dalam Meningkatkan Daya Tarik Pendengar. (Dibimbing oleh Kahar dan Muliadi Mau).

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan informasi berita dalam meningkatkan daya tarik pendengar, untuk mengetahui upaya-upaya dalam meningkatkan kinerja reporter.

Untuk mencapai tujuan dimaksud diatas, maka metode penelitian yang digunakan meliputi: metode pendekatan kualitatif yang mengacu pada metode deskriptif dengan dasar penalaran induktif. Penyimpulan data primer yang dilakukan dengan wawancara langsung dan menggunakan dasar pernyataan, sedangkan data sekunder dengan melakukan studi literatur baik pada perpustakaan maupun pada instansi terkait.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengelolaan program siaran berita di RRI Makassar Sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur manajemen penyiaran meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Untuk perencanaan tahapan yang dilakukan meliputi penyusunan program, penjadwalan kegiatan dan penganggaran. Sedangkan pada tahapan pelaksanaan langkah yang dilakukan meliputi pengetahuan topic liputan, pengumpulan hasil liputan dan koordinasi. Sementara itu pada tahapan terakhir ya’ni pengawasan langkah yang dilakukan ialah evaluasi dan pelaporan, Guna meningkatkan kinerja reporter, RRI Makassar senantiasa melakukan pelatihan bagi para karyawan yang bekerja di divisi pemberitaan baik itu reporter, penyiar, editor, produksi dll. Selain memberikan pelatihan, RRI Makassar juga meningkatkan sarana dan prasarana yang mendukung kinerja reporter seperti perangkat komputer, voice recording, alat produksi berita, ruang siaran dll. Hal tersebut perlu senantiasa dilakukan peremajaan guna memperlancar proses produksi sebuah berita.

v

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL …………………………………………………………. .i HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………... ii HALAMAN PENGESAHAN TIM EVALUASI………………………………iii KATA PENGANTAR …………………………………………………………iv ABSTRAK …………...………………………………………………………... v DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. vi BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1 A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………. 1 B. Rumusan Masalah ……………………………………………………... 2 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……………………………………… 2 D. Kerangka Konseptual …………………………………………………. 3 E. Metode Penelitian ……………………………………………………... 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………... 28 BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN….. ……………….. 59 A. Sejarah Singkat Perusahaan …………………………………………... 59 B. Letak Lokasi Perusahaan ……………………………………………... 63 C. Unit Kerja …………………………………………………………….. 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………... 65 BAB V PENUTUP …………………………………………………………… 81 A. Kesimpulan …………………………………………………………… 81 B. Saran …………………………………………………………………... 82

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 83

vi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mengelola bisnis media penyaiaran merupakan salah satu bisnis yang paling sulit dan paling menantang dibandingkan dengan jenis industry lainnya.

Mengelola media penyiaran pada dasarnya adalah mengelola manusia. Keberhasilan media penyiaran sejatinya ditopang oleh kreatifitas manusia yang bekerja pada tiga pilar utama yang merupakan fungsi vital yang dimiliki setiap media penyiaran yaitu teknik, program dan pemasaran.

Radio Republik Indonesia RRI Makassar sebagai lembaga penyiaran publik diharapkan mampu menyajikan informasi berita dan hiburan yang dapat dinikmati masyarakat pendengar atau public pendengar.

Untuk menghasilkan siaran informasi yang menarik dan dapat memberikan pengetahuan yang disukai pendengarnya, diperlukan manajemen penyiaran yang dapat menjawab tuntutan dan harapan masyarakat terhadap Lembaga Penyiaran Publik

(LPP) RRI Makassar dalam memasuki persaingan antar media yang semakin kompetitif.

Siaran radio memiliki dampak yang sangat luas bagi masyarakat, Karena itu peranan perencanaan (planning programming), pembagian kerja, pengendalian, keterampilan dan koordinasi, menjadi sangat penting. Penyelenggaraan siaran merupakan kerja tim dan kolektif, maka diperlukan secara efektif dan efesien untuk menghasilkan output yang berkualitas. 2

RRI Makassar, salah satu dari sekian media radio yang ada di propinsi sulawesi selatan, yang berfungsi memberikan sajian siaran informasi dan hiburan kepada pendengar. Dalam menjalankan fungsinya memerlukan perangkat manusia yang memiliki sumber daya yang mampu menerapkan pola manajemen yakni melakukan pola perencanaan, koordinasi dan kerja tim.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang sudah dikemukakan, maka masalah pokok dalam penelitian adalah:

1. Bagaimana pengelolaan program siaran berita di Radio Republik Indonesia (RRI)

Makassar dalam upaya meningkatkan daya tarik pendengar.

2. Upaya-upaya apa yang dilakukan dalam meningkatkan kinerja reporter sehingga

menghasilkan program siaran berita yang baik di RRI Makassar.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pengelolaan program siaran berita di RRI Makassar dalam

meningkatkan daya tarik pendengar.

b. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kinerja

reporter sehingga menghasilkan program siaran berita yang baik di RRI

Makassar.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis 3

1. Diharapkan dapat membantu memahami penerapan teori-teori manajemen

yang berkaitan dengan manajemen penyiaran.

2. Sebagai bahan referensi terhadap penelitian dengan objek yang sama

sekaligus sebagai masukan bagi praktisi yang berkiprah di broadcasting.

b. Kegunaan Praktis

1. Diharapkan menjadi bahan informasi dan rujukan bagi pihak RRI Makassar

2. Diharapkan dapat bermanfaat bagi mereka yang bergerak di bidang

penyiaran.

D. Kerangka Konseptual

Berkat perkembangan teknologi, produk-produk teknologi komunikasi/ informasi dapat dibuat lebih praktis, lebih kecil, tetapi memiliki kemampuan yang berlipat ganda.

Radio sebgai suatu yang menyampaikan informasi atau pesan-pesan yang biasanya dkemas dalam bentuk berita. Informasi yang disampaikan memiliki sifat yang khas yaitu aktualitas, kecepatan, kepraktisan, ketepatan dan berkualitas. Atas dasar sifat tersebut, ternyata telah mampu menjadikan jarak ruang dan waktu dua tempat dimuka bumi dan bahkan abtara bumi serta ruang angkasa, maka pengelolahannya harus bersifat dinamis.

Membahas masalah pengelolaan, sama saja kita membahas bagaimana manusia mampu mengelolaah pekerjaan agar berjalan dengan baik. Berbicara tentang pengelolaan, yaitu: 4

Pengelolaan, adalah tindak lanjut dari kegiatan yang sudah dilakukan diunit lain dalam satu organisasi meskipun demikian, kegiatan yang dilakukan, misalnya dalam hal manajemen dan prosedurnya dengan meninggalkan cara-cara lama

(tradisional) yang biasanya sebagian besar dianut dalam menjalankan manajemen organisasi.

Jika memperhatikan secara seksama pengertian pengelolaan, maka pengelolaan selayaknya harus ditunjang dengan perencanaan yang baik terhadap apa yang hendak dilakukan dalam rangka kegiatan pengelolaan itu sendiri. Perencanaan harus mempertimbangkan penerapan prosedur kerja yang baik, sesuai dengan kondisi organisasi, agar mampu menunjang kegiatan yang rutin dilaksanakan. Dengan kegiatan pengelolaan merupakan upaya yang dilakukan terus-menerus dan berkesinambungan, sehingga tugas dan tanggung jawab untuk menciptakan iklim serta suasana yang menguntungkan bagi pengelolaan yang harus diprioritaskan oleh organisasi mengacu pada permasalahan yang mendasar yaitu pada faktor sumber daya manusia koordinasi dengan unit kerja lain yang biasanya belum dilakukan dengan baik.

Widjaya (1986:43), mengemukakan bahwa “pengelolaan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertian yang diawali dengan mendirikan, menumbuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai dengan usaha perbaikan, penyempurnaan dan akhirnya mengembangkannya”. Dari pengetian ini menggambarkan bahwa pengelolaan yang dimaksud adalah suatu usaha atau tindakan atau kegiatan penyempurnaan yang dilakukan melalui proses yang 5

disertai usaha pertumbuhan dan memelihara pertumbuhan tersebut sehingga dapat berdayahguna dan berhasil untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Dalam rangka pelaksanaan dari suatu yang dikaitkan dengan konsep

Negara sehingga setiap kita mengatakan kebijaksanaan pemerintah terkonotasi sebagai suatu tindakan Negara, oleh karena itu dalam pelaksanaan dari sebuah kebijakan yang terarah dengan tujuan yang hendak dicapai. Untuk itu ada beberapa pandangan dari para ahli yang mendefinisikan tentang pengelolaan yang dikemukakan oleh Poetranto

(1991: 107) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Proyek Pembangunan sebagai berikut: “Fungsi Actuating (Pengelolaan/ pelaksanaan) adalah merupakan kegiatan- kegiatan yang menggerakkan para peserta organisasi untuk mencapai sasaran-sasaran sesuai dengan perencanaan, termasuk memberikan inisiatif atau rangsangan dan hukuman, sangsi, inisiatf yang bertujuan memberikan motivasi para tenaga kerja perlu disesuaikan dengan kebutuhan (need) mereka”.

Sedangkan pengertian lain yang dikemukakan oleh Prijono (1992:23) yang mendefinisikan pengelolaan atau kegiatan adalah “Kegiatan-kegiatan pelaksanaan harus menuju arah tujuan yang hendak dicapai dan tetap dalam arah kebijakan yang ditetapkan. Dalam rangka pelaksanaan ini unsur-unsur dalam siklus manajemen adalah unsur pimpinan dan pengendalian, Kedua unsur ini merupakan alat untuk menjamin bahwa pelaksanaan diarahkan kepada tujuan”.

Berdasarkan dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah salah satu dari fungsi manajemen, karena pengelolaan merupakan pelaksanaan dan penjabaran kebijaksanaan. Hal ini sejalan dengan pengertian yang 6

dikemukakan oleh The Liang Gie (1989:210) sebagai berikut: Pengelolaan adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, ditempat pelaksanaannya, kapan waktu dimulai dan berakhirnya dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan.

Informasi adalah dalam hubungan manusia, informasi sangat diperlukan karena hanya dengan informasi yang aktual, lengkap dan terkondisikan maka manusia akan dapat memperoleh suatu masukan mengenai hal-hal yang ingin diketahuinya.

Gasvers (1988:15) mengemukakan bahwa informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang berguna bagi sipenerima dan mempunyai nilai yang nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang akan datang. Pengertian informasi ini memberikan gambaran bahwa informasi pada dasarnya adalah merupakan data penting yang akan memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi penerima informasi. Dengan demikian, suatu informasi akan dapat diketahui bermanfaat atau tidak bermanfaat sangat tergantung kepada beberapa hal, yaitu: a. Tujuan si penerima

Apabila informasi tujuannya untuk memberikan bantuan, maka informasi tersebut harus membantu sipenerima dalam apa yang ia usahakan untuk memperolehnya. b. Ketelitian penyampaian dan pengolahan data

Dalam penyampaian dan pengolahan data, inti dan penting informasi harus tetap dipertahankan. 7

c. Waktu informasi yang diterima

Apakah informasi itu masih tepat waktunya (up to date) juga adalah kunci padat manfaat yang akan diberikan. d. Ruang dan tempat

Apakah informasi tersebut tersedia dalam ruang atau tempat yang tepat. e. Bentuk informasi itu sendiri

Dapatkah informasi digunakan secara efektif. Apakah informasi itu menunjukkan hubungan-hubungan yang diperlukan, kecenderungan-kecenderungan dan bidang-bidang yang memerlukan perhatian manajemen, dan apakah informasi tersebut menekankan situasi-situasi yang ada hubungannya. Hal ini penting diperhatikan sehingga informasi tersebut tidak membingungkan.

Pengelolaan informasi adalah merupakan bagian dari system informasi manajemen. Dengan demikian sebuah system pengolahan informasi yang dapat disebut sebagai SIM bila disertai suatu data-data sederhana, kemampuan menemukan kembali dari satu atau dua model perencanaan atau keputusan.

Berita berasal dari bahasa sangsakerta, yakni “Vritt” yang dalam Bahasa

Inggris disebut “Write”, arti sebenarnya ialah “ada atau terjadi”. Sebagian ada yang menyebut dengan “Vritta” artinya kejadian atau yang telah terjadi (Djurto, 2000:46).

“Vritta” dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi berita atau warta.

Berita terdiri dari beberapa bagian. Bagian terkecil dari berita adalah data.

Data berasal dari “datu”, sedangkan datu diambil dari senua kejadian atau peristiwa.

Untuk jadi berita, data harus dibuat atau diolah dahulu. Sampai saat ini, masih sangat 8

sulit dicari defenisi tentang berita. Para sarjana publistik maupun jurnalistik belum merumuskan defenisi berita secara pasti. Spencern (Djuroto, 2000:47) mendefinisikan berita sebagai kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca.

Assegaf (1999:71) mengemukakan bahwa: berita sebagai laporan tentang fakta atau ide yang termasa dan dipilih staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang kemudian dapat menarik perhatian pembaca. Untuk membuat berita, paling tidak harus memenuhi dua syarat penting, yang dikemukakan Djuroto (2000:47) sebagai berikut (1) Faktanya tidak diputar sedemikian rupa sehingga kebenaran tinggal sebagian saja, (2) Berita itu harus menceritakan segala aspek secara lengkap.

Sedangkan untuk membuat berita baik, harus memahami unsur yang terdapat dalam berita, yaitu: (1) Aktual atau baru (termasa), (2) Jarak, (3) terkenal (ternama), (4) keluarbiasaan, (5) Akibat, (6) ketegangan, (7) pertentangan, (8) seks, (9) kemajuan,

(10) human interest, (11) emosi, (12) humor.

Reporter adalah seseorang yang bertugas mencari, mengumpulkan dan mengolah informasi menjadi berita, untuk disiarkan melalui media massa (Djuroto,

2000:22). Jika reporter menyiarkan beritanya melalui penerbitan surat kabar, atau majalah ia disebut sebagai “reporter/wartawan” media cetak, dan reporter yang menyiarkan berita melalui media radio dan televisi, berdasarkan dari status pekerjaanya, reporter dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu (1) reporter tetap, (2) reporter pembantu dan (3) reporter lepas. 9

Reporter tetap artinya reporter yang bertugas disatu media cetak atau media elektronik dan diangkat menjadi pegawai tetap dengan memperoleh gaji tetap, tunjangan, bonus, fasilitas kesehatan dan sebagainya. Dalam pelaksanaan tugasnya ia selalu dilengkapi dengan surat tugas. Wartawan pembantu atau reporter pembantu adalah reporter yang bekerja pada media massa namun tidak diangkat sebagai pegawai tetap, dan mereka diberikan honorarium yang telah disepakati, diberi tugas (kartu pers) serta dapat diberi tugas sesuai kemampuannya, dan dapat mewakili penerbitannya bila meliput suatu berita peristiwa.

Reporter lepas adalah, reporter yang tidak terikat pada satu media massa baik media cetak maupun media elektronik. Mereka bebas mengirimkan beritanya keberbagai media massa. Jika berita atau tulisannya itu dimuat, mereka mendapat honorarium, tetapi jika tidak dimuat tidak mendapat imbalan apa-apa.

Kinerja ,adalah agar mampu mewujudkan dan melaksanakan tugas pokok secara efektif dan efisien, pegawai dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya secara optimal. Namun yang penting dilihat adalah bahwa untuk mewujudkan kinerja, bukan merupakan hal yang mudah dilakukan, karenan tuntun upaya yang sistematis dan memerlukan suatu adaptasi, yang terus-menerus antara berbagai unsur yang terlibat langsung dalam proses pelaksanaan tugas pokok.

Agar kinerja aparat dapat ditingkatkan juga harus diperhatikan adalah bagaimana pemahamannya terhadap tugas pokok, selain itu faktor-faktor lain yang berhubungan dengan lingkungan kerja, rute-rute memasuki suatu kesempatan, serta program-program yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok, bhkan cara belajar 10

untuk menghadapi berbagai kemungkinan dan alternatif yang muncul dari pelaksanaan tugasnya tersebut.

Jika diperhatikan wujudnya kinerja bukan suatu yang baku, dalam upaya yang dilakukan juga memerlukan kompromi dan penyesuaian yang sifatnya analisis terhadap kinerja itu sendiri. Namun perlu diingat pada saat tertentu, dapat saja upaya mewujudkan kinerja menuntut perubahan diri aparatur sesuai yang dituntun oleh kondisi lingkungan kerja, sehingga merefleksikan determinasi dan upaya peningkatan perbaikan hasil dan bukan dalam mengusahakan dan penyesuaian terhadap lingkungan kerja semata-mata.

Penting pula diperhatikan adalah keterkaitan dan keterlibatan adalah merupakan unsur kinerja yang saling bertautan satu sama lain dan sulit dipisahkan sehingga memerlukan pemahaman dan dedikasi yang teramat kompleks dari semua pihak, sehingga kinerja yang baik dari aparat, karena dengan kinerja yang optimal pelaksanaan tugas akan dapat lebih efektif dan efesien.

Kinerja pada dasarnya adalah hasil kerja yang dinampakkan secara konkret oleh pegawai. Atmosudirdjo (1997:11) mengemukakan bahwa “kinerja berarti prestasi kerja prestasi penyelenggaraan sesuatu “. Dengan demikian kinerja (performance) adalah hasil kerja yang bersifat kongkret, dapat diamati, dan dapat diukur.

Dalam rangka pengukuran kinerja dijelaskan penetapan indikator kinerja, penetapan pencapaian kinerja dan formulir pengukuran kinerja yang digunakan untuk mengidentifikasi indikator kinerja dan nilai capaiannya sebagai dasar penilaian capaian kinerja kegiatan program/ kebijaksanaan. 11

a. Penetapan indikator kinerja

Penetapan indikator kinerja merupakan proses identifikasi dan klasifikasi indikator kinerja melalui system pengumpulan dan pengolahan data/ informasi untuk menentukan kinerja tersebut didasarkan pada kelompok menurut masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefits), dan dampak (impacts).

- Indikator masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar

pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini

dapat berupa dana, sumber daya manusia, informasi, kebijaksanaan, peraturan

perundang-undangan, dan sebagainya.

- Indikator keluaran (outputs) adalah suatu yang diharapkan langsung dicapai dari

suatu kegiatan yang dapat berupa fisik atau non fisik.

- Indikator hasil (out-comes) adalah sesuatu yang mencerminkan berfungsinya

keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).

- Indikator manfaat (benefits) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari

pelaksanaan kegiatan.

- Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif

maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang

ditetapkan.

Dengan demikian indikator tersebut dapat digunakan untuk evaluasi dalam tahap perencanaan (ex-ante), tahap pelaksanaan (on-going) ataupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi (ex-post). Perlu dicatat bahwa indikator kinerja input dan output dapat dinilai sebelum kegiatan yang dilakukan selesai sedangkan untuk 12

indikator out-comes, benefits, dan impacts akan diperoleh setelah kegiatan selesai, namun perlu diantisipasi sejak tahap perencanaan.

Perlu pula diperhatikan bahwa indikator kinerja dapat dikaitkan dengan beberapa kategori pengukuran kinerja seperti kategori teknis atau operasional, kelembangan ekonomi, budaya lingkungan dan kombinasi dua atau lebih kategori- kategori tersebut. Oleh karena itu, indikator kinerja dapat dinyatakan dalam unit yang dihasilkan, waktu yang diperlukan, produktifitas, ketaatan, tingkatan kesalahan, frekuensi dan sebagainya.

Penetapan indikator kinerja harus didasarkan pada perkiraan yang realistis dengan memperhatikan tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Indikator kinerja hendaknya (1) spesifik dan jelas, (2) dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, (3) dapat dicapai, penting dan harus berguna untuk menunjukkan pencapaian keluaran, hasil, manfaat dan dampak, (4) harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan, (5) efektif yaitu dapat dikumpulkan, diolah dan dianalisis datanya secara efesien dan ekonomis. b. Penetapan capaian kinerja

Penetapan capaian kinerja dimaksudkan untuk mengetahui dan menilai capaian indikator kinerja pelaksanaan kegiatan. Program dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh suatu instansi pemerintah. Pencapaian indikator-indikator kinerja tersebut. Tidak terlepas dari proses yang merupakan kegiatan mengelola input menjadi outputs. Atau proses penyusunan kebijaksanaan/ program/ kegiatan yang dianngap penting dan berpengaruh terhadap pencapaian sasaran dan tujuan misalnya 13

keakurasian, ketaatan pada peraturan perundang-undangan, dan keterlibatan kelompok target.

Untuk dapat mengelola pemberitaan dengan baik, penting diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan adalah fungsi pertama dan utama manajemen. Dengan perencanaan orang dapat mengetahui apa, mengapa, dimana, kapan, siapa dan bagaiman suatu pekerjaan dilaksanakan. Panglaykim dan hazil (1977:79) mengemukakan perencanaan sebagai berikut: (1) Perencanaan harus didasarkan pada kenyataan, pada data dan keterangan yang kongkrit: tidak pada bagaimana maunya kita, keinginan kita dan sebagaimana, (2) Perencanaan adalah suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran, imaginasi dan kesanggupan melihat kedepan, (3)

Perencanaan mengenai zaman datang tindakan-tindakan apa yang dapat dilakukan jika ada rintangan tiba-tiba muncul atau kesulitan-kesulitan mengganggu lancarnya usaha.

Perencanaan akan berfungsi sebagai pedoman atau acuan kerja dan dapat menentukan sumber daya yang dibutuhkan sekaligus juga sebagai tolak ukur pengendalian atau pengawasan. Perencanaan ada yang berjangka panjang, menengah dan pendek dan memenuhi syarat realitas praktis, bahwa dan bersifat praktis.

Cunningham Fidarta (1997:1) mengemukakan bahwa: Perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta, imajinasi dan asumsi- asumsi untuk masa yang akan datang untuk tujuan menvisualisasi dan menformulasi 14

hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas- batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian.

Definisi perencanaan yang dikemukakan oleh Cunningham diatas menekankan kepada usaha menyeleksi dan menghubungkan sesuatu untuk kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya. Apa wujud yang akan datang dan bagaimana usaha untuk mencapainya adalah merupakan perencanaan.

Lebih jelas pengertian perencanaan dikemukakan oleh Fidarta (1997:4) bahwa:

Perencanaan ialah hubungan antara apa adanya sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program dan alokasi sumber.

Definisi perencanaan, juga dikemukakan oleh Robbins (1992:128) sebagai berikut: Perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan. Defenisi yang sangat singkat ini memberikan gambaran bahwa perubahan selalu terjadi dalam lingkungan organsisasi. Perubahan lingkungan ini perlu diantisipasi dipakai agar perubahan dapat berimbang. Artinya perubahan yang terjadi diluar organisasi tidak jauh berbeda dengan perubahan yang terjadi pada organisasi, dengan harapan disini ialah usaha untuk mengubah organisasi agar sejalan dengan perubahan lingkungannya.

Dari defenisis perencanaan yang telah dikemukakan diatas memperhatikan rumusan dan tekanan yang berbeda. Yang satu mencari wujud yang akan datang serta usaha untuk mencapainya, yang lain menghilangkan kesenjangan antara keadaan 15

seharusnya dengan keadaan masa mendatang, dan yang satu lagi mengubah keadaan agar sejalan dengan keadaan lingkungan yang juga berubah.

Pada hakikatnya ketiga pengertian perencanaan yang telah dikemukakan diatas pemberi makna sama, yaitu ingin mencari dan mencapai wujud yang akan datang, tetapi defenisi yang pertama dan kedua tidak menyatakan secara eksplesit, bahwa wujud yang dicari itu akibat terjadinya perubahan, termasuk perubahan dalam cita-cita. Perencanaan pada dasarnya adalah merupakan keseluruhan aktifitas yang dilaksanakan dalam upaya pengendalian dan pengarahan sekelompok orang dalam suatu organissasi untuk mencapai tujuan-tujuan yang dicapai. Soedjadi (1989:3) mengenai perencanaan sebagai “proses kegiatan dari seorang pimpinan (manajer) yang harus dilakukan dengan mempergunakan cara-cara pemikiran yang ilmia maupun praktis untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan malalui kerja sama orang-orang lain sebagai sumber tenaga kerja serta memanfaatkan sumber-sumber lainnya dan wakktu yang tersedia untuk itu dengan cara setepat-tepatnya.

Apabila mencermati pebgertian perencanaan diatas, maka dalam suatu perencanaan yang penting diperhatikan adalah: (a) untuk mencapai tujuan dan sasaran rencana dengan memperhatikan sumber-sumber daya dan alternatif yang dipandang terbaik, dalam hal ini yang meminta perhatian adalah perlunya kordinasi antar berbagai kegiatan, penggunaan sumebr-sumber dan penerapan serta penyusunan skala prioritas, (b) Penterjemah dalam program-program kegiatan kongkret, (c) Penetapan jangka waktu pencapaian tujuan/ sasaran.

2. Penggerakan 16

Penggerakan adalah salah satu kegiatan yang dapat dijumpai dalam proses administrasi. Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh The Liang

(1989:210), bahwa pelaksanaan adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, tempat pelaksanaannya, kapan waktu yang akan dimulai dan berakhirnya dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan. Lebih lanjut

Tjokroamudjoyo (1995:98) Mengemukakan bahwa: “Pelaksanaan sebagai proses dapat kita pahami dalam bentuk rangkaian kegaiatan yakni berawal dari kebijaksanaan guna mencapai suatu tujuan maka kebijaksanaan itu diturunkan dalam program proyek”.

Dengan demikian dalam operasional dalam pelaksanaan perlu adanya penyerapan dan fungsi manajemen yakni pelaksanaan kegiatan operasional. Dengan dasar pemahaman bahwa rangkaian tindak lanjut merupakan upaya positif (efektif dan efisien) kearah tujuan akhir. Disamping itu adanya sejumlah unsur yang terlibat dalam pelaksanaan untuk pencapaian dan tujuan menentukan adanya penggerakan kegiatan dalam suatu wadah yang jelas dan sistematis.

3. Pengorganisasian

Menurut Hasibuan (2001:41) “Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menempatkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. 17

Sehubungan dengan pengorganisasian terhadap pengelolaan pemberitaan senantiasa diupayakan untuk mengoptimalkan hubungan antar individu, serta mengupayakan untuk menimbulkan tindakan-tindakan yang efektif agar dapat bekerjasama secara efisien sehingga dapat melaksanakan fungsi dan perannya masing-masing dalam organisasi.

4. Penempatan staf

Penempatan staf pengelolaan informasi pemberitaan merupakan tindak alnjut (follow up) dari hasil seleksi yang telah dilaksanakan sebelumnya perlu memperoleh perhatian, sebab dengan penempatan staf yang layak, maka berbagai hal dapat dipetik oleh organisasi dan staf yang bersangkutan, diantaranya diharapkan dapat bekerja secara produktif, loyal kepada bidang tugasnya serta berperilaku positif.

Dengan perkataan lain, penempatan staf yang sesuai dengan bidang tugas maka staf tersebut akan melaksanakan kewajibannya dengan baik dan memperoleh haknya dengan baik pula. Menurut Zainun (1990:32), agar proses penempatan ini dapat memenuhi kepentingan organisasi dan pegawai yang bersangkutan, harus diperhatikan sebagai berikut: Kepegawaian yang menjadi prinsip penempatan pegawai adalah “right man on the right place doing the right job, in the right time”. Hal demikian ini tidaklah sulit diaplikasikan jika sejak awal telah diantisipasi. Prinsip ini hanya dapat terlaksana bilamana syarat-syarat yang dimiliki manusia sesuai dengan syarat-syarat yang dibutuhkan organisasi.

Koordinasi adalah merupakan salah satu faktor penting yang dapat dilakukan sebagai suatu usaha untuk menserasikan kegiatan dalam organisasi dengan 18

berbagai fungsi untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Koordinasi adalah kegiatan yang meliputi pengaturan hubungan kerjasama dari beberapa instansi/ pejabat yang mempunyai fungsi dan wewenang yang saling berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai untuk menghindari adanya kesimpangsiuran pelaksanaan pekerjaan. Hal ini dimaksudkan adalah agar dapat menciptakan efektifitas dan efisiensi yang sebesar-besarnya antara urusan-urusan yang diselenggarakan oleh orang-orang dalam organisasi yang satu sama lain erat hubungannya dalam rangka tercapainya pelaksanaan rencana dengan tertib, lancar dan baik.

Pengertian koordinasi diperjelas oleh Handayanigrat (1994:88) sebagai berikut: “Koordinasi adalah usaha penyesuaian bagian-bagian yang berbeda-beda agar kegiatan daripada bagian-bagian itu selesai pada waktunya, sehingga masing-masing dapat memberikan sumbangan usaha secara maksimal agar dapat diperoleh hasil secara keseluruhan”.

Pengertian tersebut diatas menunjukan bahwa koordinasi sangat berperan dalam pengelolaan system pemberitaan, karena pada dasarnya pelaksanaan tugas-tugas pokok merupakan suatu kesatuan yang bulat dari berbagai unit kerja yang saling menunjang dan saling berhubungan sehingga pelaksanaan tugas pokok benar-benar efektif dan efesien.

5. Pengawasan

Adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu kegiatan agar dapat dipastikan bahwa rencana-rencana ynag sudah disusun dapat berjalan dengan baik.

Mengenai pengertian pengawasan, Kootz dalam Hasibuan (2001:41) mengemukakan 19

bahwa “pengawasan adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan dapat terselenggara”. Dari pengertian ini maka pengawasan adalah upaya untuk menyelaraskan antara kegiatan dengan rencana-rencana yang sudah disusun sehingga tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan permasalahan dalam kegiatan organisasi.

Mencermati pengertian pengawasan diatas, maka pengawasan adalah tindakan yang bertujuan untuk memastikan apakah sumber daya dalam organisasi baik manusia maupun peralatan (sarana dan prasarana) dapat didayagunakan dengan baik dan sesuai tujuan. Untuk itu, dalam pelaksanaan pegawasan, tindakan yang dilakukan meliputi pengecekan hasil kerja apakah sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya atau tidak. Adanya pengecekan dalam pelaksanaan kegiatan ataupun jika terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam kegiatan organisasi segera dapat diluruskan ataupun dicarikan jalan keluar yang tepat.

Rangkaian dari pada pelaksanaan pengawasan, adalah tindak lanjut, karena setiap prestasi diukur dan dinilai, juga dibandingkan dengan standar-standar yang berlaku dalam organisasi. Jika terdapat kesalahan, kekurangan, dan penyimpangan, maka segera akan dilakukan revisi dan koreksi. Jika pengendalian (control) lemah atau longgar, akan mengakibatkan gagalnya menemukan kelemahan-kelemahan dan penyimpangan-penyimpangan. Dengan demikian, tindakan pengendalian (controlling) dapat dilakukan untuk mengantisipasi apabila terjadi kelemahan dan kepincangan dalam organisasi melalui: (1) Mengubah rencana, yaitu meninjau kembali, dan 20

mencocokan kembali semua tingkah laku dengan kebijakan dan perencanaan semula.

Kalau perlu diadakan perubahan, (2) Mengadakan organisasi dengan jalan mengubah relasi antara aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan, tenaga personil, dan faktor- faktor fisik agar tercapai satu keseimbangan rill, dan organisasi dapat berjalab dengan lancar, (3) Mengubah fungsi kepemimpinan dengan jalan mengganti anggota-anggota staf pimpinan, menambah atau mengurangi ketatnya pengawasan dan mengubah pola komunikasi.

Kegiatan pengawasan dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Pelaporan

Laporan yang didalam bahasa inggris disebut “report” berasal dari bahasa

Latin “Portare” yang berarti “membawa atau menyampaikan informasi”. Sedangkan pengertian laporan dikemukakan oleh Naba (1998:1) adalah: Laporan adalah suatu proses penyampaian informasi keterangan dari seorang pejabat atau petugas kepada pejabat yang berwenang menerimanya. Setiap wujud pemberian keterangan yang diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang, baik sebagai atasan maupun sebagai bawahan kepada yang berwenang menerima keterangan itu.

Menurut Joeliarto Dkk (1995:5) defenisi laporan pada hakekatnya dapat dikembangkan dengan melalui pertanyaan 5W+1H sebagai berikut:

1. Apa (what) apa yang telah terjadi pada suatu unit organisasi?

2. Dimana (where) telah terjadi?

3. Kapan (when) telah terjadi?

4. Mengapa (why) hal itu terjadi? 21

5. Siapa (who) yang bertanggung jawab atas kejadian itu?

6. Bagaimana (how) akibat kejadian tersebut?

Dengan demikian suatu laporan dapat dikatakan lengkap/ sempurna apabila terdapat unsur-unsur yang terdiri dari enam kunci (5W+1H) tersebut, karena keenam unsur ini tidak dapat terpisahkan dan saling berhubungan untuk membentuk suatu laporan. Berdasarkan pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan merupakan keterangan tertulis atau tidak tertulis yang secara resmi disampaikan oleh seorang pejabat/ petugas pelaksana rehabilitasi hutan mangrove kepada atasannya yang disampaikan oleh seorang untuk mengambil tindakan atau langkah-langkah lebih lanjut atas suatu pemberitahuan resmi dari seorang pejabat lain yang berwenang untuk mengambil tindakan atas laporan yang diterima.

Berdasarkan uraian di atas, maka maksud dan tujuan dari suatu laporan adalah sebagai berikut.

1. Merupakan tanggung jawab dari wewenang yang dilimpahkan pada seorang petugas/ pejabat.

2. Untuk mengetahui sejauhmana kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan

berdasarkan program yang ditetapkan semula.

3. Untuk dijadikan bahan pengambilan keputusan dan langkah-langkah lain terhadap

sesuatu masalah yang sedang dihadapi.

4. Untuk bahan penyusunan suatu perencanaan dan program kerja yang baru.

5. Merupakan alat pengawasan bagi setiap pimpinan atau pejabat yang berwenang. b. Evaluasi 22

Salah satu yang mempertahankan konsep evaluasi sebagai fungsi organik manajemen dan administrasi Siagian (1994:141) “evaluasi atau penilaian adalah fungsi dari administrasi dan manajemen yang terakhir”. Selanjutnya Siagian

(1994:141) mendefinisikan evaluasi sebagai “proses pengukuran dan perbandingan dari pada hasil-hasil pekerjaan yang nyatanya dicapai dengan hasil yang seharusnya dicapai”.

Dari kedua pernyataan tersebut diatas, terdapat tiga faktor penting yang terkandung dalam pengertian evaluasi, yaitu.

1. Evaluasi penilaian merupakan fungsi organik karena pelaksanaan fungsi tersebut

turut menekankan mati hidupnya suatu organisasi.

2. Penilaian adalah suatu proses yang berarti bahwa penilaian merupakan kegiatan

yang terus menerus dilakukan oleh administrasi dan manajemen.

3. Penilaian menunjukkan jurang pemisah antara hasil pelaksanaan yang

sesungguhnya dicapai dengan hasil yang seharusnya dicapai.

Sedangkan Aji dan Sirat (1990:30), mengemukakan definisi evaluasi sebagai berikut: Evluasi sebagai salah satu fungsi manajemen berurusan dan berusaha untuk mempertanyakan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu rencana sehingga mengukur seobyektif mungkin hasil-hasil dari pelaksanaan itu dengan ukuran-ukuran yang dapat diterima pihak-pihak yang mendukung maupun yang tidak mendukung sesuatu rencana.

Dengan demikian, intinya evaluasi digunakan untuk menunjukkan tahap- tahap kegiatan yang dibagi menjadi tiga kategori meliputi: 23

a. Evaluasi pada tahap perencanaan

Dalam tahap perencanaan, evaluasi merupakan kegiatan dalam rangka memilih dan menentukan berbagai alterntif dan kemungkinan terhadap cara untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Kegiatan evaluasi pada tahap ini adalah penyiapan kegiatan dalam rangka pelaksanaan program yang diorientasikan pada tujuan akhir dari program tersebut. b. Evaluasi pada tahap pelaksanaan

Pada tahap ini, evaluasi adalah tindakan analisis untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana.

Evaluasi disini berbeda dengan monitoring atau pengendalian, karena monitoring melihat apakah pelaksanaan sudah sesuai dengan rencana dan rencana tersebut sudah tepat untuk mencapai tujuan.

Sebaliknya evaluasi melihat sejauh mana kegiatan, pelaksanaan program masih tetap dapat mencapai tujuannya. c. Evaluasi pada tahap purna pelaksanaan

Pada tahap purna pelaksanaan, evaluasi dilaksanakan mengandung makna penilaian hasil pelaksanaan kegiatan dibanding dengan rencana, yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan tersebut sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Uraian di atas menggambarkan bahwa ada hubungan antara evaluasi dan rencana, karena evaluasi yang baik dapat dilaksanakan hanya apabila didasarkan pada 24

rencana yang baik pula, sebaliknya rencana yang baik tidak dapat diciptakan apabila tidak didasarkan umpan balik yang dihasilkan oleh evaluasi yang baik.

25

Kerangka Pikir Penelitian:

PERENCANAAN

- Penyusunan Program - Penjadwalan

Kegiatan - Penganggaran

PELAKSANAAN

- Pengetahuan Topik PROGRAM BERITA PENGELOLAAN Liputan

INFORMASI BERITA - Pengumpulan Hasil - Isi dan Liputan Materi - Koordinasi Liputan Berita

PENGAWASAN

- Evaluasi - Pelaporan

AKTOR YANG BERPENGARUH

- Kualitas SDM - Sarana

26

E. Metode Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kota makassar yaitu pada Radio Republik

Indonesia RRI Makassar yang terletak di Jl. Riburane No. 23 Makassar. b. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama dua bulan yaitu pada bulan

Januari-Februari 2013. c. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini menggunakan tipe deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian untuk menggambarkan dan melukiskan secara tetap dan cermat mengenai pengelolaan informasi berita dalam peningkatan kinerja reporter pada RRI Makassar. d. Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh melalui observasi dengan melakukan pengamatan di tempat penelitian dan wawancara dengan informan yang telah ditetapkan untuk mengumpulkan informasi yang telah ditetapkan. Untuk mengumpulkan informasi atau data sebanyak mungkin yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu kegiatan dengan mengumpulkan sejumlah dokumen maupun buku-buku bacaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 27

e. Informan

Yang merupakan informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dianggap berkompeten, yang dipilih berdasarkan tugas dan fungsinya dalam mengolah pemberitaan yang bertitik beratnya pada mereka yang memiliki kapasitas dalam pelaksanaan informasi berita.

Adapun informan tersebut adalah:

1. Kepala RRI Makassar

2. Devisi Pemberitaan f. Teknik Analisis Data

Karena pemikiran ini bersifat deskriptif, maka teknik analisa data yang dianggap relevan adalah kualitatif yaitu mengadakan analisa secara induktif dan bersifat deskriptif kualitatif yaitu menguraikan data yang ditemui dilapangan untuk memberikan gambaran tentang permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian.

28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi dan Fungsi Radio a. Defenisi Radio

Radio merupakan media auditif (hanya bisa didengar), tetapi murah, merakyat dan bisa dibawa atau didengarkan dimana-mana. Radio berfungsi sebagai media ekspresi/komunikasi, informasi, pendidikan dan hiburan. Radio memiliki kekuatan terbesar sebagai media imajinasi, sebab sebagai media yang buta, radio menstimulasi begitu banyak suara, dan berupaya menvisualisasikan suara penyiar ataupun informasi faktual melalui telinga pendengarnya.

Siaran radio dengan karakter proses produksi siaran yang pendek atau tidak serumit dan sepanjang media cetak, membuat jurnalisme radio paling depan dalam kecepatan distribusi informasinya. Radio disebut-sebut sebagai “bisnis detik”, artinya apa yang terjadi detik ini radio mampu menyiarkannya pada menit yang sama.

Perkembangan teknologi telekomunikasi seperti perangkat satelit dan seluler semakinmemudahkan radio menampilkan kecepatannya menyiarkan informasi.

Sehingga selayaknya seluruh personil siaran yang berhubungan dengan pemberitaan memahami inilah keunggulan radio dibandingkan media lainnya. b. Fungsi Radio

Didalam proses komunikasi sosial, peran ideal radio sebagai media publik adalah mewadahi sebanyak mungkin kebutuhan dan kepentingan pendengarnya. Ada tiga bentuk kebutuhan, yaitu informasi, pendidikan, dan hiburan. Tidak terpenuhinya 29

salah satu kebutuhan tersebut akan membuat radio kehilangan fungsi sosial, kehilangan pendengar dan pada akhirnya akan digugat masyarakat sebab berguna bagi mereka. Para insan radio dewasa ini sadar betul bahwa fungsi sosial mereka sedang disorot. Program hiburan sebagai primadona harus dikaji ulang kembali, guna disinergikan dengan program informasi, sekecil apapun persentasinya.

Konsep acara infotaiment menjadi jawaban awal terhadap upaya kolaborasi musik sebagai simbol program hiburan dengan berita sebagai simbol informasi pendidikan. Hanya saja, pendengar dan juga insan radio sendiri tentu tidak pernah merasa puas jika hanya berhenti sampai disitu. Apalagi jika idealismenya tidak tersalurkan secara maksimal pada satu bentuk program saja. Ada beberapa tingkatan peran sosial yang diemban radio dalam kapasitasnya sebagai media publik, atau yang dikenal dalam konsep radio for society.

Pertama, radio sebagai media penyampaian informasi dari satu pihak kepihak lain. Kedua, radio sebagai sarana mobilisasi pendapat publik untuk mempengaruhi kebijakan. Ketiga, radio sebagai sarana untuk mempertemukan dua pendapat berbeda/ diskusi untuk mencari solusi bersama yang saling menguntungkan.

Keempat, radio sebagai sarana untuk mengikat kebersamaan dalam semangat kemanusiaan dan kejujuran. Beberapa fungsi tersebut biasa diemban sekaligus, tetapi ada kalanya hanya salah satu saja. Yang penting adalah konsistensi dan optimalisasi pada satu peran.

B. Pengelolaan Informasi dan Fungsi Berita 30

Pengelolaan informasi adalah merupakan bagian dari system informasi manajemen. Dengan demikian sebuah system pengolahan informasi yang dapat disebut sebagai SIM bila disertai suatu data-data sederhana, kemampuan menemukan kembali dari satu atau dua model perencanaan atau keputusan.

Berita berasal dari bahasa sansakerta, yakni “Vritt” yang dalam bahasa inggris disebut “Write”, arti sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sampai saat ini masih sulit dicari satu definisi berita secara pasti. Spencer (Djuroto, 2000:47)

Mendefinisikan berita sebagai kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagaian besar pendengar.

Dalam pemahaman modern, pendengar radio bukan lagi objek yang menggunakan telinga untuk menyimak sebuah acara. Mereka juga menggunakan nalar pikiran sekaligus empati, sehingga membentuk sikap kritis. Jika program yang ditayangkan radio tidak sesuai maka sikap mereka tidak sekedar memindahkan channel atau gelombang ke stasiun lain, tetapi mereka akan bersikap antipati terhadap stasiun yang dinilai mengecewakan.

C. Defenisi Berita Radio

Radio merupakan media auditif (hanya bisa didengar), tetapi murah merakyat, dan bisa dibawa atau didengarkan dimana-mana. Radio berfungsi sebagai media ekspresi, komunikasi, informasi, pendidikan dan hiburan. Radio memiliki kekuatan terbesar sebagai media imajinasi, sebab sebagai media yang buta, radio menstimulasi begitu banyak suara dan berupaya menvisualisasikan suara penyiar ataupun informasi faktual melalui telinga pendengar. 31

Jurnalistik adalah segala hal yang menyangkut proses perencanaan, meliputi memproduksi, dan melaporkan sebuah fakta menjadi berita. Jika dalam media cetak pengertian berita adalah peristiwa yang diulangi, maka dalam radio berita adalah peristiwa yang komunikasikan kepada pendengar pada saat yang bersamaan dengan peristiwanya.

Sebetulnya belum ada defenisi yang sangat tepat untuk menggantikan istilah Radio News, kecuali kesepakatan bahwa news is big business. Sebagai bahan perbandingan, ada beberapa pendapat pakar radio yang bisa diacu, yaitu:

1. Paul d. Maessenner, dalam bukunya Here‟s The News.

News adalah sebuah informasi yang baru tentang suatu peristiwa yang penting dan menarik perhatian serta minat pendengar. Berita radio dapat pula berarti: apa yang terjadi saat ini, apa yang segera terjadi, dan apa yang akan terjadi.

2. Prof. Mitchel V. Charnley, dalam bukunya Reporting.

News adalah laporan tentang fakta atau opini yang menarik perhatian dan penting, yang dibutuhkan sekelompok masyarakat.

Dari beberapa literatur diatas dapat dikatakan bahwa defenisi berita radio adalah suatu sajian laporan berupa fakta dan opini, yang mempunyai nilai berita, penting dan menarik bagi sebanyak mungkin orang, dan disiarkan melalui media radio secara berkala. Berita radio menjawab persoalan apa yang terjadi dan bagaimana peristiwa tersebut berlangsung.

D. Karakter Berita Radio 32

Berdasarkan definisi berita radio, maka karakter berita radio dapat ditentukan sebagai berikut:

1. Segera dan cepat

Laporan peristiwa atau opini diradio harus sesegera mungkin dilakukan untuk

mencapai kepuasan pendengar dan mengoptimalkan sifat kesegeraannya sebagai

kekuatan radio.

2. Aktual dan faktual

Berita radio adalah hasil liputan peristiwa atau opini yang segar dan akurat sesuai

fakta, yang sebelumnya tidak diketahui oleh khalayak. Opini terkait dengan upaya

pendalaman liputan (investigasi) atas suatu data atau peristiwa.

3. Penting bagi masyarakat luas

Harus ada keterkaitan dengan nilai berita (news value) yang berlaku dalam

pengertian jurnalistik secara umum, guna memenuhi kepentingan masyarakat.

Lebih lanjut soal nilai berita akan dibahas dalam bab tersendiri.

4. Relevan dan berdampak luas

Masyarakat selaku pendengar merasa membutuhkannya dan akan mendapat

manfaat optimal dari berita radio, yaitu pengetahuan, pengertian dan kemampuan

bersikap atau mengambil keputusan tertentu, sebagai respons atas sebuah berita.

E. Bentuk Berita Radio

Bentuk berita yang lazim diradio:

1. Berita tulis (writing news/ adlibs/ spot news), yaitu berita pendek yangbersumber

dari media lain atau ditulis ulang. Bisa pula berupa liputan reporter yang teksnya 33

diolah kembali distudio. Keterangan yang lebih lengkap akan diuraikan dalam sub

bab tersendiri.

2. Berita bersisipan (news with insert), yaitu berita yang dilengkapi atau di-mix

dengan sisipan suara narasumber.

3. News feature, yaitu berita yang disajikan melalui laporan langsung reporter via

telepon.

4. Phone in news, yaitu berita yang disajikan melalui laporan langsung reporter via

telepon.

5. Buletin berita (news Bulletin), yaitu gabungan beberapa berita pendek yang

disajikan dalam satu blok waktu.

6. Jurnalisme interaktif (news interview), yaitu berita yang bersumber pada besar

kemungkinan keterlibatan khalayak, misalnya wawancara masyarakat lewat

telephone, vox-pops, atau berita yang menempatkan masyarakat sebagai subjek

pelapor (reporter dadakan), baik mereka sebagai pelaku maupun sekedar saksi

mata kejadian.

Dari segi waktu penayangan dan kekuatan materi berita yang disampaikan kepada pendengar, berita radio dapat menjadi tiga:

1. Hard news, yaitu berita actual yang baru saja terjadi atau laporan langsung saat

peristiwa tersebut terjadi. Hard news bertutur tentang konflik yang menyentuh

emosi tinggi seperti peperangan, kerusuhan, pergantian mendadak seorang tokoh

public. 34

2. Soft news, yaitu berita lanjutan yang lebih bersifat laporan peristiwa tanpa terikat

waktu, lebih menekankan pada aspek human interest, perilaku, dan tempat-tempat

yang bisa mempengaruhi banyak orang. Soft news dapat berisi berita peristiwa

rutin, seperti informasi pembangunan, seminar, ritual budaya dan pelantikan

pejabat.

3. Indept News, yaitu berita mendalam (lebih dari sekadar paparan fakta permukaan),

biasanya dikemas dalam format feature, tetapi bisa pula dalam berita sisipan,

dengan syarat, penekanan isinya terletak pada proses pendalaman kasus atau

peninjauan aspek lain dalam suatu peristiwa.

Karena sifatnya yang berkesinambungan, radio dikenal pula istilah continuous news/ upndeting news, yaitu suatu topic berita yang disiarkan beberapa kali dalam satu hari, bahkan dalam satu minggu. Berita itu dihadirkan untuk mengetahui perkembangan kasus yang terjadi, detik demi detik, mengikuti proses aktivitas reporter yang bertugas dilapangan.

Dari berbagai bentuk tersebut, bentuk dasar berita radio yang mudah dan sering dipergunakan adalah berita tulis dan atau berita bersisipan. Untuk 1 audio jurnalistik pemula, format berita tulis harus dikuasai sebagai modal awal agar bisa berlanjut ke format berikutnya, seperti news feature atau news interview.

Sebelum beranjak ke bentuk berita bersisipan, maka berita tulis harus dikuasai dulu. Sebab bentuk berita bersisipan memerlukan pengetahuan proses wawancara lapangan, penyuntingan dan mixxing (pengetahuan materi berita) di 35

studio. Atas pertimbangan ini pula, maka buku ini selanjutnya memfokuskan pada pembahasan tentang berita tulis dan berita bersisipan.

F. Berita Tulis dan Sisipan

Dalam bahasa lugas, writing news diartikan sebagai berita tulis, sedangkan news with insert disebut berita bersisipan.

Berita tulis adalah berita radio yang telah ditulis ulang dan melalui proses penyuntingan dari sumber aslinya, baik berupa hasil reportase maupun kutipan dari media massa lain sebelum diudarakan oleh penyiar.

Bentuk berita ini sering juga disebut dengan adlibs (ad libitum), sebab penyampaian laporan itu menghendaki adanya penuturan secara bebas, spontan dengan improvisasi yang tinggi, tanpa mengurangi substansi informasi yang disampaikan.

Ada beberapa istilah lain untuk berita tulis, yaitu: (1) spot news, berita pendek yang memberikan informasi kejadian secara cepat, (2) stop press atau news break, yang disajikan setiap jam bahkan tiap 15 menit. Kedua jenis berita tersebut sebetulnya lebih dikenal dalam jurnalisme televisi.

Di dalam kaidah jurnalistik umum, berita tulis ini dimasukkan kedalam kategori staraight news, yaitu berita pendek berdurasi antara 30 sampai 60 detik per item berita, dengan penekanan pada aktualitas dan kecepatan penyampaiannya.

Berita tulis mempunyai pengertian yang sama dengan berita bersisipan.

Perbedaannya, berita bersisipan menyertakan sisipan pernyataan asli narasumber 36

(actuality voice) di sela-sela teks yang disampaikan penyiar atau reporter. Durasinya sedikit lebih panjang, maksimal 2,5 Menit.

Pada dasarnya tidak ada ketetapan mengenai durasi ideal berita. Prinsipnya adalah sependek mungkin, asal sudah memenuhi unsur kelayakan informasi dengan memakai rumus 5W+1H, yaitu what, when, why, who, dan how.

Satu berita rata-rata ditulis 10 hingga 15 baris teks. Jika menggunakan sisipan, tak lebih dari 20 detik. Menurut Theo Stokkink, dalam buku penyiar radio profesional, untuk menyimak bahasa lisan dari sebuah laporan atau pesan, daya tahan pendengar tidak lebih dari dua atau tiga menit. Apabila lebih panjang dari itu, pendengar tidak akan memperhatikannya.

Alasan suatu berita radio perlu ditulis terlebih dahulu adalah agar:

1. Menjamin akurasi berita, terutama yang menyangkut data-data.

2. Naskah tulis bisa menjadi jaring pengaman (safety net) dari dampak negatif yang

timbul setelah berita disiarkan.

3. Dapat dikoreksi jika terjadi kekurangan informasi.

4. Naskah dapat dijadikan sebagai penata alur pikir yang logis dan menuntun alur

tuturan.

5. Memberi pemahaman dan interpretasi yang baik terhadap naskah tulis akan

melahirkan gaya tuturan yang menarik.

6. Naskah menjadi dokumentasi dan arsip penting untuk updating news.

Bentuk berita tulis maupun berita bersisipan setara pentingnya bagi radio.

Penayangannya tergantung pada waktu yang tersedia dan kebijakan redaksi masing- 37

masing radio. Keduanya saling mendukung dan melengkapi penyampaian fakta, yang pada akhirnya akan memperkuat kredibilitas suatu radio.

G. Menulis Berita dari Media Lain (Re-Write/ Secondary News)

Transisi dari radio hiburan (musik) ke radio informasi (berita) membuat radio harus melakukan adaptasi bertahap (gradual), sambil mempersiapkan SDM, peralatan, dan investasi dana untuk membangun institusi pemberitaan. Jenis berita yang bersifat secondary news atau straight news yang sumbernya ditulis ulang dari media lain, menjadi pilihan favorit. Selain mudah dari segi penyediaan sumber berita,

SDM yang terlibat juga relatif tidak membutuhkan pengetahuan jurnalistik yang rumit.

Meskipun telah disadari pilihan jenis berita itu mengandung kontroversi bahkan kritik tajam karena tidak aktual, namun jenis berita itu justru tetap dan masih akan berkembang dalam dunia radio. Terutama radio yang akan menerapkan fill news selama 24 jam. Masalahnya tinggal bagaimana menyiasati data dari media lain, agar tidak kentara sekedar mengutip, tetap menjaga “aktualitas”, dan tidak terejebak menjadi corong media lain, ketika menyampaikan berita yang sama di radio. Oleh karena itu, diperlukan strategi menulis berita, antara lain sebagai berikut:

1. Menyeleksi bahan berita yang layak untuk ditulis ulang menjadi berita radio.

Kelayakan ini dapat diukur menurut nilai nilai berita yang lazim, seperti lokalitas,

besaran kasus, unsur kemanusiaan.

2. Membaca bahan berita secara utuh dari awal hingga akhir. Membaca utuh ini

dimaksudkan untuk memahami keseluruhan materi bahan berita, dan mencari 38

sudut pandang (angle) baru/ alternatif dimulai angle yang sudah dimunculkan

media lain.

3. Tidak bersikap memihak dan atau terpengaruh terhadap judul berita dan kepala

berita, (lead) yang sudah muncul Zii media lain. Sikap ini untuk menghindari radio

dari sekedar menjadi corong lanjutan atau promosi berita media lain, sehingga

terdengar “basi” bagi pendengar.

4. Melakukan pemilihan dan analisis fakta-fakta yang ada dalam bahan berita media

lain. Pemilihan dilakukan dengan menggunakan metode 5W+1H. Contoh, harian

BERNAS menurunkan berita berjudul: Tiga Fasilitas Publik di Yogya,

Diteror Bom. Di dalam lead dan penjelasan berita, BERNAS menurunkan

informasi tiga lokasi teror bom, masing-masing rumah sakit Bethesda Yogya,

Pusat pendidikan Multimedia MMTC, dan kawasan perumahan elit Godean

Yogya. Ketiga lokasi mendapat penjelasan proses dan dugaan pelakuk serta

temuan bukti polisi secara cukup lengkap. Untuk kebutuhan berita radio, maka

pemilihan dilakukan dengan metode W (Where=lokasi/tempat), sehingga

ditemukan tiga lokasi yang berbeda dan dengan demikian ada tiga bahan berita

yang menarik untuk diolah kembali. Dengan mempertimbangkan nilai

kemanusiaan dari bahan berita itu, maka berita soal teror bom di Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta paling menarik untuk disiarkan, dibandingkan dua berita

teror di dua lokasi lainnya. Analis serupa juga bisa dilakukan dengan metode W

(What=apa), dan seterusnya. 39

5. Memperhatikan kaidah baku straight news dalam penulisan berita, dan mentaati

etika untuk selalu menyebutkan sumber berita yang dikutip, sehingga pendengar

lebih yakin kebenarannya.

Beberapa radio swasta secara khusus merekrut SDM yang disebut script writer, antara lain untuk mengolah paket-paket berita radio yang diambil dari sumber media lain, baik media cetak (koran, majalah, jurnal), maupun media online

(Detik.com, Astaga.com), dan media luar negeri (CNN dan ABC) setiap saat, setiap hari. Mereka bekerja secara fulltime di ruangan khusus pemberitaan.

H. Struktur Berita Radio

Sebagaimana struktur berita pada umumnya, maka berita radio terutama untuk jenis berita tulis dan berita bersisipan juga menggunakan kaidah Piramida

Terbalik atau gaya Wortel. Tujuannya adalah untuk (1) menarik perhatian pendengar sedan awal, (2) menekankan informasi yang cepat dan ringkas, mengingat syarat- syarat suatu berita yang harus bersifat selintas dan fokus tanpa menyampingkan aspek

5W+1H.

Secara teknis, tujuan penggunaan Piramida Terbalik adalah:

1. Memudahkan pendengar yang sempit waktunya, sehingga dengan menyimak lead

in-nya saja sudah bisa mengetahui inti berita/ peristiwa yang disampaikan.

2. Menentukan proses penyuntingan berita karena keterbatasan waktu siar. Bagian-

bagian lanjutan setelah lead in bisa dipotong tanpa mengorbankan data peristiwa

yang penting, dan 40

3. Peristiwa 3aliran berita menjadi sangat informatif, tidak bertele-tele, fokus, dan

langsung pada inti peristiwa.

Urutan penyajian berita adalah:

1. Lead in, peristiwa 1, fakta berita yang paling penting (siapa, apa, dimana, kapan),

2. Peristiwa 2, kronologi yang tidak begitu penting dari peristiwa 1 (bagaimana,

kenapa), dan

3. Peristiwa 3, gabungan ulang fakta terpenting dan kronologi, lead out

(menyebutkan konteks peristiwa lain dengan data, waktu, tokoh, atau peristiwa

penting sebelumnya).

Kebalikannya adalah konsep piramida tegak. Biasanya dipakai untuk format feature. Alurnya bersifat kronologis mulai dari introduksi, penyajian fakta/ pokok masalah, dan diakhiri dengan klimaks/ kesimpulan. Dalam featurs, lead disebar di awal, tengah, dan akhir paket. Tidak selalu semua unsur 5W+1H terkandung dalam struktur berita pendek di radio. Kelengkapan itu biasanya dimunculkan pada berita lanjutan di waktu penyiaran terpisah.

I. Sumber-Sumber Berita Radio

Pada dasarnya, siapa pun dan dimana pun dapat menjadi dan terdapat sumber-sumber berita. Persoalannya adalah hanya pada kelayakan dari seni nilai berita dan cara memperolehnya.

Secara umum, sumber berita dapat dibagi dua: 41

1. Primer/ langsung (getting), dengan menerjunkan reporter untuk meliput sebuah

peristiwa dilapangan. Panggilan berita dilakukan dengan wawancara dan atau

laporan pandangan mata.

2. Sekunder/ tidak langsung (news room), antara lain dapat dikutip dari: (a) media

cetak (koran, tabloid, majalah), (b) media elektronik (televisi, internet), (c) siaran

pers pemerintah/ swasta, (d) network/ jaringan dengan kantor berita, (e)

pendengar.

Selain pencarian sumber secara konvensional di atas, reporter diharapkan mempunyai agenda harian, yang mencakup:

1. Catatan nomor telepon narasumber penting.

2. Alamat kontak kantor berita wartawan.

3. Alamat lengkap pos liputan penting, dan

4. Alamat untuk merujuk berbagai data pustaka pendukung materi berita yang akan

disiarkan. Hal ini diperlukan jika tersedia referensi yang menandai di studio.

Bagaimana menyeleksi sumber berita? Jika sumber diperoleh dengan secara langsung di lapangan, maka dengan mudah reporter dapat menyeleksi jawaban penting sesuai pertanyaan yang diajukan ke narasumber. Berdasarkan nilai berita yang diangkat, maka reporter tinggal mengambil pernyataan atau suasana peristiwa yang terpenting. Bahkan untuk mengantisipasi kesulitan seleksi, sejak awal perencanaan wawancara, reporter sudah menyiapkan pertanyaan kunci, guna memperoleh jawaban yang akan di jadikan sisipan. 42

Untuk menyeleksi berita dari koran, majalah, wawancara tidak terencana dan sumber sekunder lainnya, diperlukan beberapa tahapan:

1. Membaca seluruh materi berita yang tersedia, tanpa terpengaruh oleh judul berita.

Sebab bisa jadi dalam satu berita koran atau majalah, terdapat banyak angle yang

menarik. Tidak semua angle menarik berada di paragrtaf awal, kadang justru di

bagian akhir berita.

2. Memilih angle (inti persoalan) atau pernyataan narasumber berdasarkan kriteria

kelayakan berita (lihat: Kelayakan Isi Berita Radio).

3. Memilih pernyataan atau sumber suara yang paling mewakili fakta paling lengkap

di 5W+1H dan teknis auditif, kualitas rekamannya paling baik (jika dalam bentuk

audio).

4. Untuk mengedepankan lokalitas, pilihan berita yang mengandung muatan lokal

paling tinggi, atau yang berkaitan dengan kepentingan mayoritas pandengar lokal.

Biasanya berita jenis ini terdapat di halaman daerah untuk koran nasional. Yang

pasti, unsur aktualitas tetap harus diperhatikan, dengan melihat tanggal penerbitan

media sumber. Sebab hal itu dapat untuk mengetahui apakah mayoritas pendengar

radio sudah membaca beritanya atau belum.

J. Kelayakan Isi Berita Radio

Seorang reporter selalu menganggap semua peristiwa bisa dijadikan berita.

Akan tetapi, di telinga pendengar, tidak semua berita bisa dianggap penting. Reporter atau redaktur harus memiliki kepekaan yang tinggi untuk menilai kelayakan sebuah 43

peristiwa. Untuk mengukur layak atau tidaknya suatu peristiwa, perlu diadakan penilaian sebelum berita tersebut disiarkan.

Meskipun penilaian itu bersifat relatif, secara umum ada sejumlah kaidah jurnalistik yang patut dipertimbangkan, yaitu:

1. Aktualitas/ timelines

Radio dianggap sebagai media paling unggul dalam kecepatan waktu penayangan

berita. Oleh karena itu, aktualitas menjadi nilai berita utama yang harus dijaga.

2. Kedekatan/ proximity

Kedekatan secara emosi dan fisik akan membuat sebuah berita menarik perhatian

pendengar. Berita kecil di lokasi yang terdekat dengan pendengar, lebih berarti

dari berita besar yang lokasinya sangat jauh dengan mereka.

3. Tokoh publik/ prominence

Peristiwa di seputar tokoh idola, panutan dan pemimpin masyarakat selalu menarik

pendengar, karena dengan ketokohannya mereka telah menjadi milik publik.

4. Konflik/ conflict

Kontroversi antar tokoh, polemik seputar masalah, atau keputusan tertentu yang

mempengaruhi publik, peristiwa perang, bentrokan, dan perdebatan sengit, pasti

menarik disiarkan, termasuk peristiwa kriminalitas.

5. Kemanusiaan/ human interest

Berita-berita yang menyentuh rasa kemanusiaan seperti masalah pengungsi dan

kelaparan, sangat bernilai untuk semua orang. Selain dapat menggugah empati,

juga membangun sikap simpatik pendengar. 44

6. Sensasional/ unique

Keanehan, keganjilan dan hal-hal yang spektakuler dalam kehidupan manusia,

selain memiliki unsur hiburan, juga dapat memberikan dorongan prestasi sekaligus

penyadaran terhadap dinamika kehidupan pendengar.

7. Besaran kasus/ magnitude

Jumlah korban jiwa atau kerugian yang besar dalam sebuah peristiwa selalu

menjadi perhatian masyarakat. Apalagi jika peristiwa tersebut berhubungan

dengan masalah ekonomi. Misalnya, tindak korupsi milyaran rupiah, kenaikan

harga-harga sembako, dan tarif angkutan yang melambung tinggi.

Secara khusus, berita radio mempertimbangkan kelayakan peristiwa dari segi kepentingan individual atau selera segmen radio yang dituju. Misalnya, radio yang bersegmen pendengar intelektual, tentu memerlukan berita yang berhubungan langsung dengan mereka, seperti perkembangan ilmu pengetahuan atau dampak situasi politik terhadap dunia pendidikan.

Penilaian layak atau tidaknya suatu peristiwa menjadi berita dilakukan pada saat perencanaan liputan berdasarkan data awal yang tersedia. Kadang kala keputusan diambil pada saat repoter sudah berada di lapangan, setelah mereka mengamati peristiwa yang sedang berlangsung. Proses ini disebut dengan news adjusment.

Terkadang suatu peristiwa terlihat tidak penting, namun dalam perkembangannya lebih lanjut, peristiwa tersebut menjadi berita yang ramai dibincangkan orang. Jika hal itu terjadi, harus segera diadakan peliputan. 45

Kelayakan sebuah berita harus disesuaikan dengan karakter radio yang bersangkutan. Dalam terminologi radio dikenal istilah format stasiun, yaitu orientasi program stasiun radio yang mengacu kepada kelompok pendengar tertentu atau permasalahan dasar tertentu.

Ada beberapa macam format stasiun, di antaranya intellectual radio, female station, dan youngster‟s radio. Pertimbangan pokok dalam memilih bidang pemberitaan lebih banyak ditentukan oleh tujuan media (media outlook), pendengar

(segmentasi), dan kondisi pasar (audience marketing sizes).

Dalam mengangkat suatu peristiwa menjadi berita, ada empat masalah pokok atau bidang utama, yaitu:

1. Ekonomi, meliputi masalah perdagangan, perbankan, industri, pasar.

2. Politik, meliputi birokrasi, parlemen, eksekutif, partai, demonstrasi.

3. Hukum, meliputi pengadilan, perceraian, HAM.

4. Sosial budaya, meliputi peristiwa alam, kesenian, olah raga, prestasi, dan segala

hal yang berdimensi human interest.

Permasalahan yang mendalam atas keempat pokok pemberitaan tersebut, menjadi modal dasar seorang reporter radio. Misalnya, apabila akan memasuki radio dengan format berita bisnis (business radio). Maka persoalan ekonomi harus ia kuasai sepenuhnya. Demikian pula jika menfokuskan diri pada pemberitaan politik, maka pemahaman persoalan politik menjadi syarat utama seorang reporter agar dapat bekerja di sana. 46

Ditinjau dari aspek segmentasi (sasaran pendengar), kelayakan berita harus mengacu pada faktor geografis, sosiografis dan psikografis.

1. Geografis

Kedekatan lokasi radio dengan pendengar, pembagian wilayah pendengar menurut

kota, desa, dan kawasan transisi (untuk kaum penglaju (commuter), atau mereka

yang memiliki mobilitas tinggi) akan menentukan jenis dan gaya penyampaian

berita. Reporter harus jeli membedakan karakter perilaku antara pendengar

pedesaan dan perkotaan.

2. Sosiografis

Berdasarkan status sosialnya, masyarakat bisa dibedakan menurut kelas ekonomi,

pendidikan, kelompok mayoritas yang berkuasa di suatu wilayah, dan mereka yang

menjadi rakyat biasa. Kebutuhan dan kelayakan informasi pada masing-masing

kelompok atau kelas sosial tersebut jelas berbeda.

3. Psikografis

Budaya dengar dan baca akan berpengaruh terhadap rutinitas mendengar jenis

informasi tertentu. Masyarakat tradisional kurang menyukai hal baru, sebaliknya,

masyarakat modern sangat menyukai tantangan. Berita seputar prestasi spektakuler

dan berbagai gejala perubahan dunia cenderung disukai masyarakat modern

perkotaan. Sementara masyarakat tradisional lebih menyukai berita yang bersifat

kriminal. Dari segi bahasa tutur, generasi tua lebih menyukai gaya serius dan data,

sedangkan generasi muda lebih menyukai bahasa yang vulgar dan bernuansa

bombastis (membesar-besarkan). 47

K. Observasi dan Mengenal Fakta

Melakukan liputan secara profesional merupakan bentuk yang hampir mirip dengan riset ilmiah. Ada sejumlah rumusan prosedur serta etika baku yang harus dipenuhi. Salah satu tahap yang penting dan krusial dalam proses peliputan sebagaimana halnya riset adalah observasi atau mengenal fakta (realita).

Mencari dan mengumpulkan fakta dari suatu objek nyata adalah kegiatan pokok jurnalistik. Keterampilan menulis berita tidak ada artinya tanpa kelihaian melakukan observasi untuk menemukan suatu fakta. Hasil akhir observasi adalah menemukan atmosfir dan pernyalaan yang paling relevan aktual, agar layak dimuat dalam rangkaian penyiaran berita di radio.

Contoh berikut menggambarkan pentingnya observasi bagi seorang reporter. Suatu kerika seorang reporter radio ditugaskan meliput dan melaporkan orasi kiai terkenal dalam suatu tabligh akbar. Ketika sampai di lokasi, sang repoter tidak menemukan kiai yang sedang berorasi, melainkan hanya lokasi acara yang porak poranda akibat kerusuhan massal. Ia pun kembali ke studio dengan tangan hampa, namun di studio ia harus mendapat dampratan kepala pemberitaan, sebab radio yang lain pada saat yang sama justru menyiarkan terjadinya kerusuhan massal dillokasi tabligh akbar, sehingga kiai terkenal dan kontroversial itu membatalkan orasinya.

Atmosfir kerusuhan yang muncul secara auditif di radio itu sangat mendukung pelaporan berita, sehingga bukan hanyamenciptakan imajinasi atas fakta yang sedang terjadi, tetapi memperkuat nilai berita kerusuhan, melebihi nilai berita orasi kiai dalam tabligh akbar. 48

Dalam observasi, seorang reporter menggunakan dua gaya berfikir, yaitu:

1. Gaya berpikir kontekstual, yaitu dengan memisahkan secara jelas antara fakta atau

data faktual dengan opini pakar atau analisis saksi. Pendapat hanya dipakai sebagai

alat untuk mencari fakta yang sesungguhnya, atau untuk mencari fakta lain dibalik

pernyataan yang dilontarkan oleh seorang tokoh. Sering kali fakta dari suasana

yang mendukung pendapat seorang tokoh dimunculkan dalam bentuk suara utuh,

sedangkan pendapat atau opininya cukup diganti dengan narasi yang dibacakan

saja.

2. Gaya berfikir korelasional, yaitu menghubungkan satu fakta dengan fakta lainnya.

Seorang reporter harus bersikap skeptis, dengan selalu mempertanyakan setiap

fakta yang ditemuinya. Gejala sosial atau sebuah peristiwa sosial tidak berdiri

sendiri. Ia berhubungan dengan masa sebelumnya atau berkaitan dengan dinamika

sosial lain.

Sebagai pengamat sosial, reporter dituntut mampu untuk (1) menilai fakta menurut kaidah reportertik (lihat: Kelayakan Berita), (2) menentukan dan menemui narasumber yang akan diwawancarai, dan (3) mencari atmosfir yang mendekati asosiasi pendengar terhadap peristiwa aktual yang sedang dilaporkan, yaitu dengan mencari korelasi peristiwa tersebut terhadap bunyi atau suasana yang paling dekat.

Misalnya peristiwa demonstrasi mahasiswa, maka suara-suara teriakan sangat dekat dengan korelasi demonstrasi ketimbang suara kemacetan lalu lintas.

L. Menulis Berita Radio: Teras Berita 49

Lead adalah teras berita, yang berfungsi untuk menggambarkan inti berita yang disampaikan, berupa (1) fakta sesungguhnya, atau (2) suasana unik suatu peristiwa dengan tekanan suara tajam. Jika teks awal berita ternyata tidak bisa berfungsi demikian, maka teks itu biikan lagi lead. Dengan lead ini pula, pendengar dipancing mengikuti berita lebih lanjut, imajinasinya bisa digugah (ear catcher) sehingga mereka ingin tahu isi berita dengan lebih lengkap.

Lead yang baik, selain hanya berisi inti berita, juga harus ringkas dengan hanya memuat satu atau dua ide saja, tidak perlu harus lengkap unsur 5W+1H nya.

Menurut tradisi Associated Press (Kantor Berita Prancis), lead bisa diawali dengan:

1. What, contoh: Gedung Bursa Efek dibom.

2. Who, contoh: Gubernur BI Syahril Sabirin ditangkap.

3. When, contoh: Siang ini Gusdur memberhentikan Kapolri.

4. Where, contoh: Di , Nusa Tenggara Timur, hari ini terjadi lagi

kerusuhan.

5. Why, contoh: Diduga akibat berselingkuh, Sugito diberhentikan dari jabatan

PNS.

6. How, contoh: Diawali aksi orasi dan gelar spanduk, mahasiswa Universitas

Atmajaya Yogya, hari ini berdemo, menuntut.

Bentuk lead paling klasik adalah teks berita yang mengandung seluruh atau sebagian aspek 5W+1H. 50

Roy Gibson dalam bukunya Radio and Television Reporting, membagi lead ke dalam:

1. Tease Lead

Lead yang menuturkan sebagian fakta terlebih dulu dengan tujuan untuk

menggoda pendengar mengikuti suatu topik berita sampai tuntas. Contoh:

Informasi penting yang segera kami sajikan kepada finda di edisi kali ini, di

antaranya, berita tentang kondisi kesehatan Soeharto yang makin buruk dan nilai

tukar rupiah yang terus menerus anjlok.

2. Umbrella Lead

Lead dengan elemen ganda, menuturkan beberapa hal menarik sekaligus.

Contoh: Di kota Sambas Kalimantan Barat, hari ini terjadi lagi kerusuhan. Para

aktifis HAM Aceh mendatangi kantor Komnas HAM di Jakarta untuk..

3. Narrative Lead

Penuturan dengan cara kronologis. Contoh: Dimulai dari bunderan kampias UGM

Bulaksumur Yogyakarta, sekitar ratusan aktivis mahasiswa erorasi dan melakukan

aksi long march, menuju gedung DPRD di Jolan Malioboro.

4. Sound Lead

Lead yang berupa kata atau kalimat dari perilaku (objek berita) yang menjadi kata

kunci atas topik yang dituturkan. Contoh: memasukkan sisipan suara narasumber

atau rekaman suasana terpenting dalam peristiwa, misalnya teriakan massa

demonstran.

5. Question Lead 51

Lead yang dimulai dengan sebuah pertanyaan. Contoh: Tahuklah Anda?

Bereiuman tidak menularkan HIV-AIDS. Sebuah riset yang dilakukan….

Di sini lead berfungsi sekaligus sebagai penggugah perhatian (aitention getter)

Lead dapat diibaratkan wajah sekaligus jantung, untuk membuktikan apakah

penyajian sebuah berita itu baik, lancar, atau sebaliknya.

M. Menulis Berita Radio: Bahasa Tutur

Ada anggapan yang menyatakan bahwa bahasa radio itu tidak ada, sebab semua bahasa bersifat baku. Pendapat ini benar. Akan tetapi, didalam bahasa radio, baku bukan berarti kaku. Bahasa radio dan bahasa tulis berbeda. Bahasa atau kata yang diungkapkan secara komunikasi auditif melalui media radio memiliki unsur dinamis, disesuaikan dengan segmen pendengar yang dituju. Diistilahkan dengan pola bahasa tutur atau bahasa informal.

Bahasa tutur adalah bahasa oral yang dalam praktiknya bersifat singkat, lokal (mengutamakan gaya bahasa lokal), padat, sederhana, lugas dan menarik. Karena bersifat singkat, maka yang ditulis adalah substansinya saja, bukan rincian masalah.

“Menyingkat” dalam pengertian bahasa tutur bukan berarti menyederhanakan. Sebab sesuai kaidah “menulis untuk telinga”, maka pilihan kata harus menggunakan bahasa ucapan yang populer, gampang dicerna dan diingat. Di dalam konteks bahasa tutur ini, tidak ada panduan yang bersifat baku, yang terpenting adalah selalu mencoba dengan latihan yang terus-menerus disertai evaluasi yang ketat, dan mengacu pada kebiasaan bahasa tutur sehari-hari yang berlaku di lingkungan pendengar radio bersangkutan. 52

Prinsip dasar menulis bahasa tutur adalah write the way you talk, tulislah seperti biasanya anda berbicara, yaitu:

1. Bahasa percakapan antara dua teman sebaya. Contoh: Hallo…..., selamat pagi,

jumpa lagi kita di….,

2. Langsung ke pokok persoalan. Contoh: Informasi yang segera kami sajikan lath ini

adalah….,

3. Menggunakan kata-kata yang ekonomis, tidak bertele-tele dan berbasa-basi.

Contoh: Penyebutan nama Presiden Bill Clinton, cukup dengan Presiden Clinton.

4. Menyederhanakan data angka nominal. Contoh: (a) 195 orang menjadi sekitar

ratusan orang, (b) 9.950 orang, disingkat menjadi sekitar dua ribu orang atau

kurang lebih dua ribu orang.

5. Jarak subjek dalam kalimat berita harus dekat dengan predikatnya. Dilakukan

dengan mengurangi semaksimal mungkin penggunaan anak kalimat. Contoh: Sri

Sultan Hamengku Buwono Kesepuluh, Gubernur Yogyakarta, yang juga Raja

Kraton Yogya dan Pembina PSSI setempat membuka kompetisi sepak bolah

piala….. Cukup diucapkan dengan: Selaku Pembina PSSI Yogya Sri Sultan

Hamengku Buwono Kesepuluh, membuka kompetisi sepak bola…

6. Menggunakan kalimat atau kata tunggal dengan makna tunggal, hindari kata yang

bermakna ganda. Contoh: Deregulasi terhadap sektor minyak yang benar adalah

Pengaturan kembali sektor minyak…

7. Menggunakan kalimat aktif dalam bentuk kalimat positif, Contoh: (a) Menjawab

pertanyaan… bukan: Ketika ditanyakan…., (b) Presiden Wahid pagi tadi secara 53

resmi melantik Jenderal Rusdiharjo sebagai Kepala Polisi Indonesia yang baru.

Bukan: Jenderal Rusdiharjo pagi tadi secara resmi dilantik..., (c) Telah dinikahkan,

yang benar adalah: Telah menikah.

Penyebutan nama organisasi atau lembaga adalah menyebutkan kepanjangannya terlebih dulu, baru diikuti dengan singkatannya. Misalnya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB. Sedangkan nama negara, propinsi, atau gelar militer, harus disebut seutuhnya, contoh: penyebutan Inspektur Jenderal, tidak dianjurkan menyingkat dengan kata: Irjen.

Menyangkut nama orang yang panjang dan juga gelar akademis, maka pilihan gelar yang paling populer dan relevan dengan materi berita. Misalnya, gelar dalam bidang kedokteran, cukup menyebut dengan: Dr. Yahya Simatupang saja, meskipun nama lengkapnya adalah Dr. Yahya Simatupang Sembiring Meliala

Tampubolon, M.M., M.Kes., Apt.

N. Menulis Berita Radio: Menggunakan Sisipan

Dalam format berita bersisipan, maka unsur sisipan, atau populer disebut sound bite, memegang peranan terpenting. Tradisi baru dalam pemberitaan radio pasca

Orde Baru lebih menonjolkan sisipan ketimbang narasi, setelah era sebelumnya terhambat oleh kendala politis. Dengan penggunaan sisipan, berita radio menjadi semakin faktual, hidup, atraktif, dan tajam dari sisi jurnalistiknya. Dengan kata lain kredibilitas radio sebagai media informasi makin tinggi.

Sound bite berkisar antara 10-20 detik, berupa potongan dari sebuah wawancara atau kutipan suara pendukung fakta lainnya. Jika hasil wawancara dikutip 54

utuh, maka is bukan lagi disebut sisipan. Di dalam tradisi baru jurnalistik auditif, teks dipakai hanya sebagai bingkai saja, selebihnya adalah ekspresi suara-suara narasumber pada saat peristiwa berlangsung. Sisipan bisa disajikan di awal, di tengah, maupun di akhir berita.

Pada dasarnya ada dua fungsi sisipan:

1. Berfungsi sebagai penguat dan penajam narasi yang dibacakan reporter. Sisipan

dimasukkan setelah ada narasi yang menjelaskan sedikit tentang isi sisipan yang

akan muncul.

2. Berfungsi sebagai penjelas dan memperkaya informasi yang disampaikan reporter.

Isi sisipan berupa, pernyataan yang sama sekali berbeda dengan isi narasi

pengantar, tetapi pada dasarnya masih berhubungan erat.

Pada setiap menjelang atau sesudah masuk ke sisipan, perlu pemberitahuan siapa dan apa yang akan muncul melalui teks (cue), agar pendengar mengetahui identitas isi sisipan secara jelas. Oleh karena yang diambil adalah murni pernyataan atau suasana sumber berita, maka suara pewawancara atau suara lain di luar konteks itu tidak dimasukkan ke dalam sisipan berita. Dalam kegiatan ini pula, kiranya penting bagi reporter untuk merekam sebanyak mungkin suara dan suasana yang menunjukkan proses kejadian sebuah peristiwa.

Kriteria sisipan yang layak pakai:

1. Secara teknis, kualitas rekaman harus baik, sehingga ketika disisipkan di dalam

berita, kualitas suara pembaca narasi berita dan kualitas rekaman tidak jauh

berbeda. 55

2. Berisi komentar atau rekaman suasana yang paling menarik, misalnya teriakan

massa saat demonstrasi, pembacaan pernyataan sikap, orasi, keluhan, atau

pernyataan yang paling tajam dan kontroversial dari narasumber.

3. Dapat mendukung, memperkuat, dan memperkaya fakta yang disampaikan,

sebelum atau sesudah sisipan tersebut dimunculkan dalam berita.

4. Sisipan bukan berstatus sebagai pelengkap atau hanya pemanis, melainkan

memang merupakan bagian utama dari berita, sehingga isinya terjamin dari sisi

akurasi data dan keseimbangan (antara pemuatan sisipan yang pro dan kontra).

Untuk mengetaui dan menyeleksi sisipan yang layak, perlu ketelitian dan pengalaman. Untuk reporter pemula, hal ini dapat disiasati dengan cara hasil reportase didengar secara utuh terlebih dahulu, kemudian setiap kata-kata kunci yang menarik dicatat sambil mengukur durasinya dengan menggunakan stopwatch. Kata-kata kunci yang menarik itu kemudian digabungkan di dalam satu kaset tersendiri untuk memudahkan penggunaanya pada saat penyiaran.

O. Prestasi Berita Radio

Meskipun sering terjadi perangkapan posisi di dalam struktur kerja radio, namun kerja sama dalam tim pemberitaan tetap mutlak berjalan. Minimal kerja sama antara reporter lapangan dengan penyiar di studio. Di dalam jurnalistik radio, kebiasaan untuk mempersiapkan liputan (rapat redaksi) dan melakukan evaluasi masih belum berkembang baik. Padahal kedua tahap tersebut sangat penting untuk memperoleh hasil penyajian berita yang maksimal. 56

Orang-orang yang terlibat didalam tim pemberitaan adalah (1) reporter, yang bertugas meliput peristiwa, (2) news writer, yang menulis teks berita, dan (3) editor, yang bertugas menyeleksi materi dan bahasa jurnalsitiknya. Pada saat penyiaran berita, dibutuhkan seorang penyiar (news caster), yang terkadang dirangkap oleh reporter. Selain tiu diperlukan pula seorang narator presenter yang bertugas memberi pengantar sebelum sampai kelaporan inti. Kadang kala keempat bidang ini bisa dirangkap oleh satu orang.

Persiapan yang harus dilakukan sebelum presentasi berita:

1. Mempersiapkan personel yang terdiri atas reporter, penyiar presenter, dan operator.

2. Pastikan teks dalam keadaan siap baca dan sound bite siap diputar. Mixer,

mikrofon, dan headphone dalam posisi on. Bayangkan kita akan berbicara dengan

seseorang.

3. Teks dan sound bite dapat di-mix sebelumnya di studio rekaman, sehingga penyiar

tinggal memutarnya di ruang siaran.

4. Sebelum siaran dimulai, bacalah seluruh naskah berita terlebih dulu. Jika terdapat

kekeliruan, dapat sebaiknya diperbaiki.

5. Dalam membacakan berita, jika menemukan tanda titik, penyiar bisa bernafas

seperlunya tanpa terdengar di udara, tetapi jika menemukan tanda koma,

diusahakan tidak melakukan tarikan nafas apalagi nafas panjang.

Unsur infleksi sangat penting di dalam proses presentasi, yaitu: 57

1. Kalau kata-katanya faktual, maka suara penyiar harus terdengar informatif, jelas dan tajam.

2. Kalau beritanya tragis, suara harus terdengar penuh simpatik.

3. Kalau beritanya lucu, maka sebisa mungkin memasukkan unsur senyum dalam

suara, dengan berusaha tersenyum ketika membaca naskah.

4. Variasi turun naik suara juga perlu pada saat memulai dan mengakhiri penggunaan

sisipan.

Dalam menyiarkan naskah tertulis, meskipun itu sekedar “membacakan” koran pagi, pilihan kata dan suara harus terdengar faktual dan menyentuh emosi, sehingga berita si penyiar mampu menyajikannya dengan penuh sensasi.

Dua model presentasi berita yang populer adalah:

1. Siaran langsung (live)

Reporter melaporkan naskah berita secara langsung dari lapangan tanpa melalui

proses penyuntingan, dengan menggunakan sarana komunikasi seperti seluler atau

telepon umum.

2. Siaran tunda (Recorded)

Setelah melakukan peliputan di lapangan, reporter kembali ke studio menurut

tenggang waktu (deadline) yang disepakati bersama oleh tim redaksi. Pekerjaan di

studio dimulai dengan menulis naskah berita, kemudian melakukan penggabungan

(mixing) di studio produksi, setelah itu baru naskah berita dibacakan.

Ada dua teknik penggabungan yang populer, yaitu (1) fadein to fade out, dan (2) cut to cut. 58

Teknik fade in to fade out, berupa penggabungan suara pembacaan teks oleh reporter, suara narasumber, dan atmosfir (suasana lokasi peristiwa) dengan beragam musik pendukung, dalam volume yang saling menindih dan bertumpangan.

Perpindahan antara satu sumber suara ke suara berikutnya berlangsung secara perlahan. Suara pertama menghilang secara bertahap (fade out), disusul masuknya suara berikutnya secara perlahan pula (fade in). Teknik ini paling populer digunakan ketimbang teknik kedua, yaitu cut to cut.

Cut to cut adalah teknik penggabungan bahan-bahan auditif secara tegas.

Suara pertama dipotong menurut kelayakannya, kemudian potongan sumber berikutnya menyusul secara utuh dalam volume suara yang standar.

Kedua teknik tersebut dapat dipakai bersamaan dalam satu paket berita, dengan asumsi pendengar memerlukan dinamisasi auditif secara terus-menerus.

Seiring kemajuan teknologi, kedua teknik itu makin gampang ditempuh melalui proses komputerisasi yang memperkenalkan sistem cool edit pro. Reporter hanya perlu memasukkan semua data auditif yang dibutuhkan ke dalam.

59

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

Ketika perang dunia II pecah, tentara penduduk jepang masuk ke kota

Makassar dan tepat pada tanggal 8 Desember 1942, di kota ini, kaum pendudukan itu kemudian mendirikan stasiun radio siaran yang diketahui sangat strategis untuk mengobarkan propaganda.

Radio siaran pertama ini berlokasi di jalan Rajawali No. 2, tepat dipinggiran pantai Losari. Di udara dikenal sebagai stasiun call “Makassar Hozo

Kyioku” disingkat MHK. Pada tahun 1944 ketika stasiun radio MHK bertumbuh besar, maka diajukanlah permintaan pengiriman bantuan tenaga kesenian dari

Hozokyoku di Solo dan Jogja.

De Bruin salah seorang pemimpin tentara sekutu bergerak cepat menguasai stasiun radio, pemimpinnya pun segera diganti dengan Mr. Scholtens, yang kemudian dipercayakan untuk menyusun formasi pegawai. Mr. Scholtens hanya memimpin radio ini selama satu tahun, kemudian digantikan oleh Margono.

Untuk memperlancar upaya-upaya pencaplokannya maka NHK pun diambil alih, sebagai gantinya didirikanlah Radio Omroen Makassar (ROM). Siaran bahasa Indonesianya menggunakan stasiun call “Radio Resmi Makassar”. Materi siaran diselenggarakan oleh Reegering Voorfichting Diest (RVD), yaitu suatu badan siaran yang mengutamakan propaganda. Badan ini dipimpin oleh Majoor P.H.

Kremer. 60

RDV atau ROM pun kemudian dibubarkan dan diganti dengan radio

“Omroep In Overgantijd (ROIO)” pada tahun 1947. Kepala kantornya adalah A.O.A.

Niededr. Kebijaksanaan siaran radionya, masih tetap sebagai terompet NIT, keadaan ini terus berlangsung hingga tahun 1950.

Beberapa bulan sebelumnya di bulan mei 1950, timbullah sebuah delegasi dari Jakarta yang diberi sebutan Komisi Tiga. Mereka ini terdiri Kamarsvah-Sutovo dan Muri. Komisi inilah yang merintis jalan Pnizemballan radio Makassar untuk menjadi satu diantara jaringan radio nasional. Tugas-tugas komisi ini tidak langsung berjalan mulus sebab langkahnya banyak dihadang oleh insiden pemberontakan Andi

Azis. Basis kaum pemberontak ini tangsi KISS sanizat dekat dengan stasiun radio makassar. Oleh sebab itu stasiun callnya mendapat gelar “Mena Muria”.

Sejak awal keberadaan Kamarsyah di makassar, Radio Republik Indonesia

Serikat (RRIS) terus mengalami ancaman dan gangguan, bahkan pada tangal 6 hingga

18 Agustus 1950 stasiun ini dikuasai oleh pemberontak. Sehari sebelumnya, 5 Agustus

1950, angkasawan dan angkasawati studio Makassar yang sedang bertugas ketika itu sempat ditahan oleh KNIL beberapa hari.

Berkat perjuangan dan kecakapan Gan Kwin Tang dari kantor Pos

Telegraph dan Telepon (PTT), Radio Republik Indonesia tetap di udara. Ia dibantu oleh Abdul Kadir guna menjaga kesinambungan siaran tersebut, sambil menunggu peralatan bantuan yang akan didatangkan dari Jakarta untuk mengganti kerusakan.

Puncaknya adalah tanggal 18 Agustus 1950, pemancar radio di pinggir pantai kembali dikuasai. 61

Kemudian terjadilah masa transisi pada tanggal 6 Mei 1952 karena kembali

Kamarsyah ke Jakarta, maka pimpinan Radio Makassar ke tangan R. Harto, ia adalah kepala mantan Radio Republik Indonesia .

Akibat kebutuhan siaran di bidang musik hiburan maka didirikan Orkes

Radio Makassar (ORMA) di bawah pimpinan Yap Weng Key pada tahun 1952, anggotanya berjumlah 50 orang berstatus, tenaga honor. Keberadaan ORMA ini tidak hanya mengisi acara siaran di Studio dan juga ikut memeriahkan berbagai acara kesenian lain. Diantaranya di Socitet Harmorin; Makassar (pernah dijadikan gedung kesenian Makassar). Kemudian ORMA berturut-turut di pimpin oleh B. Rasyd (1960) dan M.A. Arifin (1975) sebagai generasi pelanjut tongkat estafet kepemimpinan.

Di tahun 1952 telah terjadi dua kali peralihan pimpinan yaitu dari R. Harto kepada R.M. Sachian Adisaputro. Peralihan ini terjadi pada tanggal 6 mei 1959.

Dalam kepemimpinannya mulai dicetuskan pembenahan organisasi dalam tubuh

Radio Republik Indonesia yaitu dengan timbulnya renacana pembentukan Radio

Republik Indonesia Nusantara 1, 11, dan 111, masing-masing ditempatkan di ,

Yogyakarta dan Makassar.

Usul tersebut diterima dengan baik hingga beberapa waktu kemudian studio Radio Makassar di resmikan sebagai studio Radio Makassar di resmikan sebagai studio Nusantara 1, oleh Menteri Penerangan yang turut dihadiri oleh kepala.

Jawatan Radio, R. Matadi. Pemindahan kantor Radio Republik Indonesia Nusantara 1

Makassar baru terwujud pada tahun 1962. Abd. Hamid yang menjabat sebagai Kepala

Studio, menggantikan R.M. Syachinan Adisaputro yang beralih tugas ke Jakarta. 62

Bangunan kantor lama di jalan Rajawali No. 2 dikembalikan kepada pemiliknya, yakni

Haji Lala. Setelah dimanfaatkan kurang lebih dua puluh tahun lamanya. Adapun bangunan perumahan dinas di jalan Rajawali No. 4 tetap dipakai hingga tahun 1995.

Jabatan kepala studio RRI Nusantara 1 Makassar tetap dipegang oleh

Muhammad Sam sampai tanggal 19 Nopember 1970. Bertepatan itu pula tanggal 19

Nopember 1970 Muhammad Sani dialih tugaskan ke Jakarta untuk memangku Jabatan

Kepala Dinas Siaran. Sebagai pelaksana tugas ditunjuklah J.G. Hoogervest (kepala teknik) sebagai Ketua Dewan Pimpinan.

Sebulan setelah kepindahan Muhammad Sani maka diangkatlah pimpinan baru. Dari pejabat sementara dewan pimpinan, J.G Hoogervest beralih kepada

Muhammad Nurdin Supomo pada tanggal 19 Januari 1970. Sejak era kepemimpinan

M.N Supomo.

Pada tanggal 28 Desember 1972 terjadi pergantian pimpinan di RRI

Nusantara 1 Makassar dari M.N Supomo kepada pejabat baru R. Slamet Poejono, BA.

Tanggal 9 Mei 1976 R. Stamet Poejono meninggal dunia. S. Pattirane, kepala bagian umum, diangkat menjadi ketua dewan pimpinan hingga tanggal 31 Mei 1976, saat diangkatnya kepala stasiun baru, Arsyad Subik. Di saat kepemimpinan Arsyad Subik,

RRI Nusantara 1 Makassar berganti nama menjadi RRI Nusantara IV Ujung Pandang.

Arsyad Subik kemudian digantikan oleh Andi Nyongki, BA. Pergantian itu terjadi pada tanggal 21 Mei 1981.

Dalam kurun waktu delapan tahun di bawah pimpinan Andi Nyongki, BA.

RRI Nusantara IV Ujung Pandang, mencatat beberapa prestasi penting, diantaranya 63

adalah Juara siaran pedesaan pada tahun 1987 dan berhak meraih suara kencana.

Kemudian pada tanggal 14 Nopember 1992 tampuk kepemimpinan RRI Nusantara IV

Ujung Pandang dipegang oleh Drs. H. Beni Koesbant Mantan kepala RRI ini menitik beratkan manajemen kepemimpinannya pada peningkatan kualitas sumber daya manusia di segala bidang.

Tampuk kepemimpinan RRI Nusantara IV Ujung Pandang tetap dipegang oleh Drs. Beni Koesbant hingga pertengahan tahun 1998, beliau diganti oleh Drs.

Mukidi, mantan Kepala Stasiun Regional I Surabaya. Selanjutnya pada tahun 1999

RRI Nisantara IV Makassar mengikuti pergantian nama kota Ujung Pandang menjadi

Makassar. Kemudian pada tanggal 7 Juni 2000, status RRI berubah dari Unit

Pelaksana Teknis menjadi Lembaga Penyiaran Publik dalam bentuk Perusahaan

Jawatan, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 2000.

B. Letak Lokasi Perusahaan

Radio Republik Indonesia Makassar berlokasi di Jalan Riburane No. 3

Makassar, Sulawesi Selatan.

C. Unit Kerja

1. Kekuatan Kerja Secara Terinci

a. Menurut status pegawai

1. Pegawai Negeri Sipil : 183 orang

2. Pegawai Bukan PNS : 33 orang

Jumlah : 216 orang

b. Menurut unit kerja 64

1. Kepala Stasiun RRI : 1 orang

2. Bagian Tata Usaha : 49 orang

3. Bidang Programa Siaran : 70 orang

4. Bidang Pemberitaan : 33 orang

5. Bidang Teknologi dan Media Baru : 49 orang

6. Bidang Pengembangan Usaha : 14 orang

Jumlah : 216 orang

65

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN A.1. Pengelolaan Informasi Berita Dari hasil penelitian yang dilakukan melalui observasi (pengamatan) diperoleh data tentang pengelolaan informasi berita agar dapat meningkatkan daya tarik pendengar. Untuk menghasilkan suatu berita yang berkualitas dan bermanfaat untuk orang banyak, dan untuk mendapatkan hasil tersebut maka perlu melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengelolaan informasi berita.

Hasil penelitian terhadap faktor tersebut akan dikemukakan sebagai berikut.

1. Perencanaan

Dalam perencanaan pengelolaan berita, tindakan yang dilakukan adalah meliputi (a) penyusunan program; penjadwalan kegiatan; penganggaran. Ketiga kegiatan ini harus direncanakan dengan seksama, efektif dan efesien sehingga dapat dijadikan acuan dalam mendukung kegiatan penyiaran pemberitaan RRI Makassar.

Penyusunan program (acara) pemberitaan sudah dilakukan pada divisi pemberitaan RRI Makassar namun perlu dioptimalkan karena perlu diketahui bahwa penyusunan program pemberitaan tidak disusun secara statis dengan mempertimbangkan perkembangan dan trend pemberitaan yang kemungkinan akan terjadi dalam masyarakat, namun ada kecenderungan program yang disusun hanya didasarkan atas program-program sebelumnya. Kondisi ini mengakibatkan 66

pemberitaan yang dilaksanakan cenderung bersifat monoton kurang kreatif untuk mengadakan inovasi agar pendengar dapat lebih tertarik untuk menikmati berita-berita yang disampaikan oleh RRI Makassar.

Meskipun program pemberitaan sudah dilakukan namun terbatas pada program penyiaran interen, namun untuk program kerja peliputan kegiatan eksternal diluar, nampak belum dapat dilakukan secara optimal. Hal ini disebabkan pengumpulan berita tergantung pada kondisi dan situasi berita yang terjadi pada hari itu khususnya berita yang menyangkut kondisi social dan ekonomi masyarakat dikota

Makassar.

Penyusunan program RRI Makassar khususnya pada divisi pemberitaan masih kurang dilakukan baik menyangkut perencanaan produksi berita seperti berita insert, voice report dan berita ulangan. Selain itu penyusunan rencana program untuk kegiatan reportase, dokumentasi dan administrasi juga belum dilaksanakan baik sehingga kegiatan yang dilakukan pada divisi pemberitaan belum terlihat optimal.

Penyusunan rencana program yang kurang baik tersebut mempengaruhi aktivitas pemberitaan yang dilakukan, karena ada kecenderungan berita yang disampaikan adalah berita yang kurang actual lagi karena hanya diproduksi ulang dari berita-berita yang sudah disiarkan namun dengan berbagai variasi penyampaian dengan harapan dapat menarik perhatian pendengarnya.

Kepala Bidang Pemberitaan RRI Makassar, Drs. I Nyoman Suasthawan mengatakan “faktor yang menyebabkan penyusunan rencana pada divisi pemberitaan belum dilakukan dengan baik dan optimal salah satunya disebabkan kondisi dan keadaan masyarakat/ daerah dikota Makassar sebagai sumber berita 67

senantiasa berubah-ubah yang menyulitkan untuk memprediksi kejadian, peristiwa dan trend pemberitaan yang diminati dan dapat menarik perhatian masyarakat”.

Selain itu faktor lainnya ialah kemampuan reporter cenderung rendah untuk membaca kondisi dan situasi social, ekonomi, politik yang akan terjadi sehingga tidak dapat ditetapkan program-program utama yang dapat dijadikan topic pemberitaan, kegiatan-kegiatan pengumpulan dan mempersiapkan langkah-langkah yang tepat guna mewujudkannya. Rendahnya kemampuan reporter untuk mengantisipasi adanya perubahan kondisi sosial, ekonomi, dan politik menyebabkan tidak dapat disusun suatu rencana yang fleksibel dan dapat dijadikan acuan terhadap proses pengelolaan berita.

Lebih lanjut I Nyoman Suasthawan mengatakan “Salah satu kendala yang dihadapi dalam penyusunan program pemberitaan pada divisi pemberitaan RRI Makassar adalah beragamnya jenis berita yang harus dikumpulkan dan dirangkum untuk kemudian diudarakan agar dapat memberi informasi actual dan ketinggalan dengan media pemberitaan lainnya. Kondisi ini menyebabkan pegawai pada divisi pemberitaan RRI Makassar kurang mampu untuk menyusun rencana program dengan baik dan sesuai dengan kondisi yang senantiasa berubah-ubah dalam masyarakat”.

Dari wawancara diketahui rencana jadwal kegiatan peliputan berita yang seharusnya dijadikan panduan bagi reporter dalam pelaksanaan tugas pokoknya dilapangan, justru belum dapat disusun dengan baik karena rencana peliputan diluar kurang memberi gambaran terhadap jadwal yang sistematis dan dapat diimplementasikan sesuai dengan kondisi dan keadaan berita yang akan dikumpulkan oleh reporter. Selama ini nampak bahwa reporter bekerja tanpa pedoman dan bertindak sesuai dengan informasi-informasi yang diperoleh dari koran dan media lainnya yang ada dikota Makassar, sehingga berita-berita yang diudarakan cenderung 68

tertinggal dan kurang actual karena sudah diliput oleh media lain khususnya media elektronik seperti televisi.

Sehubungan dengan kelancaran pelaksanaan siaran dan agar dapat meningkatkan kinerja reporter, perencanaan anngaran penting diperhatikan. Diketahui bahwa anggaran untuk pelaksanaan reportase bagi reporter cenderung terbatas dan tidak sesuai dengan kebutuhan.

Pelaksana Tugas Sementara Kepala Seksi Liputan Berita dan Dokumentasi, Rusdin mengatakan “Untuk dapat memenuhi jadwal kegiatan reportase oleh reporter, biaya yang dibutuhkan cukup tinggi khususnya biaya transportasi dan biaya-biaya yang lain (pembelian peralatan). Biaya tersebut harus cukup karena apabila tidak tersedia maka reporter tidak akan dapat mampu melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dan optimal”.

Anggaran bagi pelaksanaan pengumpulan berita yang ditetapkan untuk setiap priode (tahun) cenderung kurang. Hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor, yaitu:

- Biaya operasional siaran dari waktu kewaktu terus mengalami peningkatan.

- Anggaran untuk peralatan penunjang operasional siaran sampai saat ini masih

merupakan sasaran utama RRI Makassar karena peralatan operasional siaran yang

tersedia saat ini belum sepenuhnya modern dan layak pakai karena masih

merupakan peralatan lama.

- Dana bantuan dari pemerintah pusat dan daerah yang sangat terbatas khususnya

untuk biaya-biaya operasional. 69

- Pendapatan dari iklan belum mampu terpenuhi sesuai dengan kebutuhan karena

banyaknya saingan seperti radio-radio swasta yang memiliki manajemen relatif

baik dibanding RRI Makassar.

- Terbatasnya dana anggaran tersebut menyebabkan kegiatan pengumpulan berita

yang dilakukan oleh reporter juga belum dapat sepenuhnya mampu meliputi berita

secara aktual dan tepat waktu.

Rencana anggaran yang disusun nampak kurang fleksibel, padahal didunia penyiaran saat ini tingkat persaingan sangat ketat, karena memiliki khalayak yang sama. Oleh karena itu, perencanaan anggaran harus luwes/ fleksibel dan dapat berubah sesuai kondisi dan kepentingan operasional siaran. Keterbatasan anggaran yang dimiliki harus didukung sepenuhnya oleh perencanaan yang baik bagaimanapun besarnya anggaran yang disediakan tidak akan mencukupi kebutuhan karena pengeluaran yang dilakukan tidak efektif. Kenyataan yang terlihat, perencanaan yang disusun belum sepenuhnya dapat mendukung kebutuhan-kebutuhan anggaran disebabkan karena: a. Kemampuan SDM (perencana) yang terlibat dalam perencanaan cenderung masih

kurang sehingga tidak mampu meramalkan dan menjabarkan dengan baik dengan

kebutuhan. b. Kondisi yang berubah-ubah dalam khalayak, khususnya terhadap kegiatan

operasional dilapangan sehingga sulit untuk memprediksi kebutuhan anggaran

untuk satu priode. 70

Kendala-kendala tersebut menyebabkan perencanaan anggaran pada RRI

Makassar belum dapat dilaksanakan dengan baik dan optimal.

2. Pelaksanaan

Untuk mengetahui kinerja reporter sehingga dapat mewujudkan output berita yang aktual dapat dilihat dari proses pelaksanaan. Proses pelaksanaan dimaksud adalah berupa tahapan pengelolaan berita yang sudah dikumpul oleh reporter untuk kembali diudarakan. Proses pelaksanaan memerlukan kemampuan yang baik untuk pengelolaannya karena tanpa kemampuan yang baik, bagaimanapun cepat dan akuratnya informasi yang diterima dan dihimpun tidak akan dapat menarik perhatian khalayak apabila tidak dikelola dengan baik dan seksama. Dalam pelaksanaan, tahap yang diteliti adalah meliputi; (a) Penentuan topic liputan; (b) Pengumpulan hasil liputan; dan (c) Koordinasi.

3. Pengawasan

Agar output berita dapat optimal, sangat dibutuhkan tindakan pengawasan sehingga semua target penyiaran yang sudah ditetapkan dapat diwujudkan dengan baik, tepat dan efektif. Tindakan pengawasan pada RRI Makassar pada dasarnya dilakukan melalui (a) penggunaan perangkat keras, (b) pengawasan terhadap perangkat lunak. Pengawasan terhadap perangkat keras bertujuan memastikan agar peralatan (perangkat keras) dapat benar-benar berfungsi dengan baik dan efektif agar dapat mendukung kegiatan operasional penyiaran.

Kepala Seksi Teknik Studio dan Media Baru RRI Makassar, Joni Iskandar Baso mengungkapkan “Pengawasan terhadap perangkat keras khususnya terhadap penggunaan perangkat keras misalnya pada system SOP Lock Book/ 71

pencatatan penggunaan, waktu service, bertujuan untuk menjaga agar perangkat keras dapat beroperasi dengan normal dan apabila terdapat kerusakan dapat diketahui secara dini untuk segera diadakan perbaikan agar tidak mengganggu aktivitas penyiaran”. Lebih lanjut Joni mengungkapkan “Tindakan pengawasan ini bertujuan agar dapat memperpanjang usia peralatan yang ada. Tindakan pengawasan terhadap perangkat keras dilakukan oleh Seksi Teknik Studio dan Seksi Teknik Pemancar yang secara rutin bertugas memeriksa dan memantau perkembangan penggunaan perangkat keras baik diluar studio maupun didalam studio RRI Makassar”.

Pengawasan terhadap perangkat jauh lebih kompleks, karena disini proses administrasi, perencanaan, produksi, dan siaran dilakukan. Kesalahan pada proses administrasi, perencanaan produksi dan siaran akan dapat mengakibatkan tidak berfungsinya seluruh system yang ada terhadap operasional pemberitaan yang dilakukan. Untuk itu, terhadap pengawasan perangkat lunak, dilakukan melalui evaluasi dan pelaporan.

Pelaksanaan evaluasi sudah dilakukan terhadap seluruh aktivitas penyiaran sejak perencanaan hingga penyiaran berita dilakukan. Meskipun demikian, dalam beberapa segi evaluasi terhadap aktivitas penyiaran masih perlu lebih ditingkatkan karena dalam beberapa tahap penyiaran evaluasi belum berjalan sebagaimana mestinya, seperti kegiatan peliputan adakalanya kurang diadakan evaluasi, karena menganggap setiap kali diadakan reporter selalu menyusun laporan mengenai aktivitas yang dilakukan diluar studio untuk mengumpulkan berita/ informasi.

B.1. Upaya Peningkatan Kinerja Reporter 72

Dari penelitian yang dilakukan diketahui upaya yang dilakukan guna meningkatkan kinerja reorter sehingga menghasilkan program siaran berita yang baik di RRI Makassar ialah:

1. Peningkatam Kualitas SDM (Reporter)

Peningkatan kualitas SDM yang dilakukan ialah dengan memberikan pelatihan jurnalistik kepada karyawan yang bekerja di divisi pemberitaan baik itu reporter, penyiar, produksi dll. Bentuk pelatihan yang diberikan biasanya meliputi materi-materi seputar jurnalistik dan penyiaran radio. Pelatihan biasanya dilaksanakan di RRI Makassar sendiri bahkan di luar kota.

Pelaksana Tugas Sementara Kepala Seksi Liputan Berita dan Dokumentasi, Rusdin mengatakan Bentuk pelatihan jurnalistik wajib diikuti oleh seluruh karyawan yg bekerja di divisi pemberitaan, hal tersebut merupakan upaya dari RRI Makassar untuk meningkatkan kinerja reporter.

Kualitas SDM pada dasarnya dapat diketahui dari pendidikan formal dan pengalamannya. Penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pendidikan formal SDM reporter yang terlibat dalam proses informasi berita masih rendah, karena sebagian besar pendidikan formalnya hanya SLTA.

Diketahui bahwa sebagian besar SDM yang terlibat pada pengelolaan informasi berita pada RRI Makassar berpendidikan formal SLTA. Dari latar belakang pendidikan formal aparat cenderung rendah, mengingat saat ini kemajuan sektor pendidikan yang sangat cepat, semakin luasnya kesempatan yang diberikan kepada aparat untuk meningkatkan latar belakang pendidikannya, sehingga latar belakang pendidikan formal setingkat SLTA dirasa kurang memadai. 73

Kepala Sub Bagian Sumber Daya Manusia RRI Makassar, Drs. Wirdan mengatakan “Saat ini jumlah karyawan di divisi pemberitaan bejumlah 52 orang dan yang bependidikan Sarjana hanya 15 orang saja”.

Terlihat pengaruh rendahnya pendidikan formal SDM dalam pelaksanaan pengelolaan informasi berita dan dapat dilihat dari sejumlah faktor yaitu: a. Proses pengelolaan berita yang kurang efektif sehingga informasi yang sudah

dikumpulkan tidak mampu diolah dengan tepat waktu. Hal ini juga menyebabkan

sehingga pada saat akan diudarakan proses pengelolaan berita belum rampung dan

belum siap untuk diudarakan tepat waktu. b. Proses editing berita kurang optimal, menyebabkan dalam penyampaian informasi

kepada khalayak selain kurang menarik juga kurang dapat dijadikan pedoman

untuk mendengar secara lengkap mengenai suatu berita. c. Proses komunikasi antara SDM/ aparat yang terlibat dalam pengelolaan informasi

berita belum dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efesien sehingga informasi

berita yang dihasilkan cenderung kurang berkualitas karena khalayak sudah

memperoleh informasi yang lebih lengkap dari media informasi lain. d. Masih terdapat proses pengelolaan berita yang tumpang tindih karena pemahaman

terhadap tugas pokok masing-masing kurang memadai.

Faktor diatas nampak mempengaruhi kualitas berita dan informasi yang dikelola pada RRI Makassar yang disebabkan karena pendidikan formal SDM yang masih kurang.

Sementara itu Pelaksana Tugas Sementara Kepala Seksi Liputan Berita dan Dokumentasi RRI Makassar, Rusdin mengatakan “Untuk meningkatkan SDM, diperlukan pendidikan nonformal agar dapat diperoleh keterampilan dan 74

peningkatan kemampuan sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Sejauh ini peningkatan kualitas SDM sudah dilakukan melalui pelaksanaan pendidikan dan pelatihan”.

2. Peningkatan Sarana dan Prasarana

Guna meningkatkan kinerja reporter, pemenuhan sarana dan prasarana peliputan dan pengolahan berita wajib disediakan kepada setiap reporter seperti voice recorder, perangkat komputer, bahkan peralatan studio rekaman juga harus siap layak pakai.

Meski demikian, Sarana pendukung dalam proses pengelolaan informasi berita masih belum mendukung dengan baik. Diantaranya dalam hal perangkat komputer yang sudah banyak yang mengalami kerusakan dan sudah tua hal tersebut sangat mengganggu kenyamanan para reporter dalam menyusun berita.

Pelaksana Tugas Sementara Kepala Seksi Liputan Berita & Dokumentasi RRI Makassar, Rusdin mengatakan hingga saat ini pembenahan sarana dan prasarana sudah dilakukan sedikit demi sesikit, namun semuax masih dalam proses. Selain Sarana di ruang redaksi kurang maksimal, sarana dan parasarana pendukung di ruang produksi juga sudah tidak mendukung lagi, hal tersebut dapat terlihat dari perlatan mixer dan peralatan pendukung lainnya yang sudah tua, hal tersebut tentu sangat mengganggu proses produksi.

B. PEMBAHASAN

Membahas masalah pengelolaan, sama saja kita membahas bagaimana manusia mampu mengelolaah pekerjaan agar berjalan dengan baik. Berbicara tentang pengelolaan, yaitu:

Pengelolaan, adalah tindak lanjut dari kegiatan yang sudah dilakukan diunit lain dalam satu organisasi meskipun demikian, kegiatan yang dilakukan, misalnya 75

dalam hal manajemen dan prosedurnya dengan meninggalkan cara-cara lama

(tradisional) yang biasanya sebagian besar dianut dalam menjalankan manajemen organisasi.

Jika memperhatikan secara seksama pengertian pengelolaan, maka pengelolaan selayaknya harus ditunjang dengan perencanaan yang baik terhadap apa yang hendak dilakukan dalam rangka kegiatan pengelolaan itu sendiri. Perencanaan harus mempertimbangkan penerapan prosedur kerja yang baik, sesuai dengan kondisi organisasi, agar mampu menunjang kegiatan yang rutin dilaksanakan. Dengan kegiatan pengelolaan merupakan upaya yang dilakukan terus-menerus dan berkesinambungan, sehingga tugas dan tanggung jawab untuk menciptakan iklim serta suasana yang menguntungkan bagi pengelolaan yang harus diprioritaskan oleh organisasi mengacu pada permasalahan yang mendasar yaitu pada faktor sumber daya manusia koordinasi dengan unit kerja lain yang biasanya belum dilakukan dengan baik.

Jika dikaitkan dengan Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan

Kepuasan) dimana Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan

Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya.

Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 76

2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai percampuran personal individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media dan ( perbedaan pola perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapat memengaruhi

(10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan memengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.

A.1. Pengelolaan program siaran berita di Radio Republik Indoensia (RRI) Makassar

dalam meningkatkan daya tarik pendengar.

Radio Republik Indonesia RRI Makassar sebagai lembaga penyiaran publik diharapkan mampu menyajikan informasi berita dan hiburan yang dapat dinikmati masyarakat pendengar atau public pendengar.

Untuk menghasilkan siaran informasi yang menarik dan dapat memberikan pengetahuan yang disukai pendengarnya, diperlukan manajemen penyiaran yang dapat menjawab tuntutan dan harapan masyarakat terhadap Lembaga Penyiaran Publik

(LPP) RRI Makassar dalam memasuki persaingan antar media yang semakin kompetitif.

Siaran radio memiliki dampak yang sangat luas bagi masyarakat, Karena itu peranan perencanaan (planning programming), pembagian kerja, pengendalian, 77

keterampilan dan koordinasi, menjadi sangat penting. Penyelenggaraan siaran merupakan kerja tim dan kolektif, maka diperlukan secara efektif dan efesien untuk menghasilkan output yang berkualitas.

Untuk menmingkatkan daya tarik pendengar khususnya dalam hal pemberitaan, RRI Makassar telah melakukan pengelolaan berita berdasarkan manajemen penyiaran seperti melakukan Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan.

1. Perencanaan

Perencanaan yang dimaksud disini ialah dalam pengelolaan informasi berita dilakukan terlebih dahulu penyusunan program setelah itu penjadwalan kegiatan dan dilanjutkan dengan penganggaran. Namun dalam perencanaan ini ditemukan sebuah keluhan dimana anggaran dalam proses pengelolaan berita masih sangat minim sehingga hal tersebut sangat menghambat proses produksi sebuah berita.

Anggaran bagi pelaksanaan pengumpulan berita yang ditetapkan untuk setiap priode (tahun) cenderung kurang. Hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor, yaitu:

- Biaya operasional siaran dari waktu kewaktu terus mengalami peningkatan.

- Anggaran untuk peralatan penunjang operasional siaran sampai saat ini masih

merupakan sasaran utama RRI Makassar karena peralatan operasional siaran yang

tersedia saat ini belum sepenuhnya modern dan layak pakai karena masih

merupakan peralatan lama.

- Dana bantuan dari pemerintah pusat dan daerah yang sangat terbatas khususnya

untuk biaya-biaya operasional. 78

- Pendapatan dari iklan belum mampu terpenuhi sesuai dengan kebutuhan karena

banyaknya saingan seperti radio-radio swasta yang memiliki manajemen relatif

baik dibanding RRI Makassar.

- Terbatasnya dana anggaran tersebut menyebabkan kegiatan pengumpulan berita

yang dilakukan oleh reporter juga belum dapat sepenuhnya mampu meliputi berita

secara aktual dan tepat waktu.

2. Pelaksanaan

Pada tahapan pelaksanaan langkah yang dilakukan dalam pengelolaan berita meliputi Pengetahuan topic liputan, Pengumpulan hasil liputan dan Koordinasi. Proses pelaksanaan dimaksud adalah berupa tahapan pengelolaan berita yang sudah dikumpul oleh reporter untuk kembali diudarakan. Proses pelaksanaan memerlukan kemampuan yang baik untuk pengelolaannya karena tanpa kemampuan yang baik, bagaimanapun cepat dan akuratnya informasi yang diterima dan dihimpun tidak akan dapat menarik perhatian khalayak apabila tidak dikelola dengan baik dan seksama. Dalam pelaksanaan, tahap yang diteliti adalah meliputi; (a) Penentuan topic liputan; (b)

Pengumpulan hasil liputan; dan (c) Koordinasi.

3. Pengawasan

Pada tahap pengawasan langkah yang dilakukan ialah Tindakan pengawasan pada RRI Makassar pada dasarnya dilakukan melalui (a) penggunaan perangkat keras, (b) pengawasan terhadap perangkat lunak. Pengawasan terhadap perangkat keras bertujuan memastikan agar peralatan (perangkat keras) dapat benar- 79

benar berfungsi dengan baik dan efektif agar dapat mendukung kegiatan operasional penyiaran.

B.1. Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kinerja reporter sehingga

menghasilkan program siaran berita yang baik.

Dalam meningkatkan kinerja reporter RRI Makassar telah melakukan serangkaian pembenahan diantaranya Peningkatan Kualitas SDM dan Peningkatan

Sarana Prasarana penunjang dalam pengelolaan sebuah berita.

1. Peningkatan Kualitas SDM

Langkah yang dilakukan meliputi penyelenggaraan kegiata pelatihan kepada karyawan yang berada di divisi pemberitaan yang meliputi reporter, editor, produksi, penyiar dan lain sebagainya. Mereka diberi pelatihan sesuai dengan bidang masing-masing.

Terlihat pengaruh rendahnya pendidikan formal SDM dalam pelaksanaan pengelolaan informasi berita dan dapat dilihat dari sejumlah faktor yaitu: a. Proses pengelolaan berita yang kurang efektif sehingga informasi yang sudah

dikumpulkan tidak mampu diolah dengan tepat waktu. Hal ini juga menyebabkan

sehingga pada saat akan diudarakan proses pengelolaan berita belum rampung dan

belum siap untuk diudarakan tepat waktu. b. Proses editing berita kurang optimal, menyebabkan dalam penyampaian informasi

kepada khalayak selain kurang menarik juga kurang dapat dijadikan pedoman

untuk mendengar secara lengkap mengenai suatu berita. 80

c. Proses komunikasi antara SDM/ aparat yang terlibat dalam pengelolaan informasi

berita belum dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efesien sehingga informasi

berita yang dihasilkan cenderung kurang berkualitas karena khalayak sudah

memperoleh informasi yang lebih lengkap dari media informasi lain. d. Masih terdapat proses pengelolaan berita yang tumpang tindih karena pemahaman

terhadap tugas pokok masing-masing kurang memadai.

Faktor diatas nampak mempengaruhi kualitas berita dan informasi yang dikelola pada RRI Makassar yang disebabkan karena pendidikan formal SDM yang masih kurang.

2. Sarana

Guna mendukung pengelolaan berita berjalan dengan efektif, maka peremajaan sarana dan prasarana seperti komputer, alat rekam, mixer, pemancar, serutin mungkin dilakukan. Hal tersebut bertujuan agar pengelolaan berita yang dilakukan tidak terhambat sehingga mempengaruhi outputnya.

81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengelolaan program siaran berita di RRI Makassar dalam meningkatkan daya tarik pendengar. Selain itu, untuk mengetahui pula upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kinerja reporter sehingga menghasilkan program siaran berita yang baik di RRI Makassar. Dari hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Pengelolaan program siaran berita di RRI Makassar Sudah dilaksanakan sesuai

dengan prosedur manajemen penyiaran meliputi perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan. Untuk perencanaan tahapan yang dilakukan meliputi penyusunan

program, penjadwalan kegiatan dan penganggaran. Sedangkan pada tahapan

pelaksanaan langkah yang dilakukan meliputi pengetahuan topic liputan,

pengumpulan hasil liputan dan koordinasi. Sementara itu pada tahapan terakhir

ya‟ni pengawasan langkah yang dilakukan ialah evaluasi dan pelaporan. b. Guna meningkatkan kinerja reporter, RRI Makassar senantiasa melakukan

pelatihan bagi para karyawan yang bekerja di divisi pemberitaan baik itu reporter,

penyiar, editor, produksi dll. Selain memberikan pelatihan, RRI Makassar juga

meningkatkan sarana dan prasarana yang mendukung kinerja reporter seperti

perangkat komputer, voice recording, alat produksi berita, ruang siaran dll. Hal 82

tersebut perlu senantiasa dilakukan peremajaan guna memperlancar proses

produksi sebuah berita.

B. Saran a. Perencanaan penyusunan program siaran berita hendaknya dapat disesuaikan

dengan mekanisme manajemen penyiaran, agar kualitas program berita yang

dihasilkan berkualitas dan diharapkan dapat menarik minat pendengar, oleh karena

itu penganggaran yang lebih guna penyusunan program sangat diperlukan agar

menghasilkan proses penyusunan program berita yang baik. b. Peningkatan Kualitas SDM dengan melakukan pelatihan jurnalistik bagi para

karyawan di divisi pemberitaan baik itu reporter, penyiar, dll.

83

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. 1984. Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas. Ujung Pandang: Lembaga Inovasi Kajian.

Assegaf. 1999. Pengertian Berita. http// www.google.com/ diunduh pada januari 2012.

AS. Ahmad. 1990. Manusia dan Informasi. Ujung Pandang: Hasanuddin Press University.

AR. Bulaeng, MS.2000. Metode Penelitian Kontenporer. Makassar: Hasanuddin Press University.

Djuroto. Manajemen Penerbitan Pers. http://journal.komunikasi/article diunduh pada maret 2012.

Effendy, Onong. 1990. Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Elias M.Awad. 1979. Pengantar Teori Sistem. Jakarta: Gunung Agung.

Fidarta. 1997. Pengertian Perencanaan. http://article perencanaan/ diunduh pada februari 2012.

Gasvers. 1988. Defenisi Informasi. http//article defenisi informasi/ diunduh pada februari 2012.

Hasibuan. 2001. Pengertian Pengorganisasian. http//www.google.com/ article pengorganisasian/ diunduh pada maret 2012.

Hofman, Reudi. 1999. Memahami Penyelenggaraan Penyiaran. Jakarta: Media Law Departemen Internews Indonesia, Nuansa.

Ishadi, SK. 1999. Dunia Penyiaran. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Joeliarto Dkk. 1995. Sistem Pelaporan, Bandung: Sumur.

Komaruddin. 1979. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Balai Pustaka

Mardiasmo. 1999. Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: Mandar Maju.

Melayu S.P. Hasibuan. 2000. Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Masagung. 84

Mudjoyo Tjokroa. 1995. Pelaksananan Sebagai Proses. Sinar Baru.

Nigrat, Handayani. 1994. Pengertian Koordinasi. http// article koordinasi/ diunduh pada januari 2012.

Panglaykim dan Hazil. 1977. Pengertian Perencanaan. http//www.google.com/ arti perencanaan/ diunduh pada april 2012.

Poetranto. 1991. Manajemen Proyek Pembangunan. http//www.google.com/ article manajemen pembangunan/ diunduh pada april 2012.

Prijono. 1992. Pengertian Pengelolaan. http//article pengelolaan/ diunduh pada januari 2012.

Robbins. 1992. Pengertian Perencanaan. http//journal perencanaan/ diunduh pada maret 2012.

Siagian. 1994. Evaluasi dalam Sebuah Proses. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Soedjadi. 1989. Perencanaan dan Proses. Gunung Agung.

Suandang, K. 1986. Jurnalistik Public dan Media. Bandung: Sinar Baru.

The Liang. 1989. Pelaksanaan. Balai Pustaka

Widjaya. 1986. Defenisi Pengelolaan. http//www.google.com/ diunduh pada maret 2012.

Zainun. 1990. Manajemen Pengorganisasian. Gunung Agung

85

86