<<

POSISI FAUNA SITUS PATIAYAM DALAM BIOSTRATIGRAFI JAWA

THE FAUNAL POSITION OF PATIAYAM SITE IN THE BIOSTRATIGRAPHY OF JAVA

Naskah diterima: Naskah direvisi: Naskah disetujui terbit: 03-03-2016 05-06-2016 01-09-2016

Siswanto Sofwan Noerwidi Balai Arkeologi Yogyakarta Jl. Gedongkuning 174 Yogyakarta [email protected] [email protected]

Abstrak Situs Patiayam merupakan situs Plestosen yang kaya akan data paleontologis. Berdasarkan penelitian dapat diketahui keragaman jenis fauna yang pernah menghuni situs tersebut. Sayangnya kebanyakan dari temuan tersebut merupakan temuan permukaan oleh penduduk, sehingga sult untuk mengetahui pertanggalan dari fosil-fosil tersebut. Tulisan ini berusaha menjawab permasalahan tersebut dengan melakukan studi kontekstual terhadap temuan fosil fauna di situs Patiayam guna mengetahui usia relatifnya berdasarkan konteks formasi batuan, serta kemudian menempatkan posisinya dalam sejarah kehadiran dan kepunahan fauna-fauna (biostratigrafi) Plestosen di Jawa. Hasilnya dapat diketahui bahwa fauna Patiayam termasuk dalam kelompok fauna Cisaat hingga fauna Kedungbrubus, yang merekam sejarah perubahan lingkungan, serta penghunian fauna dalam rentang waktu sekurang- kurangnya 1.2 hingga 0.8 juta tahun yang lalu. Pandangan ini berguna untuk melengkapi dan menambah pemahaman kita mengenai prasejarah kuarter di Pulau Jawa, khususnya pada situs yang terisolir seperti Patiayam.

Kata Kunci: fauna, plestosen, Situs Patiayam, biostratigrafi, Jawa

Abstract Patiayam is a site which rich of paleontological remains. Based on the result, we know the diversity of Patiayam fauna that lived in the site. Unfortunately, most of found by local people are surface find. Thus, it is difficult to trace the age of these fossils. This article attempts to answer these problems by conducting contextual studies of faunal in Patiayam to determine its relative age based on contextual position of their rock formations, and to put their position in the history of presence and of fauna (biostratigraphy) in Pleistocene time. The result suggests that Patiayam fauna is located between Cisaat group to Kedungbrubus group. It records the history of environmental change and faunal inhabitant from 1.2 to 0.8 million ago. This perspective is useful to enrich our understanding on the quarternary prehistory of Java, especially in the isolated site as Patiayam.

Keywords: fauna, pleistocene, Patiayam Site, biostratigraphy, Java

1. Pendahuluan perbatasan Kabupaten Pati. Kompleks Situs Patiayam secara perbukitan ini terdiri atas beberapa bukit administratif berada pada wilayah kecil dengan ketinggian 200 hingga 350 m Kabupaten Kudus dan Kabupaten Pati, di atas permukaan laut (dpl). Puncak Jawa Tengah. Situs ini terletak sekitar 20 tertinggi kompleks Gunung Patiayam km di sebelah timur Kota Kudus, mendekati terletak di Bukit Payaman pada ketinggian

Situs Patiayam

Gambar 1. Lokasi Keletakan Situs Patiayam (Sumber: Google dengan Modifikasi oleh penulis)

350 m dpl. Para peneliti terdahulu, seperti Setelah vakum pada masa awal Sartono dkk. (1978, 5) menyebut perang kemerdekaan (1945-1949), perbukitan Patiayam sebagai kubah (dome) penelitian yang dilakukan oleh Sartono Patiayam. Menurut mereka, kubah tersebut pada tahun 1978 berhasil menemukan 17 terbentuk selama Kala Plestosen sekitar spesies fosil vertebrata serta fosil manusia 0,9 - 0,5 juta tahun lalu. purba (Homo erectus). Temuan penting Situs Patiayam sudah sejak lama tersebut berupa sebuah gigi premolar serta ditemukan oleh para akademisi dan beberapa fragmen tengkorak (Sartono dkk. pemerhati ilmu pengetahuan. Paling tidak, 1978, 10). Para ahli paleoantropologi sejak zaman kolonialisme Belanda telah berpendapat bahwa manusia purba ada perhatian dan kegiatan penelitian di Patiayam secara kronologis dapat kawasan ini. Tercatat nama-nama seperti disejajarkan dengan manusia purba Raden Saleh dan Frans Wilhelm Junghuhn Sangiran, khususnya dari Formasi Kabuh yang berumur sekitar 0.7-0.9 jtl (Widianto 1993, 148 -- 150; Widianto dan Simanjuntak 1857. Selanjutnya, pada tahun 1890an 2009, 121 -- 122). Balai Arkeologi seorang dokter yang berdinas pada Yogyakarta pada tahun 1981-1983 pernah kemiliteran Hindia-Belanda bernama melakukan survei serta ekskavasi. Pada Eugene Dubois, menugaskan Anthonie de pengamatan di sekitar situs di sepanjang Winter dan Geraldine Kriel, dua orang aliran sungai Kali Balong dan Kali Ampo, tentara, untuk mengumpulkan fosil dan tidak mendapatkan sisa-sisa artefak batu, mencari arah penyebarannya di melainkan hanya fosil fauna saja pegunungan Kendeng dan Patiayam (Simanjuntak 1984, 20). (Shipman 2002, 130). Kemudian, van Es Setelah lama hilang dari publikasi pada tahun 1931 melakukan penelitian ilmiah, nama Situs Patiayam muncul lagi paleontologi di kawasan Patiayam (van Es pada tahun 2005 di sebuah berita koran di 1931, 30-32). Jawa Tengah yang mengungkap tentang

adanya fosil gading gajah. Sebagai respon diketahui umur numerik maupun relatif dari dari kejadian tersebut, maka Balai fosil-fosil tersebut. Oleh karena itu, tulisan Arkeologi Yogyakarta mengadakan ini berusaha untuk menyelesaikan peninjauan di Situs Patiayam, yang permasalahan tersebut dengan cara kemudian dilakukan penelitian secara melakukan studi kontekstual terhadap intensif. Hasil penelitian adalah situs temuan fosil fauna di situs Patiayam guna Patiayam merupakan situs Plestosen yang mengetahui usia relatifnya berdasarkan sangat potensial. Setelah pada tahun 1978 konteks formasi batuan, serta kemudian ditemukan fragmen fosil dan gigi Homo menempatkan posisinya dalam sejarah erectus, Siswanto (2007) menemukan jejak kehadiran dan kepunahan fauna-fauna budaya manusia purba tersebut berupa (biostratigrafi) Plestosen di Jawa. perkakas batu paleolitik yang terbuat dari Penelitian paleontologi ini bersifat bahan batu gamping kersikan (Siswanto deskriptif komparatif dengan cara 2011, 41). mendeskripsikan data secara sistematis Berdasarkan sudut pandang untuk kemudian dilakukan analisis paleontologi, hingga tahun 2015 telah perbandingan dengan data dari penelitian ditemukan beragam fosil vertebrata dan serupa yang pernah dilakukan di Jawa avertebrata. Fosil vertebrata yang telah pada khususnya maupun di tempat lainnya. berhasil diidentifikasi terdiri atas familia Data utama yang dimaksud dalam Bovidae dengan spesies Bos bubalus penelitian ini adalah jenis-jenis fauna dan paleokarbau (kerbau purba) dan Bos bibos konteks stratigrafi lokasi ditemukannya fosil paleosondaicus (banteng). Familia tersebut di Situs Patiayam melalui kegiatan Cervidae dengan spesies Cervus zwaani, survei dan ekskavasi oleh Balai Arkeologi familia Suidae (keluarga babi hutan, Yogyakarta. Deskripsi dilakukan secara celeng), familia (keluarga kualitatif untuk mengidentifikasi spesies gajah), (keluarga gajah fauna dan konteks litologi pada lokalitas purba), familia Hipopotamidae (keluarga ditemukannya fosil-fosil fauna tersebut. Kuda Nil), Felidae (keluarga harimau), dan Kemudian, studi komparatif familia Chelonidae (keluarga penyu), dilakukan dengan melakukan sedangkan fauna avertebrata adalah perbandingan satuan formasi batuan di temuan dari kelas Molusca (Siswanto 2011, situs Patiayam berdasarkan rekonstruksi 41). yang pernah dibuat oleh Sartono dkk., Sayangnya, keberagaman temuan (1978, 6), Zaim (1998, 20), dan Setiawan fosil fauna di situs Patiayam belum (2001, 13 -- 15). Korelasi formasi batuan ini dilengkapi dengan studi pertanggalan yang bertujuan untuk mengetahui pertanggalan memadai, sehingga belum banyak relatif temuan-temuan fosil fauna di situs

Patiayam secara lebih komprehensif. dan foraminifera sehingga diinterpretasikan Selanjutnya, dalam melakukan rekonstruksi sebagai endapan laut dangkal (Setiawan posisi biostratigrafi fauna-fauna situs 2001, 13). Berdasarkan analisis penentuan Patiayam, akan digunakan studi terdahulu umur dari foraminifera plankton yang mengenai rekonstruksi biostratigrafi fauna terkandung dalam batuan Formasi Jambe Plestosen di Jawa oleh Sondaar (1984, 219 ini Zaim (1998, 15) menyatakan bahwa -- 235), de Vos et al., (1994, 129 -- 140) dan satuan ini berumur Miosen Atas-Pliosen. van den Bergh et al., (1996, 7 -- 21). Rekonstruksi biostratigrafi terhadap fosil- 2.1.b. Satuan Batu Breksi (Formasi fosil fauna situs Patiayam berguna untuk Kancilan) menambah wawasan kita mengenai kondisi Satuan batuan ini dicirikan oleh lingkungan purba (paleoekologi) suatu situs batuan breksi berwarna abu-abu Hominid di Jawa yang secara geografis kehitaman, sangat keras/ kompak, dengan terisolir. masa dasar batu-pasir non-karbonatan dengan fragmen berukuran kerakal sampai 2. Hasil berangkal. Pada tekstur batuan yang 2.1. Geologi Situs Patiayam -fragmen Kubah Patiayam ditinjau batuan yang tertanam dalam masa dasar berdasarkan sifat batuannya. Sartono dkk., tidak saling kontak, dan terlihat fragmen- (1978, 6) mengemukakan pendapatnya fragmen besar berada di bawah fragmen- bahwa kubah tersebut tidak jauh berbeda fragmen kecil yang mengindikasikan bahwa dengan Kubah Sangiran berdasarkan pada satuan ini diendapkan pada lingkungan pengamatan satuan litologis dan temuan darat dengan mekanisme arus laharik fosil vertebratanya. Daerah Patiayam (Setiawan 2001, 14). Hasil pertanggalan secara stratigrafis memiliki enam litologi radiometri yang pernah dilakukan pada utama yang merupakan produk fragmen breksi ini menunjukkan umur sedimentasi maupun hasil aktivitas vulkanik Plestosen Awal atau sekitar 1.5 juta tahun Gunung Muria (Setiawan 2001, 13). Berikut yang lalu (Zaim 1998, 15; Setiawan 2001, ini adalah urutan satuan batuan di Situs 14). Patiayam dari yang paling tua ke muda. 2.1.c. Satuan Batupasir Tufaan (Formasi 2.1.a. Satuan Batulempung (Formasi Slumprit) Jambe) Satuan batuan ini berwarna putih Satuan batuan ini berwarna abu- abu-abu karena kandungan tufanya yang abu muda, terdiri atas batulempung biru tinggi, batuan ini berukuran halus sampai yang mengandung moluska laut dangkal sedang dan terdapat sisipan batu-gamping

serta breksi dan konglomerat. Pada satuan beku leusit-andesit berukuran kerakal batuan ini banyak ditemukan fosil tulang dengan kemas terbuka dimana fragmen dan gigi vertebrata serta fosil moluska air saling mengambang tidak bersentuhan tawar sehingga diinterpretasikan sebagai dalam masa dasar tufa berbutir halus. endapan darat sampai sungai. Berdasarkan Berdasarkan penelitian lapangan yang analisis paleomagnetism yang dilakukan dilakukan saat ini, ternyata juga banyak oleh Semah (1986, 359 -- 400) didapatkan ditemukan fosil Vertebrata yang belum umur batuan pada kala Plestosen Tengah pernah ditemukan sebelumnya. Satuan ini atau sekitar 700.000 tahun yang lalu. diendapkan pada lingkungan darat sebagai hasil aktivitas gunung-api dari Gunung 2.1.d. Satuan Tufa (Formasi Muria. Berdasarkan posisi stratigrafi dan Kedungmojo) juga berdasarkan hasil penelitian para Satuan batuan ini berwarna putih peneliti terdahulu satuan batuan ini kekuningan dan butir pasir berukuran halus diperkirakan berumur Plestosen Atas sampai sedang, tidak kompak dan pada (Setiawan 2001, 15). beberapa tempat memperlihatkan struktur sedimen silang siur (Setiawan 2001, 15). 2.1.f. Endapan Sungai (Aluvial) Pada satuan batuan ini banyak ditemukan Satuan endapan sungai (aluvial) fosil vertebrata terutama pada sisipan ini menyebar di bagian selatan daerah breksi dan konglomeratnya. Satuan batuan penelitian dan penyebarannya memanjang ini berdasarkan rekonstruksi penampang dari Barat ke Timur. Berdasarkan sifat geologi dan interpretasi umurnya menunjukkan bahwa pengendapannya adalah selaras setelah pengendapan Satuan Batupasir Tufaan di bawahnya. Umur dari satuan batuan ini berdasarkan posisi stratigrafi dan kandungan fosil vertebrata adalah Plestosen Tengah bagian akhir yang diendapkan pada lingkungan darat sampai sungai atau fluviatil (Setiawan 2001: 15).

2.1.e. Satuan Aglomerat (Formasi Sukobubuk)

Satuan batuan ini terdiri dari Gambar 2. Distribusi Formasi Batuan dai Situs batuan aglomerat dengan fragmen batuan Patiayam (Sumber: Setiawan 2001, 13).

batuannya yang masih bersifat lepas-lepas dan terdiri dari batuan sebelumnya yang dan ketinggian 92 m dpl. Temuan dari lokasi pernah diendapkan seperti batupasir tufaan ini adalah fragmen gading Probocidae dan andesit maka diperkirakan umur dalam litologi berupa batu pasir tufaan satuan batuan ini adalah baru (recent) dengan struktur silang siur (cross bedding), (Setiawan 2001, 15). dan kerikil laterit anggota Formasi Slumprit (Siswanto 2007, 15). Tidak jauh dari lokasi 2.2. Distribusi Fosil Fauna dalam penemuan pertama ke arah Bukit Slumprit, Konteks Stratigrafi terdapat temuan epiphysis distal humerus Penelitian ini bertujuan untuk Bovidae dalam litologi batu lempung mengetahui korelasi litologi secara vertikal pasiran antar lokasi pengamatan yang satu dengan dan ketinggian 121 m dpl. Litologi di lainnya. Korelasi ini berguna untuk lokasi penemuan ini masih berada dalam mengetahui umur relatif dari temuan- batuan Formasi Slumprit berumur awal temuan yang diperoleh pada penelitian Pleistosen Tengah, 700 ribu tahun yang Balai Arkeologi Yogyakarta. Oleh karena lalu. Selain itu, juga terdapat temuan itu, maka akan dideskripsikan karakter konsentrasi fragmen tulang Bovidae dan litologi pada masing-masing lokasi pengamatan berdasarkan hasil survei dan ekskavasi. Berikut ini adalah pemerian dpl. Lokasi penemuan ini berada pada jenis litologi di lokasi-lokasi pengamatan tanah grumosol dekat permukaan tanah, tersebut : sehingga diperkirakan merupakan deposisi sekunder dari litologi aslinya di puncak 2.2.a. Survei Bukit Slumprit (Siswanto 2013, 15). Bukit Slumprit Bukit Gecil Bukit Slumprit terletak di sebelah Bukit Gecil terletak sekitar 1 Km di utara kotak ekskavasi TP.1 tahun 2007 sebelah barat Bukit Slumprit, ke arah

Gambar 3. Singkapan Batupasir Tufaan anggota Formasi Slumprit (Kiri) dan Temuan epiphysis distal Humerus Bovidae di Bukit Slumprit (Kanan) (Dok. Penulis).

Dusun Ngrangit Lama. Gigi sp dan pengendapan fauna tersebut adalah fragmen-fragmen tulang vertebrata lingkungan rawa (Siswanto 2014, 16). ditemukan di lokasi ini di atas permukaan Kali Jurang Jero tanah pada Di Kali Jurang Jero ditemukan dan ketinggian 102 m dpl. Kondisi beberapa lokasi yang mengandung litologi di Bukit Gecil adalah batupasir fragmen fosil vertebrata namun tanpa tufaan dan kerikil laterit Formasi Slumprit. konteks litologi yang jelas, karena berada di Temuan lainnya adalah gigi Cervidae yang dasar sungai maupun pada endapan teras berada pada litologi aslinya berupa batu resen. Fragmen vertebrae jenis Bovidae lempung pasiran di terletak di endapan teras Kali Jurang Jero, dan ketinggian 96 m dpl. Berdasarkan karakter litologinya, lokasi dan ketinggian 98 m dpl. Endapan tersebut penemuan ini berada dalam Formasi terdeposisi di atas Batulempung anggota Slumprit (Siswanto 2013, 16). Formasi Kedungmojo yang tererosi aliran Kali Lemah Putih sungai. Namun umur batuan induk tersebut Kali Lemah Putih berada di tidak dapat dijadikan referensi umur sebelah barat Bukit Gecil. Di daerah ini minimum fosil vertebrata yang ditemukan. sering ditemukan fosil vertebrata baik tidak Kali Kedung Cina in situ, maupun yang masih berada pada Di dasar Kali Kedung Cina lokasi batuan induknya. Di Kali Lemah Putih ditemukan batuan breksi piroklastika ditemukan tulang panjang Probocidae yang dengan struktur kerak roti anggota Formasi masih melekat pada batu lempung coklat Kancilan dari Plestosen Awal sekitar 1.8 kehitaman juta tahun yang lalu. Batuan ini terbentuk dan ketinggian 73 m dpl. Batu pada awal pembentukan daratan di lempung coklat kehitaman ini kawasan Patiayam. Di atas batuan mengindikasikan bahwa lokasi tersebut, ditemukan fosil post-cranial dari satu individu jenis Bovidae. Temuan ini

Gambar 4. Kegiatan survei di sepanjang aliran Kali Lemah Putih (Kiri) dan temuan tulang panjang Probocidae di dasar Kali Lemah Putih (Kanan) (Dok. Penulis)

dan Fosil ketinggian 76 m dpl. Berdasarkan posisinya tersebut diendapkan dalam batupasir yang berada di atas breksi piroklastika tufaan dan batupasir dengan struktur silang Formasi Kancilan, dan masih eksisnya siur (cross bedding) anggota Formasi fauna Hexaprotodon sp di lokasi ini, maka Slumprit berumur Plestosen Awal-Tengah. diperkirakan usia minimum fauna di lokasi Berdasarkan posisi temuannya yang dapat ini adalah sekitar awal Plestosen Tengah, diketahui dengan jelas, yaitu hanya atau 0.9 juta tahun yang lalu (Siswanto beberapa meter di atas breksi piroklastika 2013, 17). Formasi Kancilan, maka diperkirakan Kali Gandu bahwa rangka Bovidae ini minimal berumur Di Kali Gandu dijumpai beberapa

Gambar 5. Pengamatan litologi di Kali Kedung Cina (Kiri) dan temuan konsentrasi tulang Bovidae di tebing Kali Kedung Cina (Kanan) (Dok. Penulis)

Plestosen Tengah, sekitar 1 juta tahun yang lokasi yang mengandung fosil vertebrata, lalu (Siswanto 2013, 17). namun kebanyakan tanpa konteks litologi Bukit Barongan yang jelas karena berada di endapan teras Bukit Barongan terletak sekitar resen. Fosil metapodial Bovidae terletak 300 meter di sebelah barat Kali Kedung Cina. Di lokasi tersebut dijumpai singkapan dan ketinggian 70 m dpl. Endapan teras di breksi piroklastika anggota Formasi Kali Gandu terdeposisi di atas batuan induk Kancilan dari Awal Plestosen. Di lokasi ini batupasir tufaan anggota Formasi Slumprit banyak ditemukan fosil-fosil fauna yang tererosi aliran sungai tersebut. vertebrata yang dikumpulkan oleh Namun, seperti di Kali Jurang Jero, umur masyarakat. Beberapa fauna tersebut batuan induk tersebut tidak dapat dijadikan diantaranya berasal dari jenis Probocidae, referensi umur minimum fosil vertebrata Bovidae, dan Hexaprotodon sp. Di Bukit yang ditemukan (Siswanto 2013, 18). Barongan ditemukan fragmen vertebrae Kali Kedung Rumpon Bovidae dalam batuan induk batupasir Kali Kedung Rumpon terletak di tufaan anggota Formasi Slumprit, pada S 6°

Gambar 6. Singkapan endapan lempung biru anggota Formasi Jambe di Kali Kedung Rumpon (Kiri) dan fragmen fasies marin pada endapan lempung biru (Kanan) (Dok. Penulis)

batupasir dan aglomerat anggota Formasi dpl. Di lokasi ini terdapat singkapan Sukobubuk hasil aktifitas vulkanik Gunung batulempung biru dengan fasies marin yang Muria Purba berumur Plestosen Akhir, berasal dari endapan laut dangkal. Batuan sekitar 0.125 Juta tahun yang lalu, dan ini merupakan anggota Formasi Jambe diendapkan secara tidak selaras dengan yang berumur Akhir Pliosen, dari sekitar 2 batulempung Formasi Kedungmojo di juta tahun yang lalu. Pada endapan bawahnya. Di Sukobubuk sampai saat ini batulempung ini dijumpai fosil gigi ikan hiu belum ditemukan fosil fauna vertebrata. dan kerang laut. Endapan tersebut Bukit Balung Buta terbentuk ketika kawasan Patiayam masih Bukit Balung Buta terletak di timur berupa laut dangkal, dan belum berevolusi Sukobubuk. Di Puncak Bukit Balung Buta menjadi daratan (Siswanto 2013, 18). dijumpai singkapan aglomerat lahar Sukobubuk Gunung Muria anggota Formasi Sukobubuk secara administratif Sukobubuk, kemudian dibawahnya adalah berada di Kabupaten Pati, Jawa Tengah batulempung Formasi Kedungmojo yang sangat tebal. Di dasar Bukit Balung Buta dan ketinggian 303 m dpl. Kondisi dijumpai litologi batupasir tufaan Formasi litologi di kawasan ini didominasi oleh Slumprit yang terkubur ratusan meter di

Gambar 7. Kondisi lingkungan Bukit Balung Buto yang banyak ditemukan fosil vertebrata (Kiri) dan fragmen tulang panjang Probocidae di kaki bukit (Kanan) (Dok. Penulis)

bawah aglomerat Formasi Sukobubuk dan Awal Plestosen Tengah sekitar 0.8 juta batulempung Formasi Kedungmojo. tahun (Siswanto 2007, 15). Fosil fauna yang ditemukan di kaki TP. 2 / 2008 Bukit Balung Buta berasal dari fauna jenis Lokasi ini berada di lereng bagian Stegodon Trigonocephalus. Hal ini barat Gunung Nangka dengan didominasi berdasarkan pada temuan fragmen gigi, oleh batulempung tufaan dengan nodule gading, dan tulang panjang pumis (batu apung) yang dapat dimasukan dan ketinggian 214 m Formasi Slumprit dari Awal Plestosen dpl (Siswanto 2013, 18). Diperkirakan Tengah sekitar 1-0.5 Juta tahun yang lalu. bahwa umur relatif fauna ini adalah awal Berdasarkan konteksnya, diketahui bahwa Plestosen Tengah, atau sekitar 0.9 juta lokasi ini berada di bawah TP. 1 di sebelah tahun yang lalu. Tidak jauh dari lokasi ini, di barat Gunung Slumprit. Temuan dasar jurang terdapat anak sungai Kali paleontologis dari lokasi ini adalah fosil Jambe sebagai toponim asal pemberian Stegodon Trigonocephalus yang nama Formasi Jambe yang berumur merupakan fauna Kedungbrubus dan Pliosen Akhir (Zaim 1998, 15). dominan dalam fauna Trinil Hk berumur Pleistosen Tengah antara 0.8-1 juta tahun 2.2.b. Ekskavasi yang lalu. Disimpulkan bahwa lokasi TP. 2 TP. 1 / 2007 ini berumur Awal Plestosen Tengah sekitar Litologi di lokasi ekskavasi ini 0.9 juta tahun (Siswanto 2008, 16). didominasi oleh batulempung tufaan TP. 3 / 2010 dengan nodule pumis (batu apung) dan Litologi di lokasi ini didominasi oleh pasir krikilan silang siur (cross bedding) batulempung tufaan dengan nodule pumis yang cukup tebal. Litologi ini masuk ke (batu apung) Formasi Slumprit dari Awal dalam anggota Formasi Slumprit dari Awal Plestosen Tengah sekitar 1-0.5 Juta tahun Plestosen Tengah sekitar 1-0.5 Juta tahun yang lalu. Berdasarkan konteksnya dapat yang lalu. Berdasarkan konteksnya, dapat diketahui bahwa lokasi ini berada jauh di diketahui bahwa lokasi ini berada sekitar 25 bawah TP. 1 dan 2, sehingga diperkirakan meter di atas singkapan breksi volkanik umurnya lebih tua dari pada kedua lokasi anggota Formasi Kancilan di dasar Sungai ekskavasi tersebut. Temuan paleontologis Kancilan. Temuan paleontologis dari lokasi dari lokasi ini adalah adalah fosil post- ini adalah fosil Elephas hysudrindicus. cranial Bovidae. Belum diketahui apakah Jenis fauna ini termasuk dalam fauna fosil ini termasuk anggota kelompok fauna Kedungbrubus yang berumur Pleistosen Kedungbrubus atau dalam fauna Trinil Hk. Tengah sekitar 0.8 juta tahun yang lalu. Diperkirakan bahwa lokasi TP. 3 ini Disimpulkan bahwa lokasi TP. 1 ini berumur

berumur Awal Plestosen Tengah sekitar 1 juta tahun (Siswanto 2010, 17).

Biostratigrafi Patiayam Periode Usia Jenis fauna Stratigrafi Fauna Fauna Punung 0.125 Ma Bibos, Panthera tigris, Tapirus F. Sukobubuk Belum ditemukan indicus, Acanthion brachyurus, Ursus fosil fauna pada Malayanus, Elephas maximus, Sus lapisan lahar F. barbatus, Macaca fascicularis, Sukobubuk Capricornis sumatraensis, Sus vittatus, Muntiacus muntjak, Homo sapiens, Pongo pygmaeus, Rhinoceros sondaicus, Hylobates syndactylus Ngandong 0.3 Ma Elephas hysudrindicus, Sus F. Kedungmojo Elephas brachygnathus, Bubalus hysudrindicus, Sus palaeokarabau, Macaca fascicularis, brachygnathus, panthera tigris, Homo soloensis, Bubalus Hexaprotodon sivalensis, Bibos palaeokarabau, palaeosondaicus, Stegodon panthera tigris, trigonocephalus Hexaprotodon sivalensis, Bibos palaeosondaicus, Stegodon trigonocephalus Kedung 0.8 Ma Rusa, Tapirus indicus, Lutrogale F. Slumprit Rusa, Sus Brubus paleoleptonix, Sus macrognathus, macrognathus, Stegodon trigonocephalus, Manis Stegodon paleojavanica, Homo erectus, trigonocephalus, Elephas hysudrindicus, Hyena Elephas brevirostris, Epileptobos groenveldtii, hysudrindicus, Rhinoceros unicornis kendengindicus Hyena brevirostris, Rhinoceros unicornis kendengindicus Trinil 1 Ma Trachypithecus auratus, Stegodon F. Slumprit Stegodon trogonocephalus, Pantera tigris, trogonocephalus, Macaca fascicularis, Rattus trinilensis, Pantera tigris, Bubalus palaeokarabau, Sus Bubalus brachygnathus, Homo erectus, palaeokarabau, Achanthion brachyurus, Presbytis Sus comata, Mececyon trinilensis, brachygnathus, Rhinoceros sondaicus, Prionailurus Homo erectus, bengalensis, Bibos paleosondaicus, Achanthion Axis lydekkeri, Muntiakus, muntjak, brachyurus, Mececyon trinilensis, Rhinoceros sondaicus, Bibos paleosondaicus, Axis lydekkeri, Muntiakus, muntjak, Duboisia santeng Cisaat 1.2 Ma Stegodon trigonocephalus, F. Kancilan Stegodon Hexaprotodon sivalensis, Cervidae, trigonocephalus, panthera, Sus stermmi Hexaprotodon sivalensis, Cervidae, panthera Satir > 1.5 Hexaprotodon simplex, F. Jambe Hexaprotodon Ma bumiajuensis, Geocelone atlas simplex, Sinomastodon bumiajuensis

Tabel 2. Rekonstruksi Biostratigrafi Jawa (Sondaar 1984, 219 -- 235)

TP. 4 / 2011 menentukan umur relatifnya. Salah satu Lokasi ini berada di teras Sungai cara untuk menjelaskan temuan tersebut Kancilan yang mengerosi batuan dasar adalah korelasi dengan rekonstruksi litologi batupasir krikilan berwarna coklat biostratigrafi yang telah dibuat oleh kemerahan anggota formasi Kedungmojo. beberapa ahli paleontologi terdahulu, Formasi ini didominasi oleh batu pasir seperti misalnya Sondaar (1984, 219 -- tufaan dengan insersi breksi dan 235), de Vos et al., (1994, 129 -- 140), van konglomerat, deposit hasil pengendapan den Bergh et al., (1996, 7 -- 21) (lihatt tabel lingkungan terrestrial dan sungai, serta 2). berumur akhir Pleistosen Tengah sekitar 500-300 ribu tahun yang lalu. Temuan dari 3.1. Fauna Satir lokasi ini adalah alat tulang yang ini terbuat dari fragmen tulang panjang cervidae berupa lancipan simetris (symmetrical point). Belum dapat disimpulkan dengan pasti apakah lokasi ini berumur 0.5-0.3 juta tahun yang lalu, atau sejajar dengan artefak Gambar 8. Foto gigi geraham atas Hexaprotodon simplex (?) dan tulang Ngandong yang berumur awal Hexaprotodon sivalensis (Dok. Penulis) Plestosen Akhir 0.3-0.125 juta tahun yang Kelompok fauna vertebrata tertua lalu (Siswanto 2011, 18). di Jawa adalah Fauna Satir berumur 1.5 TP. 5 / 2013 juta tahun yang lalu, yang berasal dari awal Lokasi ekskavasi TP. 5 merupakan pembentukan daratan di Pulau Jawa kelanjutan dari ekskavasi TP, sehingga (Semah 1982, 151 -- 164; Suzuki et al., disimpulkan bahwa lokasi ini juga berumur 1985, 309 -- 331). Karakter fauna dari Awal Plestosen Tengah sekitar 0.8 juta periode ini didominasi oleh fauna tahun (Siswanto 2013, 19). kepulauan, paket Sinomastodon dan

Geocelone (de Vos et al., 1994, 130). 3. Pembahasan Anggota fauna Patiayam dari periode ini Penelitian Balai Arkeologi adalah Hexaprotodon simplex (?), berupa Yogyakarta yang dimulai sejak tahun 2006 gigi atas dewasa yang berukuran telah berhasil mengumpulkan sejumlah sangat kecil. Lebih kecil dari pada ukuran data fauna dari situs Patiayam. Sebagian molar atas dewasa Hexaprotodon besar dari data tersebut adalah temuan sivalensis yang juga ditemukan di situs ini. masyarakat dengan recording yang Pada masa itu, kemungkinan telah muncul terbatas, sehingga agak sulit untuk daratan yang dapat dihuni oleh jenis hewan mengetahui posisi litologi asli dan ini di kawasan Patiayam. Namun mengingat masih minimnya data pendukung yang ditemukan, dan melihat lingkungan pengendapan fosil tersebut yang hanya berada pada Formasi Slumprit berumur 0.9 juta tahun, maka masih terbuka beberapa hipotesis untuk penjelasan fauna ini. Bersama dengan fauna

Hexaprotodon simplex, sejauh ini belum Gambar 9. Foto metacarpal ditemukan Sinomastodon dan Geocelone di Hexaprotodon sivalensis (Dok. Penulis). situs Patiayam. Dua kelompok kura-kura Jawa dikenal dengan nama sub spesies yaitu Trionycidae (kura-kura air tawar) dan Hexaprotodon sivalensis sivajavanicus (de Testudinidae (kura-kura darat) telah di Vos et al., 1994, 130 -- 131). temukan di situs ini. Akan tetapi masih perlu analisis lebih lanjut, apakah kura-kura darat 3.3. Fauna Trinil Hk tersebut termasuk dalam jenis Geocelone Fosil fauna vertebrata yang atlas yang merupakan hewan khas ditemukan di situs Patiayam sebagian endemik kepulauan. besar berasal dari kelompok Fauna Trinil Hk. Kelompok fauna ini berumur 0.9 juta 3.2. Fauna Cisaat tahun yang lalu (Suzuki 1985). Karakter Kelompok fauna selanjutnya fauna yang berasal dari periode Trinil Hk adalah Fauna Cisaat yang berumur 1.2 juta didominasi oleh fauna daratan luas dan tahun yang lalu (Semah, 1984). Karakter hutan terbuka. Jenis fauna yang paling fauna dari periode ini adalah fauna darat banyak ditemukan dari periode ini adalah yang ditandai dengan kemunculan Stegodon trigonocephalus dari kelompok Stegodon trigonocephalus dan Cervidae Probociade. Kelompok lain yang ditemukan (von Koenigswald 1935, 188 -- 198). di situs ini adalah tiga jenis Bovidae, yaitu Bersama paket ini adalah Hexaprotodon dua Bovidae berukuran besar berupa Bibos sivalensis yang fosilnya telah ditemukan di paleosondaicus dan Bubalus paleokarabau situs Patiayam, berupa tulang metacarpal (de Vos et al., 1994, 131). Nama (kaki depan) dan gigi molar atas. paleosondaicus mengindikasikan bahwa Hexaprotodon sivalensis adalah spesies fauna ini endemik dari Tenggara kuda air yang ditemukan di Asia Daratan. Daratan termasuk Daratan Sunda. Bibos Nama sivalensis mengindikasikan bahwa paleosondaicus kemungkinan adalah migrasi fauna ini berasal dari Asia Selatan, nenek moyang Bibos javanicus (banteng) atau yang dikenal dengan paket fauna Siva- yang masih hidup di ujung bagian barat dan Malaya. Untuk fauna jenis ini yang hidup di timur pulau Jawa. Sedangkan Bubalus

paleokarabau berevolusi di Asia Tenggara Daratan, kemudian bermigrasi lagi ke Jawa dalam bentuk Bubalus bubalus (kerbau air). Jenis Bovidae kerdil yaitu Duboisia santeng yang merupakan fauna endemik Jawa juga ditemukan di situs Patiayam ini. Dengan ditemukannya fauna ini pada Formasi Slumprit, maka mengukuhkan usia litologi tersebut sekitar 1 juta tahun yang lalu. Pada masa ini kondisi lingkungan Patiayam didominasi oleh hutan terbuka, sehingga juga merupakan habitat yang baik bagi penyebaran dua kelompok Cervidae besar yaitu Cervus dan Axis ; serta jenis Gambar 10. Foto tengkorak Cervidae kecil yaitu Muntiacus Muntjak. Duboisia santeng dan femur Carnivore kerdil (Dok. Penulis). Carnivore besar dari jenis Pantera tigris merupakan rantai paling atas di situs 3.4. Fauna Kedungbrubus Patiayam ini. Selain itu juga ditemukan jenis Kelompok fauna termuda yang carnivore kecil (?), yang belum dapat ditemukan di situs Patiayam adalah diketahui jenisnya. Berdasarkan bentuknya kelompok Fauna Kedungbrubus. Kelompok yang sangat kecil, mungkin berasal dari fauna ini berumur 0.8 juta tahun yang lalu kelompok Canidae atau (Leinders et al., 1985, 167 -- 173). Mirip Mustalidae.Periode Trinil Hk menjadi dengan kondisi lingkungan periode puncak periode penghunian situs Patiayam sebelumnya, karakter fauna pada masa ini baik oleh beragam fauna daratan maupun juga didominasi oleh hewan daratan luas Homo erectus dengan jejak budayanya. Hal dan hutan terbuka (de Vos et al., 1994, 131 ini dibuktikan dari penelitian yang dilakukan -- 132). Jenis fauna dari periode ini yang oleh Sartono dan Zaim pada tahun 1979 telah ditemukan di situs Patiayam adalah berupa temuan gigi premolar dan kepingan Elephas hysudrindicus. Seperti sivalensis, atap tengkorak yang kemungkinan berumur nama hysudrindicus mengindikasikan sekitar 0.9 juta tahun yang lalu. bahwa migrasi fauna ini berasal dari anak Selanjutnya, penelitian Siswanto tahun benua India (Siva-Malaya). Pada periode 2007 hingga 2012 menemukan beberapa ini, fauna dari kelompok Probocidae lainnya alat batu masif serta beberapa alat tulang. yang masih eksis adalah Stegodon

trigonocephalus. Namun yang menarik bahwa dari berbagai jenis anggota Fauna

Kedungbrubus, baru fosil Probocidae ini lagi. Di masa yang akan datang, diharapkan yang ditemukan. Kondisi ini memunculkan semakin banyak terkumpul data baru baik hipotesis terjadinya penurunan kualitas dan melalui survei maupun ekskavasi dengan kuantitas penghunian di Patiayam, metode dan teknik analisis yang lebih mengingat tingginya aktivitas vulkanisme mendalam, sehingga dapat digunakan Gunung Muria Purba yang diindikasikan untuk melengkapi dan menambah dari tebalnya endapan lahar pada Formasi pemahaman kita mengenai kehidupan Sukobubuk. Jawaban akan pertanyaan ini pada masa prasejarah kuarter di situs masih harus diuji dengan data baru dari Patiayam. penelitian selanjutnya. UCAPAN TERIMA KASIH 4. Penutup Tulisan ini didedikasikan kepada Situs Patiayam merekam sejarah seluruh anggota paguyuban pelestari situs perubahan lingkungan, serta penghunian Patiayam khususnya yang berperan aktif fauna dan manusia dalam rentang waktu dalam menjaga kelestarian situs ini, yaitu sekurang-kurangnya 1.2 hingga 0.8 juta alm. Mustofa, alm. Sudarjo, dan Kliwon. tahun yang lalu. Pada periode tersebut Penulis mengucapkan penghargaan yang terjadi paling tidak tiga event proses glasial- tinggi atas kerjasama seluruh anggota tim interglasial yang memicu terjadinya migrasi Balai Arkeologi Yogyakarta yang terlibat dari Asia daratan dan endemisme di dalam Penelitian Manusia, Budaya, dan Paparan Sunda. Lingkungan Purba pada Kala Plestosen di Posisi fauna situs Patiayam dalam Situs Patiayam, khususnya kepada alm. sejarah kondisi lingkungan purba di Pulau Rokhus Due Awe. Ucapan terima kasih Jawa dapat diketahui secara jelas dari juga disampaikan kepada Dinas penelitian yang telah dilakukan ini. Kebudayaan dan Pariwisata, Kab. Kudus. Berdasarkan pada korelasi antara temuan Terima kasih juga kami ucapkan kepada fosil fauna dan formasi batuan hasil masyarakat Desa Terban (Kab. Kudus) penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta pada umumnya. dengan rekonstruksi Biostratigrafi Jawa yang telah disusun oleh para peneliti DAFTAR PUSTAKA terdahulu dapat diketahui bahwa fauna de Vos, J., Sondaar, P.Y., van den Bergh, Patiayam termasuk dalam kelompok Fauna G.D. and Aziz, F., 1994. The Homo Bearing Deposits of Java and its Cisaat hingga Fauna Kedungbrubus. Ecological Context. Dalam Courier Hasil penelitian ini masih belum Forschungsinstitut Senckenberg, 171. Halaman: 129 -- 140. selesai karena perlu didukung dengan data Leinders, J.J.M., Aziz, F., Sondaar, P.Y., de pertanggalan absolut yang lebih lengkap Vos, J., 1985. The Age of the

Hominid-Bearing Deposits of Java- ______. 2008. Laporan Penelitian State of the Art. Dalam Geologie Arkeologi. Manusia, Budaya dan en Mijnbouw, 64(2). Halaman: 167 Lingkunganya Kala Plestosen di -- 173. Jawa: Ekskavasi Gunung Nangka. Yogyakarta: Balai Arkeologi Sartono, S., Hardjasasmita, S., Zaim, Y., Yogyakarta. (Tidak Diterbitkan) Nababan, U.P., dan Djubiantono, T., 1978. Berita Pusat Penelitian ______. 2010. Laporan Penelitian Arkeologi No. 19: Sedimentasi Arkeologi. Manusia, Budaya dan Daerah Patiayam, Jawa Tengah. Lingkunganya Kala Plestosen di Jakarta: PT. Rora Karya. Jawa: Ekskavasi Gunung Slumprit. Yogyakarta: Balai Arkeologi Sémah, F., 1982. and Pleistocene Yogyakarta. (Tidak Diterbitkan) Geomagnetic Reversals Recorded in the Gemolong and Sangiran ______. 2011. Pengelolaan Situs Domes (Central Java). Dalam Hominid Patiayam, Kudus, Jawa Modern Quaternary Research in Tengah: Nilai Penting dan Peran SE Asia, 7. Halaman: 151 -- 164. Para Pihak dalam Pengelolaan Situs Berbasis Masyarakat. Tesis ______. 1986. Le peuplement ancien Pasca Sarjana, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. chronologique. Dalam Tome 90, No. 3. ______. 2013. Laporan Penelitian Halaman : 359 -- 400. Arkeologi. Manusia, Budaya dan Lingkunganya Kala Plestosen di Setiawan, A. 2001. Geologi dan Jawa: Ekskavasi Gunung Slumprit. Paleontologi Vertebrata Daerah Yogyakarta: Balai Arkeologi Patiayam dan Sekitarnya di Yogyakarta. (Tidak Diterbitkan) Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Skripsi ______. 2014. Laporan Penelitian Sarjana. Departemen Teknik Arkeologi. Manusia, Budaya dan Geologi Fakultas Ilmu Kebumian Lingkunganya Kala Plestosen di dan Teknologi Mineral. Bandung: Jawa: Survey Deliniasi Batas- Institut Teknologi Bandung. (Tidak batas Situs. Yogyakarta: Balai Diterbitkan). Arkeologi Yogyakarta. (Tidak Diterbitkan) Shipman, Pat. 2002. The Man Who Found the Missing Link: Eugène Dubois ______. 2015. Laporan Penelitian and His Lifelong Quest to Prove Arkeologi. Manusia, Budaya dan Darwin Right (Eugene Dubois & Lingkunganya Kala Plestosen di His Lifelong Quest to Prove Darwin Jawa: Identifikasi Temuan Right). Harvard: University Press Paleontologis. Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta. (Tidak Simanjuntak, Harry Truman. 1984. Laporan Diterbitkan) Ekskavasi Sudo 1984. Departemen Pendidikan dan Sondaar, P.Y., 1984. Faunal evolution and Kebudayaan, Proyek Penelitian the mammalian biostratigraphy of Purbakala D.I. Yogyakarta. (Tidak Java. Dalam Cour. Forsch. Inst. Diterbitkan) Senckenberg, 69. Halaman: 219 -- 235. Siswanto. 2007. Komponen Lingkungan Pendukung Kehidupan Manusia Suzuki, M., Budisantoso Wikarno, I. Kala Plestosen di Situs Patiayam, Saefudin, dan M. Itihara. 1985. Kudus. Dalam Berita Penelitian Fission track ages of Pumice tuff, Arkeologi, Nomor 22/2007. tuff layers and Javites of Hominid Yogyakarta: Balai Arkeologi fossil bearing formations in Yogyakarta. Hlm. 8-15. Sangiran area, Central Java. Dalam Quaternary Geology of the

Hominid Fossil Bearing Formations in Java, Geological Research and Development Centre, Special Publication 4. Halaman: 309 -- 331. van den Bergh, G.D., J. de Vos, P.Y. Sondaar, F. Aziz. 1996. Pleistocene Zoogeographic Evolution of Java () and Glacio-eustatic Sea-level Fluctuations: a Background for the Presence of Homo. Dalam Indo- Pacific Prehist. Assoc. Bull., 14 (Chiang Mai Papers, 1). Halaman: 7 -- 21. van Es, C.J.C,. 1931. The Age of Pithecanthropus. Den Haag: The Hague Martinus Nijhoff. von Koenigswald, G.H.R., 1935. Die fossilen Säugetierformen Javas. Dalam Proc. Koninklijke Akad. van Wetenschappen 38. Halaman: 188 -- 198 Widianto, Harry. 1993. Unité et diversité des hominidés fossiles de Java: Présentation de Restes Humains Fossiles Inédits. Thése du Docteural. Paris: MNHN. Widianto, H. dan Harry Truman Simanjuntak. 2009. Sangiran Menjawab Dunia. Sragen: Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran. Zaim, Yahdi. 1998. Penelitian Paleoekologi dan Paleoenvironmen untuk Rekonstruksi Sejarah Kehidupan Manusia Purba Homo Erectus di Jawa Berdasarkan Penelitian Paleontologi Vertebrata Daerah Patiayam Jawa Tengah. Laporan Penelitian. Bandung: Institut Teknologi Bandung.