PAGELARAN DI PERANTAUAN

“Study Etnografi di Kota Medan”

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial dalam Bidang Antropologi

Oleh:

ALFI SYUKRI

130905097

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU POLITIK DAN ILMU SOSIAL

PERNYATAAN ORGINALITAS

Pagelaran Randai di Perantauan

“Study Etnografi di Kota Medan”

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajuan untuk memperoleh gelar keserjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap meninggalkan kelar sarjana saya.

Medan, November 2017

Penulis

Alfi Syukri

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

ALFI SYUKRI, 2017. Judul skripsi: Pagelaran Randai di Perantauan “Study Etnografi di Kota Medan”. Skripsi ini terdiri dari 5 BAB, 91 halaman, 17 daftar gambar, 17 daftar pustaka. Tulisan ini berjudul Pagelaran Randai di Perantauan, Randai yang di ambil adalah study etnografi di kota Medan. Tujuan dari tulisan ini adalah mendeskripsikan bagaimana pagelaran Randai di kota Medan serta perubahannya. Wujud pagelaran Randai yang dimaksud adalah bagaimana eksistensi, dan pelestarian kesenian Randai di kota Medan serta mendeskripsikan bagaimana Randai di kota Medan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dimana penelitian ini bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistic. Untuk memperoleh data penelitian yang dibutuhkan, menggunakan tekni observasi wawancara. Observasi yang penulis lakukan adalah observasi partisipan dimana penulis ikut langsung di lapangan. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian adalah wawancara mendalam, yaitu penulis dan informan berinteraksi satu sama lain dalam waktu yang relatif lama sehingga penulis dapat membangun rapport (hubungan baik) dengan informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada masyarakat yang peduli akan budaya sendiri sehingga masih ada upaya-upaya yang dilakukan oleh perkumpulan masyarakat Minangkabau untuk melestarikan Randai di kota Medan, seperti yang dilakukan oleh Ikatan keluarga Bayur dan Badan Musyawarah Masyarakat Minangkabau Medan. Randai di perantauan terdapat dua bentuk yaitu Randai seperti daerah asal Minangkabau dan Randai yang mengalami perubahan, Randai yang mengalami perubahan baik dari segi fungsi, gerakan, Alat musik, tempat pertunjukan maupun formasi. Randai yang mengalami perubahan seperti gerakan Randai yang mengambil gerakan tarian modern, Alat musik elektronik sebagai pengganti pemain musik Randai yang sudah mulai berkurang di daerah perantauan. Akibat Randai yang memakan waktu terlalu lama dalam pertunjukan mengakibatkan kurangnya minat pertunjukan Randai di perantauan akibat dari hal tersebut menurunnya orderan terhadap Randai di perantauan dan mengalami kelangkaan personil atau pelaku dalam Randai.

Kata-kata Kunci: Kesenian, Pagelaran Randai, Perubahan, Perantauan.

Universitas Sumatera Utara UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan Syukur saya ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas berkat dan karuni-Nya Saya dapat Menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada departemen

Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini merupakan akhir dari perkuliahan saya dan awal bagi saya untuk belajar hal yang baru kembali. Saya ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada kedua orang tua saya, Bapak Bustaman dan Ibu Ermadewita yang telah berjuang dan bekerja keras serta memberi semangat agar saya tetap rajin kuliah, belajar, dan sukses dalam pendidikan. Mereka bekerja tanpa lelah dan pamrih akan keberhasilan saya. Mereka berharap saya akan jadi orang yang sukses nantinya dan dapat mengangkat derajat keluarga, terima kasih juga saya ucapkan kepada kedua saudara saya, kakak saya Nurul Fatma dan suaminya Arif Ade

Putra, dan Adik saya Muhammad Aldi Fikri yang selalu mendukung dan memberi semangat kepada saya. Tanpa kasih sayang dan dukungan mereka semua, mungkin perkuliahan saya tidak sesemangat ini.

Terkhusus saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Dra, Nita

Savitri, M. Hum, Sebagai dosen pembimbing skripsi saya yang telah banyak mencurahkan waktu dan ilmu untuk membantu saya menyelesaikan permasalahan perkuliahan dan skripsi. Dimulai dari pengajuan judul hingga pembekalan saya menulis hasil penelitian skripsi. Oleh karena itu, saya sudah anggap sebagai orang

Universitas Sumatera Utara tua saya di rantau. Sungguh sebuah pengalaman yang berharga untuk saya.

Semoga ibu dan keluarga selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska, sebagai ketua Departemen Antropologi Fisip Universitas Sumatera Utara. Terima kasih juga kepada bapak Agustrisno, M.Sp, Sebagai sekretaris Departemen

Antropologi FISIP Universitas Sumatera Utara. Saya berterima kasih juga kepada pembimbing akademik saya yaitu Ibu Dra.Tjut Syahriani M.soc, M.sc, kepada kak

Nur sebagai staf Departemen Antropologi, saya ucapkan terima kasih karena telah membantu dan mempermudah segala informasi serta urusan perkuliahan saya.

Terima kasih juga kepada dosen-dosen Antropologi FISIP USU Ibu

Sabariah Bangun, ibu Mariana Makmur, Bapak Yance, Bapak Lister Brutu, Ibu

Rytha Tambunan, Bapak Zulkifli, Bapak Rhamdani Harahap, Bapak Ermansyah,

Bapak Nurman,Ibu Sri Alem Br. Sembiring yang telah memberikan ilmunya dan juga mendidik saya menjadi karakter mahasiswa yang baik. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada informan saya Uda dedi, Uda Aznil, Uda Ainal, Mak gaek, Bapak Edimas Putra (Sutan Pangulu), Muhammad Hasyim, yang mana telah memberikan berbagai macam informasi untuk skripsi saya.

Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada senior saya di Antropologi angkatan 2012, Ida Rahmadani, yang telah memberi nasehat dan membantu saya untuk lebih mudah dalam menyelesaikan skripsi. Terima kasih juga kepada Senior pada jurusan lain Rahmad hidayat, Roni Andriska, Febri, Fauza, Dedi Amin,

Universitas Sumatera Utara Rian, yang telah memberi nasehat kepada saya selama kuliah saya berlangsung di

Univeristas Sumatera Utara. Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan dari Organisasi Ikatan Mahasiswa Imam Bonjol yaitu Achil, Jimmy, Fadil, Farel,

Subqi, Anin, Rendi, Rozi, Tio, Syafri, Nadira, Azita, Mirza, Adik, Elvi, Ami,

Dewi, Ulfa, Nia dan banyak lagi yang tidak bisa disebutkan nama satu persatu- satu.

Kerabat dekat saya di Antropologi Sosial Angkatan 2013 seperti Andhika,

Pandu, Rizki, Mega, Nazla, Rajali, Marie, Putra, Daniel, Dedek, Bambang,

Ammar, Indri, Una dan banyak lainya yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada kerabat junior seperti Vero,

Afdhal, Yosri, Bima. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat saya dari kecil yang berada di kampung halaman, Andre Marta dan Fandi Synapa yang selalu memeberikan dukungan dan semangat serta juga tempat berbagi cerita suka maupun duka.

Medan, Desember 2017

Penulis

Alfi Syukri

Universitas Sumatera Utara RIWAYAT HIDUP

Alfi Syukri, Lahir pada tanggal 21 November 1994 di Batusangkar

Sumatera Barat. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Anak dari pasangan Bustaman dan Ermadewita. Penulis memulai pendidikannya di Taman

Kanak-kanak Al-Amin Batusangkar pada tahun 2000. Kemudian masuk ke sekolah dasar SDN 05 Tabek Batusangkar dan selesai pada tahun 2007.

Melanjutkan sekolah tingkat pertama SMP Negeri 3 Pariangan Tanah Datar dan selesai pada tahun 2010. Pada tahun 2013 menyelesaikan sekolah menengah atas di SMA 1 Pariangan Tanah Datar. Kemudian penulis melanjutkan ke Perguruan

Universitas Sumatera Utara Tinggi Negeri di Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2013.

Selama pendidikan di Antropologi FISIP USU, penulis juga mengikuti berbagai kegiatan seperti kepanitiaan inisiasi, seminar di kampus, pengalaman organisasi dan anggota kepanitiaan dalam berbagai organisasi, berikut penjabarannya :

1. Peserta Inisiasi Antropologi Sosial FISIP USU di Danau Toba-Parapat,

Sumatera Utara (2013)

2. Peserta PMB Ikatan Mahasiswa Imam Bonjol USU di Sibolangit

(2013)

3. Peserta Imib Leadersip Training pada tahaun 2014

4. Panitia Penyambutan Hari Besar Islam Ikatan Mahasisaw Imam Bonjol

tahun (2014)

5. Panitia Balai Kerapatan Anggota IMIB USU (2014)

6. Panitia PMB IMIB USU di Sayum Sabah Sibolangit tahun (2014)

7. Panitia Pagelaran Budaya Minagkabau IMIB USU di Gelanggan

Mahasiswa Usu (2015)

8. Top Scorer Sepak Bola Fisip USU (2015)

9. Ketua Panitia pelatihan kepemimpinan IMIB USU di Pancur Batu

(2015)

10. Kepala Bidang PTKP pada kepengurusan Organisasi IMIB USU

tahun 2014-2015

11. Panitia Sek. Keamanan Inisiasi Antropologi 2015

Universitas Sumatera Utara 12. Mengikuti PKL TBM di Kelurahan Suka Raja Medan (2016)

13. Peserta Training Of Facilitator mata kuliah pembangunan masyarakat

di hotel Candi Medan (2016)

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat skripsi yang berjudul “Pagelaran Randai di

Perantauan, Studi Etnografi di Kota Medan”. Penulis skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Satu (S1) pada

Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

Skripsi ini berisi kajian berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada anggota organisasi paguyuban Minangkabau di kota Medan, anggota kelompok grup kesinian Minangkabau, dan masyarakat Minangkabau di Kota

Medan. Mengkaji apa itu kesenian Randai Minangkabau, bagaimana pagelaran

Randai di kota Medan, siapa saja pelaku pelestarian Randai di kota Medan dan melihat perubahan di dalamnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun dari teknik penulisan. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan karena kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberi kontribusi demi kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Desember 2017

Penulis

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN...... i PERNYATAAN ORIGINALITAS ...... ii ABSTRAK ...... iii UCAPAN TERIMA KASIH...... iv RIWAYAT HIDUP ...... vii KATA PENGANTAR ...... x DAFTAR ISI ...... xi DAFTAR GAMBAR ...... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ...... 1 1.2 Rumusan Masalah ...... 6 1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ...... 6 1.4 Lokasi Penelitian ...... 7 1.5 Tinjauan Pustaka ...... 8 1.6 Metode Penelitian ...... 13 1.7 Pengalaman Penelitan ...... 16 1.8 Sistematika Penelitian ...... 19 BAB II DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN...... 20 2.1. Gambaran Umum Kota Medan ...... 20 2.2. Organisasi Kedaerahan Minangkabau di Kota Medan ...... 24 2.2.1. Organisasi BM3 (Badan Musyawarah Masyarakat Minang) di Kota Medan ...... 25 2.2.2. Organisasi IKB ( Ikatan Keluarga Bayur) ...... 29 2.3. Pentas Hiburan Tradisional di Kota Medan ...... 33 2.4. Grup Kesenian Minangkabau di Kota Medan ...... 33 2.4.1 Ikatan Kesenian Sri Antokan ...... 34 2.4.2 Ikatan Kesenian Bayur ...... 35

BAB III PAGELARAN RANDAI...... 36 3.1. Sejarah Kesenian Randai ...... 36 3.2. Fungsi Kesenian Randai ...... 38 3.3. Tata cara Pertunjukan Randai...... 39 3.3.1. Waktu dan Tempat Pertunjukan Randai ...... 40 3.3.2. Pemeran dalam Randai ...... 40 3.3.3. Cerita dalam Randai ...... 43 3.3.4. Alat MusikPengiring Randai ...... 62

Universitas Sumatera Utara BAB IV PAGELARAN RANDAI DI PERANTAUAN...... 68 4.1. Pagelaran Randai di kota Medan ...... 68 4.1.1 Pagelaran Randai pada Grup Kelompok Kesenian Sri Antokan BM3 Medan ...... 69 4.1.2 Pagelaran Randai pada Kelompok Kesenian Ikatan Keluarga Bayur Medan ...... 71 4.2. Fungsi Pagelaran Randai di kota Medan ...... 73 4.3. Tata cara Pagelaran Randai di kota Medan ...... 73 4.4. Pelaku Randai di kota Medan ...... 76 4.4.1. Pemain Randai ...... 76 4.4.2. Pelatih Randai ...... 76 4.5. Perubahan Randai di kota Medan ...... 77 4.5.1. Perubahan Tari dalam Randai ...... 78 4.5.2. Perubahan Pada Formasi dalam Randai ...... 81 4.5.3. Perubahan pada Musik pengiring dalam Randai ...... 81 4.5.4. PendapatMasyarakatterhadapperubahanRandai…….. ... 83 4.6. Kendala Pelestarian Randai di kota Medan ...... 84 4.6.1. Kurangnya Peminat Randai ...... 84 4.6.2. Waktu yang Terbatas ...... 85 4.6.3. Sulitnya Mencari Personil dalam Randai ...... 86 4.6.4. Sulitnya Mencari Pelatih Randai ...... 87

BAB V PENUTUP...... 88 5.1 Kesimpulan ...... 88 5.2 Saran ...... 89 DAFTAR PUSTAKA ...... 91 LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta kota Medan...... 24 Gambar 2. BM3...... 26 Gambar 3.Struktur Organisasi BM3...... 29 Gambar 4. Rumah Gadang IKB...... 30 Gambar 5. Struktur Organisasi IKB...... 33 Gambar 6. Pembawa Galembong Randai...... 41 Gambar 7. Pemain Musik Randai...... 42 Gambar 8. Pemeran Cerita dalam Randai...... 43 Gambar 9. ...... 63 Gambar 10. ...... 64 Gambar 11. Gandang...... 65 Gambar 12. Rabab...... 66 Gambar 13. Galembong...... 67 Gambar 14. Berlatih Randai di IKB...... 72 Gambar 15. Formasi Randai...... 82

Universitas Sumatera Utara BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pada saat ini kita sudah memasuki era globalisasi, dimana globalisasi begitu mudah diterima oleh masyarakat yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mempu mengubah dunia secara mendasar. Gejala yang menonjol sebagai dampak dari globalisasi adalah terjadinya perubahan budaya dalam masyarakat tradisional yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat terbuka. Begitu juga dengan masyarakat yang merantau, globalisasi telah merubah budaya mereka menjadi terbuka, ditambah lagi oleh faktor telah bercampurnya sebuah kebudayaan dengan kebudayaan lain atau akulturasi.

Berbicara perubahan budaya artinya kita berbicara mengenai proses pergeseran, pengurangan penambahan dan perkembangan unsur-unsur dalam suatu kebudayaan yang terjadi melalui interaksi antara masyarakat pendukung suatu kebudayaan dengan unsur-unsur kebudayaan baru dan penyesuaian unsur- unsur kebudayaan tersebut.Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia, tanpa itu kebudayaan tidak akan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah. Sebagaimana kebudayaan memiliki sifat dinamis, yaitu selalu bergerak dan mengalami perubahan baik secara cepat maupun secara lambat.

Universitas Sumatera Utara Begitu juga dengan kesenian yang merupakan salah satu unsur dari kebudayaan juga ikut mengalami perubahan akibat globalisasi. Kesenian merupakan pola pikir manusia untuk menciptakan karya-karya seni sebagai bentuk kepuasan batin. Melalui karya-karya seni seperti seni sastra, seni musik, seni tari, seni lukis, dan seni drama manusia dapat mengekspresikan ide-ide nilai- nilai, cita-cita dan perasaanya. Banyak hal pada pengalaman yang tidak dapat di ungkapkan dengan bahasa rasional.

Karya-karya seni yang diciptakan oleh manusia dapat dinikmati dandi tonton oleh siapa saja, tidak memandang suku bangsa ataupun kebangsaan, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan status sosial. Kesenian yang bersifat tradisional sudah berakar dan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya serta menjadi bentuk identitas kelompok yang membedakan dengan kelompok lainnya. Melalui kesenian dapat diketahui sistem dan norma yang berlaku pada suatu masyarakat.

Sebagaimana yang kita ketahui tradisi merantau adalah sebahagian daripada sejarah sosial dan ekonomi masyarakat Melayu salah satunya etnis

Minangkabau. Merantau dalam dunia yang tanpa sempadan sebelum wujudnya negara bangsa adalah sesuatu yang lumrah dilakukan oleh masyarakat Melayu untuk mengubah dan meningkatkan status kehidupan seseorang. Merantau dikalangan masyarakat Minang telah berlaku sejak zaman sebelum kemerdekaan yaitu pada tahun 1900, sebahagian masyarakat Minang telah merantau ke wilayah

Universitas Sumatera Utara timur pulau Sumatera dan seterusnya ke Semananjung Tanah Melayu terutamanya ke Kuala Lumpur.1

Dengan budaya merantau ini secara tidak langsung masyarakat

Minangkabau membawa kebudayaannya kedaerah perantauan. Salah satu dari unsur kebudayaan adalah kesenian. Menurut Koentjaraningrat (2009: 165) ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia.

Ketujuh unsur yang dapat kita sebut sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan di dunia adalah Bahasa, Sistem Pengetahuan, Organisasi Sosial, Sistem Peralatan

Hidup, Teknologi, Sistem Mata pencaharian, Sistem Kepercayaan, dan yang terakhir adalah Kesenian.

Randai merupakan seni teater di Minangkabau karena didalamnya ada dialog dan suatu cerita yang disampaikan, dan unsur lain yaitu musik dan tari.

Dalam pertunjukan Randai ada beberapa alat musik yang digunakan seperti alat musik tiup yaitu Saluang, Pupuik Sarunai, dan Bansi. Begitu juga dengan alat musik pukul seperti Gandang, Talempong dan Tassa. Semua alat musik tersebut adalah alat musik Tradisional Minangkabau. Sementa itu tari dan gerakan-gerakan

Randai diambil dari gerakan dasar di Minagkabau, seperti Silat Harimau,

Silat Kumango dan lain-lain. Dendang juga merupakan unsur yang sangat penting dalam pertunjukan Randai. Dendang merupaan nyanyian dalam Randai untuk menyampaikan cerita yang akan dibawakan dalam Randai tersebut. Dendang tersebut akan diiringi oleh musik Randai seperti Talempong dan Saluang.

1Nu rindah Aryanu“Strategi Adaptasi Orang Minangkabau”, Jurnal Unnes, Puwokerto, 2013,Hal. 27.

Universitas Sumatera Utara Istimewanya adalah penonton juga merupakan pelaku didalam Randai dan merupakan suatu ciri khas dalam teater tradisional. Kesenian tradisional

Minangkabau pada umumnya selalu menggambarkan sifat kebersamaan dan kegotongroyongan. Hal ini sesuai dengan kehidupan masyarakatnya yang sebagian besar sebagai petani. Sebagai petani mempunyai sifat kegotongroyongan sangat penting dan sifat tersebut terlihat dalam gerakan randai tersebut.

Menurut Yulfian Azrizal (1994;71) “Randai adalah sebuah kesenian yang merupakan permainan anak di Minangkabau. Suatu gerakan yang membentuk lingkaran, kemudian melangkah kecil-kecil secara perlahan, sambil menyampaikan cerita lewat nyanyian secara bergantian.

Mursal Ensten dalam Edy Sedyawati (1986:111), mengungkapkan bahwa

:“Randai adalalah suatu bentuk keseniaan tradisional yang hidup bersama tradisi yang berlaku dalam masyarakat minangkabau. Ia hadir bersama upacara-upacara dan acara-acara yang ada dalam masyarakat tradisional Minangkabau”.

Berbicara tentang perubahan pada Randai, berarti kita berbicara tentang perubahan budaya. Artinya kita bicara mengenai proses pergeseran, pengurangan, penambahan, dan perkembangan unsur-unsur dalam suatu kebudayaan yang terjadi melalui interaksi antara masyarakat pendukung suatu kebudayaan dengan unsur kebudayaan yang baru dan melakukan penyesuaian terhadap unsur kebudayaan tersebut.

Menurut Aryandini (2000: 45), seperti kehidupan manusia yang selalu tumbuh dan berkembang, kesenian sebagai salah satu wujud karya manusia juga

Universitas Sumatera Utara tumbuh dan berkembang. Perkembangan kesenian berdasar waktu atau periode terbagi atas dua yaitu kesenian kuno atau tradisional dan kesenian modern.

Kesenian tradisional atau kuno merupakan suatu kesenian yang dihasilkan secara turun-temurun atau kebiasaan berdasarkan norma-norma yang sudah berlaku.

Sedangan kesenian modern merupakan kesenian yang menghasilkan karya seni modern, karena didalamnya ada unsur pembaharuan, baik dari segi penggunaan media, teknik berkarya, maupun unsur gagasan atau ide.

Randai merupakan salah satu contoh kesenian tradisional atau kuno.

Kesenian Randai memiliki perkembangan yang sangat luas sekali sebagai salah satu kesenian tradisional yang mencakup berbagai macam unsur seni di

Minangkabau, baik dari sudut lokasi pertunjukan, maupun perkembangan pertunjukan Randai itu sendiri. Salah satu dampaknya adalah semakin bertambah kuatnya eksistensi Randai sebagai kesenian tradisional Minangkabau.

Randai yang akan penulis teliti adalah bagaimana wujud kesenian Randai yang dipergelarkan di perantauan. Penulis akan melihat bagaimana fungsi Randai diperantauan, bagaimana tatacara pagelaran Randai diperantauan, dan juga melihat siapa saja yang terlibat dalam pagelaran Randai diperantauan. Semua permasalahan diatas bisa dilihat bagaimana wujud Randai diperantauan apakah ada perubahan yang terjadi terhadap Randai yang telah dibawa oleh masyarakat

Minangkabau keperantauan khususnya kota Medan.

Universitas Sumatera Utara 1.2.Rumusan Masalah

Berangkat dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan

masalah pagelaran Randai diperantauan, khususnya kota Medan adalah :

1. Siapa saja yang melakukan Pagelaran Randai di kota Medan ?

2. Dalam rangka apa kesenian Randai dipergelarkan diperantauan?

3. Bagaimana tata cara pagelaran Randai tersebut diperantauan ?

4. Apakah ada perbedaan Randai yang berasal dari Sumatera Barat dengan

Randai yang dipergelarkan di kota Medan?

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1) Tujuan Penelitian

 Untuk mengetahui bagaimana eksistensi kesenian teater tradisional

Randai di perantauan .

 Untuk mengetahui bagaimana cara penyajian Randai di perantauan

dan apa perbedaannya dengan Randai yang masih asli dari

Barat.

 Untuk mengetahui fungsi Randai ditampilkan di kota Medan

khususnya bagi masyarakat minang .

2) Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapan dapat memberian

sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan sekaligus

memperoleh pengetahuan empirik tentang kesenian tradisional Randai.

Universitas Sumatera Utara Kemudian agar generasi muda dapat mencintai kesenian tradisional

Randai khususnya dari etnik Minangkabau agar tetap hidup dan

berkembang pada era globalisasi ini .

1.4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di kota Medan, tepatnya di dua Organisasi

Paguyuban Minangkabau di kota Medan yaitu Badan Musyawarah Masyarakat

Minang (BM3) Sumatera Utara dan Ikatan Keluarga Bayur (IKB) Medan yang masih mempunyai grup kesenian Minangkabau.Kedua organisasi tersebut merupakan organisasi yang masih mempunyai kelompok kesenian minang yang masih aktif, banyak tari-tarian yang di ajarkan di dalam kedua organisasi tersebut seperti tari Rantak, tari Pasambahan, tari . Badan Musyawarah Masyarakat

Minang Sumatera Utara mempunyai sekretariat tetap sekaligus Gedung dan Aula yang terletak di pusat kota Medan, tepatnya pada Jalan Adinegoro No. 1 Gaharu

Mumah Gadang (BM3) Sumatera Utara. Masyarakat Minang yang merantau kekota medan dan yang terdaftar sebagai anggota (BM3) menyebut sekretariat

BM3 dengan sebutan Rumah Gadang (BM3) Sumatera Utara. Hal tersebut diberi nama sesuai Rumah Minangkabau yaitu Rumah Gadang.

IKB atau Ikatan Keluarga Bayur Medan Mempunyai Sekretariat Tetap sekaligus gedung dan aula yang berlokasi di Medan Halat. Tepatnya beralamat

Jalan Utama 125/ 71 Matsu II Medan City. Sekretariat IKB juga diberi nama sama dengan nama rumah adat Sumatera Barat yaitu Rumah Gadang. IKB dan BM3

Universitas Sumatera Utara termasuk organisasi kedaerahan yang aktif di Sumatera Utara khususnya kota

Medan.

1.5.Tinjauan Pustaka

Kepustakaan merupakan salah satu sarana (sumber data) untuk membantu sebuah penelitian. Walaupun penelitian ini bersifat penelitian lapangan, namun kepustakaan dalam beberapa hal dapat mendukung penelitian ini, baik sebagai sumber data maupun perbandingan dalam penelitian ini. Mengenai tema penelitian tentang kesenian Randai di perantauan ini, belum ada kajian yang membahas secara spesifik tentang Randai yang hidup dan berkembang di perantauan. Ada banyak penelitian tentang Randai ini ,diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Maizarti Program Pasca Sarjana ISI Padang Panjang, tentang hidupnya kembali Randai Salapan studi kasus di Pandang Panjang. Penelitian ini lebih membahas bagaimana Randai Salapan ini bisa hidup kembali setelah sekian lama fakum atau mati. Kemudian ada juga penelitian lain tentang Randai di

Sanggar Minang Saiyo Desa Sijantang Kota Sawahlunto yang di teliti oleh

Megawati Mariti sebagai tugas akhir di Universitas Negri Pandang, penelitian

Megawati ini lebih berfocus kepada pelestarian kesenian Randai di daerah Randai itu berasal.

Penelitian yang penulis lakukan mengenai kebudayaan, oleh karena itu diperlukan konsepsi mengenai kebudayaan dengan fokus pada bagian dan unsur kebudayaan, yaitu kesenian. Seperti yang dikemukakan Koentjaraningrat (2009:

165) ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di

Universitas Sumatera Utara dunia, salah satunya adalah Kesenian. Lebih lanjut Koenjaraningrat menjelasan, kesenian merupakan unsur kebudayaan yang keberadaannya sangat diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Kesenian merupakan salah satu unsur atau elemen yang harus tetap dilestarikan keberadaannya, karena sebagai bentuk aktifitas seni budaya, kesenian mempunyai nilai yang sangat tinggi yang harus dilestarikan demi lestarinya budaya bangsa.

Dalam khasanah Antropologi, cabang ilmu yang mendalami tentang seni tradisional dalam sebuah masyarakat dinamakan dengan Folklor, menurut

AlanDundes(1991; 101)mendefinikan folklore sebagai cabang ilmu antropologi yang mempelajari tentang seni tradisional yang meliputi kesusastraan rakyat, tarian, cerita prosa rakyat, teka-teki, mainan rakyat, seni pertujukan/, pribahasa, syair rakyat/nyanyian rakyat dan hikayat baik dalam bentuk lisan maupun yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat

(mnemonic devive).

Kasim Achmad dari Direktorat Kesenian Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan (2004), mendefinisikan kesenian tradisional sebagai suatu bentuk seni yang bersumber dan berakar serta telah dirasakan sebagai milik sendiri oleh masyarakat lingkungannya. Pengolahannya didasarkan atas cita-cita masyarakat pendukungnya. Hasil kesenian tradisional biasanya diterima sebagai tradisi, pewarisan yang dilimpahkan dari angkatan tua kepada angkatan muda. Sedangkan kesenian nontradisional, dalam beberapa bidang seni sering disebut kesenian modern, yaitu suatu bentuk seni yang penggarapannya didasarkan atas cita rasa baru di kalangan masyarakat pendukungnya. Cita rasa baru ini umumnya adalah

Universitas Sumatera Utara hasil pembaruan atau penemuan (inovasi atau sebagai akibat adanya pengaruh dari luar dan bahkan sering pula ada yang bersumber dari cita rasa “Barat”) Terdapat kesenian tradisional yang pendukungnya masih banyak, tetapi terdapat pula kesenian tradisional yang pendukungnya mulai surut. Kesenian yang pendukungnya mulai surut pelan-pelan akan lenyap dari muka bumi dan akan tergantikan dengan jenis kesenian yang baru. Kondisi semacam ini bukanlah hal yang mengkhawatirkan karena merupakan sesuatu yang alamiah (sunatullah).

Hanya kesenian yang mampu beradaptasi dengan perubahanlah yang akan tetap eksis.

Dan yang lebih penting, sebagaimana definisi yang dibuat oleh Kasim

Achmad, eksistensi kesenian tradisional sangat tergantung kepada bagaimana generasi tua dalam menyiapkan generasi penerus yang akan mengelola kesenian tradisional tersebut di kemudian hari. Jika mereka tidak menyiapkan regenerasi kesenian tradisional dengan baik, terutama untuk para pemainnya, maka masa depan kesenian tradisional tersebut akan terancam.

Mengutip Franz Boas (dalam Birx, 2011: 866), dimana beliau mengatakan

:

“Diffusionsm as a corrective to unilijeal evolutionary concepcions of culture change, which articulated the development of cultural traits as a product of independet and isolated trail and error rather than as a product of permeable social worlds facilitating cultural exchange.” (Penyebaran sebagai korektif untuk keturunan konsepsi evolusi perubahan budaya, yang diartikulasikan dengan perkembangan dan ciri-ciri budaya sebagai produk percobaan independen yang terisolasi dan kesalahan bukan sebagai produk dari dunia sosial yang dapat ditembus memfasilitasi pertukaran budaya).

Universitas Sumatera Utara Dalam teori ilmu sosial budaya, dua faktor penting yang berpengaruh dalam proses perubahan kebudayaan yaitu; faktor pertama adalah faktor kekuatan dari dalam masyarakat itu sendiri (internal forces), dan faktor kedua yaitu faktor keuatan yang muncul dari luar (external forces). Masing-masing faktor saling berpengaruh terhadap terjadinya proses perubahan kebudayaan,meskipun tidak sesalu sama tingkat dominasinya. Hal itu sangat tergantung adanya tekanan yang mendesak terhadap pergeseran budaya,baik tekanan yang berasal dari dalam maupun dari luar.2

Lebih rinci dijelaskan oleh Marun (2000; 50), faktor yang menyebabkan kebudayaan mengalami perubahan yaitu;

 Disebabkan perubahan lingkungan alam, misalnya

perubahan iklim, kekurangan bahan makanan atau bahan

bakar,atau berkurangnya jumlah penduduk. Semua ini

memaksa orang untuk beradaptasi.

 Perubahan yang disebabkan adanya kontak dalam suatu

kelompok masyarakat yang memiliki norma-norma, nilai-

nilai dan teknologi yang berbeda.

 Perubahan yang terjadi karena discovery (penemuan) dan

invention (Penciptaan bentuk baru).

 Perubahan yang terjadi karena suatu masyarakat atau suatu

bangsa mengadopsi beberapa elemen kebudayaan material

yang telah dikebangkan oleh bangsa lain ditempat lain.

2Slamet Subiatoro, “Perubahan Fungsi Seni Tradisi”, Jurnal Seni Isi, Yogyakarta, 1999, No. VI/04 Mei, hal. 343.

Universitas Sumatera Utara Pengadopsian elemen-elemen kebudayaan yang

bersangkutan dimungkinkan oleh apa yang disebut difusi,

yaitu proses persebaran unsur-unsur kebudayaan dari

masyarakat yang satu kemasyarakat lain.

 Perubahan yang terjadi karena suatu bangsa memodifikasi

cara hidupnya dengan mengadopsi suatu pengetahuan atau

kepercayaan baru, atau karena perubahan dalam pandangan

hidup dan konsepsinya tentang realitas hidup.

Kesenian Randai yang hidup di perantauan merupakan salah satu contoh dari globalisasi yang berdampak kepada kebudayaan suatu masyarakat.

Ketertarikan Penulis terhadap kesenian Randai diperantauan adalah bagaimana wujud dari Randai di perantauan itu sendiri dan bagaimana Randai dapat bertahan ditengah arus globalisasi informasi serta faktor dari percampuran kebudayaan atau akulturasi didaerah perantauan. Kesenian Randai di kota Medan telah mengalami perubahan-perubahan baik dari sisi pertunjukan seperti tempat pertunjukan, gerakan Randai, musik Randai, pelaku Randai, bahkan cerita Randai. Tidak hanya dari sisi pertunjukan, Randai juga berubah dari segi fungsi. Fungsi disini lebih dekat kepada fungsi menurut Bronislaw Malinowsky. Menurut Bronislaw

Malinowsky (1884-1942) fungsi kebudayaan itu adalah Kemampuannya untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para warga suatu masyarakat.

Kebutuhan pokok adalah seperti makanan dan reproduksi (melahirkan keturunan)

Universitas Sumatera Utara Hal diatas mempunyai tujuan yaitu agar permainan tersebut tetap bertahan supaya dapat menarik peminatnya, khususnya masyarakat Minangkabau di kota

Medan dan sekitarnya. Sehingga budaya Minangkabau dapat menampakkan identitasnya dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman di daerah perantauan. Oleh karena itu, kesenian sebagai bagian dari kebudayaan masih tetap bertahan sebagai identitas budaya masyarakat Minangkabau.

1.6. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Metode kualitatif dimana penelitian bermaksud untuk memahami fenomena

apa yang dialami oleh subjek peneliti misalnya, perilaku, persepsi, motivasi

,tindakan secara holistic. Untuk itu dilakukan langkah-langkah dan teknik

penelitian sebagai berikut :

a. Teknik observasi

Teknik observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi yaitu peneliti ikut terlibat langsung dilapangan. Penulis melakukan pengamatan dengan cara mengamati waktu ruang dan tempat, siapa pelaku yang terlibat, alat-alat yang digunakan ,waktu , peristiwa serta aktifitas yang dilakukan oleh pelaku dari

Randai tersebut. Penulis telah melakukan obeservasi partisipan di IKB dan BM3 adalah menyaksikan latihan Randai dan Tari, bahkan sesekali penulis mengikuti gerakan apa yang diajarkan oleh pelatih Randai, pada rumah gadang BM3 penulis melakukan observasi partisipan, penulis ikut bergabung dan bercerita di kedai

Universitas Sumatera Utara BM3 sembari mencari data mengenai hal yang berkaitan dengan Randai dan

BM3.

Tujuan untuk melakukan observasi partisipasi adalah untuk lebih memahami bagaimana permasalahan kesenian Randai tersebut diperantauan peneliti dapat mengamati bagaimana pagelaran Randai dikota Medan tersebut . b. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang penulis

lakukan. Penulis melakukan wawancara dengan pengurus IKB(Ikatan Keluarga

Bayur) dan Pengurus BM3(Badan Musyawarah Masyarakat Minangkabau)

selaku informan. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam, yaitu

penulis berinteraksi satu sama lain dalam waktu yang relatif lama sehingga

penulis dapat membangun rapport (hubungan baik) dengan informan. Penulis

membagi informan menjadi tiga jenis yaitu: informan kunci dan informan biasa

dan informan pangkal . Informan kunci adalah orang yang betul-betul paham

degan seluk beluk BM3 dan IKB, yang paling penting adalah paham mengenai

kesenian Randai.Penulis telah mewawancarai Pelatih Randai bapak Edimas Putra

pada IKB, uda Haznil,uda Dedi dan uda Ainal pada BM3 .

Selanjutnya informan biasa, informan biasa adalah orang-orang yang terlibat dalam Kesenian Randai, seperti pemain Randai, pendendang Randai, pemain musik Randai. Penulis telah mewawancarai penikmat kesenian Randai di kota Medan seperti uda Rahmat Hidayat.

Universitas Sumatera Utara Informan Pangkal adalah yang pertama kali memberi petunjuk terhadap objek penelitian dan memberikan arahan menuju informan kunci. Mak Gaek dan

Muhammad Hasyim merupakan informan pangkal yang telah penulis wawancarai sebelum menemukan informan kunci.

Wawancara dilakukann secara langsung akan tetapi tidak tertutup kemungkinan wawancara dilakukan melalui handphone. untuk menjaga agar wawancara tetap pada fokus penelitian, penulis juga mengguanakan interview guide (panduan wawancara)sehingga pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan tetap terarah dan tidak lari dari fokus penelitian.

c. Analisis data

Semua data yang diperoleh dari hasil Obserbasi partisipasi dan wawancara

,dioalah dan dianalisis dengan pernyataan. Pada akhirnya kegiatan ini bertujuan

untuk memeriksa kembali kelengkapan lapangan hasil wawancara, Kemudian

data tersebut disampaikan dalam bentuk laporan sebagai tujuan akhir dari

penelitian.

d. Studi Kepustakaan

Studi kepustakan ialah segala usaha yang dilakukan oleh penulis untuk

menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau

sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan

penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan,

ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia dan sumber-sumber tertulis baik

tercetak maupun elektronik lain.Studi kepustkaan merupakan suatu kegiatan yang

Universitas Sumatera Utara tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah

dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi

kepustakan. Dengan melakukan studi kepustakan peneliti dapat memanfaatkan

semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan

penelitiannya.Penulis akan melakukan studi kepustakaan baik sebelum maupun

selama dia melakukan penelitian. Studi kepustakan memuat sitematis tentang

kajian literatur dan hasil penelitian sebelumnya yang ada hubungannya dengan

penelitian yang akan dilakukan.

1.7. Pengalaman Penelitian

Penelitian ini penulis mulai pada bulan Juni sampai dengan bulan

September 2017 di Ikatan Keluarga Bayur Medan dan di Badan Musyawarah

Masyarakat Minang. Kedua Organisasi Paguyuban tersebut merupakan organisasi kedaerahan Sumatera Barat atau Minangkabau yang masih aktif sampai sekarang di kota Medan. Pada saat penulis melakukan bimbingan proposal dengan pembimbing yaitu ibu Nita Savitri, penulis menyebutkan susah sekali mencari kajian pustaka mengenai Randai di Perantauan karena kebanyakan kajian-kajian mengenai Randai ini hanya terdapat pada daerah asalnya yaitu Sumatera Barat atau wilayah Minangkabau saja.

Setelah proposal penelitian penulis di acc oleh jurusan dan mendapat surat izin ke lapangan, penulis langsung melakukan penelitian di kedua Organisasi

Universitas Sumatera Utara paguyuban BM3 atau Badan Musyawarah Masyarakat Minang dan IKB atau

Ikatan Keluarga Bayur kota Medan.

Penulis terlebih dahulu melakukan obeservasi ke BM3, Ketika penulis mengantar surat penelitian ke Rumah Gadang BM3, penulis langsung menemui seseorang yang sebelumnya sudah kenal dengan penulis. Mak Gaek adalah panggilan dari Informan pangkal penulis ketika mengantarkan surat penelitian ke

BM3. Mak Gaek merupakan Senior atau tetua yang sudah lama tinggal di sebelah

Rumah Gadang BM3, Mak Gaek merupakan penjaga kedai disana yang biasa tempat duduk- duduk bagi masyarakat minangkabau yang ingin bermain domino, koa, bahkan hanya sekedar minum kopi. Di kedai tersebut penulis melihat beberapa foto-foto kesenian Randai BM3 yang pernah aktif, dan penulis juga melihat berbagai macam alat musik Minangkabau tersusun rapi di ruangan bagian belakang kedai tersebut. Penulis mengantarkan surat lapangan tidak sendiri, melainkan ditemani oleh salah seorang teman penulis yang juga merupakan mahasiswa Antropologi stambuk 2014 yaitu Vero Kurniawan.

Penulis menemukan kendala ketika mengantar surat penelitian tersebut, karena pengurus BM3 tersebut hanya sesekali melakukan rapat dan datang ke

Rumah Gadang tersebut. Pada akhirnya penulis harus bersabar menunggu sampai pengurus di BM3 penulis temui karena Rumah pengurus yang lumayan jauh dari

Rumah Gadang BM3. Setiap Jumat Malam penulis mendatangi Rumah Gadang

BM3 karena pada malam tersebut merupakan jadwal latihan dari IKSA atau

Ikatan Kesenian Sri Antokan. Disanalah Penulis melakukan penelitan setiap jumat malam. Setelah tiga minggu berturut-turut penulis menyaksikan latiahn kesenian

Universitas Sumatera Utara miang di Rumah gadang BM3, barulah penulis melakukan wawancara dengan informanKey. Penulis melakukan wawancara mendalam dengan ketua IKSA yaitu bapak Arman Piliang.

Penulis juga melakukan penelitian di Ikatan Keluarga Bayur kota

Medan, Ikatan Keluarga Bayur merupakan ikatan kedaerahan Minangkabau yang paling aktif pada saat sekarang ini. Penulis langsung datang ke Rumah Gadang

IKB untuk mengantarkan surat penelitian, pada saat tiba di Rumah Gadanng IKB, penulis melihat ada beberapa kesenian Minang yang di ajarkan disana, penulis langsung menemui pelatih dan memberikan surat izin lapangan. Setiap Selasa malam penulis datang ke Rumah Gadang Ikatan Keluarga bayur karena selasa malam merupakan hari latihan Ikatan Kesenian Keluarga Bayur. Sebelum penulis melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci di IKB, penulis selalu bercerita dengan anak dari pelatih Randai dan Silat IKB, dia juga adalah salah seorang mahasiswa UMSU tingkat akhir, dan penulis sembari bertanya mengenai siapa pelatih dan Ketua IKB sebelum melakukan wawancara mendalam.

Kemudain setelah pelatih selesai melatih, penulis langsung menemui Informan kunci, Informan kunci di IKB bernama Sutan, dia adalah seorang pelatih silat dan

Randai.

Sebagaimana yang disarankan oleh dosen pembimbing supaya mencari buku-buku yang berkaitan dengan penelitian penulis di perpustakaan- perpustakaan yang ada di kota Medan, penulis pergi ke perpustakaan kota Medan untuk mencari buku, perustakaan USU dan juga perpustakaan, Selama penulis mencari buku, penulis ditemani oleh dua teman yaitu Syafri Mahardianto dan

Universitas Sumatera Utara Roni Andriska, selain menemani penulis tujuan mereka adalah juga mencari buku karena juga merupakan mahasiswa yang sedang membuat tugas akhir kuliah.

1.8. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan skripsi secara keseluruhan menjadi sistematis, penyusun sedemikian rupa ke dalam sistematika penulisan. Masing- masing bab terdiri dari beberapa sub bab. Adapun sistematika penyusunannya sebagai berikut ;

 BAB I berisi latar belakang masalah, rumasan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, lokasi penelitian,tinjauan pustaka, metode

penelitian, pengalaman penelitian dan sitematika penulisan.

 BAB II berisi gambaran umum lokasi penelitian.

 BAB III berisi tentang gambaran topik penelitian, yaitu sejarah

kesenian Randai, fungsi permainan Randai, tata cara Pertunjukan

Randai.

 BAB IV berisi jawaban dari rumusan masalah penelitian yakni

tentang wujud pagelaran Randai di perantauan, perubahan Randai

di perantauan.

 BAB V berisi kesimpulan dari semua bab tentang keseluruhan

hasil penelitian dan juga kesimpulan analisis teori berdasarkan data

penelitian serta saran penelitian.

Universitas Sumatera Utara BAB II

PENDAHULUAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITAN DAN ORGANISASI KEDAERAHAN MINANGKABAU

2.1. Gambara Umum Kota Medan.

Salah satu kota yang menjadi tujuan merantau adalah kota Medan. Secara

Geografis Kota Medan terletak di bagian utara Pulau Sumatera. Posisi koordinatnya adalah 3°35LU dan 98°$0BT Kota medan berbatasan dengan Selat

Malaka di sebelah utara dan Kabupaten Deli Serdang disebelah barat dan timur.

Medan menjadi salah satu tempat yang strategis karena berada di jalur pelayaran

Selat Malaka. Dengan demikian, kota Medan menjadi pintu gerbang kegiatan ekonomi domestik dan mancanegara yang melalui Selat Malaka. Selain itu Medan berbatasan dengan Deli Serdang dan juga beberapa daerah kaya sumber daya alam

, Mempengaruhi kota Medan dalam Hal ekonomi sehingga mempunyai kerjasama yang baik antar daerah sekitarnya. Luas Kota Medan adalah sekitar 20.510 hektar atau setara dengan 265, 10 KM2. Dengan kata lain, Medan memiliki wilayah 3,6% dari keseluruhan Sumatera Utara. Kota medan jika dilihat dari topografi nya cendrung miring ke utara. Kota ini berada pada 2,5 hingga 3,5 meter di atas perukaan laut. BeberapaSungai yang mengalir Kota Medan adalah Sungai

Belawan, Sungai Badera, Sungai Sikambing dan Sungai Tuntungan. Kota Medan dipimpin oleh seorang walikota. Secara administratif, Medan terdiri atas 151

Kelurahan dan 21 kecamatan, diantaranya adalah Medan Tuntungan, Medan

Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Area, Medan Kota, Medan Maimun,

Universitas Sumatera Utara Medan Polonia, Medan Baru, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Helvetia,

Medan Petisah Medan Barat, Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Tembung,

Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan, Medan Belawan.

Perkembangan Kota Medan yang cukup pesat dari waktu ke waktu mendorong terjadinya migrasi besarbesaran dari berbagai suku bangsa untuk mencoba mengadu nasib di kota ini, tak terkecuali suku bangsa Minangkabau.

Suku bangsa Minangkabau terkenal dengan tradisi merantau. Merantau dalam pengertian di sini adalah meninggalkan kampung halaman mereka dan menetap di tempat lain yang dianggap dapat memberikan kehidupan yang layak (Amir B,

1982: 219). Proses merantau menurut Naim (1984: 228) disebabkan oleh tiga faktor, yaitu: faktor ekologi dan geografis, faktor ekonomi dan faktor pendidikan.

Selain faktor-faktor itu, proses merantau pada suku bangsa Minangkabau juga didorong oleh nilai budayanya (Pelly, 1988: 19). Hal itu tertuang dalam pepatah berikut:

Karatau madang di hulu Babuah babungo alun Marantau bujang dahulu Di rumah baguno balun (Karatau madang di hulu Berbuah berbunga belum Merantau bujang dahulu Di rumah berguna belum) Besarnya migrasi dari berbagai suku bangsa pendatang ini jumlahnya tidak tetap dan sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi saat itu. Lebih lanjut, Naim

Universitas Sumatera Utara (1984) menjelaskan bahwa besarnya migrasi suku bangsa Minangkabau ke Kota

Medan pada tahun-tahun permulaan tidak pernah terdata secara pasti. Namun data sensus pada tahun 1930 menunjukkan angka sebanyak 5.048 jiwa suku bangsa

Minangkabau yang bertempat tinggal di Kota Medan. Dalam jangka waktu lima puluh tahun kemudian yaitu tahun 1980 terjadi kenaikan dengan total jumlah penduduk 141.507 jiwa. Keberadaan suku bangsa Minangkabau di Kota Medan pada masa dahulu dari tahun ke tahun jumlahnya tidak tetap. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan atau situasi politik pada masa itu, baik di daerah rantau ataupun di daerah asalnya. Misalnya pada masa Perang Dunia II dan perang kemerdekaan

Indonesia, kebanyakan perantau kembali ke kampungnya. Sedangkan ketika terjadi pemberontakan PRRI jumlah perantau ke Kota Medan meningkat.

Namun, data statistik menunjukkan bahwa angka rata-rata kenaikan perantau Minangkabau sejalan dengan kenaikan rata-rata penduduk Kota Medan secara keseluruhannya. Beradanya suatu kelompok masyarakat tertentu di daerah perantauan bukan berarti hanya merupakan sekumpulan orang-orang yang tersebar di tanah rantau, tetapi mereka juga makhluk sosial yang mengaktualisasikan budayanya. Oleh karena itu, orang-orang yang tinggal di daerah rantau ini biasanya membentuk suatu kelompok-kelompok sesuku bangsa atau sedaerah guna memenuhi kebutuhan psikologis mereka. Kelompok sesuku bangsa yang dibentuk oleh perantau ini, biasa disebut paguyuban (Depdikbud,

2000: 2).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1: Peta Kota Medan.

2.2. Organisasi Kedaerahan Minangkabau di Kota Medan.

Paguyuban dapat berbentuk atau bersifat kesukubangsaan maupun kedaerahan. Kata paguyuban sendiri berasal dari kata “guyub” dalam bahasa Jawa yang artinya “bersama-sama” atau “kumpul”. Paguyuban yang bersifat kesukubangsaan, anggotanya berasal dari suku bangsa yang sama atau satu suku bangsa, misalnya Badan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3), Putra Jawa

Kelahiran Sumatera (PUJAKESUMA). Paguyuban yang bersifat kedaerahan, anggotanya berasal dari daerah yang sama atau satu daerah. Bisa yang berasal dari satu kotamadya, kabupaten maupun daerah propinsi, seperti Ikatan Keluarga

Labuhan Batu (IKLAB). Dengan demikian paguyuban suku bangsa mengacu pada kesatuan suku bangsa. Sedangkan paguyuban kedaerahan mengacu pada kesatuan

Universitas Sumatera Utara daerah asal. Konsep paguyuban dalam penelitian ini juga identik atau disamakan dengan organisasi sosial. Badan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3) adalah organisasi sosial berdasarkan kesukubangsaan yang dibentuk dan berdiri pada tahun 1967 di Kota Medan, dengan tujuan untuk menghimpun dan menyatukan seluruh masyarakat Minangkabau yang merantau ke Sumatera Utara.

2.2.1. Organisasi BM3 (Badan Musyawarah Masyarakat Minangkabau) Kota

Medan.

Badan Musyawarah Masyarakat Minang Sumatera Utara mempunyai sekretariat tetap sekaligus Gedung dan Aula yang terletak di pusat kota medan, tepatnya pada Jalan Adinegoro No. 1 Gaharu Mumah Gadang BM3 Sumatera

Utara. Masyarakat Minang yang merantau kekota Medan dan yang terdaftar sebagai anggota BM3 menyebut sekretariat BM3 dengan sebutan Rumah Gadang

BM3 Sumatera Utara. Hal tersebut diberi nama sesuai Rumah adat Minangkabau yaitu Rumah Gadang. Secara umum tidak ada batas khusus terhadap wilayah- wilayah yang menjadi cakupan Badan Musyawarah Masyarakat Minangkabau, hal tersebut dikarenakan perkumpulan atau organisasi paguyuban yang berasal dari minangkabau lebih tertuju kepada daerah asal masyarakat itu sendiri, bukan berdasarkan wilayah yang ditempati di Kota Medan.

Jumlah organisasi yang cukup banyak akhirnya menjadi masalah bagi suku bangsa Minangkabau yang merantau di Kota Medan, karena menyebabkan terjadinya pengkotakan dan benturan di kalangan mereka saat itu. Pada tahun

Universitas Sumatera Utara 1965, Walikota Medan saat itu, yaitu Drs. Surkani mengundang berbagai organisasi sosial suku bangsa Minangkabau yang ada saat itu untuk berdialog.

Dari pertemuan itu, keluarlah ide untuk menghimpun seluruh suku bangsa

Minangkabau yang merantau di Sumatera Utara. Akhirnya pada tahun 1971, atas kesepakatan bersama suku bangsa Minangkabau yang merantau di Kota Medan lewat suatu proses musyawarah yang difasilitasi oleh Pemerintahan Kota Medan saat itu, maka didirikanlah Badan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3), dengan Ketua Umum Brigjend Sofyar. Berdirinya Badan Musyawarah

Masyarakat Minang (BM3) ini tidak serta merta menghapus berbagai organisasi sosial suku bangsa Minangkabau yang telah ada sebelumnya. Badan Musyawarah

Masyarakat Minangkabau (BM3) ini, lebih seperti wadah atau “payung panji” yang menampung berbagai macam organisasi sosial di dalamnya.

Gambar 2: Rumah Gadang BM3 Medan.

Universitas Sumatera Utara A. Kegiatan Badan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3)

Kegiatan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi paguyuban tidak terlepas dari program kerja dari bidang kepengurusan organisasi tersebut seperti mengadakan arisan dan pengajian yang biasanya dikelola oleh bidang kerohanian, begitu juga dengan kesenian yang dikelola oleh organisasi tersebut. Ada wadah yang menjalakan atau mengaktifkan kesenian di organisasi tersebut. Pada BM3 terdapat tujuh Bidang keorganisasian yang menjalankkan program kerja organisasi BM3. Bidang tersebut adalah sebagai Berikut:

1. Bindang Organisasi Internal dan Eksternal

Bidang organisasi Internal dan Eksternal adalah Bidang yang bertugas

sebagai pengelola keangotaan atau dalam organisasi dan bertugas

sebagai pengelola hubungan dengan luar organisasi. Kegiatan yang

biasa dilakukan oleh bidang ini adalah melakukan komunikasi yang

baik dengan organisasi paguyuban lainnya dan menghadiri undangan

dari organisasi paguyuban lainnya, seperti menghadiri acara dari ikatan

Keluarga dan sebagainya.

2. Bidang Ekonomi dan Keuangan

Bidang Ekonomi dan keuangan adalah bidang yang mengurus atau

bertugas mengatur keuangan suatu organisasi dan bekerjasama dengan

bendahara umum organisasi.

3. Bidang Pengadaan Sarana Prasarana

Universitas Sumatera Utara Bidang pengadaan Sarana Prasarana adalah bidang yang bertanggung

jawab terhadap sarana dan prasarana pada BM3 yang telah ada dan

mengelola prasarana yang telah ada.

4. Bidang Kesejahteraan

Bidang yang mengelola dan bertugas untuk kesejahteraan anggota

pada BM3.

5. Bidang Sosial dan Dakwah

Bidang Sosia dan dakwah adalah bidang yang bertugas sebagai

pengelola dan sebagai wadah untuk berdakwah dan menambah ilmu

agama. Kegiatan yang biasa dikelola oleh bidang sosial dan dakwah

adalah melakukan pengajian dan arisan setiap bulannya, mengadakan

bakti sosial untuk memberi nafkah fakir dan miskin.

6. Bidang Pengabdian Masyarakat

Bidang Pengabdian Masyarakat adalah bidang yang mempunyai

progam kerja bertujuan untuk mengabdi kepada masyarakat. Kegiatan

biasa yang dilakukan oleh bidang ini adalah membantu masyarakat

dalam bidang ekonomi atau bidang lainnya.

7. Bidang Kesenian dan Budaya

Bidang kesenian dan budaya adalah bidang yang bertanggung jawab

sebagai wadah masyarakat minangkabau untuk melestarikan

kebudayaan minangkabau itu sendiri. Bidang kesenian itu sendiri

diwakili oleh sebuah ikatan Kesenian yang mengelola. Kegiantan yang

biasa dilakukan oleh bidang kesenian dan budaya adalah melakukan

Universitas Sumatera Utara latihan tari dan Randai setiap minggunya. Mengisi acara pernikahan

dan acara-acara lainnya apabila ada panggilan untuk mengisinya.

B. Struktur Organisasi BM3 (Badan Musyawarah Masyaraat

Minangkabau) Medan.

Struktur Organisasi Bandan Musyawarah Masyarakat Minangkabau

Kota Medan Periode 2015 sampai 2020 adalah sebagai berikut:

Penasehat: Syahrudin Ali

Ketua Umum: Wakil Ketua:

Delyuzar Wahyudi

Sekretaris: Bendahara:

Irvan Masyar Eldina Amelia

Gambar 3: Struktur Organisasi BM3

2.2.2. Organisasi Ikatan Keluarga Bayur (IKB)

IKB atau Ikatan Keluarga Bayur Medan Mempunyai Sekretariat Tetap sekaligus gedung dan aula yang berlokasi di Medan Halat. Tepatnya beralamat

Jalan Utama 125/ 71 Matsu II Medan City. Sekretariat IKB juga diberi nama sama dengan nama rumah adat Sumatera Barat yaitu Rumah Gadang. Secara umum tidak ada batas khusus terhadap wilayah-wilayah yang menjadi cakupan IKB, hal tersebut dikarenakan perkumpulan atau organisasi paguyuban yang berasal dari

Universitas Sumatera Utara Minangkabau lebih tertuju kepada daerah asal masyarakat itu sendiri, bukan berdasarkan wilayah yang ditempati di Kota Medan.

Ikatan Keluarga Bayur Medan berdiri pada tahun 11 Mei 1952, Ada beberapa tokoh Bayur yang mendirikan Ikatan keluarga Bayur, yaitu Luthan

Sutan Tunaro Sebagai Penasehat organisasi, Ibrahim Sutan Syarifudin sebagai ketua Pertama Ikatan Keluarga Bayur. Menurut mantan ketua IKB periode 2012-

2017 yaitu bapak Irianli Suni S.E (Sutan Bagindo), IKB adalah organisasi paguyuban yang pertama kali berdiri di kota Medan. IKB jauh lebih dahulu terbentuk dari pada Badan Musyawarah Masyarakat Minang yang sekarang menjadi payung panji masyarakat Minang di kota Medan.

Gambar 4: Rumah Gadang IKB

A. Kegiatan Organisasi IKB

Kegiatan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi paguyuban tidak terlepas dari program kerja dari bidang kepengurusan organisasi tersebut seperti

Universitas Sumatera Utara mengadakan arisan dan pengajian yang biasanya dikelola oleh bidang sosial dan dakwah, begitu juga dengan kesenian yang dikelola oleh organisasi tersebut. Ada wadah yang menjalakan atau mengaktifkan kesenian di organisasi tersebut. Pada

Ikatan Keluarga Bayur terdapat tujuh Bidang keorganisasian yang menjalankkan program kerja organisasi IKB. Bidang tersebut adalah sebagai Berikut:

1. Bindang Organisasi Internal dan Eksternal

Bidang organisasi Internal dan Eksternal adalah Bidang yang bertugas

sebagai pengelola keangotaan atau dalam organisasi dan bertugas

sebagai pengelola hubungan dengan luar organisasi. Kegiatan yang

biasa dilakukan oleh bidang ini adalah melakukan komunikasi yang

baik dengan organisasi paguyuban lainnya dan menghadiri undangan

dari organisasi paguyuban lainnya, seperti menghadiri acara dari ikatan

Keluarga Aceh dan sebagainya.

2. Bidang Ekonomi dan Keuangan

Bidang Ekonomi dan keuangan adalah bidang yang mengurus atau

bertugas mengatur keuangan suatu organisasi dan bekerjasama dengan

bendahara umum organisasi.

3. Bidang Pengadaan Sarana Prasarana

Bidang pengadaan Sarana Prasarana adalah bidang yang bertanggung

jawab terhadap sarana dan prasarana pada IKB yang telah ada dan

mengelola prasarana yang telah ada.

4. Bidang Kesejahteraan

Universitas Sumatera Utara Bidang yang mengelola dan bertugas untuk kesejahteraan anggota

pada IKB.

5. Bidang Sosial dan Dakwah

Bidang Sosia dan dakwah adalah bidang yang bertugas sebagai

pengelola dan sebagai wadah untuk berdakwah dan menambah ilmu

agama. Kegiatan yang biasa dikelola oleh bidang sosial dan dakwah

adalah melakukan pengajian dan arisan setiap bulannya, mengadakan

bakti sosial untuk memberi nafkah fakir dan miskin.

6. Bidang Pengabdian Masyarakat

Bidang Pengabdian Masyarakat adalah bidang yang mempunyai

progam kerja bertujuan untuk mengabdi kepada masyarakat. Kegiatan

biasa yang dilakukan oleh bidang ini adalah membantu masyarakat

dalam bidang ekonomi atau bidang lainnya.

7. Bidang Kesenian dan Budaya

Bidang kesenian dan budaya adalah bidang yang bertanggung jawab

sebagai wadah masyarakat minangkabau untuk melestarikan

kebudayaan minangkabau itu sendiri. Bidang kesenian itu sendiri

diwakili oleh sebuah ikatan Kesenian yang mengelola. Kegiantan yang

biasa dilakukan oleh bidang kesenian dan budaya adalah melakukan

latihan tari dan Randai setiap minggunya. Mengisi acara pernikahan

dan acara-acara lainnya apabila ada panggilan untuk mengisinya.

Universitas Sumatera Utara B. Struktur Organisasi IKB

Penasehat: Niniak Mamak, Alim Ulama, Cadaiak Pandai

Ketua : Tamrin K

Piliang

Sekretaris: H Bendahara: Hendri Madri Surya Putra Sani

Gambar 5: Struktur Organisasi IKB

2.3. Pentas Hiburan Tradisional di Kota Medan.

Pekan Raya Sumatera Utara atau sering disebut PRSU merupakan salah satu pentas hiburan tradisional masyarakat yang sangat bersar. PRSU yang terletak di jalan Medan-Binjei Km 6 ini biasanya diadakan satu kali satu tahun yang juga merupakan ajang pesta budaya, budaya yang ditampilkan mulai dari kesenian tari tradisional, adat-istiadat, rumah adat tradisional, makanan tradisional

Sumatera Utara, semua kabupaten dan kota di Sumatera Utara ikut terlibat dalam pagelaran akbar tersebut. Keberadaan PRSU ini sangat penting dan perlu di kota

Medan mengingat Medan sendiri merupakan kota yang majemuk, masyarakat kota Medan sangat antusias terhadap kehadiran PRSU, hal tersebut bisa juga memperkenalkan budaya Sumatera Utara. Namun belum ada perwakilan dari etnis

Universitas Sumatera Utara di luar Sumatera Utara yang masyarakatnya termasuk yang dominan di kota

Mdan, seperti suku bangsa Minangkabau dan Aceh.

2.4. Grup Kesenian Minangkabau di Kota Medan.

Kehadiran Rumah Gadang Badan Musyawarah Masyarakat Minang di kota Medan sebagai tempat bermusyawarah dan sebagai pusat kegiatan budaya suku bangsa Minangkabau ,BM3 lewat departemen kebudayaannya mengelolah sedikitnya 15 kelompok kesenian Minangkabau. Yaitu, Riak Miang, Riak Danau,

Ikatan kesenian Sri Antokan, Tuah Sakato, Taratak Minang, Kesenian Pulau

Brayan Darat (KPBD), Sumarak Anjuang, Ikatan Kesenian Minang Saiyo, Ikatan

Kesenian Ranah Minang, Lawang indah, Lawang Sakato,Sinar Mnang, Sarumpun

Manau, Binuang Sati, Carano Sati, dan Ikatan Kesenian Bayur. Penulis

Memfokuskan penelitian kepada 2 ikatan kesenian yang masih aktif sampai saat ini, yaitu Ikatan Kesenian Sri Antokan dan Ikatan Kesenian Bayur.

2.4.1. Ikatan Kesenian Sri Antokan

Ikatan kesenian Sri Antokan atau disingkat dengan IKSA, didirikan pada tahun 1966. Pendiri Ikatan kesenian sri antokan ini adalah seorang tokoh seni di nusantara yaitu bapak Pustami Kabal. Pustami Kabal adalah pelopor kesenian nusantara dari Minangkabau, dia juga merupakan seorang duta kesenian di

Malaisya pada masa itu. Menurut uda Dedi salah seorang informan pada ikatan

Universitas Sumatera Utara seni Sri Antokan dan sekaligus pemain Randai pada Ikatan Sri Antokan ini.

Wilayah Minangkabau yang mencakup IKSA adalah Tanjung Raya, Tanjung

Mutiara, Lubuk Basung, namun tidak tertutup kemungkinan anak-anak dari wilayah diluar tersebut masuk dalam Ikatan Kesenian Sri Antokan.

Kesenian Minangkabau yang pernah di latih di IKSA seperti tari Rantak, tari Pasambahan,Tari Payuang, Tambua Tasa dan Randai. Tari yang masih aktif sampai sekarang adalah tari Rantak, tari Pasambahan dan Tambua Tasa.

Sementara Randai dilatih apabila ada kebutuhan yang mendesak dari pengurus

BM3 atau dari pihak-pihak tertentu.

2.4.2. Ikatan Kesenian Bayur

Ikatan Kesenian Bayur adalah kelompok kesenian yang dibentuk oleh

Ikatan Keluarga Bayur. Ikatan Kesenian Bayur terbentuk karena perpanjangan dari salah satu bidang kepengurusan Ikatan Keluarga Bayur yaitu Seksi Seni Dan

Budaya yang terbentuk seiring kepengurusan pertama Ikatan Kelaurga Bayur kota

Medan yaitu pada tahun 1952. Ikatan kesenian Bayur periode 2012 sampai 2017 di ketuai oleh Edimas Putra atau yang bergelar Sutan Pangulu. Bapak Edimas

Putra atau Sutan Pangulu sekaligus pelatih silat dan Randai pada Ikatan Kesenian

Bayur. Ikatan kesenian bayur mempunyai jadwal latihan tari dan Randai setiap malam selasa, berbagai macam kesenian Minangkabau diajarkan seperti tari gelombang, tari rantak, tari pasambahan, tari indang.

Universitas Sumatera Utara BAB III

KESENIAN RANDAI MINANGKABAU

3.1. Sejerah Kesenian Randai

Randai merupakan seni teater di Minangkabau karena didalamnya ada dialog dan suatu cerita yang disampaikan,dan unsur lain yaitu musik dan tari.

Dalam pertunjukan Randai ada beberapa alat musik yang digunakan seperti alat musik tiup yaitu Saluang, Pupuik Sarunai, dan Bansi .Begitu juga dengan alat musik pukul seperti Gandang ,Talempong dan Tassa. Semua alat musik tersebut adalah alat musik Tradisional Minangkabau. Sementara itu tari dan gerakan- gerakan Randai diambil dari gerakan dasar Silat di Minagkabau, seperti Silat

Harimau, Silat Kumango dan lain-lain.

Dendang juga merupakan unsur yang sangat penting dalam pertunjukan

Randai. Dendang merupaan nyanyian dalam Randai untuk menyampaikan cerita yang akan dibawakan dalam Randai tersebut. Dendang tersebut akan diiringi oleh musik Randai seperti Talempong dan Saluang.

Istimewanya adalah penonton juga merupakan pelaku didalam Randai dan merupakan suatu ciri khas dalam teater tradisional .Kesenian tradisional

Minangkabau pada umumnya selalu menggambarkan sifat kebersamaan dan kegotongroyongan .hal ini sesuai dengan kehidupan masyarakatnya yang sebagian besar sebagai petani .Sebagai petani tentulah sifat kegotongroyongan sangat penting dan sifat tersebut terlihat dari gerakan-gerakan randai tersebut.

Universitas Sumatera Utara Menurut khairul Harun dalam Pustaka Wisata Budaya kesenian Randai

Minagkabau sudah melewati perjalanan sejarah yang cukup panjang seja abat ke20 ,randai banyak berkembang di wilayah darek yang menjadi pusat peradaban kebudayaan Minangkabau . Keberadaan kesenian Randai sebagai tradisi

Minangkabau sudah lama hidup di masyarakat Minangkabau bahkan sudah ada sebelum Islam masuk ke Minagkabau .Randai berasal dari kata andai atau handai yang berarti berbicara menggunakan kias , ibarat, serta petatah petitih.

Randai adalah penyajian kaba Minangkabau dalam bentuk drama atau teater tradisional dengan pola lingkaran. Ia juga disebut sebagai teater rakyat populer bagi masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat yang merangkai lagu- lagu, tari, musik, seni bela diri, dan akting untuk menceritakan cerita-cerita rakyat

Minangkabau. Secara historis kehadiran randai di tengah masyarakat Sumatera

Barat sejalan dengan perjalanan sejarah masyarakatnya yang lebih dikenal dengan latar kebudayaan Minangkabau. Sampai saat ini belum ada catatan sejarah yang dapat dijadikan petunjuk, kapan kesenian randai itu muncul dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, serta siapa pencipta kesenian itu pertama kali.

Rusydi (2007:1) mengatakan, bahwa para budayawan, seniman Sumatera

Barat serta para pemimpin adat penghulu, niniak mamak baik yang berada dikelembagaan LKAAM (Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau), sepakat mengatakan bahwa kesenian randai lahir bersamaan dengan kehadiran serta perjalanan budaya itu sendiri yang dapat kita lihat diantaranya dalam catatan

“Tambo Alam Minangkabau” meskipun tambo ini tidak mempunyai catatan tanggal dan tahun kejadian yang pasti seperti catatan sejarah Randai merupakan

Universitas Sumatera Utara salah satu bagian dari pengembangan kultur budaya dan nilai-nilai tradisional bagi masyarakat Minangkabau, yang lahir bersamaan dengan kedatangan masyarakat di mana adat tersebut adalah kesepakatan nilai-nilai budaya selaku masyarakat sosial.

Dalam pertunjukkan randai terdapat beragam unsur pendukung, seperti: unsur musik, tari, vokal (dendang), silat, seni teater, kostum dan teks. Baik- buruknya pertunjukan randai tergantung dari bagaimana para pemain randai membawakan cerita teks. Menurut (Rusydi, 2007:29), Teks randai pada garis besarnya bertujuan untuk penggambaran tradisi kehidupan masyarakat yang penuh lika-liku peristiwa, penggambaran kultur budaya adat masyarakat

Minangkabau, penggambaran masyarakat seperti merantau, kesenian anak nagari, silat, tari, musik dan sastra, untuk menyampaikan pesan adat dan agama (media informasi dan pendidikan), media hiburan dan sarana untuk berkomunikasi antar masyarakat sambil menyaksikan pertunjukkan Randai.

3.2. Fungsi Kesenian Randai

Kesenian Tradisional Minangkabau Seperti Randai merupakan permainan adat, dan dikenal juga dengan istilah pamenan anak nagari (Permainan anak negri). Pamenan anak nagari merajuk pada permainan anak di daerah tersebut.

Akan tetapi, secara filosofi seperti yang dikemukakan oleh Musra Dahrizal Katik

Rajo Mangkuto (Mak katik) merupakan salah seorang seniman budaya

Miangkabau adat merupakan sesuatu yang melekat pada fisik dan batin individu

Universitas Sumatera Utara yakni individu pembentuk masyarakat di nagari tersebut. Randai bagi masyarakat miangkabau tidak hanya satu kesenian tradisi. Akan tetapi, Randai juga merupakan Media pendidikan dan pengajaran tentang filsafah, etika, dan adat bagi masyarakat. Dalam Randai memuat nilai-nilai hidup.

Dulu Pertunjukan Randai di Minangkabau terkait dengan upacara-upacara tradisional masyarakatnya. Dalam upacara tersebut Randai tidak saja diperanan menjadi pelengkap yang berfungsi untuk menjadi hiburan dan penyemangat upacara-upacara adat, tetapi sebagai kesenian tradisional Minangkabau, Randai juga memberikan kesempurnaan dalam adat istiadat di minangkabau. Dulu biasanya randai ditampilkan sebagai pengantar ulu ampek ,ulu ampek adalah seni gerak yang ditampilkan pada saat pengangkatan penghulu.

3.3. Tatacara Pertunjukan Randai

Seluruh pemain Randai berbaris memasuki arena pertunjukan termasuk pemain dendang dan pemain galembong. Pemain galembong memasuki arena pertunjukan dengan melakukan gerakan sambah dengan artian pemain randai menyampaikan permintaan maaf kepada penonton dengan gurindam persembahan. Apabila acara persembahan selesai, pembawa galembong meneriakan hep ta hep ta dan seterusnya sampai membentuk formasi lingkaran, hep ta merupakan kode dan tempo dalam bermain Randai. Selanjutnya penyajian

Universitas Sumatera Utara cerita yang di sertai gurindam dengan dialog. Sejak awal sampai akhir cerita gurindam dan dialok silih berganti.

Apabila pangko tuo randai melihat permainan Randai sudah agak lelah, ia membisikkan kepada gurindam supaya pemainan Randai di istirahatkan, waktu insitrahat diisi dengan pertunjuan kesenian lain. Pada dasarnya segala bentuk kesenian dan segala bentuk atrasik anak Randai waktu itu bisa ditampilkan. Jika waktu istirahat sudah dirasakan cukup pangka tuo Randai mengatakan kepada pembawa galembong meneruskan pertunjukan Randai.

3.3.1 Waktu dan tempat pertunjukan Randai

Pertunjukan Randai tidak menghendaki tempat yang khusus, bisa saja ditampilkan pada tempat yang datar dengan areal 5x6 meter atau sekedar bisa untuk pemain galembong membentuk formasi melingkar, penonton berkeliling duduk dan berdiri melingkari pemain-pemain Randai. Walaupun kadangkala dibuat bangku-bangku dari bambu untuk para penonton yang terhormat seperti, niniak mamak atau panghulu dan wali nagari. Namun itu bukan suatu keharusan yang dilakukan.

3.3.2 Pemeran Dalam Randai

Universitas Sumatera Utara 1. Pembawa galembong

Pembawa Galembong adalah semua penari Randai yang memakai celana galembong. Galembong adalah celana khusus untuk pertunjukan Randai yang juga mempunyai fungsi sebagai alat musik internal pada Randai, Galembong adalah celana yang mempunyai kaki celana yang berukuran lebar sehingga bisa dimainkan dengan cara dipukul.

Gambar 6: Pembawa Galembong Randai.

2. Gorai

Gorai adalah pemimpin dalam pertunjukan Randai. Gorai memberi kode kepada pemain Randai lainnya untuk meneruskan dan memberhentikan Randai.

Biasanya Gorai memberi kode seperti hep-ta hep-ta. Gorai harus mempunyai suara unik dan keras agar bisa terdengar oleh seluruh pemain Randai.

3. Tukang Dendang

Universitas Sumatera Utara Tukang Dendang adalah bebrapa orang yang menyampaikan gurindam dalam Randai. Tukang dendang biasanya dimainkan oleh perempuan. Kostum tukang dendang adalah memakai baju adat Minangkabau, biasanya memakai baju anak daro.

4. Pemain musik

Pemain musik adalah orang yang mengiringi Dendang dan Pemain Randai.

Pemain musik merupaan unsur vital dalam sebuah pertunjukan Randai. walaupun pemain musik tidak wajib ada di sebtiap Randai namun musik dapat menghidupkan suatu pertunjukan Randai yang membuat Randai menjadi lebih menarik. Alat-alat musik yang biasanya dipakai untuk mengiringi sebuah pertunjukan Randai seperti Gandang, Saluang, Pupuik Sarunai, Talempong.

Gambar 7: Pemain Musik Randai

5. Pemeran Cerita

Universitas Sumatera Utara Pemeran Cerita adalah orang yang memerankan sebuah drama atau teater pada cerita Randai. Banyaknya pemeran cerita dalam sebuah Randai tergantung terhadap cerita yang dibawakan. Cerita Randai biasanya memerankan tokoh-tokoh minang seperti, datuak, malin, bundo kanduang, pandeka, alim ulama, cadiak pandai dan lain-lain.

Gambar 8: Pemeran cerita dalam Randai

3.3.3 Cerita Dalam Randai

Berdasarkan Kaba yang beredar dan berkembang di wilayah

Minangkabau, ada banyak cerita yang di ekspresikan kedalam kesenian Randai, salah satunya adalah Randai Sutan Pamenan. Berikut ini adalah contoh teks

Randai Sutan Pamenan yang telah disusun kembali oleh Wisran Hadi.

Universitas Sumatera Utara Randai Sutan Pamenan berdasarkan cerita (kaba) yang asli dan disusun kembali oleh Wisran Hadi. Pelakon: 1. SUTAN PAMENAN 2. TUANKU RAJO TUO (Ayah Sutan Pamenan)(Bapak dari Sutan Pamenan) 3. RAJO ANGEK GARANG 4. BUJANG SALAMAIK 5. INYIAK RANG PALADANG 6. RANIK JINTAN (Tunangan Rajo Angek Garang) SARATO URANG-URANG DI GALAGGANG

I. RANDAI PEMBUKAAN Kalibuik kapa nak rang Tiku Kapa nakodo di muaro Dijapuik kaba rang daulu Kaba Tuanku Rajo Tuo Bapak dek Puti Sari Malu Junjuangan Puti Linduang Bulan Urang tasabuik sajak daulu Urang kiramaik sati pulo Hati di dalam raso ka ramuak Pikiran indak namuah tanang Curito habih gurindam masuak Sinan bakato Tuanku Rajo Tuo

(Kelibut kapal anak orang tiku) (Kapal nahkoda di muara) (Dijemput kabar orang dahulu) (kabar tuanku Raja tua) (Bapak dari Putri sari malu ) (Junjungan putri dari lindung bulan) (Orang tarnama dari dahulu) (Orang kiramat dan juga sakti) (Remuk rasa hati didalam) (Pikiran tidak mau tenang) (Cerita habis Gurindam masuk)

TUANKU RAJO TUO; Denai nan banamo Tuanku Rajo Tuo Tuo baasa bausali Tuo jo adaik jo limbago Tau diereang dengan gendeang Tau dirantiang nak kamancucuak

Universitas Sumatera Utara Takilek rupo dalam camin Denai dibaliak itu pulo Aluran badan diri denai Denai baranak duo urang Sikua jantan sikua batino Nan gadang banamo Sutan Pamenan Nan ketek banamo Puti Sarimalu Tantangan diri Sutan Pamenan Siang bamain sipak rago Malam mamancak jo basilek Gilo bahuru hura sajo Dek bapak kayo mande batuah Mamak disambah urang pulo Kok tantangan Puti Sarimalu Iduik dianjuang paranginan Pandai batanun jo basuri Limpapeh rumah nan gadang Sumarak dalam nagari Unduang-undang ka sarugo

(Saya yang bernama tuanku raja tua) (Tua diasah bausali Tua) (dengan adat dan limbaga) (Tahu dengan aturan adat) (Tahu dengan Ranting yang akan menusuk) (Terkilat dalam cermin) (saya dibalik itu pula) (Aluran badan diri saya) (Saya berana dua orang) (Satu laki-laki satu perempuan) (yang besar bernama sutan pamenan) (yang kecil bernama putri sari malu) (Tantangan diri Sutan Pamenan) (Siang bermain Sepak Raga) (Malam memencak dan bersilat) (yang hanya berhura-hura saja) (karna ayah kaya dan ibu ternama) (paman yang disegani) (Tantangan hidup putri sari malu) (hidup yang selalu di junjung) (yang lihai bertenun dan bersuri)

II. RANDAI SUTAN PAMENAN; Manolah ayah kanduang denai

Universitas Sumatera Utara Agak kamari molah tagak Ado mukasuik nak disampaikan

(Dimanakah ayah kandung saya) (kesini lah ayah ) (ada sesuatu yang akan saya sampaikan )

TUANKU RAJO TUO; Anak kanduang Sutan Pamenan Apo sabab ayah dipanggie Curai papakan bakeh ayah Nak sanang di dalam hati Nak sajuak dalam kiro-kiro

(Anak kandung sutan pamenan) (apa sebab anak memanggil ayah) (curahkanlah kepada ayah) (agar senang di dalam hati) (biar sejuk di dalam kira-kira)

SUTAN PAMENAN; Makonyo denai ayah imbau Lah tadanga galanggang rami Eten di ranah Kayutanam Galanggang Rajo Angek Garang Bari izin denai di ayah Pai manampuah galanggang nantun

(penyebab ayah saya panggil) (sudah terlihat ramainya gelanggang) (yaitu di tanah kayutanam) (Gelanggang raja angek garang) (mohon izinkan saya ayah) (Pergi kegelanggang tersebut)

TUANKU RAJO TUO; Galanggang Angek Garang nan kadituruik? Angek Garang lain adaiknyo Urang mamakn masak matah Urang indak tahu salah jo bana Maukua panjang ka inyo Manimbang barek ka inyo

(Gelanggang angek garang yang akan kamu tempuh?) (disana lain adatnya)

Universitas Sumatera Utara (orang memakan yang mentah) (orang yang tidak tau salah dan benar) (mengukur panjang ke dia) (menimbang yang berat ke dia)

SUTAN PAMENAN; Ayah kanduang janyo denai Bari izin molah denai dek ayah Pado denai lalok dianjuang Eloklah mancaliak galanggang urang

(Ohh ayah kandung saya) (tolonglah izinkan saya ayah) (daripada saya tidur disini) (lebih baik saya melihat negeri orang)

TUANKU RAJO TUO; Jiko baitu kato anak kanduang Dangakan bana nasehat ayah Kok sampai anak di sanan Iduik di kampuang urang Jan bak ayam kuriak panjang ikua Tampan paukua bayang-bayang Panjang tajelo urang karek Tak usah tinggi dari pucuak Tinggi pucuak biaso patah Tak usah randah dari tunggua Randah tak ado tampek jatuah Ikan rayo dilautan Garundang rajo kubangan Sutan bana anak di kampuang Namun di rantau dagang juo Paciklah baro di tampuruang Abu nan jaan anak buang Pagang pataruah ayah kanduang Malu nan jaan dibao pulang Dari parak handak ka pakan Tibo di balai balilah samba Budi rang tuo jaan dilupokan Sampai mati tatap di kana

(kalau begitu kata kamu anak kandung) (dengarkan betul pesan ayah) (jika sampai kamu disana) (hidup di kampung orang) (Jangan seperti ayam yang belang panjang ekor)

Universitas Sumatera Utara (jangan tinggi dari puncak) (tingginya pucuk akan mudah patah) (dan janganlah rendah dari tungau) (kalau rendah tidak ada tempat jatuh) (ikan raya di lautan garundang raja di kubangan) (kamu satu-satunya nak laki-laki dikampung) (namun di rantau berdagang jua) (peganglah bara di tempurung) (dan janganlah dibuang abunya) (malu jangan lah dibawa pulang) (dari ladang hedak ke kampung) (dan jangan lupa membeli lauk) (budi orang tua jangan dilupakan) (sampai mati akan tetap dikenang)

SUTAN PAMENAN; Apo nan kajadi pitaruah ayah Denai pacik dipegang arek Siang ka denai patungkek Malam ka denai pakalang Alah ka sanang hati ayah.

(apa pun yang ayah pesankan) (akan saya pegang erat) (siang akan saya jalani) (malam akan saya ingat) (asalkan hati ayah senang)

III. RANDAI Lah bajalan Sutan Pamenan Diiliekannyo labuah nan panjang Manuju ranah Kayutanam Ka galanggang Rajo Angek Garang Dek lamo lambek di jalan Lah tibo candonyo kini Galanggang rami alang kapalang Sinan taguncang dalam diri

(Sudah berjalan sutan pamenan) (Dilihatlah jalan yang panjang) (Menuju ranah kayu tanam) (Ke daerah raja angek garang) (Karna cepat lambat akan dijalani) (Dan telah tiba masanya kini)

Universitas Sumatera Utara

RAJO ANGEK GARANG; Manolah kalian nan di galanggang ko Danga kecek den elok-elok Simakkan bana baiak-baiak. Aden banamo Rajo Angek Garang Batarak di Bukik Siguntang-guntang Supayo nak rami galanggang nangko Molah kito bamain sipak rago

(Manalah alian yang ada di gelanggang) (Dengar kata yang baik-baik) (Dengarlah dengan baik) (Saya yang bernama Rajo Angek) (Bertempat tinggal di bukit siguntang-guntang) (Agar gelanggang ini ramai) (Marilah kita bermain sepak raga)

RAJO ANGEK GARANG MAIN SIPAK RAGO JO URANG BANYAK. RAJO ANGEK GARANG TAJATUAH, URANG BASORAK KASADONYO. RAJO ANGEK GARANG TAGAK, BERANG MANCALIAK SUTAN PAMENAN SATO PULO BASORAK. RAJO ANGEK GARANG;

(Rajo angek garang bermain sepa raga bersama orang-orang) (Ketika Rajo angek terjatuh, maka tertawalah para penonton) (Dan maralah raja garang karna melihat sutan pamenan juga ikut tertawa)

E, waang paja ketek! Sato pulo manyorak an den! (Hoii Kamu orang kecil) (Ikut pula tertawa)

SUTAN PAMENAN; Ampunlah ambo dek tuanku Ampun baribu kali ampun Bukan ambo surang nan basorak Urang basorak kasadonyo (Ampuni saya tuanku) (ampun beribu kali ampun) (Bukan saya sendiri yang tertawa)

Universitas Sumatera Utara (Semua orang juga ikut tertawa)

RAJO ANGEK GARANG; Waden jatuah waang kecek an cubadak lareh! Aden ko bukan cubadak! Waden tu bukannyo jatuah! Tapi waden jatuah tu dek barek badan den surang Waang ko anak bincacak! Anak bincacak jo bincacau Anak singiang-ngiang rimbo Anak kaladi taleh ladang Anak sicangkiang panarahan Anak sariduang sarok lawik

(Saya jatuh kamu katakan cubadak lareh) (Saya ini bukan cubadak! Saya ini bukannya jatuh!) (Tapi saya jatuh karna berat badan saya sendiri) (Kamu ini ana bincacak) (Anak bincacak dan binciciau) (Anak singiang-ngiang rimba) (Anak keladi talas di ladang)

SUTAN PAMENAN; Usah tuanku tadorong bana Urang mandoroang gadang kanai Urang panggamang mati jatuah Urang pandingin mati anyuik

(Jangan tuanku cepat emosi) (Orang emosi cepat mati) (Orang pengejut mati jatuh) (Orang pendingin mati hanyut)

RAJO ANGEK GARANG; Usah marandang di kuali Sambirek jalo ka tapian Usah waang ulang duo kali Maramang bulu kuduak den mandangakan Anak cacak samo cacak Samo batalua diateh pagu Kok iyo waang samo bagak Senseangan molah langan baju

(Jangan kamu ulang dua kali) (Membuat saya tambah emosi) (kalau memang kamu berani)

Universitas Sumatera Utara (lawan lah saya )

SUTAN PAMENAN; Kok iyo kareh bana hati Tuanku Molah kito cubo agak sajamang Untuak pamasiah-masiah langkah

( Kalau memang itu kehendak tuanku) (marilah kita coba agak sedikit) (untuk mengeluarkan sedikit keringat)

RAJO ANGEK GARANG BASILEK JO SUTAN PAMENAN. SUTAN PAMENAN KASUDAHANNYO DAPEK DITANGKOK DEK RAJO NAN PANJANG. SUTAN PAMENAN MARANUANG MINTAK AMPUN. SUTAN PAMENAN;

Ampun. Ampun tuanku (Ampu, Ampun tuanku ).

RAJO ANGEK GARANG; Lai ka mintak ampun juo waang! Bangang! Awak ketek masuak pulo ka galanggang! Baru waang tahu kini, sia waden! Iko nan banamo Rajo Angek garang * (Masih berani minta maaf) (Bangang, kamu kecil sudah masuk gelanggang) (Baru tau kamu siapa saya) (Ini yang dunamakan raja angek garang)

IV. RANDAI Lah kalah Sutan Pemenan Kalah dek Rajo Angek Garang Sutan tatangkok maso itu Tangkok nan indak talapehan Sinan tamanuang Sutan Pamenan Malu kamano kadilapeh an Panek bamanuang inyo bapikie Cakak nan musti babalehan Kaba baraliah hanyo lai Namun baraliah sinan juo Dijapuik kaba Rajo Tuo Lah tasorok darah di dado

Universitas Sumatera Utara Antah ko apo nan tajadi Dipanggie Bujang Salamaik

(Sudah kalah sutan pamenan) (kalah oleh raja panas garang) (sutan tertangkap masa itu) (tertanggap yang tidak akan dilepaskan) (disitulah termenung sutan pamenan) (malu kemana akan dilepaskan)

TUANKU RAJO TUO; Manolah buyuang Bujang Salamaik Tagak ka mari molah buyuang Ado nak ka den sampaian

(Manalah anak muda yang selamat) (Nerdirilah kemari anak muda) (Ada yang mau saya sampaikan)

BUJANG SALAMAIK; Ampunlah denai dek tuanku Ampun baribu kali ampun Mandanga imbauan dari Tuanku Tasirok darah di dado Mandanyuik ka ubun-ubun Mambaleh ka ampu kaki Guimanta sabatang tubuah Badan bak raso bayang-bayang

(Ampunkan saya tuanku) (ampun beribu kali ampun) (mendengar panggilan dari tuan) (Takutlah yang hamba rasakan)

TUANKU RAJO TUO; Ikolah waang Bujang Salamaik Bukan Salamaik caro kini Tapi salamaik urang daulu Alun dipanggia alah datang Alun diimbau alah tibo Kini baitu lah dek waang Pai japuik Sutan Pamenan Antah baa kolah inyo kini Japuik tabao kini juo

Universitas Sumatera Utara Eten ka ranah Kayutanam Galanggang Rajo Angek Garang

(Inilah kamu bujang salamaik) (belum dipanggil sudah datang) (belum dihumbu sudah tiba) (sekarang jemput lah sutan pamenan) (entah bagaimana kabar dia sekarang)

BUJANG SALAMAIK; Kalau baitu kato tuanku Samantaro hari lai alun malam bana Denai bajalan hanyo lai.

(Kalau begitu kata tuanku) (sementar hari yang belum malam) (saya berjalan dulu)

V. RANDAI Rundiang putuih kato salasai Babaliak pulang Sutan Pamenan Dijapuik dek Bujang Salamaik Ka galanggang Rajo Angek Garang Dek lamo lambek di jalan Alah katibo hanyo lai Mananti Tuanku Rajo Tuo Sinan tabukak kato-kato

(Rundingan telah selesai) (berbalik pulang sutan pamenan) (dijemput oleh bujang salamaik) (ke gelanggang rajo angek) (karna cepat atau lambat) (Menanti tuanku rajo tuo) (Disitulah terbuka kata-kata)

TUANKU RAJO TUO; Ayah mandapek kaba buruak Kaba dibao urang lalu Tantangan diri anak kanduang Lah tajadi silang salisiah Iyo jo Rajo Angek Garang Tapi baalah mangatokannyo Pitaruah ayah indak waang pacik Badan waang juo manangguangkan

Universitas Sumatera Utara

(Ayah mendengar kabar buruk) (kabar yang terdengar dari orang lewat) (tentang diri anak kandung) (telah terjadi perselisihan) (dengan Raja Angek garang) (tapi bagaimanapun, pesan ayah tidak kamu dengarkan) (kamu sendiripun yang menanggung akibatnya)

SUTAN PAMENAN; Alu tasanda pado dindiang Jikok tasandi di balakang Buliah diambiak urang lalu Malu tacoreang pado kaniang Jikok dicoreang dibulakang Bisa ditutuik kain jo baju Namun samantangpun baitu Bari izin denai dek ayah Pai mancari ilimu bakeh tagak Iyo ka bakeh inyiak paladang Untuang tabangkik batang tarandam

(Izinkan saya mencari ilmu ayah) (agar bisa dipandang orang)

TUANKU RAJO TUO; Jiko baitu kato nak kanduang Itulah kato sabananyo Kok mangaruak iyo sahabih gauang Kok manyauak takasiak bulan Indak nan lakang dek paneh Indak nan lapuak dek ujang Alah ka jaleh tu dek waang (Jika begitu yang anak katakan) (itulah kata yang sebenarnya ) (bersungguh- sungguh lah)

SUTAN PAMENAN; Kalau baitu kato ayah Denai bajalan hanyo lai * (Kalau bagitu pesan ayah) (Baiklah saya akan pergi dulu)

RANDAI Lah bajalan Sutan Pamenan

Universitas Sumatera Utara Manuju Inyaik rang paladang Mancari ilimu bakeh tagak Pambangkik batang tarandam Lah diiliekan labuah nan panjang Labiah pendek liku baliku Masuak rimbo kalua rimbo Masuak kampuang kalua kampuang Lah basuo jo Inyiak Rang Paladang Sutan baraja bamacam ilimu Sudah baraja bilangan musim Maso ka pulang hanyo lai.

(Sudah berjalan sutan pamenan) ( Menuju Inyak rang paladang) (Mencari ilmu untuk berdiri) (Membangkitkan batang terendam) (sudah dihindari jalan yang panjang) (lebih pendek liu berliku) (Masuk rimba keluar rimba) (Masuk kampung keluar kampung) (tibalah bertemu inyiak rang paladang ) (disitulah sutan pamenan belajar bermacam ilmu)

INYIAK RANG PALADANG: Lah anam musim anak di siko Baraja babagai macam ilimu Kok iyo waang ka pulang bisuak Ikolah pasan dari inyiak Jampang sakik indak taubek lai Ambiaklah aie agak sacangkie Bacolah manto nan bak iko Sabik ketek panyabik padi Panyabik padi sado nan rabah Ubek lakek panyakik pai Pai kabukik Sabarullah Bajalanlah tujuah hari Ndak buliah kito basuo

(Sudah Enam musim anak disini) Belajar berbagai macam ilmu) (kalau memang kamu akan pulang) (jika sakit tidak terobat lagi) (ambilah air hangat secangkir) (bacalah mantra yang saya ajarkan)

Universitas Sumatera Utara

SUTAN PAMENAN; Sagalo ilimu nan inyiak agihan Ambo pacik arek diganggam taguah * (Semoga ilmu yang inyiak berikan) (saya pegang erat dan teguh)

VII. RANDAI Lah sudah manuntuik ilimu Babaliak molah Sutan Pamenan Iyo ka ranah Camin Taruih Nak manamui ayah kanduang

(Setelah menuntut ilmu, kembalilah sutan pamenan) (pulang ke kampung halaman menemui ayahnya)

SUTAN PAMENAN; Manolah ayah kanduang denai Lah babaliak denai manuntuik ilimu Iyo dari inyiak urang paladang Nan sakarang kini nangko Denai nak babaliak ka Kayutanam Ka galanggang Rajo Angek Garang Jikok kandak buliah pintak balaku Tantu lai tajajak tanah tapi Maklum ayah tantang itu

(Manalah ayah kandung saya) (sudah pulang saya menuntut ilmu dari inyiak paladang) (dan sekarang saya akan kembali ke kayu tanam) (ke gelanggang rajo angek )

TUANKU RAJO TUO; Kilek camin lah ka muko Kilek baliuang lah kaki Harima mati maninggakan balang Gajah mati maninggakan gadiang Ayah lah maklum tantang itu Namun samantangpun baitu Adat di lawik bajuru mudi Adat di galanggang ba juaro

Universitas Sumatera Utara Adat di kampuang bapangulu Dima aie disauak, di sinan bumi dipijak Dima sumua dikali di sinan rantiang dipatah Hanyo sakitu dari ayah Pulang maklum pado nak kanduang

(Ayah sudah maklum mengenai hal tersebut) (namun walaupun begitu ingatlah pesan dari ayah)

VIII. RANDAI * DI GALANGGANG RAJO ANGEK GARANG. URANG BAMAIN BABAGAI PAMAINAN SUTAN PAMENAN DATANG JO BUJANG SALAMAIK, MANGAPIK AYAM KETEK RAJO ANGEK GARANG; Baa kok waang datang kamari Nak maadu ayam roman iko Ayam waang ketek saketek dari balam Gadang saketek dari puyuah Lah ka waang adu pulo jo ayam den Lai tahu waang ndak Ayam den sagadang kambiang kekah Ayam batigo badunsanak Sikua jadi musang Sikua jadi alang Sikua jadi ayam

(Mengapa kamu datang lagi kesini) (Ingin mengadu ayam seperti ini ) (Hanya besar sedikit dari puyuh) (Taukah kamu ayam saya sebesar kambing) (Ayam yang tiga bersaudara, seekor menjadi musang ) (seekor menjadi elang dan seekor lagi menjadi ayam)

SUTAN PAMENAN; Kok ketek bana ayam denai Lai ko talok dek ayam Tuanku Namun sabalun ayam diadu Denai batanyo sungguah-sungguah. Manang kan lai manarimo Kalah kan lai mambaie

(Kalaupun ayam saya kecil)

Universitas Sumatera Utara (beranikah ayam tuan) (namun sebelum diadu jika saya menang apakah tuan mau membayar)

RAJO ANGEK GARANG; Tasarah dek waang (Terserah kamu saja)

SUTAN PAMENAN; Kalau baitu kato Tuanku Marilah kito padan ayam kito Sabalun ayam kadibulang Ikolah intan tigo boto Kataruah dari ambo Mano taruahan dari Tuanku. (Kalau begitu marilah kita adu ayam) (dan inilah taruhan dari saya) (mana taruhan dari taun)

RAJO ANGEK GARANG; Ikolah pitih dari waden Alah ka sanang hati waang Capek lapehan ayam waang tu Nak capek pulo patah lilienyo

(inilah taruhan dari saya) (Cepat lepaskan ayam kamu) (biar cepat pula patah lehernya)

SUTAN PAMENAN; Manuruik aturan di galanggang Taruhan harus satimpalan Dibandiang jo pitih taruhan Tuanku Daripado intan dipataruahkan Jo pitih nan sabanyak itu Labiah elok intan ko den buang ka lautan

(Taruhan yang tuan letakan tidak setimpal dengan taruhan yang saya letakkan) (lebih baik saya buang intan ini ke lautan) RAJO ANGEK GARANG; Banyak curito waang Nan jaleh ayam ko diadu dulu Kok manang waang Ambiak pitih ko, ambiak si Ranik Jintan Tunangan den tambahannyo

Universitas Sumatera Utara (Jangan banya cerita , saya tambah taruhan dengan wanita tunangan saya)

ADU AYAM, ANTARO AYAM SUTAN PAMENAN JO AYAM RAJO ANGEK GARANG. AYAM RAJO ANGEK GARANG MATI (MENANGLAH AYAM SUTAN PAMENAN)

SUTAN PAMENAN; Kini baitu lah dek Tuanku Lah samo-samo kito like ayam lago Manang kalahnyo lah jaleh pulo Bak janji kito samulo Manang iyo ka maelo Kalah iyo ka mambaie Tandonyo ambo nan manang Tantu taruhan ambo bao Manyo taruhan dari Tuanku

(Karna saya menang) (Sebagaimana perjanjian awal kita) (yang kalah akan membayar) (yang menag akan menerima)

RAJO ANGEK GARANG; Indak waang danga dari tadi Kalah indak mambao Manang indak manarimo Taruhan apo ka waang mintak Antah kok tumik na kadapek dek waang

(Apakah kamu tidak mendengar) (tidak ada taruhan dalam permainan ini) (Taruhan apa yang kamu mintak )

SUTAN PAMENAN; Kalau baitu pandapek Tuan Kalah jo manang tak ditimbang Bia bacarai lihie jo badan

(Kalau begitu pendapat tuan) (kalah dan menang tidak dipikirkan) (biarlah bercerai leher dan badan)

RAJO ANGEK GARANG; Banyak bana curito waang!

Universitas Sumatera Utara Dari Mahek ka Lubuak Aluang Singgah ka pakan Balai Batu Aie pake nasi baliuang Karambia raso goreng paku

(Kamu jangan banyak bicara)

SUTAN PAMENAN; Kalau iyo molah baitu Pucuak dicinto ulam tibo Sumua dikali aie datang Rancak bapikie Tuanku daulu Indak ko ibo angok ka malayang

(Kalau memang begitu) (lebih baik tuan pikirkan lah kembali )

RAJO ANGEK GARANG; Cukuik! Jaan waang sambuang kato waang tu lai! Bareh sipuluik dalam kuali Usah dilatak ateh dulang Sujuik suruik waang kumbali Kok indak angok malayang

(Jangan banyak bicara) (cepat sujud kepada saya) (jika kamu tidak mau sujud matilah kamu)

SUTAN PAMENAN; Tuan iyo gadang karengkang! Banyak curito daripado karajo Kok iyo tuan laki-laki Mulailah di sinan dek tuanku Nak denai garik pulo dari siko

(Tuan memangla banya bicara) (banyak cerita daripada bekerja) (kalau memang taun laki-laki) (lawan lah saya)

RAJO ANGEK GARANG BACAKAK JO SUTAN PAMENAN SAMO-SAMO SANTIANG TANYATO KASUDAHANNYO RAJO ANGEK GARANG, MAMARINTAHAN DUBALANGNYO NAN BARAMPEK MANGAROYOK SUTAN PAMENAN.

Universitas Sumatera Utara SUTAN PAMENAN MANGALUAKAN ILIMUNYO. KALUA DARI KURUANGAN NAN BARAMPEK. KASUDAHANNYO DUBALANG SAMO DUBALANG TU BACAKAK BABUNUHAN. RAJO ANGEK GARANG KASUDAHANNYO MATI JUO. RANIK JINTAN DATANG. MANANGIH DI DAPEK MAIK TUANKU RAJO ANGEK GARANG NAN TABUJUA DI TANAH. RANIK JINTAN;

(AKHIRNYA MEREKA BERKELAHI DAN DIMENANGKAN OLEH SUTAN PAMENAN, MATILAH RAJO ANGEK GARANG)

Manolah Tuanku Rajo Angek Garang Apokoh garan nan alah tajadi Baa kok tabujua maik tuan disiko Ondeh tuanku Rajo Angek garang Lorong di badan diri ambo Sudahlah garak jo takadia Sadang arek bincano tibo Litak tubuah lamahlah tulang Parpati batalua ateh tanah Ka Sikabu denai baokan Tuan bakubua di tanah sabingkah Denai di mano ditinggakan * (Manalah Tuanku rajo angek garang) (apakah gerangan yang terjadi) (mungkin ini takdir ) (tuan dikubur ditanah yang sebingkah) (tinggal lah saya seorang diri)

XI. RANDAI PENUTUP Batusangka balantai batu Parak Juao labuah basilang Randai sakitu lah daulu Talempong mairiang di balakang Kok lai ado sumua di ladang Buliahlah kito manumpang mandi Mandi barang ka tapian Kok lai umua samo panjang Randai nan lain diulang lai Disiko dulu diantian * (Batusangkar berlantai batu)

Universitas Sumatera Utara (samapi disini dulu randai ) (talempong mengiring) (kalau ada sumur diladang ) (Bolehlah kita menumpang mandi) (kalau lai berumur panjang) (Randai yang lain akan kita ulangi) tamat

3.3.4 Alat Musik Pengiring Randai

1. Musik eksternal Randai

Musik eksternal pendukung Randai berupa alat-alat musik tradisional

Minangkabau, seperti saluang, bansi, talempong, canang, gandang, dan rabab.

a. Saluang

Saluang terbuat dari bambu, kira-kira panjangnya 70 meter dan

berdiameter 3 centimeter. Memiliki tiga atau empat lubang

nada. Fungsinya untuk mengiringi dendang. Saluang digunakan

pada Randai ketika Randai ketika memasuki pentas atau

lapangan, tidak hanya itu, saluang merupakan alat musik fital

pada Randai, saluang juga mengiringi talempong, gurindam

menyampaikan pesan.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 9: Saluang.

b. Talempong

Talempong terbuat dari bambu, kayu, dan logam. Cara

memainkannya ada dua macam. Pertama, dengan cara

meneteng atau memegang dua atau tiga talempong. Talempong

ini dinamakan Talempok Pacik. Kedua, meletakan talempong

diatas standar. Talempong ini dinamakan Talempong Duduak.

Talempong dapat digunakan untuk mengiringi nyanyi atau

dendang dan dapat dimainkan secara instrumentalia. Pada

kesenian Randai talempong dimainkan ketika Randai

memasuki arena pertunjukan, keluar arena pertunjukan, dan

menyelingi drama-drama yang terjadi pada Randai.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 10: Talempong c. Canang

Gong dan Canang terbuat dari logam. Ukuran gong lebih

besar dari talempong, bentuknya sama dengan talempong.

Canang lebih besar dari talempong dan lebih kecil dari gong.

Fungsinya lebih banyak sebagai alat komunikasi ketimbang

alat musik. Canang biasanya dipukul keliling kampung sebagai

imbauan kepada masyarakat jika ada acara baralek atau

pernikahan dan sebagainya.

d. Gandang

Gandang merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kulit

lembu atau kambing. Gandang merupakan bunyian yang

penting dalam sebuah kelompok talempong. Dalam sebuah

Universitas Sumatera Utara pertunjukan Randai, gandang dimainkan bersamaan dengan

talempong dan saluang, yaitu dimainan diawal pertunjukan

Randai, akhir pertunjukan Randai dan juga mengiringi saluang

dan talempong ketika jeda dalam setiap drama pada Randai.

Gambar 11: Gandang e. Rabab

rabab (satu-satunya), Rebab terbuat dari tempurung kelapa

yang paling besar. Tempurung tersebut ditutup dengan kulit

kambing. Batang nya dibuat dari bambu. Pada ujungnya dibuat

alat peregang tali dari kayu. Antara ujung (peregang tali)

dengan pangkalnya direntang dua tali melalui permukaan kulit.

Diatas kulit itu dipasang kuda-kuda, sehinhha tali yang

direntang itu menjadi tegang. Penggeseknya seperti penggesek

biola. Adakalanya dibuat dari ekor kuda dan adakalanya dari

Universitas Sumatera Utara benang nilon. Pengesek dipasang pada sebatang rotan yang

dibengkokkan. Untuk mengatur nadanya digunakan tangan

perebab. Rebab digunakan untuk meniringi dendang. Kadang-

kadang dikombinansikan dengan saluang. Sama dengan alat

musik lainnya, rabab digunakan dalam Randai untuk mengiri

pendedang bernyanyi, namun tidak banyak pada pertunjukan

Randai yang menggunakan alat musik rabab hal ini

dikarenakan hanya sedikit yang bisa memainkan alat musik

rabab.

Gambar 12: Rabab

2. Musik internal Randai

Musik internal, yaitu musik yang dibangun oleh penari itu sendiri yang menghasilkan ritme bunyi dari tubuh penari, seperti vokal, tepuk tangan, petik jari, siulan, hentakan kaki, dan sebagainya. Musik internal dikembangkan berdasarkan hasil eksperimen penari. Misalnya eksperimen terhadap bunyi yang berasal dari mulut didasarkan pada eksplorasi pada sumber bunyi tersebut. Eksplorasi merupakan salah satu cara penting yang

Universitas Sumatera Utara dilakukan komponis dalam membuat sebuah komposisi, karena eksplorasi menjadi penunjang ide kreatif.

Gambar 13: Galembong

Salah satu bentuk vokal yang cukup populer di Minangkabau yaitu dendang yang berirama gembira dan ratok (ratap) yang berirama sedih.

Penting sebagai pendendang mengalami, mempelajari, dan merasakan perbedaan karakteristik dendang dan ratok. Seperti halnya dalam gamelan laras slendro lebih cocok untuk mengiringi tari-tarian yang bersifat gembira, terbuka, dan meriah. Sebaliknya tarian bedaya yang anggun, agung, dan berwibawa lebih memilih diiringi gending yang berlaras pelog

(Daruni, 2013: 167). Dengan demikian tujuan untuk memberikan baik jiwa tari maupun dendang sesuai dengan suasana karakteristik yang diinginkan.

Universitas Sumatera Utara BAB IV

Pagelaran Randai di Perantauan

4.1. Pagelaran Randai di Kota Medan

Randai sendiri telah mengalami pergeseran semenjak era presiden

Soeharto, “Azaz tunggal” yang diistilahkan mengakibatkan masyarakat tidak memiliki keleluasaan untuk menunjukan jati diri individu maupun keaerahan. Kondisi tersebut menyebabkan sebagian budaya daerah yang tidak sesuai dengan konsep budaya nasional tersingkir.

Wujud pagelaran Randai di perantauan masih melestarikan unsur-unsur pokok dalam kesenian tradisional Minangkabau. Dimana Randai merupakan seni teater di Minangkabau yang didalamnya ada dialog dan suatu cerita yang disampaikan,dan unsur lain yaitu musik dan tari. Dalam pertunjukan Randai ada beberapa alat musik yang digunakan seperti alat musik tiup yaitu Saluang, Pupuik

Sarunai, dan Bansi.Begitu juga dengan alat musik pukul seperti Gandang

,Talempong dan Tassa. Semua alat musik tersebut adalah alat musik Tradisional

Minangkabau. Sementara itu tari dan gerakan-gerakan Randai diambil dari gerakan dasar Silat di Minagkabau, seperti Silat Harimau, Silat Kumango dan lain-lain.

Walaupun pagelaran Randai di kota Medan masih mempertahankan unsur- unsur pokok yang terdapat didalam Randai, akan tetapi ada Randai di kota

Medanmengalami pertumbuhan dan perkembangan. seperti yang di katakan

Universitas Sumatera Utara Aryandini (2000: 45), seperti kehidupan manusia yang selalu tumbuh dan berkembang, kesenian sebagai salah satu wujud karya manusia juga tumbuh dan berkembang.

Namun tidak semua group kesenian Minangkabau di kota Medan yang tumbuh dan berkembang seperti yang di sampaikan oleh Aryandini. Ada 2 kelompok grub Kesenian yang mempunyai perbedaan dalam Melestarikan Randai.

Yaitu grup kesenian Sri Antotakan dan grupkesenian Keluarga Bayur.

4.1.1. Pagelaran Randai pada group kelompok kesenian Sri Antokan BM3 Medan

Wujud pagelaran Randai pada grub kesenian Sri Antokan masih melestarikan unsur-unsur pokok dalam kesenian tradisional Minangkabau.

Dimana Randai merupakan seni teater di Minangkabau yang didalamnya ada dialog dan suatu cerita yang disampaikan,dan unsur lain yaitu musik dan tari.

Dalam pertunjukan Randai ada beberapa alat musik yang digunakan seperti alat musik tiup yaitu Saluang, Pupuik Sarunai, dan Bansi .Begitu juga dengan alat musik pukul seperti Gandang ,Talempong dan Tassa. Semua alat musik tersebut adalah alat musik Tradisional Minangkabau. Sementara itu tari dan gerakan- gerakan Randai diambil dari gerakan dasar Silat di Minagkabau, seperti Silat

Harimau, Silat Kumango dan lain-lain. Ada beberapa unsur yang ditambahkan pada Randai kelompok Sri Antokan yaitu, gerakan penari, formasi dalam Randai, dan musik tambahan pada Randai.

Universitas Sumatera Utara Menurut pendapat informan yaitu uda Dedi (40tahun) yang merupakan salah satu pelatih musik dan Randai pada Ikatan kesenian Sri Antokan, beliau mengatakan:

,”Ado beberapa gerakan pado Randai yang kami mainkan diambil dari gerakan tari modern, kemudian dari segi formasi pernah juo diajarkan formasi segitigo, tapi kami tetap mamakai formasi lingkaran yang sarupo biaso, formasi sagito tu kami ambiak dari macaliak youtube, tu yang barubah ciek lai musik pengiriang, karano payah mancari pamain saluang, jadi kami mamakai musik saluang yang alah di rekam”. (ada beberapa gerakan pada Randai yang kami mainkan diambil dari gerakan tari modern, kemudian dari segi formasi pernah juga diajaran formasi segitiga, tetapi kami tetap memainkan formasi lingkaran yang seperti biasanya, formasi segitiga itu kami ambil dari melihat youtube, kemudian perubahan pada musik pengiring, karena susah mencari pemain saluang, jadi kami memakai musik yang sudah di rekam). Begitu Juga dengan pendapat Mak Gaek (65 tahun) yang merupakan penjaga kedai kopi disebelah rumah gadang BM3. Beliau mengatakan:

“Randai nan dimainan anak mudo kini agak babeda jo randai nan ambo caliak dahulu, ado nan dirubah dek sidedi gerakan jo penyampaiannyo, tapi den lah satahun ko ndk do mancaliak urang latihan randai, antah baa kolah Randai di siko kini, tapi dulu kami sangek sumangaik latian randai ko, anak mudo kini ndk do nan samangaik untuak mancubo balatiah randai ko do, alah mabuak main ka warnet se anak- mudo kini, tu lah tantu lo jo bacewek.” (Randai yang dimainkan anak muda sekarang ini berbeda dengan randai yang saya lihat dahulu, ada yang dirubah oleh pelatihnya(dedi), tapi saya sudah lama tidak melihat latihan Randai di Sri Antokan, anak muda sekarang ini sudah tidak ada yang semangat berlatih silat maupun Randai, mereka cuma tau bermain di warnet, apalagi sudah pandai pacaran.

Universitas Sumatera Utara 4.1.2 Pagelaran Randai pada kelompok kesenian Ikatan Keluarga Bayur

Medan

Wujud pagelaran Randai pada grub kesenian Ikatan Keluarga Bayur melestarikan unsur-unsur pokok dalam kesenian tradisional Minangkabau.

Dimana Randai merupakan seni teater di Minangkabau yang didalamnya ada dialog dan suatu cerita yang disampaikan,dan unsur lain yaitu musik dan tari.

Dalam pertunjukan Randai ada beberapa alat musik yang digunakan seperti alat musik tiup yaitu Saluang, Pupuik Sarunai, dan Bansi .Begitu juga dengan alat musik pukul seperti Gandang ,Talempong dan Tassa. Semua alat musik tersebut adalah alat musik Tradisional Minangkabau. Sementara itu tari dan gerakan- gerakan Randai diambil dari gerakan dasar Silat di Minagkabau, seperti Silat

Harimau, Silat Kumango dan lain-lain.

Menurut pendapat informan Edimas Sutan( yang juga merupakan ketua sekaligus pelatih silat pada Ikatan Kesenian Keluarga Bayur. Beliau mengatakan:

“Randai di bayua ko pertamo kali ambo yang mambaok dari kampuang, ambo datang pai marantau kiro-kiro umua duopuluahlah, ambo marantau ka medan pai badagang, karano yang diajan disiko Cuma tari, jadi pado tahun 1980an ambo samo ketua IKB pado waktu tu, apak Sutan majolelo namonyo anggota- anggotanyo, kami berinisiatif manggalakkan Randai di kota Medan ko, khususnyo di IKB. Tujuan kami pertamo adolah untuak maubek taragak perantauan Minang nan di Medan katiko tu. Dari sajak itulah kami maajan Randai di IKB ko, tapi lah 5 tahun terakhir ko, ndk ado anak mudo nan sumangaik untuak bamain Randai do, nyinyia surang se kami untuak maajak tapi ndk bisa, jadi pado tahun 2016, kami mamutuian untuak baraja selek sajo, dan hanyo sakali- sakali baraja Randai katiko ado panggilan, pemain yang lamo lah banyak bakeluarga pulo, jadi lah kurang waktu untuak bamain Randai”.

Universitas Sumatera Utara (Randai pertama kali saya bawa dari kampung kira-kira 20 tahun yang lalu, saya merantau awalnya adalah berdagang. Karena yang diajarkan ketika itu hanya tari-tarian, pada tahun 1980an, saya bersama ketua IKB pada masa itu yang bernama sutan Majo lelo, kami berinisiatif untuk menggalakan Randai di kota Medan, khususnya di IKB, namun lima tahun terakhir tidak ada lagi semangat dari anak muda untuk berlatih Randai).

Gambar 14: Latihan Randai di Rumah Gadang IKB.

4.2 Fungsi Pagelaran Randai di kota Medan

Pertunjukan Randai di Minangkabau terkait dengan upacara-upacara tradisional masyarakatnya. Dalam upacara tersebut Randai tidak saja diperanan menjadi pelengkap yang berfungsi untuk menjadi hiburan dan penyemangat upacara-upacara adat, tetapi sebagai kesenian tradisional Minangkabau, Randai juga memberikan kesempurnaan dalam adat istiadat di minangkabau. Dulu biasanya randai ditampilkan sebagai pengantar ulu ampek ,ulu ampek adalah seni gerak yang ditampilkan pada saat pengangkatan penghulu.

Universitas Sumatera Utara Randai juga berfungsi sebagai pembentukan identitas budaya

Minangkabau.“Baliek ka pangka”, merupakan ungkapan khas masyarakat

Minangkabau. Dalam konteks ini dimaksudkan adalah untuk menggali dan menghayati kembali falsafah dan nilai-nilai budaya Minangkabau sebagai panutan hidup sesuai angan-angan dan cita-cita masyarakatnya. Jadi, Randai secara signifikan juga berdampak pada pengenalan identitas budaya

Minangkabau.Randai sebagai teater tradisional Minangkabau digunakan untuk mengomunikasikan nilai-nilai "ke-Minangkabau-an" yang ingin dibangkitkan tersebut. Oleh karena itu, Randai dilirik sebagai kendaraaan (media) dalam mengomunikasikan identitas budaya Minangkabau.

Seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan zaman, apa lagi melihat kesenian yang sudah jauh dari tempat asalnya, maka kesenian perlu menyesuaikan diri terhadap perubahan dan perkembangan zaman, juga menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru dari kebudayaan yang dibawa tersebut. Perubahan bukan hanya sekedar berubah namun juga diselaraskan terhadap tatanan hidup masyarakat tempat perantauan tersebut. Begitu juga dengan Randai, dimana pada daerah perantauan Randai juga mengalami

Akulturasi dan perubahan ,dan berbeda dengan Randai di Minangkabau.

Pagelaran Randai di kota Medan sudah tidak berkaitan lagi dengan upacara- upacara adat, sekarang sudah beralih fungsi kepada hiburan dan ekonomi semata.

Menurut informan Uda Dedi (40 tahun) tentang fungsi pagelaran Randai di perantauan, beliau mengatakan:

Universitas Sumatera Utara ”Randai di kota Medan hanyo dipakai katiko ado pesta urang awak,selain itu biasonyo digunoan untuak hiburan acara musyawarah besar masyarakat Minang, dulu waktu masih banyak nan manyewa jasa kami untuak bamain Randai, lumayanlah untuak bali rokok, lai tiok urang baralek, kami mangisi acara. Tapi kini lah payah, ndk do urang yang mamakai Randai untuak mangisi acara di tampek baralek lai, panyabok dari lah payah panggilan yang masuak kalau manuruik ambo, biaya sewa jasa Randai nan maha, tu Randai paralu waktu yang agak lamo ntuak ditampilan, samantaro urang mancari hiburan yang bisa baranti tu disambuang sarupo orgen, saluang .” ( Randai di kota Medan hanya di pakai ketika ada pesta perkawinan orang minang di kota Medan, selain itu Randai biasanya digunakan untuk hiburan acara musyawarah besar masayrakat Minang. Dulu waktu acara Randai masih dipakai jasanya ketika ada pesta perkawinan kami selalu mengisi acara perkawinan, dan itu lumayan untuk membeli rokok, tapi sekarang sudah susah, sudah jarang yang memakai jasa untuk bermain Randai, menurut saya susahnya panggilan Randai di kota Medan adalah pertama biaya jasa Pertunjukan Randai yang mahal, Randai memerlukan waktu pertunjukan yang cukup lama dan sekali berhenti Randai telah usai, makanya banyak yang memilih hiburan seperti Kibord dan Saluang).

4.3. Tata cara Pagelaran Randai di kota Medan

Seluruh pemain Randai berbaris dua berbanjar memasuki arena pertunjukan. Ada beberapa kemungkinan yang dilakukan pemain Randai yaitu masuk dengan berjalan biasa dan masuk dengan seluruh pemain Gorai bertepuk tangan. Setelah memasuki arena, seluruh pemain mengangkat kedua tangan menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh penonton dengan gurindam persembahan.

Apabila acara persembahan selesai, pembawa galembong meneriakkan hep ta hep ta ta dan seterusnya, seluruh pemain berdiri melakukan gerakan sampai

Universitas Sumatera Utara membentuk gerakan lingkaran. Selanjutnya penyajian cerita melalui gurindam atau pendendang diiringi dengan tarian gelombang dan disusul oleh dialogyang dibawakan pemeran Randai.

Apabila pangka tuo Randai melihat pemain Randai mulai kelelahan, pemain Randai akan disitirahatkan. Waktu istirahat diisi oleh penampilan- penampilan bakat pemain Randai dan dialog cerita Randai yang di mainkan. Jika waktu istirahat sudah dirasakan cukup, maka Randai akan dilanjutkan ke legaran selanjutnya, begitulah tatacara pagelaran Randai dampai dengan leragan terakhir.

Menurut salah seorang informan, Uda Aznil (25 tahun) salah seorang pelatih Randai di BM3. Beliau mengatakan:

“Randai di kota Medan masih dikemas dengan beberapa legaran, artinya adalah Randai masih dikemas dalam beberapa kelompok cerita dalam sebuah kaba, legaran Adalah pembagian-pembagia cerita dalam sebuah pertunjukan Randai, perbedaan Randai di kota medan adalah tempat pertunjukan yang tidak lagi di lapangan atau ruangan terbuka, sekarang pertunjukan randai sudah memakai pentas dan panggung pertunjuan”. (Randai di kota masih dikemas dengan beberapa legaran, artinya adalah Randai masih dikemas salam beberapa kelompok cerita dalam sebuah kaba, legaran adalah sebuah pembagian-pembagian cerita dalam sebuah pertunjukan Randai, perbedaan Randai di kota medan adalah tempat pertunjukan yang tidak lagi di lapangan atau ruangan terbuka, sekarang randai sudah memakai pentas atau panggung pertunjukan). Gerakan tari Randai dilakukan secara bergantian dengan penampilan dari pemeran cerita Randai. Namun yang berbeda pada tata cara Pagelaran Randai di kota Medan adalah tempat pertunjukan. Sesuai dengan pepatah Minangkabau

Randai di adakan pada Medan nan bapaneh, Artinya adalah Randai biasanya diadakan pada Ruangan terbuka berupa tanah lapang yang beratap langit dan

Universitas Sumatera Utara berlantai tanah. Namun Randai yang diadakan di kota Medan sekarang ini, banyak di tampilkan pada Sebuah tempat tertutup, seperti Aula, Gedung pertunjukan.

Tatacara Pagelaran Randai di kota Medan dapat diklarifikasikan kedalam beberapa kelompok:

1. Pembukaan Randai

Pembukaan Randai ditandai dengan adanya gerakan, ucapan, dan

nyanyian Sambah dari pemain Randai. Sambah di artikan sebagai

pengucapan salam dari pemain Randai kepada penonton. Gerakan

sambah dilakukan oleh pembawa gorai dengan melakukan gerakan

tunduk kepada penonton, sementara ucapan dan nyanyian dilakukan

oleh pemain teater dan dpemain dendang dalam Randai. Semua ucapan

tersebut di lantunkan dengan bahasa Minangkabau. Pembukaan Randai

biasanya terletak pada Legaran Pertama Randai.

2. Isi Randai

Isi Randai merupak Jalan cerita Randai yang akan di mainkan. Isi

Randai biasanya tedapat pada legaran ke 2 sampai legaran Ke 6,

Pemain Galembong dan Pemeran dalam Randai melakukan

pertunjukan selang-seling sampai legaran ke 6. Pada isi Randai inilah

cerita disampaikan dari awal sampai akhir dari teater randai tersebut.

3. Penutup Randai

Penutup pada Randai dilakukan dengan cara melakukan gerakan,

ucapan Sambah seperti pada legaran pertama. Penutup Randai terletak

Universitas Sumatera Utara pada legaran 7 atau legaran 8, selain melakukan sambah, pada penutup

juga disampaikan kesimpulan, dan nasehat yang terdapat pada cerita

Randai yang dimainkan.

4.4. Pelaku Randai di kota Medan

Pelaku dalam Randai merupaan orang-orang yang masih peduli terhadap kebudayaan daerah asal mereka yaitu Minangkabau, berikut ini adalah pelaku yang menggalakan kesenian Randai dikota Medan dan pengelompokannya berdasrkan kelompo kesenian Minangkabau.

4.4.1 Pemain Randai

Pemain Randai di kota Medan, baik dari ikatan kesenian Bayur maupun ikatan kesenian Sri Antokan, mereka merekrut pemain Randai dari anak-anak yang berdomisili atau warga sekitar yang bertempat tinggal tidak jauh dari Rumah

Gadang BM3 maupun Rumah Gadang IKB. Menurut pengurus Kesenian Sri

Antokan yang bernama Uda Edi, Pemain Randai dan Silat di Ikatan Kesenian Sri

Antokan tidak memandang suku,ras dan agama, bahkan menurut dia ada pemanin

Randai yang beragama Kristen dan banyak pemain randai yang dari suku selain suku minang. Hal tersebut dikarenakan sulitnya mencari personil Randai di kota

Medan.

4.4.2. Pelatih Randai

Universitas Sumatera Utara Pelatih Randai merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah Ikatan

Kesenian Minang, mereka adalah orang yang mahir berbahasa Minang, berbalas pantun, mengerti petatah-petitih minang dan yang paling terpenting menguasai gerakan-gerakan silat karena gerak dasar dalam Randai adalah Silat. Menurut Uda

Edi selaku pengurus Ikatan Kesenian Minang, pelatih Randai di kota Medan sebenarnya banyak, namun hal yang menjadi penghabat mereka untuk melatih

Randai adalah waktu yang tidak tersedia karena mereka juga mencari nafkah untuk keluarga dirumah. Hal tersebut membuat sulitnya mencari waktu yang pas untuk berlatih Randai karena berlatih Randai membutuhkan waktu yang cukup lama.

4.5. Perubahan Randai di kota Medan

Tidak semua Randai di kota Medan terjadi perubahan, seperti Randai pada kelompok kesenian Bayur, mereka tetap melestarikaran Randai seperti mana semestinya Randai itu di tampilkan atau dipertunjukkan. Pada ikatan kesenian Sri

Antokan ada beberapa perubahan yang di lakukan oleh pelatih Randai.

Menurut Seorang informan bernama uda Ainal (25 Tahun) pelatih Randai sekaligus pemain musik pada Randai, Beliau mengatakan:

“Randai di kota Medan ko lah banyak yang barubah surang, kito caliak se dari dasar gerakan anak-anak yang bamain Randai, ndk do dasar sileknyo lai do, itu sabok dari anak-anak di Rantau ko ndk pandai bakudo-kudo, masalahnyo ndk do pernah diajan do, alah jauah dari budayo kito, akibaiknyo sampai ka bamain Randai, bamain Randai tagaknyo ndk tagak kudo-kudo silek do, mode tagak urang karate gai, kudo-kudo tu dasar awak basilek tu, harus mahir wak tagak kudo-kudo baru bisa bamain Randai kalau di kampuang.

Universitas Sumatera Utara Bamain saluang pun ndk do nan pandai, tapaso pakai musik saluang dari kaset lai, lah banyak nan bageser. Caro mananggulanginyo cieknyo, babaliak kasurau liak, artinyo diajaan penerus-penerus wak tu basilek liak”. (Randai di kota Medan sudah banyak mengalami perubahan sendiri, bisa kita lihat dari dasar gerakan anak-anak, sudah tidak ada dasr silatnya, anak di Rantau ini tidak bisa berdiri dengan kuda-kuda silat, dan berakibat ke permainan Randai, kuda-kuda itu adalah dasar dari gerakan silat. Biasanya sebelum bersilat kita harus mahir berdiri dengan kaki kuda-kuda, tidak hanya itu bermain saluang pun tidak ada yang bisa. Satu-satunya cara untuk menanggulanginya dalah kembali kesurau, diajarkan kembali adik-adik bersilat) Begitu juga yangdisampaikan oleh informan uda Dedi (40 tahun), beliau mengatakan:

”Ado beberapa gerakan pado Randai yang kami mainkan diambil dari gerakan tari modern, kemudian dari segi formasi pernah juo diajarkan formasi segitigo, tapi kami tetap mamakai formasi lingkaran yang sarupo biaso, formasi sagito tu kami ambiak dari macaliak youtube, tu yang barubah ciek lai musik pengiriang, karano payah mancari pamain saluang, jadi kami mamakai musik saluang yang alah di rekam”. (ada beberapa gerakan pada Randai yang kami mainkan diambil dari gerakan tari modern, kemudian dari segi formasi pernah juga diajaran formasi segitiga, tetapi kami tetap memainkan formasi lingkaran yang seperti biasanya, formasi segitiga itu kami ambil dari melihat youtube, kemudian perubahan pada musik pengiring, karena susah mencari pemain saluang, jadi kami memakai musik yang sudah di rekam ). Penulis membagi kedalam beberapa kelompok perubahan Randai di kota

Medan.Berikut adalah beberapa perubahan yang terjadi pada kesenian Randai di kota Medan .

Universitas Sumatera Utara 4.5.1. Perubahan Tari dalam Randai

Ada banyak macam gerakan Tari yang di pakai dalam Randai di Minang kabau, seperti tarian pencak, tarian Alo Ampek, Tarian Galombang, tarian parintang, dan tarian Galuak.Gerak tarian pencak lebih terpola. Penari bergerak sesuai dengan gerak pencak. Ari sewah misalnya, melakukan gerakan penyerangan terhadap lawan. Akan tetapi senjatanya (sewah) tidak bersentuhan.

Mereka saling menyerang dan saling mengelak (menghindar). Pada tarian ini kalau pemainnya bertiga, satu orang tidak memakai senjata. Yang tidak memakai senjata menjadi sasaran penyerangan.Gerakan dalam tarian alo ambek juga mengikuti gerak pencak. Akan tetapi tujuan penyerangan adalah merebut pakaian lawan. Masing-masing diberi kesempatan tiga babak untuk merebut pakaian lawannya seperti destar, buah baju, dan sarung. Selesai tiga babak, bergantian merebut pakaian lawan. Diantara gerakan merebut pakaian, diselingi dengan gerakan pencak.Tari galombang juga bersumber dari gerakan pencak. Penarinya puluhan orang. Penari dibagi atas dua bagian. Kedua kelompok itu dipimpin oleh satu orang yang bertugas memberi aba-aba. Masing-masing kelompok diikuti oleh pemain bunyi-bunyian seperti talempong dan puput batang padi. Gerak langkahnya langkah empat, setiap bergerak maju mereka bertepuk tangan dengan aba-aba dari pimpinannya yang berada paling depan. Mereka bergerak bagaikan dua pasukan pesilat yang hendak bertempur. Gerakan mereka mengembang lepas dengan tangan terbuka serta jari melentik. Gerakan badan merendah ketika melangkahkan kaki lebar-lebar, lalu mengangkat sebelah kaki hampir setinggi lutut seperti alunan gelombang.Gerakan tari parintang lebih bebas dan dinamis.

Universitas Sumatera Utara Penari dapat bergerak sesuai dengan kemampuannya. Jadi gerakan tidak terpola seperti tari pencak. Penari bisa saja membuat variasi gerakan sesuai dengan kemahirannya. Tari piring, misalnya, penari disamping menjentik-jentikan jari ke piring persolen yang dipegang, gerakannya yang utama adalah menanai piring.

Kemudian mereka dapat melakukan gerakan seperti meniru elang terbang, berguling di lantai, seperti orang mencangkul dan sebagainya.Gerakan tari galuak juga dinamis penari dapat melakukan improvisasi sesuai dengan kemahirannya.

Bedanya dengan tari piring adalah dalam melagakan galuak untuk menciptakan bunyi. Penari memanfaatkan segala kemungkinan gerakan dengan mengolah seluruh anggota badan sambil melagakan galuak. Akan tetapi setiap gerakan tidak kehilangan irama musik.

Jadi, gerak tari tradisional Minangkabau pada dasarnya bersumber dari gerak pencak dan silat. Akan tetapi dalam kegiatannya, penari dapat melakukan variasi sesuai dengan kemahirannya. Tarian pencak, gerakannya lebih terpola, sedangkan tari lain seperti tarian perintang dan tarian kaba, gerakannya lebih bebas sesuai dengan kemahiran penarinya. Meskipun gerakannya lebih bebas, namun tetap mengikuti irama tertentu.

Menurut Pendapat informan Uda Ainal Pelatih Randai sekaligus pemain musik Randai:

”Banyak Randai yang melakukan kreasi gerakannyo mah, awak makreasikan gerakan ko kan ndk asal-asal se do mah, awak mangkreasikannyo dek lah mancaliak banyak Randai yang dibuek supayo menarik, ndk Cuma di tanah Rantau, di Minangkabau pun mode tu, memang ndk banyak yang di rubah, namun ado sarupo gerakan , biar ado daya tarik lainnyo”. (Banyak Randdai yang melakukan kreasi gerakannya, saya mekreasikan gerakan ini bukan sekedar mengkreasikan, akan tetapi saya mengkreasikannya setelah melihat banyak Randai diluar sana

Universitas Sumatera Utara membuat Randai berbeda, bahkan di Minangkabau sekali pun ada penambahan pada gerakan Randai, namun penambahannya memang tidak banyak, namun ada seperti tambahan gerakan joget.)

Perubahan Tari dalam Randai di kota Medan merupaka kreasi dari pelatih

Randai. Tari yang dirubah dalam Randai adalah gerakan Randai tidak hanya bersumber dari gerakan silat, namun gerakan Randai diambil dari tari modern.

Pelatih Randai kesenian Sri Antokan melihat inspirasi dari youtube. Contoh gerakan yang diambil dari youtube adalah gerakan tarian suffle dence yang juga dimasukkan kedalam Randai sesuai kreasi pelatih Randai. Namun setelah tarian modern masuk kedalam Randai, akan tetapi tidak menghilangkan gerakan- gerakan Randai aslinya.

Pelatih Randai di kota Medan tertarik untuk mengkreasikan gerakan

Randai dengan tarian modern, pertama karena pelatih Randai di kota Medan melihat rekaman video Randai kreasi dari mahasiswa di pulau Jawa, dan tertarik untuk mencoba membuat seperti hal serupa di kota Medan. Kedua, Pelatih Randai mengkreasikan Randai di kota Medan bertujuan untuk menarik kembali minat dari anak-anak Minangkabau di kota Medan.

4.5.2. Perubahan formasi dalam Randai

Perubahan formasi pada Randai juga merupakan kreasi yang dibuat oleh pelatih Randai. Randai yang biasanya mempunyai formasi lingkaran, pada kesenian Sri Antokan Randai dirubah formasinya menjadi segi tiga, namun formasi lingkaran tetap dipakai. Pelatih Randai tidak menghilangkan unsur Alami dari Randai itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 15: Formasi lingkaran dan formasi segitiga dalam Randai.

Menurut Pelatih Randai Uda Ainal (25tahun), Beliau Mengatakan :

“Yang kami lakuan untuak formasi Randai ko, Randai tu ndk selalu dalam bentuk lingkaran dan ndk jugo selalu dalam bentuk segitiga, dalam satu kali pertunjukan tu selalu berganti-ganti formasi, disesuaikan jo legaran Randai tu. Sarupo jo tarian Modern, selalu berpindah tempat penarinyo tu, baitu pulo samo Randai, pamainnyo ndk disitu se tagak do, pindahnyo ka tampek lain mode tu lo sebaliknyo”.

(Kami membuat formasi Randai tidak selalu dalam bentuk lingkaran dan tidak juga selalu dalam bentuk formasi segi tiga, dalam sekali pertunjukan selalu berganti formasi, disesuaikan dengan legaran Randai tersebut. Seperti tarian modern, selalu berpindah dan bergantian.)

Formasi Randai yang di kreasikan, disetiap pertunjukannya selalu menampilkan formasi lingkaran dan segi tiga, formasi selalu bergantian sejalan dengan legaran cerita pada Randai. Jadi walaupun Randai memakai formasi baru seperti segitiga akan tetapi, Randai tidak menghilangkan formasi yang biasa yaitu

Universitas Sumatera Utara lingkaran, hal tersebut bertujuan agar tidak menghilangkan bagaimana Randai yang semestinya.

4.5.3. Perubahan Musik Pengiring pada Randai

Perubahan Musik Pengiring dikota Medan terjadi karena kurangnya pemain musik Randai di kota Medan, seperti kurangnya pemain saluang, pemain

Rabab, Oleh sebab itu kesenian Randai di kota Medan biasanya menggunakan musik elektronik. Musik elektronik adalah rekaman yang berisi suara saluang sebagai pengganti pemain saluang.

Seperti yang di sampaikan oleh informan sekaligus pemain musik pada

Randai, Ainal (25 tahun). Beliau mengatakan:

“Karano mangko lah payah mancari bijo ka kadang, ndk do yang pandai di Medan ko basaluang samo barabab do, tu nan pandai pun lah ndk namuah sato ikuik acara-acara lai dengan alasan sibuk banyak karajo mancari nafkah atau mancari piti, apobilo ado acara yang gadang di undang baru bisa datang, tapi untuak latihan tu indak bisa do, jadi pamain musik tu paralu latihan lo walaupun lah pandai bananyo bamain saluang tu. Jadi dek karano itulah makonyo bacari solusinyo, pakai musik rekaman kaset se lai, tu harus ado yang stendby maiduikkan kaset tu”. (Karena susah mencari bibit untuk berkembang, yang padai memainkan saluang dan rabab pun sudah sibuk dengan alasan pekerjaan dan mencari nafkah. Namun pemain saluang yang padai tersebut kalau di undang baru mereka bisa datang, tapi tanpa latihan pertunjukan tidak akan menjadi maksimal. Jadi dicarilah solusinya yaitu dengan memakai musik rekaman, dan harus ada yang menjadi penanggung jawab terhadap musik elektronik.) Dalam sebuah pertunjukan Randai harus ada seseorang yang menjadi penanggung jawab musik Elektronik, hal itu disebabkan karena tidak semua moment dalam Randai menggunakan musik, ada beberapa moment hanya

Universitas Sumatera Utara menggunakan musik internal yang di mainkan melalui mulut atau tepuk pemain

Randai. Penanggung jawab musik juga merupakan seseorang yang penting dalam

Randai di perantauan, dia juga harus ikut berlatih bersama pemain Randai lain walaupun hanya bertugas menghidupkan musik.

4.5.4. Pendapat Masyarakat Terhadap Perubahan Randai di Kota Medan.

Dilihat dari perubahan yang terjadi pada Randai di kota Medan, banyak memunculkan pendapat baik pro maupun kontra terhadap perubahan yang terjadi.

Berikut ada beberapa pendapat dari masyarakat perantauan Minangkabau yang sudah lama berdomisili di kota Medan.Yunan Sirhan (65 tahun ) Berpendapat:

“Manuruik ambo Randai perantauan tu Rancak, urang-urang yang pai marantau ka Medan koa, tetap bisa malakukan apo nan dilakuan urang di kampuang halaman. Tu ciek lai, urang-urang minang di Medan ko bisa malapehan taragak jo kampuang halaman dek mancaliak urang baRandai. Manuruik ambo ndk masalah Randai ko ado barubah do, selagi masih mempertahankan ciri khas Randai Minangkabau tu. Ciri khas Randai tu sabana nyo talatak di Gerakan yang basumber dari silek, dan masih mamasuakan nilai-nilai Minangkabau. Intinyo ambo setuju kalau Randai ko tetap dilestarikan walaupun ado pergeserannnyo saketek”. (Menurut saya Randai di perantauan itu bagus, orang Minang tetap bisa melestarikan budaya Minangkabau di perantauan. Randai di kota Medan dapat melepas Rindu terhadap Randai. Masalah perubahan pada Randai, menurut saya itu bukan permasalahan asalkan mempertahankan ciri khas dari Randai tersebut, ciri khas menurut saya adalah tarian yang bersumber dari silat dan masih mengandung nilai-nilai falsafah Minangabau. Jadi, intinya saya setuju-setuju saja terhadap perubahan Randai.)

Namun berbeda dengan yang disampaikan oleh Agusmar Pili (63tahun), ketua Ikatan keluarga Pariaman, Beliau berpendapat :

Universitas Sumatera Utara “Perubahan Randai yang tajadi di perantauan alah bakurang nilai- nilai falsafah dan ilmu adat didalamnyo, dulu tu kami manonton Randai banyak kami mandapek ilimu, banyak hal yang bisa mambuek awak terdidik dek Randai nan di kampuang, tu Randai di Rantau ko yang ambo nonton di Imib Usu lah kurang mancandu, ndk lape taragak jo kampuang do, masak iyo ado randai nan bagoyang bagai, bakurang kesakralan Randai deknyo”, (Perubahan Randai yang terjadi di perantauan sudah berkurang nilai- nilai falsafah dan ilmu adat didalamnya, dulu banyak yang bisa membuat kita menjadi terdidik karena nilai-nilai didalamnya, Randai yang pernah saya tonton di Imib Usu kurang mencandu, tidak membuat kita untuk rindu terhadap kampung, apalagi ada gerakan goyangnya, jadi berkurang kesakralannya).

. Kesimpulannya adalah Masyarakat Minangkabau di kota Medan memiliki hasrat dan memendam kerinduan yang mendalam terhadap kehidupan di kampung halaman, mereka yang tidak pulang kampung bisa mengobati kerinduan terhadap kampung halaman dengan cara menyaksikan pertunjukan Randai, karena

Randai adalah seni teater tradisional, cerita rakyat Minangkabau yang disampaikan lewat teater Randai dapat mengobati kerinduan yang mendalam terhadap kehidupan Minangkabau tersebut.

4.6. Kendala Pelestarian Randai di kota Medan.

Ada banyak kendala terhadap pagelaran Randai di kota Medan, Seperti kurangnya peminat Randai, waktu yang terbatas, susah dalam mencari personil, sulitnya mencari pelatih Randai.

Universitas Sumatera Utara 4.6.1 Kurangnya Peminat Randai

Tantangan terberat bagi pengurus kesenian Minangkabau di kota Medan adalah kurangnya peminat Randai dewasa ini. Menurut pengurus ikatan kesenian

Minangkabau di kota Medan, yang paling sulit dilakukan pada saat sekarang ini adalah bagaimana menumbuhkan rasa semangat anak-anak untuk bermain Randai kembali di kota Medan.

Menurut uda Aznil (25 tahun), Beliau Mengatakan:

“Anak-anak yang pernah berlatih silat dan Randai disini, setelah 2 atau 3 kali latihan, mereka sudah malas dan tidak mau datang latihan lagi, kemauannya itu yang tidak ada bagaimana pula kita paksakan” .(Anak-anak yang pernah berlatih silat dan Randai disini, Setelah dua atau tiga kali latihan, mereka sudah malas dan tidak mau datang latihan lagi, kemauan itu yang tidak ada dan tidak bisa dipaksakan). Alasan mengapa kurangnya minat anak-anak untuk berlatih Randai dan silat adalah metode pengajaran tentang Randai yang tidak tepat. Latihan Randai di kota Medan, pelatihnya menerapkan cara berlatih seperti di yang di adopsi dari cara berlatih di wilayah Minangkabau. Apabila seorang anak yang tidak memperlihatkan akhlak dengan baik, pelatih akan tegas terhadap anak tersebut, dan membuat anak tersebut takut untuk berlatih Randai, walaupun hal tersebut sangat baik untuk mendidik seorang anak namun telah mengurangi minat anak- anak untuk berlatih Silat dan Randai. Tidak adanya paksaan dari orang tua terhadap anak untuk berlatih Randai juga merupakan alasan mengapa kurangnya minat anak-anak untuk berlatih Randai.

Universitas Sumatera Utara

4.6.2 Waktu yang terbatas

Waktu yang terbatas juga merupakan kendala dalam pelestarian Randai di kota Medan. Randai merupakan pertunjukan yang memakan waktu cukup lama, hal tersebut membuat kurangnya panggilan pertunjukan terhadap pesta pernikahan dan acara-acara lainnya. Randai biasanya memakan waktu kurang lebih 3 jam untuk satu kali pertunjukan, hal tersebut dikarenakan ada banyak legaran atau bagian-bagian cerita yang akan di pertunjukkan di dalam Randai agar lebih terasa cerita yang disampaikan dalam Randai. Namun hal tersebut justru mengurangi peminat yang ingin memakai jasa penari Randai. Kurangnya waktu pertunjukan mengakibatkan tidak cocoknya Randai di tampilkan dalam sebuah pesta pernikahan dan pesta-pesta lainnya.

Seperti yang disampaikan oleh Uda dedi (40 tahun), Beliau mengatakan:

“Randai tu membutuhkan ruang dan waktu yang cukuik, jadi kalau waktu tu yang ndk do, tu tampek yang ndk memadai, ndk bisa Randai tu diadoan do, tu kalau ntuak pesta, manuruik ambo kurang cocok Randai tu di jadian hiburan ntuak pesta kecuali memang disiapkan waktu yang dan tempat yang cukuik”. (Randai itu membutuhkan ruang dan waktu yang cukup, jadi kalau waktu tersebut yang tidak ada, kemudain tempat yang tidak memadai, Randai itu tidak bisa tampilkan diruangan yanhg kecil seperti gang gecil, jadi menurut saya kurang cocok Randai dijadikan pesta kecuali memang disiapkan waktu yang dan tempat yang cukup). Ruang dan waktu merupakan sesuatu yang sangat penting terhadap suatu pertunjukan Randai baik di perantauan maupun tidak di perantauan, seperti pepatah Minangkabau mengatakan, tempat pertunjuan Randai adalah “Medan nan

Universitas Sumatera Utara bapaneh” atau (Medan yang berpanas), Artinya adalah Randai ditampilkan harus ditempat yang cukup luas karena Randai memiliki banyak personil dan pemain

Randai, selain itu Randai juga mempunyai formasi mengecil dan mengembang sehingga membutuhkan ruang yang cukup luas dan waktu yang relatif lama.

4.6.3 Sulitnya Mencari Personil dalam Randai

Pada saat sekarang ini sulit mencari pemuda dan remaja yang masih peduli terhadap kebudayaan daerah asal mereka. Salah satu dampak tersebut adalah sulitnya mencari personil dalam Randai dan berdampak terhadap pelestarian

Randai di kota Medan. Menurut penuturan uda Aznil (24 tahun), “Anak-anak mainnya sudah tidak di rumah gadang”. Artinya memang sulit mencari personil yang akan melanjutkan kesenian Randai di perantauan khususnya di kota Medan.

Seperti yang di katakan oleh uda Aznil (24 tahun), beliau mengatakan: “Dulu kami pernah mamanggia anak-anak untuak balatiah silek, tu sabanta se batahannyo, saminggu tu lah ilang ciek-ciek se yang balatiah Randai tu, malahan indak urang minang yang rajin latihan do, urang melayu samo urang batak yang santiang basilek jadinyo” (Dulu kami pernah memanggil anak-anak untuk berlatih silat, namun hanya sebenter bertahan, seminggu saja semuanya sudah hilang, bahkan diluar orang Minang yang rajin latihan, seperti orang melayu dan orang batak dan lebih pintar bersilat). Seperti penjelasan uda Aznil, kemauan dari anak-anak yang memang sudah mulai hilang. Faktor orang tua yang membiarkan anaknya untuk tidak peduli terhadap budaya sendiri.

4.6.4 Sulitnya Mencari Pelatih untuk Randai

Pelatih Randai merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah Ikatan

Kesenian Minang, mereka adalah orang yang mahir berbahasa Minang, berbalas

Universitas Sumatera Utara pantun, mengerti petatah-petitih minang dan yang paling terpenting menguasai gerakan-gerakan silat karena gerak dasar dalam Randai adalah Silat. Menurut Uda

Edi selaku pengurus Ikatan Kesenian Minang:

“Pelatih Randai di kota Medan sabananyo banyak, namun hal yang menjadi penghabat mereka untuk melatih Randai adalah waktu yang tidak tersedia karena mereka juga mencari nafkah untuk keluarga dirumah. Hal tersebut membuat sulitnya mencari waktu yang pas untuk berlatih Randai karena berlatih Randai membutuhkan waktu yang cukup lama”. (Pelatih Randai di kota Medan sebenarnya banyak, namun hal yang menjadi penghambat mereka untuk melatih Randai adalah waktu yang tidak tersedia karena mereka mencari nafkah, hal tersebut membuat sulitnya mencari waktu yang bisa untuk berlatih Randai karena berlatih Randai membutuhkan waktu yang cukup lama). Pekerjaan merupakan satu-satunya alasan bagi mereka yang bisa melatih

Randai, tentu sebagai seorang kepala keluarga lebih memilih mencari nafkah untuk keluarga dibandingkan untuk melatih Randai yang tanpa imbalan. Kembali lagi kepada masalah waktu yang terbatas di perantauan menjadi salah satu faktor penghambat pelestarian Randai di kota Medan.

Universitas Sumatera Utara BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang di uraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dari itu dapat dijawab pertanyaan penelitian:

Pelaku kesenian Randai Minangkabau di kota Medan adalah orang-orang yang masih peduli terhadap budaya dan kesenian tradisional. Seperti Pemain

Randai, Pelatih Randai, pengurus organisasi IKB dan BM3, pengurus ikatan kesenian Sri Antokan, pengurus Ikatan kesenian keluarga Bayur, serta para alim ulama cadiak pandai di kota Medan.

Randai di kota Medan sudah mulai berkurang keberadaannya, akan tetapi

Randai masih di tampilkan dalam beberapa acara, seperti pesta pernikahan masyarakat, pelantikan perkumpulan kedaerahan Minangkabau. Berbeda dengan

Randai yang ditampilkan di daerah Minangkabau, biasanya Randai ditampilkan ketika upacara adat atau acara adat Minangkabau seperti “Batagak Pangulu” dan

“Alu Ampek”.

Tata cara Pagelaran Randai di kota Medan seperti yang dilakukan oleh

IKB dan BM3, Seluruh Pemain Randai berbaris dua berbanjar memasuki arena pertunjukan, setelah memasuki arena pertunjukan pemain Randai langsung melakukan gerakan “sambah”atau sembah yang berarti memberi penghormatan

Universitas Sumatera Utara dan permintaan maaf kepada seluruh penonton dengan gurindam persembahan, setelah persembahan selesai pemain Randai mulai membentuk formasi lingkaran atau formasi segitiga yang akan selalu bergantian, selanjutnya penyajian cerita melalui pendendang diiringi dengan tarian gelombang yang disusul oleh dialog yang dibawakan pemain Randai. Begitulah sampai Randai memasuki legaran

Penutup, pemain Randai kembali melakukan gerakan “sembah”, dan selanjutnya pemain Randai keluar dengan berjalan sambil bertepuk tangan ataupun berjalan biasa.

Randai di kota Medan telah banyak mengalami perubahan, namun tidak semua apa yang ada didalam Randai tersebut menaji berubah, perubahan terjadi pada tarian dalam Randai, tarian Randai memiliki gerakan dasar dari silat, namun berbeda yang terjadi di kota medan, seperti adanya gerakan joget,sufle atau gerakan tarian modern lainnya. Formasi Randai di kota medan juga mengalami pergeseran seperti menggabungkan formasi lingkaran dan formasi segi tiga sesuai apa yang diajarkan pelatih Randai. Perubahan yang terjadi pada musik pengiring terjadi karena adanya faktor telah berkurangnya pemain musik tradisional

Minangkabau di kota Medan, untuk menanggulangi permasalahan tersebut, musik pengiring Randai di rubah menjadi musik elektronik, yaitu memakai musik rekaman kaset atau cd.

Universitas Sumatera Utara 5.2 Saran

Kesenian tradisional Ramdai merupakan salah satu kesenian yang dapat menyatukan identitas masyarakat Minang di daerah perantauan. Oleh karena itu, setiap acara pertemuan suatu kelompok masyarakat paguyuban Minang di daerah rantau, sebaiknya di adakan pertunjukan Randai agar Randai di perantauan tetap hidup dan juga dapat mempererat persatuan masyarakat Minangkabau.Kesenaian tradisional Randai juga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat luar yang penasaran akan kesenian tersebut. Sehingga kesenian Randai dijadikan industri pariwisata dibidang kesenian. Saran terakhir adalah bagaimana membangkitkan semangat Randai di kota Medan adalah mengembalikan filosofi

Minangkabau yaitu kembali ke surau, artinya adalah di surau semua dipelajari, mulai dari belajar agama, akhlak dan belajar silat sebagai suatu identitas masyarakat Minangkabau. Dari belajar silat maka akan menumbuhkan kembali budaya kesenian Randai di perantauan. Dengan saran-saran diatas kita berharap kesenian Randai bisa kembali eksis di daerah perantauan khususnya kota Medan.

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Aryandini,Woro S. Manusia Dalam Tinjauan Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: UI Press, 2000.

Prof. Dr. Koenjaraningrat ,Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta ,2009 .

M. Rasjid Manggis Dt. Radjo Panghoeloe, Kaluak Randai. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1980 .

Amir Sjarifoedin Tj.A , Minangkabau . Jakarta : PT Gria Media Prima , 2014 .

Maran, R. Rafael. Komersialisasi Seni Budaya Dalam Pariwisata. Bandung: Angkasa, 1994.

Birx, James H. 21st Century Antropology A Reference Handbook. Vol. 1 & 2 New York: Sage Publications,2011.

Anya Peterson Royce. Antropologi Tari. Bandung: Sunan Ambu PRESS STSI, 2007.

Cynthia J. W. Svoboda. Festifals and Rituals. Bridgewater State Collage, 2011.

A.A Navis. Robohnya Surau Kami. PT.Gramedia Pustaka Utama, r.2002.

Jurnal: http://journalarticle.ukm.my/3207/1/10.geografia-2011-4-sp-nel%26nurdin- uin_padang%26ukm-1-am.doc.pdf ( Diakses pada tanggal 10 mei 2017 ) https://journal.ugm.ac.id/index.php/jurnal-humaniora/article/view/944 ( Diakses10 Mei 2017)

Http://Junal.isi-ska.ac.id/indek.php/acintya/article/view/113/111 (Diakses 22 April 2017) https://dangmurganto.wordpress.com/2012/11/15/sejarangrandai (Diakses 22 April 2017)

Universitas Sumatera Utara