No: 63/ Tahun XXXII Desember 2019 ISSN 0251-5168

PUSAT PENELITIAN LIMNOLOGI-LIPI Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 1

DAFTAR ISI

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019

WL Artikel Utama: Proses Biosorpsi untuk Dekontaminasi Logam Berat dalam Dewan Redaksi: Air Limbah: Mekanisme dan Prospek Aplikasinya di Masa Mendatang (Surat Keputusan Deputi IPK LIPI No. 33 /E/DK/2018) (Awalina Satya) …………………. 1 Banjir di DAS Batanghari dari Hadiid Agita Rustini Perspektif Limnologi (Hadiid Agita M. Suhaemi Syawal Rustini) ….…………………….… 10 Riky Kurniawan Yovita Lambang Isti Reverse Osmosis sebagai Alternatif Pengolahan Air Payau Menjadi Air

Bersih (Eka Prihatinningtyas) …… 13 Alamat Redaksi: Puslit Limnologi-LIPI Peran Loka Alih Teknologi Cibinong Science Center Penyehatan Danau dalam Upaya Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46 Meningkatkan Kesadaran Cibinong 16911-Bogor Lingkungan Masyarakat Danau Jawa Barat-Indonesia Maninjau (Tri Suryonoi) ………... 16 Telp. 021-8757071/ Fax. 021-8757076 Aplikasi DNA Barcode dalam E-mail: [email protected] Bioasesmen (Aiman Ibrahim) ….... 19 Penerbit: Bioremediasi dalam Akuakultur dan Puslit Limnologi-LIPI Peran Mikroba dalam Prosesnya (Dwi Febriyanti dan Tri Widyanto) …………………………………. 23 WARTA LIMNOLOGI : Warta Limnologi, ISSN 0251-5168, terbit 6 (enam) bulan sekali, Pemanfaatan Serangga Akuatik memuat makalah yang bersifat ilmiah semi populer, ulasan atau komentar, ringkasan hasil dalam Investigasi Forensik (Jojok penelitian mutakhir, informasi tentang Sudarso) ………………………... 28 Keteranganpenelitian, buku, Gambar majalah,/Cover seminar, :pelatihan, yang Gambar telah/akan cover dilakukan : D. Tempe baik didalam (M. S. Sekilas Warta …………..……...... 34 lingkungan P2L maupun diluar P2L, nasional danSyawal internasional.)

MAKALAH : Makalah diketik dengan Microsoft Word, Layout Times : NewsM. S. Roman, Syawal Fonts 12, ukuran kertas A4, tepi kiri dan atas 4 cm, kanan dan bawah 3 cm, dengan jarak 1 spasi, dalam bahasa Indonesia sesuai dengan EYD. Untuk makalah ilmiah semi populer, minimum 1,5 halaman dan maksimum 3 halaman. Untuk ringkasan maksimum 1,5 halaman.

Dari Redaksi

Assalaamu’alaikum,

Pembaca yang budiman,

Alhamdulillaahi robbil'aalamiin, Warta Limnologi dapat kembali menjumpai para pembaca melalui edisi No. 63 Tahun XXXII. Artikel utama kali ini mengetengahkan suatu teknologi penyisihan ion logam dari air limbah yang dinilai setara dengan pengolahan yang mapan namun berbiaya tinggi. Pembaca dapat menyimak deskripsi singkat dan menarik mengenai biosorpsi dengan membaca artikel Dr. Awalina yang berjudul 'Proses Biosorpsi untuk Dekontaminasi Logam Berat dalam Air Limbah: Mekanisme dan Prospek Aplikasinya di Masa Mendatang'. Artikel selanjutnya Saudari Hadiid Agita Rustini mengenai 'Banjir di DAS Batanghari dari Perspektif Limnologi' mengangkat isu banjir yang bermanfaat bagi ekosistemnya. Artikel Saudari Eka Prihatinningtyas yang berjudul 'Reverse Osmosis sebagai Alternatif Pengolahan Air Payau Menjadi Air Bersih' memberikan informasi metode pengolahan air dengan kontaminan minimal. Saudara Tri Suryono, alumnus Loka Alih Teknologi Penyehatan Danau yang telah kembali bertugas di Puslit Limnologi LIPI sejak 2019 menulis 'Peran Loka Alih Teknologi Penyehatan Danau dalam Upaya Meningkatkan Kesadaran Lingkungan Masyarakat Danau Maninjau', sementara Saudara Aiman Ibrahim menulis 'Aplikasi DNA Barcode dalam Bioasesmen'. Artikel selanjutnya berkenaan dengan limbah dan pengolahannya ditulis oleh Saudari Dwi Febriyanti dan Tri Widyanto dengan judul 'Bioremediasi dalam Akuakultur dan Peran Mikroba dalam Prosesnya'. Jojok Sudarso menyajikan artikel berjudul 'Pemanfaatan Serangga Akuatik dalam Investigasi Forensik'. Informasi diseminasi dan kerjasama penelitian Puslit Limnologi hingga akhir Desember 2019 disajikan secara apik oleh Dr. Luki Subehi, Saudara Aan Dianto, Saudari Imroatushshoolikhah dan Yovita Lambang Isti.

Akhir kata, kami mengucapkan selamat membaca dan terima kasih atas partisipasi Bapak Ibu yang telah berkenan mengirim artikel untuk Warta Limnologi.

Wassalaamu’alaikum.

Dewan Redaksi

PROSES BIOSORPSI UNTUK DEKONTAMINASI LOGAM BERAT DALAM AIR LIMBAH: MEKANISME DAN PROSPEK APLIKASINYA DI MASA MENDATANG

( Awalina Satya-Puslit Limnologi LIPI [email protected]

1. Pendahuluan nsur-unsur logam dan semi logam berperan penting dalam U keberlangsungan proses kehidupan mahluk hidup. Berbagai proses biokimia dalam sel mahluk hidup membutuhkan unsur-unsur logam esensial tersebut agar dapat berlangsung dengan semestinya. Akan tetapi keberadaan unsur-unsur logam esensial dalam jumlah yang berlebihan dalam sel justru akan berubah menjadi bersifat toksik bagi mahluk hidup. Toksisitas terjadi karena adanya pergantian ion-ion logam dari sisi pengikat alami (binding sites) pada permukaan membran sel melalui interaksi ligan (Bulgariu dan Gavrilescu, 2015; Pinto et al. 2011). Logam-logam masuk ke suatu lingkungan melalui berbagai jalur, salah satunya adalah dari kegiatan manusia. Kegiatan manusia menjadi faktor penyebab signifikan atas terjadinya peningkatan konsentrasi berbagai jenis logam di lingkungan. Sebagai contoh, air limbah dari berbagai jenis industri (yang berkaitan dengan logam) bila tidak terolah dengan baik akan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia maupun mahluk hidup lainnya jika langsung dibuang ke perairan umum. Risiko gangguan kesehatan manusia akan meningkat jika perairan umum tersebut merupakan sumber bahan baku air minum, atau budidaya perikanan (Chojnacka, 2010; Pettinato et al. 2015). Beberapa teknik remediasi untuk menyisihkan ion-ion logam dari air limbah sudah banyak digunakan mulai dari yang paling tradisional (fisiko-kimia) hingga yang terkini, yaitu bioremediasi. Contoh proses fisiko-kimia adalah pengendapan secara kimia, reverse osmosis, oksidasi/reduksi, elektrokimia dan filtrasi (Wang dan Chen, 2009). Teknik bioremediasi meliputi bioakumulasi, biosorpsi dan fitoremediasi. Bioremediasi disebut sebagai teknik yang ramah lingkungan, bebas dari polusi sekunder, dan berbiaya murah, sehingga menarik minat berbagai pihak untuk diimplementasikan pada instalasi pengolahan air limbah. Biosorpsi diprediksi sebagai teknologi yang paling potensial karena dinilai setara dengan teknik pengolahan yang sudah mapan tetapi berbiaya mahal, yaitu teknik ion-exchange (Naja dan Volesky, 2014).

2. Mekanisme dan Teknologi Biosorpsi Biosorpsi didefinisikan sebagai passive uptake bahan pencemar oleh material biologis yang sudah mati atau inactive melalui berbagai mekanisme fisiko-kimia. Mekanisme tersebut meliputi adsorpsi fisika, pertukaran ion, chelation, kompleksasi dan mikropresipitasi (Gambar 1). Proses tersebut berbeda karakteristiknya tergantung pada jenis biosorben yang digunakan. Jenis biosorben yang digunakan untuk proses penyisihan logam berupa padatan yang berasal dari makroalga, mikroalga, jamur, bakteri, limbah

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 1 pertanian, limbah industri, dan sebagainya. Biosorben-biosorben tersebut mampu secara efisien menyisihkan berbagai jenis logam. Umumnya publikasi internasional terkait biosorpsi hingga sepuluh tahun belakangan ini, masih membahas kapasitas penyisihan biosorben tertentu dalam sistem limbah cair sintetik yang terdiri atas logam tunggal (mono metallic) yang diamati pada kondisi laboratorium. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui karakteristik mendasar interaksi biosorben tertentu dengan logam yang spesifik, serta untuk kemudahan dalam memodelkan/simulasi proses perpindahan logam dari larutan menuju permukaan biosorben. Interaksi tersebut sangat dipengaruhi oleh pH, suhu, dan material terlarut lainnya.

Gambar 1. Mekanisme bioakumulasi (kiri) dan biosorpsi (kanan) Sumber: Kumar et al. (2015). Keterangan : Me n+-ion logam, L-liquid (Me n++L adalah ion logam dalam larutan); Metal-ion transporters (yaitu NRAMP, CTR, ZIP dan FTR); Phytochelatin bio-synthesis pathway, PC complexes dan enzim yang terlibat dalam PC synthesis (GCS- glutamyl–cysteinyl synthase, GS- Glutathione synthase, PCS- phytochelatin synthase); AA-Amino Acids; OA-Organic Acids; LMW PC-MeC - Low Molecular Weight Phytochelatin Metal Ion Complexes; HMWPC-MeC-High MolecularWeight Phytochelatin Metal Ion Complexes; MTP - Metallothionein Protein; SA-surface adsorption; P- Precipitation; IE- Ion Exchange; CC- Complexation and Chelation dan PD- Passive diffusion

Air limbah industri kemungkinan besar mengandung berbagai jenis logam, dengan demikian terjadi pula saling interaksi dan kompetisi antar logam untuk berikatan dengan sisi-sisi aktif pengikat logam pada permukaan biosorben. Penelitian biosorpsi terkait dengan sistem multi logam masih sangat jarang, apalagi yang terkait dengan air limbah sungguhan yang mengandung logam (real waste water). Hal ini tentu membuka peluang para peneliti untuk melaksanakannya agar diperoleh solusi inovatif dalam permasalahan kendala penyisihan logam dalam air limbah tersebut, terutama di Indonesia. Beberapa hasil penelitian dalam Tabel 1 menggunakan empat jenis biosorben dan reaktor biosorpsi batch maupun kolom fixed bed. Hasil yang diperoleh ternyata belum memuaskan, misalnya untuk menyisihkan Cr, Mn, Al, dan Fe yang terkandung dalam air limbah analisis logam-logam menggunakan instrumen Inductively Coupled Plasma - Optical Emission Spectrometry (ICP-OES). Akan tetapi secara umum biosorpsi tetap sangat prospektif untuk digunakan dalam penyisihan logam- logam berat, mengingat bahwa studi pada tahun 2004-2013 tersebut masih berfokus hanya pada penggalian potensi biosorben untuk menyisihkan logam-logam. Para peneliti tersebut belum mengupayakan bagaimana meningkatkan efisiensi ataupun spesifitas biosorben. Selain itu, karakteristik fisiko-kimia, ketersediaan dan biaya yang dibutuhkan dalam pengolahan bahan biosorben seringkali kurang ataupun tidak dibahas.

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 2

Tabel 1. Aplikasi teknologi biosorpsi untuk pengolahan air limbah sesungguhnya (real waste water) yang mengandung logam berat Jenis air Karakteristik air Biosorben Kondisi Efisiensi proses limbah limbah yang pengoperasian (sebagai uptake digunakan sistem q, mg/g) atau efisiensi penyisihan, RE, %) Limbah pH (6,7), Ni (5,25 Loofa sponge- Reaktor Fixed q = 43,1 *) electroplating mg/L), Na (115,39 mikroalga Bed Colum, mg/L), Mg (73,27 Chlorella Flow rate = 5 mg/L), Ca (46,52 sorokiniana mL/menit. mg/L). Target penyisihan = Ni Gold ore pH (9), T (32 °C), TSS Chitosan Reaktor Batch, RE (Cu) = 97,8 mining (1.162 mg/L), Cu (5,4 pH (6). RE (Zn) = 71,3 mg/L), Zn (0,23 mg/L), Target RE (Hg) = 98,0 Hg (0,035 mg/L), Pb penyisihan = RE (Pb) = 94,1 (0,34 mg/L), CN (73 Cu, Zn, Hg, **) mg/L), Fe (2,1 mg/L), dan Pb Al (1,8 mg/L) ICP-OES pH (1,1), konduktifitas Hybrid makro Reaktor Fixed RE (Cr) = 33,7 effluent (6,98 mS/cm), TDS alga coklat Bed Colum, RE (Mn) = 38,9 (3,77 mg/L), Cr (0,36 Sargassum- Flow rate = 10 RE (Fe) = 53,2 mg/L), Mn (2,08 sand mL/menit. RE (Co) = 76,9 mg/L), Fe (0,43 mg/L), Target RE (Ni) = 88,1 Co (0,26 mg/L), Ni penyisihan = RE (Cu) = 97,9 (1,47 mg/L), Cu (4,81 Cr, Mn, Fe, Co, RE (Zn) = 89,2 mg/L), Zn (2,31 mg/L), Ni, Cu, Zn, Al, RE (Al) = 43,9 Al (3,79 mg/L), Cd Cd, Pb, Na, K, RE (Cd) = 97,9 (3,91 mg/L), Pb (0,88 Ca, dan Mg RE (Pb) = 96,8 mg/L), Na (118 mg/L), pada pH (4) ***) K (17,2 mg/L), Ca (7,84 mg/L), Mg (4,55 mg/L) Industrial pH (7,5), konduktifitas Macro fungus Reaktor Fixed q = 10,6 effluent (1420 mS/cm), TDS Pleurotus Bed Colum, RE =52,1 ****) (5.956 mg/L), TSS platypus Flow rate = 5 (2.765 mg/L), Cd (9,6 mL/menit. mg/L), Pb (3,2 mg/L), Target Cu (2,38 mg/L), Ni penyisihan = (2,8 mg/L), Zn (4,3 Cd mg/L) Referensi: *)(Akhtar et al. 2004), **)(Benavente et al. 2011), ***)(Vijayaraghavan dan Joshi, 2013), ****)(Vimala et al. 2011). Keterangan: tembaga (Cu), nikel (Ni), natrium (Na), magnesium (Mg), kalsium (Ca), seng (Zn), merkuri (Hg), timbal (Pb), aluminium (Al), kobal (Co), besi (Fe), kalium (K), mangan (Mn), Total Dissolved Solid (TDS), Total Suspended Solid (TSS), Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectroscopy (ICP-OES)

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 3

3. Biosorben untuk Keperluan Industri Bentuk bahan biosorben cukup beragam, mulai dari mikroorganisme yang rapuh hingga partikel yang sangat kokoh. Biosorben harus tahan pada kondisi ekstrim (pH, temperatur dan fisiko-kimia lainnya) yang berlangsung selama proses biosorpsi. Secara umum, agar dapat diaplikasikan dengan baik pada skala industri, biosorben tidak boleh menghasilkan zat pencemar sekunder. Selain itu harus mudah didesorpsi dan digunakan kembali, tidak memerlukan modifikasi secara kimia, dan mudah diadaptasikan pada reaktor-reaktor yang berbeda sesuai kebutuhan. Akan tetapi, belum pernah ada satupun biosorben yang memenuhi semua persyaratan tersebut. Oleh sebab itu, beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yaitu:

3.1. Pemilihan Bahan Biosorben Tahap terpenting adalah memilih jenis biosorben yang cocok dan relatif ekonomis. Beberapa jenis mikroalga, bakteri, fungus, dan ragi secara alami memiliki kemampuan biosorpsi logam yang tinggi tetapi sayangnya biaya kultivasi cukup mahal. Terlepas dari masalah biaya, kontinuitas pemasokan biomassa seringkali juga menjadi kendala. Sebagai alternatif, kemudian digunakan limbah biomassa microbial yang dihasilkan dari industri farmasi, pangan maupun pakan. Misalnya limbah fermentasi berupa biomassa Saccharomyces cerevisiae (Çabuk et al. 2007; Fereidouni et al. 2009; Ghorbani et al. 2008; Marques et al. 2007). Makroalga coklat (seaweed) juga digunakan sebagai biosorben akan tetapi bahan ini menjadi kurang diminati karena dapat dijadikan sumber potensial untuk menghasilkan agar-agar, alginate, dan karagenan. Beberapa peneliti juga ada yang menggunaakan limbah pertanian, activated sludge, dan bahan murah lainnya, tetapi sayangnya, kapasitas biosorpsi bahan-bahan ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan bahan yang dikhususkan untuk biosorben, misalnya biomassa mikroalga yang khusus dikultivasi untuk produksi biosorben (Abdolali et al. 2017; Kumar et al. 2015; Mazur et al. 2018)

3.2. Parameter Operasional Biosorpsi Kinerja biosorben bukan hanya tergantung pada komposisi kimia bahan biosorben dan sifat zat terlarutnya, tapi juga parameter operasional seperti pH, temperatur, kekuatan ionik, konsentrasi co-ion, ukuran sorben, waktu reaksi, konsentrasi sorben, dan konsentrasi awal zat terlarut larutan (Atar et al. 2012). Parameter pH mempengaruhi karakter biosorben yaitu pada sisi-sisi aktif pengikat logam (berupa berbagai gugus- gugus fungsional seperti karboksilat, hidroksil, amida, amina, sulfhidril, sulfida, dan sebagainya) pada permukaan biosorben dan kimia larutan. Oleh sebab itu, optimasi pH operasional harus dilakukan sebelum proses biosorpsi. Kompetisi terhadap sisi aktif pengikat logam-logam dalam sistem biosorpsi multi logam terjadi sangat ketat. Setiap jenis gugus fungsional mempunyai preferensi terhadap jenis logam tertentu yang akan berikatan dengannya. Hal ini tergantung pada jejari ionik, elektronegatifitas, dan massa atom logam (Chojnacka, 2010; Vimala et al. 2011). Oleh sebab itu, umumnya kapasitas biosorpsi dalam sistem biosorpsi multi logam untuk logam tertentu, menjadi lebih rendah dibandingkan pada saat logam tersebut berada pada sistem biosorpsi mono logamnya (Fu dan Wang, 2011; Ramrakhiani et al. 2016)

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 4

3.3. Pengolahan Biosorben Beberapa peneliti melaporkan bahwa biomassa untuk bahan biosorben membutuhkan beberapa pre-treatment kimia agar menghasilkan kinerja yang lebih baik, tetapi hal tersebut tergantung pada jenis biosorbennya. Sebagai contoh, kapasitas biosorpsi pada biomassa ragi Saccharomyces cerevisiae dari limbah industri farmasi biasanya bersifat sedang-sedang saja. Oleh sebab itu memerlukan modifikasi kimia untuk meningkatkan kapasitas biosorpsinya, tetapi biomassa mikroalga sudah memiliki kapasitas biosorpsi yang tinggi secara alami dibandingkan ragi tersebut (Wang dan Chen, 2009). Secara umum, modifikasi kimia meliputi pre-treatment (biomass cleaning up biasanya dengan larutan asam), penambahan sisi aktif pengikat logam, modifikasi sisi aktif (misalnya dengan grafting rantai polimer panjang, menggunakan Polyethilenimine yang kaya akan gugus amina primer dan sekunder) dan polimerisasi (He dan Chen, 2014). Biomassa microbial biasanya memerlukan immobilisasi jika diterapkan dalam sebuah sistem yang kontinu berupa kolom unggun tetap (fixed bed column), karena partikelnya yang sangat kecil, densitas rendah, kekuatan mekanis yang rendah dan kurang keras. Akan tetapi justru biomassa jenis inilah yang memiliki kapasitas biosorpsi yang lebih baik, ekuilibrium terjadi lebih cepat, dan perpindahan massa yang lebih cepat. Kekurangannya adalah biomassa seperti ini cepat mengembang (swollen), pemisahan fasa padat dan cair yang sulit, dan berisiko tinggi menyebabkan terjadinya pressure drop dalam sistem fixed bed column, dan sulitnya regenerasi/pemakaian kembali (Fu dan Wang, 2011; Kumar et al. 2015).

3.4. Desorpsi dan Regenerasi Biosorben Potensi penggunaan kembali biomassa yang telah digunakan untuk biosorpsi adalah kriteria terpenting untuk pemilihan jenis biosorben. Kemudahan dalam proses regenerasi akan mengurangi overall biaya operasional dan ketergantungan proses pada kontinuitas pasokan biomassa. Keberhasilan proses desorpsi tergantung pada mekanisme penyisihan dan stabilitas mekanis yang dimiliki oleh bahan. Larutan asam tertentu sangat cocok untuk proses yang memiliki mekanisme proses pertukaran ion, yaitu untuk kation- kation logam. Penggunaan larutan asam juga lebih menjadi preferensi di dunia industri, karena larutan ini umumnya menjadi salah satu produk samping (side product) dalam proses industri. Akan tetapi kelemahan penggunaan larutan asam adalah daya rusaknya terhadap gugus-gugus fungsional di permukaan biosorben, sehingga menurunkan kinerja biosorpsi pada siklus penggunaan selanjutnya. Beberapa peneliti kemudian mencoba mekanisme lain seperti kompleksasi, chelation dan mikropresipitasi, tentu saja hal ini merupakan tantangan tersendiri yang justru menarik untuk diteliti lebih lanjut (He dan Chen, 2014; Wang dan Chen, 2009)

4. Scale-up Proses Biosorpsi untuk Industri Pengetahuan yang diperoleh pada dua puluh tahun terakhir ini, diharapkan mulai dapat mendorong penerapan proses biosorpsi pada situasi yang sesungguhnya. Agar hal tersebut berlangsung dengan baik, maka sifat-sifat biosorben bila berinteraksi dalam sebuah sistem larutan kompleks harus dapat dipahami dengan baik. Selain itu, skema pengolahan dan biaya proses juga harus dipertimbangkan. Berikut ini adalah hal-hal yang wajib dipertimbangkan

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 5

4.1. Biosorben dalam Air Limbah pada Kondisi Nyata Air limbah yang sesungguhnya memiliki matriks yang bersifat kompleks dan ber volume besar, sehingga sulit dikendalikan jika hanya mengandalkan satu jenis biosorben saja. Oleh sebab itu, hingga saat ini, biosorpsi pada unit pengolahan air limbah di instalasi industri bukan ditujukan hanya untuk spesifik logam tertentu, tetapi lebih kepada upaya perbaikan kualitas air limbah agar memenuhi peraturan lingkungan yang telah ditetapkan oleh pemerintah suatu negara secara ketat (Chojnacka, 2010; Wang dan Chen, 2009) termasuk di Indonesia. Beberapa peneliti melaporkan adanya masalah timbulnya bau (akibat dari dekomposisi biosorben), biosorbent swelling, leaching beberapa kation, buruknya afinitas terhadap anion-anion (misalnya pada air limbah pewarnaan tekstil), dan sebagainya. Hingga saat ini, masalah tersebut masih menjadi topik menarik untuk diteliti lebih lanjut (Costa et al. 2018; Kumar et al. 2015; Mazur et al. 2018).

4.2. Implementasi Biosorpsi dalam Industri Masalah utama dalam hal implementasi biosorpsi di industri adalah tingginya belanja modal awal untuk pengembangan dan set up process. Oleh sebab itu agar biaya tersebut berkurang, maka harus dilakukan integrasi dengan sistem yang telah ada. Terdapat dua moda operasi yaitu batch dan continuous. Sistem batch memerlukan antara lain contact vessel, pengaduk mekanik, perpipaan dan asesori peripheral seperti temperature probe, pH probe, level controller, dan sebagainya. Demikian juga bila memilih sistem continuous, industri dapat menggunakan kolom-kolom fixed bed. Peralatan tersebut sedapat mungkin menggunakan fasilitas yang sudah ada di industri yang akan memanfaatkan proses biosorpsi, tentunya disertai dengan penyesuaian melalui modifikasi tertentu. Pemilihan moda operasi tergantung pada jenis biosorben, mekanisme penyisihan, rigiditas biomassa, kinetika, dan sebagainya (Fu dan Wang, 2011).

4.3. Biaya dan Skema Umum Proses Biosorpsi Estimasi biaya proses biosorpsi terutama harus meliputi biaya treatment biosorben, pengumpulan air limbah, pemeliharaan kondisi optimum, regenerasi, dan pembuangan. Biaya lainnya seperti belanja modal dan biaya process running dihitung terpisah, karena tergantung pada jenis proses yang dipilih dan sifat air limbah yang akan diolah.

4.4. Pengembangan Biosorben yang cocok untuk Implementasi pada Kondisi Sesungguhnya Secara alamiah bahan biosorben harus telah memiliki afinitas tinggi terhadap ion- ion logam. Bahan tersebut harus mudah diperoleh/berharga murah. Parameter operasi kolom harus disusun berdasarkan jenis biosorben dan air limbah yang akan diolah berdasarkan kajian kinetika dan isoterm ekuilibrium yang harus dilakukan sebelumnya dengan tujuan untuk menentukan laju alir yang akan digunakan. Hal ini dilakukan agar saat air limbah dialirkan ke sistem kolom fixed bed, diharapkan kation-kation logam dalam air limbah akan segera terikat secara efektif pada gugus-gugus fungsional pengikat kation logam di permukaan biosorben di dalam kolom fixed bed. Berikut ini adalah contoh konfigurasi hipotetik pengolahan air limbah petrokimia untuk separasi dan recovery Zn, Ni dan Cu menggunakan dua jenis biosorben alga merah Gracillaria cervicornis (Gambar 2), yaitu 1) biomassa kering Ca loaded-Gracillaria cervicornis dan biomassa kering native Gracillaria cervicornis (Gambar 3) (Cechinel et al. 2018). Sistem itu menggunakan biosorben yang dimuatkan dalam sebuah sistem terdiri Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 6 atas tiga kolom fixed bed in series (tiga kolom fixed bed stand by yang beroperasi bila tiga kolom pertama sedang diregenerasi). Ketiga kolom tersebut mula-mula dialiri dengan air limbah mengandung logam-logam (campuran Ni, Cu dan Zn). Berdasarkan data equilibrium dari studi yang dilakukan Cechinel et al. (2018) sebelumnya, Cu adalah logam yang paling banyak terikat pada biomassa kering Ca loaded-Gracillaria cervicornis, sebaliknya paling rendah terikat pada native Gracillaria cervicornis. Afinitas Ni dan Zn juga berbeda terhadap biosorben biomassa kering Ca loaded-Gracillaria cervicornis dan biomassa kering native Gracillaria cervicornis, sehingga dengan menggunakan tool pemodelan matematik (misalnya software Matlab, ComSol, Phyton, dan sebagainya), disusunlah strategi pemisahan ketiga logam tersebut. Luaran dari kolom 1 (berisi Ca loaded-Gracillaria cervicornis), Cu sudah tereliminasi. Efluen dari kolom ini masih mengandung Ni dan Zn kemudian diumpankan ke kolom 2 (berisi native Gracillaria cervicornis) yang dapat mengikat Zn dengan baik sehingga luaran dari kolom 2 sudah tidak mengandung Zn. Kolom ketiga berisi biomassa kering Ca loaded-Gracillaria cervicornis atau biomassa kering native Gracillaria cervicornis diberi umpan efluen kolom kedua, menghasilkan luaran berupa efluen yang sudah tidak mengandung Ni.

Gambar 2. Gracilaria cervicornis (Turner) J. Agardh Dreckmann dan Sentíes (2009)

Gambar 3. Skematika pengolahan limbah petrokimia menggunakan kolom berisi biomassa kering Ca loaded-Gracillaria cervicornis (kolom 1 dan 4) dan kolom berisi biomassa native Gracillaria cervicornis (kolom 2, 3, 5 dan 6) Sumber : Cechinel et al. (2018)

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 7

Kesimpulan Biosorpsi sangat berpotensi untuk menyaingi metoda pengolahan air limbah mengandung logam berat yang konvensional terbaik sekelas ion-exchange. Biosorben dapat dibuat dari berbagai bahan mentah berharga murah, sehingga mengurangi biaya produksi dan bersifat eco-friendly. Sayangnya, masih sangat sedikit penelitian biosorpsi yang diterapkan pada real waste waters, sehingga hal ini menjadi tantangan bagi para peneliti untuk kajian lebih lanjut terkait parameter kunci yang berpengaruh terhadap proses biosorpsi sistem multi metallic. Cakrawala masih sangat luas terbentang untuk kajian sekaligus implementasi biosorpsi sistem multi metallic ini pada real waste waters.

Daftar Pustaka Abdolali, A., Ngo, H.H., Guo, W., Zhou, J.L., Zhang, J., Liang, S., Chang, S.W., Nguyen, D.D., and Liu, Y., 2017. Application of a breakthrough biosorbent for removing heavy metals from synthetic and real wastewaters in a lab-scale continuous fixed-bed column. Bioresour. Technol. 229:78-87. https://doi.org/10.1016/j.biortech.2017.01.016 Akhtar, N., Iqbal, J., and Iqbal, M., 2004. Removal and recovery of nickel(II) from aqueous solution by loofa sponge-immobilized biomass of Chlorella sorokiniana: characterization studies. J. Hazard. Mater. 108:85-94. https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2004.01.002 Atar, N., Olgun, A., and Wang, S., 2012. Adsorption of cadmium (II) and zinc (II) on boron enrichment process waste in aqueous solutions: Batch and fixed-bed system studies. Chem. Eng. J. 192:1-7. http://dx.doi.org/10.1016/j.cej.2012.03.067 Benavente, M., Moreno, L., and Martinez, J., 2011. Sorption of heavy metals from gold mining wastewater using chitosan. Journal of the Taiwan Institute of Chemical Engineers 42, 976-988.https://doi.org/10.1016/j.jtice.2011.05.003 Bulgariu, L., and Gavrilescu, M., 2015. Chapter 30 - Bioremediation of Heavy Metals by Microalgae A2 - Kim, Se-Kwon, Handbook of Marine Microalgae. Academic Press, Boston, pp. 457-469. Çabuk, A., Akar, T., Tunali, S., and Gedikli, S., 2007. Biosorption of Pb(II) by industrial strain of Saccharomyces cerevisiae immobilized on the biomatrix of cone biomass of Pinus nigra: Equilibrium and mechanism analysis. Chem. Eng. J. 131, 293- 300.https://doi.org/10.1016/j.cej.2006.12.011 Cechinel, M.A.P., Mayer, D.A., Mazur, L.P., Silva, L.G.M., Girardi, A., Vilar, V.J.P., de Souza, A.A.U., and Guelli U. de Souza, S.M.A., 2018. Application of ecofriendly cation exchangers (Gracilaria caudata and Gracilaria cervicornis) for metal ions separation and recovery from a synthetic petrochemical wastewater: Batch and fixed bed studies. Journal of Cleaner Production 172, 1928- 1945.https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2017.11.235 Chojnacka, K., 2010. Biosorption and bioaccumulation – the prospects for practical applications. Environ. Int. 36, 299- 307.http://dx.doi.org/10.1016/j.envint.2009.12.001 Costa, C.S.D., da Silva, M.G.C., and Vieira, M.G.A., 2018. Investigation of the simultaneous biosorption of toxic metals through a mixture design application. Journal of Cleaner Production 200, 890-899.https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2018.07.314 Dreckmann, K., and Sentíes, A., 2009. Gracilaria, Subgenus Textoriella (Gracilariaceae, Rhodophyta) in the Gulf of Mexico and the Mexican Caribbean. REVISTA MEXICANA DE BIODIVERSIDAD 80, 593-601 Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 8

Fereidouni, M., Daneshi, A., and Younesi, H., 2009. Biosorption equilibria of binary Cd(II) and Ni(II) systems onto Saccharomyces cerevisiae and Ralstonia eutropha cells: Application of response surface methodology. J. Hazard. Mater. 168, 1437- 1448.https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2009.03.041 Fu, F., and Wang, Q., 2011. Removal of heavy metal ions from wastewaters: A review. J. Environ. Manage. 92, 407-418.https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2010.11.011 Ghorbani, F., Younesi, H., Ghasempouri, S.M., Zinatizadeh, A.A., Amini, M., and Daneshi, A., 2008. Application of response surface methodology for optimization of cadmium biosorption in an aqueous solution by Saccharomyces cerevisiae. Chem. Eng. J. 145, 267-275.https://doi.org/10.1016/j.cej.2008.04.028 He, J., and Chen, J.P., 2014. A comprehensive review on biosorption of heavy metals by algal biomass: Materials, performances, chemistry, and modeling simulation tools. Bioresour. Technol. 160, 67-78.http://dx.doi.org/10.1016/j.biortech.2014.01.068 Kumar, K.S., Dahms, H., Won, E., Lee, J., and Shin, K., 2015. Microalgae – A promising tool for heavy metal remediation. Ecotoxicol. Environ. Saf. 113, 329- 352.http://dx.doi.org/10.1016/j.ecoenv.2014.12.019 Marques, P., Pinheiro, H.M., and Rosa, M.F., 2007. Cd(II) removal from aqueous solution by immobilised waste brewery yeast in fixed-bed and airlift reactors. Desalination 214, 343-351.http://dx.doi.org/10.1016/j.desal.2006.11.012 Mazur, L.P., Cechinel, M.A.P., de Souza, S.M.A.G.U., Boaventura, R.A.R., and Vilar, V.J.P., 2018. Brown marine macroalgae as natural cation exchangers for toxic metal removal from industrial wastewaters: A review. J. Environ. Manage. 223, 215- 253.https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2018.05.086 Naja, G.M., and Volesky, B., 2014. Biosorption Process Fundamentals and a Pilot Design☆, Reference Module in Earth Systems and Environmental Sciences. Elsevier. Pettinato, M., Chakraborty, S., Arafat, H.A., and Calabro, V., 2015. Eggshell: A green adsorbent for heavy metal removal in an MBR system. Ecotoxicol. Environ. Saf. 121, 57-62.http://dx.doi.org/10.1016/j.ecoenv.2015.05.046 Pinto, P.X., Al-Abed, S.R., and Reisman, D.J., 2011. Biosorption of heavy metals from mining influenced water onto chitin products. Chem. Eng. J. 166, 1002- 1009.https://doi.org/10.1016/j.cej.2010.11.091 Ramrakhiani, L., Ghosh, S., Sarkar, S., and Majumdar, S., 2016. Heavy metal biosorption in multi component system on dried activated sludge: investigation of adsorption mechanism by surface characterization. Materials Today: Proceedings 3, 3538- 3552.https://doi.org/10.1016/j.matpr.2016.10.036 Vimala, R., Charumathi, D., and Das, N., 2011. Packed bed column studies on Cd(II) removal from industrial wastewater by macrofungus Pleurotus platypus. Desalination 275, 291-296.https://doi.org/10.1016/j.desal.2011.03.014 Wang, J., and Chen, C., 2009. Biosorbents for heavy metals removal and their future. Biotechnol. Adv. 27, 195-226.http://dx.doi.org/10.1016/j.biotechadv.2008.11.002

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 9

Akumulasi aliran dan perlambatan BANJIR DI DAS BATANGHARI tersebut mengakibatkan inundasi di DARI PERSPEKTIF LIMNOLOGI daerah yang relatif landai di pinggir sungai oleh aliran lateral dari sungai. (Hadiid Agita Rustini – Puslit Limnologi LIPI) Daerah landai yang mengalami [email protected] inundasi ketika muka air sungai meningkat disebut sebagai daerah aerah Aliran Sungai (DAS) paparan banjir (Junk et al. 1989). Oleh Batanghari (Gambar 1) karena itulah DAS Batanghari disebut merupakan salah satu DAS sebagai DAS Paparan Banjir. D terbesar di Sumatera. Wilayahnya terbentang dari bagian tenggara Provinsi Sumatera Barat hingga sebagian besar Provinsi Jambi dengan luas total mencapai 47.479,54 km2 dengan panjang sungai sekitar 775 km. Dengan luas tersebut, DAS Batanghari bahkan lebih luas dari gabungan Provinsi Jawa Barat (35.378 km2) dan Banten (9.663 km2).

Gambar 2. Peta kemiringan lahan di DAS Batanghari (Apip et al. 2017) Peristiwa banjir di DAS Paparan Gambar 1. DAS Batanghari yang merupakan bagian dari Wilayah Sungai Batanghari Banjir, selain merupakan suatu (Sumber: BWS Sumatera VI, 2016) kewajaran, sesungguhnya merupakan suatu anugerah. Banjir merupakan Keberadaan Sungai Batanghari dan penggerak utama siklus kehidupan di banjir seakan tidak terpisahkan. Badan ekosistem paparan banjir (Junk et al. Nasional Penanggulangan Bencana 1989; Bayley, 1995; Peters, 2016). (BNPB) menyebutkan bahwa dalam kurun Keteraturan frekuensi, durasi, laju pasang waktu 1995-2019 telah terjadi 177 kali surut banjir, sangat mempengaruhi siklus bencana banjir di Provinsi Jambi secara biota di sistem sungai-rawa banjiran keseluruhan. Jika dilihat dari morfologi (Junk et al. 1989; Bayley, 1995). Pada DAS Batanghari, hal tersebut dapat awal terjadinya banjir, sebagian besar dipahami mengingat bagian hulu DAS ikan yang memijah di sungai mulai Batanghari memiliki kemiringan lereng berkembang biak. Kenaikan tinggi muka yang curam (Gambar 2), sementara air meningkatkan nutrient di badan air bagian tengah hingga hilir merupakan dari hasil dekomposisi vegetasi di daerah daerah landai dengan kemiringan lereng paparan banjir, sehingga produktivitas kurang dari 8% (Apip et al. 2017). Hal invertebrata dan ikan meningkat. Daerah ini berarti bahwa limpasan berkecepatan littoral yang produktif ini merupakan tinggi dari hulu DAS mengalami tempat pengasuhan dan menyediakan perlambatan di bagian tengah DAS. makanan yang berlimpah bagi ikan kecil maupun ikan besar (Burgess et al. 2012). Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 10

Ketika muka air mulai menurun dan ikan merekomendasikan upaya terukur dan kembali ke badan air permanen bersama terarah untuk restorasi sumberdaya dengan nutrient hasil dekomposisi, di perikanan tangkap. paparan banjir terjadi konsolidasi Kekeliruan pengelolaan daerah sedimen dan perkecambahan di tanah paparan banjir mengakibatkan yang lembab. Siklus tersebut penurunan jasa ekosistem. Peristiwa mengakibatkan tingginya kelimpahan banjir di daerah paparan banjir dan keragaman species ikan di DAS merupakan momen recharge air tanah paparan banjir. Tidak mengherankan (Peters, 2016), yang seharusnya bahwa di DAS Batanghari pernah menjamin ketersediaan air bahkan pada ditemukan 75 jenis ikan konsumsi dan 51 musim kemarau. Akan tetapi kini jenis ikan hias (Nurdawati et al. 2006), penduduk di DAS Batanghari pun telah sehingga tingkat partisipasi konsumsi ikan mengalami kesulitan mencari air bersih segar di Jambi lebih tinggi dari tingkat pada musim kemarau. partisipasi konsumsi ikan segar di semua Penurunan jasa ekosistem tersebut provinsi di Pulau Jawa (Virgantari, sering dikaitkan dengan perubahan tata 2012). Selain itu Jambi pun pernah guna lahan di DAS, yang memang dikenal sebagai penghasil utama ikan merupakan ancaman utama bagi hias yang didominasi oleh botia paparan banjir menurut International (Gustiano et al. 2008). Union for Conservation of Nature Sebagian besar ikan yang hidup di bersama Conservation Measures sistem sungai-rawa banjiran seperti DAS Partnership (IUCN-CMP dalam Peters, Batanghari adalah ikan peruaya, yang 2016). Padahal perubahan tata guna melakukan perpindahan menuju ke lahan adalah suatu kebutuhan mengingat kondisi yang menguntungkan untuk laju pertumbuhan penduduk di eksistensi dan reproduksi spesies. Kondisi kabupaten-kabupaten yang terlalui oleh tersebut mencakup arus air, kandungan Sungai Batanghari memiliki laju oksigen, TN, TP, kecerahan (Sawaliyah, pertumbuhan penduduk yang relatif 2007; Nurdawati et al. 2006; Wibowo pesat yaitu berkisar antara 2,87 – dan Sunarno, 2006; Weilhoefer et al. 22,05% per lima tahun (BPS, 2017). 2008). Interaksi komponen sistem DAS Pengelolaan DAS paparan banjir paparan banjir yang menyebabkan dengan kerangka pikir dari proses dan dinamika parameter-parameter kualitas mekanisme sistem sungai-paparan banjir lingkungan yang kondusif bagi eksistensi belum dilakukan di Indonesia pada dan reproduksi ikan secara umum, baik umumnya, dan DAS Batanghari secara spasial maupun temporal khususnya. Hal ini yang menyebabkan merupakan kajian limnologis yang pengembangan wilayah di DAS paparan menarik untuk dilakukan. banjir dilakukan guna mencegah banjir Kini di DAS Batanghari telah dan menurunkan layanan ekosistem teramati penurunan jumlah tangkapan tersebut. Dengan pengelolaan daerah ikan hias seperti botia (Chromobotia paparan banjir yang sesuai macracanthus), maupun ikan konsumsi karakteristiknya, diharapkan layanan seperti ikan janggut (Polystonemus ekosistem dapat pulih kembali. Oleh multifilis), ikan ringo (Thynnichthys karena itu, penelitian limnologi untuk thynnoides), dan belida (Chitala lopis) mencari pola pengelolaan optimum DAS (Gustiano et al. 2008, Nurdawati et al. paparan banjir sebagai suatu ekosistem 2006, Suwelo, 2005). Mengingat bahwa sangat dibutuhkan. siklus hidup ikan-ikan tersebut sangat terkait dengan atribut banjir (durasi, Daftar Pustaka keteraturan frekuensi, laju pasang surut banjir, serta kualitas air), cukup relevan Apip, U. Handoko, E. Harsono, I. jika penelitian limnologis dibutuhkan untuk Ridwansyah, D. Daruati, A. Humaedi, mengidentifikasi penyebab penurunan M. Fakhrudin, H. Wibowo, jumlah tangkapan ikan tersebut, Trinahwati, L. Subehi, M. Yulianti, M. Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 11

Anwar. 2017. Laporan Akhir [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. 58 Kumulatif Kegiatan Unggulan LIPI: hal. Evaluasi dan Proyeksi Dampak Suwelo, I. S. 2005. Spesies ikan langka Perubahan Iklim terhadap Risiko Banjir dan terancam punah perlu dilindungi (Flood Risk) dengan Presisi Tinggi undang-undang. Jurnal Ilmu-ilmu untuk Penyusunan Konsep Mitigasi Perairan dan Perikanan Indonesia, Bencana Banjir Berbasiskan Partisipasi 12(2):153-160. Masyarakat Virgantari, F. 2012. Analisis Permintaan Balai Wilayah Sungai Sumatera VI. Produk Perikanan di Indonesia: Suatu 2016. Laporan Akuntabilitas Kinerja Studi Cross-Sectional. [Disertasi] Instansi Pemerintah. Program Studi Ilmu Ekonomi (https://bwssumvi.org/lakip-2016/) Pertanian. IPB. 305 hal. Batzer, D. P., G. B. Noe, L. Lee, M. Weilhoefer, C.L., Y. Pan, and S. Eppard. Galatowitsch. 2018. A floodplain 2008. The effects of river floodwater continuum for Atlantic Coast Rivers of on floodplain wetland water quality the Souteastern US: Predictable and diatom assemblages. Wetlands, Changes in Floodplain Biota along a 28(2):473-486. River’s Length. Wetlands, 38:1-13. Wibowo, A. dan M. T. D. Sunarno. 2006. Bayley, P. 1995. Understanding large Karakteristik habitat ikan belida. river: floodplain ecosystems. BAWAL, 1(1):19-24. Bioscience, 45(3):153-158. Biro Pusat Statistik. 2017. Provinsi Jambi dalam Angka 2017. 739 hal. Burgess, O. T., W. E. Pine III, and S. J. Walsh. 2012. Importance of floodplain connectivity to population in the Apalachicola River, Florida. River research and applications.16p. DOI: 10.1002/rra Gustiano, R., T. H. Prihadi, dan E. Kusrini. 2008. Survai potensi, distribusi sumber daya, dan usaha ikan hias air tawar di beberapa sentra produksi. Media Akuakultur, 3(1):77- 80. Junk, W. J., P. B. Bayley, and R. P. Sparks. 1989. The flood pulse concept in River-floodplain systems in D. P. Dodge [Ed.] Proceedings of the International Large River Symposium. Can. Spec. Publ. Fish. Aquat.Sci. 106. p 110-127. Nurdawati, S., N. Muflikhah, dan M. T. D. Sunarno. 2006. Sumber daya perikanan perairan Sungai Batanghari Jambi. Bawal, 1(1):1-10. Peters, G. 2016. Identifying and valuing the functions of floodplains. Floodplain Management Association National Conference, 1-16. Sawaliyah, S. R. N. 2007. Kebiasaan makanan ikan botia (Chromobotia macracanthus) di daerah alisan Sungai Musi, Sumatera Selatan. Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 12

Definisi Reverse Osmosis REVERSE OSMOSIS SEBAGAI Osmosis adalah perpindahan pelarut ALTERNATIF PENGOLAHAN AIR dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi PAYAU MENJADI AIR BERSIH yang lebih rendah melalui membran semipermeabel. Pada saat tercapai (Eka Prihatinningtyas - Puslit Limnologi LIPI) kesetimbangan konsentrasi, maka akan [email protected] terdapat perbedaan tinggi larutan. Perbedaan ini didefinisikan sebagai ersatuan Bangsa-Bangsa tekanan osmotik (gambar 1a) (Wiliam (PBB) menempatkan air dalam Ariyanti, 2011). bersih dan sanitasi sebagai Reverse osmosis adalah fenomena salah satu dari program kebalikan dari osmosis. Prinsip kerja P pembangunan yang reverse osmosis adalah memberikan dituangkan dalam SDGs tekanan hidrostatik yang melebihi (Sustainable Development Goals). Program tekanan osmotik sehingga pelarut, dalam tersebut harus dicapai pada tahun 2030 hal ini air, dapat berpindah dari larutan sebagai program pengganti Millenium yang memiliki konsentrasi zat terlarut Development Goals (MDGs) yang berakhir tinggi ke larutan yang memiliki pada 2015. Pemenuhan air bersih bagi konsentrasi zat terlarut rendah seperti masyarakat Indonesia masih dikategori- (Gambar 1b). Prinsip reverse osmosis ini kan rendah, meskipun sumber daya dapat memisahkan air dari komponen- airnya sangat berlimpah. Perusahaan komponen yang tidak diinginkan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan sehingga mampu menghasilkan air penyelenggara utama penyediaan air dengan tingkat kemurnian yang tinggi bersih di Indonesia hanya mampu (Wiliam dalam Ariyanti, 2011). melayani 41,88% penduduk perkotaan; Membran reverse osmosis telah 13,94% penduduk pedesaan, dan banyak digunakan untuk mengurangi 27,05% secara nasional (BPPSPAM konsentrasi total padatan terlarut dan dalam Prihatinningtyas, 2017). padatan tersuspensi. Kontaminan lain Salah satu penyebab tingkat yang dapat disisihkan dengan metode aksesibilitas yang masih rendah adalah reverse osmosis antara lain ion dan faktor air baku. Di daerah urban, logam, bahan kimia organik, meningkatnya pencemaran menjadi radionuklida, pestisida, partikel asbes, faktor pemicu menurunnya kualitas air protozoa dan Cryptosporidium (Dvorak, baku. Sementara di daerah marginal, 2014 dan Kneen, 2005). pada umumnya memiliki jenis air baku yang spesifik, seperti gambut dan payau. Kedua jenis air baku tersebut membutuhkan pengolahan yang khusus pula agar dapat menghasilkan air bersih yang memenuhi standar baku mutu seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 492 Tahun 2010. Berbagai teknologi pengolahan air bersih telah dilakukan, baik secara konvensional maupun modern. Teknologi konvensional meliputi koagulasi-flokulasi, sedimentasi dan filtrasi. Sedangkan Gambar 1. Perbedaan osmosis dan reverse teknologi modern yang umum digunakan osmosis adalah advanced oxidation process, (Sumber Wiliam dalam Ariyanti, 2011) ultra filtrasi, nanofiltrasi dan reverse osmosis. Membran reverse osmosis dapat menyaring mikroorganisme. Akan tetapi, hal tersebut tidak direkomendasikan.

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 13

Kerusakan membran dapat terjadi mengoptimalkan kinerja reverse osmosis. karena keberadaan bakteri (biofouling). Filter yang umum digunakan adalah Hal tersebut juga dapat memicu karbon aktif. Pre filter berfungsi untuk terjadinya kontaminasi, karena proses meningkatkan life time membran dengan fouling menyebabkan kebocoran pada cara menahan pasir dan partikel-partikel membran reverse osmosis. berukuran besar serta klorin. Reverse osmosis tidak dapat menghilangkan semua jenis kontaminan Reverse Osmosis Recovery dalam air. Gas terlarut seperti karbon Jumlah air yang diproduksi dengan dioksida dan hidrogen sulfida tidak menggunakan proses reverse osmosis dapat dihilangkan dengan metode sangat ditentukan oleh beberapa faktor. tersebut. Konsentrasi pestisida, Tri Halo Beberapa di antaranya adalah jenis Methans (THM) dan bahan organik volatil membran, kontrol aliran, suhu, tekanan (Volatile Organic Compounds) yang tinggi dan kualitas air baku. Kualitas air baku juga tidak efektif dihilangkan dengan yang menentukan kinerja reverse osmosis membran reverse osmosis. Membran adalah kekeruhan, TDS, TSS dan pH. reverse osmosis efektif untuk mengolah Terdapat 2 indikator yang umum kontaminan tersebut jika konsentrasinya digunakan dalam menentukan kinerja rendah. sistem reverse osmosis yaitu kecepatan recovery dan rejeksi. Istilah recovery Membran Reverse Osmosis digunakan untuk menghitung jumlah air Material membran reverse osmosis yang melewati membran reverse osmosis. yang paling banyak digunakan adalah Air tersebut yang nantinya disebut poliamida thin film composites (TFC) dan dengan air produksi. Sebagian air jenis selulosa, baik itu selulosa asetat, produksi dialirkan kembali ke sistem untuk selulosa tri asetat atau paduan mencuci kontaminan yang tertahan dalam keduanya. Membran reverse osmosis membran. Air tersebut selanjutnya yang sangat tipis terbuat dari serat dibuang sebagai limbah cair. sintetis selulosa tersebut. Kecepatan recovery atau kinerja Secara ekonomi, membran TFC lebih sistem reverse osmosis dihitung mahal jika dibandingkan dengan berdasarkan perbandingan antara membran selulosa. Keunggulan membran jumlah air yang diproduksi dengan TFC terletak pada kekuatan dan jumlah air yang diolah dalam sistem durabilitas yang tinggi, mampu menahan (Dvorak, 2014). TDS dan TSS, tahan terhadap serangan mikroba serta mampu bekerja hingga x 100 pada pH lebih dari 9 (Kneen, 2005). Membran reverse osmosis dapat berbentuk spiral wound maupun hollow Aplikasi Reverse Osmosis fiber. Membran berbentuk hollow fiber Proses pengolahan air bersih dengan mempunyai luas permukaan dan menggunakan reverse osmosis telah kapasitas produksi yang besar banyak digunakan. Pusat Penelitian dibandingkan dengan membran spiral Limnologi – LIPI mempunyai instalasi wound. Kelemahan membran hollow fiber pengolahan air minum yang bersifat adalah mudah mengalami clogging mobile. Proses utama yang dilakukan oleh (penyumbatan). Oleh karena itu, instalasi tersebut adalah reverse osmosis. membran tersebut lebih banyak Proses pre filter dilakukan sebanyak dua digunakan untuk sistem reverse osmosis tahap yaitu dengan menggunakan skala rumah tangga (Kneen, 2005). saringan pasir (sand filter) dan karbon Proses reverse osmosis merupakan aktif (activated carbon). Tahapan proses sistem yang efisien untuk mensuplai selangkapnya dapat dilihat pada kebutuhan air bersih. Akan tetapi, proses Gambar 2. ini tidak dapat berjalan sendiri. Proses pre filter dan pra filter diperlukan untuk

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 14

untuk pemurnian air skala rumah tangga. Teknik. Vol. 32(3) : 193- 198. Kneen, B., Lemley, A., and Wagenet, L. 2005. Reverse osmosis treatment of drinking water. Fact Sheet 4. Cornell University.

Gambar 2. Skema proses pengolahan air Dvorak, B.I. and Skipton, S.O. 2014. minum Pusat Penelitian Limnologi - LIPI Drinking water treatment: reverse (Sumber: Prihatinningtyas, 2017) osmosis. NebGuide. University of Nebraska. Instalasi pengolahan air minum Pusat Widayat, W dan Yudo S. 2002. Penelitian Limnologi – LIPI telah diapli- Pengolahan air payau menggunakan kasikan untuk mengolah air Sungai teknologi osmosa balik dalam Cikeas, Cibinong dan Kali Baru, rangka penyediaan air minum di Cimanggis. Hasil penelitian menunjukkan Tanjung Aru, Kalimantan Timur. Jurnal bahwa air produksi telah memenuhi Teknologi Lingkungan, Vol. 3 (1): 69- syarat sebagai air minum seperti 81 tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 492 tahun 2010 untuk parameter fisika, biologi dan kimia. Widayat (2002) menggunakan proses reverse osmosis untuk mengolah air payau dari Tanjung Aru, Kalimantan Timur menjadi air minum. Instalasi menggunakan 3 tahap pre filter yaitu saringan pasir cepat, saringan mangan zeolit dan saringan karbon aktif. Instalasi tersebut mampu menyediakan 10 m3/hari air minum dengan mengolah 30 m3/hari air payau. Keberadaan instalasi pengolahan air minum mampu memenuhi kebutuhan air minum masyarakat Tanjung Aru. Harga air minum yang dihasilkan juga lebih murah jika dibandingkan dengan air minum dalam kemasan yang dijual bebas.

Daftar Pustaka Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum. Jakarta. Prihatinningtyas, E., Sutapa, I.D.A., Nafisyah, E. dan Fauzi H. 2017. Kajian pemanfaatan sungai sebagai air baku Instalasi pengolahan air minum Pusat Penelitian Limnologi – LIPI. Prosiding Pertemuan Ilmiah Masyarakat Limnologi Indonesia Tahun 2017. Bogor. Ariyanti, D. dan Widiasa, I.N. 2011. Aplikasi teknologi reverse osmosis

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 15

maka tahun 2017, LATPD-LIPI dimasukkan Peran Loka Alih Teknologi dalam anggota Tim Terpadu Penyehatan Danau Sebagai Upaya Penyelamatan Danau Maninjau melalui Meningkatkan Kesadaran SK Bupati Agam No 156 Tahun 2017 Lingkungan Masyarakat Danau dengan tugas utama dalam program Maninjau Save Maninjau: a. Melakukan monitoring Kualitas

(Tri Suryono-Puslit Limnologi LIPI) perairan Danau Maninjau [email protected] b. Melakukan penyelamatan ikan lokal asli Danau Maninjau. erawal dari permasalahan kondisi lingkungan khususnya Berdasarkan tugas dan fungsi utama perairan danau yang ada di LATPD-LIPI dan anggota Tim Terpadu B Indonesai yang telah Penyelamatan Danau Maninjau dalam mengalami gangguan, Puslit program Save Maninjau, Kegiatan yang Limnologi dengan bidang kajian yang telah dilakukan oleh LATPD-LIPI antara berkaitan langsung dengan perairan lain: daratan mengusulkan pembentukan 1. Monitoring kualitas perairan Danau instansi yang memiliki kekhususan tugas Maninjau secara rutin setiap bulan dan fungsi dalam pengelolaan perairan selama tahun 2017dan 2018. danau yaitu Loka Alih Teknologi 2. Pembenihan, pembesaran dan Penyehatan Danau (LATPD-LIPI) restoking ikan lokal asli Danau berdasarkan Perka LIPI No. 2 Tahun Maninjau seperti ikan Bada, Asang 2016 dengan fungsi utama : dan Supare sebanyak 85.000 ekor a. Pelaksanaan pengembangan dan selama 2017. alih teknologi penyehatan danau; 3. Melakukan sosialisasi tentang b. Pelaksanaan monitoring lingkungan kondisi Danau Maninjau kepada perairan danau; masyarakat selingkar danau c. Pelaksanaan layanan jasa dan Maninjau bekerjasama dengan informasi; Satpol PP dan Damkar. d. Pelaksanaan urusan tata usaha dan 4. Bimbingan penelitian Mahasiswa. rumah tangga. 5. Menunjang kegiatan PN tahun 2018 Puslit Limnologi LIPI. yang Lokasi kantor LATPD-LIPI berada di berlokasi di Kanagarian Sungai wilayah Kecamatan Tanjung Raya, Batang. Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat di kawasan wilayah tersebut Berkaitan dengan kegiatan poin 3 di terdapat salah satu danau besar dan atas selama tahun 2017 dilakukan menjadi Danau Prioritas Nasional untuk sosialisasi tentang kondisi Danau dilakukan pengawasan dan pengelolaan Maninjau kepada masyarakat selingkar sehingga keberadaan LATPD-LIPI Danau Maninjau di sembilan kanagarian. dianggap sangat penting. Kondisi Danau Tujuan kegiatan ini adalah memberikan Maninjau yang terjadi pada satu dekade gambaran tentang Limnologi dan kondisi terakhir dan pada puncaknya terjadi Danau Maninjau akibat aktivitas penurunan kualitas air Danau Maninjau antropogenik serta pengaruhnya tahun 2016, maka Pemerintah Kabupaten terhadap kelangsungan biota khususnya Agam melakukan upaya pencegahan ikan. masuknya beban pencemaran dan perbaikan kualitas perairan Danau Maninjau dengan membuat program kegiatan “Save Maninjau” LATPD-LIPI sebagai satker baru dengan bidang kajian yang sangat mendukung program Save Maninjau

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 16

Gambar 1. Sosialisasi Program Save Maninjau di Kanagarian Koto Kacik, Kec Tanjung Raya, Kab. Agam, Sumatera Barat

Gambar 4. Pembekalan dan praktek lapangan cara sederhana mengetahui kondisi air Danau Maninjau pada para siswa Germa Maninjau Lestari. (Sumber foto Bayu Pratama, sekcam Tanjung Raya)

Gambar 2. Sebagai Pembicara Ahli di Polres Agam

Gambar 3. Pengenalan tentang Limnologi Gambar 5. Pengenalan jenis ikan Danau dan informasi tentang Danau Maninjau Maninjau kepada siswa TK di Kanagarian kepada siswa SMA, SMK, MAN selingkar Bayur. Danau Maninjau yang tergabung dalam kegiatan Germa Maninjau Lestari yang Selain memberikan tambahan diadakan oleh pemerintah Kecamatan wawasan kepada masyarakat baik Tanjung Raya. (Sumber foto Bayu Pratama, pelajar maupun masyarakat umum sekcam Tanjung Raya) tentang kondisi Danau Maninjau, sosialisasi ini juga diharapkan dapat menggugah kesadaran seluruh elemen masyarakat untuk peduli dan menjaga perairan Danau Maninjau agar tidak terjadi kerusakan yang lebih buruk dimasa datang. Dari hasil penelitian beberapa kajian diketahui bahan yang berpotensi menurunkan kualitas air danau dan banyak digunakan mayarakat yaitu sabun bubuk dan pemutih. Sabun merupakan sumber pencemar fosfat dalam perairan. Fosfat berasal dari detergen dan pestisida dari kegiatan pertanian (Peavy et al. 1985) sedangkan bahan-bahan pemutih berkontribusi dalam keberadaan phenol di perairan

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 17

(Winata et al. 2000 dalam Sasongko, Daftar Pustaka 2012). Keputusan Bupati Agam No 156 Tahun Hasil survey tentang tingkat 2017, Tentang Tim Terpadu kesadaran masyarakat menunjukkan Penyelamatan Danau Maninjau, 11 bahwa pencemaran Danau Maninjau pp. tidak terlepas dari tindakan pencemaran Peavy, Heward S., Donald R. Rowe dan yang dilakukan masyarakat sekitar, George Tchobanoglous. 1985. diantaranya dalam membuang limbah Environmental Enginering. Mc. Graw domestik. Berdasarkan hasil survey hanya Hill – Int. editions. Singapore. 6,45% yang menggunakan air Danau Peraturan Kepala LIPI No 2 Tahun 2016, Maninjau secara langsung sebagai Tentang Organisasi dan Tata kerja, sumber air untuk mandi, mencuci dan Loka Alih Teknologi Penyehatan aktifitas lainnya sedangkan sisanya Danau. 9pp. 93,55% responden menggunakan sumber Sasongko, L.A. 2016. Kontribusi Air air berupa air gunung dan PAM. Limbah Domestik Penduduk Di Sekitar Sebanyak 70,97% responden ternyata Sungai Tuk Terhadap Kualitas Air tidak mencuci pakaian di Danau dan Sungai Kaligarang Serta Upaya hanya 9,6% responden yang melakukan Penanganannya (Studi Kasus aktifitas mencuci pakain di danau. Kelurahan Sampangan dan Bendan Pencemaran yang ditimbulkan dari Ngisor Kecamatan Gajah Mungkur aktifitas mencuci di danau adalah Kota Semarang). Tesis. Program adanya sisa bilasan yang mengandung Magister Ilmu Lingkungan Program detergen langsung mengalir ke danau. Pasca Sarjana Universitas Hal yang serupa dengan kegiatan Diponegoro Semarang. mencuci piring, hanya 12,9% responden Yulnasri, 2017. Dampak Kerusakan yang melakukan aktifitas mencuci piring Danau dan Alternatif Usaha Ramah di danau. Aktifitas mencuci pakaian di Lingkungan. Seminar Peningkatan danau menyebakan pencemaran danau Kapasitas Komunitas Danau Tahun tidak hanya karena detergen yang 2017 di Hotel Hotel Maninjau Indah dipakai saat mencuci juga dari buangan 18 Mei 2017. sisa makanan, lemak atau minyak sebagai limbah domestik juga ikut terbawa ke danau. Selain aktivitas masyarakat dalam membuang limbah domestik. Pencemaran air Danau Maninjau banyak disebabkan oleh aktivitas budidaya ikan dengan menggunakan keramba jaring apung (KJA) yang tercatat mencapai 17.226 petak dengan beban limbah yang dihasilkan mencapai 1.267.875 Kg/tahun atau sekitar 95,34 % beban pencemar Danau Maninjau berasal dari kegiatan ini (Yulnasri, 2017). Sosialisasi dan peningkatan kesadaran tentang lingkungan memang paling efektif diberikan kepada anak- anak mulai usia dini hingga usia remaja, sehingga timbul rasa menyayangi terhadap lingkungan sekitar khususnya danau sebagai kekayaan sumber daya alam anugerah yang tak ternilai harganya untuk kelangsungan hidup generasi mendatang.

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 18

sangat bergantung pada ahli taksonomi. Aplikasi DNA Barcode Bioasesmen memerlukan proses dalam Bioasesmen perhitungan jumlah organisme yang diidentifikasi dalam setiap sampel yang (Aiman Ibrahim-Puslit Limnologi LIPI) dikoleksi dan presisi dari hasil identifikasi [email protected] (Bagley et al. 2019). Metode identifikasi biota yang saat ini banyak dilakukan dengan pendekatan morfologi memiliki ioasesmen merupakan keterbatasan di antaranya memerlukan penilaian kondisi ekosistem waktu lebih lama dengan keahlian dan perairan melalui pengguna- pengetahuan taksonomi yang tinggi. B an biota yang berhubungan Selain itu, sulitnya mengidentifikasi dengan gangguan antro- spesies kriptik, tidak utuh, atau belum pogenik. Penggunaan bioasesmen dalam dewasa (Venter dan Bezuidenhout, menjaga dan memelihara air permukaan 2016). Keterbatasan identifikasi dengan yang sehat didorong oleh kerangka pendekatan morfologi dapat diatasi peraturan seperti Clean Water Act dengan aplikasi DNA barcode sebagai (CWA) di Amerika Serikat (Barbour et al. aplikasi biologi molekuler. 1999). Biota akuatik merupakan DNA barcode merupakan metode komponen penting dalam bioasesmen identifikasi organisme dengan meng- untuk mengevaluasi kualitas badan air gunakan fragmen pendek DNA yang secara keseluruhan, fungsi ekologi, dan terstandardisasi (Jinbo et al. 2011). pengaruh spesifik akibat aktivitas Penggunaan DNA barcode untuk meng- antropogenik (Muntalif et al. 2015). identifikasi spesies telah diperkenal-kan Kehidupan akuatik menyatukan efek pertama kali oleh Hebert et al. (2003) kumulatif dari berbagai tekanan dengan menggunakan gen Cytochrome c lingkungan di badan perairan sehingga Oxidase subunit I (COI) pada DNA komunitas biologi dapat memberikan mitokondria. Gen COI adalah gen DNA respon sepanjang waktu dan mitokondria yang mengkode protein, menyediakan informasi yang tidak membantu respirasi seluler, dan disediakan oleh pengukuran fisika kimia dianggap sebagai gen universal pada yang dapat berubah secara cepat hewan (Imtiaz et al. 2017). Zein dan (Mayaningtias, 2010). Prawiradilaga (2013) menyatakan Biota akuatik yang sering digunakan bahwa gen COI pada DNA mitokondria dalam bioasesmen adalah makrozoo- dipilih menjadi salah satu gen yang bentos. Makrozoobentos merupakan sekuennya digunakan dalam barcode kelompok hewan tanpa ruas tulang karena memiliki kelebihan yaitu panjang belakang yang memiliki ukuran lebih dari seluruh gen relatif pendek sekitar 648 500 μm. Kelompok hewan tersebut terdiri pasang basa, relatif stabil, variabilitas dari insekta, crustacea, mollusca, rendah, dan memiliki jumlah salinan yang arachnida, dan annelida (Superada dan banyak sehingga mudah diamplifikasi Tampus, 2015). Penggunaan makro- dibandingkan gen yang berasal dari gen zoobentos dalam bioasesmen disebabkan inti. Penggunaan metode DNA barcode keterbatasan pola migrasi makro- memiliki beberapa keuntungan zoobentos atau hidup sesil di perairan diantaranya: sehingga mudah terpapar langsung oleh 1. Metode DNA barcode dapat cemaran. Selain pengambilan sampelnya menjadi pelengkap taksonomi yang relatif mudah dan murah, berbasis morfologi yang sering makrozoobentos juga memiliki kisaran menimbulkan tumpang tindih toleransi yang luas terhadap beberapa karakter dengan taksa pencemaran (Barbour et al. 1999). terdekat sehingga menjadi kendala Bioasesmen yang melibatkan dalam identifikasi. pengambilan sampel biota dan 2. Dapat digunakan untuk identifikasi identifikasi spesimen yang diperoleh spesimen berupa serpihan,

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 19

potongan organ, dan semua stadia spesies. Penggunaan metode DNA perkembangan organisme mulai barcode dan konvensional tidak dari telur hingga dewasa. mengubah kategori kualitas air, tetapi 3. Memiliki akurasi yang tinggi dan DNA barcode meningkatkan kekayaan cepat. spesies dan mendukung analisis spesies 4. Dapat mengungkap lebih banyak kriptik. fenomena cryptic species dan criptic Aplikasi DNA barcode dapat men- diversity. (Wibowo dan Kaban, dukung implementasi bioasesmen dengan 2015; Fahmi et al. 2016; Zein dan memberikan peningkatan resolusi Prawiradilaga, 2013) taksonomi, peningkatan kualitas data (akurasi dan objektivitas), dan pening- Alur kerja untuk menghasilkan DNA katan kemampuan diagnostik dari tool barcode masing-masing spesies memer- asesmen yang ada. Resolusi taksonomi lukan dua langkah dasar yaitu membuat lebih tinggi yang disediakan oleh DNA pustaka DNA barcode dari spesies barcode memungkinkan penggunaan yang diketahui dan pencocokan sekuen informasi level spesies untuk memahami DNA barcode dari sampel yang tidak pemicu tekanan tertentu yang mungkin diketahui terhadap pustaka barcode memengaruhi suatu area dan meningkat- untuk identifikasi (Kress et al. 2014). kan kemampuan untuk mendeteksi Proses identifikasi organisme dengan dampak diantara banyak tekanan. metode DNA barcode dapat dilakukan Aplikasi DNA barcode juga dapat melalui prosedur yang meliputi meningkatkan program bio-asesmen pengambilan dan pencatatan koleksi yang memungkinkan pengem-bangan sampel, ekstraksi jaringan, ekstraksi DNA, metrik baru atau metrik yang lebih baik amplifikasi PCR, purifikasi hasil PCR, dan berdasarkan pada kelompok taksonomi DNA sequencing (Trivedi et al. 2016). yang saat ini kurang dijelaskan dan Data hasil sekuensing dapat kurang digunakan. Barcode dapat dibandingkan dengan referensi barkode digunakan untuk mendukung metode dalam The Barcode of Life Database yang ada dan memberikan peningkatan (BOLD) yang saat ini berisi DNA barcode kapasitas taksonomi yang hemat biaya lebih dari 260.000 spesies yang dapat (Stein et al. 2014). memfasilitasi identifikasi spesies DNA barcode memiliki potensi berdasarkan Gen COI (Erasmus et al. mencapai akurasi dan ketepatan dari 2018). Database BOLD berisi catatan taksonomi makrozoobentos dan mening- spesimen dengan tujuh elemen data katkan tingkat keseluruhan informasi penting yang mencakup nama spesies, yang terkait dengan metrik kualitas air data voucher, catatan koleksi, seperti kekayaan taksa di seluruh dunia pengidentifikasi, sekuen COI sekitar 500 (Baird dan Sweeney, 2011). Tingkat bp, primer PCR untuk amplifikasi, dan informasi dan jumlah perubahan dalam pelacakan data (Hubert dan Hanner, metrik kualitas air dapat merespons 2015). secara signifikan ketika level taksonomi Penelitian aplikasi DNA barcode berubah dari famili ke genus bahkan dalam bioasesmen dengan menggunakan dari genus ke spesies. Selain itu, DNA makrozoobentos telah dilakukan oleh barcode dapat menciptakan peluang Dapkey (2008) di White Clay Creek, untuk pengem-bangan nilai toleransi Pennsylvania, Amerika Serikat. polusi di level spesies dari makro- Makrozoobentos berupa insekta telah zoobentos (Sweeney et al. 2011) diidentifikasi dengan metode DNA Aplikasi DNA barcode dalam bio- barcode dan metode konvensional oleh asesmen memiliki banyak tantangan ahli biologi amatir dan ahli taksonomi. diantaranya pustaka referensi barcode Penggunaan DNA barcode tersebut yang perlu dikembangkan. Penanganan telah menghasilkan 128 spesies, sedang- standar dan prosedur kontrol kualitas kan metode konvensional oleh ahli perlu dikembangkan pula untuk taksonomi hanya menghasilkan 44 mengurangi risiko kehilangan sampel

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 20

karena kontaminasi atau degradasi DNA. Crooked River reveals three new Primer yang lebih baik diperlukan untuk species records for British Columbia. kelompok taksonomi tertentu yang dapat PeerJ 6:e4221. meminimalkan bias karena perbedaan Fahmi, M.R., A. B. Prasetio, R.V. Kusumah, amplifikasi. Selain itu, diperlukan lebih E.P. Hayuningtyas, dan I. Ardi. 2016. banyak penelitian tentang efek Barcoding DNA Ikan Hias Lahan pembacaan sekuen pendek pada Gambut. Jurnal Riset Akuakultur, 11 kesimpulan terkait resolusi taksonomi (2): 137-145. (Stein et al. 2014). Hebert, A. Cywinska, S. L. Ball and J. R. Sweeney et al. (2011) menjelaskan deWaard. 2003. Biological bahwa perkembangan metode identi- Identifications through DNA barcode fikasi taksonomi dapat meningkatkan s. The Royal Society. pemahaman yang lebih baik terkait Hubert,N. and R. Hanner. 2015. DNA biodiversitas dan karakteristik ekologi Barcoding, species delineation and dasar dari spesies serta perannya dalam : a historical perspective. monitoring dan proteksi ekosistem DNA barcode s, Vol. 3: 44–58. perairan. Selain itu, penggabungan Imtiaz A, S.A. Mohd Nor, and D.M.D. antara metode DNA barcode dan Naim. 2017. Review: Progress and konvensional dapat memberikan resolusi potential of DNA barcoding for yang lebih baik dalam mengevaluasi species identification of fish species. perubahan lingkungan yang ber- B I O D I V E R S I T A S, Vol. 18 (4): hubungan dengan proses alami maupun 1394-1405. antropogenik. Jinbo, U., T. Kato, and M. Ito. 2011. Current progress in DNA barcoding and future implicationsfor Daftar Pustaka entomology. Review Article. Bagley, M., E. Pilgrim, M. Knapp, Chris Entomological Science, Vol.14: 107– Yoder, J. S. Domingo, and A. Banerji. 124. 2019. High-throughput environmental Kress, W. J., C.G. Robledo, M. Uriarte, DNA analysis informs a biological and D. M. Erickson. 2014. DNA assessment of an urban stream. barcode s for ecology, evolution, and Ecological Indicators, Vol. 104: 378- conservation. Review. TREE-1880. 389. Mayaningtias, P. 2010. Pengembangan Baird, D. J. and B. W. Sweeney. 2011. Biokriteria untuk Menilai Kualitas Applying DNA barcoding in Sungai Dengan Menggunakan Larva benthology: the state of the science. Chironomidae (Diptera) Di Sungai J. N. Am. Benthol. Soc., Vol. 30 Ciliwung. Disertasi. Prodi Biologi. (1):122–124. SITH. Institut Teknologi Bandung. Barbour, M.T., J. Gerritsen, B. D. Snyder, Bandung. and J. B. Stribling. 1999. Rapid Muntalif, B. S., N. Chasanah, dan M. F. Bioassessment. Protocols for Use in Faza. 2015. Relationship Population Streams and Wadeable. Rivers: Density of Aquatic Sediment Periphyton, Benthic Macrozoobenthos to River Water Macroinvertebrates, and Fish; EPA- Quality Parameters (Case Study: 841-B- Citarum Upstream, Subdistrict Dapkey, T. 2008. Combining DNA Kertasari, Bandung Regency). The Barcoding and Macroinvertebrate Third Joint Seminar of Japan and Sampling to Assess Water Quality. Indonesia Environmental Sustainability Master of Environmental Studies and Disaster Prevention (3rd ESDP- Capstone Projects. University of 2015) Institut Teknologi Bandung, Pennsylvania. Indonesia – November 25th, Erasmus, D.J., E. A. Yurkowski, and D. P. 113─124. W. Huber. 2018. DNA barcode - Pilgrim, E., S. A. Jackson, S. Swenson, I. based survey of Trichoptera in the Turcsanyi, E. Friedman, L. Weigt, And

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 21

M.Bagley.2011. Incorporation of DNA Barcoding into A Large-Scale Biomonitoring Program: Opportunities and pitfalls. Journal of the North American Benthological Society. North American Benthological Society, Lawrence, Ks. Stein, E. D., B. P. White, R. D. Mazor, J. K. Jackson, J. M. Battle, P. E. Miller, E. M. Pilgrim, and B. W. Sweeney. 2014. Does DNA barcoding improve performance of traditional stream bioassessment metrics? Freshwater Science, Vol. 33: 302–311. Superada, J.L. and A.D. Tampus. 2015. Macroinvertebrates as Indicators of Water Quality in Three Estuary Sites in Iligan City, Philippines. Journal of Multidisciplinary Studies, Vol. 4 (1): 50-85. Sweeney, B.W., J.M. Battle, J. K. Jackson, and T. Dapkey. 2011. Can DNA barcode s Of Stream Macroinvertebrates Improve Descriptions Of Community Structure And Water Quality?. J. N. Am. Benthol. Soc., 30 (1):195–216. Trivedi, S., A. A. Ansari, S.K. Ghosh, and H. Rehman. 2016. DNA Barcoding in Marine Perspectives. Assessment and Conservation of Biodiversity. Springer International Publishing. Venter, H.J. and C.C. Bezuidenhout. 2016. DNA-based identification of aquatic invertebrates-useful in the South African context? South African Journal of Science, Vol. 112 (5-6). Wibowo, A. dan S. Kaban. 2015. DNA Barcoding Ikan Pantai Barat Sumatra. Seminar Nasional Tahunan XII Hasil Penelitian Perikanan Dan Kelautan. Zein, M.S.A. dan D. M. Prawiradilaga. 2013. DNA barcode Fauna Indonesia. Prenada Media.

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 22

oleh ikan, 54% di antaranya menumpuk BIOREMEDIASI DALAM di sedimen dan 28% di antaranya AKUAKULTUR DAN PERAN dibuang ke lingkungan perairan White MIKROBA DALAM PROSESNYA (2013). Sementara itu, Jackson et al. (2003) melaporkan bahwa dalam Dwi Febrianti dan Tri Widiyanto-Pusliti Limnologi- LIPI kegiatan budidaya udang, hanya 22% [email protected] dari total input nitrogen yang berhasil menjadi biomassa panen, sebanyak 14% nitrogen akan mengendap di sedimen, enaikan jumlah penduduk sebanyak 3% akan hilang melalui proses dunia dalam beberapa denitrifikasi ke udara bebas, sementara dekade terakhir telah sisanya akan terbuang ke lingkungan. K membawa peningkatan Hal ini membuktikan, bahwa semakin kebutuhan sumber pangan banyak jumlah pakan yang digunakan terutama sumber protein. Akuakultur dalam suatu kegiatan akuakultur, maka menjadi salah satu sektor industri potensi jumlah buangan organik yang potensial pemenuh kebutuhan protein akan menjadi limbah bagi lingkungan masyarakat di dunia ditengah tren perairan juga mengalami peningkatan. stagnan produksi dari sektor perikanan Sampai pada batas tertentu, tangkap. Menurut Food and Agriculture penambahan bahan organik, baik yang Organization (FAO) hingga tahun 2016, berasal dari sisa pakan, feses, maupun total suplai pangan yang dihasilkan dari biomassa sel dalam suatu badan air sektor akuakultur mencapai lebih dari berfungsi sebagai sumber nutrien bagi 140 juta ton, sementara dari perikanan pertumbuhan fitoplankton (Gambar 1). tangkap kurang dari 80 juta ton saja. Namun, pada jumlah yang berlebih Peningkatan produksi dibidang dapat menyebabkan eutrofikasi/ akuakultur selain membawa dampak pengkayaan nutrien perairan. Senyawa + positif dalam bidang ekonomi bagi para nitrogen (NH3, NH4 , NO2, and NO3) dan pembudidaya, juga mendorong terjadi- fosfor (PO4) merupakan dua jenis nutrien nya peningkatan efek samping dari yang sangat berkaitan dengan penyelenggaraan industri itu sendiri bagi eutrofikasi dalam kegiatan akuakultur lingkungan. Dalam sistem budidaya (Porchas et al. 2014). Eutrofikasi ini intensif dimana terdapat penggunaan dapat memicu ledakan populasi pakan komersial dalam jumlah banyak, fitoplankton, peningkatan konsentrasi jumlah buangan bahan organik baik karbondioksida akibat respirasi, yang berasal dari sisa pakan maupun penurunan pH (Boyd 1990) dan dapat sisa metabolisme biota ke dalam sistem mengganggu kesehatan biota di budidaya juga akan semakin meningkat dalamnya. (White 2013). Limbah organik yang terakumulasi dalam badan air akan mempengaruhi keseimbangan nutrien serta komponen biotik lainnya dalam badan air. Persentase jumlah pakan yang termanfaatkan menjadi biomassa produksi dalam kegiatan budidaya hanya sebagian kecil saja. Dari keseluruhan kandungan nitrogen yang bersumber dari pakan, hanya 28% nitrogen pakan yang berhasil dipanen Gambar 1. Asimilasi nitrogen dalam kolam dalam bentuk biomassa, 49% lainnya budidaya (Ngo et al. 2017) terbuang kelingkungan perairan, sementara 23% sisanya mengendap di Menurut Crooker dan Contreras sedimen. Semntara itu untuk kandungan (2010), limbah organik yang fosfor, sebanyak 18% termanfaatkan

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 23

terakumulasi dalam suatu badan air akan bioremediasi umumnya memiliki jumlah terakumulasi di sedimen dan dapat populasi yang lebih sedikit dibandingkan meningkatkan laju metabolisme aerob dengan jumlah bakteri heterotrof lainya. baik oleh mikroorganisme seperti bakteri Hal ini menyebabkan proses bio- dan plankton itu sendiri. Peningkatan remediasi harus selalu menambahkan kebutuhan akan oksigen untuk proses kelompok bakteri tersebut dari luar metabolisme aerob ini akan karena akan berkompetisi dengan mengakibatkan penurunan konsentrasi bakteri heterotrof yang jumlahnya lebih oksigen terlarut dalam air dan banyak. Proses penambahan bakteri mengakibatkan kondisi kekurangan untuk bioremediasi tersebut dapat oksigen pada biota perairan. Penurunan dilakukan dalam selang waktu tertentu konsentrasi oksigen dalam perairan akan tergantung dari sistem budidaya yang memberikan pengaruh berantai terhadap digunakan (baik padat tebar dan sistem proses biologi lainnya seperti nitrifikasi pergantian air) serta jumlah bahan dan denitrifikasi dalam badan air. Jika buangan/limbah yang terakumulasi hal ini terus berlanjut maka pada dalam media pemeliharaan. akhirnya dapat menyebabkan kondisi ketiadaan oksigen (anoksik) pada badan Agen Bioremediasi air. Pada kondisi seperti ini, kemungkinan Bioremediasi merupakan peman- yang dapat terjadi lainnya adalah faatan mahluk hidup umumnya adanya dominasi dari kelompok bakteri mikroorganisme untuk menurunkan kadar anaerobik dari golongan pereduksi sulfat bahan pencemar yang terdapat pada dan golongan metanogen. Vezzulli et al suatu daerah baik air maupun tanah (2002) dalam studinya pada suatu Farm yang tercemar. Mikroorganisme tertentu Sea Bream semi tertutup di Teluk seperti bakteri, mikroalga dan Mediterania menemukan bahwa pening- cyanobacteria memiliki kemapuan untuk katan bahan organik di sedimen memamnfaatkan bahan pencemar menyebabkan peningkatan keberadaan menjadi sumber karbon, energi dan jumlah bakteri patogen terutama nutrien untuk metabolismenya. golongan bakteri Gram negatif dari Keuntungan penggunaan teknik bio- golongan Flexibacter dan Vibrio. remediasi ini adalah biaya transportasi Sementara itu, Sparza-Leal et al (2009) dapat ditekan karena proses perbaikan menyatakan bahwa air tanah dari kolam dapat dilakukan secara in situ serta budidaya dapat menjadi vektor proses detoksifikasinya dapat meng- penularan penyakit bagi kolam hilangkan efek jangka panjang yang budidaya lainnya. mungkin ditimbulkan dari bahan Kerugian yang ditimbulkan dari pencemar tesebut (Megharaj et al. 2014). adanya limbah organik ini tidak hanya Berdasarkan lokasinya, bioremediasi berupa kerugian dari sisi ekologis saja, dapat dilakukan secara ex situ dan in melainkan juga telah menyebabkan situ. Bioremediasi secara ex situ dilakukan kerugian dari aspek ekonomi baik dari dengan memindahkan bahan pencemar segi biaya produksi maupun kerugian- dari tempat yang tercemar untuk diolah kerugian lain yang mungkin ditimbulkan menjadi bentuk yang tidak toksik. akibat adanya limbah organik. Oleh Beberapa teknologi yang digunakan sebab itu, dibutuhkan penanganan khusus dalam proses bioremediasi secara ex situ yang dapat meminimalkan dampak dari adalah bioreaktor, land farming, buangan organik yang ditimbulkan dari composting serta solid phase treatment. kegiatan produksi akuakultur. Sementara itu kegiatan bioremediasi Pemanfaatan mikroba dalam secara in situ sangat mengandalkan bioremediasi untuk akuakultur harus kinerja mikroorganisme dalam mende- memperhatikan beberapa hal seperti gradasi bahan pencemar. Kemampuan sifat bakteri dan kondisi lingkungan untuk mikroorganisme dalam mengubah bahan tumbuhnya bakteri. Dalam kondisi alami, pencemar yang bersifat toksik menjadi bakteri yang digunakan dalam proses bentuk yang kurang atau tidak toksik

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 24

juga sangat tergantung dengan microorganisms (AOM). Kelompok AOM ketersediaan nutrien untuk pertumbuhan bekerja dengan mereduksi substansi agen bioremediasi. Nitrogen dan fosfor nitrogen untuk mengikat karbondioksida adalah dua jenis nutrien yang sangat melalui siklus Calvin-Benzon sebagai dibutuhkan untuk pertumbuhan mikro- sumber karbonnya (Koops dan organisme dan biasanya tersedia di Pommerening-Roser, 2001). Sementara alam dalam bentuk amoniak dan itu, dari kelompok bakteri lainnya adalah ortofosfat. Dalam kondisi terdapat bakteri pengoksidasi nitrit (nitrit-oxidizing oksigen, bahan kontaminan organik bacteria/NOB) yang mampu meng- diubah menjadi karbondioksida, air dan oksidasi nitrit menjadi nitrat, dimana biomassa sel. nitrat bersifat kurang toksik bagi biota perairan (Kowalchuk and Stephen, 2001). Bioremediasi dengan Bakteri Autotrof Umumnya kelompok bakteri ini berasal Mikroorganisme dalam proses nitrifikasi. dari golongan proteobakteri α dan Ɣ Mikroorganisme dalam akuakultur (Crooker dan Contreras 2010). bekerja melalui proses nitrifikasi dan denitrifikasi (Gambar 2). Prosesnya Mikroorganisme dalam proses denitrifikasi dapat terjadi baik dalam kondisi ada Sementara itu, proses denitrifikasi atau tidak ada oksigen. Jika terdapat menjadi serangkaian proses lanjutan oksigen, proses nitrifikasi terjadi oleh untuk mengubah senyawa nitrogen bantuan kelompok bakteri kemolitotrofik menjadi gas N2 yang dapat dilepaskan pengoksidasi amoniak (umumnya dari ke atmosfer (Gambar 2). Proses ini golongan proteobakteri β dan Ɣ) atau terjadi pada saat kondisi oksigen terlarut disebut juga ammonia oxidazing bacteria dalam air dalam konsentrasi yang relatif (AOB) yang mampu mengoksidasi rendah. Dalam prosesnya, oksida amoniak menjadi nitrit melalui nitrogen termasuk nitrat, nitrit, dan nitrat hydroxilamine (Crooker dan Contreras oksida digunakan sebagai akseptor 2010). elektron terakhir menggantikan oksigen, hingga akhirnya terbentuk gas N2 sebagai produk akhirnya. Organisme seperti bakteri, archaea dan eukarya memegang peranan penting dalam keberlangsungan proses ini di alam.

Mikroorganisme annamox Oksidasi amoniak dapat terjadi tanpa adanya oksigen bebas melalui bantuan mikroorganisme annamox. Meskipun mikroorganisme annamox memegang peranan penting dalam Gambar 2. Siklus redoks nitrogen. Reaksi proses denitrifikasi secara anaerob dari oksidasi ditunjukkan dengan panah berwarna sedimen akuakultur, perkembangan dan kuning, sementara reaksi reduksi ditunjukkan jumlahnya yang tinggi dianggap tidak oleh panah berwarna merah. Reaksi tanpa cukup menguntungkan untuk biota perubahan redoks ditunjukkan oleh panah berwarna putih. Sementara itu, reaksi perairan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya jumlah oksigen yang anammox NH4+ + NO2- → N2 + 2H2O. DRNA merupakan suatu disimilasi nitrat dibutuhkan untuk menjalankan proses membentuk amoniak (Madigan et al. 2012). tersebut dapat menyebabkan kondisi hipoksia atau anoksia yang dapat AOB biasanya bekerja secara membahayakan bentuk kehidupan aerob bersama-sama dengan kelompok lainnya (Camargo dan Alonso, 2006). archaea pengoksidasi ammonia Oleh karena itu, penggunaan (ammonia-oxidizing archaea/AOA) atau mikroorganisme anaerobik dalam disebut juga sebagai ammonia-oxidizing treatmen limbah organik sebaiknya Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 25

dilakukan dalam suatu wadah tersendiri, telah membawa efek positif dengan misalnya bioreaktor, atau dengan merangsang pertumbuhan mikroalga, mengkombinasikan NOB dan Annamox cyanobakteri, bakteri dan protozoa yang secara bersama-sama untuk memperoleh mampu membentuk konsorsium dan hasil yang lebih baik. berperan sebagai sumber makanan bagi biota budidaya. Sementara itu, akibat Bioremediasi dengan Bakteri Heterotrof dari manipulasi tersebut laju Beberapa bakteri heterotrof pembentukan limbah dapat ditekan. diketahui juga memiliki peran penting Penerapan sistem dengan memodiifikasi dalam proses bioremediasi limbah rasio C:N diatas disebut juga Bioflocs akuakultur. Beberapa anggota Technology (BFT). Penerapan BFT ini cyanobacteria: Microcoleus umumnya menghasilkan padatan chthonoplastes, Spirulina sp., Oscillatoria tersuspensi (total suspended solid) yang sp., Schizothrix sp., Calothrix sp., dan tinggi, namun memiliki nilai alkalinitas Phormidium sp. memiliki kemampuan yang relatif rendah dan kadar CO2 mengkonversi ammonia menjadi bentuk terlarut yang cukup tinggi. Rendahnya biomassa selnya. Beberapa mikro- alkalinitas biasanya disiasati dengan organisme heterotrof juga memiliki penambahan sodium bikarbonat (100- -1 kemampuan untuk memanfaatkan limbah 150 mg L CaCO3) (Ebeling et al. 2006). organik seperti sisa pakan, feses, dan sisa organisme yang mati menjadi sumber Daftar Pustaka nutrien untuk proliferasi sel tubuhnya. Avnimelech Y. 1999. Carbon/nitrogen Oksigenasi yang cukup akan membantu ratio as a control element in proses tesebut hingga menghasilkan aquaculture systems. Aquaculture, biomassa sel yang dapat dimanfaatkan 176, 227-235 sebagai sumber nutrien oleh biota Boyd C.E. 1990. Water Quality in Ponds akuatik seperti ikan dan udang (Porchas for Aquaculture. Alabama. Auburn et al. 2014). University. Sebuah penelitian mengungkapkan Camargo J.A., Alonso, A. 2006. bahwa untuk menunjang pertumbuhan Ecological and toxicological effects bakteri heterotrof tersebut, rasio C:N of inorganic nitrogen pollution in dijaga untuk tetap pada rasio 20:1 aquatic ecosystems: A global (Ebeling et al. 2006). Konsorsium bakteri assessment. Environment International, heterotrof dalam kondisi yang optimal 32 (6): 831-849. akan mampu memanfaatkan limbah Crooker P.C., dan Contreras J.O. 2010. organik sebagai sumber karbon dan Bioremediation of aquaculture mengasimilasi amoniak secara langsung wastes. Evironmental biotechnology, membentuk protein seluler. Pada 21:313–317 awalnya, pertumbuhan bakteri heterotrof Ebeling J.M., Timmons M.B., Bisogni J.J. tidak dimaksudkan untuk tujuan 2006. Engineering analysis of the bioremediasi, melainkan untuk stoichiometry of photoautotrophic, merangsang pertumbuhan biomassa autotrophic, and heterotrophic bakteri heterotrof dan konsorsiumnya removal of ammonia–nitrogen in hingga dapat dimanfaatkan sebagai aquaculture systems. Aquculture, 257 sumber nutrien bagi biota akuatik. (1–4):346-358. Namun, dalam perkembangannya, [FAO] Food and Agriculture memberikan dampak positif dengan Organization. 2016. Fishery and hampir meniadakan pergantian air Aquaculture Statistics. dalam wadah budidaya udang http://www.fao.org/3/i9942t/I994 (Avnimelech 1999). Proses manipulasi 2T.pdf lingkungan untuk penanganan limbah Jackson C., Preston N., Thompson P.J., akuakultur seperti penambahan sumber Burford M. 2003. Nitrogen budget karbon, inokulasi bakteri heterotrof dan and effluent nitrogen components at nitrifikasi, serta suplai aerasi/oksigenasi

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 26

an intensive shrimp farm. Aquaculture, Aquaculture International, 10:123- 218: 397-411. 141 Koops H.P., Pommerening-Roser A. 2001. White P. 2013. Environmental Distribution and ecophysiology of the consequences of poor feed quality nitrifying bacteria emphasizing and feed management. In M.R. cultured species. FEMS Microbiology Hasan and M.B. New, eds. On-farm Ecology, 37(1): 1-9 feeding and feed management in Kowalchuk G.A., Stephen J.R. 2001. aquaculture. FAO Fisheries and Ammonia-oxidizing bacteria: A Aquaculture Technical Paper No. Model for Molecular Microbial 583. Rome, FAO. pp. 553–564. Ecology. Annual Review Microbiology, 55:485–529 Madigan M.T., Martinko J.M., Stahl D.A., Clark D.P. 2012. Brock Biology of Microorganism. Thirteenth Edition. Pearson Education, Inc. San Fransisco. Megharaj M., Venkateswarlu K., Simhapuri V. 2014. Bioremediation. Encyclopedia of Toxicology, 485– 489. Ngo H.H., Guo W., Vo T.P.T., Nghiem L.D., Hai F.I. 2017. Aerobic Treatment of Effluents From the Aquaculture Industry. In Current Developments in Biotechnology and Bioengineering: Biological Treatment of Industrial Effluents. Edited by Lee D.J., Jegatheesan V., Ngo H.H., Hallenbeck P.C., Pandey A. UK: Elsevier: 35-77 Porchas M.M., Martinez-Cordova L.R., Lopez-Elias J.A., Porchas-Cornejo M.A. 2014. Bioremediation of Aquaculture Effluents. In Microbial Biodegradation and Bioremediation. Edited by Surajit Das. USA: Elsevier. 543-555. Sparza-Leal H.M., Escobedo-Bonilla C.M., Casillas-Hernandez R., Alvarez-Ruiz P., Portillo-Clark G.,

Valerio-Garcia R.C., Hernandez

Lopez J., Mendez-Lozano J.,

Vibanco-Perez N., Magallon Barajas F.J.2009. Detection of white spot syndrome virus in filtered shrimp- farm water fractions and experimental evaluation of its infectivity in Penaeus (Litopenaeus)

vannamei. Aquaculture, 292:16-22 Vezzulli L., Chelossi E., Riccardi G., Fabiano M. 2002. Bacterial community structure and activity in fish farm sediments of the Ligurian sea (Western Mediterranean).

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 27

medicolegal (pengujian medis untuk tujuan PEMANFAATAN SERANGGA penyidikan hukum), dan penentuan waktu AKUATIK DALAM INVESTIGASI kematian korban. MacDonell and FORENSIK Anderson (1997) menyebutkan peman- faatan serangga dalam ilmu forensik Jojok Sudarso-Puslit Limnologi-LIPI [email protected]) menunjukkan tingkat keakuratan yang tinggi ketika umur jasad korban setelah 72 jam. Bagi sebagian orang bidang erangga akuatik merupakan tersebut penuh dengan tantangan komponen penting dalam tersendiri, karena berhubungan dengan proses dekomposisi materi hal-hal yang menyeramkan dan S organik kasar di ekosistem menjijikkan, keahlian dalam menganalisis perairan dan sebagian besar umur jasad korban setelah postmortem termasuk dalam organisme makro- (paska kematian), maupun tindak kriminal zoobentos (Parmenter and Lamarra, lainnya. 1991). Kurang lebih 70-90% organisme Penggunaan serangga dalam ilmu makrozoobentos yang ada termasuk forensik mungkin sudah lama digunakan. dalam golongan serangga (Fenoglio et Kurang lebih di abad ke 13, serangga al. 2014). Peran dari hewan tersebut di mulai dimanfaatkan dalam dunia forensik perairan adalah sebagai dekomposer terutama di Negara Cina, ketika ada materi organik kasar untuk dirubah korban yang meninggal akibat luka sabit menjadi partikel organik halus (fine dan jasadnya dikenali dengan bantuan particulate organic matter/FPOM maupun serangga. Hal ini terkait dengan ultra particulate organic matter/ UPOM). informasi yang diperoleh dari serangga Sebagian besar penelitian tentang antara lain: umur kematian korban, lokasi serangga akuatik ini lebih banyak pembunuhan, jarak jasad korban yang difokuskan pada: interaksi antara dilemparkan dari suatu tempat, lokasi mangsa-predator, fisiologi, dinamika yang digunakan untuk pembunuhan, trofik, kompetisi, dinamika populasi, identitas korban, dan sebagainya (Sathe pencemaran, parasitisme, taksonomi, et al. 2013; Turner, 1987). Namun tingkah laku, dan sebagainya (Merrit and perkembangan ilmu entomologi forensik Wallace, 2010). Namun, kajian sendiri di Eropa dimulai sejak tahun 1894 mengenai peran hewan tersebut dalam hingga sekarang. Dari tahun tersebut, entomologi forensik relatif belum banyak sebagian besar serangga yang diketahui khususnya di Indonesia. Dalam digunakan dalam forensik masih makalah ini akan dibahas lebih lanjut didominasi berasal dari terestrial, tentang pemanfaatan serangga akuatik dibandingkan dengan serangga akuatik dalam bidang forensik. yang berkembang belakangan (Sathe et Secara umum entomologi forensik al. 2013; Merrit and Wallace, 2010). dapat didefinisikan sebagai aplikasi Dari sebagian besar serangga yang dengan menggunakan serangga untuk ada, diantaranya: lalat penghisap (famili mengetahui/merekonstruksi adanya Calliphoridae), lalat daging kejahatan pada jasad tubuh korban (Sarcophagidae), dan beberapa spesies pembunuhan, pemerkosaan, bunuh diri, terestrial lainnya seperti Coleoptera maupun pelecehan fisik lainnya. Para ahli paling sering dimanfaatkan dalam dunia entomologi forensik seringkali diminta entomologi forensik. untuk memeriksa bukti keberadaan Tomberlin et al. (2011) menjelaskan serangga yang ditemukan pada jasad tahapan proses kolonisasi serangga korban dan menentukan berapa lama pada jasad manusia maupun hewan serangga tersebut mulai ada (Tomberlin melalui dua tahap yaitu: prekolonisasi et al. 2011). Medina et al. (2015) dan kolonisasi akhir. Tahap prekolonisasi menyebutkan ada tiga fungsi dari merupakan tahap pencarian serangga entomologi forensik yaitu: mengetahui untuk menemukan makanan yang cocok penyebab kematian, studi aspek sebagai sumber makanannya.

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 28

Sedangkan tahap kolonisasi akhir sebagai: 1). Sumber makanan utama merupakan tahap yang paling aktif dari atau yang dikenal sebagai organisme kegiatan makan dan interaksi serangga sarcophagous (pemakan daging/ dalam sebuah komunitas. Tahap karnivora) atau necrophagous (pemakan prekolonisasi sendiri terdiri dari dua bangkai/ jaringan yang telah mati), 2). aktivitas serangga yaitu: deteksi oleh Sebagai mikrohabitat untuk berlindung organ kemosensori dan fase penerimaan dari predator, 3). Tempat untuk mencari atas sumber daya makanan yang mangsa terutama golongan predator, 4). tersedia. Pada tahap kolonisasi akhir Habitat terutama serangga yang bertipe terdiri dari dua fase yaitu fase konsumsi fungsional scraper (pengikis), karena dan penyebaran. Pada tahap ini lapisan alga dan perifiton yang tumbuh serangga tersebut sudah cocok dengan di permukaan kulit korban bisa makanan dan habitat yang ada guna dimanfaatkan sebagai sumber makanan meletakkan telur untuk meneruskan (Merrit and Wallace, 2010), dan 5). keturunan. Penjelasan dari masing-masing Hanya sebagai tempat singgah fase aktivitas serangga dalam membuat sementara dan tidak berperan dalam koloni di jasad tubuh manusia maupun proses dekomposisi (Turner, 1987). hewan secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Proses kolonisasi serangga pada jasad tubuh manusia atau hewan.

Saat ini pemanfaatan serangga Secara umum lama proses akuatik dalam dunia forensik lebih dekomposisi jasad manusia di bagian difokuskan pada prediksi lamanya jasad terestrial dua kali lebih cepat tersebut terendam dalam air saat paska dibandingkan terendam dalam air (Petrik kejadian pembunuhan (dikenal sebagai et al. 2004). Percobaan dengan bangkai interval perendaman postmortem) anak babi yang diletakkan di terestrial maupun penentuan identitas jasad tanpa ditutupi kain saringan menunjukkan korban. Dalam ekosistem akuatik, hampir 90% bobot bangkai tersebut serangga akan memanfaatkan kebera- hilang di minggu pertama. daan jasad atau bangkai tersebut

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 29

Namun jika menggunakan kain dalam tubuh korban melalui rongga yang saringan penutup bisa mencapai 100 hari ada, misalnya: mulut, hidung, maupun dalam kondisi bangkai tetap kering bagian kelopak mata. Kulit manusia (Turner, 1987). Merrit and Wallace secara umum relatif sulit untuk ditembus (2010) menyebutkan lamanya proses secara langsung oleh air maupun dekomposisi jasad manusia yang serangga. Namun, adanya bekas terendam dalam lubuk sungai sayatan atau luka biasanya diperkirakan membutuhkan waktu 773 dimanfaatkan oleh serangga untuk masuk hari untuk daerah beriklim temperate ke dalam tubuh korban untuk membuat (suhu air 2 oC hingga 10,7 oC). Di sisi lain koloni. proses dekomposisi jasad ini menjadi lebih singkat ketika berada di bagian jeram sungai yaitu 364 hari (Tabel 1). Mungkin untuk daerah beriklim tropis, proses dekomposisi dapat menjadi lebih cepat lagi, karena suhu air relatif lebih tinggi (21-32oC) mampu mengoptimalkan laju metabolisme mikroba maupun organisme lainnya untuk mendekomposisi materi organik. Merrit and Wallace, (2010) menjelaskan lebih rinci lagi lima tahap proses dekomposisi pada jasad manusia ketika berada dalam air yaitu: 1). Kondisi jasad baru terendam masih dalam kondisi segar, 2). Permulaan mengapung, 3). Pembusukan mengapung, 4) Proses pembusukan disertai dengan Gambar1. Proses pembusukan jasad manusia pembengkakan, 5) Dihasilkannya materi yang terjadi di dalam air (sumber: Merrit sisa yang mengapung, dan 6). Materi sisa and Wallace, 2010). yang tenggelam (Gambar 1). Namun peneliti lainnya ada yang membagi Serangga bertipe sarcophagous atau proses dekomposisi menjadi lima tahap necrophagous mulai memanfaatkan tubuh lainnya yaitu: 1). Jasad baru terendam, korban sebagai sumber makanan. Oleh 2). Permulaan mengapung, 3). Awal sebab itu, tempat koloni serangga selain pembusukan mengapung, 4). Pembusukan rongga tubuh yang ada, biasanya mengapung tingkat lanjut, dan 5). Materi mengindikasikan petunjuk adanya luka sisa yang tenggelam. Setelah proses atau sayatan di jasad korban yang pembusukan disertai dengan kemungkinan akibat tindakan kekerasan pembengkakan, maka biomassa dari fisik. jasad korban secara berangsur-angsur akan mengalami penurunan. Lamanya waktu dari masing-masing proses dekomposisi dan penjelasan dari proses dekomposisi telah disajikan dalam Tabel 2. Serangga akuatik atau semiakuatik (sebagian dalam proses daur hidupnya bersifat akuatik) biasanya pertama kali akan meletakkan telurnya di sekitar jasad korban. Biasanya telur akan menetas 2-3 hari tergantung pada suhu lingkungan sekitarnya. Larva serangga akuatik dewasa akan membuat sarang

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 30

Tabel 2. Contoh proses dekomposisi jasad dari karkas/da yang ditemukan di Sungai Pennsylavania ging tidak (Sumber: Haefner et al. (2004) dalam Merrit dapat and Wallace, 2010). teridentifi kasi lagi Rerata Suhu Jumlah total karena Tahap Keteranga air (oC) hari sebagian dekomposisi n Jera Lubu Jera Lubu besar m k m k sudah 1. Jasad Kondisi 9,6 6,3 77 151 mengalam baru jasad i terendam tenggelam peluruhan, dan masih 5. Materi sisa Konsistensi 4,2 10,7 34 139 segar, tenggelam kulit belum mudah ada luruh dan tanda- hancur, tanda sebagian dekomposi kecil si, tahap tulang ini belulang berakhir yang ketika masih tubuh tersisa. mulai mengapun Jumlah 364 733 g ke permukaa n. Ketika serangga tersebut dalam 2. Permulaan Mulai 3,9 2 118 88 bentuk larva kemudian membentuk pupa, mengapung terjadi maka umur interval postmortem dari pembengk akan, jasad korban tersebut dapat mengapun diperkirakan. Lamanya tahapan instar g pada permukaa larva dan waktu emergence serangga ke n air, terestrial dapat menjadi petunjuk adanya pertumbuh lamanya jasad korban (Turner, 1987; an alga. Sathe et al. 2013). Disamping itu, 3. Awal Mulai 1,6 3,5 70 152 pembusukan tampak kemajuan di bidang ilmu genetik yang mengapung proses terjadi saat ini, maka sisa makanan dari pembusuk an dalam serangga dari golongan necrophagous skala pada sistem pencernaannya dapat kecil, terjadi dirunut identitas korban berdasarkan peluruhan kesamaan struktur kode genetik dari daging, hilangnya keluarga korban (Sathe et al. 2013). massa otot Pada tabel 3 telah dicantumkan atau menciutny beberapa serangga akuatik yang telah a otot diketahui berasosiasi dengan jasad kaki belakang, manusia atau bangkai hewan dalam air. mata dan jaringan lunak Tabel 3. Beberapa serangga akuatik yang mudah biasanya dimanfaatkan dalam dunia forensik lepas, kepala air tawar (sumber: Sathe et al. 2013). dan kaki tetap utuh. No Spesies Famili Durasi siklus hidup Asosiasi 4. Proses 4,1 6,7 65 242 1 Simulium sp. Simuliidae 6 minggu Manusia, hewan domestik Pembusukan pembusuk 2 Anopheles sp. Culiidae 1 minggu Manusia, hewan domestik mengapung an skala 3 Culex sp. Culiidae 1 minggu Manusia, hewan domestik lanjut besar 4 Aedes sp. Culiidae 1 minggu Manusia, hewan domestik mulai 5 Eristalis tenax Syrphidae 1 minggu Manusia, vegetasi akuatik tampak, 6 Surphus sp. Syrphidae 1 minggu Manusia rusuk dan 7 Culicoides sp. Ceratopogonidae 13-80 hari Manusia, hewan rodentia tengkorak 8 Tabanus sp. Tabanidae 1-2 bulan Manusia, kuda, anjing nampak 9 T. macer Tabanidae 1-2 bulan Manusia, kuda, anjing terlihat, 10 Chironomus riparius Chironomidae 1 minggu-beberapa Manusia. tulang tahun kaki mudah lepas, identitas

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 31

Proses simulasi dekomposisi jasad memerlukan waktu 23 hari ketika babi manusia di dalam air dapat dilakukan diletakkan di kolam dan 37 hari di pendekatan dengan menggunakan sungai British Columbia. hewan babi sebagai model Tahap tiga (pembusukan percobaannya (Petrik et al. 2004; mengapung). Tahap ini kondisi bangkai Schoenly et al. 2006). Keberadaan mengalami pembusukan dan mengapung serangga akuatik yang ditemukan pada di permukaan air. Aktivitas makan dari masing-masing tahap proses dekomposisi bangkai didominasi oleh larva lalat dapat dimanfaatkan dalam prediksi Calliphoridae pada bagian kulit yang lamanya waktu interval paska kematian terbuka. Larva kumbang Silphidae, babi. Berikut ini contoh dari tahapan Histeridae, dan Staphylinidae memiliki proses dekomposisi bangkai babi dalam kelimpahan yang tinggi untuk mencari ekosistem akuatik sebagai model mangsa dan kopulasi (kawin). Serangga percobaannya. akuatik seperti Diptera Simuliidae mulai Tahap pertama (bangkai baru muncul melekat pada daging bangkai terendam). Ketika babi baru mati dan nimfa Plecoptera (Perlodidae) aktif ditenggelamkan dalam air sungai. Tahap mencari mangsa dari lalat Simuliidae ini merupakan tahap permulaan dari tersebut. Lamanya waktu di tahap ini proses dekomposisi. Beberapa larva juga bervariasi dari mulai 8 hari (daerah serangga air seperti: Trichoptera Indiana) hingga 331 hari (British (Hydropsychidae), Diptera Columbia) di bagian lubuk atau kolam. (Chironomidae), Ephemeroptera Namun untuk daerah jeram sungai 24 (Heptageniidae) mulai ditemukan pada hari (daerah Indiana) hingga 331 hari habitat jeram maupun lubuk sungai. (daerah British Columbia). Gas yang Biasanya pada tahap ini, butuh waktu 2- dihasilkan pada tahap ini cukup besar 13 hari sebelum bangkai babi tersebut sehingga sebagian dari isi abdomen mengalami pembengkakan dan dapat keluar, namun masih kondisi mengapung di permukaan air. mengapung. Tahap kedua (permulaan Tahap empat (pembusukan mengapung). Terjadi ketika bangkai babi mengapung tahap lanjut). Pada tahap ini mulai mengapung ke permukaan air. bangkai masih tetap mengapung di Adanya gas yang dihasilkan selama permukaan air. Sebagian besar jaringan proses respirasi bakteri anaerob di pada tubuh bangkai akan terbuka dan bagian abdomen mampu mendorong kegiatan makan dari belatung lalat bangkai tersebut untuk muncul ke masih terus berlangsung. Daging mulai permukaan air. Pada tahap ini bangkai menunjukkan peluruhan dan artikulasi yang ada dapat mengundang kehadiran tulang mulai mudah lepas. Serangga air serangga terestrial lainnya maupun dari larva Chironomidae dan Simuliidae serangga akuatik guna membuat koloni. mulai membuat kolonisasi bangkai yang Lalat famili Calliphoridae, Muscidae, dan masih terendam air. Durasi dari tahap Sarcophagiadae akan tertarik meletak- empat ini di bagian jeram sungai kan telur pada bangkai yang menga- berlansung dari 12 hari (daerah Indiana) pung di permukaan air. Kumbang hingga 171 hari (daerah Bristish Silphidae dan Staphylinidae memakan Columbia), dan 8 hari (daerah Indiana) larva lalat maupun bangkai hewan. hingga 161 hari (daerah British Larva serangga akuatik seperti Columbia) pada daerah lubuk sungai. Hydropsychidae, Chironomidae, dan Larva Trichoptera sebagain besar sudah Heptageniidae masih ditemukan dalam dalam bentuk pupa. Kondisi ini dapat bangkai tersebut. Lamanya proses ini menjadi petunjuk untuk prediksi lamanya sangat tergantung dari kondisi waktu perendaman paska kematian. lingkungan setempat dari mulai 8 hari Tahap Lima (materi sisa yang pada bagian jeram dan 6 hari pada tenggelam). Pada tahap ini ditunjukkan bagian lubuk di sungai Amerika Serikat. dengan bangkai yang tersisa hanya Namun penelitian lainnya menunjukkan berupa tulang dan potongan kulit di

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 32

substrat dasar. Gas yang dihasilkan dari Petrik M. S., N.R. Hobischak, and G. S. respirasi bakteri anaerob dalam tubuh Anderson. 2004. Examination of korban mulai hilang. Serangga terestrial Factors Surrounding Human yang tersisa pada tubuh korban akan Decomposition in Fresh Water: A hilang (MacDonell and Anderson, 1997). Review of Body Recoveries and Proses dekomposisi pada tahap ini sudah Coroner Cases in British Columbia. dianggap sempurna. Serangga akuatik Can. Soc. Forensic Sci. J., 37(1):9-17. yang ada hanya berupa larva Sathe T. V., A. Sathe, and N.T. Sathe. Chironomidae dan Ephemeroptera 2013. Diversity Of Dipterous Ephemerellidae yang masih ditemukan Forensic Insects From Western pada sisa bangkai (Merrit and Wallace, Maharashtra, India. International 2010). Journal of Pharma and Bio Sciences, Dari penjelasan diatas menunjukkan 4(2): 173 – 179. serangga akuatik memiliki prospek yang Schoenly K.G., N.H. Haskell, D.K. Mills, C. tinggi untuk dikembangkan lebih lanjut Bieme-Ndi, K. Larsen, and Y. Lee. dalam dunia ilmu forensik di masa 2006. Recreating Death's Acre in the mendatang. Sehingga dapat digunakan School Yard: Using Pig Carcasses as sebagai alat bukti baru maupun Model Corpses, to Teach Concepts of pelengkap dalam mengungkap tindak Forensic Entomology & Ecological kejadian kriminal khususnya yang terjadi Succession. The American Biology di lingkungan akuatik. Hal ini ditujukan Teacher, 68:402-410. dengan semakin kompleknya dalam Tomberlin J.K., R. Mohr, M.E. Benbow, mencari barang bukti ketika banyaknya A.M. Tarone, and S. VanLaerhoven. kejadian pembunuhan dengan tubuh 2011. A Roadmap for Bridging Basic korban yang dibuang maupun and Applied Research in Forensic ditenggelamkan dalam air. Entomology. Annu. Rev. Entomol., 56:401–421. Daftar Pustaka Turner B. 1987. Forensic Entomology: Fenoglio S., R.W. Merritt, and K.W. Insect against Crime. Sci.Prog. Oxf., Cummins. 2014. Why do no 71: 133-144. specialized necrophagous species exist among aquatic insects?. Freshwater Science, 33(3):711–715. MacDonell N. and G. Anderson.1997.

Aquatic Forensic determination of Time Since Submergence Using Aquatic Invertebrates. Technical Report. Canadian Police Research Centre. 25 hal. Medina A.G., O.S. Hernando, and G.J.

Rios. 2015. The Use of the

Developmental Rate of the Aquatic

Midge Chironomus riparius (Diptera, Chironomidae) in the Assessment of the Postsubmersion Interval. J Forensic Sci., 60 (3): 822-826 Merrit R.W. and J.R. Wallace. 2010. The Role of Aquatic Insects in Forensic Investigations. In: J.H. Byrd and J.L. Castner. Forensic entomology: The Utility of arthropods in Legal investigations.second Edition.CRC press.Boca Raton, Florida. 271-320 hal.

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 33

Basin Management (ILBM). Fitur utama LAKES adalah untuk memungkinkan Sekilas Warta pengguna mencari atau menambang (mining) publikasi atau dokumen sampai pada tingkat kalimat. Pencarian kalimat Knowledge Database – dalam publikasi atau dokumen dilakukan Pengembangan LAKES Database berdasarkan hubungan antara semua Untuk Interaksi Regional Diantara kalimat dalam semua publikasi atau Anggota SEALNet dokumen dan dari kombinasi kata-kata (Southeast Asia Limnological thesaurus yang telah ditentukan. Ini Network) berbeda dengan pencarian berbasis kalimat yang konvensional karena perangkat lunak ini akan mencari Luki Subehi*1; Aan Dianto1; Imroatushshoolikhah1 hubungan antar kalimat yang berasal 1Pusat Penelitian Limnologi dari publikasi atau dokumen yang telah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dimasukan. Selain itu, Kumpulan kata *e-mail: [email protected] dalam thesaurus dapat diatur

Pusat Penelitian Limnologi, Lembaga menggunakan Bahasa Indonesia, hal ini Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bertujuan untuk memudahkan pencarian menyelenggarakan Konferensi kata dalam publikasi atau dokumen yang Internasional tentang Limnologi Tropis sebagian besar diterbitkan dalam format 2019 (27 - 30 Agustus, 2019). Acara Bahasa Indonesia. tersebut berlangsung selama empat hari Dalam rangka mempersiapkan bertempat di Hotel Salak - The Heritage, LAKES Database untuk diperkenalkan dan Bogor, Indonesia diterapkan pada pertemuan SEALnet (https://www.troplimno2019.or.id). sebagai bagian dari Konferensi Beberapa acara paralel Internasional mengenai agenda Limnologi dilaksanakan bersamaan dengan Tropis, tim dari Pusat Penelitian Limnologi konferensi tersebut. Pada hari pertama bekerja sama dengan Universiti Sains diselenggarakan Workshop of Malaysia (USM) - Fakultas Ilmu Biologi International Field Biology Course (IFBC- dan Laguna Lake Development Authorty DIWPA) yang bekerja sama dengan (LLDA) Filipina (Gambar 2). USM dan Universitas Kyoto pada tanggal 27 LLDA melakukan beberapa tinjauan dan Agustus 2019. Selanjutnya, Pusat uji coba pada program ini. Sebelum Penelitian Limnologi mendirikan Forum LAKES Database ini diperkenalkan pada Danau Nasional pada 28 Agustus dan SEALnet, tim Pusat Penelitian Limnologi Pertemuan Ilmiah Tahunan Masyarakat melakukan beberapa diskusi dengan Limnologi Indonesia pada hari terakhir, direktur ILEC Prof. Masahisa Nakamura 30 Agustus. Bersamaan dengan sebagai pengembang LAKES melalui aplikasi video conference Skype (Gambar konferensi tersebut, South East Asian Limnological Network (SEALNet) juga 1). Tim mengidentifikasi dan melakukan pertemuan ke-2 pada mengumpulkan beberapa publikasi dan tanggal 29 Agustus 2019. Dalam acara dokumen untuk dimasukkan pada ini, SEALNet terlibat aktif dengan program ini dan juga membahas International Lake Environment Committee beberapa masalah yang ditemukan (ILEC) memperkenalkan aplikasi program selama uji coba. Target kami adalah LAKES Database untuk kawasan ASEAN di dapat memasukkan seluruh publikasi dan bawah anggota SEALNet. dokumen yang dimiliki oleh Pusat Penelitian Limnologi ke dalam LAKES LAKES adalah singkatan dari Learning Acceleration dan Knowledge Database. Enhancement System, adalah sistem Setelah didiskusikan selama pencarian berbasis pengetahuan yang pertemuan SealNet, beberapa saran secara khusus dikembangkan untuk telah dicatat untuk terus mengembangkan memfasilitasi analisis Integrated Lake sistem LAKES. Sudah ada tiga negara Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 34

yang telah menerapkan sistem ini, Pusat Penelitian Limnologi (Indonesia), USM Kunjungan Tim Kegiatan Teknopark Pengelolaan Perairan dan Sumber (Malaysia), dan LLDA (Filipina). Untuk tujuan lebih lanjut, sistem ini dapat Daya Perikanan ke Petani Ikan di Samosir digunakan secara luas di lembaga- lembaga lain di kawasan negara-negara

ASEAN dan dapat mendukung diskusi Tim Kegiatan Teknopark Pengelolaan ilmiah dan berbagi ilmu pengetahuan. Perairan dan Sumber Daya Perikanan di Kabupaten Samosir bersama Kepala Balai Benih Ikan Kabupaten Samosir, Kepala Bidang Perikanan dan Petugas Penyuluh Lapangan mengadakan kunjungan ke para petani Pokdakan Sepakat Cianjur Mula Samosir pada 12 Juli 2019. Kunjungan ini bertujuan untuk memberikan pembinaan kepada Gambar 1. Diskusi antara Prof Nakamura kelompok tani tentang pendederan ikan dan tim P2L melalui Skype. di kolam darat dan pengemasan bibit

ikan yang akan dikirim ke pokdakan. Bibit ikan tersebut dihasilkan oleh Balai Benih Ikan Kabupaten (BBI) Samosir. BBI saat ini sudah dapat menyediakan sebagaian kebutuhan bibit ikan di Kabupaten Samosir. (Yovita)

Gambar 2. Pertemuan SEALNet pada acara International Conference on Tropical Limnology 2019.

Gambar 3. Direktur ILEC, Prof. Masahisa Pelatihan Produksi Massal Agen Nakamura memberikan materi tentang Bioremediasi di BLUPPB Karawang program LAKES Database pada forum pertemuan SEALNet. Tim Kegiatan Teknopark Pengelolaan Perairan dan Sumber Daya Perikanan di Kabupaten Samosir Pusat Penelitian Limnologi LIPI mengadakan pelatihan produksi masal agen bioremediasi di BLUPPB Karawang pada 11-12 Juli 2019 yang diikuti oleh para perekayasa, staf laboratorium dan teknisi lapangan. Acara dibuka oleh Ir. Widi Riyanto yang Gambar 4. Kepala Pusat Penelitian Limnologi menyampaikan bahwa kegiatan ini memberikan kenang-kenangan kepada Prof. merupakan kerjasama untuk Masahisa Nakamura (ILEC) atas mengaplikasikan penelitian agen dukungannya dalam pertemuan SEALNet. bioremediasi pada budidaya udang vaname serta sebagai tranfer teknologi

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 35

kegiatan produksi massal agen (Balai Riset Perikanan Budidaya Air bioremediasi yang akan diaplikasikan Tawar dan Penyuluhan Perikanan/ selama siklus produksi vaname di tambak BRPBATPP) dibuka oleh Sudion Tamba dan bak. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pada hari pertama peserta Kabupaten Samosir. Koordinator mendapatkan materi tentang kegiatan Dr. Sekar Larashati, M.Si “karakteristik dan teknik kultur agen mengatakan acara ini bertujuan untuk bioremediasi” dan kegiatan praktek memaparkan kegiatan penelitian penyiapan dan sterilisasi media kultur mengenai upaya konservasi ikan batak massal agen bioremediasi. Selanjutnya yang dilakukan di Desa Bonan Dolok pada hari kedua dilaksanakan kegiatan Kab. Samosir oleh Puslit Limnologi serta praktek lanjutan penyiapan inokulan melakukan pengambilan data mengenai untuk kultur massal dan teknik produksi persepsi masyarakat sekitar Danau massal agen bioremediasi (Scale Up Toba/Samosir terhadap konservasi ikan Production), serta proses inkubasi media. batak dan ekowisata melalui FGD dan Dr. Ir. Imam Rusmana, M.Si menjelaskan kuesioner. kepada peserta karakteristik mikroba Pada FGD ini Dr. Iwan Ridwansyah serta teknik kultur agen bioremediasi dari Puslit Limnologi LIPI memaparkan untuk menjaga kualitas air budidaya tentang Karakteristik Sungai Bonan Dolok udang vaname. (Yovita) sebagai Dasar Konservasi Ihan, Dr. Haryono, MSi dari Puslit Biologi LIPI menyampaikan tentang Pengenalan dan Pemanfaatan Ikan Batak, dan Drs. Jojo Subagja dari BRPBATPP-KKP menyampaikan materi berjudul Ihan Batak Komoditas Strategis di Kawasan Samosir. Pada akhir acara Dr. Sekar Larashati menyampaikan bahwa Pemda Samosir mendukung kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Puslit Limnologi terkait dengan konservasi ikan batak secara in situ dan pengembangan ekowisata diperlukan lokus-lokus wisata yang tidak hanya ikan batak saja. (yovita) Focus Group Discussion Upaya Konservasi Ikan Batak dan Potensinya untuk Ekowisata di Desa Bonan Dolok, Kabupaten Samosir

Pusat Penelitian Limnologi LIPI mengadakan Focus Discussion Group (FGD) bertema Upaya Konservasi Ikan Batak dan Potensinya untuk ekowisata di Desa Bonan Dolok, Kabupate Samosir pada 25 Juli 2019, acara yang dihadiri perwakilan Masyarakat Desa Bonan Dolok Kabupaten Samosir, Dinas Pertanian bidang Perikanan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pariwisata, Bappeda, Sekretaris Daerah, tim dari LIPI (Puslit Limnologi dan Biologi), dan KKP Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 36

Pemanfaatan Gedung Balai Pertemuan LIPI dengan Pemerintah Latihan Kerja dan Pengembangan Kabupaten Bogor Inovasi Usaha Kopi, KegiatanTeknopark Pengelolaan Perairan dan Sumberdaya Biro Kerjasama Hukum dan Humas LIPI

Perikanan di Kabupaten Samosir (BKHH) mengadakan pertemuan dengan Pemerintah Kabupaten Bogor yang

membahas tindak lanjut MoU antara LIPI Kegiatan Teknopark Pengelolaan dengan Pemerintah Kabupaten Bogor Perairan dan Sumberdaya Perikanan di pada 8 Juli di Pusbindiklat LIPI. Acara ini Kabupaten Samosir mengadakan (Focus dihadiri oleh pimpinan satuan kerja LIPI Disscussion Group) yang bertema di kawasan Cibinong Scince Center Pengembangan Usaha Kopi dan pimpinan satuan kerja pemerintah Pemanfaatan Balai Latihan Kerja (BLK) daerah Bogor. Kedua belah pihak sebagai Gedung Tekhnopark Samosir berkomitmen akan menindaklanjuti MOU pada 26 Juli 2019 dihadiri para stake yang telah ditandatangani pada 21 holder BLK, Puslit Limnologi, Puslit Februari 2019 dengan Perjanjian Teknologi Tepat Guna, Pusat Kerjasama (PKS) antara Puslit Limnologi Pengembangan dan Pemanfaatan dengan Bapeda Litbang, Biro Umum Inovasi dan Iptek (P2II- LIPI) dan Usaha dengan PUPR, Dinas UMKM dengan Kopi di Ruang Pertemuan. Pusat Pemanfaatan Inovasi dan Iptek Acara dibuka oleh Kepala Bidang (PPII-LIPI), Dinas Lingkungan Hidup UKMK, mengatakan bahwa BLK tidak dengan Kedeputian Ilmu Pengetahuan hanya dapat melatih pencari kerja yang Hayati (Deputi IPK LIPI). Potensi kerja ada di Samosir tetapi akan memproduksi sama ini diharapkan dapat mengop- barang tertentu yang salah satunya hasil timalisasi kawasan Cibinong Science pertanian yaitu kopi. Kegiatan dilanjut- Center LIPI dan Pemerintah Kabupaten kan dengan presentasi pengenalan Bogor melalui mekanisme yang sesuai tentang kegiatan Teknopark Samosir oleh dengan aturan yang ada. (Yovita) Dr. Tri Widiyanto. Tri mengatakan bahwa target RPJMN adalah peningkatan SDM dan produk IPTEK yang merupakan prioritas dan hal ini ada pada kegiatan pengembangan kopi yang dapat menjadi pengungkit Kabupaten Samosir maju. Selanjutnya Buki Suwarno dari P2II- LIPI menyampaikan tentang value added setiap produk agar lebih menarik.

Kegiatan ini diakhiri dengan diskusi dan kunjungan ke Pengusaha Pengepool Kopi Samosir (Arabica dan Robusta) dan Kunjungan ke Pengusaha Pembuatan kopi Diseminasi Teknologi IMTA bubuk. (Yovita)

Pusat Penelitian Limnologi-LIPI mengadakan Diseminasi Teknologi IMTA (Integrated Multi-thropic Aquaculture) yang bertema Pemanfaatan Tumbuhan Mata Lele untuk Pakan Ikan pada 26 November 2019 bertempat di Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 37

Kabupaten Bandung, UPTD Balai Benih Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Ikan, Kabupaten Bandung. Acara ini Penelitian Limnologi tahun 2019 yang dihadiri oleh penyuluh perikanan dan bertema Teknologi Penyehatan Danau petani ikan dari kelompok pembudidaya untuk Mendukung Usaha Budidaya ikan Kabupaten Bandung. Pada Perikanan dan Pariwisata pada 7 pembukaan acara Ishak Effendi, Kepala November 2019 di Lubuk Basung, Agam, Bidang Budidaya Dinas Ketahanan Sumatera Barat yang dihadiri oleh Wakil Pangan dan Perikanan menyampaikan Bupati, Trinda Farhan Satria, ST.MT dan bahwa diseminasi ini diharapkan dapat beberapa instansi terkait antara lain sering diselenggarakan agar hasil Balitbang Prov. Sumatera Barat, Pemda penelitian dapat diketahui dan Kab Tanah Datar, PLN, SKPD terkait di dimanfaatkan oleh masyarakat. Kabupaten Agam, perwakilan nagari Drs. Tjandra Chrismadha, M.Phil, selingkar danau. Pada acara ini Kapuslit menyampaikan presentasi tentang IMTA, Limnologi LIPI, Dr. Fauzan Ali yaitu salah satu alternatif teknik yang menyerahkan hasil kajian yang dikemas dapat digunakan untuk menekan biaya menjadi sebuah Policy Brief kepada pakan, karena pakan merupakan salah Trinda Farhan Satria, ST, MT, beliau satu komponen utama yang membutuhkan mengatakan hasil penelitian ini dapat pembiayaan yang relatif tinggi dalam dipahami dengan baik oleh pembuat kegiatan budidaya khususnya pada kebijakan di daerah untuk dijadikan aspek pembesaran. Lemna perpusilla referensi dalam pengelolaan Danau merupakan salah satu jenis tumbuhan air Maninjau yang berkelanjutan. yang dapat tumbuh dengan Pada serangkaian acara Expose memanfaatkan kelebihan nutrien dalam Hasil Penelitian tentang Danau Maninjau air dengan kandungan protein yang diadakan kunjungan ke lokasi penelitian cukup tinggi dan berpotensi menjadi di Nagari Sungai Batang yang sumber alternatif pakan/bahan baku terpasang beberapa teknologi pakan untuk kegiatan perikanan alternative budidaya ikan teknologi IMTA budidaya. Pusat Penelitian Limnologi di kolam darat sebagai pengalihan telah melakukan uji coba di Maninjau, aktivitas karamba jaring apung (KJA) Kalapanunggal, Cibinong terkait yang tidak ramah lingkungan. Pada pemanfaatan Lemna sebagai alternatif kesempatan dilakukan penebaran benih pakan/bahan baku pakan. (Yovita) Ikan Bada dan Ikan Asang sebanyak 60.000 ekor, hasil budidaya peneliti UPT Loka alih Teknologi Penyehatan Danau LIPI di Maninjau. Pada kunjungan ini Dr. Fauzan Ali mengatakan 8 Nagari di sekeliling Danau Maninjau diharapkan terinspirasi dengan kegiatan di Sungai Batang, sehingga Danau Maninjau kembali sehat, keindahan dan ikan asli danau dapat menjadi mata pencaharian masyarakat nelayan di sekitarnya.

(Yovita)

Expose Limnologi 2019 Teknologi Penyehatan Danau untuk Mendukung Usaha Budidaya Perikanan dan Pariwisata

Pusat Penelitian Limnologi-LIPI mengadakan Expose Limnologi Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 38

INISIASI KERJASAMA PUSLIT LIMNOLOGI-LIPI DENGAN Kerjasama Pusat Penelitian PEMKAB SOLOK Limnologi- LIPI dengan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang

Kepala Pusat Penelitian Limnologi LIPI, Dr. Fauzan Ali, M.Sc mengadakan kunjungan Pusat Penelitian Limnologi - LIPI menjalin ke Pemerintah Kabupaten Solok pada 27 kerjasama dengan Dinas Kelautan dan November 2019 yang diterima langsung Perikanan Pemerintah Kabupaten Deli oleh Bupati beserta jajarannya. Pada Serdang dalam bidang perikanan. Pada pertemuan ini membahas rencana 28 November 2019 diselenggarakan kerjasama penelitian danau-danau di peresmian pengoperasian Balai Benih Sumatera Barat, khususnya Danau Ikan Air Tawar di Desa Kengau Seprang, Singkarak dan Danau Kembar (Danau Tanjung Morawa oleh Bupati Deli Diatas dan Danau Dibawah) pada tahun Serdang, Ashari Tambunan. Pada 2020. sambutannya beliau berterimakasih Dr. Fauzan Ali, M.Sc menyampaikan kepada LIPI yang memberikan dukungan bahwa kedua danau tersebut mengalami dan membantu mengembangkan penurunan produksi ikan asli danau, perikanan di Deli Serdang. Ashari khususnya ikan bilih di Danau Singkarak berharap kerja sama seperti ini dapat dan penurunan kualitas air danau yang diikuti oleh dinas lainnya yang mengakibatkan kematian massal ikan, memanfaatkan potensi di Deli Serdang diharapkan dari kerjasama ini akan untuk kemajuan masyarakat. Dr. Tri meningkatkan kesadaran masyarakat Widiyanto mewakili Kepala Pusat dalam melestarikan ekosistem danau Limnologi-LIPI menyampaikan bahwa yang berpotensi pada kesejahteraan kegiatan kerjasama ini sebagai langkah nelayan dan pariwisata. Beliau awal transfer teknologi kepada menambahkan hal ini merupakan langkah masyarakat. awal yang baik bagi peneliti Puslit Bupati menambahkan dengan Limnologi LIPI dalam melakukan kajian memajukan bidang perikanan dapat yang mendalam yang hasilnya dapat memajukan kesejahteraan masyarakat di menjadi rujukan kebijakan pemerintah Deli Serdang. Balai Benih Ikan Air Tawar daerah dalam upaya menyehatkan ini dapat menjadi tempat pelatihan danau-danau. (Yovita) kelompok pembudidaya ikan dan benihnya dapat dibagikan kepada pembudidaya, sebagai kunjungan siswa sekolah sehingga siswa mengetahui bahwa bidang perikanan dapat diandalkan untuk kesejahteraan di Deli Serdang. (Yovita)

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 39

Pelatihan Teknik Sampling Air dan Kerjasama Puslit Limnologi-LIPI Air Limbah dengan Pemerintah Kabupaten Samosir Pusat Penelitian Limnologi - LIPI mengadakan pelatihan teknik sampling air dan air limbah yang diikuti oleh peneliti dan teknisi litkayasa pada 4 Desember 2019 bertempat di Puslit Limnologi – LIPI dan Situ Cibuntu Cibinong Science Center. Materi pelatihan disampaikan oleh Deni Suherman dan tim dari PT. EOS Consultant selama 2 hari tentang materi dan praktek di lapangan. Kerjasama Puslit Limnologi-LIPI melalui Pelatihan ini bertujuan untuk menghasil- kegiatan Teknopark Pengelolaan kan data yang valid dan dapat Perairan dan Sumberdaya Perikanan di dipertanggungjawabkan karena Samosir dengan Pemerintah Kabupaten sampling memegang peranan penting Samosir berlangsung selama lima tahun. yang akan mempengaruhi data hasil Pada 11-15 Desember 2019 diadakan analisis. Deni mengatakan apabila serangkaian kegiatan sebagai terdapat kesalahan dalam pengambilan manifestasi pelaksanaan kerjasama contoh, maka contoh yang diambil tidak kedua belah pihak. Diawali dengan representatif sehingga ketelitian, kegiatan Penyuluhan Keamanan Pangan keunggulan metode, peralatan yang bertempat di Dinas Tenaga Kerja dan canggih akan menjadi sia-sia dan Koperasi Kabupaten Samosir pada 12 kesimpulan yang diambil akan salah. Desember 2019 dihadiri oleh pelaku Sugiarti, M.Si, Peneliti Puslit Limnologi-LIPI UMKM dan dibuka oleh Kepala Dinas berharap dapat diadakan pelatihan - Tenaga Kerja Victor Simbolon, M.Pd, pelatihan dengan materi lain yang beliau menyampaikan terimakasih bermanfaat untuk menunjang kegiatan kepada LIPI selama ini telah memfasilitasi penelitian bagi peneliti maupun teknisi kegiatan untuk masyarakat Samosir, Ir. litkayasa. (Yovita) Widi Riyanto mewakili Puslit Limnologi- LIPI menyampaikan Samosir diharapkan menjadi tempat destinasi wisata yang menyenangkan baik keindahan alam maupun produk makanan yang dapat dinikmati oleh wisatawan dari dalam dan luar negeri, Selanjutnya peserta mendapat materi tentang Keamanan Pangan yang disampaikan oleh Jalamar

Sitanggang, SSi. Apt, Sekretaris Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Samosir. Kegiatan penyuluhan ini

merupakan salah satu proses yang dilalui untuk mendapakan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) bagi para pelaku UMKM. Pada 14 Desember 2019 diadakan kegiatan Pelatihan Penggunaan Pengolah Kopi bertempat di Kawasan Sains Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 40

Teknopark Samosir yang dibuka oleh memanfaatkan BLK (Balai Lapangan Kepala Disnaker Koperindag, Victor Kerja). Ilmu Pengetahuan yang difasilitasi Simbolon, M.Pd. Beliau sangat oleh LIPI dapat dimanfaatkan oleh bergembira dapat bekerja sama dengan masyarakat melalui Pemerintah Daerah LIPI, karena dengan penyelenggaraan Samosir agar kehidupan masyarakat pelatihan, masyarakat mendapatkan dapat lebih baik dan meningkat manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan perekonomiannya dengan kesejahteraan. Widi Riyanto, mewakili majunya potensi pariwisata dan produk LIPI mengatakan bahwa kegiatan ini makanan lokal yang bersertifikasi PIRT akan dikemas dengan diskusi yang dapat (Produk Industri Rumah Tangga) dan memberikan motivasi kepada para Produk Halal. (Yovita) penggiat kopi untuk mengembangkan usahanya. Materi pelatihan disampaikan oleh Tejo Purnomo, Owner Café Ranin Bogor, beliau mengatakan bahwa sudah menggeluti kopi sejak 2012 diawali dengan mengadakan acara pertemuan gratis kepada konsumen. Ranin (Rumah Kopi Petani Indonesia) menampilkan produk kopi dari para petani, sehingga mereka ikut terlibat proses awal dari petani sampai saat kopi diseduh. Tejo menambahkan pada 2014 mereka belajar dari petani di Bogor yang memunculkan kecintaan kita pada kopi dan memperlakukan kopi dengan baik. Tejo berharap penggiat kopi di Samosir dapat menampilkan suasana dan rasa kopi yang otentik didukung oleh alam yang indah. Selanjutnya materi tentang penggunaan alat penyangrai kopi dan alat huller (alat pengupas kopi gabah) disampaikan oleh Ir. Dadang Dayat Hidayat, M.Eng Sc dan Taufik Yudhi dari Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna -

LIPI.

Pada hari yang sama juga diselenggarakan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik di perkebunan kopi milik petani bertujuan untuk mengembangkan kopi organik di Kabupaten Samosir yang disampaikan Dr. Sarjiya Antonius dan Entis Sutisna dari Pusat Penelitian Biologi- LIPI. Tiga rangkaian kegiatan telah diselenggarakan oleh LIPI dan Pemerintah Kabupaten Samosir yaitu Penyuluhan Keamanan Pangan, Pelatihan Penggunaan Peralatan Kopi dan Pembuatan Pupuk Organik. Kegiatan ini merupakan peluang bagi masyarakat Kabupaten Samosir menjadi mandiri dan sejahtera yang dapat dicapai dengan

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 41

Jurnal Tang, C., X.Z. Han, Y.F. Qiao, S.J. Zheng. 2009. Phosphorus deficiency does not enhance proton release by roots of soybean

[Glycine max (L.) Murr.]. Environ. Exp. Bot., PEDOMAN PENULISAN 67:228-234. Warta Limnologi – ISSN 0251-5168 Nasution, S.H., Sulistiono, D. S. Sjafei, dan G.

S. Haryani. 2007. Distribusi Spasial dan Warta Limnologi terbit enam (6) bulan sekali, Temporal Ikan Endemik Rainbow Selebensis memuat makalah yang bersifat ilmiah semi (Telmatherina celebensis Boulenger) di Danau popular, ulasan atau komentar, ringkasan Towuti, Selatan. Jurnal Penelitian hasil penelitian mutakhir, informasi tentang Perikanan Indonesia. Edisi Sumber Daya dan penelitian, buku, majalah, seminar, pelatihan, Penangkapan, 13(2):95-104. yang telah/akan dilakukan baik di dalam lingkungan P2L maupun di luar P2L, nasional dan internasional. Buku Bowie, G.L, W.B. Mills, D.B. Porcella, C.L. Campbell, J.R. Pagenkopf, G.L. Rupp, K.M. FORMAT Johnson, P.W.H. Chan, S.A. Gherini, and C.E. Makalah diketik dengan Microsoft Word, Chamberlin. 1985. Rates, Constants, and Times New Roman, Font 12, ukuran kertas A4, Kinetics Formulations in Surface Water Quality tepi kiri dan atas 4 cm, kanan dan bawah 3 Modeling (Second Ed.). U.S. Environmental cm, dengan jarak 1 spasi, dalam Bahasa Protection Agency. 471p. Indonesia sesuai EYD. Batasan untuk makalah Nasution, S. H. 2000. Ikan Hias Air Tawar ilmiah semi populer adalah 4-8 halaman, RAINBOW. Penebar Swadaya. 96 hal. sedangkan untuk ringkasan tidak lebih dari 4 halaman. Buku dengan editor Contoh penulisan judul, nama penulis, dan Nasution, S.H. 2013. Ekobiologi Sebagai lembaga afiliasi penulis: Dasar Konservasi dan Pengelolaan Ikan

PERAN PUSAT PENELITIAN LIMNOLOGI- Endemik striata di Danau Towuti, LIPI DALAM MENCERDASKAN KEHIDUPAN Sulawesi Selatan. hal. 261-284. Dalam H. Z. BANGSA: SEBUAH OTOKRITIK DARI Anwar dan H. Harjono (Ed.) Perspekstif DIMENSI MODAL SOSIAL terhadap Kebencanaan dan Lingkungan di (Dede Irving Hartoto-Puslit Limnologi LIPI) Indonesia, Studi kasus dan pengurangan [email protected] dampak risikonya. Buku Bunga Rampai.

Penulisan satuan menggunakan Standar Prosiding Internasional (SI). Exponen negatif digunakan Radjagukguk, B. 1990. Pengelolaan untuk menyatakan satuan penyebut. Contoh: produktivitas lahan sawah gambut. hal. 217- mg.L-1, bukan mg/L. Satuan ditulis 235. Dalam A. Agusli, M.H. Abas, Yurnalis menggunakan spasi setelah angka, kecuali (Eds.). Prosiding Pengelolaan Sawah Bukaan untuk menyatakan persen. Contoh: 37 oC, Baru Meningkatkan Swasembada Pangan bukan 37oC; 0,8%, bukan 0,8 %. Penulisan dan Program Transmigrasi. Padang, 17-18 desimal menggunakan koma. Penulisan September 1990. ribuan dipisahkan oleh tanda titik. Seluruh [AVRDC] Asian Vegetable Research and tabel dan gambar harus dirujuk dalam teks. Development Center. 1992. Vegetable Soybean Production. Proceedings of a Daftar pustaka ditulis berdasarkan urutan Training Course. Chiang May. Thailand, 18- abjad dari nama akhir penulis pertama. 24 February 1991 Pustaka dengan nama penulis (kelompok penulis) yang sama diurutkan secara kronologis. Apabila ada lebih dari satu Disertasi/Tesis pustaka yang ditulis penulis (kelompok Crowe, S.A. 2008. Biogeochemical cycling in penulis) yang sama pada tahun yang sama, iron-rich Lake Matano, Indonesia: An early maka huruf ’a’, ’b’ dan seterusnya ocean analogue [Dissertation]. Montreal: ditambahkan setelah tahun. McGill Univ. 165pp. Beberapa contoh penulisan datar pustaka adalah sebagai berikut: Internet Anonim. 2015. TWA Danau Matano. Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan. Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 42

http://www.ksda-sulsel.org/kk/kpa/twadm, diakses 22 Mei 2016

Warta Limnologi – No. 63/Tahun XXXII Desember 2019 43