TIPOLOGI ‘LIVABLE AREA’ DI KABUPATEN , JAWA BARAT

Bintang Aulianissa [email protected]

Rini Rachmawati [email protected]

Intisari

Kelayakan dan kenyamanan huni merupakan suatu konsep perencanaan yang harus dijadikan tujuan utama pemerintah maupun developer untuk merencanakan atau membangun suatu wilayah. Penelitian berada di Kabupaten Kuningan, terletak diantara Kabupaten dan Kabupaten Majalengka. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1) Mendeskripsikan karakteristik livable area di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, 2) Menyusun tipologi livable area di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Data utama dalam penelitian ini adalah data Potensi Desa (PODES) Kabupaten Kuningan tahun 2014, kecamatan dalam angka 2014 Kabupaten Kuningan, dan peta RBI. Teknik analisis data menggunakan analisis matematis dengan menggunakan Microsoft excel dengan rumus perhitungan Inferensial Konfidensi Rata-rata untuk mengetahui tingkatan dari masing-masing kecamatan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 karakteristik livable area dan 9 tipologi livable area di Kabupaten Kuningan. Kelima karakteristik tersebut adalah ; 1) Tingkat Keamanan dari Kriminalitas, 2) Sosial Budaya dan Masyarakat, 3) Kenyamanan Bermukim, 4) Ketersediaan Fasilitas Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan, dan Akomodasi serta Komunikasi, dan 5) Tingkat Keamanan dari Bencana Alam. Sedangkan kesembilan tipologi tersebut adalah : a) Cenderung Tinggi, b) Cenderung Sedang, c) Sedang, d) Rendah Tingkat I, e) Rendah Tingkat II, f) Tinggi Tingkat I, g) Tinggi Tingkat II, h) Sedang Tingkat I, dan i) Sedang Tingkat II. Kata Kunci: Livable Area, Livable City, Perencanaan Wilayah, Tipologi, Karakteristik.

Abstract Feasibility and comfort of habitation is a planning concept that should be the main goal of government and developers to build or build a region. The research is located in Kuningan , located in Cirebon and Majalengka Regencies. The purpose of this research are: 1) Describe the residential area in , West , 2) Prepare the typology of the area that can be occupied in Kuningan regency, . The main data in this research is data of Village Potency (PODES) of Kuningan Regency in 2014, sub district in number 2014 Regency Kuningan, and RBI map. Data analysis technique using mathematical analysis by using Microsoft excel with calculation formula of Inferential of Confidence Average to know the level of each sub-district. The results showed that there are 5 types of inhabitable areas and 9 typology of habitable areas in Kuningan Regency. These five features are; 1) Security Levels of Crime, 2) Socio-Culture and Society, 3) Leisure Living, 4) Social Facilities, Education, Health, and Ease and Communication, and 5) Security Levels from Natural Disasters. While the nine typologies are: a) tend to be high, b) tend to be moderate, c) moderate, d) low level I, e) Low Level II, f) High Level I, g) High Level II, h) Moderate Level I, And i) Medium Level II. Key Words: Livable Area, Livable City, Regional Planning, Typology, Characteristic. Tipologi ‘Livable Area’ di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat

PENDAHULUAN menghubungkan Kota Cirebon dengan Latar Belakang Wilayah Priangan Timur, dan sebagian Pergeseran kehidupan masyarakat jalur alternative menghubungkan pada dasarnya berpengaruh terhadap laju – Majalengka dengan Jawa permintaan. Hal ini disebabkan oleh Tengah. Memiliki luas wilayah mencapai adanya peningkatan standar dan kualitas 1.195,71 km2, dengan 32 kecamatan dan hidup seseorang, baik di perdesaan memiliki jumlah penduduk sebanyak maupun perkotaan. Terdesaknya kawasan 1.164.466 (Podes, 2014). perdesaan menjadi perkotaan menjadi Ketersediaan ruang yang cukup, salah satu alternatif untuk tetap mampu lingkungan yang mendukung dan memasok permintaan berbagai macam aksesibilitas yang cukup baik menjadikan aktivitas, baik hunian hingga aktivitas Kabupaten Kuningan cukup potensial sosial dan ekonomi. Oleh sebab itu, untuk dikembangkan. Namun, guna dibutuhkannya konsistensi dan mengurangi kerugian pembangunan yang perencanaan yang komprehensif guna disebabkan perencanaan yang tidak memberikan kelayakan huni dan memperhatikan kelayakan dan kenyamanan bagi masyarakat yang kenyamanan huni, maka konsep livable tinggal didalamnya. area dapat diaplikasikan. Livable Area Konsep baru di dunia perencanaan menggambarkan sebuah lingkungan dan tentang Livable City saat ini sedang suasana suatu area (kecamatan) yang banyak diimplementasikan di kota-kota nyaman sebagai tempat untuk besar, khususnya di . Sebuah beraktivitas yang dilihat dari aspek fisik gagasan pembangunan dalam dan aspek non-fisik. meningkatkan kualitas hidup dimana Rumusan Masalah keterkaitan kondisi fisik dan non fisik 1. Seperti apa karakteristik livable diperlukan dalam implementasinya area di Kabupaten Kuningan, (Evans, 2002). Sudah seharusnya wilayah Jawa Barat ? dengan hirarki terkecilpun mengadaptasi 2. Seperti apa tipologi livable area dan menerapkan konsep tersebut. di masing-masing wilayah di Kabupaten Kuningan terletak di Kabupaten Kuningan? ujung timur Provinsi Jawa Barat. Berada Tujuan Penelitian pada lintasan jalan regional yang 2

1. Mendeskripsikan karakteristik livable sarana & prasarana kesehatan, area di Kabupaten Kuningan, Jawa ketersediaan angkutan umum, sarana & Barat. prasarana komunikasi, sinyal 2. Menyusun tipologi livable area di telekomunikasi, sarana ekonomi, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. ketersediaan koperasi, jenis bencana alam Pada dasanya kelayakan dan dan mitigasi bencana. kenyamanan disesuaikan dengan Variabel tersebut dianalisis dan karakteristik wilayahnya. Kenyamanan dikerucutkan sehingga didapatkan pun dapat beragam, seperti; tingkat pengelompokkan berdasarkan kenyamanan berdasarkan fasilitas yang kesesuaiannya. Hasil pengelompokkan menunjang, keamanan, dan lain tersebut didapatkan karakteristik livable sebagainya. Namun mengingat luasnya area untuk diimplementasikan di daerah aspek kenyamanan, maka perlu dilakukan kajian. pengerucutan indikator kenyamanan dari Kemudian dari hasil karakteristik hasil analisis pengertian livable area tersebut, dapat ditemukan tipologi/pola yang sudah disusun. Konsep area digagas livable area tiap wilayah, sehingga dapat sebab output dalam penelitian ini adalah dikelompokkan berdasarkan tingkat tingkat kenyamanan di masing-masing kenyamanannya. kecamatan (area) yang scope-nya lebih kecil daripada kota. Untuk menganalisis livable area, digunakan variabel dari data PODES Kabupaten Kuningan 2014. Variabel yang diambil terdiri dari ; Perkelahian massal, tindak kejahatan, upaya menjaga keamanan, tempat peribadatan, kegiatan gotong royong, program pemberdayaan masyarakat, penggunaan listrik keluarga, ketersediaan TPS sementara, sumber air minum dan mandi, ruang terbuka publik, prasarana olahraga, lembaga pendidikan,

METODE PENELITIAN penskoringan dilakukan tiap Metode yang digunakan yaitu komponen dan data di normalisasikan deskriptif kuantitatif. Penelitian guna memiliki satuan yang sama. menekankan analisisnya pada data- Hasil penghitungan dihirarkikan data numerik (angka) yang diolah menjadi 3 tingkatan (Tinggi, Sedang, dengan metode statistik-matematis. Rendah) guna memudahkan Penelitian ini hanya sebatas analisis mengakumulasikan nilai tiap-tiap deskriptif, dimana hanya menganalisis karakteristik. Berikut rumus dan menyajikan fakta secara penghitungannya; sistematik. a. Kelas Tinggi (I) Penelitian menggunakan data Variabel yang masuk dalam kelas sekunder yang bersumber dari ; Podes tinggi memiliki nilai :

2014-BPS, Bappeda Kab. Kuningan, ( ) Lebih dari x̅ +( √ ∈�𝑋𝑋𝑋𝑋−𝑥𝑥2� ) Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya 𝑋𝑋−1

Kab. Kuningan, Dinas Bina Marga b. Kelas Sedang (II) 2 Kab. Kuningan. Variabel yang masuk dalam kelas Berdasarkan analisis variabel sedang memiliki nilai : yang digunakan pada penelitian ini, ( ) x̅ +( √ ∈�𝑋𝑋𝑋𝑋−𝑥𝑥2� ) sampai dengan x̅ didapatkan lima karakteristik yang 𝑋𝑋−1 ( 2 ) sesuai dengan wilayah kajian. Kelima -( √ ∈�𝑋𝑋𝑋𝑋−𝑥𝑥2� ) 𝑋𝑋−1 karakteristik tersebut diperoleh dari c. Kelas Rendah2 (III) turunan pengertian livable area itu Variabel yang masuk dalam kelas sendiri, kenyamanan huni didapatkan rendah memiliki nilai : apabila terdapat aspek fisik (fasilitas ( ) sosial, fasilitas ekonomi, fasilitas Kurang dari x̅ -( √ ∈�𝑋𝑋𝑋𝑋−𝑥𝑥2� ) 𝑋𝑋−1 kesehatan, fasilitas pendidikan, 2 Selanjutnya, hasil tersebut perumahan, keberadaan transportasi dispasialkan agar terlihat sebarannya. umum, dan komunikasi) dan aspek Guna mendapatkan tipologi non fisik (hubungan sosial, aktivitas, kenyamanan huni, setiap kecamatan keamanan, tingkat bencana). dianalisis dan disimpulkan kedalam Pengolahan data menggunakan pola-pola tipologi yang didapatkan software Microsoft Excel, dengan menggunakan radar chart dan

dilihat seperti apa saja pola Tingkat Keamanan dari Bencana kenyamanan huni yang dilihat dari Alam. karakteristik livable area. Hasil dari perhitungan tiap Radar chart merupakan suatu variabel dan karakteristik didapatkan model analisis visual dari hasil data sebagai berikut : karakteristik yang ditemukan sehingga Tabel 1.1 Tabel Karakteristik Livable Area menghasilkan pola tertentu yang Karakteristik Kecamatan kemudian dapat disimpulkan menjadi 1 2 3 4 5 tipologi livable area. Darma I I III II II Kadugede II III I I II PEMBAHASAN Nusaherang III I III II II Analisis kuantitatif ini didasarkan Ciniru I III III III III Hantara I III II III II dari data potensi desa yang tersedia di Selajambe I II II III III setiap kabupaten/kota. Hal ini dapat Subang I I II III III Cilebak I II II III III menjadi literatur awal untuk Ciwaru III III III II II Karangkancana I III II III II menganalisis kenyamanan huni Cibingbin III I I I III disuatu wilayah, dengan Cibeureum III II II III III Luragung II III II II II memperhitungkan aspek tersebut III III III III II berdasarkan rumus matematis. Cidahu II I II I III Kalimanggis I I III II I Terdapat 22 variabel yang Ciawigebang III II II II I digunakan, selanjutnya variabel Cipicung I III II II III Lebakwangi II III III I II tersebut dianalisis lebih lanjut dan Maleber I III II II I Garawangi III I II II II disesuaikan dengan pengertian livable Sindangagung II III II I I area yang kemudian didapatkan Kuningan III I I I I Cigugur I III I I I karakteristik livable area. Terdapat 5 Kramatmulya III III I II I kesimpulan jenis karakteristik livable Jalaksana III III I I II Japara II III II III III area, yaitu Tingkat Keamanan dari Cilimus III I I I I Kriminalitas, Sosial Budaya dan Cigandamekar III I II II III Mandirancan II I II II II Masyarakat, Kenyamanan Bermukim, Pancalang III I II III II III Ketersediaan Fasilitas Ekonomi, Pasawahan III I I III Sumber : Analisis Peneliti, 2017 Pendidikan, Kesehatan dan Keterangan : Akomodasi serta Komunikasi, dan 1. Tingkat Keamanan dari Kriminalitas 2. Sosial Budaya dan Masyarakat 3. Kenyamanan Bermukim

5

Tipologi ‘Livable Area’ di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat 4. Ketersediaan Fasilitas Ekonomi, perekonomian masyarakatpun Pendidikan, Kesehatan dan mempengaruhi. Apabila dilihat dari Akomodasi serta Komunikasi 5. Tingkat Keamanan dari Bencana faktor lain, sisi selatan Kuningan Alam. cenderung tidak dilewati oleh jalur Kecamatan Kuningan dan kolektor / lintas kota, hal ini dapat Kecamatan Cilimus memiliki proporsi berpengaruh terhadap mobilitas di paling nyaman di Kabupaten wilayah yang terlewati, sehingga Kuningan. Dari 5 karakteristik, 4 semakin tinggi intensitasnya maka diantaranya kedua wilayah tersebut tingkat keamanan semakin rendah. memiliki tipologi paling nyaman (I). sedangkan Kecamatan Cimahi memiliki proporsi paling sedikit terhadap penilaian kenyamanan huni, dari 5 karakteristik, 4 diantaranya memiliki hirarki rendah untuk

Kecamatan Cimahi. Apabila dilihat dari sebaran Sumber : Analisis Peneliti, 2017 tipologinya, kelima karakteristik Karakteristik Sosial Budaya dan tersebut memiliki sebaran yang Masyarakat cenderung sedang di sisi beragam. Persebaran tersebut tengah Kuningan dan tinggi hanya di disesuaikan dengan masing-masing bagian-bagian tertentu saja. Hal ini karakteristik. diakibatkan oleh banyaknya Karakteristik Tingkat Keamanan kecamatan di Kuningan yang cukup dari Kriminalitas lebih didominasi rendah pelayanannya terhadap dengan hirarki tinggi di sisi selatan ketersediaan tempat ibadah bagi Kabupaten Kuningan, dan tidak pemeluk agama disana. Seperti termasuk kepada pusat kota/ibukota dilansir dari data PODES 2014, kabupaten. Rendahnya jumlah beberapa kecamatan memperlihatkan penduduk di kecamatan-kecamatan di penilaian negatif terhadap indikator sisi selatan Kuningan menjadi salah tempat ibadah dikarenakan tidak satu faktor penentu tingkat adanya tempat ibadah di kecamatan kriminalitas rendah di wilayah tersebut namun terdapat penduduk tersebut, selain itu, faktor yang beragama yang bersangkutan.

6

guna memenuhi kehidupannya, seperti akses terhadap fasilitas ekonomi, pendidikan, kesehatan, adanya akomodasi dan jaringan komunikasi. Hasil penyusunan tipologi pada karakteristik ini menunjukan Kab. Kuningan didominasi oleh tipologi Sumber : Analisis Peneliti, 2017 yang rendah. Dan hanya di area Karakteristik Kenyamanan perkotaan yang memiliki tipologi Bermukim ini merupakan tingkatan tinggi. Hal ini dikarenakan, masih kenyamanan huni apabila dilihat dari rendahnya ketersediaan sarana ketersediaan sumber pokok yang tersebut di kecamatan-kecamatan dibutuhkan penduduk untuk tinggal, lainnya di Kuningan. Sehingga seperti ketersediaan air, pembuangan memberikan penilaian rendah sampah, listrik, dan lain sebagainya. terhadap kenyamanan di kecamatan Kabupaten Kuningan sudah termasuk tersebut. baik dalam pemenuhan kebutuhan pokok masyarakatnya, seperti tercukupinya air dan listrik. Sehingga, pada interpretasi tipologi livable area dengan kriteria ini, Kabupaten Kuningan lebih didominasi oleh tipologi sedang/cukup.

Sumber : Analisis Peneliti, 2017 Dalam bertempat tinggal, semakin rendah tingkat bencana alam yang terjadi maka semakin nyaman wilayah tersebut. Karakteristik Tingkat Keamanan dari Bencana Ala mini diperhitungkan dari banyaknya Sumber : Analisis Peneliti, 2017 bencana alam yang pernah terjadi di Pada dasarnya manusia tiap-tiap kecamatan dan upaya membutuhkan fasilitas penunjang mitigasi bencananya. Semakin sering

7

Tipologi ‘Livable Area’ di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat bencana terjadi dan upaya mitigasinya 4 (1) (1) Tinggi Tingkat rendah, maka semakin rendah pula I penilaian terhadap kenyamanan di 3 (2/1) (1/2) Tinggi Tingkat wilayah tersebut, sebaliknya, apabila II semakin tinggi upaya mitigasinya (1) 4 (1) Sedang Tingkat walaupun kejadian bencana cukup I rendah, maka semakin tinggi pula (2/1) 3 (1/2) Sedang Tingkat tingkat kenyamanan huninya. II (1) (1) 4 Rendah Tingkat I (2/1) (1/2) 3 Rendah Tingkat II 1 2 2 Cenderu ng Sedang 2 1 2 Sedang 2 2 1 Cenderu Sumber : Analisis Peneliti, 2017 ng Hasil tersebut selanjutnya Tinggi Sumber : Analisis Peneliti, 2017 dianalisis lebih lanjut menggunakan PENUTUP radar chart untuk diketahui Terdapat lima karakteristik bagaimana pola tipologinya. livable area pada penelitian ini, yaitu : Pengolahan dengan menggunakan 1) Tingkat Keamanan dari radar chart dilakukan terhadap Kriminalitas; 2) Sosial Budaya dan seluruh kecamatan. Kemudian Masyarakat; 3) Kenyamanan dilakukan pengelompokkan guna Bermukim; 4) Ketersediaan Fasilitas mendapatkan tipologi. Penghitungan Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan dan dan penentuan tipologi didasarkan atas Akomodasi serta Komunikasi; dan 5) dominasi tingkatan dari keseluruhan Tingkat Keamanan dari Bencana nilai, tingkatan tersebut dapat dilihat Alam. dari tabel 1.2, Dari kelima karakteristik tersebut, Tabel 1.2 Tabel Klasifikasi Tipologi dilakukan penyusunan tipologi livable Livable Area Tingkat Tingkat Tingkat Tipolog area sesuai dengan hasil perhitungan an an an i data tiap-tiap karakteristik dengan Tinggi Sedang Rendah menggunakan analisis radar chart lalu

8

dilakukan perhitungan berdasarkan Republik Indonesia. 2004. SNI 03- tingkatannya. Terdapat 9 jenis 1733-2004 tentang Tata tipologi livable area, yaitu : tipologi Cara Perencanaan tinggi tingkat I, tinggi tingkat II, Lingkungan Perumahan di sedang tingkat I, sedang tingkat II, Perkotaan. rendah tingkat I, rendah tingkat II, Saefulhakim, dkk. 2002. Studi cenderung sedang, sedang, cenderung Penyusunan Wilayah Pengembangan tinggi. Strategis (Strategic Development Regions). DAFTAR PUSTAKA : IPB dan Bappenas BAPPEDA, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. 2011- Yunus, Hadi Sabari. 1987. 2031. Rencana Tata Ruang Geografi Permukimn dan Bintarto. 1987. Pola Kota dan Beberapa Permasalahan Permasalahannya. Permukiman di Indonesia. Yogyakarta : Fakultas Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM. Geografi Universitas BPS Kab Kuningan. 2014. Kabupaten Gadjah Mada Kuningan Dalam Angka 2014. Kuningan Yunus, Hadi Sabari. 1991. Konsepsi Wilayah dan Evans, Peter. 2002. Livable Cities? Pewilayahan. Yogyakarta: The Politics of Urban Livelihood and Sustainability. PT. Hardana Ekacitra California, USA : University Tunggal of California Press. Yunus, Hadi Sabari 2000. Struktur IAP. 2011. Most Livable City Index. Tata Ruang Kota. Jakarta Yogyakarta : Pustaka Muta’ali, Luthfi. 2015. Teknik Analisis Pelajar Regional Untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang dan Lingkungan. Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada

9