Proses Pemakzulan Presiden Seokarno Oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Tahun 1967 Menurut Perspektif Fiqh Siyasah
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PROSES PEMAKZULAN PRESIDEN SEOKARNO OLEH MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA TAHUN 1967 MENURUT PERSPEKTIF FIQH SIYASAH SKRIPSI Diajukan oleh: ULFA HUSANA NIM. 160105006 Mahasiswi Fakultas Syari’ah dan Hukum Program Studi Hukum Tata Negara FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY DARUSSALAM, BANDA ACEH 2020 M/1442 H ULFA HUSANA NIM. 160105006 Mahasiswi Fakultas Syari’ah dan Hukum Program Studi Hukum Tata Negara . ii iii Banda Aceh, 19 Desember 2020 Yang Menyatakan, Ulfa Husana iv ABSTRAK Nama : Ulfa Husana NIM : 160105006 Fakultas/Prodi : Syari᾿ah dan Hukum/Hukum Tata Negara Judul : Proses Pemakzulan Presiden Soekarno Oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Tahun 1967 Menurut Perspektif Fiqh Siyasah Tanggal Sidang : 26 Januari 2021 Tebal Skripsi : 61 Halaman Pembimbing I : Prof. Dr. Syahrizal Abbas, MA Pembimbing II : Dr. Irwansyah, S.Ag, M.Ag Kata Kunci : Pemakzulan, Soekarno, Fiqh Siyasah Soekarno merupakan Presiden pertama Indonesia sekaligus Presiden pertama yang dimakzulkan oleh lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara tanpa melalui proses pembuktian di pengadilan dan pada saat itu belum ada mekanisme pemberhentian yang jelas dan terperinci dalam Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Fiqh Siyasah ada sebuah Lembaga peradilan yang disebut dengan Mahkamah Mazhalim yang akan menyelidiki dan memutuskan kepala negara melanggar hukum atau tidak sebelum di makzulkan. Adapun masalah dalam penelitian skripsi ini adalah apakah MPRS memiliki wewenang dalam memakzulkan Presiden Soekarno dan bagaimana pandang fiqh siyasah terhadap proses pemakzulan yang terjadi pada Presiden Soekarno tanpa pembuktian di pengadilan terlebih dahulu. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan hokum normatif yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek, yaitu aspek teori, sejarah, penjelasan umum dan pasal demi pasal. Adanya Undang-Undang No 10 Tahun 1966 tentang kedudukan MPRS dan DPRGR yang mengatur kedudukan MPRS sama dengan MPR dan dapat menjalankan wewenang yang sama dangan MPR, sehingga MPRS memiliki kewenangan dalam memakzulakan Seorang Presiden berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Meskipun pada saat itu belum diatur mengenai mekanisme pemakzulan yang terperinci didalam Undang-Undang Dasar 1945 begitujuga dalam fiqh siyasah tidak ada aturan yang menjelaskan secara mendetail mengenai pemakzulan kepala negara. Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa proses pemakzulan presiden Soekarno Oleh Majelis Permusyawaratan Sementara dalam Perspektif Fiqh Siyasah dalam pengambilan keputusannya menggunakan suara mayoritas (al-Akhtahiriyyah). iv KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan dan kesehatan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini, Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta sahabat-sahabat beliau sekalian, yang telah menghantarkan kita kepada dunia yang bermoral dan berilmu pengetahuan, menginspirasi bagaimana menjadi pemuda tangguh, pantang mengeluh, mandiri dengan kehormatan diri, yang cita-citanya melangit namun karyanya membumi. Atas berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Proses Pemakzulan Presiden Soekarno Oleh Majelis Permusyawaratan Sementara Tahun 1967 Menurut Perspektif Fiqh Siyasah ”. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan, dan uluran tangan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan do᾿a, mudah- mudahan kepada seluruh pihak yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, segera mendapat imbalan yang tiada tara dan dilimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya serta dilancarkan rezekinya oleh Allah SWT. Dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua orang tua tercinta, ibunda Susi Susanti dan ayahanda Abdul Rauf yang telah mengasihi, mendidik, dan mendoakan serta memberi dukungan bagi penulis, yang dengan do'a dan kerja keras dari mereka dapat menghantarkan penulis pada tingkat sekarang ini. 2. Bapak Prof.Dr. Syahrizal Abbas, MA sebagai pembimbing I, dan kepada Bapak Dr. Irwansyah, S.Ag, M.Ag sebagai pembimbing II, yang telah berkenan menyisihkan waktu, pikiran, dan kesempatan v dengan ikhlas untuk membimbing serta memberi masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. 3. Bapak Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, Ketua Program Studi Hukum Tata Negara, Penasehat Akademik, Serta Seluruh Staff Pengajar dan Pegawai Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah memberikan ilmu pengetahuan, masukan, dan bantuan yang sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Seluruh keluarga dan para sahabat terbaik Asiyah, Difa Miranda S, Lia Sefiani, Serwin Citra Yesi, Raudatul Makfirah, Heni Wijaya, Rizka Rahmasari, Woodz, yang tidak bisa disebutkan satu persatu, tidak ada kata-kata selain terima kasih dan doa terbaik untuk semuanya yang telah membantu meringankan dan memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan kepada para pembaca. Hanya kepada Allah kita berserah diri dan meminta pertolongan. Amiiin Yaa rabbal᾿alamin. Banda Aceh, 19 Desember 2020 Penulis, Ulfa Husana vi TRANSLITERASI TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN Dalam skripsi ini banyak dijumpai istilah yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf latin, oleh karena itu perlu pedoman untuk membacanya dengan benar. Pedoman Transliterasi yang penulis gunakan untuk penulisan kata Arab berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543 b/u/1987. Adapun Pedoman Transliterasi yang penulis gunakan untuk penulisan kata Arab adalah sebagai berikut: 1. Konsonan No. Arab Latin Ket No. Arab Latin Ket t dengan Tidak ṭ titik di ط 61 ا 1 dilambangkan bawahnya z dengan ẓ titik di ظ B 61 ب 2 bawahnya ‘ ع T 61 ت 3 s dengan gh غ Ś titik di 61 ث 4 atasnya f ف J 02 ج 5 h dengan q ق ḥ titik di 06 ح 6 bawahnya k ك Kh 00 خ 7 l ل D 02 د 8 z dengan m م Ż titik di 02 ذ 9 atasnya n ن R 02 ر 10 W و Z 01 ز 11 H ه S 01 س 12 vii ’ ء Sy 01 ش 13 s dengan Y ي Ş titik di 01 ص 14 bawahnya d dengan ḍ titik di ض 15 bawahnya 2. Konsonan Konsonan Vokal Bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. a. Vokal Tunggal Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harkat, transliterasinya sebagai berikut: Tanda Nama Huruf Latin Fatḥah A َ Kasrah I َ Dammah U َ b. Vokal Rangkap Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harkat dan huruf, transliterasinya gabungan huruf, yaitu: Tanda dan Nama Gabungan Huruf Huruf Fatḥah dan ya Ai َ ي Fatḥah dan wau Au َ و Contoh: ,kaifa = كيف haula = هول viii 3. Maddah Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu: Harkat dan Nama Huruf dan tanda Huruf Fatḥah dan alif atau ya Ā ا /ي Kasrah dan ya Ī ي Dammah dan wau Ū و Contoh: qāla = قا ل ramā = ر مي qīla = ق ْي ل yaqūlu =ي ق ْو ل (ة) Ta Marbutah .4 Transliterasi untuk ta marbutah ada dua. hidup (ة ) a. Ta marbutah yang hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrah dan (ة ) Ta marbutah dammah, transliterasinya adalah t. mati (ة ) b. Ta marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya (ة ) Ta marbutah adalah h. diikuti oleh kata (ة ) c. Kalau pada suatu kata yang akhir huruf ta marbutah yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah .itu ditransliterasikan dengan h (ة ) maka ta marbutah ix Contoh: rauḍah al-aṭfāl/ rauḍatul aṭfāl : ا ا َْل اطْ َفا الْ َر او َض ةْ /al-Madīnah al-Munawwarah : ا ال م َن َّو َر اةْا ال َم ِد اي َنةْ ْ al-Madīnatul Munawwarah Ṭalḥah : َط ال َح اةْْ Modifikasi 1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa tanpa transliterasi, seperti M. Syuhudi Ismail. Sedangkan nama-nama lainnya ditulis sesuai kaidah penerjemahan. Contoh: Ḥamad Ibn Sulaiman. 2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia, seperti Mesir, bukan Misr ; Beirut, bukan Bayrut ; dan sebagainya x DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 SK Bimbingan. xi DAFTAR ISI LEMBARAN JUDUL ................................................................................ i PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................................. ii PENGESAHAN SIDANG ......................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ....................................... iv ABSTRAK .................................................................................................. v KATA PENGANTAR ................................................................................ vi TRANSLITERASI ..................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv DAFTAR ISI............................................................................................... xvi BAB SATU PENDAHULUAN ............................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1 B. Rumusan Masalah .......................................................... 8 C. Tujuan Penulisan ............................................................ 8 D. Penjelasan Istilah ..........................................................