KEBIJAKAN REDAKSIONAL PADA PROGRAM PATROLI

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh AYU AMELIA NIM : 109051100020

KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 1435 H/2014 M KEBIJAKAN REDAKSIONAL II\DOSIAR PADA PROGRAM PATROLI

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwatr Dan Ihnu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

0leh

AYU AMELIA NIM: 109051100020

NIP : 197506062007 101001

KONSENTRASI JLIRNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLA]\{ NEGERI SYARTF HTDAYATULLAII JAKARTA 2013 PENGESAHAI{ PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul KEBIJKAN REDAKSIONAL INDOSIAR PADA PROGRAM PATROLI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jal

Jal

Sidang Munaqlasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Ade Rina Farida. M.Si 822r99803200t NIP: 1 977 05 132007 0120 t B

Anggota

Penguji I Penguji II

NIP: 1 97 105201999032002

NIP: 19750 6062007 101 00 I LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar srata 1 di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 24 Desember 2013

Ayu Amelia

ii

ABSTRAK Ayu Amelia 109051100020 Kebijakan Redaksional Indosiar pada Program Patroli Kebijakan redaksi merupakan dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk memberitakan atau menyiarkan suatu berita. Kebijakan redaksi juga merupakan sikap redaksi suatu lembaga media massa, terutama media cetak, terhadap masalah aktual yang sedang berkembang, yang biasanya dituangkan dalam bentuk tajuk rencana. Dalam sebuah program berita pasti memiliki kebijakan redaksi karena Kebijakan redaksi itu penting untuk menyikapi suatu peristiwa karena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri. Kalau suatu media massa tidak memiliki kebijakan redaksi, maka dapat dipastikan beritanya tidak akan konsisten, karena ia tidak mempuyai pendirian dalam memberitakan suatu peristiwa, ia menjadi keranjang sampah yang memuat apa saja. Dan kebijakan redaksi yang dimaksud disini adalah kebijakan redaksi dalam penayangan program berita Patroli. Merujuk pada pernyataan diatas. Peneliti melakukan penelitian di stasiun televisi Indosiar dan mengkhususkannya pada program Patroli. Dan merumuskan pertanyaan sebagai berikut. Seperti apa konsep berita pada program Patroli? Dan bagaimana kebijakan redaksi Indosiar terhadap penayangan program Patroli? Patroli lebih dikenal sebagai tayangan berita kriminal. Berita kriminal atau kekerasan boleh jadi berdampal negatif bagi penonton. Namun, ada pakar yang berpendapat, tayangan kekarasan yang disajikan televisi bisa menjadi katarsis atau penyaluran hasrat agresif dalam diri manusia sehingga justru menjadikan penonton tidak melakukan kekerasan. Menurut teori katarsis itu, dengan menonton kekerasan di media massa, hasrat agresif pemirsa sudah tersalurkan sehingga mereka tak perlu lagi melakukan kekerasan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif. Dimana penulis ingin mengetahui bagaimana konsep berita pada program Patroli dan bagaimana kebijakan redaksi Indosiar sendiri terhadap penayangan Program Patroli dari hasil wawancara dengan eksekutif produser program Patroli yaitu Fitri Diani. Dan penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran. Gambaran ini bisa berupa dokumentasi atau video cuplikan berita Patroli. Maka dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Patroli itu lebih dikenal sebagai tayanga berita kriminal dengan itu kebijakan redaksi dalam sebuah penayangan berita sangat penting. Karena dalam suatu pemberitaan bukan saja peristiwa yang penting tetapi juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri. Bila tidak ada kebijakan redaksi maka dapat dipastikan beritanya tidak konsisten, karena ia tidak mempunyai pendirian dalam memberitakan suatu peristiwa, ia menjadi keranjang sampah yang memuat apa saja.

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Kebijakan Redaksional Indosiar pada

Program Patroli” yang merupakan bagian dari tugas penulis sebagai akademisi di

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya pada program studi

Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula shalawat beserta salam yang tak henti-henti dan selalu tercurah limpahkan kehadirat baginda besar kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari jaman jahiliyah hingga jaman yang intelektualitas dan modern seperti sekarang ini.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang selama ini telah banyak sekali membantu penulis dalam menyelesaikanskripsi ini sampai akhir. Sebagai bentuk penghargaan yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam merampungkan skripsi ini,maka izinkanlah penulis mengungkapkan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. H. Arief Subhan, MA, Wakil Dekan I

Bidang Akademik, Dr. Suparto, M.Ed, Wakil Dekan II Bidang Administrasi

Umum, Drs. Jumroni, M.Si, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan,

Drs. Wahidin Saputra, MA.

iv

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik Rubiyanah, MA serta Sekretaris Konsentrasi

Jurnalistik Ade Rina Farida, M.Si yang telah banyak meluangkan waktunya

untuk menyelesaikan kuliah.

3. Dosen Pembimbing skripsi, Ade Masturi, MA yang telah menyediakan waktu

serta kesabarannya dalam membimbing dan mengarahkan peneliti sehingga

skripsi ini selesai dengan baik dan lancar.

4. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

khususnya Konsentrasi Jurnalistik yang telah memberikan ilmu yang sangat

bermanfaat dan pengalaman yang sangat berharga.

5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan yang baik untuk

menunjang penyusunan skripsi ini sampai akhir.

6. Kedua Orangtua penulis Ayahanda Sudardah dan Ibunda tercinta Siti

Maisaroh yang sudah memberikan kasih sayangnya yang begitu besar dan

begitu tulusnya dan selalu memberikan semangatnya kepada penulis sehingga

penulis bisa menyelesaikan skripsi sampai akhir dengan segala perjuangan dan

ujian yang begitu dahsyatnya yang Allah SWT berikan.

7. Fitri Diani, Eksekutif Produser News Departmen PT. Indosiar Visual Mandiri

terima kasih atas kesempatannya sehingga Penulis bisa melakukan wawancara

(interview) dengan Beliau.

8. Mohammad Yusuf S.sos,asisten ahli Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) terima

kasih atas kesempatannya sehingga penulis bisa melakukan wawancara

(interview) dengan Beliau.

v

9. Buat adik-adikku Astrid, Desnos, Aisy, Afied serta sepupuku Reza Fahlevi

terima kasih buat dukungan dan motivasinya untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabatku Nurjanah (Enji) dan temen-temen Jurnalistik A angkatan

2009 khususnya Uyang Agustina dan Iit Septyaningsih thank’s so

much….buat semangat dan kerjasamanya.

11. Teman-teman KKN Cibitung Beriman 2012. Pengalaman yang tak terlupakan

saat kita bersama tinggal 1 bulan lamanya adalah pengalaman yang sangat

berharga. Miss you all the best tim KKN Cibitung Beriman.

12. Semua pihak yang sudah membantu penyelesaian skripsi ini, dan yang tak

tertuliskan satu persatu pada intinya penulis mohon maaf dan terimakasih

yang tak terhingga, semoga Tuhan membalas semuanya. Amien.

Dengan berakhirnya penulisan skripsi ini, semoga tidak menjadi akhir dari kreasi dan prestasi penulis untuk seterusnya. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya dikarenakan penulisan ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis berharap kritik dan saran yang membangun, semoga penulisan ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi yang membaca. Amien ya robbal alamien….

Ciputat, 24 Desember 2013

Ayu Amelia

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ...... ii ABSTRAK ...... iii KATA PENGANTAR ...... iv DAFTAR ISI ...... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...... 8 C. Tujuan Penelitian ...... 9 D. Metodologi Penelitian ...... 10 E. Tinjauan Pustaka ...... 13 F. Sistematika Penulisan ...... 15

BAB II LANDASAN TEORI A. Kebijakan Redaksional ...... 17 1. Pengertian Kebijakan Redaksional ...... 17 2. Konsep Kebijakan Media Massa ...... 19 B. Penyajian Program Berita ...... 20 1. Pengertian Berita ...... 20 2. Jenis dan Nilai Berita ...... 23 3. Etika Penayangan Program Berita ...... 30

BAB III GAMBARAN UMUM STASIUN TELEVISI INDOSIAR DAN PROGRAM PATROLI A. Stasiun Televisi Indosiar ...... 39 1. Sejarah Berdirinya Indosiar dan Perkembangan Indosiar .... 39 2. Visi dan Misi Indosiar ...... 41 3. Konsep Program Indosiar ...... 42 4. Target Audiens Indosiar ...... 42

B. Program Berita Patroli Indosiar ...... 43 1. Sejarah Singkat Program Patroli ...... 43 2. Visi dan Misi Program Patroli ...... 45 3. Konsep Program Patroli ...... 46 4. Susunan Redaksi Patroli ...... 47

BAB IV ANALISA KEBIJAKAN REDAKSIONAL INDOSIAR PADA PROGRAM PATROLI A. Konsep Berita Patroli ...... 49 B. Kebijakan Redaksi Indosiar dalam Penayangan Program Patroli ...... 52 C. Analisis Kebijakan Tayangan Berita Patroli ...... 55

vii

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...... 67 B. Saran ...... 68

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

viii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi

berasal dari kata tele dan vision, yang mempunyai arti masing-masing jauh

(tele) dan tampak (vision). Kehendak rakyat dan Pemerintah Indonesia untuk

mengadakan medium televisi merupakan loncatan besar bangsa Indonesia

dalam usaha mewujudkan cita-cita nasional. Keputusan yang memiliki

wawasan jauh ke depan. Bermula dengan lahirnya ketetapan MPRS

No.II/MPRS/1960, yang menyebutkan pada Bab 1, Pasal 18, bahwa

Pembangunan siaran televisi untuk keperluan pendidikan, yang dalam tahap

pertama dibatasi pada tempat-tempat yang ada pada Universitas Indonesia.

Atas dasar inilah, pemerintah pada tahun 1961 memutuskan untuk

mengadakan media televisi. Keputusan ini segera diusul dengan

diterbitkannya SK Menpen No. 20/SK/M/61 tertanggal 25 Juli 1961 tentang

Pembentukan Panitia Persiapan Televisi disingkat P2TV. Kepmenpen ini

berlaku surat mulai 1 Juli 1961.

Berhasilnya pembangunan bangsa dan negara mendorong

perkembangan penyiaran televisi di Indonesia. Untuk menampung hal

tersebut, diterbitkan Kepmenpen No. 190A/Kep/Menpen/1987 tentang Siaran

Saluran Terbatas/SSTTVRI, yang memberi peluang kepada pihak swasta

nasional untuk menyelenggarakan siaran televisi swasta di Indonesia.

Selanjutnya diterbitkan Kepmenpen RI No. III/Kep./Menpen/1990

1 2

Tanggal 24 Juli 1990 tentang Penyiaran Televisi di Indonesia, yang

mengelompokkan televisi swasta menjadi dua kategori, yaitu Stasiun

Penyiaran Televisi Swasta Umum (SPTSU) yang diizinkan menyelenggarakan

siaran lokal tanpa decoder dan Stasiun Penyiaran Televisi Swasta Pendidikan

(SPTSP) yang diizinkan menyelenggarakan siaran nasional.1

Televisi merupakan media komunikasi modern, yang dalam

perkembangannya televisi menjadi barang pokok atau kebutuhan pokok sebab

dalam kenyataannya setiap individu mempunyai televisi. Di era tahun

kemerdekaan hingga era tahun 1990-an televisi menjadi barang yang sangat

mewah, dapat dibayangkan dalam satu kampung biasanya hanya ada satu

pesawat televisi yang hanya dimiliki oleh seorang Kepala Desa.2

Tak terbantahkan lagi dan tak terbendungkan lagi bahwa

perkembangan industri siaran televisi sudah sangat pesat perkembangannya,

hingga tak seorang pun mampu membendung laju siaran televisi kecuali

dengan mematikan pesawat TV dan berhenti menonton. Bayangkan di

Indonesia saat ini telah memiliki ratusan stasiun TV swasta dari televisi publik

hingga televisi berlangganan, ini semua mempunyai dampak yang baik dan

juga dampak buruk. Dampak positifnya sajian menu acara lebih bervariasi dan

menjadikan industri baru bagi para broadcaster muda yang ingin membuat

program acara TV. Dampak negatifnya adalah siaran televisi menjadi sangat

tidak terkendali karena hampir semua stasiun TV menginginkan keuntungan

(profit) dari program acara yang disiarkan. Sehingga bukan lagi kualitas

1Hidajanto Djamal&Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi, Prenada Media Group.2011.h.30 2Anton Mabruri KN, Manajemen Produksi Program Acara TV Format Acara Non-Drama, News,&Sport, (Jakarta: PT.Grasindo.2013).h.4 3 program acara yang dikejar tetapi hanyalah keuntungan (profit) uang semata.

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat membuat dunia terasa makin kecil dan transparan serta makin terasa cepat berubah. Apalagi dengan adanya isu globalisasi, batas-batas yang selama ini membedakan suatu bangsa dengan bangsa lain menjadi makin tipis dan kabur.

Bahkan saat ini informasi telah menjadi komoditi yang memiliki arti ekonomis, politis maupun strategis. Sehingga penguasaan dalam bidang informasi dan komunikasi ini sangat diperlukan oleh bangsa Indonesia agar dapat maju dan berkembang tidak ketinggalan oleh bangsa lain di dunia.

Media informasi TV merupakan media yang sangat efektif karena kandungan informasi yang ada dalam TV gambar/visual jauh lebih besar dari pada media lainnya seperti media cetak dan radio. Di Indonesia selain perlu dibangun banyak stasiun pemancar televisi sebagai sarana siaran juga harus dapat membuat program acara televisi yang dapat mempererat persaudaraan, persatuan dan kesatuan bangsa, memberikan informasi yang cepat dan benar dan sebagai wahana hiburan serta untuk mencerdaskan bangsa.

Siaran TV memiliki arti dan fungsi yang sangat penting untuk penyampain informasi dari pemerintah maupun dari sumber-sember yang lain untuk kepentingan nasional maupun regional. Informasi tersebut berupa berita-berita kemajuan diseluruh wilayah Nusantara, sehingga dapat memberikan manfaat bagi pengetahuan dan memotivasi masyarakat untuk membangun daerahnya.

Produksi program acara televisi baik drama, nondrama dan news dapat diwujudkan dalam bentuk pengembangan kesenian, budaya, dan pendidikan 4

serta lainnya yang mampu memberikan pilihan-pilihan lain bagi penonton

televisi untuk kepentingan bersama. Upaya membendung budaya asing

(western) tidaklah mudah, usaha lain untuk menyaring budaya asing adalah

dengan terus mempelajari ilmu pengetahuan di bidang informasi dan

komunikasi seperti broadcast televisi mengingat zaman “perang informasi”

telah dimulai.

Berbagai macam program acara dikemas dalam berbagai bentuk

diantaranya: film, dokumenter, sinetron, reality show, variety show, talk show,

komedi situasi (sitcom) dan lain-lain yang tentunya menghibur,

menginformasikan, mendidik serta unik dan menarik. Namun bangsa yang

begitu kaya akan keanekaragaman bentuk seni, budaya dan bahasa masih

tertinggal jauh dari peradaban dunia modern yang menjunjung nilai-nilai

budaya bangsanya sendiri.3

Dan Program Acara Televisi News inilah yang diera sekarang menarik

perhatian khalayak, para pemilik stasiun TV bertarung memperebutkan jam

tayang. Semuanya dalam rangka merebut perhatian penonton, dan

mendapatkan rating tinggi. Akhirnya muncul jargon baru bahwa selain acara

musik dan lain-lain ternyata acara berita pun sekarang telah menjadi

komoditas baru bagi industri televisi, yang hingga kini belum mampu ada

yang mengontrol.

Walaupun sebenarnya jika diperhatikan, tayangan-tayangan berita

tersebut hampir semuanya seragam. Artinya, kalau seseorang menonton

: SCTV” pada prinsipnya sama saja dengan menonton “Topik:

3Ibid., h.15 5

ANTV”, atau “Seputar Indonesia: RCTI”, “Kabar: TV One”, “Patroli:

Indosiar”, “Reportase: Trans TV”, “Redaksi: Trans 7, “Berita Global: Global

TV”, “Metro News: Metro TV”, “Lintas 5: TPI (sekarang MNCTV) dan lain-

lain. Pada saat itulah tayangan berita di televisi hanya menjadi kontinitas yang

menjemukan. Karena sifatnya yang straight news (info sesaat), maka sering

berita-berita di televisi menjadi kurang lengkap. Orang hanya mendengar

berita “anu”. Sementara “ada apa di balik berita anu” tidak dijelaskan. Situasi

ini menjadi perhatian para kreator televisi untuk mencoba membuat tayangan

program acara yang lebih bersifat depth reporting (laporan mendalam) berupa

investigasi.4

Budaya menonton televisi memang sudah menjadi konsumsi

masyarakat. Tak peduli di desa atau di kota. Tak peduli kalangan atas atau

menengah dan bawah. Kini mereka menjadikan televisi sebagai kebutuhan

pokok. Dalam arti ritme kehidupan masyarakat lama kelamaan terpengaruh

tayangan televisi.

Tayangan dengan tayangan beritanya sudah menjadi bagian dari

kehidupan. Dengan sifatnya yang immediaty, media televisi mampu

mendekatkan peristiwa dan tempat kejadian dengan penontonnya. Ketika

terjadi invasi Amerika dan sekutunya atas Irak hampir setiap orang ingin

melihat perkembangannya lewat televisi. TV-7, Metro, ANTV, dan SCTV

yang sengaja menayangkan kondisi di Irak lewat jaringan TV Al-Jazeera dan

Al-Arabiya, Abu Dhabi TV serta CNN. Pidato orang nomor satu yang diburu

Brush, yakni Saddam Hussein, paling tidak memberikan gambaran akurat

4Ibid., h.33 6

tentang kondisi di Irak pada saat itu.

Demikian juga dengan pemberitaan seputar perlakuan tawanan

Amerika oleh tentara Irak. Berita ini menjadi media propaganda Irak. Seolah-

olah Irak ingin wanti-wanti agar tentara Irak yang ditawan Amerika dan

sekutunya dapat diperlakukan sesuai dengan konvensi Janewa.

Semua dapat dilihat dan disaksikan secara langsung lengkap dengan

suara dan suasana di Irak. Semua orang tertuju pada berita Irak, karena semua

menganggap bahwa Amerika terlalu arogan. Hanya demi ambisi pribadi Bush

untuk menangkap dan menggulingkan Saddam harus menyengsarakan rakyat

sipil Irak, termasuk anak-anak, ibu-ibu dan para orang tua. Mereka terusir dari

kampung halamannya.

Menurut J.B Wahyudi, ilmu jurnalistik hanya ada satu, tetapi

penerapannya ke dalam bentuk karya jurnalistik dapat melalui media massa

cetak dan elektronik/penyiaran. Penyajian melalui media massa cetak harus

disesuaikan dengan sifat fisik medianya. Demikian juga penyajian melalui

media massa elektronik, dengan tujuan agar isi pesan dapat diterima dan

dimengerti dengan baik oleh khalayak.5

Tayangan berita di televisi semakin beragam. Ditambah lagi acara

infotainment (news gossip) yang mencoba mengangkat berita dan peristiwa

seputar artis dan selebriti. Hampir semua televisi menampilkan acara

infotainment. Dan acara ini pun saling menjejal jam tayang, hingga bisa

dibilang acara infotainment ini adalah ciri khas broadcast TV Indonesia,

sebab di negara biang tumbuhnya broadcast yakni Amerika dan Inggris tidak

5Askurifai Baskin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, Simbiosa Rekatama Media. 2006.h.59 7

ada acara infotainment adanya news gossip. Berbeda dengan acara

pemberitaan (News & Sport), infotainment lebih banyak digarap oleh

Production house (PH) yang menjadi mitra stasiun televisi. Meskipun kini

banyak stasiun televisi yang membuat acara infotainment diproduksi oleh

inhouse misalnya Insert Investigasi di Trans TV, Go Show di RCTI, WAS

WAS di SCTV dan lain sebagainya. Inilah abad dimana setiap orang telah

menjadi dekat dengan dunia televisi.6

Tayangan kekerasan di media televisi, akhir-akhir ini tidak hanya

dijumpai dalam tayangan sinetron atau film-film cerita lepas yang diangkat

atas dasar sebuah sekenario. Kini tayangan kekerasan itu sudah merambah ke

program-program berita, sebagai tayangan yang hanya didasarkan atas laporan

sebuah fakta dan data, tanpa opini maupun improvisasi. Berita televisi sebagai

program yang hanya didasarkan atas temuan fakta dan data yang benar-benar

terjadi, merupakan program yang harus dijaga tingkat kepercayaannya di mata

publik. Sebab tayangan ini akan memiliki pengaruh yang besar bagi mereka.

Adegan kekerasan yang selama ini ditayangkan dalam program berita ternyata

lebih “berbahaya” dari pada program lain seperti film atau sinetron. Jika

dalam tayangan film atau sinetron kekerasan itu bisa dijelaskan, sebagai

sebuah adegan atas tuntutan sebuah skenario, sementara pada program berita,

adegan kekerasan itu betul-betul nyata dan terjadi di suatu tempat.

Salah satu program berita kriminalitas adalah program Patroli di

Indosiar. Patroli mengudara pada tahun 1997. Selama mengudara tayangan

Patroli disiarkan pada siang hari antara pukul 11.00-12.00 WIB (Waktu

6Anton Mabruri KN, Manajemen Produksi Program Acara TV Format Acara Non-Drama, News,&Sport, (Jakarta: PT.Grasindo.2013).h.34

8

Indonesia Barat). Program Patroli ini lahir dari keprihatinan akan maraknya

kriminalitas yang terjadi di tengah masyarakat dan perlu menjadi perhatian

khusus. Dan hingga saat ini program Patroli menjadi tayangan berita

kriminalitas nomor 1 (Satu) berdasarkan data AC Nielsen.7

Menurut Fitri Diani (Eksekutif Produser), selama Patroli mengudara

tidak pernah terjadi keluhan pemirsa atau complain nara sumber yang sangat

berat hingga berujung ke ranah hukum dan membuat Patroli dilarang

mengudara, Program berita Patroli menayangkan berita secara profesional.

Meski demikian program Patroli juga pernah “terpeleset” dan dianggap

melanggar rambu-rambu atas sebuah penayangan. Contohnya misalnya terkait

munculnya gambar kekerasan (misalnya pada saat tawuran). Seharusnya

gambar kekerasan tersebut atau gambar yang mengerikan diupayakan tidak

ditayangkan atau bisa saja ditayangkan tapi gambar tersebut harus diblur.8

Dari latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik meneliti dengan judul

penelitian “Kebijakan Redaksional Indosiar pada Program Patroli”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar tidak terlalu luas dalam pengelolaan data, maka penelitian ini

dibatasi pada konsep berita Patroli serta kebijakan redaksi pada stasiun

televisi Indosiar.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep berita patroli pada stasiun televisi Indosiar?

7Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni 2013 8Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni 2013 9

b. Bagaimana kebijakan redaksional Indosiar dalam penayangan berita

Patroli?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dari sekian pertanyaan yang diajukan di atas, peneliti memiliki tujuan

penelitian sebagai berikut:

a. Ingin mengetahui bagaimana konsep berita patroli pada stasiun televisi

Indosiar.

b. Ingin mengetahui bagaimana kebijakan redaksi Indosiar dalam

penayangan berita patroli.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada bagian

Ilmu Jurnalistik dalam konsep penyajian berita patroli dalam sebuah

media televisi.

b. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah:

1) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para praktisi

komunikasi, terlebih Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah (UIN) Jakarta Jurusan Konsentrasi Jurnalistik agar

lebih mengetahui bagaimana konsep penyajian berita patroli dalam

sebuah media televisi serta kebijakan seperti apa yang harus

diambil dalam pemilihan berita yang layak dan tidak layak muat. 10

2) Agar para mahasiswa dapat mengetahui bagaimana konsep berita

patroli dan penyajiannya pada stasiun televisi Indosiar.

3) Untuk melengkapi penelusuran koleksi skripsi dalam bidang

konsep berita patroli dan penyajiannya pada stasiun televisi

Indosiar pada perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

sehubungan dengan belum adanya penelitian khusus terhadap

konsep berita patroli dan penyajiannya pada stasiun televisi

Indosiar.

D. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif.

Metode kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan

sejumlah data, baik yang tertulis maupun lisan dari orang-orang serta tingkah

laku yang diamati. Dalam hal ini individu atau organisasi harus dipandang

sebagai bagian dari suatu keseluruhan. Artinya tidak boleh diisolasikan ke

dalam variable atau hipotesis.

Penelitian kualitatif dikemukakan dari sisi lainnya bahwa hal itu

merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah

dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau

sekelompok orang. Ternyata definisi ini hanya mempersoalkan satu metode

yaitu wawancara terbuka, sedangkan yang terpenting dari definisi ini

mempersoalkan apa yang diteliti yaitu upaya memahami sikap, pandangan

perasaan dan perilaku individu maupun sekelompok orang.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur 11

analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara

kuantifikasi lainnya.9

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh

teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di

lapangan. Oleh karena itu analisis data yang dilakukan bersifat induktif

berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat dikonstruksikan

menjadi hipotesis dan teori. Jadi dalam penelitian kualitatif melakukan analisis

data untuk membangun hipotesis.10

Pada umumnya jangka waktu penelitian kualitatif cukup lama, karena

tujuan penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan. Bukan sekedar

pembuktian hipotesis seperti dalam penelitian kuantitatif. Namun demikian

kemungkinan jangka penelitian berlangsung dalam waktu yang pendek, bila

telah ditemukan sesuatu dan datanya sudah jenuh. Ibarat mencari provokator,

atau mengurai masalah, atau memahami makna, kalau semua itu dapat

ditemukan dalam satu minggu, dan telah teruji kredibilitasnya, maka

penelitian kualitatif dinyatakan selesai, sehingga tidak memerlukan waktu

yang lama.11

Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah kualitatif dengan jenis atau model deskriptif, yang bertujuan

memberikan gambaran gambaran ini bisa berupa dokumentasi atau video

cuplikan berita Patroli dari hasil wawancara penulis dengan Fitri Diani

Eksekutif Produser program Patroli.

9Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Cetakan keduapuluh dua, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset,2006),h.6 10Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010.h.3 11Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif DAN R&D, Cetakan Kesebelas, Bandung: Alfabeta,2010.hlm.25 12

1. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Adapun teknik dan pengumpulan data, peneliti menggunakan cara-

cara seperti:

a. Dokumentasi : caranya mengumpulkan dokumen-dokumen terkait

dengan masalah yang diteliti serta dokumen pendukung lainnya yang

relevan dengan subtansi penelitian.

b. Wawancara mendalam: mewawancarai key informan yang relevan

dengan subtansi masalah penelitian. Adapun wawancara dilakukan

dengan redaksi Indosiar yaitu Fitri Diani (Eksekutif Produser), dan

Mohammad Yusuf S.Sos (Asisten Ahli Komisi Penyiaran Indonesia).

c. Observasi langsung: dalam penelitian media metode pengamatan atau

observasi yang dilakukan adalah melakukan kunjungan ke redaksi

Indosiar. Terhitung dari bulan Juni hingga bulan Desember 2013.

2. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh akan dianalisis melalui tiga alur kegiatan yang

akan dilakukan secara bersamaan, yakni melalui reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasi.

Reduksi data merupakan sebuah proses penelitian, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian dan transformasi data

kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Data kualitatif

disederhanakan atau ditransformasikan dalam aneka ragam cara, seperti

seleksi dan penyortiran ketat ringkasan atau uraian singkat penggolongan

dengan mencari pola yang lebih luas.

Penyajian data merupakan susunan sekumpulan informasi yang 13

memungkinkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Analisa

data kualitatif mulai dengan mencari arti benda-benda, mencatat

keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin,

alur sebab-akibat, dan proposisi. Peneliti akan menarik kesimpulan-

kesimpulan secara longgar, tetap terbuka dan skeptis namun kemudian

meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh.

Kesimpulan tersebut diverifikasi selama proses penelitian melalui

peninjauan atau pemikiran kembali pada catatan lapangan secara terperinci

dan seksama, bertukar pikiran dengan informan peneliti. Makna-makna

yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan

kecocokannya sehingga membentuk validitasnya.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah stasiun televisi Indosiar.

Sedangkan objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah kebijakan

redaksi Indosiar terhadap penayangan program Patroli.

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lokasi dimana program Patroli pada

Stasiun televisi Indosiar diproduksi, yaitu di SCTV Tower-Senayan City,

12th Floor, Jl. Asia Afrika Lot, 19, Jakarta 10270.

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan pengamatan langsung peneliti di perpustakaan Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, mengenai skripsi yang membahas 14 kebijakan redaksi terhadap program berita. Peneliti meninjau pada skripsi- skripsi yang sudah ada yang berkaitan dengan judul yang dianalisis peneliti.

Pertama, skripsi karya Ahmad Zakaria yang berjudul “Kebijakan

Redaksional Surat Kabar Republika dalam Penulisan Berita pada Rubrik

Internasional” yang membahas bagaimana kebijakan redaksi tersebut dapat diketahui dari proses-proses kerja yang dilaksanakan redaktur internasional, dan bagaimana kebijakan redaksi republika sendiri dalam menentukan tulisan berita yang layak dan tidak layak muat.

Kedua, skripsi karya Nurhasanah yang berjudul “Kebijakan

Redaksional Surat Kabar Media Indonesia Penulisan Editorial” yang membahas kebijakan redaksi tersebut tidak lepas dari ke lima faktor menurut skema hierarchy of influence yaitu faktor level individu, level rutinitas media, level organisasi, level ekstramedia, serta yang paling kuat mempengaruhi isi editorial adalah ideologi media. Dimana ideologi media ini mampu mengarahkan redaksi dalam membuat kebijakan.

Ketiga, skripsi karya Achmad Yani yang berjudul “Kebijakan

Redaksional Annida Online pada Kanal Citizen Journalism” yang membahas bagaimana penerapan kebijakan redaksi pada Annida Online, sehingga informasi dapat diakses tepat waktu demi memenuhi kebutuhan khalayak luas akan informasi yang akurat.

Tentu saja ini berbeda dengan penelitian yang akan peneliti lakukan.

Karena peneliti melakukan penelitian tentang Kebijakan Redaksional Indosiar

Pada Program Patroli. 15

Dengan demikian, keyakinan peneliti dalam menyusun tugas akhir ini

menjadi sangat berharga untuk menambah khazanah tentang media. Selain itu

dengan melakukan penelitian ini bisa menambah referensi buat perpustakaan

fakultas dan perpustakaan umum yang berada di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah serta teraturnya skripsi ini dan memberikan

gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan yang

dijadikan pokok dalam skripsi ini, maka peneliti mengelompokkan dalam lima

bab pembahasan, yaitu sebagai berikut:

BAB I Merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang Latar

Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan

Pustaka, serta Sistematika Penulisan.

BAB II Bab ini menjelaskan tentang pegertian kebijakan redaksional dan

Konsep Kebijakan Media Massa. Selain itu dalam bab ini juga

menjelaskan pengertian berita, jenis dan nilai nilai berita, dan etika

penayangan program berita.

BAB III Bab ini berisi gambaran umum stasiun televisi Indosiar dan

program patroli. Peneliti akan membahas tentang sejarah berdirinya

Indosiar dan membahas konsep berita patroli.

BAB IV Merupakan bab analisa dan temuan kebijakan redaksional Indosiar

dan penyajian konsep berita patroli. Bab ini membahas hasil dari 16

temuan data dan analisis data yang peneliti lakukan terhadap

stasiun televisi Indosiar sebagai objek penelitian.

BAB V Bab ini merupakan penutup dari penelitian ini yang berisikan

Kesimpulan dan Saran. BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kebijakan Redaksional

1. Pengertian Kebijakan Redaksional

Produk jurnalisme (berita), tidak dapat dipisahkan dari kebijakan

redaksional yang ada dalam newsroom, termasuk penghayatan nilai-nilai

jurnalisme yang dianut oleh redaktur dan jurnalis di lapangan. Kebijakan

redaksi adalah pedoman (baik tertulis maupun tidak tertulis), yang menjadi

buku suci redaksi dalam mengelola news room (mulai dari menentukan isu

liputan, angle liputan, memilih narasumber, penugasan, sampai format

tulisan dan sebagainya). Dengan kata lain, kebijakan redaksi (editorial

policy) merupakan kaidah bagi setiap langkah operasional pemberitaan.1

Kebijakan Redaksional (Editorial Policy) bisa disebut juga sebagai

ketentuan yang disepakati oleh redaksi media massa tentang kriteria berita

atau tulisan yang boleh dan tidak boleh dimuat atau disiarkan, juga kata,

istilah, atau ungkapan yang tidak boleh dan boleh dipublikasikan, sesuai

dengan visi dan misi media.

Kebijakan redaksi merupakan dasar pertimbangan suatu lembaga

media massa untuk memberitakan atau menyiarkan suatu berita. Kebijakan

redaksi juga merupakan sikap redaksi suatu lembaga media massa,

terutama media cetak, terhadap masalah aktual yang sedang berkembang,

yang biasanya dituangkan dalam bentuk tajuk rencana.

1Sumber:http://buntomi.wordpress.com/2007/03/06/menelaah-kebijakan-redaksi-pers- medan-dalam-memberitakan-isu-hivaids/(diakses 06 Maret 2007)

17 18

Kebijakan redaksi itu penting untuk menyikapi suatu peristiwa

karena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi

juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri. Kalau suatu media massa tidak

memiliki kebijakan redaksi, maka dapat dipastikan beritanya tidak akan

konsisten, karena ia tidak mempuyai pendirian dalam memberitakan suatu

peristiwa, ia menjadi keranjang sampah yang memuat apa saja.

Media massa yang beritanya tidak konsisten itu tidak akan

mendapat kredibilitas yang tinggi di mata khalayak. Padahal besar

tidaknya pengaruh suatu media massa tidak semata-mata pada jumlah

oplahnya atau banyaknya pendengar atau penontonnya, tetapi juga

kredibilitasnya.2

Kebijakan redaksi juga ditentukan oleh pemilik lembaga media

massa yang bersangkutan. Setiap lembaga media massa ada pemiliknya

dan dia memiliki berbagai kepentingan yang harus dijaga, seperti

kepentingan bisnis, politik dan sosial. Kepentingan bisnis misalnya dia

memiliki kegiatan bisnis di tempat lain; dan kepentingan sosial misalnya

dia menjadi pengurus partai politik atau anggota lembaga legislatif; dan

kepentingan sosial misalnya dia menjadi pengurus organisasi

kemasyarakatan (ormas), lembaga swadaya masyarakat (LSM), yayasan,

dan sebagainya.

Kebijakan redaksi yang juga sangat penting dalam media massa

adalah tajuk rencana. Tajuk rencana merupakan kebijakan redaksi yang

berisi sikap media massa yang ditulis secara terpisah dan berita yang

disiarkan oleh media massa yang bersangkutan.

2Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005).h.150 19

Malah sikap redaksi yang dituangkan dalam pemberitaan jauh lebih

berpengaruh dari pada tajuk rencana, karena sikap redaksi itu dapat

mendorong media massa untuk hanya memberitakan peristiwa yang sesuai

dengan sikap dan pandangan pimpinan media massa yang bersangkutan.

Dengan demikian, kebijakan redaksi merupakan salah satu unsur

yang penting dalam pemberitaan, baik sebagai sikap redaksi yang menjadi

pertimbangan untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu peristiwa

atau pernyataan maupun sikap redaksi yang dituangkan dalam bentuk

tajuk rencana.3

2. Konsep Kebijakan Media Massa

Sesungguhnya kebijakan media massa termasuk kebijakan

komunikasi, sebagai kebijakan komunikasi, kebijakan media massa

merupakan kebijakan publik. Itulah sebabnya kebijakan media massa

harus memiliki paling tidak lima kriteria, yaitu: (i) memiliki tujuan

tertentu; (ii) berisi tindakan pejabat pemerintah; (iii) memperlihatkan apa

yang akan dilakukan pemerintah; (iv) bisa bersifat positif atau negatif; dan

(v) bersifat memaksa (otoritatif).

Konteks kebijakan media massa adalah keterkaitan kebijakan

tersebut dengan sesuatu yang melingkupi dirinya, misalnya ekonomi

politik, politik komunikasi dan sebagainya. Konteks ini begitu penting.

Begitu pentingnya, sehingga ia bisa menentukan domain kebijakan media

massa.

Domain kebijakan media massa bermakna muatan nilai yang

dikandung kebijakan tersebut, seperti globalisasi, ekonomi global dan

3Ibid., h.156 20

sebagainya. Ia bisa disebut sebagai konteks kebijakan media massa.4

Karena media merupakan organisasi yang menyebarkan informasi yang

berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan

budaya dalam masyarakat. Oleh karenanya, sebagaimana dengan politik

atau ekonomi, media merupakan suatu sistem tersendiri yang merupakan

bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih luas.5

B. Penyajian Program Berita

1. Pengertian Berita

News atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan

menarik perhatian serta minat khalayak pendengar.6

Begitu banyak definisi berita atau “news” yang dapat diketahui

dari berbagai literatur, yang satu sama lain berbeda disebabkan

pandangan-pandangannya dari sudut yang berbeda.7

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa berita adalah jalan cerita

tentang peristiwa. Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung

dua hal, yaitu peristiwa dan jalan ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa

atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita.

Dalam kehidupan sehari-hari tentu banyak peristiwa. Tetapi

peristiwa yang diberitakan tergantung pada beberapa hal, antara lain:

a. Aktualitas

4http://ikuii.files.wordpress.com/2008/02/handout-_2-konsep-dasar-kebijakan-media- massa.pdf (diakses Februari 2008) 5H.Syaiful Rohim, Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, dan Aplikasi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009).h.160 6AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, (Bandung: Simbioasa Rekatama Media, 2005).h.64 7Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, PT.Citra Aditya Bakti,2003.h.130 21

b. Jarak (dekat jauhnya) peristiwa dari khalayak (pembaca, pendengar,

penonton)

c. Penting tidaknya orang/figur yang diberitakan

d. Keluarbiasaan peristiwa

e. Akibat yang mungkin ditimbulkan berita itu

f. Konflik dalam peristiwa

g. Perilaku seks

h. Kemajuan-kemajuan yang diberitakan

i. Emosi yang ditimbulkan oleh peristiwa

j. Humor yang terkandung dalam peristiwa8

Berita televisi senantiasa mengandung dua unsur, yaitu gambar dan

narasi. Namun demikian, kekuatan berita televisi terletak pada gambar.

Narasi bersifat mendukung atau menjelaskan gambar. Jangan menuliskan

narasi secara persis sama dengan gambar, jangan menuliskan narasi yang

tidak ada gambarnya. Jika harus menuliskan narasi yang tak ada

gambarnya, tulislah narasi atau itu pada lead.

Meski kekuatan berita televisi ada pada gambar, seorang jurnalis

tidak boleh mengabaikan narasi. Banyak gambar yang membutuhkan

narasi untuk menjelaskannya. Karena itu, jangan anggap enteng menulis

narasi. Confusius berkata, “Easy writing, hard listening. Hard writing,

easy listening.” Jika seorang jurnalis menulis narasi berita televisi secara

“asal-asalan”, pemirsa akan sulit mendengar atau mencernanya.

Sebaliknya, jika sorang jurnalis sunguh-sungguh ketika menulis narasi,

8Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005).h.55 22

pemirsa akan lebih mudah mendengar, mencerna atau memahaminya.

Dengan begitu, berita televisi merupakan perpaduan antara gambar dan

narasi. Namun, dalam memadukan keduanya, narasi harus mengikuti atau

berdasarkan pada gambar, inilah yang disebut write to pictures.Agar dapat

menerapkan prinsip write to pictures, seorang jurnalis harus mem preview

gambar sebelum menulis berita televisi.9

Semua berita adalah informasi, tetapi tidak semua informasi adalah

berita, karena berita adalah informasi yang mengandung nilai berita yang

telah diolah sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada pada ilmu jurnalistik,

dan yang sudah disajikan kepada khlayak melalui media massa periodik,

baik cetak maupun elektronik.

Realitas di tengah masyarakat, seperti peristiwa, pendapat, masalah

hangat, dan masalah unik akan menghasilkan fakta, dan hanya uraian fakta

yang mengandung nilai berita serta yang sudah disajikan melalui media

massa periodik yang dapat disebut sebagai berita.10

Masyarakat banyak sekali menerima informasi setiap hari,

misalnya: tetangga saya akan hajatan minggu depan, saudara saya masuk

rumah sakit, para pekerja memperbaiki jalan yang rusak parah di

lingkungan saya dan seterusnya. Namun apakah semua informasi tersebut

adalah berita yang dapat disiarkan media massa. Dalam hal ini berita

adalah informasi tetapi tidak semua informasi adalah berita. Lantas

informasi seperti apa yang dapat dijadikan berita. Masyarakat dapat

mendefinisikan bahwa berita adalah informasi yang penting dan atau

9Usman Ks, News Reporting & Writing,Penerbit Ghalia Indonesia, 2009.h.45 10J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, PT.Pustaka Utama Grafiti, 1996.h.27 23

menarik bagi khalayak audien.11

Sesuatu peristiwa, kejadian, gagasan dan fakta betapapun

aktualnya, betapapun menariknya, betapapun pentingnya jika tidak

dilaporkan atau diberitakan dan tidak disampaikan kepada umum untuk

diketahui umum bukanlah berita.12

2. Jenis dan Nilai Berita

Dalam dunia jurnalistik tidak jauh berbeda. Seorang wartawan

pemula misalnya, tidak akan mampu menulis pelaporan investigatif. Jenis

laporan seperti itu hanya bisa dikuasai dan dilakukan oleh wartawan senior

tingkat advance. Kebanyakan jurnalis hanya menguasai tingkat elementary

dan tingkat intermediate. Sedikit sekali yang menguasai tingkat advance.

Dalam dunia jurnalistik, berita berdasarkan jenisnya dapat dibagi kedalam

tiga kelompok itu: elementary, intermediate, advance.

Berita elementary mencakup pelaporan berita langsung (straight

news), berita mendalam (depth news report), dan berita menyeluruh

(comprehensive news report). Berita intermediate meliputi pelaporan

berita interpretatif (interpretative news report) dan pelaporan karangan-

khas (feature story report). Sedangkan untuk kelompok advance

menunjuk pada pelaporan penyelidikan (investigative reporting), dan

penulis tajuk rencana (editorial writing).13

Berita, baik berita elementary, intermediate, maupun advance,

berfungsi hanya menyajikan fakta dan atau pendapat secara informatif,

11Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Prenada Media Group, 2010.h.7 12Sedia Willing Bagus, Jurnalistik Petunjuk Praktis Menulis Berita, CV.Mini Jaya Abadi,1996.h.19 13AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, (Bandung: Simbioasa Rekatama Media, 2005).h.68 24

faktual, dan aktual. Disajikan secepatnya atau tidak kepada khalayak,

sangat tergantung dari nilai berita yang dikandungnya.

Meskipun ada jenis berita yang penyajiannya kepada khalayak

tidak terikat pada waktu karena nilai berita yang dikandungnya kurang

kuat, filosofi jurnalistik harus dipegang teguh, yaitu kecepatan dan

ketetapan isi pesan.14

Program informasi di televisi, sesuai dengan namanya,

memberikan banyak informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu penonton

terhadap sesuatu hal. Program informasi adalah segala jenis siaran yang

tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada

khalayak audien. Daya tarik program ini adalah informasi, program

informasi tidak hanya melulu program berita di mana presenter atau

penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk penyajian informasi

termasuk talk show (perbincangan) misalnya wawancara dengan artis,

orang terkenal atau dengan siapa saja. Program informasi dapat dibagi

menjadi dua bagian besar yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak

(soft news).15

Berdasarkan jarak atau jauh dekatnya suatu kejadian dengan

tempat publikasinya. Berita dapat dibagi atas:

a. Berita Lokal : yaitu berita-berita sekitar tempat publikasinya.

Misalnya kalau surat kabarnya terbit di Jakarta maka itu ialah berita-

berita sekitar Ibukota. Surat kabar Jawa Timur berita-berita di sekitar

wilayah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Timur.

14J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, PT Pustaka Utama Grafiti, 1996.h.28 15Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Prenada Media Group, 2010.h.25 25

b. Berita Regional : berita-berita dari satu wilayah atau kawasan

teretentu dari suatu negara di mana surat kabar tersebut terbit.

c. Berita Nasional : berita-berita yang mencakup kejadian yang memiliki

dampak yang cukup luas dari satu negara tempat sebuah surat kabar

bersangkutan terbit.

d. Berita Internasional : berita-berita yang cakupan wilayah

pengaruhnya jarak lebih luas yang dapat saja meliputi beberapa

kawasan atau negara tapi juga seluruh dunia

Sejalan dengan sistem pemerintahan dan kondisi geografis negara

saat ini, maka masyarakat juga mengenal istilah berita daerah, berita

nasional, dan berita internasional. Berita daerah selalu diartikan dengan

berita-berita yang terjadi di luar ibukota. Berita nasional bisa terjadi pula

di daerah asal pengaruh atau dampaknya mencakup seluruh negara

(nasional).16

Dari definisi tentang berita, masyarakat bisa merentang detil unsur-

unsur berita yang menjadi nilai berita. Unsur-unsur ini penting karena

menjadikan suatu berita bernilai. Seorang wartawan meliput suatu

peristiwa atau pendapat karena peristiwa atau pendapat itu bernilai berita.

Makin banyak nilai berita yang terkandung dalam suatu berita, makin

menarik atau makin bernilai berita tersebut.

Nilai-nilai berita yang akan dijelaskan berikut sesungguhnya juga

berlaku untuk media cetak. Untuk berita televisi, nilai-nilai berita tersebut

tidak ada artinya tanpa gambar. Berikut nilai-nilai berita tersebut dalam

16Sedia Willing Bagus, Jurnalistik Petunjuk Praktis Menulis Berita, CV.Mini Jaya Abadi,1996.h.27 26 konteks berita televisi. a. Aktual, segera (timeliness)

Aktualitas dalam berita televisi dihitung berdasarkan dimensi waktu

yang lebih dekat dibanding media cetak. Jika aktualisasi berita koran

adalah 1 x 24 jam, maka aktualitas berita televisi adalah per detik. “Per

detik” tentu bersifat simbolis untuk menggambarkan betapa ketatnya

aktualitas berita televisi. Makin cepat ditayangkan, makin aktual berita

televisi sehingga makin tinggi nilainya. Breaking news, live report,

headline news atau laporan terkini merupakan sarana untuk mencapai

nilai aktualitas suatu berita televisi. Tetapi, seperti disebutkan

sebelumnya, gambar dalam berita televisi bisa menjadikan peristiwa

atau berita lawas menjadi seolah aktual. b. Berguna (impact)

Berita televisi harus berguna atau memberi pengaruh bagi penonton

atau pemirsa. Dengan kekuatan gambarnya, berita televisi, menurut

banyak pakar, punya pengaruh yang lebih besar dibandingkan berita

media cetak.

Berita televisi tentu saja bisa berdampak positif atau negatif. Berita

kriminal atau kekerasan boleh jadi berdampak negatif bagi penonton.

Namun, ada pakar yang berpendapat, kekerasan yang disajikan televisi

bisa menjadi katarsis atau penyaluran hasrat agresif dalam diri manusia

sehingga justru menjadikan penonton tidak melakukan kekerasan.

Menurut teori katarsis itu, dengan menonton kekerasan di media

massa, hasrat agresif pemirsa sudah tersalurkan sehingga mereka tak 27

perlu lagi melakukan kekerasan. Berita tsunami di Aceh tentu

berdampak positif, anatara lain membuat orang terkejut hatinya

membantu korban. c. Menonjol (prominent)

Berita televisi harus menonjol atau punya magnitude sehingga bisa

menarik perhatian penonton. Berita tentang tsunami Aceh yang

menimbulkan begitu banyak korban tentu merupakan berita menonjol

dan menarik penonton di Indonesia, bahkan dunia. Dengan kekuatan

gambarnya, berita televisi tentu lebih menonjol dibandingkan berita

media cetak. Misalkan, koran dan televisi sama-sama menyajikan

berita tsunami Aceh, tentu berita televisi lebih menonjol karena

kekuatan gambarnya dibanding koran. d. Kedekatan (proximity)

Berita tentang unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak

di Istana Negara tentu lebih menarik bagi pemirsa di Indonesia.

Namun, kedekatan tidak hanya bermakna fisik atau geografis, juga

bermakna psikologis. Misalnya, berita konflik Timur Tengah tentu

menarik sebagian besar penonton di Indonesia karena kesamaan

agama. Gambar dalam berita televisi bisa membuat penonton merasa

makin dekat dengan suatu peristiwa. e. Konflik (conflict)

Konflik, mulai konflik rumah tangga, selebritas, hingga perang,

senantiasa menarik perhatian. Apalagi, jika konflik tersebut misalnya

bentrokan antara mahasiswa dengan polisi saat unjuk rasa kenaikan

harga bahan bakar minyak (BBM), ada gambarnya, orang tentu makin 28

tertarik menyaksikannya. f. Sedang Menjadi Pembicaraan (currency)

Publik tentu punya agenda atau bahan pembicaraan setiap harinya.

Dalam teori komunikasi, inilah yang disebut agenda publik. Ketika

pemerintah menaikkan harga BBM, misalnya, publik tentu

membicarakannya. Bukan saja membicarakan, publik boleh jadi turun

ke jalan, berdemo memprotes kenaikkan harga BBM itu. Televisi harus

meliputnya karena ini akan menarik perhatian penonton; publik tentu

tertarik dengan agenda mereka.

Namun demikian, televisi tidak melulu harus mengekor dengan agenda

publik. Jika hanya memberitakan agenda publik, televisi hanya

melakukan news gathering. Televisi harus menjadi pelopor dengan

memberitakan suatu agenda yang mungkin luput dari pembicaraan atau

perhatian publik. Televisi bisa mendesain suatu isu untuk menjadi

berita, dan inilah yang disebut news making. Menurut teori

komunikasi, televisi yang mempraktikkan news making adalah sedang

membuat agenda, jika menarik dan menyangkut kepentingan publik,

penonton tentu akan tertarik dengan agenda media yang menjadi berita

itu.

Intinya adalah, angkatlah berita yang menjadi pembicaraan publik,

angkatlah berita yang menyentuh kepentingan publik. Dengan

kekuatan gambarnya, berita televisi akan lebih besar kemungkinannya

menjadi pembicaraan publik dibanding berita media cetak. g. Mengandung Unsur Manusiawi (human interest)

Tidak ada kisah yang paling menarik selain kisah tentang manusia. 29

Berita televisi yang baik adalah berita yang mengandung unsur

manusiawi, human interest. Jika Anda menulis suatu peristiwa menjadi

berita televisi, tulislah pertama-tama tentang dampak peristiwa atau

kejadian tersebut terhadap manusia.17

Berkaitan itu, ada beberapa pendapat sesuatu bisa dikategorikannya

mempunyai nilai berita. Johan Galtung and Marie Holmboe Ruge (1995)

pernah memberikan kriteria sebagai berikut; Frequency, Negativity,

Unexpectedness, Unambiguity, Personalization, Meaningfulness,

Reference to elite nations, Reference to elite persons, Conflict, Contiunity,

Consonance, dan Composition. Sementara itu, bagi Bell A. (1991) nilai

berita meliputi; Competition, Cooptation,Prefabrication, Predictability.

Selanjutnya, Ashadi Siregar (1982) juga pernah menyodorkan sesuatu

dikatakan mempunyai nilai berita sebagai berikut; significance (penting),

magnitude (besar), timelines (waktu), proximity (dekat), prominance

(tenar), human interest (manusiawi).18

Nilai berita antara lain ditentukan oleh jarak antara penonton dan

peristiwa. Makin dekat peristiwa itu dengan penonton, maka makin perlu

diberitakan secara terperinci. Misalnya kalau ada pesawat jatuh di luar

negeri, maka cukup diberitakan bahwa ada pesawat jatuh, nama

maskapainya, tempat jatuh, kota keberangkatan dan tujuan, jumlah

penumpang dan awaknya yang menjadi korban, dan nama-nama mereka

tidak perlu disebut satu per satu, karena lebih dekat dengan penonton, dan

mungkin sebagian besar keluarganya tinggal di Indonesia dan tentu ingin

17Usman Ks, Television News Reporting & Writing,Penerbit Ghalia Indonesia,2009.h.20 18Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, PT Raja Grafindo Persada.2009.h.52 30

tahu nasibnya.19

3. Etika Penayangan Program Berita

Frederick Shook, dalam buku Television News Writing,

mendefinisikan etika sebagai aturan tentang kehidupan dan perilaku

pribadi atau aturan yang terkait dengan pekerjaan atau profesi. Dalam

dunia jurnalistik, kita mengenal istilah etika jurnalistik. Bedasarkan

definisi etika tersebut, etika jurnalistik bisa didefinisikan sebagai

seperangkat aturan yang terkait dengan pekerjaan jurnalistik yang berlaku

bagi pekerja pers atau media.

Barbara MacKinnon, dalam buku Ethics: Theory and

Contemporary Issues, mendefinisikan etika sebagai serangkaian nilai dan

prinsip yang harus dipatuhi oleh individu atau kelompok. Dengan

demikian, etika jurnalistik adalah serangkaian nilai dan prinsip yang harus

dipatuhi oleh individu jurnalis atau pers/media.

Etika media massa yang juga menonjol dan amat penting

peranannya dalam perkembangan media massa di Indonesia adalah etika

penyiaran. Peraturan yang dikategorikan sebagai etika penyiaran di sini

adalah Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran yang

dibuat oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) berdasarkan Keputusan KPI

Nomor 009/SK/KPI/8/2004.

Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran

dikategorikan sebagai etika karena menurut L.J.van Apeldoorn semua

peraturan yang mengandung petunjuk bagaimana manusia hendaknya

bertingkah laku, jadi peraturan-peraturan yang menimbulkan kewajiban-

19Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat: Kalam Indoneisa, 2005).h.77 31

kewajiban bagi manusia disebut etika. Karena itu, etika meliputi

peraturan-peraturan tentang agama, kesusilaan, hukum, dan adat.

Selain itu Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program

Siaran dikategorikan sebagai etika, karena ada satu faktor mendasar yang

tidak dipenuhi oleh peraturan itu untuk disebut peraturan hukum, yaitu

bahwa Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran tidak

pasti bisa dilaksanakan, sedang salah satu ciri peraturan hukum ialah

bahwa ia harus pasti bisa dilaksanakan. Itulah yang disebut kepastian

hukum.20

Pelanggaran etika biasanya membawa konsekuensi atau sanksi

sosial. Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik biasanya

dilakukan oleh dewan pers. Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik

dilakukan oleh organisasi wartawan dan perusahaan pers. Dalam konteks

ini, pelanggaran etika bisa mendatangkan kerugian media di mata publik.

Sebagai contoh, ketidakakuratan berita dalam suatu media menyebabkan

media tersebut harus melakukan ralat, dan ini sedikit banyaknya akan

mengurangi kredibilitas media bersangkutan di mata publik. Sebagaimana

sudah diungkapkan, pada gilirannya media akan kehilangan audiens.

Namun, pelanggaran etika juga bisa mendatangkan konsekuensi

atau sanksi legal. Pelanggaran hak-hak pribadi narasumber bisa membuat

narasumber menyomasi media. Jika tuntutan dalam somasi itu tak

dipenuhi, narasumber bisa membawa kasus ini ke pengadilan.21

Dalam menjalankan tugasnya, stasiun televisi mempunyai

20Sudirman Tebba, Etika Media Massa Indonesia, Pustaka Irvan. 2008.h.119 21Usman Ks, Television News Reporting & Writing, Penerbit Ghalia Indonesia, 2009.h.104 32 kebijakan redaksi nya sendiri agar penayangan programnya mengacu pada peraturan yang ada. Di Indonesia saat ini banyak organisasi wartawan.

Karena itu, kode etik jurnalistik juga berbagai macam, antara lain kode etik jurnalistik televisi Indonesia, kode etik wartawan Indonesia, dan kode etik jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Untuk menegakkan martabat, integritas, dan mutu Jurnalis Televisi

Indonesia, serta bertumpu kepada kepercayaan masyarakat, dengan ini

Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) menetapkan Kode Etik Jurnalis

Televisi, yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh jurnalis Televisi

Indonesia. Jurnalis Televisi Indonesia mengumpulkan dan menyajikan berita yang benar dan menarik minat masyarakat secara jujur dan bertanggung jawab. a. Bab 1 Ketentuan Umum

Pasal 1 :Kode Etik Jurnalis Televisi adalah pedoman perilaku jurnalis

televisi dalam melaksanakan profesinya. b. Bab 2 Kepribadian

Pasal 2 :Jurnalis Televisi Indonesia adalah pribadi mandiri dan bebas

dari benturan kepentingan, baik yang nyata maupun terselubung.

Pasal 3 :Jurnalis Televisi Indonesia menyajikan berita secara akurat,

jujur dan berimbang, dengan mempertimbangkan hati nurani.

Pasal 4 :Jurnalis Televisi Indonesia tidak menerima suap dan

menyalahgunakan profesinya. c. Bab 3 Cara Pemberitaan

Pasal 5 :Dalam menayangkan sumber dan bahan berita secara akurat, 33 jujur dan berimbang, Jurnalis Televisi Indonesia :

1) Selalu mengevaluasi informasi semata-mata berdasarkan kelayakan

berita, menolak sensasi, berita menyesatkan, memutar balikkan

fakta, fitnah,cabul dan sadis.

2) Tidak menayangkan materi gambar maupun suara yang

menyesatkan pemirsa.

3) Tidak merekayasa peristiwa, gambar maupun suara untuk dijadikan

berita.

4) Menghindari berita yang memungkinkan benturan yang berkaitan

dengan masalah SARA.

5) Menyatakan secara jelas berita-berita yang bersifat fakta, analisis,

komentar dan opini.

6) Tidak mencampur-adukkan antara berita dengan advertorial.

7) Mencabut atau meralat pada kesempatan pertama setiap

pemberitaan yang tidak akurat dan memberikan kesempatan hak

jawab secara proporsional bagi pihak yang dirugikan.

8) Menyajikan berita dengan menggunakan bahasa dan gambar yang

santun dan patut, serta tidak melecehkan nilai-nilai kemanusiaan.

9) Menghormati embargo dan off the record.

Pasal 6 :Jurnalis Televisi Indonesia menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah.

Pasal 7 :Jurnalis Televisi Indonesia dalam memberitakan kejahatan susila dan kejahatan anak dibawah umur, wajib menyamarkan identitas wajah dan suara tersangka maupun korban.

Pasal 8 :Jurnalis Televisi Indonesia menempuh cara yang tidak tercela 34

untuk memperoleh bahan berita.

Pasal 9 :Jurnalis Televisi Indonesia hanya menyiarkan bahan berita

dari stasiun lain dengan izin.

Pasal 10 :Jurnalis Televisi Indonesia menunjukkan identitas kepada

sumber berita pada saat menjalankan tugasnya.

d. Bab 4 Sumber Berita

Pasal 11 :Jurnalis Televisi Indonesia menghargai harkat dan martabat

serta hak pribadi sumber berita.

Pasal 12 :Jurnalis Televisi Indonesia melindungi sumber berita yang

tidak bersedia diungkap jati dirinya.

Pasal 13 :Jurnalis Televisi Indonesia memperhatikan kredibilitas dan

kompetensi sumber berita.

e. Bab 5 Kekuatan Kode Etik

Pasal 14 :Kode Etik Jurnalis Televisi ini secara moral mengikat setiap

Jurnalis Televisi Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Jurnalis

Televisi Indonesia (IJTI).22

Kode etik jurnalis televisi ini ditetapkan kembali dalam Kongres ke-

2 IJTI pada tanggal 27 Oktober 2002, dan dikukuhkan kembali dengan

perubahan seperlunya pada kongres ke-3 IJTI di Jakarta pada 22 Juli 2005.

Jadi wartawan televisi harus menjiwai kode etik jurnalistik. Dalam

menjalankan profesinya, ketaatan terhadap kode etik jurnalistik dari

seorang wartawan televisi harus sudah ada dalam naluri. Jika seorang

wartawan melakukan kesalahan dan dia adalah orang pertama yang

mengetahui bahwa dia salah maka wartawan tersebut seharusnya langsung

22http://nurul.blog.undip.ac.id/files/2009/09/kode-etik-jurnalistik-televisi- indonesia.pdf(diakses September 2009) 35

meminta maaf.

Kode etik jurnalistik dibuat untuk menghindari terjadinya

malpraktek atau penyalahgunaan profesi, menghindari persaingan tidak

sehat, melindungi pelaksanaan tugas profesi dan sebagai salah satu “alat”

masyarakat memahami profesi wartawan.

Terdapat empat asas kode etik jurnalistik yang harus dipenuhi oleh

wartawan TV, yaitu asas profesionalisme, demokratis, moralitas dan

supremasi hukum. Profesionalisme berkaitan dengan berita yang akurat,

jelas dan teruji. Berkaitan dengan moralitas wartawan tidak boleh beritikad

buruk, tidak berprasangka dan diskriminatif, menghormati privacy, tidak

membuat berita secara cabul dan sadis, serta dapat mengakui kesalahan.

Untuk memenuhi asas demokratis wartawan harus dapat menghasilkan

berita berimbang, independen, serta melayani hak jawab dan hak koreksi.

Selain itu wartawan juga harus mentaati hukum dengan tidak melakukan

plagiat, menghormati prinsip praduga tak bersalah, tidak

menyalahgunakan profesi dan memiliki hak tolak.23

Di dunia penyiaran, penyajian berita dapat dilakukan oleh penyiar

berita maupun oleh reporter. Paling ideal adalah jika seorang penyiar

berita bertindak sekaligus sebagai reporter, yang lazim disebut sebagai

newscasters. Akan tetapi tidak semua reporter dapat menjadi penyiar

berita, sedangkan semua penyiar berita dapat menjadi reporter. Untuk

menjadi penyiar berita, seorang reporter harus memiliki persyaratan

khusus di bidang penampilan dan volume suara.24

23www.arsipberita.com 24J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, PT Pustaka Utama Grafiti, 1996.h.33 36

Dalam penayang program berita stasiun televisi harus mematuhi

Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) yang

diatur oleh sebuah lembaga yang disebut Komisi Penyiaran Indonesia

(KPI). Dan yang dibahas disini adalah rambu-rambu yang harus ditaati

dalam penayang program berita Patroli. Ada beberapa rambu umum yang

harus benar-benar ditaati, yaitu:

a. Tidak menayangkan adegan asusila/mesum.

b. Gambar yang mengerikan/menjijikkan serta gambar jenazah

diupayakan tidak ditayangkan atau ditayangkan tetapi diblur.

c. Produser harus teliti dan melakukan cek dan ricek sebelum program

ditayangkan.

d. Tidak mewawancarai anak tentang sebuah peristiwa yang dapat

membangkitkan perasaan trauma.

Untuk menegakkan ketentuan hukum yang diataur dalam undang-

undang penyiaran maka diatur pula sanksi terhadap pelanggaran ketentuan

itu. Selain itu undang-undang penyiaran juga mengatur ketentuan pidana

bagi yang melanggar ketentuan hukum yang ditetapkan dalam undang-

undang ini. Ketentuan pidana dalam UU No: 24 Tahun 1997 jauh lebih

rinci dari pada ketentuan pidana alam UU No: 32 Tahun 2002. Mungkin

ini karena UU No: 24 Tahun 1997 dibuat di zaman Orde Baru yang

otoriter, sedang UU No: 32 Tahun 2002 dibuat di era reformasi yang lebih

demokratis.25

Kemerdekaan pers merupakan sarana terpenuhinya hak asasi

manusia untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi. Dalam

mewujudkan kemerdekaan pers, wartawan Indonesia menyadari adanya

25Sudirman Tebba, Hukum Media Massa Nasional, Penerbit Pustaka Irvan, 2007.h.143 37 tanggung jawab sosial serta keberagaman masyarakat.

Guna menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak- hak masyarakat diperlukan suatu landasan moral/etika profesi yang bisa menjadi pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalitas wartawan. Atas dasar itu, wartwawan Indonesia menetapkan Kode Etik: a. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh

informasi yang benar. b. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh

dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber

informasi. c. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak

mencampurkan fakta dengan opini, berimbang dan selalu meneliti

kebenaran informasi, serta tidak melakukan plagiat. d. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta,

fitnah, sadis, dan cabul, serta tidak menyebut identitas korban

kejahatan susila. e. Wartawan Indonesia tidak menerima suap, dan tidak meyalahkan

profesi. f. Wartawan Indonesia memiliki Hak Tolak, menghargai ketentuan

embargo, informasi latar belakang dan off the record sesuai

kesepakatan. g. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam

pemberitaan serta melayani Hak Jawab. 38

Pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran kode etik

ini sepenuhnya diserahkan kepada jajaran pers dan dilaksanakan oleh

organisasi yang dibentuk itu.26

26 Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, PT Raja Grafindo Persada, 2009.h.315 BAB III

GAMBARAN UMUM

STASIUN TELEVISI INDOSIAR DAN PROGRAM PATROLI

A. Stasiun Televisi Indosiar

1. Sejarah Berdirinya Indosiar dan Perkembangan Indosiar

Stasiun televisi Indosiar merupakan stasiun televisi swasta di

Indonesia. Awal mula kemunculan PT Indosiar Karya Media Tbk

(“IDKM”) di dirikan dengan nama PT Indovisual Citra Persada pada

tanggal 19 Juli 1991. Seiring berjalannya waktu IDKM mengubah

namanya menjadi PT Indosiar Karya Media pada tanggal 20 Agustus

2003. Dan pada tanggal 04 Oktober 2004 IDKM menjadi induk usaha dari

PT Indosiar Mandiri Visual (“Anak Perusahaan”) dengan kepemilikan

saham 99,99%. IDKM pun mencatatkan sahamnya di Bursa Efek

Indonesia dengan simbol IDKM.

Pada tanggal 13 Mei 2011 PT Elang Mahkota Teknologi Tbk

("Emtek") melakukan pembelian 551.708.684 saham IDKM yang dimiliki

oleh PT Prima Visualindo ("PV"). Pembelian saham ini diikuti dengan

Penawaran Tender Wajib terhadap seluruh sisa saham IDKM yang

dimiliki Publik. Dan setelah pembelian saham ini di adakan Rapat Umum

Pemegang Saham Tahunan, IDKM menyetujui antara lain perubahan

sususan anggota dewan komisaris dan direksi pada tanggal 28 Juni 2011.

Periode Penarawan Tender ini Wajib atas 1.473.905.135 saham

IDKM berakhir. Jumlah seluruh saham IDKM yang dimiliki oleh Emtek

setelah Penawaran Tender adalah 1.717.044.055 atau mewakili 84,77%

39 40 dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh IDKM pada tanggal 13 juli 2011. Dan pada tanggal 08 Oktober 2012 terjadi Pemecahan nilai nominal saham IDKM stock split yaitu 1 saham dipecah menjadi 5 saham baru, sehingga jumlah lembar saham berubah dari 2.025.613.819 lembar saham menjadi 10.128.069.095 lembar saham.

Setelah terjadi pemecahan nilai nominal saham, pada tanggal 05

April 2013 diadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Surya

Citra Media (“SCM”) dan IDKM. Dan IDKM pun mengakhiri perdagangan saham nya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 25 April

2013. Kemudian SCM dan IDKM pun di nyatakan bergabung secara efektif pada tanggal 01 Mei 2013.

Di sini juga dibahas tentang PT Indosiar Visual Mandiri (“Anak

Perusahaan”) berdiri sebagai badan hukum pada tanggal 19 Juli 1991.

Anak perusahaan ini mulai mengudara sebagai stasiun televisi nasional pada tanggal 11 Januari 1995. Dan pada tanggal 12 Maret 2001 anak perusahaan ini melakukan penawaran umum saham perdana dan mencatatkan saham nya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya

(“BEJ dan BES”) yang sekarang bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia.

Anak perusahaan ini pun mulai menerbitkan obligasi dengan nama obligasi 1 Indosiar tahun 2003 dengan tingkat bunga tetap 12,8% pertahun untuk jangka waktu 5 tahun pada tanggal 08 Agustus 2003. Dan pada tanggal 04 Oktober 2004 anak perusahaan ini menjadi anak perusahaan PT

Indosiar Karya Media Tbk dan melakukan delisting dari BEJ dan BES.

Ditahun 2009 anak perusahaan berinvestasi pada 22 anak perusahaan dalam rangka implementasi Sistem Stasiun Jaringan secara 41

bertahap. Dan pada tanggal 01 Mei 2013 anak perusahaan menjadi anak

perusahaan Surya Citra Media (SCM).

Stasiun Televisi Indosiar mulai mengudara pada tanggal 11 Januari

1996. Indosiar memiliki 34 transmisi di seluruh Indonesia yang

menjangkau 188 Kota/Kabupaten dan 25 Propinsi (75,758% wilayah

Indonesia), yaitu: Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Tegal,

Banyumas, Surabaya, Malang, Kediri, Madiun, Jember, Denpasar, Medan,

Palembang, Lampung, Makassar, Manado, Pontianak, Balikpapan,

Banjarmasin, Padang, Pekanbaru, Jambi, Jayapura, Pacitan, Cirebon,

Pangkal Pinang, Ambon, Bengkulu, Situbondo, Garut, Kupang, Bukit

tinggi, Batam.1

2. Visi dan Misi Indosiar

Visi dari stasiun televisi Indosiar yaitu Menjadi stasiun televisi

terkemuka dengan tayangan berkualitas yang bersumber pada in-house

production, kreativitas, dan sumber daya manusia yang handal.

Sedangkan Misi dari stasiun televisi Indosiar di sini yaitu

Futuristic adalah Berorientasi maju dengan terobosan baru. Innovative

yaitu Menjadi trensetter dengan ide orisinil. Satisfactoryyaitu

Mengutamakan kepuasan stakeholders. Yang terakhir Humanity yaitu

Perduli terhadap lingkungan sekitar.2

Yang di maksud visi dan misi yang di tuliskan di atas ialah

diharapkan agar stasiun televisi indosiar bisa menjadi stasiun televisi yang

1Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni 2013 2Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni 2013 42

terkemuka selalu menanyangkan tayangan-tayangan yang berkualitas dan

menjadi stasiun televisi nomor satu di hati para pemirsanya.

3. Konsep Program Indosiar

Konsep program Indosiar sendiri yaitu merujuk pada visi dan misi

perusahaan. Yaitu Berusaha maju dengan terobossan baru, menelurkan

program-program dengan ide orisinil, mengutamakan kepuasan pemirsa

dan peduli pada lingkungan serta keadaan masyarakat.

Jadi dari konsep yang di miliki oleh stasiun televisi Indosiar itu

Indosiar selalu berusaha menayangkan program-program yang

berkualiatas salah satu programnya yang dibahas di sini adalah program

patroli. Program patroli ini masih menjadi tayangan berita kriminalitas

nomor 1 (satu) berdasarkan data AC Nielsen.3

4. Target Audiens Indosiar

Target audiens Indosiar idealnya adalah seluruh penonton televisi

merupakan target audiens dari stasiun televisi. Namun, secara realistis

Indosiar juga harus melihat seperti apa karakteristik pemirsa setianya.

Sehingga program yang ada diupayakan membuat pemirsa setia bertahan,

tetapi juga menjangkau pemirsa-pemirsa televisi lainnya.

Karakteristik penonton Indosiar, berdasarkan penelitian AC

Nielsen, umumnya adalah kelas B_C_D. Kelas B-C-D tersebut merupakan

kelas menengah, umumnya wanita, usia bervariasi antara 30-50 tahun.4

3Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni 2013 4Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni 2013 43

B. Program Berita Patroli Indosiar

1. Sejarah Singkat Program Patroli

Patroli merupakan salah satu program berita kriminalitas yang di

tayangkan oleh stasiun televisi Indosiar. Patroli mulai mengudara pada

tahun 1997. Selama mengudara, tayangan Patroli disiarkan pada siang hari

antara pukul 11.00–12.00 WIB (Waktu Indonesia Barat). Program Patroli

lahir dari keprihatinan akan maraknya kriminalitas di tengah masyarakat

dan perlu menjadi perhatian khusus. Hingga saat ini Patroli masih menjadi

tayangan berita kriminalitas nomor 1 (satu) berdasarkan data AC Nielsen.

Program Patroli merupakan program berita kriminalitas yang

mendapat respon baik dari masyarakat. Karena sejauh ini belum pernah

terjadi keluhan pemirsa atau complain nara sumber yang sangat berat

hingga berujung ke ranah hukum dan membuat program Patroli di larang

mengudara. Karena Penayangan Patroli ini diharapkan masyarakat kian

sadar dan selalu waspada akan maraknya kriminalitas dan tindak kejahatan

sehingga harus lebih berhati-hati.

Dalam penayangnya redaksi punya kebijakan agar penayangan

Patroli harus mengacu pada aturan yang ada. Program apa pun yang di

produksi divisi news harus sesuai dengan kebijakan redaksi tidak

terkecuali program Patroli. Kebijakan redaksi itu dibuat atas dasar usulan

yang diajukan ke forum rapat. Dari forum rapat kemudian direstui oleh

pimpinan news. Ada rambu-rambu umum yang harus ditaati, yaitu:

a. Tidak menayangkan adegan asusila/mesum. 44

b. Gambar yang mengerikan/menjijikkan serta gambar jenazah

diupayakan tidak ditayangkan atau ditayangkan tetapi diblur.

c. Produser harus teliti dan melakukan cek dan ricek sebelum program

ditayangkan.

d. Tidak mewawancarai anak tentang sebuah peristiwa yang dapat

membangkitkan perasaan trauma.5

Maksud 4 (empat) point rambu umum tersebut. Pertama, dengan

tidak menayangkan adegan asusila atau mesum, maksud adegan asusila

atau mesum itu, yaitu berupa tayangan yang tidak senonoh contohnya

seperti video asusila yang melibatkan artis Ariel dan Luna Maya, karena

dampaknya sangat membawa pengaruh buruk bagi masyarakat. Jadi

program Patroli benar-benar harus mentaati rambu-rambu yang telah

ditentukan. Kedua, yaitu dengan tidak menayangkan gambar yang

menjijikkan atau mengerikan serta gambar jenazah, maksud gambar

mengerikan atau menjijikkan di sini yaitu seperti gambar-gambar mayat

yang sudah membusuk, jelas itu sangat menjijikkan dampaknya pun sangat

tidak baik bagi para pemirsanya, mungkin bisa saja ditayangkan tetapi

gambar tersebut harus diblur. Ketiga, yaitu produser harus teliti dan

melakukan cek dan ricek sebelum program ditayangkan. Jadi produser

tersebut harus benar-benar teliti dalam menentukan berita yang layak

dimuat dan yang tidak layat dimuat. Untuk mengembangkan berita harus

disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan bagi pemirsa. Dalam rapat

mingguan di redaksi, selalu ada analisis dari pihak riset (Research dan

5Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni 2013 45

Development) Indosiar yang memberi masukkan tentang berita mana saja

yang kira-kira diminati oleh kalangan penonton dan berita mana saja yang

kurang diminati. Selain itu juga ada analisis tentang berita yang patut

dikembangkan. Keempat, yaitu dengan tidak mewawancarai anak tentang

sebuah peristiwa yang dapat membangkitkan perasaan trauma, contohnya

seperti kasus yang dialami oleh anak dari pasangan artis Nassar dan

Musdalifah yang dimana anaknya menjadi korban penculikkan,

seharusnya anak tersebut tidak diwawancarai atau ditanya-tanya seputar

penculikkan karena itu bisa membuat perasaan si anak ketakutan dan

trauma, tentu dampaknya sangat tidak baik untuk si anak karena dapat

mengganggu kekuatan mentalnya.

Kebijakan redaksi pemberitaan Indosiar pada dasarnya harus

sejalan dengan hukum dan peraturan pemerintah termasuk Komisi

Penyiaran Indonesia (KPI) yang telah membuat rambu-rambu Pedoman

Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). KPI selama ini

selalu memantau jika ada pelanggaran atas P3SPS dan memberikan

teguran jika memang ada materi yang dianggap menyalahi ketentuan.

2. Visi dan Misi Program Patroli

Visi dan Misi program Patroli yaitu mengacu pada visi dan misi

perusahaan. Yaitu visi dari program Patroli ini adalah menjadi program

televisi terkemuka dengan tayangan yang berkualitas, kreatif dan didukung

oleh sumber daya manusia yang handal.

Sedangkan misi dari program Patroli sendiri adalah Berorientasi

maju menjadi trensetter dengan ide orisinil. Mengutamakan kepuasan

pemirsa, serta peduli terhadap lingkungan sekitar. Sebagai tayangan 46

program berita, Patroli juga harus patuh pada rambu-rambu kode etik

jurnalistik, Undang-Undang (UU) Pokok Pers dan juga Pedoman Perilaku

Penyiaran dan Standar Program Siaran.6

Maksud visi dan misi program patroli yang dituliskan diatas ialah

diharapkan agar program Patroli selalu bisa menyajikan tayangan-

tayangan yang berkualitas dan kreatif, serta selalu bisa menjadi tayangan

berita kriminalitas nomor 1(satu) di hati masyarakat. Agar masyarakat

selalu berhati-hati dengan peristiwa kriminalitas dan tindak kejahatan yang

kian marak terjadi.

3. Konsep Program Patroli

Konsep program berita Patroli adalah mengutamakan peristiwa dan

kasus kriminalitas yang dekat dengan masyarakat. Penayangan Patroli

diharapkan membuat masyarakat kian sadar dan waspada akan tindak

kejahatan sehingga lebih berhati-hati.

Konsep program Patroli ditelurkan oleh manajemen Indosiar pada

1996 ketika masih dikelola PT. Prima Visualindo melalui PT. Indosiar

Karya Media Tbk (sebelumnya PT. Indovisual Citra Persada) yang tercatat

di Bursa Efek Indonesia (saat itu Bursa Efek Jakarta). Pada 13 Mei2011,

mayoritas saham PT. Indosiar Karya Media Tbk dibeli oleh PT Elang

Mahkota Teknologi Tbk yang merupakan pemilik SCTV (melalui PT

Surya Citra Media) dan O Channel. Sehingga ketiga stasiun televisi itu

berada dalam satu pengendalian.

Program Patroli bukan melulu berita kriminalitas meskipun

6Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni 2013 47

peristiwa kriminalitas mendominasi tayangan program Patroli. Patroli

menampilkan berita peristiwa di tengah masyarakat termasuk peristiwa

kriminalitas.

Penayangan Patroli juga diharapkan jadi pembelajaran bagi

masyarakat agar tidak melakukan tindak kejahatan, karena dampak

kejahatan yang dibuat harus ditanggung oleh pelaku, misalnya dijatuhi

hukuman. Penayangan program Patroli juga menjadi cerminan kondisi riil

di masyarakat yang sudah selayaknya jadi perhatian seluruh pihak,

termasuk pemerintah dan aparat penegak hukum.

Secara khusus tidak ada kerjasama antara patroli dengan tim

kepolisian dalam arti hitam di atas putih bahwa tim Patroli dan kepolisian

menjalin kerjasama. Kerjasama yang terjalin adalah seperti nara sumber

dan media massa pada umumnya.7

4. Susunan Redaksi Patroli

Redaksi Patroli adalah bagian dari susunan redaksi Indosiar.

a. Pemimpin Redaksi : Nurjaman Mochtar

b. Wakil Pemimpin Redaksi : Moh. Gafar Yudtadi

c. Penanggung Jawab Pemberitaan : Indria Purnama Hadi

d. Eksekutif Produser : Fitri Diani

e. Produser online : Nur Fuad – Medy Trianto (Produser Online adalah

produser yang bertugas menyusun rundown dan bertanggung jawab

atas penayangan berita dalam program Patroli).8

7Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni 2013 8Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni 2013 48

Berikut bagan sususan redaksi Patroli:

Pemimpin Redaksi

Wakil Pemimpin Redaksi

Penanggung Penanggung Penanggung Jawab

Jawab Jawab Teknis Pemberitaan

Tampilan/Show

Produser Eksekutif

Program Patroli

Koordinator

Produser Liputan

Patroli Tim Pendukung Produksi : Presenter,

Editor, Tim Grafis, Pengarah Acara,

Tim Teknis Studio, Dokumentasi a. Tim Peliput:

Reporter,Juru

Kammera, 9 ON AIR Kontributor

9 Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni 2013 BAB IV

ANALISA KEBIJAKAN REDAKSIONAL INDOSIAR PADA

PROGRAM PATROLI

A. Konsep Berita Patroli

Konsep dari berita Patroli itu sendiri adalah mengutamakan peristiwa

dan kasus kriminalitas yang dekat dengan masyarakat. Program Patroli ini

lahir dari keprihatinan akan maraknya kriminalitas yang terjadi di tengah

masyarakat dan perlu menjadi perhatian khusus.

Konsep program Patroli ini ditelurkan oleh manajemen Indosiar pada

1996 ketika masih dikelola PT. Prima Visualindo melalui PT. Indosiar Karya

Media Tbk (sebelumnya PT. Indovisual Citra Persada) yang tercatat di Bursa

Efek Indonesia (saat itu Bursa Efek Jakarta). Pada 13 Mei 2011, mayoritas

saham PT. Indosiar Karya Media Tbk dibeli oleh PT Elang Mahkota

Teknologi Tbk yang merupakan pemilik SCTV (melalui PT Surya Citra

Media) dan O Channel. Sehingga ketiga stasiun televisi itu berada dalam satu

pengendalian.

Dalam menyusun konsep berita kriminalitas terlebih dahulu harus

mempertimbangkan unsur 5W+1H serta kecepatan. Di tengah persaingan

media massa yang ketat, kecepatan menjadi syarat penting dalam menyusun

berita. Selain itu dari sisi rundown juga harus mempertimbangkan unsur audio

atau video. Artinya untuk berita televisi, gambar punya pengaruh yang sangat

kuat karena ketertarikan pemirsa atas suatu berita tertentu, harus dibangun dari

awal. Sehingga pemilihan gambar-gambar menarik tentu harus dikedepankan

pula.

49 50

Cara menyusun rundown adalah dengan mempertimbangkan bahwa pemirsa harus menonton dari awal sampai akhir. Dalam konsep berita televisi, harus mempertimbangkan nilai berita sekaligus show atau bagaimana menyampaikan program berita ke hadapan pemirsa. Sehingga, berita menarik harus disebar ke dalam segmen-segmen yang ada. Untuk program Patroli ada

3 (tiga) segmen berita. Biasanya, kami menyusun berita tergantung dari kekuatan gambar maupun kekuatan berita tersebut. Sehingga di seluruh segmen, tetap ada berita yang menarik untuk disimak pemirsa. Penyusun rundown adalah produser online dibantu oleh produser offline yang bertugas mengedit berita-berita yang masuk dalam rundown. Selain menyusun rundown, produser online bertugas menyusun materi naskah untuk presenter dan juga memimpin siaran saat berada di panel room.

Untuk memperoleh berita kriminalitas, seorang jurnalis memang harus hunting atau reportase mencari sember-sumber informasi tentang adanya kasus-kasus kriminalitas. Karena itu kedekatan dengan sumber-sumber berita menjadi penting. Misalnya dengan kepolisian, petugas kamar jenazah, sopir ambulans, dan sumber-sumber tak resmi lain di lapangan. Namun ada kalanya berita kriminalitas itu dikembangkan dari peristiwa yang sudah terjadi.

Misalnya ketika ada kasus pembunuhan Holly, maka wartawan harus mengejar, siapa pelakunya, apa motifnya, dan seterusnya. Untuk mendapatkan berita kriminalitas, tidak ada kriteria khusus, dan yang penting berita tersebut mengandung unsur pelanggaran pidana atau perdata. Namun yang perlu diingat, Patroli tidak semata memuat berita kriminalitas. Patroli juga memuat beragam peristiwa. Misalnya banjir, kecelakaan, bencana, dan lain-lain. 51

Untuk mengembangkan berita itu sendiri harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan bagi pemirsa. Dalam rapat mingguan di redaksi, selalu ada analisis dari pihak riset (Research dan Development) Indosiar yang memberi masukkan tentang berita mana saja yang kira-kira diminati oleh kalangan penonton dan berita mana saja yang kurang diminati. Selain itu juga ada analisis tentang berita yang patut dikembangkan.

Dalam edisi ramadhan program Patroli menayangkan konsep yang berbeda dengan menambahkan ceramah atau pesan-pesan ustadz di akhir segmen program Patroli. Namun pesan ustadz ini tidak seterusnya ditayangkan. Tetapi pesan ustadz ini hanya ditayangkan pada bulan

Ramadhan, disesuaikan dengan kondisi yang terjadi di masyarakat dimana mayoritas penonton Patroli adalah umat Islam. Pesan ustadz tersebut sifatnya sebagai bentuk untuk mengingatkan masyarakat bahwa kejahatan atau kriminalitas itu bukan untuk ditiru, tetapi untuk diambil hikmah dan langkah pencegahannya. Di luar Ramadhan kami rasa kurang tepat jika terus menerus menampilkan sosok ustadz, karena pemirsa berasal dari kalangan agama yang beragam. Saat ceramah ustadz di segmen akhir program Patroli ditayangkan ratingnya mengalami penurunan. Masyarakat sepertinya masih lebih suka dengan gaya nasehat menghibur seperti yang pernah ditampilkan di RCTI

(Bang Napi). Sehingga segmen ceramah ustadz sulit dipertahankan dalam jangka waktu panjang karena berdasarkan survei, kurang diminati pemirsa.

Secara khusus tidak ada kerjasama antara patroli dengan tim kepolisian dalam arti hitam di atas putih bahwa tim Patroli dan kepolisian menjalin kerjasama. Kerjasama yang terjalin adalah seperti nara sumber dan media 52

massa pada umumnya.1

Jadi Program Patroli bukan melulu berita kriminalitas meskipun

peristiwa kriminalitas mendominasi tayangan program Patroli. Patroli

menampilkan berita peristiwa di tengah masyarakat termasuk peristiwa

kriminalitas. Sehingga Patroli lebih di kenal sebagai tayangan berita

kriminalitas. Dan terbukti hingga saat ini Patroli masih menjadi tayangan

berita kriminalitas nomor 1 (satu) berdasarkan data AC Nielsen.

Dengan adanya Program Patroli diharapkan membuat masyarakat kian

sadar dan waspada akan tindak kejahatan sehingga dapat lebih berhati-hati.

Penayangan Patroli juga diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi

masyarakat agar tidak melakukan tindak kejahatan, karena dampak kejahatan

yang dibuat harus ditanggung oleh pelaku, misalnya dijatuhi hukuman.

Penayangan program Patroli juga menjadi cerminan kondisi riil di

masyarakat yang sudah selayaknya jadi perhatian seluruh pihak, termasuk

pemerintah dan aparat penegak hukum.

B. Kebijakan Redaksi Indosiar dalam Penayangan Program Patroli

Kebijakan redaksi dibuat atas dasar usulan yang diajukan ke forum

rapat. Dari forum rapat kemudian direstui oleh pimpinan news.

Dalam hal ini redaksi punya kebijakan agar penayangan Patroli harus

mengacu pada aturan yang ada. Ada beberapa rambu yang harus benar-benar

ditaati, yaitu:

1. Tidak menayangkan adegan asusila atau mesum.

1Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar 25 Juni 2013 53

2. Gambar yang mengerikan atau menjijikkan serta gambar jenazah

diupayakan tidak ditayangkan atau tetap ditayangkan tetapi diblur.

3. Produser harus teliti dan melakukan cek dan ricek sebelum program

ditayangkan.

4. Tidak mewawancarai anak tentang sebuah peristiwa yang dapat

membangkitkan trauma.2

Maksud 4 (empat) point rambu umum tersebut. Pertama, dengan tidak

menayangkan adegan asusila atau mesum, maksud adegan asusila atau mesum

itu, berupa tayangan yang tidak senonoh contohnya seperti video asusila yang

melibatkan artis Ariel dan Luna Maya, karena dampaknya sangat membawa

pengaruh buruk bagi masyarakat. Jadi program Patroli benar-benar harus

mentaati rambu-rambu yang telah ditentukan. Kedua, yaitu dengan tidak

menayangkan gambar yang menjijikkan atau mengerikan serta gambar

jenazah, maksud gambar mengerikan atau menjijikkan di sini yaitu seperti

gambar-gambar mayat yang sudah membusuk, jelas itu sangat menjijikkan

dampaknya pun sangat tidak baik bagi para pemirsanya, mungkin bisa saja

ditayangkan tetapi gambar tersebut harus diblur. Ketiga, yaitu produser harus

teliti dan melakukan cek dan ricek sebelum program ditayangkan. Jadi

produser tersebut harus benar-benar teliti dalam menentukan berita yang layak

dimuat dan yang tidak layat dimuat. Untuk mengembangkan berita harus

disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan bagi pemirsa. Dalam rapat

mingguan di redaksi, selalu ada analisis dari pihak riset (Research dan

Development) Indosiar yang memberi masukkan tentang berita mana saja

2Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar 25 Juni 2013 54 yang kira-kira diminati oleh kalangan penonton dan berita mana saja yang kurang diminati. Selain itu juga ada analisis tentang berita yang patut dikembangkan. Keempat, yaitu dengan tidak mewawancarai anak tentang sebuah peristiwa yang dapat membangkitkan perasaan trauma, contohnya seperti kasus yang dialami oleh anak dari pasangan artis Nassar dan

Musdalifah yang dimana anaknya menjadi korban penculikkan, seharusnya anak tersebut tidak diwawancarai atau ditanya-tanya seputar penculikkan karena itu bisa membuat perasaan si anak ketakutan dan trauma, tentu dampaknya sangat tidak baik untuk si anak karena dapat mengganggu kekuatan mentalnya.

Rapat redaksi sangat menentukan berita mana saja yang akan diambil.

Namun, pemikiran berita mana saja yang diambil tentu dengan mempertimbangkan sejumlah faktor, misalnya unsur kedekatan dengan pemirsa (sesuai riset AC Nielsen), seberapa besar dampak dari pemberitaan tersebut bagi pemirsa, serta mempertimbangkan juga nilai berita yang terkandung di dalamnya.

Kebijakan redaksi pemberitaan Indosiar pada dasarnya harus sejalan dengan hukum dan peraturan pemerintah termasuk Komisi Penyiaran

Indonesia (KPI) yang telah membuat rambu-rambu Pedoman Perilaku

Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). KPI selama ini selalu memantau jika ada pelanggaran atas P3SPS dan memberikan teguran jika memang ada materi yang dianggap menyalahi ketentuan.

Sebagai tayangan program berita, Patroli harus patuh pada rambu- rambu kode etik jurnalistik, UU pokok pers dan juga Pedoman Perilaku 55

Penyiaran dan Standar Program Siaran.

Namun meski sudah berupaya menayangkan berita secara profesional,

tak urung program Patroli juga pernah “terpeleset” dan di anggap melanggar

rambu-rambu atas sebuah penayangan. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

pernah beberapa kali melayangkan teguran, misalnya terkait munculnya

gambar kekerasan (misalnya pada saat tawuran). Tetapi sejauh ini belum

pernah terjadi keluhan pemirsa atau complain nara sumber yang sangat berat

hingga berujung ke ranah hukum dan membuat program Patroli dilarang

mengudara.

C. Analisis Kebijakan Tayangan Berita Patroli

Pada bab ini peneliti akan menganalisis kebijakan redaksi pada

penayangan program patroli. Produk jurnalisme (berita), tidak dapat

dipisahkan dari kebijakan redaksional yang ada dalam newsroom, termasuk

penghayatan nilai-nilai jurnalisme yang dianut oleh redaktur dan jurnalis di

lapangan. Kebijakan redaksi adalah pedoman (baik tertulis maupun tidak

tertulis), yang menjadi buku suci redaksi dalam mengelola news room (mulai

dari menentukan isu liputan, angle liputan, memilih narasumber, penugasan,

sampai format tulisan dan sebagainya). Dengan kata lain, kebijakan redaksi

(editorial policy) merupakan kaidah bagi setiap langkah operasional

pemberitaan.3

Kebijakan Redaksional (Editorial Policy) bisa disebut juga sebagai

ketentuan yang disepakati oleh redaksi media massa tentang kriteria berita

3Sumber:http://buntomi.wordpress.com/2007/03/06/menelaah-kebijakan-redaksi-pers- medan-dalam-memberitakan-isu-hivaids/(diakses 06 Maret 2007) 56 atau tulisan yang boleh dan tidak boleh dimuat atau disiarkan, juga kata, istilah, atau ungkapan yang tidak boleh dan boleh dipublikasikan, sesuai dengan visi dan misi media.

Kebijakan redaksi juga ditentukan oleh pemilik lembaga media massa yang bersangkutan. Setiap lembaga media massa ada pemiliknya dan dia memiliki berbagai kepentingan yang harus dijaga, seperti kepentingan bisnis, politik dan sosial.4

Dan kebijakan redaksi yang dibahas disini adalah kebijakan redaksional Indosiar dalam penayangan berita Patroli. Sebagai tayangan program berita, Patroli harus patuh pada rambu-rambu kode etik jurnalistik,

UU pokok pers dan juga Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program

Siaran (P3SPS).

Dalam menjalankan tugasnya, stasiun televisi mempunyai kebijakan redaksinya sendiri agar penayangan programnya mengacu pada peraturan yang ada. Di Indonesia saat ini banyak organisasi wartawan. Karena itu, kode etik jurnalistik juga berbagai macam, antara lain kode etik jurnalistik televisi

Indonesia, kode etik wartawan Indonesia, dan kode etik jurnalistik Persatuan

Wartawan Indonesia (PWI).

Dan yang dibahas di sini adalah kode etik jurnalistik televisi Indonesia yang terdiri atas 5 bab dan 14 pasal. Dalam kode etik ini antara lain ditegaskan bahwa jurnalis televisi Indonesia menyajikan berita secara akurat, jujur dan berimbang dengan mempertimbangkan hati nurani (Pasal 3). Kemudian dikatakan bahwa jurnalis televisi Indonesia tidak menerima suap dan

4Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat: Kalam Indonesia,2005).h 156 57 menyalahgunakan profesinya (Pasal 4).5

Etika media massa yang juga menonjol dan amat penting peranannya dalam perkembangan media massa di Indonesia adalah etika penyiaran.

Peraturan yang dikategorikan sebagai etika penyiaran di sini adalah Pedoman

Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran yang dibuat oleh Komisi

Penyiaran Indonesia (KPI) berdasarkan Keputusan KPI Nomor

009/SK/KPI/8/2004.

Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran dikategorikan sebagai etika karena menurut L.J.van Apeldoorn semua peraturan yang mengandung petunjuk bagaimana manusia hendaknya bertingkah laku, jadi peraturan-peraturan yang menimbulkan kewajiban- kewajiban bagi manusia disebut etika. Karena itu, etika meliputi peraturan- peraturan tentang agama, kesusilaan, hukum, dan adat.

Selain itu Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran dikategorikan sebagai etika, karena ada satu faktor mendasar yang tidak dipenuhi oleh peraturan itu untuk disebut peraturan hukum, yaitu bahwa

Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran tidak pasti bisa dilaksanakan, sedang salah satu ciri peraturan hukum ialah bahwa ia harus pasti bisa dilaksanakan. Itulah yang disebut kepastian hukum.6

Pelanggaran etika biasanya membawa konsekuensi atau sanksi sosial.

Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik biasanya dilakukan oleh dewan pers. Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers. Dalam konteks ini,

5Ibid.,h.136 6Sudirman Tebba, Etika Media Massa Indonesia, Pustaka Irvan. 2008.h.119 58

pelanggaran etika bisa mendatangkan kerugian media di mata publik. Sebagai

contoh, ketidakakuratan berita dalam suatu media menyebabkan media

tersebut harus melakukan ralat, dan ini sedikit banyaknya akan mengurangi

kredibilitas media bersangkutan di mata publik. Sebagaimana sudah

diungkapkan, pada gilirannya media akan kehilangan audiens.

Namun, pelanggaran etika juga bisa mendatangkan konsekuensi atau

sanksi legal. Pelanggaran hak-hak pribadi narasumber bisa membuat

narasumber menyomasi media. Jika tuntutan dalam somasi itu tak dipenuhi,

narasumber bisa membawa kasus ini ke pengadilan.7

Di dunia penyiaran, penyajian berita dapat dilakukan oleh penyiar

berita maupun oleh reporter. Paling ideal adalah jika seorang penyiar berita

bertindak sekaligus sebagai reporter, yang lazim disebut sebagai newscasters.

Akan tetapi tidak semua reporter dapat menjadi penyiar berita, sedangkan

semua penyiar berita dapat menjadi reporter. Untuk menjadi penyiar berita,

seorang reporter harus memiliki persyaratan khusus di bidang penampilan dan

volume suara.8

Untuk menegakkan ketentuan hukum yang diataur dalam undang-

undang penyiaran maka diatur pula sanksi terhadap pelanggaran ketentuan itu.

Selain itu undang-undang penyiaran juga mengatur ketentuan pidana bagi

yang melanggar ketentuan hukum yang ditetapkan dalam undang-undang ini.

Ketentuan pidana dalam UU No: 24 Tahun 1997 jauh lebih rinci dari pada

ketentuan pidana alam UU No: 32 Tahun 2002. Mungkin ini karena UU No:

24 Tahun 1997 dibuat di zaman Orde Baru yang otoriter, sedang UU No: 32

7Usman Ks, Television News Reporting & Writing, Penerbit Ghalia Indonesia, 2009.h.104 8J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, PT Pustaka Utama Grafiti, 1996.h.33 59

Tahun 2002 dibuat di era reformasi yang lebih demokratis.9

Tayangan kekerasan di media televisi, akhir-akhir ini tidak hanya dijumpai dalam tayangan sinetron atau film-film cerita lepas yang diangkat atas dasar sebuah sekenario. Kini tayangan kekerasan itu sudah merambah ke program-program berita, sebagai tayangan yang hanya didasarkan atas laporan sebuah fakta dan data, tanpa opini maupun improvisasi. Berita televisi sebagai program yang hanya didasarkan atas temuan fakta dan data yang benar-benar terjadi, merupakan program yang harus dijaga tingkat kepercayaannya di mata publik. Sebab tayangan ini akan memiliki pengaruh yang besar bagi mereka.

Adegan kekerasan yang selama ini ditayangkan dalam program berita ternyata lebih “berbahaya” dari pada program lain seperti film atau sinetron. Jika dalam tayangan film atau sinetron kekerasan itu bisa dijelaskan, sebagai sebuah adegan atas tuntutan sebuah skenario, sementara pada program berita, adegan kekerasan itu betul-betul nyata dan terjadi di suatu tempat. Tayangan kekerasan dalam berita televisi telah melanggar batas-batas ketentuan dalam undang-undang, aturan kode etik jurnalistik dan kode etik penyiaran, bahkan menyimpang dari Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran

(P3SPS) yang ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Kemerdekaan pers merupakan sarana terpenuhinya hak asasi manusia untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers, wartawan Indonesia menyadari adanya tanggung jawab sosial serta keberagaman masyarakat.

9Sudirman Tebba, Hukum Media Massa Nasional, Penerbit Pustaka Irvan, 2002.h.143 60

Guna menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak-hak masyarakat diperlukan suatu landasan moral/etika profesi yang bisa menjadi pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalitas wartawan. Atas dasar itu, wartwawan Indonesia menetapkan Kode Etik:

1. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh

informasi yang benar.

2. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan

menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber

informasi.

3. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak

mencampurkan fakta dengan opini, berimbang dan selalu meneliti

kebenaran informasi, serta tidak melakukan plagiat.

4. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta,

fitnah, sadis, dan cabul, serta tidak menyebut identitas korban kejahatan

susila.

5. Wartawan Indonesia tidak menerima suap, dan tidak meyalahkan profesi.

6. Wartawan Indonesia memiliki Hak Tolak, menghargai ketentuan embargo,

informasi latar belakang dan off the record sesuai kesepakatan.

7. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam

pemberitaan serta melayani Hak Jawab.

Pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran kode etik ini sepenuhnya diserahkan kepada jajaran pers dan dilaksanakan oleh organisasi yang dibentuk untuk itu.10

10Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, PT Raja Grafindo Persada. 2009.h.315 61

Dalam penayangannya redaksi punya kebijakan agar penayangan

Patroli harus mengacu pada aturan yang ada. Program apa pun yang di produksi divisi news harus sesuai dengan kebijakan redaksi tidak terkecuali program Patroli. Kebijakan redaksi itu dibuat atas dasar usulan yang diajukan ke forum rapat. Dari forum rapat kemudian direstui oleh pimpinan news.

Hasil temuan lapangan menunjukkan, para pekerja bidang pemberitaan televisi (Produser, Reporter, Juru kamera dan Editor), telah memahami kode etik tersebut. Mereka berusaha menerapkan kode etik tersebut dalam tayangan berita televisi yang dibuatnya.

Namun, meski sudah berupaya menayangkan berita secara professional, tak urung program Patroli juga pernah “terpeleset” dan dianggap melanggar rambu-rambu atas sebuah penayangan. Komisi Penyiaran

Indonesia beberapa kali melayangkan teguran, misalnya terkait munculnya gambar kekerasan (misalnya saat tawuran). Sejauh ini belum pernah terjadi keluhan pemirsa atau complain nara sumber yang sangat berat hingga berujung ke ranah hukum dan membuat program Patroli dilarang mengudara.

Semua berita adalah informasi, tetapi tidak semua informasi adalah berita, karena berita adalah informasi yang mengandung nilai berita yang telah diolah sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada pada ilmu jurnalistik, dan sudah disajikan kepada khlayak melalui media massa periodik, baik cetak maupun elektronik.

Realitas di tengah masyarakat, seperti peristiwa, pendapat, masalah hangat, dan masalah unik akan menghasilkan fakta, dan hanya uraian fakta 62

yang mengandung nilai berita serta yang sudah disajikan melalui media massa

periodik yang dapat disebut sebagai berita.11

Dengan adanya penayangan Patroli juga diharapkan jadi pembelajaran

bagi masyarakat agar tidak melakukan tindak kejahatan, karena dampak

kejahatan yang dibuat harus ditanggung oleh pelaku, misalnya dijatuhi

hukuman. Penayangan program Patroli juga menjadi cerminan kondisi riil di

masyarakat yang sudah selayaknya jadi perhatian seluruh pihak, termasuk

pemerintah dan aparat penegak hukum.

Jadi dalam hal ini Kebijakan redaksi sangat berpengaruh karena

kebijakan redaksi merupakan salah satu unsur yang penting dalam

pemberitaan, baik sebagai sikap redaksi yang menjadi pertimbangan untuk

menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu peristiwa atau pernyataan maupun

sikap redaksi yang dituangkan dalam bentuk tajuk rencana.

Kebijakan redaksi itu juga penting untuk menyikapi suatu peristiwa

karena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi

juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri. Kalau suatu media massa tidak

memiliki kebijakan redaksi, maka dapat dipastikan beritanya tidak akan

konsisten, karena ia tidak mempunyai pendirian dalam memberitakan suatu

peristiwa, ia menjadi seperti keranjang sampah yang dapat memuat apa saja.

Media massa yang beritanya tidak konsisten itu tidak akan mendapat

kredibilitas yang tinggi di mata khalayak. Padahal besar tidaknya pengaruh

suatu media massa tidak semata-mata pada jumlah oplahnya atau banyaknya

pendengar atau penontonnya, tetapi juga kredibilitasnya.

11J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, PT.Pustaka Utama Grafiti, 1996.hlm.27 63

Selain peristiwa itu menarik dan penting yang terjadi dikehidupan

masyarakat sehari-hari itu sangat banyak, sehingga tidak memungkinkan

semua peristiwa itu disiarkan. Karena itu, harus disaring dan untuk

menyaringnya harus ada dasar pertimbangan yang ditetapkan bersama oleh

pengelola lembaga media massa yang menyiarkan berita. Karena itu, disiarkan

tidaknya suatu peristiwa tidak semata-mata karena menarik dan pentingnya

suatu peristiwa dan pernyataan itu, tetapi juga karena sesuai tidaknya

kebijaksanaan redaksi suatu lembaga media massa yang menyiarkan peristiwa

itu.12

Program berita Patroli merupakan tayangan berita kriminalitas yang

mendapat respon baik di tengah masyarakat. Program Patroli selalu berusaha

menjadi program televisi terkemuka dengan tayangan berkualitas, kreatif, dan

didukung oleh sumber daya manusia yang handal dan berorientasi maju,

menjadi trensetter dengan ide orisinil, mengutamakan kepuasan pemirsa, serta

peduli terhadap lingkungan sekitar.

Tak terbantahkan dan tak terbendungkan lagi bahwa perkembangan

industri siaran televisi sudah sangat pesat perkembangannya, hingga tak

seorang pun mampu membendung laju siaran televisi kecuali dengan

mematikan pesawat TV dan berhenti menonton.13

Program acara televisi News inilah yang di era sekarang menarik

perhatian khalayak, para pemilik stasiun televisi bertarung memperebutkan

jam tayang. Semuanya dalam rangka merebut perhatian penonton, dan

mendapatkan rating tinggi. Akhirnya muncul jargon baru bahwa selain acara

12Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat:Kalam Indonesia, 2005).h 150 13Anton Mabruri KN, Manajemen Produksi Program Acara TV Format Acara Non- Drama,News,Sport, PT.Grasindo,2013.h.15 64 musik dan lain-lain ternyata acara berita pun sekarang telah menjadi komoditas baru bagi industri televisi, yang hingga kini belum mampu ada yang mengontrol.

Berita televisi senantiasa mengandung dua unsur, yaitu gambar dan narasi. Namun demikian, kekuatan berita televisi terletak pada gambar. Narasi bersifat mendukung atau menjelaskan gambar. Jangan menuliskan narasi secara persis sama dengan gambar, jangan menuliskan narasi yang tidak ada gambarnya. Jika harus menuliskan narasi yang tak ada gambarnya, tulislah narasi atau itu pada lead.

Meski kekuatan berita televisi ada pada gambar, seorang wartawan tidak boleh mengabaikan narasi. Banyak gambar yang membutuhkan narasi untuk menjelaskannya. Karena itu, jangan anggap enteng menulis narasi.

Confusius berkata, “Easy writing, hard listening. Hard writing, easy listening.” Jika seorang wartawan menulis narasi berita televisi secara “asal- asalan”, pemirsa akan sulit mendengar atau mencernanya. Sebaliknya, jika seorang wartawan sunguh-sungguh ketika menulis narasi, pemirsa akan lebih mudah mendengar, mencerna atau memahaminya. Dengan begitu, berita televisi merupakan perpaduan antara gambar dan narasi. Namun, dalam memadukan keduanya, narasi harus mengikuti atau berdasarkan pada gambar, inilah yang disebut write to pictures. Agar dapat menerapkan prinsip write to pictures, seorang wartawan harus mem preview gambar sebelum menulis berita televisi.14

Walaupun sebenarnya jika diperhatikan, tayangan-tayangan berita

14Usman Ks, Television News Reporting & Writing,Penerbit Ghalia Indonesia, 2009.h.45 65

tersebut hampir semuanya seragam. Artinya, kalau masyarakat menonton

“Liputan 6” pada prinsipnya sama saja dengan menonton “Topik: ANTV”,

atau “Seputar Indonesia: RCTI”, “Kabar: TV One”, “Patroli: Indosiar”,

“Reportase: Trans TV”, “Redaksi: Trans 7, “Berita Global: Global TV”,

“Metro News: Metro TV”, “Lintas 5: TPI (sekarang MNC tv) dll. Pada saat

itulah tayangan berita di televisi hanya menjadi kontinitas yang menjemukan.

Karena sifatnya yang straight news (info sesaat), maka sering berita-berita di

televisi menjadi kurang lengkap. Orang hanya mendengar berita “anu”.

Sementara “ada apa di balik berita anu” tidak dijelaskan. Situasi ini menjadi

perhatian para kreator televisi untuk mencoba membuat tayangan program

acara yang lebih bersifat depth reporting (laporan mendalam) berupa

investigasi.15

Berita Patroli umumnya lebih menayangkan berita kriminalitas,

tayangan berita kriminalitas inilah yang membedakan berita Patroli dengan

program berita lainnya. Konsep dari berita Patroli pun lebih mengutamakan

peristiwa dan kasus kriminalitas yang dekat dengan masyarakat. Terbukti

hingga saat ini Patroli masih menjadi tayangan berita kriminalitas nomor 1

(satu) berdasarkan data AC Nielsen.

Masyarakat banyak sekali menerima informasi setiap hari, misalnya:

tetangga saya akan hajatan minggu depan, saudara saya masuk rumah sakit,

para pekerja memperbaiki jalan yang rusak parah di lingkungan saya dan

seterusnya. Namun apakah semua informasi tersebut adalah berita yang dapat

disiarkan media massa. Dalam hal ini berita adalah informasi tetapi tidak

15Anton Mabruri KN, Manajemen Produksi Program Acara TV Format Acara Non- Drama,News,Sport,PT.Grasindo,2013.h.33 66

semua informasi adalah berita. Lantas informasi seperti apa yang dapat

dijadikan berita. Masyarakat dapat mendefinisikan bahwa berita adalah

informasi yang penting dan atau menarik bagi khalayak audien.16

Sesuatu peristiwa, kejadian, gagasan dan fakta betapapun aktualnya,

betapapun menariknya, betapapun pentingnya jika tidak dilaporkan atau

diberitakan dan tidak disampaikan kepada umum untuk diketahui umum

bukanlah berita.17

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa berita adalah jalan cerita tentang

peristiwa. Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu

peristiwa dan jalan ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa

jalan cerita tidak dapat disebut berita.

16Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Prenada Media Group, 2010.h.7 17Sedia Willing Bagus, Jurnalistik Petunjuk Praktis Menulis Berita, CV.Mini Jaya Abadi,1996.h.19 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Konsep dari program Patroli itu lebih mengutamakan kasus dan peristiwa

kriminalitas yang terjadi di tengah masyarakat. Namun yang menariknya

program Patroli lebih dikenal sebagai tayangan berita kriminalitas,

tayangan berita kriminalitas ini lah yang membedakan tayangan berita

Patroli dengan tayangan program berita lainnya. Dalam menyusun konsep

berita kriminalitas terlebih harus mempertimbangkan unsur 5W+1H serta

kecepatan. Di tengah persaingan media massa yang ketat, kecepatan

menjadi syarat penting dalam menyusun berita. Untuk memperoleh berita

kriminalitas itu seorang jurnalis harus hunting dan reportase mencari

sumber-sumber informasi tentang adanya kasus-kasus kriminalitas. Karena

itu kedekatan dengan sumber-sumber berita menjadi penting. Secara

khusus tidak ada kerjasama antara Patroli dengan tim kepolisian dalam arti

hitam di atas putih bahwa tim Patroli dan kepolisisan menjalin kerjasama.

Kerjasama yang terjalin adalah seperti nara sumber dan media massa pada

umumnya. Dalam program Patroli tidak ada kriteria khusus untuk

mendapatkan berita kriminalitas, yang paling penting berita tersebut

mengandung unsur pelanggaran hukum pidana dan perdata. Namun yang

perlu diingat program Patroli tidak selalu menayangkan berita

kriminalitas, Patroli juga menayangkan berita beragam seperti banjir,

kecelakaan, bencana, dan lain-lain. Dalam edisi ramadhan program Patroli

menayangkan konsep yang berbeda dengan menambahkan ceramah atau

67 68

pesan-pesan ustadz di akhir segmen program Patroli. Namun pesan ustadz

ini tidak seterusnya ditayangkan. Tetapi pesan atau ceramah ustadz ini

hanya ditayangkan pada bulan Ramadhan, disesuaikan dengan kondisi

yang terjadi di masyarakat dimana mayoritas penonton program Patroli

adalah umat Islam. Pesan ustadz tersebut sifatnya sebagai bentuk untuk

mengingatkan masyarakat bahwa kejahatan atau kriminalitas itu bukan

untuk ditiru, tetapi untuk diambil hikmah dan langkah pencegahannya.

2. Stasiun televisi Indosiar memiliki kebijakan redaksi agar penayangan

program Patroli mengacu pada rambu-rambu yang ada. Kebijakan redaksi

ini dibuat atas dasar usulan yang diajukan ke forum rapat. Dari forum

rapat kemudian direstui oleh pimpinan news. Dalam hal ini kebijakan

redaksi sangat penting untuk menyikapi suatu peristiwa karena dalam

dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi sikap terhadap

peristiwa itu sendiri. Kalau suatu media massa tidak memiliki kebijakan

redaksi, maka dapat dipastikan beritanya tidak akan konsisten, karena ia

tidak mempunyai pendirian dalam memberitakan suatu peristiwa, ia

menjadi seperti keranjang sampah yang dapat memuat apa saja.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam program

berita Patroli di Indosiar, maka ada beberapa saran yang hendak peneliti

sampaikan diantaranya:

1. Dalam penayangan program berita Patroli hendaknya lebih

memperhatikan rambu-rambu yang berlaku serta Pedoman Perilaku 69

Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Agar bisa menayangkan

berita secara profesional.

2. Dengan adanya tayangan berita kriminalitas pada program Patroli

diharapkan agar bisa menjadi pembelajaran bagi masyarakat untuk tidak

melakukan tindak kejahatan, karena dampak dari kejahatan yang dibuat itu

sendiri harus dipertanggung jawabkan.

3. Penulis sedikit memberi masukan atau saran kepada team news Patroli

Indosiar agar mampu mempertahankan tayangan yang berkualitas,

teraktual, tajam dan terpercaya. Dan tetap menjadi tayangan berita

kriminalitas nomor 1 (satu) berdasarkan data AC Nielsen.

DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Sedia Willing. Jurnalistik Petunjuk Praktis Menulis Berita. CV.Mini Jaya Abadi, 1996.

Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006.

Effendy, Uchjana, Onong. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. PT.Citra Aditya Bakti, 2003. http://dampakmediaelektronikterhadapremaja.blogspot.com/2010/06/perkembang an-media-elektronik-televisi_16.html (diakses Juni 2010) http://ikuii.files.wordpress.com/2008/02/handout-_2-konsep-dasar-kebijakan- media-massa.pdf (diakses Februari 2008) http://my.opera.com/bandungpro/blog/2012/09/28/perkembangan-media-berita- televisi (diakses 28 September 2012) http://pandri-16.blogspot.com/2012/01/sejarah-berdiri-televisi-indosiar.html (diakses Januari 2012) http://pustaka.unpad.ac.id/archives/94087/ (diakses September 2009) http://nurul.blog.undip.ac.id/files/2009/09/kode-etik-jurnalistik-televisi- indonesia.pdf (diakses September 2009)

Irawan, Soeharto. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Rosdakarya, 2004.

KN, Mabruri, Anton. Manajemen Produksi Program Acara TV Format Acara Non-Drama, News, dan Sport. Jakarta: PT.Grasindo, 2013.

Ks, Usman. Television News Reporting & Writing. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009.

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Cetakan keduapuluh dua, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2006.

Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir. Prenada Media Group, 2010.

Nurudin, Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2009.

Rohim, Syaiful. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. 2010.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif DAN R&D, Cetakan

70 71

Kesebelas, Bandung: Alfabeta. 2010.

Sumber:http://buntomi.wordpress.com/2007/03/06/menelaah-kebijakan-redaksi- pers-medan-dalam-memberitakan-isu-hivaids/ (diakses 06 Maret 2007)

Sumadiria, Haris, AS. Jurnalistik Indonesi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005.

Tebba, Sudirman. Hukum Media Massa Nasional. Penerbit Pustaka Irvan, 2007.

Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005.

Tebba, Sudirman. Etika Media Massa Indonesia. Ciputat: Penerbit Pustaka Irvan, 2008.

Wahyudi, J.B. Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. PT.Pustaka Utama Grafiti, 1996. www.arsipberita.com

LAMPIRAN WAWANCARA

Tanggal : 25 Juni 2013

Nama Nara Sumber : Fitri Diani

Jabatan : Eksekutif Produser

Bagaimana sejarah berdirinya dan perkembangan Indosiar?

Sejarah PT Indosiar Karya Media Tbk ("IDKM").

19 Juli 1991 : PT Indosiar Karya Media Tbk didirikan dengan nama PT

Indovisual Citra Persada.

20 Agustus 2003 : IDKM mengubah nama menjadi PT Indosiar Karya

Media.

4 Oktober 2004 : IDKM menjadi induk usaha dari PT Indosiar Visual

Mandiri dengan kepemilikan 99,99%.

4 Oktober 2004 : IDKM mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia

dengan simbol IDKM.

13 Mei 2011 : PT Elang Mahkota Teknologi Tbk ("Emtek") melakukan

pembelian 551.708.684 saham IDKM yang dimiliki oleh

PT Prima Visualindo ("PV"). Pembelian saham ini diikuti

dengan Penawaran Tender Wajib terhadap seluruh sisa

saham IDKM yang dimiliki Publik.

28 Juni 2011 : Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan IDKM menyetujui antara lain perubahan susunan anggota

Dewan Komisaris dan Direksi.

13 Juli 2011 : Periode Penarawan Tender Wajib atas 1.473.905.135

saham IDKM berakhir. Jumlah seluruh saham IDKM

yang dimiliki oleh Emtek setelah Penawaran Tender

adalah 1.717.044.055 atau mewakili 84,77% dari seluruh

modal ditempatkan dan disetor penuh IDKM.

8 Okt 2012 : Pemecahan nilai nominal saham IDKM stock split yaitu 1

saham dipecah menjadi 5 saham baru, sehingga jumlah

lembar saham berubah dari 2.025.613.819 lembar saham

menjadi 10.128.069.095 lembar saham.

5 April 2013 : Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa SCM dan

IDKM.

25 April 2013 : Tanggal perdagangan terakhir saham IDKM di Bursa

Efek Indonesia.

1 Mei 2013 : Efektifnya Penggabungan SCM dan IDKM.

Sejarah PT Indosiar Visual Mandiri ("Anak Perusahaan")

19 Juli 1991 : Anak Perusahaan berdiri sebagai badan hukum.

11 Januari 1995 : Anak Perusahaan mulai mengudara sebagai televisi

nasional. 12 Maret 2001 : Anak Perusahaan melakukan penawaran umum saham

perdana dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta

dan Bursa Efek Surabaya ("BEJ" dan "BES") (sekarang

bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia).

8 Agustus 2003 : Anak Perusahaan menerbitkan obligasi dengan nama

Obligasi I Indosiar Tahun 2003 dengan tingkat bunga tetap

12,8% per tahun untuk jangka waktu 5 tahun.

4 Oktober 2004 : Anak Perusahaan menjadi anak perusahaan PT Indosiar

Karya Media Tbk dan melakukan delisting dari BEJ dan

BES.

2009 : Anak Perusahaan berinvestasi pada 22 anak perusahaan

dalam rangka implementasi Sistem Stasiun Jaringan secara

bertahap.

1 Mei 2013 : Anak Perusahaan menjadi anak perusahaan SCM.

Stasiun Televisi Indosiar mulai mengudara pada 11 Januari 1996. Indosiar memiliki 34 transmisi di seluruh Indonesia yang menjangkau 188 Kota/Kabupaten dan 25 Propinsi (75,758% wilayah Indonesia), yaitu: Jakarta, Bandung, Semarang,

Yogyakarta, Tegal, Banyumas, Surabaya, Malang, Kediri, Madiun, Jember,

Denpasar, Medan, Palembang, Lampung, Makassar, Manado, Pontianak,

Balikpapan, Banjarmasin, Padang, Pekanbaru, Jambi, Jayapura, Pacitan, Cirebon, Pangkal Pinang, Ambon, Bengkulu, Situbondo, Garut, Kupang, Bukit tinggi,

Batam.

Apa visi dan misi Indosiar?

VISI

Menjadi stasiun televisi terkemuka dengan tayangan berkualitas yang bersumber pada in-house production, kreativitas, dan sumber daya manusia yang handal.

MISI

. Futuristic merupakan Berorientasi maju dengan terobosan baru.

. Innovative merupakan Menjadi trensetter dengan ide orisinil.

. Satisfactory merupakan Mengutamakan kepuasan stakeholders.

. Humanity merupakan Peduli terhadap lingkungan sekitar.

Bagaimana konsep program Indosiar?

Konsep program Indosiar merujuk pada visi misi perusahaan. Berusaha maju dengan terobossan baru, menelurkan program-program dengan ide orisinil, mengutamakan kepuasan pemirsa dan peduli pada lingkungan serta keadaan masyarakat.

Kepada siapa saja target-target audience Indosiar?

Idealnya, seluruh penonton televisi merupakan target audiens dari stasiun televise.

Namun, secara realistis Indosiar juga harus melihat seperti apa karakteristik pemirsa setianya. Sehingga program yang ada diupayakan membuat pemirsa setia bertahan, tetapi juga menjangkau pemirsa-pemirsa tv lainnya. Karakteristik penonton Indosiar, berdasarkan penelitian AC Nielsen, umumnya adalah kelas B_C_D. Kelas B-C-D tersebut merupakan kelas menengah, umumnya wanita, usia bervariasi antara 30-50 tahun.

Bagaimana sejarah singkat program patroli?

Patroli mengudara tahun 1997. Selama mengudara, tayangan Patroli disiarkan pada siang hari antara pukul 11 – 12 wib.

Program Patroli lahir dari keprihatinan akan maraknya kriminalitas di tengah masyarakat dan perlu menjadi perhatian khusus.

Hingga saat ini Patroli masih menjadi tayangan berita kriminal nomor satu

(berdasarkan data AC Nielsen).

Apa visi dan misi program patroli?

Visi – misi program Patroli mengacu pada visi misi perusahaan. Visi ->

Menjadi program televisi terkemuka dengan tayangan berkualitas, kreatif, dan didukung oleh sumber daya manusia yang handal.

Misi -> Berorientasi maju, menjadi trensetter dengan ide orisinil, mengutamakan kepuasan pemirsa, serta peduli terhadap lingkungan sekitar.

Sebagai tayangan program berita, Patroli juga harus patuh pada rambu-rambu kode etik jurnalistik, UU Pokok Pers dan juga Pedoman Perilaku Penyiaran dan

Standar Program Siaran.

Bagaimana konsep program berita patroli?

Konsep program berita Patroli adalah mengutamakan peristiwa dan kasus kriminalitas yang dekat dengan masyarakat.

Penayangan Patroli diharapkan membuat masyarakat kian sadar dan waspada akan tindak kejahatan sehingga lebih berhati-hati. Penayangan Patroli juga diharapkan jadi pembelajaran bagi masyarakat agar tidak melakukan tindak kejahatan, karena dampak kejahatan yang dibuat harus ditanggung oleh pelaku, misalnya dijatuhi hukuman.

Penayangan program Patroli juga menjadi cerminan kondisi riil di masyarakat yang sudah selayaknya jadi perhatian seluruh pihak, termasuk pemerintah dan aparat penegak hukum.

Kira-kira pernah ada atau tidak tayangan-tayangan patroli yang melanggar atau mendapat kritikan dari masyarakat?

Sejauh ini belum pernah terjadi keluhan pemirsa/complain nara sumber yang sangat berat hingga berujung ke ranah hukum dan membuat program Patroli dilarang mengudara.

Namun, meski sudah berupaya menayangkan berita secara professional, tak urung program Patroli juga pernah “terpeleset” dan dianggap melanggar rambu-rambu atas sebuah penayangan.

Komisi Penyiaran Indonesia beberapa kali melayangkan teguran, misalnya terkait munculnya gambar kekerasan (misalnya saat tawuran). Teguran ini bisa ditelaah di website KPI.

Ada kerja sama khusus atau tidak antara redaksi patroli dengan tim kepolisian?

Secara khusus tidak ada kerjasama dalam arti hitam di atas putih bahwa tim Patroli dan kepolisian menjalin kerjasama. Kerjasama yang terjalin adalah seperti nara sumber dan media massa pada umumnya.

Bagaimana kebijakan redaksi Indosiar sendiri terhadap penayangan program patroli?

Redaksi punya kebijakan agar penayangan Patroli harus mengacu pada aturan yang ada. Ada beberapa rambu umum yang harus benar-benar ditaati, yaitu:

1. Tidak menayangkan adegan asusila/mesum.

2. Gambar yang mengerikan/menjijikkan serta gambar jenazah diupayakan tidak

ditayangkan atau ditayangkan tetapi diblur.

3. Produser harus teliti dan melakukan cek dan ricek sebelum program

ditayangkan.

4. Tidak mewawancarai anak tentang sebuah peristiwa yang dapat

membangkitkan perasaan trauma.

Apakah segmen akhir dari program patroli yaitu segmen ustadz menyampaikan pesan-pesan hanya ada di saat bulan ramadhan saja? Apa alasannya?

Pesan ustadz hanya ditayangkan di awal Ramadhan, disesuaikan dengan kondisi yang terjadi di masyarakat dimana mayoritas penonton Patroli adalah umat Islam. Pesan ustad tersebut sifatnya sebagai bentuk untuk mengingatkan masyarakat bahwa kejahatan atau kriminalitas itu bukan untuk ditiru, tetapi untuk diambil hikmah dan langkah pencegahannya. Di luar Ramadhan kami rasa kurang tepat jika terus menerus menampilkan sosok ustad, karena pemirsa berasal dari kalangan agama yang beragam. Saat ceramah ustadz di segmen akhir program

Patroli ditayangkan ratingnya mengalami penurunan. Masyarakat sepertinya masih lebih suka dengan gaya nasehat menghibur seperti yang pernah ditampilkan di RCTI (Bang Napi). Sehingga segmen ceramah ustadz sulit dipertahankan dalam jangka waktu panjang karena berdasarkan survei, kurang diminati pemirsa.

Dengan kebijakan redaksi yang sudah ada apakah program Patroli ini sudah sesuai dengan kebijakan redaksi tersebut?

Program apapun yang diproduksi divisi news harus sesuai dengan kebijakan redaksi tidak terkecuali Patroli.

Siapa yang membuat kebijakan redaksi tersebut dan apa yang mendasari kebijakan redaksi itu?

Kebijakan redaksi dibuat atas dasar usulan yang diajukan ke forum rapat.

Dari forum rapat kemudian direstui oleh pimpinan news.

Siapa yang membuat konsep berita patroli itu sehingga menjadi berita kriminal?

Program Patroli bukan melulu berita kriminal meskipun peristiwa kriminal mendominasi tayangan program Patroli. Patroli menampilkan berita peristiwa di tengah masyarakat termasuk peristiwa kriminal. Konsep program Patroli ditelurkan oleh manajemen Indosiar pada 1996 ketika masih dikelola PT. Prima

Visualindo melalui PT. Indosiar Karya Media Tbk (sebelumnya PT. Indovisual

Citra Persada) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (saat itu Bursa Efek Jakarta).

Pada 13 Mei 2011, mayoritas saham PT. Indosiar Karya Media Tbk dibeli oleh PT

Elang Mahkota Teknologi Tbk yang merupakan pemilik SCTV (melalui PT Surya

Citra Media) dan O Channel. Sehingga ketiga stasiun televisi itu berada dalam satu pengendalian. Apakah kebijakan redaksi Indosiar sudah sejalan dengan KPI (Komisi

Penyiaran Indonesia)?

Kebijakan redaksi pemberitaan Indosiar pada dasarnya harus sejalan dengan hukum dan peraturan pemerintah termasuk Komisi Penyiaran Indonesia

(KPI) yang telah membuat rambu-rambu Pedoman Perilaku Penyiaran dan

Standar Program Siaran (P3SPS). KPI selama ini selalu memantau jika ada pelanggaran atas P3SPS dan memberikan teguran jika memang ada materi yang dianggap menyalahi ketentuan.

Landasan kebijakan Indosiar tentang pemberitaan itu dari mana?

Hasil rapat redaksi. Rapat redaksi sangat menentukan berita mana saja yang akan diambil. Namun, pemikiran berita mana saja yang diambil tentu dengan mempertimbangkan sejumlah faktor, misalnya unsur kedekatan dengan pemirsa

(sesuai riset AC Nielsen), seberapa besar dampak dari pemberitaan tersebut bagi pemirsa, serta mempertimbangkan juga nilai berita yang terkandung di dalamnya.

Bagaimana tata cara dalam menyusun konsep berita kriminal?

Mempertimbangkan unsur 5W+1H serta kecepatan. Di tengah persaingan media massa yang ketat, kecepatan menjadi syarat penting dalam menyusun berita. Selain itu dari sisi rundown juga harus mempertimbangkan unsur audio atau video. Artinya untuk berita televisi, gambar punya pengaruh yang sangat kuat karena ketertarikan pemirsa atas suatu berita tertentu, harus dibangun dari awal.

Sehingga pemilihan gambar-gambar menarik tentu harus dikedepankan pula. Cara menyusun rundown adalah dengan mempertimbangkan bahwa pemirsa harus menonton dari awal sampai akhir. Dalam konsep berita televisi, harus mempertimbangkan nilai berita sekaligus show atau bagaimana menyampaikan program berita ke hadapan pemirsa. Sehingga, berita menarik harus disebar ke dalam segmen-segmen yang ada. Untuk program Patroli ada 3

(tiga) segmen berita. Biasanya, kami menyusun berita tergantung dari kekuatan gambar maupun kekuatan berita tersebut. Sehingga di seluruh segmen, tetap ada berita yang menarik untuk disimak pemirsa. Penyusun rundown adalah produser online dibantu oleh produser offline yang bertugas mengedit berita-berita yang masuk dalam rundown. Selain menyusun rundown, produser online bertugas menyusun materi naskah untuk presenter dan juga memimpin siaran saat berada di panel room.

Kira-kira pertimbangan apa yang dilakukan dalam menentukan macam- macam berita kriminal? Apakah pertimbangan tersebut sesuai kondisi di lapangan atau sudah ditentukan harus mencari berita kriminal tertentu?

Untuk memperoleh berita kriminal, seorang jurnalis memang harus hunting atau reportase mencari sember-sumber informasi tentang adanya kasus- kasus kriminal. Karena itu kedekatan dengan sumber-sumber berita menjadi penting. Misalnya dengan kepolisian, petugas kamar jenazah, sopir ambulans, dan sumber-sumber tak resmi lain di lapangan. Namun ada kalanya berita kriminal itu dikembangkan dari peristiwa yang sudah terjadi. Misalnya ketika ada kasus pembunuhan Holly, maka wartawan harus mengejar, siapa pelakunya, apa motifnya, dan seterusnya. Untuk mendapat berita kriminal, tidak ada kriteria khusus, dan yang penting berita tersebut mengandung unsur pelanggaran pidana atau perdata. Namun yang perlu diingat, Patroli tidak semata berita kriminal.

Patroli juga memuat beragam peristiwa. Misalnya banjir, kecelakaan, bencana, dll.

Apa saja konsep berita patroli dalam mengembangkan pemberitaan kriminal?

Untuk mengembangkan berita harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan bagi pemirsa. Dalam rapat mingguan di redaksi, selalu ada analisis dari pihak riset (Research dan Development) Indosiar yang memberi masukkan tentang berita mana saja yang kira-kira diminati oleh kalangan penonton dan berita mana saja yang kurang diminati. Selain itu juga ada analisis tentang berita yang patut dikembangkan.

Bagaiman susunan redaksi Patroli?

Redaksi Patroli adalah bagian dari susunan redaksi Indosiar.

 Pemimpin Redaksi : Nurjaman Mochtar

 Wakil Pemimpin Redaksi : Moh. Gafar Yudtadi

 Penanggung Jawab Pemberitaan : Indria Purnama Hadi

 Eksekutif Produser : Fitri Diani

 Produser online : Nur Fuad – Medy Trianto (Produser Online adalah produser

yang bertugas menyusun rundown dan bertanggung jawab atas penayangan

berita dalam program Patroli).

Pemimpin Redaksi

Wakil Pemimpin Redaksi

Penanggung Penanggung Penanggung Jawab

Jawab Jawab Teknis Pemberitaan

Tampilan/Show Produser Eksekutif

Program Patroli

Koordinator Produser Liputan Patroli Tim Pendukung Produksi : Presenter,

Editor, Tim Grafis, Pengarah Acara,

Tim Teknis Studio, Dokumentasi Tim Peliput:

Reporter,Juru

Kammera,

ON AIR Kontributor

LAMPIRAN WAWANCARA

Tanggal : 09 Desember 2013

Nara Sumber : Mohammad Yusuf S.sos

Jabatan : Asisten Ahli Komisi Penyiaran Indonesia Pusat

Kira-kira apakah pernah ada keluhan pemirsa tentang berita kriminal Patroli di

Indosiar?

Tidak ada.

Apakah kebijakan redaksi Indosiar sudah sejalan atau belum dengan KPI

(Komisi Penyiaran Indonesia)?

Sampai saat ini kita belum tahu bagaimana kebijakan Indosiar terhadap program

Patroli. Karena tidak ada kewajiban lembaga penyiaran (Patroli) melaporkan kebijakan programnya.

Ada atau tidak aturan atau kode etik yang lebih khusus tentang berita kriminal?

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memiliki regulasi umum yang bernama Pedoman

Perilaku Penyiaran (PPP) dan Standar Program Siaran (SPS). Peraturan ini berlaku untuk seluruh desk atau departement program siaran. KPI tidak secara khusus mengatur tentang desk atau departement program siaran.

Kira-kira apa saja etika atau kode etik jurnalistik televisi itu?

Banyak, itu semua sudah kami tuangkan di PPP dan SPS

Apakah kebijakan redaksi Indosiar sudah sejalan dengan KPI (Komisi

Penyiaran Indonesia)?

Kami belum tahu kebijakan redaksi Indosiar, jadi kami tidak bisa menjawab.

iffimg

TOP CRIME NEWS Totgd:il|5+ Petud:2W

2013

1.O E,O 2 86t8 swM o.1 s,0 3 SrOr( M|w D5 o,f 4,5 w 159 0.3 ?,a

lvM 563 1.? 2 AU$R 3n s o,7 3 S|DIX MlW U 0,5

tvM 489 1,0 8,3 2 BUSIA sfl 373 0,8 20,7 I SoX MilCV 134 0,3 6,9

Mrrch

1,0 7,4 2 austl s@ 316 o,7 t7,L 3 SlDtt 0.3 t0.0

as 2 AU$R rNM 0,6 8,2 3 StE( M(ry r& 0,3 4,5

2 BUSTR sfl 324 0,7 6.0 3 StDtX Mf,CW 1{ 03 7 3

lune

t,o J,A 2 AUSIR sn 32f 0.1 144 3 StDtX MW 173 0,4 4.9

i PAiRO!1 rVM 421 4,9 7,4 2 AU!€R Sfl d 0.4 l'a 3 S|UK MN@ 253 O.s &1 ::m:::::': :: ::: :::'. nE-f ,ge;2at M.@,rAagdhd'6. M' -frnat.dra.adld Aug6t m*tiai;cw @*dryw@sqno' 1 8Us€R w s 1.0 17,3 n&nhdttpd$fif_q1 ,.':' . 2 lArROli iSM 458 qS a,O 3 StDtK M{ffV 245 0,5 9.4

: PAlR4l IVM 523 1,1 9,0 ? BUSTR SCW 330 0,1 14,7 3 S'Dl( MNla 152 0.3 9,3 4 ?Arcil ffiM MM 93 0,2 3,9

Octobar

rvM 51? 1,1 6,7 2 SUSIR scru 307 0,6 8,8 I SlDtK MNn 203 0,4 a.5 4 PATRO! UUM vM 19 0.3 1.1

Norember

IVM 549 I,A 6,5 2 q6tR 5C1V 376 0,8 15,5 3 StDr( MilCiV 230 0,5 4 PATROII ULAM vM s6 0.4

Dgcamber

2 SUSR stlv 304 0.6 14,0 I lr0( MNCW 252 0.5 8.6 vM 172 04 75 r:'l 'l:- DEPARTENTUNAGAMA frNrvERsrras rsLAM NEGERT (utr\r) SYARIF HIDAYATT]LI,AH JAI(ARTA FAKI]LTAS ILMU DAICWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Jl. Ir Juanda no. 95 Ciputat l5412Indonesia Tlpffax: (021\7472728174703580 E-mail: [email protected]

Nomor: Istimewa Lamp : 1(Satu)Berkas Hal : Permohonan Pengajuan Judul Skripsi

Kepada Yth. Ketua Jryw{nKonsentrasi Jurnalistik Fakultasfimri Dalwah dan Ilmu Komunikasi di Tempat

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera teriring doa dan sernoga BapaMbu senantiasa dalam lindungan maghfirah Allah Swt, amin. Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Ayu Amelia NIM 109051 100020 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Semester VIII

Bermaksud rnengajukan proposal skripsi dengan judul:"Kebijakan Redaksional Indosiar Pada Program Patroli t'. Sebagai pertimbangan, berikut sa-ya lampirkan:

a. Proposal skripsi b. Daftar pustaka

Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas segala perhatian BapaMbu saya haturkan terima kasih.

Pemohon

NIlv{. 10905i i00020 : . : ..KEMENTERtrAN"AGAMA uNTvEBSITAS,ISLAM NEGERI (UIN) ,' : : ' sYARlr'HtpevarurlAH IAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telepo/Fax z (Vz\ 7A3T?A / 7 [email protected] Jl.Ir. H. Juanda No.95 CipuaflS4l2lndonesia Website : wwwJdkuinjakarta.aci4 E-mail : [email protected]

Nomor : Un.0llF5/tr(M.U3D$L /2013 Jakarta,f/ Mei 2ol3 Larnp :1(satu)bundel Hal : Bimbingan Skripsi

Kepada Yth. Ade Masturi, MA Dosen Fakultas Ilmu Dakwatr dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayaflrllah Jakarta

Assalamu' ataihtm Wr. Wb. Bersama ini kami sampaikan sebuah out line skripsi yang diajukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut, Nama Ayu Amelia NomorPokok 109051 100020 Junrsan/I(onsentrasi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) / Jurnalistik Semester VM Judul Skripsi K-ebijakan Redaksional Indosiar pada Program Patroli. Kami harap kesediaannya membimbing mahasiswa tersebut dalam penlrrsunan dan penyelesaian skripsiny a pada waktu yang tidak terlalu lama.

Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami mengucapka4 terima kasih.

lllas s al amu' al aikum Wr. Wrb.

Bidang Akademik 5

idin Saputra, D96a3 I 0011 Tembusan: L . Dekan Z. Ketua Konsentrasi Jurnalistik Faicultas llinii Dak-waii cian iirni,, Kor.iunikasi ''':KEIvIENTERIAN AGAMA' UNIVERSITAS ISTAM NEGERI qry) SYARIF HIDAYATULLAH IAKARTA FAIOLTAS ILMU DAK9VAH DAN II,MU KOMUNIKASI Telepon/Fax: (V27)743828 / 747Br58{J Website : www.fdkuinjakarta'ac.i4 Email : dakwah@fdlcutnjakarta'rJd Jl. Ir. tt tuanda No. 95 Ciputat 15412Indonesia

l0 Mei 2013 Nomor : Un.0l/F5lKM.0l.3/3088/201 3 Jakartq Larnp. : - Hal : PenelitianAMawancara

Kepada Yth. Bpgian Redaksi Patroli Indosiar Cc. Bagian Humas

As s alamu' alaihtm W,n Wb.

Dengan hormat,bersama ini kami sampaikan batrwa mahasiswa fakuttas, nmu Dakwah aan nmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di bawah ini, Nama Ayu Amelia Nomor Pokok 109051 100020 Jurusan/Konsentrasi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) / Jurnalistik Semester VIII bermaksud melaksanakan penelitiair/wawancara untuk bahan penulisan skripsi berjudul Kebijakan Redalaioial Indosiar pada Program Patroli.

Sehubungan dengan itu, kami memohon kepada BapaMbr:/Sdr' -kiran'ya berkenan menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan peneliti anlwawancara dimaksud. Demikian, atas perhatian dan perkenannya keimi mengucapkan terima kasihr.

IV'as s alamu' al aikum Wr.'Ylrb.

f Subhan, MA 9660110 199303 Tembusan: 1. Bagian Humas Indosiar 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Ketua I''onsentra-si iurnaiistik Fakuitas ihrr'-r Dakw'ah cla-n Ihru Komunikasi KEMENTNRIAN AGAMA IINIYERSITAS ISLAM NEGERI (UIT9 SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telepon/Fan : (021) 7432728 I 74703580 Jl. Ir. H. JuandaNo.95 Ciputat l54l2Indonesia Website: www. fdkuiniakana-ac.id- E-mail : [email protected]

Nomor un.o I/FS/P Y.OO.S tfi p /2013 Jakarta, f{OWober2}l3 Lampiran Hal Izin Penelitian (Skripsi)

Kepada Yth, Pimpinan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) di Tempat

As s al amu' al aikum Wr. lYb.

Dekan Fakultas Ilmu Dakwatr dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa:

Nama Ayu Amelia Nomor Pokok 109051 100020 Tempat/Tanggal Lahir Tangerang, l5 Februari l99l Semester D( (Sembilan) Jurusan/Konsentrasi Komunikasi dan Penyiaran Islarn / Jurnalistik Alamat Kp. Parung Kored RT 00i/002 No. 38 Telp. 083806873 I 56

adalah benar mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Kornunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalam rangka penulisan skripsi berjuciul Kebijakan Redalcsional Indosiar pada Program Patroli. Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibu/Sdr. dapat menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatan dimaksud.

Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih.

Ws s al amu' al aikum Wr. Wb.

Subhan, irtlA 1lC 199301 1 004 Tembusan l. Wakil Dekan Bidang Akademik 2. Ka/Sekprodi Jurnalistik PT INDOSIAR VISUAL MANDIRI INDOSIAR NATIONAL TELEVISION BROADCASTING STAfl ON - Jakarta, 24 September 2013

KEPADA YTH. KETUA JURUSAN JURNALISTIK inrulins onr

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Fitri Diani Jabatan : Eksekutif Produser News Departmen PT. Indosiar Visual Mandiri

Bersama ini menerangkan bahwa :

Nama Ayu Amelia NIM 10905110002C ii{ Jurusan Jurnalistik Fakultas Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta

Telah melakukan penelitian di News Departemen, PT Indosiar Visual ManCiri dengan ,:,",,tema " Keb'rjakan Redaksional Indosiar Pada Program Patroli"

i. De ,ikianlah Surat Keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan semestinya.

::' ,''t:' 1r: Dibuatdi.- -, , :Jakai'ta , . ..' ,1, , rP a t ii., , .,'" , ,r: ,, ,'"1'

.,r i:3 .B-'t /:t\ f':.' r'\ tt ,. , r;1 iu l -tr tJ'., i_r il iNDSSIAF

Fitri Dlani : Eksekutif Produser

ff l:,,.:,:,','5":'l''-e a.,O O O i,,. . .' Jl - Damai No. 11 Daan Mogot, Jakarta 11510 - INDONESIA Telp. I (62-21) 567-2222, Sbe-eaaa, Fax: (62-21) 565-5756 Qhttn;llwvw:tiruo'Sibi:b'om , r.":