QUO VADIS PILKADA

Wira Atma Hajri Fakultas Hukum, Universitas Islam Riau email: [email protected]

ABSTRAK A. Pendahuluan erdebatan mengenai pemilihan kepala daerah (pilkada) Berdasarkan Pasal 18 Ayat (4) UUD 1945, melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) atau pemilihan kepala daerah adalah persoalan P secara langsung melalui rakyat adalah perdebatan klasik open legal policy, sehingga pemilihan langsung maupun tidak langsung adalah namun begitu “panasnya” ketika diangkat ke permukaan dari sama-sama pemilihan yang demokratis. masa ke masa yang sepertinya takkan pernah padam. Sering Karena itu, hal ini tidak perlu disoalkan. kali dipahami bahwa pilkada secara langsung melalui rakyatlah Hal yang perlu disoalkan adalah mengapa yang demokratis. Ketika diwacanakan atau dikembalikan pilkada pemilihan kepala daerah selama ini banyak ke DPRD seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang menghasilkan kepala daerah yang terlibat Nomor 22 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, kasus korupsi. dan Walikota, kemudian memunculkan reaksi dari berbagai pihak. Tak hanya masyarakat yang awam dengan konstitusi, Kata Kunci: Demokrasi Daerah, Election, demokrasi, dan politik, para legislator bahkan segelintir ahli-ahli Korupsi Hukum Tata Negara pun ikut terseret dalam arus perdebatan itu untuk anti dengan pilkada melalui DPRD. Dikatakan bahwa ABSTRACT andaikata pilkada melalui DPRD adalah sebagai bentuk kemunduran demokrasi, “sekarat” daulat rakyat, bahkan ada Based on Article 18 Paragraph (4) of the yang mengatakan pemilihan yang tidak demokratis. 1945 Constitution, the election of regional heads is a matter of open legal policy, so Tulisan ini dimulai dengan telaah Penulis mengenai frasa that direct or indirect election is the same ”dipilih secara demokratis” dalam Pasal 18 Ayat (4) UUD 1945. democratic election. Therefore, this does not Penulis tidak hanya menelaahnya dari sisi keinginan disigner need to be disputed. The thing that needs to pasal itu (original intent), tetapi juga Penulis telaah dari sisi be addressed is why the election of regional teori demokrasi. heads so far resulted in many heads of Setelah itu, Penulis membawa pembaca bahwa di alam regions involved in corruption cases. mana seharusnya perdebatan itu kita hidupkan dari masa Keywords: Local Democracy, Election, ke masa yang kemudian membawa perubahan yang berarti Corruption sebagai implikasi dari sistem pilkada yang ideal. Sebab selama ini perdebatan yang muncul adalah perdebatan yang sama sekali tidak menyentuh alam substansial sistem pilkada itu sendiri. Dan lagi-lagi kepala daerah yang terpilihpun adalah kepala daerah “predator”. Mereka wakil, tapi sama sekali tidak mewakili. Andaipun terpilih kepala daerah yang baik, mereka itu adalah anomali dalam produk demokrasi.

UIR Law Review Volume 01, Nomor 02, Oktober 2017 173 Wira Atma Hajri . QUO VADIS PILKADA INDONESIA

B. Pembahasan Pertanyaan tersebut dijawab oleh Ali Hardi Kiaidemak dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan Latar Belakang Perumusan Pasal 18 Ayat (4) UUD dengan jawaban setuju untuk memilih alternatif 2, 1945 yaitu: “Gubernur, bupati, dan walikota dipilih secara Pasal 18 Ayat (4) UUD 1945 menyebutkan bahwa: langsung demokratis yang selanjutnya diatur dalam “Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing undang-undang”. Lebih lanjut, Ali Hardi mengatakan sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten bahwa fraksinya sependapat dengan alternatif 1 yang dan kota dipilih secara demokratis”. Lahirnya berbunyi: “Bupati, walikota dipilih dalam pemilihan Pasal 18 Ayat (4) ini tidak semudah membalikkan umum lokal yang selanjutnya diatur dalam Undang- telapak tangan. Ia lahir melalui perdebatan yang Undang”. begitu panjang. Bahkan Pasal 18 Ayat (4) ini pernah Berikut ini beberapa pandangan anggota MPR ditunda pembahasannya untuk beberapa saat. Hal lainnya yang menarik untuk kita simak. ini dikarenakan karena perdebatan yang berlarut- larut seperti pernyataan Jakob Tobing dari Fraksi a. M. Hatta Mustafa dari Fraksi Partai Golkar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang terekam mengatakan bahwa:  berikut ini: “Pemilihan langsung ini tempo hari memang Saya tawarkan bagaimana kalau ini begini dulu. dikaitkan juga dengan pemilihan Presiden secara Begini dulu kita ke bab berikut, dan bab berikutnya langsung itu sebetulnya. Tadinya begitu. Tapi, saya rasa kita sudah mengenai Undang-Undang kalau pengertian dipilih secara demokratis itu Dasar, apa masih ada rasanya satu, Pak, satu lagi, bisa juga nanti secara langsung ataupun tidak pemerintah daerah itu masih ada ya? Iya, 2 ayat. langsung itu berarti alternatif 2 juga bisa diterima. Yang satu itu diurai mengenai kewenangannya. Tetapi pengertian demokratis itu kan bisa secara Jadi ini pemerintah pusat memberikan otonomi langsung dan terbuka, tergantung undang- yang luas, tapi disebutkan kecuali ini, ini, dan undang-nya. Kalau misalnya pengertiannya begitu bidang lain yang diatur undang-undang. Dan barangkali juga kita bisa menerima alternatif 2”. alternatif kedua tidak usah diatur begini, toh Lebih lanjut Hatta mengatakan: nanti ada undang-undang-nya, begitu. Apakah ada tanda-tanda bahwa ini bisa menjadi satu “Karena sekarang ini undang-undang sudah alternatif, begitu? menyatakan gubernur dan wakil gubernur, bupati, wakil bupati itu dipilih secara paket di dalam di Perdebatan yang berlarut-larut itu tidak terlepas DPRD Tingkat 1 itu. Jadi kalau pengertiannya dari adanya dua alternatif pilkada untuk mengisi Pasal demikian juga, artinya demokratis itu demikian 18 Ayat (4) itu. Berikut pernyataan Jakob: bisa langsung dan tidak langsung, tetapi dalam pengertian paket itu barangkali bisa. Karena ini, “Dipilih secara demokratis yang pelaksanaannya tidak ada penjelasan, tidak penjelasan Undang- diatur dalam undang-undang, salah satu alternatif Undang Dasar kita itu tidak bisa menjelaskan yang mungkin adalah pemilihan langsung di apa-apa. Jadi, sebaiknya itu jelas”. samping pemilihan oleh DPRD. Atau pemilihan b. Alimarwan Hanan dari Fraksi Partai Persatuan berdasarkan cara lain yang dianggap demokratis.  Apakah kita bisa memilih alternatif 2, bisa, belum. Pembangunan mengatakan bahwa: Tenang lagi dengan muka dingin, belum. Pak Ali “Sebagaimana pada waktu the founding fathers Hardi. . . ”. kita menyusun Undang-Undang Dasar. Terkenal dengan situasi kebatinan pada waktu mereka menyusun Undang-Undang Dasar. Suasana, saya  Risalah Rapat Sinkronisasi PAH I BP MPR, 17 Juli 2000, dalam Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi,  Ibid. Naskah Komprehensif Perubahan Undang-Undang Dasar 1945,  Ibid. , hlm. 1250-1251. Jakarta, Konstitusi Pers, 2010, hlm. 1263.  Ibid. , hlm. 1252.  Ibid. , hlm. 1250.  Ibid.

174 UIR Law Review Volume 01, Nomor 02, Oktober 2017 Wira Atma Hajri . QUO VADIS PILKADA INDONESIA

takut itu nanti tertambah begitu saya rubah “Saudara Pimpinan Fraksi kami dari awal, yang situasi. Lalu pada suasana ini pun. Ada sesuatu menyangkut Presiden itu mengusulkan Presiden yang mempengaruhi kita di dalam rangka itu dipilih langsung. Dengan bermacam-macam memilih alternatif perumusan-perumusan ini. varian yang akhirnya di Anyer tidak tersepakati. Sekedar untuk diketahui kita bersama dan telah Sepintas lalu yang menyangkut Bupati dan diketahui. Berbagai ekses dari pemilihan dan Gubernur ini, Gubernur, Bupati dan Walikota, sistem Perundang-undangan kita tentang Undang dengan rumusan secara demokratis memang Undang Otonomi Daerah ini. ternyata sudah dimungkinkan ada 2, hal baik secara langsung sangat dirasakan oleh semua. Dan, akibatnya itu maupun melalui DPRD, tetapi tidak bisa menjamin yang paling fatal yang terkenal dengan money bahwa bunyi alternatif 2 itu seperti itu. Jadi politic sekarang, karena undang-undang yang saya condong, karena tidak bisa ada jaminan sekarang itu pun digunakan secara bias oleh sedangkan fraksi kami mengusulkan itu dipilih berbagai daerah. Pengertian dengan suara langsung, ya seperti ini saja terima kasih”. terbanyak dan dianggap itu demokratis ternyata diterjemahkan oleh berbagai daerah ada yang f. Valina Singka Subekti dari Utusan Golongan 10 menterjemahkan arti terbanyak itu mayoritas, ada mengatakan bahwa: yang terbanyak itu tidak perlu mayoritas. Suasana ”Saya berpendapat bahwa sebetulnya soal kebatinan inilah yang harus kita rumuskan untuk keinginan untuk melakukan pemilihan bupati atau tidak mengulangi lagi kejadian ini. Pilihan itulah gubernur secara langsung atau tidak langsung, yang harus kita lakukan pilihan sekarang. Kami itu punya korelasi dengan soal perubahan sistem mengerti seandainya suasana itu akan dapat yang akan kita lakukan. Jadi, dalam satu kerangka terjamin dengan alternatif ke-2, ya mari monggo besar. Jadi, bukan sesuatu yang parsial sifatnya. begitu. Tetapi, kalau itu tidak akan banyak Jadi, makanya pembahasannya itu tidak boleh terjamin dalam mengatasi ini dengan alternatif setengah-setengah, dipisahkan antara soal dari ke-2 maka, ya sebagaimana kami sampaikan kami mulai soal sistem pemilihan umum kemudian menawarkan alternatif pertama, begitu”. sistem pemilihan Presiden, juga dengan soal c. Anthonius Rahail dari Fraksi Kesatuan Kebangsaan keinginan untuk melakukan pemilihan langsung atau tidak langsung soal bupati dan gubernur, Indonesa mengatakan bahwa: karena memang ini satu kaitan. Kalau kita “Oleh karena itu kami mengusulkan yang pertama ingin melakukan satu perubahan sistem, kita di mana gubernur, bupati, dan walikota itu ingin melakukan semua dalam satu kerangka dipilih secara langsung. Saya yakin dan percaya, pemilihan langsung mulai dari sistem Pemilu- bahwa sudah cukup banyak kader-kader bangsa nya dari proporsional diubah menjadi distrik, kita yang tersebar diseluruh tanah air hanya kemudian pemilihan Presidennya menjadi kesempatan yang barangkali perlu kita berikan, langsung, maka memang sebaiknya pemilihan sehingga ada kompetitif yang sehat dalam rangka bupati dan gubernur-nya itu pun juga dilakukan kita mempunyai kader pemimpin rakyat yang me- secara langsung. Oleh karena kita sampai saat mang betul-betul teruji kepemimpinannya oleh ini belum ada keputusan atau konsensus bulat penilaian yang secara terbuka, terima kasih Pak”. mengenai soal mekanisme sistem apa yang akan d. Yusuf Muhammad dari Fraksi Kebangkitan Bangsa kita putuskan mengenai soal sistem pemilihan Presiden, maka memang ini juga tidak bisa, tetapi menyatakan bahwa: ”Kalau saya menyampaikan dengan catatan apakah pemberlakuan dari pasal pendapat secara ringkas sebetulnya biarkan saja ini akan diberlakukan setelah pengesahan Sidang ini menjadi alternatif. . . ”. Tahunan ataukah akan diberlakukan untuk tahun 2004? Karena dalam bayangan saya sebetulnya e. Asnawi Latief dari Fraksi Persatuan Daulat Ummah  F-UG itu kan sebetulnya bukan tidak setuju mengatakan bahwa: pemilihan Presiden langsung, tapi kita setuju cuma kan soal waktu dan voting-nya itu kapan,  Ibid. , hlm. 1253 begitu kan. Kalau dalam bayangan saya itu, kami  Ibid.  Ibid. , hlm. 1255. 10 Ibid. , hlm. 1258.

UIR Law Review Volume 01, Nomor 02, Oktober 2017 175 Wira Atma Hajri . QUO VADIS PILKADA INDONESIA

itu, itu dilakukan secara bertahap, jadi dalam satu langsung. Hal ini sungguhlah berbeda dengan sistem yang bertahap. Jadi, mungkin tidak tahun pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. 2004 tapi tahun 2009. Oleh karena itu, mesti ada perbaikan-perbaikan sistem mulai dari sistem Perbedaan cara pengisian kedua jabatan ini tidak Pemilunya kita rombak secara langsung tahun terlepas karena keinginan sendiri dari pembentuk 2004, kemudian setelah itu masyarakat kita UUD 1945. Mengenai pilkada, pembentuk UUD 1945 dibiasakan secara langsung untuk memilih bupati menggunakan frasa yang luwes, yaitu “dipilih secara secara langsung, gubernur secara langsung, demokratis”. Sedangkan untuk pemilihan Presiden kemudian nanti akan berujung pada sistem tidak ada pilihan lain kecuali melalui pemilihan secara pemilihan Presiden langsung misalnya kalau kita putuskan untuk tahun 2009. Jadi, sebetulnya ini langsung oleh rakyat. Hal ini dikarenakan UUD 1945 tergantung dari semua hal yang saya bicarakan sudah menentukannya secara eksplisit. Sehingga tidak tadi. Mungkin solusinya, saya tidak tahu apakah bisa ditafsirkan dengan yang lain. Pasal 6 A Ayat (1) ini bisa atau tidak menjadi solusi untuk ayat ini UUD 1945 menyebutkan bahwa, “Presiden dan wakil dijadikan satu alternatif mungkin demokratis presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung dalam kurung langsung atau tidak langsung, bisa oleh rakyat”. tidak begitu? Jadi, gubernur, bupati, dan walikota dipilih secara demokratis dalam kurung langsung Kendatipun demikian, kedua jabatan strategis ini tidak langsung karena itu berkaitan dengan soal di sisi lain terdapat kesamaan cara pengisiannya ketika keputusan kapan pemberlakuan itu nantinya, terjadi kekosongan di masa jabatan. Yaitu sama-sama kalau mungkin itu bisa mengakomodasi semua melalui lembaga perwakilan. Artinya demokrasi tidak aspirasi yang berkembang di sini mungkin itu bisa 11 menjadi solusi sementara”. langsung melalui pemilihan tidak langsung. Dari perdebatan-perdebatan di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya 3 nomenklatur pilkada, Frasa ”Dipilih Secara Demokratis” Secara Teori yaitu kepala daerah dipilih secara demokratis, kepala daerah dipilih secara langsung, dan kepala daerah Istilah demokrasi digunakan untuk menunjuk 12 dipilih secara tidak langsung (DPRD). Frasa ”dipilih kekuasaan ”rakyat” sebagai lawan dari “golongan”. secara demokratis” dalam Pasal 18 Ayat (4) tersebut, Istilah demokrasi ini berasal dari bahasa Yunani, yang demos dilihat dari sisi original intent, tidaklah dapat diartikan terdiri atas dua perkataan, yaitu (rakyat), cratein 13 bahwa kepala daerah “wajib” dipilih secara langsung (pemerintah). ataupun juga kepala daerah “wajib” dipilih oleh Secara teori, demokrasi ini dijalankan melalui dua DPRD. cara, yaitu:14 Karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembentuk UUD 1945 menyerahkan sepenuhnya mengenai cara 11 Mengenai cara pengisian Presiden dan Wakil Presiden ini pemilihan itu kepada pembentuk undang-undang lebih lanjut lihat Pasal 8 UUUD 1945. Sedangkan untuk kepala (open legal policy). Konsekuensi itu semua dari sisi daerah lihat lebih lanjut Pasal 173, Pasal 174, dan 176 Undang- konstitusionalitas adalah andaikata pilkada dilabuhkan undang Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan oleh DPR dan Presiden kepada DPRD, maka hal itu Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 sungguhlah konstitusional juga. Begitu juga ketika Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang. dipilih secara langsung oleh rakyat, maka itu juga 12 Efriza, Ilmu Politik dari Ilmu Politik Sampai Sistem tetap konstitusional. Pemerintahan, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 112. 13 Subandi Al Marsudi, Pancasila dan UUD’45 dalam Paradigma Reformasi, Rajawali Pers, Jakarta, 2006, hlm. 81. Berbeda dengan Sistem Pemilihan Presiden 14 Lebih lanjut lihat Koentjoro Poerbopranoto, Sistem Pemerintahan Demokrasi Merujuk Pasal 18 Ayat (4) UUD 1945, pilkada , Eresco, Bandung, 1987, hlm 33. Lihat juga Jimly Asshiddiqie, Komentar Atas Undang-Undang Dasar dimungkinkan baik secara langsung maupun tidak Tahun 1945, Jakarta, Sinar Grafika, 2009, hlm. 59.

176 UIR Law Review Volume 01, Nomor 02, Oktober 2017 Wira Atma Hajri . QUO VADIS PILKADA INDONESIA a. Demokrasi langsung, di mana semua rakyat ikut penyelenggara negara, maka kehidupan demokrasi serta dalam pemerintahan dan menentukan tidak perlu diwarnai dengan konflik, kecurangan, kebijakan yang diambil seperti halnya dulu di masa penindasan, apalagi perilaku koruptif dalam lingkaran Yunani Kuno. Sistem ini tak dapat dipraktikkan kekuasaan. berhubung dengan kesulitan-kesulitan perihal Dengan demikian, andaikata pilihan politik suatu jumlah penduduk, luas daerah dan kompleksitas ketika melabuhkan pemilihan kepala daerah melalui masyarakat. DPRD (tidak lagi rakyat secara langsung) adalah tetap b. Demokrasi tidak langsung, di mana sebagian demokratis. Yaitu demokrasi tidak langsung dengan orang (perwakilan) yang menjalankan roda cara pemilihan melalui perwakilan (pemilihan tidak pemerintahan dan menentukan kebijakan. Sistem langsung). Karena itu, cara ini tetap konstitusional. ini yang dipraktikkan sebagian besar oleh negara- Sehingga tidak sepatutnya muncul istilah kemunduran negara di dunia ini. demokrasi, “sekarat daulat rakyat”, maupun pemilihan Demokrasi tidak langsung ini dapat dijalankan yang tidak demokratis ketika DPR dan Presiden melalui dua cara, yaitu demokrasi tidak langsung melabuhkan pemilihan kepala daerah dari rakyat ke melalui pemilihan secara langsung dan demokrasi DPRD. 15 tidak langsung melalui pemilihan tidak langsung. Harusnya, kita tidak lagi mempersoalkan kapala Pemilihan langsung ini dijalankan melalui pemilu. daerah dipilih melalui DPRD ataupun rakyat secara Sedangkan pemilihan tidak langsung adalah melalui langsung. Yang paling patut kita persoalkan adalah lembaga perwakilan. ketika di dalam proses pencalonan itu rakyat tidak Dalam menjalankan sistem demokrasi ini, setiap dilibatkan. Sebab selama ini pilkada melalui rakyatpun, negara mempunyai sistem atau mekanisme tersendiri rakyat tidak ada pilihan. Rakyat dihadapkan pada untuk melaksanakan sistem tersebut.16 Pilihan atas pilihan yang sesungguhnya tidak ada piihan. Rakyat sistem atau mekanisme oleh setiap negara itu tidak “dipaksa” memilih calon-calon yang telah disediakan terlepas dari alasan pilihan politik dibandingkan alasan terutama oleh sang ketua umum dari partai-partai lainnya. 17 Menurut Sri Hastuti Puspitasari, setidaknya politik tertentu. ada 2 hal untuk menimbang pilihan politik tersebut, Perlu kita sadari bahwa pilkada itu bukanlah 18 yaitu: hanya sekedar kontestasi seperti yang selama ini Pertama, demokrasi sangat menghargai posisi kita jalankan. Inilah yang disebut dengan demokrasi rakyat baik dalam konteks prosedur demokrasi formal. maupun dalam hal praktek kekuasaan negara secara Sebenarnya, kita pernah memiliki pola pencalonan umum. Kedua, demokrasi mengandung sejumlah nilai kepala daerah yang lebih baik, kendatipun belum yang harus mengejawantah dalam tataran praktek sempat diterapkan, yaitu melalui Undang-Undang demokrasi seperti keadilan, kejujuran, transparansi, Nomor 1 Tahun 2015. Di mana ada uji publik di sana partisipasi, pemberdayaan, dan non diskriminasi. sebelum pendaftaran calon. Sayangnya, Undang- Jika dua hal di atas benar-benar menjadi pegangan Undang Nomor 8 Tahun 2015 pun mencabutnya.19 15 Wira Atma Hajri, Quo Vadis Negara Hukum dan Demokrasi Padahal pola seperti ini jauh lebih baik dibandingkan Indonesia Ketika Negara Dijalankan di Alam Kepura-puraan,Genta Press, Yogyakarta, 2016, hlm. 10. dengan pola-pola yang kita angung-agungkan selama 16 Cora Elly Noviati, “Demokrasi dan Sistem Pemerintahan”, ini. Jurnal Konstitusi, Volume 10 Nomor 2, Juni 2013, hlm. 335. 17 Alasan lain itu misalkan latar belakang sejarah dan kearifan Uji publik ini bermanfaat untuk perkembangan lokal suatu negara. demokrasi di negeri ini. Pertama, dengan uji publik 18 Sri Hastuti Puspitasari, “Mahkamah Konstitusi dan Penegakkan Demokrasi Konstitusional”, Jurnal Konstitusi, Volume pencalonan kepala daerah tidak menjadi milik 8, Nomor 3, Juni 2011, hlm. 374. 19 Wira Atma Hajri, Op. Cit. , hlm. 25.

UIR Law Review Volume 01, Nomor 02, Oktober 2017 177 Wira Atma Hajri . QUO VADIS PILKADA INDONESIA sepenuhnya dari parpol. Kedua, tentunya ada TA 2003 Pos Dana Tak Tersangka Dana Alokasi keterlibatan panitia mandiri yang dibentuk oleh KPU. Umum dan Dana Pinjaman Daerah Kabupaten Akan jauh lebih baik kalau panitia bentukan KPU itu Kendal yang tidak sesuai dengan ketentuan yang punya hak untuk menyatakan mana yang lulus uji berlaku. publik dan mana yang tidak. Tentunya hal ini menjadi 6. Syaukani HR, Bupati Kutai Kartanegara, TPK dalam pertimbangan yang bermanfaat bagi KPU untuk pelaksanaan proyek pembangunan Bandara menggugurkan pasangan calon. Jadi tidak sekedar Samarinda Kutai Kartanegara yang terjadi di memenuhi persyaratan formal semata seperti selama Pemerintahan Daerah Kutai Kartanegara Provinsi ini. Misalkan dukungan minimal parpol ataupun foto Kalimantan Timur, tahun 2003-2004. kopi KTP. Ketiga, tentunya ada partisipasi masyarakat 7. Baso Amiruddin Maula, Walikota , TPK di sana.20 Proyek Pengadaan Mobil Pemadam Kebakaran Karena itu, tak mengherankan kemudian dalam Merk Tohatsu Tipe V-80-ASM di Pemerintah Kota perjalanan waktu, kepala daerah yang terpilihpun Makassar APBD Tahun 2003 dan 2004. banyak yang bermasalah. Semenjak KPK berdiri 8. Abdillah, Walikota , TPK Proyek Pengadaan pada tahun 2003 hingga pertanggal 6 Agustus Mobil Pemadam Kebakaran Merk MORITA di 2015, setidaknya sudah ada 56 kepala daerah yang Pemerintah Kota Medan APBD Tahun 2005 dan tersangkut kasus hukum di KPK. Berikut daftar kepala TPK Penyalahgunaan APBD Pemerintah Kota 21 daerah tersebut: Medan TA 2002-2006. 1. Abdullah Puteh Gubernur Provinsi Nanggroe 9. Ramli, Wakil Walikota Medan, TPK Proyek Aceh Darussalam (NAD), Tindak Pidana Korupsi Pengadaan Mobil Pemadam Kebakaran Merk dalam pengadaan pesawat Helikopter Mi-2 milik Morita di Pemerintah Kota Medan APBD Tahun Pemerintah Provinsi NAD. 2005. 2. Suwarna Abdul Fatah Gubernur Kalimantan 10. Tengku Azmun Jaafar, Bupati Pelalawan,TPK Timur, TPK pelaksanaan Program Pembangunan penyalahgunaan perijinan dalam penerbitan Perkebunan Kelapa Sawit sejuta Hektar di IUP HHK-HT/IPK tahun 2001-2006 di wilayah Kalimantan Timur yang diikuti dengan Penerbitan Kabupaten Pelalawan kepada sejumlah perusa- Izin Pemanfaatan Kayu Tahun 1999-2002. haan tidak sesuai dengan ketentuan yang 3. Abubakar Ahmad, Bupati Dompu, TPK pengeluaran berlaku. atau penggunaan dana yang tidak sesuai dengan 11. Agus Supriadi, Bupati Garut, TPK penyimpangan peruntukannya pada Dana Tak Tersangka APBD penggunaan dana APBD Garut TA 2004-2007. Kabupaten Dompu TA 2003-2005. 12. Vonnie A. Panambunan, Bupati Minahasa Utara, 4. Sjachriel Darham, Gubernur Kalimantan Selatan, TPK penyalahgunaan APBD. TPK penyalahgunaan atau penggunaan tidak 13. Iskandar, Bupati Lombok Barat, TPK pada ruislag sesuai dengan peruntukannya pada Anggaran tanah dan bangunan eks kantor Bupati Lombok Belanja Rutin Pos Kepala Daerah Kalimantan Barat tahun 2004. Selatan Tahun 2001-2004. 14. Dany Setyawan, Mantan Gubernur Jawa Barat, 5. Hendy Boedoro, Bupati Kendal, TPK penyalah- TPK pengadaan mobil pemadam kebakaran, gunaan wewenang penggunaan Dana APBD mobil ambulan, stoom walls dan dump truck oleh 20 Ibid. pemerintah Jawa Barat tahun 2003. 21 New. detik. com, “Selamatkan Pilkada Serentak, Selama 11 Tahun, Ada 56 Kepala Daerah yang Terjerat Kasus Korupsi di KPK”, http:// 15. Armen Desky, Bupati Aceh Tenggara, TPK dalam news. detik. com/berita/2984630/selama-11-tahun-ada-56-kepala- pengelolaan APBD Pemerintah Kabupaten Aceh daerah-yang-terjerat-kasus-korupsi-di-kpk, diakses tanggal diakses Tenggara TA 2004-2006. tanggal 6 Februari 2017.

178 UIR Law Review Volume 01, Nomor 02, Oktober 2017 Wira Atma Hajri . QUO VADIS PILKADA INDONESIA

16. Jimmy Rimba Rogi, Bupati Manado, TPK penyalah- Merek Morita Tahun Anggaran 2004 dan 2005 gunaan APBD Pemerintah Kota Manado TA 2006. di Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau 17. Samsuri Aspar, Wakil Bupati Kutai Kartanegara, Batam. TPK penyalahgunaan anggaran bantuan sosial 25. Indra Kusuma, Bupati Brebes, TPK dalam Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2005. pengadaan tanah untuk pasar pada pemerintah 18. Ismunarso, Bupati Situbondo, TPK Penyalahgunaan Kabupaten Brebes TA 2003. APBD Kabupaten Situbondo TA 2005 – 2007. 26. Yusak Yaluwo, Bupati Boven Digoel, TPK penyalah- 19. Syahrial Oesman, Mantan Gubernur Sumatera gunaan dana APBD dan Otsus Pemda Kabupaten Selatan, TPK perbuatan turut serta terhadap Boven Digoel Provinsi Papua TA 2006-2007. pemberian sejumlah dana kepada pegawai negeri 27. Syamsul Arifin, Gubernur Sumatera Utara, TPK atau penyelenggara negara terkait dengan proses dalam penyalahgunaan dan pengelolaan kas permohonan alih fungsi hutan lindung Pantai Air daerah Kabupaten Langkat serta penyalahgunaan Telang Sumatera Selatan. penggunaan APBD Kabupaten Langkat pada 20. Jules F Warikar, Bupati Kabupaten Supiori, TPK tanun 2000-2007. dalam kegiatan pembangunan Pasar Sentral 28. Jefferson Soleiman Montesqieu Rumajar, Walikota Supiori, terminal induk Kabupaten Supiori, Tomohon, TPK dalam penggunaan APBD Kota Rumah Dinas Eselon Kabupaten Supiori, dan Tomohon TA 2006-2008. renovasi pasar sentral Supiori untuk kantor 29. Mochtar Mohamad, Walikota Bekasi, TPK cabang Bank Papua dengan menggunakan dana dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban APBD Kabupaten Supiori TA 2006-2008. keuangan APBD Pemerintah Kota Bekasi dan atau 21. Hamid Rizal, Mantan Bupati Natuna, TPK perbuatan melakukan percobaan perbantuan, penyalahgunaan APBD Kabupaten Natuna TA atau permufakatan jahat untuk memberi atau 2004 yang tidak sesuai dengan peruntukannya menjanjikan sesuatu terkait dengan Adipura dan dan pengeluaran kas tidak disertai bukti yang pengesahan APBD 2010. lengkap dan sah. 30. Binahati B Baeha, Bupati Nias, TPK dalam 22. H Daeng Rusnadi, Bupati Natuna, TPK pengelolaan dana penanggulangan bencana alam penyalahgunaan APBD Kabupaten Natuna TA Nias Tahun 2007. 2004 yang tidak sesuai dengan peruntukannya 31. Robert Edison Siahaan, Mantan Walikota dan pengeluaran kas tidak disertai bukti yang Pematang Siantar, TPK dalam Pengelolaan Dana lengkap dan sah. Bantuan Sosial Sekretariat Daerah dan Dana 23. Arwin AS, Bupati Siak, TPK terkait penerbitan rehabilitasi/Pemeliharaan Dinas Pekerjaan Umum ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada pada APBD Kota Pematang Siantar TA 2007. hutan tanaman tahun 2001 sampai dengan 2003 32. Fahuwusa Laila, Bupati Nias Selatan, TPK di wilayah Kabupaten Siak kepada sejumlah memberikan sesuatu kepada pegawai negeri atau perusahaan yang tidak sesuai dengan ketentuan penyelenggara negara dengan maksud supaya yang berlaku dan mengakibatkan kerugian pegawai negeri atau penyelenggara negara keuangan negara atau perekonomian negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dan atau menerima hadiah berkaitan dengan dalam jabatannya yang bertentangan dengan kekayaan atau kewenangan yang berhubungan kewajibannya. dengan jabatannya. 33. Murman Effendi, Bupati Seluma, TPK memberi 24. Ismeth Abdullah, Gubernur Kepulauan Riau, TPK atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri dalam pengadaan Mobil Pemadam kebakaran atau penyelenggara negara dengan maksud

UIR Law Review Volume 01, Nomor 02, Oktober 2017 179 Wira Atma Hajri . QUO VADIS PILKADA INDONESIA

supaya pegawai negeri atau penyelenggara 40. Ratu Atut Chosiyah, Gubernur Banten, Perkara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat TPK memberi atau menjanjikan sesuatu kepada sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan hakim dengan maksud untuk mempengaruhi dengan kewajibannya. putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili berkaitan dengan penanganan 34. Soemarmo Hadi Saputro, Walikota Semarang, perkara sengketa Pilkada Kabupaten Lebak, TPK terkait dengan pemberian sesuatu kepada Provinsi Banten Tahun 2013 di MK. Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara bersama sama dengan Sekda Kota Semarang. 41. Ikmal Jaya, Walikota Tegal, perkara TPK sehu- bungan dengan pelaksanaan tukar guling tanah 35. Amran Batalipu, Bupati Buol, TPK berupa antara Pemerintah Kota Tegal dengan pihak menerima sesuatu atau janji terkait dengan swasta tahun 2012. proses pengurusan Hak Guna Usaha Perkebunan atas nama PT Cipta Cakra Murdaya dan atau PT 42. , Walikota Makassar, perkara Hardaya Inti Plantation yang terletak di Kecamatan TPK sehubungan dengan pekerjaan kerjasama Bukal Kabupaten Buol Sulawesi Tengah. rehabilitasi, kelola dan transfer untuk instalasi pengolahan air antara PDAM Kota Makassar 36. Muhammad Hidayat Batubara, Bupati Mandailing dengan pihak swasta periode tahun 2006-2011. Natal, Perkara TPK pemberian sesuatu oleh PN dan atau pegawai negeri dan atau pihak-pihak 43. Rachmat Yasin, Bupati Bogor, perkara TPK tertentu Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal sehubungan dengan menerima hadiah atau janji kepada PN atau pegawai negeri dan atau pihak- terkait pemberian rekomendasi tukar menukar pihak tertentu Pemerintah Propinsi Sumatera kawasan hutan di kabupaten Bogor atas nama PT. Utara terkait alokasi Dana Bantuan Daerah tahun Bukit Jonggol Asri. 2013. 44. Romi Herton, Walikota Palembang, perkara TPK 37. Dada Rosada, Walikota Bandung, Perkara TPK sehubungan dengan memberi atau menjanjikan berupa memberi hadiah atau janji terkait sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk dengan penanganan perkara TPK mengenai mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan penyimpangan dana bantuan sosial Pemerintah kepadanya untuk diadili terkait dengan sengketa Kota Bandung dan Pengadilan Tinggi Jawa Barat pemilihan kepala daerah Kota Palembang di MK dengan terdakwa Rochman (Mantan Bendahara tahun 2013 dan dengan sengaja tidak memberikan Pengeluaran Sekretariat Daerah Kota Bandung). keterangan atau memberikan keterangan yang tidak benar terkait persidangan atas nama 38. Hambit Bintih, Bupati Gunung Mas, Perkara TPK terdakwa M. Akil Mochtar di Pengadilan Tindak memberi sesuatu kepada hakim dengan maksud Pidana Korupsi Jakarta. untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili berkaitan 45. Yesaya Sombuk, Bupati Biak Numfor, perkara dengan Penanganan Perkara Sengketa Pilkada TPK sehubungan dengan pegawai negeri atau Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan penyelenggara negara yang menerima pemberian Tengah. atau janji dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara tersebut berbuat atau 39. Rusli Zainal, Gubernur Riau, Perkara TPK tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang sehubungan dengan pemberian pengesahan bertentangan dengan kewajibannya Pengurusan Bagan Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu APBN-P TA 2014 pada Kementerian PDT untuk Hutan Tanaman pada areal hutan alam dalam proyek pembangunan TALUD di Kabupaten Biak kawasan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Numfor Provinsi Papua. Kayu Hutan Tanaman di Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak tahun 2004. 180 UIR Law Review Volume 01, Nomor 02, Oktober 2017 Wira Atma Hajri . QUO VADIS PILKADA INDONESIA

46. Ade Swara, Bupati Karawang, dugaan TPK penyelenggara negara yang menerima pemberian sehubungan dengan pegawai negeri/penyeleng- atau janji dngan maksud supaya pegawai negeri gara negara yang dengan maksud menguntungkan atau penyelenggara negara tersebut berbuat diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya yang bertentangan dengan kewajibannya terkait memaksa seseorang memberikan sesuatu terkait dengan pengajuan Revisi Alih Fungsi Hutan di pengurusan izin Surat Persetujuan Pemanfaatan Provinsi Riau Tahun 2014 kepada Kementerian Ruang atas nama PT. Tatar Kertabumi di Kabupaten Kehutanan. Karawang. 53. Marthen Dira Tome, Bupati Abu Raijua, dugaan 47. Raja Bonaran Situmeang, Bupati Tapanuli TPK dalam kegiatan penyalahgunaan kewenangan Tengah, TPK sehubungan dengan memberi atau dalam menggunakan Dana Pendidikan Luar menjanjikan sesuatu kepada M. Akil Mochtar Sekolah pada Sub Dinas Pendidikan dan selaku Hakim MK dengan maksud untuk mem- Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur TA pengaruhi putusan perkara sengketa Pilkada 2007. Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2011 yang 54. Budi Antoni Aljufri, Bupati Empat Lawang, TPK diserahkan kepadanya untuk diadili. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim 48. Amir Hamzah, Wakil Bupati Lebak, dugaan TPK dengan maksud untuk mempengaruhi putusan sehubungan dengan memberi atau menjanjikan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk terkait dengan sengketa pemilihan kepala daerah mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kabupaten empat lawang di MK tahun 2013. kepadanya untuk diadili berkaitan dengan 55. Rusli Sibua, Bupati Pulau Morotai, TPK memberi penanganan perkara sengketa Pilkada Kabupaten atau menjanjiakn sesuatu kepada hakim dengan Lebak, Provinsi Banten Tahun 2013 di MK atau maksud untuk mempengaruhi putusan perkara memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri yang diserahkan kepadanya untuk diadili terkait dengan mengingat kekuasaan atau wewenang dengan sengketa Pilkada Kabupaten Pulau yang melekat pada jabatan atau kedudukan Morotai di MK tahun 2011. tersebut. 56. Gatot Pujo Nugroho, Gubernur Sumatera Utara, 49. Zaini Arony, Bupati Lombok Barat, dugaan TPK TPK bersama-sama memberi atau menjanjikan sehubungan dengan proses permohonan izin sesuatu berupa uang kepada majelis hakim pengembangan kawasan wisata di Lombok Barat dan panitera PTUN Medan, Sumatera Utara Tahun 2010-2012. dengan maksud untuk mempengaruhi putusan 50. Fuad Amin, Bupati Bangkalan, dugaan TPK perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili sehubungan dengan menerima hadiah atau janji terkait permohonan pengujian kewenangan terkait dengan jual beli gas alam untuk pembangkit Kejaksaan Tinggi Provinsi Sumatera Utara sesuai listrik di Gresik dan Gili Timur Bangkalan Madura, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Jawa Timur dan perbuatan penerimaan lainnya. Administrasi Pemerintahan atas penyelidikan 51. Barnabas Suebu, Gubernur Papua, dugaan TPK tentang dugaan terjadinya tindak pidana korupsi sehubungan dengan Kegiatan Detail Engineering dana bantuan sosial, bantuan daerah bawahan, Design PLTA sungai Memberamo dan Sungai bantuan operasional sekolah dan penahanan Urumuka tahun 2009 dan 2010 di Provinsi pencairan dana bagi hasil yang dilakukan Papua. Gubernur Sumatera Utara di PTUN. 52. Annas Maamun, Gubernur Riau, dugaan TPK sehubungan dengan pegawai negeri atau

UIR Law Review Volume 01, Nomor 02, Oktober 2017 181 Wira Atma Hajri . QUO VADIS PILKADA INDONESIA

C. Penutu�����p� Sri Hastuti Puspitasari, “Mahkamah Konstitusi dan Penegakkan Demokrasi Konstitusional”, Jurnal Sistem pemilihan langsung maupun melalui Konstitusi, Volume 8, Nomor 3, Juni 2011. DPRD dalam praktiknya tidaklah menjamin akan menghasilkan kepala daerah yang ideal. Karena itu, rekomendasi Penulis adalah pemilihan langsung C. Peraturan Perundang-undangan atau tidak langsung sudah semestinya didukung oleh sistem rekrutmen calon yang baik terutama melalui Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia sistem uji kelayakan para calon. Begitu juga mengenai Tahun 1945. besar dana yang dikeluarkan selama ini. Kalau tidak, Undang-undang Nomor 8 Tahun 2015 Tentang pilkada yang ideal itu hanyalah mimpi belaka dan Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 tidak pernah menjadi alam kenyataan kendatipun Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan juga dilakukan secara serentak. Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang. DAFTAR PUSTAKA A. Buku D. Internet Efriza, Ilmu Politik dari Ilmu Politik Sampai Sistem Pemerintahan, Alfabeta, Bandung, 2009. New. detik. com, “Selamatkan Pilkada Serentak, Selama 11 Tahun, Ada 56 Kepala Daerah yang Jimly Asshiddiqie, Komentar Atas Undang-Undang Terjerat Kasus Korupsi di KPK”, http://news. detik. Dasar Tahun 1945, Jakarta, Sinar Grafika, 2009. com/berita/2984630/selama-11-tahun-ada-56- Koentjoro Poerbopranoto, Sistem Pemerintahan kepala-daerah-yang-terjerat-kasus-korupsi-di-kpk, Demokrasi, Eresco, Bandung, 1987. diakses tanggal 6 Februari 2017. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Naskah Komprehensif Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, Konstitusi Pers, Jakarta, 2010. Subandi Al Marsudi, Pancasila dan UUD’45 dalam Paradigma Reformasi, Rajawali Pers, Jakarta, 2006. Wira Atma Hajri, Quo Vadis Negara Hukum dan Demokrasi Indonesia Ketika Negara Dijalankan di Alam Kepura-puraan, Genta Press, Yogyakarta, 2016.

B. Jurnal Cora Elly Noviati, “Demokrasi dan Sistem Pemerintahan”, Jurnal Konstitusi, Volume 10, Nomor 2, Juni 2013.

182 UIR Law Review Volume 01, Nomor 02, Oktober 2017