
QUO VADIS PILKADA INDONESIA Wira Atma Hajri Fakultas Hukum, Universitas Islam Riau email: [email protected] ABSTRAK A. Pendahuluan erdebatan mengenai pemilihan kepala daerah (pilkada) Berdasarkan Pasal 18 Ayat (4) UUD 1945, melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) atau pemilihan kepala daerah adalah persoalan P secara langsung melalui rakyat adalah perdebatan klasik open legal policy, sehingga pemilihan langsung maupun tidak langsung adalah namun begitu “panasnya” ketika diangkat ke permukaan dari sama-sama pemilihan yang demokratis. masa ke masa yang sepertinya takkan pernah padam. Sering Karena itu, hal ini tidak perlu disoalkan. kali dipahami bahwa pilkada secara langsung melalui rakyatlah Hal yang perlu disoalkan adalah mengapa yang demokratis. Ketika diwacanakan atau dikembalikan pilkada pemilihan kepala daerah selama ini banyak ke DPRD seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang menghasilkan kepala daerah yang terlibat Nomor 22 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, kasus korupsi. dan Walikota, kemudian memunculkan reaksi dari berbagai pihak. Tak hanya masyarakat yang awam dengan konstitusi, Kata Kunci: Demokrasi Daerah, Election, demokrasi, dan politik, para legislator bahkan segelintir ahli-ahli Korupsi Hukum Tata Negara pun ikut terseret dalam arus perdebatan itu untuk anti dengan pilkada melalui DPRD. Dikatakan bahwa ABSTRACT andaikata pilkada melalui DPRD adalah sebagai bentuk kemunduran demokrasi, “sekarat” daulat rakyat, bahkan ada Based on Article 18 Paragraph (4) of the yang mengatakan pemilihan yang tidak demokratis. 1945 Constitution, the election of regional heads is a matter of open legal policy, so Tulisan ini dimulai dengan telaah Penulis mengenai frasa that direct or indirect election is the same ”dipilih secara demokratis” dalam Pasal 18 Ayat (4) UUD 1945. democratic election. Therefore, this does not Penulis tidak hanya menelaahnya dari sisi keinginan disigner need to be disputed. The thing that needs to pasal itu (original intent), tetapi juga Penulis telaah dari sisi be addressed is why the election of regional teori demokrasi. heads so far resulted in many heads of Setelah itu, Penulis membawa pembaca bahwa di alam regions involved in corruption cases. mana seharusnya perdebatan itu kita hidupkan dari masa Keywords: Local Democracy, Election, ke masa yang kemudian membawa perubahan yang berarti Corruption sebagai implikasi dari sistem pilkada yang ideal. Sebab selama ini perdebatan yang muncul adalah perdebatan yang sama sekali tidak menyentuh alam substansial sistem pilkada itu sendiri. Dan lagi-lagi kepala daerah yang terpilihpun adalah kepala daerah “predator”. Mereka wakil, tapi sama sekali tidak mewakili. Andaipun terpilih kepala daerah yang baik, mereka itu adalah anomali dalam produk demokrasi. UIR Law Review Volume 01, Nomor 02, Oktober 2017 173 Wira Atma Hajri . QUO VADIS PILKADA INDONESIA B. Pembahasan Pertanyaan tersebut dijawab oleh Ali Hardi Kiaidemak dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan Latar Belakang Perumusan Pasal 18 Ayat (4) UUD dengan jawaban setuju untuk memilih alternatif 2, 1945 yaitu: “Gubernur, bupati, dan walikota dipilih secara Pasal 18 Ayat (4) UUD 1945 menyebutkan bahwa: langsung demokratis yang selanjutnya diatur dalam “Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing undang-undang”. Lebih lanjut, Ali Hardi mengatakan sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten bahwa fraksinya sependapat dengan alternatif 1 yang dan kota dipilih secara demokratis”. Lahirnya berbunyi: “Bupati, walikota dipilih dalam pemilihan Pasal 18 Ayat (4) ini tidak semudah membalikkan umum lokal yang selanjutnya diatur dalam Undang- telapak tangan. Ia lahir melalui perdebatan yang Undang”.3 begitu panjang. Bahkan Pasal 18 Ayat (4) ini pernah Berikut ini beberapa pandangan anggota MPR ditunda pembahasannya untuk beberapa saat. Hal lainnya yang menarik untuk kita simak. ini dikarenakan karena perdebatan yang berlarut- larut seperti pernyataan Jakob Tobing dari Fraksi a. M. Hatta Mustafa dari Fraksi Partai Golkar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang terekam mengatakan bahwa:4 1 berikut ini: “Pemilihan langsung ini tempo hari memang Saya tawarkan bagaimana kalau ini begini dulu. dikaitkan juga dengan pemilihan Presiden secara Begini dulu kita ke bab berikut, dan bab berikutnya langsung itu sebetulnya. Tadinya begitu. Tapi, saya rasa kita sudah mengenai Undang-Undang kalau pengertian dipilih secara demokratis itu Dasar, apa masih ada rasanya satu, Pak, satu lagi, bisa juga nanti secara langsung ataupun tidak pemerintah daerah itu masih ada ya? Iya, 2 ayat. langsung itu berarti alternatif 2 juga bisa diterima. Yang satu itu diurai mengenai kewenangannya. Tetapi pengertian demokratis itu kan bisa secara Jadi ini pemerintah pusat memberikan otonomi langsung dan terbuka, tergantung undang- yang luas, tapi disebutkan kecuali ini, ini, dan undang-nya. Kalau misalnya pengertiannya begitu bidang lain yang diatur undang-undang. Dan barangkali juga kita bisa menerima alternatif 2”. alternatif kedua tidak usah diatur begini, toh Lebih lanjut Hatta mengatakan:5 nanti ada undang-undang-nya, begitu. Apakah ada tanda-tanda bahwa ini bisa menjadi satu “Karena sekarang ini undang-undang sudah alternatif, begitu? menyatakan gubernur dan wakil gubernur, bupati, wakil bupati itu dipilih secara paket di dalam di Perdebatan yang berlarut-larut itu tidak terlepas DPRD Tingkat 1 itu. Jadi kalau pengertiannya dari adanya dua alternatif pilkada untuk mengisi Pasal demikian juga, artinya demokratis itu demikian 18 Ayat (4) itu. Berikut pernyataan Jakob: bisa langsung dan tidak langsung, tetapi dalam pengertian paket itu barangkali bisa. Karena ini, “Dipilih secara demokratis yang pelaksanaannya tidak ada penjelasan, tidak penjelasan Undang- diatur dalam undang-undang, salah satu alternatif Undang Dasar kita itu tidak bisa menjelaskan yang mungkin adalah pemilihan langsung di apa-apa. Jadi, sebaiknya itu jelas”. samping pemilihan oleh DPRD. Atau pemilihan b. Alimarwan Hanan dari Fraksi Partai Persatuan berdasarkan cara lain yang dianggap demokratis. 6 Apakah kita bisa memilih alternatif 2, bisa, belum. Pembangunan mengatakan bahwa: Tenang lagi dengan muka dingin, belum. Pak Ali “Sebagaimana pada waktu the founding fathers Hardi. ”.2 kita menyusun Undang-Undang Dasar. Terkenal dengan situasi kebatinan pada waktu mereka menyusun Undang-Undang Dasar. Suasana, saya 1 Risalah Rapat Sinkronisasi PAH I BP MPR, 17 Juli 2000, dalam Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 3 Ibid. Naskah Komprehensif Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, 4 Ibid. , hlm. 1250-1251. Jakarta, Konstitusi Pers, 2010, hlm. 1263. 5 Ibid. , hlm. 1252. 2 Ibid. , hlm. 1250. 6 Ibid. 174 UIR Law Review Volume 01, Nomor 02, Oktober 2017 Wira Atma Hajri . QUO VADIS PILKADA INDONESIA takut itu nanti tertambah begitu saya rubah “Saudara Pimpinan Fraksi kami dari awal, yang situasi. Lalu pada suasana ini pun. Ada sesuatu menyangkut Presiden itu mengusulkan Presiden yang mempengaruhi kita di dalam rangka itu dipilih langsung. Dengan bermacam-macam memilih alternatif perumusan-perumusan ini. varian yang akhirnya di Anyer tidak tersepakati. Sekedar untuk diketahui kita bersama dan telah Sepintas lalu yang menyangkut Bupati dan diketahui. Berbagai ekses dari pemilihan dan Gubernur ini, Gubernur, Bupati dan Walikota, sistem Perundang-undangan kita tentang Undang dengan rumusan secara demokratis memang Undang Otonomi Daerah ini. ternyata sudah dimungkinkan ada 2, hal baik secara langsung sangat dirasakan oleh semua. Dan, akibatnya itu maupun melalui DPRD, tetapi tidak bisa menjamin yang paling fatal yang terkenal dengan money bahwa bunyi alternatif 2 itu seperti itu. Jadi politic sekarang, karena undang-undang yang saya condong, karena tidak bisa ada jaminan sekarang itu pun digunakan secara bias oleh sedangkan fraksi kami mengusulkan itu dipilih berbagai daerah. Pengertian dengan suara langsung, ya seperti ini saja terima kasih”. terbanyak dan dianggap itu demokratis ternyata diterjemahkan oleh berbagai daerah ada yang f. Valina Singka Subekti dari Utusan Golongan 10 menterjemahkan arti terbanyak itu mayoritas, ada mengatakan bahwa: yang terbanyak itu tidak perlu mayoritas. Suasana ”Saya berpendapat bahwa sebetulnya soal kebatinan inilah yang harus kita rumuskan untuk keinginan untuk melakukan pemilihan bupati atau tidak mengulangi lagi kejadian ini. Pilihan itulah gubernur secara langsung atau tidak langsung, yang harus kita lakukan pilihan sekarang. Kami itu punya korelasi dengan soal perubahan sistem mengerti seandainya suasana itu akan dapat yang akan kita lakukan. Jadi, dalam satu kerangka terjamin dengan alternatif ke-2, ya mari monggo besar. Jadi, bukan sesuatu yang parsial sifatnya. begitu. Tetapi, kalau itu tidak akan banyak Jadi, makanya pembahasannya itu tidak boleh terjamin dalam mengatasi ini dengan alternatif setengah-setengah, dipisahkan antara soal dari ke-2 maka, ya sebagaimana kami sampaikan kami mulai soal sistem pemilihan umum kemudian menawarkan alternatif pertama, begitu”. sistem pemilihan Presiden, juga dengan soal c. Anthonius Rahail dari Fraksi Kesatuan Kebangsaan keinginan untuk melakukan pemilihan langsung atau tidak langsung soal bupati dan gubernur, Indonesa mengatakan bahwa:7 karena memang ini satu kaitan. Kalau kita “Oleh karena itu kami mengusulkan yang pertama ingin melakukan satu perubahan sistem, kita di mana gubernur, bupati, dan walikota itu ingin melakukan semua dalam satu kerangka dipilih secara langsung. Saya yakin dan percaya, pemilihan langsung mulai dari sistem Pemilu- bahwa sudah cukup
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages10 Page
-
File Size-