SEKATEN MERUPAKAN UPACARA YANG BERNUANSA RELIGIUS1l Oleh: E.S. Ardinarto2l

ABSTRACT : E.S. Ardinarto, is a Custom Ceremony Having Nuance of Religious. This research aim to: 1) Know the meaning os Sekaten Ceremony, 2) Nuance exists in Sekaten, 3) Since when Sekaten Ceremony started, 4) execution procedures of Sekaten Ceremony, 5) to know whether Sekaten Ceremony is a way of spreading Religion of . Method used in this research is a qualitative anthropologic method that is descriptive analytic or constructing culture view. Strategy used in this research has been specified first before going into research location. Research location in Keraton dan its surrounding, since those still conducting Sekaten Ceremony is those who live in Keraton Surakarta and Keraton Yogayakarta only. Data source obtained from informants that are keraton's consanguinity who know exactly about Sekaten Ceremony, while techniques of gathering data are inteNiew and direct obseNation but passive. Conclusions obtained are: 1) Sekaten Ceremony is a ceremony conducted only in keratin! king, 2) Sekaten Ceremonyis a combination ceremony between culture and religion, 3) Sekaten aims to express thanks of the king to the God who gave safety to keratin, 4) Sekaten Ceremony as a cultural heritage of ancestors having religious nuance.

Keywords : Sekaten, Religious, Game/an, Gunungan.

PENDAHULUAN penolong (Wisnu), dewa pemelihara Secara sosiologis-antropologis bangsa (Brahma ) dan dewa perusak (Syiwa). Alas adalah bangsa yang terdiri dan dasar itulah maka pada waktu seseorang kesatuan-kesatuan suku bangsa, ras, akan mengadakan suatu hajatan, misalnya budaya, bahasa dan agama/kepercayaan, akan mendirikan rumah, menikahkan yang mendiami wilayah tertentu dan anaknya, atau pada hari-hari tertentu akhimya tunduk dan mengakui kepada (Selasa Kliwon, Jumat Kliwon) mereka kedaulatan negara Kesatuan Republik tidak lupa membuat sesaji, dan tidak lupa Indonesia. memberi sesaji ditempat-tempat yang Sejak dahulu kala, kebudayaan nenek dianggap keramat. Mereka percaya di moyang bangsa Indonesia telah menganut tempat keramat tersebut para dewa kepercayaan animisme dan dinamisme, bersemayam. Perbuatan itu semua disebut sehingga mereka sudah mempunyai dengan selamatan. sistem religi dan upacara keagamaan yang Selamatan yang dilakukan sering dipercayainya. Mereka mempercayai disebut caos dhahar atau sesaji. Sesaji bahwa alam raya dan seisinya ada yang hanyalah sebagai simbolisasi ucap syukur menciptakan, yang mereka sebut sebagai alas segala berkah yang sudah Dewa atau Shang Hyang Widhi, atau dilimpahkan Nya kepada kita atau sebagai sebutan-sebutan lain. Orang Jawa permohonan perlindungan kepada Tuhan menyebutnya sebagai Kang Bhahu Rekso, Yang Maha Esa karena akan melakukan yang dimaksud semuanya itu pada intinya sesuatu, agar supaya berhasil dan adalah Tuhan Yang Masa Esa. selamat. Selamatan semacam ini sampai Nenek moyang bangsa Indonesia sekarang masih dilakukan, baik secara sebagai penganut politheisme atau banyak perseorangan maupun oleh lembaga. dewa antara lain : dewa angin, dewa laut, Conteh, di keraton Surakarta Hadiningrat dewa api, dewa padi dan lain-lainnya. sering mengadaan upacara yang disebut Dewa-dewa tersebut ada yang baik ada dengan Suran, Sekaten, Selikuran, juga yang jahat. Disamping itu nenek Mahesolawungan dan sebagainya. moyang kita juga mempercayai ada dewa Contoh-contoh tersebut sampai saat ini

,,lntisari Thesis 52 Program Pendidikan Sejarah UNJ 2002 'lStal Pengajar Program PPKN - P IPS - FKIP - UNS

Sekaten Merupakan Upacara ... (ES Ardinarto) 107109 ------

masih dilaksanakan oleh keraton upacara dalam rangka memperingati Surakarta, karena sudah menjadi adat­ kelahiran Nabi SAW, maka istiadat dan budaya yang bemuansa namanya bukan sekaten. Berbeda dengan religius. acara Tujuhbelasan/Agustusan atau Syawalan maupun Natalan dapat Tujuan Penelitian dilakukan oleh setiap desa, atau instansi 1 Mengetahui bagaimana sejarah berdirinya pemerintah. keraton Surakarta Hadiningrat Sekaten berasal dari bahasa Jawa 2 Mengetahui perkembangan upcara adat yaitu dan kata "Sekati" yang artinya Sekaten di keraton Surakarta Hadiningrat setimbang atau seimbang antara yang baik 3 Mengetahui prosesi upacara adat Sekaten dengan yang buruk. Menurut bahasa Arab di keraton Surakarta Hadiningrat Sekaten mempunyai beberapa pengertian 4 Mengetahui cara pelestarian dan sebagai berikut: partisipati masyarakat Surakarta terhadap a. Sakhatein artinya menghilangkan dua pelaksanaan upacara adat Sekaten perkara yaitu watak hewan dan watak 5 Mengetahui pengaruh upacara adat setan Sekaten terhadap pendidikan dan sosial b. Sakatain artinya menghentikan atau budaya menghindari dua perkara yaitu perkara yang bersifat lacut dan bersifat Manfaat Penelitian menyeieweng Hasil penelitian tentang upacara adat c. Sakhotain artinya menanamkan dua sekaten di Keraton Surakarta Hadiningrat perkara yaitu ngrumkebi budi suci dan diharapkan dapat bermanfaat, antara lain : menghambakan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. 1 Menambah bahan kajian yang luas dan d. Syahadatein artinya meyakini dua mendalam tentang sejarah berdirinya perkara yaitu Syahadat Tauhid atau keraton Surakarta Hadiningrat percaya adanya Allah YME dan 2 Menambah bahan pengayaan bagi Syahadat Rasul yang artinya percaya masyarakat yang ingin mengetahui kalau Nabi Muhammad itu adalah perkembangan upcara adat sekaten di utusan Allah ( Poeger, GPH. 1999) keraton Surakarta Hadiningrat Pendapat lain mengakatan Sekaten 3 Masyarakat mengetahui prosesi dari kata Syahadataini yang artinya dua upacara adat Sekaten di keraton kalimat syahadat yaitu: Surakarta Hadiningrat dari awal hingga a. Syahadat yang pertama disebut akhir syahadat tauhid yang berbunyi 4 Pani ia pelaksana sekaten dapat Asyhadu al/a ila ha ilalah yang artinya mengetahui kebaikan dan kelemahan saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan pelaksanaan upcara sekaten melainkan Allah. 5 Pemerintah Kola dan Pemerintah b. Syahadat yang kedua disebut syahadat Karetaon Surakarta Hadiningrat dapat Rasul yang berbunyi : Waasyhadu menilai baik buruknya upacara adat anna Muhammadarrosu/uloh yang Sekaten dari segi pendidikan dan sosial artinya saya bersaksi bahwa Nabi budaya masyarakat. Muhammad itu utusan Allah (Soepanto, 1992). KA.llAN TEORI Selanjutnya Soepanto mengatakan Pengertian Sekaten Sekaten berasal dari kata sekati yaitu Sekaten adalah tata cara upacara Raja nama dua perangkat pusaka atau Keraton yang diselenggarakan dalam keraton yang dibunyikan selama seminggu rangka menghormati hari kelahiran Nabi semenjak tanggal 5 sampai dengan Muhammad SAW (Wawancara dengan tanggal 12 bulan Robiullawal atau Mulud Dipokoesoemo, GPH). Upacara sekaten dalam rangkaian acara menyambut hari memang hanya dilakukan oleh keraton Maulid (kelahiran) Nabi Muhammad SAW. Surakarta dan , tidak ada Dalam acara sekatenan yang tidak instansi atau lembaga pemerintah lain boleh ditinggalkan adalah gamelan dan yang menyelenggarakan sekatenan. gunungan. Kedua perangkat tersebut Seandainya ada yang mengadakan

108 ------MllPS Vol. 7 No.2 September 2008 107-118

merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terhadap kemunduran kebudayaan dan dipisahkan. Tanpa salah satu perangkat agama Hindu di Jawa. Apalagi sesudah tersebut namanya bukan sekatenan. berdirinya kerajaan Demak dengan Gamelan dan gunungan merupakan R.Patah sebagai raja Islam pertama. perpaduan antara adat istiadat dengan Dengan masuknya pengaruh Islam ke religius. Gamelan merupakan adat budaya Jawa mulailah agama dan budaya Islam bangsa Jawa khususnya yang sudah berkembang yang akhirnya dapat dilaksanakan sejak nenek moyang dahulu. menggantikan pengaruh Hindu bersamaan Demikian juga gunungan yang bermakna dengan runtuhnya kerajaan Majapahit. gunung-gunung sebagai salah satu wujud (Dwi Ratna Nurhajarini, 1999). sesaji selamatan yang khusus dibuat untuk Dalam penyebaran agama Islam di disajikan dalam selamatan negara. Dalam Jawa menyebabkan ada dua jenis agama ajaran Islam dinamakan sodaqoh, dalam Islam yang disebut dengan (1) Islam ajaran Kristen dinamakan persembahan. dan (2) Islam Kejawen atau Islam . Jadi sekaten kecuali menyambut perayaan Islam santri sebagai sebutan orang Islam kelahiran Nabi Muhammad, juga sebagai yang benar-benar menjalankan syariat upacara ucap syukur keraton kepada Islam (rukun Islam) dengan penuh Tuhan Yang Maha Esa. ketaatan. Sedangkan, Islam Abangan adalah golongan orang yang mengaku Sejarah Upacara Sekaten agama Islam tetapi tidak menjalankan Sekaten merupakan kelanjutan upacara syariat Islam dengan tekun, bahkan masih tradisional yang dilaksanakan oleh raia­ menjalankan pengaruh budaya Hindu, raja Jawa semenjak jaman Majapahit pada misalnya masih mengadakan selamatan akhir abad 14 atau awal abad 15 yang dengan membuat sesaji. Sampai dilaksanakan setiap tahun sekali. Tujuan sekarangpun Islam Abangan atau Islam upacara tersebut tidak lain untuk Kejawen masih banyak penganutnya. keselamatan negara/kerajaan agar Tuhan (Simuh. 1988). Yang Maha Esa selalu memberikan Penyebaran agama Islam di Jawa perlindungan dan keselamatan kepada ternyata tidak berjalan mulus, karena Raja dan seluruh rakyatnya. Upacara pengaruh Hindu masih kuat, apalagi di selamatan tersebut dahulu disebut pedalaman. Untuk melancarkan Rojowedo yang artinya kitab suci raja atau penyebaran agama Islam peran Wali kebijaksanaan raja. Rojowedo disebut juga Songo sangat besar. Salah satunya adalah dengan rojomedo yang artinya hewan , yang sudah memahami kurban raja. yang diambilkan dan kerbau betul budaya orang Jawa, yang suka akan liar atau mahesolawung. Upacara kurban gamelan dan selamatan/sesaji dengan semacam ini sering disebut sebagai memotong hewan. Budaya tersebut mahesolawungan, dan ternyata sampai dimanfaatkan oleh Wali Songo untuk saat ini keraton Surakarta masih terus mengadakan penyebaran agama Islam, melaksanakan mahesolawungan yang hanya saja pada waktu mengadakan diselenggarakan pada hari Senin atau kurban hewan yang akan dipotong terlebih Kamis akhir bulan Bakda Mulud di tengah dahulu didoakan secara Islam, tidak lagi hutan Krendowahono- daerah secara Hindu. Ternyata saran dari Wali Gondangreja-Kalioyoso (Handipaningrat Songo tersebut diterima oleh masyarakat KRT.-Brosur). Demak. Pada saat memotong hewan dilakukan Untuk melanjutkan penyebaran agama dengan tatacara agama Hindu. Sebab Islam, maka pada tahun 1408 didirikan kerajaan Majapahit dahulu sebagai sebuah masjid besar di Kerajaan Demak penganut ajaran Hindu. Pada waktu sebagai pusat penyiaran agama Islam. mengadakan selamatan dan kurban selalu Setiap tahun pada tanggal. 5 sampai diiringi dengan bunyi-bunyian atau dengan tanggal. 12 bulan Mulud atau gamelan sebagai hiburannya. Sekitar abad Robiullawal di alun-alun diadakan 15 pengaruh agama Islam mulai masuk ke perayaan atau untuk tanah Jawa yang diikuti oleh kebudayaan merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad Islam yang punya pengaruh besar SAW, perayaan itu akhimya disebut

Sekaten Merupakan Upacara ... (ES Ardinarto) 109109 ------

sekatenan. Agar para pengunjung mau Gending wajib yang diperdengarkan yaitu masuk ke halaman masjid, maka mulai Rangkung atau Roukun yang artinya tanggal 5 Mulud di halaman masjid berjiwa besar/agung (Soelarto B, 1993). dibunyikan gamelan dengan lagu-lagu Jumlah dan macam tertentu, sambil mendengarkan para Wali adalah sebagai berikut: Songo berdakwah secara langsung. a. besar satu pangkon yang Sebelum memasuki halaman masjid, terdiri dan dua baris, baris bawah diwajibkan untuk mengambil air wudhu, dinamakan panembang ageng dan mengucapkan kalimat shahadat b. Demung dua pangkon Asyhadu alla ila ha illalah, waasyhadu c. dua pangkon anna Muhammadarrosululloh. Orang yang d. Saron penerus dua pangkon masuk ke halaman masjid sesudah wudhu e. satu rakit serta mengucapkan kalimat shahadat, Ciri khas gamelan sekaten yaitu : tidak berarti orang tersebut sudah masuk Islam. diiringi waranggono ( pesinden ), tidak ada Cara seperti ini temyata membawa hasil dan , sebagai gantinya yang baik. Pada puncak acara sekatenan adalah . Sebab bedug sebagai ciri yaitu pada tanggal 12 Mulud, raja khas kelslaman. Gamelan sekaten hanya mengeluarkan sesaji yang diwujudkan berlaras , tidak ada laras slendronya. dalam bentuk gunungan, yang isinya Ciri khas lainnya yaitu lagu-lagunya tidak berupa hasil bumi dan jajanan pasar. boleh sembarangan. kecuali lagu robuna Upacara sekatenan sering disebut dan rangkung sebagai lagu wajib, lagu Gerebeg Muludan ( Soelarto B. 1993). tambahannya adalah : andong-andong, rendeng-rendeng, orangaring, srundeng Gamelan Sekaten. gosong dan sebagainya.( Abdul Basil Setiap ada perayaan sekaten sudah Adnan, 1996). pasti ada seperangkat gamelan sekaten yang disebut Guntur Madu dan Kyai Upacara Gunungan Guntur Sari. Kedua gamelan 1m Sebagai puncak acara sekatenan yaitu merupakan peninggalan dari kerajaan pada tanggal. 12 Mulud, Sunan berkenan Jenggala dahulu yang bernama Kyai Sekar mengadakan selamatan negara sebagi Delima. Setelah Jenggala runtuh, gamelan ucap sukur dan permohonan perlindungan tadi dibawa ke Majapahit dijadikan kepada Tuhan YME agar selalu memberi gamelan pusaka. Demikian juga setelah keselamatan kepada raja dan seluruh Majapahit runtuh, dan berdiri kerajaan rakyat. Selamatan ini diujudkan dalam Islam Demak dengan R.Patah sebagai raja hentuk gunungan. Gunungan ini sebagai pertamanya, maka alas saran Sunan simbolisasi dari jiwa manusia, yang Kalijaga dan , Kyai Sekar menggambarkan bahwa di gunung atau Delima diboyong ke Demak. Setelah hutan banyak berdiam binatang besar­ sampai di Demak gamelan tersebut diubah kecil, buas-jinak, ada pohon yang instrumennya, dan dipecah menjadi dua bermanfaat - tidak manfaat, ini meng­ perangkat kemudian diberi nama Kyai gambarkan hati manusia, ada sifat Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari. Setiap angkara murka dan sifat bijaksana, maka ada upacara sekatenan di keraton perlu ada keseimbangan atau Surakarta, kedua perangkat gamelan pengendalian diri agar tidak merusak tersebut pasti digunakan untuk jiwanya sendiri. Cara pengendalian diri ini memeriahkan dan sebagai daya tarik disebut dengan sakhatain ( Poeger GPH, tersendiri. 1999). Setiap acara sekaten Kyai Guntur Ada tiga bentuk gunungan yang disebut Madu sebagai lambang shahadat Tauhid sebagai gunungan kakung, gunungan dengan sengkala: Naga Raja Nitih Tunggal perempuan dan gunungan anakan. Ketiganya gending wajib yang diperdengarkan adalah berbeda bentuk, isi dan bahannya. Dengan Rambu atau Robuna yang artinya Allah dikeluarkannya gunungan tersebut berarti Tuhanku. Sedangkan Kyai Guntur Sari berakhirlah upacara sekatenan. melambangkan shahadat Rosul dengan sengkala: Rerenggan Tinata ing Wadah.

11O ------MllPS Vol. 7 No.2 September 2008 107-118

METODE PENELITIAN menurut tatacara dan agama atau Penelitian ini menggunakan metode kepercayaan masing-masing., agar penelitian kwalitatif dengan bentuk mendapatkan tata kehidupan yang penelitian antropologis yaitu deskriptif seimbang antara jasmani dan rokhani. analitik atau merekontruksikan pandangan Sebagai kola sumber budaya maka budaya (Sutopo, 1988 ). Penelitian ini keraton Surakarta sampai saat ini masih menggunakan strategi tunggal terpancang, terus melestarikan budaya-budaya nenek karena tujuan penelitian sudah ditetapkan moyang yaitu: sebelum terjun ke lokasi. a. Murwa Warso sering disebut dengan Lokasi penelitian yang dituju adalah Suran, yang diseleggarakan malam dimana masyarakat tersebut masih menjelang I Suro/Muharam mengadakan upacara sekaten yaitu di b. Gerebeg Mulud sering disebut keraton Surakarta. Sebab sampai saat ini Sekatenan, yang diselenggaran setiap hanya keraton Surakarta dan keraton tgl. 5 - 12 Mulud/Robiullawal Yogyakarta saja yang masih mengadakan c. Ma/em Selikuran yang diselenggara- upacara tersebut. kan setiap tanggal 20 Posol Sumber data dalam penelitian ini Romadhon malam adalah informan yang sudah ditentukan d. Gerebeg Poso yang dilaksanakan yaitu para kerabat keraton Surakarta yang setiap tanggal 1 SawaVRomadhon benar-benar mengetahui masalah e. Gerebeg Besar yang dilaksanakan sekatenan. Pengumpulan data dilakukan setiap tgl. 10 Besar/Dzulhijah dengan teknik wawancara mendalam dan f. Mahesolawungan yang dilaksanakan observasi langsung kelapangan. pada setiap hari Senen atau Kamis Untuk mendapatkan keakuratan data akhir bulan Bakda Mulud/Robiullakir, digunakan trianggulasi data dan revieu dan masih banyak upacara-upacara informan. yang lain.

Sajian Data Tujuan Diadakannya Upacara Sekaten Keraton Surakarta Hadiningrat atau Gerebeg Mulud merupakan salah satu pewaris kerajaan a. Tujuan religius, karena sekaten Majapahit dahulu. Pewaris kerajaan diadakan untuk menyebarkan ajaran Majapahit secara garis besarnya. Secara Islam di Nusantara, dan menyambut garis besar pewarisannya adalah hari kelahiran Nabi Muhammad SAW Majapahit-Demak Bintaro-Pajang-Mataram. yang jatuh pada taanggal 12 Mulud. lni Tahun 1755 Mataram dipecah menjadi dua sebagai bukti bahwa ajaran Islam mau kerajaan yaitu Surakarta Hadiningrat menerima tradisi dan adat istiadat dengan rajanya bergelar Sunan Paku yang sudah membudaya di Jawa Buwono dan Ngayogyakarta Hadiningrat sehingga terjadi akulturasi budaya dengan rajanya bergelar Sri Sultan Jawa dengan budaya Islam. Hamengkubuwono. b. Tujuan historis karena sekaten atau Keraton Surakarta dinyatakan sebagai gerebeg muludnya melanjutkan adat­ sumber budaya sebab keraton Surakarta budaya nenekmoyang sejak dahulu dibangun berdasarkan Pangolahing Budi agar selalu diingat dan dipertahankan yaitu: karena mimiliki nilai historis yang tinggi a. Pakarti lahiriyah yang mengandung yang perlu diwariskan kepada tuntunan bahwa orang hidup harus generasi selanjutnya, selain itu juga bertingkah laku dan ucapannya jangan berkaitan dengan keabsahan dari menyimpang dan budi luhur, sehingga Sunan dan Kerajaan Surakarta dapat hidup berdampingan dengan sebagai pewaris yang syah dan sesama secara damai dan saling Panembahan Senopati dari Kerajaan menghormati Mataram Islam dahulu. b. Pakarti bathiniyah yang mengandung c. Tujuan kultural, karena keraton tuntunan supaya manusia itu selalu Surakarta sebagai sumber budaya, mendekatkan diri pada Tuhan YME, yang didirikan berdasarkan dengan cara bersemedi, meditasi pangolahing budi yaitu pakarti /ahiriyah

Sekaten Merupakan Upacara ... (ES Ardinarto) ------111

yang dibarengi pakarti bathiniyah, Prosesi Upacara Sekaten artinya suatu tuntunan agar hidup manusia selalu bertingkah laku dan 1. Gamelan Sebagai Alat Untuk Menarik ucapannya tidak boleh menyimpang Pengunjung. dan budi luhur, serta selalu Dalam pelaksanaan sekatenan yang mendekatkan diri pada Tuhan YME tidak boleh ketinggalan adalah (a) gamelan Selain ketiga tujuan utama tersebut, yang digunakan dalam upacara sekatenan, sekaten juga mempunyai tujuan-tujuan lain (b) gunungan sebagai selamatan negara yaitu: yang dibuat oleh keraton, dan menjadi a. Menambah pendapatan masyarakat acara penutupan upacara sekaten. sekitar, yaitu para pedagang keliling, Upacara sekatennya sendiri dilaksanakan pedagang makanan, restoran, selama satu minggu semenjak tgl 5 penginapan murah, pengusaha sampai dengan tanggal 12 Mulud, tetapi transportasi, pengusaha permainan, pasar malamnya biasanya lebih dari dua hotel atau penginapan, serta hasil minggu. industripun dijual disini pemulungpun Pagi hari tanggal. 5 Mulud secara resmi mendapat penghasilan dari barang- upacara sekatenan dibuka dengan ditandai barang bekas yang mereka dikeluarkannya seperangkat gamelan kumpulkan keraton yaitu Kyai Guntur Madu dan Kyai b. Menambah pendapatan daerah, Guntur Sari dan tempatnya (langen berupa retribusi parkir kendaraan, katong) untuk dibawa ke Masjid, setelah pajak perijinan, pajak tontonan dan melalui proses upacara serah terima. sebagainya. Pusat keramaian sekaten Sebelum dikeluarkan dan langen katong, tidak hanya berada di sekitar keraton, gamelan tersebut dijamasi dengan air alun-alun dan masjid, tetapi di landa (abu dan sekam padi yang sudah Sriwedari, Museum Radyapustaka, direndam), dan disetel nadanya. Kemudian dan Kebun Binatang Jurug juga Kyai Guntur Madu dikeluarkan terlebih mendapat kunjungan dari wisatawan dahulu, kemudian diikuti Kyai Guntur Sari. lokal maupun mancanegara, sehingga Sesampai di Masjid. Kyai Guntur Madu tempat itupun mendapat pemasukan diletakkan di sebelah selatan atau sebelah c. Memberi pendidikan rohani dan moral, kanan halaman masjid sebagai lambang agar supaya generasi muda tunduk Syahadat Tauhid, sedang Kyai Guntur Sari dan taat pada ajaran-ajaran agama diletakkan disebelah Utara atau sebelah Islam khususnya. Di dalam Islam ada kiri masjid sebagai lambang Syahadat ajaran Iman, Islam dan lkhsan yang Rasul. artinya kita supaya benar-benar Sekitar pukul 15.00 atau sehabis sholat percaya kepada Tuhan YME, serta Ashar, gamelan mulai dibunyikan, maka menyerahkan sepenuhnya kepada saat itulah sekatenan secara resmi kekuasaan NYa dan dapat berbuat dinyatakan dimulai. Waktu membunyikan­ baik dalam segenap kehidupan dan nya juga diatur agar tidak mengganggu dapat beramal. jalannya sholat lima waktu,. Pengaturan­ d. Sebagai daya tarik wisatawan, karena nya adalah sebagai berikut:pagi han pukul merupakan upacara langka hanya ada 09.00-12.00 di keraton Surakarta dan Yogyakarta a. siang han pukul 14.00-15.00 yang dilaksanakan setahun sekali. b. sore han pukul 16.30-17.30 e. Membina persatuan dan kesatuan c. malam han pukul 20.00-23.00 bangsa karena para pengunjung d. Kamis sore sampai Jumat pagi tidak sekatenan yang masuk ke halaman dibunyikan karena untuk persiapan masjid temyata tidak hanya penganut sholat Jumatan. Islam saja, tetapi banyak penganut Gamelan ditabuh selama satu minggu agama lain, apalagi yang menyaksikan dari tanggal 5 sampai dengan 12 Mulud, perayaan di alun-alun utara. cara membunyikannya semula pelan, makin lama semakin keras dan cepat, kemudian pelan-pelan lagi. Tanggal 12 Mulud sekatenan berakhir, sekitar pukul

112 ------MllPS Vol. 7 No.2 September 2008 107-118

10.00 kedua gamelan tersebut dibawa gunungan. Sebelum wayang kulit masuk, Kyai Guntur Sari langsung dibawa dimainkan atau sesudah selesai ke langen katong, sedang Kyai Guntur dimainkan, ditengah kelir tentu tertancap Madu berhenti didepan sitinggil, yang sepasang gunungan, karena menurut nantinya dibawa lagi ke masjid untuk filsafat Jawa gunungan melambangkan mengiritigi keluarnya hajatan dalem Sunan jiwa/hati manusia yang mempunyai watak yang berupa gunungan, sebagai seperti binatang yang sangat buas, tetapi selamatan negara. ada juga yang beiwa halus dan lemah lembut yang dilambangkan dengan burung 2. Upacara Gunungan yang indah dan jinak Sebagai puncak acara sekaten yaitu Di belakang gunungan adalah kelir pada tgl 12 Mulud, Sunan berkenan yang berwarna putih bersih. Kelir mengadakan selamatan negara atau hajat melambangkan bahwa jagad raya yang dhalem, yang disimbulkan/diujudkan dalam sangat luas dan tak terbatas ini, sehingga bentuk gunungan. Selamatan negara itu manusia tidak dapat mengetahui dan menupakan ucapan syukur serta menguasai rahasia alam raya ini, karena permohonan kepada Tuhan YME agar manusia adalah makhluk yang terbatas. selalu memberi keselamatan dan Pada waku keraton Surakarta masih kesejahteraan kepada Raja dan seluruh berdiri sebagai negara kerajaan dahulu. rakyat kerajaan. selamatan negara yang berupa gunungan Kebiasaan yang dilakukan di keraton pada waktu sekatenan sejumlah 12 Surakarta dan Yogyakarta setiap tahunnya pasang yang terdiri dari 12 buah gunungan melangsungkan tiga kali upacara laki-laki yang disebut dengan limaran dan selamatan yang ada hubungannya dengan 12 gunungan perempuan yang disebut agama Islam yang disebut dengan: dengan gegenderan, sehingga jumlahnya a. Gerebeg Mulud pada tanggal 12 ada 24 buah. Makna 24 buah gunungan, Mulud/Robiuliawal dalam rangka melambangkan bahwa setiap harinya bumi memperingati hari kelahiran Nabi mengelilingi mata hari selama 24 jam, Muhammad SAW yang artinya bahwa kehidupan manusia itu b. Gerebeg Pasa pada tanggal 1 Syawal seperti siang dan malam, terkadang ada dalam rangka merayakan hari raya senang - terkadang ada susah, atau ada ldul Fitri yang buruk dan ada yang baik, sehingga c. Gerebeg Besar pada tanggal 10 manusia perlu mencari keseimbangan ( Du/hijah dalam rangka merayakan hari sekati ) antara yang baik dan buruk. raya ldhul Kurban atau hari raya Haji. Makna simbolisasi gunungan laki-laki Dikatakan gerebeg asal kata dari dan perempuan adalah adanya kehidupan ginarebeg (Jawa) karena pada saat Raja manusia laki-laki dan perempuan adalah dalam busana lengkap keluar dari dalam kehendak Tuhan YME. Dapat juga kedaton untuk duduk di Sitinggil yang melambangkan adanya kesuburan, sebab diiringi oleh para abdi dalem serta para manunggalnya antara laki-laki dengan prajurit, putra-wayah dan tamu undangan, perempuan dapat mendatangkan sehingga suasananya menjadi kehidupan baru. Bumi tidak akan subur gemuruh.(Darsiti Suratman, 1989). Setelah bila tidak ada air dan laki-laki mengadakan pisowanan agung, maka dilambangkan sebagai air, sedang Raja memimpin secara langsung ke masjid perempuan diibaratkan sebagai bumi. agung untuk menyerahkan selamatan (Wawancara dengan Poeger, OPH). negara tersebut kepada penghulu masjid. Bentuk selamatan negara ini disusun 3. Bentuk dan lsi Gunungan sedemikian rupa sehingga bentuknya Ada tiga bentuk gunungan yaitu a) seperti gunung atau gunungan. gunungan laki-laki, b) gunungan putri, dan Dalam pertunjukan wayang kulit semula c) gunungan anakan. tidak ada simbul dalam bentuk gunugan, a. Gunungan Laki-laki berbentuk kerucut tetapi semenjak kesultanan Demak, sultan dan bambu yang sudah diserut mengusulkan kepada agar ditancapkan ke wajik yang terbuat dari dalam pewayangan diberi simbul serbuk gergaji yang dicampur dengan

Sekaten Merupakan Upacara ... (ES Ardinarto) 113113 ------

lem. Kalau sudah kering wajiknya keras sekali. Bagian paling puncak b. Bentuk Gunungan Perempuan seperti ada lambang cakra (senjalanya payung yang mengembang alau Kresna),dibawah cakra ada mahkola terbuka, dibagian puncaknya ada yang dilancapi entho-entho melingkar cakra di atas mahkola yang dihiasi rapat dan ada bendera merah putih. Di dengan kue-kue dan beras kelan bawah entho-entho ada telur asin (rengginan), di alas rengginan ada, melingkar, seluruh gunungan ditutupi berbagai kue-kue yang disebut dengan dengan kacang panjang secara ilat-liatan, entul-entul, kucu dan hiasan melingkar seluruh tubuh. Tubuh wama warni yang semuanya terbuat gunungan terbagi menjadi tiga sap, dari tepung kelan, serta ada beberapa setiap sap dibalasi oleh telur asin dan bendera merah putih. Lingkaran entho-entho yang melingkar. Pada sap bagian luar alau tepi diberi hiasan dan kedua digantungi berbagai sayuran : buriga melati yang sudah dironce. wortel, terong, cabai merah besar dan Gunungan perempuan dilelakan di mentimun. alas jodang yang di dalamnya Pada sisi lain sap kedua ada lambang dipenuhi dengan jajan pasar. Jodang keraton yang bernama Radya Laksana ditutupi dengan kain bangun tulak dan (Radyalaksana) yang terdiri dua kala diberi samir kuning keemasan. Bentuk yaitu Radya artinya negara atau gunungan putri bila dilihat dari alas keraton, Laksana artinya laku alau seperti bunga yang sedang mekar. tumindak maksudnya adalah pola tingkah laku dalam kehidupan lahir c. Gunungan Anakan bentuk dan dan bathin. Wujud Radyalaksana bahannya sangat sederhana, karena berwujud bulat telur (oval) wama biru tidak ada hiasan apa-apa kecuali laut, di atasnya ada mahkota yang unlaian bunga melati pada gungan berwarna merah dan kuning. Dalam putri. Tubuhnya hanya ditutup dengan bulalan telur, ada lukisan malahari daun pisang. Gunungan anakan ini yang memancarkan sinar, bulan dan ada kakung dan putri, jumlahnya bintang, di bawahnya ada lukisan bumi sesuai dengan gunungan kakung putri (jagad) yang dipaku sedang kanan yang ada. Untuk membedakan anlara kirinya ada lukisan padi dan kapas. gunungan kakung dan putri dapat Radyalaksana merupakan hasil dilihat diatasnya. Bila dialasnya ada ciplaan Paku Buwana I (Pangeran uang logam yang dikaitkan/dijepit Haryo Poeger) yang mempunyai tiga dengan bambu berarti itu gunungan putra yaitu : Gusti Surya (gambar anakan kakung. Jumah uang logam matahari), gusti Sasongko (gambar yang dijepit sesuai dengan raja yang bulan), Gusti Sudorno (gambar membuat selamalan tersebut. bintang). Kemudian Radyapuslakan Sedangkan gunungan putri dialasnya disempumakan oleh Paku Buwono X. hanya dikalungi unlain bunga melati. Paku Buwono adalah gelar raja di Kedua gunungan anakan ini tidak Surakarta dilelakan dialas jodang. Makna Gunungan tersebut dilelakan di alas gunungan anakan bahwa setiap jodang, di dalam jodang berisi nasi keluarga sudah tentu mengharapkan lengkap dengan lauk pauknya. adanya keturunan, yang nantinya Jodang ditutupi kain bangun tulak dan mikul duwur mendem jero, artinya bisa diberi samir yang berwarna kuning membawa nama harum keluarga. emas. Gunungan laki-laki seperti Proses pembualan gunungan dilakukan lingga yang mengacu pada proses di paseban dalam keraton memakan waktu kehidupan manusia dan tingginya cukup lama dikarenakan kue-kue yang sekilar tiga meter. Kain bangun tulak berupa rengginang, kucu, entho-entho, ilat­ artinya kain warna dasar putih di ilalan memakan waktu lama, menunggu alasnya merah, yang melambangkan kering. Makanan-makanan tersebut tidak berani karena membela kebenaran dapat dimakan, karena semuanya sangat dan sebagai ala! untuk tolak bala.

114 ------MllPS Vol. 7 No.2 September 2008 107-118

keras sebab dibuat dari tepung ketan yang mempunyai rasa yang sama, itu sudah dikeringkan. melambangkan dua kalimat Ketiga bentuk gunungan tersebut tepat syahadat. pukul 10.00 tgl 12 Mulud didoakan secara • lnjet/kapur warna putih Islam kemudian diusung kehalaman melambangkan sholat fardhu yang masjid, lewat sitinggil, kori brojonolo terus bertujuan untuk mendapat kesucian ke pagelaran. Dari pagelaran menuju alun­ • Gambir yang berwarna kecoklatan, alun terus ke halaman masjid agung. Disini dan pahit rasanya melambangkan diserah terimakan dari pihak keraton zakat, orang yang tidak sadar akan kepada penghulu masjid. Oleh penghulu kewajibannya merasa berat hati masjid gunungan tersebut didoakan lagi. untuk berzakat. kemudian dibagikan kepada pengunjung. • Susur atau tembakau ini tidak boleh Tetapi belum sempat gunungan dibagikan dimakan, karena dapat biasanya gunungan-gunungan tersebut memabukan, yang melambangkan sudah direbut oleh pengunjung .. supaya berpuasa pada bulan Para pengunjung mempercayai kalau Ramadhan yang tidak boleh makan memperoleh oleh-oleh dari rebutan dan minum. gunungan,atau apa saja dari gunungan, • Pinang atau jambe, pohon pinang mereka merasa mendapat berkah dari raja tinggi dan licin sehingga untuk atau keraton. Setelah gunungan tersebut mendapatkan buahnya mengalami dibagikan, berarti selesailah sudah proses kesulitan, ini melambangkan naik upacara sekatenan. Dengan selesainya haji. ( wawancari denganMustain upacara hajatan dalem yang berupa Abmad SH, Kasi Zakat dan Sosial gunungan, maka gamelan Kyai Guntur Depag. Ska) Madu, diusung kembali untuk disimpan b) Telur asin/kamal mendidik agar orang dalam langen katong tempatnya semula. supaya beramal yang dapat Keraton Surakarta pada waklu membuahkan hasil dalam mengikuti mengadakan selamatan negara dalam acara ajaran-ajaran Rosulluloh muludan /sekatenan pada tahun-tahun biasa c) Gangsingan, permainan yang dapat berbeda dengan tahun Dal. Pada tahun Dal berputar kencang dan bergaung, biasanya jumlah gunungannya lebih banyak akhirnya roboh tak berdaya, daripada tahun-tahun biasa, karena pada melambangkan bahwa hidup itu tidak tahun Dal dilaksanakan 4 tahun sekali. langgeng (abadi), sehingga harus Kecualijumlah gunungannya lebih banyak, dapat tepasliro dengan sesama dalam muludan tahun Dal Sultan bersama d) Cemeti/cambuk, yang digunakan oleh permaisuri berkenan adang (menanak petani dalam membajak sawah agar nasi) di dapur keraton, dandang yang hewan yang menarik bajak dapat dipakai untuk adangpun menggunakan berjalan maju dan lancar. Caping yang dandang khusus digunakan petani melambangkan Yang boleh dijual di halaman masjid bahwa orang harus bertakwal pada waktu sekatenan adalah : a) sirih, b) berlindung kepada Tuhan YME. bunga setaman, c) telur asin (telur amal), e) Celengan dan kendi yang terbuat dan d) wedang ronde, d) jenang sumsum, e) tanah, melambangkan bahwa orang gangsingan, f) cemeti, g) celengan, selain hidup itu harus mempunyai tabungan itu tidak boleh dijual di halaman masjid. baik di dunia (hidup hemat) maupun Semua barang dagangan tersebut tabungan di akherat (amal jariah dan mempunyai makna pendidikan dan sosial zakat). budaya. Orang Jawa pada waktu mendidik f) Wedang ronde, setiap mangkok berisi moral atau budi pekerti anaknya tidak 5 butir ronde, rasanya manis dan secara terus terang, tetapi dikiaskan dalam menghangatkan tubuh manusia, simbolisasi melambangkan bahwa orang yang a) Sirih atau kinang yang terdiri dari lima sudah melaksanakan lima rukun Islam unsur yaitu dengan penuh ketakwaan, maka • Daun sirih yang berbeda wama hidupnya bahagia baik didunia antara alas dan bawah tetapi maupun di akhirat.

Sekaten Merupakan Upacara ... (ES Ardinarto) 115113 ------

g) Bunga mawar atau setaman yang gamelan dimulai pada masa Kerajaan harum baunya, biasanya diletakkan di Demak masa Raden Patah. Perayaan tempat yang keramat/suci melam­ menyambut hari kelahiran Nabi bangkan orang selalu mengagungkan Muhammad, SAW tersbut, kemudian nama Tuhan, yang dilakukan oleh disebut sekaten yang terus dileatarikan orang jaman dahulu sampai sekarang hingga sekarang. 1m sebagai bukti perpaduan Tujuan utama sekaten mula-mula kepercayaan Hindu dengan Islam adalah untuk merayakan Maulid Nabi dan yang akhirnya timbul budaya baru. sebagai sarana dakwah lslamiah, tetapi perkembangan lebih lanjut tujuan PEMBAHASAN utamanya tersebut seolah-olah menjadi Sejarah Keraton Surakarta makin hari tersamar. Sekaren sekarang mempunyi makin berkurang kekuasaannya, baik dari tujuan sebagai berkut : segi penguasaan daerah maupun otoritas a. Sebagai penyiaran ( dakwah Islam) raja sebagai pemegang kekuasaan. lni Kenyataan menunjukkan bahwa terjadi disebabkan penjajahan penyiaran atau dakwah sudah tidak kompeni/Belanda dan masa pendudukan begitu diperhatikan oleh masyarakat. Jepang, bahkan sesudah Indonesia Sebab, dakwah dilakukan di masjid merdeka. Status politik keraton Surakarta, yang relatif sempi tempatnya, suaranya sesudah proklmasi erat hubungannnya tidak begitu keras, sehingga kurang dengan eksistensi keraton mengenai menarik perhatian pengunjung. perubahan sistem kekuasaan dan politik Masyarakat masuk ke halaman masjid keraton terhadap Negara Kesatuan waktu sekaten ada beberapa Republik Indonesia. kemungkinan, yakitu (1) untuk menunaikan ibadah/shalat, (2) Seperti masa pemerintahan kolonial untuk melihat gamelan dengan Belanda dahulu keraton Surakarta tidak memperhatikan mempunyai daerah istimewa. Setelah lagu/gending dan bentuk gamelan, Republik Indonesia merdeka, bentuk (3) untuk melengkapi melhiat seluruh kekuasaan keraton Surakarta tetap arena pasar malam. Dengan menginginkan daerah istimewa. Pada demikian, yang mendengarkan dakwah waktu Susuhunan Paku Buwono XII sedikit sekali. memerintah di Keraton Surakarta, beliau membuat maklumat pada tanggal 1 b. Sarana Hiburan September 1945, yang menyatakan bahwa Hampir 90 % yang ada di alun-alun daerah Surakarta sebagai daerah istimewa utara berdifat hiburan melulu, demikian yang merupakan bagian dari Negara juga stand-stand yang ada jarang yang Kesatuan Republik Indonesia. Dengan menunjukkan keislaman. Kenyataan ini maklumat tersebut, sejak tanggal 1 menunjukkan bahwa sekaten gaungnya September 1945 Keraton Surakarta sudah bukan sarana dakwah, tetapi menjadi daerah istimewa yang merupakan untuk menggelar hiburan atau pasar bagian dari wilayah Negara Kesatuan malam. Apalagi di malam hari Republik Indonesia. Secara otomatis, pengunjung penuh sesak, kebanyakan Susuhunan Paku Buwono XII tetap hanya jalan-jalan untuk melihat-lihat. menjadi penguasa di seluruh wilayah Nial para pendatang dari luar kola, Surakarta, tetapi di bawah pemerintahan tidak lain sekedar tamasya bukan Pusat Negara Kesatuan Republik mendengarkan dakwah. Indonesia dan dapat berhubungan langsung dengan pemerintah pusat ( Untuk mengatasi anggapan bahwa Budiasih, 1998). sekaten sebagai sara hiburan, misalnya Upacara adat Sekaten di Keraton dibuka stand bemuasa lslami, Surakarta merupakan kelanjutan dari membuat panggung Qosidahan, dibuka upacara raja-raja di Jawa yang sudah kios yang khusus menjual menganut agama Islam. Upacara kerajaan perlengkapan shalat dan kebutuhan pada waktu meyarakan hari Maulid Nabi kaum muslim, atau membuat layar Muhammad, SAW dengan menabuh tancap yang filmnya keislaman.

116 ------MllPS Vol. 7 No.2 September 2008 107-118

c. Sarana promosi pariwisata bertujuan untuk keselamatan negara Pemerintah kola Surakarta dan dan ucapan syukur kepada, para pemerintah keraton memang mengemban Dewa. tugas untuk mempromosikan kola 4. Pelaksanaan upacara selamatan Surakarta sebagai kola wisata dan kola waktu itu dilakukan dengan cara budaya. Dari beberapa upacara adat agama Hindu, sebab waktu itu yang dapat menjadi daya tarik wisata pengaruh agama Hindu sangat kuat. adalah upacara Sekaten, Malam 1 5. Sekatenan jaman kerajaan Demak Suro, Selikuran, dan Upacara Haji. Dari Bintaro, sebagai sarana penyebaran keempat upara adat ini yang paling agama Islam, dimana upacara meriah adalah Sekaten, apalagi jika sematan negara (kerajaan), dilakukan bersamaan dengan Tahun Dal. dengan Islam, yang dipusatkan di halaman masjid. Untuk melestarikan sekaten diperlukan partisipasi dari masyarakat dan Saran-saran: lembaga/instansi yang terkait, yaitu 1. Upacara sekaten perlu dilaksanakanya Pemerintah Kola, Dinas Pariwisata, dan terus, kecuali penuh muatan religius, Departemen Agama. Pelakasaan menjadi juga sebagai pewarisan budaya tanggung jawab keraton, karena keraton leluhur, sehingga keraton Surakarta yang mempunyai kerja, sedangkan lainnya dan Jogyakarta sebagai penerus sebagai pendukung. Adapun Dinas budaya tersebut perlu mendapat Pariwisata sebagai pihak yang selalu dukungan dari Pemerintah Daerah mempromosikan. setempat dan masyarakat pada umumnya.

KESIMPULAN DAN DAN SARAN 2. Keraton Surakarta sebagai sumber budaya Jawa khususnya dan sumber dari penelitian ini adalah Kesimpulan budaya nasional, sebaiknya selalu sebagai berikut: kreatif menggali budaya leluhur dan 1. Sekatenan adalah tatacara upacara inovatif, agar Surakarta benar-benar Raja atau Keraton yang diselenggara­ mendapat julukan Sumber budaya kan dalam rangka menghormati hari yang tidak akan ketinggalan zaman. kelahiran Nabi Muharamad SAW. 3. Sebagai sarana siar islam, maka 2. Upacara sekatenan merupakan pelaksanaannya harus selektif, agar upacara adat yang penuh nuansa tidak ada pertunjukan yang tidak religius. sesuai dengan akidah-akidah islamiah. 3. Sekatenan dilaksanakan sebagai kelanjutan upacara adat semenjak Raja-raja Majapahit dahulu yang

DAFTAR PUSTAKA.

Abdul BasilAdrian. 1996. Sejarah Masjid Agung dan Gamelan Sekaten di Surakarta. Sala: Yayasan Marikanto Sularto, 1993. Diorama Surakarta Hadiningrat. Solo; Tiga Scrangkai Budiono Herusatoto,1984. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta : Hanindita Graha Widia. Darsiti Suratman, 1989. Kehidupan dunia keraton Surakarta th. 1830 -1939. Yogyakarta Tamansiswa Dwi Raina Nurhajarini, 1999. Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta. Jakarta Dipdikbud. GPH. Poeger, 1999.Kalawarti Budaya Sitarodya. Surakarta: Sitarodya.

Sekaten Merupakan Upacara ... (ES Ardinarto) 117113 ------

Harian Umum Kedaulatan Rakyat, Sabtu, 5 Januari 2002. Masdjid Agung Demak Kehebatan Wali Sanga. Yogyakarta. Harian Solo Pos, Senin 13 Pebruari 2002. Boyong Kedaton Kirab Agung 257 Tahun Kola Surakarta. Surakarta. Simuh, 1988. Mistik Islam Kejawen. Jakarta: UI Preps. Soelarto B., 1993. Garebeg Kasultanan Yogyakarta. Yogyakarta: Kanisius.

118 ------MllPS Vol. 7 No.2 September 2008 107-118