Jaeni (Model Kajian dan Kemasan...) VolumeMUDRA 26, Nomor Jurnal 1, JanuariSeni Budaya 2011 p 70-83 ISSN 0854-3461 Model Kajian dan Kemasan Cirebon dalam ��Up�a�y�a Revitalisasi Seni Pertunjukan dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

JAENI

Jurusan Seni Tari, Sekolah Tinggi Seni , Indonesia E-mail : [email protected]/[email protected]

Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengupayakan revitalisasi peran dari seni pertunjukkan ditengah- tengah masyarakat dan memberdayakan para pelaku seni pertunjukkan drama Cirebon. Dalam penelitian ini diharapkan adanya model, dan juga dari kedua kajian tersebut dalam kemasan kontemporer yang dapat memberdayakan seni pertunjukkan local sekarang ini. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis dan paradigm qualitative. Untuk mendapatkan model kajian dan kemasan teater tersebut, focus pencarian data di arahkan pada materi pertunjukkan, unsur-unsur pada pertunjukkan, dan struktur pada pertunjukkan dan nilai-nilai pertunjukkan masih menjadi hal yang dimengerti oleh masyarakat kekinian. Setelah melewati serangkaian kajian-kajian tersebut, maka akan dilakukan kemasan teater, terutama terhadap durasi, tambahan dan pengurangan pada bahan pertunjukkan, aktualisasi pada unsure-unsur pertunjukkan tidak ada perubahan baik di dalam struktur maupun nilai- nilai yang ada dan masih disubyekkan pada masyarakat. Hasil dari penelitian ini adalah bentuk kajian dan kemasan pendramaan Cirebon. Bentuk dari kajian serta kemasan pendramaan Cirebon diterima untuk dapat menginspirasikan seni pertunjukkan rakyat di Indonesia, bagi komunitas seni pertunjukkan dapat menghidupkan dan mendukung para pendukungnya.

The Model of Studies and Packaging Theatrical Cirebon in the Efforts of Revitalization in Performing Arts and the Empowerment of Society Economy

This study aims to revitalize the role of performing arts in the midst of their people and empower actors performing arts theater Cirebon. For this research it intends to get a model, both studies as well as in contemporary packaging that can empower local performing arts community needs in his day. The method used in this research using phenomenological approaches and qualitative paradigms. To get the model studies and packaging theatricals, data search focus is directed on material performance, elements of the show, and the structure of the show, and the values and performances are still to be understood today’s society. After going through a series of studies will be conducted packaging theatricals, especially against the compaction duration, the addition and reduction of material performance, the actualization of the elements of the show with no change in the structure and values that exist and are still subjected to by society. The results of this study is a model study and packaging theatricals Cirebon. Model studies and packaging generated theatrical Cirebon expected to inspire the folk performing arts theater in Indonesia, for the performing arts community continues to live and support his supporters.

Keywords: Model, performing art, empowerment, and revitalization

70 Volume 26, 2011 MUDRA Jurnal Seni Budaya

Teater rakyat Cirebon yang biasa dikenal oleh untuk menjawab tantangan seni pertunjukan teater masyarakatnya dengan sebutan sandiwara, atau rakyat di tengah arus perubahan zaman agar seni dulu dikenal dengan nama masres, bukanlah tetap hidup dan menghidupi masyarakatnya. Hal kategori pertunjukan tradisional. Namun demikian, demikian dibutuhkan bentuk kerjasama kelompok ia merupakan bagian dari seni pertunjukan asli sandiwara dengan media televisi lokal, di samping masyarakat Indonesia, yang menurut James Brandon perlu adanya strategi manajerial dan peningkatan (1993: 119) termasuk dalam kategori drama urban kreativitas. populer. Pada sisi lain, teater rakyat sandiwara Cirebon memiliki ciri-ciri sebagai teater tradisional Seni pertunjukan teater rakyat sandiwara Cirebon yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan atau sebagai salah satu kekayaan seni yang dapat selera masyarakat dewasa ini. Pada sisi inilah memberikan identitas budaya masyarakatnya perlu dibutuhkan kembali upaya-upaya terhadap teater direvitalisasi. Ini seiring dengan munculnya era rakyat sandiwara Cirebon agar tetap menyesuaikan masyarakat informasi yang secara tidak langsung diri dengan perubahan-perubahan selera atas memarjinalkan media seni kerakyatan atau bahkan perubahan kehidupan masyarakat lingkungannya. bisa memunahkan media seni tradisi yang dimiliki masyarakat. Era tersebut menjadi penanda dalam Karena perubahan zaman dan banyaknya serbuan kehidupan media, yakni menyatunya berbagai media budaya lewat kemajuan teknologi termasuk media- (media convergence) termasuk di dalamnya media media komunikasi massa saat ini menyebabkan seni seni pertunjukan (Rose and Straubhaar, 2000). pertunjukan rakyat kurang diminati. Teater rakyat Jika upaya revitalisasi seni pertunjukan rakyat sandiwara Cirebon yang sempat mengalami masa tidak segera dilakukan, maka bisa jadi berimbas keemasan (1970 – 1980an) secara gradual menuju pada kepunahan kehidupan seni pertunjukan kepunahan. Kondisi itu diakibatkan oleh beralihnya rakyat seperti seni pertunjukan sandiwara Cirebon selera masyarakat pada hiburan-hiburan instan yang yang juga merupakan media budaya masyarakat ada di televisi atau musik (organ tunggal) lingkungannya. yang kini marak sebagai hiburan rakyat. Hal lain yang menyebabkan tergerusnya seni pertunjukan Konvergensi media di era informasi ini memaksa teater rakyat tersebut adalah kemampuan para pelaku seni-seni pertunjukan rakyat agar diformulasikan sandiwara yang tidak tumbuh untuk menyajikan seni sedemikian rupa agar dapat bertemu dalam satu pertunjukannya dengan kemasan kontemporer agar media, di antaranya televisi atau internet yang bisa mengimbangi perubahan selera masyarakat saat ini telah menjadi kebutuhan masyarakat dewasa ini. Indonesia secara umum. Hadirnya era masyarakat informasi ini menjadikan seni pertunjukan teater Banyak dari kelompok seni pertunjukan rakyat rakyat dihadapkan pada perubahan selera tontonan berkeinginan agar apa yang mereka miliki tetap eksis masyarakat, termasuk di dalamnya penghargaan dan bertahan di era masyarakat yang tengah berubah atas waktu. Untuk hal itu, mengingat pertumbuhan selera seperti saat sekarang. Hal demikian sangat media-media baru, salah satunya media televisi dibutuhkan upaya-upaya agar seni pertunjukan yang yang kini tumbuh pada area lokal bisa menjadi rakyat tetap eksis di tengah masyarakatnya, salah bagian penting dari orientasi seni pertunjukan teater satunya melalui penciptaan model kemasan dalam rakyat sandiwara Cirebon. produksi seni dan dilanjutkan melalui upaya kerjasama dengan televisi lokal. Televisi lokal yang sekarang tumbuh dan berkembang di daerah-daerah dapat menjadi mitra agar seni Mengingat hal itu, dipandang penting adanya pertunjukan teater rakyat tetap bisa dinikmati oleh upaya revitalisasi terhadap seni pertunjukan teater masyarakatnya. Sekalipun kita tahu bahwa media rakyat tersebut sebagai sesuatu yang mendesak. televisi sekarang berorientasi pada pasar hiburan, Revitalisasi diupayakan untuk menemukan model namun bagaimana hiburan yang dihasilkan oleh seni kajian dan kemasan sandiwara Cirebon, sekaligus pertunjukan rakyat yang memasuki wilayah media sebagai upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat televisi diupayakan menjadi hiburan yang memiliki pendukung seni terkait. Upaya ini dimaksudkan makna dan nilai.

71 Jaeni (Model Kajian dan Kemasan...) MUDRA Jurnal Seni Budaya

Kehadiran media televisi lokal bagi seniman terhadap unsur-unsur pertunjukan meliputi tarian, sandiwara Cirebon menjadi salah satu orientasi musik, tata rupa dan lakon. mereka untuk dapat terlibat di dalamnya. Sandiwara Cirebon dapat menjadi salah satu materi program Dalam kerja pemodelan kajian dan kemasan televisi lokal Cirebon sebagai bagian dari peran sandiwara Cirebon dilakukan setelah serangkaian media dalam pelestarian dan pemberdayaan pengumpulan data, analisis data, dan pengabsahan masyarakat seni pertunjukan. Akan tetapi, untuk data dilakukan hingga mendapatkan konsep-konsep dapat memasuki media televisi lokal atau menjadi model (kajian dan kemasan). ��������������������Inti kerja pemodelan bagian dari materi program acara televisi tersebut dalam penelitian ini diawali dengan menguji model butuh kerja keras para seniman teater rakyat, kajian pertunjukan sandiwara terkait dengan materi- terutama dalam manajerial dan strategi kemasan materi pertunjukan, unsur-unsur pertunjukan, dan yang disesuaikan dengan kebutuhan tontonan struktur pertunjukan, serta nilai-nilai pertunjukan masyarakat zaman sekarang. yang masih dan harus dipahami masyarakatnya. Selanjutnya dilakukan kerja kemasan terhadap Jika atau yang pernah ada di layar pertunjukan sandiwara tersebut yang disesuaikan cukup menunjukkan kesinambungan dunia epik dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Kemasan wayang (Brandon, 1993: 129), maka teater rakyat dilakukan terutama terhadap pemadatan durasi, sandiwara Cirebon memiliki kesinambungan dunia aspek visualisasi (artistik), aktualisasi unsur-unsur epik religius yang mengambil narasi besar babad pertunjukan seperti tarian, musik, dan lakon (teater). Cirebon. Sekalipun nama sandiwara Cirebon Keseluruhan kerja pemodelan dilakukan dengan tidak sepopuler ketoprak atau ludruk dan volume mengadakan workshop kreativitas, manajerial dan pementasannya sangat rendah, namun masih eksis kemasan yang dilanjutkan dengan memproduksi di tengah-tengah masyarakatnya. Penampilannya suatu model pertunjukan sandiwara Cirebon sesuai yang memunculkan tokoh-tokoh kultural dan kebutuhan masyarakat dengan tidak menghilangkan agamis, sesungguhnya dapat menuntun masyarakat nilai-nilai kultural. kepada kesadaran pengetahuan lokal dan menjadi penyeimbang kosmos dalam kehidupan masyarakat UNSUR-UNSUR SANDIWARA CIREBON dewasa ini (Jaeni, 2007). DAN MODEL KAJIAN

Penelitian ini memakai paradigma kualitatif dengan Tontonan gede, demikian orang Cirebon menyebut pendekatan fenomenologi. Dengan paradigma sandiwara, karena jenis pertunjukan ini didukung ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks oleh banyak personil, meliputi kru panggung, tentang sandiwara Cirebon, meneliti kata-kata atau panjak/nayaga dan sinden, pemain (wayang dialog-dialog dalam pertunjukan, dan melaporkan sandiwara), sutradara (pengatur lakon) dan teknisi. secara rinci setiap pandangan informan. Dengan Keseluruhan personil yang terlibat dalam satu kali kalimat lain, sebagaimana Creswell (1998: 15) pertunjukan, sekurang-kurangnya 25 orang. Di menyatakan bahwa penelitian dengan paradigma samping sisi personil, yang lebih penting dalam kualitatif merupakan studi pada situasi yang alami. konteks ini adalah unsur-unsur seni pewujud Situasi yang dimaksud adalah peristiwa pertunjukan pertunjukan sandiwara sebagai tontonan gede, yang sandiwara, dari mulai proses perwujudannya, meliputi; tari, musik, rupa, dan lakon. Keempat unsur-unsur yang membentuknya, dan pertunjukan unsur inilah yang menjadi pewujud dan pembentuk itu sendiri sebagai sebuah hasil akhir yang memuat identitas seni pertunjukan sandiwara Cirebon. nilai-nilai budaya masyarakatnya. Unsur Tari Sumber data penelitian meliputi seniman sebagai Unsur tari, dalam setiap pertunjukan akan memiliki narasumber, peristiwa pertunjukan sandiwara, gerak-gerak pokok paling tidak terdiri dari 5 sampai tempat peristiwa, dan beberapa dokumen tentang 6 macam gerak. Dalam karakter satria misalnya, sandiwara itu sendiri. Data-data tersebut selanjutnya terdapat keupat, tindak tilu, jangkung ilo, laras akan diolah untuk kepentingan kajian seni konda, gedut, dan mincid. Dalam karakter gagah pertunjukan sandiwara Cirebon. Sementara untuk beberapa gerak pokok muncul seperti gedig, kepentingan model kemasan, peneliti hanya fokus jangkung ilo, laras konda, gedut, mincid, dan

72 Volume 26, 2011 MUDRA Jurnal Seni Budaya

irah-irahan. Melihat adanya gerak-gerak tersebut, Gedig, Capangan, Laras, Laras konda, Mincid di ada perbedaan yang mencolok antara koreografi tempat, Gedig, Jangkung ilo, Mincid langakahan, yang dibawakan dalam sandiwara Cirebon dengan Trisi dalam gerak ngapung dengan soder buka tutup sandiwara Sunda, yang sama-sama berada dalam dibentang. Sedangkan dalam karakter tokoh nyatria wilayah Jawa Barat, adalah perbedaan gaya menari. memiliki beberapa ragam gerak, meliputi; Keupat, Perbedaan ini terletak pada gaya menari secara Laras cindek, Mincid, Laras pocapa kiri dan kanan, individual yang dipengaruhi oleh gaya topeng Tindak tilu, Laras, Laras konda, Mincid di tempat, Cirebon yang khas. Laras, Jangkung ilo, Laras, Gedut, Mincid, cindek, Gedig. Di samping gaya topeng yang menyelimuti unsur tari dalam pertunjukan sandiwara juga kehadiran Ragam gerak lain dalam lakon pertunjukan sandiwara dangdut telah memberikan nuansa baru dalam sebagai perilaku tokoh peran, yang menjadi ciri pertunjukan sandiwara terutama dari sisi gerak. dalam teknik muncul para tokoh diistilahkan Gerak-gerak tari dangdut seperti tak membebani sebagai gerak tari maseban (penghormatan awal para pelaku sandiwara untuk menyatakan diri tokoh). Ragam gerak maseban akan meliputi; sebagai kesenian yang tidak ketinggalan zaman. cindek pocapa sembahan langsung duduk - duduk, Gerak-gerak dangdut yang sifatnya ritmikal, mudah riyeg kanan dan kiri sambil berdiri sembah cindek, dicerna, sangat komunikaif, dan sangat menghibur, gedig (kemudian disusul tokoh lainnya yang diawali mereka adopsi sebagai bagian dari kerja kreatif dengan gerak yang sama tapi dengan gaya masing- dalam seni pertunjukan sandiwara Cirebon. Gerak- masing). Perbedaan antara gerak-gerak maseban gerak ini amat sederhana, dimana unsur ritmikal tokoh-tokoh dalam lakon sandiwara hanya dalam terdapat pada pola kaki (mincid salancar dalam gedig terakhir, dimana ada yang diakhiri dengan istilah tradisi) yang secara komposisi dibuat dengan keupat dan ada yang dengan gerak mincid. Bahkan rapih. dalam adegan goro-goro yang diwakili oleh para bodor, gerak-gerak tari dibawakan dengan gaya Dilihat dari jenis tarinya, dalam pertunjukan komedi, dimana gerak tari lebih sleptik seperti sandiwara Cirebon didominasi oleh jenis tari putra, orang tertusuk dampal kakinya. baik dibawakan dengan bentuk tunggal maupun berpasangan. Jenis tarian ini mengacu pada konsep Gerak-gerak tari dalam sandiwara pada prinsipnya akting babad sehingga gaya tarian yang diambil bukan saja gerak sebagai sebuah tarian, namun adalah wayang, keurseus, nayub dan dalam adegan gerak itu memberikan tanda ekpresifitas. Gerak tertentu terdapat gaya tari , tari rakyat, dan ekspresif, secara sederhana dapat diartikan sebagai , yang dipadukan dengan nuansa karate, gerak-gerak yang mengungkapkan ekspresi-ekspresi dan kungfu. Bagian tarian itu diletakan sebagai tertentu yang diadaptasi dari gerak sehari-hari penonjolan penokohan dalam lakon pertunjukan untuk mendukung karakter peran atau penokohan yang diekspresikan dengan tarian dan sesuaikan dalam sandiwara. Sedangkan gerak-gerak sebagai dengan karakter tokoh peran. Selain pembentuk sebuah tarian merupakan upaya pelaku seni karakter dalam penokohan, tarian-tarian tersebut untuk mengungkapkan keindahan melalui proses difungsikan sebagai representasi konflik atau pembentukan estetika. perang dan penghibur dalam adegan bodoran atau goro-goro. Unsur �����Musik Unsur musik, merupakan unsur yang paling Karakter gerak tari yang dibawakan oleh tokoh- mendominasi dalam seni pertunjukan rakyat tokoh dalam pertunjukan sandiwara tidak lepas Cirebon. Musikalitas dalam seni pertunjukan rakyat dari ciri-ciri tarian tradisi, terutama wayang, Cirebon menjadi ciri yang khas, tidak terkecuali nayub dan keurseus serta tari rakyat seperti pencak dalam bentuk pertunjukan teater rakyat. Pertunjukan silat, ketuk tilu dan jaipongan. Terdapat beberapa teater rakyat tidak sekadar mengandalkan tuturan karakter gerak tokoh dalam pertunjukan lakon kata-kata (dialog) dalam menyampaikan cerita/ sandiwara, di antaranya karakter gagah ponggawa lakon, namun merupakan perpaduan beberapa dan karakter nyatria. Pada karakter tokoh gagah unsur-unsur seni lain seperti unsur gerak/tari dan ponggawa memiliki susunan gerak yang meliputi; musik yang menjadi unsur pengikat. Kedua unsur

73 Jaeni (Model Kajian dan Kemasan...) MUDRA Jurnal Seni Budaya itu pada akhirnya menjadi satu kesatuan yang utuh, penyerta/iringan. Bentuk musik yang berfungsi sebagai identitas khas pertunjukan teater rakyat sebagai pengganti dialog biasanya berupa sebuah sandiwara Cirebon. nyanyian, baik nyanyian yang dibawakan langsung oleh pemeran yang mengungkapkan dialog Beberapa aspek-aspek musik yang terdapat dalam yang dimaksud, maupun yang diungkapkan oleh sandiwara Cirebon, meliputi: Pertama, aspek pesinden. Nyanyian yang dimaksud dapat sebagai Instrumen merupakan seperangkat laras ilustrasi atau penegas dari dialog yang dimaksud. pelog atau laras salendro (di Cirebon disebut laras Selain itu terdapat pula ilsutrasi-ilustrasi musik prawa), yang terdiri atas: Bonang, Rincik, Panerus, yang befungsi untuk mempertegas suasana- , Jenglong, Goong, Kebluk, , suasana adegan tertentu, misalnya suasana tegang, Suling (bangsing), Pesinden, dan satu atau dua buah suasana sedih, susana horor, dan lain sebagainya. keyboard. Kedua, struktur musikal, dimana musik Di samping bentuk-bentuk musik yang berkaitan dalam sandiwara difungsikan sebagai penanda langsung dengan kepentingan cerita, kehadiran permulaan hingga berakhirnya pertunjukan; sebagai musik berfungsi pula sebagai penanda awal dan media ungkap cerita/lakon; sebagai ilustrasi dari akhir pertunjukan. Dengan demikian, dalam suasana-suasana adegan tertentu; serta sebagai teater rakyat sandiwara Cirebon, kehadiran musik iringan tari dan aksentuasi atau penegas dari gerak- memiliki beberapa fungsi, di antaranya: 1) Sebagai gerak eskpresif; maka struktur yang dibangun penanda permulaan dan berakhirnya pertunjukan; terutama kaitannnya dengan fungsi iringan tari, dan 2) Sebagai media ungkap cerita/lakon; 3) Sebagai fungsi pengungkap cerita, memiliki ketergantungan ilustrasi suasana-suasana adegan tertentu; dan 4) terhadap struktur lakon yang dibawakan. Sebagai iringan tari dan aksentuasi atau penegas dari gerak-gerak eskpresif. Namun demikian, struktur dasar yang disajikan pada aspek musikal biasanya terdiri atas; 1) Selain struktur musikal dan aspek-aspek musikal Penyajian gending pembuka, yang lazim disebut yang telah diuraikan, dalam pertunjukan sandiwara dengan istilah gending talu; 2) Penyajian gending Cirebon memiliki garap musikal yang menggunakan pengiring tari pembuka, yang biasanya tidak terkait perangkat gamelan. Secara tidak langsung garap dengan cerita yang akan dibawakan; 3) Penyajian musikal yang disajikan adalah gending-gending gending-gending pengiring adegan dari cerita yang atau lagu-lagu gamelan, yang biasa dibawakan pada dibawakan, meliputi: gending iringan tari tokoh- perangkat tayub Cirebon, dan perangkat Wayang tokoh yang diceritakan, gending-gending ilustrasi, Kulit Cirebon, serta lagu-lagu atau nyanyian- dan nyanyian-nyanyian pengganti dialog, sesuai nyanyian popular, baik yang diadaptasi dari lagu- dengan struktur pengadegan yang dibawakan; dan lagu Sunda, maupun yang diadaptasi dari lagu-lagu 4) Gending penutup. pop dangdut. Berikut adalah garap musikal yang terdapat pada pertunjukan sandiwara Cirebon. Pertunjukan sandiwara biasa dilakukan (secara konvensional) berdurasi 6 hingga 7 jam. Dengan a) Gending Talu yang biasa disajikan adalah durasi sepanjang itu, akan berpengaruh terhadap gending jipang walik, atau gending bayeman. struktur musikal yang disajikan. Misalnya, gending Saat ini yang lebih sering digunakan adalah talu, karena fungsinya sebagai pembuka pertunjukan gending bayeman. Sebagai gending talu yang dengan tujuan untuk menghimpun para penonton, berfungsi untuk menghimpun penonton, aspek durasi gending talu sekitar 40 menit sampai dengan kreativitas dalam hal ini muncul sebagai suatu 60 menit (satu jam). Begitu pula pada penyajian- daya tarik. Selain dengan menggarap dinamika penyajian materi lainnya. Dengan kata lain, struktur gending (cepat lambat tempo dan keras lirihnya musikal yang disajikan ���������������������sesungguhnya bersifat volume), serta garap tingkatan irama, biasanya elastis. mereka menyajikan pula gaya-gaya tabuhan kendang jaipongan. Pada unsur musik terdapat dua bentuk; pertama, bentuk musik yang berfungsi sebagai media b) Gending Pengiring Tari, baik tari pembuka ungkap cerita, artinya sebagai pengganti dialog; maupun gerak tari tokoh-tokoh pemeran cerita, dan kedua, bentuk musik yang berfungsi sebagai biasanya disesuaikan dengan karakter dari tarian

74 Volume 26, 2011 MUDRA Jurnal Seni Budaya

yang dibawakan. Karakter tari gagah biasanya dipaparkan, layar-layar bergambar yang menjadi menggunakan gending blendrong, waled, atau latar belakang permainan pun ikut memberikan jipang walik. Sedangkan karakter lungguh gambaran tentang latar belakang tempat peristiwa biasanya menggunakan gending barlen. yang sedang berlangsung. Layar-layar tersebut berubah-ubah berdasarkan kepentingan setting c) Iringan Pengungkap Cerita dan Ilustrasi. Pada (latar belakang tempat kejadian). Beberapa scenery perkembangannya saat ini, gending pengungkap (layar bergambar) yang tampak, menunjukkan cerita, terutama yang dibawakan melalui situasi seperti hutan, perkampungan, interior salah nyanyian, lebih didominasi oleh garap lagu-lagu satu rumah penduduk, taman keraton, keraton, dangdut Khas Cirebon. Misalnya, ketika adegan pantai. Beberapa layar menunjukkan tempat yang yang menggambarkan kerinduan seseorang, berbeda ditampilkan berdasarkan kebutuhan cerita adegan tersebut dibawakan melalui nyanyian yang menggambarkan suasana di luar kerajaan dan lagu Rindu Setengah Mati, yang diiringi garap di dalam kerajaan. Beberapa di antaranya dibuat musik dangdut, dengan iringan keyboard. Tetapi berdimensi, seperti pohon-pohon atau batu-batu yang berkaitan dengan ilustrasi dari suasana- yang dipotong atau dihilangkan bagian yang di suasana tertentu, biasanya masih menggunakan luarnya. Gambar-gambar tersebut di bingkai oleh garap gamelan. plisir dan sebeng ( borders dan wings istilah yang digunakan pada pertunjukan teater Barat atau di d) Gending Penutup, biasanya menggunakan zaman Elizabeth, dalam Parker & Smith , 1979). gending-gending yang disajikan pada gending talu, hanya saja dalam tempo dan irama cepat. Plisir, di tempatkan pada bagian atas, selain digunakan untuk membingkai gambar juga untuk Unsur ��Ru�p�a menutupi lampu-lampu yang dipasang di bagian Unsur rupa merupakan salah satu unsur pewujud atas. Pada sandiwara Cirebon, plisir dibuat dari kain pertunjukan sandiwara Cirebon terlihat sangat yang digambar serupa kain dengan lipatan-lipatan. dominan mewarnai setiap pertunjukan. Dalam Sedangkan sebeng berada di bagian sisi, selain beberapa pertunjukan terdapat kecenderungan yang digunakan sebagai bingkai juga untuk memberi batas hampir serupa, yakni pewarnaan yang sangat kuat. ruang permainan. Pada sandiwara Cirebon, sebeng Sebelum pertunjukan dimulai, penonton sudah bisa dibuat dari tripleks dengan gambar dekoratif. melihat panggung yang dipenuhi oleh gambar, baik yang bersifat dekoratif maupun yang menegaskan tentang waktu dan tempat.

Pada bagian awal, yakni sebelum cerita dimulai, lampu-lampu panggung dinyalakan untuk menerangi dan memberikan nuansa ruang bagi tari-tarian dan nyanyian. Lampu-lampu tersebut bahkan tidak hanya sekedar menerangi area permainan semata, di beberapa bagian tertentu juga dimanfaatkan sebagai bagian yang ikut menentukan irama nyanyian dan tarian melalui perubahan warna. Para penari dan Foto. 1. Panggung pertunjukan sandiwara Cirebon. (Foto penyanyi menggunakan kostum sesuai dengan koleksi penulis). perannya masing-masing. Warna-warni kostum dan cahaya tersebut masih diberi imbuhan yang memberi Pada bagian interior ditampilkan perabotan penekanan pada cerita, seperti potongan peristiwa berdasarkan tempat peristiwa berlangsung, seperti yang mencekam (gimmick). Lampu-lampu atau kursi-kursi kerajaan, kursi atau perabotan rumah stage-effects, seperti percikan cahaya ditampilkan penduduk. Perabotan tersebut dibuat berbeda agar menarik perhatian penonton atau pengunjung. dengan apa yang kita lihat secara realitas, karena semua perabotan tersebut diberi warna atau gambar Dominasi tersebut tentu saja tidak berdiri sendiri yang disesuaikan dengan tempat atau settingnya. seperti layaknya sebuah lukisan. Ketika cerita

75 Jaeni (Model Kajian dan Kemasan...) MUDRA Jurnal Seni Budaya

Bagian-bagian artistik/unsur rupa dapat dinyatakan Lakon-lakon sandiwara Cirebon tidak terbatas sebagai bagian pendukung visual yang menjelaskan jumlahnya, namun di sisi lain hanya beberapa saja waktu/tempat, atmosfir, serta karakter masing- yang bisa dicatat. Hal ini berkaitan dengan kelisanan masing peran berdasarkan rias dan kostum. yang sudah mentradisi pada masyarakat daerah Panggung sandiwara Cirebon dilengkapi oleh 7 Cirebon, khususnya dalam proses pewarisan dan buah layar bergambar (scenery). Di sisi kiri kanan cara belajar menghapalkan lakon-lakon sandiwara. ditempatkan 5 buah sebeng yang terbuat dari bahan Lakon dalam sandiwara Cirebon banyak diambil tripleks bergambar. Pada bagian atas dilengkapi dari cerita babad Cerbon. Beberapa judul lakon yang dengan plisir yang dulu memakai kain juga terbuat merujuk pada babad Cirebon dan sempat diingat dari tripleks bergambar dengan jumlah yang sama oleh para pelakunya meliputi: Sang Prabu Siliwangi dengan sebeng (5 buah). Border tersebut digambar Melamar Nyi Subang Kranjang; Hilangnya Pusaka menyerupai kain dengan lekukan dan digambar Jubah Tambal Sewu; Pangeran Walangsungsang dengan tehnik pencahayaan, sehingga seakan-akan Mencari Guru Islam Sejati; Asal Mula Golok memiliki dimensi. Di salah satu sisi panggung Cabang; Selendang Sewidak Depa; Membangun ditempatkan sebuah tangga yang disesuaikan dengan Kuta Kosad; Grebek Muludan; Babad Ujung Muara tempat rias atau ruang tunggu pemain. Panggung Tua; Bendungan Celancang; Pawongan Trusmi; bagian depan di bingkai oleh gambar yang juga Raden Johar Gelar Adipati Waringin; Raden Selang diberi kesan berdimensi, juga terbuat dari tripleks. Kuning; Raden Danurwenda; Raden Tarulintang; Di depan bingkai Proscenium tersebut ditempatkan Elang Sutajaya Kemit; Ki Gentong Lanang; Kebo panggung untuk pemusik dengan ketinggian yang Dungkul; Suryarasa Suryajati; Sayembara Nyi berbeda dengan panggung utama (sekitar 50 cm) dan Mas Gandasari; Sayembara Nyi Mas Pandan sari; panggung utama (sekitar 120 cm.), dengan begitu, Sayembara Nyi Mas Junti; Korban Pawongan; apabila pemusik duduk ditempatnya, maka ujung Gondang Kali Si Pacar; Pangeran Bergola; Syarif kepala pemusik sejajar dengan panggung utama. Durakhman Jadi Wali; Asal Mula Jabang Bayi, Sutajaya Emas; Babad Trusmi; Raja Galuh; dan Unsur rupa atau artistik yang menjadi bagian Babad Alas Kertagiri (Wawancara dengan Umar pertunjukan sandiwara Cirebon dapat di klasifikan Karsiyan, Cirebon, 12 Juni 2010). sebagai berikut: 1) Panggung dengan elemen estetik (gambar- Judul-judul lakon pertunjukan sandiwara tersebut gambar dekoratif). merupakan satu catatan yang terekam oleh beberapa 2) Perlengkapan panggung yang terdiri dari: a) seniman sandiwara Cirebon yang bersumberkan layar bergambar (scenery); b) plisir (borders); dari babad Cirebon. Sebagai oasis atau outlet lakon c) sebeng (wings); dan d) perabotan. pertunjukan sandiwara, babad Cirebon merupakan 3) Panggung pemusik/gamelan. sandaran utama seniman sandiwara untuk 4) Lampu panggung dan stage effects. menggali potensi-potensi lakon bagi kepentingan 5) Hand-property (pedang, keris, dan lain-lain). pertunjukannya. Dengan tidak meninggalkan tema 6) Tata Rias dan Kostum. besar yang diambil dari babad Cirebon, seniman sandiwara lewat sebuah improvisasi dialognya Unsur Lakon menawarkan aktualisasi-aktualisasi keadaan Unsur lakon, diartikan sebagai cerita yang yang ada dalam masyarakat bersangkutan. Lewat dipertunjukan oleh teater rakyat sandiwara Cirebon. lakon-lakon dari babad Cirebon, para seniman Dalam sandiwara Cirebon, lakon atau cerita disajikan sandiwara pun mencoba menggali kemungkinan- sebagai unsur utama dalam pertunjukan, tidak ada kemungkinan lakon sebagai pembelajaran akan lakon berarti tidak ada pertunjukan sandiwara. sejarah Cirebon. Hasilnya ada beberapa lakon yang Lakon sandiwara Cirebon erat kaitannya dengan dianggap monumental oleh kelompok-kelompok perkembangan bentuk teater rakyat atau sandiwara sandiwara Cirebon, misalnya pada lakon Nyi Mas Cirebon itu sendiri di tengah-tengah masyarakat Gandasari, Selendang Sewidak Depa dan lakon lingkungannya. Dengan mengkaji dan menelusuri Walangsungsang Mencari Guru Islam Sejati. pertunjukan lakon-lakon sandiwara Cirebon berarti secara historis mengkaji pula perjalanan bentuk Dalam sebuah pertunjukan lakon sandiwara teater rakyat Cirebon tersebut. terdapat makna simbol budaya masyarakat yang

76 lakon bagi kepentingan pertunjukannya. Dengan tidak meninggalkan tema besar yang diambil dari babad Cirebon, seniman sandiwara lewat sebuah improvisasi dialognya menawarkan aktualisasi-aktualisasi keadaan yang ada dalam masyarakat bersangkutan. Lewat lakon-lakon dari babad Cirebon, para seniman sandiwara pun mencoba menggali kemungkinan-kemungkinan lakon sebagai pembelajaran akanVolume sejarah 26, Cirebon. 2011 Hasilnya ada beberapa lakon yang dianggap MUDRA Jurnal Seni Budaya monumental oleh kelompok-kelompok sandiwara Cirebon, misalnya pada lakon Nyi Mas Gandasari, Selendang Sewidak Depa dan lakon Walangsungsang Mencari Guru Islammengisyaratkan Sejati. adanya sebuah nilai tradisi lisan memadatkan pertunjukan, maka unsur waktu yang sangat kental. Dari pertunjukan lakon itu menjadi sangat penting untuk disiasati. Dalam sebuah pertunjukan lakon sandiwara terdapat makna simbol budaya masyarakat yang didapatkan mengisyaratkan bentuk adanya kepercayaan sebuah nilai masyarakat tradisi lisan yang yang sangat kental. Dari pertunjukanditujukan lakon kepada itu didapatkanpara leluhur bentuk mereka. kepercayaan Nilai lain masyarakat 1. Konsep Kemasan Tari yang ditujukan kepadadari pertunjukan para leluhur lakon mereka. sandiwara Nilai lainCirebon dari tersebut pertunjukan lakonSelain memotong tarian peneliti berupaya untuk sandiwara Cirebonadalah tersebut sebagai adalah sebagai media media syiar syiar Islam, Islam, di sampingdi samping sebagaimemberi variasi dan penekanan-penekanan bentuk hiburan. sebagai bentuk hiburan. gerak berdasarkan dari gaya-gaya menari para pemain sandiwara. Misalnya dalam gerak tari Dari uraian unsur-unsurDari uraian pewujud unsur-unsur seni pertunjukan pewujud sandiwaraseni pertunjukan Cirebon, kiranyapara ponggawa, dalam ponggawa 1 gerak-gerak dapat ditarik suatusandiwara model dalamCirebon, membangun kiranya dapat bentuk ditarik kajian suatu seni model pertunjukan. tari dipotong menjadi gerak angkat kaki tajong, Model kajian inidalam lebih membangun diarahkan padabentuk unsur-unsur kajian seni yang pertunjukan. membentuk suatuadeg-adeg capang, mincid di tempat obah tak-tak, pertunjukan sandiwara. Model kajian ini lebih diarahkan pada unsur-unsur capang tajong, pakbang dan gedig. Pada gerak Gambar. 1.yang model membentuk kajian dalam suatu seni pertunjukan pertunjukan sandiwara. sandiwara Cirebon. tari tersebut menekankan bobot gerak terutama dalam obah tak-tak supaya tak-tak (pundak) lebih Diagram 1. Model Kajian Seni Pertunjukan Teater kelihatan. Obah tak-tak ini menjadi ciri gaya penari RakyatModel Kajian Seni Pertunjukan Teater Rakyat ponggawa, di amping gedig untuk keluar panggung. Gerak itu disusul oleh munculmnya ponggawa 2. Gerak-gerak tari ponggawa 2, meliputi; irah-irahan (membelakangi), mincid, adeg-adeg capang, gedut

PERTUNJUKAN dobelan kanan-kiri, cindek-dobelan mundur, dan SANDIWARA mincid. Dalam gerak tari ponggawa 2, terutama dalam gedut lebih menjelaskan bahwa gedut sebaiknya jangan dihilangkan sebagi ciri yang semula hanya olah tangan tapi lebih pada tekanan kaki dan riyeg. Kemudian dalam mincid terakhir diarahkan ke irah-irahan dengan menggunakan dua

Nilai Tradisi Lisan; Bentuk tangan ke atas. Kepercayaan Masyarakat; Syiar Islam; dan Hiburan Satu peran lagi adalah bodor yang banyak melakukan gerak tari dalam sesi goro-goro. Gerak- KONSEP DAN MODEL KEMASAN gerak yang dibawakannya adalah masih tetep KONSEP DAN MODEL KEMASAN berpola dari gerak-gerak pokok yang ada seperti Mengkemas seni pertunjukan rakyat bukan suatu halnya gera-gerak pokok yang ada dalam peran Mengkemas senipekerjaan pertunjukan mudah rakyat seperti bukan mengkemas suatu pekerjaan kreasi-kreasi mudah sepertiponggawa di atas. Hanya ketika sudah bergerak, seni pertunjukan modern. Beberapa kendala terkait pemain membawakannya dengan gerak-gerak yang dengan sebuah pakem yang sudah ‘menahun’ destruktif, gerak pokok dirusak untuk kepentingan sebagai bentuk kepercayaan para senimannya komedi. Dari adeg-adeg saja misalnya, gerakan tentang etika penyajian unsur-unsur yang menurut pantat11 bisa dibuat menjadi tak lazim; bisa ditarik mereka sudsah baku. Akan tetapi, lewat sebuah ke atas, dimiringkan ke kiri atau kanan, sementara pertemuan, workshop dan kerja pengkemasan yang mimik komat-kamit, mata melotot, dan sebagainya. secara bersama-sama dilakukan antara peneliti dan para seniman, kendala itu dapat diminimalisir. Sementara gerak-gerak dari pola tari pasangan bermaterikan materi tari perang juga dikemas dalam Melalui pertemuan yang rutin dan workshop serta susunan berikut; tajong, pasang, nangkis, nahan, bersama-sama membentuk suatu sajian, didapatkan loncat, dan ngalaga. Intinya dalam gerak pola peran beberapa konsep kemasan unsur-unsur yang ini, sadar akan imprrovisasinya yang harus saling menunjang terwujudnya suatu pertunjukan teater mengisi, saling kontras. Kemudian diberi masukan rakyat sandiwara Cirebon, secara kontemporer. ngalaga, yakni saat ada yang kalah, peran yang Beberapa konsep kemasan meliputi; kemasan satu menari dengan gaya menantang melalui gerak tari, kemasan musik, kemasan rupa, dan kemasan mincid sikap pasang atau gerak mincid irah-irahan lakon. Oleh karena kemasan ini ditujukan untuk yang mempunyai makna ‘ngalegeg’.

77 Jaeni (Model Kajian dan Kemasan...) MUDRA Jurnal Seni Budaya

Konsep kemasan tari yang telah diuraikan sangat sandiwara Cirebon tetap dijaga. Konsepsi dasar menarik ditampilkan dalam sebuah pertunjukan pengemasan bidang musik yang penelti tawarkan utuh sandiwara Cirebon. Konsep pengurangan waktu kepada mereka, diantaranya adalah memperpendek dalam tarian itu betul-betul tertanam di benak para durasi penyajian, dengan cara mengurangi pemain. Sebagai peneliti sadar bahwa saat latihan pengulangan-pengulangan, serta lebih memunculkan untuk mempersiapkan pertunjukan nanti metode aspek-aspek musikalitas yang dinamis. yang disampaikan lebihpada pengurangan gerak dengan catatan tanpa mengurangi kekahasannya. Ini Adapun prosesnya diawali dengan memberikan terbukti saat mengapresiasi tiga pertunjukan (dalam alternatif garap gending talu. Gending talu yang tiga cerita) itu. Secara emosional mungkin bisa biasanya disajikan dalam urutan irama kering, irama beranggapan bahwa koreografi yang dimunculkan dodoan, irama sigro mangso, dan kembali kepada kurang sesuai dengan apa yang telah dilatihkan irama kering, dengan durasi kurang lebih satu jam, sebelumnya. Koreografi yang muncul justru cukup maka disarankan sajian gending talu agar disajikan menunjang akan kebutuhan cerita serta sesuai dalam durasi kurang lebih tujuh menit. Selama tujuh dengan peran dan karakter yang dibawakannya. menit, gending talu akan menyajikan irama kering Hal ini bisa dilihat dalam adegan IV dengan setting dan irama sigro mangso, dan kembali kepada irama di hutan tatkala para pengawal masing-masing kering, dalam urutan tempo cepat, lambat, dan memperlihatkan karakteristiknya melalui tari gagah kembali kepada tempo cepat. monggawa. Contoh lainnya dalam cerita yang ke dua saat adegan perang. Koreografi sangat effektif, Secara musikal, peneliti juga member alternatif, atraktif dan ekspresif, dimana masing-masing dimana sajian-sajian musikal yang berulang kali, pemain bisa menahan emosinya. Suasana berperang pengulangannnya dikurangi, misalnya lagu-lagu sangat terbangun melalui permainan irama gerak. yang biasanya diulang selama tiga kali atau dua kali Contoh selanjutnya dalam adegan I (maseban), menjadi satu kali. Di samping itu diberikan pula saat ponggawa atau para pengawal berpamitan. tawaran alternatif tentang hentakan-hentakan atau Koreografi amat sederhana, hanya capang sembah aksentuasi-aksentuasi pada setiap gending yang dan gedig, secara bergantian terkadang saling disajikan, serta pengolahan dinamikanya. mengisi dalam satu irama. Melalui tawaran-tawaran alternatif garap musikalitas 2. Konsep Kemasan Musik tersebut didapatkan kemasan musika yang cukup Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa durasi signifikan sebagai pertunjukan padat.Beberapa �������� hiburan semalam suntuk yang biasa dilakukan para notasi dasar dapat dicatatkan melalui beberapa seniman mulai kurang diminati, maka munculah garapan gending dalam pertunjukan sandiwara gagasan-gagasanMelalui untuk tawaran-tawaran melakukan pemadatan, alternatif garap Cirebon,musikalitas seperti tersebut Gending didapatkan Bayeman, kemasan Gending Jipang termasuk kepadamusika aspek yang garap cukup musik. signifikan Gagasan- sebagai pertunjukanWalik, Gending padat. Barlen, Beberapa Gending notasi Blendrong, dasar dan gagasan yang dapat peneliti dicatatkan tawarkan melalui kepada beberapa mereka garapanGending gending Sampak. dalam pertunjukan sandiwara adalah bukan menggantiCirebon, seperti tatanan Gending yang telah Bayeman, ada, Gending Jipang Walik, Gending Barlen, melainkan mengolahnyaGending Blendrong,kembali, sehingga dan Gending esensi- Sampak.Berikut, adalah notasi dasar setiap gending yang esensi musikal yang telah mapan menjadi ciri dari dikemas. Berikut, adalah notasi dasar setiap gending yang dikemas. a)a) Gending Gending Bayeman, Bayeman, sebagai sebagai gending gending talu talu Ng Pangkat Bonang: 1 2 3- 0 3- 2 1 0 5 0 5

------1 ------5 ------1 ------5 Ng ------1 ------3------1 ------2

------1 ------2 ------4 ------2 Ng ------1 ------3 ------1 ------5

b) Gending Jipang Walik, sebagai gending tari 78 Ng Pangkat Bonang: 1 3 1 2 2 4 5 1 3 2 3 4 Ng ------2 ------4 ------5 ------1 Ng ------5 ------1 ------2 ------3 Ng ------2 ------3 ------2 ------4

c) Gending Barlen, sebagai gending tari atau ilustrasi Ng Pangkat Bonang: 4 3 1 2 2 4 2 3 2 4 5 1 Ng ------3 ------4 ------3 ------2 Ng ------3 ------4 ------3 ------1

d) Gending Blendrong, sebagai gending tari atau ilustrasi Ng Pangkat Bonang: 5 4 5 1 5 4 5 1 2 4 5 1 Ng ------5 ------1 ------3 ------2 Ng ------5 ------2 ------3 ------1

14 Melalui tawaran-tawaran alternatif garap musikalitas tersebut didapatkan kemasan musika yang cukup signifikan sebagai pertunjukan padat. Beberapa notasi dasar dapat dicatatkan melalui beberapa garapan gending dalam pertunjukan sandiwara Cirebon, seperti Gending Bayeman, Gending Jipang Walik, Gending Barlen, Gending Blendrong, dan Gending Sampak.

Berikut, adalah notasi dasar setiap gending yang dikemas. a) Gending Bayeman, sebagai gending talu Ng Pangkat Bonang: 1 2 3- 0 3- 2 1 0 5 0 5

------1 ------5 ------1 ------5 Ng ------1 ------3------1 ------2

------1 ------2 ------4 ------2 Volume 26, 2011 MUDRA Ng Jurnal Seni Budaya ------1 ------3 ------1 ------5

b) Gending Jipang Walik, sebagai gending tari Ng Pangkat Bonang: 1 3 1 2 2 4 5 1 3 2 3 4 Ng ------2 ------4 ------5 ------1 Ng ------5 ------1 ------2 ------3 Ng ------2 ------3 ------2 ------4

c) Gending Barlen, sebagai gending tari atau ilustrasi Ng Pangkat Bonang: 4 3 1 2 2 4 2 3 2 4 5 1 Ng ------3 ------4 ------3 ------2 Ng ------3 ------4 ------3 ------1

d) Gending Blendrong, sebagai gending tari atau ilustrasi Ng Pangkat Bonang: 5 4 5 1 5 4 5 1 2 4 5 1 Ng ------5 ------1 ------3 ------2 Ng ------5 ------2 ------3 ------1 e) Gending Sampak, sebagai gending tari atau ilustrasi perang Ng Pangkat Bonang: 1 3 1 2 2 4 5 1 3 2 3 4 Ng 14 ------5 ------1 ------2 ------3 Ng ------1 ------2 ------3 ------4

3. Konsep Kemasan3. Konsep Rupa Kemasan Rupa wayang abang dan wayang putih dan biasanya ada Unsur rupa Unsurpanggung rupa tidak panggung terjadi perubahan tidak terjadi tambahan perubahan peran merupakan lain yaitu peran konsep tua dan pelawak merupakan panggung konsep permanen. panggung Panggung permanen. menurut atau ukuran bodor. teater Pengelompokan rakyat sudah tersebut cukup berkaitan pula Panggung menurutrepresentatif ukuran denganteater rakyat menggunakan sudah dengan gaya rias Elizabethan, dan busananya. yang bisa cukup representatifdibongkar-pasang. dengan menggunakan Beberapa gayahal yang menjadi perhatian dalam segi rupa Elizabethan,ini yang ditujukan bisa pada dibongkar-pasang. elemen kostum dana) Wayangmake-up Abang,. Kostum adalah dibuat sebutan untuk bagi peran atau Beberapa halbeberapa yang menjadi pendukung perhatian sandiwara, dalam baik panjaktokoh yang (nayaga) dimainkan dan para dalam pemain. sandiwara sebagai segi rupa iniDemikian ditujukan halnya pada elemen dengan kostummake-up (tataperan rias) antagonis yang jahat. dikhususkan Wayang abang hanya terbagi dalam dan make-upuntuk. Kostum para pemaindibuat untuksaja. beberapa dua kelompok yaitu Raja sebagai pemimpin dan pendukung sandiwara, baik panjak (nayaga) Anak buah (para ponggawa). Pembeda dari dua dan para pemain.Terkait Demikian dengan rias halnya dan dengan busana parakelompok pelaku tersebut sandiwara biasanya mengenal dari busana yang make-up (tatapengelompokan rias) yang dikhususkan peran yaitu wayang hanya abangdipakai, dan wayang raja atau putih pemimpin dan biasanya memakai ada pakaian lebih untuk para pemaintambahan saja. peran lain yaitu peran tua dan bagus. pelawak Adapun atau bodor.riasannya Pengelompokan tergantung dari keahlian tersebut berkaitan pula dengan rias dan busananya.masing-masing. Untuk Riasanlebih jelasnya untuk akan wayang abang Terkait dengandijelaskan rias dansebagai busana berikut; para pelaku lebih memperkuat garis dan karakter jahat dengan sandiwara mengenal pengelompokan peran yaitu membuat beberapa bagian wajah lebih kuat. a) Wayang Abang, adalah sebutan bagi peran atau tokoh yang dimainkan dalam sandiwara sebagai peran antagonis jahat. Wayang abang terbagi dalam dua kelompok yaitu Raja sebagai pemimpin dan Anak buah (para ponggawa). 79 Pembeda dari dua kelompok tersebut biasanya dari busana yang dipakai, raja atau pemimpin memakai pakaian lebih bagus. Adapun riasannya tergantung dari keahlian masing-masing. Riasan untuk wayang abang lebih memperkuat garis dan karakter jahat dengan membuat beberapa bagian wajah lebih kuat.

Foto. 2. Model rias busana wayang abang.

15 Jaeni (Model Kajian dan Kemasan...) MUDRA Jurnal Seni Budaya

Foto. 2. Model rias busana wayang abang. (Foto koleksi penulis). b) Wayang Putih, adalah kelompok peran protagonis, tokoh baik dan biasanya menyandang gelar seri (tokoh yang digemari penonton). Pemilihan peran ini biasanya dipertimbangkan dari sikap, wajah, dan bentuk tubuh. Pengelompokannya sama dengan Foto 4. Model rias busana pelawak (bodor). (Foto koleksi wayang abang yaitu raja dan prajurit. penulis).

kadang distorsi, maupun pembengkokan logika kata-kata (dialog).

4. Konsep Kemasan Lakon Pertunjukan Dalam kemasan lakon pertunjukan diupayakan tetap memakai lakon-lakon lokal (babad Cirebon). Konsep ini tetap merujuk pada pemadatan durasi yang dalam pertunjukan biasa hingga mencapai 8 bedrip (babak) namun disederhanakan menjadi 4 bedrip. Dengan hanya 4 bedrip durasi pertunjukan menjadi Foto 3. Model rias busana wayang putih. (Foto koleksi bisa nikmati tanpa kelelahan, namun tetap penulis). dalam struktur dan alur cerita yang jelas dan tidak menghilangkan nilai-nilai kelokalan. c) Tokoh Tua, adalah peran dengan karakter tua, biasanya sebagai sunan, resi, penasihat dan lain- Konsep kemasan pertunjukan didokumen- lainnya. Riasannya biasanya dengan memutihkan tasikan sekaligus menjadi bagian dari produksi rambut, alis, kumis, janggut lengkap dengan kerut- kelompok sandiwara dalam bentuk TV play kerut dan pakaian mereka biasanya serba putih. yang bisa digunakan untuk keperluan program televisi lokal. Konsep kemasan ini juga dapat d) Pelawak adalah peran yang dapat dikelompokan dijadikan pesanan pertujukan untuk durasi- dalam wayang abang maupun wayang putih. Tokoh durasi pendek dalam berbagai kesempatan. pelawak mempunyai riasan yang unik. Biasanya mereka memakai kumis dengan bentuk unik, alis Beberapa hasil kemasan dapat dilihat dalam mata yang dibuat naik, atau turun. Peran ini sangat format DVD/VCD yang telah dikemas oleh tim penting sebagai selingan dan lawakannya sangat peneliti. Untuk melihat bagaimana konsep itu digemari penonton. Lawakannya diungkapkan berjalan, maka dibuat skrip pengadegan dalam dengan kelenturan tubuh, suara peran yang kadang- pertunjukan sandiwara, sebagai berikut.

80 Volume 26, 2011 MUDRA Jurnal Seni Budaya

Nyimas Rara Santang Meninggalkan Kraton Menyusul Pangeran Walang Sungsang

Babak Tempat Adegan Durasi

Bedrip I Kerajaan Pasukan Pajajaran mencari Jejaknya Para Putra/Putri Padjadjaran Kerajaan Tari-tarian 20 menit (tujuan) Jika Pulang tidak membawa para putra dan putrinya akan dihukum Mati

Bedrip 2 Kerajaan Nyimas Rara Santang /Tidur Mimpi Diganggu Gagak Lumajang Padjadjaran 10 menit Dalam Perjalanan Mendapat Gangguan-Gangguan Buta- Setan-Setan-Hewan/Macan

Bedrip 3 Perjalanan Bodoran Datangnya Nyimas Rara Santang minta Pertolongan Endang Surati memberi Ilmu-ilmu Kanuragan, memberi 15 menit ajimat Slendang “Kumayang” Dalam Perjalanan Disergap Pasukan Pajajaran Lawakan “ Siapa Nama”

Bedrip 4 Gunung Endang Geulis bersama Pangeran Walang Sungsang Merapi Datangnya Nyi Mas Rara Santang 20 menit Endang Geulis Cemburu /Dianggap Istri menyusul Diselesaikan masalah ini oleh S.D Warsih

Sayembara Putri Crebon

Babak Tempat Adegan Durasi

Bedrip I Keraton Jati Anom Ki Layang Sewu Cirebon Mimpi Bercumbu Rayu Dengan Putri Cirebon Nyi Mas Ratu Raja Wulung Ayu 20 menit Datang Para Wadya Bala Pergi Melamar Ratu Raja Wulung Ayu

Bedrip 2 Banten Bodoran 10 menit Ki Bagus Rangin Melamar Putri Cirebon

Bedrip 3 Corebon Panembahan Giri Laya Pangeran Puragabaya memimpin sayembara 20 menit Ki Layang Sewu Ikut Sayembara Ki Bagus Rangin Pemenangnya

Bedrip 4 Cirebon Bagus Rangin Ratu Raja Wulung Ayu Diganggu Oleh Nyai Rambut Serit 15 menit Wulung Ayu Pingsan Ditong Oleh Pangeran Purabaya Nyai Rambut Serit – Laknat

81 Jaeni (Model Kajian dan Kemasan...) MUDRA Jurnal Seni Budaya

Bendungan Kali Cimanggis

Babak Tempat Adegan Durasi

Bedrip I Keraton Para Pinageran Cirebon Rakyat Pedesaan Minta Pertolongan kekurangan air 20 menit

Bedrip 2 Keraton Nyimas Gandasari dan Syech Magelung Sakti Mendapat 10 menit Cirebon Tugas Membuka Bendunga Kali Cimangis

Bedrip 3 Pegagan Bodoran Palimanan Jaka Tirta –Dewi Wiranti – Ibunya Cepon Sedang Bersenang-Senang Pasukan Datang Meminang/Menculik 20 menit Dewi Wiranti Untuk Diperistri Pangeran Hadiwijaya Dewi Wiranti Dibawa Paksa

Bedrip 4 Pesawahan/ Pangeran Hadiwijaya Kali Cimanggis Bawa Penjaga Bendungan Menagih Janji Datang Pasukan Menyerahkan Dewi Wiranti Pelaksanaan Nyembelih Dewi Wiranti 25 menit Datang Syech Magelung Sakti Bersama Rombongan Cirebon Mencegah Pembunuhan (Perang) Dewi Wiranti Tertolong dan Bendunganpun Dibuka

Dari konsep kemasan yang telah diuraikan, kiranya SIMPULAN kerja pemodelan menjadi sangat penting untuk dikemukakan. Berikut adalah model pengkemasan Penelitian tentang model kajian dan kemasan Dari konsepseni kemasan pertunjukan yang telahsandiwara diuraikan, Cirebon kiranya yang kerja telah pemodelan sandiwara Cirebon dalam upaya revitalisasi dan menjadi sangat pentingdilakukan untuk oleh dikemukakan. peneliti. Berikut adalah model pengkemasanpemberdayaan ekonomi masyarakat, semakin seni pertunjukan sandiwara Cirebon yang telah dilakukan oleh peneliti. dipandang penting ketika banyak masyarakat yang dihadapkan pada sajian hiburan dari media MODEL PENGKEMASANDiagram 2.PERTUNJUKAN Model Pengkemasan TEATER Pertunjukan RAKYAT Teater televisi yang kadang tidak sesuai dengan nilai-nilai Rakyat masyarakatnya. Penelitian ini dapat dijadikan filter guna menghadang serbuan budaya asing. Workshop Terdapat banyak kendala dalam penelitian ini, terutama dalam penataan beberapa unsur pertunjukan Penataan Penataan Penataan Lakon yang sudah melekat menjadi pengetahuan para gending dan unsur rupa Pertunjukan pelaku sandiwara. Mereka menganggap bahwa apa tari (Rias Busana) yang dikerjakannya selama ini sebuah pakem. Pada sisi inilah kendala-kendala secara psikologis muncul bagi tim peneliti. Di samping hal tersebut, kendala lain adalah pada faktor teknis sistem produksi Pengkemasan yang bagi kebanyakan kelompok teater rakyat Pertunjukan Dokumentasi memiliki kekurangan pada peralatan dan anggaran. (shooting TV Play) sandiwara Hal ini membutuhkan perhatian pemerintah yang dalam tugasnya menyelamatkan dan melestarikan kehidupan seni budaya. Kendala yang cukup signifikan bagi para pelaku dan keseniannya adalah kelenturan daya akomodasi yang diperankan oleh pihak pengelola stasiun televisi untuk menyebarkan SIMPULAN 82 Penelitian tentang model kajian dan kemasan sandiwara Cirebon dalam upaya revitalisasi dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, semakin dipandang penting ketika banyak masyarakat yang dihadapkan pada sajian hiburan dari media televisi yang kadang tidak sesuai dengan nilai-nilai masyarakatnya. Penelitian ini dapat dijadikan filter guna menghadang serbuan budaya asing.

Terdapat banyak kendala dalam penelitian ini, terutama dalam penataan beberapa unsur pertunjukan yang sudah melekat menjadi pengetahuan para pelaku sandiwara. Mereka menganggap bahwa apa yang dikerjakannya selama ini sebuah pakem. Pada sesi inilah kendala-kendala secara psikologis muncul bagi tim peneliti. Di samping hal tersebut, kendala lain adalah pada faktor teknis sistem produksi yang bagi kebanyakan kelompok teater rakyat memiliki kekurangan pada peralatan dan anggaran. Hal ini membutuhkan perhatian pemerintah yang dalam tugasnya menyelamatkan dan melestarikan kehidupan seni budaya. Kendala yang cukup signifikan bagi para pelaku dan keseniannya adalah kelenturan daya akomodasi yang diperankan oleh pihak pengelola stasiun televisi untuk menyebarkan produksi kesenian rakyat, seperti sandiwara Cirebon.

Setidaknya, upaya-upaya produksi dan pendampingan terhadap kelompok- kelompok seni pertunjukan rakyat haus terus dipertahankan. Hal demikian dapat memberikan ketegaran dan kepercayaan diri yang tinggi bagi pelaku atau

20 Volume 26, 2011 MUDRA Jurnal Seni Budaya

produksi kesenian rakyat, seperti sandiwara Jaeni. (2007), Komunikasi Seni Pertunjukan: Cirebon. Membaca Teater Rakyat Indonesia (Sandiwara Cirebon), Etnoteater Publisher, Bandung. Upaya-upaya produksi dan pendampingan terhadap kelompok-kelompok seni pertunjukan rakyat Rose, La., Robert and Joseph D. Straubhaar. harus terus dipertahankan. Hal demikian dapat (2000), Media Now: Communications Media in the memberikan ketegaran dan kepercayaan diri yang Information Age, Wadworth/Thomson Learning, tinggi bagi pelaku atau kelompok seni pertunjukan United States of America. rakyat. Parker, W. Oren & Smith, Harvey K. (1979), Scene DAFTAR RUJUKAN Design and Stage Lighting, New York, Chicago, San Francisco, Atlanta, Dallas, Montreal, Toronto, Alwasilah, A. Chaedar. (2002), Pokoknya Kualitatif: London, Sydney, Holt, Rinehart and Winston Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif, Pustaka Jaya, Jakarta. Peacock, James L. (2005). Ritus Modernisasi: Aspek Sosial dan Simbolik Teater Rakyat Indonesia, Brandon, James R. (1993), The Cambridge Guide to (Diterjemahkan oleh Eko Prasetyo), Desantara, Asian Theater, The Press Syndicate of the University Jakarta. of Cambridge, Cambridge. Nara sumber: Creswell, J. W. 1998, Qualitatif Inquiry and Research Karsiyam, Umar (52 th.), Pemain sandiwara Design, Sage Publications, Inc, California. Cirebon, Cirebon.

83