Kesenian ..... (Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 181

KESENIAN SISINGAAN SUBANG: SUATU TINJAUAN HISTORIS A SISINGAAN (LION) DANCE ART SUBANG: A HISTORICAL REVIEW

Anggi Agustian Junaedi, Nina Herlina Lubis, Kunto Sofianto Jurusan Ilmu Sejarah UNPAD, Jalan Raya Sumedang Km. 21 Jatinangor e-mail: [email protected]

Naskah Diterima: 9 Mei 2017 Naskah Direvisi: 9 Juni 2017 Naskah Disetujui: 11 September 2017

Abstrak

Kesenian sisingaan merupakan kesenian yang berasal dari daerah di sebelah utara Provinsi Jawa Barat bernama Kabupaten Subang. Sampai saat ini, kesenian sisingaan dipersepsikan oleh banyak orang sebagai bagian dari perjuangan rakyat yang dalam hal ini perlawanan terhadap tuan tanah atau penjajah. Namun, pendapat ini perlu ditinjau ulang mengingat beberapa pakar kesenian seperti Edih dan Armin Asdi yang mengatakan bahwa pada awalnya kesenian ini berfungsi sebagai alat untuk mengarak anak-anak yang akan dikhitan. Maka, untuk menjabarkan persoalan tersebut peneliti menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kesenian sisingaan tidak lahir sebagai aksi perlawanan karena sebelum aksi tersebut terjadi, kesenian ini telah ada dan beberapa kali digelar pada acara khitanan. Setidak-tidaknya ada dua indikator yang dapat dikemukakan untuk menjelaskan latar belakang terbentuknya sisingaan. Pertama, ia merupakan bagian integral dari proses islamisasi di Subang. Kedua, sebagai bentuk penghormatan kepada P.W. Hofland karena telah berjasa membangun Subang beserta penduduknya. Kata kunci: kesenian sisingaan, historis, Subang.

Abstract Sisingaan () is an art that comes from the area in the north of Province; Subang Regency. Until now, the Sisingaan has been defined as a part of people’s struggle against the landlords or the colonialists. However, this opinion needs to be reviewed considering some art experts such as Edih and Armin Asdi who said that firstly this art is served as a tool to parade children who will be circumcised. Therefore, to describe the problem, researchers use historical methods consisting of heuristics, criticism, interpretation and historiography. Based on research conducted, Sisingaan was not born as an action of resistance because before the action occured, this art has existed and several times held at circumcision event. There are at least two indicators that can be put forward to explain the background of the formation of Sisingaan. First, it is an integral part of the Islamization process in Subang. Second, as a form of respect to P.W. Hofland for his contribution in building Subang and its residents. Keywords: Sisingaan, Historic, Subang.

A. PENDAHULUAN daerah lainnya. Umpamanya, Aceh dengan merupakan tempat hidup tari -nya, Ponorogo dengan - dan berkembangnya berbagai macam nya, dengan tari dan tari kesenian yang tersebar dari Sabang sampai -nya, Cirebon dengan sintren-nya Merauke. Tiap-tiap daerah memiliki dan masih banyak lagi kesenian lainnya keseniannya masing-masing yang tentunya yang khas dari berbagai daerah di berbeda-beda antara satu daerah dengan Indonesia. 182 Patanjala Vol. 9 No.2 Juni 2017: 181- 196

Daerah lainnya yang patut dicatat pada akhirnya melawan tuan tanah dan adalah daerah yang terletak di sebelah salah satunya adalah melalui kesenian utara Provinsi Jawa Barat bernama bernama sisingaan1. Dengan demikian Subang. Subang adalah salah satu daerah dapat dikatakan bahwa sisingaan lahir yang memiliki banyak kesenian. sebagai bentuk perlawanan rakyat Subang Umpamanya, kesenian gembyung, doger terhadap tuan tanah atau penjajah. Tokoh kontrak, dan sisingaan. yang mendukung dengan asumsi tersebut Sebenarnya masih banyak kesenian lainnya di antaranya adalah Ukat Mulyana yang yang belum disebutkan dari daerah ini. dikenal sebagai “Kang Robot” sekaligus Namun demikian, kesenian yang paling sebagai seniman sisingaan Subang (Dewi, khas dan bahkan menjadi simbol dari dkk., 2015: 5). daerah ini adalah kesenian sisingaan. Hal Namun demikian, berbicara ini dibuktikan dengan ditempatkannya sisingaan secara historis tentu harus patung manusia yang sedang bermain berbicara data dan fakta. Sampai hari ini sisingaan di pusat Kota Subang. belum ditemukan data yang akurat untuk Sebagai kesenian yang paling memperkuat asumsi tadi. Dengan khas, sisingaan terus mengalami demikian, hal itu masih memungkinkan perkembangan yang cukup signifikan. untuk diperdebatkan kembali. Banyaknya grup sisingaan yang ada di Sejarah munculnya sisingaan di Kabupaten Subang membuktikan hal itu. Subang sangat menarik untuk dikaji karena Hal ini tentu tidak lepas dari besarnya sampai hari ini terkait dengan kapan antusias masyarakat terhadap sisingaan kesenian ini lahir, siapa yang yang kemudian menjadi sumber motivasi menciptakannya, dan di mana tempat bagi mereka untuk tetap melestarikan lahirnya masih menjadi misteri meskipun kesenian tersebut melalui grup-grup yang beberapa orang telah mencoba meneliti hal mereka dirikan. Besarnya antusias itu itu baik yang dilakukan oleh seniman terefleksikan pada seringnya Kesenian sisingaan maupun akademisi dengan hasil sisingaan digunakan pada berbagai acara yang berbeda-beda. seperti acara pernikahan, khitanan dan Selain itu, terdapat pendapat yang acara lainnya baik sebagai pembuka agaknya perlu ditinjau ulang berkenaan maupun sebagai penutup acara. dengan gerakan perlawanan yang kerap Setiap kesenian di berbagai daerah kali dikaitkan dengan lahirnya sisingaan. tentu memiliki sejarahnya masing-masing, Padahal, alasan-alasan berikut kiranya kapan munculnya dan apa yang dapat dipertimbangkan untuk melatarbelakanginya. Kesenian sisingaan mempertimbangkan kembali asumsi juga memiliki sejarah yang sangat panjang. tersebut. Pertama, gerakan perlawanan di Akan tetapi, sampai hari ini belum Subang menurut Iim Imadudin baru terjadi ditemukan angka yang tepat untuk pada 1913 (Imadudin, 2013: 165-166). menunjukkan sejak kapan sebenarnya Padahal, sisingaan telah ada sebelum tahun sisingaan muncul. tersebut yang dibuktikan dengan Sampai hari ini, masyarakat umum pengakuan seorang lurah di Cigadung yang mempercayai bahwa sisingaan lahir sejak pernah diarak menggunakan sisingaan Subang menjadi tanah swasta. Selama pada 1910 (Alamsyah, 2015: 4-5). Kedua, menjadi tanah swasta, rakyat Subang hampir semua pakar sisingaan sepakat mengalami banyak penderitaan karena tuan bahwa pada awalnya kesenian ini tanah mewajibkan mereka untuk bekerja difungsikan untuk mengarak anak-anak menjadi buruh perkebunan dengan upah yang sangat kecil. Bahkan tidak sedikit 1Dalam hal ini, kesenian sisingaan digunakan dari mereka yang tidak mendapatkan upah. untuk menyulut semangat nasionalisme yang Akibatnya, banyak rakyat Subang yang berarti membebaskan diri dari belenggu tuan tanah atau penjajah (Saini, 2001: 1). Kesenian Sisingaan..... (Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 183 yang akan dikhitan. Dengan demikian, masa lampau yang berkaitan dengan objek betulkah sisingaan lahir sebagai bentuk yang diteliti (Herlina, 2008: 7-15). perlawanan? Setelah sumber terhimpun, maka Terkait dengan hal tersebut maka dilakukan tahapan kedua, yaitu kritik. muncul beberapa persoalan seperti: Kritik terdiri atas kritik eksternal dan kritik Bagaimana sejarah munculnya sisingaan di internal. Kritik eksternal dilakukan dengan Subang? Benarkah kesenian sisingaan meneliti keaslian sumber dan kritik muncul sebagai sikap perlawanan rakyat internal dengan meneliti kredibilitas Subang terhadap tuan tanah atau penjajah? sumber (Kuntowijoyo, 2013: 77-78). Penulisan artikel ini tentu bukan Namun demikian, sumber yang tanpa tujuan. Tulisan ini diharapkan dapat telah dikritik belum dianggap sebagai fakta memberikan informasi dan pengetahuan sejarah. Untuk itu, perlu dilakukan kepada semua orang terutama untuk koroborasi suatu sumber sejarah dengan mereka yang berkepentingan dengan sumber lain yang bersifat merdeka sejarah sisingaan. Adanya bukti-bukti baru sehingga menghasilkan fakta yang yang relevan mengantarkan penulis untuk mendekati kepastian. Jika koroborasi tidak mengupas kembali sejarah sisingaan yang bisa dilakukan, maka berlaku prinsip selama ini masih menjadi misteri. argumentum ex silentio, sumber yang Pada penelitian terdahulu, Dewi berisi data dianggap sebagai fakta (2013) mengungkapkan tentang sejarah (Gottschalk, 2008: 130; Herlina, 2008: 34- munculnya sisingaan yang disebutnya 35). berbarengan dengan ditetapkannya Subang Tahapan ketiga disebut dengan menjadi tanah swasta pada 1812; interpretasi. Tahapan ini terdiri atas Puspitasary (2013) menguraikan tentang analisis (menguraikan) dan sintesis masuknya pengaruh komersial pada (menyatukan). Interpretasi disebut sebagai kesenian sisingaan yang sekaligus menjadi biang subjektifitas. Untuk itu, pada tanda telah terjadinya pergeseran makna tahapan ini, penulis harus mengambil jarak dalam kesenian tersebut; Mulyadi (2007) dengan sumber agar tidak terlalu dekat dan mendeskripsikan mengenai sejarah singkat menimbulkan bias. Dikenal beberapa jenis sisingaan, perkembangan fungsi sisingaan interpretasi, yaitu interpretasi verbal, dari masa ke masa dan menolak asumsi teknis, logis, psikologis, dan faktual. mengenai sisingaan yang lahir sebagai Tahapan akhir dari metode sejarah disebut bentuk perlawanan; Alamsyah (2015) dengan historiografi (Herlina, 2008: 36- memaparkan mengenai sejarah sisingaan 60). dengan menghadirkan asumsi beberapa Untuk penjelasan yang bersifat peneliti sisingaan seperti Edih, Armin analitis, penulis menggunakan konsep seni Asdi, dan Nanu Munajar. Cakupan waktu dan politik. Eratnya kaitan antara keduanya yang dikaji dalam penelitian ini cukup disebut Saini dengan political theatre panjang yaitu dari abad ke-15 sampai karena di dalam seni terdapat berbagai dengan abad ke-20. Adapun wilayah kepentingan yang menyertainya (Saini, penelitian yang dikaji adalah Kabupaten 2001: 1). Oleh karena itu, memandang seni Subang. sebagai kepentingan merupakan cara

berfikir kritis dalam menganalisis sejarah B. METODE PENELITIAN munculnya kesenian sisingaan di Subang. Penelitian ini menggunakan Sebagaimana dikatakan Albert metode sejarah yang terdiri atas heuristik, Camus bahwa seni diciptakan oleh kritik, interpretasi, dan historiogafi. Tahap masyarakat. Ia adalah wujud dari pertama dari metode sejarah adalah kreativitas manusia baik secara individu heuristik. Pada tahapan ini penulis mencari maupun kelompok. Melalui seni seseorang dan menghimpun sumber, informasi, jejak dapat berekspresi, mengeluarkan jati 184 Patanjala Vol. 9 No.2 Juni 2017: 181- 196 dirinya. Lebih jauh, seni dapat digunakan merupakan seni pertunjukan dalam bentuk untuk kepentigan tertentu oleh kalangan arak-arakkan yang biasanya dilakukan tertentu pula (Camus, dkk., 1998: xxvi). dalam hajat sunatan3. Dalam hal ini, sisingaan digunakan oleh Terkait dengan asal-usul kesenian masyarakat Subang untuk kepentingan sisingaan, ada beberapa pendapat yang politik. telah dikemukakan oleh para pakar Pada dasarnya semua orang dapat sisingaan baik yang didasarkan pada cerita menciptakan seni. Namun tidak semuanya yang berkembang di masyarakat maupun memiliki kemampuan untuk pada bukti-bukti yang telah mereka mengembangkan seninya lebih jauh lagi temukan. Namun, hampir semua pakar hingga dikenal oleh masyarakat luas. meyakini bahwa kemunculan sisingaan Artinya hanya orang-orang tertentu saja memiliki kaitan yang erat dengan situasi yang dapat melakukannya terutama pada sosial politik Subang pada masa seni pramodern. Sebagaimana dikatakan penjajahan. Ahmad Norma bahwa seni pramodern Pendapat pertama dikemukakan hanya ada di kelompok-kelompok elite oleh Yuliadi Soekardi yang mendasarkan tertentu. Ia jauh dari kehidupan rakyat pada cerita yang berkembang di jelata yang secara strata sosial berada di masyarakat. Ia mengatakan bahwa bawahnya. Ia juga dapat menjadi alat yang Sisingaan diciptakan oleh seseorang yang dikendalikan kekuasaan (Camus, dkk., berasal dari Desa Ciherang4. Ia 1998: xxi). Dengan perkataan lain, seni menggambarkan tokoh tersebut dalam diciptakan oleh para penguasa untuk bukunya sebagai seorang rakyat biasa yang mengendalikan berbagai hal sesuai dengan bekerja sebagai buruh perkebunan di Desa kepentingan. Ciherang. Pemikirannya melampaui orang- Namun demikian, Leon Trotsky orang pada umumnya. Ia selalu berpandangan lain terkait dengan hal itu. Ia memikirkan nasib dirinya dan rakyat berpandangan bahwa sebenarnya seni Subang yang berada dalam tekanan dan merupakan ekspresi dari masyarakat yang siksaan para penjajah. Kondisi demikian tertindas oleh para penguasa (Camus, dkk., membuat dirinya semakin benci terhadap 1998: 27). Artinya seni diciptakan bukan penjajah dan ingin melakukan perlawanan oleh para penguasa melainkan oleh rakyat terhadap mereka. Namun demikian, ia yang berada di bawahnya sebagai akibat sadar bahwa tidak mungkin melakukan telah dirampasnya hak-hak mereka. Oleh perlawanan hanya seorang diri dan tanpa karena itu, analisis yang dilakukan untuk adanya persatuan dari rakyat Subang untuk mengungkap siapa yang melahirkan seni melakukan yang sama. Untuk itu, ia berupa sisingaan tidak hanya terfokus mencoba mencari cara terbaik untuk kepada kalangan tertentu saja melainkan melakukan perlawanan. Jalan keluar dari seluruh lapisan masyarakat baik rakyat jelata maupun elite sehingga diharapkan mampu memberikan hasil yang maksimal. tersebut dan kemudian diakhiri dengan akhiran –an maka kata tersebut memiliki arti C. HASIL DAN BAHASAN menyerupai seperti si-singa-an, ku-kuda-an, 1. Asal-usul Kesenian Sisingaan mo-mobil-an, dan lain sebagainya. 2 Kesenian sisingaan merupakan 3Sunatan adalah ritual dalam Islam yang kesenian yang berasal dari Subang. Ia diperuntukan bagi anak laki-laki dengan memotong bagian tertentu dari alat reproduksinya. 2 Sisingaan memiliki kata dasar singa. Ia mendapatkan awalan si- dan akhiran–an. 4Di dalam bukunya, ia memberi nama tokoh Dalam kepercayaan masyarakat Sunda, apabila pencipta sisingaan dengan nama fiktif bernama sebuah kata mendapatkan awalan dengan Tarya (Soekardi, 2006: 1). pengulangan morfem awal pada kata dasar Kesenian Sisingaan..... (Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 185 persoalan tersebut adalah melalui kesenian Sejalan dengan pendapat pertama, bernama sisingaan (Soekardi, 2006: 3-13). Edih sebagai pakar sisingaan menyatakan Bentuk perlawanan melalui simbol hal yang sama terkait dengan daerah asal sisingaan terhadap penjajah dapat pencipta sisingaan yaitu Desa Ciherang. ditelusuri melalui nilai-nilai filosofis yang Namun, Edih memiliki pandangan lain terdapat pada sisingaan. Adapun nilai-nilai terkait dengan siapa yang telah filosofis itu adalah sebagai berikut: menciptakan kesenian itu. Ia mengatakan  Boneka singa yang diusung merupakan bahwa orang yang menciptakan sisingaan lambang kebesaran penjajah (Inggris adalah seorang elite pribumi bergelar dan Belanda). Demang di Desa Ciherang pada 1857 yaitu  Empat orang pengusung singa adalah Demang Mas Tanudireja. Pendapatnya ini rakyat Subang yang sedang ditindas didasarkan atas penelitiannya selama penjajah. empat tahun (1981-1985) mengenai sejarah  Sementara itu anak kecil yang duduk lahirnya sisingaan di Subang dengan di atas singa adalah generasi penerus menggunakan metode wawancara. Dari Subang yang akan melawan tirani dan penelitiannya tersebut ia menemukan mengusirnya dari tanah Subang beberapa fakta sebagai berikut: pertama, (Mulyadi, 2003: 7). pada 1910, seorang lurah di Cigadung Melalui nilai filosofis tersebut bernama Lurah Sayung mengaku pernah pencipta kesenian (yang masih belum diarak menggunakan sisingaan sebagai diketahui siapa) menginginkan adanya ucapan rasa syukur dan luapan persatuan dari rakyat Subang ketika kegembiraan pendukungnya ketika dirinya sisingaan digelar. Ia berharap rakyat terpilih sebagai lurah di sana. Fakta kedua, Subang dapat menangkap nilai-nilai pada 1920, Patih Oman juga mengaku tersebut agar bersatu melawan penjajah. bahwa ia pernah diarak menggunakan Meskipun demikian, tidak dapat diyakini sisingaan saat dikhitan. Terakhir, pada apakah saat itu masyarakat Indonesia 1927, Suparno mengalami hal yang sama khususnya masyarakat Subang sudah dengan Patih Oman yaitu pernah diarak mampu membuat nilai-nilai filosofis yang menggunakan sisingaan saat dirinya akan cukup tinggi seperti yang terdapat pada dikhitan (Alamsyah, 2015: 4-5). sisingaan. Apalagi berkaitan dengan proses Pendapat ketiga datang dari pakar penyampaian dan penerimaan nilai-nilai sisingaan lainnya bernama Armin Asdi. tersebut yang sifatnya tersembunyi Dalam mengkaji asal-usul kesenian mengingat pemikiran masyarakat saat itu sisingaan, ia mencoba melacaknya melalui belum seperti hari ini yang mampu melihat penguasaan daerah Subang oleh para tuan lebih jauh makna-makna yang terdapat atau pemilik tanah. Diketahui bahwa sejak dalam berbagai simbol. Raffles menjadikan Subang sebagai tanah partikelir melalui penjualan sebagian tanah negara pada 1813, daerah ini telah mengalami tiga periode pergantian kekuasaan. Sejarah mencatat pada periode pertamanya daerah Subang dimiliki orang Inggris selama dua puluh tujuh tahun (1813-1840). Setelah berakhirnya masa kepemilikian orang Inggris, kepemilikan tanah Subang dilanjutkan oleh orang Belanda bernama P.W. Hofland. Kepemimpinannya di Subang sebagai tuan Gambar 1. Lambang Kerajaan Inggris tanah terekam dalam sejarah selama tiga Sumber: http://ispu.ru/files/The_UK.pdf. puluh dua tahun (1840-1872) setelah 186 Patanjala Vol. 9 No.2 Juni 2017: 181- 196 kematian membuatnya melepaskan status menjadikan tanah-tanah di Subang yang tuan tanah di Subang. Penguasaan tanah semula terbengkalai menjadi tanah-tanah Subang kemudian dilanjutkan oleh anak- yang produktif. Di saat yang bersamaan, anak Hofland sampai dengan 1911. Dari hal tersebut berdampak kepada pembukaan masa Hofland sampai dengan penerusnya perkebunan di beberapa daerah yang dianggap sebagai satu periode karena semula terbengkalai tersebut yang pada dimiliki satu keluarga. Setelah dinasti akhirnya membuat kebutuhan akan tenaga keluarga Hofland berakhir pada 1911 kerja semakin meningkat. Secara tidak akibat menurunnya pendapatan yang langsung, pembukaan perkebunan yang diterima oleh mereka. Periode terakhir dilakukan tuan tanah berdampak kepada penguasaan Subang kembali lagi kepada peningkatan jumlah penduduk di Subang orang Inggris berbentuk perusahaan menjadi lebih banyak dari sebelumnya. bernama The Anglo-Dutch Plantation of Kondisi ini kemudian ditambah dengan Java, Limited. Perusahaan ini menguasai meningkatnya produktifitas perkebunan daerah Subang selama empat puluh tiga yang menimbulkan hasil ekspor meningkat tahun (1911-1954) (Asdi, dkk., 1980: 40). sehingga Hofland bukan saja menambah Dari tiga periode tersebut, Armin pundi-pundi kekayaannya tetapi juga Asdi meragukan jika sisingaan lahir pada meningkatkan kesejahteraan rakyat periode pertama. Hal ini didasarkan pada Subang. Dalam kondisi-kondisi yang beberapa pertimbangan sebagai berikut: demikian, mungkin sekali sisingaan lahir. pertama, pada periode ini, daerah Subang Namun bukan sebagai perlawanan seperti belum dikelola secara sungguh-sungguh. yang telah dipersepsikan banyak orang hari Kedua, jumlah penduduk di Subang pada ini melainkan bersifat pemujaan atau periode ini dapat dikatakan masih sangat sanjungan kepada tuan tanah jarang. Melalui dua pertimbangan tersebut (Rachmawaty, 2013: 496). Armin Asdi sampai pada kesimpulan Pendapat keempat berasal dari bahwa tidak mungkin sisingaan sebagai seniman sisingaan lainnya bernama Mas karya seni yang cukup besar lahir pada Nanu Munajar. Berbeda dengan beberapa kondisi-kondisi demikian. pakar sisingaan sebelumnya, Nanu Munajar memiliki pandangan lain terkait dengan asal-usul kesenian sisingaan. Menurut Nanu Munajar, sejak zaman dahulu, yaitu sebelum masuknya agama- agama besar ke Subang, daerah ini telah memiliki tradisi yang erat kaitannya dengan pertanian yang terwujud dalam upacara ngaruwat bumi. Tradisi itu disebut dengan tradisi odong-odong yang dalam pelaksanaannya hampir mirip dengan kesenian sisingaan hari ini yaitu mengarak suatu benda yang dibentuk menyerupai binatang tertentu. Dalam perkembangan Gambar 2. Lambang Kerajaan Belanda berikutnya, tradisi ini kemudian Sumber: berkembang terus menerus hingga http://symbolsnet.com/symbols/netherlands- melahirkan seni pertunjukan dan helaran national-symbol.html. dalam bentuk baru termasuk sisingaan. Ia berasumsi bahwa kemungkinan Menurutnya, nama sisingaan sendiri baru terbesar lahirnya sisingaan adalah ketika lahir pasca dilakukannya seminar kesenian Subang berada di bawah kepemimpinan sisingaan oleh dinas setempat ketika Hofland. Pada saat itu, Hofland Subang diminta Pemerintah Indonesia Kesenian Sisingaan..... (Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 187 untuk menampilkan dan mendelegasikan Sisingaan seperti yang telah dipersepsikan kesenian daerahnya (Rachmawaty, 2013: sampai hari ini. Untuk itu perlu dipaparkan 496-497). mengenai masuknya perkebunan ke Subang hingga perkembangannya sampai Pendapat terakhir datang dari melahirkan aksi perlawanan. seorang akademisi yang mencoba Berakhirnya kekuasaan VOC di merekonstruksi kembali sejarah sisingaan. Indonesia ditandai dengan berdirinya suatu Enden Irma Rachmawaty sejalan dengan pemerintahan yang dibentuk oleh Kerajaan pemikiran Nanu Munajar yang Belanda bernama Pemerintah Hindia- memandang bahwa sisingaan merupakan Belanda. Pada awal pembentukannya, transformasi dari tradisi odong-odong. Kerajaan Belanda mengirimkan H.W. Selain itu, ia sampai pada kesimpulan Daendels untuk mengatur pemerintahan di bahwa meskipun waktu dan siapa yang Hindia-Belanda. Pada saat ia berkuasa di menciptakan sisingaan serta terdapat Indonesia, ia mengubah sistem yang banyak tokoh daerah di Subang yang sebelumnya dijalankan oleh VOC. Ia mengklaim bahwa daerahnya merupakan membentuk Prefektur yang dipimpin oleh pencipta sisingaan, hal itu tidak membuat seorang Perfek. Di satu sisi, Pemerintah sisingaan kehilangan identitasnya sebagai Hindia-Belanda sedang berada dalam masa kesenian yang benar-benar berasal dari transisi. Di sisi lain, untuk menjalankan Subang. roda pemerintahan di sana membutuhkan Dari kelima pendapat di atas banyak biaya. Akibatnya muncul wacana setidak-tidaknya dapat ditarik beberapa untuk menjual sebagian tanah jajahan. kesimpulan sebagai berikut: pertama, Pada masa Daendels, penjualan tersebut sebagian besar pakar tanpa Nanu Munajar berhasil dijalankan dan sebagian tanah dan Enden meyakini bahwa sisingaan lahir jajahan seperti Jasinga, Besuki, Panarukan sejak masuknya sistem perkebunan ke dan Probolinggo resmi menjadi milik Subang. Kedua, sebagian pakar meyakini swasta (Kusma, 2007: 28). bahwa sisingaan lahir sebagai bentuk Kondisi demikian berlanjut hingga perlawanan penduduk terhadap penjajah. penggantinya yaitu Sir Thomas Stamford Sebagian pakar lainnya meragukan asumsi Raffles berkuasa di Hindia-Belanda. tersebut karena terdapat beberapa fakta Menurut Machmoed Effendhie, terkait yang membantahnya. Ketiga, hampir dengan penjualan tanah yang dilakukan seluruh pakar sisingaan tanpa Nanu oleh Raffles sebenarnya dilatarbelakangi Munajar dan Enden meyakini bahwa pada oleh dua hal: pertama, kondisi keuangan awalnya kesenian ini difungsikan untuk Pemerintah Hindia-Belanda sangat buruk, mengarak anak-anak yang hendak sementara biaya operasional pemerintahan dikhitan. sangat tinggi. Kedua, masuknya 1. Subang sebagai Perkebunan Swasta kepentingan para kapitalis Eropa ke Sebagaimana telah dijelaskan Pemerintah Hindia-Belanda yang sebelumnya bahwa kesenian sisingaan kemudian mendesak Raffles agar menjual selalu dikaitkan dengan gerakan sebagian tanah jajahan kepada mereka pemberontakan atau perlawanan penduduk (Effendhie, 1998: 160). terhadap penjajah sebagai dampak Pada 1812, sebagai akibat dari masuknya perkebunan ke Subang. Dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Raffles perkataan lain, sejarah sisingaan tidak tersebut, daerah Subang dipilih oleh dapat dilepaskan dari sejarah Subang itu Raffles sebagai daerah yang akan dijual sendiri, terutama ketika masuknya kepada siapa saja yang menginginkannya perkebunan yang membawa tuan tanah ke Subang yang pada gilirannya melahirkan berbagai perlawanan termasuk melalui 188 Patanjala Vol. 9 No.2 Juni 2017: 181- 196 dengan hak eigendom5. Penjualan tanah itu Dalam perkembangan selanjutnya, diiklankan dalam Java Government saham P en T dijual sebagian kepada Gazette selama lima hari pada bulan Charless Forbes yang berkedudukan di November (5, 7, 14, 21 dan 28 November India. Sampai dengan tahun 1839, telah 1812). Pada 1813 tanah itu terjual kepada terjadi beberapa kali pergantian pengelola dua orang. Pemilik tanah Subang berasal perusahaan P en T, namun tidak ada dari Inggris yaitu James Sharpnel dan satupun yang berhasil mengangkat Philip Skelton. Pada saat itu mereka perusahaan lebih maju lagi. Pada akhirnya, memberi nama daerah tersebut dengan tahun 1842 keseluruhan saham P en T nama Pamanoekan en Tjiassemlanden dijual kepada tiga orang: John Erich 6atau disingkat P en T (Asdi, dkk., 1980: Banck, Peter William Hofland7 dan 32-35; Imadudin, 2013: 49). Dengan Thomas Hofland8 (Broersma, 1912: 14- demikian, pada awal abad ke-19 daerah 15). Subang secara resmi ditetapkan menjadi Pada 1848 saham J.E. Banck dibeli tanah swasta. oleh Hoffland bersaudara sehingga saham Kurang lengkapnya sumber pada P en T saat itu dimiliki oleh keduanya. periode awal Subang menjadi tanah Namun, P.W. Hofland tidak puas jika swasta membuat para peneliti sulit untuk saham P en T belum dimiliki sepenuhnya merekonstruksinya termasuk penulis. atas nama dirinya. Oleh karena itu, pada Beberapa buku yang telah mencoba 1858, saham dari saudara laki-lakinya merekonstruksi pun tidak banyak dibeli olehnya. Sejak saat itu, saham P en memberikan informasi kecuali mengenai T secara resmi dimiliki satu orang saja dan para pemilik saham dan mengenai tanah- menjadikan P.W. Hofland sebagai tanah di Subang yang menjadi perkebunan penguasa tunggal tanah Subang (Broersma, dan sawah. Satu hal yang perlu dicatat 1912: 15). bahwa saat itu (sekitar 1825-1835) beras Sekitar 1850, P.W. Hofland yang dihasilkan dari daerah Pamanoekan memilih Ciherang (Subang) sebagai tempat (Pamanukan) telah dikenal sampai ke pasar kediamannya. Selain itu, Ciherang juga Amsterdam yang menunjukkan adanya dijadikannya sebagai pusat pemerintahan P potensi alam yang dimiliki Subang en T. Hal ini diperkirakan karena daerah sehingga daerah ini dapat dikembangkan itu terletak di tengah-tengah antara lebih jauh lagi (Pemerintah Kabupaten Pamanoekan-Segalaherang yang menjadi Subang, tt: 4). ujung utara dan selatan dari tanah P en T (Kusma, 2007: 37-38). Sejak saat itu, perkembangan Ciherang yang hari ini menjadi Kota 5 Hak eigendom adalah hak perseorangan yang Subang semakin berkembang ke arah kuat (tidak termasuk milik Negeri) dan dijamin progresif, terutama setelah P.W. menjadi oleh Undang-undang (Tauhid, 2011: 40). penguasa tunggal. Salah satu perubahan Dalam batas-batas tertentu hak eigendom mendasar adalah perubahan jumlah memiliki pengertian yang sama dengan tanah apanage di mana tanah tersebut dapat penduduk. Sebelum Ciherang ditetapkan dieksploitasi yang kemudian menghasilkan sebagai pusat pemerintahan yaitu pada pajak berupa uang, barang dan tenaga kerja. 1845, jumlah penduduknya berkisar 8.051 Dengan demikian, tenaga kerja di tanah tersebut dikuasai oleh pemilik tanah (Suhartono, 1991: 1-2). 7Peter William Hofland dilahirkan di Jagernaik Poeram dekat Madras India pada 1802. Lihat 6Nama Pamanoekan en Tjiassemlanden Bosma and Raben dalam (Imadudin, 2013: 59). merefleksikan wilayah yang hari ini disebut dengan Kabupaten Subang dengan batas-batas 8Thomas Hofland lahir di Jacana Tapoera pada yang sama (Effendhie, 1990: 1). 1799 (Imadudin, 2013: 59).

Kesenian Sisingaan..... (Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 189 orang. Setelah menjadi pusat mengeksploitasi daerahnya. Dengan pemerintahan, jumlahnya meningkat tajam demikian, dapat dikatakan bahwa pada pada 1867 yaitu 16.158 orang (Bleeker, masa tuan tanah P.W. Hofland berkuasa, 1869: 481). rakyat Subang berada dalam kondisi yang Pertambahan jumlah penduduk di baik (Effendhie, 1998: 161)9. Kondisi- Subang dibarengi dengan peningkatan kondisi inilah yang membawa Armin Asdi kesejahteraan masyarakatnya. Di bawah ragu jika sisingaan lahir sebagai gerakan kepemimpinan P.W. Hofland tanah-tanah perlawanan. Jika memang waktu yang yang semula terbengkalai menjadi tanah- dipilih untuk menetapkan kelahiran tanah yang produktif. Hal ini tidak lepas sisingaan adalah sekitar abad ke-19 maka dari kejelian dari tuan tanah saat itu yang yang terjadi adalah bukan perlawanan melihat bahwa tanah-tanah di Subang melainkan sanjungan kepada Hofland. memiliki potensi yang cukup besar untuk Apa yang dilakukan P.W. Hofland dikembangkan, terutama untuk perkebunan nampaknya sulit untuk diikuti oleh para dan persawahan seperti yang telah tuan tanah berikutnya. Bahkan Kedua dijelaskan terdahulu. Hal ini bukan saja anaknya yaitu Johannes Theodorus dan mendatangkan pundi-pundi kekayaan Egbert Charles selaku pewaris P en T tidak kepada tuan tanah, tetapi juga pekerjaan mampu untuk mengikuti kepemimpinan kepada rakyatnya. ayahnya sepeninggal P.W. Hofland pada Selain membangun perkebunan ia 1872. juga membangun jalan sebagai sarana Setelah diberlakukannya Undang- transportasi yang memudahkan para Undang Agraria pada 1870 secara pekerja menjalankan pekerjaannya. Hal berangsur-angsur pemerintah berupaya yang lebih penting yang dilakukan oleh untuk mempersempit ruang gerak tuan P.W. Hofland adalah dibangunnya pasar tanah atas tanahnya dengan dalih yang harga-harga barangnya jauh lebih melindungi rakyat Indonesia dari murah dibandingkan dengan toko-toko kekerasan yang dilakukan tuan tanah. Di pedagang Cina. Sementara itu, untuk sisi lain, di tangan keturunan Hofland, P en meningkatkan pengetahuan rakyat Subang, T tidak berkembang secara signifikan. P.W. Hofland membangun sekolah desa Pada akhirnya keturunan Hofland menjual dengan pengajaran bahasa Melayu dan tanah itu kepada pemerintah kembali dan aritmatika (Imadudin, 2013: 61). kemudian pemerintah menyewakannya Pembangunan sarana-sarana di kembali dengan hak erfacht10 kepada bank Subang tidak lepas dari meningkatnya Handelsbankpada 1886. Bank tersebut jumlah ekspor perusahaan. Ekspor yang paling menguntungkan di antaranya adalah 9 padi, kopi, dan gula (Imadudin, 2013: 64). Sejalan dengan Machmoed Effendhie, Armin Artinya, hasil yang didapat dari perusahaan Asdi dalam Suwardi Alamsyah menjelaskan bukan saja untuk kepentingan dirinya, bahwa kondisi tanah Subang beserta masyarakatnya pada masa kepemimpinan P.W. tetapi juga untuk membangun kota dan Hofland berada pada kondisi yang baik. masyarakatnya. Hal ini mungkin yang Dikatakan demikian karena Hofland berhasil mengantarkan Machmoed Effendhie memajukan perusahaan P en T dan kepada suatu hipotesis bahwa selama P.W. memperbaiki kehidupan rakyat Subang Hofland menjadi tuan tanah, rakyat Subang (Alamsyah, 2015: 6). berada dalam kondisi yang sejahtera 10 Hak erfacht adalah hak benda untuk sehingga tidak ada pemberontakan. mendapatkan kenikmatan yang sepenuh- Padahal, di tanah partikelir lainnya seperti penuhnya dari kepunyaan orang lain dengan di Buitenzorg (Bogor) dan lainnya sering kewajiban memberi upeti kepada yang punya terjadi pemberontakan akibat kesewenang- tanah baik berupa uang maupun penghasilan wenangan tuan tanah dalam lainnya (Tauhid, 2007: 43).

190 Patanjala Vol. 9 No.2 Juni 2017: 181- 196 kemudian membentuk N.I Landbouw meningkat. Di sisi lain, hal tersebut tidak Maatschapij (Imadudin, 2013: 62-63). lepas dari situasi sosial politik di Subang Dalam perkembangan selanjutnya, yang saat itu mulai bermunculan perusahaan mengalami fluktuatif dan organisasi-organisasi kebangsaan yang mengarah kepada kemunduran (masa pada intinya menuntut kemerdekaan disintegrasi P en T). Setelah dianggap sehingga gelombang perlawanan semakin tidak bisa lagi berkembang, pada akhirnya meningkat. penguasaan tanah Subang kembali lagi ke Dengan demikian, apabila tangan orang-orang Inggris yaitu kepada sisingaan dikaitkan dengan gerakan suatu perusahaan bernama The Anglo- perlawanan seharusnya sisingaan baru lahir Dutch Plantation of Java, Limited pada setidak-tidaknya setelah 1913. Akan tetapi, 1910 (Pemerintah Kabupaten Subang tt: kenyataannya tidak demikian, pada 1910 36). seperti yang telah dipaparkan di awal, Pada masa ini, perusahaan P en T sisingaan telah digunakan sebagai upacara kembali bangkit. Salah satu komoditas syukuran. Oleh karena itu, dapat dikatakan unggulannya adalah teh. Namun bahwa sisingaan tidak lahir dengan latar kebangkitan perusahaan ini dibarengi belakang perlawanan. dengan penekanan yang lebih berat kepada rakyat Subang. Kebijakan menaikkan 2. Sisingaan sebagai Bagian dari cukai hingga dua ratus persen membuat Islamisasi rakyat semakin dibebani pekerjaan yang Telah dijelaskan sebelumnya berat. Karena pembayaran cukai dilakukan bahwa berdasarkan bukti-bukti yang ada dengan bekerja kepada perusahaan. Di sisi sisingaan tidak lahir dengan latar belakang lain, upah yang diterima tidak mengalami perlawanan. Akan tetapi, terdapat beberapa perubahan yang signifikan. Dampaknya, hal yang membuat sisingaan dapat kesejahteraan rakyat mulai terganggu. diasumsikan sebagai bagian dari proses Sejak saat itu, rakyat Subang mulai aktif islamisasi di Subang seperti halnya melakukan gerakan perlawanan baik dalam kesenian gembyung11Subang (wawancara skala kecil maupun yang lebih besar dengan Agustias, 13 Februari 2017). Hal- (Imadudin, 2013: 165-166). hal tersebut yaitu penggunaan singa Pada 1913 terjadi aksi perlawanan sebagai wujud kesenian dan fungsi dari yang dilakukan para petani di distrik sisingaan itu sendiri. Pamanukan dan Ciasem. Penyebabnya Penggunaan singa sebagai wujud antara lain meningkatnya cukai yang kesenian Sisingaan menjadi menarik untuk kemudian berimbas kepada tuntutan kerja dikaji lebih dalam lagi. Sebab, masyarakat yang semakin berat. Pada awalnya, aksi Sunda tidak mengenal binatang itu. tersebut tidak dapat diredam karena jumlah Dengan demikian, muncul dugaan telah antara pendemo dan aparat setempat tidak masuknya pengaruh asing ke Subang. sebanding. Tercatat petani yang melakukan Rute perdagangan dan pelayaran demo sekitar 350 orang. Meskipun antara Kepulauan Indonesia dengan negeri- demikian, aksi tersebut tidak terkoordinasi negeri di Timur Tengah seperti Persia telah dengan baik, hingga pada akhirnya polisi dikenal sejak zaman dahulu (Algadri, setempat berhasil meredamnya (Imadudin, 2013: 167-176). Sejak saat itu sampai dengan 11Menurut cerita masyarakat, kesenian berakhirnya masa penjajahan Belanda di gembyung lahir untuk menarik minat anak Indonesia gerakan perlawanan mulai kecil agar mau dikhitan karena masyarakat saat bermunculan di Subang. Hal itu itu merasa takut ketika akan dikhitan disebabkan karena meningkatnya pajak (wawancara dengan Agustias, 13 Februari yang diterima rakyat dan beban kerja yang 2017).

Kesenian Sisingaan..... (Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 191

1988: 45). Temuan arkeologis berupa manik-manik yang ditemukan di kawasan situs Subanglarang menunjukkan adanya hubungan antara masyarakat Kepulauan Indonesia, khususnya Subang, dengan orang-orang yang berasal dari Asia Selatan12.

Gambar 4. Bendera Kerajaan Mughal Sumber: https://www.quora.com/What-did-the- Mughal-Empires-flag-symbolize.

Bendera sebagai salah satu wujud identitas suatu bangsa (dalam hal ini kerajaan) biasanya digunakan sebagai simbol dan identitas pembawanya (Burke, 2015: 83). Karena identitas merupakan proses yang penting dalam berkomunikasi baik antarindividu maupun antarkelompok Gambar 3. Manik-manik di Subang (Littlejohn & Foss, 2009: 139). Sebagai Sumber: Hasil foto penulis pada 13 contoh, ekspansi yang dilakukan oleh Februari 2017 sebuah kerajaan umumnya menyertakan Di kawasan Asia Selatan telah berdiri bendera kerajaannya. Setelah mereka Kerajaan Islam pada abad ke-15 yang berhasil menguasai wilayah baru tersebut dikenal dengan nama Kerajaan Mughal13 pasti akan menandainya dengan dengan Delhi sebagai ibu kotanya. mengibarkan bendera yang dibawa itu. Kerajaan ini memiliki bendera berwarna Dalam dunia perdagangan dan pelayaran hijau yang terdapat gambar matahari dan (termasuk di dalamnya penyebaran agama singa seperti yang terdapat pada bendera Islam) bendera biasanya diletakkan di 14 Kerajaan Safawi (Persia). tiang kapal (bagian atas) yang secara tidak langsung merupakan penyebarluasan simbol dan identitas. Maka, diperkirakan pengetahuan penduduk Subang pada singa terjadi ketika orang-orang dari India 12Manik-manik yang ditemukan di Subang melakukan proses komunikasi dengan berasal dari kawasan Asia Selatan. Hal ini masyarakat setempat terutama orang-orang didasarkan pada bentuk ukiran yang terdapat yang hidup dan tinggal di lokasi manik- pada manik-manik tersebut. Selain itu, ukiran manik tersebut ditemukan. Adapun proses tersebut menunjukkan waktu yang diperkirakan komunikasi tersebut berkaitan erat dengan sekitar abad ke-15. Lihat dalam lampiran proses penyebaran agama Islam karena Dubin, Lois Sherr. The History of Beads From sejak abad ke-7 hingga abad ke-15 orang- 30.000 B.C. to the Present (London: Thames and Hudson Ltd, 1995) hlm. 136. orang yang berasal dari Arab, Persia dan India sedang gencar-gencarnya 13Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahirudin Babur. Kerajaan ini adalah salah satu dari tiga Kerajaan Islam besar pada masa itu. Lihat 14Lihat dalam Chaudhuri, K.N. Trade and Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam Civilization in the Indian Ocean: An Economic (: PT Raja Grafindo Persada, 2008: History from the Rise of Islam to 1750 (United 147). Kingdom: Cambridge University Press, 2002) hlm. 149 & 154. 192 Patanjala Vol. 9 No.2 Juni 2017: 181- 196 menyebarkan agama Islam di Indonesia berlebihan kiranya untuk mengatakan (Ali & Effendy, 1986: 29-30). bahwa sisingaan merupakan bagian Sampai saat ini proses islamisasi integral dari islamisasi di Subang. di Subang diyakini dilakukan oleh seorang pemuda dari Talaga bernama Aria Wangsa 3. Sisingaan sebagai Upaya Goparana (Kusma, 2007: 20). Namun, Penghormatan kepada P.W. Hofland menurut cerita yang berkembang di masyarakat terdapat tokoh lainnya yang Selain diasumsikan sebagai upaya telah menyebarkan agama Islam di Subang islamisasi di Subang, kesenian sisingaan yaitu Subanglarang beserta para santrinya. pun dapat diasumsikan sebagai upaya Dikatakan bahwa ia membangun pesantren penghormatan kepada seseorang yang telah di Amparan Alif (sekarang kawasan Situs banyak berjasa kepada Subang yaitu Peter Subanglarang). Setelah membangun Willem Hofland. pesantren di sana, Subanglarang kemudian P.W. Hofland adalah orang yang berkelana ke seluruh Subang untuk banyak memberikan kontribusi bagi menyebarkan agama Islam. Begitupun perkembangan Subang. Tercatat ada dengan santri-santri pesantren yang beberapa hal yang dapat dikemukakan ditinggalkannya. Santri-santri yang telah mengenai jasa-jasanya; pertama, ia adalah dididik Subanglarang juga aktif orang yang menjadikan tanah Subang yang menyebarkan agama Islam di lingkungan semula tidak produktif menjadi lebih pesantren. Tidak hanya itu, mereka juga produktif pada masanya (Asdi, dkk., 1980: aktif mnyebarkan agama Islam ke seluruh 40-41). Kedua, pembangunan kota Subang serta daerah-daerah lainnya di luar termasuk saluran irigasi telah menambah Subang (wawancara dengan Abah Dasep, 9 jumlah produksi berbagai tanaman Februari 2017). komoditas ekspor meningkat yang pada Upaya mengislamkan masyarakat akhirnya berpengaruh terhadap Subang oleh mereka nampaknya dilakukan peningkatan kesejahteraan rakyat Subang. dengan berbagai cara seperti yang Meningkatnya jumlah penduduk secara dilakukan orang-orang pada masanya signifikan di Subang sejak ia menjadi tuan melalui berdagang, pernikahan, guru tanah merupakan bukti telah meningkatnya agama (da’i), dan kesenian. Khusus yang kesejahteraan penduduk di sana terakhir disebutkan, cara itu melekat pada sebagamana dipaparkan di awal. penyebar Islam di Jawa yang dikenal Prestasi-prestasi yang telah dengan sebutan Walisongo. Cara-cara itu ditorehkan oleh P.W. Hofland tersebut dapat ditemui pada kesenian yang membuat namanya semakin dikenal oleh ceritanya bernuansakan Islam (Tajuddin, dua kalangan. Pertama Pemerintah Hindia- 2014: 385). Cara tersebut nampaknya Belanda dan kedua oleh rakyat Subang diikuti para santri untuk menyebarkan sendiri. agama Islam di Subang dengan wujud Kerja sama yang dilakukan P.W. kesenian sisingaan. Hofland dengan pemerintah terkait dengan Telah dijelaskan di awal bahwa komoditas ekspor menjadi penyebab Sisingaan pada awalnya difungsikan untuk dirinya dikenal baik oleh pemerintah mengarak anak-anak saat akan dikhitan. karena melalui dirinya pemerintah Nampaknya, kesenian sisingaan dalam mendapatkan keuntungan dari sisi kaitannya dengan proses islamisasi di ekonomi. Sehingga setelah ia meninggal Subang digunakan untuk menegakkan pada 1872, ia dianugerahi penghargaan syariat Islam yang terwujud dalam proses oleh Kerajaan Belanda dengan julukan The khitanan. Order of Netherlands Lion. Selain itu Jadi, sisingaan dan Islam memiliki dibangun pula makam untuknya yang kaitan yang cukup erat sehingga tidak cukup megah dan mencolok dibanding Kesenian Sisingaan..... (Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 193 dengan makam lainnya (Daukes, 1943: 22- dalam tesisnya, kemudian Armin Asdi 23). dengan asumsinya seperti yang telah dijelaskan di awal dapat diterima. Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas kiranya dapat dimungkinkan bahwa kesenian sisingaan dibuat untuk menghormati P. W. Hofland mengingat gelar yang didapatnya dari Kerajaan Belanda adalah Lion atau singa. SelPin itu, jika benar sisingaan lahir pada masa ia berkuasa maka dapat dipastikan hal tersebut bukan sebagai perlawanan karena kondisi masyarakat berada pada tingkat kesejahteraan yang cukup baik. Gambar 5. Makam P.W. Hofland di Subang Sumber: Anggi Agustian J. Namun siapakah yang menjadi pada 4 Maret 2017. pencetusnya? Tentu saja bukan dari kalangan bawah dalam strata sosial Di sisi lain, masyarakat Subang masyarakat Subang. Ia adalah para elite15 mengenal baik P. W. Hofland. yang secara sosial memiliki kedekatan Perkembangan kota selalu diikuti dengan dengan tuan tanah karena mereka perkembangan masyarakat yang dalam hal penyambung lidah di antara penguasa dan ini berarti peningkatan kesejahteraannya yang dikuasai. (Rahardjo, 1983: 11). Sebagaimana telah Adapun kaitan antara sisingaan dijelaskan terdahulu bahwa P. W. Hofland dengan gerakan perlawanan rakyat Subang telah berhasil mengembangkan kota dan merupakan simbol yang muncul masyarakatnya melalui irigasi dan belakangan terutama pasca seminar pemanfaatan tanah. Dampaknya, kesenian sisingaan yang diselenggarakan masyarakat berada dalam kondisi yang pada 1988 (Mulyadi, 2003:5). Artinya cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan telah terjadi perubahan simbol pada tidak terdapatnya perlawanan dari rakyat sisingaan. Subang selama ia berkuasa. Lebih jauh, Munculnya simbol sisingaan bukti yang dapat dikemukakan lagi antara sebagai bentuk perlawanan dapat kita lain patung P. W. Hofland yang terdapat di pahami melalui kultuurgebundenheit tempat peristirahatannya. Biasanya, ketika (ikatan kebudayaan) dan zeitgeist (jiwa masa revolusi fisik berlangsung, zaman). Pada 1913 rakyat Subang mulai bangunan-bangunan yang menjadi simbol melakukan gerakan perlawanan terhadap orang Belanda atau penjajah akan dirusak tuan tanah. Kemudian pada periode 1945- untuk menghilangkan nuansa penjajahan di 1949 rakyat Subang berada pada periode daerah tersebut. Seperti yang terjadi pada bangunan pemerintah jajahan di Subang seperti Kantor Besar P en T, Atelier, 15Yang dimaksud dengan golongan elite disini Gedong Hejo, Gedung Tuan Houwing dan ialah mereka yang disebut oleh Geertz sebagai yang lainnya yang dibumihanguskan. golongan priyayi. Van Niel kemudian Namun demikian, patung P. W. Hofland menambahkan bahwa para priyayi bekerja tidak ada yang merusaknya. Bahkan sebagai pejabat-pejabat administrasi sampai kini patung tersebut dapat dilihat di pemerintahan pribumi dan oleh sebab itu Museum Wisma Karya Subang secara utuh mereka dipersilahkan oleh pemerintah kolonial untuk menggunakan gelar Raden atau Raden tanpa adanya kerusakan sedikitpun. Mas. Lihat Kartodirdjo, Sartono, Hal itu menunjukkan kepada kita Perkembangan Peradaban Priyayi, untuk sampai kepada pemikiran bahwa apa (Yogyakarta: Gadjahmada University yang dikemukakan Machmoed Effendhie Press,1987) hlm. 1-5. 194 Patanjala Vol. 9 No.2 Juni 2017: 181- 196 mempertahankan kemerdekaan. Dan sebagaimana gelar yang didapatnya dari terakhir periode 1949-1968 merupakan pemerintah. periode peralihan. Disebut peralihan Namun demikian, asumsi-asumsi karena meskipun Indonesia telah merdeka, yang telah dijelaskan oleh penulis di atas tanah Subang secara administrasi masih jangan sampai menimbulkan suatu menjadi milik perusahaan asing, sehingga penerimaan pandangan tanpa pertanyaan. belum merdeka sepenuhnya. Baru setelah Artinya, asumsi-asumsi tersebut harus 1968, Subang mendapatkan didukung oleh fakta-fakta yang lebih kemerdekaannya secara penuh. Dengan akurat lagi. Sampai saat penulis demikian dapat dikatakan bahwa periode menuliskan tulisan ini belum dapat 1913-1968 merupakan periode perjuangan ditemukan bukti yang sangat akurat, rakyat Subang melawan tuan tanah atau terutama indikasi yang kedua. Oleh penjajah. Oleh karenanya, wajar bila karenanya, penulisan lanjutan dengan simbol perjuangan pada Sisingaan muncul penelitian yang lebih mendalam dan kritis di benak orang-orang saat itu karena sesuai memungkinkan untuk dilakukan. Bahkan, dengan jiwa zamannya. dalam penelitian itu dapat mendukung ataupun membantah argumen-argumen D. PENUTUP yang terdapat dalam tulisan ini. Paling Berdasarkan uraian di atas dapat tidak, tulisan ini menjadi landasan awal disimpulkan bahwa kesenian sisingaan untuk sampai kepada pemikiran yang baru merupakan kesenian yang berasal dari mengenai sisingaan dalam tinjauan daerah utara Provinsi Jawa Barat bernama historisnya. Kabupaten Subang. Pendapat yang UCAPAN TERIMA KASIH mengatakan bahwa kesenian sisingaan Karya yang sederhana ini tidak lahir dengan latar belakang perlawanan akan dapat tercapai tanpa izin Allah Swt. tidak dapat lagi diterima karena terdapat Selain itu, penulis menyadari bahwa tanpa bukti-bukti yang membantah hal itu. bantuan dari berbagai pihak tidak mungkin Adapun latar belakang lahirnya sisingaan tulisan ini dapat selesai. Penulis yang didasarkan pada uraian di atas mengucapkan banyak terima kasih kepada setidak-tidaknya menghasilkan dua Tolib Rohmatillah M. A. karena telah indikasi. Pertama, kesenian sisingaan lahir memberikan arahan dan bimbingannya sebagai bagian dari proses islamisasi di dalam menyelesaikan tulisan ini. Subang yaitu untuk menegakkan syariat Kemudian kepada Etty Saringendyanti M. Islam di daerah tersebut. Hal itu tercermin Hum. dan Budimansyah Suwardi, S. Ars, pada fungsi awal sisingaan yaitu untuk penulis juga haturkan terima kasih karena mengarak anak-anak yang akan dikhitan. telah meluangkan waktu untuk berdiskusi Kedua, indikasi berikutnya terkait dengan tulisan ini. Dari hasil mengarah kepada sanjungan, diskusi tersebut penulis mendapatkan ide penghormatan, atau penghargaan kepada P. yang secara langsung telah membuka W. Hofland. Ia merupakan orang yang wawasan penulis sehingga dapat banyak berjasa terhadap perkembangan menghadirkan tulisan ini. Selain itu, Subang beserta penduduknya. Terdapat penulis juga menghaturkan terima kasih kesan kuat bahwa ia tidak hanya kepada para penulis atau peneliti sisingaan mementingkan keuntungan semata selama terdahulu seperti Edih, Mulyadi dan Nanu ia menjadi tuan tanah di Subang sehingga Munajar. Melalui tulisan-tulisan mereka tidak heran apabila penduduk Subang baik lah penulis tergerak untuk melengkapinya elit pribumi maupun rakyat biasa membuat melalui tulisan ini. Serta penulis haturkan suatu karya seni untuk menghormatinya terima kasih kepada para reviewer Jurnal dalam wujud kesenian sisingaan Patanjala karena telah mengkritisi tulisan Kesenian Sisingaan..... (Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 195 ini sehingga didapatkan tulisan yang lebih 2. Buku-Buku baik lagi. Algadri, Hamid. 1988. Islam dan Keturunan Arab dalam Pemberontakan Melawan Belanda. DAFTAR SUMBER Bandung: Mizan. 1. Jurnal Ilmiah, Tesis, Disertasi Ali, Fachry &Effendy, Bahtiar. 1986. Merambah Jalan Baru Islam: Alamsyah, Suwardi. “Sisingaan; Kesenian Rekonstruksi Pemikiran Islam Kabupaten Subang”, Makalah dalam Indonesia Masa Orde Baru. Bandung: Kegiatan BPNB, Bandung: BPNB, Mizan. 2015. Asdi, et all. 1980. Dewi, Jilly N, Sumarno, Sumarjono. Hari Jadi Kabupaten Subang dengan “Perkembangan Kesenian Sisingaan di Latar Belakang Sejarahnya. Subang: Kabupaten Subang Tahun 1955-2013” Pemerintah Kabupaten Subang. dalam artikel ilmiah mahasiswa 1 (1): Bleeker, P. 1869. 1-12, 2015. Nieuwe Bijdragen Tot de Kennis der Effendhie, Machmoed. 1990. Dari Tanah Bevolking Statistiek van Java. Partikelir P en T Menuju Tanah Netherlands: KITLV. Merdeka: Draft Pendahuluan Broersma. 1910. Monografi (Kab) Subang 1900-1968. De Pamanoekan en Tjiassem-Landen. Bogor: Lembaga Penelitian Institut Batavia: Drukkerij Papyrus. Pertanian Bogor. Burke, Peter. 2015. Effendhie, Machmoed. 1998. History and Social Theory, second Negara Kecil dalam Negara: Kondisi edition Sosial-Ekonomi di tanah Partikelir . Diterjemahkan oleh Mestika Zeid, Zulf Almi, dan A. Sairozi. Pamanoekan dan Ciasem 1813-1910. Sejarah dan Teori Sosial, edisi kedua. Tesis. Yogyakarta: Program Pasca Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Sarjana UGM. Indonesia. Imadudin, Iim. 2013. Chaudhuri, K.N. 2002. Kehidupan Sosial-Ekonomi Buruh di Trade and Civilization in the Indian Tanah Partikelir Pamanukan dan Ocean: An Economic History from the Ciasem (1910-1969). Tesis. Bandung: Rise of Islam to 1750. United Program Pasca Sarjana Ilmu Sejarah Kingdom: Cambridge University Press. Unpad. Daukes, W.H. 1943. The P & T Lands: An Mulyadi, T. “Sisingaan Kemasan Wisata di Agricultural of Anglo-Dutch Kabupaten Subang” dalam Anonim. Enterprise. Amsterdam: P&T. Vol. 2 No. 2. 2003. Dubin, Lois Sherr. 1995. Rachmawaty, Enden I. “Nilai Estetika dalam The History of Beads From 30.000 Sisingaan di Kabupaten Subang” dalam B.C. to the Present. London: Thames Jurnal Ilmiah Patanjala Vol.5 No.3. and Hudson Ltd. 2013. Gottschalk, Louis. 2008. Saini, K.M. “Political Theatre: Indonesian Understanding History. Diterjemahkan Case” dalam Jurnal Ilmiah Seni dan oleh Nugroho Notosusanto. Mengerti Budaya Panggung Nomor XX. Sejarah. Jakarta: UI-Press. September 2002. Bandung: Puslitmas STSI Bandung. Herlina, Nina. 2008. Metode Sejarah. Bandung: Satya Tajuddin, Yuliyatun. “Walisongo dalam Historika. Strategi Komunikasi Dakwah” dalam Jurnal Ilmiah Addin. Vol.8 No. 2. 2014.

196 Patanjala Vol. 9 No.2 Juni 2017: 181- 196

Kartodirdjo, Sartono. 1987. http://symbolsnet.com/symbols/netherlans- Perkembangan Peradaban Priyayi. national-symbol.html. Diakses pada 9 Yogyakarta: Gadjah Mada University Mei 2017 pukul 11.46 WIB. Press. http://ispu.ru/files/The_UK.pdf. Diakses pada 9 Kuntowijoyo. 2013. Mei 2017 pukul 11.46 WIB. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarya: Tiara Wacana.

Kusma, dkk. 2007.

Sejarah Kabupaten Subang. Subang: Pemerintah Kabupaten Subang. Littlejohn, Stephen, W & Foss, Karen, A. 2009. Encyclopedia of Communication Theory. California: SAGE Publications, Inc.

Rahardjo. 1983. Perkembangan Kota dan Permasalahannya. Jakarta: PT Bina Aksara. Soekardi, Yuliadi. 2006. Asal Mula Kesenian Sisingaan. Bandung: CV Pustaka Setia. Suhartono. 1991. Apanage dan Bekel: Perubahan Sosial di Pedesaan Surakarta 1830-1920. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.

Tauhid, Mochammad. 2011. Masalah Agraria: sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia. Jakarta: Yayasan Bina Desa.

Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah islamyah II. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 3. Informan a. Nama : Abah Dasep Umur : 70 tahun Pekerjaan : Budayawan b. Nama :Muhammad Agustias Amin Umur : 58 tahun Pekerjaan : Kepala Humas Kabupaten Subang 4. Internet https://www.quora.com/What-did-the-Mughal- Empires-flag-symbolize. Diakses pada tanggal 13 Maret 2017 pukul 12.30 WIB.