Kesenian Sisingaan Subang: Suatu Tinjauan Historis a Sisingaan (Lion) Dance Art Subang: a Historical Review
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Kesenian Sisingaan..... (Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 181 KESENIAN SISINGAAN SUBANG: SUATU TINJAUAN HISTORIS A SISINGAAN (LION) DANCE ART SUBANG: A HISTORICAL REVIEW Anggi Agustian Junaedi, Nina Herlina Lubis, Kunto Sofianto Jurusan Ilmu Sejarah UNPAD, Jalan Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor e-mail: [email protected] Naskah Diterima: 9 Mei 2017 Naskah Direvisi: 9 Juni 2017 Naskah Disetujui: 11 September 2017 Abstrak Kesenian sisingaan merupakan kesenian yang berasal dari daerah di sebelah utara Provinsi Jawa Barat bernama Kabupaten Subang. Sampai saat ini, kesenian sisingaan dipersepsikan oleh banyak orang sebagai bagian dari perjuangan rakyat yang dalam hal ini perlawanan terhadap tuan tanah atau penjajah. Namun, pendapat ini perlu ditinjau ulang mengingat beberapa pakar kesenian seperti Edih dan Armin Asdi yang mengatakan bahwa pada awalnya kesenian ini berfungsi sebagai alat untuk mengarak anak-anak yang akan dikhitan. Maka, untuk menjabarkan persoalan tersebut peneliti menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kesenian sisingaan tidak lahir sebagai aksi perlawanan karena sebelum aksi tersebut terjadi, kesenian ini telah ada dan beberapa kali digelar pada acara khitanan. Setidak-tidaknya ada dua indikator yang dapat dikemukakan untuk menjelaskan latar belakang terbentuknya sisingaan. Pertama, ia merupakan bagian integral dari proses islamisasi di Subang. Kedua, sebagai bentuk penghormatan kepada P.W. Hofland karena telah berjasa membangun Subang beserta penduduknya. Kata kunci: kesenian sisingaan, historis, Subang. Abstract Sisingaan (lion dance) is an art that comes from the area in the north of West Java Province; Subang Regency. Until now, the Sisingaan has been defined as a part of people’s struggle against the landlords or the colonialists. However, this opinion needs to be reviewed considering some art experts such as Edih and Armin Asdi who said that firstly this art is served as a tool to parade children who will be circumcised. Therefore, to describe the problem, researchers use historical methods consisting of heuristics, criticism, interpretation and historiography. Based on research conducted, Sisingaan was not born as an action of resistance because before the action occured, this art has existed and several times held at circumcision event. There are at least two indicators that can be put forward to explain the background of the formation of Sisingaan. First, it is an integral part of the Islamization process in Subang. Second, as a form of respect to P.W. Hofland for his contribution in building Subang and its residents. Keywords: Sisingaan, Historic, Subang. A. PENDAHULUAN daerah lainnya. Umpamanya, Aceh dengan Indonesia merupakan tempat hidup tari saman-nya, Ponorogo dengan reog- dan berkembangnya berbagai macam nya, Bali dengan tari kecak dan tari kesenian yang tersebar dari Sabang sampai legong-nya, Cirebon dengan sintren-nya Merauke. Tiap-tiap daerah memiliki dan masih banyak lagi kesenian lainnya keseniannya masing-masing yang tentunya yang khas dari berbagai daerah di berbeda-beda antara satu daerah dengan Indonesia. 182 Patanjala Vol. 9 No.2 Juni 2017: 181- 196 Daerah lainnya yang patut dicatat pada akhirnya melawan tuan tanah dan adalah daerah yang terletak di sebelah salah satunya adalah melalui kesenian utara Provinsi Jawa Barat bernama bernama sisingaan1. Dengan demikian Subang. Subang adalah salah satu daerah dapat dikatakan bahwa sisingaan lahir yang memiliki banyak kesenian. sebagai bentuk perlawanan rakyat Subang Umpamanya, kesenian gembyung, doger terhadap tuan tanah atau penjajah. Tokoh kontrak, jaipongan dan sisingaan. yang mendukung dengan asumsi tersebut Sebenarnya masih banyak kesenian lainnya di antaranya adalah Ukat Mulyana yang yang belum disebutkan dari daerah ini. dikenal sebagai “Kang Robot” sekaligus Namun demikian, kesenian yang paling sebagai seniman sisingaan Subang (Dewi, khas dan bahkan menjadi simbol dari dkk., 2015: 5). daerah ini adalah kesenian sisingaan. Hal Namun demikian, berbicara ini dibuktikan dengan ditempatkannya sisingaan secara historis tentu harus patung manusia yang sedang bermain berbicara data dan fakta. Sampai hari ini sisingaan di pusat Kota Subang. belum ditemukan data yang akurat untuk Sebagai kesenian yang paling memperkuat asumsi tadi. Dengan khas, sisingaan terus mengalami demikian, hal itu masih memungkinkan perkembangan yang cukup signifikan. untuk diperdebatkan kembali. Banyaknya grup sisingaan yang ada di Sejarah munculnya sisingaan di Kabupaten Subang membuktikan hal itu. Subang sangat menarik untuk dikaji karena Hal ini tentu tidak lepas dari besarnya sampai hari ini terkait dengan kapan antusias masyarakat terhadap sisingaan kesenian ini lahir, siapa yang yang kemudian menjadi sumber motivasi menciptakannya, dan di mana tempat bagi mereka untuk tetap melestarikan lahirnya masih menjadi misteri meskipun kesenian tersebut melalui grup-grup yang beberapa orang telah mencoba meneliti hal mereka dirikan. Besarnya antusias itu itu baik yang dilakukan oleh seniman terefleksikan pada seringnya Kesenian sisingaan maupun akademisi dengan hasil sisingaan digunakan pada berbagai acara yang berbeda-beda. seperti acara pernikahan, khitanan dan Selain itu, terdapat pendapat yang acara lainnya baik sebagai pembuka agaknya perlu ditinjau ulang berkenaan maupun sebagai penutup acara. dengan gerakan perlawanan yang kerap Setiap kesenian di berbagai daerah kali dikaitkan dengan lahirnya sisingaan. tentu memiliki sejarahnya masing-masing, Padahal, alasan-alasan berikut kiranya kapan munculnya dan apa yang dapat dipertimbangkan untuk melatarbelakanginya. Kesenian sisingaan mempertimbangkan kembali asumsi juga memiliki sejarah yang sangat panjang. tersebut. Pertama, gerakan perlawanan di Akan tetapi, sampai hari ini belum Subang menurut Iim Imadudin baru terjadi ditemukan angka yang tepat untuk pada 1913 (Imadudin, 2013: 165-166). menunjukkan sejak kapan sebenarnya Padahal, sisingaan telah ada sebelum tahun sisingaan muncul. tersebut yang dibuktikan dengan Sampai hari ini, masyarakat umum pengakuan seorang lurah di Cigadung yang mempercayai bahwa sisingaan lahir sejak pernah diarak menggunakan sisingaan Subang menjadi tanah swasta. Selama pada 1910 (Alamsyah, 2015: 4-5). Kedua, menjadi tanah swasta, rakyat Subang hampir semua pakar sisingaan sepakat mengalami banyak penderitaan karena tuan bahwa pada awalnya kesenian ini tanah mewajibkan mereka untuk bekerja difungsikan untuk mengarak anak-anak menjadi buruh perkebunan dengan upah yang sangat kecil. Bahkan tidak sedikit 1Dalam hal ini, kesenian sisingaan digunakan dari mereka yang tidak mendapatkan upah. untuk menyulut semangat nasionalisme yang Akibatnya, banyak rakyat Subang yang berarti membebaskan diri dari belenggu tuan tanah atau penjajah (Saini, 2001: 1). Kesenian Sisingaan..... (Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 183 yang akan dikhitan. Dengan demikian, masa lampau yang berkaitan dengan objek betulkah sisingaan lahir sebagai bentuk yang diteliti (Herlina, 2008: 7-15). perlawanan? Setelah sumber terhimpun, maka Terkait dengan hal tersebut maka dilakukan tahapan kedua, yaitu kritik. muncul beberapa persoalan seperti: Kritik terdiri atas kritik eksternal dan kritik Bagaimana sejarah munculnya sisingaan di internal. Kritik eksternal dilakukan dengan Subang? Benarkah kesenian sisingaan meneliti keaslian sumber dan kritik muncul sebagai sikap perlawanan rakyat internal dengan meneliti kredibilitas Subang terhadap tuan tanah atau penjajah? sumber (Kuntowijoyo, 2013: 77-78). Penulisan artikel ini tentu bukan Namun demikian, sumber yang tanpa tujuan. Tulisan ini diharapkan dapat telah dikritik belum dianggap sebagai fakta memberikan informasi dan pengetahuan sejarah. Untuk itu, perlu dilakukan kepada semua orang terutama untuk koroborasi suatu sumber sejarah dengan mereka yang berkepentingan dengan sumber lain yang bersifat merdeka sejarah sisingaan. Adanya bukti-bukti baru sehingga menghasilkan fakta yang yang relevan mengantarkan penulis untuk mendekati kepastian. Jika koroborasi tidak mengupas kembali sejarah sisingaan yang bisa dilakukan, maka berlaku prinsip selama ini masih menjadi misteri. argumentum ex silentio, sumber yang Pada penelitian terdahulu, Dewi berisi data dianggap sebagai fakta (2013) mengungkapkan tentang sejarah (Gottschalk, 2008: 130; Herlina, 2008: 34- munculnya sisingaan yang disebutnya 35). berbarengan dengan ditetapkannya Subang Tahapan ketiga disebut dengan menjadi tanah swasta pada 1812; interpretasi. Tahapan ini terdiri atas Puspitasary (2013) menguraikan tentang analisis (menguraikan) dan sintesis masuknya pengaruh komersial pada (menyatukan). Interpretasi disebut sebagai kesenian sisingaan yang sekaligus menjadi biang subjektifitas. Untuk itu, pada tanda telah terjadinya pergeseran makna tahapan ini, penulis harus mengambil jarak dalam kesenian tersebut; Mulyadi (2007) dengan sumber agar tidak terlalu dekat dan mendeskripsikan mengenai sejarah singkat menimbulkan bias. Dikenal beberapa jenis sisingaan, perkembangan fungsi sisingaan interpretasi, yaitu interpretasi verbal, dari masa ke masa dan menolak asumsi teknis, logis, psikologis, dan faktual. mengenai sisingaan yang lahir sebagai Tahapan akhir dari metode sejarah disebut bentuk perlawanan; Alamsyah (2015) dengan historiografi (Herlina, 2008: 36- memaparkan mengenai sejarah sisingaan 60). dengan menghadirkan asumsi beberapa Untuk penjelasan yang bersifat peneliti sisingaan seperti