Inventarisasi Potensi Wisata Terpadu Cagar Alam Padang Luway Dengan Kawasan Wisata Lainnya Di Kabupaten Kutai Barat
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
INVENTARISASI POTENSI WISATA TERPADU CAGAR ALAM PADANG LUWAY DENGAN KAWASAN WISATA LAINNYA DI KABUPATEN KUTAI BARAT Karolina Sherly Orianto1, M. Sumaryono1 dan Johanes Johny Hang Kueng2 1Laboratorium Inventarisasi dan Perencanaan Hutan Fahutan Unmul, Samarinda. 2Laboratorium Sosial Ekonomi Fahutan Unmul, Samarinda. ABSTRACT. Inventory of Integrated Tourism Potential of Padang Luway Nature Reserve with Other Tourism Sites in West Kutai Regency. West Kutai Regency was established under Law Number 47 Year 1999, is rich with natural resources as well as full with unique cultural heritages, giving the area a great potentiality to be a tourism destination. Padang Luway Nature Reserve besides cultural tourism object such as lamin (East Kalimantan’s traditional house), traditional dance and local ceremonies, is one of tourism objects found to be attracting tourists to visit West Kutai Regency. The aims of this research were to identify the type of vegetation and the fauna found in the Padang Luway Nature Reserve which is one of the natural tourist attractions in the West Kutai Regency; to identify other tourist attractions; to analyze the strength, the weakness, the opportunity and the existence threat of the Nature Reserve as well as other tourist attractions and what strategies were based on the results of the analysis in developing tourism in the West Kutai Regency. The research resulted that there were about 759 known individuals from various types of vegetation in the level of epiphytes which was dominated by the black orchid (Coelogyne pandurata Lindl.). Approximately 555 individuals of different types of vegetation were the host of the orchids. There were also found some mammals, reptiles, birds, butterflies, fishes, shrimps and crabs. There were also nature and cultural tourisms. The Regency Government, in this case the Office of Tourism, Art and Culture had made some efforts to manage those tourism objects, but these steps were barely enough since some of them were abandoned. This made the available structure and infrastructure vulnerable to destruction. The differing perception between BKSDA and the Office of Tourism in the management and use of Nature Reserve could negatively affect the existence of the Reserve itself. The lack of promotion by the Office of Tourism resulted in ever-decreasing number of visitors coming to the tourism objects from year to year. Information on the sites which was incomplete an unattractive had worsened the situation. In the future, a good coordination between the Office of Tourism and the local communities is essential, creating a sense of participation from the part of those communities. Coordination between BKSDA and the Office of Tourism also needs improvement, besides promotion about the tourism objects in a complete and interesting ways. Kata kunci: inventarisasi, potensi wisata, Cagar Alam Padang Luway Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah 211.440 km² (10,55% dari luas Indonesia) terbagi atas 9 kabupaten dan 4 kotamadya. Salah satunya adalah Kabupaten Kutai Barat yang beribukota di Sendawar. Merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 47 Tahun 1999 (Anonim, 2001). 169 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 2 (2), OKTOBER 2009 170 Kabupaten Kutai Barat kaya akan sumberdaya alam hayati dan budaya khas daerah. Potensi yang ada perlu diperhatikan dan dikelola sehingga dapat menjadi objek daya tarik wisata, baik lokal maupun internasional sehingga dapat membantu pertumbuhan perekonomian daerah. Potensi wisata yang ada dapat berkembang, jika terdapat informasi yang mendukung mengenai suatu kawasan yang akan dikunjungi. Peta merupakan salah satu kunci penyedia informasi bagi para wisatawan, dengan adanya peta sebagai sarana komunikasi maka pada saat ini sangatlah tepat untuk memberikan informasi mengenai potensi sumber daya alam dan potensi budaya selengkap-lengkapnya melalui media ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis vegetasi dan fauna yang terdapat di Cagar Alam Padang Luway yang merupakan salah satu objek wisata alam di Kabupaten Kutai Barat; untuk mengetahui objek wisata lainnya pada jarak 010 km, 1020 km, 2050 km dan 50100 km sekitar Cagar Alam Padang Luway; menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman keberadaan Cagar Alam Padang Luway serta objek wisata lainnya dan strategi apa yang dibuat berdasarkan hasil analisis dalam mengembangkan pariwisata di Kabupaten Kutai Barat. Penelitian ini diharapkan diketahuinya jenis vegetasi dan fauna yang terdapat di Cagar Alam Padang Luway; dapat diketahui objek wisata lainnya pada jarak 010 km, 1020 km, 2050 km dan 50100 km sekitar Cagar Alam Padang Luway dan adanya strategi yang dibuat berdasarkan hasil analisis dalam mengembangkan pariwisata di Kabupaten Kutai Barat. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur. Pengolahan data dilaksanakan di Laboratorium Perencanaan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda. Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah selama ±7 bulan yaitu dari bulan Januari sampai dengan bulan Juli yang meliputi tahap persiapan, survei lapangan. pengumpulan dan input data. Objek dalam penelitian ini adalah Cagar Alam Padang Luway dan kawasan wisata lainnya di sekitar Cagar Alam Padang Luway. Untuk mengumpulkan data di lapangan berupa data potensi ekowisata dilakukan dengan cara inventarisasi dan identifikasi potensi ekowisata langsung di lokasi penelitian. Data yang diambil antara lain foto, deskripsi mengenai potensi dan lokasi, aksesibilitas, sarana dan prasarana. Data potensi biologi berupa vegetasi diambil dengan cara pembuatan petak penelitian Untuk menentukan tingkat dominasi suatu jenis pada tingkat pancang digunakan Nilai Penting Jenis (NPJ) menurut Curtis dan Cottam (1964) dengan rumus NPJ (%) = KR (%) + DR (%) + FR (%), sedangkan untuk menentukan tingkat dominasi suatu jenis pada tingkat epifit seperti Anggrek, menurut Numata (1958) dalam Bratawinata (1998) digunakan rumus Sum of Dominance Ratio (SDR2) = {N’ (%) + F’ (%) / 2)} Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat dilakukan analisis prospek pengembangan ekowisata dengan analisis SWOT yang terdiri dari analisis kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threat). 171 Orianto dkk. (2009). Inventarisasi Portensi Wisata Terpadu Hasil identifikasi disusun dalam format matriks SWOT menurut Rangkuti (2003). Pembuatan peta dengan komputer tahapan-tahapannya antara lain: input data meliputi pendigitasian peta dan data tabular. Digitasi dilakukan menggunakan perangkat lunak Arcview GIS 3,3; pendigitasian peta berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Provinsi Kalimantan Timur Terbitan Bakosurtanal Tahun 1993; proses editing merupakan kegiatan yang dilakukan setelah digitasi peta yakni melakukan pembetulan terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi selama proses digitasi; Agar dapat dilakukan link antara peta dan data tabular, maka dilakukan proses pemberian kode untuk setiap objek pada peta. Kode tersebut harus sama dengan yang ada pada data tabular; Proses selanjutnya adalah proyeksi peta digital. Semua peta digital diproyeksikan ke dalam proyeksi latitude longitude, agar mempunyai sistem koordinasi yang bersifat universal. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kabupaten Kutai Barat Kabupaten Kutai Barat secara geografis terletak pada posisi 113°45’05” 116°31’19” BT dan 01°31’35” LU01°10’16” LS. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kayan Hulu Kabupaten Malinau dan Negara Bagian Serawak (Malaysia Timur); sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tabang, Kecamatan Kembang Janggut, Kecamatan Muara Wis dan Kecamatan Muara Muntai Kabupaten Kutai Kartanegara; sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Long Kali dan Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara; Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Barat. Wilayah administrasinya meliputi 21 Kecamatan dengan 223 Desa (Kampung) dengan luas keseluruhan wilayah Kabupaten ini adalah ±3.162.870 ha. Topografi wilayah Kabupaten Kutai Barat umumnya didominasi oleh daerah berbukit, bergelombang hingga landai/ datar. Daerah berbukit-bukit tersebar pada wilayah utara dan selatan, sedangkan daerah datar hingga bergelombang mendominasi wilayah tengah dan selatan. Untuk kelerengan, wilayah Kabupaten Kutai Barat mempunyai kelas lereng yang beragam dari datar sampai sangat curam di atas 40%. Menurut peta jenis tanah yang diterbitkan oleh Bappeda Provinsi Kalimantan Timur tahun 2002 skala 1:250.000, jenis tanah didominasi oleh jenis podsolik yaitu sebesar 75,33% dari keseluruhan wilayah. Karakteristik iklim di Kabupaten Kutai Barat termasuk dalam kategori iklim tropika humida dengan curah hujan berkisar antara 1.500–4.500 mm/thn. Temperatur udara minimum rata-rata adalah 21°C dan maksimun 34°C, dengan perbedaan temperatur siang dan malam antara 5–7°C. Temperatur minimum pada umumnya terjadi pada bulan Oktober sampai dengan Januari, sedangkan temperatur maksimum umumnya terjadi antara bulan Juli hingga Agustus. Kelembapan udara rata-rata mencapai 80%, dengan kecepatan angin rata-rata 5 knot/jam. Wilayah Kabupaten Kutai Barat yang termasuk tipe hutan hujan tropis mempunyai jenis JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 2 (2), OKTOBER 2009 172 tumbuhan yang sangat beraneka ragam dan dari segi ekonomi bernilai tinggi. Jenis pohon umumnya didominasi oleh Shorea dan jenis kayu khas Kalimantan yaitu ulin (Eusideroxylon zwageri) yang sekarang sudah mulai langka. Jenis liana yang berharga adalah jenis rotan (Calamus sp.) dan bermacam-macam jenis epifit